HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP TENTANG PERTUMBUHAN DAN PERILAKU PEMANFAATAN POSYANDU DENGAN PERTUMBUHAN BALITA DI DESA SAMBENG KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA
Manuscript
OLEH : SULISTIO NINGSIH G2A008131
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016
http://jurma.unimus.ac.id
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP TENTANG PERTUMBUHAN DAN PERILAKU PEMANFAATAN POSYANDU DENGAN PERTUMBUHAN BALITA DI DESA SAMBENG KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA Sulistio Ningsih 1 , Tri Hartiti2, Ulfa Nurullita3 1. Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS, 2. Dosen Keperawatan Jiwa Fikkes UNIMUS 3. Dosen Keperawatan Jiwa Fikkes UNIMUS,
Abstrak Permasalahan gizi dapat disebabkan oleh berbagai indikator seperti ketahanan pangan, infeksi penyakit dan sebagainya. Faktor yang tidak kalah penting adalah pengetahuan dan sikap ibu terhadap permasalahan gizi anak. Posyandu menjadi salah satu tempat untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan balita termasuk pemberian penyuluhan kepada ibu tentang pmberian pola makan yang baik untuk mendapatkan anak yang sehat. Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan pengetahuan, sikap tentang pertumbuhan dan perilaku pemanfaatan posyandu dengan pertumbuhan balita di Desa Sambeng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora. Rancangan penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu dan anak Balitanya di desa Sambeng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora sebanyak 177 ibu dan anak Balitanya. Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling dengan jumlah 96 siswa. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan pertumbuhan Balita dengan p sebesar 0,002, terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan pertumbuhan Balita dengan nilai p = 0,000 dan terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku pemanfaatan Posyandu ibu dengan pertumbuhan Balita dengan nilai p sebesar 0,011. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka diharapkan kepada ibu Balita untuk meningkatkan pengetahuan tentang perlunya melakukan pemanfaatan Posyandu setiap bulan, perlunya meningkatkan pengetahuan tentang tanda kekurangan gizi anak serta mencegah Balita sering sakit agar tidak menghambat pertumbuhan Balita. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Pemanfaat Posyandu, Pertumbuhan Balita Abstract Nutritional problems can be caused by a variety of indicators such as food security, infectious diseases and so on. Factor that is important is the knowledge and attitude of mothers towards child nutrition issues. IHC be one place to monitor the growth and development of infants, including the provision of information to the mother about pmberian good diet for a healthy child. Objective: To identify the relationship of knowledge, attitude and behavior of the growth posyandu use with infant growth in the Village District of Todanan Sambeng Blora. The study design was a descriptive correlational crosssectional approach. The population in this study was a mother and toddler in the village of the District Sambeng Todanan Blora much as 177 mother and toddler. The sampling technique used is random sampling with 96 students. The results of the study found that there was a significant association between maternal knowledge with Toddler growth with p equal to 0.002, there is a significant association between mother's attitude to the growth Toddler with p = 0.000 and there is a significant relationship between maternal behavior IHC utilization with growth Toddler with ap value of 0.011. Based on these results it is expected that the toddler's mother to increase knowledge about the need to make use of IHC every month, the need to increase knowledge about the signs of child malnutrition and prevent toddler often sick so as not to inhibit the growth of Toddler.
Keywords: Knowledge, Attitude, Behavior, utilizing IHC, Toddler Growth
http://jurma.unimus.ac.id
PENDAHULUAN Setiap anak tumbuh dengan keunikan dan caranya sendiri. Terdapat variasi yang besar dalam hal usia pencapaian tahap perkembangan. Urutannya dapat diprediksi, namun tidak dengan waktunya. Laju pertumbuhan bervariasi, ada yang cepat, sedang atau lambat (Wong, 2009). Anak Balita merupakan salah satu golongan penduduk yang rawan terhadap masalah gizi. Mereka mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai. Bila sampai terjadi kurang gizi pada masa Balita dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan mental (Tarigan, 2003). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 menunjukkan bahwa sebanyak 4,9% anak Balita di Indonesia mengalami gizi buruk dan 13% mengalami gizi kurang. Setiap tahun diperkirakan sebanyak 7% anak Balita Indonesia (sekitar 300.000 jiwa) meninggal dan hal ini berarti setiap 2 menit terjadi kematian satu anak Balita, di mana sebanyak 170.000 anak (60%) di antaranya akibat gizi buruk. Seluruh anak usia 4-24 bulan yang berjumlah 4,9 juta di Indonesia, sekitar seperlimanya sekarang berada dalam kondisi kurang gizi (Riskedas, 2010). Kasus gizi buruk di Jawa Tengah juga menunjukkan adanya masalah di mana prevalensi anak Balita di Propinsi Jawa Tengah dengan status gizi buruk 4,0%, gizi kurang 12%, gizi baik 80,4% dan gizi lebih 3,6%. Prevalensi anak Balita dengan tinggi badan sangat pendek 17,8%, pendek 18,6% dan normal 63,5%. Pevalensi anak Balita gizi sangat kurus 4,7%, kurus 7,1%, normal 76,8% dan gemuk 11,4%. Prevalensi gizi kronis 36,4% dan prevalensi gizi akut 11,8% (Riskesdas Jateng, 2008) (Riskesdas Jateng, 2008). Masalah gizi, meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu seperti keadaan krisis, masalah gizi muncul akibat ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya (Supariasa, 2002). Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Rendahnya ketahanan pangan rumah tangga, pola asuh anak yang tidak memadai, kurangnya sanitasi lingkungan serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai merupakan tiga faktor yang saling berhubungan. (Soekirman, 2000).
http://jurma.unimus.ac.id
Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orang tua, khususnya ibu juga merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada Balita. Di pedesaan makanan banyak dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan kebudayaan. Terdapat pantangan makan pada Balita misalnya anak kecil tidak diberikan ikan karena dapat menyebabkan cacingan, kacangkacangan juga tidak diberikan karena dapat menyebabkan sakit perut atau kembung (Supariasa, 2002). Berkaitan dengan hal tersebut maka ibu adalah orang yang paling dekat dengan anak haruslah memiliki pengetahuan tentang gizi. Pengetahuan minimal yang harus diketahui seorang ibu adalah tentang kebutuhan gizi, cara pemberian makan, jadwal pemberian makan pada Balita, sehingga akan menjamin anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Faktor sikap juga menjadi hal yang cukup penting, karena dengan sikap ibu yang mendukung terhadap permasalahan gizi anak, akan mendorong ibu untuk memberikan asupan gizi yang terbaik bagi pertumbuhan anak. Sikap yang mendukung ini akan mendorong perilaku-perilaku untuk mengotimalkan pertumbuhan anak yang salah satunya adalah pemanfaatan Posyandu. Posyandu sebagai lembaga swadaya masyarakat memiliki peran penting untuk memantau pertumbuhan anak. Oleh karena itu perilaku pemanfaatan Posyandu yang dilakukan oleh ibu menjadi sangat penting karena melalui Posyandu ibu dapat mengetahui permasalahan pertumbuhan anak dengan baik dan jika ditemukan permasalahan dapat dengan segera diambil tindakan untuk menyelesaikannya. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmaulina dan Hastuti (2008) tentang tumbuh kembang anak didapatkan bahwa variabel pengetahuan ibu berhubungan positif dengan tumbuh kembang anak. Penelitian lain yang dilakukan oleh Rakhmawati (2010) tentang pertumbuhan dan perkembangan anak diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak kurang dari 1 tahun. Berdasarkan data Riskesdas (2008) di Kabupaten Blora terdapat 4,6% menderita gizi buruk, 16,3% mengalami gizi kurang, 77,0% gizi baik dan sisanya 2,1% mengalami gizi lebih. Data dari Puskesmas Todanan tahun 2012 terdapat 3.977 Balita di mana 18 di antaranya memiliki berat badan di bawah garis merah dan 107 Balita mengalami gizi kurang. Berdasarkan data dari Desa Sambeng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora sendiri saat ini ditemukan 244 Balita dengan 1 mengalami gizi buruk dan 7 mengalami gizi kurang. Data tersebut menunjukkan ada permasalahan gizi pada Balita di Desa Sambeng. Tingkat kehadiran ibu di Posyandu di Posyandu I dari 38 Balita yang tercatat rata-rata kehadiran ibu untuk
http://jurma.unimus.ac.id
menimbangkan Balitanya adalah sebanyak 20 orang atau cakupannya mencapau 52,63%. Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Hubungan pengetahuan, sikap tentang pertumbuhan dan perilaku pemanfaatan posyandu dengan pertumbuhan balita di Desa Sambeng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora”. METODOLOGI Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain diskriptif korelasi yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain (Nursalam, 2008). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan belah lintang (cross sectional), dimana variabel sebab atau variabel bebas (independent) dan variabel akibat atau variabel terikat (dependent) diukur dalam waktu yang bersamaan dan sesaat (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini ibu dan anak Balitanya di desa Sambeng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora sebanyak 177 ibu dan anak Balitanya. Teknik pengambilan sampel adalah proporsional random sampling dengan jumlah 96 responden. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Tabel 1 Hubungan antara pengetahuan dengan pertumbuhan Balita Pengetahuan Kurang Cukup Baik Jumlah
&
Kurang
Pertumbuhan % Normal
%
Total
%
p value 0,001
14
26,4
39
73,6
53
100
0 14
0,0 14,6
43 82
100 85,4
43 96
100 100
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa ibu yang pengetahuannya kurang dan cukup sebagian besar pertumbuhan balitanya normal yaitu sebanyak 73,6%, sementara ibu yang pengetahuannya baik seluruh balitanya tumbuh normal (100 %). Berdasarkan hasil uji statistik non parametrik dengan uji Continuity correction didapatkan nilai p sebesar 0,001 < (0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan pertumbuhan balita. .
http://jurma.unimus.ac.id
Tabel 2 Hubungan Sikap dengan Pertumbuhan Balita Pertumbuhan % Normal
Sikap
Kurang
Tidak mendukung
14
29,2
Mendukung Jumlah
0 14
0,0 14,6
%
Total
%
p value
34
70,8
48
100
0,000
48 82
100 85,4
48 96
100 100
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa ibu yang sikapnya tidak mendukung sebagian besar pertumbuhan balitanya normal yaitu sebanyak 70,8%, sementara ibu yang sikapnya mendukung seluruh balitanya tumbuh normal (100%). Berdasarkan hasil uji statistik non parametrik dengan uji Continuity correction didapatkan nilai p sebesar 0,000 < (0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan pertumbuhan balita. . Tabel 3 Hubungan Perilaku Pemanfaatan Posyandu dengan Pertumbuhan Balita Perilaku pemanfaat an
Kurang
Pertumbuhan % Normal
%
Total
%
p value 0,000
Negatif
13
29,5
31
70,5
44
100
Positif
1
1,9
51
98,1
52
100
Jumlah
14
14,6
82
85,4
96
100
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa ibu yang perilaku pemanfaatan posyandunya negatif sebagian besar pertumbuhan balitanya normal yaitu sebanyak 70,5%, sementara ibu yang perilaku pemanfaatan posyandunya positif sebagian besar pertumbuhan balitanya juga tumbuh normal (98,1%). Berdasarkan hasil uji statistik non parametrik dengan uji Continuity correction didapatkan nilai p sebesar 0,000 < (0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku pemanfaatan posyandu dengan pertumbuhan balita.
http://jurma.unimus.ac.id
b. Pembahasan 1. Hubungan antara pengetahuan dengan pertumbuhan Balita Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji continuity correction didapatkan nilai p sebesar 0,001 sehingga dinyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan pertumbuhan Balita. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristiyanto (2006) tentang hubungan tingkat pendidikan ibu, pengetahuan gizi, pendapatan keluarga dan konsumsi kalori dengan status gizi Balita di puskesmas beji kecamatan junrejo batu yang didapatkan hasil faktor pengetahuan ibu mempengaruhi pada status gizi Balita. Penelitian lain dilakukan oleh Hapsari (2012) tentang hubungan pengetahuan gizi ibu dengan status gizi Balita di Desa Jatisari Kecamatan Subah Kabupaten Batang tahun 2010 yang mendapatkan bahwa erdapat hubungan positif dan signifikan antara Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi Balita. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Morani (2008) tentang hubungan pengetahuan ibu tentang makanan bergizi terhadap status gizi Balita di Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal yang mendapatkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang makanan bergizi terhadap satatus gizi Balita. Pengetahuan ibu tentang gizi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi pangan. Ibu yang cukup pengetahuan gizinya akan dapat memperhitungkan kebutuhan gizi anak Balitanya agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Selain itu pengetahuan yang dimiliki ibu akan berpengaruh terhadap jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh anaknya. Salah satu sebab gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan gizi atau kemauan untuk menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seorang ibu mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi oleh anggota keluarga khususnya anak Balita yang mengkonsumsi menu tersebut, yang nantinya berdampak positif terhadap keadaan status gizinya. Pengetahuan ini sebagai salah satu dasar pembentukan perilaku seseorang. Orang yang berpengetahuan banyak, akan cenderung mudah mengeksplorasi keinginan dalam bentuk tindakan. Tindakan yang direncanakan dapat mengarah pada tindakan positif atau negatif, hal ini tergantung dari akhlak dan kebudayaan seseorang. Jadi untuk memperkaya pengetahuan seseorang harus aktif menerima input untuk itu seseorang harus mempertimbangkan logika dalam pengambilan keputusan untuk berperilaku yang baik. Hubungan dengan pemberikan asupan makanan yang bergizi kepada Balita, adanya pengetahuan sangat bermakna sekali dalam menentukan apakah seseorang
http://jurma.unimus.ac.id
mampu mengetahui dan memberikan asupan makanan yang bergizi kepada Balita yang sangat dibutuhkan pada masa pertumbuhan ini. 2. Hubungan antara sikap dengan pertumbuhan Balita Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji continuity correction didapatkan nilai p sebesar 0,000 sehingga dinyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan pertumbuhan Balita. Hal ini menunjukkan bahwa semakin sikap ibu mendukung maka pertumbuhan Balita akan menjadi normal. Hasil penelitian ini sejalan dengan peneltiian Dewi (2010) yang meneliti tentang hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi Balita (Studi di Posyandu Delima Desa Tiron Kabupaten Kediri) yang menemukan bahwa ada hubungan antara sikap ibu dengan kecukupan gizi pada Balita. 3. Hubungan antara perilaku pemanfaatan Posyandu dengan pertumbuhan Balita Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji continuity correction didapatkan nilai p sebesar 0,000 sehingga dinyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku pemanfaatan Posyandu oleh ibu dengan pertumbuhan Balita. Hal ini menunjukkan bahwa semakin aktif ibu memanfaatkan Posyandu maka pertumbuhan Balita akan menjadi normal. Hasil penelitian ini sejalan dengan peneltiian Octaviani, Juniarti dan Mardiyah (2008) yang meneliti tentang hubungan keaktifan keluarga dalam kegiatan Posyandu dengan status gizi Balita di Desa Rancaekek Kulon Kecamatan Rancaekek yang menemukan bahwa keaktifan keluarga untuk memanfaatkan Posyandu berpengaruh terhadap status gizi Balita. Status gizi dapat diketahui dengan berbagai macam cara. Menurut Supariasa (2001) status gizi dapat diukur dengan dua cara yaitu secara langsung yang meliputi pemeriksaan antropometri, klinis, dan biokimia dan secara tidak langsung yaitu melalui survei konsumsi makanan, statistik vital, dan ekologi. Metode yang paling sering digunakan dan mudah untuk dilakukan yaitu penilaian secara antropometri, salah satu cara yaitu dengan membandingkan antara berat badan dengan umur, yang menurut Supariasa (2001) merupakan cara yang cukup efisien. Pemantauan pertumbuhan juga dapat dipantau melalui kartu menuju sehat (KMS). Menurut Arisman (2004) KMS berfungsi sebagai alat bantu pemantauan gerak pertumbuhan, bukan hanya menilai status gizi. Salah satu kegiatan Posyandu yaitu menimbang Balita kemudian diikuti dengan pengisian KMS berdasarkan berat badan
http://jurma.unimus.ac.id
dengan umur sehingga dapat diketahui dengan segera bila terdapat kelainan atau ketidaksesuaian dengan grafik pertumbuhan pada KMS.
PENUTUP Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan: 1. Sebagian besar pengetahuan ibu adalah dalam kategori kurang yaitu sebanyak 52,1% yang pengetahuannya baik sebanyak 44,8% dan yang berpengetahuan cukup sebanyak 3,1%. 2. Sikap responden sama besar antara yang mendukung dan tidak mendukung yaitu masingmasing sebanyak 50,0%. 3. Sebagian besar perilaku ibu dalam pemanfaatan Posyandu dalam kategori positif sebanyak 54,2% dan yang negatif sebanyak 45,8%. 4. Sebagian besar pertumbuhan Balita dalam kategori normal sebanyak 85,4% dan yang kurang sebanyak 14,6%. 5. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan pertumbuhan Balita (p=0,001) 6. Ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan pertumbuhan Balita (p=0,000) 7. Ada hubungan yang bermakna antara perilaku pemanfaatan Posyandu ibu dengan pertumbuhan Balita (p=0,000)
Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan kepada Ibu Balita perlu meningkatkan pengetahuan tentang perlunya melakukan pemanfaatan Posyandu setiap bulan, perlunya meningkatkan pengetahuan tentang tanda kekurangan gizi anak serta mencegah Balita sering sakit agar tidak menghambat pertumbuhan Balita. Ibu bisa mendapatkan pengetahuan gizi ini dari buku, majalah atau televisi yang menayangkan tentang gizi Balita. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa masih terdapat beberapa Balita yang mengalami pertumbuhan kurang. Untuk itu para tenaga kesehatan harus mampu memberikan penanganan kepada mereka termasuk memberi bantuan berupa pemantauan dan penangan terhadap masalah gizi Balita jika ditemukan indikasi gizi kurang agar anak-anak Balita ini kembali ke status gizi baik sebelum terlambat. Kader Posyandu diharapkan dapat berperan aktif dalam ikut melakukan pemantauan terhadap status gizi Balita dengan secara aktif mengundang ibu Balita untuk mendatangi Posyandu secara rutin, dan jika ada ibu Balita yang tidak dapat datang ke Posyandu kader dapat mendatangi ibu tersebut dan memberikan pengertian agar bersedia menghadiri Posyandu.
http://jurma.unimus.ac.id
KEPUSTAKAAN Almatsier, S. (2002). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : Gramedia pustaka utama. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Asdi Mahasatya. Azwar, S. (2010). Sikap manusia : Teori dan pengukurannya. Jogyakarta : Pustaka Pelajar. Depkes RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan penelitian dan pengembangan kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2010 ________ Jawa Tengah. (2008). Laporan Provinsi Jawa Tengah. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Desember 2008 Ghozali, I. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Universitas Diponegoro Press. Hastuti D. 2006. Analisis Pengaruh Model Pendidikan Prasekolah pada Pembentukkan Anak Sehat, Cerdas, dan Berkarakter [disertasi]. Bogor. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Kemenkes RI, (2011). Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta Notoatmodjo, S (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, S. (2010). Promosi kesehatan : teori dan aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan :Pedoman skripsi, tesis dan instrument penelitian keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Rahmaulina N. 2007. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Gizi dan Tumbuh Kembang Anak serta Stimulasi Psikososial dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia 2,5-5 Tahun [skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Riyadi dan Sukarmin, (2009), Asuhan Keperawatan Anak Edisi Pertama. Jakarta : Graha Ilmu Soegiyanto, B. & Wiyono, D. (2007). Penilaian status gizi dan baku antropometri WHONCHS. Surabaya : Duta Prima Airlangga. Soekirman. (2000). Ilmu gizi dan aplikasinya. Jakarta : Durjen Dikti Pepdiknas Soetjiningsih (2002). Tumbuh kembang anak. Jakarta : EGC. Sugiyono. (2007). Statistika untuk penelitian. Bandung : CV Alfabeta Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Supariasa, I.D.N. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC. Walgito, B. (2002). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta : Andi offset. Wong. D.L. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik. Edisi 6. Jakarta : EGC.
http://jurma.unimus.ac.id