IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil 4.1.1. Kondisi Lingkungan Kecamatan Teluk Mesjid merupakan daerah yang perairannya dipengaruhi oleh pasang surut. Daerah ini dilalui oleh Sungai siak yang lebarnya lebih kurang 80-120 meter dengan kedalaman berkisar antara 3-25 meter. Kadar garam perairan ini berkisar antara 7-9 °/oo dan perairannya keruh kemerah-merahan dengan dasar perairan yang pasir berlumpur. Suhu perairan berkisar 29-30 °C dengan kecepatan arus rata-rata saat penelitian 0.29 m/detik. Daerah operasi penangkapan (fishing ground) selama penelitian disesuaikan dengan kebiasaan nelayan Desa Teluk Mesjid yaitu di aliran sungai Siak. Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Kondisi Lingkungan Pi Teluk Mesjid Kecepatan Kecerahan Suhu Salinitas Kedalaman No Tanggal arus (°C) (cm) (m) (°/oo) (m/dt) 1 7-Jul-2009 28 29 0.30 1.9 7 2 8-Jul-2009 30 30 0.29 2.0 8 3 9-Jul-2009 29 29 0.30 1.8 8 4 10-Jul-2009 30 30 0.30 2.1 7 5 11-Jul-2009 28 30 0.28 2.0 8 29 29 6 12-JUI-2009 0.30 2.2 9 7 13-Jul-2009 30 0.29 30 2.1 9 29 8 Rata-rata 29.5 0.29 2,01
Kecerahan perairan 29-30 cm. kecepatan arus 29-30 m/dt. sedangkan selama dalam penelitian dilokasi perairan Teluk Mesjid adalah merupakan tempat yang telah biasa digunakan nelayan untuk melakukan penangkapan pada lokasi penangkapan dengan kedalaman 1,8-2,2 meter dengan rata-rata 2,01 meter.
22
4.1.2. Hasil Tangkapan Data hasil tangkapan berdasarkan jumlah (ekor) didapatkan hasil yaitu 38 ekor. terdiri dari umpan dedak sebanyak 10 ekor (26%), umpan tepung ikan sebanyak 16 ekor(42%), sedangkan untuk umpan tepung ikan+dedak adalah 12 ekor (32%). Data hasil tangkapan udang galah berdasarkan jumlah yang tertangkap dapat dilihat lebih jelasnya pada tabel 2 dibawah ini. label 2.Hasil Tangkapan Udang Berdasarkan Jumlah individu (ekor) yang Tertangkap Umpan
Hari Pengamatan
Jumlah
Ul
U2
U3
7-M-2009
2
1
2
5
8-M-2009
1
3
2
6
9-M-2Q09
2 3
2 1
6
lO-Jul-2009
2 1
5
ll-Jul-2009
1
3
3
7
12-Jul-2009
1
2
1
4
13-Jul-2009
2
2
1
5
Jumlah
10
16
12
38
Rata-Rata
1.4
2.3
1.7
5.4
Persentase
26%
42%
32%
100%
Ket :
Ul= Dedak
U2= Tepung ikan
U3=Campuran (Dedak +Tepung ikan)
Selanjutnya hasil tangkapan jala dengan menggunakan umpan yang berbeda dalam jumlah ekor akan terlihat perbedaan pada bentuk histogram seperti pada Gambar 3 di bawah ini. H i
i-n tiasil
fi^iSS
--^^n^B
vffi^S
Gambar 3. Histogram Jumlah Individu Hasil Tangkapan Udang galah (Ekor) dengan Umpan Dedak.
23
Dilihat dari jumlah hasil tangkapan selama penelitian pada umpan dedak pada Gambar 3, menjelaskan hasil tangkapan yang paling banyak adalah 2 ekor, dengan ratarata hasil tangkapan pada umpan ini adalah 1 dengan persentase 26% dari keseluruhan jumlah udang galah yang tertangkap. Histogram hasil tangkapan udang galah dengan menggunakan umpan tepung ikan
3
4
5
Hari Peogamatan
Gambar 4* Histogram Jumlah Individu Hasil Tangkapan udang galah (Ekor) dengan umpan Tepung ikan.
Pada gambar 4 di atas ini juga merupakan hasil tangkapan udang galah dengan menggunakan umpan tepung ikan dengan jumlah hasil tangkapan 16 ekor, dengan ratarata 2 ekor dan persentase 42%, umpan ini memberikan hasil tangkapan tertinggi dibandingkan dengan umpan dedak maupun umpan campuran keduanya. Histogram hasil tangkapan udang galah dengan menggunakan umpan tepung ikan dan dedak 3 ! S.
i"'
2.5 Y 2 f"
III 3
4
5
Hari Pengamatan
Gambar 5. Histogram ajumlah individu Hasil Tangkapan udang galah (Ekor) dengan Umpan Campuran Dedak dan Tepung Ikan.
24
Pada gambar 5 di atas terlihat bahwa hasil tangkapan udang galah dengan menggunakan umpan campuran dedak dan tepung ikan didapatkan jumlah udang yang tertangkap adalah 12 ekor atau 32% dari total hasil tangkapan dengan rata-rata hasil tangkapan 1 ekor per hari, hasil ini merupakan jumlah hasil tengkapan kedua terbanyak setelah tepung ikan. Berikut ini pada gambar 6 merupakan diagram pie persentase dari keseluruhan individu udang galah (ekor) yang didapatkan menurut jenis umpan yang digunakan selama penelitian dilakukan. Persentase Hasil Tangkapan
m ui « U2
•?.- U3
Gambar 6, Diagram pei persentase dari total Hasil Tangkapan udang galah menurut jenis umpan yang dicobakan. Rendah dan kecilnya ukuran udang yang tertangkap selama penelitian dilakukan hasil ini berkaitan dengan periode siklus hidup udang. Penelitian ini dilakukan tidak pada periode penangkapan yang biasa dilakukan nelayan, biasanya nelayan melakukan penangkapan pada bulan Februari hingga Mei, sebab menurut para nelayan bahwa pada periode bulan-bulan tersebut ukuran udang sudah cukup besar untuk ditangkap, hal ini berkaitan dengan siklus hidup udang yang masih dalam proses perkembangan atau pertumbuhan antara bulan juli hingga Januari yang biasanya berada dalam periode musim hujan dan makananpun cukup melimpah sehingga mendukung perkembangan
25
udang tersebut sedangkan pada saat penelitian ini dilakukan udang-udang yang tertangkap masih berukuran kecil berkisar 20-70 gram per ekornya. Dari jumlah individu hasil tangkapan dalam jumlah ekor yang didapatkan oleh tiap-tiap jenis umpan yang digunakan dapat dilihat dari grafik fluktuasi harian selama penelitian dilakukan . Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik gambar 7 berikut
ini.
i >••
•
1J m t > • » < ' O I
— G*-
Ompan O2
•tari F»er*
Gambar 7. Grafik Fluktuasi harian hasil tangkapan udang (ekor) menurut jenis umpan yang digunakan Pencatatan hasil tangkapan udang galah selain berdasarkan jumlah individu (ekor) juga diukur berdasarkan jumlah beratnya, hal ini dapat dilihat seperti data yang disajikan pada tabel 3 dibawah ini. Tabel 3. Hasil tangkapan jala dalam jumlah berat (gram) selama penelitian Umpan
Hari Pengamatan
Jumlah
Ul
U2
U3
7-M-09
20
50
30
100
8-Jul-09
30
50
30
110
9-M-09
20
60
40
120
lO-Jul-09
20
40
20
80
ll-Jul-09
30
40
30
100
12-Jul-09
20
70
50
140
13-Jul-09
30
70
40
140
Jumlah
170
380
240
790
Rata-Rata
24
54
34
112.86
Persentase
22%
48%
30%
100%
26
Dari tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa hasil tangkapan udang galah dalam jumlah berat (gram), selama hari pengamatan didapatkan hasil untuk umpan dedak adalah 170 gram atau 22% dengan rata-rata 24 gram. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada histogram pada gambar 8 berikut ini. Histogram Hasii Tangkapan Berdasarkan Berat
Hart
[ ___ _ 1 Gambar 8. Histogram jumlah berat (gram) Hasil Tangkapan udang galah dengan Umpan Dedak Selama Penelitian Sedangkan pada hasil tangkapan untuk umpan tepung ikan didapatkan hasil sebanyak 380 gram atau 48% dari total berat hasil tangkapan selama penelitian atau dengan rata-rata 54 gram per hari, untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada gambar 9 histogram berikut ini.
Histogram Hasil Tangkapan Berdasarkan Berat
U2
Gambar 9. Histogram Hasil Tangkapan Ikan Dengan Alat Tangkap Jala Dalam Jumlah Berat Menurut Jenis Umpan Tepung ikan Selama Penelitian
27
Pada umpan campuran yang digunakan selama penelitian didapatkan hasil tangkapan dengan jumlah 240 gram atau 30% dengan rata-rata hasil tangkapan 34, untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar histogram untuk umpan campuran dibawah
mi.
Histogram Hasil Tangkapan Berdasarkan Berat
iU3
S-Jul-09
9-Jul-09
10-Jul-09
ll-Jul-09
12-Jul-09
13-Jul-09
Hari Pengamatan Gambar lOJffistogram jumlah berat (gram) Hasil Tangkapan Udang galah dengan Umpan Campuran Selama Penelitian Dari setiap umpan yang digunakan dapat kita lihat grafik fluktuasi harian jumlah berat hasil tangkapan udang galah (gram) menurut jenis umpan yang diberikan. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik pada gambar I Iberikut ini. fiO ro
w
' *^
Jf
/
r
3
.n
0.
£
sx
TO
g>
00
(~3- .
40
^.
^
l^^^Ss^^ -»n
f
x
'
r'2^^*^
/ V - &'— — &
~-r--jfcr;;--
IS V)
«»n^
-
\
^^^^c'%
i **
1
t»..-^^-^
?•*s%
J--^* ^^
1
s^
"*
-«-UJ
^^*£.--
— a- U2
^t^*^^t^^^
''•A'A^f?*^
• - • * • • U3
*T~
5 „
1
1
2
3
4
5
6
7
Hari Pengamatan
Gambar 11, Grafik Fluktuasi harian hasil tangkapan udang (ekor) menurut jenis umpan yang gdigunakan.
28
Dari total jumlah berat (gram) hasil tangkapan terlihat bahwa persentase hasil tangkapan tertinggi diberikan oleh umpan dedak yang diikuti dengan umpan terpung ikan dan umpan campuran tepung ikan dan dedak untuk jelasnya dapat dilihat seperti pada gatnbar 12 berikut ini. I
Persentase Hasil Tangkapan Berdasarkan
Berat
Ul U2 U3
Gambar 12, Diagram pei persentase jumlah berat Hasil Tangkapan udang galah menurut jenis umpan yang digunakan Selama Penelitian
Hasil uji-t antara perlakuan Ul dan perlakuan U2 didapatkan hasil thitung sebesar 1,867 dan nilai tersebut lebih rendah dari ttabei(o,05) 1,981. Dengan kata lain bahwa hasil tangkapan antara kedua perlakuan tersebut tidak berbeda nyata. Demikian juga hasil uji-t antara perlakuan Ul dan perlakuan U3 diperoleh hasil t hitung 0,795 dan nilai tersebut lebih rendah dari ttabei (1,165), kedua jenis umpan ini juga tidak berbeda nyata. Sebaliknya hasil uji-t antara perlakuan U2 dan perlakuan U3 didapatkan thitung sebesar 1,549 dimana nilai ini lebih tinggi dari ttabei(o,05) 0,331, hal ini menunjukkan bahwa jenis umpan U2 dan U3 berpengaruh nyata pada hasil tangkapan udang galah.
29
4.2. Pembahasan 4.2.1. Bau dan rasa umpan Dari hasil penelitian yang dilakukan di ketahui bahwa ketiga jenis umpan yang digunakan mempengaruhi hasil tangkapan jala. Sehubungan dengan ini Von Brandt (1964) mengatakan bahwa daya tarik sesuatu umpan ditentukan oleh rangsangan yang diberikan oleh umpan tersebut antara lain berupa bau dan rasa. Kecenderungan hasil yang serupa juga telah dilaporkan oleh Lagler et al. (1977), Taibin et al. (1984) yang mempergunakan bubu sebagai alat penangkapan dan dilakukan di perairan Siak Hulu Kampar. Hasil analisis statistik terhadap hasil tangkapan ternyata tidak terdapat perbedaan yang simifikan dintara jenis umpan yang dicobakan meskipun diakui ada perbedaan secara relatif dengan urutan sebagai berikut secara berurutan adalah 1) umpan Tepung ikan (U2), 2) umpan campuran dedak dan tepung ikan (U3), 3) umpan dedak(Ul). Dari hasil penelitian yang dilakukan umpan tepung ikan murni memiliki bau lebih tajam dibandingkan dengan umpan yang lainnya akan tetapi umpan ini memiliki kelemahan yaitu cepat habis, hal ini dapat diketahui pada saat pengangkatan alat tangkap jala semua umpan yang tidak dimakan ikan habis, hal ini tentunya juga berpengaruh terhadap hasil tangkapan Baiknya hasil tangkapan dengan menggunakan umpan tepung ikan dengan (U2) disebabkan karena umpan ini mempunyai bau dan rasa lebih tajam dari pada umpan Ul, dan U3 yang dicobakan. Tajamnya bau umpan ikan ini berkaitan dengan kandungan protein yang terdapat dalam tepung ikan tersebut, disamping itu bahan protein memang diperlukan udang untuk pertumbuhannya. Menurut Ahmad, Toehidi dan Effendi (1979)
30
munculnya bau dan rasa suatu bahan ditentukan oleh faktor komposisi dan struktur kimia dari bahan yang terkandung didalamnya. sehingga ikan datang mendekati umpan dan memakannya selanjutnya dikatakan bahwa bau dan rasa suatu bahan makanan terutama ditentukan oleh komposisi bahan yang terkandung didalamnya. Keadaan ini sesuai juga dengan pendapat Hutabarat (1985) bahwa kebiasaan makan dapat dipengaruhi oleh bau dan rasa dari makanan tersebut. 4.2.2. Kepekaan indra penciuman udang galah Tempat dioperasikan alat ini merupakan perairan yang keruh, sehingga indra penglihatan udang kurang begitu jelas peranannya dalam membedakan warna dan bentuk umpan yang dicobakan. Selain itu juga umpan yang ditaburkan mempunyai bentuk yang hampir sama. Dalam hal ini indra penciuman menjadi faktor yang lebih utama bagi udang di perairan ini dalam menanggapi umpan, sedangkan indra penglihatan hanya sebagai alat pembantu dalam menemukan umpan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Effendi (1977) bahwa ikan-ikan yang hidupnya diperairan keruh atau kurang cahaya, lebih banyak menggunakan indra penciuman dalam usaha mencari makan. Menurut Rab (1985), bahwa indra penciuman pada ikan sangat sensitif terhadap bau bahan organik dan anorganik yang dapat diketahui melaluli organ olfactorius. Selanjutnya dikatakan bahwa percobaan fisiologi menunjukkan, apabila mata ikan hiu dirusak dan olfactoriusnya masih dalam keadaan baik, maka ikan tersebut masih dapat menangkap mangsanya dengan cepat atau mengetahui lokasi mangsanya. Sebaliknya apabiala organ olfactoriusnya dirusak, maka hilang kemampuannya untuk menangkap mangsa. Disamping indra penciuman ikan yang sangat sensitif untuk menerima ransangan bau makanan, linea lateralis yang terdapat pada ikan juga dapat berfungsi
31
menentukan letak dari pada makanan. Dimana organ ini merupakan alat penerima mekanis yang bekerja akibat terjadinya gerakan yang berbentuk gelombang di dalam perairan. Akibat pengaruh arus di perairan terhadap umpan yang dipasang pada setiap mata pancing, ikan tersebut akan menimbulkan gelombang air. Setelah diterimanya gelombang ini oleh saraf-saraf penerima (receptor) yang terdapat pada linea lateralis serta digunakan secara bersamaan indra penciuman dalam menemukan umpan, maka ikan akan lebih cepat mengetahui letak dari pada umpan itu sendiri. Sehubungan dengan indra penciuman yang sangat berperan di dalam penelitian ini, bahwa umpan hidup atau umpan mati yang dapat menimbulkan gerakan gelombang air, indra yang sangat berperan disini adalah organ linea lateralis. Pada umpan mati indra yang sangat berperan adalah indra penglihatan (organ visual), sedangkan pada umpan segar disamping indra penglihatan yang sangat berperan juga indra penciuman. Penggunaan umpan menurut Gunarso (1974) adalah untuk memikat ikan agar terangsang untuk datang ke alat penangkapan dan tertariknya ikan ke suatu ransangan adalah kebutuhan akan makan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Zein (1992) umpan udang lebih baik hasil tangkapannya dibandingkan umpan hiu dan umpan tembakul. Banyaknya hasil tangkapan dengan menggunakan umpan tepung ikan sesuai pendapat Lagler et al. (1977) yang mengatakan bahwa kebiasaan makan (food habit) dan tingkah laku ikan terhadap lingkungan berbeda antara satu jenis dengan jenis lainnya, Dilihat dari hasil tangkapannya umpan tepung ikan kemungkinan disebabkan umpan ini mengeluarkan bau yang lebih tajam dan menyengit serta kebiasaan udang itu dalam menanggapi bau umpan itu yang berbeda-beda. Dalam hal ini belum dapat
32
dijelaskan dalam penelitian ini yang menyebabkan perbedaan kebiasaan dari masingmasing jenis udang galah dalam menanggapi bau umpan, untuk itu perlu adanya penelitian yang lebih lanjut. Penggunaan umpan tepung ikan (U2) ternyata mendatangkan hasil tangkapan yang paling baik untuk diterapkan pada alat tangkap jala karena disamping bau dan rasa yang kuat umpan ini juga mampunyai ketahanan yang lebih lama jika di bandingkan umpan yang biasa digunakan oleh nelayan. Aplikasi beberapa mikro-nutrien seperti vitamin C, E dan asam lemak Omega-3 tidak diragukan lagi sebagai nutrien esensial terutama pada stadia larva baik ikan dan udang. Dari beberapa kajian yang dilakukan khususnya pada produksi benih udang windu - menunjukkan bahwa penambahan mikro nutrien tersebut sangat penting dalam mendukung sintasan, pertumbuhan dan ketahanan terhadap stress dan penyakit. Berkaitan dengan sifat bahan yang variatif (kestabilan dan daya larut), terbukti bahwa penerapan teknik bio-enkapsulasi pakan hidup baik rotifer maupun artemia adalah efektif sebagai media transfer dari nutrien esensial yang diberikan. Dilihat dari segmen usaha (produksi larva), penambahan bahan tersebut secara otomatis akan meningkatkan biaya produksi. Namun demikian, ditinjau dari rantai pemeliharaan dan kepentingan produksi secara umum (termasuk pembesaran ditambak), penambahan biaya tersebut relatif kecil. Sebagai salah satu pendukung terhadap keberhasilan budidaya ikan dan udang, kelompok kegiatan Nutrisi Pakan Alami menyediakan kultur plankton dalam biakan murni, skala bibit dan skala massal. Pemanfaatan biakan murni dalam bentuk cair atau padat selain sebagai kultur stock juga sebagai inokulan dalam kultur bibit. Selanjutnya dari kultur bibit dikembangkan ke skala massal yang digunakan sebagai pakan alami
33
bagi komoditas budidaya. Adapun jenis plankton yang disediakan adalah Chlorella vulgaris, Skeletonema costatum, Chaetoceros calcitrans, Dunaliella salina, Tetraselmis chuii, Sprirulina platensis dan Brachionus plicatilis. Disamping menyediakan plankton untuk kebutuhan balai, juga dimanfaatkan sebagai bahan penelitian mahasiswa, instansi terkait serta pihak swasta yang bergerak dalam bidang budidaya perikanan. Dalam upaya diversifikasi dan pelestarian jenis plankton, selain melakukan reisolasi yang telah ada juga dilakukan penambahan jenis plankton baru melalui hasil isolasi dari alam, yaitu jenis Torulopsis candiva var. marine. Jenis ini merupakan yeast yang hidup di perairan laut dan dapat ditingkatkan dalam media yang diperkaya dengan pupuk organik dan sintetik. Untuk efisiensi dan efektivitas pemanfaatan kultur skala massal, telah dikembangkan teknik
pemanenan melalui
sistem
pengendapan
sel
sehingga
mempermudah dalam pengemasan, transportasi dan distribusi inter dan antar pulau. Penyediaan plankton bagi konsumen tidak hanya dalam bentuk segar, namun telah dilakukan upaya peningkatan nilai tambah pada produk pasca panen berupa tepung alga. Dengan menggunakan sarana dan cara sederhana telah dapat dihasilkan tepung alga kering yang dapat dimanfaatkan baik untuk komoditas budidaya maupun untuk menunjang kesehatan manusia. (Sumber:http://www. udangbbbap. com/index.php? option=com_content&task=view&id=10&Itemid=40)
4.2.3. Faktor lingkungan dan distribusi ikan Faktor lingkungan memegang peranan yang sangat penting untuk berhasilnya suatu operasi penangkapan. Menurut Gunarso (1974), selain behaviour udang aspek lain
34
yang perlu diketahui dalam usaha penangkapan adalah pengaruh lingkungan seperti : intensitas cahaya, suhu, salinitas dan arus. Suhu air merupakan faktor yang sangat menentukan dalam kehidupan udang. Pengetahuan tentang suhu erat hubungannya dengan usaha penangkapan ikan. Sebab jika area penangkapan lebih tinggi dari suhu-suhu rata-ratnya dan melebihi suhu optimum untuk penangkapan, maka kemungkinan besar penangkapan tidak berhasil. Kisaran perairan teluk mesjid selama penelitian 28°C - 30°C. Keadaan ini menunjukkan tidak terjadinya fluktuasi suhu yang mencolok pada saat dilakukan penelitian. Hal ini disebabkan karena kedalaman perairan berkisar antara 2 meter dan seringnya terjadi pengadukan yang disebabkan oleh arus dan gelombang di perairan penagkapan dengan rata-rata suhu pada permukaan perairan 29°C. Arus juga berpengaruh terhadap distribusi udang yang menjadi tujuan penangkapan selama penelitian, kecepatan arus hampir sama pada semua bagian perairan yang dangkal. Hal ini sesuai pendapat Laevastu dan Hayes (1981) bahwa pengaruh arus terhadap penyebarannya, baik secara langsung seperti : membawa telurtelu dan anak-anak dari daerah penetasan ke tempat-tempat pemberian makan. Secara tidak langsung pengaruh arus adalah terkumpul atau tersebarnya makanan dengan adanya pengaruh-pengaruh lingkungan lainnya yang cocok bagi mereka. Parameter lingkungan yang lam yakni salinitas tidak begitu jelas pengaruhnya terhadap perbedaan hasil tangkapan antara masing-masing perlakuan karena tidak begitu berfluktuasi selama penelitian. Disamping itu Nontji (1987) menjelaskan bahwa di perairan dangkal yang suhunya homogen salinitas biasanya juga homogen. Namun demikian sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh beberpa faktor seperti: pola sirkulasi air, penguapan dan curah hujan.
35
Setelah mengetahui distribusi dari udang pada kedalaman tertentu, maka penangkapan dapat ditunjukan pada udang yang menjadi tujuan penangkapan. Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Effendi (1977) bahwa untuk meningkatkan produksi penangkapan haruslah mampu menjaga kelestarian alam dengan memperhatikan sumber populasi udang, jalur swiming layer, swiming migrasi dan stock. Selanjutnya Gunarso (1974) mengatakan bahwa sesuatu fishing banyak bergantung kepada sejumlah pengetahuan mengenai behaviour. Hal ini bertujuan agar kita dapat mengetahui dan menjumpai adanya udang serta dapat menerapkan fishing methode, tactics dan desain yang sesuai bagi suatu alat yang dipergunakan. Setelah mengetahui migrasi dan distribusi sesuatu jenisudang maka waktu penangkapan dapat ditentukan.
36