Bab IV Analisis Dan Pembahasan
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Uraian Umum Sesuai dengan program pengembangan sumber daya air di Aceh khususnya di Meureubo, sebuah fasilitas listrik akan dikembangkan di daerah ini. Daerah penelitian untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Di daerah Aceh data mengenai curah hujan diambil dari stasiun hujan BMKG Perlak. Di antara data yang dikumpulkan, hanya beberapa tahun dari data yang dapat dihitung
yaitu dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2010.
Perhitungan debit aliran sungai yang disarankan untuk menjadi dasar ditentukan pada periode yang cukup pengamatan. Output dari analisis hidrologi aliran air sungai yang dapat digunakan untuk menghasilkan tenaga dalam pembangkit listrik tenaga air selama operasi dan desain bangunan air. 4.2 Survey Hidrologi Tahap Survei hidrologi dibagi menjadi ke pengumpulan data klimatologi termasuk curah hujan, suhu, sinar matahari, kelembaban relatif dan kecepatan angin selama 10 tahun, pada tahun 2001 sampai dengan 2010. Aliran air yang direncanakan diambil dari Sungai, untuk menghasilkan tenaga dalam Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Perkiraan daerah tangkapan sepanjang aliran sungai dari lokasi yang direncanakan adalah sekitar 860 km2, hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 Berdasarkan data survei daerah tangkapan dan panjang sungai adalah: IV - 1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Tabel 4.1. Panjang dan Catchment Area Sungai Maureubo Daerah Tangkapan Sungai
Panjang Sungai
m2
km2
m
Km
860.000.000
860
17.000
17,00
Data Klimatologi Data klimatologi sekunder yang dikumpulkan selama survei antara lain :
Data curah hujan
Data penelitian tanah
A. Data Curah Hujan Data curah hujan daerah diperoleh dari stasiun pengamatan di dekat lokasi bendung. Di daerah Aceh, data yang digunakan dalam analisis adalah stasiun hujan BMKG Perlak karena data yang lengkap dan stasiun hujan terdekat. Data yang diperoleh adalah curah hujan harian dari tahun 2001 sampai dengan 2010.
B. Data Penelitian Tanah Data penelitian tanah yang diperoleh yaitu hasil uji tanah di lapangan maupun di laboratorium, sehingga dapat diketahui susunan tanah, ketebalan lapisan tanah, kekerasan tanah dan sifat fisik maupun teknis tanah untuk kemudian digunakan dalam perencanaan konstruksi substruktur.
IV - 2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
4.3. Analisis Hidrologi Untuk desain struktur hidrologi dan analisis, maka perlu untuk menentukan desain aliran banjir di berbagai periode ulang. Data yang diperlukan untuk desain analisis arus banjir adalah: 1. Daerah DAS : Dari daerah tangkapan dievaluasi pada 1:250.000 peta lokal skala dikeluarkan
oleh
Bakorsurtanal.
Batas
daerah
diperoleh dari data level yang ada di gambar peta. 2. Data
curah
hujan
Desain:
Data
diperoleh
dari
PT. ACEH
HYDROPOWER. Tujuan dari analisis data hidrologi adalah untuk mendapatkan: 1. Menghitung debit yang akan digunakan untuk menghitung potensi pembangkit listrik. 2. Sebuah rating curve yang menunjukkan hubungan antara aliran sungai dan permukaan air. 3. Aliran banjir yang direncanakan yang akan digunakan untuk menghitung stabilitas bendung.
4.3.1. Memenuhi Dari Data Yang Hilang Memenuhi data yang hilang menggunakan rumus ini:
Dimana : dx
= data curah hujan diketahui pada curah hujan pengukur x stasiun IV - 3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
n
= jumlah curah hujan stasiun pengukur dekat stasiun x di mana curah hujan data dapat diperoleh,
di
= data curah hujan di sekitarnya hujan mengukur stasiun
Anx
= curah hujan bulanan / tahunan di x stasiun
Ani
= curah hujan bulanan / tahunan di sekitar stasiun pengukur curah hujan dekat stasiun x dimana data curah hujan dapat memperoleh
4.3.2. Debit Andalan dan Durasi Analisis Curve Maksud dan tujuan untuk menganalisis debit andalan adalah untuk memperoleh kapasitas aliran yang dibutuhkan untuk memasok air ke calon PLTA yang akan menghasilkan energi listrik sepanjang tahun. Secara umum, hasil analisis aliran dapat dikonfirmasi kurva durasi aliran yang menunjukkan hubungan antara aliran (m3/detik) dan probabilitas aliran (%).
Perhitungan evapotranspirasi Perhitungan evapotranspirasi aktual dapat diperoleh dengan modifikasi metode Penman. Persamaan evapotranspirasi Penman:
IV - 4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
dimana: C
= Faktor Penyesuaian untuk rasio Udaylight ke Unight untuk Rhmax dan Its
W = Faktor Pembobotan untuk suhu dan lokasi lintang Rn = Jumlah radiasi bersih (mm / hari) n
= Rata-rata sinar matahari (jam / hari)
N
= Maksimum jam sinar matahari mungkin (jam / hari)
U
= Rata-rata angin dijalankan pada siang hari di ketinggian 2 m (m / detik)
ea = Tekanan uap jenuh pada rata-rata T (mBar) ed = Tekanan uap aktual (mBar)
Arus Ketersediaan Perhitungan aliran direncanakan menggunakan pendekatan Thorne white dikalibrasi dengan data yang terbatas. Hasil kalibrasi digunakan untuk menghitung aliran bulanan dengan menggunakan data curah hujan bulanan yang tersedia. Perhitungan menggunakan metode Thorne white sebagai berikut:
Presipitation (P) : Data curah hujan untuk ketersediaan aliran perhitungan digunakan hujan harian yang nyata.
IV - 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Potensial Evapotranspirasi (ETp): Potensi Evapotranspirasi dihitung dengan menggunakan Metode Penman.
Aktual Evapotranspirasi (ETc):
dimana: Etc
= Evapotranspiration aktual (mm)
ETp
= Evapotranspiration potensial (mm)
kc
= Koefisien evapotranspiration
Accumulate Potentional Water Loss (APWL) adalah nilai defisit akumulatif P-Etc STSM (Storage soil moisture / Penyimpanan kelembaban tanah):
dimana: STSM = Penyimpanan kelembaban tanah Sto
= kapasitas kelembaban tanah maksimum di zona akar
Moisture Surplus (S): Jika kelembaban tanah mencapai kapasitas maksimum kelembaban tanah (STO), sehingga residu (P-Et) pada zona akar disebut kelebihan kelembaban dan proses berikutnya akan infiltrasi.
IV - 6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Infiltrasi (In): Nilai infiltrasi adalah kumulatif infiltrasi yang disebabkan oleh hujan residu pada bulan ini dan banjir air sebelum bulan.
dimana: =
= Koefisien Infiltrasi
=
= Surplus Moisture bulan ini = Air banjir sebelum bulan
Air Banjir / Water flood (G):
dimana: =
= Air banjir bulan ini
Limpasan Langsung / Direct Run Off (DRO) : Apakah lebih dari hujan aliran air setelah infiltrasi (In) dan waterflood (G)
di permukaan cukup. Nilai DRO adalah surplus (Sn - In) atau surplus
waterflood Sn – In – (Gmak – Gn x (1-Ci), atau Sn x (1-Ci) – (Gmak – Gn x (1-Ci), atau (Sn – (Gmak – Gn)) x (1–Ci).
IV - 7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Aliran Dasar / Base Flow (Bf) : Aliran dasar dihitung dengan mengikuti
dimana: = Aliran dasar bulan ini = Aliran dasar bulan sebelumnya = Koefisien aliran dasar In
= Infiltrasi
Limpasan Total / Total Run Off (TRO) : (TRO)
= DRO + Bf dimana:
TRO
= Total Run Off (mm)
DRO
= Direct Run Off (mm)
Bf
= Base Flow (mm)
Unit Dikonversi Total Run Off dari (mm) ke dalam (lt / dt / ha)
Discharge Harian (QTRO)
IV - 8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
dimana: QTRO
= Discharge harian
TRO
= Total Run Off (lt/dt/ha)
f
= Catchmens area (km2)
4.4. Analisa Curah Hujan 4.4.1. Curah Hujan Tahunan Maksimum Data curah hujan daerah diperoleh dari stasiun pengamatan di daerah Aceh, data yang digunakan dalam analisis adalah stasiun hujan BMKG Perlak karena data yang lengkap dan stasiun hujan terdekat. Data yang diperoleh adalah curah hujan harian. Curah hujan harian maksimum dari tahun 2001 sampai dengan 2010 seperti dapat dilihat pada Tabel 4.2
IV - 9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Tabel 4.2. Curah Hujan Bulanan Maksimum
Tahun
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Max Rerata Min
Jan
Peb
Mar
Apr
Mei
350
300
350
150
100
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nop
Des
125
125
215
261 169 247 157 83 0 77 69 66 119 117 177 185 127 173 188 132 112 66 95 203 105 212 374 202 293 112 213 34 39 32 0 45 60 196 234 182 184 164 162 172 46 21 0 0 126 253 149 222 369 223 148 97 83 26 108 149 79 101 101 231 126 331 194 75 64 55 45 80 106 117 138 107 106 185 178 52 96 87 49 158 81 212 121 407 262 220 82 125 70 0 0 114 119 157 286 317 102 256 18 145 14 79 65 11 205 129 280 252 403 194 166 139 112 129 22 58 103 105 142 407.0 403.0 331.0 213.0 172.0 112.0 129.0 108.0 203.0 205.0 253.0 374.0 236.6 214.1 210.5 150.6 105.4 63.6 57.2 45.3 88.4 110.3 159.9 200.2 107.0 102.0 112.0 18.0 34.0 0.0 0.0 0.0 0.0 60.0 101.0 101.0
4.4.2.
Tahunan Total R24 (mm/th (mm) n) 1542 261 1972 374 1460 293 1459 253 1706 369 1562 331 1432 212 1842 407 1621 317 1825 403 1972.0 1642.1 1431.5
Analisis Frekuensi Curah Hujan Analisis frekuensi curah hujan ditujukan untuk mendapatkan tingkat
curah hujan 2,5,10,25,50 dan periode ulang 100 tahun. Curah hujan metode analisis frekuensi yang digunakan dalam analisis adalah Distribusi Normal, Distribusi Log Normal 2, Distribusi Log Normal 3, Gumbell, Pearson III, Log Pearson III. Hasil analisis untuk setiap metode tersebut kemudian dibandingkan dengan distribusi metode uji akurasi Smirnov-Kolmogorov. a. Metode Distribusi Normal Distribusi normal atau kurva normal disebut juga distribusi Gauss.
IV - 10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
dimana: XT = Besarnya curah hujan yang terjadi dengan periode ulang T tahun = Nilai rata-rata hitung variat Sx = Standard deviasi KT = Faktor frekuensi (nilai variabel reduksi Gauss), merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan tipe model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis peluang. Nilai faktor frekuensi dapat dilihat pada tabel 4.3 (Reduksi Gauss) Tabel 4.3. Nilai Reduksi Gauss
Tr
KTr
Probabilitas
1.0014
-3.05
0.999
1.005
-2.58
0.995
1.01
-2.33
0.990
1.05
-1.64
0.950
1.11
-1.28
0.900
1.25
-0.84
0.800
1.33
-0.67
0.750
1.43
-0.52
0.700
1.67
-0.25
0.600
IV - 11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Tr
KTr
Probabilitas
2
0
0.500
2.5
0.25
0.400
3.33
0.52
0.300
4
0.67
0.250
5
0.84
0.200
10
1.28
0.100
20
1.64
0.050
50
2.05
0.020
100
2.33
0.010
200
2.58
0.005
500
2.88
0.002
1000
3.09
0.001
Tr
No.
Tahun
Rangking
X
Xrangking
1
2001
8
261
407
11.00
2
2002
3
374
403
5.50
3
2003
7
293
374
3.6667
4
2004
9
253
369
2.75
5
2005
4
369
331
2.2
6
2006
5
331
317
1.8333
7
2007
10
212
293
1.5714
8
2008
1
407
261
1.357
9
2009
6
317
253
1.2222
10
2010
2
403
212
1.1
(Tahun)
IV - 12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Jumlah Data
n
10
Nilai Rata - Rata
X
322
Standart Deviasi
Sx
110
Tabel 4.4. Hasil Analisis Frekuensi Metode Distribusi Normal Tr (tahun)
KTr
XTr (mm)
Probabilitas
2
0
289,80
0.5
5
0.84
382,20
0.2
10
1.28
430,60
0.1
25
1.64
470,20
0.04
50
2.05
515,30
0.02
100
2.33
546,10
0.01
b. Metode Distribusi Log Normal dengan 2 Parameter Distribusi log normal adalah transformasi Distribusi Normal, yang mengubah variabel X terhadap logaritma X. Untuk 2 parameter Log metode normal persamaan transformasi dinyatakan sebagai:
IV - 13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
dimana: Log XT
= Nilai variat X yang diharapkan terjadi pada periode ulang T tahun = Nilai rata-rata Log X
S Log x
= Standard deviasi nilai Log X
KT
= Karakteristik dari distribusi log normal dua parameter. Nilai k dapat diperoleh dari tabel yang merupakan fungsi dari periode ulang dan nilai koefisien variasinya (Cv)
dimana:
(Lihat Table 4.5) Tabel 4.5. Faktor Frekuensi k Metode Distribusi Log Normal dengan 2 Parameter
Periode Ulang (tahun)
Koef. Variasi (Cv)
2
5
10
20
50
100
0,0500
-0,0250 0,8334 1,2965 1,6863 2,1341 2,4570
0,1000
-0,0496 0,8222 1,3078 1,7247 2,2130 2,5489
0,1500
-0,0738 0,8085 1,3156 1,7598 2,2899 2,2607
0,2000
-0,0971 0,7926 1,3200 1,7911 2,3640 2,7716
0,2500
-0,1194 0,7746 1,3209 1,8183 2,4318 2,8805
0,3000
-0,1406 0,7647 1,3183 1,8414 2,5015 2,9866 IV - 14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Koef. Variasi (Cv)
Periode Ulang (tahun) 2
5
10
20
50
100
0,3500
-0,1604 0,7333 1,3126 1,8602 2,5638 3,0890
0,4000
-0,1788 0,7100 1,3037 1,8746 2,6212 3,1870
0,4500
-0,1957 0,6870 1,2920 1,8848 2,6731 3,2799
0,5000
-0,2111 0,6626 1,2778 1,8909 2,7202 3,3673
0,5500
-0,2251 0,6379 1,2613 1,8931 2,7613 3,4488
0,6000
-0,2375 0,6129 1,2428 1,8915 2,7971 3,5211
0,6500
-0,2185 0,5879 1,2226 1,8866 2,8279 3,3930
0,7000
-0,2582 0,5631 1,2011 1,8786 2,8532 3,3663
0,7500
-0,2667 0,5387 1,1784 1,8677 2,8735 3,7118
0,8000
-0,2739 0,5118 1,1548 1,8543 2,8891 3,7617
0,8500
-0,2801 0,4914 1,1306 1,8388 2,9002 3,8056
0,9000
-0,2852 0,4686 1,1060 1,8212 2,9071 3,8137
0,9500
-0,2895 0,4466 1,0810 1,8021 2,9103 3,8762
1,0000
-0,2928 0,4254 1,0560 1,7815 2,9098 3,9035
IV - 15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Tr
No.
Tahun
Rangking
X
Xrangking
1
2001
8
261
407
11.00
2
2002
3
374
403
5.50
3
2003
7
293
374
3.6667
4
2004
9
253
369
2.75
5
2005
4
369
331
2.2
6
2006
5
331
317
1.8333
7
2007
10
212
293
1.5714
8
2008
1
407
261
1.357
9
2009
6
317
253
1.2222
10
2010
2
403
212
1.1
Jumlah Data
n
10
Nilai Rata - Rata
X
322
Sx
110
Cv
0.067
Standart Deviasi Koefisien Variasi
(Tahun)
IV - 16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Tabel 4.6. Hasil Analisis Frekuensi Metode Distribusi Log Normal 2 Parameter
Tr (tahun)
KTr
XTr (mm)
Probabilitas
2
-0.0250
287,05
0.5
5
0.8334
381,47
0.2
10
1.2965
432,42
0.1
25
1.6863
475,29
0.04
50
2.1341
524,55
0.02
100
2.4570
560,07
0.01
c. Metode Distribusi Log Normal dengan 3 Parameter Metode ini tidak lain adalah sama dengan distribusi log normal 2 parameter, kecuali bahwa ditambahkan parameter koefisien kemencengan yang dinyatakan pada persamaan sebagai:
IV - 17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
dimana: Log XT
= Nilai variat X yang diharapkan terjadi pada periode ulang T tahun = Nilai rata-rata Log X
S Log x
= Standard deviasi nilai Log X
KT
= Karakteristik dari distribusi log normal tiga parameter. Nilai k dapat diperoleh dari tabel yang merupakan fungsi dari periode ulang dan nilai koefisien kemencengan (CS)
dimana:
Sehingga, CS = 3Cv + Cv³ (Nilai CS dapat dilihat pada Table 4.7) Tabel 4.7. Faktor Frekuensi k Metode Distribusi Log Normal dengan 3 Parameter Koefisien Kemencengan
Periode Ulang T (tahun) 2
5
10
20
50
100
-2,00
0,2366
-0,6144
-1,2437
-1,8916
-2,7943
-3,5196
-1,80
0,2240
-0,6395
-1,2621
-1,8928
-2,7578
-3,4433
-1,60
0,2092
-0,6654
-1,2792
-1,8901
-2,7138
-3,3570
-1,40
0,1920
-0,6920
-1,2943
-1,8827
-2,6615
-3,2001
-1,20
0,1722
-0,7186
-1,3057
-1,8696
-2,6002
-3,1521
-1,00
0,1495
-0,7449
-1,3156
-1,8501
-2,5294
-3,0333
(CS)
IV - 18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Koefisien
Periode Ulang T (tahun)
Kemencengan (CS)
2
5
10
20
50
100
-0,80
0,1241
-0,7700
-1,3201
-1,8235
-2,4492
-2,9043
-0,60
0,0959
-0,7930
-1,3194
-1,7894
-2,3660
-2,7665
-0,40
0,0654
-0,8131
-1,3128
-1,7478
-2,2631
-2,6223
-0,20
0,0332
-0,8296
-1,3002
-1,5993
-2,1602
-2,4745
0,00
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,20
-0,0332
0,8296
1,3002
1,5993
2,1602
2,4745
0,40
-0,0654
0,8131
1,3128
1,7478
2,2631
2,6223
0,60
-0,0959
0,7930
1,3194
1,7894
2,3660
2,7665
0,80
-0,1241
0,7700
1,3201
1,8235
2,4492
2,9043
1,00
-0,1495
0,7449
1,3156
1,8501
2,5294
3,0333
1,20
-0,1722
0,7186
1,3057
1,8696
2,6002
3,1521
1,40
-0,1920
0,6920
1,2943
1,8827
2,6615
3,2001
1,60
-0,2092
0,6654
1,2792
1,8901
2,7138
3,3570
1,80
-0,2240
0,6395
1,2621
1,8928
2,7578
3,4433
2,00
-0,2366
0,6144
1,2437
1,8916
2,7943
3,5196
(Sumber : CD Soemarto, Hidrologi Teknik, 1999)
Jika hasil perhitungan distribusi terkosentrasi pada sisi sebelah kanan (X terletak disebelah kanan Mo) memiliki ekor yang lebih panjang ke kanan daripada yang ke kiri maka distribusi disebut menceng ke kanan atau memiliki kemencengan positif. Sebaliknya, jika hasil perhitungan distribusi terkosentrasi pada sisi sebelah kiri (X terletak disebelah kiri Mo) memiliki ekor yang lebih panjang ke kiri
IV - 19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
daripada yang ke kanan maka distribusi disebut menceng ke kiri atau memiliki kemencengan negatif.
Tr
No.
Tahun
Rangking
X
Xrangking
1
2001
8
261
407
11.00
2
2002
3
374
403
5.50
3
2003
7
293
374
3.6667
4
2004
9
253
369
2.75
5
2005
4
369
331
2.2
6
2006
5
331
317
1.8333
7
2007
10
212
293
1.5714
8
2008
1
407
261
1.357
9
2009
6
317
253
1.2222
10
2010
2
403
212
1.1
Jumlah Data
n
10
Nilai Rata - Rata
X
322
Sx
110
Cs
0.201
(Tahun)
Standart Deviasi Koefisien Kemiringan
IV - 20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Tabel 4.8. Hasil Analisis Frekuensi Metode Distribusi Log Normal 3 Parameter Tr (tahun)
KTr
XTr (mm)
Probabilitas
2
-0.0332
286,15
0.5
5
0.8296
381,06
0.2
10
1.3002
432,82
0.1
25
1.5993
465,72
0.04
50
2.1602
527,42
0.02
100
2.4745
562,00
0.01
d. Metode Distribusi Gumbell’s Metode distribusi Gumbell adalah salah satu metode yang paling sering digunakan dan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
K = (YT – Yn) / Sn
dimana: XT = Besarnya curah hujan yang terjadi dengan periode ulang T tahun = Nilai rata-rata hitung variat curah hujan maksimum Sx = Standard deviasi
IV - 21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
K
= Faktor karakteristik
Yn = Nilai reduksi variat Sn = Nilai reduksi dari standar deviasi Hasil analisis frekuensi dengan metode ini dapat dilihat pada Tabel 4.12
Tabel 4.9. Hubungan periode ulang (T) dengan Reduksi variat dari variabel (Yn) T
Yn
2
0.3665
5
1.4999
10
2.2504
20
2.9702
25
3.1985
50
3.9019
100
4.6001
(Sumber : CD Soemarto, Hidrologi Teknik, 1999)
Tabel 4.10. Hubungan Reduksi Variat Rata-Rata (Yn) dengan Jumlah Data (n) n
Yn
n
Yn
N
Yn
N
Yn
10
0.4952
34
0.5396
58
0.5515
82
0.5572
11
0.4996
35
0.5402
59
0.5518
83
0.5574
12
0.5035
36
0.5410
60
0.5521
84
0.5576
13
0.5070
37
0.5418
61
0.5524
85
0.5578
14
0.5100
38
0.5424
62
0.5527
86
0.5580
15
0.5128
39
0.5430
63
0.5530
87
0.5581
IV - 22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
n
Yn
n
Yn
N
Yn
N
Yn
16
0.5157
40
0.5439
64
0.5533
88
0.5583
17
0.5181
41
0.5442
65
0.5535
89
0.5585
18
0.5202
42
0.5448
66
0.5538
90
0.5586
19
0.5220
43
0.5453
67
0.5540
91
0.5587
20
0.5236
44
0.5458
68
0.5543
92
0.5589
21
0.5252
45
0.5463
69
0.5545
93
0.5591
22
0.5268
46
0.5468
70
0.5548
94
0.5592
23
0.5283
47
0.5473
71
0.5550
95
0.5593
24
0.5296
48
0.5477
72
0.5552
96
0.5595
25
0.5309
49
0.5481
73
0.5555
97
0.5596
26
0.5320
50
0.5485
74
0.5557
98
0.5598
27
0.5332
51
0.5489
75
0.5559
99
0.5599
28
0.5343
52
0.5493
76
0.5561
100
0.5600
29
0.5353
53
0.5497
77
0.5563
-
-
30
0.5362
54
0.5501
78
0.5565
-
-
31
0.5371
55
0.5504
79
0.5567
-
-
32
0.5380
56
0.5508
80
0.5569
-
-
33
0.5388
57
0.5511
81
0.5570
-
-
(Sumber : CD Soemarto, Hidrologi Teknik, 1999) Tabel 4.11. Hubungan Deviasi Standart (Sn) dengan Jumlah Data (n) n
sn
N
sn
n
sn
N
sn
10
0.9496
33
1.1226
56
1.1696
79
1.1930
11
0.9676
34
1.1255
57
1.1708
80
1.1938
12
0.9833
35
1.1285
58
1.1721
81
1.1945
13
0.9971
36
1.1313
59
1.1734
82
1.1953
14
1.0095
37
1.1339
60
1.1747
83
1.1959 IV - 23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
n
sn
N
sn
n
sn
N
sn
15
1.0206
38
1.1363
61
1.1759
84
1.1967
16
1.0316
39
1.1388
62
1.1770
85
1.1973
17
1.0411
40
1.1413
63
1.1782
86
1.1980
18
1.0493
41
1.1436
64
1.1793
87
1.1987
19
1.0565
42
1.1458
65
1.1803
88
1.1994
20
1.0628
43
1.1480
66
1.1814
89
1.2001
21
1.0696
44
1.1499
67
1.1824
90
1.2007
22
1.0754
45
1.1519
68
1.1834
91
1.2013
23
1.0811
46
1.1538
69
1.1844
92
1.2020
24
1.0864
47
1.1557
70
1.1854
93
1.2026
25
1.0915
48
1.1574
71
1.1863
94
1.2032
26
1.0961
49
1.1590
72
1.1873
95
1.2038
27
1.1004
50
1.1607
73
1.1881
96
1.2044
28
1.1047
51
1.1623
74
1.1890
97
1.2049
29
1.1086
52
1.1638
75
1.1898
98
1.2055
30
1.1124
53
1.1658
76
1.1906
99
1.2060
31
1.1159
54
1.1667
77
1.1915
100
1.2065
32
1.1193
55
1.1681
78
1.1923
-
-
IV - 24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
No.
Tahun
Rangking
X
Xrangking
Tr (Bulan)
(X1 - X)²
1
2001
8
261
407
11.00
3.721,00
2
2002
3
374
403
5.50
2.704,00
3
2003
7
293
374
3.6667
841,00
4
2004
9
253
369
2.75
4.761,00
5
2005
4
369
331
2.2
2.209,00
6
2006
5
331
317
1.8333
81,00
7
2007
10
212
293
1.5714
12.100,00
8
2008
1
407
261
1.357
7.225,00
9
2009
6
317
253
1.2222
25,00
10
2010
2
403
212
1.1
6.561,00
n
10
Total Nilai
ƩX
3220
Nilai Rata - Rata
X
322
(X1 - X)²
40.228,00
Sx
110
Koefisien Yn
Yn
0.4952
Koefisien Sn
Sn
0.9496
Jumlah Data
Total Nilai Standart Deviasi
IV - 25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Tabel 4.12. Hasil Analisis Frekuensi Metode Distribusi Gumbell’s Tr (tahun)
YTr
K
XTr (mm)
Probabilitas
2
0.3665
-0.14
313,00
0.5
5
1.4999
1.06
391,73
0.2
10
2.2504
1.85
443,83
0.1
25
3.1985
2.85
509,63
0.04
50
3.9019
3.52
554,00
0.02
100
4.6001
4.32
606,91
0.01
e. Metode Distribusi Pearson Type III Persamaan distribusi pearson III dapat dinyatakan sebagai berikut :
dimana: XT
= Besarnya curah hujan yang terjadi dengan periode ulang T tahun = Nilai rata-rata hitung variat curah hujan maksimum
Sx K
= Standard deviasi = Faktor karakteristik dari distribusi pearson III. Nilai k dapat diperoleh
dari tabel yang merupakan fungsi dari periode ulang dan nilai koefisien kemencengan (CS) Hasil analisis frekuensi dengan metode ini dapat dilihat pada Tabel 4.12
IV - 26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Tabel 4.13. Nilai K Distribusi Pearson III dan Log Pearson III untuk koefisien kemencengan Cs
Kemencengan (Cs)
Periode Ulang Tahun 2
5
10
25
50
100
200
1000
Peluang (%) 50
20
10
4
2
1
0,5
0,1
3.0
-0.396
0.420
1.180
2.278
3.152
4.051
4.970
7.250
2.5
-0.360
0.518
1.250
2.262
3.048
3.845
4.652
6.600
2.2
-0.330
0.574
1.284
2.240
2.970
3.705
4.444
6.200
2.0
-0.307
0.609
1.302
2.219
2.912
3.605
4.298
5.910
1.8
-0.282
0.643
1.318
2.193
2.848
3.499
4.147
5.660
1.6
-0.254
0.675
1.329
2.163
2.780
3.388
3.990
5.390
1.4
-0.225
0.705
1.337
2.128
2.706
3.271
3.828
5.110
1.2
-0.195
0.732
1.340
2.087
2.626
3.149
3.661
4.820
1.0
-0.164
0.758
1.340
2.043
2.542
3.022
3.489
4.540
0.9
-0.148
0.769
1.339
2.018
2.498
2.957
3.401
4.395
0.8
-0.132
0.780
1.336
2.998
2.453
2.891
3.312
4.250
0.7
-0.116
0.790
1.333
2.967
2.407
2.824
3.223
4.105
0.6
-0.099
0.800
1.328
2.939
2.359
2.755
3.132
3.960
0.5
-0.083
0.808
1.323
2.910
2.311
2.686
3.041
3.815
0.4
-0.066
0.816
1.317
2.880
2.261
2.615
2.949
3.670
0.3
-0.050
0.824
1.309
2.849
2.211
2.544
2.856
3.525
0.2
-0.033
0.830
1.301
2.818
2.159
2.472
2.763
3.380
0.1
-0.017
0.836
1.292
2.785
2.107
2.400
2.670
3.235
0.0
0.000
0.842
1.282
2.751
2.054
2.326
2.576
3.090
-0.1
0.017
0.836
1.270
2.761
2.000
2.252
2.482
3.950
-0.2
0.033
0.850
1.258
1.680
1.945
2.178
2.388
2.810
IV - 27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Kemencengan (Cs)
Periode Ulang Tahun 2
5
10
25
50
100
200
1000
Peluang (%) 50
20
10
4
2
1
0,5
0,1
-0.3
0.050
0.853
1.245
1.643
1.890
2.104
2.294
2.675
-0.4
0.066
0.855
1.231
1.606
1.834
2.029
2.201
2.540
-0.5
0.083
0.856
1.216
1.567
1.777
1.955
2.108
2.400
-0.6
0.099
0.857
1.200
1.528
1.720
1.880
2.016
2.275
-0.7
0.116
0.857
1.183
1.488
1.663
1.806
1.926
2.150
-0.8
0.132
0.856
1.166
1.488
1.606
1.733
1.837
2.035
-0.9
0.148
0.854
1.147
1.407
1.549
1.660
1.749
1.910
-1.0
0.164
0.852
1.128
1.366
1.492
1.588
1.664
1.800
-1.2
0.195
0.844
1.086
1.282
1.379
1.449
1.501
1.625
-1.4
0.225
0.832
1.041
1.198
1.270
1.318
1.351
1.465
-1.6
0.254
0.817
0.994
1.116
1.166
1.200
1.216
1.280
-1.8
0.282
0.799
0.945
0.035
1.069
1.089
1.097
1.130
-2.0
0.307
0.777
0.895
0.959
0.980
0.990
1.995
1.000
-2.2
0.330
0.752
0.844
0.888
0.900
0.905
0.907
0.910
-2.5
0.360
0.711
0.771
0.793
0.798
0.799
0.800
0.802
-3.0
0.396
0.636
0.660
0.666
0.666
0.667
0.667
0.668
(Sumber : CD Soemarto, Hidrologi Teknik, 1999)
IV - 28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
No.
Tahun
Rangking
X
Xrangking
1
2001
8
261
407
2
2002
3
374
3
2003
7
4
2004
5
Tr
(X1 - X)²
(X1 - X)³
11.00
3.721,00
-226.981,00
403
5.50
2.704,00
140.608,00
293
374
3.6667
841,00
-24.389,00
9
253
369
2.75
4.761,00
-328.509,00
2005
4
369
331
2.2
2.209,00
103.823,00
6
2006
5
331
317
1.8333
81,00
729,00
7
2007
10
212
293
1.5714
12.100,00
-1.331.000,00
8
2008
1
407
261
1.357
7.225,00
614.125,00
9
2009
6
317
253
1.2222
25,00
-125,00
10
2010
2
403
212
1.1
6.561,00
531.441,00
Jumlah Data
n
Total Nilai
ƩX
3220
Nilai Rata - Rata
X
322
Total Nilai
Ʃ (X1 - X)²
40.228,00
Total Nilai
Ʃ (X1 - X)³
-520.278,00
Standart Deviasi
Sx
110
Cs
0.201
Koefisien Skewness
(Tahun)
10
IV - 29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Tabel 4.14. Hasil Analisis Frekuensi Metode Distribusi Pearson Type III
Tr (tahun)
KTr
XTr
Probabilitas
2
-0.033
319,82
0.5
5
0.830
379,71
0.2
10
1.301
407,75
0.1
25
2.818
507,73
0.04
50
2.159
464,30
0.02
100
2.472
484,93
0.01
f. Metode Distribusi Log Pearson Type III Persamaan distribusi Log Pearson III dapat dinyatakan sebagai berikut :
dimana: Log XT
= Nilai variat X yang diharapkan terjadi pada periode ulang T tahun = Nilai rata-rata Log X
S Log x
= Standard deviasi nilai Log X IV - 30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
K
= Faktor karakteristik dari distribusi log pearson III. Nilai k dapat
diperoleh dari tabel yang merupakan fungsi dari periode ulang dan nilai koefisien kemencengan (CS)
(Nilai CS dapat dilihat pada Table 4.12) Hasil analisis frekuensi dengan metode ini dapat dilihat pada Tabel 4.15
Tr
(log X1 -
(log X1 -
(Tahun)
log X)²
log X)³
407
11.00
1.568
-1.964
2,573
403
5.50
1.847
-2.511
293
2,467
374
3.6667
1.509
-1.855
9
253
2,403
369
2.75
1.509
-1.853
2005
4
369
2,567
331
2.2
1.680
-2.178
2006
5
331
2,520
317
1.8333
1.582
-1.991
2007
10
212
2,326
293
1.5714
1.488
-1.816
2008
1
407
2,610
261
1.357
1.768
-2.350
2009
6
317
2,501
253
1.2222
1.623
-2.066
2010
2
403
2,605
212
1.1
1.757
-2.329
Tahun
Rangking
X
log X
Xrangking
2001
8
261
2,417
2002
3
374
2003
7
2004
IV - 31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Jumlah Data
n
Total Nilai
Ʃ log X
24,988
Nilai Rata – Rata
log X
1.937
Total Nilai
10
Ʃ (log X1 - log X)²
Total Nilai Standart Deviasi
3,25
Ʃ (log X1 - log X)³
-1,92
S log x
0,601
Koefisien Skewness Cs
0.207
Tabel 4.15. Hasil Analisis Frekuensi Metode Distribusi Log Pearson Type III
Tr
KTr
log XTr
XTr (mm)
Probabilitas
2
-0.033
1.942
3.217,82
0.5
5
0.83
2.0085
3.274,71
0.2
10
1.301
2.0478
3.305,75
0.1
25
2.818
2.1516
3.405,73
0.04
50
2.159
2.1135
3.362,30
0.02
100
2.472
2.1357
3.382,93
0.01
(tahun)
IV - 32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
4.4.3. Uji Keselarasan Distribusi Uji keselarasan dimaksudkan untuk menentukan persamaan distribusi peluang yang telah dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang dianalisis. Ada dua jenis uji keselarasan, yaitu Chi Square dan Smirnov Kolmogorof. Pada tes ini yang diamati adalah nilai hasil perhitungan yang diharapkan dengan metode Smirnov Kolmogorof. Metode Smirnov Kolmogorof dikenal juga dengan uji kecocokan non parametric karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu. Prosedurnya sebagai berikut : 1.
Urutkan data dari besar ke kecil atau sebaliknya dan tentukan peluangnya dari masing-masing data tersebut.
2.
Tentukan nilai variabel reduksi f(t)
3.
Tentukan peluang teoritis P'(Xi) dari nilai f(t) dengan table
4.
Dari kedua nilai peluang tersebut tentukan selisih antara pengamatan dan peluang teoritis. D maks = Maksimal P(Xi) - P'(Xi)
5.
Berdasarkan tabel nilai kritis Smirnov Kolmogorof tentukan harga Do lihat table 4.16 dan 4.17
IV - 33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Tabel 4.16. Wilayah Luas di bawah kurva normal uji smirnov kolmogorof untuk α = 5% T
α=0.05
t
α=0.05
-3.40
0.0003
-0.20
0.4013
-3.30
0.0004
-0.10
0.4404
-3.20
0.0006
0.50
0.7088
-3.10
0.0008
0.60
0.7422
-3.00
0.0011
0.70
0.7734
-2.90
0.0016
0.80
0.8023
-2.80
0.0022
0.90
0.8289
-2.70
0.003
1.00
0.8591
-2.60
0.004
1.10
0.8749
-2.50
0.0054
1.20
0.8944
-2.40
0.0071
1.30
0.9115
-2.30
0.0094
1.40
0.9265
-2.20
0.0122
1.50
0.9394
-2.10
0.0158
1.60
0.9505
-1.40
0.0735
1.70
0.959
-1.30
0.0885
1.80
0.9678
-1.20
0.1056
2.50
0.9946
-1.10
0.1251
2.60
0.996
-1.00
0.1469
2.70
0.997
-0.90
0.1711
2.80
0.9978
-0.80
0.1977
2.90
0.9984
-0.70
0.2266
3.00
0.9989
-0.60
0.2578
3.10
0.9992
-0.50
0.2912
3.20
0.9994
-0.40
0.3264
3.30
0.9996 IV - 34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
-0.30
0.3632
3.40
0.9997
(Sumber : Suripin, Dr, Ir, M.Eng., 2004, "Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan")
Tabel 4.17. Nilai Kritis (Do) uji Smirnov Kolmogorof α N 0.2
0.1
0.05
0.01
5
0.45
0.51
0.55
0.67
10
0.32
0.37
0.41
0.49
15
0.27
0.30
0.34
0.40
20
0.23
0.26
0.29
0.36
25
0.21
0.24
0.27
0.32
30
0.19
0.22
0.24
0.29
35
0.18
0.20
0.23
0.27
40
0.17
0,19
0.21
0.25
45
0.16
0.18
0.20
0.24
50
0.15
0.17
0.19
0.23
n>50
1,07/n
1,22/n
1.36/n
1,63/n
(Sumber : Suripin, Dr, Ir, M.Eng., 2004, "Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan")
Analisis perhitungan uji keselarasan Smirnov Kolmogorof untuk distribusi normal, distribusi log normal 2 parameter, distribusi log normal 3 parameter, distribusi gumbel, distribusi pearson type III, dan distribusi Log Pearson Type III dapat dilihat pada table 4.18 sampai 4.23 dengan standart deviasi nilai α = 5%. IV - 35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Uji Smirnov Kolmogorof untuk Distribusi Normal Tabel 4.18. Uji Smirnov Kolmogorof Metode Distribusi Normal Rangking
Tr
XTr
Weilbull
(m)
(tahun)
(mm)
P(x) = m/(n+1)
1
2
289,80
2
5
3
f (t)
P'(x)
D max
0.143
-1.59
0.058
0.09
382,20
0.286
-0.61
0.255
0.03
10
430,60
0.429
-0.09
0.481
-0.05
4
25
470,20
0.571
0.33
0.633
-0.06
5
50
515,30
0.714
0.81
0.805
-0.09
6
100
546,10
0.857
1.14
0.883
-0.03
Jumlah Data
n
6
Nilai Rata - Rata
X
439,03
Standart Deviasi
Sx
93.619
D kritis
0.52
Dmax
D kritis <
0.09
0.52 Diterima
IV - 36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Uji Smirnov Kolmogorof untuk Distribusi Log Normal dengan 2 Parameter Tabel 4.19. Uji Smirnov Kolmogorof Metode Distribusi Log Normal 2 Parameter Weilbull
Rangking
Tr
(m)
(tahun)
1
2
287,05
2
5
3
f (t)
P'(x)
D max
0.143
-1.57
0.064
0.08
381,47
0.286
-0.62
0.238
-0.05
10
432,42
0.429
-0.11
0.533
-0.10
4
25
475,29
0.571
0.32
0375
-0.20
5
50
524,55
0.714
0.81
0.810
-0.10
6
100
560,07
0.857
1.17
0.898
-0.04
Jumlah Data
XTr (mm)
P(x) =
D kritis
m/(n+1)
n
6
Nilai Rata - Rata
X
443,47
Standart Deviasi
Sx
99.614
Dmax
0.52
D kritis <
0.20
0.52 Diterima
IV - 37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Uji Smirnov Kolmogorof untuk Distribusi Log Normal dengan 3 Parameter Tabel 4.20. Uji Smirnov Kolmogorof Metode Distribusi Log Normal 3 Parameter Weilbull
Rangking
Tr
XTr
(m)
(tahun)
(mm)
1
2
286,15
2
5
3
f (t)
P'(x)
D max
0.143
-1.56
0.062
0.08
381,06
0.286
-0.61
0.241
0.04
10
432,82
0.429
-0.10
0.557
-0.13
4
25
465,72
0.571
0.23
0.619
-0.05
5
50
527,42
0.714
0.85
0.810
-0.10
6
100
562,00
0.857
1.19
0.892
-0.04
Jumlah Data
n
P(x) =
D kritis
m/(n+1)
6
Nilai Rata - Rata
X
442,53
Standart Deviasi
Sx
100.344
0.52
Dmax
D kritis <
0.08
0.52 Diterima
IV - 38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Uji Smirnov Kolmogorof untuk Distribusi Gumbell’s Tabel 4.21. Uji Smirnov Kolmogorof Metode Distribusi Gumbell’s Weilbull Rangking
Tr
XTr
(m)
(tahun)
(mm)
P(x) =
f (t)
P'(x)
D max
D kritis
m/(n+1) 1
2
313,10
0.143
-1.45
0.070
0.07
2
5
391,73
0.286
-0.72
0.221
0.06
3
10
443,83
0.429
-0.24
0.424
0.00
4
25
509,63
0.571
0.37
0.646
-0.07
5
50
554,00
0.714
0.78
0.805
-0.09
6
100
606,91
0.857
1.26
0.903
-0.05
Jumlah Data
n
6
Nilai Rata - Rata
X
469,86
Standart Deviasi
Sx
108,44
0.52
Dmax 0.07
D kritis < 0.52 Diterima
IV - 39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Uji Smirnov Kolmogorof untuk Distribusi Pearson Type III Tabel 4.22. Uji Smirnov Kolmogorof Metode Distribusi Pearson Type III Weilbull
Rangking
Tr
XTr
(m)
(tahun)
(mm)
1
2
319,82
2
5
3
f (t)
P'(x)
D max
0.143
-0.99
0.152
-0.01
376,71
0.286
-0.46
0.285
0.00
10
407,75
0.429
-0.18
0.472
-0.04
4
25
507,73
0.571
0.75
0.788
-0.22
5
50
464,30
0.714
0.35
0.651
0.06
6
100
484,93
0.857
0.54
0.739
0.12
Jumlah Data
n
P(x) =
D kritis
m/(n+1)
6
Nilai Rata - Rata
X
426,87
Standart Deviasi
Sx
72,63
0.52
Dmax
D kritis <
0.12
0.52 Diterima
IV - 40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Uji Smirnov Kolmogorof untuk Distribusi Log Pearson Type III Tabel 4.23. Uji Smirnov Kolmogorof Metode Distribusi Log Pearson Type III Weilbull
Rangking
Tr
(m)
(tahun)
1
2
3.217,82
2
5
3
f (t)
P'(x)
D max
0.143
-0.99
0.152
-0.01
3.274,71
0.286
-0.46
0.285
0.00
10
3.305,75
0.429
-0.18
0.472
-0.04
4
25
3.405,73
0.571
0.75
0.788
-0.22
5
50
3.362,30
0.714
0.35
0.651
-0.06
6
100
3.382,93
0.857
0.54
0.739
0.12
Jumlah Data
XTr (mm)
P(x) =
D kritis
m/(n+1)
n
6
Nilai Rata - Rata
X
3.324,87
Standart Deviasi
Sx
71,63
0.52
Dmax
D kritis <
0.12
0.52 Diterima
IV - 41
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Tabel 4.24. Rekapitulasi Analisis Curah Hujan Rencana Analisa Frekuensi Curah Hujan Rencana (mm) No.
Periode
Log
Ulang
Log Normal Normal
Log Normal
2 Parameter 3 Parameter Gumbell
Pearson
Pearson
III
III
1
2
289,80
287,05
286,15
313,10
319,82
3.217,82
2
5
382,20
381,47
381,06
391,73
376,71
3.274,71
3
10
430,60
432,42
432,82
443,83
407,75
3.305,75
4
25
470,20
475,29
465,72
509,63
507,73
3.405,73
5
50
515,30
524,55
527,42
554,00
464,30
3.362,30
6
100
546,10
560,07
562,00
606,91
484,93
3.382,93
Tabel 4.25. Rekapitulasi keselarasan Analisis Frekuensi Curah Hujan Rencana Uji Keselarasan Distribusi metode Smirnov Kologorov dengan α 5% No.
Periode Ulang
Normal
Log Normal
Log Normal
2 Parameter 3 Parameter
Gumbell
Pearson III
Log Pearson III
1
2
0.09
0.08
0.08
0.07
0.01
0.01
2
5
0.03
0.05
0.04
0.06
0.00
0.00
3
10
0.05
0.10
0.13
0.00
0.04
0.04
4
25
0.06
0.20
0.05
0.07
0.22
0.22
5
50
0.09
0.10
0.10
0.09
0.06
0.06
6
100
0.03
0.04
0.04
0.05
0.12
0.12
0.09
0.20
0.13
0.09
0.22
0.22
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Selisih Maksimal Uji Keselarasan
IV - 42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan pada table 4.24 dan tabel 4.25 maka dapat diambil kesimpulan bahwa curah hujan rencana yang dipakai berdasarkan metode Gumbell’s dikarenakan nilai deviasi yang paling kecil dibandingkan dengan metode yang lain.
4.4.4. Perhitungan Intensitas Curah Hujan Curah hujan dalam jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang disebut dengan intensitas curah hujan. Hujan dalam intensitas yang besar umumnya terjadi dalam waktu yang pendek. Hubungan intensitas hujan dengan waktu hujan banyak dirumuskan, yang pada umumnya tergantung pada parameter setempat. Intensitas curah hujan rata-rata digunakan sebagai parameter perhitungan debit. Rumus intensitas curah hujan yang akan digunakan antara lain : a. Metode Dr. Mononobe b. Metode Talbot Metode Dr. Mononobe Perhitungan intensitas curah hujan ini menggunakan metode Dr. Mononobe yang merupakan sebuah variasi dari persamaan – persamaan curah hujan jangka pendek, persamaannya sebagai berikut (Soemarto, 1993, Hidrologi Teknik): IV - 43
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
dimana: I
= Intensitas curah hujan (mm/jam)
t
= Lamanya curah hujan (jam)
R24
= C urah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.25 Contoh : Untuk t = 5 menit
= 5/60
=
0.083
jam
I2 =
313,10 24
x (
24 0.083
)2/3
=
568,94
mm/jam
I5 =
376,71 24
x (
24 0.083
)2/3
=
711,83
mm/jam
I10 =
407,75 24
x (
24 0.083
)2/3
=
806,48
mm/jam
I25 =
509,63 24
x (
24 0.083
)2/3
=
519,97
mm/jam
I50 =
554,00 24
x (
24 0.083
)2/3
=
1.006,69
mm/jam
24 0.083
)2/3
=
1.102,84
mm/jam
I100 =
606,91 24
x (
Perhitungan Selanjutnya ditabelkan :
IV - 44
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Perhitungan Intensitas Curah Hujan Berdasarkan Dr. Mononobe Tabel 4.26. Perhitungan Intensitas Curah Hujan Met. Dr. Mononobe Menit
Intensitas Curah Hujan ( mm/menit )
(t)
I2
I5
I10
I25
I50
I100
5
568,94
711,82
806,48
519,95
1.006,69
1.102,83
10
358,41
448,42
508,05
327,55
634,17
694,74
20
225.78
282.48
320.05
206.34
399.50
437.66
30
172.30
215.57
244.24
157.47
304.87
333.99
40
142.23
177.95
201.62
129.99
251.67
275.70
50
122.57
153.35
173.75
112.02
216.88
237.59
60
108.54
135.80
153.86
99.20
192.06
210.406
70
97.94
122.54
138.83
89.51
173.30
189.85
80
89.60
112.10
127.01
81.88
158.54
173.68
90
82.83
103.63
117.42
75.70
146.57
160.56
100
77.21
96.61
109.45
70.57
136.62
149.67
110
72.46
90.66
102.71
66.22
128.21
140.46
120
68.37
85.55
96.92
62.49
120.99
132.54
130
64.82
81.10
91.89
59.24
114.70
125.65
140
61.70
77.19
87.46
56.39
109.17
119.60
150
58.92
73.72
83.53
53.85
104.26
114.22
160
56.44
70.62
80.013
51.58
99.87
170
54.21
67.82
76.84
49.54
95.92
105.08
180
52.18
65.28
73.97
47.691
92.33
101.15
190
50.33
62.97
71.35
46.00
89.06
97.57
200
48.64
60.86
68.95
44.45
86.07
94.29
210
47.08
58.91
66.74
43.03
83.31
91.27
220
45.64
57.11
64.70
41.71
80.77
88.48
230
44.31
55.44
62.81
40.50
78.41
85.90
109.41
IV - 45
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Menit
Intensitas Curah Hujan ( mm/menit ) I5 I10 I25 I50
(t)
I2
I100
240
43.07
53.89
61.06
39.36
76.21
83.49
250
41.92
52.44
59.42
38.31
74.17
81.25
260
40.83
51.09
57.88
37.32
72.25
79.16
270
39.82
49.82
56.45
36.39
70.46
77.19
280
38.86
48.63
55.09
35.52
68.77
75.34
290
37.97
47.50
53.82
34.70
67.18
73.60
300
37.12
46.44
52.62
33.92
65.68
71.95
310
36.31
45.44
51.48
33.19
64.26
70.40
320
35.55
44.48
50.40
32.49
62.91
68.92
330
34.83
43.58
49.38
31.83
61.64
67.52
340
34.15
42.72
48.40
31.21
60.42
66.19
350
33.49
41.90
47.48
30.61
59.26
64.93
360
32.87
41.12
46.59
30.04
58.16
63.72
Tabel 4.27 Distribusi Hujan jam-jaman
Waktu (jam)
1
2
3
4
5
6
7
8
Prosentase distribusi
24
27
20
9
7
6
4
3
Prosentase Komulatif
24
51
71
80
87
93
97
100
Diktat Perencanaan Dinas Pekerjaan Umum Propinsi
IV - 46
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Tabel 4.28 Intensitas hujan jam-jaman Periode Ulang
Intensitas ( I ) 5 th
10 th
25 th
50 th
100 th
R24 (mm)
2 th 313,10
391,73
443,83
509,63
554,00
606,91
T ( jam )
(mm/jam)
(mm/jam)
1
75,14
94,02
106,52
122,31
132,96
145,66
2
84,54
105,77
119,83
137,60
149,58
163,87
3
62,62
78,35
88,77
101,93
110,80
121,38
4
21,92
27,42
31,07
35,67
38,78
42,48
5
28,18
35,26
39,94
45,87
49,86
54,62
6
18,79
23,50
26,63
30,58
33,24
36,41
7
12,52
15,67
17,75
20,39
22,16
24,28
8
9,39
11,75
13,31
15,29
16,62
18,21
(mm/jam) (mm/jam) (mm/jam) (mm/jam)
4.5. Analisis Hidrograf Debit Banjir Rencana Metode penentuan debit banjir rencana akan dilakukan dengan dua cara yaitu metode hidrograf banjir dan metode empiris. 4.5.1. Analisis Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Persamaan umum hidrograf satuan sintetik nakayasu adalah sebagai berikut :
Parameter –parameter yang diperlukan dalam perhitungan adalah sebagai berikut : I. Karakteristik DAS meliputi : Luas Daerah Aliran Sungai (A)
= 860 Km²
Panjang Sungai Utama (L)
= 17 km IV - 47
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Koefisien karakteristik DAS (α)
= 5.9
Hujan netto satuan (Ro)
= 1 mm/jam
Run off koefisien (C)
= 0,7
II. Parameter-parameter Hidrograf Waktu Kosentrasi (Tg) Dengan L < 15 Km, maka Tg = 0,21 x L0,7 Tg = 0,21 . 170,7 Tg = 1,53 jam Satuan Waktu Hujan Tr = 0,75 Tg Tr = 0,75 . 1,53 = 1,14 jam Tenggang Waktu (Tp) Tp = Tg + 0,8 Tr Tp = 1,53 + 0,8 . 1,14 Tp = 2,24 jam Waktu Penurunan Debit, dari debit puncak sampai dengan menjadi 0,3 Qmaks (T0,3) T0,3 = α . Tg T0,3 = 3,4 . 1,53
= 5,17 jam
Debit Puncak
IV - 48
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Qp
=
0,7 . 860 . 1 3,6 (0,3 . 2,24 + 5,17)
Qp
=
28,34 m³/detik
III. Durasi Waktu yang Diperlukan Waktu Lengkung Naik (0 ≤ t ≤ Tp) Persamaan lengkung hidrograf unit satuan yang digunakan adalah :
Waktu Lengkung Turun 1 (Tp ≤ t ≤ Tp + T0,3) Persamaan lengkung hidrograf unit satuan yang digunakan adalah :
Waktu Lengkung Turun 2 (Tp + T0,3 ≤ t ≤ Tp + 1,5 T0,3) Persamaan lengkung hidrograf unit satuan yang digunakan adalah :
Waktu Lengkung Turun 3 (t ≥ Tp + 1,5 T 0,3) Persamaan lengkung hidrograf unit satuan yang digunakan adalah :
Perhitungan Selanjutnya ditabelkan :
IV - 49
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Hasil Perhitungan Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Tabel 4.29. Hasil Perhitungan Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu t
Hidrograf
(jam)
Satuan
1
0
2
No.
Q 2th
Q 5th
Q 10th
Q 25th
Q 50th
Q 100th
0.000
-
-
-
-
-
-
1
3,33
1.041,64
1.303,23
1.476,53
1.695,45
1.843,07
2.019,09
3
2
17,55
5.497,78
6.878,50
7.793,17
8.948,66
9.727,80
10.656,86
4
2.2
22,07
6.910,82
8.646,42
9.796,17
11.248,65
12.228,04
13.395,89
5
2.5
0,10
30,14
37,71
42,72
49,06
53,33
58,42
6
3
0,92
287,67
359,92
407,78
468,25
509,02
557,63
7
4
2,56
802,75
1.004,35
1.137,91
1.306,63
1.420,39
1.556,05
8
4.5
3,38
1.060,29
1.326,57
1.502,97
1.725,82
1.876,08
2.055,26
9
5
4,20
1.317,82
1.648,79
1.868,03
2.145,01
2.331,77
2.554,47
10
5.02
3,37
1.057,11
1.322,59
1.498,46
1.720,64
1.870,45
2.049,09
11
6
4,45
1.393,62
1.743,62
1.975,48
2.268,38
2.465,89
2.701,39
12
7
5,54
1.737,01
2.173,24
2.462,23
2.827,30
3.073,47
3.367,01
13
8
6,64
2.080,39
2.602,86
2.948,98
3.386,23
3.681,05
4.032,62
14
9
7,74
2.423,77
3.032,48
3.435,73
3.945,15
4.288,64
4.698,23
15
9.26
8,02
2.513,05
3.144,19
3.562,28
4.090,47
4.446,61
4.871,29
IV - 50
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
t
Hidrograf
(jam)
Satuan
16
10
17
No.
Q 2th
Q 5th
Q 10th
Q 25th
Q 50th
Q 100th
12,59
3.943,09
4.933,36
5.589,37
6.418,11
6.976,92
7.643,25
11
13,41
4.200,62
5.255,57
5.954,43
6.837,30
7.432,60
8.142,46
18
12
14,23
4.458,16
5.577,79
6.319,50
7.256,49
7.888,29
8.641,67
19
13
15,06
4.715,70
5.900,01
6.684,56
7.675,68
8.343,98
9.140,88
20
14
15,88
4.973,24
6.222,22
7.049,62
8.094,87
8.799,67
9.640,09
4.5.2. Metode Empiris Haspers Metode ini digunakan untuk memperkirakan harga debit banjir secara kasar dan cepat. Juga digunakan untuk memeriksa hasil yang didapat dengan perhitungan Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu. Perhitungan disajikan sebagaimana berikut : Diketahui data sebagai berikut : Luas Daerah Aliran Sungai (A)
= 860 Km²
Panjang Sungai Utama (L)
= 17 km
Koefisien karakteristik DAS (So)
= 0,05
Persamaan Metode Haspers adalah : Qn = α . β . qn . f Waktu Kosentrasi (Time Concentracion)
IV - 51
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
t = 0,1 . L0,8 . So-0,3 t = 0,1 . 170,8 . 0,05-0,3 t = 2,37 Koefisien Pengaliran (Coefficien Run Off)
= 1 + 0,012 . 8600,7 1 + 0,075 . 8600,7
α
α
= 0,248
Koefisien Reduksi
Perhitungan Selanjutnya ditabelkan : Hasil Perhitungan Metode Empiris Haspers Tabel 4.30. Hasil Perhitungan Metode Empiris Haspers Periode
Hujan
Ulang
Rn
1
2
2
No.
tc
rt
qn
α
β
Qn
313,10
2.37
272,40
31,93
0.25
0.21
1.432,88
5
391,73
2.37
340,81
39,95
0.25
0.21
1.792,73
3
10
443,83
2.37
386,13
45,26
0.25
0.21
2.031,12
4
25
509,63
2.37
443,38
51,98
0.25
0.21
2.332,28
5
50
554,00
2.37
481,98
56,50
0.25
0.21
2.535,34
6
100
606,91
2.37
528,02
61,90
0.25
0.21
2.777,48
IV - 52
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Debit Banjir Rencana Tabel 4.31. Hasil Perhitungan Debit Banjir Rencana Debit Banjir Rencana
Periode No.
Ulang
Rn
(Tahun)
Metode
Metode
Haspers
Nakayasu
Q
1
2
313,10
1.432,88
6.910,83
1.432,88
2
5
391,73
1.792,73
8.646,42
1.792,73
3
10
443,83
2.031,12
9.796,18
2.031,12
4
25
509,63
2.332,28
11.248,66
2.332,28
5
50
554,00
2.535,34
12.228,05
2.535,34
6
100
606,91
2.777,48
13.395,90
2.777,48
Berdasarkan rekapitulasi hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa debit banjir rencana yang diambil sebagai dasar perhitungan struktur banbgunan air adalah debit banjir metode haspers.
IV - 53
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
4.6. Perencanaan Hidrolis Bendung 4.6.1 Menentukan Elevasi Mercu Bendung Elevasi mercu bendung untuk perencanaan bangunan bendung Meureubo disesuaikan dengan kebutuhan PLTA sebesar 2x29,5 MW. Dengan data sebagai berikut : -
Elevasi mercu bendung
= +384,00
-
Elevasi dasar sungai
= +378,00
-
Tinggi mercu bendung
= 6,00 m
-
Elevasi hulu sungai
= +391,25
-
Elevasi hilir sungai
= +377,50
-
Panjang Sungai (L)
= 17.000 meter
4.6.2 Menentukan Muka Air Banjir (MAB) Di Hilir Rencana Bendung Perhitungan ini sangat penting dilakukan, oleh karena MAB hilir ini merupakan patokan untuk
merencanakan kolam olakan (peredam energi).
Dengan adanya MAB ini, dapat dihitung berapa kedalaman lantai ruang olakan. Adapun salah satu faktor yang harus dimiliki adalah profil memanjang sungai beserta profil melintangnya. Profil memanjang digunakan untuk mencari kemiringan rata – rata sungai.
Pada Perhitungan
kemiringan sungai pada prinsipnya merupakan
perbandingan antara beda tinggi dengan jarak
langsung
dari pengukuran
sungai. Adapun persamaan yang digunakan adalah : IV - 54
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
i = ∆H / L Dimana : i
= Kemiringan sungai
∆H = Beda tinggi dua tempat yang ditinjau (Elevasi Hulu–elevasi Hilir) L
= Panjang Sungai
i
= 13,75 / 17.00
i
= 0,81
Angka kekasaran manning (n) Besarnya nilai n dapat diperkirakan seperti yang terdapat dalam buku “Hidrolika Saluran Terbuka” (Open Channel Hydraulics) yang ditulis oleh VT.
Chow
dan diterjemahkan oleh Ir. Suyatman, Ir. VEX Kristanto
Sugiharto dan Ir. EV Nensi Rosalina. Dengan melihat keadaan disekitar lokasi bendung meureubo ini, maka diambil koefisien kekasaran manning (n) sebesar = 0.024 Perhitungan tinggi air
banjir rencana di hilir
bendung dapat
dihitung
menggunakan persamaan kecepatan aliran manning sebagai berikut :
V
= 1/n . R2/3 . i 1/2
R
=F/O
F
=(b+m.h)h
O
= b + 2 . h √ 1 + m²
Q
= V . F Dimana :
Q
= Besarnya debit banjir rencana (m³/detik) IV - 55
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
V
= Kecepatan aliran (m/detik)
F
= Luas penampang basah (m²)
O
= Keliling basah saluran (m)
i
= Kemiringan rata – rata saluran
n
= Angka kekasaran dari manning
b
= Lebar dasar saluran rata – rata (m)
m
= kemiringan tebing (sungai)
Pada perencanaan bendung M e u r e u b o ini, profil sungai dinormalisasikan dan dianggap trapesium dengan : -
Sungai (kemiringan tebing)
:m
=1:1
-
Lebar dasar sungai
:b
= 22 meter
-
Kemiringan dasar sungai
:i
= 0,001
-
Koefisien kekasaran manning : n
= 0.04
Dengan menentukan berbagai nilai h (tinggi air), dapat dihitung nilaii dari F, O, R, V, dan Q, untuk memudahkan perhitungan, maka perhitungan dilakukan dalam bentuk tabelaris seperti yang tercantum pada table 4.32 dibawah ini, dengan cara coba coba untuk mencari nilai ketinggian h tertentu, sehingga diperoleh debit banjir rencana. Tabel 4.32 Perhitungan Debit banjir Rencana Lebar Sungai (b)
H (m)
i
n
m
F (m²)
O (m)
V Q R (m) (m/detik) (m³/detik)
22
3.669 0.001 0,04
1.5
100,91
31,588 3,19
1,54
155,62
22
6,669 0.001 0,04
1.5
213,43
37,588 5,68
2,26
482,98 IV - 56
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
22
9,669 0.001 0,04
1.5
352,95
43,588 8,10
2,87
1.011,93
22
12,66 0.001 0,04
1.5
519,47
49,588 10,48
3,40
1.768,29
22
15,66 9 0.001 0,04
1.5
712,99
55,588 12,83
3,90
2.777,73
22
18,66 9 0.001 0,04
1.5
933,52
61,588 15,16
4,35
4.065,11
9 Dari perhitungan coba – coba diatas, didapat nilai tinggi air banjir rencana (h) adalah 1 meter dengan debit banjir (Q) 2.777,73 m³/detik, dikarenakan Qawal = 2.777,48 m³/detik < Qrencana = 2.777,73 m³/detik, maka diambil nilai h adalah 1 meter. -
Elevasi dasar sungai
= +378,00
-
Tinggi air banjir rencana dihilir
= + 15,66
-
Elevasi MAB di hilir bendung
= + 393,66
4.6.3 Menentukan Lebar Efektif Bendung Lebar bendung yaitu jarak antara tembok pangkal disatu sisi dan tembok pangkal disisi lain atau jarak antara pangkal – pangkalnya (abutment). Lebar bendung ini sebaiknya sama dengan lebar rata – rata sungai pada bagian yang stabil atau normal atau 1.00 sampai 1.20 dari lebar rata – rata pada ruas yang stabil. Tidak seluruh lebar bendung ini akan bermanfaat untuk melewatkan debit, oleh karena adanya pilar – pilar dan pintu – pintu penguras. Lebar bendung yang bermanfaat untuk melewatkan debit disebut lebar efektif bendung (Be). Lebar efektif bendung dinyatakan dengan persamaan :
IV - 57
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Be
= Bn – 2 ( n . Kp + Ka ) . He
Dimana : Be
= Lebar efektif bendung (m)
n
= Jumlah pilar
Bn
= Lebar bersih bendung, yaitu lebar total dikurangi jumlah lebar pilar
Kp
= Koefisien kontraksi pilar
Ka
= Koefisien kontraksi pangkal bendung
H1
= Tinggi energy
Adapun harga – harga koefisien kontraksi tersebut diatas adalah (dapat dilihat pada buku standar perencanaan irigasi, criteria perencanaan bagian bangunan utama / KP-02), yaitu : 1. Pilar (Kp) - Berujung segi empat dengan sudut yang dibulatkan dengan r = 0.1 t….. 0.02 - Berujung Bulat…………………...…………………………….….….….. 0.01 -Berujung runcing……………………………………………………..…... 0.00 2. Pangkal tembok (Ka) - Segi empat bersudut 90º kearah aliran………………………………….. 0.20 - Bulat bersudut 90º kearah aliran dengan 0.5 He > r > 0.15 He…………. 0.10 - Bulat bersudut 45 º kearah aliran r > 0.5 He……………………………. 0.00 Berdasarkan data yang ada dan dari ketentuan – ketentuan tersebut diatas, maka lebar efektif bendung meureubo ini adalah Bt
= 22.00 m
n
= 1 x 1.00 m IV - 58
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
B intake
= 2.00 m
Bn
= 22.00 – ( 1 . 1,00 + 2,00 ) Bn
Kp
= 0.02
Ka
= 0.10
= 19.00 m
Jadi, Be
= Bn – 2 ( n . Kp + Ka ) . He
Be
= 19.00 – 2 ( 1 . 0.02 + 0.1 ) . He
Be
= 19.00 – 0.24 . He
4.6.4 Menentukan Muka Air Banjir (MAB) Di Atas Mercu Bendung Yang dimaksud dengan muka air banjir diatas mercu adalah muka air banjir yang terjadi di atas mercu pada waktu terjadi debit maksimum dan muka air tersebut belum berubah bentuknya menjadi melengkung kebawah. Menurut buku standart perencanaan irigasi, kriteria perencanaan bagian bangunan utama (KP-02) persamaan yang digunakan untuk menentukan muka air banjir di atas mercu adalah sebagai berikut : Q
= Cd . 2/3 ( √ 2/3 . g ) . Be 1 .H
1.5
Dimana : Q
= Debit rencana (Q100)
Cd
= Koefisien debit (Cd = Co . C1 . C2)
Be
= Lebar efektif bendung
He
= Tinggi energi diatas mercu
g
= Percepatan gravitasi (9.80 m/detik) Koefisien debit Cd adalah hasil IV - 59
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
dari : Co
= Merupakan fungsi dari He/r
C1
= Merupakan fungsi dari P/He
C2
= Merupakan fungsi dari P/He dan kemiringan muka hulu bendung (Up
Stream) Bendung meureubo ini direncanakan memakai mercu type Ogee dengan permukaan bagian hulu vertikal, Sehingga nilai koefisien Cd antara lain : Co
= Merupakan konstanta (=1.30)
C1
= Merupakan fungsi dari He/ H1 dan P/ H1
C2
= dipakai apabila permukaan mercu bendung bagian hulu miring
Bila disederhanakan persamaan di atas menjadi : Q
= 1,704 . Be . Cd .
H11.5 Dari literatur lain (VT. Chow) Q
= C . L . Be . H11.5
Dimana : L
= Be
C
= Mempunyai nilai antara 1.70 – 2.20
Dengan cara coba – coba diperoleh nilai He = 7,225 m, dari persamaan Be
= 19.00 – 0.24 . He , sehinggga nilai Be dapat dihitung. Be
=
19.00 – 0.24 x 7,225 Be
= 17,27 meter
Maka,
IV - 60
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Q
= 1,704 . Be . Cd . H11.5 (didapat nilai Cd = 1.270)
2.777,73 = 1,704 x 17,27 x 1.37 x H11.5 H1
= 24,302 m
Untuk mengetahui faktor – faktor lain sehubungan dengan muka air banjir di atas mercu bendung, maka dilakukan perhitungan sebagai berikut : a. Debit Banjir Lebar (q)
Dimana : q
= Debit per satuan lebar (m³/detik/m)
Q
= Debit rencana (Q100 = 2.777,73 m³/detik) Be
=
Lebar
efektif
bendung (Be = 17,27 m) Jadi,
q
= 160,86 m³/detik/m
b. Kecepatan di hulu bendung (v)
Dimana : v
= Kecepatan di hulu bendung (m/detik)
q
= Debit per satuan lebar (m³/detik/m)
P
= Tinggi bendung (P = 6.00 m)
H1
= Tinggi energy diatas mercu (H1 = 24,302 m)
Jadi, IV - 61
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
v
= 160,86/(6,00+24,302)
v
= 5,309 m³/detik
c. Tinggi Persamaan Energi (Ha)
Ha
= 5,3092/(2 x 9,8)
Ha
= 1,436 m
d. Tinggi Muka Air Kritis (Hc)
Hc
= (160,862/9,8)1/3
Hc
= 13,817 m
e. Tinggi Muka Air Banjir di Hulu (Hd) Hd Hd
= 24,302 - 1,436
Hd
= 22,866 m
= H1 - Ha
Dari data diatas maka elevasi MAB di atas mercu bisa ditentukan sebagai berikut : Elevasi mercu bendung
= +384,00
Tinggi MAB (Hd)
= +22,866 m
Elevasi muka air banjir di atas mercu
= +406,87
IV - 62
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
4.6.5 Menentukan Dimensi Mercu / Profil Puncak Pelimpah Untuk mempertinggi efisiensi bendung dalam melimpahkan debit banjir air yang mengalir di atas mercu sehingga pengaruh yang diakibatkan kontraksi air dengan pasangan dapat dikurangi, maka digunakan pembulatan mercu. Penentuan
bentuk
hidrolis
mercu
pada umumnya sangat
tergantung
terhadap tinggi energi di atas mercu bendung (P), sedangkan besarnya jari – jari pembulatan mercu (r) berdasarkan pada pertimbangan stabilitas dan oleh keadaan airnya. Untuk bendung meureubo ini digunakan mercu type ogee dengan Upstream vertical, dan untuk kemiringan Downstream 1:1, sehingga didapat persamaan : n
X
= K . Hd
n-1
.Y
Dimana : X, Y
= Koordinat – koordinat permukaan hilir
K, n
= Harga parameter (dapat dilihat pada tabel 4.33) Hd
= Tinggi muka
air banjir di hulu Tabel 4.33 Harga – harga K dan n Kemiringan Upstream
K
n
Vertikal 3 : 1 3 : 2 1 : 1
2 1.936 1.939 1.873
1.850 1.836 1.810 1.776
IV - 63
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Dari hasil perhitungan muka air banjir di atas mercu maka didapat, He=H1 =24,302m Hd = 22,866 m Ha = 1,436 m Hc = 13,817 m Maka, Koordinat mercu type ogee. Xn
= K . Hdn-1 . Y
X1.850 = 2,00 . 22,8661.850-1 . Y X1.850 = 2,00 . 22,8660.850 . Y ; Y
X1.850 = 2,19 . Y
= X1.850/2,19
Dari persamaan diatas maka didapat nilai :
Y Y Y Y Y Y Y Y Y
0 1 1.5 2 2.5 3 4 4.5 5
Koordinat X X X X X X X X X
0.000 1.528 1.902 2.222 2.507 2.766 3.232 3.444 3.646
Dari data diatas untuk nilai Y = P = 2,00 m didapat nilai X sebesar 2,222 m, maka Lebar tubuh bendung
= X + 0,282 Hd = 2,222 + 0,282 . 22,866 = 8,67 meter IV - 64
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
● Penampang lintang bagian muka : R
= 0,5 . Hd
R
= 0,5 x 22,866
r
= 0,20 . Hd
r
= 0,20 x 22,866
X1
= 11,43 m
= 4,57 m
= 0,175 . Hd = 0,175 x 22,866 = 4,00 m
Y1
= 0,282 . Hd = 0,282 x 22,866 = 6,45 m
● Penampang lintang bagian belakang : Untuk downstream 1 : 1 maka dy / dx = 1/1 = 1 Y
= X1.850/22,866
Dy/dx = (1,850 . X0,850)/ 22,866 = 1 1.850 . X0.850 = 22,,866 X0.850 = 0,60 X
= 0,55 m
Y = X1.850/22,866 Y = 0,30 m
IV - 65
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Y1=0,58 X1= 0,36
x = 2,06
r= 1m 0,4
R = 1,03 m
H1 Hd
Ha
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
1 1
Gambar 4.1 Dimensi dan jari2 mercu bendung
4.6.6 Perhitungan Lengkungan Aliran Balik (Back Water Curve) Dengan adanya bendung, permukaan air yang terbendung akan naik dan selalu naik / lebih tinggi dari
pada keadaan normal dengan jarak yang
terpanjang kesebelah hulu, membentuk suatu lengkungan yang disebut lengkung aliran balik (back water curve). Sampai berapa tinggi naiknya permukaan air di sungai sebelah hulu bendung tersebut dan
sampai
berapa
jauh pengaruh
tersebut dari bendung dapat bereaksi haruslah diketahui. Dengan diketahuinya hal tersebut, maka selanjutnya ditentukan : - Sampai berapa tinggi tanggul sungai di hulu bendung harus dinaikkan - Sampai berapa jauh dari bendung, tanggul yang dinaikkan tersebut diadakan Panjang efek back water curve diperhitungkan pada debit banjir Q100 = 2.777,73 m³/detik dan dapat dihitung dengan cara praktis, menggunakan persamaan sebagai berikut :
IV - 66
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Dimana : L
= Panjang pengaruh pengempangan kearah hulu, dihitung dari as bendung
h
= Tinggi kenaikan muka air di titik bendung akibat pengempangan
i
= Kemiringan sungai
Perhitungan : - Elevasi muka air banjir di atas mercu
= +385,11
- Elevasi lantai muka direncanakan
= +377,50
- Kemiringan sungai (i)
=
0,001
- Tinggi muka air banjir sebelum ada bendung
=
1,0 m
Jadi, h
= ( Elevasi MAB diatas mercu – Elevasi lantai muka ) – Tinggi MAB
rencana h = (385,11 – 377,50 ) – 1,00 h
= 6,61 m
i
= 0,001
Sehingga panjang lengkung aliran balik (back water curve) adalah :
L
= 33.868,47 m
Artinya bahwa panjang effek lengkung aliran balik (back water curve) yang terjadi yaitu sejauh 33.868,47 meter dari as bendung.
IV - 67
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
4.6.7 Desain Kolam Olak (Peredam Energi) Pada umumnya aliran sungai setelah bendung mempunyai kecepatan yang tinggi, ataupun terjadi loncatan air dan gerakannyamerupakan gerakan turbulen. Kecepatan pada tempat itu masih tinggi, hal ini akan menyebabkan terjadinya gerusan setempat (local scouring) yang akan mempengaruhi kestabilan bendung tersebut. Guna menenangkan keceptan yang tinggi ini dibuat suatu konstruksi peredam energi. Bentuk hidrolisnya adalah merupakan pertemuan suatu penampang miring, penampang lengkung, dan penampang lurus. Ada beberapa tipe kolam peredam energi yang sering digunakan di Indonesia yaitu : a. Tipe Vlughter b. Tipe Schoklitach c. Tipe Bucket (bak tergelam) d. Tipe USBR Dari berbagai tipe tersebut bentuk, kedalaman, dan panjang ruang olak
sangat tergantung pada kondisi tanah di sekitar bendung, beda tinggi
muka air dihilir dan di hulu bendung, serta material yang dibawa oleh sungai tersebut. Untuk menentukan jenis tipenya digunakan bilangan Froude
dimana:
IV - 68
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Y2
= Kedalaman air di atas ambang ujung ( m)
Y1
= kedalaman air di awal loncat air ( m)
Fr
= bilangan Froude
V1
= kecepatan awal loncatan ( m/dt)
g
= percepatan gravitasi (9,8 m/dt 2)
Kedalaman kaki pada kaki mercu diperoleh dengan persamaan energi sepanjang suatu garis arus diantara tinggi air maksimum di atas mercu dan pada kaki mercu,
untuk menentukan tinggi muka air di kaki mercu perlu
diketahui data – data sebagai berikut : - Tinggi bendung
(P)
= + 6,00 m
- Elevasi MAB di hilir bendung
= + 377,50 m
- Tinggi persamaan energi (Ha = K)
= + 0,002 m
- Tinggi muka air kritis (Hc)
= + 13,817 m
- Tinggi muka air di Hulu (Hd)
= + 22,866 m
- Tinggi muka air di atas mercu bendung (He)
= + 24,302 m
- Debit banjir rencana (Q100)
= 2.777,73 m³/detik
- B effektif
= 17,27 m
Maka, ∆H = Z
= ( Elevasi mercu + Hc ) – MAB hilir
∆H = Z
= (385,11 + 13,817 ) – 377,50
∆H = Z
= 18,82 m
● Kecepatan air di hulu bendung :
IV - 69
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
V0
= 5,06 m/detik
● Kecepatan aliran air : E1=E2
E1
q
= 43,12 m
= 160,86 m³/detik
Dengan cara trial error didapat nilai v1 = 0,62 m/detik ● Tinggi loncatan air :
Y1
= 259,45 m
● Bilangan Froude :
Fr
= 0,012
Untuk mendapatkan tipe kolam olak harus berdasarkan bilangan Froude dari nilai yang didapat Fr = 0,012, maka jenis kolam olak yang cocok digunakan adalah tipe bak tenggelam (tipe kolam bak tenggelam). IV - 70
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Gambar 4.2 Kolam olak tipe bak tenggelam ● Tinggi loncatan air di ambang ujung :
y2
= 4,51 m
● Panjang Kolam Olak : Lj Lj
= 5 ( n + y2)
= 5 (0 + 4,51) = 22,55 m
● Jari – jari minimum bak yang diijinkan (Rmin) :
18,82 / 13,817
= 1,36
Rmin = 1,58 x 1,36 Rmin = 2,15 m ≈ 3 m ● Lantai Pelindung (a) : a
= 0,1 . R
a
= 0,1 x 3 = 2,100 ≈ 0,3 m
● Batas minimum tinggi air di hilir (Tmin) :
IV - 71
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Dikarenakan, ∆H / Hc = 1,36 Maka,
Tmin = 26,01 m ≈ 26 m Dari data diatas maka elevasi dasar kolam olak bisa ditentukan sebagai berikut : (Elevasi MAB hilir – Tmin) Elevasi MAB di hilir bendung
= +377,50
Tmin
= + 26,00
Elevasi dasar kolam olak
= +403,50
4.6.8 Perhitungan Dalamnya Pondasi Kolam Olak Pondasi ruang olak pada umumnya terpengaruh aliran sungai, sehingga dalam perencanaan
harus dipertimbangkan segi keamanannya terhadap
gerusan (scouring). Untuk perhitungan dalamnya gerusan dapat menggunakan persamaan sebagai berikut : a. Metode lacey R = 0,47 . ( Q / f)1/3 atau R = 1,35 . ( q² / f)1/3 f = 1,76 . Dm0,5 IV - 72
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Dimana : R = kedalaman gerusan di bawah permukaan banjir ( m ) Q = debit rencana ( m3/dt ) q = debit per satuan lebar ( m3/dt ) f
= faktor lumpur Lacey (lihat table 4.34)
Dm = diameter rata - rata material dasar sungai ( mm ) (lihat table 4.34) Tabel 4.34 Harga – harga faktor Lacey Tipe Material
Diameter (m)
Faktor (f)
Lanau sangat halus (very fine silt)
0,12
0,4
Lanau halus (fine silt)
0,12
0,8
Lanau sedang (medium silt)
0,233
0,85
Lanau (standart silt)
0,322
1,0
Pasir (medium sand)
0,505
1,25
Pasir kasar (coarse sand)
0,725
1,5
Kerikil (heavy sand)
0,29
2,0
R = 1,35 . ( q² / f)1/3 R = 1,35 . ( 1,50² / 0,4)1/3 R = 2,4 m b. Metode Prof. Wu R = 1,18 . H0,25 . q0,51 Dimana : H = Beda tinggi muka air ( m ) q = debit per satuan lebar ( m3/dt ) Jadi,
IV - 73
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
R = 1,18 . H0,25 . q0,51 R = 1,18 . 8,230,25 . 1,500,51 R = 2,46 Dari perhitungan di atas antara metode Lacey dengan Prof. Wu maka diambil nilai yang tertinggi yaitu 2,46 m. Dan untuk menjaga keselamatan harga R harus ditambah 1,2 sampai 2 kali R, maka dalam perencanaan ini diambil 1,2 R jadi : Rt = 1,2 x 2,46 Rt = 2,95 m Tinggi muka air di atas muka ambang ujung (y2) : (Elevasi MAB hilir – y2) Elevasi MAB di hilir bendung
= +377,50
y2
=+
Elevasi ambang ujung
= + 382.01
4,51
Jadi dalamnya pondasi (t) adalah : t = Rt – y2 t = 2,95 – 4,51 t = -1,56 ≈ -2,00 Elevasi ambang ujung
= + 382,01
t
=Elevasi bawah pondasi kolam olak
2,00
= + 380,01
IV - 74
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
4.6.9 Perhitungan Panjang Lantai Muka Perbedaan tinggi air di depan dan di belakang bendung akan terjadii bila air tersebut mulai terbendung. Perbedaan tinggi air tersebut akan menimbulkan perbedaan tekanan sehingga mengakibatkan adanya aliran – aliran dibawah bendung, lebih – lebih bila tanah dasar bendung bersifat tiris (porous). Aliran ini akan menimbulkan tekanan pada butir – butir tanah di bawah bendung. Bila tekanan ini cukup besar untuk mendesak butir – butir tanah, maka lama kelamaan akan
timbul
penggerusan,
terutama
di
ujung
belakang
bendung. Juga selama pengalirannya air tersebut akan mendapat hambatan – hambatan karena pergeseran, sehingga air tersebut akan menjari jalan dengan hambatan yang paling kecil, yaitu pada bidang kontak antara bangunan dan tanah yang disebut “Creep Line”. Creep Line ini semakin pendek akan semakin kecil hambatan dan semakin besar tekanan yang timbul di ujung belakang bendung, demikian pula sebaliknya.
Untuk memperbesar hambatan, creep line tersebut harus
diperpanjang yaitu dengan memberi lantai muka dan atau suatu dinding vertikal (cut off wall). Untuk menentukan panjang lantai muka dari bendung, dapat digunakan teori Blight maupun Teori Lane a. Teori Blight Menurut
Blight
bahwa
besarnya
perbedaan
tekanan
air
di
jalur
pengaliran adalah sebanding dengan panjang jalan air (creep line), dan ditulis
IV - 75
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
dalam bentuk persamaan ∆H
= L / C Dimana :
∆H
= Perbedaan tekanan (m)
L
= Panjang Creep Line
C
= Creep Ratio
Harga C tergantung pada material dasar sungai yang dibawa (lihat table 4.35) Tabel 4.35 Harga – harga C (Creep Ratio)
Bahan Pasir amat halus Pasir halus Pasir sedang Pasir kasar Krikil halus Krikil sedang Krikil campur pasir Krikil kasar termasuk batu kecil Boulder, batu kecil, krikil kasar Boulder, batu kecil, krikil Lempung lunak Lempung sedang Lempung keras Lempung sangat keras atau padas
C (Lane)
C (Bligh)
8.50 7.00 6.00 5.00 4.00 3.50 0.00
18.00 15.00 0.00 12.00 0.00 0.00 9.00
3.00
0.00
2.50 0.00 3.00 1.80 1.80 1.60
0.00 4-6 0.00 0.00 0.00 0.00
Berdasarkan hasil penyelidikan pada lokasi rencana bendung Meureubo, diketahui material dasar sungai berupa boulder, batu kecil, krikil, maka harga C=4 Jadi, ∆H
=L/C
IV - 76
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
18,82 = L / 4,00 L= 75,27 meter 4.7 Stabilitas Bendung 4.7.1 Dasar Perhitungan Dalam perencanaan suatu bendung harus diusahakan agar aman terhadap bahaya yang mungkin terjadi. Bahaya tersebut dapat berupa gempa di sekitar bendung yang dapat mengakibatkan bendung terguling, tergeser dan amblas karena tanah dasar tidak sanggup menahan beban konstruksi. Untuk memperhitungkan keselamatan yang cukup terhadap bahaya tersebut, maka perlu ditinjau stabilitas terhadap tubuh bendungnya. Selain akibat gempa (Fg) stabilitas bendung juga dipengaruhi oleh gaya-gaya yang bekerja pada konstruksi, yaitu : a. Gaya akibat berat sendiri bendung (G). b. Gaya akibat tekanan lumpur (P). c. Gaya akibat tekanan hidrostatis (W). d. Gaya akibat tekanan tanah pada bidang kontak vertical di bawah bendung. e. Gaya akibat uplift pressure atau gaya angkat (U). Perhitungan stabilitas tubuh bendung Meureubo dilakukan dengan peninjauan terhadap potongan yang paling lemah. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi pada perhitungan stabilitas ini adalah : a. Stabilitas Terhadap Guling Bendung mungkin terguling pada suatu titik yang momen gulingnya IV - 77
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
besar.
Untuk menghindarinya diisyaratkan momen penahan (Mt) harus lebih
besar dari momen guling (Mg). dan faktor keselamatan (Sf) diambil 1,5 maka :
Rumus :
Dimana: Sf = Faktor keselamatan
= Besarnya momen tahan ( KNm)
= Besarnya momen guling ( KNm) (Sumber : Teknik Bendung, Ir. Soedibyo)
b. Stabilitas Terhadap Geser Bendung dapat tergeser oleh semua gaya yang bekerja dengan arah horizontal. Geseran ini ditahan oleh perlawanan geser yang timbul dari bidang kontak
antara
tanah
dengan dasar
bendung.
Supaya
bendung
aman,
perbandingan gaya perlawanan geser harus lebih besar dari faktor keselamatan (Sf), dengan rumus sebagai berikut :
Dimana : Sf= Faktor keselamatan f
= Koefisien keselamatan (tg Øo) IV - 78
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
∑V = Jumlah gaya-gaya vertical (ton) ∑H = Jumlah gaya- gaya horizontal (ton)
c. Stabilitas Terhadap Eksentrisitas Eksentrisitas yang terjadi pada tubuh bending harus lebih kecil dari eksentrisitas yang diizinkan, yaitu : = 1/6 .
B ≥ ea
Dimana : = eksentrisitas izin (m) ea = eksentrisitas yang terjadi (m) B = lebar pondasi tubuh bending (m)
d. Stabilitas Terhadap Daya Dukung Tanah Dasar Perhitungan daya dukung ini dipakai rumus daya dukung Terzaghi Rumus : q = c. Nc+ γ.D.Nq+1/2.γ.B.Nγ Dimana: q
= daya dukung keseimbangan (t / m2)
B
= lebar pondasi ( m)
D
= kedalaman pondasi ( m )
c
= kohesi
γ
= berat isi tanah ( t / m3) IV - 79
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
N c, Nq, Nγ
= faktor daya dukung yang tergantung dari besarnya sudut
geser dalam ( ø ) Adapun asumsi yang dipergunakan pada perhitungan stabilitas ini adalah : a. Titik yang ditinjau diletakkan pada daerah yang memberikan momen yang terbesar akibat seluruh beban yang bekerja pada konstruksi. b. Perhitungan untuk uplift pressure efektif diperhitungkan sebesar 70 % dari uplift pressure yang didapat dari perhitungan sebenarnya. c. Sedimen yang mengendap dianggap setinggi mercu. d. Perhitungan ditinjau menurut aliran yang membahayakan yaitu pada saat air banjir dan pada saat air normal. e. Perhitungan hanya ditinjau pada tubuh bendung, tidak termasuk lantai muka dan ruang olak.
4.7.2 Gaya – Gaya Yang Bekerja Pada Tubuh Bendung a. Gaya Akibat Berat Sendiri Bendung (G) Gaya berat sendiri bendung dapat digambarkan dalam bentuk diagram seperti dibawah ini, serta perhitungan dapat dilihat pada table 4.36
IV - 80
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sum bu Y
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
FG FG
G2 FG
G1
FG
G3
G4
FG FG
G5
6,00
6,25
FG G7
7,45
7,30
8,20
7,75
G6
FG
2,75
3,50
G9
0,75
FG G8
S um bu X
0,75
O
1,00 2,10 2,97 3,12 3,37 3,68 4,14
Gambar 4.3 Akibat berat sendiri bendung Tabel 4.36 Perhitungan Berat Sendiri Bendung Berat (G)
Perhitungan Gaya b (m)
h (m)
G1
0.58
1.35
BJ (t/m3) 2.40
G2
1.22
0.50
G3
1.46
G4
Jarak Ke titik O
1.88
4.14
Y MX (tm) MY(tm) (m) 7.75 7.78 8.93
2.40
1.46
3.37
8.20
4.92
7.59
0.90
2.40
3.15
3.12
7.45
9.84
14.03
0.45
0.45
2.40
0.49
2.10
7.30
1.02
2.09
G5
2.93
1.50
2.40
10.55
2.97
6.25
31.33
34.28
G6
0.75
0.75
2.40
1.35
1.00
6.00
1.35
8.32
G7
2.93
4.00
2.40
10.55
2.97
3.50
31.33
45.04
(m3)
X m)
IV - 81
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
G8
1.50
1.50
2.40
3.53
3.68
0.75
12.98
5.57
G9
1.50
5.50
2.40
9.00
0.75
2.75
6.75
22.41
Ʃ
72.20
174.50 284.55
Dimana berat jenis pasangan (γP) = 2,40 ton/m³, maka didapat berat sendiri konstruksi (G) sebesar 72,20 ton. Dengan titik berat gaya akibat berat sendiri konstruksi sejauh :
X = 2,42 m
dari titik O
Y = 3,94 m
dari titik O
b. Gaya Akibat Gempa (FG) Dalam perhitungan stabilitas bendung diperhitungkan pengaruh gempa yang terjadi disekitar lokasi. Besarnya gaya gempa dapat diketahui dengan mengalikan
harga koefisien gempa dengan berat sendiri konstruksi, dengan
persamaan : FG
= E . ƩG
Dimana : FG
= Gaya akibat gempa
E
= Koefisien gempa
ƩG
= Berat sendiri konstruksi
IV - 82
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
ad
= n ( ac . z )m
E
= ad / g Dimana :
ad
= Percepatan gempa rencana (cm/detik²)
n, m
= Koefisien untuk jenis tanah
ac
= Percepatan kejut dasar (cm/detik²), untuk periode ulang (tahun)
g
= Percepatan gravitasi (cm/detik²) = 980
z
= faktor yang bergantung pada letak geografis (koefisien zona)
Gambar 4.4 Peta Respon Spektra Percepatan 1.0 detik (S1) Di Batuan Dasar (SB) Untuk Probabilitas terlampaui 10% dalam 500 tahun Dari data sebelumnya diketahui ƩG = 72,20 ton dan sesuai standar perencanaan ketahanan gempa SNI – 1726 – 2010 maka bisa didapat beberapa data antara lain : Koefisien Zona E
(z)
= 0,408
n
= 0,4 IV - 83
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
m
= 1,4
ac
= 160 cm/detik² ; maka,
ad
= n ( ac . z )m
ad
= 0,82 ( 160 . 0,408 )1,05
ad
= 138,92 cm/detik²
E
= ad / g
E
= 138,92 / 980
E
= 0,14
Dari data diatas maka nilai FG bisa dihitung sebagai berikut : FG
= E . ƩG
FG
= 0,14 . 72,20 ton
FG
= 10,23 ton
Gaya gempa bekerja kesemua arah, tetapi yang paling berbahaya dalam perhitungan stabilitas bendung adalah arah horizontal, karena mengakibatkan terjadinya guling. Gaya gempa ini bekerja melewati titik berat konstruksi. Gaya gempa berarah horizontal dengan tinggi Y yaitu 3,94 meter dari sumbu X. c. Gaya Akibat Tekanan Lumpur (P) Gaya yang diakibatkan oleh tekanan lumpur yang diperhitungkan untuk mengetahui sejauh mana tekanan lumpur yang ada terjadi pada tubuh bendung. Endapan lumpur diperhitungkan setinggi mercu, tekanan lumpur yang bekerja pada muka hulu pelimpah dapat dihitung sebagai berikut :
IV - 84
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Dimana : Ps
= Gaya yang terletak pada 2/3 kedalaman dari atas lumpur yang bekerja
normal = Sudut geser dalam (30º) γs
= Berat jenis lumpur = (1,60 – 1 = 0,6 ton/m³)
h
= kedalaman lumpur = 6,00 m
1,84
6,00
+384,00
+378,00 0,53 1,52
Gambar 4.5 Akibat tekanan lumpur Maka gaya yang bekerja yaitu : PSV = (0,6 . 62) / 2 = 10,80 ton IV - 85
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
PSH = 3,60 ton Tabel 4.37 Gaya Akibat Tekanan Lumpur Jarak Ke titik O Gaya
Besarnya Gaya (ton)
M Tahan M Guling
X (m)
Y (m)
MX
MY
(tm) 5,72
6,62 (tm) -
PH
3.60
-
1.84
PV
10.80
0.53
-
d. Gaya Akibat Tekanan Hidrostatis (W) Gaya hidrostatis adalah gaya yang diakibatkan oleh air di muka dan di belakang. Gaya ini dihitung menurut aliran yang membahayakan, yaitu pada saat air no rmal dan pada saat air banjir. Dimana berat jenis air (γa) = 1,0 ton/m³ - Kondisi Air Normal (Wn)
IV - 86
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
1,84
6,00
+384,00
+378,00 0,53 1,52
Gambar 4.6 Akibat tekanan hidrostatis kondisi normal WV
= 1/2 . γa . h²
WV
= 1/2 . 1,0 . 6,0²
WV
= 18,00 ton
WH
= 1/2 . γa . h²
WH
= 1/2 . 1,0 . 6,0²
WH
= 18,00 ton
IV - 87
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Tabel 4.38 Gaya Akibat Tekanan Hidrostatis Normal Jarak Ke titik O Gaya
Besarnya Gaya (ton)
WH
18.00
WV
18.00
X (m)
Y (m)
-
1.84 0.53
M
M
Tahan MX (tm)
Guling MY (tm) 33,12
-
-
9,54
-
- Kondisi Air Banjir (Wb)
9,75
+384,00
Sumbu Y
1,11
MAB +385,11
6,00
W V1
W H2
6,00
+378,00
9,56
W H1
5,00
+377,50
2,50
W H3
1,67
W V2
0,83
W H4
+375,00 Sumbu X
O 0,83
Gambar 4.7 Akibat tekanan hidrostatis kondisi banjir WH1
= 1/2 . γa . h1² = 1/2 . 1,0 . 6,0² = 18,00 ton
WH2
= γa . h1 = 1,0 . 6,0 = 6,00 ton IV - 88
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
WH3
= 1/2 . γa . h2² = 1/2 . 1,0 . 2,5² = 3,125 ton
WH4
= 1/2 . γa . h2² = 1/2 . 1,0 . 2,5² = 3,125 ton
WV1
= γa . h1 . hd = 1,0 . 6 . 1,114 = 6,684 ton
WV2
= 1/2 . γa . h2² = 1/2 . 1,0 . 2,5² = 3,125 ton Tabel 4.39 Gaya Akibat Tekanan Hidrostatis Banjir
Gaya
Besarnya Gaya (ton)
Jarak Ke titik O
M Tahan M Guling
X (m)
Y (m)
MX (tm) MY (tm)
WH1
18.00
-
5.00
-
90.00
WH2
6.00
-
6.00
-
36.00
WH3
3.125
-
1.67
5.22
-
WH4
3.125
-
0.83
2.59
-
WV1
6.18
9.75
-
60.26
-
WV2
3.125
0.83
-
2.59
-
Ʃ
70.66
126.00
IV - 89
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
e. Gaya Akibat Tekanan Tanah Kontak (K)
S um bu Y
Gaya – gaya akibat tekanan tanah kontak dapat digambarkan sebagai berikut :
6,00
+ 3 8 4 ,0 0
+ 3 7 8 ,0 0
Ka
Kp
1,50
2,50
+ 3 7 7 ,5 0
+ 3 7 5 ,0 0 Sum bu X
O
Gambar 4.8 Akibat tekanan tanah kontak Berdasarkan data penyelidikan geologi dan mekanika tanah pada lokasi rencana bendung meureubo, diketahui parameter – parameter dari tanah dasar pondasi sebagai berikut : γt
= 1,30 ton/m³
Ø = 7,63º Maka, λa
= tg² (45º - 1/2 . Ø)
λa
= tg² (45º - 1/2 . 7,63) IV - 90
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
λa
= 0,76
λp
= tg² (45º + 1/2 . Ø)
λp
= tg² (45º + 1/2 . 7,63)
λp
= 1,31
γsat
= γtanah - γair
γsat
= 1,30 - 1,0 = 0,30 ton/m³
- Tekanan Tanah Aktif Ka
= 1/2 . γsat . h² . λa
Ka
= 1/2 . 1,30 . 2,50² . 0,76
Ka
= 3,09 ton
()
- Tekanan Tanah Pasif Kp
= 1/2 . γsat . h² . λp
Kp
= 1/2 . 1,30 . 1,50² . 1,31
Kp
= 1,11 ton
()
Tabel 4.40 Gaya Akibat Tekanan Tanah Kontak Gaya
Besarnya Gaya (ton)
Jarak Ke titik O
M Tahan M Guling
Y (m)
Y (m)
MX (tm) MY (tm)
Ka
3,09
-
0.83
Kp
-1,11
0.50
-
-0,56
2,57 -
f. Gaya Akibat Uplift Preasure (SU) Uplift preassure dapat diartikan sebagai tekanan ke atas yang dapat diakibatkan oleh desakan air terhadap bidang bawah bendung, yang berusaha menjungkitkan IV - 91
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
bendung. Untuk mengetahui besarnya
tekanan air, lebih dulu harus
memperhitungkan besarnya tekanan pada tiap – tiap titik sudut dibawah bendung selanjutnya dihitung gaya-gaya yang bekerja pada tiap-tiap bidang. Titik yang akan ditinjau dalam perencanaan bendung ini dimulai dari titik O dan diperhitungkan pada aliran yang membahayakan yaitu pada saat air normal dan air banjir. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Dimana : Ux
= Uplift pressure di titik X
Hx
= Tinggi titik X terhadap air di muka bendung
Lx
= Panjang bidang kontak dari titik awal sampai titik X
ƩL
= Panjang bidang kontak dari titik awal sampai dengan akhir (panjang total creep line)
∆H
= Perbedaan tinggi muka air di hulu dan hilir bending
● Uplift Pressure Pada Keadaan Air Normal adalah : ∆H
= + 384,00 - (+ 375.00)
∆H
= 9,00 meter
L
= 12,93 meter
IV - 92
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sumbu Y
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
9,00
6,00
+384,00
+378,00 +377,50
A +376,5
E 1,50
2,50
D
+375,00 Sum bu X
B
C 1,50
F 1,43
O 1,50
Gambar 4.9 Akibat tekanan Uplift pressure normal Lx
= 2,5 meter
∆H
= Lx / C meter
L
= 2,5 / 9 = 0,28 meter = Lx / L . ∆H = 2,5 / 0,28 . 12,93 IV - 93
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
= 0,05 meter = Hx - Lx / L . ∆H = 9 – 2,5 / 12,93 . 0,28 = 8,95 meter Tabel 4.41 Gaya Akibat Tekanan Uplift Pressure Keadaan Air Normal Titi Garis Lv k
Lh 1/3Lh
Lx = Lv +1/3Lh (m)
∆H
Lx/L .∆H Hx - Lx/L Hx(m) .∆H (t/m²) (m)
-
-
6.50
6.50
2.50
0.28
0.05
9.00
8.95
3.00
0.33
0.08
9.00
8.92
4.50
0,50
0.17
7.50
7,33
4.98
0,55
0.21
7.50
7,29
6.48
0,72
0,36
9.00
8,64
6.98
0,78 2
0,42
9.00
8,58
A A-B 2.50 B B-C
1.50
0.5
C C-D 1.50 D D-E
1.43
0.48
E E-F 1.50 F F-G
1.50
0.50
O
- Uplift Pressure Vertikal Pada Keadaan Air Normal adalah : Besar Gaya
= ½ . (8,95+8,93) . 1,5 = 13,40 ton
Statis Momen = 13,40 . 3,68 = 49,32 ton meter
IV - 94
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Tabel 4.42 Gaya Akibat Tekanan Uplift Pressure Vertikal Keadaan Air Normal UVi UV1 UV2 UV3
Jarak Ke Statis Sumbu Y Momen (m) (t.m)
Besar Gaya (ton)
Perhitungan 1/2 (8,95+8,92) . 1,50 1/2 (7,33+7,29) . 1,43 1/2 (8,64+8,58) . 1,50 Ʃ
13,40 10,45 12,92 35,57
3.68 2.22 0.75
49,32 23,14 9,69 82,15
Dari perhitungan tabel 4.42 di atas, maka didapat : = 36,77 ton
ƩMx
= 82,15 ton . meter Sum bu Y
ƩVi
9 ,0 0
6 ,0 0
+ 3 8 4 ,0 0
+ 3 7 8 ,0 0 + 3 7 7 ,5 0
A + 3 7 6 ,5
E 1 ,5 0
2 ,5 0
D
+ 3 7 5 ,0 0
C
F
O
1 ,4 3
6 ,9 6
1 ,5 0
UV2
UV3
8 ,7 6
8 ,8 3
7 ,8 9
UV1
1 ,5 0
7 ,7 1
B
6 ,8 4
Sum bu X
Gambar 4.10 Akibat tekanan Uplift pressure vertical normal IV - 95
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Gaya uplift pressure tidak bekerja seluruhnya, tetapi berkisar antara 67% 100%. Dalam perhitungan ini diambil sebesar 70%, Maka gaya uplift pressure vertikal yang bekerja sebesar : ƩVi
= 70% . 36,77 ton = 25,74 ton
ƩMx
= 70% . 82,15 ton.meter = 57,50 ton.meter
Garis kerja uplift pressure dari sumbu Y adalah : X
= ƩMx / ƩVi = 57,50 / 25,74 = 2,23 meter
-
Uplift Pressure Horisontal Pada Keadaan Air Normal adalah :
Besar Gaya
= ½ . (6,5+8,95) . 2,5 = 19,22 ton
Statis Momen = 19,22 . 0,83 = 16,03 ton meter Tabel 4.43 Gaya Akibat Tekanan Uplift Pressure Horisontal Keadaan Air Normal UHi UH1 UH2 UH3
Perhitungan 1/2 (6,50+8,95) . 2,50 1/2 (8,92+7,33) . 1,50 1/2 (7,29+8,64) . 1,50 Ʃ
Besar Gaya (ton) 19,22 11,95 11,41 43,44
Jarak Ke Statis Sumbu X Momen (m) (t.m) 16,03 0.83 6,09 0.50 5,97 0.50 28,09
IV - 96
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sumbu Y
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
9,00
6,00
+384,00
+378,00 +377,50
A +376,5 2,50
D UH1
E 1,50
UH2 UH3
+375,00 Sumbu X
B
C 1,50
F 1,43
O 1,50
Gambar 4.11 Akibat tekanan Uplift pressure horizontal normal Dari perhitungan tabel 4.43 di atas, maka didapat : ƩHi
= 43,44 ton
ƩMx
= 28,09 ton.meter
Gaya uplift pressure tidak bekerja seluruhnya, tetapi berkisar antara 67% 100%. Dalam perhitungan ini diambil sebesar 70%, Maka gaya uplift pressure vertikal yang bekerja sebesar : ƩHi = 70% . 43,44 ton = 30,41 ton ƩMy
= 70% . 28,09 ton.meter IV - 97
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
= 19,66 ton.meter Garis kerja uplift pressure dari sumbu X adalah : Y
= ƩMy / ƩHi = 19,66 / 30,41 = 0,65 meter
● Uplift Pressure Pada Keadaan Air Banjir adalah : ∆H
= +385,11 - (+ 375.00)
∆H
= 10,11 meter
L
= 12,93
Sum bu Y
1 ,1 1
MAB + 3 8 5 ,1 1
1 0 ,1 1
6 ,0 0
+ 3 8 4 ,0 0
+ 3 7 8 ,0 0 + 3 7 7 ,5 0
A + 3 7 6 ,5
E 1 ,5 0
2 ,5 0
D
+ 3 7 5 ,0 0 Sum bu X
B
C 1 ,5 0
F 1 ,4 3
O 1 ,5 0
Gambar 4.12 Akibat tekanan Uplift pressure banjir IV - 98
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Lx
= 2,5 meter
∆H
= Lx / C meter
L
= 2,5 / 10,11 = 0,25 meter = Lx / L . ∆H = 2,5 / 0,28 . 12,93 = 0,05 meter = Hx - Lx / L . ∆H = 10,11 – 2,5 / 12,93 . 0,25 = 10,06 meter
Tabel 4.44 Gaya Akibat Tekanan Uplift Pressure Keadaan Air Banjir Titik Garis Lv
Lh 1/3Lh
∆H
Lx/L Hx - Lx/L Hx(m) .∆H .∆H (t/m²) (m) 7,61 7,61
2,50
0,25
0.05 10,11
10,06
3,00
0,30
0.07 10,11
10,04
4.50
0,45
0,15
8,61
8,46
4.98
0,49
0,19
8,61
8,42
6.48
0,64
0,32 10,11
9,79
6.98
0,69
0,37 10,11
9,74
Lx = Lv +1/3Lh (m)
A A-B 2.50 B B-C
1.50
0.5
C C-D 1.50 D D-E
1.43
0.48
E E-F 1.50 F F-G O
1.50
0.50
IV - 99
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
- Uplift Pressure Vertikal Pada Keadaan Air Banjir adalah : Besar Gaya
= ½ . (10,06+10,04) . 2,5 = 15,08 ton
Statis Momen = 15,08. 0,83 = 55,49 ton meter
Tabel 4.45 Gaya Akibat Tekanan Uplift Pressure Vertikal Keadaan Air Banjir UVi UV1 UV2 UV3
Jarak Ke Statis Besar Gaya (ton) Sumbu Y Momen (m) (t.m) 15,08 3.68 55,49 1/2 (10,06+10,04) . 1,50 12,07 2.22 26,73 1/2 (8,46+8,42) . 1,43 14,65 0.75 10,98 1/2 (9,79+9,74) . 1,50 41,79 93,20 Ʃ Perhitungan
Dari perhitungan tabel 4.45 di atas, maka didapat : ƩVi
= 41,79 ton
ƩMx
= 93,20 ton . meter
IV - 100
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
S um bu Y
1,11
MAB + 3 8 5 ,1 1
10,11
6,00
+ 3 8 4 ,0 0
+ 3 7 8 ,0 0 + 3 7 7 ,5 0
A + 3 7 6 ,5
E 1,50
2,50
D
+ 3 7 5 ,0 0
C
F
O
1 ,4 3
7,88
1 ,5 0
UV2
UV3
9,79
9,89
8,60
UV1
1 ,5 0
8,36
B
7,72
S um bu X
Gambar 4.13 Akibat tekanan Uplift pressure vertikal banjir Gaya uplift pressure tidak bekerja seluruhnya, tetapi berkisar antara 67% 100%. Dalam perhitungan ini diambil sebesar 70%, Maka gaya uplift pressure vertikal yang bekerja sebesar : ƩVi
= 70% . 41,79 ton = 29,25 ton
IV - 101
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
ƩMx
= 70% . 93,20 ton.meter = 65,24 ton.meter
Garis kerja uplift pressure dari sumbu Y adalah : X
= ƩMx / ƩVi = 65,24 / 29,25 = 2,23 meter
-
Uplift Pressure Horisontal Pada Keadaan Air Banjir adalah :
Sumbu Y
1,11
M AB +385,11
10,11
6,00
+384,00
+378,00 +377,50
A +376,5 2,50
D UH1
E 1,50
UH2 UH3
+375,00 Sum bu X
B
C 1,50
F 1,43
O 1,50
Gambar 4.14 Akibat tekanan Uplift pressure horizontal banjir
IV - 102
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Besar Gaya
= ½ . (7,61+10,06) . 2,5 = 22,09 ton
Statis Momen = 22,09 . 0,83 = 18,40 ton meter
Tabel 4.46 Gaya Akibat Tekanan Uplift Pressure Horisontal Keadaan Air Banjir
UHi
Perhitungan
UH1 UH2 UH3
1/2 (7,61+10,06) . 2,50 1/2 (10,04+8,46) . 1,50 1/2 (8,42+9,79) . 1,50 Ʃ
Besar Gaya (ton) 22,09 13,87 13,66 49,62
Jarak Ke Statis Sumbu X Momen (m) (t.m) 18,40 0.83 6,94 0.50 6,83 0.50 32,17
Dari perhitungan tabel 4.46 di atas, maka didapat : ƩHi
= 49,62 ton
ƩMx
= 32,17 ton.meter
Gaya uplift pressure tidak bekerja seluruhnya, tetapi berkisar antara 67% 100%. Dalam perhitungan ini diambil sebesar 70%, Maka gaya uplift pressure vertikal yang bekerja sebesar : ƩHi
= 70% . 49,62 ton = 34,73 ton
ƩMy
= 70% . 32,17 ton.meter = 22,52 ton.meter
IV - 103
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Garis kerja uplift pressure dari sumbu X adalah : Y
= ƩMy / ƩHi = 22,52 / 34,73 = 0,65 meter
4.7.3 Perhitungan Daya Dukung Tanah Tegangan tanah yang terjadi akibat adanya bendung, tidak boleh melebihi tegangan yang diijinkan. Oleh karena itu tanah dasar harus mampu menahan gaya – gaya yang bekerja di atasnya (konstruksi bendung). Daya dukung tanah harus diperhitungkan terhadap keadaan air normal dan pada saat air banjir. Besarnya saya dukung tanah dihitung dengan menggunakan rumus terzaghi, yaitu: qultimate = C . Nc + γt . Df . Nq + 0,5 . γt . B . Nγ Dimana : qultimate = Daya dukung tanah (t/m²) C
= Kohesi (t/m²)
γt
= Berat jenis tanah (t/m³)
Df
= Kedalaman pondasi (m)
B
= Lebar pondasi (m)
Pada perencanaan bendung ini, pondasi ditempatkan pada kedalaman : Df = +377,50 – (+375,00) Df
= 2,5 meter
B
= 4,43 meter
Parameter tanah dasar pondasi (pasir dan batuan) yaitu :
IV - 104
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
γt
= 7,86 (t/m³)
Ø
= 7,63°
C
= 3 (t/m2)
Untuk Ø = 7,63° dari grafik terzaghi di dapat harga – harga : Nc
= 9,6
Nq
= 2,7
Nγ
= 1,2
Maka didapat : qultimate = C . Nc + γt . Df . Nq + 0,5 . γt . B . Nγ qultimate = 3 . 9,6 + 7,86 . 2,50 . 2,7 + 0,5 . 7,86 . 4,43 . 1,20 qultimate = 102,75 t/m² Berdasarkan harga daya dukung batas, dapat ditentukan daya dukung ijin, yaitu dengan membagi harga daya dukung atas dengan faktor keselamatan (sf) Dengan mengambil harga faktor keselamatan (sf) sebesar 3, maka didapat harga daya dukung ijin sebesar : qall
= qultimate / 3
qall
= 102,75 / 3
qall
= 34,25 t/m²
4.7.4 Kontrol Stabilitas Kontrol stabilitas tubuh bendung ditinjau pada keadaan air
normal dan
keadaan air banjir, juga adanya pengaruh gempa yang terjadi.
IV - 105
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
4.7.4.1 Kontrol Stabilitas Pada Keadaan Air Normal Tabel 4.47 Rekapitulasi Gaya-Gaya dan Momen Keadaan Air Normal Gaya
Besarnya Gaya
G PH PV WH WV Ka Kp Ʃ Hi Vi Ʃ FG Ʃ
H (ton) 3,6 18 3,09 -1,11 23,58 30,41 53,99 10,47 64,22
V (ton) 72,20 10,8 18
101,00 -25,74 75,27 75,27
Jarak ke Titik O Momen Tahan Momen Guling X Y (m) (m) (t.m) (t.m) 5.64 407,23 1.84 6,62 0.53 5,724 2.2 39,6 1.27 22,86 0.83 2,57 0.5 0,555 436,37 48,80 0.65 19,66 2.28 57,50 436,37 125,97 3.94 40,34 436,37 166,30
(Sumber : Hasil Analisa Perhitungan)
a. Kontrol Terhadap Guling syarat keselamatan :
Sf = 436,37 / 166,30 Sf = 2,62
≥ 1,5 (Aman)
Dengan didapatkannya nilai Sf = 2,62 maka bangunan yang ada dinyatakan aman terhadap bahaya guling
IV - 106
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
b. Kontrol Terhadap Geser syarat keselamatan :
sf
= 101,00 / 64,22
≥ 1,2 (Aman)
sf
=
≥ 1,2 (Aman)
1,57
Dengan didapatkannya nilai Sf = 1,57 maka bangunan yang ada dinyatakan aman terhadap bahaya geser
c. Kontrol Terhadap Eksentrisitas syarat keselamatan : e
= 1/6 . B ≥ ea
e
= 0,74 ≥ ea
B = 6,93 m ea = ½ . 6,93- ((436,37 – 166,30)/75,27) ea = -0,12 d. Kontrol Terhadap Tegangan Tanah yang Terjadi syarat keselamatan :
σ1,2 = (75,27/6,93) . (1 ± 6. – 0,12 / 6,93)
≤ σ’
σ1
=
21,72 ≤ 34,25 t/ m²
(Aman)
σ2
=
0
≤ 34,25 t/ m²
(Aman)
IV - 107
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Tabel 4.48 Rekapitulasi Stabilitas Konstruksi Keadaan Air Normal Stabilitas Terhadap Guling Terhadap Geser Terhadap Eksentrisitas Terhadap Tegangan Tanah
Syarat Fg ≥ 1,5 Fs ≥ 1,2 e ≤ B/6
Keadaan Air Normal Fg Fs e 2,62 1,57 -0,12
σ ≤ σ'
σ1
21,72
σ2
0
4.7.4.2 Kontrol Stabilitas Pada Keadaan Air Banjir Tabel 4.49 Rekapitulasi Gaya-Gaya dan Momen Keadaan Air Banjir Gaya
G PH PV WH1 WH2 WH3 WH4 WV1 WV2 Ka Kp Ʃ Hi Vi Ʃ FG Ʃ
Besarnya Gaya H V (ton) (ton) 72,20 3,6 10,80 18,00 6.00 18 3,13 3,13 6.18 3,13 3,09 -1,11 35,83 110,31 34,73 -29,25 70,56 81,06 10,24 80,80 81,06
Jarak ke Titik O X Y (m) (m) 5.64 1,84 0.53 5,00 1.27 6,00 1,67 0,83 9,75 0.83 0,83 0.5 0,65 2.23 3,94 -
Momen Tahan (t.m) 407,23 5,72 60,26 2,59 0,56 476,36 476,36 476,36
Momen Guling (t.m) 6,62 90,00 36,00 5,22 2,59 2,57 143,01 22,46 65,36 230,83 40,34 271,17
(Sumber : Hasil Analisa Perhitungan)
a. Kontrol Terhadap Guling syarat keselamatan :
Sf = 476,36 / 271,17
IV - 108
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Sf = 1,76
≥ 1,5 (Aman)
Dengan didapatkannya
nilai Sf = 1,76
maka
bangunan
yang
ada
dinyatakan aman terhadap bahaya guling
b. Kontrol Terhadap Geser syarat keselamatan :
sf
= 110,31 / 80,80
≥ 1,2 (Aman)
sf
=
≥ 1,2 (Aman)
1,37
Dengan didapatkannya nilai Sf = 1,37 maka bangunan yang ada dinyatakan aman terhadap bahaya geser
c. Kontrol Terhadap Eksentrisitas syarat keselamatan : = 1/6 . B e
ea
= 0,74 ≥ ea
B = 6,93 m ea = ½ . 6,93- ((476,36 – 271,17)/81,06) ea = 0,93
IV - 109
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
d. Kontrol Terhadap Tegangan Tanah yang Terjadi syarat keselamatan :
σ1,2 = (81,06/6,93) . (1 ± 6. 0,93 / 6,93) ≤ σ’ σ1
=
23,39 ≤ 34,25 t/ m²
(Aman)
σ2
=
0
≤ 34,25 t/ m²
(Aman)
Tabel 4.50 Rekapitulasi Stabilitas Konstruksi Keadaan Air Banjir Stabilitas Terhadap Guling Terhadap Geser Terhadap Eksentrisitas Terhadap Tegangan
Syarat Fg ≥ 1,5 Fs ≥ 1,2 e ≤ B/6 σ ≤ σ'
Keadaan Air Banjir Fg Fs e 1,76 1.37 0.93
σ1
σ2
23,39
0
Tanah
IV - 110
http://digilib.mercubuana.ac.id/