DAFTAR RIWAYAT HIDUP I.
IDENTITAS PRIBADI
1. Nama
: Tita Sri Rubianti
2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 17 Desember 1986 3. Alamat
: Jln. SMP 188 Rt 003/Rw 04 No. 23 Kel. Rambutan Kec. Ciracas/Jak-Tim 13830
4. Telepon
II.
: 021-94315289/ 081382115340
PENDIDIKAN
1. SD
: SDN 01 PAGI, 1993-1999
2. SMP
: SLTPN 171, 1999-2002
3. SMA
: SMA As-Syafi’iyah 02, 2002-2005
4. S1
: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005-2010
III.
PENGALAMAN ORGANISASI
1. BEM
IV.
: Semester 2-3
LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah
: M. Rubilal
2. Tempat & Tanggal Lahir : Kudus, 15 Agustus 1962 3. Telepon
: 021-37942198/ 082112010975
4. Ibu
: Tetty Resmiati
5. Tempat & Tanggal Lahir : Sumedang, 09 Februari 1959 6. Telepon
: 021-98250080/ 08129971037
7. Alamat
: Jln. SMP 188 Rt 003/Rw 04 No. 23 Kel. Rambutan Kec. Ciracas/ Jak-Tim 13830
8. Anak ke dari
: Satu dari Satu Bersaudara
ABSTRACT
This study analyzes the financial performance of BNI, BRI, BTN, and Bank Mandiri before and after going public each year in the period 1999-2002 and 2006-2009 based on the CAMEL ratios. The data will be used in this research is quantitative data in the form of financial statements konsulidasi BNI, BRI, BTN, and Bank Mandiri before and after going public which consists of the balance sheet and income statement period 1999-2002 and 2006-2009. The analysis in this study will be conducted in two phases, namely descriptive statistics and inferential statistics. Inferential statistics can be grouped into two namely statistical and non-parametik parametik. Comparative analysis of financial performance BNI, BRI, BTN, and Bank Mandiri before and after going public with CAMEL ratio test whether there are differences with Variety Test One Way (One-Way ANOVA). The main requirement conducting Variety One Way (One-Way ANOVA) is the ratio data. Statistics parametik used to study conditions such as: small sample size (less than 30) and data on the sample is normally distributed. Parametik statistical methods used in this study were: Kolmogorov-Smirnov test and Variety One Way (One-Way ANOVA). Overall BNI, BRI, BTN, and Bank Mandiri before and after going public has the financial performance was relatively better. This can be explained from the results of Test Range One Way (One-Way ANOVA), which shows that not too there are differences between the financial performance of BNI, BRI, BTN, and Bank Mandiri before and after going public than in 1999-2002 and 20062009 based on the ratio CAMEL.
Key Data: CAR, ROEA, NIM, ROA, BOPO,WCTA, dan LDR
ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis kinerja keuangan BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public setiap tahunnya pada periode 1999-2002 dan 2006-2009 berdasarkan rasio CAMEL. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa laporan keuangan konsulidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi periode 1999-2002 dan 2006-2009. Analisis dalam penelitian ini akan dilakukan dalam dua tahap, yaitu statistik
deskriptif
dan
statistik
inferensial.
Statistik
inferensial dapat
dikelompokkan lagi menjadi dua yaitu statistik parametik dan non-parametik. Analisis perbandingan kinerja keuangan BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public dengan menggunakan rasio CAMEL dilakukan uji ada tidaknya perbedaan yaitu dengan Uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA). Syarat utama melakukan Uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) adalah data rasio. Statistik parametik digunakan pada kondisi-kondisi penelitian seperti : jumlah sampel kecil (kurang dari 30) dan data pada sampel terdistribusi secara normal. Metode statistik parametik yang digunakan pada penelitian ini adalah : Kolmogorov-Smirnov dan Uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA). Secara keseluruhan BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public memiliki kinerja keuangan yang relatif lebih baik. Hal ini dapat dijelaskan dari hasil Uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) yang menunjukkan bahwa tidak terlalu terdapat perbedaan antara kinerja keuangan BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public dari tahun 1999-2002 dan 2006-2009 berdasarkan rasio CAMEL.
Data Kunci : CAR, ROEA, NIM, ROA, BOPO, WCTA, dan LDR
KATA PENGANTAR
Assalaamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh Puji syukur kehadirat Allah SWT, Yang Maha Menatap setiap perilaku para hamba-Nya. Dia-lah Allah Yang Maha Menggengam setiap peristiwa yang terlintas dan terjadi di atas muka bumi ini, bahkan hingga bergugurannya daun pun tak luput dari takdirnya. Limpahan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada panglima da’wah sejati, Nabi Muhammad SAW seorang rasul yang sepenuh hati menjalankan misinya selaku Rasul Allah SWT. Alhamdulillah atas izin-Nya dan berkat curahan segenap pikiran dan opini dengan sepenuh hati, proposal skripsi yang bertemakan “Analisis Kinerja Keuangan Bank Pemerintah Dengan Menggunakan Metode CAMEL”. Dapat terselesaikan pada waktu yang telah ditentukan, penulis berusaha mengangkat tema ini dengan memperhatikan aspek dari tinjauan penjelasan dan penelitian yang berhubungan dengan tema serta menyimak masalah yang berkaitan dengan manajemen perbankan. Tanpa menyepelekan masalah-masalah yang lain, penulis merumuskan dan memilih Analisis Kinerja Keuangan Bank Pemerintah dengan menggunakan metode CAMEL sebagai tema sekaligus judul dari tugas proposal ini. Dengan mempertimbangkan bahwa ilmu kinerja keuangan Bank Pemerintah sangat menarik untuk diangkat sebagai tema setelah melihat keadaan sebenarnya yang terjadi di dalam dunia perbankan yang bersangkutan pada masyarakat umum, pemerintah, dan bank sentral (BI). Lebih lanjut dari itu, kinerja keuangan Bank Pemerintah merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam perumusan kebijakan moneter. Dalam kaitan ini, kinerja keuangan Bank Pemerintah senantiasa menjadi perhatian, baik oleh para pengambil kebijakan dibidang ekonomi moneter, para pengamat ekonomi, maupun masyarakat pada umumnya. Namun, kinerja keuangan Bank Pemerintah masih merupakan istilah yang relatif belum banyak dipahami atau dimengerti oleh masyarakat luas. Proposal ini sengaja saya susun selain sebagai salah satu point penilaian akhir, penulis berharap agar proposal yang disusun mampu menjadi ujung tombak pembuka cakrawala kita akan wawasan di dalam Manajemen Perbankan.
Saya menyadari selaku penulis bahwa sesungguhnya proposal yang saya susun ini tidak akan pernah terlepas dari kekurangan dan kesalahan, maka dari itu segala saran dan kritik akan senantiasa saya nantikan. Dalam proses penyusunan proposal ini, tidak sedikit kesulitan serta hambatan yang penulis hadapi. Namun, alhamdulillah berkat kesungguhan hati dan kerja keras serta dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung atau tidak langsung, sehingga segala kesulitan serta hambatan dapat diminimalisir yang pada akhirnya dapat terselesaikan. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tiada terkira kepada: 1. Allah SWT tanpa takdir dan cinta-Mu mustahil rasanya kami mampu menggerakkan jasad dan ruh saya dengan sepenuh hati. 2. Kepada Kedua Orangtua yang telah memberikan dukungan moril dan doa-doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini. 3. Kepada orang terdekat yang telah banyak meluangkan waktu dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini. 4. Kepada Bapak Prof.Dr.Ahmad Rodoni,MM selaku pembimbing pertama dalam pembuatan proposal skripsi yang telah memberikan dukungan moril dan arahanarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini. 5. Kepada Bapak Indo Yama Nasarudin,SE,MAB selaku pembimbing Kedua dalam pembuatan proposal skripsi yang telah memberikan dukungan moril dan arahanarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini. 6. Kepada para pegawai Bank Indonesia khususnya pada bagian Biro Neraca Pembayaran (BNP) yang telah memberikan dukungan moril dan arahan-arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini. 7. Kepada para pegawai Perpustakaan Nasional yang telah memberikan arahanarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini. 8. Kepada rekan-rekan mahasiswa kelas Manajemen Perbankan FEIS UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta, yang sedikit banyak mampu memberikan inspirasi dan motivasi dalam menyelesaikan proposal ini. Segala kebaikan tersebut tidak dapat penulis balas dengan imbalan yang melebihi perhitungan Allah SWT. Semoga Allah SWT selalu memberikan kepada
kita rasa haus yang tiada bertepi akan ilmu pengetahuan, yang dengannya kita mampu berjihad di jalan-Nya dengan sepanuh hati.
Wassalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh
Jakarta, Desember 2010 Peniliti
Tita Sri Rubianti
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………i ABSTRACT ……………………………………………………………………...ii ABSTRAK …...………………………………………………………………….iii KATA PENGANTAR ...………………………………………………………...iv DAFTAR ISI…………………………………………………………………….vii DAFTAR TABEL………………………………………………………………xiii DAFTAR LAMPIRAN………………………………………….………………xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang........................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah................................................................................. 11 C. Tujuan Penelitian..................................................................................... 11 D. Manfaat Penelitian................................................................................... 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Rasio CAMEL.............................................................. 13 B. Penjelasan Mengenai Metode CAMEL................................................... 16 C. Tinjauan Umum Go Public...................................................................... 19 1. Definisi Go Public.............................................................................. 19 2. Proses Go Public................................................................................ 20 3. Manfaat dan Konsekuensi Go Public................................................. 21
3.1 Manfaat Go Public....................................................................... 21 3.2 Konsekuensi Go Public................................................................ 27 D. Tinjauan Umum Bank.............................................................................. 28 1. Pengertian Bank................................................................................. 28 2. Jenis-jenis Bank................................................................................. 29 3. Kegiatan Bank.................................................................................... 30 4. Laporan Keuangan Bank.................................................................... 30 5. Modal Bank........................................................................................ 32 5.1 Modal Inti..................................................................................... 32 5.2 Modal Pelengkap.......................................................................... 33 6. Kinerja Keuangan Bank..................................................................... 34 E. Hasil Penelitian Sebelumnya.................................................................... 36 F. Kerangka Pemikiran................................................................................. 40 G. Hipotesis................................................................................................... 43 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian........................................................................ 45 B. Metode Pengumpulan Sampel.................................................................. 45 C. Sumber Data Penelitian............................................................................ 46 D. Tahapan Pengolahan Data........................................................................ 47 E. Pengujian Statistik.................................................................................... 49 F. Metode Analisis....................................................................................... 54
G. Operasional Variabel Penelitian............................................................... 54 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Sekilas Gambaran Umum Bank Pemerintah............................................ 56 1. Sejarah dan Latarbelakang Berdirinya BNI....................................... 59 2. Sejarah dan Latarbelakang Berdirinya BRI....................................... 63 3. Sejarah dan Latarbelakang Berdirinya BTN...................................... 66 4. Sejarah dan Latarbelakang Berdirinya Bank Mandiri........................ 81 B. Hasil Penelitian dan Pembahasan............................................................. 86 C. Kinerja Keuangan Menggunakan Statistik Deskriptif............................. 87 1. Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum Go Public....................... 87 1.1 Capital (CAR).............................................................................. 87 1.2 Asset (ROEA).............................................................................. 88 1.3 Management (NIM)..................................................................... 89 1.4 Earnings (ROA)........................................................................... 90 1.5 BOPO........................................................................................... 91 1.6 Likuidity (WCTA)....................................................................... 92 1.7 LDR.............................................................................................. 93 2. Perbandingan Kinerja Keuangan Sesudah Go Public........................ 94 2.1 Capital (CAR).............................................................................. 94 2.2 Asset (ROEA).............................................................................. 95 2.3 Management (NIM)..................................................................... 96
2.4 Earnings (ROA)........................................................................... 97 2.5 BOPO........................................................................................... 98 2.6 Likuidity (WCTA)....................................................................... 99 2.7 LDR............................................................................................ 100 D. Perbedaan Kinerja Keuangan Berdasarkan Rasio CAMEL Dengan Menggunakan Statistik Inferensial......................................................... 101 E. Pengujian Normalitas Data.................................................................... 101 1. Sebelum Go Public........................................................................... 102 1.1 Bank Negara Indonesia (BNI).................................................... 102 1.2 Bank Rakyat Indonesia (BRI).................................................... 103 1.3 Bank Tabungan Negara (BTN).................................................. 104 1.4 Bank Mandiri............................................................................. 105 2. Sesudah Go Public........................................................................... 105 2.1 Bank Negara Indonesia (BNI).................................................... 106 2.2 Bank Rakyat Indonesia (BRI).................................................... 107 2.3 Bank Tabungan Negara (BTN).................................................. 108 2.4 Bank Mandiri............................................................................. 109 F. Pengujian Hipotesis................................................................................ 109 1. Capital (Permodalan)....................................................................... 110 2. ROEA (Asset).................................................................................. 112 3. NIM (Manajemen)........................................................................... 114
4. ROA (Earnings)............................................................................... 116 5. BOPO............................................................................................... 118 6. WCTA (Likuiditas).......................................................................... 120 7. LDR.................................................................................................. 122 G. Rangkuman Analisa............................................................................... 125 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan............................................................................................ 126 B. Saran....................................................................................................... 131 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 133 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No
Keterangan
Halaman
Perbandingan kinerja keuangan BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum go public yang terdiri dari : IV.1.1
Tabel Capital (CAR)
87
IV.1.2
Tabel Asset (ROEA)
88
IV.1.3
Tabel Management (NIM)
89
IV.1.4
Tabel Earnings (ROA)
90
IV.1.5
Tabel BOPO
91
IV.1.6
Tabel Likuiditas (WCTA)
92
IV.1.7
Tabel LDR
93
Perbandingan kinerja keuangan BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sesudah go public yang terdiri dari : IV.2.1
Tabel Capital (CAR)
94
IV.2.2
Tabel Asset (ROEA)
95
IV.2.3
Tabel Management (NIM)
96
IV.2.4
Tabel Earnings (ROA)
97
IV.2.5
Tabel BOPO
98
IV.2.6
Tabel Likuiditas (WCTA)
99
IV.2.7
Tabel LDR
100
Pengujian Normalitas Data BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri Sebelum go public yang terdiri dari : 1.1
Tabel BNI Tahun 1999-2002
102
1.2
Tabel BRI Tahun 1999-2002
103
1.3
Tabel BTN Tahun 1999-2002
104
1.4
Tabel Bank Mandiri Tahun 1999-2002
105
Pengujian Normalitas Data BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri Sesudah go public yang terdiri dari : 1.1
Tabel BNI Tahun 2006-2009
106
1.2
Tabel BRI Tahun 2006-2009
107
1.3
Tabel BTN Tahun 2006-2009
108
1.4
Tabel Bank Mandiri Tahun 2006-2009
109
Pengujian hipotesa Sebelum dan Sesudah go public yang terdiri dari : 1.
Tabel Capital (CAR)
110
2.
Tabel Asset (ROEA)
112
3.
Tabel Management (NIM)
114
4.
Tabel Earnings (ROA)
116
5.
Tabel BOPO
118
6.
Tabel Likuiditas (WCTA)
120
7.
Tabel LDR
122
Rangkuman Analisa
125
DAFTAR LAMPIRAN No
1.
Keterangan
Halaman
Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum Go Public
Capital (CAR)
136
Asset (ROEA)
136
Manajemen (NIM)
136
Earnings (ROA)
137
BOPO
137
Likuiditas (WCTA)
137
LDR
138
Perbandingan Kinerja Keuangan Sesudah Go Public
2.
Capital (CAR)
138
Asset (ROEA)
138
Manajemen (NIM)
139
Earnings (ROA)
139
BOPO
139
Likuiditas (WCTA)
140
LDR
140
Uji Kolmogorov-Smirnov Test Sebelum Go Public
Bank Negara Indonesia (BNI)
141
Bank Rakyat Indonesia (BRI)
145
Bank Tabungan Negara (BTN)
149
Bank Mandiri
153
Uji Kolmogorov-Smirnov Test Sebelum Go Public
Bank Negara Indonesia (BNI)
157
Bank Rakyat Indonesia (BRI)
161
Bank Tabungan Negara (BTN)
165
Bank Mandiri
169
3.
4.
Uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA)
Capital (CAR)
173
Asset (ROEA)
176
Manajemen (NIM)
178
Earnings (ROA)
181
BOPO
184
Likuiditas (WCTA)
186
LDR
189
Data Variabel Sebelum Go Public
190
Data Variabel Sesudah Go Public
191
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November
1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. (Republik Indonesia, 1998) Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, dimana aktivitas bank pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas atau yang disebut kegiatan funding, agar masyarakat mau menyimpan uangnya di bank, maka perbankan memberikan rangsangan berupa balas jasa yang akan diberikan kepada penyimpan. Balas jasa tersebut dapat berupa bunga, bagi hasil, hadiah, pelayanan, dan lainnya. Selain itu, bank dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga kinerja keuangan bank perlu dipelihara. Salah satu sumber utama indikator yang dijadikan dasar penilaian kinerja keuangan adalah laporan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan itu akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank. Analisa rasio keuangan yang memungkinkan manajemen untuk mengidentifikasikan perubahan-perubahan pokok pada trend jumlah, dan hubungan serta alasan perubahan tersebut. Hasil analisa laporan keuangan akan
membantu menginterpretasikan berbagai hubungan kunci serta kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan di masa mendatang. Penilaian kinerja perusahaan bagi manajemen merupakan penilaian terhadap prestasi yang akan dicapai. Umumnya untuk menilai kinerja perusahaan perbankan digunakan lima aspek penilaian, yaitu: Capital, Asset, Management, Earnings, dan Liquidity yang biasa disebut CAMEL. Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian mengenai kinerja keuangan suatu bank melalui rasio CAMEL. Keputusan go public memperoleh pengaruh yang besar dalam memperbaiki kondisi perusahaan dan peningkatan kinerja perusahaan. Dana yang lebih besar tentu saja akan semakin memperkuat posisi keuangan perusahaan. Perubahan posisi keuangan ini akan tampak pada laporan keuangan, baik yang berupa laba bersih, laba perusahaan maupun likuiditas sahamnya terutama bagi perusahaan public. Kinerja perusahaan public ini sering diposisi dengan indikator: (Majalah Info Bank, Februari 2008) 1.
Perubahan harga saham yang terjadi di bursa
2.
Rasio-rasio keuangan Beberapa hal utama yang menjadi latar belakang perusahaan melakukan
go public adalah fund raising, likuiditas dari perusahaan (dalam hal ini sahamnya), penyebaran kepemilikan atau divestasi sebagai movement untuk meningkatkan image perusahaan. Sedangkan manfaat yang diperoleh oleh perus
meningkatkan image perusahaan. Sedangkan manfaat yang diperoleh oleh perusahaan go public adalah : 1.
Membiayai perluasan fasilitas produksi, distribusi, diversifikasi
2.
Memperbaiki leverage (refinancing-financial structure)
3.
Sarana divestasi (kepentingan pemegang saham)
4.
Meningkatkan image dan akses di Industrinya
5.
Meningkatkan tata kelola perusahaan Perusahaan yang sudah go public akan mengalami perubahan dalam beberapa kondisi. Perusahaan public akan memiliki dana yang lebih besar dibandingkan sebelumnya, yang didapat dari public. Karena perusahaan telah menjadi milik public, maka kinerja perusahaan akan diawasi oleh public. Dengan adanya pengawasan dari public tersebut, manajemen dituntut untuk bertindak secara profesional agar investor tidak menarik modalnya dan meninggalkan perusahaan. Karena kebutuhan dana relatif terpenuhi dan manajer lebih profesional, maka diharapkan kinerja perusahaan setelah menjadi perusahaan public akan lebih baik. Perusahaan public pada dasarnya harus siap dengan berbagai konsekuensi dan permasalahannya, yaitu memenuhi ketentuan yang berlaku dalam perundangundangan beserta aturan pelaksanaan yang mengikutinya. (Sijabat, Indriyani. 2008) Menurut (Sunariyah, 2000: 36-37) konsekuensi yang harus diterima oleh perusahaan yang melaksanakan go public adalah:
1. Keharusan untuk keterbukaan (full disclosure).
2. Keharusan untuk mengikuti peraturan-peraturan pasar modal mengenai kewajiban pelaporan. 3. Gaya manajemen yang berubah dari formal ke informal. 4. Kewajiban membayar deviden. 5. Senantiasa berusaha untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan perusahaan. Dari konsekuensi tersebut ada banyak keuntungan yang didapatkan dari perusahaan public yaitu memperoleh dana yang murah dari bisnis pemodal yang sangat luas untuk keperluan penambahan modal yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk pengembangan usaha. Dengan adanya perubahan perusahaan menjadi perusahaan public maka diharapkan kinerja perusahaan tersebut akan mengalami peningkatan. Sehingga perusahaan akan menerima keuntungan yang lebih besar. Hal tersebut dapat dilihat dari rasio keuangan yang diharapkan akan semakin membaik. (Pangastuti, 1992 dan Nurofik, 1994 dalam Machfoedz, 1999: 55) menyatakan bahwa go public berpengaruh positif terhadap tingkat efisiensi perusahaan, bahwa perusahaan yang sesudah menjadi perusahaan public mempunyai tingkat efisiensi yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang belum menjadi perusahaan public. Tetapi menurut (Hartini, 1997. Dalam Machfoedz, 1999: 55) kinerja perusahaan sesudah menjadi perusahaan public bisa saja mengalami penurunan dikarenakan perusahaan telah menetapkan target kinerja yang cukup tinggi sebelum go public, akibatnya kinerja perusahaan tersebut mengalami penurunan sesudah go public. Sedangkan menurut (Wijaya, 1997 dalam Machfoedz, 1999: 55) perusahaan perbankan yang telah menjadi go public tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat efisiensi perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja perusahaan sebelum dan sesudah melakukan go public. Untuk mengetahui pengaruh terjadinya go public terhadap kinerja perusahaan secara finansial, dilakukan dengan membandingkan rasio-rasio keuangan untuk tahun 1999-2002 sebelum go public dan tahun 2006-2009 sesudah go public. Dengan pertimbangan bahwa pengaruh perubahan go public terhadap kinerja keuangan perusahaan public akan tampak pada laporan keuangan tahun-tahun berikutnya. Jika variabel-variabel yang dibandingkan menunjukan hasil yang berbeda, maka dinyatakan bahwa proses go public pada suatu perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan tersebut. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 berakibat pada terpuruknya kondisi perekonomian di segala sektor. Pada sektor perbankan, kondisi likuiditas menjadi masalah utama sehingga kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional menurun, bahkan hingga terjadi rush besar-besaran pada beberapa bank. Beberapa bank tidak mampu memenuhi standar jumlah modal minimal, bahkan lebih buruk lagi beberapa bank memiliki tingkat modal negatif. Susiyanto (1999) mengemukakan bahwa pada saat awal terjadinya krisis di Indonesia terdapat 237 bank, kemudian setelah krisis tinggal 170 bank yang tersisa. Dalam rangka mengendalikan keterpurukan kondisi perbankan, maka pemerintah akhirnya turun tangan memberikan upaya-upaya penyelamatan. Pemerintah berusaha mengatasi masalah yang dihadapi oleh bank dengan melakukan upaya restrukturisasi. Rektrukturisasi ditujukan pada bank-bank yang
diperkirakan masih mampu melakukan kegiatan operasionalnya dan mampu berkembang sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pulihnya perekonomian nasional. Sabirin (2000) mengemukakan bahwa sektor perbankan memiliki peranan penting dalam proses kebangkitan (recovery) perekonomian secara keseluruhan. Pada bulan Januari 1998 pemerintah membentuk Badan Pengawas Perbankan Nasional (BPPN) untuk memberikan solusi atas permasalahan keuangan perbankan, serta mengelola asset bank yang direstrukturisasi perbankan melalui program rekapitalisasi. Rekapitalisasi dilakukan dalam bentuk obligasi pemerintah yang merupakan penempatan modal pemerintah pada bank yang dimaksud. (Darman, 2006) Ketatnya kompetisi dalam industri perbankan menuntut setiap pelaku usaha dalam bisnis ini untuk senantiasa memberikan layanan yang prima terhadap nasabahnya maupun calon nasabah potensial. Salah satu ukuran yang menjadi acuan bagi nasabah untuk memilih bank yang akan menjadi mitra usahanya adalah kinerja keuangan. Hal ini menjadi alasan yang logis sebagai salah satu pilihan rasional nasabah karena kinerja dianggap sebagai hasil kerja, prestasi kerja atau produktivitas kerja dari suatu bank. Dalam dunia usaha pencapaian investasi dari suatu bagian usaha maupun perusahaan secara keseluruhan diindentikan dengan kinerja, baik itu kinerja keuangan maupun kinerja lainnya oleh karena kinerja merupakan suatu cara yang dipakai untuk mengukur kemampuan suatu usaha. (Indryo, 1997)
Kinerja keuangan menjadi hal yang vital bagi suatu organisasi bisnis. Dari berbagai fungsi yang ada di dalam perusahaan, fungsi yang berkaitan dengan keuangan merupakan salah satu yang menjadi indikator pertumbuhan usaha. Keuangan juga produk dan jasa perbankan yang ditawarkan kepada masyarakat juga makin beragam, sehingga persaingan perbankan makin ketat dan membutuhkan kualitas pelayanan yang melebihi keinginan nasabah. Di sisi lain, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai 1,3% atau naik Rp13,8 triliun pada kurun waktu yang sama atau lebih besar dari pertumbuhan kredit. Sebagian dana yang diterima perbankan ditempatkan pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Sebagai akibatnya, Loan to Deposit Ratio (LDR) sedikit turun dari 66,4% menjadi 66,2%. Namun, perkembangan ini dapat dikatakan cukup baik mengingat tingginya kenaikan suku bunga kebijakan Bank Indonesia tidak menyebabkan penurunan LDR yang lebih besar. Bahkan peningkatan profitabilitas yang terjadi pada tahun 2005 antara lain Return on Asset (ROA) meningkat dari 2,6% menjadi 2,8% dan Net Interest Income (NII) naik dari Rp 5,9 triliun menjadi Rp 6,2 triliun. Dengan membaiknya profitabilitas dan tidak terlalu besarnya peningkatan kredit, rasio kecukupan modal (CAR) juga mengalami peningkatan dari 19,4% menjadi 19,6%. CAR tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan perbankan di negara-negara Asia lainnya. (Laporan Bank Indonesia dalam Kompas, 2006) Sebagai lembaga keuangan, bank-bank yang ada di Indonesia berusaha untuk dapat memberikan hasil yang terbaik demi kelangsungan usahanya. Salah satunya yaitu dengan menjadi bank yang terbuka untuk public, dimana segala
aspek dalam bank tersebut dapat diketahui oleh public termasuk aspek finansialnya. Bank Pemerintah merupakan bagian dari bank umum. Di antara bank-bank yang ada, bank pemerintah seperti Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI) termasuk dalam kategori bank yang telah go public. Bank Mandiri salah satu bank terbesar di Indonesia. Pada tahun 2000 Bank Mandiri menjadi bank yang terbuka untuk public atau sudah go public. Hal ini dilakukan dalam rangka memperbesar modal dan menjadi salah satu cara untuk mempertahankan usaha. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. adalah bank komersial tertua dalam sejarah Republik Indonesia. Bank ini didirikan pada tahun 1946. Saat ini BNI mempunyai 914 kantor cabang di Indonesia dan 5 di luar negeri. Setelah pencadangan penuh atas kerugian akibat kasus L/C fiktif di tahun 2003, BNI berupaya keras meningkatkan pendapatan di tahun 2004 untuk mengkompensasi kerugian tersebut, dengan hasil yang menggembirakan. Pencapaian tersebut lebih signifikan bila mengingat kontributor terbesar adalah pendapatan bunga dari kredit. (BNI: www.bni.co.id) PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Pada 10 November 2003 mencatat sejarah dengan melakukan pencatatan perdana sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Selain melakukan pencatatan saham perdana di BEJ dan BES, Bank BRI juga melakukan refund, distribusi saham secara elektronik serta melakukan pembayaran kepada pemerintah dan
emiten. Pemerintah selaku pemilik saham tunggal BRI melepas sampai 30% sahamnya di BRI kepada publik melalui pasar modal. (Rudjito, 2004) Ketiga bank BUMN yang telah go public ini selalu berupaya meningkatkan kinerja keuangannya dalam rangka mempertahankan usaha dan tetap eksis dalam dunia perbankan yang penuh dengan persaingan. (Frendly A.O Pelleng dan Cynthia I. Erkles, 2006) Pasar modal berfungsi sebagai suatu alternatif sumber pendanaan bagi banyak perusahaan untuk memperoleh tambahan modal. Salah satu sumber pendanaan adalah melalui pasar modal, yaitu melalui Initial Public Offering (IPO). Ciri menarik dari IPO adalah emiten memperoleh dana dari para investor. Emiten tidak wajib mengembalikan dana berikut bunganya. Dana yang diterima emiten merupakan penyertaan modal dari investor selaku pemegang saham. (Bank Indonesia, 1993, 2000, 2004) IPO mempunyai arti signifikan bagi perusahaan go public. Alasannya adalah IPO bukan sekedar kegiatan transaksi keuangan biasa. Perusahaan yang melakukan IPO berubah statusnya dari perusahaan tertutup (Private) menjadi perusahaan terbuka (go public/public company). Investor yang memenuhi persyaratan dapat membeli/memiliki saham perusahaan tersebut melalui pasar perdana (primary market) dan pasar sekunder (secondary market) melalui pasar modal/bursa efek. Konsekuensi bagi perusahaan go public ini adalah keterbukaan informasi (full disclosure) kepada pemegang saham dan masyarakat. Perusahaan go public mengungkapkan seluruh informasi antara lain tentang: kegiatan usaha, kondisi keuangan, manajemen dan masalah hukum yang dihadapi perusahaan.
Bank
Indonesia
menjelaskan
pengungkapkan
informasi
keuangan
dan
keterbukaan (Bank Indonesia, 1993, 2000, 2004) UU No. 8 Tahun 1995 (UUPM No. 8/1995) mengatur ketersediaan informasi keuangan menjadi mandatory disclosure sebagai kewajiban emiten. (BAPEPAM, 2000) Perusahaan bank menjadi go public dengan menjual sebagian/seluruh sahamnya ke masyarakat luas melalui penawaran di pasar perdana maupun di pasar sekunder. Saham berfungsi sebagai penyertaan modal dari para pemilik dana/pemegang saham (stockholders). Stockholders mengharapkan imbalan atas investasi dalam bentuk saham tersebut berupa dividen. Pihak manajemen bank berusaha mengelola dana dengan baik dan harus mempertanggungjawabkan kinerja perusahaannya. Ini sebagai jaminan bagi stockholders bahwa dana yang diinvestasikan dapat dikelola secara evisien dan efektif. Tambahan kapital dari penjualan saham diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen (Helfert, 1996). Ukuran kinerja perusahaan merujuk pada rasio dan indeks yang menunjukkan hubungan data keuangan (Husnan dan Pujiastuti, 1993). Bank Indonesia berdasarkan surat keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/12/KEP/DIR, tanggal 30 April 1997 merujuk kinerja bank berdasarkan pada lima indikator yang dikenal dengan istilah CAMEL yaitu, Capital Adequacy (Permodalan), Assets Quality (Kualitas Aktiva Produktif), Manajement, Earning Ability (Rentabilitas), dan Liquidity (Likuiditas). (Sudaryanto, 2007)
Oleh karena itu dilihat dari penelitian sebelumnya dan rasio yang akan digunakan dalam penelitian ini yang berkaitan dengan kinerja keuangan bank. Maka dilatarbelakangi penelitian tersebut, penulis akan mengkaji lebih dalam apa pengaruh kinerja keuangan bank. Khususnya pada kinerja keuangan bank pemerintah yang berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Bank Pemerintah Dengan Menggunakan Rasio CAMEL”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kinerja keuangan bank pemerintah sebelum go public dengan menggunakan rasio CAMEL. 2. Bagaimana kinerja keuangan bank pemerintah sesudah go public dengan menggunakan rasio CAMEL. 3. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan bank pemerintah sebelum dan sesudah go public dengan menggunakan rasio CAMEL.
C. Tujuan Penelitian 1. Menganalisa perbedaan kinerja keuangan bank pemerintah sebelum go public dengan menggunakan rasio CAMEL. 2. Menganalisa perbedaan kinerja keuangan bank pemerintah sesudah go public dengan menggunakan rasio CAMEL.
3. Menganalisa perbedaan kinerja keuangan bank pemerintah sebelum dan sesudah go public dengan menggunakan rasio CAMEL.
D. Manfaat penelitian Adapun manfaat penelitian adalah : 1. Memberikan sumbangan pemikiran dan wacana bagi dunia akademis tentang industri perbankan di Indonesia dengan permasalahannya. 2. Memperkaya pustaka Indonesia di lingkungan pendidikan tinggi pada umumnya dan di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah pada khususnya mengenai skripsi dengan topik perbankan. 3. Memberikan hasil perbandingan sebelum dan sesudah go public untuk menjadi referensi bagi bank-bank di tahun-tahun berikutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Rasio CAMEL Dalam kamus perbankan (Institut Bankir Indonesia), edisi kedua tahun 1999: CAMEL adalah aspek yang paling banyak berpengaruh terhadap kondisi keuangan bank, yang mempengaruhi pula tingkat kesehatan bank, CAMEL merupakan alat ukur yang menjadi objek pemeriksaan bank yang dilakukan oleh pengawas bank. CAMEL terdiri atas lima kriteria yaitu: modal, aktiva, manajemen, pendapatan dan likuiditas. Rasio
CAMEL
adalah
menggambarkan
suatu
hubungan
atau
perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan analisa rasio dapat diperoleh gambaran baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu bank. Dalam penilaian kinerja suatu bank, berdasarkan peraturan Bank Indonesia No: 6/10/PBI/2004 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan Bank Umum adalah sebagai berikut : (Spica, Luciana Almilia. 2005) a. Permodalan (Capital) Penelitian terhadap faktor permodalan adalah sebagai berikut : 1. Kecukupan, komposisi, dan proyeksi (trend ke depan) permodalan serta kemampuan permodalan bank dalam mengatasi asset bermasalah. 2. Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha,
akses kepada sumber permodalan, dan kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank. b. Kualitas asset (asset quality) Penilaian terhadap faktor kualitas asset adalah sebagai berikut : Kualitas aktiva produktif, konsentrasi eksposur risiko kredit, Perkembangan aktiva prodiktif bermasalah, dan kecukupan penyisihan penghapusan aktiva produktif bermasalah, dan kecukupan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP). c. Manajemen (management) Penilaian terhadap faktor manajemen adalah sebagai berikut : 1. Kualitas manajemen umum dan penerapan manajemen risiko. 2. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya. d. Rentabilitas (earning) Penilaian terhadap faktor rentabilitas adalah sebagai berikut : 1. Pencapaian Return of assets (ROA), return on equity (ROE), net interest margin (NIM), dan tingkat efisiensi bank. 2. Perkembangan laba operasional, diversifikasi pendapatan, penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya, dan prospek laba operasional. e. Likuiditas (Liquidity) Penilaian terhadap faktor likuiditas adalah sebagai berikut : 1. Rasio aktiva/pasiva likuid, potensi malturity mismatch, kondisi Loan to Deposit Ratio (LDR), proyeksi cash flow, dan konsentrasi pendanaan.
2. Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (asset and liabilities management/ALMA), akses kepada sumber pendanaan, dan stabilitas pendanaan. f. Sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk). Penilaian terhadap faktor sensitivitas terhadap risiko pasar adalah sebagai berikut: 1. Kemampuan modal bank dalam mengatasi potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga dan nilai tukar. 2. Kecukupan penerapan manajemen risiko pasar. Sedangkan unsur-unsur penilaian dalam analisa CAMEL menurut kasmir adalah sebagai berikut : 1. Capital (permodalan) Penilaian berdasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh salah satu bank. Salah satu penilaian adalah dengan metode capital adequacy ratio (CAR). 2. Asset (kualitas aktiva produktif) Penilaian berdasarkan kepada aktiva produktif yang dimiliki bank. Rasio yang diukur yaitu Return On Earning Assets (ROEA). 3. Management (manajemen) Penilaian didasarkan kinerja keuangan yang dihasilkan oleh manajemen bank. Salah satu penilaian adalah dengan menggunakan Net Interest Margin (NIM). 4. Earning (Rentabilitas) Penilaian didasarkan kepada rentabilitas suatu bank yang dilihat dari kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini
didasarkan kepada dua macam yaitu Return On Asset (ROA) dan rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). 5. Likuidity (likuiditas) Untuk menilai likuiditas bank. Penilaian likuiditas didasarkan kepada dua macam rasio, yaitu : rasio Working Capital terhadap Total Asset (WCTA) dan rasio antara yang diterima terhadap dana yang diterima oleh bank (LDR).
B. Penjelasan Mengenai Metode CAMEL 1. Capital (Permodalan) Kekurangan modal merupakan gejala umum yang dialami bank-bank di negara-negara berkembang. Kekurangan modal tersebut dapat bersumber dari dua hal, yang pertama adalah modal yang jumlahnya kecil, dan yang kedua adalah kualitas modalnya yang buruk. Dengan demikian, pengawas bank harus yakin bahwa bank harus mempunyai modal yang cukup, baik jumlah maupun kualitasnya. Selain itu, para pemegang saham maupun pengurus bank harus benar-benar bertanggung jawab atas modal yang sudah ditanamkan. Berapa modal yang cukup tersebut? Pada saat ini persyaratan untuk mendirikan bank baru memerlukan modal disetor sebesar Rp. 3 trilyun. Namun bank-bank yang saat ketentuan tersebut diberlakukan sudah berdiri jumlah modalnya mungkin kurang dari jumlah tersebut. Pengertian kecukupan modal tersebut tidak hanya dihitung dari jumlah nominalnya, tetapi juga dari rasio kecukupan modal, atau yang sering disebut sebagai Capital Adequacy Ratio (CAR).
2. Asset (Kualitas Aktiva Produktif) Dalam kondisi normal sebagian besar aktiva suatu bank terdiri dari kredit dan aktiva lain yang dapat menghasilkan atau menjadi sumber pendapatan bagi bank, sehingga jenis aktiva tersebut sering disebut sebagai aktiva produktif. Dengan kata lain, aktiva produktif adalah penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, surat berharga, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen, dan kontijensi pada transaksi rekening administratif. Di dalam menganalisis suatu bank pada umumnya perhatian difokuskan pada kecukupan modal bank karena masalah solvensi memang penting. Namun demikian, menganalisis kualitas aktiva produktif secara cermat tidaklah kalah pentingnya. Kualitas aktiva produktif bank yang sangat jelek secara Implisit akan menghapus modal bank. Walaupun secara riil bank memiliki modal yang cukup besar, apabila kualitas aktiva produktifnya sangat buruk dapat saja kondisi modalnya menjadi buruk pula. Hal ini antara lain terkait dengan berbagai permasalahan seperti pembentukan cadangan, penilaian asset, pemberian pinjaman kepada pihak terkait, dan sebagainya. Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif di dalam ketentuan perbankan di Indonesia didasarkan pada dua rasio yaitu: a. Rasio aktiva produktif diklasifikasikan terhadap aktiva b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva 3. Management (Manajemen) Manajemen atau pengelolaan suatu bank akan menentukan sehat tidaknya suatu bank. Mengingat hal tersebut, maka pengelolaan suatu manajemen sebuah
bank mendapatkan perhatian yang besar dalam penilaian tingkat kesehatan suatu bank diharapkan dapat menciptakan dan memelihara kesehatannya. Penilaian faktor manajemen dalam penilaian tingkat kesehatan bank umum dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap pengelolaan terhadap bank yang bersangkutan. Penilaian tersebut dilakukan dengan mempergunakan sekitar seratus kuesioner yang dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu kelompok manajemen umum dan kuesioner manajemen resiko atau yang sering disebut juga Net Interest Margin (NIM). 4. Earning (Rentabilitas) Salah satu parameter untuk mengukur tingkat kesehatan suatu bank adalah kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. Perlu diketahui bahwa apabila bank selalu mengalami kerugian dalam kegiatan operasinya maka tentu saja lama kelamaan kerugian tersebut akan memakan modalnya. Bank yang dalam kondisi demikian tentu saja tidak dapat dikatakan sehat. Analisis rentabilitas dimaksudkan untuk mengukur produktivitas asset yaitu kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan menggunakan aktiva yang dimilikinya, dan juga mengukur efisiensi penggunaan modal. Ukuranukuran yang digunakan: Return On Asset (ROA) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen menghasilkan Earning before tax dari pengelolaan asset. Total assets dan earning before tax yang terjadi selama 12 bulan (per 31 Desember) pada periode yang sama. Semakin besar ROA suatu bank, maka makin besar tingkat keuntungan bank dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan asset.
3. Liquidity (Likuiditas) Menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali dalam penarikan dana yang dilakukan nasabah dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Untuk menilai apakah sebuah bank mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang segera ditagih (berjangka pendek) maka digunakan metode Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Workin Capital to Total Asset (WCTA).
C. Tinjauan Umum Go Public 1.
Definisi Go Public Dalam konsep pasar modal, secara umum tindakan “Go Public” diterjemahkan sebagai tindakan menawarkan efek kepada masyarakat (public), dimana tindakan ini dilatarbelakangi oleh alasan mendasar yaitu kebutuhan akan dana atau sebab lain yang lebih khusus. (Artikel Warta Bapepam, Edisi: 23 November 2006)
2.
Proses Go Public Untuk menjadi perusahaan public yang sahamnya dicatatkan dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI), perusahaan perlu memperoleh persetujuan dari BEI dengan mengajukan permohonan pencatatan kepada BEI dengan melampirkan dokumen-dokumen yang diperlukan. Sepanjang dokumendokumen dan informasi yang disampaikan telah mencukupi dan lengkap, BEI hanya memerlukan waktu 10 hari Bursa untuk memberikan persetujuan pencatatan. Jika memenuhi syarat, BEI memberikan surat persetujuan prinsip
pencatatan yang dikenal dengan istilah Perjanjian Pendahuluan Pencatatan Efek. Sesudah mendapat perjanjian pendahuluan dari BEI, calon perusahaan terbuka tersebut mengajukan pernyataan pendaftaran kepada Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) untuk melakukan Penawaran Umum. Apabila pernyataan pendaftaran calon emiten telah dinyatakan efektif oleh BAPEPAM-LK, maka calon emiten tersebut dapat melakukan proses Penawaran Umum. Pada umumnya, keseluruhan proses Penawaran Umum hanya memerlukan waktu kurang lebih 10 hari kerja, tergantung berapa lama masa penawaran kepada public yang ditentukan oleh calon perusahaan terbuka dan penjamin emisi. Sesudah masa Penawaran Umum tersebut berakhir, maka perusahaan resmi menjadi perusahaan terbuka yang sahamnya dicatatkan dan diperdagangkan di Bursa. (Thariq, Rizal Abdillah. 2006) 3.
Manfaat dan kosekuensi Go Public 3.1 Manfaat Go Public Dengan menjadi perusahaan public, manfaat yang dapat diperoleh perusahan, diantaranya :
1. Memperoleh Sumber Pendanaan Baru
Dana untuk pengembangan, baik untuk penambahan modal kerja maupun untuk ekspansi usaha, adalah faktor yang sering menjadi kendala banyak perusahaan. Dengan menjadi perusahaan publik kendala pendanaan tersebut akan lebih mudah diselesaikan, yaitu : (Ang, Robert. 1997)
a. Peroleh dana melalui hasil penjualan saham kepada public. Dengan cara ini,
perusahaan dapat memperoleh dana dalam jumlah besar dan diterima sekaligus dengan cost of fund yang relatif lebih kecil dibandingkan perolehan. b. Dana melalui perbankan. Selain itu dimasa mendatang, dengan telah menjadi
perusahaan public, perusahaan juga dapat melakukan secondary offering tanpa batas. c. Mempermudah akses kepada perbankan. Dengan menjadi perusahaan public yang
sahamnya diperdagangkan di Bursa, kalangan perbankan akan dapat lebih mengenal dan percaya kepada perusahaan. Hal tersebut tidak berlebihan mengingat setiap hari perbankan dapat mengetahui kondisi keuangan perusahaan melalui berbagai keterbukaan informasi yang diumumkan perusahaan melalui Bursa. Dengan kondisi demikian, tidak hanya proses pemberian pinjaman baru akan lebih mudah dibandingkan pemberian pinjaman perusahaan yang belum dikenal, namun tingkat bunga yang dikenakan juga mungkin akan lebih rendah mengingat credit risk perusahaan terbuka relatif lebih kecil dibandingkan kredit pada perusahaan tertutup. d. Mempermudah akses perusahaan untuk masuk ke pasar uang melalui penerbitan
surat hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Umumnya pembeli surat hutang tentunya akan lebih menyukai jika perusahaan yang menerbitkan surat hutang tersebut sudah menjadi perusahaan public. Dengan menjadi perusahaan public, citra dan nama sahamnya diperdagangkan di Bursa, kalangan perbankan akan lebih mengenal dan percaya kepada perusahaan. Hal tersebut tidak berlebihan jika mengingat setiap hari perbankan dapat mengetahui kondisi
keuangan perusahaan melalui berbagai keterbukaan informasi yang diumumkan perusahaan melalui Bursa. Dengan kondisi demikian, tidak hanya proses pemberian pinjaman baru akan lebih mudah dibandingkan pemberian pinjaman kepada perusahaan yang belum dikenal, namun tingkat bunga yang dikenakan juga mungkin akan lebih rendah mengingat credit risk perusahaan terbuka relatif lebih kecil dibandingkan kredit pada perusahaan tertutup. e. Mempermudah akses perusahaan untuk masuk ke pasar uang melalui penerbitan
surat hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Umumnya pembeli surat hutang tentunya akan lebih menyukai jika perusahaan yang menerbitkan surat hutang tersebut sudah menjadi perusahaan public. Dengan menjadi perusahaan public, citra dan nama perusahaan dengan status Tbk (Terbuka) akan lebih dikenal di komunitas keuangan. Kondisi demikian umumnya tidak hanya akan sangat membantu mempermudah penerbitan surat hutang, tetapi juga memungkinkan perusahaan untuk menerbitkan surat hutang dengan tingkat bunga yang lebih bersaing karena tingkat kepercayaan pasar terhadap bond issuer yang sudah go public lebih tinggi dibandingkan bond issuer yang belum go public. 2. Memberikan Competitive Advantage untuk Pengembangan Usaha
Dengan menjadi perusahaan public, perusahaan akan memperoleh banyak competitive advantages untuk pengembangan usaha di masa yang akan datang, antara lain: a. Melalui penjualan saham kepada public perusahaan berkesempatan untuk mengajak para partner kerjanya seperti pemasok (supplier) dan pembeli (buyer) untuk turut menjadi pemegang saham perusahaan. Dengan demikian, hubungan
yang akan terjadi tidak hanya sebatas hubungan bisnis tetapi berkembang menjadi hubungan yang lebih tinggi tingkat kualitas dan loyalitasnya. Hal tersebut disebabkan karena mereka sebagai salah satu pemegang saham akan memberikan komitmen yang lebih tinggi untuk turut serta membantu pengembangan perusahaan di masa depan. b. Dengan menjadi perusahaan public, perusahaan dituntut oleh banyak pihak untuk dapat selalu meningkatkan kualitas kerja operasionalnya, seperti dalam hal pelayanan kepada pelanggan ataupun kepada para stakeholders lainnya, sistem pelaporan, dan aspek pengawasan. Dengan demikian akan tercipta suatu kondisi yang senantiasa memacu perusahaan dan seluruh karyawannya untuk dapat selalu memberikan hasil yang terbaik kepada para stakeholdersnya. Bila kondisi ini tercapai, maka perusahaan dari waktu ke waktu akan menjadi lebih baik dalam menyajikan produknya sehingga akan membuka peluang untuk pengembangan selanjutnya. Banyak perusahaan yang mampu mempertahankan kelangsungan usahanya dalam waktu yang sangat tinggi tingkat kualitas dan loyalitasnya. Hal tersebut disebabkan karena mereka sebagai salah satu pemegang saham akan memberikan komitmen yang lebih tinggi untuk turut serta membantu pengembangan perusahaan di masa depan. c. Dengan menjadi perusahaan public, perusahaan dituntut oleh banyak pihak untuk dapat selalu meningkatkan kualitas kerja operasionalnya, seperti dalam hal pelayanan kepada pelanggan ataupun kepada para stakeholders lainnya, sistem pelaporan, dan aspek pengawasan. Dengan demikian akan tercipta suatu kondisi yang senantiasa memacu perusahaan dan seluruh karyawannya untuk dapat selalu
memberikan hasil yang terbaik kepada para stakeholdersnya. Bila kondisi ini tercapai, maka perusahaan dari waktu ke waktu akan menjadi lebih baik dalam menyajikan produknya sehingga akan membuka peluang untuk pengembangan operasi selanjutnya. Banyak perusahaan yang mampu mempertahankan kelangsungan usahanya dalam waktu yang sangat panjang dengan menjadi perusahaan public. Melakukan merger atau akuisisi perusahaan lain dengan pembiayaan melalui penerbitan saham baru Pengembangan usaha melalui merger atau akuisisi merupakan salah satu cara yang cukup banyak diminati untuk mempercepat pengembangan skala usaha perusahaan. Saham perusahaan public yang diperdagangkan di Bursa memiliki nilai pasar tertentu. Dengan demikian, bagi perusahaan public yang sahamnya diperdagangkan di Bursa, pembiayaan untuk merger atau akuisisi dapat lebih mudah dilakukan yaitu melalui penerbitan saham baru sebagai alat pembiayaan merger atau akuisisi tersebut. 3. Peningkatan Kemampuan Going Concern
Kemampuan Going Concern bagi perusahaan adalah kemampuan untuk tetap dapat bertahan dalam kondisi apapun termaksud dalam kondisi yang dapat mengakibatkan
bangkrutnya
perusahaan,
seperti
terjadinya
kegagalan
pembayaran hutang kepada pihak ketiga, perpecahan di antara pemegang saham pendiri, atau bahkan karena adanya perubahan dinamika pasar yang dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk tetap dapat bertahan di bidang usahanya. Dengan menjadi perusahaan public, kemampuan perusahaan untuk dapat
mempertahankan
kelangsungan
hidupnya
akan
jauh
lebih
baik
dibandingkan dengan perusahaan tertutup seperti pada beberapa contoh berikut ini : a. Bagi perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh keluarga, hingga suatu tahap pengembangan tertentu sering terjadi perbedaan cara pandang di antara pendiri yang dapat menimbulkan perpecahan di antara mereka. Dengan menjadi perusahaan public hal tersebut dapat diselesaikan tanpa mengakibatkan perusahaan harus dilikuidasi terlebih dahulu. Hal tersebut menjadi mudah karena dengan menjadi perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di Bursa, setiap saat pihak pendiri dapat menjual seluruh atau sebagian porsi kepemilikannya kepada pihak lain melalui Bursa. Selain itu, basis harga penawarannya juga dapat dengan mudah dipeloreh karena harga pasar saham setiap saat dapat diperoleh di Bursa. Dengan menjadi perusahaan public, sebagai kendala dan permasalahan yang dihadapi perusahaan untuk bertahan dan berkembang tidak lagi semata hanya menjadi persoalan pendiri perusahaan tetapi juga menjadi permasalahan banyak pihak yang menjadi pemegang saham perusahaan. Banyak pihak yang akan turut memikirkan solusi-solusi terbaik agar perusahaan dapat terus berkembang. b. Dalam hal terjadi kegagalan pembayaran hutang kepada pihak ketiga sehingga diperlukan suatu restrukturisasi tertentu, dengan menjadi perusahaan public, maka restrukturisasi dapat menjadi lebih mudah. Hal tersebut dimungkinkan karena dengan menjadi perusahaan terbuka yang sahamnya diperdagangkan di Bursa, akan tersedia jalan keluar bagi kreditur yaitu melalui konversi hutang menjadi saham di mana saham tersebut selanjutnya dapat dijual kepada public melalui mekanisme perdagangan saham di Bursa.
4. Meningkatkan Citra Perusahaan
Dengan go public suatu perusahaan akan selalu mendapat perhatian media dan komunitas keuangan. Hal ini berarti bahwa perusahaan tersebut mendapat publikasi secara cuma-cuma, sehingga dapat meningkatkan citranya. Peningkatan citra tersebut akan memberikan dampak positif bagi pengembangan usaha di masa depan. Hal ini sangat dirasakan oleh banyak perusahaan yang berskala kecil menengah
karena dengan menjadi perusahaan public
yang
sahamnya
diperdagangkan di Bursa, citra mereka menjadi setara dengan banyak perusahaan besar yang telah memiliki skala bisnis yang besar dan pengalaman historis yang lama. 5. Meningkatkan Nilai Perusahaan
Dengan menjadi perusahaan public yang sahamnya diperdagangkan di Bursa, setiap saat dapat diperoleh valuasi terhadap nilai perusahaan. Setiap peningkatan kinerja operasional dan kinerja keuangan umumnya akan mempunyai dampak terhadap harga saham di Bursa, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan. 3.2 Konsekuensi Go Public Konsekuensi dari go public, antara lain : (Ang, Robert. 1997) 1. Berbagi Kepemilikan Hal ini dapat diartikan persentase kepemilikan akan berkurang. Banyak perusahaan yang hendak go public merasa enggan karena khawatir akan kehilangan kontrol/kendali perusahaan. Sebenarnya hal ini tidak perlu dikhawatirkan karena jumlah minimum saham yang dipersyaratkan untuk dijual
kepada public melalui prose Penawaran Umum (Initial Public Offering/IPO) tidak akan mengurangi kemampuan pemegang saham pendiri untuk tetap dapat mempertahankan kendali perusahaan. 2. Mematuhi Peraturan Pasar Modal yang Berlaku Pasar modal memang menerbitkan berbagai peraturan. Namun semua ketentuan tersebut pada dasarnya justru akan membantu perusahaan untuk dapat berkembang dengan cara yang baik di masa mendatang. Para pemegang saham, pendiri dan manajemen perusahaan tidak perlu khawatir dengan berbagai pemenuhan peraturan tersebut karena cukup banyak pihak profesional yang dapat dimanfaatkan jasanya untuk membantu. D. Tinjauan Umum Bank 1.
Pengertian Bank Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian bank adalah sebagai berikut : (Kasmir, 2005) “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyak banyak”. Pengertian di atas memiliki kandungan filosofis yang tinggi. Pengertian yang lebih teknis dapat ditemukan pada Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 792 Tahun 1990. Pengertian bank
menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (1999: 31.1) adalah : “Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran”. Sedangkan berdasarkan SK Menteri Keuangan RI Nomor 792 Tahun 1990 pengertian bank adalah : “Bank merupakan suatu badan yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan”. Asas, Fungsi, dan Tujuan Perbankan Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi itu sendiri dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan asas yang digunakan dalam perbankan, maka tujuan perbankan Indonesia adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998, fungsi bank di Indonesia adalah: a. Sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat Bank bertugas mengamankan uang tabungan dan deposito berjangka serta simpanan dalam rekening koran atau giro. Fungsi tersebut merupakan fungsi utama bank. b. Sebagai penyalur dana atau pemberi kredit Bank memberikan kredit bagi masyarakat yang membutuhkan terutama untuk usaha-usaha produktif. 2.
Jenis-jenis Bank Pratek perbankan di Indonesia saat ini yang diatur dalam undang-undang perbankan memiliki beberapa jenis bank. Di dalam undang-undang perbankan No.10 tahun 1998 dengan sebelumnya yaitu undang-undang No.14 tahun 1967, terdapat beberapa perbedaan jenis perbankan. Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi, kepemilikan, dan dari segi menentukan harga. Dari segi fungsi, perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya. Kemudian kepemilikan perusahaan dilihat dari segi kepemilikan saham yang ada serta akte pendiriannya. Sedangkan dari menentukan harga yaitu antara bank konvensional berdasarkan bunga dan bank syariah berdasarkan bagi hasil. (Kasmir, 2005)
3.
Kegiatan Bank Kegiatan bank sebagai lembaga keuangan adalah: (Institut Bankir Indonesia, 1999)
a. Menghimpun dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk: giro, tabungan, dan deposito b. Menyalurkan dana ke masyarakat (lending) dalam bentuk: kredit investasi, kredit modal kerja, kredit perdagangan, kredit konsumtif, dan kredit produktif c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (service) melalui transfer, L/C, bank garansi, dan lain-lain. 4. Laporan Keuangan Bank Adapun laporan keuangan menurut Erich A. Helfert adalah seperangkat laporan yang biasanya terdiri dari neraca untuk periode tertentu, laporan operasi untuk periode tertentu, dan laporan arus dana untuk periode yang sama, ditambah dengan laporan khusus yang menjelaskan perubahan ekuitas kepemilikan pada neraca. (Erich A. Herfert, 1995) Sedangkan PSAK edisi revisi tahun 2004 menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integrasi laporan keuangan. Disamping itu juga termaksud jadwal dan informasi tambahan berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya: informasi keuangan segmen individual geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. (PSAK I, 2004) Selain itu, definisi laporan keuangan menurut peraturan BAPEPAM tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan dijelaskan bahwa laporan
keuangan dari: Neraca yang menggambarkan posisi keuangan yang menunjukkan aktiva, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, Laporan Rugi Laba yang merupakan ringkasan aktivitas usaha perusahaan untuk periode tertentu yang melaporkan hasil usaha bersih atau kerugian yang timbul dari kegiatan usaha dan aktivitas lainnya, Laporan Perubahan Ekuitas yaitu laporan yang menunjukkan perubahan ekuitas perusahaan yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode pelaporan, Laporan Arus Kas yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas dalam aktivitas perusahaan selama periode tertentu dengan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Catatan Atas Laporan Keuangan yang memberikan penjelasan mengenai gambaran umum perusahaan, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos laporan keuangan dan informasi lainnya. (Peraturan Bapepam, 2000) Sesuai dengan SK Direksi Bank Indonesia No.27/119/KEP/DIR tanggal 25 Januari 1995 laporan keuangan bank terdiri dari neraca, laporan komitmen dan kontijensi, laporan laba/rugi, laporan arus kas, dan catatan laporan keuangan. (Bank Indonesia, 1995) 5.
Modal Bank Dalam prakteknya modal terdiri dari dua macam modal inti dan modal pelengkap. Modal inti merupakan modal sendiri yang tertera dalam posisi ekuitas. Sedangkan modal pelengkap merupakan modal pinjaman dan cadangan revaluasi aktiva tetap serta cadangan penyisihan penghapusan aktiva produktif. (http://www.google.com (modal bank), 2010)
Rincian masing-masing komponen modal bank di atas adalah sebagai berikut : 5.1 Modal inti Modal Inti terdiri dari : a. Modal disetor Merupakan modal yang telah disetor oleh pemilik bank, sesuai dengan peraturan yang berlaku. b. Agio Saham Merupakan kelebihan harga saham atas nilai nominal saham yang bersangkutan. c. Modal Sumbangan Merupakan modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termaksud modal dari donasi dari lain bank. d. Cadangan Umum Merupakan cadangan yang diperoleh dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih sesudah dikurangi pajak. e. Cadangan Tujuan Merupakan bagian laba sesudah dikurangi pajak yang telah disisikan untuk tujuan tertentu. f. Laba Ditahan Merupakan saldo laba bersih sesudah diperhitungan pajak dan telah diputuskan laba untuk tidak dibagikan. g. Laba tahun lalu Merupakan seluruh laba bersih tahun lalu sesudah diperhitungkan pajak.
h. Rugi tahun lalu Merupakan kerugian yang telah diderita pada tahun lalu. i. Laba tahun berjalan Merupakan laba yang telah diperoleh dalam tahun berjalan setelah dikurangi taksiran hutang pajak. j. Rugi tahun berjalan Merupakan rugi yang telah diderita dalam tahun buku yang sedang berjalan 5.2 Modal pelengkap Modal Pelengkap terdiri dari : a. Cadangan revaluasi aktiva tetap Merupakan cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali dari aktiva tetap yang dimiliki bank. b. Penyisihan penghapusan aktiva produktif Merupakan cadangan yang dibentuk dengan cara membebankan laba rugi tahun berjalan dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat tidak diterima seluruh atau sebagian aktiva produktif (maksimum 1.25% dari ATMR). c. Modal Pinjaman Merupakan pinjaman yang didukung oleh warkat-warkat yang memiliki sifat seperti modal (maksimun 50% dari modal inti).
d. Pinjaman Subordinasi Merupakan pinjaman yang telah memenuhi syarat seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman, memperoleh persetujuan BI dan tidak dijamin oleh bank-bank yang bersangkutan dan perjanjian lainnya. 6.
Kinerja Keuangan Bank Kinerja keuangan bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang ingin dicapai dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan, pemasukan penghimpunan, dan penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia. Keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada kondisi tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas bank. (Febryani, Anita dan Rahadian Zulfadin, 2003) Menurut ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 1996) kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal-hal yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kinerja (performance) adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Kinerja keuangan dapat diukur dengan efisiensi, sedangkan efisiensi bisa diartikan rasio perbandingan antara masukan dan keluaran. Dengan pengeluaran biaya tertentu
diharapkan memperoleh hasil yang optimal atau dengan hasil tertentu diharapkan mengeluarkan biaya seminimal mungkin. Kinerja keuangan perusahaan diukur dari efisiensinya diproksikan dengan beberapa tolak ukur yang tercermin didalam keuangan. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumberdayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen dalam rencana formal yang dituangkan dalam anggaran adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen dalam rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. (Jumingan, 2006)
E. Hasil Penelitian Sebelumnya Studi yang berkaitan dengan kinerja keuangan antara sebelum dan sesudah rekapitalisasi menggunakan rasio CAMEL dengan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Institute for Economic and Financial Research (IEFR), Pusat Data Bisnis Indonesia, Publikasi Laporan Keuangan. Penelitian ini dilakukan selama periode tahun 1997
sampai dengan tahun 2001. Studi ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan upaya pemerintah dalam rangka penyelamatan perbankan melalui program rekapitalisasi dengan menganalisis perbedaan kinerja keuangan bank sebelum dan sesudah rekapitalisasi. Penelitian ini dilakukan pada bank swasta yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan metode purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Berdasarkan metode purposive sampling terdapat lima bank yang memenuhi persyaratan. Penelitian ini menggunakan analisis statistik non parametik (Sign Test) dengan pertimbangan data bebas distribusi (n < 30). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang ditunjukkan oleh Capital Adequacy Ratio, Return On Asset, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Asset Loan Ratio, dan Loan to Deposit Ratio berbeda secara nyata antara sebelum dan sesudah rekapitalisasi. Sedangkan kinerja keuangan yang ditunjukkan oleh Non Performing Loan dan Net Profit Margin tidak berbeda nyata antara sebelum dan sesudah rekapitalisasi. Secara umum dapat disimpulkan bahwa upaya pemerintah dengan program rekapitalisasi memberikan dampak positif terhadap penyelamatan bank swasta yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. (Darman, 2006) Studi yang berkaitan dengan perbandingan kinerja keuangan bank BUMN yang terdiri dari Bank Mandiri, BNI, dan BRI menggunakan rasio-rasio seperti: Assets, Liquid Assets, Deposito, Sekurities, Loans, Equity Capital, Net Income, dan Total biaya dana. Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan tiga bank yang
dipublikasikan melalui situs masing-masing bank. Data yang digunakan adalah laporan keuangan pada tahun 2003 dan 2004. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kinerja keuangan Bank Mandiri, BNI, dan BRI dengan menggunakan metode kualitatif, analisis dengan metode kualitatif dimaksudkan untuk mengetahui dan membandingkan keadaan atau kondisi bank antara Bank Mandiri, BNI, dan BRI pada tahun 2003 dan 2004 agar dapat diketahui kinerjanya dalam meningkatkan profitabilitas, dan metode kuantitatif, analisis dengan menggunakan metode kuantiatif adalah dengan cara menganalisis laporan keuangan Bank Mandiri, BNI dan BRI dengan menggunakan perhitungan rasio. Tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan yang berdampak pada kondisi perusahaan. Dalam metode ini terdapat analisis time series atau membandingkan rasio setiap bank dari tahun ke tahun dan analisis cross sectional atau membandingkan rasio antar bank. (Fendly A.O. Pelleng dan Cynthia I. Erkles, 2006) Studi yang berkaitan dengan kinerja bank sebelum dan sesudah melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Jakarta menggunakan rasio CAMEL dengan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Jakarta (BEJ). Penelitian ini menyangkut perusahaan perbankan yang go public dan listed di Bursa Efek Jakarta sebanyak 27 (dua puluh tujuh) menurut Indonesian Capital Market Directory 2001 dengan laporan keuangan lengkap dan rentang waktu dari go public dari tahun 1989 sampai dengan 1999. Jika ada perusahaan perbankan yang tidak menyajikan laporan keuangan komplit, maka perusahaan tersebut akan
dikeluarkan dari sampel. Penelitian ini berfokus pada kinerja perusahaan perbankan menurut ukuran CAMEL. (Sudaryanto, 2007) Studi yang berkaitan dengan peran kinerja dan pemecahan masalah finansial Bank Tabungan Negara menggunakan rasio CAMEL dengan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari situs Bank Tabungan Negara. Peran Bank Tabungan Negara (BTN) dalam menyukseskan program pemerintah dibidang pembangunan perumahan untuk masyarakat menengah ke bawah sudah tidak diragukan lagi. Sebagai contoh kecil, pada tahun 2004 dari 31 bank yang sepakat untuk ikut program pembangunan rumah sederhana sehat (RSh) ternyata hanya enam bank saja yang menyanggupinya dan dari total pembangunan 75.000 unit rumah sederhana sehat (RSh) tersebut BTN berhasil membangun sekitar 68.000 unit rumah2 atau sekitar 86.67%.
Selama
periode
2004-2009.
Pemerintah
mempunyai
program
pembangunan sejuta rumah dan BTN diharapkan kembali menjadi pemeran utama untuk merealisasikan program tersebut. Namun untuk merealisasikan program tersebut BTN sangat memerlukan banyak tambahan modal sementara pemerintah dalam kondisi defisit anggaran. Maka belakangan ini bermunculan wacana untuk mengakuisisi BTN atau menggabungkan BTN (merger) dengan Bank BUMN lainnya atau melalui alternatif privatisasi lainnya agar terkumpul modal yang cukup. Inilah perlunya sikap yang bijak dari berbagai pihak terutama pemerintah sebagai pemegang 100% saham. (Abdul Aziz, 2006) Studi yang berkaitan dengan perkembangan kinerja keuangan pada Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Kenten Palembang menggunakan rasio
CAMEL dengan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Unit Kenten Palembang. Penelitian ini di lakukan di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Unit Kenten Palembang. Seperti halnya bank-bank lain, Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Unit Kenten Palembang sebagai salah satu unit terkecil dari PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Dalam operasionalnya diharapkan mengalami perkembangan keuangan yang semakin meningkat (membaik) dari tahun ke tahun yang berarti perolehan laba yang semakin meningkat tiap tahun, asset yang semakin meningkat dan lain sebagainya dengan tidak meninggalkan fungsi utama dari bank sebagai lembaga perantara. Analisis rasio keuangan menunjukkan bahwa rasio keuangan Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Unit Kenten Palembang pada tahun 2000 mengalami masalah, khususnya pada rasio rentabilitas dimana Return On Asset dan Return On Equty menunjukkan angka minus yang berarti tidak baik. Begitu juga tingkat efisiensi yang rendah yang ditunjukkan dengan tingginya angka rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional yang mencapai lebih dari 100%. Akan tetapi pada tahun 2001 sampai 2004 menunjukkan rasio yang baik. Dan pada hasil analisis ternd menunjukkan bahwa perkembangan kondisi keuangan Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Unit Kenten Palembang menunjukkan perkembangan ke arah yang lebih baik. Hasil ini ditunjukkan dengan grafik ternd yang hampir semuanya mengarah ke angka yang lebih tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perkembangan Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Unit Kenten
Palembang mengalami peningkatan terus dari tahun 2000 sampai 2004. (Ervita Safitri,2006)
F. Kerangka Pemikiran Dalam menganalisis kinerja keuangan Bank Pemerintah yang terdiri dari BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri diawali dari pengumpulan data yang berupa laporan keuangan BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public. Pengujian ini dimulai dengan menghitung kinerja keuangan statistik deskriptif berdasarkan rasio CAMEL salah satu caranya adalah dengan melakukan perbandingan secara deskriptif. Analisis awal yang akan dilakukan sebelum melakukan pengujian hipotesis adalah analisa normalitas data. Dalam analisis ini digunakan uji Kolmogorov Smirnov dengan tingkat signifikansi yang digunakan α = 5%. Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jenis alat yang digunakan untuk melakukan uji beda (non-parametrik atau parametrik). Jika data tidak normal maka digunakan uji beda non-parametrik dengan menggunakan uji Mann Whitney U. Sesudah mengetahui bahwa data telah terdistribusi normal, maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pengujian hipotesa dengan menggunakan uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah go public pada BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri berdasarkan rasio CAMEL.
BAGAN 2.1 Kerangka Pemikiran ”Analisis Kinerja Keuangan Bank Pemerintah Sebelum dan Sesudah Go Public” Start Pengumpulan Data
Laporan Keuangan BNI
Laporan Keuangan BRI
Laporan Keuangan BTN Laporan KeuanganBank Mandiri
Pengolahan Data dengan Rasio CAMEL
Kinerja Keuangan BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri dengan Rasio CAMEL
Uji Normalitas Data
Uji Kolmogorov Smirnov
Uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA)
Interprestasi
Kesimpulan
G. Hipotesis Unit analisa yang diteliti dalam penelitian ini adalah Bank Pemerintah yang terdiri dari BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public. Adapun hipotesa yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (Salamah, Nur. 2002) Hipotesa Perbedaan Kinerja Keuangan sebelum dan sesudah go public pada BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri terhadap rasio CAMEL. Bentuk hipotesa Analisis Ragam Satu Arah adalah sebagai berikut: H0 : µ1 = µ2 = µ3 = …. = µK H1 : Minimal ada dua purata populasi yang tidak sama µ1 = purata populasi dari BNI µ2 = purata populasi dari BRI µ3 = purata populasi dari BTN µ4 = purata populasi dari Bank Mandiri Hipotesa 1
yaitu terdapat perbedaan antara kinerja rasio CAR BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public
Hipotesa 2
yaitu terdapat perbedaan antara kinerja rasio ROEA BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public
Hipotesa 3
yaitu terdapat perbedaan antara kinerja rasio NIM BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public
Hipotesa 4
yaitu terdapat perbedaan antara kinerja rasio ROA BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public
Hipotesa 5
yaitu terdapat perbedaan antara kinerja rasio BOPO BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public
Hipotesa 6
yaitu terdapat perbedaan antara kinerja rasio WCTA BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public
Hipotesa 7
yaitu terdapat perbedaan antara kinerja rasio LDR BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa laporan keuangan konsulidasi BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi sebelum go public (periode 1999-2002) dan sesudah go public (periode 2006-2009) yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi periode sebelum go public 1999-2002 dan sesudah go public 20062009.
B. Metode Pengumpulan Sampel Unit analisa yang diteliti dalam penelitian ini adalah BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public. Karena Bank tersebut merupakan milik pemerintah yang melakukan go public pada tahun 2003 dan termaksud kedalam kategori bank terbesar di Indonesia berdasarkan asset. (Thariq, Rizal Abdillah. 2006) Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang terdiri dari : a. Untuk mendapatkan landasan teori, data diambil dari buku-buku literature kuliah, buku pendukung, majalah, Koran, website resmi Bank Mandiri,
jurnal-jurnal, dan penelitian terdahulu yang berhubungan
dengan penelitian ini.
b. Data laporan keuangan yang akan dianalisa berasal dari laporan keuangan tahunan yang telah diaudit. Data-data yang digunakan adalah data kuantitatif berupa laporan keuangan konsolidasi BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi sebelum go public (tahun 1999-2002) dan sesudah go public (tahun 2006-2009). Alasan memilih laporan keuangan konsolidasi karena penelitian ini ingin melihat kinerja keuangan BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri secara keseluruhan. Data-data tersebut diperoleh dari website resmi BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri.
C. Sumber Data Penelitian Penelitian ini secara keseluruhan menggunakan data sekunder. Sumber data diambil dari laporan keuangan BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum go public tahun 1999-2002 dan sesudah go public tahun 2006-2009. Data-data tersebut diperoleh dari website resmi BI bagian Diseminasi DSM dengan website (
[email protected]). Penelitian ini menggunakan pengolahan data statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik inferensial akan digunakan dalam menguji hipotesa. Statistik inferensial dapat dikelompokan menjadi dua yaitu statistik parametrik dan non-parametrik. Data-data yang tersedia untuk penelitian adalah laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut merupakan data mentah yang belum diolah sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut.
D. Tahapan Pengolahan Data Analisa dalam penelitian ini akan dilakukan dalam dua tahap, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Gambaran kinerja keuangan BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public dengan menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif merupakan pengolahan data dari proses tabulasi menjadi data yang lebih mudah dipahami dan diinterprestasikan. Informasi yang dihasilkan statistik deskriptif pada umumnya dapat berupa: frekuensi, mean, modus, median, varian, dan standar deviasi. Dengan menggunakan statistik deskriptif ini, maka akan dilakukan perbandingan secara langsung tahun pertama ataupun dalam bentuk mean dan standar deviasi. Sedangkan untuk menguji hipotesa, akan menggunakan statistik inferensial. Statistik inferensial dapat dikelompokkan lagi menjadi dua yaitu statistik parametik dan non-parametik. Analisa perbandingan kinerja keuangan BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public dengan menggunakan rasio CAMEL dilakukan uji ada tidaknya perbedaan yaitu dengan Uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA). Statistik parametrik digunakan pada kondisi-kondisi penelitian seperti: jumlah sampel kecil (kurang dari 30) dan data pada sampel terdistribusi secara normal. Metode statistik parametrik yang digunakan pada penelitian ini adalah: Uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA). (Antyar, Andrian. 2008) Pengujian normalitas data masing-masing variabel menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Uji Kolmogorov-Smirnov ini sangat membantu penelitian dalam menentukan distribusi normal dengan jumlah data penelitian yang sangat
sedikit (kurang dari 30). Uji Kolmogorov-Smirnov ini sangat membantu untuk memperkuat dugaan bahwa sampel yang dipilih berasal dari populasi yang terdistribusi secara normal sehubungan dengan jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini hanya tujuh data untuk masing-masing variabel rasio CAMEL. Dengan menggunakan Level of significance (α) 5%. Hipotesa yang diusulkan dalam uji Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut: H0 : Data variabel terdistribusi secara normal H1 : Data variabel terdistribusi secara tidak normal Dengan uji tersebut yang digunakan untuk menguji hipotesa penelitian adalah uji parametrik yaitu uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA). Analisis Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) digunakan untuk membandingkan purata (mean) lebih dari dua sampel. Pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesa nol (H0) jika H0 yang diusulkan: a. H0 diterima jika nilai P-Value ≥ α, Level of Significance b. H0 ditolak jika nilai P-Value < α, Level of Significance Pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesa alternatif (H1) jika H1 yang diusulkan: a. H1 diterima jika nilai P-Value ≥ α, Level of Significance b. H1 ditolak jika nilai P-Value < α, Level of Signifinance
E. Analisis Data Pengujian CAMEL adalah salah satu metode pengujian untuk menilai kinerja keuangan sebuah bank, antara lain : (Antyar, Andrian. 2008) 1. Capital (Permodalan) Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan ratio untuk melihat kemampuan dalam menanggung resiko yang akan terjadi dalam pemberian kredit dan perdagangan surat-surat berharga. Semakin tinggi CAR menunjukkan kemampuan yang lebih baik. Berikut adalah perhitungan CAR : Equity Capital CAR = ______________________ X100% Total loans + Sekurities
Equity Capital merupakan modal inti yang terdiri dari modal disetor, modal sumbangan, agio saham, earning after tax tahun berjalan dan retained earning. Sedangkan Total Loans dan Securities adalah total kredit dan surat berharga yang terjadi selama 12 bulan (per 31 Desember). 2. Asset (Kualitas Aktiva Produktif) Return On Earning Asset (ROEA) merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank dalam mengelola aktiva produktif yang dimilikinya secara optimal. ROEA yang semakin tinggi menunjukkan kemampuan bank yang lebih baik atau optimal dalam mengelola aktiva produktif, perhitungan ROEA adalah sebagai berikut:
Operating Income ROEA = _________________ X 100% Earning Asset
Operating Income adalah laba operasional yang terjadi selama 12 bulan (per 31 Desember) dan Earning Asset terdiri dari dana yang ditempatkan pada bank lain, surat-surat berharga yang dimiliki, obligasi pemerintah, kredit yang diberikan, dan pernyertaan saham. 3. Management (Manajemen) Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktif yang dimilikinya untuk menghasilkan laba operasional bersih. Semakin tinggi NIM menunjukkan kemampuan manajemen bank yang lebih baik atau optimal dalam mengelola aktiva produktif untuk menghasilkan laba operasional bersih. Perhitungannya sebagai berikut : Net Interest Margin Net Interest Margin = __________________
X 100%
Earning Asset
NIM adalah selisih antara interest income dan interest expence. Earning Asset terdiri dari dana yang ditempatkan pada bank lain, surat-surat berharga yang dimiliki, obligasi pemerintah, kredit yang diberikan, dan penyertaan saham.
4. Earning (Rentabilitas) Analisis rentabilitas dimaksudkan untuk mengukur produktivitas asset yaitu kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan menggunakan aktiva yang dimilikinya, dan juga mengukur efisiensi penggunaan modal. Ukuranukuran yang digunakan: a. Return On Asset (ROA) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen menghasilkan Earning before tax dari pengelolaan asset. Total assets dan earning before tax yang terjadi selama 12 bulan (per 31 Desember) pada periode yang sama. Semakin besar ROA suatu bank, maka makin besar tingkat keuntungan bank dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan asset. Berikut adalah perhitungan ROA: Earning before tax ROA = ___________________ X 100% Total Asset
b. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah rasio untuk mengukur tingkat efisiensi dan rentabilitas dari operasional suatu bank dimana rasio ini membandingkan biaya operasional terhadap pendapatan operasional yang terjadi selama 12 bulan (per 31 Desember) pada periode yang sama. Semakin rendah BOPO maka semakin baik dan semakin efisien bank dalam menjalankan operasionalnya. Perhitungan untuk mencari BOPO adalah sebagai berikut:
Operasional Expence BOPO = _____________________ X 100% Operasional Income
5. Liquidity (Likuiditas) Menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali dalam penarikan dana yang dilakukan nasabah dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Untuk menilai apakah sebuah bank mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang segera ditagih (berjangka pendek) maka digunakan metode Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Workin Capital to Total Asset (WCTA). a. WCTA merupakan rasio yang mengukur likuiditas penggunaan semua aktiva bank dan perusahaan. Rasio ini dipilih oleh beberapa peneliti, antara lain Altman (1986), dan Merwin (1942) yang keduanya menilai bahwa rasio ini terbukti memiliki tingkat akurasi yang paling tinggi dibandingkan dua rasio likuiditas yang lain yaitu Current Ratio dan Quick Ratio, terutama untuk menghitung financial distress bank dan perusahaan. Semakin tinggi WCTA menunjukkan semakin efektif penggunaan aktiva dalam kontribusinya terhadap modal kerja. Berikut ini adalah perhitungannya: Working Capital WCTA = _________________ X 100% Total Asset
WCTA adalah selisih antara aktiva lancar dengan passiva lancar. Aktiva lancar terdiri dari kas, giro pada Bank Indonesia dan bank lain, penempatan pada Bank Indonesia dan pada bank institusi lain, dan surat-surat berharga dalam portofolio diperdagangkan dan tersedia untuk dijual. Sedangkan passiva lancar terdiri dari giro dan kewajiban segera yang harus dibayar. Total asset yang digunakan adalah jumlah total asset selama 12 bulan (per 31 Desember). b. LDR merupakan salah satu dari beberapa komponen yang dinilai oleh Bank Indonesia untuk menentukan kesehatan bank. Rasio tersebut merupakan perbandingan antara kredit yang diberikan terhadap total dana pihak ketiga termaksud pinjaman yang diterima dengan jangka waktu lebih dari tiga bulan (dalam rupiah dan valuta asing). Dalam hal ini pinjaman yang diterima tidak termaksud. Semakin rendah LDR menunjukkan likuiditas terhadap pihak ketiga lebih baik. Perhitungan LDR sebagai berikut: Jumlah kredit yang diberikan LDR = ____________________________ X 100% Total dana pihak ketiga
Total dana pihak ketiga terdiri dari dana yang ditempatkan oleh bank (giro, tabungan, deposito berjangka dan surat-surat berharga), pinjaman yang diterima baik dari Bank Indonesia maupun dari bank lain, dan modal inti.
F. Teori Statistik Metode analisis dalam penelitian ini akan menguji kinerja keuangan bank pemerintah yang terdiri dari BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum go public tahun 1999-2002 dan sesudah go public tahun 2006-2009 dengan menggunakan rasio CAMEL. Pengujian ini dimulai dengan menghitung kinerja keuangan statistik deskriptif berdasarkan rasio CAMEL salah satu caranya adalah dengan melakukan perbandingan secara langsung dan deskriptif. Analisis awal yang akan dilakukan sebelum melakukan pengujian hipotesis adalah analisa normalitas data. Dalam analisis ini digunakan uji Kolmogorov Smirnov dengan tingkat signifikansi yang digunakan α = 5%. Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jenis alat yang digunakan untuk melakukan uji beda (non-parametrik atau parametrik). Jika data tidak normal maka digunakan uji beda non-parametrik dengan menggunakan uji Mann Whitney U. Sebaliknya jika data normal digunakan uji beda parametrik dengan menggunakan uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA).
G. Operasional Variabel Penelitian Dalam penelitian ini CAMEL terdiri atas lima kriteria yaitu: 1. Capital (modal) atau disebut juga Capital Adequacy Ratio (CAR) 2. Asset (aktiva) atau disebut juga Return On Earning Asset (ROEA) 3. Manajemen atau disebut juga Net Interest Margin (NIM) 4. Earning (pendapatan) terdiri dari dua macam, yaitu: a. Return On Asset (ROA)
b. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) 5. Likuiditas terdiri dari dua macam, yaitu: a. Workin Capital to Total Asset (WCTA) b. Loan to Deposit Ratio (LDR)
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Sekilas Gambaran Umum Bank Pemerintah Usaha perbankan dimulai dari zaman Babylonia, dilanjutkan ke zaman Yunani Kuno dan Romawi. Pada saat itu, kegiatan utama bank hanya sebagai tempat tukar menukar uang. Selanjutnya, kegiatan bank berkembang menjadi tempat penitipan dan peminjaman uang. Uang yang disimpan oleh masyarakat, oleh bank dipinjamkan kembali ke masyarakat yang membutuhkannya. Sementara itu, mengenai sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia Belanda. Pada saat itu terdapat beberapa bank yang memegang peranan penting di Hindia Belanda antara lain: De Javasche NV, De Post Paar Bank, De Algemenevolks Crediet Bank, Nederland Handles Maatscappij (NHM), Nationale Handles Bank (NHB), dan De Escompto Bank NV. Di samping itu, terdapat pula bank-bank milik pribumi, Cina, Jepang, dan Eropa lainnya. Bank-Bank tersebut antara lain: Bank Nasional Indonesia, Bank Abuah Saudagar, NV Bank Boemi, The matsui Bank, The Bank of China, dan Batavia Bank. Di zaman kemerdekaan perbankan di Indonesia bertambah maju dan berkembang lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia. Bank-bank yang ada di zaman awal kemerdekaan, antara lain: (http://www.google.com (gambaran umum bank pemerintah), 2010)
a. Bank Negara Indonesia yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 kemudian menjadi BNI 1946. b. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini berasal dari DE ALGEMENE VOLKCREDIET bank atau Syomin Ginko. c. Bank Surakarta MAI (Maskapai Adil Makmur) tahun 1945 di Solo. d. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946. e. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan. f. Indonesia Banking Corporation tahun 1946 di Yogyakarta, kemudian menjadi Bank Amerta. g. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946. h. Bank Dagang Indonesia NV di Banjarmasin tahun 1949. Melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 1/M/61 tanggal 6 Januari 1961 yang melarang pengumuman dan penerbitan angka-angka statistik moneter/perbankan, maka antara tahun 1960-1965, Bank Indonesia tidak menerbitkan laporan tahunan, termasuk data statistik mengenai kliring dan perhitungan sentral. Pada 5 Juli 1964, atas dasar pertimbangan politik untuk mempermudah komando di bidang perbankan untuk menunjang Pembangunan Semesta Berencana, selanjutnya pada tahun 1965 pemerintah menetapkan kebijakan untuk mengintegrasikan seluruh bank-bank pemerintah ke dalam satu bank dengan nama Bank Negara Indonesia, prakarsa pengintegrasian bank pemerintah ini berasal dari ide Jusuf Muda Dalam, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Bank Sentral/Gubernur Bank Indonesia yang baru diangkat dari jabatan semula
Presiden Direktur BNI dan disetujui oleh Presiden Soekarno. Ide dasarnya adalah menjadikan perbankan sebagai alat revolusi dengan motto Bank Berdjoang di bawah pimpinan Pemimpin Besar Revolusi. Nama Bank Negara Indonesia (BNI) sebagai bank tunggal, diusulkan oleh Jusuf Muda Dalam sendiri. Hasilnya adalah lahirnya struktur baru Bank Berdjoang ini menjadikan:
Bank Indonesia menjadi Bank Negara Indonesia Unit I
Bank Koperasi Tani dan Nelayan serta Bank Eksim Indonesia menjadi Bank Negara Indonesia Unit II
Bank Negara Indonesia menjadi Bank Negara Indonesia Unit III
Bank Umum Negara menjadi Bank Negara Indonesia Unit IV
Bank Tabungan Negara menjadi Bank Negara Indonesia Unit V. Akan tetapi tidak semua bank pemerintah berhasil diintegrasikan ke dalam Bank Berdjoang yakni Bank Dagang Negara (BDN) dan Bapindo. Luputnya BDN dari proses pengintegrasian ini terutama karena Presiden Direktur BDN J.D. Massie saat itu menjabat sebagai Menteri Penertiban Bank-bank Swasta Nasional yang tentu mempunyai cukup punya pengaruh untuk berkeberatan atas penyatuan BDN dengan bank-bank lainnya. Massie beralasan bahwa kebijakan ini akan membingungkan koresponden bank di luar negeri untuk penyelesaian L/C ekspor maupun impor karena nama bank yang sama. Sementara, Bapindo tidak terintegrasi ke dalam Bank Berjuang karena bank ini dibawah Dewan Pembangunan yang diketuai Menteri Pertama Urusan Pembangunan dengan anggota-anggota Menteri Keuangan, yang juga Ketua Dewan Pengawas Bapindo, dan Gubernur Bank Indonesia sebagai anggota.
Dengan demikian, melalui kedudukannya itu, pengaruh Bapindo cukup kuat untuk menghalangi terintegrasi ke dalam BNI. (http://www.google.com (bank), 2010) 1. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Bank Negara Indonesia (BNI) Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional. Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri. Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha nasional. Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan
mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai 'BNI 46'. Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah diingat 'Bank BNI' - ditetapkan bersamaan dengan perubahaan identitas perusahaan tahun 1988. Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996. Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan lingkungan, sosial-budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi dan komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja secara terus-menerus. Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan mengarungi masa-masa yang sulit. Sebutan 'Bank BNI' dipersingkat menjadi 'BNI', sedangkan tahun pendirian - '46' - digunakan dalam logo perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berangkat dari semangat perjuangan yang berakar pada sejarahnya, BNI bertekad untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi negeri, serta senantiasa menjadi kebanggaan negara.
Visi dan Misi Bank Negara Indonesia (BNI) Visi BNI : Menjadi Bank kebanggaan nasional yang Unggul, Terkemuka dan Terdepan dalam Layanan dan Kinerja. Pernyataan Visi : Menjadi Bank kebanggaan nasional, yang menawarkan layanan terbaik dengan harga kompetitif
kepada segmen pasar korporasi, komersial dan
consumer Misi BNI :
Memberikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah kepada seluruh nasabah, dan selaku mitra pillihan utama (the bank choice).
Meningkatkan nilai investasi yang unggul bagi investor.
Menciptakan kondisi terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi.
Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan sosial.
Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan yang baik. Semboyan BNI : Kenyamanan dan Kepuasan Filosofi Logo Baru : Identitas Baru BNI – Dasar Pembuatan Desain Identitas baru BNI merupakan hasil desain ulang untuk menciptakan suatu identitas yang tampak lebih segar, lebih modern, dinamis, serta menggambarkan posisi dan arah organisasi yang baru. Identitas tersebut merupakan ekspresi brand
baru yang tersusun dari simbol “46” dan kata “BNI” yang selanjutnya dikombinasikan dalam suatu bentuk logo baru BNI. Huruf BNI : Huruf “BNI” dibuat dalam warna turquoise baru, untuk mencerminkan kekuatan, otoritas, kekokohan, keunikan dan citra yang lebih modern. Huruf tersebut dibuat secara khusus untuk menghasilkan struktur yang orisinal dan unik. Simbol “46” : Angka 46 merupakan simbolisasi tanggal kelahiran BNI, sekaligus mencerminkan warisan sebagai sebagai bank pertama di Indonesia. Dalam logo ini, angka “46” diletakkan secara diagonal menembus kotak berwarna jingga untuk menggambarkan BNI baru yang modern. Palet Warna : Palet warna korporat telah didesain ulang, namun tetap mempertahankan warna korporat yang lama, yakni turquoise dan jingga. Warna turquoise yang digunakan pada logo baru ini lebih gelap, kuat mencerminkan citra yang lebih stabil dan kokoh. Warna jingga yang baru lebih cerah dan kuat, mencerminkan citra lebih percaya diri dan segar. Logo “46” dan “BNI” mencerminkan tampilan yang modern dan dinamis. Sedangkan penggunakan warna korporat baru memperkuat identitas tersebut. Hal ini akan membantu BNI melakukan diferensiasi di pasar perbankan melalui identitas yang unik, segar dan modern.
Anak Perusahaan : BNI mempunyai 9 anak perusahaan yaitu :
PT BNI Multi Finance
PT Bina Usaha Indonesia
PT Sarana Bersama Pembiayaan Indonesia
PT BNI Nomura Jafco Investment
PT BNI Securities
PT Pembiayaan Artha Negara
PT BNI Nomura Jafco Ventura Satu
PT BNI Nomura Jafco Manajemen Ventura
PT BNI Life
BNI Remittance Limited - HongKong (http://www.bni.com (sejarah dan visi misi BNI), 28 Juli 2010)
2. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Bank Rakyat Indonesia (BRI) Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Aria Wirjaatmadja dengan nama Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI. Pendiri Bank Rakyat Indonesia Raden Aria Wirjaatmadja Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Adanya situasi perang mempertahankan kemerdekaan pada
tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuk Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintergrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan. Setelah berjalan selama satu bulan keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan Bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim). Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Undangundang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undangundang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai Bank Umum.
Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-undang perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang kepemilikannya masih 100% ditangan Pemerintah. Anggaran Dasar Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mengalami beberapa perubahan yaitu:
Anggaran Dasar PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., yang seluruh perubahannya dimuat dalam Akta No. 51 tanggal 26 Mei 2008 yang telah disetujui Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI No.AHU-48353.AH.01.02 Tahun 2008 tanggal 06 Agustus 2008 beserta perubahan-perubahannya.
Akta Penyertaan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan (PERSERO) PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk disingkat PT. Bank Rakyat Indoesia (Persero) Tbk No.51tanggal 26 Mei 2008.
Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perusahaan Perseroan (Persero) PT Bank Rakyat Indonesia Tbk disingkat PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Nomor 7 Tanggal 13 Februari 2009.
Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perusahaan Perseroan (Persero) PT Bank Rakyat Indonesia Tbk disingkat PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Nomor 4 Tanggal 2 Februari 2009. PT. BRI (Persero) yang didirikan sejak tahun 1895 didasarkan pelayanan pada masyarakat kecil sampai sekarang tetap konsisten, yaitu dengan fokus pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Visi dan Misi Bank Rakyat Indonesia (BRI) Visi BRI :
Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Misi BRI :
Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat.
Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dengan melaksanakan praktek good corporate governance.
Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak yang berkepentingan. (http://www.bri.com (sejarah dan visi misi BRI), 28 Juli 2010)
3. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Bank Tabungan Negara (BTN) Bank Tabungan Negara (BTN) sepanjang perjalanannya dalam mengukir sejarah dengan segala prestasi yang dimilikinya telah membuktikan perannya dalam menghubungkan kegemaran masyarakat Indonesia untuk menabung. Dengan semua usahanya maka BTN telah mengambil peran dalam usaha pembangunan di segala bidang di seluruh tanah air tercinta, INDONESIA. Perjalanan panjang yang pada akhirnya membawa misi yang harus diemban, yaitu sebagai bank penyedia dana untuk tumbuhnya pembangunan perumahan
nasional dengan fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) telah membawa BTN sebagai bank satu-satunya yang besar melalui tugas mulia itu. Sejarah telah mencatat bahwa tumbuhnya bank-bank pemerintah di Indonesia ini tidak terlepas dari masa perjuangan negara Indonesia dalam melepaskan diri dari penjajahan. Dua masa penjajahan yang masih sangat jelas kita ingat adalah masa penjajahan Belanda dan Jepang. BTN sebagai salah satu bagian yang tak terpisahkan dari bank milik pemerintah pun tidak lepas dari masa perjuangan itu. Patut dicatat bahwa perjuangan Indonesia menuju kemerdekaan tidak terlepas pula dari perjuangan dalam memenuhi kebutuhan hidup bangsa ini. Untuk terselenggaranya kebutuhan hidup manusia yang memadai, maka sangatlah diperlukan adanya suatu stabilitas kondisi keamanan itu sendiri disamping keberadaan tingkat perekonomian yang mendukung masyarakat tersebut.
Sudah
diketahui
bangsa
Indonesia
dalam
memperjuangkan
kemerdekaannya berada dalam kondisi keamanan yang tidak stabil. Dalam kondisi itu maka sangatlah wajar bila pembentukan bank atau lebih dikenal pada masa itu dengan istilah LEMBAGA KEUANGAN juga merupakan satu harapan pemerintah disamping merdeka dalam arti seluas-luasnya. AWAL KELAHIRAN BANK BTN : BTN lahir pada masa yang cukup sulit. Lahirnya BTN juga mempunyai sejarah yang cukup panjang dalam memperjuangkan keberadaanya. Perjuangan BTN telah dimulai sejak Belanda menginjakkan kakinya pertama kali di Indonesia. Puncak dari perjuangan itu adalah pada tahun 1897, dimana pada saat
itu dikenal sebagai masa keramat. Para pelaku dalam pengembangan BTN pada saat itu yakin bahwa tahun itulah sebagai puncak daripada cikal bakal pendirian BTN. Hal ini didasari oleh adanya Koninklijk Besluit No. 27 di Hindia Belanda atau dalam istilah Indonesia istilah ini lebih familiar dikenal dengan nama surat keputusan yang menyatakan adanya pendirian POSTSPAARBANK. Postpaarbank ini berkedudukan di Batavia, yang saat ini lebih dikenal masyarakat dengan nama Jakarta sebagai ibu kota Indonesia. Pendirian Pospaarbank tersebut mempunyai tujuan antara lain untuk mendidik masyarakat pada saat itu agar gemar menabung. Sekaligus melalui pendirian Postpaarbank ini mulailah diperkenalkan lembaga perbankan secara luas, meskipun tentunya sistem perbankan yang ada pada saat itu tidak sama dan jauh dari sempurna bila dibandingkan dengan sistem perbankan saat ini. Masa penjajahan di Indonesia yang cukup lama telah membuat hampir di seluruh aspek kehidupan di Indonesia tidak mempunyai bentuk kemurnian atau keaslian hasil produk pribumi. Tidak saja dari bentuk bangunan, nama-nama jalan ataupun kantor pemerintahan saat itu pada umumnya dirubah menjadi nama atau istilah beraksen Belanda. Postpaarbank merupakan nama pertama kali bagi BTN yang diberikan oleh pemerintah Hindia Belanda kepada Indonesia pada saat itu. Postpaarbank yang mempunyai tugas utama untuk mengajak masyarakat Indonesia gemar menabung dalam perjalannya tampak jelas berupaya secara sungguh-sungguh untuk mewujudkan tugas tersebut. Sebelum masuknya Postpaarbank di Indonesia, masyarakat Indonesia termasuk pada kelompok masyarakat yang tidak
gemar menabung. Bahkan tradisi yang ada pada saat itu adalah adanya kebiasaan untuk menyimpan uang didalam rumah yang pada umumnya disimpan dibawah bantal. Ajakan Postpaarbank tersebut merupakan awal yang baik dalam pertumbuhan sekaligus sebagai kontrol arus uang yang beredar dalam masyarakat pada saat itu. Hingga
penghujung
tahun
1931
peranan
Pospaarbank
dalam
penghimpunan dana masyarakat terus menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya minat masyarakat pada saat itu untuk menaruh atau menyimpan uangnya di bank. Sampai dengan akhir tahun 1939, Postpaarbank telah berhasil menghimpun dana masyarakat sebesar Rp. 54 juta. Sebuah jumlah yang sangat besar pada masa itu. Prestasi yang berhasil dicapai oleh Postpaarbank tersebut sebetulnya sejalan dengan kebijakan sitem desentralisasi yang dilaksanakan pada saat itu. Sejarah keberhasilan Postpaarbank tersebut akhirnya membawa dampak positif dengan mulai dibukanya 4 kantor cabang Postpaarbank masing-masing di Makasar (saat ini Ujung Pandang), Surabaya, Jakarta dan Medan. Ternyata dalam perjalanannya keberhasilan Postpaarbank dalam menghimpun dana masyarakat tersebut mendapat ujian pada sekitar tahun 1940 dengan diserbunya Netherland oleh tentara Jerman. Serbuan tersebut akhirnya membawa dampak terhadap terkurasnya dana yang telah dihimpun Postpaarbank secara besar-besaran oleh para nasabahnya. Tidak kurang dari Rp. 11 juta dana yang terkuras untuk dibayarkan Postpaarbank kepada nasabah hanya dalam waktu beberapa hari saja.
Namun nasib baik masih berada pada Postpaarbank karena hal itu tidak berlangsung lama. Tahun 1941 kepercayaan masyarakat sudah mulai pulih kembali, yang ditandai dengan mulai banyaknya masyarakat yang menabung uangnya pada Postpaarbank. Berdasarkan catatan sejarah, hanya dalam waktu singkat pada tahun yang sama telah terkumpul dana yang dihimpun dari masyarakat sebesar Rp. 58,8 juta. Sejarah kemudian tidak berhasil mencatat keberhasilan Postpaarbank, karena setahun kemudian atau tahun 1942 dengan masuknya tentara Jepang ke Indonesia, operasional Postpaarbank praktis mengalami kemandegan karena telah dibekukan. MASA PENDUDUKAN JEPANG : Masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942 telah merubah semua bentuk pemerintahan dan segala aspek kehidupan masyarakat di Indonesia sesuai dengan kehendak Jepang yang berhasil mengusir Belanda pada saat itu dari wilayah Indonesia. Secara resmi pada tahun itu Jepang telah mengambil alih kekuasaan Belanda di Indonesia dan Postpaarbank yang merupakan bank karya kolonial Belanda dibekukan. Sebagai gantinya pemerintah Jepang mendirikan TYOKIN KYOKU. Pada prinsipnya misi Tyokun Kyoku bentukan Jepang tidaklah jauh dengan maksud dan tujuan Postpaarbank produk kolonial Belanda, yaitu untuk mengajak masyarakat Indonesia gemar menabung. Namun dalam perjalanannya ternyata misi Tyokin Kyoku tidak semulus apa yang pernah dilakukan Postpaarbank dalam menghimpun dana masyarakat melalui tabungan tersebut.
Tyokin Kyoku gagal dalam menjalankan misinya karena masyarakat menganggap bahwa manabung melalui Tyokin Kyoku tersebut dirasakan adanya paksaan, sehingga dengan sendirinya masyarakat enggan untuk melakukan penabungan pada saat itu. Meskipun demikian Tyokin Kyoku telah berhasil membuka cabangya di Yogyakarta pada masa itu. Gagalnya pemerintahan Jepang dengan Tyokin Kyokunya ternyata sebagai pertanda bahwa Jepang memang tidak boleh terlalu lama tinggal di Indonesia. Namun demikian dasar-dasar kemiliteran yang telah diajarkan kepada para pemuda di Indonesia saat itu tanpa disadari justru merupakan satu keuntungan tersendiri bagi Indonesia didalam menambuah kekuatannya untuk mengusirnya dari tanah air. Akhirnya hanya dalam waktu tidak sampai 3 tahun, Jepang diusir dari pemerintahan Indonesia yang sekaligus pada saat itu pula, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamasikan dirinya sebagai bangsa yang merdeka. Dengan status baru ini maka seluruh tatanan pemerintahan secara bertahap mulai diadakan perubahan. MASA KEMERDEKAAN : Dengan berakhirnya masa pendudukan Jepang di Indonesia, maka resmilah bangsa Indonesia pada saat itu sebagai bangsa yang merdeka. Setelah kemerdekaan diproklamasikan, maka Tyokin Kyoku sebagai peninggalan Jepang masa itu diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan namanya dirubah menjadi KANTOR TABUNGAN POS atau disingkat KTP. Pembentukan KTP pada saat itu diprakarsai oleh Bapak Darmosoetanto selaku Direktur pertama KTP. Dalam perjalanannya pada akhirnya KTP mempunyai peran yang sangat besar. Peran
yang sangat berarti pada saat itu adalah adanya tugas KTP dalam pengerjaan penukaran uang Jepang dengan Oeang Republik Indonesia (ORI). Sejarah telah mencatat bahwa pada masa pendudukan Jepang peredaran uang yang ada saat itu ditarik dan diganti dengan uang Jepang. Maka begitu Indonesia merdeka, melalui KTP inilah uang Jepang yang masih beredar kemudian ditarik dan diganti dengan orang Indonesia. Dalam perkembangannya KTP pernah mendapatkan ujian pada tahun 1946 dengan adanya Agresi Militer Belanda ke Indonesia. Dengan adanya agresi ini maka KTP pada saat itu tidak dapat bekerja dengan aman. Dan dengan agresi Belanda tersebut, pada tanggal 19 Desember 1946 KTP dan kantor-kantor cabangya yang telah tersebar di Indonesia resmi diduduki oleh Belanda. Agresi Belanda nampaknya tidak berlangsung lama, karena pada bulan Juni 1949 pemerintah Republik Indonesia membuka kembali KTP tersebut sekaligus mengganti nama KTP menjadi BANK TABUNGAN POS REPUBLIK INDONESIA. Ada maksud pemerintah pada saat itumengganti nama KTP menjadi Bank Tabungan Pos RI. Dengan penggantian nama itu pemerintah bermaksud untuk membereskan pekerjaan-pekerjaan KTP yang kocar-kacir. Hal ini tentunya dapat dimaklumi mengingat KTP saat itu hanya berumur pendek dengan tugas yang relatif berat. KTP hanya bekerja hingga akhir tahun 1949. Setelah masa Kantor Tabungan Pos usai di tahun 1949, selanjutnya pemerintah Indonesia hanya mengakui Bank Tabungan Pos RI sebagai lembaga tabungan. Usai dikukuhkannya Bank Tabungan Pos RI ini sebagai satu-satunya
lembaga tabungan di Indonesia, pada tahun 1950 kemudian pemerintah mengganti namanya dengan nama BANK TABUNGAN POS. BTN DI PERALIHAN JAMAN : Dengan berakhirnya masa pendudukan Jepang di Indonesia dan persiapan Indonesia menuju kemerdekaan dalam arti yang seluas-luasnya, maka sejarah telah mencatat perubahan kondisi itu sebagai masa peralihan jaman. Disebut demikian karena adanya perubahan dari masa penjajahan ke masa kemerdekaan. Bank Tabungan Negara dalam perjalanannya juga telah mencatat bahwa awal mula kehadirannya di Indonesia juga melalui masa peralihan tersebut. Salah satu kegiatan yang menunjukkan adanya semangat perjuangan dalam menentukan sikap pada masa peralihan ini adalah dengan kembali dibukanya Kantor Tabungan Pos yang saat itu sempat dibekukan. Pemerintah berani mengambil tindakan untuk membukanya kembali dengan mengubah namanya menjadi Bank Tabungan Pos RI dengan tugas meneruskan fungsi dibentuknya KTP saat itu. Sebagai bentukan baru pemerintah Indonesia sendiri, Bank Tabungan Pos pada awal kegiatannya termasuk dalam lingkungan Kementerian Perhubungan saat itu. Tetapi kemudian dalam perjalanannya status kegiatannya beralih dibawah koordinasi pengawasan Departemen Keuangan dibawah Menteri Urusan Bank Sentral (sekarang disebut Bank Indonesia). Dalam masa peralihan inilah tanpa disadari cikal bakal nama sebuah lembaga tabungan dengan nama BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) itu terbentuk. Awal dari keputusan untuk menentukan tanggal lahir dan nama menjadi BTN itu sebenarnya diilhami dari pendirian Bank Tabungan Pos itu
sendiri. Para pemrakarsa lahirnya BTN saat itu telah menetapkan satu kebulatan tekad untuk meneruskan perjuangan pendirian BTN. Memang sejarah pendirian BTN tidak terlepas dari Bank Tabungan Pos yang mengilhami kelahirannya. Bank Tabungan Pos yang saat itu kembali dibuka (sempat dibekukan) berdasarkan UU Darurat No. 50 tahun 1950 tanggal 09 Pebruari 1950, telah mengilhami para pendiri BTN untuk menjadikan tanggal tersebut sebagai tanggal lahir BTN. Latar belakang dipilihnya tanggal tersebut sebagai tanggal lahir BTN tidak lain karena terdapatnya jiwa dan semangat kebernaian dalam menentukan sikap pada kondisi yang tidak menentu pada saat itu. Karena pada tanggal tersebut diyakini memiliki semangat patriotisme, maka resmilah tanggal tersebut diangkat sebagai tanggal lahir BTN yang sekaligus mengganti nama Bank Tabungan Pos RI pada saat itu. Dalam perjalanannya memang sempat terjadi perbedaan pendapat dalam mengambil keputusan tentang tanggal lahir BTN tersebut. Ada sebagian pendapat yang menyatakan bahwa dasar pendirian BTN didasarkan pada UU No. 20 tahun 1968, yang sebelumnya didahului dengan lahirnya UU Pokok Perbankan No. 14 tahun 1967. Tetapi ada sebagian pendapat yang menyatakan bahwa pendirian BTN itu didasarkan pada UU Darurat No. 50 tahun 1950 yang diundangkan pada tanggal 9 Pebruari 1950. Latar belakang ketetapan ini adalah sebelum diberlakukannya UU No. 20 tahun 1968 tersebut, telah diambil sikap untuk kembali membuka operasional Bank Tabungan Pos RI melalui UU Darurat No. 50 tersebut. Jadi sudah ada yang melandasi lahirnya BTN tersebut sebelum UU No. 20 tahun 1968 diberlakukan. Akhirnya setelah sempat menjalani tanggal lahir
BTN pada tanggal 20 Desember setiap tahunnya, maka melalui ketetapan Direksi No. 05/DIR/BIDIR/0993 tanggal 27 September 1993 kembali ditetapkan bahwa tanggal lahir BTN adalah tanggal 9 Pebruari 1950. Mulai saat itu BTN diperingati setiap tanggal 9 Pebruari karena memang dia lahir pada tanggal tersebut. BTN pada awal pendiriannya mempunyai tugas yang tidak jauh berbeda dengan tugas dan fungsi yang diemban KTP ataupun Bank Tabungan Pos RI saat itu. BTN pada awalnya mempunyai tugas pokok untuk ikut serta dengan pemerintah pada saat itu untuk memperbaiki perekonomian rakyat dalam rangka pembangunan ekonomi nasional dengan jalan menghimpun dana-dana dari masyarakat, terutama dalam bentuk TABUNGAN. Seperti Bank Tabungan Pos yang berfungsi untuk meneruskan tugas KTP untuk mengajak masyarakat Indonesia gemar menabuung, maka demikianlah dengan tugas BTN dalam awal pendiriannya. DARI SEBUAH UNIT KE INDUK YANG BERDIRI SENDIRI : Menjelang jatuhnya ORDE LAMA atau akan dimulainya sebuah tatanan baru kedalam sebuah ORDE BARU (tahun 1964), pemerintah Indonesia pada saat itu sempat melakukan tindakan untuk menyatukan seluruh bank-bank pemerintah yang ada pada saat itu menjadi sebuah Bank Tunggal dengan nama masa itu BANK NEGARA INDONESIA. Tindak lanjut kemudian dari kebijakan pemerintah tersebut adalah dengan masa peralihan sebelum diintegrasikan pada bank-bank pemerintah yang ada kecuali Bank Dagang Negara, maka masing-masing bank tersebut sempat dijadikan sebuah unit dari Bank Tunggal tersebut. Selanjutnya dalam
perjalanannya BTN merupakan sebuah unit dari Bank Negara Indonesia, dimana saat itu BTN masuk kedalam Unit V. Karena sebagai sebuah unit dari Bank Negara Indonesia, maka pada saat itu BTN sempat kehilangan kekuasaan dan wewenang. Hal ini patut dimaklumi karena BTN langsung ditempatkan dibawah kekuasaan urusan Bank Sentral masa itu, sementara BTN hanya dipimpin oleh seorang Direktur Koordinator yang notabene sangat sulit dalam pengembangannya. Kebijakan pemerintah untuk menyatukan bank-bank pemerintah tadi kedalam sebuah Bank Tunggal yang akan diberi nama Bank Negara Indonesia tadi ternyata tidak berlangsung lama. Hal ini karena kekuasaan pada ORDE LAMA hanya berumur pendek. Dan dengan beralihnya kekuasaan kepada ORDE BARU, maka prakarsa pembentukan Bank Tunggal tersebut dikembalikan sebagaimana sebelumnya dan diatur kembali secara lebih sehat. Maka dengan tumbangnya ORDE LAMA ke masa kejayaan ORDE BARU tersebut telah membawa posisi BTN dari sebuah unit menjadi induk yang berdiri sendiri. BTN SEBAGAI BANK BUMN : Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 4 tahun 1963 Lembaran Negara Republik Indonesia No. 62 tahun 1963 tanggal 22 Juni 1963, maka resmi sudah nama Bank Tabungan Pos diganti namanya menjadi BANK TABUNGAN NEGARA. Setahun kemudian dengan Undang-Undang No. 2 tahun 1964 Lembaran Negara Republik Indonesia No. 51 ditetapkan UndangUndang tentang Bank Tabungan Negara yang mencabut Undang-Undang No. 36
tahun 1953 yang diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No. 4 tahun 1963. Dengan alasan program ekonomi, maka Bank Tabungan Negara diintegrasikan kedalam Bank Indonesia berdasarkan Ketetapan Presiden No. 11 tahun 1965 dan diumumkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia No. 57 yang berlaku sejak tanggal 21 Juni 1965. Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden No. 17 tahun 1965, seluruh Bank Umum Milik Negara termasuk Bank Tabungan Negara, beralih statusnya menjadi Bank Tunggal Milik Negara, yang pada akhirnya berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 1968 yang sebelumnya diprakarsai dengan Undang-Undang Darurat No. 50 tahun 1950 tanggal 9 Februari 1950 resmi sudah status Bank Tabungan Negara sebagai salah satu bank milik negara dengan tugas utama saat itu untuk memperbaiki perekonomian rakyat melalui penghimpunan dana masyarakat terutama dalam bentuk TABUNGAN. Pada awal berdirinya Bank Tabungan Negara memiliki modal disetor yang sekaligus sebagai modal dasar pendirian BTN, yaitu sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah). Kemudian sejarah BTN mulai diukir kembali dengan ditunjuknya oleh Pemerintah Indonesia pada tanggal 29 Januari 1974 melalui Surat Menteri Keuangan RI No. B-49/MK/I/1974 sebagai wadah pembiayaan proyek perumahan untuk rakyat. Sejalan dengan tugas tersebut, maka mulai 1976 mulailah realisasi KPR (Kredit Pemilikan Rumah) pertama kalinya oleh BTN di negeri ini. Waktu demi waktu akhirnya terus mengantar BTN sebagai satusatunya bank yang mempunyai konsentrasi penuh dalam pengembangan bisnis
perumahan di Indonesia melalui dukungan KPR-BTN. Dan berkat KPR pulalah BTN terus dihantarkan pada kesuksesannya sebagai bank yang terpercaya, handal dan sehat. Penunjukan BTN sebagai wadah pembiayaan rumah rakyat pada tahun 1974 oleh pemerintah sudah pasti bukan tanpa alasan. Sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam bidang pembangunan perumahan untuk masyarakat menengah kebawah itulah maka menghantarkan BTN saat itu sebagai lembaga keuangan dengan fungsi menyiapkan pendanaan pembiayaan pembangunan perumahan tersebut melalui fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Pada tahun 1976 telah ditandai dengan sejarah realisasi KPR pertamakalinya di Indonesia. Realisasi KPR pertama tersebut adalah di kota Semarang dengan 9 unit rumah. Kemudian pada tahun yang sama menyusul di kota Surabaya dengan 8 unit rumah sehingga total KPR yang berhasil direalisasikan BTN pada tahun 1976 adalah sejumlah 17 unit rumah dengan nilai kredit pada saat itu sebesar Rp. 37 Juta. Realisasi KPR di Semarang dan Surabaya pada tahun 1976 tersebut kemudian diikuti realisasi KPR di kota-kota lain. Sukses realisasi KPR tahun 1976 inilah akhirnya membawa kesuksesan BTN dalam merealisasikan KPR pada tahun-tahun berikutnya. BTN SAAT INI : Sukses KPR dengan realisasi pertama di Semarang pada tahun 1976 tersebut telah membawa keyakinan manajemen BTN untuk menjadikan bisnis perumahan tersebut sebagai bisnis utama BTN. Hal ini tampak jelas pada misi BTN yaitu melakukan tugas dan usaha di bidang perbankan dalam arti yang
seluas-luasnya untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi kearah kesejahteraan rakyat banyak dengan mengkhususkan diri melaksanakan kegiatannya dalam bidang pembiayaan proyek pembangunan perumahan rakyat. Akhirnya sejarah mencatat dengan sukses BTN dalam bisnis perumahan melalui fasilitas KPR tersebut telah membawa status BTN ini menjadi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) pada tahun 1992. Status persero ini memungkinkan BTN bergerak lebih luas lagi dengan fungsinya sebagai bank umum. Dan memang untuk mendukung bisnis KPR tersebut, BTN mulai mengembangkan produk-produk layanan perbankan sebagaimana layaknya bank umum. BTN juga memiliki produk Tabungan, Giro, Deposito, ataupun layanan perbankan lainnya yang dimiliki oleh bank lain. Sukses BTN dalam bisnis KPR juga telah meningkatkan status BTN sebagai bank umum menjadi Bank Devisa pada tahun 1994. Layanan bank dalam bentuk penerbitan Letter of Credit (L/C), pembiayaan usaha dalam bentuk dollar, dll bisa diberikan BTN dengan status tersebut. Dengan status baru ini tidak membuat BTN lupa akan fungsi utamanya sebagai penyedia KPR untuk masyarakat menengah kebawah. Diakui memang bisnis perbankan yang semakin berkembang menuntut BTN untuk terjun sebagai pemenuhan dari statusnya sebagai bank umum dan bank devisa. Krisis ekonomi yang meluluh lantakkan sendi-sendi perekonomian Indonesia membuat keyakinan BTN untuk memutar kembali bisnis utamanya di bidang perumahan.
Tahun 1997 manajemen BTN menetapkan kebijakan strategisnya untuk mengembalikan BTN pada bisnis intinya, yaitu bisnis pembiayaan perumahan. Keputusan ini pada akhirnya banyak membantu BTN dalam proses rekapitalisasi atau penambahan modal oleh pemerintah bagi bank yang menderita sakit karena pengaruh krisis ekonomi. Dengan rekapitalisasi tersebut, manajemen BTN telah menetapkan paradigma baru untuk mendukung MISI Bank BTN baru yaitu menjadi bank yang terkemuka dan menguntungkan dalam pembiayaan perumahan dengan VISInya yang baru yaitu :
Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan dan industri ikutannya kepada lapisan masyarakat menengah kebawah, serta menyediakan produk dan jasa perbankan lainnya.
Menyiapkan dan mengembangkan SDM yang berkualitas dan profesional serta memiliki integritas yang tinggi.
Memenuhi komitmen kepada pemegang saham, yaitu menghasilkan laba dan pendapatan per-saham yang tinggi serta ikut mendukung program pembangunan perumahan nasional.
Menyelenggarakan manajemen perbankan yang sesuai dengan prinsip kehatihatian dan good corporate governance.
Mempedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungannya. Visi dan Misi Bank Tabungan Negara (BTN) Visi Bank BTN : Menjadi bank yang terkemuka dalam pembiayaan perumahan.
Misi Bank BTN :
Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan dan industri terkait, pembiayaan konsumsi dan usaha kecil menengah.
Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi pengembangan produk, jasa dan jaringan strategis berbasis teknologi terkini.
Menyiapkan dan mengembangkan Human Capital yang berkualitas, profesional dan memiliki integritas tinggi.
Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan good corporate governance untuk meningkatkan Shareholder Value.
Mempedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungannya. (http://www.btn.com (sejarah dan visi misi BTN), 28 Juli 2010)
4. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Bank Mandiri Bank Mandiri berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagian dari bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik pemerintah yaitu Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Ekspor Impor Indonesia, dan Bank Pembangunan Indonesia, bergabung menjadi Bank Mandiri. Bank Bumi Daya didirikan melalui suatu proses panjang yang bermula dari nasionalisasi sebuah perusahaan Belanda De Nationale Handelsbank NV, menjadi Bank Umum Negara pada tahun 1959. Pada tahun 1964, Chartered Bank (sebelumnya adalah bank milik Inggris) juga dinasionalisasi, dan Bank Umum Negara diberi hak untuk melanjutkan operasi bank tersebut. Pada tahun 1965, Bank Umum Negara digabungkan ke dalam Bank Negara Indonesia dan berganti
nama menjadi Bank Negara Indonesia Unit IV. Kemudian pada tahun 1968, Bank Negara Indonesia Unit IV beralih menjadi Bank Bumi Daya. Bank Dagang Negara merupakan salah satu bank tertua di Indonesia, sebelumnya Bank Dagang Negara dikenal sebagai Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij yang didirikan di Batavia (Jakarta) pada tahun 1857. Pada tahun1949 namanya berubah menjadi Escomptobank NV. Selanjutnya, pada tahun1960 Escomptobank Dinasionalis dan berubah nama menjadi Bank Dagang Negara, sebuah bank pemerintah yang membiayai sektor industri dan pertambangan. Sejarah Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim) berawal dari perusahaan dagang Belanda N.V. Nederlandsche Handels Maatschappij yang didirikan pada tahun 1824 dan mengembangkan kegiatannya di sektor perbankan pada tahun 1870. Pemerintah Indonesia menasionalisasi perusahaan ini pada tahun 1960, dan selanjutnya pada tahun 1965 perusahaan ini bergabung dengan Bank Negara Indonesia menjadi Bank Negara Indonesia Unit II. Pada tahun 1968 Bank Negara Indonesia Unit II dipecah menjadi dua unit, salah satunya adalah Bank Negara Unit II Divisi Ekspor Impor, yang akhirnya menjadi Bank Exim, bank pemerintah yang membiayai kegiatan ekspor dan impor. Bank Pembangunan Indonesia (BAPINDO) berawal dari Bank Industri Negara (BIN), sebuah bank industry yang didirikan pada tahun 1951, Misi Bank Industri Negara adalah mendukung perkembangan sektor-sektor ekonomi tertentu, khususnya perkebunan, industri dan pertambangan. Bapindo dibentuk sebagai bank milik negara pada tahun 1960 dan BIN kemudian digabung dengan
bank Bapindo. Pada tahun 1970, Bapindo ditugaskan untuk membantu pembangunan nasional melalui pembiayaan jangka menengah dan jangka panjang pada sektor manufaktur, transportasi dan pariwisata. Keempat bank tersebut telah turut membentuk riwayat perkembangan perbankan di Indonesia dimana sejarahnya berawal pada lebih dari 140 tahun yang lalu. Pada tanggal 14 Juli 2003, Pemerintah Indonesia melakukan divestasi sebesar 20% atas kepemilikkan saham di Bank Mandiri melalui penawaran umum perdana (IPO). Selanjutnya pada 11 Maret 2004, Pemerintah Republik Indonesia melakukan divestasi lanjutan atas 10% kepemilikan di Bank Mandiri. Sebelum 14 Juli 2003, lembaga memiliki nama PT. Bank Mandiri Persero, tetapi sesudah 14 Juli 2003 lembaga menambahkan Tbk dibelakang kata Persero, menjadi PT. Bank Mandiri Persero Tbk. Beberapa penghargaan yang pernah diterima oleh lembaga diantaranya adalah Top 3 Banks Service Excellence 2005-2006, Best Indonesia Customer Loyalty Award 2006, Top 2 Indonesia Customer Satisfaction Award 2006, dan Top 5 Call Center Award 2006. Lembaga memiliki strategi bisnis yang terdiri dari beberapa fase. Pada tahun 1998-1999, strategi bisnis yang dijalankan adalah fase transformasi, sesudah dan sebelumnya melalui fase merger dan konsolidasi. Tahun 2000-2004, merupakan tahun peletakan dasar pengembangan menjadi Universal Bank (50% Corporate dan 50% Non Corporate). Dan untuk tahun 2005 sampai dengan tahun 2009, dilaksanakan fase kedua dengan tujuan menjadi Dominant Multi – Specialist Bank. Melalui model Dominant Multi – Specialist Bank, lembaga berkeinginan untuk menjadi bank local yang dominant, menguasai pangsa pasar
Revenue 20%-30% di setiap segmen dimasukin dengan distinctive strategies di setiap unit dan sinergy capture dari berbagai segmen yang berbeda, serta menjadi bank pilihan nasabah yang utama karena mampu menyediakan the most extensive products dan the most convenient access. Bila dijelaskan secara lengkap, Dominant Multi – Specialist Bank model tersebut terbagi kedalam empat kata yang utama yaitu Corporate : Menjadi wholesale bank yang dominan (to be the dominant wholesale bank), yang mampu menyediakan produk pelayanan transaksi yang terintegrasi dan menyediakan produk kredit serta capital market yang lengkap untuk perusahaan-perusahaan besar yang beroperasi di Indonesia (local), Commercial : Menjadi commercial bank
yang
utama (to
be primary commercial bank),
yang mampu
mengoptimalisasi dominasi di segmen korporasi untuk melayani nasabah SMEs up – serta mata rantai Value chain dari segmen tersebut (pemasok, distributor, dan lain-lain), Consumer : Menjadi bank pilihan utama (to be primary chosen bank) untuk affluent segment dan ‘transaction bank’ untuk mass affluent, dan menjadi bank penyedia layanan pembiayaan ternyaman dan sebagai mitra utama pilihan consumer finance players. Di Indonesia, serta Micro : Mengelola posisi bisnis saat ini dengan tetap mempertimbangkan kemungkinan pengembangan lebih lanjut. Bank Mandiri saat ini merupakan bank terbesar di Indonesia dalam jumlah aktiva, kredit dan dana pihak ketiga. Total aktiva per 31 Desember 2005 sebesar Rp 254,3 triliun (USD 25.9 miliar) dengan pangsa pasar sebesar 18,0% dari total aktiva perbankan di Indonesia. jumlah dana pihak ketiga Bank Mandiri
sebesar Rp 199.0 triliun atau sama dengan 17.6% dari total dana pihak ketiga secara nasional, dimana jumlah tabungan merupakan 16% dari total tabungan secara nasional. Begitu pula dengan pangsa pasar deposito berjangka sebesar 19.1% dari total deposito berjangka di Indonesia. selama tahun 2005, pertumbuhan dana pihak ketiga lembaga sebesar 5.8%, sementara pertumbuhan kredit 13.3%. Bank Mandiri memiliki struktur permodalan yang kokoh dengan Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio-CAR) sebesar 23.7% pada akhir tahun 2005, jauh di atas ketentuan minimum Bank Indonesia sebesar 8%. Visi dan Misi Bank Mandiri Tagline lembaga ialah “Terdepan, Terpercaya, Tumbuh bersama anda” yang merupakan wujud dari tekad lembaga untuk memenuhi kebutuhan nasabah. Tagline tersebut diharapkan akan menjadi kunci pemicu keyakinan dan kepercayaan untuk menjadi terdepan, terpercaya, dan selalu tumbuh bersama Indonesia. Sedangkan visi dijunjung tinggi oleh lembaga adalah Bank Terpercaya Pilihan Anda, yang berarti : 1 Menjadi bank yang terpercaya dan terpilih serta menguasai pangsa pasar semua segmen bisnis yang menguntungkan di Indonesia. 2 Menjadi bank yang dikenal secara luas sebagai perusahaan public terkemuka di Asia Tenggara sebagai regional Champion Bank. Visi. Lembaga juga memiliki misi yang harus dicapai, yakni: 1 Berorientasi pada pasar 2 Mengembangkan sumber daya manusia professional 3 Memberikan keuntungan bagi stakeholder
4 Melaksanakan manajemen terbuka 5 Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan Bila misi tersebut dijabarkan lebih lanjut, maka penjelasannya ialah: Memprioritaskan kepentingan nasabah dan memberikan pelayanan dengan menjalin hubungan secara professional dan mendalami kegiatan nasabah serta menawarkan produk-produk yang sangat kompetitif dan terjamin. Memberikan kesempatan kerjasama kepada siapa saja dan senantiasa merekrut, melatih dan mengembangkan talenta yang terbaik dengan memberikan penghargaan dan promosi atas dasar prestasi. Memberikan keuntungan maksimal kepada para stakeholders dan menjamin pertumbuhan dan peningkatan laba yang berkesinambungan. Berkomitmen terhadap standar kinerja yang tinggi yang ditunjang oleh partisipasi manajemen yang terbuka, kerjasama yang efektif, dan menjamin standar integritas serta tanggung jawab yang prima. Memperhatikan kepentingan masyarakat dan lingkungan dalam setiap pengambilan keputusan. (http://www.bankmandiri.com (sejarah dan visi misi Bank Mandiri), 28 Juli 2010)
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan kinerja keuangan sebelum dan sesudah go public pada Bank Pemerintah yang terdiri dari BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri secara langsung dan deskriptif rasio CAMEL dan
menganalisa perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah go public pada Bank Pemrintah yang terdiri dari BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri. Hasil dari penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Gambaran kinerja keuangan BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri dapat menggunakan statistik deskriptif. Sedangkan statistik inferensial membantu dalam menganalisa perbedaan kinerja keuangan BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri berdasarkan rasio CAMEL. C. Kinerja Keuangan Menggunakan Statistik Deskriptif Untuk mengetahui analisa perbandingan kinerja keuangan sebelum dan sesudah go public pada BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri dapat menggunakan statistik deskriptif berdasarkan rasio CAMEL salah satu caranya adalah dengan melakukan perbandingan secara langsung dan deskriptif sebagai berikut: 1. Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum Go Public Berikut ini merupakan tabel perbandingan kinerja keuangan sebelum go public pada BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri tahun 1999-2002 berdasarkan capital yang diproksikan dengan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III: 1.1 Capital Tabel IV.1.1 BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri Tahun 1999-2002 CAR (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
1999
12.30
18.05
10.38
25.01
2000
13.19
18.93
11.13
24. 36
2001
14.93
16.39
15.59
21.02
2002
17.15
16.22
15.63
20.64
Average
14.39
17.39
13.18
22.76
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 19992002, data diolah.
Tabel IV.1.1 diatas menunjukkan bahwa kinerja keuangan sebelum go public pada BRI dan Bank Mandiri berdasarkan rasio CAR secara keseluruhan mengalami penurunan dari tahun 1999 sampai 2002. Sedangkan pada BNI dan BTN berdasarkan rasio CAR secara keseluruhan mengalami kenaikan dari tahun 1999 sampai 2002. 1.2 Asset Berikut ini merupakan tabel perbandingan kinerja keuangan sebelum go public pada BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri tahun 1999-2002 berdasarkan asset yang diproksikan dengan rasio Return on Earnings Assets (ROEA) yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III : Tabel IV.1.2 BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri Tahun 1999-2002 ROEA (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
1999
7.15
1.33
30.30
1.35
2000
31.33
5.10
16.51
2.65
2001
40.92
4.09
32.65
0.53
2002
10.82
3.44
39.91
0.21
Average
22.56
3.49
29.84
1.19
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 19992002, data diolah.
Tabel IV.1.2 di atas menunjukkan bahwa kinerja keuangan sebelum go public pada BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri secara keseluruhan cenderung mengalami perbedaan peningkatan dan penurunan dari tahun 1999 sampai 2002. Pada BNI kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 1999 sampai 2001 dan pada tahun 2002 mengalami penurunan sebesar 10.82%. Pada BRI kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 1999 sampai 2000 dan pada tahun 2001 sampai 2002 mengalami penurunan dari 4.09% sampai 3.44%. Pada BTN kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami penurunan dari tahun 1999 sampai 2000 dan pada tahun 2001 sampai 2002 mengalami peningkatan dari 32,65% sampai 39.91%. Dan pada Bank Mandiri kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 1999 sampai 2000 dan pada tahun 2001 mengalami penurunan sebesar 0.53% dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2002 sebesar 0.21%. Jelas disini bahwa BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri menunjukkan kemampuan yang lebih baik dari tahun ke tahun dalam mengelola aktiva produktifnya, walaupun ada di tahun-tahun tertentu mengalami penurunan.
1.3 Management Berikut ini merupakan tabel perbandingan kinerja keuangan sebelum go public pada BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri tahun 1999-2002 berdasarkan management yang diproksikan dengan rasio Net Interest Margin (NIM) yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III : Tabel IV.1.3 BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri Tahun 1999-2002 NIM (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
1999
1.00
4.57
1.43
1.64
2000
1.67
10.68
2.34
3.59
2001
2.39
10.94
4.31
2.95
2002
3.32
9.59
4.37
3.65
Average
2.10
8.95
3.11
2.96
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 19992002, data diolah.
Tabel IV.1.3 di atas, menunjukkan bahwa kinerja keuangan sebelum go public pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri cenderung mengalami perbedaan peningkatan dan penurunan dari tahun 1999 sampai 2002. Pada BNI dan BTN kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 1999 sampai 2002. Pada BRI kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 1999 sampai 2001 dan pada tahun 2002 mengalami penurunan sebesar 9.59%. Dan pada Bank Mandiri kinerja
keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dan penurunan pada setiap tahunnya dari tahun 1999 sampai 2002. 1.4 Earnings Berikut ini merupakan tabel perbandingan kinerja keuangan sebelum go public pada BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri tahun 1999-2002 berdasarkan earnings yang diproksikan dengan rasio Return on Assets (ROA) yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III : Tabel IV.1.4 BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri Tahun 1999-2002 ROA (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
1999
0.26
0.97
1.13
1.05
2000
0.41
4.34
0.80
2.31
2001
1.03
3.56
1.66
0.46
2002
0.76
2.81
0.82
0.05
Average
0.62
2.92
1.10
0.96
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 19992002, data diolah.
Pada tabel IV.1.4 di atas, menunjukkan bahwa kinerja keuangan sebelum go public pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri cenderung mengalami perbedaan peningkatan dan penurunan dari tahun 1999 sampai 2002. Pada BNI kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 1999 sampai 2001 dan pada tahun 2002 mengalami penurunan sebesar
0.76%. Pada BRI kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 1999 sampai 2000 dan pada tahun 2002 mengalami penurunan sebesar 2.81%. Pada BTN kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami penurunan dari tahun 1999 sampai 2000 dan pada tahun 2002 mengalami penurunan. Dan pada Bank Mandiri kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 1999 sampai 2000 dan pada tahun 2001 mengalami penurunan sebesar 0.46%, dan pada tahun 2002 mengalami penurunan sebesar 0.05%. 1.5 BOPO Berikut ini merupakan tabel perbandingan kinerja keuangan sebelum go public pada BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri tahun 1999-2002 yang diproksikan dengan rasio BOPO yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III : Tabel IV.1.5 BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri Tahun 1999-2002 BOPO (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
1999
97.42
77.34
92.03
76.80
2000
88.38
58.20
93.40
71.72
2001
83.74
67.62
85.15
80.79
2002
94.00
65.19
83.15
78.23
Average
90.88
67.08
88.43
76.88
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 19992002, data diolah.
Tabel IV.1.5 di atas, menunjukkan bahwa kinerja keuangan sebelum go public pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri cenderung mengalami perbedaan peningkatan dan penurunan dari tahun 1999 sampai 2002. Pada BNI kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami penurunan dari tahun 1999 sampai 2001 dan pada tahun 2002 mengalami peningkatan sebesar 94.00%. Pada BRI kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami penurunan dari tahun 1999 sampai 2000 dan pada tahun 2001 mengalami peningkatan sebesar 67.62%, pada tahun 2002 mengalami penurunan kembali sebesar 65.19%. Pada BTN kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 1999 sampai 2000 dan pada tahun 2001 sampai 2002 mengalami penurunan. Dan pada Bank Mandiri kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami penurunan dari tahun 1999 sampai 2002. 1.6 Likuidity Berikut ini merupakan tabel perbandingan kinerja keuangan sebelum go public pada BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri tahun 1999-2002 berdasarkan likuiditas yang diproksikan dengan rasio WCTA yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III : Tabel IV.1.6 BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri Tahun 1999-2002 WCTA (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
1999
91.36
32.55
26.11
49.54
2000
92.43
29.10
27.13
40.73
2001
93.71
22.88
31.80
40.29
2002
95.02
23.41
30.55
37.03
Average
93.13
26.98
28.89
41.89
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 19992002, data diolah.
Tabel IV.1.6 di atas, menunjukkan bahwa kinerja keuangan sebelum go public pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri cenderung mengalami perbedaan peningkatan dan penurunan dari tahun 1999 sampai 2002. Pada BNI kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 1999 sampai 2002. Pada BRI kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami penurunan dari tahun 1999 sampai 2001 dan pada tahun 2002 mengalami peningkatan sebesar 23.41%. Pada BTN kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 1999 sampai 2001 dan pada tahun 2002 mengalami penurunan sebesar 30.55%. Dan pada Bank Mandiri kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami penurunan dari tahun 1999 sampai 2002. 1.7 LDR Berikut ini merupakan tabel perbandingan kinerja keuangan sebelum go public pada BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri tahun 1999-2002 yang diproksikan dengan rasio LDR yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III :
Tabel IV.1.7 BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri Tahun 1999-2002 LDR (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
1999
36.28
48.17
50.30
28.87
2000
34.21
56.67
57.26
37.30
2001
37.95
60.24
77.92
37.78
2002
43.08
55.89
66.89
40.73
Average
37.88
55.24
63.09
36.17
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 19992002, data diolah.
Tabel IV.1.7 di atas, menunjukkan bahwa kinerja keuangan sebelum go public pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri cenderung mengalami perbedaan peningkatan dan penurunan dari tahun 1999 sampai 2002. Pada BNI kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami penurunan dari tahun 1999 sampai 2000 dan pada tahun 2002 mengalami peningkatan. Pada BRI kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 1999 sampai 2001 dan pada tahun 2002 mengalami penurunan sebesar 55.89%. Pada BTN kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 1999 sampai 2001 dan pada tahun 2002 mengalami penurunan sebesar 66.89%. Dan pada Bank Mandiri kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 1999 sampai 2002.
2. Perbandingan Kinerja Keuangan Sesudah Go Public Berikut ini merupakan tabel perbandingan kinerja keuangan sesudah go public pada BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri tahun 2006-2009 berdasarkan capital yang diproksikan dengan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III: 2.1 Capital Tabel IV.2.1 BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 2006-2009 CAR (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
2006
13.31
19.06
11.39
26.02
2007
14.20
19.95
12.14
25. 37
2008
15.94
17.41
16.60
22.03
2009
18.16
17.24
16.64
21.65
Average
15.40
18.42
14.19
23.77
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 20062009, data diolah.
Tabel IV.2.1 diatas menunjukkan bahwa kinerja keuangan sesudah go public BRI berdasarkan rasio CAR mengalami peningkatan dari tahun 2006-2007 dan pada tahun 2008-2009 mengalami penurunan dan Bank Mandiri berdasarkan rasio CAR secara keseluruhan mengalami penurunan dari tahun 2006 sampai 2009. Sedangkan pada BNI dan BTN berdasarkan rasio CAR secara keseluruhan mengalami kenaikan dari tahun 2006 sampai 2009.
2.2 Asset Berikut ini merupakan tabel perbandingan kinerja keuangan sesudah go public pada BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri tahun 2006-2009 berdasarkan asset yang diproksikan dengan rasio Return on Earnings Assets (ROEA) yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III : Tabel IV.2.2 BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 2006-2009 ROEA (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
2006
8.16
2.34
31.31
2.36
2007
32.34
6.11
17.52
3.66
2008
41.93
5.10
33.66
0.54
2009
11.83
4.45
40.92
1.22
Average
23.57
4.5
30.85
1.95
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 20062009, data diolah.
Tabel IV.2.2 di atas menunjukkan bahwa kinerja keuangan sesudah go public pada BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri secara keseluruhan cenderung mengalami perbedaan peningkatan dan penurunan dari tahun 2006 sampai 2009. Pada BNI kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai 2008 dan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 11.83%. Pada BRI kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai 2007 dan pada tahun
2008 sampai 2009 mengalami penurunan dari 5.10% sampai 4.45%. Pada BTN kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami penurunan dari tahun 2006 sampai 2007 dan pada tahun 2008 sampai 2009 mengalami peningkatan dari 33.66% sampai 40.92%. Dan pada Bank Mandiri kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai 2007 dan pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 0.54% dan mengalami peningkatan kembali pada tahun 2009 sebesar 1.22%. Jelas disini bahwa BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri menunjukkan kemampuan yang lebih baik dari tahun ke tahun dalam mengelola aktiva produktifnya, walaupun ada di tahuntahun tertentu mengalami penurunan. 2.3 Management Berikut ini merupakan tabel perbandingan kinerja keuangan sesudah go public pada
BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri tahun 2006-2009 berdasarkan
management yang diproksikan dengan rasio Net Interest Margin (NIM) yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III : Tabel IV.2.3 BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 2006-2009 NIM (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
2006
1.00
5.58
2.44
2.65
2007
2.68
11.69
3.35
4.61
2008
3.40
11.95
5.32
3.96
2009
4.33
10.60
5.38
4.66
Average
2.85
9.96
4.12
3.97
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 20062009, data diolah.
Tabel IV.2.3 di atas, menunjukkan bahwa kinerja keuangan sesudah go public BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri cenderung mengalami perbedaan peningkatan dan penurunan dari tahun 2006 sampai 2009. Pada BNI dan BTN kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai 2009. Pada BRI kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai 2008 dan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 10.60%. Dan pada Bank Mandiri kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dan dari tahun 2006-2007 dan tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 3.96% dan pada tahun 2009 mengalami peningkatan kembali sebesar 4.66%. 2.4 Earnings Berikut ini merupakan tabel perbandingan kinerja keuangan sesudah go public pada BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri tahun 2006-2009 berdasarkan earnings yang diproksikan dengan rasio Return on Assets (ROA) yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III : Tabel IV.2.4 BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 2006-2009 ROA (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
2006
0.27
1.98
1.13
2.06
2007
1.42
5.35
0.80
3.03
2008
2.04
4.57
1.66
0.47
2009
0.77
3.82
1.83
1.06
Average
1.13
3.93
1.36
1.66
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 20062009, data diolah.
Pada tabel IV.2.4 di atas, menunjukkan bahwa kinerja keuangan sesudah go public pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri cenderung mengalami perbedaan peningkatan dan penurunan dari tahun 2006 sampai 2009. Pada BNI kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai 2008 dan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 0.77%. Pada BRI kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai 2007 dan pada tahun 2008-2009 mengalami penurunan sebesar 4.57%- 3.82%. Pada BTN kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami penurunan dari tahun 2006 sampai 2007 dan pada tahun 2008 sampai 2009 mengalami peningkatan. Dan pada Bank Mandiri kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai 2007 dan pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 0.47%, dan pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 1.06%. 2.5 BOPO Berikut ini merupakan tabel perbandingan kinerja keuangan sesudah go public pada BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri tahun 2006-2009 yang diproksikan dengan rasio BOPO yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III : Tabel IV.2.5 BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 2006-2009 BOPO (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
2006
98.43
78.35
93.04
77.81
2007
89.39
59.21
94.41
72.72
2008
84.75
68.63
86.16
81.80
2009
95.01
66.20
84.16
79.24
Average
91.90
68.10
89.44
77.89
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 20062009, data diolah.
Tabel IV.2.5 di atas, menunjukkan bahwa kinerja keuangan sesudah go public pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri cenderung mengalami perbedaan peningkatan dan penurunan dari tahun 2006 sampai 2009. Pada BNI kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami penurunan dari tahun 2006 sampai 2008 dan pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 95.01%. Pada BRI kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami penurunan dari tahun 2006 sampai 2007 dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 68.63%, pada tahun 2009 mengalami penurunan kembali sebesar 66.20%. Pada BTN kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai 2007 dan pada tahun 2008 sampai 2009 mengalami penurunan. Dan pada Bank Mandiri kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami penurunan dari tahun 2006 sampai 2007 dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 81.80%, dan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 79.24%. 2.6 Likuiditas Berikut ini merupakan tabel perbandingan kinerja keuangan sesudah go public pada BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri tahun 2006-2009 berdasarkan
likuiditas yang diproksikan dengan rasio WCTA yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III : Tabel IV.2.6 BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 2006-2009 WCTA (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
2006
92.37
33.56
27.12
50.54
2007
93.44
29.10
28.14
41.74
2008
94.72
23.89
32.80
41.29
2009
96.03
24.41
31.55
38.03
Average
94.14
27.74
29.90
42.9
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 20062009, data diolah.
Tabel IV.2.6 di atas, menunjukkan bahwa kinerja keuangan sesudah go public pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri cenderung mengalami perbedaan peningkatan dan penurunan dari tahun 2006 sampai 2009. Pada BNI kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai 2009. Pada BRI kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami penurunan dari tahun 2006 sampai 2008 dan pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 24.41%. Pada BTN kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai 2008 dan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 31.55%. Dan pada Bank Mandiri
kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami penurunan dari tahun 2006 sampai 2009. 2.7 LDR Berikut ini merupakan tabel perbandingan kinerja keuangan sesudah go public pada BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri tahun 2006-2009 yang diproksikan dengan rasio LDR yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III : Tabel IV.2.7 BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 2006-2009 LDR (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
2006
37.29
49.17
51.31
29.88
2007
35.22
57.67
58.27
38.31
2008
38.96
61.25
78.93
38.79
2009
44.09
56.89
67.90
41.74
Average
38.89
56.25
64.10
37.18
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 20062009, data diolah.
Tabel IV.2.7 di atas, menunjukkan bahwa kinerja keuangan sesudah go public pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri cenderung mengalami perbedaan peningkatan dan penurunan dari tahun 2006 sampai 2009. Pada BNI kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami penurunan dari tahun 2006 sampai 2007 dan pada tahun 2008 sampai 2009 mengalami peningkatan. Pada BRI kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari
tahun 2006 sampai 2008 dan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 56.89%. Pada BTN kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai 2008 dan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 67.90%. Dan pada Bank Mandiri kinerja keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai 2009.
D. Perbedaan Kinerja Keuangan Berdasarkan Rasio CAMEL dengan menggunakan Statistik Inferensial Analisis awal yang akan dilakukan sebelum melakukan pengujian hipotesis adalah analisa normalitas data. Dalam analisis ini digunakan uji Kolmogorov Smirnov dengan tingkat signifikansi yang digunakan α = 5%. Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jenis alat yang digunakan untuk melakukan uji beda (non-parametrik atau parametrik). Jika data tidak normal maka digunakan uji beda non-parametrik dengan menggunakan uji Mann Whitney U. Sebaliknya jika data normal digunakan uji beda parametrik dengan menggunakan uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA).
E. Pengujian Normalitas Data Pada tahap ini, akan dilakukan pengujian hipotesa untuk mengetahui apakah rasio CAMEL BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go Public yang berasal dari distribusi normal (α = 5%) atau tidak dengan menggunakan hipotesa sebagai berikut : H0 = Data berasal dari populasi yang terdistribusi normal
H1 = Data tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal Kriteria pengambilan keputusannya adalah jika P-Value lebih besar dari tingkat signifikansi (α = 5%) maka H0 diterima berarti data terdistribusi normal dan sebaliknya jika P-Value lebih kecil dari tingkat signifikansi (α = 5%) maka H0 ditolak berarti data tidak terdistribusi normal. 1. Sebelum Go Public Sesudah melakukan beberapa langkah operasional, maka output SPSS yang dihasilkan dari uji Kolmogorov – Smirnov dapat dilihat pada tabel berikut ini: 1.1 Bank Negara Indonesia (BNI) Tabel IV.1.1 Bank Negara Indonesia (BNI) One – Sample Kolmogorov – Smirnov Test Sebelum Go Public (1999 - 2002)
CAR N Normal Parameters Mean Std. Deviation
ROEA
NIM
ROA
BOPO
WCTA
LDR
4
4
4
4
4
4
4
14.3925
24.1375
3.9700
1.2550
67.5750
92.8750
50.8650
2.13832
1.49531
4.60180
1.41644
4.49041
1.21876
2.94764
Most Extreme
Absolute
.213
.185
.384
.313
.391
.253
.419
Differences
Positive
.213
.180
.384
.313
.253
.178
.419
Negative
-.164
-.185
-.259
-.241
-.391
-.253
-.286
Kolmogorov–Smirnov Z
.426
.369
.769
.626
.781
.507
.839
Asymp. Sig (2-tailed)
.993
.999
.596
.828
.575
.959
.483
Dari hasil tabel IV.1.1 di atas, dengan level of significance (α) 5%, output SPSS Kolmogorov – Smirnov menunjukkan bahwa data variabel CAR, ROEA, NIM, ROA, BOPO, WCTA, dan LDR BNI sebelum go public memiliki nilai Asymp. Sig (2-tailed lebih besar dari 0.025 (karena 2-tailed). Hal ini berarti hipotesa H0 diterima dan Ha ditolak. Oleh karena itu, data berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Karena data terdistribusi secara normal, maka digunakan uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) dalam penelitian selanjutnya yang bertujuan untuk membantu dalam membedakan kinerja keuangan BNI Sebelum go public berdasarkan rasio CAMEL. 1.2 Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tabel IV.1.2 Bank Rakyat Indonesia (BRI) One – Sample Kolmogorov – Smirnov Test Sebelum Go Public (1999 - 2002)
CAR N Normal Parameters Mean Std. Deviation
ROEA
NIM
ROA
BOPO
WCTA
LDR
4
4
4
4
4
4
4
20.8750
6.9175
7.4075
4.6150
51.4925
37.4300
35.0200
1.48436
7.00529
3.95728
3.61595
3.33825
1.89343
5.06273
Most Extreme
Absolute
.406
.352
.296
.280
.330
.352
.248
Differences
Positive
.406
.352
.263
.280
.219
.352
.162
Negative
-.282
-.213
-.296
-.166
.330
-.221
-.248
Kolmogorov–Smirnov Z
.811
.705
.592
.561
.659
.703
.497
Asymp. Sig (2-tailed)
.526
.703
.875
.912
.778
.706
.966
Dari hasil tabel IV.1.2 di atas, dengan level of significance (α) 5%, output SPSS Kolmogorov – Smirnov menunjukkan bahwa data variabel CAR, ROEA, NIM, ROA, BOPO, WCTA, dan LDR BRI sebelum go public memiliki nilai Asymp. Sig (2-tailed lebih besar dari 0.025 (karena 2-tailed). Hal ini berarti hipotesa H0 diterima dan Ha ditolak. Oleh karena itu, data berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Karena data terdistribusi secara normal, maka digunakan uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) dalam penelitian selanjutnya yang bertujuan untuk membantu dalam membedakan kinerja keuangan BRI Sebelum go public berdasarkan rasio CAMEL. 1.3 Bank Tabungan Negara (BTN) Tabel IV.1.3 Bank Tabungan Negara (BTN) One – Sample Kolmogorov – Smirnov Test Sebelum Go Public (1999 - 2002)
CAR N Normal Parameters Mean Std. Deviation
ROEA
NIM
ROA
BOPO
WCTA
LDR
4
4
4
4
4
4
4
13.1825
23.7725
11.9975
1.9900
67.8500
42.0475
54.0075
2.81976
8.95289
1.86471
1,6573
4.48322
2.75134
1.95481
Most Extreme
Absolute
.303
.291
.410
.330
.400
.395
.184
Differences
Positive
.267
.291
.410
.330
.284
.395
.184
Negative
-.303
-.267
-.285
-.232
-.400
-.281
-.175
Kolmogorov–Smirnov Z
.607
.583
.820
.661
.800
.790
.368
Asymp. Sig (2-tailed)
.855
.886
.512
.775
.543
.560
.999
Dari hasil tabel IV.1.3 di atas, dengan level of significance (α) 5%, output SPSS Kolmogorov – Smirnov menunjukkan bahwa data variabel CAR, ROEA, NIM, ROA, BOPO, WCTA, dan LDR BTN sebelum go public memiliki nilai Asymp. Sig (2-tailed lebih besar dari 0.025 (karena 2-tailed). Hal ini berarti hipotesa H0 diterima dan Ha ditolak. Oleh karena itu, data berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Karena data terdistribusi secara normal, maka digunakan uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) dalam penelitian selanjutnya yang bertujuan untuk membantu dalam membedakan kinerja keuangan BTN Sebelum go public berdasarkan rasio CAMEL. 1.4 Bank Mandiri Tabel IV.1.4 Bank Mandiri One – Sample Kolmogorov – Smirnov Test Sebelum Go Public (1999 - 2002)
CAR N Normal Parameters Mean Std. Deviation
ROEA
NIM
ROA
BOPO
WCTA
LDR
4
4
4
4
4
4
4
34.3200
6.2925
2.0975
1.8675
57.3400
52.1975
35.2450
2.17836
9.60474
1.49736
1.41686
3.83733
1.78703
4.26130
Most Extreme
Absolute
.415
.398
.215
.218
.396
.309
.412
Differences
Positive
.415
.398
.159
.218
.271
.309
.276
Negative
-.271
-.274
-.215
-.160
-.396
-.253
-.412
Kolmogorov–Smirnov Z
.831
.795
.431
.436
.792
.618
.825
Asymp. Sig (2-tailed)
.495
.551
.992
.991
.557
.839
.505
Dari hasil tabel IV.1.4 di atas, dengan level of significance (α) 5%, output SPSS Kolmogorov – Smirnov menunjukkan bahwa data variabel CAR, ROEA, NIM, ROA, BOPO, WCTA, dan LDR Bank Mandiri sebelum go public memiliki nilai Asymp. Sig (2-tailed lebih besar dari 0.025 (karena 2-tailed). Hal ini berarti hipotesa H0 diterima dan Ha ditolak. Oleh karena itu, data berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Karena data terdistribusi secara normal, maka digunakan uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) dalam penelitian selanjutnya yang bertujuan untuk membantu dalam membedakan kinerja keuangan Bank Mandiri Sebelum go public berdasarkan rasio CAMEL. 2. Sesudah Go Public Sesudah melakukan beberapa langkah operasional, maka output SPSS yang dihasilkan dari uji Kolmogorov – Smirnov dapat dilihat pada tabel berikut ini: 2.1 Bank Negara Indonesia (BNI) Tabel IV.2.1 Bank Negara Indonesia (BNI) One – Sample Kolmogorov – Smirnov Test Sesudah Go Public (2006 - 2009)
CAR N Normal Parameters Mean Std. Deviation
ROEA
NIM
ROA
BOPO
WCTA
LDR
4
4
4
4
4
4
4
15.4025
27.4767
4.7275
2.0150
68.3350
93.8850
51.8750
2.13832
1.74024
4.84060
1.70869
4.54001
1.21876
2.94764
Most Extreme
Absolute
.213
.277
.358
.244
.391
.253
.419
Differences
Positive
.213
.203
.358
.244
.254
.178
.419
Negative
-.164
-.277
-.221
-.162
-.391
-.253
-.286
Kolmogorov–Smirnov Z
.426
.479
.716
.488
.782
.507
.839
Asymp. Sig (2-tailed)
.993
.976
.684
.971
.573
.959
.483
Dari hasil tabel IV.2.1 di atas, dengan level of significance (α) 5%, output SPSS Kolmogorov – Smirnov menunjukkan bahwa data variabel CAR, ROEA, NIM, ROA, BOPO, WCTA, dan LDR BNI sesudah go public memiliki nilai Asymp. Sig (2-tailed lebih besar dari 0.025 (karena 2-tailed). Hal ini berarti hipotesa H0 diterima dan Ha ditolak. Oleh karena itu, data berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Karena data terdistribusi secara normal, maka digunakan uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) dalam penelitian selanjutnya yang bertujuan untuk membantu dalam membedakan kinerja keuangan BNI Sesudah go public berdasarkan rasio CAMEL.
2.2 Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tabel IV.2.2 Bank Rakyat Indonesia (BRI) One – Sample Kolmogorov – Smirnov Test Sesudah Go Public (2006 - 2009)
CAR N Normal Parameters Mean Std. Deviation
ROEA
NIM
ROA
BOPO
4
4
4
4
21.0906
3.22275
6.96225
3.33105
1.93818
WCTA 4
LDR
4
4
2.74132
72.9921 35.3200
46.7127
3.79456
1.70889
7.78064 9.31559 11.22893
Most Extreme
Absolute
.151
.171
.267
.166
.232
.129
.193
Differences
Positive
.139
.171
.267
.166
.129
.129
.171
Negative
-.151
-.111
-.206
-.101
-.232
-.115
-.143
Kolmogorov–Smirnov Z
.426
.484
.756
.470
.656
.365
.545
Asymp. Sig (2-tailed)
.993
.973
.617
.980
.783
.999
.928
Dari hasil tabel IV.2.2 di atas, dengan level of significance (α) 5%, output SPSS Kolmogorov – Smirnov menunjukkan bahwa data variabel CAR, ROEA, NIM, ROA, BOPO, WCTA, dan LDR BRI sesudah go public memiliki nilai Asymp. Sig (2-tailed lebih besar dari 0.025 (karena 2-tailed). Hal ini berarti hipotesa H0 diterima dan Ha ditolak. Oleh karena itu, data berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Karena data terdistribusi secara normal, maka digunakan uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) dalam penelitian selanjutnya yang bertujuan untuk membantu dalam membedakan kinerja keuangan BRI Sesudah go public berdasarkan rasio CAMEL.
2.3 Bank Tabungan Negara (BTN) Tabel IV.2.3 Bank Tabungan Negara (BTN) One – Sample Kolmogorov – Smirnov Test Sesudah Go Public (2006 - 2009)
CAR N Normal Parameters Mean Std. Deviation
ROEA
NIM
ROA
BOPO
WCTA
LDR
4
4
4
4
4
4
4
21.0550
24.7825
13.0075
2.2425
68.8600
43.0650
55.0150
1.55279
8.95289
1.86471
2.12145
4.48322
2.75069
1.95521
Most Extreme
Absolute
.363
.291
.410
.358
.400
.395
.184
Differences
Positive
.363
.291
.410
.358
.284
.395
.184
Negative
-.267
-.267
-.285
-.248
-.400
-.282
-.175
Kolmogorov–Smirnov Z
.726
.583
.820
.716
.800
.791
.368
Asymp. Sig (2-tailed)
.668
.886
.512
.684
.543
.559
.999
Dari hasil tabel IV.2.3 di atas, dengan level of significance (α) 5%, output SPSS Kolmogorov – Smirnov menunjukkan bahwa data variabel CAR, ROEA, NIM, ROA, BOPO, WCTA, dan LDR BTN sesudah go public memiliki nilai Asymp. Sig (2-tailed lebih besar dari 0.025 (karena 2-tailed). Hal ini berarti hipotesa H0 diterima dan Ha ditolak. Oleh karena itu, data berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Karena data terdistribusi secara normal, maka digunakan uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) dalam penelitian selanjutnya yang bertujuan untuk membantu dalam membedakan kinerja keuangan BTN Sesudah go public berdasarkan rasio CAMEL.
2.4 Bank Mandiri Tabel IV.2.4 Bank Mandiri One – Sample Kolmogorov – Smirnov Test Sesudah Go Public (2006 - 2009)
CAR N Normal Parameters Mean Std. Deviation
ROEA
NIM
ROA
BOPO
WCTA
LDR
4
4
4
4
4
4
4
25.42750
5.72312
-2.34913
1.72550
107.0462
54.46175
27.12700
6.152093
11.66374
11.20421
5.252692
67.81964
13.391370
11.87893
Most Extreme
Absolute
.214
.445
.474
.445
.457
.204
.202
Differences
Positive
.214
.445
.316
.288
.457
.204
.157
Negative
-.143
-.328
.474
-.445
.306
-.152
-.202
Kolmogorov–Smirnov Z
.604
1.259
1.341
1.258
1.292
.572
.571
Asymp. Sig (2-tailed)
.858
.084
.055
.084
.071
.893
.901
Dari hasil tabel IV.2.4 di atas, dengan level of significance (α) 5%, output SPSS Kolmogorov – Smirnov menunjukkan bahwa data variabel CAR, ROEA, NIM, ROA, BOPO, WCTA, dan LDR Bank Mandiri sesudah go public memiliki nilai Asymp. Sig (2-tailed lebih besar dari 0.025 (karena 2-tailed). Hal ini berarti hipotesa H0 diterima dan Ha ditolak. Oleh karena itu, data berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Karena data terdistribusi secara normal, maka digunakan uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) dalam penelitian selanjutnya yang bertujuan untuk membantu dalam membedakan kinerja keuangan Bank Mandiri Sesudah go public berdasarkan rasio CAMEL.
F. Pengujian Hipotesa Sesudah mengetahui bahwa data telah terdistribusi normal, maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pengujian hipotesa dengan menggunakan uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah go public pada BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri berdasarkan rasio CAMEL. Berikut ini adalah penjelasannya: 1. Capital (Permodalan) Hipotesa 1
yaitu uji perbedaan antara kinerja rasio CAR BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public
H0 : µ1 = µ2 = µ3 = µ4
yaitu tidak terdapat perbedaan antara kinerja rasio CAR BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public
H1 : µ1, µ2, µ3, µ4 ≠
yaitu terdapat perbedaan antara kinerja rasio CAR BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public
Berdasarkan hasil hipotesa diatas, keputusan yang dapat diambil untuk menerima atau menolak H0 dilihat dari P-Value (yang disingkat dengan Sig.) yaitu jika probabilitas lebih besar dari Level of significance (α) 5% maka H0 diterima dan H1 ditolak dan sebaliknya jika probabilitas lebih kecil dari Level of significance (α) 5% maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berikut adalah hasil olahan
data SPSS dengan menggunakan uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) nilai CAR BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public: Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
Sebelum
3.892
3
12
.037
Sesudah
3.897
3
12
.037
Dari output Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) di atas, SPSS juga melakukan uji hipotesa Levene’s Test untuk mengetahui apakah asumsi keempat varians sama besar terpenuhi atau tidak terpenuhi dengan hipotesa : H0 : α12 = α22 = α32 = α42 terhadap H1 : α12, α22, α32, α42 ≠ dimana α12 adalah varians CAR BNI sebelum dan sesudah go public, α22 adalah varians CAR BRI sebelum dan sesudah go public, α32 adalah varians CAR BTN sebelum dan sesudah go public , dan α42 adalah varians CAR Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public. Dari hasil Levene’s Test di atas didapat P-Value = 0.037 untuk sebelum dan sesudah go public yang lebih besar dari α = 5% sehingga H0 : α12 = α22 = α32 = α42 tidak dapat ditolak. Dengan kata lain, asumsi keempat variance sama besar (Equal Variances assumed). ANOVA Sum of Squares Sebelum
Between Groups
218.644
Df
Mean Square 3
72.881
F 15.107
Sig. .000
Within Groups
Sesudah
57.891
12
Total
276.534
15
Between Groups
218.672
3
72.891
57.878
12
4.823
276.550
15
Within Groups Total
4.824
15.113
Untuk menguji hipotesa pertama dengan asumsi keempat variance sama besar, maka memberikan nilai F = 15.107 untuk sebelum go public dan nilai F = 15.113 untuk sesudah go public dengan derajat kebebasan = K - 1 = 3 – 1 = 12 dan n – k = 15 untuk sebelum dan sesudah go public dan P-Value = 0.000 untuk sebelum dan sesudah go public. Karena PValue sebelum dan sesudah go public lebih kecil dari α = 5% maka H0 : α12 = α22 = α 32 = α42 dapat ditolak dan H1 : α12, α22, α32, α42 ≠ diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kinerja rasio CAR BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public. 2. ROEA (Asset) Hipotesa 2
yaitu uji perbedaan antara kinerja rasio ROEA BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public
H0 : µ1 = µ2 = µ3 = µ4
yaitu tidak terdapat perbedaan antara kinerja rasio ROEA BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public
.000
H1 : µ1, µ2, µ3, µ4, ≠
yaitu terdapat perbedaan antara kinerja rasio ROEA BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public
Berdasarkan hasil hipotesa diatas, keputusan yang dapat diambil untuk menerima atau menolak H0 dilihat dari P-Value (yang disingkat dengan Sig.) yaitu jika probabilitas lebih besar dari Level of significance (α) 5% maka H0 diterima dan H1 ditolak dan sebaliknya jika probabilitas lebih kecil dari Level of significance (α) 5% maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berikut adalah hasil olahan data SPSS dengan menggunakan uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) nilai ROEA BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public : Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
Sebelum
10.398
3
12
.001
Sesudah
10.163
3
12
.001
Dari output Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) di atas, SPSS juga melakukan uji hipotesa Levene’s Test untuk mengetahui apakah asumsi keempat varians sama besar terpenuhi atau tidak terpenuhi dengan hipotesa : H0 : α12 = α22 = α32 = α42 terhadap H1 : α12, α22, α32, α42 ≠ dimana α12 adalah varians ROEA BNI sebelum dan sesudah go public, α 22 adalah varians ROEA BRI sebelum dan sesudah go public, α32 adalah varians ROEA BTN sebelum dan sesudah go public, dan α 42 adalah varians ROEA Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public. Dari hasil Levene’s Test di atas didapat P-Value = 0.001 untuk sebelum dan sesudah go public yang lebih kecil dari α = 5% sehingga H0 : α12 = α22 = α32 = α 42 dapat ditolak. Dengan kata lain, asumsi keempat variance tidak sama besar (Equal Variances assumed). ANOVA Sum of Squares Sebelum
Sesudah
df
Mean Square
Between Groups
2394.278
3
798.093
Within Groups
1087.673
12
90.639
Total
3481.951
15
Between Groups
2420.632
3
806.877
Within Groups
1089.733
12
90.811
Total
3510.365
15
F
Sig.
8.805
.002
8.885
.002
Untuk menguji hipotesa pertama dengan asumsi keempat variance sama besar, maka memberikan nilai F = 8.805 untuk sebelum go public dan nilai F = 8.885 untuk sesudah go public dengan derajat kebebasan = K - 1 = 3 – 1 = 12 dan n – k = 15 untuk sebelum dan sesudah go public dan P-Value = 0.002 untuk
sebelum dan sesudah go public. Karena P-Value sebelum dan sesudah go public lebih kecil dari α = 5% maka H0 : α12 = α 22 = α32 = α 42 dapat ditolak dan H1 : α12, α22, α32, α42 ≠ diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kinerja rasio ROEA BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public. 3. NIM (Manajemen) Hipotesa 3
yaitu uji perbedaan antara kinerja rasio NIM BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public
H0 : µ1 = µ2 = µ3 = µ4
yaitu tidak terdapat perbedaan antara kinerja rasio NIM BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public
H1 : µ1, µ2, µ3, µ4 ≠
yaitu terdapat perbedaan antara kinerja rasio NIM BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public
Berdasarkan hasil hipotesa diatas, keputusan yang dapat diambil untuk menerima atau menolak H0 dilihat dari P-Value (yang disingkat dengan Sig.) yaitu jika probabilitas lebih besar dari Level of significance (α) 5% maka H0 diterima dan H1 ditolak dan sebaliknya jika probabilitas lebih kecil dari Level of significance (α) 5% maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berikut adalah hasil olahan
data SPSS dengan menggunakan uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) nilai NIM BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public: Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
Sebelum
2.498
3
12
.109
Sesudah
1.940
3
12
.177
Dari output Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) di atas, SPSS juga melakukan uji hipotesa Levene’s Test untuk mengetahui apakah asumsi keempat varians sama besar terpenuhi atau tidak terpenuhi dengan hipotesa : H0 : α12 = α22 = α32 = α42 terhadap H1 : α12, α22, α32, α42 ≠ dimana α12 adalah varians NIM BNI sebelum dan sesudah go public, α22 adalah varians NIM BRI sebelum dan sesudah go public, α32 adalah varians NIM BTN sebelum dan sesudah go public, dan α42 adalah varians NIM Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public. Dari hasil Levene’s Test di atas didapat P-Value = 0.109 untuk sebelum go public dan P-Value = 0.177 untuk sesudah go public yang lebih besar dari α = 5% sehingga H0 : α12 = α22 = α32 = α42 tidak dapat ditolak. Dengan kata lain, asumsi keempat variance sama besar (Equal Variances assumed).
ANOVA
Sum of Squares
Sebelum
Between Groups
Mean Square
118.594
3
39.531
38.573
12
3.214
Total
157.166
15
Between Groups
123.169
3
41.056
41.562
12
3.464
164.731
15
Within Groups
Sesudah
df
Within Groups
Total
F
Sig.
12.298
.001
11.854
.001
Untuk menguji hipotesa pertama dengan asumsi keempat variance sama besar, maka memberikan nilai F = 12.298 untuk sebelum go public dan nilai F = 11.854 untuk sesudah go public dengan derajat kebebasan = K - 1 = 3 – 1 = 12 dan n – k = 15 untuk sebelum dan sesudah go public dan P-Value = 0.001 untuk sebelum dan sesudah go public. Karena P-Value sebelum dan sesudah go pubic lebih kecil dari α = 5% maka H0: α12 = α22 = α32 = α42 dapat ditolak dan H1 : α12, α22, α32, α42, ≠ diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kinerja rasio NIM BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public.
Levene Statistic
df1
df2
Sig.
Sebelum
2.051
3
12
.160
Sesudah
1.304
3
12
.318
4. ROA (Earning)
Hipotesa 4
yaitu uji
perbedaan antara kinerja rasio ROA BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public H0 : µ1 = µ2 = µ3 = µ4
yaitu tidak terdapat perbedaan antara kinerja rasio ROA BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public
H1 : µ1, µ2, µ3, µ4 ≠
yaitu terdapat perbedaan antara rasio ROA BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public
Berdasarkan hasil hipotesa diatas, keputusan yang dapat diambil untuk menerima atau menolak H0 dilihat dari P-Value (yang disingkat dengan Sig.) yaitu jika probabilitas lebih besar dari Level of significance (α) 5% maka H0 diterima dan H1 ditolak dan sebaliknya jika probabilitas lebih kecil dari Level of significance (α) 5% maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berikut adalah hasil olahan data SPSS dengan menggunakan uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) nilai ROA BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public: Test of Homogeneity of Variances
Sebelum
Levene Statistic
Df1
df2
Sig
2.051
3
12
.160
1.304
3
12
.318
Sesudah
Dari output Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) di atas, SPSS juga melakukan uji hipotesa Levene’s Test untuk mengetahui apakah asumsi keempat varians sama besar terpenuhi atau tidak terpenuhi dengan hipotesa : H0 : α12 = α22 = α32 = α42 terhadap H1 : α12, α22, α32, α42 ≠ dimana α 12 adalah varians ROA BNI sebelum dan sesudah go public, α22 adalah varians ROA BRI sebelum dan sesudah go public, α32 adalah varians ROA BTN sebelum dan sesudah go public, dan α42 adalah varians ROA Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public. Dari hasil Levene’s Test di atas didapat P-Value = 0.160 untuk sebelum go public dan P-Value = 0.318 untuk sesudah go public yang lebih besar dari α = 5% sehingga H0 : α12 = α22 = α32 = α42 tidak dapat ditolak. Dengan kata lain, asumsi keempat variance sama besar (Equal Variances assumed). ANOVA Sum of Squares Sebelum
Between Groups
Mean Square
12.809
3
4.270
9.993
12
.833
Total
22.802
15
Between Groups
20.098
3
6.699
Within Groups
12.512
12
1.043
Total
32.610
15
Within Groups
Sesudah
df
F
Sig.
5.127
.016
6.425
.008
Untuk menguji hipotesa pertama dengan asumsi keempat variance sama besar, maka memberikan nilai F = 5.127 untuk sebelum go public dan F = 6.425 untuk sesudah go public dengan derajat kebebasan = K - 1 = 3 – 1 = 12 dan n – k = 15 untuk sebelum dan sesudah go public dan P-Value = 0.016 untuk sebelum go public dan P-Value = 0.008 untuk sesudah go public. Karena P-Value sebelum dan sesudah go public lebih besar dari α = 5% maka H0 : α12 = α22 = α32 = α42 tidak dapat ditolak dan H1 : α12, α22, α32, α42 ≠ ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja rasio ROA BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public. 5. BOPO
Hipotesa 5
yaitu uji perbedaan antara kinerja rasio BOPO BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public
H0 : µ1 = µ2 = µ3 = µ4
yaitu tidak terdapat perbedaan antara kinerja rasio BOPO BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public
H1 : µ1, µ2, µ3, µ4 ≠
yaitu terdapat perbedaan antara kinerja rasio BOPO BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public
Berdasarkan hasil hipotesa diatas, keputusan yang dapat diambil untuk menerima atau menolak H0 dilihat dari P-Value (yang disingkat dengan Sig.) yaitu jika probabilitas lebih besar dari Level of significance (α) 5% maka H0 diterima dan H1 ditolak dan sebaliknya jika probabilitas lebih kecil dari Level of
significance (α) 5% maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berikut adalah hasil olahan data SPSS dengan menggunakan uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) nilai BOPO BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public : Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
Sebelum
.637
3
12
.606
Sesudah
.635
3
12
.607
Dari output Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) di atas, SPSS juga melakukan uji hipotesa Levene’s Test untuk mengetahui apakah asumsi keempat varians sama besar terpenuhi atau tidak terpenuhi dengan hipotesa : H0 : α12 = α22 = α32 = α42 terhadap H1 : α12, α22, α32, α42 ≠ dimana α12 adalah varians BOPO BNI sebelum dan sesudah go public, α22 adalah varians BOPO BRI sebelum dan sesudah go public, α32 adalah varians BOPO BTN sebelum dan sesudah go public, dan α42 adalah BOPO Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public. Dari hasil Levene’s Test di atas didapat P-Value = 0.606 untuk sebelum go public dan P-Value = 0.607 untuk sesudah go public yang lebih besar dari α = 5% sehingga H0 : α12 = α22 = α32 = α42 tidak dapat ditolak. Dengan kata lain, asumsi keempat variance sama besar (Equal Variances assumed).
ANOVA Sum of Squares Sebelum
Between Groups
Mean Square
1453.281
3
484.427
417.761
12
34.813
Total
1871.042
15
Between Groups
1453.359
3
484.453
417.865
12
34.822
1871.224
15
Within Groups
Sesudah
df
Within Groups Total
F
Sig.
13.915
.000
13.912
.000
Untuk menguji hipotesa pertama dengan asumsi keempat variance sama besar, maka memberikan nilai F = 13.915 untuk sebelum go public dan F = 13.912 untuk sesudah go public dengan derajat kebebasan = K - 1 = 3 – 1 = 12 dan n – k = 15 untuk sebelum dan sesudah go public dan P-Value = 0.000 untuk sebelum dan sesudah go public. Karena P-Value lebih besar dari α = 5% maka H0 : α12 = α22 = α32 = α42 tidak dapat ditolak dan H1 : α12, α22, α32, α42 ≠ ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja rasio BOPO BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public. 6. WCTA (Likuiditas) Hipotesa 6
yaitu uji perbedaan antara kinerja rasio WCTA BNI BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public
H0 : µ1 = µ2 = µ3 = µ4
yaitu tidak terdapat perbedaan antara kinerja rasio WCTA BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public
H1 : µ1, µ2, µ3, µ4 ≠
yaitu terdapat perbedaan antara kinerja rasio WCTA BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri Sebelum dan sesudah go public
Berdasarkan hasil hipotesa diatas, keputusan yang dapat diambil untuk menerima atau menolak H0 dilihat dari P-Value (yang disingkat dengan Sig.) yaitu jika probabilitas lebih besar dari Level of significance (α) 5% maka H0 diterima dan H1 ditolak dan sebaliknya jika probabilitas lebih kecil dari Level of significance (α) 5% maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berikut adalah hasil olahan data SPSS dengan menggunakan uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) nilai WCTA BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sesudah go public : Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
Sebelum
2.127
3
12
.150
Sesudah
1.542
3
12
.254
Dari output Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) di atas, SPSS juga melakukan uji hipotesa Levene’s Test untuk mengetahui apakah asumsi keempat varians sama besar terpenuhi atau tidak terpenuhi dengan hipotesa : H0 : α12 = α22 = α32 = α42 terhadap H1 : α12, α22, α32, α42 ≠ dimana α12 adalah varians WCTA
BNI sebelum dan sesudah go public, α22 adalah varians WCTA BRI sebelum dan sesudah go public, α32 adalah varians WCTA BTN sebelum dan sesudah go public, dan α42 adalah WCTA Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public. Dari hasil Levene’s Test di atas didapat P-Value = 0.150 untuk sebelum go public dan P-Value = 0.254 untuk sesudah go public yang lebih besar dari α = 5% sehingga H0 : α12 = α22 = α32 = α42 tidak dapat ditolak. Dengan kata lain, asumsi keempat variance sama besar (Equal Variances assumed). ANOVA Sum of Squares Sebelum
Between Groups
Mean Square
11520.784
3
3840.261
180.702
12
15.059
Total
11701.487
15
Between Groups
11553.037
3
3851.012
175.577
12
14.631
11728.615
15
Within Groups
Sesudah
df
Within Groups Total
F
Sig.
255.022
.000
263.201
.000
Untuk menguji hipotesa pertama dengan asumsi keempat variance sama besar, maka memberikan nilai F = 255.022 untuk sebelum go public dan F= 263.201 untuk sesudah go public dengan derajat kebebasan = K - 1 = 3 – 1 = 12 dan n – k = 15 untuk sebelum dan sesudah go public dan P-Value = 0.000. Karena P-Value lebih kecil dari α = 5% maka H0 : α12 = α22 = α32 = α42 dapat ditolak dan H1 : α12, α22, α32, α42 ≠ diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan kinerja rasio WCTA BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public. 7. LDR Hipotesa 7
yaitu uji perbedaan antara kinerja rasio LDR BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public
H0 : µ1 = µ2 = µ3 = µ4
yaitu tidak terdapat perbedaan antara kinerja rasio LDR BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public
H1 : µ1, µ2, µ3, µ4 ≠
yaitu terdapat perbedaan antara kinerja rasio LDR BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public
Berdasarkan hasil hipotesa diatas, keputusan yang dapat diambil untuk menerima atau menolak H0 dilihat dari P-Value (yang disingkat dengan Sig.) yaitu jika probabilitas lebih besar dari Level of significance (α) 5% maka H0 diterima dan H1 ditolak dan sebaliknya jika probabilitas lebih kecil dari Level of significance (α) 5% maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berikut adalah hasil olahan data SPSS dengan menggunakan uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) nilai LDR BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public :
Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
Sebelum
2.935
3
12
.077
Sesudah
2.810
3
12
.085
Dari output Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) di atas, SPSS juga melakukan uji hipotesa Levene’s Test untuk mengetahui apakah asumsi keempat varians sama besar terpenuhi atau tidak terpenuhi dengan hipotesa : H0 : α12 = α22 = α32 = α42 terhadap H1 : α12, α22, α32, α42 ≠ dimana α12 adalah varians LDR BNI sebelum dan sesudah go public, α22 adalah varians LDR BRI sebelum dan sesudah go public, α32 adalah varians LDR BTN sebelum dan sesudah go public, dan α42 adalah varians LDR Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public. Dari hasil Levene’s Test di atas didapat P-Value = 0.077 untuk sebelum go public dan P-Value = 0.085 untuk sesudah go public yang lebih besar dari α = 5% sehingga H0 : α12 = α22 = α32 = α42 tidak dapat ditolak. Dengan kata lain, asumsi keempat variance sama besar (Equal Variances assumed). ANOVA Sum of Squares Sebelum
Between Groups Within Groups
df
Mean Square
2090.254
3
696.751
630.421
12
52.535
F 13.263
Sig. .000
Sesudah
Total
2720.675
15
Between Groups
2066.840
3
688.947
630.047
12
52.504
2696.887
15
Within Groups Total
13.122
Untuk menguji hipotesa pertama dengan asumsi keempat variance sama besar, maka memberikan nilai F = 13.263 untuk sebelum go public dan F = 13.122 untuk sesudah go public dengan derajat kebebasan = K - 1 = 3 – 1 = 12 dan n – k = 15 untuk sebelum dan sesudah go public dan P-Value = 0.000. Karena P-Value lebih kecil dari α = 5% maka H0 : α12 = α22 = α32 = α42 dapat ditolak dan H1 : α12, α22, α32, α42 ≠ diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kinerja rasio LDR BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public.
.000
G. Rangkuman Analisa Tabel Rangkuman Analisa Analisa Statistik Deskriptif Camel
Rasio
Objek Penelitian
Uji Ragam Satu Arah Perbandingan
Perbedaan Kinerja Keuangan BNI, Capital
CAR
Statistik Inferensial
(One-Way ANOVA)
Perbedaan Kinerja
BRI, BTN, dan Bank Mandiri Sebelum
Keuangan BNI, BRI,
dan Sesudah go public Terhadap
BTN dan Bank Mandiri
Terdapat Perbedaan
Rasio CAMEL Perbedaan Kinerja Keuangan BNI, Asset
ROEA
Perbedaan Kinerja
BRI, BTN, dan Bank Mandiri Sebelum
Keuangan BNI, BRI,
dan Sesudah go public Terhadap
BTN dan Bank Mandiri
Terdapat Perbedaan
Rasio CAMEL
Management
NIM
Perbedaan Kinerja Keuangan BNI,
Perbedaan Kinerja
BRI, BTN, dan Bank Mandiri Sebelum
Keuangan BNI, BRI,
dan Sesudah go public Terhadap
BTN dan Bank Mandiri
Terdapat Perbedaan
Rasio CAMEL
ROA
Perbedaan Kinerja Keuangan BNI,
Perbedaan Kinerja
BRI, BTN, dan Bank Mandiri Sebelum
Keuangan BNI, BRI,
dan Sesudah go public Terhadap
BTN dan Bank Mandiri
Earning /
Rasio CAMEL
Rentabilitas
Perbedaan Kinerja Keuangan BNI,
BOPO
Tidak Terdapat Perbedaan
Perbedaan Kinerja
BRI, BTN, dan Bank Mandiri Sebelum
Keuangan BNI, BRI,
dan Sesudah go public Terhadap
BTN dan Bank Mandiri
Tidak Terdapat Perbedaan
Rasio CAMEL Perbedaan Kinerja Keuangan BNI, WCTA
Perbedaan Kinerja
BRI, BTN, dan Bank Mandiri Sebelum
Keuangan BNI, BRI,
dan Sesudah go public Terhadap
BTN dan Bank Mandiri
Terdapat Perbedaan
Rasio CAMEL Likuidity
LDR
Perbedaan Kinerja Keuangan BNI,
Perbedaan Kinerja
BRI, BTN, dan Bank Mandiri Sebelum
Keuangan BNI, BRI,
dan Sesudah go public Terhadap
BTN dan Bank Mandiri
Rasio CAMEL
Terdapat Perbedaan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melalui beberapa tahap dalam menganalisa kinerja keuangan BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum go public periode 1999-2002 dan sesudah go public periode 2006-2009 terhadap rasio CAMEL, maka dapat disimpulkan bahwa : Secara keseluruhan BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public memiliki kinerja keuangan yang relatif lebih baik. Hal ini dapat dijelaskan dari hasil uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) yang menunjukkan bahwa tidak terlalu terdapat perbedaan antara kinerja keuangan BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public dari tahun 1999-2002 dan 2006-2009 berdasarkan rasio CAMEL. Berikut ini merupakan penjelasan lebih rinci : a. Secara keseluruhan, kinerja keuangan BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public berdasarkan rasio CAMEL. Hasil penelitian secara rinci adalah :
Nilai CAR pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public pada periode 1999-2002 dan 2006-2009 berdasarkan rasio CAMEL relatif lebih baik. Karena BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public memiliki kemampuan lebih dalam menanggulangi risiko yang akan terjadi dalam pemberian kredit dan surat-surat berharga.
Nilai ROEA pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public pada periode 1999-2002 dan 2006-2009 berdasarkan rasio CAMEL relatif lebih baik. Karena BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public menunjukkan kemampuan yang lebih baik dari tahun ke tahun dalam mengelola aktiva produktifnya.
Nilai NIM pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public pada periode 1999-2002 dan 2006-2009 berdasarkan rasio CAMEL relatif lebih baik. Karena BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public menunjukkan dalam mengelola aktiva produktif yang dimilikinya untuk menghasilkan laba operasional bersih.
Nilai ROA pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public pada periode 1999-2002 dan 2006-2009 berdasarkan rasio CAMEL relatif lebih baik. Karena BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public memiliki kemampuan manajemen yang baik dalam menghasilkan Earning before tax dari pengelola asset.
Nilai BOPO pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public pada periode 1999-2002 dan 2006-2009 berdasarkan rasio CAMEL relatif lebih baik. Karena BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public memiliki kemampuan yang relatif lebih baik dan efisien dalam menjalankan operasionalnya.
Nilai WCTA pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public pada periode 1999-2002 dan 2006-2009 berdasarkan rasio CAMEL relatif
lebih baik. Karena BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sesudah go public relatif lebih efektif penggunaan aktiva dalam kontribusinya terhadap modal kerja.
Nilai LDR pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public pada periode 1999-2002 dan 2006-2009 berdasarkan rasio CAMEL relatif lebih baik. Karena BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public memiliki tingkat likuiditas terhadap dana pihak ketiga lebih baik.
b. Secara keseluruhan, jika dibandingkan kinerja keuangan BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public berdasarkan rasio CAMEL. Hasil penelitian secara rinci adalah :
Nilai CAR pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public pada periode 1999-2002 dan 2006-2009 berdasarkan rasio CAMEL relatif lebih baik. Karena BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public memiliki kemampuan lebih dalam menanggulangi risiko yang akan terjadi dalam pemberian kredit dan surat-surat berharga.
Nilai ROEA pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public pada periode 1999-2002 dan 2006-2009 berdasarkan rasio CAMEL relatif lebih baik. Karena BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengelola aktiva produktifnya.
Nilai NIM pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public pada periode 1999-2002 dan 2006-2009 berdasarkan rasio CAMEL relatif lebih baik. Karena BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go
public memiliki kemampuan manajemen yang relatif lebih baik dalam mengelola aktiva produktifnya.
Nilai ROA pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public pada periode 1999-2002 dan 2006-2009 berdasarkan rasio CAMEL relatif lebih baik. Karena BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public memiliki kemampuan manajemen dalam menghasilkan Earning before tax dari pengelola asset.
Nilai BOPO pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public pada periode 1999-2002 dan 2006-2009 berdasarkan rasio CAMEL relatif lebih baik. Karena BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public memiliki kemampuan yang relatif lebih baik dan efisien dalam menjalankan operasionalnya.
Nilai WCTA pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public pada periode 1999-2002 dan 2006-2009 berdasarkan rasio CAMEL relatif lebih baik. Karena BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public relatif lebih efektif penggunaan aktiva dalam kontribusinya terhadap modal kerja.
Nilai LDR pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public pada periode 1999-2002 dan 2006-2009 berdasarkan rasio CAMEL relatif lebih baik. Karena tingkat likuiditas BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public terhadap dana pihak ketiga lebih baik.
c. Secara keseluruhan, dari hasil Uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA), tidak ada perbedaan antara kinerja keuangan BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri
sebelum dan sesudah go public pada periode 1999-2002 dan 2006-2009 berdasarkan rasio CAMEL. Hasil penelitian secara rinci adalah:
Terdapat perbedaan kinerja rasio CAR pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public pada periode 1999-2002 dan 2006-2009 berdasarkan rasio CAMEL.
Terdapat perbedaan kinerja rasio ROEA pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public pada periode 1999-2002 dan 2006-2009 berdasarkan rasio CAMEL.
Terdapat perbedaan kinerja rasio NIM pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public pada periode 1999-2002 dan 2006-2009 berdasarkan rasio CAMEL.
Tidak terdapat perbedaan kinerja rasio ROA pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public pada periode 1999-2002 dan 2006-2009 berdasarkan rasio CAMEL.
Tidak terdapat perbedaan kinerja rasio BOPO pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public pada periode 1999-2002 dan 2006-2009 berdasarkan rasio CAMEL.
Terdapat perbedaan kinerja rasio WCTA pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public pada periode 1999-2002 dan 2006-2009 berdasarkan rasio CAMEL.
Terdapat perbedaan kinerja rasio LDR pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public pada periode 1999-2002 dan 2006-2009 berdasarkan rasio CAMEL.
B. Saran Saran yang dapat diajukan sehubungan dengan hasil penelitian ini antara lain : a.
Sebaiknya, BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri lebih meningkatkan lagi dalam pengelolaan kinerja CAR, ROEA, NIM, ROA, BOPO, WCTA, dan LDR (modal, asset, likuiditas) agar rasio-rasio tersebut tidak hanya memberikan hasil yang baik pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public pada periode 1999-2002 dan 2006-2009 saja tetapi juga harus lebih meningkatkan kinerja perusahaannya di tahun-tahun yang akan datang.
b. Sebaiknya, BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public pada periode 1999-2002 dan 2006-2009 lebih meningkatkan lagi dalam pengelolaan kinerja ROEA, NIM, ROA, dan BOPO (asset, manajemen, earning) agar dapat lebih unggul dari bank lainnya. c. Sebaiknya, BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public pada periode 1999-2002 dan 2006-2009 tetap menjaga harga sahamnya sehingga untuk di masa yang akan datang dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap rasio CAR, ROEA, NIM, ROA, dan BOPO. d. Sebaiknya, periode penelitian ini dilakukan dengan jangka waktu yang lebih lama lagi agar dapat terlihat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public pada periode 19992002 dan 2006-2009.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Aziz, Peran, Kinerja dan Pemecahan Masalah Financial Bank Tabungan Negara, “Jurnal Keuangan dan Moneter”, April 2006.
Ang, Robert. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (terjemahan), Mediasoft Indonesia, Hal.2-7, Jakarta, 1997.
Antyar, Andrian. Analisis Statistik Dengan Software SPSS Untuk Bisnis dan Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Artikel Warta Bapepam. Edisi: 23 November 2006, Hal.5.
Bank Indonesia, Surat Keputusan No.27/KEP/DIR Tanggal 25 Januari 1995.
Darman, Analisis Kinerja Keuangan Antara Sebelum dan Sesudah Rekapitalisasi, “Jurnal Tadulako”, Vol.6, No.4, 2006.
Erich A. Helfert, Analisis Laporan Keuangan, Edisi ke-tujuh, Cetakan Kedua, Hal: 9, Jakarta, 1995.
Ervita Safitri, Analisis Perkembangan Kinerja Keuangan Pada PT.Bank Rakyat Indonesia
(Persero)
Tbk.
Unit
Kenten
Palembang,
No.02/Th.XIII/VI/2006.
Frendly A.O. Pelleng, Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank BUMN “Jurnal Ilmu Administrasi”, Vol.2, No.2, Agustus 2006.
Kasmir. Manajemen Perbankan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.
http://www.google.com (gambaran umum bank pemerintah dan modal bank), tanggal 28 Juli 2010, Pukul: 10.00 WIB.
http://www.google.com, dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas (bank), Tanggal 21 Juli 2010, Pukul: 09.12 WIB
http://www.bni46.co.id (sejarah dan visi misi BNI 46), Tanggal 28 Juli 2010, Pukul: 10.15 WIB.
http://www.bri.co.id (sejarah dan visi misi BRI), Tanggal 28 Juli 2010, Pukul: 10.52 WIB.
http://www.btn.co.id (sejarah dan visi misi BTN), Tanggal 28 Juli 2010, Pukul: 11.00 WIB.
http://www.bankmandiri.co.id (sejarah dan visi misi Bank Mandiri), Tanggal 28 Juli 2010, Pukul : 12.00 WIB.
http://
[email protected], Tanggal 18 November 2010, Pukul: 14.00 WIB
Institut Bankir Indonesia. Kamus Perbankan Indonesia, jilid dua, 1999.
Jumingan. Analisis Laporan Keuangan, PT.Bumi Aksara, Jakarta, 2006.
Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri sebelum dan sesudah go public tahun 1999-2002 dan 2006-2009.
Peraturan Bapepam. Nomor: VIII.G.7, Tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam, Nomor: Kep06/PM/2000, Hal.7, Huruf.3, 2000.
Republik, Indonesia. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Jakarta, 1998.
Thariq, Rizal Abdillah. Analisis CAMEL Terhadap Kinerja Keuangan Bank Mandiri Pasca Merger, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.
Salamah, Nur. Perbandingan Kinerja Investasi dan Kinerja Keuangan Antara Perusahaan Multinasional Dengan Domestic, Tesis Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 2002.
Sijabat, Indriyani, Sarah. Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi Perusahaan yang Terdaftar di BEI, “Jurnal Akuntansi”,FE Universitas Sumatera Utara, 2008.
Spica, Luciana Almilia. Analisis Rasio camel terhadap prediksi kondisi bermasalah pada lembaga perbankan periode 2000-2002, “Jurnal Akuntansi dan Keuangan” Vol.7, No.2, Hal.2-6, November 2005.
Sudaryanto, Kinerja Bank Sebelum dan Sesudah Melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Jakarta, “Jurnal Keuangan dan Perbankan”, XI, No.2 Mei 2007
Thariq, Rizal Abdillah. Analisis Capital, Asset Quality, Management, Earning dan Liquidity (CAMEL) Terhadap Kinerja Keuangan Bank Mandiri Pasca .Merger, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.
Uyanto, Stanislaus S. Pedoman Analisis Data dengan SPSS, Edisi Ketiga, Cetakan Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.
Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Ssesudah Go Public
Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum Go Public
1. Capital CAR (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
1999
12.30
18.05
10.38
25.01
2000
13.19
18.93
11.13
24. 36
2001
14.93
16.39
15.59
21.02
2002
17.15
16.22
15.63
20.64
Average
14.39
17.39
13.18
22.76
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 19992002, data diolah.
2. Asset ROEA (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
1999
7.15
1.33
30.30
1.35
2000
31.33
5.10
16.51
2.65
2001
40.92
4.09
32.65
0.53
2002
10.82
3.44
39.91
0.21
Average
22.56
3.49
29.84
1.19
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 1999-2002, data diolah.
3. Manajemen NIM (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
1999
1.00
4.57
1.43
1.64
2000
1.67
10.68
2.34
3.59
2001
2.39
10.94
4.31
2.95
2002
3.32
9.59
4.37
3.65
Average
2.10
8.95
3.11
2.96
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 1999-2002, data diolah.
4. Earnings ROA (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
1999
0.26
0.97
1.13
1.05
2000
0.41
4.34
0.80
2.31
2001
1.03
3.56
1.66
0.46
2002
0.76
2.81
0.82
0.05
Average
0.62
2.92
1.10
0.96
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 19992002, data diolah.
5. BOPO BOPO (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
1999
97.42
77.34
92.03
76.80
2000
88.38
58.20
93.40
71.72
2001
83.74
67.62
85.15
80.79
2002
94.00
65.19
83.15
78.23
Average
90.88
67.08
88.43
76.88
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 1999-2002, data diolah.
6. Likuidity WCTA (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
1999
91.36
32.55
26.11
49.54
2000
92.43
29.10
27.13
40.73
2001
93.71
22.88
31.80
40.29
2002
95.02
23.41
30.55
37.03
Average
93.13
26.98
28.89
41.89
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 1999-2002, data diolah.
7. LDR LDR (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
1999
36.28
48.17
50.30
28.87
2000
34.21
56.67
57.26
37.30
2001
37.95
60.24
77.92
37.78
2002
43.08
55.89
66.89
40.73
Average
37.88
55.24
63.09
36.17
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 1999-2002, data diolah.
Perbandingan Kinerja Keuangan Sesudah Go Public
1. Capital CAR (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
2006
13.31
19.06
11.39
26.02
2007
14.20
19.95
12.14
25. 37
2008
15.94
17.41
16.60
22.03
2009
18.16
17.24
16.64
21.65
Average
15.40
18.42
14.19
23.77
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 20062009, data diolah.
2. Asset ROEA (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
2006
8.16
2.34
31.31
2.36
2007
32.34
6.11
17.52
3.66
2008
41.93
5.10
33.66
0.54
2009
11.83
4.45
40.92
1.22
Average
23.57
4.5
30.85
1.95
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 20062009, data diolah.
3. Manajemen NIM (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
2006
1.00
5.58
2.44
2.65
2007
2.68
11.69
3.35
4.61
2008
3.40
11.95
5.32
3.96
2009
4.33
10.60
5.38
4.66
Average
2.85
9.96
4.12
3.97
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 2006-2009, data diolah.
4. Earnings ROA (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
2006
0.27
1.98
1.13
2.06
2007
1.42
5.35
0.80
3.03
2008
2.04
4.57
1.66
0.47
2009
0.77
3.82
1.83
1.06
Average
1.13
3.93
1.36
1.66
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 20062009, data diolah.
5. BOPO BOPO (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
2006
98.43
78.35
93.04
77.81
2007
89.39
59.21
94.41
72.72
2008
84.75
68.63
86.16
81.80
2009
95.01
66.20
84.16
79.24
Average
91.90
68.10
89.44
77.89
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 2006-2009, data diolah.
6. Likuidity WCTA (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
2006
92.37
33.56
27.12
50.54
2007
93.44
29.10
28.14
41.74
2008
94.72
23.89
32.80
41.29
2009
96.03
24.41
31.55
38.03
Average
94.14
27.74
29.90
42.9
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 2006-2009, data diolah.
7. LDR LDR (dalam persen) Tahun
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
2006
37.29
49.17
51.31
29.88
2007
35.22
57.67
58.27
38.31
2008
38.96
61.25
78.93
38.79
2009
44.09
56.89
67.90
41.74
Average
38.89
56.25
64.10
37.18
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri tahun 2006-2009, data diolah.
Uji Kolmogorov-Smirnov Test Sebelum Go Public
BNI (Bank Negara Indonesia)
Descriptive Statistics N CAR
Mean 4
Std. Deviation
14.3925
Minimum
2.13832
Maximum
12.30
17.15
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test CAR N
4
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
14.3925
Std. Deviation
2.13832
Absolute
.213
Positive
.213
Negative
-.164
Kolmogorov-Smirnov Z
.426
Asymp. Sig. (2-tailed)
.993
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics N
Mean
ROEA
4
Std. Deviation
24.1375
Minimum
14.95309
Maximum
7.15
40.92
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ROEA N Normal Parameters
4 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
24.1375 1.49531E1
Absolute
.185
Positive
.180
Negative
-.185
Kolmogorov-Smirnov Z
.369
Asymp. Sig. (2-tailed)
.999
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics N NIM
Mean 4
Std. Deviation
3.9700
Minimum
4.60180
Maximum
1.00
10.82
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test NIM N
4
Normal Parameters
a
Mean
3.9700
Std. Deviation Most Extreme Differences
4.60180
Absolute
.384
Positive
.384
Negative
-.259
Kolmogorov-Smirnov Z
.769
Asymp. Sig. (2-tailed)
.596
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics N ROA
Mean 4
1.2550
Std. Deviation 1.41644
Minimum .26
Maximum 3.32
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ROA N
4
Normal Parameters
a
Mean
1.2550
Std. Deviation Most Extreme Differences
1.41644
Absolute
.313
Positive
.313
Negative
-.241
Kolmogorov-Smirnov Z
.626
Asymp. Sig. (2-tailed)
.828
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics N BOPO
Mean 4
Std. Deviation
67.5750
Minimum
44.90406
Maximum
.76
97.42
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test BOPO N
4
Normal Parameters
a
Mean
67.5750
Std. Deviation Most Extreme Differences
4.49041E1
Absolute
.391
Positive
.253
Negative
-.391
Kolmogorov-Smirnov Z
.781
Asymp. Sig. (2-tailed)
.575
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics N WCTA
Mean 4
92.8750
Std. Deviation 1.21876
Minimum 91.36
Maximum 94.00
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test WCTA N
4
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
92.8750
Std. Deviation
1.21876
Absolute
.253
Positive
.178
Negative
-.253
Kolmogorov-Smirnov Z
.507
Asymp. Sig. (2-tailed)
.959
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics N LDR
Mean 4
Std. Deviation
50.8650
29.47639
Minimum 34.21
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test LDR N Normal Parameters
4 a
Mean Std. Deviation
50.8650 2.94764E 1
Most Extreme Differences Absolute
.419
Positive
.419
Negative
-.286
Kolmogorov-Smirnov Z
.839
Asymp. Sig. (2-tailed)
.483
Maximum 95.02
BRI (Bank Rakyat Indonesia) Descriptive Statistics N CAR
Mean 4
Std. Deviation
20.8750
Minimum
14.84357
Maximum
12.30
43.08
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test CAR N
4
Normal Parameters
a
Mean
20.8750
Std. Deviation Most Extreme Differences
1.48436E1
Absolute
.406
Positive
.406
Negative
-.282
Kolmogorov-Smirnov Z
.811
Asymp. Sig. (2-tailed)
.526
a. Test distribution is Normal. Descriptive Statistics N ROEA
Mean 4
Std. Deviation
6.9175
Minimum
7.00529
Maximum
1.33
17.15
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ROEA N Normal Parameters
4 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
6.9175 7.00529
Absolute
.352
Positive
.352
Negative
-.213
Kolmogorov-Smirnov Z
.705
Asymp. Sig. (2-tailed)
.703
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics N NIM
Mean 4
Std. Deviation
7.4075
3.95728
Minimum
Maximum
3.44
10.94
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test NIM N
4
Normal Parameters
a
Mean
7.4075
Std. Deviation Most Extreme Differences
3.95728
Absolute
.296
Positive
.263
Negative
-.296
Kolmogorov-Smirnov Z
.592
Asymp. Sig. (2-tailed)
.875
a. Test distribution is Normal. Descriptive Statistics N ROA
Mean 4
Std. Deviation
4.6150
Minimum
3.61595
Maximum
.97
9.59
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ROA N Normal Parameters
4 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
4.6150 3.61595
Absolute
.280
Positive
.280
Negative
-.166
Kolmogorov-Smirnov Z
.561
Asymp. Sig. (2-tailed)
.912
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics N
Mean
BOPO
4
Std. Deviation
51.4925
Minimum
33.38246
Maximum
2.81
77.34
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test BOPO N
4
Normal Parameters
a
Mean
51.4925
Std. Deviation Most Extreme Differences
3.33825E1
Absolute
.330
Positive
.219
Negative
-.330
Kolmogorov-Smirnov Z
.659
Asymp. Sig. (2-tailed)
.778
a. Test distribution is Normal. Descriptive Statistics N
Mean
WCTA
4
Std. Deviation
37.4300
18.93430
Minimum
Maximum
22.88
65.19
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test WCTA N Normal Parameters
4 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
37.4300 1.89343E1
Absolute
.352
Positive
.352
Negative
-.221
Kolmogorov-Smirnov Z
.703
Asymp. Sig. (2-tailed)
.706
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics N LDR
Mean 4
Std. Deviation
55.0200
Minimum
5.06273
Maximum
48.17
60.24
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test LDR N
4
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
55.0200
Std. Deviation
5.06273
Absolute
.248
Positive
.162
Negative
-.248
Kolmogorov-Smirnov Z
.497
Asymp. Sig. (2-tailed)
.966
a. Test distribution is Normal.
BTN (Bank Tabungan Negara) Descriptive Statistics N CAR
Mean 4
Std. Deviation
13.1825
2.81976
Minimum
Maximum
10.38
15.63
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test CAR N Normal Parameters
4 a
Most Extreme Differences
Mean
13.1825
Std. Deviation
2.81976
Absolute
.303
Positive
.267
Negative
-.303
Kolmogorov-Smirnov Z
.607
Asymp. Sig. (2-tailed)
.855
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics N
Mean
ROEA
4
Std. Deviation
23.7725
Minimum
8.95289
Maximum
15.63
32.65
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ROEA N
4
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
23.7725
Std. Deviation
8.95289
Absolute
.291
Positive
.291
Negative
-.267
Kolmogorov-Smirnov Z
.583
Asymp. Sig. (2-tailed)
.886
a. Test distribution is Normal. Descriptive Statistics N NIM
Mean 4
Std. Deviation
11.9975
18.64711
Minimum
Maximum
1.43
39.91
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test NIM N Normal Parameters
4 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
11.9975 1.86471E1
Absolute
.410
Positive
.410
Negative
-.285
Kolmogorov-Smirnov Z
.820
Asymp. Sig. (2-tailed)
.512
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics N ROA
Mean 4
Std. Deviation
1.9900
Minimum
1.62573
Maximum
.80
4.37
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ROA N
4
Normal Parameters
a
Mean
1.9900
Std. Deviation Most Extreme Differences
1.62573
Absolute
.330
Positive
.330
Negative
-.232
Kolmogorov-Smirnov Z
.661
Asymp. Sig. (2-tailed)
.775
a. Test distribution is Normal. Descriptive Statistics N
Mean
BOPO
4
Std. Deviation
67.8500
Minimum
44.83223
Maximum
.82
93.40
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test BOPO N Normal Parameters
4 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
67.8500 4.48322E1
Absolute
.400
Positive
.284
Negative
-.400
Kolmogorov-Smirnov Z
.800
Asymp. Sig. (2-tailed)
.543
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics N
Mean
WCTA
4
Std. Deviation
42.0475
27.51341
Minimum
Maximum
26.11
83.15
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test WCTA N
4
Normal Parameters
a
Mean
42.0475
Std. Deviation Most Extreme Differences
2.75134E1
Absolute
.395
Positive
.395
Negative
-.281
Kolmogorov-Smirnov Z
.790
Asymp. Sig. (2-tailed)
.560
a. Test distribution is Normal. Descriptive Statistics N LDR
Mean 4
Std. Deviation
54.0075
19.54811
Minimum
Maximum
30.55
77.92
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test LDR N Normal Parameters
4 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
54.0075 1.95481E1
Absolute
.184
Positive
.184
Negative
-.175
Kolmogorov-Smirnov Z
.368
Asymp. Sig. (2-tailed)
.999
a. Test distribution is Normal.
BANK MANDIRI Descriptive Statistics N CAR
Mean 4
Std. Deviation
34.3200
21.78358
Minimum
Maximum
21.02
66.89
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test CAR N
4
Normal Parameters
a
Mean
34.3200
Std. Deviation Most Extreme Differences
2.17836E1
Absolute
.415
Positive
.415
Negative
-.271
Kolmogorov-Smirnov Z
.831
Asymp. Sig. (2-tailed)
.495
a. Test distribution is Normal. Descriptive Statistics N
Mean
ROEA
4
Std. Deviation
6.2925
Minimum
9.60474
Maximum
.53
20.64
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ROEA N Normal Parameters
4 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
6.2925 9.60474
Absolute
.398
Positive
.398
Negative
-.274
Kolmogorov-Smirnov Z
.795
Asymp. Sig. (2-tailed)
.551
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics N NIM
Mean 4
Std. Deviation
2.0975
Minimum
1.49736
Maximum
.21
3.59
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test NIM N
4
Normal Parameters
a
Mean
2.0975
Std. Deviation Most Extreme Differences
1.49736
Absolute
.215
Positive
.159
Negative
-.215
Kolmogorov-Smirnov Z
.431
Asymp. Sig. (2-tailed)
.992
a. Test distribution is Normal. Descriptive Statistics N ROA
Mean 4
Std. Deviation
1.8675
Minimum
1.41686
Maximum
.46
3.65
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ROA N Normal Parameters
4 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
1.8675 1.41686
Absolute
.218
Positive
.218
Negative
-.160
Kolmogorov-Smirnov Z
.436
Asymp. Sig. (2-tailed)
.991
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics N
Mean
BOPO
4
Std. Deviation
57.3400
Minimum
38.37327
Maximum
.05
80.79
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test BOPO N
4
Normal Parameters
a
Mean
57.3400
Std. Deviation Most Extreme Differences
3.83733E1
Absolute
.396
Positive
.271
Negative
-.396
Kolmogorov-Smirnov Z
.792
Asymp. Sig. (2-tailed)
.557
a. Test distribution is Normal. Descriptive Statistics N
Mean
WCTA
4
Std. Deviation
52.1975
17.87032
Minimum
Maximum
40.29
78.23
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test WCTA N Normal Parameters
4 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
52.1975 1.78703E1
Absolute
.309
Positive
.309
Negative
-.253
Kolmogorov-Smirnov Z
.618
Asymp. Sig. (2-tailed)
.839
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics N LDR
Mean 4
Std. Deviation
35.2450
Minimum
4.26130
Maximum
28.87
37.78
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test LDR N Normal Parameters
4 a
Most Extreme Differences
Mean
35.2450
Std. Deviation
4.26130
Absolute
.412
Positive
.276
Negative
-.412
Kolmogorov-Smirnov Z
.825
Asymp. Sig. (2-tailed)
.505
a. Test distribution is Normal.
Uji Kolmogorov-Smirnov Test Sesudah Go Public
Bank Negara Indonesia (BNI)
Descriptive Statistics N CAR
Mean 4
Std. Deviation
15.4025
Minimum
2.13832
Maximum
13.31
18.16
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test CAR N
4
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
15.4025
Std. Deviation
2.13832
Absolute
.213
Positive
.213
Negative
-.164
Kolmogorov-Smirnov Z
.426
Asymp. Sig. (2-tailed)
.993
a. Test distribution is Normal. Descriptive Statistics N ROEA
Mean 4
Std. Deviation
23.5650
Minimum
16.22034
Maximum
8.16
41.93
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ROEA N Normal Parameters
4 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
23.5650 1.62203E1
Absolute
.265
Positive
.265
Negative
-.206
Kolmogorov-Smirnov Z
.531
Asymp. Sig. (2-tailed)
.941
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics N NIM
Mean 4
Std. Deviation
2.8525
Minimum
1.40763
Maximum
1.00
4.33
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test NIM N
4
Normal Parameters
a
Mean
2.8525
Std. Deviation Most Extreme Differences
1.40763
Absolute
.201
Positive
.156
Negative
-.201
Kolmogorov-Smirnov Z
.402
Asymp. Sig. (2-tailed)
.997
a. Test distribution is Normal. Descriptive Statistics N ROA
Mean 4
Std. Deviation
1.1250
Minimum
.77056
Maximum
.27
2.04
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ROA N Normal Parameters
4 a
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
Mean
1.1250
Std. Deviation
.77056
Absolute
.177
Positive
.177
Negative
-.149 .355 1.000
Descriptive Statistics N
Mean
BOPO
4
Std. Deviation
91.8950
6.04802
Minimum
Maximum
84.75
98.43
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test BOPO N
4
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
91.8950
Std. Deviation
6.04802
Absolute
.197
Positive
.161
Negative
-.197
Kolmogorov-Smirnov Z
.393
Asymp. Sig. (2-tailed)
.998
a. Test distribution is Normal. Descriptive Statistics N
Mean
WCTA
4
Std. Deviation
94.1400
1.58445
Minimum
Maximum
92.37
96.03
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test WCTA N
4
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
94.1400
Std. Deviation
1.58445
Absolute
.171
Positive
.171
Negative
-.143
Kolmogorov-Smirnov Z
.341
Asymp. Sig. (2-tailed)
1.000
a. Test distribution is Normal. Descriptive Statistics N LDR
Mean 4
38.8900
Std. Deviation 3.78919
Minimum 35.22
Maximum 44.09
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test LDR N
4
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
38.8900
Std. Deviation
3.78919
Absolute
.243
Positive
.243
Negative
-.166
Kolmogorov-Smirnov Z
.485
Asymp. Sig. (2-tailed)
.973
a. Test distribution is Normal.
Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Descriptive Statistics N CAR
Mean 4
Std. Deviation
18.4150
1.31186
Minimum
Maximum
17.24
19.95
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test CAR N
4
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
18.4150
Std. Deviation
1.31186
Absolute
.278
Positive
.278
Negative
-.189
Kolmogorov-Smirnov Z
.556
Asymp. Sig. (2-tailed)
.916
a. Test distribution is Normal. Descriptive Statistics N ROEA
Mean 4
4.5000
Std. Deviation 1.59376
Minimum 2.34
Maximum 6.11
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ROEA N
4
Normal Parameters
a
Mean
4.5000
Std. Deviation Most Extreme Differences
1.59376
Absolute
.237
Positive
.162
Negative
-.237
Kolmogorov-Smirnov Z
.475
Asymp. Sig. (2-tailed)
.978
a. Test distribution is Normal. Descriptive Statistics N NIM
Mean 4
Std. Deviation
9.9550
2.97472
Minimum
Maximum
5.58
11.95
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test NIM N
4
Normal Parameters
a
Mean
9.9550
Std. Deviation Most Extreme Differences
2.97472
Absolute
.336
Positive
.251
Negative
-.336
Kolmogorov-Smirnov Z
.672
Asymp. Sig. (2-tailed)
.758
a. Test distribution is Normal. Descriptive Statistics N ROA
Mean 4
3.9300
Std. Deviation 1.44229
Minimum 1.98
Maximum 5.35
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ROA N
4
Normal Parameters
a
Mean
3.9300
Std. Deviation Most Extreme Differences
1.44229
Absolute
.220
Positive
.162
Negative
-.220
Kolmogorov-Smirnov Z
.439
Asymp. Sig. (2-tailed)
.990
a. Test distribution is Normal. Descriptive Statistics N
Mean
BOPO
4
Std. Deviation
68.0975
7.91592
Minimum
Maximum
59.21
78.35
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test BOPO N
4
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
68.0975
Std. Deviation
7.91592
Absolute
.223
Positive
.223
Negative
-.155
Kolmogorov-Smirnov Z
.446
Asymp. Sig. (2-tailed)
.989
a. Test distribution is Normal. Descriptive Statistics N WCTA
Mean 4
27.7400
Std. Deviation 4.53260
Minimum 23.89
Maximum 33.56
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test WCTA N
4
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
27.7400
Std. Deviation
4.53260
Absolute
.269
Positive
.269
Negative
-.198
Kolmogorov-Smirnov Z
.537
Asymp. Sig. (2-tailed)
.935
a. Test distribution is Normal. Descriptive Statistics N LDR
Mean 4
Std. Deviation
56.2450
Minimum
5.08436
Maximum
49.17
61.25
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test LDR N Normal Parameters
4 a
Most Extreme Differences
Mean
56.2450
Std. Deviation
5.08436
Absolute
.300
Positive
.168
Negative
-.300
Kolmogorov-Smirnov Z
.601
Asymp. Sig. (2-tailed)
.863
a. Test distribution is Normal.
Bank Tabungan Negara (BTN) Descriptive Statistics N CAR
Mean 4
Std. Deviation
14.1925
Minimum
2.81976
Maximum
11.39
16.64
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test CAR N
4
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
14.1925
Std. Deviation
2.81976
Absolute
.303
Positive
.267
Negative
-.303
Kolmogorov-Smirnov Z
.607
Asymp. Sig. (2-tailed)
.855
a. Test distribution is Normal. Descriptive Statistics N
Mean
ROEA
4
Std. Deviation
30.8525
Minimum
9.78437
Maximum
17.52
40.92
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ROEA N
4
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
30.8525
Std. Deviation
9.78437
Absolute
.269
Positive
.164
Negative
-.269
Kolmogorov-Smirnov Z
.537
Asymp. Sig. (2-tailed)
.935
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics N NIM
Mean 4
4.1225
Std. Deviation 1.46548
Minimum 2.44
Maximum 5.38
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test NIM N
4
Normal Parameters
a
Mean
4.1225
Std. Deviation Most Extreme Differences
1.46548
Absolute
.293
Positive
.201
Negative
-.293
Kolmogorov-Smirnov Z
.586
Asymp. Sig. (2-tailed)
.882
a. Test distribution is Normal. Descriptive Statistics N ROA
Mean 4
Std. Deviation
1.3550
Minimum
.47515
Maximum
.80
1.83
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ROA N
4
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
1.3550
Std. Deviation
.47515
Absolute
.240
Positive
.182
Negative
-.240
Kolmogorov-Smirnov Z
.479
Asymp. Sig. (2-tailed)
.976
a. Test distribution is Normal. Descriptive Statistics N BOPO
Mean 4
89.4425
Std. Deviation 5.04307
Minimum 84.16
Maximum 94.41
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test BOPO N
4
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
89.4425
Std. Deviation
5.04307
Absolute
.262
Positive
.242
Negative
-.262
Kolmogorov-Smirnov Z
.524
Asymp. Sig. (2-tailed)
.946
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics N
Mean
WCTA
4
Std. Deviation
29.9025
Minimum
2.70546
Maximum
27.12
32.80
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test WCTA N
4
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
29.9025
Std. Deviation
2.70546
Absolute
.243
Positive
.243
Negative
-.229
Kolmogorov-Smirnov Z
.485
Asymp. Sig. (2-tailed)
.973
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics N LDR
Mean 4
63.9100
Std. Deviation 11.99262
Minimum 51.31
Maximum 78.93
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test LDR N
4
Normal Parameters
a
Mean
63.9100
Std. Deviation Most Extreme Differences
1.19926E1
Absolute
.189
Positive
.189
Negative
-.147
Kolmogorov-Smirnov Z
.378
Asymp. Sig. (2-tailed)
.999
a. Test distribution is Normal.
Bank Mandiri
Descriptive Statistics N CAR
Mean 4
Std. Deviation
23.7675
Minimum
2.24681
Maximum
21.65
26.02
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test CAR N Normal Parameters
4 a
Most Extreme Differences
Mean
23.7675
Std. Deviation
2.24681
Absolute
.280
Positive
.280
Negative
-.262
Kolmogorov-Smirnov Z
.561
Asymp. Sig. (2-tailed)
.912
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics N
Mean
ROEA
4
Std. Deviation
1.9450
Minimum
1.36786
Maximum
.54
3.66
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ROEA N
4
Normal Parameters
a
Mean
1.9450
Std. Deviation Most Extreme Differences
1.36786
Absolute
.202
Positive
.202
Negative
-.152
Kolmogorov-Smirnov Z
.404
Asymp. Sig. (2-tailed)
.997
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics N NIM
Mean 4
Std. Deviation
3.9700
Minimum
.93598
Maximum
2.65
4.66
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test NIM N
4
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
3.9700
Std. Deviation
.93598
Absolute
.253
Positive
.231
Negative
-.253
Kolmogorov-Smirnov Z
.506
Asymp. Sig. (2-tailed)
.960
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics N ROA
Mean 4
2.5350
Std. Deviation 2.30629
Minimum .47
Maximum 5.58
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ROA N
4
Normal Parameters
a
Mean
2.5350
Std. Deviation Most Extreme Differences
2.30629
Absolute
.239
Positive
.239
Negative
-.185
Kolmogorov-Smirnov Z
.478
Asymp. Sig. (2-tailed)
.977
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics N
Mean
BOPO
4
Std. Deviation
77.8925
Minimum
3.82300
Maximum
72.72
81.80
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test BOPO N
4
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
77.8925
Std. Deviation
3.82300
Absolute
.241
Positive
.162
Negative
-.241
Kolmogorov-Smirnov Z
.483
Asymp. Sig. (2-tailed)
.974
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics N WCTA
Mean 4
43.1500
Std. Deviation 5.30579
Minimum 38.03
Maximum 50.54
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test WCTA N
4
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
43.1500
Std. Deviation
5.30579
Absolute
.281
Positive
.281
Negative
-.168
Kolmogorov-Smirnov Z
.562
Asymp. Sig. (2-tailed)
.911
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics N LDR
Mean 4
Std. Deviation
37.1800
Minimum
5.09747
Maximum
29.88
41.74
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test LDR N Normal Parameters
4 a
Most Extreme Differences
Mean
37.1800
Std. Deviation
5.09747
Absolute
.338
Positive
.186
Negative
-.338
Kolmogorov-Smirnov Z
.675
Asymp. Sig. (2-tailed)
.752
a. Test distribution is Normal.
Uji Ragam Satu Arah (One-Way ANOVA) Sebelum dan Sesudah Go Public
One-Way ANOVA Sebelum dan Sesudah Go Public Tahun 1999-2002 dan 2006-2009 Pada BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri
1. CAR : Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
Sebelum
3.892
3
12
.037
Sesudah
3.897
3
12
.037
ANOVA Sum of Squares Sebelum
Between Groups
Mean Square
218.644
3
72.881
57.891
12
4.824
Total
276.534
15
Between Groups
218.672
3
72.891
57.878
12
4.823
276.550
15
Within Groups
Sesudah
Df
Within Groups Total
F
Sig.
15.107
.000
15.113
.000
Multiple Comparisons 95% Confidence Interval
(I)
(J)
Dependent Variable
Tahun
Tahun
Sebelum
1
2
-3.00500
1.55310
.336
-8.0306
2.0206
3
1.21000
1.55310
.893
-3.8156
6.2356
4
-8.36500
*
1.55310
.002
-13.3906
-3.3394
1
3.00500
1.55310
.336
-2.0206
8.0306
3
4.21500
1.55310
.113
-.8106
9.2406
4
-5.36000
*
1.55310
.035
-10.3856
-.3344
1
-1.21000
1.55310
.893
-6.2356
3.8156
2
-4.21500
1.55310
.113
-9.2406
.8106
4
-9.57500
*
1.55310
.000
-14.6006
-4.5494
1
8.36500
*
1.55310
.002
3.3394
13.3906
2
5.36000
*
1.55310
.035
.3344
10.3856
Scheffe
2
3
4
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
Bonferroni
1
2
3
4
Sesudah
Scheffe
1
2
3
4
Bonferroni
1
2
3
3
9.57500
*
1.55310
.000
4.5494
14.6006
2
-3.00500
1.55310
.462
-7.9014
1.8914
3
1.21000
1.55310
1.000
-3.6864
6.1064
4
-8.36500
*
1.55310
.001
-13.2614
-3.4686
1
3.00500
1.55310
.462
-1.8914
7.9014
3
4.21500
1.55310
.113
-.6814
9.1114
4
-5.36000
*
1.55310
.029
-10.2564
-.4636
1
-1.21000
1.55310
1.000
-6.1064
3.6864
2
-4.21500
1.55310
.113
-9.1114
.6814
4
-9.57500*
1.55310
.000
-14.4714
-4.6786
1
8.36500
*
1.55310
.001
3.4686
13.2614
2
5.36000
*
1.55310
.029
.4636
10.2564
3
9.57500
*
1.55310
.000
4.6786
14.4714
2
-3.01250
1.55292
.334
-8.0376
2.0126
3
1.21000
1.55292
.893
-3.8151
6.2351
4
-8.36500
*
1.55292
.002
-13.3901
-3.3399
1
3.01250
1.55292
.334
-2.0126
8.0376
3
4.22250
1.55292
.112
-.8026
9.2476
4
-5.35250
*
1.55292
.036
-10.3776
-.3274
1
-1.21000
1.55292
.893
-6.2351
3.8151
2
-4.22250
1.55292
.112
-9.2476
.8026
4
-9.57500
*
1.55292
.000
-14.6001
-4.5499
1
8.36500
*
1.55292
.002
3.3399
13.3901
*
1.55292
.036
.3274
10.3776
2
5.35250
3
9.57500
*
1.55292
.000
4.5499
14.6001
2
-3.01250
1.55292
.458
-7.9084
1.8834
3
1.21000
1.55292
1.000
-3.6859
6.1059
4
-8.36500
*
1.55292
.001
-13.2609
-3.4691
1
3.01250
1.55292
.458
-1.8834
7.9084
3
4.22250
1.55292
.112
-.6734
9.1184
4
-5.35250
*
1.55292
.029
-10.2484
-.4566
1
-1.21000
1.55292
1.000
-6.1059
3.6859
2
-4.22250
1.55292
.112
-9.1184
.6734
4
*
1.55292
.000
-14.4709
-4.6791
-9.57500
4
*
1.55292
.001
3.4691
13.2609
*
1.55292
.029
.4566
10.2484
*
1.55292
.000
4.6791
14.4709
1
8.36500
2
5.35250
3
9.57500
*. The mean difference is significant at the 0.05 level. Sebelum Subset for alpha = 0.05 Tahun Scheffe
a
N
1
2
3
4
13.1825
1
4
14.3925
2
4
17.3975
4
4
22.7575
Sig.
.113
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000. Sesudah Subset for alpha = 0.05 Tahun Scheffea
N
1
2
3
4
14.1925
1
4
15.4025
2
4
18.4150
4
4
23.7675
Sig.
.112
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
2. ROEA : Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
Sebelum
10.398
3
12
.001
Sesudah
10.163
3
12
.001
ANOVA
Sum of Squares Sebelum
Sesudah
Df
Mean Square
Between Groups
2394.278
3
798.093
Within Groups
1087.673
12
90.639
Total
3481.951
15
Between Groups
2420.632
3
806.877
Within Groups
1089.733
12
90.811
Total
3510.365
15
F
Sig.
8.805
.002
8.885
.002
Multiple Comparisons 95% Confidence Interval
(I)
(J)
Dependent Variable
Tahun
Tahun
Sebelum
1
2
19.06500
6.73199
.095
-2.7189
40.8489
3
-7.28750
6.73199
.762
-29.0714
14.4964
4
21.37000
6.73199
.055
-.4139
43.1539
1
-19.06500
6.73199
.095
-40.8489
2.7189
3
-26.35250*
6.73199
.017
-48.1364
-4.5686
4
2.30500
6.73199
.989
-19.4789
24.0889
1
7.28750
6.73199
.762
-14.4964
29.0714
2
26.35250
*
6.73199
.017
4.5686
48.1364
4
28.65750*
6.73199
.010
6.8736
50.4414
1
-21.37000
6.73199
.055
-43.1539
.4139
2
-2.30500
6.73199
.989
-24.0889
19.4789
3
-28.65750
*
6.73199
.010
-50.4414
-6.8736
2
19.06500
6.73199
.091
-2.1588
40.2888
3
-7.28750
6.73199
1.000
-28.5113
13.9363
4
21.37000
*
6.73199
.048
.1462
42.5938
1
-19.06500
6.73199
.091
-40.2888
2.1588
3
-26.35250*
6.73199
.012
-47.5763
-5.1287
4
2.30500
6.73199
1.000
-18.9188
23.5288
Scheffe
2
3
4
Bonferroni
1
2
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
3
4
Sesudah
Scheffe
1
2
3
4
Bonferroni
1
2
3
4
1
7.28750
6.73199
1.000
-13.9363
28.5113
2
26.35250
*
6.73199
.012
5.1287
47.5763
4
28.65750
*
6.73199
.007
7.4337
49.8813
1
-21.37000
*
6.73199
.048
-42.5938
-.1462
2
-2.30500
6.73199
1.000
-23.5288
18.9188
3
-28.65750*
6.73199
.007
-49.8813
-7.4337
2
19.06500
6.73836
.095
-2.7395
40.8695
3
-7.28750
6.73836
.762
-29.0920
14.5170
4
21.62000
6.73836
.052
-.1845
43.4245
1
-19.06500
6.73836
.095
-40.8695
2.7395
3
-26.35250*
6.73836
.017
-48.1570
-4.5480
4
2.55500
6.73836
.985
-19.2495
24.3595
1
7.28750
6.73836
.762
-14.5170
29.0920
2
26.35250*
6.73836
.017
4.5480
48.1570
4
28.90750
*
6.73836
.009
7.1030
50.7120
1
-21.62000
6.73836
.052
-43.4245
.1845
2
-2.55500
6.73836
.985
-24.3595
19.2495
3
-28.90750
*
6.73836
.009
-50.7120
-7.1030
2
19.06500
6.73836
.091
-2.1789
40.3089
3
-7.28750
6.73836
1.000
-28.5314
13.9564
4
21.62000*
6.73836
.045
.3761
42.8639
1
-19.06500
6.73836
.091
-40.3089
2.1789
3
-26.35250*
6.73836
.012
-47.5964
-5.1086
4
2.55500
6.73836
1.000
-18.6889
23.7989
1
7.28750
6.73836
1.000
-13.9564
28.5314
2
26.35250*
6.73836
.012
5.1086
47.5964
4
28.90750*
6.73836
.006
7.6636
50.1514
1
-21.62000
*
6.73836
.045
-42.8639
-.3761
2
-2.55500
6.73836
1.000
-23.7989
18.6889
3
-28.90750*
6.73836
.006
-50.1514
-7.6636
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Sebelum Subset for alpha = 0.05 Tahun Scheffe
a
N
1
2
4
4
1.1850
2
4
3.4900
1
4
22.5550
3
4
22.5550 29.8425
Sig.
.055
.762
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000. Sesudah Subset for alpha = 0.05 Tahun Scheffe
a
N
1
2
4
4
1.9450
2
4
4.5000
1
4
23.5650
3
4
23.5650 30.8525
Sig.
.052
.762
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
3. NIM : Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
Sebelum
2.498
3
12
.109
Sesudah
1.940
3
12
.177
ANOVA Sum of Squares Sebelum
Between Groups
Mean Square
118.594
3
39.531
38.573
12
3.214
Total
157.166
15
Between Groups
123.169
3
Within Groups
Sesudah
Df
41.056
F
Sig.
12.298
.001
11.854
.001
Within Groups Total
41.562
12
164.731
15
3.464
Multiple Comparisons 95% Confidence Interval
(I)
(J)
Dependent Variable
Tahun
Tahun
Sebelum
1
2
-6.85000
*
1.26775
.002
-10.9523
-2.7477
3
-1.01750
1.26775
.884
-5.1198
3.0848
4
-.86250
1.26775
.925
-4.9648
3.2398
1
6.85000
*
1.26775
.002
2.7477
10.9523
3
5.83250
*
1.26775
.005
1.7302
9.9348
4
5.98750
*
1.26775
.004
1.8852
10.0898
1
1.01750
1.26775
.884
-3.0848
5.1198
2
-5.83250
*
1.26775
.005
-9.9348
-1.7302
4
.15500
1.26775
.999
-3.9473
4.2573
1
.86250
1.26775
.925
-3.2398
4.9648
2
-5.98750*
1.26775
.004
-10.0898
-1.8852
3
-.15500
1.26775
.999
-4.2573
3.9473
2
-6.85000
*
1.26775
.001
-10.8468
-2.8532
3
-1.01750
1.26775
1.000
-5.0143
2.9793
4
-.86250
1.26775
1.000
-4.8593
3.1343
1
6.85000
*
1.26775
.001
2.8532
10.8468
3
5.83250
*
1.26775
.004
1.8357
9.8293
4
5.98750
*
1.26775
.003
1.9907
9.9843
1
1.01750
1.26775
1.000
-2.9793
5.0143
2
-5.83250
*
1.26775
.004
-9.8293
-1.8357
4
.15500
1.26775
1.000
-3.8418
4.1518
1
.86250
1.26775
1.000
-3.1343
4.8593
2
-5.98750*
1.26775
.003
-9.9843
-1.9907
3
-.15500
1.26775
1.000
-4.1518
3.8418
2
-7.10250
*
1.31596
.002
-11.3608
-2.8442
3
-1.27000
1.31596
.817
-5.5283
2.9883
4
-1.11750
1.31596
.867
-5.3758
3.1408
Scheffe
2
3
4
Bonferroni
1
2
3
4
Sesudah
Scheffe
1
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
2
3
4
Bonferroni
1
2
3
4
*
1.31596
.002
2.8442
11.3608
*
1.31596
.007
1.5742
10.0908
5.98500
*
1.31596
.006
1.7267
10.2433
1
1.27000
1.31596
.817
-2.9883
5.5283
2
-5.83250
*
1.31596
.007
-10.0908
-1.5742
4
.15250
1.31596
1.000
-4.1058
4.4108
1
1.11750
1.31596
.867
-3.1408
5.3758
2
-5.98500
*
1.31596
.006
-10.2433
-1.7267
3
-.15250
1.31596
1.000
-4.4108
4.1058
2
-7.10250
*
1.31596
.001
-11.2513
-2.9537
3
-1.27000
1.31596
1.000
-5.4188
2.8788
4
-1.11750
1.31596
1.000
-5.2663
3.0313
1
7.10250
*
1.31596
.001
2.9537
11.2513
*
1.31596
.005
1.6837
9.9813
1
7.10250
3
5.83250
4
3
5.83250
4
5.98500
*
1.31596
.004
1.8362
10.1338
1
1.27000
1.31596
1.000
-2.8788
5.4188
2
-5.83250
*
1.31596
.005
-9.9813
-1.6837
4
.15250
1.31596
1.000
-3.9963
4.3013
1
1.11750
1.31596
1.000
-3.0313
5.2663
2
-5.98500
*
1.31596
.004
-10.1338
-1.8362
3
-.15250
1.31596
1.000
-4.3013
3.9963
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Sebelum Subset for alpha = 0.05 Tahun Scheffe
a
N
1
2
1
4
2.0950
4
4
2.9575
3
4
3.1125
2
4
Sig. Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
8.9450 .884
1.000
Sesudah Subset for alpha = 0.05 Tahun Scheffea
N
1
2
1
4
2.8525
4
4
3.9700
3
4
4.1225
2
4
9.9550
Sig.
.817
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
4. ROA : Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
Sebelum
2.051
3
12
.160
Sesudah
1.304
3
12
.318
ANOVA Sum of Squares Sebelum
Between Groups
Mean Square
12.809
3
4.270
9.993
12
.833
Total
22.802
15
Between Groups
20.098
3
6.699
Within Groups
12.512
12
1.043
Total
32.610
15
Within Groups
Sesudah
Df
F
Sig.
5.127
.016
6.425
.008
Multiple Comparisons
Dependent Variable Sebelum
Scheffe
(I)
(J)
Tahun
Tahun
1
95% Confidence Interval
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
2
-2.30500
*
.64528
.029
-4.3930
-.2170
3
-.48750
.64528
.901
-2.5755
1.6005
2
3
4
Bonferroni
1
2
3
4
Sesudah
Scheffe
1
2
3
4
4
-.35250
.64528
.959
-2.4405
1.7355
1
*
2.30500
.64528
.029
.2170
4.3930
3
1.81750
.64528
.097
-.2705
3.9055
4
1.95250
.64528
.070
-.1355
4.0405
1
.48750
.64528
.901
-1.6005
2.5755
2
-1.81750
.64528
.097
-3.9055
.2705
4
.13500
.64528
.997
-1.9530
2.2230
1
.35250
.64528
.959
-1.7355
2.4405
2
-1.95250
.64528
.070
-4.0405
.1355
3
-.13500
.64528
.997
-2.2230
1.9530
2
-2.30500
*
.64528
.023
-4.3394
-.2706
3
-.48750
.64528
1.000
-2.5219
1.5469
4
-.35250
.64528
1.000
-2.3869
1.6819
1
2.30500*
.64528
.023
.2706
4.3394
3
1.81750
.64528
.093
-.2169
3.8519
4
1.95250
.64528
.063
-.0819
3.9869
1
.48750
.64528
1.000
-1.5469
2.5219
2
-1.81750
.64528
.093
-3.8519
.2169
4
.13500
.64528
1.000
-1.8994
2.1694
1
.35250
.64528
1.000
-1.6819
2.3869
2
-1.95250
.64528
.063
-3.9869
.0819
3
-.13500
.64528
1.000
-2.1694
1.8994
2
-2.80500
*
.72204
.017
-5.1414
-.4686
3
-.23000
.72204
.991
-2.5664
2.1064
4
-.53000
.72204
.908
-2.8664
1.8064
1
2.80500
*
.72204
.017
.4686
5.1414
3
2.57500*
.72204
.029
.2386
4.9114
4
2.27500
.72204
.057
-.0614
4.6114
1
.23000
.72204
.991
-2.1064
2.5664
2
-2.57500*
.72204
.029
-4.9114
-.2386
4
-.30000
.72204
.981
-2.6364
2.0364
1
.53000
.72204
.908
-1.8064
2.8664
2
-2.27500
.72204
.057
-4.6114
.0614
Bonferroni
1
2
3
4
3
.30000
.72204
.981
-2.0364
2.6364
2
-2.80500
*
.72204
.013
-5.0814
-.5286
3
-.23000
.72204
1.000
-2.5064
2.0464
4
-.53000
.72204
1.000
-2.8064
1.7464
1
2.80500
*
.72204
.013
.5286
5.0814
3
2.57500
*
.72204
.023
.2986
4.8514
4
2.27500
.72204
.050
-.0014
4.5514
1
.23000
.72204
1.000
-2.0464
2.5064
2
-2.57500
*
.72204
.023
-4.8514
-.2986
4
-.30000
.72204
1.000
-2.5764
1.9764
1
.53000
.72204
1.000
-1.7464
2.8064
2
-2.27500
.72204
.050
-4.5514
.0014
3
.30000
.72204
1.000
-1.9764
2.5764
*. The mean difference is significant at the 0.05 level. Sebelum Subset for alpha = 0.05 Tahun Scheffea
N
1
2
1
4
.6150
4
4
.9675
.9675
3
4
1.1025
1.1025
2
4
2.9200
Sig.
.901
.070
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000. Sesudah Subset for alpha = 0.05 Tahun Scheffe
a
N
1
2
1
4
1.1250
3
4
1.3550
4
4
1.6550
2
4
Sig.
1.6550 3.9300
.908
.057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
5. BOPO : Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
Sebelum
.637
3
12
.606
Sesudah
.635
3
12
.607
ANOVA Sum of Squares Sebelum
Between Groups
Mean Square
1453.281
3
484.427
417.761
12
34.813
Total
1871.042
15
Between Groups
1453.359
3
484.453
417.865
12
34.822
1871.224
15
Within Groups
Sesudah
Df
Within Groups Total
F
Sig.
13.915
.000
13.912
.000
Multiple Comparisons 95% Confidence Interval
(I)
(J)
Dependent Variable
Tahun
Tahun
Sebelum
1
2
23.79750
*
4.17214
.001
10.2970
37.2980
3
2.45250
4.17214
.950
-11.0480
15.9530
4
14.00000
*
4.17214
.041
.4995
27.5005
1
-23.79750*
4.17214
.001
-37.2980
-10.2970
3
-21.34500
*
4.17214
.002
-34.8455
-7.8445
4
-9.79750
4.17214
.194
-23.2980
3.7030
1
-2.45250
4.17214
.950
-15.9530
11.0480
2
21.34500*
4.17214
.002
7.8445
34.8455
4
11.54750
4.17214
.104
-1.9530
25.0480
1
-14.00000
*
4.17214
.041
-27.5005
-.4995
2
9.79750
4.17214
.194
-3.7030
23.2980
3
-11.54750
4.17214
.104
-25.0480
1.9530
2
23.79750
*
4.17214
.001
10.6441
36.9509
3
2.45250
4.17214
1.000
-10.7009
15.6059
4
14.00000
*
4.17214
.034
.8466
27.1534
1
-23.79750*
4.17214
.001
-36.9509
-10.6441
Scheffe
2
3
4
Bonferroni
1
2
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
3
4
Sesudah
Scheffe
1
2
3
4
Bonferroni
1
2
3
4
3
-21.34500
*
4.17214
.002
-34.4984
-8.1916
4
-9.79750
4.17214
.221
-22.9509
3.3559
1
-2.45250
4.17214
1.000
-15.6059
10.7009
2
21.34500
*
4.17214
.002
8.1916
34.4984
4
11.54750
4.17214
.102
-1.6059
24.7009
1
-14.00000*
4.17214
.034
-27.1534
-.8466
2
9.79750
4.17214
.221
-3.3559
22.9509
3
-11.54750
4.17214
.102
-24.7009
1.6059
2
23.79750
*
4.17265
.001
10.2953
37.2997
3
2.45250
4.17265
.950
-11.0497
15.9547
4
14.00250
*
4.17265
.041
.5003
27.5047
1
-23.79750
*
4.17265
.001
-37.2997
-10.2953
3
-21.34500
*
4.17265
.002
-34.8472
-7.8428
4
-9.79500
4.17265
.194
-23.2972
3.7072
1
-2.45250
4.17265
.950
-15.9547
11.0497
2
21.34500
*
4.17265
.002
7.8428
34.8472
4
11.55000
4.17265
.104
-1.9522
25.0522
1
-14.00250
*
4.17265
.041
-27.5047
-.5003
2
9.79500
4.17265
.194
-3.7072
23.2972
3
-11.55000
4.17265
.104
-25.0522
1.9522
2
23.79750
*
4.17265
.001
10.6425
36.9525
3
2.45250
4.17265
1.000
-10.7025
15.6075
4
14.00250
*
4.17265
.034
.8475
27.1575
1
-23.79750
*
4.17265
.001
-36.9525
-10.6425
3
-21.34500
*
4.17265
.002
-34.5000
-8.1900
4
-9.79500
4.17265
.221
-22.9500
3.3600
1
-2.45250
4.17265
1.000
-15.6075
10.7025
2
21.34500
*
4.17265
.002
8.1900
34.5000
4
11.55000
4.17265
.102
-1.6050
24.7050
1
-14.00250
*
4.17265
.034
-27.1575
-.8475
2
9.79500
4.17265
.221
-3.3600
22.9500
3
-11.55000
4.17265
.102
-24.7050
1.6050
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
1. WCTA : Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
Sebelum
2.127
3
12
.150
Sesudah
1.542
3
12
.254
ANOVA Sum of Squares Sebelum
Between Groups
Mean Square
11520.784
3
3840.261
180.702
12
15.059
Total
11701.487
15
Between Groups
11553.037
3
3851.012
175.577
12
14.631
11728.615
15
Within Groups
Sesudah
df
Within Groups Total
F
Sig.
255.022
.000
263.201
.000
Multiple Comparisons (I)
(J)
Dependent Variable
Tahun
Tahun
Sebelum
1
2
Scheffe
4
Bonferroni
1
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
*
2.74395
.000
57.2659
75.0241
64.23250
*
2.74395
.000
55.3534
73.1116
51.23250
*
2.74395
.000
42.3534
60.1116
1
-66.14500
*
2.74395
.000
-75.0241
-57.2659
3
-1.91250
2.74395
.920
-10.7916
6.9666
4
-14.91250
*
2.74395
.001
-23.7916
-6.0334
1
-64.23250
*
2.74395
.000
-73.1116
-55.3534
2
1.91250
2.74395
.920
-6.9666
10.7916
4
-13.00000
*
2.74395
.004
-21.8791
-4.1209
1
-51.23250
*
2.74395
.000
-60.1116
-42.3534
2
14.91250
*
2.74395
.001
6.0334
23.7916
3
13.00000*
2.74395
.004
4.1209
21.8791
2
66.14500
*
2.74395
.000
57.4942
74.7958
3
64.23250
*
2.74395
.000
55.5817
72.8833
4
51.23250*
2.74395
.000
42.5817
59.8833
4
3
(I-J) 66.14500
3
2
95% Confidence Interval
Mean Difference
2
3
4
Sesudah
Scheffe
1
2
3
4
Bonferroni
1
2
3
4
1
-66.14500
*
2.74395
.000
-74.7958
-57.4942
3
-1.91250
2.74395
1.000
-10.5633
6.7383
4
-14.91250
*
2.74395
.001
-23.5633
-6.2617
1
-64.23250
*
2.74395
.000
-72.8833
-55.5817
2
1.91250
2.74395
1.000
-6.7383
10.5633
4
-13.00000*
2.74395
.003
-21.6508
-4.3492
1
-51.23250
*
2.74395
.000
-59.8833
-42.5817
2
14.91250
*
2.74395
.001
6.2617
23.5633
3
13.00000
*
2.74395
.003
4.3492
21.6508
2
66.40000
*
2.70476
.000
57.6477
75.1523
3
64.23750
*
2.70476
.000
55.4852
72.9898
4
50.99000
*
2.70476
.000
42.2377
59.7423
1
-66.40000
*
2.70476
.000
-75.1523
-57.6477
3
-2.16250
2.70476
.885
-10.9148
6.5898
4
-15.41000
*
2.70476
.001
-24.1623
-6.6577
1
-64.23750
*
2.70476
.000
-72.9898
-55.4852
2
2.16250
2.70476
.885
-6.5898
10.9148
4
-13.24750
*
2.70476
.003
-21.9998
-4.4952
1
-50.99000
*
2.70476
.000
-59.7423
-42.2377
2
15.41000
*
2.70476
.001
6.6577
24.1623
3
13.24750
*
2.70476
.003
4.4952
21.9998
2
66.40000
*
2.70476
.000
57.8728
74.9272
3
64.23750
*
2.70476
.000
55.7103
72.7647
4
50.99000
*
2.70476
.000
42.4628
59.5172
1
-66.40000
*
2.70476
.000
-74.9272
-57.8728
3
-2.16250
2.70476
1.000
-10.6897
6.3647
4
-15.41000
*
2.70476
.001
-23.9372
-6.8828
1
-64.23750
*
2.70476
.000
-72.7647
-55.7103
2
2.16250
2.70476
1.000
-6.3647
10.6897
4
-13.24750
*
2.70476
.002
-21.7747
-4.7203
1
-50.99000
*
2.70476
.000
-59.5172
-42.4628
2
15.41000
*
2.70476
.001
6.8828
23.9372
3
13.24750
*
2.70476
.002
4.7203
21.7747
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Sebelum Subset for alpha = 0.05 Tahun Scheffe
a
N
1
2
2
4
26.9850
3
4
28.8975
4
4
1
4
3
41.8975 93.1300
Sig.
.920
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000. Sesudah Subset for alpha = 0.05 Tahun Scheffe
a
N
1
2
2
4
27.7400
3
4
29.9025
4
4
1
4
3
43.1500 94.1400
Sig.
.885
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
7. LDR : Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
Sebelum
2.935
3
12
.077
Sesudah
2.810
3
12
.085
ANOVA Sum of Squares Sebelum
Between Groups
Mean Square
2090.254
3
696.751
630.421
12
52.535
Total
2720.675
15
Between Groups
2066.840
3
Within Groups
Sesudah
df
688.947
F
Sig.
13.263
.000
13.122
.000
Within Groups Total
630.047
12
2696.887
15
52.504
Multiple Comparisons 95% Confidence Interval
(I)
(J)
Dependent Variable
Tahun
Tahun
(I-J)
Sebelum
1
2
-17.36250
*
5.12519
.039
-33.9470
-.7780
3
-25.21250
*
5.12519
.003
-41.7970
-8.6280
4
1.71000
5.12519
.990
-14.8745
18.2945
1
17.36250
*
5.12519
.039
.7780
33.9470
3
-7.85000
5.12519
.527
-24.4345
8.7345
4
19.07250
*
5.12519
.023
2.4880
35.6570
1
25.21250*
5.12519
.003
8.6280
41.7970
2
7.85000
5.12519
.527
-8.7345
24.4345
4
26.92250
*
5.12519
.002
10.3380
43.5070
1
-1.71000
5.12519
.990
-18.2945
14.8745
2
-19.07250*
5.12519
.023
-35.6570
-2.4880
3
-26.92250
*
5.12519
.002
-43.5070
-10.3380
2
-17.36250
*
5.12519
.032
-33.5206
-1.2044
3
-25.21250
*
5.12519
.002
-41.3706
-9.0544
4
1.71000
5.12519
1.000
-14.4481
17.8681
1
17.36250
*
5.12519
.032
1.2044
33.5206
3
-7.85000
5.12519
.909
-24.0081
8.3081
4
19.07250
*
5.12519
.018
2.9144
35.2306
1
25.21250*
5.12519
.002
9.0544
41.3706
2
7.85000
5.12519
.909
-8.3081
24.0081
4
26.92250
*
5.12519
.001
10.7644
43.0806
1
-1.71000
5.12519
1.000
-17.8681
14.4481
2
-19.07250*
5.12519
.018
-35.2306
-2.9144
3
-26.92250
*
5.12519
.001
-43.0806
-10.7644
2
-17.35500
*
5.12367
.039
-33.9345
-.7755
3
-25.02000
*
5.12367
.003
-41.5995
-8.4405
4
1.71000
5.12367
.990
-14.8695
18.2895
1
17.35500
*
5.12367
.039
.7755
33.9345
Scheffe
2
3
4
Bonferroni
1
2
3
4
Sesudah
Scheffe
1
2
Mean Difference Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
3
4
Bonferroni
1
2
3
4
3
-7.66500
5.12367
.545
-24.2445
8.9145
4
19.06500
*
5.12367
.023
2.4855
35.6445
1
25.02000
*
5.12367
.003
8.4405
41.5995
2
7.66500
5.12367
.545
-8.9145
24.2445
4
26.73000
*
5.12367
.002
10.1505
43.3095
1
-1.71000
5.12367
.990
-18.2895
14.8695
2
-19.06500
*
5.12367
.023
-35.6445
-2.4855
3
-26.73000
*
5.12367
.002
-43.3095
-10.1505
2
-17.35500
*
5.12367
.032
-33.5083
-1.2017
3
-25.02000
*
5.12367
.002
-41.1733
-8.8667
4
1.71000
5.12367
1.000
-14.4433
17.8633
1
17.35500
*
5.12367
.032
1.2017
33.5083
3
-7.66500
5.12367
.963
-23.8183
8.4883
4
19.06500
*
5.12367
.018
2.9117
35.2183
1
25.02000
*
5.12367
.002
8.8667
41.1733
2
7.66500
5.12367
.963
-8.4883
23.8183
4
26.73000
*
5.12367
.001
10.5767
42.8833
1
-1.71000
5.12367
1.000
-17.8633
14.4433
2
-19.06500
*
5.12367
.018
-35.2183
-2.9117
-26.73000
*
5.12367
.001
-42.8833
-10.5767
3 *. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Sebelum Subset for alpha = 0.05 Tahun Scheffe
a
N
1
2
4
4
36.1700
1
4
37.8800
2
4
55.2425
3
4
63.0925
Sig.
.990
.527
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
Sesudah Subset for alpha = 0.05 Tahun Scheffea
N
1
2
4
4
37.1800
1
4
38.8900
2
4
56.2450
3
4
63.9100
Sig.
.990
.545
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
Data Variabel Penelitian Sebelum Go Public
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
Tahun
CAR
ROA
12.3
ROEA 7.15
NIM
1999
1.0
0.26
2000
13.19
31.33
1.67
0.41
2001
14.93
40.92
2.39
1.03
2002
17.15
10.82
3.32
0.76
1999
18.05
1.33
4.57
0.97
2000
18.93
5.1
10.68
4.34
2001
16.39
4.09
10.94
3.56
2002
16.22
3.44
9.59
2.81
1999
10.38
30.3
1.43
1.13
2000
11.13
16.51
2.34
0.8
2001
15.59
32.65
4.31
1.66
2002
15.63
39.91
4.37
0.82
1999
25.01
1.35
1.64
1.05
2000
24.36
2.65
3.59
2.31
2001
21.02
0.53
2.95
0.46
2002
20.64
0.21
3.65
0.05
Tahun
BOPO
WCTA
LDR
1999
97.42
91.36
36.28
2000
88.38
92.43
34.21
2001
83.74
93.71
37.95
2002
94.0
95.02
43.08
1999
77.34
32.55
48.17
2000
58.2
29.1
56.67
2001
67.62
22.88
60.24
2002
65.19
23.41
55.89
1999
92.03
26.11
50.3
2000
93.4
27.13
57.26
2001
85.15
31.8
77.92
2002
83.15
30.55
66.89
1999
76.8
49.54
28.87
2000
71.72
40.73
37.3
2001
80.79
40.29
37.78
2002
78.23
37.03
40.73
Data Variabel Penelitian Sebelum Go Public
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
BNI
BRI
BTN
Bank Mandiri
Tahun
CAR
ROEA
NIM
ROA
2006
13.31
8.16
1.00
0,27
2007
14.20
32.34
2.68
1.42
2008
15.94
41.93
3.40
2.04
2009
18.16
11.83
4.33
0.77
2006
19.06
2.34
5.58
1.98
2007
19.95
6.11
11.69
5.35
2008
17.41
5.10
11.95
4.57
2009
17.24
4.45
10.60
3.82
2006
11.39
31.31
2.44
1.13
2007
12.14
17.52
3.35
0.80
2008
16.60
33.66
5.32
1.66
2009
16.64
40.92
5.38
1.83
2006
26.02
2.36
2.65
2.06
2007
25.37
3.66
4.61
3.03
2008
22.03
0.54
3.96
0.47
2009
21.65
1.22
4.66
1.06
Tahun
BOPO
WCTA
LDR
2006
98.43
92.37
37.29
2007
89.39
93.44
35.22
2008
84.75
94.72
38.96
2009
95.01
96.03
44.09
2006
78.35
33.56
49.17
2007
59.21
29.10
57.67
2008
68.63
23.89
61.25
2009
66.20
24.41
56.89
2006
93.04
27.12
51.31
2007
94.41
28.14
58,27
2008
86.16
32.80
78.93
2009
84.16
31.55
67.40
2006
77.81
50.54
29.88
2007
72.72
42.74
38.31
2008
81.80
41.29
38.79
2009
79.24
38.03
41.74