PENGEMBANGAN PERANGKAT AJAR IPA TERPADU UNTUK KELAS VIII DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PADA MATERI ZAT ADITIF
ARTIKEL ILMIAH
OLEH CHITRA KARINA DEWI NIM RSAC10006
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI JULI 2014
PENGEMBANGAN PERANGKAT AJAR IPA TERPADU UNTUK KELAS VIII DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PADA MATERI ZAT ADITIF Oleh : Chitra Karina Dewi*, Rayandra Asyhar*, Abu Bakar*
Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FKIP Universitas Jambi ABSTRAK Kurikulum 2013 (BPSDMPK-PMP, 2013) sebagai penyempurnaan KTSP yang tertera pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 68, 69 dan 70 Tahun 2013 tentang pemberlakukan Kurikulum 2013 sebagai penyempurnaan KTSP yang sudah diberlakukan sejak tahun 2006. Kurikulum 2013 sangat menekankan pada penyempurnaan tujuan, strategi pembelajaran dan sistem evaluasi. Dalam proses pembelajaran guru dituntut menerapkan pendekatan saintifik (scientific approach). Pada penelitian ini dilakukan pengembangan perangkat ajar dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning pada materi zat aditif. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan Peraturan Menteri No.81A lampiran IV, yaitu berupa RPP, LKS, Materi Ajar, serta Instrumen Evaluasi. Prosedur pengembangan yang digunakan adalah model dick and carrey. Validasi produk dan Validasi media dilakukan oleh seorang ahli yaitu dosen prodi Kimia FKIP Universitas Jambi. Uji coba dilaksanakan di SMP Xaverius 1 Kota Jambi. Saat uji coba berlangsung menggunakan angket tanggapan guru dan siswa juga menilai kelayakan dan keefektifan produk dengan pre-test dan posttest. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan bahwa Perangkat Ajar IPA Terpadu Untuk Kelas VIII dengan pendekatan saintifik model discovery learning ini layak, menarik dan efektif digunakan oleh guru dan siswa juga diharapkan dapat membantu tugas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran IPA.
Kata kunci: Perangkat Ajar, Zat Aditif,Model Pembelajaran Discovery Learning PENDAHULUAN Menghadapi era global, yang ditandai dengan meningkatnya persaingan bebas di segala aspek kehidupan, perubahan yang sangat cepat dan sulit diprediksi membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, memiliki daya saing dan mampu beradaptasi terhadap setiap perubahan. Ketiga faktor ini merupakan tugas dan tanggung jawab dunia pendidikan, dan menjadi tantangan yang harus dihadapi saat ini. Menyadari akan hal tersebut, *
Mahasiswa Pendidikan Kimia Dosen Pembimbing I # Dosen Pembimbing II #
maka pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan bidang pendidikan. Kebijakan yang paling baru adalah penerapan secara bertahap Kurikulum 2013 (BPSDMPK-PMP, 2013) sebagai penyempurnaan KTSP yang tertera pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 68, 69 dan 70 Tahun 2013 tentang pemberlakukan Kurikulum 2013 sebagai penyempurnaan KTSP yang sudah diberlakukan sejak tahun 2006.
Ditargetkan pada tahun 2015 Kurikulum 2013 telah dilaksanakan di setiap tingkat satuan pendidikan dan di semua sekolah di tanah air. Implementasi kurikulum baru akan menghadapi kendala apabila tidak disiapkan dengan baik. Kendala tersebut tidak hanya menyangkut pemahaman guru tentang konsep dan startegi penerapan kurikulum, melainkan juga ketersediaan piranti dan fasilitas pendukung. Kurikulum 2013 memiliki karakteristik yang harus dipahami secara utuh dan benar oleh semua stake holder. Dalam kurikulum 2013 IPA SMP/MTs, secara eksplisit disebutkan bahwa proses pembelajaran IPA untuk jenjang SMP/MTs dilaksanakan secara terpadu dengan pendekatan saintifik (scientific approach). Artinya, materi IPA perlu mencakup berbagai bidang seperti biologi, fisika, dan kimia yang diajarkan sebagai satu kesatuan yang utuh yang diajarkan yang didekati melalui proses ilmiah. Untuk membantu pemerintah dalam implementasi kurikulum 2013, khususnya guru IPA SMP/MTs di Kota Jambi dalam penyediaan bahan ajar, maka perlu dikembangkan perangkat pembelajaran yang mana sesuai dengan Implementasi Permendiknas nomor 41 tahun 2007, dalam penelitian ini akan dikembangkan perangkat pembelajaran IPA untuk pengajaran kelas VIII SMP/MTs pada materi Zat Aditif yang didesain dalam pemebalajaran model Discovery Learning dan secara Terpadu. Pemilihan model discovery learning ini didasarkan pada pertimbangan bahwa model ini sesuai dengan tuntutan kurikulum, sangat cocok karakteristik topik yang dibahas, dapat diterapkan oleh hampir semua sekolah, bahkan dengan fasilitas dan sumber belajar yang terbatas sekalipun. Model pembelajaran discovery learning ini juga memungkinkan siswa untuk bergerak dari tahap enaktif (enactive stage) ke *
Mahasiswa Pendidikan Kimia Dosen Pembimbing I # Dosen Pembimbing II #
tahap ikonic (iconic stage) dan berikutnya ketahap simbolik (symbolic stage) sebagaimana diidentifikasi Brunner (1966). Saat siswa termotivasi dan benar-benar berpartisifasi dalam proyek penemuan (discovery proyek) maka pembelajaran penemuan (discovery learning) akan membawa pada proses belajar yang sangat baik. Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penelitian pengembangan ini diberi judul: “Pengembangan Perangkat Ajar IPA Terpadu Untuk Kelas VIII Dengan Model Pembelajaran Discovery Learning Pada Materi Zat Aditif ” KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara agar tercapai tujuan pembelajaran (Hamzah : 1998) . Salah satu aktivitas yang dilakukan adalah mendesain perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang harus disiapkan guru diantaranya meliputi Silabus, RPP, Materi Ajar, dan Instrumen evaluasi. A. Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran disebut perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), Instrumen evaluasi, Media Pembelajaran, dan Buku ajar siswa (Trianto, 2010 ). B. IPA dalam Kurikulum SMP/MTs 2013 Dalam struktur Kurikulum 2013 SMP/MTs, IPA merupakan salah satu mata pelajaran inti yang diajarkan mulai dari kelas VII sampai kelas IX masingmasing 5 jam pelajaran (5 x 40 menit)
per minggu. IPA dikembangkan sebagai satu Mata Pelajaran IPA Terpadu (integrative science), dan bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. IPA dimasukkan dalam kurikulum sekolah karena: (a) merupakan fondasi bagi ilmu-ilmu hilir seperti teknik, kedokteran, pertanian, astronomi, dan lain-lain, dan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam perkembangan ilmu dan teknologi. C. Pendekatan Saintifik (scientific approach) pada Pembelajaran IPA Kurikulum 2013 IPA mengamanatkan kepada para guru agar menerapkan pendekatan saintifik dan model pembelajaran aktif dalam pelaksanaan pembelajaran. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran dipandang sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran IPA karena pendekatan saintifik mampu meningkatkan keterampilan berpikir tinggi dan membentuk sikap ilmiah peserta didik. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik menggunakan metode discovery terbukti lebih efektif dalam pencapaian hasil belajar dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Pendekatan saintifik ditandai dengan serangkaian kegiatan atau metode pengumpulan data melalui pengamatan/observasi,bertanya,percoba an/ekperimen,penalaran, menganalisis hubungan antar variable dan lain-lain. Maka proses pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013 untuk semua mata pelajaran dan semua jenjang pendidikan harus menekankan pada dimensi pedagogig modern yaitu menggunakan pendekatan saintifik. D. Discovery Learning sebagai Model Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang *
Mahasiswa Pendidikan Kimia Dosen Pembimbing I # Dosen Pembimbing II #
tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan (Bruner). Ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada. Tahapan Model Discovery Learning : 1. Stimulation (pemberian rangsangan). 2. Problem statement (identifikasi masalah) 3. Data collection (pengumpulan data) 4. Data processing (pengolahan data) 5. Verification (pembuktian) 6. Generalization. METODOLOGI PENELITIAN Model pengembangan yang digunakan mengadopsi model Dick and Carey. Model ini dipilih karena alur aktivitas pengembangan perangkat pembelajaran sesuai dengan jenis produk yang akan dihasilkan. Disini terdapat hubungan langsung antara tiap komponen perangkat pembelajaran secara hierarki yaitu (1) Silabus, (2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (3) Lembar Kerja Siswa (LKS), (4) Bahan Ajar dan (5) Instrumen Evaluasi Subjek dalam uji coba adalah siswa kelas VIII G SMP Xaverius 1 Kota Jambi. Penelitian ini menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Data Validasi Instrumen Pengembangan Perangkat Ajar IPA Terpadu Fungsi validitas instrumen itu sendiri adalah untuk menentukan kesahihan instrumen sehingga jika instrumen tersebut digunakan untuk mengumpulkan data atau digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang
tidak diragukan lagi hasil yang diperoleh dari instrumen tersebut. Ada 2 jenis instrumen yang di validasi pada penelitian ini yaitu validasi angket dan validasi soal. a. Validasi Angket Dalam tahap pengembangan dilakukan validasi terhadap tim ahli, uji coba kelompok kecil dan kelompok besar. Sebelum angket-angket ini digunakan, maka angket-angket ini divalidasi terlebih dahulu. Validasi angket ini oleh dosen pendidikan kimia Universitas Jambi yaitu Bapak Dr. rer. nat. Rayandra Asyar, M.Si.Validasi ini dilakukan sebanyak 2 kali. Validasi angket tahap I dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2014. Hasil validasi angket diperoleh persentase sebesar 76% dengan kategori layak dengan revisi (Sudijono, 2012). Untuk angket validasi media, tanggapan guru dan respon siswa diperoleh nilai persentase sebesar 80% dengan kategori layak tanpa revisi (Sudijono, 2012). Dikarenakan pada validasi angket I masih terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki, maka dilakukan validasi angket II pada tanggal 6 Maret 2014. Hasil validasi angket tahap II adalah untuk validasi angket ahli materi, media, tanggapan guru dan respon siswa diperoleh skor 20 dengan skor maksimum adalah 25. Maka diperoleh persentase sebesar 80% dengan kategori layak.tanpa revisi (Sudijono, 2012). Sehingga menurut validator, angket tersebut layak digunakan sebagai instrumen penilaian perangkat ajar IPA Terpadu. b. Validasi Soal Dalam pengembangan ini digunakan soal pilihan ganda sebagai pre-test dan post-test. Soal-soal tersebut divalidasi terlebih dahulu oleh dosen pendidikan kimia Universitas Jambi yaitu Bapak Dr. rer. nat. Rayandra Asyar, M.Si. Validasi ini dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2014. Hasil yang diperoleh dari validasi ini adalah untuk * Mahasiswa Pendidikan Kimia # Dosen Pembimbing I # Dosen Pembimbing II
validasi soal ranah substansi diperoleh persentase sebesar 77,14% dengan kategori layak. Untuk validasi soal ranah konstruksi diperoleh persentase sebesar 70% dengan kategori layak. Untuk validasi soal ranah bahasa diperoleh persentase sebesar 80% dengan kategori layak. Sehingga soalsoal tersebut dinyatakan layak untuk di uji cobakan. Setelah dilakukan validasi soal oleh Bapak Dr. rer. nat. Rayandra Asyar, M.Si , maka soal di ujicobakan pada siswa kelas VIIIF SMP Xaverius 1 Kota Jambi. Uji coba soal ini dilaksanakan pada tanggal 13 Maret 2014. Soal yang di ujicobakan sebanyak 30 soal pilihan ganda. Hasil yang diperoleh dari uji coba tersebut adalah: Dari data yang diperoleh, soal yang dinyatakan valid dari 30 soal ada sebanyak 17 soal dengan tingkat kesukaran mudah, sedang dan sukar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa soalsoal tersebut memiliki keakuratan yang sangat tinggi. 2. Hasil Pengembangan a. Tahap-Tahap Pengembangan Perangkat Ajar Pengembangan perangkat ajar dengan menggunakan model pengembangan Dick and Carrey telah menghasilkan sebuah produk pengembangan yaitu berupa : 1. Media pembelajaran berupa Perangkat Ajar IPA Terpadu pada materi zat aditif yang dikembangkan dengan model pengembangan dick and carey. 2. Pada pengembangan perangkat ajar yang dikembangkan adalah perangkat ajar IPA Terpadu. Perangkat ajar yaitu berupa bahan ajar untuk guru dan bahan ajar untuk siswa. Dalam bahan ajar guru terdapatnya perangkat ajar berupa:
Silabus,RPP,Skenario,pembelajaran,Inst rumen Penilaian, LKS dan Materi Ajar. Adapun tahapan pengembangan perangkat ajar menurut model Dick and Carey adalah : 1) Analisis Kebutuhan Pengembang mulai menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 di tingkat SMP/MTs, serta melakukan analisis dalam menentukan tujuan pembelajaran dan batasan materi yang akan dikembangkan. 2) Analisis Pembelajaran Berdasarkan analisis di atas maka Materi yang dikembangkan dalam perangkat pembelajaran adalah salah satu aplikasi model pembelajaran kooperatif Discovery Learning pada mata pelajaran IPA. Salah satu materi IPA yang sesuai dengan model Discovery Learning yaitu materi Zat Aditif. Berdasarkan KD yang terdapat pada silabus dan buku panduan guru, maka diperolehlah perumusan indikator sebagai berikut: Menunjukkan kesadaran bahwa semua yang diciptakan oleh Tuhan YME itu tidak ada yang sia-sia. Melakukan Kegiatan, pengamatan secara teliti, jujur dan bertanggung jawab. Mengidentifikasi produk-produk bahan makanan berdasarkan pengelompokkan zat aditif. Melakukan percobaan mengenai Zat Aditif Menganalisis dampak penggunaan Zat Aditif alami dan buatan Membuat peta konsep mengenai Zat Aditif
*
Mahasiswa Pendidikan Kimia Dosen Pembimbing I # Dosen Pembimbing II #
Menganalisis peristiwa termasuk dalam Zat Aditif kehidupan sehari-hari.
yang dalam
3) Identifikasi tingkah laku awal dan karakteristik siswa Tahap-Tahap perkembangan usia belajar untuk setiap tingkat jenjang pendidikan formal yang dimulai dari tingkat sekolah dasar (SD) sampai pada tingkat perguruan tinggi (PT) memiliki karakteristik usia pebelajar yang berbeda-beda sesuai dengan tahap usia perkembangan pebelajar. Usia perkembangan tersebut sangat mempengaruhi dalam proses pembelajaran yang terkait dengan pencapaian tujuan, yang disesuaikan dengan Standar Kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum. 4) Merumuskan Tujuan Khusus Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Untuk memenuhi itu semua maka dikembangkanlah tujuan pembelajaran dari KI, KD dan indikator, yaitu: Siswa dapat menunjukkan kesadaran akan kekuasaan Tuhan Sang Pencipta dan ketaatan untuk mengikuti perintahNya. Siswa dapat melakukan kegiatan, pengamatan secara teliti, jujur dan bertanggung jawab Siswa dapat menunjukkan perilaku rasa ingin tahu, teliti, jujur, tekun, tanggung jawab dan saling menghargai pendapat melalui praktikum dan diskusi kelompok. Siswa dapat melakukan percobaan mengenai zat aditif sesuai prosedur.
Siswa dapat menjelaskan zat aditif dengan contoh. Siswa dapat mengidentifikasi produk-produk bahan makanan berdasarkan pengelompokkan zat aditif. Siswa dapat menganalisis dampak penggunaan Zat Aditif alami dan buatan Siswa dapat menyajikan dan mengkomunikasikannya dalam bentuk Peta konsep. Siswa dapat menganalisis peristiwa yang termasuk dalam Zat Aditif dalam kehidupan sehari-hari Perumusan tujuan adalah tahap yang sangat penting dalam merencanakan bahan pembelajaran, karena tujuan merupakan arah dan target kompetensi akhir yang ingin dicapai dari suatu proses pembelajaran. Oleh karena itu, perumusan tujuan pembelajaran, perlu sejelas mungkin dan spesifik agar mudah ditentukan apakah tercapai atau tidak tujuan pembelajaran yang baik haruslah jelas, bisa diukur dan operasional 5) Mengembangan Instrumen Penilaian Menurut Permendikbud No. 66 tahun 2013, Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Adapun seperangkat alat evaluasi sebagai berikut :Aspek kognitif, Aspek Afektif dan Aspek Psikomotor. 6) Mengembangan Strategi pembelajaran Pengembangan perangkat ajar IPA Terpadu pada materi zat aditif ini adalah pembelajaran yang berorientasi model pembelajaran kooperatif tipe Discovery learning , sehingga kegiatan belajar mengajar yang dipersiapkan adalah mengacu pada sintaks model pembelajaran kooperatif discovery learning. *
Mahasiswa Pendidikan Kimia Dosen Pembimbing I # Dosen Pembimbing II #
Strategi mengembangkan perangkat ajar ini yaitu dengan :Penyusunan Tes, Pemilihan Media, Pemilihan Format, Rancangan Awal, Skenario Pembelajaran, LKS dan Materi. 7) Mengembangkan Perangkat pembelajaran Perangkat yang dipilih dalam penelitian ini adalah pengajaran menggunakan perangkat ajar dengan model pembelajaran discovery learning yang terdiri kata pengantar, daftar isi, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), Skenario Pembelajaran, Lembar kerja siswa (LKS), materi ajar dan instrument evaluasi. Perangkat pembelajaran ini dikembangkan dengan penampilan yang berbeda menggunakan model pembelajaran dapat mempermudah guru mengajar dan membuat siswa antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 8) Melaksanakan evaluasi formatif Perangkat ajar yang telah selesai dibuat kemudian divalidasi oleh tim ahli (validator) yaitu dosen pendidikan kimia Universitas Jambi. Data ini diperoleh dari hasil validasi oleh tim ahli produk dan ahli media, tanggapan dari guru IPA, dan uji coba kelompok kecil. Hasil validasi oleh tim ahli materi dan ahli media dari dosen pendidikan kimia (Bapak Dr. rer. nat. Rayandra Asyar, M.Si), tanggapan guru IPA SMP Xaverius 1 Kota Jambi yaitu Ibu Ir.Hastuti Wibowo,M.Pd, dan uji coba kelompok kecil dideskripsikan sebagai berikut: a) Validasi Ahli Produk Validasi produk pembelajaran IPA oleh dosen pendidikan kimia Universitas jambi yaitu Bapak Dr. rer. nat. Rayandra
Asyar, M.Si. Validasi produk ini dilakukan sebanyak 2 tahap yaitu validasi produk tahap I dan validasi produk tahap II. Validasi produk pembelajaran IPA oleh dosen pendidikan kimia Universitas jambi yaitu Bapak Dr. rer. nat. Rayandra Asyar, M.Si. Validasi produk yang pertama dilaksanakan pada tanggal 3 Maret 2014. Hasil validasi pertama Bapak Dr. rer. nat. Rayandra Asyar, M.Si yaitu perangkat ajar IPA Terpadu dengan skor 64,6 % dengan kategori layak di ujicoba dengan revisi. Setelah dilakukan revisi dari validasi produk tahap I, maka dilakukan validasi produk tahap II. Revisi tersebut didasarkan dari saran-saran yang diperoleh dari validator dalam validasi produk tahap I. Validasi kedua dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2014. Hasil validasi produk tahap II menunjukkan bahwa perangkat ajar IPA Terpadu dikategorikan layak dengan skor 80 %. Sehingga produk yang dikembangkan dapat di ujicoba tanpa revisi. b) Validasi Ahli Media Validasi tampilan perangkat ajar oleh dosen pendidikan kimia Universitas Jambi yaitu Bapak Dr. rer. nat. Rayandra Asyar, M.Si. Validasi media ini juga dilakukan sebanyak 2 tahap yaitu validasi media tahap I dan validasi media tahap II. Validasi media tahap I dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2014. Hasil validasi media tahap I dengan skor 65,45 %. dikategorikan layak di ujicoba dengan revisi. Validasi media yang kedua dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2014. Data hasil validasi media II yang dikategorikan sangat layak dengan skor 87,27 %. Dengan demikian produk yang dikembangkan oleh pengembang dapat dikategorikan sangat layak di ujicoba tanpa revisi. c) Tanggapan Guru IPA *
Mahasiswa Pendidikan Kimia Dosen Pembimbing I # Dosen Pembimbing II #
Penilaian perangkat ajar juga diperoleh dari tanggapan guru IPA SMP Xaverius 1 Kota Jambi. Hasil yang diperoleh dari tanggapan guru tersebut mengenai perangkat ajar menunjukkan bahwa Perangkat Pembelajaran dikategorikan Sangat layak dengan skor 93,84 %. Dengan demikian produk yang dikembangkan oleh pengembang dapat dikategorikan layak untuk digunakan dalam pembelajaran IPA Terpadu. d) Uji Coba Kelompok Kecil Setelah produk didesain dan dikembangkan, kemudian produk siap untuk diujicobakan kepada siswa. Produk tersebut diujicobakan pada ujicoba kelompok kecil. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui daya tarik siswa terhadap bahan ajar yang telah dikembangkan. Uji coba kelompok kecil ini dilakukan pada siswa kelas VIIIG SMP Xaverius 1 Kota Jambi sebanyak 5 orang siswa. Dalam uji coba ini, masingmasing siswa memberikan penilaian terhadap bahan ajar yang dikembangkan. Hasil yang diperoleh dari penilaian siswa dalam ujicoba kelompok kecil menunjukkan bahwa Bahan Ajar IPA Terpadu dikategorikan sangat menarik dengan skor 95,6 %. Dengan demikian produk yang dikembangkan oleh pengembang dapat dikategorikan sangat menarik jika digunakan dalam pembelajaran IPA. 9) Merevisi perangkat pembelajaran Revisi pertama yang dilakukan adalah perbaikan perangkat pembelajaran sesuai dengan saran ahli pada saat validasi produk. 10) Evaluasi Evaluasi dilakukan untuk mendapatkan hasil belajar siswa setelah uji coba perangkat pembelajaran. Evaluasi dilaksanakan langsung setelah siswa mengelami proses pembelajaran.
Evaluasi menggunakan instrument evaluasi kognitif yang telah dirancang sebelumnya. Evaluasi sumatif ini juga disebut sebagai kegiatan pre-test dan postes. Evaluasi ini dilkukan kelas VIIIG. Kelayakan perangkat pembelajaran juga dilihat dari tes ranah kognitif dengan melihat perbandingan nilai pre-test dan post-test juga kualitas Perangkat ajar IPA Terpadu juga dilihat dari ranah psikomotor dan afektifnya. 1.Tes ranah kognitif Tes ranah kognitif ini dilakukan dengan penilaian pre-test dan post-test ini dilakukan pada kelompok besar berjumlah 44 orang yaitu siswa kelas VIII G SMP Xaverius 1 Kota Jambi. Hasil yang diperoleh dari pre-test dan post-test adalah nilai hasil pretest dan post test menunjukan bahwa terdapat kenaikan dari pretest ke post-test. 2.Tes Ranah Psikomotor Hasil penilaian psikomotor ini pada siswa kelas VIIIG SMP Xaverius 1 Kota Jambi dalam uji kelompok besar, siswa sangat baik 3.Tes Ranah Afektif Dalam penilaian afektif siswa memperoleh nilai sangat baik dengan, semua siswa memiliki sikap yang saling bekerjasama, tanggung jawab, aktif teliti dan disiplin. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian penelitian pengembangan perangkat ajar IPA Terpadu SMP bercirikan model discovery learnig pada materi Zat Adiif, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam pengembangan perangkat pembelajaran dengan peneliti menggunakan model Dick & Carrey yang terdiri dari 10 tahap yaitu Data hasil dari angket respon guru, siswa dan hasil belajar siswa dalam bntuk *
Mahasiswa Pendidikan Kimia Dosen Pembimbing I # Dosen Pembimbing II #
pre-test dan post-test digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap produk perangkat yang dikembangkan. 2) Respon guru dan siswa terhadap perangkat ajar IPA Terpadu pada model pembelajaran discovery learning adalah sangat baik yang didapat dari angket respon guru dan siswa. 3) Keefektifan perangkat ajar dapat dilihat dari hasil belajar siswa (ranah kognitif, psikomotor dan afektif). Dari hasil pre-test dan post-test siswa mengalami peningkatan semua nilai siswa mencapai KKM. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengembangan perangkat ajar IPA Terpadu telah memiliki standar kualitas yang baik dan telah layak digunakan pada pembelajaran IPA Terpadu. DAFTAR RUJUKAN Ahmadi, Lif Khoiru.,dkk. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP. Jakarta: PT Prestasi Pustaka Anderson, Lorin W., & David R. Krathwohl, et.al. 2001. A Taxonomy for Learning and Teaching and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives” Anonim. 2013. Diakses tanggal 5 juni 2013. Kurikulum https://atcontent.com/Publicatio n/878784857071999mb.text//Menyongsong-Kurikulum2013) Arikunto. S, 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi 2, Jakarta : Bumi Aksara Arsyad, A. 2009. Media Pembelajaran, edisi 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Asyhar, Rayandra. 2011.Keatif Mengembangkan Media Pembelajaran.Jakarta:Gaung Persada Press Asyhar, R, Malik, A., Zurweni, (2012).Pengembangan perangkat pembelajaran sains SMP bercirikan model group investigation dengan media lingkungan Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian, Univesitas Jambi. Asyhar, R., Harjono, H. S., Ngatijo, (2013), Pengembangan Video Pembelajaran Penerapan Model Pembelajaran Aktif untuk Guru IPA SMP, Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian, Univesitas Jambi, pp 54-56. Asyhar, R., (2014), Perangkat Pembelajaran IPA-Kimia Bercirikan Model Group Investigation Melalui Lingkungan Sekolah untuk Siswa Kelas VII SMPN 5 Kota Jambi, Proseding Seminar Nasional Pendidikan Sains, Unesa Surabaya, 18 Januari 2014, 100-108. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (2013). Pedoman Penilaian Hasil Belajar. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Jakarta Brunner,J.S. 1996. Toward A Theory of Instruction.Cambridge:Harvard University Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Rhineka Cipta Devi. 2009. Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Bandung: PPPPPTIK IPA Depdiknas, (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tentang Sistem Pndidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas RI Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi(DIKTI).2007. Panduan *
Mahasiswa Pendidikan Kimia Dosen Pembimbing I # Dosen Pembimbing II #
Proposal Lesson Study, Edaran Direktorat Ketenagaan. http:// www.dikti.go.id diakses pada tanggal 11 Januari 2007 Dikti Depdiknas, 2008. Draft Naskah Akademik Progam Pendidikan Profesi Guru Prajabatan.Depdiknas.Jakarta Djaali dan Muljono. 2008. Pengukuran dalam bidang pendidikan. Jakarta : PT.Grasindo Edelson, D. C. and Gordin, D., (1997), Creating Science Learning Tools from Experts’ Investigation Tools: A Design Framework, Paper presented at the Annual Meeting of the National Association for Researchin Science Teaching, March 20-24, 1997, pp 1 – 11. Engkoswara. 1984. Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran, Jakarta : Bumi Aksara. Gagne .2003. Prosese Belajara Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Bumi Aksara. Hamzah. 2006. DesainPembelajaran. Bandung : Bumi Aksara Hassan, dkk. 2011. Penduan Pengembangan Bahan Ajar. DEPDIKNAS. Hendriyani,Y.(2008).”Pengaruh Pembelajaran IPA Terpadu Terhadap Pengembangan Literasi Sains Siswa SMPN 3 Cimahi dan SMPN 1 lembang.” Proyek Pada Pusat Pengembangan dan Pemberdayan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung. [ Online] Tersedia:http://mgmpipadepok.fil es:wordpress.com//2010/09-ipaterpadu.pdf [18 oktober 2012] Kemdikbud, (2013), Materi TOT Penerapan Kurikulum 2013, Jakarta.
A. 2005. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Muhaimin,2001. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Islam di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Mulyasa. 2009. Kurikulum yang disempurnakan. Bandung : Remaja Rosadakarya. Mursel, J & Nasution, S. 2006. Mengajar Dengan Sukses. Jakarta : Bumi Aksara Nasruddin H. dan Azizah, U., (2010), Improvement Thingking Skills and Scientific Attitude using the Implementation of“GroupInvestigation Cooperative Learning”Contextual Oriented at Acid, Base and Salt Topic in Junior High School, Proceedings of the 4th International Conference on Teacher Education; Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010, 763-772. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2005 tentang Buku Teks Pelajaran Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik IndonesiaNomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Majid
*
Mahasiswa Pendidikan Kimia Dosen Pembimbing I # Dosen Pembimbing II #
IndonesiaNomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik IndonesiaNomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2013 tentang Standar Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Popham, W.J. (1995) Classroom Assessment, What Teachers Need to Know. Boston: Allyn & Bacon. Ratumanan, T. G. 2004. Belajar dan Pembelajaran edisi kedua.Unesa University Press. Riduwan, 2012. Pengantar Statistika Sosial, Bandung : Alfabeta Roestiyah. 1986. Masalah-Masalah Ilmu Keguruan. Jakarta : Bina Aksara. Salmon, dkk., (2012), Belajar dan Pembelajaran Matematika menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning, Skripsi, Universitas Pattimura, Ambon Slavin, Robert E. 1979. Cooperatif Learning. Bandung : Nusa Media. Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuanitiatif, Kualitaitf dan R&D, Bandung: Alfabeta Sukmadinata.N,2009. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Taniredja, T., Faridli, E. M., dan Harmianto, S. 2011. Model Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta . Tresna Sastrawijaya. 1988. Proses Belajar Mengajar Kimia. Jakarta: Depdikbud.
2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta : Prestasi pustaka. Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta : Prestasi Pustaka Umariy, Rahmi. 2012. Hakikat Pendidikan IPA. http://rahmiphysich.blogspot.com /2012/11/hakikat-pendidikanipa.html. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional White, B., & Frederiksen, J. 2000. "Metacognitive facilitation: An approach to making scientific inquiry accessible to all." In J. Minstrell and E. van Zee (Eds.), Inquiring into Inquiry Learning and Teaching in Science. (pp. 331-370). Washington, DC: American Association for the Advancement of Science Trianto.
*
Mahasiswa Pendidikan Kimia Dosen Pembimbing I # Dosen Pembimbing II #
*
Mahasiswa Pendidikan Kimia Dosen Pembimbing I # Dosen Pembimbing II #