APLIKASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DENGAN TEKNIK IRIGASI BERSELANG (NGENYATIN) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI PADA SISTEM IRIGASI SUBAK Sumiyati1, Wayan Windia2, I Wayan Tika1 dan Ni Nyoman Sulastri1 1
Agricultural Engineering Departement, Faculty of Agricultural Technology, Udayana University, e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] 2 Agribusiness Departement, Faculty of Agricultural, Udayana University, e-mail:
[email protected]
ABSTRACT
The demand of globalization and international consumers are headed to ecological paddy cultivation techniques, water-saving and environmentally friendly. A common technique in subak system, which is a subak’s local wisdom, to manage irrigation water in subak system for rice cultivation is intermittent irrigation (ngenyatin). In addition, subak as a world cultural heritage should be empowered to maintain its sustainability. Therefore, it is essential to heed indigenous knowledge in order to boost rice productivity. Therefore, it is essential to combine SRI method with subak system local knowledge in rice cultivation, i.e. Ngenyatin. The purpose of this study was to determine the effect of Ngenyatin technique and SRI method on rice productivity in subak system. This study was conducted on rice paddy field in Subak Sigaran, Tabanan Regency, Bali Province. Productivity parameters indicated the accretion of total tillers, the length of panicle, total grains per panicle, and productivity in SRI method as well as the combination method of SRI and Ngenyatin. Key words: Rice, SRI, Productivity, Intermittent Irrigation (Ngenyatin)
362
1. PENDAHULUAN Tuntutan globalisasi dan konsumen internasional menuju pada teknik budidaya padi ekologis, ramah lingkungan dan hemat air. Salah satu teknik yang digunakan dalam pengelolaan air irigasi pada pembudidayaan tanaman padi yang merupakan kearifan lokal pada sistem subak adalah teknik irigasi berselang (ngenyatin). Sementara itu, subak sebagai salah satu warisan budaya dunia (world cultural heritage) perlu diberdayakan untuk menjaga keberlanjutannya. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan produktivitas pada sistem subak dengan memperhatikan kearifan lokal, yaitu dengan mengaplikasikan metode System of Rice Intensification (SRI), untuk meningkatkan produktivitas pada budidaya padi yang dikombinasi dengan sistem irigasi ngenyatin. Masyarakat Bali mengelola irigasi lahan pertaniannya melalui organisasi subak. Dalam Peraturan Daerah Propinsi Bali No. 02/PD/DPRD/1972, dirumuskan bahwa subak adalah masyarakat hukum adat yang bersifat sosio agraris religius, yang secara historis didirikan sejak dahulu kala dan berkembang terus sebagai organisasi pengusahaan tanah dalam bidang pengaturan air di dalam suatu daerah. Di samping itu, tuntutan globalisasi dan konsumen internasional menuju budidaya padi ekologis, ramah lingkungan dan hemat air. Salah satu teknik yang digunakan dalam pengelolaan air irigasi pada pembudidayaan tanaman padi pada subak adalah teknik (ngenyatin) yang berasal dari bahasa Bali. Ngenyatin merupakan proses pengeringan air dari lahan sawah yang dilakukan oleh petani subak untuk beberapa saat pada saat-saat tertentu atau biasa disebut sebagai teknik irigasi berselang. Pada lahan sawah, proses irigasi berselang (ngenyatin) dilakukan dengan cara menutup saluran air irigasi yang masuk (inlet) dan membuka saluran air pembuangan (drainase), sehingga lahan akan kering dengan sendirinya. Teknik irigasi berselang (ngenyatin) biasanya dilakukan pada saat penanaman, pemupukan dan pada saat pengendalian hama dan gulma, karena pada saat-saat tersebut lahan sawah harus dalam keadaan kering (sangat sedikit digenangi air). Menurut Sudjarwadi (1987), nilai kebutuhan tanaman padi secara teknis ditetapkan sebesar 1,1 lt/dt/ha. Dengan adanya proses irigasi berselang (ngenyatin) tersebut, secara tidak langsung air yang dibutuhkan tanaman padi tidak tetap sebesar 1,1 lt/dt/ha. Sementara itu, pada metode SRI menggunakan air sampai keadaan tanahnya sedikit terlihat basah oleh air (macak-macak) dan tidak adanya penggunaan pupuk sintetis karena SRI menggunakan kompos. Sangat berbeda dengan metode konvensional yang menggunakan air sampai pada tahap tanahnya menjadi tergenang oleh air serta pemupukan minimal dua kali dalam satu periode tanam. Model pertanian SRI dapat dijadikan salah satu pilihan model untuk dibangun dan dikembangkan, karena penggunaan air yang hemat merupakan salah satu langkah dalam mengantisipasi krisis air, di mana dilakukan pengaturan air, yaitu: tanah dijaga terairi dengan baik (lembab), tetapi tidak terus menerus direndam. Namun demikian, dalam kondisi lahan macak-macak, terdapat beberapa kendala dalam budidaya padi SRI. Kendala tersebut berupa gulma yang tumbuh subur dan serangan hama tikus yang meningkat. Dengan aplikasi teknik irigasi berselang (ngenyatin) diharapkan kendala-kendala dalam budidaya padi SRI tersebut dapat ditekan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik irigasi berselang (ngenyatin) dengan sistem SRI pada sistem subak terhadap produktivitas tanaman.
363
2. METODE Penelitian dilakukan pada lahan Subak Sigaran, di Kabupaten Tabanan. dengan demplot terdiri atas : Ko (Kontrol, perlakuan budidaya sesuai dengan kebiasaan petani setempat); K1 (Legowo 6:1 dengan perlakuan budidaya sesuai dengan kebiasaan petani setempat); K2 (Kombinasi metode SRI dengan teknik irigasi berselang (ngenyatin)); K3 (SRI, metode budidaya padi sesuai dengan SRI); dan K4 (Kombinasi metode SRI dengan teknik jajar legowo). Parameter penelitian meliputi: intensitas sinar matahari, jumlah batang per rumpun, panjang malai, jumlah butir gabah per malai, dan produktivitas.
a. Intensitas sinar matahari Intensitas sinar matahari diukur menggunakan light meter pada masing-masing perlakukan. b. Jumlah batang per rumpun Penghitungan jumlah batang per rumpun dilakukan secara manual. c. Panjang malai Pengukuran panjang malai dilakukan menggunakan penggaris. Pengukuran dimulai dari pangkal malai sampai ujung malai. d. Jumlah butir gabah per malai Penghitungan jumlah gabah dilakukan secara manual, dengan cara memisahkan gabah dari malai. e. Produksi Pengukuran produksi per plot untuk tiap perlakuan dilakukan langsung setelah pemanenan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Intensitas Penyinaran Intensitas penyinaran pada perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1. Intensitas Penyinaran (lux)
40 35 30 25
Kontrol
20 15
Legowo
10
SRI SRI-Legowo
5 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14
Minggu ke-
Gambar 1. Intensitas penyinaran pada perlakuan penelitian Pada Gambar 1. diketahui bahwa perlakuan SRI-Legowo memperoleh sinar matahari lebih banyak dibanding dengan perlakuan yang lain. Hal ini akan berpengaruh pada proses fotosintesis yang dalam prosesnya memerlukan sinar matahari sebagai sumber energi.
364
Intensitas penyinaran matahari yang diterima cenderung menurun seiring dengan peningkatan umur tanaman karena terjadi peningkatan pertumbuhan kanopi tanaman. b. Jumlah batang per rumpun
Jumlah batang per rumpun
Jumlah batang per rumpun pada perlakuan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. 46
50 40
42 35
42
38
30 20 10 0 Kontrol
Legowo
SRI Ngenyatin
SRI
SRI-Legowo Legowo
Perlakuan
Gambar 2. Jumlah batang per rumpun pada perlakuan penelitian Perkembangan jumlah batang per rumpun menunjukkan bahwa pada perlakuan SRI mengalami peningkatan jumlah batang per rumpun dibanding dengan kontrol, dan pada perlakuan SRI-Legowo Legowo diperoleh jumlah batang per rumpun paling banyak. Jumlah batang per rumpun pa pada perlakuan SRI-Legowo Legowo paling banyak karena terdapat ruang lebih di antara tanaman untuk pengembangan anakan (fase vegetattif). c. Panjang malai Panjang malai pada perlakuan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. 22,9 23
22,2
Panjang malai (cm)
22 21,4
21,3 21
19
17 Kontrol
Legowo
SRI Ngenyatin
SRI
SRI-Legowo Legowo
Perlakuan
Gambar 3. Panjang malai pada perlakuan an penelitian
365
Panjang malai pada perlakuan penelitian (Gambar 3) menunjukkan bahwa pada perlakuan SRI mengalami peningkatan panjang malai dibanding dengan kontrol, dan pada perlakuan SRI-Legowo Legowo diperoleh panjang malai paling panjang. Panjang malai paling panjang pada perlakuan SRI SRI-Legowo Legowo karena terdapat ruang lebih dibanding dengan perlakuan yang lain, sehingga menerima intensitas penyinaran lebih banyak dan dapat meningkatkan metabolisme tanaman. Dengan meningkatnya metabolisme tanaman, dapat meningkatka meningkatkan panjang malai. d. Jumlah butir gabah per malai
Jumlah butir per malai
Jumlah butir gabah per malai pada perlakuan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4. 137 140
130 126
130
133 127
120 110 100 Kontrol
Legowo
SRI Ngenyatin
SRI
SRI-Legowo Legowo
Perlakuan
Gambar 4. Jumlah butir gabah per malai pada perlakuan penelitian Jumlah butir gabah per malai pada perlakuan penelitian (Gambar 4) menunjukkan bahwa pada perlakuan SRI mengalami peningkatan jumlah butir gabah per malai dibanding dengan kontrol, dan pada perlakuan SRI SRI-Legowo Legowo diperoleh jumlah butir gabah per malai paling banyak. Jumlah butir gabah per er malai paling banyak pada perlakuan SRI-Legowo Legowo karena terdapat ruang lebih dibanding dengan perlakuan yang lain, sehingga menerima intensitas penyinaran lebih banyak dan dapat meningkatkan metabolisme tanaman. Dengan meningkatnya metabolisme tanaman, dap dapat meningkatkan Jumlah butir gabah per malai. malai e. Produktivitas
Prosentase peningkatan produksi (%)
Peningkatan produktivitas pada perlakuan penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.
44,90 50 40 30 20 10 0
35,71 18,37
SRI SRI-Ngenyatin
SRI
SRI-Legowo
Perlakuan
Gambar 5. Prosentase peningkatan produksi pada perlakuan penelitian terhadap kontrol 366
Pada Gambar 5 diketahui bahwa perlakuan SRI dapat meningkatkan produktivitas, dan pada perlakuan kombinasi SRI-Legowo menghasilkan produksi paling tinggi. 4. KESIMPULAN Parameter produktivitas menunjukkan peningkatan jumlah batang per rumpun, panjang malai, jumlah butir gabah per malai, dan produktivitas pada perlakuan SRI serta kombinasi SRI dan ngenyatin. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Budidaya Padi. http://www.warintekjogja.com/warintek/warintekjogja/warintek_v3/datadigital/bk/ padi%20bantul.pdf. Di download tanggal 17 Februari 2012. Anonim. 2009. Mengenal SRI (System of Rice Intensification). http://sukatanibanguntani.blogspot.com/2009/12/mengenal-sri-system-of-rice.html. Di download tanggal 10 Februari 2012. Allen, R.G., L.S. Pereira, D. Raes, dan M. Smith. 1998. Crop Evapotranspiration. FAO of United Nations. Rome Italy. Anugrah, I.S., Sumedi, dan I Putu Wardana. 2008. Gagasan dan Implementasi SRI dalam Kegiatan Budidaya Padi Ekologis. http://tatiek.lecture.ub.ac.id/files/2009/08/sri2.pdf. Di download tanggal 10 Februari 2012. Doorenbos, J., A.H. Kassam., and C.L.M. Bentveelsen. 1986. Yield Response to Water. FAO. Rome. Hansen, V.E., Orson, W.I., dan Glen, E.S. 1992. Dasar–Dasar Praktek Irigasi. Penerbit Erlangga. Jakarta. Loebis, J. 1992. Bangunan Air. Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta Munawir, M., 1987. Perhitungan Pemberian Air Irigasi pada Padi Sawah Manajemen Pertanian. Departemen Pertanian No.3 Tahun ke XXVI. Levine, Gilbert, 1980. Hardware and Software: Persfektive on the Mixs for Irigation Management. In Rice Research Institute. Los banos laguna, Filipines. Soemarto, C.D. 1987. Hidrologi Teknik Usaha Nasional. Surabaya. Sudarsana, D., Santoso, N., Wedana, R., dan Swara, M. 1984. Irigasi. Fakultas Pertanian Udayana. Denpasar. Subiakto, S. 1991. Pengendalian Serangga Hama Penyakit dan Gulma Padi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Sudjarwadi, 1987. Dasar-Dasar Teknik Irigasi. Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil. Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Wicham, T. 1974. Tropical Lowland Rice : Some Findings Regading It’s Water Requirement and Yield Loss Due to Drught. National Teaching Seminar on Water. Directorate of Water Resources Development. Jakarta. Indonesia.
367