HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPATUHAN MEDICAL CHECK UP PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KEDUNGMUNDU SEMARANG
Manuscript
Oleh : Arif Khoirul Huda NIM : G2A012016
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016
http://jurma.unimus.ac.id
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Manuscript dengan judul
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPATUHAN MEDICAL CHECK UP PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KEDUNGMUNDU SEMARANG
Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan
Semarang,
September 2016
Pembimbing I
Pembimbing II
http://jurma.unimus.ac.id
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPATUHAN MEDICAL CHECK UP PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KEDUNGMUNDU SEMARANG Arif Khoirul Huda 1, Chanif 2, Sri Widodo 3 1 2 3
Mahasiswa Program Studi S 1 Keperawatan FIKKES Universitas Muhammadiyah Semarang Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang
Abstrak Berdasarkan rekapitulasi Data Kesakitan Tahun 2015 Puskesmas Kedungmundu jumlah penderita hipertensi pada umur 15 - <45 tahun sebanyak 533 orang, umur 45-<65 tahun 3274 orang, umur >=65 tahun sebanyak 1268 orang. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan kepatuhan medical check up pasien hipertensi. Jenis penelitian adalah korelasi dengan desain penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi yang sedang melakukan medical check up di Puskesmas Kedungmundu sebanyak 117 pasien. Jumlah sampel sebanyak 91 responden dengan teknik purposive sampling. Analisis data menggunakan uji fisher’s Exact Test. Dukungan sosial di Puskesmas Kedungmundu Semarang pasien hipertensi sebagian besar adalah baik sebanyak 62 responden (68,1%). Kepatuhan medical check up di Puskesmas Kedungmundu Semarang pasien hipertensi sebagian besar adalah patuh sebanyak 59 responden (64,8%). Ada hubungan dukungan sosial dengan kepatuhan medical check up pasien hipertensi di Puskesmas Kedungmundu Semarang. Bagi keluarga yang mempunyai dukungan sosial kurang hendaknya selalu memberi support atau dorongan kepada penderita hipertensi agar patuh menjalani medical check up. Kata kunci
: Dukungan sosial, kepatuhan mecical check up, hipertensi
Abstract THE CORRELATION OF SOCIAL SUPPORT WITH ADHERENCE MEDICAL CHECK UP ON HYPERTENSI ON PATIENTS IN PUSKESMAS KEDUNGMUNDU SEMARANG Based on the recapitulation of Morbidity Data 2015 puskesmas Kedungmundu patients with hypertension at the age of 15 - <45 years as many as 533 people, aged 45 to <65 years 3274 people, aged> = 65 years to reach 1268 people. To identify the relationship between social support and adherence medical check-up of patients with hypertension. The study is a correlation research design using cross sectional approach. The population in this study were all patients with hypertension who are conducting medical check-ups in health centers Kedungmundu as many as 117 patients. A sample of 91 respondents to the technique purposive sampling. Social support at PHC Kedungmundu Semarang hypertensive patients are mostly good by 62 respondents (68.1%). Compliance with medical check-ups at health centers Kedungmundu Semarang hypertensive patients is largely docile as many as 59 respondents (64.8%). There is a correlation of social support adherence medical check-up of hypertensive patients in health centers Kedungmundu Semarang. For families who have less social support should always give support or encouragement to patients with hypertension to adhere to undergo medical checkups. Keywords
: Social support, adherence medical check-ups, hypertension
http://jurma.unimus.ac.id
1
PENDAHULUAN Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari satu periode. Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah >160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Tekanan darah diantara normotensi dan hipertensi disebut borderline hypertension (Garis Batas Hipertensi). Batasan WHO tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin (Udjianti, 2010). Menurut World Health Organization (WHO) dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi diseluruh dunia, dan 3 juta diantaranya meninggal dunia setiap tahunya. WHO memperkirakan pada tahun 2025 terjadi kenaikan kasus hipertensi sekitar 80%, pada tahun 2000 dari 639 juta kasus menjadi 1,5 miliyar kasus pada tahun 2025 terjadi dinegara berkembang termasuk Indonesia (Rahajeng, 2011). Hipertensi telah membunuh hampir delapan juta orang setiap tahunya, sekitar hampir 1,5 juta adalah wilayah Asia Tenggara (WHO, 2011). Hipertensi merupakan penyebab kematian ketiga di Indonesia untuk semua umur (6,8%), setelah stroke (15,4%) dan tuberculosis (7,5%) (DEPKES, 2010). Data dari The National Healt and Nutrition Examination Survey (NHNES) menunjukan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa sekitar 29-31% yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di Amerika, hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi (Sudoyo, 2006). Di Indonesia hipertensi menempati peringkat ke-21 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan dirumah sakit pada tahun 2006 dengan prevalensi sebesar 4,6%. Data Riset Kesehatan Dasar (2007) juga menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar 30% dengan insiden komplikasi penyakit kardiovaskuler lebih banyak pada perempuan (52%) dibandingkan laki-laki (48%) (Dinas Kesehatan & Musyawaroh, 2008 ). Sementara itu prevalensi kasus hipertensi di Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan dari 1,87% pada tahun 2006, menjadi 2,02% pada tahun 2007, dan 3,30% pada tahun 2008. Prevalensi 3,305% artinya dalam setiap 100 orang terdapat 3 orang penderita hipertensi primer (Dinas Kesehatan, 2008). Kasus hipertensi di kota Semarang selama 5 tahun mengalami peningkatan yaitu tahun 2007 sebanyak 48,3%, tahun 2008 sebanyak 42,9%, tahun 2009 sebanyak 44,9%, tahun 2010 sebanyak 46,8% dan tahun 2011 sebanyak 42,2%. Hipertensi esensial pada tahun 2011 termasuk kedalam 10 penyakit terbesar ke-3 sebesar 18.540 orang dari 10 penyakit terbanyak (Dinkes Kota semarang, 2012). Berdasarkan rekapitulasi Data Kesakitan Tahun 2015 Puskesmas Kedungmundu penderita hipertensi pada umur 15 - <45 tahun sebanyak 533 orang, umur 45-<65 tahun 3274 orang, umur >=65 tahun mencapai 1268 orang. Upaya pencegahan dan penanggulangan hipertensi melalui medical check up sangat penting bagi penderita hipertensi. Pengaturan dan keteraturan dalam medical check up akan berhasil apabila pasien patuh. Kepatuhan merupakan tingkat seseorang dalam melaksanakan aturanaturan perilaku yang disarankan atau di bebankan kepadanya (Niven, 2012). Medical General Check Up merupakan pemeriksaan yang lebih difokuskan pada upaya pencegahan primer dan sekunder (Kanisius, 2008). Hal yang ingin dicari pada seseorang yang menjalani medical check up adalah mendeteksi berbagai faktor kesehatan yang dapat menimbulkan penyakit tertentu dikemudian hari (Kanisius, 2008).
http://jurma.unimus.ac.id
2
Menurut Green dikutip oleh Notoadmodjo (2010), terdapat faktor yang mempengaruhi perilaku tidak tercapainya kepatuhan medical check up dengan baik. Faktor-faktor tersebut antara lain pengetahuan penderita tentang penyakitnya, dukungan dari keluarga serta peran dari petugas kesehatan yang memberikan pelayanan. Pengetahuan akan mendasari seseorang untuk melakukan suatu tindakan berdasarkan apa yang telah diketahuinya, termasuk dalam mengukur tekanan darah, diet, terapi obat, olahraga, bagi penderita hipertensi yang mengetahui pentingnya pemeriksaan tekanan darah, diet, terapi obat, olahraga, maka akan melakukan medical check up secara rutin sehingga dapat mengontrol agar penyakitnya tidak semakin parah. Dukungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap kepatuhan dalam menjalankan medical check up, dukungan bisa datang dari berbagai sumber, bisa berasal dari keluarga, pasangan, teman ataupun komunitas (Sarafino, 2008). Dukungan sosial adalah komunikasi verbal dan non verbal antara penerima dan pemberi yang dapat mengurangi ketidak pastian tentang situasi, kondisi diri sendiri, orang lain, atau hubungan, dan fungsinya untuk meningkatkan persepsi pada kontrol pribadi dalam pengalaman hidup seseorang. Dapat diartikan bahwa dukungan sosial merupakan tindakan dari seseorang untuk orang lain dalam memberikan sebuah dukungan (Mattson, 2011). Dukungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap kepatuhan dalam menjalankan medical check up. Dukungan bisa datang dari berbagai sumber, bisa berasal dari keluarga, pasangan, teman ataupun komunitas (Sarafino, 2008), orang dengan dukungan sosial mempercayai bahwa mereka dicintai, dihargai, dan merupakan bagian dari lingkunggan sosialnya (Sarafino, 2006). Dukungan sosial juga merupakan suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya. Efek dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbuki berhubungan dengan menurunya mortilitas, lebih mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi. Disamping itu pengaruh positif dari dukungan sosial adalah penyesuaian terhadap kejadian dalam ke hidupan yang penuh dengan stres (Setiadi, 2006). Berdasarkan fenomena terebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang : “Hubungan dukungan sosial dengan kepatuhan medical check up pasien hipertensi di Puskesmas Kedungmundu Semarang”. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi. Desain penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi yang sedang melakukan medical check up di Puskesmas Kedungmundu sebanyak 117 pasien. Sampel sebanyak 91 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti ini adalah purposive sampling.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Hidayat, 2007). Penelitian ini akan menggunakan instrumen berupa kuesioner, yang terdiri atas: Data demografi yang meliputi: nomer kode, umur, tekanan darah, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan). Kuesioner dukungan sosial ini sebagian memodifikasi dari kuesioner penelitian sebelumnya yang diteliti oleh
http://jurma.unimus.ac.id
3
Jatmiko (2014). Kuesioner kepatuhan yang digunakan adalah penderita hipertensi yang lagi melakukan medical check up. Analisa univariat penelitian ini dilakukan untuk melihat tampilan distribusi frekuensi responden (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan), mendeskripsikan dukungan sosial dan kepatuhan medical check up yang meliputi: dukungan informasi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Analisa data yang berjenis numerik dukungan sosial, dukungan informasi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan emosional digunakan nilai tendensi sentral meliputi mean, median, modus. Sedangkan data yang berjenis kategorik dilakukan dengan menyajikan presentase untuk masing-masing klompok. Analisa bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dukungan sosial yang meliputi dukungan emosional, dukungan instumental, dukungan penghargaan, dan dukungan informasi dengan kepatuhan medical check up pasien hipertensi di Piskesmas Kedungmundu. Analisis bivariat penelitian ini menggunakan uji statistik Chi-Square. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Karakteristik Responden Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan umur responden di Puskesmas Kedungmundu Semarang tahun 2016 (n=91) Variabel Umur
Mean 57,32
SD 5,20
Min 45
Max 67
Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan tekanan darah sistole dan diastole di Puskesmas Kedungmundu Semarang tahun 2016 (n=91) Variabel Tekanan darah sistole Tekanan darah diastole
Mean 160,38 88,96
SD 11,73 4,62
Min 145 79
Max 210 98
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas Kedungmundu Semarang tahun 2016 (n=91) Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Frekuensi 42 49 91
http://jurma.unimus.ac.id
Persentase 46,2 53,8 100
4
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di Puskesmas Kedungmundu Semarang tahun 2016 (n=91) Pendidikan SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah
Frekuensi 16 62 13 91
Persentase 17,6 68,1 14,3 100
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di Puskesmas Kedungmundu Semarang tahun 2016 (n=91) Pekerjaan Tidak bekerja Swasta Wiraswasta PNS / TNI / POLRI Jumlah
Frekuensi 24 49 16 2 91
Persentase 26,4 53,8 17,6 2,2 100
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan sosial pasien hipertensi di Puskesmas Kedungmundu Semarang tahun 2016 (n=91) Dukungan sosial pasien hipertensi Kurang baik Baik Jumlah
Frekuensi
Persentase
29 62 91
31,9 68,1 100
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan dukungan sosial pasien hipertensi di Puskesmas Kedungmundu Semarang tahun 2016 (n=91) No A. 1
2
3
4
f
%
f
%
f
%
Tidak pernah f %
64
70,3
27
29,7
0
0
0
0
84
92,3
6
6,6
1
1,1
0
0
74
81,3
14
15,4
3
3,3
0
0
63
69,2
27
29,7
1
1,1
0
0
Selalu
Pernyataan Dukungan Emosional Saya diberi semangat keluarga dan teman untuk melakukan pemeriksaan penyakit hipertensi secara rutin Keluarga teman dan tenaga kesehatan mau mendengarkan keluhan penyakit hipertensi saya Perilaku orang disekitar saya mendukung terhadap upaya penyembuhan penyakit hipertensi saya Keluarga menemani saya selama pemeriksaan di puskesmas
http://jurma.unimus.ac.id
Sering
Kadang
5
Pernyataan
B. 5
Dukungan Penghargaan Keluarga memberikan hadiah kepada saya jika hasil pemeriksaan tekanan darah saya turun Keluarga memberikan pujian dan sanjungan atas keamauan saya melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin Teman dan keluarga memberikan penghargaan terhadap keinginan saya untuk melakukan pemeriksaan secara rutin Lingkungan tempat tinggal saya mendukung saya dalam upaya pemeriksaan tekanan darah secara rutin Dukungan Instrumental Keluarga memberikan bantuan keuangan kepada saya untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin Keluarga mengantar saya untuk melakukan pemeriksaan rutin Keluarga menyediakan transportasi untuk periksa di puskesmas Keluarga menyediakan perlengkapan pribadi saya untuk persiapan melakukan pemeriksaan tekanan darah Dukungan Informasi Keluarga, teman dan tenaga kesehatan memberikan informasi mengenai bahaya jika tidak melakukan pemeriksaan secara rutin Teman, keluarga mengingatkan saya untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah tinggi secara teratur Keluarga memberikan informasi tentang pentingnya menerapkan pola hidup sehat seperti olah raga, membatasi makanan yang asin-asin, minum obat secara teratur, sehingga tekanan darah saya tidak tinggi Petugas kesehatan memberitahu tentang hasil pemeriksaan kepada saya
6
7
8
C. 9
10 11 12
D. 13
14
15
16
f
%
f
%
f
%
Tidak pernah f %
85
93,4
5
5,5
1
1,1
0
0
83
91,2
8
8,8
0
0
0
0
64
70,3
26
28,6
1
1,1
0
0
81
89
10
11
0
0
0
0
74
81,3
16
17,6
1
1,1
0
0
66
72,5
25
27,5
0
0
0
0
68
74,7
21
23,1
2
2,2
0
0
74
81,3
15
16,5
2
2,2
0
0
64
70,3
27
29,7
0
0
0
0
58
63,7
33
36,3
0
0
0
0
76
83,5
14
15,4
1
1,1
0
0
79
86,8
11
12,1
1
1,1
0
0
Selalu
No
Sering
Kadang
Tabel 4.8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kepatuhan medical check up pasien hipertensi di Puskesmas Kedungmundu Semarang tahun 2016 (n=91) Kepatuhan medical check up pasien hipertensi Kurang patuh Patuh Jumlah
Frekuensi
Persentase
32 59 91
35,2 64,8 100
http://jurma.unimus.ac.id
6
Tabel 4.9 Hubungan dukungan sosial dengan kepatuhan medical check up pasien hipertensi di Puskesmas Kedungmundu Semarang tahun 2016 (n=91) Dukungan sosial pasien hipertensi
Kurang baik Baik Jumlah
Kepatuhan medical check up pasien hipertensi Kurang Patuh patuh n % n % 17 58,6 12 41,4 15 24,2 47 75,8 32 35,2 59 64,8
Total
%
p value
29 62 91
100 100 100
0,002
Pembahasan Karakteristik Responden Umur Hasil penelitian dapat diketahui bahwa umur rata-rata adalah 57,32 tahun dengan standard deviasi 5,20. Umur paling rendah adalah 45 tahun dan umur tertinggi adalah 67 tahun. Bertambahnya umur mengakibatkan tekanan darah meningkat, karena dinding arteri pada usia lanjut (lansia) akan mengalami penebalan yang mengakibatkan penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah. Umur berkaitan dengan tekanan darah tinggi (hipertensi). Semakin tua seseorang maka semakin besar resiko terserang hipertensi. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur yang disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga pembuluh darah menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi kaku, sebagai akibatnya adalah meningkatnya tekanan darah sistolik (Rahajeng & Tuminah, 2009). Penelitian Hasurungan (2009) menemukan bahwa pada lansia dibanding umur 55-59 tahun dengan umur 60-64 tahun terjadi peningkatan risiko hipertesi sebesar 2,18 kali, umur 6569 tahun 2,45 kali dan umur >70 tahun 2,97 kali. Tekanan darah Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tekanan darah sistole rata-rata adalah 160,38 mmhg dengan standard deviasi 11,73. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tekanan darah diastole rata-rata adalah 88,96 mmhg dengan standard deviasi 4,62. Hasil penelitian menunjukkan tekanan darah tinggi pada responden. Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, aktivitas fisik, faktor genetik (keturunan), asupan makan, kebiasaan merokok, dan stres (Rosta, 2011).
http://jurma.unimus.ac.id
7
Hasil penelitian Novitaningtyas (2014), menunjukkan rata-rata tekanan darah diastolik pada penelitian ini yaitu 80 mmHg ± 10,92 sedangkan tekanan darah diastolik minimal adalah 60 mmHg dan tekanan darah diastolik maksimal 100 mmHg. Jenis kelamin Hasil penelitian dapat diketahui bahwa jenis kelamin sebagian besar adalah perempuan sebanyak 49 responden (53,8%) dan laki-laki sebanyak 42 responden (46,2%). Perempuan akan mengalami peningkatan resiko tekanan darah tinggi (hipertensi) setelah menopouse yaitu usia diatas 45 tahun. Perempuan yang belum menopouse dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL rendah dan tingginya kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) mempengaruhi terjadinya proses aterosklerosis dan mengakibatkan tekanan darah tinggi (Anggraini, 2009). Jenis kelamin juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah. Dalam penelitian ini subjek yang banyak mengalami hipertensi adalah perempuan. Menurut Singalingging (2011) rata-rata perempuan akan mengalami peningkatan resiko tekanan darah tinggi (hipertensi) setelah menopouse yaitu usia diatas 45 tahun. Perempuan yang belum menopouse. Berdasarkan hasil penelitian Wahyuni dan Eksanoto (2013), perempuan cenderung menderita hipertensi daripada laki-laki. Pada penelitian tersebut sebanyak 27,5% perempuan mengalami hipertensi, sedangkan untuk laki-laki hanya sebesar 5,8%. Pendidikan Hasil penelitian dapat diketahui bahwa pendidikan sebagian besar adalah SMA sebanyak 62 responden (68,1%). Pendidikan SMP sebanyak 16 responden (17,6%) dan perguruan tinggi sebanyak 13 responden (14,3%). Tingginya risiko terkena hipertensi pada pendidikan yang rendah, kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengetahuan pada seseorang yang berpendidikan rendah terhadap kesehatan dan sulit atau lambat menerima informasi (penyuluhan) yang diberikan oleh petugas sehingga berdampak pada perilaku / pola hidup sehat (Anggara & Prayitno, 2013). Tingkat pendidikan secara tidak langsung juga mempengaruhi tekanan darah. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap gaya hidup yaitu kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol, dan kebiasaan melakukan aktivitas fisik seperti olahraga. Hasil Riskesdas tahun 20 13 dalam Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2013) menyatakan bahwa penyakit hipertensi (tekanan darah tinggi) cenderung tinggi pada pendidikan rendah dan menurun sesuai dengan peningkatan pendidikan. Pekerjaan Hasil penelitian dapat diketahui bahwa pekerjaan sebagian besar adalah swasta sebanyak 49 responden (53,8%). Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang kurang melakukan aktivitas fisik juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri (Anggara & Prayitno, 2013).
http://jurma.unimus.ac.id
8
Peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh aktivitas yang kurang akan menyebabkan terjadinya komplikasi seperti penyakit jantung koroner, gangguan fungsi ginjal, stroke dan sebagainya. Berdasarkan penelitian Lewa (2010), secara umum lansia yang tidak melakukan aktivitas fisik berhubungan dengan kejadian Hipertensi Sistolik Terisolasi (HST) yaitu dengan angka kejadian sebesar 2,336 kali beresiko terkena hipertensi. Dukungan sosial pasien hipertensi di Puskesmas Kedungmundu Semarang Hasil penelitian dapat diketahui bahwa dukungan sosial pasien hipertensi sebagian besar adalah baik sebanyak 62 responden (68,1%) dan kurang baik sebanyak 29 responden (31,9%). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar dukungan kleuarga baik. Hal ini ditunjukkan dengan keluarga yang selalu memberi semangat keluarga dan teman untuk melakukan pemeriksaan penyakit hipertensi secara rutin sebanyak (70,3%). Dukungan keluarga yang baik ditunjukkan pada aspek dukungan emosional anggota keluarga. Hasil penelitian tentang dukungan emosional keluarga menunjukkan 92,3% keluarga teman dan tenaga kesehatan mau mendengarkan keluhan penyakit hipertensi yang dialami responden. Hal ini menunjukkan adanya dukungan emosional dari keluarganya. Dukungan emosi memberikan rasa nyaman, jaminan, kepemilikan dan dicintai ketika seseorang dalam situasi stres saat menjalani pengobatannya. Keberadaan dukungan emosional dari partisipasi keluarga maka pasien tidak akan merasa sendiri dan akan merasa berkurang bebannya karena dapat mencurahkan segala yang dirasakannya (Saragih, 2010). Dukungan penghargaan juga diberikan kepada pasien hipertensi di Puskesmas Kedungmundu Semarang. Dukungan penghargaan ditunjukkan dengan 98,4% keluarga memberikan pujian jika hasil pemeriksaan tekanan darah turun. Dukungan penghargaan meliputi penyediaan sarana untuk mempermudah atau menolong orang lain sebagai contohnya adalah peralatan, perlengkapan, dan sarana pendukung lain dan termasuk didalamnya memberikan peluang waktu. Bentuk dukungan keluarga juga ditunjukkan dengan dukungan instrumental. Dukungan instrumental ditunjukkan dengan 81,3% keluarga yang selalu memberikan bantuan keuangan untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin. Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung misal berupa bantuan uang bisa juga berupa bantuan dalam pekerjaan sehari–hari untuk bisa meringankan. Biaya pengobatan yang cukup tinggi juga mempengaruhi kepatuhan pasien untuk dapat terus menjalani pengobatan (Alle & Hardjanta, 2006). Dukungan informasional juga diberikan kepada pasien hipertensi. Hal ini ditunjukkan dengan 83,5% keluarga yang selalu memberikan informasi tentang pentingnya menerapkan pola hidup sehat seperti olahraga, membatasi makanan yang asin-asin, minum obat secara teratur, sehingga tekanan darah tidak tinggi. Dukungan informasi berupa nasihat, saran, pengetahuan, informasi serta petunjuk mengenai penyakit dan pengobatan. Menjelaskan kepada penderita tentang hipertensi, kemungkinan kedepannya dan memberikan kesempatan penderita dan keluarga bertanya tentang hipertensi dan kepatuhan medical check up. Dukungan sosial keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan instrumental keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya: kesehatan
http://jurma.unimus.ac.id
9
penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan (Friedman, 2000). Menurut Niven (2012), keluarga dapat menjadi yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang progran kesehatan yang dapat mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit. Menurut (Bastable (2010), peran keluarga dianggap sebagai salah satu variabel penting yang mempengaruhi hasil perawatan pasien. Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kepatuhan pasien dalam menjalankan proses perawatan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Zulfitri (2011), menunjukkan dukungan keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Melur Pekan Baru sebagian besar baik sebanyak 65%. Kepatuhan medical check up pasien hipertensi di Puskesmas Kedungmundu Semarang Hasil penelitian dapat diketahui bahwa kepatuhan medical check up pasien hipertensi sebagian besar adalah patuh sebanyak 59 responden (64,8%). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar patuh. Kepatuhan ditunjukkan dengan responden yang rutin kontrol satu bulan sekali ke puskesmas Kedungmundu. Kondisi hipertensi dalam mengukur tekanan darah, dikatakan patuh apabila mengukur tekanan darah satu bulan sekali, pemeriksaan yang tidak dilakukan secara rutin satu bulan sekali secara konsisten dinyatakan pasien tidak patuh melakukan pemeriksaan secara rutin. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Relawati (2012), menunjukkan kepatuhan diit rendah garam dan keteraturan kontrol tekanan darah pada penderita hipertensi di Poli Klinik RSUD Tugurejo Semarang sebagain besar baik sebanyak 65,4%. Kepatuhan yang baik pada resposden karena adanya dukungan yang baik dari keluarga. Hal ini didukung oleh teori Niven (2012), dukungan keluarga dapat menjadi faktor yang dapat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta menentukan program pengobatan yang akan mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan anggota keluarga yang sakit. Kepatuhan yang baik pada responden juga dikarenakan adanya komunikasi perawat dan pasien yang memebrikan informasi tentang pencegahan hipertensi. Menurut Basuki (2009), kualitas interaksi anatara perawat dan pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa komunikasi antara dokter dengan pasien merupakan faktor utama dalam mencapai kepatuhan pasien. Hasil penelitian diketahui responden yang kurang patuh sebanyak 32 responden (35,2%). Hal ini dikarenakan pasien yang tidak melakukan instruksi yang diperintahkan keluarga. Kesalahpahaman dalam pemberian instruksi menyebabkan tidak seorangpun mematuhi instruksi tersebut. Kadang–kadang hal inidisebabkan oleh kegagalan professional yaitu kesalahan dalam memberikan informasi lengkap, penggunaan istilah–istilah medis dan memberikan banyak instruksi yang harus di ingat oleh penderita. Kepatuhan menurut Niven (2012) adalah tingkat seseorang melaksanakan suatu cara atau berperilaku sesuai dengan apa yang disarankan atau dibebankan kepadanya. Kepatuhan pasien merupakan hasil interaksi dariberbagai faktor, antara lain komunikasi antara dokter dengan
http://jurma.unimus.ac.id
10
pasien, tahap penyakit, terapi / perawatan yang dianjurkan, serta beberapa kondisi yangberhubungan dengan terapi / perawatan yang dianjurkan Upaya pencegahan dan penanggulangan hipertensi melalui medical check up sangat penting bagi penderita hipertensi. Pengaturan dan keteraturan dalam medical check up akan berhasil apabila pasien patuh. Kepatuhan merupakan tingkat seseorang dalam melaksanakan aturanaturan perilaku yang disarankan atau di bebankan kepadanya. Medical check up pada penderita hipertensi yang terpenting adalah gaya hidup yaitu mengukur tekanan darah, terapi obat, olahraga, diet rendah garam, diet rendah lemak (Niven, 2012). Hubungan dukungan sosial dengan kepatuhan medical check up pasien hipertensi di Puskesmas Kedungmundu Semarang Hasil penelitian dapat diketahui bahwa dukungan sosial pasien hipertensi yang kurang baik sebanyak 29 responden, dengan kepatuhan medical check up sebagian besar adalah kurang patuh sebanyak 17 responden (58,6%) dan patuh sebanyak 12 responden (41,4%). dukungan sosial pasien hipertensi yang baik sebanyak 62 responden, dengan kepatuhan medical check up sebagian besar adalah patuh sebanyak 47 responden (75,8%) dan kurang patuh sebanyak 15 responden (24,2%). Hasil analisis statistik didapatkan p value sebesar 0,002, hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan sosial dengan kepatuhan medical check up pasien hipertensi di Puskesmas Kedungmundu Semarang. Selanjutnya berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai Odds Ratio = 4,439, menunjukkan bahwa responden yang mempunyai dukungan sosial baik mempunyai peluang 4,4 kali patuh medical check up dibandingkan responden dukungan sosial kurang baik. Dukungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap kepatuhan dalam menjalankan medical check up. Dukungan bisa datang dari berbagai sumber, bisa berasal dari keluarga, pasangan, teman ataupun komunitas, orang dengan dukungan sosial mempercayai bahwa mereka dicintai, dihargai, dan merupakan bagian dari lingkunggan sosialnya (Sarafino, 2008). Dukungan sosial juga merupakan suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya. Efek dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbuki berhubungan dengan menurunya mortilitas, lebih mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi. Disamping itu pengaruh positif dari dukungan sosial adalah penyesuaian terhadap kejadian dalam ke hidupan yang penuh dengan stres (Setiadi, 2006). Hasil penelitian menurut Relawati, Marettina, Musaadah (2012) menunjukkan ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diit rendah garam dan keteraturan kontrol tekanan darah pada penderita hipertensi di Poli Klinik RSUD Tugurejo Semarang Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini yaitu sebagian responden ada yang didampingi dan sebagian ada yang ditinggal hal ini memungkinkan untuk terjadi bias dalam hal penelitian. Penelitian ini tidak memperhatikan faktor yang mempengaruhi kepatuhan seperti umur, pendidikan, instruksi, dan interaksi.
http://jurma.unimus.ac.id
11
Implikasi Penelitian Implikasi penelitian ini yaitu perawat agar meningkatkan keterlibatan keluarga pasien hipertensi dalam setiap program pengobatan dan perawatan, agar keluarga ikut serta mendorong klien tetap patuh untuk melakukan medical check up sehingga tekanan darahnya dapat tetap dipertahankan terkontrol dengan baik. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dukungan sosial di Puskesmas Kedungmundu Semarang pasien hipertensi sebagian besar adalah baik sebanyak 62 responden (68,1%). 2. Kepatuhan medical check up di Puskesmas Kedungmundu Semarang pasien hipertensi sebagian besar adalah patuh sebanyak 59 responden (64,8%). 3. Ada hubungan dukungan sosial dengan kepatuhan medical check up pasien hipertensi di Puskesmas Kedungmundu Semarang (Pvalue sebesar 0,002). Kecenderungan / sifat hubungan menunjukkan bahwa responden yang mempunyai dukungan sosial baik mempunyai peluang 4,4 kali patuh medical check up dibandingkan responden dukungan sosial kurang baik. Saran-Saran 1. Bagi pasien atau keluarga Dukungan sosial pasien hipertensi yang kurang baik sebanyak 29 responden (31,9%). Bagi keluarga yang mempunyai dukungan sosial kurang hendaknya selalu memberi dukungan kepada pasien untuk meningkatkan kepatuhan selama masa pengobatan baik dukungan materi, emosi maupun informasi. Selain itu keluarga diharapkan selalu lebih meningkatkan kepedulian terhadap pemberian informasi, pengetahuan, saran atau umpan balik. 2. Bagi Institusi Puskesmas Bagi Puskesmas diharapkan dapat melakukan evaluasi pada setiap penderita hipertensi agar patuh menjalani medical check up. 3. Bagi Perawat Perawat agar meningkatkan keterlibatan keluarga pasien hipertensi dalam setiap program pengobatan dan perawatan, agar keluarga ikut serta mendorong klien tetap patuh untuk melakukan medical check up sehingga tekanan darahnya dapat tetap dipertahankan terkontrol dengan baik. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Peneliti selanjutnya sebaiknya dalam meneliti dengan cara mendampingi responden b. Peneliti selanjutnya sebaiknya meneliti faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan misalnya : Pengetahuan, umur, pendidikan, interaksi dan instruksi. KEPUSTAKAAN Alle, K. & Hardjanta, G. (2006). Faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien penyakit kanker menjalani kemoterapi di RS Kanker Dharmis Jakarta. Fakutas Psikologi Universitas Soegjapranata Semarang. Skripsi tidak dipublikasikan. Ardiansyah, M. (2012). Medikal bedah. Jogjakarta.
http://jurma.unimus.ac.id
12
Dinas Kesehatan. (2008). Dinas Kesehatan. Dinas Kesehatan. (2008). Profil Kesehatan Kota Semarang. Dinkes Kota Semarang. (2012). Profil Dinkes Kota Semarang. Fajriati, A. (2013). Hubungan dukungan sosial dengan tingkat kecemasan pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di RS Roemani Muhammadiyah Semarang. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keperawatan. Universitas Muhammadiyah Semarang. Skripsi tidak dipublikasikan. Friedman. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga : Riset teori dan praktik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran Jatmiko, l. (2014). hubungan dukungan sosial dengan kepatuhan penderita kanker dalam menjalani kemoterapi. Skripsi tidak dipublikasikan. Murwani, A. (2008). Perawatan pasien penyakit dalam. Yogjakarta. Murwani, M. A. (2012). Medikal bedah & perawatan pasien penyakit dalam. Jogjakarta. Niven, N. (2012). Psikologi kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sarafino. (2006). Health phycology: Biophsycosocial Interaction. Health phycology: Biophsycosocial Interaction. Saragih, E. (2010). Peranan dukungan keluarga dan koping pasien dengan penyakit kanker terhadap pengobatan kemoterapi di RB I RSUP Haji Adam Malik Medan. Fakultas ilmu Keperawatan Universitas Darma Agung Medan. Skripsi tidak dipublikasikan. Setiadi. (2006). Konsep dan proses keperawatan keluarga. Subiatmi. (2012). Hubungan dukungan keluarga dan dukungan perawat dengan tingkat kecemasan pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Karyadi Semarang. Skripsi tidak dipublikasikan. Sudoyo. (2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Suhita. (2005). Apa itu dukungan sosial di akses tanggal 20 November 2013. Udjianti, W. (2010). Keperawatan kardiovaskular. Vitahealth. (2006). Hipertensi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Jakarta. WHO. (2011).Hipertension fant sheet.
http://jurma.unimus.ac.id
13