ANALISIS PENCATATAN DAN PENILAIAN PERSEDIAAN SESUAI DENGAN PSAK N0.14 TAHUN 2009 PADA UD.JAYA ALUMINIUM JL.Banjarsari Cerme-Gresik
SKRIPSI
Oleh : NIKMATUS SALAMAH NPM : 10133103
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA 2014
ANALISIS PENCATATAN DAN PENILAIAN PERSEDIAAN SESUAI DENGAN PSAK N0.14 TAHUN 2009 PADA UD.JAYA ALUMINIUM JL.BANJARSARI CERME-GRESIK
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Putra Surabaya
Oleh :
NIKMATUS SALAMAH NPM : 10133103
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA 2014
i
ANALISIS PENCATATAN DAN PENILAIAN PERSEDIAAN SESUAI DENGAN PSAK N0.14 TAHUN 2009 PADA UD.JAYA ALUMINIUM JL.BANJARSARI CERME-GRESIK
NAMA
:NIKMATUS SALAMAH
FAKULTAS
:EKONOMI
JURUSAN
:AKUNTANSI
NPM
:10133103
DISETUJUI dan DITERIMA OLEH DOSEN PEMBIMBING
BACHTIAR RAHMAN HALIK.,SE.,MM
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diterima dan disetujui oleh tim Penguji Skripsi serta dinyatakan LULUS. Dengan demikian Skripsi ini dinyatakan sah untuk melengkapi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana EKONOMI pada FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA
Tim Penguji Skripsi:
1.
Ketua
:
Dr. Soenarmi., SE., MM
( ………………….. )
Dekan Fakultas Ekonomi
2.
Wakil Ketua
:
Ammainatuzzuhro., SE., M.Si
( ………………….. )
Ketua Program Studi
3.
Anggota
: 1.
Drs. Ec. H. Agus Riyadi, MM
( ………………….. )
Dosen Penguji I
2.
Rodhiyah, SE, MM Dosen Penguji II
iii
( ………………….. )
HALAMAN MOTTO
“ Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah sesuai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” (QS.Alinsyirah:5-8)
“Imagination is more important than knomledge.” Albert Einstein
“ Jangan jadi manusia INSTANT yang mau mudahnya saja, jadilah manusia INTAN yang sukses karena BERPROSES.” Rangga Umara
iv
ANALISIS PENCATATAN DAN PENILAIAN PERSEDIAAN SESUAI DENGAN PSAK N0.14 PADA UD.JAYA ALUMINIUM JL.BANJARSARI CERME-GRESIK
Nikmatus salamah NPM:10133103
ABSTRAK Persediaan Dagang Adalah Aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal perusahaan dagang. Permasalahan utama dalam akuntansi adalah pencatatan dan penilaian persediaan. Hal ini yang mendorong peneliti untuk meneliti apakah penerapan akuntansi persediaan pada UD.Jaya Aluminium telah sesuai dengan PSAK No.14 Tahun 2009. Dalam penelitian ini peneliti
mengunakan metode deskriptif. Data yang diperoleh
peneliti adalah data tahun 2010. Penulis mengumpulkan melalui study dokumentasi. Jenis data yang dikumpulkan peneliti adalah data primer dan sekunder. Data yang diperoleh dikumpulan, diinterprestasikan,serta dianalisis kemudian diuraikan secara rinci untuk mengetahui perasalahan dan mencari penjelasan. UD.Jaya Aluminium Adalah Usaha perlengkapan barang-barang dalam rumah tangga. Hasil penelitian penulis melihat bahwa PSAK No.14 Tahun 2009 telah diterapkan dengan baik meliputi pencatatan dan penilaian persediaan yang telah sesuai dengan prinsip akuntansi. Kata kunci: Persediaan, PSAK No.14, Pencatatan Persediaan, Penilaian Persediaan.
v
ABSTRAC
Merchadise Inventory is assets available for sale in normal activity of company. The main problem in the inventory accounting is inventory recording and valuation of inventory. This case support of writer to make a research namely to know the application of policy inventory accounting in UD.Jaya Aluminium has confortable in PSAK No. 14 2009 year. In this research the writer uses the descripive method. Data used by writer is gained from division accounting and data period in
2010 year. The writer collects data by study of
documentations. The kind of data used in this research is primer y and secondary data. Data gained collected, interpreted, analyzed and described to know the problem and seek the solution. UD.Jaya Aluminium of bussiness equipment in the household goods. Their inventory named as merchadise inventory. From result of writer researsh see that PSAK NO. 14 2009 year have been aplied. This matter is visible from system of record- mkeeping ang method of inventory assestment been conducted as according to accounting pricnciple.
Keyword:Inventory.PSAK No.14 2009 year, Recording of Inventory, Valuation of Inventor
vi
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat, hidayah dan berkah yang tiada tara, sehingga skripsi ini dapat terseleseikan dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa peneliti ucapkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, Nabi akhir zaman sebagai perantara turunnya cahaya Islam ke dunia ini berikut juga ilmu dan pengetahuan kepada ummatnya. Adapun skripsi ini berjudul Analisis Pencatatan dan Penilaian Persediaan sesuai dengan PSAK NO.14 Pada UD.JAYA ALUMINIUM Jl.Banjarsari Cerme-Gresik, dan disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Putra. Sepanjang proses penyusunan skrisi ini, peneliti mendapatkan banyak bantuan, dukungan serta do’a dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada yang terhormat: 1. Bapak H.Budi Endarto,SH.,M.Hum. selaku Rektor Universitas Wijaya Putra 2. Ibu Dr.Hj.Soenarmi,SE.,MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Putra 3. Ibu Aminatuzzuhro.,SE.,M.si selaku Kaprodi Akuntansi 4. Bapak Bachtiar Rahman Halik.,SE.,MM selaku Dosen pembimbing, yang memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Pimpinan dan karyawan UD.JAYA ALUMINIUM Jl.Banjarsari Cerme-Gresik. vii
6. Kedua orang tua peneliti, Ayahanda Khoirul Naim dan Ibunda Sumi yang selalu senantiasa mendidik dan mengajarkan dengan penuh cinta dan kesabaran serta mencurahkan kasih sayang yang tiada tara, dan selalu mendoakan peneliti agar menjadi anak yang saleha dan berguna bagi agama, orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. 7. Adik-adikku yang selalu menyemangati dan membantuku dalam proses pengerjaan. 8. Sahabat-sahabatku yang kucintai dan sayangi yang selalu memberi dorongan, semangat, dan motivasi. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna baik dalam tata bahas maupun lingkup pembahasannya. Untuk ini peneliti menerima kritik dan saran
yang
membangun dari pembaca. Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang akuntansi untuk pembaca.
viii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………........i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………..ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………………….iii HALAMAN MOTTO……………………………………………………………………….iv ABSTRAK…………………………………………………………………………………...v KATA PENGANTAR………………………………………………………………………vi DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..viii DAFTAR TABEL……………………………………………………………………………xi DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………………..xii DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………………..xiii BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1 1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………………………..1 1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………4 1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………………….5 1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………………..5
ix
BAB II. TELAAH PUSTAKA………………………………………………………………6 2.1 Landasan Teori…………………………………………………………………..6 2.1.1 Pengertian persediaan…………………………………………………6 2.1.1.1 Jenis-Jenis Persediaan……………………………………….10 2.1.1.2 Biaya-Biaya Persediaan……………………………………..12 2.1.1.3 Metode Pencatatan Persediaan……………………………...14 2.1.1.4 Metode Penilaian Persediaan……………………………….20 2.1.1.5 Penyajian Terhadap Laporan Keuangan……………………27 2.1.1.6 Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) NO.14 Tahun 2009………………………………………….. ……29 2.2 Penelitian Terdahulu……………………………………………………………35 2.3 Kerangka Konseptual…………………………………………………………..41 BAB III.METODE PENELITIAN…………………………………………………………42 3.1 Jenis Penelitian………………………………………………………………....42 3.2 Jenis Data………………………………………………………………………42 3.3 Deskripsi Populasi Dan Penentuan Sampel…………………………………….43 3.4 Variabel Dan Definisi Operasional Variabel…………………………………...43
x
3.5 Teknik Keabsahan Data………………………………………………………...44 3.6 Teknik Analisis Data……………………………………………………………45 BAB 1V.PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA…………………………………………..49 4.1 Gambaran Umum Perusahaan…………………………………………………..49 4.1.1 Sejarah Perusahaan……………………………………………………49 4.1.2 Struktur Perusahaan…………………………………………………...50 4.1.3 Jobdis,Tugas Msing-masing Bagian………………………………….50 4.2 Penyajian Data…………………………………………………………………..52 4.3 Interprestasi……………………………………………………………………..54 4.3.1 Metode Pencatatan Persediaan………………………………………..54 4.3.2 Metode Penilaian Persediaan…………………………………………55 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………………56 5.1 Kesimpulan……………………………………………………………………..56 5.2 Saran…………………………………………………………………………....57 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Tabel 1: Contoh ayat jurnal dengan mengunakan sistem pencatatan perpetual.....................18 2. Tabel 2: Contoh Penilaian persediaan dengan metode FIFO (First in first out) / MPKP (Masuk pertama keluar pertama)……………………………………………………………………….20 3. Tabel 2.1: Hasil Penilaian persediaan dengan metode FIFO (First in first out) / MPKP (Masuk pertama keluar pertama)……………………………………………………………………….20 4. Tabel 3: Contoh penilaian persediaan dengan metode LIFO (Last in first out) / MTKP (Masuk terakhir keluar pertama)……………………………………………………………………….22 5. Hasil penilaian persediaan dengan metode LIFO (Last in first out) / MTKP (Masuk terakhir keluar pertama)………………………………………………………………………………....22 6.Tabel 4: Contoh penilaian dengan metode Rata-rata (Avarage)………………………………...24 7. Tabel 4.1: Hasil penilaian dengan metode Rata-rata (Avarage)………………………………....24
xii
DAFTAR GAMBAR HALAMAN Gambar 1: Kerangka Konseptual ……………………………………………………………35 Gambar 2:Struktur perusahaan UD.JAYA ALUMINIUM Jl.Banjarsari Cerme-Gresik…….45
xiii
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1: Pertanyaan wawancara LAMPIRAN 2: Hasil jawaban pertanyaan LAMPIRAN 3: Laporan Neraca UD.JAYA ALUMINIUM TAHUN 2010 LAMPIRAN 4: Kartu persediaan UD.JAYA ALUMINIUM TAHUN 2010 LAMPIRAN 5: Laporan laba rugi UD.JAYA ALUMINIUM TAHUN 2010
xiv
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Setiap perusahaan baik yang bergerak dibidang usaha dagang maupun manufaktur pada umumnya bertujuan untuk mendapatkan laba. Disamping tujuan tersebut perusahaan juga harus memelihara kontinuitas usaha dan pertumbuhannya agar perusahaan dapat berjalan dengan baik dan berkembang. Salah satu sumber daya yang memegang peran penting dalam pencapaian tujuan perusahaan adalah persediaan. Hal ini dikarenakan sebagaian besar aktivitas perusahaan berhubungan dengan persediaan. Dalam menjalankan kegiatan perusahaan dan proses pencapaian tujuannya, perusahaan berusaha memanfaatkan semua sumber daya atau aset yang dimilikinya sebaik mungkin. Salah satu aset perusahaan dan berhubungan langsung untuk memperoleh pendapatan adalah persediaan yang juga merupakan aktiva lancar dimana informasinya sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan oleh manajemen. Pengambilan
keputusan
yang
baik
tentang persediaan
akan
mempertahankan kelangsungan usaha perusahaan dan mendorong masyarakat sebagai pelanggan agar tidak meninggalkan produk yang dipasarkan perusahaan.
1
2
Secara umum persediaan adalah bahan atau barang yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perkitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari peralatan atau mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi ataupun suku cadang. Sebagai salah satu asset penting dalam perusahaan karena mempunyai nilai yang cukup besar serta mempunyai pengaruh terhadap besar kecilnya biaya operasi perencanaan dan pengendalian persediaan merupakan salah satu kegiatan penting untuk mendapat perhatian khusus dari manajemen perusahaan. Persediaan adalah harta ditahan untuk dijual dalam kegiatan usaha normal perusahaan atau barang yang digunakan maupun dikonsumsi dalam produksi barang yang akan dijual. Persediaan perusahaan dagang berbeda dengan persediaan perusahaan manufaktur. Pada perusahaan dagang, persediaan hanya terdiri satu jenis persediaan saja yaitu persediaan barang dagangan, sedangkan pada perusahaan manufaktur, persediaan terdiri dari tiga jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi. Persediaan adalah salah satu syarat pokok yang harus dipenuhi dan dimiliki oleh suatu perusahaan di dalam aktifitas perdagangan karena dalam perdagangan yang diperdagangkan adalah persediaan tersebut, maka semua aktifitas operasional perusahaan diprioritaskan pada usaha untuk melikuidasi persediaan tersebut menjadi kas beserta keuntungan yang diperoleh dari harga jual persediaan tersebut setelah dikurangi harga pokok penjualannya. Pada laporan neraca saldo perusahaan dagang
3
persediaan adalah salah satu aktiva lancar yang mempunyai nilai investasi terbesar, sehingga dari hal tersebut di atas kita dapat mengetahui betapa pentingnya persediaan bagi suatu perusahaan. Dengan sistem akuntansi yang baik, penilaian terhadap persediaan akan menjadi suatu sarana untuk memberikan informasi yang dapat digunakan dalam evaluasi perusahaan serta sebagai alat untuk pengendalian intern yang baik. Perusahaan dituntut untuk mampu menerapkan kebijakan akuntansi perusahaan dengan baik agar dapat memberikan informasi yang akurat guna kelancaran aktifitas perusahaan. Karena itulah perusahaan wajib mengikuti Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yaitu tepatnya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14 Tahun 2009 Persediaan mengatur tentang perlakuan akuntansi untuk hal-hal berikut (paragraf 2): (a) Pekerjaan konstruksi dalam proses berdasarkan PSAK 34 Kontrak Kontruksi dan (b) Instrumen keuangan berdasarkan PSAK 55 Instrumen Keuangan: pengakuan dan pengukuran. UD.Jaya Aluminium Jl.Banjarsari Cerme-Gresik adalah sebuah usaha dagang yang mempunyai aktifitas utama menjual produk-produk alat-alat Rumah tangga seperti Almari, Etalase, Rak dan sebagainya. Usaha ini menjual barang sesuai keinginan pembelinya, konsumen bisa memilih model sesuai selera konsumen. Usaha ini melakukan penjualan tunai dan kredit sebagai usaha menarik pelanggan sebanyak mungkin.
4
Sebagai sebuah usaha dagang, UD.Jaya Aluminium Jl.Banjarsari CermeGresik juga menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan persediaan barang dagang. Dalam pelaksanaan kegiatan operasi usaha, sering terjadi perbedaan jumlah fisik persediaan barang dagang yang terdapat digudang dengan jumlah yang tercatat dalam buku besar persediaan barang dagang. Ini disebabkan kurangnya koordinasi dan pengawasan dalam pencatatan persediaan barang dagang antara karyawan gudang dengan karyawan toko. Masalah lainnya yang sering dihadapi adalah masalah keterlambatan barang yang yang telah dipesan konsumen karna persediaan bahan baku dari pembuat barang yang dipesan terkadang susah diperoleh. Karena itu peneliti tertarik untuk meneliti dan membahas akuntansi persediaan pada perusahaan ini dan menganalisa kesesuaiannya dengan PSAK No. 14 Tahun 2009 dalam bentuk skripsi yang berjudul : “Analisis Pencatatan dan Penilaian Persediaan Sesuai PSAK No. 14 Tahun 2009 Pada UD.Jaya Aluminium Jl.Banjarsari Cerme-Gresik.”
1.2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti mencoba merumuskan masalah agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan mencapai hasil yang diharapkan. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
5
1. Bagaimana kebijakan perusahaan sehubungan dengan pencatatan dan penilaian persediaan barang dagang ? 2. Apakah kebijakan perusahaan dalam pencatatan dan penilaian persediaan barang dagang telah sesuai dengan PSAK No. 14 ?
1.3. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah : 1. Untuk menguji dan menganalisis bagaimana kebijakan perusahaan sehubungan dengan pencatatan dan penilaian persediaan barang dagang 2. Untuk mengetahui apakah kebijakan perusahaan dalam pencatatan dan penilaian persediaan barang dagang telah sesuai dengan PSAK No. 14 Tahun 2009
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1.Teoritis Penelitan ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan peeliti mengenai pencatatan dan penilaian akuntansi persediaan. 2.Praktisi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau masukan yang berkaitan dengan pencatatan dan penilaian akuntansi persediaan perusahaan dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
6
BAB II TELAAH PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1. Pengertian persediaan Pada setiap perusahaan, baik perusahaan kecil, menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan harus dapat memperkirakan jumlah persediaan yang dimilikinya. Persediaan yang dimiliki perusahaan tidak boleh terlalu banyak dan juga tidak boleh terlalu sedikit karena akan mempengarui biaya yang akan dikeluarkan untuk persediaan tersebut. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam operasi kegiatan perusahaan dagang. Persediaan juga merupakan aktiva lancar terbesar dari perusahaan manufaktur maupun dagang. Pengaruh persediaan terhadap laba lebih mudah terlihat ketika kegiatan bisnis sedang berfluktuasi. Persediaan merupakan salah satu elemen penting dalam menentukan harga pokok penjualan pada perusaaan dagang eceran maupun perusahaan dagang partai besar, persediaan barang dagang merupakan elemen penting dalam penentuan harga pokok pada perusahaan barang dagang. Secara umum istilah persediaan barang dagang dipakai untuk menunjukkan barang-barang yang akan dijual.
6
7
Mardianso (2009:99) bahwa persediaan adalah barang-barang yang dibeli perusahaan dengan maksud untuk dijual kembali (barang dagangan), atau masih dalam proses produksi yang akan diolah lebih lanjut menjadi barang jadi kemudian dijual (barang dalam proses) produksi barang jadi yang kemudian dijual (bahan baku pemabantu). Rangkuti (2009:2) bahwa persediaan adalah bahan-bahan,bagian yang disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu. Menurut Soemarso (2010:389) bahwa persediaan memiliki beberapa pengertian sebagai berikut: Persediaan adalah bagian aktiva lancar yang paling tidak likuid. Disamping itu, Persediaan adalah aktiva dimana kemungkinan kerugian /kehilangan paling sering terjadi. Persediaan barang dagangan (merchandase inventory) adalah barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali sedangkan untuk perusahaan pabrik, termasuk persediaan adalah barang-barang yang akan digunakan untuk proses produksi selanjutnya. Istilah “persediaan” didefinisikan dalam PSAK NO 14 Tahun 2009 adalah sebagai aset yang (paragraf 7): (a) Dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; (b) Dalam proses produksi untuk dijual; atau
8
(c) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Sesuai definisinya, persediaan merupakan aset lancar. Dengan demikian, aset tidak lancar, misalnya pabrik dan peralatan yang yang dapat diartikan “dikonsumsi dalam proses produksi”, tidak diperlakukan sebagai bagian dari persediaan. Menurut Sutrisno (2009:219), menerangkan bahwa: “Pesediaan merupakan komponen utama dari barang yang dijual, oleh karena itu semakin tinggi persediaan berputar semakin tefektif perusahaan dalam mengelola perusahaan.” Hamizar dan Muhamad Nuh dalam bukunya yang berjudul intermediate accounting (2009:81) menyatakan bahwa persediaan adalah barang-barang yang dibeli dan dijual oleh perusahaan yang bersangkutan tanpa mengadakan perubahan yang berarti terhadap orang yang bersangkutan. Stice dan skousen (2009:571) menyatakan “persediaan adalah istilah yang diberikan untuk aktiva yang akan dijual dalam kegiatan normal perusahaan atau aktiva yang dimasukkan secara langsung atau tidak langsung kedalam barang yang akan diproduksi dan kemudian yang akan dijual.” Inventory atau persediaan barang dagang sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan Aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus-menerus mengalami perubahan. Weygandt, Kieso, dan Warfield (2011:408) menyatakan persediaan adalah “Inventories are asset items that a company holds for sale in the ordinary course of business or goods that it will use or consume in the production of goods to be sold”
9
Menurut Jusup Al- Haryono (2011:333) bahwa persediaan barang dagang adalah persediaan yang terdiri atas barang-barang yang disediakan untuk dijual kepada para konsumen selama periode normal kegiatan perusahaan. Menurut Dwi Martani (2012:246) bahwa entitas perdagangan baik perusahaan ritel maupun perusahaan grosir mencatat persediaan sebagai persediaan barang dagang (merchandise inventory), persediaan barang dagang ini merupakan barang yang dibeli oleh perusahaan perdagangan untuk dijual kembali dalam usaha normalnya. Sedangkan bagi entitas manufaktur, klasifikasi persediaan relatif beragam. Persediaan mencakup persediaan barang jadi (finished goods inventory) yang merupakan barang yang telah siap dijual, persediaan barang dalam penyelesaian (work in process inventory) yang merupakan barang setengah jadi, dan persediaan bahan baku (raw material inventory) yang merupakan bahan ataupun perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Dengan adanya beberapa pendapat para ahli diatas tentang pengertian persediaan, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan barang dagang adalah untuk dijual dalam operasi bisnis perusahaan atau dengan kata lain perusahaan bisa menyimpan persediaan sebelum dijual didalam sebuah gudang yang sering berlaku untuk pedagang-pedagang besar seperti retail yang perputaran persediannya cukup tinggi dan beragam untuk mengantisipasi penjualan supaya tidak terjadi kekurangan persediaan.
10
Persediaan memiliki beberapa fungsi penting bagi perusahaan: 1. Agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan terjadi, 2. Untuk menyeibangkan produksi dengan distribusi, 3. Untuk hedging dari inlasi dan perubahan harga, 4. Untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas ,karena membeli dalam jumlah yang banyak atau diskon, 5.Untuk menghindari kekurangan persediaan yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, mutu, dan ketidak tepatan pengiriman, 6. Untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam proses.
2.1.1.1 Jenis - jenis persediaan Jenis-jenis persediaan akan berbeda sesuai dengan bidang atau kegiatan normal usaha perusahaan tersebut. Berdasarkan bidang usaha perusahaan dapat terbentuk perusahaan industri (manufacture), perusahaan dagang, ataupun perusahaan jasa. Untuk dapat memahami perbedaan serta keberadaan dari tiap-tiap jenis Persediaan maka dapat dilihat dari penggolongan persediaan sebagai berikut: 1. Perusahaan dagang mengunakan persediaan barang dagang Barang yang ada digudang dibeli oleh pengecer atau perusahaan dagang untuk dijual kembali. Barang yang diperoleh untuk dijual kembali diperoleh secara fisik tidak
11
diubah kembali.barang tersebut tetap dalam bentuk yang telah jadi ketika meninggalkan pabrik pembuatnya. Dalam beberapa hal dapat terjadi beberapa komponen yang dibeli untuk kemudian dirakit menjadi barang jadi. Misalnya, sepeda yang dirakit dari kerangka, roda , gir dan sebagainya serta dijual oleh pengecer sepeda adalah salah satu contoh. 2.Perusahaan industri (manufacture) Dalam perusahaan manufaktur persediaan barang yang dimiliki terdiri dari beberapa jenis yang berbeda. Masing-masing jenis menunjukkan macam-macam persediaan yang dimiliki. Persediaan itu dapat dibedakan atau dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang di dalam urutan pengerjaan produk, yaitu: 1.Persediaan bahan baku ( Row materials stock) Yaitu persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang mana dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier ataupun perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang mengunakan. 2.Persediaan barang dalam proses (work in process/progress stock) Yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses kembali untuk menjadi barang jadi.
12
3.Persediaan barang jadi (Finished good stock) Yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain. Persediaan barang merupakan jumlah yang akan mempengaruhi neraca atau laporan laba-rugi, oleh karena itu persediaan barang yang dimiliki selama satu periode harus dapat dipisahkan mana yang sudah dibebankan sebagai biaya (harga pokok penjualan) yang akan dilaporkan dalam laporan laba rugi dan mana yang masih belum terjual yang akan menjadi persediaaan dalam neraca. Selain jenis-jenis persediaan yang telah dijelaskan diatas berdasarkan jenis, untuk perusahaan jasa persediaannya secara eksplisit sulit didefinisikan, namun persediannya dapat diartikan sebagai besarnya biaya jasa yang meliputi upah dan biaya personalia lainnya yang secara langsung belum dikeluarkan dalam menangani pemberian jasa. 2.1.1.2 Biaya – biaya persediaan Penilaian persediaan membutuhkan penilaian yang cermat dan sewajarnya untuk dimasukkan sebagai harga pokok dan mana saja yang dibebankan pada tahun berjalan. PSAK No 14 Tahun 2009 mengatur bahwa “persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah” (paragraf 8).
13
Dengan demikian, dalam menentukan persediaan, baik “biaya” maupun “nilai realisasi neto” harus ditentukan terlebih dahulu. Setelah dibuat perbandingan,nilai terendah dari keduanya digunakan sebagai nilai persediaan. Biaya persediaan ditentukan melalui dua proses: (a) Menentukan biaya pembelian/pembuatan barang (biaya persediaan atau inventoriable cost); dan (b) Mengalokasikan
jumlah
nilai
persediaan
awal
dan
biaya
pembelian/pembuatan barang ke biaya persediaan akhir dan harga pokok penjualan, dengan mengunakan rumus biaya. Biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya pembelian meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya kecuali yang dapat ditagih kembali kepada kantor pajak. Biaya konversi, meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi dan biaya overhead produksi tetap dan variabel yang dialokasikan yang sistematis. Serta biaya lain yang timbul hingga persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap dijual atau dipakai (present location and condition), meliputi jumlah pemborosan yang tidak normal, biaya penyimpanan kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi sebelum tahap produksi berikutnya, biaya administrasi dan umum, biaya penjualan.
14
(a) Perusahaan dagang Untuk perusahaan dagang, biaya persediaan hanya mencakup biaya pembelian. Istilh “biaya pembelian” didefinisikan dalam PSAK No 14 Tahun 2009 “meliputi harga pembelian, bea impor, dan pajak lainnya (selain dari pajak yang kemudian dapat dipulihkan kembali dari dinas pajak), biaya transportasi, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang dapat didistribusikan secara langsung pada pembelian dikurangi diskonto, rabat, dan subsidi” (paragraf 10). (b) Perusahaan manufaktur Untuk perusahaan manufaktur, biaya persediaan tidak hanya mencakup biaya pembelian, tetapi juga “biaya konversi”. Biaya konversi pada umumnya mencakup biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan unit yang diproduksi, seperti bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung serta biaya overhead produksi tetap dan variabel yang dialokasikan secara sistematis. 2.1.1.3 Sistem pencatatan persediaan Ada dua sistem yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan pencatatan persediaan adalah: 1) Sistem pencatatan fisik/periodik (phisical / periodic inventory system) Menurut Tjahjono (2009:59) bahwa sistem akuntansi dapat dibedakan menjadi dua yaitu: sistem fisik (periodik) dan metode buku (perpetual).
15
Sistem fisik (periodik) adalah metode pencatatan persediaan yang tidak mengikuti mutasi persediaan sehingga untuk megetahui jumlah persediaan saat tertentu harus diadakan perhitungan fisik atas persediaan barang (stock opname) Sistem buku (perpetual) adalah sistem pencatatan persediaan yang mengikuti mutasi persediaan barang setiap saat diketahui dari rekening perusahaan. Hamizar dan Mukhamad Nuh (2009:92) menyatakan bahwa: sistem pencatatan secara fisik/periodik (phisical/periodic inventory system) sistem ini tidak secara langsung berkaitan dengan barang dagang yang bersangkutan. Misalnya bila terjadi pembelian barang dagangan akan dicatat pada rekening khusus yaitu pembelian dan penjualan barang dagangan dicatat pada rekening penjualan. Ely suhayati dan Sri Dewi Anggadini (2009:226), menjelaskan Sistem pencatatan fisik/periodik (phisical/periodic inventory system) merupakan pencatatan persediaan dimana: 1. Mutasi persediaan tidak mengunakan buku besar (inventory) melainkan memakai perkiraan purchases, purchases return, sales, sales return dan sebagainya 2. Tidak memakai kartu persediaan 3. Kalkulasi biaya persediaan dengan menetapkan persediaan akhir telebih dahulu melalui perhitungan secara fisik selanjutnya dihitung cost of good sold. Reeve dan Warren (2009:308) menyatakan bahwa pada sistem persediaan periodik pencatatan pendapatan dari penjualan dilakukan dalam cara yang sama
16
dengan sistem persediaan prepetual, yaitu setiap kali tejadi penjualan, tetapi harga pokok penjualan tidak dicatat setiap kali terjadi penjualan. Akun-akun dalam sistem persediaan periodik terdiri dari pembelian, retur dan potongan pembelian, diskon pembelian, ongkos kirim pembelian. Dalam sistem persediaan periodik, pembelian persediaan dicatat dalam akun pembelian dan bukan dalam akun persediaan. Pada akhir periode, perhitungan fisik persediaan dilakukan untuk menentukan harga pokok penjualan dan biaya persediaan. PSAK No 14 Tahun 2009 menyatakan sistem pencatatan fisik/periodik (phisical/periodic inventory system-berkala), nilai persediaan akhir ditentukan melalui pemeriksaan stock fisik (phisical stock-take). Nilai barang dijual selama tahun berjalan dihitung dengan rumus berikut. Untuk menentukan harga pokok penjualan dalam sistem periodik, harus menentukan: 1.Menentukan harga pokok barang yang tersedia pada awal periode 2.Menambahkannya pada harga pokok barang yang dibeli 3.Mengurangkannya dengan harga pokok barang yang tersedia pada akhir periode akuntansi.
Harga Pokok Penjualan = nilai persediaan awal + biaya barang yang dibeli/dibuat -
nilai persediaan akhir
17
Dengan cara ini bertambahnya barang dagang atau berkurangnya barang dagang atau keluar masuknya barang dagangan tidak bisa dideteksi secara langsung. Akibat dari cara ini adalah barang dagang yang tercatat dalam pembukuan perusahaaan pada akhir periode adalah barang dagang pada awal periode sehingga pada akhir periode nilainya harus dihitung kembali dengan persediaan akhir periode. Barang dagang akhir periode harus dihitung fisiknya secara langsung agar dapat menggambarkan nilai persediaan barang dagang yang sesungguhnya dalam laporan keuangan.
2. Sistem Pencatatan persediaan secara permanen/perpetual (perpetual inventory system) Ely suhayati dan Sri Dewi Anggadini (2009:226) menyatakan bahwa sistem perpetual adalah suatu sistem penilaian persediaan yang pencatatan persediaannya dilakukan secara terus-menerus dalam kartu persediaan. PSAK No.14 Tahun 2009 menyatakan dalam sistem persediaan perpetual (perpetual inventory system), biaya persediaan akhir dan harga pokok penjualan selama tahun berjalan dapat ditentukan secra langsung dari catatan akuntansi. Namun, jika ada ketidakcocokan antara biaya persediaan pada catatan akuntansi dan nilai persedian yang ditentukan melalui pemeriksaan stock fisik, maka jumlah persediaan pada catatan akuntansi harus disesuaikan. Harga pokok penjualan pada catatan akuntansi juga harus disesuaikan.
18
Reeve dan Werren (2009:348) menyatakan bahwa sistem persediaan perpetual dalam perusahaan dagang menghasilkan alat pengendalian persediaan yang efektif, dimana buku besar pembantu persediaan menjaga kuantitas persediaan pada tingkat tertentu, memungkinkan pemesanan kembali tepat pada waktunya dan mencegah pemesanan kembali dalam jumlah yang berlebihan. Hasil perhitungan fisik persediaan yang dilakukan dibandingkan dengan catatan persediaan. Akun persediaan pada awal periode akuntansi menunjukkan persediaan tersedia pada tanggal tersebut. Pembelian dicatat dengan mendebit persediaan dan mengkredit kas/utang usaha. Pada tanggal terjadinya penjualan, harga pokok penjualan dicatat dengan mendebit harga pokok penjualan dan mengkredit persediaan. Dalam pencatatan persediaan secara perpetual, sistem dimana setiap persediaan yang masuk dan keluar dicatatat dan dibukukan. Menurut Hamizar dan Muhamad Nuh (2009:93) menjelaskan bahwa pencatatan perpetual: Pencatatan transaksi persediaan dengan sistem ini akan langsung mempengarui persediaan barang dagang. Misalnya untuk mencatat transaksi pembelian barang dagangan langsung dicatat pada rekening persediaan disebelah debet dan penjualan barang dagangan dicatat pula pada rekening disebelah kredit. Metode pencatatan ini dibantu dengan buku pembantu persediaan barang dagangan dengan membuat kartu persediaan barang (stock card). Setiap jenis barang dibuatkan kartu persediaan dan didalam pembukuan dibuatkan rekening pembantu persediaan. Rincian dalam buku pembantu bisa diawasi dari rekening kontrol persediaan barang dalam buku besar. Rekening yang digunakan
19
untuk mencatat persediaan ini terdiri dari beberapa kolom yang dapat dipakai untuk mencatat pembelian, penjualan, dan saldo persediaan. Setiap perubahan dalam persediaan diikuti dengan pencatatan dalam rekening persediaan sehingga jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat diketahui dengan melihat kolom saldo dalam rekening persediaan. Ciri-ciri penting dalam sistem perpetual pada penjumlahan adalah: 1.Pembelian barang dagangan dicatat dengan mndebet rekening persediaan 2.Harga pokok penjualan dihitung untuk tiap transaksi penjualan dan dicatat dengan mendebet rekening HPP pada persediaan 3. Persediaan merupakan rekening kontrol dan dilengkapi dengan buku pembantu Persediaan yang berisi catatan untuk setiap jenis persediaan. Buku pembantu persediaan menunjukkan kuantitas dan harga perolehan untuk setiap jenis barang yang ada dalam persediaan. Tabel 1 Contoh ayat jurnal dengan mengunakan sistem perpetual TGL 4 Mei
TRANSAKSI Persediaan barang dagangan
DEBET xxx
Utang dagang 8 Mei
Persediaan barang dagangan
xxx xxx
Kas 12 Mei
Utang dagang
KREDIT
xxx xxx
20
Persediaan barang dagangan 19 Mei
Piutang dagang
xxx xxx
Penjualan Harga pokok penjualan
xxx xxx
Persediaan barang dagangan 23 Mei
Utang dagang
xxx xxx
Kas
xxx
Potongan pembelian
xxx
2.1.1.4 Metode Penilaian Persediaan Ely suhayati dan Sri Dewi Anggadini (2009:226), menjelaskan penlilaian persediaan barang dagangan adalah cara menilai harga pokok penjualan atau cost of good sold pada persediaan. Stice dan skousen (2009:667) menyatakan ada beberapa macam metode penilaian persediaan yang secara umum digunakan yaitu: identifikasi khusus, biaya rata-rata (average), Masuk pertama keluar pertama (MPKP)/FIFO (First in first out), Masuk terakhir keluar pertama (MTKP)/ LIFO (Last in first out). Dwi Martani, Sylvia Veronica Nps, dkk (2012:251) menyatakan bahwa terdapat tiga alternatif yang dapat dipertimbangkan oleh suatu entitas terkait dengan asumsi arus biaya, yaitu:
21
1. Metode Identifikasi Khusus 2. Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO) 3. Rata-rata tertimbang. Hamizar dan Mukhamad Nuh (2009:97) menyatakan pencatatan persediaan dengan sistem prepetual, setiap terjadi trasaksi penjualan barang dagang diadakan perhitungan dan pencatatan harga pokok penjualan. Penilaian persedian akhir dengan sistem prepetual dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut: 1.Metode FIFO (First in first out)/MPKP (Masuk pertama keluar pertama)/MPKP (Masuk pertama keluar pertama) : Reeve dan Warren (2009:345) menyatakan persediaan akhir berasal dari biaya paling akhir, yaitu barang-barang yang dibeli paling akhir. Kebanyakan perusahaan menjual barang berdasarkan urutan yang sama dengan saat barang dibeli, terutama dilakukan untuk barang yang tidak tahan lama dan barang yang modelnya sering berubah. Dalam metode FIFO (First in first out)/MPKP (Masuk pertama keluar pertama)/MPKP (Masuk pertama keluar pertama), biaya diasumsikan dalam harga pokok penjualan dengan urutan yang sama saat biaya tersebut terjadi. Menurut PSAK NO 14 Tahun 2009 Formula FIFO (First in first out)//MPKP (Masuk pertama keluar pertama). Mengasumsikan item persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga item yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian.
22
Dengan demikian barang yang lebih dulu masuk atau diproduksi terlebih dulu, dianggap terlebih dulu keluar atau dijual sehingga nilai persediaan akhir terdiri dari barang yang terakhir masuk atau yang terakhir diproduksi. Tabel 2 Contoh penilaian persediaan dengan metode FIFO (First in first out)/MPKP (Masuk pertama keluar pertama), data biaya persediaannya adalah sebagai berikut: BARANG A
UNIT
BIAYA
HARGA
1 Mei Persediaan
10
Rp 20
4 Mei Penjualan
7
10 Mei Pembelian
8
22 Mei Penjualan
4
Rp 31
28 Mei Penjualan
2
Rp 32
30 Mei Pembelian
10
Rp 30 Rp 21
Rp 22
Tabel 2.1 Hasil penilaian persediaan dengan metode FIFO (First in first out)/MPKP (Masuk pertama keluar pertama) adalah: Tanggal
Pembelian Unit
Harga
Pemakaian Jumlah
Unit
Harga
Saldo Jumlah
1 Mei 4 Mei
7
Rp 20
140
Unit
Harga
Jumlah
10
Rp 20
200
3
Rp 20
60
23
10 Mei
8
Rp 21
168
22 Mei
28 Mei 30 Mei
10
Rp 22
3
Rp 20
60
8
Rp 21
168
3
Rp 20
60
1
Rp21
21
7
Rp 21
147
2
Rp 21
42
5
Rp 21
105
5
Rp 21
105
10
Rp 22
220
220
2.Metode LIFO (Last in first out) / MTKP (Masuk terakhir keluar pertama) Metode ini merupakan kebalikan dari metode FIFO (First in first out)/MPKP (Masuk pertama keluar pertama). Maka metode LIFO (Last in first out) / MTKP (Masuk terakhir keluar pertama) maka barang yang dibeli terakhir harus dijual atau dikeluarkan terlebih dahulu,Bila penjualan (pengeluaran) barang yang terakhir melebihi jumlah pembelian barang dagang yang terakhir tadi,maka diambilkan pada pembelian sebelumnya. Menurut PSAK NO 14 Tahun 2009 Formula LIFO (Last in first out)//MTKP (Masuk terakhir keluar pertama). Dalam metode LIFO (Last in first out)//MTKP (Masuk terakhir keluar pertama) biaya dialokasikan dengan asumsi bahwa barang yang terakhir dibeli akan dijual lebih dulu, sehingga biaya persediaan yang dimiliki mencakup biaya barang yang dibeli selama pembelian paling pertama.
24
Reeve dan Warren (2009:346) menyatakan persediaan akhhir berasal dari biaya paling awal, yaitu barang-barang yang dibeli pertama kali. Biaya unit yang terjual merupakan biaya dari pembelian yang terakhir.
Tabel 3 Contoh penilaian persediaan dengan metode LIFO (Last in first out) / MTKP (Masuk terakhir keluar pertama), data biaya persediaannya adalah sebagai berikut: BARANG A
UNIT
BIAYA
HARGA
1 Mei Persediaan
10
Rp 20
4 Mei Penjualan
7
10 Mei Pembelian
8
22 Mei Penjualan
4
Rp 31
28 Mei Penjualan
2
Rp 32
30 Mei Pembelian
10
Rp 30 Rp 21
Rp 22
Tabel 3.1 Hasil penilaian persediaan dengan metode LIFO (Last in first out)/MTKP (Masuk pertama keluar pertama) adalah: Tanggal
Pembelian Unit
1 Mei
Harga
Pemakaian Jumlah
Unit
Harga
Jumlah
Saldo Unit
Harga
Jumlah
10
Rp 20
200
25
4 Mei 10 Mei
7 8
Rp 21
Rp 20
140
168
22 Mei 1 28 Mei
30 Mei
10
Rp 22
220
Rp21
21
3
Rp 20
60
3
Rp 20
60
8
Rp 21
168
3
Rp 20
60
4
Rp 21
84
3
Rp 20
60
2
Rp 21
42
3
Rp 20
60
2
Rp 22
42
10
Rp 21
220
3. Metode Rata-rata tertimbang (Avarage) Dalam metode ini, barang-barang yang dikeluarkan akan dibebankan harga pokok pada akhir periode, karena harga pokok rata-rata baru dihitung pada akhir periode dan akibatnya, jurnal untuk mencatat berkurangnya persediaan barang juga dibuat pada akhir periode. Apabila harga pokok rata-rata setiap saat sering kali terjadi pembelian barang, sehingga dalam satu periode akan terdapat beberapa harga pokok rata-rata. Menurut PSAK NO 14 Tahun 2009 Formula Metode Rata-rata tertimbang (Avarage), metode biaya rata-rata tertimbang didasarkan pada asumsi bahwa seluruh barang tercampur sehingga mustahil untuk menentukan barang mana yang terjual dan
26
barang mana yang tertahan dipersediaan. Harga persediaan (dan barang terjual) dengan demikian ditetapkan berdasarkan harga rata-rata yang dibayarkan untuk barang tersebut, yang ditimbang menurut jumlah yang dibeli. Reeve dan Warren (2009:346) menyatakan biaya persediaan per unit merupakan rata-rata biaya pembelian. Biaya unit rata-rata untuk setiap jenis barang dihitung setiap kali terjadi pembelian. Tabel 4 Contoh penilaian persediaan dengan metode Rata-rata (Avarage), data persediaanya adalah sebagai berikut: BARANG A
UNIT
BIAYA
HARGA
1 Mei Persediaan
10
Rp 20
4 Mei Penjualan
7
10 Mei Pembelian
8
22 Mei Penjualan
4
Rp 31
28 Mei Penjualan
2
Rp 32
30 Mei Pembelian
10
Rp 30 Rp 21
Rp 22
27
Tabel 4.1 Hasil penilaian persediaan dengan metode Rata-rata (Avarage) adalah: Tanggal
Pembelian Unit
Harga
Pemakaian Jumlah
Unit
Harga
Saldo Jumlah
1 Mei 4 Mei 10 Mei
7 8
Rp 21
Rp 20
140
168
Unit
Harga
Jumlah
10
Rp 20
200
3
Rp 20
60
11
Rp 20,7
227,7
22 Mei
4
Rp 20,7
82,8
7
Rp 20,7
144,9
28 Mei
2
Rp 20,7
41,4
5
Rp 20,7
103,5
15
Rp 21,6
324
30 Mei
10
Rp 22
220
2.1.1.5 Penyajian terhadap laporan keuangan Laporan keuangan yang harus dibuat perusahaan harus memberikan informasi yang cukup untuk pihak-pihak didalam dan diluar perusahaan. Sehingga baik manajemen dan pihak luar yang berkepentingan dalam mengambil keputusan yang informatif. Perusahaan harus melaporkan informasi mengenai kegiatan usahanya secara relevan, dipercaya, dan dapat diperbandingkan. Penilaian persediaan yang diterapkan harus diungkapkan dalam suatu penjelasan laporan keuangan yang menguraikan secara garis besar semua kebijakan akuntansi yang diikuti basis penilaian seperti metode harga pokok (FIFO, LIFO, Average ) harus dijelaskan.
28
Pada laporan neraca persediaan disajikan sebagai harta lancar pada laporan laba rugi,metode penilaian persediaan berpengaruh dalam penentuan nilai persediaan awal, persediaan akhir harga pokok penjualan dan penentuan laba kotor. Pengaruh pada laba rugi kadang-kadang sulit dievaluasi karna adanya perbedaan selisih yang dapat dipengarui oleh suatu kesalahan. Suatu penetapan persediaan awal
yang terlalu
tinggi
(overstatement) akan
mengakibatkan
overstatement barang yang bersedia dijual dan arga pokok penjualan.selanjutnya penetapan harga pokok penjualan terlalu rendah (understatement) akan menyebabkan laba bersih yang terlalu rendah. Menurut Soemarso (2009:384) bahwa dalam laporan keuangan persediaan barang dagang disajikan baik dalam neraca maupun dalam perhitungan laba rugi. Persediaan barang dagang yang tercantum dalam neraca mencerminkan nilai barang dagang yang ada pada tanggal neraca, yang biasanya juga merupakan akhir dari suatu periode akuntansi. Dalam perhitungan laba rugi persediaan barang dagang muncul dalam harga pokok penjualan. Ada saling hubungan antara persediaan barang dagang di neraca dan laporan laba rugi. Bahkan, ada saling berhubungan antara persediaan barang dagang pada tahun berjalan dengan tahun sebelumnya dan tahun yang akan datang. Dari adanya saling hubungan ini, terlihat betapa pentingnya pos ini dalam menentukan laba (rugi) dan posisi keuangan perusahaan, tidak saja terhadap tahun berjalan, tetapi juga terhadap tahun sebelumnya dan tahun yang akan datang.
29
2.1.1.6 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) NO.14 Tahun 2009 Tentang PERSEDIAAN PSAK 14 Persediaan mengatur tentang perlakuan akuntansi untuk persediaan. Namun, PSAK 14 tidak berlaku untuk hal-hal berikut (paragraf 2): (a) Pekerjaan konstruksi
dalam proses berdasarkan PSAK 34 Kontrak
Konstruksi; dan (b) Instrumen keuangan berdasarkan PSAK 55 Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. SIFAT PERSEDIAAN Istilah persediaan dedifinisikan dalam PSAK 14 sebagai aset yang (paragraf 7): (a) Dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; (b) Dalam proses produksi untuk dijual; atau (c) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. PERSEDIAAN DAN HARGA POKOK PENJUALAN Penentuan nilai persediaan di akhir tahun buku akan berpengaruh secara lagsung terhadap penentuan harga pokok penjualan selama tahun tersebut. Ini karena nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan didapatkan dari hasil alokasi sejumlah tetap biaya barang yang tersedia untuk dijual ( yang merupakan jumlah dari persediaan awal dan pembelian tahun berjalan).
30
Sistem Persediaan Periodik Dalam sistem pencatatan fisik/periodik (phisical/periodic inventory systemberkala), nilai persediaan akhir ditentukan melalui pemeriksaan stock fisik (phisical stock-take). Nilai barang dijual selama tahun berjalan dihitung dengan rumus berikut. Sistem Persediaan Prepetual Dalam sistem persediaan perpetual (perpetual inventory system), biaya persediaan akhir dan harga pokok penjualan selama tahun berjalan dapat ditentukan secra langsung dari catatan akuntansi. Namun, jika ada ketidakcocokan antara biaya persediaan pada catatan akuntansi dan nilai persedian yang ditentukan melalui pemeriksaan stock fisik, maka jumlah persediaan pada catatan akuntansi harus disesuaikan. Harga pokok penjualan pada catatan akuntansi juga harus disesuaikan. KUANTITAS FISIK Variabel penting dalam penentuan niali persediaan adalah kantitas (jumlah) fisik dari persediaan yang dimiliki. Kuantitas fisik ditentukan melalui pemeriksaan stock fisik, sebagaimana disyaratkan oleh panduan audit. Berikut ini dua ilustrasi barang konsinyasi dan barang transito untuk memperjelas pembahasan Barang Konsinyasi Perusahaan manufaktur sering melakukan praktek komersial mengirimkan barang mereka kepada pedagang grosir secara konsinyasi. Untuk barang konsinyasi, meskipun secara fisik berada ditangan penerima barang (consignee), pengirim barang (consignor) tetap menjadi pemilik sah barang tersebut.
31
Barang Transito Barang transito harus dimasukkan ke dalam persediaan suatu entitas pemilik sahnya. Jika barang itu dijual secara FOB tempat pengirman (fob shipping point), kepemilikan barang itu berubah pada saat pengiriman. PENGUKURAN PERSEDIAAN PSAK 14 mengatur bahwa persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai relisasi neto, mana yang lebih rendah (paragraf 8) Biaya Biaya persediaan ditentukan melalui dua proses: (a) Menentukan biaya pembelian/pembuatan barang (biaya persediaan atau inventoriable cost); dan (b) Mengalokasikan
jumlah
nilai
persediaan
awal
dan
biaya
pembelian/pembuatan barang ke biaya persedian akhir dan harga pokok penjualan, dengan mengunakan rumus biaya. Biaya Persediaan, meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul hingga persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap dijual atau dipakai (present location and condition). (a) Perusahaan dagang meliputi, harga pembelian, bea impor, dan pajak lainnya (selain dari pajak yang kemudian dapat dipulihkan kembali dari dinas pajak), biaya transportasi, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang
dapat
diatribusikan secara langsung pada pembelian dikurangi diskonto, rabat, dan subsidi (paragraf 10).
32
(b) Perusahaan manufaktur, biaya persediaan tidak hanya mencakup biaya pembelian, tetapi juga biaya konversi. Biaya konversi pada umumnya mencakup biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan unit yang diproduksi, seperti bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung serta biaya overhead produksi tetap dan variabel yang dialokasikan secara sistematis. (c) Alokasi biaya overhead produksi tetap untuk biaya konversi harus berdasarkan kapasitas normal fasilitas produksi (paragraf 12). (d) Perlakuan untuk jumlah pemborosan yang tidak normal, yang tidak berkonstribusi untuk membawa persediaan kelokasi dan kondisi sekarang, tidak boleh dimasukkan kedalam persediaan (paragraf 15). (e) Overhead lainnya, overhead selain dari overhead produksi dapat atau tidak dapat dimasukkan ke dalam persediaan, tergantung apakah overhead tersebut dibebankan untuk membawa persediaan kelokasi dan kondisi sekarang (paragraf 15). (f) Biaya penyimpanan yang dibebankan setelah persediaan siap untuk digunakan atau dijual sesuai tujuannya merupakan biaya kepemilikan yang tidak boleh dimasukkan ke dalam persediaan (paragraf 15). (g) Produk bersama dan produk sampingan, bila proses produksi menghasilkan lebih dari satu produk yang dibuat secara bersamaan, perlakuan akuntansinya akan bergantung pada apakah produk tersebut diperlakukan sebagai produk bersama atau produk sampingan. Untuk produk bersama, PSAK 14 mensyaratkan bahwa produk bersama dialokasikan untuk produk bersama
33
secara rasional dan konsisten (paragraf 13). Untuk produk sampingan, PSAK 14 mengatur bahwa produk sampingan harus diukur pada nilai realisasi neto dan jumlahnya dikurangi dari biaya produksi utama (paragraf 13). Rumus Biaya PSAK 14 mensyaratkan hal-hal berikut: 1. Pengunaan metode identifikasi khusus untuk memperhitungkan biaya persediaan untuk barang yang lazimnya tidak dapat diganti dengan barang lain (not archageable) serta untuk barang yang diproduksi dan dipisahkan untuk proyek khusus (paragraf 22). 2. Pengunaan rumus FIFO (Pertama masuk, pertama keluar) atau rata-rat tertimabang untuk barang selain dari yang diatur oleh (paragraf 23). (a) Rumus FIFO Metode FIFO mengalokasikan biaya untuk barang terjual dan persdiaan dengan asumsi bahwa barang yang pertama dibeli akan lebih dulu dijual. (b) Rumus biaya rata-rata tertimbang Metode biaya rata-rata tertimbang didasarkan pada asumsi bahwa seluruh barang tercampur sehingga mustahil untuk menentukan barang mana yang terjual dan barang mana yang tertahan dipersediaan. (c) Rumus LIFO Dalam metode LIFO, biaya dialokasikan dengan asumsi bahwa barang yang terakhir dibeli akan dijual lebih dulu, sehingga biaya persediaan yang dimiliki mencakup biaya barang yang dibeli selama pemebelian paling pertama.
34
(d) Metode persediaan dasar Metode persediaan dasar didasarkan pada asumsi bahwa setiap entitas akan tetap memiliki sejumlah minimum persediaan, yang sifatnya dianggap sama dengan aset tetap (berwujud). (e) Metode identifikasi khusus Metode identifikasi khusus mensyaratkan identifikasi jumlah fisik sebenarnya dari barang terjual dan barang dimiliki. Nilai Realisasi Neto Definisinya adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi estiamsi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk membuat penjualan (paragraf 5). Nilai Terendah dari Biaya dan Nilai Realisasi Neto Dasar pengukuran nilai terendah dari biaya dan nilai realisasi neto sebagaimana disyaratkan oleh PSAK 14 Konsisten dengan uji penurunan nilai untuk memastikan bahwa aset tidak dilaporkan berlebih dari jumlah yang diperkirakan dipulihkan dalam tanggal pelaporan. Penyajian Ulang Biaya Bahwa nilai relalisasi neto suatu barang persediaan harus ditinjau pada setiap peiode berikutnya. PERSYARATAN PENGUNGKAPAN 1. Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penilaian persediaan, termasuk rumus biaya yang digunakan (misalnya FIFO).
35
2. Jumlah nilai tercatat dari persediaan; (harus digaris bawahi bahwa PSAK 1 mensyaratkan bahwa persediaan ditunjukkan sebagai pos terpisah dalam kelompok aset lancar dalam laporan posisi keuangan). 3. Nilai tercatat dari subklasifikasi persediaan. 4. Nilai tercatat dari persediaan yang dicatat dalam nilai wajar dikurangi biaya penjualan, terutama untuk pialang komoditas dan produsen hasil pertaniaan primer. 5. Jumlah harga pokok penjualan (untuk entitas yang perhitungan laba ruginya mengungkapkan analisis beban mengunakan fungsi beban (lihat PSAK 14). PERBEDAAN DENGAN STANDAR IASB PSAK 14 dibuat berdasarkan IAS 2 Inventories yang dikeluarkan oleh IASB. Tidak ada perbedaan signifikan antara PSAK 14 dan IAS 2, kecuali ruang lingkup PSAK diadopsi. Dengan demikian perusahaan yang memiliki persediaan aset biolojik seperti misalnya hewan ternak dapat mengunakan PSAK ini.
2.2
No
PENELITIAN TRDAHULU
NAMA
TAMAT
Rico P Lumban 1
Toruan
2009
JUDUL
HASIL PENELITIAN
Analisis penerapan
Mengunakan metode diskriptif dan
akuntansi persediaan
data yang
berdasarkan PSAK
diperoleh adalah data tahun 2008.
36
NO.14 pada
Data yang
PT.Electronic City Indonesia
dikumpulkan melalui wawancara dan
Cab.Medan
study dokumentasi. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Hasil penelitian bahwa PT.Electronic City Indonesia cab.Medan adalah perusahaan dagang yang menjual barang-barang elektronik telah menerapkan PSAK NO.14 dalam sistem pencatatan dan penilaian persediaan dengan mengunakan sistem pencatatan perpetual dan metode penilaian persediaan dengan metode FIFO
2
Berliana Irawati
2010
Analisis akuntansi
Mengunakan metode diskriptif dan
37
Saragih
persediaan sesuai dengan
data yang
PSAK No 14 pada PD.Indomarco
diperoleh adalah data tahun 2010.
Prismatama
Data yang dikumpulkan melalui wawancara dan
Cab. Medan
study dokumentasi. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Hasil penelitian PT.Indomarco Prismatama adalah perusahaan dagang retail barang kebutuhan sehari-hari. Telah diterapkan dengan baik meliputi pencatatan dan penilaian persediaan yang telah sesuai dengan prinsip akuntansi
Analisis akuntansi Fransiska Br 3
Sitepu
2011
persediaan dan
Mengunakan metode diskriptif dan
pengarunya
data yang
terhadap laba perusahaan
diperoleh adalah data tahun 2010.
38
sesuai dengan PSAK
Data yang
No 14 pada PT.Electronic
dikumpulkan melalui wawancara dan
City Indonesia
study dokumentasi. Jenis data yang
Cab. Medan
digunakan adalah data sekunder. Hasil penelitian bahwa PT.Electronic City Indonesia Cab.Medan adalah perusahaan dagang yang membuat perumahan real estate telah menerapkan PSAK NO14 dalam sistem pencatatan persediaan prepetual dan mengunakan metode penilaian persediaan FIFO.
Analisa akutansi
4
Rudi
2013
persediaan dan
Mengunakan metode diskriptif dan
pengaruhnya
data yang
terhadap laba perusahaan
diperoleh adalah data tahun 2012.
sesuai dengan PSAK
Data yang
39
no 14 pada PD.Ellen
dikumpulkan melalui wawancara dan
Palembang
study dokumentasi. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Hasil penelitian PD.Ellen Palembang adalah perusahaan industri penjualan kemplang. Telah menerapkan PSAK NO14 telah diterapkan dengan baik meliputi pencatatan dan penilaian persediaan yang telah sesuai dengan prinsip akuntansi
Evaluasi akuntansi Reinhard S. 5
Sambuaga
2013
persediaan pada
Mengunakan metode diskriptif
PT.Sukses
kualitatif dan data yang
Era Niaga Manado telah
diperoleh adalah data tahun 2011.
sesuai dengan
Data yang
PSAK No 14 mengenai
dikumpulkan adalah data primer dan
persediaan
data sekunder.
40
Hasil penelitian bahwa PT.Sukses Era Niaga Manado adalah perusahaan distributor berbagai jenis handphone, flasdisk, harddisk dan aksesoris komputer telah menerapkan PSAK NO.14 baik dalam sistem pencatatan dan penilaian persediaan, sistem pencatatan yang digunakan sistem pencatatan prepetual dan metode penilaian persediaan dengan metode FIFO
41
2.3 KERANGKA KONSEPTUAL Gambar 1.Berikut ini penyajian kerangka konseptual dari penulisan skripsi ini adalah: Pencatatan Persediaan
Penilaian Persediaan
Pencatatan dan Penilaian PSAK NO.14 Keterangan dari gambar kerangka konseptual: UD.JAYA ALUMINIUM adalah sebuah usaha dagang yang mempunyai aktifitas utama menjual produk-produk alat-alat rumah tangga seperti: Almari, Etalase, Rak, Pintu, Jendela, Meja Rias dan sebagainya. Usaha ini diperlukan pencatatan dan penilaian persediaan yang akurat sehingga menghasilkan laporan kuangan yang akurat sesuai dengan PSAK NO.14, karena metode yang digunakan dalam
mencatat dan menilai persediaan membantu pihak manajemen dalam
membuat keputusan agar tidak terjadi kekurangan dan kelebihan barang sehingga selalu dapat memenuhi kebutuhan pelanggan, demikian juga dalam hal sistem pencatatan dan penilaian menentukan jumlah persediaan serta harga pokok penjualan yang nantinya akan dilaporkan dan disajikan dalam laporan keuangan rugi laba perusahaan.
42
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 JENIS PENELITIAN Peneliti menggunakan studi deskriptif. Jenis ini adalah dimana data yang berkaitan dengan masalah penelitian yang berasal dari buku-buku, modul perusahaan serta sumber lainnya yang mendukung penelitian skripsi ini. Dalam penelitian ini terdapat uapaya mendeskripsikan, mencatat dan mengiterpretasikan kondisi sekarang kemudian melakukan evaluasi.
3.2 JENIS DATA Jenis data yang digunakan penulis terdiri dari : 1.Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian dalam hal ini adaalah UD.JAYA ALUMINIUM Jl.Banjarsari Cerme-Gresik. Data ini memerlukan pengolahan lebih lanjut dan dikembangkan dengan pemahaman sendiri oleh penulis, misalnya data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan. 2.Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dan data tersebut sudah diolah dan terdokumentasi di perusahaan seperti sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan, laporan laba/rugi maupun neraca perusahaan serta kelengkapan data
42
43
lainnya. Data ini juga bisa bersumber dari buku-buku dan sumber kepustakaan lainnya yang mendukung pembahasan dalam penelitian ini.
3.3 DESKRIPSI POPULASI DAN PENENTUAN SAMPEL Diskripsi Populasi dalam penelitian ini adalah UD.JAYA ALUMINIUM Jl.Banjarsari Cerme-Gresik Sampel dalam penelitian ini adalah: Laporan kuangan
3.4 VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat) 1.Pencatatan persediaan Pencatatan persediaan diperlukan karena akan mempengaui neraca maupun laporan laba rugi lainnya. Dalam neraca persediaan merupakan nilai yang paling signifikan dalam aset lancar, dalam laporan laba rugi persediaan bersifat penting untuk menentukan hasil operasi perusahaan dalam periode tertentu. Dengan demikian karena pencatatan persediaan sangat diperlukan maka usaha ini mengunakan metode pencatatan persediaan perpetual karena hal ini yang dapat memudahkan untuk setiap saat dapat mengetahui posisi suatu persediaan secara keseluruhan untuk dapat mengantisipasi peluang penjualan dan penurunan penjualan itu sendiri.
44
2. Penilaian persediaan Menentukan nilai persediaan yang akan disajikan dalam laporan keuangan dan mempunyai pengaruh penting
pada
pendapatan yang dilaporkan pada posisi
keuangan perusahaan.
Maka perusahaan ini melakukan penilaian persediaan dengan megunakan metode FIFO (First in first out)/MPKP (Masuk pertama keluar pertama). Karena usaha dagang ini memiliki jenis persediaan yang cukup
banyak. Persediaan yang
awal masuk yaitu pertama kali dijual atau digunakan. Agar model pembuataan produk lamanya tetap laku terjual dan bahan-bahan yang digunakan juga dapat meminimalisir pengeluaran sehingga bahan dapat terpakai semua. 3.PSAK Nomor 14 yaitu pernyata standar akuntansi keuangan yang mengatur persediaan.
3.5 TEKNIK KEABSAHAN DATA Dalam proses penelitian dan penulisan skripsi ini, peneliti menggunakan metode pendekatan dalam pengumpulan data dan keterangan yang berkaitan dengan judul skripsi yaitu: 1.Teknik wawancara, yaitu penulis melakukan serangkaian tanya jawab secara langsung dengan pihak perusahaan yang berwenang yaitu bagian akuntansi untuk mengetahui lebih jelas mengenai persedian dan informasi yang berkaitan dengan perusahaan.
45
2.Teknik studi literatur, yaitu mengumpulkan data dengan membaca dan mempelajari teori-teori dan literatur–literatur yang berkaitan dengan akuntansi persediaan.
3.6 TEKNIK ANALISIS DATA Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam penulisan skripsi ini, peneliti menggunakan metode analissis deskriptif yaitu metode dengan menyusun data yang diperoleh kemudian di interpretasikan dan dianalisis sehingga memberikan informasi bagi pemecahan masalah yang dihadapi. Teknik analisis data menurut PSAK No 14 Tahun 2009 1.Pencatatan persediaan Sistem pencatatan fisik/periodik (phisical / periodic inventory system): Dalam sistem pencatatan fisik/periodik (phisical/periodic inventory systemberkala), nilai persediaan akhir ditentukan melalui pemeriksaan stock fisik (phisical stock-take). Nilai barang dijual selama tahun berjalan dihitung dengan rumus berikut. Sistem ini tidak secara langsung berkaitan dengan barang dagang yang bersangkutan. Misalnya bila terjadi pembelian barang dagangan akan dicatat pada rekening khusus yaitu pembelian dan penjualan barang dagangan dicatat pada rekening penjualan. Dengan cara ini bertambahnya barang dagang atau berkurangnya barang dagang atau keluar masuknya barang dagangan tidak bisa dideteksi secara langsung. Akibat dari cara ini adalah barang dagang yang tercatat dalam pembukuan perusahaaan pada akhir periode adalah barang dagang pada awal periode sehingga
46
pada akhir periode nilainya harus dihitung kembali dengan persediaan akhir periode. Barang dagang akhir periode harus dihitung fisiknya secara langsung agar dapat menggambarkan nilai persediaan barng dagang yang sesungguhnya dalam laporan keuangan. Pencatatan persediaan secara permanen/ perpetual (perpetual inventory
Sistem system):
Dalam Pencatatan persediaan secara permanen/perpetual (perpetual inventory system) biaya persediaan akhir dan harga pokok penjualan selama tahun berjalan dapat ditentukan secra langsung dari catatan akuntansi. Namun, jika ada ketidakcocokan antara biaya persediaan pada catatan akuntansi dan nilai persedian yang ditentukan melalui pemeriksaan stock fisik, maka jumlah persediaan pada catatan akuntansi harus disesuaikan. Harga pokok penjualan pada catatan akuntansi juga harus disesuaikan. Misalnya untuk mencatat transaksi pembelian barang dagangan langsung dicatat pada rekening persediaan disebelah debet dan penjualan barang dagangan dicatat pula pada rekening disebelah kredit. Sistem pencatatan ini dibantu dengan buku pembantu persediaan barang dagangan dengan membuat kartu persediaan barang (stock card). Setiap jenis barang dibuatkan kartu persediaan dan didalam pembukuan dibuatkan rekening pembantu persediaan. Rincian dalam buku pembantu bisa diawasi dari rekening kontrol persediaan barang dalam buku besar. Rekening yang digunakan untuk mencatat persediaan ini terdiri dari beberapa kolom yang dapat dipakai untuk
47
mencatat pembelian, penjualan, dan saldo persediaan. Setiap perubahan dalam persediaan diikuti dengan pencatatan dalam rekening persediaan sehingga jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat diketahui dengan melihat kolom saldo dalam rekening persediaan. 2.Penilaian persediaan Metode
FIFO
(First
in first
out)/MPKP
(Masuk pertama
keluar
pertama)/MPKP (Masuk pertama keluar pertama) : Menurut PSAK NO 14 REVISI 2009 Formula FIFO (First in first out)/MPKP (Masuk pertama keluar pertama). Mengasumsikan item persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga item yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian. Dengan demikian barang yang lebih dulu masuk atau diproduksi terlebih dulu,dianggap terlebih dulu keluar atau dijual sehingga nilai persediaan akhir terdiri dari barang yang terakhir masuk atau yang terakhir diproduksi. Metode LIFO (Last in first out) / MTKP (Masuk terakhir keluar pertama) Metode ini merupakan kebalikan dari metode FIFO ( First in first out)/MPKP (Masuk petama keluar pertama).Maka metode LIFO ( Last in first out) / MTKP (Masuk terakhir keluar pertama) maka barang yang dibeli terakhir harus dijual atau dikeluarkan terlebih dahulu, bila penjualan (pengeluaran) barang yang terakhir melebihi jumlah pembelian barang dagang yang terakhir tadi,maka diambilkan pada pembelian sebelumnya.
48
Metode Rata-rata (Avarage) Dalam metode ini, barang-barang yang dikeluarkan akan dibebankan harga pokok pada akhir periode, karena harga pokok rata-rata baru dihitung pada akhir periode dan akibatnya, jurnal untuk mencatat berkurangnya persediaan barang juga dibuat pada akhir periode. Apabila harga pokok rata-rata setiap saat sering kali terjadi pembelian barang, sehingga dalam satu periode akan terdapat beberapa harga pokok rata-rata.
49
BAB 1V PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Dalam bab ini peneliti menganalisis berdasarkan telaah teori pada bab II. Analisis ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui apakah pencatatan dan penilaian persediaan pada UD.JAYA ALUMINIUM Jl.Banjarsari Cerme -Gresik sesuai dengan PSAK N0 14.
4.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1.1 SEJARAH PERUSAHAAN UD.JAYA ALUMINIUM Jl.Banjarsari Cerme- Gresik yang didirikan pada Tahun 2007 merupakan usaha dagang yang bergerak pada bidang manufaktur. Yang mengolah bahan baku menjadi barang dalam proses sampai menjadi barang jadi. Pada awal berdirinya UD.JAYA ALUMINIUM Jl.Banjarsari Cerme-Gresik pada Tahun 2008 hanya memiliki 10 karyawan. Dengan semakin berkembangnya usaha maka perlu dibutuhkan banyak tenaga kerja lagi, Tahun 2009 bertambah menjadi 18 karyawan. Untuk dapat memenuhi target yang telah pelanggan atau konsumen minta.Tahun 2010 bertambah menjadi 26 karyawan dan sekarang ini Tahun 2014 sudah memiliki 32 karyawan. UD.JAYA
ALUMINIUM
Jl.Banjarsari
pada
tahun
2007
hanya
mengahasilkan barang-barang seperti: etalase, almari, rak saja. Kemudian tahun 2009 bertambah menghasilkan barang seperti: kaca rias, meja, jemuran baju, bufet. Kemudian berkembang lagi memproduksi figora, kaca, jendela, pintu, pagar dari kaca 49
50
juga aluminium dan sebagainya terkadang sesuai dengan permintaan konsumen yang memesan. 4.1.2 STRUKTUR PERUSAHAAN
DIREKTUR
Bagian Keuangan
Bagian Perencanaa
Bagian Produksi
Design
Bagian Penjualan
Sales
Marketing
Gambar 2: Struktur Perusahaan UD.JAYA ALUMINIUM Jl.Banjarsari CermeGresik 4.1.3 JOBDIS ATAU TUGAS MASING-MASING BAGIAN Pembagian tugas dalam suatu instansi/lembaga/perusahaan sangat penting. Supaya terjadi keharmonisan dalam mencapai suatu tujuan.
Bagian Laporan
51
Berikut ini tugas dari tiap masing-masing bagian: 1.Direktur Bertugas untuk mengatur seluruh operasional suatu perusahaan, baik dari segi SDM maupun non-SDM dan juga harus mengatur strategi perusahaan agar maju dibandingkan dengan perusahaan yang lainnya. 2.Bagian keuangan Bertugas untuk bertanggung jawab dengan masalah keuangan seperti hasil pendapatan dari pengiriman barang maupun pengeluaran untuk gaji pegawai dan pembelian bahan-bahan yang dibutuhkan untuk memproduksi barang serta membuat laporan keuangan. 3.Bagian perencanaan Bertugas untuk merancang dan merencanakan desain-desain macam-macam lemari, meja, etalase dan lain-lain. Serta menentukan bahan apa saja yang akan digunakan dalam memproduksi barang, sehingga bisa memenuhi kepuasan pelanggan dan mencapai target yang maksimal. 4. Bagian produksi Bertugas untuk
memproduksi
barang-barang dan
harus
mempunyai
kemampuan dalam membuat suatu barang sehingga barang yang dihasilkan bermutu dan berkualitas dalam segi pembuatan barang tersebut. 5.Bagian penjualan Bertugas mengatur produk yang akan dijual oleh perusahaan, selain bagian penjualan juga mempromosikan barang-barang dan mempunyai loyalitas tinggi
52
supaya mencapai target yang maksimal dalam penjualan barang,demi kemajuan perusahaan. 6.Design Bertugas untuk mendesain macam-macam lemari, meja, etalase dan lain-lain, yang harus kreatif agar barang-barang yang dibuat bisa memenuhi kepuasan konsumen dan harus selalu mempunyai ide baru dalam mendesain lemari, meja, etalase agar konsumen tidak bosan. 7.Sales Bertugas mempromosikan barang-barang ke toko-toko. 8.Marketing Bertugas untuk menerima atau mengurus pesanan atau order dari toko maupun konsumen. 9.Bagian laporan Bertugas untuk mengola semua laporan dan merekap semua laporan untuk diserhkan direktur.
4.2 PENYAJIAN DATA Perhitungan neraca dan laporan laba rugi tidak dapat dipisahkan dan saling terkait. Persediaan dilaporkan dalam laporan keuangan laba rugi sebesar nilainya. Dan neraca disajikan dalam diposisi asset lancar pasiva. 1.Penyajian di neraca
53
Persediaan dicantumkan dineraca pada aktiva lancar. Persediaan yang tercantum mencerminkan nilai persediaan pada tanggal neraca.Pengunaan metode FIFO (First in first out)/MPKP (Masuk pertama keluar pertama) pada kartu persediaan bahan baku dalam menilai persediaan dianggap lebih baik dan akan memberikan informasi atas persediaan yang lebih terpercaya dalam penyajian di neraca. Dalam Neraca Persediaan terdiri dari Tiga jenis persediaan, meliputi: 1.Persediaan bahan baku menunjukkan nilai sebesar Rp 4.997.750 yang berasal dari penyajian perhitungan kartu persediaan bahan baku. 2.Persediaan barang dalam proses menunjukkan nilai sebesar Rp 5.247.500 yang berasal dari penyajian perhitungan dalam buku besar pembantu barang dalam proses. 3.Persediaan barang jadi menunjukkan nilai sebesar Rp 21.405.000 yang berasal dari penyajian perhitungan dalam buku besar pembantu barang dalam proses. 2.Penyajian Kartu Persediaan dengan mengunakan Metode FIFO (First in first out)/ MPKP (Masuk pertama keluar pertama). Berdasarkan kartu persediaan yang telah disajikan bahwa persediaan bahan baku yang tersedia berjumlah Rp 4.997.750 dari semua jenis bahan baku. Persediaan ini yang nanti akan digunakan untuk produksi selanjutnya. 3.Penyajian dilaporan laba rugi Persediaan tidak disajikan dalam laporan laba rugi namun nilainya digunakan untuk menghitung harga pokok penjualan. Metode FIFO (First in first out )/MPKP ( Masuk pertama keluar pertama) yang digunakan perusahaan untuk menilai persediaan
54
sebenernya akan menyebabkan harga pokok lebih rendah sehingga terlihat laba kotor akan terlihat lebih tinggi apabila harga dalam satu periode cenderung meningkat. Tetapi bila harga dalam suatu periode cenderung turun terus menurun akan mengakibatkan harga pokok penjualan yang tinggi sehingga laba kotor akan terlihat rendah. Penyajian persediaan dalam laporan keuangan UD.JAYA ALUMINIUM telah sesuai dengan PSAK NO 14, dimana persediaan disajikan dineraca yakni persediaan akhir yang dimiliki oleh perusahaan dan dikelompokkan dalam aktiva lancar. Persediaan pada laporan laba rugi disajikan pada bagian harga pokok penjualan.
4.3 INTERPRESTASI 4.3.1 METODE PENCATATAN PERSEDIAAN Metode pencatatan persediaan pada UD.JAYA ALUMINIUM Jl.Banjarsari Cerme-Gresik mengunakan sistem pencatatan persediaan perpetual, yaitu dapat dilihat dari penyajian laporan keuangannya. Hal ini yang dapat memudahkan untuk setiap saat dapat mengetahui posisi suatu persediaan secara keseluruhan untuk dapat mengantisipasi peluang penjualan dan penurunan penjualan itu sendiri. Pengunaan sistem ini telah sesuai dengan PSAK NO 14 sebagai pedoman yang berlaku umum di Indonesia dalam hal pencatatan persediaan.
55
4.3.2 METODE PENILAIAN PERSEDIAAN Metode penilaian persediaan pada UD.JAYA ALUMINIUM Jl.Banjarsari Cerme-Gresik mengunakan metode penilaian FIFO (First in first out )/MPKP (Masuk pertama keluar pertama ). Karena perusahaan ini memiliki jenis persediaan yang cukup banyak, persediaan yang awal masuk yaitu barang yang pertama kali dijual atau digunakan. Agar model pembuatan produk lamanya tetap laku terjual dan bahan-bahan yang digunakan juga dapat meminimalisir pengeluaran sehingga bahan dapat terpakai semua. Dalam hal ini perusahaan telah sesuai dengan PSAK NO 14 dimana FIFO (First in first out )/MPKP barang yang pertama kali masuk adalah barang yang pertama kali keluar atau dijual. Sehingga barang yang masih ada dalam gudang adalah termasuk persediaan barang yang terakhir masuk.
56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian data diatas maka dapat diambil kesimpulan sehubungan tentang akuntansi persediaan khususnya tentang pencatatan dan penilaian persediaan pada UD.JAYA ALUMINIUM Jl.Banjarsari Cerme-Gresik.
5.1 KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang dapat diambil oleh peneliti dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. UD.JAYA ALUMINIUM adalah usaha dagang yang bergerak pada bidang manufaktur yang berada di Jl.Banjarsari cerme-gresik. 2. Pembagian tugas pada usaha ini telah diterapkan dengan baik yaitu dengan pembagian tugas dan tanggung jawab secara jelas dan tegas dengan memakai struktur organisasi berbentuk garis. 3. Sistem pencatatan persediaan yang dipakai dalam UD.JAYA ALUMINIUM Jl.Banjarsari Cerme-Gresik adalah mengunakan metode pencatatan prepetual yang dapat memudahkan untuk setiap saat dapat mengetahui posisi suatu persediaan secara keseluruhan untuk dapat mengantisipasi peluang penjualan dan penurunan penjualan itu sendiri. Hal ini telah sesuai dengan PSAK NO 14. 4. Metode penilaian persediaan yang dipakai dalam UD.JAYA ALUMINIUM Jl.Banjarsari Cerme-Gresik adalah mengunakan metode penilaian FIFO (First in first out)/MPKP (Masuk pertama keluar pertama). Metode ini digunakan karena agar 56
57
produk-produk atau model pembuatan yang lama bisa tetap laku terjual meski ada produk atau model terbaru. Dan metode ini telah sesuai dengan PSAK NO 14.
5.2 SARAN Atas dasar kesimpulan di atas maka peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Perusahaan industri “UD.JAYA ALUMINIUM Jl.Banjarsari Cerme-Gresik.” sebaiknya mempertimbangkan untuk pencatatan persediaan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengandakan kartu persediaan yang dicatat secara manual dan degan sistem komputer untuk dapat dicocokkan karena bisa saja terjadi human error utuk sistem komputer atau bila terjadi virus menyerang yang memakan banyak data, maka data manual sangatlah diperlukan. 2. Perusahaan industri “UD.JAYA ALUMINIUM Jl.Banjarsari Cerme-Gresik.” sebaiknya
melakukan
pemeriksaan
terhadap
pencatatan
persediaan
untuk
menghindari hal-hal misalnya kecurangan, minimal 2 kali dalam sebulan. 3. Perusahaan industri “UD.JAYA ALUMINIUM Jl.Banjarsari Cerme-Gresik.” Sebaiknya harus dapat mempertahankan kualitas mutu produk yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA Hamizar dan Nuh, Muhamad. 2009, Intermediate Accounting, Fajar, Jakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), 2009, Standart Akuntansi Keuangan,:IAI 2009, Jakarta. Irawati, Saragih, Berliana. 2010, Analisa Akuntansi Persediaan Sesuai Dengan PSAK NO 14 Pada PT. Indomarco Prismatama, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan. Jusup, Al-Haryono. 2011, Dasar-dasar Akuntansi, edisi ke vii, STIE YKPN, Yogyakarta. Lie, Darwin. 2009, Evaluasi Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Pada PT. Bernofarm, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Bina Nusantara, Jakarta. Martani, Dwi.Veronica, Sylvia, NPS. Wardhani, Ratna. Farahmita, dan Tanujaya, Edward. 2012, Akuntansi Keuangan Menengah berbasib PSAK, Buku 1,salemba empat, Jakarta. Suhayati, Ely. Dewi, Sri, Anggadini, 2009, Akuntansi keuangan, Graha ilmu, Yogyakarta. Stice dan Skousen. 2009, Akuntansi Intermediate. edisi keenam belas ,Buku 1,Salemba Empat, Jakarta. Sambuaga, S, Reinhard. 2013, Evaluasi Akuntansi Persedian Pada PT. Sukses Era Niaga, Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi, Manado. Tjahjono, Achmad. 2009, Akuntansi Pengantar 2, Ganbika, Yogyakarta.
Journal. Feunmul. In/025/index.php/publikasi-ilmiah/article/100/94 oleh M Yasmani-2013. Reponsitory. Usu. ac. id/bitstream/12345678/20970/4/chapter % 20 //. PDF Reponsitory. Usu. ac. id/bitstream oleh M.Ismail 2011. Ryan pambudi. Student. vii.ac. id/2012/04/01 metode-perpetual-dan-periodik. Skripsi skripsi. blog. Spot .com/2014/02/skripsi-akuntansi-analisis-akuntansi. Thesis. Binus. ac. id/bitsream/12345678/20970/5/chapter % 20 /. PDF Thesis. Binus. ac. id/doc/Bab 1 doc/2010-2-00047-ak % 20 Bab % 201 doc. www. Share. Pdf . com metode pencatatan persediaan barang dagang dengan metode perpetual oleh Sati Eka Putri. www. Scribd/doc/6605263/PSAK-14-Persediaan. www. Slide share net/amanda asmabila/metode-penilaian-persediaan. www. Akuntansi ilmu itu mudah.com/metode-identifikasi-khusus/penilaian-persediaan.
Lampiran 1: Pertanyaan Wawancara 1. Siapa nama pendiri perusahaan UD.JAYA ALUMINIUM? 2. Tahun berapa mulai berdiri perusahaan UD.JAYA ALUMINIUM? 3. Berapa jumlah karyawan UD.JAYA ALUMINIUM? 4. Sistem pengajian UD.JAYA ALUMINIUM? 5. Produksi apa saja yang dihasilakan oleh UD.JAYA ALUMINIUM? 6. Struktur organisasi UD.JAYA ALUMINIUM? 7. Jobdis Atau tugas masing-masing karyawannya ? 8. Bagaimana pembuatan laporan keuangannya? 9. Pencatatan laporan keuangan dilakukan secara manual atau sudah mengikuti perkembangan pengunaan IT?
Lampiran 2: Jawaban Wawancara 1. Bapak Munadin 2. Tahun2007 3. Tahun 2007 memiliki 10 karyawan Tahun 2009 memiliki 18 karyawan Tahun 2010 memiliki 26 karyawan Dan saat ini Tahun 2014 memiliki 32 karyawan. 4. Setiap satu minggu sekali tiap hari jum’at 5. Etalase, Rak, Jemuran, Kaca Rias, Almari baju, Almari mainan, Figora, Tempat TV dll terkadang mengikuti keinginan konsumen. 6. DIREKTUR
Bagian keuangan
Bagian Perencanaan
Design
Bagian Produksi
Bagian Penjualan
Sales
Bagian Laporan
Marketing
7. 1. Pimpinan: Munadin 2. Bagian keuangan: Elly ermawati dan Rini puspita sari 3. Bagian perencanaan: Saputra dan Budi hariyanto 4. Bagian produksi: Candrawan setiadi, Rahmad sudrajat, Ardhi firmansyah, Nur rochman, Jaelani, Junaedi, Rudianto, Subandi, Masrukin, Santoso, Dani saputra, M.Jauhari, Khamim nur maliki, Ahmad jupri, khohariyanto, Ahmad hakhim. 5. Bagian penjualan: Susanti, Kusbiyanto, Amarullah, Dwi anjaksana 6. Bagian Design: Sujito dan Tri jatmiko 7. Bagian Sales: Warsito dan Khoirul huda 8. Bagian Marketing: Santi ruslina sari, Bagus tri septyo 9. Bagian Laporan: Mukhamad fajar rahmad 8. Mengikuti pencatatan laporan keuangan sesuai dengan akuntansi pada umumnya. 9. Manual juga dalam komputer
Lampiran 3 UD.JAYA ALUMINIUM NERACA PER 31 DESEMBER 2010 NO AKUN
KETERANGAN
JUMLAH DEBET
NO AKUN
KETERANGAN
JUMLAH
KREDIT
100
Kas
Rp
15.322.500
200
Hutang Dagang
Rp
11.584.500
101
Piutang Dagang
Rp
6.300.000
201
Hutang Gaji
Rp
9.720.000
102
Perlengkapan
Rp
4.557.800
300
Modal
Rp
77.421.050
103
Asuransi Dibayar Dimuka
Rp
75.000
104
Persediaan Bahan Baku
Rp
4.997.750
105
Persediaan Barang Dlm Proses
Rp
5.247.500
106
Persediaan Barang Jadi
Rp
21.405.000
107
Gedung
Rp
25.000.000
108
Akm.Penyusutan Gedung
Rp
(1.000.000) Rp
24.000.000
Rp
5.600.000
Rp
11.200.000
Rp
98.725.550
JUMLAH PASIVA
Rp
98.725.550
109
Peralatan
Rp
6.000.000
110
Akm.Penyusutan Peralatan
Rp
(400.000)
111
Mesin
Rp
12.000.000
112
Akm.Penyusutan Mesin
Rp
(800.000)
JUMLAH AKTIVA
Lampiran 5 UD. JAYA ALUMUNIUM LAPORAN LABA RUGI PER 31 DESEMBER 2010
NO AKUN
KETERANGAN
JUMLAH DEBET
KREDIT
400
Penjualan
Rp 17.500.000
509
Harga Pokok Penjualan
Rp (2.607.500) Rp 14.892.500
Biaya-Biaya : 501
Biaya Iklan
Rp
350.000
502
Biaya Gaji
Rp 5.900.000
503
Biaya Listrik
Rp 1.950.000
504
Biaya Telepon & Air
Rp
750.000
505
Biaya Penyusutan Gedung
Rp
500.000
506
Biaya Penyusutan Peralatan
Rp
200.000
507
Biaya Perlengkapan
Rp 1.061.450
508
Biaya Asuransi
Rp
125.000
TOTAL BIAYA
Rp 10.836.450
LABA BERSIH
Rp 4.056.050