BAB II LANDASAN PERANCANGAN
2.1 Tinjauan Teoritik 2.1.1 Pengertian Desain Menurut (Jervis dalam Dr. Agus Sachari, 2005 : 3) secara etimologis kata “desain” diduga berasal dari kata designo (Italia) yang artinya gambar. Kata ini diberi makna baru dalam dalam bahasa Inggris di abad ke-17, yang dipergunakan untuk membentuk School of Design tahun 1836. Menurut (Soekarno dalam Novi Mariah, 2009 : 6) desain merupakan suatu upaya kreatif dalam perencanaan dan pembuatan sesuatu yang memiliki kegunaan, dengan mengutamakan kenyamanan dan pencapaian suatu kepentingan tertentu. Sebagai bidang profesional, desain dapat dipahami sebagai bidang yang bertujuan untuk senantiasa meningkatkan kualitas hidup manusia melalui perancangan sesuatu. Dalam upaya meningkatkan kualitas hidup tersebut dilakukan berbagai pertimbangan untuk memperoleh hasil yang optimal, berikut beberapa pertimbangan dalam mendesain : 1. Dimulai dari siapa yang akan menggunakan rancangan tersebut. 2. Pertimbangan material yang akan dipakai. 3. Proses perwujudan atau produksi. 4. Harga yang ditawarkan. 5. Hingga pertimbangan bagaimana memperoleh kualitas visual yang diinginkan dari rancangan itu sendiri. Dengan demikian, desain merupakan suatu cara untuk memecahkan suatu permasalahan dengan latar belakan pemikiran
fungsional, kenyamanan,
keamanan, kualitas yang baik, dan berdaya guna bagi kehidupan manusia, sehingga manusia dapat mensejahterakan kehidupannya.
www.stisitelkom.ac.id 2-1
2.1.2 Desain atau Rancangan Desain adalah penataan atau penyusunan berbagai garis, bentuk, warna, dan figur yang diciptakan agar mengandung nilai-nilai keindahan (Hery Suhersono, 2004 : 11). Salah satu fungsinya adalah sebagai dekorasi atau untuk mempercantik benda-benda, seperti permadani, kap lampu, tirai, taplak meja, vas bunga, alat-alat furnitur, keramik, porselen, barang-barang tembikar, besi tempa, pigura (bingkai), barang-barang souvenir, tas, sandal, sepatu, dompet, kipas hias, saputangan, hiasan dinding, kotak tisu, sampul buku, handuk, topi, dasi, kain (tekstil), berbagai busana, bordir, dan batik. Agar mempunyai nilai tambah karena menawan dan memikat, desainnya harus dibuat dengan menggunakan berbagai variasi dan kreasi berlandaskan perkembangan dan situasi kondisi imajinasi, yang tak lepas dari pengaruh bentuk bentuk alam, misalnya tumbuhan, daun-daunan, bunga, buah-buahan, batu, kayu, kulit, awan, pelangi, bintang, bulan, matahari, bentuk figur (hewan dan manusia), bentuk berbagai garis (geometris), dan bentuk khayalan tidak nyata (abstrak). Jika dirangkum lalu disimpulkan, ada empat bentuk dasar desain, yaitu bentuk alami, bentuk dekoratif, bentuk geometris, dan bentuk abstrak. 1. Bentuk alami : Bentuk desain ini sangat kuat dipengaruhi oleh bentuk alam benda, atau bentuk yang bersifat dan berwujud dari alam, yang penggambarannya sangat serupa dengan objek alam benda seperti daun, buah-buahan, bunga, tumbuhan, batu, kayu, kulit, awan, pelangi, bintang, bulan, matahari, dan bebagai figur (binatang dan manusia). 2. Bentuk dekoratif : Bentuk desain yang berwujud dari alam, ditransformasikan ke dalam bentuk dekoratif dengan situasi (gubahan) menjadi mode dan khayalan (biasanya didukung oleh berbagai variasi serta susunan nuansa warna yang indah dan serasi). 3. Bentuk geometris : Bentuk desain ini berdasarkan elemen geometris, seperti persegi panjang, lingkaran, oval, kotak, segitiga, segienam (bebagai segi), kerucut, jajar genjang, silinder, dan berbagai garis. 4. Bentuk abstrak : Bentuk abstrak adalah imajinasi bebas yang terealisasi dari suatu bentuk yang tidak lazim, atau perwujudan bentuk 2-2
yang tidak ada kesamaan dari bebagai objek, baik objek alami ataupun objek buatan manusia. Dengan kata lain, bentuk abstrak adalah sebuah desain bentuk yang tidak terbentuk (tidak nyata).
2.1.3 Prinsip – prinsip Desain Menurut (Hery Suhersono, 2004 : 12) Prinsip desain sangat terkait erat dengan “alam” karena variasi bentuk alam berdasarkan aturan-aturan dan prinsipprinsip yang pasti : keindahan dan berbagai bentuk multi-kompleks ada pada alam, atau alam adalah sesuatu yang indah karena berbagai bentuk yang ada di dalamnya. Sehingga prinsip-prinsip ini menjadi amat penting. Dengan pemahaman fungsi dan penggunaannya, kita dapat membuat desain – desain yang lebih baik. Prinsip-prinsip desain itu adalah : pengulangan, selang – seling, dan radiasi. 1. Pengulangan : Bentuk yang menggunakan desain yang sama dan berulang serta akan menghasilkan gambar desain yang semakin menarik
ini
disebut
bentuk
pengulangan.
Ada
empat
jenis
pengulangan, yaitu : a. Pengulangan formal, yaitu pengulangan dua bentuk desain yang sisi-sisinya sama dan serupa. b. Pengulangan informal, yaitu pengulangan suatu bentuk desain (rancangan) yang tidak seragam. c. Pengulangan linier, yaitu pengulangan suatu bentuk desain yang pasti dari garis. d. Pengulangan pola di mana-mana, yaitu pengulangan suatu bentuk pola desain satu atau lebih yang digunakan untuk menutup atau mengisi sebuah permukaan. Pola ini membuat bidang permukaan terisi seragam. 2. Selang -seling : Susunan pengulangan suatu pola selang-seling dalam sebuah desain akan membuatnya lebih menarik. Bentuk-bentuk yang diulang adalah perubahan bentuk desain, ukuran, dan warna desain. Kreasi ini akan bervariasi dan membuat pengaturan lebih menarik. 2-3
Pola selang selang-seling seling terdiri dari dua jenis penyusunan, yaitu : a. Penyusunan pola berlawanan (counterchange).. Penyusunan pola berlawanan diambil di dengan perubahan selang-seling seling gelap dan terang atau positif dan negatif dengan dengan bentuk pengulangan (perubahan dapat dilakukan pada warna dan corak) b. Penuyusunan
pola
berkelok berkelok-kelok/simpangan kelok/simpangan
(interchange).
Penyusunan sunan pola berkelok-kelok/simpangan berkelok kelok/simpangan ini bisa diubah ke dalam berbagai posisi, ukuran, ukuran, dan warna, ketika bentuk bentuk-bentuk desain in tersebut diulang. Ada empat bentuk penyusunan pola simpangan, yaitu : •
pola simpangan dalam posisi.
•
pola simpangan dalam warna.
•
pola warna dalam ukuran.
•
pola simpangan yang saling melengkapi.
3. Radiasi : Arti radiasi di sini adalah penyebaran garis. Garis Garis-garis ini diperlihatkan secara menyebar keberbagai arah dari sebuah titik. Titk awalnya dapat juga di tengah atau berdasarkan sumbu elemen. Maka “radiasi” dapat dikelompokan menjadi : radiasi dari tengah, radiasi dari sumbu, dan radiasi dari titik.
2.1.4 Teori Warna
Gambar II.1 Lingkaran warna (Sumber : http:id.wikipedia.org/wiki/Teori_brewster) Teori Brewster pertama kali di kemukakan pada tahun 1831. Te Teori ini menyederhanakan warna warna-warna yang ada di alam menjadi 4 kelompok warna, yaitu warna primer, sekunder, tersier, dan warna netral. Kelompok warna ini 2-4
sering disusun dalam lingkaran warna Brewster. Lingkaran warna Brewster mampu menjelaskan teori kontras warna (komplementer), split komplementer, triad, dan tetrad. 1. Warna primer Merupakan wana dasar yang tidak merupakan campuran dari warnawarna lain. Warna yang termasuk dalam golongan warna primer adalah merah, biru, kuning. 2. Warna skunder Merupakan warna hasil pencampuran warna-warna primer dengan proporsi 1:1. Misalnya warna jingga merupakan hasil campuran warna merah dengan kuning, hijau adalah campuran biru dengan kuning, dan ungu adalah campuran merah dengan biru. 3. Warna tersier Merupakan campuran salah satu warna primer dengan salah satu warna skunder. Misalnya warna jingga kekuningan didapat dari pencampuran dari warna kuning dan jingga. 4. Warna netral Warna netral merupakan hasil campuran ketiga warna dasar dalam proporsi 1:1:1. Warna ini sering muncul sebagai penyeimbang warnawarna kontras di alam. Biasanya hasil campuran yang tepat akan menuju ke hitam. 5. Warna panas dan dingin Lingkaran warna primer hingga warna tersier bisa dikelompokan menjadi dua kelompokan besar, yaitu kelompok warna panas dan warna dingin. warna panas dimulai dari kuning kehijauan hingga merah. Sementara warna dingin dimulai dari ungu kemerahan hingga hijau. Warna panas akan menghasilkan sensasi panas dan dekat. Sementara warna dingin sebaliknya. Suatu karya seni disebut memiliki komposisi warna harmonis jika warna-warna yang terdapat di dalamnya menghasilkan efek hangat-sedang. 6. Kontras komplementer 2-5
Adalah dua warna yang saling bersebrangan (memiliki sudut 180°) dilingkar warna. Dua warna dengan posisi kontras komplementer menghasilkan hubungan kontras paling kuat. Misalnya jingga dengan biru. 7. Kontras split komplementer Adalah dua warna yang saling agak bersebrangan (memiliki sudut mendekati
180°).
Misalnya
jingga
memiliki
hubungan
split
komplementer dengan hijau kebiruan. 8. Kontras triad komplementer Adalah tiga warna di lingkaran warna yang membentuk segi tiga sama kaki dengan sudut 60°. 9. Kontras tetrad komplementer Disebut juga dengan double komplementer. Adalah empat warna yang membentuk bangun segi empat (dengan sudut 90°).
2.1.5 Pengertian Motif Motif adalah desain yang dibuat dari bagian-bagian bentuk, berbagai macam garis atau elemen-elemen, yang terkadang begitu kuat dipengeruhi oleh bentuk-bentuk stilasi alam benda, dengan gaya dan ciri khas tersendiri (Hery Suhersono, 2004 : 13). Setiap motif dibuat dengan berbagai bentuk dasar atau berbagai macam garis, misalnya garis berbagai segi (segitiga, segiempat), garis ikal atau spiral, melingkar, berkelok-kelok (horizontal dan vertikal), garis yang berpilin-pilin dan saling jalin -menjalin, garis yang berfungsi sebagai pecahan (asiran) yang serasi, garis tegak, garis miring, dan sebagainya. Di Indonesia, khususnya di Jawa, Madura, dan Bali, pada bagian-bagian bentuk dasar motif tersebut, masing-masing diberi ciri atau nama yang dipengaruhi atau diambil dari istilah bahasa daerah (terutama dari Jawa), seperti ikal (ulir, ukel, relung), trubusan, angkup, cawen, benangan, simbar, endong, cula, jambul, dan sunggar. Istilah-istilah tersebut biasanya digunakan pada nama bagian-bagian bentuk dasar motif seni ukir. 2-6
2.1.6 Mencipta Gambar (Motif) Menurut (Hery Suhersono, 2004 : 12). mencipta gambar (motif) adalah pekerjaan menyusun, merangkai, memadukan bentuk-bentuk dasar motif, bentuk berbagai garis, dan sebagainya, sedemikian rupa sehingga tercipta sebuah bentuk gambar (motif) baru yang indah, serasi, bernilai seni, serta orisinal. Untuk dapat menghasilkan daya cipta yang memuaskan (baik), tidak terlepas dari kaitan “kaidah umum” dan “kaidah khusus.” 1. Kaidah umum : Kaidah umum, yaitu syarat-syarat umum yang harus dimengerti, diketahui, dipahami, dikuasai, dan dilakukan sebelum mencipta gambar (motif), diantaranya : a. Harus mengetahui dan memahami alat-alat dan fungsi alat dalam pembuatan gambar (motif). b. Harus mengetahui, memahami, merencana gambar (motif) secara teknis dan sistematis. c. Harus melakukan berbgai latihan menggambar motif. 2. Kaidah khusus : Kaidah khusus, yaitu syarat-syarat khusus yang harus dimengerti, diketahui, dipahami, dikuasai, dan dilakukan pada saat membuat dan mencipta gambar (motif), seperti : a. Proporsi, yaitu kesesuaian ukuran anatra kondisi luas atau sempitnya ruang gambar dengan besar-kecilnya bentuk gambar (motif) yang hendak diaplikasikan pada medium gambar. b. Komposisi, yaitu kesesuaian susunan dari berbagai ukuran, macam, dan bentuk dasar motif sehingga tercipta bentuk dan gambar (motif) yang tertata serasi, indah, dan berseni. c. Nilai seni (estetika), yaitu nilai-nilai yang mengandung keindahan, keserasian, dan semacamnya dengan dukungan berbagai aspek (proporsi dan komposisi) yang terpancar dari sebuah karya seni (gambar motif) yang telah dicipta dan ditata sedemikian rupa.
2-7
2.1.7 Latar Belakang Masyarakat Bengkulu dan Kain Besurek Menurut dari catatan dari Kantor Statistik bahwa penduduk propinsi Bengkulu berjumlah 1.033.814 jiwa tersebar di empat Daerah Tingkat II dalam propinsi Bengkulu (Syaiful Anwar, dkk, 1996 : 33). Berdasarkan kelompok etnis, penduduk Bengkulu dapat dibagi atas : 1. Suku Melayu Bengkulu. 2. Suku Serawai. 3. Suku Rejang. 4. Suku Pasemah. 5. Suku Kaur Mulak di Bintuhan. 6. Suku Muko-muko. 7. Suku Enggano. 8. Suku Lembak. 9. Suku Pekal di Sebelat, Ipuh di Ketahun. Perbedaan antar suku bukanlah dalam bentuk ras, warna kulit, tetapi perbedaan tampak pada bahasa, dan sebagian adat istiadat yang digunakan. Adat istiadat asli daerah tetap merupakan pegangan hidup bermasyarakat bagi penduduk Bengkulu. Acara-acara adat asli masih tumbuh dengan baik sejak zaman dahulu hingga sekarang. Hal ini tampak diberbagai adat seperti adat kesenian, perkawinan, dan lain-lain. Setiap daerah mempunyai adat istiadat tersendiri menurut suku asal dan bahasanya. Walaupun adat yang berbeda diantara suku terwujud kehidupan yang rukun dan damai, terutama di daerah pedesaan. Pada abad keenam belas Agama Islam sudah berkembang pesat di daerah Bengkulu. Kebudayaan Islam sangat berpengaruh pada perkembangan seni budaya Bengkulu. Pengaruh-pengaruh luar masuk ke Bengkulu sejalan datangnya pedagang bangsa India, China, Eropa, dan bangsa Arab. Kerajinan tangan kain besurek yang sudah berakar di masyarakat Bengkulu pada sejak masa lalu, nampaknya dipengaruhi oleh kebudayaan Arab, ini terbukti dari ciri khas motif kain besurek yang bermotif kaligrafi tulisan Arab. Menurut pemuka adat Bengkulu penggunaan kain besurek sudah sejak lama 2-8
dipakai dalam upacara-upacara adat. Adapun yang pertama mempelopori kegiatan pembuatan kain besurek di Bengkulu adalah nyonya Asyiya. Kerajaan-kerajaan yang ada di Bengkulu telah meninggalkan hasil-hasil budaya yang tinggi dan luhur nilainya, salah satu wujud diantaranya adalah kain besurek. Dalam sejarah China, disebutkan bahwa pada tahun 518M raja-raja dari Sumatra banyak yang menggunakan pakaian sutera yang didatangkan dari China. Pada abad ketujuh dan abad kedelapan banyak kain yang didatangkan dari India yang dinamakan kain patola atau sering juga disebut cinde. Baru pada masa penjajahan Inggris dan Belanda masyarakat di pulau Sumatra banyak yang bertani kapas. Mereka bertani karena didorong oleh keinginan untuk menghasilkan keperluan pembuatan kain. Hasil pertanian kapas yang digarap oleh penduduk tersebut diolah menjadi benang dan diproses melalui alat tenunan. Dalam proses pengolahan kapas, kapas dijadikan benang setelah menjadi benang diberi warna. Warna khas kain besurek biasanya yaitu warna merah, biru, kuning, dan warna cokelat. Warna itu hampir ditemukan pada seluruh kain tradisional di Nusantara, begitu juga di daerah Bengkulu. Kain besurek di daerah Bengkulu seperti juga umumnya kain tradisional daerah lain di Indonesia yang paling menonjol adalah menggunakan teknik ikat pakan. Teknik ini datangnya bersamaan dengan mulai dikenalnya benang sutera di Indonesia pada abad keenam belas.
2.1.8 Material Bahan Kain Besurek Menurut (Syaiful Anwar, dkk, 1996 : 34) provinsi Bengkulu mempunyai banyak warisan budaya daerah. Baik yang sudah digali dan dikembangkan maupun yang belum. Belum terungkapnya masalah ini secara mendalam disebabkan kurang lancar komunikasi antar generasi dalam pewarisan budaya dan terbatasnya penggali-penggali budaya daerah terutama penggali seni budaya kerajinan tradisional. Salah satu budaya itu adalah kerajinan kain besurek. Selanjutnya pada bagian ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan pembuatan kain besurek antara lain : 1. Bahan Baku 2-9
Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan kain besurek antara lain : a. Kain Mori Kain yang digunakan sebagai bahan pembuatan kain besurek umumnya adalah “mori”. Mori tersebut ada 3 jenis yaitu :
•
Mori sangat halus.
•
Mori menengah.
•
Mori kasar.
Ukuran mori sebagai bahan baku pembuatan kain besurek panjang dinyatakan dengan “yard” dan lebar dinyatakan dengan “inch”. b. Lilin Batik Bahan lilin batik terdiri dari :
•
Gondorukem (Aceh, Amerika, Hongkong).
•
Damar mata kucing.
•
Microwass (stanvae).
•
Paravin (kuning/putih dari BFM).
•
Malam tawon/kote.
•
Lenak/cendal/minyak tanah (kelapa).
Penyusunan resep lilin batik yang tepat membutuhkan pengalaman mengenai perbandingan antara bahan dengan teknik penyampuran. c. Zat Pewarna Zat pewarna yang dipakai dalam pembuatan kain besurek adalah sebagai berikut :
•
Zat warna langsung.
•
Zat warna asam.
•
Zat warna basa.
•
Zat warna belerang.
•
Zat warna bejana.
2-10
•
Zat warna naptol.
Dari keenam zat pewarna di atas yang sering digunakan untuk pembuatan kain besurek adalah zat warna naptol. Zat pewarna ini pemakaiannya mudah dan tahan, sehingga segera meluas dan disenangi di mana-mana oleh para pengusaha batik. Zat pewarna naptol dapat dipakai dari cara modern dan otomatis sampai kecara yang paling sederhana. Pemakaian naptol pada pembatikan kain besurek disenangi karena beberapa faktor, antara lain :
•
Dapat dipakai untuk mencelup secara dingin.
•
Ketahanan warna kuat dalam proses pembuatan batik, seperti pada proses tutup lilin dan tahan terhadap lorodan.
•
Warna yang dikehendaki pada warna batik dapat tercapai.
•
Proses pewarnaan tidak memakan waktu lama dan mudah mengerjakannya.
2. Alat-alat yang digunakan Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan kain besurek adalah : a. Pensil, yaitu untuk melukis permukaan kain sebelum dibatik, pensil yang digunakan biasanya 2B, 3B, 4B, 5B, dan 6B. b. Canting, yaitu alat untuk melilin (membatik) permukaan kain yang telah dilukis (canting besar/kecil dan lain-lain). c. Cap, yaitu menlowong/menembok permukaan kain secara langsung dan cepat prosesnya. d. Rotan/kuas, yaitu digunakan untuk mencolet dan menembok. e. Gelas, gelas biasa untuk alat menempatkan zat warna pada waktu tertentu mencole, gelas ukur yaitu gelas yang mempunyai ukuran, dan fungsinya untuk mengukur komposisi air dan zat warna dalam CC. f. Timbangan, untuk menimbang komposisi obat zat (zat warna). g. Pengisian dan meteran. 2-11
h. Meja, meja kaca, biasanya digunakan untuk melukis kain sebelum dibatik, meja cap, meja yang atasnya berbentuk kotak dilapisi busa, kain dan pelastik, fungsinya untuk mengecap, meja untuk menggaris. i. Kompor dan wajan, yang besar untuk cap, yang kecil untuk membatik dilakukan dengan menggunakan canting. j. kotak untuk celup, terbuat dari kayu dilapisi seng, fungsinya untuk mencelup. k. Bak besar dan ember, untuk pencucian dan merendam air. l. Bejana atau kuali besar, untuk melorod artinya menghilangkan lilin dari permukaan kain.
2.1.9 Proses Pembuatan Motif Kain Besurek Proses pembuatan kain besurek dimulai dari tahap pelukisan sampai tahap pewarnaan (Syaiful Anwar, dkk, 1996 : 50). 1. Tahap melukis Pada tahap ini dilakukan pembuatan pola/gambar pada kain mori sebelum dililin. Hal ini dikerjakan dengan tangan oleh pengrajin. 2. Tahap melilin Pada tahap ini dilakukan pemberian lilin pada kain yang sudah dilukis dengan suatu alat yang disebut canting. Hal ini dikerjakan dengan tulisan tangan. Selain dengan tangan ada juga yang menggunakan cap. 3. pewarnaan Pada tahap ini dilakukan pemberian warna pada kain mori yang telah dililin. Proses pewarnaan ini menggunakan tangan karena mesin pewarnaan belum dimiliki. 4. Tahap melepas lilin (melorod) Pelepas lilin dilakukan dengan cara merebus kain pada air yang mendidih agar lilin yang menempel pada kain mori tadi hilang, selain menghilangkan lilin tadi juga berfungsi untuk menguatkan warna. 5. Tahap pencucian 2-12
Pada tahap ini masih dilakukan sangat sederhana sekali dengan cara mencuci kain yang telah dilorod agar lilin yang masih menempel pada kain hilang. Setelah dicuci direndam dengan air asam agar zat warna yang menempel lebih kuat dengan takaran yang telah ditentukan, lalu dibilas kembali setelah kain tersebut dijemur (dianginkan). Kesemua tahapan diatas dilakukan dengan menggunakan tangan. Sehingga pengerjaan kain besurek membutuhkan waktu yang relatif lama. Ini merupakan kendala yang dirasakan sekali oleh para pengrajin. Tetapi dewasa ini telah ada cara yang mempercepat proses pembuatan kain besurek yaitu dengan sistem cap, ini sangat membantu bagi pengrajin didalam
meningkatkan
produk
mereka.
Disamping
waktu
pengerjaannya relatif cepat dan menghasilkan sangat rapi tidak perlu melukis lagi.
2.1.10 Fungsi dan Nilai Kain Besurek Fungsi dan nilai kain besurek menurut pemuka-pemuka adat Bengkulu, fungsi dan nilai kain besurek tergantung dari motif dan warnanya (Syaiful Anwar, dkk, 1996 : 59). Kain besurek mempunyai motif yang khas tulisan Arab, perpaduan dari flora yaitu bunga cengkeh, cempaka, dan pohon hayat, serta fauna burung kuau. Berdasarkan motif dan warna fungsi dan nilai yang dimaksudkan adalah sebagai berikut : 1. Motif pohon hayat perpaduan burung kuau dan berwarna biru mempunyai nilai kehidupan alam flora dan fauna. Fungsinya dipakai untuk hiasan yang disamping dalam bilik pengantin. 2. Motif rembulan perpaduan bulan dan kaligrafi, serta berwarna merah mempunyai nilai ciptaan Tuhan yang Maha Esa. Fungsinya dipakai untuk calon pengantin puteri dalam rangkaian pernikahan atau acara mandi. 3. Motif kaligrafi dan kembang melati serta berwarna merah kecokelatcokelatan mengandung nilai huruf Arab (religius). Fungsinya dipakai 2-13
untuk acara adat cukur bayi dan khitanan anak. 4. Motif kaligrafi bentuk burung kuau dan berwarna biru mempunyai nilai huruf Arab dan kehidupan alam. Fungsinya dipakai untuk acara adat pernikahan yang dipakai oleh pengantin puteri untuk pergi ziarah kubur. 5. Motif kaligrafi warna biru mempunyai nilai huruf Arab, fungsinya dipakai oleh raja penghulu, dan pengapit pengantin nikah yang disebut dengan dester tutup kepala. 6. Motif kembang cengkeh dan kembang cempaka warna merah kecokelat-cokelatan mempunyai lilin kehidupan dan flora. Fungsinya dipakai untuk acara adat, perkawinan, berdabung (mengikir gigi). 7. Motif relung paku perpaduan burung, warna cokelat dan krem mempunyai nilai flora dan fauna. Fungsinya dipakai untuk acara cukur bayi. Motif–motif
diatas
dalam
perkembangan
terakhir
sudah
banyak
dimodifikasi sesuai dengan tuntutan konsumen. adapun contoh-contoh motif besurek dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar II.2 : Motif kaligrafi (Sumber : http: prestylarasati.wordpress.com/2008/11/02/batik-besurek-bengkulupart-1)
Gambar II.3 : Motif kaligrafi perpaduan dengan bunga raflesia 2-14
(Sumber : http: prestylarasati.wordpress.com/2008/11/02/batik-besurek-bengkulupart-1)
Gambar II.4 : Motif kaligrafi perpaduan bunga raflesia dan relung paku (Sumber : http: prestylarasati.wordpress.com/2008/11/02/batik-besurek-bengkulupart-1)
Gambar II.5 : Motif kaligrafi perpaduan bunga raflesia dan burung kuau (Sumber : http: prestylarasati.wordpress.com/2008/11/02/batik-besurek-bengkulupart-1) Berdasarkan deskripsi terdahulu, dapat disimpulkan bahwa fungsi dan nilai yang terkandung dalam kain besurek tergantung pada perpaduan antara motif dan warna kain besurek itu sendiri. Motif yang diangkat atau yang dituangkan pada kain besurek ini bersumber dari keindahan alam flora dan fauna, rembulan sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, serta kaligrafi sebagai karya seni yang dihasilkan manusia. Hal ini menunjukan bahwa kain besurek serat dengan nilai-nlai budaya. Dilihat dari unsur-unsur budaya atau isi pokok budaya secara universal, kain beusrek mempunyai fungsi dan nilai bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencarian hidup, sistem religi, dan kesenian. Dengan demikian kain besurek ini mengandung unsur yang kompleks sebagai perpaduan dari ketujuh unsur budaya tersebut.
2-15
2.1.11 Seni Lukis atau Seni Gambar Seni lukis atau seni gambar merupakan bentuk seni rupa yang dituangkan pada media kertas, kain, atau kanvas. Seni lukis mengekspresikan suatu keadaan atau khayalan dalam bentuk dua dimensi dengan menggunakan garis dan warna. Secara historis, seni lukis sangat berhubungan dengan gambar. Peninggalanpeninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan mereka. Berkaitan dengan budaya, seni lukis tradisional juga terkenal di beberapa daerah di Indonesia. seni batik yang terdapat pada suku Jawa, Sunda, dan Betawi merupakan seni lukis tradisional dan telah dikenal sejak dahulu. Di Jawa Tengah, pelukis batik menggunakan tinta batik yang disebut malam, lalu melukiskannya diatas kain menggunakan alat yang disebut canting. Seni batik ini telah menjadi salah satu simbol kebudayaan nasional sebab kini tidak hanya dikenal dipulau Jawa dan Bali, namun juga dipulau-pulau lainnya di Indonesia. Selain batik, bentuk seni lukis tradisional lainnya adalah seni lukis wayang. Secara konseptual, seni lukis wayang mencoba mengangkat bentuk seni tradisi secara vital dalam menuangkan ide garapan. Seni lukis wayang ini terkenal di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Bali. Perkembangan seni lukis modern saat ini mengikuti kaidah-kaidah atau aliran yang berkembang di Eropa sejak dahulu. Aliran seni lukis yang berkembang tersebut dapat dibedakan seperti berikut ini. 1. Aliran surealisme, yaitu aliran yang mengabaikan bentuk objek secara keseluruhan kemudian mengolah bagian tertentu dari objek tersebut tanpa mengubah bentuk aslinya. 2. Aliran impresionisme, yaitu aliran yang menafsirkan benda sebagai kumpulan pantulan cahaya yang berbeda. 3. Aliran naturalisme, yaitu aliran yang menyajikan bentuk objek sesuai dengan kenyataan. 4. Aliran kubisme, yaitu aliran yang merangkum objek menjadi bentuk-bentuk bidang untuk mencapai sensasi tertentu. 2-16
5. Aliran romantisme, merupakan aliran tertua dalam sejarah seni lukis modern di Indonesia. aliran ini berusaha menampilkan keindahan setiap objeknya. 6. Aliran ekspresionisme, adalh aliran yang mengolah stiap unsur seni lukis agar memperlihatkan emosi pelukisnya secara efektif. 7. Aliran realisme, yaitu aliran yang berusaha meniru bentuk dialam nyata semirip mungkin. 8. Aliran abstraksi, yaitu aliran yang berusaha mengesampingkan unsur bentuk dari lukisan.
2.1.12 Sejarah Teknik Bordir (Sulam) Teknik sulam adalah seni membuat hiasan motif dengan teknik menjahit. Memadukan dekorasi sulaman pada kain. Alat bantunya jarum dan benang (Jumanta, 2004 : IV). Teknik sulam memiliki catatan sejarah yang berbeda-beda. Tidak diketahui persis dimana dan kapan pertama kali ditemukan. Sejarah mencatat, hasil teknik sulam ditemukan dimana-mana. Mulai dari zaman Mesir Kuno, Yunani Kuno, era keemasan kerajaan Byzantium, daratan India, dan Dinegeri penduduk berkulit kuning, Cina. Pusara dari zaman Mesir Kuno memberikan informasi bahwa teknik sulam sudah ada pada zaman itu. Pada pusara tersebut terdapat lukisan yang member informasi bahwa hiasan bordir telah digunakan pada pakaian, pelapis tempat duduk, gantungan, dan tenda. Dipercaya pula, kerajaan Byzantium (pada tahun 330 Masehi) juga telah mengenal teknik sulam. Berbagai hiasan telah dibuat dengan teknik sulam tangan pada pakaian para pembesar kerajaan. Benang yang digunakan terbuat dari emas. Sangat mewah. Demikian juga dengan bangsa Yunani Kuno sekitar abad ke 6-7. Hal ini dibuktikan pada lukisan yang terdapat di vas. Ada pula teknik sulam yang telah dipadukan dengan bahan kain. Di Asia sendiri, teknik sulam diklaim sudah ada sejak Dinasti Tang (618 – 907 sesudah masehi). Hiasan bordir mencapai puncaknya saat kerajaan 2-17
Dinasti Cing. Kala itu, pakaian kebesaran para pejabat kerajaan yang terbuat dari sutera telah dihias oleh hiasan bordir. Hal ini berlangsung terus dari tahun 1644 hingga 1922. Jadi, hiasan teknik sulam di atas kain sutera dipercaya pertama kali ditemukan di Cina. Selain Cina, India juga punya kisah sendiri. di negeri Mahabarata ini, teknik sulam merupakan salah satu kerajinan kuno. Karena telah sedemikian lama dikenal, hasil produk sulaman India tercatat sebagai salah satu yang berpengaruh sampai ke negeri-negeri di benua Eropa pada abad ke-17 dan ke18. Hasil produk sulam India merupakan komoditi perdagangan yang sangat menguntungkan para pedagang dari daratan Eropa. Di samping produk sulam Cina tentunya. Karena pengaruh tersebut, pada era ini, negeri Belanda ikut meramaikan kancah teknik sulam dengan memproduksi sulam di atas kain sutera. Sejak pertama kali ditemukan, motif bunga adalah motif yang tak pernah putus dibuat. Motifnya terus berkembang di masing-masing daerah. Ada juga yang membuatnya sesuai dengan ciri khas daerahnya. Kini di abad 21, hiasan bordir seperti tak pernah kehilangan pesonanya. Teknik sulam ini telah menjadi salah satu komoditi terbesar yang menjadi andalan industri berbagai skala. Sungguh penuh pesona. Ada fakta sejarah yang menarik. Saat ini, entah bagaimana, teknik sulam menjadi terpisahkan dengan istilah bordir. Teknik sulam masih tetap menggunakan jarum, benang, dan tangan terampil manusia. Bordir pelan-pelan lebih kepada penggunaan mesin jahit untuk membuat hiasannya. Hal ini menyebabkan teknik sulam menjadi berbeda dengan bordir. Keterbatasan sulam tangan adalah waktu dan pengerjaan yang cenderung membutuhkan konsentrasi dan ketekunan sang penyulam. Hal ini berdampak negatif ketika ingin membuat usaha yang berskala besar, yaitu saat dituntut menghasilkan jumlah produksi yang besar pula. Bordir mesin mampu menutupi kelemahan teknik sulam tangan karena mampu berproduksi dengan waktu yang jauh lebih cepat. Hanya saja, pada akhirnya tidak semua motif bisa diproduksi dengan mesin, mengingat 2-18
keterbatasan ruang gerak jarumnya. Terobosan-terobosan baru untuk menciptakan mesin jahit bordir yang lebih canggih terus berlanjut. Kini, teknologi mesin jahit bordir relatif mampu menjawab kelemahan teknik terdahulu.
2.1.13 Alat dan Bahan Untuk Menjahit Bordir 1. Mesin jahit bordir Mesin jahit yang dapat digunakan untuk membordir adalah yang memiliki bagian-bagian berikut : a. Face cover Penutup sisi kiri agar debu tidak masuk. Terdapat lekuk kecil khusus pada sisi kiri atasnya untuk jalur benang atas. b. Take up lever lubang untuk jalur benang atas. c. Thread take up spring pegas penentu ketegangan benang. d. Thumb nut skrup pengatur posisi thread take up. e. Presser foot pengunci ketegangan benang yang telah disusun oleh thumb nut. f. Neadle plate tempat jarum menusuk kain di bidang bordir. g. Spool pin atas pemegang gulungan benang atas. h. Spool pin bawah pemegang gulungan benang bawah. i. Needle bar alat pemegang jarum. j. Needle clamp screw skrup yang melekat pada needle bar. Untuk mengikat jarum 2-19
pada tempatnya. k. Jarum ukuran jarum tergantung ukuran bahan yang digunakan untuk membordir. Contohnya, untuk kain normal gunakan ukuran 11, untuk jeans atau yang lebih tebal memakai ukuran 14. l. Runner Alat bergerigi untuk mendorong kain kedepan. Saat membordir, runner justru tidak boleh dioperasikan. m. Swit Pengatur posisi tinggi-rendah runner di bawah needle plate.
Gambar II.6 : Mesin Jahit Bordir (Sumber : Buku pola bunga untuk sulam & bordir, 2004 : 7) 2. Raam Terdiri dari dua gelang kecil dan besar untuk menjepit kain pada bidang yang akan dibordir.
Gambar II.7 : Raam/Pamidangan (Sumber : Buku pola bunga untuk sulam & bordir, 2004 : 8)
2-20
3. Desain Gambar contohnya yang akan dibordir. Bisa berupa pola atau hasil imajinasi pembordir yang dituangkan secara bebas. 4. Kertas minyak Memindahkan desain pola yang tergambar pada kertas ke kain. 5. Kertas karbon Memindahkan desain pola yang tergambarkan pada kertas minyak ke kain yang akan dibordir. 6. Penggores Menekankan kertas karbon mengikuti pola pada kertas minyak sehingga jejak pada kertas karbon terjiplak di atas kain. 7. Gunting khusus bordir Gunting yang mempunyai ujung seperti pisau. Alat ini dapat memotong dan membuang benang, bahkan dalam posisi melengkung.
Gambar II.8 : Gunting Khusus bordir (Sumber : Buku pola bunga untuk sulam & bordir, 2004 : 8) 8. Solder listrik kecil Pembakar benang hasil bordiran. Dibutuhkan yang berukuran kecil untuk menghindari kain terbakar.
Gambar II.9 : Solder listrik kecil (Sumber : Buku pola bunga untuk sulam & bordir, 2004 : 8)
2-21
9. Bahan a. Kain Jenis kain yang dapat dibordir beragam, seperti sutera, jeans, beludru, katun, dll. b. Benang bordir Terbuat dari sutera. Mengkilap dan sangat halus. Mengingat harganya yang mahal, benang bordir lebih digunakan untuk benang atas. c. Benang sulam. Terbuat dari katun dan bahan yang lebih halus. Digunakan sebagai benang bawah. d. Benang emas dan perak Benang yang berwarna emas dan perak digunakan untuk memberikan kesan mewah.
2.1.14 Pengertian Desain Tekstil Menurut (Enny Zuhni Khayati dalam Novi Mariah, 2009 : 10) kata tekstil atau dalam bahasa Inggris yaitu “textile” berasal dari bahasa latin “textilis”, dan bahasa perancis “Textere” yang artinya menenun atau kain tenunan. Tekstil juga didefinisikan sebagai suatu benda yang bisa dibuat dari benang yang kemudian dijadikan kain sebagai bahan busana. Definisi lain berbunyi, tekstil adalah suatu benda yang berasal dari serat atau benang dengan proses pembuatan dianyam atau dirajut, direnda, dilapis, dikempa, dibuhul menjadi bahan busana atau keperluan sejenisnya
2.1.15 Pengertian Busana Kata “busana” diambil dari Bahasa Sansekerta “bhusana”. Dalam bahasa Jawa dikenal “busono”. Pada kedua bahasa itu artinya sama yaitu “perhiasan” (Arifah A.Riyanto dalam Novi Mariah, 2009 : 11). Menurut (Poerwadarminta dalam Novi Mariah, 2009 :11) busana adalah pakaian (yang indah-indah),perhiasan. 2-22
2.1.16 Fungsi Busana Fungsi busana dapat digolongkan menjadi : 1. Fungsi Psikis Buasana berfungsi sebagai penutup aurat dan dibagian tubuh lainnya, dengan konsep tertentu agar memungkinkan keleluasaan bergerak pada sipemakainnya. Busana juga berfungsi sebagai pelindung tubuh dari pengaruh alam. 2. Fungsi Psikologi Busana memberikan keyakinan diri (kepercayaan diri) seseorang yang sangat menentukan bagi keberhasilan dalam bersosialisasi. Busana merupakan pendukung secara moril bagi pemakainya. 3. Fungsi Simbolik Busana
menggambarkan
identitas
pemakainya,
yaitu
menggambarkan usia jenis kelamin, status, kedudukan seseorang dalam masyarakat, dan lain sebagainya. 4. Fungsi Estetik Busana merupakan unsure keindahan bagi tubuh. Setiap orang ingin tampil menarik, dikagumi dan dihargai. Hal ini dapat dicapai dengan berpenampilan sebaik mungkin, yang secara karakteristik dapat diungkapkan dengan mengenakan busana. Dibawah ini ada 4 (empat) golongan fungsi pakaian. a. Pakaian sebagai alat untuk menahan pengaruh dari alam sekitar. b. Pakaian sebagai lambang keunggulan yang gengsi. c. Pakaian sebagai lambang yang dianggap suci. d. Dari sekian banyak bentuk dan jenis pakaian, semuanya berfungsi sebagai penanda bagi sipemakainnya, sehingga kedudukan, peran, pekerjaan atau selera seseorang dapat dikenali dari pakaian yang dikenakannya.
2-23
2.1.17 Klasifikasi Busana Busana dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Busana menurut kegiatannya :
•
Busana sehari-hari, busana khusus dan busana pertunjukan.
2. Busana menurut golongannya :
•
Busana luar, busana dalam.
3. Busana menurut gen :
•
Busana pria, busana wanita, dan busana anak.
4. Busana menurut usia :
•
Busana dewasa, busana remaja, dan busa anak.
5. Busana menurut waktu :
•
Busana pagi , busana siang, busana malam, dan busana tidur.
6. Busana menurut penampilannya :
•
Adi busana (Houte Couture), busana seni (Art Wear), busana pesta, dan busana Ready To Wear (Emy Rosmiati dalam Novi Mariah, 2009 : 12).
2.1.18 Aspek Perancangan Busana Terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam perancangan busana untuk menghasikan busana yang baik, adapun aspek-aspek perancangan busana tersebut adalah : 1. Aspek Fungsional Aspek fungsional berarti bagian-bagian keseluruhan busana tersebut digunakan. Secara garis besar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh busana terbagi menjadi dua kelompok, yaitu : a. Kebutuhan Umum Busana digunakan manusia untuk dasar menutupi, melindungi serta keindahan. b. Kebutuhan Khusus Kegiatan dan keadaan seseorang yang berbeda, memerlukan gerakan dan perlindungan yang berbeda 2-24
pula. Hal ini mempengaruhi kegunaan khusus busana tersebut. 2. Aspek Structural Aspek structural menunjukan bagaimana konstruksi baju tersebut, bagaimana bukaannya, dan lain sebagainya. 3. Aspek Dekoratif Aspek ini hanya untuk penampilan saja. Adapun dalam penerapannya, aspek dekoratif dapat keluarkan lewat warna, motif, ataupun bentuk dari busana. Untuk mendapatkan busana yang baik, penggabungan dari ketiga aspek ini harus benar-benar menyatu dan terlihat natural.
2.1.19 Busana Kerja Busana untuk perempuan yang bekerja, sudah beraneka ragam, sesuai dengan berbagai lahan yang dimasukinya. Setiap pekerjaan membutuhkan busana yang yang sesuai (Sanny Poespo, 2003 : 6). Para sekertaris yang bekerja diruangan ber-AC tentu harus mengenakan kostum yang berbeda dengan mereka yang bekerja dilapangan misalnya reporter, fotografer, juga pekerja dipembuatan konstruksi bangunan. Karyawati di sebuah lembaga yang bersifai resmi dan serius seperti kantor pengacara atau bank, tentu membutuhkan busana bergaya tegas misalnya stelan blazer atau semi blazer. Sedangkan para karyawati dari perusahaan yang bergerak dibidang dinamis atau kreatif biasanya tidak ada aturan khusus. Malah, para pekerjanya dapat berbusana secara lebih santai namun tetap rapi dan sopan. Oleh karena itu tak heran jika kita menjumpai para fotografer, creative director, wartawan, dan sebagainya yang memilih busana yang agak “nyeleneh” (tapi nyaman dipakai) asal dapat membantu mereka menyelesaikan tugas sebelum deadline. Jadi apapun jenis pekerjaan, sebaiknya selalu mengenakan busana yang nyaman hingga dapat meningkatkan produktifitas. Selain busana kantor dalam kategori diatas, saat ini perlu juga diperhatikan busana bagi mereka yang bekerja ditempat-tempat yang erat berkaitan dengan seni 2-25
dan budaya. Tempat tersebut antara lain restoran hidangan tradisional, hotel-hotel bernuansa kedaerahan, galeri seni, pemandu wisata, atau pramugari. Agar penampilan tampak lebih total, sebaiknya mereka mengenakan busana kerja yang mewakili citra budaya Indonesia. dengan demikian, sikap profesional dapat tercermin melalui busanya. Selain itu, dengan desain etnik, dapat membantu mempromosikan budaya Indonesia.
2.1.20 Busana Kerja Seragam dan Non Seragam Beberapa perusahaan membuat seragam (uniform) bagi karyawati mereka, ada pula yang membebaskannya karyawati tanpa seragam. Perusahaan yang ingin menampilkan citra khusus biasanya mengharuskan para karyawannya untuk berseragam. Selain itu, karyawan yang berseragam terlihat lebih rapi. Perusahaan yang ingin karyawannya berseragam biasanya perlu menyiapkan dana khusus untuk keperluan tersebut. dalam perusahaan semacam ini, para karyawati tidak perlu repot menyiapkan busana kerja karena sudah disediakan perusahaan. akan tetapi pilihan busana menjadi tidak bervariasi. Karyawati yang tidak harus berseragam dapat lebih bebas memadukan busana yang harus dikenakan. Meskipun agak merepotkan, ketiadaan seragam dapat membuat para karyawati menjadi lebih kreatif dalam memadupadankan busana.
2.1.21 Bahan Untuk Busana Kerja (Blazer) Dalam pemilihan bahan yang sesuai untuk buasana kerja, harus diperhatikan situasi tempat bekerja dan jenis pekerjaan (Sanny Poespo, 2003 : 6). Untuk mereka yang bekerja diruangan ber-AC, dapat memilihi setelan blazer/semi blazer, blus, dan rok bahan busana yang cukup tebal, yang dapat membantu mempertahankan suhu tubuh, seperti : Untuk blazer/semi blazer dan rok : gabardine, wool, curdoroy, atau jeans lembut. Untuk blus : jersey, flannel, atau wool ringan. Dapat juga menggunakan bahan yang tidak tebal, tetapi sebaiknya diberi lining, misalnya katun, silk/sutera, crepe, crepe de chine, atau georgette. 2-26
Untuk mereka yang bekerja diruangan tanpa AC atau mereka yang bekerja dilapangan (luar ruang/outdoor ), sebaiknya memilih bahan yang dapat menyerap keringat, misalnya : Untuk blazer/semi blazer dan rok : sand wash, gabardine, linen, wool ringan. Untuk blus : katun, tissue, tesia, crepe, crepe de chine, georgette, voille, sutera, peach skin.
2.1.22 Kebutuhan bahan busana kerja Menurut (Sanny Poespo, 2003 : 7) dalam membeli bahan, sebaiknya berdasarkan model busana yang akan dibuat. Selain itu ukuran tubuh kita juga menentukan seberapa besar kebutuhan kain. Mereka yang bertubuh mungil, dapat mengambil ukuran panjang kain minimal, sedangkan yang bertubuh besar (ukuran XL) sebaiknya menyiapkan bahan dengan ukuran panjang kain maksimal. Mereka yang berukuran tubuh sedang (M atau L), dapat menyiapkan kain dengan ukuran diantara minimal dan maksimal, berikut ini adalah patokan kebutuhan bahan untuk membuat busana kerja : 1. Rok a. untuk rok model span atau A-line pendek atau mini : Lebar kain 115 cm atau 140 cm, panjang yang diperlukan : minimal 1m atau maksimal 1,5 m. b. Untuk rok model span atau A-line panjang, midi (panjang menutupi betis) atau maxi (panjang hingga mata kaki) : lebar kain 115 cm atatu 140 cm, panjang yang diperlukan : minimal 1,25 m atau maksimal 1,75 m. c. Untuk rok model lipit (pleats), dan lingkaran (klok) : lebar kain 115 cm, panjang yang diperlukan 2,5 atatu maksimal 3,5 m, lebar kain 140 cm, apnjang yang diperlukan minimal 2 m atatu maksimal 3 m. 2. Blazer/semi blazer a. Untuk lengan pendek : lebar kain 115 cm, panjang yang diperlukan minimal 2 m atau maksimal 2,75 m, lebar kain 2-27
140 cm, panjang yang diperlukan minimal 1,75 m atau maksimal 2,25 m. b. Untuk lengan panjang : lebar kain 115 cm, panjang yang diperlukan minimal 2,50 m ataau maksimal 3,25 m, lebar kain 140 cm, panjang yang diperlukan minimal 2,25 m atau maksimal 3 m.
2.1.23 Blazer Sebagai Jas Santai Kata “Jas” berasal dari bahasa Belanda yaitu pakaian model resmi Eropa berlengan panjang dan dipakai diluar kemeja. Setelan jas dalam bahasa Inggris disebut “suit” sedikitnya terdiri dari sebuah jas dan sebuah celana panjang yang dibuat dari kain yang sama. Berdasarkan baris kancing dibagian depan, jas terdiri dari jas kancing sebaris (single breasted) dan jas kancing dua baris (double breasted). Dalam bahasa Inggris, istilah jacket juga mengacu kepada jas launs (loung suit) atau jas malam (evening suit), dan bukan pengertian jaket dalam bahasa Indonesia (jaket olahraga jaket kulit). Jas launs adalah model jas standar yang paling umum, dulunya berasal dari bahasa Inggris sebagai pakaian untuk berkegiatan di alam bebas. Bila hanya disebut jas, maka yang dimaksudkan adalah setelan model jas standar (jas launs) lengkap dengan kemeja dan dasi, dan biasanya dipakai pria bekerja dikantor. Bila dalam undangan disebutkan kode busana black tie, maka pria diminta memakai jas resmi yang disebut tuksedo. Jas diner (dinner suit sebutan di Britania) atau tuksedo (tuxedo atau tails, sebutan di Amerika Serikat dan Kanada) adalah setelan jas resmi berwarna hitam, bagian belakang jas berbuntut, dan dipakai bersama dengan dasi kupu –kupu hitam dan kemeja putih. Kode busana black tie bukan berarti jas standar warna gelap dengan dasi hitam. Tuksedo dulunya merupakan dari mengenakan jas berbuntut (dress coat). Sementara itu, jas yang dipakai bekerja dikantor merupakan pengganti dari jas panjang (frock coat) dan jas pagi (morning coat) atau setelan pagi (morning suit). Blazer adalah sejenis jas santai untuk pria dan wanita yang dibagian saku 2-28
depan sering diberi lambang dari sekolah atau organisasi, dan sering dipakai sebagai seragam. Dalam bahasa Indonesia, blazer hanya sering mengacu kepada sejenis jas untuk wanita yang dipakai diluar blus atau kemeja dengan bawahan berupa rok atau celana panjang. Variasi desain jas, model, jenis kain, rompi, dan jumlah baris kancing dibagian depan meninjukan fungsi sosial dan kegunaan pakaian. Sejak dulu hingga sekarang, jas umumnya dipakai sewaktu mengenakan kemeja berkerah dan dasi. Hingga sekitar 1960-an, pria memakai topi ketika diluar ruang. Seperti halnya semua jenis pakaian, jas dulunya hanya dijahit oleh tailor (penjahit) berdasarkan pesanan. Ketika ingin membuat jas, orang datang ketailor untuk diukur, memilih bahan, dan menentukan model. Sejak revolusi industri, jas diproduksi massal dalam berbagai ukuran dan dijual sebagai pakaian jadi. Penjahit misalnya hanya pelu menyesuaikan ujung bawah pipa celana dengan tinggi badan pemakai.
2.1.24 Perkembangan Blazer Blazer adalah jaket ringan yang longgar, tetapi mengikuti bentuk potongan badan wanita (Dra. Porrie Muliawan, 2003 : 113). Aslinya terbuat dari bahan flanel dengan corak garis sedang atau kecil, dan warna terang. Pada tahun 1920, blazer disenangi kaum wanita dan dipakai dengan rok plisses, baju kaos serta dasi. Panjang blazer asli mulai dari atas paha sampai dipaha. Pada tahun 1970, blazer menjadi sangat terkenal sebagai busana wanita yang mempunyai kedudukan. Saat ini, hampir semua wanita senang memakai busana blazer karena dapat dipakai sebagai : 1. Penambah resmi penampilan, biarpun busana lain yang dikenakan hanya berupa rok span dan T- Shirt. Blazer ini hanya boleh panjang atau pendek dengan lengan panjang. 2. Busana pelengkap pada busana sederhana dan dapat dibuat seperti jas atau jaket ringan, tidak dilapis atau dilapisi. 3. selain sebagai pelengkap, blazer dapat pula dipakai untuk menambah aksen pada penampilan, supaya kelihatan lain dari 2-29
yang lain. Untuk memenuhi tujuan ini, blazer banyak yang dibuat dari kain gorden, kain vitrage atau kain tidak rapat. Adapula blazer yang dibuat dengan teknik membuat bahan, yaitu rajutan dengan motif bolong atau dengan alur. Dengan teknik mengait, dikait dari benang tertentu sampai menjadi busana seperti jaket. Desain blazer ada yang memakai lengan panjang atau pendek, ada yang tanpa lengan atau sering disebut rompi, ada yang memakai kerah jas atau setali atau tanpa kerah. Panjang blazer ada yang panjang atau pendek. Yang jelas, karena busana ini adalah busana pelengkap, banyak desain dengan leher runcing yang rendah dengan penutup ditengah muka dan dengan sedikit kancing. Karena iklim di negara tropis panas, banyak yang bagian depannya tidak ditutup.
2.1.25 Psikologi Wanita Usia 25 – 35 Pada umumnya dalam diri manusia telah tumbuh sifat dan perilaku yang berbeda seiring dengan pertumbuhan usia, hal ini akan mempengaruhi psikologi diri seseorang sehingga menciptakan ciri tersendiri baik secara fisik ataupun mental, karena manusia dapat digolongkan menurut umur antara lain dewasa yang dapat dikategorikan menjadi 3 jenis, yaitu masa dewasa dini, masa dewasa madya, dan masa dewasa lanjut (usia lanjut). (Elizabeth Hurlock dalam Novi Mariah, 2009 : 16). Menurut (Elizabeth Hurlock dalam Novi Mariah, 2009 : 16) masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan sosial-sosial baru. Seperti peran suami/istri, orang tua, dan pencari nafkah, dan mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas – tugas baru ini. Menurut Hurlock dalam buku “Psikologi Perkembangan”, psikologi dewasa menyamakan antara dewasa dengan kematangan dan kematangan diambil dari Anderson yang menyususn 7 ciri dari kematangan seseorang yaitu : 1. Berorientasi pada tugas bukan pada diri/ego. 2-30
2. Mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan kerja yang efisien. 3. Mengendalikan perasaan pribadi. 4. Keobjektifan. 5. Menerima kritik dan saran. 6. Pertanggung jawaban terhadap usaha-usaha pribadi. 7. Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru. Dalam interaksi sosial, penampilan fisik yang menarik merupakan potensi yang menguntungkan dan dapat dimanfaatkan untuk memperoleh berbagi hasil yang menyenangkan bagi pemiliknya. Salah satu keuntungan yang sering diperoleh ialah bahwa ia mudah berteman. Orang-orang yang menarik lebih mudah diterima dalam pergaulan dan dinilai positif oleh orang lain dibandingkan teman-teman lainnya yang kurang menarik. Karena banyak hal positif yang disebabkan oleh penampilan yang mearik ini, maka merekapun mungkin lebih berbahagia dan lebih mudah menyesuaikan diri daripada mereka yang kurang menarik. Dan ini sangat mungkin pula, banyaknya orang yang menyukai terpantul dalam harga diri yang tinggi. (Elizabeth Hurlock, 1980 : 255). Busana merupakan identitas setiap pemakainya jika seseorang meniru gaya dalam berpakaian yang berhubungan dengan peran khusus, status atau kelompok. Dengan berkembangnya dunia fashion mempengaruhi kehidupan wanita terutama wanita dewasa dimana mereka menginginkan tampil anggun, sederhana, kasual, feminism dalam bebusana. Perhatian terhadap pakaian dan perhiasan tetap berperan kuat dalam masa dewasa. Orang mengetahui bahwa penampilan itu penting bagi keberhasilannya disemua bidang kehidupan, sehingga orang sering menghabiskan banyak waktu dan uang untuk pakaian dan perhiasan. Sementara minat akan penampilan fisik mulai berkurang, namun minat terhadap pakaian tidak menjadi berkurang dengan bertambahnya usia, bahkan perhatian ini bertambah apabila orang merasakan manfaat pakaian yang mahal dan menarik dalam pergaulan berbagai bidang yang dianggap penting baginya, apakah itu dibidang usaha, sosial atau kehidupan keluarga, sebagaimana dijelaskan Bickam bahwa pakaian mungkin hanya nampak 2-31
sebagai kulitnya saja, namun bisa merupakan faktor penentu dalam reaksi seseorang terhadap orang lain. Orang dewasa muda biasanya berusaha menunjukan kepada orang tuanya dan orang-orang dewasa lainnya bahwa dirinya bukan remaja lagi tetapi sudah dewasa dengan hak-hak, keistimewaannya, serta tanggung jawab yang menyertainya. Hal ini menyebabkan timbulnya minat akan simbol-simbol yang mengungkapkan kedewasan.
2.1.26 Peran Busana Pada Masa Dewasa Berikut adalah peran busana pada masa dewasa : 1. Meningkatkan penampilan Orang-orang muda memilih pakaian yang menonjolkan segi-segi positif dan menutupi segi negatifnya. Ketika tanda-tanda ketuaan mulai tampak, mereka memilih pakaian yang membuatnya tampak lebih muda dari usia sebenarnya. 2. Indikasi status sosial Orang dewasa muda, terutama mereka yang banyak bergaul dalam lingkungan kerja maupun lingkungan sosial, memakai pakaian sebagai simbol status yang mengidentifikasikannya dengan suatu kelompok sosial tertentu. 3. Individualis Meskipun pakaian dimaksudkan untuk menggolongkan seseorang dalam suatu kelompok sosial tertentu, orang juga berupaya agar pakaiannya tetap menunjukan identitasnya sebagai individu agar diperhatikan dan dikagumi oleh anggota-anggota kelompoknya. 4. Prestasi sosio-ekonomi Pakaian dapat juga menunjukan keberhasilan ekonomi seseorang secara cepat dan subtil. Pakaian yang mahal, persediaan pakaian yang berlimpah, pakaian yang dirancang oleh desainer-desainer atau produk pabrik yang terkenal menunjukan bahwa pemakai memiliki banyak uang untuk membeli pakaian-pakaian mewah. 2-32
5. Meningkatkan daya tarik Orang yang memiliki tubuh yang kurang seksi biasanya memilih pakaian untuk meningkatkan daya tariknya.
2.2. Tinjauan Empirik 2.2.1 Kain Besurek dalam Perkembangan Saat Ini Kain besurek adalah kain khas daerah dari Bengkulu berupa selendang, pakaian, dalam perkembangan zamannya kain besurek di jadikan busana. Sama dengan kain batik dari daerah-daerah Indonesia, proses pembuatannya juga sama dengan batik khas Jawa. Namun memang berbeda dari segi motif maupun warna. Motif asli kain besurek yang di kenalkan sejak ratusan tahun lalu bercorak huruf Arab gundul. Namun terakhir juga di kembangkan dan di campur dengan motif Bunga Raflesia Arnoldi, bunga khas Bengkulu. Basurek atau besurek secara harfiah juga berarti menulis atau bersurat. Jadi memang tidak lengkap rasanya jika kita singgah atau melakukan perjalanan ke Bengkulu tanpa mencari kerajinan khas yang salah satunya kain besurek. Pertokoan di wilayah anggut dan penurunan di kota Bengkulu banyak yang menjual kain ini, termasuk cendramata dan kerajian tradisional khas Bengkulu lainnya. Seiring perkembangannya kain besurek saat ini juga di ciptakan dengan teknologi cap (printing) motif besurek, selain juga proses kain batik tulis atau lukis dengan tangan. Jadi tidak setiap toko menjual kain besurek asli atau yang di lukis dengan tangan, sebagian menjual kain dengan proses cap. Selama ini, layaknya kerajinan tradisional rakyat turun-temurun lainnya. pembuatan kain besurek di kerjakan di rumah-rumah oleh para pengrajin. Namun tidak meningkatnya permintaan atas kain besurek tersebut, kegiatan melukis kain secara langsung kini sudah semakin jarang di lakukan. Inilah yang menyebabkan teknologi cap (printing) di lakukan mesti tetap bermotif besurek. Sebenarnya upaya itu di lakukan agar bisa lebih memasyarakatkan kain besurek. Hal ini di karenakan kain besurek cap lebih murah di banding kain besurek tulis tangan. Selain itu melalui pengembangan motif meski mendobrak tradisi lama, di harapkan bisa membuat kain besurek terus popular dan di pakai tidak hanya untuk keperluan adat. Apa lagi motif huruf Arab gundul yang tertera di kain 2-33
besurek sebenarnya juga tidak bemakna khusus dan bahkan sulit untuk di baca. Huruf Arab gundul di gunakan hanya untuk memenuhi persepektif seni dan ke indahan. Jadi mungkin persisnya hanya bentuk coretan-coretan yang sengaja di mirip-miripkan dengan huruf Arab. Walaupun di beberapa jenis kain besurek, terutama untuk upacara adat, memang bertuliskan Arab yang bisa di baca. Tetapi sebagian besar hanya berupa hiasan mirip huruf Arab. Namun motif-motif tersebut sangat sakral, terutama pada pemakaian kain upacara adat pengantin dan untuk menutupi mayat. Kain jenis ini biasanya berbentuk kerudung wanita calon pengantin yang juga bisa di gunakan untuk upacara ziarah ke makam para leluhur. Upacara ini sangat sakral sehingga penggunaan jenis ini tidak boleh sembarang. Juga masih ada kain untuk kamar pengantin dan syukuran kelahiran bayi. Selain itu kain besurek berukuran kecil juga di gunakan sebagai ikat kepala laki-laki dalam pakaian adat Bengkulu yang disebut detar. Pengerjaan kain besurek sebenarnya menggunakan peralatan sederhana. Pengrajin biasanya menggunakan satu meja kecil, panci tempat malam (lilin batik), kompor kecil, dan canting. Sebelum di batik pada kain katun atau kain sutera di gambar pola motif besurek, setelah itu pengerjaan membatik di mulai. Setiap potong kain besurek berukuran 2,25 meter kali satu meter di kerjakan 3 atau 4 hari. lama waktu yang di butuhkan juga tergantung pada kerumitan pola motif yang di gambar. Harga kain besurek beragam, tergantung kualitas pengerjaan, kerumitan pola, dan kualitas bahan. Kain besurek dari bahan sutera harganya antara Rp 180,000 hingga Rp 215,000 per lembar, semakin rumit semakin mahal harganya. Sedangkan kain besurek dari bahan katun harganya cukup murah, antara Rp 50.000 hingga Rp 90.000 per lembar. Namun ada sepotong kain besurek berusia 75 tahun yang di hargai Rp 3,000,000. Hingga saat ini, kalangan pengrajin kain besurek tulis di Bengkulu terus bertahan, meski penjualan sangat tergantung pada pada pemesanan dan wisatawan yang datang ke Bengkulu. Layaknya penjualan produk lainnya, pemesanan kain besurek juga mengalami pasang surut. Untuk itu, baik pengrajin, pengusaha, dan pemerintah daerah harus terus mengembangkan 2-34
kain besurek agar terus di gunakan masyarakat. Apa lagi kain besurek merupakan salah satu warisan budaya yang juga menjadi penopang ekonomi masyarakat Bengkulu. Dalam hal ini kain besurek harus bisa digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat, karena terjangkau dan memenuhi aspek ke indahan khas daerah.
Gambar II.10 : Motif kain besurek di pasaran saat ini. (Sumber : Dokumen pribadi)
2-35
Gambar II.11 : Produk kopiah, kain besurek, syall, daster, kemeja. (Sumber : Dokumen pribadi) 2.2.2 Definisi Bordir di Mata Masyarakat Saat Ini Istilah bordir lebih populer di Indonesia daripada sulam saat ini, sehingga orang mendefinisikan bordir sebagai salah satu kerajinan ragam hias (untuk aksessoris berbagai busana) yang menitik beratkan pada keindahan dan komposisi warna benang pada medium berbagai kain, dengan alat bantu seperangkat mesin jahit (mesin jahit bordir) atau mesin jahit computer.
2.2.3 Ragam Hias Seni Bordir Makin Marak Penggemar seni bordir di Indonesia kini makin marak, seiring dengan meningkatnya kaum pengusaha dan pengrajin bordir. Terbukti di Jabotabek makin berkembang pesat jumlah pengrajin dan pengusaha seni bordir ini. para pengrajinnya selain penduduk setempat, juga ada yang berasal dari Tasikmalaya, Cirebon, Indramayu, kudus, pamekasan, padang bukittinggi, dan pekan baru.
2-36
2.2.4 Pengetahuan Tentang Komposisi Warna Seorang pembordir Dalam menentukan komposisi warna untuk hasil sebuah hiasan bordir. Sangat dianjurkan,
seorang pembordir mempunyai rujukan
karya-karya
sebelumnnya dengan memperhatikan warna kain dan warna-warna benang. Mengingat banyak dan mudahnnya karya hiasan bordir ditemukan sebagai media perbandingan dalam membuat hiasan bordir, tentu saja hal ini akan sangat mempermudah.
2.2.5 Tahap Pembuatan Keterampilan Ragam Hias Seni Bordir Tahap pengerjaanya secara gari besar dapat dibagi menjadi delapan bagian, dari mulai penyediaan bahan dan alat-alat sampai menjadi karya bordir. Tahap-tahap tersebut adalah : 1. Menyediakan dan menyiapkan alat-alat (bahan-bahan) yang diperlukan untuk membordir. 2. Menyiapkan dan membuat desain motif untuk diaplikasi bordir. 3. memindahkan atau menjiplak desain motif pada medium (kain) yang hendak dibordir. 4. Memasang kain yang sudah diberi motif pada ring/raam (pamidangan). 5. Memilih, menentukan, memasang benang bordir pada mesin bordir. 6. Memeriksa dan menggerakan mesin bordir yang hendak kita pakai untuk membordir. 7. Membuat bordiran
dengan
berbagai teknik (jenis
bordir)
disesuaikan dengan medium (kain) yang dibordir 8. Membersihkan sisa-sisa benang bordir yang melekat di balik permukaan kain yang sudah dibordir, dan setelah itu Menyetrika hasil bordiran.
2-37
Gambar II.12 : Jarum mesin bordir manual industri rumahan (Sumber : Buku desain motif krancang,tepid an lengkung, 2004 : 18)
Gambar II.13 : Beberapa benang bordir (Sumber : Buku desain bordir motif krancang,tepi, dan lengkung, 2004 : 18)
Gambar II.14 : Alat - alat untuk memawarna dan membuat desain motif (spidol, rapido, penggaris, karet penghapus, cutter, silet, pensil warna, spidol warna, dan sebagainya). (Sumber : Buku desain bordir motif krancang, tepi, dan lengkung, 2004 : 19)
2-38
Gambar II.15 : Kertas karbon, kertas roti, kertas HVS, kertas manila (dipergunakan untuk medium gambar motif dan untuk menjiplak gambar motif kekain yang hendak dibordir). (Sumber : Buku desain bordir motif krancang, tepi, dan lengkung, 2004 : 19)
Gambar II.16 : Gunting kain, kunting kertas, gunting benang, stik (untuk membuka jahitan/bordiran, rader (untuk ciri pembatas jahitan), solder (untuk melubangi/membuat krancang bordir). (Sumber : Buku desain bordir motif krancang, tepi, dan lengkung, 2004 : 20)
Gambar II.17 : Pita ikur, kapur kain, palu jarum, jarum pentul, merupakan alat penunjang dalam penjiplakan desain motif pada kain. (Sumber : Buku desain bordir motif krancang, tepi, dan lengkung, 2004 : 20)
2-39
Gambar II.18 : Setrika, untuk menyetrika hasil bordir yang sudah selesai atau untuk meyetrika kain kusut yang hendak diberi dasar motif. (Sumber : Buku desain bordir moif krancang, tepi, dan lengkung, 2004 : 21)
Gambar II.19 : Contoh ring (pamidangan) yang terbuat dari plastic berdiameter ± 30 cm, biasanya digunakan untuk kedudukan kain yang hendak dibordir, produk bordir logo berinitial, tanda pangkat, kop nama, bordir huruf, dan sebagainya. (Sumber : Buku desain bordir motif krancang, tepi, dan lengkung, 2004 : 21)
Gambar II.20 : Ring (pamidangan) yang bergaris tengah ± 50 cm terbuat dari kayu (bambu). Biasanya digunakan untuk kedudukan kain yang hendak dibordir fashion (busana), atau bordir bidang besar. (Sumber : Buku desain bordir motif krancang, tepi, dan lengkung, 2004 : 23)
2-40
Gambar II.21 : Salah satu jenis mesin jahit bordir industri rumahan (embroidery sewing machine home industry) yang banyak digunakan masyarakat untuk membuat berbagai karya seni bordir. (Sumber : Dokumen pribadi)
2.2.6 Cara Melukis Diatas Kain Melukis diatas kain belakangan ini menjadi trend dikalangan ibu-ibu. Pasalnya bukan hanya bisa dijadikan sekedar hiasan, tetapi ternyata bisa dikembangkan sebagai usaha yang memberikan pemasukan yang cukup lumayan bagi para ibu rumah tangga. Bahkan, dibeberapa tempat sudah ada yang menjadikan melukis diatas kain sebagai penghasilan utama atau sebagai home industry walau masih kecil-kecilan.
Gambar II.22 : Cara melukis diatas kain (Sumber : http://www.tnol.co.id/id/book-arts/5552-cara-melukis-di-ataskain.html) Berikut ini beberapa petunjuk yang diberikan oleh Nita Murniati untuk bisa melukis di atas kain. Pertama, kenali dulu jenis kain yang yang akan dipakai melukis. Apakah jenisnya sutra, polyester, atau katun. Mengenal jenis kain penting untuk memilih cat yang sesuai. Dan untuk menghindari kesalahan 2-41
pemilihan cat tekstil, bawa saja potongan kain yang akan dilukis sebagai contoh untuk ditunjukan kepada pedagang cat tekstil sehingga ia bisa memilih cat yang tepat. Kedua, melukis diatas kain bisa menggunakan teknik lukis apapun.
Gambar II.23 : Teknik lukis (Sumber : : http://www.tnol.co.id/id/book-arts/5552-cara-melukis-di-ataskain.html) Namun, untuk mendapatkan gambar kecil yang detail, seperti garis tipis atau titik, sebaiknya gabungkan teknik melukis dengan kuas dan teknik membatik dengan canting. Lubang canting yang kecil bisa dipilih untuk melukis hal-hal detail.
Gambar II.24 : Detail teknik lukis (Sumber : http://www.tnol.co.id/id/book-arts/5552-cara-melukis-di-ataskain.html) Ketiga, angin-anginkan kain yang sudah dilukis hingga cat meresap pada kain dan kering. Setelah kondisi itu tercapai, cat tidak akan luntur saat dicuci.
2-42
Gambar II.25 : Dasar melukis (Sumber : http://www.tnol.co.id/id/book-arts/5552-cara-melukis-di-ataskain.html) Gambarlah motif sebelum melukis dengan pensil agar tidak salah. Sebab, jika sudah terlanjur dilukis akan sangat repot jika ingin menghapusnya.
2.2.7 Jenis Bahan Untuk Membuat Blazer 1. Wool rajut dobel 2. Wool Tweed dan Wool Flanel 3. Wool Gabardine 4. Wool campuran 5. Sutera ringan 6. Linen 7. Bahan serupa Linen 8. Bahan Ultrasuede 9. Polyester tenunan mulur (stretch) 10. Katun ringan dan bahan serupa sutera 11. Corduroy 12. Beludru 13. Bahan serupa beludru 14. Bahan kelobot/Seersucker
2-43
15. Bahan bobot berat untuk mantel 16. Bahan untuk busana aktif (sportswear)
2.2.8 Ragam Style Blazer Blazer in style dengan ruffle blouse, mini dress, maxi dress, t-shirt, dan celana jeans atau tanktop dan hot pants, blazer mampu memberi sentuhan lebih pada busana. T-shirt yang terkesan kasual, bisa terlihat formal jika ditambahkan blazer hitam. Tub dress untuk pesta bisa dikenakan kekantor saat dipadankan blazer panjang. Sementara untuk tampil modis dan elegan, blazer pendek, atau blazer dari kulit bisa menjadi pilihan. Ragam model blazer kini pun semakin bervariasi mulai dari desain, bahan atau aplikasi yang menemaninya. Era Soekanto mencoba menampilkan sosok wanita metropolitan dengan blazer berpotongan tailoring motif bunga, yang diberi aksen bulu dibagian leher. Ghea Panggabean tampil lebih klasik dan maskulin dengan blazer pendek hitam sepinggang, Malik Moestaram menampilkan sisi glamour dan tegas dengan rancangan blazer berhias bordir dan payet. Desain yang lebih sederhana namun mulitifungsi datang dari rancangan William Tang. Sementara Misan menampilkan sisi unik, chic dan girlie lewat cropped blazer kerah model sweetheart.
Gambar II.26 : Rancangan Era Soekanto menampilkan sosok wanita metropolitan (Sumber : http://www.vibizfashion.com/fashion_focus/2010/03/15/blazer-in-style)
2-44
Gambar II.27 : Rancangan Ghea Panggabean tampil lebih klasik dan maskulin dengan blazer pendek sepinggang (Sumber : http://www.vibizfashion.com/fashion_focus/2010/03/15/blazer-in-style)
Gambar II.28 : Rancangan Malik Moestaram menampilkan sisi glamour dan tegas dengan rancangan blazer berhias bordir dan payet. (Sumber : http://www.vibizfashion.com/fashion_focus/2010/03/15/blazer-in-style)
2-45
Gambar II.29 : Rancangan William Tang desain yang lebih sederhana namun mulitifungsi (Sumber : http://www.vibizfashion.com/fashion_focus/2010/03/15/blazer-in-style)
Gambar II.30 : Rancangan Misan menampilkan sisi unik, chic dan girlie lewat cropped blazer kerah model sweetheart. (Sumber : http://www.vibizfashion.com/fashion_focus/2010/03/15/blazer-in-style)
2.2.9 Hasil Kuesioner 2-46
Bagian I Data Responden : 1. Pendapatan / bulan : a. < Rp 1.000.000
d. Rp 4.500.000 – < Rp6.000.000
b. Rp 1.000.000 – < Rp 3.000.000
e. Rp 6.000.000 – < Rp 7.500.000
c. Rp 3.000.000 – < Rp 4.500.000
f. ≥ Rp 7.500.000
2. Usia : a. 20 – 29 tahun
c. 40 – 49 tahun
b. 30 – 39 tahun
d. 50 – 59 tahun
3. Profesi : a. PNS
c. Wiraswasta
b. Swasta
d. Lain-lain (………………..)
Bagian : ………………………. 4. Pendidikian Terakhir : a. SMA/SMK
e. S1
b. D1
f. S2
c. D2
g. S3
d. D3 Bagian II Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang anda pilih. 1. Apakah anda sering menggunakan blazer saat bekerja ? a. Ya
b. Tidak
2. Dalam satu minggu berapa kali anda menggunakan blazer ? a. 1 x
d. 4x
b. 2 x
e. 5x
c. 3x
f. > 5x
3. Berapa dana yang anda keluarkan untuk membeli Blazer ? a. < Rp 200.000
c. Rp 600.000 - < Rp 800.000
b. Rp 200.000 - < Rp400.000
e. Rp 800.000 - < Rp 1.000.000
c. Rp 400.000 - < Rp 600.000
f. ≥ Rp 1.000.000
4. Apakah anda suka pengembangan motif daerah budaya Indonesia 2-47
diterapkan pada blazer sebagai busana kerja ? a. Ya
b. Tidak
Jelaskan jawaban anda : ……………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………….. ……………………………………………………………………………..
5. Model blazer bermotif mana yang disukai dari gambar berikut ? (pilih 3)
a.
d.
b.
c.
e.
f.
g.
6. Apakah anda tahu fungsi lain blazer selain untuk bekerja di kantor ? 2-48
a. Ya
b. Tidak
Jika ya, sebutkan fungsi lain dari blazer yang anda ketahui : ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ………………………………………………................................................ HASIL: Bagian 1 Pertanyaan Pilihan jawaban Jumlah a 0 b 1 c 2 1 d 5 e 8 f 14 Total 30 a 9 b 13 2 c 5 d 3 Total 30 a 5 b 15 3 c 10 d 0 30 Total a 6 b 0 c 0 4 d 1 e 22 f 1 g 0 Total 30
Bagian 2 Pertanyaan Pilihan jawaban Jumlah a 28 1 b 2 Total 30 a 2 b 9 c 3 2 d 1 e 7 f 8 Total 30 a 2 b 5 c 4 3 d 1 e 7 f 11 Total 30 a 30 4 b 0 Total 30 a 6 b 16 c 19 5 d 24 e 10 f 10 g 5 Total 90 a 16 6 b 14 30 Total
PIE CHART :
2-49
1.
Pendapatan/bulan 0% 3%
< Rp. 1000000
7% 17%
46%
Rp. 1000000 -
27%
Rp. 6000000 - < Rp. 7500000
Dari 30 hasil penyebaran kuesioner di mall-mall kota Bandung ternyata pendapatan perbulan wanita karir yang berusia dari 30 keatas mayoritas Rp. 7,500,000
2.
Usia 10% 30% 17%
20 - 29 tahun 30 - 39 tahun 40 - 49 tahun 50 - 59 tahun
43%
Dari usia yang telah tercantumkan dikuesioner sebanyak 30 lembar, kemapanan wanita karir di kota Bandung mayoritas dari usia 30 keatas.
3.
2-50
Profesi 0% 17% PNS
33%
Swasta Wiraswasta Lain-lain 50%
Melihat dari pendapatan perbulan wanita karir rata-rata dapat mencapai perbulan Rp. 7,500,000. Ternyata profesi wanita karir rata-rata swasta.
4.
Pendidikan Terakhir 3% 0% SMA/SMK 20%
0% 0% 4%
D1 D2 D3 S1
73%
S2 S3
Dari jenjang pendidikan yang tertera di kuesioner sebanyak 30 lembar, wanita karir yang memiliki pendapatan perbulan cukup tinggi dari usia 30 keatas rata-rata memiliki pendidikan terakhir strata satu (S1).
Bagian 2 2-51
1.
Seringnya menggunakan Blazer saat bekerja 7% Ya Tidak 93%
Dari hasil penyebaran hasil kuesioner 30 lembar, maka rata-rata wanita karir berprofesi yang tertera dikuesioner 93% mayoritas menjawab (ya) sangat sering menggunakan blazer
2.
Pemakaian Blazer dalam 1 minggu 1x
7%
2x
27% 30%
3x 4x
23%
10%
5x > 5x
3%
Dalam satu minggu mayoritas wanita karir memakai blazer 2 kali
3. 2-52
Dana untuk membeli Blazer < Rp. 200000 7% 17%
37%
13%
Rp. 200000 - < Rp. 400000 Rp. 400000 - < Rp. 600000 Rp. 600000 - < Rp. 800000
23%
3%
Rp. 800000 - < Rp. 1000000
Malihat dari pendapat perbulan, wanita karir berusia 30 keatas menyiapkan dana untuk membeli blazer Rp. 1,000,000
4.
Kesukaan pengembangan motif batik pada Blazer 0%
Ya Tidak 100%
Dalam pengembangan motif daerah yang diterapkan pada blazer sebagai busana kerja rata-rata keseluruhan wanita karir sangat setuju & dan menyukai dengan alasan rata-rata sebagai berikut : 1. Dapat membudidayakan dan mengembangkan asli budaya Indonesia. 2. Agar busana kerja semakin bervariasi dengan adanya penerapan motif daerah pada blazer. 3. Dapat dipakai ke kantor, acara pesta, dll. 4. Dapat mengenalkan budaya kepada masyarakat Indonesia terutama generasi muda & warga negara asing. 5. Memberikan inovasi baru pada busana kerja 5. 2-53
Model Blazer yang disukai a
5% 7% 11%
b 18%
c
11%
d e 21%
f
27%
g
Dari 7 model desain yang tertera di 30 lembar kuesioner mayoritas wanita kari memilih jawaban desain b 18%, c 21%, d 27%. dengan pemilihan desain tertinggi menjawab (d).
6.
Pengetahuan mengenai fungsi lain Blazer
Ya
47% 53%
Tidak
Dari 30 lembar kuesioner yang tersebar rata-rata wanita karir yang mengetahui fungsi blazer hanya 53 % yang menjawab (ya) dengan alasan rata-rata sebagai berikut : • Dipakai kekantor, • kepesta, dan jalan-jalan di mall.
2-54
2.3
Gagasan Perancangan Pengembangan motif besurek dengan teknik lukis dan bordir menjadi ide
awal dari perancangan, selain mengembangkan motif kain besurek yang hampir tenggelam, juga melestarikan motif kain besurek dan menawarkan solusi dari permasalahan hampir tenggelamnya kain besurek. Sebagai motif pengembangan kain besurek dengan teknik lukis & bordir adalah motif kaligrafi, motif bunga Raflesia Arnoldi. Motif-motif kain besurek berasal dari provinsi Bengkulu tersebut yang akan di kembangkan untuk perancangan pengembangan moif besurek pada blazer sebagai busana kerja wanita usia 25 sampai 35 tahun. Untuk menguraikan masalah dalam perancangan ini, maka di sertai dengan analisa terhadap data yang di butuhkan mengenai kain besurek dari provinsi Bengkulu, motif kaligrafi,motif bunga Raflesia Arnoldi, teknik lukis dan bordir, yang mana akan menjadi acuan dalam menentukan tema.
2.3.1 Tema Desain Dengan mengacu pada hal di atas maka tema yang di pilih dalam perancangan ini adalah
Besurek’s Touch. Maksudnya adalah sentuhan motif
besurek yang di kembangkan dengan teknik lukis & bordir. Teknik lukis & bordir kini sudah banyak di gemari masyarakat Indonesia, permainan warna benang serta jenis bordir menambah keindahan pada busana wanita. Yang cukup di kenal masyarakat sejak lama yakni lukis dan bordir pada busana kebaya, busana muslim dan kerudung, seiring waktu dan pengaruh zaman kini dapat di lihat cukup banyak teknik lukis dan bordir di pakai pada bahan jeans, bahan rajut (kaos), gaun, bahkan aksesoris seperti tas dan sepatu. Di dasari ide awal timbulah motifasi dan ide baru untuk melestarikan dan mengembangkan kerajinan Indonesia seperti kain besurek, dengan perancangan pengembangan motif besurek pada blazer wanita usia 25 sampai 35 tahun. dengan style elegan dengan sentuhan klasik motif besurek.
2-55
2.3.2 Rumusan Desain 2.3.2.1 Pertimbangan Faktor Eksternal 1. Segmentasi Demografis Pembagian kelompok masyarakat berdasarkan pada umur, jenis kelamin, pekerjaan dan status sosial. Secara spesifikasi sasaran segmen yang digunakan dalam perancangan ini adalah : a. Jenis Kelamin
: Wanita
b. Usia
: 25-35 tahun
c. Tingkat Ekonmi : Mapan dan berdaya beli tinggi d. Pendidikan
: Berpendidikan tinggi
e. Pekerjaan
: Eksekutif muda, pengusaha
f. Status Sosial
: Menengah keatas
g. Segmentasi Geografis Merupakan pendekatan yang mencakup letak wilayah dan dari segmentasi pasar yang dituju : a. Kota
: Bengkulu, Bandung
b. Iklim
: Tropis 22°C-32°C
c. Budaya : Menerima adanya perubahan dan perkembangan d. Segmentasi Psikografis Konsumen dibedakan menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kelas sosial, gaya hidup dan karakterisitik kepribadian. Dalam perancangan
ini
konsumen
yang
dituju
dengan
beberapa
pertimbangan spesifikasi, yaitu : a. Karakter : Percaya diri, fleksibel, selalu memperhatikan penampilan, ingin tampil beda, kreatif, dan fashionable. b. Minat Wanita Dewasa : Pakaian, rumah, penampilan fisik, kepemilikan benda uang. c. Pengaruh lingkungan sosial & status pekerjaan d. Pertimbangan : Fungsi, gaya hidup, komunitas sosial & pekerjaan e. Gaya Hidup : Berdaya beli tinggi f. Tahap pemantapan karir dan status, kebutuhan akan 2-56
penghargaan diri, pengakuan dan peningkatan status sosial, baik dalam pergaulan, dalam masyarakat maupun dalam pekerjaan. g. Aktivitas : Eksekutif muda atau pengusaha, dengan kegiatan seperti shopping, travelling, berkumpul dan berinteraksi dalam suatu komunitas, mengikuti sociality. h. Keinginan : Keinginan lebih dalam memenuhi kebutuhan dan gaya hidup, karir yang meningkat dan sukses.
2.3.2.2 Pertimbangan Faktor Internal 1. Dalam proses desain untuk perancangan blazer wanita meliputi beberapa aspek, diantaranya : a. Fungsi fisik, yaitu busana berfungsi sebagai penutup tubuh. b. Fungsi simbolik, fungsi simbolik ini menggambarkan identitas diri si pemakai baik dari status sosial, usia, pendidikan, dll. c. Fungsi estetika, dapat menambah daya tarik serta menambah keeleganan dalam berpenampilan sehingga menarik perhatian orang lain. d. Fungsi psikis, dapat menumbuhkan rasa percaya diri yang dimana akan menentukan dalam bersosialisasi. 2. Aspek Bahan Bahan utama yang dipakai yaitu : Butter silk 3. Aspek proses dan teknis Proses produksi diawali dengan pemilihan material yang akan digunakan untuk blazer wanita sampai pada proses pelukisan dan pembordiran
yang juga sebagai teknik yang digunakan dalam
perancangan ini.
2-57