BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka I. Biaya Overhead Pabrik 1.
Pengertian Biaya Overhead Pabrik Factory Overhead is generally defined as indirect materials,
indirect labor, and all other factory cost that cannot be conveniently identified with or charged directly to specific jobs, lots, product, or other final cost objectCarter (2011). Biaya overhead pabrik merupakan elemen ketiga dari biaya manufaktur, termasuk semua biaya manufaktur kecuali biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Overhead manufaktur termasuk item-item seperti bahan baku tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, biaya pemeliharaan dan perbaikan pada peralatan produksi, pajak properti, depresiasi, dan asuransi pada fasilitas manufaktur (Brewer, Garrison And Noreen,2012:34). Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya overhead pabrik merupakan semua biaya produksi selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.
6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
2.
Karakteristik Biaya Ovehead Pabrik Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2013:227) Pembebanan
biaya ovehead pabrik kepada produk perlu dipertimbangkan guna menegtahui jumlah biaya yang sewajarnya dibebankan kepada produk. Dua karakteristik yang perlu dipertimbangkan yaitu : 1) Hubungan Overhead Pabrik Dengan Produk Atau Volume Produksi. Pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk perlu diperhitungkan karena overhead pabrik adalah bagian dari biaya produk, tetapi pembebanan overhead pabrik sulit diperhitungkan karena biaya tersebut tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai seperti pembebanan biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung. Oleh karena itu, untuk membebankan overhead pabrik yang sewajarnya dibebankan kepada produk perlu mempertimbangkan hubungan overhead pabrik dengan
produk
atau volume produksi. 2) Overhead Pabrik Berurusan Dengan Elemen-Elemen Biaya Yang Berhubungan Dengan Perubahan Biaya Overhead Pabrik Terhadap Perubahan Volume Produksi. Apabila overhead pabrik tersebut dihubungkan dengan perubahan volume produksi maka biaya overhead pabrik dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
3.
Penggolongan Biaya Ovehead Pabrik Menurut Mulyadi (2010:193) biaya ovehead pabrik dapat
digolongkan dengan tiga cara penggolongan : 1) Penggolongan Biaya Ovehead Pabrik Menurut Sifatnya Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya ovehead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya produksi yang termasuk dalam biaya ovehead pabrik dikelompokkan menjadi : a. Biaya Bahan Penolong Bahanpenolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut. Bahan penolong dalam perusahaan kertas adalah soda, kaporit, tapioka, bahan warna, tylose, tawas, arpus, kaoline, dan bahanbahan kimia lain. b. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya tenaga kerja tidak langsung terdiri dari upah, tunjangan, dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung tersebut. Tenaga kerja tidak langsung terdiri dari :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
i.
Karyawan
yang
pembantu,
bekerja
seperti
dalam
departemen
departemen-departemen
pembangkit tenaga listrik, uap, bengkel dan departemen gudang. ii.
Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi, seperti kepala departemen produksi, karyawan administrai pabrik, dan mandor.
c. Biaya Reparasi Dan Pemeliharaan Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang (spare parts), biaya bahan habis pakai (factory supliees), dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplasemen pabrik, perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan peralatan, kendaraan, perkakas laboratorium, dan aktiva tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik. d. Biaya Yang Timbul Sebagai Akibat Penilaian Terhadap Aktiva Tetap Biaya- biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah
biaya-biaya
perumahan,
depresiasi
bangunan pabrik,
emplasemen
pabrik,
mesin dan peralatan,
kendaraan, perkakas laboratorium, dan aktiva tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
e. Biaya Yang Timbul Sebagai Akibat Berlalunya Waktu. Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya asuransi gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan peralatan, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan, dan biaya amortisasi kerugian trial run. f. Biaya Overhead Pabrik Lain Yang Secara Langsung Memerlukan Pengeluaran Uang Tunai. Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN, dan sebagainya.
2) Penggolongan Biaya Ovehead Pabrik Menurut Perilakunya Dalam Hubungannya Dengan Perubahan Volume Produksi Ditinjau
dari
unsur-unsur
biaya
overhead
pabrik
dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya overhead pabrik dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : a. biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang tidak berubah dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu. b. biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead pabrik yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
c. biaya overhead pabrik semivariabel adalah biaya overhead pabrik yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Untuk keperluan penentuan tarif biaya overhead pabrik dan untuk pengendalian biaya, biaya overhead pabrik yang bersifat semivariabel dipecah menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. 3) Penggolongan Biaya Ovehead Pabrik Menurut Hubungannya Dengan Departemen Ditinjau dari hubungannya dengan departemen-departemen yang ada dalam pabrik, biaya ovehead pabrik dapat digolongkan menjadi dua kelompok : a. Biaya
ovehead
pabrik langsung departemen (direct
departmental ovehead expenses) Biaya ovehead pabrikyang terjadi dalam departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen tersebut. Contoh : gaji mandor departemen produksi, biaya depresiasi mesin, dan biaya bahan penolong. b. Biaya ovehead pabrik tidak langsung departemen (indirect departmental ovehead expenses) Biaya ovehead pabrik yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen. Contoh : biaya depresiasi,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
pemeliharaan dan asuransi gedung pabrik (gedung pabrik digunakan oleh beberapa departemen produksi.
II. Pembebanan BOP Ke Produk Metode Tradisional Menurut Hansen and Mowen (2009:162)
menyatakan bahwa
perhitungan biaya tradisional membebankan biaya dari bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung pada produk dengan menggunakan penelusuran langsung. Biaya overhead dibebankan dengan menggunakan penelusuran penggerak dan alokasi. Pembebanan overhead tradisional melibatkan dua tahap,. Pertama, biaya overhead di kumpulkan dalam kelompok pada tingkat pabrik atau departemen. Kedua,
biaya overhead di bebankan pada produk dengan
menggunakan penggerak tingkat unit, yang paling umum adalah dengan jam tenaga kerja langsung( Hansen and Mowen,2009:175) .
III. Pembebanan BOP Ke Produk Metode ABC 1.
Pengertian Activity Based Costing Activity based costing berfokus pada aktivitas. Setiap aktivitas
utama memiliki overhead cost pool (disebut juga sebagai activity cost pool) dan overhead rate tersendiri (disebut juga sebagai activity rate). Activity cost pool merupakan sebuah “cost bucket” dimana biaya tehubung pada akumulasi pengukuran aktivitas tertentu. Pengukuran aktivitas menunjukkan seberapa sering aktivitas dilakukan dan hal tersebut
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
digunakan sebagai alokasi dasar untuk penggunaan biaya overhead pada produk dan jasa. (Brewer, Garrison and Norren, 2012:127). Sedangkan menurut Horngren, Datar and Rajan (2015:158) Biaya berbasis
aktivitas
(ABC)memperbaiki
sistem
biaya
dengan
mengidentifikasi aktivitas individu sebagai dasar objek biaya. Sebuah aktivitas yang merupakan peristiwa, pelaksanaan atau unit kerja dengan tujuan tertentu-misalnya, merancang produk, menyiapkan mesin, mesin operasi, dan mendistribusikan produk. 2.
Klasifikasi Aktivitas Untuk
membantu
mengidentifikasi
pemicu
aktivitas
dan
meningkatkan pengelolaan aktivitas, Hansen and Mowen (2015:164) mengklasifikasikan aktivitas ke dalam empat kategori aktivitas, yaitu : 1) Unit-Level Activities
merupakan aktivitas yang dilakukan
setiap kali sebuah unit diproduksi. Penggilingan, pemolesan dan perakitan adalah contoh aktivitas tingkat unit. 2) Batch-Level Activities merupakan aktivitas yang dilakukan setiap kali sekelompok unit (batch) diproduksi. Biaya aktivitas tingkatbatch bervariasi dengan jumlah batch namun tetap sehubungan dengan jumlah unit di setiap batch. Setup, inspeksi (jika dilakukan oleh unit-unit sampling dari batch), pembelian, dan penanganan bahan adalah contoh aktivitas tingkat batch. 3) Product Sustaining Activities (kegiatan berlevel produk) merupakan aktivitas yang dilakukan mendukung berbagai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
produk dan jasa yang dihasilkan dari sebuah perusahaan. . Biaya yang timbul tergantung pada jumlah jenis produk yang dihasilkan. Perubahan rekayasa (untuk produk), penelitian dan pengembangan produk, memperkenalkan produk baru, dan pemasaran barang adalah contoh aktivitas tingkat produk. 4) Fasilities Sustaining Activities (kegiatan berlevel fasilitas) merupakan aktivitas yang dilakukan utuk mempertahankan proses
produksi
pemeliharaan
secara
umum. Menyediakan
fasilitas,
fasilitas, dan menyediakan keamanan adalah
contoh kegiatan tingkat fasilitas. Dengan mengetahui tingkat aktivitas dapat membantu manajemen mengidentifikasi pemicu aktivitas yang mengukur jumlah output masingmasing aktivitas yang dikonsumsi oleh produk individual. Sistem biaya berbasis aktivitas meningkatkan akurasi biaya produk dengan biaya overhead tetap bervariasi secara proporsional dengan perubahan selain volume produksi. Klasifikasi tingkat juga memberikan wawasan tentang akar penyebab aktivitas dan dengan demikian dapat membantu manajer dalam upaya untuk meningkatkan kinerja aktivitas. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya ini meningkat atau menurun, dapat ditelusuri ke produk individual.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Hubungan
sebab-akibat
ini memungkinkan
manajer
untuk
meningkatkan akurasi biaya produk yang secara signifikan dapat meningkatkan pengambilan keputusan. Selain itu, biaya overhead tetap tidak lagi begitu misterius. Mengetahui banyak dari perilaku yang mendasari biaya memungkinkan manajer untuk melakukan kontrol lebih besar atas kegiatan yang menyebabkan biaya. Hal ini juga memungkinkan manajer untuk mengidentifikasi dari kegiatan mana yang menambah nilai dan mana yang tidak. Analisis nilai adalah jantung dari manajemen berbasis aktivitas dan merupakan dasar untuk perbaikan terus-menerus. 3.
Manfaat dan Keterbatasan Activity Based Costing Manfaat penerapan sistem ABCmenurut Horngren, Datar and
Rajan 2015:167) adalah sebagai berikut : 1) Membantu mengidentifikasi ketidakefisienan yang terjadi dalam proses produksi, baik per departemen, per produk, ataupun per aktivitas. 2) Membantu mengendalikan biaya (terutama biaya overhead pabrik) kepada level individual dan level departemental. Hal ini dapat dilakukan karena Activity Based Costing lebih fokus pada biaya per unit (unit cost) dibanding total biaya. 3) Membantu pengambilan keputusan dengan
lebih baik karena
perhitungan biaya atas suatu objek biaya menjadi lebih akurat, hal ini disebabkan karena perusahaan lebih mengenal perilaku biaya overhead pabrik dan dapat membantu mengalokasikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
sumber
16
daya yang dimiki perusahaan untuk objek biaya yang lebih menguntungkan. Akan tetapi, bukti bahwa Activity Based Costing System dapat menghasilkan informasi biaya yang akurat tidak menjamin bahwa sistem ini merupakan sistem yang sempurna karena ternyata sistem ini masih memiliki beberapa kelemahan. Keterbatasan dari sistem Activity Based Costing sebagai berikut: 1) Alokasi, beberapa biaya dialokasikan secara sembarangan, karena sulitnyamenemukan aktivitas biaya tersebut. 2) menemukan aktivitas biaya tersebut. 3) Pengeluaran dan waktu yang dikonsumsi, di samping memerlukan biaya yang mahal juga memerlukan waktu yang cukup lama.
4.
Langkah-langkah menerapkan Sistem Activity Based Costing Menurut Hansen and Mowen (2015:157) terdapat dua tahapan
pembebanan biaya overhead dengan metode Activity Based Costing yaitu: 1) Biaya overhead dibebankan pada aktivitas-aktivitas. Dalam tahapan ini diperlukan 4 (empat) langkah yang dilakukan yaitu: a. Mengidentifikasi aktivitas. Pada tahap ini harus diadakan (1) identifikasi terhadap sejumlah aktivitas yang dianggap menimbulkan biaya dalam memproduksi barang atau jasa dengan cara membuat secara rinci tahap proses aktivitas produksi sejakmenerima
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
barang sampai dengan pemeriksaana akhir barang jadi dan siap dikirim ke konsumen, dan(2) dipisahkan menjadi kegiatan yang menambah nilai (value added) dan tidak menambah nilai (non addedvalue). b. Mengklasifikasikanbiaya berdasar aktivitas ke dalam berbagai aktivitas. Pemisahan kelompok aktivitas diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Unit level activities merupakan aktivitas yang dilakukan
untuk
setiap
unit
produk
yang
dihasilkan secara individual. 2. Batch level activities merupakan aktivitas yang berkaitan dengan sekelompok produk. 3. Product sustaining activities dilakukan untuk melayani berbagai kegiatan produksi produk yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. 4. Facility sustaining activities sering disebut sebagai biaya umum karena tidak berkaitan dengan jenis produk tertentu. c. Mengidentifikasicost driver. Aktivitas merupakan suatu kejadian atau transaksi yang menjadi penyebab terjadinya biaya (cost driver atau pemicu biaya).Cost driver atau pemicu biaya adalah dasar yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
digunakan dalam Activity BasedCosting yang merupakan faktor-faktor yang menentukan seberapa besaratau seberapa banyak
usaha
dan
beban
tenaga
kerja
yang
dibutuhkanuntuk melakukan suatu aktivitas. d. Menentukan tarif per unit cost driver. Setelah
mengidentifikasi
selanjutnyatarif per
unit
cost
driver,
cost driver
langkah
karena
setiap
aktivitasnya memiliki cost driver dengancara membagi jumlah biaya dengan cost driver.Menurut Hansen and Mowen(2015;163), tarif per unit cost driver dapat dihitung dengan rumus sebagaiberikut: Tarif per unit Cost Driver = Jumlah Aktivitas Cost Driver 2) Membebankan biaya aktivitas pada produk dengan menggunakan tarif cost driver dan ukuran aktivitas.Pembebanan biaya overhead dari tiap aktivitas ke setiap kamar dihitung dengan rumus sebagai berikut: Overhead yang dibebankan = Tarif Kelompok x Jumlah Konsumsi tiap Produk
5.
Syarat Penerapan Sistem Activity Based Costing Meskipun secara teoritis dapat diketahui bahwa Activity Based
Costing System memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, namun tidak semua perusahaan dapat menerapkan sistem ini. Karena terdapat persyaratan dalam menentukan harga pokok dengan menggunakan Activity
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Based Costing System. Menurut Garrison and Noreen (2010:440), persyaratan tersebut sebagai berikut: 1. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi. Activity Based Costing System mensyaratkan bahwaperusahaan memproduksi beberapa macam produk atau liniproduk yang diproses dengan menggunakan fasilitas yangsama. Kondisi yang demikian
tentunya
akan
menimbulkanmasalah
dalam
membebankan biaya ke masing-masing produk. 2.
Tingkat persaingan industri yang tinggi. Terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis. Dalam persaingan antar perusahaan yang sejenis tersebut maka perusahaan akan semakin meningkatkan persaingan untuk memperluas pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan maka semakin penting peran informasi tentang harga pokok dalam mendukung pengambilan
3. keputusan manajemen.homogen (diversifikasi produknya rendah) dapat menggunakan sistem konvensional tanpa ada masalah. 6. Activity Based Costing dalam Industri Jasa Walaupun pada awalnya dikembangkan sebagai alat untuk perusahaan manufaktur, biaya berbasis aktivitas juga digunakan dalam industri jasa. Keberhasilan penerapan sebuah sistem biaya berbasis aktivitas tergantung pada mengidentifikasi kegiatan yang menghasilkan biaya dan melacak berapa banyak aktivitas-aktivitas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
tersebut dilakukan untuk setiap jasa organisasi menyediakan. Biaya berbasis aktivitas telah diimplementasikan dalam berbagai industri jasa termasuk jalur kereta, rumah sakit, bank, dan jasa
data
perusahaan (Brewer, Garrison And Noreen,2012:142). VI.
Perbedaan Antara ABC dan Tradisonal Costing Perbedaan penerapan Activity Based Costing dan tradisonal costing
adalah pada cara pengalokasian biaya-biaya tidak langsung kepada objek biaya. Untuk biaya langsung, dapat dilakukan pembebanan secara langsung kepada masing-masing objek biaya karena dapat dilakukan penelusuran secara mudah. Menurut Horngren, Datar and Rajan (2015:166) Untuk biaya tidak langsung, tidak mungkin dilakukan penelusuran secara langsung pada objek biaya, karena banyak jenis biaya yang harus dibebankan tetap tidak ditemukan hubungannya dengan objek biayanya. 1) Pada tradisonal costing, biasanya seluruh biaya tidak langsung akan dikumpulkan dalam satu pengelompokkan biaya (cost pool), kemudian seluruh total biaya tersebut dialokasikan dengan satu dasar pengalokasian (cost allocation based) kepada suatu objek biaya. Pemilhan dasar pengalokasian biasanya berdasarkan hubungan sebab akibat yang paling mewakili sebagian besar biaya tidak langsung. Misalnya, jika biaya tidak langsung suatu perusahaan didominasi biaya overhead pabrik yang sangat otomatis
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
prosesnya, maka bisa saja dasar pengalokasian yang dipilih adalah jam kerja mesin. 2) Pada Activity Based Costing seluruh biaya tidak langsung akan dikumpulkan dalam beberapa pengelompokkan biaya (cost pool) sesuai dengan aktivitas masing-masing yang berhubungan, kemudian masing-masing kelompok biaya tersebut dihubungkan dengan masing-masing aktivititas tersebut dan dialokasikan berdasarkan aktivitasnya masing-masing. Pemilihan kelompok biaya biasanya berdasarkan aktivitas yang sesuai dengan hierarki biaya dan hampir sama kegiatannya. Sedangkan untuk pemilihan dasar alokasi adalah jumlah aktivitas dalam setiap kelompok biaya tersebut. Dalam penentuan harga pokok produk, sistem ABC dapat menghasilkan informasi biaya
produk yang lebih akurat dan dapat dipercaya
dibandingkan dengan sistem penetuan biaya atau harga pokok yang sudah ada sebelumnya (conventional costing system), oleh karena sistem ini menggunakan jenis pemicu biaya (cost drivers) yang lebih banyak sehinga dapat mengukur secara lebit tepat sumber daya yang dikonsumsi oleh produk.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
B.
Penelitian Terdahulu Sebelum dilakukannya penelitian ini, telah ditulis beberapa penelitian mengenai penetapan perhitungan suatu produk menggunakan metode ABC. Penelitian-penelitian tersebut akan dikemukakan sebagai berikut. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No
1
2
Peneliti
AYSE NECEF YERELI, MS, PHD (2009)
Heather Nachtmann & Mohammad Hani AlRifai (2010)
Judul
Kesimpulan
Activity Based Costing System And Its Application In A Turkish University Hospital
Resource management in hospitals is of increasing importance in today’s global economy. Traditional accounting systems have become inadequate for managing hospital resources and accurately determining service costs. An ABC system was successfully developed for AIRCO, a manufacturer of industrial air conditioner units. It was apparent from the ABC analysis that AIRCO products do not consume overhead costs on a volume basis as represented by their current TCA system and valuable overhead cost driver information was obtained.
An Application Of Activity Based Costing In The Air Conditioner Manufacturing Industry
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
3
4
5
6
Appah, Ebimobowei and Bariweni Binaebi (2013)
Analysis of Factors Influencing Activity-Based Costing Applications in the Hospitality Industry in Yenagoa, Nigeria
The results suggest a positive relationship between the factors influencing the adoption of ABC and the hospitality industry in Yenagoa. On the basis of the findings, the study concludes that for ABC adoption to be successful in the hospitality industry, owners and operators should invest on training, software and hardware, man-hour and commitment from all level of staff.
Carola Raab, Karl Mayer, Collin Ramdee and Steve Ng (2008)
The Application of ActivityBased Costing in a Hong Kong Buffet Restaurant
This research examines the factors influencing activitybased costing application in the hospitality. The outcome of this study indicates that the restaurant model could also be applied to a buffet style restaurant with good results
Dhania Anggarani Putri dan Prof. DR. H. Arifin Sabeni, M.Com., Ph.D., Akt (2011)
Trisia Andi Sabala (2016)
Analisis Penggunaan Metode Activity Based Costing Sebagai Alternatif Dalam Menentukan Tarif Spp SmpSma Pada Ypi Nasima Semarang Tahun 2010 Analisis Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel Pada Lotus Garden Hotel And Restaurant Kediri Periode 2014
Dengan menggunakan Activity-Based Costing, Sekolah Nasima dapat merencanakan anggaran secara tepat, terperinci, dan terprogram sehingga memudahkan manajemen dalam menyetarakan pendapatan dan pengeluaran.
Perhitungan harga pokok kamar dengan menggunakan metode Activity Based Costing lebih akurat, karena biayabiaya yang timbul dibebankan langsung pada aktivitas-aktivitas yang muncul ketika pembuatan produk dan menggunakan lebih dari satu pemicu biaya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
7
8
9
10
Lanang Sadewo (2013)
Design Penerapan Activity Based Costing System Untuk Menentukan Harga Pokok Produksi (Studi Kasus Pada Perusahaan Autobody Manufaktur Dan Komponen Otomotif Di Cv Delima Mandiri)
Widayanti (2013)
Perbandingan tarif jasa rawat inap dengan unit cost dan activity based costing system pada Rumah Sakit (studi kasus pada RSUD Kota Yogyakarta)
Dani Saputri (2012)
Penerapan metode activity based costing dalam menentukan besarnya tarif jasa rawat inap pada RS Hikmah
Hendra Kurniawan dan Dini Widyawati (2013)
Activity based costing dalam penentuan tarif rawat inap rumah sakitumum.
Activity based costing merupakan alternatif yang baik bagi perusahaan agar dapat memaksimalkan labanya dengan menggunakan sistem harga pokok produksi yang tepat dalam pembebanan biaya overhead pabrik.
Metode Activity-Based Costing System dibandingkan dengan metode unit cost maka memberikan hasil yang lebih murah pada kelas VIP dan kelas I kecuali pada kelas II dan kelas III. Metode Activity-Based Costing System dibandingkan dengan metode unit cost maka memberikan hasil yang lebih murah pada kelas Super VIP Utama Patompo,Super VIP Biasa Patompo dan VIP Utama Patompo kecuali pada VIP Biasa, kelas I, kelas II dan kelas III.
Metode activity based costing menjadi suatu alternatif dalam penentuan tarif pelayanan rawat inap. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode activity based costing menghasilkan tarif yang lebih tinggi dari tarif yang digunakan saat ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Sumber Data Dari Internet Berdasarkan hasil penelitian-penelitians ebelumnya, terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Seperti pada penelitian Putri (2011) yang meneliti sebagai alternatif dalam menentukan tarif. dan Trisia (2016) persamaannya terletak pada penggunaan Activity Based Costing System dalam industri jasa.. Adapun perbedaannya dapat dilihat dari objek yang diteliti maupun metodea nalisisnya.
C.
RerangkaPemikiran Berdasarkan kajian teoritis, maka dapat diajukan kerangka berfikir tentang bagaimana penerapan system Activity Based Costing (ABC) dalam pembebanan biaya overhead pabrik dalam menentukan tarif jasa rawat
inap.
Dalam
penerapan
system
Activity
Based
Costing
memfokuskan perhatian pada biaya overhead pabrik untuk dikalkulasikan berdasarkan sister tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Gambar 2.1Rerangka Pemikiran
Metode perhitungan Harga Pokok yang diterapkan oleh rumah sakit
Metode Activty Based Costing
Berdasarkan Aktivitas
Cost Driver
Berdasarkan Aktivitas
Berdasarkan Aktivitas
Cost Driver
Tarif Rawat Inap
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Cost Driver