BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Untuk menghadapi masalah situasi dunia yang semakin kompetetif dan perubahan yang sangat pesat serta ketidakpastian yang semakin tidak menentu dalam perdagangan, maka beberapa perusahaan yang berusaha untuk tetap bertahan perlu meningkatkan kinerja pemasarannya, sehingga hal tersebut dapat mengikuti segala perkembangan dan perubahan – perubahan yang terjadi serta merupakan salah satu upaya untuk tetap mampu bersaing di pasar global. Dalam usaha untuk dapat mengetahui berbagai keadaan pasar dengan baik seorang manajemen pemasaran perlu menganalisa perilaku konsumen di pasar. Dalam hal ini di lakukan karena adanya perubahan teknologi, kondisi ekonomi, struktur demografi, pendapatan, budaya, dan status serta semakin beragamnya produk dan jasa yang di tawarkan. Pengaruh perubahan dalam pola perilaku konsumen bermanfaat untuk mengetahui besarnya kebutuhan konsumen dalam konsumsi. Kendala yang di hadapi para pengusaha dalam melakukan kegiatan perusahaannya beraneka ragam dari masalah yang timbul bersumber dari persaingan antara perusahaan untuk memasarkan produknya. 1
2
Salah satu cara yang dilakukan perusahaan yang telah mempunyai manajemen yang baik adalah melakukan evaluasi hasil kegiatan yang telah di capai untuk mencari penyebabnya suatu kegagalan dan keberhasilan suatu usaha yang dapat di jadikan pedoman dan tindakan lebih lanjut. Sejumlah designer interior berpendapat dengan menjelaskan, perkembangan interior yang tak lepas dari pengaruh perubahan gaya hidup, kemajuan teknologi, dan pergeseran cara pandang dalam menyikapi kehidupan sekarang. Kehidupan modern yang sibuk ini membuat orang – orang cenderung minat pada yang serba praktis dan cepat. Ini membuat selera ruangan dalam rumahpun mengalami perubahan sesuai dengan selera dan fungsi yang dikehendaki pemiliknya. Segala sesuatu konvensional lalu bergeser menjadi modern sesuai dengan fungsinya. Tuntutan masyarakat interior turut berubah pula, mereka yang dulunya hanya memberikan penekanan konsep keindahan, kualitas material, keserasian dan penataan ruangan yang makin gaya, kini cenderung pada fungsional furniture. Ini karena tingkat apresiasi orang terhadap fungsi rumah sudah meningkat. Rumah tidak sekedar dianggap tempat tinggal untuk berkumpulnya keluarga ataupun tempat istirahat. Sebagaian orang ingin membuat rumah sebagai tempat kebanggaan menikmati gaya hidup sekaligus ruang rekreasi keluarga yang nyaman, tentram dan elegan. Penataan ruang dengan beragam konsep dan gaya yang kian berkembang tak sekedar memperlihatkan keindahan sebuah hunian, tapi juga mencerminkan kepribadian penghuninya. Dan furniture merupakan elemen utama untuk menyempurnakan sebuah konsep
3
dekorasi interior. Pilihan jenis perabotan atau furniture yang akan digunakan merupakan hal penting. Oleh karena itu Produsen furniture harus memahami kebutuhan selera konsumen sesuai dengan tren furniture yang sedang berkembang. Saat ini produk elegan dengan nuansa minimalis dan praktis yang banyak di nikmati konsumen. Biasanya konsumen memberikan konsep klasik pada tempat tinggalnya, ada pula yang memberikan konsep yang alami dan menyesuaikan perkembangannya tren furniture. Pilihanya juga beraneka ragam mulai dari jenis rack tv, meja kerja, tempat tidur, meja belajar dll. Pangsa furniture masih di dominasi oleh kalangan menengah ke atas, mereka ini menjadikan furniture bukan lagi sekedar perabot rumah tangga. Mereka menganggap furniture sebagai simbol status, maka itu setiap tahun mereka mengganti furniture dengan yang baru mengikuti trend mode terbaru di pasaran tak peduli soal harga. Produsen furniture cenderung menawarkan kekhasan sendiri, hampir semua perusahaan furniture mendominasi dengan tren budaya, sedangkan konsumen mempunyai pilihan dalam mendesign interior rumahnya. Pilihan konsumen cenderung pada tema klasik, modern, dan gaya minimalis. Fenomena tersebut menyiratkan bahwa produsen harus mengunggulkan furniture bergaya minimalis yang didasarkan pada ketersediaan ruang yang juga semakin sempit. Pilihan orang untuk tempat tinggal di apartement atau rumah – rumah yang tidak terlalu luas merupakan
4
sasaran dalam pembuatan furniture yang bergaya minimalis yang di gemari masyarakat perkotaan untuk menghidupkan bentuk interior dirumahnya. Tren furniture bergaya minimalis ini mencakup jenis furniture mulai dari kamar tidur, ruang keluarga, ruang belajar, ruang makan, hingga ruang kantor yang berbentuk kotak-kotak, body, serta simpel lurus tanpa ukiran. Furniture bukan hanya sekedar pajangan, tetapi bersifat multi fungsi. Dalam kerangka minimalis, harus menekankan pada kegunaan furniture dari pada sekedar hiasan. Gaya minimalis sifatnya fleksibel yang cocok di padukan dengan berbagai furniture lainnya. Dalam memilih model furniture, konsumen masih tetap memperhatikan kebutuhannya rumahnya. Berapa ruang yang tersedia menjadikan suatu alasan memilih model furniture tertentu. Pilihan model konsumen cenderung pada barang yang simpel dan praktis. Tak hanya cuma minimalis, kesan natural juga merupakan salah satu pilihan konsumen. Desain produk, kualitas produk dan citra sepertinya menjadi faktor pembeda. Faktor tersebut memberi minat konsumen dalam memilih dari sekian banyak merk jenis furniture yang ada di pasaran antara lain : -Model klasik, seperti furniture antik yang diminati banyak orang, selain modelnya yang antik juga menghadirkan nuansa alami di rumah. Apalagi bahan yang di gunakan kayu, tepatnya kayu jati yang terkenal tahan lama dan kuat.
5
-Model alam, semangat kembali ke alam juga di perlihatkan dengan memanfaatkan pelepah pisang, serta eceng gondok sebagai motif utama yang cenderung alami. -Model artifical, yaitu furniture yang di buat dari serbuk kayu yang di padatkan kemudian di lapisi oleh dekoratif serat kayu yang memberikan kesan alami. Furniture yang di tawarkan oleh PT. Putera Rackindo Sejahtera dengan merk “ Prodesign “ berupa produk-produk terbaru sesuai dengan tren furniture masa kini dengan model artifical berupa rack tv, kamar tidur, meja kerja, meja belajar, kitchen set dll, yang bahan bakunya utamanya adalah partikel board dan di dekoratif dengan lapisan berupa shet pvc dan paper, dan di lengkapi dengan asesories furniture, bahan – bahan lainnya sebagai kombinasi produk dengan menggunakan system knock down mebel panel , sehingga praktis dan efisien. Pada beberapa penelitian terdahulu yang pernah di lakukan, penulis melihat bahwa permasalahan diferensiasi kualitas, diferensiasi produk, dan diferensiasi harga yang ditemui dilapangan begitu menjadi salah satu kegiatan yang senantiasa mendapat perhatian khusus bagi manajemen pemasaran. Begitu pula dengan manajemen PT. Putera Rackindo Sejahtera
yang
senantiasa
mengoptimalkan
diferensiasi
kualitas,
diferensiasi produk, dan diferensiasi harga demi menarik konsumen untuk membeli produk furniture merk prodesign. Disamping itu beberapa
6
konsumen atau pelanggan yang pernah ditemui salah satu faktor yang mempengaruhi minat pembelian dari sekian banyak produk furniture yang dipasarkan adalah keunikan dan perbedaan atau di sebut diferensiasi. Berdasarkan gambaran berbagai pokok masalah serta begitu pentingnya faktor – faktor yang berkenaan dengan pemasaran dalam mempengaruhi perilaku konsumen dalam memberi produk di PT. Putera Rackindo Sejahtera. Maka dalam penyusunan tugas akhir perkulihan ini peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang diferensiasi kualitas, diferensiasi produk, dan diferensiasi harga pada perilaku konsumen dalam pembelian produk furniture. Berpijak pada konsep tersebut, maka judul dalam penyusunan skripsi ini adalah “ Pengaruh diferensiasi kualitas, diferensiasi produk, dan diferensiasi harga terhadap perilaku konsumen dalam pembelian produk furniture di PT. Putera Rackindo Sejahtera – Gresik “.
1.2 Rumusan masalah Berdasarkan atas beberapa pengertian tentang masalah dari latar belakang yang telah dirumuskan dalam suatu rumusan masalah sebagai berikut :
7
1. Apakah dimensi yang terdiri dari diferensiasi kualitas, produk, harga secara simultan berpengaruh terhadap perilaku pembelian produk furniture di PT. Putera Rackindo Sejahtera Gresik. 2. Apakah dimensi yang terdiri dari diferensiasi kualitas, produk, harga secara parsial berpengaruh terhadap perilaku pembelian produk furniture di PT. Putera Rackindo Sejahtera Gresik. 3. Dimensi terdiri dari manakah yang berpengaruh diferensiasi kualitas, produk, harga terhadap perilaku pembelian produk furniture di PT. Putera rackindo Sejahtera Gresik.
1.3 Tujuan masalah 1. Untuk mengetahui dimensi yang terdiri dari diferensiasi kualitas, produk, harga secara simultan yang berpengaruh terhadap perilaku pembelian produk furniture di PT. Putera Rackindo Sejahtera Gresik 2. Untuk mengetahui dimensi yang terdiri dari diferensiasi kualitas, produk, harga secara parsial yang berpengaruh terhadap perilaku pembelian produk furniture di PT. Putera Rackindo Sejahtera Gresik. 3. Untuk mengetahui dimensi yang terdiri dari diferensiasi kualitas, produk, harga mana yang berpengaruh terhadap perilaku furniture di PT. Putera Rackindo Sejahtera Gresik
pembelian
produk
8
1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti,
sebagai wawasan dan
pengetahuan dalam upaya
meningkatkan pengetahuan dalam bidang pemasaran dengan dipadukan antara teori dan praktek. 2. Bagi
pengusaha,
sebagai
bahan
masukan
dan
inspirasi
untuk
meningkatkan tingkat penjualan produk dengan memadukan penelitian ini ke dalam realita yang ada 3. Bagi Universitas, sebagai bahan inspirasi dan sebagai bahan penambahan wawasan khusunya dibidang pemasaran agar dapat meningkatkan brand pemasaran dan dapat sebagai bahan pembanding dibidang pemasaran.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah salah satu kegiatan dalam perekonomian yang membantu dalam menciptakan nilai ekonomi. Nilai ekonomi itu sendiri menentukan harga barang dan jasa. Faktor penting dalam menciptakan nilai tersebut adalah produksi. Banyak ahli yang telah memberikan definisi atas pemasaran ini. Definisi yang diberikan sering berbeda antara ahli yang satu dengan ahli yang lain. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan para ahli tersebut dalam memandang dan meninjau pemasaran. Dalam kegiatan pemasaran ini, aktivitas pertukaran merupakan hal sentral. Pertukaran merupakan kegiatan pemasaran dimana seorang berusaha menawarkan sejumlah barang atau jasa dengan sejumlah nilai keberbagai macam kelompok sosial untuk memenehui kebutuhannya. Pemasaran sebagai kegiatan manusia diarahkan untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran.
9
10
Definisi yang paling sesuai dengan tujuan tersebut adalah : Kotler (2003:4) mendefinisikan sebagai berikut : “ Pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial dengan nama seseorang atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan ingin melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai “ Menurut Alex S. Nitisemito (2008:2) adalah : “ Semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen secara efisien dengan maksud untuk menciptakan permintaan efektif “. Sedangkan menurut manullang (2009:9) menyatakan bahwa : “ Pemasaran adalah berbagai kegiatan langsung bertalian dengan upayaupaya yang dilakukan badan usaha untuk merangsang permintaan. Kegiatan-kegiatan ini bertalian dan berinteraksi sebagai komponenkomponen berkembang
dari dan
keseluruhan membuat
sistem,
dengan
produk-produknya
mana
perusahaan
yang
tersedia
mendistribusikannya melalui jalur-jalur marketing, mempromosikan dan menetapkan harganya ”. Berdasarkan uraian dan definisi dari bebrapa ahli pemasaran tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran adalah merupakan interaksi dari semua kegiatan, dimana kegiatan tersebut dilaksanakan untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
11
konsumen terhadap barang/jasa dengan melalui proses pertukaran yang menguntungkan baik bagi konsumen ataupun bagi produsen. 2.1.2 Arti dan Pentingnya Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembangan dan mendapatkan laba. Dalam kaitannya dengan pemasaran maka pemahaman akan perilaku konsumen sangat penting. Pemahan perilaku konsumen dalam membeli produk dengan sebenarnya, akan diketahui apa yang menjadi kebutuhan dan keinginannya. Jadi kegiatan pemasaran perusahaan harus dapat memberikan kepuasan pada konsumen, jika menginginkan usahanya berjalan terus, konsumen mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan. Oleh karena itu tujuan kegiatan pemasaran adalah mempengaruhi konsumen untuk bersedia membeli barang dan jasa perusahaan pada saat mereka butuhkan maka sebelum kegiatan pemasaran dilakukan, manajer pemasaran harus memahami perilaku konsumen. 2.1.3 Pengertian Manajemen Pemasaran proses pertukaran memerlukan waktu dan keahlian yang banyak. Manajemen pemasaran akan terjadi apabila sekurang-kurangnya satu pihak dari pertukaran potensial memikirkan cara untuk mendapatkan
12
tanggapan dari pihak lain sesuai dengan yang diinginkannya. Dengan demikian, manajemen pemasaran dapat diartikan : Manajemen
pemasaran
adalah
proses
perencanaan
dan
pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasa, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi. (Kotler, 2003:61) Definisi ini mengakui, bahwa manajemen pemasaran yaitu proses yang melibatkan analisa, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang mencangkup barang dan jasa, serta gagasan yang tergantung pada pertukaran dengan tujuan menghasilkan kepuasan bagi pihak-pihak yang terkait. Philip kotler (2005:7) mengemukakan bahwa : Manajemen pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang ditujukan untuk mengadakan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi. 2.1.4 Konsep Pemasaran Suatu
perusahaan
dalam
menjalankan
aktivitasnya
harus
menjalankan konsep pemasaran agar keuntungan yang diharapkan dapat terealisasi dengan baik. Ini menandakan bahwa kegiatan pemasaran
13
dalam perusahaan harus koordinasi dan dikelola dengan cara yang lebih baik. Falsafah konsep pemasaran bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen. Kegiatan perusahaan yang berdasar pada konsep pemasaran ini harus diarahkan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Menurut Swastha (2000:18), konsep pemasaran terbagi menjadi tiga unsur pokok, adalah sebagai berikut : a. Orientasi Konsumen Pada intinya, jika suatu perusahaan ingin menerapkan orientasi konsumen, maka : -Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi. -Memilih kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualan. -Menentukan produk dan program pemasarannya. -Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai dan menafsirkan keinginan, sikap serta tingkah laku konsumen. -Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah atau model yang menarik.
14
b. Koordinasi dan Integrasi Dalam Perusahaan Untuk memberikan kepuasan konsumen secara optimal, semua elemen pemasaran yang ada harus diintegrasikan. Hindari adanya pertentangan antara perusahaan dengan pasarnya. Salah satu cara penyelesaian untuk mengatasi masalah koordinasi dan integrasi ini dapat menggunakan satu orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pemasaran yaitu manajer pemasaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa setiap orang dan bagian dalam perusahaan turut serta dalam suatu upaya yang terkoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. c.Mendapatkan Laba Melalui Pemuasan Konsumen Salah
satu
tujuan
dari
perusahaan
adalah
untuk
mendapatkan profit atau laba. Dengan laba tersebut perusahaan bisa tumbuh dan berkembang dengan kemampuan yang lebih besar. Sebenarnya laba merupakan tujuan umum dari sebuah perusahaan. Banyak perusahaan yang mempunyai tujuan lain disamping laba. Dengan menggunakan konsep pemasaran ini, hubungan antara perusahaan dan konsumen akan dapat diperbaiki yang pada akhirnya akan menguntungkan bagi perusahaan.
15
2.2 Pengertian Kualitas Pelayanan Roger (1995:157) mendefinisikan kualitas sebagai kecocokan penggunaan yang artinya barang atau jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan atau pelanggan. Menurut Gorby (2004:41) kualitas adalah sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan, bila suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan dengan meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi. Garvin dan Davis dalam Nasution (2004:41) menyatakan, bahwa kualitas adalah kondisi dinamis lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Pelayanan yaitu setiap kegiatan yang manfaatnya dapat diberikan dari satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud (intangible) dan tidak berakibat pemilikan sesuatu. (Kotler,1985:352) Definisi dari pelayanan itu sendiri menurut Sugiarto (2002:216) adalah upaya maksimal yang diberikan oleh petugas pelayanan dari sebuah perusahaan industri untuk memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan
sehingga
tercapai
kepuasan.
20Cravens
(1998:23)
mengungkapkan pengertian pelayanan yaitu upaya dalam memenuhi permohonan untuk menspesifikasikan produk-produk seperti data kinerja, permohonan untuk rincian, pemrosesan pesanan pembelian, penyelidikan status pesanan, dan layanan garansi. Pelayanan sering disebut sebagai jasa yang diberikan oleh perusahaan, artinya bahwa adanya suatu perbuatan yang
dilaksanakan
suatu
pihak
terhadap
pihak
lain
(Tunggal,
1996:235).Definisi dari Nasution (2004:47), kualitas pelayanan adalah
16
tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Berbagai definisi telah diuraikan diatas bisa ditarik kesimpulan pengertian dari kualitas pelayanan yaitu segala bentuk penyelenggaraan pelayanan secara maksimal yang diberikan perusahaan dengan segala keunggulan dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
2.2.1 Pendekatan Diferensiasi kualitas Terhadap Keunggulan Bersaing Konsumen tidak mentoleransi adanya kegagalan dan kerusakan atas produk yang dibelinya, itulah sebabnya kualitas produk menjadi sangat penting diperhatikan. Menurut Kotler (1997:55) bahwa kualitas merupakan keseluruhan ciri serta sifat barang dan jasa yang berpengaruh pada kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan yang dinyatakan maupun tersirat. Setiap perusahaan yang menginginkan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, maka akan berusaha membuat produk yang berkualitas, yang ditampilkan baik melalui ciri-ciri luar produk dan manfaat produk-produk tambahan maupun inti produk itu sendiri. Untuk
melaksanakan
pengendalian
kualitas
didalam
suatu
perusahaan, maka manajemen perusahaan tersebut perlu menentukan melalui apa pengendalian kualitas produk tersebut akan dilakukan. Hal ini dikarenakan banyak factor yang mempengaruhi kualitas
17
produk, misalnya bahan baku, tenaga kerja, mesin dan peralatan produksi dan lain –lain. Feigenbaum, A V (1996:54) menjelaskan ada 9 faktor (9M) yang mempengaruhi kualitas produk yaitu : a. Market ( Pasar ) Pasar merupakan faktor pertama yang mempengaruhi kualitas produk. Hal ini didasarkan pada konsep bahwa konsumen adalah raja yang harus dipenuhi harapannya. Keinginan konsumen (pasar) adalah sebagai indikator bagi suatu perusahaan untuk membuat produk baru atau mengembangkan produk yang sudah ada. Fenomena keinginan konsumen yang dinamis dan cepat berubah menuntut setiap pimpinan perusahaan mengikuti kecenderungan atau tren mode dan kualitas yang diinginkan
konsumen.
Oleh
karena
itu,
pasar
sangat
mempengaruhi kualitas suatu produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan yang ingin selalu memanjakan pelanggannya. b. Money ( Uang / Modal ) Uang
atau
modal
merupakan
faktor
kedua
yang
mempengaruhi kualitas produk. Hal ini didasarkan pada pengertian bahwa produk yang berkualitas identik dengan uang. Untuk mendukung pencapaian kualitas produk yang baik tidak
18
jarang perusahaan membutuhkan tambahan modal yang tidak sedikit, misalnya pengadaan atau pembelian peralatan yang canggih, baik untuk menyeleksi bahan baku, control kualitas sampai dengan system pengepakan, dan system retribusi maupun pengadaan
pelatihan
karyawan.
Besar
kecilnya
uang
mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan perusahaan. c. Managemen ( Manajemen ) Manajemen merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi kualitas produk. Hal ini didasarkan pada konsep bahwa kualitas produk tidak hanya menjadi tanggung jawab bagian produksi atau tenaga qualiti kontrol, tetapi manajemen tiap-tiap bagian dari manajemen perusahaan harus mempunyai tanggung jawab atas kualitas produk yang dihasilkan. Ini tidak terlepas dari peranan aktif top manajemen, yang mempunyai komitmen atas kualitas produk, dan senantiasa memotivasi seluruh bawahannya untuk terlibat aktif dalam pengembangan kualitas produk, dan menciptakan nilai pelanggan. d. Man ( Manusia ) Manusia merupakan faktor ke empat yang mempengaruhi kualitas produk. Hal ini didasarkan falsafah bahwa manusia atau tenaga kerja pada saat ini tidak lagi menjadi salah satu faktor
19
produksi melainkan asset ( kekayaan ) perusahaan yang mengendalikan proses produksi dan manajemen. Tenaga kerja yang mempunyai tingkat keahlian dan kemampuan yang tinggi sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkan. e. Motivatian ( Motivasi ) Motivasi merupakan faktor ke lima yang mempengerahui kualitas produk. Hal ini didasarkan atas konsep bahwa karyawan dalam suatu perusahaan bekerja dengan membawa segala atribut yang melekat padanya, termasuk perasaan, pikiran, perilaku, hingga semangat kerjanya. Karyawan yang mempunyai semangat kerja ( motivasi ) yang tinggi, yang akan dapat berprestasi dan karyawan yang berprestasi adalah karyawan yang mampu menghasilkan produk yang berkualitas dalam jumlah yang optimal. Itulah sebabnya, pimpinan perusahaan hendaknya senantiasa memberikan motivasi yang memadai pada semua karyawannya. f. Material ( Bahan ) Bahan merupakan faktor ke enam yang mempengerahui kualitas produk. Hal ini didasarkan pada suatu realitas bahwa proses produksi manufaktur tidak lepas dari kebutuhan bahan
20
baku dan bahan pembantu. Bahan baku dan bahan pembantu baik akan menghasilkan produk yang baik, sebaliknya bahan baku dan bahan pembantu yang kurang baik akan menghasilkan produk kurang baik pula. g. Machines And Mechanization ( Mesin dan Mekanik ) Mesin dan mekanik merupakan faktor ke tujuh yang mempengaruhi kualitas produk. Hal ini didasarkan pada suatu realitas bahwa mesin dan mekanisme yang baik akan menghasilkan produk yang berkualitas dengan jumlah besar. Dalam usaha memnuhi kebutuhan konsumen yang cenderung meningkat jumlahnya adalah sangat relevan menggunakan mesin-mesin yang canggih dan menerapkan mekanisme yang baik. Kecanggihan mesin dan mekanisme yang baik dapat meningkatkan jumlah hasil produksi dan kualitas produk.
h. Information Method Modern ( Metode informasi modern ) Metode informasi modern merupakan faktor ke delapan yang mempengaruhi kualitas produk. Hal ini didasarkan pada suatu konsep system informasi bahwa kemajuan teknologi komputerisasi dapat menyajikan informasi secara akurat dan tepat waktu, sehingga dapat digunakan untuk memantau kualitas
21
produk selama proses produksi, bahkan setelah produk tersebut berada di tangan konsumen. i.Mounting
Product
Requirement
(
Persyaratan
Proses
Produksi ) Persyaratan proses produksi merupakan faktor ke Sembilan yang mempengaruhi kualitas produk.
Hal ini
didasarkan pada suatu konsep bahwa kerumitan rekayasa suatu produk memerlukan kendali yang jauh lebih ketat pada seluruh proses produksi. Misal diarea produksi kayu olahan tidak boleh terdapat kayu yang tidak memenuhi standart export apabila kayu tersebut sudah memenuhi standart export.
2.3 Pengertian Produk Menurut swastha (2000:165) produk adalah suatu sifat yang komplek baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba, warna, harga, prestise, perusahaan dan pengecer, pelayanan perusahaan dan pengecer yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan atau kebutuhannya.
Menurut Kotler (2002:17) mengatakan bahwa konsumen akan menyukai produk yang menawarkan mutu performasi dan ciri-ciri yang terbaik, para manajer yang berorientasi pada produk ini memuaskan usaha
22
mereka
menghasilkan
produk
yang
baik
dan
terus
menerus
menyempurnakan. Menurut Tjipto (2002:95), produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan dan dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. 2.3.1 Karakteristik Produk Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk dapat didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produsinya. Secara lebih terinci konsep produk total meliputi barang, kemasan, merek, label, pelayanan, dan jaminan, yang mempunyai tujuan akhir untuk mencapai kepuasan pelanggan. 2.3.2 Klasifikasi Produk Serta Penerapannya Sebuah penawaran produk atau jasa dapat dibedakan menjadi empat kelompok besar. Baik Philip Kotler maupun Henry Assael membedakan produk dan jasa ke dalam empat kelompok besar. Pengelompokan tersebut berdasarkan pada: produk dan jasa manakah
23
yang diutamakan untuk ditawarkan, serta produk dan jasa manakah yang berfungsi sebagai sarana pendukung. a) Barang Nyata Murni (Pure Product) Merupakan barang-barang nyata yang mempunyai wujud nyata secara fisik, bisa dipegang, diraba, dibau, dan seterusnya, seperti sabun, pasta gigi, ataupun gula, yang umumya tidak didukung dan tidak membutuhkan jasa. b) Barang Nyata dengan Jasa Tambahan (Product Related Service) Merupakan barang-barang nyata yang mempunyai wujud nyata secara fisik yang ditunjang jasa untuk menambah penampilannya
kepada
konsumen.
Sebagai
contoh;
mobil,
komputer, dan barang-barang elektronik lain, serta produk-produk yang biasanya disertai garansi penjualan. c) Jasa Utama dengan Disertai oleh Barang dan Jasa Tambahan (Equipment Intensive Service) Intensitas jasa yang ditawarkan lebih besar daripada yang telah disebutkan sebelumnya. Namun untuk menghasilkan jasa yang hendak ditawarkan kepada konsumen diperlukan bantuan dan dukungan
barang-barang
berwujud.
Misalnya
dalam
jasa
penginapan (hotel), di mana selain menawarkan penginapan juga
24
menawarkan fasilitan lain, di antaranya adalah restoran, fasilitas kebugaran (fitness centre). d) Murni Jasa (Pure Service) Merupakan produksinya
tidak
mutlak
jasa
menggunakan
murni
yang
dalam
proses
dan
tidak
membutuhkan
keberadaan barang berwujud, misalnya pengacara dan konsultan manajemen. 2.3.3 Pendekatan Diferensiasi Produk Terhadap Keunggulan Bersaing Pemilihan produk diantara banyaknya tawaran yang ada dipasar selalu didasarkan pada adanya perbedaan, baik secara implist maupun eksplisit. Literature psikologi merujuk kepada fakta bahwa perbedaan mencolok yang terkait dengan sesuatu produk akan merangsang daya ingat karena perbedaan tersebut akan di apresiasikan secara intelektual. (Trout. J, 1999:14). Keunggulan bersaing yang berkesinambungan adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menciptakan suatu produk yang pada saat bersaing berusaha untuk menirunya akan selalu mengalami kegagalan signifikan. Pada saat perusahaan menerapka strategi tersebut dan perusahaan bersaing tidak secara berkesinambungan menerapkannya serta perusahaan lain tidak mampu meniru keunggulan strategi tersebut dikatakan memiliki keunggulan bersaing yang berkesinambungan
25
(Hit,Ireland dan Hoskisson, 1996:5). Disamping itu faktor keunikan produk, perusahaan yang mampu bersaing juga menerapkan strategi marketing mix yang meliputi harga yang mampu bersaing, tempat yang strategis, dan promosi yang memadai. Kesimpulan yang dapat ditarik dari konsep keunggulan bersaing melalui diferensiasi produk adalah bagi perusahaan dapat menciptakan produk yang unik dan memberikan tingkat keuntungan diatas rata-rata yang mampu diraih oleh industri melalui kombinasi manusia, lingkungan, dan proses.
2.4 Pengertian dan Pentingnya Harga Istilah harga biasa digunakan dalam kegiatan tukar menukar. Untuk menyatakan harga sesuatu barang digunakan satuan uang. Dengan demikian pengertian Harga adalah nilai suatu barang yang dinyatakan dalam satuan uang. Tidak setiap barang memiliki harga, hanya barang ekonomi sajalah yang memiliki harga sebab untuk memperolehnya memerlukan pengorbanan yang menyebabkan adanya penawaran adalah faktor kelangkaan atau kejarangan. Sehingga barang itu memiliki harga karena barang itu di satu pihak berguna dan di pihak lain barang itu jumlahnya terbatas atau langka. Sesuai dengan istilahnya, disebut hanya keseimbangan sebab pada harga tersebut akan terjadi keseimbangan antara
26
jumlah barang yang diminta (dibeli) dengan barang yang ditawarkan (dijual). Hanya keseimbangan itu terjadi karena adanya interaksi antara pembeli dengan mengadakan permintaan dan penjual dengan mengadakan penawaran di pasar. 2.4.1 Tujuan Penetapan Harga Menurut Merius (1999, hal. 177), tujuan dalam penetapan harga atas barang atau jasa yang dihasilkan antara lain sebagai berikut: a) Mendapatkan laba maksimal b) Mendapatkan pengembalian investasi yang ditargetkan atau pengembalian pada penjualan bersih c) Mencegah atau mengurangi persaingan d) Mempertahankan atau memperbaiki harga perlembar saham. Menurut Murti-John (1998, hal. 281). tujuan suatu harga ditetapkan pada umumnya bertujuan untuk: a) Meningkatkan penjualan b) Mempertahankan dan memperbaiki harga perlembar saham c) Menstabilkan tingkat harga d) Mengembalikan investasi e) Mencapai laba maksimum.
27
Sedangkan menurut Alfred dan Douglas (1984, hal. 29), sebagai berikut: Harga yang dikemukakan ahli ekonomi yang telah disusun dalam teori harga umum bertujuan untuk menganalisa semua problem yang menyangkut harga, seperti penentuan harga barang konsumsi, tingkat upah, tingkat devisa, harga-harga pasar modal dan sebagainya. 2.4.2 Pengaturan Harga Yang Dipakai Salah satu keputusan yang sulit dihadapi suatu perusahaan adalah menetapkan harga. Meskipun cara penetapan harga yang dipakai sama bagi setiap perusahaan yaitu didasarkan pada biaya, persaingan, permintaan, dan laba. Tetapi kombinasi optimal dari faktor-faktor tersebut berbeda sesuai dengan sifat produk, pasarnya, dan tujuan perusahaan. Menurut Ricky W. dan Ronald J. Ebert mengemukakan bahwa: “Penetapan harga jual adalah proses penentuan apa yang akan diterima suatu perusahaan dalam penjualan produknya”. Perusahaan melakukan penetapan harga dengan berbagai cara. Pada perusahaan-perusahaan
kecil
harga
biasanya
ditetapkan
oleh
manajemen puncak bukannya oleh bagian pemasaran. Sedangkan pada perusahaan-perusahaan besar penetapan harga biasanya ditangani oleh manajer divisi dan lini produk. Bahkan disini manajemen puncak juga menetapkan tujuan dan kebijakan umum penetapan harga serta
28
memberikan persetujuan atas usulan
harga dari manajemen
dibawahnya. Mulyadi dalam bukunya menyatakan bahwa: “Pada prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh ditambah dengan laba
yang wajar. Harga jual sama dengan biaya produksi ditambah Markup.” Selain itu Hansen & Mowen mengemukakan bahwa “ Harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan”. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan, karena itu untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan kualitas produk suatu barang, dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Boyd, Walker, dan Laurreche dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pemasaran menyatakan bahwa: “Ada sejumlah cara dalam menetapkan harga, tetapi cara apapun yang digunakan
29
seharusnya memperhitungkan faktor-faktor situasional. Faktor-faktor itu meliputi: 1. Strategi perusahaan dan komponen-komponen lain didalam bauran pemasaran. 2. Perluasan produk sedemikian rupa sehingga produk dipandang berbeda dari produk-produk lain yang bersaing dalam mutu atau tingkat pelayanan konsumen. 3. Biaya dan harga pesaing. 4. Ketersediaan dan harga dari produk pengganti. Menurut Philip Kotler dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pemasaran di Indonesia menyatakan bahwa: “Penetapan harga merupakan suatu masalah jika perusahaan akan menetapkan harga untuk pertama kalinya. Ini terjadi ketika perusahaan mengembangkan atau memperoleh produk baru, ketika akan memperkenalkan produknya ke saluran distribusi baru atau daerah baru, ketika akan melakukan penawaran atas suatu perjanjian kerja baru”. Definisi tersebut menjelaskan bahwa setiap perusahaan harus memutuskan dimana ia akan menempatkan produknya berdasarkan mutu dan harga. Dalam beberapa pasar seperti pasar mobil, sebanyak delapan titik harga dapat ditemukan.
30
2.4.3 Strategi adaptasi harga 1. Memilih Tujuan Penetapan Harga Perusahaan harus memutuskan apa yang ingin dicapainya dengan menawarkan produk tertentu, tujuan-tujuan ini mungkin berbeda-beda untuk setiap perusahaan. Tujuan-tujuan adalah: A. Mendapatkan Posisi Pasar Mendapatkan Posisi Pasar berarti produk telah menguasai 60%pasar, harga telah mendominasi. Bisa dilakukan dengan cara melakukan perang harga dan pengurangan konstribusi harga. Contoh; menjual dengan harga murah untuk meningkatkan penjualan dan pangsa pasar. B. Mencapai Kinerja Keuangan Harga-harga yang ditetapkan untuk membantu pencapaian tujuan keuangan, terutama dalam hal kontribusi laba dan arus kas. Harga yang terlalu tinggi kemungkinan tidak aka disukai oleh konsumen. C. Penentuan Posisi Produk Harga digunakan untuk membantu meningkatkan. 2. Analisa Situasi Penetapan Harga Analisa penetapan harga meliputi estimasi mengenai kepekaan pasar produk tethadap harga, penentuan biaya produk,
31
analisis persaingan, dan penilaian terhadap hambatan-hambatan hukum dan etika. A. Kepekaan Pasar Produk Terhadap Harga B. Analisa Persaingan dalam menganalisis persainagn, setiap strategi harga pesing
perlu dievaluasi untuk menentukan
perusahaan mana yang merupakan pesaing paling langsung, bagaimana perusahaan-perusahaan yang bersaing diposisikan pada basis harga relatif dan sejauh mana harga digunakan sebagai suatu bagian aktif dari strategi pemsaran mereka, sejauh mana keberhasilan strategi harga setiap pemasaran, dan bagaimana reaksi pesaing dapat mengubah strategi harga. C. Penilaian terhadap hambatan-hambatan hukum dan etika menganalisi situasi penetapan harga menyangkut identifikasi terhadap
faktor-faktor
hukum
dan
etika
yang
mungkin
mempengaruhi pemilihan suatu strategi harga. Keanekaragaman hukum dan peraturan mempengaruhi tindakan penetapan harga. 3. Memilih Strategi Penetapan Harga A. Penetapan Harga Mark-Up Adalah dengan menambahkan mark-up standar pada biaya produk. B. Penetapan Harga Standar Penentuan harga untuk mendapatkan tingkat pengembalian atas investasi yang diinginkan.
32
C. Penetapan Harga Berdasarkan Nilai Yang Dipersepsikan Metode ini melihat persepsi nilai pembeli bukan penjual sebagai kunci
penetapan
harga.
D. Penetapan Harga Nilai Menetapkanharga yang cukup rendah untuk
penawaran
bermutu
tinggi.
Penetapan
harga
nilai
menyatakan bahwa harga harus mewakili suatu penawaran bernilai tinggi bagi konsumen. E. Penetapan Harga Sesuai Harga Berlaku Penetapan harga berdasarkan persaingan harga, kurang memperhatikan biaya atau permintaannya-sendiri. F. Penetapan Harga Penawaran Tertutup Biasanya dilakukan dalam penawaran terhadap suatu proyek/tender. Perusahaan menetukan harganya berdasarkan perkiraan bagaimana pesaing akan menetapkan harga. Bukan berdasarkan hubungan yang kaku dengan biaya atau permintaan perusahaan. 4. Menentukan Harga Akhir dan Adaptasi Harga Metode penetapan harga mempersempit rentang harga yang dipilih persusahaan dalam menentukan harga akhir. Dalam memilih harga akhir, produsen harus mempertimbangkan berbagai faktor tambahan lainnya seperti penetapan harga psikologis, pengaruh elemen bauran pemasaran, kebijakan penetapan harga perusahaan dan
dampak
harga
pada
pihak-pihak
lain.
33
Strategi adaptasi harga perlu dipertimbangkan karena berperan penting dalam penentuan harga akhir. Hal ini disebabkan karena perusahaan biasanya tidak menetapkan harga tunggal melainkan suatu struktur harga yang mencerminkan perbedaan permintaan dan biaya secara geografis, kebutuhan segmen pasar, waktu pembelian, tingkat pesanan, dan faktor-faktor lain. Hal ini menyebabkan adanya metode adaptasi harga sebagai berikut : A. Diskon dan potongan harga adalah modifikasi harga dasar untuk menghargai tindakan pelanggan seperti bayaran awal, volume pembelian, dan pembelian di luar musim. -Diskon tunai adalah pengurangan harga untuk pembeli yang segera membayar tagihannya. -Diskon kuantitas adalah pengurangan harga bagi pembeli uang membeli dalam jumlah besar. Contoh, jika membeli dalam 100 unit maka harga per unitnya adalah Rp1000, tetapi jika membeli dalam 300 unit maka harga per unitnya adalah Rp900. -Diskon fungsional adalah diskon yang diberikan produsen kepada para anggota saluran perdagangan jika mereka melakukan fungsi-fungsi tertentu seperti menjual, menyimpan dan melakukan pencatatan. Contoh; MLM
34
-Diskon musiman adalah pengurangan harga untuk pembeli yang membeli barang atau jasa selama di luar musimnya. Contoh; Lebaran, Natal, Imlek -Potongan merupakan pengurangan dari daftar harga. Contoh; beli 3 gratis 1, servis 10x gratis. -Potongan tukar tambah menyerahkan barang lama ketika beli barang baru, -Potongan promosi potongan harga sebagai imbalan pada penyalur karena berperan dalam pengiklanan dan program mendukung penjualan. B.Penetapan harga promosi dan produsen menggunakan berbagai metode penetapan harga guna mendorong pembelian awal. -Harga pemimpin rugi harga-harga merek tertentu diturunkan bertujuan untuk memancing orang datang. -Harga peristiwa khusus harga khusus pada musim tertentu dengan tujuan menarik lebih banyak pelanggan. -Rabat tunai mendorong pelanggan agar membeli produk dalam periode waktu tertentu -Pembiayaan berbunga rendah pengganti penurunan harga dimana perusahaan dapat menawarkan konsumen pembiayaan
35
berbunga rendah. Contoh; Cicilan Rumah 0% dalam jangka 2 tahun. -Syarat pembayaran lebih lama produsen memperpanjang pinjaman
dalam
periode
yang
lebih
lama
sehingga
memperkecil cicilan bulanan. -Diskon psikologis penetapan harga dengan cara menaikkan harga terlebih dulu kemudian diberi potongan harga. Contoh; Produk A harga awalnya Rp50.000, kemudian dinaikkan menjadi Rp100.000 lalu diberi potongan harga 50%, seakanakan memberikan penghematan besar kepada konsumen. 5. Penetapan Harga Diskriminasi Produsen sering memodifikasi harga dasarnya untuk mengakomodasi perbedaan pelanggan, produk, lokasi dan lainnya . -Penetapan Harga Segmen Pelanggan Pelanggan yang berbeda akan dikenakan harga yang berbesa untuk produk/jasa yang sama. Contoh ; tiket pesawat untuk manula berbeda dengan konsumen biasa. -Penetapan harga bentuk produk, misalnya versi produk yang berbeda dikenakan harga yang berbeda tetapi tidak proporsional dengan biayanya
36
-Penetapan harga citra produsen menetapkan harga yang berbeda untuk produk yang sama berdasarkan perbedaan citra. Misal; parfum beda kemasan maka harganya berbeda. -Penetapan harga lokasi produk yang sama dikenakan harga yang berbeda di lokasi harga berbeda, walaupun biaya penawaran untuk tiap lokasi sama. Contoh; harga tiket XXI di Cinere beda dengan di PIM. -Penetapan harga waktu perbedaan harga karena perbedaan musim, hari, atau jam. Misal; tarif SLJJ beda antara siang dan malam hari. 2.4.4 Pendekatan Diferensiasi Harga Terhadap Keunggulan Bersaing Kotler (2003) mendefinisikan harga sebagai jumlah uang ang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa. Atau harga merupakan jumlah nilai yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa. Harga biasanya ditetapkan oleh tawar menawar antara pembeli dan penjual. Penjual akan meminta harga yang lebih tinggi dari pada yang mereka harapkan untuk mereka terima, dan pembeli akan menawar lebih menawar lebih rendah dari pada yang mereka harapkan untuk mereka bayar. Harga tetap merupakan elemen penting dalam bauran pemasaran walaupun faktor-faktor non harga semakin besar dalam proses pemasaran modern, karena harga adalah satu-satunya elemen dalam bauran
37
pemasaran yang menghasilkan pendapatan, sedangkan semua elemen mewakili biaya. Harga juga salah satu elemen yang paling fleksibel dalam bauran pemasaran, harga dapat diubah dengan cepat. Pada waktu bersamaan, penetapan harga dan persaingan harga adalah masalah nomor satu yang dihadapai eksekusif pemasaran. Harga merupakan fak tor penting yang mempengaruhi pilihan pembeli (kotler 2003). Harga dapat digunakan sebagai suatu alat, baik untuk meningkatkan keuntungan maupun kepuasan pembeli (Bhattacharya dan Freidman 2001). Konsumen akan memutuskan apakah harga suatu produk sudah tepat,
ketika
menetapkan
harga,
perusahaan
harus
mempertimbangkan persepsi konsumen mengenai harga dan bagaimana persepsi ini mempengaruhi keputusan membeli dari konsumen. Keputusan penetapan harga harus berorientasi pada pembeli.
Ketika konsumen membeli suatu produk,
mereka
mempertukarkan suatu nilai (harga) untuk memperoleh nilai yang lain ( manfaat memiliki atau menggunakan produk ). Penetapan harga yang berorientasi pada pembeli yang efektif, mencangkup usaha memahami berapa nilai yang diberikan konsumen pada manfaat yang mereka terima dari produk dan menetapka harga yang cocok dengan nilai tadi. Konsumen menggunakan nilai ini untuk mengevaluasi harga produk. Pemasar harus mengetahui elastisitas harga yaitu seberapa peka
38
permintaan akan berubah terhadap perubahan dalam harga. Dalam kotler (2003) mengidentifikasi sembilan yang mempengaruhi kepekaan harga. Faktor-faktor tersebut adalah : 1. Pengaruh nilai unik : pembeli kurang peka terhadap harga jika produk tersebut lebih langka. 2. Pengaruh kesadaran atas produk pengganti : pemebeli semakin kurang peka terhadap harga jika mereka tidak menyadari adanya produk pengganti, 3. Pengaruh perbandingan yang sulit : pemebeli semakin kurang peka
terhadap
jika
mereka
tidak
dapat
dengan
mudah
membandingkan kualitas barang pengganti. 4. Pengaruh pengeluaran total : pembeli semakin kurang peka terhadap
harga
jika
pengeluaran
tersebut
semakin
rendah
dibandingkan total pendapatan. 5. Pengaruh manfaat akhir : pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika pengeluaran tersebut semakin kecil dibandingkan biaya total produk akhirnya. 6. Pengaruh biaya yang dibagi : pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika sebagaian biaya ditanggung pihak lain. 7. Pengaruh investasi tertanam : pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika produk tersebut digunakan bersama dengan
39
aktiva yang telah dibeli sebelumnya. 8. Pengaryh kualitas harga : pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika produk tersebut dianggap memiliki kualitas. 9. Pengaruh persediaan : pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika mereka tidak dapat menyimpan produk tersebut. Harga berpengaruh terhadap kepuasan.
Pelanggan sering
mempertanyakan motivasi dibalik perubahan harga. Suatu penurunan harga dapat ditafsirkan bahwa produk tersebut akan digantikan model baru, produk tersebut cacat dan tidak terjual lagi, perusahaan berada dalam kesulitan keuangan dan mungkin tidak dapat terus berusaha sehingga tidak dapat memasok suku cadang di masa depan atau kualitas telah diturunkan. Peningkatan harga, mungkin membawa arti positif bagi pelanggan, produk tersebut laris dan mungkin tidak dapat diperoleh jika tidak segera membelinya atau produk tersebut mengandung nilai yang sangat baik. Pelanggan paling peka terhadap harga untuk produk-produk yang mahal atau sering dibeli, tetapi mereka hampir tidak memperhatikan kenaikan harga untuk jenis barang yang murah dan dan jarang dibeli. Beberapa pembeli kurang memperdulikan harga produk dibandingkan biaya total untuk memperoleh, mengoperasikan dan merawat produk tersebut. Penjual dapat mengenakan harga yang lebih tinggi dari pesaing dan tetap laris jika pelanggan dapat diyakinkan bahwa biaya
40
total sepanjang masa hidup produk tersebut lebih rendah (kotler 2003). Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan secara teori, harga berpengaruh terhadap pemakaian selanjutnya. Oleh karena itu penting sekali bagi suatu perusahaan untuk menciptakan harga yang fair. Dengan harga yang fair konsumen akan tetap loyal sehingga pendapatan perusahaan dapat tetap mempertahankan, yang pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan perusahaan.
2.5
Perilaku Konsumen 2.5.1 Pengertian Perilaku Konsumen Kebutuhan dan keinginan konsumen selalu menjadi perhatian yang utama bagi perusahaan, yaitu dengan cara melihat perilaku dari konsumen tersebut. Oleh sebab itu perusahaan dituntut untuk selalu menyesuaika, penyempurnaan, dan perbaiki terhadap produknya serta menyesuaikan kembali kebutuhan mereka baik untuk sekarang ini maupun kebutuhan diwaktu yang akan datang. Pengertian perilaku konsumen menurut engel yang telah di kutip oleh Sinamoro (2000:1) adalah tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa,
41
termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Menurut Loudon dan Bitta yang telah dikutip oleh sinamoro (2000:2) lebih menekankan perilaku konsumen sebagai suatu proses pengambilan keputusan.
Mereka mengatakan bahwa perilaku
konsumen sebagai suatu proses pengambilan keputusan, mereka mengatakan
bahwa
perilaku
konsumen
adalah
proses
yang
mengisyaratkan aktivitas individu untuk mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau mengatur barang dan jasa. Menurut Kotler dan Amstrong yang telah dikutip oleh simamoro (2000:2) mengartikan perilaku konsumen sebagai perilaku akhir, baik individu maupun rumah tangga yang membeli produk konsumsi personel. Berdasarkan definisi diatas perilaku konsumen dapat ditarik kesimpulan yaitu bahwa perilaku konsumen merupakan tindakan yang dilakukan individu untuk memperoleh / menggunakan barang dan jasa yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan.
42
2.5.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen 2.5.2.1. Kekuatan Sosial Budaya a. Faktor Budaya. Budaya dapat didevinisikan sebagai hal kreatif manusia dari suatu generasi ke generasi berikutnya yang sangat menentukan bentuk perilaku dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan merupakan suatu hal yang komplek yang meliputi ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat, kebiasaan dan norma yang berlaku pada masyarakat. b. Faktor Sosial Didefinisikan sebagai suatu kelompok yang terdiri dari sejumlah orang yang mempunyai kedudukan yang seimbang dalam masyarakat kelas sosial beberbeda dengan status social kedua istilah ini diartikan sama, sebenarnya walaupun seseorang konsumen berada pada kelas social yang sama, memungkinkan status sosialnya berbeda atau yang satu lebih tinggi statusnya dari pada yang lainnya. c. Faktor Keluarga Faktor keluarga dapat didefinisikan sebagai suatu unit masyarakat yang terkecil yang perilakunya sangat mempertahankan
43
dan menentukan dalam pengambilan keputusan pembelian, keluarga dapat berbentuk terdiri dari ayah, ibu, dan anak serta warga keturunannya. Dalam menganalisa perilaku konsumen, faktor keluarga dapat berperan sebagai berikut : - Siapa pengambil inisiatif - Siapa pemberi pengaruh - Siapa pengambil keputusan - Siapa yang melakukan pembelian - Siapa pemakai 2.5.2.2. Kekuatan Faktor Psikologis a. Faktor Kepribadian Kepribadian dapat diartikan sebagai suatu bentuk dari sifatsifat yang ada pada dari individu yang sangat menentukan perilakunya. Kepribadian konsumen dapat ditentukan oleh faktor internal dirinya ( motifasi, IQ, emosi, dll ) dan faktor eksternal dirinya ( lingkungan, fisik, keluarga, dll ). Kepribadian konsumen akan mempengaruhi persepsi dan pengambilan keputusan dalam membeli.
44
b. Faktor sikap dan keyakinan Sikap dapat didefinisikan sebagai suatu penilaian seseorang terhadap suka atau tidak suka perasaan emosional yang tindakannya cenderung kearah berbagai obyek atau ide. Sikap dapat pula diartikan sebagai kesiapan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau aktivitas, sikap sangat mempengaruhi keyakinan, begitu pula keyakinan menentukan sikap. Dalam hubungannya dengan
perilaku
konsumen,
sikap
dan
keyakinan
sangat
berpengaruh dalam menentukan suatu produk, merk dan pelayanan, sikap dan keyakinan konsumen terhadap suatu produk atau dapat diubah melalui komunikasi yang persuasive dan pemberian informasi yang efektif kepada konsumen, dengan demikian konsumen dapat membeli produk atau merk baru, atau produk yang ada pada toko itu sendiri. c. Konsep diri Konsep diri dapat difinisikan sebagai cara kita melihat diri sendiri dan dalam waktu tertentu sebagai gambaran tentang apa yang kita pikirkan. Dalam hubungannya dengan perilaku konsumen, kita perlu menciptakan situasi yang sesuai perilaku konsumen, begitu pula menyediakan dan melayani konsumen dengan produk dan merek yang sesuai dengan yang diharapkan konsumen.
45
2.5.3 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen 1. Pengenalan Masalah Pembelian menyadari suatu perbedaan antara sebenarnya dan keadaan yang diinginkan. Para pemasaran perlu mengetahui apa kebutuhan yang dirasakan atau masalah yang timbul, apa yang menyebabkan seseoarang mencari produk tertentu oleh karena itu pemasar harus pandai mengembangkan strategi untuk menarik minat konsumen. 2. Pencarian Informasi Sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk, terlebih dahulu konsumen mencari informasi mengenai produk tersebut. Seberapa besar pencarian yang dilakukan tergantung pada kekuatan hasratnya, jumlah informasi yang mula-mula dimilikinya kemudian mendapat informasi dan kepuasan yang didapatkannya sesuai pencarian tersebut. 3. Keputusan Pembelian Tahap penilaian keputusan menyebabkan konsumen
pilihan
mereka diantara beberapa merk yang tergabung dalam beberapa pilihan, biasanya konsumen akan memilih merk yang disukai.
46
4. Perilaku Pasca Pembelian Setelah
membeli
suatu
produk,
konsumen
akan
mengalami beberapa tingkat kepuasan atau tidak kepuasan, konsumen akan merasa puas jika produk yang dibelinya sesuai yang diharapkan, dan tetapi jika produk yang dibelinya tidak sesuai yang diharapkan maka konsumen akan kecewa atau tidak puas, sehingga konsumen beralih merk. 2.6 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah gambaran tentang hubungan antara variabel bebas serta variabel terikat dalam suatu penelitian ini. Selain itu kerangka konseptual merupakan dasar dalam merumuskan hipotesis penelitian. Untuk itu sebelum hipotesis dirumuskan, maka terlebih dahulu dibuat kerangka konseptual. Dalam upaya memepengaruhi perilaku konsumen dalam membeli produk yang di pasarkan, maka diferensiasi kualitas, diferensiasi produk, diferensiasi harga, merupakan diantara factor yang turut berpengaruh sangat komplek. Karena dengan strategi diferensiasi, merupakan kreatifitas yang tinggi dalam menciptakan keunikan yang lebih menarik dan mampu mewujudkan dalam bentuk design sehingga lebih diminati oleh konsumen di bandingkan dengan produk pesaing lainnya.
47
Sehubungan dengan proses penyusunan skripsi ini tentang pengaruh diferensiasikualitas, diferensiasi produk, diferensiasi harga terhadap perilaku konsumen dalam membeli produk merk prodesign di PT. Putera Rackindo Sejahtera Gresik, maka kerangka konseptual terjadinya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat tersebut adalah.
Diferensiasi Kualitas ( X1 )
Diferensiasi Produk ( X2 )
Perilaku Konsumen ( Y )
Diferensiasi Harga ( X3 )
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian 2.7 Penelitian Terdahulu Penelitian yang di lakukan oleh Murali Patibandla dan Amal Sanayl (2001) menyebutkan bahwa salah satu keputusan strategi penting yang dilakukan oleh perusahaan untuk meraih keunggulan kompeteitif dalam menembus pasar yang kompetitif adalah melalui strategi diferensiasi produk. Hasil penelitian ini juga menyebutkan bahwa perusahaan yang menjual produk dan kualitas yang sama akan mengalami persaingan yang sangat
48
kompetetif, dengan perusahaan yang lebih dahulu berdiri di pasar jika perusahaan tersebut tidak melakukan strategi diferensiasi produk dalam menembus pasar. Menurut Patibandla dan Amal Sanyal, salah satu penyebabnya adalah perusahaan yang telah berdiri dipasar lebih dahulu memiliki sunk cost terhadap pasar yang telah tertanam dengan baik dalam bentuk hubungan yang baik dengan saluran pemasaran dan citra yang sudah terbangun dengan baik. Peneliltian yang dilakukan oleh Stevan Cierpicki, Malcolm Wright, dan Byron Sharp (2002), menyebutkan bahwa faktor utama penyebab kegagalan produk dalam meraih keunggulan kompetitif adalah kurangnya diferensiasi produk. Penelitian yang dilakukan oleh Rajif Kasyap (2001) Menunjukkan bahwa pemberian pelayanan yang lebih baik terhadap konsumen berpengaruh memperkuat dan menunjang hubungan jangka panjang perusahaan dengan konsumen. Hasil penelitian ini juga menyebutkan bahwa pemberian servise yang lebih baik dapat meningkatkan kepuasan konsumen yang akan emeberikan sinyal ke pasar bagi perusahaan untuk meraih keunggulan kompetitif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada obyek yang menjadi pusat penelitian, yaitu mereka melakukan penelitian pada perusahaan – perusahaan yang beroperasi secara global.
49
2.8 Hipotesis Penelitian Suatu langkah yang amat penting dan harus dilaksanakan dalam penelitian karya ilmiah ialaha penentuan hipotesis. Dengan menentukan hipotesis akan menghantarkan si penelitian kepada kebenaran penelitian yang dilaksanakan. Kemungkinan untuk menjadi jawaban dugaan yang benar bila dengan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa hipotesis dicapailah konklusi dan pada saat ini berhenti menjadi sebuah tensis. (Surachmad 1999:16) Pengujian hipotesis ini merupakan prosedur untuk memperoleh keputusan jawaban. Tetapi keputusan yang dihasilkan dalam penelitian ini masih belum dipastikan kebenarannya, karena penelitian ini akan menentukan kebenaran dan fakta yang terjadi di lapangan. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian serta teori maka penulis dapat mengambil hipotesis sebagai berikut : 1. Bahwa faktor-faktor diferensiasi yang terdiri dari diferensiasi kualitas, diferensiasi
produk, dan diferensiasi harga secara simultan dapat
berpengaruh signifikan terhadap perilaku konsumen dalam membeli produk di PT. Putera Rackindo Sejahtera Gresik. 2. Bahwa faktor-faktor diferensiasi yang terdiri dari diferensiasi kualitas, diferensiasi
produk, dan diferensiasi harga secara parsial dapat berpengaruh
50
signifikan terhadap perilaku konsumen dalam membeli produk di PT. Putera Rackindo Sejahtera Gresik. 3. Bahwa faktor-faktor diferensiasi yang terdiri dari diferensiasi kualitas, diferensiasi produk, dan diferensiasi harga yang dianggap paling berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam membeli produk di PT. Putera Rackindo SejahteraGresik.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pengertian Metode Penelitian Penelitian ini merupakan proses mencari dan menghubungkan suatu pengaruh dalam suatu variable, jadi jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenologi. Pendekatan fenologi adalah suatu bentuk pendekatan atas gejala – gejala yang terjadi dengan kondisi yang ada. Disamping itu penelitian ini juga dilakukan melalui pendekatan fenologi, disebabkan karena pemrosesan informasi dan pengolahan data dilakukan dalam suatu analisa kualitatif bertujuan untuk menjawab pertanyaan berkaitan curren status subyek yang teliti, dilakukan melalui metode survey untuk mengumpulkan serta menganalisa datanya juga dalam bentuk Tanya jawab melalui pengisian kusioner dan reduksi data. Reduksi data adalah Suatu proses penelitian pemusatan perhatian pada penyederhanaan atau pengabstrakan dan informasi data yang muncul dari catatan tertulis dilapangan (faisal 1999:72).
51
52
3.2 Deskripsi Populasi dan Penentuan Sampel. Populasi adalah wilayah generelisasi yang terdiri dari atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan ( sugiyono 1996:26). Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitiannya, maka merupakan penelitian populasi atau studi sensus (Arikanto 1998:19). Dua kondisi yang sesuai dengan studi sensus adalah bila populasinay kecil, dan bila masing-masing elemen agar berbeda satu sama lain (Emori, 1996:42). Berdasarkan pengertian diatas tentang populasi, maka yang akan di jadikan populasi dalam penelitian ini adalah 100 konsumen atau pembeli yang melakukan pembelian produk prodesign PT. Putera Rackindo Sejahtera. Untuk mendapatkan sampel yang dapat menggambarkan populasi, maka dalam penentuan sampel penelitian ini digunakan rumus Slovin (dalam Umar, 2004:108) sebagai berikut :
= Dimana : n
= ukuran sampel
1+
53
N
= ukuran populasi
e
=
persen
kelonggaran
ketidak
telitian
karena
kesalahan
penggambilan sampel yang masih dapat ditolerir Dari jumlah populasi tersebut dengan tingkat kelonggaran ketidaktelitian 10 %, maka dengan menggunakan rumus diatas diperoleh sampel sebesar :
=
100 = 50 1 + 100(0,1)
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Probability Sampling, dimana elemen-elemen populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel. 3.3 Identifikasi Variabel Sedangkan singaribun dan effendi (2000:18) mengemukakan bahwa : variabel adalah gejala sesuatu yang menjadi obyek penelitian dan pengamatan variabel penelitian merupakan faktor-faktor yang berperan dalam pariwisata atau gejala yang akan diteliti. Sesuai dengan rumusan masalah dan model analisa yang telah diterangkan diatas maka variabel-variabel penelitian yang akan di ukur dalam penelitian ini meliputi :
54
1. Variabel Independent ( X ) Variabel independent atau variabel bebas adalah variabel yang berpengaruh terhadap variable terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah : a. Diferensiasi Kualitas ( X1 ) b. Diferensiasi Produk ( X2 ) c. Diferensiasi Harga ( X3 ) 2. Variabel Dependent ( Y ) Variabel dependent atau variable terikat yaitu variabel yang besar kecilnya ditentukan oleh variable bebas. Dalam penelitian ini variable terikatnya adalah minat konsumen dalam membeli produk furniture di PT. Putera Rackindo Sejahtera. 3.3.1 Devinisi Operasional Variabel Devinisi operasioanl menurut pendapat singaribun dan effendi (2000:20) adalah Salah satu unsur yang sangat membantu antara peneliti adalah devinisi operasional, yang memakai petunjuk tentang bagaimana suatu variable diukur dengan membaca definisi operasional dalam suatu penelitian. Seseorang peneliti akan mengetahui pengukuran suatu variabel sehingga dapat mengetahui baik buruknya pengukuran.
55
Arti penting dari definisi operasional diatas dipertegas lagi oleh pendapat moelyanto (1998:11) bahwa operasional variable adalah suatu proses dimana seorang peneliti mengidentifikasi (Specific) observasi empiris yang dipandang dapat merupakan indikator-indikator suatu atribut yang terdapat dalam suatu konsep. Definisi konsep dari unsur-unsur imperisme terhadap variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Diferensiasi ( X ) a. Diferensiasi Kualitas ( X1 ) Diferensiasi Kualitas merupakan kreatifitas yang tinggi mengharmoniskan unsure marketing mix : product, place, price, promotion, people, packaging, programming partnership sehingga kualitas produk yang dibeli konsumen melebihi harapan (Zyman, s 2000:95) b. Diferensiasi Produk ( X2 ) Diferensiasi produk merupakan kreatifitas yang tinggi dalam menciptakan keunikan produk yang lebih menarik dan mampu mewujudkan dalam bentuk desain sehingga lebih diminati oleh konsumen dibandingkan dengan produk pesaing lainnya. (Zyman,s 2000:950)
56
c. Diferensiasi Harga ( X3 ) Harga merupakan satu-satunya unsur dalam berbagai unsure bauran pemasaran yang mendatangkan laba bagi perusahaan. Perusahaan perlu memperhatikan keinginan konsumen yaitu membayar harga yang sepadan dengan nilai yang diperoleh , keinginan untuk mendapatkan laba semaksimal mungkin, dan factor harga oleh pesaing. (Hendri ma’ruf 2005:155). 3.3.2 Perilaku Konsumen dalam pembelian produk ( Y ) Perilaku konsumen didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan. Penentuan kegiatan pembelian produk indicator pengukurannya berdasarkan atas pendapat konsumen, yaitu kebutuhan akan suatu produk, manfaat akan suatu produk, selera terhadap suatu produk, serta kepuasan suatu konsumen terhadap suatu produk. 3.4 Teknik Pengumpulan data Untuk memperoleh data yang releven dan sesuai dengan sample serta perumusan masalah yang ada, maka peneliti mrnggunakan beberapa metode. Metode tersebut meliputi :
57
1. Library Researh (study kepustakaan ) Yaitu pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan jalan membaca literature yang berkaitan dengan masalah yang disajikan, serta membaca hasil penelitian yang terdahulu. 2. Field Research ( study lapangan ) Yaitu pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan jalan terjun langsung ke lapangan ke obyek penelitian. a. Observasi Yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap seluruh aktivitas perusahaan. b.Interview Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan wawancara langsung dengan pihak terkait dengan penelitian. c. Teknik Kusioner Teknik
kusioner
yaitu
dengan
menyebarkan
atau
menyampaikan pertanyaan secara tertulis. Dalam kusioner penelitian ini hanya dipergunakan jenis pertanyaan secara tertutup (closed question) yaitu pertanyaan yang tidak memberikan kemungkinan pada responden untuk menjawab secara panjang lebar menurut jalan
58
pikirannya sendiri, sebab jawaban sudah disediakan oleh peniliti, sehingga responden tinggal memilih saja salah satu alternative jawaban yang dikehendaki oleh responden. Dalam kusioner yang disampaikan kepada responden, untuk tiap jawaban diberi bobot nilai. Dimana hal tersebut nantinya akan mempermudah peneliti dalam memberikan skor untuk dijadikan dasar dalam menganalisa data yang kaitannya dengan permasalahan yang dihadapi. Bobot skor yang ditetapkan oleh peneliti mengacu pada model skala likert, yaitu : - Jawaban sangat setuju diberi bobot nilai 4 - Jawaban setuju diberi bobot nilai 3 - Jawaban tidak setuju diberi bobot nilai 2 - Jawaban sangat tidak setuju diberi bobot nilai 1 3.4.1 Jenis Data Jensi data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 ( dua ) jenis data yaitu : 1. Data Kuantitaf merupakan data yang berupa angka – angka yang digunakan dalam pengolahan secara statistic Juga keperluan pembahasan masalah. Data kuantitatif ini meliputi data hasil jawaban
59
kuisioner yang telah dinilai berdasarkan skor masing – masing jawaban. 2. Data kualitatif merupakan data yang tidak berupa angka-angka. Data ini berwujud pernyataan atau kalimat yang menerangkan sesuatu. Data ini meliputi pernyataan yang merupakan teori-teori yang mendasari masalah yang diteliti dan data dari perusahaan yang meliputi sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab department, visi dan misi perusahaan, flow proses produksi dan pelayanan terhadap konsumen. 3.4.2 Sumber Data Sumber data yang diperlukan untuk mengujikan hipotesis yang dikemukakan adalah data primer dan data skunder. 1. Data primer adalah data yang diperoleh penulis secara langsung dari sumber intern perusahaan seperti pimpinan, karyawan, dengan mengadakan wawancara, pengisian dan pertanyaan (kusioner) yang disediakan penulis. 2. Data Skunder adalah data yang diperoleh dari bukti-bukti berupa tulisan (dokumentasi) yang diperoleh dari manajemen perusahaan pada obyek penelitian.
60
3.5 Teknik Analisis Data 3.5.1 Uji Asumsi Klasik 3.5.1.1 Uji Validitas Uji
Validitas
digunakan
untuk
mengukur
apakah
pertanyaan yang diajukan kepada responden valid atau tidak (tingkat kesesuaian antara definisi konseptual dengan definisi oprasional dari variabel). Dengan menghitung koefisien korelasi pearson antar masing-masing pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner dengan scor total dari masing-masing pertanyaan tersebut. Koefisien korelasi pearson yang telah dihitung kemudian dibandingkan dengan r. Jika nilai koefisien korelasi yang telah dihitung lebih besar dari r, maka suatu pertanyaan tersebut dianggap valid. Sedangkan jika nilai koefisien korelasi lebih kecil dari r, maka suatu pertanyaan tersebut dianggap tidak valid. Syarat minimum dianggap memenuhi syarat adalah jika r = 0,3 (Sugiyono, 2002:124). Jadi, seluruh item pertanyaan dianggap valid apabila koefisien korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan nilai total diatas 0,3. 3.5.1.2 Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya, dimana alat ukur yang digunakan tersebut jika digunakan beberapa kali tetap memberikan hal yang
61
sama. Suatu pertanyaan dikatakan realibel, jika nilai koefisen alpha yang dihitung lebih besar dari 0,6 (Umar, 2005:207). Maka pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner tersebut sudah realibel atau dapat dipercaya karena nilai koefisien alpha lebih besar dari 0,6. 3.5.1.3 Uji Normalitas Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sebuah model regresi variabel-variabelnya mempunyai distribusi normal atau tidak. Distribusi normal tersebut adalah data akan mengikuti bentuk distribusi normal dimana data akan memusat pada nilai rata-rata dan median. 3.5.1.4 Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas digunakan untuk mengetahui suatu kondisi dimana terjadi korelasi yang kuat diantara variabel-variabel bebas (X) yang diikutsertakan dalam pembentukan model regresi linier. Jelas bahwa multikolinieritas adalah suatu kondisi yang menyalahi asumsi regresi linier. Tentu saja, multikolinieritas tidak mungkin terjadi apabila variabel bebas (X) yang diikutsertakan hanya satu. Jadi dikatakan suatu data terdapat multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor), dimana jika nilai toleransi < 0,10 atau VIF > 5.
62
3.5.1.5 Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Menurut Durbin Watson besarnya koefisien D-W adalah 0-4 dimana jika nilai D-W -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi bila di bawah -2 maka berarti ada autokorelasi positif dan jika di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif (Tim Lab statistic UWP, 2006 :43). 3.5.1.6 Uji Heterokedastisitas Uji Heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah sebuah model regresi terjadi ketikdaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dimana varians residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas, dan bila berbeda disebut heterokedastisitas. Jadi suatu data dikatakan tidak terjadi heterokedastisitas jika grafik tidak membentuk pola atau acak maka regresi tidak mengalami gangguan. (Wijaya, 2010:56)
63
3.5.2 Analisis Regresi Linier Berganda Dalam penelitian ini, tenik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Analisis ini ditujukan untuk mencari pengaruh antara variabel independen terhapat variabel dependent. Langkah-langkah yang diambil dalam analisis regresi linier berganda yaitu dengan menentukan persamaan regresi linier berganda dengan rumus: =
+
.
+
.
+
.
+ 1
Keterangan : : Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Produk Furniture : Diferensiasi Kualitas : Diferensiasi Produk X3
: Diferensiasi Harga : Bilangan Konstanta
,
1
,
: Koefisien regresi : Faktor kesalahan atau pengangguran
64
3.5.3 Uji Hipotesis 1. Uji hipotesis 1 atau Uji F, langkah-langkahnya sebagai berikut : a. Merupakan hipotesis : Ho : b1,b2 = 0 (X1, X2 secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Y). Ha : b1,b2 ≠ 0 (X1, X2 secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadapn Y). b. Menentukan nilai F table pada tingkat signifikan sebesar 5 %, dengan derajat bebas (df) n-k-1, dimana n adalah jumlah responden dengan k adalah jumlah variabel bebas. c. Menetapkan daerah penerimaan dan penolakan H 0. Gambar 3.1 Kurva Distribusi F
Daerah Penerimaan Ho
Daerah penolakan Ho
F table
Fhitung
65
d. Menghitung nilai F hitung : Nilai dari F hitung dapat dirumuskan sebagai berikut :
=
(1 −
Dimana :
⁄ )⁄( −
− 1)
: Koefisien determinasi : Jumlah variabel bebas : Banyaknya sampel Untuk membantu proses perhitungan agar diperoleh hasil yang akurat, maka digunakan bantuan komputer dengan program SPSS versi 17.
e. Membandingkan F hitung dengan F table Bila F hitung < F table, maka Ho diterima berarti Ha ditolak, artinya variabel X1, X2 secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Y. Bila F hitung > F table, maka Ho ditolak berarti Ha diterima yang artinya variabel X1, X2 secara bersamasama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Y.
66
2. Uji hipotesis 2 atau Uji t, langkah-langkahnya sebagai berikut : a.
Merumuskan hipotesis : Ho : b1,b2 = 0 (X1,X2 secara parsial tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Y). Ho : b1,b2 ≠ 0 (X1,X2 secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Y).
b. Menentukan nilai t tabel pada tingkat signifikansi sebesar 5% dengan derajat bebas (df) = n-k-1, dimana n adalah jumlah responden dan k adalah jumlah variabel bebas. c. Menentukan daerah penerimaan dan penolakan Ho.
GAMBAR 3.2 Kurva Distribusi T
Daerah Penolakan Ho
Daerah Penolakan Ho Daerah Penerimaan Ho
d. Menghitung statistic uji t dengan program SPSS, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
67
=
Dimana : Sbi : Standar deviasi estimasi bi : Koefisien regresi e. Membandingkan t hitung dengan t tabel Ho diterima bila t hitung < t tabel, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sedangkan Ho ditolak bila t hitung > t tabel, dimana berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Atau Ho diterima jika -t hitung > -t tabel, berarti tidak ada pengaruh signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat, dan Ho ditolak bila -t hitung < -t tabel, berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. 3. Koefisien Determinasi Parsial (r2) Koefisien determinasi parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh parsial yang paling dominan dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. nilai Koefisien determinasi parsial (r2) dihitung menggunakan program SPSS versi 17.
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Profil Perusahaan PT. Putera Rackindo Sejahtera didirikan pada tahun 1989 sebagai suatu industry kecil yang menghasilkan berupa bentuk audio dan rack video dengan merk dagang ProDesign. Dalam kurun waktu tertentu, usaha menjadi berkembang dan berubah menjadi pabrik furniture yang berbeda dengan pabrik furniture tradisional, yaitu dengan menggunkan knock down mebel panel. Meskipun masih dalam pertumbuhan, perusahaan mengelola industry furniture dengan cepat dan tepat melayani pesanan, membina hubungan baik dengan konsumen serta komitmen yang menjadi rahasia awal keberhasilan sampai saat ini. Di tahun 2006, Pro Desig menciptakan produk – produk terbaru sesuai dengan trend masa kini berupa home furniture, plasma stand, computer desk, multifunction rack, dan tv rack yang bahan baku utamanya adalah partikel board, dan di decorative pvc / paper, accecories furniture, bahan – bahan lainnya sebagai kombinasi produk, dengan nuansa tradisional penuh kemewahan dan Different is Beatiful sebagai lamabang citra perusahaan.
68
69
Sejak tahun 1993, Pro Design sudah melalui export produk lebih dari 30 negarayang meliputi organisasi seluruh dunia salah satunya termasuk jepang. Pro Design mengeluarkan visi masa depan didalam industri furniture berdasarkan pada tiga nilai – nilai yang penting yaitu kualitas produk, design produk dan harga produk. Alasan tersebut karena Pro Design membuat dan mendistribusikan produk – produk terbaru melalui difersifikasi yang menambahkan gaya dan fungsi. 4.1.2 Struktur Organisasi Dalam usaha melakukan sistem manajemen perusahaan, dalam hal koordinasi, komunikasi dan penyusunan rencana kerja yang lebih baikdan intensif serta dalam rangka meningkatkan hasil kerja yang lebih produktif dan mengarah pada perencanaan kerja yang lebih terprogram dan memutuskan masalah, situasi serta perkembangan yang terjadi di lingkup intern operasional departemen serta faktor eksternal yang mempengaruhi terhadap kinerja perusahaan secara langsung maupun tidak langsung di departemen terkait. Struktur Organisasi PT. Putera Rackindo Sejahtera yang dipakai sebagai berikut :
70
President Director
Manager Operasional
IT / EDP
HRD
Purchasing
Ka. Dev. PPIC
Planing
Control si
Inventori
Produksi
R&D
Marketing
Ka. Dev. Produksi
Ka. Dev. Enginering
Supervisor
Maintenance
Koordinator Pelaksana Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Putera Rackindo Sejahtera 4.1.3 Tugas dan Tanggung Jawab Manajer Departemen. Secara umum, setiap departemen diwajibkan untuk memberikan laporan aktivitas selama satu periode tertentu ( bulanan ) yang mencangkup segala aktifitas yang terjadi di masing – masing departemen yang cukup menonjol termasuk :
71
a.Membuat rencana kerja per periode. b. Aktifitas yang sedang dilakukan dan target waktu penyelesiannya. c. Hasil – hasil yang sudah tercapai. d.Kendala dan permasalahan yang dihadapi secara intern maupun yang melibatkan departemen lain maunpun pihak eksternal. e. Usulan – usulan guna perbaikan atas kendala dan permasalahan internal maupun usulan untuk departemen lainnya. Selain aktivitas umum, setiap departemen juga diwajibkan memberikan suatu rencana kerja untuk periode mendatang yang bersifat spesifik berdasarkan bidang kerja dan tantangan atau permasalahan yang ada di masing – masing departemen mangacu pada tujuan yang sudah di tetapkan, antara lain : 1. Departemen Penelitian dan Pengembangan ( R & D ) a. Laporan hasil pengembangan produk/design baru per periode. b. Laporan hasil pembuatan sample produk baru maupun permintaan buyer per periode. c. Laporan biaya sample internal, buyer pada per bulan. d. Laporan hasil penelitian jenis material baru per periode terkait model baru.
72
e. Laporan trend design terbaru per periode. f. Laporan kesiapan gambar kerja maupun mal terkait dengan model baru. 2. Departemen Produksi a. Laporan hasil produksi per periode. b. Laporan hasil evaluasi produksi. c. Laporan biaya pemakaian tooling. d. Laporan kerusakan dan perbaikan mesin. e. Laporan lembur/over time produksi. f. Laporan inpection QC baik intern mauoun eksternal. 3. Departemen Purchasing & Logistik. a. Laporan nilai stock material per periode b. Laporan posisi harga bahan baku utama import dan local per periode c. Laporan prediksi harga bahan yang akan dating d. laporan kunjungan kerja suplayer e. Laporan penambahan suplayer baru f. Laporan aktifitas suplayer. 4. Departemen HRD dan Umum
73
a. Laporan status jumlah karyawan b. Laporan mutasi karyawan ke bagian lain per periode c. Laporan penambahan Karyawan d. Laporan Pelanggaran Karyawan 5. Departemen Marketing Export dan Lokal a. Laporan omset penjualan per periode b. Laporan status order bulan berjalan c. Laporan penjualan bulan depan d. Laporan penambahan buyer baru e. Laporan tentang informasi pasar dari sales seluruh cabang 6. Departemen Keuangan dan Accounting a. Membuat format budgeting untuk tiap – tiap departemen b. Laporan pengendalian keuangan 7. Departemen Informasi dan Teknologi ( IT ) a. Laporan informasi yang tepat dan tepat b. Membentuk input ke sistem informasi manajemen c. Laporan perkembangan sistem informasi terbaru
74
4.1.4 Visi dan Misi Perusahaan Visi PT. Putera Rackindo Sejahtera adalah menjadi perusahaan furniture terbai yang meliputi : - Ada dimana – mana dan menguasai pangsa pasar panel furniture - Design inovatif, selalu tampil beda dan sesuai selera pasar - Harga bersaing dengan kualitas yang lebih bagus Misi PT. Putera Rackindo Sejahtera meliputi hal sebagai berikut : - Membangun diri dari sekedar produsen rack tv menjadi produsen panel furniture. - Mengembangkan budaya inovatif dan selalu tampil beda. - Mengantisipasi kecenderungan pasar dan kebutuhan konsumen. - Mengembangkan system informasi yang cepat dan akurat. -Mengutamakan kesatuan dan kerja sama semua elemen atas dasar tanggung jawab yang tinggi ( Profesional ). - Mengembangkan jaringan kerja / pemasaran yang lebih luas.
75
4.1.5 Data Karyawan Sumber daya manusia merupakan faktor yang paling utama dalam mengembangkan usaha, dengan dukungan sumber daya manusia yang unggul dan kemampuan khusus, maka usaha yang dikembangkan akan mempunyai kualitasyang unggul pula. Sumber daya manusia dalam hal ini adalah karyawan yang dimiliki oleh PT. Putera Rackindo Sejahtera. Data karyawan PT. Putera Rackindo Sejahtera peneliti sajikan dalam bentuk tabulasi berikut ini, data karyawan berdasarkan jenis kelamin, pendidikan, dan status ketenaga kerjaan seperti yang tersaji dalam table berikut ini : Jenis Kelamin
Karyawan Tetap
Karyawan Outsorching
Total
1
Laki - Laki
321
240
561
2
Perempuan
93
43
136
Jumlah
414
283
697
Presentasi
59,40%
40,60%
NO
Sumber : Data Karyawan PT. Putera Rackindo Sejahtera Tabel 4.1 Data Karyawan PT. Putera Rackindo Sejahtera Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa jumlah karyawan PT. Putera Rackindo Sejahtera sejumlah 697 orang yang terdiri karyawan tetap 414 orang atau 59,40% dari jumlah total , sedangkan karyawan outsorching 283 atau 40,60% dari total.
76
Sementara itu data karyawan berdasarkan pendidikan yang tersaji dalam table berikut ini : NO
Pendidikan
Karyawan Tetap
Karyawan Outsorching
Total
Presentase
1
SLTP
18
54
72
10,33%
2
SLTA
351
229
580
83,21%
3
SARJANA
45
-
45
6,46%
414
283
697
100,00%
Total
Sumber : Data karyawan PT. Putera Rackindo Sejahtera Tabel 4.2 Data Karyawan PT. Putera Rackindo Sejahtera Berdasarkan tabel 4.2 diatas akan diketahui bahwa jumlah karyawan di PT. Putera rackindo Sejahtera sejumlah 697 orang yang terdiri dari latar belakang pendidikan yang berbeda diantaranya SLTP sejumlah 72 Orang atau 10,33% dari jumlah karyawan, SLTA sejumlah 580 orang atau 83,21%, dan perguruan tinggi (sarjana) sejumlah 45 orang atau 6,46% dari jumlah karyawan. 4.1.6 Identitas Responden Identitas responden adalah penyebaran atas pembeli yang telah terpilih sebagai responden dalam penelitian ini. Atau juga dapat dikatakan sebagai penyebaran atas cirri kas secara garis besar yang dimiliki pelanggan yang membeli produk furniture merk Prodesign yang diproduksi PT. Putera
77
Rackindo Sejahtera dan terpilih sebagai sampel penelitian yang di dalam hal ini dilihat berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan serta pekerjaan pelanggan. Jumlah populasi yang mejadi pelanggan di PT. Putera Rackindo Sejahtera di ambil 50 orang yang selanjutnya dijadikan sebagai sample penelitian sebagai berikut : NO
Jenis Kelamin
Jumlah
Presentase
1
Laki - laki
18
36.00%
2
Perempuan
32
64,00%
50
100,00%
Total Sumber : Data kusioner di olah Tabel 4.3
Data responden menurut jenis kelamin Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa dari 50 responden dalam penelitian ini yang dijadikan sample penelitian sebagai berikut : responden laki – laki berjumlah 18 orang atau 36,00%, sedangkan responden perempuan 32 orang atau 64,00% dari total responden. Data selanjutnya akan disajikan mengenai kondisi responden berdasarkan atas usia responden, data tersebut adalah :
78
NO
Usia
Jumlah
Presentase
1
Kurang dari 21 th
5
10,00%
2
21 – 30 th
20
40,00%
3
31 – 40 th
10
20,00%
4
41 – 50 th
15
30,00%
5
Lebih dari 50 th
0
0,00%
50
100,00%
Total Sumber : Data kusioner diolah Tabel 4.4
Data responden menurut usia Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa dari 50 responden dalam penelitian ini yang dijadikan sample penelitian sebagai berikut : Responden usia kurang dari 21 tahun sejumlah 5 orang atau 10%, usia 21 – 30 tahun 20 orang atau 40%, responden usia 31 – 40 tahun sejumlah 10 orang atau 20%, usia 41 – 50 tahun sejumlah 15 orang atau 30%, dan responden usia lebih dari 50 tahun sejumlah 0 orang atau 0% dari total responden. Data selanjutnya akan disajikan mengenai kondisi responden berdasarkan atas pendidikan responden, data tersebut adalah :
79
NO
Pendidikan
Jumlah
Presentase
1
SD
0
00,00%
2
SLTP
5
10,00%
3
SLTA
35
70,00%
4
SARJANA
10
20,00%
Total
50
100,00%
Sumber : Data kusioner diolah Tabel 4.5 Data responden menurut pendidikan Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa dari 50 responden dalam penelitian ini yang dijadikan sample penelitian sebagai berikut : Responden berpindidikan SD sejumlah 0 orang atau 0%, responden berpendidikan SLTP sejumlah 5 orang atau 10%, responden berpendidikan SLTA sejumlah 35 orang atau 70%, sedangkan responden berpendidikan Sarjana 10 orang atau 20% dari total responden. Data selanjutnya akan disajikan mengenai kondisi responden berdasarkan atas pekerjaan responden, data tersebut adalah : NO.
Pekerjaan
Jumlah
Presentase
1
Pelajar
0
0,00%
2
Ibu rumah tangga
10
20,00%
3
Karyawan Swasta
15
30,00%
4
PNS
20
40,00%
5
Wirasusaha
5
10,00%
Total
50
100,00%
80
Sumber : Data kusioner diolah Tabel 4.6 Data responden menurut pekerjaan Berdasarkan tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa dari 50 responden dalam penelititan ini yang dijadikan sampel penelitian sebagai berikut : responden yang berprofesi sebagai pelajar sejumlah 0 orang atau sebesar 0%, responden yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga sejumlah 10 orang atau sebesar 20%, responden yang berprofesi karyawan swasta sejumlah 15 orang atau 30%, responden yang berprofesi PNS sejumlah 20 orang atau 40%, sedangkan responden yang berprofesi wirausaha sejumlah 5 orang atau 10% dari total responden. 4.2
Analisa Data 4.2.1 Uji Asumsi Klasik 4.2.1.1 Uji Validitas Dalam penelitian ini perlu diuji sejauh mana alat ukur yang digunakan benar-benar mengukur apa yang ingin diukur. Pada uji validitas dilakukan pada item-item pertanyaan dari kuesioner yaitu jalan
menghitung
koefisien
korelasi
dari
masing-masing
pertanyaan, kemudian dibandingkan dengan angka kritis r. Jika nilai koefisien korelasi yang di hitung lebih besar dari r, maka suatu pertanyaan tersebut dianggap valid. Sedangkan jika nilai koefisien
81
korelasi lebih kecil dari angka kritis r, maka suatu pertanyaan tersebut dianggap tidak valid. Syarat minimum yang di anggap memenuhi syarat adalah jika r = 0,3. Jadi, seluruh item pertanyaan dianggap valid apabila koefisien korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan nilai total diatas 0,3. TABEL 4.7 HASIL UJI VALIDITAS Variabel Pertanyaan Koefisien R Korelasi X1
X2
X3
Y
Signifikan Keterangan
1
0,644
0,3 0,000
Valid
2
0,659
0,3 0,000
Valid
3
0,548
0,3 0,000
Valid
4
0,758
0,3 0,000
Valid
1
0,672
0,3 0,000
Valid
2
0,803
0,3 0,000
Valid
3
0,820
0,3 0,000
Valid
1
0,623
0,3 0,000
Valid
2
0,653
0,3 0,000
Valid
3
0,739
0,3 0,000
Valid
4
0,768
0,3 0,006
Valid
1
0,835
0,3 0,000
Valid
2
0,780
0,3 0,000
Valid
3
0,711
0,3 0,000
Valid
Sumber : Data Primer (diolah)
82
Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa semua item pertanyaan adalah valid. Hal ini juga didukung oleh koefisien korelasi yang positif dan signifikan sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,5. 4.2.1.2 Uji Realibilitas Kemudian uji selanjutnya adalah uji relibilitas, dimana pengujian ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tersebut tersebut dapat diandalkan dan apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama pula. Uji reliabilitas
dalam
penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan program SPSS dengan metode Cronbach’s Alpha yaitu dengan cara menghitung koefisien alpha. Jika koefisien alpha = 0,6 atau lebih, maka dapat diputuskan bahwa kesemua variabel telah reliabel. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut :
83
TABEL 4.8 HASIL UJI RELIABILITAS Variabel
Cronbach’s Alpha
Reliabilitas minimum
Keterangan
X1
0,549
0,6
Tidak Reliabel
X2
0,647
0,6
Reliabel
X3
0,645
0,6
Reliabel
Y
0,668
0,6
Reliabel
Sumber : Data Primer (diolah) Berdasarkan tabel dari hasil pengujian yang dilakukan terhadap reliabilitas kuesioner, maka diperoleh hasil bahwa nilai Cronbach’s Alpha kesemua variabel lebih besar dari atau sama dengan 0,6 Sehingga dapat diputuskan bahwa kesemua variabel telah reliabel 4.2.1.3 Uji Multikolinieritas Uji berikutnya bertujuan untuk mengetahui apakah antara variabel bebas memilki atau terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna (terjadi multikolinieritas). Dimana jika nilai Tolerance atau VIF (Variance Inflation Factor) dari masing masing memiliki nilai toleransi < 0,10 atau VIF >5 maka terdapat multikoliniertias sehingga variabel tersebut harus dibuang.
84
TABEL 4.9 HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS Coefficients
a
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
X1
.978
1.022
X2
.106
9.400
X3
.107
9.349
a. Dependent Variable: Y
Berdasarkan tabel dari hasil pengujian yang dilakukan terhadap multikolinieritas, maka diperoleh hasil bahwa nilai nilai toleransi lebih besar dari 0,10 dan VIF lebih kecil dari 5 maka tidak terdapat multikolinieritas dan variabel tersebut bisa untuk digunakan. 4.2.1.4 Uji Autokorelasi Uji berikut adalah pengujian untuk mengetahui apakah sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi berarti ada problem autokorelasi.
85
TABEL 4.10 UJI AUTOKORELASI b
Model Summary Model 1
R
R Square a
.711
Adjusted R Square
.506
Std. Error of the Estimate
.473
0.913
Durbin-Watson 1.886
a. Predictors: (Constant), Trust, experience b. Dependent Variable: Keputusan_Pembelian
Pada gambar diatas menunjukkan nilai 1.886 mengacu pada pendapat Santoso, Singgih (2002), bila angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak terjadi autokorelasi.
4.3. Diskripsi Frekuensi Skor Kusioner Diskripsi jawaban responden terhadap kusioner adalah suatu uraian atas pendapat responden mengenai kusioner yang telah peneliti sampaikan. Perlu diketahui bahwa diskripsi jawaban responden ini peneliti sajikan dalam bentuk tabulasi dan presentasi seperti berikut :
86
Kode
Alternatif Jawaban
Indikator Pengukuran Variabel
SS
S
TS
STS
Jumlah
X1.1 Bagaimana produk furniture yang ditawarkan PT. Putera Rackindo Sejahtera dapat memenuhi standart kualitas yang diinginkan konsumen?
8
35
7
X1.2 Bagaimana produk furniture yang terbuat dari serbuk kayu yang dipadatkan dan dilapisi dekoratif serat kayu, kuat dan tahan lama?
7
30
12
X1.3 Bagaimana produk furniture PT. Putera Rackindo Sejahtera dengan system knock down ( bongkar pasang ) dapat dipindahkan dari satu tempat ketempat lain dengan mudah dan aman?
8
35
7
50
X1.4 Bagaimana produk furniture PT. Putera Rackindo Sejahtera dengan dipacking secara praktis dan rapi dapat mencegah kerusakan yang ditimbulkan?
13
35
2
50
50
1
50
Tabel 4.7 Diskripsi responden mengenai pengaruh diferensiasi kualitas ( X1 ) Berdasarkan tabel 4.7 dapat dijelaskan bahwa tanggapan tentang variabel kualitas (X1) “Bagaimana produk furniture yang ditawarkan PT. Putera Rackindo Sejahtera dapat memenuhi standart kualitas yang diinginkan konsumen” bahwa sebanyak 8
87
responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 35 responden menyatakan setuju, 7 responden menyatakan tidak setuju. Sedangkan tanggapan responden mengenai “Bagaimana produk furniture yang terbuat dari serbuk kayu yang dipadatkan dan dilapisi dekoratif serat kayu, kuat dan tahan lama” diketahui bahwa sebanyak 7 responden menyatakan sangat setuju, 30 responden menyatakan setuju, sebanyak 12 menyatakan tidak setuju dan 1 responden yang menyatakan sangat tidak setuju. Sedangkan tanggapan responden mengenai “Bagaimana produk furniture PT. Putera Rackindo Sejahtera dengan system knock down ( bongkar pasang ) dapat dipindahkan dari satu tempat ketempat lain dengan mudah dan aman” diketahui bahwa sebanyak 8 responden menyatakan sangat setuju, 35 responden menyatakan setuju, sebanyak 7 menyatakan tidak setuju. Dan tanggapan responden ”bagaimana produk furniture PT. Putera Rackindo Sejahtera dengan dipacking secara praktis dan rapi dapat mencegah kerusakan yang ditimbulkan” dapat diketahui bahwa 13 responden menyatakan sangat setuju, 35
responden
menyatakan setuju, dan 2 responden menyatakan tidak setuju.
88
Kode
Alternatif Jawaban
Indikator Pengukuran Variabel
SS
S
TS
STS
X2.1 Produk furniture PT. Putera Rackindo Sejahtera dengan model terbaru bukan sekedar pajangan melainkan sebagai multi fungsi ruangan?
15
34
1
50
X2.2 Bagaimana produk furniture PT. Putera Rackindo Sejahtera dengan desain simpel dan praktis, yang disesuaikan dengan tempat tinggal di perkotaan maupun di pedesaan?
14
32
4
50
X2.3 Bagaimana produk furniture PT. Putera Rackindo Sejahtera dengan eksteriornya dapat dipadukan dengan berbagai macam furniture lainnya?
23
23
3
1
Jumlah
50
Tabel 4.8 Diskripsi responden mengenai pengaruh diferensiasi produk ( X2 ) Berdasarkan tabel 4.8 dapat dijelaskan bahwa tanggapan tentang variabel kualitas (X2) “Produk furniture PT. Putera Rackindo Sejahtera dengan model terbaru bukan sekedar pajangan melainkan sebagai multi fungsi ruangan” bahwa sebanyak 15 responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 34 responden menyatakan setuju, 1 responden menyatakan tidak setuju. Sedangkan tanggapan responden mengenai “Bagaimana produk furniture PT. Putera Rackindo Sejahtera dengan desain
89
simpel dan praktis, yang disesuaikan dengan tempat tinggal di perkotaan maupun di pedesaan” diketahui bahwa sebanyak 14 responden menyatakan sangat setuju, 32 responden menyatakan setuju, sebanyak 4 menyatakan tidak setuju. Sedangkan tanggapan responden mengenai “Bagaimana produk
furniture
PT.
Putera
Rackindo
Sejahtera
dengan
eksteriornya dapat dipadukan dengan berbagai macam furniture lainnya” diketahui bahwa sebanyak 23 responden menyatakan sangat setuju, 23 responden menyatakan setuju, sebanyak 3 menyatakan tidak setuju dan 1 responden yang menyatakan sangat tidak setuju.
Kode
Indikator Pengukuran Variabel
Alternatif Jawaban SS
S
TS
STS
X3.1 Bagaimana produk furniture PT. Putera Rackindo Sejahtera dengan harga yang ditawarkan sesuai dengan kualitas produk?
20
28
2
50
X3.2 Pilihan konsumen untuk produk furniture PT. Putera Rackindo Sejahtera ready stock?
15
34
1
50
X3.3 Produk furniture PT. Putera Rackindo Sejahtera dengan sistem inspeksi quality kontrol konsumen tidak perlu ragu atas produk yaang dibelinya?
14
32
4
50
Jumlah
90
X3.4 Saluran distribusi yang digunakan produk furniture PT. Putera Rackindo Sejahtera mempelancar kebutuhan konsumen?
24
22
3
50
1
Tabel 4.9 Diskripsi responden mengenai pengaruh diferensiasi citra ( X3 ) Berdasarkan tabel 4.9 dapat dijelaskan bahwa tanggapan tentang variabel kualitas (X3) “Bagaimana produk furniture PT. Putera Rackindo Sejahtera dengan harga yang ditawarkan sesuai dengan
kualitas
produk”
bahwa
sebanyak
20
responden
menyatakan sangat setuju, sebanyak 28 responden menyatakan setuju, 2 responden menyatakan tidak setuju. Sedangkan
tanggapan
responden
mengenai
“Pilihan
konsumen untuk produk furniture PT. Putera Rackindo Sejahtera ready stock” diketahui bahwa sebanyak 15 responden menyatakan sangat setuju, 34 responden menyatakan setuju, sebanyak 1 menyatakan tidak setuju.. Sedangkan tanggapan responden mengenai “Bagaimana produk furniture PT. Putera Rackindo Sejahtera dengan system knock down ( bongkar pasang ) dapat dipindahkan dari satu tempat ketempat lain dengan mudah dan aman” diketahui bahwa sebanyak
91
8 responden menyatakan sangat setuju, 35 responden menyatakan setuju, sebanyak 7 menyatakan tidak setuju. Dan tanggapan responden ” Saluran distribusi yang digunakan produk furniture PT. Putera Rackindo Sejahtera mempelancar kebutuhan konsumen” dapat diketahui bahwa 24 responden menyatakan sangat setuju, 22 responden menyatakan setuju, dan 3 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden yang menyatakan sangat tidak setuju.
Kode
Indikator Pengukuran Variabel
Alternatif Jawaban STS
Jumlah
SS
S
TS
Y.1 Diferensiasi Kualitas yang dilakukan oleh manajemen PT. Putera Rackindo Sejahtera mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian produk?
13
32
5
50
Y.2 Diferensiasi Produk yang dilakukan oleh manajemen PT. Putera Rackindo Sejahtera mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian produk?
10
37
3
50
Y.3 Diferensiasi Harg yang dilakukan oleh manajemen PT. Putera Rackindo Sejahtera mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian produk?
23
26
1
50
92
Tabel 4.10 Diskripsi responden mengenai perilaku konsumen membeli produk ( Y Berdasarkan tabel 4.10 dapat dijelaskan bahwa tanggapan tentang variabel kualitas (X2) “Diferensiasi Kualitas yang dilakukan oleh manajemen PT. Putera Rackindo Sejahtera mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian produk” bahwa sebanyak 13 responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 32 responden menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju. Sedangkan tanggapan responden mengenai “Diferensiasi Produk yang dilakukan oleh manajemen PT. Putera Rackindo Sejahtera mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian produk” diketahui bahwa sebanyak 10 responden menyatakan sangat setuju, 37 responden menyatakan setuju, sebanyak 3 menyatakan tidak setuju. Sedangkan tanggapan responden mengenai “Diferensiasi Harg yang dilakukan oleh manajemen PT. Putera Rackindo Sejahtera mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian produk” diketahui bahwa sebanyak 23 responden menyatakan sangat setuju, 26 responden menyatakan setuju, sebanyak 1 menyatakan tidak setuju.
93
4.4 Analisa Regresi Linier Berganda Berdasarkan rumusan permasalahan dan hipotesa yang telah diajukan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, maka dalam pengolahan data digunakan alat untuk menganalisis data yaitu dengan menggunakan model regresi linier berganda, dimana menggunakan perhitungan program SPSS.
TABEL 4.11 Hasil Analisa Regresi linier berganda Pengaruh Diferensiasi Kualitas, Diferensiasi Produk, Diferensiasi Harga Dalam Pembelian Produk Furniture di Pt. Putera Rackindo Sejahtera. Coefficients Unstandardized Coefficients Model
B
1 (Constant)
a
Standardized Coefficients
Std. Error
Collinearity Statistics
Beta
.997
1.502
X1
.537
.085
X2
-.358
.294
X3
.438
.244
t
Sig.
Tolerance
VIF
.663 .510 .659 6.289 .000 -.387
.978 1.022
- .230 1.218
.106 9.400
.568 1.791 .080
.107 9.349
a. Dependent Variable: Y Model Summary Change Statistics Model 1
R Square
R a
.711
.506
Adjusted R Square .473
a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2
Std. Error of the Estimate .913
R Square Change .506
F Change df1 df2 15.686
3 46
Sig. F Change .000
94
Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada tabel diatas, maka dapat diperoleh suatu persamaan regresi linier berganda yaitu sebagai berikut : Y=
b0+b1X1+b2X2+ b3X3+e1
Y=
0.997+0.537X1+(-0.358)X2+0.438X3
Dari bentuk persamaan regresi linier berganda diatas, dapat diketahui bahwa ketiga variabel diatas yaitu yang terdiri dari diferensiasi kualitas, diferensiasi produk, dan diferensiasi harga mempunyai pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian. Nilai konstanta sebesar 0.997 ini menyatakan bahwa tanpa adanya variabel bebas yang terdiri dari diferensiasi kualitas, diferensiasi produk, dan diferensiasi harga maka tidak ada keputusan pembelian oleh Pt. Putera Rackindo Sejahtera. Variabel diferensiasi kualitas mempunyai pengaruh positif terhadap keputusan pembelian sebesar 0,537. Hal ini menunjukkan bahwa setiap perubahan variabel diferensiasi kualitas akan mengakibatkan perubahan terhadap pembelian produk sebesar 0,537 dengan arah yang sama atau searah bila variabel bebas lainnya dalam keadaan konstan. Dan variabel diferensiasi produk mempunyai pengaruh negatif terhadap keputusan pembelian sebesar -0,357. Hal ini menunjukkan bahwa setiap perubahan variabel diferensiasi produk akan mengakibatkan perubahan
95
terhadap variabel keputusan pembelian sebesar -0,357 dengan arah yang berlawanan bila variabel bebas lainnya dalam keadaan konstan. Variabel diferensiasi harga mempunyai pengaruh positif terhadap pembelian produk sebesar 0,438. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap
perubahan
variabel
diferensiasi
harga
akan
mengakibatkan perubahan terhadap pembelian produk sebesar 0,438 dengan arah yang sama atau searah bila variabel bebas lainnya dalam keadaan konstan Besarnya nilai koefisien korelasi berganda R, menunjukkan keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat serta untuk mengetahui hubungan antara ketiga variabel tersebut. Semakin tinggi nilai korelasi antara 3 buah variabel (mendekati 1), maka tingkat keeratan antara kedua variabel tersebut tinggi. Berdasarkan tabel 4.11 diatas, dapat diketahui nilai R yang erat antara variabel bebas yang terdiri dari diferensiasi kualitas, diferensiasi produk, dan diferensiasi harga dengan variabel terikat yaitu pembelian produk sebesar 0,711 sehingga secara simultan hubungan dikatakan kuat, karena R mendekati 1. Dan untuk nilai koefisien determinasi berganda atau R Square sebesar 0,506. Hal ini berarti bahwa nilai ini menunjukkan besarnya kontribusi pengaruh seluruh variabel bebas yang terdiri dari diferensiasi kualitas, diferensiasi produk, dan diferensiasi harga sebesar 0,506
96
atau 50,6 % sedangkan sisanya 49.4 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian atau tidak dimasukkan dalam model ini.
4.4.1Pengaruh Hipotesa 4.4.1.1 Pengujian Hipotesa Pertama Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat. Pengujian ini menggunakan uji F dengan analisis sebagai berikut : 1. Memformulasikan hipotesis Ho: b1,b2,b3 = 0 Dugaan tidak ada pengaruh signifikan variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat Ha: b1,b2,b3 ≠ 0 Dugaan ada pengaruh signifikan variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat. 2. Menentukan besarnya Ftabel Nilai Ftabel ditentukan sebagai berikut : Nominator Denominator 3-1 = 46 Dimana :
= V1 = df 1 = k = 3 = V2 = df 2 = k = n-k-1 = 50-
97
n = Banyaknya observasi k = Variabel bebas Tingkat signifikansi sebesar 5% atau 0,05 Maka diperoleh nilai Ftabel sebesar 2.807 3. Fhitung Nilai Fhitung yang diperoleh dari perhitungan dengan program SPSS ver 17 adalah sebagai berikut : TABEL 4.12 HASIL UJI F hitung KETERANGAN
NILAI
SIGNIFIKAN
Fhitung
15.686
0,000
Sumber : Data Primer (diolah) Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa nilai Fhitung yang di peroleh adalah 15.686 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000. Selanjutnya, untuk jumlah sampel 50
dan jumlah variabel bebas yang diteliti
sebanyak 3 variabel, maka dapat diketahui bahwa besarnya Ftabel 2.807 Kemudian nilai Fhitung dan Ftabel yang diperoleh, di plotkan dalam kurva penerimaan dan penolakan Ho berikut ini :
98
GAMBAR 4.3 HASIL UJI F
Daerah Penerimaan Ho
Daerah penolakan Ho
F table
Fhitung
2.807
15.686
4. Daerah penerimaan dan penolakan Ho, yaitu : Ho diterima dan Ha ditolak, apabila = Fhitung < Ftabel Ho ditolak dan Ha diterima, apabila = Fhitung > Ftabel Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa F hitung > Ftabel yaitu 15.686 > 2.807 dan memiliki taraf signifikan sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti secara simultan variabel diferensiasi kualitas (X1), diferensiasi produk (X2), dan diferensiasi harga (X3) secara nyata mempengaruhi pembelian produk (Y). Dengan demikian hipotesis pertama yang peneliti ajukan dapat diterima kebenarannya, yaitu bahwa variabel diferensiasi kualitas, diferensiasi produk, dan diferensiasi harga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembelian produk
99
4.4.1.2 Pengujian Hipotesa Kedua Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Pengujian ini menggunakan uji t untuk masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dengan analisis sebagai berikut : TABEL 4.13 UJI t hitung Model Variabel
t hitung
Nilai Signifikan
Diferensiasi Kualitas
6.289
0.000
Diferensiasi Produk
-1.218
0.230
Diferensiasi Harga
1.791
0.080
a. Pengaruh variabel X1 terhadap Y 1.Ho : b1 = 0
Dugaan
tidak
ada
pengaruh
signifikan variabel X1 terhadap Y. Ha : b1 ≠ 0
Dugaan ada pengaruh signifikan variabel X1 terhadap Y.
2.Taraf signifikansi sebesar 5% atau 0,05 dengan uji dua arah : 0,05/2 = 2,5 % atau 0,025 , dengan df = nk-1 = 50-3-1 = 46
100
3.Maka diperoleh nilai ttabel sebesar 2.013. Kemudian nilai thitung dan ttabel yang diperoleh, di plotkan kedalam kurva penerimaan dan penolakan Ho berikut ini : GAMBAR 4.4 HASIL UJI t PENGARUH X1 TERHADAP Y
Daerah Penolakan Ho
Daerah Penolakan Ho Daerah Penerimaan Ho
-ttabel
ttabel
Thitung
-2.013
2.013
6.289
4.Daerah penerimaan dan penolakan Ho yaitu : Ho diterima dan Ha ditolak, apabila –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel Ho ditolak dan Ha diterima, apabila thitung > ttabel atau -thitung < -ttabel 5.Karena thitung > ttabel yaitu 6.289 > 2.013 dan memiliki taraf signifikan 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti variabel
101
diferensiasi kualitas (X1) mempunyai pengaruh positif dan nyata atau signifikan terhadap variabel pembelian produk (Y). b. Pengaruh variabel X2 terhadap Y 1.Ho : b2 = 0
Dugaan
tidak
ada
pengaruh
signifikan variabel X2 terhadap Y. Ha : b2 ≠ 0
Dugaan ada pengaruh signifikan variabel X2 terhadap Y.
2.Taraf signifikansi sebesar 5% atau 0,05 dengan uji dua arah : 0,05 / 2 = 2,5 % atau 0,025, dengan taraf df = n-k-1 = 50-3-1 = 46 3.Maka diperoleh nilai ttabel sebesar 2.013 dan nilai thitung diperoleh sebesar -1.218. Kemudian nilai thitung dan ttabel yang diperoleh, diplotkan kedalam kurva penerimaan dan penolakan sebagai berikut ini :
102
GAMBAR 4.5 HASIL UJI T PENGARUH X2 TERHADAP Y
Daerah Penolakan Ho
Daerah Penolakan Ho Daerah Penerimaan Ho
-ttabel
Thitung
ttabel
-2.013
-1.218
2.013
4.Daerah penerimaan dan penolakan Ho yaitu : Ho diterima dan Ha ditolak, apabila –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel Ho ditolak dan Ha diterima, apabila thitung > ttabel atau -thitung < -ttabel 5.Karena -thitung < -ttabel yaitu -1.218 > -2.013 dan memiliki taraf signifikansi sebesar 0,230 yang lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti variabel produk (X2) mempunyai pengaruh negatif
dan tidak
pembelian produk (Y).
signifikan terhadap variabel
103
c. Pengaruh variabel X3 terhadap Y 1.Ho : b3 = 0
Dugaan
tidak
ada
pengaruh
signifikan variabel X3 terhadap Y. Ha : b3 ≠ 0
Dugaan ada pengaruh signifikan variabel X3 terhadap Y.
2.Taraf signifikansi sebesar 5% atau 0,05 dengan uji dua arah : 0,05 / 2 = 2,5 % atau 0,025, dengan taraf df = n-k-1 = 50-3-1 = 46 3.Maka diperoleh nilai ttabel sebesar 2.013 dan nilai thitung diperoleh sebesar 1.791. Kemudian nilai thitung dan ttabel yang diperoleh, diplotkan kedalam kurva penerimaan dan penolakan sebagai berikut ini : GAMBAR 4.5 HASIL UJI T PENGARUH X2 TERHADAP Y
Daerah Penolakan Ho
Daerah Penolakan Ho Daerah Penerimaan Ho
-ttabel
Thitung
ttabel
-2.013
1.791
2.013
104
4.Daerah penerimaan dan penolakan Ho yaitu : Ho diterima dan Ha ditolak, apabila –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel Ho ditolak dan Ha diterima, apabila thitung > ttabel atau -thitung < -ttabel 5.Karena -thitung < -ttabel yaitu 1.791 < 2.013 dan memiliki taraf signifikansi sebesar 0,080 yang lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti variabel harga (X3) mempunyai pengaruh positif
dan
tidak
signifikan
terhadap
variabel
pembelian produk (Y).
Berdasarkan perbandingan nilai thitung dengan nilai ttabel diatas, ternyata nilai thitung untuk variabel diferensiasi kualitas (X1) lebih besar dari pada ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dan untuk variabel diferensiasi produk (X2) nilai -thitung lebih besar dari pada nilai -ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dan untuk variabel diferensiasi harga (X3) nilai -thitung lebih besar dari pada nilai ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan secara parsial
105
variabel diferensiasi kualitas (X1)
mempunyai
pengaruh signifikan terhadap variabel pembelian produk furniture (Y). Dan variabel diferensiasi produk
serta
variabel
diferensiasi
harga
tidak
berpengaruh signifikan terhadap pembelian produk furniture ( Y ). TABEL 4.14 DATA KORELASI PARSIAL DAN KOEFISIEN DETERMINASI PARSIAL Variabel Bebas
Parsial (t)
Koefisien Determinasi Parsial (t2)
X1
0,680
0,4624
X2
-0,177
0,0313290
X3
0.255
0.065025
Dari analisis nilai koefisien determinasi atau r 2 diketahui
bahwa
variabel
bebas
yang
memiliki
pengaruh paling dominan dari masing-masing variabel bebas terhadap keputusan pembelian adalah : 1. Variabel X1
Sebesar 46.24 %
2. Variabel X2
Sebesar 3.1329 %
3. Variabel X3
Sebesar 6.5025 %
106
Berdasarkan perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa variabel bebas yang memilki pengaruh paling dominan terhadap variabel terikat adalah variabel diferensiasi kualitas (X1) 4.5
sebesar 46.24
Pembahasan Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang kuat antara variabel bebas yaitu yang terdiri dari diferensiasi kualitas (X1), diferensiasi produk (X2), diferensiasi harga (X3) terhadap pembelian produk furniture (Y). Hal ini ditandai dengan adanya nilai koefisien korelasi atau nilai R yang diperoleh sebesar 0,711 > 0,5 dan mendekati 1. Selanjutnya, berdasarkan nilai koefisien determinasi berganda R Square sebesar 0,506 , berarti bahwa besarnya kontribusi pengaruh seluruh variabel bebas yaitu yang terdiri dari diferensiasi kualitas, diferensiasi produk, dan diferensiasi harga terhadap pembelian produk furniture adalah sebesar 50.6 % sedangkan sisanya 49.4 % dipengaruhi oleh variabel lainnya diluar model analisa. Kemudian, berdasarkan nilai Fhitung yang diperoleh yaitu sebesar 15.686 yang lebih besar dari Ftabel yaitu 2.807, maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas yaitu diferensiasi kualitas, diferensiasi produk, dan diferensiasi harga secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat yaitu pembelian produk furniture. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan nilai thitung yang didapat untuk X1
107
didapatkan thitung > ttabel yaitu 6.289 > 2.013, secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pembelian produk furniture ( Y ). Sedangkan variabel X2 didapatkan -thitung > -ttabel yaitu -1.218 > -2.013, secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pembelian produk furniture ( Y ). Dan variabel X3 didapatkan thitung < ttabel yaitu 1.791 < 2.013, secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pembelian produk furniture ( Y ). Dari penjelasan diatas, maka dapat diharapkan dengan adanya faktor tersebut, maka akan dapat mempengaruhi konsumen dalam melakun pembelian produk furniture di PT. Putera Rackindo Sejahtera.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Variabel-variabel diferensiasi kualitas, diferensiasi produk dan diferensiasi harga secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perikau konsumen dalam pembelian produk furniture PT. Putera Rackindo Sejahtera. 2. Secara parsial diferensiasi kualitas yang berpengaruh signifikan terhadap pembelian produk furniture di PT. Putera Rackindo Sejahtera. Sedangkan untuk diferensiasi produk dan diferensiasi harga tidak berpengaruh signifikan terhadap pembelian produk furniture Pt. Putera Rackindo Sejahtera. 3. Diketahui variabel diferensiasi kualitas mempunyai pengaruh dominan terhadap perilaku konsumen dalam pembelian produk furniture di PT. Putera Rackindo Sejahtera.
108
109
5.2
Saran 1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk menyempurnakan hasil penelitian ini sehingga validasi hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh dunia usaha, khususnya usaha yang bergerak dibidang industri furniture. 2. Perusahaan-perusahaan industri produk dan jasa. Khusnya furniture yang memiliki daya saing yang tinggi dalam situasi pasar yang sangat kompetetif, perlu memperhatikan aspek diferensiasi terutama keunikkan produk dan manfaat produk. 3. Dalam industri furniture yang menawarkan produk, tentunya bukan hanya menjual barang tetapi harus memperhatikan keinginan konsumen dan memberikan pilihan yang terbaik melalui kualitas, desain yang bagus, dan pelayanan yang baik bagi konsumen.