Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh… Segala pujian hanya bagi Allah serta Sholawat dan Cinta kita berikan kepada Nabi Muhammad SAW. Lama tak menyapa sahabat sekalian melalui buletin akselerasi, kami mendo’akan semoga sahabat sekalian senantiasa dalam kesehatan dan kesuksesan. Pada edisi kali ini tim redaksi mengupas sedikit hal tentang dunia kampus terutama momentummomentum awal memasuki dunia kampus. Selain itu ada profil salah satu departemen di MITI Klaster Mahasiswa, kegiatan terdekat dan lain-lain. Selamat membaca ^_^
Tim Redaksi Buletin Akselerasi MITI Klaster Mahasiswa Penanggung Jawab Min Fadli Darain Pemimpin Redaksi Rahayu Dian Eka Putri Redaktur Pelaksana Marsuddin Gou, Yusuf, Aria Fandaly, Idrus Dama, Auliya Nusyura, Aidil G. Rasyid Kritik & Saran 08983002551 / 087867130601 Email
[email protected] Website http://mahasiswa.miti.or.id/
Estafet Intelektual Muda Indonesia Proses seleksi masuki perguruan tinggi telah dilaksanakan di seluruh perguruan tinggi negeri maupun swasta di Indonesia, ratusan ribu lulusan siswa SMA/MA sederajat akhirnya bisa menikmati bangku kuliah. Bulan agustus ini menjadi awal dari sejarah baru bagi mereka yang sudah menyandang status sebagai mahasiswa baru. Beberapa orang tua pun bangga melihat anaknya bisa mengakses pendidikan tinggi, karena memang tak semua orang bisa merasakannya, terlebih di perguruan tinggi bergengsi. Intelektual Muda Penggerak Bangsa Sejarah mencatat, keinginan untuk merdeka serta gagasan perjuangan mewujudkan kemerdekaan Indonesia dimulai dari keterlibatan golongan pelajar. Mereka mempunyai gagasan untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan melalui berbagai jalur, baik Jalur politik maupun jalur diplomasi. Gerakan golongan pelajar ini cukup membuat kewalahan dan kekhawatiran tinggi bagi penjajah. Mohammad Hatta, adalah salah satu sosok intelektual Indonesia yang bersekolah jauh ke negeri Belanda, ia memiliki peran penting dalam masanya. Dia menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan berupa buku dan di berbagai media di eropa untuk memperjuangkan gagasan kemerdekaan Indonesia. Hatta juga membentuk, dan membesarkan Himpunan Indonesia ketika masih menjadi mahasiswa, dia sadar betul bahwa memperjuangkan Indonesia tidak bisa dilakukan seorang diri. Dia bergabung ke organisasi untuk membesarkan gagasan besar tentang kemerdekaan bersama rekan-rekan yang bervisi sama dengannya. Kerja keras pemuda terpelajar Indonesia menemukan momentumnya untuk memerdekakan Indonesia ketika mereka berhasil membaca tanda zaman dan mengambil tindakan tepat untuk mewujudkan visi besar tersebut. Butuh Intelektual Muda untuk Merawat Kemerdekaan Indonesia Tujuh puluh tahun Indonesia telah merdeka, perpindahan satu generasi ke generasi yang lain telah mewarnai perjalanan pembangunan negeri ini. Ada hal yang menarik ketika kita lihat siapa saja orang yang berperan penting dalam membangun negeri ini, mereka adalah orang-orang terpelajar yang sebelumnya telah menempuh pendidikan tinggi, bukan golongan lain dalam struktur masyarakat kita. Pun dengan orang yang punya kekuatan menggerakkan dan membangun masyarakat juga didominasi orang yang sebelumnya menempuh pendidikan tinggi. Dari hal di atas setidaknya bisa dilihat bahwa peran intelektual muda hari ini, khususnya mahasiswa baru akan sangat berperan strategis di masa depan. Proses regenerasi intelektual muda baru di negeri ini harus tetap berjalan, Indonesia membutuhkan sosok mahasiswa yang tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, Indonesia membutuhkan mahasiswa yang mengembangkan diri dan menyiapkan dirinya menjadi sosok yang berkontribusi besar bagi pembangunan negeri ini.
Achmad Fahmi Basyaiban Ketua Umum MITI Klaster Mahasiswa
Menjadi “Singa” Kampus
M
asa kuliah adalah masa emas, masa ketika kita bisa mencari ilmu, mencari pengalaman, bertukar pendapat dengan setiap orang dimana saja dan kapan saja. Ruang lingkup belajar di kampus juga tak hanya sebatas ruang kuliah dan
laboratorium saja, tetapi selasar fakultas, kantin, masjid dan setiap tempat di kampus itu dapat dijadikan sarana mencari ilmu dan pengalaman. Maka, masa emas ini jangan disiasiakan, setidaknya kita memiliki cara untuk mengatur waktu agar keberadaan kita selama di dunia kampus menjadi maksimal. Sukses akademik, spritual, organisasi bahkan finansial bisa dibentuk pada saat masih berstatus mahasiswa. Sukses bagi seorang Khafidh adalah ketika kita bisa bermanfaat untuk orang lain dan membuat mereka tersenyum. Ada perasaan berbeda ketika kita bisa bermanfaat dan berguna bagi orang lain. Manusia yang baik adalah manusia yang bermanfaat bagi sesamanya, poin ini coba saya genggam baik-baik, bagaimanapun posisi saya sekarang, entah masih mahasiswa atau sudah selesai kuliah nantinya. Sebenarnya menjadi tantangan adalah seringkali kita terpengaruh dengan sukses versi orang lain. Kalau ngomongin tentang dunia mahasiswa, menurut saya setiap mahasiswa pasti punya goal atau target yang mereka tetapkan sendiri. Bedanya ada yang membuat target secara tertulis, terstruktur dan sistematis, tapi ada juga mahasiswa yang mempunyai target tetapi hanya diangannya saja. Misal seorang mahasiswa yang biasanya dapat IPK dibawah 2 punya keinginan mendapat IPK semester depan 2,75, ketika hal itu tercapai maka itu merupakan salah satu indikator sukses menurut saya. Jadi bagaimana kita mengejar kesuksesan berbanding lurus dengan bagaimana kita fokus dan sungguh-sungguh mengejar target pribadi kita. Setiap kesuksesan kecil yang kita diperoleh seharusnya kita dirayakan, karena setiap kesuksesan kecil yang dirayakan itu akan memperpanjang nafas kita untuk mencapai kesuksesan yang lebih besar lagi, yang repot adalah ketika kita tidak punya target apa-apa dalam hidup. Oleh karena itu salah satu motto yang saya pegang sampai saat ini adalah “nyantai tapi narget”. Tetapi yang menurut saya sangat penting adalah, target tentang apa sih yang bisa kita lakukan sebagai mahasiswa dengan ilmu yang kita miliki untuk kebermanfaatan orang lain, untuk teman, untuk masyarakat, untuk bangsa dan agama. Dunia kampus, tempat dimana kita disuguhkan beragam jenis organisasi, beragam kegiatan ekstra kampus, mulai dari yang bergerak di bidang kerohanian, olahraga, wirausaha dan penalaran. Ketika berstatus mahasiswa, beberapa organisasi cukup banyak saya ikuti,
namun yang menjadi prinsip saya adalah bagaimana dengan waktu yang berkurang karena organisasi tersebut tidak mengurangi aktivitas dan prestasi dalam perkuliahan. Secara teori pasti akan menyita waktu kita. Waktu yang kita punya akan lebih sedikit dibanding dengan teman-teman lain yang tidak ikut organisasi. Seharusnya waktu kegiatan berorganisasi dikonversi dari waktu santai dan bermain kita, bukan dari waktu belajar dan kuliah. Jadi tidak ada alasan untuk mahasiswa yang aktif di kampus dengan masalah perkuliahan. Bahagia dan maju sendiri itu tidak enak, ga asik. Idealnya kita bisa mengajak sahabatsahabat terdekat kita untuk sukses sama-sama, menikmati dunia kampus dengan hal-hal yanmg positif, seperti berserikat dan berkumpul tadi misalnya. Sekarang ini yang Saya lakukan adalah dengan memberikan sharing dan berbagi pengalaman dalam berbagai kesempatan dan acara, Saya mensupervisi mahasiswa-mahasiswa yang ingin kuliah di Luar Negeri, Saya pun menjadi guru ngaji anak-anak di kota Saya belajar sekarang. Apa yang Saya lakukan itu tidak lepas dari keinginan Saya untuk memberikan kebermanfaatan bagi orang lain. Terakhir, banyak sekali pertanyaan yang datang kepada saya, bagaimana membagi waktu dan perhatian antara keluarga, kuliah dan organisasi? Membagi waktu itu adalah sesuatu yang susah, tetapi membagi fokus pikiran itu tidak kalah susahnya. Jadi untuk menyeimbangkan antara kampus, organisasi dan keluarga bagi saya justru harus pintar dalam manajemen fokus selain manajemen waktu. Ketika kita sedang kuliah ya harus 100% fokus kuliah, jangan memikirkan yang lain. Sehingga apa yang kita lakukan maksimal. Ketika kuantitas tidak bisa kita dapatkan, maka kualitas dapat kita usahakan, itu maksud Saya. Dahulu ketika kuliah S1 dan S2, karena kampus relatif dekat dengan rumah, jadi saya sering pulang ke rumah untuk bertemu dengan orang tua. Di sisi lain saya pun ikut beberapa organisasi pada saat itu. Demikian juga sekarang ketika saya jauh merantau di negeri orang, hampir setiap minggu saya menelpon keluarga dan juga masih ikut beberapa manajemen
organisasi. fokus
Alhamdulillah
dan
manajemen
dengan waktu,
ketiganya bisa berjalan beriringan, baik kampus, organisasi maupun keluarga. [RDW] Muhammad Khafidh, ST., MT PhD Student - Tribology and Surface Technology University of Twente Netherlands
Profil Departemen Riset Interdisipliner dan Pendayagunaan IPTEK (RIPI) Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) Klaster Mahasiswa 2015
Kepala Departemen: Kustomo, S.Si
D
epartemen Riset Interdisipliner dan Pendayagunaan Iptek (RIPI) adalah departemen yang ada di bawah naungan MITI Mahasiswa yang berperan menyebarkan kultur ilmiah, khususnya bagi mahasiswa, melalui riset dan
penyebaran produk-produk Iptek untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari diantara masyarakat secara luas. “Meningkatkan produktivitas dan potensi inovasi yang dimiliki oleh seluruh anggota tim departemen melalui nilai-nilai dasar profesionalitas, kejujuran, dan kepedulian” merupakan visi dari Departemen RIPI MITI KM Nilai dasar visi tersebut sebagai berikut :
Profesionalitas (professionalism), mencakup tanggung jawab, komitmen, disiplin, dan produktif. Kejujuran (honesty), mencakup keterbukaan dan ketulusan dalam menerima kritik, saran, dan masukan. Kepedulian (caring), mencakup kritis, analitis, dan kontributif. Hal ini dilakukan dengan harapan agar Departemen RIPI dapat menjadi bagian yang dapat diandalkan oleh MITI K l a s t e r Mahasiswa sebagai lembaga yang mendorong kultur ilmiah di Indonesia. Dimulai dari para anggota tim RIPI yang produktif berkarya baik di dalam maupun di luar Departemen RIPI, sehingga dapat direplikasi oleh yang lainnya. Mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang terkecil, dan mulai dari sekarang.
Misi yang ingin diwujudkan untuk mencapai visi tersebut di antaranya adalah, sebagai berikut: 1. Meningkatkan soliditas dan komunikasi seluruh anggota tim departemen. 2. Meningkatkan produktivitas departemen. 3. Optimalisasi perencanaan di setiap program departemen. “No Excuse, No Delay”for RIPI Keren 2015 Tagline tersebut memiliki arti bahwa dalam mewujudkan berbagai tujuan bersamanya, tim RIPI akan berusaha untuk menunjukkan performa terbaiknya tanpa menunda-nunda dengan alasan apapun. Performa tersebut pun juga harus dilakukan dengan upaya dan persiapan yang baik pula. Target utama dari Departemen RIPI di kepengurusan tahun ini adalah mencapai minimal 9 0 % dari program unggulan yang direncanakan. Artinya, minimal 4 dari 5 program unggulan yang telah direncanakan dapat terwujud. Pada dasarnya, semua program yang akan dilakukan oleh Departemen RIPI akan diwujudkan dengan sebaik mungkin dengan persiapan dan hasil yang optimal. Akan tetapi, kami berharap bahwa departemen ini senantiasa menjadi lebih baik dan terus menghasilkan inovasi dalam perjalanannya. Oleh karena itu di tahun kepengurusan baru ini, ada beberapa inovasi yang ingin diwujudkan bersama melalui Departemen RIPI ke depannya, di antaranya adalah: Membentuk streaming radio untuk mengoptimalkan program Share with Us yang dapat diakses oleh umum melalui tautan internet tertentu. Menyatukan dua program lokakarya dan pelatihan yang sebelumnya terpisah menjadi satu bagian, yaitu Research & Community-Development Training (RCT) dengan pembagian paketpaket yang disesuaikan dengan kebutuhan mitra dan jaringan, seperti kampus-kampus di seluruh Indonesia yang telah menjadi mitra MITI-M. Membentuk supporting system pada sistem pengawasan program yang akan dilakukan bagi para penerima HIBAH Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (P2M) MITI. Membudayakan kebiasaan menulis bagi seluruh anggota tim Departemen RIPI yang ditindaklanjuti menjadi buku-buku yang bermanfaat (semacam bunga rampai atau antologi) dan dipublikasikan secara umum melalui Buku Bunga Rampai (BBR). MITI Paper Challenge untuk ke depannya bukan melombakan makalah-makalah, tetapi melombakan karya ilmiah hasil penelitian dari mahasiswa yang nantinya akan dimasukan dalam jurnal terakreditasi.
Selamat dan Sukses Kepada Dr. Warsito Purwo Taruno, M.Eng (Ketua Umum MITI) Atas Penghargaan BJ Habibie Technology Award Tahun 2015 Serta
Selamat dan Sukses Kepada Dr. -Ing. M. Abdul Kholiq, M.Sc (Direktur Pemberdayaan IPTEK Masyarakat MITI) atas pencapaiannya mendapatkan Penghargaan Satyalacana Wira Karya dari Presiden Republik Indonesia Menurut PP Nomor 4 Tahun 1962, Satyalancana Wira Karya adalah bentuk penghargaan kepada warga negera Indonesia, yang telah memberikan darma baktinya yang besar kepada Nusa dan Bangsa hingga dapat dijadikan tauladan bagi orang lain
http://www.miti.or.id/
Kontribusi apakah yang diberikan Pak War (begitu sapaan akrabnya) sehingga beliau meraih penghargaan prestisius ini? Mari kita simak kembali tulisan berikut ini. ECVT (Electrical Capacitance Volume Tomoghraphy), teknologi inilah yang mengantarkan beliau meraih penghargaan BJHTA tahun 2015.
Kalau anak-anak Indonesia telah menyelesaikan “PR” nya dengan berinovasi, pemerintah hendaknya menyelesaikan “PR” nya dengan menyediakan tempat, membuat peraturan, agar inovasi anak bangsa itu bisa dipakai secara luas. (Warsito P. Taruno)
Hari-Hari Penting Bulan Agustus 2015 5 Agustus : Hari Dharma Wanita Nasional 8 Agustus : Hari Ulang Tahun ASEAN 10 Agustus : Hari Veteran Nasional 10 Agustus : Hari Kebangkitan Teknologi Nasional 12 Agustus : Hari Wanita TNI Angkatan Udara (Wara) 13 Agustus : Hari Peringatan Pangkalan Brandan Lautan Api 14 Agustus : Hari Pramuka 17 Agustus : Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 18 Agustus : Hari Konstitusi Republik Indonesia 19 Agustus : Hari Departemen Luar Negeri Indonesia 21 Agustus : Hari Maritim Nasional 28 Agustus : Hari Lahir DPR
http://www.mahasiswa.miti.or.id/ http://www.gopanganlokal.miti.or.id/ Fanpage MITI Klaster Mahasiswa Go Pangan Lokal Twitter @MITI_KM @GoPanganLokal