Tumbuhan permukaan rawa yang tumbuh dengan sendirinya di areal rawa ini antara lain: Alternanthera pyloxiroides, Centela umbelata, Cynodon dactylon, Cyperaceae, Emilia sonchifolia, Erigeron sumatraensis, Eupatorium inulifolium, Gramineae (rerumputan), Myriophyllum sp. dan Pteris (spora paku-pakuan) (Gambar 4.6). Hasil uji air rawa sagpond menunjukkan kadar pH 3,52 yang mencirikan bahwa air rawa di daerah penelitian memiliki tingkat keasaman yang cukup tinggi (Lampiran B).
4.1.2 Kumpulan Polen Modern Analisis polen dan spora Resen dilakukan pada 2 (dua) sampel modern, yang terdiri atas 1 (satu) sampel, diambil dari dasar rawa, yakni dasar rawa sebelah selatan dan barat, dan 1 (satu) sampel dari tanah permukaan rawa sagpond. Hasil determinasi pada sampel modern menunjukkan adanya kandungan polen dan spora yang hampir sama dengan tumbuhan di sekitar rawa sagpond. Hasil identifikasi berupa kandungan jenis spesies polen dan spora, jumlah butiran dan persentase setiap spesies dari ketiga sampel modern tersebut diperlihatkan pada tabel 4.1 dan diagram polen modern pada gambar 4.7 (sampel dari dasar rawa sebelah selatan) dan gambar 4.8 (sampel dari tanah permukaan rawa sebelah selatan). Dari hasil identifikasi tersebut tampak bahwa kandungan polen pada sampel dasar rawa lebih didominasi polen-polen dari tumbuhan pegunungan, tumbuhan semak dan tumbuhan rawa, sedangkan kandungan polen pada sampel permukaan rawa lebih didominasi polen-polen dari tumbuhan rerumputan. Hasil kumpulan polen-spora modern dan variasi tumbuhan pada lingkungan rawa sagpond modern menunjukkan variasi kandungan polen dan spora yang hampir sama dengan data palinologi pada data inti bor.
36
tabel 4.1
37
Gambar 4.7
38
gambar 4.8
39
4.2 Stratigrafi Hasil analisis stratigrafi pada inti bor sepanjang 300 cm menunjukkan urut-urutan perulangan runtunan perselingan antara endapan lumpur dan gambut (Tabel 4.2). Secara umum, profil stratigrafi bagian bawah hingga tengah lebih didominasi oleh endapan tuf (kedalaman 300 cm sampai dengan 184 cm) dan bagian tengah hingga atas (kedalaman 184 cm sampai dengan 30 cm) lebih didominasi oleh gambut bersisipan soil, sedangkan dari kedalaman 30 cm hingga permukaan merupakan tanah urugan. Deskripsi endapan pada ketiga sampel modern yang diambil dari endapan dasar rawa dan tanah permukaan sagpond modern menunjukkan karakter yang sama dengan endapan sebelum tanah urugan, yaitu lumpur berwarna hitam, gelap, gambutan dan kaya akan kandungan sisa-sisa tumbuhan. Dominasi endapan tuf dari kedalaman 300 cm sampai dengan 184 cm umumnya mengandung sedikit kandungan sisa-sisa tumbuhan, bewarna lebih kemerahan dan lebih bertekstur pasiran, bahkan ada yang mengandung fragmen kerikilan dengan bentuk butir menyudut berukuran ~2 cm. Sedangkan dominasi gambut dari kedalaman 184 cm sampai dengan 30 cm lebih banyak mengandung sisa-sisa tumbuhan, bertekstur lebih halus dan berwarna lebih kecoklatan. Batas kontak antar lapisan endapan umumnya kurang tegas. Batas kontak yang tegas hanya dijumpai pada kedalaman 184 cm dan 175 cm, dicirikan oleh perbedaan tipe endapan, yakni endapan gambut, dengan endapan tuf pasiran di atasnya dan tuf di bawahnya. Batas kontak sedikit tegas terdapat pada batas lapisan di kedalaman 131 cm, yakni antara gambut di atasnya dengan soil di bawahnya, dicirikan oleh perbedaan kisaran warna Munsell Soil Charts yang cukup kontras (dari 2,5 YR menjadi & 7,5 YR) dan batas lapisan pada kedalaman 30 cm, yakni antara bagian atas gambut dengan bagian bawah tanah urugan.
40
Tabel 4.2
41
Dalam model hipotetik (Gambar 1.3 - 1.5) diilustrasikan bahwa sedimentasi rawa sagpond yang mengalami penurunan akibat adanya aktifitas patahan normal, pada awal pengendapan, sagpond akan terisi oleh erosi dari dinding - dinding foot wall yang tertransportasi ke dalam tubuh perairan (rawa) sagpond dan dilanjutkan dengan sedimentasi perairan rawa yang biasanya berupa endapan-endapan yang kaya akan material-material organik dari tumbuhan di sekitar rawa. Dalam model tersebut diilustrasikan bahwa kondisi sagpond yang tenang setelah terjadinya aktifitas patahan memungkinkan terus berlanjutnya proses sedimentasi hingga mendangkalkan dasar rawa sampai sagpond terisi penuh oleh endapan dan mencapai permukaan yang kemudian terjadi kontak (oksidasi) dengan udara permukaan (atmospheric contact) hingga selanjutnya terjadi proses pembentukan soil pada akhir runtunan sedimentasi sagpond tersebut. Dengan dasar pemikiran ini, interpretasi pada stratigrafi endapan-endapan sagpond di daerah penelitian teramati sebanyak 9 (sembilan) runtunan stratigrafi, yaitu: -
Runtunan Stratigrafi A: interval kedalaman 300 cm sampai dengan 278 cm
-
Runtunan Stratigrafi B: interval kedalaman 278 cm sampai dengan 245 cm
-
Runtunan Stratigrafi C: interval kedalaman 245 cm sampai dengan 234 cm
-
Runtunan Stratigrafi D: interval kedalaman 234 cm sampai dengan 200 cm
-
Runtunan Stratigrafi E: interval kedalaman 200 cm sampai dengan 131 cm
-
Runtunan Stratigrafi F: interval kedalaman 131 cm sampai dengan 84 cm
-
Runtunan Stratigrafi G: interval kedalaman 84 cm sampai dengan 52 cm
-
Runtunan Stratigrafi H: interval kedalaman 52 cm sampai dengan 30 cm
-
Runtunan Stratigrafi I: interval kedalaman 30 cm sampai dengan 0 cm
42
4.2.1 Runtunan Stratigrafi A (Kedalaman 300 cm sampai dengan 278 cm) Endapannya merupakan gambut berwarna coklat tua hingga hitam tampak banyak mengandung material organik (Tabel 4.3). Tabel 4.3 Profil stratigrafi pada Runtunan Stratigrafi A Kedalaman (cm)
Litologi
Munsell Soil Color Charts
Deskripsi
Runtunan Stratigrafi
278 280 284 288 292 296 300
5YR 3/1 - 2.5/1
Gambut, coklat tua-hitam,kandungan organik banyak
A
4.2.2 Runtunan Stratigrafi B (Kedalaman 278 cm sampai dengan 245 cm) Lapisan-lapisan endapan pada Runtunan B terdiri atas tuf berwarna kemerahan yang ditindih secara berangsur oleh gambut berwarna kehitaman, kemudian oleh paleosol berwarna coklat hingga kemerahan. Penarikan batas runtunan antara Runtunan Stratigrafi B dengan Runtunan Stratigrafi A (Tabel 4.4) didasarkan pada perubahan endapan dari karakter gambut yang berwarna coklat tua-hitam dan banyak mengandung material organik (bagian atas Runtunan Stratigrafi A) menjadi tuf berwarna kemerahan dan sedikit mengandung material organik (bagian bawah Runtunan Stratigrafi B).
43
Tabel 4.4 Profil stratigrafi pada Runtunan Stratigrafi A & B Kedalaman (cm) 245 248 252 256 260 259 264 268 272 276 278 280 284 288 292 296 300
Litologi
Munsell Soil Color Charts
5 YR 4/3 - 3/3
Deskripsi
Runtunan Stratigrafi
Paleosol, coklat, kemerahan
2.5 YR ; 4/2 - 3/2 Gambut, coklat tua-hitam 5 YR 4/3 - 3/3
Tuf, coklat kemerahan
5YR 3/1 - 2.5/1
Gambut, coklat tua-hitam, kandungan organik banyak
B
A
4.2.3 Runtunan Stratigrafi C (Kedalaman 245 cm sampai dengan 234 cm) Bagian bawah Runtunan stratigrafi C merupakan lapisan tuf berwarna coklat muda kemerahan, bertekstur pasiran yang ditindih oleh gambut berwarna coklat kemerahan. Perubahan endapan dari karakter paleosol yang berwarna coklat sedikit kemerahan (bagian atas Runtunan Stratigrafi B) menjadi tuf berwarna coklat muda kemerahan dengan tekstur lebih kasar yakni lebih bersifat pasiran (bagian bawah Runtunan Stratigrafi C) dijadikan dasar penarikan batas runtunan antara Runtunan Stratigrafi C dengan Runtunan Stratigrafi B (Tabel 4.5)
44
Tabel 4.5 Profil stratigrafi pada Runtunan Stratigrafi B & C Kedalaman (cm) 234 236 237 240 244 248 245 252 256 259 260 264 268 272 276 278 280
Litologi
Munsell Soil Color Charts
Deskripsi
2.5 YR ; 4/2-3/2 5 YR Tuf, coklat muda, kemerahan, 4/3 - 3/3 bertekstur pasir/pasiran 5 YR Paleosol, coklat, kemerahan 4/3 - 3/3 2.5 YR;4/2-3/2 Gambut, coklat tua-hitam 5 YR 4/3 - 3/3
Runtunan Stratigrafi
C
B
Tuf, coklat kemerahan
4.2.4 Runtunan Stratigrafi D (Kedalaman 234 cm sampai dengan 200 cm) Bagian bawah Runtunan stratigrafi D merupakan lapisan endapan tuf berwarna coklat, pasiran, mengandung fragmen tuf pumice menyudut (interval kedalaman 234 cm - 216 cm). Endapan kemudian berangsur menjadi gambut berwarna coklat muda-tua, mengandung sisa-sisa tumbuhan (interval kedalaman 216 cm 212 cm). Runtunan ini kemudian diakhiri oleh paleosol berwarna coklat muda kekuningan bertekstur pasiran (interval kedalaman 212 cm - 200 cm). Perubahan endapan dari karakter gambut (bagian atas Runtunan Stratigrafi C) menjadi tuf (bagian bawah Runtunan Stratigrafi D) dijadikan dasar penarikan batas runtunan antara Runtunan Stratigrafi D dengan Runtunan Stratigrafi C (Tabel 4.6)
45
Tabel 4.6 Profil stratigrafi pada Runtunan Stratigrafi C & D Kedalaman (cm) 200 204 208 212 216 220 224 228 232 236 240 244
211
230 234 237 245
Litologi
Munsell Soil Color Charts 7.5 YR 5/3 - 4/3 2.5 YR 4/2 - 3/2 2.5 YR 4/1 - 3/1
Deskripsi
Paleosol, coklat muda kekuningan, tufan, bertekstur pasir Gambut, coklat muda-tua, mengandung sisa tumbuhan Tuf, coklat, pasiran, mengandung fragmen tuf pumice menyudut ~ 2cm, mengambang
2.5 YR ; 4/2-3/2 5 YR Tuf, coklat muda, kemerahan, 4/3 - 3/3 bertekstur pasir/pasiran
Runtunan Stratigrafi
D
C
4.2.5 Runtunan Stratigrafi E (Kedalaman 200 cm sampai dengan 131 cm) Runtunan Stratigrafi E tersusun atas endapan tuf berwarna coklat tua dengan kandungan fragmen-fragmen tuf di dalamnya (pada interval kedalaman 200 cm 184 cm). Lapisan ini selanjutnya berubah dengan batas yang sangat jelas menjadi endapan gambut berwarna hitam dengan kandungan organik yang semakin kaya ke arah atas (pada interval kedalaman 184 cm - 175 cm). Di atas endapan gambut (pada interval kedalaman 175 cm - 150 cm), kemudian terdapat paleosol berwarna muda kekuningan dengam tekstur pasiran (Tabel 4.7). Batas runtunan antara Runtunan Stratigrafi E dengan Runtunan Stratigrafi D diinterpretasi
berdasarkan perubahan endapan dari karakter paleosol (bagian
atas Runtunan Stratigrafi D) menjadi tuf (bagian bawah Runtunan Stratigrafi E).
46
Tabel 4.7 Profil stratigrafi pada Runtunan Stratigrafi D & E
Kedalaman (cm)
Litologi
132 131 136 140 144 148 152 150 156 160 164 168 172 175 176 180 184 188 192 196 200 204 208 211 212 216 220 224 228 230 232 234
Munsell Soil Color Charts 7.5 YR 4/2 - 3/2
7.5 YR 5/3 - 4/3
Deskripsi
Runtunan Stratigrafi
Paleosol, coklat kemerahan, coklat tua
Paleosol, kekuningan hingga kemerahan, tekstur pasiran E
2.5 Y 2.5/1 5 YR 4/2 - 3/2
Gambut, hitam, kand. organik makin kaya ke arah atas Tuf, coklat,kemerahan, pasiran mengandung fragmen tuf Tuf , coklat tua, mengandung fragmen tuf (~7cm), pasiran
V V V
7.5 YR 5/3 - 4/3 2.5 YR 4/2 - 3/2 2.5 YR 4/1 - 3/1
Paleosol, coklat muda kekuningan, tufan, bertekstur pasir Gambut, coklat, mengandung sisa tumbuhan Tuf, coklat, tekstur pasiran, mengandung fragmen tuf menyudut ~ 2cm, kemas terbuka (mengambang)
D
4.2.6 Runtunan Stratigrafi F (Kedalaman 131 cm sampai dengan 84 cm) Runtunan Stratigrafi F tersusun atas gambut berwarna hitam yang kaya akan sisasisa tumbuhan yang kemudian menjadi soil berwarna coklat terang mengandung bebijian dan sisa-sisa akar tumbuhan.
47
Dasar penarikan batas runtunan antara runtunan F dengan runtunan di bawahnya (Tabel 4.8) dari adanya perubahan endapan dari karakter paleosol (bagian atas Runtunan Stratigrafi E) menjadi gambut (bagian bawah Runtunan Stratigrafi F).
4.2.7 Runtunan Stratigrafi G (Kedalaman 84 cm sampai dengan 52 cm) Runtunan Stratigrafi G hanya berupa endapan gambut berwarna hitam gelap dan di bagian atasnya terdapat sisa-sisa tumbuhan dengan struktur tumbuhan yang lebih jelas (berupa serat-serat tumbuhan dan potongan-potongan kayu). Batas antar runtunan (Tabel 4.9) didasarkan pada perubahan endapan dari karakter soil berwarna coklat terang yang mengandung bebijian dan sisa-sisa akar (bagian atas Runtunan Stratigrafi F) menjadi gambut berwarna hitam (bagian bawah Runtunan Stratigrafi G).
4.2.8 Runtunan Stratigrafi H (Kedalaman 52 cm sampai dengan 30 cm) Runtunan Stratigrafi H masih berupa endapan gambut namun berwarna lebih terang yakni coklat tua yang cenderung kehitaman. Karakter gambut berwarna lebih terang yakni coklat tua (Runtunan Stratigrafi H) dari gambut berwarna hitam gelap dan sisa-sisa tumbuhan dengan struktur yang lebih jelas pada bagian atas Runtunan Stratigrafi G diinterpretasi sebagai batas antar kedua runtunan ini (Tabel 4.10).
48
Tabel 4.8 Profil stratigrafi pada Runtunan Stratigrafi E & F
Kedalaman (cm)
Litologi
84 88 92 96 100 104 108 112 116 120 124 128 131 132 136 140 144 148 150 152 156 160 164 168 172 175 176 180 184 188 192 196 200
Munsell Soil Color Charts
Deskripsi
5 YR 6/3 - 5/3
Paleosol, coklat terang, tufan, terdapat bebijian & sisa-sisa akar
2.5 Y 2/5 - 1
Gambut, hitam, kaya akan sisa tumbuhan
7.5 YR 4/2 - 3/2
Paleosol, coklat kemerahan, coklat tua
7.5 YR 5/3 - 4/3
Paleosol, kekuningankemerahan, tekstur pasiran
Runtunan Stratigrafi
F
E
2.5 Y 2.5/1 5 YR 4/2 - 3/2 V V V
Gambut, hitam, kand. organik semakin kaya ke arah atas Tuf, coklat, kemerahan, mengandung fragmen tuf, pasiran Tuf, coklat tua, mengandung fragmen tuf (~7cm), pasiran
49
Tabel 4.9 Profil stratigrafi pada Runtunan Stratigrafi F & G Kedalaman (cm) 54 56 60 64 68 72 76 80 84 88 92 96 100 104 108 112 116 120 124 128 131
Litologi
Munsell Soil Color Charts 2.5 Y 2.5/1
5 YR 6/3 - 5/3 2.5 Y 2/5 - 1
Deskripsi
Runtunan Stratigrafi
Gambut, warna hitam, gelap mengandung sisa-sisa tumbuhan, serat & kayu
G
Paleosol, coklat terang, terdapat bebijian & sisa-sisa akar Gambut, hitam, kaya akan sisa tumbuhan
F
4.2.9 Runtunan Stratigrafi I (Kedalaman 30 cm sampai dengan 0 cm) Runtunan Stratigrafi I merupakan tanah urugan berwarna coklat kemerahan, lanauan, mengandung rerumputan (interval kedalaman 30 cm sampai dengan 0 cm). Menurut penduduk sekitar tanah ini sengaja diurug oleh penduduk setempat di areal rawa ini (Tabel 4.10).
50
Tabel 4.10 Profil stratigrafi pada Runtunan Stratigrafi G & H Kedalaman (cm)
Litologi
32 30 36 40 44 48 52 54 56 60 64 68 72 76 80 84
Munsell Soil Color Charts
Deskripsi
2.5 YR 2/5 - 1/1.2 3/1
Gambut, warna coklat tua, cenderung hitam, terdapat sisa-sisa tumbuhan, serat & kayu di bagian bawahnya
2.5 Y 2.5/1
Gambut, warna hitam, gelap, mengandung sisa-sisa tumbuhan, serat & kayu
Runtunan Stratigrafi
H G G
G F G
Tabel 4.11 Profil stratigrafi pada Runtunan Stratigrafi H & I Kedalaman (cm)
Litologi
Munsell Soil Color Charts
Deskripsi
Runtunan Stratigrafi
2.5 YR 4/3 - 3/3
12
I
24 32 40 44
2.5 YR 2/5 - 1/1.2 3/1
Gambut, warna coklat tua, cenderung hitam
52
51
H
4.3 Diagram Polen Analisis palinologi sebanyak 70 sampel telah dilakukan pada inti bor sepanjang 300 cm yang diambil dari daerah Graha Puspa, Cihideung, Lembang, Bandung. Dari hasil determinasi palinologi dikenali 74 taksa tumbuhan dan 11 taksa spora, dengan proporsi yang bervariasi pada setiap sampelnya. Tujuh puluh empat taksa tersebut terdiri atas 42 taksa tumbuhan dataran tinggi, 12 taksa tumbuhan rawa, 14 taksa tumbuhan semak-belukar, 3 taksa tumbuhan perairan dan 3 taksa rerumputan. Dengan Metoda Alikuot, hasil determinasi, perhitungan jumlah dan persentase butiran polen-spora yang terkandung dalam sampel-sampel di daerah penelitian terdapat pada lampiran C dan D. Seluruh taksa hasil analisis data bor ditampilkan dalam diagram palinologi (Gambar 4.9). Dalam tabel dan diagram kekayaan polen dan spora (lampiran E dan Gambar 4.9) tampak bahwa jumlah total butiran polen bervariasi antara 60 sampai 300 butiran (jumlah butiran terendah mencapai 66 butiran yang terkandung dalam sampel pada kedalaman 264 cm, dan jumlah butiran tertinggi mencapai 398 butiran yang terkandung dalam sampel pada kedalaman 80 cm), sedangkan jumlah butiran spora sekitar 90 hingga 300 butiran. Rasio kandungan polen terhadap jumlah total polen-spora umumnya mencapai nilai persentase antara 20% hingga 70%, sedangkan nilai rasio yang bernilai kurang dari 20% hanya terdapat dalam sampel pada kedalaman 176 cm dan 184 cm dengan nilai rasio 11% dan 17%. Pengelompokan komunitas tumbuhan dibagi ke dalam 5 (lima) kumpulan komunitas tumbuhan, yakni kumpulan komunitas tumbuhan dataran tinggi, kumpulan komunitas tumbuhan rawa, kumpulan komunitas tumbuhan perairan, kumpulan komunitas semak-belukar dan kumpulan komunitas rerumputan. Daftar akumulasi persentase kelompok komunitas ini diperlihatkan pada lampiran F dan diagram akumulatif palinologi pada gambar 4.9.
52
Dari distribusi kehadirannya, kumpulan polen dan spora tersebut terbagi ke dalam 4 (empat) zonasi palinologi, yaitu: - Zonasi Palinologi I: antara kedalaman 296 cm sampai dengan 184 cm - Zonasi Palinologi II: antara kedalaman 184 cm sampai dengan 131 cm - Zonasi Palinologi III: antara kedalaman 131 cm sampai dengan 30 cm - Zonasi Palinologi IV: antara kedalaman 30 cm sampai dengan 20 cm Pembagian zonasi atau sub zonasi ini didasarkan pada tinggi-rendahnya proporsi polen yang terkandung di dalam masing-masing jenis atau kelompok tumbuhannya. Oleh karena kategori proporsi tinggi-rendah tumbuhan tersebut relatif berbeda-beda, maka penentuannya didasarkan pada kehadiran minimum (proporsi terendah) dan maksimum (proporsi tertinggi) proporsi polen yang hadir di dalam inti bor tersebut, yaitu:
Kelompok tumbuhan
Proporsi tertinggi
Proporsi terendah
Tumbuhan dataran tinggi
64,85%
6,7%
Tumbuhan rawa
1,9%
36,2%
Tumbuhan semak-belukar
0,0%
9,3%
Tumbuhan perairan
85,1%
1,8%
Rerumputan
2,1%
79,3%
4.3.1 Zonasi Palinologi I (Interval Kedalaman 296 cm - 184 cm) Penciri utama Zonasi Palinologi I adalah tingginya tumbuhan dataran tinggi (diantaranya Castanopsis dan Moraceae); tingginya tumbuhan rawa (diantaranya
53
Macaranga dan Umbelliferae); rendahnya tumbuhan semak-belukar (diantaranya Bischofia dan Glochidion); tingginya tumbuhan perairan (diantaranya Nuphar dan Pandanus tectorius) dan rerumputan (diantaranya Compositae dan Gramineae). Zonasi ini terkandung dalam dominasi endapan tuf berwarna coklat kemerahan, bertekstur halus sampai agak kasar (pasiran hingga kerikilan). Dengan mengkaji lebih khusus distribusi kehadiran polen-spora pada Zonasi Palinologi I, maka zonasi ini dapat dibagi lagi ke dalam 7 (tujuh) sub-zonasi palinologi, yaitu: - Sub-Zonasi Palinologi I-a: antara kedalaman 296 cm sampai dengan 278 cm - Sub-Zonasi Palinologi I-b: antara kedalaman 278 cm sampai dengan 260 cm - Sub-Zonasi Palinologi I-c: antara kedalaman 260 cm sampai dengan 245 cm - Sub-Zonasi Palinologi I-d: antara kedalaman 245 cm sampai dengan 234 cm - Sub-Zonasi Palinologi I-e: antara kedalaman 234 cm sampai dengan 228 cm - Sub-Zonasi Palinologi I-f: antara kedalaman 228 cm sampai dengan 212 cm - Sub-Zonasi Palinologi I-g: antara kedalaman 212 cm sampai dengan 200 cm - Sub-Zonasi Palinologi I-h: antara kedalaman 200 cm sampai dengan 184 cm
4.3.1.1 Sub-Zonasi Palinologi I-a (Interval Kedalaman 296 cm - 278 cm) Penciri utama Sub-Zonasi I-a adalah tingginya kehadiran tumbuhan dataran tinggi (proporsinya berkisar antara 26,4% - 40,7%); tingginya tumbuhan rawa (27,7% 36,0%); hadirnya tumbuhan semak-belukar (0,7% - 6,8%) dan tumbuhan perairan (2,2% - 3,4%); dan cukup tingginya tumbuhan rerumputan (20,3% - 35,8%). Tingginya tumbuhan dataran tinggi dicirikan oleh kehadiran Castanopsis (9% 32%), Moraceae (2% - 8%), Quercus (0% - 4%) dan Trema (1% - 6%); Tingginya tumbuhan rawa dicirikan oleh kehadiran Macaranga (16% - 26%) dan
54
Umbelliferae (5% - 14%); dan tingginya segmen polen rerumputan dicirikan oleh kehadiran Cyperaceae (2% - 0%) dan Gramineae (36% - 19%).
4.3.1.2 Sub-Zonasi Palinologi I-b (Interval Kedalaman 278 cm - 260 cm) Sub-Zonasi I-b dicirikan oleh meningkatnya frekuensi tumbuhan dataran tinggi (berkisar antara 44,3% - 57,4%); masih tingginya frekuensi tumbuhan rawa (18,3% - 36,2%); rendahnya frekuensi tumbuhan semak-belukar (1,9% - 9,2%); rendahnya frekuensi tumbuhan perairan (1,8% - 7,7%); dan menurunnya frekuensi rerumputan (7,4% - 18,2%). Penciri utama sub-zonasi ini adalah menaiknya frekuensi Castanopsis (14% 34%) dan Moraceae (2% - 8%); masih tingginya frekuensi Macaranga (17% 26%) dan menurunnya frekuensi Umbelliferae (0% - 6%); sedikit meningkatnya frekuensi Glochidion (0% - 3%); sedikit meningkatnya frekuensi Nuphar (2% 8%); menaiknya frekuensi Compositae; dan berkurangnya frekuensi Gramineae (3% - 15%).
4.3.1.3 Sub-Zonasi Palinologi I-c (Interval Kedalaman 260 cm - 245 cm) Sub-Zonasi I-c dicirikan oleh sedikit berkurangnya frekuensi tumbuhan dataran tinggi (proporsinya berkisar antara 29,1% - 49,0%); berkurangnya tumbuhan rawa (13,0% - 20,9%); masih rendahnya tumbuhan semak-belukar (4,9% - 8,0%); meningkatnya tumbuhan perairan (8,8% - 23,2%); dan rendahnya proporsi rerumputan. Penciri utama sub-zonasi ini adalah berkurangnya frekuensi Castanopsis (9% - 23%) dan menaiknya frekuensi Moraceae (3% - 11%); berkurangnya frekuensi Macaranga (9% - 18%); meningkatnya frekuensi Nuphar
55
(0% - 13%) dan Pandanus tectorius (0% - 21%); meningkatnya frekuensi Compositae (5% - 24%); dan masih rendahnya frekuensi Gramineae (5% - 15%).
4.3.1.4 Sub-Zonasi Palinologi I-d (Interval Kedalaman 245 cm - 234 cm) Sub-Zonasi I-d dicirikan oleh meningkatnya tumbuhan rawa (18% - 20%) dan menurunnya kelompok rerumputan meskipun sempat meningkat pada awalnya (35,8% - 9,1%). Penciri utama sub-zonasi ini adalah meningkatnya frekuensi Macaranga (18% - 20%) sebagai penciri kelompok tumbuhan rawa; sedangkan kelompok rerumputan dicirikan oleh Compositae (1% - 24%) dan Gramineae (8% - 16%).
4.3.1.5 Sub-Zonasi Palinologi I-e (Interval Kedalaman 234 cm - 228 cm) Sub-Zonasi I-e dicirikan oleh meningkatnya tumbuhan dataran tinggi bahkan mencapai puncaknya di sini (proporsinya berkisar antara 62,7% - 64,8%); meningkatnya tumbuhan rawa (15,5% - 19,5%); rendahnya tumbuhan semakbelukar (3,1% - 3,6%). Penciri utama sub-zonasi ini adalah meningkatnya frekuensi Castanopsis (39% - 42%); sedikit meningkatnya frekuensi Macaranga (12% - 16%); berkurangnya frekuensi Compositae (1% - 4%).
4.3.1.6 Sub-Zonasi Palinologi I-f (Interval Kedalaman 228 cm - 212 cm) Sub-Zonasi I-f dicirikan oleh berkurangnya tumbuhan dataran tinggi (proporsinya berkisar antara 33,3% - 40,6%); masih tingginya tumbuhan rawa (14,0% - 34,4%); rendahnya tumbuhan semak - belukar (7,3% - 9,3%); sedikit meningkatnya
56
tumbuhan perairan (9,4% - 20,0%) dan rerumputan (8,3% - 23,3%). Penciri utama sub-zonasi ini adalah menurunnya frekuensi Castanopsis (4% - 23%); meningkatnya Engelhardtia (2% - 4%), Pandanus tectorius (10% - 26%) dan Compositae (0% - 4%).
4.3.1.7 Sub-Zonasi Palinologi I-g (Interval Kedalaman 212 cm - 200 cm) Sub-Zonasi I-g dicirikan oleh menurunnya tumbuhan dataran tinggi (proporsinya berkisar antara 19,8% - 29,1%) dan tumbuhan rawa (10,1% - 17,1%); rendahnya tumbuhan semak-belukar (1,8% - 6,2%); meningkatnya tumbuhan perairan (26,4% - 38,0%) dan rerumputan (24,0% - 32,5%). Penciri utama sub-zonasi ini adalah menurunnya frekuensi Castanopsis secara cukup signifikan (5% - 11%); meningkatnya Pandanus tectorius (25% - 34%) dan Gramineae (20% - 21%).
4.3.1.8 Sub-Zonasi Palinologi I-h (Interval Kedalaman 200 cm - 184 cm) Sub-Zonasi I-h dicirikan oleh kembali meningkatnya tumbuhan dataran tinggi (proporsinya berkisar antara 28,9% - 59,3%); tingginya tumbuhan rawa (20,3% 22,2%); rendahnya tumbuhan semak-belukar (2,5% - 4,6%); dan berkurangnya tumbuhan rerumputan (9,8% - 19,4%). Penciri utama sub-zonasi ini adalah meningkatnya frekuensi Castanopsis (16% - 32%); menurunnya frekuensi Moraceae (1% - 3%) dan Gramineae (20% - 21%).
57
4.3.2 Zonasi Palinologi II (Interval Kedalaman 184 cm - 131 cm) Penciri utama Zonasi Palinologi II adalah menurunnya frekuensi tumbuhan dataran tinggi (proporsinya berkisar antara 12,1% - 40,1%) dan tumbuhan rawa (3,7% - 21,5%); namun sebaliknya, frekuensi rerumputan meningkat dengan nilai yang cukup signifikan (27,8% - 70,7%). Zonasi ini terkandung dalam dominasi endapan soil berwarna coklat sedikit tua - kemerahan hingga kekuningan, tekstur halus hingga kasar. Zonasi Palinologi II terbagi lagi ke dalam 2 (dua) sub-zonasi palinologi, yaitu: - Sub-Zonasi Palinologi II-a: antara kedalaman 184 cm sampai dengan 150 cm - Sub-Zonasi Palinologi II-b: antara kedalaman 150 cm sampai dengan 131 cm
4.3.2.1 Sub-Zonasi Palinologi II-a (Interval Kedalaman 184 cm - 150 cm) Sub-Zonasi II-a dicirikan oleh menurunnya frekuensi tumbuhan dataran tinggi (15,9% - 40,1%) dan tumbuhan rawa (4,9% - 21,5%); serta meningkatnya frekuensi rerumputan (27,8% - 70,7%) dan sedikit meningkatnya tumbuhan perairan. Penciri utama sub-zonasi ini adalah berkurangnya frekuensi Castanopsis (3% - 20%), Moraceae (0% - 5%) dan Macaranga (0% - 21%); sedikit meningkatnya frekuensi Pandanus tectorius (0% - 14%); dan meningkatnya Gramineae dengan frekuensi yang cukup tinggi (25% - 71%).
4.3.2.2 Sub-Zonasi Palinologi II-b (Interval Kedalaman 150 cm - 131 cm) Sub-Zonasi II-b dicirikan oleh semakin menurunnya frekuensi tumbuhan dataran tinggi (proporsinya berkisar antara 12,1% - 25,7%) dan tumbuhan rawa (3,7% -
58
15,6%); sedikit meningkatnya tumbuhan semak-belukar (0,8% - 3,1%) dan tumbuhan perairan (3,0% - 15,3%); dan masih tingginya tumbuhan rerumputan, seperti halnya pada sub-zonasi sebelumnya (49,3% - 70,6%). Penciri utama subzonasi ini adalah semakin berkurangnya frekuensi Castanopsis (3% - 4%), Dacrycarpus imbricatus (0% - 2%), Galium (0% - 4%) dan Macaranga (3% 13%); sedikit meningkatnya frekuensi Nuphar (2% - 4%) dan Pandanus tectorius (1% - 6%); dan kembali menurunnya frekuensi Gramineae (dari 65% menjadi 33%).
4.3.3 Zonasi Palinologi III (Interval Kedalaman 131 cm - 30 cm) Penciri utama Zonasi Palinologi III adalah berkurangnya tumbuhan dataran tinggi (proporsinya berkisar antara 8,0% - 43,4%), tumbuhan rawa (1,9% - 23,5%) dan rerumputan (2,1% - 44,0%); namun meningkatnya tumbuhan perairan dengan angka yang cukup signifikan bahkan mencapai puncaknya di sini (10,1% 85,1%). Zonasi ini terkandung dalam dominasi endapan gambut dengan sedikit sisipan soil berwarna coklat terang yang kaya akan bebijian dan sisa-sisa tumbuhan dengan struktur tumbuhan yang semakin jelas. Zonasi Palinologi III terbagi lagi ke dalam 4 (empat) sub-zonasi palinologi, yaitu: - Sub-Zonasi Palinologi III-a: antara kedalaman 131 cm sampai dengan 100 cm - Sub-Zonasi Palinologi III-b: antara kedalaman 100 cm sampai dengan 84 cm - Sub-Zonasi Palinologi III-c: antara kedalaman 84 cm sampai dengan 54 cm - Sub-Zonasi Palinologi III-d: antara kedalaman 54 cm sampai dengan 30 cm
59
4.3.3.1 Sub-Zonasi Palinologi III-a (Interval Kedalaman 131 cm - 100 cm) Sub-Zonasi III-a dicirikan oleh menurunnya tumbuhan dataran tinggi (proporsinya berkisar antara 8,5% - 43,4%), tumbuhan rawa (2,6% - 15,9%) dan rerumputan (4,8% - 15,9%); namun sangat meningkatnya tumbuhan perairan hingga mencapai puncaknya di sini (19,5% - 83,0%). Penciri utama sub-zonasi ini adalah sedikit berkurangnya frekuensi Castanopsis (2% - 12%), Moraceae (0% - 2%), Macaranga (1% - 9%), Cyperaceae (0% - 2%) dan Gramineae (1% - 6%); sedangkan frekuensi Pandanus tectorius meningkat secara signifikan (14% 83%).
4.3.3.2 Sub-Zonasi Palinologi III-b (Interval Kedalaman 100 cm - 84 cm) Sub-Zonasi III-b dicirikan oleh masih rendahnya tumbuhan dataran tinggi (proporsinya berkisar antara 10,1% - 22,9%); sedikit meningkatnya proporsi tumbuhan rawa (7,9% - 14,2%) dan rerumputan (26,5% - 44,0%); serta sedikit berkurangnya tumbuhan perairan (17,4% - 42,9%). Penciri utama sub-zonasi ini adalah tetap berkurangnya frekuensi Castanopsis (1% - 8%), Moraceae (2% 3%); sedikit meningkatnya Macaranga (5% - 14%), Cyperaceae (0% - 15%) dan Gramineae (8% - 36%); sedangkan frekuensi Pandanus tectorius sedikit menurun (13% - 55%).
4.3.3.3 Sub-Zonasi Palinologi III-c (Interval Kedalaman 84 cm - 48 cm) Sub-Zonasi III-c dicirikan oleh sedikit meningkatnya tumbuhan dataran tinggi (proporsinya berkisar antara 8,0% - 60,1%); masih menurunnya tumbuhan rawa (2,1% - 23,5%) dan rerumputan (2,1% - 32,6%); serta kembali meningkatnya tumbuhan perairan (10,1% - 85,1%). Penciri utama sub-zonasi ini adalah sedikit
60
meningkatnya frekuensi Castanopsis (2% - 17%) dan Engelhardtia (0% - 3%); menurunnya Macaranga (2% - 12%) dan Cyperaceae (0% - 1%), bahkan Gramineae mencapai proporsi terendahnya di sini (0% - 2%); sebaliknya, frekuensi Pandanus tectorius kembali meningkat bahkan mencapai angka proporsi tertingginya di sini (42% - 85%).
4.3.3.4 Sub-Zonasi Palinologi III-d (Interval Kedalaman 48 cm - 30 cm) Sub-Zonasi III-d dicirikan oleh meningkatnya tumbuhan dataran tinggi (proporsinya berkisar antara 15,3% - 50,0%) dan proporsi tumbuhan rawa (1,9% 17,4%); sedikit menurunnya tumbuhan perairan (15,9% - 61,1%); dan sedikit menurunnya rerumputan (6,4% - 27,1%). Penciri utama sub-zonasi ini adalah menurunnya frekuensi Castanopsis (0% - 6%); sedikit meningkatnya Ilex (2% 8%), Macaranga (2% - 23%); sedikit menurunnya Compositae (4% - 20%), Cyperaceae (0% - 3%) dan Gramineae (1% - 15%); sedangkan frekuensi Pandanus tectorius menjadi sedikit berkurang (15% - 61%).
4.3.4 Zonasi (Palinologi IV (Interval Kedalaman 30 cm - 0 cm) Penciri utama Zonasi Palinologi IV adalah sangat rendahnya tumbuhan dataran tinggi (proporsinya berkisar antara 6,7% - 9.0%) dan tumbuhan rawa (3,7% 5,0%); menurunnya tumbuhan perairan (8,3% - 16,2%); meningkatnya tumbuhan rerumputan dengan proporsi yang signifikan (71,3% - 79,3%). Zonasi ini didominasi oleh endapan soil berwarna kecoklatan yang sangat kaya akan akarakar tumbuhan. Dari kenampakannya endapan ini merupakan tanah urugan yang menutup endapan sagpond di bawahnya.
61
Zonasi Palinologi IV dicirikan oleh menurunnya proporsi tumbuhan secara cukup signifikan dari kelompok tumbuhan dataran tinggi (6,7% - 9,0%) dan tumbuhan rawa (3,7% - 5,0%); sedikit menurunnya tumbuhan perairan (8,3% - 16,2%); dan meningkatnya rerumputan dengan proporsi yang signifikan (70,4% - 79,3%). Penciri utama sub-zonasi ini adalah semakin menurunnya frekuensi Castanopsis (1% - 2%), Compositae (2% - 3%) dan Macaranga (2% - 3%) bahkan mencapai proporsi terendahnya di sini; Pandanus tectorius juga menurun (8% - 14%); sebaliknya Cyperaceae (2% - 6%) dan Gramineae (64% - 72%) proporsinya mengalami puncak peningkatan yang signifikan pada zonasi terakhir ini.
62
Gambar 4.9
63