UNSUR-UNSUR AJARAN PEMIMPIN NEGARA DAN ABDI NEGARA DI DALAM TEKS-TEKS PUSTAKARAJA MADYA KARYA R.NG. RANGGAWARSITA, RELEVANSINYA DENGAN KEPEMIMPINAN MASA SEKARANG
·
Anung Tedjowirawan
K I.
(1952),
Pengantar esastraan Klasik Jawa, sebagai bagian
dari
Indonesia
yang
gemilang
para
ahli
kesenian telah
karya-karya
mencapai
sebagaimana
(Zoetmulder,
hasil
diakui
1993:
seni,
bangsa
XI).
oleh
Lewat
bangsa
Jawa
mengungkapkan ide-ide religiusnya beserta
giarto
batu,
seperti
telah
Borobudur
membuktikan
dan
Prambanan
bahwa
bangsa
Indonesia pada masa silam telah berhasil mengembangkan
cita-rasa
keindahan
sampai ke tingkat yang tinggi (Zoetmulder, 1993:
XI),
monumen-monumen
dalam
bentuk sastranya pun ketinggian mutunya dikagumi dan dijadikan kajian oleh sejumlah ahli
dalam
berbagai
bidang.
Meskipun
dilakukan,
seimbang
semua
dan
itu
belumlah
sebanding
dengan
banyaknya lontar dan naskah yang kita miliki. Naskah Jawa yang berlimpah tersebut masih tersimpan di berbagai museum, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Di luar
Indonesia,
pan
dengan
naskah
tradisional
tersim-
bantuan
J. Soe-
1964:114-117),
ada di beberapa museum di Surakarta dan Yogyakarta dapat diketahui dari katalogus yang disusun oleh Nancy K. Florida (1981), Nikolaus Girardet (1983), dan T.E. Behrend (1990). Kesastraan
Jawa
yang
berlimpah
itu
secara sederhana dapat dibagi menjadi 4, yaitu: Kesastraan Jawa Kuno, Kesastraan Jawa Pertengahan, Kesastraan Jawa Baru, dan Kesastraan Jawa Modern. Berdasarkan isinya, Kesastraan Jawa dapat dikelompokkan menjadi kelompok: religi dan etika; sejarah dan mitologi; sastra indah; ilmu pengetahuan, seni, ilmu sastra, hukum, folklore, adat kuno, dan sebagainya (Pigeaud, 1967: ix-xx). Dalam
sejumlah kajian terhadap kesastraan Jawa telah
dengan
(Uhlenbeck,
sedangkan koleksi naskah Jawa yang ber-
pandangan mereka mengenai manusia dan alam semesta. Kalau monumen-monumen
Pigeaud (1955)
Kesastraan
Jawa
Kuno,
yang
berisikan masalah filsafat dan agama, antara
lain,
adalah
Sang
Hyang
Kamahayanikan (Kats, 1910; W ulff, 1935). W ulff
menerbitkan
Kamahayanan
pula
Sang
Mantranaya,
Hyang
Ganapati-
tattwa (1958), Tattwajnana, dan Mahajnana (1962).
Kitab-kitab
lain
yang
bergenre
V V
Sutrisno, 1981:12). Adapun koleksi naskah
Vasana, WratiVasana,
di Universitas Leiden dapat diketahui dari
telah diterbitkan oleh Pigeaud (1924) yang
katalogus
dalam
(1892),
baik
yang
Juynboll
di
26
negara
disusun
(Sulastin
oleh
(1907,1911),
Vreede
Voorhoeve
tahun
misalnya:
V
Rsi asana
yang
Dewa asana, dan
sama
Ciwa asana
menerjemahkan
Tantu Panggêlaran (1924). Adapun Raghu
Makalah ini disampaikan pada Kongres Bahasa Jawa III di Hotel Ambarukmo, 1520 Juli 2001. Doktorandus,
staf
pengajar
Jurusan
Sastra
Nusantara,
Fakultas
Ilmu
Budaya
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
1
Humaniora Volume XIII, No. 2/2001
Anung Tedjowirawan
Vira
menerbitkan
Sarasamuccaya
(1962)
Dalam kesastraan Jawa Kuno yang berisikan
masalah
kitab tersebut (The Book of King) sebagai karya monumental (Pigeaud, 1967).
(Uhlenbeck,1964).
hukum
dan
tata
peme-
Ada titik kaitan yang sangat erat antara karya-karya R. Ng. Ranggawarsita dengan
rintahan, antara lain, adalah Kuntara Mana-
seni
wa,
Niti,
raja banyak diambil sebagai sumber pentas
Purwa-
Wayang Purwa, terutama gaya Surakarta.
Nawanatya,
Raja
Raja
Kapa-kapa,
Dharma,
Adhigama,
Raja
dan
pertunjukan
wayang.
Sêrat
tersirat
dalam
lain,
Madya menjadi sumber penggerak bagi Sri
adalah
Kidung
1931),
Mangkunegara IV untuk menciptakan Wa-
historis
Harsawijaya
antara
(Berg,
Kidung Ranggalawe (Berg, 1931), Kidung Sorandaka (Van den Berg, 1936), Kidung Sunda
(Berg,
1927),
(Berg,
1930),
dan
(Berg,
1929).
Adapun
Sêrat
Pustakaraja
yang Madya. W ayang Madya adalah salah satu jenis
Sundayana
seni pertunjukan wayang yang telah lama
Pamancangah
tenggelam. Sekalipun tidak pernah populer
Kidung
Kidung
dan
Pustaka-
adhigama. Kesastraan Jawa Pertengahan, kidung
Witaradya
Sêrat
kesastraan
di Surakarta (Pigeaud,1967), ia pernah di-
Jawa Baru ajaran bagi para pemimpin, tata
pentaskan di Istana Mangkunegaran pada
pemerintahan,
tampak
abad
19
Sewaka,
baya
(Claire
pada
Sêrat
dan
dalam
abdi
Nitisruti,
negara
Nitipraja,
Panitisastra
Kawi
Ramajarwa,
Wirawiyata,
Miring,
Sasanasunu,
ataupun
Wara-
dengan
mengambil
Holt,
1967).
lakon
Bentuk
Jaya-
Wayang
Madya adalah paduan Wayang Kulit (Purwa) dengan Wayang Gedhog. Bagian atas sampai tengah mengambil bentuk Wayang
ratna. Ajaran-ajaran yang bernilai tinggi (luhur)
Purwa sedangkan bagian tengah ke bawah
dalam kesastraan Jawa Baru yang diserap
mengambil bentuk Wayang Gedhog (Sayid,
dari Sêrat
1981). Sumber bahan W ayang Madya pun
Cênthini,
Cipto
Hêning,
Dewa-
ruci, Jakalodhang, Kalatidha, Jayabaya, Ni-
menjadi
tisastra, Suluk Sela, Wedhatama , Wulang-
bahan kedua tradisi wayang tersebut. Jika
reh,
Wayang
dan
ajaran
turun-temurun
serta
Tri
jembatan
Purwa
yang
menghubungkan
mengambil
cerita
dewa-
Dharma Pangeran Sambêrnyawa telah di-
dewa sampai keluarga Pandawa dan Wa-
terbitkan
Budaya
yang Gedhog mengambil cerita Panji dari
Jawa, Hanggayuh Kasampurnaning Hurip,
Jenggala dengan Putri Kediri (Uhlenbeck,
Berbudi
1964),
dengan
judul
Butir-butir
Bawalêksana,
Ngudi
Sêjatining
para
Bêcik (HardiyantiRukmana, 1987).
Wayang cucu
Madya
Pandawa
mengambil sampai
cerita
menjelang
Panji (Brandon, 1970) atau cerita sejak peII.
Pujangga R.Ng. Ranggawarsita dan
ristiwa
wafatnya
Prabu
Yudayana
sampai
masa Prabu Jayalengkara naik tahta tahun
Teks-Teks Sumber Wayang Madya
785 C 1052 C (863 M 1130 M) (Kats,
(Pustakaraja Madya)
1924). Pujangga besar R. Ng. Ranggawarsita yang dikatakan sebagai pujangga penutup (Berg, 1974) mencipta sekitar 68 buah karya
yang
meliputi
mencakup
filsafat,
babad,
berbagai
bidang,
jangka,
primbon,
sejarah, silsilah, pendidikan, ilmu pengetahuan alam, pedalangan, dan perkamusan. Di antara sejumlah karyanya itu ada empat buah karyanya yang terbaik, yakni : Sêrat Pustakaraja, Sêrat Ajipamasa, Sêrat Witaradya, dan Sêrat Cêmporet (Darusuprapta, 1981). Apabila Poerbatjaraka mengatakan bahwa Pustakaraja sebagian besar hanya berisi
omong
kosong
belaka
dari
R.
Ng.
Ranggawarsita (Poerbatjaraka dan Tardjan Hadiwidjaya, 1957), Pigeaud menempatkan
Berdasarkan
sejarah
kelahirannya
se-
mula bahan lakon Wayang Madya adalah Sêrat Pustakaraja Madya dan Sêrat Witaradya. Namun, mengingat W ayang Madya menceritakan peristiwa setelah Prabu Parikesit Clara
sampai van
periode
Kediri
Groenendael,
(Victoria
1987),
M.
bahan
Wayang Madya dapat diperluas dan diperkaya dengan sumber bahan lain, misalnya: Sêrat Darmasarana, Sêrat Yudayana, Sêrat Gendrayana, Sêrat Budhayana, Sêrat Sariwahana,
Sêrat
Ajidarma,
Sêrat
Mayang-
kara, Sêrat Purusangkara, Sêrat Ajipamasa Sêrat Lampahan Jayapurusa (Sri Mangkunegara IV), dan Sêrat Anglingdarma (Drewes, 1975). Selain serat-serat di atas, masih banyak sêrat (teks) sumber lakon Wa-
2
Humaniora Volume XIII, No. 2/2001
Unsur-unsur Ajaran Pemimpin Negara dan Abdi Negara
Asthabrata
yang Madya. Misalnya: Sêrat Pustakaraja
adalah
ajaran
mengenai
Madya I, II, III, IV, V,VI, VII, VIII, IX, XIV,
tata pemerintahan negara yang bersumber
XVI,
Darmamaya
pada pola laku delapan dewa, yaitu: Indra,
Jumênêng Nata Ing Sêgantên Kidul, Sêrat
Bayu, Agni, Surya, Yama, Anila, Kuwera,
XVII,
Sêrat
Astradarma,
Raden
Sêrat
Madya
(Sang
Aprabu
dan
Baruna.
Dalam
perkembangannya
Yudayaka Ing Kêdiri), Sêrat Mêrusupadma,
kemudian Asthabrata mengikuti delapan si-
Sêrat Pustakaraja VII, IX, X, XII, XIII, XV,
fat anasir
Pakêm
nah),
Madya
I,
Pakêm
Madya
Warna-
Warni II dan III, Pancadriya, Pancaddriya (Kintaka Prabu
Maharana), Yudayaka,
Pustakaraja Prabu
Prabu
Madya
IV
semesta,
api,
angin,
yaitu:
bumi (ta-
matahari,
bulan,
bintang, dan awan. Di
dalam
kesusastraan
Jawa,
Astha-
I,
brata terdapat dalam Kakawin Ramayana,
(Jumênênganipun
sarga III yang berisi ajaran Rama kepada
Prabu
Gendrayana
Gendrayana,
alam
air,
Yudayana
Ing
Purwacarita),
Bharata tentang pedoman raja yang utama
Pustaka Puwara (Sêrat Jayabaya), Pakêm
dalam
Ringgit Madya 22 Lampahan, Budhayana,
Kakawin Ramayana itu telah diterjemahkan
Budhayana
Sêrat
ke dalam bahasa Belanda dan merupakan
Sêrat
sebuah persembahan R.M. Ng. Poerbatja-
Madnyanaparta, Sêrat Pakêm Ringgit Pur-
raka pada peringatan penobatan Sri Mang-
wa Jilid I dan II, Yudayana Jumênêng Ratu,
kunegara
Pêthikan Sêrat Pakêm Ringgit Madya Lam-
tahun,
pada
pahan Jayaamijaya (Nancy K. Florida Vol I-
1964).
Tulisan
IV; Girardet, 1983; dan Behrend, 1990).
berjudul Vertaling van den derden Sarga
I,
II,
Budhayana
III,
IV
dan
V,
(Sariwahana),
mengemudikan
VII
genap tahun
negara.
tiga
windu
1940
R.M.Ng.
Sarga
atau
III
24
(Darusuprapta,
Poerbatjaraka
itu
van het Oud Javaansche Ramayana, Supplement
III. Ajaran Pemimpin Negara dan Abdi
op
het
Triwindoe-Gedenkboek
Mangkoenegara VII, Surakarta (1940).
Negara di dalam Teks-Teks
Ajaran Asthabrata
Pustakaraja Madya
tersebut
begitu ber-
pengaruh dan mengilhami sejumlah karya Teks-teks Pustakaraja Madya yang meliputi: Sêrat Darmasarana, Sêrat Yudayana, Sêrat Gendrayana, Sêrat Budhayana, Sêrat Sariwahana,
Sêrat
Ajidarma,
Sêrat
Ma-
yangkara, Sêrat Purusangkara, Sêrat Anglingdarma,
Sêrat
Ajipamasa,
dan
Sêrat
Witaradya tersebut dapat dikatakan bersifat epik, romantik,
didaktik,
kung unsur-unsur
kronik,
dan didu-
mite, legende, simbolis-
me, hagiografi, mimpi, cinta, karma, perebutan
kekuasaan,
ilham,
hukum,
dan
se-
bagainya. Teks-teks Pustakaraja Madya juga mengungkapkan pemikiran yang cemerlang, baik dalam tata pemerintahan negara, perekonomian,
filsafat,
pola
pelestarian
lingkungan hidup, adat istiadat, sosial kemasyarakatan,
strategi
perang,
kepahla-
wanan, dan kedetektifan, di samping ajaran kepada pemimpin negara dan abdi negara. Mengingat
cakupan
ajaran
di
dalam
teks-teks Pustakaraja Madya sangat luas, dalam
tulisan
Asthabrata,
ini
akan dibatasi
mengenai
Sama-Bedha-Dhana-Dhêndha,
Nistha-Madya-Utama,
dan
ajaran
pengabdian.
tentang
sastra Jawa yang tercipta sesudahnya, misalnya:
Nitisruti
versi
lama
maupun
baru,
Sêrat Rama, Sêrat Pustakaraja Purwa, Pakêm
Pêdhalangan
Makutharama Sêngkala, dan
Partawigêna
Sêrat
Lampahan
(Putranto,
1997),
(Pradipta,
Ajipamasa
Babad 1998),
(Ranggawarsita,
1924). Dalam hal ini, Asthabrata bukan lagi monopoli
ajaran
Prabu
Ramawijaya
kepada
W ibisana. Dalam Sêrat Pustakaraja Purwa, Asthabrata adalah ajaran seorang brahmana kepada seorang anak yang berperan sebagai raja penakluk bagi raja-raja lain sehingga kemudian diangkat menjadi maharaja. Hal itu merupakan pertanda yang didapat Prabu Cingkaradewa, Raja Medhangkamulan
saat
melakukan
perjalanan
tapa
brata (Budi Putranto, 1997). Dalam Sêrat Ajipamasa, Asthabrata disampaikan Prabu Kusumawicitra kepada Prabu Gandakusuma dan Prabu Jayasusena sedangkan dalam
Wahyu
sampaikan
Makutharama, oleh
Begawan
Asthabrata
di-
Kesawasidhi
(Kresna) kepada Arjuna (Ki Siswoharsojo, 1979).
A. Asthabrata
Humaniora Volume XIII, No. 2/2001
3
Anung Tedjowirawan
percaya, tidak mudah menaruh curiga,
Adapun ajaran Asthabrata di dalam Sêrat Ajipamasa tersurat di dalam Pupuh XI
menepati
Girisa bait 1-15 yang intinya adalah sebagai
sering memberikan ajaran (pitayan tan
kata
yang
berikut.
samudana,
sêdya
diucapkan,
tuhu
ing
dan
wacana,
asring umasung wasita).
1.
Pratala bumi/tanah Bumi
atau
dana
(harta
kan
tanah
benda)
manusia
8.
bersifat dan
(tansah
memberikan membahagia-
adêdana
karêm
ambêbungah janma).
benar
dan
adil
tidak
anugerah,
sebaliknya
yang
bersalah
Dengan memegang ajaran Asthabrata,
Air bersifat mengasihi, mencintai sesa manusia,
suka
memberikan
(pangapura
paramarta),
dalam
pembicaraan,
tutur
nangkan
bersifat
pandang bulu. Siapa yang berjasa diberi
mendapatkan hukuman.
2. Tirta air
ma
Mêndhung awan Awan
lemah
(basa angenaki
maaf
lembut
dan menyekrama)
serta
tidak menyakitkan orang lain.
maka raja atau pemimpin negara akan memiliki
sifat
pemurah,
segan-segan
dalam
memberikan
arti,
ia
harta
tidak benda
miliknya dengan tulus ikhlas untuk membahagiakan
rakyatnya
(sifat
pratala
bumi).
Pemimpin negara juga akan memiliki sifat mengasihi dan mencintai rakyatnya dan di
3. Dahana api Api bersifat menumpas segala perbuat-
dalam bersabda menyenangkan, tidak me-
an cela dan nista (amisesa ing kalesa),
nyakitkan bagi rakyat yang mendengarnya
(angrug
(sifat tirta air). Namun, ia pun akan me-
rêgêting bawana), menebas segala rin-
miliki sifat yang tegas dan keras di dalam
tangan (kang arungkut kababadan), dan
menumpas segala kejahatan di dalam ne-
memberikan
gara
membersihkan
kotoran
dunia
penerangan
di
kegelapan
(sifat
api)
berwibawa
(kang apêtêng pinadhangan).
sehingga
dalam
ia
akan
memerintah.
Di
terlihat dalam
memeriksa dan mengambil keputusan, raja 4.
Maruta angin Angin
bersifat
(pemimpin sangat
teliti
dalam
pe-
meriksaan, mampu menembus di dalam perbuatan manusia,
baik
secara kasar
maupun halus, dan tidak meninggalkan jejak. 5.
bersifat
sabar
dan
tidak
ter-
bareng karsa, rereh ririh ing pangarah).
tidak
tergesa-gesa,
tindakan raja
(sifat
atau
bertindak
tetapi
surya
pemimpin
tepat
di
matahari). negara
dalam
Seorang
tersebut
juga
keceriaan sehingga rakyat akan merasa tenang, tenteram dan terlindungi (sifat candra bulan). sifat
Di samping
susila,
itu raja pun memiliki
sentosa,
teguh,
tegar
dalam
Candra bulan
pendirian, selalu menepati janji, penuh per-
Bulan bersifat rendah hati, sabar, ceria,
caya
halus budi, dan menyejukkan dunia (no-
dalam menerapkan pengadilan bagi rakyat-
raga met prana, sareh sumeh ing netya,
nya
alusing
salah
budi
jatmika, prabawa
srêping
bawana).
tegar dalam pendirian (lana susila san-
selalu dalam
pêngkuh
sudama
tidak pandang
bintang),
bulu,
mendapatkan
siapa
hukuman,
tetapi
yang
di
ber-
sebaliknya,
rah (sifat mendhung awan).
Sudama bintang
tosa,
(sifat
yang berjasa bagi negara menerima anuge-
Bintang bersifat susila, sentosa, teguh,
tan
menepati keinginan
kengguh
janji,
tidak
(nora
andriya), ragu-ragu
lêrêsing
ngu-
baya, datan lemeren ing karsa), penuh
4
dapat
lembut, luhur budi, sabar, dan menampilkan
Surya matahari
gesa-gesa dalam tindakan (asareh sa-
7.
akan
akan memiliki sifat yang rendah hati, lemah
Matahari
6.
negara)
dengan sangat teliti (sifat maruta angin),
Ajaran Asthabrata
kiranya
tidak hanya
diperuntukkan bagi raja atau pemimpin agar dijadikan tata
pedoman
pemerintahan,
dalam tetapi
mengendalikan ajaran
tersebut
dapat pula diambil oleh manusia biasa untuk meningkatkan kualitas batin dan jiwanya dalam
usahanya
menyempurnakan
diri.
Humaniora Volume XIII, No. 2/2001
Unsur-unsur Ajaran Pemimpin Negara dan Abdi Negara
Manusia yang mampu mencerna dan mere-
menebang
sapi inti Asthabrata secara sungguh-sung-
kalau dipakai untuk mencangkul tanah.
guh niscaya akan menjadi manusia pendeta
Demikian pula sebaliknya, cangkul lebih
yang dalam pikiran, tutur kata, dan perbuat-
cocok
annya dapat bersikap arif bijaksana. Pan-
untuk menebang
caran
dipaksakan
dari
dalam
dirinya
terasa
menye-
nya. Di dalam keluarga dan kerabatnya, dia
untuk
tetapi
mencangkul
tidak
cocok
tanah,
tidak
pohon sebab apabila
akan
merusakkan
cangkul
karena tidak pada tempatnya.
jukkan, meneduhkan, menenangkan, serta menggembirakan bagi orang lain di dekat-
pohon,
3.
Dana dana Apabila
akan menciptakan ketenangan, kedamaian,
raja
memberikan
dan kebahagiaan (Marsono, dkk.,1998).
(pemimpin anugerah
negara) kepada
akan
rakyat-
nya yang berjasa kepada negara atau karena kesungguhannya di dalam mela-
B. Sama-Bedha-Dhana-Dhêndha Ajaran
kukan
pekerjaan,
anugerah
itu
harus
bertingkat, artinya, harus diukur dengan
Sama-Bedha-Dhana-Dhêndha oleh
Prabu
Kusumawicitra
dharma baktinya. Apabila ada rakyatnya
(Ajipamasa)
kepada
Prabu
Gandakusuma
yang
dan
Jayasusena.
juga
diberikan
Prabu
tersurat
di
dalam
Ajaran
Sêrat
Ajipamasa
bertengkar,
menggunakan
tersebut
melerai
pada
raja
harta
perselisihan
berkewajiban
bendanya itu.
untuk
Apabila
ada
Pupuh X Pangkur bait 40-50, yang intinya
anak yang berkelahi, keduanya hendak-
adalah sebagai berikut.
nya dihukum karena hal itu dapat meredakan marah, agar keduanya menjadi
1.
Sama sama Apabila harta
rukun kembali .
memberikan
benda
anugerah
kepada
berupa
rakyatnya,
raja
Dhêndha denda/hukuman Apabila raja mengadili dan menjatuhkan
Tidak boleh pilih kasih antara punggawa
hukuman,
satu dengan lainnya, semua harus me-
tidak ragu-ragu, meskipun terhadap sa-
rata,
harus
dapat
bertindak
adil,
membe-
nak saudaranya sendiri. Dengan demi-
rikan sesuatu kepada seorang pungga-
kian, kewibawaan raja tidak menjadi pu-
wanya tanpa diketahui oleh punggawa
dar dan pada kesempatan lain mereka
lainnya,
tidak lagi berani berbuat salah.
tetapi apabila
benda tidak dan
raja
boleh
tanpa akan
batas
raja akan
memberikan banyaknya
menimbulkan
dengki
di
antara
harta sebab
perasaan
punggawa
iri
satu
dengan lainnya. 2.
4.
(pemimpin negara) harus bertindak adil.
Dalam kesusastraan Jawa Kuna, yaitu di dalam Kakawin Indrawijaya karya Madya Mrêgiwu, konsep di atas sudah muncul dan digunakan untuk melakukan diplomasi dan strategi perang untuk mengalahkan musuh.
Bedha beda Apabila raja memberikan pekerjaan ke-
Dalam hal ini, saman diartikan negosiasi,
ia
dana berarti suap, bheda adalah meme-
harus mengetahui kepandaian serta ke-
cah belah, dan dhêndha adalah serangan
lebihan para punggawanya itu. Pungga-
terbuka (Kalyanov dalam Mangkusudarmo,
wa yang memiliki kepandaian yang ber-
1998). Diplomasi dan strategi perang terse-
sifat kasar atau keras, harus diberi pe-
but digunakan oleh Indra di dalam menga-
kerjaan yang sifatnya kasar atau keras.
lahkan musuh-musuhnya.
pada punggawanya,
Demikian
terlebih
sebaliknya,
dahulu
punggawa
memiliki kepandaian yang
Indra
yang
sifatnya
ha-
sirah
ketika
pertama
hendak kali
mengalahkan
menggunakan
Tri-
strategi
lus, harus diberi pekerjaan yang sifatnya
dana, yaitu menyuap dengan mengirim pa-
halus sebab apabila raja tidak menge-
ra
tahui
ngan
kepandaian
punggawanya, yang
diberikan
dan
kelebihan
akibatnya kepada
para
pekerjaan
punggawanya
bidadari
untuk
harapan
Namun,
menggoda
agar
dengan
tapanya
cara
ini
Trisirah
de-
tergoyahkan.
ternyata
gagal,
maka Indra melakukan cara dhêndha, yakni
tidak dapat dikerjakan dengan baik. Hal
menyerang
ini dapat diibaratkan dengan kapak dan
bajranya hingga Trisirah terbunuh.
Trisirah
dengan
melepaskan
cangkul. Kapak cocok jika dipakai untuk
Humaniora Volume XIII, No. 2/2001
5
Anung Tedjowirawan
Dalam mengalahkan Wreta pada mula-
(Prabu Ajipamasa) kepada Prabu Gandaku-
nya Indra menerapkan cara dhêndha, yakni
suma dan Prabu Jayasusena. Sebenarnya,
berperang
di
melawan
Wreta,
tetapi
gagal.
dalam
Sêrat
Ajipamasa
juga
dijumpai
Kemudian Indra mengubah strateginya, yai-
ajaran mengenai nistha-madya-utama yang
tu
melakukan
disampaikan oleh Ajar Sarabasata kepada
negosiasi dengan mengajak Wreta bersa-
putranya Sang Sasana sebagai bekal untuk
habat. Dari hasil saman (negosiasi) ini Indra
mengabdi.
mengetahui kelemahan Wreta. Karena itu,
ajaran nistha, madya, utama yang disam-
Indra
paikan oleh Prabu Kusumawicitra
dengan
cara
saman.
kemudian
Indra
menerapkan
dhêndha,
Adapun dalam menghadapi Nahusa, Inmenggunakan taktik
bheda, yaitu
de-
ngan cara memecah belah Nahusa dengan para resi yang semula menjadi bawahan-
1.
dari
mengutuk
merupakan
(dhendha)
melikan ingin
beli
yaitu
yat
dalam
baik
dalam
bedha
tercapai baru
dilakukan
lemah
diperoleh
itu?
rakyat
atau
itu
dengan
tidak
rasa
ikhlas
ada
rasa
terpaksa.
itu
telah
diberikan
benda
pantas.
Syukur
pemberian
bila raja tidak mau melakukan hal itu, ia dapat dipandang mempergunakan keku-
yang
ddann-
yang itu
raja melebihi nilai benda tersebut. Apa-
asaannya
untuk
menekan
rakyatnya.
Demikianlah raja yang berbuat nista.
yaitu mengadu domba musuh, dan apabila itu
benda
serupa
benda hati,
balan yang
berarti memecah belah (divide et impera),
tujuan
raja
rikan barang berharga lain sebagai im-
netral dan bahkan dapat diharapkan banialah
bila
kepada raja, raja berkewajiban membe-
ikat oleh sama itu sedikitnya dapat bersikap
kedua
benda
Seandainya
negara-
sehingga
negara lain negara-negara yang telah ter-
Siasat
tetapi,
kata-kata
Darimana
berikan
apabila terjadi peperangan dengan negara-
tuannya.
Akan
pertanyaan raja, niscaya ia akan mem-
yang ingin membinasakan lawannya wajib antara
niat
pemilik benda yang mampu menangkap
itu dirumuskan bahwa setiap kepala negara
di
dengan
sihkah
sama-bedha-ddanndda
(sama)
hendaknya
atau di mana barang itu dibelinya, ma-
persatukan sebagian besar India.
berhubungan
senang,
kepadanya.
lembut.
keluarga raja-raja Gupta yang pernah mem-
sekutu
kurang
liknya
lapangan ilmu politik yang dikerjakan oleh
yang
barang
but, ia bisa menanyakan kepada pemi-
musuh (W irjosuparto, 1968). Kitab ini rupa-
mencari
harga
benar-benar menginginkan benda terse-
an politik, termasuk politik menghancurkan
negara
menaikkan
numbuhkan sikap ketidakpercayaan rak-
Sansekerta yang mengajarkan pengetahu-
ajaran
harta
itu diurungkan sebab hal itu dapat me-
Arthasastra ciptaan Kauttilya dalam bahasa
Menurut
dengan
liknya
itu diambil dari kesastraan India, yaitu kitab
pegangan
memiliki terhadap
tersebut. Seandainya rakyat atau pemi-
sastra (abad XIV). Konsep strategi perang
kitab
seandainya
dari raja meskipun raja bersedia mem-
Kakawin Arjunawiwaha (abad XI) dan Niti-
menjadi
jika
(punggawa). Hal inilah yang harus dihin-
siasat perang yang juga terdapat di dalam
rupanya
nista
benda milik rakyat atau para pênggawa
pengembangan
sama-bheda-ddanndda,
nistha
raja (pemimpin negara) mempunyai sifat
sama-bedha-dana-dhêndha
konsep
kepada
Nistha nista Disebut
(Mangkusudarmo, 1998).
rupa-rupanya
Ajipamasa,
isinya dapat dikemukakan sebagai berikut.
Nahusa menjadi ular dan lenyap dari sorga
Konsep
Serat
Girisa bait 16 Pupuh XIII Sinom bait 5 yang
nya. Stategi Indra berhasil, para resi menjadi marah sehingga
dalam
kedua raja muda itu tersurat pada Pupuh XI
yakni membunuh Wreta.
dra
Di
2.
Madya tengahan/sedang
dda, yaitu pukulan terakhir kepada musuh
Disebut madya tengahan/sedang sean-
yang sudah lemah itu (W irjosuparto, 1968).
dainya
raja
memiliki
sifat
pemurah.
Apabila ada rakyatnya yang kekurangan dan datang meminta dana kepada raja,
C. Nistha-Madya-Utama Nistha-Madya-Utama
nistha,
sedang
(tengahan), utama juga merupakan ajaran yang
6
diberikan
oleh
Prabu
Kusumawicitra
raja
berkewajiban
secukupnya tersebut.
sesuai
Apabila
memberikan kebutuhan
dana
yang
dana rakyat
diberikan
sudah cukup banyak, menjadi kewajib-
Humaniora Volume XIII, No. 2/2001
Unsur-unsur Ajaran Pemimpin Negara dan Abdi Negara
annya untuk menghentikan pengeluaran
seorang
dana tersebut. Boleh saja raja menolak
pura-pura tidak tahu, padahal sebenarnya
permintaan itu. Akan tetapi, apabila ada
raja lebih mengetahui apa yang dibentang-
seorang
mem-
kan orang tersebut. Sikap pura-pura hen-
persembahkan barang berharga kepada
daknya dilakukan raja dalam mencari dan
raja, raja pun berkewajiban memberikan
menambah pengetahuan. Semua itu demi
imbalan barang berharga lainnya
kepentingan negara.
yang
menghadap
dan
yang
Seorang
dipandang pantas sebagai pengganti. Di
raja perlu bersikap
raja hendaknya
sifat sifat
seperti itu, niscaya raja akan memperoleh
da rakyat atau pênggawa yang berhasil
sifat sabar, berbelas kasih, serta pengam-
dalam menjalankan tugas kewajibannya
pun kepada mereka yang pernah bersalah
dengan baik. Akan tetapi, raja pun ber-
kepadanya, selain akan bisa menempatkan
kewajiban
diri dan menghargai kepada sesama manu-
menjatuhkan
hukuman
Dengan
memiliki
sifat gemar memberikan ganjaran kepa-
pula
paramarta.
memiliki
ambêg
sia.
negara.
Ada empat hal yang hendaknya dilaku-
Dalam memutuskan hukuman harus se-
kan raja dalam mengatur tata pemerintahan
timpal dan sebanding dengan kesalahan
negara, yakni sebagai berikut.
gar
tata
aturan
pemerintahan
yang diperbuat rakyat.
a.
utama
seandainya
raja
utama,
memiliki
rintahan negara
maksudnya, sifat
tulus
ikhlas
dalam
hati
dan
pikiran, gemar memberikan dana atau
damai, jauh dari kerusuhan. b.
cara rahasia
arti menetapi dan menepati janji yang
ma tanpa pilih kasih.
dah diucapkan dilakukan dengan segera XI
Girisa,
bait
c.
2425).
annya tegar
lêksana akan dalam
raja memiliki itu,
suci,
ia
niscaya bersih,
pendirian,
mengendalikan, yang
dan
perintah.
sifat
hati
berbudi
dan
sentosa,
bur
pikir-
Raja
akan
mudah
poran palsu
percaya
dan
teguh,
dari rakyatnya
diberi
hitam
ataupun
yang
la-
kanan,
mengambil kebijakan.
tetapi
jalan Dalam
akan
bisa
serta
hati-hati
melihat
raja
raja
jang
tengah
dengan
memeriksa dengan
sehingga
penuh
jelas,
tidak
pula
sakit,
yang
miskin,
Apabila
ada
hendaknya yang
nista,
mengatakan
bahwa
bagi
yang
diberi
baju,
jalan
yang
yang
bingung
benar,
diberi
yang
tim -
an diberi payung, dll. d.
Amisesa
mengadili,
hendaknya
raja
ia
memberantas segala cela di kerajaan-
cermat
nya. Pencuri, durjana, pembunuh, dur-
merugikan
salah satu pihak. Demikian
ada yang
pang diberi tongkat, dan yang kepanas-
mampu
perkara,
ada
dana.
petunjuk
sebaliknya.
akan
Jika
sengsara diberi makanan, yang telan-
Meskipun ada tantangan yang timbul dari dan
ada
hendaknya dimuliakan. Ada peribahasa
mampu menangkap perbuatan putih yang dikatakan
sekadarnya.
Apabila
senantiasa
sehingga
Seandainya
hendaknya diangkat dari kehinaan itu.
negara
termakan
negara.
hendaknya diobati. Jika ada yang hina,
mampu mengatur, menguasai
isi
rakyat yang bersedih, hendaknya dihi-
tabah, tidak mudah goyah dalam pendirian. Tidak
Apariksa memeriksa, maksudnya memeriksa
Seandainya bawa
atau di dalam hati saja.
Semua laporan yang baik harus diteri-
pernah ia ucapkan. Apa saja yang su-
pupuh
Aniti meneliti, maksudnya, hendaknya raja meneliti para pênggawanya itu se-
ganjaran setiap hari. Bawa lêksana ber-
(Ranggawarsita,
dengan baik. Negara
harus selalu dalam keadaan aman dan
berbudi
bawa lêksana. Berbudi berarti memiliki perasaan
Anata mengatur, maksudnya, hendaknya raja mampu mengatur tata peme-
Utama utama Perbuatan
kiri
pandai,
samping itu, hendaknya raja mempunyai
bagi mereka yang bersalah dan melang-
3.
yang
sila, ataupun durlaksana, semua ditumpasnya tanpa sisa.
sikap
raja
yang
utama
hendaknya rendah hati, pandai menyimpan kepandaiannya, serta lemah lembut dalam tutur pembicaraan. Apabila datang padanya
Humaniora Volume XIII, No. 2/2001
Bagi seorang raja yang memerintah dan berkuasa (amurba amisesa) yang dapat dijadikan
sarana
(pegangan)
di
dalam
me-
7
Anung Tedjowirawan
nguasai negara hanya ada satu jalan yang
dahkan
baik
dapat
untuk
dilalui,
yaitu
jalan
yang
benar
dan
menurut,
3.
Bisa
memahami/tanggap,
4.
tumanduk Tumindak
dan baik (marga bênêr bêcik) tetapi tidak
melaksanakan, 5. Narimeng Pandum me-
boleh lengah (tan kêna weweka) pandang-
nerima nasib/ apa adanya, 6. Wêdi Papa-
annya harus awas/waspada dan ingat mak-
cuh takut larangan, dan 7. Bisa Angon Ing
sud hatinya (eling pangesthining tyas) agar
Wahyaning
tidak
suaikan situasi dan kondisi.
jalan
tersangkut/tersesat (simpanganing
di
persimpangan
ngênu)
yang
Mangsa
Demikian
akan
pula
Kala
dapat
seorang
menye-
abdi
negara
menuntun pada kerusakan sehingga pada
yang utama pun bermula dari tujuh sikap,
akhirnya
kenistaan.
yaitu : 1. Têmên kesungguhan, 2. Gêmi
Akibatnya menjadi sia-sia, menyiksa dirinya
hemat, 3. Nastiti teliti, 4. Ngati-ati berhati-
sendiri.
hati, 5. Angawruhi mengetahui, 6. Santo-
jangan
Jatuhlah
jatuh
pada
nama
baik/kewibawaan
seng
raja (tiwas jênênging narendra). Nistha-madya-utama
seperti
dikemuka-
Kalbu
kesentosaan
hati,
dan
7.
Mantêp mantap. Meskipun
kan di atas, semua ada penyebabnya. Nis-
demikian,
tak
me-
rakah
dari raja. Semua itu haruslah secara berta-
nafsu
ingin
memiliki
(murka
mendapatkan
boleh
mastikan
dan
akan
ia
tha itu tidak lain diakibatkan oleh sifat se-
keutamaan
yang
hap. Ada suatu pantangan bagi seseorang
pandai mengira-ira dan mempertimbangkan
yang mengabdi kepada raja, yaitu seorang
dengan baik (wignyeng pamatara, duduga
abdi
lawan prayoga). Adapun sifat utama bermu-
merasa sama atau setara dengan seorang
la dari kesentosaan budi (santosa budine).
abdi yang telah lama mengabdi.
Cerita
ditiru
abdi
têpa,
janganlah sekali-kali merasa setara/seting-
melikam).
Madya
yang
bermula
dapat
keutamaannya
dari
menjadi
(carita
sifat
teladan
kang
dadi
raja
yang
yang
masih
telah
baru
lama
itu
janganlah
Seorang
mengabdi
tinolad kotamanya) tujuannya agar jangan
kat dengan seorang
sampai jatuh ke nista (aywa kongsi tibeng
ngan raja. Namun, seorang abdi yang dekat
nistha) sebab perbuatan nista menjadi bu-
dengan raja pun janganlah merasa setara
nga kerusakan (karana panggawe nisthip,
dengan sanak keluarga raja (bangsawan).
dadi
Sanak keluarga raja pun janganlah berle-
kêkêmbanging
rusak),
sedangkan
abdi yang
pun
dekat de-
menjadi
bihan dengan bersikap setara dengan putra
bunga keutamaan (madya wêkasane dadi
raja sebab hal itu dapat dipersalahkan se-
kêmbanging
hingga
perbuatan
akhirnya
madya
pada
utama).
menjadi
akhirnya
Adapun
yang
bunganya
utama
keluhuran
menghambat
kemuliaannya.
luarganya hanyalah ucapan dan perbuatan
(kemuliaan). Adapun
dapat
Bagi seorang raja yang menjadi sanak ke-
nistha-madya-utama
bagi abdi
yang baik dan benar.
negara disampaikan oleh Ajar Sarabasata kepada dalam
puteranya Sêrat
Sang
Sasana,
Ajipamasa
dan
tersurat
di
D. Ajaran tentang Pengabdian
pada Ajaran pengabdian ini disampaikan oleh
Pupuh XIII Sinom bait 39 hingga Pupuh XIV Gambuh bait 33 yang intinya bahwa yang menyebabkan nistha
ada
calon
tujuh,
abdi
yaitu:
negara
1.
berbuat
Mangro
Sirah
plin-plan, 2. Bandha Sumitra harta benda orang lain (kerabatnya). 3. Asarana Paturan
dengan
jalan
mengadukan
(kejelekan
orang lain), 4. Makolehkên Awak 'mementingkan
diri
pribadi,
5.
Sakuthu
Batin
di
dalam batin (pikirannya) merasa mendapat kepercayaan
raja
(pemimpin
negara),
6.
Ajar Sarabasata kepada Sang Sasana dan dalam Sêrat Ajipamasa tersurat pada pupuh
XIII
bahwa
Sinom di
bait
dalam
25-38
yang
mengabdi
intinya
hendaknya
mempunyai bekal, yaitu (1) Guna kepandaian, (2) Sarana harta benda, (3) Sakti kesaktian,
(4)
Wani
pakewuh
berani
menghadapi bahaya, dan (5) Nurutan penurut/loyal yang maknanya sebagai berikut: 1.
Guna kepandaian
Datan Anêtêpi tidak menepati, dan 7. Iren
Seandainya ia pandai dan kepandaian-
Meren iri dengki.
nya itu dibutuhkan raja, hendaknya ja-
Adapun
penyebab
perbuatan
madya
ngan
sekali-kali
sedang/tengahan juga ada tujuh, yaitu : 1.
(aywa
kaduk
Tabêri rajin, 2. Anggugu Mituhu mengin-
akan mendorong dan menjebaknya un-
8
bersikap
adiguna)
berlebihan
karena
hal
itu
Humaniora Volume XIII, No. 2/2001
Unsur-unsur Ajaran Pemimpin Negara dan Abdi Negara
tuk bersikap sêmbrana lalai/lengah dan
Seandainya ia diuji keberaniannya oleh
berjual diri. Akibatnya akan memperoleh
raja, janganlah menjadi berlebihan, me-
ciri dan cela serta kepandaiannya tidak
nyombongkan diri dengan menunjukkan
berguna (sayêkti antuk ciri, tiniten tanpa
keberanian dan kesaktiannya kemudian
guna). hati
Sebaliknya,
dan
mampu
daiannya
itu
(utamane
bersikaplah
rendah
merasa dirinya tidak ada tandingannya.
menerapkan
kepan-
Hindarilah sikap seperti itu karena orang
dengan
ngaguna,
baik
dan
tepat
anorageng
alit, dadi bisa ingaguna amiguna). Meskipun ia telah mengetahui,
lebih bijak-
sanalah seandainya bersikap pura-pura tidak mengerti, berharaplah memperoleh pelajaran
baru
dari
orang
barangkali berlainan abisa,
api-apiya
lain
sebab
(nadyan silih wus
tan
bangkit,
angarah
awuruk ing liyan bokmanawa seje wardi).
Dengan
demikian
ia
akan menda-
patkan sebutan sujana paramarta yaitu cendekiawan
yang
berbudi
mulia
dan
kepandaiannya bermanfaat. 2.
(buruk) bagi raja. 5.
Nurutan menurut/loyal Seandainya ia diutus raja, jangan sekalikali merasa segan dan berat hati (aywa angrasa
nggrêsula
sayah
mêsakêna
kaki), sebaliknya jangan ditolak, segala perintah
hendaknya
dilaksanakan
dan
semua pekerjaan hendaknya dikerjakan dengan
rajin (barêng
parentah
tinurut,
myang sagunging pakaryan, linakonan lan tabêri). Sebenarnya pekerjaan yang dibebankan kepadanya merupakan kepercayaan
raja. Dengan
demikian,
su-
Sarana harta benda
dah sepantasnya
Seandainya ia mempunyai harta benda
dan menjalankan pekerjaan yang dibe-
atau emas permata yang indah dan raja
bankan kepadanya dengan senang hati.
bermaksud
menginginkannya,
hendak-
nya ia memberikan emas permata tersebut
dengan
hati
yang
tulus
ikhlas.
Dalam arti, janganlah sekali-kali merasa bahwa dirinya meminjamkan semuanya itu kepada raja dan berharap memperoleh imbalan. Ada sesuatu kiranya yang perlu dimohon, yakni berkah raja yang mungkin dapat menjadi penyebab pengganti
emas
permata
tersebut
secara
berlipat ganda. Hal itu dapat diibaratkan pohon tarulata pada musim keempat jika tangkai akan
daunnya
bertunas
dipatahkan
bersemi
subur
niscaya kembali
(upama tarulata ing mangsa kapat marêngi
anglulur
mung
pinunggêl
saya
ngrêmbaka). 3.
yang demikian itu akan menjadi catatan
ganal
ia merasa bersyukur
Perpaduan kelima hal, yaitu kepandaian, harta benda, kesaktian, keberanian, dan menurut/loyal
disesuaikan
dengan
kehen-
dak raja. Namun, harus dilandasi dengan ingat
dan
waspada.
Ingat
akan
kebaikan
dan keburukan, waspada akan kebenaran dan
kesalahan
(kanthi awas
lan eling, lir
awas bênêr lan luput, eling bêcik lan ala). Apa
yang
diucapkan
haruslah
men-
cerminkan perbuatan. Tahu menempatkan diri, duduk sertai
dalam tempat yang
sikap
wajar
terhadap
sesuai
sesama
di-
ma-
nusia; bersikap hati-hati, mampu menjaga rahasia yang dipercayakan kepadanya. Dengan demikian, ia akan menjadi kuat karena kekuatan bermula dari menjaga dan menyimpan
rahasia
atau
kesalahan
sesama
teman.
Sakti kesaktian Seandainya ia diadu dalam suatu arena pertandingan dalam
kesaktian
lindungan
dewa
dan
ia
tengah
sehingga
akan
IV. Relevansinya dengan Kepemimpinan Masa Sekarang
selalu memperoleh kemenangan, kesaktiannya itu hendaknya dipergunakan demi kesejahteraan negara. Jauhkanlah sifat sombong, takabur, dan suka menunjukkan kesaktian karena akan
menimbulkan
hal
itu hanya
kesusahan
kesulitan diri sendiri.
dan
Apakah ajaran-ajaran pemimpin negara dan abdi negara di dalam Sêrat Ajipamasa dan
teks-teks
masih
cukup
sekarang
Wani berani
Humaniora Volume XIII, No. 2/2001
bagi
Jawabannya
Madya
di
kehidupan tetap
atas kita
relevan.
Terbukti sifat-sifat kepemimpinan dalam Asthabrata
4.
ini?
Pustakaraja relevan
dan
Wulangreh
sering
disebut-
sebut oleh sebagian pemimpin. Bahkan, se-
9
Anung Tedjowirawan
benarnya ajaran-ajaran di dalam teks-teks
Bagi rakyat, ajaran-ajaran di atas akan
Pustakaraja Madya dapat memperkaya po-
mampu
la kepemimpinan dan pantas dipakai seba-
yang timbul asalkan mereka mendapat ke-
meredam
gai acuan bagi pendidikan para pemimpin.
teladanan dari para pemimpinnya.
Bagi masyarakat ajaran-ajaran dalam teks-
tidak akan mudah diadu domba dan dido-
Rakyat
rong
kerusakan yang amat bertentangan dengan
yang berbudi luhur, arif, dan bijaksana yang
nilai-nilai kemanusiaan dan ajaran agama.
sangat diperlukan di dalam pembangunan
Sebaliknya, mereka akan berusaha sekuat
nasional. Terlebih lagi pada masa sekarang
tenaga
di saat bangsa Indonesia sedang mengala-
bagai
mi
sama.
krisis,
baik
itu
krisis
dan
berdoa
kesulitan
berbagai
sosial
teks Pustakaraja Madya di atas memberi-
macam
melakukan
gejolak
kan konstribusi bagi pembentukan manusia
berbagai
untuk
berbagai
untuk
negara
macam
mengatasi
secara
ber-
bersama-
ekonomi, sosial, kepercayaan maupun kepemimpinan, maka figur pemimpin negara
DAFTAR PUSTAKA
yang benar-benar dapat memberikan kesejukan,
ketenangan,
dan
kedamaian
amat
Behrend,
T.E.,
dkk.
1990.
didambakan oleh rakyat. Kata-kata seorang
Naskah-naskah
pemimpin
Museum
negara
berubah-ubah.
hendaknya
Perlu
kiranya
pasti,
tidak
seorang
pe-
Katalog
Nusantara
Sonobudoyo
Induk
Jillid
I
Yogyakarta.
Jakarta: Djambatan.
mimpin negara mengingat peribahasa kuna bahwa raja (pemimpin negara) adalah wakil Tuhan di dunia. Sabdanya merupakan hu-
Berg, C.C. 1974. Penulisan Sejarah Jawa. Jakarta: Bharata.
kum, pantang diulang-ulang (sabda pandhita ratu, tan kena wola wali). Namun, sabda
Brandon, James R. (ed) 1970. On Thrones
raja (pemimpin negara) hendaknya melalui
of
perenungan, pengendapan, pemikiran, dan
Plays.
Gold:
Three
Javanese
perhitungan yang matang.
Harvard University Press.
Cambridge,
Shadow
Massachusetts:
Apabila di dalam negara terjadi bencana alam, pemimpin negara harus segera turun
Darusuprapta.
1981.
Ranggawarsita
ke bawah untuk menghibur dan membantu
lam
mengurangi penderitaan rakyatnya
seperti
karta,
halnya
tempat
Kebudayaan UGM.
sifat
air
yang
mengalir
ke
Badrawada KMSN
Th.I
No.6
Fakultas
da-
Yogya-
Sastra
dan
yang rendah. Demikian pula, apabila di danegara timbul berbagai macam keru-
Drewes, G.W.J. 1974. Ranggawarsita: the
suhan dan pertengkaran sudah menjadi ke-
Pustakaraja Madya and the Wayang
wajiban pemimpin negara untuk meredam,
Madya
menengahi dan menyelesaikan kerusuhan
W iesbaden:
serta
Harrassowitz.
lam
pertengkaran
tersebut
secara
cepat
dalam
Oriens
Extremus.
Kommissionsverlag
dan tegas (sifat api) agar tidak menjalar dan , 1975. The Romance of King Ang-
meluas ke daerah-daerah lain. Bagi abdi (aparatur) negara, apabila mereka
mengikuti
ajaran-ajaran di
atas,
nis-
caya ia akan mampu menempatkan diri sesuai
dengan
kedudukan
dan
lingdarma The
Florida,
Nancy
nguage
nerima suap dan korupsi, kolusi serta nepo-
Central
tisme
criptive
tidak
(KKN),
terpuji,
harus
Literature. Martinus
Nijhoff.
me-
yang
Javanese Nederland:
fungsinya,
yakni sebagai pelayan masyarakat. Sifat-sifat
in
Hague,
misalnya
benar-benar
mau
dihindari
karena hal itu amat merugikan dan mera-
K.
1981.
Manuscripts Java
A
Catalogue
Javanese of
Preliminary Vol
La-
Surakarta,
I-IV.
Des-
Ithaca,
New York: Cornell University.
puhkan negara. Pendek kata abdi (aparatur)
negara
harus
ngan
dedikasi
tinggi
kesemuanya
dan
negara dan rakyat.
10
betul-betul
keprofesionalan itu
untuk
de-
Girardet, Nikolaus. 1983. Descriptive Cata-
yang
logue of The Javanese Manuscripts
bekerja
kepentingan
and
Printed
Libraries
of
Books
in
Surakarta
the
and
Main
Yogya-
Humaniora Volume XIII, No. 2/2001
Unsur-unsur Ajaran Pemimpin Negara dan Abdi Negara
karta.
Wiesbaden:
Franz
Steiner
, 1979. Serat Witaradya I & II. Alih Aksara dan Ringkasan oleh Sudibya,
Verlag GMBH.
Z.H. Jakarta. Departemen PendidikGroenendael, Victoria M. Clara van. 1987. Wayang
Theatre
in
Indonesia:
Leiden:
Sayid, R.M. 1981. Ringkasan Sejarah Wa-
Koninklijk Instituut voor Taal-, Land-
yang. Jakarta Pusat: Pradnya Para-
en Volkenkunde.
mita.
Anotated
Bibliography.
Holt, Claire. 1967. Art in Indonesia: Continuities
and
Change.
Ithaca,
New
J.
1924.
Wayang
Madya
Shastri,
N.D. Pandit. 1963.
Dwipa
Jilid
I.
Sedjarah Bali
Denpasar
Bali:
Bhu-
vana Saraswati.
York: Cornell University Press.
Kats,
an dan Kebudayaan.
An
dalam
Siswoharsojo,
Ki.
langan
Poesaka Djawi II. Jawa Instituut.
Cetakan Mangkunegara IV. 1914. Lampahan Jaya-
1979.
Pakem
Lampahan VI,
Pedha-
Makutharama,
Ngayogyakarta:
Toko
Buku S.G.
purusa. Sulastin Mangkusudarmo, Soeharto. 1998. Analisis
Sutrisno.
1981.
Relevansi
Studi
Filologi. Yogyakarta: Liberty.
Struktur Kakawin Indrawijaya dalam Humaniora No.9, November-Desember
1998,
Yogyakarta:
Fakultas
Tedjowirawan,
Anung.
Ajipamasa: kepada
Sastra UGM.
Sang
ngabdian Marsono, dkk., 1998. Nilai Susastra
Dan
Kandungan Filosofis Wayang, Yog-
Minggu
1983.
Ajaran
Dari
Ajar
Sasana
dalam
Pahing,
tentang
Buana
10
Serat
Sarabasata
Juli
Pe-
Minggu,
1983.
Ja-
karta.
yakarta, Kerjasama Antara Fakultas Sastra UGM Dengan Sekretariat Na-
, 1983. Asthabrata: 8 Sikap Kebijak-
sional Pewayangan Indonesia (Sena
an Pegangan Raja, Suntingan Dalam
Wangi) Jakarta.
Serat Ajipamasa sional,
Pigeaud, T.H. 1967. Literature of Java vol I.
Senin
dalam
W age,
Berita Na-
10
Oktober
1983, Yogyakarta.
The Hague: Martinus Nijhoff. , 1984. Sama, Beda, Dana, DhenPoerbatjaraka, R.M.Ng. dan Tardjan Hadiwidjaja.
1957.
Kepustakaan
Djawa.
dha, Pethikan Piwulange Prabu Kusumawicitra dalam
Kolff Djakarta: Djambatan.
Ing
Mekar
Serat
Sari
Ajipamasa
No.
21
Tahun
XXVII, 1 Januari 1984, Yogyakarta. Putranto, Budi. 1997. Analisis Reseptif Asthabrata Dan Wahyu Makutharama
,. 1985. Analisis Struktural Serat Pu-
(Sripsi Sarjana), Yogyakarta, Fakul-
rusangkara, Satu Kajian pada Karya
tas Sastra UGM..
Sastra R.Ng. Ranggawarsita. Yogyakarta. Proyek Penelitian dan Pengka-
Ranggawarsita,
R.Ng.
1908.
Witaradya.
,
1910.
Hadji
Pamasa
jian Kebudayaan Nusantara (Javanologi).
Surakarta: Albert Rusche.
Jilid
I-X.
,
1986.
R.Ng.
Soerakarta: Albert Rusche.
Serat
Mayangkara
Ranggawarsita:
Terjemahan-Pembahasan, ,
1924.
Serat
Mayangkara.
Solo:
Karya
Sajian
Teks-
Yogya-
karta, Fakultas Sastra UGM.
Boehandel M. Tanojo. ,
1990.
Sorotan
Humaniora Volume XIII, No. 2/2001
W ayang Secara
Madya
(Sepintas
Sejarah,
Pengem-
11
Anung Tedjowirawan
bangan,
dan
Tokohnya),
Simbolisasi
Beberapa
Yogyakarta,
Fakultas
(ed) dalam Ramayana, Transformasi,
Pengembangan,
dan
Masa
De-
pannya. Yogyakarta: Lembaga Studi
Sastra UGM.
Jawa dan Program Studi Pendidikan , 1990. Mengenali Kembali Wayang Madya Sabtu
dalam Kliwon,
Kedaulatan 8
Bahasa Jawa FPBS, Yogyakarta.
Rakyat,
Desember
1990,
Yudoyono, Sri
Yogyakarta.
Bambang. Adji
1984.
Sang
Djojoboyo
Prabu
1135-1137.
Jakarta: Karya Unipress. , 1995. Teks-teks Sumber W ayang Madya: Relasi, Konstruksi, dan Per-
Zoetmulder, P.J. Tanpa tahun.
samaan Beberapa Tokohnya dengan
Kekawian,
Raja-Raja
sitit Negeri Gadjah Mada.
Jawa
dalam
Humaniora
Yayasan
Kawi dan
Fonds
Univer-
II/1995, Yogyakarta, Fakultas Sastra ,
UGM.
1983.
Kalangwan,
Sastra
Jawa
Kuna Selayang Pandang, terjemahUhlenbeck, E.M. 1964. A Critical Survey of Studies On The Languages of Java
an
Dick
Hartaka,
Jakarta:
Djam-
batan.
and Madura. The Hague, Nederland: Siaran-Gravenhage,
Martinus
Nij-
hoff.
W ahyati Pradipta, 1998. Ajaran Kepemimpinan
Asthabrata
dalam
Sarworo
Soeprapto dan Sri Hartati W idyastuti
12
Humaniora Volume XIII, No. 2/2001