HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN PEMBELAJARAN KLINIK DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN TINDAKAN KLINIK MAHASISWA KEPERAWATAN DI RSUD KOTA SEMARANG
Manuscript
Oleh: Rinta Pramitasari G2A012004
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016
http://jurma.unimus.ac.id 1
http://jurma.unimus.ac.id 2
Hubungan Antara Lingkungan Pembelajaran Klinik Dengan Pengambilan Keputusan Tindakan Klinik Mahasiswa Keperawatan Di RSUD Kota Semarang Rinta Pramitasari¹, Edy Wuryanto², Siti Aisah³
¹ Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS ² Dosen Keperawatan Manajemen Fikkes UNIMUS ³ Dosen Keperawatan Komunitas Fikkes UNIMUS
Abstrak Latar belakang : Pembelajaran klinik perlu diterapkan pada mahasiswa untuk yakin dalam mengambil keputusan untuk tindakan keperawatan yang akan dilakukan atau yang akan diterapkan kepada pasien di rumah sakit, namun dalam dunia praktik lapangan sering kita lihat bahwa beberapa mahasiswa merasa canggung dan takut ketika berada di lingkungan baru sehingga mereka lebih pasif dan memilih untuk bergabung dengan kelompok masing-masing dengan alasan agar lebih nyaman ketika meminta bantuan ataupun ketika berdiskusi tentang pasien kelolaan mereka. Tujuan penelitian : Untuk mengetahui hubungan lingkungan pembelajaran klinik dengan pengambilan keputusan klinik mahasiswa keperawatan di RSUD Kota Semarang Metode penelitian : Penelitian Kuantitatif Non Eksperimen, desain yang digunakan adalah deskriptif korelasional, rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Hasil penelitian : Mahasiswa keperawatan di RSUD Kota Semarang sebagian besar mempunyai lingkungan pembelajaran klinik cukup sebanyak 18 responden (41,9%) dan sebagian kecil mempunyai lingkungan pembelajaran klinik kurang baik sebanyak 11 responden (25,6%), sedangkan yang mempunyai pengambilan keputusan dalam melakukan tindakan klinik mendukung sebanyak 26 responden (60,5%) dan sebagian kecil mempunyai pengambilan keputusan kurang mendukung sebanyak 17 responden (39,5%) dan ada hubungan yang bermakna antara lingkungan pembelajaran klinik dengan pengambilan keputusan tindakan klinik mahasiswa keperawatan di RSUD Kota Semarang. Kata Kunci
: Lingkungan Pembelajaran Klinik, Pengambilan Keputusan Klinik
Abstract Clinical learning needs to be applied to the students to believe in taking the decision to nursing actions to be performed or to be applied to patients in the hospital, but in the world of field practice we often see that some students feel awkward and scared when it is in the new environment so that they are more passive and chose to join the group each with a reason to be more comfortable when asking for help or when discussing a patient's managed them. To know the relationship between the clinical learning environment with nursing clinical decision making at the general hospital of semarang. Non experimental quantitative research, wich design of descriptive corelation and cross sectional design. Nursing students in hospitals Semarang mostly have enough clinical learning environment as much as 18 respondents (41.9%) and a small portion have unfavorable clinical learning environment as much as 11 respondents (25.6%), whereas that have decision-making in action clinic support as many as 26 respondents (60.5%) and a small portion have less decision making support as many as 17 respondents (39.5%) and there was a significant correlation between the clinical learning environment with the decision-making action clinic nursing students in hospitals Semarang. Keywords
: Clinical Learning Environment, Clinical Decision Making
PENDAHULUAN Pengambilan keputusan merupakan suatu proses dari potensi intelektual yang kompleks dan sering diartikan sebagai upaya untuk memutuskan suatu tindakan tertentu (Marquis & Huston, 2010). Dalam pembelajaran klinik perlu diterapkan pada mahasiswa untuk yakin dalam mengambil keputusan untuk tindakan keperawatan yang akan dilakukan atau yang akan diterapkan kepada pasien di rumah sakit, namunhttp://jurma.unimus.ac.id dalam dunia praktik lapangan sering kita lihat bahwa beberapa 3
mahasiswa merasa canggung dan takut ketika berada di lingkungan baru sehingga mereka lebih pasif dan memilih untuk bergabung dengan kelompok masing-masing dengan alasan agar lebih nyaman ketika meminta bantuan ataupun ketika berdiskusi tentang pasien kelolaan mereka. Adanya rasa canggung dan takut itulah terkadang membuat mahasiswa praktikan ragu dalam mengambil keputusan ketika akan melakukan tindakan keperawatan pada pasien di rumah sakit. Lingkungan pembelajaran klinik adalah hal penting bagi mahasiswa keperawatan dan merupakan komponen dari kurikulum keperawatan untuk berinteraksi dengan pembimbing klinik. Interaksi dalam pembelajaran memiliki beberapa komponen yang meliputi tujuan pengajaran, mahasiswa, mentor, perencanaan pengajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran (Aktas & Karabulut, 2015; Chalil, 2008). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lunaigh (2015) mengatakan bahwa mahasiswa tidak cukup hanya menerima pengetahuan yang secara teori saja ataupun menjadi pengamat dilingkungan pembelajaran klinis. Mahasiswa harus mampu mengaplikasikan kemampuan mereka untuk membedakan perbedaan antara praktik keperawatan yang mereka dapat secara teoritis, praktik yang mereka saksikan dan praktik yang mereka lakukan secara mandiri dan dapat menjadi perawat yang bukan hanya bisa soft skill tetapi juga menjadi perawat yang ahli dalam hard skill. Untuk menumbuhkan pribadi yang professional, tidak cukup hanya dengan pembekalan materi di dalam kelas saja akan tetapi lingkungan pembelajaran di klinik yang nyaman, tidak saling membeda-bedakan asal universitas ataupun sikap perawat di rumah sakit terhadap mahasiswa praktikan juga mempengaruhi pembentukan sikap professional terhadap mahasiswa keperawatan. Pentingnya mendengarkan masukan dari mahasiswa, mengamati tentang hubungan antara perawat yang bekerja di lingkungan rumah sakit dengan mahasiswa praktik dan konteks dampak belajar, serta mendukung pembelajaran klinis untuk menciptakan lingkungan klinis positif. Pembelajaran klinis memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang positif dimana mahasiswa dapat mengembangkan strategi belajar yang telah mereka miliki, terlepas dari kesulitan dan kompleksitas yang terdapat dalam pembelajaran klinik (O'Mara, Donald, Gillespie, Brown, & Miles, 2013). Pembimbing klinik dan staf unit lainnya, termasuk perawat, manajer unit dapat membentuk pengalaman mahasiswa praktik di mulai dari memberi keyakinan tentang belajar, motivasi, umpan balik, lingkungan belajar dan lainnya, memberikan pembelajaran di tempat kerja dan karakteristik lingkungan pembelajaran diklinik yang baik serta menginformasikan tentang strategi dalam pembelajaran klinik untuk mahasiswa. Proses pembelajaran klinik merupakan strategi untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa keperawatan dalam pengelolaan pasien serta dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi dunia kerja yang akan datang baik di rumah sakit ataupun di klinik seperti puskesmas. Menurut UU No. 44 Tahun 2009 Rumah Sakit merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Rumah sakit ini sendiri terdiri dari beberapa ruang seperti ruang rawat inap, ruang gawat darurat, ruang operasi, dan lainnya. Rumah Sakit bukan hanya sebagai sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat saja akan tetapi bias juga sebagai tempat bagi mahasiswa keperawatan untuk mengasah pengetahuan yang telah diberikan secara teori dan kemudian dipraktikkan pada pasien yang ada di rumah sakit tersebut. RSUD Kota Semarang pada tahun 2015/2016 menerima praktekan mahasiswa keperawatan sebanyak 965 mahasiswa, dari sekian banyak mahasiswa keperawatan yang praktek di RSUD Kota Semarang terdapat 252 mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan, 15 mahasiswa Program Studi D4 Keperawatan, 409 mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan dan 289 mahasiswa Program Studi Profesi NERS. Penerimaan praktekan mahasiswa keperawatan di RSUD Kota Semarang dilakukan dengan cara pemberian surat pernyataan untuk praktek bagi mahasiswa keperawatan dari universitas kepada RSUD Kota Semarang kemudian dari kesepakatan perizinan untuk praktek tersebut, mahasiswa praktek di datangkan ke RSUD Kota Semarang dan diberikan pengarahan dalam praktek di Rumah Sakit tersebut. Setelah dilakukan pengarahan proses praktek kemudian dibagikan ruangan-ruangan mana saja yang akan digunakan selama praktek dilakukan.
http://jurma.unimus.ac.id 4
Fenomena yang terjadi di lapangan atau lingkungan pembelajaran klinik di Rumah Sakit yaitu banyaknya mahasiswa keperawatan yang sulit dalam pengambilan keputusan saat melakukan tindakan keperawatan karena terbatasnya sarana prasaran untuk melakukan tindakan kepada pasien, kurangnya penguasaan mahaasiswa pada teori yang sebelumnya diajarkan di Universitas masingmasing serta perawat senior cenderung memberi perintah tanpa memberitahukan cara melakukan tindakan keperawatan. penyelesaian masalah tidak hanya berpengaruh pada proses pengolahan asuhan keperawatan tetapi penting untuk meningkatkan kemampuan merencanakan sebuah perubahan. Perawat pada semua tingkatan posisi klinis harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan yang efektif, baik sebagai mahasiswa keperawatan, pelaksana/staf maupun sebagai pemimpin. Pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan membutuhkan pemikiran kritis dan analisis yang dapat ditingkatkan dalam praktek. Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan keputusan, yang difokuskan untuk mencoba memecahkan masalah secepatnya. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang efektif pada individu harus memiliki kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan dirinya dengan adanya bimbingan dan role model di lingkungan kerjanya. Berdasarkan fenomena yang sudah dijelaskan diatas maka menurut peneliti pentingnya melakukan penelitian hubungan antara lingkungan pembelajaran klinik dengan pengambilan keputusan bagi mahasiswa yang praktik diklinik. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif Non Eksperimen, desain yang digunakan adalah Deskriptif korelasional yaitu penelitian yang bermaksud mencari hubungan antara dua faktor variabel bebas dan variabel terikat. Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional karena pengumpulan data variabel bebas dan variabel terikat dilakukan dalam waktu bersamaan pada satu waktu (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan praktek yang bertugas di RSUD Kota Semarang yang berjumlah 43 responden pada periode Juli 2016. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Total Sampling. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tentang hubungan lingkungan pembelajaran klinik dengan pengambilan keputusan tindakan mahasiswa keperawatan di RSUD Kota Semarang ini dilaksanakan di RSUD Kota Semarang pada bulan 10 – 13 Agustus 2016. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa NERS di RSUD Kota Semarang sebesar 43 mahasiswa dengan semua populasi dijadikan sampel penelitian. RSUD Kota Semarang adalah Rumah Sakit yang berdiri sejak tahun 1990 dan merupakan Rumah Sakit dengan tipe B yang memiliki fasilitas pelayanan sebagai berikut: Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Intensif, Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Instalasi Farmasi, Radiologi, Bedah Sentral, Rehabilitasi Medik, Instalasi Anestesi, Laboratorium, Instalasi Gizi, Instalasi Kamar Jenazah. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Lingkungan Pembelajaran Klinik Mahasiswa Keperawatan di RSUD Kota Semarang Bulan Agustus 2016 ( n=43) Lingkungan Persentase Frekuensi pembelajaran klinik (%) Baik 14 32,6 Cukup 18 41,9 Kurang 11 25,6 Total 43 100,0 Berdasarkan tabel 1 di atas maka dapat diketahui bahwa mahasiswa keperawatan di RSUD Kota Semarang sebagian besar mempunyai lingkungan pembelajaran klinik cukup sebanyak 18
http://jurma.unimus.ac.id 5
responden (41,9%) dan sebagian kecil mempunyai lingkungan pembelajaran klinik kurang baik sebanyak 11 responden (25,6%). Tabel 2 Distribusi frekuensi pengambilan keputusan tindakan klinik mahasiswa keperawatan di RSUD Kota Semarang Bulan Agustus 2016 ( n=43) Pengambilan keputusan Mendukung kurang mendukung Total
Frekuensi 26 17 43
Persentase (%) 60,5 39,5 100,0
Berdasarkan tabel 3 di atas maka dapat diketahui bahwa mahasiswa keperawatan di RSUD Kota Semarang sebagian besar mempunyai pengambilan keputusan mendukung sebanyak 26 responden (60,5%) dan sebagian kecil mempunyai pengambilan keputusan kurang mendukung sebanyak 17 responden (39,5%). Tabel 3 Tabel silang antara lingkungan pembelajaran klinik dengan pengambilan keputusan klinik mahasiswa keperawatan di RSUD Kota Semarang Bulan Agustus 2016 ( n=43) Pengambilan keputusan Lingkungan Total Kurang pembelajaran Mendukung p-value mendukung klinik N % N % N % Baik 12 27,9 2 4,7 14 32,6 Cukup 12 27,9 6 14,0 18 41,9 0,05 Kurang 2 4,7 9 20,9 11 25,6 Berdasarkan tabel silang di atas dapat diketahui bahwa mahasiswa keperawatan di RSUD Kota Semarang yang mempunyai lingkungan pembelajaran klinik baik sebagian besar mempunyai pengambilan keputusan mendukung sebanyak 12 responden (27,9%), mahasiswa yang mempunyai lingkungan pembelajaran klinik sebagian besar mempunyai pengambilan keputusan mendukung sebanyak 12 responden (27,9%) dan yang mempunyai lingkungan pembelajaran klinik kurang sebagian besar mempunyai pengambilan keputusan. Berdasarkan hasil penelitian, kemudian dilakukan analisa data dengan menggunakan perhitungan secara statistik melalui uji Chi square dengan derajat kepercayaan (95%) dengan kebebasan (df) = 1. Setelah data diolah ternyata terdapat 1 sel (16,7%) yang mempunyai nilai harapan < 5, sehingga dianalisis menggunakan Chi Square dengan tingkat probabilitas α : 0,05. Dari hasil olah data didapatkan nilai Chi Square sebesar 12,250 dengan p value sebesar = 0,002 < 0,05, maka berdasarkan kriteria penolakan Ho dapat dinyatakan Hipotesa (Ho) ditolak dan Hipotesa (Ha) diterima berarti ada hubungan yang bermakna antara lingkungan pembelajaran klinik dengan pengambilan keputusan klinik mahasiswa keperawatan di RSUD Kota Semarang. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa mahasiswa keperawatan di RSUD Kota Semarang sebagian besar mempunyai lingkungan pembelajaran klinik cukup sebanyak 18 responden (41,9%) dan sebagian kecil mempunyai lingkungan pembelajaran klinik kurang baik sebanyak 11 responden (25,6%). Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa pernyataan dari responden tentang kuesioner lingkungan pembelajaran klinik pada Pernyataan tentang kondisi ruang dan ketersediaan pasien yang meliputi pernyataan nomer 1 menyatakan bahwa 27,9% mahasiswa mengatakan baik, 48,8% mahasiswa mengatakan cukup dan 23,3% mahasiswa menyatakan kurang. Pernyataan
http://jurma.unimus.ac.id 6
tentang kurikulum yang meliputi pernyataan nomer 2 menyatakan bahwa 41,6% mengatakan kurang, 5 menyatakan bahwa 62,8% mahasiswa mengatakan kurang, dan 6 menyatakan bahwa 37,3 mahasiswa mengatakan kurang. Beban kerja yang meliputi pernyataan nomer 14 menyatakan bahwa 30,3% mahasiswa mengatakan baik, 20,9% mahasiswa mengatakan cukup dan 48,8% mahasiswa mengatakan kurang. Interaksi dengan pembimbing klinik yang meliputi pernyataan nomer 16, 17, 18, 19 menyatakan bahwa sedikit mahasiswa yang mengatakan kurang daripada mahasiswa yang mengatakan baik dan cukup. Lingkungan belajar klinik terdiri dari work base learning, social atmosphere, formal training program, supervision, workload, dan faktor lain seperti ujian (Mulyono, 2011). Lingkungan belajar klinik dibentuk oleh beberapa faktor, meliputi kurikulum, materi, pembimbing klinik, staf perawat, beban kerja, dan media atau sarana (Boor et. al, 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa telah mempunyai cara pandang yang baik terhadap lingkungan pembelajaran klinik yang merupakan ajang pembuktian dan latihan dalam dunia nyata kesehatan. Untuk dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung atau suportif, maka diperlukan pembimbing klinik yang mempunyai pengetahuan yang baik selain mempunyai kemampuan klinik, terampil sebagai pengajar dan mempunyai komitmen sebagai pembimbing klinik. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa mahasiswa keperawatan di RSUD Kota Semarang sebagian besar mempunyai pengambilan keputusan mendukung sebanyak 26 responden (60,5%) dan sebagian kecil mempunyai pengambilan keputusan kurang mendukung sebanyak 17 responden (39,5%). Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa pernyataan dari pengambilan keputusan klinik mahasiswa keperawatan yang meliputi pernyataan tentang mengumpulkan informasi, mengmengetahui penyebab masalah, meninjau kriteria dan mengatasi masalah, mengetahui tindakan yang dilakukan, evaluasi pengambilan keputusan menyatakan bahwa sebagian besar mahasiswa mempunyai pengambilan keputusan yang mendukung. Demikian pula Drummond (1985) dalam Anzizhan (2006) pengambilan keputusan merupakan usaha penciptaan kejadian-kejadian dan pembentukan masa depan (peristiwa-peristiwa pada saat pemilihan dan sesudahnya). Marquis & Huston (2010) menyebutkan untuk meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan, perlu digunakan model proses yang adekuat sebagai dasar teori untuk memahami dan mengaplikasikan keterampilan berpikir kritis. Ada lima langkah kritis dalam penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan, yaitu ; Penetapan tujuan, mengumpulkan data secara cermat, membuat banyak alternatif, berpikir logis, memilih dan bertindak secara efektif. Hasil penelitian diketahui bahwa mahasiswa kepertawatan di RSUD Kota Semarang dapat disimpulkan bahwa responden sudah mempunyai pengambilan keputusan yang baik dalam mengambil keputusan seperti dalam hal pengumpulkan data tentang pasien, hal tersebut dipengaruhi beberapa faktor keadaan emosional dan fisik, personal karakteristik, kultur, sosial, latar belakang filosofi, pengalaman masa lalu, minat, pengetahuan dan sikap pengambilan keputusan yang dimiliki Berdasarkan tabel silang di atas dapat diketahui bahwa mahasiswa keperawatan di RSUD Kota Semarang yang mempunyai lingkungan pembelajaran klinik baik sebagian besar mempunyai pengambilan keputusan mendukung sebantak 12 responden (27,9%), mahasiswa yang mempunyai lingkungan pembelajaran klinik sebagian besar mempunyai pengambilan keputusan mendukung sebanyak 12 responden (27,9%) dan yang mempunyai lingkungan pembelajaran klinik kurang sebagian besar mempunyai pengambilan keputusan klinik mahasiswa keperawatan di RSUD Kota Semarang. Ada hubungan yang bermakna antara lingkungan pembelajaran klinik dengan pengambilan keputusan klinik mahasiswa keperawatan di RSUD Kota Semarang.
http://jurma.unimus.ac.id 7
Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa keperawatan yang mempunyai lingkungan pembelajaran klinik baik mempunyai pengambilan keputusan mendukung tetapi masih ada juga yang kurang mendukung, hal ini disebabkan faktor psikologi dan intelegensi mahasiswa yang berbeda-beda, mahasiswa cemas dan takut dalam melaksanakan praktek klinik sehingga berpengaruh terhadap kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan mahasiswa yang mempunyai lingkungan pembelajaran klinik cukup baik sebagian besar mempunyai pengambilan keputusan mendukung namun ada sebagian mahasiswa yang mempunyai lingkungan pembelajaran klinik kurang tetapi mempunyai pengambilan keputusan mendukung, hal ini dapat terjadi karena mahasiswa tersebut mempunyai kemampuan dasar yang baik, disamping itu keberanian dan kesiapan dapat mendukung dalam mengambil keputusan. Disamping itu mahasiswa ini biasanya mendapatkan pembimbing praktek yang baik dan ahli dalam bidangnya sehingga mempunyai kemampuan profesional dalam area klinik tertentu sehingga dapat memberikan pelayanan/asuhan keperawatan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Iswahyuni (2008) tentang Hubungan antara persepsi mahasiswa tentang kemampuan pembimbing klinik dan manajemen pembelajaran klinik dengan kinerja praktek klinik dengan Hasil penelitian ini didapatkan ada hubungan yang posistif bermakna antarapersepsi mahasiswa tentang kemampuan pembimbing klinik dari dosen dengan kinerja praktik klinik dengan koefisien korelasi r = 0,638, persepsi mahasiswa tentang kemampuan pembimbing klinik dari rumah sakit dengan kinerja praktik. Sedangkan hasil penelitian Aktas, dkk (2015) Tentang survei persepsi mahasiswa keperawatan turki pada lingkungan pembelajaran klinik dan hubungannya dengan motivasi akademik dan pengambilan keputusan klinik tahun 2015 dengan hasil dalam penelitian ini, 45% dari siswa kelas dua, 30,6% dari siswa kelas tiga dan 24,3% dari siswa kelas IV. Ada statistik signifikan Tidak bisa korelasi positif ditemukan antara lingkungan belajar klinik dan motivasi akademik mahasiswa keperawatan (r = 0,182, pb 0,05). Namun, tidak ada korelasi antara lingkungan belajar klinis dan pengambilan keputusan klinis (r = 0,082, p N 0,05). Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu responden peneliti hanya melibatkan mahasiswa NERS di RSUD Kota Semarang pada periode bulan Agustus 2016 sebagai populasi penelitian, sehingga hasil penelitian belum dapat dijadikan tolak ukur pada populasi yang lebih besar. Pengumpulan data dengan pengisian kuesioner cenderung bersifat subyektif sehingga kejujuran responden menentukan kebenaran data yang diberikan. Ketidaktepatan jawaban dapat terjadi karena faktor pemahaman responden yang kurang terhadap pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh peneliti, karena saat dilakukan penelitian mahasiswa juga sedang melakukan praktik di ruangan sehingga mahasiswa cenderung tidak serius membaca dan memahami setiap item pernyataan. Kesulitan dalam menemui subyek penelitian karena kegiatan praktek yang padat. PENUTUP Hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswa NERS di RSUD Kota Semarang sebagian besar mempunyai lingkungan pembelajaran klinik cukup sebanyak 18 responden (41,9%) dan sebagian kecil mempunyai lingkungan pembelajaran klinik kurang baik sebanyak 11 responden (25,6%). Mahasiswa keperawatan di RSUD Kota Semarang sebagian besar mempunyai pengambilan keputusan mendukung sebanyak 26 responden (60,5%) dan sebagian kecil mempunyai pengambilan keputusan kurang mendukung sebanyak 17 responden (39,5%). Ada hubungan yang bermakna antara lingkungan pembelajaran klinik dengan pengambilan keputusan klinik mahasiswa keperawatan di RSUD Kota Semarang Hasil penelitian ini adanya hubungan yang bermakna antara lingkungan pembelajaran klinik dengan pengambilan keputusan klinik mahasiswa keperawatan, sehingga sebagai peneliti menyarankan mahasiswa dapat mengaplikasikan materi pembelajaran klinik saat berada di
http://jurma.unimus.ac.id 8
lingkungan pembelajaran klinik. Pembimbing klinik disarankan untuk memberi edukasi kepada mahasiswa secara maksimal agar mahasiswa dapat terjun ke lingkungan pembelajaran klinik secara optimal. Bagi pihak rumah sakit hendaknya menyediakan suatu sarana prasarana dalam pengambilan keputusan saat melakukan tndakan di lingkungan pembelajaran klinik. Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat mahasiswa sarana dan prasarana pengembangan dalam pembelajaran klinik dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan praktek klinik keperawatan terutama pengambilan keputusan tindakan klinik mahasiswa di pembelajaran klinik. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menganalisa keterampilan mahasiswa mengenai pengambilan keputusan tidakan di klinik dalam lingkungan pembelajaran klinik serta dapat melakukan penelitian dengan cara observasi. KEPUSTAKAAN Aktaş, Y. Y., & Karabulut, K. (2015). Determining problem experienced by student nurse in their work with clinical educators in Turkey. A Survey on Turkish nursing students perception of clinical learning environment and it's association with academic motivation and clinical decision making, 5. Anzizhan, S. (2006). Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. (E. A. Mardella, Penyunt.) Jakarta: EGC. Chalil, A. (2008). Pembelajaran Berbasis Fitrah. (N. Susanti, Penyunt.) Jakarta: Balai Pustaka. Fathoni, A. (2006). Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hall, J. A., & Singleton, T. (2007). Audit dan Assurance Teknologi Informasi (2 ed.). Jakarta: Salemba Empat. Haraldseid, C., Friberg, F., & Aese, K. (2015). Nursing students' perceptions of factors influencing their learning environment in a clinical skills laboratory: A qualitative study. Nurse Education Today 35, 1. Hidayat, A. A. (2009). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Kartakusumah, B. (2006). Pemimpin Adiluhung Genealogi Kepemimpinan Kontemporer. (M. Sudarma, M. Pinem, & T. M. R, Penyunt.) Jakarta: Teraju. Murti, B. (2010). Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan (2 ed.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam, F. E. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Oktavia, N. (2015). SISTEMATIKA PENULISAN KARYA ILMIAH Bagi Mahasiswa Diploma III dan S1 Kesehatan (1 ed.). Yogyakarta: Deepublish. Papathanasiou, I. V., Tsaras, K., & Sarafis, P. (2013). Views and perceptions of nursing students on their clinical. Nurse Education Today, 1. Rasyid, H., & Mansur. (2009). Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV. Wacana Prima. Riduwan. (2007). Metode Penelitian untuk Tesis. Bandung: Alfabeta. Sari, d. p., & Fardiansyah, L. O. (2013). makalah pendidikan dalam keperawatan “metode pembelajaran di klinik”. Makasar. Suarli, S., & Bahtiar, Y. (t.thn.). MANAJEMEN KEPERAWATAN dengan Pendekatan Praktis. (A. Safitri, & R. Astikawati, Penyunt.) Jakarta: Erlangga. Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: CV Alfa Beta. Ugusman, A., R. A, Z. N., Razak, Z. N., Soh, M. M., Faizul, P. N., & Ibrahim, S. F. (2015). Assesment of learning environment among first year Mlaysian medical students. Taibah University Medical Sciences, 2. Usman, H., & Akbar, P. S. (2008). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Waluya, B. (2007). Sosiologi : Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Bandung: PT Setia Purna Inves. Widada, R. H., & Prayogi, I. (2010). Kamus Saku Bahasa Indonesia. Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka.
http://jurma.unimus.ac.id 9
http://jurma.unimus.ac.id 10