ht t
go
s.
bp
t.
ra
ba
ua
ap
p: //p
.id
ht t
go
s.
bp
t.
ra
ba
ua
ap
p: //p
.id
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
o. id
MENURUT PENGELUARAN ELUARAN
at
.b
ps
.g
PROVINSI PAPUA BARAT
ht t
p: //
pa
pu
ab
ar
201100 - 2014 20 2010
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT PENGELUARAN PROVINSI PAPUA BARAT 2010- 2014
ISSN Nomor Publikasi Katalog BPS Ukuran Buku Jumlah Halaman
: : : : :
91550.15.04 9302005.91 21 x 29,7 cm viii + 73 halaman
o. id
Naskah: Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
ar
at
.b
Diterbitkan Oleh: © Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
ps
.g
Gambar Kulit: Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik
ht t
p: //
pa
pu
ab
Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT PENGELUARAN PROVINSI PAPUA BARAT 2010- 2014
Pengarah
: Drs. Simon Sapary, M.Sc
Editor
: Drs. Jerison Sumual, MM
Penulis
: Nisalasi Ikhsan Nurfathillah, S.ST
o. id
Anggota Tim Penyusun:
ht t
p: //
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
Pengolah data : Nisalasi Ikhsan Nurfathillah, S.ST Fitrah Sarah Ramadhani, S.ST
ht t
o. id
.g
ps
.b
at
ar
ab
pu
pa
p: //
KATA PENGANTAR Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu perangkat data ekonomi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pembangunan ekonomi suatu wilayah (provinsi maupun kabupaten/kota). Perangkat data ini dapat pula digunakan untuk kepentingan dan tujuan lain, seperti sebagai dasar pengembangan model-model ekonomi dalam rangka menyusun formulasi kebijakan, tingkat percepatan uang beredar (velocity of money), pendalaman sektor keuangan (finacial deepening), penetapan pajak, kajian ekspor dan impor dan sebagainya.
o. id
Menurut teori ekonomi makro, penghitungan PDRB dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu : pendekatan produksi/penyediaan (PDRB menurut Lapangan Usaha/industry), pendekatan pengeluaran/permintaan akhir (PDRB menurut Pengeluaran /expenditure) serta pendekatan pendapatan (PDRB menurut pendapatan/income). Ketiga pendekatan penghitungan tersebut secara teori akan menghasilkan angka PDRB yang sama.
ab
ar
at
.b
ps
.g
Publikasi ini secara khusus membahas mengenai PD PDRB RB menurut pendekatan pengeluaran/permintaan komponen, eluaran/permintaan akhir. Pendekatan ini dirinci menjadi beberapa komponen yaitu: Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Perubahan Inventori), Ekspor Luar Negeri, Impor Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor antar daerah). Data PDRB dalam publikasi ini serta publikasi-publikasi selanjutnya mengunakan tahun dasar 2010, serta sudah menerapkan konsep System of National Accounts 2008 seperti yang direkomendasikan oleh United Nations.
ht t
p: //
pa
pu
Kepada seluruh anggota Tim Penyusun Publikasi ini yang telah memberikan kontribusinya dalam mewujudkan publikasi ini disampaikan penghargaa penghargaan yang setinggi-tingginya. tingginya. Demikian pula kepada instansi pemerintah dan lembaga/perusahaan swasta yang telah memberikan dukungan data bagi penyusunan publikasi ini diucapkan terima kasih. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat terus berlanj berlanjut serta dapat ditingkatkan di masa masa-masa mendatang. Terakhir, disadari bahwa data dan informasi yang disajikan dalam publikasi ini masih memerlukan penyempurnaan. Oleh karena itu, setiap masukan yang bersifat konstruktif sangat dihargai demi penyempurnaan isi publikasi ini selanjutnya. Akhirnya, memerlukannya.
semoga
publikasi
ini
bermanfaat
bagi
semua
Manokwari,
pihak
yang
Juli 2015
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK Provinsi Papua Barat,
Drs. Simon Sapary, M.Sc
i
ii
ht t
o. id
.g
ps
.b
at
ar
ab
pu
pa
p: //
PDRB Menururt Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Papua Barat, Tahun 2010 - 2014
DAFTAR ISI Halaman i
Daftar Isi …………………………………………………………………………………..
iii
Daftar Tabel ………………………………………………………………………………
v
Daftar Grafik ……………………………………………………………………………...
vii
Daftar Lampiran …………………………………………………………………………
viii
1.1.
(PDRB) Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)....................
2
1.2.
..............…………………… .............. …………………… Kegunaan Statistik PDRB...............................……………………......
4
.b
ps
.g
1
at
METODA ESTIMASI DAN SUMBER DATA …………………………
5
Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga ………….………
6
2.2
Pengeluaran Konsumsi Akhir LNPRT ………….………................
9
2.3
Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah ……………….………
11
2.4
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) ……………….………
14
2.5
Perubahan Inventori ………………………………….…….……….
18
2.6
spor Impor ......................................……………………………… Ekspor
22
pa
pu
ab
ar
2.1
ht t
BAB II
PENDAHULUAN ………………………………………………….............
p: //
BAB I
o. id
Kata Pengantar …………………………………………………………………..............
BAB III
TINJAUAN PEREKONOMIAN PAPUA BARAT BERDASARKAN PDRB PENGELUARAN PAPUA BARAT TAHUN 2010-2014...….........
24
3.1 Tinjauan Agregat PDRB Papua Barat Menurut Pengeluaran .........
26
3.2 Perkembangan Konsumsi Akhir Rumah Tangga ………......……..
30
3.3 Perkembangan Konsumsi Akhir LNPRT .....………………................
35
3.4 Perkembangan Konsumsi Akhir Pemerintah......……………….……
36
3.5 Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) ....……
40
3.6 Perkembangan Perubahan Inventori …………………………..….
41
3.7 Perkembangan Ekspor Barang dan Jasa Luar Negeri..…….……..
42
3.8 Perkembangan Impor Barang dan Jasa Luar Negeri .........................
44
iii
PDRB Menururt Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Papua Barat, 2010 - 2014
3.9 Perkembangan Net Ekspor Antar Daerah …………………….……..
BAB IV
46
PERKEMBANGAN AGREGAT PRDB MENURUT PENGELUARAN PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2010-2014 .......................................
47
4.1 PDRB (Nominal) ……………………………………………...…….......
48
4.2 Perbandingan Pengeluaran PDRB untuk Konsumsi Akhir Rumah Tangga terhadap Ekspor…………………………………......................
49
4.3 Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap Pembentukan 50
4.4 Proporsi Konsumsi Akhir terhadap PDRB ………………… ………………….......…...
50
…………………… …… 4.5 Perbandingan Ekspor terhadap PMTB ………………………… …………………………........
51
B terhadap Impor ……………………………. 4.6 Perbandingan PDRB ……………………………......
52
.g
o. id
Modal Tetap Bruto (PMTB) ……………………....................................
53
4.8 Neraca Perdagangan (Trade Balance)) …………………… ……………………..….…….
54
4.9 Rasio Perdagangan Internasional (RPI) ............................................
55
ar
pa
pu
PENUTUP ………………………………………………………………….. …………………………………………………………………...
p: //
LAMPIRAN …………………………………………………………………
ht t
BAB V
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) …….…………………..
ab
4.10
at
.b
ps
4.7 Keseimbangan Total Penyediaan dan Total Permintaan ………..
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… ………………………………………………………..
iv
56
58
60
71
PDRB Menururt Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Papua Barat, Tahun 2010 - 2014
DAFTAR TABEL 26
Tabel 2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat Tahun 2010-2014 (Miliar Rp) ....................
27
Tabel 3. Distribusi PDRB ADHB Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat Tahun 2010-2014 (Persen) .....................................................
28
Tabel 4. Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat Tahun 2010-2014 (Persen)..........................
29
Tabel 5. Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat Tahun 2010-2014 2014 .....................................................................
30
o. id
Tabel 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat Tahun 2010-2014 (Miliar Rp) ....................
31
Tabel 7. Struktur Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat, Tahun 2010—2014 2014 (Persen) ......................
33
Tabel 8
Pertumbuhan Riil Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat, Tahun 20 2010—2014 (Persen) .......
34
Tabel 9
Pertumbuhan Implisit (Indeks Harga) Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat, Tahun 2010— 2010 .......................................................... 2014 (Persen) .....................................................................................
35
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
Tabel 6. Perkembangan Penggunaan Konsumsi msi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat, Tahun 2010—2014 ......................................
ht t
p: //
Tabel 10 Perkembangan Penggunaan Konsumsi LNPRT Provinsi Papua Barat, Tahun 2010—2014 ................................................................. 2010
36
Tabel 11 Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Provinsi Papua Barat, Tahun 2010 20 – 2014......................................
36
Tabel 12 Struktur Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Provinsi Papua Barat,Tahun 2010 – 2014 .......................................................
38
Tabel 13 Perkembangan dan Struktur PMTB Provinsi Papua Barat, Tahun 2010—2014 .............................................................................
40
Tabel 14 Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori Provinsi Papua Barat, Tahun 2010—2014.......................................................
42
Tabel 15 Perkembangan Ekspor Barang dan Jasa Luar Negeri Provinsi Papua Barat, Tahun 2010 – 2014.......................................................
43
Tabel 16 Perkembangan Impor Barang dan Jasa Luar Negeri Provinsi Papua Barat, Tahun 2010 – 2014 .....................................................
44
v
PDRB Menururt Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Papua Barat, 2010 - 2014
48
Tabel 18 Perbandingan PDRB Pengeluaran untuk Konsumsi Akhir Rumah Tangga terhadap Ekspor Tahun 2010—2014 ................
49
Tabel 19 Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap PMTB Tahun 2010—2014 ............................................................................
50
Tabel 20 Proporsi Total Penggunaan Konsumsi Akhir terhadap PDRB Provinsi Papua Barat, Tahun 2010—2014.....................................
51
Tabel 21 Rasio Ekspor terhadap PMTB (ADHB) Tahun 2010—2014......
51
Tabel 22 Rasio PDRB terhadap Impor Provinsi Papua Barat Tahun 2010—2014......................................................................................... 4.........................................................................................
52
Tabel 23 Sisi Keseimbangan Penyediaan dan Permintaan Provinsi Papua Barat, Tahun 2010—2014...................................................... ......................................................
53
Jasa, Provinsi Papua Barat Tabel 24 Neraca Perdagangan Barang dan Jasa, Tahun 2010—2014............................................................................. .............................................................................
54
Tabel 25 Rasio Perdagangan angan Internasional, Internasional, Provinsi Papua Barat, Tahun 2010 – 2014............................................................................. 4.............................................................................
55
Tabel 26 Incremental Capital Output Ratio Ratio, Provinsi Papua Barat, Tahun 2010 – 2014............................................................................ ...........................................
57
ht t
p: //
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o. id
Tabel 17 Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita Provinsi Papua Barat, Tahun 2010—2014 .....................................
vi
PDRB Menururt Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Papua Barat, Tahun 2010 - 2014
DAFTAR GRAFIK
p: //
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o. id
Perbandingan PDRB adh Berlaku dan adh Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat, Tahun 2010 – 2014 .....................................................................................................
ht t
Grafik 1.
vii
28
PDRB Menururt Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Papua Barat, 2010 - 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2.
Lampiran 3.
61
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat (Juta Rp)....
62
Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat (Persen) ....................................................................................
63
Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat (Persen) ........................................................................
64
Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku,, Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat (Persen)......................................................................................
ab
Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Bru Atas Dasar Harga Konstan 2010, Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat (Persen)...................................................................... Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat ....................................................................................... ......................
67
Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat ........................................................................................
68
Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto (2010=100) Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat......
69
Lampiran 8
Lampiran 9
ht t
p: //
Lampiran 7.
66
pa
pu
Lampiran 6.
65
ar
at
.b
Lampiran 5.
ps
.g
Lampiran 4.
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat (Juta Rp) ...........
o. id
Lampiran 1.
Lampiran 10 Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto (2010=100) Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat (Persen) ........................................................................
viii
70
BAB I
ht t
p: //
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o. id
PENDAHULUAN
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
1
o. id .g ps .b at ar ab pu pa p: // ht t Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
2
1.1
PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu
wilayah/regional dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan
o. id
harga yang pada suatu tahun tertentu sebagai dasar. PDRB RB atas dasar harga berlaku dapat
.g
digunakan untuk melihat pergeseran serta struktur ekonomi. PDRB atas dasar harga
ps
konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi pada suatu periode ke periode
.b
( tahun ke tahun atau triwulan ke triwulan). Dalam publikasi ini tahun dasar yang
ar
at
digunakan adalah tahun 2010 dan ini tentu akan mencerminkan struktur ekonomi terkini.
ab
Terdapat tiga pendekatan yang biasanya digunakan dalam menghitung angka-
pu
angka PDRB, yaitu:
pa
a. Menurut Pendekatan Produksi, Produksi,
p: //
PDRB Menurut pendekatan ini, PD PDR RB B adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang
ht t
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya tertentu (biasanya satu tahun). Unit dikelompokkan menjadi 17 kategori lapangan usaha yaitu: 1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, 2. Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri Pengolahan, 4. Pengadaan Listrik dan Gas, 5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, 6. Konstruksi, 7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, 8. Transportasi dan Pergudangan, 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, 10. Informasi dan Komunikasi, 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 12. Real Estat, 13. Jasa Perusahaan, 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, 15. Jasa Pendidikan, 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, 17. Jasa lainnya. Setiap kategori lapangan usaha tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub kategori lapangan usaha.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
3
b. Menurut Pendekatan Pendapatan PDRB menurut pendekatan ini merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktorfaktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak atas produksi dan impor dikurangi subsidi).
c.
Menurut Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari: (1) pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (2) pengeluaran
o. id
konsumsi akhir lembaga non profit yang melayani rumah tangga (3) pengeluaran
.g
konsumsi akhir pemerintah, (4)) pembentukan modal tetap domestik bruto, ((5)
ps
perubahan inventori, dan (6)) ekspor neto (ekspor dikurangi impor).
at
.b
Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama.
ar
Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan
ab
dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksi. PDRB yang
pu
dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar, karena di
ht t
p: //
pa
dalamnya sudah dicakup pajak tak langsung neto.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
4
1.2
KEGUNAAN STATISTIK PDRB Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat
menunjukkan kondisi perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini antara lain adalah: 1. PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu negara. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.
2. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan
o. id
ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun.
.g
3. Distribusi PDRB B harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian
ps
Sektor-sektor ekonomi yang atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu negara. Sektor
PDRB harga berlaku menurut pengeluaran menunjukkan produk barang dan jasa
ar
4.
at
.b
mempunyai peran besar menunjukkan unjukkan basis perekonomian suatu negara.
ab
digunakan untuk tujuan konsumsi akhir, akhir, investasi dan diperdagangkan dengan pihak
pa
pu
luar negeri.
p: //
5. Distribusi PDRB B menurut pengeluaran menunjukkan peranan kelembagaan dalam
ht t
menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi.
6. PDRB pengeluaran atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju pertumbuhan konsumsi akhir, investasi dan perdagangan luar negeri.
7. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk.
8. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu wilayah.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
5
o. id .g ps .b at ar ab pu pa p: // ht t Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
6
ht t
p: //
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o. id
BAB II METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
7
o. id .g ps .b at ar ab pu pa p: // ht t Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
8
2.1
PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA
i.
Pendahuluan Sektor rumah tangga mempunyai peran yang cukup besar dalam perekonomian. Hal ini
tercermin dari besarnya sumbangan konsumsi rumah tangga dalam pembentukan PDRB pengeluaran. Di samping berperan sebagai konsumen akhir barang dan jasa, rumahtangga juga berperan sebagai produsen dan penyedia faktor produksi untuk aktivitas produksi yang dilakukan oleh sektor institusi lain. ii.
Konsep dan definisi Pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (PKRT) adalah pengeluaran atas barang dan jasa
oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Rumah tangga didefinisikan sebagai individu atau kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan tempat tinggal. Mereka
o. id
mengumpulkan pendapatan, dapat memiliki harta dan kewajiban, serta mengkonsumsi barang
Cakupan
ps
iii.
.g
dan jasa secara bersama-sama, utamanya kelompok makanan dan perumahan. perumahan
.b
PKRT mencakup seluruh pengeluaran atas barang dan jasa oleh residen suatu wilayah, baik
at
yang dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik suatu region. Jenis-jenis barang dan
ar
jasa yang dikonsumsi diklasifikasikan menurut COICOP (Classifications of Individual Consumption
ab
by Purpose) seperti yang direkomendasikan oleh UN (United Nations), Nations) sbb: Makanan dan minuman tidak beralkohol
2.
Minuman inuman beralkohol, tembakau dan narkotik n
3.
Pakaian dan alat kaki
4.
Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya
5.
Furniture, perlengkapan rumahtangga dan pemeliharaan rutin
6.
Kesehatan
7.
Angkutan
8.
Komunikasi
9.
Rekreasi/hiburan dan kebudayaan
ht t
p: //
pa
pu
1.
10. Pendidikan 11. Penyediaan makan minum dan penginapan/hotel 12. Barang dan jasa lainnya
Namun karena keterbatasan data, maka 12 COICOP tersebut dikelompokkan kembali manjadi hanya 7 COICOP, yaitu: 1.
Makanan, Minuman, dan Rokok
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
9
2.
Pakaian dan Alas Kaki
3.
Perumahan, Perkakas, Perelngkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
4.
Kesehatan dan Pendidikan
5.
Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
6.
Hotel dan Restoran
7.
Lainnya
Konsumsi rumah tangga mencakup juga hal-hal sbb: Imputasi jasa persewaan rumah milik sendiri (owner occupied dwellings); Nilai perkiraan sewa rumah milik sendiri harus diperhitungkan karena rumah tangga pemilik, dianggap menghasilkan jasa persewaan rumah bagi dirinya sendiri. Imputasi sewa
o. id
rumah diperkirakan atas dasar harga pasar, meskipun status rumah tersebut milik sendiri. m Apabila rumah tangga benar-benar benar menyewa, maka yang dihitung adalah biaya sewa yang
(subsidi atau transfer).
at
.b
Barang arang yang diproduksi dan digunakan sendiri;
ps
.g
dibayar, baik dibayar penuh maupun tidak penuh karena mendapat keringanan biaya
ar
Pemberian/hadiah erian/hadiah dalam bentuk barang yang diterima dari pihak lain;
ab
Barang arang dan jasa yang dibeli langsung (direct (direct purchase) purchase oleh residen diluar wilayah atau
pu
diluar negeri (diperlakukan akukan sebagai impor) impor
pa
Terdapat beberapa catatan yang perlu dikatahui berkaitan dengan PKRT ini, yaitu:
p: //
Pembelian diperlakukan sebagai ekspor dari wilayah tersebut) embelian langsung oleh non-residen, non
ht t
Pembelian barang yang tidak diproduksi kembali (diduplikasi), seperti barang antik, lukisan, dan hasil karya seni lainnya diperlakukan sebagai investasi inves atas barang berharga, bukan konsumsi rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga untuk keperluan biaya antara dan pembentukan modal di dalam aktivitas usaha rumah tangga, tidak termasuk dalam pengeluaran konsumsi rumah tangga. Contoh, pembelian barang dan jasa untuk keperluan usaha, perbaikan besar rumah, dan pembelian rumah. Pengeluaran untuk keperluan transfer baik dalam bentuk uang atau barang, tidak termasuk sebagai pengeluaran konsumsi rumah tangga.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
10
iv.
Penghitungan PKRT Tahunan 1. Sumber data Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi PKRT adalah :
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS, dalam bentuk pengeluaran konsumsi per-kapita seminggu untuk makanan, dan pengeluaran per-kapita sebulan untuk kelompok bukan makanan,
Jumlah penduduk pertengahan tahun,
Data Sekunder (dari BPS maupun dari luar BPS), dalam bentuk data atau indikator suplai komoditas dari jenis pengeluaran tertentu,
Indeks Harga Konsumen (IHK).
o. id
2. Metode penghitungan
.g
Penghitungan PKRT didasarkan pada hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).
ps
Untuk menghasilkan perhitungan PKRT yang mencerminkan kondisi sesungguhnya, masih Penyesuaian dilakukan dengan
.b
diperlukan adanya beberapa penyesuaian (adjustment).
at
menggunakan data pendukung (data sekunder) dalam bentuk indikator suplai (di luar Susenas)
ar
dari beberapa komoditi tertentu. Hasil penghitungan dari data sekunder tersebut dianggap lebih
ab
mencerminkan PKRT yang sebenarnya. Penyesuaian (adjustment) yang dilakukan adalah
pu
mengganti hasil Susenas dengan hasil penghitungan yang didasarkan data indikator suplai untuk
jenis pengeluaran tertentu.
pa
beberapa komoditas. Penggantian dilakukan pada level komoditas, kelompok komoditas, atau
p: //
Langkah penghitungan di atas menghasilkan besarnya PKRT atas dasar harga berlaku
ht t
(ADHB). PKRT atas dasar asar harga har h ar konstan (ADHK) 2010, diperoleh dengan cara mendeflate PKRT ADHB dengan IHK tahun dasar 2010. Untuk lebih jelasnya, langkah langkah penghitungan PKRT dapat diringkas sbb: 1.
Estimasi PKRT hasil Susenas: a.
Makanan = pengeluaran konsumsi perkapita seminggu x (30/7) x 12 x jumlah penduduk pertengahan tahun
b. Bukan makanan = pengeluaran konsumsi perkapita sebulan x 12 x jumlah penduduk pertengahan tahun 2.
Terhadap data poin ke 1 dilakukan koreksi dengan menggunakan data sekunder atau indikator suplai komoditas untuk jenis pengeluaran tertentu; Terhadap data poin ke 3 dilakukan koreksi dengan menggunakan data sekunder atau indikator suplai komoditas dari jenis pengeluaran tertentu;
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
11
3.
Data poin ke 2 dikelompokan menjadi 7 kelompok COICOP,
4.
Diperoleh nilai PKRT tahun 2010 yang telah di-adjust;
5.
Susun Indeks Implisit berdasarkan IHK Kota (Provinsi/Kota terdekat) dan 7 kelompok COICOP;
6.
PKRT adh konstan 2010 diperoleh dengan membagi hasil poin ke 4 dengan hasil poin ke 5.
2.2
PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR LNPRT
i
Pendahuluan Sektor Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) muncul sebagai sektor
o. id
tersendiri dalam suatu perekonomian wilayah. Sektor ini berperan dalam menyediakan barang pada tingkat harga yang dan jasa bagi anggotanya maupun bagi rumahtangga secara gratis atau pada
.g
tidak berarti secara ekonomi. Harga yang tak berarti secara ekonomi artinya harga tersebut
Konsep dan definisi
.b
ii
ps
biasanya dibawah harga pasar (tidak mengikuti harga pasar yang berlaku).
at
LNPRT merupakan bagian dari lembaga non profit (LNP). Sesuai dengan fungsinya, LNP
LNP umumnya adalah lembaga formal, tetapi terkadang merupakan lembaga informal
pa
pu
Karakteristik unit LNP adalah sbb :
ab
ar
dibedakan atas LNP yang melayani rumah tangga dan LNP yang melayani bukan rumahtangga.
p: //
yang keberadaannya diakui oleh masyarakat masyarakat; pengawasan terhadap jalannya organisasi dilakukan oleh anggota terpilih yang punya
ht t
hak sama, termasuk hak bicara atas keputusan lembaga; setiap anggota mempunyai tanggung Papua Papuab tertentu dalam organisasi, dan tidak berhak menguasai profit atau surplus, karena profit yang diperoleh dari kegiatan usaha produktif dikuasai oleh lembaga;
kebijaksanaan lembaga diputuskan secara kolektif oleh anggota terpilih, dan kelompok ini berfungsi sebagai pelaksana dari dewan pengurus; dan
istilah nonprofit tidak berarti bahwa lembaga ini tidak dapat menciptakan surplus melalui kegiatan produktifnya, namun surplus yang diperoleh biasanya diinvestasikan kembali pada aktivitas sejenis.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
12
LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggotanya atau rumahtangga, serta tidak dikontrol oleh pemerintah. Anggota dari lembaga yang dimaksud disini adalah yang bukan berbentuk
badan
usaha.
kemasyarakatan,
LNPRT
Organisasi
dibedakan
sosial,
atas
7
jenis lembaga,
Organisasi
profesi,
yaitu:
Organisasi
Perkumpulan
sosial/
kebudayaan/olahraga/ hobi, Lembaga swadaya masyarakat, Lembaga keagamaan, dan Organisasi bantuan kemanusiaan/beasiswa. iii.
Cakupan Nilai PK-LNPRT sama dengan nilai output non-pasar yang dihasilkan LNPRT. Nilai output
non pasar tersebut dihitung berdasarkan nilai seluruh pengeluaran LNPRT dalam rangka melakukan kegiatan operasionalnya. Pengeluaran yang dimaksud terdiri dari : a.
Konsumsi antara, contoh : pembelian alat tulis, barang cetakan, pembayaran listrik, air,
o. id
telepon, teleks, faksimili, biaya rapat, seminar, perjamuan, transportasi, bahan bakar, perjalanan dinas, belanja barang dan jasa lain, sewa gedung, sewa perlengkapan kantor
Kompensasi tenaga kerja, contoh : upah, gaji, lembur, honor, bonus dan tunjangan
ps
b.
.g
dll.
.b
lainnya Penyusutan
d.
Pajak lainnya atas produksi (dikurangi subsidi), contoh: PBB, STNK, BBN dll.
ab
ar
at
c.
pa
Sumber data
Hasil Survei Khusus Lembaga Non-profit (SK-LNP). Non
p: //
1.
pu
Penghitungan PK-LNPRT Tahunan
iv.
ht t
Informasi yang diperoleh dari hasil SKLNP adalah rata-rata r pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran.
Hasil up-dating dating direktori LNPRT. Informasi yang diperoleh dari hasil up-dating direktori LNPRT adalah jumlah populasi LNPRT menurut jenis lembaga.
2.
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Metode penghitungan PK-LNPRT diestimasi dengan menggunakan metode langsung, yaitu menggunakan hasil
SKLNP. Tahapan estimasi PK-LNPRT adalah sbb :
Menghitung rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran (barang dan jasa). Barang dan jasa yang diperoleh secara cuma-cuma, nilainya Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
13
diperkirakan sesuai harga pasar yang berlaku. Rata-rata pengeluaran lembaga menurut jenis-nya dihitung dengan rumus sbb :
xij
xij ni
x ij : Rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran xij : PK-LNPRT hasil survei menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
ni
: Jumlah sampel LNPRT menurut jenis lembaga
i
: Jenis lembaga LNPRT, i = 1, 2, 3, …, 7 : jenis pengeluaran LNPRT, j = 1, 2, 3, …, 19
j
Mengestimasi PK-LNPRT, dengan menggunakan rumusan sbb: 7
19
x
X
ij
Ni
.g
i 1 j 1
o. id
PK-LNPRT adh Berlaku
Ni :
Populasi LNPRT menurut jenis lembaga
.b
ps
X:
at
Hasil penghitungan di atas akan diperoleh besarnya PK PK-LNPRT atas dasar harga berlaku
ar
(ADHB). PK-LNPRT atas dasar harga arga konstan (ADHK) 2010, diperoleh dengan cara
pa
pu
ab
mendeflate PK-LNPRT ADHB dengan IHK tahun dasar 2010.
PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH
i.
Pendahuluan
ht t
p: //
2.3
Unit pemerintah emerintah adalah unit institusi yang dibentuk melalui proses politik, serta mempunyai kekuasaan di bidang lembaga legislatif, yudikatif maupun eksekutif atas unit institusi lain yang berada di dalam batas-batas wilayah suatu negara/wilayah. Pemerintah juga mempunyai berbagai peran dan fungsi lainnya, seperti sebagai penyedia barang dan jasa bagi kelompok atau individu rumah tangga, sebagai pemungut dan pengelola pajak atau pendapatan lain-nya, berfungsi mendistribusikan pendapatan atau kesejahteraan melalui aktivitas transfer, serta terlibat di dalam produksi non-pasar. Dalam suatu perekonomian, unit pemerintah bisa berperan sebagai konsumen maupun produsen, serta sebagai regulator yang menetapkan berbagai kebijakan di bidang fiskal dan moneter. Sebagai konsumen, pemerintah akan melakukan aktivitas konsumsi atas barang dan jasa
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
14
akhir. Sedangkan sebagai produsen, pemerintah akan melakukan aktivitas memproduksi barang & jasa maupun aktivitas investasi. ii.
Konsep dan Definisi Besarnya nilai pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) sama dengan nilai produksi
barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah untuk dikonsumsi pemerintah itu sendiri. PK-P mencakup pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin, pembayaran upah dan gaji pegawai, transfer sosial dalam bentuk barang, perkiraan penyusutan barang modal, dan nilai output dari Bank Indonesia, dikurangi dengan nilai penjualan barang dan jasa yang dihasilkan unit produksi yang tak dapat dipisahkan dari aktivitas pemerintahan. Aktivitas unit produksi pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pemerintahan secara umum, mencakup kegiatan sbb: memproduksi barang yang sama atau sejenis dengan barang yang diproduksi oleh
o. id
1.
.g
s perusahaan. Contoh, aktivitas pencetakan publikasi, kartu pos, reproduksi karya seni,
ps
pembibitan tanaman di kebun percobaan dsb. Aktivitas menjual barang-barang semacam itu
memproduksi jasa. Contoh, aktivitas penyelenggaraan rumah sakit, sekolah, perguruan
at
2.
.b
bersifat insidentil dari fungsi pokok unit pemerintah.
ar
tinggi, museum, perpustakaan, tempat rekreasi dan penyimpanan hasil karya seni yang
ab
dibiayai oleh pemerintah. Dala hal ini pemerintah pemerinta memungut biaya yang umumnya tidak lebih dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diterima dari aktivitas
Cakupan
p: //
iii.
pa
pu
semacam ini disebut sebagai penerimaan (pendapatan jasa). penerimaan non-komoditi non
ht t
Sektor ektor pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam melakukan aktivitasnya, unit pemerintah pusat akan mengacu pada dokumen Anggaran p Pendapatan dan Belanja unit pemerintah daerah (baik Provinsi, lanja Negara (APBN), sedangkan sedangk Kabupaten/Kota, maupun Desa) mengacu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Daerah (APBD). Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) Provinsi mencakup : a. PK-Pemerintah Kabupaten/Kota yang berada di wilayah provinsi; b. PK-Pemerintah Provinsi yang bersangkutan; c. PK-Pemerintah Pusat yang merupakan bagian dari pemerintah Provinsi; d. PK-Pemerintah Desa/ Kelurahan/Nagari yang ada di wilayah Provinsi bersangkutan. iv.
Penghitungan PDRB Tahunan 1.
Sumber Data Data dasar yang digunakan untuk menghitung PK-P Provinsi Tahunan adalah:
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
15
a.
Data realisasi APBN Tahunan (Kemenkeu)
b. Data realisasi APBD Tahunan (Kemenkeu) c.
Statistik Keuangan Daerah (BPS)
d. Output Bank Indonesia (BI) e.
Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari Kementrian Keuangan serta Indeks Harga dari BPS.
2.
Metode Penghitungan a.
PK-P Provinsi adh Berlaku Secara umum, PK-P adh Berlaku dihitung menggunakan rumusan berikut :
o. id
PK-P adh Berlaku =
ps
.g
Output non pasar – penjualan barang dan jasa + output Bank Indonesia
.b
Output non-pasar dihitung dengan pendekatan biaya yg dikeluarkan, yaitu :
at
Belanja pengadaan barang/jasa, bantuan sosial dalam bentuk barang (yg dibeli dengan
ar
harga pasar ), belanja pegawai, dan penyusutan.
ab
Untuk level Provinsi, PK PKPK-P -P P Provinsi adh Berlaku, dihitung berdasarkan
pu
penjumlahan dari pengeluaran uaran akhir konsumsi pemerintah Provinsi itu sendiri +
pa
pengeluaran uaran akhir konsumsi pemerintah seluruh pemerintahan Kabupaten/ Kota yang ada di wilayah ayah Provinsi Provinsi tersebut + pengeluaran akhir seluruh pemerintah
p: //
desa/kelurahan/nagari yang ada zzdiwilayah provinsi tersebut + pengeluaran
ht t
pemerintah Pusat yang menjad menjadi bagian dari Provinsi yang bersangkutan. b.
PK-P -P Provinsi adh Konstan Pengeluaran konsumsi pemerintah adh Konstan dihitung dengan menggunakan metode deflasi. Deflator yang digunakan adalah Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) umum tanpa ekspor, Indeks Upah, Indeks Implisit dari Produk Domestik Bruto komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto, Indeks Harga Konsumen (IHK) umum.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
16
2.4 PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB) i
Pendahuluan Aktivitas investasi merupakan salah satu faktor utama yang akan mempengaruhi
perkembangan ekonomi suatu negara/wilayah. Investasi disini terdiri dari investasi fisik dan investasi finansial. Dalam konteks PDB/PDRB, aktivitas investasi fisik ini tercermin pada komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan Inventori. PMTB erat kaitannya dengan keberadaan aset tetap (fixed asset) yang dilibatkan dalam proses produksi. Secara garis besar aset tetap dapat diklasifikasi menurut jenis barang modal seperti: bangunan dan konstruksi lain, mesin dan perlengkapan, kendaraan, tumbuhan, ternak, dan barang modal lainnya. Konsep dan definisi
o. id
ii
PMTB didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan aset tetap pada suatu unit
.g
produksi, dalam kurun waktu tertentu. Penambahan barang modal mencakup pengadaan,
ps
pembuatan, pembelian, sewa beli (financial leasing) barang ang modal baru dari dalam negeri serta
.b
barang modal baru dan n bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan besar, transfer atau barter
at
barang modal), dan pertumbuhan aset sumberdaya hayati yang dibudidaya dibudidaya. Sedangkan
ar
pengurangan barang modal mencakup penjualan, transfer aatau barter, dan sewa beli (financial
ab
leasing) barang modal bekas pada pihak lain. Pengecualian kehilangan yang disebabkan oleh
pu
bencana alam tidak dicatat sebagai pengurangan.
pa
tahun, serta akan mengalami Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun
p: //
pakai-nya. Istilah ”bruto” mengindikasikan bahwa di dalamnya masih penyusutan sepanjang usia pakai-nya mengandung unsur penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang modal (Consumption of Fixed (
ht t
Capital)) menggambarkan penurunan nilai barang modal yang digunakan dalam proses produksi secara normal selama satu periode. iii
Cakupan PMTB terdiri dari : 1. Penambahan dikurangi pengurangan aset (harta) baik barang baru maupun barang bekas, seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, bangunan lainnya, mesin & perlengkapan, alat transportasi, aset tumbuhan dan hewan yang dibudidaya (cultivated asset), produk kekayaan intelektual (intellectual property products), dan sebagai-nya; 2. Biaya alih kepemilikan aset non-finansial yang tidak diproduksi, seperti lahan dan aset yang dipatenkan; Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
17
3. Perbaikan besar aset, yang bertujuan meningkatkan kapasitas produksi dan usia pakainya (seperti overhaul mesin produksi, reklamasi pantai, pembukaan, pengeringan dan pengairan hutan, serta pencegahan banjir dan erosi). iv
Penghitungan PMTB Tahunan 1. Sumber data a.
Output industri konstruksi hasil penghitungan PDRB menurut industri konstruksi dari BPS Prov/Kab/Kota.
b.
Nilai impor 2 digit HS, yang merupakan barang modal impor dari KPPBC (Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai) setempat.
c.
Indeks Produksi Industri Besar Sedang dari Statistik Industri Kecil & Rumah tangga
Laporan keuangan perusahaan.
e.
Publikasi Statistik Industri Besar dan Sedang level provinsi.
f.
IHPB dari Statistik Harga Perdagangan Besar.
g.
Publikasi Statistik Pertambangan dan Penggalian (migas dan non-migas).
h.
Publikasi Statistik Listrik, Gas & Air Minum.
i.
Publikasi Statistik Konstruksi.
j.
Data Eksplorasi Mineral dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
d.
p: //
k.
pa
(ESDM).
Statistik Peternakan, Ditjen Peternakan.
Metode penghitungan
ht t
3.
o. id
(level provinsi).
Penghitungan PMTB dapat dilakukan melalui metode langsung maupun tidak langsung, tergantung pada ketersediaan data yang mungkin diperoleh di wilayah masing-masing. Pendekatan “langsung” adalah dengan cara menghitung pembentukan modal (harta tetap) yang dilakukan oleh berbagai sektor ekonomi (produsen) secara langsung. Sedangkan pendekatan “tidak langsung” adalah dengan menghitung berdasarkan alokasi dari total penyediaan produk (barang dan jasa) yang menjadi barang modal di berbagai industri, atau disebut sebagai pendekatan “arus komoditas”. Dalam hal ini penyediaan atau “supply” dari barang modal dapat berasal dari produksi dalam negeri (domestik) maupun dari produk luar negeri (impor).
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
18
Pendekatan Langsung Penghitungan PMTB secara langsung dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh nilai PMTB yang terjadi di setiap industri (lapangan usaha). Barang modal tersebut dinilai atas dasar harga (adh) pembelian, di dalamnya sudah termasuk biaya-biaya yang dikeluarkan, seperti biaya transportasi, biaya instalasi, pajak-pajak, serta biaya lain yang terkait dengan pengadaan barang modal tersebut. Bagi barang modal yang berasal dari impor di dalamnya termasuk bea masuk dan pajak-pajak yang terkait dengan pengadaan atau alih kepemilikan barang modal tersebut. Pada dasarnya data untuk penghitungan PMTB secara langsung dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Data yang tersedia meliputi informasi/data tentang perubahan atas aset tetap (PMTB) yang dinilai adh berlaku atau harga pembelian (perolehan). Untuk memperoleh nilai PMTB adh Konstan, maka PMTB adh Berlaku tersebut di “deflate” (dibagi)
.g
o. id
dengan indeks harga perdagangan besar (IHPB) yang sesuai dengan kelompok barang modal.
ps
Pendekatan Tidak Langsung
.b
Penghitungan PMTB dengan cara tidak langsung, disebut sebagai pendekatan arus
at
). Pendekatan ini dilakukan dengan cara menghitung nilai komoditas (commodity flow approach).
dialokasi menjadi barang modal. Penghitungan PMTB dalam bentuk
ab
sebagian di antaranya
ar
( penyediaan produk barang yang dihasilkan oleh berbagai industri (supply), yang kemudian
pu
bangunan, dilakukan dengan menggunakan rasio tertentu dari nilai output industri konstruksi,
pa
baik adh Berlaku maupun adh Konstan.
p: //
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lainnya dibedakan atas barang modal yang berasal dari produksi domestik, dan yang berasal dari impor.
ht t
Untuk barang modal domestik, dapat diperoleh dengan dua cara. Pertama, dengan mengalokasi output mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang menjadi pembentukan modal. Nilai tersebut masih harus ditambah dengan biaya angkut dan margin perdagangan, sehingga diperoleh PMTB adh Berlaku. Untuk memperoleh nilai adh Konstan adalah dengan men-deflate PMTB (adh Berlaku) dengan IHPB yang sesuai dengan jenis barang modal. Pendekatan ke dua, yang harus dilakukan bila data output tidak tersedia adalah dengan cara “ekstrapolasi” atau mengalikan PMTB adh Konstan dengan indeks produksi jenis barang modal yang sesuai. Untuk itu penghitungan PMTB diawali dengan menghitung PMTB adh Konstan terlebih dahulu. Selanjutnya untuk memperoleh PMTB adh Berlaku, nilai PMTB adh Konstan tersebut di “reflate”(dikalikan) dengan indeks harga masing-masing jenis barang modal yang sesuai (sebagai inflator). Hal ini mensyaratkan bahwa PMTB adh Konstan di tahun-tahun sebelumnya sudah tersedia secara lengkap.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
19
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang berasal dari impor, dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara. Pertama, PMTB adh Berlaku diperoleh dari total nilai barang impor. Selanjutnya, barang modal tersebut dirinci menurut kelompok utama seperti mesin-mesin, alat angkutan dan barang modal lain. Apabila rician tersebut tidak tersedia dapat digunakan rasio tertentu sebagai alokator (barang modal impor kode HS 2 digit). Ke dua, untuk memperoleh PMTB adh Konstan adalah dengan cara men“deflate” PMTB adh Berlaku dengan menggunakan indeks harga yang sesuai. PMTB adh Berlaku untuk barang modal tak-berwujud seperti eksplorasi mineral, dihitung dengan cara mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang industri pertambangan. Dengan menggunakan data panel, pertumbuhan adh Berlaku dari aktivitas pertambangan itu menjadi pengali nilai eksplorasi mineral pada periode sebelumnya. Sedangkan
o. id
PMTB TB adh Konstan-nya diperoleh dengan men-deflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit dari PDRB industri pertambangan. Selain itu, data dari ESDM dan BP Migas diharapkan menjadi
.g
dasar atau data kontrol untuk data tahunan-nya.
ps
Untuk perangkat lunak, PMTB adh Berlaku diperoleh dengan cara mengumpulkan data
.b
laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang software. Untuk adh Konstan diperoleh dengan
ar
at
men-deflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit industri jasa perusahaan.
ab
Penghitungan PMTB hasil karya hiburan, sastra, dan seni original ((entertainment, literary, or artistic original products), ), data dikumpulkan adalah nilai sinetron dan program acara televisi yang
pu
dapat dibuat. Sedangkan data Impor film diperoleh dari nilai impor film. PMTB adh Konstan-nya
pa
diperoleh dengan cara mendeflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit industri jasa hiburan
p: //
dan IHPB barang impor.
ht t
Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam penghitungan PMTB melalui langsung (a pendekatan tak-langsung (arus komoditas), yaitu: a.
Rasio penggunaan output industri yang menjadi barang modal cenderung statis. Untuk memperbaiki diperlukan survei dalam skala yang besar.
b. Nilai margin perdagangan dan angkutan (Trade and Transport Margin) sulit diperoleh. c.
Selang (Lag) waktu antara data tahun pengukuran (referensi) dengan data publikasi yang diperoleh dari sumber data tertentu, terlalu lama.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
20
2.5 PERUBAHAN INVENTORI i
Pendahuluan Dalam aktivitas ekonomi, inventori berfungsi sebagai salah satu komponen yang
dibutuhkan untuk keberlangsungan proses produksi, di samping tenaga kerja dan barang modal. Dalam PDB/PDRB, komponen Perubahan Inventori merupakan bagian dari Pembentukan Modal Bruto, atau yang lebih dikenal sebagai investasi fisik yang terjadi pada kurun waktu tertentu di dalam suatu wilayah. Perubahan inventori menggambarkan bagian dari investasi yang direalisasikan dalam bentuk barang jadi, barang setengah jadi, serta bahan baku dan bahan penolong pada satu periode tertentu. Ketersediaan data perubahan inventori menjadi penting untuk memenuhi kebutuhan analisis tentang aktivitas investasi. Konsep dan definisi
o. id
ii
Pengertian sederhana dari inventori (persediaan) adalah barang yang dikuasai oleh
.g
intermediate consumption) consumption) menjadi barang d produsen untuk tujuan diolah lebih lanjut (intermediate dalam bentuk
ps
lain, yang punya nilai ekonomi maupun nilai manfaat yang lebih tinggi. Termasuk dalam
.b
pengertian ini adalah barang yang masih dalam proses pengerjaan (work in progress), serta barang
at
jadi yang belum dipasarkan dan masih dikuasai oleh pihak produsen.
ar
ubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori invento pada akhir periode akuntansi Perubahan
ab
ori pada awal periode akuntansi. akuntansi Perubahan inventori menjelaskan tentang dengan nilai inventori
pa
pengurangan (bertanda negatif).
pu
perubahan posisi barang inventori,, yang dapat bermakna pertambahan (tanda positif) atau
p: //
Bagi produsen, keberadaan inventori diperlukan untuk menjaga kelangsungan proses
ht t
produksi, sehingga perlu pencadangan baik dalam bentuk bahan baku atau bahan penolong. Ketidakpastian yang disebabkan pengaruh eksternal juga menjadi faktor pertimbangan bagi pengusaha untuk melakukan pencadangan (khususnya bahan baku). Bagi pedagang, pengadaan inventori lebih dipengaruhi oleh unsur spekulatif dengan harapan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Sedangkan bagi pemerintah, kebijakan pencadangan khususnya komoditas strategis utamanya ditujukan untuk menjaga stabilitas ekonomi, politik dan sosial. Karena menyangkut kepentingan masyarakat luas (publik), maka perlu ada pencadangan untuk beberapa komoditas bahan pokok seperti beras, terigu, minyak goreng dan gula pasir. Bagi rumah tangga pengadaan inventori lebih ditujukan untuk kemudahan dalam mengatur perilaku konsumsinya saja. iii
Cakupan Inventori dapat diklasifikasikan menurut jenis barang adalah sbb :
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
21
a.
Inventori menurut industri, seperti produk atau hasil perkebunan, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri pengolahan, gas kota, air bersih, serta konstruksi;
b.
Berbagai jenis bahan baku & penolong (material & supplies), yaitu semua bahan, komponen atau persediaan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi;
c.
Barang jadi, yaitu barang yang telah diproses tetapi belum terjual atau belum digunakan, termasuk barang yang dijual dalam bentuk yang sama seperti pada waktu dibeli;
d.
Barang setengah jadi, yaitu barang-barang yang sebagian telah diolah atau belum selesai (tidak termasuk konstruksi yang belum selesai).
e.
Barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang besar maupun pedagang eceran
o. id
untuk tujuan dijual; Ternak untuk tujuan dipotong;
g.
Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual atau dipakai sebagai bahan
.g
f.
.b
Persediaan pada pemerintah, yang mencakup barang strategis seperti beras, kedelai,
at
h.
ps
bakar atau persediaan; dan
1.
ab
Penghitungan Perubahan Inventori Tahunan Sumber data
pu
iv
ar
gula pasir, dan gandum.
Laporan keuangan perusahaan-perusahaan terkait dari survei atau dari mengunduh website
p: //
pa
Sumber data yang digunakan untuk penghitungan komponen perubahan inventori adalah :
ht t
Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id ((www.idx.co.id); www.idx.co.id
Laporan Keuangan Perusahaan BUMN/BU BUMN/BUMD
Data komoditas pertambangan dari publikasi statistik pertambangan dan penggalian;
Data Inventori Publikasi Tahunan Industri Besar Sedang.
Data komoditas perkebunan;
Indeks harga implisit PDRB industri terpilih, dan
Indeks harga perdagangan besar (IHPB) terpilih.
Data eksternal lain, seperti data persediaan beras dari Bulog, data semen dari Asosiasi Semen Indonesia (ASI), gula dari Dewan Gula Indonesia (DGI), dan ternak dari Ditjennak Kementan.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
22
2.
Metode Penghitungan Terdapat 2 metode yang digunakan dalam penghitungan komponen perubahan inventori,
yaitu pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung.
Pendekatan langsung adalah
pendekatan dari sisi “korporasi”, sedangkan pendekatan tidak langsung adalah pendekatan dari sisi “komoditas”. Di lihat dari sisi manfaat-nya, pendekatan secara langsung menghasilkan data yang relatif lebih baik dibanding dengan pendekatan tidak langsung. Pendekatan komoditas hanya dapat dilakukan jika data posisi inventori tersedia secara rinci dan berkesinambungan. Pendekatan Langsung Dengan menggunakan pendekatan langsung, akan diperoleh nilai posisi inventori di suatu waktu tertentu (umumnya di akhir tahun). Sumber data utama adalah laporan neraca akhir tahun
o. id
(balance sheet) perusahaan. Untuk memperoleh h nilai perubahan inventori adh adh berlaku, diperlukan
.g
data inventori di tahun yang berurutan. Langkah penghitungan inventori inventori dari laporan keuangan,
menghitung posisi inventori adh Konstan, dengan cara mendeflate stok awal dan akhir men
.b
ps
adalah sbb :
menghitung perubahan inventori adh Konstan dengan mengurangkan posisi di tahun
ar
at
dengan IHPB akhir tahun;
menghitung perubahan inventori adh Berlaku dengan menginflate perubahan inventori meng
pu
ab
berjalan dengan di tahun sebelumnya; dan
adh Konstan dengan IHPB rata-rata tahunan.
p: //
pa
Pendekatan Tidak Langsung
Pendekatan tidak langsung disebut juga dengan pendekatan arus komoditas (commodity
ht t
flow). Data utama yang digunakan adalah data volume dan harga masing-masing barang inventori. Nilai perubahan barang inventori adh Berlaku diperoleh dengan cara menghitung perubahan volume stok akhir dan stok awal dikalikan rata-rata harga pembelian, atau harga penjualan bila data harga pembelian tidak tersedia. Perubahan barang inventori adh Konstan dihitung dengan: a. mendeflate nilai perubahan inventori adh Berlaku dengan indeks harga yang sesuai, b. mengalikan perubahan volume stok akhir dan stok awal dikalikan dengan harga barang di tahun dasar. Keterbatasan dan masalah yang dihadapi di dalam menghitung komponen Perubahan Inventori adalah bahwa :
Data inventori yang dibutuhkan adalah dalam bentuk posisi atau pada satu saat untuk periode waktu yang berurutan;
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
23
Tidak seluruh komoditas inventori tersedia data volume dan harga-nya;
Data perubahan inventori yang tersedia dalam bentuk volume umumnya tidak disertai data harganya. Jika data harga inventori tidak tersedia, maka dapat diasumsikan indeks harga komoditas inventori mengikuti indeks implisit PDRB yang sesuai; Diperlukan adjustment dengan cara me-mark-up, guna untuk melengkapi estimasi untuk
p: //
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o. id
industri yang datanya tidak tersedia;
ht t
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
24
2.6. EKSPOR IMPOR i
Pendahuluan Aktivitas ekspor-impor dalam suatu wilayah diyakini telah terjadi sejak lama, bahkan sebelum
wilayah itu ditetapkan sebagai wilayah pemerintah. Ragam barang dan jasa yang diproduksi serta disparitas harga, menjadi faktor utama munculnya aktivitas ekspor impor. Daerah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan-nya sendiri berusaha mendatangkan dari daerah atau bahkan negara lain. Di sisi lain, daerah yang memproduksi barang dan jasa melebihi dari kebutuhan domestik, terdorong untuk memperluas pasar ke luar daerah atau bahkan ke luar negeri. Seiring perkembangan zaman, aktivitas produksi dan permintaan masyarakat atas barang dan jasa semakin meningkat dan beragam. Kemajuan di bidang transportasi dan komunikasi juga turut memperlancar arus distribusi barang dan jasa. Kondisi tersebut semakin mendorong aktivitas ekspor-impor
Ekspor-impor
di
.g suatu
wilayah
ps
Konsep dan definisi didefiniskan
sebagai
.b
ii
o. id
di suatu wilayah menjadi semakin berkembang.
alih
kepemilikan
ekonomi
(baik
at
penjualan/pembelian,, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dan jasa antara residen wilayah tersebut
Cakupan
ab
iii
ar
dengan non-residen yang berada di luar wilayah tersebut. tersebut.
pa
pu
Ekspor-Impor pada suatu wilayah terdiri dari:
Ekspor/impor barang dari/ke Luar Negeri ke/dari provinsi tersebut
b.
Ekspor/impor jasa dari/ke Luar Negeri ke/dari provinsi tersebut
p: //
a.
c.
iv
ht t
Cakupan jasa meliputi jasa pengangkutan, asuransi, komunikasi, pariwisata, dan jasa lainnya Net Ekspor antar daerah -
Ekspor antar daerah
-
Impor antar daerah
Penghitungan Ekspor-Impor Tahunan 1. Sumber data a. Data Statistik Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dari BPS (dalam US$) b. Data Statistik Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dari BPS (dalam US$) c. Neraca Pembayaran Indonesia dari BI d. Laporan Simopel, yaitu laporan (bulanan) bongkar muat barang di pelabuhan;
e.
Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk provinsi di jembatan timbang;
f.
Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk provinsi dari hasil survei. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
25
g. Kurs transaksi rata-rata tertimbang dari Bank Indonesia 2.
Metode Penghitungan Ekspor-Impor barang luar negeri dinilai menurut harga free on board (fob) dalam US$. Penghitungan
ekspor barang luar negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang (sesuai PEB) dengan kurs transaksi beli rata-rata tertimbang. Sedangkan Impor barang luar negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang (sesuai PIB) dengan kurs transaksi jual rata-rata tertimbang. Nilai ekspor-impor jasa berasal dari Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Disamping itu nilai ekspor-impor tersebut masih ditambah/dikurangi dengan nilai pembelian langsung (direct purchase) dan transaski yang tidak terdokumentasi (undocumented trasnsaction) baik oleh residen maupun non residen. Sedangkan net ekspor antar wilayah merupakan nilai sisa (residu) antara PDRB lapangan usaha dengan PDRB
ht t
p: //
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o. id
pengeluaran.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
26
BAB III TINJAUAN PEREKONOMIAN PROVINSI PAPUA BARAT BERDASARKAN PDRB PENGELUARAN PROVINSI PAPUA
ht t
p: //
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o. id
BARAT TAHUN 2010 - 2014
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
27
o. id .g ps .b at ar ab pu pa p: // ht t Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
28
Perubahan struktur ekonomi Provinsi Papua Barat akibat proses pembangunan ekonomi yang terjadi pada periode 2010 s.d 2014, tidak terlepas dari dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal lebih dipengaruhi oleh perkembangan maupun perubahan perilaku masing-masing komponen pengeluaran akhir. Sedangkan faktor eksternal banyak dipengaruhi oleh perubahan teknologi dan struktur perdagangan global sebagai akibat peningkatan perdagangan internasional. Data yang ada menunjukan bahwa setiap komponen pengeluaran mempunyai perilaku yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Sebagian besar produk atau barang dan jasa yang tersedia di wilayah domestik Papua Barat digunakan untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir (Rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah). Sebagian lagi digunakan untuk investasi fisik (dalam bentuk PMTB dan perubahan inventori). Untuk lebih jelasnya, perilaku masing-masing komponen erilaku masing
ht t
p: //
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o. id
pengeluaran itu akan diuraikan pada bagian berikut.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
29
3.1 TINJAUAN AGEGAT PDRB PAPUA BARAT MENURUT PENGELUARAN Kondisi perekonomian Papua Barat menunjukkan perkembangan yang signifikan terutama sejak masuknya produsen LNG. Hal ini terlihat dari PDRB yang terus meningkat dan pertumbuhan ekonomi yang terus menunjukan arah positif. Peningkatan ekonomi tersebut digambarkan melalui Nilai PDRB ADHB dan ADHK, serta pertumbuhan pada total PDRB. Tabel 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat Tahun 2010-2014 2010 (2)
2012 (4)
11 507,21
319,91
341,36
3. Konsumsi Pemerintah
6 781,75
7 792,31
4. PMTB
6 853,31
7 657,19
5. Perubahan Inventori
2 704,54
2014** (6) 14 781,55
385,43
450,18
556,12
9 037,90
10 288,20
11 683,03
8 267,42
10 193,50
11 140,36
5 106,11
- 1 290,49
-6 936,10
28 535,34
36 642,32
41 428,66
50 732,69
17 733,98
12 666,00
24 317,74
21 439,61
23 672,56
41 361,67
44 254,64
47 421,09
53 014,21
58 285,09
ps
.b
1 087,22
31 529,45
7. Impor
ar
6. Ekspor
pa
pu
Total PDRB * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
2013* (5) 13 383,76
ab
2. Konsumsi LNPRT
12 299,65
.g
10 906,69
at
1. Konsumsi Rumah Tangga
2011 (3)
o. id
Komponen Pengeluaran (1)
(Miliar Rp)
p: //
Nilai PDRB Papua Barat (adh Berlaku) selama periode tahun 2010 20 s.d 2014 menunjukkan
ht t
peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Peningkatan nilai tersebut dipengaruhi oleh adanya perubahan harga dan juga perubahan volume. Pada tahun 2011 terjadi penurunan pada komponen ekspor dan impor, namun penurunan impor lebih besar sehingga secara net ekspor terjadi peningkatan. Nilai impor juga mengalami penurunan pada tahun 2013 namun kembali terjadi peningkatan di tahun berikutnya.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
30
Tabel 2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat Tahun 2010-2014 (Miliar Rp) Komponen Pengeluaran (1)
2010 (2)
2011 (3)
2012 (4)
2013* (5)
2014** (6)
10 906,69
11 211,03
11 518,69
11 895,00
12 747,82
319,91
332,15
354,04
385,94
449,43
3. Konsumsi Pemerintah
6 781,75
7 236,05
7 957,13
8 543,63
8 773,45
4. PMTB
6 853,31
7 387,28
7 601,44
9 034,86
9 000,70
1. Konsumsi Rumah Tangga 2. Konsumsi LNPRT
2 704,54
961,47
4 294,38
-3 379,47
-5 326,93
6. Ekspor
31 529,45
24 503,15
30 443,34
30 048,60
33 393,68
7. Impor
17 733,98
8 763,94
17 745,68
8822,69
8 766,14
Total PDRB * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
41 361,67
42 867,19
44 423,34
47 705,86
50 272,01
o. id
5. Perubahan Inventori
Selain dinilai atas dasar harga (adh) Berlaku, PDRB pengeluaran juga dinilai adh B menurut peng
ps
.g
lai dengan harga pada tahun 20 Konstan 2010 atau adh berbagai produk yang dinilai 2010. Melalui
.b
pendekatan penghitungan adh konstan, PDRB di masing masing-masing tahun dapat memberikan
at
gambaran tentang perubahan PDRB secara volume atau secara kuantitas saja (tanpa ada pengaruh
ar
aran adh Konstan menggambarkan perubahan atau perubahan harga). PDRB komponen pengeluaran
ab
buhan ekonomi secara riil, utamanya berkaitan dengan peningkatan volume konsumsi pertumbuhan
pu
1144,, gambaran tentang perkembangan ekonomi Papua Barat akhir. Selama kurun waktu 2010–2014,
pa
berdasarkan PDRB adh Konstan dapat dilihat pada tabel 2 diatas. Sama halnya dengan PDRB adh
p: //
Berlaku, komponen pengeluaran PDRB adh Konstan pada umumnya juga menunjukkan
ht t
tahun, kecuali pada ekspor dan impor tahun 2011 dan 2013. peningkatan dari tahun ke tahun,
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
31
Grafik 1. Perbandingan PDRB adh Berlaku dan adh Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat, Tahun 2010 – 2014 70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0 2009
2010
2011
2013*
2014**
ADKH2010
o. id
ADHB
2012
Dari grafik di atas, nampak bahwa pada umumnya nilai PDRB adh Berlaku selalu lebih
.g
besar dari nilai PDRB adh Konstan. Perbedaan tersebut disebabkan karena ada pengaruh
ps
perubahan harga dalam perhitungan PDRB adh Berlaku. Dalam PDRB adh Konstan pengaruh
.b
faktor harga telah ditiadakan.
ar
at
Terbentuknya keseluruhan PDRB atau total PDRB merupakan kontribusi dari semua
ab
komponen pengeluarannnya, yang terdiri dari konsumsi akhir rumah tangga (PK-RT), konsumsi
pu
akhir LNPRT (PK-LNPRT), konsumsi akhir pemerintah (PK-P), pembentukan modal tetap bruto
pa
(PMTB), ekspor neto (E) atau ekspor dikurangi impor.
p: //
Tabel 3. Distribusi P PDRB ADHB Menurut Pengeluaran Pengeluaran, Provinsi Papua Barat Tahun 2010—2014
ht t
(Persen)
Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. Konsumsi Rumah Tangga
26,37
26,00
25,94
25,25
25,36
0,77
0,77
0,81
0,85
0,95
2. Konsumsi Pemerintah
16,40
17,61
19,06
19,41
20,04
3. PMTB
16,57
17,30
17,43
19,23
19,11
6,54
2,46
10,77
-2,43
-11,90
76,23
64,48
77,27
78,15
87,04
42,88 100,00
28,62 100,00
51,28 100,00
40,44 100,00
40,62 100,00
1. Konsumsi LNPRT
4. Perubahan Inventori 5. Ekspor 6. Impor Total PDRB
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
32
Berdasarkan tabel 3 diatas terlihat bahwa selama periode 2010 – 2014, peranan ekspor sangat besar dalam PDRB Papua Barat (di atas 50 persen). Ekspor Papua Barat didominasi oleh ekspor migas. Sementara itu impor juga mempunyai peran yang relatif besar, karena sekitar 28 – 51 persen permintaan domestik masih dipenuhi oleh produk dari impor. Proporsi konsumsi akhir rumah tangga cukup besar yaitu sekitar 25 – 26 persen. Proporsi konsumsi akhir pemerintah berada pada rentang 16 - 20 persen. Di sisi lain, pengeluaran untuk kapital (PMTB) mempunyai peran relatif kecil dengan kontribusi sekitar 16 - 19 persen. Di sisi lain, pada tahun 2010-2014 perdagangan internasional Papua Barat yang direpresentasikan oleh transaksi ekspor dan impor, menunjukkan bahwa nilai ekspor selalu lebih tinggi dari nilai impor. Kecenderungan perdagangan internasional Papua Barat dalam periode tersebut selalu menunjukkan posisi “surplus”. Hal ini tidak terlepas dari tingginya ekspor luar negeri komoditas minyak dan gas yang dihasilkan di
o. id
Papua Barat.
.b
ps
.g
Tabel 4. Pertumbuhan PDRB ADHK 20 2010 Menurut Pengeluaran,, Provinsi Papua Barat — 20144 —201 Tahun 2010—2014 (Persen)
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(3)
(4)
(5)
(6)
2,79
2,74
3,27
7,17
3,83 6,70 7,79 -64,45 -22,28 -50,58 3,64
6,59 9,97 2,90 346,65 24,24 102,49 3,63
9,01 7,37 18,86 -178,70 -1,30 -50,28 7,39
16,45 2,69 -0,38 57,63 11,13 -0,64 5,38
at
Komponen Pengeluaran
p: //
pa
ab
pu
2. Konsumsi LNPRT 3. Konsumsi Pemerintah 4. PMTB 5. Perubahan Inventori 6. Ekspor 7. Impor Total PDRB
ar
1. Konsumsi Rumah Tangga
ht t
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Agregat makro lain yang dapat diturunkan dari data PDRB adalah pertumbuhan riil PDRB atau lebih dikenal dengan pertumbuhan ekonomi (economic growth), yang menggambarkan kinerja pembangunan di bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Papua Barat dari tahun 2011 s.d 2014 mengalami fluktuasi, dengan masing-masing pertumbuhan 3,64 persen (2011); 3,63 persen (2012); 7,39 persen (2013); dan 5,38 persen (2014). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2013 yakni sebesar 7,39 persen, sebaliknya yang terendah terjadi pada tahun 2012 (3,63 persen).
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
33
Tabel 5. Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, Tahun 2010 - 2014 2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. Konsumsi Rumah Tangga
100,00
102,64
106,78
112,52
115,95
2. Konsumsi LNPRT
100,00
102,77
108,87
116,65
123,74
3. Konsumsi Pemerintah
100,00
107,69
113,58
120,42
133,16
4. PMTB
100,00
103,65
108,76
112,82
123,77
5. Ekspor
100,00
116,46
120,36
137,87
151,92
6. Impor
100,00
144,52
137,03
243,01
270,05
Total PDRB
100,00
103,24
o. id
Komponen Pengeluaran
106,75
* Angka Sementara
115,94
ps
.g
** Angka sangat sementara
111,13
.b
Sementara itu, indeks implisit1 PDRB yang menggambarkan enggambarkan tingkat perubahan harga yang
at
terjadi pada sisi konsumen, baik konsumen akhir (rumah tangga, LNPRT, dan pemerintahan)
ar
maupun konsumen lainnya (perusahaan dan luar negeri) juga menunjukkan peningkatan.
ab
Indeks implisit konsumsi akhir rumah tangg tangga pada umumnya selalu meningkat setiap
pu
tahun mengikuti inflasi yang terjadi di Papua Barat. Sementara itu untuk komponen ekspor dan
pa
impor indeks implisit lebih fluktuatif karena dipengaruhi harga dollar dan harga komoditas di
ht t
p: //
pasar dunia.
3.2 PERKEMBANGA PERKEMBANGAN N KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA Konsumsi akhir rumah tangga menempati porsi kedua terbesar dalam PDRB menurut pengeluaran Papua Barat. Data berikut menunjukan hal tersebut, dimana sekitar 25 persen produk domestik dan produk impor digunakan untuk memenuhi konsumsi akhir rumah tangga.
1
Indeks perkembangan
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
34
Tabel 6. Perkembangan Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat, Tahun 2010—2014 Uraian
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
a. ADHB (Miliar Rp)
10 906,69
11 507,21
12 299,65
13 383,76
14 781,55
b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
10 906,69
11 211,03
11 518,69
11 895,00
12 747,82
26,37
26,00
25,94
25,25
25,36
a. ADHB
64 536,99
66 292,65
69 008,06
73 155,30
78 742,53
b. ADHK 2010
64 536,99
64 586,36
64 626,44
65 017,79
67 908,71
a. ADHB
14 252,30
14 640,61
15 241,30 241,30
16 158,25
17 393,97
b. ADHK 2010
14 252,30
14 263,78
14 273,56
14 360,87
15 000,81
.b
Total Konsumsi Rumah Tangga
2,79 0,08 0,08
2,74 0,06 0,07
3,27 0,61 0,61
7,17 4,45 4,46
173 582 17
178 235
182 950
187 720
785,98
807,00
828,29
849,81
Proporsi terhadap PDRB (% ADHB)
.g
Rata-rata konsumsi per kapita/ tahun (Ribu Rp)
Jumlah RT (unit)
ar
168 999
at
-
ps
Pertumbuhan2 a. Total konsumsi RT b. Per-RT c. Perkapita Jumlah penduduk (000 org)
o. id
Rata-rata konsumsi per Rumah Tangga/ tahun (Ribu Rp)
ab
765,26
pu
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
pa
201 – 2014 konsumsi akhir rumah Data di atas menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2010
p: //
tangga mengalami peningkatan signifikan baik dalam nominal (adh Berlaku) maupun riil (adh
ht t
Konstan), sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk maupun jumlah rumah tangga. Kenaikan jumlah penduduk mendorong terjadinya kenaikan nilai konsumsi rumah tangga, yang pada gilirannya akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Porsi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap PDRB pada periode tahun 2010 s.d 2014 cukup stabil. Titik tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu 26,37 persen dan titik terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu 25,25 persen. Masa pemulihan ekonomi telah mendorong rumah tangga untuk memperbaiki serta mengembalikan perilaku dan kebiasaan konsumsinya setelah sekian lama mengalami masa-masa krisis. Melimpahnya penawaran dan persediaan berbagai jenis barang dan jasa di pasar domestik (termasuk yang berasal dari impor) turut menjadi pemicu meningkatnya belanja untuk konsumsi, termasuk konsumsi rumah tangga.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
35
Secara umum, rata-rata konsumsi per rumah tangga terus meningkat dari tahun ke tahun, baik menurut adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Pada tahun 2010, secara umum setiap rumah tangga di Indonesia menghabiskan dana sekitar 14.252,3 ribu rupiah setahun untuk membiayai konsumsi baik dalam bentuk makanan maupun bukan makanan (sandang, perumahan, pendidikan, dsb). Pengeluaran ini terus meningkat menjadi 14.640,6 ribu rupiah (2011); 15.241,3 ribu rupiah (2012); 16.158,2 ribu rupiah (2013); dan menjadi 17.394,0 ribu rupiah (2014). Sementara itu, pada perkiraan adh Konstan 2010, rata-rata konsumsi rumah tangga per rumah tangga juga mengalami pertumbuhan. Pada 2011 dibandingkan dengan tahun 2010 ratarata konsumsi tumbuh sebesar 0,08 persen. Pertumbuhan pada tahun 2014 cukup tinggi yaitu sebesar 4,45 persen. Di sisi lain, rata-rata konsumsi per-kapita kecenderungan kapita juga menunjukan kecenderung
o. id
yang searah dengan kenaikan jumlah penduduk,, dan selalu diikuti pula oleh kenaikan nilai
.g
kapita menunjukan peningkatan, baik adh konsumsinya. Pertumbuhan rata-rata konsumsi per-kapita
ps
0. Kondisi ini menunjukan bahwa rata-rata rata Berlaku maupun adh Konstan 2010. konsumsi setiap
.b
penduduk di Provinsi Papua Barat meningkat, baik secara kuantitas (volume) maupun secara nilai
at
rata (termasuk juga peningkatan kualitas). Peningkatan rata-rata konsumsi per-kapita secara “riil”
ar
s berkisar antara 0,07 s.d 4,46 persen. Peningkatan ini secara otomatis berpengaruh terhadap
ab
perubahan struktur konsumsi rumah tangga.
pu
Secara total, pertumbuhan konsumsi rumah tangga adh Konstan sebesar 2,79 persen pada
pa
pada tahun berikutnya yaitu sebesar 2,74 persen (2012). tahun 2011.. Kemudian, menurun pada
p: //
tnya pada tahun 2013 2013 konsumsi konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat kembali yaitu sebesar Selanjutnya
ht t
persen 3,27 persen dan tahun 2014 terjadi pertumbuhan yang sangat signifikan yaitu sebesar 7,17 persen. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi per-kapita menurun dari 0,08 persen ditahun 2011 menjadi sebsesar 0,07 persen di tahun 2012. Namun pada tahun berikutnya (2013 dan 2014) meningkat kembali menjadi 0,61 persen dan 4,46 persen. Nampak bahwa peningkatan keseluruhan konsumsi rumah tangga secara “riil” pada 2010 sampai dengan 2013 lebih rendah dari peningkatan jumlah penduduk yang berada pada kisaran 2-3 persen, sedangkan pada tahun 2014 peningkatan konsumsi rumah tangga secara riil lebih tinggi dari peningkatan jumlah penduduk. Hal ini mengindikasikan terjadi perubahan tingkat kemakmuran masyarakat, meskipun tidak dapat dijelaskan lebih jauh melalui perangkat data PDRB ini.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
36
Tabel 7. Struktur Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat, Tahun 2010—20142 (Persen) 2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
a. Makanan, Minuman, dan Rokok
52,91
53,37
53,81
52,48
2,17
2,16
2,10
2,02
2,03
11,08
11,14
10,87
10,61
11,82
5,62
5,73
5,80
5,63
5,54
16,53
16,92
16,97
17,50
17,12
f. Hotel & Restoran
4,34
4,43
4,38
4,35
4,42
g. Lainnya
6,32
6,72
6,52
6,09
6,60
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
b. Pakaian dan Alas Kaki c.Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga d. Kesehatan & Pendidikan e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
ps
Total Konsumsi * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
.g
53,95
o. id
Kelompok Konsumsi
at
.b
Secara umum pada periode tahun 2010 – 2014 , nampak pada struktur konsumsi akhir
ar
rumah tangga Papua Barat, konsumsi makanan, minuman, dan rokok sedikit lebih tinggi
ab
dibandingkan konsumsi bukan makanan. Proporsi pengeluaran untuk m makanan berada pada
pu
makanan minuman, dan rokok pada masing-masing tahun kisaran 52 – 53 persen. Proporsi untuk makanan,
pa
mencapai 53,95 persen (2010); 52,91 persen (20 (2011); 53,37 persen (2012); 53,81 persen (2013) ; dan
p: //
52,48 persen (2014).
Pola proporsi konsumsi di atas, menunjukkan tarik menarik antara kebutuhan rumah
ht t
tangga atas makanan dan non makanan yang masih cukup kuat. Sungguhpun demikian, pengeluaran untuk kebutuhan non non-makanan menjadi semakin penting sebagai akibat dari perubahan dan pengaruh tatanan ekonomi sosial dalam masyarakat. Pengeluaran tersebut di antaranya meliputi biaya untuk pendidikan, pembelian alat dan perlengkapan elektronik, pembelian alat transportasi, jasa komunikasi, jasa transportasi, jasa kesehatan, perjalanan wisata, restoran, sewa bangunan tempat tinggal, jasa hiburan dan sebagainya.
2
Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga berlaku /ADHB )
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
37
Tabel 8. Pertumbuhan Riil Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat, Tahun 2010—2014 (Persen) Kelompok Konsumsi
2010
(1)
(2)
2011
2012
2013*
2014**
(3)
(4)
(5)
(6)
-
0,46
2,22
2,76
5,25
b. Pakaian dan Alas Kaki
-
3,88
2,24
3,65
9,69
c.Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
-
3,08
2,76
3,36
9,40
d. Kesehatan & Pendidikan e.Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
-
3,31
3,18
2,61
8,61
-
6,11
3,73
5,34
9,62
f. Hotel & Restoran
-
4,11
3,84
4,37
4,61
g. Lainnya * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
-
11,76
1,49
11,66
o. id
a. Makanan, Minuman, dan Rokok
ps
.g
3,41
.b
Dilihat dari pertumbuhan “riil” nya, pengeluaran rumah tangga untuk kelompok r
at
makanan, minuman, dan rokok cukup stabil sampai dengan tahun 2013, dengan masing-masing 2,76 persen (2013); hanya pada tahun 2014
ar
sebesar 0,46 persen (2011) ; 2,22 persen (2012) ;
ab
mengalami kenaikan cukup tinggi yaitu sebesar 5,25 persen persen. Pada kelompok konsumsi bukan
pu
makanan, pola pertumbuhan juga cukup fluktuatif, dimana tahun 2014 terjadi pertumbuhan lebih
pa
tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hanya pada kelompok hotel dan restoran yang
p: //
pertumbuhannya cukup stabil selama periode 2010 – 2014. Pertumbuhan “riil” ini menunjukan adanya perubahan konsumsi rumah tangga dalam bentuk kuantum (volume) dari waktu ke
ht t
waktu. Informasi ini menunjukan terjadinya peningkatan kemakmuran masyarakat, meskipun mungkin hanya dapat dinikmati oleh kelompok masyarakat tertentu.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
38
Tabel 9. Pertumbuhan Implisit (Indeks Harga) Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat, Tahun 2010—20143 (Persen) Kelompok Konsumsi
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
6,53
3,01
5,47
6,76
2,35
b. Pakaian dan Alas Kaki c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
2,42
1,15
1,51
0,98
1,37
1,30
2,95
1,50
2,70
12,52
d. Kesehatan & Pendidikan e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
7,86
4,12
4,89
2,85
0,07
3,18
1,76
3,37
6,53
-1,44
f. Hotel & Restoran
7,94
3,28
1,78
3,72
7,15
g. Lainnya * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
4,06
0,37
0,29
0,20
7,15
.g
o. id
a. Makanan, Minuman, dan Rokok
ps
Sementara itu, tingkat perubahan harga yang secara implisit disajikan dalam tabel 99,
.b
menunjukan peningkatan setiap tahun-nyaa untuk setiap kelompok konsumsi. konsumsi Peningkatan harga
at
masing kelompok konsumsi. Rincian peningkatan harga (inflasi) cukup fluktuatif pada masing-masing
ar
(2010)) 3,01 persen (2011); 5,47 persen (2012); 6,76 (2010 pada kelompok makanan sebesar 6,53 persen (2010);
ab
persen (2013); 2,35 persen (2014).. Sementara itu, konsumsi pakaian dan alas kaki inflasinya lebih
pu
rendah yaitu dari 2,42 persen (2010)) menjadi 1,15 persen (2011). Kemudian pada tahun berikutnya
ht t
p: //
pa
rsen (2013); (201 dan 1,37 persen (2014). yaitu 1,51 persen (2012); 0,98 persen
3.3 PERKEMBANGAN ERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR LNPRT Konsumsi akhir LNPRT peranannya dalam PDRB menurut pengeluaran sangat minor dibandingkan dengan komponen pengeluaran lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa peranan institusi ini dalam perekonomian suatu wilayah semestinya dapat lebih ditingkatkan lagi. Data berikut menunjukan hal tersebut, dimana hal tersebut dapat dilihat dari proporsinya terhadap PDRB yang minor.
3
Tingkat perubahan harga produk konsumsi
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
39
Tabel 10. Perkembangan Penggunaan Konsumsi LNPRT Provinsi Papua Barat, Tahun 2010—2014 Uraian
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
a. ADHB (Miliar Rp)
319,91
341,36
385,43
450,18
556,12
b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
319,91
332,15
354,04
385,94
449,43
0,77
0,77
0,81
0,85
0,95
Total Konsumsi LNPRT
Proporsi terhadap PDRB (% ADHB) * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Selama periode 2010 – 2014, nilai konsumsi LNPRT baik adh Berlaku maupun adh Konstan selalu mengalami peningkatan yang cukup signifikan, demikian pula proporsi terhadap PDRB
o. id
yang selalu meningkat. Meskipun demikian, nilainya yang sangat kecil menyebabkan proporsi
.g
konsumsi LNPRT terhadap PDRB tidak pernah lebih dari 1 persen. Proporsi terbesar hanya
ps
sebesar 0,95 persen yang terjadi pada tahun 2014 karena adanya rangkaian kegiatan Pemilihan
ar
at
.b
Umum (Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden).
ab
3.4 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH
pu
Konsumsi akhir pemerintah bersama dengan pengeluaran akhir rumah tangga dan LNPRT
pemerintah
dalam
p: //
konsumsi
pa
merupakan jumlah dari konsumsi akhir dalam suatu perekonomian suatu wilayah. Peranan perekonomian
provinsi
Papua
Barat
serta
bagaimana
ht t
perkembangannya akan dijelaskan dalam uraian dibawah ini Tabel 11 11.. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Provinsi Papua Barat, Tahun 2010 – 2014 Uraian
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
a. ADHB (Miliar Rp)
6 781,75
7 792,31
9 037,90
10 288,20
11 683,03
b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
6 781,75
7 236,05
7 957,13
8 543,63
8 773,45
16,40
17,61
19,06
a. ADHB
8 862,04
9 914,15
11 199,45
12 420,97
13 747,83
b. ADHK 2010
8 862,04
9 206,41
9 860,20
10 314,74
10 324,02
Total Konsumsi Pemerintah
Proporsi terhadap PDRB (% ADHB) Konsumsi Pemerintah per kapita (Ribu Rp)
19,41
20,04
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
40
Konsumsi Pemerintah per pegawai pemerintah (Ribu Rp) a. ADHB
198 099,71
209 747,10
231 551,00
262 253,41
291 769,41
b. ADHK 2010
198 099,71
194 773,95
203 861,67
217 782,98
219 106,10
a. Total konsumsi Pemerintah
-
6,70
9,97
7,37
2,69
b. Konsumsi perkapita
-
3,89
7,10
4,61
0,09
c. Konsumsi per-pegawai
-
-1,68
4,67
6,83
0,61
Jumlah Pegawai Pemerintah
34 234
37 151
39 032
39 230
40 042
Jumlah penduduk (000 org)
765
786
807
828
850
Pertumbuhan
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Secara total, pengeluaran konsumsi akhir pemerintah menunjukan peningkatan, baik
o. id
untuk adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Pada tahun 2010 total pengeluaran konsumsi akhir pemerintah adh Berlaku sebesar 6.781,7 miliar rupiah, kemudian meningkat terus hingga pada
.g
ha tahun 2014 nilainya mencapai 11.683,0 miliar rupiah. Demikian halnya dengan konsumsi
ps
0, yang juga mengalami peningkatan pada masing-masing masing pemerintah adh Konstan 2010, tahun. Hal
at
.b
ini mengindikasikan, bahwa secara riil telah terjadi kenaikan pengeluaran pemerintah dari sisi
ar
kuantitas.
ab
Menarik untuk dicermati lebih lanjut bahwa proporsi pengeluaran akhir pemerintah
pu
ami peningkatan, dari hanya 16,40 persen di tahun 2010 hingga terhadap PDRB juga mengalami
pa
201 mencapai 20,04 persen pada tahun 2014. Sepanjang periode tersebut, proporsinya selalu
p: //
tahunnya Peningkatan tersebut cenderung didominasi oleh mengalami peningkatan tiap tahunnya.
ht t
pengeluaran pemerintah untuk konsumsi kolektif. prakteknya,, pengeluaran pemerintah seringkali dikaitkan dengan luasnya cakupan prakteknya Dalam prakteknya, (publik) Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa setiap layanan yang diberikan pada masyarakat (publik). rupiah pengeluaran pemerintah harus ditujukan untuk melayani penduduk, baik langsung maupun tidak langsung. Pengeluaran konsumsi pemerintah secara total menunjukkan peningkatan, hal ini diikuti oleh adanya peningkatan pada rata-rata konsumsi pemerintah perkapita. Pada tahun 2010 konsumsi pemerintah per-kapita adh Berlaku sebesar 8.862,04 ribu rupiah, dan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya (lihat tabel 11). Rata-rata konsumsi pemerintah per-kapita adh Konstan (2010) juga menunjukkan adanya peningkatan setiap tahunnya (lihat tabel 11). Peningkatan tersebut menunjukkan adanya peningkatan pengeluaran konsumsi pemerintah secara kuantitas. Hal tersebut juga dapat dilihat
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
41
dari laju pertumbuhannya yang sebesar 3,89 persen pada tahun 2011, dan meningkat menjadi 7,10 persen di tahun berikutnya. Namun pada 2014 pertumbuhannya yaitu hanya sebesar 0,09 persen. Rata-rata konsumsi per pegawai pemerintah menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2010 konsumsi pemerintah per-pegawai pemerintah sebesar 198.099,71 ribu rupiah, kemudian meningkat pada tahun-tahun berikutnya (lihat tabel 11). Pada tingkat harga konstan 2010 indikator pemerataan menurut pegawai ini juga menunjukkan peningkatan sejak 2012 sampai dengan 2014. Pada tahun 2011 konsumsi per pegawai mengalami pertumbuhan minus karena pertumbuhan jumlah pegawai tidak sebesar pertumbuhan konsumsi pemerintah total. Persentase kenaikan yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2013, yaitu sebesar 6,83 persen.
o. id
Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah terus menunjukan peningkatan (baik adh Berlaku maupun adh Konstan 2010). Hal tersebut diikuti pula dengan jumlah pegawai pemerintah yang
.g
juga terus mengalami peningkatan. Selama periode tahun 201 2010 2014 jumlah pegawai 20 10 0 s.d 201
ps
pemerintah selalu mengalami peningkatan.. Pada tahun 2010 jumla jumlah pemerintah berjumlah 34.234
at
.b
orang dan terus 40.042. erus meningkat hingga tahun 2014 sebesar 40.042
ar
Gambaran tentang konsumsi akhir pemerintah secara “riil” menunjukkan peningkatan
ab
baik secara keseluruhan maupun rata-rata (per penduduk maupun per pegawai pemerintah).
pu
Parameter ini adalah pendekatan untuk mengukur pemerataan kesempatan masyarakat atas penggunaan sumber daya finansial oleh pemerintah. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun
pa
2012 dengan rincian untuk total konsu konsumsi pemerintah sebesar 9,97 persen; untuk konsumsi per-
p: //
kapita 7,10 persen;; sedangkan untuk konsumsi per per-pergawai pertumbuhan tertinggi terjadi pada
ht t
tahun 2013 yaitu 6,83 persen.
Tabel 12. Struktur Pengeluaran Konsumsi AkhirPemerintah Provinsi Papua Barat,Tahun 2010 - 2014
Uraian
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
4 889,21
5 733,63
6 616,46
8 111,63
9 280,95
(72,09)
(73,58)
(73,21)
(78,84)
(79,44)
1 892,54
2 058,69
2 421,44
2 176,57
2 402,08
(27,91)
(26,42)
(26,79)
(21,16)
(20,56)
6 781,7
7 792,3
9 037,9
10 288,2
11683,0
(100,00)
(100,00)
(100,00)
(100,00)
(100,00)
-
6,82
11,79
16,07
2,88
Struktur Konsumsi Akhir (belanja) Pemerintah a. Konsumsi Kolektif (Miliar Rp) (%) b. Konsumsi Individu (Miliar Rp) (%) Total Konsumsi (Miliar Rp) (%) Pertumbuhan riil (ADHK 2010) (%) a. Konsumsi Kolektif
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
42
b. Konsumsi Individu
-
6,38
5,24
-16,59
1,95
-
6,70
9,97
7,37
2,69
a. Konsumsi Kolektif
-
7,69
5,47
6,02
10,58
b. Konsumsi Individu
-
9,78
3,23
5,63
11,21
Total Konsumsi * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
-
2,26
11,77
7,77
8,25
Total Konsumsi Pertumbuhan indeks harga (%) implisit
Secara struktur, bagian terbesar dari pengeluaran pemerintah adalah untuk konsumsi kolektif. Sekitar 70 persen pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai belanja konsumsi tersebut. Secara nominal, pengeluaran ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (lihat tabel 12). Begitu pula proporsinya terhadap total konsumsi akhir pemerintah mengalami peningkatan
o. id
persen Pada keculai pada 2012 yang sedikit menurun dari 73,58 persen pada 2011 menjadi 73,21 persen. tahun berikutnya proporsinya kembali meningkat menjadi 78,84 persen (2013) dan 79,44 tahun-tahun
ps
.g
persen (2014).
.b
Konsumsi individu secara nominal pada umumnya mengalami peningkatan dari tahun ke
at
tahun kecuali pada 2013 (lihat tabel 12). Secara umum, proporsi konsusmi individu pada periode
ar
20 2010-2014 cenderung menurun. Hanya pada tahun 2012 saja proporsinya sedikit meningkat
ab
menjadi 26,79 persen.
pu
Hal lain yang patut dicermati adalah rasio, yaitu perbandingan antara jumlah pegawai
pa
pemerintah dengan jumlah penduduk. Data di atas menunjukkan bahwa jumlah pegawai
p: //
pemerintah mengalami peningkatan secara g gradual dari yang sebesar 34,2 ribu orang (2010)
ht t
(201 4). ). Begitu juga jumlah penduduk meningkat dari sejumlah 765 ribu menjadi 40,0 ribu orang (2014 (2014). orang pada tahun 201 20 100 menjadi 850 ribu orang pada tahun 2014. Rasio antara penduduk dengan 2010 pegawai pemerintah dalam kurun waktu tersebut cenderung fluktuatif dengan masing-masing adalah 22,35 (2010), 21,16 (2011), 20,68 (2012), 21,11 (2013), dan 21,22 (2014). Hal ini berarti pada tahun 2010 setiap satu pegawai pemerintah melayani sekitar 22 penduduk, dan maka pada tahun 2014 menjadi sekitar 21 penduduk.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
43
3.5 PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB) Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada sajian PDRB menurut pengeluaran, lebih menjelaskan tentang bagian dari pendapatan (income) yang direalisasikan menjadi investasi (fisik). Atau pada sisi yang berbeda dapat pula diartikan sebagai gambaran dari berbagai produk barang dan jasa yang sebagian digunakan sebagai investasi fisik (kapital)4. Fungsi kapital
adalah sebagai input tidak langsung (indirect input) di dalam proses produksi pada
berbagai lapangan usaha. Kapital ini dapat berasal dari produksi domestik maupun dari impor.
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
a. ADHB (Miliar Rp)
6 853,31
7 657,19
10 193,50
11 140,36
b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
6 853,31
7 387,28
9 034,86
9 000,70
16,57
17,30
17,43
19,23
19,11
5 443,05
5 972,91
7 692,72
8 226,85
(71,08)
(72,25)
(75,47)
(73,85)
1 825,2
2 214,1
2 294,5
2 500,8
2 913,5
(%)
(26,63)
(28,92)
(27,75)
(24,53)
(26,15)
6 853,31
7 657,19
8 267,42
10 193,50
11 140,36
(100,00)
(100,00)
(100,00)
(100,00)
(100,00)
Pertumbuhan Total PMTB (%)
-
7,79
2,90
a. Bangunan (%) b. Non Bangunan (%) * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
-
3,12 20,67
3,63 1,18
o. id
Uraian
pu
Tabel 13. Perkembangan dan Struktur PMTB Provinsi Papua Barat, Tahun 2010—2014
Total PMTB
ar
.g
at
Struktur PMTB
7.601,44
ps
(% ADHB)
.b
Proporsi terhadap PDRB
8.267,422 8.267,4
a. Bangunan (Miliar Rp) (%)
p: //
pa
b. Non Bangunan (Miliar Rp)
Total PMTB (Miliar Rp)
ht t
(%)
ab
5 028,09 (73,37) ((73,37 73,37))
18,86 24,62 4,96
-0,38 -0,69 0,52
Selain peningkatan yang terjadi pada komponen konsumsi akhir (rumah tangga maupun pemerintah), PMTB juga menunjukkan peningkatan baik secara nominal maupun riil. Pertumbuhan PMTB pada masing-masing komponen sangat bervariasi antar tahunnya. Sub komponen bangunan merupakan komponen dengan proporsi terbesar dalam pembentukan modal tetap yaitu lebih dari 70 persen. Pertumbuhan di sektor bangunan meskipun cenderung menurun dari tahun ke tahun, tetapi proporsinya relatif stabil. 4
Selain bagian lain yang menjadi konsumsi antara, konsumsi akhir, ataupun diekspor
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
44
Proporsi non bangunan terhadap total PMTB relatif stabil selama periode 2010 – 2014 hanya berkisar pada 24 – 28 persen (tabel 13). Proporsi tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan 28,92 persen dimana pertumbuhannya mencapai 20,67 persen. Pertumbuhan “riil” sub komponen non bangunan tersebut adalah pertumbuhan tertinggi, dimana pada tahun-tahun lain pertumbuhannya tidak pernah mencapai 5 persen. Pertumbuhan “riil” cukup berfluktuasi pada tahun 2012 hanya sebesar 1,18 kemudian meningkat kembali menjadi 4,96 pada 2013 dan pada 2014 kembali terjadi penurunan hanya menjadi sebesar 0,52 persen. Sementara itu, pertumbuhan “riil” sub komponen bangunan menunjukkan pola yang sangat variatif antar tahunnya. Dalam periode tahun 2010 s.d 2014 pertumbuhan bangunan cenderung menurun. Namun pada tahun 2013 mengalami pertumbuhan sangat signifikan hingga
berikutnya menjadi minus yaitu sebesar minus 0,69 persen.
o. id
mencapai 24,62 persen. Pertumbuhan tersebut mengakibatkan pertumbuhan pada tahun
.g
Secara umum, selama kurun waktu tahun 2010-2014 pertumbuhan PMTB mengalami fluktuasi
ps
2013 di mana pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 201 20 133 yang yang mencapai besaran angka 18,86
ar
at
.b
persen dan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun un 2014 2014 yaitu hanya sebesar minus 0,38 persen.
ab
3.6 PERKEMBANGAN PERUBAHAN RUBAHAN INVENTORI
pu
Secara konsep, yang dimaksud dengan perubahan inventori adalah perubahan dalam
pa
bentuk “persediaan” berbagai barang yang belum digunakan lebih lanjut dalam proses produksi,
p: //
konsumsi ataupun investasi (kapital). Perubahan yang dimaksud disini bisa berarti penambahan
ht t
(bertanda positif) dan atau pengurangan (bertanda negatif). Dari sisi penghitungan, komponen Perubahan Inventori merupakan salah satu komponen yang hasilnya bisa memiliki 2 (dua) tanda angka, positif atau negatif (disamping komponen net ekspor antar daerah). Apabila perubahan inventori bertanda positif berarti terjadi penambahan persediaan barang, sedangkan apabila bertanda negatif berarti terjadi pengurangan persediaan. Terjadinya penumpukan barang inventori mengindikasikan bahwa distribusi atau pemasaran tidak berjalan dengan sempurna. Secara umum, komponen perubahan inventori dihitung berdasarkan pengukuran terhadap nilai persediaan barang pada awal dan akhir tahun dari dua posisi nilai persediaan (konsep stok).
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
45
Tabel 14. Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori Provinsi Papua Barat, Tahun 2010—2014 Uraian
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
a. ADHB (Miliar Rp)
2 704,54
1 087,22
5 106,11
- 1 290,49
- 6 936,10
b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
2 704,54
961,47
4 294,38
- 3 379,47
- 5 326,93
6,54
2,46
10,77
-2,43
-11,90
Total Nilai Inventori
Proporsi terhadap PDRB (% ADHB) * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Berbeda dengan komponen pengeluaran lain yang dapat dianalisis agak rinci, perubahan inventori baru dapat dianalisis dari sisi proporsinya saja. Perbedaan dalam pendekatan dan tata
o. id
cara estimasi menyebabkan komponen inventori tidak banyak dikaji lebih. Hal utama yang dapat PDRB PDR B pada umumnya mempunyai dilihat dari komponen ini adalah, bahwa proporsi dalam PDRB
ps
.g
besaran atau nilai yang berfluktuasi baik dalam level maupun tandanya (positif atau negatif).
.b
2.704,54 miliar rupiah, sebagian besar terjadi te Pada Tahun 2010 perubahan inventori sebesar 2.704,54
at
menga pada kelompok industri. Sedangkan tahun 20111 perubahan inventori mengalami penambahan
ar
persen sebesar 1.087,22 miliar rupiah dimana proporsinya terhadap PDRB hanya sebesar 2,46 persen,
ab
meningkat dibandingkan dengan tahun tahun 2012 perubahan inventori meningkat tahun-tahun sebelumnya yaitu
pu
h yang mengakibatkan proporsinya terhadap PDRB meningkat sebesar 5.106,11 miliar rupiah
pa
ada tahun 2013 2013 perubahan inventori penurunan tajam sebesar 1.290,49 menjadi 10,77 persen. Pada
p: //
tahun 2014 2014 juga terjadi penurunan perubahan inventori sebesar 6.936,10 miliar rupiah dan pada tahun
PDRB.
ht t
ang mengakibatkan proporsinya menjadi sebesar minus 11,90 persen terhadap miliar rupiah yang
3.7 PERKEMBANGAN EKSPOR BARANG DAN JASA LUAR NEGERI Dalam struktur permintaan akhir, transaksi ekspor menggambarkan berbagai produk barang dan jasa yang tidak dikonsumsi di wilayah ekonomi domestik, tetapi dikonsumsi oleh pihak luar negeri, baik secara langsung maupun tidak langsung. Termasuk pula dalam ekspor pembelian oleh badan-badan internasional, kedutaan besar (termasuk konsulat), awak kapal (udara maupun laut) yang singgah dan sebagainya. Secara total, nilai ekspor luar negeri selama periode 2010 – 2014 selalu menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun (adh Berlaku). Pada tahun 2010 ekspor luar negeri hanya mencapai 15.472,37 miliar rupiah, kemudian pada tahun-tahun berikutnya nilai ekspor mencapai Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
46
26.552,82 miliar rupiah (2011), tahun 2012 ekspor meningkat kembali menjadi sebesar 34.271,65 miliar rupiah. Pada tahun berikutnya, nilai ekspor meningkat tipis yaitu sebesar 36.909,8 miliar rupiah, dan kembali meningkat tajam menjadi sebesar 45.384,04 miliar rupiah pada tahun 2014. Sejalan dengan nilai ekspor adh Berlaku, nilai ekspor adh Konstan 2010 juga menunjukan arah pertumbuhan yang sama, yaitu cenderung meningkat dengan nilai “riil” masing-masing tahun sebesar 15.472,37 miliar rupiah (2010); 22.580,42 miliar rupiah (2011); 28.231,81 miliar rupiah (2012); 26.437,81 miliar rupiah (2013); dan 30.357,59 miliar rupiah (2014). Selama kurun waktu 2010 - 2014, proporsinya dalam PDRB juga cenderung mengalami peningkatan, yaitu dari 37,41 persen pada tahun 2010 menjadi 77,87 persen di tahun 2014.
Uraian
2010
2011
2012
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
a. ADHB (Miliar Rp)
15 472,37
26 552,86
36 909,80
45 384,04
b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
15 472,37
22 580,42
28 231,81
26 437,81
30 357,59
37,41
60,00
72,27
69,62
77,87
26 499,10
34 208,36
36 842,06
45313,05
o. id
2013*
.g
Tabel 15. Perkembangan Ekspor Barang dan Jasa Luar Negeri Provinsi Papua Barat, Tahun 2010 - 2014
Total Nilai Ekspor
Struktur Ekspor
ar
ps
at
(% ADHB)
.b
Proporsi terhadap PDRB
34 271,65
15 428,66
(%)
(99,72))
((99,80)
(99,82)
(99,82)
(99,84)
43,7
53,8
63,3
67,7
71,0
(0,28) ((0,28 0,28))
(0,20)
(0,18)
(0,18)
(0,16)
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
-
46,01
25,06
- 6,36
14,88
-
20,21
10,78
- 5,16
- 8,74
-
45,94
25,03
- 6,35
14,83
b. Jasa (Miliar Rp) (%) (%)
p: //
Total Ekspor
- Jasa
ht t
Pertumbuhan (%) - Barang
pa
pu
ab
a. Barang (Miliar Rp)
Total Ekspor * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Menurut komposisinya, sebagian besar ekspor Papua Barat berupa barang (rata-rata 99 persen), sisanya adalah ekspor dalam bentuk jasa. Sedangkan pertumbuhan riil total ekspor mencapai angka yang tinggi. Pertumbuhan yang tinggi tersebut disebabkan adanya peningkatan volume ekspor dalam bentuk barang komoditas migas. Sementara itu pertumbuhan minus terjadi pada tahun 2013 (minus 6,35 persen) dari tahun 2012 yang tumbuh sebesar 25,03 persen. Pertumbuhan minus tersebut didorong dengan pertumbuhan ekspor barang dan jasa pada tahun 2013 yang juga menunjukkan pertumbuhan negatif, yaitu masing-masing minus 6,36 persen (barang) dan minus 5,16 persen (jasa). Hal ini terjadi disebabkan karena adanya kenaikan harga Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
47
komoditas ekspor maupun harga nilai tukar dollar terhadap sehingga nilai ekspor tetap naik walaupun secara riil mengalami penurunan. Sedangkan pada tahun 2014 ekspor tumbuh kembali sebesar 14,83 persen.
3.8 PERKEMBANGAN IMPOR BARANG DAN JASA LUAR NEGERI Aktivitas pengeluaran (konsumsi rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah) maupun PMTB (termasuk inventori) dan ekspor, didalamnya terkandung produk yang berasal dari impor. PDRB menggambarkan produk yang benar-benar dihasilkan oleh ekonomi domestik. Sehingga untuk mengukur potensi dan besaran produk domestik, maka komponen impor tersebut harus dikeluarkan dari penghitungan yaitu dengan cara mengurangkan nilai PDRB (E) dengan nilai
o. id
PD impornya. Hasil pengurangan inilah yang secara konsep harus sama dengan nilai PDRB menurut lapangan usaha (sektor).
ps
.g
Berbeda dengan komponen ekspor, transaksi impor menjelaskan ada tambahan
.b
penyediaan (supply)) produk di wilayah ekonomi domestik yang berasal dari dari non residen.
at
Impor terdiri dari produk barang maupun jasa, meskipun rincian penggolongan-nya bisa berbeda
ar
dengan ekspor.
ab
Perkembangan yang terjadi pada transaksi impor menunjukkan semakin kuatnya
pu
ketergantungan Indonesia terhadap ekonomi atau produk negara lain.
Komponen impor
pa
( termasuk pembelian berbagai produk barang dan jasa secara langsung (direct purchase) oleh
p: //
penduduk (resident) Papua Barat di luar negeri, baik yang berupa makanan maupun bukan
ht t
makanan (termasuk jasa).
16 Perkembangan Impor Barang dan Jasa Luar Negeri 16 Tabel 16. Provinsi Papua Barat, Tahun 2010 - 2014
Uraian
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
a. ADHB (Miliar Rp)
862,30
800,31
490,22
748,41
776,33
b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
862,30
778,21
447,70
623,01
586,97
2,08
1,81
1,03
1,41
1,33
554,43
508,25
161,51
330,30
331,22
(64,30)
(63,51)
(32,95)
(44,13)
(42,66)
307,9
292,1
328,7
418,1
445,1
Total Nilai Impor
Proporsi terhadap PDRB (% -ADHB) Struktur Impor a. Barang (Miliar Rp) (%) b. Jasa (Miliar Rp)
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
48
(%)
(35,70)
(36,49)
(67,05)
(55,87)
(57,34)
(%)
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
- Barang
-
-12,53
-69,93
94,50
-3,39
- Jasa
-
-4,74
2,93
12,42
-7,79
-
-9,75
-42,47
39,16
-5,78
Total Impor Pertumbuhan (%)
Total Impor * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Tabel 16 di atas menunjukan bahwa pola perkembangan impor luar negeri Papua Barat pada periode tahun 2010 – 2014 mengalami fluktuasi (baik adh Berlaku maupun adh Konstan 2010). Pada tahun 2010 nilai impor luar negeri sebesar 862,30 miliar rupiah, kemudian menurun
o. id
011 menjadi 800,31 miliar rupiah dan nilai terendah terjadi pada 2012 dimana nilainya pada 2011 tahun berikutnya (2013-2014) ( hanya mencapai 490,22 miliar rupiah. Pada tahun-tahun
nilai impor
.g
rupi (2014). mengalami peningkatan menjadi 748,41 miliar rupiah (2013) dan 776,33 miliar rupiah
ps
Proporsi impor luar negeri terhadap total PDRB setiap tahunnya sangat kecil. Hal ini
at
.b
disebabkan barang impor di Papua Barat lebih banyak didatangkan dari luar daerah di dalam
ar
20 kemudian menurun menjadi negeri. Proporsi tertinggi hanya sebesar 2,08 persen pada tahun 2010
ab
1,81 persen dan 1,03 persen pada dua tahun berikutnya. Namun pada tahun-tahun berikutnya
pu
proporsinya kembali meningkat, yaitu sebesar 1,41 persen (2013) dan 1,33 persen (2014).
pa
Di sisi lain, secara riil nilai impor luar negeri mengalami pertumbuhan yang fluktuatif.
p: //
Pada 2011 impor mengalami penuruna sebesar 9,75 persen, kemudian tahun berikutnya menurun hingga mencapai minus 42,27 persen. Kondisi ini berubah pada pertumbuhan impor menurun
ht t
terjadi peningkatan impor sebesar 39,16 persen. Pada tahun 2014 pertumbuhan tahun 2013 dimana terjadi riil impor mengalami pertumbuhan minus 5,78 persen walaupun secara nilai adh Berlaku mengalami kenaikan. Pola pertumbuhan total impor sangat dipengaruhi oleh impor barang karena proporsinya yang lebih besar dibandingkan impor jasa. Pada impor jasa pada tahun 2013 mengalami pertumbuhan terbesar yaitu sebesar 12,42 persen, sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar minus 7,79 persen. Perbedaan arah pertumbuhan terjadi pada tahun 2012 dimana impor jasa mengalami pertumbuhan positif sebesar 2,93 sedangkan pertumbuhan impor total dan impor barang bernilai negatif. Menurut komposisinya, terjadi perubahan proporsi pada jenis impor luar negeri sejak tahun 2012. Tahun 2010 dan 2011 impor luar negeri masih didominasi impor barang dengan proporsi sebesar 64,30 persen (2010) dan 63,51 persen (2011), sedangkan pada 2012 – 2014 proporsi Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
49
impor jasa sudah lebih tinggi dibandingkan impor barang. Proporsi impor barang pada 2012 – 2014 berturut-turut hanya sebesar 32,95 persen, 44,13 persen, dan 42,66 persen.
3.9 PERKEMBANGAN NET EKSPOR ANTAR DAERAH Net ekspor antar daerah didefinisikan sebagai ekspor antar daerah dikurangi impor antar daerah. Berbeda dengan penghitungan ekspor-impor barang dan jasa luar negeri, pada penghitungan ekspor-impor antar daerah tidak tersedia sumber data yang sesuai dengan konsep dan definisi yang ditentukan. Sumber data yang tersedia selama ini hanya menunjukkan adanya transaksi namun tidak diketahui berapa nilai uang yang terjadi dalam transaksi tersebut. Keberadaan data dengan kondisi seperti ini menyebabkan penghitungan ekspor-impor antar provinsi menjadikan komponen ini (dalam series
o. id
PDRB adh Konstan 2010) diperlakukan sebagai item penyeimbang (residual), yakni perbedaan antara total PDRB menurut pengeluaran dengan total PDRB menurut lapangan usaha. Ketersediaan
.g
data yang ada lebih sesuai untuk dimanfaatkan sebagai informasi pendukung.
ps
Komponen ini secara implisit mencakup dua unsur pokok yaitu: ekspor antar daerah dan
.b
impor antar daerah. Sama halnya dengan perubahan inventori, net ekspor antar daerah juga
at
hasilnya dapat memiliki 2 (dua) angka,, positif atau negatif. negatif Jika komponen ini bertanda “positif”
ab
ar
berarti nilai ekspor antar daerah lebih besar dari pada impor antar daserah, demikian pula
pu
sebaliknya.
pa
Pada saat ini untuk memisahkan net ekspor antar daerah menjadi nilai ekspor antar
p: //
daerah dan nilai impor antar daerah dilakukan dengan metode tidak langsung, yaitu dengan metode cross hauling. Metode ini bekerja dengan memanfaatkan sifat keseimbangan permintaan
ht t
((supply) supply setiap komoditas di suatu perekonomian. Penghitung ekspor (demand) dan penyediaan (supply impor dengan metode cross cross-hauling diawali dengan metode commodity balance. Metode commodity balance adalah metode penghitungan ekspor-impor dengan memanfaatkan Tabel Input-Output “bayangan”. Dalam metode ini, transksi ekspor-impor dipandang sebagai item penyeimbang (balancing item) dalam keseimbangan demand dan supply suatu perekonomian.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
50
BAB IV
ht t
p: //
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o. id
PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB MENURUT PENGELUARAN PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2010 - 2014
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
51
o. id .g ps .b at ar ab pu pa p: // ht t Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
52
Berbagai indikator ekonomi makro yang lazim digunakan dalam analisis sosial ekonomi dapat diturunkan dari seperangkat data PRDB. Berikut ini akan disjikan beberapa rasio (perbandingan relatif) guna melengkapi analisis, di tengah keterbatasan informasi yang tersedia.
4.1 PDRB (NOMINAL) Agregat ini menjelaskan nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan di dalam suatu wilayah ekonomi domestik, di mana di dalamnya masih terkandung nilai penyusutan. PDRB dapat digunakan sebagai ukuran “produktivitas”, karena menjelaskan kemampuan wilayah dalam menghasilkan produk domestik, yang dihitung melalui 3 (tiga) pendekatan, yaitu pendekatan nilai tambah, pengeluaran, dan pendapatan. Dari series data PDRB pengeluaran dapat diturunkan beberapa ukuran yang berkaitan
o. id
B maupun variabel pendukung lain (seperti rumah tangga, dan tenaga kerja). Sebagai dengan PDRB ntuk melihat perkembangan tingkat pemerataan, misalnya, maka disajikan data PDRB contoh, untuk
ps
.g
perkapita.
.b
PD Tabel 17. Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita
2010
ab
(2)
Pertumbuhan (%) * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
2012
2013*
2014**
(3)
(4)
(5)
(6)
47 421,09 44 423,34
53 014,21 47 705,86
58 285,09 50 272,01
54 049,32 54 049,32
57 829,69 56 016,65
61 967,46 58 050,14
69 276,25 62 339,58
76 163,98 65 692,89
-
0,91
0,93
4,63
2,71
765
786
807
828
850
-
2,71
2,67
2,64
2,60
pa
ht t
Pertumbuhan PDRB Perkapita Perkapita ADHK 2010 Jumlah penduduk (000 org)
2011
44 254,64 42 867,19
pu
41 361,67 41 361,67
p: //
(1) Nilai PDRB (Miliar Rp) a. ADHB b. ADHK 2010 PDRB Perkapita (Ribu Rp) a. ADHB b. ADHK 2010
ar
Uraian
at
20 Provinsi Papua Barat, Tahun 2010—2014
PDRB per-kapita Provinsi Papua Barat menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun (tabel 17), seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Indikator ini menunjukkan bahwa secara ekonomi setiap penduduk Indonesia rata-rata mampu menciptakan PDRB atau (nilai tambah) sebesar nilai perkapita di masing-masing tahun tersebut. Sementara itu pertumbuhan per kapita secara “riil” juga selalu meningkat kecuali pada tahun 2014 terjadi perlambatan. Pertumbuhan per kapita pada periode 2010 – 2014 berada pada kisaran 0,91 – 4,63 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut diikuti pula oleh penambahan jumlah penduduk, yang meningkat pada kisaran 2,60 – 2,71 persen. Sehingga dapat terlihat bahwa pada Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
53
tahun 2011 dan 2012 pertumbuhan perkapita “riil” lebih rendah daripada pertumbuhan penduduk. Sedangkan pada tahun 2013 dan 2014 pertumbuhan perkapita “riil” lebih tinggi daripada pertumbuhan penduduk. Dengan demikian maka pertumbuhan per-kapita tersebut tidak saja terjadi secara “riil” tetapi juga terjadi secara kualitas.
4.2 PERBANDINGAN PENGELUARAN PDRB UNTUK KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA TERHADAP EKSPOR Indikator ini menunjukkan perbandingan antara produk yang dikonsumsi RT di wilayah domestik dengan produk yang diekspor. Konsumsi rumah tangga mempunyai kontribusi sekitar 25 persen pada PDRB Papua Barat, yang artinya bahwa seluruh produk yang dihasilkan di
o. id
wilayah Papua Barat sebanyak 25 persen digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga. Namun
.g
di dalamnya termasuk pula sebagian produk yang berasal dari impor.
ps
eluaran untuk Konsumsi Akhir Tabel 18. Perbandingan PDRB Pengeluaran
(1)
(2)
2012
2013*
2014**
(4)
(5)
(6)
11 507,21
12 299,65
13 383,76
14 781,55
31 529,45
28 535,34
36 642,32
41 428,66
50 732,69
0,35
0,40
0,34
0,32
0,29
10 906,69
ht t
p: //
Perbandingan Konsumsi RT terhadap Ekspor
pa
pu
(Miliar Rp)
(Miliar Rp)
(3)
ab
Total Konsumsi RT (ADHB)
Total Ekspor (ADHB)
2011 2011
at
2010
ar
Uraian
.b
Rumah Tangga terhadap Ekspor Tahun 20 2010—2014
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Data di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2010, produk yang digunakan untuk konsumsi rumah tangga sebesar 0,35 kali dari yang diekspor. Hal ini berarti bahwa sebagian besar penyediaan (supply) domestik diserap untuk memenuhi permintaan ekspor. Peningkatan rasio yang terjadi pada tahun 2011 (0,40) lebih disebabkan karena penurunan nilai ekspor, sementara sebaliknya konsumsi rumah tangga justru meningkat. Secara implisit data tersebut menjelaskan, bahwa nilai konsumsi akhir rumah tangga semakin meningkat dan atau sebaliknya nilai ekspor semakin menurun. Pada tahun-tahun berikutnya rasio konsumsi rumah tangga terhadap ekspor cenderung menurun. Peningkatan dan penurunan tersebut disebabkan oleh perubahan volume maupun harga. Penurunan juga disebabkan oleh perbedaan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan ekspor. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
54
4.3 PERBANDINGAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA TERHADAP PMTB Rasio ini merupakan perbandingan antara produk yang digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga dengan yang digunakan untuk investasi fisik (pembentukan modal tetap). Sekilas nampak bahwa sebagian besar penggunaan produk yang tersedia di wilayah domestik digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga. Tabel 19. Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap PMTB Tahun 2010—2014
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
10 906,69
11 507,21
2 299,65 12
13 383,76
14 781,55
6 853,31
7 657,19
8 267,42
10 193,50
11 140,36
1,59
1,50
1,49
1,31
1,33
.g
Total Konsumsi RT (ADHB) (Miliar Rp)
.b
at ar
Perbandingan Konsumsi RT thd PMTB
ps
Total PMTB (ADHB) (Miliar Rp)
o. id
Uraian
ab
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
pu
Seperti halnya terhadap ekspor, rasio konsumsi rumah tangga terhadap PMTB cenderung
pa
menurun, dari sebesar 1,59 pada tahun 2010 menjadi 1,50 pada tahun 20 2011. Pada tahun-tahun
p: //
nya terus mengalami penurunan menjadi 1,49 (2012), 1,31 (2013), dan sedikit berikutnya rasionya
ht t
meningkat pada 2014 yaitu 1, 33 Hal ini terjadi karena kenaikan nilai konsumsi akhir rumah 1,33. tangga tidak secepat kenaikan nilai investasi.
4.4 PROPORSI KONSUMSI AKHIR TERHADAP PDRB Yang dimaksud dengan konsumsi akhir adalah penggunaan berbagai produk barang dan jasa akhir (baik berasal dari produk domestik maupun impor), untuk menunjang aktivitas ekonomi. Pelaku konsumsi akhir meliputi rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah. Walaupun ketiga institusi tersebut mempunyai fungsi yang berbeda dalam sistem ekonomi, tetapi sama-sama membelanjakan sebagian pendapatannya untuk tujuan konsumsi akhir.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
55
Tabel 20. Proporsi Total Penggunaan Konsumsi Akhir terhadap PDRB Provinsi Papua Barat, Tahun 2010—2014
Uraian
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
10 906,69
11 507,21
12 299,65
13 383,76
14 781,55
319,91
341,36
385,43
450,18
556,12
6 781,75
7 792,31
9 037,90
10 288,20
11 683,03
Jumlah
18 008,34
19 640,88
21 722,98
24 122,14
27 020,70
PDRB (ADHB) (Miliar Rp)
41 361,67
44 254,64
47 421,09
53 014,21
58 285,09
Konsumsi Akhir (ADHB) (Miliar Rp) a. Rumah Tangga b. LNPRT c. Pemerintah
Proporsi * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
43,54
44,38
45,81
45,50
46,36
o. id
Barang dan jasa yang berada di wilayah domestik yang digunakan untuk memenuhi tahun. Dengan peningkatan nilai permintaan konsumsi akhir selalu meningkat nilainya setiap tahun
ps
.g
tersebut, proporsinya terhadap PDRB juga semakin mengalami peningkatan. Hal ini
.b
mengindikasikan produk yang tidak digunakan menjadi konsumsi akhir (PMTB atau eskpor)
ab
ar
at
memiliki peranan yang berkurang setiap tahunnya. tahunnya.
pu
4.5 PERBANDINGAN EKSPOR TERHADAP PMTB
pa
Ekspor merupakan produk yang tidak dikonsumsi di wilayah domestik, teta tetapi
p: //
diperdagangkan ke luar daerah. Untuk menghasilkan produk yang diekspor kemungkinan besar menggunakan kapital (PMTB). S Sementara di sisi lain sebagian barang yang diekspor bisa pula
ht t
berupa barang kapital. Rasio ekspor terhadap PMTB dimaksudkan untuk menunjukkan perbandingan antara nilai produk ekspor dengan nilai produk yang menjadi kapital (PMTB). Tabel 21. Rasio Ekspor terhadap PMTB (ADHB) Tahun 2010—2014 Uraian
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
31 529,45
28 535,34
36 642,32
41 428,66
50 732,69
6 853,31
7 657,19
8 267,42
10 193,50
11 140,36
4,60
3,73
4,43
4,06
4,55
Ekspor (ADHB) (Miliar Rp) Total PMTB (ADHB) (Miliar Rp)
Rasio Ekspor terhadap PMTB * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
56
Selama tahun 2010 – 2014 ekspor mempunyai nilai yang lebih tinggi dari PMTB. Untuk menghasilkan seluruh produk domestik (termasuk ekspor) disyaratkan tersedianya sejumlah kapital (yang di dalamnya termasuk pula kapital impor). Namun pada periode tersebut rasio ekspor terhadap PMTB mengalami fluktuasi, mengikuti fluktuasi nilai ekspor, sedangkan nilai PMTB selalu meningkat sehingga terjadi penurunan rasio pada saat nilai ekspor menurun. Penurunan rasio juga bisa disebabkan oleh kenaikan PMTB yang relatif lebih pesat dibandingkan dengan kenaikan ekspor.
4.6 PERBANDINGAN PDRB TERHADAP IMPOR Rasio ini memberikan gambaran tentang perbandingan antara produk yang dihasilkan di
o. id
wilayah ekonomi domestik (PDRB) dengan produk yang berasal dari impor baik dari luar negeri maupun luar provinsi di dalam negeri. Selain itu data tersebut menjelaskan tentang
.g
ketergantungan PDRB terhadap produk yang dihasilkan oleh daerah lain. Jika rasionya kecil
.b
ps
berarti ketergantungan akan impor semakin tinggi, dan sebaliknya.
at
RB R B terhadap Impor Tabel 22. Rasio PDRB 2010
2011 20
2012
2013*
2014**
(1)
(2))
(3)
(4)
(5)
(6)
41 361,67
44 254,64
47 421,09
53 014,21
58 285,09
17 733,98
12 666,00
24 317,74
21 439,61
23 672,56
2,33
3,49
1,95
2,47
2,46
pu
ab
Uraian
ar
20 Provinsi Papua Barat Tahun 2010—2014
pa
PDRB (ADHB)
Total Impor (ADHB)
ht t
(Miliar Rp)
p: //
(Miliar Rp)
Rasio PDRB terhadap Impor * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Rasio PDRB terhadap impor tahun 2010 - 2011 menunjukkan peningkatan dari 2,33 (2010) menjadi 3,49 (2011). Namun kemudian menurun pada tahun berikutnya yaitu menjadi 1,95 (2012) dan meningkat kembali menjadi 2,47 (2013) dan 2,46 (2014). Rasio tertinggi yang terjadi pada tahun 2011 (3,49), lebih disebabkan peningkatan PDRB, sedangkan nilai impor justru menurun. Peningkatan rasio menunjukkan berkurangnya ketergantungan PDRB terhadap produk impor.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
57
4.7 KESEIMBANGAN TOTAL PENYEDIAAN DAN TOTAL PERMINTAAN Rasio ini dapat menunjukkan seberapa jauh ketergantungan ekonomi suatu daerah oleh produk yang berasal dari impor. Ketergantungan (ketidakseimbangan) tersebut dapat dilihat melalui keseimbangan antara total penyediaan (supply) dengan total permintaan akhir (demand). Tabel 23. Sisi Keseimbangan Penyediaan dan Permintaan Provinsi Papua Barat, Tahun 2010—2014 Uraian
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Total Penyediaan PDRB (ADHB) (Miliar Rp)
41 361,67
44 254,64
47 421,09
53 014,21
58 285,09
(69,99)
(77,75)
(66,10)
(71,20)
(71,12)
17 733,98
12 666,00
24 317,74
21 439,61
23 672,56
(30,01)
(22,25)
(33,90) ((33,90 33,90))
(28,80)
(28,88)
59 095,65
56 920,63
71 738,83
74 453,82
81 957,65
(100)
(100)
(100)
(100)
(100)
( % Total nilai Impor ADHB (Miliar Rp)
%
.g
Total Permintaan Akhir (Miliar Rp)
ps
%
o. id
(
.b
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
at
Dari tabel tersebut diatas, dapat dilihat bahwa untuk memenuhi permintaan akhir
ab
ar
rus didatangkan dari luar dareah, dengan rentang 22 s.d 34 domestik, sebagian produk masih harus masyarak baru bisa dipenuhi sekitar 70 persen dari selisih masyarak persen. Dengan kata lain, kebutuhan masyarakat
pu
hasil produksi domestik. Dalam kurun waktu tersebut, tendensi permintaan (akhir) masyarakat
p: //
rupiah (2014).
pa
terus meningkat setiap tahunnya, dari 59.095,65 miliar (2010) menjadi sebesar 81.957,65 miliar
ht t
Di sisi lain “penyediaan” produk barang dan jasa yang mampu dihasilkan oleh ekonomi 4 domestik masing-masing sebesar 41.361,67 miliar rupiah (2010); 44.254,64 miliar rupiah (2011); 47.421,09 miliar rupiah (2012); 53.014,21 miliar rupiah (2013); dan 58.285,09 miliar rupiah (2014). Karena produk domestik tidak mampu mencukupi seluruh kebutuhan permintaan, maka berbagai produk barang dan jasa diimpor, dengan nilai masing-masing tahun sebesar 17.733,98 miliar rupiah (2010); 12.666,00 miliar rupiah (2011); 24.317,74 miliar rupiah (2012); 21.439,61 miliar rupiah (2013); dan 23.672,56 miliar rupiah (2014).
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
58
4.8 NERACA PERDAGANGAN (TRADE BALANCE) Transaksi devisa yang berasal dari perdagangan barang dan jasa dengan pihak luar negeri (non-residen) dapat dilihat melalui neraca perdagangan. Secara konsep, selisih antara nilai ekspor dan nilai impor disebut sebagai “Ekspor Neto”, apabila nilai ekspor lebih besar dari nilai impor, maka terjadi surplus, dan sebaliknya yang terjadi adalah defisit. Dilihat dari arus uang yang masuk atau keluar, apabila tingkat keseimbangan dalam posisi surplus, maka terjadi aliran devisa masuk, sebaliknya kalau posisinya defisit maka terjadi aliran devisa keluar. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa kekuatan ekonomi suatu wilayah di antaranya ditentukan oleh proses tersebut. Selain gambaran posisi neraca perdagangan, dapat juga dilihat perbandingan (rasio) antara nilai ekspor terhadap impor, meskipun hanya berlaku secara total. Namun rasio tersebut tidak
o. id
erbandingan menurut jenis komoditas, harga maupun kuantum. Apabila dapat merefleksikan perbandingan rasio lebih besar dari 1 (satu) maka nilai ekspor lebih tinggi daripada nilai impor, sebaliknya
.g
apabila rasio kurang dari 1 (satu) berarti nilai impor lebih tinggi dari pada nilai ekspor. B Besar
ps
kecilnya ekspor atau impor suatu negara sangat tergantung kepada kondisi ekonomi serta
at
.b
kebutuhan masyarakatnya.
2010
(1)
(2)
pu
Uraian
ab
ar
Tabel 24.. Neraca Perdagangan Barang dan Jasa Jasa, Provinsi Papua Barat Tahun 20 2010—2014 2011 2011
2012
2013*
2014**
(3)
(4)
(5)
(6)
31 529,45
28 535,34
36 642,32
41 428,66
50 732,69
Nilai Impor (ADHB) (Miliar Rp)
17 733,98
12 666,00
24 317,74
21 439,61
23 672,56
13 795,48
15 869,34
12 324,58
19 989,06
27 060,13
1,78
2,25
1,51
1,93
2,14
p: // ht t
Net ekspor (X – M) (Miliar Rp)
pa
Nilai Ekspor (ADHB) (Miliar Rp)
Rasio ekspor thdp Impor * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Selama periode 2010 - 2014, posisi perdagangan barang dan jasa provinsi Papua Barat dengan luar negeri dan antar provinsi, selalu menunjukkan nilai positif. Hal ini menunjukkan neraca perdagangan barang dan jasa provinsi Papua Barat selalu dalam posisi surplus. Nilai ekspor yang lebih besar dari impor menyebabkan adanya aliran devisa masuk, yang dalam konteks lain disebut sebagai “tabungan luar negeri”. Surplus perdagangan Provinsi Papua Barat yang terjadi antara tahun 2010 sampai dengan 2014 tercatat masing-masing sebesar 13.795,48 miliar rupiah (2010), 15.869,34 miliar rupiah (2011), 12.324,58 miliar rupiah (2012), 19.989,06 miliar rupiah (2013) dan 27.060,13 miliar rupiah (2014). Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
59
Sementara rasio ekspor terhadap impor cenderung fluktuatif dari tahun 2010-2014. Pada tahun 2010 rasionya sebesar 1,78 menjadi sekitar 2,25 pada tahun 2011, kemudian menurun menjadi 1,51 pada tahun 2012 dan naik kembali naik 1,93 pada tahun 2013 dan 2,14 pada tahun 2014.
4.9 RASIO PERDAGANGAN INTERNASIONAL (RPI) Rasio ini menunjukkan perbandingan aktivitas perdagangan internasional dari suatu wilayah, apakah didominasi oleh ekspor atau impor luar negeri (LN). Formulasinya diperoleh dengan menghitung selisih antara ekspor LN dikurangi impor LN dibagi dengan jumlah ekspor LN dan impor LN. Koefisien RPI berkisar antara -1 s.d + 1 ( - 1 < RPI < +1 ). Jika RPI berkisar
o. id
ol eh impor, sedangkan apabila antara minus 1, maka perdagangan internasional didominasi oleh
.g
berkisar antara positif 1, maka perdagangan internasional didominasi oleh transaksi ekspor.
(2)
(5)
(6)
45 384,04
800,31
490,22
748,41
776,33
25 752,55
33 781,43
36 161,39
44 607,72
16 334,67
27 353,16
34 761,87
37 658,21
46 160,37
0,89
0,94
0,97
0,96
0,97
862,30
p: // ht t
2014**
36 909,80
14 610,07
(X – M) (Miliar Rp) (X +M) (Miliar Rp)
(4)
2013*
34 271,65
pa
Nilai Impor LN, ADHB (M) (Miliar Rp)
(3) (3)
2012
26 552,86
15 472,37
ab
Nilai Ekspor LN, ADHB (X) (Miliar Rp)
pu
(1)
2011 11
at
2010
ar
Uraian
.b
ps
Internasional Tabel 25.. Rasio Perdagangan Internasional, 201 - 2014 201 Provinsi Papua Barat, Tahun 2010
RPI * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Data pada tabel diatas menunjukkan bahwa pada periode tahun 2010-2014, posisi ekspor selalu lebih tinggi dari impor karena bernilai postif dan mendekati 1. Nilai ekspor luar negeri pada periode tersebut terus meningkat dari 15.472,37 miliar rupiah pada tahun 2010 menjadi 45.384,04 miliar rupiah pada tahun 2014. Sementara itu impor luar negeri mempunyai kecenderungan menurun nilainya setiap tahun dari 862,3 miliar pada 2010 menjadi 776,33 pada 2014. Rasio Perdagangan Internasional Provinsi Papua Barat pada periode 2010-2014 mengindikasi bahwa perdagangan internasionalnya selalu didominasi oleh kegiatan ekspor, dengan rasio yang sangat tinggi yaitu kurang dari berkisar 0,89 sampai dengan 0,97. Hal ini Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
60
menunjukkan ekspor luar negeri sangat dominan, sementara impor luar negeri dalam bentuk barang dan jasa hanya sebagian kecil.
4.10 INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) ”ICOR” merupakan parameter ekonomi makro yang menggambarkan rasio
investasi
kapital/modal terhadap hasil yang diperoleh (output) dengan menggunakan investasi tersebut. ICOR juga bisa diartikan sebagai dampak penambahan kapital terhadap penambahan sejumlah output (keluaran). Kapital diartikan sebagai barang modal fisik yang dibuat oleh manusia dari sumber daya alam, untuk digunakan secara terus menerus dan berulang dalam proses produksi. Sedangkan
o. id
output adalah besarnya nilai keluaran dari suatu proses ekonomi (produksi) yang dalam hal ini
.g
digambarkan melalui parameter ”Nilai Tambah”.
ps
Dengan menggunakan rasio ini, maka ICOR mampu menjelaskan perbandingan antara
.b
penambahan kapital terhadap output atau yang diartikan juga bahwa setiap pertambahan satu
at
unit nilai output (keluaran) akan membutuhkan penambahan kapital sebanyak ”K” unit. Formula
ar
:
ab
K I It K Y Y Yt Yt 1
p: //
pa
pu
ICOR Di mana:
ht t
I t = PMTB tahun ke t
Yt = Output tahun ke t
Yt 1 = Output tahun ke t-1
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
61
Tabel 26. Incremental Capital Output Ratio, Provinsi Papua Barat, Tahun 2010 - 2014 Uraian
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
41 361,67
42 867,19
44 423,34
47 705,86
50 272,01
13 140,32
1 505,52
1 556,15
3 282,53
2 566,15
6 853,31
7 387,28
7 601,44
9 034,86
9 000,70
0,52
4,91
4,88
2,75
3,51
PDRB (ADHK 2010) (miliar rupiah) Perubahan (miliar rupiah) PMTB (ADHK 2010) (miliar Rp) ICOR * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
o. id
Data di atas menunjukkan besaran ICOR meningkat dari sebesar 0,52 (2010) menjadi 4,91 2,75 ICOR pada tahun 2014 (2011). Pada tahun 2012 dan 2013 ICOR menurun menjadi 4,888 dan 2,75.
ht t
p: //
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
mengalami peningkatan menjadi sebesar 3,51.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
62
BAB V
ht t
p: //
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o. id
PENUTUP
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
63
o. id .g ps .b at ar ab pu pa p: // ht t Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
64
1. PDRB menurut pengeluaran
tahun 2010 s.d 2014 dapat menggambarkan perubahan
struktur dan perkembangan kondisi ekonomi provinsi Papua Barat pada periode bersangkutan. Analisis ekonomi dari sisi PDRB pengeluaran akan berbeda dengan analisis dari sisi lapangan usaha (industri) yang lebih fokus pada perilaku produksi. Analisis PDRB pengeluaran terfokus pada perilaku penggunaan barang dan jasa akhir, baik untuk tujuan konsumsi akhir, investasi (fisik), maupun perdagangan internasional dan antar daerah. Empat kelompok sektor atau pelaku ekonomi yang menggunakan barang dan jasa akhir dalam suatu perekonomian adalah rumah tangga, lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT), pemerintah, dan perusahaan. 2. Publikasi ini menyajikan analisis sederhana tentang perilaku konsumsi, investasi, dan perdagangan luar negeri dan perdagangan antar daerah yang dimaksud. Analisis
o. id
B pengeluaran. pengeluaran Analisis tersebut juga pengeluaran didasarkan pada indikator yang diturunkan dari PDRB
.g
dilengkapi dengan indikator sosial demografi (seperti penduduk, rumah tangga, dan
ps
pegawai negeri), sehingga hasil analisis yang disajikan menjadi lebih informatif.
.b
es data dari tahun 2010 20 s.d 2014, sehingga mudah di 3. Data dapat disajikan dalam bentuk series
at
dalam menggambarkan perubahan atau kecenderungan yang terjadi antara waktu.
ar
masing parameter disajikan dalam satuan yang berbeda (rupiah, ( Masing-masing indeks,
ab
persentase, rasio, unit, dsb)) sesuai dengan tujuan analisis dan karakteristik masing-masing
pu
data.
pa
PD 4. Data dan indikator yang diturunkan dari sajian data PDRB menurut pengeluaran, dapat
p: //
dijadikan acuan bagi pengembangan dan perluasan indikator ekonomi makro lain seperti
ht t
disposabel, tabungan, serta model m pendapatan disposabel, ekonomi sederhana yang saling berkaitan antara seluruh variabel ekonomi dan variabel yang tersedia. Bahkan secara langsung maupun tidak langsung dapat dikaitkan dengan tampilan data ekonomi makro lain seperti PDRB menurut lapangan usaha (industri), Tabel Input-Output, Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) dan bahkan Neraca Arus Dana. 5. Sebagian data tentang interaksi dengan luar negeri (external account) secara agregat disajikan di sini, seperti ekspor dan impor, dan transfer berjalan (current tranfer) neto. Transaksi eksternal ini menggambarkan seberapa jauh ketergantungan ekonomi Provinsi Papua Barat terhadap ekonomi negara lain (rest of the world).
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
65
o. id .g ps .b at ar ab pu pa p: // ht t Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
66
ht t
p: //
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o. id
LAMPIRAN
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
67
o. id .g ps .b at ar ab pu pa p: // ht t Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
68
Lampiran 1
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat (Juta Rp)
Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
11 507 210
5 883 646
6 088 592
6 563 955
7 201 275
7 756 728
236 421
248 414
257 828
269 865
300 066
1 208 120
1 282 056
1 337 229
1 419 533
1 747 374
612 934
659 268
713 448
752 939
818 355
1 802 842
1 946 664
2 087 297
2 342 201
2 530 476
1.f. Hotel dan Restoran 1.g. Lainnya
473 708 689 015
509 358 772 857
538 340 801 554
582 793 815 156
653 242 975 308
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
319 912
360 341 360
385 431
450 181
556 121
9 037 899 10 288 201
11 683 031
7 792 315
at
6 781 745
ps
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 3.a. Konsumsi Kolektif 3.b. Konsumsi Individu
.b
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
12 299 651 13 383 761
.g
10 906 686
o. id
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan
5 733 628 2 058 686
6 616 456 2 421 443
8 111 634 2 176 567
9 280 947 2 402 084
6 853 308
7 657 191
8 267 424 10 193 499
11 140 357
5 028 091 1 825 217
5 443 052 2 214 139
5 972 906 2 294 517
7 692 723 2 500 776
8 226 847 2 913 511
2 704 543
1 087 220
5 106 108
-1 290 491
-6 936 098
15 472 373
26 552 859
34 271 649 36 909 802
45 384 041
15 428 660 43 712
26 499 103 53 756
34 208 361 36 842 061 63 288 67 741
45 313 051 70 990
862 301
800 306
490 218
748 410
776 325
7.a. Barang
554 426
508 250
161 507
330 300
331 216
7.b. Jasa
307 876
292 055
328 712
418 110
445 109
pu
p: //
pa
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 4.a. Bangunan 4.b. Non-Bangunan
ab
ar
4 889 207 1 892 539
14 781 549
ht t
5. Perubahan Inventori
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 6.a. Barang 6.b. Jasa
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.)
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. 8.b.) 8.a. Ekspor 8.b. Impor
16 057 081 16 871 675
1 982 479 11 865 691
2 370 667 4 518 863 23 827 520 20 691 198
5 348 651 22 896 232
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8)
41 361 672
44 254 637
47 421 091
58 285 094
-814 594
-9 883 212 -21 456 852 -16 172 336 -17 547 581
53 014 208
* Angka sementara ** Angka sangat sementara Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
69
Lampiran 2
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat (Juta Rp) 2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
10 906 686
11 211 030
11 518 694
11 895 004
12 747 823
5 883 646
5 910 728
6 041 857
6 208 736
6 534 387
236 421
245 601
251 108
260 273
285 487
1 208 120
1 245 377
1 279 740
1 322 781
1 447 080
612 934
633 204
653 321
670 368
728 108
1 802 842
1 912 932
1 984 309
2 090 215
2 291 229
1.f. Hotel dan Restoran 1.g. Lainnya
473 708 689 015
493 176 770 011
512 102 102 796 257
534 479 808 152
559 122 902 410
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
319 912
332 151
354 037
385 939
449 426
7 957 129
8 543 626
8 773 446
5 222 843 2 013 204
5 838 529 2 118 600
6 776 523 1 767 103
6 971 948 1 801 499
6 853 308
7 387 275
7 601 437
9 034 860
9 000 699
5 028 091 1 825 217
5 184 734 2 202 541
5 372 971 2 228 466
6 695 946 2 338 914
6 649 714 2 350 985
2 704 543
961 473
4 294 378
-3 379 473
-5 326 926
15 472 373 15 428 660 43 712
22 580 422 22 527 877 52 545
28 231 810 28 173 601 58 209
26 437 807 26 382 600 55 207
30 357 592 30 307 209 50 382
862 301 554 426 307 876
778 214 484 933 293 281
447 700 145 829 301 870
623 009 283 637 339 373
586 972 274 024 312 948
-6 062 999 -15 086 451
-4 588 889
-5 143 077
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 3.a. Konsumsi Kolektif 3.b. Konsumsi Individu
.g
7 236 047
at
6 781 745
ps
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
.b
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan
o. id
Komponen Pengeluaran
ab
ar
4 889 207 1 892 539
p: //
pa
pu
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 4.a. Bangunan 4.b. Non-Bangunan
ht t
5. Perubahan Inventori
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 6.a. Barang 6.b. Jasa 7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 7.a. Barang 7.b. Jasa 8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. 8.b.) 8.a. Ekspor 8.b. Impor
16 057 081 16 871 675
1 922 731 7 985 730
2 211 527 17 297 978
3 610 794 8 199 683
3 036 086 8 179 163
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8)
41 361 672
42 867 187
44 423 335
47 705 865
50 272 012
-814 594
*Angka sementara ** Angka sangat sementara Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
70
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
26,37
26,00
25,94
25,25
25,36
14,22
13,76
13,84
13,58
13,31
0,57
0,56
0,54
0,51
0,51
2,92
2,90
2,82
2,68
3,00
1,48
1,49
1,50
1,42
1,40
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
4,36
4,40
4,40
4,42
4,34
1.f. Hotel dan Restoran 1.g. Lainnya
1,15 1,67
1,15 1,75
1,14 1,69
1,10 1,54
1,12 1,67
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
0,77
0,77
0,81
0,85
0,95
16,40
19,06
19,41
20,04
12,96 4,65
13,95 5,11
15,30 4,11
15,92 4,12
16,57
17,30
17,43
19,23
19,11
12,16 4,41
12,30 5,00
12,60 4,84
14,51 4,72
14,11 5,00
6,54
2,46
10,77
-2,43
-11,90
p: //
pa
pu
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 4.a. Bangunan 4.b. Non-Bangunan
ht t
5. Perubahan Inventori
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 6.a. Barang 6.b. Jasa
17,61
ar
11,82 4,58
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 7.a. Barang 7.b. Jasa
.g
ps
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 3.a. Konsumsi Kolektif 3.b. Konsumsi Individu
at
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan
o. id
Komponen Pengeluaran
.b
Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat (Persen)
ab
Lampiran 3.
37,41
60,00
72,27
69,62
77,87
37,30 0,11
59,88 0,12
72,14 0,13
69,49 0,13
77,74 0,12
2,08
1,81
1,03
1,41
1,33
1,34 0,74
1,15 0,66
0,34 0,69
0,62 0,79
0,57 0,76
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. 8.b.) 8.a. Ekspor 8.b. Impor
-1,97
-22,33
-45,25
-30,51
-30,11
38,82 40,79
4,48 26,81
5,00 50,25
8,52 39,03
9,18 39,28
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8)
100
100
100
100
100
*Angka sementara ** Angka sangat sementara Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
71
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
26,37
26,15
25,93
24,93
25,36
14,22
13,79
13,60
13,01
13,00
0,57
0,57
0,57
0,55
0,57
2,92
2,91
2,88
2,77
2,88
1,48
1,48
1,47
1,41
1,45
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
4,36
4,46
4,47
4,38
4,56
1.f. Hotel dan Restoran 1.g. Lainnya
1,15 1,67
1,15 1,80
1,15 1,79
1,12 1,69
1,11 1,80
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
0,77
0,77
.g
0,81
0,89
16,40
16,88
17,91
17,91
17,45
11,82 4,58
12,18 4,70
13,14 4,77
14,20 3,70
13,87 3,58
16,57
ab
17,23
17,11
18,94
17,90
12,16
12,09
12,09
14,04
13,23
4,41
5,14
5,02
4,90
4,68
6,54
2,24
9,67
-7,08
-10,60
37,41
52,68
63,55
55,42
60,39
37,30 0,11
52,55 0,12
63,42 0,13
55,30 0,12
60,29 0,10
2,08 1,34 0,74
1,82 1,13 0,68
1,01 0,33 0,68
1,31 0,59 0,71
1,17 0,55 0,62
pa
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 4.a. Bangunan
p: //
4.b. Non-Bangunan
ps
.b
ar
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 3.a. Konsumsi Kolektif 3.b. Konsumsi Individu
0,80
at
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan
o. id
Komponen Pengeluaran
pu
Lampiran 4. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat (Persen)
ht t
5. Perubahan Inventori
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 6.a. Barang 6.b. Jasa 7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 7.a. Barang 7.b. Jasa 8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. 8.b.) 8.a. Ekspor 8.b. Impor
-1,97
-14,14
-33,96
-9,62
-10,23
38,82 40,79
4,49 18,63
4,98 38,94
7,57 17,19
6,04 16,27
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8)
100
100
100
100
100
*Angka sementara ** Angka sangat sementara Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
72
Lampiran 5. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku, Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat (Persen) 2011
2012
2013*
2014**
(1)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok
5,51
6,89
8,81
10,44
7,81 3,79
9,71 4,67
7,71 11,19
6,12 7,56
4,30 8,22
6,15 5,54
23,10 8,69
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
7,98
7,22
12,21
8,04
1.f. Hotel dan Restoran 1.g. Lainnya
7,53 12,17
5,69 3,71
8,26 1,70
12,09 19,65
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
6,70
12,91
16,80
23,53
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 3.a. Konsumsi Kolektif
14,90
13,83
13,56
15,40
22,60
14,42
3.b. Konsumsi Individu
8,78
17,62
-10,11
10,36
p: //
pa
4.b. Non-Bangunan
ht t
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 6.a. Barang 6.b. Jasa
.g
.b
ar ab
11,73
7,97
23,30
9,29
8,25
9,73
28,79
6,94
21,31
3,63
8,99
16,50
-59,80
369,65
-125,27
437,48
71,61
29,07
7,70
22,96
71,75 22,98
29,09 17,73
7,70 7,04
22,99 4,80
pu
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 4.a. Bangunan
5. Perubahan Inventori
15,98
at
17,27
o. id
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan
3,48 5,07
ps
Komponen Pengeluaran
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 7.a. Barang 7.b. Jasa
-7,19
-38,75
52,67
3,73
-8,33 -5,14
-68,22 12,55
104,51 27,20
0,28 6,46
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. 8.b.) 8.a. Ekspor 8.b. Impor
1.113,27 87,65 29,67
117,10 19,58 100,81
-24,63 90,62 -13,16
8,50 18,36 10,66
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8)
6,99
7,16
11,79
9,94
*Angka sementara ** Angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
73
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(3)
(4)
(5)
(6)
2,79
2,74
3,27
7,17
0,46 3,88
2,22 2,24
2,76 3,65
5,25 9,69
3,08
2,76
3,36
9,40
3,31
3,18
2,61
8,61
1.f. Hotel dan Restoran 1.g. Lainnya
6,11 4,11 11,76
3,73 3,84 3,41
5,34 4,37 1,49
9,62 4,61 11,66
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
3,83
6,59
9,01
16,45
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 3.a. Konsumsi Kolektif
6,70
9,97
7,37
2,69
11,79 5,24
16,07 -16,59
2,88 1,95
7,79 3,12 20,67
2,90 3,63 1,18
18,86 24,62 4,96
-0,38 -0,69 0,52
-64,45
346,65
-178,70
57,63
45,94
25,03
-6,35
14,83
46,01 20,21
25,06 10,78
-6,36 -5,16
14,88 -8,74
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 7.a. Barang 7.b. Jasa
-9,75 -12,53 -4,74
-42,47 -69,93 2,93
39,16 94,50 12,42
-5,78 -3,39 -7,79
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.)
644,30 -88,03 -52,67
148,83 15,02 116,61
-69,58 63,27 -52,60
12,08 -15,92 -0,25
3,64
3,63
7,39
5,38
at
6,82 6,38
p: //
pa
pu
ab
ar
3.b. Konsumsi Individu 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 4.a. Bangunan 4.b. Non-Bangunan
ht t
5. Perubahan Inventori
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 6.a. Barang 6.b. Jasa
8.a. Ekspor 8.b. Impor PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8)
ps
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
.b
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan
o. id
Komponen Pengeluaran
.g
Lampiran 6. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat (Persen)
*Angka sementara ** Angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
74
Lampiran 7. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 1.f. Hotel dan Restoran 1.g. Lainnya
2011
2012
2013*
2014**
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
100
105,51
112,77
122,71
135,53
100 100
103,48 105,07
111,56 109,05
122,39 114,15
131,84 126,92
100 100
106,12 107,56
110,69 116,40
117,50 122,84
144,64 133,51
100 100 100
107,98 107,53 112,17
115,78 113,64 116,33
129,92 123,03 118,31
140,36 137,90 141,55
120,48
140,72
173,84
133,27
151,70
172,27
100
106,70
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 3.a. Konsumsi Kolektif
100
114,90
.b
165,91
189,83
100
108,78
127,95
115,01
126,92
111,73
120,63
148,74
162,55
100 100
108,25 121,31
118,79 125,71
152,99 137,01
163,62 159,63
100
40,20
188,80
-47,72
-256,46
100 100 100
171,61 171,75 122,98
221,50 221,72 144,78
238,55 238,79 154,97
293,32 293,69 162,40
100
92,81
56,85
86,79
90,03
91,67 94,86
29,13 106,77
59,58 135,80
59,74 144,57
1 213,27
2 634,05
1 985,32
2 154,15
12,35 70,33
14,76 141,23
28,14 122,64
33,31 135,71
106,99
114,65
128,17
140,92
at
135,33
pu
100 00
p: //
pa
4.b. Non-Bangunan
ht t
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 6.a. Barang 6.b. Jasa
117,27
ab
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 4.a. Bangunan
5. Perubahan Inventori
100
ar
3.b. Konsumsi Individu
ps
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
o. id
(1) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan
2010
.g
Komponen Pengeluaran
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 7.a. Barang 7.b. Jasa
100 100
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. 8.b.) 8.a. Ekspor 8.b. Impor PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8)
100 100 100 100
*Angka sementara ** Angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
75
Lampiran 8. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 1.f. Hotel dan Restoran 1.g. Lainnya
2011
2012
2013*
2014**
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
100
102,79
105,61
109,06
116,88
100 100
100,46 103,88
102,69 106,21
105,53 110,09
111,06 120,75
100 100
103,08 103,31
105,93 106,59
109,49 109,37
119,78 118,79
100 100 100
106,11 104,11 111,76
110,07 108,11 115,56
115,94 112,83 117,29
127,09 118,03 130,97
110,67
120,64
140,48
117,33
125,98
129,37
100
103,83
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 3.a. Konsumsi Kolektif
100
106,70
.b
138,60
142,60
100
106,38
111,94
93,37
95,19
107,79
110,92
131,83
131,33
100 100
103,12 120,67
106,86 122,09
133,17 128,14
132,25 128,81
100
35,55
158,78
-124,96
-196,96
100 100 100
145,94 146,01 120,21
182,47 182,61 133,16
170,87 171,00 126,30
196,21 196,43 115,26
100
90,25
51,92
72,25
68,07
87,47 95,26
26,30 98,05
51,16 110,23
49,42 101,65
744,30
1.852,02
563,33
631,37
11,97 47,33
13,77 102,53
22,49 48,60
18,91 48,48
103,64
107,40
115,34
121,54
at
119,42
pu
100
p: //
pa
4.b. Non-Bangunan
ht t
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 6.a. Barang 6.b. Jasa
106,82
ab
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 4.a. Bangunan
5. Perubahan Inventori
100
ar
3.b. Konsumsi Individu
ps
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
o. id
(1) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan
2010
.g
Komponen Pengeluaran
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 7.a. Barang 7.b. Jasa
100 100
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. 8.b.) 8.a. Ekspor 8.b. Impor PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8)
100 100 100 100
*Angka sementara ** Angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
76
Lampiran 9. Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto (2010=100) Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 1.f. Hotel dan Restoran 1.g. Lainnya
2011
2012
2013*
2014**
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
100
102,64
106,78
112,52
115,95
100 100
103,01 101,15
108,64 102,68
115,99 103,69
118,71 105,11
100 100
102,95 104,12
104,49 109,20
107,31 112,32
120,75 112,39
100 100 100
101,76 103,28 100,37
105,19 105,12 100,67
112,06 109,04 100,87
110,44 116,83 108,08
108,87
116,65
123,74
113,58
120,42
133,16
100
102,77
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 3.a. Konsumsi Kolektif
100
107,69
.b
119,70
133,12
100
102,26
114,29
123,17
133,34
103,65
108,76
112,82
123,77
100 100
104,98 100,53
111,17 102,96
114,89 106,92
123,72 123,93
100
113,08
118,90
38,19
130,21
100 100 100
117,59 117,63 102,30
121,39 121,42 108,73
139,61 139,65 122,70
149,50 149,51 140,90
100
102,84
109,50
120,13
132,26
104,81 99,58
110,75 108,89
116,45 123,20
120,87 142,23
163,01
142,23
352,42
341,19
103,11 148,59
107,20 137,75
125,15 252,34
176,17 279,93
103,24
106,75
111,13
115,94
at
113,32
pu
100
p: //
pa
4.b. Non-Bangunan
ht t
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 6.a. Barang 6.b. Jasa
109,78
ab
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 4.a. Bangunan
5. Perubahan Inventori
100
ar
3.b. Konsumsi Individu
ps
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
o. id
(1) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan
2010
.g
Komponen Pengeluaran
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 7.a. Barang 7.b. Jasa
100 100
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. 8.b.) 8.a. Ekspor 8.b. Impor PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8)
100 100 100 100
*Angka sementara ** Angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
77
Lampiran 10. Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto (2010=100) Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat (Persen) Komponen Pengeluaran
2011
2012
2013*
2014**
(1) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok
(3)
(4)
(5)
(6)
2,64
4,03
5,37
3,06
3,01
5,47
6,76
2,35
1,15
1,51
0,98
1,37
2,95
1,50
2,70
12,52
4,12
4,89
2,85
0,07
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
1,76
3,37
6,53
(1,44)
1.f. Hotel dan Restoran 1.g. Lainnya
3,28 0,37
1,78 0,29
3,72 0,20
7,15 7,15
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
2,77
5,93
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 3.a. Konsumsi Kolektif 3.b. Konsumsi Individu
7,69 9,78
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 4.a. Bangunan
5,47 3,23
6,02 5,63
10,58 11,21
11,77
7,77
8,25
3,65
ar
4,93
3,74
9,70
4,98 4,98
5,89
3,35
7,69
0,53
2,42
3,84
15,91
13,08
5,15
-67,88
240,98
17,59
3,23
15,01
7,08
17,63 2,30
3,22 6,28
15,01 12,86
7,07 14,83
2,84
6,47
9,71
10,10
4,81 -0,42
5,67 9,35
5,15 13,14
3,79 15,45
63,01
-12,75
147,79
-3,19
3,11 48,59
3,97 -7,29
16,75 83,19
40,77 10,93
3,24
3,40
4,10
4,33
ab
at
.b
ps
.g
6,08
pu pa
p: //
5. Perubahan Inventori
ht t
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 6.a. Barang 6.b. Jasa
7,14
2,26
4.b. Non-Bangunan
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 7.a. Barang 7.b. Jasa 8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. 8.b.) 8.a. Ekspor 8.b. Impor PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8)
o. id
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan
*Angka sementara ** Angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
78
ht t
p: //
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o. id
DAFTAR PUSTAKA
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
79
o. id .g ps .b at ar ab pu pa p: // ht t Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
80
1.
Badan Pusat Statistik,
Tabel Input Output Indonesia, berbagai seri, Jakarta.
2.
, Statistik Indonesia, berbagai seri, Jakarta.
3.
, Incremental Capital Output Ratio Sektor Industri, 1980-1990, Jakarta. , Pendapatan Nasional Indonesia, berbagai seri, Jakarta.
5.
, Statistik Industri, berbagai seri, Jakarta.
6.
, Statistik Listrik, Gas dan Air, berbagai seri, Jakarta.
7.
, Statistik Pertambangan Migas,, berbagai seri, Jakarta.
8.
, Statistik Pertambangan Non Migas, Migas, berbagai seri, Jakarta.
9.
, Statistik Konstruksi,, berbagai seri, Jakarta.
ar
at
.b
ps
.g
o. id
4.
Statistik Matriks Investasi Pemerintah Pusat, berbagai seri, Jakarta.
pu
ab
10.
, Statistik Keuangan BUMN dan BUMD, BUMD 1997, Jakarta 2000.
p: //
pa
11.
, Profil Ekonomi E Rumahtangga 1998, Jakarta 1999.
ht t
12.
13. Frenken Jim, How To Measure Tangible Capital Stock Stocks, Netherlands, 1992. 14. Host Poul, Madsen, Macroeconomic Accounts An Overview, Pamphlet Series, No. 29, Washington DC, 1979. 15. Keuning. J. Steven, An Estimate of the Fixed Capital Stock By Industry and Types of Capital Goods in Indonesia, Statistical Analysis Capability Program, Project Working Paper, Series No.4, Jakarta 1988.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
81
16. United Nations, A System of National Accounts, Studies in Methods, Series F No.2 Rev.3, New York, 1968. 17.
, Input-Output Table and Analysis, Studies in Methods, Series F No. 14 Rev 1, New York, 1973.
18.
, Handbook of National Accounting for Production, Sources and Methods, Series F No. 39, New York, 1986.
19.
, Handbook of National Accounting, Public Sector Accounts, Studies Methods, Series
, Link between Business Accounting and National Accounting, Public Sector
.g
20.
o. id
F No. 50, New York, 1988.
.b
ps
Accounts, Studies Methods, Series F No. 76, New York, 2000.
ab
pu
Pusat Statistik, Jakarta, 1997.
ar
at
21. Verbiest Piet, Investment Matrix,, Hasil Kerjasama Asian Development Bank dengan Badan
p: //
Countries, Paris, 1976.
pa
Capital Methodology of Capital Stock Estimates in OECD 22. Ward, Michael, The Measurement of Capital:
ht t
1993 Bahan Kursus, Washington DC, 1993 23. World Bank, System of National Accounts 1993,
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2010-2014
82
ht t
go
s.
bp
t.
ra
ba
ua
ap
p: //p
.id
ht t
go
s.
bp
t.
ra
ba
ua
ap
p: //p
.id