PEMODELAN STRUKTURAL PENGARUH KECERDASAN EMOSI TERHADAP MINAT ENTREPRENEURSHIP MAHASISWA Anna Afi Hayy(1) dan Agus Suharsono(2) Mahasiswa Statistika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya(1)
[email protected] Dosen Statistika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya(2)
[email protected]
ABSTRACT Structural Equation Modeling (SEM) merupakan teknik statistika yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit secara simultan. Hubungan tersebut dapat dibangun antara satu atau beberapa variabel dependen dengan satu atau beberapa variabel independent. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosi terhadap minat entrepreneurship mahasiswa menggunakan SEM. Menjadi Entrepreneur adalah tantangan bagi mahasiswa dalam menciptakan pekerjaan baru guna mengurangi beban pemerintah dalam mengatasi “pengangguran akademis”. Sedangkan salah satu faktor penentu keberhasilan hidup adalah kecerdasan emosi (Goleman, 2003). Sebelum analisis SEM terlebih dahulu dilakukan analisis factor konfirmatori untuk mengetahui signifikansi dari indicator dalam mengukur variabel. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa kecerdasan emosi mempunyai pengaruh positif terhadap entrepreneurship mahasiswa dengan persamaan: entrepreneurship= 0,74*Kecerdasan emosi. Kata-kata kunci : Structural Equation Modeling, Kecerdasan Emosi, Entrepreneurship 1. PENDAHULUAN Kompas (18 Februari 2010), Konsultan Sumber Daya Manusia (SDM) Daya Dimensi Indonesia mengatakan tantangan terbesar mahasiswa adalah menghadapi persaingan di dunia kerja yang semakin tinggi. Selain itu, mahasiswa dihadapkan dilema bahwa pengetahuan mengenai dunia kerja tidak didapatkan. Data survei tenaga kerja nasional tahun 2009 yang dikeluarkan Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) mengungkapkan dari 21,2 juta masyarakat Indonesia yang masuk dalam angkatan kerja, sebanyak 4,1 juta orang adalah pengangguran. Pengangguran tersebut didominasi oleh lulusan diploma dan universitas (disebut pengangguran akademik) dengan kisaran angka di atas 2 juta orang. Salah satu jalan untuk mengatasi pengangguran di Indonesia adalah diciptakannya lapangan pekerjaan baru. Dengan fungsinya sebagai agent of change mahasiswa diharapkan mampu menjawab tantangan tersebut dengan menjadi entrepreneur. Karena pentingnya peran kewirausahaan mahasiswa dalam masa depan Indonesia di bidang ekonomi dan kesejahteraan, maka dalam penelitian ini ingin mengetahui minat kewirausahaan mahasiswa berdasarkan kecerdasan emosi yang dimiliki. Kecerdasan emosi menjadi dasar dalam penelitian ini berdasarkan hasil penelitian Goleman (2003) menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual (IQ) hanya memberi kontribusi 20% dari kesuksesan hidup seseorang, selebihnya bergantung pada kecerdasan emosi dan kemampuan teknis lainnya. Dalam penelitian Zampetakis, dijelaskan variabel kepribadian memainkan peran penting dalam mengembangkan model-model alternative untuk proses kewirausahaan (Zhao dan Seibert, 2006) dan salah satu hubungan perlakuan emosi yang berpotensi adalah sifat kecerdasan emosi atau emosional efektifitas diri (Petrides and Fumham, 2001). Salah satu penelitian terbaru adalah Zampetakis (2009) yang mencoba membuktikan kecerdasan emosi berpengaruh terhadap minat entrepreneurship, dan diperoleh informasi bahwa kecerdasan emosi berpengaruh positif terhadap minat entrepreneurship. Penelitian yang dilakukan sebelumnya diantaranya adalah Efranto (2006) yang meneliti pengaruh kreativitas terhadap kecerdasan emosional dan kecerdasan entrepreneurial dengan menggunakan SEM dan menghasilkan bahwa kecerdasan emosi berpengaruh negative 1
terhadap kecerdasan emosi. Reni (2004) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan kecerdasan emosi (EQ), dihasilkan bahwa kecerdasan emosi mahasiswa FMIPA relative tinggi dengan faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi adalah urutan lahir. Widiyanti (2006) tentang pengukuran kecerdasan emosi dengan pendekatan analisis faktor konfirmatori, dari penelitian Fajar diperoleh beberapa informasi indikator yang signifikan mengukur variabel kecerdasan emosi. Mahmud (2008) yang menganalisis Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual dan Penilaian Kinerja terhadap Motivasi Kerja. Diperoleh hasil bahwa kecerdasan emosi berpengaruh positif terhadap motivasi kerja. Dalam penelitian ini ingin mengetahui pengaruh kecerdasan emosi yang berpengaruh terhadap minat kewirausahaan mahasiswa menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM). SEM merupakan teknik statistika yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit secara simultan. Hubungan tersebut dapat dibangun antara satu atau beberapa variabel dependen dengan satu atau beberapa variabel independent. 2. SEM (STRUCTURAL EQUATION MODEL) Structural Equation Model (SEM) adalah teknik analisis statistika yang mengkombinasikan beberapa aspek yang terdapat pada analisis jalur dan analisis faktor konfirmatori untuk mengestimasi beberapa persamaan secara simultan. Dalam analisis faktor terdapat 2 macam yaitu analisis faktor eksploratori dan analisis faktor konfirmatori. Analisis faktor konfirmatori, banyak faktor yang harus terbentuk, serta variabel-variabel laten apa saja yang termasuk kedalam faktor-faktor tersebut sudah diketahui secara apriori berdasarkan landasan teori dan konsep yang telah ada. Estimasi Parameter Estimasi paramater pada CFA ini, dilakukan dengan membandingkan matriks varians kovarians measurement model model dengan matriks varian kovarians data observasi. Uji Kesesuaian Model Untuk mengukur “kebenaran” model yang diajukan, maka harus dilakukan pengujian terhadap beberapa fit index. Pendugaan parameter san pengujian hipotesis dalam SEM dapat dilakukan apabila asumsi terhadap data telah terpenuhi. Tabel 1 adalah beberapa indeks kesesuaian dan cut off value-nya untuk digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak. Tabel 1. Kriteria Goodness Of Fit goodness of fit index cut-off value Diharapkan kecil 2 ( Chi-Square ) Significance Probability 0.05 RMSEA 0.08 GFI 0.90 AGFI 0.90 CFI 0.95
Sumber: Ghozali, 2005 Signifikansi Parameter Uji signiikansi parameter pada confirmatory analysis adalah dengan menggunakan nilai t, yaitu :
t value
Estimates ( ) Std.Error ( )
2
Untuk mengetahui signifikan tidaknya hubungan antara variabel, maka t-value harus lebih besar dari nilai t-tabel pada level tertentu yang tergantung dari ukuran sampel dan level signifikansi. Hipotesisnya adalah sebagai berikut : H0 : = 0 (loading factor tidak signifikan dalam mengukur variabel laten) H1 : 0 (loading factor signifikan dalam mengukur variabel laten) Dengan menggunakan nilai t-value, maka untuk perngambilan keputusan menolak H 0 jika |tvalue| < ttabel Second Order Confirmatory Factor analysis Second Order CFA terjadi ketika variabel laten tidak dapat diukur secara langsung menggunakan indikator, dan memerlukan beberapa indikator lagi. Persamaan Y y merupakan bentuk faktor analisis model Y dengan first order factors dan measurement error . Jika variabel dapat dihitung oleh beberapa faktor maka persamaan yang demikian ini disdebut sebagai second order factor analysis. Persamaannya dapat ditulis sebagai berikut: =+ dimana = matriks second order factor loadings = Vektor variabel tunggal (unique) untuk Langkah-langkah SEM Secara garis besar langkah-langkah dalam SEM adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan Model Berbasis Teori. 2. Mengkonstruksi Diagram Path (Pengembangan Diagram Jalur) 3. Menterjemahkan Diagram Path ke dalam Model Struktural 4. Memilih Matriks Input dan Estimasi Model 5. Munculnya Masalah Identifikasi 6. Evaluasi kriteria Goodness-of-fit 7. Interpretasi dan Modifikasi Model 3. KEWIRAUSAHAAN Suryana, (2001) dalam Muhyi (2007) menjelaskan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berfikir kreatif dan inovatif. Kewirausahaan entrepreneurship merujuk pada kepribadian tertentu yaitu pribadi yang mulia, yang mampu berdiri diatas kemampuan sendiri, yang mampu mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, serta mampu menerapkan tujuan yang dicapai atau dasar pertimbangannya sendiri. Wirausahawan bukanlah sekedar pedagang, namun jadi lebih dalam dari maknanya, yaitu yang berkenaan dengan mental manusia, rasa percaya diri, efisiensi waktu, kreativitas, ketabahan, keuletan, kesungguhan dan moralitas dalam menjalankan usaha mandiri yang tujuannnya adalah untuk mempersiapkan tiap individu maupun masyarakat agar dapat hidup layak sebagai manusia yang kehadirannya ditujukan untuk mengembangkan dirinya, masyarakat, alam dan kehidupan. Latar belakang seseorang untuk menekuni dunia usaha terdiri dari dua faktor yaitu: a. faktor internal : faktor-faktor yang timbul karena pengaruh rangsangan dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor-faktor internal sebagai pendorong minat berwirausaha antara lain karena adanya kebutuhan akan pendapatan, harga diri, dan perasaan senang
3
b. faktor external: faktor-faktor yang mempengaruhi individu karena pengaruh rangsangan dari luar. Faktor-faktor ekstrinsik yang mempengaruhi minat berwirausaha antara lain: lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, peluang pendidikan/ pengetahuan. Meredith et al. (2002) dalam Muhyi, (2007), mengemukakan nilai hakiki penting dari wirausaha adalah: 1. Percaya diri (self confidence) Merupakan paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan, yang bersifat internal, sangat relatif dan dinamis dan banyak ditentukan oleh kemampuannya untuk memulai, melaksanakan dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Kepercayaan diri akan mempengaruhi gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja, kegairahan berkarya. Kunci keberhasilan dalam bisnis adaalh untuk memahami diri sendiri. Oleh karena itu wirausaha yang sukses adalah wirausaha yang mandiri dan percaya diri. 2. Berorientasi tugas dan hasil Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil, adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan kerja keras. Dalam kewirausahaan peluang hanya diperoleh apabila ada inisiatif. Perilaku inisiatif biasanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman bertahun-tahun dan pengembangannya diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir kritis, tanggap, bergairah dan semangat berprestasi. 3. Keberanian mengambil risiko Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang menantang. Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangan dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil. Pada situasi ini ada dua alternatif yang harus dipilih yaitu alternative yang mengangung risiko dan alternatif yang konservatif . Pilihan terhadap risiko tergantung pada : a. Daya tarik setiap alternatif b. Kesediaan untuk rugi c. Kemungkinan relatif untuk sukses atau gagal 4. Kempemimpinan Seorang wirausaha harus memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, keteladanan. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga ia menjadi pelopor baik dalam proses produksi maupun pemasaran. Dan selalu memanfaatkan perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai. 5. Berorientasi ke masa depan Wirausaha harus memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan, kuncinya adalah dengan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang ada sekarang. 6. Keorisinilan : Kreativitas dan Inovasi Wirausaha yang inovatif adalah orang yang memiliki ciri-ciri : a. Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini, meskipun cara tersebut cukup baik b. Selalu menuangkan imajinasi dalaam pekerjaannya c. Selalu ingin tampil berbeda atau selalu memanfaatkan perbedaan
4
4. KECERDASAN EMOSI Goleman (2003) menyatakan kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar bebas stres tidak melumpuhkan ke-mampuan berpikir, berempati dan berdo’a. Keterampilan emosional adalah meta-ability, menentukan seberapa baik kita mampu menggunakan keterampilanketerampilan lain maupun yang kita miliki termasuk intelektual yang belum terasah. Emotional Quotient (EQ) mempunyai peranan penting dalam meraih kesuksesan pribadi dan profesional. Salovey dalam Goleman (2003) memberi definisi dasar kecerdasan emosi dan memperluas kemampuan ini menjadi lima wilayah utama, diantaranya adalah: 1. Kesadaran Diri (Self Awareness) Kesadaran diri, mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi, merupakan dasar kecerdasan emosi. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan. Orang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya adalah pilot yang handal bagi kehidupan mereka karena memiliki kepekaan yang lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan masalah-masalah pribadi, mulai dari masalah siapa yang akan dinikahi sampai ke pekerjaan apa yang akan diambil. Kesadaran Diri dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: Kesadaran emosi, Penilaian diri secara teliti (Accurate self assessment, Percaya diri (Self confidence) 2. Pengaturan Diri (Self Regulation) Menangani perasaan agar perasaan dapat diungkapkan dengan tepat merupakan kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Orang yang buruk kemampuannya dalam keterampilan ini akan terus-menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat bangkit lagi dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan. Pengaturan Diri dibagi menjadi lima bagian, yaitu :Kendali diri (Self control), Sifat dapat dipercaya (Trustworthiness), Kehati-hatian (Concientiousness), Adaptabilitas (Adaptability), Inovasi (Innovation) 3. Memotivasi Diri Sendiri (Motivation) Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi dan menguasai diri sendiri dan untuk berkreasi. Kendali diri, menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang dia kerjakan. Motivasi dibagi menjadi empat bagian yakni : Dorongan prestasi, Komitmen (Commitment), Inisiatif (Initiative), Optimisme (Optimism). 4. Mengenali Emosi Orang Lain (Empathy) Empati merupakan kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran emosional. Empati merupakan keterampilan bergaul dasar. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Empati dibagi menjadi lima bagian, yakni: Memahami orang lain , Mengembangkan orang lain (Developing others), Orientasi pelayanan (Service orientation), Memanfaatkan keragaman (Leveraging diversity), Kesadaran politis (Political awareness 5. Keterampilan Sosial (Social Skills) Seni membina hubungan, sebagian besar merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan
5
keberhasilan antar pribadi. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain. Keterampilan Sosial dibagi menjadi delapan, yakni : a. Pengaruh (Influence) , Komunikasi (Communication), Manajemen konflik (Conflict management), Kepemimpinan (Leadership), Katalisator perubahan (Change catalyst), Membangun hubungan (Building bonds), Kolaborasi dan kooperasi (Collaboration and cooperation), Kemampuan tim (Team capabilities). Chandra (2004) mengatakan bahwa enterpreneur yang memiliki kecerdasan emosi optimal akan lebih berpeluang mencapai puncak keberhasilannya. Karena seorang enterpreneur yang memiliki kecerdasan emosi optimal akan tetap menganggap bahwa krisis adalah peluang. Itulah sebabnya mengapa enterpreneur harus tetap jeli dalam memanfaatkan emosinya. Sebaliknya, jika seseorang secara intelektual cerdas kebanyakan bukanlah seorang enterpreneur yang berhasil dalam bisnis dan kehidupan pribadinya. Dengan memiliki kecerdasan emosi yang optimal akan lebih bisa mentransformasikan situasi sulit. Bahkan, semakin peka akan adanya peluang enterpreneur dalam situasi apapun. 5. METODE PENELITIAN Penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui kuisioner tentang pengaruh kecerdasan emosi terhadap minat entrepreneurship mahasiswa. Sedangkan data sekunder berasal dari Biro Administrasi Akademis Kemahasiswaan (BAAK) per April 2010 tentang jumlah mahasiswa S1 reguler ITS angkatan 2006 dan 2007. Variabel endogen/dependent penelitian ini adalah minat mahasiswa terhadap entrepreneurship. Pengukuran minat entrepreneurship mengacu pada kepribadian seorang entrepreneur menurut Siswoyo (2009) diantaranya adalah memiliki rasa tanggung jawab, memperhitungkan resiko, percaya diri, respect, berorientasi ke depan, kuat, kemampuan berorganisasi. Variabel eksogen/independent adalah kecerdasan emosi mahasiswa. Kecerdasan emosi ini mengacu pada definisi kecerdasan emosi menurut Daniel Goleman. Goleman (2003) menyebutkan bahwa kecerdasan emosi meliputi lima dimensi yaitu Kesadaran Diri, Pengaturan Diri, Motivasi, Empati, Keterampilan Sosial. Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode sampling klaster dua tahap dimana kerangka sampel terbagi menjadi 5 Fakultas di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (FMIPA, FTSP, FTK, FTI, FTIf), selanjutnya dipilih beberapa jurusan dari tiap fakultas secara acak yaitu Teknik Sipil, Teknik Lingkungan dan Desain Produk, Teknik Mesin, Teknik Kimia, Teknik Elektro, Statistika, Matematika, Kimia, Teknik Kelautan dan Teknik Perkapalan, Sistem Informasi, dan Teknik Informatika sebagai jurusan terpilih. Besar ukuran sampel diambil dengan mengikuti rumus sebagai berikut :
Npq B dimana D n N 1D pq Z 1 2
2
dimana : n = jumlah sampel minimum p = proporsi jumlah responden yang mempunyai minat tinggi untuk berentrepreneurship. q = proporsi jumlah responden yang kurang berminat untuk berentrepreneurship N = Jumlah Populasi B = Batas kesalahan taksiran (5%) Z1 = Nilai Baku dari tabel distribusi normaal dengan tingkat kepercayaan sebesar 2
= 0,05
6
Sehingga jumlah sampel minimum adalah
n
Npq N 1D pq
4889 0,133 0,867 2
0,05 4888 0,133 0,867 1,96
563,75 171,04 172 3,296
Jadi Jumlah sampel minimum adalah 172 responden. Tahap awal pembentukan model ini adalah dengan uji unidimensionalitas variabel laten pembentuk dimensi kecerdasan emosi. Selanjutnya dilanjutkan uji unidimensionalitas variabel laten pembentuk kecerdasan emosi tersebut (second order CFA),apakah mengukur variabel laten kecerdasan emosi, kemudian melakukan analisis SEM. Secara garis besar penelitian ini dapat digambarkan dalam diagram path berikut: KD PD Entrepreneurship
EQ
H1
M E KS
Gambar 1. Diagram path penelitian
Perhitungan nilai kecerdasan emosi
Perhitungan skor kecerdasan emosional dilakukan dengan membuat distribusi frekuensi untuk kecerdasan emosi yang dihitung secara manual.(warsiki,1997)
dimana : M ideal = mean ideal SD ideal = standar deviasi ideal av = jumlah item yang valid nt = nilai tertinggi nr = nilai terendah Dengan katagori dan batas nilai sebagai berikut: Sangat Tinggi = > Mideal + 1,8 SDideal Tinggi = M ideal+0,6 SDideal < X < Mideal + 1,8 SDideal Sedang = M ideal - 0,6 SDideal < X < Mideal + 0,6 SDideal Rendah = Mideal -1,8 SDideal < X < Mideal – 0,6 SDideal Sangat Rendah = < Mideal - 1,8 SDideal 6. Analisis Data Deskriftif karakteristik Responden Karakteristik responden yang mempunyai minat ber-entrepreneur terdiri dari 39% mahasiswa yang berminat dan 33% sangat berminat ber-entrepreneur. Sedangkan mahasiswa yang tidak berminat untuk entrepreneur terdapat 26% dan sebanyak 2% yang
7
tidak berminat untuk entrepreneur. Persentase jumlah responden perempuan (57%) lebih besar dari persentase jumlah responden laki-laki (43%) dan persentase mahasiswa yang kos (71%) lebih besar dari mahasiswa yang bertempat tinggal di rumah sendiri (29%). Persentase nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa menunjukkan bahwa sebanyak 54% mempunyai 3 IPK 3,5 dan hanya terdapat 1% mahasiswa yang mempunyai IPK 2,5. Sedangkan sebanyak 38% mahasiswa mempunyai IPK 2,5 IPK 3 dan sebanyak 7% mahasiswa mempunyai IPK 3,5. Persentase terbesar dari pendidikan bapak responden menunjukkan bahwa sebanyak 35% mahasiswa mempunyai bapak berlatar belakang pendidikan Sarjana dan sebanyak 34% mahasiswa yang mempunyai bapak berlatar belakang pendidikan SMA/ sederajat. Untuk persentase terkecil adalah sebanyak 1% mahasiswa yang mempunyai bapak dengan latar belakang pendidikan tidak bersekolah. Sedangkan persentase terbesar pendidikan ibu responden mempunyai latar belakang pendidikan SMA/ sederajat yaitu sebesar 40% dari 173 responden dan sebanyak 24% mahasiswa mempunyai ibu berlatar belakang pendidikan Sarjana serta persentase terkecil adalah sebanyak 2% mahasiswa yang ibunya tidak bersekolah. Persentase pekerjaan orang tua responden terdiri dari 47% mahasiswa yang mempunyai bapak yang bekerja sebagai pegawai negeri dan wiraswasta sebanyak 16%. Persentase terendah dari pekerjaan bapak responden adalah 2% yang mempunyai bapak yang bekerja sebagai buruh. Sedangkan untuk pekerjaan ibu persentase terbesar adalah sebagai ibu rumah tangga sebanyak 51% dan 24% mahasiswa yang mempunyai ibu sebagai pegawai negeri sedangkan persentase terkecil adalah 1% ibu responden yang bekerja sebagai buruh. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik responden dengan minat entrepreneurship dilakukan tabulasi silang dengan hasil bahwa dari karakteristik responden, hanya jenis kelamin yang ada hubungan dengan minat entrepreneurship. Sedangkan karakteristik tempat tinggal, IPK, pendidikan dan pekerjaan orang tua tidak ada hubungan dengan minat entrepreneurship. Asumsi Multinormal 2 Untuk menguji multinormal digunakan plot multivariate. Hipotesis yang digunakan sebagai berikut : H0 : Data mengikuti sebaran distribusi multinormal. H1 : Data tidak mengikuti sebaran distribusi multinormal. 2 Daerah penolakan adalah Tolak H0 jika daerah dibawah kurva multivariate < 50 % Tabel 2. Uji Multinormal Untuk Setiap Variabel Laten Nilai daerah Variabel Laten Kesimpulan dibawah kurva Kesadaran Diri 53,1792 Distribusi Multinormal Pengaturan Diri 51,4451 Distribusi Multinormal Motivasi 53,1792 Distribusi Multinormal Empati 57,8035 Distribusi Multinormal Ketrampilan sosial 54,9133 Distribusi Multinormal Minat Entrepreneurship 62.4277 Distribusi Multinormal
7. Analisis Faktor Konfirmatori Untuk mengetahui apakah indicator yang terbentuk, signifikan dalam mengukur variabel laten (dalam hal ini adalah lima dimensi kecerdasan emosi dan minat entrepreneurship mahasiswa) maka dilakukan uji unidimensionalitas dengan Analisis Faktor Konfirmatori.
8
Dalam analisis factor konfirmatori dapat diperoleh informasi validitas, reliabilitas dan kontribusi tiap indicator. Suatu indicator signifikan dalam mengukur variabel laten apabila nilai t-hitung> 1,96. Dari uji CFA diperoleh hasil bahwa semua indicator dimensi kecerdasan emosi (kesadaran diri, pengaturaan diri, motivasi, empati dan ketrampilan social) signifikan dalam mengukur kecerdasan emosi. Indikator yang signifikan mengukur minat entrepreneurship adalah indikatr Y1, Y2, Y3, Y6, Y7, Y8, Y17, Y18, Y19, Y20, Y21. 8. Second Order Confirmatory Factor Analysis Setelah melakukan uji unidimensionalitas dimensi kecerdasan emosi, selanjutnya dilakukan uji unidimensionalitas dimensi kecerdasan emosi yang terbentuk tersebut apakah signifikan dalam mengukur variabel laten kedua yaitu kecerdasan emosi. Jika variabel laten pertama (dimensi kecerdasan emosi) dalam mampu mencerminkan variabel laten kedua (kecerdasan emosi) maka dapat dikatakan bahwa matriks kovarians sampel tidak berbeda dengan matriks kovarians model (second order confirmatory factor analysis case). Model matematika yang menggambarkan kecerdasan emosi dan variabel-variabel yang signifikan mempengaruhinya dapat ditulis sebagai berikut: KD = 0,83EQ + 1 PD = 0,95EQ + 2 M = 0,81EQ + 3 E = 0,65EQ + 4 KS = 0,93EQ + 5 Dari second order confirmatory factor analysis diperoleh hasil bahwa semua variabel laten pertama yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan ketrampilan sosial signifikan dalam mengukur kecerdasan emosi. 9. Uji Reliabilitas Setelah menguji unidimensionalitas dengan CFA yang menghasilkan model dengan indikator pembentuk yang signifikan, maka tahapan selanjutnya adalah menguji reliabilitas. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan reliabilitas konstruk (construct reliability). Variabel laten dikatakan reliabel jika nilai reliabilitas konstruk ( c ) lebih besar dari 0,6 (Bagozzi dan Yi dalam Ghozali, 2005). Tabel 3. Reliabilitas Variabel Reliabilitas Variabel Keterangan Konstruk Kesadaran Diri 0.749 Reliabel Pengaturan Diri 0.746118 Reliabel Motivasi 0.858631 Reliabel Empati 0.806861 Reliabel Ketrampilan Sosial 0.884556 Reliabel Minat Entrepreneurship 0.804598 Reliabel Kecerdasan Emosi 0.946928 Reliabel
Berdasarkan perhitungan reliabilitas diperoleh hasil bahwa semua variabel reliabel. 10. Structural Equation Modelling (SEM)
Analisis persamaan model structural adalah mengkaji hubungan antar variabel laten dengan melibatkan semua indicator yang signifikan. Setelah dilakukan uji unidimensionalitas masing-masing variabel laten dengan CFA, maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis SEM dengan full model berbasis teori. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1 : Kecerdasan emosi mempengaruhi minat entrepreneurship Model dari hipotesis yang diinginkan tersaji dalam Gambar 2.
9
Gambar 2. model structural (modifikasi)
Model structural pada Gambar 2 menunjukkan nilai RMSEA=0,044. Nilai RMSEA antara 0,08 sampai 0,1 menyatakan model memiliki fit yang cukup (MacCallum, dkk 1996 dalam Ghazali dan Fuad, 2005). Nilai hubungan dan signifikansi hubungan antar variabel tersaji dalam Tabel 4. Tabel 4. Nilai Loading dan t-hitung model Hubungan Estimasi t T tabel Keterangan KWU←EQ 0,74 5,21 1,96 Signifikan
Tabel 4 menunjukkan bahwa variable model signifikan pada taraf signifikansi α=5%, dan diperoleh persamaan struktural setelah dimodifikasi yaitu Entrepreneurship = 0,74* EQ, R 2=0,43 Dapat dikatakan bahwa EQ mempunyai pengaruh positif terhadap entrepreneurship, dalam hal ini adalah kecerdasan emosi mempunyai pengaruh positif minat terhadap entrepreneurship mahasiswa. Semakin tinggi nilai/score EQ maka akan semakin tinggi pula minat entrepreneurship mahasisiswa 11. Distribusi Kecerdasan Emosi Untuk mengetahui katagori responden berdasarkan skor total dari tiap indicator maka dibuat distribusi data kecerdasan emosi yang ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Distribusi Data Kecerdasan Emosi Cara I Kategori Interval Nilai Frekuensi Persentase 3 1.73410405 Sangat Tinggi 170 127 73.4104046 Tinggi 140 X < 170 41 23.699422 Sedang 110 X < 140 2 1.15606936 Rendah 80 X < 110 Sangat Rendah < 80 0 0
Sumber: Data diolah Berdasarkan CFA dapat diketahui bahwa 50 indikator yang mengukur kecerdasan emosi dinyatakan valid. Berdasarkan Tabel 5 dapat diperoleh informasi bahwa dari 173 responden, rata-rata mahasiswa mempunyai kecerdasan emosi tinggi sebesar 73,4%. Sedangkan 1,73% mahasiswa mempunyai kecerdasan emosi sangat tinggi dan 1,15% mahasiswa mempunyai kecerdasan emosi rendah serta sebanyak 23,7% mahasiswa mempunyai kecerdasan emosi sedang/ cukup.
10
12. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh kecerdasan emosi terhadap minat entrepreneurship mahasiswa dapat disimpulkan: 1. Persentase karakteristik responden dari 173 mahasiswa adalah sebanyak 39% mahasiswa yang berminat berentrepreneur, responden terdiri dari 57% perempuan, sebanyak 71% mahasiswa yang kos, 54% responden mempunyai 3< IPK<3,5. Sebanyak 35% mahasiswa yang mempunyai bapak yang berbelakang pendidikan Sarjana, 40% mahasiswa yang mempunyai latar belakang pendidikan ibu adalah SMA/ sederajat. Pekerjaan orang tua respnden terbanyak adalah sebanyak 47% mahasiswa yang bapaknya bekerja sebagai pegawai negeri dan 51% mahasiswa yang ibunya bekerja sebagai ibu rumah tangga. 2. Semua dimensi dari variabel kecerdasan emosi signifikan membentuk kecerdasan emosi dan variabel kecerdasan emosi signifikan mempengaruhi variabel entrepreneurship. Dari model struktural diperoleh hasil bahwa kecerdasan emosi mempunyai pengaruh positif terhadap entrepreneurship mahasiswa. Jika kecerdasan emosi meningkat maka kemampuan entrepreneurship yang dimiliki tinggi. Persamaan yang diperoleh adalah: Entrepreneurship=0,74*EQ 3. Rata-rata mahasiswa ITS angkatan 2006 dan 2007 mempunyai kecerdasan emosi kategori tinggi dengan nilai (140 X < 170) sebesar 73,4%. 13. Saran Saran yang dapat direkomendasikan dari penelitian ini adalah: 1. Karena pentingnya dan minat mahasiswa berentrepreneurship mahasiswa tinggi maka disarankan adanya pembekalan pengetahuan kewirausahaan pada mahasiswa sejak dini. 2. Pembentukan kuisioner harus didasarkan pada sumber yang jelas agar mudah dimengerti sehingga kuisioner mendapatkan hasil yang baik. 3. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya ditambah dengan faktor yang mempengaruhi minat entrepreneurship yang lain selain kecerdasan emosi. 14. Daftar Pustaka
Chandra, P.E. (2004). Kecerdasan Emosional www.purdiechandra.com/jm/content/view/93/46.
Entrepreneur.
Efranto, R.Y. (2006). Pengaruh Kreativitas terhadap Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Entrepreneurial, Studi Kasus: Mahasiswa Teknik Industri Tujuh Perguruan Tinggi di Surabaya. (Tugas Akhir tidak dipublikasikan). Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Goleman, D. (2003). Working with Emotional Intelligence Terjemahan).Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
------. Angka Pengangguran Akademik www.kompas.com [28 Maret 2010]
Lebih
dari
Dua
Juta.
Jakarta,
Indarti, N., Rostiani R (2008). Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi Perbandingan Antara Indonesia, Jepang dan Norwegia. Jurnal Ekonomika dan Bisnis Indonesia, Vol. 23, No. 4. Mahmud. A. (2008). Analisis Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual dan Penilaian Kinerja terhadap Motivasi Kerja Anggota Tentara Nasional Indonesia
11
Angkatan Laut pada Satuan Kerja Disfaslanal. (Tugas Akhir dipublikasikan). Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Muhyi, H.A. (2007). Menumbuhkan Jiwa dan Kompetensi Kewirausahaan. (Makalah dipublikasikan). Universitas Padjadjaran. Bandung. Reni, D.F.U. (2004). Analisis Statistik tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Kecerdasan Emosi (EQ) pada Mahasiswa FMIPA ITS, (Tugas Akhir tidak dipublikasikan). Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Warsiki, Aderia Dona (1997), Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Kecenderungan Agresi pada Remaja, Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, Surabaya
Widiyanti, F. (2006). Pengukuran Kecerdasan Emosi dengan Pendekatan Analisis Faktor Konfirmatori. (Tugas Akhir tidak dipublikasikan). Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Zampetakis. L.A., Beldekos. P. & Moustakis, V.S. (2009). “Day to day” entrepreneurship within organizations:The role of trait emotional intelligence and perceived organizational support. Journal of European Management, 27, 165-175.
12