Stimulasi pertumbuhan bakteri asam laktat dalam medium yang disuplemen tepung rebung Nyoman Semadi Antara*1, Dylla Hanggaeni Dyah Puspaningrum2, Ida Bagus Wayan Gunam1 1 Laboratorium Bioindustri dan Lingkungan, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran – BALI, Indonesia. 2 Mahasiswa S2 PS. Teknologi Pangan, Program Pasca Sarjana, Universitas Udayana. *
[email protected] Abstrak Bambu tabah (Gigantochloa nigrociliata BUSE-KURZ) yang merupakan jenis bamboo local menghasilkan rebung yang umumnya dikonsumsi sebagai sumber nutrisi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi rebung bamboo tabah menstimulasi pertumbuhan bakteri asam laktat (BAL). Dalam percobaan yang dilakukan, rebung diolah menjadi tepung rebung dengan ukuran 60 mesh. Secara terpisah, bagian ujung, tengah, dan pangkal rebung diolah menjadi tepung rebung. Setiap jenis tepung disuplementasikan ke dalam media GYPm (GYP tanpa glukosa) pada konsentrasi 2% yang selanjutnya media tersebut digunakan untuk menumbuhkan BAL yang dicobakan. Dengan uji in vitro ini, tepung rebung yang diproses dari semua bagian rebung dapat menstimulasi pertumbuhan semua BAL yang diuji (Lactobacillus acidophilus, Lb. brevis, Lb. casei subsp. rhamnosus, and Bifidobacterium bifidum). Bagian rebung bagian ujung dan tengah menstimulasi pertumbuhan Lb. casei subsp. rhamnosus lebih baik dibandingkan dengan tepung rebung yang berasal dari bagian pangkal rebung. Pertumbuhan bakteri tersebut di dalam medium yang disuplementasi tepung rebung juga lebih baik dibandingkan dengan bakteri lain yang diuji. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi bahwa tepung rebung dari bamboo tabah berpotensi untuk dikembangkan sebagai prebiotik. [Key words]: tepung rebung, stimulasi pertumbuhan, bakteri asam laktat, bambu tabah, prebiotik.
Stimulation growth of lactic acid bacteria in medium supplemented bamboo shoot powder Nyoman Semadi Antara*1, Dylla Hanggaeni Dyah Puspaningrum2, Ida Bagus Wayan Gunam1 1 Laboratory of Bioindustry and Environment, Department of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology, Udayana University, Kampus Bukit Jimbaran – BALI, Indonesia. 2 Master Student of PS. Food Technology, Post-Graduate Program, Udayana University. *
[email protected] Abstract Tabah bamboo (Gigantochloa nigrociliata BUSE-KURZ) that is one of the local varieties of bamboo produces shoot which commonly consumed as a source of nutrition. The study was conducted to determine the potential of tabah bamboo shoots to stimulate the growth of lactic acid bacteria (LAB). In this experiment, the shoot was prepared as shoot powder which size of 60 mesh. Separately, three parts of the bamboo shoot were processed into powder, namely tip, middle, and bottom part. Each powder in a concentration of 2% was supplemented in GYPm (GYP without glucose), which this medium was used to grow the experimented LAB. By this in vitro test, the bamboo shoot powder processed from all part of shoot could stimulate the growth of all tested LAB (Lactobacillus acidophilus, Lb. brevis, Lb. casei subsp. rhamnosus, and Bifidobacterium bifidum). The middle and tip parts of bamboo shoot stimulated the growth of Lb. casei subsp. rhamnosus better than bottom part of bamboo shoot. Growth of the bacteria was better than others bacteria in medium supplemented bamboo shoot powder. This result could be the relevant information that shoot powder of tabah bamboo is potential to develop as prebiotic. [Key words]: bamboo shoot powder, growth stimulation, lactic acid bacteria, tabah bamboo, prebiotic.
PENDAHULUAN Rebung merupakan tunas muda dari tanaman bambu, rebung digemari karena memiliki rasa yang enak, gurih, kaya nutrisi (Shi dan Yang 1992 dalam Nirmala et al., 2007). Pada rebung terkandung 8% serat larut dan 92% serat tidak larut (Azmi et al., 2012). Kandungan serat pada rebung segar berbeda pada setiap bagiannya. Bagian atas kandungan seratnya lebih kecil dibandingkan pada bagian bawah yaitu pada bagian atas 0,42%, bagian tengah
0,89% dan bagian bawah 1,25% (Kurosawa, 1969 dalam
Salahuddin, 2004). Rebung bambu tabah (Gigantochloa nigrociliata Kurz) merupakan salah satu varietas rebung bambu lokal yang biasa dikonsumsi dan digemari masyarakat (Putra, 2009). Rebung bambu tabah memiliki protein (2,29%), karbohidrat (1,53%), lemak (0,22%), serat kasar (3,14%),vitamin C (4,65mg) Shi dan Yang (1992) dalam Kencana (2009). Rebung bambu tabah berpotensi diolah menjadi berbagai macam olahan pangan dan tepung. Pengolahan rebung bambu tabah menjadi tepung diharapkan dapat mempermudah masyarakat dalam pengaplikasiannya sebagai bahan substitusi berbagai produk pangan. Tepung rebung dapat berfungsi sebagai prebiotik dan sumber serat pangan atau dapat dikembangkan produk lain. Prebiotik merupakan bahan pangan yang tidak dapat dicerna namun memiliki efek menguntungkan inangnya melalui stimulasi secara selektif terhadap pertumbuhan dan/atau aktivitas satu atau sejumlah terbatas bakteri di dalam kolon, sehingga meningkatkan kesehatan inangnya (Manning dan Gibson, 2004). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kemampuan tepung rebung bambu tabah dari tiap bagian yang berbeda (atas, tengah dan bawah) menstimulasi pertumbuhan BAL. Penelitian dilakukan secara in vitro yang mencoba emapat spesies BAL, yaitu Lactobacillus acidophilus, Lb. brevis, Lb. casei subsp. rhamnosus, and Bifidobacterium
bifidum. Hasil penelitian diharapkan dapat mengkonfirmasi fungsi tepung rebung bamboo tabah sebagai prebiotik. MATERI DAN METODE Rebung Bambu Tabah dan Bakteri Uji Bahan utama yang digunakan adalah rebung bambu tabah yang diperoleh dari Kelompok Tani Wanita Tunas Bambu di Desa Padangan, Kecamatan Pupuan, Tabanan, Bali. Rebung yang digunakan dengan kriteria yaitu warna kulit rebung sebelum dikupas kuning cerah, panjang 15-20 cm, rebung setelah dikupas dan diperoleh bagian yang dapat dimakan yang berwarna putih cerah kemudian dipotong menjadi tiga bagian (ujung, tengah dan pangkal). Kultur bakteri asam laktat (BAL) yang digunakan adalah Lactobacillus acidophilus, L. casei subsp. rhamnosus, L. brevis, dan Bifidobacterium bifidum diperoleh dari PAU Universitas Gadjah Mada. Media Pertumbuhan Bahan untuk penyegaran isolat, perhitungan bakteri dan pembuatan suspensi bakteri meliputi; media MRS Broth dan MRS Agar, MRSB modifikasi (MRSB-m), glukosa (MerckTM), anaerobic gas generating kit (Oxoid), gliserol (Pronadisa), NaCl (Merck), alkohol 70% (Brataco chemika), Aquadest dan spiritus. Pembuatan Tepung Rebung Bambu Rebung bambu yang sudah dipanen, dibersihkan dengan melakukan pengupasan dan pencucian menggunakan air mengalir. Setelah diperoleh bagian tengah dari rebung yang putih dan bersih, dilanjutkan dengan pembagian rebung bambu tabah menjadi tiga bagian (bagian ujung, tengah dan pangkal), kemudian dilakukan pengirisan tipis-tipis ± 0,1 cm, rebung dikukus (steam blanching) sekitar 5-10 menit. Setelah itu rebung dikeringkan dengan oven pada suhu ± 50oC selama 12 jam. Selama belum digunakan, irisan rebung bambu kering dikemas secara vakum dengan menggunakan vacum packer. Irisan rebung bambu kering selanjutnya digiling
sampai lembut, kemudian dilakukan pengayakan dengan menggunkan ukuran pengayakan 60 mesh dan diperoleh tepung rebung bambu tabah. Penyiapan Kultur Bakteri Penyegaran Kultur Bakteri Asam Laktat. Media yang digunakan untuk penyegaran kultur Bakteri Asam Laktat (BAL) adalah MRS Broth (MRSB). Kultur BAL masingmasing diambil sebanyak 1 ose, kemudian ditanamkan pada media MRSB 5 ml dalam tabung reaksi. Media diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC dalam inkubator, untuk Bifidobacterium bifidum penanganannya sedikit berbeda karena bakteri ini hidup secara anaerobik (tanpa udara), maka inkubasi dilakukan dalam anaerobic jar dengan anaerobgen pada inkubator. Hasil positif ditunjukkan oleh timbulnya kekeruhan pada tabung. Selanjutnya dilakukan uji konfirmasi untuk memastikan bahwa isolat tidak mengalami perubahan, uji ini diantarnya uji gas, katalase, pengecetan gram dan morfologi. Bila tidak terjadi perubahan maka hasil positif ini (kultur) dipergunakan untuk tahap pengujian selanjutnya. Pembuatan Stok Kultur. Satu ml gliserol 30% ditempatkan dalam botol stok ditambahkan 1 ml kultur yang telah diinkubasi. Stok disimpan dalam freezer bersuhu -20oC sampai akan digunakan. Penyegaran Kultur. Kultur yang akan ditumbuhkan pada media MRSB 5 ml disiapkan pada masing-masing tabung reaksi, sebanyak 0,05 ml atau 50 µl isolat ditanamkan pada media MRSB. Setelah ditanam diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC dalam inkubator, untuk Bifidobacterium bifidum penanganannya sedikit berbeda karena bakteri ini hidup secara anaerobik (tanpa udara), maka inkubasi dilakukan dalam anaerobic jar dengan anaerobgen pada inkubator. Isolat ini yang akan ditanamkan pada MRSB modifikasi (MRSB-m) tepung rebung bambu tabah.
Penyiapan Media Pengujian. Media MRSB modifikasi (MRSB-m) dibuat dengan formulasi (g/100 ml): pepton protease 1 g, Meat extract 0,8 g, Yeast extract 0,5 g, K2HPO4.3H2O (Di-pottasium hydrogen phosphate) 0,2 g, Tween 80 0,1 g, Sodium acetate 0,5 g, Ammonium citrate 0,2 g, Magnesium sulphate (MgSO4.7H2O) 0,02 g, Manganese sulphate (MnSO4.4H2O) 0,005 g dan tepung rebung tabah 2 g. Bahan-bahan tersebut dicampur dalam Erlenmeyer (kecuali mineral yaitu K2HPO4.3H2O, MgSO4.7H2O, MnSO4.4H2O) dan diaduk menggunakan magnetic stirrer hingga larut. Selanjutnya pH media diatur dengan menggunakan HCl dan NaOH hingga mencapai 6,4-6,6 dan sterilisasi menggunkan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. Mineral dibuat terpisah, dimasukkan pada erlenmeyer dan diaduk menggunakan magnetic stirrer hingga larut. Selanjutnya mineral disteril terpisah. Penambahan mineral dilakukan pada saat uji pertumbuhan media MRSB-m akan dimulai. Mineral yang ditambahkan sebanyak 0,01 ml kedalam tabung berisi 5 ml media. Pengujian Potensi Prebiotik Tepung Rebung Bambu Tabah Tepung rebung bambu tabah (bagian atas, tengah dan bawah) diuji efektifitasnya dalam menstimulasi pertumbuhan BAL. Bakteri Asam Laktat yang digunakan adalah Lactobacillus acidopilus, L. casei subsp. rhamnosus, L. brevis, dan Bifidobacterium bifidum. Media yang digunakan sebagai media pertumbuhan adalah MRSB-m dimana komponen gulanya diganti dengan tepung rebung bambu tabah. Kontrol yang digunakan adalah MRSB yang tanpa komponen gula sedangkan standar gula yang digunakan adalah glukosa. Penambahan mineral sebanyak 0,01 ml kedalam tabung berisi 5 ml media dilakukan sebelum melakukan penanaman kultur, kemudian divortex, lalu 0.1 ml atau 100µl kultur ditumbuhkan ke dalam MRSB-m kemudian tabung divorteks dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC dalam inkubator.
Perhitungan Jumlah Bakteri Asam Laktat Perhitungan jumlah BAL menurut AOAC, 1999. Suspensi sampel dalam larutan fisiologis NaCl 0,85% (pengenceran 10-1) dipipet sebanyak 0,1 ml dan dimasukkan ke dalam 0,9 ml larutan fisiologis NaCl 0,85% sehingga diperoleh pengenceran 10-2, kemudian dengan cara yang sama dibuat pengenceran 10-3, 10-4 dan seterusnya sampai tingkat pengenceran 10-8 (diharapkan hasil plating didapat antara 25-250 koloni). Perhitungan jumlah BAL dilakukan dengan metode sebar. Cawan petri yang berisi MRSA steril ditumbuhkan 0,1 ml atau100µl suspensi sampel dari tingkat pengenceran 10-6, 10-7 dan 10-8, disebar dengan batang bengkok sampai merata dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Koloni yang tumbuh dihitung sebagai jumlah BAL. Analisis Data Percobaan dirancang dengan rancangan acak kelompok (RAK) sederhana dengan perlakuan bagian rebung (bagian ujung, tengah, dan pangkal). Percobaan dilakukan dalam 6 kelompok. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam. Jika hasil analisa terdapat pengaruh yang bermakna (taraf 5%) maka analisis dilanjutkan dengan uji beda rerata antar perlakuan dengan uji perbandingan berganda dengan Duncan. Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan gambar. HASIL Pengujian tepung rebung bambu tabah dalam menstimulasi pertumbuhan Bakteri Asam Laktat (Bifidobacterium bifidum, Lactobacillus acidopilus, L. brevis, dan L. casei) dilakukan pada media MRSB modifikasi (MRSB-m) berbasis MRSB yang komponen gulanya diganti dengan tepung rebung bambu tabah. Hasil pengujian keempat BAL menunjukkan bahwa Bifidobacterium bifidum, L. acidopilus, L. brevis, dan L. casei dapat menggunakan tepung bambu tabah sebagai media pertumbuhannya.
Lactobacillus acidophilus menunjukkan pertumbuhan yang baik pada MRSB-m dari masing-masing bagian tepung rebung. Jumlah pertumbuhan pada MRSB-m dari bagian ujung yaitu 2,8 x 1010 CFU/g , pada bagian tengah 2,6 1010 CFU/g dan pada pangkal yaitu 2,5 x 1010 CFU/g, sedangkan pada media kontrol 1,7 x 106 CFU/g (MRSB tanpa gula) dan 6,0 x 1010 CFU/g (MRSB) (Gambar 5.5 dan data analisis pada Lampiran 12). Lactobacillus brevis mampu tumbuh pada MRSB-m dari masing-masing bagian tepung rebung, pada MRSB-m dari bagian tengah memiliki pertumbuhan tertinggi yaitu 5,5 x 1010 CFU/g. Pertumbuhan pada MRSB-m tidak berbeda nyata pada bagian ujung dan bagian pangkal yaitu 2,8 x 1010 CFU/g (bagian ujung) dan 2,8 x 1010 CFU/g (bagian pangkal). Pada media kontrol 1,9 x 106 CFU/g (MRSB tanpa gula) dan 5,5 x 1010 CFU/g (MRSB).
Gambar 1. Grafik Jumlah Petumbuhan BAL (cfu/g) pada MRSB-m Tepung Rebung Bambu Tabah dari Bagian yang Berbeda (Bagian Ujung, Tengah dan Pangkal) Pertumbuhan Lactobacillus casei Rhamnosus pada MRSB-m tidak berbeda nyata pada bagian ujung dan bagian tengah yaitu 5,4 x 1010 CFU/g (bagian ujung) dan 5,8 x 1010
CFU/g (bagian tengah). Pertumbuhan pada MRSB-m bagian pangkal lebih rendah dari dua bagian yang lainnya yaitu 3,1 x 1010 CFU/g. Pada media kontrol 2,9 x 106 CFU/g (MRSB tanpa gula) dan 2,3 x 1010 CFU/g (MRSB). Bifidobacterium Bifidum menunjukkan pertumbuhan yang baik pada MRSB-m tidak berbeda nyata pada bagian tengah dan bagian pangkal yaitu 3,6 x 1010 CFU/g (bagian tengah) dan 3,6 x 1010 CFU/g (bagian pangkal). Pertumbuhan pada MRSB-m bagian ujung lebih rendah dari dua bagian yang lainnya yaitu 2,6 x 1010 CFU/g. Pada media kontrol 2,2 x 106 CFU/g (MRSB tanpa gula) dan 2,8 x 1010 CFU/g (MRSB). PEMBAHASAN Bakteri Asam Laktat (BAL) yang digunakan dalam pengujian ini adalah Lactobacillus acidophilus, L. brevis, L. casei Rhamnosus dan Bifidobacterium bifidum. Hasil uji pertumbuhan BAL pada media yang mengandung oligosakarida dari tepung rebung bambu tabah dan media kontrol (MRSB tanpa gula). Media yang digunakan untuk uji pertumbuhan adalah media modifikasi (MRSB-m) dimana media komersial (MRSB) komponen glukosanya digantikan dengan tepung rebung bambu tabah, dapat dilihat bahwa keempat BAL yang digunakan dapat memanfaatkan tepung rebung bambu tabah sebagai sumber gula untuk pertumbuhannya. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa pertumbuhan genus Lactobacillus lebih tinggi terjadi pada MRSB-m bagian ujung dan tengah, hal ini disebabkan Lactobacillus lebih mudah menggunakan gula-gula sederhana dibandingkan oligosakarida untuk mendukung pertumbuhannya. Tepung rebung bambu tabah mengandung glukosa, fruktosa, sukrosa dan rafinosa. Kandungan sukrosa lebih tinggi pada bagian atas dan tengah bila dibandingkan dengan kandungan glukosa dan fruktosa yang sedikit meskipun demikian masih memiliki peran sebagai sumber energi untuk pertumbuhan. Keberadaan
gula-gula tersebut menyebabkan BAL dapat tumbuh dengan baik, yang ditandai dengan bertambahnya populasi bakteri selama masa inkubasi 24 jam. Dwiari (2008) dalam penelitiannya menyatakan pada pengujian secara invitro, adanya kandungan gula-gula sederhana (glukosa, fruktosa dan sukrosa) yang terdapat dalam ekstrak ubi garut mudah digunakan sebagai sumber energi oleh Lactobacillus casei Rhamnosus dibandingkan dengan oligosakarida, sementara itu pada pengujian in vivo, gula sederhana diserap oleh usus halus dan yang tersedia sebagai substrat BAL adalah oligosakarida, dengan hanya tersedia oligosakarida maka BAL akan menggunakan oligosakarida tersebut sebagai sumber energi bagi pertumbuhannya. Rafinosa tidak diserap oleh usus halus dan masuk ke dalam usus besar. Dalam usus besar oligosakarida tersebut dimetabolisme oleh BAL untuk berkolonisasi (Manning et al., 2004). Pertumbuhan genus Bifidobacterium bifidum lebih tinggi terjadi pada MRSB-m bagian tengah dan pangkal, hal ini disebabkan pada media tersebut mengandung beberapa komponen gula-gula sederhana (glukosa, dan fruktosa) dan juga mengandung oligosakarida seperti sukrosa dan rafinosa. B. bifidum mampu menggunakan oligosakarida untuk mendukung pertumbuhannya. Pada penelitian Daud (2010), pada media uji yang mengandung gula oligosakarida (sukrosa, stakhiosa dan rafinosa) hasil purifikasi dari ekstrak tepung buah rumbia pertumbuhan koloni bifidobacterium bifidium pada masa inkubasi 24 jam yaitu 8,5 log CFU/ml (3,3 x 108 CFU/ml) dan pertumbuhan koloni Lactobacillus casei Rhamnosus yaitu 9,2 log CFU/ml (1,5 x 109 CFU/ml). Pertumbuhan koloni dari keempat BAL pada media yang mengandung tepung rebung bambu tabah secara keseluruhan menunjukkan hasil pertumbuhan yang baik. Pertumbuhan bakteri asam laktat (BAL) pada media yang mengandung tepung rebung bambu tabah disebabkan karena pada media tersebut selain mengandung monosakarida
(glukosa dan fruktosa) juga mengandung komponen oligosakarida seperti sukrosa dan rafinosa. Hal ini mengindikasikan bahwa tepung rebung bambu tabah dapat digunakan sebagai prebiotik berupa oligosakarida dari keluarga sukrosa dan rafinosa. Oligosakarida adalah karbohidrat sederhana berantai pendek dengan struktur kimia yang unik, senyawa ini tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan, sifatnya menyerupai serat pangan, sehingga tidak bias diserap dalam usus kecil, yang pada gilirannya akan masuk ke usus besar. Selanjutnya akan difermentasi oleh bakteri-bakteri yang menguntungkan di dalam usus besar (kolon), sehingga oligosakarida disebut sebagai prebiotik. Oligosakarida dapat berperan sebagai prebiotik karena tidak dapat dicerna, namun mampu menstimulir pertumbuhan bakteri asam laktat seperti Lactobacillus dan bifidobacteria di dalam saluran pencernaan (Weese, 2002). Hasil penelitian Krisnayudha (2007), Bifidobacterium bifidum, B. longum, Lactobacillus casei Rhamnosus, L. casei Shirota, Lactobacillus G1, Lactobacillus F1, Lactobacillus G3 dapat memanfaatkan ekstrak oligosakarida dari tepung ubi garut dengan baik sebagai sumber gula untuk pertumbuhannya, dari hasil identifikasi dekatahui bahwa ubi garut mengandung glukosa, fruktosa, sukrosa, rafinosa dan oligofruktosa. Tepung rebung bambu tabah diketahui mengandung serat pangan, glukosa, fruktosa, sukrosa, rafinosa, polisakarida (hemiselulosa, selulosa, pati), Komponen tersebut dapat difermentasi oleh mikroba uji yaitu Lactobacillus acidophilus, L. brevis, L. casei dan Bifidobacterium bifidum. Menurut Wells et al., (2008) energi yang diperoleh dari karbohidrat, termasuk polisakarida (pektin, hemiselulosa, selulosa, gum dan pati resisten), oligosakarida, alkohol yang tidak dapat diserap dan gula merupakan energi dan dibutuhkan dalam proses fermentasi. Pada tepung rebung bambu tabah memiliki komponen serat pangan yang larut relatif kecil berkisar 2,58 - 4,57% (bk), walaupun kecil serat pangan larut ini memiliki
kontribusi dalam menstimulasi pertumbuhan BAL. Ukuran partikel serat pangan dan tingkat kelarutan berpengaruh terhadap kemampuan serat pangan untuk difermentasi oleh bakteri. Serat pangan yang dapat larut dalam air dapat membentuk gel di dalam saluran pencernaan, sehingga dapat membantu proses fermentasi oleh mikroflora usus karena meningkatkan luas permukaan yang tersedia untuk dihidrolisa enzim (Manning dan Gibson, 2004). KESIMPULAN Kandungan karbohidrat sederhana yaitu monosakarida (glukosa dan fruktosa) dan oligosakarida (sukrosa dan rafinosa) dari tepung rebung bambu tabah berpotensi digunakan sebagai prebiotik karena mampu menstimulasi pertumbuhan Lactobacillus acidophilus, L. brevis, L. casei Rhamnosus paling tinggi pada bagian ujung dan tengah dan Bifidobacterium bifidum paling tinggi pada bagian pangkal. Pertumbuhan L. acidophilus berkisar 2,5 x 1010 – 2,8 x 1010 CFU/g, L. brevis 2,7 x 1010 – 5,5 x 1010 CFU/g, L. casei Rhamnosus 3,1 x 1010 – 5,8 x 1010 CFU/g dan Bifidobacterium bifidum 2,6 x 1010 – 3,7 x 1010 CFU/g. DAFTAR PUSTAKA Axelsson, L. 2004. Lactic Acid Bacteria : Classification and Physiology. Di dalam: Salminen S., Wright A dan Ouwehand A. (editors). Lactic Acid Bacteria Microbiological and Functional Aspects. Ed ke-3, Revised and Expanded. New York: Marcel Dekker, Inc. hlmn 1-66. Azmi A., Mustafa S., Hashim D., Manap Y.A. 2012. Prebiotic Activity of Polysaccharides Extracted from Gigantochloa Levis (Buluh beting) Shoots. Molecules 17: 16351651. Ballongue, J. 2004. Bifidobacteria and Probiotic Action. Di dalam: Salminen S., Wright A. dan Ouwehand A., (editors). Lactic Acid Bacteria Microbiological and Functional Aspects. Ed ke-3, Revised and Expanded. New York: Marcel Dekker, Inc. hlmn 67-124. Bender, D. A. 2002. Introduction To Nutrition and Metabolism 3 rd Edition. Taylor and Francis Group. London. New York. Dallas, G.H. 1999. Bifidobacterium. Di dalam: Robinson R.K., Batt C.A., Patel P.D. 2000. Encyclopedia of Food Microbiology. Vol 1. London: Academic Press.
Datta, R. 1981. Acidogenic Fermentation of Lignocellulose-Acid Yield and Conversion of Components. Biotechnology and Bioengineering. 23 (9): 2167-2170. Dreher, M. 1987. Conventional and Unconventional Dietary Fiber Components. Handbook of Dietary Fiber. Marcell Dekker, New York. Dwiari, S.R. 2008. Pengujian potensi prebiotik ubi garut dan ubi jalar serta hasil olahannya (Cookies dan sweet potato flakes) [Tesis]. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. Fardiaz, S. 1989. Petunjuk Praktek Mikrobiologi Pangan. IPB Press. Bogor. Fitrial, Y. 2009. Analisis Potensi Biji dan Umbi Teratai (Nymphaea pubescens Willd) untuk Pangan Fungsional Prebiotik dan Antibakteri Escherichia coli Enteroptogenik K1.1. Disertasi. Bogor. Program Studi Ilmu Pangan. IPB. Bogor. Gibson, G.R., Wang, X. 1994. Regulatory effects of Bifidobacteria on growth of other colonic bacteria. J. Applied Bacteriology. 77:142-420. Gibson, G.R. 2004. Fibre and effects on probiotics (die prebiotic concept). Clinical Nutrition Supplements 1: 25-31. Kanben, M. 1992. Use of Intestinal Lactic Acid Bacteria and Health. In : Function Fermenten Milk : Chalenges for The Health Science. England. Elsevier Applied Science Publisher. Kaplan, H., Hutkins, R.W. 2000. Fermentations of Fructooligosaccharides by Lactic Acid Bacteria and Bifidobacteria. Applied and Environmental Microbiology. 66(6):26822684. Kencana, P.K.D., Widia W., Antara N.S. 2012. Praktek Baik Budi Daya Bambu Rebung Tabah (Gigantochloa nigrociliata BUSE-KURZ). Denpasar. Krisnayudha, K. 2007. Mempelajari Potensi Garut (Maranta arundiacea L.) dan Ganyong (Canna edulis, Kerr) untuk Mendukung Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Lu, Z., Fleming, H.P., Mc Feeters, F.R. 2001. Diferrential Glucose and Fructose Utilization During Cucumbar Juice Fermentation. Manning, T.S. and Gibson, G.R. 2004. Prebiotics. Best Practice and Research Clinical Gastroenterology 18(2): 287-298. Manning, T.S., Rastall R., and Gibson G. 2004. Prebiotics and Lactic Acid Bacteria. Di dalam : Salminen S., Wright A. dan Ouwehand A. (editors). 2004. Lactic Acid Bacteria Microbiological and Functional Aspects. Ed ke-3, Revised and Expanded. New York: Marcel Dekker, Inc. hlmn 407-418. Nakazawa, Y. and Hosono, A. 1992. Function of Fermented Milk: Challenges for The Health Sciences. Cambridge: Elsevier Science Publisher Ltd., University Press. Naranayan, N., Roychoudhury, P.K., and Srivastava A. 2004. Isolation of adh Mutant of Lactobacillus rhamnosus for production of L(+) lactic acid . J. Biotech. Nirmala, C., David E., and Sharma, M.L. 2007. Changes in nutrient components during ageing of emerging juvenile bamboo shoots. Int J. Food Sci. Nut. 58:345–352. Nirmala, C., Bisht, M.S., Haorongbam, S. 2011. Nutritional Properties of Bamboo
Shoots: Potential and Prospects for Utilization as a Health Food. Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety 10:153-169. Oh, S., Kim, S.H., Worobo, R.W. 2000. Characterization and Purification of Bacteriocin Produced by a Potential Probiotic Culture, Lactobacillus acidophilus 30SC. J Dairy Sci. 83: 2747-2752 Ouwehand, A.C and Vesterlund S. 2004. Antimicrobial Components from Lactic Acid Bacteria. Di dalam : Salminen S., Wright A. dan Ouwehand A. (editors). Lactic Acid Bacteria Microbiological and Functional Aspects. Ed ke-3, Revised and Expanded. New York: Marcel Dekker, Inc. hlmn 375-396. Patterson, J.A. and Burkholder K.M., 2003. Application of prebiotics and probiotics poultry production. Poult. Sci. 82:627-631.
in
Putra, I N. K. 2009. Efektivitas Berbagai Cara Pemasakan Terhadap Penurunan Kandungan Asam Sianida Berbagai Jenis Rebung Bambu. Agrotekno 15 (2): 40-42. Rachmadi, A.T. 2011. Pemanfaatan Fermentasi Rebung Untuk Bahan Suplemen Pangan Dan Tepung Serat. Jurnal Riset Industri Hasil Hutan 3(1):37-41. Robertfroid. 2007. Prebiotics: The concept revisited. The Journal of Nutrition. 137: 830S837S. Roberfroid, M.B. 2002. Functional Food Concept and its Application to prebiotics. Digest Liver Dis. 34 (21):105-108. Salahuddin. 2004. Kajian Fermentasi Cangkuk Dari Daging Sapi Dan Rebung Bambu Betung (Dendrocalamus asper). Tesis. Bogor. Program Studi Teknologi Pasca Panen. Institut Pertanian Bogor. Salminen, S., Roberfroid, M., Ramos, P., Fonden, R. 1998. Prebiotic Substrates and Lactic Acid Bacteria. Di dalam: Salminen S, Wright A. Lactic Acid Bacteria Microbiological and Functional Aspects. Ed ke-2, Revised and Expanded. New York: Marcel Dekker, Inc. hlmn 343-358. Sardesai, V.M. 2003. Introduction to Clinical Nutrition. Marcel Dekker Inc.,New York. 339-354. Schneeman, B.O. 1999. Fiber, Inulin And Differences. J. Nutriton 129:1424S-1427S.
Oligofructose : Similarities
And
Shi, Q.T, and Yang, K,S. 1992. Study on Relationship Between Nutrients In Bamboo Shoots And Human Health. Proceedings of the International Symposium on Industrial Use of Bamboo. International Tropical Timber Organization and Chinese Academy, Beijing, China: Bamboo and its Use; p 338–46. Smiricky-Tjardes, M.R., Flickinger, E.A., Grieshop, C.M., Bauer, L.L., Murphy M.R., Fahey, G.C. Jr. 2003a. In Vitro Fermentation Characteristics of Selected Oligosaccharides By Swine Fecal Microflora. J Animal Sci. 81:2505–14. Suryadjaya, A. 2005. Potensi Ubi Jalar Putih dan Merah (Ipomoea batatas L) untuk pertumbuhan Bakteri Asam Laktat dan Menekan Pertumbuhan Patogen. Skripsi. Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Tannock, G.W. 1999. Probiotic: A Critical Review. Editor. Wymondham: Horison Scienctific Press. Elsevier. Biotech. Adv. 17: 691-693.
Thammawong, M., Daisuke. N., Poritosh. B., Nobutaka, N., Takeo. S. 2009. Characteristics of sugar Content in Different Sections an Harvest Manturity of Bamboo Shoot. Hort Science. 44(7): 1941-1946. Tuohy, K.M., Probert H.M., Smejkal C.W., and Gibson G.R. 2003. Using Probiotics and Prebiotics to Improve Gut Health. Reviews Terapeutic focus. DDT. 8 (15). Utami, A.R. 2008. Kajian Indeks Glikemik Dan Kapasitas In Vitro Pengikatan Kolesterol Dari Umbi Suweg (Amorphophallus campanulatus Bl.) dan Umbi Garut (Maranta arundinaceae L.). Skripsi. Bogor. Fakultas Teknologi Pertanuan. Institut Pertanian Bogor. Vanhoutte, T., et al. 2006. Molecular Monitoring of the Fecal Microbiota of Healthy Human Subjects during Administration of Lactulose and Saccharomyces boulardii. Applied and Environmental Microbiology. 72:5990-5997. Wells, A.L., Saulnier, D.M.A., Gibson, G.R. 2008. Gastrointestnal Microflora and Interactions with Gut Mucosa. Di dalam : Gibson, G.R., Roberfroid, M.B, editor. Handbook of Prebiotics. New York : CRC Press. Hlm 13-38. Winarno, F.G. 1992. Rebung : Teknologi Produksi dan Pengolahan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Zietner, C.J., and Gibson G.R. 1998. An Overview Of Probiotics, Prebiotics And Synbiotics In The Functional Food Concept: Perspectives And Future Strategies. J. Int. Dairy 8:473-479.