PENGARUH PENAMBAHAN WHEY KEJU DAN WHEY TAHU PADA MEDIA BIAKAN MURNI TERHADAP PERTUMBUHAN KOLONI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus (Jacq.) P. Kumm.)
Mayangsari, Utami Sri Hastuti, Agung Witjoro Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang, Malang, Jawa Timur E-mail:
[email protected] ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) meneliti pengaruh penambahan whey keju dan whey tahu yang ditambahkan pada media biakan murni dalam mempercepat pertumbuhan koloni jamur tiram putih, dibandingkan medium KDA, dan 2) menentukan macam whey yang lebih mampu mempercepat pertumbuhan koloni jamur tiram putih. Rancangan penelitian ini ialah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan macam whey yaitu whey keju dan whey tahu dalam sepuluh kali ulangan, sebagai kontrol digunakan medium Kentang Dextrose Agar (KDA). Pengukuran diameter koloni dilakukan pada hari ke-4 dan hari ke-7 setelah inokulasi. Kecepatan pertumbuhan koloni diukur dengan cara menghitung selisih diameter akhir dengan diameter awal kemudian dibagi rentang hari. Data kecepatan pertumbuhan koloni dianalisis dengan menggunakan Analisis Varians Tunggal dan dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terdapat pengaruh penggunaan whey keju dan whey tahu dalam mempercepat pertumbuhan jamur tiram putih, dibandingkan medium KDA dan 2) penambahan whey keju maupun whey tahu ternyata mampu mempercepat pertumbuhan koloni jamur tiram putih, tetapi tidak berbeda secara signifikan. Kedua macam whey memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan dengan medium KDA dalam mempercepat pertumbuhan koloni jamur tiram putih. Kata Kunci: whey keju, whey tahu, media pertumbuhan, biakan murni, jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus (Jacq.) P. Kumm.)
PENDAHULUAN Jamur tiram adalah salah satu spesies jamur yang paling populer untuk dikonsumsi dan dibudidayakan. Salah satu spesies jamur tiram ialah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Pleurotus ostreatus saat ini berperan penting sebagai jamur yang dibudidayakan (Meinanda, 2013). Proses pembibitan adalah tahap awal dari rangkaian budidaya jamur tiram. Bibit jamur tiram perlu tersedia setiap saat agar mempermudah masyarakat petani jamur. Substrat merupakan komponen yang penting bagi pertumbuhan jamur tiram. Substrat dasar jamur tiram yaitu berupa media dasar yang merupakan media untuk pertumbuhan bibit jamur tiram. Media dasar yang paling umum digunakan untuk pertumbuhan bibit jamur tiram adalah medium KDA (Kentang Dekstrosa Agar) (Suriawiria, 2002). Jamur tiram memerlukan nutrisi pada media tumbuhnya yaitu karbohidrat, protein, vitamin dan mineral (Djarijah, 2001). Salah satu bahan yang mengandung nutrisi ialah whey keju dan whey tahu, bahan ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan substrat untuk media tumbuh jamur tiram. Whey adalah cairan sisa hasil pembuatan keju dan tahu. Whey keju dihasilkan dari pemisahan curd. Whey keju yang dihasilkan sekitar 85% sampai 90% dari volume susu yang dibuat keju, di dalamnya masih terkandung 55% nutrisi yang terdapat pada susu (Kosikowski, 1979). Whey keju mengandung sumber karbon berupa laktosa dan sumber nitrogen berupa protein. Mineral yang
1
terdapat di dalam whey keju adalah kalsium, besi, magnesium, fosfor, potasium, sodium, seng, tembaga, mangan dan selenium. Vitamin yang terkandung dalam whey keju berupa tiamin, riboflavin, asam pantotenat, vitamin B6 dan B12 (Tariq dkk, 2013). Dairy Industry yang terletak di Desa Junrejo Batu memproduksi yoghurt dan keju Mozarella. Hasil samping dari pengolahan keju di industri tersebut adalah whey. Whey yang dihasilkan belum banyak dimanfaatkan, sehingga perlu diupayakan agar hasil samping berupa whey keju tersebut dapat dimanfaatkan, misalnya sebagai nutrisi suplemen untuk media tumbuh jamur tiram putih. Whey tahu masih mengandung protein yang berkadar tinggi dan dapat segera terurai. Whey tahu dapat menjadi sumber bahan organik terutama karbon, dalam bentuk karbohidrat dan bahan berguna lainnya yaitu protein, lemak, vitamin dan mineral (Rahmawati, 2013). Whey tahu sering dibuang secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan mencemari lingkungan (Kaswinarni, 2007). Baik whey keju maupun whey tahu mengandung nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur tiram putih, maka whey mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai nutrisi tambahan pada substrat jamur tiram putih, khususnya untuk substrat bibit F0 jamur tiram putih. Selain nutrisi, pertumbuhan koloni jamur tiram putih juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu suhu optimal sekitar 25-28°C dan pH sekitar 5,5 hingga 6,5 (Chang dan Miles, 2004). Penelitian ini menggunakan objek jamur tiram putih dikarenakan jamur tiram putih sudah banyak dikenal dan dibudidayakan masyarakat. Whey keju dan whey tahu berpotensi sebagai komponen medium biakan jamur tiram putih disamping medium KDA. Apabila melalui penelitian ini berhasil ditemukan antara whey keju dan whey tahu yang paling mampu mempercepat pertumbuhan bibit jamur tiram putih, maka dapat digunakan sebagai substrat untuk mengembangbiakan bibit jamur tiram putih. Selain itu hasil penelitian tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan ke arah kewirausahaan, khususnya budidaya jamur tiram putih. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi jurusan Biologi Universitas Negeri Malang mulai bulan Desember 2014 sampai Mei 2015. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental laboratoris, yaitu dengan perlakuan penambahan whey keju dan whey tahu pada media biakan murni terhadap pertumbuhan koloni jamur tiram putih dan kontrol menggunakan medium KDA (Kentang Dekstrosa Agar). Setiap perlakuan dilakukan dalam 10 ulangan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL). Objek dalam penelitian ini adalah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), whey keju dan whey tahu. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) diperoleh dari Laboratorium Bioteknologi Universitas Muhammadiyah Malang, whey keju diperoleh dari Dairy Industry yang ada di desa Junrejo Batu dan whey tahu diperoleh dari industri tahu “Sari Bahari”. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: sterilisasi alat, pembuatan medium Kentang Dekstrosa Agar sebagai kontrol, pembuatan medium dari whey keju dan medium dari whey
2
tahu sebagai medium uji, selanjutnya eksplan jamur tiram putih di inokulasi pada medium uji dan medium kontrol, kemudian diinkubasikan. Data hasil penelitian berupa hasil pengukuran kecepatan pertumbuhan koloni (mm/hari). Teknik pengumpulan data yakni dengan mengukur rerata diameter koloni jamur tiram putih pada masing-masing perlakuan pada hari ke-4 dan dan hari ke-7 setelah inokulasi. Rumus untuk menghitung kecepatan pertumbuhan (v) menurut Lilly dan Barnet (1951); Chang dan Miles (2004) sebagai berikut. ia eter oloni entan
hir ia eter oloni ari en u uran
al
Keterangan: v = kecepatan pertumbuhan Diameter koloni awal = diameter koloni jamur pada hari ke-4 Diameter koloni akhir = diameter koloni jamur pada hari ke-7 Rentang hari pengukuran = rentang hari pengukuran antara hari ke-4 sampai hari ke-7 Data kecepatan pertumbuhan koloni jamur tiram putih dianalisis menggunakan Analisis Varians tunggal 5% untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing perlakuan terhadap kecepatan pertumbuhan jamur tiram putih. Apabila hasil uji ANAVA menunjukkan perbedaan pengaruh yang signifikan, maka dilakukan uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil) 5% untuk menentukan macam whey yang lebih mampu dalam mempercepat pertumbuhan koloni jamur tiram putih. HASIL Data kecepatan pertumbuhan koloni diperoleh dari hasil pengukuran diameter koloni jamur tiram putih yang ditumbuhkan dalam medium whey keju dan tahu dengan pH=6 dan diinkubasikan pada suhu antara 25-27°C selama 7 x 24 jam. Pengukuran kecepatan pertumbuhan koloni jamur tiram putih dilakukan berdasarkan hasil pengukuran pada hari ke-4 dan hari ke-7, dengan menggunakan rumus kecepatan pertumbuhan. Data kecepatan pertumbuhan koloni tiap satuan hari disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kecepatan Pertumbuhan Koloni Jamur Tiram Putih Berdasarkan Ukuran Diameter Koloni Kecepatan pertumbuhan (mm/hari)
Perlakuan
Jumlah
Ratarata
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
8,33
7,67
9,67
7,67
7,33
7,67
8,00
8,33
8,00
11,00
83,67
8,37
Whey tahu
11,33
10,67
10,33
10,33
10,00
11,00
10,00
9,00
11,33
10,00
104,00
10,40
Whey keju
13,00
10,67
9,67
10,33
12,00
12,00
10,00
10,33
10,00
8,33
106,33
10,63
Kontrol (KDA)
3
Kecepatan Pertumbuhan (mm/hari)
Pada Gambar 1 diperoleh grafik hubungan antara macam medium tumbuh dengan kecepatan pertumbuhan koloni jamur tiram putih. 12 10 8 6 4 2 0 KDA
Whey Tahu Perlakuan
Whey Keju
Gambar 1. Diagram Kecepatan Pertumbuhan Koloni Jamur Tiram (mm/hari) Berdasarkan Perlakuan Macam Medium
Pada Tabel 1 dan Gambar 1 menunjukkan bahwa eksplan jamur tiram putih yang ditanam pada medium dengan perlakuan penambahan whey keju dan whey tahu terbukti memiliki kecepatan pertumbuhan koloni yang tinggi dibandingkan dengan kecepatan pertumbuhan pada medium kontrol (KDA). Kecepatan pertumbuhan koloni dengan perlakuan penambahan whey keju yaitu 10,63 mm/hari sedangkan kecepatan pertumbuhan koloni dengan perlakuan penambahan whey tahu yaitu 10,4 mm/hari. Kecepatan pertumbuhan koloni pada perlakuan penambahan whey keju maupun whey tahu terbukti lebih cepat dibandingkan kecepatan pertumbuhan koloni pada perlakuan kontrol (medium KDA). Data hasil penelitian ini membuktikan bahwa baik medium whey keju maupun whey tahu yang ditambah agar dan dekstrosa telah terbukti dapat digunakan sebagai media pertumbuhan jamur tiram putih. Hasil uji Analisis Varians Tunggal disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Ringkasan ANAVA tunggal Sumber Keragaman Perlakuan Galat total
Jumlah Kuadrat 31,062 32,606 63,667
Db 2 27 29
Kuadrat Tengah 15,531 1,208
F hitung
F tabel 0,05
Sig,
12,861
0,354
0,000
Berdasarkan Tabel 2 ringkasan Anava Tunggal dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) diketahui bahwa Fhit (12,861) lebih besar daripada F Tabel dengan taraf signifikansi 5% (0,354) , maka hipotesis penelitian diterima, artinya terdapat perbedaan pengaruh penggunaan berbagai macam whey yang ditambahkan pada medium biakan murni terhadap kecepatan pertumbuhan jamur tiram putih. Macam whey yang lebih baik dapat diketahui berdasarkan uji lanjut menggunakan uji
4
Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf signifikan 5%. Tabel 3 menunjukkan hasil uji BNT 5%. Tabel 3. Notasi Hasil Uji BNT 5% Pengaruh Macam Whey yang ditambahkan pada Medium Biakan Murni terhadap Pertumbuhan Koloni Jamur Tiram Putih Medium KDA Whey Tahu Whey Keju
Notasi BNT a b b
Hasil uji BNT 5% yang disajikan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa kecepatan pertumbuhan jamur tiram putih yang ditumbuhkan pada medium yang ditambah dengan whey keju maupun whey tahu ternyata tidak berbeda secara signifikan (notasi b). Hal ini menunjukkan bahwa kedua macam whey, yaitu whey keju maupun whey tahu berpengaruh sama baik. Keduanya memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan dengan medium KDA. PEMBAHASAN Faktor-faktor abiotik di tempat inkubasi biakan murni jamur tiram putih dalam penelitian ini yaitu suhu inkubator adalah antara 25-27°C dengan kelembaban 70% dan keadaan di dalam inkubator gelap, serta pH medium yaitu 6. Faktor-faktor lingkungan tersebut telah memenuhi kriteria kondisi optimal untuk pertumbuhan jamur tiram putih. Jamur tiram putih memerlukan beberapa persyaratan faktor abiotik yaitu suhu optimum antara 25-28°C, kelembaban lingkungan 60-70%, nilai pH optimum media yaitu 6 dan diinkubasikan dalam tempat gelap (Schmidt, 2006) sehingga pertumbuhan jamur tiram putih dalam penelitian ini hanya dipengaruhi oleh macam whey yang digunakan. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa dengan penambahan whey keju dan whey tahu dapat mempercepat pertumbuhan jamur tiram putih berdasarkan diameter koloni dibandingkan dengan menggunakan medium KDA. Hal ini disebabkan oleh nutrisi yang terkandung di dalam whey. Kandungan nutrisi yang terdapat di dalam whey keju maupun whey tahu dapat mempercepat pertumbuhan jamur tiram putih, karena sel-sel jamur tiram putih mendapat asupan nutrisi lebih banyak dibandingkan dengan nutrisi dalam medium KDA. Whey keju mengandung sumber karbon, nitrogen, mineral dan vitamin. Sumber karbon berupa laktosa dan sumber nitrogen berupa protein. Mineral yang terdapat di dalam whey keju adalah kalsium, besi, magnesium, fosfor, potasium, sodium, seng, tembaga, mangan dan selenium. Vitamin yang terkandung dalam whey keju berupa tiamin, riboflavin, asam pantotenat, vitamin B6 dan B12 (Tariq dkk, 2013). Hasil penelitian Falanghe dkk (1964) menyebutkan bahwa whey tahu mengandung nitrogen, karbohidrat, mineral dan vitamin. Nitrogen yang terdapat didalamnya berupa protein, peptida, asam amino bebas, dan senyawa nitrogen lainnya. Whey tahu juga mengandung oligosakarida seperti sukrosa, rafinosa, stachyose, berbagai glikosida, galaktan, dan hemiselulosa. Mineral yang terdapat di dalam whey tahu diantaranya fosfor dan garam fitat. Jamur mampu tumbuh dan berkembang biak bila terdapat sumber karbon, sumber nitrogen, berbagai mineral, vitamin, dan air. Sumber karbon berguna
5
sebagai energi bagi jamur dalam membentuk sel-sel. Sumber nitrogen merupakan penyusun kitin polisakarida yang merupakan komponen dinding sel jamur dan juga sangat penting untuk pembentukan asam amino. Mineral seperti fosfor, sulfur, magnesium dan kalium memiliki berbagai fungsi dalam pertumbuhan jamur dan vitamin berperan sebagai koenzim (Chang dan Miles, 2004). Penambahan whey keju maupun whey tahu ternyata mampu mempercepat pertumbuhan koloni jamur tiram putih, tetapi tidak berbeda secara signifikan. Kedua macam whey memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan dengan medium KDA dalam mempercepat pertumbuhan koloni jamur tiram putih. Perbedaan pengaruh yang tidak berbeda nyata ini dapat diakibatkan karena kandungan nutrisi pada kedua whey tersebut sama. Whey keju dan whey tahu mengandung sumber karbon, sumber nitrogen, mineral dan vitamin. Nutrisi dalam whey keju maupun whey tahu tersebut diperlukan untuk aktivitas dan kebutuhan struktural jamur. Nutrisi yang terkandung di dalam whey tersebut membuat kedua whey memiliki potensi yang sama dalam mempercepat pertumbuhan koloni jamur tiram putih. Penelitian ini berhasil mengungkapkan bahwa whey keju dan whey tahu yang masih dapat dimanfaatkan sebagai suplemen pada medium biakan murni jamur tiram putih. Hal ini dapat menjadi tambahan wawasan bagi para petani jamur tiram putih dalam upaya memperoleh biakan murni yang mempunyai kualitas baik. Whey keju dan whey tahu ternyata mampu mempercepat pertumbuhan koloni jamur tiram putih. Berdasarkan pernyataan tersebut maka hasil penelitian ini dapat memberikan alternatif pemecahan masalah limbah melalui pemanfaatannya dalam proses pembuatan bibit biakan murni (F0) jamur tiram putih. Selain itu juga membuka peluang wirausaha yang merupakan bentuk kerjasama antar produsen keju dan tahu dengan petani jamur tiram putih. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah 1) terdapat pengaruh penggunaan whey keju dan whey tahu yang ditambahkan pada medium biakan murni dalam mempercepat pertumbuhan jamur tiram putih, dibandingkan medium KDA, dan 2) penambahan whey keju maupun whey tahu ternyata mampu mempercepat pertumbuhan koloni jamur tiram putih, tetapi tidak berbeda secara signifikan. Kedua macam whey memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan dengan medium KDA dalam mempercepat pertumbuhan koloni jamur tiram putih. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa saran yaitu dilakukan penelitian lanjut sejenis tentang: 1) pengaruh pemanfaatan whey keju dan whey tahu untuk membuat bibit jamur tiram putih dalam proses pembuatan biakan induk (F1), 2) pengaruh penggunaan whey keju dan whey tahu sebagai medium biakan murni spesies jamur lainnya, dan 3) menganalisis kandungan nutrisi jamur tiram putih yang ditumbuhkan pada medium yang diperkaya whey keju maupun whey tahu. DAFTAR PUSTAKA Chang, S. & Miles, P. G. 2004. Mushrooms: Cultivation, Nutritional Value, Medicinal Effect, and Environmental Impact. USA: CRC Press.
6
Djarijah, N. M. & Djarijah, A. S. 2001. Budidaya Jamur Tiram: Pembibitan, Pemeliharaan, dan Pengendalian Hama Penyakit. Yogyakarta: Kanisius Falanghe, H., Smith, A. K., & Rackis, J.J. 1964. Production of Fungal Mycelial Protein in Submerged Culture of Soybean Whey, Journal of Applied Microbiology, 12 (4): 330-334 Kaswinarni, F. 2007. Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat dan Cair Industri Tahu. Tesis. Semarang: UNDIP. Kosikowski, F. V. 1979. Our Industry Today. Journal of Diary Science, 62 (7): 1149-1160 Lilly, Virgil Greene & Horace L. Barnett. 1951. Physiology of the Fungi. New York: McGraw Hill Book Company. Meinanda, I. 2013. Panen Cepat Budidaya Jamur. Bandung: Padi. Rahmawati, F. 2013. Teknologi Proses Pengolahan Tahu dan Pemanfaatan Limbahnya. (Online), (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/fitri-rahmawati mp/teknologi-proses-pengolahan-tahu-dan-pemanfaatan-limbahnya.pdf, diakses 20 Februari 2015) Schmidt, O. 2006. Wood and Tree Fungi. Germany: German Copyright. Suriawiria, U. 2002. Budi Daya Jamur Tiram. Yogyakarta: Kanisius. Tariq, M. R., Sameen, A., Khan, M. I., Huma, N., & Yasmin, A. 2013. Nutritional and Therapeutic Properties of Whey. Journal of Annals. Food Science and Technology, 14 (1): 19-26.
7