NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU SECANGKIR KOPI DAN SEPOTONG ROTI KARYA WIDI ASTUTI DKK SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: DIANTINA BASIROH 11111064 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2016
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU SECANGKIR KOPI DAN SEPOTONG ROTI KARYA WIDI ASTUTI DKK SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: DIANTINA BASIROH 11111064 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2016
MOTTO
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azabKu sangat pedih".
vii
PERSEMBAHAN
Teruntuk kedua orang tuaku yang menjadi pemicu semangatku. Ibuku yang saat ini tidak setiap hari bertemu denganku, namun doa beliau sangat terasa di sini. Ayahku rahimahullah yang membuatku mengerti beratnya perjuangan meraih cita-cita. I miss you, dad. Suamiku tercinta, yang tidak pernah lelah memantikkan api semangat untukku, dengan sangat ikhlas membantu setiap langkahku, yang selalu memberiku senyum manis agar aku terus meniti jalan ini. Ukhibbuka Putraku tersayang, si kecil yang semakin ingin diperhatikan. Keluguanmu membuat Ummi terhibur di tengah repotnya mengerjakan skripsi. Maafkan Ummi yang kadangkala mengabaikanmu untuk mengejar deadline. Aishiteru LDK Darul Amal yang sekarang menjadi LDK Fathir Ar Rasyid, karenamu aku memiliki banyak teman dan karenamu aku menemukan jalan hidupku yang indah.
viii
KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Rahman dan Rahim yang dengan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya skripsi dengan judul NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU SECANGKIR KOPI DAN SEPOTONG ROTI Karya Widi Astuti, dkk bisa diselesaikan. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Sang teladan utama, Nabi Muhammad SAW, juga kepada para sahabat, keluarga dan orang yang istiqomah mengikuti petunjuknya. Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak terkait. Sungguh menjadi kebahagiaan yang tiada tara penulis rasakan setelah skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih setulusnya kepada: 1. Dr. Rahmat Haryadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Suwardi, M. Pd selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga 3. Siti Rukhayati, M. Pd., selaku Ketua Jurusan PAI. 4. Imam Mas Arum, M.Pd., selaku pembimbing yang telah mengarahkan, membimbing, memberikan petunjuk dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini. 5. Muna Erawati, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang membantu dan memberi motivasi kepada penulis selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga.
ix
6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis. 7. Ayah dan ibuku (Bapak Muhammad Sholeh Rahimahullah dan Ibu Suwarni), adik-adikku (Ali Mustofa, Falid Reza Mustofa,dan Farkhan Isa Ansori) yang senantiasa memberikan dukungan berupa moril, materil, dan spiritual. 8. Suamiku tersayang, Mohamad Ali Shodikin yang selalu rela direpotkan untuk setiap urusan. Serta putraku yang mungil Yusuf Fuadi Al Firdausy, pemicu semangatku. 9. Ibu Widi Astuti selaku penulis buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas bantuan dan dorongannya. Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah mencatatnya sebagai amal salih yang akan mendapatkan balasan terbaik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang membangun penulis harapkan dari berbagai pihak guna kebaikan penulisan di masa yang akan datang. Semoga skripsi bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Aamiin. Salatiga, 13 Agustus 2016 Penulis
Diantina Basiroh
x
ABSTRAK
Basiroh, Diantina. 2016. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd Kata Kunci: Nilai, Pendidikan Akhlak Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Semakin baik akhlaknya, maka semakin mulia dirinya di hadapan manusia terlebih di hadapan Allah SWT. Pembentukan akhlak membutuhkan proses panjang, yakni melalui pendidikan akhlak. Generasi yang berakhlak mulia tercipta dari didikan dan keteladanan orang tua yang memiliki akhlak mulia pula. Terutama seorang ibu yang menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU SECANGKIR KOPI DAN SEPOTONG ROTI karya Widi Astuti, dkk. Pertanyaan utama yang ingin penulis jawab dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti karya Widi Astuti, dkk. 2. Bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti karya Widi Astuti, dkk pada kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti yaitu: Akhlak terhadap Allah SWT yang terdiri dari: takwa, ikhlas, khauf dan raja, tawakkal, syukur, muraqabah, taubat. Akhlak terhadap Rasulullah SAW yang terdiri dari mengikuti dan menaati Rasul dan mengucapkan shalawat dan salam. Akhlak pribadi yang terdiri dari: shiddiq, amanah, istiqamah, iffah, mujahadah, syaja’ah, tawadhu, malu, sabar, pemaaf. Akhlak dalam keluarga yang terdiri dari: birrul walidain; hak, kewajiban, dan kasih sayang suami istri; kasih sayang dan tanggung jawab orang tua terhadap anak, silaturahim dengan karib kerabat. Akhlak bermasyarakat yang terdiri dari: bertamu dan menerima tamu, hubungan baik dengan tetangga, hubungan baik dengan masyarakat, dan ukhuwah islamiyah. Akhlak bernegara yang terdiri dari: musyawarah, menegakkan keadilan, dan amar ma’ruf nahi mungkar. 2. Implikasi pendidikan akhlak dalam kehidupan sehari-hari yaitu tentang pentingnya penanaman akhlak terpuji sejak dini karena pembiasaan yang dilakukan sejak dini akan menumbuhkan karakter kuat pada diri anak, mengingat usia anak-anak masih mudah untuk diarahkan dibandingkan usia remaja atau pun usia dewasa. Kokohnya sebuah negara sangat ditentukan bagaimana akhlak generasi penerusnya. Generasi yang memiliki akhlak yang kuat akan menjadi penopang kelanjutan nasib sebuah bangsa.
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL....................................................................................................................... 1 HALAMAN BERLOGO ............................................................................................ ii JUDUL.......................................................................Error! Bookmark not defined. PERSETUJUAN PEMBIMBING........................... Error! Bookmark not defined. PENGESAHAN KELULUSAN..............................Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.............. Error! Bookmark not defined. MOTTO....................................................................................................................... vii PERSEMBAHAN......................................................................................................viii KATA PENGANTAR................................................................................................. ix ABSTRAK.....................................................................................................................x DAFTAR ISI............................................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah....................................................................................1 B. Rumusan Masalah............................................................................................10 C. Tujuan Penelitian............................................................................................. 11 D. Manfaat Penelitian...........................................................................................11
xii
E. Definisi Operasional........................................................................................12 F.
Metode Penelitian............................................................................................ 15
G. Sistematika Penulisan Skripsi.........................................................................21 BAB II BIOGRAFI NASKAH A. Biografi Penulis............................................................................................... 23 B. Karakteristik Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti............................... 25 C. Karya-karya Penulis........................................................................................ 26 D. Unsur Intrinsik Karya Sastra...........................................................................27 E. Sinopsis Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti.......................................43 BAB III HASIL TEMUAN Nilai-nilai Pendidikan Akhlak................................................................................76 BAB IV ANALISIS DATA A. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak........................................................................ 91 B. Implikasi Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Kehidupan Sehari-hari.....146 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................................................... 150 B. Saran............................................................................................................... 152 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 154 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN A. Cover Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti B. Percakapan dengan Penulis Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti C. Surat Tugas Pembimbing Skripsi D. Daftar nilai SKK E. Lembar Bimbingan Skripsi F. Riwayat Hidup Penulis
xiv
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada suatu hari para sahabat bertanya pada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah,” kata mereka, “Siapa hamba yang paling dicintai oleh Allah?”. Rasulullah SAW menjawab sebagaimana ditulis dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah,” (Muslim) yang paling baik akhlaknya.” Pada kesempatan berbeda, Rasulullah SAW berkata kepada para sahabatnya,” Orang yang paling aku cintai dan paling dekat denganku pada hari kiamat kelak adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (Riwayat Tirmidzi dan Ahmad). Di lain kesempatan, Rasulullah SAW memberi nasehat kepada para sahabatnya,” Kalian tidak akan disenangi manusia karena harta kalian. Buatlah wajah ceria dan akhlak yang baik.” (Riwayat Al-Bazzaar). Begitu istimewa orang-orang yang memiliki akhlak yang baik. Mereka akan dicintai oleh Allah SWT, disukai Rasulullah SAW dan disenangi manusia. (Suara Hidayatullah, edisi 06 XXVIII: 11) Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Berkualitas atau tidaknya seorang manusia tergantung pada bagaimana akhlaknya. Semakin baik akhlaknya, maka semakin mulia dirinya di hadapan manusia
1
terlebih di hadapan Allah SWT. Sebaliknya, semakin buruk akhlaknya maka akan semakin hina dia di hadapan manusia apalagi di hadapan Allah SWT. Islam adalah agama yang mengatur segala aspek kehidupan. Perbuatan manusia, baik itu perbuatan buruk maupun perbuatan baik akan diganjar oleh Allah SWT setimpal dengan apa yang telah dia lakukan. Semua agama mengajarkan perbuatan baik, tetapi masih banyak penganut agama yang mengabaikan aturan-aturan dan ajaran-ajaran dalam agamanya. Maka, yang terjadi adalah pelanggaran dan pengabaian terhadap akhlak dalam kehidupan. Seorang muslim yang memiliki iman yang kuat, maka dipastikan juga memiliki akhlak yang baik. Semakin kuat imannya, maka akan semakin baik akhlaknya, begitu juga sebaliknya. Iman dan akhlak adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karena Rasulullah bersabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ahmad, “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” Tujuan
utama
Rasulullah
SAW
diutus
sebagai
rasul
yaitu
menyempurnakan akhlak manusia. Karena pada masa diutusnya Rasulullah SAW di Jazirah Arab sedang mengalami masa jahiliyyah dengan segala keburukan
perilaku
penduduknya.
Untuk
itu,
Islam
datang
untuk
menyelamatkan manusia dari perbuatan-perbuatan yang tercela yang dapat menjerumuskan pada kehancuran menuju kemuliaan dunia dan akhirat dengan akhlak yang baik. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Hakim, dan Baihaqi berikut :
2
䁞 䁞 쳌䁞 ㌳쳌䁞ꀀ䁞 䁞 䁞 䁞 䁞 䁞 쳌䁞䁞 ”sesungguhnya
aku
diutus
(oleh
Allah)
semata-mata
untuk
menyempurnakan kemuliaan akhlak”. Berdasarkan hadits ini, maka menjadi jelas bahwa agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW adalah konsep penyempurnaan akhlak. Hal ini terlihat dari kalimatnya yang dengan tegas menggunakan huruf hasr Innamaa (sesungguhnya hanya). Seakan-akan beliau tidak diutus untuk memberikan konsep yang lain selain konsep penyempurnaan akhlak semata. (Halim, 2000: 8) Rasulullah SAW adalah manusia yang paling baik akhlaknya, baik akhlak kepada Allah maupun akhlak kepada manusia. Aisyah ra mengatakan bahwa akhlak Rasulullah adalah Al Qur’an. Bahkan Allah memuji akhlak beliau, dalam QS. Al Qalam: 4 sebagai berikut:
rk䁞t e䁞i䁞
i䁞 䁞u 䁞e䁞i 䁞
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Dakwah Rasulullah banyak diterima oleh masyarakat bukan karena paksaan atau bahkan peperangan. Namun, karena keluhuran dan kemuliaan akhlak Rasulullah SAW dalam menyampaikan risalah. Seorang yang mengaku dirinya muslim harus berakhlak sebagaimana Islam mengaturnya. Orang
3
beriman harus mengimplementasikan akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari, karena akhlak adalah cerminan bagaimana seorang muslim itu. Selain harus berakhlak baik kepada sesama manusia, seorang muslim harus berakhlak baik kepada Allah SWT, Dzat yang telah menciptakannya. Dengan cara, beribadah sesuai kemampuan maksimalnya dan menghindari segala bentuk larangan serta hal-hal yang tidak disukai oleh Allah SWT. Menghormati dan menghargai orang lain merupakan satu bentuk akhlak kepada sesama manusia. Akhlak merupakan fondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik antara hamba dengan Allah SWT (hablumminallah) dan antarsesama (hablumminannas). Akhlak yang mulia tidak lahir berdasarkan keturunan atau terjadi secara tiba-tiba. Akan tetapi, membutuhkan proses panjang, yakni melalui pendidikan akhlak. Banyak sistem pendidikan akhlak, moral, atau etika yang ditawarkan oleh Barat, namun banyak juga kelemahan dna kekurangannya. Karena memang berasal dari manusia yang ilmu dan pengetahuannya sangat terbatas. Sementara pendidikan akhlak mulia yang ditawarkan oleh Islam tentunya tidak ada kekurangan apalagi kerancuan di dalamnya. Mengapa? Karena berasal langsung dari al-Khaliq Allah SWT, yang disampaikan melalui Rasulullah Muhammad SAW sebagai uswah, qudwah, dan manusia terbaik selalu mendapatkan tarbiyah ‘pendidikan’ langsung dari Allah melalui malaikat Jibril. Sehingga beliau mampu dan berhasil mencetak para sahabat
4
menjadi sosok-sosok manusia yang memiliki izzah di hadapan umat lain dan akhlak mulia di hadapan Allah. (Mahmud, 2004: 9) Wanita adalah kunci kokohnya sebuah negara. Untuk mengokohkan negara, maka dimulai dari pengokohan generasi penerus dalam lingkup kecil, yaitu keluarga. Bahkan, lingkup yang lebih kecil lagi adalah dirinya sendiri. Seorang wanita akan melahirkan generasi yang unggul, tangguh, dan membawa kejayaan bangsa karena dirinya berakhlak mulia dan sangat memahami agamanya. Dengan akhlak mulia dan pengetahuan agama yang cukup, maka anak-anaknya akan terbimbing dengan baik untuk mencetak kader bangsa yang berkualitas. Peran wanita, dalam hal ini ibu sangat penting dalam pendidikan anak, karena ibu adalah madrasah pertama bagi anak. Begitu pentingnya pendidikan akhlak bagi seorang ibu, karena ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Ulama Salaf (terdahulu) rahimahullah berkata, didalam syairnya “Ibu adalah sekolah pertama. Maka persiapkanlah sebaik – baiknya”. (Lathifah, 2010) Ibu berperan besar dalam pembentukan watak, karakter dan kepribadian anak-anaknya. Ia adalah sekolah pertama dan utama sebelum si kecil mengenyam pendidikan di sekolah manapun. Namun tidak sedikit ibu yang beranggapan, ketika si buah hati sudah masuk sekolah maka sekolah lah yang bertanggung jawab atas pendidikan si buah hati. Padahal peran ibu tidak bisa tergantikan oleh siapapun. Ibu memiliki peran lebih dari sekolah yakni membangun kecerdasan emosional anak bahkan membangun kecerdasan spiritual anak.
5
Ibu adalah "gudang ilmu", "pusat peradaban" dan "wadah" yang menghipun sifat-sifat akhlak mulia. Peran yang sangat penting ini, menuntut seorang ibu untuk membekali dirinya dengan ilmu yang memadai. Maka seorang ibu harus terus bergerak meningkatkan kualitas dirinya. Karena, untuk mencetak generasi yang berkualitas, diperlukan pendidik yang berkualitas pula. Hal itu berarti ibu tak boleh berenti belajar. (Aetty: 2013) Menjadi ibu adalah predikat paling mulia bagi seorang perempuan. Namun, jika tidak disertai dengan kesadaran dan keikhlasan yang mendalam maka predikat ini malah menjadi beban. Tidak sedikit seorang perempuan yang merasa direpotkan dengan segala pekerjaan rumah tangga yang sebelumnya bukan menjadi tanggung jawabnya, apalagi setelah dikaruniai anak dan harus merawat sendiri tanpa bantuan orang tuanya. Pada zaman sekarang ini, yang mana para perempuan lebih banyak menjadi wanita karir daripada menekuni kebiasaan menjadi seorang calon istri dan calon ibu, ibu muda merasa kebebasannya terhalangi dengan kehadiran seorang anak. Belum lagi harus melayani suami dengan berbagai kebutuhannya, mengurus rumah dan sebagainya. Maka, cara pandang seperti ini harus diubah agar status seorang ibu tidak menjadi salah kaprah dan seorang gadis tidak lalu enggan untuk menyandang gelar tersebut. Status seorang ibu adalah status yang sangat berpotensi untuk menambah pundipundi pahala seorang wanita, jika dia mau menjalaninya dengan mengharap keridhaan Allah SWT.
6
Paham feminis telah banyak mendorong wanita-wanita awam menjadi wanita yang kurang memahami fitrah penciptaannya. Banyak di antara mereka menginginkan kebebasan sebagaimana laki-laki. Ingin menjadi wanita yang bebas tugas dari urusan rumah tangga dan anak-anak, lebih suka beraktivitas di luar rumah dengan berbagai kesibukan yang sedikit sekali manfaatnya. Dengan dalih emansipasi, para wanita menuntut kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Di samping itu mereka melalaikan kewajiban mereka sebagai bagian terpenting dalam mencetak generasi yang tangguh dan berkualitas. Mereka tidak sadar bahwa mereka memiliki peran yang sangat penting di balik penciptaannya, mereka
merasa terkungkung dengan
kodratnya sebagai seorang wanita. Dengan berbagai media dan sarana, mereka menggambarkan betapa Tuhan telah berlaku tidak adil kepada wanita muslimah. Agama dalam propaganda
ini,
memposisikannya
digambarkan di
bawah
sebagai pria.
pengebiri
Contohnya,
hak dalam
wanita waris
yang Tuhan
membedakan bagian wanita lebih sedikit dibanding jatah pria. Juga dalam hal persaksian. Kesaksian seorang pria berbanding kesaksian dua orang wanita. Dan propaganda-propaganda lainnya yang tak lebih dan tak kurang sebatas bualan. (Zakaria, 2005: 152) Buku antologi Secangkir Kopi dan Sepotong Roti yang ditulis oleh Widi Astuti, dkk berisi kisah-kisah inspiratif seputar perempuan, apalagi yang sudah menjadi ibu. Menjadi seorang ibu dengan berbagai latar belakang akan menimbulkan kesan-kesan tersendiri baik suka maupun duka. Berbagai kisah
7
yang disuguhkan memiliki nilai pendidikan yang sangat tinggi nilainya, terutama pendidikan akhlak khususnya bagi kaum ibu, terutama ibu muda yang masih sangat membutuhkan pembelajaran dari pengalaman ibu-ibu yang lain. Kisah-kisah dalam buku tersebut menjadi pematah argumen dan pemikiran feminis bahwa wanita tidak akan maju jika hanya menjadi seorang ibu dan bekerja di rumah. Wanita akan sangat mulia jika menjalani fitrahnya dan ikhlas mengemban amanah terbesar dalam penciptaan dirinya. Buku tersebut menceritakan bagaimana seorang ibu menjalani aktivitasnya yang padat, selain mengurus rumah juga harus merawat anak-anaknya, mendidik dan melindungi mereka, menjadi teman yang baik untuk anak-anak dan suami. Kesibukan yang padat tersebut tidak menjadikannya lalai dalam menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri, yaitu patuh pada suami. Kisah
lain
menceritakan
bagaimana
seorang
ibu
memperjuangkan
kesembuhan kedua anaknya yang sakit dalam waktu yang bersamaan, yang pada akhirnya salah satu anaknya harus menyerah pada takdir. Dipanggil oleh Allah SWT ketika masih berusia tujuh bulan. Sebagaimana yang dikisahkan dalam petikan berikut : Tiba-tiba ada seorang perawat yang memanggilku. Dia memberitahu tentang kondisi Nafis yang sangat mengkhawatirkan, ubun-ubun di kepalanya sudah cekung. Ya Allah, aku tak tahu harus bagaimana lagi. Kepanikan semakin menjadi. Ketika kondisi Naufal sudah membaik, kini gantian Nafis yang mengkhawatirkan. (Astuti, 2015: 27) Tepat Jam 20.00, dokter memanggil kami. Dokter memberi waktu beberapa menit untuk kami menunggui nafis. Suami terlebih dulu masuk, lalu aku. Di dalam ruangan, kulihat Nafis dengan anggota tubuh yang penuh selang infus, oksigen dll. Aku berusaha mengajak ngobrol Nafis dan berdoa agar Nafis diberikan kondisi yang terbaik oleh-Nya . Aku elus kepalanya, sambil kubisiki,” Yang kuat ya nak.”
8
Ku pegang tangannya. Layar monitor menunjukkan angka yang semakin menurun. Nak, Ibu pasrah, Nak. Ku pegang tangan Nafis lagi, ku cium tangannya. Kubacakan beberapa surat pendek dan terakhir kubisikkan La Ilaa ha Illalloh. Ku lihat Nafis tersenyum lalu Lesssss, dia seperti tertidur pulas. Aku langsung memanggil dokter. Kemudian dokter pun datang dengan membawa beberapa alat, dokter berusaha menolong semaksimal mungkin. Jam 20 :50, Nafis tertidur selamanya, tertidur abadi di sisi-Nya.... INNALILLAHI WA INNA ILAIHI ROOJI'UN..... (Astuti, 2015: 31)
Membaca kisah demi kisah dalam Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti membuat pembaca tersadar akan sangat berharganya dirinya dalam keluarga, masyarakat, bahkan bangsa dan negara. Karena dari ibu lah akan terlahir generasi-generasi unggul yang akan membawa sebuah bangsa pada kejayaan. Dimulai dari hal kecil seperti tetap menjaga semangat dan khusnudhan pada Allah meskipun dalam keadaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti dalam kutipan berikut : Apalagi peristiwa memilukan menimpaku dimasa kehamilan ini. Biduk rumah tanggaku hancur. Kami resmi bercerai di akhir Januari 2014. Tak perlu kuucap apa perkaranya. Sungguh berat ujian ini. Ditengah kepayahan aku merasakan kehamilan, ternyata aku pun harus berpisah dengan sang ayah dari janin yang kukandung. Menjadi janda dalam kondisi hamil diumur yang menuju 19 tahun tidaklah mudah. Mental ini terus terasah seiring cemoohan dan ucapan-ucapan mengiris hati dari orang-orang sekitar. (Astuti, 2015: 8) Nak, bunda memberimu nama Nakhla Alby Azzaky agar kau menjadi anak yang pandai serta berhati suci. Sama seperti arti namamu, Nak. Raga ini berjanji sekuat tenaga akan menjadi sosok ibu sekaligus figur seorang ayah untukmu. Bunda tahu itu tak mudah. Tapi demi kau, demi masa depan, raga ini takan pernah menyerah. Kini, walau aku hanya seorang janda. Tapi aku tak akan takut mati dalam kesepian, ada anakku yang akan mewarnai kehidupanku hingga raga ini kembali kepada Sang Pencipta. (Astuti, 2015: 12) Karena Rasulullah SAW menggelari wanita adalah madrasah pertama bagi seorang anak, maka seorang ibu pun harus memiliki akhlak yang baik, yang
9
bisa menjadi teladan bagi anak-anaknya. Bukan hanya mengajarkan kebaikan sebatas yang dia tahu tanpa mengamalkannya. Tapi memperbaiki dan membekali diri dengan akhlak yang mulia adalah jalan yang utama untuk mendidik generasi penerus kita. Melihat banyaknya nilai pendidikan akhlak yang dapat diambil hikmahnya oleh guru (pendidik), orang tua, dan masyarakat, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU SECANGKIR KOPI DAN SEPOTONG ROTI KARYA WIDI ASTUTI DKK, sebuah buku antologi yang menyajikan berbagai kisah nyata para ibu dalam menjalankan kewajibannya.
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya melalui penelitian. Didalamnya tercakup keseluruhan ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah (Maslikhah,2013: 302). Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti karya Widi Astuti, dkk? 2. Bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti karya Widi Astuti, dkk pada kehidupan sehari-hari?
10
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan pernyataan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada rumusan masalah. Perbedaannya terletak pada bentuk keilmuannya dalam rumusan masalah, kalimatnya berbentuk pertanyaan, maka dalam tujuan penelitian berbentuk kalimat pernyataan (STAIN Salatiga, 2008: 16). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan bagaimanakah nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti karya Widi Astuti, dkk. 2. Untuk mendeskripsikan bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti karya Widi Astuti, dkk pada kehidupan sehari-hari. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan adalah: 1. Manfaat Teoritik Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi pengembangan nilai-nilai pendidikan baik umum maupun pendidikan Islam terutama pendidikan akhlak melalui pemanfaatan karya sastra.
11
2. Manfaat Praktis a. Bagi dunia sastra, diharapkan penelitian ini dapat memberi masukan dan menjadi bahan pertimbangan dalam menciptakan karya sastra yang bukan hanya bersifat komersial dan menghibur saja. Tetapi yang lebih penting adalah kualitas karya dan pembaca dapat menyerap pelajaran sebanyak-banyaknya dari karya sastra tersebut. b. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan mampu menjadi media pembelajaran untuk mempermudah pemahaman siswa/ mahasiswa dalam memahami pendidikan akhlak melalui kisahkisah teladan. c. Bagi civitas akademica, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk penelitian-penelitian yang relevan di masa yang akan datang. E. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran terhadap judul penelitian di atas, maka penulis berusaha menjelaskan dari berbagai istilah pokok yang terkandung dalam judul tersebut, yaitu: 1. Pendidikan Pendidikan adalah usaha menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Kegiatan pengajaran tersebut diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang
12
meliputi wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. (Syah, 1995: 1) Pengertian di atas merupakan pengertian pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan formal. Sedangkan pendidikan bukan hanya diperoleh dari lembaga pendidikan formal saja, namun lebih luas pendidikan dapat didapatkan dari mana saja manusia berada. Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah
proses
dengan
metode-metode
tertentu
sehingga
orang
memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. (Syah, 1995: 10) Dengan
kata lain,
pendidikan
yaitu
upaya
seseorang
untuk
mendapatkan sebuah pengetahuan, baik dengan secara formal, informal, maupun nonformal agar terpenuhi kebutuhan hidupnya. Biasanya pendidikan dilakukan dari generasi ke generasi, artinya disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Tetapi tidak menutup kemungkinan pendidikan juga dilakukan dengan cara otodidak. Pendidikan secara formal dilakukan di sekolah, karena sekolah telah memiliki kurikulum dan manajemen pendidikan yang telah diatur, bahkan oleh Negara. Pendidikan diluar sekolah (nonformal) dapat juga dilakukan dalam keluarga, pengalaman di lingkungan sekitar, bahkan pengalaman orang lain yang disampaikan dengan maksud agar dapat diambil pelajaran.
13
2. Akhlak Secara etimologis (lughatan) akhlak (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (Pencipta), makhluq (yang diciptakan), dan khalq (penciptaan). (Ilyas, 2007: 1) Dengan demikian, maka kata akhlak merupakan sebuah kata yang digunakan untuk mengistilahkan perbuatan manusia yang kemudian diukur dengan baik atau buruk. Dan dalam Islam, ukuran yang digunakan untuk menilai baik atau buruk itu tidak lain adalah ajaran Islam itu sendiri. (Halim, 2000: 8-9). Di samping istilah akhlak, juga dikenal istilah etika dan moral. Ketiga istilah itu sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan manusia. Perbedaannya terletak pada standar masing-masing. Bagi akhlak, standarnya adalah Al Qur’an; bagi etika standarnya pertimbangan akal pikiran; dan bagi moral standarnya adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat. (Ilyas, 2007: 3) 3. Buku Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti merupakan buku dalam bentuk antologi, yang berisi potongan-potongan cerita namun memiliki satu tema walau satu cerita dengan yang lain tidak ada hubungannya. Antologi, secara harfiah diturunkan dari kata bahasa Yunani yang berarti "karangan bunga" atau "kumpulan bunga", adalah sebuah
14
kumpulan dari karya-karya sastra. Awalnya, definisi ini hanya mencakup kumpulan puisi (termasuk syair dan pantun) yang dicetak dalam satu volume. Namun, antologi juga dapat berarti kumpulan karya sastra lain seperti cerita pendek, novel pendek, prosa, dan lain-lain. Dalam pengertian modern, kumpulan karya musik oleh seorang artis, kumpulan cerita yang ditayangkan
dalam
radio
dan
televisi
juga
tergolong
antologi.
(id.wikipedia.org)
F. Metode Penelitian Metode secara harfiah berarti cara, yaitu cara yang digunakan untuk melakukan sesuatu agar tercapai suatu tujuan. Dengan adanya metode, maka suatu pekerjaan akan lebih terarah dan mudah dilakukan. Metode merupakan cara dalam melakukan penelitian. Metode dapat pula dikatakan sebagai alat bedah untuk mengungkap permasalahan yang ada dalam ruang lingkup penelitian. Metode penelitian memiliki karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih. (Maslikhah, 2013: 66). Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. (Arikunto, 2010: 203). Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi juga merupakan
analisis
teoritis
mengenai
(id.wikipedia.org).
15
suatu
cara
atau
metode.
Metode yang penulis gunakan untuk melakukan penelitian ini adalah metode dokumentasi. Adapun komponen dalam metode penelitian ini adalah: 1. Jenis penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), karena data yang diteliti berupa buku, majalah, dokumen, dan media cetak lainnya. Penelitian ini menggunakan literatur dan teks sebagai objek utama analisis yaitu dalam penelitian ini adalah buku antologi yang kemudian dideskripsikan dengan cara menggambarkan dan menjelaskan teks-teks dalam buku antologi yang mengandung nilainilai pendidikan akhlak dengan menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas teks-teks yang dideskripsikan. Pendekatan ini digunakan karena mempertimbangkan aspek kegunaan dan manfaat karya sastra yang dapat diperoleh pembaca. 2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Cara menunjuk pada sesuatu yang abstrak, tidak dapat diwujudkan dalam benda yang kasat mata, tetapi hanya dapat dipertontonkan penggunaannya. (Arikunto, 2005: 100) Metode yang digunakan penulis untuk mengumpulkan berbagai sumber data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi.
16
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. (Arikunto, 2010: 201) Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa metode dokumentasi dapat diartikan sebagai suatu cara pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan, baik itu berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, dan lain sebagainya. (sarjanaku.com) Metode dokumentasi ini, data mengenai penelitian diperoleh dengan cara menghimpun data dari berbagai literatur, baik artikel, jurnal, majalah, maupun buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini guna menjadi referensi dalam penyusunan skripsi ini. 3. Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2010: 172). Dalam penulisan skripsi ini, sumber data yang digunakan adalah beberapa sumber yang relevan dengan pembahasan skripsi. Adapun sumber data terdiri dari dua macam yaitu: a. Sumber Data Primer, merupakan sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu buku Secangkir Kopi dan
17
Sepotong Roti karya Widi Astuti, dkk yang diterbitkan oleh CV Citra Adi Cemerlang. b. Sumber
Data
Sekunder,
yaitu
berbagai
literatur
yang
berhubungan dan relevan dengan objek penelitian, baik itu berupa transkrip, wawancara, buku, artikel di surat kabar, majalah, tabloid, website, multiplay, dan blog di internet yang berupa jurnal. 4. Metode Analisis Data Analisis data yang penulis gunakan adalah analisis Life History atau pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi yang ingin penulis teliti ini tertulis dalam sebuah buku antologi yang menyajikan sebagian kecil dari pengalaman-pengalaman pribadi para penulis buku tersebut. Dapat dikatakan bahwa pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan otobiografi. Dalam istilah ilmiah, pengalaman pribadi dikenal Individual’s Life History atau lebih banyak dikenal dengan Life History (saja), juga dikenal dengan istilah personal document dalam psikologi, dan juga umumnya dipanggil dengan human document dalam sosiologi, sedangkan
dalam
antropologi-budaya
lebih
dikenal
dengan
individual’s life history, adalah sebuah pendekatan dalam penelitian kualitatif yang digunakan untuk memperoleh bahan keterangan mengenai apa yang dialami oleh individu tertentu di dalam masyarakatnya yang menjadi obyek penelitian. (Bungin, 2012: 109).
18
Moleong menyatakan bahwa otobiografi merupakan teknik penelitian dengan menggunakan dokumen pribadi. Menurut Moleong (2008: 217) dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaan. Autobiografi atau otobiografi (dari bahasa Yunani autos sendiri + bios hidup + graphein menulis) adalah biografi yang ditulis oleh subjeknya (atau, dalam penggunaan modern, dikarang bersama-sama dengan penulis lain dan disebutkan sebagai "sebagaimana diceritakan" atau "dengar"). Dalam bahasa Inggris istilah "autobiography" pertama kali digunakan oleh penyair Robert Southey pada 1809, namun bentuk otobiografi sendiri sudah ada sejak zaman kuno. (id.wikipedia.org) Otobiografi juga banyak ditulis oleh orang-orang tertentu, seperti guru atau pendidik terkenal, pemimpin masyarakat, ahli, bahkan orang biasa pun ada juga yang menulis otobiografi, antara lain karena senang menulis, upaya mengurangi ketegangan, mencari popularitas, dan kesenangan akan sastra. Motif penulisnya akan mempengaruhi isi penulisan otobiografi. (Moleong, 2008: 219) Untuk memanfaatkan dokumen yang padat isi biasanya digunakan teknik tertentu. Teknik yang paling umum digunakan ialah content analysis atau di sini dinamakan analisis isi. (Moleong, 2008: 219-220) Metode yang digunakan adalah analisis isi, dengan menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas teks-teks yang dideskripsikan.
19
Moleong (2008: 220-221) menjelaskan bahwa analisis isi memiliki ciri-ciri, yaitu: proses mengikuti aturan, kajian isi adalah proses sistematis, kajian isi merupakan proses yang diarahkan untuk menggeneralisasi, kajian isi mempersoalkan isi yang termanifestasikan, dan kajian isi menekankan analisis secara kuantitatif namun hal itu dapat pula dilakukan bersama analisis kualitatif. Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji isi buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti yang mengandung nilai-nilai pendidikan akhlak. Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam pengolahan data adalah: a. Langkah deskriptif, yaitu menguraikan teks-teks dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak. b. Langkah interpretasi, yaitu menjelaskan teks-teks dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak. c. Langkah Analisis, yaitu menganalisis penjelasan dari buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak. d. Langkah mengambil kesimpulan, yaitu mengambil kesimpulan dari buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti yang berhubungan dengan nilai- nilai pendidikan akhlak.
20
G. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika penulisan skripsi yang disusun terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul, lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi, halaman daftar lampiran. Bagian Inti atau Isi dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam lima bab yang rinciannya adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat
penelitian,
metode
penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan penelitian. BAB II BIOGRAFI BUKU Dalam bab ini akan diuraikan mengenai: Biografi penulis yang terdiri dari Widi Astuti, dkk; karakteristik buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti; karya-karya Widi Astuti, dkk; unsur-unsur intrinsik buku, Sinopsis buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti. BAB III HASIL TEMUAN Dalam bab ini akan diuraikan hasil temuan penulis
21
mengenai:
NILAI-NILAI
PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU SECANGKIR KOPI DAN SEPOTONG ROTI BAB IV ANALISIS DATA Dalam bab ini akan disajikan analisis mengenai:
NILAI-NILAI
PENDIDIKAN
AKHLAK DALAM BUKU SECANGKIR KOPI
DAN
implikasi
SEPOTONG
nilai-nilai
ROTI
Pendidikan
dan
Akhlak
Dalam Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti dalam kehidupan sehari-hari. BAB V PENUTUP
Bab penutup berisi kesimpulan dan saran.
22
BAB II BIOGRAFI NASKAH A. Biografi Penulis Widi Astuti adalah nama asli penulis. Widi Astuti tidak pernah mencantumkan biografinya dalam setiap karya-karyanya. Berbeda dengan penulis lain yang selalu mencantumkan foto dan biografinya di setiap akhir karya. Widi Astuti memang sepertinya tidak ingin mempublikasikan kepada umum terkait kehidupan pribadinya. Itulah cara yang Widi Astuti pilih, hanya berusaha memberikan karya terbaik dengan tulus dan sederhana, yang penting dapat memberikan manfaat bagi orang banyak melalui karya-karyanya tanpa mengetahui siapa sebenarnya dirinya. Penulis mendapatkan biografi Widi Astuti melalui wawancara yang penulis lakukan langsung ke rumahnya. Berikut yang penulis dapatkan dari wawancara mengenai biografinya. Widi Astuti adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kota Salatiga. Perempuan kelahiran 3 April 1980 ini memiliki hobi membaca dan menulis. Sehingga, banyak sekali karya-karya yang telah dimilikinya. Dia pernah bekerja di salah satu Bank Syariah di Cilacap, namun kemudian dia memilih untuk resign setelah menikah. Tujuan utamanya memutuskan untuk resign yaitu agar terhindar dari dosa riba, namun di samping itu dia juga ingin fokus menjaga dan mendidik putra putrinya secara langsung. Suatu kewajiban yang tidak akan sempurna dilakukan oleh seorang ibu yang juga wanita karir.
23
Meski backgroundnya adalah Fakultas Ekonomi, namun dia sangat menaruh minat pada sejarah. Salah satu paper yang dikerjakannya bersama rekannya yang berjudul “The Impact of Marginalizing Heroines in Indonesia”, menyebabkan dia diundang untuk presentasi di Edinburg University United Kingdom. Tetapi saat itu dia sedang mengandung putri keduanya, sehingga tidak bisa memenuhi undangan tersebut. Widi Astuti menyelesaikan pendidikan dasarnya di SD Negeri 2 Buayan, Kebumen. Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 2 Gombong, Kebumen. Saat usianya 15 tahun, dia pindah ke Sorong Papua, sehingga masa-masa SMAnya dihabiskan di Sorong. Dia menempuh pendidikan atas di SMA Negeri 3 Sorong. Selesai menempuh studi di SMA, dia melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Ekonomi Universitas Soedirman (Unsoed) Purwokerto. Selain itu, dia juga pernah mengambil Akta IV di STAIN Purwokerto. Alumni Fakultas Ekonomi Unsoed yang memilih menjadi full time mother ini berprinsip “Jadi lah pribadi yang bermanfaat bagi orang lain”. Prinsip ini yang menyebabkan dia berusaha untuk senantiasa berkarya melalui tulisan. Beberapa buku telah dia terbitkan, salah satunya yaitu buku antologi Secangkir Kopi dan Sepotong Roti. Buku solo yang berjudul “Perempuan Pejuang, Jejak Perjuangan Perempuan Islam Nusantara dari Masa ke Masa” menjadi bukti kecintaannya pada sejarah. Selain buku, di media sosial facebook pun seringkali penulis temukan tulisannya yang bernuansa sejarah. Fakta yang diketahuinya mengenai sejarah yang kebanyakan orang tidak
24
memahaminya, diunggahnya ke media agar masyarakat membuka mata mengenai fakta sebenarnya tentang sejarah Indonesia. Dia bisa dihubungi melalui email
[email protected] atau akun facebook Widi Astuti.
B. Karakteristik Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti merupakan buku antologi yang berisi 38 kisah yang ditulis oleh 37 penulis. Namun, dari ke-38 kisah tersebut ada beberapa cerita yang mengandung konten yang sama. Jadi, dalam buku tersebut terbagi menjadi lima bagian kisah secara garis besar. Bagian satu berjudul “Peluk Cium untuk Anakku”, bagian dua berjudul “To Be a Greet Mommy”, bagian tiga berjudul “Jodoh, oh Jodoh”, bagian empat berjudul “Suamiku”, dan bagian lima berjudul “Antara Aku, Ayah, Ibu, dan Mertuaku”. Ciri khas yang melekat pada buku ini adalah bahasa yang digunakan bukan bahasa sastra atau pun bahasa yang mengandung majas. Para penulis menggunakan bahasa sehari-hari, sederhana tapi mampu mengajak pembaca untuk seolah-olah sedang mengalami langsung kisah tersebut. Kisah-kisah yang disampaikan para penulis memiliki makna dan nilai pembelajaran yang tinggi, sehingga sangat bermanfaat bagi para ibu rumah tangga khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Buku ini mengangkat kisah-kisah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, setiap kisah dapat menjadi bahan renungan atau pengetahuan baru bagi pembaca. Penulis memang menggunakan bahasa yang sederhana tapi sarat makna.
25
Bahkan, pembaca dibuat berurai air mata ketika membaca kisah-kisah yang menyedihkan. Cerita-cerita yang ditulis dalam buku tersebut memberikan pemahaman bahwa ujian demi ujian yang bila tepat dalam menghadapinya akan berbuah manis pada akhirnya. Para penulis juga ingin menyampaikan bahwa setiap segi kehidupan adalah ujian, namun semangat dan optimisme serta usaha untuk mencari jalan keluar yang tepat adalah sikap yang terbaik dalam menghadapi setiap masalah dalam kehidupan.
C. Karya-karya Penulis Widi Astuti memiliki banyak karya tulisan berbentuk buku yang telah diterbitkan. Sebagian besar di antaranya berbentuk antologi dan satu buku solo. Karya-karyanya yang berbentuk buku antologi di antaranya: 1. Dahsyatnya Cinta Pertama Buku ini diterbitkan oleh Gazza Media pada tahun 2012. Buku ini berisi pemaparan kisah nyata para penulis yang menceritakan perjalanan cinta pertama mereka. 2. Di Balik Kesulitan Terdapat Kemudahan Buku ini diterbitkan oleh Ruang Kata pada tahun 2011. Buku ini menceritakan bahwa sesulit apa pun perjalanan kehidupan pasti ada jalan kemudahan di kemudian hari. 3. Secangkir Kopi dan Sepotong Roti
26
Buku ini diterbitkan oleh Adi Citra Cemerlang, Surakarta pada tahun 2015. Buku ini berisi kisah-kisah inspiratif perempuan. Menceritakan seluk beluk masalah perempuan terutama yang sudah berkeluarga dan menjadi ibu. 4. Hei, Ini Aku Ibu Profesional! Buku ini diterbitkan oleh Leutikaprio pada tahun 2012. Buku ini menceritakan bagaimana kemahiran seorang ibu rumah tangga dalam melaksanakan segala aktivitas rumah yang harus dilakukannya dengan profesionalisme tinggi. Buku solonya berjudul “Perempuan Pejuang, Jejak Perjuangan Perempuan Islam Nusantara dari Masa ke Masa” diterbitkan oleh Konstanta Publishing House pada tahun 2013. Buku ini berkisah mengenai perjuangan para perempuan Islam Indonesia yang namanya sering terlupakan. Widi Astuti menyuguhkan 17 profil perempuan pejuang di dalam buku ini. Kisah perjuangan yang penuh inspiratif dan membuka cakrawala pembaca dalam memahami sejarah.
D. Unsur Intrinsik Karya Sastra Dalam sebuah karya sastra pasti memuat unsur pembangun karya tersebut. Unsur pembangun tersebut yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Penulis hanya akan membahas unsur intrinsiknya saja karena yang penulis soroti adalah kontennya. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya
27
sastra dari dalam. Adapun unsur-unsur intrinsik dalam Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti adalah sebagai berikut: 1. Tema Tema dalam buku ini adalah seputar masalah perempuan dengan berbagai seluk beluknya. Sebagian besar kisah yang disampaikan berbicara mengenai kehidupan rumah tangga. Namun, ada beberapa kisah yang bercerita mengenai sulitnya bertemu jodoh, perang batin antara memilih karir atau keluarga, ada juga yang bercerita mengenai ayahnya yang kurang menjalankan ajaran agama Islam. Namun, semua cerita yang disampaikan dalam buku ini ditulis oleh perempuan. 2. Penokohan Penokohan adalah watak pelaku dalam sebuah cerita. Watak para tokoh yang ditampilkan dalam buku ini adalah sebagai berikut: a. Bagian satu, “Peluk Cium untuk Anakku” 1) Kehadiranmu Mengusir Duka Kami. Kisah ini ditulis oleh Wahyu Setyaningsih. Karakter Wahyu yang terlihat dalam kisah ini yaitu dia sempat trauma dan putus asa setelah kehilangan anaknya. Dia takut akan kejadian masa lalu akan terulang kembali. 2) Engkau lah, Penyemangat Hidupku, Nak Penulis kisah ini bernama Riski Amalia. Dia seorang janda muda yang sabar, tegar, dan penuh keyakinan bahwa anaknya akan menjadi penyemangat hidupnya. Dia mampu mengesampingkan
28
egonya yang iri melihat wanita hamil lain, dia tetap berdiri tegak untuk menyambut kelahiran anaknya. 3) Semua Akan Indah Pada Waktunya Kisah ini ditulis oleh Endang Agustina. Kehilangan anak yang baru dilahirkannya membuatnya sempat terjatuh dan putus harapan. Selain itu, dia seorang yang ulet dan pekerja keras. Selalu sabar dalam menghadapi keprihatinan. 4) Anakku AmanahMu Ditulis oleh Nur Khamalah yang mengenang enam tahun kepergian anaknya yang baru berusia tujuh bulan. Dia memiliki ketegaran yang luar biasa, terlihat dari kesabarannya merawat dua anak yang sama-sama sakit. Dia juga ibu yang cekatan dan enerjik. 5) Ujian itu Pernah Kita Tempuh, Nak Ditulis oleh Khadijah yang menceritakan kesabaran dan ketelatenannya bersama suami untuk merawat anaknya yang sakit. Ketabahan terlihat dari upaya yang tidak berhenti untuk pengobatan anaknya. 6) Aqilaku Sayang Penulis kisah ini yaitu Suparsih, yang memiliki hati yang kuat dan kesabaran dalam menghadapi ujian. Meskipun dia memiliki kecemasan yang tinggi melihat bayinya tergolek di rumah sakit.
29
7) Kehadiranmu adalah Rencana Allah yang Indah Ditulis oleh, Annisa Eka Hakiki. Mampu mengambil keputusan yang tepat untuk tidak menggugurkan janinnya yang kedua walau anak pertama masih berusia enam bulan. Berpendirian kuat dan sangat peduli pada anak-anaknya. Terbukti walau mengandung anak kedua, anak pertama tidak boleh kehilangan kesempatan untuk tetap mengonsumsi ASI. 8) Anakku Aaminah Kisah ini disampaikan oleh ibu empat anak, Carmelita. Awalnya dia sangat tertutup pada suaminya. Kejernihan pikiran Carmelita membat komunikasi terjalin baik kembali. Carmelita sangat menjaga rasa malu dan harga dirinya, karena ingin sekali melahirkan dengan dibantu bidan. 9) Semua ini Bagai Mimpi Ditulis oleh Enis Duwi Fitriani Habibah Solehan. Dia memiliki kesabaran yang tinggi dalam merawat anaknya yang menderita meningitis. Berhati besar dan tetap tegar menghadapi setiap ujian. 10) Belajar Dari Fadila Ditulis oleh Bunda Fadila dengan nama asli Mery Mina. Kekurangperhatiannya pada tumbuh kembang anaknya membuat anaknya mengalami keterlambatan perkembangan. Kesabaran yang luar biasa ditunjukkan olehnya dan suami menghadapi kondisi anaknya. Ujian yang diterima tidak membuatnya patah semangat.
30
Dengan segala kemampuan yang ada, mereka mengupayakan yang terbaik untuk anaknya. b. Bagian dua, “To Be a Greet Mommy” 1) To Be a Greet Mommy Ditulis oleh Nichole Ahmad. Dia seorang yang terlalu polos ketika ibunya meninggal. Namun, dia sangat mencintai mamanya yang sudah lama dipanggil oleh Allah SWT. 2) Perubahan itu... Ditulis oleh Teni. Tetap bersyukur dan tidak menyesal walau banyak sekali perubahan yang terjadi pada fisik dan kebiasaannya setelah menjadi ibu rumah tangga. 3) Aku Pulang Kisah ini disampaikan oleh Tri Suryaningsih, seorang karyawan pabrik yang rela resign untuk memenuhi kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. Hatinya sangat mantap dan tanpa ragu memutuskan untuk resign. Selain resign dari pabrik, dia juga resign untuk berpakaian lebih syar’i. Dia adalah wanita yang ulet, karena banyak sekali yang bisa dilakukannya untuk membantu perekonomian keluarga, mulai dari membuat telur asin, membuka rumah laundry, sampai membuka butik syar’i. 4) Memasak Membawa Berkah Ditulis oleh Kiki Susanti. Dengan penuh semangat dia membuat kue pasar untuk dititipkan di lapak penjualan kue di pasar
31
sambil menggendong anaknya. Dia rela dan ikhlas melakukan itu semua demi anaknya. Walau berat, tapi dia memiliki optimisme yang tinggi bahwa Allah akan meridai langkah yang ditempuhnya. 5) Perjuangan untuk Mendapatkanmu Kisah ini ditulis oleh Christin Mendrova yang dengan penuh kesabaran dan usaha yang maksimal untuk mendapatkan keturunan. Tidak pernah menyerah dalam berusaha, tetap setia pada pasangan juga ditunjukkan oleh suami dan dirinya walau belum memiliki keturunan. Punya harapan yang tinggi untuk terus berusaha walau sempat putus asa. Berpendirian kuat sehingga goncangan dalam rumah tangganya mampu diatasinya bersama suami. 6) Balada Tanggal Tua Ditulis oleh Nadiena Shofa Andriani. Seorang istri yang pandai mengatur keuangan keluarga, sehingga uang yang tersisa pada tanggal tua tetap cukup digunakan sampai tanggal muda lagi. Kreatif dalam meracik menu makanan ketika uang semakin menipis, tetapi tetap memenuhi standar gizi. Tetap bersyukur walau kesulitan dalam mengelola keuangan pada penghujung bulan, dan tidak pernah mengeluhkan keadaan pada waktu-waktu itu.
32
7) Young Mother, Why Not? Kisah ini dituliskan oleh Sapta Suci. Seorang mahasiswi aktif sekaligus ibu muda yang mandiri, tidak ingin merepotkan orang tua maupun mertua dalam hal pengasuhan anak. Komitmen yang tinggi bersama suami untuk tidak bergantung pada siapa pun ketika mereka repot mengurus anak. Pandai mengelola jadwal kuliah yang disesuaikan dengan jadwal mengajar suami agar tidak bertabrakan. 8) Proud To Be A Full Time Mother Ditulis oleh Widi Astuti, seorang ibu rumah tangga yang dulu pernah bekerja di Bank Syariah. Seorang wanita yang cekatan, ramah, murah senyum, dan penuh percaya diri. Keirian pada teman sejawatnya ketika mengetahui mereka sukses menjadi wanita karir membuatnya sedih berat. Dia merasa mampu melebihi kemampuan teman-temannya. Namun, dia kembali tersadar akan kebanggannya menjadi ibu rumah tangga dengan berbagai aktivitasnya dan kebersamaan dengan anak-anaknya. 9) Kuperjuangkan ASI Hingga Tetes Terakhir Dikisahkan oleh Dewi Amarthani, seorang wanita karir yang memperjuangkan ASI untuk anaknya. Dia tetap mempertahankan pekerjaannya namun juga ingin anaknya tetap minum ASI. Dia berjuang keras agar anaknya mau menyusu langsung padanya, walau kadang ada rasa putus asa dan sedih karena anaknya menolak menyusu langsung.
33
c. Bagian tiga, “Jodoh, oh Jodoh” 1) Babhi, Sushu, dan Istri Diceritakan oleh Hestutianty Sham yang berdomisili di Pakistan. Dia gemar mempelajari bahasa Urdu karena dia tinggal di Pakistan. Dia seorang yang banyak tahu berbagai bahasa, terbukti dia lancar berbahasa Inggris dan mengenal bahasa Jerman. 2) Bila Aku Jatuh Cinta Kisah ini ditulis oleh Iir Lismawati, seorang yang kuat prinsipnya
dan gigih
membentengi diri
dari jatuh cinta.
Sebelumnya dia memiliki pandangan yang sangat buruk tentang pernikahan, dan hidup dengan berfoya-foya. Setelah menikah, dia menjadi yakin bahwa pernikahan adalah jalan terbaik bagi mereka yang ingin merasakan jatuh cinta. 3) Lelaki Abu-abu Ditulis oleh Sefri Antini S., kesabaran yang ditunjukkannya ketika dia memutuskan untuk resign tetapi saat itu juga usaha suaminya sedang bangkrut. Mereka mempertahankan optimisme dan keyakinan bahwa Allah akan memberi jalan keluar, dengan sabar dia hadapi juga kekecewaan keluarga pada suaminya. 4) Antara Aku, Kau, dan Ayahmu Dikisahkan
oleh Eyka Baihaqie
Nariendra. Dia teguh
memegang agamanya dan tidak mau menikah dengan laki-laki yang mencintainya karena dia nonmuslim. Sebagai teman, dia
34
adalah kawan baik karena mampu menenangkan hati temannya yang sedang kalut karena masalah keluarga mengenai kebebasan beragama. 5) Jodoh dan Sedekah Ditulis oleh Shobar Yuni Rahma. Ketegaran dan kesabarannya menghadapi ujian karena menderita kista sejak SMA dan kemungkinan hamil sangat tipis. Hatinya tidak goyah walau banyak cemoohan orang menerpa dirinya, malah semakin rajin berikhtiyar untuk mendapat solusi terbaik dari Allah. Pasrah dan tawakkal atas kehendak Allah, dan percaya bahwa Allah mempunyai rencana terindah untuk mereka. 6) Anak Pasar Ditulis oleh Ireneati Zhou, seorang yang ketika masih remaja merupakan remaja yang gaul, masih labil, dan masih mencoba mencari jati dirinya. Semasa remajanya dia sering berganti-ganti pacar, bahkan sempat meminta handphone pada kenalannya di facebook. Pergaulannya sedikit terbilang bebas. d. Bagian empat, “Suamiku” 1) Kesabaran Suamiku Penulis bernama Eka Bundanya Fathir atau Eka Wijayanti. Kesabaran yang besar ditunjukkan lewat ujian yang mereka hadapi ketika kesulitan mendapatkan keturunan, di samping perekonomian mereka yang kurang baik. Berbagai usaha telah dia lakukan,
35
termasuk bermuhasabah dengan menyesali dosa masa lalu yang kemungkinan menjadi penghalang kehamilan dan tawakkal pada Allah. Dia berusaha untuk tetap membahagiakan suaminya dengan jalan menawari suaminya untuk menikah lagi. 2) My ASI Journey Ditulis oleh Nadiena Shofa Andriani. Gempa Bantul membuat rumahnya hancur, namun dengan ketabahan dan keyakinan mereka bisa melewati ujian demi ujian. Masalah ekonomi juga menjadi cobaan untuk mereka. Namun mereka tetap mensyukuri apa pun yang mereka terima dan tidak mengambil hati omongan orang. Dia ibu yang sangat memperhatikan hak anak-anaknya, terlihat saat dia memilih NWP daripada menyapih anak pertamanya. 3) Atlet Tarik Tambang Kisah yang dituliskan oleh Yully Brelly Haskori. Kecelakaan saat lomba tarik tambang membuat kakinya tidak bisa normal seperti semula. Semua terapi penyembuhan yang memakan waktu dan tentunya mengurangi aktivitasnya tidak membuatnya patah semangat. Hatinya dipenuhi harapan besar bahwa dia akan segera pulih. Ketabahan juga ditunjukkannya ketika mengetahui kakinya tidak bisa normal lagi, ditambah kalimat indah sang suami yang mampu meluluhkan kesedihannya tentang keadaan dirinya.
36
4) Liku-liku Kehidupan Awal Rumah Tanggaku Penulis kisah ini yaitu Nila Kurniasari. Ujian yang sering Allah berikan padanya dan suami yaitu kesulitan suami mendapat pekerjaan. Ada saja kejadian yang membuat suaminya kehilangan pekerjaannya. Semua itu dijalaninya dengan hati yang lapang dan tetap menjaga kesabaran serta keyakinan bahwa akan ada jalan terbaik setelah ini. Kemungkinan operasi caesar anak pertamanya juga menjadi ujian selanjutnya, karena terbentur biaya. Namun dengan
penuh
harapan,
dia
meminta
pada
Allah
untuk
mempermudah segalanya, kemudian dipasrahkannya segala takdir kepada Allah. Ketaatan pada suami tercermin dari sikapnya yang menuruti kata-kata suami untuk tidak ikut mencari kerja. 5) Selalu Ada Pelangi Setelah Badai Dikisahkan oleh Ryen Azaleya. Rasa terpukul pada sikap kakaknya membuat dirinya dan suami pindah dari rumah sang ibu menuju rumahnya sendiri. Semua itu dilakukannya demi menjaga hubungan baik dengan keluarga, terutama kakaknya. Kejadian yang menimpa diri dan suaminya membuatnya belum bisa sepenuhnya memaafkan kakaknya. Namun begitu dia tetap menghormatinya. 6) Engkau lah, Oemar Bakriku Kisah ini dituliskan oleh Shinta Yunia Setha. Karakter yang melekat padanya yakni mampu menerima keadaan, terutama
37
keadaan suaminya yang ekonominya rata-rata. Segala kesulitan hidup yang dialami suaminya sewaktu masih menempuh sekolah, sampai menjadi guru, sampai menjadi suaminya membuatnya banyak belajar tentang makna hidup. Menghargai usaha keras suaminya walau berat dijalani. Belajar lebih benar lagi dalam memaknai hidup, karena selama ini dia sangat idealis. e. Bagian lima, “Antara Aku, Ayah, Ibu, dan Mertuaku” 1) Aku dan Ibuku Ditulis oleh Misbachul Chasanah, seorang anak yang sangat mencintai ibunya. Dia menceritakan bagaimana akhlak ibunya pada anak-anaknya. Ibunya seorang ibu yang tangguh, tidak banyak berkeluh kesah pada beratnya pekerjaan yang harus dilakukannya walau usianya tidak lagi muda. Seorang ibu yang dengan ikhlas melepas anaknya menikah tanpa beban sedikit pun. 2) Ibu, Kuseberangi Lautan Mencarimu Dikisahkan oleh Ervina Sentak. Hidup bersama adiknya membuatnya harus berpikir keras untuk makan dirinya dan adiknya. Kehidupan yang serba kekurangan membuat dia menjadi wanita yang tangguh. Keikhlasan juga tepancar manakala dia harus menjalani kesulitan hidup sejak kecil yang jauh dari ibunya yang merantau mencari uang. Karena sulitnya makan, dia dan adiknya menjadi orang yang kuat menahan lapar.
38
Dengan keyakinan kuat, disusulnya ibunya di pulau seberang. Berbekal harapan yang tinggi, ditempuhnya perjalanan yang memakan waktu lama. Kesulitan hidup juga membuatnya semakin mensyukuri kehidupan ini. 3) Sungguh Janji Ada untuk Ditepati Dikisahkan oleh Nadidah Safitri. Dia menceritakan adiknya yang sering sakit, dan menyampaikan keteledoran ayahnya ketika mengucapkan nadzar. Dia sendiri seorang yang sangat menyayangi adiknya. Sampai-sampai ketika adiknya sakit dia berikhtiyar dengan melakukan shalat malam untuk mendoakan adiknya yang sedang sakit. 4) Keikhlasan Papa Dikisahkan
oleh Erika Purnamasari yang menceritakan
keikhlasan ayahnya. Kecelakaan yang menimpa keluarganya tidak membuat mereka putus asa. Bahkan, ayah Erika yang ingin menebus mobil dari bengkel tidak sampai hati menagih piutang pakdhenya Erika. Ayahnya dengan ikhlas dan tanpa berat hati menolak usul Erika untuk menagih uang pada pakdhenya dengan alasan pakdhenya lebih membutuhkan uang. Kebaikan ayahnya juga terlihat saat memberi resep obat generik pada pasien-pasiennya. Musibah yang menimpa mereka tidak membuat mereka putus harapan, mereka tetap sabar dan khusnudzon pada Allah SWT.
39
5) Emak is My Queen Of Universe Ditulis oleh Siti Nuraida yang menceritakan keluarbiasaan emaknya. Emak yang tidak muda lagi tetap enerjik melakukan aktivitas sehari-hari. Sakit yang dideritanya tidak membuatnya lantas bermalas-malasan di tempat tidur. Beliau tetap melakukan pekerjaan yang setiap hari dilakukan. Emak sangat peduli dengan pendidikan anak-anaknya walau beliau sendiri bukan orang yang berpendidikan. Tidak pernah mengeluh pada beratnya hidup yang harus ditanggung bersama kesepuluh anaknya. Menyayangi anak-anaknya walau tidak bisa sepenuhnya memberi perhatian karena banyaknya anak dan banyaknya beban hidup yang ditanggung. Emak sangat humoris, lugu, tapi sangat percaya diri. Tidak mengharapkan materi dari pendidikan yang diusahakan untuk anaknya. Emak juga seorang pemurah dan pengasih. Siti sendiri berwatak sangat patuh pada orang tua, sangat menyayangi emaknya, dan sangat menjaga kepercayaan emaknya dalam hal keseriusan belajar. Bangga memiliki emak yang seperti emaknya. 6) Mama Mertuaku Ditulis oleh Dina Nugraeni. Dia seorang yang pencemburu ketika suaminya dekat dan sangat perhatian pada ibunya yang
40
sekaligus ibu mertuanya. Namun dia sangat bersyukur memiliki suami yang sempurna di matanya. 7) Peci Merah Bapak Ditulis oleh Khodijah Asy-Syahidah. Rasa benci pada bapaknya yang baginya sangat menyakiti ibunya membuatnya menutup mata seolah-olah bapaknya adalah orang paling buruk sedunia. Dia pun geram pada ibunya yang masih saja mencintai bapaknya dengan sifatnya yang sangat buruk itu. Rasa bencinya pecah dan sempat mengusir bapaknya dari rumah. Namun kebencian pada bapaknya akhirnya menghilang ketika ibunya menceritakan bahwa bapaknya sebenarnya orang yang baik. Kini, dia sangat menyayangi bapaknya. 3. Alur/ Plot Alur dalam buku ini sebagian besar alur maju. Ada sebagian kecil yang menggunakan alur maju-mundur. Contoh alur maju-mundur dalam buku ini yaitu: Saat ini kami adalah orang paling berbahagia sedunia. Jauh berbanding terbalik dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun-tahun terakhir merupakan tahun penuh perjuangan yang menguras tenaga, baik lahir maupun batin. Tahun-tahun yang hampir membuatku putus asa karena sulitnya mendapat momongan. Tahun 2000 aku menikah dengan seorang pria yang ku cintai, sebut saja namanya Papa Kumis. Hari-hari setelah pernikahan adalah harihari bahagia. Semuanya begitu indah. Kami laksana sepasang kekasih yang tak puas memadu kasih. Kebahagiaan itu seakan tak akan pernah pudar bila tidak terbentur masalah keturunan. Memang kami menikah di usia yang tidak tergolong muda lagi. Kami berusaha menggapai
41
mimpi dulu sepuas-puasnya. Kami juga berusaha mengumpulkan uang terlebih dahulu untuk acara pesta pernikahan. (Astuti, 2015: 100-101) 4. Sudut Pandang Sudut pandang adalah cara penulis bercerita. Dalam buku ini sudut pandang yang digunakan adalah orang pertama, karena dalam setiap cerita menggunakan kata “aku”. Kutipan dalam buku: Terkenang suatu masa saat usiaku berada di penghujung tahun ke 29. Ada gejolak yang menghentak-hentak di dalam jiwa ini. Gejolak yang entah bagaimana wujudnya dan darimana sumbernya. Aku tersadar bahwa usiaku sudah cukup dewasa. Aku sudah tak pantas lagi berperilaku seperti remaja. Aku harus berpikir jernih dan bertindak sebagaimana orang dewasa. (Astuti, 2015: 90) 5. Latar/ Setting Latar dalam buku ini yaitu di wilayah Indonesia meliputi berbagai provinsi. Ada latar yang berada di provinsi Jawa Tengah, Nias Sumatra Utara, Kalimantan, bahkan ada yang berlatar di Papua. Ada juga yang berlatar di luar negeri, yaitu Pakistan. Kutipan dalam buku: Setelah peristiwa tuba yang pecah ini, kami hanya punya sedikit kemungkinan untuk memperoleh anak dengan cara normal. Tapi kami tidak putus asa. Kami berjuang sekuat tenaga untuk bisa hamil lagi. Maka mulailah kami mengikuti program-program khusus. Beruntung, Papa Kumis sejak tahun 2007 di mutasi ke Papua. Mutasi ini membawa berkah karena kami mendapat tunjangan yang lebih baik dan pengganti kemahalan. (Astuti, 2015: 103)
42
Nehi, acha, nehi, acha. Hanya kedua kata itu yang aku tahu saat pertama kali ke Pakistan. Aku pikir tidak perlu repot belajar bahasa Urdu, bahasa nasional suamiku, Pakistan. Toh, keluarga suamiku bisa berbahasa Inggris, begitu pikirku. Tapi semakin lama aku menetap di Pakistan semakin repot karena tidak paham bahasa Urdu. Meski bahasa Inggris cukup umum di Pakistan, nyatanya tidak semuanya lancer berbahasa Inggris. Aku ingat benar saat pertama kali tiba di Pakistan rasanya pusing mendengar semua orang bicara dalam bahasa Urdu. Dalam pikiranku saat itu semua orang berlomba bicara tiada terputus sedikit pun. (Astuti, 2015: 132) 6. Amanat Amanat yaitu pesan yang disampaikan dalam sebuah cerita. Amanat dalam buku ini yaitu takdir seorang perempuan yaitu menjadi istri dan ibu bagi anak-anaknya. Kewajiban utama seorang istri adalah taat pada suami. Selain itu, perempuan yang sudah menjadi ibu bertanggung jawab atas anak-anak, mengurus rumah, dan melayani suami. Suami istri harus saling mendukung dalam segala hal. Jika suami dalam keadaan sulit maka istri menjadi penghibur dan penguat hati suami. Begitu juga sebaliknya. Ujian dalam rumah tangga pasti ada, maka bersikap bijak dalam menghadapi ujian adalah langkah yang paling tepat untuk tetap meraih ridho Allah SWT.
E. Sinopsis Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti terdiri dari 5 bagian, yaitu bagian satu berjudul “Peluk Cium untuk Anakku”, bagian dua berjudul “To Be a Greet Mommy”, bagian tiga berjudul “Jodoh, oh Jodoh”, bagian empat berjudul “Suamiku”, dan bagian lima berjudul “Antara Aku, Ayah, Ibu, dan
43
Mertuaku”. Berikut sinopsis ke-5 bagian tersebut beserta masing-masing kisah-kisahnya: 1. Bagian satu, “Peluk Cium untuk Anakku” a. Kehadiranmu Mengusir Duka Kami, penulis Wahyuni Setyaningsih. Idul Fitri 2011 adalah hari berduka untuk keluarganya. Bayi yang dikandungnya selama delapan bulan meninggal karena keracunan ketuban dan lemah jantung. Dia sangat putus asa, sampai-sampai dia merasa ingin segera menyusul anaknya ke alam sana. Malam-malam dilewatinya hanya dengan menangis dan meratapi buah hatinya yang telah pergi. Hingga tiga bulan kemudian dia baru hamil lagi. Dia sangat bersyukur. Namun kejadian sebelumnya terulang lagi, ketuban pecah dini saat dia pulang kerja. Segera dia ke klinik, dan dokter mengharuskan operasi caesar. Namun, setelah operasi caesar bayinya masih harus dirawat di rumah sakit. Ketakutan akan terulangnya masa lalu sering menghantuinya. Pada akhirnya bayinya baik-baik saja dan sudah sehat. b. Engkau lah, Penyemangat Hidupku, Nak, penulis Riski Amalia 9 September 2013 dilangsungkan pernikahannya. Namun, Januari 2014 mereka bercerai padahal Riski sedang hamil. Bulan-bulan dilalui dengan
sangat
sulit.
Mulai
dari
omongan
tetangga
untuk
menggugurkan kandungan, karena nanti akan terbebani karena merawat anak tanpa ayahnya. Melihat orang lain hamil didampingi
44
sang suami membuatnya iri. Namun dia tetap tegar dan sabar menjalani takdir. 10 Juni 2014 Riski melahirkan. Lahirnya buah hatinya membuat Riski semakin bersemangat menjalani hidup. Anaknya telah menjadi pelecut dalam melanjutkan kehidupan selanjutnya. c. Semua Akan Indah Pada Waktunya, penulis Endang Agustina Setelah menikah, Endang dan Mas Harmin kembali bekerja di perkebunan sawit. Namun setelah hamil, Endang memutuskan untuk fokus menjaga janin dalam perutnya. Perekonomian mereka dibilang pas-pasan. Gaji suaminya hanya cukup untuk makan. Keadaan ini memaksa mereka untuk menjual motor tuanya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Waktu melahirkan pun tiba. Tetapi bayi mereka tidak selamat. Endang begitu putus asa, dia sangat terpuruk dengan kematian bayinya. Dia lebih banyak diam dan duduk di depan pintu merenungi nasibnya. Suatu malam, dia melihat suaminya tengah shalat Tahajjud. Dalam doanya, suaminya memohon kepada Allah untuk mengembalikan istrinya seperti sedia kala. Doa suaminya lah yang membuat hatinya kembali terang. Akhirnya, Endang kembali bekerja di perkebunan sawit. Setelah menunggu selama dua tahun, akhirnya Endang hamil lagi. Penantian yang cukup lama. Pada 10 Februari 2013 lahir lah anak mereka yang kedua dengan selamat.
45
d. Anakku AmanahMu, Nur Khamalah Nur Khamalah dikaruniai dua orang putra dan putri. Putra pertama bermana Naufal, dan putri keduanya bernama Nafis. Saat mereka berempat berencana untuk liburan ke rumah kakek nenek di Tegal, tiba-tiba Naufal sakit. Akhirnya dibawa lah Naufal ke klinik, sedangkan Nafis dititipkan ke tetangga karena suaminya sedang bekerja. Selama tiga hari, Nur Khamalah bolak-balik ke klinik, karena Naufal sangat rewel dan hanya mau disuapi ibunya sewaktu makan. Pada saat seperti itu, tiba-tiba Nafis panas. Nafis dibawa ke klinik yang sama tempat Naufal dirawat. Keduanya divonis tifus. Namun ketika kondisi Naufal membaik, Nafis malah diare dan kondisinya sangat mengkhawatirkan. Nafis harus dirujuk ke rumah sakit yang ada ruangan PICU anaknya. Sesampainya di rumah sakit, berbagai upaya dilakukan dokter untuk menyelamatkan Nafis. Setelah dokter
melakukan
pemeriksaan,
dokter
mengatakan
bahwa
kemungkinan Nafis sembuh sangat tipis. Akhirnya pada malam hari Nafis meninggal dunia pada usia 7 bulan. e. Ujian itu Pernah Kita Tempuh, Nak, penulis Khadijah Saat menjelang kelahiran sampai pasca melahirkan, Khadijah harus mondok di rumah bidan selama tiga hari. Upaya ini dilakukan agar anaknya lahir dengan baik. Berbagai upaya dilakukan oleh Khadijah dan suaminya, walau harus mondok di rumah bidan yang jauh dari
46
tempat tinggal mereka. Suaminya meruqyah calon bayinya agar lahir selamat. Namun, setelah kelahiran ada keganjilan dari buku-buku jari anaknya. Berwarna hitam, bibirnya gelap, dan kesulitan saat menyusu. Kemungkinan ada jaringan jantung atau paru-paru anaknya bermasalah. Sejak usia anak mereka dua minggu sampai empat bulan, mereka harus bolak-balik periksa ke dokter. Alhamdulillah, keadaan anaknya berangsur membaik. Mereka menjalani ujian ini dengan penuh kesabaran, terbukti dari mereka tetap menjalani pengobatan anaknya dan mendidiknya dengan baik agar kelemahan anaknya tidak membuatnya menjadi anak manja. f. Aqilaku Sayang, penulis Suparsih Delapan bulan menanti kehadiran sang buah hati akhirnya berbuah manis. Test pack menunjukkan dua garis merah, artinya positif. Setelah lama menunggu kelahiran, maka lahirlah sang bayi dengan selamat. Namun, sang bayi mengalami infeksi pada tali pusarnya yang membuatnya harus dirawat di rumah sakit. Suparsih rela tidur di lantai rumah sakit untuk tetap dekat dengan anaknya. Setelah keadaan membaik, mereka pun diperkenankan membawa bayi mereka pulang ke rumah.
47
g. Kehadiranmu adalah Rencana Allah yang Indah, penulis Annisa Eka Hakiki Eman bulan setelah kelahiran anak pertama, Eka berencana KB IUD, tapi menunggu menstruasi selesai agar tidak sakit ketika IUD dipasang. Lama menunggu dengan gelisah karena dia tak kunjung haidh. Ternyata dia hamil lagi. Suami sempat menanyakan mau digugurkan atau tidak, namun Eka tetap ingin merawatnya. Akhirnya mereka sepakat melakukan NWP (Nursing While Pregnant). Mereka tinggal serumah dengan mertua, namun sampai usia lima bulan kandungan mertua tidak tahu kehamilannya. Sampai akhirnya orang tua Eka tahu akan kehamilannya dan marah-marah karena dituduh tidak sayang anak. Saat melahirkan pun tiba. Eka melahirkan di rumah tanpa dibantu bidan atau dokter. Menggunakan peralatan seadanya karena memang kurang persiapan. Anak yang awalnya belum diharapkan kehadirannya itu lahir dengan sangat mudah tanpa merepotkan siapa pun. h. Anakku Aaminah, penulis Carmelita Carmelita adalah seorang ibu tiga anak yang sedang menunggu kelahiran anak keempat. Dia sering ditinggal suami berlayar, jadi masa-masa kehamilan dijalaninya tanpa suami sebelum suami cuti. Carmelita menderita eklamsia, tekanan darahnya selalu tinggi, jadi sangat beresiko saat persalinan. Persalinan keempat diperkirakan akan beresiko juga, jadi selama melahirkan dia dibantu oleh Sp.OG laki-laki.
48
Perang batin pun terjadi, dia merasa malu jika harus bersalin dibantu Sp.OG laki-laki, maka dia mencoba untuk mengatasi tekanan darahnya yang tinggi. Ketika suami pulang, mereka sangat kaku, komunikasi tidak secair pasangan suami istri pada umumnya. Carmelita merasa diabaikan suami, karena selama enam bulan ditinggal berlayar dan enam bulan pula baru bisa libur. Apalagi mereka sedang membangun rumah yang dikerjakan suaminya sendiri, jadi perhatian suaminya teralih darinya. Itulah yang membuatnya hipertensi. Namun, akhirnya bisa diatasi dengan komunikasi dari hati ke hati. Saat persalinan tiba ada banyak sekali ujian. Tensinya tinggi dan harus mencari Sp.OG yang tentunya laki-laki, namun tidak bisa bertemu Sp.OG karena semua sedang sibuk. Akhirnya persalinan dibantu oleh bidan, mereka selamat dan Carmelita tidak drop pasca persalinan. i. Semua ini Bagai Mimpi, penulis Enis Duwi Fitriani Habibah Solehan Enis seorang pengajar yang diuji dengan sakitnya anaknya yang bernama Akmal. Karena sudah lama ijin tidak mengajar, dia mulai masuk untuk mengajar sambil membawa Akmal yang masih sakit. Sepulang mengajar, Akmal kejang-kejang. Dengan perasaan panik, dia memacu sepeda motor agar cepat sampai di rumah. Lalu membawa Akmal ke rumah sakit. Setelah diperiksa ternyata Akmal harus dirujuk, karena Akmal didiagnosis meningitis. Enis terus berdoa, membaca
49
ayat suci Al Qur’an, dan bershalawat di telinga Akmal. Diagnosis meningitis ternyata benar, ditambah lagi ada sedikit kebocoran jantung. Kenyataan ini membuatnya sangat sedih. Selanjutnya Akmal rutin kontrol. Pertumbuhan dan perkembangannya pun mulai terlihat walau tidak seperti anak lain pada umunya. Dengan penuh kesabaran, mereka tetap menjalani serangkaian terapi untuk kesembuhan Akmal. j. Belajar Dari Fadila, penulis Bunda Fadila (Mery Mina) Fadila lahir dengna sehat, tapi dia menderita microcefali. Saat usinya lima bulan, Fadila sering biru. Keadaan ini membuat orang tuanya cemas. Saat dibawa ke rumah sakit mendadak Fadila kejang sampai
berbusa.
Ternyata
Fadila
terlambat
ditangani.
Hasil
pemeriksaan menyatakan bahwa Fadila menderita epilepsi dan microcefali.
Fadila
sering
opname,
walau
hanya
demam.
Perkembangan Fadila sangat lambat, saat usia satu tahun dia cenderung emosional dan pemarah. Dalam kondisi seperti ini, keuangan mereka juga sulit karena banyak biaya untuk pengobatan Fadila, namun mereka mencoba bisnis baru demi melanjutkan pengobatan Fadila. Baru di usianya dua tahun, Fadila bisa berjalan. Tetapi ketika Fadila digendong neneknya, neneknya terjatuh dan tubuh Fadila tertimpa tubuh neneknya. Hasilnya Fadila kembali seperti bayi lagi. Semua usaha dimulai dari nol lagi. Fadila diarahkan untuk mengikuti
50
kelas tumbuh kembang oleh dokter dan menjalani terapi okupasi dan wicara. Pada usia tiga tahun lewat, Fadila jatuh lagi yang membuat kepala belakang retak. Fadila sepuluh hari kritis namun dia bisa melewatinya. Di usia lima tahun, sikap dan tutur kata Fadila seperti anak usia tiga tahun. Belum bisa mengontrol pipis, dan banyak sekali kemampuan yang harus dikejar. Namun, keadaan ini tetap membuat orang tua Fadila tegar dan selalu setia membimbing Fadila agar bisa tumbuh sebagaimana anak-anak lain. 2. Bagian dua, “To Be a Greet Mommy” a. To Be a Greet Mommy, penulis Nichole Ahmad Penyakit sesak napas yang diderita ibunya menjadikan 14 tahun cukup untuknya hidup bersama sang ibu. Wasiat ibunya untuk menjaga adiknya, Kyle, tidak benar-benar dia pahami bahwa ibunya akan segera dipanggil Allah SWT. Dia tidak lagi cengeng dan manja seperti dulu ketika ibunya masih ada. Dia juga mampu menjaga adik satu-satunya yang diwasiatkan oleh ibunya untuk menjaganya. Nichole merasa banyak sekali mendapat pelajaran dari ibunya walau hanya bisa bersama selama 14 tahun saja. Dia sangat mengenang baik ibunya. b. Perubahan itu..., penulis Teni Teni bercermin sambil merenungi perubahan yang ada pada dirinya setelah menikah. Perut yang berlemak, kulit sudah tidak mulus lagi, rambut tidak cantik lagi, kulit tangan kasar, kaki pecah-pecah. Selain
51
itu, yang dulu masih gadis sekarang seorang ibu rumah tangga dengan tugas yang semakin banyak, yang dulu tidak mau memasak sekarang harus memasak untuk makan keluarga, yang dulu suka rapi dan meletakkan barang-barang pada tempatnya setelah menikah menjadi pusat pertanyaan mengenai keberadaan barang-barang sepele tapi sangat dibutuhkan yang tidak diletakkan pada tempatnya. Begitu banyak perubahan yang terjadi setelah menikah. Namun, tidak pernah ada penyesalan atas semua perubahan itu. c. Aku Pulang, penulis Tri Suryaningsih Jiwanya berontak karena rutinitas yang dilakukannya sehari –hari sebagai karyawan pabrik garmen. Selama 11 tahun bekerja di pabrik, hatinya terasa hampa, ada kedamaian yang dirindukannya. Melalui media sosial facebook, dia menemukan teman-teman yang membuat wawasan agamanya bertambah. Kedamaian yang dia rindukan ternyata adalah kedekatan dengan keluarga dan anak-anak. Sebelumnya anak-anaknya lebih dekat dengan pembantunya
daripada
dengan
dirinya.
Dengan
mantap,
dia
memutuskan untuk resign dari pabrik. Walau ekonomi keluarga sangat terbantu oleh gajinya, namun keputusannya sudah bulat. Dia memulai usaha rumahan yang bisa dikerjakannya tanpa harus keluar rumah. Mulai dari membuat telur asin, usaha laundry, sampai menjahit baju yang kemudiann dia memiliki butik sendiri. Dia pun memutuskan untuk hijrah dengan berpakaian yang lebih agamis. Keputusannya
52
untuk resign rasanya tidak sia-sia. Selain bisa tetap bersama keluarga, dia juga masih bisa menopang ekonomi keluarga. d. Memasak Membawa Berkah, penulis Kiki Susanti Kiki awalnya tidak suka memasak dan tidak bisa memasak. Kalau dia mencoba untuk memasak suatu makanan pasti hasilnya sangat buruk, misalkan tempe gosong, tumisan tapi berkuah, atau asam pedas yang kuahnya keenceran. Namun, dia rajin sekali menyalin resep masakan walau tidak pernah dipraktikkan. Rasa tertarik untuk memasak dimulai ketika Ramadhan 2013. Dia mencoba membuat kue kering. Saat keuangannya terpuruk, dia mencoba membuat kue jajanan pasar yang dititipkannya di beberapa lapak penjualan kue. Kadang kuenya habis, tinggal sedikit, masih banyak, atau tidak ada yang membeli sama sekali. Sambil menggendong anaknya, Lilly, dia mengantarkan kue ke pasar. Begitu lah yang dilakukannya setiap hari untuk menghidupi dirinya dan anaknya. e. Perjuangan untuk Mendapatkanmu, penulis Christin Mendrova Christin menikah dengan Papa Kumis di usia yang tidak muda lagi, mereka fokus menggapai impian masing-masing dulu sebelum menikah. Setelah menikah mereka pindah ke Papua, tempat kerja suami. Persoalan kemudian datang mengganggu pernikahan mereka, mereka tidak kunjung dikaruniai anak. Penantian yang cukup lama dan usaha keras telah mereka jalani. Ketika konsultasi dengan dokter
53
berbagai vonis telah mereka terima. Banyak jalan pengobatan mereka tempuh, dan akhirnya Christin dinyatakan hamil. Namun, ketika usia kandungan tujuh minggu baru ketahuan kalau janin berada di luar kandungan. Janin pun harus digugurkan. Setelah peristiwa itu, kemungkinan hamil lebih kecil lagi. Mereka mencoba inseminasi, tapi tidak berhasil. Kemudian mereka mencoba program bayi tabung. Tetapi gagal juga. Mereka kembali mencoba pengobatan, kini mereka berobat ke Penang, Malaysia. Program bayi tabung kembali dilakukan, namun setelah program berhasil diketahui lagi bahwa janin berada di luar kandungan. Akhirnya mereka kembali ke Indonesia setelah mendengar saran dari dokter untuk mencari donor rahim. Namun mereka keberatan dengan saran itu. Tahun berikutnya mereka kembali ke Penang. Namun kegagalan kembali terjadi. Saat penanaman embrio, Christin tidak dinyatakan hamil. Akhirnya, dengan sedih hati mereka pulang ke Indonesia dan menitipbekukan tujuh embrio di Penang selama dua tahun. Sejak kejadian itu, pernikahan mereka semakin diguncang oleh pihak keluarga besar yang ingin memisahkan mereka. Namun, dengan sekuat tenaga Christin membujuk suaminya agar tidak terpengaruh oleh keluarga. Suaminya tetap ingin mencoba program bayi tabung lagi mengingat ada tujuh embrio yang dititipkan di Penang. Dua tahun kemudian, mereka mencoba program lagi, dan hasilnya positif. Mereka merasa sangat bahagia dan merasa usaha keras mereka
54
selama ini tidak sia-sia. Christin sangat bersyukur karena Tuhan karena telah mengabulkan keinginan mereka. f. Balada Tanggal Tua, penulis Nadiena Shofa Andriani Mengisahkan tentang kreatifitas ibu rumah tangga pada saat tanggal tua. Mulai dari menu makanan yang semakin disederhanakan, mengurangi acara makan di luar, mencegah anak banyak jajan, dan menjalin silaturahmi untuk membuka rezeki. Namun baginya, tanggal tua menjadi momen untuk belajar hidup sederhana, tidak mengeluh saat keuangan mulai menipis, belajar untuk tidak selalu keinginan itu dipenuhi, dan tetap mensyukuri nikmat Allah. g. Young Mother, Why Not?, penulis Sapta Suci Dia menikah di usia 20 tahun dan melahirkan anak ketika usianya 21 tahun. Ketika itu dia masih mahasiswi aktif. Keputusannya untuk menikah muda sangat bulat, setelah meyakinkan orang tuanya bahwa dia bisa menjalani pernikahannya dengan baik dan kuliahnya tidak terganggu. Dia dan suami berkomitmen kuat untuk mengasuh anak sendiri. Sempat orang tuanya ingin mengasuhkan, tapi dia tolak dengan alasan ingin merawatnya sendiri. Hari ketiga anaknya lahir, dia harus mengikuti UAS. Dia berangkat sendiri dengan naik motor sedangkan anaknya diasuh suaminya. Semua urusan merawat bayi dilakukannya bersama-sama sang suami. Ketika semester baru, mereka harus berkompromi untuk mengatur jadwal masing-masing agar bisa bergantian mengasuh anak. Dia
55
sempat kewalahan dan kelelahan dengan aktivitasnya, namun dia tetap yakin bahwa dia bisa melewatinya. Dia ingin menunjukkan bahwa menjadi ibu muda itu tidak menakutkan tetapi ada tantangan yang sangat menyenangkan. h. Proud To Be A Full Time Mother, penulis Widi Astuti Berawal dari komunikasi dengan teman semasa SMA dulu yang menceritakan padatnya aktivitas sebagai PNS dan mengikuti banyak training, perang batin mulai menyerangnya. Dia merasa bahwa dia juga bisa melakukan apa yang dilakukan temannya. Bahkan kemampuannya lebih baik dibandingkan kemampuan temannya. Lantas dia merenung, mengingat masa lajang dulu. Widi yang enerjik, ramah, murah senyum, dan penuh percaya diri. Sibuk melayani nasabah di bank, melobi direktur perusahaan untuk menawarkan kerja sama, melakukan presentasi di sebuah instansi, dan mengisi seminar. Semua terlihat jelas, membuatnya semakin sesak. Hatinya semakin teriris ketika mengetahui teman kerja dulu di bank telah naik pangkat dan mendapat inventaris mobil. Padahal dengan kemampuannya, dia juga sangat bisa melakukannya. Tapi dia memilih mengundurkan diri karena tidak mau berkecimpung dalam riba. Ditumpahkannya air matanya, berharap sesak di dadanya akan segera lenyap. Hatinya terluka, karena merasa dia mampu untuk sukses melebihi teman-temannya tapi kini dia hanya seorang ibu rumah
56
tangga yang berkutat dengan pekerjaan rumah. Namun, dia segera tersadar ketika melihat anak-anaknya yang sangat membutuhkannya. Apalagi anak pertamanya yang sering jatuh sakit. Melihat anak keduanya yang masih lima bulan, dia mencoba untuk tegar berjalan di jalan ini. Bangga menyandang status full time mother. i. Kuperjuangkan ASI Hingga Tetes Terakhir, penulis Dewi Amarthani Tiga bulan pasca melahirkan, dia harus segera masuk kerja. Namun, dia ingin anaknya tetap minum ASI. Karena tidak terus menyusu langsung, lama kelamaan anaknya, Ayesha, tidak mau menyusu langsung. Dia sangat kebingungan, apalagi pernah suatu ketika dia mau memberi ASI pada Ayesha, tapi Ayesha malah menangis histeris. Ternyata anaknya mengalami bingung puting. Berbagai cara ditempuhnya untuk memperbaiki kondisi. Salah satunya dengan dipijat yang disarankan oleh kakak iparnya. Namun tidak memberi efek yang terlihat. Dengan tetap tenang dan menguasai diri, Dewi menyusui anaknya. Sambil berzikir dia menenangkan diri dan menenangkan anaknya. Sampai usia 20 bulan, anaknya tetap minum ASI walau kadang harus diperah, karena dia masih masuk kerja.
57
3. Bagian tiga, “Jodoh, oh Jodoh” a. Babhi, Sushu, dan Istri, penulis Hestutianty Sham Kepindahannya ke negeri suami, Pakistan, membuatnya bingung dengan
bahasa
kebangsaannya.
Bahasa
Urdu
adalah
bahasa
kebangsaan Pakistan. Banyak sekali kesulitan yang dihadapinya karena tidak bisa berbahasa Urdu. Awalnya dia banyak dibantu oleh iparnya ketika misalnya, membeli sayur. Namun, ketika iparnya menikah, dia harus melakukannya sendiri dan mau tidak mau dia harus bisa berbahasa Urdu. Banyak sekali bahasa yang hampir sama dengan bahasa Indonesia tetapi berarti berbeda. Misalnya bhabhi yang berarti julukan untuk wanita yang baru saja menikah, sushu yang artinya urin, istri yang artinya setrika, dan masih banyak lagi kata yang hampir sama namun maknanya berbeda. Hidup di Pakistan membuatnya semakin gemar mempelajari bahasanya, dengan begitu bertambah lah khazanah keilmuannya. b. Bila Aku Jatuh Cinta, penulis Iir Lismawati Lingkungan yang buruk mencitrakan kesan buruk juga baginya tentang pernikahan. Baginya pernikahan adalah penjara bagi kaum wanita, karena wanita menjadi terkungkung, terbebani, dan tersiksa dengan beban tugas yang sangat banyak. Dia berprinsip sangat kuat untuk tidak pernah jatuh cinta, dan ingin mengubah keadaan keluarga lebih baik lagi secara ekonomi. Oleh karena itu, yang ada dalam pikirannya hanya bagaimana mendapat uang yang banyak.
58
Akhirnya, dia menjadi PNS di Halmahera. Suatu ketika dia mendapat panggilan prajab ke Jakarta. Saat itu lah dia bertemu lakilaki yang awalnya diacuhkan tetapi akhirnya menjadi suaminya. Sepulang prajab, mereka intens berkomunikasi, sampai akhirnya sang laki-laki ingin melamarnya. Entah apa yang terjadi, Iir hanya menuruti kemauan si laki-laki tanpa menolak, padahal hatinya sangat menolaknya. Saat hari pernikahan tiba, dia merasa sangat gugup. Kalau bisa momen seperti ini diundur saja karena merasa belum siap. Namun, setelah
akad terucap, kecupan pertama
suami
di keningnya
membuatnya merasakan yang namanya jatuh cinta. Kebahagiaan menyeruak dalam hatinya, membuatnya yakin bahwa cinta akan indah jika terjadi pada waktu, orang, dan cara yang tepat. c. Lelaki Abu-abu, penulis Sefri Antini S. Dalam sebuah acara, tanpa sengaja dia berkali-kali bertemu dengan seorang laki-laki yang sama, namun tidak dihiraukannya. Pada akhirnya mereka berkenalan karena seringnya kebetulan bertemu. Beberapa lama kemudian, sang laki-laki menghubunginya lewat sms. Berbulan-bulan kemudian, si laki-laki baru mengirim sms lagi. Kali ini dia meminta alamat rumah karena ingin silaturahmi. Setelah kedatangannya, berbulan-bulan kemudian si laki-laki meneleponnya menanyakan apakan dia mau menikah dengannya. Dengan perasaan bingung,
dia
belum
bisa
59
menjawabnya.
Setelah
lama
tidak
menghubungi lagi, si laki-laki kembali menanyakan hal yang sama untuk menikahinya. Singkat cerita lamaran pun terjadi, dan menikah lah mereka. Awal menikah mereka tidak tinggal seatap, jarak mereka dipisahkan antara Depok-Bandarlampung. Tidak lama kemudian, Sefri memutuskan resign dari pekerjaannya. Di saat yang bersamaan, usaha suami sedang bangkrut. Dengan kemampuan yang mereka miliki, mereka tepis pandangan buruk keluarga besarnya tentang keluarga kecilnya, mereka hadapi cobaan dengan optimisme tinggi dan kesabaran yang terus mereka pertahankan. Mereka berharap Allah akan menunjukkan jalan terbaik untuk mereka. d. Antara Aku, Kau, dan Ayahmu, penulis Eyka Baihaqie Nairendra Dia mengenang teman kuliahnya dulu. Sebut saja Fai. Seorang laki-laki yang dikenal baik dan dekat olehnya namun berbeda agama dengannya. Fai seorang Nasrani. Eyka pernah dihadapkan pada keadaan yang sulit ketika ayah Fai memintanya untuk menikah dengan Fai. Tetapi Eyka diminta harus mengikuti agama Fai. Dengan hati yang teguh dan mantap, ditolaknya permintaan ayah Fai. Baginya, agamanya harus diperjuangkan dan dipertahankan. Mereka sebenarnya saling sayang, namun karena berbeda keyakinan Fai tidak berani berharap padanya. Kenasranian Fai pun juga karena ayahnya Nasrani, padahal ibunya Islam. Paksaan ayahnya membuat Fai terpaksa mengikuti keinginan ayahnya.
60
Akhirnya, dengan sangat berat Eyka meminta Fai untuk tidak lagi menjalin hubungan dengannya lagi. Tidak berkomunikasi dengan apa pun lagi. Kebingungan menerpa Fai atas sikap Eyka, namun Eyka hanya mengatakan untuk tidak saling menghubungi lagi. e. Jodoh dan Sedekah, penulis Shobar Yuni Rahma Sejak masih duduk di bangku SMA, dia sering kesakitan saat menstruasi. Baru setelah kuliah, dia mulai memeriksakan penyakitnya. Sangat mengejutkan, dia divonis kista yang menyebabkan tingkat infertilitas yang tinggi. Kabar ini membuatnya kurang fokus kuliah dan akhirnya turun prestasi. Kesedihan juga dirasakan oleh bapaknya. Bapaknya sering meringankan sakitnya saat haidh dengan memijat kaki atau punggungnya. Akhirnya dia harus operasi caesar saat masih lajang karena kistanya semakin besar dan sudah pecah. Setelah operasi, dokter menyatakan bahwa kemungkinan hamil sangat kecil. Kondisi ini membuat beberapa laki-laki yang ingin menikahinya mundur teratur. Dengan penuh kesabaran, dihadapinya cemoohan orang. Dia mencoba selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan rajin shalat sunnah, sedekah, dan tilawah. Akhirnya ada satu laki-laki yang mampu menerima kekurangannya dan bersedia menjadi suaminya. Dengan penuh kewibawaan suaminya mengatakan “Menikah itu tujuannya ibadah, bukan semata mencari keturunan.”
61
f. Anak Pasar, penulis Ireneati Zhou Dia lahir di Medan, namun ketika usianya baru seminggu dia diasuh oleh paman dan bibinya di Berastagi. Rumah pamannya berada di salah satu jalan yang tidak terlalu besar, dan jalan itu digunakan sebagai pasar pagi. Area bermainnya penuh dengan sayur busuk, berbau, sering menjumpai ulat bulu, dan jalanan becek. Saat usia delapan tahun, orang tuanya menjemputnya tinggal di Medan. Rumah kontrakan orang tuanya hanya berjarak lima menit berjalan kaki dari pasar. Belum lagi ketika melanjutkan studi ke SMP, sekolahannya pun berada di sebelah pasar. Namun, sewaktu SMA dia lumayan jauh dari pasar. Sebagai anak remaja gaul, dia mencoba media chatting dengan MIRC. Melalui MIRC itu lah dia mengenal teman yang rumahnya kebetulan di dalam pasar. Mereka kenal dekat, namun akhirnya terpisah. Setelah itu, dia bertemu dua orang teman lagi, yang ternyata juga anak pasar. Dia adalah sosok yang belum stabil. Terlihat dari gaya hidupnya yang sering berganti-ganti pacar, bahkan pernah meminta handphone kepada teman chattingnya setelah kerampokan dan handphonenya hilang. Banyak teman-temannya yang tempat tinggalnya tidak jauh dari yang namanya pasar. Namun, dia menikah tidak dengan anak pasar, tetapi anak tukang gigi dan mereka tinggal di rumah yang berjarak 10 menit jalan kaki dari pasar.
62
4. Bagian empat, “Suamiku” a. Kesabaran Suamiku, penulis Eka Bundanya Fathir (EkaWijayanti) Obesitas membuat menstruasinya tidak teratur, biasanya tiga bulan sekali baru menstruasi. Keadaan ini membuatnya sulit untuk hamil. Belum lagi masalah ekonomi yang kurang mendukung. Masalahmasalah itu lah yang membuatnya hampir putus asa dengan pernikahannya. Di tengah kekalutan hatinya karena tidak kunjung hamil, dia teringat semasa SMA dulu. Dia pernah memberikan jalan untuk temannya yang diketahui hamil di luar nikah dan ingin menggugurkan kandungannya. Dia memberikan alamat dukun penggugur bayi, karena ayah sang bayi pun tidak mau bertanggung jawab. Dosa ini lah yang membuatnya sadar, mungkin ini teguran dari Allah yang membuatnya sulit hamil. Dia sangat menyesali perbuatan masa lalunya itu dan kemudian dia meminta maaf kepada ibunya. Kedua hal itu lah yang membuatnya lega dan pasrah. Untuk memperlancar siklus menstruasinya, dia memcoba minum pil KB. Hasilnya, menstruasinya memang lancar. Namun, bulan-bulan berikutnya dia malah tidak menstruasi lagi. Ternyata dia diketahui hamil 19 minggu. Seiring kehamilannya, pekerjaan suaminya menjadi semakin lancar. Perekonomian mereka terangkat, sampai anak mereka lahir.
63
b. My ASI Journey, penulis Nadiena Shofa Andriani Gempa Bantul membuatnya kehilangan tempat tinggal. Belum lagi ASInya yang tidak lagi mau keluar membuat anaknya harus minum susu formula. Namun dengan setia sang suami menasehatinya agar tetap sabar menjalani ujian tersebut, agar mereka tidak terpisah lagi seperti dulu mereka pernah terpisah karena suami bekerja di Batam. Mereka pernah mendapat teguran keras dari orang tua karena anaknya diberi susu formula, namun semua itu dihadapinya denga hati yang lapang. Setelah melakukan berbagai usaha, akhirnya ASInya keluar lagi. Anaknya pun bisa minum ASI lagi. Dia memulai NWP karena saat itu dia hamil anak kedua, dan NWPnya berlanjut sampai anak keempat. c. Atlet Tarik Tambang, penulis Yully Brelly Haskori. Hari Kartini yang seharusnya diperingati dengan lomba “paes ayu” dan busana kebaya oleh ibu ketua organisasi malah diganti dengan lomba tarik tambang dan bola voli. Ketika mengikuti lomba tarik tambang, terjadi kecelakaan yang menyebabkan lututnya retak. Keluarga mensupport untuk operasi, namun dengan alasan kasihan pada anak bungsunya dia menjadi agak ragu. Kemudian dokter memberi kesempatan untuk tidak operasi tapi lututnya harus diistirahatkan. Akhirnya, dijalaninya terapi menggunakan kreg. Kondisi lututnya yang sakit membuat anak-anaknya kacau. Ketika anak bungsunya sakit, dia hanya bisa menungguinya di tepi kasur
64
sambil membujuknya agar tidak menangis. Anaknya yang masih TK sering terlambat masuk sekolah dan pulang pun juga terlambat, karena awalnya
pekerjaan
antar
jemput
adalah
pekerjaannya.
Anak
pertamanya pun terganggu les Bahasa Inggrisnya. Pemeriksaan selanjutnya menunjukkan peningkatan, terapi tetap dilakukan. Aktivitas kecil pun mulai bisa dilakukannya. Empat bulan terapi, semua kreg siap dilepas. Tapi mengetahui bahwa kondisi lututnya tidak akan normal kembali, dia sangat sedih. Beruntung dia memiliki suami yang sangat setia. Suaminya selalu menghiburnya ketika dia dalam himpitan masalah, termasuk masalah kakinya yang tidak akan normal lagi. Dia hanya bisa bersyukur karena Allah mengaruniai suami yang sangat setia padanya. d. Liku-liku Kehidupan Awal Rumah Tanggaku, penulis Nila Kurniasari Ujian datang ketika dia mengandung anak pertama. Sang suami belum bekerja, dan setelah mendapatkan pekerjaan hanya sebagai tukang cuci bus. Banyak orang yang mencibirnya, dengan alasan seorang lulusan pondok hanya bekerja sebagai pencuci bus. Tapi akhirnya pekerjaan itu pun lepas dari suaminya. Kembali didengarnya ada lowongan pekerjaan sebagai kuli panggul. Dengan sigap suaminya melamar pekerjaan itu. Suaminya tidak malu melakukan pekerjaan seperti itu. Cobaan datang lagi ketika menggeluti profesi ini, punggung suaminya terkilir saat mengangkut
65
beras satu kuintal. Perburuan pekerjaan dimulai lagi, kini dia bekerja di bengkel. Hari perkiraan lahir telah dekat, namun belum ada tanda-tanda kelahiran.
Ketuban
yang
mulai
mengering
membuat
bidan
menyarankannya untuk operasi caesar. Dengan keyakinan penuh, dia tegakkan shalat malam dan pasrah sepenuhnya kepada Allah. Allah pun memberi jalan keluar yang terbaik dengan kemudahan kelahiran anaknya dan ekonomi keluarga yang terus membaik. e. Selalu Ada Pelangi Setelah Badai, penulis Ryen Azaleya Setelah melahirkan, untuk sementara dia tinggal di rumah ibunya. Karena suatu kejadian, dia memutuskan untuk kembali ke rumahnya sendiri. Suaminya tertuduh mencuri cincin kakaknya. Namun dengan bersumpah atas nama Allah, sang suami mengatakan bahwa bukan dia pencurinya. Bahkan kakaknya sempat mengecek baju-baju suaminya untuk memastikan keberadaan cincin yang hilang itu. Beberapa hari berselang ternyata cincin itu ditemukan ditumpukan baju yang akan dicuci. Dengan perasaan sangat terluka dan belum sepenuhnya memaafkan, mereka pindah ke rumah sendiri. Kakaknya terlihat sangat sedih dan berusaha menahan kepergiannya. Dua minggu kemudian, sang kakak datang bersama ibu untuk memberi hadiah 40 hari usia anaknya dengan uang hasil penjualan cincin itu. Selain itu, pekerjaan suaminya pun semakin menjanjikan.
66
f. Engkau lah, Oemar Bakriku, penulis Shinta Yunia Setha Mengenang masa lalunya sejak masih SMA, banyak sekali perubahan fisik yang menimpanya. Apalagi dia pernah mengalami skizofrenia, namun Allah menunjukkan kembali jalan hidup yang seharusnya. Dia menikah ketika usianya hampir mendekati 30an, itu pun sudah terlangkahi satu adiknya dan hampir terlangkahi lagi oleh adik kembarnya. Pernikahan yang tidak diawali dari ketertarikan hanya bertujuan untuk beribadah. Setelah menikah, banyak hal menakjubkan yang dialaminya, tepatnya yang dilihat dari kondisi keluarga suaminya. Suaminya telah terbiasa menjalani hidup yang keras, begitu juga orang tua dan adikadik suaminya. Untuk sekolah saja mereka harus mencari biaya sendiri. Bahkan di antara saudara-saudara suaminya, suaminya lah satusatunya yang bisa melanjutkan sekolah selepas lulus SD. Berbekal tekad yang kuat dan usaha yang keras, suaminya bisa sekolah sampai tamat SMA. Suaminya mulai mengajar dengan gaji yang sangat minim. Sedangkan dia (Shinta) bekerja sebagai guru sukarelawan. Di samping mengajar, suaminya juga mempunyai sampingan les privat mengaji. Selain itu, suaminya juga sedang menempuh kuliah. Banyak sekali kehidupan masa lalu yang diceritakan suaminya kepadanya, tujuannya adalah agar dia pun juga mampu untuk mensyukuri segala yang ada walau serba terbatas. Shinta sangat memahami betapa pentingnya menuntut ilmu. Suatu ketika salah
67
seorang keponakannya tidak masuk sekolah hanya karena dihukum untuk membersihkan WC, padahal gurunya sudah datang untuk membujuknya agar mau masuk sekolah lagi. Hatinya berontak, lalu dinasehatinya keponakannya tersebut. Tapi yang didapatkannya malah koaran orang tua si anak yang tentu menyakitkan hati. Tapi kemudian suaminya meyakinkan bahwa begitu lah yang terjadi, mungkin dia pun akan mengerti juga. Dia memutuskan untuk tidak mengajar lagi karena ingin mengurus kedua anaknya. Sedangkan suaminya sudah diangkat menjadi PNS setelah delapan tahun mengabdi. Pernah suaminya menolak bekerja sebagai pramuwisma dengan gaji 10 kali lipat dari gajinya menjadi guru. Tetapi karena kecintaannya pada murid-muridnya, tidak diambil lah pekerjaan itu. Bagi Shinta, suaminya layaknya Oemar Bakri. Berjuang demi kelanjutan pendidikan murid-muridnya walau harus mengayuh sepeda menuju sekolah. Dengan penuh rasa syukur, dijalaninya kehidupan bersama suaminya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. 5. Bagian lima, “Antara Aku, Ayah, Ibu, dan Mertuaku” a. Aku dan Ibuku, penulis Misb Chasanah Sms dari kakaknya mengabarkan ibunya minggat membuatnya kaget tak percaya. Setelah menghubungi kakaknya yang lain, ternyata ibunya ada di sana. Kondisinya sedang sakit, batuk berdarah. Setelah diperiksa dokter, ibunya mengidap infeksi paru-paru. Namun, dengan
68
ringan ibunya mengatakan dirinya tidak apa-apa. Beralasan kelelahan karena panen, maklum tidak ada yang membantu. Namun, Misb Chasanah tahu bahwa ibunya sedang berbohong menutupi derita yang dialami ibunya pada anak-anaknya. Ibunya hanya ingin melihat anak-anaknya bahagia, walau dirinya harus menderita. Baginya, menghidupi anak adalah kewajiban orang tua. Ibunya sering kali harus banting tulang untuk membiayai hidup dan sekolah keenam anaknya. Baginya, ibunya adalah segalanya. Karena sangat hormatnya, ingin sekali raganya membelah menjadi dua, satunya untuk keluarganya , yang satunya lagi untuk merawat dan menemani ibunya. Melihat kegigihan dan perjuangan berat ibunya, dirinya pun ingin memiliki karakter seperti ibunya yang luar biasa di matanya. b. Ibu, Kuseberangi Lautan Mencarimu, penulis Ervina Sentak Semenjak kelas dua SMP dia ditinggalkan oleh ibunya merantau ke Kalimantan untuk bekerja. Dia hidup bersama adiknya yang masih kelas empat SD, sedangkan adik bungsunya yang masih TK dirawat oleh neneknya. Sulitnya hidup dimulai dari sini. Mulai dari kesulitan makan, kesibukan dengan aktivitas rumah, sekolah, dan membungkus kacang telur untuk dijual kembali sebagai biaya hidup. Mereka sering tidak makan sampai tiga hari, sedangkan kiriman uang dari ibunya sering telat. Terkadang untuk bisa makan mereka pergi ke sawah, berharap
69
ada umbi yang tertinggal yang bisa mereka masak. Beras yang sedikit diolah menjai bubur agar irit. Setelah lulus SMK dengan berbekal keahlian komputer, dia bekerja di sebuah percetakan. Pekerjaan ini mampu menopang biaya hidup dan sekolah SMU adiknya. Namun, akhirnya dia diberhentikan dengan pesangon seadanya. Ibunya diam-diam menikah lagi. Keadaan ini membuatnya kecewa karena ibunya tidak meminta pertimbangan anak-anaknya. Saat waktunya tiba, dia berkesempatan untuk pergi ke Kalimantan menemui ibunya. Perjalanan jauh dan sulit ditempuhnya dengan membawa harapan besar akan bertemu ibunya yang sudah tujuh tahun tidak meninggalkan mereka. Sesampainya di sana, dia melihat ibunya tidak bahagia. Ibunya sering terlibat konflik dengan ayah tirinya. Belakangan diketahui bahwa ayah tirinya tidak suka dengan kedatagan mereka dan diketahui mengapa dulu ibunya sering terlambat mengirim uang. Ayah tirinya tidak pernah memuliakan ibunya. Dua tahun di Kalimantan, dia bertemu jodoh. Dia banyak belajar dari ibunya tentang bagaimana menjadi ibu. Betapa pernikahan akan diterpa badai dan cobaan. Berharap dirinya bisa setegar ibunya. c. Sungguh Janji Ada untuk Ditepati, penulis Nadidah Safitri Kelahiran adik laki-lakinya (Akbar) menjadikan kehidupannya lebih berwarna. Keluarga terasa lebih lengkap dengan kehadiran Akbar.
70
Namun, tiba-tiba adiknya kejang-kejang. Sakitnya Akbar membuatnya sangat sedih, kala itu dia masih duduk di bangku SD. Semenjak sakit yang pertaman itu, Akbar jadi sering sakit. Paling tidak sebulan masuk rumah sakit. Beberapa
tahun
mengalami
gejolak
hidup,
orang
tuanya
memutuskan untuk pergi berhaji. Selama ditinggal orang tua berhaji, Akbar jarang sekali sakit. Saat mereka beranjak remaja, baru lah sang ayah menceritakan bahwa dulu beliau pernah punya nadzar bahwa jika Allah memberi kelapangan rezeki maka akan segera pergi haji. Namun ketika Allah melapangkan rezeki, ayahnya memilih membeli mobil terlebih dahulu. Kemudian Allah menguji dengan sakitnya Akbar. Setelah ayahnya bermuhasabah, baliau teringat akan nadzarnya. d. Keikhlasan Papa, penulis Erika Purnamasari Dia sekeluarga pernah mengalami kecelakaan mobil, namun tidak sampai memakan korban jiwa. Mobil yang ditumpanginya rusak parah. Sebulan setelah kecelakaan, ayah Erika mengalami cidera otot dan harus menjalani fisioterapi. Dua bulan setelah kecelakaan tersebut, mobilnya sudah selesai diperbaiki, namun uang untuk menebus mobil masih kurang beberapa juta. Dengan ringan Erika meminta ayahnya menagih piutang pakdhenya, dan diperkirakan piutang tersebut mampu melunasi biaya menebus mobil. Namun sang ayah menolak dengan alasan pakdhe meminjam uang untuk makan, jadi tidka baik jika ditagih. Beberapa saat kemudian, ada teman-teman dokter ayahnya
71
menjenguk. Mereka membawa uang bantuan dari teman-teman. Ternyata uang tersebut bisa dipakai untuk menebus mobil dan masih ada sisa. Ayahnya adalah seorang dokter, namun bukan tipe dokter yang suka menjual obat. Beliau banyak membantu pasien yang kurang mampu. Tidak jarang beliau memberi resep obat generic kepada pasien yang dating. Setelah lama cuti, ayahnya kembali dinas di RSUD. Tanpa disangka, ayahnya ditunjuk untuk menjadi petugas haji kesehatan. Ayahnya bisa berangkat haji sekaligus bertugas sebagai petugas kesehatan haji. Kini, ayahnya telah pension dan menjalani hari-harinya dengan tenang. Erika mengenang keikhlasan ayahnya untuk tidak menagih piutang pakdhenya sebagai pelajaran yang sangat berharga, dibalik keikhlasan ayahnya terdapat begitu banyak rencana Allah untuk membalasnya. e. Emak is My Queen Of Universe, penulis Siti Nuraida Dia menceritakan emaknya yang sangat luar biasa di matanya. Emaknya seorang wanita tangguh yang telah 10 kali melahirkan ditambah pernah keguguran 7 kali. Emaknya bukan orang yang berpendidikan, namun sangat peduli dengan pendidikan anak-anaknya. Anak-anaknya gemar membaca, karena tidak mampu membeli buku bacaan beliau tanpa malu-malu meminta buku-buku bekas yang masih
72
bisa dibaca pada tetangga atau saudara. Bahkan, kertas pembungkus belanjaan dapur pun dikumpulkan untukbahan bacaan anak-anaknya. Emak wanita yang tidak muda lagi. Namun, fisiknya tidak kalah dari anak muda. Apa pun pekerjaan dilakukannya untuk menghidupi keluarganya. Sakit yang dideritanya juga bukan penghalang untuknya beraktivitas seperti biasa. Suatu ketika, Siti berkesempatan mendampingi emak untuk berhaji dengan biaya haji dari kakak-kakaknya. Di tanah suci, emak tampil sangat lugu dengan jiwa humorisnya menghibur jamaah haji lain membuat segar kembali setelah lelah menjalani ritual haji. Siti pernah menjadi pengajar selepas lulus kuliah. Namun dia memutuskan untuk mengundurkan diri setelah hamil. Banyak yang menyayangkan keputusannya, namun berbeda dengan emaknya. Beliau malah mendukung keputusannya dengan tulus tanpa berharap uang yang dihabiskannya untuk menyekolahkan anaknya berbuah materi. Usia 80 tahuntelah membuat kesehatan emak menurun. Siti sering merasa tidak terima melihat emaknya tergolek lemas karena sakit. Namun kembali dia tersadar, bahwa ini adalah kehendak Allah. Sampai suatu malam menjelang subuh, emak menghembuskan nafas terakhirnya dan meninggalkan kenangan yang sangat indah bagi orangorang yang mengenal emak.
73
f. Mama Mertuaku, penulis Dina Nugraeni Dina menikah pada usia 21 tahun dan merasa sangat beruntung memiliki
suami
seperti
suaminya
berharap
suaminya
akan
membimbing dia ke jalan yang baik. Suaminya sangat sayang pada ibunya yang sekaligus menjadi ibu mertua Dina. Namun kedekatan suaminya pada mertuanya membuat Dina sering merasa sakit hati, cemburu, dan sering menangis merenungi keadaan itu. Bahkan ketika mereka ingin tinggal pisah dengan orang tua, metuanya tidak mengijinkan dan suaminya menurut saja. Tiba saat ulang tahun pernikaha mereka yang kedua. Mereka saling mengutarakan isi hati. Ketika suaminya menasehatinya mengenai mertua dan anak laki-lakinya, Dina mulai tersadar bahwa perasaan yang selama ini dipendam sebenarnya tidak perlu ada karena sebenarnya ibu mertuanya sangat perhatian juga pada Dina. g. Peci Merah Bapak, penulis Khadijah Asy-Syahidah. Dia sangat membenci perilaku bapaknya yang suka main judi, malas, dan tidak mau bekerja. Sikap ibunya membuatnya semakin geram, karena ibunya sangat lembut pada bapaknya dan tidak pernah marah melihat kelakuan bapaknya. Berkali-kali dia menyuruh ibunya untuk menuntut cerai bapaknya, namun ibunya lagi-lagi sangat lembut pada bapaknya. Sampai suatu malam ketika bapaknya pulang malam setelah berjudi, dia mengemasi baju-baju bapaknya dan mengusir bapaknya
74
dari rumah. Bapaknya lantas pergi dari rumah dan dua hari tidak pulang. Selama itu pula ibunya tidak mau makan, tidak mau bekerja seperti biasanya, setiap saat mondar-mandir menunggu bapak pulang. Sikap ibunya membuatnya cemas dan berharap bapaknya pulang. Saat maghrib menjelang, bapaknya pulang. Sejak saat itu bapak dan ibunya sering ke mushala bersama untuk menjalankan shalat. Khadijah sangat sinis melihat pemandangan ini. Suatu ketika dia mendengar bapaknya mengaji. Suara bapaknya tidak kalah dengan imam mushala di kampungnya. Suatu siang dia merebus jagung bersama ibunya. Ibunya mulai membeicarakan bapaknya. Ibunya meminta dia untuk berdamai dengan bapaknya. Setelah lama ibunya berbicara, dia mulai menangis dan luluh lah hatinya. Kemudian, bapaknya memeluknya dan ibunya sambil meminta maaf. Peci merah milik bapaknya peninggalan mbah buyutnya menjadi jalan hidayah bagi bapaknya dan selalu dikenakan bapaknya yang sudah taat beribadah kembali.
75
BAB III HASIL TEMUAN
Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Akhlak adalah potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Seperti potensipotensi lainnya, akhlak juga perlu adanya upaya untuk menggali dan mengembangkan yang kemudian perlu untuk dipertahankan. Dengan berakhlak, manusia akan lebih mulia dan lebih tinggi derajatnya. Manusia dinilai memiliki akhlak baik atau buruk, benar atau salah hanya Al Quran yang menjadi bahan penilaiannya. Berpedoman pada Al Quran, manusia akan menemukan akhlak seorang hamba karena Al Quran adalah kitab yang sangat lengkap ajarannya. Untuk lebih memahami bagaimana akhlak yang mulia, maka diutus lah Rasulullah SAW guna menyempurnakan akhlak manusia yang dapat dirujuk dari sunnah-sunnah beliau. Pendidikan akhlak menjadi sangat penting guna membentuk akhlak yang mulia pada diri seorang muslim dan mempertahankan harga dirinya, karena akhlak seseorang adalah bentuk manifestasi dirinya di hadapan orang lain. Jadi, sudah seharusnya setiap muslim menjaga keluhuran akhlaknya. Dengan sedikit modifikasi Yunahar Ilyas (2007) membagi pembahasan akhlak dalam buku “Kuliah Akhlak” menjadi:
76
1. Akhlak terhadap Allah SWT 2. Akhlak terhadap Rasulullah SAW 3. Akhlak pribadi 4. Akhlak dalam keluarga 5. Akhlak bermasyarakat 6. Akhlak bernegara Merujuk dari pendapat Yunahar Ilyas tersebut, maka penulis akan menjabarkan nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Buku Secangkir Kopi Dan Sepotong Roti karya Widi Astuti, dkk ini dalam keenam cakupan akhlak tersebut. Berikut di bawah ini tabel nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Buku Secangkir Kopi Dan Sepotong Roti karya Widi Astuti, dkk. 1. Akhlak kepada Allah SWT Nilai-nilai
Kutipan dalam Buku
Pendidikan
Penulis/ Halaman
Akhlak Takwa
Ikhlas
a. Aku merasa bahwa aku kurang nyaman bekerja di dunia perbankan yang masih rawan menyerempet riba. Aku berusaha menghindari riba sejauh mungkin. b. Sedangkan haji adalah rukun Islam kelima. Jika kita mampu maka wajib atas kita untuk menunaikannya. Bukan malah menundanya atau mencari alasan menangguhkannya. c. Semoga kita semua bisa belajar memperbaiki diri terus menerus sehingga mencapai derajat takwa. Amin.
Widi Astuti/ 122-123 Nadidah Safitri/ 255
Erika 262
P./
a. Si jabang bayi kami serahkan ke rumah Christin sakit sebagai bahan penelitian untuk Mendrova/ menolong orang yang berkasus sama 103
77
dengan kami. Saya hanya melihatnya sekejap, tak bisa menangis, hanya bisa bersyukur. Bila ternyata keberadaannya bisa menolong orang lain maka kami ikhlaskan. b. Aku tidak ingin dikasihani dan Yully Brelly menyusahkan orang lain, Aku menerima Haskori/ dengan ikhlas ujian yang Allah berikan 206 padaku. Teringat selama ini begitu banyak nikmat yang telah Allah berikan padaku dan keluargaku. Aku berharap ujian sakit ini dapat menggugurkan dosa-dosaku. c. Iya, ibu mengingatkanku bahwa anak Misbahul bukan milik kita. Anak hanya titipan. Chasanah/ Kelak, titipan itu pasti akan diambil. Dan 236 kita harus mengikhlaskannya. Aku ingin belajar seikhlas ibu. d. Malam itu 2 September 2012. Saat itu aku Siti sudah belajar lebih sabar dan ikhlas, Nuraida/ perasaanku menjadi lebih ringan seperti 271 ada beban terangkat di dada. Wajah emak berubah, seolah bercahaya. Khauf Raja’
Tawakal
dan a. Jadilah anak yang mandiri, takutlah akan Khadijah/ azab Allah walau kau sedang sendirian. 37 Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kita kerjakan. Akhlaq baikmu insya Allah sudah terlihat sejak dini, Nak. Kami amat berharap engkau menjadi permata kami yang salihah, penerus risalah suci. b. Minggu 14 Agustus 2011 jam 3 dini hari, aku terbangun untuk shalat Lail dan menggantungkan harapankuu hanya kepada Sang Penguasa alam semesta. Aku menangis tersungkur di atas sajadahku seraya memohon supaya bayiku segera lahir dengan normal. a. Alhamdulillah kondisi Kakak berangsur sehat. Dan kini, dengan izin Alloh, Kakak benar-benar sehat. Ya, Kakak memang masih kontrol, tapi paling check up saja sesempatnya. Dengan ujian Kakak itu, tidak membuat kami ingin
78
Nila Kurniasari/ 213
Khadijah/ 37
memanjakanmu, Nak. Justru ujian itu mengajarkan pada kami akan arti keridaan pada takdir Allah. Kami juga belajar makna pasrah dan tawakkal. b. Dari mereka aku belajar untuk ikhlas, sabar dan tawakal. Dari siswa-siswaku aku pun belajar tentang arti perjuangan mencari ilmu, kecintaan dan kemanusiaan. c. Jangan pernah bersedih dan jangan pernah putus asa. Karena di depan pasti ada jalan cerah, asalkan kita tawakkal, sabar, dan ikhlas. Tawakkal letaknya di dalam hati, bukan sekedar ucapan. d. Dalam doa kupupuk harapan. Namun kembali kupasrahkan semua kepadaNya Syukur
Muraqabah
Taubat
a. Kubangunkan kekasih hatiku itu dengan lembut. Dengan masih mengucek mata, ia melihat hasil test pack yang menunjukan garis dua. Spontan ia peluk erat aku dan kami pun menangis syukur. Tak hentihentinya ucapan syukur kami panjatkan. b. Kami bersyukur mendapat panggilan kerja, meski hanya tiga bulan tapi paling tidak kami bisa menyisihkan sedikit gaji buat bertahan hidup. c. Lebih dari itu, pengalamanku mengajar anak berkebutuhan khusus mendidikku untuk mensyukuri sekecil apapun anugerah-Nya. Ya, bagaimanapun adanya hidup, itu adalah anugerah. d. Semua orang memiliki masa lalu. Jika menoleh kebelakang, betapa bersyukurnya atas nikmat yang Allah berikan. Bersyukur pernah melalui masa-masa sulit itu Dan Allah tak ingkar janji. Ketika kita berusaha mendekat padaNya selangkah maka Dia akan mendekati kita dua langkah. Ketika kita berusaha mendekatiNya dengan berjalan maka Dia akan mendekati kita dengan berlari. Dan aku pun merasakan cinta kasihNya yang sangat besar. a. Aku memegang uang tabungan kelompok kerjaku. Jumlahnya cukup banyak.
79
Shinta Yunia Setha/ 229 Erika 262
P./
Yully Brelly Haskori/ 200 Suparsih/ 40
Eka Wijayanti/ 189 Shinta Yunia Setha / 229 Ervina Sentak/ 246 Tri Suryaningsi h/ 93
Tri Suryaningsi
Kemudian uang tersebut diolah dan dilipatgandakan. Ah, aku pernah terjebak dalam riba. Malangnya diriku yang pernah bergumul dengan uang riba. Ya Rabbi, maafkan kekhilafan hamba-Mu ini. b. Jika mengingat hal itu, aku langsung istigfar banyak. Semoga Allah memaafkanku.
h/ 93
c. Peci merah itu menjadikan jalan perantara hidayah bapak. Peci peninggalan Allahyarham simbah kakung itu meski sudah pudar warnanya sungguh tak ada nilai bandingannya. Peci itu yang kini senantiasa menemani hari-hari bapak, juga hari-hariku dan ibu… d. Ya Allah, aku tersadar betapa besarnya dosaku. Aku mohon ampun atas semua kekhilafan dan kesalahan di masa lalu. Mungkin ini adalah teguran darimu, Ya Allah. e. Seiring berjalannya waktu, aku mulai sadar. Kenapa aku harus marah? Kenapa aku harus cemburu? Kenapa harus memelihara penyakit hati selama dua tahun ini? Ah, sungguh bodohnya aku.
Misbahul Chasanah/ 283
Iir Lismawati/ 143
Eka Wijayanti/ 188-189 Dina Nugraeni/ 277
2. Akhlak kepada Rasulullah SAW Nilai-nilai
Kutipan dalam Buku
Pendidikan
Penulis/ Halaman
Akhlak Mengikuti dan Menaati Rasul
Strategi ala Rasulullah pun dijalankan. Nadiena Silahturahim membuka rezeki dan Shofa A./ memanjangkan umur. 114
Mengucapkan Susah payah kukuatkan hati ini untuk selalu Enis Shalawat dan di sampingnya. Kuperdengarkan doa, Duwi/ 68 Salam shalawat, serta lantunan ayat suci Al Quran di telinganya. Karena aku yakin Akmal bisa
80
mendengarnya. 3. Akhlak Pribadi Nilai-nilai
Kutipan dalam Buku
Pendidikan
Penulis/ Halaman
Akhlak Shiddiq
Amanah
Istiqamah
Iffah
Ketika dia datang ke rumah untuk berkenalan lebih lanjut, aku pun menceritakan semua kondisi kesehatanku. Dia seorang dokter dan tentu lebih faham tentang masalah kesehatan. Aku bercerita jujur dan apa adanya didampingi bapakku. Saat itu ternyata bapakku sudah menyelidiki keluarga mas Tulus. Kami satu kecamatan tetapi beda desa. a. Justru dalam keprihatinan kami bersungguh-sungguh menuntut ilmu. Kami sadar, ibu sudah susah payah mencarikan biaya sekolah. Kami tak ingin mengecewakannya. b. “Lho namanya anak kan titipan. Ibu dititipi banyak anak sama Allah. Ibu tahu suatu waktu pasti titipan itu bakalan diambil dari ibu. Anak perempuan diambil oleh suamisuaminya dan anak lelaki dimiliki oleh istriistrinya. Ya semoga nanti istri adikmu mau diajak tinggal di rumah ini. Menemani ibu dan bapak.” Kembali kuhela napas panjang untuk menenangkan hati. "Di dalam agama saya memang dianjurkan untuk menyegerakan pernikahan, Om. Tapi pernikahan beda agama haram hukumnya. Terlebih jika saya harus murtad, harus berpindah agama. Enggak ada ampunan untuk itu. Jadi maaf, saya enggak bisa. Saya tetap akan memilih agama saya." Sama sekali tak ada keraguan sedikit pun dalam suaraku. a. Setiap ada lelaki yang ingin mendekat, selalu kukatakan bahwa dia harus mendatangi orang tuaku terlebih dahulu
81
Shobar Yuni Rahma/ 175-176
Ervina Sentak/ 239-240 Misbahul Chasanah / 236
Eyka Baihaqie N./ 167
Sapta Suci/ 116
Mujahadah
karena aku masih milik mereka. Semua lelaki yang dulu suka padaku langsung mundur tiap kujawab seperti itu. Hanya dia, dia yang sekarang menjadi suamiku yang mampu melakukan tantangan itu… b. Aku tak mau terjebak jatuh cinta yang tak jelas. Meski ada beberapa lawan jenis yang berusaha mendekat, aku tak memedulikannya. Sampai akhirnya mereka mundur teratur sendiri. a. Di samping sedekah, waktu itu aku juga rutin menekuni ibadah sunnah Duha, shalat Tahajud, tilawah, dan sering bersilaturahmi. Aku juga berusaha memaafkan orang-orang yang pernah menyakitiku. b. Dia berkata bahwa kami harus tetap sabar diiringi doa dan usaha. Andaikan tak kunjung hamil juga, mungkin suatu saat nanti kami akan mengadopsi keponakan.
Iir Lismawati / 143 Shobar Yuni Rahma/ 175 Eka Wijayanti/ 188
c. Keesokan paginya, aku pergi ke rumah Eka mama. Kucium tangan beliau dan memohon Wijayanti maaf atas semua dosa-dosa yang sekiranya / 189 menyakiti beliau. Aku meminta doa dari Mama agar dapat segera hamil. Setelah melewati proses itu semua, hatiku terasa lega sekali. Aku tidak terlalu memikirkan lagi apakah bisa hamil atau tidak. Hidupku terasa lebih lapang, aku berusaha santai menghadapi keadaan apa pun. Syaja’ah
Ryen Suami siap diantar ke paranormal itu untuk Azalea/ menunjukkan bahwa bukan dia orangnya. Aku 216-217 lantas bilang ke kakak bahwa suami sampai bersumpah atas nama Allah kalau dia tidak melakukannya.
Tawadhu
Dari semua ujian hidup, kami mengerti rasanya Nadiena di bawah. Kami belajar memupuk rasa empati Shofa N./ anak–anak. Mendidik mereka menghargai 115 semua lapisan masyarakat tanpa memandang dari kalangan mana mereka berasal. Bahkan dalam kekurangan, kami mengajari anak–anak
82
Malu
Sabar
untuk bersyukur. Mungkin Allah melindungi kami dari rasa congkak ketika kami berlebihan. a. Segala macam cara pengobatan sudah kulakukan. Mulai dari relaksasi, terapi kurma dan segala macam herbal. Termasuk di antaranya adalah dengan menambah shalat, melamakan sujud dan memperbanyak membaca Al-Quran. Alhamdulillah ala kulli hal, aku sudah yakin kalau persalinanku normal dan lancar. Dan aku yakin aku bisa melahirkan dengan bidan saja tanpa aku harus bertemu lagi dokter kandungan langgananku. Rasanya malu sekali jika sampai melahirkan dengan dokter laki-laki. b. Aku selalu malu jika mengenang betapa konyolnya aku hari itu, dan bersyukur Allah tak mengabulkan doa bodohku. Karena bila hidupku berakhir di hari itu, aku tak akan merasakan kebahagiaan yang ku rasakan hari ini. Kebahagiaan yang kucapai penuh perjuangan. c. Aku malu menjadi anak ibuku. Aku malu tidak bisa menjadi seperti yang ibu inginkan. Aku belum bisa membahagiakan ibuku. d. Bapak menahan kami untuk pergi antre ke tempat penyembelihan kurban. Malu katanya. e. Bagai kerbau terluka yang mengamuk, aku justru melakukan tindakan-tindakan spektakuler yang membuat kondisi Papa Kumis semakin terjepit diantara keluarga. Ah, betapa. malunya bila mengingat hal itu. a. Saat azan subuh berkumandang, rasa kontraksi itu semakin hebat. Aku merengek, memegang erat tangan mama, seolah tak ingin kulepas. Dengan sabar mama terus memberi semangat. "Kamu bisa, Ki, kamu bisa!" Kata itu yang terus terucap dari lisan mama. b. Kebermaknaan atas dasar keikhlasan dan kesabaran yang ditiupkan-Nya ke dalam dada adalah anugerah-Nya yang tak terkira
83
Carmelita/ 55
Nicole Ahmad/ 84
Misbahul Chasanah/ 237 Shinta Yunia Setha/ 225 Christin Mendrova / 108 Riski Amalia/ 10
Shinta Yunia Setha/ 229
Pemaaf
c. Ya Rabb, bagaimana tidak. Kuperhatikan baju ibu lusuh-lusuh. Itu pun pemberian orang. Bapak tiri tak pernah memuliakan ibu. Sedih sekali melihat kenyataan ini. Tapi tak ada yang bisa kulakukan selain bersabar dan menguatkan ibu. a. Aku juga berusaha memaafkan orang-orang yang pernah menyakitiku.
Ervina Sentak/ 245
Shobar Yuni Rahma/ 175
b. Beliau tidak berkata, tetapi hanya Siti menatapku dengan sorot mata teduh. Aku Nuraida/ menangkap ada kelegaan dan kepasrahan di 271 sana. Dan tidak seperti biasanya, malam itu emak memegang erat tangan bapak seolah isyarat emak telah memaafkan bapak sepenuhnya. Aku tersenyum haru dan lega. 4. Akhlak dalam Keluarga Nilai-nilai
Kutipan dalam Buku
Pendidikan
Penulis/ Halaman
Akhlak Birrul Walidain
a. Ibu, izinkan aku mengganti dukamu dengan lantunan doa-doa di setiap munajatku. ..Rabbigfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani saghira... b. Tapi engkau mengajarkan banyak hal, menjadi single parent itu tidak mudah. Pernikahan itu sebuah perjuangan yang panjang penuh badai dan cobaan. Semoga aku bisa setegar ibu. Semoga di sisa umur ini, saya bisa selalu membahagiakanmu, ibu. c. Bersyukur, beberapa orang kakak sukses mendulang rupiah. Masa keemasan dimana kakak-kakakku dapat memanjakan emak dengan beragam cara. Membelikan apapun yang emak mau dan suka hingga mengajak emak pelesir ke berbagai tempat.
84
Misbahul Chasanah/ 237 Ervina Sentak/ 246
Siti Nuraida/ 267
d. Malam itu kubersihkan tubuh kurusnya kemudian kusuapi beliau. “Sekarang Emak sudah pup, sudah diseka, sudah bersih. Sudah makan. Badannya sudah enak, kan? Sekarang Emak tinggal tidur yang tenang, ya.” Hak, a. Suatu ketika aku terbangun di tengah malam dan aku melihat suamiku sedang Kewajiban, sholat Tahajud. Kudengar doanya, doa tulus seorang suami. Ia meminta kepada dan Kasih Allah untuk mengembalikanku seperti dulu. Ia meminta agar aku diberikan Sayang kekuatan dan ketegaran. Meminta untuk membangunkanku dari mimpi burukku. Suami Istri Ia bilang ia sangat membutuhkanku. Aku menangis tersedu-sedu dan memeluknya dari belakang. Kemudian aku berjanji akan bangkit, bangkit untuknya. b. Ah, sepertinya aku yang terlalu sensitif. Padahal ku tahu suami terkasih sedang banting tulang menyelesaikan rumah impian kami. Siang malam dia berusaha. Bahkan terkadang sampai tengah malam dia menjadi satu-satunya tukang di rumah kami yang baru rampung 75 persen. c. Kembali kutatap pria teduh nan tampan. Ia sedang bermesraan dengan putri kecilnya. Terlihat ia melantunkan tilawah dan tersenyum penuh kesyukuran. Kemudian dia memandangku dan tersenyum. Kami berdua bertatapan mesra dengan seulas senyum bahagia. Pria itu telah menungguiku melalui detik-detik yang menegangkan. Pria itu suamiku. Wajah lelahnya berganti teduh dan membuatku untuk selalu berada dalam kehangatannya. Alhamdulillah d. Begitu juga untuk urusan merawat Bilqist. Dari mulai memandikan, membedong, mencuci popoknya semua aku dan suami lakukan bersama. Kami belum punya mesin cuci. Beruntung suami mau membantu untuk urusan ini.
85
Siti Nuraida/ 271
Endang Agustina/ 17
Carmelita/ 53
Carmelita/ 63
Sapta 118
Suci/
e. "Sayang, kalaupun kakimu tidak bisa Yully Brelly normal kembali dan jalanmu berbeda, Haskori/ 208 aku akan menjadi tongkatmu, seumur hidupku. Aku yang akan menopang dan menjagamu agar tak jatuh. Di mataku, kamu begitu sempurna; wanita cantik yang mau mendampingiku hidup berpindah-pindah, sederhana, dan menyukai tantangan. Kamu telah memberiku 3 anak yang lucu-lucu. Aku selalu bangga memiliki istri sepertimu." Peluknya menghangatkan hatiku. Kasih a. Segala puji bagi Allah, Kakak kuat dan Khadijah/ 37 abah pun sabar. Abah juga semangat Sayang dan mencari nafkah untuk biaya berobat Kakak. Segala puji bagi Allah yang Tanggung menyiapkan segala kebutuhan manusia. Jawab Orang Tua terhadap Anak b. Dengan menguatkan hati, akhirnya aku benar-benar mengundurkan diri dari perusahaan. Aku merelakan dengan ikhlas setumpuk gaji itu. Aku pulang hanya dengan selembar surat pengalaman kerja. Tak ada yang terbawa. Allah membersihkanku dari harta riba. Tekadku sudah bulat. Aku akan di rumah untuk keluargaku, untuk mendidik anak-anakku yang selama ini kuabaikan. c. Anakku, semuanya kulakukan untukmu. Tak mengapa aku berjalan terseok-seok mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Aku rela melakukan ini semua untukmu. Meski kita harus berjuang lebih keras daripada orang pada umumnya, aku ikhlas. Semuanya demi untukmu, Nak. d. Saat itu juga aku tahu bahwa aku akan selalu menemani mereka di rumah. Aku
86
Tri Suryaningsih/ 93
Kiki Susanti/ 99
Widi Astuti/
Silaturahmi dengan Karib Kerabat
akan bangga menjadi ibu yang mendampingi tumbuh kembang mereka. Biarlah orang memandangku sebelah mata karena statusku yang hanya ibu rumah tangga. Biar lah aku tak bisa mengikuti pelatihan ini itu di luar kota, biar lah aku tak memiliki atribut prestise seperti mereka yang bekerja kantoran… biar lah dan biar lah. Ya, di sini lah aku berada, di antara kedua permata hatiku yang begitu polos. Aku akan berusaha menjadi ibu yang baik bagi mereka. Dua minggu telah berlalu, suamiku tak kunjung mendapatkan pekerjaan di kota kecil ini. Suatu hari, suami pergi ke Madiun untuk bersilaturahmi kepada saudarasaudaranya disana. Mendengar suamiku belum bekerja, seorang pamannya menawarkan pekerjaan untuk suamiku.
124-125
Nila Kurniasari/ 209
5. Akhlak Bermasyarakat Nilai-nilai
Kutipan dalam Buku
Pendidikan
Penulis/ Halaman
Akhlak Bertamu dan Menerima Tamu
a. Bimbang sempat merajai hatiku. Gugup. Khawatir. Salah tingkah. Namun akhirnya aku memutuskan untuk datang. Apapun itu, aku akan menghadap ayahnya. Aku akan dengar apa yang ingin beliau sampaikan padaku. Dan di sini lah aku sekarang. Duduk sendiri di ruang tamu ditemani sepi, menanti ayahnya datang menemui. b. Akhirnya, dengan banyak pertimbangan aku pun melangkahkan kaki memasuki ruang tamu itu lagi. Masih sepi seperti sebelumnya. Dan aku masih harus sendiri menanti kehadiran lelaki paruh baya itu lagi.
87
Eyka Baihaqi N./ 160
Eyka Baihaqi N./ 167
Hubungan Baik dengan
a. Hanya ada seorang simbah tetangga depan Nur rumah yang sudah sangat sepuh, beliau Khamalah sedang duduk di kursi di teras rumahnya. / 23 Aku menitipkan Nafis dan segera ke kamar Naufal.
Tetangga
Hubungan Baik
b. Sesampainya di rumah kondisi Akmal belum berubah, membuat orang seisi rumah takut. Semua panik, terutama ibuku. Suamiku keluar rumah mencari pertolongan. Alhamdulillah saat itu ada tetangga yang siap menolong. Qodarullah beliau ada di rumah padahal biasanya jam segitu beliau masih di kantor dan belum pulang. Dengan mobil tetangga tersebut, kami membawa Akmal ke rumah sakit terdekat. a. Aku mencari seseorang yang mau menggendong Nafis. Ternyata di luar sepi karena tetangga sedang ta'ziyah.
Enis Duwi/ 6667
Nur Khamalah / 23
dengan Masyarakat
Ukhuwah Islamiyah
b. Dahulu, ketika aku baru bisa bicara bahasa Hestutiant Urdu terpatah-patah seringkali para i Sham/ penjual yang lewat depan rumahku menolak 136 bila aku berbelanja sendirian. Mereka takut aku tidak mengerti. Maka pasti mereka akan menanyakan di mana adik iparku atau suamiku. Untungnya ketika itu sering kali yang berbelanja bukan hanya aku, tetapi juga para ibu tetanggaku. Mereka lah yang sering membantuku dalam urusan ini. a. Akhirnya aku pun memiliki akun facebook. Tri Dan benar lah keberadaan teman akan Suryaning mempengaruhi kondisi kita. Pertemanan sih/ 92 yang terjalin atas ilmu agama. Allah mempertemukanku dengan orang orang saleh, meski hanya di dunia maya. Wawasanku tentang agama pun bertambah sedikit demi sedikit. Semakin belajar ilmu agama, semakin membuatku haus, semakin membuatku bertanya, semakin nampaklah
88
betapa diri ini tak tahu apa apa. b. Hampir setiap hari ustadz papa datang Erika menengok, memberikan support keimanan 260 bahwa ujian yang papa lalui adalah ujian kenaikan tingkat asal dilalui dengan sabar
P./
6. Akhlak Bernegara Nilai-nilai
Kutipan dalam Buku
Pendidikan
Penulis/ Halaman
Akhlak Musyawarah a. Dokter mengajak suamiku ke ruangannya karena ada sesuatu yang ingin dibicarakan. Dokter menyarankan agar kami semua menginap di rumah sakit saja. Agar kondisi kedua putra kami dapat terpantau dengan baik. Kami pun menuruti saran dokter. b. Kulihat beberapa dokter rapat di belakang.
Nur Khamalah/ 26
c. Sebelum pulang ke Indonesia, kami diskusi dengan Dr. Ng Peng Wah dari Lam Wah Ee hospital mengenai apa dan mengapa serta bagaimana sebaiknya program ke depan yang bisa kami lakukan. d. Di awal pernikahan, kami masih kuat menghadapi terjangan badai. Tapi cobaan yang bertubi-tubi membuat kami labil. Puncaknya di tahun 2012, pernikahan kami benar-benar berada di ujung tanduk. Keluarga besar ingin membuat rapat besar untuk menceraikan kami berdua. Mereka ingin memisahkan kami dengan alasan kami tak mungkin memperoleh keturunan, juga sifatku yang sangat keras. Menegakkan Tidak hanya adil dan perhatian, emak adalah sosok perempuan tangguh; baik secara fisik Keadilan maupun mental.
Christin Mendrova/ 106
Amar
Nur Khamalah/ 29
Christin Mendrova/ 108
Siti Nuraida/ 264
a. Suatu saat ketika keponakanku mogok Shinta sekolah karena dihukum membersihkan WC Yunia
89
Ma’ruf Nahi Mungkar
sekolah gara-gara sering datang terlambat. Gurunya beberapa kali datang membujuk untuk kembali bersekolah, namun tak berhasil. Dengan sikap menyayangkan, aku mendatangi rumah kakak ipar, bermaksud memberikan masukan dan nasehat bagi anaknya tentang pentingnya pendidikan bagi masa depan… b. Emak juga begitu pengasih dan pemurah. Aku ingat. Dulu sekali, emak selalu memberi makan seorang gila yang berkeliaran di lingkungan kami. Emak mewanti-wanti agar kami tidak mengolok-olok pria tersebut. Seburuk apapun keadaannya, dia tetaplah manusia, hasil karya Tuhan.
90
Setha/ 226
Siti Nuraida/ 269
BAB IV ANALISIS DATA
A. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Yang dimaksud dengan akhlak (moral) adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini membuat kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda. (Mahmud, 2004: 26-27) Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin dalam kitabnya al-Akhlaaq dalam Halim mengemukakan definisi akhlak : “Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, apabila kehendak itu membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak.” (2000: 9) Dalam konsep akhlak, segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk, terpuji atau tercela, semata-mata karena Syara' (Al-Qur'an dan Sunnah) menilainya demikian. 1. Akhlak terhadap Allah SWT a. Takwa Takwa berarti memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya, tidak
91
cukup diartikan dengan takut saja. Satu-satunya yang membedakan derajat manusia di mata Allah SWT adalah ketakwaan seseorang. Ciriciri orang yang bertakwa dapat dilihat dalam QS. Al Baqarah ayat 2-5 sebagai berikut:
92
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,(2) (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.(3) dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan KitabKitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.(4) mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.(5)” Selain dalam surat tersebut, Allah SWT juga menjelaskan dalam surat lain yaitu surat Ali Imran ayat 132-135.
93
“dan taatilah Allah dan rasul, supaya kamu diberi rahmat.(132) dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orangorang yang bertakwa,(133) (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (134) dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
94
mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.(135)” Ayat-ayat di atas menjelaskan bagaimanan seorang muslim dikatakan bertakwa. Banyak sekali yang Allah tunjukkan kepada manusia bagaimana karakteristik orang-orang yang bertakwa. Yaitu mereka yang menjalankan kebaikan dan menjauhi keburukan. Seperti dalam kutipan berikut: “Aku merasa bahwa aku kurang nyaman bekerja di dunia perbankan yang masih rawan menyerempet riba. Aku berusaha menghindari riba sejauh mungkin.” (Astuti, 2015: 122-123) “Sedangkan haji adalah rukun Islam kelima. Jika kita mampu maka wajib atas kita untuk menunaikannya. Bukan malah menundanya atau mencari alasan menangguhkannya.” (Safitri, 2015: 255) “Semoga kita semua bisa belajar memperbaiki diri terus menerus sehingga mencapai derajat takwa. Amin.” (Purnamasari, 2015: 262) b. Ikhlas Sesuatu yang bersih dari campuran yang mencemarinya dinamakan sesuatu yang murni. Perbuatan membersihkan dan memurnikan itu dinamakan ikhlas.(Ghazali, 2007: 213-214) Ikhlas berasal dari kata kholasho yang berarti bersih, jernih, murni, tidak bercampur. Ikhlas diartikan sebagai beramal tanpa mengaharapkan pamrih, melakukan amal tersebut semata-mata mengharap rida Allah SWT. Ikhlas adalah perkara hati. Hanya Allah yang mengetahui keikhlasan hati seseorang. Keikhlasan yang dapat dilihat dari buku ini diantaranya:
95
“Si jabang bayi kami serahkan ke rumah sakit sebagai bahan penelitian untuk menolong orang yang berkasus sama dengan kami. Saya hanya melihatnya sekejap, tak bisa menangis, hanya bisa bersyukur. Bila ternyata keberadaannya bisa menolong orang lain maka kami ikhlaskan.” (Mendrova, 2015: 103) Kutipan tersebut menjelaskan keikhlasan seorang ibu yang sedang diuji oleh Allah dengan kegagalan kehamilannya. Dia mengikhlaskan janinnya untuk dijadikan penelitian di rumah sakit agar orang lain tidak mengalami hal serupa dengannya. Ada pun dalam kutipan lain juga dijelaskan sikap ikhlas tersebut, sebagai berikut: “Aku tidak ingin dikasihani dan menyusahkan orang lain. Aku menerima dengan ikhlas ujian yang Allah berikan padaku. Teringat selama ini begitu banyak nikmat yang telah Allah berikan padaku dan keluargaku. Aku berharap ujian sakit ini dapat menggugurkan dosa-dosaku.” (Haskori, 2015: 206) “Iya, ibu mengingatkanku bahwa anak bukan milik kita. Anak hanya titipan. Kelak, titipan itu pasti akan diambil. Dan kita harus mengikhlaskannya. Aku ingin belajar seikhlas ibu.” (Chasanah, 2015: 236) “Malam itu 2 September 2012. Saat itu aku sudah belajar lebih sabar dan ikhlas, perasaanku menjadi lebih ringan seperti ada beban terangkat di dada. Wajah emak berubah, seolah bercahaya.” (Nuraida, 2015: 271) Ikhlas adalah bagaimana kita dengan lapang hati, melepaskan segala beban di hati ketika suatu keadaan yang menimpa tidak sesuai dengan harapan kita. Segala sesuatu yang kita miliki sekarang adalah milik Allah SWT dan suatu saat nanti akan diambil lagi olehNya.
96
Kecintaan terhadap dunia memang manusiawi, namun kecintaan itu tidak boleh melebihi kecintaan kita kepada Allah SWT yang memiliki segalanya. Maka, ketika Allah menguji dengan hilangnya sesuatu dari diri kita sudah seharusnya kita ikhlaskan. Dengan keikhlasan ini lah kita mengaharap rida dan kondisi terbaik dari Allah. c. Khauf dan Raja’ Khauf adalah kegalauan hati membayangkan sesuatu yang tidak disukai yang akan menimpanya, atau membayangkan hilangnya sesuatu yang disukainya. Dalam Islam rasa takut harus bersumber kepada Allah. Karena hanya Allah SWT yang berhak ditakuti. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran surat Al Baqarah ayat 40:
“Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang Telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan Hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk).” Ayat tersebut menjelaskan bahwa ketakutan seorang manusia hanya ditujukan kepada Allah SWT. Jangan takut kepada selain Allah.
97
Ketakutan akan hilangnya sesuatu dari dirinya, atau kegalauan karena suatu hal akan membuat hati semakin kosong dan lama kelamaan akan menjadikannya kufur nikmat. Namun, jika ketakutan itu ditujukan kepada Allah maka hati akan terasa tenteram dan nyaman. Karena dengan takut tersebut, maka seseorang menjadi sering mengingat Allah, lebih mensyukuri nikmatnikmat Allah yang akan menjadikan hatinya semakin tenang. Karena hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenang. Berikut kutipan dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti yang memuat tentang sikap khauf: ”Jadilah anak yang mandiri, takutlah akan azab Allah walau kau sedang sendirian. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kita kerjakan. Akhlak baikmu insya Allah sudah terlihat sejak dini, Nak. Kami amat berharap engkau menjadi permata kami yang salihah, penerus risalah suci.” (Khadijah, 2015: 37) Manusia dianjurkan untuk takut kepada Allah dan takut kepada azab Allah. Karena Allah Maha Melihat apa yang kita kerjakan. Tidak akan pernah luput dari penglihatan Allah apa pun amal perbuatan manusia. Setiap perbuatan akan dibalas oleh Allah sesuai kadarnya. Maka, dengan merasa takut kepada Allah perbutan kita akan terkontrol dan terarah menuju jalan yang baik untuk menghindarkan diri dari azab Allah.
98
Raja yaitu harapan. Harapan akan sesuatu yang disukainya di masa yang akan datang. Dalam hal ini, raja yaitu harapan untuk mendapatkan rida Allah SWT. Sikap penuh harap (raja) sangat penting bagi seorang muslim dalam beribadah. Sifat raja menjadikan ibadah seseorang semakin giat dan berharap Allah akan menerima dan membalas amal perbuatannya. Namun, jika seseorang malakukan maksiat dia sangat berharap Allah akan mengampuni dosa-dosanya. Seperti yang Allah jelaskan dalam QS. Az Zumar ayat 53
”Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’ ”
99
Ayat tersebut menjelaskan bahwa sebagai manusia tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah, karena ampunan dan rahmat Allah sangat luas. Seperti dalam kutipan berikut: ”Minggu 14 Agustus 2011 jam 3 dini hari, aku terbangun untuk shalat Lail dan menggantungkan harapanku hanya kepada Sang Penguasa alam semesta. Aku menangis tersungkur di atas sajadahku seraya memohon supaya bayiku segera lahir dengan normal.” (Kurniasari, 2015: 213) Berharap dan tidak pernah putus asa adalah perbuatan yang disukai Allah, karena Allah menyukai hambaNya yang memohon padanya. Pengharapan juga terwujud dalam doa. Karena dengan berdoa seorang hamba telah mengeluarkan keluh kesahnya kepada Allah yang Maha Berkehendak memohon yang terbaik untuk setiap keadaannya. Dalam doa ada harapan yang tinggi bahwa Allah akan mengabulkan
doanya
dan memberikan
keadaan
seperti yang
diinginkannya. Disertai prasangkan baik yang menjadi pemicu terkabulnya doa kita. d. Tawakkal Tawakkal berarti menyerahkan atau mewakilkan. Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan. Sikap tawakkal adalah sikap pasrah seseorang akan hal apa pun yang menimpa dirinya dengan keyakinan penuh bahwa apa pun yang terjadi, itu lah yang terbaik untuknya. (Saleh, 2011: 112)
100
Tawakkal adalah bekerja keras, memaksimalkan mujahadah kemudian menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT. Kalau seseorang menanam sesuatu kemudian berbuah namun ternyata dimakan binatang dan dicuri orang, menurut Hadits Nabi itu menjadi sedekah. Itu juga termasuk hasil. (Salbu, 2012 : 301). Tawakkal adalah upaya terakhir yang bisa dilakukan manusia jika telah merasa usahanya maksimal. Jadi bukan hanya berserah diri saja menunggu takdir yang akan datang tanpa adanya usaha Sesuai dengan firmah Allah dalam QS. Ath Thalaq ayat 3:
“dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu” Ayat di atas selaras dengan kutipan dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti sebagai berikut: ”Alhamdulillah kondisi Kakak berangsur sehat. Dan kini, dengan izin Alloh, Kakak benar-benar sehat. Ya, Kakak memang masih kontrol, tapi paling check up saja sesempatnya. Dengan ujian
101
Kakak itu, tidak membuat kami ingin memanjakanmu, Nak. Justru ujian itu mengajarkan pada kami akan arti keridaan pada takdir Allah. Kami juga belajar makna pasrah dan tawakkal.” (Khadijah, 2015: 37) “Dari mereka aku belajar untuk ikhlas, sabar dan tawakal. Dari siswa-siswaku aku pun belajar tentang arti perjuangan mencari ilmu, kecintaan dan kemanusiaan.” (Setha, 2015: 229) “Jangan pernah bersedih dan jangan pernah putus asa. Karena di depan pasti ada jalan cerah, asalkan kita tawakkal, sabar, dan ikhlas. Tawakkal letaknya di dalam hati, bukan sekedar ucapan.” (Purnamasari, 2015: 272) “Dalam doa kupupuk harapan. Namun kembali kupasrahkan semua kepadaNya.” (Haskori, 2015: 300) Dari kutipan-kutipan tersebut jelas terlihat bahwa manusia hanya bisa berusaha dan memasrahkan segala urusan dan usahanya kepada Allah. Karena Allah lah yang akan menentukan hasil akhir dari usaha manusia. Jadi, tidak perlu memiliki perasaan sedih dan putus asa untuk berusaha. Allah pasti akan menunjukkan jalan dan solusi dari permasalahan kita. Tawakkal harus disertai dengan sikap yakin dan penuh harap bahwa Allah akan mengabulkan doa dan harapan kita. Karena Allah bersama prasangka hambaNya, jika kita berpikir baik, maka Allah juga baik. Namun, jika kita berpikir buruk, maka itu lah yang kita dapatkan. e. Syukur Hakikat syukur adalah mengungkapkan rasa terima kasih di dalam hati secara tulus dan mengatakannya secara lisan serta menerjemahkannya ke dalam perbuatan nyata atas segala nikmat yang
102
diberikan oleh Allah kepada kita. Bersyukur artinya berbuat baik kepada diri sendiri dan orang lain. (Effendy, 2012:13 Allah berfirman dalam QS. Al A’raf ayat 144:
“Allah berfirman: "Hai Musa, Sesungguhnya aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu Termasuk orang-orang yang bersyukur.” Dalam ayat ini terkandung dua unsur penting, yakni pertama menerima pemberian dari Allah, kedua bersyukur kepada Allah atas pemberian itu. (al Qarni, 2011: 68) Banyak sekali nikmat Allah yang diberikan kepada manusia. Diataranya nikmat udara untuk bernafas, jantung yang berdetak, kesehatan jasmani serta rohani, dan masih banyak lagi. Karena banyaknya nikmat Allah, manusia tidak akan ada yang pernah bisa menghitungnya. Dengan bersyukur Allah akan menambah nikmat yang Allah berikan kepada kita.
103
Hal tersebut sejalan dengan kutipan dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti sebagai berikut: ”Kubangunkan kekasih hatiku itu dengan lembut. Dengan masih mengucek mata, ia melihat hasil test pack yang menunjukan garis dua. Spontan ia peluk erat aku dan kami pun menangis syukur. Tak henti-hentinya ucapan syukur kami panjatkan.” (Suparsih, 2015: 40) ”Kami bersyukur mendapat panggilan kerja, meski hanya tiga bulan tapi paling tidak kami bisa menyisihkan sedikit gaji buat bertahan hidup.” (Wijayanti, 2015: 189) “Lebih dari itu, pengalamanku mengajar anak berkebutuhan khusus mendidikku untuk mensyukuri sekecil apapun anugerahNya. Ya, bagaimanapun adanya hidup, itu adalah anugerah.” (Setha, 2015: 229) “Semua orang memiliki masa lalu. Jika menoleh kebelakang, betapa bersyukurnya atas nikmat yang Allah berikan. Bersyukur pernah melalui masa-masa sulit itu.” (Sentak, 2015: 246) Banyak hal dalam kehidupan yang terkandung di dalamnya kenikmatan dari Allah SWT. Seperti dalam kutipan di atas diantaranya terkabulnya doa untuk mengemban amanah seorang putra, kesempatan yang Allah berikan untuk memberikan nafkah keluarga, nikmat keterbukaan hati pada keadaan lingkungan sekitar, dan bersyukur telah mampu melewati ujian hidup. f. Muraqabah Muraqabah yaitu suatu keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa Allah senantiasa mengawasinya. Di dalam Hadits shahih yang menafsirkan ihsan, ketika Rasulullah SAW ditanya tentangnya, beliau bersabda:
104
⩗渠
⩗° ¦Â° ⩗° ¦Â स ¦° ⩗° ¦Â° ‴ ° ¦Â सÂ
”engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihatNya. Jika engkau tidak melihatNya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”(HR Muslim) Maksudnya, orang harus merasakan keagungan Allah dan pengawasanNya pada setiap saat. (Ya’qub, 2007: 358) Bentuk-bentuk muraqabah diantaranya yaitu ikhlas. Yaitu melaksanakan suatu perbuatan dengan mempertimbangkan apakah perbuatannya tulus karena Allah atau karena dorongan hawa nafsu. Jika tulus karena Allah itu lah ikhlas. Itu lah pengawasan dalam ketaatan. Ada pun pengawasan dalam maksiat yaitu dengan bertobat. Sedangkan pengawasan dalam hal mubah yakni memperhatikan tata karma dan bersyukur atas nikmat yang diterimanya. Setiap ada musibah harus dihadapi dengan sabar, dan setiap ada nikmat harus disyukuri. Itu lah muraqabah “Dan Allah tak ingkar janji. Ketika kita berusaha mendekat padaNya selangkah maka Dia akan mendekati kita dua langkah. Ketika kita berusaha mendekatiNya dengan berjalan maka Dia akan mendekati kita dengan berlari. Dan aku pun merasakan cinta kasihNya yang sangat besar.” (Suryaningsih, 2015: 93) Kutipan di atas menunjukkan sifat muraqabah dengan merasakan kehadiran Allah. Merasa selalu diawasi oleh Allah, dan berusaha terus mendekatkan diri kepadaNya. g. Taubat
105
Rasulullah SAW bersabda:
䁞 䁞翠 䁞 r䁞 䁞 䁞u: 䁞쳌䁞 䁞 䁞O䁞㌳ 䁞䁞 ㌳ 䁞l䁞A ab䁞A䁞䔨 䁞 䁞t ( 쳌 . ) 䁞ꀀ r䁞i䁞t 䁞 䁞l쳌䁞r䁞u 䁞r a 䁞aÈ 䁞 䁞Ĺ쳌䁞 䁞 u 䁞l䁞i a 䁞aÈ
Dari Abu Hurairah RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya kamu sekalian berbuat dosa hingga memenuhi langit, kemudian kalian bertaubat kepada Allah, pasti Allah akan menerima taubat kalian”. (HR. Ibnu Majah) Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan, karena manusia bukan makhluk tanpa khilaf dan dosa. Namun, sebaik-baik manusia yang berdosa ialah manusia yang mau bertaubat dan taubat yang paling baik adalah taubatan nasukha. Taubat yaitu kembalinya seseorang yang telah berbuat kemaksiatan kembali pada ketaatan Allah berfirman dalam QS. Al Baqarah ayat 222:
bA䁞䁞 䁞r䁞 u e䁞a䁞 䁞Ƥ 䁞 䁞aru e䁞a 䁞䗦 䁞
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” Di antara rahasia ibadah kepada Allah SWT adalah seorang hamba melakukan kesalahan, agar ia bertaubat; berbuat dosa, agar mau beristighfar. Agar Allah menjadi Dzat pemberi karunia, Dzat yang mempunyai anugerah dan kemurahan, Pemilik kekuasaan, kemuliaan, dan
keperkasaan,
yang
berlaku
hukumNya
dan
sempurna
kehendakNya. Supaya hamba tadi -dengan dosa-dosanya- menjadi hamba yang rendah lagi hina, yang fakir dan berharap ampunan Allah, yang menghajatkan kepada kemurahanNya.(Al Qarni, 2011: 28)
106
Dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti terdapat kutipan yang berkaitan dengan taubat, diantaranya: “ Aku memegang uang tabungan kelompok kerjaku. Jumlahnya cukup banyak. Kemudian uang tersebut diolah dan dilipatgandakan. Ah, aku pernah terjebak dalam riba. Malangnya diriku yang pernah bergumul dengan uang riba. Ya Rabbi, maafkan kekhilafan hamba-Mu ini.” (Suryaningsih, 2015: 93) “ Jika mengingat hal itu, aku langsung istigfar banyak. Semoga Allah memaafkanku.” (Lismawati, 2015: 143) “Peci merah itu menjadikan jalan perantara hidayah bapak. Peci peninggalan Allahyarham simbah kakung itu meski sudah pudar warnanya sungguh tak ada nilai bandingannya. Peci itu yang kini senantiasa menemani hari-hari bapak, juga hari-hariku dan ibu.” (Chasanah, 2015: 283) “ Ya Allah, aku tersadar betapa besarnya dosaku. Aku mohon ampun atas semua kekhilafan dan kesalahan di masa lalu. Mungkin ini adalah teguran darimu, Ya Allah.” (Wijayanti, 2015: 188-189) “Seiring berjalannya waktu, aku mulai sadar. Kenapa aku harus marah? Kenapa aku harus cemburu? Kenapa harus memelihara penyakit hati selama dua tahun ini? Ah, sungguh bodohnya aku.” (Nugraeni, 2015: 277) Taubat adalah berjalan dari kemaksiatan menuju ketaatan. Ada perubahan sikap yang terjadi setelah bertaubat. Taubat ditandai dengan beberapa hal yaitu menyesali perbuatan, memohon ampun kepada Allah, dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan tercela lagi. Taubat diawali dengan kesadaran akan kesalahannya, kemudian mengingat Allah untuk memohon ampunan dan mengubah jalan hidupnya dengan jalan yang lebih baik. 2. Akhlak terhadap Rasulullah SAW a. Mengikuti dan Menaati Rasul
107
“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan RasulNya, dan janganlah kamu berpaling dari pada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya)”(Al Anfaal: 20) Ayat tersebut selain berisi perintah untuk menaati Allah juga perintah untuk menaati Rasulullah, karena pada hakikatnya perintah Rasulullah juga berasal dari perintah Allah SWT. Hal ini berarti menaati Rasul juga menaati Allah SWT. Taat pada Rasul juga menjadi bukti kecintaan kita pada beliau. Orang-orang yang menaati Rasul akan memperoleh petunjuk. Sepanjang sejarah, semua orang diuji atas ketaatan mereka terhadap para Rasul. Allah selalu memilih Rasul-rasulNya dari kalangan manusia. Namun orang yang tertutup pemikirannya cenderung ingkar pada Rasulnya. Menaati Rasul dapat dilakukan dengan mencontoh perilakuperilaku beliau, menjauhi hal-hal yang beliau tidak suka, dan memahami dan melaksanakan sunnah beliau. Sebagaimana salah satu kutipan dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti berikut ini:
108
“Strategi ala Rasulullah pun dijalankan. Silaturahim membuka rezeki dan memanjangkan umur.” (Andriyani, 2015: 114) Silaturahim adalah salah satu kebiasaan Rasulullah. Karena dengan silaturahim persaudaraan akan semakin kental, mengeratkan kekerabatan, dan dapat mengambil hati orang-orang untuk beriman kepada beliau. Selain itu, silaturahim juga dapat membuka pintu rezaki dan memanjangkan umur. b. Mengucapkan Shalawat dan Salam Membaca shalawat untuk Nabi, memiliki maksud mendoakan atau memohonkan berkah kepada Allah SWT untuk Nabi dengan ucapan, pernyataan serta pengharapan, semoga beliau (Nabi) sejahtera (beruntung, tak kurang suatu apapun, keadaannya tetap baik dan sehat). Salam berarti damai, sejahtera, aman sentausa dan selamat. Jadi saat seorang muslim membaca shalawat untuk Nabi, dimaksudkan mendoakan beliau semoga tetap damai, sejahtera, aman sentausa dan selalu mendapatkan keselamatan. Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu ibadah yang sangat agung. Ia termasuk dalam amalan-amalan ringan yang sangat besar pahala dan keutamaannya. Seorang muslim yang setia dan mencintai Nabi SAW dengan baik dan benar akan senantiasa memperbanyak shalawat dan salam kepada beliau sesuai dengan bacaan yang diajarkan dan dicontohkan oleh beliau. Rasulullah SAW bersabda:
109
䁞 䁞iǷ 䁞it l Ƿ l彋翠
i䁞Ƿ 䁞 rit 䁞A 嚨䁞t
䁞 䁞i䁞Ƿ
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya 10 kali.” (HR. Bukhari) Dalam Al Quran Allah SWT berfirman dalam QS. Al Ahzab: 56
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” Kutipan berikut menjadi bukti pengamalan bershalawat pada Rasulullah SAW: “Susah payah kukuatkan hati ini untuk selalu di sampingnya. Kuperdengarkan doa, shalawat, serta lantunan ayat suci Al Quran di telinganya. Karena aku yakin Akmal bisa mendengarnya.” (Duwi, 2015: 68) Keutamaan membaca shalawat dan salam untuk Nabi SAW yaitu untuk memuliakan beliau. Allah akan membalas shalawat kita pada Nabi dengan sepuluh kali shalawat untuk kita. Selain itu malaikat pun
110
akan bershalawat untuk orang yang mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW. Shalawat dan salam menjadi bukti kecintaan kita pada beliau. Mencintai Rasulullah dan menjalankan segala tuntunan beliau, serta penuh harap di akhirat nanti kita akan dicatat sebagai umat beliau yang akan mendapatkan syafaat beliau. 3. Akhlak Pribadi a. Shiddiq Kata Ash Shiddiq (kebenaran) dalam perkataan, kebenaran dalam niat dan kehendak, kebenaran dalam menepati kemauan, kebenaran dalam perbuatan, dan kebenaran dalam mewujudkan seluruh ajaran agama. Maka siapa memiliki sifat kebenaran dalam semua itu, ia pun seorang shiddiq. Maka, ia pun bersikap benar kepada dirinya sesuai dengan sifat-sifat yang dimilikinya ini. (Ghazali, 2007: 215) Allah berfirman dalam QS. Al Ahzab: 23 sebagai berikut:
111
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggununggu dan mereka tidak merobah (janjinya)” Seperti dalam kutipan berikut: “Ketika dia datang ke rumah untuk berkenalan lebih lanjut, aku pun menceritakan semua kondisi kesehatanku. Dia seorang dokter dan tentu lebih faham tentang masalah kesehatan. Aku bercerita jujur dan apa adanya didampingi bapakku. Saat itu ternyata bapakku sudah menyelidiki keluarga mas Tulus. Kami satu kecamatan tetapi beda desa.” (Rahma, 2015: 175-176) Kejujuran terlihat jelas dari tokoh di atas yang mengatakan apa adanya mengenai keadaan dirinya. Dia tidak takut dan sudah siap menerima konsekuensi apa pun dari kejujurannya. Sebuah perbuatan yang diawali dengan kejujuran akan berjalan dan berakhir baik. Karena semua pihak tidak merasa dirugikan dan merasa saling terbuka. Oleh karena itu, kejujuran menjadi sangat penting dalam membangun sebuah hubungan. Seperti yang Rasulullah selalu contohkan, dengan kejujuran Islam dapat diterima oleh masyarakat.
b. Amanah Kata amanah berasal dari aminu-ya’ manu-amnan-wa amanatan. Secara
harfiah
kata-kata tersebut
berarti
aman. Pihak
yang
menyerahkan dan pihak yang menerimanya merasa aman, tidak cemas,
112
dan tidak merasa khawatir dikhianati. (suara Hidayatullah, edisi 12 XXVI: 12) Amanah adalah sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang oleh pihak atau orang lain yang ditunaikan dengan baik dan tuntas. Kebalikan dari amanah adalah khianat. Petunjuk Allah mengenai amanah dijelaskan dalam QS. Al Baqarah: 286
“Allah tidak membebani kesanggupannya.”
seseorang
melainkan
sesuai
dengan
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah mengukur kesanggupan seseorang ketika akan memberikan amanah kepada orang tersebut. Jadi, setiap manusia pasti mampu mengemban amanah yang Allah berikan karena Allah yang lebih tahu kesanggupan dan kemampuan seseorang daripada dirinya sendiri. “Justru dalam keprihatinan kami bersungguh-sungguh menuntut ilmu. Kami sadar, ibu sudah susah payah mencarikan biaya sekolah. Kami tak ingin mengecewakannya.” (Sentak, 2015: 239-240) “Lho namanya anak kan titipan. Ibu dititipi banyak anak sama Allah. Ibu tahu suatu waktu pasti titipan itu bakalan diambil dari ibu. Anak perempuan diambil oleh suami-suaminya dan anak lelaki dimiliki oleh istri-istrinya. Ya semoga nanti istri adikmu mau diajak tinggal di rumah ini. Menemani ibu dan bapak.” (Chasanah, 2015: 236) Penggalan
kutipan
tersebut
menunjukkan
upaya
untuk
menjalankan amanah yang mereka terima. Allah memberikan rasa ringan pada hati mereka ketika menjalankan amanahNya. Menyadari
113
bahwa kehidupan adalah milik Allah dan manusia hanya sekedar menjalani saja. c. Istiqamah Istiqamah merupakan sesuatu yang sulit sekali seseorang untuk mencapainya, karena iman seseorang kadang naik kadang juga turun. Namun, seberat apapun kata istiqamah ini, maka setiap muslim harus selalu berupaya untuk meraihnya agar mencapai khusnul khatimah pada akhirnya. Istiqamah adalah konsisten dalam menjalankan agama ini dalam segala aspek dan dalam segala kondisi secara tepat, tanpa kurang dan lebih. Pada dasarnya istiqamah adalah lurusnya sesuatu, misalkan lurusnya lisan dan hati. Jika hati dan lisan manusia istiqamah dalam kebaikan, maka seseorang akan mencapai keimanan yang kuat. Suatu ketika, seorang sahabat bernama Sufyan bin Abdillah al Tsaqifi melontarkan pertanyaan kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah,” katanya. “Ungkapkan lah kepadaku sebuah perkataan dalam Islam yang aku tidak perlu menanyakannya lagi kepada selain engkau.” Rasulullah kemudian menjawab,”Katakan lah, aku beriman kepada Allah, lalu beristiqamah lah.” (Riwayat Ahmad, Ibn Hibban dan al Darimi) (Suara Hidayatullah, edisi 04 XXVIII: 11) “Kembali kuhela napas panjang untuk menenangkan hati. ‘Di dalam agama saya memang dianjurkan untuk menyegerakan pernikahan, Om. Tapi pernikahan beda agama haram hukumnya. Terlebih jika saya harus murtad, harus berpindah agama. Enggak ada ampunan untuk itu. Jadi maaf, saya enggak bisa. Saya tetap
114
akan memilih agama saya.’ Sama sekali tak ada keraguan sedikit pun dalam suaraku.” (Nariendra, 2015: 167) Islam adalah agama yang harus dipertahankan dan diperjuangkan. Bagi orang yang memiliki sifat istiqamah, Islam adalah prioritas utama. Apa pun yang terjadi akan dilakukannya untuk memilih memegang teguh agama Islam. d. Iffah Secara bahasa iffah adalah menahan. Adapun secara istilah adalah menahan diri sepenuh dari perkara-perkara yang Allah haramkan. Dengan demikian seorang yang afif adalah orang yang bersabar dari perkara-perkara yang diharamkan walaupun jiwa cenderung kepada perkara tersebut dan menginginkannya. Selain itu, iffah juga dikatakan sebagai satu usaha memelihara dan menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak halal, makruh dan tercela. (Kadir, 2011) Diantara dalil mengenai sifat iffah ini yaitu QS. An Nuur: 33
“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya” Rasulullah SAW bersabda,
115
1 䁞 e䁞r䁞ar i䁞a捩 b彋u 䁞 i 䁞l䁞 䁞a 彋䁞 䁞a捩 䁞彋 䁞 u 䁞香䁞 䁞香䁞aÈ 䁞स 쳌䁞u au
”Apabila seorang hamba telah menikah, maka ia telah menyempurnakan setengah agamanya, maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allah pada yang setengah lagi." (HR. Al Baihaqy) Dalil-dalil tersebut menjelaskan bagaimana iffah itu harus dilaksanakan. Iffah adalah menjaga diri dari kebatilan, sebagai contoh dalam dalil-dalil di atas yaitu menjaga diri dari hawa nafsu dengan cara menikah, dan yang lebih utama adalah dengan menikah mampu menahan pandangan dan kehormatan setiap muslim. “Setiap ada lelaki yang ingin mendekat, selalu kukatakan bahwa dia harus mendatangi orang tuaku terlebih dahulu karena aku masih milik mereka. Semua lelaki yang dulu suka padaku langsung mundur tiap kujawab seperti itu. Hanya dia, dia yang sekarang menjadi suamiku yang mampu melakukan tantangan itu.” (Suci, 2015: 116) Kutipan tersebut menjelaskan seorang muslimah yang menjaga dirinya dari seorang laki-laki yang bukan muhrimnya. Dia memilih menikah daripada hanya pacaran yang tidak jelas tujuan dan manfaatnya. Allah lebih meridai pernikahan daripada hubungan yang dapat menjerumuskan pada perzinaan.
e. Mujahadah Mujahadah adalah bersungguh-sungguh. Bersungguh-sungguh dalam melaksanakan perintah Allah, menjalankan ibadah semampunya.
116
Namun, jika seseorang malas melakukan sesuatu maka dia harus menambah kadar ibadahnya. Jika masih malas juga, maka yang harus dilakukan adalah melawan dan memaksanya semampunya. Misalkan, enggan untuk melakukan wirid. Yang harus dilakukan adalah melawan rasa enggan itu dan memaksa semampunya untuk selalu berwirid. Hal-hal yang dapat mendorong jiwa dalam hal ini adalah membaca kisah orang-orang shaleh yang bersungguh-sungguh dalam melakukan kebaikan dan mencermati keutamaan mereka, menemani orang shaleh yang dapat ditemuinya, lalu meneladani perbuatannya. (Ya’qub, 2007: 362) Mujahadah dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti diantaranya sebagai berikut: “Di samping sedekah, waktu itu aku juga rutin menekuni ibadah sunnah Duha, shalat Tahajud, tilawah, dan sering bersilaturahmi. Aku juga berusaha memaafkan orang-orang yang pernah menyakitiku.” (Rahma, 2015: 175) “Dia berkata bahwa kami harus tetap sabar diiringi doa dan usaha. Andaikan tak kunjung hamil juga, mungkin suatu saat nanti kami akan mengadopsi keponakan.” (Wijayanti, 2015: 188) “Keesokan paginya, aku pergi ke rumah mama. Kucium tangan beliau dan memohon maaf atas semua dosa-dosa yang sekiranya menyakiti beliau. Aku meminta doa dari Mama agar dapat segera hamil. Setelah melewati proses itu semua, hatiku terasa lega sekali. Aku tidak terlalu memikirkan lagi apakah bisa hamil atau tidak. Hidupku terasa lebih lapang, aku berusaha santai menghadapi keadaan apa pun.” (Wijayanti, 2015: 189) Kesungguhan seseorang terlihat dari bagaimana dia menjalani setiap sisi kehidupan. Sungguh-sungguh dalam berusaha mendekatkan
117
diri kepada Allah, dengan penuh harap bahwa Allah akan mempermudah urusannya. Menjalankan perintah Allah sesuai porsi dan kemampuannya dan memaksimalkan ibadah dalam rangka mendekatkan diri pada Sang Pencipta. f. Syaja’ah Syaja’ah artinya berani, tapi bukan berani dalam arti siap menantang siapa saja tanpa mempedulikan apakah dia berada di pihak yang benar atau salah, dan bukan pula berani mempertaruhkan hawa nafsu. Tapi berani yang berlandaskan kebenaran dan dilakukan dengan penuh pertimbangan. Syaja’ah adalah keberanian yang didasari pertimbangan matang dan penuh perhitungan dengan tujuan meraih rida Allah. Bukan keberanian yang tanpa perhitungan, namun juga bukan terlalu perhitungan dan pertimbangan yang melahirkan ketakutan. Dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti sikap syaja’ah ditunjukkan dengan sikap seorang suami yang difitnah oleh kakak iparnya telah mencuri cincin. Namun, dengan keberaniannya dia bersumpah atas nama Allah bahwa bukan dia pencurinya. Bahkan dia berani
untuk
dihadapkan
pada
dukun
untuk
membuktikan
pengakuannya. “Suami siap diantar ke paranormal itu untuk menunjukkan bahwa bukan dia orangnya. Aku lantas bilang ke kakak bahwa suami sampai bersumpah atas nama Allah kalau dia tidak melakukannya.” (Azalea, 2015: 216-217) g. Tawadhu
118
Iblis pada awal penciptaannya adalah makhluk yang senantiasa beribadah kepada Allah SWT. Namun saat Adam as diciptakan, muncul lah sikap takabburnya. Dia merasa dirinya lebih baik daripada Adam as karena dirinya diciptakan dari api, sedangkan Adam as hanya diciptakan dari tanah. Ini lah awal mula sikap takabbur. Sedangkan lawan dari takabbur adalah tawadhu. Tawadhu, menurut Al Fudhail adalah tunduk kepada kebenaran, patuh
kepadanya,
dan
menerimanya
dari
siapa
pun
yang
mengatakannya, serta tidak memandang dirinya memiliki nilai. (Suara Hidayatullah, 2013, ed.7 XXVI: 12) Tawadhu memiliki dua hal yang mendasarinya, yaitu menerima kebenaran dari siapa pun dan bertindak santun kepada sesama muslim. Sementara lawan dari sikap tawadhu, yaitu takabbur ditandai dengan sikapnya yang sombong. Sombong didefinisikan sebagai menolak kebenaran dan memandang remeh manusia. Orang yang memiliki sifat tawadhu menyadari semua yang dimilikinya dalah anugerah Allah SWT. Baik itu rupa yang cantik dan tampan, ilmu pengetahuan, harta, mapun jabatan. Maka, segala sesuatunya harus disandarkan pada Allah Sang Maha Pemberi segalanya. Manusia tidak pantas untuk menyombongkan diri terhadap apa
yang
dimilikinya
kepada
sesama
manusia
apalagi
menyombongkan diri kepada Allah. “Dari semua ujian hidup, kami mengerti rasanya di bawah. Kami belajar memupuk rasa empati anak–anak. Mendidik mereka
119
menghargai semua lapisan masyarakat tanpa memandang dari kalangan mana mereka berasal. Bahkan dalam kekurangan, kami mengajari anak–anak untuk bersyukur. Mungkin Allah melindungi kami dari rasa congkak ketika kami berlebihan.” (Andriyani, 2015: 115) Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa sifat congkak adalah sifat yang harus dihindari karena berlawanan dengan sifat tawadhu. Menghargai manusia sebagai bagian dari ketawadhuan. h. Malu Malu, sebagaimana yang didefinisikan oleh para ulama, adalah sesuatu
perasaan
yang
bisa
mempengaruhi
seseorang
untuk
meninggalkan kejelekan, meskipun tidak ada seorang pun yang melihatnya. Ini lah definisi para ulama tentang malu. Malu adalah kecenderungan jiwa seseorang untuk menghindar dari perbuatan hina. (Khalid, 2010: 123) Tanda-tanda kebaikan adalah lemah lembut dan malu, sedangkan tanda-tanda keburukan adalah sifat tidak tahu malu dan berperilaku keji.
Sifat malu
bisa dijadikan indikasi yang cukup untuk
menunjukkan buruknya jalan yang ditempuh seseorang. Hasan bin ‘Athiyah
meriwayatkan
dari
Abu
Umamah
bahwa
Nabi
bersabda,”malu dan diam adalah dua cabang keimanan, sedangkan berperilaku
keji
dan
banyak
bicara
adalah
dua
cabang
kemunafikan.”(Al Mawardi, 2009: 271) Malu merupakan cabang dari iman. Artinya, keimanan seseorang tidak akan sempurna jika tidak memiliki sifat malu. Namun, malu pun
120
juga harus sesuai porsi dan tempatnya. Malu adalah sifat terpuji, tetapi jika salah dalam penggunaannya maka malu akan menjadi bumerang bagi seseorang. Misalkan malu untuk beramar makruf nahi munkar. Malu adalah sifat para Nabi dan Rasul. Sebagaimana Rasulullah SAW yang memiliki sifat pemberani dan tegas, tetapi dalam waktu yang bersamaan beliau juga dikenal sangat pemalu. Salah satu kutipan berikut menunjukkan sifat malu yang harus dimiliki seorang muslimah. “Segala macam cara pengobatan sudah kulakukan. Mulai dari relaksasi, terapi kurma dan segala macam herbal. Termasuk di antaranya adalah dengan menambah shalat, melamakan sujud dan memperbanyak membaca Al-Quran. Alhamdulillah ala kulli hal, aku sudah yakin kalau persalinanku normal dan lancar. Dan aku yakin aku bisa melahirkan dengan bidan saja tanpa aku harus bertemu lagi dokter kandungan langgananku. Rasanya malu sekali jika sampai melahirkan dengan dokter laki-laki.” (Carmelita, 2015: 55) Wanita akhir zaman banyak yang telah kehilangan rasa malunya. Padahal malu adalah cerminan seorang muslim. Seperti kutipan di atas yang menjelaskan sifat malu seorang muslimah untuk menjaga harga dirinya dari seorang laki-laki yang bukan muhrimnya, dalam hal ini adalah menjaga aurat, karena menjaga dan menutup aurat adalah kewajiban setiap muslimah yang beriman. i. Sabar Ketahui lah bahwa salah satu anugerah yang baik dan tandatanda kebahagiaan seseorang adalah dapat bersabar menghadapi cobaan dan tetap kokoh di tengah musibah. (Al Mawardi, 2009: 313)
121
Kata sabar berasal dari bahasa arab shabr artinya “menahan” atau “mengekang”. Bersabar artinya menahan diri dari segala sesuatu yang disukai dan tidak disukai dengan tujuan mengharap rida dari Allah SWT. (Effendy, 2012: 6) Allah berfirman dalam QS. Ali Imran: 200
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” Dalam hal kesabaran ini Rasulullah memuji urusan orang mukmin, karena semua baik bagi mereka. Jika ditimpa musibah mereka bersabar dan jika diberi kenikmatan mereka bersyukur. Kesabaran yang sebenarnya yaitu ketika seseorang ditimpa musibah. Contoh keteladanan dalam kesabaran yang luar biasa dapat dilihat dari kisah Nabi Ayyub as yang ditimpa sakit yang membuatnya dijauhi orang-orang sekitar bahkan oleh istri-istrinya. Namun Nabi Ayyub as menjalani ujian tersebut dengan selalu berzikir kepada Allah
122
dan bersyukur serta bersabar menerimanya. Sehingga Nabi Ayyub mendapat keselamatan dan pujian dari Allah SWT. Contoh kesabaran dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti diantaranya sebagai berikut: “Saat azan subuh berkumandang, rasa kontraksi itu semakin hebat. Aku merengek, memegang erat tangan mama, seolah tak ingin kulepas. Dengan sabar mama terus memberi semangat. ‘Kamu bisa, Ki, kamu bisa!’ Kata itu yang terus terucap dari lisan mama. (Amalia, 2015: 10) “Kebermaknaan atas dasar keikhlasan dan kesabaran yang ditiupkan-Nya ke dalam dada adalah anugerah-Nya yang tak terkira.” (Setha, 2015: 229) “Ya Rabb, bagaimana tidak. Kuperhatikan baju ibu lusuh-lusuh. Itu pun pemberian orang. Bapak tiri tak pernah memuliakan ibu. Sedih sekali melihat kenyataan ini. Tapi tak ada yang bisa kulakukan selain bersabar dan menguatkan ibu.” (Sentak, 2015: 245) Kesabaran adalah anugerah dari Allah SWT. Kadang ada orang yang ingin sekali bersabar ketika ditimpa musibah, namun hatinya masih ada rasa berat dan tidak ikhlas cobaan itu menimpanya. Maka, kesabaran adalah nikmat besar yang harus disyukuri keberadaannya. j. Pemaaf Pemaaf adalah sifat yang sangat sulit untuk dimiliki seseorang. Karena sifat ini membutuhkan kesabaran yang sangat tinggi dan tidak menuruti penyakit hatinya. Orang yang memaafkan kesalahan orang lain lebih mulia daripada orang yang meminta maaf karena kesalahannya, karena memaafkan kesalahan orang bukan hal yang mudah. Apalagi ada hati yang telah tersakiti, dan jika hati telah
123
tersakiti maka sampai kapan pun akan tidak akan pernah lekang dari ingatan. Dalam QS. Ali Imran ayat 134 Allah menerangkan ciri-ciri orang yang bertakwa, salah satunya yaitu memaafkan kesalahan orang lain.
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” Begitu mulianya seorang pemaaf sehingga Allah menggolongkan orang tersebut dalam golongan orang-orang yang bertakwa. Seseorang yang memiliki kesalahan kepada orang lain harus ditebusnya dengan minta maaf, karena Allah tidak akan meridai seorang hamba yang memiliki dosa kepada orang lain yang orang tersebut belum rida kepadanya. Ini lah yang menyebabkan kemuliaan sifat pemaaf. Seperti dalam kutipan berikut:
124
“Aku juga berusaha memaafkan orang-orang yang menyakitiku.” (Rahma, 2015: 175)
pernah
“Beliau tidak berkata, tetapi hanya menatapku dengan sorot mata teduh. Aku menangkap ada kelegaan dan kepasrahan di sana. Dan tidak seperti biasanya, malam itu emak memegang erat tangan bapak seolah isyarat emak telah memaafkan bapak sepenuhnya. Aku tersenyum haru dan lega.” (Nuraida, 2015: 271) 4. Akhlak dalam Keluarga a. Birrul Walidain Birrul Walidain adalah kalimat yang sering digunakan untuk menyebutkan istilah berbakti kepada kedua orang tua. Berbakti kepada kedua orang tua memiliki keutamaan yang paling tinggi dan mulia. Tidak ada dalil yang dapat menandingi kuatnya dalil Al Quran yang memerintahkan manusia untuk berbakti dan berlaku baik kepada kedua orang tuanya yang mengiringi perintah untuk menyembah Allah yang Maha Esa (Yang tidak ada sekutu bagiNya). (Al Adawi, 2010: 19) Sebagaimana Allah berfirman dalam QS.. An Nisa: 36 sebagai berikut:
“Sembah lah Allah dan jangan lah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baik lah kepada dua orang ibu bapak”
125
Selain itu, Allah juga berfirman dalam QS. Al Isra: 23 sebagai berikut:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendak lah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” Bukti dari birrul walidain ketika orang tua masih hidup yaitu dengan berbuat baik kepada ibu bapak, mengatakan perkataan yang baik dan tidak menyakiti perasaan mereka, melaksanakan perintah mereka selama perintah tersebut tidak melanggar syariat, dan menghormat mereka berdua. Sedangkan cara berbakti kepada kedua orang tua ketika mereka sudah meninggal yaitu dengan mendoakan agar Allah mengampuni dosa-dosa dan menerima amal baik mereka. Seperti dalam salah satu kutipan berikut: “Ibu, izinkan aku mengganti dukamu dengan lantunan doa-doa di setiap munajatku. ..Rabbigfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani saghira.” (Chasanah, 2015: 237) Selain itu, menjaga nama baik juga termasuk dalam kategori berbakti kepada orang tua. Sikap tersebut menjadi bukti hormat kita pada orang tua. Karena Allah memposisikan berbakti kepada orang tua di posisi kedua setelah perintah menyembah Allah. b. Hak, Kewajiban, dan Kasih Sayang Suami Istri
126
Pernikahan adalah gerbang terbaik menuju pelabuhan cinta nan penuh keberkahan. Menikah, adalah satu-satunya hubungan kasih sayang antara laki-laki dan perempuan yang penuh barokah karena Allah dan RasulNya memerintahkan setiap insan untuk menikah. Hubungan rumah tangga memerlukan sikap saling pengertian. Memahami hak dan kewajiban masing-masing serta mempertahankan dan menjaga kasih sayang agar hubungan rumah tangga tersebut mendapat barokah dari Allah SWT. Benar adanya, bahwa pernikahan adalah sebuah bahtera yang tidak mudah untuk dijalankan. Kekecewaan, kemarahan, kesedihan dan pertikaian silih berganti kehadirannya menyelingi kebahagiaan dan canda tawa bersama suami tercinta. Tak jarang seorang istri harus rela menjalani rentetan episode mengorbankan perasaan, keinginan atau kebahagiaannya demi berusaha membahagiakan sang suami. Tak sekedar kewajiban taat dan usaha membahagiakan, tetapi seorang istri juga dituntut untuk mengurus rumah tangga suaminya dengan penuh kesungguhan dan ketulusan. Ia bertanggung jawab terhadap hal itu dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah kelak. Begitu juga suami. Tak jarang seorang suami harus rela menjalani rentetan episode mengorbankan perasaan, keinginan atau kebahagiaannya demi berusaha membahagiakan istri dan anakanaknya. Seorang suami memiliki tanggung jawab menjadi seorang
127
imam (pemimpin) bagi keluarganya. Ia bertanggung jawab terhadap hal itu dan ia pun juga akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah kelak. Rasulullah SAW bersabda :
D䁞rt 䁞㌳ 䁞l䁞A A䁞 u 䁞 . 䁞䁞 aa䁞t 䁞ab 䁞 䁞 䁞䔨䁞 r r䁞a l 䔨䁞A i䁞䁞t 䁞㌳ 䁞l䁞䁞Au 䁞 . 䁞䁞 aa䁞t D䁞u 䁞ab 䁞 䁞䔨䁞 쳀彋䁞u䁞 䁞 쳌䁞䁞i 䁞a r䁞a 䁞i䁞t
“Seorang suami adalah pemimpin bagi keluarganya dan harus mempertanggungjawabkan kepemimpinannya. Dan seorang istri pun pemimpin bagi rumah tangga suaminya, dan dia juga harus mempertanggungjawabkan kepemimpinannya pula.” “Suatu ketika aku terbangun di tengah malam dan aku melihat suamiku sedang sholat Tahajud. Kudengar doanya, doa tulus seorang suami. Ia meminta kepada Allah untuk mengembalikanku seperti dulu. Ia meminta agar aku diberikan kekuatan dan ketegaran. Meminta untuk membangunkanku dari mimpi burukku. Ia bilang ia sangat membutuhkanku. Aku menangis tersedu-sedu dan memeluknya dari belakang. Kemudian aku berjanji akan bangkit, bangkit untuknya.” (Agustina, 2015: 17) “Ah, sepertinya aku yang terlalu sensitif. Padahal ku tahu suami terkasih sedang banting tulang menyelesaikan rumah impian kami. Siang malam dia berusaha. Bahkan terkadang sampai tengah malam dia menjadi satu-satunya tukang di rumah kami yang baru rampung 75 persen.” (Carmelita, 2015: 53) “Kembali kutatap pria teduh nan tampan. Ia sedang bermesraan dengan putri kecilnya. Terlihat ia melantunkan tilawah dan tersenyum penuh kesyukuran. Kemudian dia meandangku dan tersenyum. Kami berdua bertatapan mesra dengan seulas senyum bahagia. Pria itu telah menungguiku melalui detik-detik yang menegangkan. Pria itu suamiku. Wajah lelahnya berganti teduh dan membuatku untuk selalu berada dalam kehangatnnya. Alhamdulillah.” (Carmelita, 2015: 63) “Begitu juga untuk urusan merawat Bilqist. Dari mulai memandikan, membedong, mencuci popoknya semua aku dan suami lakukan bersama. Kami belum punya mesin cuci. Beruntung suami mau membantu untuk urusan ini.” (Suci, 2015: 118)
128
"’Sayang, kalaupun kakimu tidak bisa normal kembali dan jalanmu berbeda, aku akan menjadi tongkatmu, seumur hidupku. Aku yang akan menopang dan menjagamu agar tak jatuh. Di mataku, kamu begitu sempurna; wanita cantik yang mau mendampingiku hidup berpindah-pindah, sederhana, dan menyukai tantangan. Kamu telah memberiku 3 anak yang luculucu. Aku selalu bangga memiliki istri sepertimu." Peluknya menghangatkan hatiku.’ (Haskori, 2015: 208) Kutipan-kutipan di atas memberikan contoh bentuk kasih sayang serta hak dan kewajiban suami istri. Sikap saling membantu, saling menguatkan, ikhlas menerima keadaan pasangan, dan kesetiaan menjadi kebutuhan pokok dalam berumah tangga.
c. Kasih Sayang dan Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Anak Anak adalah anugerah Allah yang dinantikan setiap orang tua. Kehadiran anak membuat suasana keluarga menjadi lebih berwarna. Namun, anak adalah amanah Allah yang harus dijaga, dipelihara, dan dididik sesuai dengan syariat agar anak tidak menjadi musuh di akhirat kelak. Kewajiban orang tua terhadap anak, diantaranya: memilih istri (ibu bagi anak-anak) yang baik, memberi nama yang baik untuk anakanaknya,
memberi nafkah untuk mereka, mendidik dan mengajar
mereka, dan mencarikan pasangannya yang baik. (Abdullah, 2007: 12) Allah berfirman dalam QS. At Tahrim: 6
129
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” Ayat di atas tidak sekedar bermakna perintah untuk mendidik diri dan keluarga agar terjaga dari penyimpangan, tetapi mengandung makna lebih besar. Ayat ini berisi ancaman bagi mereka yang melalaikan dan menyia-nyiakan keluarga. Makna ini nampak sebanding dengan siksa yang akan diterima sebagai konsekuensinya, yaitu api neraka yang menakutkan ditambah melaikat yang kejam lagi bengis.
130
Anak adalah amanat berat yang dipikul oleh kedua orang tua. Yang mana keduanya akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak tentang bagaimana perlakuan mereka terhadap kewajiban ini. Rasulullah SAW bersabda :
D䁞rt 䁞㌳ 䁞l䁞A A䁞 u 䁞 . 䁞䁞 aa䁞t 䁞ab 䁞 䁞 䁞䔨䁞 r r䁞a l 䔨䁞A i䁞䁞t 䁞㌳ 䁞l䁞䁞Au 䁞 . 䁞䁞 aa䁞t D䁞u 䁞ab 䁞 䁞䔨䁞 쳀彋䁞u䁞 䁞 쳌䁞䁞i 䁞a r䁞a 䁞i䁞t
“orang laki-laki bertanggung jawab dalam keluarga. Dia akan dimintai pertanggungjawaban. Begitu juga wanita, dia bertanggung jawab dalam rumah suaminya. Dia akan dimintai pertanggungjawaban.” (HR. Bukhari Muslim) Begitu besar tanggung jawab orang tua terhadap anak. Untuk itu, orang tua tidak boleh lalai apalagi mengabaikan pengawasan anak. Lebih baik anak diasuh sendiri oleh orang tua dibanding diasuh oleh neneknya apalagi pembantu. Anak akan lebih terdidik jika langsung berada di bawah pengawasan orang tua. “Segala puji bagi Allah, Kakak kuat dan abah pun sabar. Abah juga semangat mencari nafkah untuk biaya berobat Kakak. Segala puji bagi Allah yang menyiapkan segala kebutuhan manusia.” (Khadijah, 2015: 37) Kutipan di atas menunjukkan kasih sayang orang tua yaitu memberi nafkah keluarga. Selain itu, kesabaran menghadapi anak yang sering sakit. Kasih sayang orang tua dan tanggung jawab terhadap anak dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti juga terdapat dalam kutipan-kutipan berikut: “Dengan menguatkan hati, akhirnya aku benar-benar mengundurkan diri dari perusahaan. Aku merelakan dengan ikhlas setumpuk gaji itu. Aku pulang hanya dengan selembar
131
surat pengalaman kerja. Tak ada yang terbawa. Allah membersihkanku dari harta riba. Tekadku sudah bulat. Aku akan di rumah untuk keluargaku, untuk mendidik anak-anakku yang selama ini kuabaikan.” (Suryaningsih, 2015: 93) “Anakku, semuanya kulakukan untukmu. Tak mengapa aku berjalan terseok-seok mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Aku rela melakukan ini semua untukmu. Meski kita harus berjuang lebih keras daripada orang pada umumnya, aku ikhlas. Semuanya demi untukmu, Nak.” (Susanti, 2015: 99) “Saat itu juga aku tahu bahwa aku akan selalu menemani mereka di rumah. Aku akan bangga menjadi ibu yang mendampingi tumbuh kembang mereka. Biarlah orang memandangku sebelah mata karena statusku yang hanya ibu rumah tangga. Biar lah aku tak bisa mengikuti pelatihan ini itu di luar kota, biar lah aku tak memiliki atribut prestise seperti mereka yang bekerja kantoran… biar lah dan biar lah. Ya, di sini lah aku berada, di antara kedua permata hatiku yang begitu polos. Aku akan berusaha menjadi ibu yang baik bagi mereka.” (Astuti, 2015: 124-125) Mencari nafkah adalah kewajiban seorang ayah. Namun kini banyak juga ibu yang membantu meringankan beban suami dalam menafkahi keluarga. Apalagi seorang ibu yang tidak lagi bersama suaminya untuk merawat, mendidik, dan memberi nafkah anak. Terlihat juga pengorbanan seorang ibu karir yang mengorbankan pekerjaannya walau gajinya sangat menjanjikan demi untuk bisa mendidik anak langsung di bawah pengawasannya. d. Silaturahim dengan Karib Kerabat Silaturahim dalam bahasa arab terdiri dari dua kata, yaitu shilah dan rahim. Shilah artinya sampai atau menyambung. Sedangkan rahim artinya hubungan kekerabatan, yang asalnya adalah tempat tumbuhnya janin yaitu di perut.
132
Silaturahim yaitu menyambung tali persaudaraan kepada karib kerabat yang memiliki hubungan nasab. Sedangkan menjaga silaturahim berarti menjaga tali persaudaraan tersebut. Allah SWT pun memerintahkan kita untuk selalu menjaga tali silaturahim seperti yang Allah firmankan dalam QS. An Nisa: 1
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu.” “Dua minggu telah berlalu, suamiku tak kunjung mendapatkan pekerjaan di kota kecil ini. Suatu hari, suami pergi ke Madiun
133
untuk bersilaturahmi kepada saudara-saudaranya disana. Mendengar suamiku belum bekerja, seorang pamannya menawarkan pekerjaan untuk suamiku.” (Kurniasari, 2015: 209) Silaturahim selain menjaga keutuhan persaudaraan juga dapat memanjangkan
umur
dan
melapangkan
rezeki.
Maksud
dari
melapangkan rezeki adalah seperti dalam kutipan di atas yaitu dengan bersilaturahim akan terbantu untuk mencari pekerjaan dengan saling berbagi informasi. 5. Akhlak Bermasyarakat a. Bertamu dan Menerima Tamu Bertamu adalah salah satu upaya seseorang untuk menjaga tali persaudaraan agat tetap terjalin baik. Datangnya tamu berarti juga mendatangkan rezeki kepada kita. Rezeki itu tidak harus berupa uang, tetapi bisa juga berupa rezeki ilmu, informasi, juga rezeki persaudaraan. Yang paling utama yaitu rezeki keberkahan. Disebutkan dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
e A ꀀ䁞r i䁞a捩 A l e 䁞ru 䁞 䗹 䁞 t䁞b 䁞쳌䁞a 䁞 䁞 : 䁞쳌䁞 iO rit 쳀 ㌳ )䁞 䁞i ar䁞: eA ꀀ䁞r i䁞a捩 A l e 䁞ru 䗹 䁞 t䁞b 䁞쳌䁞a 䁞 䁞쳀䁞㌳쳌䁞 (i ㌳쳌O u “dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya memuliakan tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya memuliakan tamunya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Selain itu, sunnah Rasulullah dalam menerima tamu yaitu menyambut tamu dengan menunjukan kegembiraan, sambil memuji
134
kelebihan mereka akan membuat tamu merasa diterima, dihargai dan merasa seperti di rumah sendiri. “Bimbang sempat merajai hatiku. Gugup. Khawatir. Salah tingkah. Namun akhirnya aku memutuskan untuk datang. Apapun itu, aku akan menghadap ayahnya. Aku akan dengar apa yang ingin beliau sampaikan padaku. Dan di sini lah aku sekarang. Duduk sendiri di ruang tamu ditemani sepi, menanti ayahnya datang menemui.” (Nariendra, 2015: 160) “Akhirnya, dengan banyak pertimbangan aku pun melangkahkan kaki memasuki ruang tamu itu lagi. Masih sepi seperti sebelumnya. Dan aku masih harus sendiri menanti kehadiran lelaki paruh baya itu lagi.” (Nariendra, 2015: 167) b. Hubungan Baik dengan Tetangga Tetangga yaitu lingkungan yang terdekat dengan kita. Hakikat tetangga yang paling umum adalah tetangga rumah. Padahal tetangga memiliki arti yang lebih luas daripada itu. Karena pengertian tetangga juga berlaku di tempat bekerja mencari nafkah, di tempat belajar dan tempat-tempat yang memungkinkan terjadinya ketetanggaan. Dalam hal tertentu, kedudukan tetangga jauh lebih penting daripada saudara atau kerabat. Tetangga merupakan pihak pertama yang dapat dimintai pertolongan dengan segera, saat kita berada dalam situasi sulit dan kritis, sedangkan posisi berjauhan dari saudara dan kerabat. Sehingga, tidak selayaknya kita bersikap acuh tak acuh terhadap tetangga. Demikian pentingnya tetangga, sehingga Rasulullah SAW bersabda:
135
쳀 ㌳)䁞쳀䁞㌳쳌䁞 eA ꀀ䁞r i䁞a捩 A l e 䁞ru 䁞 䗹 䁞 t䁞b 䁞쳌䁞a 䁞 䁞 (i ㌳쳌O u
”Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah memuliakan tetangganya ” (HR Bukhari dan Muslim) Allah
pun memerintahkan kita untuk berbuat baik dengan
tetangga, sebagaimana Allah firmankan dalam QS. An Nisa: 36
136
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” “Hanya ada seorang simbah tetangga depan rumah yang sudah sangat sepuh, beliau sedang duduk di kursi di teras rumahnya. Aku menitipkan Nafis dan segera ke kamar Naufal.” (Khamalah, 2015: 23) “Sesampainya di rumah kondisi Akmal belum berubah, membuat orang seisi rumah takut. Semua panik, terutama ibuku. Suamiku keluar rumah mencari pertolongan. Alhamdulillah saat itu ada tetangga yang siap menolong. Qodarullah beliau ada di rumah padahal biasanya jam segitu beliau masih di kantor dan belum pulang. Dengan mobil tetangga tersebut, kami membawa Akmal ke rumah sakit terdekat.” (Duwi, 2015: 66-67) Kedua kutipan di atas menjadi bukti bahwa bantuan yang paling cepat adalah bantuan dari tetangga terdekat. Untuk itu, sudah selayaknya kita berbuat baik kepada tetangga seperti selalu bertegur sapa, mengucapkan salam, bermuka manis, dan saling memberi. c. Hubungan Baik dengan Masyarakat Menjalin hubungan baik dengan masyarakat hampir sama dengan menjalin hubungan baik dengan tetangga. Namun cakupannya lebih luas. Kalau tetangga adalah orang-orang yang beraktifitas di sekitar kita, sedangkan masyarakat adalah sekelompok orang yang tinggal di wilayah tertentu yang lebih luas dari tetangga. Hidup bermasyarakat adalah hal yang tidak bisa terlepas dari seseorang manusia. Penciptaan manusia sebagai mahluk sosial
137
membuatnya selalu membutuhkan orang lain. Hidup bermasyarakat tentu bukan perkara yang mudah, hal ini merupakan perkara yang tidak boleh disepelekan. Menjaga akhlak dalam hidup bermasyarakat adalah hal yang sangat penting. Hal ini bertujuan agar hubungan baik dengan orang lain selalu terjalin dengan harmonis sehingga menciptakan rasa cinta, damai dan tentram di antara masyarakat. “Aku mencari seseorang yang mau menggendong Nafis. Ternyata di luar sepi karena tetangga sedang ta'ziyah.” (Khamalah, 2015: 23) “Dahulu, ketika aku baru bisa bicara bahasa Urdu terpatah-patah seringkali para penjual yang lewat depan rumahku menolak bila aku berbelanja sendirian. Mereka takut aku tidak mengerti. Maka pasti mereka akan menanyakan di mana adik iparku atau suamiku. Untungnya ketika itu sering kali yang berbelanja bukan hanya aku, tetapi juga para ibu tetanggaku. Mereka lah yang sering membantuku dalam urusan ini.” (Sham, 2015: 136) Masyarakat bukan hanya tetangga dekat, melainkan juga orangorang yang tinggal jauh dari rumah kita. Masyarakat juga termasuk tamu yang datang ke rumah kita. Ada banyak kegiatan bermasyarakat, di antaranya ta’ziyah jika ada anggota masyarakat yang meninggal atau beraktivitas di luar rumah seperti berkomunikasi dengan masyarakat.
d. Ukhuwah Islamiyah Di antara yang termasuk ibadah yang paling utama ialah saling mencintai hanya karena Allah SWT dan menjalin persaudaraan di
138
dalam agamaNya, dan dia termasuk buah dari akhlak yang baik dan kedua-duanya terpuji. (Ghazali, 2007: 149) Allah SWT berfirman dalam QS. Al Hujurat: 10
”Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” Persaudaraan antar manusia yang didasari keimanan dalam Islam disebut ukhuwah islamiyah. Persaudaraan yang dibangun atas dasar kejujuran akan melahirkan keikhlasan murni dan keikhlasan yang murni akan melahirkan kesetiaan dan pembelaan. (Al Mawardi, 2009: 190) Dalam persahabatan harus diperhatikan dengan siapa seseorang berteman, karena Rasulullah SAW bersabda:
lu쳌䁞䁞 䁞 䁞a䁞彋䁞翠䁞A A䁞k a䁞ar i䁞a捩 i ri䁞 bǴ 䁞i䁞t 䁞Ĺ A䁞 u “manusia itu mengikuti kebiasaan temannya, maka hendak lah seseorang dari kamu melihat yang siapa akan dijadikan teman.”.
139
Tidak semua orang dapat dijadikan teman, misalnya kita harus menghindari teman yang fasik, tidak melakukan bidah, dan tidak berambisi pada duniawi. “Akhirnya aku pun memiliki akun facebook. Dan benar lah keberadaan teman akan mempengaruhi kondisi kita. Pertemanan yang terjalin atas ilmu agama. Allah mempertemukanku dengan orang orang saleh, meski hanya di dunia maya. Wawasanku tentang agama pun bertambah sedikit demi sedikit. Semakin belajar ilmu agama, semakin membuatku haus, semakin membuatku bertanya, semakin nampaklah betapa diri ini tak tau apa apa.” (Suryaningsih, 2015: 92) “Hampir setiap hari ustadz papa datang menengok, memberikan support keimanan bahwa ujian yang papa lalui adalah ujian kenaikan tingkat asal dilalui dengan sabar.” (Purnamasari, 2015: 260) Teman yang baik adalah teman yang jika dilihat menyenangkan dan mampu memotivasi untuk menjadi lebih baik. Seperti kutipan di atas yang menjelaskan bahwa seorang teman mampu memberikan dorongan untuk melakukan perbuatan yang baik dan menambah pengetahuan tentang agama serta menambah kuat keimanannya. Memberikan rasa nyaman bila bersama atau mendengar kata-katanya atau bahkan hanya melihat wajahnya. Persahabatan seperti ini lah yang diridai Allah SWT. 6. Akhlak Bernegara a. Musyawarah Ketahui lah bahwa salah satu kebijaksanaan orang berakal tidak akan dapat terealisasi kecuali dengan bermusyawarah dengan orang yang mempunyai pemikiran yang benar dan berakal kuat. Allah
140
memerintahkan NabiNya untuk bermusyawarah, menyampaikan petunjukNya dan berjanji akan selalu bersamanya. (Al Mawardi, 2009: 322) Musyawarah berasal dari kata syawara yaitu berasal dari Bahasa Arab yang berarti berunding, urun rembuk atau mengatakan dan mengajukan sesuatu. Istilah-istilah lain dalam tata Negara Indonesia dan kehidupan modern tentang musyawarah dikenal dengan sebutan “syuro”, “rembug desa”, “kerapatan nagari” bahkan “demokrasi”. Kewajiban musyawarah hanya untuk urusan keduniawian. Jadi musyawarah adalah suatu upaya bersama dengan sikap rendah hati untuk memecahkan persoalan (mencari jalan keluar) guna mengambil keputusan bersama dalam penyelesaian atau pemecahan masalah yang menyangkut urusan keduniawian. (Wikipedia, 2016) Allah berfirman dalam QS. Ali Imran: 159
“dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu” Seperti dalam kutipan-kutipan berikut: “Dokter mengajak suamiku ke ruangannya karena ada sesuatu yang ingin dibicarakan. Dokter menyarankan agar kami semua menginap di rumah sakit saja. Agar kondisi kedua putra kami dapat terpantau dengan baik. Kami pun menuruti saran dokter.” (Khamalah, 2015: 26) “Kulihat beberapa dokter rapat di belakang.” (Khamalah, 2015: 29
141
“Sebelum pulang ke Indonesia, kami diskusi dengan Dr. Ng Peng Wah dari Lam Wah Ee hospital mengenai apa dan mengapa serta bagaimana sebaiknya program ke depan yang bisa kami lakukan.” (Mendrova, 2015: 106) “Di awal pernikahan, kami masih kuat menghadapi terjangan badai. Tapi cobaan yang bertubi-tubi membuat kami labil. Puncaknya di tahun 2012, pernikahan kami benar-benar berada di ujung tanduk. Keluarga besar ingin membuat rapat besar untuk menceraikan kami berdua. Mereka ingin memisahkan kami dengan alasan kami tak mungkin memperoleh keturunan, juga sifatku yang sangat keras.” (Mendrova, 2015: 108) Kutipan-kutipan di atas terlihat jelas adanya pembicaraan beberapa orang untuk menyelesaikan suatu masalah. Jika suatu permasalahan dibicarakan bersama maka hasilnya akan lebih maksimal dan melegakan semua pihak. Oleh karena itu, budaya musyawarah adalah budaya yang baik dan tidak merugikan banyak orang jika benar dalam pelaksanaannya. b. Menegakkan Keadilan Adil berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya, bukan memberikan secara merata kepada semua pihak tanpa memperhatikan kepentingan mereka. Adil yaitu sikap yang semestinya dilakukan dengan proporsional, tidak berat sebelah, dan tidak memihak. Berlaku adil itu diperintahkan Allah SWT. Sebagaimana dijelaskan dalam Alquran surat An Nahl ayat 90:
142
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemunkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” Setiap orang hendaknya mampu berbuat adil dalam kehidupan sehari-hari. Baik adil kepada diri sendiri, keluarga, orang tua, anak, bahkan adil kepada musuh juga perlu. Adil adalah bukti bahwa seseorang telah mampu menjadi pemimpin, dan keadilannya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah kelak. Seperti yang diceritakan dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti yang mengisahkan keadilan seorang ibu kepada anakanaknya sebagai berikut: “Tidak hanya adil dan perhatian, emak adalah sosok perempuan tangguh; baik secara fisik maupun mental.” (Nuraida, 2015: 264) Bersikap adil memang bukan perkara yang mudah walau kita sangat ingin, apalagi sifat manusia yang lebih cenderung pada satu hal dibandingkan yang lain. Misalkan anak. Orang tua akan merasa lebih nyaman dengan anak yang rajin, pandai, dan penurut dibandingkan anak yang lebih malas dan tidak begitu menurut. Namun sebenarnya
143
mereka membutuhkan perhatian yang sama bahkan anak yang malas membutuhkan perhatian yang porsinya lebih dibanding yang lain. Ini lah yang disebut meletakkan sesuatu pada tempatnya. Tidak mesti sama proporsinya, namun harus tepat. c. Amar Ma’ruf Nahi Munkar Kedua perkara tersebut termasuk ushuluddin, dengan kedua perkara tersebut terwujud lah tujuan dari pengutusan Nabi-Nabi, dalilnya ialah firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran: 104
“dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”(Ghazali, 2007: 279) Memerintah kepada yang makruf dan mencegah kemunkaran merupakan salah satu syiar yang agung di antara berbagai syiar keagamaan agama kita. Berbagai individu, umat dan jamaah akan binasa manakala mereka berpaling dari syiar ini. Maka dari itu lah, Al
144
Quran dan As Sunnah menempatkan hal ini dalam kedudukan yang tinggi. (Asy Syarif, 2008: 203) Amar makruf nahi munkar hukumnya fardhu ‘ain, yaitu wajib bagi setiap orang. Setiap mengetahui kebenaran maka dia wajib menyampaikan kepada orang lain, dan jika melihat kemunkaran maka dia wajib mencegahnya. Jika tidak bisa mencegah dengan perbuatan, maka cukup dengan doa. Amar makruf nahi munkar dapat dilakukan dengan cara menasehati orang yang berbuat kesalahan atau memberitahukan kebenaran kepada orang lain yang belum mengerti atau yang sedang lalai. Seperti dalam kutipan berikut: “Suatu saat ketika keponakanku mogok sekolah karena dihukum membersihkan WC sekolah gara-gara sering datang terlambat. Gurunya beberapa kali datang membujuk untuk kembali bersekolah, namun tak berhasil. Dengan sikap menyayangkan, aku mendatangi rumah kakak ipar, bermaksud memberikan masukan dan nasehat bagi anaknya tentang pentingnya pendidikan bagi masa depan.” (Setha, 2015: 226) “Emak juga begitu pengasih dan pemurah. Aku ingat. Dulu sekali, emak selalu memberi makan seorang gila yang berkeliaran di lingkungan kami. Emak mewanti-wanti agar kami tidak mengolok-olok pria tersebut. Seburuk apapun keadaannya, dia tetaplah manusia, hasil karya Tuhan.” (Nuraida, 2015: 269) Amar makruf nahi munkar menjadi wajib bagi seseorang ketika melihat ketidaksesuaian kondisi yang dilihatnya dengan yang seharusnya terjadi. Jika didiamkan saja dikhawatirkan kondisi akan semakin memburuk. Seperti contoh di atas, jika tidak diberi peringatan dikhawatirkan perbuatan buruk itu akan terus dilakukan. Kewajiban
145
kita hanya lah memberikan peringatan semampu kita, hasilnya kita serahkan kepada Allah, karena Allah Maha Berkehendak atas hambaNya.
B. Implikasi Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Kehidupan Sehari-hari Pada dasarnya pendidikan akhlak sangat penting bagi kehidupan manusia. Terlebih di zaman globalisasi ini. Banyak orang yang akhlaknya rusak karena mengikuti arus zaman yang tidak sesuai dengan tuntunan agama. Kerusakan akhlak terjadi karena kurangnya pembentengan diri dan pendidikan yang layak dalam hal penanaman akhlak. Akhlak menjadi fondasi bagi terciptanya hubungan baik dengan Allah SWT maupun dengan sesama manusia. Dengan berakhlak mulia, seseorang akan diterima dalam masyarakat dengan baik. Sebagai contoh dalam lingkup kecil, misalnya lingkungan sekolah. Akhlak mulia dibutuhkan dalam hubungan antar teman agar tercipta suasana yang harmonis. Tidak akan ada rasa enggan untuk bergaul dengan sesama teman. Begitu juga dalam dunia kerja. Sebuah instansi akan memilih seseorang yang memiliki kepribadian yang baik untuk diterima bekerja. Karena kepribadian baik akan mempengaruhi kinerja seseorang yang semakin baik kinerja seseorang akan membuat instansi tersebut semakin berkembang. Penanaman akhlak sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Jika akhlak rusak, maka akan banyak penyimpangan yang terjadi. Banyak diantara orang-orang yang memiliki intelektual yang tinggi namun akhlaknya buruk. Misalnya tindakan korupsi yang terjadi dari pemerintahan tingkat desa
146
sampai tingkat nasional, penipuan, dan bentuk-bentuk tindakan kriminal lain yang terencana dengan rapi. Kecerdasan mereka tidak membuat akhlak mereka menjadi baik. Ini membuktikan bahwa kecerdasan seseorang belum tentu membawa akhlak yang baik baginya. Maka, pendidikan akhlak sangat penting untuk diperhatikan sejak dini agar seseorang terbiasa berkelakuan baik. Globalisasi telah memberikan kemudahan dalam hal apa pun bagi siapa pun. Penanaman akhlak pun sangat diperlukan sebagai pondasi awal penerus bangsa yang tangguh. Oleh karena itu, untuk mendidik generasi penerus agar berakhlak mulia di mulai lah dari diri sendiri untuk memperbaiki akhlak kita. Karena mengajarkan akhlak tidak cukup dengan teori saja, namun ada keteladanan yang harus ditunjukkan agar lebih dapat dipahami dan diterima dengan mudah. Saat ini, pendidikan akhlak lebih banyak diperoleh dari jalur pendidikan nonformal. Seseorang mempelajari akhlak dari lingkungan sekitar di mana dia beraktivitas. Pihak yang paling berperan dalam pengembangan akhlak yang paling utama yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan rumah. Namun, pendidikan formal juga perlu untuk mendukung upaya penanaman akhlak ini. Seperti yang telah dicanangkan pemerintah melalui penerapan kurikulum 2013 dengan adanya mata pelajaran budi pekerti. Upaya pemerintah ini sangat membantu pendidik untuk menanamkan akhlak dan moral yang baik dalam diri anak didik.
147
Seorang ibu dalam Islam menjadi madrasah pertama bagi anak. Pada ibu lah anak pertama kali belajar berakhlak. Maka, seorang ibu harus memiliki akhlak yang mulia dan karakter yang kuat agar kelak anak-anaknya menjadi generasi tangguh yang akan membawa nama bangsa dan agama. Akhlak seorang ibu tidak hanya dipelajari dan diamalkan setelah menjadi ibu saja. Persiapan untuk menyambut gelar ibu sangat diperlukan sejak dini. Oleh karena itu, penanaman akhlak pun juga harus dilakukan sejak dini demi terciptanya generasi penerus yang berbudi pekerti. Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti merupakan salah satu fasilitas bagi masyarakat untuk belajar bagaimana menanamkan nilai-nilai pendidikan akhlak. Melalui karya sastra, pendidikan akhlak dapat disajikan dengan rapi dan menarik, apalagi kisah yang disajikan adalah kisah nyata yang dapat langsung diambil keteladanannya. Buku ini bukan hanya menyajikan cara menanamkan pendidikan akhlak, namun juga sarana untuk bermuhasabah apakah diri kita telah memiliki akhlak tersebut dan kita telah amalkan dalam kehidupan kita. Buku ini menyajikan akhlak-akhlak perempuan terutama ibu rumah tangga. Namun sebenarnya nilai-nilai akhlak dalam buku ini bukan hanya untuk kalangan ibu rumah tangga saja. Semua lapisan masyarakat dapat merujuk pada buku ini untuk mempelajari bagaimana seharusnya kita berakhlak. Mendidik seseorang ketika masih usia anak-anak lebih mudah dibandingkan mengajarkan sesuatu kepada anak remaja apalagi orang dewasa. Maka diperlukan upaya maksimal untuk memberikan pendidikan
148
akhlak ini kepada generasi penerus kita sedini mungkin. Bangsa yang kuat adalah bangsa yang memiliki generasi penerus yang kuat pula. Bukan hanya kuat intelektualnya, namun juga kuat spiritual dan kepribadiannya.
149
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah
melakukan
pembahasan
dan
menganalisis
pada
bab
sebelumnya maka dapat penulis simpulkan: 1. Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti yaitu: a) Akhlak terhadap Allah SWT yang terdiri dari: takwa, ikhlas, khauf dan raja, tawakkal, syukur, muraqabah, taubat. b) Akhlak terhadap Rasulullah SAW yang terdiri dari mengikuti dan menaati Rasul dan mengucapkan shalawat dan salam. c) Akhlak pribadi yang terdiri dari: shiddiq, amanah, istiqamah, iffah, mujahadah, syaja’ah, tawadhu, malu, sabar, pemaaf . d) Akhlak dalam keluarga yang terdiri dari: birrul walidain; hak, kewajiban, dan kasih sayang suami istri; kasih sayang dan tanggung jawab orang tua terhadap anak, silaturahim dengan karib kerabat. e) Akhlak bermasyarakat yang terdiri dari: bertamu dan menerima tamu, hubungan baik dengan tetangga, hubungan baik dengan masyarakat, dan ukhuwah islamiyah. f) Akhlak bernegara yang terdiri dari: musyawarah, menegakkan keadilan, dan amar ma’ruf nahi mungkar.
150
2. Implikasi Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kehidupan Sehari-hari. Ada implikasi atau hubungan saling keterkaitan antara nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti dengan kehidupan sehari-hari yaitu tentang pentingnya penanaman pendidikan akhlak yang harus dilakukan sejak dini untuk membentuk karakter kepribadian yang kuat. Apalagi di zaman akhir ini yang mana akhlak yang baik sering diabaikan karena menuruti hawa nafsu dan kesenangan dengan kemoderenan zaman. Globalisasi telah memudahkan segala aspek kehidupan yang kadang melalaikan manusia. Namun sebagai seorang yang beriman kita harus bisa memilah-milah mana yang perlu diambil dan mana yang harus dibuang. Untuk itu, diperlukan kekuatan akhlak mulia untuk bisa membentengi diri dari pengaruh buruk globalisasi. Penanaman akhlak terpuji sejak dini akan menumbuhkan karakter kuat pada diri anak, karena usia anak-anak masih mudah untuk diarahkan dibandingkan usia remaja atau pun usia dewasa. Orang dewasa yang ingin menanamkan akhlak baik pun harus terlebih dulu memiliki akhlak yang baik pula. Karena tidak bisa mengajarkan akhlak kepada orang lain jika hanya teori saja, tanpa adanya bukti nyata bahwa apa yang disampaikan itu diterapkan juga. Melalui buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti ini adalah salah satu cara penyampaian penanamam nilai-nilai pendidikan akhlak sejak dini. Bukan hanya untuk kalangan ibu rumah tangga saja, namun semua kalangan. Hanya saja penanaman akhlak memang membutuhkan peran ibu
151
lebih banyak, namun bukan berarti hanya ibu saja yang penting untuk mendidik akhlak generasi penerus bangsa.
B. Saran 1. Bagi Orang Tua Pendidikan akhlak adalah hal yang paling mendasar yang harus orang tua ajarkan kepada anak-anak jika ingin memiliki anak-anak yang shaleh dan shalihah. Banyak orang yang berpengetahuan dan pandai namun banyak juga yang terjermus dalam keburukan. Maka dari itu peran pedidikan akhlak sangat penting untuk membentengi dan meluruskan jalan menuju kehidupan yang lebih baik. Semakin dini anak dikenalkan dengan pendidikan akhlak maka akan semakin kuat karakter kepribadiannya. Jadikan lah keluarga sebagai tempat berkembangnya akhlakul karimah. 2. Bagi Dunia Sastra Dalam membuat sebuah karya, sebaiknya tidak hanya memuat tentang keindahan dan hiburan semata sebagai daya jual namun juga memperhatikan isi dan memasukkan pesan-pesan yang dapat diambil dari karya sastra tersebut. Sehingga karya sastra tersebut menjadi lebih bermakna. 3.
Bagi Dunia Pendidikan Metode
pembelajaran
dalam
pendidikan
harus
semakin
dikembangkan terlebih di era globalisasi sekarang ini. Salah satunya
152
dengan penggunaan media pembelajaran yang efektif dan efisien dalam rangka melaksanakan pendidikan melalui media cerita yang inspiratif dalam mendidik siswa. 4. Bagi Dunia Penelitian Banyak hal yang masih perlu dikaji tidak hanya melalui lingkungan sekitar akan tetapi kita juga dapat mengkaji karya-karya yang hebat dan menginspirasi yang justru belum banyak diketahui oleh banyak orang.
153
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Adil Fathi. 2007. Knowing Your Child Strategi Mengenali Anak Selama Masa Pertumbuhan. Surakarta: Samudera Al Adawi, Musthafa bin. 2010. Menempatkan Ayah Bunda di Singgasana. Jakarta: Gema Insani Al Qarni, A’idh. 2011. Hidup yang Menakjubkan. Surakarta: Aqwam Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta . 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta Astuti, Widi, Dkk. Secangkir Kopi dan Sepotong Roti. 2015. Surakarta: CV Citra Adi Cemerlang Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Effendi, Yudy. 2012. Sabar & Syukur Rahasia Meraih Hidup Supersukses. Jakarta:Kultum Media Ghazali, Imam. 2007. Ringkasan Ihya’ Ulumuddin Upaya Menghidupkan Ilmu Agama. Surabaya: Bintang Usaha Jaya Halim, Nipan Abdul. 2000. Menghias Diri dengan Akhlak Terpuji. Yogyakarta: Mitra Pustaka Ilyas, Yunahar. 2007. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset Khalid, Amru. 2006. Bisikan dari Hati. Surakarta: Qaula Mahmud, Ali Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani
154
Maslikhah. 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa. Yogyakarta: Trustmedia Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir STAIN Salatiga. 2008 Saleh, Muwafik. 2011. Belajar dengan Hati Nurani. Jakarta: Erlangga Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya Ya’qub, Muhammad Husain. 2007. Iltizam The Moslem Reborn. Jakarta: sahara Publisers Zakaria, Abu Maryam bin. 2005. 40 Kebiasaan Buruk Wanita. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar Mahladi. Indahnya Akhlak Orang Beriman. Suara Hidayatullah. Edisi 06 XXVIII, Oktober 2015. Hlm.11 . Istiqamah Sampai Khusnul Khatimah. Suara Hidayatullah. Edisi 04 XXVIII, Agustus 2015. Hlm.11 . Rusak Amanah Hilanglah Iman. Suara Hidayatullah. Edisi 12 XXVI, April 2014. Hlm.11 . Tanpa Tawadhu Iman Belum Sempurna. Suara Hidayatullah. Edisi 7 XXVI, Nopember 2013. Hlm.11 Aetty. 2013. Ibu Adalah Madrasah Pertama Bagi Anak – anaknya, (Online), (http://aetty.blogspot.co.id/2013/06/ibu-adalah-madrasah-pertama-bagianak.html, diakses 27 Oktober 2015)
155
Kadir,
Saffawati.
2011.
Sifat
Mahmudah:
'IFFAH,
(Online),
(http://www.slideshare.net/KatyCuty/sifat-mahmudah-iffah, diakses pada 15 Maret 2016) Lathifah, Ummu Zahratun Nisa. 2010. Wanita Madrasah Pertama,(Online), (http://thalibatun.blogspot.co.id/2010/02/wanita-madrasah-pertama.html, diakses 27 Oktober 2015) https://id.wikipedia.org/wiki/Antologi. Antologi, diakses 27 Oktober 2015 https://id.wikipedia.org/wiki/Metodologi-Penelitian.
Metodologi
Penelitian,
diakses 27 Oktober 2015 https://id.wikipedia.org/wiki/Musyawarah. Musyawarah, diakses pada 14 Maret 2016 http://www.sarjanaku.com/2011/06/.
metode-dokumentasi.html.
Metode Dokumentasi Definisi, diakses 27 Oktober 2015
156
Pengertian
157
PERCAKAPAN DENGAN PENULIS BUKU
Assalamualaikum, Bu. Ini saya mau mengerjakan skripsi, dan saya mau meneliti buku Ibu yang berjudul Secangkir Kopi dan Sepotong Roti. Tentang pendidikan akhlak. Oh, iya. Kenapa kok tertarik dengan buku itu? Kisah dalam buku itu ada yang mirip dengan kisah saya, Bu. Masih kuliah, sudah menikah, sudah punya anak juga. Tapi kuliah masih lanjut. Terkadang saya merasa kerepotan dan lelah sekali ketika harus kuliah tapi sudah ada anak. Tepi ternyata ada yang merasakan hal yang sama dengan saya, jadi saya tertarik untuk menelitinya lebih lanjut. Iya, memang ada Mbak salah satu penulis yang masih kuliah dan sudah punya anak. IAIN juga. Memang repot Mbak. Makanya saya tidak menikah dulu selama kiliah, saya menikah usia 27 tahun. Nanti kalau ada yang bisa saya bantu, ke sini saja Mbak. Ini saya bisa bantu softfile naskahnya. Yang Mbak Dian soroti nanti apanya? Apa kejujurannya? Apa kesabarannya? Atau apanya Mbak? Saya ambil secara umum, Bu. Akhlak kepada Allah nanti ada macammacam akhlak, akhlak kepada Rasul, kepada keluarga. Begitu, Bu. Jadi bukan secara khusus.
O, begitu. Ini juga mau minta biografi Ibu. Soalnya di buku Ibu tidak ada biografinya. Saya memang tidak suka mencantumkan biografi di buku-buku saya. Biar lah orang tidak mengenal saya. Apa lah arti sebuah nama. Saya lahir tanggal 3 April 1980, alumni Fakultas Ekonomi Unsoed. Dulu sempat bekerja di salah satu bank syariah di Cilacap selama 3 tahun, tetapi saya memilih resign karena menikah dan ingin focus mendidik putra putri saya. Hobi saya membaca dan menulis, dan saya sangat berminat pada sejarah. Pernah saya membuat paper berjudul The Impact of Marginalizing Heroines in Indonesia yang saya kerjakan dengan rekan saya, menyebabkan saya diundang ke Edinburg University, Uniter Kingdom. Tetapi karena waktu itu saya sedang mengandung, jadi saya tidak memenuhi undangan tersebut. Buku solo saya yang berjudul “Perempuan Pejuang, Jejak Perjuangan Perempuan Islam Nusantara” menjadi bukti bahwa saya mencintai sejarah. Untuk riwayat pendidikan Ibu? Saya SD di SD N 2 Buayan Kebumen. SMP N 2 Gombong Kebumen, SMA N 3 Sorong, Fakultas Ekonomi Unsoed Purwokerto, dan saya pernah mengambil Akta 4 di STAIN Purwokerto. Buku-buku Ibu selain buku antologi ini apa saja Bu?
Buku antologi diantaranya: Dahsyatnya Cinta Pertama, Dibalik Kesulitan Terdapat Kemudahan, Secangkir Kopi dan Sepotong Roti, dan Hey, Ini Aku Ibu Profesional! Untuk buku solo Perempuan Pejuang, Jejak Perjuangan Perempuan Islam Nusantara. Nanti kalau ada yang ingin ditanyakan lagi lewat sms saja bisa. Terima kasih, Bu. Nanti kalau ada yang ingin saya tanyakan lagi, saya sms. Sekali lagi terima kasih, Bu. Wassalamualaikum Iya, wa’alaikumussalam.
SURAT KETERANGAN KEGIATAN (SKK) Nama : Diantina Basiroh
Fakultas / Jurusan
: FTIK / PAI
NIM : 11111064 Erawati, M.Si
Dosen PA
: Muna
No
Jenis Kegiatan
Pelaksanaan 20 – 22 Agustus
Keterangan
Nilai
Peserta
3
1.
OPAK STAIN SALATIGA
2.
Achievement Motivation Training
23 Agustus 2011
Peserta
2
3.
Orientasi Dasar Keislaman
24 Agustus 2011
Peserta
2
25 Agustus 2011
Peserta
2
19 September 2011
Peserta
2
24 September 2011
Peserta
2
8 - 9 Oktober 2011
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
2
4. 5. 6.
7.
8. 9. 10.
11.
Seminar Entrepreneurship dan Koperasi User Education Grand Opening Nisa’ “Hypnotherapy” Ibtida’ LDK Muslim Diary “Catatan Mahasiswa Rabbani”
2011
PAB JQH Membangun Pribadi Islami 3 - 4 Desember dengan Nilai Qurani
2011
Tazkia, Pelatihan Sholat Khusyu’
29 Januari 2012
TEKAD I LDK “Meniti Jalan
11 -12 Februari
Dakwah Menuju Ruhiyah Sejati”
2012
Pelatihan Penggunaan Maktabah Syamilah dan Mengetik Arab Cepat
17 Maret 2012
“STAIN Araby” 12.
MILAD X LDK
30 April – 17 Mei
Panitia
3
15 Mei 2012
Peserta
2
26 Mei 2012
Peserta
2
8 Juni 2012
Peserta
2
9- 10 Juli 2012
Peserta
2
Pemateri
4
Pemateri
4
Pemateri
4
Pemateri
4
6 Oktober 2012
Peserta
2
25 Oktober 2012
Panitia
3
2012
Bedah Buku HMI “Sang Maha 13.
Segalanya Mencintai Sang Mahasiswa”
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Dauroh Maratus Shalihah (DMS) 1 LDK “Unbreakable Muslimah” Entrepreneur School & Training “Usaha Lancar Kuliah Sukses” TEKAD II LDK “Menjalin Ukhuwah Membentuk Karakter” Pesantren Kilat SMP Negeri 1
30 Juli – 4 Agustus
Salatiga
2012
Pesantren Kilat SMP Negeri 10 Salatiga
6 – 8 Agustus 2012
Pesantren Kilat SMP Negeri 9
6- 11 Agustus
Salatiga
2012
Pesantren Kilat SMP Negeri 3
9 – 11 Agustus
Salatiga
2012
Pra Youth Leadership Training “Surat Cinta Pembasmi Galau” Islamic Public Speaking Training
23.
24. 25. 26. 27.
Teenager Leadership Training (TR3) Sesorah Basa Jawa (SBJ) TEKAD I LDK “Satukan Tekad untuk Membangun Karakter Umat” Comparison Of English and Arabic LAZIS Jateng, Workshop Bercerita Bersama Kak Adin
2- 4 Nopember
Peserta
2
26 Nopember 2012
Panitia
3
6 – 7 April 2013
Panitia
3
13 April 2013
Peserta
2
April 2012
Panitia
3
29 April 2013
Peserta
2
14 Juni 2013
Panitia
3
22 – 27 Juli 2013
Pemateri
4
29 – 31 Juli 2013
Pemateri
4
Panitia
3
Panitia
3
2012
Seminar Pencegahan Bahaya 28.
NAPZA, HIV AIDS, Mewaspadai Pergaulan Bebas untuk membentuk Remaja yang Tangguh MILAD XI LDK “Satukan Cinta
29.
dalam Dekapan Ukhuwah Menuju Umat Madani”
30.
31.
32.
33.
Pesantren Kilat SMP Negeri 1 Salatiga Pesantren Kilat SMP Negeri 3 Salatiga IBTIDA’ LDK “Mahasiswa Rabbani
19 – 20 Oktober
pembangun Peradaban Negeri”
2013
Islamic Public Speaking Training (IPST) dan Sesorah Basa Jawa (SBJ)
5 Desember 2013
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama
: Diantina Basiroh
Tempat Tanggal Lahir
: Boyolali, 3 September 1992
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Selodoko, RT 05 RW 02, Ampel, Boyolali
Pendidikan
: 1. TK Bhakti Pertiwi 2. SDN Selodoko 1 3. SMP Negeri 1 Ampel 4. SMK Negeri 1 Boyolali
Pengalaman Organisasi
: 1. BANTARA SMK Negeri 1 Boyolali 2. LDK Fathir Ar Rasyid IAIN Salatiga 3. Muslimat Hidayatullah Salatiga