BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Kelompok Data yang Berkaitan Dengan Aspek Fungsi Produk Rancangan 1. Kerajinan Kata ‘kerajinan’, dalam istilah bahasa Inggris disebut ‘craft’, sedang dalam istilah Bahasa Indonesia disebut ‘kria’, atau ‘kriya’ dalam bahasa Jawa, yang berarti: pekerjaan, hasil pekerjaan, hasil pekerjaan tangan, keahlian, suatu benda (bisa juga berarti produk) yang dihasilkan dari ketrampilan pekerjaan tangan dan dilandasi oleh kehalusan rasa. (Palgunadi, 2007). Arti lain dari kerajinan adalah suatu usaha yang dilakukan secara terus menerus dengan penuh semangat ketekunan, kecekatan, kegigihan, berdedikasi tinggi dan berdaya maju yang luas dalam melakukan suatu karya, (Kadjim 2011:10). Dari data tersebut diatas dapat dikatakan, kerajinan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus yang berkaitan dengan perbuatan tangan atau kegiatan tangan yang menghasilkan suatu karya.
2. Desain Produk Kerajinan Desain produk kerajinan merupakan desain yang berbasis kria, merupakan terjemahan dari istilah ‘craft design’ dan dapat didefinisikan sebagai suatu karya desain yang dilandasi (berbasis) prinsip-prinsip kria (craft) dalam proses realisasinya. Benda/produk hasil desain produk kerajinan umumnya lebih menitikberatkan pada nilai-nilai keunikan (uniqueness), estetika (keindahan), seni (art), adiluhung, berharkat tinggi, khusus, khas, dan kehalusan rasa sebagai unsur dasar. Sementara dalam pemenuhan fungsinya lebih menekankan pada pemenuhan fungsi pakai yang lebih bersifat fisik (fisiologis), misalnya: benda-benda pakai, perhiasan,
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
furnitur, sandang, dan sebagainya. Pemenuhan atas fungsi yang bersifat nonfisik bisa dikatakan relatif kecil. Karena didasari oleh keterampilan dan kehalusan rasa, maka bendabenda hasil produk kerajinan umumnya sangat mengeksploitasi dan menonjolkan aspek rupa dan keindahan (estetika). Dalam sejumlah kasus, ada kecenderungan menggunakan pola (pattern) atau bentuk (form, shape) yang rumit (complicated), serta mungkin juga mengeksploitasi dan menerapkan ragam hias (ornamen). Benda-benda hasil produk kerajinan umumnya dibuat secara berulang, dan dibuat dalam skala besar (mass product). Tentunya dibutuhkan persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dipenuhi dalam proses perancangannya yang sangat berbeda dengan hasil produk yang bersifat eksklusif (hanya dibuat sebuah saja). Semua hasil karya seni, jika masih berjumlah sebuah dan berstatus belum diproduksi, bisa disebut artwork, sering juga disebut master. Namun jika kemudian diproduksi secara massal (diperbanyak jumlahnya), maka kategorinya berubah menjadi ‘produk yang diindustrikan’ (industrialized product, fabricated product, manufactured product). Dalam hal ini perubahan status tidak didasarkan atas cara, sistem, teknologi, atau pendekatan poduksi yang dilaksanakan, akan tetapi dari diperbanyak atau tidaknya produk tersebut. Desain produk kerajinan mengandung upaya mencari struktur dan material yang tepat. Desain juga merupakan suatu proses, yaitu proses berpikir yang sistematis untuk mencapai mutu hasil yang optimal. Dengan demikian bahwa pada hakekatnya desain adalah mencari mutu yang lebih baik, mutu material, teknis dan performansi, bentuk baik secara perbagian maupun secara keseluruhan.
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Fashion dan Produk Fashion Menurut Solomon dalam bukunya ‘Consumer Behavior:European perspective’, fashion adalah penyebaran sosial (social diffusion) dimana sebuah gaya baru diadopsi oleh sekelompok konsumen. Produk fashion adalah objek estetika, untuk mengerti bentuk-bentuk pengaruhnya pada seseorang dapat digunakan beberapa pendekatan. Banyak faktor psikologis yang berperan dalam menjelaskan mengapa seseorang dapat termotivasi untuk mengikuti fashion. Antara lain: a. Kesesuaian (conformity) b. Mencari variasi (variety-seeking) c. Kreativitas pribadi (personal creativity) d. Daya tarik seksual (sexual attraction)
4. Tas Wanita Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tas didefinisikan sebagai kemasan atau wadah berbentuk persegi dan sebagainya. Biasanya bertali, dipakai untuk menaruh, menyimpan, atau membawa sesuatu. (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga. 2001,hal 1146). Tas bagi wanita merupakan sesuatu yang tidak bisa terpisahkan. Selain fungsinya untuk membawa berbagai kebutuhan, lebih dari itu kini tas menjadi ikon gaya hidup dan aksesori untuk mempercantik penampilan. Bahkan saat ini tas bagi wanita menjadi bagian untuk mendongkrak kepercayaan diri dan bagian dari status sosial. Terdapat beragam jenis tas wanita di masa kini, masing-masing tas tersebut digunakan dalam kebutuhan tertentu. Variasi model tas yang ada membuat banyak wanita memilih untuk mengkoleksi beberapa tas. Beberapa jenis tas yang menjadi favorit wanita dan memungkinkan untuk dapat dibuat dengan material rotan antara lain:
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.1 Bentuk-bentuk Tas Wanita Sumber: slalu.com
Dari kedelapan jenis tas wanita yang biasa digunakan diatas, terdapat beberapa spesifikasi yang dibutuhkan untuk menampilkan fungsi dari teknik anyaman ini. Spesifikasi tersebut yakni: a. Model tas harus menampilkan secara utuh/jelas anyaman tanpa membuat fungsi tas yang menjadi daya tarik utama. Atau dalam hal ini model tas mengalahkan estetika dari teknik anyaman sehingga teknik anyaman terlihat tidak menarik. Selain itu diperlukan model tas yang memiliki ruang/muka yang cukup lapang di bagian depan agar motif anyaman dapat dinikmati dengan baik. b. Karena bahan rotan merupakan bahan rigid/kaku maka dibutuhkan model tas yang sesuai. c. Model tas yang dibuat sesuai untuk target usia antara 18 – 25 tahun dan dipakai dalam suasana santai atau ketika sedang berlibur.
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dari beberapa model tas diatas, terdapat beberapa model yang benarbenar ikonik, seperti tas Kelly, Bucket, dan Satchel. Keempat model tas ini memiliki tingkat keikonikan yang tinggi, dimana orang-orang akan memilih tas ini karena modelnya yang stand out. Model-model tas ini meletakkan estetika utama tepat pada bentuknya. Sehingga jika kita menambahkan estetika tambahan dalam model-model tas ini akan kalah saing dengan estetika utamanya. Jika saya menggunakan model tas tersebut, teknik anyaman yang justru ingin ditampilkan sebagai point utama cenderung kalah dengan keikonikan tas. Selain itu pertimbangannya adalah kemudahan dalam proses produksi, tas Kelly, Satchel, dan Messenger sulit untuk dibuat dalam bentuk utuh sebagai sebuah tas lengkap dengan aksen-aksen khasnya. Tetapi untuk model tas Bucket masih memiliki kemungkinan untuk dibuat dengan material rotan karena bentuknya yang memang sederhana. Dalam penggunaannya tas Kelly lebih banyak digunakan untuk acara acara formal dan semi-formal, Tas Satchel juga digunakan dalam suasana semi-formal. Sedangkan tas Bucket yang dapat digunakan dalam suasana santai. Untuk tas Bagguete dan Tote memiliki model yang sederhana namun ukurannya yang cenderung besar tidak sesuai dengan karakter material rotan yang jika semakin besar tas yang dibuat akan semakin berat beban tasnya, ukuran tas paling sesuai untuk material rotan hanya ukuranukuran mini. Lebih dari itu daripada itu akan terlalu besar. Perbedaan material sangat bergantung dalam hal ini, tas dapat dibuat besar karena material kain/leather yang memang memungkinkan untuk membuat tas dengan ukuran besar, namun tidak dengan material rotan yang jauh berbeda, disinilah salah satu kendala dari material rotan ini. Selain itu siluet model-model tas ini juga jauh berbeda dengan kebutuhan model tas yang ingin dibuat. Material rotan akan membuat siluet tas menjadi
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
rigid/kaku. Sehingga dibutuhkan model-model tas dengan siluet yang sama. Selain itu model tas ini sesuai dengan kebutuhan spesifikasi diatas karena model tas ini dapat digunakan dalam suasana santai. Sedangkan untuk tas clutch, wristlet, dan mini bag berdasarkan ukurannya sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan, pada tas clutch dan wristlet terdapat ruang/muka yang cukup lapang di bagian depan yang dapat digunakan untuk ruang anyamannya. Namun tas clutch dan wristlet tidak memiliki ruang yang cukup di bagian dalam untuk bisa menyimpan banyak barang. Berbeda dengan mini bag yang memiliki ruang yang cukup di bagian dalam, dan ruang/muka yang dapat disesuaikan ukurannya di bagian depan. Siluet dari tas mini bag ini pun juga fleksibel, dapat dibuat rigid maupun lentur sesuai dengan kebutuhan. Ketiga tas ini juga cocok digunakan dalam suasana santai, terutama pada mini bag yang memang lebih banyak didesain untuk suasana santai. Dengan demikian saya memutuskan untuk menggunakan model tas mini bag sebagai aplikasi dari fungsi produk. Ukuran tas akan sangat mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli produk ini. Berikut beberapa daftar ukuran tas rotan yang telah ada di pasaran.
Model Tas
Ukuran Tas
a.
Dolce and Gabbana Rattan Bag
19.4 cm x 15 cm x 7.5 cm
b.
Dolce and Gabbana Cage Beauty
18.75 cm x 17.5 cm x 11.25 cm
c.
Dolce and Gabbana Embellished
19 cm x 15 cm x 7.5 cm
d.
Mark Cross Harley Rattan Bag
18 cm x 15 cm x 9 cm
Tabel 3.1 Tabel Ukuran Tas Rotan Sumber: google.com
Setelah melihat beberapa ukuran standar tas rotan yang sudah ada di pasaran dapat diambil nilai rata-ratanya adalah. 18 cm x 16 cm x 8 cm.
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Selain itu penting juga mengetahui apa saja kebutuhan yang biasa dibawa oleh pengguna ketika bepergian. Hal ini akan mempengaruhi keputusan ukuran yang digunakan. Beberapa barang-barang yang biasa dibawa oleh pengguna tas dalam suasana casual/santai antara lain:
Nama Barang
Ukuran Barang
a.
Smartphone 6”
16.5 cm x 8 cm x 0.8 cm
b.
Dompet
20 cm x 10 cm x 3 cm
c.
Makeup (Bedak, Lipstick)
Tidak ada ukuran pasti
d.
Headset
Tidak ada ukuran pasti Tabel 3.2 Tabel Ukuran Kebutuhan Tas Sumber: google.com
Berdasarkan kebutuhan diatas, beberapa barang seperti dompet wanita dan buku catatan memiliki ukuran yang tidak spesifik. Maka dari itu saya memutuskan untuk menambah sedikit panjang tas. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ukuran yang dipakai untuk mewujudkan tas ini adalah 22 cm x 16 cm x 8 cm.
B. Kelompok Data yang Berkaitan Dengan Estetika Fungsi Produk Rancangan 1. Bentuk Setiap benda pasti memiliki bentuk, bentuk merupakan area mandiri yang diciptakan oleh garis-garis mandiri dari bentuk geometris atau teratur/seimbang yang membentuk dan terhubung menjadi sebuah objek. Bentuk adalah hasil hubungan dari beberapa garis yang mempunyai area atau bidang dua dimensi (shape). Apabila bidang tersebut disusun dalam suatu ruang, maka terjadilah bentuk tiga dimensi atau bentuk plastis (form). Bentuk dua dimensi adalah bentuk
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
perencanaan secara lengkap untuk benda atau barang datar, biasanya digunakan untuk benda yang memiliki ukuran panjang dan lebar, sedangkan tiga dimensi adalah yang memiliki panjang, lebar dan tinggi. Berdasarkan jenisnya, bentuk terdiri atas bentuk naturalis atau bentuk organik, bentuk geometris, bentuk dekoratif dan bentuk abstrak. Pada fashion tas, bentuk-bentuk yang paling umum digunakan adalah bentuk-bentuk geometris. Seperti kotak, llingkaran, segitiga, tabung dan lain-lain.
2. Warna Warna memberikan identitas bagi suatu produk. Pentingnya warna bagi produk yakni memberikan kesan, makna sifat bahkan fungsi dari produk. Suatu produk dianggap gagal jika tidak dapat memberikan warna sesuai dengan kebutuhannya secanggih apapun produk tersebut. Warna akan sangat memperngaruhi minat konsumen dalam memutuskan pembelian. Berikut ini pengaruh warna pada produk berdasarkan kesan yang ditimbulkan: a. Warna Primer Warna primer memberikan kesan tegas. Warna ini stabil dan memiliki spectrum warna yang cocok untuk menarik fokus mata di depan umum dibandingkan dengan warna-warna lainnya. b. Warna Sekunder Warna sekunder merupakan warna yang mayoritas berwarna cerah. Biasanya diterapkan pada produk mainan, aksesoris maupun pakaian. Warna-warna sekunder cenderung soft. c. Warna Tersier
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Warna tersier memberi kesan kuat dan mayoritas sifat tersebut adalah sifat elegan, mahal, eksklusif dan lain-lain. Biasanya diterapkan pada barang yang mahal seperti cincin, jam tangan, kalung, alat elektronik dll.
C. Kelompok Data yang Berkaitan Dengan Aspek Teknis Produk Rancangan 1. Tenun dan Teknik Tenun Tenun merupakan selembar kain yang dibuat berdasarkan persilangan antara benang-benang lungsi (benang vertikal) dan pertemuannya (benang
dengan
horizontal).
membentuk
suatu
menghasilkan
motif
benang
pakan
Persilangan pola yang
ini
tertentu diinginkan.
Menurut buku “Tenunan Indonesia” seri Indonesia Indah terbitan Yayasan Harapan Kita Gambar 3.2 Struktur Kain Tenun Sumber: Google.com
BP3/TMII,
Macam-macam
teknik
membuat ragam hias dalam menenun di Indonesia antara lain:
a. Teknik Ikat Tenun dengan teknik yang paling banyak dikerjakan di hampir seluruh wilayah Indonesia adalah tenun ikat. Tenun ini dibuat dengan dengan mengikat bagian-bagian tertentu dari benang agar tidak terkena oleh zat pewarna saat dicelup. Bagian-bagian yang tidak terikat akan berubah warna sesuai dengan warna cairan celupnya. Sesudah dicelup kemudian kain siap ditenun. Terdapat tiga jenis teknik ikat yaitu:
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1) Ikat lungsi, bentuk ragam hias pada kain tampil sebagai akibat dari ikatan pada benang lungsinya. 2) Ikat pakan, bentuk ragam hias pada kain tampil sebagai akibat dari ikatan pada benang pakannya. 3) Ikat ganda, bentuk ragam hias pada kain tampil sebagai akibat dari ikatan baik pada benang pakan maupun lungsinya.
Gambar 3.3 Struktur Teknik Ikat Sumber: Buku Tenunan Indonesia
Teknik ikat merupakan teknik yang berfokus pada pewarnaan kain, kelebihannya terletak pada warnanya yang beraneka macam. Warna-warna dibentuk sedemikian rupa menghasilkan suatu motif. Hal ini berarti motif tidak dibentuk berdasarkan saling silang benangbenang. Benang-benang yang menghasilkan motif adalah benangbenang yang sudah diwarnai, kemudian ditenun dengan teknik tenun polos. Tenun polos adalah tenun dibuat dengan teknik polos/biasa dimana benang lungsi dan benang pakan saling menyilang atasbawah satu sama lain. Atau bisa juga disebut dengan teknik tenun biasa. Pertemuan antara warna benang lungsi dan warna benang pakan akan memperoleh efek warna yang sangat indah. Dapat disimpulkan, teknik tenun ikat tidak dapat diaplikasikan pada material rotan, hal ini disebabkan karena sebelum penganyaman dilakukan, material rotan tidak dapat diwarnai sedemikian rupa sesuai dengan
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
keinginan, karena penganyaman rotan dilakukan ketika rotan dalam keadaan sedikit basah, kecuali bagi para penganyam professional, penganyaman dapat dilakukan ketika rotan dalam keadaan kering. Barulah pewarnaan dilakukan ketika rotan telah selesai dianyam. Melakukan penganyaman ketika rotan telah diwarnai sebelumnya akan merusak struktur rotan sehingga lebih mudah patah.
b. Teknik Songket Teknik menenun dengan menambah pakan-pakan dari benang emas, perak atau sutera pada struktur tenun dasar yang sudah ada. Teknik ini merupakan salah satu jenis dari teknik pakan tambah (Supplementary Weft), Perbedaannya hanya terletak pada jenis benang. Tujuannya membentuk ragam hias. Hal ini dicapai dengan melompatkan benang-benang tambahan itu melewati benangbenang lungsi tertentu. Hal ini dilakukan berdasarkan kerangka acuan desain ragam hias. Menenun kain songket memerlukan keterampilan dan kesabaran yang tinggi, karena cukup rumit. Kain tenun ini biasa ditemui
pada
kain-kain
suku
melayu
di
Sumatera
(Aceh,
Minangkabau, Riau, Palembang) dan pesisir Kalimantan Barat. Namun istilah dan teknik ini juga berlaku untuk kain-kain dari suku Bugis, Makasar, Bali, dan Sasak.
Gambar 3.4 Struktur Teknik Songket Sumber: likehandmade.wordpress.com
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Berbeda dengan teknik ikat, teknik songket berfokus pada permainan saling-silang benang. Dalam hal ini adalah benang pakan. Saling-silang benang pakan pada kain dasar akan membentuk sebuah motif.
Yang
berarti
motif
merupakan
bentukan
dengan
sengaja/direncanakan, bukan bagian asli dari dasar tenunan. Dalam hal ini, teknik yang dapat diaplikasikan ke material rotan, namun ketika sebuah motif dibentuk dengan sengaja berarti disana terdapat sebuah rencana motif. Rencana motif ini dibuat dengan pola dan hitungan khusus dan dituangkan pada seluruh bidang kain. Dalam material rotan, hal ini tidak memungkinkan karena rencana motif akan membutuhkan bidang anyaman yang besar, mengingat bahan rotan dengan benang ukurannya memiliki perbedaan berkali-kali lipat. Kesimpulannya adalah motif yang dibuat dengan perencanaan tidak dapat diaplikasikan pada media rotan, karena membutuhkan bidang yang luas.
c. Teknik Lungsi Tambah Teknik dimana corak-corak kain ditampilkan oleh benang-benang lungsi. Lungsi-lungsi yang akan membentuk corak berukuran lebih besar dan ditempatkan diatas lungsi-lungsi pembentuk tenunan dasar. Melalui penempatan batang-batang pemisah lungsi-lungsi besar, seorang penenun membuat pola-pola ragam hias tertentu. Dalam proses menenun batang-batang itu diangkat secara bergilir untuk memberi jalan pada benang-benang pakan yang secara berkelanjutan membentuk corak yang diinginkan. Teknik ini dapat ditemui pada tenun Sumba, tenun Timor, Ternate dan Tidore.
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.5 Tenun Pahikung Sumber: likehandmade.wordpress.com
Tidak jauh berbeda dengan teknik songket, pada teknik ini perbedaan terletak pada tambahan penggunaan benang lungsi pada kain
dasar. Teknik ini memiliki kemungkinan
untuk dapat
diaplikasikan pada material rotan. Karena benang lungsi sebagai pembentuk motif diwarnai dengan cara dicolet atau diwarnai ketika proses penenunan telah selesai. Seperti yang dapat dilihat pada gambar 3.14. Namun karena teknik ini memiliki prinsip yang sama dengan teknik songket, dimana motif yang dibuat merupakan motif yang telah direncakan dengan pola dan perhitungan tertentu, akan sulit jika diaplikasikan pada material rotan. Selain itu struktur kain dasar dengan benang-benang lungsi tambah pada kain tenun juga akan membuat perbedaan yang sangat besar jika diaplikasikan ke material rotan yang memiliki ukuran spesifikasi ukuran yang besar.
d. Teknik Sotis/Sungkit Semacam songket lain tapi lebih menyerupai sulam, yakni sungkit, sungkit disini lebih dikenal dengan nama sotis. Corak-corak sungkit dicapai melalui cara melilit-lilit lungsi dengan benang (pakan tambah)
29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mengikuti pola atau corak yang diinginkan. Lilitan tersebut kemudian diperkuat dengan beberapa baris pakan dasar. Biasanya teknik ini digunakan untuk menampilkan corak-corak kecil yang menyebar. Corak-corak yang dicapai melalui sungkit tampak sama pada kedua muka latar tenunan akibat dari teknik melilit tersebut. Berbeda dengan songket, pada kain songket apabila tampak depan bermotif positif maka tampak belakang bermotif negatif. Teknik ini hanya ditemui pada tenun-tenun dari Timor.
Gambar 3.6 Tenun Sotis Sumber: lmiraethnique.com
Permainan dari lilitan benang-benang lungsi/pakan pada teknik sotis memiliki keunikan tersendiri. Teknik ini juga terfokus pada latar kain yang dibuat dengan teknik sedemikian rupa hingga corak tenunannya yang saling menyungkit dapat dilihat langsung dari dasar kain. Jadi teknik ini bukan merupakan permainan warna ataupun tambahan benang-benang. Warna pada kain dengan teknik ini pun terbilang sederhana, hanya berkisar 3 warna benang yang berbeda. Sejauh pengamatan saya, teknik ini dapat ditemui pada kain Sotis dan Kain Boti. Keduanya menggunakan teknik sungkit. Melihat kedua kain tersebut, teknik ini dapat diaplikasikan ke material rotan. Karena 30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
adanya persamaan fokus reka bagian latar/dasar. Pada material rotan pun fokusnya terdapat pada jalinan rotan-rotan yang harus dibentuk sesuai dengan kreasi. Tidak dapat dibuat dengan memainkan warna ataupun menambahkan rotan-rotan pada anyaman dasar.
e. Teknik Buna Teknik buna yaitu teknik menyisipkan benang berwarna yang kontras dengan latar. Benang itu disisipkan untuk membentuk ragam hias diatas permukaan kain dan dikerjakan pada saat proses menenun sedang berjalan. Setiap kali menyisipkan benang berwarna untuk ragam hias,selalu diikuti oleh benang latar untuk memperkuatnya. Mengerjakan ragam hias dengan tenun buna memerlukan waktu yang lama selain ketelitian, ketekunan dan kesabaran, karena benang sisipan yang membentuk ragam hias. Sehelai demi sehelai dililitkan pada saat benang lungsi diangkat oleh lidi-lidi. Prosesnya hampir seperti menyulam di tengah-tengah pekerjaan menenun. Harganya pun sangat mahal dan hanya mampu dikenakan oleh para bangsawan dan orang-orang kaya. Mengenakan tenun buna juga merupakan kebanggaan tersendiri karena kehormatan yang disandang kain tersebut. Teknik ini hanya ditemui pada kain Tenun Buna dari Timor.
Gambar 3.7 Tenun Buna Sumber: lmiraethnique.com
31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Proses pembuatan teknik buna memiliki kemiripan dengan teknik lungsi tambah, perbedaannya terletak pada proses pembuatannya, pada teknik lungsi tambah, benang tambahannya disisipkan ketika kain dasar telah selesai ditenun. Sedangkan pada teknik buna ini proses penenunan kain dasar dengan penyisipan benang dilakukan secara bersamaan. Ini merupakan teknik yang lebih rumit. Motif yang dibuat pun berasal dari sisipan-sisipan benang tambahan tersebut, sehingga motif yang dikerjakan juga merupakan motif yang telah dipola sebelumnya. Dan teknik tenun pada kain dasar pun menggunakan teknik tenun polos. Sehingga kain dasar terlihat seperti kain tenun biasa.
f. Teknik Tapestri Teknik ini digunakan untuk membuat corak-corak berwarna-warni melalui permainan benang-benang pakan yang ditenun terputusputus mengikuti jejak pola pewarnaan corak. Ada dua teknik tapestri yaitu: a. Benang-benang pakan akan saling mengikat pada titik-titik pertemuan warna. b. Benang-benang pakan tidak saling mengikat pada pertemuan warna.
Teknik
ini
akan
menimbulkan
celah-celah
pada
permukaan kain. Teknik ini juga diperlukan ketelitian dan kesabaran yang tinggi. Teknik ini dapat ditemui antara lain pada tenunan masyarakat Atoni di Timor, tenunan Lombok, Sumba, Sumbawa, Batak, Aceh, Dayak Iban dan Seram.
32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.8 Struktur Teknik Tapestri Sumber: Buku Kria Tekstil untuk SMK Jilid 3
Di era modern seperti saat ini, teknik tapestri banyak sekali digunakan sebagai salah satu teknik dalam kerajinan tangan. Di masa kini, pembuatannya lebih disederhanakan, tidak memerlukan alat tenun khusus seperti yang digunakan untuk membuat kain tenun dengan teknik lain. Alat tenunnya hanya berupa bentangan benangbenang lungsi yang tipis, kemudian satu persatu benang pakan dimasukkan
saling-silang
membentuk
motif
yang
diinginkan.
Kelebihannya dalam teknik tapestri yang modern ini kita dapat menggunakan berbagai jenis benang, berbagai jenis warna dan dengan berbagai jenis ukuran. Benang lungsi dalam teknik ini hanya digunakan
sebagai
benang
pembantu
proses
tenun,
tidak
mempengaruhi pola. Dan pada akhirnya benang lungsi yang dibentangkan tadi akan tertutupi dengan benang pakan. Sehingga pola-pola merupakan perwujudan benang pakan sepenuhnya. Ada beberapa sifat benang-benang yang tidak dapat disesuaikan, yakni kelenturan dan ketipisannya. Sangat jauh berbeda dengan 33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
material rotan yang mempunyai sifat yang kaku, jika dilengkungkan pun terdapat batasan kelengkungannya. Jika dilengkungkan lebih dari batasannya tersebut rotan cenderung akan patah. Dalam teknik ini butuh banyak perlakuan untuk melengkungkan rotan. Sedangkan rotan tidak mampu akan hal tersebut. Kelengkungan yang tidak diperkuat dengan lilitan atau perlakuan lainnya untuk menahan kelengkungan tersebut bertahan pada posisinya cenderung akan mudah terlepas/kembali ke bentuk semula. Kemudian setiap bagian pola yang berbeda akan menggunakan rotan yang baru kembali. Begitu seterusnya hingga pola utama yang diinginkan dapat terbentuk sempurna. Hal ini akan sangat sulit dilakukan. Pertemuan-pertemuan antara rotan yang dilengkungkan antara satu pola dengan pola lainnya akan menghasilkan sebuah celah yang cukup lebar. Karena perbedaan ukuran material antara benang dengan rotan. Dari keseluruhan data dan analisis diatas dapat diambil kesimpulan bahwa teknik tenun yang dapat diaplikasikan ke dalam material rotan adalah teknik sotis/sungkit. Beberapa kain yang terkenal dengan teknik ini adalah kain tenun sotis dan kain tenun boti. Keduanya berasal dari NTT. Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu daerah di Indonesia yang menghasilkan kain tenun yang sangat indah, baik melalui teknik maupun coraknya. hampir seluruh corak terdapat pada kain-kain khas NTT. Seperti corak geometris, flora, fauna, replika dan antropomorphis. Sementara dalam teknik pembuatannya lebih banyak
menggunakan
teknik
ikat,
dan
beberapa
daerah
menggunakan teknik lungsi tambah, teknik sotis dan buna. Hampir seluruh daerah di Nusa Tenggara Timur membuat kain tenunnya masing-masing, mulai dari Sumba, Flores, Rote, Ndao, Sawu dan
34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Timor. Kain tenun menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat NTT. Kain ini dapat dipakai sendiri, menjadi alat tukar atau diperjualbelikan. Seni menenun dan menganyam biasa dibuat oleh para wanita di NTT.
2. Rotan dan Anyaman Rotan Rotan adalah tumbuhan palm yang merambat, memanjat, dan berduri. Rotan juga dikenal sebagai tumbuhan hutan tropika dan subtropika
yang sangat
subur
pertumbuhannya. Tumbuhan
ini
merupakan sumber rotan batangan untuk industri furnitur rotan. Rotan merupakan hasil hutan paling penting setelah kayu (Dransfield, 1974). Bagian-bagian dari rotan: 1. Rotan Asalan adalah batangan rotan yang belum ataupun yang telah mengalami proses pembersihan, pencucian dan atau pengawetan dengan asap belerang (Washed dan Sulphurized) 2. Rotan Poles adalah hasil proses pengupasan kulit ari dari rotan bulat sepanjang batang yang ditandai dengan batang yang halus dan selindris. 3. Hati Rotan adalah hasil proses pembelaan hati rotan ditandai dengan lembaran-lembaran hati yang berbentuk bulat lonjong dan persegi. 4. Kulit Rotan adalah hasil proses pengulitan rotan bulat Washed dan Sulphurized (W-S) ditandai dengan lembaran kulit yang berukuran tebal 1,3 mm atau lebih kecil, lebar 8 mm atau lebih kecil. Berdasarkan ukuran diameter batangnya, seluruh jenis rotan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu rotan besar dan rotan kecil.
35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Kelompok rotan besar atau disebut juga rotan berdiameter besar adalah jenis-jenis rotan yang diameter batangnya lebih besar dari 18 mm. Jenis-jenis yang termasuk kedalam kelompok ini dan sering dijumpai dalam perdagangan antara lain manau (Calamus manan), batang (C. ornatus), semambu (C. scipionum) dan unbut (Daemonorop macroptera). Rotan besar biasanya digunakan untuk pembuatan rangka mebel atau komponen struktural lainnya. Rotan kecil atau disebut juga rotan berdiameter kecil adalah rotan yang diameter batangnya kurang dari atau sama dengan 18 mm. jenis-jenis yang termasuk kelompok ini dan sudah umum dikenal diantaranya sega (C. caesius), pulut (C. impar), irit (C. trachayecoleus) dan jermasin (C. leijocaulis). Rotan kecil digunakan sebagai bahan anyaman atau komponen pengisi dalam barang jadi. Pemilihan jenis rotan didasarkan pada spesifikasi benang pada tenun. Tenun terdiri dari benang-benang halus, tipis dan jumlahnya yang tak terhingga. Kehalusan dan ketipisannya tersebut membuat kain tenun memiliki kerumitan tersendiri karena kedetailannya membuat jalinan. Selain itu pemilihan bahan rotan juga didasarkan dengan kecocokannya dengan tas model crossbody bag. Dalam pembuatan anyaman rotan, anyaman yang paling detail terdapat pada anyaman seperti furcate dan anyaman antik, keduanya menggunakan jenis kulit rotan yang memiliki lebar kurang lebih 4-5 mm dan ketebalan 1 mm. Dengan menggunakan jenis rotan ini anyaman yang dihasilkan akan semakin detail, namun jenis rotan ini hanya akan menghasilkan anyaman berdimensi 2 (tidak dapat dibentuk apaapa/hanya membentuk latar). Selain itu untuk mendapatkan anyaman detail lainnya dapat menggunakan rotan berdiameter kecil dengan jenis kubu soft/pulut berwarna putih dengan diameter antara 2-3 mm
36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
seperti yang terdapat pada riset saya mengenai kerajinan rotan Me and Dots. Rotan jenis ini mampu dibuat berbagai bentuk kerajinan dengan teknik tertentu, sehingga membentuk anyaman berdimensi 3.
Gambar 3.9 Rotan Kubu Sumber: Pribadi
Gambar 3.10 Tali Rotan Sumber: Pribadi
Pada dasarnya pembuatan tas crossbody bag hanya memerlukan anyaman 2 dimensi sebagai latar bagian depan dan belakang. Karena bahan rotan akan menghasilkan tas yang rigid dengan bentuk yang sederhana. Bagian utamanya adalah sisi-sisi latarnya. Dalam hal ini memungkinkan untuk menggunakan kulit rotan. Tetapi penggunaan kulit rotan untuk keseluruhan bagian akan berdampak pada kekokohannya. Bahan kulit rotan yang tipis tidak dapat digunakan untuk menahan beban tas nantinya. Anyaman-anyaman yang menggunakan bahan kulit rotan biasanya menggunakan kerangka dasar seperti frame atau sejenisnya. Karena proses ending anyaman dibuat dengan cara melilit kulit rotan pada framenya. Tetapi ada pula beberapa anyaman kulit rotan yang tidak perlu diakhiri dengan proses pelilitan. Maka dari itu diperlukan bahan rotan lain untuk mampu mendukung kekokohannya. Maka dari itu bahan rotan lain yang dapat mendukung adalah rotan kubu soft. Dalam perancangan ini penulis juga
37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
ingin melakukan sebuah eksplorasi untuk menggabungkan dua jenis rotan menjadi satu anyaman. Karena selama ini satu anyaman dibuat dengan satu jenis rotan. Maka dapat diambil keputusan, penulis akan menggunakan bahan kulit rotan yang memiliki lebar 3-4 mm dan rotan kubu soft berdiameter 2-3 mm. Anyaman merupakan kumpulan serat yang dirangkai hingga membentuk sebuah benda yang kaku, dengan kata lain anyaman adalah proses menyilangkan atau menjaringkan bahan-bahan yang biasanya berasal dari tumbuh-tumbuhan (Marcel Mauss 1947:57). Dalam menganyam dan menenun dikenal dua istilah untuk menyebut bagian anyaman horizontal dan vertikal, yaitu lungsi dan pakan. Pada rotan, lungsi adalah bagian rotan yang lurus vertikal seperti membentuk tulang persilangan. Sedangkan rotan pakan adalah bagian anyaman rotan yang berjajar horizontal saling bersilangan di depan dan di belakang rotan lungsi.
Gambar 3.11 Lungsi Sumber: Pribadi
Gambar 3.12 Pakan Sumber: Pribadi
38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Teknik anyaman telah ada pada masyarakat Indonesia bertahuntahun lamanya. Berbagai anyaman-anyaman lain yang lebih modern dibuat dengan teknik yang diambil dari prinsip anyaman yang telah ada. Semua tergantung bagaimana kita bereksplorasi. Karena anyaman merupakan bagian dari desain craft, maka dalam pembuatannya tidak terpaut banyak aturan, namun tetap memiliki penyesuaian tersendiri. Prinsip dasar anyaman adalah naik turunnya benang pakan terhadap lungsi atau sebaliknya. Model-model pengembangan diambil dari seberapa sering benang akan naik atau turun, berapa benang yang akan dilewati atau akan membentuk motif apa dari pertemuan-pertemuan antara benang lungsi dan pakannya. Semua dapat dipola sedemikian rupa menghasilkan anyaman dan motif yang diinginkan. Dalam perancangan teknik anyaman ini, tenun sebatas menjadi sumber inspirasi, teknik pada tenun tidak dapat 100% digunakan pada anyaman rotan. Hal ini karena perbedaan material yang cukup jauh. Karena dalam hal ini saya murni bereksplorasi dari kain tenun. Proses eksplorasi mengandalkan teknik dari kain tenun tersebut kemudian dilakukan penyesuaian. 3. Kulit Sintetis
Gambar 3.13 Kulit Sintetis Sumber: Google.com
39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Faux leather (kulit sintetis) adalah jenis kulit imitasi yang terbuat dari bahan dasar kain, yang diolah secara kimia dengan lilin, pewarna, atau polyurethane untuk menghasilkan bahan dengan tekstur dan warna seperti kulit. Sengaja dibuat menjadi seperti bahan kulit asli namun dengan biaya yang jauh lebih rendah tentunya. Jenis kulit sintetis yang paling umum adalah yang disebut pleather, merupakan singkatan dari ‘plastic leather’ karena terbuat dari bahan dasar kain elastik dan hasilnya sangat menyerupai kulit asli. Namun dibanding kulit asli, kulit sintetis ini lebih ringan dan lebih fleksibel, selain juga lebih mudah diwarnai dengan warna yang lebih bervariasi. Ada berbagai jenis kulit imitasi dengan kualitas yang berbeda-beda. Selain pleather, jenis kulit sintetis lainnya adalah leatherette dan vegan leather. Kulit sintetis dapat terlihat sangat mirip dengan kulit asli namun dengan harga yang jauh lebih murah. Ada sekelompok orang yang lebih memilih menggunakan kulit sintetis karena dalam proses pembuatannya tidak menyakiti hewan. Karena dibuat dengan mesin, kulit sintetis memiliki tekstur dan warna yang konsisten. Selain itu kulit sintetis lebih mudah diwarnai dengan warna yang lebih bervariasi dan warnanya tidak gampang pudar.
D. Kelompok Data yang Berkaitan Dengan Aspek Ekonomi Produk Rancangan Dalam hal ini penjual dapat memilih di antara dua macam strategi untuk menentukan nilai jual yang dianggap ekstrem, yaitu: 1. Skim-the-cream-pricing Strategi ini menetapkan harga yang tinggi dengan maksud perusahaan dapat memperoleh laba yang maksimal. Tentu saja, strategi seperti ini hanya dapat diterapkan apabila kondisi persaingan sangat
40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
longgar atau bhkan nyaris tanpa persaingan sehingga dengan harga berapa pun produk itu tetap akan diminati oleh konsumen.
2. Penetration pricing Berlawanan dengan strategi di atas, Strategi ini menetapkan harga produk yang serendah-rendahnya. Hal ini dimakudkan untuk mencapai volume penjualan yang setinggi-tingginya di segmen pasar tertentu.
Strategi
seperti
ini
dapat
diterapkan apabila kondisi
persaingan sangat ketat, ata kondisi pasar sudah menunjukkan kejenuhan.
41
http://digilib.mercubuana.ac.id/