PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY LESSON) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA
DISUSUN OLEH : FARDIANSYAH 103017027188
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
ABSTRAK Fardiansyah
“Pembelajaran
Matematika
dengan
Menggunakan
Metode
Penamuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar siswa (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Islam Plus Mardhotillah)”. Tujuan penelitian untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. Tempat penelitian SMP Islam Plus Mardhotillah, tahun pelaksanaan 2008, metode yang digunaka metode penemuan terbimbing. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Latar belakang penelitian ini adalah kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran. Melihat sangat perlunya aktivitas belajar matematika siswa dalam proses pembelajaran, maka diperlukan metode pembelajaran yang dapat mengarahkan siswa untuk aktif dalam proses pemebelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penemuan Terbimbing (Guided Discovery Lesson). Metode penemuan terbimbing adalah salah satu metode yang mengarahkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar matematika siswa dengan menggunakan metode penemuan terbimbing.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitina ini adalah
penelitian tindakan kelas atau (Classroom Action Research). Subjek penelitian yaitu siswa-siswi kelas VIII SMP Islam Plus Mardhotillah tahun ajaran 2008/2009.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Metode Penemuan
Terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.
Hal ini
terlihat dari meningkatnya skor aktivitas belajar matematika siswa melalui lembar observasi, skor awal yang diperoleh siswa 11,67 meningkat menjadi 27,64
Kata kunci : Pembelajaran Matematika, Metode Penemuan Terbimbing, Aktivitas belajar xi+; 15 tabel ; 9 gambar; 37 lampiran; 19 daftar acuan
i
KATA PENGANTAR
ﺑﺴﻢ ﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﯿﻢ Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT tuhan semesta alam yang menggenggam setiap kejadian, penyempurna setiap kebahagiaan, tempatku barsandar dan bersyukur atas seluruh nikmat tanpa batas bilangan. Shalawat dan Salam senantiasa menyelimuti Rasulullah SAW tercinta beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman. Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja keras, do’a, dan kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Maifalinda Fatra M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bpk. Otong Suhyanto, M.Si., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika sekaligus Dosen Jurusan Pendidikan Matematika yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis. 4. Bpk Drs. H. M. Ali Hamzah, M.Pd Dosen Pembimbing I yang penuh kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini. 5. Bpk Abdul Muin, S.Si, M.Pd, Dosen Pembimbing 2 yang penuh kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini 6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. 7. Kepala Sekolah SMP Islam Plus Mardhatilah Jakarta, Bpk. Faturahman, S.pd yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di SMP Islam Plus Mardhatilah Jakarta, Ibu Feny Indriawati, S.Pd yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian di kelas VIII,
ii
8. Pimpinan dan staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam menyediakan serta meberikan pinjaman literatur yang dibutuhkan. 9. Teristimewa untuk kedua orang tua saya, Ibu Hj. Misni dan Bapak H. Sumanta yang selalu penulis banggakan. Mereka tak henti-hentinya mendo’akanku, melimpahkan kasih sayang
dan memberikan dukungan
moril dan materil kepadaku. Hanya Allah SWT. yang dapat membalasnya, semoga penulis dapat memberikan yang terbaik untuk kalian. 10. Teristimewa untuk keluargaku, Fachrurozi (abang), farhan, farida, fajriah (ade), H. Toha (mamang), H. Haris (mamang) terimakasih atas doanya dan dukungannya. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal untuk kalian. 11. Sahabat-sahabatku Zaenal terimakasih banyak atas bantuanya selama ini, Ibul, Izal, Sukron, Anam, Munok, Asqol thanks bro untuk semangatnya, Lia, Nubi, Aan, Lina dan Ria terima kasih doanya. 12. Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan ‘03, kelas A dan B yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih kebersamaannya semoga persahabatan kita tetap abadi, sampai jumpa dalam kesuksesan. 13. Teman-temanku bedoel, dindin, edy, fuad, cempeng thanks nyo atas bantuanya dan doanya akhirnya gw bisa... Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, mudahmudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, dan do’a yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah ilmu pengetahuan umumnya. Jakarta, Januari 2010
Penulis Fardiansyah
iii
DAFTAR ISI HALAMAN ABSTRAK ................................................................................................................i KATA PENGANTAR..............................................................................................ii DAFTAR ISI.............................................................................................................iv DAFTAR TABEL ....................................................................................................vi DAFTAR GAMBAR................................................................................................vii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................viii
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1 B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ..........................................................7 C. Pembatasan Fokus Penelitian.........................................................................7 D. Perumusan Masalah Penelitian ......................................................................8 E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian.............................................................8
BABII
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL PERENCANAAN TINDAKAN ............................................................9
A. Kajian Teori....................................................................................................9 1. Pembelajaran Matematika..................................................................9 a.Pengertian Matematika.................................................................9 b. Belajar dan Pembelajaran Matematika......................................11 2. Metode Penemuan Terbimbing (Guided Discovery Lesson) .............13 a. Pengertian Metode Penemuan Terbimbing...............................13 b. Perencanaan Pelaksanaan Metode Penemuan Terbimbing .......18 c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Penemuan Terbimbing......19 3. Aktifitas Belajar Matematika .............................................................20 4. Hubungan Aktifitas Belajar Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing ........................................................................................24 B. Penelitian Yang Relevan ................................................................................25 C. Pengajuan Konseptual Intervensi/Perencanaan Tindakan .............................26 D. Kerangka Berfikir...........................................................................................26 E. Hipotesis Penelitian Tindakan .......................................................................29
iv
HALAMAN BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ...........................................................30
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................30 B. Metode Penelitian Dan Desain Intervensi Tindakan......................................31 C. Subjek Penelitian............................................................................................33 D. Peran Dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ..................................................33 E. Tahapan Perencanaan Kegiatan .....................................................................33 F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan..................................................37 G. Data dan Sumber Data ...................................................................................37 H. Instrumen-instrumen Pengumpulan Data.......................................................38 I. Teknik Pengumpulan Data.............................................................................40 J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Studi .......................40 K. Analisis Data dan Intervensi Hasil Data ........................................................40 L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ..........................................................41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................................42 A. Deskripsi Data................................................................................................42 B. Pemeriksaan Keabsahan Data ........................................................................69 C. Analisis Data ..................................................................................................70 D. Interpretasi Data .............................................................................................71 E. Pembahasan Temuan Penelitian.....................................................................73
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................76
A. Kesimpulan ....................................................................................................76 B. Saran...............................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................78 LAMPIRAN – LAMPIRAN....................................................................................80
v
DAFTAR TABEL HALAMAN Tabel 3.1 : Jadwal Kegitan Penelitian / Siklus...........................................................30 Tabel 3.2 : Pemberian Skor Pada Skala Likert ..........................................................40 Tabel 4.1 : Skor Awal Hasil Belajar Matematika Siswa............................................43 Tabel 4.2 : Rangkuman Nilai Awal Hasil Belajar Matematika Siswa.......................44 Tabel 4.3 : Skor Rata-Rata Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Selama Pembelajaran Pada Siklus I......................................................................50 Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir Siklus I..........................................51 Tabel 4.5 : Hasil Refleksi Pada Siklus I.....................................................................53 Tabel 4.6 : Skor rata-rata observasi aktivitas belajar matematika siswa selama Pembelajaran Pada Siklus II ....................................................................57 Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Nilai tes akhir siklus II ...........................................59 Tabel 4.8 : Hasil Refleksi Pada Siklus II ...................................................................60 Tabel 4.9 : Skor Rata-Rata Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Selama Pembelajaran Pada Siklus III ...................................................................66 Tabel 4.10 : Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir Siklus III.....................................67 Tabel 4.11 : Hasil Refleksi Pada Siklus III ................................................................69 Tabel 4.12 : Skor Rata-Rata Lembar Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa .......................................................................................................71 Tabel 4.13 : Nilai Rata-Rata Hasil Tes Akhir Siklus .................................................72
vi
DAFTAR GAMBAR HALAMAN Gambar 1 : Desain Penelitian Tindakan Kelas ..........................................................34 Gambar 2 : Aktivitas Siswa Mengerjakan Tes Akhir Siklus I...................................53 Gambar 3 : Histogram Dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Tes Akhir Siklus I .54 Gambar 4 : Aktivitas Siswa Mengerjakan Tugas Kelompok.....................................60 Gambar 5 : Histogram Dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Tes Akhir Siklus II 61 Gambar 6 : Aktivitas Siswa Untuk Bertanya Langsung ............................................68 Gambar 7 : Histogram Dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Tes Akhir Siklus III
69
Gambar 8 : Diagram Batang Hasil Skor Rata-Rata Aktivitas Melalui Lembar Observasi..................................................................................................73 Gambar 9 : Diagram Batang Hasil Skor Rata-Rata Tes Akhir Siklus .......................74
vii
DAFTAR LAMPIRAN HALAMAN Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............................................80 Lampiran 2 LKS Metode Penemuan Terbimbing Pert 3 ..........................................98 Lampiran 3 Jawaban Latihan Soal Pert 3...................................................................100 Lampiran 4 LKS Metode Penemuan Terbimbing Pert 6 ..........................................101 Lampiran 5 Jawaban Latihan Soal Pert 6...................................................................102 Lampiran 6 LKS Metode Penemuan Terbimbing Pert 9 ..........................................103 Lampiran 7 Jawaban Latihan Soal Pert 9...................................................................104 Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa .......................105 Lampiran 9 Lembar Observasi Guru..........................................................................119 Lampiran 10 Kisi-Kisi Angket Aktivitas Belajar Matematika Siswa Sebelum Uji Validitas ................................................................................................120 Lampiran 11 Angket Aktivitas Belajar Matematika Siswa Sebelum Uji Validitas ...121 Lampiran 12 Kisi-kisi Angket Aktivitas Belajar Matematika Siswa Setelah Uji Validitas ................................................................................................124 Lampiran 13 Angket Aktivitas Belajar Matematika Siswa Setelah Uji Validitas .....125 Lampiran 14 Lembar Wawawncara Guru Sebelum dan Sesudah Penelitian.............128 Lampiran 15 Kutipan Wawancara Guru Sebelum Penelitian ....................................129 Lampiran 16 Kutipan Wawancara Guru Setelah Penelitian ......................................131 Lampiran 17 Lembar Wawancara Siswa Sebelum dan Setelah Penelitian................133 Lampiran 18 Kutipan Wawancara Siswa Sebelum Penelitian ...................................134 Lampiran 19 Kutipan Wawancara Siswa Setelah Penelitian .....................................135 Lampiran 20 Kisi-kisi Tes Akhir Siklus I..................................................................136 Lampiran 21 Tes Akhir Siklus 1 ................................................................................137 Lampiran 22 Jawaban Tes Akhir Siklus 1 .................................................................138 Lampiran 23 Kisi-kisi Tes Akhir Siklus II.................................................................139 Lampiran 24 Tes Akhir Siklus 2 ................................................................................140 Lampiran 25 Jawaban Tes Akhir Siklus 2 .................................................................141 Lampiran 26 Kisi-kisi Tes Akhir Siklus III ...............................................................142 Lampiran 27 Tes Akhir Siklus 3 ................................................................................143 Lampiran 28 Jawaban Tes Akhir Siklus 3 .................................................................144 Lampiran 29 Kisi-kisi Ulangan BAB Lingkaran dan Garis Singgung .....................145 Lampiran 30 Soal-soal Ulangan BAB Lingkaran dan Garis Singgung .....................146 viii
HALAMAN Lampiran 31 Jawaban Soal-soal Ulangan BAB Lingkaran dan Garis Singgung ......147 Lampiran 32 Daftar Nilai Awal Hasil Belajar Matematika Siswa.............................148 Lampiran 33 Perhitungan Statistik Nilai Awal Hasil Belajar Matematika Siswa .....149 Lampiran 34 Daftar Nilai Tes Akhir Siklus...............................................................150
ix
156
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Allah SWT memberikan potensi jasmani dan rohani bagi manusia, potensi yang terdapat didalam organ tubuh manusia disebut fisio psikis manusia, berfungsi sebagai alat yang penting untuk melakukan kegiatan belajar. Dalam sejarah kehidupan manusia, satu hal yang menjadi cita-cita manusia yaitu menjadikan hidup ini lebih baik. Usaha perbaikan tersebut telah dilakukan sejak manusia diciptakan, sebagai suatu keniscayaan dari kodratnya yang memiliki akal dan hasrat untuk mencapai perubahan yang lebih baik. Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Banyak sekali bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusia melalui proses belajar, sehingga kualitas peradaban manusia berpulang kepada apa dan bagaimana ia belajar. Masalah pendidikan dan pengajaran merupakan salah satu masalah yang cukup komplek dan masalah pokok pendidikan di Indonesia pada saat ini masih berkisar pada soal pemerataan kesempatan, revolusi, kualitas, efektifitas, dan efisiensi pendidikan sesuai dengan masalah pokok tersebut. Serta memperhatikan tentang masa kini dan kecenderungan di masa depan, maka dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia untuk mengatasi persoalan dan menghadapi itu perlu diciptakan pendidikan yang unggul yaitu pendidikan yang dapat mengembangkan potensi dan prestasi belajar siswa. Firman Allah SWT dalam surat Al-Mujaadilah ayat 11
Artinya: ”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat” 1
2
Pendidikan itu sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Sifatnya mutlak, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga maupun bangsa dan negara.
Perkembangan suatu bangsa banyak dipengaruhi dan
ditentukan oleh perkembangan pendidikan bangsa dan negara itu sendiri. Hal tersebut mangandung implikasi bahwa masa depan bangsa dan negara dapat diukur dari seberapa besar pendidikan sebagai investasi sumber daya manusia, oleh karena itu mau tidak mau, senang atau tidak senang, pendidikan harus menjadi investasi masa depan yang utama karena sumber daya manusia merupakan pusat bagi pembangunan secara keseluruhan. Landasan pendidikan di Indonesia juga diatur dalam undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentag Sistem Pendidikan Nasional, diungkapkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif megembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual agama, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Begitu pentingnya pendidikan bagi bangsa dan negara, maka pemerintah merumuskan tujuan pendidikan nasional.
Tujuan pendidikan nasional yang
dimaksud adalah ”tujuan akhir yang akan dicapai oleh semua lembaga pendidikan baik formal, non formal, maupun informal yang berada dalam masyarakat dan negara indonesia”.2 Undang-undang No. 20 tahun 2003 juga menjelaskan bahwa: ”Pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.”3
Langeveld dalam bukunya Beknpte Theore Tische
Paedagogiek mengungkapkan ”tujuan umum pendidikan adalah tujuan didalam
1
3, hal. 2
2
UU RI No 20 Th 2003, Sistem pendidikan nasional, (Jakarta : Sinar Grafika, 2006), cet ke
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke 15, hal. 36 3 UU Sisdiknas, dalam http://www.jakarta teachers.com/821.html, 18 maret 2008, 20:45
3
pendidikan yang seharusnya menjadi tujuan orang tua atau pendidik lain”. 4 Seorang cendikiawan muslim Cak Nur (2002) mengungkapkan bahwa: ”tujuan utama pendidikan adalah pendidikan moral atau akhlak dan pengembangan kecakapan atau keahlian.”5 Persoalan
pendidikan
bukan
lagi
hanya
sekedar
menyampaikan
pengetahuan (Transfer of knowledge), menyampaikan nilai atau hasil (Transfer of value), dan menyampaikan kemampuan atau keahlian (Trasnfer of skill), melainkan merupakan kegiatan intergratif yang mengembangkan suasana liberatif (membebaskan) dan bukan memenjarakan, mengembangkan praksis (praktik dan refleksi) serta pendidikan yang meluluskan manusia will in formed sadar IPTEK, karena punya etika dan solidaritas. Oleh karena itu pendidikan harus senantiasa memperhatikan pengelola operasional pendidikan, diantaranya pemberdayaan peserta didik, guru, dan tenaga kependidikan lain, serta masyarakat yang menjadi komponen penentu keberhasilan suatu program pendidikan dan merupakan investasi SDM jangka panjang dan berlangsung sumur hidup. Ilmu pengetahuan juga sangat berperan dalam mempertahankan kehidupan umat manusia di tengah persaingan yang cukup ketat di kehidupan ini. Akibat persaingan tersebut kenyataan tragis juga bisa terjadi, misalnya tidak sedikit orang pintar yang menggunakan kepintarannya untuk mendesak bahkan menghancurkan kehidupan orang lain. Kinerja akademik yang merupakan hasil belajar disamping membawa manfaat juga membawa mudharat. Sebagai menejer, guru atau pendidik dapat memenej kelas agar dapat terlaksana proses belajar mengajar yang baik, bukan memenejemeni untuk terjadinya prilaku baik, tetapi memenejemen kelas agar dapat terlaksananya proses belajar mengajar yang baik, mencakup perencanaan untuk memfokuskan pemikiran peserta didik, memfasilitasi diskusi, dan membentuk peserta didik secara individual. Guru memenejemen kelas untuk mempromosikan belajar yang lebih baik, yakni dengan meningkatkan kondisi belajar yang lebih baik, yang mencakupi kesukaran dan aktivitas belajar, koperasi sekolah, kependidikan belajar
4
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan…, hal.20 Andreas Harefa, Sekolah Saja Tidak Pernah Cukup, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002) hal. 74 5
4
dan meningkatkan kepercayaan diri peserta didik.
Dengan demikian,
sebagai hasilnya diharapkan guru atau pendidik memerlukan sedikit waktu untuk memenejemeni perilaku mengerjakan tugas dan lebih banyak waktu untuk berinteraksi dengan peserta didik, yakni menemukan ide, pertanyaan, dan pemahaman. Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 242
Artinya: ”Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayatnya (hukumhukumnya) supaya kamu memahaminya” Guru sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya proses belajar mengajar agar dapat tercapainya tujuan pengajaran yang telah dicanangkan dan harus memiliki kemampuan serta kreativitas dalam menyesuaikan materi yang diajarkan dengan model-model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk lebih mengerti sekaligus berpikir kreatif, inovatif, dan aspiratif dalam menyikapi masalah yang ada. Guru merupakan factor human kedua setelah peserta didik, walaupun padangan dari paham teacher centred pada umumnya tidak diterima, tetapi guru mempunyai peranan yang sangat penting didalam proses pendidikan, karena tanpa guru pendidikan tidak mungkin dapat berlangsung.
Peranan guru
dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal sebagaimana oleh Adam Decey dalam Basic Principle of student Teaching dalam Usman, antara lain guru sebagai “pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan belajar, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, penanya, evaluator, dan konselor.”6 Guru yang professional dalam tugasnya adalah guru yang kinerjanya dilandasi secara benar oleh pengetahuan dan kemahiran mengelola interaksi pembelajaran, penguasaan bahan ajar, dan kelihaian mengukur proses belajar dan hasil pembelajaran serta guru yang mahir mengelola interaksi pembelajaran
6
Mohammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), cet ke 22, h. 9
5
inklusif menguasai dan mampu memilih bahan ajar yang tepat serta dapat menerapkan berbagai model dan bentuk penilaian. Oleh karena itu, guru tidak hanya sebagai seorang yang memberikan informasi dan mengemas mata pelajaran peserta didik untuk dijadikan bahan ajar, akan tetapi harus lebih mendidik mereka belajar hidup sebagai masyarakat yang hidup bersosialisasi dengan semangat persaudaran, menjunjung tinggi martabat manusia, saling menghargai, kerjasama dan peduli terhadap sesama. Tugas lain dari guru adalah membimbing peserta didik yaitu untuk mencari pengenalan terhadapnya mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat, minat, serta aktif dan menciptakan situasi untuk pendidkan yaitu suatu keadaan di mana tindakan-tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan baik dengan hasil yang memuaskan. Matematika merupakan pelajaran yang selalu diajarkan di setiap jenjang pendidikan. Karena pelajaran matematika merupakan syarat kelulusan siswa dan matematika sangat berguna dalam kehidupan sehari–hari untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi manusia.
Pelajaran matematika juga merupakan
pelajaran yang dianggap penting oleh pemerintah, peserta didik menjadikan pelajaran matematika suatu yang tidak menyenangkan. Matematika (ilmu pasti) bagi anak-anak merupakan pada umumnya mata pelajaran yang tidak disenangi, kalau bukan mata pelajaran yang dibenci. Namun demikian, kita juga tidak dapat mengingkari kenyataan bahwa sampai sekarang masih banyak orang yang mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Bahkan tidak jarang matematika dianggap momok atau hantu yang menakutkan, yang sebisa mungkin dihindari. Ketika mendengar kata matematika serta merta yang muncul di pikiran indentik dengan kata sulit. Pendidikan matematika juga mempunyai ciri-ciri khusus sehingga pendidikan dan pengajarannya perlu ditangani secara khusus pula. Demikian pula matematika sebagai proses yang aktif, dinamik dan generatif melalui kegiatan matematika (doing math), matematika juga memberikan sumbangan yang penting kepada siswa dalam pengembangan motivasi belajar, berpikir logis, sistematik, kritis, cermat dan bersikap obyektif serta terbuka dalam menghadapi permasalahan.
6
Secara umum diberikannya pendidikan matematika di sekolah adalah untuk membantu siswa mempersiapkan diri agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, dan kritis.
Serta
mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola fikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Tujuan pendidikan matematika di sekolah lebih ditekankan pada penataan nalar, dasar dan pembentukan sikap, serta ketrampilan dalam penerapan matematika. Pembelajaran akan berhasil jika diawali dengan membangun pemikiran siswa, misalnya siswa diberikan permasalahan yang tidak asing lagi dalam pemikirannya, artinya permasalahan yang diberikan pernah mereka alami, sehingga siswa berupaya untuk mencari dan menemukan jawabannya berdasarkan pada struktur pengetahuan telah mereka miliki sebelumnya.
Pada umumnya
metode yang banyak digunakan guru adalah metode ceramah dan tanya jawab, guru bertindak sebagai sumber informasi yang sangat dominan, interaksi yang berlangsung sering kali membuat siswa merasa jenuh. Pembelajaran matematika juga mempunyai beberapa metode yang dapat dipilih untuk kegiatan belajar mengajar agar dapat berlangsung dengan baik. Metode-metode yang banyak digunakan diantaranya adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demontrasi, pemecahan masalah, penemuan, dan sebagainya. Dari beberapa metode yang banyak digunakan dalam pembelajaran matematika, pada dasarnya tidak ada metode yang mutlak bernilai tepat. Pada perkembangan pendidikan dewasa ini, proses pembelajaran lebih menekankan pada terciptanya suasana belajar yang interaktif dan komunikatif atau dengan kata lain pembelajaran berpusat pada siswa. Salah satu metode yang mengarah pada hal tersebut adalah metode penemuan. Metode penemuan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu metode penemuan terbimbing dan metode penemuan tidak terbimbing. Metode penemuan terbimbing adalah metode yang lebih mengarahkan siswa untuk berfikir dan belajar, guru menjadi sumber informasi bila dibutuhkan siswa, guru sebagai moderator, fasilitator, dan
7
pembimbing. Metode seperti ini lebih dapat memuaskan keingintahuan pada diri siswa sehingga keaktifan belajar siswa dapat meningkat, sedangkan metode penemuan tidak terbimbing siswa harus menemukan prinsip pembelajaran sendiri. Berdasarkan uraian di atas maka metode penemuan terbimbing bisa menjadi salah satu alternatif pilihan yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Sehingga penulis tertarik untuk mengangkat masalah dengan judul: “Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing (Guided Discovery Lesson) untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa”
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian Dari penjelasan uraian di atas, maka dapat di identifikasi beberapa masalah yang timbul, antara lain: 1. Faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya aktivitas belajar siswa? 2. Apakah metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa? 3. Bagaimana metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa? 4. Hambatan apa saja yang mungkin terjadi dalam pembelajaran matematika dengan menggunkan metode penemuan terbimbing? Fokus penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan metode penemuan terbimbing.
C. Pembatasan Fokus Penelitian. Fokus penelitian pada penelitian ini dibatasi, pembatasan fokus penelitian sebagai berikut: 1. Aktivitas adalah suatu kegiatan yang dilakukan sehari-hari dalam kelas atau dalam istilah proses belajar mengajar. Aktivitas dalam belajar dilakukan bila ada guru dan siswa. Aktivitas itu sendiri berupa kehadiran, pembahasan materi, mendengarkan, mencatat, mengingat, adanya diskusi antara guru dan siswa, berpikir.
8
2. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah aktivitas belajar siswa setelah diberi pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing. 3. Metode penemuan terbimbing yang dimaksud membimbing dan lebih mengarah kepada aktifnya siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan. D. Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dibatasi sebagaimana di atas, maka perumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut : 1. Apakah metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa? 2. Bagaimana hasil belajar matematika siswa setelah menggunakan metode penemuan terbimbing dalam proses pembelajaran matematika?
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian . 1. Tujuan Penelitian. 1.
Untuk mengetahui bagaimana metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa
2. Untuk mengetahui keaktifan belajar matematika siswa dengan metode penemuan terbimbing. 3. Untuk mengetahui penerapan metode penemuan terbimbing dalam proses pembelajaran matematika. 2. Manfaat Penelitian. 1. Dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. 2. Siswa
lebih
semangat
merumuskan,
menafsirkan,
dan
dapat
menyelesaikan model matematika. 3. Siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. 4. Siswa tidak merasa jenuh selama berlangsungnya proses pembelajaran
156
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL PERENCANAAN TINDAKAN
A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika Perkataan matematika sangat erat hubungannya dengan kata mathaein yang mempunyai arti belajar (berpikir). Banyak sekali pendapat yang muncul tentang pengertian matematika, baik dipandang dari segi ilmu pegetahuan atau maupun pengalaman masing-masing orang yang berbeda. Berdasarkan etimologis, perkataan matematika mempunyai arti “ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan benalar.”1 Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain yang diperoleh buka melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih mengarah kepada aktivitas dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan kepada hasil observasi atau eksperimen disamping penalaran. Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang behubungan dengan ide, proses, dan penalaran.
Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,
pembuktian yang logis. Matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada mengenai bunyi. Ruseffendi menyatakan ”bahwa terdapat banyak anak yang
setelah
belajar
matematika
bagian
yang
sederhana
tidak
dipahaminya, bahkan banyak konsep yang dipahaminya secara keliru.” 2 Banyak dari mereka menghafal bukan memahami konsepnya. Matematika dianggap pelajaran yang membosankan dan membuat ruwet.
1
H. Erman Suherman, et al. Common Text Book; Strategi Pembelajaran Matematika Kotemporer, (Bandung: UPI, 2003), hal. 16 2 Lia Kurniawati, Dalam Algoritma Juranal Matematika dan Pendidikan Matematika, (Jakarta: Cemed, 2006), cet ke 1, hal.78
10
Untuk mengenal matematika lebih dekat, lebih dulu kita mesti mengetahui ciri-ciri atau mengenal sifat-sifatnya.
Matematika itu
memiliki beberapa ciri-ciri penting. Pertama, memiliki obyek yang sangat abstrak. Berbeda dengan ilmu pengetahuan lain, matematika merupakan cabang ilmu yang spesifik. Matematika tidak mempelajari obyek-obyek secara langsung dapat ditangkap oleh indera manusia.
Subtansi
matematika adalah benda-benda pikir yang bersifat abstrak. Walaupun pada awalnya matematika lahir dari hasil pengamatan empiris terhadap benda-benda
konkret
(geometri),
namun
dalam
perkembanganya
matematika lebih memasuki dunianya yang abstrak. Obyek matematika adalah fakta, konsep, operasi dan prinsip yang kesemuanya itu berperan dalam membentuk proses berpikir matematis, dengan salah satu cirinya adalah adanya alur penalaran yang logis. Kedua, memiliki pola pikir deduktif dan konsisten. Matematika dikembangkan melalui deduksi dari seperangkat anggapan-anggapan yang tidak dipersoalkan lagi nilai kebenaranya dan dianggap saja benar. Dalam matematika, anggapan-anggapan yang dianggap benar itu dikenal dengan sebutan aksioma.
Sekumpulan aksioma ini dapat
digunakan untuk menyimpulkan kebenaran suatu pernyataan lain, dan pernyataan ini disebut teorema.
Dari aksioma dan teorema atau dari
teorema dan teorema kemudian dapat diturunkan teorema lain. Akhirnya matematika merupakan kumpulan-kumpulan butir-butir pengetahuan benar yang hanya terdiri atas dua jenis kebenaran, yaitu aksioma dan teorema. Andi Hakim Nasution mengungkapkan kalaulah ada pengetahuan yang tampaknya benar, namun belum dapat dibuktikan, maka butir pengetahuan itu belum dianggap kebenaran dan hanya berupa suatu takhayul yang masih perlu dibuktikan.
Dengan kata lain, kebenaran konsistensi
matematika adalah kebenaran dari suatu pernyataan tertentu yang didasarkan pada kebenaran-kebenaran pernyataan terdahulu yang telah diterima sebelumnya. pertentangan.
Sehingga satu sama lain tidak mengalami
11
Matematika tumbuh dan berkembang karena ada proses berpikir, oleh karena itu logika dasar dari terbentuknya matematika. Logika adalah masa bayi dari matematika, sedangkan matematika adalah masa dewasa dari logika. Pada awalnya cabang-cabang matematika yang pertama kali ditemukan adalah Aritmatika atau Berhitung, aljabar dan geometri. Setelah itu ditemukanlah ilmu kalkulus yang berfungsi sebagai tonggak penopang terbentuknya cabang-cabang ilmu matematika baru yang lebih kompleks, antara lain Statistika, Topologi, Aljabar (linier, abstrak, himpunan), Geometri (linier dan sistem geometri), Analisis Vektor dan lain-lain.
b. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan peradaban manusia. Sebagai makhluk yang memiliki akal dan pikiran, manusia selalu memikirkan dan berusaha untuk menjadikan segala sesuatu agar lebih mudah. Sehingga setiap manusia berusaha untuk mengetahui apa yang menjadi permasalahan hidup dan mencari jalan keluar atas permasalahan tersebut. Untuk dapat mengatasi permasalahan yang dihadapinya manusia memerlukan suatu perubahan tingkah laku dalam dirinya.
Perubahan tingkah laku tersebut dapat diperoleh berdasarkan
pemikiran dan pengalaman pribadi atau melalui interaksi sosial dengan orang lain.
Proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku pada
manusia itu disebut sebagai proses dari belajar. Belajar pada manusia merupakan proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan-perubahan
dalam
pengetahuannya,
keterampilan, nilai yang relatif konstan/menetap.
pemahamannya, Dari berbagai sudut
pandang tentang pengertian belajar, hal yang paling mendasar adalah adanya kesamaan pendapat tentang penggunaan istilah “berubah” dan “tingkah laku”. Pada kesimpulanya belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seeorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
12
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.”3
Belajar pada hakekatnya dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja. Baik itu dilakukan disekolah secara formal maupun dilakukan dialam sekitar. Lain halnya dengan Sardiman AM, yang mengganggap bahwa sekolah adalah salah satunya pusat kegiatan belajar karena merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas. Proses pembelajaran.
yang
terjadi
pada
lingkungan
tertentu
dinamakan
Lingkungan tertentu yang dimaksud adalah lingkungan
yang didalamnya terdapat proses pembelajaran, seperti sekolah atau lingkungan belajar di kelas. Titik fokus pembelajaran adalah bagaimana membelajarkan siswa agar tujuan yang diinginkan tercapai.
Sehingga
proses belajar merupakan inti dari kegiatan pembelajaran. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata pembelajaran diartikan sebagai proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Dan dalam undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar” 4. Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika berperan dalam upaya bagaimana menciptakan kegiatan belajar siswa yang baik. Oleh karena itu pada hakikatnya pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang siswa melaksanakan kegiatan belajar matematika dan dalam proses tersebut terjalin hubungan yang sinergis dan tak terpisahkan antara tiga unsur pembelajaran yaitu: peserta didik, pendidik, dan sumber belajar. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika. Menurut Zurinal dan Wahdi, pembelajaran adalah suatu usaha dan proses yang dilakukan secara sadar dengan mengacu pada tujuan (pembentukan kompetensi), 3
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), Cet ke 4, hal.2 4 UU Sisdiknas, dalam http://www.jakarta teachers.com/821.html, 18 maret 2008, 20:45
13
yang dengan sistematik dan terarah pada terwujudnya perubahan tingkah laku.
2. Metode Penemuan Terbimbing (Guided Discovery Lesson) a. Pengertian Metode Penemuan Terbimbing Metode penemuan (discovery method) awalnya dikembangkan Jeromer Bruner dengan yang menyatakan “bahwa anak harus berperan aktif di dalam kelas”5. Metode penemuan adalah cara menyampaikan bahan ajar sedemikian sehingga proses belajar yang terjadi memungkinkan siswa untuk menemukan hal baru baginya berdasarkan serentetan pengalaman yang dimiliki.
Metode ini merupakan metode yang
memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif.
Biarkanlah siswa menemukan arti
bagi diri mereka sendiri dan memungkinkan mereka untuk mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa mereka sendiri.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan di dalam metode penemuan yaitu “adanya suatu kenaikan di dalam potensi intelektual, ganjaran instrinsik lebih ditekankan dari pada ekstrinsik, siswa yang mempelajari bagaimana menemukan berarti siswa itu menguasai metode penemuan (discovery)”6. Menurut Encyclopedia of Educational Research, “penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat bentuk oleh guru dengan berbagai cara”7, termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sund berpendapat bahwa metode penemuan (discovery lesson) adalah “proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau sesuatu prinsip”8. Proses mental misalnya; mengamati,
5
Sumarmi, Strategi Belajar Mengajar Geografi, (Malang: Departemen Pendidikan Nasional UM Malang, 2002), h 23 6 Sumarmi, Strategi Belajar …, h 23 7 B.Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002), Cet ke 2, hal.192 8 Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001), cet ke 8 h. 20
14
menggolongkan-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, sedangkan konsep misalnya; bundar, segi tiga, demokrasi, energi dan sebagai dan prinsip misalnya setiap logam bila dipanaskan memuai. Beberapa konsep dasar dalam metode penemuan adalah: 1. Ditinjau dari segi siswa yang belajar: a. Terjadinya proses mental yang tinggi dari siswa sebab dari aktivitas ini siswa mengasimilasikan konsep dan mengasimilasikan prinsip b. Problem solving c. Self learning activities d. Tangung jawab sendiri 2. Ditinjau dari guru yang mengajar a. Guru sebagai pendiagnosis yang berusaha mengetahui kebutuhan siswa dan kesiapan siswa b. Guru sebagai fasilitator 1. Menyiapkan tugas atau problem yang dipecahkan oleh para siswa 2. Memberikan klasifikasi-klasifikasi 3. Menyiapkan setting kelas 4. Menyiapkan alat-alat dan fasilitas belajar yang diperlukan 5. Memberikan kesempatan pelaksanaan 6. Sumber informasi, jika diperlukan siswa 7. Membantu
siswa
agar
dapat
sendiri
merumuskan
kesimpulan dan implikasi-implikasinya c. Guru sebagai dinamisator: 1. Merangsang terjadinya interaksi 2. Merangsang hati siswa untuk lebih bergairah dalam kegiatan-kegiatannya 3. Merangsang terjadinya self analysis
15
3. Ditinjau dari derajat keterlibatan proses mental dan jenis tujuan pengajaran yang ingin dicapai: a. Ada guru yang menggunakan metode penemuan bebas yang tidak terpimpin sama sekali b. Ada guru yang tidak menggunakan metode penemuan yang terpimpin c. Ada guru yang menggunakan metode inquiri Dalam
menggunakan
teknik
discovery
guru
berusaha
meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar, “maka teknik discovery memiliki keunggulan sebagai berikut:” 9 1. Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif atau pengenalan siswa 2. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi, individual, sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut 3. Dapat membangkitkan aktivitas belajar pada siswa 4. Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masingmasing 5. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat 6. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri 7. Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru, guru hanya sebagai teman belajar saja, membantu bila diperlukan Walaupun demikian baiknya teknik ini masih ada kelemahan yang perlu diperhatikan ialah:
9
Roestiyah N.K, Strategi Belajar…, h. 20
16
1. Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk belajar dengan metode ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik. 2. Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil. 3. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan. 4. Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu
mementingkan
proses
pengertian
saja,
kurang
memperhatikan perkembangan atau pembentukan sikap dan ketrampilan bagi siswa. 5. Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berfikir secara kreatif. Konsep dasar metode penemuan di atas menjadi landasan penggunaan
metode
matematika.
Sebagai suatu metode pembelajaran dari sekian banyak
metode
pembelajaran
penemuan
yang
ada,
terbimbing
metode
dalam
penemuan
pembelajaran
terbimbing
menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa jika diperlukan. Dalam metode ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri,
sehingga dapat menemukan prinsip umum
berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru. Sampai seberapa jauh siswa dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari Sund mengatakan bahwa penggunaan discovery dalam batas-batas tertentu adalah baik untuk kelas-kelas rendah.
Dr. J. Richard dan
asistennya (2000) mencoba self learning siswa, sehingga “proses pengajaran berpindah dari situasi teacher dominated learning (vertical) ke situasi student dominated learning (horizontal)”10, dengan menggunakan discovery yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui
10
B.Suryosubroto, Proses Belajar …, hal.193
17
tukar pendapat dengan diskusi, tanya jawab, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. “Salah satu bentuknya adalah Guided Discovery Lesson.”11 Metode penemuan terbimbing adalah proses asimilasi konsep dan prinsip yang dilakukan oleh siswa tidak lepas dan bebas, tetapi masih berada dalam pengamatan dan bimbingna guru, sehingga proses pembelajaran dapat terkendali dan terarah.
“Untuk
kebanyakan situasi di dalam kelas, paling baik diterapkan pendekatan penemuan terbimbing dimana guru memimpin murid-murid dengan tahapan-tahapan
yang
benar.”12
Permulaan
pembelajaran
memberikan wacana kepada siswa, lalu siswa dibiasakan
guru untuk
menemukan sendiri informasi mengenai bahan pelajaran. Mereka tergerak hatinya untuk menemukan sendiri informasi tersebut, sehingga suasana kelas tidak kering dan tidak membosankan karena para siswa terlibat dalam situasi yang aktif. Peranan guru dalam metode ini hanya sebatas prepai objek, membantu kebutuhan-kebutuhan siswa dalam proses penemuannya, serta menjadi sumber informasi apabila diperlukan siswa. Dalam metode penemuan terbimbing, langkah yang ditempuh guru adalah menyatakan masalah kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesain masalah itu dengan instruksi-instruksi seminimal mungkin yang diberikan guru, sedangkan siswa mengikuti instruksi yang sedikit itu, dan berusaha menemukan sendiri penyelesainya. Kesimpulan yang dapat diambil untuk menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa berdasarkan konsep dasar metode penemuan adalah: 1. Memahami masalah 2. Melihat pola yang terjadi dan membuat dugaan 3. Menguji dugaan tersebut 4. Menyatakan dalam bentuk umum13
11
B.Suryosubroto, Proses Belajar …, hal.194 MAX A. Sobel dan Guan M. Maletsky, Mengajar Matematika, (Jakarta : Erlangga, 2004), Cet ke 3, hal. 16 13 B.Suryosubroto, Proses Belajar …, hal.193 12
18
Karakteristik metode ini terletak pada peran siswa dalam proses pemahaman definisi dan teorema yang ditemukan sendiri, dan mengujinya, serta peranan guru yang membantu kebutuhan siswa dan memberikan latihan.
Proses tersebut masih dapat berkembang sesuai kebutuhan-
kebutuhan
dalam
memberikan
pemahaman
kepada
siswa
pada
pembelajaran dalam kelas dan suasana didalam kelas tidak akan membosankan tetapi akan terasa lebih menyenangkan, karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
b. Perencanaan dan Pelaksanan Metode Penemuan Terbimbing Pada perencanaan metode penemuan terbimbing yang perlu diperhatikan oleh guru adalah: 1. Indentifikasi kebutuhan siswa 2. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi yang akan dipelajari 3. Seleksi bahan dan problem/tugas-tugas 4. Membantu memperjelas - tugas / masalah yang dipelajari - peranan masing-masing siswa 5. Mempersiapkan seting kelas dan alat-alat yang diperlukan Untuk pelaksanaan metode penemuan terbimbing yang harus diperhatikan guru adalah: 1. Mencek
pemahaman
siswa
terhadap
masalah
yang
akan
dipecahkan dan tugas-tugas siswa 2. Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan 3. Membantu siswa dengan informasi/data, jika diperlukan oleh siswa 4. Memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidenifikasi proses 5. Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa 6. Memuji dan membesarkan siswa yang aktif dalam proses penemuan
19
7. Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya
c. Kelebihan Dan Kelemahan Metode Penemuan Terbimbing Beberapa kelebihan penemuan terbimbing adalah sebagai berikut: 1. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia befikir dan menggunakan kemampuannya untuk menemukan hasil belajar 2. Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini akan lebih lama diingat 3. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi hingga minat belajarnya meningkat. 4. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode ini akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks 5. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri
Beberapa kelemahan metode penemuan terbimbing adalah: 1. Metode ini banyak menyita waktu. 2. Tidak setiap guru mempunyai kemampuan mengajar dengan cara penemuan terbimbing 3. Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan.
Apabila
bimbingan guru tidak sesuai dengan kesiapan intelektual siswa, ini dapat merusak struktur pengetahuannya.
Juga bimbingan yang
terlalu banyak dapat mematikan inisiatifnya, jadi yang dilakukan guru terhadap siswa yang tidak mampu melakukan penemuan membimbing sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. 4. Metode ini tidak dapat digunakan untuk mengajar tiap topik. 5. Kelas yang banyak siswanya akan sangat merepotkan guru dalam pengarahan belajar dengan metode penemuan.
20
3. Aktivitas Belajar Matematika Aktivitas dalam belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan seharihari didalam kelas atau dalam istilah kata proses belajar mengajar. Aktivitas dalam belajar dilakukan bila keduanya hadir, adanya guru dan siswa. Di dalam belajar perlu adanya aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar itu adalah berbuat. Menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental, dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus saling berkaitan, kaitan antara keduanya akan membuahkan aktivitas belajar yang optimal Dari semua asas diktaktik dapat dikatakan aktivitas merupakan asas yang terpenting karena belajar merupakan suatu kegiatan. Tanpa kegiatan atau bergerak tak mungkin seorang dikatakan belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak aktivitas. Seperti yang terjadi di Indonesia kebanyakan sekolah tradisional hanya memberlakukan siswanya dengan aktivitas mendengar dan mencatat. Mereka menjadikan guru sebagai sentral dalam proses belajar mengajar dikelas, sedangkan siswa bersifat pasif dan menerima begitu saja. Siswa diibaratkan kertas putih, sedangkan guru adalah tintanya yang menulis apa saja yang diinginkan, dengan begitu siswa tidak mempunyai tujuan dalam aktivitas belajarnya. Oleh karena itu aktivitas belajar sangat penting dalam proses pembelajaran, karena ”hampir tidak pernah terjadi proses belajar mengajar tanpa adanya keaktifan individu / siswa yang belajar, dan ada pula keaktifan belajar kategori tinggi.”14 Aktivitas yang dilakukan siswa di dalam kelas sangatlah berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Dalam hal ini dapat diartikan sebagai contoh bahwa guru hanya memberikan kail ikan sedangkan siswa yang memancing. Besar kecilnya ikan yang di dapat tergantung dari aktivitas yang dilakukan. Kiasan ini sebenarnya memiliki makna yang sangat penting dalam aktivitas belajar mengajar. Sebab siswa harus aktif sendiri termasuk bagaimana strategi yang harus ditempuh untuk mendapatkan ilmu atau nilai. 14
M. Dalyono, Psikologi Pendidkan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), cet ke 4 hal. 195
21
Seperti yang telah dijelaskan aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar mengajar, kedua aspek harus selalu berkaitan, dengan begitu apapun yang dilakukan tidak terlepas dari tujuan belajar yang sebenarnya karena adanya aktivitas belajar, sebagai contoh seseorang itu sedang belajar dengan membaca. Secara fisik kelihatan bahwa orang itu sedang membaca menghadapi sebuah buku, secara pikiran dan sikap mentalnya tertuju pada buku yang dibaca, ini menunjukan adanya keserasian aktivitas, kalau sudah demikian belajar itu akan optimal. Meskipun orang telah mempunyai tujuan dalam belajar serta telah memilih set yang tepat untuk merealisir tujuan itu, namun tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan sangat dipengaruhi oleh situasi.
Setiap situasi
dimanapun dan kapan saja dapat memberi kesempatan belajar kepada seseorang. Situasi ini ikut menentukan set belajar yang dipilih. “Aktivitas belajar itu berhubungan dengan masalah belajar menulis, mencatat, memandang, mengingat, berfikir, latihan atau praktek, dan sebagainya” 15. Disamping itu, ada juga contoh aktivitas belajar yang lain seperti diskusi, hal ini merupakan salah satu diantarannya yang harus sering dilakukan siswa selain dari pada kehadiran di kelas.
Mengingat aktivitas belajar tersebut
merupakan credit poin siswa dalam pencapaian nilai yang baik. “Beberapa contoh aktivitas belajar”16: 1. Mendengarkan Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan. 2. Memandang Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Aktivitas memandang berhubungan erat dengan mata. Karena dalam memandang itu matalah yang memegang peranan penting.
15 16
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002 ), cet 1, h 38 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar…, h 38
22
3. Meraba, membau, dan mencicipi/mengecap Aktivitas meraba, membau, dan mengecap adalah indra manusia yang dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar. 4. Menulis atau mencatat Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari aktivitas belajar. 5. Membaca Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama belajar di sekolah. 6. Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi Ikhtisar atau ringkasan memang dapat membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang. 7. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan Aktivitas mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan jangan diabaikan untuk diamati, karena ada hal-hal tertentu yang tidak termasuk dalam penjelasan melalui tulisan. 8. Menyusun paper atau kertas kerja Dalam penyusunan paper tidak bisa sembarangan, tetapi harus metodologis dan sistematis. 9. Mengingat Mengingat merupakan gejala psikologis. Untuk mengetahui bahwa seseorang sedang mengingat sesuatu, dapat dilihat dari sikap dan perbuatannya. Perbuatan mengingat dilakukan bila seseorang sedang mengingat-ingat kesan yang telah dipunyai. 10. Berfikir Berfikir termasuk aktivitas belajar.
Dengan berfikir orang
memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antara sesuatu. 11. Latihan atau praktek Latihan merupakan cara yang baik untuk memperkuat ingatan.
23
Paul B. Dierdrich (2007) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang merupakan jenis-jenis aktivitas antara lain:17 1.
Visual activities seperti : membaca, memperhatikan, menggambar, mendemonstrasikan, percobaan, pekerjaan orang lain.
2. Oral activities seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, instrupsi,. 3. Listening activities seperti : mendengarkan urain, percakapan diskusi, pidato. 4. Writing activities seperti : menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin. 5. Drawing activities seperti : menggambar, membuat grafik, peta diagram, pola. 6. Motor activities seperti : melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang. 7. Mental activities seperti : menanggap, mengingat, memcahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional activities seperti : manaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup. Dari contoh-contoh dan jenis-jenis aktivitas yang sudah diuraikan di atas, terdapat beberapa aktivitas belajar matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing yang mengarah kepada langkah-langkah yang dilakukan siswa, antara lain: 1. Mental activities 2. Motor activities 3. Visual activities 4. Oral activities
17
Sardiman AM, Interaksi …, h 101
24
4.
Hubungan Aktivitas Belajar dengan Metode Penemuan Terbimbing Hakikat pekerjaan mengajar bukanlah melakukan sesuatu bagi siswa,
tetapi lebih berupa menggerakan siswa melakukan hal-hal yang dimaksudkan menjadi tujuan pendidikan.
“Tugas utama seorang guru bukanlah
menerangkan hal-hal yang terdapat dalam buku-buku, tetapi mendorong, memberikan inspirasi, memberikan motif-motif dan membimbing siswa dalam usaha mereka mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan”18 Metode
penemuan
terbimbing
merupakan
salah
satu
metode
pembelajaran yang bertujuan mengarahkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, tetapi tidak lepas dari bimbingan yang diberikan guru untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh siswa. “Dalam menggunakan metode penemuan terbimbing peranan guru adalah menyatakan persoalan, kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari persoalan itu dengan perintah-perintah atau dengan lembar kerja” 19. Siswa mengikuti petunjuk dan menemukan sendiri penyelesaiannya. Dalam metode penemuan terbimbing terdapat langkah-langkah dan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa yaitu: 1. Memahami masalah Untuk memahami masalah, aktivitas yang dilakukan siswa adalah aktivitas mental. 2. Melihat pola yang terjadi dan membuat dugaan Untuk melihat pola yang terjadi dan membuat dugaan aktivitas yang dilakukan siswa adalah aktivitas motor, aktivitas mental, aktivitas visual, aktivitas oral. 3. Menguji dugaan tersebut Aktivitas yang dilakukan siswa untuk menguji dugaan tersebut yaitu aktivitas visual, aktivitas mental, aktivitas motor. 4. Menyatakan dalam bentuk umum
18
85
19
H.C. Witherington, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999 ), cet ke 7, h
Al. Krismanto dan Widyaiswara, Beberapa Teknik Model, dan Strategi Dalam Pembelajaran Matematika, ( Yogyakarta: 2003 ), h 4
25
Aktivitas yang dilakukan siswa dalam menyatakan dugaan tersebut dalam bentuk umum yaitu aktivitas oral. Aktivitas belajar merupakan kegiatan sehari-hari yang dilakukan siswa di dalam kelas. Aktivitas akan terjadi bila adanya guru dan siswa, siswa akan aktif dalam proses pembelajaran dengan bimbingan guru, dengan begitu siswa akan dapat menemukan sesuatu yang baru bagi dirinya. Dari uraian di atas, hubungan antara aktivitas belajar dengan metode penemuan terbimbing tidak dapat dipisahkan, karena dengan metode penemuan terbimbing guru membimbing siswa untuk lebih aktif mencapai tujuan yang diinginkannya.
Hal ini sangat erat hubungannya dengan konsep metode
penemuan terbimbing yang mengarahkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan mendapat bimbingan dari guru untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
B. Penelitian Yang Relevan Sebagai bahan penguat penelitian tentang peningkatan aktivitas belajar matematika siswa dengan menggunakan metode penemuan terbimbing, penulis mengutip beberapa penelitian yang relevan diantaranya: 1. Hasil penelitian oleh Iman Sukirman (2006) tentang Perbandingan Hasil Belajar Matematika Antara Siswa yang Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing (Guided Discovery Lesson) dengan Siswa yang Menggunakan Metode Ekspositori, penelitian ini dilakukan di SMP Islam Al-Azhar BSD. Hasil penelitian adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan metode penemuan terbimbing dengan metode ekspositori. 2. Hasil penelitian oleh Laksmy Rathmila (2007) tentang Pengaruh Penggunaan Metode Discovery Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa. Hasil penelitian adalah terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan metode discovery terbimbing dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional.
26
C. Pengajuan Konseptual Intervensi / Perencanaan Tindakan Konsep atau pokok bahasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lingkaran, materi matematika pada kelas VIII semester genap yang meliputi : pengertian lingkaran, menentukan nilai phi, melukis lingkaran, menghitung keliling dan luas lingkaran, menghitung panjang busur, luas juring, luas tembereng, mengenal hubungan sudut pusat dan sudut keliling, menentukan besar sudut-sudut keliling. Pemilihan penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan aktivitas belajar matematika khususnya pada pokok bahasan lingkaran, karena pokok bahasan tersebut masih menjadi materi matematika yang dianggap sulit dan siswa membutuhkan contoh-contoh konkrit untuk meningkatkan pemahaman tentang materi lingkaran. Pengambilan konsep/pokok bahasan lingkaran ini juga disesuaikan dengan metode penemuan terbimbing. Dalam proses pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing siswa diarahkan dan dibimbing untuk aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga diharapkan proses pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.
D. Kerangka Berpikir Kegiatan pembelajaran matematika merupakan proses yang mengarahkan siswa untuk belajar aktif, agar pada diri siswa terjadi perubahan tingkah laku baik dalam pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan, serta kritis dalam berfikir. Keberhasilan proses pembelajaran matematika akan membentuk pola pikir dan intuisi yang matang dalam berbagai hal yang mempengaruhi kemampuan siswa berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan lingkungannya, yang kemudian dapat mempengaruhi masa depannya. Metode pembelajaran yang bisa mengarahkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran yaitu metode penemuan terbimbing.
Metode penemuan
terbimbing adalah salah satu metode pembelajaran yang bertujuan agar siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan aktifnya siswa tidak lepas dari bimbingan yang diberikan guru jika diperlukan. Aktivitas belajar adalah kegiatan sehari yang dilakukan guru dan siswa didalam kelas.
Aktivitas dalam belajar sangat diperlukan karena dapat
27
menciptakan suasana belajar menjadi tidak membosankan dan merupakan kredit point siswa untuk mendapat nilai yang baik. Skema kerangka berpikir
Proses pembelajaran matematika
Metode penemuan terbimbing
Memahami masalah
Melihat pola yang terjadi dan membuat dugaan
Menguji dugaan
Menyatakan dalam bentuk umum
LKSMP T
Aktivitas Mental
1. Aktivitas Motor 2. Aktivitas Mental 3. Aktivitas Visual 4. Aktivitas Oral
Aktivitas Belajar
1. Aktivitas Visual 2. Aktivitas Mental 3. Aktivitas Motor
Akivitas O r a l
28
Proses pembelajaran matematika merupakan kegiatan yang mengarahkan siswa untuk belajar aktif agar pada diri siswa terjadi perubahan tingka laku baik dalam hal pengetahuan, kemampuan dan keterampilan dalam berfikir. Untuk mencapai suatu proses pembelajaran matematika yang baik, metode pembelajaran merupakan salah satu unsur yang dapat menentukan tingkat keberhasilan proses pembelajaran. Dalam pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan peserta didik baik dari segi umur, latar belakang, dan tingkat kecerdasaan.
Beberapa contoh metode pembelajaran matematika metode
ceramah, metode diskusi, metode demonstrasi, dan metode penemuan. Salah satu metode pembelajaran matematika yang mengarahkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran matematika adalah metode penemuan. Metode penemuan itu terbagi menjadi dua yaitu metode penemuan terbimbing dan metode penemuan tidak terbimbing. Metode penemuan terbimbing merupakan salah satu metode pembelajaran matematika yang lebih mengarahkan siswa mendominasi proses pembelajaran, yang bertujuan agar siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, melatih belajar sendiri, dan menemukan sendiri konsep-konsep yang menjadi objek pembelajaran. Peranan guru dalam metode penemuan terbimbing adalah membimbing atau mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sedangkan peranan guru dalam metode penemuan tidak terbimbing adalah guru tidak membimbing siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan, namun metode penemuan tidak terbimbing juga bertujuan agar siswa aktif dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah dan aktivitas yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing adalah memahami masalah (aktivitas mental), melihat pola yang terjadi dan membuat dugaan (aktivitas motor), menguji dugaan tersebut (aktivitas visual), menyatakan dalam bentuk umum (oral activities), sehingga suasana yang terjadi di dalam kelas dengan metode penemuan terbimbing akan lebih menarik dan tidak membosankan dan siswa akan aktif untuk mendapatkan yang diinginkan.
29
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dipaparkan di atas, metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.
156 BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Islam Plus Mardhotilah kelas VIII, keseluruhan populasi siswa kelas VIII di SMP Islam Plus Mardhotilah berjumlah 26 orang. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian akan dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2008/2009 berlangsung selama satu bulan. Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian / Siklus Siklus
1
Hari / Tanggal Senin, 2 Februari 2009
Kamis, 5 Februari 2009
-
Jumat, 6 Februari 2009
-
Senin, 9 Februari 2009
-
Kamis, 5 Februari 2009
-
Jumat, 6 Februari 2009
-
Senin, 16 Februari 2009 Kamis, 19 Februari 2009 Jumat, 20 Februari 2009
-
2
3
Pembahasan Pengertian lingkaran Unsur-unsur lingkaran Bagian-bagian lingkaran Menghitung keliling lingkaran dan luas lingkaran Menggunakan hubungan sudut pusat dan sudut keliling Hubungan panjang busur, luas juring dan luas tembereng Menghitung panjang garis singgung dan garis singgung persekutuan Menghitung panjang tali minimal Lingkaran dalam segitiga Lingkaran luar segitiga Lingkaran singgung segitiga
B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas atau classroom action research, yaitu “penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran,’ 1 mutu praktik yang mengarahkan proses pembelajaran bisa lebih atau meningkat.
“Penelitian
tindakan kelas ini adalah usaha guru untuk dapat mengorganisasikan kondisi 1
Suharsimi,dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h.58.
31 praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri.”2 Metode penelitian kelas ini dilakukan pada pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan tebimbing untuk meningkatkan aktifitas belajar matematika siswa dengan pokok bahasan lingkaran. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga siklus, dimana tiap-tiap siklus terdiri dari “empat tahapan penting dalam penelitian tindakan kelas, yaitu:” 3 1. Perencanaan (Planning) Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Peneliti menyiapkan skenario pembelajaran dan instrumen penelitian yang terdiri atas lembar soal-soal latihan, lembar tes formatif, lembar angket aktifitas, lembar observasi dan lembar wawancara. 2. Tindakan (Acting) Tahap kedua dari penelitian ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau isi rancangan, yaitu menggunakan tindakan kelas. 3. Pengamatan (Observation) Tahap
ketiga
mengobservasi
yaitu
keaktifan
selama dan
tahap
respon
pelaksanaan
siswa
terhadap
peneliti skenario
pembelajaran yang telah dibuat peneliti. Dengan menggunakan lembar observasi. 4. Refleksi (Reflecting) Pada tahap ini, hasil yang didapat dari observasi dikumpulkan dan dianalisa bersama oleh peneliti dan guru, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Hasil
2
Rochiati Wiraatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), Cet. 1, h. 13. 3 Suharsimi,dkk., Penelitian …, h.20.
32 analisis tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Adapun desain penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan digambarkan sebagai berikut :
Permasalahan Kurangnya aktivitas belajar matematika siswa
Siklus 1
Perencanaan
Pelaksanaan
tindakan 1
tindakan 1
Observasi
Refleksi 1
tindakan 1
Siklus 2
Permasalahan baru hasil refleksi I
Perencanaan
Pelaksanaan
Observasi
tindakan 2
tindakan 2
tindakan 2
Refleksi 2
Siklus 3
Permasalahan baru hasil refleksi 2
Perencanaan
Pelaksanaan
Observasi
tindakan 3
tindakan 3
tindakan 3
Gambar 1 Desain Penelitian Tindakan Kelas Catatan:
Refleksi 3
Apabila permasalahan belum terselesaikan dilanjutkan ke siklus selanjutnya
33 C. Subjek Penelitian Subjek penelitian yang dimaksud mengarah pada objek yang menjadikan sasaran penelitian ini, subjek penelitian ini adalah siswa SMP Islam Plus Mardhotilah kelas VIII tahun ajaran 2008/2009.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai perancang dan pelaksana kegiatan.
Peneliti membuat perencanaan kegiatan, melaksanakan kegiatan,
melakukan pengamatan, mengumpulkan dan menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti dibantu seorang guru, guru ini adalah guru mata pelajaran matematika kelas VIII yang bertindak sebagai observer (pengamat).
E. Tahapan Perencanaan Kegiatan Tahap penelitian ini dimulai dengan kegiatan pendahuluan (tahap prapenelitian) yang akan dilanjutkan dengan siklus 1, setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus 1 penelitian akan dilanjutkan dengan siklus 2 dan seterusnya. Adapun tahapan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan digambarkan sebagai berikut:
Tahapan Penelitian Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Pendahuluan 1) Wawancara dengan guru dan beberapa siswa. 2) Observasi proses pembelajaran di kelas penelitian. 3) Memberikan angket aktivitas belajar matematika kepada siswa. 4) Observasi skor awal belajar matematika siswa.
Tahapan Penelitian Siklus I SIKLUS I
I. Tahap Perencanaan a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I. b. Menyiapkan tempat kelas penelitian.
34 c. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan. d. Menyiapkan LKSMPT e. Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru. f. Menyiapkan soal tes formatif. g. Menyiapkan soal tes akhir siklus I. h. Menyiapkan alat dokumentasi. II. Tahap Pelaksanaan a. Memberikan LKSMPT b. Penyampaian materi. c. Siswa melakukan proses pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing. d. Memberikan soal tes formatif. e. Guru membimbing siswa untuk memahami, menganalisa, melihat pola, menguji jawaban dan menyatakan masalah dalam proses pembelajaran. f. Memberikan soal tes akhir siklus I. g. Penilaian soal tes formatif dan tes akhir siklus. h. Dokumentasi III. Tahap Observasi a. Peneliti dan observser mengobservasi proses pembelajaran siswa b. Peneliti dan observser mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran c. Mendokumentasikan kegiatan siswa IV. Tahap Refleksi Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan siklus I yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya
Tahapan Penelitian Siklus II SIKLUS II I. Tahap Perencanaan a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II dengan ditambah hasil refleksi pada siklus I.
35 b. Membentuk 6 kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa setiap kelompok, yang dipilih dengan mengurutkan nomor absen. c. Menyiapkan tempat kelas penelitian d. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan. e. Menyiapkan LKSMPT f. Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru. g. Menyiapkan soal tes formatif. h. Menyiapkan soal tes akhir siklus I. i. Menyiapkan alat dokumentasi. II. Tahap Pelaksanaan a. Mempersilakan siswa untuk duduk pada kelompoknya masing-masing b. Memberikan LKSMPT c. Penyampaian materi. d. Memberikan soal tes formatif siswa. e. Guru membimbing siswa untuk memahami, menganalisa, melihat pola, menguji jawaban dan menyatakan masalah dalam proses pembelajaran. f. Membahas soal tes akhir sklus I g. Memberikan soal tes akhir siklus II. h. Penilaian hasil tes formatif dan tes akhir siklus II. i. Dokumentasi. III. Tahap Observasi a. Peneliti dan observer mengobservasi proses pembelajaran siswa b. Peneliti dan observer mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran c. Mendokumentasikan kegiatan siswa IV. Tahap Refleksi Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan siklus II yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya.
36
Tahapan Penelitian Siklus III SIKLUS III I. Tahap Perencanaan a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus III dengan dtambah hasil refleksi siklus II. b. Membentuk kelompok, kelompok diperkecil menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 5-6 orang siswa setiap kelompok, yang dipilih berdasarkan tingkat prestasi siswa. c. Menyiapkan tempat kelas penelitian d. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan. e. Menyiapkan LKSMPT f. Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru. g. Menyiapkan angket aktivitas belajar matematika siswa. h. Menyiapkan soal tes formatif. i. Menyiapkan soal tes akhir siklus III. j. Menyiapkan alat dokumentasi. II. Tahap Pelaksanaan a. Mempersilakan siswa untuk duduk pada kelompoknya masing-masing b. Memberikan LKSMPT c. Penyampaian materi. d. Memberikan tes formatif siswa. e. Guru membimbing siswa untuk memahami, menganalisa, melihat pola, menguji jawaban dan menyatakan masalah dalam proses pembelajaran. f. Memberikan soal tes akhir siklus III. g. Penilaian hasil tes formatif siswa dan tes akhir siklus III h. Mewawancarai guru dan siswa. i. Memberikan angket aktivitas belajar siswa j. Dokumentasi. III. Tahap Observasi a. Peneliti dan observser mengobservasi proses pembelajaran siswa
37 b. Peneliti dan observer mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran c. Mendokumentasikan kegiatan siswa IV. Tahap Refleksi Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan siklus III
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Hasil penelitian yang diharapkan adalah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu meningkatkan aktifitas belajar matematika siswa kelas VIII SMP Islam Plus Mardhotilah dengan menggunakan metode penemuan terbimbing dalam pembelajarannya. Berdasarkan analisis tersebut, ditentukan apakah siklus selanjutnya perlu dilanjutkan atau tidak, sedangkan penelitian akan diakhiri atau dihentikan dengan indikator keberhasilan sebagai berikut : 1). Hasil pengamatan melalui lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa menunjukkan bahwa siswa memiliki aktifitas yang baik menggunakan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran dengan skor rata-rata yang didapat siswa 27 (baik). 2). Tes yang diberikan pada setiap akhir siklus menunjukkan, bahwa siswa mendapat skor rata-rata 75.
G. Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif 1. Data kualitatif: hasil observasi proses pembelajaran, hasil wawancara terhadap guru dan siswa, hasil angket aktifitas belajar matematika siswa, hasil dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran). 2. Data kuantitatif: nilai tes akhir siklus dan nilai ulangan harian siswa. Sumber data : sumber data dalam penelitian ini adalah guru, siswa, pihak-pihak sekolah dan peneliti.
38 H. Instrumen-instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu: 1. Instrumen Tes Untuk tes digunakan tes formatif yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus, dan tes subsumatif yang diberikan pada akhir pembelajaran, tes ini bertujuan untuk menganalisis ketuntasan belajar siswa terhadap seluruh materi yang telah diberikan pada ketiga siklus.
Tes formatif ini berupa soal essay
sebanyak 5 soal, tes ini digunakan sebagai pendukungpeneliti untuk melakukan penelitian. 2. Instrumen Non Tes Dalam instrumen non tes ini digunakan instrumen sebagai berikut: a. Lembar Observasi Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran terlaksana dengan baik, bagaimana interaksi yang terjadi di kelas, bagaiman aktifitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung, serta untuk mengetahui kekurangan dalam proses pembelajaran. Observasi ini dilakukan oleh guru matematika kelas VIII di SMP Islam Plus Mardhotilah Jakarta.
Lembar observasi ini
digunakan untuk menganalisa dan merefleksi setiap siklus untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya. b. Angket Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket skala sikap model Likert, yang digunakan untuk mengetahui respon siswa sebelum dan setelah mereka melaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing.
Angket ini
diberikan di awal dan di akhir dan angket ini sudah di validitasi oleh dosen pembimbing c. Lembar Wawancara Peneliti mewawancarai guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui
39 gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dan masalah-masalah yang dihadapi di kelas.
I. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mewawancarai guru dan siswa, siswa menyelesaikan soal tes tiap akhir siklus, memberikan angket aktifitas belajar matematika pada siswa di awal dan di akhir siklus 3, melakukan observasi ketika proses belajar mengajar berlangsung dan untuk melengkapi hasil penelitian pengumpulan data juga dilakukan dengan memberikan angket persepsi siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing. Hasil setiap pengamatan didiskusikan oleh peneliti bersama guru kolaborator pada saat menganalisis data untuk membuat tindakan pada siklus berikutnya.
J.
Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Studi Untuk memperoleh data yang valid, yaitu yang objektif, sahih dan handal
dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi, saturasi, dan member chek, diantaranya: 1. Teknik triangulasi yaitu: menggali data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara yang berbeda. Untuk memperoleh informasi tentang aktivitas siswa dilakukan dengan mengobservasi siswa. 2. Teknik member chek yaitu: memeriksa kembali data-data yang telah terkumpul, baik tentang kejanggalan-kejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya dan mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis Proses analisis data terdiri atas analisis data pada saat di lapangan yaitu pada saat pelaksanaan kegiatan dan analisis data yang sudah terkumpul yaitu data yang sudah terkumpul berupa hasil wawancara, hasil skor angket aktifitas belajar,
40 hasil observasi dan hasil tes siswa. Semua data di analisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Untuk instrumen angket aktivitas, bentuk angket yang digunakan bersifat langsung dan tertutup, angket diberikan kepada siswa dan langsung memilih jawaban yang telah disediakan dalam item pernyataan. Adapun format respon angket yang digunakan adalah model skala likert yang mempunyai 5 alternatif pilihan jawaban, yakni: 1. Sangat setuju (SS) 2. Setuju (S) 3. Ragu-ragu (R) 4. Tidak setuju (TS) 5. Sangat tidak setuju (STS) Untuk pemberian skor pada skala likert ini, jawaban diberi bobot dengan nilai kuantitatif. Seperti tampak pada tabel berikut: Tabel 3.2 Pemberian Skor Pada Skala Likert No
Kategorisasi jawaban
1
Butir angket Fositif
Negatif
Sangat setuju (SS)
5
1
2
Setuju (S)
4
2
3
Ragu-ragu (R)
3
3
4
Tidak setuju (TS)
2
4
5
Sangat tidak setuju (STS)
1
5
Untuk menganalisis setiap aspek aktivitas digunakan teknik analisis secara deskriptif dengan menggunakan rumus sebagai berikut: P=
f x 100 % s
Keterangan : P = persentase f = frekuensi jawaban responden
s = jumlah responden
41
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan Setelah tindakan pertama (siklus 1) selesai dilakukan dan hasil yang diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu peningkatan aktifitas belajar matematika maka akan di lanjuti pada siklus selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran. Penelitian ini berakhir, apabila peneliti menyadari bahwa penelitian ini telah berhasil menggunakan metode penemuan terbimbing dalam meningkatkan aktifitas belajar matematika siswa. Banyak faktor lain yang ikut mempengaruhi aktifitas belajar matematika siswa, untuk itu masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan faktor-faktor lain tersebut.
42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Kegiatan Pendahuluan 1). Wawancara dengan guru dan beberapa siswa. Wawancara dengan guru dilakukan, bertujuan untuk mengetahui metode apa yang dipakai dalam proses pembelajaran matematika serta untuk mengetahui apakah siswa aktif belajar matematika dengan metode yang diberikan dan kendala atau kesulitan apa saja yang dihadapi dalam mengajar matematika. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru sebelum penelitian, metode yang dipakai guru dalam proses pembelajaran beraneka ragam, guru (kolabolator) ”saya sudah mencoba beberapa metode dalam proses pembelajaran matematika seperti metode ceramah, demonstrasi dan kelompok”.
Ketika
ditanyakan apakah siswa aktif belajar matematika dengan metode yang ibu diberikan, guru (kolabolator) ”kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajarn matematika, dikarenakan memang sekolah ini baru berdiri” dan menurut guru (kolabolator) kesulitan yang dihadapi yaitu ”saya harus ekstra perhatian kepada siswa agar bias aktif dalam proses pembelajaran”. Wawancara dengan beberapa siswa dilakukan, bertujuan tanggapan siswa terhadap pelajaran matematika dan tanggapan siswa terhadap metode yang diberikan guru dalam mengajar matematika. Hasil wawancara dengan beberapa siswa, banyak siswa yang tidak senang dengan pelajaran matematika, ada yang memberikan tanggapan ”pelajaran matematika bikin saya pusing pak dan banyak rumusnya” , ada juga yang memberiakn tanggapan ”gurunya galak pak jadi saya engga suka pelajaran matematika”.
Ketika ditanya apakah kamu
megerti penjelasan guru dengan metode yang diberikan, beberapa siswa memberikan tanggapan “kadang-kadang mengerti sih pak”, ada juga siswa yang memberikan tanggapan “saya engga mengerti penjelasan guru”. Hasil lembar wawancara dan kutipannya dapat dilihat pada lampiran 14 (hal.128).
43 2). Observasi proses pembelajaran di kelas penelitian. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui keadaan awal aktivitas siswa selama proses pembelajaran sebelum peneliti melakukan penelitian. Dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, didapat skor awal rata-rata observasi aktivitas belajar matematika siswa sebagai berikut: Tabel 4.1 Skor Awal Rata-rata Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Sebelum Penelitian No
Dimensi
Rata-Rata Keseluruhan
1
Mental Aktifitas
3,37
2
Motor aktifitas
2,8
3
Visual Aktivitas
2,73
4
Oral Aktifitas
2,77
Jumlah Skor Rata-Rata Keseluruhan
11,67
Keterangan Skor RKeterangan Jumlah Skor Rata-Rata Keseluruhan 8 – 14 = Kurang 14 – 20 = Cukup
20 – 26 = Baik 26 – 32 = Sangat Baik
Berdasarkan tabel 4.1 di atas didapat bahwa skor awal aktivitas belajar matematika siswa sebelum menggunakan metode penemuan terbimbing rendah, dari semua siswa hanya mendapat skor rata- rata 11,67 dengan kategori aktivitas belajar matematika siswa kurang atau rendah. Lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa dapat dilihat pada lampiran 8 (hal. 105). Pada tahap perencanaan siklus I, II dan III, yang menjadi target peneliti adalah peneliti ingin mengetahui apakah aktivitas belajar matematika siswa
44 meningkat dengan metode penemuan terbimbing melalui lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa.
3). Memberikan angket aktivitas belajar matematika kepada siswa Pemberian angket ini bertujuan untuk melihat sikap siswa terhadap
aktivitas
belajar
matematika
sebelum
menggunakan metode penemuan terbimbing.
dan
setelah
Hasil observasi awal
didapat skor awal sikap siswa terhadap aktivitas belajar matematika sebelum menggunakan metode penemuan yaitu dengan skor rata-rata 64.5 dari seluruh siswa, jadi aktivitas belajar matematika siswa sebelum menggunakan metode terbimbing tergolong rendah. Dari 20 item pertanyaan angket (valid) yang diberikan, banyak siswa yang kurang aktif dalam mengingat masalah, hal ini diakibatkan karena siswa males dalam mengingat masalah yang pernah dihadapi. Pada tahap perencanaan siklus I, II dan III, yang menjadi target peneliti adalah peneliti ingin mengetahui apakah aktivitas belajar matematika siswa meningkat dengan metode penemuan terbimbing. Lembar angket aktivitas belajar matematika siswa dapat dilihat pada lampiran 13 (hal. 125).
4). Observasi skor awal hasil belajar matematika siswa. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui nilai awal hasil relajar matematika siswa sebelum menggunakan metode penemuan terbimbing. Dari hasil observasi terhadap nilai awal hasil relajar matematika siswa, didapat nilai awal hasil belajar matematika siswa sebagai berikut: Tabel 4.2 Rangkuman Nilai Awal Hasil Belajar Matematika Siswa Jumlah Siswa (N)
26
X
57,19
X Min
52
X Mak
77
SD
6,42
45 Berdasarkan tabel 4.2 di atas didapat bahwa nilai awal hasil belajar matematika siswa sebelum menggunakan metode penemuan terbimbing rendah, dari semua siswa hanya mendapat skor rata- rata 57,19. Untuk perhitungan statistik nilai awal belajar matematika siswa dapat dilihat pada lampiran 33 (hal. 151). 2. Tahapan Siklus I a. Tahap Perencanaan 1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini dibuat sebagai acuan peneliti untuk menyampaikan materi yang akan diajarkan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini dapat dilihat pada lampian 1 (hal. 80). 2) Menyiapkan tempat kelas penelitian. Tempat penelitian yang disiapkan yaitu ruang kelas VIII SMP Islam Plus Mardhotilah 3) Menyiapkan materi dan bahan ajar untuk setiap pertemuan. Materi yang disiapkan yaitu lingkaran sebagai pokok bahasan dengan sub pokok bahasannya adalah pada pertemuan pertama materi yang di ajarkan yaitu: pengertian lingkaran, unsur-unsur lingkaran dan bagianbagian lingkaran, pada pertemuan kedua materi yang di ajarkan yaitu: menghitung keliling dan luas lingkaran, pada pertemuan ketiga materi yang di ajarkan yaitu: menggunakan hubungan sudut pusat dan sudut keliling. Bahan ajar yang digunakan yaitu LKSMPT (Lembar Kerja Siswa Metode Penemuan Terbimbing). Lembar Kerja Siswa Metode Penemuan Terbimbing (LKSMPT) ini disiapkan sebagai bahan bacaan siswa. LKSMPT dapat dilihat pada lampiran 2 (hal. 98). 4) Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru. Lembar observasi disiapkan untuk mengamati aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa dan guru selama proses pembelajaran.
lembar
observasi siswa dan guru dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9 (hal. 105 dan 119). 5) Menyiapkan soal. Soal-soal disiapkan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang diajarkan, soal-soal ini berbentuk uraian singkat.
46 6) Menyiapkan soal tes akhir siklus I. Soal-soal tes ini berbentuk tes tertulis sebanyak 5 soal, soal ini disiapkan sebagai pendukung dari lembar observsi siswa untuk mengetahui sejauhmana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Soal-soal ini dan jawabannya dapat dilihat pada lampiran 22 (hal. 138). 7) Menyiapkan alat dokumentasi.
b.
Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan siklus I terdiri dari tiga kali pertemuan dengan
pokok bahasan lingkaran, materi yang di ajarkan yaitu: 1) Pada pertemuan pertama materi yang di ajarkan yaitu pengertian lingkaran, unsur-unsur lingkaran dan bagian-bagian lingkaran 2) Pada pertemuan kedua materi yang di ajarkan yaitu: menghitung keliling dan luas lingkaran 3) Pada pertemuan ketiga materi yang di ajarkan yaitu: menggunakan hubungan sudut pusat dan sudut keliling. Adapun uraian proses pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut: 1)
Pertemuan pertama / Senin, 2 Februari 2009 Kegiatan belajar matematika di kelas VIII pada hari senin 2
Februari 2009 dimulai pukul 07.40-09.00 WIB, guru matematika hadir untuk membantu peneliti dalam melaksanakan kegiatan hari ini. Sebelum proses pembelajaran pada pertemuan pertama dimulai, peneliti dan siswa berdoa bersama, lalu peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan peneliti menggantikan guru matematika untuk beberapa pertemuan, selain itu peneliti juga memperkenalkan metode penemuan terbimbing yang digunakan peneliti untuk melakukan proses pembelajaran, ketika peneliti sedang menjelaskan maksud dan tujuan peneliti, ada siswa yang bertanya “berapa lama Bapak menggantikan guru”, peneliti “insya Allah 1 bulan atau sekitar 9 kali pertemuan, ada yang mau bertanya lagi?”, siswa “tidak Pak..”.
Setelah selesai menjelaskan maksud dan
tujuan peneliti, lalu peneliti mengabsen siswa, siswa yang tidak hadir pada pertemuan pertama ada 1 siswa (tidak ada keterangan). Setelah selesai
47 mengabsen penliti memberikan lembar observasi guru dan siswa kepada observer. Pada pertemuan pertama materi yang diberikan pengertian lingkaran, unsur-unsur lingkaran dan bagian-bagian lingkaran.
Lalu
peneliti membagikan Lembar Kerja Siswa Metode Penemuan Terbimbing (LKSMPT) sebagai bahan bacaan siswa, kemudian peneliti menjelaskan materi yang ada pada LKSMPT yang sudah peneliti berikan.
Ketika
peneliti menjelaskan materi yang diajarkan, masih banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan masih banyak yang mengobrol dengan temannya, pada pertemuan ini belum ada siswa yang bertanya, hal ini dikarenakan belum berani siswa bertanya langsung dengan guru dan peneliti.
Setelah selesai menjelaskan materi pada pertemuan pertama,
siswa menyelesaikan soal-soal yang ada pada LKSMPT dengan tipe dan bentuk soal essay, untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami tentang bahan ajar yang dijelaskan peneliti. Ketika siswa sedang menyelesaikan soal yang diberikan suasana kelas gaduh, hal ini disebabkan karena masih ada siswa yang mundar-mandir melihat jawaban temanya, tetapi ada juga siswa yang menyelesaikan dengan kemampuanya. Selanjutnya peneliti dan guru berkeliling mengamati aktivitas siswa dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soalsoal latihan. Dari pengamatan guru dan peneliti masih banyak siswa yang bergantung pada jawaban temannya Pada pertemuan pertama ini salah satu kendala yang dihadapi adalah kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran, masih banyak siswa yang menjawab soal masih bergantung pada temanya. Akan tetapi dengan bimbingan dan arahan dari guru dan peneliti kendala tersebut dapat diminimalisir. Diakhir pembelajaran, peneliti mengarahkan siswa agar mempelajari materi menentukan rumus keliling dan luas lingkaran untuk pertemuan selanjutnya. 2) Pertemuan kedua/ Jum’at, 5 Februari 2009 Proses pembelajaran pada pertemuan kedua dimulai pada pukul 12.40-14.00. Sebagaimana pada pertemuan sebelumnya kegiatan belajar di awali dengan berdoa bersama dan peneliti mengabsen siswa, siswa yang
48 tidak hadir pada pertemuan kedua ada 7 orang, lalu peneliti memberikan lembar observasi guru dan siswa kepada observer. Materi yang diajarkan menentukan rumus keliling dan luas lingkaran.
Sebelum menjelaskan
materi yang ingin diajarkan, peneliti menanyakan kembali tentang materi pada pertemuan 1”sudah mengerti atau belum”?, siswa “insya Allah Pak mengerti…”.
Seperti pertemuan sebelumnya peneliti membagikan
LKSMPT sebagai bahan bacaan siswa, setelah itu peneliti menjelaskan materi yang ingin diajarkan, ketika peneliti sedang menjelaskan materi masih ada siswa yang mengobrol pada temanya dan tidak memperhatikan penjelasan peneliti, lalu peneliti bertanya “apakah sudah jelas materi yang dijelaskan”?, sedikit sekali siswa yang berani bertanya, siswa “mengerti pak…tapi engga semuannya hehe..”, hal ini dapat dimaklumi karena masih banyak siswa yang belum berani atau biasa bertanya didepan umum. Selanjutnya peneliti memberikan soal-soal yang ada pada LKSMPT tentang menghitung keliling dan luas lingkaran untuk diselesaikan. Kemudian peneliti dan observer bekeliling untuk mengetahui sejauh mana aktivitas siswa dalam mengerjakan soal-soal dan membimbing siswa yang kesulitan untuk menjawab soal yang diberikan. Pada pertemuan 2 ini masih banyak siswa yang masih kesulitan untuk menyelesaikan soal Pada pertemuan kedua ini hanya beberapa siswa yang menjawab tanpa bantuan teman, tetapi masih banyak siswa yang masih bergantung pada jawaban temannya. Dalam hal ini jelas bahwa interaksi antara guru dan siswa sangatlah penting dalam proses pembelajaran agar siswa tidak jenuh dan aktif dalam belajar matematika. Sebelum menutup pelajaran peneliti mengarahkan siswa agar mempersiapkan diri untuk menghadapi tes akhir siklus I. 3) Pertemuan ketiga / jum’at, 6 Februari 2009 Pada pertemuan ketiga proses pembelajaran dimulai pada pukul 09.40-11.00. Sebelum melakukan proses pembelajaran peneliti berdoa bersama-sama, selesai berdoa peneliti mengabsen siswa, siswa yang tidak hadir pada pertemuan ini ada 3 siswa, lalu peneliti memberikan lembar observasi guru dan siswa kepada observer dan peneliti mempersiapkan materi yang ingin di ajarkan. Materi yang di ajarkan pada peremuan
49 ketiga ini yaitu: hubungan sudut pusat dan sudut keliling. Seperti pertemuan
sebelumnya
peneliti
menyampaikan
materi,
peneliti
memberikan LKSMPT untuk bahan bacaan siswa dan menanyakan materi yang belum dimengerti pada pertemuan sebelumnya, peneliti “apa ada yang belum dimengerti materi pada pertemuan sebelumnnya, kalau belum ada yang di mengerti ditanyakan saja, karena hari ini kita akan melakukan tes akhir siklus dan materinya yang sudah dijelaskan pada pertemuan 1, 2 dan 3”. Pada pertemuan ini sudah terlihat siswa yang berani untuk bertanya, siswa “pak..kalau mencari luas daerah yang diarsir gimana caranya, soal yang nomor 5 pada pertemuan 2 itu loh pak”, peneliti “dicari luas lingkaran terlebih dahulu, lalu dicari luas lingkaran yang diarsir karena luas daerah yang diarsir ¼ lingkaran, maka rumus luas lingkarannya dikali ¼, setelah itu luas lingkaran dikurang luas lingkaran yang diarsir, sudah paham belum...?”, siswa “oh..begitu pak..”. Setelah selesai menanyakan materi yang belum dimengerti, peneliti menjelaskan materi pada pertemuan ini, ketika peneliti sedang menjelaskan masih terlihat siswa yang mengobrol dengan temannya dan tidak memperhatikan penjelasan peneliti.
Selesaikan memberikan
penjelasan tentang materi yang diajarkan, peneliti menanyakan kembali materi yang belum jelas, peneliti “sudah paham semua atau belum...?”, siswa “insya allah mengerti pak...”, lalu siswa menyelesaikan soal-soal yang ada pada LKSMPT dalam waktu 15 menit. Ketika siswa sedang menyelsaikan soal peneliti dan observer berkeliling untuk membimbing siswa yang kesulitan untuk menjawab soal. Pada pertemuan ini siswa yang ketergantungan dengan jawaban temannya masih terlihat. Pada pertemuan ketiga ini, dilaksanakan juga tes akhir siklus I. Tes ini diberikan kepada seluruh siswa kelas VIII untuk mengetahui sampai mana siswa memahami materi pada siklus 1, soal-soal tes akhir siklus 1 ini berupa soal essay yang berjumlah 5 soal dan berlangsung selama 40 menit. Pada saat tes berlangsung ketergantungan siswa pada temannya dalam menjawab soal masih sangat terlihat. Setelah itu peneliti menutup pelajaran dengan mengarahkan siswa untuk mempelajari pertemuan selanjutnya, lalu peneliti dan observer serta siswa berdoa bersama.
50 c. Tahap Observasi Tahap observasi ini pada dasarnya berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan guru
(observer) yang mencatat seluruh aktivitas siswa dan hal-hal yang terjadi pada setiap pertemuan selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan tentang aktivitas belajar matematika siswa pada siklus I melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Skor Rata-rata Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Selama Pembelajaran Pada Siklus I No
Pertemuan
Dimensi
Rata-Rata
1
2
3
Keseluruhan
1
Mental Aktifitas
4,42
4,9
4,73
4,68
2
Motor aktifitas
1,96
3,7
4,43
3,37
3
Visual Aktivitas
2,53
5,25
4,91
4,23
4
Oral Aktifitas
4,45
4,75
4,99
4,73
Jumlah Skor Rata-Rata Keseluruhan
17,01
Keterangan Jumlah Skor Rata-Rata Keseluruhan 8 – 14 = Sangat Kurang 14 – 20 = Kurang 20 – 26 = Cukup 26 – 32 = Baik Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa dari 4 dimensi aktivitas yang diamati pada pertemuan 1, 2 dan 3 skor rata-rata aktivitas belajar matematika siswa pada siklus I yaitu 17,01 dengan kategori aktivitas belajar siswa pada tingkatan cukup. Dalam hal ini siswa belum menunjukkan aktivitas belajar yang baik dalam belajar matematika. Dari hasil observasi terlihat siswa belum mempunyai aktivitas motor atau siswa tidak aktif dalam melakukan percobaan dan tidak berusaha untuk memecahkan masalah
51 yang dihadapi. Ketika tes siklus I dilaksanakan hanya beberapa siswa yang tampak tekun dalam menjawab soal dan beberapa siswa masih bergantung pada teman dalam menjawab soal yang diberikan.
Gambar 2 Aktivitas Siswa Mengerjakan Tes Akhir Siklus I Pada pertemuan ketiga dilaksanakan tes akhir siklus I. Hasil tes belajar matematika tersebut disajikan dalam Tabel sebagai berikut Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir Siklus 1 frekuensi f relatif komulatif Interval komulatif (fk) (frk) ≤ ≤ 30 – 38 1 4,35% 39 – 47 1 4,35% 48 – 56 2 8,7% 57 – 65 12 52,17% 66 – 74 19 82,60% 75 - 84 23 100% Keterangan: Jumlah siswa
= 23
Rata-rata
= 65,30
Nilai tertinggi = 84
Nilai terendah
= 30
SD
= 9,8
Berdasarkan keterangan dan tabel 4.4 dapat diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 65,30 dengan frekuensi relatifnya 52,17%. Meskipun nilai rata-rata kelas yang diperoleh > 60,0 akan tetapi belum mencapai skor rata-rata yang ingin dicapai yaitu 75, untuk perhitungan statistik skor akhir siklus I dapat dilihat pada lampiran 35 (hal. 153). Hasil tes akhir siklus I disajikan dalam histogram dan poligon sebagai berikut
52
Frekuensi
y
10 7 4
1 x 30,5
38,5
47,5
56,5
65,5
74,5
84,5
Nilai Gambar 3 Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Tes Akhir Siklus I d. Tahap Refleksi Berdasarkan hasil observasi pada siklus diperoleh skor rata-rata aktivitas belajar matematika siswa mencapai 17,01. Hasil Observasi ini belum menunjukkan bahwa indikator aktivitas belajar matematika siswa tercapai, yaitu dengan skor rata-rata aktivitas belajar matematika siswa dapat mencapai 27. Adapun aspek aktivitas yang perlu ditingkatkan untuk siklus selanjutnya adalah melakukan percobaan, karena sesuai data observasi yang diperoleh pada siklus I tidak ada siswa yang aktif untuk melakukan percobaan ketika siswa menyelesaikan masalah yang dihadapi, dan kurang aktifnya siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya serta masih sedikit sekali siswa yang aktif untuk menguji jawaban dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Untuk hasil tes akhir siklus I diperoleh hasil belajar siswa mencapai nilai rata-rata 65,30. Hasil tes akhir siklus ini menunjukkan bahwa indikator keberhasilan belum tercapai, dimana skor rata-rata tes hasil belajar siswa yang ingin dicapai adalah 75. Adapun hal yang perlu ditingkatkan adalah bimbingan peneliti dan Observer terhadap siswa yang
53 hasil belajarnya masih rendah dan lebih perhatian mendampingi siswa saat mengerjakan tugas atau soal latihan agar siswa bisa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Hasil refleksi pada siklus 1 disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil Refleksi Pada Siklus 1 Kelebihan
Kekurangan
Solusi
Aktivitas siswa dalam
kurang aktifnya siswa
membuat kelompok dalam proses
merumuskan masalah
dalam melihat pola
pembelajaran yang terdiri dari 4-5
Aktifnya siswa dalam
kurang aktifnya siswa
siswa setiap kelompok (6
hal menyatakan maslah
dalam melakukan
kelmpok), yang dipilih menurut
percobaan
nomor absen siswa.
2. Tahapan Siklus II a. Tahap Perencanaan 1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini dibuat sebagai acuan peneliti untuk menyampaikan materi yang akan diajarkan. Didalam RPP siklus II terdapat tambahan hasil refleksi siklus I yaitu: dibentuknya 6 kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa per kelompok, yang dipilih dengan mengurutkan nomor absen siswa. 2) Menyiapkan tempat kelas penelitian. Tempat penelitian yang disiapkan yaitu ruang kelas VIII SMP Islam Plus Mardhotilah 3) Menyiapkan materi dan bahan ajar untuk setiap pertemuan. Materi yang disiapkan yaitu lingkaran sebagai pokok bahasan dengan sub pokok bahasannya adalah pada pertemuan ke-empat materi yang di ajarkan menggunakan hubungan panjang busur, luas juring dan luas tembereng dalam pemecahan masalah, pada pertemuan ke-lima materi yang di ajarkan menghitung panjang garis singgung dan panjang garis singung persekutuan, pada petemuan ke-enam materi yang di ajarkan menghitung panjang tali minimal. Bahan ajar yang digunakan yaitu Lembar Kerja Siswa
54 Metode
Penemuan
Terbimbing
(LKSMPT),
LKSMPT
ini
disiapkan sebagai bahan bacaan siswa. 4) Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru. Lembar observasi disiapkan pada siklus II untuk mengetahui apakah aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa dan guru selama proses pembelajaran meningkat. 5) Menyiapkan soal. Soal-soal disiapkan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang diajarkan, soal-soal ini berbentuk uraian singkat. 6) Menyiapkan soal tes akhir siklus II. Soal-soal tes ini soal essay sebanyak 5 soal, soal ini disiapkan sebagai pendukung dari lembar observsi siswa untuk mengetahui sejauhmana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Soal-soal dan jawaban tes akhir siklus II dapat dilihat pada lampiran 24 (hal. 140). 7) Menyiapkan alat dokumentasi.
b. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan siklus II terdiri dari tiga kali pertemuan dengan pokok bahasan garis singgung: 1) Pada pertemuan ke-empat materi yang di ajarkan menggunakan hubungan panjang busur, luas juring dan luas tembereng dalam pemecahan masalah. 2) Pada pertemuan ke-lima materi yang di ajarkan menghitung panjang garis singgung dan panjang garis singung persekutuan. 3) Pada petemuan ke-enam materi yang di ajarkan menghitung panjang tali minimal. Adapun uraian proses pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan ke-empat / Senin, 9 Februari 2009 Kegiatan belajar mengajar pada pertemuan ke-empat dimulai pada pukul 07.40-09.00. Sebelum melakukan proses pembelajaran, peneliti dan siswa berdoa bersama lalu peneliti mengabsen siswa.
Setelah selesai
mengabsen peneliti membentuk 6 kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa
55 setiap kelompoknya.
Materi yang diajarkan adalah menggunakan
hubungan panjang busur, luas pemecahan masalah.
juring dan luas tembereng dalam
Sebelum menjelaskan materi tersebut, peneliti
membahas PR yang diberikan dan menanyakan kembali tentang materi yang belum dimengerti pada siklus I kepada siswa, peneliti “sebelum kita masuk kemateri selanjutnya, apa yang belum paham materi pada siklus 1?”, siswa “tidak pak....”. Sebagaimana pada pertemuan sebelumnya sebelum menyampaikan materi peneliti memberikan LKSMPT sebagai bahan bacaan siswa dan memberikan lembar observasi guru dan siswa kepada observser. Selanjutnya peneliti menyampaikan materi menggunakan hubungan panjang busur, luas juring dan luas tembereng dalam pemecahan masalah. Selesaikan menyampaikan materi peneliti menanyakan kepada siswa tentang penjelasan yang belum dimengerti, hanya sebagian siswa yang berani untuk bertanya.
Selesai menjelasankan pertanyaan yang belum
dimengerti kepada siswa, peneliti memberikan soal untuk dikerjakan secara berkelompok.
Lalu peneliti dan observser keliling untuk
membimbing siswa atau kelompok yang kesulitan dalam menyelesaikan soal, dengan bimbingan peneliti dan observser suasana kelas sedikit lebih tenang dan dapat meminimalisir siswa yang mondar-mandir untuk melihat jawaban kelompok yang lain.
Dari hasil pengamatan observser dan
peneliti masih banyak siswa yang kurang aktif dalam kelompoknya. Setelah itu peneliti menutup pelajaran dengan mengarahkan siswa mempelajari materi menghitung panjang garis singgung dan panjang garis singung persekutuan sebagai materi pada pertemuan ke-lima. 2) Pertemuan ke-lima/ Kamis, 12 Februari 2009 Pertemuan ke-lima dimulai pada pukul 12.40-14.00.
Sebelum
melakuakn proses pembelajaran, peneliti dan siswa berdoa bersama lalu peneliti mengabsen siswa, siswa yang tidak hadir pada pertemuan ini ada 6 siswa. Materi yang di ajarkan yaitu menghitung panjang garis singgung dan panjang garis singung persekutuan. Sebelum menjelaskan materi, peneliti mempersilakan kepada siswa untuk duduk pada masing-masing kelompoknya dan peneliti menanyakan materi yang belum difahami pada
56 pertemuan sebelumnya, ketika peneliti bertanya tentang materi yang belum dimengerti ada beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan, siswa “pak saya nanya soal tes akhir siklus no 4, gimana caranya pak saya engga ngerti…?”, peneliti menyuruh salah satu siswa siapa yang bisa mengerjakannya, peneliti “coba kamu maju kedepan untuk mengerjakan soal yang ditanya teman kamu”, siswa “engga pak saya engga bisa, si..S aja pak”, dari interaksi peneliti dengan siswa belum ada yang berani untuk maju kedepan menyelesaikan soal yang ditanya temannya, hal ini dikarenakan mungkin siswa berani untuk mengerjakan soal dipapan tulis, ada siswa yang peneliti suruh untuk mengerjakan soal didepan. Selesai menjelaskan soal tes akhir siklus I yang belum dimengerti peneliti memberikan LKSMPT pertemuan 5 sebagai bahan bacaan siswa, lalu peneliti menyampaikan materi secara umum, karena peneliti sudah mengarahkan
siswa
untuk
mempelajari
materi
pada
pertemuan
sebelumnya. Setelah menyampaikan materi, peneliti menanyakan materi yang belum difahami.
Selanjutnya peneliti memberikan soal untuk
diselesaikan berkelompok, ketika siswa sedang menyelesaikan soal-soal peneliti dan observser berkeliling untuk melihat aktivitas siswa dan membimbing siswa atau kelompok yang kesulitan untuk menjawab soal yang peneliti berikan. Pada pertemuan ini juga masih ada beberapa siswa yang masih kurang aktif dalam kelompoknya dan dalam menyelesaikan soal serta masih bergantung jawaban pada kelompoknya. Sebelum peneliti menutup pelajaran, seperti pertemuan sebelumnya peneliti mengarahkan siswa untuk mempelajari materi untuk pertemuan selanjutnya. 3) Pertemuan ke-enam / Jum’at, 13 Februari 2009 Pertemuan ke-enam dimulai pada pukul 09.40-11.00. Sebelum melakukan proses pembelajaran, peneliti dan siswa berdoa bersama lalu peneliti mengabsen siswa, siswa yang tidak hadir pada pertemuan ini ada 3 siswa, setelah itu peneliti menyuruh sisiwa untuk duduk dengan kelompoknya masing-masing.
Seperti pertemuan sebelumnya sebelum
menyampaikan materi peneliti menanyakan materi yang belum difahami pada pertemuan sebelumnya, terlihat pada pertemuan ini siswa sudah mulai berani untuk bertanya langsung, peneliti “apakah ada yang ingin
57 ditanyakan untuk pertemuan sebelumnya, karena hari ini kita akan melaksanakan tes akhir siklus 2, materinya, materi pada pertemuan 4, 5 dan 6” siswa”pak saya belum mengerti tentang materi pada pertemuan kemaren..?”. Pada pertemuan ke-enam ini juga dilaksanakan tes akhir siklus II. Setelah itu, peneliti menyampaikan materi yang akan diajarkan, materi yang diajarkan pada pertemuan ini yaitu: menghitung panjang tali minimal. Peneliti menjelaskan materi secara umum, karena peneliti sudah mengarahkan siswa untuk mempelajari materi pada pertemuan ini. Setelah selesai menjelaskan materi, peneliti memberikan soal yang ada di LKSMPT selama 15 menit, lalu peneliti dan observer berkeliling untuk membimbing siswa yang kesulitan untuk menjawab soal. Soal tes akhri siklus II berupa soal essay sebanyak 5 soal dan berlangsung selama 40 menit. Peneliti dan observer berkeliling untuk melihat aktivitas siswa menyelesaikan tes akhir siklus. Setelah selesai menjawab soal tes akhir siklus II, peneliti menutup pelajaran dengan mengarahkan
siswa
untuk
mempelajari
materi
untuk
pertemuan
selanjutnya, lalu peneliti dan observer serta siswa berdoa bersama.
c. Tahap Observasi Pembelajaran pada siklus II ini secara umum dapat dikatakan sudah cukup baik, pada pertemuan ke-lima dan ke-enam proses belajar berjalan dengan tertib dan lancar dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran meningkat dengan adanya arahan dan bimbingan peneliti dan observer. Hasil pengamatan tentang aktivitas belajar matematika siswa pada siklus II melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel berikut:
58
Tabel 4.6 Skor Rata-rata Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Selama Pembelajaran Pada Siklus II
No
Pertemuan
Dimensi
Rata-Rata
4
5
6
Keseluruhan
1
Mental Aktifitas
6,57
6,38
6,64
6,5
2
Motor aktifitas
5,99
6,33
6,24
6,18
3
Visual Aktivitas
6,42
6,85
6,44
6,57
4
Oral Aktifitas
5,43
6,38
6,16
5,99
Jumlah Skor Rata-Rata Keseluruhan Keterangan Jumlah Skor Rata-Rata Keseluruhan 8 – 14 = Sangat Kurang 14 – 20 = Kurang 20 – 26 = Cukup 26 – 32 = Baik Pada Tabel 4.6 terlihat bahwa dari 4 dimensi aktivitas yang diamati melalui lembar observasi pada pertemuan 4, 5 dan 6 skor rat-rata aktivitas belajar matematika siswa pada siklus II yaitu 25,24 dengan kategori aktivitas belajar siswa pada tingkat cukup. Skor yang diperoleh mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I, pada siklus II siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, namun siswa masi kurang aktif dalam hal motor aktivitas dan oral aktivitas hal ini dapat dilihat dari kurang aktifnya siswa untuk melihat pola dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dan tidak beraninya siswa untuk bertanya langsung terhadap materi yang belum dipahaminya dan skor rata-rata yang diperoleh siswa belum mencapai target yang diinginkan yaitu dengan skor rata-rata 27.
25,24
59
Gambar 4 Aktivitas Siswa Mengerjakan Tugas Kelompok
Pada pertemuan ke-enam ketika pelaksanaan tes akhir siklus II, sebagian besar siswa tampak tekun dalam mengerjakan soal tes akhir dibandingkan dengan siklus I. Ketergantungan siswa terhadap jawaban teman dan mudah menyerah dalam menjawab soal mulai berkurang dibandingkan dengan siklus I, namun masih terlihat beberapa siswa yang masih kesulitan untuk menyelesaikan soal yang diberikan.
Hasil tes
tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir Siklus 2 Interval 40-47 48-55 56-63 64-71 72-79 80-90
frekuensi komulatif (fk) ≤ 1 2 5 15 20 25
f relatif komulatif (frk) ≤ 4% 8% 20% 60% 80% 100%
Keterangan: Jumlah siswa
= 25
Rata-rata
= 71,2
Nilai tertinggi = 90
Nilai terendah
= 40
SD
= 9,6
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diperoleh informasi bahwa nilai ratarata kelas yang diperoleh sebesar 71,2. Meskipun nilai rata-rata kelas yang diperoleh > 70 akan tetapi belum mencapai skor rata-rata dari jumlah siswa yaitu 75. Untuk perhitungan statistik skor akhir siklus II dapat
60 dilihat pada lampiran 36 (hal. 154). Hasil tes akhir siklus II disajikan dalam histogram dan poligon sebagai berikut:
Frekuensi
y
10 7
3 1 40
48,5
56,5
64,5 72,5 Interval Data
80,5
90
x
Gambar 5 Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Tes Akhir Siklus II Meskipun aktivitas belajar matematika siswa sudah mengalami peningkatan yang cukup baik namun hasil belajar tes akhir siklus II belum memberikan hasil yang maksimal. Target untuk mendapatkan skor ratarata dari jumlah siswa belum tercapai.
d. Tahap Refleksi Berdasarkan hasil observasi pada siklus diperoleh skor rata-rata aktivitas belajar matematika siswa mencapai 25,24. Meskipun aktivitas belajar matematika siswa meningkat pada siklus II namun hasil observasi ini belum menunjukkan bahwa indikator aktivitas belajar matematika siswa tercapai, yaitu dengan skor rata-rata aktivitas belajar matematika siswa dapat mencapai 27 atau dikatakan aktivitas siswa baik. Adapun aktivitas yang perlu diperbaiki yaitu aktivitas siswa dalam hal melihat pola yang terjadi dan menyatakan masalah dalam benruk umum. Untuk hasil tes akhir siklus I diperoleh hasil belajar siswa mencapai nilai rata-rata 71,2. Walaupun ada peningkatan untuk nilai tes akhir siklus namun hasil tes akhir siklus II, belum menunjukkan bahwa indikator
61 keberhasilan tercapai, dimana skor rata-rata tes hasil belajar siswa yang ingin dicapai adalah 75. Adapun aspek aktivitas yang perlu ditingkatkan untuk siklus selanjutnya kurang aktifnya siswa dalam merumuskan masalah dan interaksi guru dengan siswa yang masih kurang serta masih kurang aktifnya siswa dalam bertanya kepada guru tentang materi yang belum difahami. Berdasakan hasil observasi pada siklus II yang terdiri dari 3 pertemuan, hasil yang di inginkan belum tercapai maka peneliti memutuskan untuk melanjutkan pada siklus selanjutnya. Hasil refleksi pada siklus 2 disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.8 Hasil Refleksi Pada Siklus 2 Kelebihan
Kekurangan
Solusi
Aktifnya siswa dalam
Kurang aktifnya siswa dalam memperkecil kelompok
melakukan percobaan
melihat pola
menjadi lima kelompok,
Aktifnya siswa dalam
Tidak beraninya siswa untuk
yang terdiri dari 5-6 siswa
hal menguji jawaban
bertanya langsung
setiap kelompok, yang
kurang aktifnya siswa dalam
dipilih menurut
merumuskan masalah
pengamatan peneliti dan
Kurangnya interaksi guru
dibantu oleh guru bidan
dengan siswa
studi
3. Tahapan Siklus III a. Tahap Perencanaan 1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus III. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini dibuat sebagai acuan peneliti untuk menyampaikan materi yang akan diajarkan. Terdapat tambahan pada RPP siklus III ini yaitu kelompok belajar diperkecil menjadi 5 kelompok dengan 5-6 orang siswa setiap kelompoknya. 2) Menyiapkan tempat kelas penelitian. Tempat penelitian yang disiapkan yaitu ruang kelas VIII SMP Islam Plus Mardhotilah
62 3) Menyiapkan materi dan bahan ajar untuk setiap pertemuan. Materi yang disiapkan yaitu lingkaran sebagai pokok bahasan dengan sub pokok bahasannya adalah pada pertemuan ke-tujuh materi yang di ajarkan lingkaran dalam segitiga, pada pertemuan ke-delapan materi yang di ajarkan lingkaran luar segitiga, pada petemuan ke-sembilan materi yang di ajarkan lingkaran singgung segitiga. Bahan ajar yang diberikan yaitu Lembar Kerja Siswa Metode Penemuan Terbimbing (LKSMPT) ini disiapkan sebagai bahan bacaan siswa. 4) Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru. Lembar observasi disiapkan pada siklus III untuk mengetahui apakah aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa dan guru selama proses pembelajaran lebih meningkat dari siklus II. 5) Menyiapkan soal. Soal-soal disiapkan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang diajarkan, soal-soal ini berbentuk uraian singkat. 6) Menyiapkan soal tes akhir siklus III Soal-soal tes akhir siklus ini berupa soal essay sebanyak 5 soal, soal ini disiapkan sebagai pendukung dari lembar observsi siswa untuk mengetahui sejauhmana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Soal-soal dan jawaban tes akhir siklus III dapat dilihat pada lampiran 27 (hal.143). 7) Menyiapkan alat dokumentasi.
b. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan siklus III terdiri dari tiga kali pertemuan dengan pokok bahasan lingkaran dan garis singgung: 1) Pada pertemuan ke-tujuh materi yang di ajarkan lingkaran dalam segitiga. 2) Pada pertemuan ke-delapan materi yang di ajarkan lingkaran luar segitiga 3) Pada petemuan ke-sembilan materi yang di ajarkan lingkaran singgung segitiga.
63 Adapun uraian proses pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan ke-tujuh / Senin, 16 Februari 2009 Kegiatan belajar mengajar pada pertemuan ke-tujuh dimulai pada pukul 07.40-09.00. Sebelum proses pembelajaran dilakukan peneliti dan siswa berdoa bersama dan peneliti mengabsen siswa, siswa yang tidak hadir pada pertemuan ini ada 2 orang. Selesai berdoa dan mengabsen peneliti membentuk kelompok baru yang sudah peneliti tentukan berdasarkan tingkat prestasi siswa dan menyuruh siswa untuk duduk dengan kelompoknya masing-masing.
Materi yang diajarkan adalah
lingkaran dalam segitiga. Sebelum menjelaskan materi tersebut, peneliti membahas soal-soal tes akhir siklus II dan menanyakan kembali tentang materi yang belum dimengerti pada siklus II kepada siswa, pada pertemuan ini sudah terlihat siswa berani untuk bertanya, tetapi masih ada siswa yang belum berani untuk bertanya langsung, biasanya siswa yang tidak berani untuk bertanya menyuruh temannya untuk bertanya langsung, peneliti “ada yang ingin ditanyakan tentang soal-soal siklus II atau materi yang belum dimengerti?”, siswa “nih..pak si D ingin bertanya”, peneliti “iya kenapa D ada yang mau ditanyakan”, siswa D “engga pak bukan saya dia tuh pak yang mau bertanya”. Sebagaimana pada pertemuan sebelumnya, sebelum peneliti menyampaikan materi peneliti memberikan LKSMPT sebagai bahan bacaan siswa dan memberikan lembar observasi guru dan siswa kepada observser.
Selanjutnya peneliti mempersilahkan siswa untuk duduk
dengan kelompoknya masing-masing, lalu peneliti menyampaikan materi lingkaran dalam segitiga, ketika peneliti sedang menjelaskan ada salah seorang siswa yang bertanya “pak..saya belum mengerti bisa diulang engga pak?”, pada pertemuan ini sudah terlihat aktifnya dalam proses pembelajaran.
Selesaikan menyampaikan materi, peneliti menanyakan
kembali kepada siswa tentang penjelasan yang belum dimengerti, pada pertemuan ke-tujuh ini aktivitas siswa untuk bertanya meningkat, hal ini disebabkan karena siswa sudah berani untuk bertanya didepan umum. Selesai menanyakan penjelasan yang belum dimengerti kepada siswa, peneliti memberikan soal. Ketika siswa sedang menyelesaikan soal yang
64 diberikan suasana kelas tidak terlalu gaduh lagi seperti pertemuanpertemuan sebelumnya.
Lalu peneliti dan observser keliling untuk
membimbing siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan soal, dengan bimbingan peneliti dan observser aktivitas siswa untuk menjawab soal yang diberikan meningkat, siswa menjawab dengan kemampuan yang dimilliki, tetapi masih ada juga siswa yang ketergantungan jawaban temannya.
Setelah siswa selesai menjawab soal, peneliti menutup
pelajaran dengan mengarahkan siswa untuk mempelajari materi lingkaran luar segitiga sebagai materi pada pertemuan ke-delapan.
2) Pertemuan ke-delapan / Kamis, 19 Februari 2009 Proses pembelajaran pada pertemuan ke-delapan dimulai pada pukul 12.40-14.00. Seperi pertemuan sebelumnya, sebelum melakukan proses pembelajaran peneliti berdoa bersama dan mengabsen siswa, siswa yang tidak hadir pad pertemuan ini ada 3 orang. Setelah itu, peneliti menyuruh siswa untuk duduk dengan kelompoknya masing-masing. Materi yang di ajarkan yaitu lingkaran luar segitiga. Sebelum menjelaskan materi, seperti biasa peneliti menanyakan materi yang belum difahami pada pertemuan sebelumnya, pada pertemuan ini keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sudah lebih terlihat, sekarang siswa sudah tidak takut untuk bertanya langsung.
Setelah itu peneliti memberikan LKSMPT
pertemuan ke-delapan sebagai bahan bacaan siswa, lalu peneliti menyampaikan materi secara umum, karena peneliti sudah mengarahkan siswa untuk mempelajari materi pada pertemuan ini.
Setelah
menyampaikan materi, peneliti menanyakan materi yang belum difahami, beberapa siswa berani bertanya tentang materi yang belum dimengerti, namun masih ada beberapa siswa yang hanya diam, peneliti “apakah ada yang belum mengerti terhadap materi yang sudah saya jelaskan?”, siswa “saya pak, saya engga mengerti tentang mencari jari-jarinya”. Selesai menjelaskan pertanyaan siswa, selanjutnya peneliti memberikan soal untuk diselesaikan secara berkelompok, ketika siswa sedang menyelesaikan soalsoal peneliti dan observser berkeliling untuk melihat aktivitas belajar matematika siswa dan membimbing siswa atau kelompok yang kesulitan
65 untuk menjawab soal yang peneliti berikan, ketika peneliti dan obsevser keliling ada siswa atau kelompok yang bertanya “pak kesini deh saya mau tanya...ini pak untuk menghiutng jari-jari lingkarannya gimana pak?”, peneliti “dijumlahin dulu semuanya lalu di cari akarnay berapa”, siswa “oh...begitu pak thank U pak”.
Pada pertemuan ini siswa yang
bergantung jawaban pada temannya lebih sedikit, stelah siswa selesai menyelesaikan soal yang diberikan, peneliti menutup pelajaran, seperti pertemuan sebelumnya peneliti mengarahkan siswa untuk mempelajari materi lingkaran singgung segitiga untuk pertemuan selanjutnya. 3) Pertemuan ke-sembilan / Jum’at, 20 Februari 2009 proses pembelajaran pada pertemuan ke-sembilan dimulai pada pukul 09.40-11.00.
Sebelum melakukan proses pembelajaran peneliti
berdoa bersama dan mengabsen siswa, siswa yang tidak hadir pada pertemuan ini ada 1 siswa.
Seperti pertemuan sebelumnya, sebelum
menyampaikan materi peneliti menyuruh siswa untuk duduk dengan kelompoknya masing-masing dan menanyakan materi yang belum difahami pada pertemuan sebelumnya, pada pertemuan ini pun terlihat antusias siswa dan siswa tidak merasa malu dan takut untuk bertanya langsung dengan guru atau peneliti, peneliti “apaka ada yang mau ditanyakan untuk materi pada pertemuan ke 7 dan 8, karena hari ini kita akan melaksanakan tes akhir siklus 3, materinya dari pertemuan 7, 8 dan 9?”, siswa “saya pak...saya masih bingung untuk mencari panjang sisi sebuah segitiga, ituloh pak ada disoal no 3 pertemuan ke 7?”. Pada pertemuan ke-sembilan ini juga dilaksanakan tes akhir siklus III.
Materi untuk siklus 3 yaitu materi yang sudah dijelaskan pada
pertemuan 7, 8 dan 9. Materi yang diajarkan pada pertemuan 9 yaitu: lingkaran singgung segitiga.
Sebelum peneliti menyampaikan materi,
seperti pertemuan sebelumnya peneliti memberikan LKSMPT pertemuan 9 sebagai bahan bacaan siswa.
Peneliti menjelaskan materi secara umum,
karena peneliti sudah mengarahkan siswa untuk mempelajari materi pada pertemuan ini. Sebelum peneliti menyuruh siswa untuk mengerjaka soal yang ada pada LKSMPT peneliti menanyakan kepada siswa tentang materi
66 yang belum dimengerti, peneliti “apakah ada yang ingin ditanyakan?”, siswa “saya pak itu pak untuk mencari S nya gimana pak”, terlihat dari interaksi peneliti dengan siswa, bahwa siswa sudah aktif dalam proses pembelajarn dan siswa sudah berani untuk bertanya langsung dengan guru. Setelah selesai menjelaskan materi yang ditanyakan, peneliti memberikan soal yang ada di LKSMPT selama 15 menit, lalu peneliti dan observer berkeliling untuk membimbing siswa yang kesulitan untuk menjawab soal. Pada pertemuan ini juga dilaksanakan tes akhir siklus III. Soal tes akhri siklus III berupa soal essay sebanyak 5 soal, waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tes akhir ini adalah 40 menit. Peneliti dan observer berkeliling untuk melihat aktivitas siswa menyelesaikan tes akhir siklus. Setelah selesai menjawab soal tes akhir siklus III peneliti menutup pelajaran, sebelum peneliti menutup pelajaran peneliti memberikan memanfaatkan waktu yang tersisa untuk memberika angket aktivitas belajar matematika siswa untuk diisi, setelah siswa selesai mengisi angket peneliti menutup pelajaran dan mengucapkan terima kasih kepada siswa atas bantuannya selama peneliti melakukan penelitian disekolah ini.
c. Tahap Observasi Proses pembelajaran pada siklus III ini sudah berjalan dengan baik, kondisi kelas lebih kondusif dibandingkan siklus II, siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan dalam mengerjakan latihan soal yang ada LKSMPT, dengan adanya bimbingan ekstra dari peneliti dan observer siswa-siswa yang lambat memahami materi dapat mengikuti pelajaran dengan baik karena siswa sudah berani bertanya langsung kepada peneliti dan observer maupun bertanya dengan temannya serta dengan adanya bimbingan ekstra dari peneliti dan observer.
67 Hasil pengamatan tentang aktivitas siswa melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.9 Skor Rata-rata Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Selama Pembelajaran Pada Siklus III
No
Pertemuan
Dimensi
Rata-Rata
7
8
9
Keseluruhan
1
Mental Aktifitas
6,72
7,33
7,23
7,1
2
Motor aktifitas
6,28
7,17
7,04
6,83
3
Visual Aktivitas
6,28
7,38
7,24
6,97
4
Oral Aktifitas
6
6,96
7,27
6,74
Jumlah Skor Rata-Rata Keseluruhan Keterangan Jumlah Skor Rata-Rata Keseluruhan 8 – 14 = Sangat Kurang 14 – 20 = Kurang 20 – 26 = Cukup 26 – 32 = Baik Pada Tabel 4.9 terlihat bahwa dari 4 dimensi aktivitas yang diamati melalui lembar observasi pada pertemuan 7, 8 dan 9 skor rata-rata aktivitas belajar matematika siswa pada siklus III yaitu 27,64 dengan kategori aktivitas belajar siswa pada tingkat baik. Skor yang diperoleh suda mencapai target yang diinginkan yaitu dengan skor rata-rata 27. Pada siklus III ini siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya, hal ini dapat terlihat sudah aktifnya siswa untuk melihat pola yang terjadi dan terlihatnya siswa yang berani bertanya langsung dengan peneliti atau observser.
27,64
68
Gambar 6 Aktivitas Siswa untuk Bertanya Langsung Pada pertemuan ke-sembilan ketika pelaksanaan tes akhir siklus III, siswa tampak aktif dalam mengerjakan soal tes akhir. Ketergantungan siswa terhadap teman dan mudah menyerah dalam menjawab soal tidak tampak terlihat dan siswa dapat menyelesaikan soal tes tepat dengan waktu yang telah ditentukan. Hasil tes tersebut disajikan dalam Tabel sebagai berikut: Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir Siklus 3 frekuensi f relatif komulatif Interval komulatif (fk) (frk) ≤ ≤ 55-60 1 3,84% 61-66 3 11,53% 67-72 3 11m53% 73-78 7 26,92% 79-84 23 88,46% 85-90 26 100% Keterangan: Jumlah siswa
= 26
Rata-rata
= 75,69
Nilai tertinggi = 90
Nilai terendah
= 55
SD
= 6,7
Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diperoleh informasi, bahwa nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 75,69. Nilai rata-rata yang diperoleh sudah mencapai skor rata-rata yang dinginkan yaitu 75. Pada siklus tiga ini indikator keberhasilan sudah tercapai, dimana siswa sudah mencapai skor rata-rata yang dinginkan yaitu 75. Untuk perhitungan statistik skor
69 akhir siklus III dapat dilihat pada lampiran 37 (hal. 155). Hasil tes akhir siklus II disajikan dalam histogram dan poligon sebagai berikut: y 16
4 3 2 1 55
60,5
72,5
78,5
84,5
90
x
Gambar 7 Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Tes Akhir Siklus III
d.. Tahap Refleksi Pada siklus III ini kemampuan siswa dalam mamahami materi pelajaran sudah sangat baik. Adanya perubahan selama pembelajaran pada siklus III, pembelajaran berjalan lebih kondusif dan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus II. Seluruh siswa tekun dalam mengerjakan latihan sola yang diberikan, dan siswa sudah lebih berani untuk bertanya apabila ada materi yang tidak dimengerti. Berdasarkan pengamatan melalui lembar observasi diperoleh, hasil aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada siklus III sudah baik dengan skor rata-rata 27,64 dan sudah mencapai kategori aktivitas belajar matematika siswa baik dibandingkan dengan siklus II, siswa mendapatkan skor rata-rata 25,24 dengan kategori aktivitas belajar matematika siswa cukup. Hasil belajar melalui tes akhir siklus III sudah menunjukkan hasil yang baik, rata-rata nilai tes siswa mengalami peningkatan, pada siklus I
70 nilai rata-rata yang diperoleh siswa 65.30 dan pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh siswa 71,2 sedangkan pada siklus III nilai rata-rata yang diperoleh siswa 75.69. Selain untuk melihat adanya peningkatan aktivitas belajar matematika siswa, pada hari Kamis 26 Februari 2009 siswa kelas VIII diberikan kembali angket aktivitas belajar matematika yang sudah valid. Dari hasil perhitungan didapatkan rata-ratanya 76,3, dengan hasil ini indikator keberhasilan sudah tercapai.
Dengan adanya peningkatan
aktivitas belajar matematika siswa dan indikator keberhasilan sudah tercapai maka penelitian ini dihentikan pada siklus III sesuai dengan target yang direncanakan. Tabel 4.11 Hasil Refleksi Pada Siklus 3 No 1
2
3
Kelebihan
Kekurangan
Solusi
Siswa aktif dalam
kurang aktifnya siswa
meembimbing
memahami masalah
dalam merumuskan
sesuai kemampuan
Siswa aktif dalam
masalah
yang dimiliki siswa
memecahkan
untuk dapat
masalah
menyimpulkan
Siswa aktif dalam
masalah yang
merumuskan
dihadapi agar siswa
masalah
bisa mengingat masalah yang pernah dihadapinya
B. Pemeriksaan Keabsahan Data Instrumen yang digunakan untuk melihat aktivitas siswa belajar matematika dalam penelitian ini yaitu lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa. Lembar observasi ini diberikan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam belajar matematika. Selain lembar aktivitas, dalam penelitian ini menggunakan juga instrumen tes, angket dan wawancara sebagai pendukung untuk mencari data-data yang ingin diperoleh.
Untuk instrumen angket
aktivitas belajar matematika siswa sudah divaliditasi oleh dosen pembimbing.
71 Dari 28 pernyataan, pernyataan yang valid sebanyak 20 pernyataan, kemudian pada hari Kamis 26 Februari 2009 angket yang sudah valid disebarkan kembali untuk mengetahui apakah ada peningkatan skor aktivitas belajar matematika. Peneliti juga mewawancarai guru dan bebrapa siswa, wawancara ini dilakukan sebelum penelitian dan setelah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing. Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh valid dan memiliki keterpercayaan yang tinggi, dilakukan member chek. Dalam melakukan member chek peneliti memerikas kembali data-data yang diperoleh dari narasumber selama peneliti melakukan penelitian, sehingga data-data yang diperoleh benar. Selain melakukan member chek, untuk mendapatkan data yang absah dilakukan pula teknik triangulasi melalui pengamatan terhadap aktivitas belajar matematika siswa dengan menggunakan metode penemuan terbimbing, yang bertujuan untuk menggali data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara yang berbeda. Didalam melakukan triangulasi peneliti tidak hanya bertanya atau berdiskusi dengan guru kolabolator tentang hasil observasi yang diperoleh tetapi dengan guru-guru yang lain. Peneliti juga membaca berulang-ulang data yang diperoleh dan melakukan reduksi data, yaitu menghilangkan data yang tidak relevan dengan fokus penelitian. Hal ini bertujuan agar data atau informasi yang diperoleh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. C. Analisis Data Tahap analisis data terdiri dari analisi data pada saat dilapangan dan data yang sudah terkumpul. Untuk data pada saat dilapangan diperoleh dari berbagai sumber, sedangkan untuk data yang sudah terkumpul diperoleh dari hasil lembar observasi, hasil angket, hasil tes siswa dan hasil wawancara. Untuk data hasil lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa diperoleh, skor awal rata-rata aktivitas siswa belajar matematika sebelum menggunakan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran yaitu 11,67 dengan kategori aktivitas belajar matematika siswa sangat kurang sedangkan pada siklus I skor rata-rata yang didapat siswa 17,01 dengan kategori aktivitas belajar matematika pada siklus I kurang, pada siklus II skor rata-rata yang
72 didapat siswa 25,24 dengan kategori aktivitas belajar matematika siswa cukup, sedangkan pada siklus III skor rata-rata aktivitas belajar matematika yang didapat siswa meningkat
yaitu 27,64 dengan kategori aktivitas belajar
matematika siswa baik. Dari data yang diperoleh melalui lembar observasi, menunjukan adanya peningkatan aktivitas belajar matematika siswa dengan menggunakan metode penemuan terbimbing dalam proses pembelajaran. Berdasarkan data hasil angket, diperoleh skor awal rata-rata siswa sebelum menggunakan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran yaitu 64.5, sedangakan setelah menggunakan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran siswa mendapatkan skor rata-rata 76,3, skor rata-rata ini sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu dengan skor rata-rata 75, bahwa siswa sudah berani untuk bertanya kepada guru apabila ada materi yang tidak dimengerti. Untuk data hasil tes siswa, skor awal rata-rata siswa sebelum menggunakan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran yaitu 57.19, sedangkan pada siklus I nilai rata-rata yang didapat siswa 65,30, pada siklus II skor rata-rata yang didapat siswa 71,2, sedangkan pada siklus III skor rata-rata yang didapat siswa 75.69, skor rata-rata ini sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu dengan skor rata-rata 75.
Berdasarkan data-data yang
diperoleh melalui hasil lembar observasi, hasil angket dan hasil tes menunjukan
bahwa
ada
peningkaan
aktivitas
siswa
dalam
proses
pembelajaran. Selain dari hasil observasi, hail angket dan hail tes untuk memperoleh data peneliti juga melakukan wawancara kepada guru dan beberapa siswa, wawancara ini dilakukan sebelum penelitian dan setelah penelitian. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran terbimbing.
matematika
dengan
menggunakan
metode
penemuan
Hasil wawancara kepada guru sebelum penelitian diperoleh
bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika kurang, walaupun sudah diberikan perhatian yang ekstra, namun setelah dilakukan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing guru tersebut berpendapat adanya peningkatan aktivitas belajar siswa, sedangkan hasil wawancara kepada beberapa siswa sebelum penelitian, salah satu siswa mengemukakan “saya kurang aktif dalam belajar dengan metode yang digunakan”.
Setelah
penelitian peneliti mewawancarai kembali untuk mengetahui respon siswa
73 terhadap metode penemuan terbimbing, siswa yang peneliti wawancarai mengemukan seneng dengan metode penemuan terbimbing, karena bisa mengeluarkan kemampuanya dalam menyelesaikan masalah dan bisa lebih berani untuk bertanya apabila ada materi yang tidak dimengerti. D. Interpretasi Hasil Analisis Berdasarkan hasil analisis data dipeorleh bahwa, pada siklus I dari hasil pengamatan menunjukkan aktivitas belajar matematika siswa masih rendah, namun pada siklus II dan siklus III aktivitas belajar matematika siswa sudah meningkat.
Ini menunjukan bahwa adanya pembelajaran dengan
menggunakan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.
Tabel 4.12 Skor rata-rata Lembar Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Siklus Rata-rata Kategori I
17,01
Aktivitas kurang
II
25,24
Aktivitas cukup
III
27,64
Aktivitas baik
Siklus I Siklus II Siklus III
17,01 25,24 27,64 Skor Rata-rata aktivitas siswa Gambar 8 Diagram Batang Hasil Skor Rata-rata Aktivitas Melalui Lembar Observasi
74 Berdasarkan tabel 4.12 diperoleh rata-rata skor aktivitas belajar siswa melalui lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa pada siklus I yaitu 17,01, sedangkan pada siklus II skor rata-rata aktivitas belajar matematika siswa yaitu 25,24 dan pada siklus III skor rata-rata aktivitas belajar matematika siswa yaitu 27,64. Ini menunjukan adanya peningkatan aktivitas belajar matematika siswa.
Ini menunjukan bahwa siswa sudah
menunjukan aktif dalam proses pembelajaran dengan diberinya tindakan pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing. Tabel 4.13 Nilai Rata-rata Hasil Tes Akhir Siklus Siklus
Nilai
SD
I
65,3
9,8
II
71,2
9,6
III
75,69
6,7
Siklus I Siklus II Siklus III 65,3
71,2
75,69
Skor Akhir Siklus Gambar 9 Diagram Batang Hasil Skor Rata-rata Tes Akhir Siklus
Berdasarkan tabel 4.13 hasil tes belajar matematika yang diperoleh dari siklus 1, 2 dan 3 terlihat mengalami peningkatan yang cukup baik. Ratarata tes akhir siklus I sebesar 65,3 dan mengalami peningkatan berturut-turut dari siklus II sampai siklus III yaitu 71,2 dan 75,69. Peningkatan rata-rata dari siklus I ke siklus II sebesar 5,9 dan dari siklus II ke siklus III sebesar 4,49,
75 sedangkan dari hasil skor rata-rata angket aktivitas belajar matematika siswa mendapat 76,3. Jadi berdasarkan hasil lembar observasi yang didukung oleh hasil angket dan hasil tes yang diberikan pada siswa, terlihat bahwa metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. Hasil wawancara terhadap beberapa siswa yang diperoleh informasi bahwa pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing memberikan nuansa belajar yang baru bagi siswa, siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Seperti pernyataan yang dikatakan seorang siswa bahwa dia senang belajar dengan metode penemuan terbimbing, siswa tersebut bisa langsung bertanya kepada guru tanpa rasa malu dan takut.
E. Pembahasan Temuan Penelitian 1. Metode
penemuan
terbimbing
dalam
pembelajaran
dapat
meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa Metode
penemuan
terbimbing
dalam
pembelajaran
dapat
meningkatkan aktivitas siswa belajar matematika, karena memang prinsip dari metode ini adalah membimbing dan mengarahkan siswa untuk aktif dalam prose pembelajaran, siswa tidak hanya mendengar penjelasan guru namun siswa juga aktif untuk bertanya dan dalam menyelesaikan soal siswa tidak hanya mendengarkan bimbingan dari guru namun siswa ikut juga untuk menemukan jawabanya. Peningkatan aktivitas dilihat dari hasil skor rata-rata lembar observasi, dari hasil lembar observasi diawal siklus siswa mendapat skoir rata-rata 11,67, sedangkan diakhir siklus adanya peningkatan siswa mendapat skor rata-rata 27,64.
2. Metode
penemuan
terbimbing
dalam
pembelajaran
dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa Seiring dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa dengan metode penemuan terbimbing dalam proses pembelajaran maka hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar siswa terlihat dari hasil tes akhir siklus I, siklus II dan siklus III yang nilai
76 rata-ratanya meningkat, pada siklus nilai rata-rata siswa 65,3, pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh siswa 71,2, sedangkan pada siklus III nilai rata yang diperoleh siswa 75,69, ini menunjukan adanya peningkatan nilai rata-rata.
3. Penggunaan lembar kerja siswa metode penemuan terbimbing (LKSMPT) dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam mengerjakan tugas Hal ini berdasarkan hasil pengamatan yaitu bahwa siswa sangat menyukai LKSMPT yang diberikan guru karena memudahkan siswa dalam mengerjakan tugas. Penggunaan LKSMPT juga sangat efektif dan membantu guru untuk lebih banyak memanfaatkan waktu belajar.
4. Kaitan
penggunaan
metode
penemuan
terbimbing
untuk
meningkatkan aktivitas dengan penggunaan metode terbimbing untuk mengetahui perbandingan hasil belajar yang menggunakan metode ekspositori Penggunaan metode penemuan terbimbing yang peneliti lakukan dalam
proses
pembelajaran
dapat
meningatkan
aktivitas
belajar
matematika siswa. Penggunaan metode penemuan terbimbing juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian Iman Sukirman yang berjudul Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa antara Siswa yang Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing dengan Siswa yang Menggunakan Metode Ekspositori. Hasil penelitian adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan metode penemuan terbimbing dengan metode ekspositori
77 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian selama 3 siklus dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika, karena siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Di dalam menggunakan metode penemuan terbimbing dalam proses pembelajaran guru hanya memberikan bimbingan yang seminimal mungkin kepada siswa agar siswa bisa aktif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. 2. Hasil belajar matematika siswa dengan metode penemuan terbimbing meningkat, meningkatnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari aktifnya siswa dalam memahami masalah yang dihadapinya dan memecahkan masalahnya.
78 B. Saran Sesuai dengan hasil penelitian dan kesimpulan sebagai akhir dari skripsi ini, ada beberapa saran menggunakan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika: 1. Hendaknya guru dalam menggunakan metode penemuan terbimbing lebih bisa membimbing dan mengarahkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, agar siswa lebih konsentrasi pada bahan ajar. 2. Guru harus tahu kondisi awal siswa dalam menggunakan metode penemuan terbimbing agar pengelolaan kelas dan aktivitas siswa bisa berjalan dengan baik. 3. Untuk pemberian soal-soal latihan, sebaiknya guru memberikan cara penyelesaian yang seminimal mungkin agar siswa lebih aktif untuk menemukan solusinya sendiri.
79 DAFTAR PUSTAKA A. M Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007) Arikunto Suharsimi,dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006) Dalyono M, Psikologi Pendidkan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), cet ke 4 Djamarah Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002 ), cet 1 Harefa Andreas, Sekolah Saja Tidak Pernah Cukup, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002) Krismanto Al dan Widyaiswara, Beberapa Teknik Model, dan Strategi Dalam Pembelajaran Matematika, ( Yogyakarta: 2003 ) Kurniawati Lia, Dalam Algoritma Juranal Matematika dan Pendidikan Matematika, (Jakarta: Cemed, 2006), cet ke 1 N.K Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001), cet ke 8 Purwanto Ngalim M., Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke 15 Sobel MAX A dan Guan M. Maletsky, Mengajar Matematika, (Jakarta : Erlangga, 2004), Cet ke 3 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), Cet ke 4 Suherman Erman, et al. Common Text Book; Strategi Pembelajaran Matematika Kotemporer, (Bandung: UPI, 2003) Sumarmi, Strategi Belajar Mengajar Geografi, (Malang: Departemen Pendidikan Nasional UM Malang, 2002) Suryosubroto B, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002), Cet ke 2 Usman Mohammad Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), cet ke 22 UU RI No 20 Th 2003, Sistem pendidikan nasional, (Jakarta : Sinar Grafika, 2006), cet ke 3