w
tp :// w
ht .p a
w ab
pu at .
ar
.id
bp s. go
tp :// w
ht
ba
ua
ap
.p
w
w
.id
.b ps .g o
ra t
.id
.b ps .g o
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2013 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2013
ap
Naskah/Manuscript :
ua
ba
ra t
ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 91522.1405 Katalog BPS/BPS Catalogue : 4102004.9100 Ukuran Buku/Book Size : 16,5 cm x 21 cm Jumlah Halaman/Total Pages : xix + 77 halaman (96 halaman)
w
w
.p
Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Papua Barat
tp :// w
Gambar Kulit/Cover Design : Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik
ht
BPS Provinsi Papua Barat
Diterbitkan Oleh/Published by : Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
w
tp :// w
ht .p a
w ab
pu at .
ar
.id
bp s. go
ra t
.b ps .g o
.id
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2013 merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Provinsi Papua Barat. Publikasi ini merupakan terbitan kelima yang menyajikan tingkat perkembangan kesejahteraan rakyat Provinsi Papua Barat. Perubahan taraf kesejahteraan dikaji menurut berbagai bidang yaitu kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, pola dan taraf konsumsi, perumahan, serta indikator sosial lainnya.
.p
ap
ua
ba
Semua indikator kesejahteraan rakyat bersumber dari hasil pengolahan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Survei ini telah dilaksanakan di Provinsi Papua Barat sejak tahun 2006. Indikator ketenagakerjaan bersumber dari data hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas).
ht
tp :// w
w
w
Kepada semua pihak yang secara aktif memberikan sumbangsih hingga terbitnya publikasi ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya. Akhirnya, kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan publikasi serupa di masa mendatang.
Manokwari, September 2014 Kepala BPS Provinsi Papua Barat
Simon Sapary Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
i
tp :// w
ht
ba
ua
ap
.p
w
w
.id
.b ps .g o
ra t
1
Gambaran Umum Penduduk ______________________ Struktur Umur Penduduk ________________________
1 3
ra t
KEPENDUDUKAN ___________________________
KESEHATAN________________________________
5
ap
II.
ua
ba
I.
.b ps .g o
.id
KATA PENGANTAR _____________________________ i DAFTAR ISI ____________________________________ iii DAFTAR TABEL ________________________________ v DAFTAR GAMBAR ______________________________ vii DAFTAR TABEL LAMPIRAN _____________________ xi TINJAUAN UMUM _______________________________ xiii
tp :// w
w
w
.p
Angka Harapan Hidup ___________________________ 6 Morbiditas ____________________________________ 7 Pertolongan Kelahiran oleh Tenaga Kesehatan _______ 8 Imunisasi dan ASI ______________________________ 10
ht
III. PENDIDIKAN _______________________________ 15 Angka Partisipasi Sekolah (APS) __________________ Angka Partisipasi Murni (APM) ___________________ Angka Melek Huruf Dan Rata – Rata Lama Sekolah ___ Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan ______________
16 18 21 22
IV. KETENAGAKERJAAN _______________________ 25
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
iii
Struktur Penduduk Usia Kerja Agustus 2013 ________ 25 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka _____________________________________ 27 TPT Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan ______________________________ 28
V.
.b ps .g o
.id
Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha ________ 30 Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan ________ 32 Penduduk Bekerja Menurut Jam Kerja _____________ 33 TARAF DAN POLA KONSUMSI _______________ 35 35 38 39 41
ba
ra t
Perkembangan Kemiskinan di Papua Barat, 2006 - 2014 Perkembangan Tingkat Kesejahteraan ______________ Perkembangan Distribusi Pendapatan ______________ Konsumsi Rumah Tangga _______________________
ua
VI. PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN ____________ 45
46 47 50 52
w
w
.p
ap
Kualitas Perumahan ____________________________ Air Minum Layak _____________________________ Sanitasi Layak ________________________________ Penerangan ___________________________________
tp :// w
VII. SOSIAL LAINNYA ___________________________ 55
ht
Program Penanggulangan Kemiskinan _____________ 55 Akses Teknologi Komunikasi dan Informasi _________ 57 Akses Internet ________________________________ 58
LAMPIRAN-LAMPIRAN
________________________ 61
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
iv
.b ps .g o
.id
Tabel 1.1 Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Rasio Ketergantungan di Provinsi Papua Barat Tahun 2010—2013 __________________________
3
Tabel 4.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Papua Barat, Tahun 2010-2013 ___________________________ 27
ba
ra t
Tabel 4.2 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan di Provinsi Papua Barat, Tahun 2011-2013 ___________________________ 29
31
Tabel 4.4 Persentase Penduduk 15 Tahun atau Lebih Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan di Provinsi Papua Barat, Tahun 2011-2013 ________________
32
Tabel 4.5 Persentase Penduduk 15 Tahun atau Lebih Yang Bekerja Menurut Jam Kerja di Provinsi Papua Barat, Tahun 2011-2013 ___________________________
33
Tabel 5.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Papua Barat Menurut Daerah, 2006 – 2013 _____
36
Tabel 5.2 Pengeluaran Per Kapita Per Bulan di Provinsi Papua Barat, Tahun 2009—2013 _______________
38
ht
tp :// w
w
w
.p
ap
ua
Tabel 4.3 Persentase Penduduk 15 Tahun atau Lebih Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Papua Barat, Tahun 2008-2013 ________________
Tabel 5.3 Ukuran Tingkat Pemerataan Pendapatan di Provinsi Papua Barat Menurut Bank Dunia dan Koefisien Gini, Tahun 2007 – 2013 __________________________ 41 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
v
Tabel 5.4 Pola Konsumsi Makanan dan Non Makanan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat, Tahun 2011 – 2013 _______________________________ 42
ht
tp :// w
w
w
.p
ap
ua
ba
ra t
.b ps .g o
.id
Tabel 7.1 Persentase Rumah Tangga yang Membeli/Menerima Beras Miskin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2011—2013 _______________ 56
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
vi
.id
.b ps .g o
Gambar 1.1 Persebaran Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2013 ___________ 2 Gambar 2.1 Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota di Papua Barat Tahun 2013 _________________
ra t
Angka Kesakitan Penduduk Papua Barat Tahun 2009—2013 ________________________
ba
Gambar 2.2
7 8 9
Gambar 2.4 Cakupan Layanan Imunisasi Pada Bayi Berumur 12 — 23 Bulan di Provinsi Papua Barat Tahun 2011-2013 ______________________________
10
.p
ap
ua
Gambar 2.3 Penolong Kelahiran Balita di Papua Barat Tahun 2009—2013______________________________
tp :// w
w
w
Gambar 2.5 Persentase Balita 0—23 Bulan yang Mendapat ASI dan ASI Ekslusif di Papua Barat Tahun 2011—2013 _____________________________ 12
ht
Gambar 2.6 Persentase Balita 1—5 Bulan yang Mendapat ASI Ekslusif di Papua Barat Tahun 2013 _________
12
Gambar 3.1
Angka Partisipasi Sekolah Penduduk 7—24 Tahun di Provinsi Papua Barat, Tahun 2008—2013 ___ 16
Gambar 3.2
Angka Partisipasi Sekolah Penduduk 7—24 Tahun Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 _____________________________ 18
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
vii
Gambar 3.3
Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang Pendidikan di Provinsi Papua Barat, Tahun 2008—2013 ___ 19
Gambar 3.4
Angka Partisipasi Murni di Provinsi Papua Barat Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013 _________
20
Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah Penduduk 15 Tahun atau Lebih di Provinsi Papua Barat Tahun 2006—2013 ___________________ 21
Gambar 3.6
Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Penduduk 10 Tahun atau Lebih Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin di Provinsi Papua Barat Tahun 2013 ________________________ 23
Gambar 4.1
Struktur Penduduk Usia Kerja di Provinsi Papua Barat Agustus Tahun 2013 ______________________ 26
Gambar 5.1
Sebaran Penduduk Miskin di Papua Barat Tahun 2013 ______________________________
ua
ba
ra t
.b ps .g o
.id
Gambar 3.5
37
Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2013 _____ 39
Gambar 6.1
Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kepemilikan Rumah di Provinsi Papua Barat Tahun 2013 ___ 46
w
.p
ap
Gambar 5.2
tp :// w
w
Gambar 6.2
ht
Gambar 6.3
Gambar 6.4
Kondisi Perumahan Di Provinsi Papua Barat, Tahun 2011 – 2013 ____________________________ 47 Persentase Rumah Tangga yang Mengakses Air Minum Layak Di Provinsi Papua Barat, Tahun 2012 – 2013 ______________________
48
Persentase Rumah Tangga yang Mengakses Air Minum Layak Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 __________________ 49
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
viii
Persentase Rumah Tangga Menurut Akses terhadap Sanitasi yang Layak Di Provinsi Papua Barat, Tahun 2006 – 2013 ____________________________ 50
Gambar 6.6
Persentase Rumah Tangga yang Mengakses Sanitasi Layak Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 ________________________ 51
Gambar 7.1
Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kemiskinan dan Pembelian Beras Miskin Di Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 _________
57
Persentase Rumah Tangga Pengguna HP dan Persentase Penduduk yang Mengakses Internet Di Provinsi Papua Barat, Tahun 2006—2013 ___
59
.b ps .g o
ht
tp :// w
w
w
.p
ap
ua
ba
ra t
Gambar 7.2
.id
Gambar 6.5
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
ix
.id .b ps .g o ra t ba ua ap .p w w tp :// w ht Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
x
.id
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2000—2013 ______ 62
I (2)
Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2008—2013 ___________________ 63
.b ps .g o
I (1)
64
ba
ra t
II (1) Angka Harapan Hidup di Provinsi Papua Barat Tahun 2009—2013 ____________________________________
ua
II (2) Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Terakhir dan Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2012 __ 65 66
.p
ap
II (3) Angka Kesakitan Penduduk di Provinsi Papua Barat, Tahun 2009—2013 ______________________________
ht
tp :// w
w
w
III (1) Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Berumur 15 Tahun atau Lebih di Provinsi Papua Barat, Tahun 2009—2013_______________________________ 67 III (2) Angka Partisipasi Sekolah di Provinsi Papua Barat, 2010—2013 ____________________________________
68
III (3) Angka Partisipasi Murni di Provinsi Papua Barat, 2010—2013 ____________________________________
69
V (1) Perkembangan Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota di Papua Barat Tahun 2011 dan 2013 _________________
70
V (2) Garis Kemiskinan di Papua Barat Tahun 2007—2013 __
71
V (3) Indeks Kedalaman (P1) dan Indeks Keparahan (P2) Kemiskinan di Papua Barat Tahun 2007—2013 _______
72
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
xi
73
VI (1) Persentase Rumah Tangga Menurut Kondisi Perumahan di Papua Barat, Tahun 2010—2013 _________________
74
VI (2) Persentase Rumah Tangga yang Mengakses Air Minum Layak dan Sanitasi Layak Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat, Tahun 2010—2013 ____________
75
VI (3) Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Sumber Penerangan di Provinsi Papua Barat, Tahun 2010—2013 ______________________________
76
ra t
.b ps .g o
.id
V (4) Kemampuan Daya Beli Masyarakat di Papua Barat, Tahun 2009—2013_______________________________
ua
ba
VII (1) Prsentase Rumah Tangga yang Mempunyai Alat Komunikasi Informasi dan Teknologi di Provinsi Papua Barat Tahun 2010—2013 ____________________________________ 77
ht
tp :// w
w
w
.p
ap
VII (2) Persentase Penduduk yang Mengakses Intenet di Provinsi Papua Barat Tahun 2013 __________________________ 78
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
xii
.b ps .g o
.id
Tinjauan Umum
Ruang Lingkup
w
.p
ap
ua
ba
ra t
Memajukan kesejahteraan umum adalah cita-cita mulia bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan undangUndang Dasar 1945. Sebagai bagian dari upaya mewujudkan kesejahteraan umum tersebut, Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan pemantauan perkembangan kesejahteraan penduduk mulai dari tingkat nasional hingga kabupaten/kota. Pemantauan tingkat kesejahteraan tersebut melalui penyelenggaraan survei sosial ekonomi seperti: Susenas, Sakernas, SDKI dan lain-lain.
ht
tp :// w
w
BPS Provinsi Papua Barat melakukan pemantauan tingkat kesejahteraan rakyat di Provinsi Papua Barat sejak tahun 2008. Pemantauan tersebut dibukukan dalam publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat. Dalam publikasi ini, kesejahteraan rakyat diamati melalui berbagai aspek spesifik yaitu kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, pengeluaran konsumsi rumah tangga, perumahan dan aspek sosial lainnya. Permasalahan kesejahteraan rakyat diukur baik dengan menggunakan indikator tunggal maupun indikator komposit. Perkembangan tingkat kesejahteraan rakyat di Provinsi Papua Barat hingga
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
xiii
2013 secara ringkas sebagai berikut: Di bidang kependudukan: Penduduk Provinsi Papua Barat pada tahun 2013 diproyeksikan menjadi 828.293 jiwa.
Laju pertumbuhan penduduk selama tahun 2010 sampai dengan 2013 sebesar 2,89 persen per tahun.
Sebaran penduduk Papua Barat tidak merata dengan kepadatan penduduk pada tahun 2013 sebesar 8 Jiwa/ Km2.
Dependency ratio, yaitu perbandingan penduduk usia tidak produktif (kurang dari 15 tahun dan lebih dari 64 tahun) dan penduduk usia produktif (15—64 tahun), masih cukup besar yaitu 51,09.
ap
ua
ba
ra t
.b ps .g o
.id
w
Angka kesakitan penduduk turun dari 12,76 persen pada tahun 2012 menjadi 11,38 persen pada tahun 2013.
tp :// w
Angka Harapan Hidup (AHH) Provinsi Papua Barat tahun 2013 sebesar 69,14 tahun.
w
.p
Di bidang kesehatan:
Sebagian besar penolong kelahiran dari balita adalah tenaga kesehatan. Komposisi penolong kelahiran balita pada tahun 2013 adalah 66,42 persen oleh tenaga kesehatan; 30,53 persen oleh bukan tenaga kesehatan dan 3,02 persen oleh tenaga paramedis lain.
Persentase bayi 12—23 bulan yang telah mendapat imunisasi BCG mencapai 92,92 persen. Berbeda dengan
ht
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
xiv
imunisasi BCG, capaian imunisasi Campak dan Hepatitis B masih rendah. Pada tahun 2013, capaian imunisasi campak sebesar 87,75 persen dan imunisasi Hepatitis B sebesar 87,99 persen.
.id
Di bidang pendidikan:
Angka partisipasi sekolah (APS) tahun 2013 untuk APS 7 – 12 tahun sebesar 95,58 persen; APS 13—15 tahun sebesar 92,81 persen; APS 16—18 tahun sebesar 72,04 persen dan APS 19—24 tahun sebeesar 24,00 persen.
Angka partisipasi murni tahun 2013 untuk APM SD sebesar 89,94 persen; APM SMP sebesar 60,99 persen; APM SMA sebesar 54,20 persen dan APM PT sebesar 20,10 persen.
Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk Papua Barat tahun 2013 sebagian besar masih rendah. Penduduk 10 tahun atau lebih yang tamat SD sebesar 23,46 persen sementara mereka yang menamatkan perguruan tinggi hanya 9,25 persen.
tp :// w
w
w
.p
ap
ua
ba
ra t
.b ps .g o
Di bidang ketenagakerjaan:
Jumlah penduduk usia kerja (15 tahun atau lebih) berdasarkan hasil Sakernas 2013 diestimasi mencapai 558.262 jiwa.
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) pada tahun 2013 sebesar 66,41 persen, lebih rendah daripada TPAK tahun 2012 yaitu sebesar 67,12 persen.
Tingkat pengangguran terbuka (TPT) tahun 2013 sebesar
ht
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
xv
4,62 persen, lebih rendah daripada TPT tahun 2012 yaitu sebesar 5,49 persen. Mayoritas penduduk yang bekerja pada tahun 2013 terserap di sektor pertanian. Penduduk Papua Barat yang bekerja di sektor pertanian sebesar 48,71 persen, di sektor industri 10,25 persen dan di sektor jasa sebesar 41,04 persen.
Secara umum telihat bahwa pekerja di Papua Barat lebih dominan bekerja di sektor informal. Persentase pekerja di sektor informal mencapai 61,75 persen pada tahun 2013
Taraf dan Pola Konsumsi
ra t
.b ps .g o
.id
Jumlah dan persentase penduduk miskin di Papua Barat Maret tahun 2014 sebesar 229.430 jiwa atau sebesar 27,13 persen.
Rata-rata pengeluaran penduduk Papua Barat meningkat dari 816.137 rupiah per kapita per bulan pada tahun 2012 menjadi 876.253 rupiah per kapita per bulan pada tahun 2013.
tp :// w
w
w
.p
ap
ua
ba
Tingkat pemerataan pendapatan yang diukur dengan proxy pengeluaran pada tahun 2013 dengan menggunakan indeks gini ratio sebesar 0,41 yang bermakna ada ketimpangan pendapatan tetapi masih dalam status ketimpangan rendah.
Tingkat kemerataan menurut Bank Dunia mencatat 16,03 persen pengeluaran penduduk berasal dari kelompok rumah tangga dengan 40 persen pengeluaran terbawah dan 48,38 persen disumbang oleh 20 persen rumah
ht
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
xvi
tangga pada kelompok 20 persen pengeluaran rumah tangga teratas. Di bidang perumahan
Persentase rumah tangga yang tinggal di rumah sendiri pada tahun 2013 sebesar 72,46 persen lebih tinggi dari tahun 2012 yaitu sebesar 66,79 persen.
Sebesar 67,32 persen rumah tangga di Papua Barat pada tahun 2013 telah mengakses air minum layak.
Persentase rumah tangga dengan akses terhadap sanitasi layak pada tahun 2013 sebesar 51,83 persen.
ra t
.b ps .g o
.id
ua
Akses penduduk terhadap program penanggulangan kemiskinan di Papua Barat tahun 2012 sebagai berikut: Sebesar 63,94 persen di antara rumah tangga tergolong miskin membeli/menerima beras miskin. Sebaliknya, ada 29,82 persen rumah tangga tidak miskin juga menerima/ membeli beras miskin. Penduduk Papua Barat yang menggunakan telepon selular (handphone) meningkat selama periode tahun 2006—2013 dari 16,23 persen menjadi 68,27 persen.
ht
tp :// w
w
w
.p
ap
ba
Sosial Lainnya
Seiring dengan pesatnya pengguna telepon selular, penduduk Papua Barat yang mengakses internet pada tahun 2013 mencapai 11,11 persen.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
xvii
.id .b ps .g o ra t ba ua ap .p w w tp :// w ht Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
xviii
.id .b ps .g o
ra t
Kependudukan Kesehatan
Pendidikan
ba
ua
Ketenagakerjaan
ap
.p
Ta r a f d a n Po l a Ko n s u m s i R u m a h Ta n g g a
w
w
ht
tp :// w
Perumahan dan Lingkungan
Sosial Lainnya
w
tp :// w
ht .p a
w ab
pu at .
ar
.id
bp s. go
.b ps .g o
.id
Bab 1 Kependudukan
tp :// w
w
w
.p
ap
ua
ba
ra t
Isu kependudukan di tingkat nasional adalah penyiapan langkah-langkah strategis pemerintah menghadapi the window of opportunity dari bonus demografi 2020—2030. Bonus demografi adalah keuntungan ekonomis yang disebabkan oleh menurunnya Rasio Ketergantungan sebagai hasil penurunan fertilitas jangka panjang (Wongboonsin, dkk. 2003). Bonus Demografi terjadi karena penurunan kelahiran yang dalam jangka panjang menurunkan proporsi penduduk muda sehingga investasi untuk pemenuhan kebutuhannya berkurang dan sumber daya dapat dialihkan kegunaannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan keluarga (John Ross, 2004).
ht
Gambaran Umum Penduduk Penduduk Provinsi Papua Barat pada tahun 2013 diproyeksikan menjadi 828.293 jiwa (BPS Provinsi Papua Barat, 2014). Meskipun belum diketahui kapan Papua Barat memasuki the window of opprtunity, tetapi mulai tahun 2015 dependency ratio kurang dari 50. Artinya, mulai tahun 2015 proporsi penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan penduduk usia tidak produktif. Pada tahun 2025, dependency
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
1
KOTA SORONG MANOKWARI SORONG FAKFAK
6,17 5,38 4,96 4,32 3,44 3,23 2,53 1,61
.id
9,26 8,56 6,83
Gambar 1.1
.b ps .g o
TELUK BINTUNI KAIMANA RAJA AMPAT SORONG SELATAN MAYBRAT TELUK WONDAMA PEGUNUNGAN ARFAK MANOKWARI SELATAN TAMBRAW
25,58 18,13
Persebaran Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2013
ua
ba
ra t
ratio Papua Barat diperkirakan mencapai 45,3 dan masih akan lebih rendah lagi hingga tahun 2035 (Kementerian PPN/ Bappenas, BPS dan UNFPA 2013)
ht
tp :// w
w
w
.p
ap
Penduduk Provinsi Papua Barat tersebar tidak merata. Berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2013, satu di antara empat penduduk Provinsi Papua Barat tinggal di Kota Sorong dan 18 persen penduduk tinggal di Kabupaten Manokwari. Penduduk yang lain tersebar tidak merata di sebelas kabupaten lainnya dengan persentase kurang dari 10 persen (Gambar 1.1). Sebaran penduduk yang tidak merata tersebut berdampak pada kepadatan penduduk yang juga tidak merata. Kota Sorong dengan luas wilayah hanya 0,68 persen dari luas Papua Barat dihuni oleh 25,58 persen penduduk Papua Barat dengan kepadatan 322 penduduk per Km2. Sebaliknya, Kabupaten Teluk Bintuni dengan luas 21,48 persen dari luas Papua Barat dihuni oleh 6,83 persen penduduk Papua Barat dengan kepadatan hanya tiga jiwa per Km2. Kepadatan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
2
penduduk di Kabupaten Tambrauw terkecil.
Struktur Umur Penduduk
.b ps .g o
.id
Perubahan struktur umur penduduk akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Menurut Adioutomo (2011), pengaruh struktur penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi sebagai berikut: a. Suplai tenaga kerja yang besar meningkatkan pendapatan per kapita apabila mendapat kesempatan kerja yang produktip
ra t
b. Peranan perempuan yang juga memasuki pasar kerja, membantu peningkatan pendapatan
ba
c. Tabungan masyarakat yang diinvestasikan secara produktif
ap
ua
d. Modal manusia yang besar apabila ada investasi untuk itu.
.p
Dampak keberhasilan pengendalian penduduk tercermin dari
ht
tp :// w
w
w
Tabel 1.1 Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Rasio Ketergantungan di Provinsi Papua Barat Tahun 2010—2012
Tahun
0-14
15-64
65 +
Rasio Ketergantungan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
2010
33,12
65,07
1,80
53,67
2011
32,68
65,47
1,84
52,74
2012
32,28
65,84
1,88
51,89
2013
31,88
66,18
1,93
51,09
Sumber: BPS (2013), Proyeksi Penduduk Indonesia 2010—2035
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
3
.id
perubahan struktur umur penduduk yang terlihat dari berkurangnya proporsi penduduk usia tidak produktif khususnya 0—14 tahun. Di sisi lain, proporsi penduduk usia produktif bertambah. Akibatnya, angka beban ketergantungan penduduk usia tidak produktif terhadap penduduk usia produktif berkurang.
ht
tp :// w
w
w
.p
ap
ua
ba
ra t
.b ps .g o
Tingginya proporsi penduduk 0—14 tahun mengakibatkan tingginya angka beban ketergantungan (dependency ratio). Tabel 1.1 memperlihatkan angka beban ketergantungan di Provinsi Papua Barat pada tahun 2013 sebesar 51,09. Artinya, di antara 100 penduduk usia produktif berumur 15— 64 tahun, menanggung 51 penduduk yang tidak produktif. Hingga tahun 2013, penduduk usia tidak produktif masih didominasi oleh kelompok anak-anak (0—14 tahun). Konsekuensinya adalah pendapatan dari penduduk usia produktif terserap pada pemenuhan kebutuhan dasar seperti pendidikan dan kesehatan anak-anak. Dengan demikian, masih dibutuhkan pembangunan sarana pendidikan khususnya untuk pendidikan dasar dan menengah juga dibutuhkan pembangunan sarana kesehatan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
4
.b ps .g o
.id
Bab 2 Kesehatan
ht
tp :// w
w
w
.p
ap
ua
ba
ra t
Mulai 1 Januari 2014, Pemerintah Indonesia mulai memberlakukan Program Jaminan Kesehatan Nasional sebagai amanat UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN dan UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS. Sebelumya, dalam UU No. 36 Tahun 2009 ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai kewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial. Secara operasional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden, antara lain: Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI); Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan; dan Peta Jalan JKN (Roadmap Jaminan Kesehatan Nasional). Sebelum program jaminan kesehatan nasional bergulir, Pemerintah RI telah menjalankan program jaminan kesehatan masyarakat atau Jamkesmas. Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan hampir miskin. Tujuan Jamkesmas adalah meningkatkan akses terhadap masyarakat miskin dan hampir miskin agar dapat memperoleh pelayanan kesehatan. Dengan Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
5
demikian, sebelum tahun 2014, pemerintah memberikan jaminan kesehatan terbatas pada penduduk miskin atau hampir miskin.
.id
Sejauhmana program jaminan kesehatan mempengaruhi derajat kesehatan di Papua Barat dapat dilihat dari beberapa indikator berikut:
.b ps .g o
Angka Harapan Hidup
ap
ua
ba
ra t
Angka harapan hidup (AHH) Provinsi Papua Barat selama tahun 2006 hingga tahun 2013 meningkat (Lampiran II.1). AHH pada tahun 2006 mencapai 67,3 tahun meningkat menjadi 69,14 tahun pada tahun 2013. Meskipun harapan hidup meningkat, AHH Provinsi Papua Barat lebih rendah daripada AHH Indonesia tahun 2013 yaitu sebesar 70,07 tahun. AHH tahun 2014 ditargetkan mencapai 72 tahun. Baik Provinsi Papua Barat maupun Indonesia tidak mencapai target tersebut.
ht
tp :// w
w
w
.p
Ada perbedaan harapan hidup antar kabupaten/kota di Papua Barat. Pada tahun 2013, harapan hidup paling lama di Kota Sorong yang mencapai 72,80 tahun. AHH Kota Sorong telah melebihi target AHH tahun 2014 sejak tahun 2011. Harapan hidup paling pendek di Kabupaten Tambrauw yaitu 66,48 tahun. Disparitas harapan hidup di tingkat kabupaten/kota di Papua Barat mengindikasikan perbedaan yang sangat nyata pada ketersediaan fasilitas kesehatan, akses pelayanan dasar di bidang kesehatan serta sarana dan prasarana kesehatan. Data Potensi Desa (Podes) 2011 menunjukkan bahwa hanya 9,68 persen desa di Kota Sorong dengan rata-rata jarak ke Puskesmas atau Pustu. Bandingkan dengan Kabupaten Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
6
85,00
72,80
71,33
70,11
69,14
68,65 Sorong
68,90
68,06 Teluk Wondama
68,73
67,07 Sorong Selatan
55,00
67,07
66,48
Tahun
65,00
66,95
75,00
Kota Sorong
Kaimana
PAPUA BARAT
Teluk Bintuni
Manokwari
Raja Ampat
Maybrat
Tambrauw
25,00
.b ps .g o
35,00
Fak-Fak
.id
45,00
ba
ra t
Gambar 2.1 Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2013
.p
Morbiditas
ap
ua
Tambrauw di mana semua desa berjarak lebih dari 5 Km ke Puskesmas atau Pustu (Lampiran II.2).
ht
tp :// w
w
w
Indikator lain untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat adalah angka kesakitan atau morbiditas. Angka ini menunjukkan persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan yang mengakibatkan gangguan terhadap aktivitas sehari-hari seperti bekerja, sekolah atau mengerjakan pekerjaan rumah. Secara umum, angka kesakitan penduduk Papua Barat menurun dari 19,62 persen pada tahun 2009 menjadi 19,50 persen pada tahun 2010; 12,76 persen pada tahun 2012 dan menjadi 11,38 persen pada tahun 2013. Penurunan angka kesakitan tersebut berbanding terbalik dengan peningkatan angka harapan hidup. Hal ini mengindikasikan adanya Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
7
25,00
20,00 19,50
15,00 13,92
5,00
0,00 2009
12,76
11,38
.b ps .g o
10,00
.id
Tahun
19,62
2010
2011
2012
2013
ua
ba
ra t
Gambar 2.2 Angka Kesakitan Penduduk Papua Barat Tahun 2009—2013
w
.p
ap
peningkatan derajat kesehatan di masyarakat. Angka kesakitan menurut kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat disajikan selengkapnya pada Lampiran II.3.
w
Pertolongan Kelahiran oleh Tenaga Kesehatan
ht
tp :// w
Penurunan angka kesakitan dan peningkatan angka harapan hidup tidak terlepas dari upaya pencegahan (preventif) dan kuratif (pengobatan) baik yang dilakukan oleh masing-masing individu maupun diinisiasi oleh pemerintah. Beberapa upaya preventif tersebut antara lain: peningkatan peran tenaga kesehatan dalam proses persalinan, peningkatan peran ibu dalam pemberian ASI eksklusif dan pemberian imunisasi. Peningkatan peran tenaga kesehatan dalam proses persalinan bertujuan untuk mengurangi kasus kematian bayi. Dengan menurunkan jumlah kasus kematian bayi dapat Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
8
100% 90% 54,78
70%
63,10
71,50
60%
71,02
66,42
24,00
.id
80%
2012
2013
50% 40% 39,57
20%
32,69
25,94
10%
.b ps .g o
30%
0% 2009
2010
Non Tenaga Kesehatan
ra t
Tenaga Paramedis Lain
2011
Balita
Tenaga Kesehatan
di
Papua
Barat
ba
Gambar 2.3 Penolong Kelahiran Tahun 2009—2013
30,53
ua
meningkatkan lama harapan hidup.
ht
tp :// w
w
w
.p
ap
Gambar 2.3 memperlihatkan persentase balita (0—59 bulan) menurut penolong kelahiran pada tahun 2009 hingga tahun 2013. Pesentase penolong kelahiran oleh tenaga kesehatan selama periode tersebut tampak fluktuatif tetapi menunjukkan tren yang meningkat. Meskipun begitu, persentase pertolongan kelahiran oleh tenaga non kesehatan masih cukup dominan. Pada tahun 2013, persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di Provinsi Papua Barat sebesar 66,42 persen. Persentase penolong kelahiran oleh tenaga kesehatan tertinggi di Kota Sorong dan terendah di Kabupaten Tambrauw. Hal ini sepola dengan disparitas angka harapan hidup di kabupaten/kota di Papua Barat di mana angka harapan hidup tertinggi dan terendah di dua wilayah tersebut. Hanya tiga dari 10 persalinan di Kabupaten Tambrauw Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
9
ditolong oleh tenaga kesehatan sementara di Kota Sorong persentasenya 2,8 kali lebih tinggi. Imunisasi dan ASI
.b ps .g o
.id
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi yang berfungsi melindungi dan mencegah dari penyakit agar anak tetap sehat.
ap
ua
ba
ra t
Kementerian Kesehatan melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi menetapkan bahwa imunisasi wajib diberikan kepada bayi berumur satu tahun adalah BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis B. Waktu pemberiannya sudah ditetapkan secara bertahap. Imunisasi BCG diberikan satu kali pada anak usia 02 bulan. Demikian juga untuk imunisasi Polio dan Hepatitis B untuk pertama kali. Imunisasi DPT dan Polio diberikan secara
DPT
POLIO
85,52 87,98 87,99
89,21 91,53 91,90
BCG
86,60 86,04 87,75
88,56 90,43 92,17
85,00
91,71 89,78 92,92
90,00
tp :// w
Persen
w
w
95,00
.p
100,00
CAMPAK
HEP-B
ht
80,00 75,00 2011
2012
2013
Gambar 2.4 Cakupan Layanan Imunisasi Pada Bayi Berumur 12 — 23 Bulan di Provinsi Papua Barat Tahun 2011-2013 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
10
.id
bersamaan dan berulang pada usia 2, 3, atau 4 bulan dan pengulangannya 4 bulan kemudian sebanyak 3 kali. Imunisasi campak diberikan sebanyak 2 kali. Pertama, pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih, dan kedua diberikan pada usia 57 tahun. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada usia 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian.
ra t
.b ps .g o
Gambar 2.4 menunjukkan cakupan layanan imunisasi pada anak berumur 12—23 bulan. Susenas 2013 mencatat persentase bayi 12—23 bulan yang telah mendapat imunisasi BCG mencapai 92,92 persen. Berbeda dengan imunisasi BCG, capaian imunisasi Campak dan Hepatitis B masih rendah. Pada tahun 2013, capaian imunisasi campak sebesar 87,75 persen dan imunisasi Hepatitis B sebesar 87,99 persen.
ht
tp :// w
w
w
.p
ap
ua
ba
Selain imunisasi, upaya meningkatkan ketahanan tubuh bayi adalah dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI pada anak balita merupakan pola asuh yang sangat dianjurkan. Bila kondisi kesehatan ibu setelah melahirkan baik, menyusui merupakan cara memberi makan yang paling ideal untuk 4-6 bulan pertama sejak dilahirkan tanpa memberikan makanan tambahan, karena ASI dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. Bayi memperoleh ASI ekslusif apabila dalam enam bulan hanya diberikan ASI tanpa makanan tambahan. ASI ekslusif merupakan asupan terbaik bagi bayi yang tidak dapat digantikan oleh susu formula manapun. Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan (http://www.f-buzz.com/2008/05/21/kelebihanair-susu-ibu-asi-dan-manfaat-menyusui/).
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
11
100
91,1
90,56
89,31
90 80 60 50
35,66
40 30
.id
Persen
70
22,83
22,66
.b ps .g o
20 10 0 2011
2012 ASI
ASI Eksklusif
ra t
Gambar 2.5
2013
ua
ba
Persentase Balita 0—23 Bulan yang Mendapat ASI dan ASI Ekslusif di Papua Barat Tahun 2011—2013
ap
100
89,32
80
69,2
w
70
.p
90
63,96
62,95
3
4
58,43
50
tp :// w
Persen
w
60 40
30
ht
20 10
0 1
2
5
Umur (bulan)
Gambar 2.6
Persentase Balita 1—5 Bulan yang Mendapat ASI Ekslusif di Papua Barat Tahun 2013 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
12
.b ps .g o
.id
Gambar 2.4 menunjukkan pemberian ASI eksklusif kepada bayi berumur 0—23 bulan di Provinsi Papua Barat pada tahun 2011—2013. Secara umum, pemberian ASI ekslusif meningkat. Jika diperhatikan lebih lanjut Gambar 2.5, persentase pemberian ASI Eksklusif menurun seiring usia bayi. Pada bulan pertama, pemberian ASI eksklusif pada tahun 2013 hampir 90 peren. Tetapi pada bulan kedua, ketiga sampai dengan kelima, persentase bayi yang memperoleh ASI eksklusif terus berkurang hingga tersisa.
ra t
Banyak hal yang menyebabkan ASI Ekslusif tidak diberikan khususnya bagi ibu-ibu di Indonesia. Menurut Siregar (2004), Beberapa di antaranya dipengaruhi oleh: Kemudahan-kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan teknologi pembuatan makanan bayi seperti pembuatan tepung makanan bayi, susu buatan bayi, mendorong ibu untuk mengganti ASI dengan makanan olahan lain.
b.
Para ibu sering keluar rumah baik karena bekerja maupun karena tugas-tugas sosial, maka susu sapi adalah satu-satunya jalan keluar dalam pemberian makanan bagi bayi yang ditinggalkan dirumah.
tp :// w
w
w
.p
ap
ua
ba
a.
ht
c.
Pengaruh melahirkan dirumah sakit atau klinik bersalin. Belum semua petugas paramedis diberi pesan dan diberi cukup informasi agar menganjurkan setiap ibu untuk menyusui bayi mereka, serta praktek yang keliru dengan memberikan susu botol kepada bayi yang baru lahir.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
13
.id .b ps .g o ra t ba ua ap .p w w tp :// w ht Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
14
.b ps .g o
.id
Bab 3 Pendidikan
ua
ba
ra t
Provinsi Papua Barat telah memasuki pembangunan lima tahun kedua, yaitu periode tahun 2011—2015. Target dan sasaran misi pembangunan pada masa ini ditekankan pada upaya mencapai kemandirian wilayah. Salah satu upaya mencapai kemandirian tersebut melalui akses, layanan, dan kualitas pendidikan.
ht
tp :// w
w
w
.p
ap
Ada tiga agenda penting dalam rangka mewujudkan kemandirian wilayah melalui akses, layanan, dan kualitas pendidikan. Pertama, mengejar kenaikan angka melek huruf sebesar 1% setiap tahunnya sehingga 100% penduduk papua melek huruf. Kedua, pembangunan sekolah berpola asrama yang didukung program kemitraan pada minimal 15 distrik setiap tahunnya. Ketiga, setiap tahunnya dilakukan pembinaan tenaga pengajar di Papua Barat sebesar 20% dari total pengajar dan kemudian diberikan stimulus dana ataupun rekrutmen baru untuk disebarkan kedalam kampungkampung terisolir secara merata dan bertahap (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Papua Barat Tahun 2012—2016). Pembahasan pada Bab 3 ini difokuskan pada capaian pembangunan pada sektor pendidikan di Provinsi Papua Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
15
Barat. Beberapa indikator pendidikan digunakan untuk mengukur kinerja pembangunan pendidikan di Provinsi Papua Barat seperti angka partisipasi sekolah, rata-rata lama sekolah, dan tingkat pendidikan yang ditamatkan.
.id
Angka Partisipasi Sekolah (APS)
93,35
88,75
90
57,53
w
40
.p
60
57,95
89,95
tp :// w
30 20
94,38
88,59
95,56
95,58
91,65
92,81
65,40
67,18
18,31
19,90
2011
2012
72,04
58,98
w
Persen
70
50
88,59
ap
80
94,04
93,18
ua
100
ba
ra t
.b ps .g o
Angka partisipasi sekolah mengukur proporsi dari semua anak yang masih sekolah pada satu kelompok umur tertentu terhadap penduduk dengan kelompok umur yang sesuai. Indikator ini untuk menunjukkan tingkat partisipasi pendidikan menurut kelompok umur tertentu. APS yang tinggi menunjukkan terbukanya peluang yang lebih besar dalam mengakses pendidikan secara umum.
12,25
12,72
14,45
2008
2009
2010
24,00
10
ht
0
7 - 12 Tahun
13 - 15 Tahun
16 - 18 Tahun
2013
19 - 24 Tahun
Gambar 3.1 Angka Partisipasi Sekolah Penduduk 7—24 Tahun di Provinsi Papua Barat, Tahun 2008—2013
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
16
.b ps .g o
.id
Gambar 3.1 menyajikan APS menurut kelompok umur 7—12 tahun, 13—15 tahun, 16—18 tahun hingga 19—24 tahun. Pada tahun 2013, sebanyak 95,58 persen penduduk usia 7 – 12 tahun berstatus masih sekolah. APS untuk penduduk usia 13—15 tahun sebesar 92,81 persen. APS untuk kelompok umur 16—18 tahun dan 19—24 tahun kurang dari 75 persen. Artinya, semakin tinggi umur anak semakin kecil peluang untuk bersekolah.
ap
ua
ba
ra t
Sejak program wajib belajar 6 tahun digulirkan pada tahun 1984, hingga saat ini telah dibangun 774 unit sekolah dasar di 166 distrik di Provinsi Papua Barat (BPS: Provinsi Papua Barat Dalam Angka, 2013). Pembangunan SD yang cukup merata berdampak positif pada terbukanya peluang yang sama bagi penduduk usia 7—12 tahun untuk sekolah. APS terendah untuk kelompok usia ini di Kabupaten Teluk Wondama yaitu sebesar 86,78 persen. APS di kabupaten/ lainnya lebih dari 90 persen.
ht
tp :// w
w
w
.p
Program wajib belajar 6 tahun ditingkatkan menjadi 9 tahun pada tahun 1994. Sejak saat itu hingga tahun 2013 telah dibangun SMP sebanyak 180 unit (BPS: Provinsi Papua Barat Dalam Angka, 2013). Setidaknya, hampir di setiap distrik telah dibangun SMP. Seperti APS 7—12 tahun, capaian APS 13—15 tahun antar kabupaten/kota juga tidak berbeda.
APS cukup rendah untuk penduduk usia 16—18 tahun dan 19—24 tahun. Perbedaan APS pada kedua kelompok usia ini sangat dipengaruhi jumlah SMA/SMK dan Perguruan Tinggi. Masih mengacu pada hasil data Podes 2011, ada 82 SMA , 35 SMK dan 24 perguruan tinggi di Provinsi Papua Barat. Fasilitas pendidikan SMA/SMK/PT tersebut banyak terpusat di Kota Sorong dan Kabupaten Manokwari. Jumlah SMU di
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
17
Gambar 3.2 Angka Partisipasi Sekolah Penduduk 7—24 Tahun Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Papua Barat, Tahun 2013
95,54 95,63 95,58 92,90 92,71 92,81
.b ps .g o
.id
71,93 72,15 72,04
27,38
P
L+P
L
P
L+P
L
ba
L
ra t
20,14
13—15
P
L+P
L
16—18
P
L+P
19—24
ap
ua
7—12
24,00
w
.p
Kabupaten Kaimana, Kabupaten Teluk Wondama, dan Kabupaten Tambrauw hanya ada satu unit.
ht
tp :// w
w
Besaran APS berbeda menurut jenis kelamin. Gambar 3.2 memperlihatkan bahwa pada kelompok umur 7—12 tahun, hampir tidak ada perbedaan partisipasi sekolah. Tetapi, pada kelompok umur 16—18 tahun, perbedaan partisipasi sekolah antara anak laki-laki dan perempuan tampak nyata. Keterbatasan jumlah SMA dan PT berdampak pada partisipasi sekolah penduduk usia 16—24 tahun khususnya pada kaum perempuan. Angka Partisipasi Murni (APM)
Berbeda dengan
APS, angka partisipasi
murni (APM)
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
18
91,25
91,91
48,92
49,03
49,65
43,61
43,55
43,93
6,06
6,25
7,36
2008
2009
2010
88,97
89,94
57,66
59,76
60,99
47,88
SMP
54,20
13,86
46,46 15,75
20,10
2011
2012
2013
SMA
PT
ua
ba
SD
88,28
.id
90,71
.b ps .g o
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
ra t
Persen
Gambar 3.3 Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang Pendidikan di Provinsi Papua Barat, Tahun 2008-2013
ht
tp :// w
w
w
.p
ap
mengukur proporsi anak sekolah pada satu kelompok usia tertentu yang bersekolah pada jenjang yang sesuai dengan kelompok usianya terhadap seluruh anak pada kelompok usia tersebut. Sebagai contoh, APM SD mengukur partisipasi sekolah penduduk usia 7—12 tahun yang masih bersekolah SD/sederajat, APM SMP mengukur partisipasi sekolah penduduk usia 13—15 tahun yang masih bersekolah SMP/ sederajat, dan seterusnya. APM menurut jenjang pendidikan di Provinsi Papua Barat pada tahun 2008 hingga 2013 disajikan pada Gambar 3.3. Semakin tinggi jenjang pendidikan semakin rendah APM.
Dikaitkan dengan target Pendidikan Untuk Semua-PUS (Education for All-EFA) di mana pada tahun 2015, semua anak mempunyai akses dan menyelesaikan pendidikan yang bermutu. Target nasional PUS adalah 100 persen APM pada Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
19
.b ps .g o
.id
pendidikan dasar dan menengah. Untuk capaian APM SD, Provinsi Papua Barat optimis dapat mencapai target nasional PUS tersebut hingga tahun 2015 tetapi tidak untuk APM SMP dan SMA. Target nasional PUS untuk APM SMP dan SMA akan tercapai jika dalam tiga tahun dari sekarang terjadi penambahan gedung sekolah SMP dan SMA dan fasilitasnya serta penambahan guru yang tersebar hingga ke daerah terisolir sekalipun.
Dengan demikian, peningkatan capaian APM SMP/sederajat dan SMA/sederajat menjadi isu strategis pembangunan pendidikan di Papua Barat.
ap
ua
ba
ra t
Lampiran III.1 memperlihatkan capaian APM di tingkat kabupaten/kota untuk semua jenjang pendidikan. capaian APM SMP/sederajat masih rendah dan terdapat perbedaan capaian antar wilayah yang cukup tinggi. Pada tahun 2013, Kabupaten Teluk Wondama merupakan kabupaten dengan
w
w
.p
91,31 88,36 89,94
63,30 60,99
tp :// w
58,73
55,80 52,45 54,20
17,64 20,10
ht
22,26
L
P SD
L+P
L
P SMP
L+P
L
P SMA
L+P
L
P
L+P
PT
Gambar 3.4 Angka Partisipasi Murni di Provinsi Papua Barat Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
20
capaian APM SMP/terendah yaitu 40,21 persen. Sebaliknya, Kabupaten Maybrat merupakan wilayah dengan APM SMP tertinggi yaitu lebih dari 74,98 persen.
.b ps .g o
.id
Gambar 3.4 selanjutnya menunjukkan perbedaan APM antara anak laki-laki dan perempuan di jenjang pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi. Secara umum, perbedaan gender tidak begitu kentara dalam capaian APM ini. Terlalu cepat masuk SD bagi lulusan TK yang berumur 6 tahun berdampak pada penurunan APM sebaliknya memperbesar angka partisipasi kasar.
ra t
Angka Melek Huruf Dan Rata – Rata Lama Sekolah
95,00
ht
.p
93,00
92,15
92,34
w
9,00 8,50
8,53
w
92,00 90,32 91,00 90,00 88,55 89,00 7,67 7,65 88,00 87,00 7,20 86,00 85,00 2006 2007 2008
tp :// w
Angka Melek Huruf (%)
94,00
93,74 94,14 93,19 93,39
8,21
8,26
8,45
8,00
8,01 7,50
7,00
Rata-rata Lama sekolah (tahun)
ap
ua
ba
Angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah merupakan dua indikator yang dijadikan sebagai komponen untuk mengukur pembangunan manusia dari aspek pendidikan.
6,50 2009
AMH
2010
2011
2012
2013
RLS
Gambar 3.5 Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah Penduduk 15 Tahun atau Lebih di Provinsi Papua Barat Tahun 2006-2013 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
21
.b ps .g o
.id
Angka melek huruf menunjukkan proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang mempunyai kemampuan membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya, tanpa harus mengerti apa yang dibaca/ditulisnya terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas. Rata-rata lama sekolah adalah jumlah tahun belajar penduduk usia 15 tahun ke atas yang telah diselesaikan dalam pendidikan formal (tidak termasuk tahun yang mengulang).
w
w
.p
ap
ua
ba
ra t
Gambar 3.5 memperlihatkan bahwa penduduk usia 15 tahun ke atas mengalami kenaikan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Angka melek huruf meningkat dari 88,55 persen pada tahun 2006 menjadi 92,15 persen pada tahun 2008 dan menjadi 94,14 persen pada tahun 2013. Rata – rata lama sekolah penduduk Provinsi Papua Barat mengalami kenaikan (dari 7,20 tahun di tahun 2006 menjadi 8,01 tahun pada tahun 2009 dan 8,53 tahun pada tahun 2013). Kenaikan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah ini berdampak nyata pada capaian IPM Provinsi Papua Barat. IPM Provinsi Papua Barat tahun 2013 mencapai 70,62 dan menempati peringkat ke-31 dari 33 provinsi se-Indonesia.
ht
tp :// w
Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan merupakan salah satu indikator output penyelenggaraan pendidikan. Gambar 3.6 memberikan gambaran tentang pencapaian pendidikan penduduk usia 10 tahun ke atas pada tahun 2013 dan mengindikasikan beberapa isu pendidikan sebagai berikut: a.
Sebesar 48,16 persen penduduk berumur 10 tahun ke atas memiliki setinggi-tingginya ijazah SD. Hal ini
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
22
ra t
9,86
Laki-laki
SMP
ba
SD
Perempuan
ua
Tanpa Ijazah
9,25
.id 8,55
24,26
27,99
PT
20,02
.b ps .g o SMA
18,33
18,05
18,64
23,46
24,84
22,24
24,70
21,85
27,95
Gambar 3.6 Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Penduduk 10 Tahun atau Lebih Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin di Provinsi Papua Barat Tahun 2013
Laki-laki dan Perempuan
w
Lulusan perguruan tinggi di Papua Barat masih sangat rendah (9,25 persen).
tp :// w
b.
w
.p
ap
mencerminkan, kualitas SDM dari aspek pendidikan di Papua Barat masih tergolong rendah. Hanya satu di antar empat penduduk yang berijazah SMA.
ht
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di tanah papua, Pemerintah Provinsi Papua Barat merencanakan untuk: a.
Pembangunan SD Kecil (Kelas 1 – 3) di kampungkampung di distrik terpencil dan pembangunan SD-SMP Satu Atap di 20 distrik yang sama.
b.
Peningkatan kapasitas guru SD dan SMP seperti pelatihan keterampilan penyusunan kurikulum dan pemanfaatan media elektronik dalam proses KBM.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
23
.id .b ps .g o ra t ba ua ap .p w w tp :// w ht Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
24
.b ps .g o
.id
Bab 4 Ketenagakerjaan
w
.p
ap
ua
ba
ra t
Isu jendela kesempatan atau window of opportunity saat memasuki fase bonus demografi tidak akan banyak bermanfaat bagi percepatan pembangunan apabila lapangan pekerjaan yang ada tidak mampu menyerap ledakan angkatan kerja. Oleh karena itu, pengamatan kondisi ketenagakerjaan dari waktu ke waktu penting dilakukan untuk dapat dijadikan dasar perencanaan pembangunan ketenagakerjaan di masa yang akan datang. Bab 4 ini menyajikan beberapa indikator kunci ketenagakerjaan.
w
Struktur Penduduk Usia Kerja Agustus 2013
ht
tp :// w
Estimasi jumlah penduduk usia kerja (15 tahun atau lebih) di Provinsi Papua Barat berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2013 sebanyak 558.262 jiwa. Penduduk usia kerja yang termasuk angkatan kerja sebesar 66,41 persen. Penduduk angkatan kerja yang bekerja sebesar 95,38 persen. Dengan kata lain, sekitar 4,62 persen penduduk angkatan kerja termasuk sebagai kelompok pengangguran terbuka. Selama empat tahun terakhir ini, pengangguran terbuka terus menurun. Struktur penduduk usia kerja selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
25
Gambar 4.1 Struktur Penduduk Usia Kerja di Provinsi Papua Barat Agustus Tahun 2013
Penduduk Usia Kerja (15 +)
.b ps .g o
.id
558.262
Angkatan Kerja:
Bukan Angkatan Kerja:
187.512
ap
Bekerja:
ua
ba
ra t
370.750
78.815
Pengangguran: 17.131
Mengurus Rumah Tangga: 94.447
ht
tp :// w
w
w
.p
353.619
Sekolah:
Lainnya: 14.250
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
26
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka
.b ps .g o
.id
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah perbandingan jumlah penduduk usia kerja yang bekerja dan pengangguran dengan jumlah penduduk usia kerja. Perkembangan TPAK selama tahun 2010 sampai dengan 2013 menunjukkan tren menurun. Selain itu, penduduk usia kerja yang masuk dalam pasar kerja sedikit berkurang. Hal ini ditunjukkan dengan sedikit tambahan penduduk angkatan kerja yang tidak terserap oleh dunia kerja.
w
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Papua Barat, Tahun 2010—2013
w
Tabel 4.1
.p
ap
ua
ba
ra t
Jika dibandingkan antara perkotaan dan perdesaan, TPAK perdesaan lebih besar dibandingkan TPAK perkotaan. Salah satu penyebabnya adalah akses pendidikan di pedesaan lebih sulit daripada di perkotaan. Akibatnya, penduduk usia sekolah di perdesaan lebih banyak tergolong sebagai penduduk angkatan kerja. Sebaliknya, di perkotaan banyak yang termasuk bukan angkatan kerja. Selain itu, banyak angkatan kerja di perdesaan tergolong sebagai pekerja meskipun dengan status pekerja keluarga atau pekerja tidak dibayar.
tp :// w
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Daerah
Tingkat Pengangguran Terbuka
(Agustus)
(Agustus)
2010
2011
2012
2013
2010
2011
2012
2013
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Perkotaan
61,04
72,31
64,61
62,25
14,57
18,64
10,28
10,32
Perdesaan
73,49
67,21
68,20
68,26
4,77
5,08
3,55
2,31
Total
69,29
70,78
67,12
66,41
7,68
8,94
5,49
4,62
ht
(1)
Sumber: BPS, Sakernas 2009—2012
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
27
.b ps .g o
.id
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menggambarkan banyaknya angkatan kerja yang menganggur. Mereka yang tergolong pengangguran yaitu penduduk usia kerja yang tidak bekerja dan sedang mencari kerja atau mempersiapkan suatu usaha, dan mereka yang sementara belum mulai kerja walau sudah mendapat pekerjaan dan mereka yang tidak mencari kerja karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan. Semakin banyak angkatan kerja yang berstatus pengangguran, maka semakin tinggi TPT.
ap
ua
ba
ra t
TPT di Provinsi Papua Barat untuk kondisi Agustus 2013 sebesar 4,62 persen, lebih rendah dibandingkan dengan TPT tahun sebelumnya yaitu sebesar 5,49 persen. Tingkat pengangguran di perkotaan lebih tinggi daripada di perdesaan. Dapat disimpulkan bahwa penyerapan tenaga kerja pada tahun 2013 lebih baik dibandingkan tahun 2012.
.p
TPT Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
ht
tp :// w
w
w
Dilihat dari tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan angkatan kerja, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar TPT. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa TPT dari angkatan kerja dengan pendidikan SMP ke bawah lebih rendah daripada TPT dari angkatan kerja dengan tingkat pendidikan minimal SMA. Puncak TPT tertinggi pada kelompok pendidikan SMA. Angkatan kerja dengan tingkat pendidikan rendah jauh lebih mudah terserap dalam lapangan pekerjaan daripada mereka yang berpendidikan tinggi. Tingginya TPT pada kelompok pendidikan SMA ini mengindikasikan dua hal: a. Potret dropout dari penduduk usia 16—18 tahu yang tidak dapat melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi;
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
28
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
29
(2)
7,42
7,44
11,77
24,08
17,05
17,78
35,52
18,64
TDK/BLM TAMAT SD
SD
SLTP
SLTA UMUM/SMU
SLTA KEJURUAN/SMK
DIPLOMA I/II dan AKADEMI
UNIVERSITAS
Total
Sumber: BPS, Sakernas 2011—2013
30,99
TDK/BLM SEKOLAH
(1)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
10,28
6,80
12,51
7,82
7,89
14,27
10,32
8,20
14,20
7,70
3,75
9,02
5,08
13,591
5,951
5,649
10,137
5,615
2,058
2,538
1,121
3,55
6,17
8,32
2,6
1,23
0,96
2,31
4,81
4,14
1,62
1,64
0,56
8,94
23,13
10,38
10,94
15,51
7,5
2,91
3,5
3,49
5,49
6,46
10,06
4,24
2,33
2,59
4,62
6,42
8,23
3,54
1,94
1,38
tp Tabel 4.2 Tingkat Pengangguran :// Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan di Provinsi Papua Barat, Tahun 2011-2013 w w Perkotaan Perdesaan Kota + Desa Pendidikan Tertinggi w yang ditamatkan 2011 2012 .p 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 ap ua ba ra t. bp s. go .id
ht
b. Tidak seperti lulusan pendidikan rendah, pencari kerja berpendidikan SMA lebih selektif mencari pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya. pendidikan perkotaan. pekerjaan sekuat di
.b ps .g o
.id
Lebih ekstrim lagi jika TPT per tingkat dibandingkan antara wilayah perdesaan dan Semakin jelas bahwa daya serap lapangan terhadap angkatan kerja di perkotaan tidak perdesaan. Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha
ht
tp :// w
w
w
.p
ap
ua
ba
ra t
Gambaran ketenagakerjaan berdasarkan sektor/lapangan usaha dari tahun 2008 – 2013 menjelaskan terjadinya pergeseran struktur lapangan pekerjaan di Papua Barat. Sektor pertanian semakin menurun karena semakin ditinggalkan angkatan kerja yang lebih memilih sektor Industri (manufacture) dan Jasa-jasa (services). Persentase angkatan kerja yang bekerja pada kedua sektor terakhir semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ciri-ciri terjadinya urbanisasi ketika sektor industri dan jasa semakin diminati para pencari kerja. Selama pertanian terus menjadi sektor yang subsisten dengan tingkat pendapatan yang lebih rendah dibandingkan sektor lain maka pertanian akan semakin ditinggalkan. Mereka yang memasuki sektor pertanian adalah mereka yang tidak punya kesempatan masuk ke sektor industri dan jasajasa dan kalah bersaing dengan pencari kerja lain yang lebih berkualitas.
Namun perlu diperhatikan juga bahwa mayoritas penduduk yang bekerja terserap di sektor pertanian. Meski sumbangan sektor pertanian terhadap perekonomian Papua Barat hanya seperlima dibandingkan sumbangan sektor Industri, namun Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
30
Tabel 4.3 Persentase Penduduk 15 Tahun atau Lebih Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Papua Barat, Tahun 2008-2013 Lapangan Usaha
Industri
Jasa
(2)
(3)
(4)
(1) Perkotaan
10,16
2009
11,95
2010
9,52
2011
9,60
2012 2013
2010
70,10
19,93
70,55
16,80
73,60
2,89
16,57
80,53
11,45
16,20
72,35
74,39
7,84
17,77
70,43
9,64
19,94
70,93
7,98
21,09
2011
61,70
9,00
29,30
2012
64,77
10,54
24,69
2013
62,56
8,04
29,40
.p w w
17,95
ba
ap
2009
69,03
ua
Perdesaan 2008
20,81
ra t
2008
.id
Pertanian
.b ps .g o
Daerah
ht
tp :// w
Kota + Desa 2008
58,79
10,99
30,22
2009
55,68
11,73
32,59
2010
54,04
11,27
34,69
2011
48,50
11,00
40,50
2012
47,63
12,21
40,16
2013
48,71
10,25
41,04
Sumber: BPS, Sakernas 2008 — 2013
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
31
pengembangan sektor pertanian perlu diarahkan agar dapat menopang pembangunan di Provinsi Papua Barat. Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan
ba
ra t
.b ps .g o
.id
Salah satu pengelompokkan status pekerjaan utama adalah dengan mengelompokkan pekerja ke dalam sektor informal atau fomal. Pekeja di sektor informal adalah penduduk yang bekerja dengan status pekerjaan sebagai berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar atau pekerja keluarga, pekerja bebas, atau pekerja keluarga. Pekerja di sektor formal adalah penduduk yang bekerja dengan status sebagai berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar atau buruh/karyawan/pegawai.
w
w
.p
ap
ua
Secara umum telihat bahwa pekerja di Papua Barat lebih dominan bekerja di sektor informal. Persentase pekerja di sektor informal mencapai 61,75 persen pada tahun 2013 (Tabel 4.4). Persentase pekerja formal di perkotaan dua kali lebih besar dibandingkan di perdesaan.
tp :// w
Tabel 4.4 Persentase Penduduk 15 Tahun atau Lebih Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan di Provinsi Papua Barat, Tahun 2011-2013
ht
Status Pekerjaan (1)
Perkotaan
Perdesaan
2011 2012 2013 (2)
(3)
(4)
Kota + Desa
2011
2012
2013
2011
2012
2013
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Formal
43,89 74,12 60,08
32,11 30,18
30,13
38,21 42,35
38,25
Informal
56,11 25,88 39,92
67,89 69,82
69,87
61,79 57,65
61,75
Sumber: BPS, Sakernas 2011—2013
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
32
Penduduk Bekerja Menurut Jam Kerja
ra t
.b ps .g o
.id
Meskipun TPT pada tahun 2013 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012, namun dari sisi tingkat setengah pengangguran mengalami peningkatan. Setengah pengangguran didefinisikan sebagai penduduk yang bekerja di bawah jam kerja normal yaitu 35 jam seminggu. Informasi setengah pengangguran ini disajikan pada Tabel 4.5 pada kolom (5) sampai dengan kolom (7) yang menyajikan setengah pengangguran pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Tampak bahwa kenaikan setengah pengangguran terjadi baik di perkotaan maupun di perdesaan.
ba
Tabel 4.5 Persentase Penduduk 15 Tahun atau Lebih Yang Bekerja Menurut Jam Kerja di Provinsi Papua Barat, Tahun 2011-2013
Perkotaan
ua
.p
(1)
Jam Kerja < 15 jam < 35 jam 2011 2012 2013 2011 2012 2013 (2) (3) (4) (5) (6) (7)
ap
Daerah Tempat Tinggal
4,01
8,52
17,71
21,80
24,76
4,00
6,76
9,05
37,72
39,47
48,83
3,93
6,01
8,91
32,67
34,64
42,30
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
33
w
tp :// w
Perdesaan
w
3,70
Perkotaan + Perdesaan
ht
Sumber: BPS, Sakernas 2011—2013
.id .b ps .g o ra t ba ua ap .p w w tp :// w ht Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
34
.b ps .g o
.id
Bab 5 Taraf dan Pola Konsumsi
w
w
.p
ap
ua
ba
ra t
Agenda pokok keempat pembangunan Papua Barat adalah penanggulangan kemiskinan. Penurunan persentase penduduk miskin dapat dimaknai adanya peningkatan tingkat pendapatan penduduk yang juga menunjukkan peningkatan tingkat kesejahteraannya. Yang menjadi permasalahan adalah apakah peningkatan tingkat pendapatan tersebut telah dinikmati oleh semua penduduk secara merata atau hanya dinikmati oleh sebagian kecil penduduk. Pembahasan bab ini mengulas jawaban permasalahan tersebut dengan mengkaji bagaimana taraf dan pola konsumsi sebagai proksi dari taraf dan pola pendapatan penduduk Papua Barat.
ht
tp :// w
Perkembangan Kemiskinan di Papua Barat, 2006 - 2014
Nellson Mandela pernah berujar bahwa kemiskinan itu bukan kutukan tuhan tetapi karena ulah kita, karena itu untuk mengentaskannya perlu campur tangan kita. Siapa di antara kita yang tergolong miskin? BPS menggunakan garis kemiskinan untuk menentukan penduduk miskin yaitu penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan kurang dari garis kemiskinan. Garis Kemiskinan Provinsi Papua Barat pada Maret 2014 sebesar Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
35
Tabel 5.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Papua Barat Menurut Daerah, 2006 – 2013 Jumlah Penduduk Miskin (000) Tahun
Kota
Desa
Kota+ Desa
Kota
Desa
Kota+ Desa
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
13,3
270,80
284,10
8,42
51,17
41,34
2007
11,0
255,80
266,80
7,14
48,82
39,31
2008
9,48
237,02
246,50
5,93
43,74
35,12
2009
8,55
248,29
256,84
5,22
44,71
35,71
2010
9,59
246,66
256,25
5,73
43,48
34,88
2011
10,78
239,06
249,84
6,05
39,56
31,92
2012
13,99
216,00
229,99
5,76
37,73
28,20
2013
14,21
210,06
224,27
5,65
35,64
26,67
2014
14,78
214,65
229,43
5,86
36,16
27,13
ua
ba
.b ps .g o
.id
2006
ra t
(1)
Persentase Penduduk Miskin
.p
ap
Sumber: BPS, BRS Profil Kemiskinan Papua Barat Maret 2006—2014
ht
tp :// w
w
w
Rp. 397.662,- per kapita per bulan terdiri dari garis kemiskinan makanan sebesar Rp. 316.314,- per kapita per bulan dan garis kemiskinan non makanan sebesar Rp. 81.348,- per kapita per bulan. Dengan batas garis kemsikinan tersebut, penduduk miskin di provinsi Papua Barat sebesar 27,13 persen atau sebanyak 229,430 jiwa. Persentase penduduk miskin di perdesaan lebih tinggi enam kali lipat dari persentase penduduk miskin di perkotaan. Masalah lain dari penanggulangan kemiskinan di Papua Barat adalah perbedaan persentase penduduk miskin antar kabupaten kota yang terlalu besar. Gambar 5.1 memetakan persentase penduduk miskin menurut kabupaten/kota di Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
36
35,48 35,64
27,14 28,45
29,84
.id Teluk Bintuni
Teluk Wondama
Tambrauw
Maybrat
Sorong
.b ps .g o
Fakfak
Manokwari
Prov. Papua Barat
21,16
Raja Ampat
Sorong Selatan
Kota Sorong
Kaimana
18,60 19,27 20,50
38,68 39,43 40,33
ba
ra t
Gambar 5.1 Sebaran Penduduk Miskin di Papua Barat Tahun 2013.
w
.p
ap
ua
Papua Barat tahun 2013. Hanya ada empat wilayah dengan persentase penduduk miskin di bawah persentase penduduk miskin provinsi. Persentase penduduk miskin di tujuh kabupaten lainnya sangat bervariasi dengan persentase penduduk miskin tertinggi di Kabupaten Teluk Bintuni.
ht
tp :// w
w
Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) telah menginventarisir 183 daerah tertinggal. Delapan di antaranya adalah kabupaten di Provinsi Papua Barat yaitu Kabupaten Tambrauw, Kabupaten Teluk Wondama, Kabupaten Maybrat, Kabupaten Sorong, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Teluk Bintuni. Hasil evaluasi daerah tertinggal KPDT tahun 2013 menjelaskan bahwa Kabupaten Kaimana adalah satu-satunya kabupaten di Provinsi Papua Barat yang berhasil keluar dari zona daerah tertinggal (http://www.kemenegpdt.go.id/berita/1263/ evaluasi-dan-kinerja-kpdt-2014).
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
37
Perkembangan Tingkat Kesejahteraan
ua
ba
ra t
.b ps .g o
.id
Penurunan persentase penduduk miskin mengindikasikan peningkatan pendapatan penduduk sehingga mampu melewati batas garis kemiskinan. Tingkat pendapatan penduduk didekati dengan rata-rata pengeluaran per kapita per bulan. Selama tahun 2009—2013, rata-rata pengeluaran per kapita per bulan penduduk di Provinsi Papua Barat meningkat dari Rp. 552.162,- per kapita per bulan pada tahun 2009 menjadi Rp. 876.253,- per kapita per bulan pada tahun 2013. Kenaikan pengeluaran per kapita per bulan tahun 2013 sebesar 7,37 persen dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan rata-rata pengeluaran perkapita ini dipicu oleh peningkatan kemampuan daya beli masyarakat di samping kenaikan harga-harga.
.p
ap
Tabel 5.2 Pengeluaran Per Kapita Per Bulan di Provinsi Papua Barat , Tahun 2009—2013
ht
tp :// w
w
w
Tahun (1)
2009
Pengeluaran Per Kapita Per Bulan
Kenaikan Nominal Per Tahun (%)
(2)
(3)
552.162 8,90
2010
601.279 15,08
2011
691.933
17,95 2012
816.137 7,37
2013
876.253
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
38
Kota Sorong
1.324.416
Kab. Teluk Bintuni
1.056.257
Kab. Manokwari
970.522
Prov. Papua Barat
876.253
Kab. Kaimana
790.875
Kab. Teluk Wondama Kab. Fakfak
708.748
Kab. Raja Ampat Kab. Sorong Selatan
513.894
Kab. Sorong
507.321
Kab. Maybrat
503.789 377.822
ra t
Kab. Tambrauw
.b ps .g o
614.287
.id
712.492
ua
ba
Gambar 5.2 Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2013
ht
tp :// w
w
w
.p
ap
Gambar 5.2 memperlihatkan pengeluaran per kapita per bulan di Kabupaten/Kota di Papua Barat Tahun 2013. Tampak bahwa rata-rata pengeluaran per kapita per bulan tertinggi di Kota Sorong dan terendah di Kabupaten Tambrauw. Perbedaan rata-rata pengeluaran per kapita per bulan antara Kota Sorong dan Kabupaten Tambrauw membuktikan bahwa ada kesenjangan kemampuan daya beli antara daerah tertinggal dengan daerah maju.
Perkembangan Distribusi Pendapatan
Pertumbuhan ekonomi tinggi tidak akan banyak berarti bagi peningkatan kesejahteraan penduduk apabila tidak disertai dengan pemerataan pendapatan. Pertumbuhan ekonomi adalah syarat cukup. Agar pertumbuhan ekonomi bisa Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
39
berdampak pada peningkatan kesejahteraan diperlukan prasyarat lain yaitu pemerataan hasil-hasil pembangunan.
.b ps .g o
.id
Dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemerataan pendapatan adalah Koefisien Gini dan Tingkat Kemerataan Menurut Bank Dunia. Koefisien Gini didasarkan pada kurva Lorenz, yaitu sebuah kurva pengeluaran kumulatif yang membandingkan distribusi pendapatan dengan kumulatif penduduk. Nilai koefisien gini antara nol, untuk pemerataan sempurna, dan satu, untuk ketimpangan parah.
ht
tp :// w
w
w
.p
ap
ua
ba
ra t
Bank Dunia mengelompokkan penduduk ke dalam tiga kelompok sesuai dengan besarnya pendapatan: 40% penduduk dengan pendapatan rendah, 40% penduduk dengan pendapatan menengah dan 20% penduduk dengan pendapatan tinggi. Ketimpangan pendapatan diukur dengan menghitung persentase jumlah pendapatan penduduk dari kelompok yang berpendapatan 40% terendah dibandingkan total pendapatan seluruh penduduk. Apabila persentasenya kurang dari 12 persen maka termasuk dalam kategori ketimpangan tinggi; antara 12—17 persen kategori ketimpangan sedang; dan lebih dari 17 persen kategori ketimpangan rendah.
Tabel 5.3 menyajikan kedua ukuran ketimpangan pendapatan. Koefisien gini pada tahun 2007 sebesar 0,33 naik menjadi 0,35 pada tahun 2009 dan pada tahun 2013 menjadi 0,41. Meskipun terjadi kenaikan koefisien gini namun status ketimpangan pendapatan masih pada posisi di antara ketimpangan rendah. Namun, jika dilihat dari tingkat kemerataan menurut Bank Dunia, Provinsi Papua Barat sebaiknya mulai waspada. Proporsi pengeluaran dari Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
40
Tabel 5.3 Ukuran Tingkat Pemerataan Pendapatan di Provinsi Papua Barat Menurut Bank Dunia dan Koefisien Gini, Tahun 2007 – 2013 Tingkat Kemerataan Menurut Bank Dunia 40 Persen Terbawah
40 Persen Menengah
20 Persen Teratas
Gini Ratio
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
2007
28.29
44.59
27.13
2008
29.61
43.09
2009
22.75
41.11
2010
19,14
37,70
2011
18,76
38,24
2012
18,86
2013
16,03
.id
Tahun
.b ps .g o
0.33 0.36
36.14
0.35
43,15
0,37
43,00
0,39
39,68
41,46
0,42
35,60
48,38
0,41
ua
ba
ra t
27.30
.p
ap
Sumber: BPS, Susenas 2007—2013
tp :// w
w
w
kelompok penduduk 40 persen terbawah terhadap total pengeluaran seluruh penduduk mulai kurang dari 17 persen pada tahun 2013.
ht
Konsumsi Rumah Tangga Struktur konsumsi rumah tangga memberikan informasi penting terkait komposisi pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa. Secara umum, pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dibedakan menjadi konsumsi makanan dan konsumsi non makanan. Rumah tangga dengan taraf kesejahteraan yang lebih baik akan lebih banyak mengalokasikan pengeluarannya untuk Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
41
Tabel 5.4 Pola Konsumsi Makanan dan Non Makanan Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Papua Barat, Tahun 2011 – 2013 Makanan
Kabupaten/Kota
Non Makanan
2012
2013
2011
2012
2013
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Fakfak
53,05
51,09
48,54
46,95
48,91
51,46
Kaimana
60,63
58,17
56,24
39,37
41,83
43,76
Teluk Wondama
68,55
62,89
63,76
31,45
37,11
36,24
Teluk Bintuni
50,53
50,73
54,69
49,47
49,27
45,31
Manokwari
45,26
42,56
45,45
54,74
57,44
54,55
Sorong Selatan
52,77
58,33
62,23
47,23
41,67
37,77
Sorong
57,32
57,93
Raja Ampat
65,60
61,24
Tambrauw
70,38
73,62
Maybrat
64,57
Kota Sorong
46,14
Prov. Papua Barat
50,19
.p
.b ps .g o
ra t
42,68
42,07
40,70
54,79
34,40
38,76
45,21
75,20
29,62
26,38
24,80
65,62
64,56
35,43
34,38
35,44
45,68
41,93
53,86
54,32
58,07
48,68
49,18
49,81
51,32
50,82
ua
ba
59,30
ap
(1)
.id
2011
w
w
Sumber: BPS, Susenas 2011—2013
ht
tp :// w
kebutuhan non makanan penting seperti pendidikan dan kesehatan.
Tabel 5.4 menyajikan komposisi pengeluaran konsumsi rumah tangga menurut makanan dan non makanan di kabupaten/ kota di Provinsi Papua Barat tahun 2011—2013. Secara umum, pengeluaran non makanan di Papua Barat lebih tinggi daripada pengeluaran makanan meskipun perbedaannya cukup kecil. Terdapat perbedaan komposisi pengeluaran rumah tangga antara Kota Sorong dan Kabupaten Tambrauw. Pengeluaran konsumsi rumah tangga di Kota Sorong Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
42
didominasi oleh non makanan sebaliknya di Kabupaten Tambrauw didominasi oleh pengeluaran konsumsi makanan. Selama tahun 2011 hingga 2012 lebih dari 75,20 persen pengeluaran rumah tangga di Kabupaten Tambrauw dialokasikan untuk makanan.
.b ps .g o
.id
Ada beberapa kendala yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Tambrauw:
ra t
a. Sebagian besar wilayah Kabupaten Tambrauw adalah daerah konservasi. Data Podes 2011 menunjukkan bahwa 96 persen desa di Kabupaten Tambrauw berada di dalam hutan lindung.
.p
ap
ua
ba
b. Celah fiskal, yaitu selisih antara pendapatan dan pengeluaran di luar belanja pegawai terendah di Papua Barat. Sebagai perbandingan, pada tahun 2010 celah fiskal Kabupaten Tambrau sebesar 47,9 miliar rupiah atau 14 kali lebih rendah dibandingkan Kabupaten Teluk Bintuni pada tahun yang sama (http://kpdt.bps.go.id).
ht
tp :// w
w
w
c. Sumber Daya Manusia yang diukur dengan IPM di Kabupaten Tambrauw juga terendah di Papua Barat.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
43
.id .b ps .g o ra t ba ua ap .p w w tp :// w ht Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
44
.b ps .g o
.id
Bab 6 Perumahan dan Lingkungan
ht
tp :// w
w
w
.p
ap
ua
ba
ra t
Pemerintah Provinsi Papua Barat bertekad untuk memenuhi kebutuhan perumahan yang menjangkau seluruh kampung dan seluruh lapisan masysarakat (RPJMD Provinsi Papua Barat 2012—2016). Tekad tersebut sejalan dengan UUD 1945 Pasal 28H yang menyatakan, “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.” Selain itu, juga sesuai dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 Bab III Perumahan Pasal 5 selanjutnya menegaskan bahwa, “Setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati, menikmati, atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat aman, serasi dan teratur.” Kecepatan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi diharapkan dapat diimbangi oleh kemampuan penyediaan perumahan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai. Bab 6 ini menguraikan kondisi perumahan dan lingkungan di Provinsi Papua Barat hingga tahun 2013. Beberapa indikator perumahan menunjukkan kondisi yang lebih baik. Beberapa indikator lainnya menunjukkan kondisi yang tidak lebih baik.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
45
Kondisi Perumahan
.b ps .g o
.id
Pada tahun 2013, persentase rumah tangga yang tinggal di rumah sendiri meningkat dibanding tahun sebelumnya. Peningkatannya mencapai 5,67 persen. Sebaliknya, rumah tangga yang masih tinggal dengan kontrak/sewa, rumah dinas, atau bebas sewa berkurang. Peningkatan daya beli masyarakat diduga menjadi salah satu pendorong peningkatan persentase rumah tangga yang memiliki rumah sendiri.
.p
72,46
ap
ua
ba
ra t
Berdasarkan empat indikator rumah layak huni pada tahun 2011—2013 menunjukkan adanya perbaikan kualitas perumahan di Provinsi Papua Barat. Gambar 6.2 memperlihatkan persentase rumah tangga dengan lantai bukan tanah, atap layak, dan dinding permanen meningkat sementara rumah tangga dengan luas lantai per kapita kurang dari 10 m2 berkurang.
14,3 12,35
12,36 6,21
ht
tp :// w
w
w
66,79
5,75
9,03 0,34
Milik Sendiri
Kontrak/Sewa
Dinas 2012
Bebas Sewa
0,41
Lainnya
2013
Gambar 6.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kepemilikan Rumah di Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2013 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
46
Gambar 6.2 Kondisi Perumahan Tahun 2011—20123
94,34
95,86
93,99
96,19
Di
Provinsi
Papua
Barat,
96,39
43,29
54,12
Atap Layak*
38,92
Dinding Permanen Luas Lantai Kurang dari 10 Km2
2012
ba
2011
40,26
ra t
Lantai Bukan Tanah
58,27
.b ps .g o
56,00
.id
95,89
2013
ap
ua
Keterangan: * Tidak Beratap Dedaunan
.p
Air Minum Layak
ht
tp :// w
w
w
Mulai tahun 2013, penghitungan air minum layak menggunakan pendekatan baru. Sebelumnya, rumah tangga dikatakan menggunakan/mempunyai akses air minum layak apabila sumber air minum yang digunakan rumah tangga berasal dari leding, air terlindung (pompa/sumur bor, sumur terlindung, mata air terlindung) dengan jarak >= 10 m dari penampungan kotoran/limbah, dan air hujan. Sementara rumah tangga yang menggunakan air kemasan (bermerk dan isi ulang) dikategorikan sebagai tidak ada akses terhadap air minum layak. Sekarang, Rumah tangga dikatakan menggunakan/mempunyai akses air minum layak apabila sumber air minum yang digunakan rumah tangga berasal dari leding, air terlindung (pompa/sumur bor, sumur terlindung, Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
47
.b ps .g o
.id
mata air terlindung) dengan jarak >= 10 m dari penampungan kotoran/limbah, dan air hujan (Rumus 1). Dikombinasikan dengan penggunaan air mandi/cuci yang bersumber dari air terlindung (leding meteran, leding eceran, sumur bor/pompa, sumur terlindung, mata air terlindung, dan air hujan) bila sumber air minum utama menggunakan air kemasan/isi ulang dan air tidak terlindungi (air terlindungi dengan jarak < 10 m dan air tidak terlindung).
67,32
65,72
ht
tp :// w
w
w
.p
ap
ua
ba
ra t
Gambar 6.3 menyajikan perkembangan akses rumah tangga terhadap air minum yang layak selama tahun 2012 hingga tahun 2013. Persentase rumah tangga yang dapat mengakses air minum layak meningkat. Direktur PAM mengemukakan, target dari Deklarasi Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals/MDGs) di Indonesia tahun 2015 adalah sebesar 68,8 persen. Dengan demikian ,
2012
2013
Gambar 6.3 Persentase Rumah Tangga yang Mengakses Air Minum Layak Di Provinsi Papua Barat, Tahun 2012 – 2013 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
48
Kota Sorong
88,43
Fakfak
87,15
Sorong
81,41
Teluk Bintuni
75,47
Manokwari
67,33
Papua Barat
67,32
Kaimana 45,46
Raja Ampat 27,38
Maybrat
25,48
Teluk Wondama
13,16
-
20,00
40,00
.b ps .g o
36,48
Tambrauw
.id
67,25
Sorong Selatan
60,00
80,00
100,00
ua
ba
ra t
Gambar 6.4 Persentase Rumah Tangga yang Mengakses Air Minum Layak Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Papua Barat, Tahun 2013
ht
tp :// w
w
w
.p
ap
terdapat deviasi sebesar 1,5 persen. Beberapa kendala dalam pengembangan SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) di Papua Barat, menurut Danny Sutjiono, di antaranya adalah keterbatasan anggaran (APBD), ketersiapan lahan dan kelembagaan dalam pengelolaan SPAM. Salah satu program untuk mengatasi ketersediaan air, yakni pembuatan sumursumur bor. Kepala Bidang Pengembangan Geologi dan Sumber Daya Mineral Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Papua Barat Ir Khaerul Saat, MT, mengatakan, sumur bor ini diperuntukkan bagi warga di lokasi-lokasi yang sulit mendapat air permukaan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
49
Sanitasi Layak
ba
ra t
.b ps .g o
.id
Fasilitas sanitasi yang layak didefinisikan sebagai sarana yang aman, higienis, dan nyaman, yang dapat menjauhkan pengguna dan lingkungan di sekitarnya dari kontak dengan kotoran manusia (Bappenas, 2010). Fasilitas sanitasi yang layak mencakup kloset dengan leher angsa, toilet guyur (flush toilet) yang terhubung dengan sistem pipa saluran pembuangan atau tangki septik, termasuk jamban cemplung (pit latrine) terlindung dengan segel slab dan ventilasi; serta toilet kompos. Fasilitas sanitasi yang tidak layak antara lain meliputi toilet yang mengalir ke selokan, saluran terbuka, sungai, atau lapangan terbuka, jamban cemplung tanpa segel slab, wadah ember, dan toilet gantung.
ua
100,00
90,00
ap
80,00
.p
50,00
44,69
40,00
tp :// w
30,00
56,05
49,35
w
60,00
w
Persen
70,00
22,64
ht
0,00
10,92
2006
46,91
39,99
56,61
26,19
22,89
2008
2009
54,51
51,83
46,18
26,54
22,57
70,94
39,23
32,63
20,00 10,00
61,46
69,72
34,90
32,20
2010
2011
43,35
13,85
2007
Kota
Desa
2012
2013
Total
Gambar 6.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Akses terhadap Sanitasi yang Layak Di Provinsi Papua Barat, Tahun 2006 – 2013
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
50
ba
ra t
.b ps .g o
.id
Perkembangan persentase rumah tangga dengan sanitasi layak di Papua Barat mengalami peningkatan. Gambar 6.5 menunjukkan bahwa selama tahun 2006—2013, peningkatan akses terhadap sanitasi yang layak terjadi baik di daerah perkotaan maupun daerah perkotaan. Persentase rumah tangga dengan akses terhadap sanitasi layak di daerah perdesaan meningkat dari 10,92 persen pada tahun 2006 menjadi 22,89 persen pada tahun 2019 dan menjadi 43,35 persen pada tahun 2013. Proyek MCK dari PNPM Pedesaan turut berkontribusi terhadap pesatnya peningkatan akses rumah tangga terhadap sanitasi layak di pedesaan. Demikian juga di daerah perkotaan, akses sanitasi layak meningkat dari 44,69 persen pada tahun 2006 menjadi 70,94 persen pada tahun 2013.
ap
ua
Selain terdapat perbedaan akses terhadap sanitasi yang layak di daerah perkotaan dan perdesaan, perbedaan akses Kab. Teluk Wondama
.p
73,21%
Kota Sorong
68,41%
w
Kab. Teluk Bintuni
62,69%
Kab. Manokwari
w
58,90%
ht
tp :// w
Kab. Kaimana
53,13%
Papua Barat
51,83%
Kab. Sorong
44,47%
Kab. Tambrauw
43,83%
Kab. Fakfak
Kab. Sorong Selatan Kab. Raja Ampat Kab. Maybrat
34,46% 30,57% 27,81% 22,77%
Gambar 6.6 Persentase Rumah Tangga yang Mengakses Sanitasi Layak Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
51
.b ps .g o
.id
terhadap sanitasi yang layak juga berbeda antar kabupaten/ kota. Gambar 6.6 memperlihatkan akses rumah tangga terhadap sanitasi layak menurut kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat tahun 2013. Persentase rumah tangga dengan sanitasi yang layak cukup tinggi di Kabupaten Teluk Wondama, Kota Sorong dan Kabupaten Teluk Bintuni. Sebaliknya, persentase rumah tangga dengan sanitasi layakrendah di Kabupaten Raja Ampat dan Kabupaten Maybrat. Penerangan
w
.p
ap
ua
ba
ra t
Sumber penerangan listrik di Papua Barat belum dapat sepenuhnya diusahakan oleh PLN. Selain PLN, masyarakat biasa menggunakan genset, solar sel, atau PLTD seperti di Kabupaten Raja Ampat guna memenuhi kebutuhan penerangan listrik di malam hari. Jika solar langka, maka genset atau PLTD terpaksa tidak digunakan. Solar sel dapat ditemukan di Tanggaromi Kabupaten Fakfak atau Wasior Kabupaten Teluk Wondama.
ht
tp :// w
w
Rumah tangga yang menggunakan listrik PLN pada tahun 2013 sebesar 63,20 persen. Kota Sorong dengan segala kemudahannya menjadikan akses terbesar rumah tangga dengan listrik PLN yaitu sebesar 99,65 persen. Sebaliknya, Kabupaten Tambrauw dengan segala keterbatasan infrastrukturnya menjadikan rumah tangga pengguna listrik PLN sangat rendah. Lebih dari separuh rumah tangga menggunakan listrik non PLN untuk penerangan di malam hari. Demikian juga dengan Kabupaten Raja Ampat. Bedanya dengan Kabupaten Tambrauw, kebutuhan listrik non PLN di Kabupaten Raja Ampat dipasok PLTD Waisay yang dibangun pada tahun 2005. Hingga saat ini tercatat 1.921 pelanggan. Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
52
63,20 99,65 24,79 7,53 12,53 68,05 28,51 77,33 46,17 14,02 50,12 73,19 0,00
17,97 0,17 30,03 55,84 58,56 17,36 6,81 42,79
26,19
.id
27,70
.b ps .g o
Papua Barat Kota Sorong Kab. Maybrat Kab. Tambrauw Kab. Raja Ampat Kab. Sorong Kab. Sorong Selatan Kab. Manokwari Kab. Teluk Bintuni Kab. Teluk Wondama Kab. Kaimana Kab. Fakfak
18,14
16,57
20,00
40,00
Listrik PLN
60,00
80,00
100,00
120,00
Listrik non PLN
ua
ba
ra t
Gambar 6.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan Utama Di Provinsi Papua Barat, Tahun 2013
ht
tp :// w
w
w
.p
ap
Untuk mengatasi kebutuhan pasokan listrik, pemerintah pusat berupaya untuk meningkatkan elektrifikasi Papua Barat dengan membantu penyediaan energi menggunakan dana APBN, APBD, Dana Alokasi Khusus Bidang Listrik Pedesaan dan Dana Hibah Negara Donor. Dana Alokasi Khusus Bidang Listrik pedesaan dimanfaatkan untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terpusat dan Tersebar, seperti yang terdapat di 22 kampung dengan total 797 PLTS tersebar dan satu unit PLTS Terpusat di Distrik Batanta di Kabupaten Raja Ampat (Liputan6.com).
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
53
.id .b ps .g o ra t ba ua ap .p w w tp :// w ht Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
54
.b ps .g o
.id
Bab 7 Sosial Lainnya
w
w
.p
ap
ua
ba
ra t
Bagian ini mengulas aspek sosial lain yang belum dibahas pada Bab 1 sampai dengan Bab 6. Pembahasan difokuskan pada program penanggulangan kemiskinan dan akses penduduk terhadap perkembangan informasi, teknologi dan komunikasi (ITK). Data penanggulangan kemiskinan yang dihimpun melalui pengumpulan data Susenas tahun 2013 antara lain pembelian beras miskin (raskin). Akses penduduk terhadap ITK meliputi penguasaan media komunikasi seperti telepon, komputer, dan handphone; dan akses penduduk terhadap media internet.
ht
tp :// w
Program Penanggulangan Kemiskinan Pengarusutamaan penanggulangan kemiskinan mencakup dua sasaran. Pertama, mengurangi beban rumah tangga miskin untuk kebutuhan dasar dan meningkatkan pendapatannya. Pengurangan beban rumah tangga miskin antara lain melalui program raskin, pembebasan biaya kesehatan dan dana BOS. Pada tahun 2013, sebesar 39,72 persen rumah tangga di Provinsi Papua Barat membeli/menerima beras miskin. Persentase tersebut masih gabungan antara rumah tangga Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
55
Tabel 7.1
Persentase Rumah Tangga yang Membeli/Menerima Beras Miskin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2011—2013 2011
2012
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
Kab. Fakfak
55,27
65,17
Kab. Kaimana
48,61
Kab. Teluk Wondama
61,75
Kab. Teluk Bintuni
28,36
Kab. Manokwari
41,84
Kab. Sorong Selatan
42,97
.b ps .g o
.id
Kabupaten/Kota
60,91
38,77
23,15
36,99
18,88
15,60
33,32
25,09
29,64
44,79
77,47
67,28
79,66
70,27
74,81
63,56
47,03
26,17
74,32
85,13
45,30
Kota Sorong
32,16
33,76
33,06
Provinsi Papua Barat
34,64
45,43
39,72
ba
ra t
62,96
Kab. Sorong Kab. Tambrauw
tp :// w
w
w
.p
Kab. Maybrat
ap
Kab. Raja Ampat
ua
80,05
ht
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (2011—2013)
miskin dan rumah tangga tidak miskin. Sebesar 63,94 persen di antara rumah tangga tergolong miskin membeli/menerima beras miskin. Sebaliknya, ada 29,82 persen rumah tangga tidak miskin juga menerima/membeli beras miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa beras miskin yang sedianya diperuntukkan bagi rumah tangga miskin diterima juga oleh rumah tangga tidak miskin.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
56
100,00 90,00
80,00
Persen
70,18
63,94
70,00 60,00 50,00
36,06
40,00
29,82
.id
30,00
.b ps .g o
20,00 10,00 0,00 Miskin Membeli Raskin
Tidak Miskin
Tidak Membeli Raskin
ba
ra t
Gambar 7.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kemiskinan dan Pembelian Beras Miskin Di Provinsi Papua Barat, Tahun 2013
tp :// w
w
w
.p
ap
ua
Tabel 7.1 memperlihatkan bahwa akses masyarakat terhadap program penanggulangan kemiskinan di Provinsi Papua Barat tahun 2011-2013. Distribusi beras miskin ke rumah tangga cukup tinggi di kabupaten yang relatif mudah secara geografis seperti di Kabupaten Fakfak, Kabupaten Sorong dan Kabupaten Raja Ampat. Sebaliknya, di kabupaten yang relatif sulit persentase rumah tangga miskin penerima beras miskin relatif rendah.
ht
Akses Teknologi Komunikasi dan Informasi Perkembangan akses teknologi komunikasi dan informasi di Papua Barat hingga tahun 2013 cukup pesat. Pengguna telepon selular atau HP di Provinsi Papua Barat pada tahun 2012—2013 lebih dari 65 persen, meningkat dibandingkan tahun 2011 yaitu 64,61 persen. Persentase rumah tangga pengguna telepon selular tertinggi di Kota Sorong. Hal ini Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
57
dapat dimaklumi karena pembukaan jaringan telepon selular di Papua Barat pertama kali di Kota Sorong.
.b ps .g o
.id
Meski terbilang lebih terisolir, persentase rumah tangga pengguna HP di Kabupaten Tambrauw lebih tinggi daripada di Kabupaten Maybrat. Hal ini dampak pemasangan tiga BTS (Base Transceiver Station) di Distrik Feef, Distrik Sausafor dan Distrik Miyakh. Sementara di Kabupaten Maybrat hanya ada satu BTS yaitu di Distrik Ayamaru. Karena itu, persentase rumah tangga yang memiliki telefon selular di Kabupaten Maybrat terendah di Papua Barat.
ap
ua
ba
ra t
Dibandingkan dengan perkembangan kepemilikan PC/ Desktop, pengguna laptop atau notebook masih meningkat. Lampiran VII(2) memperlihatkan bahwa kenaikan kepemilikan pengguna Laptop naik dari 17,01 persen pada tahun 2012 menjadi 18,03 persen pada tahun 2013 atau bertambah 1,02 persen.
.p
Akses Internet
ht
tp :// w
w
w
Seiring dengan kepemilikan telefon selular yang meningkat perkembangan penduduk yang mengakses internet juga mengalami peningkatan. Gambar 7.1 memperlihatkan pada tahun 2006 hanya 1,47 persen penduduk di Papua Barat yang mengakses internet. Saat itu, rumah tangga yang memiliki/ menguasai telefon selular baru 16,23 persen. Pada tahun 2013, persentase pengakses internet telah mencapai 11,11 persen dari seluruh penduduk Papua Barat yang berumur 5 tahun ke atas. Rumah tangga pengguna HP saat ini telah mencapai 68,27 persen. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan jumlah pengguna internet pada tahun 2013 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
58
80
70 60
69,23
30 40,85
20 10 16,23 0 1,47 2006
47,3
29,66
0,89
6,02
8,62
2007
2008
2009
71,71 68,27
8,99
8,97
11,71 11,11
2010
2011
2012
2013
Penduduk Pengakses Internet
ra t
Rumah Tangga Pengguna HP
64,61
.id
40
.b ps .g o
Persen
50
ua
ba
Gambar 7.2 Persentase Rumah Tangga Pengguna HP dan Persentase Penduduk yang Mengakses Internet Di Provinsi Papua Barat, Tahun 2006—2013
ht
tp :// w
w
w
.p
ap
mencapa 71,19 juta, meningkat 13 persen dibanding tahun 2012 yang mencapai sekitar 63 juta pengguna. Penetrasi jumlah pengguna internet terus meningkat, saat ini mencapai 28 persen dari jumlah penduduk Indonesia yang sebanyak 248 juta orang (Semuel A. Pangerapan, Ketua Umum APJII). Dilihat dari sebarannya, pengguna internet terbanyak di Provinsi Papua Barat adalah di Kota Sorong dan Kabupaten Manokwari. Hampir seperlima penduduk Kota Sorong adalah pengguna internet. Di Kabupaten Manokwari, pengguna internet mencapai 17,14 persen. Hingga tahun 2012 ini, pengguna intrenet di Kabupaten Tambrauw, Kabupaten Maybrat dan Kabupaten Sorong Selatan kurang dari satu persen.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
59
.id .b ps .g o ra t ba ua ap .p w w tp :// w ht Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
60
tp :// w
ht
ba
ua
ap
.p
w
w
.id
.b ps .g o
ra t
Lampiran-Lampiran
w
tp :// w
ht .p a
w ab
pu at .
ar
.id
bp s. go
I
(1) Indikator Kependudukan
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2000, 2010 dan 2013
2010
2013
(2)
(3)
(4)
.b ps .g o
(1)
2000
Laju Pertumbuhan Per Tahun 2010 - 2013 (5)
.id
Jumlah Penduduk
Kabupaten/ Kota
51.295
66.828
70.902
1,99
Kab. Kaimana
30.115
46.249
51.100
3,38
Kab. Teluk Wondama
18.522
28.534
2,73
Kab. Teluk Bintuni
37.172
52.422
56.597
2,59
187.726
197.824
1,76
22.487
37.900
41.085
2,73
62.909
70.619
76.669
2,78
Kab. Raja Empat
33.605
42.507
44.568
1,59
Kab. Tambrauw
5.917
6.144
13.376
29,61
Kab. Maybrat
20.245
33.081
35.798
2,67
Kota Sorong
119.800
190.625
211.840
3,58
Prov. Papua Barat
529.689
760.422
828.293
2,89
ht
.p
tp :// w
w
w
Kab. Sorong
26.321
ba
ua
127.622
ap
Kab. Manokwari Kab. Sorong Selatan
ra t
Kab. Fakfak
Sumber: BPS, SP2000, SP2010 dan Proyeksi Penduduk Tahun 2014.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
62
I
(2) Indikator Kependudukan
Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2010—2013
(1)
2011 (3)
2012 (4)
2013 (5)
.b ps .g o
2010 (2)
.id
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
Kabupaten/Kota
7,57
7,77
7,92
8,08
Kaimana
2,90
2,94
3,03
3,15
Teluk Wondama
6,67
7,03
7,21
Teluk Bintuni
2,52
2,59
2,65
2,72
41,08
42,21
43,38
5,78
5,92
6,08
6,23
10,83
11,13
11,43
11,72
5,24
5,39
5,46
5,55
Tambrauw
0,82
0,84
0,84
0,85
Maybrat
6,10
6,26
6,41
6,55
294,18
303,04
313,24
322,61
7,86
8,07
8,28
8,50
ap
39,95
tp :// w
w
w
.p
Sorong Selatan
Raja Empat
ba
6,85
ua
Manokwari
Sorong
ra t
Fakfak
ht
Kota Sorong
Prov. Papua Barat
Sumber: BPS, Provinsi Papua Barat Dalam Angka Tahun 2010—2013
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
63
II
(1) Kesehatan
Angka Harapan Hidup di Provinsi Papua Barat Tahun 2010—2013.
(tahun) 2011
2012
(2)
(3)
(4)
(5)
Fak-Fak
70,52
70,88
71,24
71,33
Kaimana
69,65
69,88
70,11
70,11
Teluk Wondama
67,51
68,01
68,06
Teluk Bintuni
68,21
68,54
68,88
68,90
68,00
68,29
68,58
68,73
66,66
66,82
66,99
67,07
67,85
68,22
68,59
68,65
Raja Ampat
66,17
66,50
66,82
67,07
Tambrauw
66,15
66,31
66,48
66,48
Maybrat
66,33
66,62
66,92
66,95
Kota Sorong
71,95
72,36
72,52
72,80
Prov. Papua Barat
68.51
68,81
69,14
69,14
ua .p
w
Sorong Selatan
ap
Manokwari
ht
tp :// w
w
Sorong
67,76
ba
(1)
.b ps .g o
2010
ra t
Kabupaten/Kota
.id
Angka Harapan Hidup 2013
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, IPM Provinsi Papua Barat 2010—2013.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
64
tp :// w
ht
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013 9,41 29,69 12,86 9,06 2,56 0,44 9,5 17,74 16,67
Kab. Teluk Wondama
Kab. Teluk Bintuni
Kab. Manokwari
Kab. Sorong Selatan
Kab. Sorong
Kab. Raja Ampat
Kab. Tambrauw
Kab. Maybrat
Kota Sorong
Provinsi Papua Barat
Sumber: BPS, Susenas 2013
13,3 6,08
Kab. Kaimana
14,09
(2)
49,75
66,31
40,89
29,56
41,56
50,83
23,83
43,33
60,4
38,4
54,03
58,31
(3)
ra t
ba
3,04
0,27
5,64
7,13
9,34
1,49
25,38
N.A
1,3
18,35
11,68
31,54
44,03
38,04
28,81
.id 11,59
3,99
11,48
18,84
8,51
9,82
3,74
18,58
13,06
42,57
4,76
2,61
(6)
Famili/ keluarga
.b ps .g o
33,78
7,11
14,92
11,31
1,63
24,72
24,5
(5)
Dukun
1,44
0,48
(4)
Tenaga paramedis lain
ua
ap
Bidan
.p
w
w
Dokter
Kab. Fakfak
(1)
Kabupaten/Kota
Penolong Kelahiran
0,59
N.A
0,94
N.A
N.A
N.A
0,41
1,28
0,91
N.A
1,75
N.A
(7)
Lainnya
Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Terakhir dan Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2013
II (2) Kesehatan
65
II
(3) Kesehatan
Kabupaten/Kota
Angka Kesakitan
.id
Angka Kesakitan Penduduk di Provinsi Papua Barat, Tahun 2010—2013.
2011 (3)
2012 (4)
2013 (5)
7,96
10,57
7,98
4,44
Kaimana
11,12
11,50
8,31
11,88
Teluk Wondama
22,32
13,79
12,30
11,18
Teluk Bintuni
23,49
18,42
18,60
20,09
Manokwari
16,32
14,18
15,47
10,25
Sorong Selatan
18,63
12,75
12,48
8,23
23,63
15,33
13,88
10,63
26,16
12,83
14,96
13,58
47,38
6,36
6,42
10,23
14,51
17,00
11,47
6,72
24,38
13,87
10,86
14,87
19,50
13,92
12,76
11,38
ua
ba
Fakfak
Sorong
ap
Raja Ampat
w
Kota Sorong
w
Maybrat
.p
Tambrauw
Prov. Papua Barat
tp :// w
ra t
(1)
.b ps .g o
2010 (2)
ht
Sumber: BPS, Susenas 2010—2013
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
66
III
(1) Pendidikan
Rata-rata Lama Sekolah
.b ps .g o
Angka Melek Huruf
Kabupaten/ Kota
.id
Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Berumur 15 Tahun atau Lebih di Provinsi Papua Barat, Tahun 2011—2013
2012 (3)
2013 (4)
2011 (5)
2012 (6)
2013 (7)
Fakfak
98,13
98,47
99,12
9,37
9,49
9,65
Kaimana
96,91
96,99
97,49
7,63
7,95
8,39
Teluk Wondama
84,18
85,12
85,79
6,69
7,14
7,62
Teluk Bintuni
87,05
87,38
87,41
6,91
7,02
7,22
Manokwari
88,77
89,03
89,98
8,43
8,53
8,62
Sorong Selatan
ba
ua
(1)
ra t
2011 (2)
88,43
88,45
88,56
8,06
8,09
8,10
91,76
91,84
92,09
8,09
8,11
8,19
94,13
94,34
94,86
7,43
7,53
7,64
77,33
77,38
77,72
5,78
5,80
5,83
90,87
91,22
91,41
8,00
8,64
8,64
Kota Sorong
99,14
99,69
99,71
10,68
10,99
11,02
Prov. Papua Barat
93,39
93,74
94,14
8,26
8,45
8,53
ap
Sorong
w
tp :// w
Maybrat
w
Tambrauw
.p
Raja Ampat
ht
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, IPM Provinsi Papua Barat 2013.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
67
III
(2) Pendidikan
(8)
(9)
74,04
80,79
16,87
23,10
91,72
41,35
57,17
3,49
10,00
90,67
80,41
52,52
48,08
8,93
7,38
95,08
93,38
83,08
72,43
50,78
5,31
1,81
97,07
94,09
88,45
93,07
54,38
75,34
26,38
37,79
Sorong Selatan
91,55
93,21
97,59
86,23
68,81
65,58
14,49
14,31
Sorong
97,06
99,21
ua
(4)
(5)
Fakfak
98,04
95,97
91,68
97,32
Kaimana
98,29
98,51
78,04
Teluk Wondama
88,81
86,78
Teluk Bintuni
93,80
Manokwari
90,61
93,44
66,87
65,83
21,55
18,32
Raja Ampat
92,27
92,87
93,23
95,98
62,37
70,77
10,65
6,73
Tambrauw
86,22
92,00
90,27
93,61
63,61
59,91
4,39
2,62
Maybrat
92,00
96,90
90,04
93,76
75,20
82,35
11,13
14,57
Kota Sorong
96,03
98,49
96,59
97,81
82,65
78,47
24,51
30,07
Papua Barat
95,56
95,58
91,65
92,81
67,18
72,04
19,90
24,00
w
w
(6)
ba
ra t
(7)
ap
(3)
.p
(2)
tp :// w
(1)
19 - 24 Tahun 2012 2013
.b ps .g o
Angka Partisipasi Sekolah 13 - 15 Tahun 16 - 18 Tahun 2012 2013 2012 2013
Kabupaten/ 7 - 12 Tahun Kota 2012 2013
.id
Angka Partisipasi Sekolah di Provinsi Papua Barat, 2012—2013
ht
Sumber: BPS, Susenas 2012 dan 2013
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
68
III
(3) Pendidikan
SD 2012 2013
PT 2012 2013
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Fakfak
93,19
86,77
66,06
67,19
47,13
75,61
12,43
20,91
Kaimana
94,11
90,53
55,67
52,89
36,17
51,93
n.a
n.a
Teluk Wondama
88,81
84,16
43,78
40,21
26,52
25,42
n.a
n.a
Teluk Bintuni
89,05
89,43
67,71
51,02
42,53
41,90
n.a
n.a
Manokwari
85,98
90,18
51,25
61,01
38,87
53,98
22,81
34,73
Sorong Selatan
88,16
87,41
49,93
50,80
37,95
46,52
6,85
6,84
Sorong
92,89
94,12
62,28
56,62
45,82
53,93
16,70
13,61
Raja Ampat
88,43
88,43
46,94
63,11
49,75
48,16
n.a
n.a
Tambrauw
85,05
89,45
32,83
60,96
23,25
37,85
n.a
n.a
Maybrat
82,68
90,96
83,13
74,98
41,76
52,65
n.a
n.a
Kota Sorong
88,87
91,59
68,10
69,80
62,01
59,17
21,11
28,35
Papua Barat
88,97
89,94
59,76
60,99
46,46
54,20
15,75
20,10
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
69
ba
ua
ap
.p
w
w
ra t
(2)
tp :// w
(1)
Angka Partisipasi Murni SMP SMA 2012 2013 2012 2013
.b ps .g o
Kabupaten/ Kota
.id
Angka Partisipasi Murni di Provinsi Papua Barat, 2012-—2013
ht
Sumber: BPS, Susenas 2012 dan 2013
V
(1) Taraf dan Pola Konsumsi
Perkembangan Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota di Papua Barat Tahun 2012 dan 2013
Penduduk Miskin (000)
(5)
(6)
(7)
22,8
394.248
29,84
21,25
9,9
309.655
18,60
9,57
11,9
403.964
39,43
11,31
39,54
25,6
492.193
40,33
22,96
465.735
28,65
65,6
475.559
28,45
56,66
246.030
19,48
8,9
255.932
20,50
8,47
266.586
32,81
24,3
279.725
35,48
27,38
261.278
20,49
10,3
273.436
21,16
9,47
Tambrauw
273.602
37,74
2,8
281.586
38,68
5,19
Maybrat
275.651
34,07
13,7
283.440
35,64
12,83
Kota Sorong
484.411
18,85
27,5
536.584
19,27
41,15
Prov. Papua Barat 354.626
27,04
223,2
397.003
27,14
226,24
(2)
(3)
Fakfak
393.794
28,50
Kaimana
308.295
17,53
Teluk Wondama
389.071
37,41
Teluk Bintuni
478.547
Manokwari Sorong Selatan
.p
w
w
Sorong
ht
tp :// w
Raja Ampat
(4)
ua
(1)
Penduduk GK Miskin Rp./kap/bln (000)
ra t
P0 (%)
ba
GK Rp./kap/bln
.b ps .g o P0 (%)
ap
Kabupaten/ Kota
September 2013
.id
September 2012
Sumber: BPS, Susenas 2012 dan 2013
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
70
V
(2) Taraf dan Pola Konsumsi
Garis Kemiskinan di Papua Barat Tahun 2009—2014 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Daerah/Tahun (2)
(3)
(1)
Total
.id
Non Makanan
.b ps .g o
Makanan
Perkotaan
(4)
223.357
Maret 2010
233.764
Maret 2011
251.752
Maret 2012
255.001
Maret 2013
276.018
Maret 2014
303.954
112.203
416.158
45.762
269.354
238.145
49.367
287.512
Maret 2011
255.647
56.090
311.737
Maret 2012
271.489
55.125
326.613
Maret 2013
292.615
63.223,84
355.839
Maret 2014
321.560
68.252
389.812
Maret 2009
223.538
53.878
277.416
Maret 2010
237.147
57.580
294.727
Maret 2011
254.759
64.036
318.796
Maret 2012
266.576
66.908
333.485
Maret 2013
287.655
76.275
363.929
Maret 2014
316.314
81.348
397.662
ba
ua
ap
Perdesaan
tp :// w
w
w
Maret 2010
223.592
.p
Maret 2009
81.373
304.730
85.406
319.170
ra t
Maret 2009
90.958
342.709
94.677
349.678
106.887
382.905
ht
Kota+Desa
Sumber: BPS, Susenas Panel 2009 - 2014
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
71
V
(3) Taraf dan Pola Konsumsi
Indeks Kedalaman (P1) dan Indeks Keparahan (P2) Kemiskinan di Papua Barat Tahun 2007—2014 Desa
(1)
(2)
(3)
Kota dan Desa (4)
.id
Kota
.b ps .g o
Daerah/Tahun
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
0,73
16,58
12,97
Maret 2008
0,73
11,67
9,18
Maret 2009
0,43
12,51
9,75
1,14
13,22
10,47
0,80
11,13
8,78
1,23
9,78
7,23
0,61
8,81
6,35
1,30
8,28
6,20
Maret 2007
0,12
7,29
5,66
Maret 2008
0,24
4,46
3,50
Maret 2009
0,04
4,61
3,57
Maret 2010
0,36
5,47
4,30
Maret 2011
0,14
4,40
3,43
Maret 2012
0,34
3,63
2,65
Maret 2013
0,11
3,03
2,16
Maret 2014
0,39
2,75
2,05
ra t
Maret 2007
Maret 2010
ba
Maret 2011
ua
Maret 2012 Maret 2014
ap
Maret 2013
ht
tp :// w
w
w
.p
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Sumber: BPS, Susenas Panel 2007 - 2014
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
72
V
(4) Taraf dan Pola Konsumsi
Kemampuan Daya Beli Masyarakat di Papua Barat, 2010—2013
2011
2012
2013
(2)
(3)
(4)
(5)
Fak-Fak
589,06
592,30
594,23
599,05
Kaimana
600,31
601,27
603,01
605,73
Teluk Wondama
601,00
601,97
602,76
605,45
Teluk Bintuni
598,46
600,33
601,28
604,05
Manokwari
588,30
ua
589,12
590,54
592,86
588,85
590,23
591,79
596,59
598,18
600,62
601,41
606,19
560,70
562,22
563,96
567,35
Tambrauw
441,15
443,07
446,25
449,68
Maybrat
582,12
583,20
584,54
588,25
Kota Sorong
635,48
638,70
641,28
646,11
Prov. Papua Barat
596,08
599,28
601,56
604,82
ba
(1)
.p
Sorong Selatan
w
Sorong
ra t
2010
ap
.b ps .g o
.id
Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan (PPP)
Kabupaten/Kota
ht
tp :// w
w
Raja Ampat
Sumber: BPS, Susenas 2010 - 2013
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
73
VI
(1) Perumahan dan Lingkungan
Atap Layak
2012
2013
2012
2013
2012
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Kab. Fakfak
97,87
97,16
100,00
99,37
76,41
81,39
Kab. Kaimana
89,03
95,60
.b ps .g o
2013
99,22
99,31
53,70
67,34
Kab. Teluk Wondama
99,79
92,89
92,26
93,84
11,14
17,37
Kab. Teluk Bintuni
97,94
ba
98,18
98,02
14,44
15,2
Kab. Manokwari
98,89
96,98
98,79
98,56
54,61
65,02
97,62
87,70
71,56
76,10
27,28
38,33
90,62
93,76
92,13
97,00
43,20
46,24
Kab. Raja Ampat
92,94
92,03
87,33
89,29
40,09
36,55
Kab. Tambrauw
80,56
60,41
78,05
71,92
20,12
29,62
Kab. Maybrat
97,11
99,47
98,12
95,61
59,05
50,8
Kota Sorong
98,79
98,67
99,83
99,70
86,90
84,28
Prov. Papua Barat
96,67
95,86
96,19
96,39
56,00
58,27
ht
tp :// w
w
w
Kab. Sorong
.p
Kab. Sorong Selatan
ap
(1)
98,23
Dinding Permanen
.id
Kabupaten/kota
ra t
Lantai Bukan Tanah
ua
Persentase Rumah Tangga Menurut Kondisi Perumahan di Provinsi Papua Barat, Tahun 2012—2013
Sumber: BPS, Susenas 2012 dan 2013
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
74
VI
(2) Perumahan dan Lingkungan
2012 (2)
2013
2012
2013
(3)
(4)
(5)
87,15
33,71
34,46
82,80
Kab. Kaimana
69,20
67,25
43,80
53,13
12,26
13,16
74,15
73,21
73,16
75,47
56,14
62,69
62,43
67,33
61,97
58,90
Kab. Sorong Selatan
46,39
45,46
26,25
30,57
Kab. Sorong
71,24
81,41
46,69
44,47
Kab. Raja Ampat
47,24
36,48
42,98
27,81
Kab. Tambrauw
20,22
27,38
21,87
43,83
Kab. Maybrat
43,48
25,48
29,58
22,77
Kota Sorong
80,44
88,43
71,48
68,41
Prov. Papua Barat
65,72
67,32
54,51
51,83
ba
ra t
Kab. Fakfak
tp :// w
(1)
Sanitasi Layak*
.b ps .g o
Air Minum Layak*
Kabupaten/kota
.id
Persentase Rumah Tangga yang Meangakses Air Minum Layak dan Sanitasi Layak Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat, Tahun 2012—2013
ua
Kab. Teluk Wondama
ap
Kab. Teluk Bintuni
ht
w
w
.p
Kab. Manokwari
Sumber: BPS, Susenas 2012 dan 2013
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
75
VI
(3) Perumahan dan Lingkungan
Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Sumber Penerangan di Provinsi Papua Barat, Tahun 2012—2013
2012 (2) 80,00
Kab. Kaimana
50,30
Kab. Teluk Wondama
.id
2012
2013
(3)
(4)
(5)
73,19
7,61
16,57
50,12
22,23
18,14
25,26
14,02
26,80
26,19
46,17
32,78
42,79
79,74
77,33
4,84
6,81
23,55
28,51
26,04
27,7
71,42
68,05
15,13
17,36
Kab. Raja Ampat
12,59
12,53
49,65
58,56
Kab. Tambrauw
16,37
7,53
59,21
55,84
Kab. Maybrat
17,38
24,79
42,43
30,03
Kota Sorong
98,35
99,65
1,49
0,17
Prov. Papua Barat
66,98
63,20
15,01
17,97
ra t
Kab. Fakfak
2013
ba
(1)
Listrik Non PLN
.b ps .g o
Listrik PLN
Kabupaten/kota
45,75
ua
Kab. Teluk Bintuni
ap
Kab. Manokwari
ht
tp :// w
w
w
Kab. Sorong
.p
Kab. Sorong Selatan
Sumber: BPS, Susenas 2012 dan 2013
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
76
VII
(1) Sosial Lainnya
Persentase Rumah Tangga yang Mempunyai Alat Komunikasi Informasi dan Teknologi di Provinsi Papua Barat Tahun 2012—2013
2013
(2)
(3)
(4)
(5)
Kab. Fakfak
2,85
3,18
75,33
78,36
Kab. Kaimana
2,36
1,28
57,20
49,04
Kab. Teluk Wondama
1,50
2,4
64,79
59,16
Kab. Teluk Bintuni
2,68
0,02
71,59
Kab. Manokwari
4,98
3,92
Kab. Sorong Selatan
0,75
0,72
ua
2012
2013
(7)
(8)
(9)
4,50
2,67
11,13
17,21
4,36
4,85
10,14
15,31
0,16
N.A
7,40
10,19
64,06
3,40
0,95
11,54
15,07
82,29
78,5
8,43
7,57
26,11
25,46
33,22
20,73
2,81
0,44
7,76
5,97
Kab. Sorong
2,08
2,75
71,79
71,41
4,08
1,42
9,99
6,34
Kab. Raja Ampat
0,00
N.A
33,15
53,08
1,05
1,26
6,19
7,49
0,00
N.A
10,30
25,17
0,00
N.A
0,62
1,48
0,00
N.A
3,65
13,77
0,59
N.A
0,96
0,33
Kota Sorong
7,19
5,08
97,43
95,33
11,45
8,05
25,77
31,15
Prov. Papua Barat
3,90
3,19
71,71
68,27
6,31
4,35
17,01
18,03
ap
w
(1)
w
Kab. Tambrauw
2013
(6)
ht
tp :// w
Kab. Maybrat
2012
.b ps .g o
2012
Laptop/ notebook
ra t
2013
ba
2012
Destop/PC
.p
Kabupaten/Kota
Handphone
.id
Telepon Rumah
Sumber: BPS, Susenas 2012 dan 2013
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
77
VII
(2) Sosial Lainnya
Persentase Penduduk yang Mengakses Intenet di Provinsi Papua Barat Tahun 2013
(1)
(2)
.id
Kabupaten/ Kota
Tempat Mengakses Internet
Warnet
(3)
(5)
20,87
9,10
54,39
Kaimana
7,37
19,54
37,22
T. Wondama
3,71
N.A
T. Bintuni
7,44
3,91
17,14
Raja Ampat
3,31
27,41
1,29
55,08
2,30
46,53
10,51
19,43
46,82
N.A
31,54
12,18
3,59
76,20
2,57
14,14
36,13
13,78
3,55
70,61
15,45
N.A
28,51
55,60
N.A
44,16
N.A
15,17
5,52
13,83
13,49
72,94
4,60
4,27
5,75
32,93
N.A
81,23
36,58
N.A 100,00
N.A
ba
ua
w
(8)
Tambrauw
0,55
N.A
N.A
N.A
Maybrat
0,15
N.A
N.A
100,00
N.A
N.A
N.A
Kota Sorong
21,86
11,46
24,83
11,15
2,86
72,00
22,16
ht
tp :// w
(7)
7,25
ap
2,76
Lainnya
60,28
.p
Sorong
w
0,84
(6)
HP
2,11
ra t
7,74
Sorong Selatan
Kantor Sekolah
(4)
Fakfak
Manokwari
.b ps .g o
% Penduduk Yang Mengakses Rumah Internet
11,11
12,19
32,07
14,42
3,45
69,76
15,79
Papua Barat
Sumber: BPS, Susenas 2013
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat, 2013
78
w
tp :// w
ht .p a
w ab
pu at .
ar
.id
bp s. go
tp :// w
ht
ba
ua
ap
.p
w
w
.id
ra t. bp s. go
w
tp :// w
ht .p a
w ab
pu at .
ar
.id
bp s. go