LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang betanda tangan dibawah ini: Nama
: JOMPUTRA ARICTOJA
NIM
: 108084000042
Jurusan
: IESP (Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan)
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggung jawabkan. 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain. 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya. 4. Tidak melakukan pemalsuan atau pemanipulasian data. 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: JOMPUTRA ARICTOJA
Tempat & Tanggal Lahir
: Padalarang, 2 September 1990
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status
: Belum Menikah
Pekerjaan
: Pelajar/Mahasiswa
Kewarganegaraan
: Indonesia
Golongan Darah
: AB
Tinggi & Berat Badan
: 167cm & 55kg
Hobi
: Sepakbola
Alamat
: Dsn II Desa Kepur, Kecamatan Muara Enim, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan
Nomer Telepon
: 081282975232
Jenjang Pendidikan 1. 2008 sampai dengan sekarang. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 MA Pesantren Pertanian Darul Fallah
viii
3. Tahun 2002 samapai dengan 2005 MTs Pesantren Pertanian Darul Fallah 4. Tahun 1996 sampai dengan 2002 SD Negeri 1 Desa Kepur
Pengalaman Organisasi 1. Tahun 2011 Ketua Bidang I PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis 2. Tahun 2010 Koordinator Kaderisasi PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis 3. Tahun 2010 Koordinator Kemahasiswaan BEM (Badan Eskutif Mahasiswa) IESP Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Tahun 2007 Koordinator Keamanan HISDAF (Himpunan Santri Darul Fallah) Madrasah Aliyah 5. Tahun 2004 Ketua HISDAF (Himpunan Santri Darul Fallah) Madrasah Tsanawiyah
ix
ABSTRACT
This research attempted to explain the analysis of economic growth projections, investment needs, and labour absorption in the Province of South Sumatra. The data used in this study was time series from 1990-2012 and it was analyzed using ARIMA (Autoregressive Moving Average), ICOR (Incremental Capital Output Ratio), and ILOR (Incremental Labour Output Ratio) analytical methods. ARIMA model were used to project the economic growth, ICOR were used to explain the value of the capital ratio for investment needs related to the economic growth, whilst ILOR were used to explain the value of labour ratio for labour absorption related to the economic growth. The result of this study suggested that: (1) the economic growth of South Sumatra were 5,8% in 2013, 5,75% in 2014, 5,76% in 2015, 5,3% in 2016, and 5,2% in 2017, (2) the average value of South Sumatra was 0,472160172 which meant Rp 472.160,00 was the capital needed to increase the GDPR at constant prices by Rp 1.000.000,00, (3) the ILOR average value of South Sumatra was 0,0010831 which meant there was about 1,08 or 2 employees that is needed to increase the GDPR at constant prices by Rp 1.000.000.000.000. Keyword(s): Projection, Economic Growth, Investment, Labour, ARIMA, ICOR, and ILOR.
x
ABSTRAK
Penelitian ini mencoba untuk menjelaskan analisis proyeksi pertumbuhan ekonomi, kebutuhan investasi, dan penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Selatan. Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data runtun waktu dari tahun 1990-2012 dan di analisis dengan menggunaka metode analisis ARIMA (Autoregressive Moving Avverage), ICOR (Incremental Capital Output Ratio), dan ILOR (Incremental Capital Output Ratio). Model ARIMA digunakan untuk memproyeksikan pertumbuhan ekonomi, ICOR digunakan untuk menjelaskan nilai rasio modal untuk kebutuhan investasi yang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi, sedangkan ILOR digunakan untuk menjelaskan nilai rasio rasio tenaga kerja untuk penyerapan tenaga kerja yang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa: (1) pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan 5,8% pada tahun 2013, pada tahun 2014 bernilai 5,75%, pada tahun 2015 bernilai 5,76%, pada tahun 2016 bernilai 5,3%, dan pada tahun 2017 bernilai 5,2%, (2) nilai rata-rata di Provinsi Sumatera Selatan bernilai 0,472160172 berarti untuk meningkatkan PDRB ADHK sebesar Rp.1.000.000,00 dibutuhkan modal Rp472.160,00, (3) nilai rata-rata ILOR di Provinsi Sumatera Selatan bernilai 0,0010831 yang berarti untuk meningkatkan PDRB ADHK sebesar 1.000.000.000 dibutuhkan pekerja 1,08 atau 2 orang pekerja. Kata Kunci: Proyeksi, Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, Tenaga Kerja, ARIMA, ICOR, ILOR.
xi
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan rasa syukur dan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, Shalawat serta Salam di haturkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW sebagai suritauladan dan pemberi safaat. penulis dapat menyelesaikan skripsi ini berdasarkan hasil studi melalui kepustakaan melalui publikasi media cetak ataupun elektronik yang menjadi sumber-sumber dalam penulisan skripsi ini. Adapun tujuan skripsi adalah menganalisis, mempelajari dan menambah pengetahuan tentang proyeksi pertumbuhan ekonomi, kebutuhan investasi dan penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Selatan dengan menggunakan alat analisis ARIMA (Autoregressive Moving Average), ICOR dan ILOR. Dalam pembuatan skripsi ini banyak orang-orang yang ikut terlibat secara langsung maupun tidak langsung. untuk itu penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada orang-orang tersebut, diantaranya adalah: 1.
2.
3.
4.
Orang-orang terdekat penulis, Ibundaku Tihari Siregar, Ayahandaku Tarmizi, adikku Putra Gemilang dan Della Rahma Praisa, dan teman dekat Novida Sari Sihite, mereka semua yang memotivasi, mendukung dan selalu mendoa’kan dalam penyelesaian skripsi ini. Kedua orang tuaku yang berjasa besar dalam perjalanan hidupku dengan penuh kasih dan sayang, aku mengucapkan terimakasihku yang sebesar-besarnya atas doa’ serta dukungan kalian ayah dan ibuku tanpa kenal lelah dan balasan, teman dekatku yang selalu memberikan motivasi dan selalu mendoa’kanku setiap saat dengan ketulusan hati, terimakasih banyak. Bapak Prof.Dr.H.Abdul Hamid. MS, selaku pembimbing I dan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Saya mengucapkan terimakasih atas bimbingan dan pembelajaran yang bapak berikan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Banyak ilmu pengetahuan dan bimbing yang bapak ajarkan kepada saya selama bimbingan. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Bapak Zuhairan Yunmi Yunan, SE, M.Si, selaku pembimbing II dan Kepala Jurusan IESP (Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan). Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak yang telah memberikan arahan, ilmu pengetahuan, wawasan, dan bimbingan kepada saya yang banyak sekali memberikan manfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini srta serta selalu memberikan motivasi. Ibu Utami Baroroh, SE, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik. Saya mengucapkan terimakasih atas perhatian, bimbingan dan arahan Ibu selama
xii
5.
6. 7.
saya melakukan perkuliahan yang telah banyak memeberikan manfaat dan motivasi bagi saya, saya ucapkan banyak terimakasih. Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak dan Ibu Dosen IESP khususnya dan umumnya kepada seluruh Dosen FEB UIN Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan, wawasan, dan mengajarkan etika kepada saya selama saya menuntut ilmu sebagai Mahasiswa di FEB UIN Jakarta. Tidak lupa pula kepada seluruh civitas akademika FEB UIN Jakarta dan civitas akademika Universitas Islam Negeri Jakarta yang telah banyak membantu selama saya beraktifitas dan menuntut ilmu sebagai Mahasiswa. Saya ucapkan banyak terimaksih kepada saudara-saudaraku yang telah mendoa’kan dan medukungku. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman penulis, Fantriansah, Ilhamsyah, bang Ahmad Rifai, bang Hussein, bang Bambang Dwitomo, Ade Muzaky, Muslih, Hasnan, Lukman, Yusuf Ramadhan, Anwar, Egy, Andika Aryatama, Fahmi Rahman, Rizky Hamid, Fachrizal, Ikmal, Abdi Fauzi, bang Dedy Kusuma, Farid, Triasa Yanuar, Deni Herisandi, Fahmi Rahman, Pratiwie, Lia Nita, Mia Sarah, Ririn Rinjani, Najatun, teman-temanku dan adik-adik kelasku di Pesantren Pertanian Darul Fallah serta seluruh teman-temanku dan adik-adik di Universitas Islam negeri Jakarta yang tidak dapat disebutkan satupersatu serta tidak lupa pula kepada bude sebagai ibu kosku, saya mengucapkan terimakasih atas dukungan dan motivasinya selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. oleh karena itu, penulis berharap mendapatkan saran dan kritik yang baik untuk meningkatkan dan penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi semua.
Ciputat, 13 Juni 2014 Penulis
JOMPUTRA ARICTOJA xiii
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................... i COVER DALAM ..................................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIP ......................... iv LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .......................................... v LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................ vi DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................... viii ABSTRACT ................................................................................................ x ABSTRAK ............................................................................................... xi KATA PENGANTAR ............................................................................ xii DAFTAR ISI .......................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ................................................................................. xvii DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xix BAB I
PENDAHULUAN ..................................................................... 1 A. Latar Belakang Penelitian .................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................. 14 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................15 1. Tujuan Penelitian ... ......................................................15 2. Manfaat penelitian ................. ......................................16
xiv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 17 A. Teori yang Berkenaan Dengan Variabel ......................... 17 1. Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah ..................................................................... ..17 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)................. 21 3. Investasi ......................................................................25 4. Tenaga Kerja . ..............................................................32 B. Penelitian Terdahulu . .......................................................36 C. Kerangka Berpikir . ..........................................................46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................49 A. Ruang Lingkup Penelitian ...............................................49 1. Wilayah Penelitian ......................................................49 2. Ruang Lingkup Penelitian .......................................... 49 B. Metode Penentuan Sampel .............................................. 49 C. Metode Pengumpulan Data ............................................. 50 1. Jenis dan Sumber Data................................................ 50 2. Metode Pengumpulan Data......................................... 51 D. Metode Analisis ............................................................... 51 1. Trend Linier ............................................................... 51 a. Trend Linier ........................................................... 51 b. Autoregressive Moving Average (ARIMA) ........... 54 2. Analisis Incremental Capital Output Ratio (ICOR) .... 59 3. Analisis Incremental Labour Output Ratio (ILOR) ... 61 E. Operasional Variabel Penelitian ...................................... 63 1. Pertumbuhan Ekonomi ............................................... 63 2. Investasi ...................................................................... 64 3. Tenaga Kerja ............................................................... 65 BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................... 66 A. Gambaran Umum Objek Penelitian................................. 66 xv
1. Letak Geografis .......................................................... 66 2. Penduduk dan Ketenaga Kerjaan ................................ 69 3. Pertumbuhan Ekonomi ............................................... 72 4. Investasi ...................................................................... 77 B. Analisis dan Pembahasan ................................................ 79 1. Analisis ....................................................................... 79 2. Pembahasan dan Interprestasi ..................................... 79 a. Preprocessing Data dan Indenfikasi Model ........... 79 b. Analisis Least Squared Method dengan ARIMA .... 81 c. Analisis Incremental Capital Output Ratio (ICOR)................................................................... 89 d. Analisis Icremental Labour Output Ratio (ILOR) . 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 96 A. Kesimpulan ...................................................................... 96 B. Saran ................................................................................ 98 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 101 LAMPIRAN .......................................................................................... 104
xvi
DAFTAR TABEL
No. 2.1 3.1 3.2 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15
Keterangan Penelitian Terdahulu Pola ACF dan PACF Pembentukan Model Oprasional Variable Jumlah Kecamatan, Desa, dan Kelurahan di Kabupaten Kota Provinsi Sumatera Selatan
Halaman 37 58 63 68
Luas Daearah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan di Kabupaten Provinsi Sumatera Selatan
70
Distribusi Persentase PDRB Sumatera Selatan menurut Lapangan Usaha ADHB dengan Migas, 2007-2012
73
PDRB Sumatera Selatan menurut Lapangan Usaha ADHK 2000, tahun 2007-2012
75
Korelogram Diferensiasi kedua Data PDRB tahun 1990-2012 Permodelan ARIMA Data PDRB Sumatera Selatan Tahun 1990-2012
83
Rangkuman Estimasi Model ARIMA Uji Q-statistik Model 3 Proyeksi PDRB ADHK Sumatera Selatan tahun 2013-1017 Nilai ICOR Sumatera Selatan Tahun 1994-2012 Proyeksi Kebutuhan Investasi di Sumatera Selatan tahun 2013-2017
85 86 88 89
Nilai ILOR Sumatera Selatan Tahun 1994-2012 Proyeksi Tambahan Penyerapan Tenaga Kerja (berdasarkan ILOR)
92
84
91
93
Perubahan Investasi (∆K) dan Tenaga Kerja (∆L) di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1994-2012
94
Proyeksi Tambahan Penggunaan Tenaga Kerja di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013-2017 (Rasio modal-tenaga kerja)
95
xvii
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
1.1
Proyeksi Pertumbuhan Eknomi Indonesia 2010-2014
1.2
Nilai & Pertumbuhan PDRB perkapita di Koridor Ekonomi Sumatera (2008)
Halaman 2 8
1.3
Koridor Ekonomi Sumatera Selatan dalam MP3EI
9
1.4
Gambar Potensi Pertambangan Sumatera Selatan
9
1.5
PDRB SumateraSelatan ADHB Tahun 2010
10
1.6
Belanja Modal/Total Belanja Pemerintah Sumatera Selatan Tahun 2007-2011
12
1.7
Investasi dan Nilai Tambah
13
1.8
Hubungan Investasi, Bisnis, dan Kesejahteraan Masyarakat
13
2.1
Arus Sederhana Pendapatan
32
2.2
Kerangka Berfikir Teoritis
48
4.1
Peta Provinsi Sumatera Selatan
67
4.2
Penduduk 15 Tahun keatas Menurut Jenis Kegiatan Utama di Provinsi Sumatera Selatan, 2000-2012
4.3
Laju pertumbuhan PDRB Sumatera Selatan Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000 (persen), 2006-2012
4.4
Realisasi Investasi (PMA dan PMDN) Tahun 2001-2012
4.5
Grafik Trend PDRB ADHK Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1990-2012
4.6
77
78 80
Grafik Diferensiasi Data PDRB pada Tingkat kedua Tahun 1990-2012
4.7
72
82
Grafik trend PDRB ADHK Tahun 1990-2013 87
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Halaman
1
Data Penelitian
105
2
Uji Stasioneritas Data
106
3
Grafik PDRB ADHK
109
4
Correlogram Data
112
5
Estimasi Model ARIMA
113
6
Perhitungan ICOR, Rasio Modal-Tanaga Kerja, dan ILOR
115
7
Proyeksi PDRB ADHK, Investasi, dan Tenaga Kerja
118
xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Dalam pola pembangunan nasional dan daerah di Indonesia secara keseluruhan telah berubah dengan dilaksakannya otonomi daerah sejak tanggal 1 januari 2001 sesuai dengan Undang-undang No. 22 tentang pemerintahan daerah dan Undang-undang no. 25 tahun 1999, tentang perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Sistem pembangunan yang sangat sentralisir dan didominasi oleh pemerintah pusat telah mulai ditinggalkan, sedangkan pemerintah daerah mempunyai kewenangan dalam pengelolaan sumber keuangan baru untuk mendorong proses pembangunan di daerahnya masing-masing yang selanjutnya akan mendorong proses pembangunan nasional Indonesia secara keseluruhan (Sjafrizal, 2008: 228). Perkembangan pembangunan ekonomi di Indonesia yang sesuai dengan Undang-Undang No.17 tahun 2007 Tentang Rancangan Pembangunan
Jangka
Panjang
Nasional
2005-2025,
pemerintah
Indonesia melakukan perencanaan pembangunan yang dikenal dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI),
Melalui
langkah
MP3EI,
percepatan
dan
perluasan
pembangunan akan menempatkan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2025 dengan pendapatan perkapita yang berkisar antara USD 1
14.250 – USD 15.500 dengan nilai total (PDB) berkisar USD 4,0 – 4,5 triliun. Untuk mewujudkannya diperlukan pertumbuhan ekonomi riil sebesar 6,4 – 7,5 persen pada 2011-2014, dan sekitar 8,0 – 9,0 persen pada 2015-2025. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan dibarengi oleh penurunan inflasi sebesar 6,5 persen pada 2011-2014 menjadi 3,0 persen pada tahun 2025. Kombinasi pertumbuhan dan inflasi seperti itu mencerminkan karakteristik negara maju seperti yang di tunjukkan oleh gambar 1.1, (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 15: 2011). Gambar 1.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2010-2045
Sumber:
Provinsi dan kabupaten dalam angka, Badan Pusat Statistik; Analis tim 2009 MP3EI (Meteri Koordinator Bidang Perekonomian)
Untuk mendukung pembangunan nasional akan membutuhkan dukungan
dan
keselarasan
dari
pembangunan
daerah,
dalam 2
pembangunan
ekonomi
daerah
tentunya
perlu
memperhatikan
pertumbuhan daerah, menurut Sjafrizal (2008, 85) alasannya jelas karena pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu unsur utama dalam pembangunan ekonomi regional dan mempunyai kebijakan yang cukup luas. Kebijakan pembangunan ekonomi regional pada dasarnya merupakan intervensi pemerintah, baik secara nasional maupun regional untuk mendorong proses pembangunan daerah secara keseluruhan yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Adapun dalam pengukurannya diperlukan indikator dalam perkembangan ekonomi menurut Todaro (1998: 124) dalam mengukur pertumbuhan ekonomi ada tiga faktor yang merupakan komponen utama yaitu: 1. Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia. 2. Pertumbuhan penduduk, yang beberapa tahun selanjutnya akan memperbanyak jumlah angkatan kerja. 3. Kemajuan teknologi. Menurut pendapat Jhingan (2010, 2005) indikator dalam pengukuran perkembangan ekonomi adalah: 1.
Perkembangan
ekonomi
harus
diukur
dalam
arti
kenaikan
pendapatan nasional nyata dalam suatu jangka waktu yang panjang. 2.
Kenaikan pendapatan nyata perkapita dalam jangka panjang. 3
3.
Kesajahteraan ekonomi, proses kenaikan pendapatan nyata perkapita dan dibarengi dengan penurunan kesenjangan pendapatan dan pemenuhan keinginan masyarakat secara kesuluruhan. Berkembangnya suatu perekonomian adalah lebih sulit, salah satu
syarat penting yang perlu dilakukan dalam mengembangkan suatu perekonomian adalah mewujudkan moderenisasi dalam segala bidang kegiatan ekonomi, yaitu moderenisasi dibidang sektor pertanian sendiri, mengembangkan kegiatan industri dan moderinisasi pemerintahan. Untuk mewujudkan hal ini dibutuhkan dua faktor penting yang sangat penting yang sangat terbatas di negara-negara/daerah berkembang yaitu modal dan tenaga ahli, modal yang dimaksud adalah dana modal dan modal bersifat fisik, yaitu barang-barang modal (Sadono Sukirno, 2010: 439). Menurut Sadono Sukirno (2010: 439) kekurangan modal adalah suatu ciri penting dari setiap negara memulai pembangunannya dan kekurangan ini bukan saja mengurangi kepesatan pembangunan perekonomian yang dapat dilaksanakan, tetapi juga menyebabkan kesukaran kepada negara tersebut untuk keluar dari keadaan kemiskinan. Perkembangan dan moderenisasi suatu perekonomian memerlukan modal yang sangat banyak. Infrastruktur perlu dibangun, sistem pendidikan harus dikembangkan dan kegiatan pemerintah perlu diperluas, dan lebih penting lagi adalah berbagai jenis kegiatan perusahaan dan industri modern perlu dikembangkan. Ini berarti pihak 4
pemerintah dan swasta memerlukan modal yang banyak untuk memujudkan modernisasi diberbagai kegiatan ekonomi. Dengan
keadaan
daerah
yang
sedangkan
berkembang
membutukan modal yang banyak maka yang akan diperlukan adalah investasi sebagai solusi dalam mengatasi kekurangan modal yang dialami oleh pemerintah maupun pihak swasta dalam mengembangkan perekonomiannya. Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004: 137) investasi memainkan dua peran dalam makro ekonomi. Pertama, karena merupakan komponen pembelanjaan yang besar dan mudah berubah, investasi seringkali mengarah kepada perubahan dalam keseluruhan permintaan dan mempengaruhi siklus bisnis. Selain itu investasi juga mengarah kepada akumulasi modal. Tambahan saham bangunan dan peralatan
meningkatkan
output
potensial
negara/daerah
dan
mengembangkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Model yang mendukung dalam penguatan investasi dalam meningkatan pertumbuhan ekonomi adalah model Harrod-Domar menjelaskan bahwa investasi memberikan peran penting dalam proses pertumbuhan ekonomi, khususnya mengenai watak ganda yang dimiliki investasi. Pertama, menciptakan pendapatan disebut dengan dampak permintaan dan kedua, memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal yang disebut dengan dampak penawaran. Karena itu, selama investasi netto tetap berlangsung, pendapatan nyata dan output akan semakin membesar namun pendapatan 5
maupun output tersebut harus meningkat dalam laju yang sama pada saat kapasitas produktif modal meningkat (M.L Jhingan 2010: 229). Dalam era desentralisai otonomi daerah saat ini pemerintah daerah dapat menerapkan beberapa kebijakan dalam pembangunan dan pengembangan ekonomi salah satunya dengan meningkatkan investasi yang diharapkan terjadinya efek mutliplier terhadap penyerapan tenaga kerja (Jonni Afriadi, 2007: 2). Investasi juga dapat diartikan dalam pembinaan sumberdaya manusia juga dapat meningkatkan kualitas modal manusia, sehingga pada akhirnya akan membawa dampak positif yang sama terhadap angka produksi, bahkan akan lebih besar lagi seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk (Todaro, 1998: 125). Menurut Sonny Sumarsono (372: 2009) perekonomian juga tampak masih sangat bergantung pada sektor konsumsi yang tentunya tidak akan memberikan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dalam jangka panjang. Kegagalan untuk menstimulasi investasi tersebut mengakibatkan ekonomi hanya dapat bergerak di bawah kapasitas potensialnya sehingga wajar angka pengangguran terus meningkat agar momentum perbaikan sentimen saat ini dapat ditransformasikan menuju perbaikan fundamental ekonomi yang kuat, dalam jangka menengah pemerintah seharusnya dapat melakukan terobosan baik fiskal, struktural maupun sektor yang dapat memberikan stimulus ekonomi. Wilayah Sumatera Selatan sebagai bagian dari wilayah Indonesia juga perlu mendukung pembangunan nasional yang pada saat ini 6
direncanakan dalam MP3EI terletak dalam dalam koridor ekonomi Sumatera yang merupakan sentra produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung energi nasional. Secara geostrategis, Sumatera diharapkan menjadi gerbang ekonomi nasional ke pasar Eropa, Afrika, Asia Selatan, Asia Timur, serta Australia. Namun ada beberapa hal yang perlu dibenahi, antara lain: 1. Adanya perbedaan pendapatan yang signifikan di dalam koridor, baik antara perkotaan dan pedesaan ataupun antara provinsi-provinsi yang ada dalam koridor. 2. Investasi yang menurun dalam beberapa tahun terakhir. 3. Infrastruktur dasar yang kurang memadai untuk pengembangan industri, antara lain jalan sempit dan rusak, rel kereta api yang sudah rusak dan tua, pelabuhan laut yang kurang efisien serta kurang tenaga listrik yang dapat mendukung industri. Sumatera Selatan sebagai salah satu daerah yang tergabung dalam koridor ekonomi Sumatera yang ditunjukkan pada gambar 1.2 perlu mendukung rencana tersebut untuk memajukan perekonomian daerah tersebut dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
7
Gambar 1.2
Sumber: Provinsi dan kabupaten dalam angka; Badan Pusat Statistik; Analis tim 2009 MP3EI (Meteri Koordinator Bidang Perekonomian)
Dengan adanya MP3EI maka akan dapat memaksimalkan dalam pembangunan infrastruktur
pada gambar 1.3 dan mengembangkan
potensi ekonomi yang dimiliki daerah Sumatera Selatan seperti yang terlihat pada gambar 1.4 dan 1.5 untuk mempercepat perkembangan ekonomi di Sumatera Selatan khususnya dan membantu mempercepat perkembangan ekonomi Indonesia pada umumnya.
8
Gambar 1.3 Koridor Ekonomi Sumatera Selatan Dalam MP3EI
Sumber: Analis tim 2009 Master Plan Percepatan dan Perlusan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), Meteri Koordinator Bidang Perekonomian
Gambar 1.4 Potensi Pertambangan di Sumatera Selatan
Sumber: Analis tim 2009 Master Plan Percepatan dan Perlusan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), Meteri Koordinator Bidang Perekonomian
9
Gambar 1.5 PDRB Sumatera Selatan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010
Sumber: Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, 2012
Dengan masih kurangnya pengembangan potensi ekonomi yang dimiliki Provinsi Sumatera Selatan maka akan diperlukan perencanaan, menurut sebagian besar ekonomi perencanaan ekonomi sebagai suatu rencana perekonomian dengan sengaja oleh suatu penguasa pusat untuk mencapai suatu sasaran tertentu dan tujuan tertentu di dalam jangka waktu tertentu pula (Jhingan, 2012: 518). Sebuah rencana pembangunan menurut Arthur Lewis (1986, 15) bisa terdiri dari satu atau beberapa hal berikut ini: 1. Survey keadaan ekonomi saat sekarang.
10
2. Usulan-usulan
untuk
memperbaiki
kerangka
lembaga
kegiatan
ekonomi. 3. Daftar usulan pengeluaran pemerintah. 4. Tinjauan mengenai industri-industri utama. 5. Proyeksi makro ekonomi untuk keseluruhan. Inti dari perencanaan tersebut untuk produktifitas yang lebih tinggi dalam sektor swasta terletak pada sekumpulan kebijaksanaan yang mendorong orang-orang swasta untuk menggunakan waktunya dan sumber-sumber dayanya dengan lebih produktif. Menurut Sadono Sukirno (2010: 439) Perkembangan dan moderenisasi suatu perekonomian memerlukan modal yang sangat banyak.
Infrastruktur
perlu
dibangun,
sistem
pendidikan
harus
dikembangkan dan kegiatan pemerintah perlu diperluas, dan lebih penting lagi adalah berbagai jenis kegiatan perusahaan dan industri modern perlu dikembangkan. Ini berarti pihak pemerintah dan swasta memerlukan modal yang banyak untuk mewujudkan modernisasi diberbagai kegiatan ekonomi. Dengan terbatasnya alokasi keuangan yang dimiliki oleh pemerintah Provinsi Sumatera Selatan untuk mengalokasikan dananya terhadap belanja modal ditunjukkan pada gambar 1.6 yang menunjukkan trend rasio belanja modal pertotal belanja Provinsi Sumatera Selatan cenderung menurun. Karena perkembangan dan moderenisasi suatu perekonomian memerlukan modal yang sangat banyak. Infrastruktur 11
perlu dibangun, sistem pendidikan harus dikembangkan dan kegiatan pemerintah perlu diperluas, dan lebih penting lagi adalah berbagai jenis kegiatan perusahaan dan industri modern perlu dikembangkan. Ini berarti pihak pemerintah dan swasta memerlukan modal yang banyak untuk memujudkan modernisasi diberbagai kegiatan ekonomi, Sadono Sukirno (2010: 439). Gambar 1.6 Belanja Modal/ Total BelanjaPemerintah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2007-2011 50.00% 45.00% 40.00% 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% 2007
2008 nasional
2009
2010
2011
prov. Sumatera Selatan
Sumber: Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, 2012
Dengan latar belakang yang dijelaskan di halaman-halaman sebelumnya maka diperlukan Proyeksi yang merupakan bagian dari perencanaan untuk melihat seberapa besar investasi yang dibutuhkan untuk menciptakan iklim ekonomi mengembangkan potensi ekonomi di Provinsi Sumatera Selatan yang berdampak dengan penyerapan tenaga kerja sehingga meningkatan pendapatan masyarakat yang dapat 12
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Selatan, sebagai mana yang dikemukakan oleh Henry Faizal Noor (2009: 283) bahwa
tingkat
kesejahteraan
masyarakat
berkaitan
perkembangan investasi yaitu berupa nilai tambah
erat
dengan
oleh kegiatan
investasi tersebut seperti ilustrasi pada gambar 1.7 dan 1.8. Gambar 1.7 Investasi dan Nilai Tambah
Faktor Produksi 1. Modal (uang) 2. Tenaga Kerja 3. Faktor Produksi Lainnya 4. Enterpreneuership
menghasilkan
Balas Jasa Sektor Produksi (Nilai Tambah) 1. Balas Jasa Modal (Bunga) 2. Upah dan Gaji 3. Sewa 4. Surplus Usaha
Gambar 1.8 Hubungan Investasi, Bisnis, dan Kesejahteraan Masyarakat
Kegiatan Investasi menimbulkan n
Indentifikasi dan evaluasi potensi dan keunggulan yang dimiliki, serta kebutuhan masing-masing daerah, merupakan hal penting untuk peningkatan investasi
Aktivitas Ekonomi (BISNIS)
Kesejahteraan Masyarakat
Pemerintah perlu mendorong aktivitas ekonomi dan bisnis, dimasing-masing daerah, sesuai dengan potensi dan keunggulan yang dumilikinya.
13
Dalam meningkatkan pembangunan dengan adanya daya dukung pembiayaan yang ada diharapkan agar dapat meningkatkan kualitas kinerja pemerintah karena menurut (Pheni Chalid, 2005:6) kualitas kinerja lembaga berkorelasi positif dengan adanya dukungan pembiayaan yang ada. Dengan demikian akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cara memaksimalkan pemanfaatan potensi ekonomi yang dimiliki Provinsi Sumatera Selatan. Dengan demikian maka diperlukannya informasi mengenai analisis keadaan ekonomi periode-periode sebelumnya yang bertujuan untuk melakukan perencanaan daerah di Provinsinsi Sumatera Selatan. Perencanaan
wilayah
ini
merupakan
suatu
perencanaan
yang
didesentralisasikan, pemerintah Kabupaten/Kota merupakan daerah otonomi, yang diberikan pemerintah pusat untuk mengelola dan mengatur keuangan daerahnya sesuai dengan aspirasi masyarakat setempat dan tidak bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku (Adisasmita, 2013:94).
B. Rumusan Masalah. Dengan latar belakang penelitian yang dikemukakan pada Bab I bagia A, maka rumusan masalah yang dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui seberapa besar pertumbuhan ekonomi pada tahun 20132017 di Provinsi Sumatera Selatan? 14
2. Pertumbuhan masih bergantung terhadap sektor konsumsi sehingga investasi menjadi solusi oleh karena itu mengetahui seberapa besar investasi yang dibutuhkan di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2013-2017 untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tertentu?. 3. Dengan dilakukannya investasi sebagai dasar mencapai pertumbuhan maka perlu diketahui seberapa besar tenaga kerja yang dapat diserap di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2013-2017?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian Beradasarkan permasalahan yang di rumuskan di Bab I pada bagian B, maka tujuan penelitian ini dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : a.
Dengan
adanya
kebijakan
MP3EI
(Materplan
Percepatan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia), Provinsi Sumatera Selatan merupakan bagian dari bagian dari koridor ekonomi Sumatera dan untuk mengoptimalkan potensi ekonomi yang dimiliki daerah tersebut sehingga memerlukan proyeksi untuk melakukan perencanaan perekonomin kedepan. b.
Dengan keadaan keuangan daerah Provinsi Sumatera Selatan yang kurang mampu melakukan pembiayaan atau belanja modal maka perlu dilakukan Proyeksi investasi yang merupakan bagian dari perencanaan dalam meningkatkan petumbuhan ekonomi. 15
c.
Investasi
sebagai
salah
satu
cara
dalam
meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di Sumatera Selatan diharapkan dapat menyerap tenaga kerja di daerah tersebut. 2. Manfaat penelitian. Penelitian diharapkan menjadi rujukan atau inspirasi sebagai pedoman bagi peneliti lainnya yang berminat di bidang ini: a. Bagi Peneliti, penelitian ini merupakan kesempatan bagi peneliti untuk menyelaraskan ilmu pengetahuan yang didapat dalam kegiatan akademik sehingga dapat dapat menambah pengetahuan bagi peneliti dalam bidang ekonomi pembangunan yang menjadi minat peneliti. b. Penelitian ini dapat dipergunakan bagi pihak lain yang berminat pada penelitian ini sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dan dapat menjadi bahan bacaan untuk menambah pengetahuan. c. Hasil dari penelitian ini juga dapat dipergunakan oleh universitas untuk menambah bahan pustaka dalam mengembangkan kualitas pendidikan universitas tersebut dalam masa yang akan datang. d. Bagi lembaga atau instansi di Provinsi Sumatera Selatan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk perbaikan di Provinsi Sumatera Selatan yang merupakan objek penelitian.
16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang Berkenaan Dengan Variable 1. Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi. Pada mulanya pembangunan ekonomi merupakan sebuah usaha untuk membenahi serta meningkatkan kondisi ekonomi pada suatu wilayah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Dalam upaya pembangunan ekonomi di negara berkembang pada mulaya berpusat pada upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan mengacu pada peningkatan pendapatan perkapita dengan harapan dapat mengurangi masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, serta ketimpangan ekonomi dari suatu wilayah dengan wilayah lainnya yang dikenal dengan “dampak merembes ke bawah” (trikle down effect) (Mudrajad, 2010:4). Mudrajad (2010:4) mengemukakan Kecenderungan ini dapat dilihat dalam pemikiran-pemikiran awal mengenai pembangunan, seperti teori Harrod Domar, Arthur Lewis, W.W. Rostow, Hirschman, Rosenstein Rodan, Nurkse, dan Lebeinstein. Ini mencerminkan munculnya teori pertumbuhan
ekonomi
sepanjang
dasawarsa
1950-an,
sementara
pembangunan ekonomi diidentikkan dengan pertumbuhan ekonomi, ekonomi pembangunan sebagai cabang ilmu ekonomi yang relatif baru
17
memusatkan perhatian pada faktor-faktor penentu pada pertumbuhan ekonomi. Mungkin telah banyak teori yang membahas tentang konsep pembangunan akan tetapi hakikat pembangunan itu lebih penting seperti yang dikemukakan oleh Todaro dan Smith (2002:3), hakikat pembangunan dalam Perencanaan ekonomi (economic planning) upaya-upaya yang dilakukan secara sengaja oleh pemerintah untuk mengkoordinasikan segenap proses pembuatan keputusan ekonomi dalam jangka panjang, serta untuk mempengaruhi, mengarahkan, dan dalam beberapa kasus tertentu juga untuk mengendalikan tingkat dan pertumbuhan variabelvariabel ekonomi pokok dari suatu negara (pendapatan, konsumsi, penyerapan tenaga kerja, investasi, tabungan, ekspor, impor, dan sebagainya) demi tercapainya tujuan-tujuan pembangunan yang telah ditetapkan sebelumnya. Robinson Tarigan (2009:1), mengemukakan bahwa ekonomi regional menganalisis suatu wilayah (atau bagian wilayah) secara keseluruhan atau dengan melihat berbagai wilayah dengan potensinya yang beragam dan bagaimana mengatur suatu kebijakan yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi seluruh wilayah. Dalam analisis ekonomi regional diperlukannya kebijakan pembangunan ekonomi regional, menurut Sjafrijal (2008:154) dalam kebijakan pembangunan ekonomi regional sasaran akhirnya adalah untuk dapat mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial secara 18
menyeluruh sesuai dengan keinginan dan aspirasi yang berkembang di masyarakat. Menurut Sjafrizal (2008: 156,157) Untuk dapat merumuskan kebijakan pembangunan regional yang baik dan terarah , perlu pula ditetapkan terlebih dahulu sasaran yang ingin dicapai. Dalam hal ini terdapat dua alternatif sasaran yaitu mewujudkan kemakmuran wilayah (Place Prosperity), kemakmuran masyarakat (People Prosperity) atau kedua-duanya sekaligus. Sasaran ini perlu ditetapkan secara jelas dan tegas, karena masing-masingnya mempunyai starategi dan kebijakan pembangunan daerah yang berbeda dan bahkan dapat berlawanan satu sama lainnya. Aspek ini semula dibahas oleh Winnick (1966) dan kemudian dilanjutkan oleh Richardson (1978). Dijelaskan oleh Nadiatulhuda (2007:16) Terdapat juga beberapa teori yang penting dalam pembangunan ekonomi wilayah (regional) diantaranya menurut aliran ekonom klasik yang dipopulerkan oleh Adam Smith dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh kemajuan teknologi dan perkembangan jumlah penduduk. Sumbangan pemikiran aliran Neo Klasik dalam pertumbuhan ekonomi yaitu sebagai berikut: a. Akumulasi modal merupakan faktor sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi. b. Pertumbuhan ekonomi merupakan peroses yang gradual. c. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses yang harmonis dan kumulatif.
19
d. Aliran
Neo
Klasik
sangat
optimis
dengan
pertumbuhan
(perkembangan). e. Meskipun model pertumbuhan Neo Klasik ini telah banyak digunakan dalam analisis regional namun terdapat beberapa asumsi mereka yang tidak tepat antara lain, Pertama Full Employment yang terus menerus tidak dapat diterapkan pada sistem multi regional dimana persoalanpersoalan regional muncul disebabkan oleh perbedaan geografis dalam hal tingkat penggunaan sumber daya. Kedua, persaingan sempurna tidak dapat diberlakukan dalam perekonomian regional dan spasial. Menurut Todaro dan Smith (2002: 3) adanya dua komponen pokok dalam perencanaan pembangunan di negara-negara yang menganut sistem perekonomian campuran. Kedua komponen tersebut adalah sebagai berikut: a. Keputusan pemerintah yang sengaja menggunakan tabungan domestik dan dana-dana keuangan dari luar negeri untuk diinvestasikan pada proyek-proyek pemerintah yang untuk memobilisasi dan menyalurkan sumber-sumber daya yang sangat langka di bidang-bidang tertentu misalnya, pembangunan jaringan jalan raya dan kereta api, sekolah proyek hidroelktrik, dan pembangunan sarana infrastruktur ekonomi (economic infrastructure) lainnya, serta penciptaan industri-industri subtitusi
impor
yang
diharapkan
nantinya
dapat
memberikan
sumbangan berarti demi merealisasikan tujuan-tujuan ekonomi jangka panjang. 20
b. Kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintah (mulai dari perpajakan, lisensi industri, penetapan tarif-tarif, serta manipulasi kuota, upah, suku bunga, dan harga-harga) yang secara langsung dapat mendorong, dan dalam banyak hal bahkan mengendalikan, kegiatan ekonomi sektor swasta demi menjamin terciptanya suatu hubungan yang serasi antara keinginan perusahaan swasta dalam mengejar keuntungan dengan tujuan-tujuan sosial untuk kepentingan seluruh anggota masyarakat) yang dikehendaki dan diutamakan oleh pemerintah pusat.
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ada berbagai konsep dan definisi yang bisa dipakai dalam membicarakan pendapatan regional/nilai tambah akan dikemukakan sebagai berikut: a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Pasar. Produk domestik regional bruto atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai yang tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di wilayah itu. Yang dimaksud dengan nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Nilai tambah bruto mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa tanah, dan keuntungan), penyusutan, dan pajak tidak langsung neto. Jadi, dengan menghitung nilai tambah bruto dari masing-masing sektor
21
dan menjumlahkannya, akan menghasilkan produk domestik regional bruto atas dasar harga pasar (Robinson Tarigan, 2009: 18). Menurut Emilia Imelia (2006:39) produk domestik regional bruto atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai tambah (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di wilayah itu. Nilai tambah bruto adalah nilai produksi (out put) dikurangi biaya (inetrmediate cost). Biaya antar daerah adalah biaya pembelian/biaya perolehan dari sektor lain yang telah dihitung sebagai produksi dari sektor lain atau berasal dari impor. Nilai tambah bruto mencakup komponen pendapatan (upah, gaji, bunga, sewa, tanah dan keuntungan), penyusutan, pajak tidak langsung. b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan. Menurut Robinson Tarigan (2009:20) pendapatan regional dalam beberapa tahun menggambarkan kenaikan dan penurunan tingkat pendapatan masyarakat di daerah tersebut. Kenaikan/penurunan dapat dibedakan menjadi dua faktor berikut: 1) Kenaikan/penurunan
riil,
yaitu
kenaikan/penurunan
tingkat
pendapatan yang tidak dipengaruhi oleh faktor perubahan harga. Apabila terjadi kenaikan riil pendapatan penduduk berarti daya beli penduduk di daerah tersebut meningkat, misalnya dapat membeli barang yang sama kualitasnya dalam jumlah yang lebih banyak.
22
2) Kenaikan/penurunan pendapatan yang disebabkan adanya faktor perubahan harga. Apabila terjadi kenaikan pendapatan yang hanya disebabkan inflasi (menurunnya nilai beli uang) maka walaupun pendapatan meningkat tetapi jumlah barang yang mampu dibeli belum tentu meningkat. Perlu dilihat mana yang meningkat lebih tajam, tingkat pendapatan atau tingkat harga. Menurut Robinson (2009:21) Harga konstan artinya harga produk didasarkan atas dasar harga pada tahun tertentu. Tahun yang dijadikan patokan harga disebut tahun dasar untuk penentuan harga konstan.
Jadi
kenaikan
pendapatan
hanya
disebabkan
oleh
meningkatnya jumlah fisik produksi, karena harga dianggap tetap (konstan). Akan tetapi, pada sektor jasa yang tidak memiliki unit produksi, nilai produksi dinyatakan dalam harga jual. Oleh karena itu harga jual harus dideflasi dengan menggunakan indeks inflasi atau deflator lain yang dianggap lebih sesuai. Dalam perhitungannya pendapatan regional dapat dibagi dalam dua metode, yaitu metode langsung dan tidak langsung (Robinson, 2009: 23,26). a. Metode langsung adalah perhitungan dengan menggunakan data daerah atau data asli yang menggambarkan kondisi daerah dan digali dari data yang ada di daerah itu sendiri. Adapun pendekatan yang dilakukan gunakan adalah:
23
1) Pendekatan produksi adalah perhitungan nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan/sektor ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari total nilai produksi bruto sektor atau subsektor tersebut. 2) Pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi diperkirakan dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor produksi, yaitu upah dan gaji dan surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak langsung netto. 3) Pendekatan pengeluaran adalah menjumlahkan nilai penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri. b. Metode tidak langsung adalah suatu cara mengalokasikan produk domestik bruto dari wilayah yang lebih luas ke masing-masing bagian wilayah, dengan menggunakan alokator yaitu: 1) Nilai produksi bruto atau neto setiap sektor/subsektor, pada wilayah yang dialokasikan, 2) Jumlah produksi fisik, 3) Tenaga kerja, 4) Penduduk, dan 5) Alokator tidak langsung lainnya. Menurut Handoko & Kurnia Astuti (2007:165) secara umum proyeksi angka PDRB dapat dilakukan dengan membuat persamaan trend PDRB. Dalam penelitian ini digunakan metode trend linier, garis trend linier dapat ditulis dengan persamaan garis lurus sebagai berikut: 24
Y’ = a + bX Keterangan: Y’
= adalah data berkala time series PDRB.
X
= adalah waktu yang berupa data tahunan
a
= adalah bilangan konstan, apabila X= 0 yaitu PDRB awal tahun
b
= adalah lereng garis tren, yaitu rata-rata perubahan PDRB untuk setiap tahunnya.
Kegunaan data pendapatan nasional adalah memberikan informasi yang berguna mengenai berbagai aspek dari kegiatan ekonomi dalam satu tahun tertentu memberikan gambaran tentang tingkat kegiatan ekonomi suatu wilayah yang dicapai dan nilai output yang diproduksi, komposisi dari pembelanjaan agregat, sumbangan berbagai sektor dalam mewujudkan pendapatan nasional, dan taraf kemakmuran yang dicapai (Sukirno, 2011:55).
3. Investasi Bila dilihat secara makro ekonomi, investasi (I) adalah bagian dari pendapatan nasional (Y), disamping bagian lainnya, yaitu konsumsi masyarakat (C), konsumsi pemerintah (G), ekspor (X), dan belanja impor (M), sehingga secara makro ekonomi, dikenal model keseimbangan pendapatan domestik sebagai berikut: Y = C + G + I + X-M. 25
Dalam skenario dalam pembangunan ekonomi , tujuan makro yang ingin dicapai dalam pembangunan ekonomi pada hakekatnya pertumbuhan ekonomi yang menjadi modal bagi kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan adanya investasi yang memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya (Henry Faizal Noor, 2009: 47,48). Menurut Dumairy (1996:132) penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan produksi. Dengan posisi semacam itu, investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan marak lesunya pembangunan. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian, setiap negara senantiasa berusaha menciptakan iklim yang dapat menarik investasi. Sasaran utama bukan hanya masyarakat atau kalangan swasta dalam negeri, tapi juga investor asing. Menurut Pheni Chalid (2005:109) penerapan desentralisasi fiskal menjadi
pintu
masuk
bagi
daerah
untuk
mendorong akselerasi
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di daerah. Sebagai strategi untuk menarik investasi ke daerah, maka yang perlu menjadi perhatian adalah kesiapan semua sumber daya yang akan meningkatkan daya tarik daerah bagi para investor. Dalam meningkatkan investasi terdapat hambatan dalam menarik investor untuk melakukan investasi di daerahnya (Pheni Chalid, 2005: 26
111). Beradasarkan rata-rata nilai skor dalam laporan ADB dan Bank dunia, terdapat enam permasalahan yang menjadi hambatan utama bagi investasi, yaitu: a. Ketidakpastian kebijakan ekonomi dan peraturan serta ketidakstabilan ekonomi. b. Korupsi, baik oleh aparat pusat maupun daerah. c. Peraturan ketenagakerjaan. d. Biaya keuangan. e. Pajak tinggi, lebih menjadi masalah dibandingkan dengan administrasi pajak dan pabean. f. Ketidak tersediaan listrik (infrastruktur). Menurut (Pheni Chalid, 2005:126) Adapun strategi daerah yang perlu dilakukan dalam menarik investasi yaitu: a. Posisi dan peran pemerintah (trobosan pemegang kebijakan). b. Pemetaan potensi ekonomi dan subsidi usaha. c. Proposal
spesifik
investasi
(Variabel
ekonomi,
politik
dan
pemerintahan, sosial, pasar, dan persaingan, dan kondisi geografi). Pada dasarnya setiap perekonomian memang harus senantiasa mencadangkan atau menabung sebagian tertentu dari pendapatan nasionalnya untuk menambah atau menggantikan barang-barang modal (gedung, alat-alat, dan bahan baku) yang telah susut atau rusak. Namun untuk memacu pertumbuhan ekonomi, dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan neto terhadap cadangan atau stok modal (capital 27
stock) model ini yang dikenal dengan istilah model Harrod-Domar (Todaro, 1998:85). Pernyataan diatas didukung dengan model pertumbuhan HarrodDomar (Todaro, 1998: 85,86), yang menyusun sebuah model pertumbuhan ekonomi sederhana sebagai berikut: a. Tabungan (S) adalah bagian dalam jumlah tertentu, atau S, dari pendapatan nasional (Y). Oleh karena itu, kitapun dapat menuliskan hubungan tersebut dalam bentuk persamaan: S=sY
....(1)
b. Investasi (I) didefinisikan sebagai perubahan stok modal (K) yang dapat diwakili oleh ∆K, sehingga kita dapat menuliskan persamaan sederhana yang kedua sebagai berikut: I = ∆K
......(2)
Akan tetapi, karena jumlah stock modal (K) mempunyai hubungan langsung dengan jumlah pendapatan nasional atau output (Y), seperti telah ditunjukkan oleh rasio modal-output (k), maka:
atau, akhirnya ∆K = k∆Y
atau
......(3)
c. Mengingat jumlah seluruh tabungan nasional (S) harus sama dengan keseluruhan investasi (I), maka persamaan berikutnya dapat ditulis sebagai berikut: S=I
......(4) 28
Dari persamaan (1) diatas telah diketahui bahwa S = sY dan dari persamaan (2) dan (3), kita juga telah mengetahui bahwasanya: I = ∆K = k∆Y Dengan demikian, identitas tabungan yang merupakan persamaan modal dalam persamaan (4) adalah sebagai berikut: S = sY = k∆Y = ∆K = I
.......(5)
atau bila diringkas menjadi sY = k∆Y
.......(6)
Selanjutnya, apabila kedua sisi persamaan (6) dibagi mula-mula dengan (Y) dan kemudian dengan (k), maka akan didapat:
.......(7)
Persamaan
(7)
yang
merupakan
versi
sederhana
dalam
pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar dalam teori pertumbuhan ekonomi mereka sangat populer, secara lebih spesifik, persamaan itu menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan pendapatan nasional akan secara “positif” berbanding lurus dengan rasio tabungan (semakin banyak GNP yang di investasikan, maka pada akhirnya nanti akan lebih besar lagi pertumbuhan GNP yang dihasilkannya) dan secara “negatif” atau perbandingan terbalik terhadap rasio modal-output dari suatu perekonomian (semakin besar rasio modal-output nasional atau (k), maka tingkat pertumbuhan GNP akan semakin rendah), Analisis Harrod-Domar bertujuan untuk menunjukkan panjang kemampuan masyarakat yang bertambah dari masa ke masa (yang 29
diakibatkan oleh pembentukan modal pada masa sebelumnya) akan selalu sepenuhnya digunakan (Adisasmita, 2013:63). Dengan penjelasan diatas diharapkan bahwa investasi memiliki keterkaitan dalam pengembangan perekonomian masyarakat luas, dalam rangka memenuhi kebutuhan maupun untuk keperluan bisnis. Menurut Henry Faizal Noor (2009, 29) alasan yang menjadi kaitan antara investasi dan pengembangan ekonomi masyarakat dapat dilihat sebagai berikut: a. Investasi dan pengembangan ekonomi masyarakat adalah kegiatan yang dilakukan hari ini (sekarang), untuk mendapatkan manfaat dimasa datang. b. Investasi dan pengembangan ekonomi masyarakat, sama-sama menjadikan masyarakat sebagai sasarannya. c. Sebagian
dari
program
pengembangan
ekonomi
masyarakat,
merupakan kegiatan investasi. d. Kegiatan investasi merupakan awal dari kegiatan ekonomi, yang menghasilkan nilai tambah (value added), berupa balas jasa faktor produksi, yang merupakan tujuan dari pengembangan ekonomi masyarakat, sekaligus sebagai sumber dari kesejahteraan masyarakat. Investasi merupakan kegiatan penciptaan tambah (value added) yang berakumulasi menjadi Produk Domestik Bruto (PDB), oleh karena itu antara investasi dan pertumbuhan ekonomi (PDB) mempunyai keterkaitan yang ditunjukkan oleh koefisien ICOR (Henry Faizal, 2009: 52). Dengan menghitung ICOR maka dapat diperkirakan seberapa besar 30
tambahan kapital yang dibutuhkan untuk menuju target pertumbuhan ekonomi tertentu (Menurut Handoko & Kurnia Astuti,2007: 165). Angka ICOR ini akan dihitung secara total dengan perkiraan makro dengan perhitungan ICOR mengadopsi formula yang digunakan Meier dalam (Astuti & Handoko, 2007: 165). Dengan rumus:
atau
Keterangan: It (∆K)
= adalah jumlah investasi pada tahun sebelumnya
ICORt
= adalah ICOR pada tahun t
∆PDRBt
= adalah peningkatan PDRB pada tahun t
Untuk mengetahui kebutuhan investasi, diasumsikan bahwa (Y) adalah pendapatan domestik suatu wilayah dan (g) adalah pertumbuhan pendapatan tersebut dibandingkan tahun sebelumnya (Handoko & Kurnia Astuti, 2007: 165), maka: It = k . g . Yt Keterangan: It adalah jumlah investasi yang dibutuhkan k adalah ∆Y/∆K = ICOR g adalah tingkat pertumbuhan ekonomi Yt adalah PDRB atas dasar harga konstan tahun t
31
4. Tenaga Kerja Ilmu ekonomi tenaga kerja merupakan suatu sistem hubungan yang terorganisasi, dan juga merupakan suatu subsistem pada sistem ekonomi yang lebih luas. Menurut pengertian yang ditampilkan dalam gambar 2.1, ilmu ekonomi tenaga kerja memusatkan perhatian pada tingkah laku perorangan dalam peran mereka sebagai pemasok tenaga kerja dan sebagai pihak peminta yang membutuhkan jasa tenaga kerja (Arfida, 2003: 35).
Gambar 2.1 Arus Sederhana Pendapatan
Pasar barang Pengeluaran uang Barang-barang dan jasa
Rumah tangga
Perusahaan
Faktor Produksi Pendapatan nominal Pasar faktor
catatan: Suatu arus sederhana tentang pendapatan. Anggota-anggota rumah tangga merupakan penyedia faktor dan merupakan peminta barang dalam pasar produk. Perusahaan merupakan peminta faktor produksi dan penyedia barang-barang dalam pasar produk.
Sumber utama penawaran tenaga kerja adalah penduduk. Tidak semua penduduk menawarkan tenaga kerjanya dipasar tenaga kerja. Pertimbangan utama disini adalah kelayakan bekerja menurut umur. 32
Penduduk yang layak bekerja ditinjau dari segi umur tersebut sebagai penduduk usia kerja . Jumlah ini yang pantas disebut sebagai tenaga kerja yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan produksi sumber daya manusia (Sumarsono, 2009:4). Menurut Sumarsono (2009: 4,6) Dalam hubungannya dengan pasar tenaga kerja prilaku mereka dibedakan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu yang aktif secara ekonomi dan bukan. Golongan yang aktif secara ekonomi adalah terdiri dari penduduk yang menawarkan tenaga kerjanya dan berhasil memperolehnya (employed) dan penduduk yang menawarkan tenaga kerjanya tetapi belum memperolehnya (unemployed). Atas diskripsi angkatan kerja (labor force) dianggap mewakili penawaran tenaga kerja yang dikenal dengan supply of labor. Ada 4 (empata) hal yang berkaitan dengan tenaga kerja: a. Bekerja (employed) secara agregat jumlah orang yang bekerja dimuat dalam Biro Pusat Statistik hasil kegiatan sensus, SUPAS (survei penduduk antar sensus) atau SAKERNAS (survei tenaga kerja nasional). Jumlah ini sering dipakai sebagai petunjuk tentang luasnya kesempatan kerja (employment). b. Pencari kerja (unemloyed) adalah penduduk yang menawarkan tenaga kerja tetapi belum berhasil memperoleh pekerjaan dianggap terus mencari pekerjaan. Mereka dikelompokkan ke dalam kategori penganggur, karena secara konsep penganggur harus memenuhi persyaratan bahwa mereka juga aktif mencari pekerjaan. Mereka tidak 33
bekerja atau tidak aktif mencari pekerjaan mereka dikategorikan bukan pengangguran tetapi iddle atau menikmati masa senggang (leisure) mereka, atau aktif tetapi tidak dipasarkan di pasar tenaga kerja. c. Tingkat partisipasi angkatan kerja (labor force participation rate) d. Profil angkatan kerja ; 1) umur, 2) jenis kelamin, 3) wilayah kota dan pedesaan, 4) pendidikan. Secara makro, laju pertumbuhan
kesempatan kerja dapat
dihubungkan dengan laju pertumbuhan ekonomi. Menurut Budiono dalam Handoko & Kurnia Astuti (2007:161) perluasan kesempatan kerja dapat terjadi melalui pertumbuhan ekonomi yaitu proses kenaikan output perkapita secara konstan dalam jangka panjang. Menurut Smith dalam Handoko & Kurnia Astuti, (2007:161), permintaan tenaga kerja ditentukan oleh stok kapital (K) yang tersedia dan oleh tingkat output masyarakat (Q), sebab tenaga kerja diminta karena dibutuhkan dalam proses produksi. Oleh karena itu, laju pertumbuhan permintaan tenaga kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan stok kapital (akumulasi kapital) dan laju pertumbuhan output (Handoko & Kurnia Astuti, 2007: 161). Dalam perencanaan tenaga kerja yang terpadu dan menyeluruh terus ditingkatkan untuk menjamin terciptanya perluasan kesempatan kerja sebanyak mungkin (Sumarsono, 2009: 374). Adapun perhitungannya untuk memproyeksikan tenaga kerja adalah sebagai berikut: a. Proyeksi penduduk dan angkatan kerja dengan Metode Geometris dan Exponensial, metode ini mengasumsikan bahwa angka pertumbuhan 34
tidak berubah dari tahun ketahun, asumsi ini seiring sesuai dengan kenyataan dibandingkan dengan asumsi metode aritmatris. Rumus metode geometris: Pt = Po . (1 + r)t Keterangan: Pt = jumlah penduduk di tahun t (suatu masa depan) Po = jumlah penduduk awal r
= angka pertumbuhan (dalam desimal) pertahun, yang diasumsikan konstan
b
= jarak waktu (tahun) dari Po ke Pt
Rumus Exponensial: Pt = Po . ert Keterangan: Pt = jumlah penduduk di tahun t (suatu masa depan) Po= jumlah penduduk awal e = bilangan alamiah= 2,718.... r = angka pertumbuhan pertahun, yang diasumsikan konstan t = jarak waktu (tahun) dari Po ke Pt Berdasarkan fungsi Harrod-Domar yang menyebutkan bahwa output adalah fungsi kapital dan tenaga kerja maka selain diturunkan fungsi penggunaan kapital, juga diturunkan fungsi penggunaan tenaga kerja dan untuk memproyeksikannya dengan menggunakan konsep rasio modal-tenaga
kerja
(capital-labor
ratio)
yaitu
∆K/∆L.
Proyeksi
penyerapan tenaga kerja juga dapat dihitung dengan menggunakan konsep 35
ILOR (incremental labour Out-put ratio) atau jumlah temaga kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit output (Handoko & Kurnia Astuti, 2007: 166). Menghitung ILOR dengan rumus: atau Keterangan: KKt
adalah peningkatan kesempatan kerja tahun t
ILORt
adalah ILOR pada tahun t
∆PDRBt adalah peningkatan PDRB pada tahun t Setelah diketahui ILOR maka dapat digunakan untuk mengetahui kebutuhan tenaga kerja pada tahun tertentu dengan menggunakan rumus: TK= ∆PDRBt . ILORt Keterangan: TK
= tenaga kerja yang dibutuhkan.
∆PDRBt
= peningkatan jumlah PDRB pada tahun t dibandingkan
tahun sebelumnya. ILORt
= adalah ILOR pada tahun t.
B. Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi, investasi dan penyerapan tenaga kerja telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Dalam berbagai macam penelitian yang berhubungan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi, investasi dan penyerapan tenaga kerja dengan berbagai macam studi kasus terdapat beberapa metode yang dilakukan
36
oleh para peneliti terdahulu, secara lengkap penelitian terdahulu dapat di lihat pada tabel 2.1.
No 1
Peneliti 1. Dr. Nisar Ahmad (2013)
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Alat Penelitian Judul dan Hasil penelitian Salient Feature Judul: Populasi: Sebuah Sumber Daya of Role-Model Berharga dalam Pertumbuhan Ekonomi Countries dengan Khusus Merujuk Prospek Pertumbuhan Pakistan Hasil Penelitian: Kinerja ekonomi mayoritas negara-negara surplus populasi total pada beberapa angka rendah . Dalam kenyataanya analisis diskusi disajikan dalam makalah ini, jelas bahwa karena kurangnya pemanfaatan dan salah urus sumber daya yang tersedia negaranegara ini tidak mampu mencapai tingkat output potensial mereka. Negara-negara seperti Korea Selatan dan Malaysia adalah contoh nyata di mana perbedaan tersebut sedang diminimalkan. Bukti nyata untuk menunjukkan bahwa populasi merupakan sumber daya berharga dapat melihat cara Jepang dan Singapura menjadi salah satu negara terkaya di dunia. China, negara dengan populasi tertinggi di dunia, adalah mendapatkan pengakuan sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Banyak negara seperti Pakistan memiliki manusia, material dan sumber daya mineral yang cukup tetapi mereka sendiri tidak ada keinginan untuk menyampaikan. Bahkan, sejauh kelas yang kaya dan penguasa berkuasa untuk melindungi kepentingan pribadi mereka sendiri telah menyalahgunakan sumber daya yang berharga.
Berlanjut kehalaman berikutnya
37
Lanjutan Tabel 2.1
2
1. Oana Simona Hudea 2. Stelian Stancu (2012)
Panel Unit Root test OLS and estimation with no/ fixed/ random Panel Cointegration Test Panel Causality
Seperti diungkapkan oleh negara panutan, kebijakan distribusi sumber daya nasional di negara-negara harus membuat kualitas pendidikan dasar, pelatihan dan keterampilan belajar wajib (benar-benar gratis) untuk semua sekolah akan anak. Ini adalah untuk melayani sebagai dasar bagi tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi biaya untuk bersaing di semua tingkatan. Pendekatan ini pada kenyataannya, panggilan untuk pembalikan dalam kebijakan pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang sehingga kebijakan distribusi sumber daya nasional dibuat untuk mencerminkan kebutuhan orang-orang biasa di antara program investasi prioritas utama dari sektor publik. Judul: Investasi Asing langsung, Perpindahan teknologi dan Pertumbuhan Ekonomi. Hasil Penelitian: Penelitian ini memfokuskan pada hubungan yang ada antara investasi asing langsung dan pertumbuhan ekonomi tujuh negara Eropa Timur, yaitu Rumania, Bulgaria, Hongaria, Polandia, Moldova, Republik Ceko dan Republik Slovakia, untuk periode 1993 2009. Analisis empiris menunjukkan bahwa dampak FDI terhadap pertumbuhan ekonomi bagi negara-negara dan periode termasuk dalam sampel. Kami mulai dengan melakukan Im, Pesaran, Shin uji unit root untuk melihat apakah seri yang stasioner atau tidak dan dengan demikian jika ada kemungkinan kointegrasi antara variabel dipertimbangkan. Tetap dan acak efek OLS dan estimasi GMM untuk perbedaan seri pertama telah dilakukan, hasil yang diperoleh menjadi sesuai dengan teori ekonomi, mengungkapkan dampak FDI dalam jangka pendek berjalan di PDB.
Berlanjut kehalaman berikutnya 38
Lanjutan Tabel 2.1
3
Sri Maryanti (2012)
Eployment Elasticity Extrapolasi
Setelah kami telah mendapatkan semua seri I (1), kami juga terpaksa uji kointegrasi Pedroni sehingga untuk memeriksa hubungan jangka panjang antara variabel bunga. Untuk Pedroni panel pp-stat dan kelompok pp-stat, masing adf-stat dan kelompok adf-stat, analisis yang paling signifikan untuk data panel tidak melebihi 100 periode waktu, hubungan kointegrasi terungkap, sehingga menunjukkan hubungan jangka panjang antara FDI , DI, TG, INF, EDU, dan PDB. Akhirnya uji kausalitas Granger menunjukkan hubungan sebab akibat dua arah antara produk domestik bruto dan investasi asing langsung, memperkuat pentingnya FDI dalam menopang pertumbuhan ekonomi, yang pada gilirannya menarik, dengan meningkatkan tingkat infrastruktur dan pendidikan, lebih banyak investasi asing, sumber permanen difusi teknologi, dan mengurangi kesenjangan teknologi, konvergen ke status negara maju. Judul: Analisis Perencanaan Tenaga Kerja Terhadap Kebutuhan Tenaga Kerja di Provinsi Riau 2006-2010 Hasil Penelitian: Persediaan tenaga kerja mengalami peningkatan yang cukup tinggi selama periode 1980-2000 dengan laju pertumbuhan sekitar 3,06 persen per tahun selama periode 1980-1990 dan 2,50 persen per tahun periode 1990-2000. Sementara laju pertumbuhan kebutuhan tenaga kerja cenderung lebih kecil, hanya 2,82 persen pertahun pada periode 1980-1990 dan 2,39 persen pertahun periode 1990-2000. Ketidakseimbangan antara perkembangan persediaan dan kebutuhan tenaga kerja selama periode 1980-2000 ini mengakibatkan jumlah pengangguran mengalami peningkatan yang cukup besar.
Berlanjut kehalaman berikutnya
39
Tabel Lanjutan 2.1 Tingkat pengangguran meningkat dari 1,06 persen tahun 1980 menjadi 2,88 persen tahun 1990 dan 4,78 persen pada tahun 2000. Persediaan tenaga kerja pada tahun 2006 di perkirakan mencapai 2.205.863 orang dan pada tahun 2010 sekitar 2.472.516 orang. Sementara kebutuhan tenaga kerja untuk periode yang sama masing-masing sebesar 2.009.757 orang dan 2.179.694 orang. Dengan demikian tingkat pengangguran terbuka diperkirakan berkisar antara 8,89 persen sampai dengan 11,84 persen. Sementara jika pertumbuhan ekonomi Riau periode 2006-2010 tidak mengalami perbaikan yang berarti dari periode 20002003, maka laju pertumbuhan kebutuhan tenaga kerja juga akan semakin rendah. Diperkirakan bisa mencapai 1,73 persen per tahun. Pada tahap ini tingkat pengangguran terbuka tahun 2006-2010 dapat mencapai 10,59 persen hingga 14,57 persen atau dengan jumlah pengangguran berkisar antara 233.623 orang sampai dengan 360.214 orang. Sebaliknya jika terjadi perkembangan ekonomi yang lebih baik dengan laju pertumbuhan melebihi 6,00 persen per tahun selama periode 2006-2010, maka jumlah dan tingkat pengangguran di Riau akan dapat lebih kecil dari yang diperkirakan. Kebutuhan tenaga kerja terutama disektor pertanian sebagian besarnya adalah berlatar belakang pendidikan SD ke bawah. Untuk sektor M meski sedikit lebih baik dari sektor A, namun lebih dari separoh mereka yang bekerja di sektor ini juga berpendidikan SD ke bawah. Tenaga kerja yang berpendidikan tinggi (SLTA ke atas) lebih banyak dibutuhkan pada sektor S. Tahun 2000 sekitar 49,17 persen kebutuhan tenaga kerja sektor S berpendidikan SLTA ke atas. Dilihat dari tingkat pendidikan yang Berlanjut kehalaman berikutnya 40
Tabel Lanjutan 2.1
4
Lapeti Sari (2012)
Fungsi Linier Elastisitas Kesempatan Kerja
diselesaikan tenaga kerja, sektor A adalah sektor yang memiliki sumber daya paling kurang baik diantara tiga sektor yang dianalisis. Perkembangan kebutuhan tenaga kerja menurut sektor pekerjaan utama selama periode 1980-2000 memperlihatkan sektor pertanian tetap merupakan sektor yang paling dominan dalam menyerap tenaga kerja meski kontribusinya cenderung menurun. Judul: Analisa Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kerja di Kabupaten Indragiri Hilir Hasil Penelitian: A. Perkiraan Penduduk Usia kerja Penduduk usia kerja di Kabupaten Indragiri Hilir pada tahun 2010 diperkirakan sebanyak 717.500 orang yang terdiri dari angkatan kerja sebanyak 362.505 orang dan bukan angkatan kerja sebanyak 354.995 orang. Jika rata-rata pertumbuhan penduduk usia kerja dalam lima tahun kedepan di Kabupaten Indragiri Hilir di perkirakan setiap tahunnya sebesar 4,19%, maka jumlah penduduk usia kerja Kabupaten Indragiri Hilir pada tahun 2015 diperkirakan sebanyak 881.116 orang yang terdiri dari angkatan kerja sebanyak 446.300 orang dan bukan angkatan kerja sebanyak 434.816 orang. B. Perkiraan Kesempatan Kerja Kesempatan kerja merupakan banyaknya peluang kerja yang tersedia yang dapat menyerap penduduk yang bekerja pada berbagai kegiatan ekonomi. Diperkirakan ekonomi Kabupaten Indragiri Hilir pada tahun 2010 tumbuh sebesar 7,35% dan pertumbuhan kesempatan kerja sebesar 4,84%, maka elastisitas kesempatan kerja di Kabupaten Indragiri Hilir pada tahun 2010 sebesar 0,6585. Sehingga jumlah kesempatan kerja di Kabupaten
Berlanjut kehalaman berikutnya 41
Tabel Lanjutan 2.1
5
Rudi Aryanto (2011)
Rasion KKD Tipologi Klassen
Indragiri Hilir pada tahun 2010 diperkirakan sebanyak 354.201 orang. Selanjutnya dengan melihat perkiraan pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi pekerjaan utama selama periode 1980-2000 memperlihatkan sektor pertanian tetap Merupakan sektor yang paling dominan dalam menyerap tenaga kerja meski kontribusinya terus menurun. (tabel 2) dan perkiraan per tumbuhan kesempatan kerja (tabel 3), maka dengan membanding kan antara pertumbuhan kesempatan kerja dengan pertumbuhan ekonomi pada masingmasing sektor akan diperoleh besarnya elastisitas kesempatan kerja pada masingmasing sektor. C. Perkiraan Produktivitas Tenaga kerja Besarnya produktivitas tenaga kerja rill dapat dilihat dari perbandingan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan dengan banyaknya jumlah kesempatan kerja yang tercipta (mereka yang bekerja). Pada tahun 2010 PDRB atas dasar harga konstan 2000 diperkirakan sebesar Rp. 6.784,21 milyar dan jumlah kesempatan kerja diperkirakan sebanyak 354.201 orang, maka produktivitas tenaga kerja di Kabupaten Indragiri Hilir pada tahun 2010 diperkirakan sebesar Rp. 19,15 juta. Judul: Analisis Kemandirian Keuangan Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan. Hasil Penelitian: 1. Kemandirian keuangan kabupaten/kota di Sumatera Selatan memiliki indikasi bahwa kemampuan keuangan kabupaten/kota di Sumatera Selatan masuk dalam kategori sangat rendah. Nilai rata-rata rasio kemandirian keuangan daerah tertinggi hanya sebesar 17,28% yaitu pada Kota Palembang, dan tertinggi kedua yaitu Kota Lubuk Linggau dengan rasio kemandirian keuangan
Berlanjut kehalaman berikutnya 42
Lanjutan Tabel 2.1
6
Sri Handayani (2011)
Editing Coding Tabulasi Klasifikasi
daerah sebesar 6,94%. Daerah yang memiliki kemampuan keuangan terendah yaitu OKU Selatan dengan rasio kemandirian keuangan daerah hanya sebesar 1,17%. 2. Berdasarkan Pengelompokan daerah dengan Tipologi Klassen, Kota Palembang dan Kabupaten Muara Enim termasuk kategori Daerah Maju yaitu daerah yang memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita lebih tinggi dari rata- rata Propinsi Sumatera Selatan. Daerah maju tapi tertekan yaitu Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten OKU,dan Kota Prabumulih. Daerah yang masuk kategori daerah berkembang yaitu Lahat, Musi Rawas, OKI, Lubuk Linggau, Banyuasin, Oku Timur, dan OKU Selatan. Daerah yang relatif tertinggal yaitu Pagar Alam, Ogan Ilir, dan Empat Lawang. 3. Berdasarkan peta kemampuan keuangan ada lima daerah yang memiliki kondisi keuangan yang ideal yaitu Kota Palembang, Kota Lubuk Linggau, Kabupaten OKU, Kabupaten Musi Rawas, dan Kabupaten Lahat. Dari kelima kabupaten/kota tersebut, yang memiliki rasio kemandirian keuangan paling tinggi yaitu Kota Palembang. Judul: Upaya Pemerintah Sumatera Selatan Menarik Investor Asing Dalam kegiatan Penanaman Modal Hasil Penelitian: Menurut Mustawani dalam rangka melaksanakan amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal pada Pasal 4 ayat (2) butir b langkah yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan adalah dengan menetapkan kebijakan yang dituangkan kedalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sumatera Selatan pada salah satu program prioritas yaitu Pembangunan Pemerintah dengan fokus:
Berlanjut kehalaman berikutnya 43
Tabel Lanjutan 2.1 memperbaiki dan menambah kapasitas pelayanan publik berbasis ICT untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan akuntabel; meningkatkan mutu Pelayanan Satu Titik (One Stop Service) dengan membuat mutu pelayanan (waktu, biaya, kecepatan) masyarakat dan meningkatan investasi daerah; meningkatkan partisipasi kelompok masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program kinerja pemerintah provinsi; meningkatkan kapasitas sumber daya manusia aparatur dalam melayani masyarakat dan pelaksanaan tugas Pemerintah. Untuk merealisasikan program tersebut Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah menetapkan Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 39 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan pelayanan perizinan penanaman modal terpadu satu pintu. Upaya yang sifatnya umum yang telah dilakukan oleh Pemerintah Sumatera Selatan, yaitu: menambah aktivitas kantor perwakilan Sumatera Selatan di Jakarta sekaligus sebagai tempat promosi, baik untuk berbagai hasil produksi kerajianan khas Sumatera Selatan maupun potensi bisnis dan investasi di Sumatera Selatan; disiapkannya Gedung Graha promosi investasi Sriwijaya yang bertujuan untuk mempercepat pelayanan bagi investor dan mengurangi ekonomi biaya tinggi; meningkatkan upaya kerjasama dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait; membuka informasi melalui beberapa kedutaan besar RI diluar negeri tentang potensi dan peluang investasi di Sumatera Selatan, sedangkan upaya khusus yang terus dilakukan Pemerintah Sumatera Selatan dapat diuraikan di bawah ini. Pertama, meningkatkan komitmen kepala daerah dan Stakeholder untuk dapat melaksanakan kegiatan penanaman modal di Sumatera Selatan. Apabila iklim investasi dapat dibangun lebih kondusif yang didukung oleh Berlanjut kehalaman berikutnya 44
Lanjutan Tabel 2.1
7
1. Kurnia Astuti 2. Budiono Sri Handoko (2007)
Trend Linier ICOR ILOR
kepala daerah dan stakeholder yang ada, maka dalam jangka panjang secara makro akan dapat meningkatkan insentif pajak dan pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Kedua, membuat peraturan kebijakan yang tetap dan konsisten yang tidak terlalu cepat berubah dan dapat menjamin adanya kepastian hukum. Ketiga, prosedur perizinan yang tidak berbelit-belit yang dapat mengakibatkan high cost economy Judul: Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Kebutuhan Investasi, dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Sleman. Hasil Penelitian: Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan hasil penelitian. Proyeksi PDRB Kabupaten Sleman tahun 2005 –2009 meningkat yaitu sebesar Rp1.791.423.000.000,00 pada tahun 2005, Rp1.847.121.000.000,00 pada tahun 2006, Rp1.902.819.000.000,00 pada tahun 2007, Rp1.958.517.000.000,00, dan Rp2.014.215. 000.000,00 pada tahun 2009. Pertumbuhan ekonomi menurun dari 3,09% pada tahun 2005 menjadi 2,84% pada tahun 2009. Proyeksi ini dihitung dengan asumsi bahwa perekonomian daerah dalam kondisi normal Nilai Rata- rata ICOR Kabupaten Sleman periode 1999 – 2003 adalah 2,847 artinya untuk meningkatkan PDRB sebesar Rp1.000,00 dibutuhkan investasi sebesar Rp2.847,00. Rasio modaltenaga kerja di Kabupaten Sleman adalah sebesar 65.748.166 artinya setiap pekerja pada tahun 1999-2004 menggunakan modal sebesar Rp65.748.166,00 per tahun. Berdasarkan rasio modal- tenaga kerja, semakin besar investasi maka diproyeksikan penyerapan tenaga kerja semakin banyak. Nilai rata-rata ILOR adalah 0,35 artinya bahwa untuk meningkatkan PDRB sebesar PDRB sebanyak Rp100.000.000,00 dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 35 orang. Penyerapan tenaga kerja tergantung pada ILOR. ILOR yang tinggi menunjukkan
Berlanjut kehalaman berikutnya 45
Lanjutan tabel 2.1 bahwa tenaga kerja yang dibutuhkan semakin banyak, sedangkan nilai ILOR yang semakin rendah menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan semakin sedikit. Sektor yang mempunyai ILOR positif adalah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, restoran, sektor keuangan, persewaan, jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan PDRB di sektor tersebut menambah kesempatan kerja baru. Sektor yang mempunyai ILOR negatif mengindikasikan bahwa kenaikan PDRB di sektor tersebut justru mengurangi kesempatan kerja yang ada. Hal ini karena meningkatnya produktivitas tenaga kerja atau proses produksi yang padat modal.
C. Kerangka Berpikir Dalam pembangunan ekonomi tujuannya adalah untuk meningkat kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut. salah satu indikator dalam pembangunan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan ekonomi. dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi tentunya dibutuhkan modal atau investasi karena secara makro investasi menjadi bagian penting dalam pertumbuhan ekonomi yang didasari teori pertumbuhan Harrod-Domar. Dengan adanya investasi diharapakan memberikan kesempatan kerja yang lebih banyak sehingga berdampak kepada masyarakat yang memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan dapat terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Dibutuhkan
perencanaan
pembangunan
salah
satunya
dengan
memproyeksikan pertumbuhan ekonomi, investasi dan penyerapan tenaga 46
kerja yang dapat menjadi informasi dalam mengambil kebijakan dalam pembangunan ekonomi dimasa yang akan datang. Sehingga dari kerangka pemikiran tersebut dapat disimpulkan dengan gambaran yang terdapat pada gambar 2.2.
47
Gambar 2.2. Model: Alur Kerangka Berpikir Teoritis Latar Belakang 1. Perekonomian masih bergantung pada sektor konsumsi yang tidak memberikan pertumbuhan ekonomi berkesinambungan 2. MP3EI (master plan percepatan perluasan pembangunan eknonomi Indonesia) menjadikan Indonesia negara maju 2045 3. Desentralisasi pengelolaan sumber keuangan dalam proses pembangunan ekonomi 4. Desentralisasi fiskal menjadi pintu masuk bagi daerah untuk mendorong akselerasi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di daerah 5. Investasi sebagai solusi dalam mengatasi kekurangan modal yang dialami oleh pemerintah maupun pihak swasta dalam mengembangkan perekonomiannya.
Pertumbuhan Ekonomi 1. Pertumbuhan ekonomi yang menjadi modal bagi kesejahteraan masyarakat 2. Perkembangan ekonomi kenaikan pendapatan suatu wilayah secara nyata dalam suatu jangka waktu yang panjang. 3. Pertumbuhan ekonomi untuk mendorong proses pembangunan daerah secara keseluruhan.
Tenaga kerja 1. Adam Smith Pertumbuhan ekonomi di sebabkan oleh kemajuan teknologi dan perkembangan jumlah penduduk. 2. Populasi sebuah sumber Daya Berharga dalam Pertumbuhan Ekonomi 3. Pertumbuhan penduduk, yang beberapa tahun selanjutnya akan memperbanyak jumlah angkatan kerja. 4. Perluasan kesempatan kerja dapat terjadi melalui pertumbuhan ekonomi
Investasi (PMA dan PMDN) 1. Diperlukan Investasi (PMA & PMDN) baru untuk memacu pertumbuhan ekonomi 2. penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan produksi. Dengan posisi semacam itu, investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. 3. Investasi dan pertumbuhan ekonomi mempunyai keterkaitan
Proyeksi 1. Perencanaan untuk kebijakan yang mendorong masyarakat swasta untuk lebih produktif 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan objek penelitian adalah wilayah di Provinsi Sumatera Selatan dan penelitian dilakukan pada tahun 2013. Pembahasan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi, investasi dan penyerapan tenaga kerja didaerah tersebut. 2. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya melakukan penelitian pada PDRB (Y), investasi (X1) dan penyerapan tenaga kerja (X2) di Provinsi Sumatera Selatan yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi (Yt), investasi (Xt1) dan penyerapan tenaga kerja (Xt2) yang digunakan untuk melakukan perencanaan perekonomian dalam jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang dengan tujuan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Sumatera Selatan dan juga untuk mendukung pembangunan ekononomi secara nasional. B. Metode Penentuan Sampel Penelitian ini adalah penelitian diskriptif karena meneliti suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem, atau suatu kelas peristiwa pada masa
49
sekarang. Pernyataan diatas diperkuat oleh Nazir (1998:63, dalam Prastowo, 2011:186) bahwa metode diskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan pada Bab I bagian A maka penelitian ini dilakukan dengan sampel daerah Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan cluster sampling atau sampling daerah, sample daerah merupakan salah satu penarikan metode sample probabilitas dimana sampelsampel dikelompokkan menurut petak-petak daerah dan setiap petak daerah memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sample (Hamid, 2011: 20). C. Metode Pengumpulan Data 1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series merupakan fenomena waktu tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu tertentu yang bersifat kuntitatif yang sudah diolah sehingga dinyatakan dalam bentuk angka (numeric) yang merupakan data sekunder karena sumber atau pengumpulan data diperoleh dari pemanfaatan sumber-sumber dari pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian lapangannya melalui kepustakaan atau data-data yang dipublikasikan oleh instansi atau lembaga terkait (Teguh, 2005:118, 121), adapaun sumber data:
50
a. Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia b. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera-Selatan c. Badan
Perancanaan
Pembangunan
Daerah
Sumatera
Selatan
(BAPPEDA) d. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). e. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). f. Instansi atau Lembaga terkait lainnya. 2. Metode Pengumpulan Data Data yang dipakai merupakan data sekunder maka pengumpulan data
melalui
dipublikasikan
telaah oleh
kepustakaan
atau
lembaga-lembaga
melalui yang
monografi
berhubungan
yang dengan
penelitian berupa laporan-laporan, buku-buku profil, literatur, dan media (Teguh, 2005:121), adapun data yang di pakai adalah: a. Data PDRB Provinsi Sumatera Selatan menurut lapangan usaha di atas Harga konstant tahun 2000 sejak tahun 1990-2012. b. Data Investasi di Provinsi Sumatera Selatan sejak tahun 1990-2012 c. Data Tenaga kerja di Provinsi Sumatera Selatan sejak tahun 19902012.
D. Metode Analisis 1. Trend Linier Trend Linier digunakan untuk melihat trend jangka panjang sebaiknya data yang digunakan suatu periode sekurang-kurangnya satu
51
siklis, jika lebih dari satu siklis akan lebih baik. Biasanya menggunakan data selama lebih 15 tahun. Periode yang cukup panjang ini dimaksudkan agar trend yang diperoleh tidak dikacaukan oleh variasi siklis seperti kontraksi atau ekspansi. Untuk memudahkan perhitungan dalam mencari persamaan trend akan digunakan tahun kode (X) sebagai pengganti tahun yang sesungguhnya (t), (Sri, 2003:78). X=t-ṯ ,
Rumusnya:
dimana ṯ = rata-rata dari tahun awal dan tahun terakhir yang dipelajari. Langkah-langkah Trend Linier Terdapat beberapa persamaan trend dalam Least Square Method yang akan dijelaskan sebagai berikut. a. Trend Linier Menurut Handoko & Kurnia Astuti (2007:165) Garis trend linier secara umum dapat ditulis dengan persamaan garis lurus sebagai berikut: Y’ = a + bX Keterangan: Y’ = adalah data berkala time series PDRB. X = adalah waktu yang berupa data tahunan a = adalah bilangan konstan, apabila X= 0 yaitu PDRB awal tahun
52
b = adalah lereng garis tren, yaitu rata-rata perubahan PDRB untuk setiap tahunnya. Secara teori metode ini merupakan bagian dari metode deret berkala yang merupakan bagian dari model regresi, menururt Richard Lungan (2009: 349,354) trend secara sistematis terjadi dalam waktu yang panjang,
beberapa tahun, seperti perubahan teknologi,
penduduk, dan perubahan nilai, salah satunya dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (least square method). Bentuk-bentuk persamaan Trend deret berkala adalah sebagai berikut: Trend dengan bentuk persamaan linier sederhana Richard Lungan (2009: 349,354) Ŷ = b0 + b1 Xi
i = 1, 2, 3, . . . , n
Y = nilai pengamatan ke-i = peubah tak bebas Xi = kode waktu ke-i = 0, 1, 2, . . . , n – 1 periode pertama kod 0 dan periode terakhir kode n – 1 ∑
b1=
(∑ ∑
) (∑ (∑
)
)
b0=Y-b1X Dengan menggunakan Least Squares Method akan diperoleh suatu garis paling cocok yang berprinsip dengan meminimumkan jumlah pangkat dua selisih antara nilai variabel yang sesungguhnya
53
(Y) dengan nilai trend (Yt) sehingga akan menghasilkan Σ (Y – Yt)2 yang nilainya sekecil mungkin (Sri, 2003:79). Dengan menggunakan kalkulus dapat dibuktikan bahwa :
a=
dan b =
Σ Σ
, di mana n adalah banyaknya pasangan data.
Model alternatif dalam permodelan data runtun waktu tetapi yang mengandung komponen trend tetapi tidak mengandung komponen musiman (seasonal) adalah dengan menggunakan model ARIMA (autoregresive intergrated moving average) (Rosadi, 2012:118).
b. Permodelan ARMA/ARIMA Non-Musiman ARIMA
merupakan
suatu
teknik
yang
mengabaikan
independent variable dalam melakukan peramalan. Model ini hanya menggunakan nilai-nilai sekarang dan masa lalu dari dependent variable untuk melakukan peramalan jangka pendek. Model ARIMA (non-musiman) disebut juga dengan metode Box-Jenkins. Secara umum bentuk model ARIMA adalah (p, d, q) (Rosadi, 2012:141). Langkah-langkah dalam permodelan ARIMA ialah sebagai berikut: 1) Uji Stasioneritas Data. Terdapat tiga cara yang umum digunakan dalam melakukan pendugaan terhadap kestasioneran data, sebagai berikut: a) Pemerikasaan Kestasioneran dengan Koefesien Autokorelasi dan Korelogram ACF.
54
Ketidakstasioneran data dapat dilihat dari koefesien autokorelasi dan korelogramnya (correlogram). Koefesien autokorelasi adalah angka yang menunjukkan tingkat keeratan hubungan linier antara nilai-nilai dari peubah yang sama dengan periode waktu yang berbeda. Selanjutnya, jika fungsi autokorelasi tersebut digambarkan dalam bentuk kurva, dikenal dalam bentuk kurva, dikenal dengan istilah korelogram ACF (Juanda, 2012:23-24). Jika data tidak stasioner akan memiliki pola korelogram yang menurun mendekati titik nol, apabila data memiliki pola korelogram dengan nilai positifnegatif secara bergantian disekitar titik nilai nol atau tidak berbeda dengan signifikan dengan nol (Juanda, 2012:23-24). untuk menunjukkan signifikan atau tidaknya nilai autokorelasi, dapat dilakukan uji statistik berdasarkan standar error (Se). untuk selang kepercayaan ialah (1-α)x100%, dengan α = 5% untuk ρk adalah : 1.96(Se)< ρk <1,96(Se)........................................................(3.1) 1.96(√1/n)< ρk <1,96(√1/n) Hipotesis nol (H0) untuk nilai uji ρk = 0. jika ρk terletak dalam selang persamaan 3.1, maka keputusannya belum cukup bukti untuk menolak H0, berarti data stasioner. sebaliknya jika diluar selang persamaan 3.1, keptusan menolak H0, yang berarti data tidak stasioner (Juanda, 2012:24).
55
b) Uji Akar Unit (Unit Root Test) Stationaritas data diperiksa dengan mengamati apakah data runtun waktu mengandung akar unit (unit root), yakni apakah terdapat komponen trend yang berupa random walk dalam data dengan dapat menggunakan Augmented Dickey Fuller (ADF) (Rosadi, 2012:38). Pengujian ADF dilakukan dengan menguji hipotesis H0 : ρ = 0 (terdapat unit root) dalam persamaan regresi :
∆ Yt = α + δt + ρYt–1 + ∑
j∆Yt-1 + e t
dengan ∆ Yt = Yt – Yt-1 dan ρ = a – 1 Hipotesis nol ditolak jika nilai satistik uji ADF memiliki nilai kurang (lebih negatif) dibandingkan nilai daerah kritik (nilai kritik ini ditabelkan), jika hipotesis nol ditolak, maka data stationer. Dalam mengaplikasikan uji ADF ditentukan banyaknya lag dari komponen diferensi yang akan dimasukkan kedalam model (untuk uji ADF digunakan k>0).
Dalam
praktek biasanya dipilih k yang dapat korelasi serial dari residual, yang dapat dilihat dengan lag yang masih signifikan dalam model regresi ADF (Rosadi, 2012: 42). 2) Transformasi Data dan Identifikasi Model Apabila data tidak stationer dalam level, maka diperlukan transformasi untuk membentuk data yang staioner. Salah satu cara melakukan tranformasi data untuk membuang komponen trend
56
dengan metode diferensiasi terhadap data dan dilakukan uji akar unit dengan PACF, ACF dan uji ADF dengan melihat apakah terdapat akar unit atau tidak dengan cara mengamati nilai satistik uji ADF memiliki nilai kurang (lebih negatif) dibandingkan nilai daerah kritik (nilai kritik ini ditabelkan), jika hipotesis nol ditolak, maka data stationer dan dapat dilakukan indetifikasi dari model Autoregressivce Moving Average (ARMA)/ Autoregressivce Moving Integrated Average (ARIMA), (Rosadi, 2012:151). 3) Estimasi Parameter dari Model Untuk menggambarkan data hasil diferensiasi menggunakan plot ACF/PACF yang akan membentuk grafik ACF dan PACF dengan melihat hasil estimasi korelogram data yang akan menampilkan nilai stasioneritas untuk pembentukan model ARIMA dengan membandingkan nilai AC dan PAC
dengan
±1.96(√1/n) yang berarti signifikan (keluar dari batas interval), apabila AC dan PAC diantara Se maka datanya sationer, selanjutnya dapat dilakukan pembemtukan model ARIMA adapun ketentuannya menurut Juanda (2012: 76) yang ditunjukkan pada tabel 3.1 sebagai berikut:
57
Tabel 3.1 Pola ACF dan PACF Pembentukan Model Model
Pola ACF
Pola PACF
AR(p)
Exponential, exponential-
Menurun
Oscillation atau sinewave
tertentu (cut off)
MA(q)
drastis
pada
Menurun drastis pada lag Exponential, exponentialtertentu (cut off)
Oscillation atau sinewave
ARMA(p,q) Exponential, exponential-
Exponential, exponential-
Oscillation atau sinewave
Oscillation atau sinewave
setelah dilakukan pembentukan model, maka mengestimasi parameter-parameter dari model dengan menggunakan metode Least Square (Rosadi, 2012:151-153) 4) Diagnostic Cheking/Evaluasi Model. Untuk melakukan diagnostic cheking dengan menggunakan beberapa kriteria sebagai berikut (Rosadi, 2012:155-158): a) Dengan melakukan uji t, Uji F, maupun nilai koefesien determinasi (R2) hasil estimasi untuk parameter/koefesien dari model yang dibuat dengan melihat tingkat signifikasi α=5% koefesien dari semua model. b) Dengan melihat nilai Schwarz Criterion (SC), Akaike info criterion (AIC), dan Sum of Squared Regression (SSR) yang paling minimum dari berbagai model yang dibuat. c) Selanjutnya dengan melakukan uji Q-Ljung-Box/Q-statistik dan plot ACF/PACF untuk melihat apakah terdapat korelasi
58
lag
serial dalam residual dari hasil estimasi dengan model yang diamati yang ditandai dengan nilai p-value (prob) dari Qstatistik yang lebih besar dari α=5%. 5) Prediksi Tahap terakhir adalah melakukan prediksi atau peramalan berdasarkan model yang dipilih. untuk mengevaluasi kesalahan peramalan bisa menggunakan Root Mean Squares Error (RMSE), Mean Absolute Error (MAE) atau Mean Absolute Error (MAPE). dalam kasus pengujian satu model, besar kecilnya kesalahan peramalan lebih tepat dideteksi melalui MAPE (Juanda, 2012:91).
2. Analisis Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Investasi merupakan kegiatan penciptaan nilai tambah
(value
added) yang berakumulasi menjadi Produk Domestik Bruto (PDB), oleh karena itu antara investasi dan pertumbuhan ekonomi (PDB) mempunyai keterkaitan yang ditunjukkan oleh koefisien ICOR (Henry Faizal, 2009:52). Dengan menghitung ICOR maka dapat diperkirakan seberapa besar
tambahan
kapital
yang
dibutuhkan
untuk
menuju
target
pertumbuhan ekonomi tertentu (Handoko & Kurnia Astuti, 2007: 165). Menurut Henry faizal Noor (2009: 52) Investasi adalah awal dari berbagai kegiatan ekonomi, dengan demikian apabila kegiatan investasi berkembang dengan baik dan efesien maka akan diikuti oleh tumbuhnya kegiatan ekonomi lainnya. Untuk mendapatkan informasi atau data
59
mengenai ICOR maka diperlukan data mengenai perubahan investasi dan data PDRB yang dihasilkan oleh investasi tersebut. Dengan menggunakan kedua informasi tersebut, dapat dicari data ICOR ekonomi nasional, regional, maupun ICOR dimasing-masing sektor ekonomi, dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Henry Faizal Noor, 2009: 52):
ICOR t =
–
Keterangan: ICOR
= Incremental Output Ratio tahun ke t
PDRB
= Produk Domestik Bruto tahun ke t = Produk Domestik Bruto tahun ke t-1
Investasi
= Investasi tahun ke t
Konsep rasio kapital output atau koefisien modal menunjukkan jumlah kapital yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit output. Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar investasi yang dibutuhkan. Hubungan ekonomi secara langsung antara besarnya stok modal (K) dan output total (Y) yang dikenal dengan capital-output ratio (COR). Hubungan antara investasi yang ditanamkan (“K) dengan pendapatan tahunan (“Y) yang dihasilkan dari investasi tersebut yang dinamakan Incremental Capital Output Ratio (ICOR) (Kurnia Astuti & Handoko, 2007: 164).
60
Untuk mengetahui kebutuhan investasi, diasumsikan bahwa (Y) adalah pendapatan domestik suatu wilayah dan (g) adalah pertumbuhan pendapatan tersebut dibandingkan tahun sebelumnya dengan rumus (Meier 1995: 165, dalam Kurnia Astuti & Handoko, 2007: 165): It = k . g . Yt Keterangan: It
= jumlah investasi yang dibutuhkan
k
= ∆Y/∆K = ICOR
g
= tingkat pertumbuhan ekonomi
Yt
= PDRB Harga Konstan tahun t
3. Analisis Incremental Labour Output Ratio (ILOR). Menurut Sonny Sumarsono (2009: 382) Kebijaksanaan dalam kaitannya terhadap ketenagakerjaan adalah semua langkah dan program yang ditujukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dengan jalan mempengaruhi variabel-variabelnya, diarahkan kepada penyaluran, penyebaran dan pemanfaatan tenaga kerja lebih baik melalui perbaikan informasi serta pembinaan dan peningkatan keterampilan juga perbaikan dalam rangka perbaikan kesejahteraan tenaga kerja secara menyeluruh. Berdasarkan fungsi Harrod-Domar yang menyebutkan bahwa output adalah fungsi kapital dan tenaga kerja maka selain diturunkan fungsi penggunaan kapital, juga diturunkan fungsi penggunaan tenaga kerja dan untuk memproyeksikannya dengan menggunakan konsep rasio modal-tenaga kerja (capital-labor
ratio) yaitu ∆K/∆L. Proyeksi
61
penyerapan tenaga kerja juga dapat dihitung dengan menggunakan konsep ILOR (incremental labour Out-put ratio) atau jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit output (Kurnia Astuti &Handoko, 2007: 166). Menghitung ILOR menurut Kurnia Astuti & Handoko (2007: 166) dengan rumus :
atau
(
)
Keterangan: KKt
adalah peningkatan kesempatan kerja tahun t
ILORt
adalah ILOR pada tahun t
∆PDRBt adalah peningkatan PDRB pada tahun t Setelah diketahui ILOR maka dapat digunakan untuk mengetahui kebutuhan tenaga kerja pada tahun tertentu dengan menggunakan rumus: TK= ∆PDRBt . ILORt Keterangan: TK
= tenaga kerja yang dibutuhkan.
∆PDRBt
= peningkatan jumlah PDRB pada tahun t dibandingkan tahun sebelumnya.
ILORt
= adalah ILOR pada tahun t.
62
E. Operasional Variabel Penelitian. Operasional variabel merupakan penjabaran yang diterapkan dalam penelitian agar secara jelas dapat ditetapkan indikatornya. Batasan operasional variabel merupakan pendefinisian dari serangkaian variabel yang digunakan dalam penulisan. Hal ini dipandang perlu agar ada kesamaan makna atas suatu variabel yang mungkin mempunyai makna ganda. Dalam
pendefinisian
variabel-variabel
sampai
dengan
kemungkinan
pengukuran dan cara pengukurannya. Tabel 3.2 Operasional Variable Variabel
Skala
Satuan
Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
Ratio
Numeric
Investasi (PMA dan PMDN)
Ratio
Numeric
Tenaga Kerja
Ratio
Numeric
1. Pertumbuhan Ekonomi Perhitungan tingkat pertumbuhan ekonomi secara langsung dihitung dari data pendapatan nasional riil yang tersedia. Pertumbuhan ekonomi yang dimaksudkan adalah pertumbuhan dengan indikator PDRB Provinsi Sumatera Selatan yang dihitung dengan formula, (Sukirno, 50:2011):
63
dimana g adalah tingkat pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan dalam persen. PNriil1 adalah pendapatan nasional untuk tahun perhitungan dan PNriil0 adalah pendapatan nasional tahun sebelumnya. PDRB (Produk Domestik Reginal Bruto) Merupakan suatu indikator dalam kegiatan ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah tertentu berdasarkan atas harga berlaku atau atas dasar harga konstan. PDRB yang dimaksudkan merupakan hasil dari kegiatan sektor-sektor ekonomi yang terdapat di daerah tersebut dengan batasan jangka waktu tertentu yang biasanya dalam jangka waktu satu tahun. PDRB dalam penelitian ini menggunakan data perkembangan PDRB atas dasar harga konstan di Provinsi Sumatera Selatan tahun 1990-2012. Menurut Tarigan (2009:46), pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi. Perhitungan pendapatan pada awalnya dilakukan dengan harga berlaku, namun agar dapat melihat nilai pertambahan dari kurun waktu ke waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai riil artinya dinyatakan dalam harga konstan yang biasanya ditetapkan oleh BPS (badan pusat statistik). 2. Investasi. Secara konsep, Investasi adalah kegiatan mengalokasikan atau menanamkan sumberdaya atau (resources) saat ini (sekarang), dengan harapan mendapatkan manfaat dikemudian hari (masa mendatang). Untuk
64
memudahkan pengertian dan perhitungan, maka sumber daya (resources) ini biasanya diterjemahkan (dikonversi) kedalam satuan moneter atau uang. Dengan demikian secara konsep, Investasi dapat didefinisikan sebagai menanamkan uang sekarang, guna mendapatkan manfaat (balas jasa atau keuntungan) dikemudian hari (Henry faizal, 2009: 4). Dalam penelitian ini investasi yang digunakan adalah investasi berupa PMA dan PMDN yang terdapat di Provinsi Sumatera Selatan. 3. Tenaga Kerja. Menurut Arfida (2003:22) tenaga kerja memiliki pengertian jumlah penduduk yang sedang dan siap untuk bekerja dan pengertian kualitas usaha kerja yang diberikan secara umum, penyediaan tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jumlah penduduk, tenaga kerja, jam kerja, pendidikan, produktifitas, dan lain-lain. Dalam penelitian ini tenaga kerja yang dimaksud adalah tenaga kerja yang terdapat di Provinsi Sumatera Selatan.
65
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran umum objek penelitian adalah menyajikan keadaan objek penelitian secara umum (Hamid, 2006:51), dalam penelitian ini menyajikan tingkat
letak
geografis,
pertumbuhan
kependudukan
ekonomi,
dan
invetasi
dan di
ketenagakerjaan, daerah
Provinsi
Sumatera Selatan. 1. Letak Geografis Dalam Selatan
dalam
publikasi
BPS
(Badan
Pusat
Statistik)
Sumatera
angka
tahun
2013,
secara
geografis,
Provinsi
Sumatera Selatan terletak antara 10–40 lintang selatan dan 10201060 bujur timur dengan luas daerah seluruhnya 8.702.741 hektar dengan batas-batas wilayahnya: Utara : Provinsi Jambi Selatan : Provinsi Lampung Barat : Provinsi Bengkulu Timur : Provinsi Bangka Belitung Provinsi Sumatera Selatan merupakan bagian dari Negara Kesatuan
Republik
Indonesia
yang
terletak
di
kawasan
pulau
Sumatera seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.1.
66
Gamar 4.1 Peta Provinsi Sumatera Selatan
Sumber: BPS, Sumatera Selatan Dalam Angka 2013 Untuk wilayah administrasi di Provinsi Sumatera Selatan terdapat 11 Kabupaten dan 4 Kota pada tahun 2012. Secara total, wilayah
administrasi
Provinsi
Sumatera
Selatan
terdapat
2.840
desa, 371 kelurahan dan 231 kecamatan (BPS, Sumatera Selatan Dalam Angka 2013: 29) . Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1.
67
Tabel 4.1 Jumlah Kecamatan, Desa, dan Kelurahan di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2012. Jumlah No
Kabupaten/Kota
Kecamatan
Desa
Kelurahan
1
Ogan Komering Ulu
12
143
14
2
Ogan Komering Ilir
18
308
13
3
Muara Enim
25
310
16
4
Lahat
22
359
17
5
Musi Rawas
21
268
20
6
Musi Banyuasin
14
223
13
7
Banyuasin
19
288
16
8
OKU Selatan
19
252
7
9
OKU Timur
20
289
7
10
Ogan Ilir
16
227
14
11
Empat Lawang
10
148
8
12
Palembang
16
0
107
13
Prabumulih
6
25
12
14
Pagar Alam
5
0
35
15
Lubuk Linggau
8
0
72
231
2.840
371
Jumlah
Sumber: BPS, Sumatera Selatan Dalam Angka 2013
68
2. Penduduk dan Tenaga Kerja Penduduk
Provinsi
Sumatera
Selatan
pada
tahun
2011
berjumlah 7.593.425 jiwa. Sedangkan pada tahun 2012 berjumlah 7.701.528 jiwa yang berarti mengalami peningkatan 1.42% dari tahun 2012 (BPS, 2013:65). Pada umumnya keadaan penduduk di Provinsi
Sumatera
Selatan
belum
menyebar
secara
merata
diseluruh wilayah, kepadatan penduduk lebih banyak terdapat pada wilayah
kota
dibandingkan
wilayah
kabupaten.
Secara
rata-rata
kepadatan penduduk di Provinsi Sumatera Selatan 88.51 jiwa/km2. Penduduk
terbanyak
terdapat
di
kota
Palembang
berjumlah
1.503.485 jiwa sedang yang paling sedikit terdapat di kota Pagar Alam berjumlah 129.719 jiwa. Dari kepadatan penduduk terdapat pada
kota
kepadatan
Palembang penduduk
berjumlah
terendah
4.019.69
terdapat
pada
jiwa/km2 kabupaten
namun Musi
Banyuasin berjumlah 40.57 jiwa/km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2 yang menampilkan data luas daerah dan jumlah
penduduk
kabupaten/kota
di
wilayah
Sumatera
Selatan
(BPS, 2013:65).
69
Tabel 4.2 Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, 2012.
No
Kabupaten/Kota
Luas Daerah (km2)
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk/km2
1 Ogan Ulu
Komering
2 772.56
338 369
122.04
Ogan Ilir
Komering
17 058.32
752 906
44.14
Muara Enim
8 587.94
741 795
86.38
Lahat
4 076.06
380 398
93.32
Musi Rawas
12 134.57
543 349
44.78
Musi Banyuasin
14 477.00
587 325
40.57
Banyuasin
12 142.73
773 878
63.73
OKU Selatan
5 493.94
324 836
59.13
OKU Timur
3 410.15
628 827
184.4
Ogan Ilir
2 513.09
392 989
156.38
Empat Lawang
2 556.44
225 737
88.3
Palembang
374.03
1 503 485
4 019.69
Prabumulih
421.62
169 022
400.89
Pagar Alam
579.16
129 719
223.98
Lubuk Linggau
419.80
208 893
497.6
87 017.41
7 701 528
88.51
2
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
15 Jumlah
Sumber:
Kanwil Badan Pertahanan Selatan Dalam Angka 2013
Nasional
dan
BPS
Sumatera
70
Definisi angkatan kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja, sementara tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Penduduk berumur kurang dari 15 tahun meskipun telah melakukan pekerjaan guna memenuhi/membantu kebutuhan hidup tidak termasuk kategori angkatan kerja. Angkatan kerja merupakan bagian dari aspek demografi penduduk itu sendiri yang diakibatkan dari
perubahan
pola
kependudukan
secara
keseluruhan
(BPS,
2013:65). Pada Sumatera jumlah
tahun Selatan
angkatan
2012
jumlah
sebanyak kerja
antara
angkatan
3.746.373 tahun
kerja
orang.
2005-2012,
di
Provinsi
Perkembangan secara
umum
mengalami peningkatan. Sedangkan tingkat penganguran Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2012 sebesar 5,70 persen (lihat Gambar
4.2).
mendifinisikan
Angka
penganguran
menganggur
sebagai
ini
dihitung mencari
dengan pekerjaan,
mempersiapkan usaha, merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan dan sudah mendapat pekerjaan tetap tetapi belum mulai bekerja (BPS, 2013:66).
71
Gambar 4.2 Penduduk Berumur 15 Tahun keatas Menurut Jenis kegiatan Utama di Provinsi Sumatera Selatan, 2005-2012. 4000000 3500000 3000000 2500000 2000000 1500000 1000000 500000 0 2005
2006
2007
Angkatan Kerja
2008
2009
Bekerja
2010r)
2011*) 2012**)
Menganggur
Sumber: BPS Sumatera Selatan Dalam Angka 2013 Keterangan: r) Angka Revisi *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
3. Pertumbuhan Ekonomi Struktur
perekonomian
Sumatera
Selatan
selama
dalam
empat tahun terakhir, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB ADHB) Sumatera Selatan dengan migas mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 nilai tambah yang terbentuk sebesar 137,33 trilyun rupiah. Pada tahun 2010, angka ini sebesar 157,74 trilyun rupiah dan tahun 2011 sebesar 182,39 trilyun rupiah. Pada tahun 2012,
nilainya
menjadi
sebesar
206,33
trilyun
rupiah
(BPS,
2013:419).
72
Pada tahun 2012 terdapat empat sektor yang memberikan sumbangan
terbesar
berdasarkan
harga
berlaku
dengan
migas,
empat sektor tersebut adalah sektor pertambangan 21,32 persen, sektor industri pengolahan sebesar 20,12 persen, sektor pertanian sebesar
sebesar
16,58
persen,
serta
sektor
hotel
dan
restoran
sebesar 13,63 persen seperti ditunjukkan pada tabel 4.3. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, terjadi beberapa pergeseran
struktur
ekonomi
bila
dibandingkan
kondisi
tahun
sebelumnya peran sektor jasa, sektor perdagangan dan bangunan meningkat masing-masing sebesar 0,88 persen, 0,61 persen dan 0,38 persen. Sedangkan sektor yang mengalami penurunan adalah sektor pertambangan dan penggalian serta sektor pertanian yang masing-masing turun negatif 1,17 persen dan negatif 0,63 persen (BPS, 2013: 419). Tabel 4.3 Distribusi Persentase PDRB Sumatera Selatan Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Dengan Migas (persen), 2007-2012. Lapangan Usaha
2007
2008
2009
Pertanian Pertambangan &
18.27
17.18
17.35
Penggalian
24.94
25.44
Industri Pengolahan
23.03
Bersih Bangunan
2010r
2011*
2012**
17.54
17.21
16.58
21.04
21.70
22.49
21.32
23.26
23.64
22.02
20.55
20.12
0.54
0.48
0.51
0.49
0.48
0.48
6.13
6.01
6.52
6.92
7.68
8.06
Listrik, Gas & Air
Berlanjut ke Halaman Berikutnya 73
Lanjutan Tabel 4.3 Pengangkutan & Komunikasi
4.15
4.11
4.50
4.62
4.72
4.98
Jasa Perusahaan
3.41
3.36
3.64
3.60
3.60
3.71
Jasa-Jasa
7.77
8.23
10.03
10.19
10.25
11.13
100.00 100.00
100.00
Keuangan, Persewaan &
PDRB DENGAN
100.00 100.00 100.00
MIGAS Sumber Keterangan
: BPS Sumatera Selatan Dalam Angka 2013 : r) Angka Revisi *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
Dilihat Sumatera
dari
Selatan
pertumbuhan
mengalami
ekonomi,
perlambatan
sebagai
perekonomian dampak
dari
krisis global. Hal ini ditunjukkan dari angka pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan dengan migas melambat dibanding tahun 2011 menjadi 6,01 persen tahun 2012. Begitu juga pertumbuhan eknomi tanpa
migas
melambat
dari
sebesar
8,09
persen
tahun
2011
menjadi 7,93 persen tahun 2012 (BPS, 2013:420). Ada
beberapa
sektor
yang
mengalami
peningkatan
pertumbuhan ekonomi yaitu sektor hotel dan restoran meningkat dari 7,96 persen tahun 2011 menjadi 9,45 persen tahun 2012, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan meningkat dari 8,30 persen tahun 2011 menjadi 9,01 persen tahun 2012, sektor listrik, gas dan air bersih meningkat dari 8,06 persen tahun 2011
74
menjadi
8,48
mengalami
persen
penurunan
tahun
2012.
pertumbuhan
Sedangkan ekonomi
sektor
terbesar
yang adalah
sektor bagunan dari 12,87 persen tahun 2011 menjadi 8,93 persen tahun
2012
atau
negatif
sebesar
3,94
persen,
seperti
yang
ditunjukkan pada tabel 4.4, laju pertumbuhan PDRB dari tahun 2007 hingga tahun 2012 menurut lapangan usaha di Sumatera Selatan (BPS, 2013: 420). Tabel 4.4 PDRB Sumatera Selatan menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (juta rupiah), 2007-2012 Sekto\Tahun Pertanian
2007
2008
2009
2010r)
2011*)
2012**)
11 113 699
11 567 788
11 927 064
12 482 952
13 141 056
13 842 930
13 411 653
13 616 652
13 616 652
14 223 391
14 592 393
14 654 127
9 801 805
10 136 764
10 353 290
10 826 416
11 454 879
12 136 458
267 073
281 069
295 377
314 021
339 337
368 115
4 157 657
4 412 936
4 737 050
5 151 465
5 814 656
6 333 989
7 567 159
8 086 906
8 340 138
8 918 122
9 627 768
10 537 443
2 534 185
2 886 983
3 284 286
3 701 700
4 165 509
4 631 731
Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Berlanjut ke Halaman Berikutnya
75
Lanjutan Tabel 4.4 Perdagangan, Hotel & Restoran Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB DENGAN MIGAS PDRB TANPA MIGAS Sumber Keterangan
11.76
11.92
12.78
12.93
13.02
13. 63
2 197 304
2 386 939
2 550 333
2 738 700
2 965 951
3 233 195
4 211 579
4 689 418
5 128 472
5 502 373
5 906 947
6 356 151
55 262 114
58 065 455
60 452 944
63 859 140
68 008 496
72 094 166
42 106 149
44 763 105
47 029 273
50 315 032
54 386 209
58 701 236
: BPS Sumatera Selatan Dalam Angka 2013 : r) Angka Revisi *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
Dalam
beberapa
tahun
terakhir
ini
laju
pertumbuhan
ekonomi Sumatera Selatan mengalami fluktuasi diberbagai sektor dimana
laju
pertumbuhan
terbesar
terjadi pada tahun 2011 sebesar
dalam
enam
tahun
terakhir
8.09 persen (tanpa migas) dan
6.50 persen (dengan migas). Secara keseluruhan laju pertumbuhan ekonomi
ekonomi
dibandingkan
Sumatera
dengan
migas
Selatan
lebih
besar
karena
melambannya
tanpa
migas
pertumbuhan
ekonomi sektor migas seperti yang di tunjukkan pada Gambar 4.3.
76
Gambar 4.3. Laju Pertumbuhan PDRB Sumatera Selatan menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (persen), 2006 – 2012
9 8
8.04 6.98
7 6
7.93
8.03
7.31 5.84
5.2
PDRB DENGAN MIGAS
6.31 5.06
6.5
5 5.07
4
6.01
5.63 4.11
3
PDRB TANPA MIGAS
2 1 0 2006
2007
Sumber Keterangan
2008
2009
2010r
2011*
2012**
: BPS Sumatera Selatan Dalam Angka 2013 : r) Angka Revisi *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
4. Investasi Investasi pada
suatu
wilayah
meningkatkan dalam
hal
merupakan kegiatan atau
potensi ini
daerah
ekonomi
daerah
menciptakan iklim untuk
yang
Sumatera
mengembangkan
dimiliki
Selatan
ekonomi
daerah
sebagai
dan
tersebut
mana
yang
dikemukakan oleh Noor (2009: 283), Investasi merupakan kegiatan penciptaan tambah Produk
Domestik
masyarakat
(value added) Bruto
berkaitan
erat
yang berakumulasi
(PDB),
bahwa
tingkat
dengan
perkembangan
menjadi
kesejahteraan investasi
yaitu
berupa nilai tambah oleh kegiatan investasi tersebut.
77
Perkembangan mengalami
investasi
fluktuasi
dalam
di 12
Provinsi tahun
Sumatera
terakhir
Selatan
dimana
pada
investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tertinggi pada tahun 2012 sebesar 2.930,597 (milliar Rp) dan terendah pada tahun 2002 sebesar 17,05 (milliar Rp) sedangkan investasi Penanaman Modal Asing (PMA) tertinggi pada tahun 2012 sebesar 786.448,50 (ribu US$) dan terendah pada tahun 2002 sebesar 4.283 (ribu US$) seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.5. Gambar 4.4 Reaslisasi Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) (Milliar Rp) dan Penanaman Modal Asing (PMA) (ribu US$) di Provinsi Sumatera Selatan, 2001-2012 3500000 3000000 2500000 2000000 1500000 1000000 500000 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 PMA
263,1 4,283 135,3 141,7 125,0 27,80 214,7 148,8 56,77 186,2 557,3 786,4
PMDN 32,93 17,05 85,09 57,12 651,5 697,4 811,4 378,4 580,3 1,738 1,068 2,930
Sumber: BKPM Indonesia
78
B. Analisis dan Pembahasan 1. Analisis Dalam penelitian ini analisis yang dilakukan dengan menggunakan Least Square Method (LSM) menggunakan permodelan ARIMA dengan Eviews 6, Incremental Output Ratio (ICOR) dengan Microsoft Exel 2007, dan Incremental Labour Output Ratio (ILOR) dengan Microsoft Exel 2007. Berikut ini adalah hasil uji dan pembahasannya. a. Preprocessing Data dan Indentifikasi Model b. Analisis Leas Squares Method (LSM) dengan ARIMA c. Analisis Incremental Capital Output Ratio (ICOR) d. Analisis Incremental Labour Ouput ratio (ILOR) 2. Pembahasan dan Interprestasi a. Preprocessing Data dan Indentifikasi Model 1). Plot Data Untuk melihat perkiraan kasar dari bentuk model yang sesuai dengan melihat plot data deret waktu dari obyek PDRB Sumatera Selatan 1993-2012 apakah pola data dari grafik yang ditandai adanya kenaikan atau penurunan dalam perubahan waktu (Rosadi, 2012). Seperti yang tampilkan pada gambar 4.5 pada data tersebut
terlihat
memiliki
trend
bahwa
data
PDRB
sehingga
non
stasioner
sumatera pada
selatan
mean
dan
selanjutnya dapat dilakukan dengan uji Stasioneritas data
79
dengan
menggunakan
uji
augmented
Dickey-Fuller/ADF
yang menyatakan terdapat akar unit atau tidak. Gambar 4.5 Grafik Trend PDRB ADHK Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1990-2012
PDRB 80,000,000
70,000,000
60,000,000
50,000,000
40,000,000
30,000,000 2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
Sumber: Lampiran 2 2). Uji Stasioneritas Data Terlihat data mengandung trend maka dilakukan Uji Stasioneritas data menggunakan uji akar unit dengan uji augmented
Dickey-Fuller/ADF
ACF/PACF.
Dari
hasil
Uji
atau ADF
menggunakan data
PDRB
Plot
Sumatera
Selatan pada level (data Sebenarnya) ADF test statistik bernilai -0.456867 sedangkan nilai test critical values tstatistik
batas
α=5%
bernilai
-3.632896
yang
berarti
80
terdapat akar unit dan data tidak stasioner dan selanjutnya akan dilakukan Transformasi data (Lagged differences)
Lag
1, dari hasil Lagged differences ADF bernilai 1 didapat nilai ADF test statistik adalah -3.522375 sedangkan nilai test critical values t-satistik batas α=5% adalah
-3.644963 data
masih terdapat akar unit yang tidak stationer yang berarti masih perlu dilakukan differensiasi ke-2 pada data, setelah data dilakukan differensiasi ke-2 didapatkan nilai ADF test Statistik
adalah
-6.082832
sedangkan
nilai
test
Critical
valueas t-statistik batas α=5% adalah -3.658446 berarti data pada differensiasi ke-2 tidak terdapat akar unit bahkan lebih signifikan
pada batas α=1% nilai Critical valueas t-statistik
yang nilainya -4.498307. Dengan didapatnya data yang stationer maka dapat dilanjutkan Least
dengan
Square
pembentukan
Method
model
ARIMA
dengan
dalam
analisis
Menggunakan
Eviews 6. b. Analisis Leat Square Method dengan ARIMA Metode
ARIMA
(Autoregressive
merupakan metode alternatif waktu
yang terdapat
Moving
dalam menganalisis
komponen
trend tetapi
Average) data
tidak
deret
terdapat
komponen musiman (Rosadi, 2012:118). Karena data PDRB tidak mengandung komponen musiman
yang dibuktikan oleh
81
gambar 4.1 maka dapat dilakukan permodelan ARIMA dengan tahapan sebagai berikut: 1) Identifikasi Model Agar dapat dimodelkan dengan ARMA atau ARIMA maka hal pertama adalah data harus stationer. Berdasarkan pengujian stasioneritas data PDRB didapatkan hasil bahwa data tidak stasioner pada level dan differen ke-1, maka dilakukan differen ke-2. Pada differen tingkat ke-2 dari data PDRB, diberikan dalam bentuk grafik sebagai berikut, Gambar 4.6 Grafik Diferensiasi Data PDRB pada Tingkat kedua Tahun 1990-2012 D2PDRB 8,000,000
4,000,000
0
-4,000,000
-8,000,000
-12,000,000 2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
Sumber: Lampiran 2 gambar 4.6 memperlihatkan bahwa data PDRB satsioner pada differen pada tingkat kedua. Selanjutnya melihat plot 82
korelogram ACF/PACF data PDRB differen kedua sebagai berikut. Tabel 4.5 Korelogram Diferensiasi kedua Data PDRB Tahun 1990-2012 Sample: 1 23 Included observations: 21 Autocorrelation ***| . . *| . . | . . | . . |**. ***| . . |* . . | . . | . . | . . | . . | . . | . . | . . | . . | . . | . . | . . | . . | .
Partial Correlation
| | | | | | | | | | | | | | | | | | | |
***| . .**| . . *| . .**| . . |* . ***| . . *| . . *| . . *| . .**| . . | . . *| . . *| . . *| . . *| . . *| . . | . . *| . . | . . | .
| | | | | | | | | | | | | | | | | | | |
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
AC
PAC
-0.347 -0.112 -0.021 -0.055 0.217 -0.366 0.155 0.043 -0.046 0.005 0.052 -0.003 -0.030 0.004 0.010 0.006 -0.021 0.004 0.012 -0.008
-0.347 -0.264 -0.198 -0.220 0.091 -0.363 -0.131 -0.121 -0.148 -0.216 0.044 -0.180 -0.093 -0.076 -0.070 -0.137 0.013 -0.104 -0.052 -0.045
Q-Stat 2.9154 3.2315 3.2434 3.3280 4.7446 9.0474 9.8771 9.9454 10.029 10.030 10.160 10.161 10.217 10.218 10.226 10.230 10.281 10.284 10.316 10.347
Prob 0.088 0.199 0.356 0.505 0.448 0.171 0.196 0.269 0.348 0.438 0.516 0.602 0.676 0.746 0.805 0.854 0.891 0.922 0.945 0.961
Sumber: Lampiran 3 Jika
dievaluasi
melalui
koefesien
ACF
secara
individual pada tabel 4.5 maka dapat disimpulkan bahwa data PDRB pada diferensiasi tingkat kedua tidak signifikan dengan Uji statatistik n = 21, nilai interval mengikuti persamaan 3.1 pada Bab III maka diperoleh hasil, ρk = ±1,96 (√1/n) = ±1,96 (√1/21) = (0,42771), maka nilai ACF sampai lag ke 21 diluar interval tersebut dalam artian tidak signifikan,
sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
data
83
stationer.
Selain
itu,
berdasarkan
pengamatan
tabel
4.5
grafik ACF menunjukkan seluruh koefesien berada garis garis titik. Selanjutnya
pembentukan
model
dengan
mengamati
tabel 4.5 yang merupakan pola ACF dan PACF, maka dapat disimpulkan bahwa pola ACF dan PACF tidak sesuai dengan ketentuan pada tabel 3.1 Bab III, maka penelitian melakukan permodelan dengan melihat lag yang signifikan yaitu pada plot PACF yaitu terdapat pada lag 6 dan pada plot ACF
pada lag 6 maka diperoleh model alternatif yang
ditunjukkan pada tabel 4.6 sebagai berikut. Tabel 4.6 Permodelan ARIMA Data PDRB Sumatera Selatan Tahun 1990-2012 Model Model 1 Model 2 Model 3
setelah
AR dan MA AR (6) MA (6) AR (6) MA (6)
diperoleh
dilanjutkan
dengan
model-model estimasi
ARIMA ARIMA (1,1,0) ARIMA (0,1,1) ARIMA (1,1,1)
alternatif
maka
menggunakan
dapat program
Eviews6. 2) Etimasi dari Model Untuk tabel
4.6
mengestimasi peneliti
model
menggunakan
dari program
parameter Eviews6
pada dan
84
diperoleh
ringkasan
hasil
estimasi
dari
model-model
tersebut sebagai berikut: Tabel 4.7 Rangkuman Estimasi Model ARIMA
Prob
R-squared
model 1
0.2361
0.106104
Sum Squared Residual (SSR) 1.25
model 2
0.0000
0.317062
1.12
32.33018
32.42966
0.911253
1.24
30.68150
30.82311
Model
model 3
0.0491 (0.0000) Sumber: Lampiran 4
Dari rangkuman signifikan
pada
semua
α=5%,
AIC
SC
32.85797
32.95237
model diatas
adalah
model
2
model
dan
yang
model
3
sedangkan model 1 tidak signifikan, yang berarti model 1 tidak
memenuhi
diagnostic
cheking.
Selanjutnya
melakukan evaluasi pada model 2 dan model 3, dari kedua model tersebut yang memiliki
model yang baik
adalah
model 3 memiliki nilai determinan paling tingggi yang ditunjukkan nilai R-squared = 0.911253 serta memiliki nilai AIC dan SC paling minimum yaitu nilai AIC = 30.68150 dan SC = 30.82311, dapat disimpulkan bahwa model ini merupakan model terbaik yang memenuhi kriteria karena prilaku data deret waktu akan lebih baik dijelaskan melalui penggabungan antara model AR dan MA. Dengan kata lain,
85
nilai Yt tidak hanya dipengaruhi oleh nilai peubah tersebut, tetapi
juga
oleh
residual
peubah
tersebut
pada
periode
sebelumnya (Juanda, 2012:73). 3) Evaluasi Model Dalam melakukan evaluasi dari model yang dipilih maka dilakukan uji statistik dari model sebagai berikut:
Tabel 4.8 Uji Q-statistik Model 3 Sample: 9 23 Included observations: 15 Q-statistic probabilities adjusted for 2 ARMA term(s) Autocorrelation . **| . . *| . . *| . . |* . . |** . . *| . . *| . . | . . | . . | . . | . . | . . | . . | .
Partial Correlation
| | | | | | | | | | | | | |
. **| . **| . **| . *| . |* . | . *| . | . *| . *| . | . | . | . |
. . . . . . . . . . . . . .
| | | | | | | | | | | | | |
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
AC
PAC
-0.245 -0.199 -0.088 0.080 0.246 -0.193 -0.115 0.038 -0.016 0.001 0.005 0.027 -0.036 -0.006
-0.245 -0.275 -0.251 -0.105 0.200 -0.059 -0.091 -0.043 -0.154 -0.162 -0.019 0.027 -0.051 -0.000
Q-Stat 1.0953 1.8683 2.0331 2.1807 3.7284 4.7865 5.2066 5.2602 5.2713 5.2714 5.2730 5.3336 5.4952 5.5031
Prob
0.154 0.336 0.292 0.310 0.391 0.511 0.627 0.728 0.810 0.868 0.905 0.939
Sumber: Lampiran 3 dari
hasil
uji
residual
yang
dilakukan
pada
model
3
didapatkan hasil bahwa ACF dan PACF dari nilai residual tidak ada yang signifikan sampai pada lag ke 14 yang berarti model baik untuk melakukan proyeksi.
86
4) Prediksi atau Peramalan. Terdapat
dua
metode
dalam
melakukan
proyeksi,
yaitu static forcast untuk satu langkah kedepan dan model dynamic forcast untuk beberapa langkah kedepan (Rosadi, 2012:160). Dalam analisis ini metode yang dipakai adalah metode
dynamic
forcast
untuk
memproyeksikan
dalam
beberapa tahun kedepan. Hasil dari peramalan dari model 3 untuk PDRB 5 tahun
kedepan
maka
diperoleh
grafik
yang
ditunjukkan
pada gambar 4.7 sebagai berikut Gambar 4.7 Grafik trend PDRB ADHK tahun 1990-2013 80,000,000
Forecast: PDRBF Actual: PDRB Forecast sample: 1 24 Adjusted sample: 9 24 Included observations: 15
70,000,000
60,000,000
Root Mean Squared Error Mean Absolute Error Mean Abs. Percent Error Theil Inequality Coefficient Bias Proportion Variance Proportion Covariance Proportion
50,000,000
40,000,000
30,000,000 10
12
14
16 PDRBF
18
20
22
24
± 2 S.E.
Sumber: Lampiran 2 Dari gambar 4.7 memberikan output RMSE, MAE, dan MAPE untuk mengukur kesalahan peramalan. Pada gambar 87
910556.1 520009.6 1.221699 0.008602 0.000497 0.003291 0.996212
4.7
dihasilkan
910556.1
nilai
(RMSE),
rata-rata
kuadrat
kesalahan
sedangkan
rata-rata
absolut
sebesar kesalahan
sebesar 520009.6, dan rata-rata persentase absolut kesalahan sebesar
1.22.
Berdasarkan
ukuran
MAPE
maka
diketahui
bahwa tingkat kesalahan peramalan relatif kecil yaitu sebesar 1,22% yang berarti model baik untuk melakukan peramalan, berikut
hasil
peramalan
PDRB
Sumatera
Selatan
5
tahun
kedepan pada tabel 4.7.
Tabel 4.9 Proyeksi PDRB Sumatera Selatan tahun 2013-2017 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 PDRB ADHK (Juta Rp)
Pertumbuhan (Persen)
2013
76.271.123
5,8
2014
80.663.748
5,7
2015
85.315.275
5,7
2016
89.850.697
5,3
2017
94.529.183
5,2
Tahun
Sumber: Lampiran 6
88
c. Analisis Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Untuk memproyeksikan dengan tujuan mengetahui seberapa besar investasi yang dibutuhkan beberapa tahun kedepan untuk pertumbuhan ekonomi dengan indikator PDRB maka perlu diketahui nilai ICOR dari beberapa tahun sebelumnya. Untuk melakukan perhitungannya maka dilakukan lag satu tahun dengan asumsi bahwa investasi pada tahun tertentu akan dinikmati hasilnya pada satu tahun berikutnya (Kurnia Astuti & Handoko, 2007: 165). Perhitungan ICOR dalam beberapa tahun kedepan ditampilkan oleh tabel 4.10 sebagai berikut. Tabel 4.10 Nilai ICOR Provinsi Sumatera Selatan tahun 1990-2012
Tahun
Nilai ICOR PMA
1991
PMDN
-0,02506188
-0,21031196
0,000383846
0,025786893
0
0,063390865
0
0,007836094
0,004077468
0,258262829
0,008287943
0,186371729
0
0,190882663
0,00002299
-0,03353067
0,027864114
0,739706926
0,261664188
0,087821261
0 Berlanjut kehalaman Berikutnya
0,094897076
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001
89
Lanjutan Tabel 4.10 2002
2,068935423
0,025221963
2003
0,024724121
0,010633835
2004
0,553162184
0,040579992
2005
0,556203576
0,024953465
2006
0,470058116
0,252426286
2007
0,083937313
0,228869026
2008
0,699024084
0,289473881
2009
0,602583848
0,158519139
2010
0,171690152
0,170371347
2011
0,400461814
0,418966124
1,186760943 Sumber: Lampiran 5
0,261614766
2012
Dari nilai ICOR dalam beberapa tahun yang ditampilkan pada tabel 4.10 maka rata-rata ICOR Sumatera Selatan adalah 0,472160172 yang artinya adalah untuk menghasilkan atau meningkatkan PDRB sebesar Rp1.000.000
maka
dibutuhkan
tambahan
kapital
sebesar
Rp472.160,172, maka akan dapat menentukan proyeksi kebutuhan investasi di Sumatera Selatan tahun 2013-2017 yang dikriteriakan menjadi proyeksi optimis, proyeksi moderat, dan proyeksi pesimis seperti yang ditampilkan pada tabel 4.11 sebagai berikut.
90
Tabel 4.11 Proyeksi Kebutuhan Investasi di Sumatera Selatan tahun 2013-2017 Tahun
Proyeksi PDRB ADHk (Juta Rp)
Pertumbuhan (Persen)
2013
76.271.123
5,8
Kriteria Proyeksi Optimis Moderat Pesimis Optimis
2014
80.663.748
5,75
Moderat Pesimis
Investasi yang dibutuhkan (juta Rp) 2.088.707 2.088.707 2.666.964 2.666.964 2.189.957 2.189.957 3.493.500 3.493.500
Optimis Moderat 2015
2016
2017
85.315.275
89.850.697
94.529.183
5,76
5,3
5,2
Pesimis Optimis Moderat Pesimis Optimis Moderat Pesimis
2.320.271 2.320.271 4.603.637 4.603.637 2.248.468 2.248.468 5.886.811 5.886.811 2.320.912 2.320.912 6.984.720 6.984.720
Sumber: Lampiran 6
d. Analisis Incremental Labour Out Ratio (ILOR) Untuk memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja maka terlebih dahulu diketahui nilai ILOR (Incremental Labour Output Ratio) dengan tahun penelitian 1990-2012 menggunakan konsep
∆L/∆Y
(Astuti & Handoko, 2007:166) maka dihasilkan nilai ILOR yang ditampilkan tabel 4.12 sebagai berikut:
91
Tabel 4.12 Nilai ILOR Sumatera Selatan Tahun 1994-2012
Tahun
Nilai ILOR
1991
-0,591679
1992
0,1085724
1993
0,0010147
1994
0,0073299
1995
0,0152819
1996
-0,023265
1997
0,0624912
1998
-0,01727
1999
0,3813601
2000
-0,005525
2001
-0,518338
2002
0,0482339
2003
0,0509723
2004
0,1186351
2005
-0,030893
2006
0,0003552
2007
0,011676
2008
0,047742
2009
0,00232
2010
0,0658503
2011
0,0317907
2012
-0,004937
Sumber: Lampiran 5
92
Setelah diketahui nilai ILOR Sumatera Selatan tahun 1991-2012 maka selanjutnya menghitung rata-rata nilai ILOR Sumatera Selatan dari tahun 1991-2012 untuk memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja di Sumatera Selatan pada tahun 2013-2017. Nilai ILOR di Sumatera Selatan rata-rata adalah 0,0010831 yang berarti setiap pekerja pada tahun
1991-2012
untuk
meningkatkan
PDRB
sebesar
Rp1.000.000.000,00 dibutuhkan pekerja 1,08 atau sekitar 2 orang selama 1 tahun yang dapat digunakan untuk penyerapan tenaga kerja pada tahun 2013-2017 sebagai berikut: Tabel 4.13 Proyeksi Tambahan Penyerapan Tenaga Kerja di Sumatera Selatan tahun 2013-2017 Tahun
Proyeksi PDRB (Rp juta)
Peningkatan PDRB (Rp juta)
2013
76.271.123
4.371.950,00
2014
80.663.748
4.581.381,00
2015
85.315.275
4.685.862,00
2016
89.850.697
4.904.761,00
2017
94.529.183
5.207.870,00
Kriteria proyeksi
Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja (Orang)
Pesimis Moderat Optimis Pesimis Moderat Optimis Pesimis Moderat Optimis Pesimis Moderat Optimis Pesimis Moderat Optimis
2.421 4.735 7.049 1.539 4.962 8.386 1.010 5.075 9.140 882 5.312 9.742 1.000 5.641 10.281
Sumber: Lampiran 6
93
Selain perhitungan menggunakan ILOR tenaga kerja yang digunakan dapat juga dengan menggunakan rata-rata rasio modal tenaga kerja (∆K/∆L) di Provinsi Sumatera Selatan yang ditunjukkan pada tabel 4.14 sebagai berikut: Tabel 4.14 Perubahan Investasi (∆K) dan Tenaga Kerja (∆L) di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1994-2012 Tahun (t)
Perubahan Investasi (∆K) 42788,4686 -31283,878 -30098,5 915733,5466 -237669,7162 -337060,8304 -123861,2704 12381,792 257383,4724 -411527,094 2637887,046 -2677928,466 1188355,201 85276,629 534607,245 -911753,535 1817892,755 -953971,867 -651996,498 2234969,722 2517486,948 4091048,42
Perubahan Tenaga Kerja (∆L) 100.486 343.350 824 19.999 54.589 -83.595 118.637 122.765 124.659 -8.036 -528.513 62.986 81.766 248.777 -70.719 917 35.580 133.837 5.539 224.299 131.911 -20.172
453120,8905
49.995
1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata Sumber: Lampiran 5
94
Dari rata-rata rasio modal-tenaga kerja di Provinsi Sumatera Selatan selama
tahun 1991-2012 bernilai 9,063357 yang berarti
bahwa setiap pekerja di Provinsi Sumatera Selatan menggunakan modal Rp9.063.357,00 dalam satu tahunnnya yang dapat digunakan untuk memproyeksikan tenaga kerja yang digunakan dalam beberapa tahun kedepan yang ditampilkan pada tabel 4.15 sebagai berikut. Tabel 4.15 Proyeksi Tambahan Penggunaan Tenaga Kerja di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013-2017 (Rasio modal-tenaga kerja) Tahun
Proyeksi Investasi (Juta Rp)
Rasio ModalTenaga Kerja (∆K/∆L)
Kebutuhan Tambahan Tenaga Kerja (Orang)
2013
2.088.707-2.666.964
9,063357
230.456-294.258
2014
2.189.957-3.493.500
9,063357
241.628-385.453
2015
2.320.271- 4.603.637
9,063357
256.006-507.939
2016
2.248.468-5.886.811
9,063357
248.083-649.518
2017
2.320.912-6.984.720
9,063357
256.076-770.655
Sumber: Lampiran 6
95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dalam
analisis
yang
dilakukan
oleh
peneliti
maka
diperoleh beberapa kesimpulan dari hasil analisis sebagai berikut: 1. Berdasarkan least
hasil
squares
Integrated
proyeksi dengan
Moving
peningkatan
PDRB
dihasilkan
bahwa
dengan
menggunakan
alternatif
Average
model
(ARIMA)
ADHK
di
PDRB
ADHK
Autoreggresive
berdasarkan
Provinsi di
metode
trend
Sumatera
Selatan
Sumatera
Selatan
mengalami peningkatan sebesar Rp76.271.123,00 pada tahun 2013,
Rp80.663.748,00
pada
tahun
2015,
Rp94.529.183,00
pada
tahun
2014,
Rp89.850.697,00
pada
tahun
Rp85.315.275,00
pada
2017
tahun
(Semua
dalam
2016, Juta
Rupiah), berdasarkan tingkat pertumbuhan PDRB ADHK di Provinsi
Sumatera
dibandingkan
dengan
Selatan tahun
maka sebelumnya
terjadi yang
penurunan berkisar
6%
pada tahun 2012, sedikit sekali mengalami penurunan 5,8% pada
tahun
2013,
dan
mengalami
sedikit
penurunan
lagi
5,75% pada tahun 2014, cenderung stabil pada tahun 2015 menjadi 5,76%, pada tahun 2016 sebesar 5,3%, dan pada tahun 2017 mengalami tingkat penurunan 5,2%, yang berarti
96
tingkat pertumbuhan berdasarkan PDRB ADHK cenderungan mengalami penurunan dari pertumbuhan sebelumnya 6% pada tahun 2012 hingga hampir mencapai 5% pada tahun 2017. 2. Dari perhitungan ICOR rata-rata di Provinsi Sumatera Selatan diperoleh nilai 0,472160172 yang berarti untuk meningkatkan PDRB
ADHK
sebesar
Rp1.000.000,00
dibutuhkan
modal
sebesar Rp472.160,00. Dengan nilai ICOR yang masih cukup rendah
maka
pertumbuhan
kebutuhan
PDRB
investasi
ADHK
di
untuk
Provinsi
meningkatkan
Sumatera
Selatan
relatif masih kecil. semakin tinggi nilai ICOR maka semakin tinggi
investasi
rendah
nilai
yang
ICOR
dibutuhkan, maka
semakin
dibutuhkan (Astuti, 2007:172). maka
diperoleh
tahun
2013,
kebutuhan
namun
apabila
rendah
semakin
investasi
yang
Dengan diketahui nilai ICOR investasi
Rp2.189.957,00
Rp2.088.707,00 pada
tahun
pada 2014,
Rp2.320.271,00 pada tahun 2015, Rp2.248.468,00 pada tahun 2016, dan Rp2.320.912,00 pada tahun 2017, berarti apabila terjadi
penurunan
tingkat
pertumbuhan
ekonomi
maka
diharapkan terjadi penyerapan investasi untuk
meningkatkan
atau
di
menstabilkan
pertumbuhan
ekonomi
Provinsi
Sumatera Selatan. 3. Dihitung
dari
rasio
modal-tenaga
kerja
didapatkan
nilai
9,063357 yang berarti setiap pekerja di Provinsi Sumatera
97
Selatan membutuhkan
modal sebesar
Rp9.063.357,00
dalam
setiap tahunnya yang berarti semakin besar investasi yang ditingkatkan maka akan semakin besar juga tenaga kerja yang bisa diserap. Dari nilai ILOR di Provinsi Sumatera Selatan diperoleh nilai
0,0010831 yang berari untuk
PDRB
sebesar
ADHK
Rp1.000.000.000
meningkatkan
dibutuhkan
pekerja
1,08 pekerja atau 2 orang pekerja yang dapat dijadikan acuan untuk
menyerap
tenaga
kerja.
Peningkatan
pertumbuhan
ekonomi dengan indikator peningkatan PDRB ADHK maka diharapkan
dapat
menyerap
tenaga
kerja
sebanyak
4.735(orang) pada tahun 2013, 4.962(orang) pada tahun 2014, 5.075(orang) pada tahun 2015, 5.312 pada tahun 2016, dan sebanyak
5.641(orang)
pada
pengangguran
meningkat
meningkatkan
nilai
ILOR
PDRB
ADHK
pertumbuhan
tahun
maka
2017.
dapat
dengan yang
Apabila dilakukan
cara
dapat
tingkat dengan
meningkatkan
dilakukan
dengan
peningkatan investasi. Jika nilai ILOR rendah maka tenaga kerja yang terserap semakin rendah namun apabila nilai ILOR tinggi maka tenaga kerja yang diserap akan semakin tinggi (Astuti, 2007:172). B. Saran Jika
merujuk
kepada
latar
belakang
penelitian
dalam
MP3EI maka pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan
98
masih
dibawah
target
pertumbuhan yang direncanakan
sebesar
6,4-7,5 % pada 2011-2014 dan 8,9 – 9,0 % pada 2015 – 2017 secara
nasional,
sehingga
diperlukan
peninjauan
kembali
perencanaan pembangunan yang telah dilakukan. Secara melakukan efesiensi
makro
kebijakan investasi
perekonomian yang
dapat
dengan
Sumatera
Selatan
meningkatkan
berbagai
upaya
perlu
efektifitas
seperti
dan
memangkas
biaya-biaya yang tidak penting yang ditanggung oleh investor, investasi ekonomi
yang yang
dilakukan potensial
di
dialokasikan wilayah
pada
Sumatera
sektor-sektor Selatan,
agar
investasi yang dilakukan berdampak positif pada output yang dihasilkan.
Dengan
diharapkan
akan
efektifitas dapat
dan
efesiensi
menstabilkan
investasi
nilai
ICOR
maka
sehingga
investasi yang dilakukan akan menjadi tepat sasaran yang dapat menaikkan
pertumbuhan
ekonomi
yang
seharusnya
dicapai
di
Provinsi Sumatera Selatan. Peningkatan
pertumbuhan
ekonomi
yang
didasarkan
dengan penguatan investasi diharapkan juga berdampak kepada penyerapan tenaga kerja baru, dengan demikian dapat dirasakan masyarakat dengan melihat nilai rata-rata ILOR beberapa tahun kebelakang
yang
dapat
dijadikan
acuan
oleh
instansi
terkait
dalam perencanaan untuk mengurangi tingkat pengangguran serta
99
untuk
menjadikan
struktur
perekonomian
di
Sumatera
Selatan
stabil secara terusmenerus. Bagi para peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang pertumbuhan ekonomi, investasi dan penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Selatan dapat juga meneliti variabel ekonomi makro lain di Provinsi Sumatera Selatan seperti PAD (pendapatan asli daerah) dan potensi ekonomi, yang dapat berdampak
pada
alokasi
investasi
yang
tepat
dengan
melihat
potensi-potensi ekonomi yang dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak
sehingga
dampak
pertumbuhan
ekonomi
di
Sumatera
Selatan berdampak langsung pada masyarakat di wilayah tersebut diharapkan meningkatkan kejahteraan mereka.
100
DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, Raharjo. “Teori-Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah”. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013. Afriandi, Jhonny. “Tesis: Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kebutuhan Investasi, dan Penyerapan Tenaga Kerjabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan 2006-2010”. Universitas gajah Mada, Yogyakarta, 2007. Ahmad, Nisar. “Population: A Valuable Resource in Economic Growth With Special Reference to Pakistan’s Growth Prospects”. Vol.I, Issue 2 (pp.11-19), eCanadian Journal of Bussines and Economics, 2013 Aryanto, Rudi. “Analisis Kemandirian dan Keuangan Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan”. Volume III No.2. ILMIAH, 2011. Arfida. “Ekonomi Sumberdaya Manusia”. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003. Astuti, Kurnia dkk. “Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Kebutuhan Investasi, dan Tenaga Kerja di Kabupaten Sleman”. Vol. 1, No.3, November, Hal. 161-137, JURNAL EKONOMI dan BISNIS, 2007. Chalid, Pheni. “Keuangan Daerah: Investasi dan Desentralisasi”. Jakarta: Kemitraan, 2005. Dumairy. “Perekonomian Indonesia”. Jakarta: Erlangga (Cetakan ke-5), 1996. Hamid, Abdul.”Buku Panduan Skripsi FEB UIN Jakarta”. Jakarta: www.feb.uinjakarta.ac.id, 2011. Handayani, Sri. “Upaya Pemerintah Sumatera Selatan Menarik Investor Asing Dalam Kegiatan Penanaman Modal”. Vol. 11, No 1 Januari, Jurnal Dinamika Hukum, 2011. Hudea, Oana Simona dan Stelian Stancu. “Foreign Direct Invesments, Technology Transfer, and Economic Growth. A Pael Approach”. Romanian Journal of Economic Forecasting-2, 2012.
101
Imelia, Emilia. “Modul Ekonomi Regional Fakultas Ekonomi, Ilmu Ekonomi”. Universitas Jambi, Jambi, 2006. Jhingan, ML. “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”. Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2010. . “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”. Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2012. Kuncoro, Mudrajad.” Ekonomika Pembangunan: Masalah, Kebijakan, Politik”. Jakarta: Erlangga, 2010. Juanda, Bambang dan Junaidi. “Ekonometrika Deret Waktu: Teori dan Aplikasi”. Bogor: IPB Press, 2012. Lewis, W. Arthur. “Perencanaan Pembangunan: Dasar-dasar Kebijakan Ekonomi (Terjemahan: Karta Sapoetra dan E.Komaruddin)”. Jakarta: Aksara Baru, 1986. Lungan, Richard. “Aplikasi Statistika dan Hitung Peluang”. Edisi pertama: Cetakan Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006. Mangun, Nadiatulhuda. “Analisis Potensi Ekonomi, Studi Kasus Provinsi Sulawesi Selatan”, (Tesis S2, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang), 2007. Maryanti, Sri. “Analisis Perencanaan Tenaga Kerja terhadap Kebutuhan Tenaga Kerja di Provinsi Riau Tahun 2006-2010”. Vol. 4, No.1, Maret, Hal. 54-62, Pekbis Jurnal, 2012. Noor, Henry Faiszal. “Investasi: Pengelolaan Keuangan Bisnis dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat”. Jakarta: Indeks, 2009. Prastowo, Andi. “Metode Penelitian Kualitatif dalam Presfektif Rancangan Penelitian”. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011. Priadana, H. Moh Sidik dan Saludin Muis. “ Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis (Edisi Pertama)”. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
102
Rosadi, Dedi. “Ekonometrika dan Analisis Runtun Waktu Terapan dengan Eviews”. Yogyakarta: ANDI, 2012. Ruswana, Bachdi dkk. Data Series Sumatera Selatan. Sumatera Selatan: BPS Sumatera Selatan, 2013. Samuelson, Paul.A dan William Nordhaus. “Ilmu Makro Ekonomi”. Jakarta: PT. Media Global Edukasi (Terjemahan), 2004. Sari, Lapeti. “Analisa Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kerja di Kabupaten Indragiri Hilir”. Tahun II No.5, Maret, Jurnal Sosial Ekonomi Pembangunan, 2012. Sjafrizal. “Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi”. Padang: Baduose Media, 2008. Sri, Mulyono. “Statistika Untuk Ekonomi”, (Edisi Kedua). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2003. Sukirno, Sadono. “Makro Ekonomi Teori Pengantar”. Jakarta: Rajawali Pers (Cetakan ke-19), 2008. ______________. “Makro Ekonomi Teori Pengantar”. Jakarta: Rajawali Pers (Edisi Ketiga), 2011. Sumarsono, Sonny. “Teori dan Kebijakan Publik: Ekonomi Sumberdaya Manusia (Edisi Pertama)”. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009. Tarigan, Robinson. “Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi Edisi Revisi”, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Teguh, Muhammad. “Metodologi Penelitian Ekonomi: Teori dan Aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005. Todaro, Michael. P. “Pembangunan Ekonomi: di Dunia Ketiga (Edisi Pertama)”. Jakarta: Erlangga, 1998. Todaro, Michael.P & Smith, Stephen C. “Pembangunan Ekonomi( Jilid Ke-2 Edisi ke Sembilan”. Jakarta: Erlangga, 2002.
103
LAMPIRAN
104
Lampiran 1. Data Penelitian.
Tahun 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
PDRB ADHK 2000 (Juta Rp) 31.048.385 30.878.553 34.040.958 34.853.034 37.581.447 41.153.577 44.746.740 46.645.200 39.536.532 39.863.412 41.317.799 42.337.430 43.643.276 45.247.401 47.344.395 49.633.536 52.214.848 55.262.114 58.065.455 60.452.944 63.859.140 68.008.496 72.094.166
PMA (Juta Rp) 4.256,3094 1.213,878 0 0 14.565,2466 29.779,9304 0 163,4296 9.108,2216 380.560,994 0 2.701.711,046 39.660,58 1.159.977,781 1.273.228,41 1.213.366,655 255.779,32 1.959.602,875 1.438.662,308 584.810,31 1.661.658,632 4.848.713,58 7.078.036,5
PMDN (Juta Rp) 35.717,7 81.548,6 51.478,2 21.380,1 922.548,4 669.664 362.383,1 238.358,4 241.795,4 127.726,1 96.760 32.936 17.058 85.096 57.122 651.591 697.424,8 811.494 378.462,7 580.318,2 1.738.439,6 1.068.871,6 2.930.597,1
Tenaga Kerja (Orang) 2.433.046 2.533.532 2.876.882 2.877.706 2.897.705 2.952.294 2.868.699 2.987.336 3.110.101 3.234.760 3.226.724 2.698.211 2.761.197 2.842.963 3.091.740 3.021.021 3.021.938 3.057.518 3.191.355 3.196.894 3.421.193 3.553.104 3.532.932
Sumber: 1. Pendapatan Regional Provinsi-Provinsi di Indonesia Menurut Lapangan Usaha 1983-1990 PDRB Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan,1994-2001 PDRB Provinsi Sumatera Selatan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 Sumatera Selatan Dalam Angka, 2013. 2. Pekerja di peroleh dari BPS (Badan Pusat Statistik),Sumatera Selatan Dalam Angka Dalam Beberapa Tahun 3. Data Investasi di peroleh dari BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal)
105
Lampiran 2. Uji Stasioneritas Data PDRB ADHK. Uji ADF Data PDRB Pada Level Null Hypothesis: PDRB has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-0.456867 -4.440739 -3.632896 -3.254671
0.9778
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(PDRB) Method: Least Squares Date: 05/22/14 Time: 10:48 Sample (adjusted): 2 23 Included observations: 22 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
PDRB(-1) C @TREND(1)
-0.064476 2332614. 216217.6
0.141127 4168433. 224113.8
-0.456867 0.559590 0.964767
0.6529 0.5823 0.3468
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.122038 0.029621 2290722. 9.97E+13 -351.7803 1.320519 0.290414
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
1865717. 2325422. 32.25276 32.40153 32.28780 1.541119
Sumber: Data diolah (Eviews6)
106
Uji ADF Data PDRB Diferensiasi Pertama Null Hypothesis: D(PDRB) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-3.522375 -4.467895 -3.644963 -3.261452
0.0627
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(PDRB,2) Method: Least Squares Date: 05/19/14 Time: 14:37 Sample (adjusted): 3 23 Included observations: 21 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
D(PDRB(-1)) C @TREND(1)
-0.817995 566761.8 89629.70
0.232228 -3.522375 1128731. 0.502123 87131.92 1.028667
R-squared 0.408053 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.342281 S.D. dependent var S.E. of regression 2318648. Akaike info criterion Sum squared resid 9.68E+13 Schwarz criterion Log likelihood -335.9655 Hannan-Quinn criter. F-statistic 6.204059 Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) 0.008924
Prob. 0.0024 0.6217 0.3173 202643.0 2859003. 32.28243 32.43165 32.31481 1.843855
Sumber: Data diolah (Eviews6)
107
Uji ADF Data PDRB Diferensiasi kedua Null Hypothesis: D(PDRB,2) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-6.082832 -4.498307 -3.658446 -3.268973
0.0004
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(PDRB,3) Method: Least Squares Date: 05/19/14 Time: 14:38 Sample (adjusted): 4 23 Included observations: 20 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(PDRB(-1),2) C @TREND(1)
-1.332596 -567985.3 54878.07
0.219075 1495009. 108595.7
-6.082832 -0.379921 0.505343
0.0000 0.7087 0.6198
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.686197 0.649280 2800121. 1.33E+14 -323.6570 18.58710 0.000053
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-169796.1 4728205. 32.66570 32.81506 32.69486 2.154213
Sumber: Data diolah (Eviews6)
108
Lampiran 3 Garfik Data PDRB ADHK Grafik Data Pada Level
PDRB 80,000,000
70,000,000
60,000,000
50,000,000
40,000,000
30,000,000 2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
Sumber: Data diolah (Eviews6) Grafik Data diferensiasi pertama DPDRB 6,000,000 4,000,000 2,000,000 0 -2,000,000 -4,000,000 -6,000,000 -8,000,000 2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
Sumber: Data diolah (Eviews6)
109
Grafik Data Diferensiasi kedua
D2PDRB 8,000,000
4,000,000
0
-4,000,000
-8,000,000
-12,000,000 2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
Sumber: Data diolah (Eviews6) Grafik Data Proyeksi Dinamik 24thn
80,000,000
Forecast: PDRBF Actual: PDRB Forecast sample: 1 24 Adjusted sample: 9 24 Included observations: 15
70,000,000
60,000,000
Root Mean Squared Error Mean Absolute Error Mean Abs. Percent Error Theil Inequality Coefficient Bias Proportion Variance Proportion Covariance Proportion
50,000,000
40,000,000
30,000,000 10
12
14
16 PDRBF
18
20
22
24
± 2 S.E.
Sumber: Data diolah (Eviews6)
110
910556.1 520009.6 1.221699 0.008602 0.000497 0.003291 0.996212
Grafik Proyeksi PDRB ADHK Provinsi Sumatera Selatan 1990-2017
110,000,000 100,000,000 90,000,000 80,000,000 70,000,000 60,000,000 50,000,000 40,000,000 30,000,000 5
10
15
20
25
PDRBFDIN PDRBFDINATAS PDRBFDINBAWAH
Sumber: Data diolah (Eviews6) Grafik Data Proyeksi PDRB ADHK Sumatera Selatan 2013-2017 112,000,000 108,000,000 104,000,000 100,000,000 96,000,000 92,000,000 88,000,000 84,000,000 80,000,000 76,000,000 72,000,000 24
25
26 PDRBFDIN
27
28
± 2 S.E.
Sumber: Data diolah (Eviews6)
111
Lampiran 4 Korelogram Data (Data diolah Eviews6) Korelogram Data PDRB Diferensiasi Kedua Sample: 1 23 Included observations: 21 Autocorrelation ***| . . *| . . | . . | . . |**. ***| . . |* . . | . . | . . | . . | . . | . . | . . | . . | . . | . . | . . | . . | . . | .
| | | | | | | | | | | | | | | | | | | |
Partial Correlation ***| . .**| . . *| . .**| . . |* . ***| . . *| . . *| . . *| . .**| . . | . . *| . . *| . . *| . . *| . . *| . . | . . *| . . | . . | .
| | | | | | | | | | | | | | | | | | | |
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
AC
PAC
-0.347 -0.112 -0.021 -0.055 0.217 -0.366 0.155 0.043 -0.046 0.005 0.052 -0.003 -0.030 0.004 0.010 0.006 -0.021 0.004 0.012 -0.008
-0.347 -0.264 -0.198 -0.220 0.091 -0.363 -0.131 -0.121 -0.148 -0.216 0.044 -0.180 -0.093 -0.076 -0.070 -0.137 0.013 -0.104 -0.052 -0.045
Q-Stat 2.9154 3.2315 3.2434 3.3280 4.7446 9.0474 9.8771 9.9454 10.029 10.030 10.160 10.161 10.217 10.218 10.226 10.230 10.281 10.284 10.316 10.347
Prob 0.088 0.199 0.356 0.505 0.448 0.171 0.196 0.269 0.348 0.438 0.516 0.602 0.676 0.746 0.805 0.854 0.891 0.922 0.945 0.961
Korelogram Uji Q-statistik Model 3 Sample: 9 23 Included observations: 15 Q-statistic probabilities adjusted for 2 ARMA term(s) Autocorrelation . **| . . *| . . *| . . |* . . |** . . *| . . *| . . | . . | . . | . . | . . | . . | . . | .
| | | | | | | | | | | | | |
Partial Correlation . **| . **| . **| . *| . |* . | . *| . | . *| . *| . | . | . | . |
. . . . . . . . . . . . . .
| | | | | | | | | | | | | |
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
AC
PAC
-0.245 -0.199 -0.088 0.080 0.246 -0.193 -0.115 0.038 -0.016 0.001 0.005 0.027 -0.036 -0.006
-0.245 -0.275 -0.251 -0.105 0.200 -0.059 -0.091 -0.043 -0.154 -0.162 -0.019 0.027 -0.051 -0.000
Q-Stat 1.0953 1.8683 2.0331 2.1807 3.7284 4.7865 5.2066 5.2602 5.2713 5.2714 5.2730 5.3336 5.4952 5.5031
Prob
0.154 0.336 0.292 0.310 0.391 0.511 0.627 0.728 0.810 0.868 0.905 0.939
112
Lampiran 5 Estimasi Model ARIMA (diolah Eviews6) Model 1 Dependent Variable: D(PDRB,2) Method: Least Squares Sample (adjusted): 9 23 Included observations: 15 after adjustments Convergence achieved after 7 iterations Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C AR(6)
154559.9 -0.303154
615068.0 0.244045
0.251289 -1.242209
0.8055 0.2361
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) Inverted AR Roots
0.106104 0.037343 3104187. 1.25E+14 -244.4348 1.543082 0.236102 .71+.41i -.71+.41i
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
.71-.41i -.71-.41i
.00-.82i
145814.0 3163823. 32.85797 32.95237 32.85696 2.223299
-.00+.82i
Model 2 Dependent Variable: D(PDRB,2) Method: Least Squares Sample (adjusted): 3 23 Included observations: 21 after adjustments Convergence achieved after 12 iterations MA Backcast: -3 2 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C MA(6)
186022.5 -0.916101
479373.5 0.051454
0.388053 -17.80413
0.7023 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) Inverted MA Roots
0.317062 0.281118 2424060. 1.12E+14 -337.4669 8.820974 0.007867 .99 -.49+.85i
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
.49-.85i -.99
.49+.85i
202643.0 2859003. 32.33018 32.42966 32.35177 2.448442
-.49-.85i
113
Model 3 Dependent Variable: D(PDRB,2) Method: Least Squares Sample (adjusted): 9 23 Included observations: 15 after adjustments Failure to improve SSR after 19 iterations MA Backcast: 3 8 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C AR(6) MA(6)
145814.0 -0.240772 0.984850
345755.1 0.109983 0.065858
0.421726 -2.189181 14.95422
0.6807 0.0491 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) Inverted AR Roots Inverted MA Roots
0.911253 0.896462 1018033. 1.24E+13 -227.1112 61.60813 0.000000 .68+.39i -.68+.39i .86+.50i -.86+.50i
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
.68-.39i -.68-.39i .86-.50i -.86-.50i
145814.0 3163823. 30.68150 30.82311 30.67999 1.810481
.00-.79i
-.00+.79i
.00-1.00i
-.00+1.00i
114
Lampiran 6 Perhitungan ICOR, Rasio Modal-Tenaga Kerja, dan ILOR ICOR Provinsi Sumatera Selatan 1990-2012 Tahun (t) ∆PDRB (Juta Rp) ICOR PMA
ICOR PMDN
-0,02506188
ICOR Investasi
1991
-169832
-0,21031196
-0,235373836
1992
3162405 0,000383846 0,025786893
0,02617074
1993
812076
0 0,063390865
0,063390865
1994
2728413
0 0,007836094
0,007836094
1995
3572130 0,004077468 0,258262829
0,262340297
1996
3593163 0,008287943 0,186371729
0,194659672
1997
1898460
0,190882663
1998
-7108668
0 0,190882663 0,00002299
-0,03353067
-0,03350768
1999
326880 0,027864114 0,739706926
0,76757104
2000
1454387 0,261664188 0,087821261
0,349485449
2001
1019631
0 0,094897076
0,094897076
2002
1305846 2,068935423 0,025221963
2,094157386
2003
1604125 0,024724121 0,010633835
0,035357955
2004
2096994 0,553162184 0,040579992
0,593742176
2005
2289141 0,556203576 0,024953465
0,581157041
2006
2581312 0,470058116 0,252426286
0,722484401
2007
3047266 0,083937313 0,228869026
0,312806339
2008
2803341 0,699024084 0,289473881
0,988497965
2009
2387489 0,602583848 0,158519139
0,761102987
2010
3406196 0,171690152 0,170371347
0,342061499
2011
4149356 0,400461814 0,418966124
0,819427938
2012
4085670 1,186760943 0,261614766
1,448375708
Rata-rata
0,322490011 0,149670161
0,472160172
Sumber: Data diolah (Microsoft Exel2007)
115
Rasio Modal-Tenaga Kerja Provinsi Sumatera Selatan 1990-2012 Investasi
Tenaga Kerja
Perubahan
Perubahan Tenaga
Tahun (t)
(Juta Rp)
(Orang)
Investasi (∆K)
Kerja (∆L)
1990
39974,0094
2.433.046
1991
82762,478
2.533.532
42788,4686
100.486
1992
51478,6
2.876.882
-31283,878
343.350
1993
21380,1
2.877.706
-30098,5
824
1994
937113,647
2.897.705
915733,5466
19.999
1995
699443,93
2.952.294
-237669,7162
54.589
1996
362383,1
2.868.699
-337060,8304
-83.595
1997
238521,83
2.987.336
-123861,2704
118.637
1998
250903,622
3.110.101
12381,792
122.765
1999
508287,094
3.234.760
257383,4724
124.659
2000
96760
3.226.724
-411527,094
-8.036
2001
2734647,05
2.698.211
2637887,046
-528.513
2002
56718,58
2.761.197
-2677928,466
62.986
2003
1245073,78
2.842.963
1188355,201
81.766
2004
1330350,41
3.091.740
85276,629
248.777
2005
1864957,66
3.021.021
534607,245
-70.719
2006
953204,12
3.021.938
-911753,535
917
2007
2771096,88
3.057.518
1817892,755
35.580
2008
1817125,01
3.191.355
-953971,867
133.837
2009
1165128,51
3.196.894
-651996,498
5.539
2010
3400098,23
3.421.193
2234969,722
224.299
2011
5917585,18
3.553.104
2517486,948
131.911
2012
10008633,6
3.532.932
4091048,42
-20.172
453120,8905
49.995
Rata-rata Rasio Modal-Tenaga Kerja (∆K/∆L)
9063357,103
Sumber: Data diolah (Microsoft Exel2007)
116
Perihitunga ILOR Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1990-2012
Tahun (t) 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
PDRB ADHK (Juta Rp) 31048385 30878553 34040958 34853034 37581447 41153577 44746740 46645200 39536532 39863412 41317799 42337430 43643276 45247401 47344395 49633536 52214848 55262114 58065455 60452944 63859140 68008496 72094166
Tenaga Kerja (orang) 2.433.046 2.533.532 2.876.882 2.877.706 2.897.705 2.952.294 2.868.699 2.987.336 3.110.101 3.234.760 3.226.724 2.698.211 2.761.197 2.842.963 3.091.740 3.021.021 3.021.938 3.057.518 3.191.355 3.196.894 3.421.193 3.553.104 3.532.932
Rata-rata
∆PDRB (Juta Rp) -169832 3162405 812076 2728413 3572130 3593163 1898460 -7108668 326880 1454387 1019631 1305846 1604125 2096994 2289141 2581312 3047266 2803341 2387489 3406196 4149356 4085670
∆Tenaga Kerja (Orang) 100.486 343.350 824 19.999 54.589 -83.595 118.637 122.765 124.659 -8.036 -528.513 62.986 81.766 248.777 -70.719 917 35.580 133.837 5.539 224.299 131.911 -20.172
ILOR -0,591679 0,1085724 0,0010147 0,0073299 0,0152819 -0,023265 0,0624912 -0,01727 0,3813601 -0,005525 -0,518338 0,0482339 0,0509723 0,1186351 -0,030893 0,0003552 0,011676 0,047742 0,00232 0,0658503 0,0317907 -0,004937
-0,010831 / 0,0010831
Sumber: Data diolah (Microsoft Exel2007)
117
Lampiran 7 Hasil Proyeksi Pertumbuhan, Investasi, dan Tenaga Kerja
Proyeksi Dinamik Model ARIMA Data PDRB ADHK Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013-2017 Obs 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
PDRBFDIN PDRBFDINATAS PDRBFDINBAWAH 31048385 NA NA 30878553 NA NA 34040958 NA NA 34853034 NA NA 37581447 NA NA 41153577 NA NA 44746740 NA NA 46645200 NA NA 39536532 NA NA 39863412 NA NA 41317799 NA NA 42337430 NA NA 43643276 NA NA 45247401 NA NA 47344395 NA NA 49633536 NA NA 52214848 NA NA 55262114 NA NA 58065455 NA NA 60452944 NA NA 63859140 NA NA 68008496 NA NA 72094166 NA NA 76271123 77375749 75166496 80663748 83134524 78192973 85315275 89451003 81179546 89850697 95906363 83795031 94529183 86328399 102729967
Sumber: Data diolah (Eviews6)
118
Proyeksi Pertumbuhan PDRB Sumatera Selatan Tahun 2013-2017 ADHK Tahun 2000 Tahun (t)
2013
2014
2015
2016
2017
PDRB ADHK
∆PDRB ADHK
(Juta Rp)
(Juta Rp)
Pertumbuhan
Persentase
Persen
75.166.496
3.072.330,00
0,043
100
4
76.271.123
4.176.957,00
0,058
100
5,8
77.375.749
5.281.583,00
0,073
100
7,3
78.192.973
1.921.850,00
0,02519761
100
2,5
80.663.748
4.392.625,00
0,057592242
100
5,75
83.134.524
6.863.401,00
0,089986888
100
8,99
81.179.546
515.798,00
0,006394421
100
0,63
85.315.275
4.651.527,00
0,057665644
100
5,76
89.451.003
8.787.255,00
0,108936855
100
10,89
83.795.031
-1.520.244,00
-0,01781913
100
-1,8
89.850.697
4.535.422,00
0,053160726
100
5,3
95.906.363 10.591.088,00
0,130464982
100
13,04
86.328.399
-3.522.298,00
-0,039201677
100
-3,9
94.529.183
4.678.486,00
0,052069557
100
5,2
102.729.967 12.879.270,00
0,143340791
100
14,33
Sumber: Data diolah (Microsoft Exel2007)
119
Perhitungan Proykesi Investasi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013-2017 PDRB Tahun
Pertumbuhan ICOR
(t)
2013
2014
2015
2016
(Persen)
Proyeksi
Proyeksi
Proyeksi
ADHK
Investasi
Investasi/
(Juta Rp)
(Juta Rp)
Persen (Juta Rp)
0,472160172
4,3
75.166.496
152.609.690
1.526.097
0,472160172
5,8
76.271.123
208.870.682
2.088.707
0,472160172
7,3
77.375.749
266.696.352
2.666.963
0,472160172
2,5
78.192.973
92.299.019
922.990
0,472160172
5,75
80.663.748
218.995.702
2.189.957
0,472160172
8,9
83.134.524
349.350.019
3.493.500
0,472160172
0,6
81.179.546
22.997.849
229.978
0,472160172
5,76
85.315.275
232.027.055
2.320.270
0,472160172
10,9
89.451.003
460.363.690
4.603.637
0,472160172
-1,7
83.795.031
-67.259.950
-672.599
0,472160172
5,3
89.850.697
224.846.779
2.248.468
0,472160172
13
95.906.363
588.681.143
5.886.811
0,472160172
-3,9
86.328.399
-158.967.244
-1.589.672
0,472160172
5,2
94.529.183
232.091.160
2.320.912
0,472160172
14,4
102.729.967
698.471.984
6.984.720
2017
Sumber: Data diolah (Microsoft Exel2007)
120
Proyeksi Tenaga Kerja Berdasarkan Rasio Modal-Tenaga Kerja Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013-2017
Tahun (t)
Proyeksi Investasi (Juta Rp) 1.526.097
Rasio Modal-Tenaga Kerja 9,063357
Kebutuhan Tenaga Kerja (Orang) 168380,9873
2.088.707
9,063357
230456,2206
2.666.964
9,063357
294257,8561
922.990
9,063357
101837,5421
2.189.957
9,063357
241627,5779
3.493.500
9,063357
385453,2046
229.978
9,063357
25374,48321
2.320.271
9,063357
256005,6941
4.603.637
9,063357
507939,4975
-672.599
9,063357
-74210,80291
2.248.468
9,063357
248083,3537
5.886.811
9,063357
649517,7228
-1.589.672
9,063357
-175395,4964
2.320.912
9,063357
256076,4185
6.984.720
9,063357
770654,8468
2013
2014
2015
2016
2017
Sumber: Data diolah (Microsoft Exel2007)
121
Proyeksi Tenaga Kerja Berdasarkan ILOR Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013-2017
Tahun (t)
2013
2014
2015
2016
2017
Proyeksi PDRB ADHK (Juta Rp) 75.166.496
∆ PDRB ADHK (Juta Rp) 2.235.379,00
ILOR 0,0010831
Penyerapan Tenaga Kerja (Orang) 2421,13899
76.271.123
4.371.950,00
0,0010831
4735,25905
77.375.749
6.508.520,00
0,0010831
7049,37801
78.192.973
1.420.506,00
0,0010831
1538,55005
80.663.748
4.581.381,00
0,0010831
4962,09376
83.134.524
7.742.257,00
0,0010831
8385,63856
81.179.546
9.332.789,00
0,0010831
10108,3438
85.315.275
4.685.862,00
0,0010831
5075,25713
89.451.003
8.438.446,00
0,0010831
9139,68086
83.795.031
814.769,00
0,0010831
882,476304
89.850.697
4.904.761,00
0,0010831
5312,34664
95.906.363
8.994.753,00
0,0010831
9742,21697
86.328.399
923.571,00
0,0010831
1000,31975
94.529.183
5.207.870,00
0,0010831
5640,644
102.729.967
9.492.169,00
0,0010831
10280,9682
Sumber : Data diolah (Microsoft Exel2007)
122