Lampiran 7
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth, Pasien calon responden Di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Universitas Sari Mutiara Indonesia, yang sedang melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Discharge Planning Terhadap Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2014”
Saya mengharapkan sekali tanggapan atau jawaban yang Bapak/Ibu berikan dengan hati nurani Bapak/Ibu tanpa ada pengaruh dari orang lain. Identitas dan informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dijamin kerahasiaanya.
Partisipasi dalam penelitian ini bersifat sukarela, Bapak/ibu bebas untuk ikut menjadi responden atau menolak tanpa adanya sanksi apapun. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian ini, silahkan Bapak/Ibu menandatangani kolom yang disediakan dibawah ini. Sebelumnya peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas partisipasi Bapak/Ibu didalam penelitian ini.
Medan, Juni 2014 Tanda Tangan Responden
(
Peneliti
)
(
)
Lampiran 8
DATA KARAKTERISTIK PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSU SARI MUTIARA MEDAN
A. Identitas Pasien 1. Umur
: ................. tahun
2. Jenis kelamin
:
Laki-laki
Perempuan
3. Pendidikan terakhir
:
SD
SMP
SMA 4. Pekerjaan
: ......................
5. Saat ini sudah berapa lama dirawat 6. Diagnosa Penyakit
PT
: ................... hari
: ................................. ( diisi oleh peneliti)
B. Petunjuk Pengisian: 1. Berikan tanda cek ( √ ) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengankeadaan saudara sebenarnya dan harapan saudara. 2. Isilah titik-titik sesuai dengan kondisi saudara. 3. Untuk pengisian pernyataan pada kuesioner, berikan tanda ( √ ) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan persepsi Bapak/Ibu/Saudara dengan pilihan: SS : Sangat Setuju S
: Setuju
TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
C. Kuesioner Penelitian Kepuasan Pasien Tentang Discharge Planning
N o
PERNYATAAN Dimensi Reliability/ Keandalan
1 2 3 4 5 6
7 8 9
1 0 1 1
Saya merasa puas dengan penjelasan perawat tentang penyakit yang saya derita Saya merasa senang karena perawat mampu menjelaskan tentang makanan yang boleh saya makan Saya merasa puas karena perawat menjelaskan tentang makanan yang tidak boleh saya makan Saya sangat senang karena perawat menjelaskan tentang aktifitas yang boleh saya lakukan Saya sangat senang karena perawat menjelaskan tentang aktifitas yang tidak boleh saya lakukan Saya sangat puas dengan penjelasan perawat tentang nama, dosis, efek samping dan manfaat obat yang diberikan Dimensi Responsiveness/ Ketanggapan Saya merasa senang karena perawat segera menjelaskan jika saya bertanya tentang penyakit yang saya derita Saya merasa puas karena perawat segera menjelaskan jika saya bertanya tentang makanan yang boleh saya makan. Saya merasa senang karena perawat segera merespons jika saya bertanya tentang makanan yang tidak boleh saya makan atau makanan yang harus saya batasi Saya merasa puas karena perawat segera menjelaskan jika saya bertanya tentang aktifitas yang boleh saya lakukan Saya sangat senang karena perawat segera menjelaskan jika saya bertanya tentang aktifitas yang tidak boleh saya lakukan
Jawaban S S S
T S
S T S
1 2
Saya merasa puas dengan respon perawat yang cepat dan tanggap ketika saya bertanya tentang nama, dosis, efek samping dan manfaat obat yang diberikan Dimensi Assurance/ Jaminan
1 3
Saya merasa yakin bahwa perawat memahami betul tentang penyakit yang saya derita Saya merasa yakin dengan penjelasan perawat tentang makanan yang boleh saya makan
1 4 1 5 1 6 1 7 1 8
1 9 2 0 2 1 2 2 2 3 2 4
Saya merasa yakin dengan penjelasan perawat tentang makanan yang tidak boleh saya makan Saya merasa yakin akan penjelasan perawat tentang aktifitas yang boleh saya kerjakan dirumah Saya merasa yakin akan penjelasan perawat tentang aktifitas yang tidak boleh saya kerjakan di rumah Saya percaya dengan penjelasan perawat tentang obat dan manfaat obat yang diberikan pada saya Dimensi Emphaty/ kepedulian Cara perawat menjelaskan penyakit yang saya derita menarik perhatian saya. Saya sangat senang karena perawat menunjukkan sikap penuh perhatian saat menjelaskan makanan yang boleh saya makan Saya merasa senang karena perawat berkomunikasi dengan baik saat menjelaskan makanan yang tidak boleh saya makan. Saya merasa puas dengan sikap ramah perawat saat menjelaskan tentang aktifitas yang boleh saya lakukan. Saya merasa nyaman dengan sikap ramah perawat saat menjelaskan tentang aktifitas yang boleh saya lakukan. Saya sangat puas karena perawat memberikan penjelasan dengan pelan dan jelas tentang nama, dosis, efek samping dan manfaat obat yang diberikan
Dimensi Tangibles/ bukti langsung 2 5 2 6 2 7 2 8
Saya merasa nyaman karena penampilan perawat yang rapi saat memberikan penjelasan mengenai penyakit saya dan tindakan perawatan ketika pulang kerumah Saya merasa senang karena perawat berpenampilan bersih saat memberikan penjelasan mengenai penyakit saya dan tindakan perawatan ketika pulang kerumah Saya sangat puas karena perawat membagikan leaflet/lembaran kertas berisi penjelasan mengenai penyakit saya dan tindakan perawatan ketika pulang kerumah Saya sangat senang karena perawat merapikan lingkungan saya sebelum memberikan penjelasan tentang penyakit saya dan tindakan perawatan ketika pulang kerumah
Lampiran 10
OUTPUT DATA SPSS PENELITIAN A. Distribusi Data Numerik Descriptive Statistics 95% Confidence Interval for Mean N 24 24 48 24 24 48
Umur
Intervensi Kontrol Total Lama rawat Intervensi Kontrol Total
Mean 46.38 44.38 45.38 8.38 7.54 7.96
SD 17.131 16.285 16.565 3.573 2.843 3.222
SE 3.497 3.324 2.391 0.729 0.580 0.465
Lower 39.14 37.50 40.56 6.87 6.34 7.02
Upper 53.61 51.25 50.19 9.88 8.74 8.89
Min 21.00 21.00 21.00 4.00 4.00 4.00
B. Distribusi Data Kategorik Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid Jenis Kelamin * Kelompok
N
Missing Percent
48
81,4%
N
Total
Percent 11
N
18,6%
Percent 59
100,0%
Jenis Kelamin * Kelompok Crosstabulation Kelompok Jenis Kelamin
laki-laki
Count % within Jenis Kelamin
perempuan
Count % within Jenis Kelamin
Total
Count % within Jenis Kelamin
Intervensi
Total
Kontrol
12
15
27
44,4%
55,6%
100,0%
12
9
21
57,1%
42,9%
100,0%
24
24
48
50,0%
50,0%
100,0%
Max 84.00 80.00 84.00 19.00 16.00 19.00
Case Processing Summary Cases Valid N
Pendidikan Responden * Kelompok
Missing Percent
48
N
81,4%
Total
Percent 11
N
18,6%
Percent 59
100,0%
Pendidikan Responden * Kelompok Crosstabulation Kelompok Pendidikan Responden
SD
Intervensi
Count % within Pendidikan Responden
SMP
2
1
3
66,7%
33,3%
100,0%
3
4
7
42,9%
57,1%
100,0%
10
8
18
55,6%
44,4%
100,0%
9
11
20
45,0%
55,0%
100,0%
24
24
48
50,0%
50,0%
100,0%
Count % within Pendidikan Responden
SMA
Count % within Pendidikan Responden
Perguruan Tinggi
Count % within Pendidikan Responden
Total
Count % within Pendidikan Responden
Total
Kontrol
Case Processing Summary Cases Valid Pekerjaan Responden * Kelompok
N
Missing Percent
48
81,4%
N
Total
Percent 11
18,6%
N
Percent 59
100,0%
Pekerjaan Responden * Kelompok Crosstabulation Kelompok Pekerjaan Responden
PNS
Intervensi 1
Count % within Pekerjaan Responden
Pegawai Swasta
Pelajar
4
5
20,0%
80,0%
100,0%
5
4
9
55,6%
44,4%
100,0%
2
4
6
33,3%
66,7%
100,0%
7
4
11
63,6%
36,4%
100,0%
3
3
6
50,0%
50,0%
100,0%
6
5
11
54,5%
45,5%
100,0%
24
24
48
50,0%
50,0%
100,0%
Count % within Pekerjaan Responden Count % within Pekerjaan Responden
Ibu RT
Count % within Pekerjaan Responden
Supir
Count % within Pekerjaan Responden
Wiraswata
Count % within Pekerjaan Responden
Total
Count % within Pekerjaan Responden
Total
Kontrol
Case Processing Summary Cases Valid Diagnosa * Kelompok
N 48
Missing Percent 81,4%
N 11
Total
Percent 18,6%
N 59
Percent 100,0%
Diagnosa * Kelompok Crosstabulation Kelompok Diagnosa
Diabetes Mellitus
Count % within Diagnosa
TB Paru
Count % within Diagnosa
Thypus Abdominalis
Count % within Diagnosa
DHF
Count % within Diagnosa
Total
Count % within Diagnosa
Intervensi 6
Total
Kontrol 6
12
50,0%
50,0%
100,0%
6
6
12
50,0%
50,0%
100,0%
6
6
12
50,0%
50,0%
100,0%
6
6
12
50,0%
50,0%
100,0%
24
24
48
50,0%
50,0%
100,0%
Case Processing Summary Cases Valid N Kelompok * kepuasanpasien
Missing Percent
48
N
Total
Percent
81,4%
11
N
18,6%
Percent 59
100,0%
Kelompok * kepuasanpasien Crosstabulation Kepuasan pasien sangat puas Kelompok
Intervensi Kontrol
Total
puas
tidak puas
11
13
0
24
2
21
1
24
13
34
1
48
Mann-Whitney Test Ranks
kepuasan
Kelompok Intervensi
N
Mean Rank
Sum of Ranks
24
31,81
763,50
Kontrol
24
17,19
412,50
Total
48
Test Statistics(a) kepuasan Mann-Whitney U
112,500
Wilcoxon W
412,500
Z
-3,629
Asymp. Sig. (2-tailed) a Grouping Variable: Kelompok
,000
Total
Lampiran 11
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) DIABETES MELITUS
Pokok Bahasan : Diabetes Melitus Sasaran
: Pasien
Tempat
: Ruang Merak IIA Lantai II Gedung Lama
Waktu
: ± 20 menit
Penyuluh
: Perawat
I. Tujuan Instruksional Umum (TIU) Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit diharapkan pasien/keluarga dapat melakukan pencegahan terjadinya komplikasi hiperglikemi/hipoglikemi II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah diberikan penyuluhan diharapkan Pasien dapat : 1. Menjelaskan kembali terkait penyakit (pengertian, tanda dan gejala, penyebab) DM 2. Menjelaskan diet/nutrisi bagi penderita penyakit DM 3. Menjelaskan aktifitas/latihan yang dilakukan oleh penderita penyakit DM. 4. Menjelaskan nama obat, dosis, efek samping dan manfaat obat yang diberikan penderita DM. III. Metode Metode yang digunakan adalah ceramah dan diskusi Media Penyuluhan a. Leaflet b. LCD (Laptop) Materi Penyuluhan (Terlampir)
Proses Penyuluhan No A
B
Perawat Penyuluh Pre Interaksi 1. Memberikan salam dan memperkenalkan diri 2. Menjelaskan tema penyuluhan dan tujuan penyuluhan 3. Menanyakan sejauh mana pasien/keluarga mengetahui tentang penyakit DM Pendidikan Kesehatan 1. Menjelaskan materi penyuluhan terkait penyakit DM, nutrisi/diet, aktivitas/latihan, nama obat, dosis, efek samping dan manfaat obat yang diberikan 2. Memberikan kesempatan kepadaPasien/keluarga untuk bertanya tentangmateri yang disampaikan Penutup 1. Memberikan pertanyaan akhirsebagai evaluasi 2. Menyimpulkan bersama-sama hasil kegiatan penyuluhan 3. Menutup penyuluhan dan mengucapkan salam
Pasien/keluarga Menjawab salam Mendengarkan dan memperhatikan perawat Mendengarkan dan menjawab perawat
Waktu 3 menit
Mendengarkan 10 menit
Mengajukan pertanyaan
Menjawab Mendengarkan
7 menit
Menjawab salam
IV. Evaluasi Untuk mengetahui sejauhmana pemahaman sasaran setelah penyuluhan/pendidikan kesehatan maka diberikan pertanyaan.
diberikan
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) FEBRIS/DHF
Pokok Bahasan : Febris/Demam Berdarah Sasaran
: Pasien
Tempat
: Ruang Merak IIA Lantai II Gedung Lama
Waktu
: ± 20 menit
Penyuluh
: Perawat
I. Tujuan Instruksional Umum (TIU) Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit diharapkan pasien/keluarga dapat melakukan pencegahan terjadinya Febris/Demam Berdarah II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah diberikan penyuluhan diharapkan Pasien dapat : 1. Menjelaskan kembali terkait penyakit (pengertian, tanda dan gejala, penyebab, pencegahan) Febris/Demam Berdarah 2. Menjelaskan diet/nutrisi bagi penderita Demam Berdarah 3. Menjelaskan aktifitas/latihan pada penderita penyakit Demam Berdarah 4. Menjelaskan nama obat, dosis, efek samping dan manfaat obat yang diberikan pada penderita Demam Berdarah III. Metode Metode yang digunakan adalah ceramah dan diskusi Media Penyuluhan a. Leaflet b. LCD (Laptop) Materi Penyuluhan (Terlampir)
Proses Penyuluhan No A
B
Perawat Penyuluh Pre Interaksi 1. Memberikan salam dan memperkenalkan diri 2. Menjelaskan tema penyuluhan dan tujuan penyuluhan 3. Menanyakan sejauh mana pasien/keluarga mengetahui tentang penyakit DHF Pendidikan Kesehatan 1. Menjelaskan materi penyuluhan terkait penyakit DHF, nutrisi/diet, aktivitas/latihan, nama obat, dosis, efek samping dan manfaat obat yang diberikan 2. Memberikan kesempatan kepada Pasien/keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Penutup 1. Memberikan pertanyaan akhirsebagai evaluasi 2. Menyimpulkan bersamasama hasil kegiatan penyuluhan 3. Menutup penyuluhan dan mengucapkan salam
Pasien/keluarga Menjawab salam Mendengarkan dan memperhatikan perawat Mendengarkan dan menjawab perawat
Waktu 3 menit
Mendengarkan 10 menit
Mengajukan pertanyaan
Menjawab Mendengarkan
7 menit
Menjawab salam
IV. Evaluasi Untuk mengetahui sejauhmana pemahaman sasaran setelah penyuluhan/pendidikan kesehatan maka diberikan pertanyaan.
diberikan
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TB PARU
Pokok Bahasan : TB Paru Sasaran
: Pasien
Tempat
: Ruang Merak IIA Lantai II Gedung Lama
Waktu
: ± 20 menit
Penyuluh
: Perawat
I. Tujuan Instruksional Umum (TIU) Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit diharapkan pasien/keluarga dapat melakukan pencegahan terjadinya TB Paru II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah diberikan penyuluhan diharapkan Pasien dapat : 1. Menjelaskan kembali terkait penyakit (pengertian, tanda dan gejala, penyebab, pencegahan) TB Paru 2. Menjelaskan diet/nutrisi bagi penderita TB Paru 3. Menjelaskan aktifitas/latihan yang dilakukan oleh penderita penyakit TB Paru 4. Menjelaskan nama obat, dosis, efek samping dan manfaat obat yang diberikan pada penderita TB Paru III. Metode Metode yang digunakan adalah ceramah dan diskusi Media Penyuluhan a. Leaflet b. LCD (Laptop) Materi Penyuluhan (Terlampir)
Proses Penyuluhan No A
B
Perawat Penyuluh Pre Interaksi 1. Memberikan salam dan memperkenalkan diri 2. Menjelaskan tema penyuluhan dan tujuan penyuluhan 3. Menanyakan sejauh mana pasien/keluarga mengetahui tentang penyakit TB Paru Pendidikan Kesehatan 1. Menjelaskan materi penyuluhan terkait penyakit TB Paru, nutrisi/diet, aktivitas/latihan, nama obat, dosis, efek samping dan manfaat obat yang diberikan 2. Memberikan kesempatan kepada Pasien/keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Penutup 1. Memberikan pertanyaan akhir sebagai evaluasi 2. Menyimpulkan bersamasama hasil kegiatan penyuluhan 3. Menutup penyuluhan dan mengucapkan salam
Pasien/keluarga
Waktu
Menjawab salam
3 menit
Mendengarkan dan memperhatikan perawat Mendengarkan dan menjawab perawat Mendengarkan 10 menit
Mengajukan pertanyaan
Menjawab Mendengarkan
7 menit
Menjawab salam
IV. Evaluasi Untuk mengetahui sejauhmana pemahaman sasaran setelah penyuluhan/pendidikan kesehatan maka diberikan pertanyaan.
diberikan
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TIFUS ABDOMINALIS
Pokok Bahasan : Tifus Abdominalis Sasaran
: Pasien
Tempat
: Ruang Merak IIA Lantai II Gedung Lama
Waktu
: ± 20 menit
Penyuluh
: Perawat
I. Tujuan Instruksional Umum (TIU) Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit diharapkan pasien/keluarga dapat melakukan pencegahan terjadinya komplikasi Tifus Abdominalis II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah diberikan penyuluhan diharapkan Pasien dapat : 1. Menjelaskan kembali terkait penyakit (pengertian, tanda dan gejala, penyebab, pencegahan) Tifus Abdominalis 2. Menjelaskan diet/nutrisi bagi penderita Tifus Abdominalis 3. Menjelaskan aktifitas/latihan yang dilakukan oleh penderita penyakit Tifus Abdominalis 4. Menjelaskan nama obat, dosis, efek samping dan manfaat obat yang diberikan pada penderita Tifus Abdominalis III. Metode Metode yang digunakan adalah ceramah dan diskusi Media Penyuluhan a. Leaflet b. LCD (Laptop) Materi Penyuluhan (Terlampir)
Proses Penyuluhan No A
B
Perawat Penyuluh Pre Interaksi 1. Memberikan salam dan memperkenalkan diri 2. Menjelaskan tema penyuluhan dan tujuan penyuluhan 3. Menanyakan sejauh mana pasien/keluarga mengetahui tentang penyakit Tifus Pendidikan Kesehatan 1. Menjelaskan materi penyuluhan terkait penyakit Tifus, nutrisi/diet, aktivitas/latihan, nama obat, dosis, efek samping dan manfaat obat yang diberikan 2. Memberikan kesempatan kepada Pasien/keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Penutup 1. Memberikan pertanyaan akhir sebagai evaluasi 2. Menyimpulkan bersamasama hasil kegiatan penyuluhan 3. Menutup penyuluhan dan mengucapkan salam
Pasien/keluarga
Waktu
Menjawab salam
3 menit
Mendengarkan dan memperhatikan perawat Mendengarkan dan menjawab perawat Mendengarkan 10 menit
Mengajukan pertanyaan
Menjawab Mendengarkan
7 menit
Menjawab salam
IV. Evaluasi Untuk mengetahui sejauhmana pemahaman sasaran setelah penyuluhan/pendidikan kesehatan maka diberikan pertanyaan.
diberikan
(Lampiran) Materi Diabetes Melitus 1. Apakah Diabetes Melitus itu? Diabetes melitus merupakan penyakit dimana tubuh gagal atau tidak bisa mengatur kadar gula didalam darah atau Kumpulan gejala akibat gula darah tinggi, karena kekurangan hormone pengatur gula darah ( insulin ). Pembuat insulin : kelenjar pancreas ( kelenjar pencernaan, dalam perut ). Diabetes melitus dapat diturunkan dari ayah-ibu/kakek-nenek kepada anak-cucu nya. Diabetes melitus merupakan penyakit yang tidak menulardan Dapat dicegah (komplikasinya) 2. Apa Gejala dan Tanda Khasnya? 3B. Banyak makan , tapi badan tambah kurus. Banyak minum, tapi tambah lemas Banyak kencing. (3P : Polifagi, polidipsy, poliuri )Tanda pasti, Lab : kadar gula darah diatas normal( GD sewaktu , N: 70-140 mg/dl ) 3. Tanda-tanda penyakit tahap lanjut Gatal-gatal di kulit, Penglihatan kabur/buram, Kesemutan di tangan dan kaki, Keputihan, Luka yang sukar sembuh, Kencing yang di kerubungi semut Disebut kencing manis : karena kebocoran gula darah yang berlebih melalui air seni. 4. Apa Penyebabnya? DM Tipe 1 (DMTI) disebabkan oleh tidak memadainya hormon insulin. Biasanya diderita oleh anak-anak dan remaja. DM Tipe 2 (DMTTI) disebabkan oleh peningkatan resistensi insulin dengan penurunan kualitas dan kuantitas insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghabmbat produksi glukosa oleh hati. DM tipe ini biasanya diderita oleh lansia dan obesitas Teori Penyebab: kelainan dalam sistem pertahanan tubuh (autoimun), tumor pankreas, obat-obatan, Hormonal, misalnya DM pada waktu Hamil 5. Komplikasi Akibat kadar gula darah tak terkendali :penyempitan pembuluh darah dan kelemahan syaraf, Serangan jantung, Stroke, Gagal ginjal (cuci darah/hemodialisis), Kebutaan, Borok yang sukar sembuh, Impoten, Amputasi ( anggota gerak ) – tak bisa jalan TBC, Keguguran, keputihan terus, Sulit BAB 6. Faktor resiko Hidup santai, tidak pernah berolahraga, kegemukan/obesitas, makan berlebihan 7. DM dapat sembuh, atau dikendalikan? DM dapat dikendalikan, meskipun kelainan pankreasnya sulit disembuhkan. Jika kadar gula terkontrol, pengidap DM tampak seperti orang sehat. Pengidap kencing manis dapat bekerja dan beraktivitas normal 8. Terapi DM a. Tanpa Obat (Non Farmakologik) adalah memperbaiki gaya hidup dengan pengaturan makan (diet), olahraga teratur (1-3 kali seminggu), istirahat cukup (6-8 jam/hari)
b. Farmakologik/jangka panjang. Obat diminum menjelang makan, minum obat sesuai dosis yang dianjurkan. Obat suntik (insulin) memerlukan pengawasan dan keterampilan. Pengawasan ketat: jadwal, jumlah, jenis. c. Pemberian dosis obat tidak boleh salah, jika dosis terlalu tinggi bisa menyebabkan gula darah turun drastis-koma Diet untuk DM: Bahan makanan yang dianjurkan: a. Sumber karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, kentang, singkong dan sagu b. Sumber protein rendah lemak seperti ayam tanpa kulit, ikan susu skim, tempe tahu dan kacang-kacangan c. Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yg mudah dicerna dan makanan terutama diolah dengan cara dikukus, dipanggang, disetup dan dibakar d. Buah-buahan rendah kalium seperti jambu, kedondong, mangga, markisa, melon, nangka, pir, salak dan sawo e. Minum-minuman tanpa gula f. Sayuran: kentang, wortel, kangkung, labu air, sawi, bayam, buncis, brokoli, kol, kembang kol, selada Bahan makanan yang dibatasi: a. Sumber karbohidrat: mengandung banyak gula sederhana seperti gula pasir, gula merah, sirup, jelly dan buah-buahan yang diawetkan dengan gula b. Mangandung banyak natrium (garam) seperti ikan asin, telur asin, dan makanan yang diawetkan c. Bumbu-bumbu yang harus dibatasi : kecap asin, petis, saos tomat, maggi d. Mengandung banyak lemak seperti cake, makanan siap saji dan gorengan Latihan Jasmani: Membakar kelebihan gula/kalori dalam tubuh. Olahraga: jogging, jalan cepat, naik tangga, berenang. Minimal 4x seminggu @1/2 jam. Lakukan olahraga satu jam sebelum makan untuk meningkatkan pengendalian glukosa darah. Istirahat yang cukup Referensi: Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8, Penerbit EGC, Jakarta. Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6.EGC, Jakarta
(Lampiran) Materi TB Paru 1. Apakah penyakit TB Paru itu? Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang ditularkan melalui udara yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun. 2. Penyebab TB Paru? Selain Dikarenakan oleh Mycobakterium tuberculosis, TB Paru juga dapat disebabkan oleh faktor lingkungan yang lembab, kurangnya sinar matahari pada suatu ruang dan kurangnya sirkulasi udara juga sangat berperan dalam penyebaran bakteri mikobakterium tuberklosa ini,sehingga sangat mudah menjangkit orang yang hidup dalam kondisi lingkungan yang tidak sehat. 3. Tanda dan gejala Mudah mengalami demam dengan demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung lama, Sering berkeringat pada malam hari, Gampang terkena flu / pilek dan bersifat hilang timbul, Menurunnya nafsu makan dan berat badan, Batuk-batuk selama lebih dari 4 minggu (dapat disertai dengan darah atau dahak), Perasaan lemah,lesu & tidak enak 4. Cara penularan? Penyakit TB Paru dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan pasien TB Seperti terpapar hembusan nafasnya, cairan tubuhnya dan apabila menggunakan sendok dan handuk secara bersamaan. 5. Terapi pada TB Paru a. Tanpa Obat (Non Farmakologik) adalah memperbaiki gaya hidup dengan pengaturan makan (diet), olahraga teratur, istirahat cukup b. Farmakologik Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga mnecegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan. Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH. Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping
itu perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu: 1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam penanggulangan TB. 2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut. 3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan pertama dimana penderita harus minum obat setiap hari. 4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup. 5. Pencatatan dan pelaporan yang baku. Diet untuk penderitaTB Paru: a. Makanlah berbagai macam buah segar dan sayuran setiap hari, tetapi tetap dalam jumlah kalori yang direkomendasikan dokter b. Pilih sayuran yang berbeda dari berbagai jenis seperti sayuran hijau tua, sayuran berwarna oranye, kacang, dll. c. Susu atau produk susu harus dikonsumsi setidaknya 3 kali sehari. Kalsium dalam susu sangat penting dalam membangun kesehatan tulang pasien TBC. d. Untuk produk daging, pilihlah daging tanpa lemak atau rendah lemak. 10 persen asupan kalori harian harus berasal dari lemak jenuh dan sekitar 200 mg kolesterol. e. Jagalah asupan total lemak dan minyak antara 25 – 30 persen kalori harian. Sebagian besar lemak harus berasal dari lemak tak jenuh ganda dan tak jenuh tunggal yang ditemukan dalam makanan seperti ikan, kacang-kacangan dan minyak sayur. f. Makanlah berbagai macam makanan yang kaya protein seperti kacangkacangan dan biji-bijian. g. Makanlah makanan kecil sepanjang hari dengan rentang waktu yang singkat. Pastikan agar tubuh mendapat cukup asupan cairan dan garam dalam makanan. h. Makanan untuk pasien TB harus sederhana, dipersiapkan dengan baik dan mudah dicerna. Makanan yang lebih berat baru dapat diberikan kepada pasien setelah kondisinya sangat membaik. 6. Pencegahan penularan TB Paru a. Tidak meludah di sembarang tempat upayakan meludah pada tempat yang tarkena sinar matahari atau ditempat khusus seperti tempat sampah
b. Menutup mulut pada waktu ada orang batuk ataupun bersin c. Jemur tempat tidur bekas penderita secara teratur karna kuman TBC akan mati bila terkena sinar matahari d. Jaga kesehatan badan supaya sistem imun senantiasa terjaga dan kuat e. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang sehat dan bergizi f. Hindari melakukan hal-hal yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, seperti begadang dan kurang istirahat g. Jaga jarak aman ketika berhadapan dengan penderita TBC h. Olahraga teratur untuk membantu menyehatkan tubuh i. Lakukan imunisasi pada bayi termasuk imunisasi untuk mencegah penyakit TBC Referensi: Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8, Penerbit EGC, Jakarta Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6.EGC, Jakarta Laban, Yoannes Y. 2007. TBC: Penyakit & Cara Pencegahan. Yogyakarta: Kanisius Misnadiarly. 2007. Mengenal, Mencegah, Menanggulangi TBC. Semarang: Yayasan Obor Indonesia
(Lampiran) Materi Typus Abdominalis 1. Apakah penyakit Typus Abdominalisitu? Typhus abdominalis merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh kumanSalmonellaTyphosa, Salmonella Paratyphi A, B da C. yang menyerang usus halus khususnyadaerah illeum. Penyakit ini termasuk penyakit tropik yang sangat berhubungan erat dengankebersihan perseorangan dan lingkungan. Dapat dengan mudah berpindah ke orang lainmelalui Fecal Oral, artinya kuman Salmonella yang ada pada pada feses penderita ataukarier mengkontaminasi makanan atau minuman orang sehat. 2. Tanda dan Gejala Gejala Klinik. Gejala klinik thyphus abdominalis pada pasien dewasa biasanya lebih Beratdibandingkan anak. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi melaluimakanan sedangkan yang terlama sampai 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama masainkubasi diketemukan gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala,pusing-pusing dan tidak bersemangat.Kemudian menyusul gejala klinik yang biasa ditemukan yaitu 1) demam, 2) Gangguanpada saluran pencernaan, 3) Gangguan Kesadaran. a. Demam. Pada kasus – kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remitens dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu badan berangsur-angsur meningkat pada sore hari meningkat dan biasanya menurun pada pagi atau malam hari. Dalam minggu ke dua penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ke tiga suhu badan berangsur-angsur turun dan normal kembali pada minggu ke empat. b. Gangguan pada saluran pencernaan. Pada mulut terdapat bau nafas tidak sedap. Bibirkering dan pecah-pecah (rhagaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue),ujung dan tepi lidah kemerahan, jarang dosertai tremor. Pada abdomen ditemukankeadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar diserta nyeri padaperabaan. Defekasi biasanya konstipasi, mungkin normal dan kadang-kadang diare. c. Gangguan kesadaran. Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapamendalam, yaitu apatis sampai somnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.Disamping gejala diatas kadang-kadang ditemukan pada punggung atau anggota yaituroseola berupa bintik-bintik kemerahan karena embolus basil dalam kapiler kulit terutamadiketemukan pada minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukan bradikardia danmungkin didapatkan epistaksis. 3. Komplikasi Komplikasi yang terjadi yaitu a) pada usus (perdarahan usus, Perforasi usus, Peritonitis ) dan b) diluar usus (Meningitis, Bronchopneumonia, dll.
4. Pencegahan a. Cuci tangan dengan air hangat dan sabun setelah BAB/BAK. Sebelum makan ataupun sebelum menyediakan makanan. b. Cuci sayuran dan buah sebelum di makan. c. Sebelum dipakai cuci peralatan makan dan minum d. Pengolahan makanan sesuai dengan cara yang sehat e. Menggunakan air bersih yang sehat f. Jaga kebersihan diri dan lingkungan dengan mecegah perkembangbiakan vektor (tumpukan sampah, lantai kotor, wc terbuka dan kotor) 5. Terapi pada Typus Abdominalis Perawatan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Istirahat selama demam sampai 6 hari bebas panas. a. Tanpa Obat (Non Farmakologik) adalah memperbaiki gaya hidup dengan pengaturan makan (diet), olahraga teratur, istirahat cukup b. Farmakologik. Obat. Pilihan terbaik Chloramphenicol dengan dosis tinggi 100 mg/kg BB/hari (maksimum 2 gram perhari) diberikan 4 x sehari peroral atau intravena, kecuali penderita tidak cocok dapat diberikan obat lain. Bila terjadi komplikasi diberikan terapi yang sesuai. Misalnya Intravena fluid drip (IVFD). Diet untuk penderitaTypus Abdominalis: a. Berikan diet tinggi kalori tinggi protein. Upayakan peningkatan nafsu makan: Sajikan makanan semenarik mungkin. Porsi kecil sesuai kemampuan pasien b. Lakukan oral hygiene secara teratur, 2x/hari dan kumur-kumur sebelum dan sesudah makan c. Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral, bila nutrisi per oral sulit dicapai d. Timbang berat badan setiap 3 hari . e. Monitor pemeriksaan Hb. Dan Albumin Kebutuhan Aktifitas a. Bantu semua aktivitas klien di tempat tidur (Mandikan pasien s/d kebutuhan ganti pakaian setiap hari dan sewaktu-waktu jika kotor, buang air besar dan kecil dibantu ditempat tidur ,suapi pasien jika makan, miringkan pasien secara teratur setiap 3 jam, lakukan massage pada daerah yang tertekan dan beri minyak pelembab, lakukan latihan fisik pasif pada extremitas 2X/hari b. Kaji respon pasien setiap kali melakukan aktivitas,bila terjadi peningkatan suhu, batasi aktivitas c. Beri penghalang disisi tempat tidur, bila kesadaran menurun. Referensi : Almatsier S. 2004. Penuntun Diet. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Marilyn E. Doenges, et al, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan,Penerbit buku Kedokteran EGC,Jakarta.
(Lampiran) Materi Febris/DHF 1. Apakah penyakit Febris/DHFitu? DHF (Dengue Haemorhagic Fever) atau yang lazim disebut Demam Berdarah yaitu infeksi akut yang disebabkan oleh virus yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegepty betina yang dapat menggigit berkali-kali.Pengertian lain adalah infeksi akut yang ditandai dengan demam mendadak dan terjadi perdarahan baik di kulit maupun bagian tubuh yang lain. Masa inkubasinya adalah 3-13 hari, rata-rata 5-8 hari.DHF terutama menyerang anak, remaja dan dewasa dan seringkali menyebabkan kematian bagi penderita. 2. Penyebab DHF disebabkan oleh penularan virus yang dibawa oleh virus yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegepty betina. Ciri Nyamuk aedes aegepty:Warna hitam dengan belang-belang putih di seluruh badannya, Berbadan kecil, Biasanya menggigit pada siang hari dan sore hari, Hidup dan berkembang biak di dalam rumah (bak mandi,kaleng bekas,kolam ikan,ban bekas,pot tanaman air,tempat minuman burung), Senang hinggap pada pakaian yang bergantung,kelambu dan ditempat yang gelap dan lembab, Jentik nyamuk berperan aktif di dalam bak air, Posisi jentik nyamuk tegak lurus dengan permukaan air, Gerakan jentik nyamuk naik turun ke atas pemukaan air untuk bernafas, Kemampuan terbang kira-kira 100 meter 3. Tanda dan Gejala a. Demam. Terjadi pada hari ke 3-5, mendadak, artinya bila anak kelihatan sehat, mendadak menderita demam tinggi. b. Perdarahan spontan. Petekie merupakan perdarahan kulit spontan yang paling sering dijumpai, maka petekie yang dibuat dengan melalui tes torniket c. Hepatomegali. Separuh dari kasus DHF disertai hepatomegali yang semula tak teraba, tiba-tiba membengkak. Gejala lain yang mengikuti hepatomegali adalah nyeri perut di daerah ulu hati dan hipokondrium kanan. d. Demam menggigil. Pada stadium lanjut terjadi muntah darah dan mimisan. 4. Cara penularan Demam Berdarah Dengue a. Demam berdarah dengue hanya dapat ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypty betina,yang tersebar luas di rumah-rumah dan tempat-tempat umum (Sekolah,Pasar,Terminal,Warung dsb) b. Nyamuk ini mendapatkan virus dengue waktu menggigit/menghisap darah orang yang sakit DBD atau orang yang tidak sakit tetapi dalam darahnya terdapat Virus Dengue. c. Orang yang darahnya mengandung Virus Dengue tetapi tidak sakit dapat pergi kemana-mana dan menularkan virus itu kepada orang lain di tempat yang ada nyamuk Aedes Aegyptynya.
d.
Virus dengue yang terhisap nyamuk Aedes Aegypty akan berkembang biak dalam tubuh nyamuk. e. Bila nyamuk tersebut menggigit/menghisap darah orang lain,virus tersebut akan dipindahkan bersama air liur nyamuk ke orang tersebut. f. Orang yang digigit nyamuk Aedes Aegypty yang mengandung virus dengue gejala sakit/demam setelah 4-7 hari (masa inkubasi) g. Bila orang yang ditularkan tidak memiliki daya tahan tubuh yang baik,ia akan segera menderita DBD (demam berdarah dengue) 5. Cara Pencegahan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Kimia. Dengan cara pemberian abatisasi(abate), pengasapan dan fogging. b. Fisik. Dalam sekurang-kurangya seminggu sekali, maka cegahlah dengan cara 3 M plus : Menguras bak mandi, Menutup tempat penampungan air, Mengubur atau menyingkirkan benda- benda yang dapat digenangi air seperti ban bekas,kaleng bekas,vas bunga,penampungan air dsb. Menggunakan obat nyamuk sebelum tidur dan sebelum bepergian, Mengganti air vas bunga, tempatminumburungatautempatlainnya yang sejenisseminggusekali.Memperbaikisalurandantalang air yang tidaklancar / rusak, Menutuplubangpadapotonganbambu / pohondengantanah, MenaburkanbubukLarvasida, Memeliharaikanpemakanjentik di kolam / bakpenampung air, Memasangkawatkasa, Menghindarikebiasaanmenggantungpakaiandalamkamar, Menggunakankelambu, Memakaiobat yang dapatmencegahgigitannyamuk. c. Biologi Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14) yaitu agen yang aktif mengendalikan nyamuk . 6. Terapi pada DHF: a. Tanpa Obat (Non Farmakologik) adalah memperbaiki gaya hidup dengan pengaturan makan (diet), olahraga teratur, istirahat cukup b. Farmakologik. Obat-obatan simptomatik bila benar-benar diperlukan, seperti parasetamol atau novalgin injeksi bila suhu > 38,5°C dan Metoklopramide bila terjadi muntah-muntah Diet penderita DHF: Secara umum, syarat diet penderita DBD adalah : a. Mudah cerna, porsi kecil, dan sering diberikan b. Energy dan protein cukup sesuai kemampuan pasien untuk menerimanya. Faktor stress tergantung ada tidaknya komplikasi 1,4-1,6. Rasio kalori berbanding nitrogen adalah 150:1. c. Lemak rendah yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan
d. Rendah serat terutama serat tidak larut air. Pemberian serat ditingkatkan secara bertahap. e. Cukup cairan dan vitamin, terutama vitamin C untuk meningkatkan faktor pembekuan. f. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara termis, mekanis maupun kimia (disesuaikan dengan daya terima perorangan) g. Makanan parenteral selalu diberikan pada fase akut, baik total, maupun suplemen. h. Bila terlihat tanda-tanda pendarahan saluran pencernaan penderita dipuasakan. Bahan makanan yang diperbolehkan 1. Beras dibubur atau ditim; kentang direbus atau dipure; makaroni, mi, soun, misoa direbus; tepung-tepungan dibuat bubur atau pudding; roti dipanggang; biskuit. 2. Daging, ikan, ayam, unggas tidak berlemak digiling lalu direbus atau dikukus; ommelette, boiled egg, poached egg, atau scrambled egg; susu dalam bentuk lowfat. 3. Tempe dan tahu direbus, dikukus, ditumis; kacang hijau direbus dan dihaluskan; susu kedelai. 4. Sayuran tidak banyak serat dan gas, dimasak seperti bayam, bit, labu siam, labu kuning, dan labu air; tomat direbus atau ditumis. 5. Buah segar : pisang, papaya, alpukat, jeruk, manis; buah lain disetup dengan menghilangkan kulit dan biji seperti nenas dan jambu biji, apel; buah-buahan dalam kaleng. 6. Mentega, margarin, minyak goreng untuk menumis; santan encer. 7. Bumbu-bumbu dalam jumlah terbatas : bumbu dapur, pala, kayu manis, asam, gula, garam, salam, lengkuas 8. Sirop, teh encer, kopi encer, jus sayuran dan jus buah, coklat, dan susu. Bahan makanan yang dibatasi 1. Beras ketan, beras merah, roti whole wheat, ubi, singkong, talas, cantel, jagung, bulgur. 2. Daging, ikan, ayam, unggas berlemak dan berurat banyak; diawetkan berupa dendeng; digoreng. 3. Tempe dan tahu digoreng; kacang tanah, kacang merah, kacang tolo, 4. Sayuran mentah; sayuran banyak serat dan gas. 5. Buah-buahan yang banyak serat dan mennimbulkan gas; buah kering. 6. Lemak hewan dan santan kental. 7. Cabe, merica, dan bumbu-bumbu lain yang merangsang. 8. Minuman yang mengandung alkohol, soda, dan es krim.
Referensi: Almatsier S. 2004. Penuntun Diet. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Brunner & Suddarth (2002), Keperawatan Medikal Bedah,volume 2, Jakarta; EGC2.Buku Ajar Penyakit Dalam. (1995). Jilid I. Edisi ke 3. Jakarta : FK UIEffendi, 1995, Perawatan Pasien DHF, Jakarta : EGC.
WASPADA DEMAM BERDARAH (DBD)
Oleh : YENNI M.SINAGA NIM : 10.02.206
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN