ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH ANALYSIS FACTORS OF HYPERTENSION RISK AT OUT PATIENT IN HEART POLYCLINIC DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH 1
Yulia Fitri*, Agus Hendra, Marfina Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh Email:
[email protected]
Abstrak: Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi adalah faktor umur, jenis kelamin, obesitas, pola makan, etnis, stress. Untuk mengetahui faktor risiko penyebab terjadinya hipertensi pada pasien rawat jalan di poliklinik jantung RSUDZA Banda Aceh. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan rancangan case control study dengan jumlah sampel sebanyak 80 orang terdiri dari 40 kasus dan 40 kontrol. Pengambilan data diambil secara purposive sampling. Variabel penelitian terdiri dari umur, IMT, RLPP, pola makan, olahraga dan hipertensi. Data IMT dan RLPP diukur dengan pemeriksaan antropometri seperti berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang dan lingkar panggul. Data umur, pola makan dan olahraga diperoleh dari wawancara langsung dengan pasien, Sedangkan data hipertensi diperoleh dari data rekam medik (diagnosa dokter). Ada hubungan faktor risiko umur dengan hipertensi (p=0,006, OR=4,2), IMT dengan hipertensi (p=0,001, OR=5,7), RLLP dengan hipertensi (p=0,04, OR=2,9), Pola makan dengan hipertensi (p=0,038, OR=3,0), Olahraga dengan hipertensi (p=0,00, OR=6,9). Faktor risiko hipertensi yang paling dominan adalah faktor olahraga. Bagi instansi terkait dan RSUDZA untuk membuat program kesehatan yang terkait dengan penurunan prevalensi hipertensi di RSUDZA. Kata Kunci: Umur, Indeks Masa Tubuh (IMT), Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP), Pola Makan, Olahraga dan Hipertensi. Abstract : The factors that influencing hypertension is age, IMT, RLPP, eating habits, etnis, stress. To know hypertension risk factor at outpatient in heart polyclinic at RSUDZA Banda Aceh. This research have analytic descriptive with control case study device with amount of samples counted 80 people consist of 40 cases and 40 control. Data are taken by purposive sampling. Research variable consist of age, IMT, RLPP, eat, sport and hypertension. Data IMT and RLPP measured anthropometry such body weight, high body, circular of waist, and flank circumference. Age, eating habits, sport data taken from interview with patient. While hypertension data obtained from data record (doctor diagnoses). There is a relation risk factor : age with hypertension (p=0,006, OR=4,2), IMT with hypertension (p=0,001, OR=5,7), RLPP with hypertension (p=0,04, OR=2,9), eating habits with Hypertension (p=0,038, OR=3,0) Sport with Hypertension (p= 0,000, OR=6,9). however a dominan risk factor is sport. Relevant institution and RSUDZA suggested making Medicare programs which is related to degradation of hypertension prevalence in RSUDZA. Keyword: Age, Index Mass Body (IMT), Circular Ratio of waist flank (RLPP), eating habits, Sport and Hypertension.
10
Analisis Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan… 11
pola makan. Faktor-faktor lain yang
PENDAHULUAN Penyakit hipertensi sering disebut sebagai
the
silent
disease
karena
berhubungan dengan hipertensi adalah konsumsi alkohol yang berlebihan,
seseorang umumnya tidak mengetahui
penggunaan
dirinya menderita hipertensi sebelum
pengaruh gaya hidup. 3
memeriksakan
tekanan
kontrasepsi
oral,
dan
darahnya.
Dalam sebuah studi prospektif
Penyakit ini dikenal juga sebagai
diungkapkan bahwa obesitas tubuh
heterogenous group of diseases, karena
bagian
dapat
berhubungan
menyerang
siapa
saja
dari
berbagai kelompok umur dan kelompok sosial ekonomi.
1
Penyakit hipertensi
atas
intoleransi
(obesitas lebih
abdominal)
kuat
dengan
glukosa/diabetes
melitus,
hiperinsulinemia, hipertensi, hipertrigli-
dapat menimbulkan angka morbilitas
seridemia
(kesakitan) dan mortalitas (kematian)
obesitas tubuh bagian bawah.
yang tinggi.
2
dan
gout
dibandingkan 4
Pakar
lainnya, ML Wahlqvist mengatakan
Berdasarkan
penelitian
yang
bahwa lemak di dalam rongga perut
dilakukan ternyata prevalensi hipertensi
merupakan pemicu untuk terjadinya
meningkat dengan bertambahnya usia.
diabetes
Seseorang
hiperlipidemia
dikatakan
menderita
hipertensi jika pada saat duduk tekanan sisitolik mencapai 140 mmHg atau
melitus,
hipertensi,
dan
penyakit
kardiovaskuler. 5 Hasil
survei
kesehatan
rumah
lebih, dan tekanan diastolik mencapai
tangga (SKRT) tahun 1972, 1986 dan
90
Penyakit
1992 diketahui bahwa penyakit jantung
adanya
dan pembuluh darah merupakan salah
interaksi dari berbagai faktor risiko
satu dari penyakit degeneratif yang
yang
sekarang
mmHg
Hipertensi
atau timbul
dimiliki
lebih. akibat
seseorang.
Berbagai
sudah
menduduki
tempat
penelitian telah menghubung-kan antara
nomor satu penyebab kematian di
faktor
Indonesia. 6
risiko
terhadap
timbulnya
hipertensi 2.
Hasil laporan RISKESDAS tahun
Faktor-faktor
predisposisi
2007 prevalensi hipertensi di Indonesia
seseorang
pada usia diatas >18 th sebesar 29,8%.
menderita hipertensi, meliputi faktor
Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
hereditas, jenis kelamin, umur, obesitas,
didapatkan prevalensi hipertensi sebesar
peningkat-an
risiko
Analisis Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan… 12
30,2%. 7 Berdasarkan data Rumah Sakit
RSUD Dr Zainoel Abidin Banda Aceh
Umum Daerah (RSUD) dokter Zainoel
yang dipilih dari seluruh populasi yang
Abidin tahun 2007 diketahui dari
memenuhi kriteria inklusi dan tidak
rangking 10 besar penyakit rawat jalan,
memenuhi
didapatkan bahwa penyakit hipertensi
sampel yang didapat setelah melakukan
menduduki urutan ke tiga (10,80%). 8
perhitungan
Dari permasalahan diatas, peneliti tertarik unuk melakukan penelitian
kriteria
menggunakan
ekslusi.
sampel rumus
Jumlah
dengan Sastroasmoro
adalah 80 sampel.
tentang Analisis faktor risiko penyebab terjadinya hipertensi pada pasien rawat jalan di Poliklinik Jantung RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Pengumpulan Data 1. Data primer Meliputi umur, jenis kelamin, pola makan, olah raga dikumpulkan dengan
METODE PENELITIAN
pasien
Desain Penelitian Penelitian
metode wawancara langsung dengan
ini
menggunakan
pendekatan analisis kuantitatif dengan rancangan case control study, untuk mengkaji faktor-faktor risiko hipertensi pada pasien rawat jalan di poliklinik penyakit dalam RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
(menggunakan
kuesioner).
Data BB dan TB untuk mengetahui IMT serta Lingkar Pinggang dan Lingkar Panggul untuk mengetahui RLPP dikumpulkan dengan metode pengukuran
antropometri.
Data
tekanan darah diperoleh dari hasil data rekam medis/hasil diagnosis dokter, yang diukur dengan menggunakan
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Poliklinik Jantung RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada tanggal 1 Juni s/d 30 Juni 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan di poliklinik Penyakit dalam RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan di poliklinik penyakit dalam
spygmomanometer
raksa
dalam
mmHg pada lengan kanan. 2. Data sekunder Meliputi
data
tekanan
darah
pasien dan data demografi pasien rawat jalan di RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang diperoleh dari catatan RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
13 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 1, April 2016, 11-24
Analisis dan Penyajian Data
HASIL PENELITIAN
1. Pengolahan data:
Analisis Bivariate
Data pola makan, olah raga dan
1.
Distribusi
Sampel
umur dikumpulkan secara langsung
Golongan Umur.
menggunakan
Berdasarkan
kuesioner.RLPP
Berdasarkan
hasil
penelitian
diperoleh dengan mengukur bagian
didapatkan bahwa pada kelompok umur
pinggang
40-60
dan
panggul
dengan
tahun
menggunakan meteran kain dan data
mengalami
hipertensi
dengan
diperoleh
pemeriksaan yang
dari
hasil
dokter/diagnosa
dokter
dikumpulkan
dengan
telah
lebih
banyak
hipertensi yang
yang
dibandingkan
tidak
mengalami
hipertensi. Berbeda dengan kelompok umur 20-39 tahun, yang mengalami hipertensi relatif sedikit dibandingkan
menggunakan kuesioner.
dengan
2. Analisis data:
yang
tidak
mengalami
hipertensi pada pasien rawat jalan di
Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariate.
RSUZA Banda Aceh. 2.
Distribusi
Sampel
Berdasarkan
analisis univariat untuk mengetahui
Jenis Kelamin.
distribusi
masing-masing
variable,
Dalam hal ini distribusi sampel
sedangkan
analisis
untuk
pada kelompok kasus dan kontrol
bivariat
mengetahui hubungan antar variable
berdasarkan
independent dengan variable dependent
besarnya penyebaran adalah sama, hal
menggunakan uji beda proporsi chi-
ini disebabkan sebelumnya dilakukan
squar tes. Selanjutnya setelah analisi
matching (pencocokan) terhadap kasus
bivariat dilakukan analisis multivariate
kontrol pada kejadian hipertensi.
untuk mengetahui faktor yang paling
3. Distribusi
dominan menjadi penyebab hipertensi.
IMT.
semua
analisis
data
menggunakan
jenis
kelamin
Sampel
Berdasarkan
hasil
nilai
Berdasarkan
penelitian
tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05).
didapatkan bahwa kejadian hipertensi
Penyajian Data
lebih banyak dialami pada pasien yang
Data yang telah dikumpulkan akan diolah
secara
komputerisasi
dan
mempunyai IMT gemuk dibandingkan dengan pasien yang tidak mengalami
disajikan dalam bentuk tabular dan
hipertensi,
sebaliknya
kejadian
tekstural.
hipertensi lebih sedikit pada pasien
Analisis Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan… 14
yang IMT normal dibandingkan dengan
kelompok
pasien yang tidak mengalami hipertensi
begitu juga sebaliknya bahwa pasien
pada pasien rawat jalan di RSUZA
yang mempunyai pola makan yang baik
Banda Aceh.
lebih banyak pada kelompok pasien
4.
Distribusi Sampel Berdasarkan
yang tidak mengalami hipertensi di
RLPP.
ruang rawat jalan RSUZA Banda Aceh.
Berdasarkan
hasil
penelitian
6.
pasien
Olah Raga.
yang RLPP berisiko lebih banyak
Berdasarkan
hipertensi
dibandingkan
hipertensi,
Distribusi Sampel Berdasarkan
didapatkan bahwa pasien rawat jalan
mengalami
yang
diketahui
bahwa
hasil
penelitian
pasien
yang
dengan yang pasien tidak yang tidak
mempunyai aktifitas olah raga kurang
hipertensi,
pasien
yang
baik lebih banyak pada kelompok
sedikit
yang
pasien hipertensi dibandingkan pada
dibandingkan
kelompok pasien yang tidak hipertensi,
dengan pasien yang tidak hipertensi di
begitu juga sebaliknya bahwa pasien
ruang rawat jalan RSUZA Banda Aceh.
yang aktifitas olah raga baik lebih
5.
Distribusi Sampel Berdasarkan
banyak pada kelompok pasien yang
Pola Makan.
tidak hipertensi dibandingkan pada
RLPP
sebaliknya
normal
mengalami
lebih
hipertensi
Berdasarkan
hasil
penelitian
diketahui bahwa pola makan pasien
kelompok pasien hipertensi di ruang rawat jalan RSUZA Banda Aceh.
yang kurang baik lebih banyak pada Analisis Bivariate Tabel 1. Distribusi Proporsi Kasus Dan Kontrol Hipertensi Berdasarkan Variabel Independen, Nilai Probabilitas, Odds Rasio Dengan 95% CI Pada Pasien Rawat Jalan Di RSUZA Banda Aceh Variabel No. Independen 1. Umur - 40 – 60 th - 20 – 39 th Total 2. IMT - Gemuk - Normal Total
Kasus N
Kontrol %
n
%
X (P Value)
OR (CI 95%)
31 9 40
77,5 22,5 100,0
18 22 40
45,0 55,0 100,0
8,90 (0,006)*
4,2 (1,6 – 11,1)
25 15 40
62,5 37,5 100,0
9 31 40
22,5 77,5 100,0
13,09 (0,001)*
5,7 (2,2 – 15,3)
15 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 1, April 2016, 11-24
3. RLPP - Berisiko - Normal Total 4. Pola Makan -Kurang Baik - Baik Total 5. Olah Raga -Kurang Baik - Baik Total
29 11 40
72,5 27,5 100,0
19 21 40
47,5 52,5 100,0
5,21 (0,040)*
2,9 (1,1 – 7,4)
30 10 40
75,0 25,0 100,0
20 20 40
50,0 50,0 100,0
5,33 (0,038)*
3,0 (1,2 – 7,7)
34 6 40
85,0 15,0 100,0
18 22 40
45,0 55,0 100,0
14,06 (0,000)*
6,9 (2,4 – 20,2)
1. Hubungan Faktor Risiko Umur Sebagai
Penyebab
Terjadinya
Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di RSUZA Banda Aceh.
Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di RSUZA Banda Aceh. Proporsi pasien rawat jalan yang mengalami hipertensi sebesar 62,5%
Proporsi pasien rawat jalan yang
mempunyai
IMT
yang
gemuk,
mengalami hipertensi sebesar 77,5%
sedangkan pasien rawat jalan yang tidak
mempunyai
tahun,
mengalami hipertensi sebesar 77,5%
sedangkan pasien rawat jalan yang tidak
mempunyai IMT yang normal. Dari
mengalami hipertensi sebesar 55,0%
hasil uji statistik diperoleh nilai p<0,05,
mempunyai umur 20-39 tahun. Dari
artinya
hasil uji statistik diperoleh nilai p<0,05,
bermakna kejadian hipertensi dengan
artinya
yang
IMT pada pasien rawat jalan di RSUZA
bermakna kejadian hipertensi dengan
Banda Aceh. Nilai OR 5,7 (CI 95%;
umur pada pasien rawat jalan di
2,2-15,3), artinya pasien rawat jalan
RSUZA Banda Aceh. Nilai OR 4,2 (CI
yang mengalami hipertensi risikonya 6
95%; 1,6-11,1), artinya pasien rawat
kali lebih besar pada pasien dengan
jalan
hipertensi
IMT gemuk bila dibandingkan dengan
risikonya 4 kali lebih besar pada pasien
pasien dengan IMT normal pada ruang
berumur 40-60 tahun dibandingkan
rawat jalan RSUZA Banda Aceh.
pasien berumur 20-39 tahun pada ruang
3. Hubungan Faktor Risiko RLPP
umur
terdapat
yang
40-60
hubungan
mengalami
rawat jalan RSUZA Banda Aceh. 2. Hubungan
Faktor
Sebagai
Penyebab
Risiko
terdapat
Sebagai IMT
Terjadinya
hubungan
Penyebab
yang
Terjadinya
Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di RSUZA Banda Aceh.
Analisis Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan… 16
Proporsi pasien rawat jalan yang
RSUZA Banda Aceh. Nilai OR 3,0 (CI
mengalami hipertensi sebesar 72,5%
95%; 1,2-7,7), artinya pasien rawat
mempunyai
jalan
RLPP
yang
bersiko,
yang
mengalami
hipertensi
sedangkan pasien rawat jalan yang tidak
risikonya 3,0 kali lebih besar pada
mengalami hipertensi sebesar 52,5%
pasien
mempunyai RLPP yang normal. Dari
dibandingkan
hasil uji statistik diperoleh nilai p<0,05,
mempunyai pola makan benar pada
artinya
yang
ruang rawat jalan RSUZA Banda Aceh.
bermakna kejadian hipertensi dengan
5. Hubungan Faktor Risiko Olah Raga
terdapat
hubungan
yang
pola
makan
salah
pasien
yang
dengan
RLPP pada pasien rawat jalan di
Sebagai
RSUZA Banda Aceh. Nilai OR 2,9 (CI
Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan
95%; 1,1-7,4), artinya pasien rawat
Di RSUZA Banda Aceh.
jalan
hipertensi
Proporsi pasien rawat jalan yang
risikonya 3 kali lebih besar pada pasien
mengalami hipertensi sebesar 85,0%
yang RLPP berisiko jika dibandingkan
mempunyai aktifitas olah raga yang
dengan pasien yang RLPP normal pada
kurang baik, sedangkan pasien rawat
ruang rawat jalan RSUZA Banda Aceh.
jalan yang tidak mengalami hipertensi
4. Hubungan
Faktor
Pola
sebesar 55,0% mempunyai aktifitas
Makan
Sebagai
Penyebab
olah raga yang baik. Dari hasil uji
Terjadinya Hipertensi Pada Pasien
statistik diperoleh nilai p<0,05, artinya
Rawat Jalan Di RSUZA Banda
terdapat
Aceh.
kejadian hipertensi dengan aktifitas
Proporsi pasien rawat jalan yang
olah raga pada pasien rawat jalan di
mengalami hipertensi sebesar 75,0%
RSUZA Banda Aceh. Nilai OR 6,9 (CI
mempunyai
95%; 2,4 – 20,2), artinya pasien rawat
yang
mengalami
pola
Risiko
makan
salah,
Penyebab
hubungan
yang
jalan
mengalami hipertensi sebesar 50,0%
risikonya 7 kali lebih besar pada pasien
mempunyai pola makan benar. Dari
yang mempunyai aktifitas berolah raga
hasil uji statistik diperoleh nilai p<0,05,
kurang
baik
dibandingkan
dengan
artinya
pasien
yang
mempunyai
aktifitas
hubungan
yang
mengalami
bermakna
sedangkan pasien rawat jalan yang tidak
terdapat
yang
Terjadinya
hipertensi
bermakna kejadian hipertensi dengan
berolah raga baik pada ruang rawat
pola makan pada pasien rawat jalan di
jalan RSUZA Banda Aceh.
17 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 1, April 2016, 11-24
Analisis Multivariat. Tabel 2. Uji Regressi Logistik Ganda Untuk Identifikasi Variabel Yang Akan Masuk Dalam Model Dengan P < 0,05. Variabel independen Umur IMT RLPP Pola Makan Olah Raga
B
P
OR
95% CI
0,693 1,302 0,232 0,681 1,782 -6,640
0,247* 0,045 0,725* 0,248* 0,003 0,000
1,999 3,678 1,261 1,976 5,943 0,001
0,619 1,030 0,348 0,623 1,816 -
6,461 13,133 4,573 6,273 19,450
Constant * = dikeluarkan bertahap (backward selection) Setelah
dikeluarkan
variabel
masuk sebagai kandidat model yaitu
dengan nilai p 0,05 secara bertahap,
variabel olah raga dan variabel IMT
maka didapat dua variabel yang akan
hasilnya terdapat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji Regresi Logistik Ganda Untuk Identifikasi Variabel Yang Akan Masuk Dalam Model Faktor Risiko Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di RSUZA Banda Aceh. Variabel independen IMT Olah Raga
B 1,657 1,845 -5,077
P
OR
0,002 0,002 0,000
5,246 6,331
95% CI 1,811 – 15,194 2,016 – 19,887
Constant Dalam proses pemodelan ini juga
masuk dalam model. Variabel ini akan
dilakukan uji interaksi antara kombinasi
diikutsertakan dalam model analisis
terhadap variabel bebas yang secara
regresi logistik ganda, dapat dilihat
substansi/biologis berinteraksi. Interaksi
pada tabel 4 dibawah ini.
yang memiliki nilai p < 0,05 akan Tabel 4. Hasil Akhir Analisis Regresi Logistik Ganda Pemodelan Faktor Risiko Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di RSUZA Banda Aceh. Variabel B SE IMT 1,657 0,543 Olah Raga 1,845 0,584 Constant -5,077 1,236 Overal percentage 72,5%
Wald 9.328 9.993 16.874
df 1 1 1
Sig. 0,002 0,002 0,000
Exp (B) 5,246 6,331
95% CI 1,811-15,194 2,016-19,887
Analisis Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan… 18
Berdasarkan tabel 4 diatas, maka
dibandingkan
dengan
pasien
yang
diperoleh model regresi dalam bentuk
aktifitas olah raganya baik setelah
persamaan sebagai berikut :
variabel IMT dikontrol pada pasien
Y = -5,077 + 1,845 Olah Raga + 1,657
rawat jalan di RSUZA Banda Aceh.
IMT
Begitu juga dengan variabel IMT,
Dalam model diatas didapatkan
ada hubungan linier antara IMT dengan
suatu turunan perhitungan matematik
kejadian hipertensi dengan nilai OR =
tentang probabilitas pasien rawat jalan
5,246 (95% CI; 1,811-15,194) yang
untuk mengalami kejadian hipertensi di
berarti bahwa pasien yang mengalami
RSUZA Banda Aceh adalah :
hipertensi 5,246 kali lebih besar pada
1
pasien yang IMT gemuk dibandingkan
Y= 1 + e (-5,077 + 1,845 Olah Raga +
1,657 IMT
)
Secara keseluruhan model ini dapat memprediksikan tinggi atau rendahnya pengaruh
faktor
hubungannya hipertensi
risiko
dengan
sebesar
dalam kejadian
72,5%
(Overal
dengan pasien yang IMT normal setelah variabel olah raga dikontrol pada pasien rawat jalan di RSUZA Banda Aceh. Melalui model ini, dengan 2 (dua) buah variabel independent predictor yang terdiri dari; olah raga dan IMT kita dapat memperkirakan pengaruh
Percentage 72,5%). Dengan persamaan
faktor
tersebut diatas, penyebab faktor risiko
dengan kejadian hipertensi pada pasien
hipertensi dapat diperkirakan jika kita
rawat jalan di RSUZA Banda Aceh
mengetahui nilai olah raga dan IMT.
sebesar 72,5%. Dari hasil penelitian
risiko
dalam
hubungannya
Uji statistik untuk koefesien regresi
setelah dilakukan analisis multivariate
di ketahui nilai p adalah sebesar 0,002
dengan uji statistik Binary Logistic
untuk variabel olah raga, dan 0,002
Regression, bahwa faktor-faktor resiko
untuk variabel IMT. Jadi pada alpha 5%
sebagai penyebab kejadian hipertensi
ada hubungan linier antara aktifitas olah
pada pasien rawat jalan di RSUZA
raga dengan kejadian hipertensi dengan nilai OR=6,331 (95% CI; 2,016-19,887) yang
berarti
bahwa
pasien
yang
mengalami hipertensi resikonya 6,331 kali lebih besar pada pasien yang aktiftas olah raganya kurang baik
Banda Aceh adalah aktifitas olah raga dan IMT. Bila dilihat faktor risiko mana yang paling dominan sebagai penyebab kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di RSUZA Banda Aceh didapat
19 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 1, April 2016, 11-24
bahwa aktifitas olah raga merupakan
tahun pada ruang rawat jalan RSUZA
variable predictor yang paling dominan.
Banda Aceh.
Besar nilai OR variable ini paling tinggi
Mengacu pada hasil penelitian ini,
diantara variable lainnya. Makin besar
penyakit hipertensi merupakan salah
nilai OR sebuah variabel, maka makin
satu jenis penyakit degeneratif yang
besar pula kemungkinan faktor resiko
meningkat risiko terjadinya sejalan
tersebut menyebabkan pasien rawat
dengan pertambahan usia.
jalan mengalami hipertensi. Besarnya
Dari hasil analisis diperoleh nilai
nilai OR ini sudah dikontrol oleh
OR=4,2, ini berarti responden yang
variabel lainnya yaitu variabel IMT.
berumur 40 tahun ke atas memiliki risiko 4,2 kali secara bermakna terkena hipertensi
PEMBAHASAN 1. Umur
Sebagai
Faktor
Risiko
dibandingkan
responden
yang berumur kurang dari 40 tahun.
Penyebab Kejadian Hipertensi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
Berdasarkan
penelitian
penelitian
yang
didapatkan bahwa proporsi pasien rawat
sugiharto
tahun
jalan
hipertensi
mendapatkan hasil bahwa faktor usia
sebesar 77,5% mempunyai umur 40 –
merupakan salah satu faktor risiko
60 tahun, sedangkan pasien rawat jalan
hipertensi.
yang
faktor
yang
tidak
hasil
mengalami
mengalami
hipertensi
9
dilakukan 2007
oleh dimana
Walaupun umur termasuk
risiko
yang
tidak
dapat
sebesar 55,0% mempunyai umur 20 –
dimodifikasi, kita dapat melakukan
29 tahun. Dari hasil uji statistik
pencegahan
diperoleh
faktor risiko yang dapat dimodifikasi
artinya
nilai
(p<0,05),
pada umur kurang dari 40 tahun. Pada
bermakna kejadian hipertensi dengan
umur 40 tahun keatas pengobatan dan
umur pada pasien rawat jalan di
pencegahan terhadap komplikasi adalah
RSUZA Banda Aceh. Nilai OR 4,2 (CI
penanggulangan terhadap hipertensi.
95%; 1,6 – 11,1), artinya pasien rawat
2. IMT
yang
hubungan
mengendalikan
yang
jalan
terdapat
p=0,006
dengan
mengalami
hipertensi
resikonya 4,2 kali lebih besar pada pasien
berumur
40
–
60
Sebagai
Faktor
Risiko
Penyebab Kejadian Hipertensi. Hasil penelitian ini menunjukan
tahun
bahwa proporsi pasien rawat jalan yang
dibandingkan pasien berumur 20 – 39
mengalami hipertensi sebesar 62,5%
Analisis Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan… 20
mempunyai
IMT
yang
gemuk,
10
insulin.
Terjadinya perubahan kadar
sedangkan pasien rawat jalan yang tidak
hormon mempengaruhi regulasi tekanan
mengalami hipertensi sebesar 77,5%
darah: misalnya produksi kortisol oleh
mempunyai IMT yang normal. Dari
jaringan adiposa meningkat, leptin dan
hasil uji statistik diperoleh nilai p<0,05,
angiotensinogen yang dilepaskan dari
artinya
jaringan adiposa dapat menimbulkan
terdapat
hubungan
yang
bermakna kejadian hipertensi dengan IMT pada pasien rawat jalan di RSUZA Banda Aceh. Nilai OR 5,7 (CI 95%; 2,2-15,3), artinya pasien rawat jalan yang mengalami hipertensi resikonya 5,7 kali lebih besar pada pasien dengan IMT gemuk bila dibandingkan dengan pasien dengan IMT normal pada ruang rawat jalan RSUZA Banda Aceh. Penelitian
menunjukkan
adanya
hubungan antara indeks berat badan berdasarkan
tinggi
badan
dengan
hipertensi. Bila berat badan meningkat di atas berat badan ideal maka risiko hipertensi juga meningkat. Bila berat badan menurun, maka volume darah total juga berkurang, hormon-hormon yang berkaitan dengan tekanan darah berubah, dan tekanan darah berkurang. Hipertensi pada penderita obesitas terkait dengan beberapa mekanisme, antara volume
lain
karena
darah
bertambahnya
sebagai
akibat
peningkatan retensi garam: dianggap bahwa hal ini disebabkan oleh efek antinatriuretik
dari
kenaikan
kadar
efek hipertensif langsung. 11 3. RLPP
Sebagai
Faktor
Risiko
Penyebab Kejadian Hipertensi. Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi
pasien
rawat
jalan
yang
mengalami hipertensi sebesar 72,5% mempunyai RLPP
yang bersiko,
sedangkan pasien rawat jalan yang tidak mengalami hipertensi sebesar 52,5% mempunyai RLPP yang normal. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p<0,05, artinya
terdapat
hubungan
yang
bermakna kejadian hipertensi dengan RLPP pada pasien rawat jalan di RSUZA Banda Aceh. Nilai OR 2,9 (CI 95%; 1,1- 7,4), artinya pasien rawat jalan
yang
mengalami
hipertensi
resikonya 2,9 kali lebih besar pada pasien
yang
dibandingkan
RLPP
beresiko
jika
dengan
pasien
yang
RLPP normal pada ruang rawat jalan RSUZA Banda Aceh. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Widyastuti dan Subagio (2006) yang menyatakan bahwa lingkar
21 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 1, April 2016, 11-24
pinggang erat hubungannya dengan hipertensi.
12
pola makan yang baik. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p<0,05, artinya
Pada peningkatan waist -hip- ratio
hubungan
yang
bermakna
circumference
kejadian hipertensi dengan pola makan
dimana dikatakan risiko tinggi bila
pada pasien rawat jalan di RSUZA
memiliki WHR > 0,95 untuk laki-laki
Banda Aceh. Nilai OR 3,0 (CI 95%; 1,2
dan > 0,85 untuk wanita, serta waist
– 7,7), artinya pasien rawat jalan yang
circumference > 102 cm untuk laki-laki
mengalami hipertensi resikonya 3,0 kali
dan > 88 cm untuk wanita. Laki-laki
lebih besar pada pasien yang pola
memiliki risiko angka kejadian penyakit
makan
kardiovaskular
tinggi
dengan pasien yang mempunyai pola
dibanding wanita, karena obesitas tipe
makan baik pada ruang rawat jalan
sentral ini lebih banyak terjadi pada
RSUZA Banda Aceh.
(WHR)
dan
waist
terdapat
yang
lebih
laki-laki dibanding wanita. Hal
ini
disebabkan
kurang
Asupan adanya
baik
dibandingkan
makanan
yang
tinggi
lemak tentu saja akan berpengaruh
perbedaan distribusi lemak tubuh antara
terhadap
laki-laki dan wanita. Pada laki-laki
Berdasarkan hasil penelitian, risiko
distribusi lemak tubuh terutama pada
hipertensi berhubungan dengan intake
daerah abdomen sedangkan wanita
diary products (makanan yang berasal
lebih banyak pada daerah gluteal dan
dari
femoral. Perubahan berat badan juga
olahannya).
merupakan salah satu faktor penting
products berkontribusi untuk mencegah
pada survival rate penderita hipertensi.
hipertensi pada usia lanjut.
4. Pola Makan Sebagai Faktor Risiko
konsumsi makanan yang tinggi lemak
Penyebab Kejadian Hipertensi. Hasil
dalam
penelitian
kenaikan
mamalia,
tekanan
susu
Intake
darah.
dan
hasil
low-fat
diary 13
Pola
tapi rendah serat dan karbohidrat akan ini
menimbulkan akibat yang tidak baik
menunjukan bahwa proporsi pasien
bagi
kesehatan.
Selain
rawat jalan yang mengalami hipertensi
lemak,
sebesar 75,0% mempunyai pola makan
mengganggu
yang kurang baik, sedangkan pasien
meningkatkan kadar kolesterol dalam
rawat jalan yang tidak mengalami
darah. Jika kadar kolesterol tinggi
hipertensi sebesar 50,0% mempunyai
dalam
makanan
darah
menimbun
tersebut
dapat
metabolisme
dan
akan
mempercepat
Analisis Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan… 22
terjadinya
penebalan
pada
dinding
menyebabkan
penurunan
kejadian
pembuluh darah dan akhirnya terjadi
stroke sebesar 40% dan penurunan
penyempitan dan suatu waktu terjadi
kejadian infark miokard sebanyak 15%
penyumbatan.
pada subjek hipertensi yang telah
5. Olah Raga Sebagai Faktor Risiko
mengalami penurunan tekanan darah. 14
Penyebab Kejadian Hipertensi.
Penurunan tekanan darah yang kecil
Hasil penelitian menunjukan bahwa
ternyata sudah dapat mengurangi risiko
proporsi
pasien
rawat
jalan
yang
terhadap
kejadian
penyakit
mengalami hipertensi sebesar 85,0%
kardiovaskular dan stroke. Penurunan
mempunyai aktifitas olah raga yang
tekanan darah sebesar 2 mmHg akan
kurang baik, sedangkan pasien rawat
mengurangi
jalan yang tidak mengalami hipertensi
kardiovaskular dan stroke sebesar 4%
sebesar 55,0% mempunyai aktifitas
dan 6%.15
olah raga yang baik. Dari hasil uji
Melakukan
statistik diperoleh nilai p<0,05, artinya
berolahraga
terdapat
dengan
hubungan
yang
bermakna
risiko
penyakit
aktivitas
fisik
mempengaruhi
hipertensi
atau
obesitas
dengan
cara
kejadian hipertensi dengan aktifitas
mengontrol berat badan dan tekanan
olah raga. Nilai OR 6,9 (CI 95%; 2,4 –
darah. 16
20,2), artinya pasien rawat jalan yang
6. Faktor
mengalami hipertensi resikonya 6,9 kali
Sebagai
lebih
besar
mempunyai
pada aktifitas
Risiko
Paling
Penyebab
Dominan Kejadian
pasien
yang
Hipertensi.
berolah
raga
Hasil yang didapatkan dari analisis regresi logistik ganda memperlihatkan
kurang
baik
dibandingkan
dengan
pasien
yang
mempunyai
aktifitas
bahwa
faktor-faktor
resiko
yang
berolah raga baik pada ruang rawat
berpengaruh dalam hubungan sebagai
jalan RSUZA Banda Aceh.
penyebab kejadian hipertensi adalah
Penelitian
ini
dengan
faktor aktifitas olah raga dan IMT. Dari
Rismayanti mendapatkan hasil ada
hasil analisis regresi logistik ganda juga
hubungan
dengan
didapat nilai OR yang menggambarkan
penurunan risiko hipertensi. Penelitian
besarnya pengaruh faktor resiko dalam
ini menunjukkan bahwa penurunan
hubungannya
antara
sejalan
olahraga
tekanan darah sebesar 5 mmHg akan
dengan
kejadian
23 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 1, April 2016, 11-24
hipertensi pada pasien rawat jalan di
39 th. Indeks masa tubuh (IMT) gemuk
RSUZA Banda Aceh.
6
Bila dilihat faktor mana yang paling dominan dalam hubungannya dengan kejadian hipertensi didapat bahwa aktifitas olah raga merupakan variabel predictor yang paling dominan. Besar nilai OR variabel ini paling tinggi diantara variabel lainnya. Makin besar nilai OR, maka makin besar pula
kali
lebih
berisiko
hipertensi
dibandingkan pasien yang mempunyai indeks masa tubuh normal. Rasio lingkar pinggang panggul (RLPP) berisiko 3 kali lebih besar berisiko hipertensi dibandingkan pasien dengan rasio pinggang panggul normal. Pola makan kurang baik 3 kali berisiko hipertensi dibandingkan pasien yang mempunyai pola makan baik. Olahraga
kemungkinan faktor resiko tersebut
kurang baik 7 kali berisiko hipertensi
menyebabkan pasien untuk mengalami
dibandingkan pasien yang berolahraga
hipertensi. Besarnya nilai OR ini sudah
baik.
dikontrol oleh variabel lain yaitu IMT. Pada penelitian ini pasien yang mengalami
kejadian
hipertensi
resikonya 6,3 kali lebih besar pada pasien dengan aktifitas olah raga yang kurang baik dibandingkan pasien yang aktifitas olah raganya baik. Begitu juga dengan variabel IMT, bahwa pasien
SARAN Disarankan kepada Instansi terkait dan RSUDZA Banda Aceh agar dapat mengevaluasi
dan
mengupa-yakan
program kesehatan yang terkait dengan pencegahan/
penurunan
prevalensi
hipertensi, karena banyak faktor yang dapat
mengakibatkan
penyakit
yang mengalami hipertensi 5,2 kali
hipertensi ini seperti faktor umur,
lebih besar pada pasien yang IMT
indeks
gemuk dibandingkan dengan pasien
pinggang panggul, pola makan yang
yang IMT normal pada pasien rawat
kurang baik, olah raga yang kurang
jalan di RSUZA Banda Aceh.
baik, penyakit kardiovaskuler, dan lain-
masa
tubuh,
rasio
lingkar
lain, oleh karena itu Selain memberikan KESIMPULAN
pengobatan
Secara umum ada hubungan yang bermakna
pada
semua
melakukan
hipertensi
juga
pencegahan
dapat dengan
variabel
meningkatkan penyuluhan/ konseling
penelitian, dimana pasien yang Umur
Gizi bagi pasien yang berobat di
40-60 th 4 kali lebih berisiko hipertensi
RSUDZA, baik itu pasien rawat jalan
dibandingkan orang yang berumur 20-
ataupun pasien rawat inap.
Analisis Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan… 24
Diharapkan
dilakukan
penelitian
6.
RSUDZA, 2007. Data 10 besar penyakit rawat jalan di RSUDZA tahun 2007.
7.
Sugiharto.A, 2007. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat (Studi Kasus di kabupaten Karanganyar). Tesis UNDIP, 2007
8.
1. Astawan, M dan Wresdiyanti, T, 2004. Diet Sehat dengan Makanan Berserat, Tiga Serangkai, Solo.
Umboh, 2007. Hubungan antara Resistensi Insulin dan Tekanan Darah pada Anak Obese. Sari Pediatri, Vol. 8, No 4 Maret 2007 : 289-293
9.
Barasi, 2007. At a Glance Ilmu Gizi. Penerbit Erlangga
2. Haryanto, 2005. Hipertensi dan Stroke. http//www. Tempo Gold/ Medika/ Arsip/OS, 2005, 16 Januari 2009.
10. Widyastuti dan Subagio, 2006. Hubungan Beberapa Indikator Obesitas dengan Hipertensi pada Perempuan. Jurnal medika media Indonesia
lanjutan tentang faktor-faktor risiko hipertensi
lainnya
seperti
penyakit
kardiovaskuler, genetik, stress, tebal lemak bawah kulit, persen lemak tubuh dan faktor-faktor lainnya yang dapat mengakibatkan
hipertensi
serta
memperluas sampel penelitian. DAFTAR PUSTAKA
1.
Shep, SG, 2005. Mayo Clinik Hipertensi Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. Intisari, Minnesota.
2.
Widjaya. 2004. Obesitas dan Sindroma Metabolik. Forum Diagnosticum
3.
Siswono, 2002. Panjang Ikat Pinggang Mencerminkan Kadar Kolesterol. Http// www.GiziNet/arsip/htm, 15.30 Wib, 2 November 2008.
4.
Azwar, 2004. Tubuh Sehat Ideal dari Segi Kesehatan. http//www. Gizi Net/Gaya Hidup/Tubuh Ideal Sehat/ htm, 17.00 Wib, 28 Desember 2008.
5.
RISKESDAS, 2007, Laporan Nasional Riskesdas, BALITBANGKES, DEPKES RI, 2007.
11. Engberink, et al, 2009. Inverse association between dairy intake and hypertension : The rotterdam Study: American Journal Of clinical Nutrition 89:1877-18 12. Rismayanthi C. 2009 Pengaruh Latihan Senam Jantung Indonesia TerhadapPenurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi. Thesis. (Pps IK UNY.Yogyakarta.) 13. Mc Ardle WD, Katch FI, Katch VL, ed. Muscular strength: training mus- cles to become stronger. In: Essentials of exercise physiology. 3rdd.USA: Lipincott Williams & Wilkins; 2006.p.469-509.) 14. Hartono Andry. Terapi Gizi dan Rumah Sakit ed.2. Jakarta: EGC 2006.p.160