EFEK KOMBINASI EURIKUMANON-ARTESUNAT PADA JARINGAN GINJAL, HATI, LIMFA DAN OTAK MENCIT TERINFEKSI MALARIA (Effect combination of eurycomanone-artesunate on tisues of kidney, liver, spleen and brain of malarial infected mice) 1Hanifah
Yusuf,2 Maryatun, 3Darma Satria Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2Dep. Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 3Dep. Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 1Dep.
ABSTRAK Penelitian tentang kombinasi eurikumanon-artesunat digunakan untuk mengevaluasi profil histolopatologi jaringan ginjal, hati, limfa dan otak mencit terinfeksi malaria. Seratus sepuluh ekor mencit Swiss albino, sehat, dewasa, jantan, dibagi dalam sebelas kelompok (n = 10). Kelompok I (mencit tidak terinfeksi), II (mencit infeksi), keduanya hanya diberi akuades, sedangkan kelompok mencit infeksi III sampai dengan VII diberi 3.75; 7,5; 15; 30 mg/kg/hari eurikumanon dan 4 mg/kg/hari artesunat. Kelompok mencit infeksi VIII sampai dengan XI diberi kombinasi eurikumanon-artesunat sesuai dosis diatas dan semuanya diberikan secara oral selama empat hari berturut-turut. Pada hari kelima, semua mencit dianestesi dengan kloroform dan didekapitasi. Selanjutnya ginjal, hati, limfa dan otak mencit diambil dan diproses secara teknik preparasi histologi standar. Organ yang telah diproses, dipotong (ketebalan 5 mikron) dan diwarnai dengan haematoksilin-eosin. Parameter adanya perubahan secara histopatologi dianalisis oleh ahli patologi anatomi. Hasil analisis histopatologi secara keseluruhan menunjukkan bahwa pemberian kombinasi eurikumanon dosis 30 mg/kg/hari-artesunat 4 mg/kg/hari selama empat hari pada mencit tidak terinfeksi dan yang terinfeksi malaria dinyatakan tidak toksik terhadap ginjal, hati, limfa dan otak. Kerusakan ringan muncul pada hati akibat pemberian artesunat dosis 4 mg/kg/hari selama empat hari, oleh karena itu pemberian artesunat monoterapi dalam jangka panjang tidak direkomendasi. Kata kunci: Plasmodium berghei, ginjal, hati, limfa, otak.
535
EFFECT OF COMBINATION EURYCOMANONEARTESUNATE ON TISSUES OF KIDNEY, LIVER, SPLEEN AND BRAIN OF MALARIAL INFECTED MICE 1Hanifah
Yusuf,2 Maryatun, 3Darma Satria 1Dept of Pharmacology and Therapeutic, Faculty of Medicine, University of Syiah Kuala 2Dept of Parasitology, Faculty of Medicine, University of Syiah Kuala 3Dept of Pathology Anatomy, Faculty of Medicine, University of Syiah Kuala ABSTRACT Investigation about combination of eurycomanone-artesunate was used to evaluate histopathological profiles of kidney, liver, spleen and brain tissues of malarial infected mice. One hundred and ten adult male Swiss albino mice were divided into eleven groups with 10 animals each. Group I consist of uninfected mice, II malarial infected mice, both groups only received tap water, while malarial uninfected mice in groups III to VII received 3.75; 7,5; 15; 30 mg/kg/day of eurycomanone and 4 mg/kg/day of artesunate. Malarial infected mice in grups VIII to XI were given combination of eurycomanone-artesunate according to the doses above and all treated drug used orally for four days, respectively. On day-5, all mice were anasthesized and sacrificed. Then the organs processed using the s t a n d a r d histological laboratory technique. After processing, the organs were sectioned (5-micron thickness) and stained with heamatoxylineosin.The histopathological parameters were examined by a specialist. Overall the histolological examination showed the combination of eurycomanone at dose 30 mg/kg/dayartesunate 4 mg/kg day for four days in uninfected and infected mice showed no toxic to kidney, liver, spleen and brain. The mild damages occured on liver tissues caused by treatment with artesunate at dose 4 mg/kg/day for four days, therefore using artesunate alone for a long term period not recommended.
Keywords : Plasmodium berghei, kidney, liver, spleen, brain.
536
PENDAHULUAN Munculnya malaria serebral, ikterus, hipoglikemia dan gagal ginjal akut merupakan faktor risiko akibat infeksi malaria berat1,2,3. Kasus ini muncul karena gagalnya pengobatan terhadap parasit malaria resisten terhadap antimalaria yang tersedia. Upaya selektif yang dapat mencegah penyebaran parasit malaria resisten dapat dilakukan dengan pemberian artemisinin kombinasi terapi (ACTs)4. Kombinasi ini dapat meningkatkan effikasi dan menunda perkembangan resistensi parasit malaria terhadap beberapa antimalaria5. Kombinasi ini juga menunjukkan aktivitas yang tinggi terhadap parasit malaria strain falsiparum yang multidrug-resistant dengan profil toksisitas yang rendah6. Artemisinin atau turunannya telah banyak digunakan dalam bentuk kombinasi dengan antimalaria lain7 dan artesunat merupakan turunan artemisinin yang penting dan banyak digunakan dalam sejumlah kombinasi antimalaria8. Artesunat merupakan turunan artemisinin semisintetik yang terdiri dari garam natrium suksinat dan dihidroartemisinin. Obat ini terutama digunakan untuk mengobati malaria, khususnya malaria resisten klorokuin9. Artesunat dan metabolitnya dihidroartemisinin merupakan skizontosid darah
poten yang memiliki efektifitas tinggi terhadap
Plasmodium falciparum multidrug resistant, oleh sebab itu penggunaannya semakin meluas untuk pengobatan malaria. Pada penelitian ini, digunakan kombinasi eurikumanon-artesunat untuk mengevaluasi kemungkinan adanya perubahan histopatologi ginjal, hati, limfa dan otak mencit terinfeksi malaria. Eurikumanon merupakan senyawa kuasinoid yang diisolasi dari ekstrak akar pasak bumi (Eurycoma longifolia, Jack), famili Simaroubaceae. Struktur kimia eurikumanon adalah C20H24O9 dan senyawa ini juga digunakan sebagai penanda bioaktif (bioactive marker) tanaman pasak bumi10,11,12. Penelitian sebelumnya menyatakan eurikumanon memiliki aktivitas antiplasmodial yang sangat potensial dengan nilai IC50 47,7 ng/mL terhadap P. falciparum strain D6 dan 48,1 ng/ml terhadap P. falciparum strain W211. Penelitian lain membuktikan bahwa aktivitas eurikumanon terhadap P. falciparum strain 3D7 dengan nilai IC50 0,0047nM13. Penelitian aktivitas antimalaria in vivo dari ekstrak akar pasak bumi terstandar pada mencit terinfeksi malaria diperoleh nilai IC50 11,2 mg/kg/day14. Pada penelitian ini efek dari berbagai variasi dosis kombinasi eurikumanon-artesunat terhadap profil histopatologis organ tikus terinfeksi dipelajari untuk melihat kemungkinan adanya perubahan akibat
537
pemberian kombinasi tersebut setelah pemberian secara oral selama empat hari berturutturut. Perubahan histopatologi ginjal, hati, limfa dan otak mencit terinfeksi malaria diamati dari sediaan histopatologi yang dibuat dengan teknik preparasi histopatologi standar dan telah diwarnai dengan haematoksilin-eosin. Penelitian ini diharapkan dapat memberi konstribusi dalam pengembangan informasi tentang kombinasi eurikumanonartesunat sebagai antimalaria baru pada masa yang akan datang. METODE PENELITIAN Persiapan hewan coba: Penelitian ini menggunakan 110 ekor mencit Swiss albino (Mus musculus) jantan, dewasa, sehat dengan berat badan sekitar 25-30 gram dan umur 8-10 minggu. Mencit dipelihara di dalam kandang standar yang ditempatkan pada ruangan bertemperatur 23 ± 2ºC, dengan pengaturan siklus cahaya 12 jam terang dan 12 jam gelap. Sebelum percobaan hewan coba diaklimatisasi selama 2 minggu, dan menjelang percobaan dilakukan adaptasi di ruang Laboratorium selama 4 jam. Makanan hewan coba berupa pellet dan minumannya adalah akua yang diberikan secara ad libitum. Protokol penelitian ini telah disetujui oleh Komite Riset Universitas Syiah Kuala dan Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala. Pengelompokan hewan coba Seratus sepuluh ekor hewan coba dibagi atas 11 kelompok (n = 10) dan perlakuan terhadap masing-masing kelompok adalah sebagai berikut: Kelompok I (tidak infeksi), diberi akua ad libitum. Kelompok II (infeksi), diberi akua ad libitum. Kelompok III (infeksi), diberi eurikumanon 3,75 mg/kg selama 4 hari. Kelompok IV (infeksi), diberi eurikumanon 7,50 mg/kg selama 4 hari. Kelompok V (infeksi), diberi eurikumanon 15 mg/kg selama 4 hari. Kelompok VI (infeksi), diberi eurikumanon 30 mg/kg selama 4 hari. Kelompok VII (infeksi), diberi artesunat 4 mg/kg selama 4 hari. Kelompok VIII (infeksi), diberi eurikumanon 3,75mg/kg dan artesunat 4mg/kg, 4 hari Kelompok IX (infeksi), diberi eurikumanon 7,50mg/kg dan artesunat 4mg/kg, 4 hari Kelompok X (infeksi), diberi eurikumanon 15 mg/kg dan artesunat 4 mg/kg, 4 hari. Kelompok XI (infeksi), diberi eurikumanon 30 mg/kg dan artesunat 4 mg/kg, 4 hari
538
Inokulasi parasit malaria Plasmodium berghei strain ANKA diinfeksikan secara intraperitoneal ke tubuh mencit sumber infeksi. Selanjutnya mencit dengan parasitemia ± 30% diambil darahnya dan diencerkan dengan NaCl 0,9% sampai konsentrasi parasit 107. Selanjutnya pada hari - 0, mencit diinjeksikan dengan 0,2 mL darah yang mengandung 107 P. berghei secara intraperitoneal Perlakuan terhadap hewan coba Uji aktivitas antimalaria in vivo eurikumanon-artesunat dilakukan selama 4 hari (suppresive standard test)16. Kelompok I (tidak infeksi) dan II (infeksi) hanya diberi akua. Kelompok III sampai dengan XI diinokulasi secara intraperitoneal dengan 0,2 ml inokulum yang mengandung 107 darah terinfeksi P. berghei . Setelah inokulasi 24 jam, hewan coba diberi perlakuan sesuai dengan kelompoknya selama 4 hari berturut-turut. Pada ke 5, hewan coba diberi anestesi kloroform dan didekapitasi, selanjutnya ginjal, hati, limfa dan otak hewan coba diambil secara hati-hati. Pembuatan sedian histologi Sediaan histologi dibuat dengan teknik preparasi histologi standar (paraffin method) dengan pewarnaan haematoksilin-eosin. Semua jaringan tersebut diatas diambil dan dicuci dengan larutan NaCl 0,9% dan selanjutnya difiksasi di dalam larutan formalin 10% selama 24 jam. Setelah itu didehidrasi di dalam seri alkohol 70%, 80%, 90%, dan alkohol absolut selama 24 jam. Setelah dikliring di dalam xylene, lalu diembeding di dalam parafin blok (58- 60ºC) dan dipotong setebal 5 µm dengan menggunakan mikrotom berputar. Potongan-potongan jaringan ini selanjutnya diwarnai dengan haematoksilineosin dan dilekatkan pada obyek glas secara permanen menggunakan entelan. Observasi perubahan histopatologi Perubahan jaringan organ hewan coba yang tidak terinfeksi, terinfeksi, terinfeksi dengan pemberian perlakuan diobservasi melalui mikroskop cahaya pada perbesaran 400X, yang diobservasi oleh spesialis patologi anatomi. Perubahan jaringan berupa degenerasi sel, nekrosis, kongesti pembuluh darah dan perdarahan. Adanya perubahan sel pada ginjal, hati, limfa dan otak hewan coba dihitung dalam 20 lapang pandang. Derajat adanya perubahan digradasi dari 1 sampai 5. Gradasi 1 = perubahan minimal atau < 1%; 2 =
539
perubahan ringan atau 1-25%; 3 = perubahan sedang atau 26-50%; 4 = perubahan berat atau 51-75%; 5 = perubahan sangat berat 76-100%. Perubahan tersebut dianalisa secara Analisa Varian satu jalan (one way Analysis of Variance) dengan signikansi P < 0.05 dan dilanjutkan dengan Duncan’s test untuk mengetahui adanya perbedaan antar kelompok. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini memberi informasi tentang perubahan histopatologi organ ginjal, hati, limfa dan otak mencit setelah pemberian eurikumanon, artesunat dan kombinasi eurikumanon-artesunat selama 4 hari berturut-turut baik pada mencit tidak terinfeksi dan mencit terinfeksi P. berghei. Eurikumanon, artesunat dan kombinasi keduanya diberikan dengan berbagai tingkatan dosis yang tujuannya untuk melihat besarnya spektrum kerusakan jaringan setelah pemberian secara oral. Artesunat merupakan salah satu turunan artemisinin yang diperkenalkan oleh World Health Organization (WHO) untuk mengatasi infeksi oleh P. falciparum multidrug-resistant18, sedangkan eurikumanon adalah kuasinoid dari akar pasak bumi (E. longifolia Jack) yang telah terbukti memiliki aktivitas antimalaria baik secara in vivo maupun in vitro Hasil observasi jaringan ginjal Hasil observasi terhadap jaringan ginjal ditemukan beberapa perubahan atau kerusakan akibat infeksi malaria dan beberapa kerusakan tersebut dapat diperbaiki oleh obat uji. Perubahan yang signifikan tidak terlihat pada kelompok hewan coba tidak terinfeksi, tetapi secara signifikan terlihat pada kelompok hewan coba terinfeksi P. berghei yang tidak mendapat obat uji. Perubahan jaringan ginjal terinfeksi malaria ditunjukkan dengan terdapatnya sejumlah besar parasit malaria, haemozoin di dalam mikrovaskuler dan institial. Disamping itu terlihat adanya perbesaran vakuola di tubulus, kongesti dan perdarahan pada glomerulus (Gambar 1E). Hasil yang menarik terlihat pada kelompok hewan coba tidak terinfeksi (Gambar 1B) yang diberi eurikumanon dosis tinggi (30mg/kg/hari) dan kombinasinya dengan artesunat 4 mg/kg/hari (Gambar 1D) selama 4 hari, tidak menunjukkan adanya perubahan yang signifikan pada glomerulus maupun tubulus dibandingkan dengan kelompok hewan coba tidak terinfeksi yang hanya diberi akua (1A). Hal yang sama juga terlihat pada kelompok hewan coba tidak terinfeksi yang diberi artesunat 4 mg/kg/hari (Gambar 1C) dan kombinasi dengan eurikumanon dosis 30 mg/kg/hari (Gambar 1D).
540
Kelompok hewan coba terinfeksi yang diberi eurikumanon dosis tinggi (30 mg/kg/hari) (Gambar 1F) terlihat seperti jaringan normal (Gambar 1A), tetapi kelompok hewan coba terinfeksi yang diberi artesunat dosis 4 mg/kg/hari (Gambar 1G) selama 4 hari menunjukkan adanya perubahan histopatologis dengan derajat 1 (perubahan ringan = >1-25%) yaitu berupa atrofi pada glomerulus dan tubulus. Hal ini tidak terlihat pada kelompok hewan coba terinfeksi yang diberi terapi kombinasi eurikumanon-artesunat dosis tinggi selama 4 hari (Gambar 1H).
A
B
C
D
E F G H Gambar 1. Jaringan ginjal hewan coba (mencit) yang diamati di bawah mikroskop cahaya, dengan perbesaran 400X pada hari ke-5. Jaringan ginjal tidak terinfeksi P. berghei (A), Jaringan ginjal tidak terinfeksi yang diberi eurikumanon 30 mg/kg/hari (B), Jaringan ginjal tidak terinfeksi yang diberi artesunat dosis 4 mg/kg/hari (C) Jaringan ginjal tidak terinfeksi yang diberi kombinasi eurikumanon 30 mg/kg-artesunate 4 mg/kg/ hari (D), Jaringan ginjal terinfeksi P. berghei (E), Jaringan ginjal terinfeksi yang diberi eurikumanon 30 mg/kg/hari (F), Jaringan ginjal terinfeksi yang diberi artesunat 4 mg/kg/ hari (G), Jaringan ginjal terinfeksi yang diberi kombinasi eurikumanon 30 mg/kg-artesunat 4 mg/kg/hari (H). Hasil observasi jaringan hati Hasil pengamatan terhadap jaringan hati mencit tidak terinfeksi P. berghei, tidak menunjukkan adanya kerusakan atau perubahan yang signifikan (Gambar 2A). Hal yang sama juga terlihat pada kelompok hewan coba yang mendapatkan eurikumanon 30 mg/kg/hari (Gambar 2B) dan kombinasinya dengan artesunat 4 mg/kg/hari (Gambar 2D). Fakta ini membuktikan bahwa kombinasi ini dapat digunakan sebagai antimalaria yang aman pada pengobatan malaria yang resisten.Sebaliknya kelompok hewan coba yang
541
tidak terinfeksi dan mendapatkan artesunat 4 mg/kg/hari selama 4 hari menunjukkan perubahan bentuk sel hati yaitu berupa pembengkakan dan perbesaran sinusoid (Gambar 2C). Perubahan bentuk sel hati juga ditunjukkan pada kelompok hewan coba terinfeksi yang diberi artesunat dalam dosis yang sama (Gambar 2G). Pada jaringan hati hewan coba terinfeksi P. berghei terlihat adanya perubahan bentuk sel hati, menumpuknya partikel haemozoin dan perdarahan di beberapa area. (Gambar 2E). Hasil temuan ini dapat disimpulkan bahwa kombinasi eurikumanon-artesunat dapat mengurangi inflamasi sel hati yang disebabkan oleh pemberian artesunat monoterapi. Fakta ini telah dikemukakan oleh peneliti sebelumnya yang menyatakan bahwa artesunat pada dosis normal berpotensi toksis pada sel hati18. Peneliti tersebut18 mengemukakan bahwa kemungkinan artesunat bekerja secara tidak langsung melalui Reactive Oxygen Species (ROS) atau senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ini berperan langsung sebagai toksin terhadap sel hati yang mempengaruhi integritas selluler sehingga menyebabkan defek pada permeabilitas membran dan volume homeostasis sel hati.
A
B
C
D
E F G H Gambar 2. Jaringan hati hewan coba (mencit) yang diamati di bawah mikroskop cahaya pada perbesaran 400X pada hari ke-5. Jaringan hati tidak terinfeksi P. berghei (A), Jaringan hati tidak terinfeksi yang diberi eurikumanon 30 mg/kg/hari (B), Jaringan hati tidak terinfeksi yang diberi artesunat dosis 4 mg/kg/hari (C) Jaringan hati tidak terinfeksi yang diberi kombinasi eurikumanon 30 mg/kg-artesunate 4 mg/kg/ hari (D), Jaringan hati terinfeksi P. berghei (E), Jaringan hati terinfeksi yang diberi eurikumanon 30 mg/kg/hari (F), Jaringan hati terinfeksi yang diberi artesunat 4 mg/kg/ hari (G), Jaringan hati terinfeksi yang diberi kombinasi eurikumanon 30 mg/kg-artesunat 4 mg/kg/hari (H).
542
Hasil observasi jaringan limfa Observasi terhadap jaringan limfa memberi gambaran bahwa jaringan limfa terinfeksi P. berghei menunjukkan adanya perubahan yang abnormal (Gambar 3E), tetapi secara statistik perubahan ini tidak signifikan. Perubahan dimaksud secara mikroskopis terlihat berupa sel yang mengalami kongesti dengan menumpuknya sejumlah besar partikel haemozoin pada pulpa merah dan pulpa putih. Gambaran lain juga terlihat di beberapa area akibat adanya degradasi disekitar sinusoid dan haematopoesis pada beberapa pulpa merah. Limfa merupakan organ yang berperan penting dalam menimbulkan respon immun terhadap invasi mikroorganisme patogen termasuk parasit malaria. Munculnya kongesti atau pembengkakan pada organ ini merupakan salah satu tanda adanya infeksi. Pembengkakan limfa disebabkan oleh oedema pulpa, kemudian diikuti oleh limfoid dan hiperplasia retikuloendotel. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan haemolisis dan peningkatan fungsi fagositosis organ tersebut19.
A
B
C
D
Gambar 3. Jaringan limfa hewan coba (mencit) yang diamati di bawah mikroskop cahaya pada perbesaran 400X pada hari ke-5. Jaringan limfa tidak terinfeksi P. berghei (A), Jaringan limfa tidak terinfeksi yang diberi eurikumanon 30 mg/kg/hari (B), Jaringan limfa tidak terinfeksi yang diberi artesunat dosis 4 mg/kg/hari (C) Jaringan limfa tidak terinfeksi yang diberi kombinasi eurikumanon 30 mg/kg-artesunate 4 mg/kg/ hari (D), Jaringan limfa terinfeksi P. berghei (E), Jaringan limfa terinfeksi yang diberi eurikumanon 30 mg/kg/hari (F), Jaringan limfa terinfeksi yang diberi artesunat 4 mg/kg/ hari (G), Jaringan limfa terinfeksi yang diberi kombinasi eurikumanon 30 mg/kgartesunat 4 mg/kg/hari (H).
543
Hasil observasi jaringan otak Hasil observasi mikroskopis jaringan otak tidak terlihat adanya kerusakan yang nyata pada kelompok hewan coba tidak terinfeksi P. berghei baik yang tidak diberi perlakuan maupun yang diberi
perlakuan. Pada kelompok hewan coba terinfeksi
ditemukan adanya kerusakan yang signifikan, berupa inflamasi mikrovaskuler yang disertai perdarahan, menumpuknya parasit malaria dan haemozoin (Gambar 4F). Diperkirakan lebih dari 70% sel darah merah di dalam jaringan otak terisi parasit malaria bentuk skizont. Pada makrovaskuler terdapat lapisan yang terisi parasit malaria disepanjang endotel dan gambaran ini merupakan tanda-tanda infeksi malaria berat. Parasit malaria yang terakumulasi di jaringan otak dapat menyebabkan obstruksi vaskuler, perdarahan dan hipoksia. Semua ini disebabkan oleh perlekatan parasit malaria pada endotel mikrovaskuler otak, tetapi hal ini tidak kelihatan pada kelompok perlakuan.
A
E
B
C
F
G
D
H
Gambar 4. Jaringan otak hewan coba (mencit) yang diamati di bawah mikroskop cahaya pada perbesaran 400X pada hari ke-5. Jaringan otak tidak terinfeksi P. berghei (A), Jaringan otak tidak terinfeksi yang diberi eurikumanon 30 mg/kg/hari (B), Jaringan otak tidak terinfeksi yang diberi artesunat dosis 4 mg/kg/hari (C) Jaringan otak tidak terinfeksi yang diberi kombinasi eurikumanon 30 mg/kg-artesunate 4 mg/kg/ hari (D), Jaringan otak terinfeksi P. berghei (E), Jaringan otak terinfeksi yang diberi eurikumanon 30 mg/kg/hari (F), Jaringan otak terinfeksi yang diberi artesunat 4 mg/kg/ hari (G), Jaringan otak terinfeksi yang diberi kombinasi eurikumanon 30 mg/kg-artesunat 4 mg/kg/hari (H).
544
KESIMPULAN Hasil penelitian ini memberi gambaran tentang profil histopatologis jaringan mencit (ginjal, hati, limfa dan otak) yang terinfeksi dan tidak terinfeksi P.berghei yang diberi eurikumanon, artesunat dan kombinasi keduanya. Pemberian kombinasi eurikumanon 30 mg/kg/hari-artesunate 4 mg/kg/hari secara oral selama empat hari berturut-turut pada mencit tidak terinfeksi dan terinfeksi P.berghei, tidak toksis terhadap ginjal, hati, limfa dan otak. Kerusakan ringan terjadi pada jaringan hati akibat pemberian artesunat monoterapi dosis
4 mg/kg/hari selama empat hari berturut-turut, oleh karena itu
penggunaan artesunat monoterapi dalam jangka lama tidak direkomendasikan. Penelitian ini juga memberi rekomendasi agar penggunaan kombinasi eurikumanon-artesunat lebih dari empat hari harus hati-hati. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih disampaikan kepada Rektor Universitas Syiah Kuala, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah membiayai penelitian ini melalui “Hibah Bersaing 2015”. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Purwono, staf Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. References 1.
2. 3. 4. 5.
6.
7.
Sutanto, I., Ismid, I.S., Syarifuddin, P.K., and Sungkar, S. 2008. Parasitologi Kedokteran. Edisi Ke-empat. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Sandjaja, B. 2007. Protozoologi Kedokteran. Buku 1. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta Harijanto, P.N. 2000. Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Penerbit EGC, Jakarta . 1 – 16. World Health Organization. 2001. Antimalarial Drug Combination Therapy. Report of a WHO Technical Consultation. World Health Organization Geneva, Switzerland Chanthap, L.R., Tsuyuoka, K.Na., Bangchang, N., Nivanna, D., Suksom, T., Sovannarith and Socheat, D. 2005. Investigation of bioavailability, pharmacokinetics and safety of new pediatric formulations of artesunate and mefloquine in Southeast A sian. J. Trop. Med. Public Health, 36(1), 2005 34Taylor, W. R. J., Rigal, J. and Olliaro, P. L. 2003. Drug resistant falciparum malaria and the use of artesunate-based combinations:focus on clinical trials sponsored by TDR. J. Vect. Borne. Dis. 40: 6572. Nosten, F and White, N.J. 2007. Artemisinin Based Combination Treatment of falciparum Malaria. American Journal of Tropical Medicine and Hygiene : 77(6):181-192
545
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16. 17. 18. 19.
Salman, T.M. 2009. Prevention of Red Cell Lysis in Artesunate-Treated Rats: A Role for Glucose-6-Phosphate Dehydrogenase. African Journal of Biotechnology : 8 (2):139-141. Ittarat, W., Udomsangpeth, R., Chotivanich, K.T., Looareesuwan, S. 1999. The effects of quinine and Artesunate treatment on plasma tumor necrosis factor Levels in malaria infected patients. J. Trop. Med. Public Health : 30, 7-10. Chan, K.L., O’Neill, M.J., Phillipson, J.D., and Warhurst, D.C. 1986. Plants as Source of Antimalarial Drugs. Part 3. Eurycoma longifolia. Planta Medica 52(2): 105 – 107. Kardono, L.B.S., Angerhofer, C.K., Tsauri, S., Padmawinata, K., Pezzuto, J.M., and Kinghorn, A.D., 1991. Cytotoxic and Antimalarial Constituents of The Roots of Eurycoma longifolia. Journal of Natural Product. 54: 1360-1367 Chan, K.L., Chooa, Y.C., Abdullah, N.R., and Ismail, Z. 2004. Antiplasmodial Studies of Eurycoma longifolia, Jack. Using The Lactate Dehydrogenase Assay of Plasmodium falciparum. Journal of Ethnopharmacology. 92: 223–227. Yusuf, H., Mustofa., Widjayanti, M.A., Susidarti, R.A., Setiaasih, P.B., Suryawati., Sofia. 2013. A New Quassinoid of Four Isolated Compounds from Extract Eurycoma longifolia Jack Roots and Their In Vitro Antimalarial Activity. International Journal of Research in Pharmaceutical and Biomedical Science: 4(3)728-734. Mustofa andSolikhah, E.N. 2002. In Vitro and In Vivo Antiplasmodial Activity of Aqueous Extract of Pasak Bumi Root (Eurycoma longifolia Jack) and Mahoni Seeds (Swietenia mahagoni Jack) Traditionally Used to Treat Malaria. Research Report. Faculty of Medicine Gadjah Mada University, Yogyakarta Indonesia. Peter,W., Steward, L.B., Robinson, B.L. 2003. The Chemoteraphy of Rodent Malaria. LXI: Drug Combination to Impede The Selection of Drug Resistance. Part 4. The Potential Role of 8-Aminoquinoline. Ann Trop Med Parasitol 97: 221 -236. Cheville, N. F. 2006. Cell Death and Cell Recovery. In : Introduction of Veterinary Pathology. 3 Ed. Blackwell Publishing. USA. Cotran RS, Kumar V and Robbins S. 1989. Pathologi Basics of Disease 4 Ed. WB Saunders Company. Philadelphia. Philip, J. R. 2008. Artesunate for the treatment of severe falciparum malaria. New Engl. J. Med. 358: 1829-36. Bates, I. Beddu-Addo, G. 1997. Chronic malaria and splenic lymphoma: Clues to understanding lymphoma evolution. Leukemia: 11(12) 2162-2167.
546