MULTI LEVEL MARKETING DALAM ISLAM Irfan Nurudin Program Studi Teknik Informatika STMIK EL RAHMA YOGYAKARTA Jl. Sisingamangaraja 76 Yogyakarta
ABSTRACT In this period, the new trading system emerges in the discussion of word economics. One of them is Multi Level Marketing (MLM). Multi level marketing is one of trading system that uses consumers as seller. Many business use this trading system like local business, regional business or international business. The famous MLM trading system used are Amway, Kelling, Forever Young, Tianshi, CNI, Sophie Martin etc. In the MLM there are some problems. The first, many people very arouse interest about MLM because they are can promise the big profit short in time. The problem is only some people that get the big profit. While many member of multi level marketing that have to work but fail to get the big profit. This failure can’t caused they are not work very hard but caused the system. The second problem is most MLM use money game system. It is game or business that require money first with promise will get return without work. They are get many profit from membership money that join this MLM not from trading process. Membership money will be allotted to up line as commission. This matter harm all members residing in most under. In Islam there are elements of business ethics such as vague, gambling, oppression, there is no usury, danger, deception and object of business not from something forbidden. All of business can’t contradiction with business ethic in Islam. Therefore any business which contradiction with business ethic in Islam so that business is forbidden in Islam. This order valid for all of business. Keywords: Islam, multi, level, marketing. ITISARI Pada periode ini, sistem perdagangan baru muncul dalam pembahasan ekonomi kata. Salah satunya adalah Multi Level Marketing (MLM). Multi level marketing adalah salah satu sistem perdagangan yang menggunakan konsumen sebagai penjual. Banyak bisnis yang menggunakan sistem perdagangan seperti bisnis lokal, bisnis regional atau bisnis internasional. MLM terkenal sistem perdagangan yang digunakan adalah Amway, Kelling, Forever Young, Tianshi, CNI, Sophie Martin dll Dalam MLM ada beberapa masalah. Pertama, banyak orang yang sangat membangkitkan minat tentang MLM karena mereka bisa menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat. Masalahnya hanya beberapa orang yang mendapatkan keuntungan yang besar. Sementara banyak anggota multi level marketing yang harus bekerja tetapi gagal untuk
mendapatkan keuntungan yang besar. Kegagalan ini tidak dapat menyebabkan mereka tidak bekerja sangat keras tetapi disebabkan sistem. Masalah kedua yang paling menggunakan sistem permainan uang MLM. Ini adalah permainan atau usaha yang memerlukan uang pertama dengan janji akan mendapatkan kembali tanpa kerja. Mereka banyak mendapatkan keuntungan dari uang keanggotaan yang ikut MLM ini tidak dari proses perdagangan. Keanggotaan uang akan dialokasikan untuk berbaris sebagai komisi. Hal ini merugikan semua anggota yang berada di paling bawah. Dalam Islam ada unsur etika bisnis seperti samar-samar, perjudian, penindasan, tidak ada riba, bahaya, penipuan dan objek bisnis bukan dari sesuatu yang dilarang. Semua bisnis dapat tidak bertentangan dengan etika bisnis dalam Islam. Oleh karena itu setiap usaha yang bertentangan dengan etika bisnis dalam Islam sehingga bisnis yang dilarang dalam Islam. Order ini berlaku untuk semua bisnis. Katakunci: Islam, multi, level, marketing. PENDAHULUAN Pada beberapa tahun terakhir ini muncul system perdagangan baru yaitu Multi Level Marketing (MLM). System ini sangat cepat berkembang di setiap lapisan masyarakat. hal ini bisa difahami karena MLM telah menjanjikan kepada masyarakat untuk mendapatkan penghasilan tinggi dengan waktu yang relative singkat. Sistem perdagangan ini dipraktekkan oleh berbagai perusahaan, baik yang berskala lokal, nasional, regional maupun internasional. Di antaranya adalah Amway, Kelling, Forever Young, Tianshi, CNI, Sophie Martin dan lain-lain. Dalam hal ini banyak masyarakat yang mempersoalkan kebolehan system ini dipraktekkan. System ini dianggap mempunyai banyak hal yang perlu untuk dipersoalkan. Oleh karena itu menjadi penting untuk membahasnya. Dengan pembahasan ini diharapkan masyarakat akan semakin mantap untuk memilih mengikutinya atau justru berupaya untuk meninggalkannya. PEMBAHASAN MENGENAL MULTI LEVEL MARKETING Definisi Multi Level Marketing Pemasaran berjenjang (bahasa Inggris: multi level marketing) adalah sistem penjualan yang memanfaatkan konsumen sebagai tenaga penyalur secara langsung. Harga barang yang ditawarkan di tingkat konsumen adalah harga produksi ditambah komisi yang menjadi hak konsumen karena secara tidak langsung telah membantu kelancaran distribusi. Bisnis yang menggunakan multilevel marketing ini memang digerakkan dengan jaringan, yang terdiri dari up line dan down line. Meski
masing-masing perusahaan dan pebisnisnya menyebut dengan istilah yang berbeda-beda. Demikian juga dengan bentuk jaringannya, antara satu perusahaan dengan yang lain, mempunyai aturan dan mekanisme yang berbeda; ada yang vertikal, dan horisontal. Misalnya, Gold Quest dari satu orang disebut TCO (tracking centre owner), untuk mendapatkan bonus dari perusahaan, dia harus mempunyai jaringan; 5 orang di sebelah kanan, dan 5 orang di sebelah kiri, sehingga baru disebut satu level. Kemudian disambung dengan level-level berikutnya hingga sampai pada titik level tertentu ke bawah yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Masing-masing level tersebut kemudian mendapatkan bonus (komisi) sesuai dengan ketentuan yang dibuat oleh perusahaan yang bersangkutan. Meski perusahaan ini tidak menyebut dengan istilah multilevel marketing, namun diakui atau tidak, sejatinya praktek yang digunakan adalah praktek multilevel marketing. Sistem Pemasaran Pakar marketing ternama Don Failla, membagi marketing menjadi tiga macam. Pertama, retail (eceran), Kedua, direct selling (penjualan langsung ke konsumen), Ketiga multi level marketing (pemasaran berjenjang melalui jaringan distribusi yang dibangun dengan memposisikan pelanggan sekaligus sebagai tenaga pemasaran). Kemunculan trend strategi pemasaran produk melalui sistem MLM di dunia bisnis modern sangat menguntungkan banyak pihak, seperti pengusaha (baik produsen maupun perusahaan MLM).Hal ini disebabkan karena adanya penghematan biaya dalam iklan, Bisnis ini juga menguntungkan para distributor yang berperan sebagai simsar (Mitra Niaga) yang ingin bebas (tidak terikat) dalam bekerja. Sistem marketing MLM yang lahir pada tahun 1939 merupakan kreasi dan inovasi marketing yang melibatkan masyarakat konsumen dalam kegiatan usaha pemasaran dengan tujuan agar masyarakat konsumen dapat menikmati tidak saja manfaat produk, tetapi juga manfaat finansial dalam bentuk insentif, hadiah-hadiah, haji dan umrah, perlindungan asuransi, tabungan hari tua dan bahkan kepemilikan saham perusahaan. (Ahmad Basyuni Lubis, Al-Iqtishad, November 2000). Sistem Keanggotaan Promotor (upline) biasanya adalah anggota yang sudah mendapatkan hak keanggotaan terlebih dahulu, sedangkan bawahan (downline) adalah anggota baru yang mendaftar atau direkrut oleh promotor. Akan tetapi, pada beberapa sistem tertentu, jenjang keanggotaan ini bisa berubah-ubah sesuai dengan syarat pembayaran atau pembelian tertentu. Komisi yang diberikan dalam pemasaran berjenjang dihitung berdasarkan banyaknya jasa distribusi yang otomatis terjadi jika bawahan melakukan pembelian barang. Promotor akan mendapatkan bagian komisi tertentu sebagai bentuk balas jasa atas perekrutan bawahan. Namun ada
juga beberapa MLM yang tidak memberikan bonus atas jasa perekrutan, karena bonus perekrutan termasuk bonus yg dilarang berdasarkan Permendag No 13 tahun 2006 Bab I Pasal 1 ayat 11. Gambaran MLM secara global Secara global sistem bisnis MLM dilakukan dengan cara menjaring calon nasabah yang sekaligus berfungsi sebagai konsumen dan member (anggota) dari perusahaan yang melakukan praktek MLM. Adapun secara terperinci bisnis MLM dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Mula-mula pihak perusahaan berusaha menjaring konsumen untuk menjadi member, dengan cara mengharuskan calon konsumen membeli paket produk perusahaan dengan harga tertentu. 2. Dengan membeli paket produk perusahaan tersebut, pihak pembeli diberi satu formulir keanggotaan (member) dari perusahaan. 3. Sesudah menjadi member maka tugas berikutnya adalah mencari member-member baru dengan cara seperti diatas, yakni membeli produk perusahaan dan mengisi formulir keanggotaan. 4. Para member baru juga bertugas mencari calon member-member baru lagi dengan cara seperti diatas yakni membeli produk perusahaan dan mengisi formulir keanggotaan. 5. Jika member mampu menjaring member-member yang banyak, maka ia akan mendapat bonus dari perusahaan. Semakin banyak member yang dapat dijaring, maka semakin banyak pula bonus yang didapatkan karena perusahaan merasa diuntungkan oleh banyaknya member yang sekaligus mennjadi konsumen paket produk perusahaan. 6. Dengan adanya para member baru yang sekaligus menjadi konsumen paker produk perusahaan, maka member yang berada pada level pertama, kedua dan seterusnya akan selalu mendapatkan bonus secara estafet dari perusahaan, karena perusahaan merasa diuntungkan dengan adanya member-member baru tersebut. Model MLM bisa digambarkan dalam bentuk sebagai berikut :
ETIKA BISNIS DALAM ISLAM Etika bisnis adalah seperangkat norma yang bertumpu pada aqidah, syari’ah dan akhlak yang diambil dari al-qur’an dan as-Sunnah yang digunakan sebagai tolok ukur dalam kegiatan bisnis dan hal-hal yang berhubungan dengannya. Oleh karenanya segala macam bisnis di dalam Islam harus disesuaikan dengan etika bisnis dalam Islam. Hal ini dapat dirinci sebagaimana berikut : a. Asas-Asas Bisnis Dalam Islam Kegiatan berbisnis menurut Islam harus didasarkan atas asas-asas sebagai berikut: 1. At-Tauhid “Katakanlah: Dia-lah Allah yang maha esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya (QS. Al-Ikhlash: 1-4) 2. Al-Amanah “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai
sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah: 283) 3. Ash-Shiddiq (Kejujuran) “Hai orang-orang yang beriman, bertaq walah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”. (QS. Al-Baqarah: 119) “Dari Abi Sa’id, dari Nabi saw bersabda: Pedagang yang jujur dan terpercaya bersama para Nabi, orang-orang yang jujur dan syuhada’”. (HR. Tirmidzi) 4. Al-‘Adalah (Keadilan) “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Ma’idah: 8) “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepda kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. (QS. An-Nahl: 90)
5. Al-Ibahah (Kebolehan) “Dialah yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu”. (QS.al-Baqarah: 22) “Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada di muka bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia maha mengetahui segala sesuatu”. (QS.al-Baqarah: 29) 6. At-Ta’awun (saling tolong menolong) “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (QS. Al-Ma’idah: 2) “Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah saw bersabda:…dan Allah selalu menolong hamba-hamba-Nya selama hamba-hamba-Nya suka menolong saudaranya. (HR. Muslim) 7. Al-Maslahah (Kemaslahatan)
“Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) bagi semesta alam”. (QS. Al-Anbiya’: 107) “Dari Ubadah bin Shamit; bahwasanya Rasulullah saw menetapkan tidak boleh berbuat kemudharatan dan tidak boleh pula membalas kemudharatan”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah) 8. At-Taradli (Saling Kerelaan) “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh diri kamu sekalian, sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisa’: 29) 9. Al-Akhlak Al-Karimah (Kesopanan) “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah maha kaya lagi maha penyantun. (QS. Al-Baqarah: 263) “Dari Jabir ibn Abdullah r.a.; bahwasanya Rasulullah saw bersabda: Allah mengasihi seseorang yang berbuat baik dalam menjual dan membeli serta dalam memberikan keputusan”. (HR. Bukhari) b. Unsur-Unsur Larangan Dalam Berbisnis 1. Jahalah (Kesamaran) Setiap aqad perdagangan ada hal yang membawa pertentangan, apabila barang yang dijual itu tidak diketahui atau karena ada unsur penipuan yang dapat menimbulkan pertentangan antara si penjual dan pembeli atau kerana salah satu ada yang menipu. Cara seperti ini dilarang oleh Rasulullah s.a.w, sebagai usaha menutup pintu perbuatan maksiat (saddud dzara'ik). “Dari Anas bin Malik r.a. ia berkata: Rasulullah saw melarang jual beli muhaqalah, jual beli buah yang masih hijau (belum matang), jual beli raba, jual beli lempar dan jual beli muzabanah”. (HR. Bukhari) “Dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata: Nabi saw datang ke Madinah, sementara mereka sudah biasa melaksanakan akad salam terhadap buah-buahan untuk waktu satu tahun dan dua tahun. Beliau bersabda: Barangsiapa melakukan akad salam, hendaklah dilakukan dengan takaran tertentu, timbangan tertentu dalam jangka waktu tertentu”. (HR. Muslim) 2. Maisir (Perjudian) Secara bahasa Maisir bisa dimaknakan dalam beberapa kalimat : Gampang / mudah, orang yang kaya dan wajib. Secara istilah, Maisir adalah setiap Mu’amalah yang orang masuk kedalamnya dan dia mungkin rugi dan
mungkin beruntung. Ini defenisi Maisir dalam istilah ulama, walaupun sebagian orang mengartikan Maisir ini ke dalam bahasa Indonesia dengan pengertian sempit, yaitu judi. Judi adalah salah satu bentuk Maisir sebab seseorang masuk kedalamnya mungkin menang dan mungkin kalah, mungkin untung dan mungkin rugi. Karena itu sangatlah sempit dan kurang tepat bila Maisir diartikan dengan judi. Kalimat “mungkin rugi dan mungkin untung”, juga ada dalam Mu’amalat jual beli, sebab orang yang berdagang mungkin untung mungkin rugi. Namun Mu’amalat jual beli ini berbeda dengan Maisir, seorang pedagang bila mengeluarkan uang maka ia memperoleh barang dan dengan barang itu ia bermu’amalat untuk meraih keuntungan walaupun mungkin ia mendapat kerugian, tapi Maisir, begitu seseorang mengeluarkan uang maka mungkin ia rugi atau tidak dapat apapun dan mungkin ia beruntung. Keharaman judi telah dijelaskan dalam al-Qur’an, sebagaimana berikut : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras (khamar), berjudi (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntunga”. (QS. Al-Ma’idah: 90) 3. Az-Zhulmu (Penindasan) Salah satu prinsip jual beli dalam Islam adalah saling ridho. Oleh karena itu tidak diperkenankan jual-beli jika terjadi penindasan sebagai firman Allah sebagai berikut : “Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari mengambil riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”. (QS. Al-Baqarah: 279) “Sesungguhnya tidaklah akan mendapat kemenangan (bagi) orang-orang yang zhalim”. (QS. Al-Qashash: 37) 4. Tidak Mengandung Unsur Riba Ulama fiqh mendefinisikan riba dengan “kelebihan harta dalam suatu muamalah dengan tidak ada imbalan/gantinya”. Maksudnya tambahan terhadap modal uang yang timbul akibat suatu transaksi utang piutang yang harus diberikan terutang kepada pemilik uang pada saat utang jatuh tempo. Keharaman riba telah banyak dijelaskan dalam al-Qur’an, sebagaimana berikut : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS.al-Baqarah: 275)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan tinggalkankan sisa-sisa (yang belum dipungut) dari riba, jika kamu orang-orang yang beriman”. (QS.al-Baqarah: 278) “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta riba secara berlipat ganda dan takutlah kamu kepada Allah agar kamu memperoleh keberuntungan”. (QS.Ali Imran: 130) “Dari Jabir (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw melaknat orang yang makan riba, yang memberi riba, yang menuliskannya, dan dua orang saksinya. Beliau bersabda: Mereka itu sama”. (HR.Muslim) 5. Adh-Dharar (Unsur Membahayakan) Islam telah melarang jual-beli dengan mengunakan sesuatu yang membahayakan atau memungkinkan terjadi bahaya. Sebagaimana hadits Rasulullah saw sebagai berikut : “Dari Ubadah bin shamit r.a.; bahwasanya Rasulullah saw menetapkan tidak boleh membuat kemudharatan dan tidak boleh pula membalas kemudharatan”. (HR. Ahmad dan Ibnu majah) 6. Gharar (Penipuan atau Kecurangan) Gharar adalah suatu akad yang tidak diketahui dengan tegas apakah efek akad terlaksana atau tidak, seperti melakukan jual beli terhadap burung yang masih di udara, atau ikan yang masih di dalam air. Larangan gharar telah tegas di dalam al-Qur’an sebagaimana berikut : “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi”. (QS. AlMuthaffifin: 1-3) “Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw lewat pada setumpuk makanan, kemudian beliau memasukkan tangannya ke dalam tumpukan makanan tersebut, maka jari-jari beliau terkena makanan yang basah. Beliau bertanya; Apa ini wahai pemilik (penjual) makanan ? Ia menjawab: Terkena hujan, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Mengapa kamu tidak menaruh yang basah ini di atas agar dapat dilihat orang ? Barangsiapa yang menipu, maka ia bukan golonganku”. (HR. Muslim) “Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw melarang jual beli dengan lempar kerikil dan jual beli gharar (spekulasi)”. (HR. Muslim) 7. At Ta’assuf (Penyalahgunaan Hak) Salah satu prinsip jual beli dalam Islam adalah amanah. Oleh karenanya tidak sepantasnya bagai kaum muslimin menyalahgunakan hak yang pada
akhirnya akan mendatangkan kemadharatan. Sebagaimana apa yang tertera dalam al-Qur’an dan hadits sebagai berikut : “Telah tampak kerusakan di darat daratan dan di lautan disebabkan oleh perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-rum: 41) “Dari Ubadah bin Shamit; bahwasanya Rasulullah saw menetapkan tidak boleh berbuat kemudharatan dan tidak boleh pula membalas kemudharatan”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah) 8. Monopoli dan Konglomerasi (Ihtikar) Ihtikar menurut bahasa adalah penimbunan, sedangkan menurut istilah, Ihtikar adalah membeli barang pada saat lapang lalu menimbunnya supaya barang tersebut langka di pasaran dan harganya menjadi naik. “Apa saja harta rampasan (fai’) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang dibrikan Rasul kepadamu maka terimalah ia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat kras hukuman-Nya.” (QS. Al-Hasyr: 7) Dari Yahya beliau adalah ibn Sa’id, ia berkata: Bahwa Sa’id ibn Musayyab memberitakan bahwa Ma’mar berkata: Rasulullah saw bersabda: Barang siapa yang menimbun barang, maka ia berdosa ...(HR. Muslim, Ahmad dan Abu Dawud) 9. Obyek Bisnis Bukan Sesuatu Yang Haram Bisnis didalam Islam tidak hanya mempertimbangkan untung dan rugi saja tetapi juga harus memperhatikan kehalalan produk yang ditawarkan. Sebagaimana hadits Rasulullah saw berikut ini : “Dari jabir Ibn Abdullah r.a. ia mendengar Rasulullah saw bersabda pada waktu tahun kmenangan, ketika itu beliau di Makkah: Sesungguhnya Allah dan RasulNya mengharamkan jual beli khamar, bangkai, babi dan berhala. Kemudian ditanyakan kepada beliau: Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat anda tentang lemak bangkai, karena ia dapat digunakan untuk mengecat perahu, meminyaki kulit, dan dapat digunakan oleh orang-orang untuk penerangan. Beliau bersabda: Tidak, ia adalah haram. Kemudian beliau bersabda: Allah melaknat orabr-orang Yahudi. Sesungguhnya Allah tatkala mengharamkan lemaknya, mereka mencairkan lemak itu, kemudian menjualnya dan makan hasil penjualannya”. (HR. al-Jama’ah) “Dari Ibnu Abbas Nabi saw bersabda: Allah melkanat orang-orang Yahudi, karean telah diharamkan kepada mereka lemak-lemak (bangkai) namun mereka menjualnya dan memakan hasil penjualannya. Sesungguhnya Allah jika mengharamkan kepada suatu kaum memakan sesuatu, maka haram pula hasil penjualannya”. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
10. Tidak Boleh Mubazzir Mubazir itu artinya tidak berguna, sia-sia, terbuang-buang karena tidak berguna. Kata itu juga dapat berarti royal, pemborosan yang dapat menghabiskan uang dalam jumlah yang berlebihan. Karena itu semua tindakan dan perkataan yang termasuk dalam kategori mubazir itu harus dihindarkan. Kata-kata yang kita gunakan dalam pemberitaan juga mubazir jika tidak tidak ada manfaatnya, tidak berguna sebab pastilah akan menghamburkan uang juga. Hal ini ditegaskan dalam al-Qur’an sebagaimana berikut : “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghamburhamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan, dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (QS. Al-Isra’: 26-27) HUKUM MLM DALAM ISLAM Prinsip dasar hukum dalam muamalah, dalam hal ini MLM adalah boleh kecuali jika terdapat hal-hal yang terlarang dalam MLM. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqh, “al-ashlu fil mu’amalah al-ibahah hatta yadullad dalilu ‘ala tahrimi” (pada dasarnya dalam hal muamalah itu boleh sampai ditemukan dalil yang menunjukkan atas keharamannya). Dan juga telah ada etika bisnis dalam Islam sebagai dasar pertimbangan halal atau haramnya suatu bentuk bisnis. Dengan merujuk kepada kaidah dasar fiqh dan etika bisnis tersebut, maka jika MLM dalam perkembangannya terdapat hal-hal yang terlarang dalam agama hukumnya menjadi haram. Tidak semua MLM memang, namun sebagian besar MLM terdapat hal-hal yang terlarang. Diantaranya adalah : 1. Menjual barang-barang yang diperjualbelikan dalam sistem MLM dengan harga yang jauh lebih tinggi dari harga wajar, maka hukumnya haram karena secara tidak langsung pihak perusahaan telah menambahkan harga yang dibebankan kepada pihak pembeli sebagi sharing modal dalam akad syirkah mengingat pembeli sekaligus akan menjadi member perusahaan yang apabila ia ikut memasarkan akan mendapat keuntungan estafet. Dengan demikian praktek perdagangan MLM mengandung unsur kesamaran atau penipuan karena terjadi kekaburan antara akad jual beli, syirkah dan mudlarabah, karena pihak pembeli sesudah menjadi member juga berfungsi sebagai pekerja yang akan memasarkan produk perusahaan kepada calon pembeli atau member baru. 2. Calon anggota mendaftar keperusahaan MLM dengan membayar uang tertentu, dengan ketentuan dia harus membeli produk perusahaan baik untuk dijual lagi atau tidak dengan ketentuan yang telah ditetapkan untuk bisa mendapatkan point atau bonus. Dan apabila tidak bis a mencapai
target tersebut maka keanggotaannya akan dicabut dan uangnya pun hangus. Ini diharamkan karena unsur ghoror (spekulasi) nya sangat jelas dan ada unsur kedhaliman terhadap anggota. 3. Calon anggota mendaftar dengan membayar uang tertentu, tapi tidak ada keharusan untuk membeli atau menjual produk perusahaan, dia hanya berkewajiban mencari anggota baru dengan cara seperti diatas, yakni membayar uang pendaftaran. Semakin banyak anggota maka akan semakin banyak bonusnya. Ini adalah bentuk riba karena menaruh uang diperusahaan tersebut kemudian mendapatkan hasil yan lebih banyak. 4. Mirip dengan yang sebelumnya yaitu perusahaan MLM yang melakukan kegiatan menjaring dana dari masyarakat untuk menanamkan modal disitu dengan janji akan diberikan bunga dan bonus dari modalnya. Ini adalah haram karena ada unsur riba. 5. Perusahaan MLM yang melakukan manipulasi dalam memperdagangkan produknya, atau memaksa pembeli untuk mengkonsumsi produknya atau yang dijual adalah barang haram. Maka MLM tersebut jelas keharamannya. Namun ini tidak cuma ada pada sebagian MLM tapi bisa juga pada bisnis model lainnya. Dengan demikian sistem MLM agar menjadi syari’ah terdapat 12 syarat, sebagaimana berikut : 1. Produk yang dipasarkan harus halal, thayyib (berkualitas) dan menjauhi syubhat (Syubhat adalah sesuatu yang masih meragukan). 2. Sistem akadnya harus memenuhi kaedah dan rukun jual beli sebagaimana yang terdapat dalam hukum Islam (fikih muamalah) 3. Operasional, kebijakan, corporate culture, maupun sistem akuntansinya harus sesuai syari’ah. 4. Tidak ada excessive mark up harga barang (harga barang di mark up sampai dua kali lipat), sehingga anggota terzalimi dengan harga yang amat mahal, tidak sepadan dengan kualitas dan manfaat yang diperoleh. 5. Struktur manajemennya memiliki Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) yang terdiri dari para ulama yang memahami masalah ekonomi. 6. Formula intensif harus adil, tidak menzalimi down line dan tidak menempatkan up line hanya menerima pasif income tanpa bekerja, up line tidak boleh menerima income dari hasil jerih payah down linenya. 7. Pembagian bonus harus mencerminkan usaha masing-masing anggota. 8. Tidak ada eksploitasi dalam aturan pembagian bonus antara orang yang awal menjadi anggota dengan yang akhir. 9. Bonus yang diberikan harus jelas angka nisbahnya sejak awal.
10. Tidak menitik beratkan barang-barang tertier ketika ummat masih bergelut dengan pemenuhan kebutuhan primer. 11. Cara penghargaan kepada mereka yang berprestasi tidak boleh mencerminkan sikap hura-hura dan pesta pora, karena sikap itu tidak syari’ah. Praktik ini banyak terjadi pada sejumlah perusahaan MLM. 12. Perusahaan MLM harus berorientasi pada kemaslahatan ekonomi ummat. KESIMPULAN Multi Level Marketing merupakan sistem penjualan yang popular akhir-akhir ini. Hal ini wajar karena memang MLM menjanjikan seseorang mendapatkan penghasilan yang berlipat dalam waktu relatif singkat. Pada dasarnya MLM dalam hukum Islam, hukumnya boleh atau tidak terlarang. Namun jika terdapat hal-hal yang terlarang dalam MLM atau bertentangan dengan etika bisnis dalam Islam, barulah MLM bisa dihukumi haram. Dengan demikian hasil dari tulisan ini adalah ada MLM yang diharamkan karena bertentangan dengan etika bisnis dalam Islam, namun ini tidak bisa digeneralisir semua MLM itu haram. Oleh karena itu selama MLM dalam aplikasinya tidak bertentangan dengan etika bisnis dalam Islam maka kembali ke hukum asal yaitu boleh. Daftar Pustaka Asmuni Abdurrahman, Manhaj Tarjih Muhammadiyah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar 2002. Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Houve Fiqh Indonesia Himpunan Fatwa MUI DKI Jakarta www.indonesiaindonesia.com www.wikipedia.org