ABSTRAK Judul payung penelitian ini adalah Peningkatan Kualitas Pembelajaran Pada Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran Seni Budaya di Jurusan Sendratasik FBS Unesa. Payung penelitian tersebut selanjutnya dijadikan ciri khas (trade mark) penelitian unggulan payung (grandresearch). Penelitian akan dilaksanakan dalam kurun waktu dua tahun dengan penelitian pendamping berbeda pembahasan pada setiap tahunnya namun tetap pada payung peningkatan kualitas pembelajaran pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Seni Budaya. Pada tahun pertama, pelaksanaan penelitian secara besama dilakukan dalam dua bahasan yang berbeda yang memiliki kekhususan dalam pelaksanaan maupun pengkajiannya. Penelitian I dengan judul Pengembangan Bahan Ajar Pada Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran Seni Budaya di Jurusan Sendratasik FBS Unesa akan melihat secara terinci bahan ajar yang digunakan dalam perkuliahan dan akan dikembangkan serta diuji cobakan untuk memperoleh bahan ajar yang sesuai. Sedangkan penelitian II dengan judul Pengembangan Media Pembelajaran Seni Budaya Pada Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran di Jurusan Sendratasik FBS Unesa yang melihat pelaksanaan pembelajaran melalui media pembelajarannya yang selanjutnya akan dikembangkan untuk memperoleh media pembelajaran yang efektif pada mata kuliah perencanaan pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Seni Budaya melalui pengembangan bahan ajar dan media pembelajaran. Penelitian ini adalah penelitian tindakan (action researct) yang dirancang dengan maksud meningkatkan kualitas perkuliahan dengan hasil nyata meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan ini juga digunakan penelitian pengembangan untuk menyusun produk yang akan digunakan dalam penelitian tindakan. Penelitian pengembangan (development research) yang digunakan menggunakan model pengembangan dari Borg dan Gell (dalam Emzir, 2010: 270). Analisis data dilakukan dengan mengggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Deskriptif kualitatif digunakan untuk mengkaji data dari observasi/pengamatan, wawancara, studi pustaka dan dokumentasi, sedangkan deskriptif kuantitatif untuk mengkaji data uji coba dari angket mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi/pengamatan, angket, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pembelajaran serta memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, serta dapat dijadikan kajian dalam penelitian selanjutnya. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat membantu dosen dan mahasiswa meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata kuliah perencanaan pembelajaran seni budaya. Adapun hasil penelitian ditemukan bahwa Pertama, pelaksanaan pembelajaran sudah berjalan baik (sesuai, jelas, terlaksana) terbukti dengan 65,3% menyatakan baik, bahkan 34,6% menyatakan sangat baik yang berarti sudah sesuai, jelas, terlaksana dan bahasan operasional. Kedua, kualitas bahan ajar dan media pembelajaran pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran menunjukkan bahwa presentase rata-rata dari penggunaan bahan ajar perencanaan pembelajaran adalah 67,4% yang menyatakan ya, artinya bahwa bahan ajar telah memenuhi kualitas sebagai bahan ajar. Ketiga, dari hasil implementasi bahan ajar dan media pembelajaran pada mata kuliah yang dapat meningkatkan kualitas hasil belajar mahasiswa diketahui bahwa rata-rata nilai dari tiga tugas mahasiswa adalah 74,5. Hal ini menunjukkan hasil belajar yang baik untuk kreteria lima kali pertemuan.
iii
ABSTRACT
The title of the grand theory of this research is the development of learning quality in the study of art and culture. this grand theory then used as a trade mark of the grand research. the research will be done in two years with the side research every year in different discussion under the subject of grand theory the development of learning quality in the study of art and culture. in the first year, both of the research done simultaniously in the two different subjects in its practice and apllication. the first research entiteld “the development of competence based material teaching in the study of art and culture” focuses on the material teaching used in the courses and the process of having suitable material for particular subject. While the second reserch entitled ”the development of media learning in the study of art and culture” focuses on the teaching and learning process to get the effective method in teaching that particular subject. The purpose of this research is to develop the quality of the learning process in the study of art and culture through the development of teaching material and media learning. This research is action research which is design to incresae the score of the students in this subject. This research is also consists of development research to produce the product of the research. The development research used Berg and Gell method as stated in (Emzir 2010: 270). The data will be analysed by descriptive qualitative and descriptive quantiative. Descriptive qualitative used to analyse these several data such as observation, interview, theory of literature, and documentation. While descriptive quantitative used to analyse the students survey. The date collection used observation, survey, and documentation. It is expected that hopefully the results of the research would increase the quality and quantity of teaching art and culture and would enlarge the development of science and become the based for the next research. Based on the research it is found out that first, the process of learning goes well; 65.3% stated good and 34.6% stated average which means that the process of learning is running well. Second, the quality of teaching material and media learning shows that 67.4% stated that the method is suitable for the subject. Third, the average score of the students in this subject is 74.5 which is considered as a good mark for five meetings.
iv
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang karena berkat dan rahmatNya akhirnya laporan penelitian dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Pada Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran Seni Budaya di Jurusan Sendratasik FBS Unesa” dapat terselesaikan dengan lancar dan baik. Penelitian ini merupakan upaya peningkatan kualitas pembelajaran pada mata kuliah yang diampu oleh peneliti. Hal ini merupakan langkah tepat untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa dapat mencapai kompetensi yang diharapkan dan sekaligus sebagai koreksi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dosen mata kuliah yang juga sebagai peneliti sehingga kelemahan dari pelaksanaan perkuliahan dapat segera diperbaiki. Dengan penelitian ini, diperoleh manfaat yang besar dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran, karena dengan penelitian ini perkuliahan yang dahulu belum memiliki buku ajar kini telah tersusun buku ajar. Disamping itu perkuliahan yang dahulu belum tersusunnya secara sestematis media pembelajarannya, kini telah tersusun media pembelajaran yang membantu mahasiswa dalam memahami materi kuliah. Hasil penelitian ini sangat besar manfaatnya bagi kami, sehingga dalam kesempatan ini perkenankan kami ucapkan terimakasih kepada banyak pihak yang telah mendukung kelancaran penelitian ini, untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada: Prof. Dr. Muchlas Samani, Rektor Unesa, Prof. Dr. H. Bambang Yulianto, M.Pd Ketua Lemlit Unesa, Prof. Dr. Setya Yuwana, M.A, Dekan FBS Unesa, dan Drs. Djoko Tutuko, M.Sn, Ketua Jurusan Sendratasik FBS Unesa. Trimakasih juga kami ucapkan kepada rekan-rekan dosen Jurusan Sendratasik yang telah memberikan dukungan dan bantuannya dalam penelitian ini. Ucapan terimakasih khusus kami sampaikan pada mahasiswa kelas Perencanaan Pembelajaran yang telah membantu dalam pelaksanaan uji coba bahan ajar maupun media pembelajaran, semoga segala bantuan yang diberikan akan mendapatkan pahala dari Allah SWT dan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Surabaya, Oktober 2011 Tim Peneliti
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR BAGAN DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN
ii iii iv v vi viii ix x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1.4.2 Manfaat Praktis 1.5 Ruang Lingkup Penelitian
1 1 4 5 6 6 7 7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran Dalam Paradigma Konstruktivistik 2.2 Perencanaan Pembelajaran 2.3 Bahan Ajar Berbasis Kompetensi 2.4 Media Pembelajaran 2.5 Pendidikan Seni Budaya
10 10 15 16 18 22
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian 3.2 Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian 3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Perencanaan Pembelajaran 3.3.2 Pelaksanaan Pembelajaran 3.3.3 Observasi Pembelajaran 3.3.4 Refleksi Pembelajaran 3.4 Data dan Sumber Data 3.5 Teknik Pengumpulan Data 3.5.1 Observasi atau Pengamatan 3.5.2 Angket 3.5.3 Dokumentasi 3.6 Analisis Data
24 24 25 25 25 26 27 28 29 30 31 31 31 31
BAB IV PENGEMBANGAN BAHAN AJAR 4.1 Proses Pengembangan 4.1.1 Tahap Pengumpulan Informasi 4.1.2 Tahap Perancangan 4.1.3 Tahap Pengembangan Produk 4.1.4 Tahap Ujicoba Lapangan dan Revisi Produk
33 33 35 35 39 40 vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Mata kuliah Perencanaan Pembelajaran merupakan mata kuliah wajib tempuh dan wajib lulus bagi mahasiswa jurusan Sendratasik FBS Unesa. Mata kuliah Perencanaan Pembelajaran diberikan karena sesuai dengan visi dan misi jurusan Sendratasik yang mencetak guru professional dalam bidangnya. Mata kuliah ini juga menjadi salah satu mata kuliah persyaratan bagi mahasiswa yang akan memprogram Praktek Pengalaman Lapangan (PPL). Tujuan akhir perkuliahan Perencanaan Pembelajaran adalah mahasiswa dapat mendesain pembelajaran dengan menyusun Silabus dan menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada mata pelajaran Seni Budaya di SMP/SMA. Dengan tujuan tersebut maka pelaksanaan perkuliahan lebih banyak menggunakan latihan terbimbing. Pelaksanaan perkuliahan Perencanaan Pembelajaran dilakukan setelah mahasiswa memprogram mata kuliah pembelajaran lain yaitu: Kajian Kurikulum, Strategi Pembelajaran, Media Pembelajaran,
dan Evaluasi Pembelajaran. Perkuliahan
Perencanaan Pembelajaran muncul pada semester enam tepatnya pada semester gasal tahun ajaran. Pada prinsipnya materi perkuliahan perencanaan sebenarnya sudah diberikan pada mata kuliah pembelajaran sebelumnya dan pada pelaksanaan perkuliahan tinggal menggabungkan pengetahuan yang telah diterima mahasiswa menjadi sebuah desain pembelajaran yang sesuai dengan tingkat pendidikan yang direncanakan. Walaupun mahasiswa telah menerima materi pelajaran pada materi
perkuliahan sebelumnya, ternyata dalam perkuliahan Perencanaan Pembelajaran masih terjadi kesulitan mahasiswa menjabarkan materi perkuliahan yang sudah pernah ditempuhnya dan pada perkuliahan Perencanaan Pembelajaran dosen harus mengulang materi-materi tersebut. Hal ini menjadi salah satu kendala yang dihadapi pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran, karena dengan pengulangan materi tersebut, maka waktu akan berkurang dan tentu saja kompetensi tidak tercapai secara maksimal. Dengan kenyataan tersebut, dosen perlu merubah strategi pembelajarannya dengan pertama menyiapkan bahan ajar berbasis kompetensi yang efektif dan efisien untuk pembelajaran, mendesain media pembelajaran, menyusun strategi pembelajaran melalui langkah-langkah pembelajaran yang efektif dan menerapkan penilaian sesuai dengan kompetensi dalam pembelajaran. Bahan ajar pada perkuliahan Perencanaan Pembelajaran pada dasarnya sudah dipersiapkan oleh dosen pengampu mata kuliah sebelum perkuliahan berlangsung. Bahan ajar yang sudah disiapkan dosen dalam bentuk power point, handout dan lembarlembar tugas. Sangat disadari bahwa bahan ajar tersebut sudah harus segera direvisi melihat perkembangan pengetahuan dan perubahan paradigma pembelajaran pada saat ini. Untuk itulah penelitian payung ini akan memfokuskan penelitian pada bahan ajar dengan melihat kompetensi yang diharapkan dan mendesain bahan ajar dengan focus pendekatan konstruktivistik. Media
pembelajaran
yang
digunakan
dalam
mata
kuliah
Perencanaan
Pembelajaran dalam bentuk lembar tugas mahasiswa dan foto-foto kegiatan belajar mengajar yang ditayangkan dalam bentuk power point melalui LCD. Foto-foto kegiatan pembelajaran di dalam kelas sebenarnya cukup efektif untuk gambaran pembelajaran baik seni drama, seni tari maupun seni musik. Tetapi kenyataannya media tersebut perlu
2
dikembangkan dalam bentuk lebih kongkrit lagi tentang pembelajarannya, sehingga asumsi peneliti dengan multimedia berupa video pembelajaran akan lebih nyata dan kongkrit lagi. Dengan demikian, pengembangan media pembelajaran perlu dilakukan oleh dosen mata kuliah perencanaan pembelajaran. Strategi pembelajaran sangat penting dilakukan dalam pembelajaran untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran dalam mata kuliah perencanaan pembelajaran adalah langkah-langkah yang dilakukan dosen dalam pelaksanaan pembelajarannya. Langkah-langkah tersebut lebih lanjut diterapkan diantaranya dalam model pembelajaran
langsung dan model pembelajaran kooperatif.
Model
pembelajaran langsung dan model pembelajaran kooperatif sebenarnya sudah cukup efektif diterapkan dengan karakteristik kelas yang hiterogen (konsentrasi seni musik, tari dan drama), tetapi kedua model tersebut belum mewadahi pendekatan konstruktivistik yang seharusnya mulai diterapkan. Mahasiswa masih banyak menerima materi dengan apa yang diberikan oleh dosen sehingga proses belajar mengajar masih terasa monoton. Hasil belajar mahasiswa dengan penerapan model pembelajaran langsung dan model pembelajaran kooperatif pada semester gasal 2010/2011 menunjukkan 40,5% mahasiswa menguasai materi dengan baik dengan nilai tugas diatas 80, 28,5% mahasiswa menguasai materi sedang saja dengan nilai antara 70-80, sedangkan 31% lainnya kurang dapat menguasai materi dengan baik karena nilainya kurang dari 70. Penilaian dalam perkuliahan perencanaan pembelajaran masih cukup konvensional dengan penilaian tugas, partisipasi, UTS dan UAS. Dalam penilaian pembelajaran sangat disadari dosen pengampu belum menerapkan bentuk dan teknik penilaian yang seharusnya diterapkan juga dalam pembelajaran. Hal ini terjadi karena waktu dalam
3
pembelajaran yang belum efektif karena banyak waktu yang terbuang untuk mengulang materi perkuliahan sebelumnya. Melalui pengembangan bentuk dan teknik penilaian dalam pembelajaran yang lebih terdesain dengan baik, maka pembelajaran akan dapat berjalan dengan baik pula dan mahasiswa akan lebih kongkrit mendapatkan gambaran penilaian untuk diterapkan dalam RPPnya. Dengan melihat kenyataan pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar mahasiswa tersebut, maka sebagai dosen pengampu mata kuliah harus segera memperbaiki komponen-komponen pembelajarannya, dan diantara komponen tersebut adalah mengembangkan bahan ajar, media pembelajaran, strategi pembelajaran dan penilaian dalam pembelajaran agar pembelajaran lebih efektif dan efisien. Perbaikan komponen pembelajaran memerlukan waktu untuk mendapatkan hasil yang baik sehingga pada konsep penelitian ini akan dirancang dalam dua tahun kegiatan. Penelitian tahun pertama akan berkonsentrasi pada bahan ajar dan media pembelajaran, sedangkan tahun kedua akan difokuskan pada strategi pembelajaran dan penilaian dalam pembelajaran.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ini dirancang untuk dua tahun penelitian dengan mengkaji kualitas pembelajaran melalui produk pengembangan yang berbeda. Pada tahun pertama akan melihat kualitas pembelajaran dengan produk pengembangan bahan ajar dan media pembelajaran, sedangkan pada tahun kedua akan melihat kualitas pembelajaran melalui produk pengembangkan strategi pembelajaran dan penilaian dalam mata kuliah perencanaan pembelajaran di jurusan Sendratasik FBS Unesa.
4
Berdasarkan pernyataan dan latar belakang penelitian di atas, maka untuk tahun pertama penelitian ini akan memfokuskan pada kualitas pembelajaran dengan produk pengembangan bahan ajar dan media pembelajaran yang masing-masing juga dikembangkan tersendiri dalam penelitian pendamping. Adapun rumusan masalah dalam penelitian tentang kualitas pembelajaran tahun pertama ini adalah sebagai berikut: 1.2.1 Bagaiman proses pengembangan bahan ajar pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran di Jurusan Sendratasik FBS Unesa? 1.2.2 Bagaimana efektifitas bahan ajar pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran di Jurusan Sendratasik FBS Unesa? 1.2.3 Bagaiman proses pengembangan media pembelajaran pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran di Jurusan Sendratasik FBS Unesa? 1.2.4 Bagaimana efektifitas media pembelajaran pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran di Jurusan Sendratasik FBS Unesa? 1.2.5
Apakah produk pengembangan bahan ajar dan media pembelajaran dapat meningkatkan kualitas hasil belajar mahasiswa?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Seni Budaya di jurusan Sendratasik FBS Unesa. Pelaksanaan perkuliahan akan dapat berhasil dengan baik apabila semua komponen dalam pembelajaran berfungsi dengan baik. Untuk itu faktor persiapan dosen perlu mendapatkan perhatian khusus meliputi persiapan silabus, GBRP/SAP, dan perangkat pembelajarannya. Untuk mendukung keberhasilan komponen tersebut, bahan
5
ajar dan media yang digunakan oleh dosen merupakan komponen penting untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Sesuai dengan latar belakang dan pernyataan tersebut, tujuan khusus penelitian ini dalam upaya menjaga kualitas perkuliahan adalah sebagai berikut. 1.3.1 Mendeskripsikan proses pengembangan bahan ajar pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran di Jurusan Sendratasik FBS Unesa. 1.3.2 Menjelaskan efektifitas bahan ajar pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran di Jurusan Sendratasik FBS Unesa. 1.3.3 Mendeskripsikan proses pengembangan media pembelajaran pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran di Jurusan Sendratasik FBS Unesa. 1.3.4 Menjelaskan efektifitas media pembelajaran pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran di Jurusan Sendratasik FBS Unesa. 1.3.5 Menjelaskan produk pengembangan bahan ajar dan media pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas hasil belajar mahasiswa.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Secara
teoritis
penelitian
ini
diharapkan
dapat
meningkatkan
kualitas
pembelajaran pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran di jurusan Sendratasik FBS Unesa. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada prinsipnya mencakup beberapa komponen pembelajaran, yaitu: dosen (pengetahuan dan ketrampilan), mahasiswa (motivasi, kemampuan, ketrampilan), tujuan (kompetensi pembelajaran), strategi pembelajaran (metode dan model pembelajaran), materi pembelajaran (ketersediaan bahan ajar), media pembelajaran, dan penilaian pembelajaran (efektif mencapai
6
kompetensi). Pada penelitian pertama ini akan membatasi komponen pembelajaran pada materi/bahan ajar dan media pembelajaran karena keterbatasan waktu penelitian. Melalui bahan ajar dan media pembelajaran yang tersusun dengan baik dan sesuai dengan kompetensi dalam perkuliahan diharapkan akan meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran sehingga akan memberikan dampak positif terhadap persiapan mahasiswa dalam terjun di masyarakat nantinya.
1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini dimaksudkan dapat bermanfaat bagi dosen pengampu matakuliah dan mahasiswa yang mengikuti perkuliahan Perencanaan Pembelajaran. Bagi dosen pengampu matakuliah adalah dapat selalu intropeksi kelemahan perkuliahannya dan segera memperbaiki melalui inovasi-inovasi dalam pembelajarannya. Disamping itu, bagi dosen pengampu mata kuliah adalah tersusunnya bahan ajar dan media pembelajaran akan semakin memudahkan dosen menyampaikan materi, sehingga kompetensi matakuliah dapat tercapai dengan baik. Bagi mahasiswa hasil penelitian berupa bahan ajar dan media pembelajaran dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam membantu menjelaskan materi perkuliahan, sehingga diharapkan memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas perkuliahan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi sebagai berikut: 1.5.1 Subjek penelitian adalah mahasiswa yang memprogram dan mengikuti perkuliahan Perencanaan Pembelajaran di Jurusan Sendratasik FBS Unesa Semester Gasal 2011/2012.
7
1.5.2 Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Oktober tahun 2011 dengan jadwal penelitian bulan April sampai dengan Agustus adalah menyusun perangkat pembelajaran, menyusun instrument penelitian, menyusun bahan ajar, menyusun media pembelajaran, hingga validasi bahan ajar dan media pembelajaran draft 1. Pada bulan September hingga Oktober dilakukan ujicoba bahan ajar dan media pembelajaran dalam kelas. 1.5.3 Ujicoba bahan ajar dan media pembelajaran dilakukan dua kali dengan materi kegiatan pembelajaran satu sampai dengan tiga, artinya sebenarnya masih ada tiga kegiatan pembelajaran yang belum divalidasi dan diujicobakan karena waktu. Perkuliahan masih berjalan selama enam pertemuan tetapi batas waktu penelitian telah selesai dan harus dilaporkan. Tetapi penelitian ini akan tetap dilanjutkan hingga implementasi bahan ajar dan media pembelajaran terselesaikan dengan sangat berharap penelitian tahun kedua dapat dilanjutkan sehingga laporan penelitian tahun kedua akan benar-benar tuntas sebagai penelitian payung. 1.5.4 Bahan Ajar dalam penelitian ini adalah buku ajar yang disusun dan digunakan untuk membantu dosen dalam melaksanakan perkuliahan. Dalam buku ajar mencakup kompetensi yang diharapkan dalam perkuliahan perencanaan pembelajaran, materi perkuliahan, dan latihan- latihan sebagai tugas terstruktur mahasiswa baik secara individu maupun berkelompok. 1.5.5 Media Pembelajaran adalah sumber belajar yang digunakan dosen untuk membantu memperjelas pengertian yang ada dalam buku ajar. Media pembelajaran dalam penelitian ini dalam bentuk power point materi perkuliahan yang dijabarkan dari buku ajar dan video model pembelajaran yang dipilih dari best practice pembelajaran seni musik Direktorat Sekolah Menengah Pertama.
8
1.5.6 Penelitian payung dalam penelitian ini adalah grandresearch yang memayungi dua
penelitian
pengembangan,
yaitu
pengembangan
bahan
ajar
dan
pengembangan media pembelajaran pada perkuliahan perencanaan pembelajaran. Sedangkan payung penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang melihat secara khusus pada peningkatan kualitas hasil belajar mahasiswa dengan menggunakan produk pengembangan bahan ajar dan media pembelajaran.
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Belajar dan Pembelajaran Dalam Paradigma Konstruktivistik Dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami, mengerti dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu (Fudyartanto, 2002). Belajar dalam pengertian psikologis merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dari hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slamento (2003:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Kimble (dalam Hergenhahn, 2008: 2) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relative permanent di dalam behavioral potentiality (potensi behavioral) yang terjadi sebagai akibat dari reinforced practice (praktek yang diperkuat). Sedangkan pembelajaran merupakan proses interaksi yang terjadi antara peserta didik dengan pendidik di dalam kelas atau lingkungan belajar. Sebagai sebuah proses interaksi, dengan pembelajaran akan terjadi proses pemerolehan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang akan membantu peserta didik untuk dapat melakukan belajar dengan baik. Keberhasilan pembelajaran di dalam kelas tergantung pada motivasi peserta didik dan kreativitas pendidik. Karena peserta didik yang memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar akan lebih mudah menerima pelajaran di dalam kelas. Demikian juga jika
10
pendidik memiliki kreativitas yang baik dalam pembelajarannya, maka pembelajaran akan berlangsung dengan baik dan terjadi interaksi positif dengan peserta didik yang akan berdampak positif pula terhadap hasil belajar dan kualitas pembelajaran sehingga tercapailah tujuan pembelajarannya. Belajar dan pembelajaran adalah inti dari pendidikan yang merupakan proses yang komplek dipengaruhi oleh berbagai factor. Faktor yang mempengaruhi belajar dan pembelajaran di dalam kelas yang dikenal dengan komponen dalam pembelajaran meliputi: tujuan pembelajaran, karakteristik guru, karakteristik siswa, model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, dan sarana prasarana. Pembelajaran menurut paradigma konstruktivistik menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan bersifat sementara sebagai proses regulasi dan pengalaman kongkrit atau wacana kolaboratif dan interpretasi merupakan keberhasilan dalam belajar. Belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik untuk membangun pengetahuannya. Peserta didik
sendiri yang bertanggung jawab atas peristiwa belajar dan hasil belajarnya.
Peserta didik sendiri yang melakukan penalaran melalui seleksi dan organisasi pengalaman serta mengintegrasikannya dengan apa yang telah diketahui. Prinsip dasar paradigma konstruktivistik dikemukakan oleh Suparno (Trianto, 2009; 18-19) adalah sebagai berikut: 1)
Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa baik secara personal maupun social.
2)
Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa menalar.
3)
Siswa aktif mengkonstruksi terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
11
4)
Guru berperan sebagai fasilitator menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi pengetahuan siswa berjalan mulus.
Pandangan konstruktivistik menurur Hudojo (trianto, 2009;19) mempunyai cirri sebagai berikut: 1) siswa terlibat aktif dalam belajar materi (pengetahuan) secara bermakna dengan bekerja dan berpikir, dan 2) informasi baru harus dikaitkan dengan informasi sebelumnya sehingga menyatu dengan skema yang dimiliki siswa. Dengan pandangan konstruktivistik mengimplikasikan penyediaan lingkungan belajar yang konstruktif yang dijabarkan sebagai berikut: 1) menyediakan pengalaman belajar yang mengaitkan pengalaman baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sehingga belajar merupakan proses pembentukan pengetahuan. 2) menyediakan berbagai alternative pengalaman belajar. 3) mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi realistic dan relevan dengan melibatkan pengalaman kongkrit. 4) mengintegrasikan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi dan kerjasama antar siswa. 5) memanfaatkan berbagai media agar pembelajaran lebih menarik 6) melibatkan siswa secara emosional dan social sehingga pembelajaran lebih menarik dan siswa mau belajar.
Setyasa (2007) menjelaskan tentang paradigma konstruktivistik merupakan basis reformasi pendidikan saat ini karena pembelajaran lebih mengutamakan penyelesaian masalah, mengembangkan konsep, konstruksi solusi ketimbang menghafal prosedur dan
12
menggunakannya untuk memperoleh satu jawaban benar. Pembelajaran lebih dicirikan oleh aktivitas eksperimentasi, pertanyaan-pertanyaan, investigasi, hipotesis, dan model yang dibangkitkan oleh siswa sendiri. Secara umum, terdapat lima prinsip dasar yang melandasi kelas konstruktivistik, yaitu (1) meletakkan permasalahan yang relevan dengan kebutuhan siswa, (2) menyusun pembelajaran di sekitar konsep-konsep utama, (3) menghargai pandangan siswa, (4) materi pembelajaran menyesuaikan terhadap kebutuhan siswa, (5) menilai pembelajaran secara kontekstual. Lebih lanjut dijelaskan Setyasa tentang cirri-ciri guru konstruktifistik adalah: 1) Menghargai otonomi dan inisiatif siswa. 2) Menggunakan data primer dan bahan manipulatif dengan penekanan pada keterampilan berpikir kritis. 3) Mengutamakan kinerja siswa berupa mengklasifikasi, mengananalisis, memprediksi, dan mengkreasi dalam mengerjakan tugas. 4) Menyertakan respon siswa dalam pembelajaran dan mengubah model atau strategi pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi pelajaran. 5) Menggali pemahaman siswa tentang konsep-konsep yang akan dibelajarkan sebelum sharing pemahamannya tentang konsep-konsep tersebut. 6) Menyediakan peluang kepada siswa untuk berdiskusi baik dengan dirinya maupun dengan siswa yang lain. 7) Mendorong sikap inquiry siswa dengan pertanyaan terbuka yang menuntut mereka untuk berpikir kritis dan berdiskusi antar temannya. 8) Mengelaborasi respon awal siswa. 9) Menyertakan siswa dalam pengalaman-pengalaman yang dapat menimbulkan kontradiksi terhadap hipotesis awal mereka dan kemudian mendorong diskusi.
13
10) Menyediakan kesempatan yang cukup kepada siswa dalam memikirkan dan mengerjakan tugas-tugas. 11) Menumbuhkan sikap ingin tahu siswa melalui penggunaan model pembelajaran yang beragam. Pendekatan konstruktivistik sangat tepat diterapkan dalam pembelajaran saat ini hal itu sependapat dengan Aunurrahman (2009:15-16) yang mengatakan bahwa konstruktivisme merupakan respon terhadap perkembangan harapan-harapan baru berkaitan dengan proses pembelajaran yang menginginkan peran aktif siswa dalam merekayasa dan memprakarsai kegiatan belajarnya sendiri. Muijs (2008:105) menjelaskan tentang format dalam pembelajaran konstruktivis dengan menyandingkannya dalam pembelajaran tradisional seperti dalam table berikut: Tabel 1: Kelas Konstruktivis Versus Tradisional Kelas Konstruktivis Versus Tradisional Brooks dan Brooks (1999) memberikan perbandingan menarik antara kelas konstruktivis dan tradisional Tradisional Konstruktivis Kegiatan-kegiatannya terutama Kegiatan-kegiatannya terutama bersandar bersandar pada teksbooks pada materi-materihands-on Prosentasi materi dimulai dengan Presentasi materi dimulai dengan bagian-bagian, kemudian pindah keseluruhan, kemudian pindah ke bagiankeseluruhan bagian Menekankan pada ketrampilanMenekankan pad aide-ide dasar ketrampilan dasar Guru menekankan tentang harus Guru mengikuti pertanyaan-pertanyaan diikutinya kurikulum yang pasti murid Guru mempresentasikan informasi Guru menyiapkan sebuah lingkungan kepada murid belajar, dimana murid dapat menemukan pengetahuan Guru berusaha membuat murid Guru berusaha membuat murid memberikan jawaban yang benar mengungkapkan sudut-sudut pandang dan pemahaman mereka, sehingga mereka dapat memahami pembelajaran mereka Asesmen dilihat sebagai suatu kegiatan Asesmen dilihat sebagai sebuah kegiatan tersendiri dan terjadi melalui testing yang diintegrasikan dengan belajar mengajar, dan terjadi melalui portofolio dan observasi 14
2.2 Perencanaan Pembelajaran Perencanaan adalah menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dan dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran (Majid, 2005:15). Sedangkan pembelajaran merupakan proses interaksi yang terjadi antara peserta didik dengan pendidik di dalam kelas atau lingkungan belajar. Sebagai sebuah proses interaksi, dengan pembelajaran akan terjadi proses pemerolehan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang akan membantu peserta didik untuk dapat melakukan belajar dengan baik. Konsep perencanaan yang komprehensif menurut Harjanto (1997:5) yang disebut dimensi-dimensi perencanaan meliputi: 1) Signifikasi atau berdasarkan tujuan. 2) Feabilitas artinya disusun berdasarkan pertimbangan realistis baik yang berkaitan dengan biaya maupun implementasinya. 3) Relevansi artinya memungkinkan penyelesaian persoalan secara spesifik pada waktu yang tepat sesuai tujuan 4) Kepastian artinya dapat mengurangi kejadian-kejadian yang tidak terduga. 5) Ketelitian mempertimbangkan ketelitian dan kaitan yang terjadi antara berbagai komponen. 6) Adaptabilitas artinya bersifat dinamis dan fleksibel. 7) Waktu untuk memprediksi masa kini dalam kaitannya dengan masa depan. 8) Monitoring untuk menjamin berbagai komponen bekarja secara efektif. 9) Isi perencanaan merujuk hal-hal yang direncanakan.
15
Perencanaan pembelajaran pada prinsipnya sangat penting untuk membantu guru dan siswa dalam menata, mengorganisasi dan juga mengkreasikan pembelajarannya sehingga memungkinkan interaksi belajar mengajar terjadi dengan baik dalam rangka mencapai tujuan pembelajarannya. Najid (2005:17) menjelaskan bahwa perencanaan pengajaran merupakan proses menyusun materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan Pembelajaran dalam penelitian ini adalah nama mata kuliah di Jurusan Sendratasik FBS Unesa yang merupakan mata kuliah wajib untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan dalam merencanakan pembelajaran di dalam kelas. Tujuan mata kuliah perencanaan pembelajaran adalah penguasaan pengetahuan dan ketrampilan merencanakan pembelajaran Seni Budaya baik untuk tingkat SMP maupun tingkat SMA.
2.3 Bahan Ajar berbasis Kompetensi Bahan ajar dalam proses belajar mengajar memiliki peranan yang sangat penting sebagai representasi dari penjelasan guru di depan kelas. Peranan bahan ajar adalah memberikan keterangan guru, menyampaikan uraian yang harus disampaikan guru, dan informasi yang harus disampaikan guru. Bahan ajar berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis yang digunakan untuk membantu guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan ajar berdasarkan teknologi yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu:
16
1) Bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. 2) Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. 3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film. 4) Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).
Pemilihan bahan ajar harus disesuaikan dengan materi pembelajaran yang disesuaikan juga dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam pembelajaran. Pemilihan bahan ajar harus mempertimbangkan
siswa sebagai
pihak yang
menggunakannya dan mempertimbangkan dengan benar bahwa bahan ajar benar-benar dapat menunjang ketrcapaian tujuan pembelajaran. Diantara kreteria bahan ajar adalah: 1) Menimbulkan minat baca 2) Menjelaskan tujuan instruksional 3) Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel 4) Struktur berdasarkan kebutuhan siswa dan kompetensi akhir yang akan dicapai. 5) Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih 6) Dikemas untuk proses instruksional 7) Mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari siswa Sesuai dengan peranannya, keberadaan bahan ajar adalah sebagai: 1)representasi sajian guru, 2) sebagai sarana pencapaian standar kompetensi, kompetensi dasar,
17
standar kompetensi lulusan, dan 3) sebagai pengoptimalan pelayanan terhadap peserta didik. Prinsip bahan ajar adalah relevansi atau keterkaitan materi dengan kompetensi, konsistensi adalah ketaatan azas dalam penyusunannya, dan kecukupan adalah materi hendaknya cukup memadai untuk pencapaian kompetensi.
2.4 Media Pembelajaran Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee, 1997). Briggs menyebutkan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi Martin dan Briggs (dalam Depdiknas, 2008) menyatakan bahwa media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan mahasiwa. Media dapat berupa perangkat keras seperti komputer, proyektor, televisi, tape recorder, dan perangkat lunak yang digunakan dalam perangkat-perangkat keras tersebut. Dengan demikian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan bahan pembelajaran, sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan mahasiswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Berkaitan dengan hal diatas maka perlu adanya media yang memudahkan dosen dalam mengajar. Karena media adalah segala sesuatu yang bisa membantu,
18
meringankan, memudahkan, dan melancarkan apapun aktivitas yang kita lakukan. Penelitian ini berusaha mengembangkan media visual dalam pembelajaran. Dimana dosen menampilkan materi melalui media visual yaitu power point. Media berasal dari kata latin ‘medium’ yang berarti ‘diantara’ ,suatu istilah yang menunjukkan segala sesuatu yang membawa informasi antara sumber dan penerima, (Sukamto dalam Depdiknas, 2008:3). Lebih lanjut, media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee, 1997). Briggs menyebutkan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang mahasiswa untuk belajar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi. Dalam praktiknya, antara materi pembelajaran tidak dapat dipisahkan dan sering tampil secara bersamaan karena memang konsep dasar antara keduanya tidak dapat dipisahkan.Materi pembelajaran akan lebih bermakna, lebih konkret, dan lebih mudah dimengerti mahasiswa apabila penyampaiannya disertai dengan sarana media yang sesuai dengan materi atau bahan pembelajaran. Media pembelajaran adalah alat atau materi lain yang menyajikan bentuk informasi secara lengkap dan dapat menunjang proses belajar mengajar. Lebih lanjut, Muddlofir (dalam Munadi, 2008:37) menyatakan bahwa media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar yaitu sebagai komponen sistem instruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik yang bisa mempengaruhi hasil belajar. Secara umum media dalam pendidikan mempunyai kegunaan antara lain : dapat memperjelaspenyajian pesan agar tidak bersifat verbalistik dan mengatasi keterbatasan
19
ruang, waktu, dan daya indera, seperti: obyek terlalalu besar atau kecil, gerak terlalu lambat atau cepat, kejadian atau peristiwa yang lampau dapat di ditampilkan lewat rekaman
film/video/foto
maupun
secara
verbal.
Penggunaan
media
dalam
pendidikan/pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif seseorang dalam belajar, karena dapat menimbulkan kegairahan dan semangat belajar, interaksi langsung dengan obyek nyata, memungkinkan anak didik dapat belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya (Arief S dkk, 1986:17-18) Jenis-jenis media pembelajaran dapat dikelompokkan dalam: 1. Media Visual Media visual berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol visual. Selain itu, fungsi media visual adalah untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, menggambarkan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan jika tidak divisualkan. Beberapa media yang termasuk media visual adalah: a. Gambar atau foto Gambar atau foto merupakan bahasa yang umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana saja oleh siapa saja. b. Sketsa Sketsa merupakan gambar draft kasar yang menyajikan bagian-bagian pokoknya saja tanpa detail. Sketsa selain dapat menarik perhatian peserta atau siswa juga dapat menghindari verbalisme dan dapat memperjelas penyampaian pesan. c. Diagram Berfungsi sebagai penyederhana sesuatu yang kompleks sehingga dapat memperjelas penyajian pesan. Isi diagram pada umumnya berupa petunjuk-
20
petunjuk. Sebagai suatu gambar sederhana yang menggunakan garis dan simbol, diagram menggambarkan struktur dari objeknya secara garis besar, menunjukkan hubungan yang ada antar komponennya atau sifat-sifat proses yang ada. d. Bagan/Chart Bagan atau chart berfungsi untuk menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit jika hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual. Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu presentasi. Dalam bagan biasanya kita menjumpai jenis media visual lain seperti gambar, diagram, atau lambanglambang verbal. e. Grafik Grafik merupakan gambar sederhana yang menggunakan titik-titik, garis atau simbol-simbol verbal yang berfungsi untuk menggambarkan data kuantitatif secara teliti, menerangkan perkembangan atau perbandingan sesuatu objek atau peristiwa yang saling berhubungan secara singkat dan jelas. Dengan menggunakan grafik kita dapat melakukan analisis dengan cepat, interpretasi dan perbandingan data-data yang disajikan baik dalam hal ukuran, jumlah, pertumbuhan dan arah. 2. Multimedia Vaughan (2004) menjelaskan bahwa multimedia adalah sembarang kombinasi yang terdiri atas teks, seni grafik, bunyi, animasi dan video yang diterima oleh pengguna melalui komputer. Sejalan dengan hal di atas, Heinich et al (2005) multimedia merupakan penggabungan atau pengintegrasian dua atau lebih format media yang berpadu seperti teks, grafik, animasi, dan video untuk membentuk aturan informasi
21
ke dalam sistem komputer. Namun kelemahan dari media ini adalah harus didukung oleh peralatan memadai seperti LCD projektor dan adanya aliran listrik. Keuntungan penggunaan multimedia dalam pembelajaran diantaranya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep abstrak dengan lebih mudah, selain itu juga penggunaan media komputer dalam bentuk multimedia dapat memberikan kesan yang positif kepada guru karena dapat membantu guru menjelaskan isi pelajaran kepada pelajar, menghemat waktu dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
2.5 Pendidikan Seni Budaya Pendidikan Seni Budaya merupakan salah satu kelompok mata pelajaran estetika yang bertujuan membentuk karakter peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya. Tujuan mata pelajaran Seni Budaya adalah: 1. Memahami konsep dan pentingnya seni budaya 2. Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya 3. Menampilkan kreativitas melalui seni budaya 4. Menampilkan peran serta dalam seni budaya dalam tingkat lokal, regional, maupun global. Ruang lingkup mata pelajaran Seni Budaya adalah: 1. Seni rupa, mencakup keterampilan dalam menghasilkan karya seni rupa murni dan terapan 2. Seni musik, mencakup kemampuan untuk menguasai olah vokal, memainkan alat musik, berkarya dan apresiasi karya musik
22
3. Seni tari, mencakup keterampilan gerak berdasarkan eksplorasi gerak tubuh dengan dan tanpa rangsangan bunyi, berkarya dan apresiasi terhadap gerak tari 4. Seni teater, mencakup keterampilan olah tubuh, olah pikir, dan olah suara yang pementasannya memadukan unsur seni musik, seni tari dan seni peran.
Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) Estetika untuk masingmasing satuan pendidikan selengkapnya adalah sebagai berikut: SD/MI/SDLB*/Paket A 1. Menunjukkan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya lokal SMP/MTs/SMPLB*/Paket B 1. Memanfaatkan lingkungan untuk kegiatan apresiasi seni 2. Menghargai karya seni, budaya, dan keterampilan sesuai dengan kekhasan lokal 3. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis karya seni
SMA/MA/SMALB*/Paket C 1. Memanfaatkan lingkungan untuk kegiatan apresiasi dan kreasi seni 2. Menunjukkan apresiasi terhadap karya seni 3. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis karya seni 4. Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok
SMK/MAK 1. Memanfaatkan lingkungan untuk kegiatan apresiasi dan kreasi seni 2. Menunjukkan apresiasi terhadap karya seni 3. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis karya seni 4. Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok
23
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Penelitian dengan judul ”Peningkatan Kualitas Pembelajaran Pada Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran Seni Budaya di Jurusan Sendratasik FBS Unesa” ini merupakan penelitian tindakan, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian akan dilakukan secara bersama dengan dua penelitian pendamping yaitu penelitian pemgembangan bahan ajar dan pengembangan media pembelajaran yang menghasilkan produk penelitian bahan ajar dan media pembelajaran. Penelitian pengembangan bahan ajar dan pengembangan media pembelajaran pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran menggunakan prosedur atau langkah pelaksanaan pengembangan dari Borg dan Gell (dalam Emzir, 2010: 270). Kesepuluh langkah Borg dan Gell adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Pengembangan Penelitian Borg dan Gall Langkah Utama Borg dan Gall Penelitian dan pengumpulan informasi (research and information collecting) Perencanaan (planning) Pengembangan bentuk awal produk (devellop preliminary form of produk) Uji lapangan dan revisi produl (field testing and product revision)
10 langkah Borg dan Gall 1. Penelitian dan pengumpulan informasi 2. Perencanaan 3. Pengembangan bentuk awal produk
4. Uji lapangan awal 5. Revisi produk 6. Uji lapangan utama 7. Revisi produk operasional 8. Uji lapangan operasional product 9. Revisi product akhir
Revisi produk akhir (final revision) Diseminasi dan implementasi 10. diseminasi dan implementasi (disemination and implementation)
24
Produk penelitian pendamping hasil pengembangan tersebut yang selanjutnya akan digunakan sebagai inovasi dalam memecahkan masalah dalam perkuliahan perencanaan pembelajaran.
3.2 Tempat, Waktu, dan Subjek penelitian Penelitian ini dilakukan di Jurusan Sendratasik FBS Unesa. Penelitian dilakukan dalam kelas mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Seni Budaya. Waktu penelitian dilakukan selama 8 bulan dengan empat bulan pertama mengidentifikasi, menyiapkan instrument dan menyusun perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian. Penerapan penelitian di kelas dilaksanakan pada semester gasal perkuliahan sesuai dengan jadwal kemunculan dari mata kuliah perencanaan pembelajaran.
3.3 Prosedur Penelitian Penelitian ini dirancang dalam dua siklus dengan harapan diperoleh peningkatan hasil belajar mahasiswa dengan menggunakan bahan ajar dan media pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian pendamping. Adapun prosedur penelitian tindakan yang digunakan adalah sebagai berikut: 3.3.1 Perencanaan Pembelajaran Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dasar refleksi awal dari pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan pada semester terdahulu melalui hasil belajar berupa nilai matakuliah dan data pengetahuan awal dari mahasiswa yang memprogram dan mengikuti perkuliahan perencanaan pengajaran yang diperoleh dari angket. Hasil belajar berupa nilai yang diperoleh selanjutnya dijadikan dasar kelemahan dari pencapaian hasil belajar mahasiswa, sementara data pengetahuan
25
mahasiswa
sebelum
perkuliahan
dimulai
digunakan
untuk
menentukan
pendalaman materi pada yang selanjutnya sebagai dasar menyusun bahan ajar. Dengan teridentifikasinya permasalahan dalam penelitian maka langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah menyusun rencana mengatasi permasalahan dalam penelitian. Langkah tersebut adalah melalui dua kegiatan penelitian sebagai produk awal yang akan digunakan dalam upaya meningkatkan kualitas belajar mahasiswa. Penelitian pertama yang selanjutnya disebut sebagai penelitian pendamping satu, mengembangkan bahan ajar pada mata kuliah perencanaan pengajaran. Penelitian pendamping dia mengembangkan media pembelajaran yang digunakan dalam perkuliahan perencanaan pembelajaran. Sementara kedua penelitian pendamping berlangsung, peneliti menyusun kompetensi mata kuliah, menyusun GBRP/SAP mata kuliah, membuat lembar observasi untuk pengamatan, mempersiapkan alat evaluasi untuk mengukur dan mengetahui ketercapaian pembelajaran, dan mempersiapkan instrument penelitian (terlampir).
3.3.2 Pelaksanaan pembelajaran Pelaksanaan kegiatan dalam tiap tahap yang dimulai dari dosen menyampaikan materi, melakukan tindakan dalam kelas dan mahasiswa melakukan sesuai arahan dosen. Mengingat penelitian ini adalah penelitian tindakan yang subjek penelitian adalah mahasiswa dalam kelas pembelajaran yang sama dengan dua penelitian pendamping dan jadwal kuliah hanya muncul pada semester gasal saja, maka tiga penelitian dilakukan secara bersama dengan permasalahan kajian yang berbeda.
26
Penerapan tindakan pada penelitian ini yang pertama dilaksanakan pada tanggal 19 September 2011 tepatnya pada pertemuan kedua perkuliahan perencanaan pembelajaran.
Dosen
matakuliah
perencanaan
pembelajaran
menerapkan
pembelajaran sesuai dengan rancangan pembelajaran yang disusun dengan menggunakan bahan ajar dan media pembelajaran yang disusun tim peneliti pendamping yang selanjutnya disebut draft 1. Setelah memperbaiki draft 1, pelaksanaan tindakan kedua dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2011. Pada pelaksanaan pembelajaran menggunakan rancangan pembelajaran yang disusun dengan menggunakan bahan ajar dan media pembelajaran dari tim peneliti pendamping dan tentunya dengan materi pembelajaran lanjutan.
3.3.3 Observasi Pembelajaran Observasi dilakukan dalam proses pembelajaran terhadap dosen dan mahasiswa dengan menggunakan lembar observasi untuk melihat berlangsungnya PBM. Bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran, dosen matakuliah melakukan pembelajaran di kelas, semestara tim peneliti bersama dosen serumpun mengamati pelaksanaan pembelajaran di kelas dan siap dengan instrument observasi pelaksanaan perkuliahan. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus kedua atau tepatnya setelah penyampaian materi perkuliahan selesai, peneliti menyebarkan angket kepada mahasiswa untuk mengetahui efektifitas pembelajaran dengan bahan ajar dan media pembelajaran hasil pengembangan penelitian. Selanjutnya dari hasil observasi tersebut dianalisis dan disimpulkan hasilnya.
27
3.3.4 Refleksi Pembelajaran Hasil observasi, pelaksanaan pembelajaran, dan angket efektifitas penggunaan bahan ajar dan media pembelajaran selanjutnta dikumpulkan dan dianalisis. Hasil analisis dijadikan bahan
refleksi untuk melihat sejauh mana pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar dan media pembelajaran hasil penelitian pendamping. Selanjutnya dari hasil refleksi digunakan untuk bahan penyusunan laporan penelitian Bagan 3.1 Rancangan Penelitian Peningkatan Kualitas Pembelajaran 1. Perencanaan Pembelajaran - Menyusun GBRP/SAP mata kuliah untuk tiap siklus. - Membuat lembar observasi untuk pengamatan. - Mempersiapkan alat evaluasi untuk mengukur dan mengetahui ketercapaian pembelajaran - Mempersiapkan instrument penelitian.
2.Pelaksanaan Pembelajaran Uji coba Produk Hasil Pengembangan dalam pembelajaran (Bahan Ajar dan Media Pembelajaran)
3.Observasi Pembelajaran - Observasi pelaksanaan pembelajaran pada mahasiswa, dosen dan pembelajarannya.
4.Refleksi Pembelajaran - Melihat efektifitas pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar dan media hasil penelitian pendamping (hasil refleksi digunakan untuk melakukan siklus ke dua)
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN
28
3.4 Data dan Sumber Data Data penelitian ini berasal dari: 1) pelaksanaan proses belajar mengajar pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran, 2) efektifitas bahan ajar dan media pembelajaran pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran, dan 3) implementasi bahan ajar dan media pembelajaran sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran. 3.4.1 Data pelaksanaan proses belajar mengajar pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Data tentang proses belajar mengajar pada mata kuliah perencanaan pembelajaran berupa rangkaian deskripsi kegiatan dan hasil kegiatan mulai dari tahap identifikasi, pelaksanaan siklus dan hasil pelaksanaan tindakan. Dalam proses pembelajaran terdapat hasil observasi dari observer teman serumpun. 3.4.2 Data kualitas bahan ajar dan media pembelajaran pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Data tentang kualitas bahan ajar dan media pembelajaran diperoleh dari data penelitian pendamping tentang pengembangan bahan ajar dan pengembangan media pembelajaran. Dalam data tersebut juga terdapat data dari validator tentang bahan ajar dan media pembelajaran. Untuk melihat kualitas bahan ajar dan media pembelajaran yang dikembangkan dilakukan penilaian oleh pemakai, yaitu mahasiswa yang memprogram dan mengikuti perkuliahan perencanaan pembelajaran. 4.3.3 Data implementasi bahan ajar dan media pembelajaran pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran.
29
Data tentang implementasi bahan ajar dan media pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran diperoleh dari hasil belajar mahasiswa dalam bentuk tugas-tugas yang diberikan.
3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi, dokumentasi, dan kuesioner atau angket. Pengumpulan data melalui observasi digunakan untuk melihat secara langsung pelaksanaan pembelajaran di kelas. Pengumpulan data melalui wawancara dilakukan pada mahasiswa dan dosen serumpun untuk mengetahui pendapat mahasiswa dan dosen tentang pelaksanaan pembelajaran. Pengumpulan data melalui dokumentasi dalam penelitian ini adalah data dalam bentuk Silabus dan SAP format-format yang berhubungan dengan bahan ajar dan media pembelajaran, dan hasil belajar mahasiswa. Dokumentasi ini penting untuk melihat pencapaian hasil yang sudah dilakukan oleh dosen pengampu mata kuliah dan hasil belajar mahasiswa. Pengumpulan data melalui kuesioner atau angket digunakan untuk mendapatkan data tentang efektifitas bahan ajar dan media pembelajaran yang digunakan dalam perkuliahan perencanaan pembelajaran. Kuesioner atau angket diberikan juga pada dosen serumpun untuk mendapatkan data tentang kualitas bahan ajar dan media pembelajaran. Kuesioner atau angket diberikan pada mahasiswa untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan pembelajaran dan penilaian pembelajaran.
30
3.5.1 Observasi atau Pengamatan Observasi dilaksanakan oleh tim peneliti baik penelitian utama maupun penelitian pendamping. Tim terdiri dari tiga orang dosen dan empat orang mahasiswa. Observasi tentang pelaksanaan pembelajaran juga dilakukan oleh dosen matakuliah serumpun yang telah mengetahui dengan baik tentang pembelajaran perencanaan pembelajaran. Melalui dosen serumpun diharapkan hasil observasi dapat netral dan dapat memberikan hasil yang benar-benar sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran dan selanjutnya akan dianalisis untuk perbaikan pelaksanaan perkuliahan. 3.5.2 Angket Data angket diperoleh dari mahasiswa yang memprogram dan mengikuti perkuliahan
perencanaan
pembelajaran.
Data
angket
diharapkan
dapat
memberikan gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran. 3.5.3 Dokumentasi Data dokumentasi diperoleh dari data-data baik nilai hasil belajar mahasiswa maupun data-data tentang hasil tugas mahasiswa.
3.6 Analisis Data Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang yang menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif digunakan untuk mengkaji data yang diperoleh dari observasi dan dokumentasi. Analisis data kuantitatif adalah pengolahan
dan
penyajian
data,
melakukan
berbagai
perhitungan
untuk
mendeskripsikan data dan melakukan analisis untuk menguji hipotesis (Trianto. 2010:297). Data kuantitatif berasal dari validator dan hasil angket yang selanjutnya
31
akan dianalisis dengan teknik statistik sederhana dalam bentuk tabel distribusi frekuensi (frequency distribution). Hasil data tersebut selanjutnya akan dijelaskan dalam bentuk deskripsi. Teknik analisis ini menggunakan penghitungan prosentase sebagai berikut
Keterangan : M : Mean ( nilai rata-rata ) ∑ fx : jumlah skor yang diperoleh N : jumlah skor maksimal
Interpretasi skor menggunakan konsep dari Ridwan dengan pengelompokan hasil presentasi sebagai berikut.
Persentase
Kategori
0 % - 33 %
Kurang Baik
34 % - 66 %
Baik
67 % - 100 %
Sangat baik/layak (Sumber : Ridwan, 2009)
32
BAB IV PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
4.1 Proses Pengembangan Proses pengembangan bahan ajar dilaksanakan mulai bulan Mei sampai dengan Oktober 2011. Ada lima proses
pengembangan yang sudah dilaksanakan dalam
penelitian ini, tahap akhir diseminasi dan implementasi dalam penelitian ini masih belum dilaksanakan, karena terbatasnya waktu, mengingat pelaksanaan penelitian ini baru bias dilaksanakan pada semester gasal yang baru dimulai bulan September. Secara rinci kelima tahapan pengembangan ini dapat dirinc sebagai berikut. Tahap pertama, tahap pengumpulan informasi. Pada tahap ini dilakukan penelitian pendahuluan atau identifikasi masalah dengan mengumpulkan data yaitu data dan informasi tentang pelaksanaan perkuliahan Perencanaan Pembelajaran di Jurusan Sendratasik FBS Unesa.Kegiatan ini menghasilkan identifikasi tentang pelaksanaan pembelajaran perencanaan pembelajaran. Tahap kedua, tahap perencanaan. Pada tahap ini dilakukan perencanaan pengembangan berdasarkan hasil identifikasi masalah. Dari hasil identifikasi pada tahap penelitian awal, peneliti akan merencanakan urutan kegiatan penelitian selanjutnya. Urutan itu meliputi penyusunan desain produk pengembangan, yakni bahan ajar perencanaan pembelajaran dan teknik pelaksanaan ujicoba di kelas. Kegiatan ini menghasilkan desain produk bahan ajar perencanaan pembelajaran Pendidikan Seni Budaya di Jurusan Sendratasik FBS Unesa. Tahap ketiga, taahap pengembangan awal produk. Pada tahap ini dilakukan pengembangan awal bahan ajar pada perkuliahan perencanaan pembelajaran dari hasil
33
pengumpulan informasi pada langkah pertama. Dari informasi tentang bahan ajar tersebut selanjutnya akan dianalisis dan disusunlah desain produk dalam bentuk pengembangan bahan ajar Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran. Selanjutnya desain produk tersebut akan divalidasi dengan meminta beberapa dosen serumpun untuk menilai desain produk bahan ajar yang dikembangkan peneliti. Dosen-dosen serumpun tersebut diminta untuk memberikan masukan sebagai dasar perbaikan produk. Selanjutnya masukan dari dosen serumpun digunakan untuk merevisi desain produk. Dari kegiatan ini akan dihasilkan produk pengembangan bahan ajar pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran. Dari produk pengembangan tersebut selanjutnya akan digunakan untuk bahan ujicoba di lapangan. Tahap keempat, tahap Ujicoba lapangan dan revisi produk. Pada tahap ini dilaksanakan ujicoba lapangan dan revisi produk yaitu dengan bahan produk pengembangan bahan ajar. Dari ujicoba ini akan dikumpulkan informasi tentang hasil pelaksanaan penerapan bahan ajar di dalam kelas. Langkah berikutnya, dilakukan revisi terhadap bahan ajar hasil ujicoba lapangan tahap awal berdasarkan masukan dan saransaran yang diberikan oleh mahasiswa maupun dosen tim. Selanjutnya hasil revisi disusun kembali untuk dilakukan uji coba selanjutnya. Tahap kelima, revisi produk. Berdasarkan hasil uji coba lapangan utama yang dilakukan denga kembali ke kelas dilakukan kembali revsi produk bahan ajar yang didasarkan atas saran-saran dan masukan-masukan dari validator dan juga dilihat dari tingkat kesulitan mahasiswa berdasarkan instrumen yang telah disebarkan Pada tahap inilah revisi dilakukan untuk memperolah hasil produk akhir.
34
4.1.1 Tahap Pengumpulan Informasi Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang perkuliahan Perencanaan Pmbelajaran di Juruan Sendratasik FBS Unesa, yang meliputi perangkat pembelajaran khususnya bahan ajar, dan juga respon mahasiswa selama perkuliahan. Sebagaimana terurai di pendahuluan bahwa dalam perkuliahan Perencanaan Pembelajaran di Sendratasik FBS Unesa selama ini menggunakan sumber belajar buku-buku teks tentang Perencanaan Pembelajaran, dan atau Pengembangan Perencanaan dan Desain Pembelajaran yang bersifat umum. Selama ini dosen pengampu mata kuliah Perencanaan Pembelajaran di Jurusan Seni Drama Tari dan Musik
FBS Unesa, hanya mengadopsi kompetensi
Pendidikan Seni Budaya dalam perkuliahan yang bersifat praktis, artinya langsung terapan berdasar kepada pengetahuan dan pengamalan dosen sendiiri karena hingga saat ini belum ada literature yang khusus berisi tentang muatan kompetensi tersebut serta terapan pembuatan perangkat pembelajarannya. Pada bagian-bagian tertentu bahan ajar telah dibuat dosen dalam bentuk handout, namun masih bersifat terpisah-pisah, belum tersatukan dalam susunan materi yang runtut dan sistematis. 4.1.2 Tahap Perancangan Berdasarkan analisis kebutuhan yang dilakukan dalam tahap pengumpulan informasi, dilanjutkan pada tahap berikutnya yakni tahap perancangan. Pada tahap ini dilakukan penyusunan desain bahan ajar dalam bentuk topic-topik. Tahap ini meghasilkan rancangan bahan ajar sebagai berikut.
35
Bagan 4.1 Peta Kompetensi Perencanaan Pembelajaran Seni Budaya TUJUAN MATA KULIAH PERENCANAAN PEMBELAJARAN Mahasiswa menguasai pengetahuan dan ketrampilan merancang perencanaan pembelajaran Seni Budaya untuk SMP dan SMA. BAHAN AJAR MATA KULIAH PERENCANAAN PEMBELAJARAN Mahasiswa memahami hakikat perencanaan pembelajaran dan mampu menyusun perangkat RPP.
Mahasiswa memahami hakikat Perencanaan Pembelajaran yang diberikan dalam materi pengertian perencanaan pembelajaran, manfaat, fungsi dan kreteria penyusunan perencanaan pembelajaran
Mahasiswa memahami dan dapat menyusun perangkat pembelajaran (program pembelajaran, pembelajaran berbasis kompetensi, bahan ajar dan komponen perangkat pembelajaran)
4
Mahasiswa mampu mendeskripsikan hakikat perencanaan pembelajaran
Mahasiswa mampu mendeskripsikan konsep pengembangan dalam rangka penyusunan perangkat pembelajaran
5
Mahasiswa mampu menyusun perangkat pembelajaran mata pelajaran seni budaya
Berdasarkan peta kompetensi tersebut kemudian dilakukan penyusunan kerangka atau desain Bahan Ajar yang nantinya dipersiapkan untuk dikembangkan. Rancangan tersebut tertulis sebagai berikut.
36
Tabel 4.2 Rancangan Desain Bahan Ajar Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran Di Jurusan Sendratasik FBS Unesa Kegiatan Pembelajaran 1: HAKIKAT PERENCANAAN PEMBELAJARAN Indikator Hasil Belajar Uraian Materi Hakikat perencanaan pembelajaran 1. Pengertian perencanaan pembelajaran 2. Manfaat perencanaan pembelajaran 3. Fungsi perencanaan pembelajaran 4. Kreteria penyusunan perencanaan pembelajaran Latihan Rangkuman Kegiatan Pembelajaran 2: PENGEMBANGAN PROGRAM PERENCANAAN PEMBELAJARAN Indikator Hasil Belajar Uraian Materi Pengembangan program perencanaan 1. Menentukan alokasi waktu dan Kalender akademik 2. Rencana program tahunan 3. Rencana program semesteran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Latihan Rangkuman Kegiatan Pembelajaran 3: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI Indikator Hasil Belajar Uraian Materi Pembelajaran berbasis kompetensi 1. Pengertian kompetensi 2. Langkah pengembangan pembelajaran berbasis kompetensi 3. Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 4. Indikator kompetensi 5. Pemetaan materi berdasarkan kompetensi Latihan Rangkuman Kegiatan Pembelajaran 4: PENGEMBANGAN MATERI AJAR PENDIDIKAN SENI BUDAYA Indikator Hasil Belajar Uraian Materi 37
Materi Ajar 1. Pengertian bahan ajar - Komponen penyusunan buku ajar - Langkah-langkah penyusunan buku ajar 2. Fungsi bahan ajar 3. LKS 4. Kunci LKS 5. Tabel Spesifikasi Lembar Penilaian 6. Lembar Penilaian (LP) 7. Kunci Lembar Penilaian 8. Lembar Pengamatan Kinerja Latihan Rangkuman Kegiatan Pembelajaran 5: PENGEMBANGAN SILABUS PENDIDIKAN SENI BUDAYA Indikator Hasil Belajar Uraian Materi Pengembangan Silabus 1. Pengertian silabus 2. Prinsip pengembangan silabus 3. Pengembangan silabus 4. Komponen silabus 5. Langkah-langkah pengembangan silabus Latihan Rangkuman Kegiatan Pembelajaran 6: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PENDIDIKAN SENI BUDAYA Indikator Hasil Belajar Uraian Materi Pengembangan Perangkat Pembelajaran 1. Pengertian RPP 2. Prinsip-prinsip RPP 3. Pengembangan RPP 4. Komponen RPP 5. Langkah-langkah pengembangan/penyusunan RPP Latihan Rangkuman DAFTAR PUSTAKA
38
4.2.2 Tahap Pengembangan Produk Pada tahap ini
dilakukan pengembangan awal bahan ajar
pada perkuliahan
perencanaan pembelajaran yang berbentuk draf I. Selanjutnya desain produk tersebut divalidasi dengan meminta beberapa dosen serumpun untuk menilai desain produk bahan ajar yang dikembangkan peneliti. Dosen-dosen serumpun tersebut adalah Drs. Bambang Sugito, M.Sn dosen evaluasi pembelajaran dan Dra. Retnayu Prasetyanti, M.Si dosen evaluasi pembelajaran dan pembelajaran seni budaya. Data validasi dari tim validator pada penyusunan bahan ajar perencanaan pembelajaran (draf I) dianalisis secara deskriptif. Hasil dari analisis tersebut adalah: Tabel 4.3 Data Validasi Draf I Bahan Ajar No I 1 2 3 II 4 5 6 III 7 8 9
Aspek Penilaian Kelayakan Isi Kesesuaian uraian materi dengan kompetensi Keakuratan materi Materi pendukung Kelayakan Penyajian Teknik penyajian Penyajian Pembelajaran Kelengkapan penyajian Kelayakan Bahasa Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik Komunikasi Keruntutan dan Kesatuan gagasan Jumlah skor perolehan validasi
Validator
Rata-Rata
1
2
4
4
4 3
3 3
4 4 3
4 4 3
3
4
3 3
3 4
31
32
31,5
39
Keterangan : Jumlah skor tertinggi 36 HP (hasil Penilaian) = Jumlah skor perolehan validasi Jumlah skor tertinggi = 31,5 36
x
x 100%
100 %
= 87,5% Berdasarkan hasil penghitungan persentase tersebut, draf I (bahan ajar) yang telah dikembangkan peneliti layak digunakan karena persentasenya 87,5 %, dan masuk dalam kategori sangat baik. Kategori ini seperti yang ditunjukka pada kategori di bawah ini. Tabel 4.4 Interpretasi skor Persentase
Kategori
0 % - 33 % 34 % - 66 % 67 % - 100 %
Kurang Baik Baik Sangat baik/layak
(Sumber : Ridwan, 2009)
Kategori sangat baik dalam penilaian skor tersebut, dapat diartikan bahan ajar yang telah tersusun tersebut memiliki kualitas baik, mudah dipahami dan sesuai dengan konteks penjelasan. Namun demikian karena penilaian dari validator masih ada nilai 3 pada beberapa item, maka ada beberapa saran yang telah dtuliskan validator I yakni ; tata kalimat dan pengetikan masih ada yang kurang jelas, dan penjelasannya perlu lebih didetailkan. Validator II menambahkan oerlunya diberikan contoh yang jelas untuk perangkat yang ada.
4.1.4 Tahap Ujicoba Lapangan dan Revisi Produk Tahap Ujicoba lapangan dan revisi pproduk ini merupakan tahap pelaksanaan penerapan bahan ajar di kelas perkuliahan perencanaan pembelajaran di Jurusan 40
Sendratasik FBS Unesa, dan kemudian dilakukan revisi. Berdasarkan angket yang disebarkan kepada mahasiswa peserta Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran dalam ujicoba di lapangan ditemukan tingkat kesulitan bahan ajar ketika digunakan mahasiswa dalam memahami konsep-konsep yang ada. Dari data pada uji coba 1 dengan bahan ajar hakikat perencanaan pembelajaran dapat diperoleh analisis tingkat kesulitan pemahaman bahan ajar oleh mahasiswa sebesar 6,6% dari 79 mahasiswa yang mengikuti perkuliahan Perencanaan Pembelajaran pada tanggal 19 September 2011. Setelah dilakukan ujicoba 1 dilakukan revisi berdasarkan tingkat kesulitan mahasiswa sebagai pengguna bahan ajar. Revisi produk (draf I ) yang telah direvisi kemudian dilakukan ujicoba 2 lagi, yang merupakan ujicoba utama dengan hasil tingkat kesulitan pemahaman bahan ajar oleh mahasiswa sebesar 2,23% dari 53 mahasiswa yang mengikuti perkuliahan Perencanaan Pembelajaran pada tanggal 26 September 2011.
4.1.5 Tahap Revisi produk Berdasarkan hasil uji coba lapangan utama yang dilakukan dengan kembali ke kelas dilakukan kembali revisi produk bahan ajar yang didasarkan atas saran-saran dan masukan-masukan dari validator dan juga dilihat dari tingkat kesulitan mahasiswa berdasarkan instrumen yang telah disebarkan Pada tahap inilah revisi dilakukan untuk memperolah hasil produk akhir.
41
4.2 Efektifitas Bahan Ajar Perencanaan Pembelajaran yang Dikembangkan Efektivitas bahan ajar yang dikembangkan (dihasilkan) diketahui melalui penilaian pemakai produk yakni mahasiswa dalam proses perkuliahan perencanaan pembelajaran. Bahan ajar perancanaan pembelajaran yang telah tersusun akan terlihat kualitasnya ketika bahan ajar tersebut diterapkan dalam kelas ditunjang dengan elemenelemen lain. Penilaian efektivitas bahan ajar tersebut dapat dilihat dari hasil angket tanggapan mahasiswa sebagai pengguna bahan ajar, yang teranalisis sebagai berikut.
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil angket tanggapan Mahasiswa terhadap Kegiatan dan Komponen Pembelajaran Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran No
Uraian Pertanyaan Ya
Respon Mahasiswa Biasa Tidak
Apakah anda tertarik dengan komponenkomponen berikut: 1. Materi/isi pelajaran 2. Tulisan dalam bahan ajar 3. Kegiatan dalam bahan ajar 4. Suasana belajar di kelas 5. Cara dosen mengajar
66 44 43 35 64
9 27 31 36 11
4 1 4 -
No
Senang
Biasa
Tidak Senang
61 47 34
14 28 38
3
Uraian Pertanyaan
Bagaimana pendapatmu terhadap komponenkomponen berikut ini: 1. Materi/Isi pelajaran 2. Bahan Ajar 3. Latihan-latihan Jumlah Responden = 75 orang
42
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil angket tanggapan Mahasiswa terhadap Kegiatan dan Komponen Pembelajaran Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran No
Uraian Pertanyaan
Respon Mahasiswa dalam % Ya Biasa Tidak
Apakah anda tertarik dengan komponenkomponen berikut: 1. Materi/isi pelajaran 2. Tulisan dalam bahan ajar 3. Kegiatan dalam bahan ajar 4. Suasana belajar di kelas 5. Cara dosen mengajar
88% 58,7% 57,3% 46,7% 85,3%
12% 36% 41,3% 48% 14,7%
5,3% 1.3% 5,3% -
No
Senang
Biasa
Tidak Senang
85,3% 62,7% 45,3%
14,7% 37,3% 50,7% 4%
Uraian Pertanyaan
Bagaimana pendapatmu terhadap komponenkomponen berikut ini: 1. Materi/Isi pelajaran 2. Bahan Ajar 3. Latihan-latihan
Berdasarkan hasil angket tersebut dapat dianalisis bahwa dari jumlah mahasiswa 75 orang yang tertarik terhadap komponen materi/isi pelajaran adalah 66 orang atau 88 % dan 9 orang (12%) biasa saja. Tulisan dalam baha ajar mendapat respon tertarik 44 mahasiswa atau 58 % dan yang biasa saja 27 orang atau 36 %. Dengan demikian dapat diartikan bahwa efektivitas bahan ajar dalam perkuliahan perencanaan pembelajaran di Jurusan sendratasik FBS Unesa dilihat dari isinya berada dalam kategori sangat baik, namu untuk tulisannya baru mencapai kategori baik. Efektivitas bahan ajar ini juga dapat dilihat dari tanggapan mahasiswa ketika bahan ajar ini digunakan dalam perkuliahan. Berdasarkan angket yang peneliti sebar kepada mahasiswa hasilnya dapat direkap seperti tampak pada tabael 4.7 berikut ini.
43
Tabel 4.7 Prosentase hasil respon mahasiswa terhadap bahan ajar yang telah dikembangkan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Uraian Pertanyaan Menimbulkan minat baca Menjelaskan tujuan pembelajaran (ada indicator ketercapaian) Disusun berdasarkan pola pelajar yang fleksibel Struktur berdasarkan kebutuhan mahasiswa dan kompetensi akhir yang akan dicapai Memberi kesempatan pada mahasiswa untuk berlatih Mengakomodasi kesulittan mahasiswa Memberi rangkuman Gaya penulisan komunikatif dan semi formal Materi berdasar kebutuhan mahasiswa Dikemas untuk proses instruksional Memberikan motivasi mahasiswa untuk belajar Mudah dipeljasri Rata-rata prosentase
Ya 65% 87%
Biasa 34% 12%
Tidak 0% 0%
60%
34%
5%
82%
18%
0%
85%
15%
0%
54% 62% 43%
42% 36% 47%
4% 2% 6%
88% 70% 78%
9% 30% 22%
3% 0% 0%
54% 69%
46% 28,7%
0% 1,6%
Berdasarkan rekapitulasi hasil tanggapan mahasiswa terhadap bahan ajar yang telah dikembangkan terlihat bahwa prosentase terrendah adalah berisi tentang gaya penulisan. Gaya penulisan yang digunakan dalam bahan ajar, ini menurut mahasiswa memiliki nilai komunikatif dan semi formal hanya 43% menyatakan ya, dan yang menyatakan biasa-siasa saja 47%, sedangkan yang 6% mahasiswa menyatakan tidak memiliki nilai tersebut. Nilai tertinggi respon mahasiswa terletak pada nilai materi yang ada berdasar pada kebutuhan mahasiswa,dengan prosentase 88% mahasiswa menyatakan ya, sedangkan 9 % mahasiswa menyatakan biasa, dan yang 3 % menyatakan tidak. Untuk aspek-aspek yang lain memiliki prosentase di atas 50 % semua. Hal ini menandakan bahwa bahan ajar Perencanaan Pembelajaran memiliki konstruksi dan struktur yang mudah dipahami, mudah dipelajari dan sangat membantu mahasiswa dalam memahami materi. Hal ini karena materi dibuat didasarkan atas 44
kebutuhan dan kesulitan mahasiswa. Sebagai bukti bahwa rata perolehan prosentase hasil tanggapan mahasiswa menunjukkan 69% mahasiswa menyatakan ya (komponnenkomponennya sesuai dengan aspek yang ada), dan 28,6% menyatakan biasa, sedangkan yang menyatakan tidak terpenuhi aspeknya ada 1,6% Untuk melengkapi penilaian efektvitas bahan ajar, peneliti juga meminta pendapat dari teman sejawat. Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat yakni dosen-dosen serumpun, hasil pengembangan bahan ajar ditintaju dari isi materi sudah cukup relevan, dan sistematis hanya penataan bahasa atau tata kalimatnya yang perlu di revisi dengan menyesuaikan dengan bahasa mahasiswa agar lebih mudah dipahami mahasiswa. Peneliti sendiri sekaligus sebagai pengampu mata kuliah perencanaan pembelajaran ini setelah menggunakannya dalam proses perkuliahan, memang ada beberapa istilah yang memerlukan penjelasan lebih detail, sehingga mahasiswa lebih mudah dalam memahaminya.
45
BAB V PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
5.1 Proses Pengembangan Proses
pengembangan
diawali
dengan
identifikasi
permasalahan
yang
dilaksanakan pada awal perkuliahan. Identifikasi disamping diperoleh dari angket mahasiswa, juga diperoleh dari dokumen nilai mata kuliah perencanaan pembelajaran pada semester sebelumnya. Setelah masalah dapat teridentifikasi, dilanjutkan tahap perencanaan, yaitu melakukan perencanaan pengembangan berdasarkan hasil identifikasi masalah media pembelajaran. Dari hasil identifikasi pada tahap penelitian awal, peneliti akan merencanakan urutan kegiatan penelitian selanjutnya. Urutan itu meliputi penyusunan desain produk pengembangan dan teknik pelaksanaan ujicoba di kelas. Mengembangkan media power point pada perkuliahan perencanaan pembelajaran dari hasil pengumpulan informasi pada langkah pertama berupa angket. Dari informasi media pembelajaran tersebut selanjutnya dianalisis dan disusunlah desain produk dalam bentuk pengembangan media pembelajaran. Selanjutnya desain produk tersebut akan divalidasi dengan meminta dua orang dosen serumpun untuk menilai desain produk media pembelajaran
yang dikembangkan peneliti. Dosen-dosen serumpun tersebut
diminta untuk memberikan masukan sebagai dasar perbaikan produk. Selanjutnya masukan dari dosen serumpun digunakan untuk merevisi desain produk. Dari kegiatan ini akan dihasilkan produk pengembangan media pembelajaran
pada mata kuliah
Perencanaan Pembelajaran. Dari produk pengembangan tersebut selanjutnya akan digunakan untuk bahan ujicoba di lapangan.
46
Ujicoba lapangan tahap awal yaitu dengan bahan produk pengembangan media pembelajaran berupa power point. Dari ujicoba ini dikumpulkan informasi tentang hasil pelaksanaan penerapan media pembelajaran di dalam kelas. Pengumpulan informasi dari ujicoba ini dilakukan melalui observasi, angket, dan wawancara yang dilanjutkan dengan analisis data. Melakukan revisi terhadap media pembelajaran power point hasil ujicoba lapangan tahap awal berdasarkan masukan dan saran-saran yang diberikan oleh mahasiswa maupun dosen tim. Selanjutnya hasil revisi disusun kembali untuk dilakukan uji coba selanjutnya. Ujicoba lapangan utama yaitu menerapkan media pembelajaran yang telah direvisi setelah uji coba awal. Ujicoba ini akan dilakukan kembali di dalam kelas untuk melihat keefektifan media pembelajaran yang disusun dari hasil pengembangan. Pengumpulan informasi dari ujicoba lapangan utama ini dilakukan melalui observasi, angket, dan wawancara yang dilanjutkan dengan analisis data. Revisi terhadap media pembelajaran hasil ujicoba lapangan utama berdasarkan masukan dan saran-saran yang diberikan oleh mahasiswa dan tim dosen. Selanjutnya hasil revisi disusun kembali untuk dilakukan uji coba lapangan. Ujicoba lapangan utama yaitu ujicoba terhadap media power point dan media video model pembelajaran. Ujicoba tersebut dilakukan dengan memberikan angket yang dibagikan dan diisi oleh mahasiswa yang mengikuti perkuliahan Perencanaan pembelajaran. Hasil angket yang telah diisi berupa masukan dan saran, selanjutnya hasil ujicoba lapangan utama digunakan untuk revisi produk operasional. Revisi produk operasional dalam media power point meliputi unsur kejelasan warna tulisan, background, animasi gambar, sound, dan tata kalimat, sedangkan video
47
model pembelajaran sebagai contoh tentang ketrampilan mengajar dan model pembelajaran digunakan untuk memperjelas pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan harapan memberikan gambaran kongkrit tentang pembelajaran pada mahasiswa. Revisi produk akhir yaitu merevisi media powerpoint yang telah ditampilkan saat ujicoba lapangan utama dan ujicoba lapangan operasional pada kelas/perkuliahan Perencanaan Pembelajaran. Revisi produk akhir dalam media power point meliputi unsur kejelasan warna tulisan, background, animasi gambar, sound, dan tata kalimat telah direvisi sehingga masing-masing unsur yang terkait lebih jelas, menarik, dan isi tulisan lebih mudah dipahami. Selanjutnya setelah tahap revisi produk akhir, produk media
pembelajaran
yang
telah
dikembangkan
akan
didiseminasikan
dan
diimplementasikan.
5.2 Tahap Pengembangan Tahap ini adalah tahap kelanjutan dari tahap perancangan yang menghasilkan prototipe media pembelajaran. Tahap ini menghasilkan draf.1 yang selanjutnya pada tahap pengembangan ini dilakukan ujicoba terhadap draf 1 media power point. Data instrument tersebut diambil dari 79 mahasiswa. Instrumen yang digunakan untuk memvalidasi media pembelajaran meliputi: warna tulisan, background, animasi gambar, sound, tata kalimat. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebar angket kepada 79 mahasiswa, dan mahasiswa memberikan tanggapan/pendapat melalui pengisian angket yang berdasarkan tayangan powerpoint yang digunakan sebagai media pembelajaran. Ujicoba 1 dilakukan di kelas Perencanaan Pembelajaran dengan jumlah mahasiswa 79 orang. Instrument media pembelajaran yang akan divalidasi meliputi: warna tulisan, background, animasi gambar, sound, tata kalimat. Hasil persentase pada uji coba 1 yang 48
menyatakan tidak jelas pada warna tulisan sebanyak 22,4%, background sebanyak 22,4%, animasi gambar sebanyak 23,5%, sound sebanyak 5,9%, tata kalimat sebanyak 25,9%. Dari ujicoba 1 disimpulkan bahwa pada media pembelajaran power point yang diujikan masih perlu banyak perbaikan masalah warna tulisan dengan background tidak sepadan sehingga memberikan efek tidak jelas pada tulisan. Kurangnya animasi gambar pada slide sehingga mahasiswa merasa bosan dengan isi slide, serta kurang bervariatif, dan masalah kesederhanaan pada kalimat penjelasan. Sebaiknya lebih diperpadat sehingga mahasiswa lebih mengerti point-point yang dijelaskan pada isi materi yang disampaikan. Uji coba 2 dilakukan oleh seluruh mahasiswa Sendratasik yang menempuh mata kuliah Perencanaan Pembelajaran. Uji coba ini untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa menilai media pembelajaran yang diberikan pada saat materi. Hasil ini adalah hasil akhir untuk pertimbangan apakah layak untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Dari jumlah 75 mahasiswa yang menjawab tidak jelas dalam warna tulisan sebanyak 27,6% , background sebanyak 22,3% , animasi gambar sebanyak 18,4% , sound sebanyak 3,9% , tata tulisan sebanyak 27,6%. Dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran power point yang diujikan masih perlu banyak perbaikan masalah warna tulisan dengan background tidak sepadan sehingga memberikan efek tidak jelas pada tulisan. Kurangnya animasi gambar pada slide sehingga mahasiswa merasa bosan dengan isi slide, serta kurang bervariatif, dan masalah kesederhanaan pada kalimat penjelasan. Sebaiknya lebih diperpadat sehingga mahasiswa lebih mengerti point-point yang dijelaskan pada isi materi yang disampaikan.
49
BAB VI PENINGKATAN KUALITAS HASIL BELAJAR
6.1 Refleksi Awal Penelitian Penelitian dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi awal dari apa yang telah dilakukan dalam pembelajaran matakuliah perencanaan pembelajaran pada semester sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar mahasiswa dan mengkaji kelemahan dari hasil belajar mahasiswa. Refleksi dilakukan dari data nilai hasil belajar mahasiswa semester gasal tahun 2009/2010. Pengidentifikasian nilai hasil belajar mahasiswa diperoleh dari nilai tugas, ujian setengah semester (USS), dan ujian semester (US). Selanjunya nilai-nilai tersebut dikaji dalam bentuk nilai asli untuk mendapatkan data akurat dari hasil belajar mahasiswa. Dari ketiga nilai tersebut selanjtnya ditambah dan dibagikan (tanpa menggunakan bobot nilai) untuk mengetahui nilai asli dari prestasi belajar siswa. Hasil nilai selanjutnya dipersentasekan sebagai berikut: Tabel 6.1 : Nilai Hasil Belajar Perencanaan Pembelajaran Mahasiswa Semester Gasal 2010/2011
Huruf
Konvensi Nilai Angka Interval
Jumlah dalam % USS US Rata-Rata Hasil Belajar 53,3% 48,8% 46,6%
A
1
81-100
Nilai Tugas 37,7%
B
2
66-80
28,8%
44,4%
37,7%
51,1%
C
3
56-65
33,3%
0
13,3%
2,2%
D
4
40-55
0%
0%
0%
0%
Sebagai bentuk refleksi awal hasil belajar mahasiswa dapat diketahui bahwa nilai tugas dengan lima kali tugas yang diberikan dosen (penyusunan kalender akademik, 50
menghitung dan
merencanakan
minggu
efektif,
penyusunan
langkah-langkah
pembelajaran, menyusun materi ajar dan menjabarkan indicator) belum maksimal. Yang mendapatkan nilai A ada 37,7%, yang mendapatkan nilai B ada 28,8% sedangkan yang mendapat nilai C terdapat 33,3%. Hasil nilai ujian setengah semester sudah menunjukkan peningkatan dari nilai tugas, hal itu dapat dilihat bahwa mahasiswa yang mendapatkan nilai A ada 53,3%, dan yang mendapatkan nilai B ada 44,4%, sedangkan yang mendapatkan nilai C ada 0%. Hasil belajar pada ujian semester ada penurunan yang segnifikan dari hasil ujian setengah semester, yaitu yang mendapatkan nilai A ada 48,8%, yang mendapatkan nilai B ada 37,7%, sedangkan yang mendapatkan nilai C ada 13,3%. Bahan ujian semester pada mata kuliah perencanaan pembelajaran adalah menyusun perangkat pembelajaran yang dikerjakan mahasiswa di rumah. Dengan mengerjakan ujian semester di rumah dan telah ditugaskan satu minggu sebelum pengumpulannya seharusnya nilai yang diperoleh mahasiswa lebih baik dari ujian setengah semester yang dilakukan di dalam kelas. Hal ini menunjukkan masih ada materi yang belum dikuasai oleh mahasiswa. Untuk nilai rata-rata tingkat pencapaian hasil belajar mahasiswa dapat diketahui masih terdapat 53,3% mahasiswa yang belum mendapatkan nilai A, yang artinya kompetensi yang telah disusun oleh dosen belum tercapai secara maksimal. Kekurangmaksimalan hasil belajar mahasiswa selanjutnya diidentifikasi peneliti dibantu oleh dosen pengampu mata kuliah dan teman dosen serumpun dengan penemuan kelemahan dalam pelaksanaan perkuliahan yang dihubungkan juga dengan komponen keberhasilan dalam belajar mengajar. Dari diskusi awal ditemukan prediksi kelemahan perkuliahan yaitu belum tersusunnya bahan ajar dengan baik dan belun tersusunnya media pembelajaran dengan baik.
51
Bahan ajar yang digunakan dosen sudar relatif lengkap sebagai materi perkuliahan, tetapi bahan ajar tersebut belum disusun dalam bentuk buku ajar yang praktis dan memudahkan mahasiswa dalam belajar. Sedangkan media pembelajaran juga sudah relative lengkap dan baik, tetapi belum terkemas secara baik dalam kemasan yang menarik untuk mendukung pencapaian materi pembelajaran. Refleksi awal juga dilakukan pada mahasiswa yang memprogram dan mengikuti perkuliahan perencanaan pembelajaran pada semester gasal 2010/2011, atau pada subjek penelitian. Refleksi awal perkuliahan dilakukan untuk mengetahui pemahaman mahasiswa pada materi perkuliahan pembelajaran terdahulu yang disyaratkan dalam perkuliahan perencanaan pembelajaran sebagai matakuliah wajib lulus. Ada empat mata kuliah wajib yang harus diikuti mahasiswa sebelum mata kuliah perencanaan pembelajaran, yaitu: telaah kurikulum, stategi pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Keempat matakuliah ini wajib lulus karena matakuliah perencanaan pembelajaran adalah implementasi kongkrit dari keempat mata kuliah sebelumnya. Dengan kata lain, ketika mahasiswa tidak menguasai satu dari materi kuliah tersebut, maka pada bagian penyusunan perencanaan tersebut akan mengalami kesulitan. Dampak dari kesulitan tersebut jika terjadi pada lebih dari 50% mahasiswa tentunya akan menghambat perkuliahan perencanaan pembelajaran, karena dosen harus menerangkan kembali materi tersebut. Perkuliahan pembelajaran di jurusan Sendratasik FBS Unesa ada lima matakuliah wajib lulus. Matakuliah pertama yang diberikan adalah telaah kurikulum dengan tujuan memberikan kemampuan bagi mahasiswa dalam memahami konsep dasar kurikulum, landasan
dan
prinsip
pengembangan
kurikulum,
paradigma
kurikulum,
dan
implikasinya dalam pembelajaran seni budaya di sekolah. Matakuliah pembelajaran
52
berikutnya adalah strategi pembelajaran. Tujuan matakuliah ini adalah mahasiswa dapat menguasai strategi pembelajaran, serta mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola pembelajaran Seni Budaya di SMP dan SMA. Matakuliah media pembelajaran diberikan dalam waktu yang sama dengan matakuliah strategi pembelajaran. Tujuan matakuliah media pembelajaran adalah mahasiswa mampu mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya dalam menyusun media pembelajaran yang inovatif sesuai dengan kompetensi pada mata pelajaran seni budaya di sekolah. Matakuliah pembelajaran selanjutnya ada evaluasi pembelajaran yang memiliki tujuan mahasiswa dapat memahami prinsip-prinsip pengukuran dan penilaian serta terampil dalam penyusunan kisi-kisi dan butir-butir soal sesuai teknik dan bentuk penilaian, pelaksanaan pengukuran di dalam kelas, pengelolaan remidial serta analisa butir soal. Matakuliah pembelajaran yang terakhir adalah perencanaan pembelajaran yang bertujuan mahasiswa dapat menyusun perangkat pembelajaran. Adapun gambaran pelaksanaan perkuliahan pembelajaran di jurusan Sendratasik FBS Unesa adalah sebagaiberikut. Bagan 6.1 Alur Pelaksanaan Matakuliah Pembelajaran di Jurusan Sendratasik FBS Unesa Matakuliah Telaah Kurikulum
Matakuliah Pembelajaran Seni Budaya
Matakuliah Strategi Pembelajaran Matakuliah Media Pembelajaran Matakuliah Evaluasi Pembelajaran
Matakuliah Praktek PPL
Guru Seni Budaya yang Profesional dalam Pembelajaran
Matakuliah Perencanaan Pembelajaran
53
Hasil refleksi awal dari pengetahuan mahasiswa sebelum menerima materi perkuliahan perencanaan pembelajaran adalah sebagai berikut. Tabel 6.2: Pengetahuan dan Pemahaman Mahasiswa Pada Matakuliah Telaah Kurikulum No
Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
Pengertian kurikulum Komponen kurikulum Fungsi Kurikulum (Bagi sekolah, guru dan siswa) Pengertian Standar Nasional Pendidikan Visi, misi, tujuan, standar kompetensi pendidikan nasional Pengertian KTSP Isi dari Standar Isi (PP 22 tahun 2006) Pengertian Standar Kompetensi Pengertian Kompetensi Dasar Pemetaan Materi Pelajaran (berdasarkan bidang seni anda) Jumlah
6 7 8 9 10
Sudah Paham 85% 61,7% 95% 65% 60%
Belum Paham 15% 38,3% 5% 35% 40%
86,6% 51,6% 96,6% 98,3% 96,6%
13,4% 48,4% 3,3% 1,7% 3,4%
79,64 %
20,36%
Pengetahuan dan pemahaman mahasiswa terhadap materi matakuliah telaah kurikulum dapat dikempompokkan dalam dua bagian, yaitu 79,64% mahasiswa dalam kelas perencanaan sudah paham tentang materi telaah kurikulum, sementara ada 20,36% mahasiswa masih belum paham. Jika melihat presentase tersebut seharusnya pemahaman mahasiswa sudah lebih dari 80%, karena matakuliah telaah kurikulum adalah matakuliah pertama yang diberikan dalam matakuliah pembelajaran yang terus digunakan untuk dasar matakuliah pembelajaran berikutnya. Matakuliah pembelajaran kedua adalah strategi pembelajaran. Peran matakuliah kurikulum berlanjut pada matakuliah strategi pembelajaran, yaitu ketika mahasiswa diminta praktek mengajar di depan kelas, maka acuan yang digunakan untuk merancang 54
kegiatan pembelajaran adalah merujuk pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada pada kurikulum. Matakuliah pembelajaran ketiga adalah media pembelajaran. Pada kompetensi akhir matakuliah media pembelajaran, mahasiswa diharuskan merancang media pembelajaran. Dalam merancang pembelajarannya, mahasiswa harus merujuk pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang bermuara dari kurikulum. Matakuliah keempat pembelajaran adalah evaluasi pembelajaran. Pada matakuliah ini mahasiswa dilatih menyusun teknik dan bentuk penilaian untuk matapelajaran seni budaya di SMP/SMA. Rujukan untuk menyusun evaluasi pembelajaran adalah dengan melihat standar kompetensi dan kompetensi dasar yang selanjutnya dikembangkan dalam bentuk indicator dan menjadi acuan menyusun penilaian. Dengan melihat fungsi kurikulum yang senantiasa digunakan pada semua mata pelajaran pembelajaran, maka asumsi peneliti mahasiswa telah menguasai matakuliah telaah kurikulum dengan baik, tetapi pada kenyataannya walaupun kurikulum selalu digunakan sebagai dasar pengembangan materi perkuliahan pembelajaran namun penguasaan materi mahasiswa pada matakuliah telaah kurikulum kurang dari 80%. Matakuliah strategi pembelajaran diberikan setelah mahasiswa menempuh dan lulus matakuliah telaah kurikulum. Dari angket yang disebarkan pada mahasiswa menunjukkan bahwa 84,24% mahasiswa sudah menguasai materi ini, sedangkan 15,76% belum menguasai materi strategi pembelajaran. Pemahaman mahasiswa yang terlihat kurang adalah dalam menjabarkan pembelajaran inovatif. Hal itu dibuktikan dengan 26,7% mahasiswa yang belum menguasai materi. Disamping itu, pemahaman mahasiswa pada komponen pembelajaran masih kurang, karena 35% dari mahasiswa belum paham yang dimaksud dengan komponen pembelajaran.
55
Pemahaman mahasiswa terhadap model pembelajaran pada perkuliahan strategi pembelajaran juga belum maksimal. Hal itu dibuktikan dengan pemahaman mahasiswa sebesar 78,3% saja sedangkan 21,7% dari mahasiswa belum paham dengan modelmodel pembelajaran. Dengan pemahaman tentang model pembelajaran yang belum maksimal, tentu akan berdampak pada penjabaran langkah-langkah kegiatan belajar mengajar dalam penjabaran RPP belum dapat diberikan langsung, dan dosen harus menjelaskan lebih dahulu. Dengan penjelasan yang harus diulang pada matakuliah perencanaan pembelajaran untuk materi-materi tertentu yang menjadi materi pokok dalam penjabaran perangkat pembelajaran, maka waktu pertemuan matakuliah akan berkurang. Dengan berkurangnya waktu, maka kesempatan mahasiswa untuk berlatih ketrampilan menyusun perangkat pembelajaran juga akan berkurang dan kompetensi perkuliahan tidak dapat berjalan dengan maksimal. Hasil angket tentang pemahaman materi perkuliahan strategi pembelajaran adalah sebagai berikut. Tabel 6.3: Pengetahuan dan Pemahaman Mahasiswa Pada Matakuliah Strategi Pembelajaran No Aspek yang dinilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sudah Paham Strategi Belajar Mengajar 95% Ketrampilan dasar guru 95% Pengelolaan kelas 90% Langkah-langkah dalam pembelajaran 93,3% Pengertian pembelajaran Inovatif 73,3% Komponen dalam pembelajaran 65% Pengertian metode pembelajaran 85% Pengertian Model Pembelajaran 83,3% Pengertian model pembelajaran kooperatif 78,3% Jumlah 84,24%
Belum Paham 5% 5% 10% 6,7% 26,7% 35% 15% 16,7% 21,7% 15,76%
56
Matakuliah media pembelajaran diberikan bersama dengan matakuliah strategi pembelajaran. Pelaksanaan kedua perkuliahan tersebut secara bersama dalam satu semester ada kelemahannya, yaitu yang seharusnya media sudah diberikan sebelum matakuliaha strategi pembelajaran dilakukan bersama, maka media yang dibuat mahasiswa tidak dapat diterapkan langsung saat mahasiswa praktek mengajar pada perkuliahan strategi pembelajaran. Pada matakuliah strategi pembelajaran, kompetensi akhir adalah mahasiswa terampil menggunakan strategi belajar, metode mengajar dan menerapkan model-model pembelajaran. Ketrampilan mengajar mahasiswa akan lebih sempurna apabila dalam praktek mengajar menggunakan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kompetensinya. Pada dasarnya mahasiswa sudah cukup baik dalam pemahaman materi tentang media, hal itu dapat diketahui dari 54 orang mahasiswa yang menyatakan paham materi perkuliahan media pembelajaran berjumlah 92,45%, sedangkan yang belum pahan adalah 7,55%. Dengan data tersebut maka, perkuliahan perencanaan pembelajaran akan tidak mengulang kembali pemahaman mahasiswa pada materi kuliah media pembelajaan, sehingga diharapkan dalam menyusun perangkat pembelajaran mahasiswa tidak mengalami kesulitan. Dampak positif dari pemahaman yang sangat baik tentang penguasaan materi media pembelajaran adalah dosen tidak perlu mengulang materi tersebut dan cukup dengan dipandu buku ajar mahasiswa sudah dapat menjabarkannya. Data tentang pengetahuan dan pemahaman mahasiswa pada matakuliah media pembelajaran adalah sebagai berikut.
57
Tabel 6.4 Pengetahuan dan Pemahaman Mahasiswa Pada Matakuliah Media Pembelajaran No Aspek yang dinilai 1 2 3 4
Macam media pembelajaran Multimedia dalam pembelajaran Media power point Media video pembelajaran
Sudah Paham 91,6% 88,3% 96,6% 93,3% Jumlah 92,45
Belum Paham 0,4% 11,7% 3,4% 6,7% 7,55%
Matakuliah evaluasi pembelajaran diberikan pada semester berikutnya setelah mahasiswa menerima matakuliah strategi pembelajaran dan media pembelajaran. Data pengetahuan dan pemahaman mahasiswa terhadap materi perkuliahan evaluasi pembelajaran dapat dikatakan sangat kurang, karena mahasiswa yang paham ada 61,1%, sedangkan yang belum paham ada 38,9%. Indikasi data seperti ini tentu akan mempengaruhi kelancaran penerimaan materi perkuliahan perencanaan pembelajaran. Pada bagian akhir perangkat pembelajaran terdapat penilaian, yaitu penyusun perangkat pembelajaran harus merancang bentuk dan teknik penilaian dalam RPPnya. Sedangkan mahasiswa masih 56,7% yang belum dapat menyusun kisi-kisi soal tes, dan dari kisikisi akan dijabarkan dalam bentuk dan teknik penilaian yang mahasiswa belum paham juga terbukti dengan pemahaman teknik penilaian baru 65% sedangkan pemahaman bentuk penilaian 63,3%. Dosen matakuliah perencanaan pembelajaran harus menerangkan kembali materi kuliah evaluasi pembelajaran jika ingin hasil belajar mahasiswa maksimal. Hal ini merupakan dampak negative dari tidak tercapainya kompetensi secara maksimal dalam perkuliahan evaluasi pembelajaran. Tetapi ketidaktercapaian kompetensi matakuliah evaluasi pembelajaran di jurusan Sendratasik bukan merupakan kesalahan dosen, tetapi system yang belum maksimal yang belum mewadahi situasi tersebut. 58
Untuk memaksimalkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa terhadap materi perkuliahan evaluasi pembelajaran, dosen matakuliah perencanaan pembelajaran akan memberikan tambahan materi khusus tentang evaluasi pembelajaran. Hal itu adalah solusi dari perbaikan system yang belum berjalan secara maksimal di jurusan Sendratasik dan tentu saja hal ini akan memberikan dampak pada waktu perkuliahan yang akan berkurang dan pencapaian kompensi tidak maksimal. Data pengetahuan dan pemahaman mahasiswa pada materi perkuliahan evaluasi pembelajaran adalah sebagai berikut. Tabel 6.5 Pengetahuan dan Pemahaman Mahasiswa Pada Matakuliah Evaluasi Pembelajaran No Aspek yang dinilai 1 2 3 4 5 6
Sudah Paham Teknik Penilaian 65% Bentuk Penilaian 63,3% Pengertian ranah Kognitif, Afektif, Psikomotor 80% Kisi-kisi penyusunan soal tes 43,3% Penskoran dalam penilaian 50% Pembobotan dalam penilaian 65% Jumlah 61,1%
Belum Paham 35% 36,7% 20% 56,7% 50% 35% 38,9%
6.2 Pelaksanaan Perkuliahan Perencanaan Pembelajaran Perkuliahan perencanaan pembelajaran dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal 2011/2012. Pelaksanaan kuliah dilakukan setiap hari Senin jam ke 5-6 di jurusan Sendratasik FBS Unesa. Jumlah mahasiswa seluruhnya yang memprogram matakuliah perencanaan pembelajaran adalah 97 mahasiswa dengan rincian:
59
Tabel 6.6 Mahasiswa Matakuliah Perencanaan Pembelajaran No. 1. 2. 3. 4.
Angkatan 2009 2008 2007 2006 Jumlah
Jumlah 82 mahasiswa 10 mahasiswa 4 mahasiswa 1 mahasiswa 97 mahasiswa
Pelaksanaan perkuliahan dibagi dalam dua kelas dengan masing-masing kelas diampu satu orang dosen. Materi perkuliahan mengacu pada bahan ajar yang telah disusun dan dilaksanakan sesuai garis besar rencana perkuliahan yang telah disusun dosen. Pelaksanaan
penelitian
ini
tidak
maksimal
untuk
melihat
pelaksanaan
pembelajaran matakuliah perencanaan pembelajaran, karena perkuliahan masih berjalan lima pertemuan sampai ditulisnya laporan penelitian ini, sehingga data-data yang diperoleh belum dapat maksimal juga. Walaupun perkuliahan masih berjalan lima kali pertemuan, tetapi peneliti berusaha memaksimalkan pengumpulan data melalui instrument-instrumen yang telah dipersiapkan dengan baik. Perkuliahan pertama dilaksanakan pada tanggal 12 September 2011 dengan materi pokok hakikat perencanaan pembelajaran, manfaat
dan fungsi perencanaan
pembelajaran, kreteria penyusunan perencanaan pembelajaran, dan langkah menyusun perencanaan pengajaran. Pertemuan kedua pada tanggal 19 September 2011 dengan materi pokok pengembangan program perencanaan, menentukan alokasi waktu dan kalender akademis, perencanaan program tahunan, rencana program semester, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Pertemuan ketiga tanggal 26 September 2011 dengan materi pokok pengembangan kompetensi sebagai tujuan pembelajaran, tujuan umum dan tujuan khusus, tujuan pendidikan menurut Bloom (domain kognitif, afektif, 60
psikomotor). Pertemuan keempat tanggal 3 Oktober 2011 dengan materi pokok tujuan dan kompetensi, kompetensi lulusan, kompetensi standar, kompetensi dasar, dan indicator pembelajaran. Sedangkan pertemuan kelima pada tanggal 10 Oktober 2011 adalah pengembangan SK-KD dan penjabarannya dalam indicator yang dilanjutkan dengan latihan mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam indicator pembelajaran. Setiap akhir materi pada pertemuan perkuliahan, mahasiswa diminta membuat latihan berdasarkan materi ajar yang ada pada buku ajar. Latihan-latihan yang diberikan pada matakuliah perencanaan pembelajaran ditulis dalam buku latihan khusus yang harus disiapkan mahasiswa dan selalu dibawa pada saat perkuliahan berlangsung. Tujuan dari latihan yang ditulis dalam buku adalah agar mahasiswa juga terampil menulis. Dengan prediksi bahwa perkembangan teknologi sangat perlu diketahui seorang calon guru, jangan sampai calon guru tidak dapat menulis dengan baik karena dampat teknologi, sehingga ketrampilan menulis juga harus diperhatikan dan dilatihkan pada calon guru. Pelaksanaan pembelajaran pada matakuliah perencanaan pembelajaran dengan pelaksanaan penelitian dilakukan dengan beriringan. Pelaksanaan pembelajaran yang baru berjalan lima pertemuan tersebut juga didampingi dua siklus penelitian yang dilaksanakan pada pertemuan kedua dan pertemuan keempat. Adapun rincian pelaksanaan dua siklus tersebut adalah sebagai berikut.
61
6.2.1 Siklus 1 (pertama) 6.2.1.1 Perencanaan Pembelajaran Setelah peneliti mengidentifikasi tentang berbagai kegiatan pembelajaran pada matakuliah perencanaan pembelajaran dan ditemukan berbagai permasalahan seperti pada sub bab 6.1 di atas, maka langkah berikutnya adalah merencanakan perbaikan pelaksanaan pembelajaran. Perbaikan pelaksanaan pembelajaran tentu saja tidak dapat langsung diketahui dengan cepat, tetapi perlu proses lebih panjang atau waktu penelitian yang harus dilaksanakan dengan cukup. Hasil identifikasi awal diketahui bahwa pada dasarnya mahasiswa memerlukan pengkemasan materi yang tersusun dengan baik dan efektif dan komunikatif, untuk itu matakuliah perencanaan pembelajaran perlu menyusun bahan ajar. Disamping itu, bahan ajar akan lebih efektif diterapkan apabila didampingi media pembelajaran yang menarik, komunikatif dan memberikan hasil pemahaman mahasiswa yang berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran. Perancangan bahan ajar dan media pembelajaran selanjutnya dilakukan dalam penelitian yang mengkhususkan pada bahan ajar dan penelitian tentang media pembelajaran. pengembangan
Kedua pada
penelitian bidang
tersebut
dilakukan
masing-masing.
melalui
Selanjutnya
penelitian penelitian
pengembangan bahan ajar dan penelitian pengembangan media pembelajaran disebut dengan penelitian pendamping pada penelitian ini, sedangkan penelitian ini adalah penelitian payung yang menerapkan dua hasil penelitian pendamping sebagai produk yang dapat menyelesaikan permasalahan yang ada dalam kelas perkuliahan perencanaan pembelajaran.
62
Bahan ajar (produk penelitian pendamping1) yang disusun dalam perkuliahan perencanaan pembelajaran terdiri dari enam kegiatan. dengan rincian sebagai berikut. Tabel 6.7 Materi Pembelajaran Pada Matakuliah Perencanaan Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran 1: Hakikat perencanaan pembelajaran 1. Pengertian perencanaan pembelajaran 2. Manfaat perencanaan pembelajaran 3. Fungsi perencanaan pembelajaran 4. Kreteria penyusunan perencanaan pembelajaran Kegiatan Pembelajaran 2: Pengembangan program perencanaan 1. Menentukan alokasi waktu dan Kalender akademik 2. Rencana program tahunan 3. Rencana program semesteran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran 3:Pembelajaran berbasis kompetensi 1. Pengertian kompetensi 2. Langkah pengembangan pembelajaran berbasis kompetensi 3. Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 4. Indikator kompetensi 5. Pemetaan materi berdasarkan kompetensi Kegiatan Pembelajaran 4: Materi Ajar 1. Pengertian bahan ajar 2. Fungsi bahan ajar 3. LKS dan kunci LKS Kegiatan Pembelajaran 5: Pengembangan Silabus 1. Pengertian silabus 2. Prinsip pengembangan silabus 3. Pengembangan silabus 4. Komponen silabus 5. Langkah-langkah pengembangan silabus Kegiatan Pembelajaran 6: Pengembangan Perangkat Pembelajaran 1. Pengertian RPP 2. Prinsip-prinsip RPP 3. Pengembangan RPP 4. Komponen RPP 5. Langkah-langkah pengembangan/penyusunan RPP
Media pembelajaran (produk penelitian pendamping 2) yang disusun dalam perkuliahan pembelajaran ada dua, yaitu power point sebagai tayangan presentasi dosen untuk menjelaskan materi ajar, dan video model pembelajaran yang 63
berfungsi untuk gambaran kongkrit tentang pembelajaran yang harus disusun mahasiswa sebagai perangkat pembelajaran. Power point pada masing-masing kegiatan berjumlah 15-20 slide. Sedangkan media video pembelajaran dalam bentuk model pembelajaran kooperatif pada materi pelajaran Seni Budaya bidang seni Seni Musik. Video pembelajaran berdurasi waktu 15 menit dipilih dari contoh model pembelajaran Direktorat Pembinaan Sekolah Menegah Pertama yang dikemas dalam program best praktis pembelajaran seni budaya. Adapun data dari video pembelajaran tersebut adalah. Tabel 6.8 Data Video Model Pembelajaran Judul
: Mengaransir Lagu secara Sederhana dengan Teknik ”Jipatma”
Sekolah
: SMP Negeri 4 Gamping Sleman Yogyakarta
Mata Pelajaran
: Seni Budaya (Seni Musik)
Kelas
: VIII / 2
Tema/Topik
: Pembelajaran Kreasi Musik dalam mengaransir secara sederhana lagu Nusantara
Guru
: Rus Endarti, S.Pd
Durasi
: 15 menit
Penulis Scenario : Dr. Trisakti, M.Si dan Sutradara Produksi
: Direktorat P SMP Diknas 2010
Pada tahap perencanaan ini, peneliti yang juga dosen pengampu matakuliah juga menyusun
kompetensi
matakuliah
perencanaan
pembelajaran.
Adapun
kompetensi tersebut dirumuskan dalam peta kompetensi. Setelah kompetensi matakuliah tersusun, langkah selanjutnya adalah penyusunan silabus dan satuan acara perkuliahan (terlampir). Silabus dan SAP tersebut merupakan perbaikan dari 64
Silabus dan SAP yang telah diterapkan pada perkuliahan perencanaan pembelajaran sebelumnya. Proses perencanaan selanjutnya adalah penyusunan lembar observasi untuk pengamatan pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pengamatan pembelajaran dilakukan oleh dosen serumpun pada mata kuliah pembelajaran. Lembar observasi tersebut memuat aspek pengamatan dalam pembelajaran sebagai berikut. Tabel 6.9 Daftar Pertanyaan Pada Lembar Observasi Pendahuluan Pembelajaran 1 Memotivasi siswa 2 Menyampaikan tujuan pembelajaran 3 Menginformasikan keterkaitan tema dengan konsep yang sesuai Kegiatan Inti Pembelajaran 1 Membagi mahasiswa ke dalam kelompok 2 Membagikan bahan ajar 3 Memandu mahasiswa melakukan diskusi 4 Mengecek pemahaman tiap kelompok 5 Membimbing mahasiswa membuat kesimpulan 6 Memberikan umpan balik berdasarkan diskusi Penutup Pembelajaran 1 Melakukan evaluasi 2 Melakukan tindak lanjut perkuliahan Suasana Kelas Dalam Pembelajaran 1 Mahasiswa antusian 2 Waktu sesuai alokasi
Pada tahap perencanaan juga dilakukan penyusunan instrumen evaluasi untuk mengukur dan mengetahui ketercapaian pembelajaran. Instrumen evaluasi dalam perkuliahan perencanaan pembelajaran adalah dalam bentuk tugas latihan yang ada pada buku ajar. Tugas dan latihan tersebut selanjutnya dinilai oleh dosen dengan kreteria penilaian kesesuaian dengan teori yang diberikan pada matakuliah.
65
Penelitian ini dilakukan dalam lima kali pertemuan perkuliahan perencanaan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran telah menempuh tiga pokok bahasan sehingga tugas mahasiswa dalam bentuk latihan
yang akan dievaluasi untuk
melihat ketercapaian materi adalah sebagai berikut. Tabel 6.10 Evaluasi Pembelajaran Evaluasi 1:
Evaluasi 2:
Evaluasi 3:
1. Penjelasan mahasiswa tentang arakteristik perencanaan pembelajaran. 2. Penjelasan mahasiswa tentang manfaat perencanaan pembelajaran sebagai alat pemecahan masalah. 3. Penjelasan tentang kriteria penyusunan perencanaan pembelajaran. 1. Merancang alokasi waktu minggu efektif dan hari efektif pada mata pelajaran Seni Budaya (sesuai bidang konsentrasi seni mahasiswa) 2. Menyusun rencana program tahunan dan program semesteran. Mengembangkan indikator hasil belajar dari standar kompetensi dan kompetensi dasar sesuai bidang seni mahasiswa.
6.2.1.2 Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pengelolaan pembelajaran pertama dilaksanakan pada tanggal 19 September 2011 tepatnya pada pertemuan kedua perkuliahan perencanaan pembelajaran.
Dosen
matakuliah
perencanaan
pembelajaran
menerapkan
pembelajaran sesuai dengan rancangan pembelajaran yang disusun dengan menggunakan bahan ajar dan media pembelajaran yang disusun tim peneliti pendamping yang selanjutnya disebut draft 1. Pelaksanaan pengelolaan pembelajaran dengan penerapan bahan ajar dan media pembelajaran pada matakuliah perencanaan pembelajaran ditemukan hasil penelitian sebagai berikut.
66
Tabel 6.11 Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran No
Aspek yang dinilai
Pendahuluan 1 Memotivasi siswa 2 Menyampaikan tujuan pembelajaran 3 Menginformasikan keterkaitan tema dengan konsep Kegiatan Inti 1 Membagi mahasiswa ke dalam kelompok 2 Membagikan bahan ajar 3 Memandu mahasiswa melakukan diskusi 4 Mengecek pemahaman tiap kelompok 5 Membimbing mahasiswa membuat kesimpulan 6 Memberikan umpan balik dasar diskusi Penutup 1 Melakukan evaluasi 2 Melakukan tindak lanjut perkuliahan Suasana Kelas 1 Mahasiswa antusias 2 Waktu sesuai alokasi Jumlah %
Terlaksana P1 P2
Tidak P1 P2
1
33,3%
P1 P2 33,3%
66,6% √ √ √ √
√
√
√
√
√
33,3% √
√
33,3% √
66,6%
√
√
√
√
Skala Penilaian 2 3 P1 P2 P1 P2 0% 66,6% √ √ √ √
0%
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √
100% √ √
√ √
100% √ √
√
66,6% √
√
66,6% √
√
√
76,9%
8,3%
√
√
√
33,3%
P2 0%
58,3%
√
√
4 P1
33,3%
0%
0%
√ 23,1%
3,8%
0%
50%
√
50%
Keterangan: P1 = Pengamat 1, dan P2 = Pengamat 2 Skala Penilaian 1 = Tidak Baik (tidak baik, tidak jelas, tidak terlaksana, todak operasional) 2 = Kurang Baik (sesuai, jelas, tidak terlaksana, tidak operasional) 3 = Baik (sesuai, jelas, terlaksana, kurang operasional) 4 = Sangat Baik (sesuai, jelas, terlaksana, operasional)
67
Dalam pelaksanaan tindakan pertama dalam proses belajar mengajar diperoleh data tentang bagaimana dosen mengelola pembelajaran melalui langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar dan media pembelajaran. Observer dalam pelaksanaan pembelajaran adalah dua orang dosen serumpun yang memahami tentang pembelajaran yaitu Drs. Bambang Sugito, M.Sn dan Dra. Retnayu Prasetyanti, M.Si. Hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran menunjukkan bahwa langkah-langkah pembelajaran terlaksana 76,9% dan yang tidak terlaksana adalah 23,1%. Ketidakterlaksanaan pembelajaran diketahui pada kegiatan pendahuluan dalam menginformasikan keterkaitan tema dengan konsep yang sesuai, pembagian kelompok dan mengecek pemahaman kelompok pada kegiatan inti. Setelah dikroscek dengan dosen pengampu diketahaui bahwa ada kelalaian dosen dalam menyampaikan keterkaitan tema dengan konsep. Sedangkan kegiatan pembagian kelompok dan mengecek pemahaman kelompok tidak terlaksana karena pada satuan acara perkuliahan pertemuan tersebut belum menerapkan latihan kelompok. Pengelolaan pembelajaran pada dasarnya sudah berjalan baik (sesuai, jelas, terlaksana, walaupun ada beberapa bahasan yang kurang operasional. Hal itu terbukti bahwa 65,3% menyatakan baik, bahkan 34,6% menyatakan sangat baik yang berarti sudah sesuai, jelas, terlaksana dan bahasan operasional.
6.2.1.3 Observasi Pembelajaran Bersamaan
dengan
pelaksanaan
tindakan,
dosen
matakuliah
melakukan
pembelajaran di kelas, semestara tim peneliti bersama dosen serumpun mengamati
68
pelaksanaan pembelajaran di kelas dan siap dengan instrument observasi pelaksanaan perkuliahan. Pada pelaksanaan tindakan atau tepatnya setelah penyampaian materi perkuliahan selesai, peneliti menyebarkan angket kepada mahasiswa untuk mengetahui efektifitas pembelajaran dengan bahan ajar dan media pembelajaran hasil pengembangan penelitian. Selanjutnya dari hasil observasi tersebut dianalisis. Pada pelaksanaan tindakan pertama pada penggunaan bahan ajar yang dilakukan oleh dua orang
validator yang merupakan dosen pengampu serumpun pada
matakuliah pembelajaran, yaitu Drs. Bambang Sugito, M.Sn dan Dra. Retnayu Prasetyanti, M.Si ditemukan hasil validasi pada bahan ajar sebagai berikut. Tabel 6.12 Hasil Validasi Draf I Bahan Ajar No
Aspek Penilaian
I.Kelayakan Isi 1 Kesesuaian uraian materi dengan kompetensi 2 Keakuratan materi 3 Materi pendukung II. Kelayakan Penyajian 4 Teknik penyajian 5 Penyajian Pembelajaran 6 Kelengkapan penyajian III. Kelayakan Bahasa 7 Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik 8 Komunikasi 9 Keruntutan dan Kesatuan gagasan Jumlah skor perolehan validasi
Validator 1 2
Rata-rata 87,5%
4
4
4 3
3 3 91,6%
4 4 3
4 4 3 83,3%
3
4
3 3
3 4
31
32
87,5%
69
Berdasarkan hasil penghitungan presentase tersebut, draf I (bahan ajar) yang telah dikembangkan peneliti layak digunakan karena persentasenya 87,5 %, dan masuk dalam kategori sangat baik. Kategori ini seperti yang ditunjukkan pada kategori di bawah ini. Tabel 6.13 Interpretasi skor Persentase 0 % - 33 % 34 % - 66 % 67 % - 100 %
Kategori Kurang Baik Baik Sangat baik/layak (Sumber : Ridwan, 2009)
Kategori sangat baik dalam penilaian skor tersebut, dapat diartikan bahan ajar yang telah tersusun tersebut memiliki kualitas baik, mudah dipahami dan sesuai dengan konteks penjelasan. Namun demikian karena penilaian dari validator masih ada nilai 3 pada beberapa item, maka ada beberapa saran yang telah dituliskan validator I yakni ; tata kalimat dan pengetikan masih ada yang kurang jelas, dan penjelasannya perlu lebih didetailkan. Validator II menambahkan perlunya diberikan contoh yang jelas untuk perangkat yang ada. Disamping bahan ajar divalidasi oleh validator dosen serumpun, mahasiswa juga diberi kesempatan untuk memvalidasi bahan ajar dengan harapan keterbacaan dan penjelasan yang tertuang dalam bahan ajar dapat diterima dengan baik oleh mahasiswa. Hasil analisis validasi bahan ajar oleh mahasiswa dari 79 mahasiswa yang memvalidasi 72 jumlah kalimat pada bahan ajar kegiatan pertama ditemukan tingkat kesulitan mahasiswa pada 372 kalimat atau setara dengan 6,6%, sedangkan 93,4% dari kalimat dalam bahan ajar sudah dapat dipahami oleh mahasiswa. Dari data tersebut diinterpretasikan skor berdasar konsep Ridwan 70
(2009) menunjukkan bahwa bahan ajar dari unsure keterbacaan sudah sangat baik dan layak untuk digunakan sebagai bahan ajar perkuliahan perencanaan pembelajaran. Hasil validasi pada media pembelajaran power point yang digunakan dalam perkuliahan perencanaan pembelajaran dari 79 mahasiswa yang mengikuti perkuliahan adalah sebagai berikut. Tabel 6.14 Hasil Analisis Penggunaan Media Pembelajaran Draft I No. 1. 2. 3. 4. 5.
Aspek yang diamati Warna Tulisan Background Animasi Gambar Sound Kesederhanaan kalimat Rata-rata
Prosentase Ketidakjelasan 22,4% 22,4 23,5% 5,9% 25,9% 20,02%
Prosentase Kejelasan 77,6% 77,4% 76,5% 94,1% 74,1% 79,98%
Penggunaan media pembelajaran power point tentang bahasan dalam perkuliahan menunjukkan 20,02% yang belum jelas, sedangkan 79,98% menunjukkan kejelasan media. Jika diinterpretasikan skor berdasarkan Ridwan (2009), maka angka 79,98% dapat dikatakan sangan baik dan layak untuk digunakan dalam matakuliah perencanaan pembelajaran.
6.2.1.4 Refleksi Pembelajaran Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran pada pelaksanaan tindakan pertama pada dasarnya sangat baik dan bahan ajar serta media layak digunakan dalam perkuliahan perencanaan pembelajaran. Hal itu juga dapat dilihat dari hasil validasi dari dosen matakuliah serumpun dan angket yang diberikan pada mahasiswa. 71
Untuk mengetahui peningkatan kualitas dari bahan ajar dan media pembelajaran serta pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh dosen pengampu mata kuliah, maka perlu dilakukan ujicoba kembali yang dalam penelitian tindakan ini disebut dengan siklus kedua. Dengan melihat kelemahan dari penggunaan bahan ajar, media pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran, maka ketiga komponen tersebut perlu direvisi kembali untuk perbaikan.
6.2.1 Siklus 2 (kedua) 6.2.1.1 Perencanaan Pembelajaran Siklus pertama telah dilakukan dengan hasil yang sudah sangat baik, tetapi siklus kedua harus tetap dilakukan untuk memberikan penguatan dan melihat apakan produk pengembangan benar-benar efektif digunakan dalam perkuliahan. Yang dilakukan pertama dalam perencanaan siklus kedua adalah merevisi produk pengembangan baik bahan ajar maupun media pembelajara. Sementara perbaikan produk atau draft 1 direvisi oleh tim peneliti pendamping, peneliti menyusun silabus dan satuan acara perkuliahan yang juga direvisi dari pelaksanaan siklus satu. Semua hasil revisi selanjutnya digunakan atau diterapkan dalam pembelajaran.
6.2.1.2 Pelaksanaan Pembelajaran Penerapan siklus kedua dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2011 pada kelas perencanaan pembelajaran. Materi pembelajaran pada saat penerapan siklus kedua adalah Pengembangan pembelajaran berbasis kompetensi dengan sub materi
72
pengertian
kompetensi,
langkah
pengembangan
pembelajaran
berbasis
kompetensi, kompetensi lulusan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, Indikator kompetensi dan pemetaan materi berdasarkan kompetensi. Pelaksanaan pngelolaan matakuliah perencanaan pembelajaran menerapkan pembelajaran sesuai dengan rancangan pembelajaran yang disusun dengan menggunakan bahan ajar dan media pembelajaran yang telah direvisi yang selanjutnya disebut draft 2.
Hasil observasi pelaksanaan pengelolaan
pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar dan media pembelajaran yang sudah diperbaiki adalah sebagai berikut. Tabel 6.15 Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran No Aspek yang dinilai
Terlaksan a P1 P2
Tidak P1
Skala Penilaian
P2
1 P1
Pendahuluan 1 Memotivasi siswa 2 Menyampaikan tujuan pembelajaran 3 Menginformasika n keterkaitan tema dengan konsep Kegiatan Inti 1 Membagi mahasiswa ke dalam kelompok 2 Membagikan bahan ajar 3 Memandu mahasiswa melakukan diskusi 4 Mengecek pemahaman tiap kelompok 5 Membimbing mahasiswa membuat kesimpulan
100% √ √ √ √
√
√
√
83,3% √
√
√
√
√
0%
16,6%
√
P2 0%
0%
P1
P2 0%
3
4
P1 P2 33.3%
P1 P2 66.6% √ √ √ √
√
√
√
41,6% √
0%
58,3%
√ √
√
√
2
√
√
√
√
√
√
√
73
6
Memberikan umpan balik berdasarkan diskusi Penutup 1 Melakukan evaluasi 2 Melakukan tindak lanjut perkuliahan Suasana Kelas 1 Mahasiswa antusias 2 Waktu sesuai alokasi Jumlah %
√
√
√
100% √
√
√
√
100% √
√
√ 92,3%
√
0%
0%
0%
0%
√
100% √ √ √
0%
0%
0%
25%
√ 75% √
√ √ 7,6%
0%
0%
26,9%
√ 69,2%
Pelaksanaan pengelolaan pembelajaran pada pelaksanaan tindakan kedua dari observer disimpulkan bahwa 92,3% pembelajaran terlaksana dan 7,6% tidak terlaksana
yaitu
pada
pengecekan
pemahaman
tiap-tiap
kelompok.
Ketidakterlaksanaan pengecekan pemahaman tiap-tiap kelompok terjadi karena pada pelaksanaan pembelajaran mahasiswa masih dikelompokkan berdua-dua untuk mendiskusikan tugas. Dosen dalam pelaksanaan pembimbingan tugas masih bersifat global untuk satu kelas, belum secara khusus memfokuskan pada kelompok. Pada skala penilaian diperoleh hasil bahwa 26,9% kegiatan terlaksana dengan baik, bahkan 69,2% menyatakan sangat baik. Hal ini merupakan indikasi bahwa pada dasarnya pelaksanaan pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh dosen pengampu matakuliah perencanaan sudah sangat baik.
6.2.1.3 Observasi Pembelajaran Pada pelaksanaan tindakan kedua atau tepatnya setelah penyampaian materi perkuliahan selesai, peneliti menyebarkan angket kepada mahasiswa untuk mengetahui efektifitas pembelajaran dengan bahan ajar dan media pembelajaran 74
hasil pengembangan penelitian. Selanjutnya dari hasil observasi tersebut dianalisis. Pada pelaksanaan tindakan kedua pada penggunaan bahan ajar yang dilakukan oleh dua orang
validator yang sama dengan pelaksanaan tindakan pertama
ditemukan hasil validasi pada bahan ajar sebagai berikut. Tabel 6.16 Hasil Validasi Draf II Bahan Ajar No
Aspek Penilaian
I.Kelayakan Isi 1 Kesesuaian uraian materi dengan kompetensi 2 Keakuratan materi 3 Materi pendukung II. Kelayakan Penyajian 4 Teknik penyajian 5 Penyajian Pembelajaran 6 Kelengkapan penyajian III. Kelayakan Bahasa 7 Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik 8 Komunikasi 9 Keruntutan dan Kesatuan gagasan Jumlah skor perolehan validasi
Validator 1 2
Rata-rata 83,3%
4
4
4 3
4 3 95,8%
4 4 3
4 4 4
4
4
3 4
3 4
33
34
83,3%
93%
Berdasarkan hasil penghitungan presentase tersebut, draf II (bahan ajar) yang telah dikembangkan peneliti layak digunakan karena persentasenya 93 %, dan masuk dalam kategori sangat baik menurut Ridwan (2009). Kategori sangat baik dalam penilaian skor tersebut, dapat diartikan bahan ajar yang telah tersusun tersebut memiliki kualitas baik, mudah dipahami dan sesuai dengan konteks penjelasan. Disamping bahan ajar divalidasi oleh validator dosen serumpun, mahasiswa juga diberi kesempatan untuk memvalidasi bahan ajar dengan harapan keterbacaan dan 75
penjelasan yang tertuang dalam bahan ajar dapat diterima dengan baik oleh mahasiswa. Hasil analisis validasi bahan ajar oleh mahasiswa dari 53 mahasiswa yang memvalidasi 50 jumlah kalimat pada bahan ajar kegiatan pertama ditemukan tingkat kesulitan mahasiswa pada 30 kalimat atau setara dengan 1,1%, sedangkan 98,9% dari kalimat dalam bahan ajar sudah dapat dipahami oleh mahasiswa. Dari data tersebut diinterpretasikan skor berdasar konsep Ridwan (2009) menunjukkan bahwa bahan ajar dari unsure keterbacaan sudah sangat baik dan layak untuk digunakan sebagai bahan ajar perkuliahan perencanaan pembelajaran. Hasil validasi pada media pembelajaran power point yang digunakan dalam perkuliahan perencanaan pembelajaran dari 76 mahasiswa yang mengikuti perkuliahan adalah sebagai berikut. Tabel 6.17 Hasil Analisis Penggunaan Media Pembelajaran Draft II No. 1. 2. 3. 4. 5.
Aspek yang diamati Warna Tulisan Background Animasi Gambar Sound Kesederhanaan kalimat Rata-rata
Prosentase Ketidakjelasan 27,6% 22,3 % 18,4% 3,9% 27,6% 19,96%
Prosentase Kejelasan 72,4% 77,7% 81,6% 96,1% 72,4% 80%
Penggunaan media pembelajaran power point tentang bahasan dalam perkuliahan menunjukkan 19,96% yang belum jelas, sedangkan 80% menunjukkan kejelasan media. Jika diinterpretasikan skor berdasarkan Ridwan (2009), maka angka 80% dapat dikatakan sangan baik dan layak untuk digunakan dalam matakuliah perencanaan pembelajaran.
76
6.2.1.4 Refleksi Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran pada pelaksanaan tindakan kedua pada dasarnya sangat baik dan bahan ajar serta media layak digunakan dalam perkuliahan perencanaan pembelajaran. Hal itu juga dapat dilihat dari hasil validasi dari dosen matakuliah serumpun dan angket yang diberikan pada mahasiswa. Dengan melihat data-data hasil penelitian maka disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kualitas pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar dan media pembelajaran produk hasil penelitian pendamping.
6.3 Kualitas Bahan Ajar dan Media Pembelajaran Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran Kualitas bahan ajar dan media pembelajaran hasil pengembangan diketahui dari penilaian mahasiswa yang menggunakan produk pengembangan tersebut. Penilaian kualitas bahan ajar dirumuskan dalam duabelas pertanyaan yang harus dijawab oleh mahasiswa matakuliah perencanaan pembelajaran. Dari 47 mahasiswa yang mengembalikan angket tanggapan mahasiswa terhadap bahan ajar matakuliah perencanaan pembelajaran diketahui hasilnya sebagai berikut.
77
6.18 Kualitas Bahan Ajar Perencanaan Pembelajaran No Uraian Pertanyaan Ya 1. Menimbulkan minat baca 65,9% 2. Menjelaska tujuan pembelajaran (ada indikator 87,2% ketercapaian) 3. Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel 58,5% 4. Struktur berdasarkan kebutuhan mahasiswa 78,7% dan kompetensi akhir yang akan dicapai. 5. Memberi kesempatan pada mahasiswa untuk 82,9% berlatih 6. Mengakomodasi kesulitan mahasiswa 53,1% 7. Memberi rangkuman 61,7% 8. Gaya penulisan komunikatif dan semi formal 42,5% 9. Materi berdasar kebutuhan mahasiswa 80,8% 10. Dikemas untuk proses instruksional 68% 11. Memberi motivasi mahasiswa untuk belajar 76,5% 12. Mudah Dipelajari 53,1% Prosentase rata-rata 67,4%
Biasa 34,1% 12,8%
Tidak 0 0
34% 21,3%
4,2% 0
17,1%
0
42,5% 36,1% 46,8% 8,5% 32% 23,5% 46,8% 29,6%
4,2% 2,1% 6,3% 2,1% 0 0 0 3%
Dari hasil perhitungan di atas selanjutnya diinterpretasikan skornya berdasarkan intrepretasi skor dari Ridwan (2009:41) sebagai berikut. Tabel 6.19 Interpretasi kualitas Skor Persentase 0% - 50% 51% - 100%
Kategori Tidak berkualitas Berkualitas
Presentase rata-rata dari penggunaan bahan ajar perencanaan pembelajaran adalah 67,4% yang menyatakan ya, artinya bahwa bahan ajar telah memenuhi kualitas sebagai bahan ajar walaupun pada gaya penulisan yang diharapkan komunikatif dan semi formal masih biasa saja. Kualitas media pembelajaran pada matakuliah perencanaan pembelajaran diukur melalui angket yang diberikan pada mahasiswa dengan duabelas pertanyaan tanggapan mahasiswa terhadap penggunaan bahan ajar. Media pembelajaran dalam bentuk power point diukur tingkat keterbacaannya sebagai produk yang 78
digunakan dalam pembelajaran di kelas, sedangkan media pembelajaran yang diukur tingkat kualitasnya adalah media dalam bentuk video pembelajaran. Media video pembelajaran dalam penelitian ini belum diterapkan di kelas perencanaan pembelajaran karena akhir pengumpulan data penelitian masih sedang berjalan proses belajar mengajar pertemuan ke lima, sedangkangkan video pembelajaran ini akan digunakan memperjelas materi pertemuan ke tujuh dan delapan dengan pokok bahasan silabus. Walaupun belum diterapkan, media video pembelajaran telah diujicobakan pada kelas dengan matakuliah strategi pembelajaran pada bahasan model-model pembelajaran. Tujuan dari ujicoba tersebut adalah untuk melihat tanggapan mahasiswa terhadap media pembelajaran yang digunakan. Dari 43 mahasiswa yang mengembalikan angket diketahui hasilnya adalah sebagaiberikut. Tabel 6.20 Kualitas Media Pembelajaran No Uraian Pertanyaan Ya 1. Menimbulkan minat untuk 97,7% melihat/memperhatikan 2. Menjelaskan tema/judul media pembelajaran 93% 3. Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel 86% 4. Struktur berdasarkan kebutuhan mahasiswa 76,7% dan kompetensi akhir yang akan dicapai. 5. Memberi kesempatan pada mahasiswa untuk 82,7% berinovasi 6. Mengakomodasi kesulitan mahasiswa 65% 7. Menggambarkan dengan jelas pelaksanaan 81,3% pembelajaran seni budaya 8. Gaya pengkemasan media komunikatif 90,6% 9. Materi berdasar kebutuhan mahasiswa 88,3% 10. Dikemas untuk membantu pemahaman 95,3% mahasiswa 11. Memberi motivasi mahasiswa untuk belajar 93% 12. Mudah Dipelajari 90,6% Prosentase rata-rata 90,7%
Biasa 2,3%
Tidak 0%
7% 13,9% 23,3%
0% 0% 0%
16,3%
0%
35% 18,6%
0% 0%
9,3% 11,7% 4,6%
0% 0% 0%
7% 9,3% 9,2%
0% 0% 0%
79
Dari hasil perhitungan di atas selanjutnya diinterpretasikan skornya berdasarkan intrepretasi skor dari Ridwan (2009:41) sebagai berikut. Tabel 6.21 Interpretasi kualitas Skor Persentase 0% - 50% 51% - 100%
Kategori Tidak berkualitas Berkualitas
Dari data angket tersebut dapat diketahui bahwa media pembelajaran dalam bentuk video model pembelajaran memiliki kualitas yang baik jika digunakan dalam pembantu menjelaskan tentang pelaksanaan pembelajaran. Hal itu dibuktikan dari 43 mahasiswa yang menyatakan ya ada 90,7% artinya jika diinterpretasikan dengan interpretasi skor Ridwan (2009) dapat dikelompokkan berkualitas.
6.4 Hasil Belajar Pada Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran Hasil belajar matakuliah perencanaan pembelajaran pada penelitian ini masih terbatas pada tiga kali tugas yang diberikan pada mahasiswa, yaitu tugas merancang alokasi waktu minggu efektif dan hari efektif pada mata pelajaran Seni Budaya (sesuai bidang konsentrasi seni mahasiswa), membuat rencana program tahunan dan membuat program semesteran. Adapun hasil nilai dari tugas tersebut adalah
80
Tabel 6.22 Hasil Belajar Mahasiswa No. Nilai Nilai membuat Mahasiswa Merancang minggu program efektif tahunan 1. 90 80 2. 90 80 3. 100 100 4. 100 100 5. 75 100 6. 50 85 7. 100 100 8. 75 79 9. 30 0 10. 30 0 11. 50 0 12. 75 85 13. 25 100 14. 85 90 15. 90 80 16. 90 100 17. 90 100 18. 87 95 19. 100 70 20. 100 75 21. 100 90 22. 97 100 23. 100 90 24. 20 75 25. 75 80 26. 75 100 27. 87 85 28. 100 70 29. 80 70 30. 60 60 31. 90 90 32. 60 65 33. 70 87 34. 50 80 35. 30 80 36. 75 80 37. 75 70 38. 60 50 39. 60 100 40. 50 85 41. 50 75 Rata-rata 66,6 84,2 Jumlah Nilai Rata-Rata adalah 74,5
Nilai membuat program semesteran 90 85 85 85 100 15 85 75 50 40 65 75 0 98 85 98 100 87 50 50 90 70 90 80 80 100 75 75 75 40 0 50 75 80 65 80 45 25 90 51 60 72.1 81
Dari data nilai tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata nilai dari tiga tugas mahasiswa adalah 74,5. Hal ini menunjukkan hasil belajar yang baik untuk kreteria lima kali pertemuan sehingga diharapkan pada pertemuan selanjutnya hingga akhir matakuliah akan diperoleh nilai hasil belajar yang lebih baik dari rata-rata nilai tugas tersebut.
82
BAB VII PENUTUP
7.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada matakuliah perencanaan pembelajaran seni budaya di jurusan Sendratasik FBS Unesa. Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari observer (teman serumpun) dan dari angket serta hasil belajar mahasiswa, maka disimpulkan tiga kesimpulan sebagaiberikut. Pertama, pelaksanaan proses belajar mengajar pada matakuliah perencanaan pembelajaran dengan menerapkan bahan ajar dan media pembelajaran dilakukan sesuai dengan satuan acara perkuliahan yang sudah disusun oleh dosen. Pengelolaan pembelajaran pada dasarnya sudah berjalan baik (sesuai, jelas, terlaksana, walaupun ada beberapa bahasan yang kurang operasional. Hal itu terbukti bahwa 65,3% menyatakan baik, bahkan 34,6% menyatakan sangat baik yang berarti sudah sesuai, jelas, terlaksana dan bahasan operasional. Kedua, kualitas bahan ajar dan media pembelajaran pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran dianalisis dari data angket mahasiswa menunjukkan bahwa presentase rata-rata dari penggunaan bahan ajar perencanaan pembelajaran adalah 67,4% yang menyatakan ya, artinya bahwa bahan ajar telah memenuhi kualitas sebagai bahan ajar walaupun pada gaya penulisan yang diharapkan komunikatif dan semi formal masih biasa saja. Sedangkan kualitas media pembelajaran dalam bentuk video model pembelajaran memiliki kualitas yang baik jika digunakan dalam membantu menjelaskan tentang pelaksanaan pembelajaran. Hal itu dibuktikan dari 43 mahasiswa yang
83
menyatakan ya ada 90,7% artinya jika diinterpretasikan dengan interpretasi skor Ridwan (2009) dapat dikelompokkan berkualitas. Ketiga, dari hasil implementasi bahan ajar dan media pembelajaran pada mata kuliah yang dapat meningkatkan kualitas hasil belajar mahasiswa diketahui bahwa ratarata nilai dari tiga tugas mahasiswa adalah 74,5. Hal ini menunjukkan hasil belajar yang baik untuk kreteria lima kali pertemuan sehingga diharapkan pada pertemuan selanjutnya hingga akhir matakuliah akan diperoleh nilai hasil belajar yang lebih baik dari rata-rata nilai tugas tersebut.
5.1 Saran Penelitian Payung dengan menaungi dua penelitian pendamping cukup memerlukan ketepatan peneliti dalam menerapkan rencana-rencana pengumpulan datanya. Penelitian payung ini sangat baik untuk melihat kualitas pembelajaran pada matakuliah, namun karena jenis penelitian ini masih relatif baru diterapkan sehingga masih banyak ditemui kesulitan teknis dalam pengumpulan data. Hal ini diharapkan tidak terulang pada penelitian selanjutnya.
84
DAFTAR PUSTAKA Anderson, Lorin W dan David R Krathwohl (ed). 2010. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Jakarta: Pustaka Pelajar Aunurrahman, 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Arifin, Zaenal. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Lentera Cendikia Bahuruddin dan Esa Nurwahyuni. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Emzir. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers. Emzir. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers. Hamalik, Oemar. 2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara Hergenhahn dan Matthew H. Olson. 2008. Theoties of Learning. Jakarta: Kencana Kountur, Ronny. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Lembaga Manajemen PPM dengan Penerbit PPM. Ridwan, 2009. Dasar-Dasar Statistik. Bandung: Alfabeta. Riyanto, Yatim. 2001. Metode Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC Muijs, Daniel dan David Reynolds. 2008. Evective Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Santyasa, I Wayan. 2007. “Model-Model Pembelajaran Inovatif”.makalah pelatihan tentang Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru-Guru SMP dan SMA di Nusa Penida, tanggal 29 Juni s.d 1 Juli 2007 Slamento. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Strauss, Anselm and Corbin. 2007. Basic of Qualitative Research: Grounded Theory Procedures and Techniques. Penyadur Djunaidi Ghony. Surabaya: Bina Ilmu. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana
85
______, 2010. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan dan Profesi Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana Tim Puslitjaknov. 2008. Metode Penelitian Pengembangan. Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.
---------
86