7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perpustakaan Digitalisasi Komputer Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan) Pada
tahun
1970,
The
American Library Association menggunakan
istilah
perpustakaan untuk suatu pengertian luas yaitu; pusat media, pusat belajar, pusat sumber pendidikan, pusat informasi, pusat dokumentasi dan pusat rujukan. Sulistyo (dalam Depdiknas, 2009:4) mengemukakan bahwa perpustakaan diartikan sebagai sebuah ruangan atau gedung yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan
menurut tata cara susunan
tertentu yang digunakan pembaca bukan untuk dijual. Perpustakaan
Nasional
RI (2008:1)
mengemukakan
bahwa
hakikat
perpustakaan sebagai salah satu sarana pelestarian bahan pustaka sebagai hasil budaya. Fungsi perpustakaan sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan. Tujuan perpustakaan sebagai sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pembangunan nasional. Teknologi informasi mengalami
kemajuan
yang
sangat
pesat
akan
berpengaruh besar terhadap perkembangan perpustakaan, tentunya ini juga akan mengubah pengertian perpustakaan. Sehingga International Federationof Library Association and Institutions membatasi perpustakaan adalah kumpulan materi tercetak dan media non cetak dan atau sumber informasi dalam komputer yang disusun secara sistematis untuk digunakan pemakai Rohanda, (2000:2) mengemukakan bahwa perpustakaan digital adalah perpustakaan yang mempunyai koleksi buku sebagian besar dalam bentuk format 7
8
digital dan yang bisa diakses dengan komputer. Jenis perpustakaan ini berbeda dengan jenis perpustakaan konvensional. Zainul (2007:2) mengemukakan beberapa sebab perlunya membangun perpustakaan digital adalah: a) Perpustakaan digital dapat menggunakan teknologi modern dengan pemanfaatan teknologi elektrik berupa iringan lagu, animasi, komunikasi dengan pembaca, seperti dalam bentuk blog, b) Waktu tak terbatas. Kapanpun waktunya selagi ada akses internet, perpustakaan bisa dibuka, c) Sumber yang sama dapat digunakan pada waktu yang sama pula oleh sejumlah pengguna, d) Isi perpustakaan digital bisa dicopy dari sumber aslinya, e) Pencarian kata, tema, atau judul buku sangat mudah, f) Biaya yang dikeluarkan relatif murah. Perpustakaan manual harus mengeluarkan biaya yang
tinggi
untuk pengadaan
gedung yang luas dan nyaman, menggaji para petugas, pengadaan buku, sedangkan perpustakaan digital tidak memerlukan semua itu, g) Perpustakaan digital memberikan layanan isi/materi lebih kaya dalam bentuk yang lebih berstruktur. Kita dapat pindah dari katalog satu ke katalog lainnya, dari buku satu ke buku lainnya atau bab tertentu bahkan dari perpustakaan digital satu ke perpustakaan digital lainnya,
h) Perpustakaan digital mampu menyimpan lebih banyak sumber
tanpa menambah ruang/tempat.
Perkembangan
mutakhir
saat
ini
adalah
munculnya perpustakaan modern atau terkenal dengan sebutan perpustakaan digital (digital library). Lebih unggul karena memiliki keunggulan dalam kecepatan pengaksesan karena berorientasi ke data digital dan media jaringan komputer (internet). Sugianto (2010:2)
mengemukakan bahwa perpustakaan digital (digital
library) memang unggul karena memiliki keunggulan dalam kecepatan pengaksesan karena berorientasi ke data digital dan media jaringan komputer (internet). Program Perpustakaan Digital Nasional (PDN) sangat bagus, tapi itu sulit berjalan dan hanya dapat dinikmati segelintir orang apabila infrastruktur pendukung tidak dibangun seperti : Koneksi Internet yang murah dan dapat dijangkau semua lapisan masyarakat
9
karena 85% masyarakat Indonesia masih miskin koneksi internet, bandwith mahal. Perlu sinergi antara pengadaan Perpustakaan Digital Nasional dan peningkatan jangkauan maupun kecepatan dari infrastruktur informasi khususnyainternet connection yang dibarengi dengan murahnya layanan ini. Jika ini teratasi maka layanan prima akan dinikmati masyarakat Darmono (2004:3) mengemukakan bahwa salah satu tanda keberhasilan sebuah perpustakaan adalah ketika dikunjungi banyak pengguna setiap harinya. Dengan sejumlah pengguna yang membaca dan atau meminjam berarti mobilitas perpustakaan berjalan. Ini dapat dikatakan perpustakaan itu hidup. Untuk mencapai hal tersebut sebuah perpustakaan harus kreatif menarik perhatian sehingga pengguna merasa betah berlama-lama di perpustakaan, mudah dalam mencari bahan bacaan, nyaman dalam membaca di perpustakaan dan merasa bahwa perpustakaan adalah bagian dalam hidup mereka Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa perpustakaan dengan pemanfaatan sistem digitalisasi komputer pada dasarnya merupakan perpustakaan yang dalam proses pemanfaatannya menggunakan sistem komputerisasi dan dicikan oleh keberadaan perpustakaan yang mempunyai koleksi buku sebagian besar dalam bentuk format digital dan yang bisa diakses dengan komputer. Perpustakaan digital bukan perpustakaan jenis baru, karena masih melaksanakan prinsip-prinsip dasar perpustakaan, namun dengan dukungan teknologi informasi. Dengan adanya perpustakaan digital maka diharapkan minat baca generasi muda akan meningkat. Tanda tanda ini dapat kita lihat dari maraknya generasi muda yang mengakses warung internet, ada segi positif dalam hal membaca. Sunny, (2007:3). Sebagaimana yang diharapkan pada gagasan awal, perpustakaan digital bertujuan untuk membuka akses seluas-luasnya terhadap informasi yang sudah dipublikasikan. Darmono (2004:8) mengemukakan bahwa tujuan perpustakaan digital adalah sebagai berikut:
10
a) Untuk
melancarkan
mengumpulkan,
pengembangan
menyimpan,
dan
yang
sistematis
mengorganisasi
tentang
cara
informasi
dan
pengetahuan dalam format digital. b) Untuk mengembangkan pengiriman informasi yang hemat dan efisien di semua sektor. c) Untuk mendorong upaya kerjasama yang sangat mempengaruhi investasi pada sumber-sumber penelitian dan jaringan komunikasi. d) Untuk
memperkuat
komunikasi
dan
kerjasama
dalam
penelitian,
perdagangan, pemerintah, dan lingkungan pendidikan. e) Untuk mengadakan peran kepemimpinan internasional pada generasi berikutnya dan penyebaran pengetahuan ke dalam wilayah strategis yang penting. f) Untuk memperbesar kesempatan belajar sepanjang hayat. Menurut Erliandani (2004:14) beberapa sebab perlunya membangun perpustakaan digital adalah: a. Perpustakaan digital dapat menggunakan teknologi modern dengan pemanfaatan teknologi elektrik berupa iringan lagu, animasi, komunikasi dengan pembaca, seperti dalam bentuk blog. b. Waktu tak terbatas. Kapanpun waktunya selagi ada akses internet, perpustakaan bisa dibuka. c. Sumber yang sama dapat digunakan pada waktu yang sama pula oleh sejumlah pengguna. d. Isi perpustakaan digital bisa dicopy dari sumber aslinya e. Pencarian kata, tema, atau judul buku sangat mudah f. Biaya yang dikeluarkan relatif murah. Perpustakaan manual harus mengeluarkan biaya yang tinggi
untuk pengadaan gedung yang luas dan nyaman, menggaji
para petugas, pengadaan buku, sedangkan perpustakaan digital tidak memerlukan semua itu.
11
g. Perpustakaan digital memberikan layanan isi/materi lebih kaya dalam bentuk yang lebih berstruktur. Kita dapat pindah dari katalog satu ke katalog lainnya, dari buku satu ke buku lainnya atau bab tertentu bahkan dari perpustakaan digital satu ke perpustakaan digital lainnya. h. Perpustakaan digital mampu menyimpan lebih banyak sumber tanpa menambah ruang/tempat. Perkembangan mutakhir saat ini adalah munculnya perpustakaan modern atau terkenal dengan sebutan perpustakaan digital (digital library). Lebih unggul karena memiliki keunggulan dalam kecepatan pengaksesan karena berorientasi ke data digital dan media jaringan komputer (internet) Perpustakaan merupakan sarana yang sangat penting (vital) dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Perpustakaan dari masa ke masa mengalami perkembangan yang signifikan sesuai kemajuan zaman dan kebutuhan penggunanya. Perpustakaan sebagai aset vital dan trade mark suatu perguruan tinggi akan tumbuh kreatif dan mampu bersaing jika dihargai dan ditempatkan dalam wadah dan struktur strategis. Paradigma perpustakaan yang kini berkembang yaitu dari fisik ke maya, dari manual ke otomasi, dari monomedia ke multimedia, dari lokal ke global dan dari isolasi ke kolaborasi, memungkinkan perpustakaan untuk membantu mewujudkan visi perguruan tinggi mencapai taraf internasional. Saat ini perpustakaan digital makin kencang gaungnya, dan hampir semua perpustakaan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, lembaga pemerintah maupun swasta berlomba-lomba mengembangkan perpustakaan digital Dalam abad informasi, budaya/kebiasaan membaca, kemampuan mencari dan memanfaatkan informasi perlu dikembangkan pada diri siswa sejak dini. Keterampilan informasi merupakan bekal yang diperlukan siswa untuk terjun ke dunia modern yang penuh persaingan. Mereka yang berhasil adalah mereka yang menguasai informasi.
12
Erliandani (2004:10) mengemukakan bahwa peningkatan pemanfaatan perpustakaan dengan pemanfaatan sistem digitalisasi komputer merupakan salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kebiasaan membaca dan mencari informasi. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa fungsi perpustakaan (informatif, edukatif, bersifat riset, dan rekreatif) banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal. Kendala yang dihadapi sekolah antara lain adalah: kurangnya minat baca siswa, kurangnya sarana/prasarana perpustakaan, jumlah dan ragam buku yang tidak memadai, dan kurang serta rendahnya keterampilan tenaga pustaka. Agungkriswanto (2010:2) mengemukakan bahwa dalam masyarakat Indonesa masyarakat yang terbelah kalau dilihat dari sudut pandang literasi informasi. Di satu pihak masih ada yang masih hidup di alam praliterasi, yaitu kehidupan yang masih didominasi oleh tradisi lisan dan sulit mengakses sumber informasi. Di pihak lain, ada sebagian masyarkat yang mengalami banjir informasi. Di mana manusia merasa kebingungan karena terlalu banyaknya informasi sebagai ekses dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Maka terjadilah kesenjangan informasi (information gap) yang akan membawa kepada kesenjangan intelektual. Oleh karena itu pemerataan informasi adalah sebuah keniscayaan. Kesenjangan informasi ini terjadi disebabkan oleh baik faktor kultural maupun faktor struktural. Yang dimaksud dengan faktor kultural adalah apabila ketertinggalan informasi itu karena kurangnya daya juang seseorang untuk memperolehnya, karena malas, tidak ada dukungan dari tradisi, atau lingkungan. Sedangkan apabila ketertinggalan informasi itu karena tidak tersedianya akses kepada sumber informasi, karena ketidakadilan atau karena ketidakpedulian pemerintah terhadapa kehidupan rakyatnya, ini disebut dengan faktor struktural. Menurut Fasli Jalal, (dalam Agungkriswanto, 2010:2) bahwa secara kultural masyarakat Indonesia memang tidak memiliki tradisi membaca sejak jaman nenek moyang. Sebagaimana bisa ditelusur melalui literatur-literatur yang ada, perilaku membaca masyarakat Indonesia hampir dapat dikatakan “tidak ada”. Hal ini bisa
13
dibuktikan dengan tiadanya artefak tulisan dalam jumlah yang banyak. Artefak tulisan hanya bisa ditemukan pada prasasti-prasasti berbahan baku batu atau tulisan kuna yang ditorehkan pada daun lontar, kulit binatang, atau pada kulit kayu. Dengan bahan baku demikian maka jumlahnya tidak bisa banyak (tidak massal). Situasi ini atau mungkin juga karena sebab lain, pada hampir seluruh etnis di Indonesia ini berkembang budaya lisan (folklore). Sayangnya tradisi membaca yang telah ditunjukkan oleh para founding fathers kita tidak terwarisi secara baik oleh pemimpin-pemimpin berikutnya. Tradisi membaca yang diperlihatkan oleh para tokoh pergerakan dan telah ikut mengantarkan kemerdekaan ini diletakkan sebatas kenangan sejarah masa lalu. Gemerlap pembangunan yang dicanangkan oleh rezim orde baru telah mengeliminasi tradisi membaca yang seharusnya menjadi landasan pembangunan itu sendiri. Uraian di atas menunjukkan pentingnya perpustakaan dengan pemanfaatan sistem
digitalisasi
komputer
sebagai
upaya
untuk
meningkatkan
dan
mengembangkan minat baca bagi warga belajar. B. Aplikasi Program Digitalisasi Komputer Sistem digitalisasi saat ini sudah banyak dilakukan oleh para pengembang IT (Information Technology) hampir di seluruh belahan dunia. Mulai dari buku, artikel, jurnal, gambar, rekaman suara, rekaman film, surat kabar dan sebagainya sudah didigitalkan. Begitu juga di perpustakaan, digitalisasi koleksi-koleksi yang ada sudah dilakukan secara berangsur-angsur sampai semua koleksi yang ada menjadi koleksi digital, sehingga diberi nama perpustakaan digital. Hendarsyah, (2008:2) mendefinisikan sistem digitalisasi komputer sebagai sistem digitalisasi suatu perpustakaan yang dapat menyimpan data baik itu buku (tulisan), gambar, suara dalam bentuk file elektronik dan mendistribusikannya dengan menggunakan protokol elektronik melalui jaringan komputer. Istilah Digital Library sendiri mengandung pengertian sama dengan electronic library dan virtual
14
library. Sedangkan istilah yang sering digunakan dewasa ini adalah Digital Library, hal ini bisa kita lihat dengan sering munculnya istilah tersebut dalam workshop, simposium, atau konferensi dengan memakai nama tersebut. Penelitian Digitalisasi Library (DL) mulai berkembang pesat sejak tahun 1990 diiringi dengan kemajuan teknologi jaringan komputer yang memungkinkan pengaksesan informasi dari satu tempat ke tempat lain yang sangat jauh dalam waktu singkat. Dimulai Tabata Kouchi, “What is Digital Library”, IPSJ Journal Vol. 37 No. 9, Japan, 1996. (Japanese). Komunitas eLearning IlmuKomputer.Com Copyright © 2003-2008 IlmuKomputer.Com dengan terselenggarakannya Workshop on Digital Libraries pada tahun 1994, beberapa konferensi lain seperti Digital Libraries (DL) yang disponsori oleh ACM, kemudian Advances in Digital Libraries (ADL) yang disponsori oleh IEEE/NASA/NLM, secara berkelanjutan diselenggarakan. Maraknya workshop, simposium, atau konferensi disini membuktikan bahwa semakin banyaknya peneliti yang mulai menggeluti bidang DL ini. Proyek penelitian Digitalisasi Library (DL) pada intinya meneliti bidang pendigitalan dokumen dan pembangunan sistem untuk dokumen digital. Pada pendigitalan dokumen, diteliti tentang bagaimana mendigitalkan dokumen dan jenis penyimpanan digital dokumen baik berupa full text maupun page image. Sedangkan bidang pembangunan sistem pada Digitalisasi Library (DL), diteliti tentang pendesainan dan implementasi sistem untuk memanipulasi data pada database, misalnya penelitian arsitektur sistem yang baik untuk Digitalisasi Library (DL), baik yang sederhana hingga implementasi teknologi agent dari Artificial Intelligence (AI), dan sebagainya. Hendarsyah, (2008:2)
Penelitian
Digitalisasi Library (DL) berikutnya
adalah tentang hak cipta dari dokumen, payment sistem, customer sistem dan aplikasi-aplikasi lainnya. Semua aplikasi yang diteliti diarahkan menuju manajemen aplikasi berbasis elektronik. Misalnya pada penelitian hak cipta dari dokumen,
15
penelitian diarahkan untuk mengembangkan manajemen hak cipta secara elektronik, meskipun tentu saja masih terdapat hambatan terutama pada peraturan hak cipta yang ada. Berbagai penelitian tentang Digitalisasi Library (DL) tersebut dilakukan untuk menginovasi penerapan sistem digitalisasi komputer sehingga lebih mudah dan praktis dalam memberikan pelayanan kepada pengunjung perpustakaan. Keberadaan Digitalisasi Library (DL) menjadi salah satu kebutuhan yang teramat penting seiring perkembangan kemajuan zaman yang semakin berkembang. Hariyanto (2003:17) mengemukakan bahwa aplikasi program digitalisasi komputer ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut:. 1) Menyediakan One-Stop Service: Multi-Functional Librarians Serving MultiTasking Customers ICT memungkinkan pustakawan dan pengguna untuk melakukan multitasking di komputer yang sama. Pekerjaan tradisional perpustakaan (yaitu, akuisisi, pengolahan, dan penyebaran informasi; dan juga pemanfaatannya) dapat dilakukan melalui satu komputer, dan dengan prosedur yang jauh lebih pendek dibandingkan dengan kalau hal itu dilakukan secara manual dan menyangkut bahan non-elektronik. Seorang pustakawan bisa menerima pesanan untuk mencari informasi suatu topik, melakukan pencarian di dalam dan luar perpustakaan tempat ia bekerja, memesan pada toko buku dan atau men’download’ dari Internet atau perpustakaan lain, mengolah informasi yang didapatkannya, dan menyampaikannya pada si pemesan, tanpa harus berpindah komputer apalagi melakukan perjalanan ke luar perpustakaan. Pengguna juga dapat melakukan beberapa tugas sekaligus melalui sistem perpustakaan. Waktu mencari suatu informasi, misalnya ‘gender’, dia bukan hanya bisa mendapatkan sumber informasi non-personal, tetapi juga nama-nama pengguna yang mempunyai keahlian di bidang ini. Kemudian dia bisa memilih dengan meng’klik’nya dan berdiskusi dengan orang tersebut. Karya tulis yang dikerjakannya di komputer tersebut dapat juga dia kirimkan ke orang-orang yang dia inginkan
16
masukannya. Dia juga bisa menaruh karya tersebut di database perpustakaan supaya bisa diberi masukan oleh siapa saja. Selain itu, dia juga bisa mencek sudah sejauh mana pesanan buku yang dia ajukan ke perpustakaan ditindaklanjuti, melihat menu makanan di kantin universitas atau jadwal kereta api, dan sebagainya. Semuanya ini mudah dilakukan dengan bantuan ICT. 2) Menyediakan Koleksi dan akses informasi dan pengetahuan dalam multi-format Seperti diketahui informasi dan pengetahuan tersaji dalam pelbagai bentuk dan sumber. Di samping teks dan cetakan, ada bahan-bahan multi-media, digital, hypertext, dan sebagainya. Perpustakaan perlu menyediakan akses ke semua sumber tersebut, termasuk juga pertemuan dan diskusi formal dan informal. 3) Menambah nilai pada informasi dan pengetahuan (Adding Value) Kebutuhan Informasi dan pengetahuan mempunyai konteks. Nilai informasi dan pengetahuan ditentukan oleh sejauh mana informasi dan pengetahuan yang disajikan sesuai dengan konteks seorang pengguna. Penyediaan akses informasi yang disesuaikan dengan konteks dapat dilakukan melalui pelayanan personalised library, konsultasi, berdasarkan profil pengguna dan informasi tentang tahap dan jadwal kegiatan. Cara yang lain adalah dengan melibatkan pengguna dalam kegiatan perpustakaan (misalnya, menentukan kata kunci untuk suatu sumber, link ke suatu situs, dan sebagainya). Nilai informasi juga bisa ditingkatkan dengan cara menyediakan akses hanya ke sumber-sumber yang dapat dipercaya kualitasnya. Caranya yaitu dengan, misalnya, membuat portal atau pintu masuk ke sumber-sumber yang sudah diseleksi oleh perpustakaan atau lembaga lain (misalnya: virtual libraries, subject-based gateways). Nilai informasi juga meningkat bila diberikan pada waktu yang tepat, dan dapat digunakan dengan mudah. Secara rinci Skyrme (2007:12) menyebutkan 10 aspek yang dapat meningkatkan nilai informasi, yaitu, timeliness, accessibility,
17
usability, utility, quality, customised, medium, repackaging, flexibility, dan reusability. 4) Melayani individu atau kelompok sebagai anggota jaringan Kemajuan ICT memudahkan dan mendorong terjadinya kolaborasi di antara orangorang dan kelompok-kelompok yang tidak saling kenal dan dipisahkan oleh jarak dan waktu. Ini berarti, perpustakaan harus membantu individu dalam melakukan pemanfaatan pengetahuan dalam konteks jaringan, yaitu dengan cara mendorong dan menyediakan fasilitas untuk mereka terhubung, berbagi pengetahuan dan berkolaborasi, dengan orang-orang di dalam dan luar kelompoknya. 5) Memberikan Pelayanan On-line 24 jam Fasilitas perpustakaan digital dan Internet memungkinkan perpustakaan diakses dan digunakan tanpa memandang waktu dan jarak. Hal ini akan menambah nilai pada perpustakaan yang bersangkutan. 6) Manajemen Pengetahuan. Siklus pengetahuan meliputi penciptaan, perekaman dan organisasi, penyebaran dan akses, pemanfaatan, dan dilanjutkan dengan penciptaan kembali pengetahuan. Selama ini, perpustakaan (termasuk kajiannya) lebih banyak berfokus pada organisasi (kataloging, dan sebagainya.) dan penyebaran (termasuk pencarian informasi). Di samping itu, perpustakaan lebih memperhatikan pengetahuan yang sudah terekam di luar pikiran penciptanya. Padahal banyak pengetahuan yang masih ada dalam kepala (dan belum pernah direkam dalam sumber-sumber informasi yang umumnya dikelola oleh perpustakaan selama ini). Untuk meningkatkan nilainya, perpustakaan harus memfasilitasi dan berpartisipasi pasif maupun aktif dalam manajemen pengetahuan penggunanya. Caranya yaitu dengan melakukan kegiatan dan meyediakan fasilitas yang memudahkan terjadinya keseluruhan proses pengetahuan, misalnya menstimulasi terjadinya diskusi di perpustakaan maupun di milis, merangkum dan membuat
18
resensi diskusi-diskusi tersebut; membantu pengguna untuk melakukan e-publishing, sharing, menyiapkan publikasi dalam berbagai format (misalnya, menyajikan hasil penelitian dalam bentuk film), mengelola file-file elektroniknya; dan sebagainya. 7) Meningkatkan information skills and literacy Kemajuan pesat ICT memungkinkan akses yang tidak terbatas ke sumbersumber informasi dan pengetahuan yang tidak semuanya terjamin mutunya. Hal ini dengan sendirinya meningkatkan kebutuhan pengguna akan penguasaan ICT dan kemampuan untuk mengakses (secara fisik dan intelektual), menseleksi, serta mengeksploitasi informasi dan pengetahuan tersebut, sedemikian rupa sehingga membantu terciptanya pengetahuan baru. Untuk itu perpustakaan perlu menyediakan training on site, online, maupun offline untuk information literacy yang di dalamnya juga termasuk ICT literacy. Topiknya meliputi kemampuan untuk mengenali informasi dan teknologi yang dibutuhkan, membangun strategi untuk mencari dan menemukan hal tersebut, mengevaluasi informasi dan sumbernya, mengorganisir dan menggunakannya sehingga berguna untuk menciptakan pengetahuan baru, dan mengkomunikasikannya Beberapa hal yang telah diuraikan di atas merupakan indikasi pemanfaatan sistem
digitalisasi
komputer dengan sistem
digitaliasi
komputer. Konsep
pemanfaatan sistem digitalisasi komputer pada dasarnya dilakukan dalam rangka memberikan pelayanan yang optimal kepada semua pengunjung sehingga setiap pengunjung dapat menggunakan perpustakaan dengan optimal. Hal ini selanjutnya diharapkan dapat berimplikasi pada meningkatnya minat bacanya masyarakat melalui kemudahan dalam mengakses berbagai informasi yang diperlukan melalui perpustakaan dengan pemanfaatan sistem digitalisasi komputer. Terkait dengan peran perpustakaan dengan pemanfaatan sistem digitalisasi komputer dalam meningkatkan minat baca warga belajar Agungkriswanto (2010:2) mengemukakan bahwa peran perpustakaan dengan pemanfaatan sistem digitalisasi komputer tersebut ditunjukkan dengan hal-hal sebagai berikut:
19
a) Memfasilitasi warga belajar untuk membaca buku secara rutin b) Menyediakan kolekasi buku-buku yang menarik bermanfaat bagi pengembangan potensi warga belajar c) Mengembangkan budaya membaca dan perilaku cinta buku kepada warga belajar d) Mengadakan kegiatan lomba membuat synopsis bagi warga belajar Peran yang telah disebutkan di atas akan optimal jika mendapat dukungan penuh dari berbagai elemen masyarakat, mulai dari orang tua, masyarakat dan pemerintah, serta warga belajar dalam mengembangkan potensinya melalui program cinta buku. Suryandari (2007) mengungkapkan proses aplikasi program digitalisasi komputer yang dibedakan menjadi tiga kegiatan utama, yaitu: a) Scanning, yaitu proses memindai (men-scan) dokumen dalam bentuk cetak dan mengubahnya ke dalam bentuk berkas digital. Berkas yang dihasilkan dalam contoh ini adalah berkas PDF. b) Editing, adalah proses mengolah berkas PDF di dalam komputer dengan cara memberikan password, watermark, catatan kaki, daftar isi, hyperlink, dan sebagainya. Kebijakan mengenai hal-hal apa saja yang perlu diedit dan dilingdungi di dalam berkas tersebut disesuaikan dengan kebijakan yang telah ditetapkan perpustakaan. Proses OCR
(Optical
Character Recognition)
dikategorikan pula ke dalam pross editing. OCR adalah sebuah proses yang mengubah gambar menjadi teks. Sebagai contoh, jika kita memindai sebuah halaman abstrak tesis, maka akan dihasilkan sebuah berkas PDF dalam bentuk gambar. Artinya, berkas tersebut tidak dapat dioleh dengan program pengolahan kata. c) Uploading, adalah proses pengisian (input) metadata dan meng-upload berkas dokumen tersebut ke digital library. Berkas yang di-upload adalah berkas PDF
20
yang berisi full text karya akhir dari mulai halaman judul hingga lampiran, yang telah melalui proses editing. Di bagian akhir, ada dua buah server. Server pertama yaitu sebuah server yang berhubungan dengan intranet, berisi seluruh metadata dan full text karya akhir yang dapat diakses oleh seluruh pengguna di dalam Local Area Network (LAN) perpustakaan yang bersangkutan. Sedangkan server kedua adalah sebuah server yang terhubung ke internet, berisi metadata dan abstrak karya tersebut. Pemisahan kedua server ini bertujuan untuk keamanan data. Dengan demikian, full tekt sebuah karya hanya dapat diakses dari LAN, edangkan melalui internet, sebuah karya hanya dapat diakses abstraknya saja Melalui pemanfaatan sistem digitalisasi komputer diharapkan mampu meningkatkan minat baca semua lapisan masyarakat terutama warga belajar. Dengan minat membaca tinggi yang dimiliki oleh warga belajar akan menjadikan mereka sebagai generasi yang cerdas sehingga memiliki kemampuan untuk membangun bangsa dengan optimal.
C. Dampak Aplikasi Program Digitalisasi Komputer Dalam Peningkatan Fungsi Perpustakaan Yang Optimal Aplikasi progam digitalisasi komputer memberikan dampak yang positif dan dampak yang negative terhadap optimalisasi fungsi perpustakaan. Menurut Erliandani (2004:12) bahwa dampak positif perpustakaan digital memiliki banyak keunggulan dibandingkan perpustakaan tradisional. Dalam hal penyimpanan koleksi, perpustakaan tradisional dibatasi oleh ruang yang ada, sedangkan perpustakaan digital tidak terbatas pada ruang yang ada. Dalam hal penyimpanan koleksi, perpustakaan digital lebih menghemat ruangan, karena dapat menyimpan dokumen dalam jumlah yang sangat besar (contoh: 50 judul disertasi yang setara dengan 100
21
judul Tesis atau 500 judul artikel jurnal dalam bentuk digital dapat dikemas dalam 1 buah CD berkapasitas 650 MB). Erliandani (2004:12) mengemukakn bahwa dampak positif perpustakaan digital yaitu: a) tidak dibatasi ruang: setiap pengguna dapat mengakses perpustakaan digital tanpa harus datang ke perpustakaan, selama pengguna mempunyai koneksi dengan internet; b) tidak dibatasi waktu: akses ke perpustakaan digital dapat dilakukan 24 jam dalam sehari, dapat diakses kapan saja, tanpa batas waktu, selama pengguna terhubung dengan internet; c) pemanfaatan informasi lebih efisien: informasi yang ada dapat diakses oleh pengguna secara bersamaan dalam waktu yang sama dengan jumlah orang yang banyak; d) pendekatan bersturktur: pengguna dapat mencari informasi secara bersturktur, misalnya dimulai dari menelusur katalog on line , kemudian masuk ke full text, selanjutnya bisa mencari per bab bahkan per kata; e) lebih akurat: pengguna dapat menggunakan kata kunci dalam pencariannya. Kata kunci yang tepat, akan membantu pengguna mendapatkan informasi yang akurat dan sesuai dengan kata kunci yang dicantumkannya; f) keaslian dokumen tetap terjamin: Selama proses digitalisasi menggunakan bentuk image/format PDF, keaslian dokumen akan tetap terjamin; g) jaringan perpustakaan yang lebih luas: kemudahan dalam melakukan kerjasama/link antar perpustakaan digital, dimana ada kesepakatan antar pengelola perpustakaan untuk melakukan resource sharing melalui jaringan internet; h) secara teori, biaya pengadaan dan pemeliharaan koleksi menjadi lebih murah Sebenarnya jika dikaji lebih dalam masih banyak kelebihan-kelebihan perpustakaan digital, contohnya, pemesanan buku atau permintaan informasi dapat dilakukan di rumah, atau dimanapun, selama pengguna terhubung dengan internet, dengan demikian, pengguna dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya dalam pencarian informasi. Lebih
lanjut
Erliandani
(2004:16)
mengemukakan
bahwa
dampak
perpustakaan digital diantaranya: a) Undang-Undang Hak cipta (Copy Right) : dalam
22
hukum hak cipta masalah transfer dokumen lewat jaringan komputer belum didefinisikan dengan jelas, masalah ini masih jadi perdebatan dalam proses pengembangan perpustakaan digital; b) Pengguna masih banyak yang lebih menyukai membaca teks tercetak daripada teks elektronik; c) Proses digitasi dokumen, membutuhkan waktu yang cukup lama, dibutuhkan ketrampilan dan ketekunan dalam mengembangkan dan memelihara koleksi digital; d) Jika terjadi pemadaman listrik, perpustakaan digital yang tidak mempunyai jenset, tidak dapat beroperasi, e) Pengunjung perpustakaan menjadi berkurang. Jika semua pengguna mengakses perpustakaan digital dari rumah masing-masing ataupun dari warnet, maka pengunjung perpustakaan akan berkurang karena dengan mengunjungi perpustakaan digital, pengguna tidak merasa perlu mengunjungi perpustakaan secara fisik, tapi dapat mengunjungi perpustakaan dengan cara online. Uraian di atas menunjukkan bahwa dampak dari perpustakaan digital merupakan konsekuensi logis dari pergeseran paradigma yang kini berkembang di masyarakat. Namun kekurangankekurangan yang ada harus disikapi dengan arif bijaksana. Walaupun masih ada kekurangan dan kelemahan, namun perkembangan perpustakaan digital harus terus dilanjutkan, demi kemajuan bangsa dan pembelajaran masyarakat sepanjang hayat.