Penilaian Kinerja Perusahaan Dengan Menggunakan Balanced Scorecard (Studi Kasus Pada Score Café, Malang) Company Performance Assessment by Using Balanced Scorecard (Case Study at Score Café, Malang). Anggara Prio Timur1)*, Imam Santoso 2), Mas’ud Effendi 2) Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian – FTP – Universtas Brawijaya Jl. Veteran – Malang 65145 2)Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian – FTP – Universitas Brawijaya Jl. Veteran – Malang 65145 *
[email protected] 1)
Abstrak Bisnis makanan dan minuman semisal cafe dituntut untuk melakukan beberapa usaha agar mendapatkan performansi kerja dan kualitas pelayanan yang baik bagi pelanggan. Melalui beberapa keperluan tersebut dibutuhkanlah suatu penilaian kinerja yang tepat bagi cafe guna mengetahui seberapa besar pencapaian keberhasilan. Selain itu, penilaian kinerja pada dasarnya memegang peranan penting dengan tujuan untuk mendeteksi kelemahan atau kekurangan yang masih terdapat dalam perusahaan. Hal tersebutlah yang akhirnya dijadikan sebagai patokan bahwa harus adanya kejelasan mengenai penentuan kualitas kinerja dengan menggunakan metode Balanced Scorecard. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan hasil penilaian dari Score Cafe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil penilaian Score Cafe berada pada kurva 0,44 yang berarti masuk kedalam kategori “cukup”. Penentuan Rating Scale yang digunakan adalah -1,0, dan 1 dengan perspektif keuangan didapatkan skor 0, perspektif pelanggan berskor 2, perspektif proses bisnis internal berskor 2, dan perspektif pertumbuhan serta pembelajaran berskor 0. Kata kunci: Balanced Scorecard, Cafe, Penilaian Kinerja Abstract Food and beverage business such as cafe demanded to conduct many efforts in order to get well performance and service quality for customer. Through those requirements, it needs the right performance assessment for cafe to know how much the success been reached. Besides that, performance assessment basically has important role with the aim to detect the weakness or shortage that still exist in the company. Finally, this reason made as standard that there must be clarity about performance quality determination by using Balanced Scorecard method. The aim of this research is to obtain research result from Score Cafe. Research result shows that Score Cafe assessment is in the curve 0.44, it means that it is included into “enough” category. Rating Scale Determination that used in this research is -1.0 and 1 with financial perspective that obtained score 0, customer perspective 2, internal business process perspective 2, and growth and learning perspective 0. Keywords: Balanced Scorecard, Cafe, Performance Assessment PENDAHULUAN Usaha bisnis makanan dan minuman dituntut untuk melakukan beberapa taktik agar mampu menarik perhatian konsumen. Salah satunya dalam hal memberikan performansi kerja dan pelayanan yang baik. Hal ini bertujuan agar usaha bisnis tersebut memiliki daya saing baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Melalui beberapa keperluan tersebut dibutuhkanlah suatu penilaian kinerja yang tepat bagi setiap usaha bisnis untuk mengetahui seberapa besar pencapaian
keberhasilan. Menurut Susetyo (2013), penilaian kinerja merupakan kegiatan untuk mengetahui tingkat pencapaian strategi yang ditetapkan suatu organisasi dan mengidentifikasi kendala penyebab ketidakberhasilan strategi tersebut. Jadi dengan pengukuran kinerja yang dapat diterapkan akan membantu untuk memantau performansi kerja suatu usaha. Salah satu tempat usaha yang belum pernah dilakukan penilaian kinerja sebelumnya sehingga menjadi alasan sebagai tempat penelitian adalah Score Cafe.
Score Café mementingkan kualitas produk dan jasa dalam bentuk pelayanan dengan tujuan untuk menarik konsumen supaya membeli produk dan mencari pelanggan sebanyak-banyaknya. Score Café berusaha untuk menciptakan bisnis makanan dan minuman dengan kemampuan bersaing yang berani untuk mengambil resiko, namun sayangnya dari pihak perusahaan mengatakan belum sepenuhnya memperhatikan hal-hal penting yang berkaitan dengan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan yang dimaksud adalah diharapkan mampu untuk meningkatkan kapasitas pembelian dan pendapatan perusahaan. Selain itu, juga bertujuan agar mampu mengetahui permasalahan tentang kinerja perusahaan yang tengah dijalankan secara keseluruhan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Balanced Scorecard (BSC). Metode BSC merupakan metode yang berfungsi sebagai metode yang mampu mengukur atau menilai kinerja yang tidak hanya melihat dari satu perspektif saja, tetapi lebih detail dan menyeluruh (Sarjono, 2010). BSC dapat disangkutpautkan ke dalam empat perspektif yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan serta pembelajaran, keempat perpsektif tersebut akan dijadikan tolok ukur dalam menentukan keputusan strategis. (Susanti, 2012). BSC memiliki suatu sistem manajemen yang bukan sekedar sistem penilaian kinerja saja, namun juga untuk memungkinkan perusahaan dalam memperjelas strategi yang digunakan dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Pearce dan Robinson, 2007). BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Juli hingga Agustus 2014 di Score Cafe, Malang. Analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen Agroindustri, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya Malang.
Penentuan Batasan Masalah, Asumsi, dan Variabel Penelitian yang dilakukan memiliki batasan permasalahan serta variabel supaya tidak menyimpang dari tujuan penelitian dan mempermudah proses penelitian. Hal-hal perlunya yang dibahas pada penelitian ini adalah penentuan indikator kunci, yaitu: 1. Responden yang diambil adalah pemilik dan karyawan Score Café baik pria maupun wanita, dengan jumlah responden 2 orang selaku pemilik café dan 4 orang selaku karyawan yang bekerja di Score Café yang nantinya akan dijadikan sampel untuk menentukan kepuasan karyawan pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. 2. Data sekunder yang digunakan adalah 3 bulan berturut-turut dari bulan April, Mei, dan Juni 2014. Periode yang digunakan tidak menggunakan periode berupa tahunan dikarenakan Score Café baru berdiri September 2013 dan belum bisa dikategorikan sebagai pelaku bisnis yang berumur lama. 3. Penelitian difokuskan pada 4 perspektif yakni perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan dengan masing-masing indikator kuncinya. 4. Penetuan indikator kunci pada perspektif keuangan diambil secara acak sesuai kondisi dan keperluan dari masing-masing konten. 5. Penentuan indikator kunci pada perspektif pelanggan atau konsumen adalah akuisis pelanggan dimana yang dimaksudkan adalah perolehan pelanggan selama 3 bulan, dan perolehan keluhan dari pelanggan dimana itu adalah untuk dijadikan indikator kunci kepuasan konsumen. 6. Penentuan indikator kunci pada perspektif proses bisnis internal adalah ketepatan waktu pengantaran pesanan. 7. Penentuan indikator kunci pada perspektif pembelajaran serta pertumbuhan adalah dengan mengevaluasi absensi karyawan selama 3 bulan, dan memeberikan kuesioner.
Penginterpestasian asumsi perlu dilakukan agar hasil penelitian sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Asumsi yang dilakukan adalah manajemen yang terlibat langsung dalam penelitian ini dianggap mengetahui dan berkompetensi dalam menilai aspek-aspek dari seluruh konten yang menunjukkan kinerja perusahaan yaitu pemilik café. Variabel merupakan objek penelitian yang dilakukan dan meliputi seluruh keadaan, perlakuan, tindakan, serta faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian (Arikunto, 2002). Pada penilaian kinerja Score Café terdapat variabel yaitu variabel indikator kunci kinerja perusahaan. parameter ini yang nantinya akan menjadi tolok ukur yang dapat melihat tingkat keberhasilan dari tujuan, dengan begitu hasil penelitian dapat diketahui. Parameter dari variabel penilaian kinerja Score Café adalah 3 kategori nilai yang ditetapkan oleh Score Café. Identifikasi Indikator Kunci Kinerja Perusahaan Identifikasi indikator kunci kinerja dilakukan dengan dasar literatur dan diskusi dengan pihak menajemen terkait dengan empat perspektif pada metode BSC. Indikator kunci akan dijadikan dasar dalam penilaian kinerja perusahaan. Indikator kunci yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Perspektif keuangan Pada perspektif keuangan digunakan tiga kategori keuangan, yaitu: a. Pada penelitian ini current ratio yang dimaksudkan adalah kemampuan perusahaan untuk membayar hutanghutang yang dimiliki, perhitungan current ratio dengan rumus: Current ratio = (1) Variabel pada current ratio adalah aset dan hutang. Aset yang digunakan adalah modal yang dikeluarkan oleh cafe untuk membuka usaha yaitu antara lain furniture/mebel, bangunan, kulkas, freez box, LED TV, dan LCD proyektor, dan uang kas pada bulan April sebesar Rp. 86.090.000. Pada bulan Mei aset
berubah menjadi Rp. 86.750.000 karena uang kas berubah di setiap bulan. Pada bulan Juni aset berubah kembali menjadi Rp. 86.075.000. Berikutnya hutang yang dimiliki oleh perusahaan dan yang dibayarkan tiap bulannya adalah sama, yaitu sejumlah Rp. 6.350.000. b. Total assets turnover (TAT) atau dalam istilah balik modal dari perusahaan, perhitungan TAT adalah dengan rumus: TAT = (2) Variabel pada total assets turnover adalah penjualan dan aset. Penjualan dikategorikan sama dengan pendapatan atau pemasukan, artinya pendapatan kotor yang diperoleh adalah sama dengan hasil penjualan produk secara keseluruhan. c. Profit Margin on Sales menunjukkan persen peningkatan atau penurunan dari laba bersih setiap penjualannya, rumusnya adalah: PMS = (3) Variabel pada profit margin on sales adalah laba bersih dan penjualan. Aset yang dimaksud adalah sama seperti pada variabel current ratio dan variabel penjualan sama seperti pada total assets turnover. 2. Perspektif pelanggan Perspektif pelanggan merupakan suatu analisis untuk mengidentifikasi kepuasam pelanggan Score Café. a. Akuisisi pelanggan pada kasus bisnis café adalah perolehan jumlah pelanggan. Untuk mengetahuinya adalah mengumpulkan data jumlah pelanggan pada bulan April, Mei, dan Juni 2014 kemudian membandingkannya untuk menilai apakah terdapat kenaikan dan penurunan. b. Mengumpulkan data tentang keluhan atau komplain dari pelanggan. Score Café menentukan penilaiannya apabila lebih dari 1% adalah buruk, lalu bila sama dengan 1% adalah cukup, dan 0% adalah baik.
c. Perspkektif bisnis internal Indikator yang digunakan untuk menilai perspektif bisnis internal ini adalah jumlah produk yang terjual dan kelengkapan bahan baku yang dimiliki. Ketepatan waktu pengantaran ditentukan dengan memberikan nilai dari < 90%, kemudian 90% < tepat waktu < 100%, dan 100% tepat waktu. Pemberian nilai tersebut ditentukan oleh pihak cafe sendiri yang mengatasi tentang pengantaran pesana ke pelanggan. Penentuan cafe memberikan batas dari 90% hingga 100% sudah tepat, karena komplain sebanyak 10 % dan lebih sudah termasuk ke dalam kinerja yang dinilai benar-benar buruk. Inovasi produk baru diketahui dengan bertambah atau menurunnya jumlah produk yang ada di Score Cafe. Penentuan tersebut dapat dilihat dari buku menu yang mengalami perubahan isinya atau tidak. d. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran Pada perspektif ini mengidentifikasikan struktur yang harus dibangun untuk menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja perusahaan. Ada 2 hal yang dimaksud, yaitu tingkat absensi karyawan dan kepuasan kerja karyawan. Tingkat absensi = (4) Penentuan tingkat absensi karyawan adalah dengan rumus, menghitungnya kemudian membandingkannya dari bulan April, Mei, dan Juni 2014, nanti akan terlihat perbedaanya dengan penilaian bila lebih dari 3 % per jumlah bulan yang ditentukan dikatakan buruk, bila sama dengan 3% jumlah bulan yang ditentukan adlah cukup, dan kurang dari 3 % per jumlah bulan yang ditentukan adalah baik. Kaitannya dengan tingkat kehadiran, Pentukan standar kriteria disiplin karyawan dengan absensi atau ketidakhadiran kurang dari 3 % per bulan,
maka karyawan mempunyai disiplin yang baik. Secara tidak langsung dengan begitu apabila ketidakhadiran lebih dari 3 % per bulan maka karyawan memiliki disiplin yang buruk, dan apabila berada tepat 3% maka dapat dikatakan cukup. Kepuasan kerja karyawan diketahui dengan melakukan pengisian kuesioner oleh responden yaitu karyawan itu sendiri. Terdapat sebelas pertanyaan yang mempengaruhi kepuasan kerja. Pointpoint tersebut adalah pekerjaan, reward, kondisi kerja, dan rekan kerja. Kuesioner mengenai kepuasan karyawan yang telah diisi kemudian diolah menggunakan software SPSS. Kriteria penilaian sebagai tolok ukur kinerja ditentukan dengan cara diskusi dan pembuatan kesepakatan bersama pihak kafe. Dalam penilaian keinerja digunakan rating scale -1, 0, dan 1 sehingga terdapat tiga interval nilai atau skor yang mewakili kriteria penilaian utnuk masing-masing indikator kerja. Criteria penilaian tersebut adalah buruk, cukup, dan baik. Kriteria baik menginformasikan bawa kinerja aktual perusahan memenuhi target. Criteria cukup menginformasikan bahwa kinerja aktual perusahaan belum memenuhi target, namun hasil yang diperoleh masih dapat diterima. Kriteria buruk menginformasikan jauhnya rentang nilai kinerja aktual perusahaan dengan target yang telah ditentukan. Mulai dari perspektif keuangan, pelanggan, bisnis internal, dan proses pembelajaran serta pertumbuhan masingmasing memiliki cara penilaian yang tidak sama. Dilihat dari masing-masing pembagiannya, dari penilain pada perspektif keuangan perusahaan dilakukan dengan acuan Tabel 1. Penilaian pada perspektif pelanggan dari perusahaan dilakukan dengan acuan Tabel 2. penilaian pada perspektif proses bisnis internal perusahaan dilakukan dengan acuan Tabel 3. Penilaian pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan pada perusahaan dilakukan dengan acuan Tabel 4.
Tabel 1. Interval Skor Perspektif Keuangan No
Variabel
1.
Current ratio
2.
3.
Total assets turnover Profit margin on sales
Penilaian Score Cafe Belum mampu Tetap Sudah Mampu Rugi Balik Modal Untung Menurun Tetap Meningkat
Kriteria Buruk Cukup Baik Buruk Cukup Baik Buruk Cukup Baik
Bobot Nilai -1 0 1 -1 0 1 -1 0 1
Tabel 2. Interval Skor Perspektif Pelanggan No
Variabel
1.
Akuisisi pelanggan
2.
Total komplain
Penilaian Score Cafe Menurun Tetap Meningkat >1% 0% < TK < 1% 0%
Kriteria Buruk Cukup Baik Buruk Cukup Baik
Bobot Nilai -1 0 1 -1 0 1
Tabel 3. Interval Skor Perspektif Proses Bisnis Internal No
Variabel
1.
On time delivery
2.
Inovasi produk baru
Penilaian Score Cafe <90% 90%
100% Menurun Tetap Bertambah
Kriteria Buruk Cukup Baik Buruk Cukup Baik
Bobot Nilai -1 0 1 -1 0 1
Tabel 4. Interval Skor Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran No
Variabel
1.
Absensi
2.
Kepuasan karyawan
Penilaian Score Cafe >3% / 3 bulan 3% / 3 bulan <3% / 3 bulan Tidak puas Netral Puas
Kriteria Buruk Cukup Baik Buruk Cukup Baik
Bobot Nilai -1 0 1 -1 0 1
Penilaian kinerja perusahaan terhadap empat perspektif pada BSC dilakukan dengan pembobotan. Tujuan dari pembobotan adalah untuk mengetahui bobot kepentingan dan prioritas dari masing-masing perspektif yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Metode yang digunakan untuk menentukan bobot perspektif adalah dengan menjumlahkan total bobot skor bagian setiap perspektif dibagi dengan total bagian dari empat perpsektif. Bobot penilaian kinerja yang diperoleh dari tiap perspektif dapat menggambarkan
bahwa setiap perspektif mempunyai pengaruh kepentingan yang berbeda terhadap kinerja Score Café. Bobot-bobot tersebut nantinya digunakan untuk menyatukan jumlah nilai indikator kunci pada masing-masing perspektif untuk diperoleh hasil penilaian kinerja Score Café. Melalui bobot penilain tersebut yang mencakup nilai kurang yaitu 1, cukup yaitu 2, dan baik dengan skor 3 akan menggambarkan nantinya nilai kinerja yang dimiliki oleh Score Café seperti yang tertera pada Gambar 3.3. Apabila skor kurang dari 50% dikatakan kurang, 50% dikatakan cukup dan kinerja dikatakan baik jika lebih dari 80% dengan skor 0,6 sedangkan kurang dari 0,6 adalah cukup (Lailiyah, 2012). Melalui penelitian Lailiyah (2012) tersebut, nilai skor yang didapat dari 3 rating scale tersebut adalah 0,33 dan secara otomatis penilaiannya adalah “cukup” karena berada pada daerah -0,6 hingga 0,6 yaitu 0,33.
Gambar 1. Bobot Penilaian Kinerja
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Menggunakan Balanced Scorecard Hasil penilaian kinerja pada perspektif keuangan dari ketiga variabel yaitu current ratio, total assets turnover, dan profit margin on sales dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Penilaian Kinerja Pada Perspektif Keuangan Penilaian Hasil ScoreCafe Perhitungan Belum mampu Current Tetap Tetap ratio SudahMampu Rugi Total Balik Modal assets Untung turnover Untung Menurun Profit Tetap margin Menurun onsales Meningkat
Bobot Nilai
No Variabel
Kriteria
1.
Cukup
0
Baik
1
Buruk
-1
2.
3.
Total
0
Dapat diketahui mulai dari bulan April 2014 current ratio adalah 13,557 %, kemudian pada bulan Mei 2014 adalah 13,661 %, dan pada bulan Juni 2014 adalah 13,555 % dari ketiga bulan tersebut dapat dilihat nilai yang sama-sama yaitu diantara 13,00 dan perubahannya tidak meloncat terlalu jauh. Hasil perhitungan tetap dan masuk dalam kategori cukup maka skor yang diberikan adalah “0”. Pada penilaian total assets turnover bulan April 2014 adalah 0,262 %, kemudian pada bulan Mei 2014 adalah 0,285 %, dan pada bulan Juni 2014 adalah 0,278 %, sehingga dari ketiga bulan tersebut dapat dilihat nilai yang terjadi kenaikan, jadi nilai yang dapat diberikan adalah baik atau bernominal “1”. Variabel Profit margin on sales dari bulan April 2014 adalah 0,5733 %, kemudian pada bulan Mei 2014 adalah 0,5482 %, dan pada bulan Juni 2014 adalah 0,5384 %, sehingga dari ketiga bulan tersebut dapat dilihat nilai yang terjadi penurunan, jadi nilai yang dapat diberikan adalah buruk atau bernominal “-1”. Jumlah dari tiga variabel mulai dari bobot nilai current ratio, return on asset, total assets turnover, dan, profit margin on sales di Score Café memiliki bobot 0, 1, dan -1 kemudian dijumlahkan secara manual sehingga didapatkan nilai 0, nilai 0 adalah tetap atau cukup. Tabel 6. Hasil Penilaian Kinerja Pada Perspektif Pelanggan No Variabel 1.
Akuisisi pelangga n
2.
Total komplain
PenilaianScore Hasil Kriteria Cafe Perhitungan Menurun Tetap Meningkat Baik Meningkat >1% 0%
Bobot Nilai 1
1 2
Pada variabel akuisisi pelanggan menjelaskan bahwasanya pelanggan mengalami peningkatan dari bulan April 2014 hingga Juni 2014. Perolehan pelanggan bulan April 2014 adalah 1.572 pelanggan, kemudian pada bulan Mei 2014 mengalami peningkatan dalam perolehan pelanggan yaitu sebanyak 17
pelanggan sehingga pelanggan menjadi 1.589 pelanggan, dan pada bulan Juni 2014 mengalami peningkatan kembali perolehan pelanggan yaitu 15 pelanggan sehingga pada bulan Juni menjadi 1.604 pelanggan.. Melalui hasil perhitungan yang mengalami kenaikan dan berkriteria baik, bobot nilai yang diberikan adalah 1. Total komplain atau keluhan adalah 0%, hal tersebut dikarenakan selama 3 bulan mulai bulan April hingga Juni 2014 kafe tidak satupun menerima keluhan dari pelanggan. Sehingga nilai yang dapat diberikan adalah 0% dan berkriteria baik, sehingga bobot nilai yang diberikan adalah 1. Tabel 7. Hasil Penilaian Kinerja Pada Perspektif Proses Bisnis Internal PenilaianScore Hasil Kriteria Cafe Perhitungan <90% On time 90%
No Variabel 1 . 2 .
Inovasi produk baru
Menurun Tetap Bertambah Total
Bertamba h
Baik
Bobot Nilai
1
1 2
Pengantaran pesanan tepat waktu adalah 100% dengan kriteria baik, penilaian ini diperoleh konklusi dari jumlah keluhan, karena pengantaran pesanan berhubungan dengan jumlah keluhan pelanggan dan dari Score Café. Apabila ada yang mengeluh tentang pengantaran pesanan maka akan dimasukkan dalam prosentase <90%, 90%
Tabel
8. Hasil Penilaian Kinerja Pada Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
No Variabel 1.
Absensi
2.
Kepuasan karyawan
PenilaianScore Hasil Kriteria BobotNilai Cafe Perhitungan >3% / 3bulan 3%/ 3bulan 2,66% Baik 1 <3% / 3bulan
Tidak puas Netral Puas
30,6
Bur uk
-1
Total
0
Perolehan data absensi karyawan pada bulan April 2014 adalah 4 kali absen dari 30 hari dengan keterangan 3 kali ijin dan 1 kali sakit. Pada bulan Mei 2014 adalah 3 kali absen dengan keterangan 1 kali ijin dan 2 kali. Sedangkan pada bulan Juni 2014 adalah 1 kali absen dengan keterangan 1 kali ijin. Total dari ketiga bulan tersebut adalah 8 kali absensi, dimasukkan rumus 8 dibagi dengan jumlah karyawan yaitu 4 dan dikalikan dengan jumlah hari kerja yaitu 75 diperoleh hasil 0,0266 lalu dikalikan 100% maka hasilnya adalah 2,66 %. Melalui tabel hasil data kuesioner kepuasan kerja karyawan Score Café diperoleh total 153, kemudian total tersebut dimasukkan rumus skor yang didapat lalu dibagi nilai maksimal. Skor yang diperoleh adalah 153 lalu dibagi nilai maksimal yaitu 5, sehingga hasilnya adalah 30,6. Skor 30,6 kemudian dimasukkan pada interval skor kepuasan karyawan dan diperoleh kriteria buruk, karena berada pada interval 20 dan 46,66 dan bobot nilai yang diberikan adalah berskor -1. Rekapitulasi dan Kesimpulan Penilaian Kinerja Tabel 9. Rekapitulasi Penilaian Kinerja Score Café Pada Bulan April-Juni 2014 Perspektif
Keuangan Pelanggan Proses Bisnis Internal Pembelajaran dan Pertumbuhan Total
pertumbuhan serta pembelajaran adalah 9 variabel, sehingga total skor 4 dibagi dengan 9 diperolah hasil 0,44. Langkah selanjutnya adalah membuat skala untuk menilai total skor tersebut sehingga kinerja Score Café dapat dikatakan ”kurang”, ”cukup”, dan ”baik”. Berikut Gambar 2 atau kurva kinerja Score Café:
Total Bobot Nilai 0 2 2 0 4
Total bobot skor Score Café adalah 4, dan total variabel dari 4 perspektif antara lain perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif
Gambar 2. Kurva Kinerja Score Café Tahapan selanjutnya adalah menentukan batas ”kurang”, ”cukup”, dan ”baik” dari kurva kinerja. Antara kategori cukup dan baik dikatakan cukup bila belum menjangkau 50% atau dengan skor antara 0 hingga kurang dari sama dengan 0,5. Dan kinerja dikatakan baik jika lebih dari 50% atau lebih dari 0,51 hingga seterusnya. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja Score Café jika diukur dengan kurva dari metode Balanced Scorecard adalah ”cukup” karena berada pada daerah antara 0 dan 0,5 yaitu 0,44. Rekomendasi Tujuan dan Sasaran Strategis Pada perspektif keuangan tujuan kedepannya untuk mengatur kembali bagaimana cara meningkatkan pendapatan serta laba, sasaran strategisnya adalah meningkatkan pendapatan, pengurangan rugi dengan target laba yang meningkat dari bulan ke bulan, ukuran yang menjadi patokan adalah peningkatan laba. Selanjutnya inisiatif strategis yang dapat diberikan adalah dengan mengoptimalkan produk penjualan sehingga pelanggan merasa tidak dikecewakan dengan produk yang ditawarkan dan dengan begitu pelanggan akan datang kembali. Menurut Handika et al. (2010) menjabarkan bahwa pada penilaian kinerja Balanced Scorecard dapat mendukung penilaian kinerja secara finansial, dimana ketiga perspektif lainnya dapat mendukung kinerja finansial di perusahaan.
Perspektif pelanggan rekomendasi tujuan adalah untuk meningkatkan perolehan pelanggan dari bulan ke bulan serta terus memperta-hankan tanpa adanya komplain dari pihak pelanggan bahkan juga karyawan. Sasaran strategisnya dengan menciptakan hubungan yang baik dengan pelanggan dengan target perolehan pelanggan yang makin bertambah atau paling tidak cukup, diharapkan sekali untuk tidak menurun. Ukuran sebagai tolok ukur adalah dengan presentase pelanggan yang komplain atau mengeluh. Kemudian inisiatif strategi yang bisa diaplikasikan adalah dengan mengakrabkan dengan pelanggan, sapa, dan senyum tanpa ada gimik yang tidak baik yang diberikan kepada pelanggan, lalu memberi kecekatan dalam pengantaran pesanan juga dapat dijadikan salah satu inisiatif yang tidak buruk supaya pelanggan akan merasa nyaman dengan kedatangan pesanan yang tepat waktu. Menurut Putra (2005), perspektif pelanggan yang berkategori baik dilihat dari strategi perusahaan yang telah sesuai dan tepat sasaran. Perspektif proses bisnis internal untuk tujuannya adalah dengan meningkatkan kualitas pelayanan dalam pengantaran pesanan kepada pelanggan yang tepat waktu atau paling tidak adalah tidak yang terlalu lama, lalu memberikan inovasi produk yang lebih bervariasi dari pada produk yang sudah ada, maka dengan adanya produk-produk yang bervariasi serta tentunya berkualitas diharapkan pada sasaran strategis pengembangan produk serta kualitas dapat terlaksana. Ukurannya adalah dengan melihat penambahan jenis produk baru dari bulan ke bulan. Pencapaian targetnya adalah dengan penambahan jumlah produk dengan produk yang berbeda dan bahkan mungkin belum pernah ada di café-café yang lain, serta pencapaian untuk tidak lama mengantarkan pesanan kepada pelanggan. Inisiatif strateginya adalah dengan mensurvei pasar untuk melihat sejauh mana menu-menu yang ada di café lain dan seperti apa keinginan pelanggan. Menurut Sulisworo dan Nurmaningsih (2011), komponen atau variabel utama dari perspektif
proses bisnis internal adalah komponen inovasi dan operasi yang menjadi tolak ukur dengan perusahaan lainnya. Berbeda halnya dengan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan tujuan yang dapat diberikan adalah untuk membenahi metode yang baik dari segi sumber daya manusia yaitu karyawan. Sasaran strategis adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta menjalin kerjasama yang baik dengan karyawan. Karyawan akan merasa nyaman bekerja dengan perusahaan apabila pihak perusahaan juga tidak menyalahgunakan hak karyawan seperti ketepatan waktu pemberian gaji, intensif, kompensasi hari libur atau ijin, dan memberikan rasa keakraban dengan karyawan seperti tidak ada jarak antara karyawan dan pemilik café. Pada akhirnya pencapaian targetnya adalah seluruh karyawan merasa puas dengan pekerjaan mereka yang bekerja di Score Café. Ukuran yang digunakan adalah pemberian kuesioner kepada karyawan serta dilihat dari total absensi karyawan. Inisiatif strategi yang dapat diinterprestasikan adalah mendekati karyawan untuk lebih dapat bekerjasama, kemudian cara memberikan informasi mengenai café, makanan, kebersihan, dan lain sebagainya adalah dengan sosialisasi yang bersahabat. Menurut Amal dan Krsinadi (2013), pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran penting adanya peningkatan kepuasann tim atau karyawan untuk lebih banyak menggali informasi mengenai keluhan maka dibutuhlah keterbukaan antar karyawan satu dengan yang lain. KESIMPULAN 1. Hasil dari penelitian yang didapat menunjukkan bahwa kinerja Score Café adalah “cukup”, dengan total dari keseluruhan persepektif diperoleh skor 0,44. 2. Perspektif keuangan memiliki total skor adalah 0, perspektif pelanggan memiliki skor berjumlah 2, perspektif proses bisnis internal berskor 2, dan perspektif pertumbuhan serta pembelajaran berskor 0.
3. Skor tertinggi dan baik yaitu 2 adalah pada perspektif pelanggan dan perspektif proses bisnis internal. Skor terendah dan kurang yaitu 0 pada perspektif keuangan dan 0 pada perspektif pertumbuhan serta pembelajaran. SARAN Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan yang lebih detil di Score Café di bidang auditing pada analisis laporan keuangan dan pada perspektif pertumbuhan serta pembelajaran pada variabel kepuasan karyawan. Pada penelitian lain yang hendak melakukan penilaian kinerja di usaha bisnis café atau sejenisnya juga dapat disarankan untuk lebih memperhatikan pada perspektif keuangan dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Amal, A.S. dan Krisnadi, I. 2013. Analisa Kinerja Revenue Assurance pada Layanan 3G Menggunakan Metode Balanced Scorecard. IncomTech, Jurnal Telekomunikasi dan Komputer 4(1): 3752 Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT Rineka Cipta. Jakarta. Handika, F.S., Setyanto, N.W., dan Efranto, R.Y. 2010. Penggunaan Metode Balanced Scorecard Sebagai Upaya Meningkatkan Kinerja Perusahaan Berbasis Analytical Hierarchy Process Dan Objectives Matrix (Studi Kasus: Pt. Bank X (Persero) Tbk. Malang). Jurnal Industri 22(88): 144-155.
Lailiyah, S. 2012. Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Dengan Balanced Scorecard (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Umum Daerah Ngudi Waluyo Wlingi). JIM FEB 2(1): 1-20. Pearce, J. dan Robinson, R. 2007. Strategic Management–Formulation, Implementation, and Control, 10th Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. London. Putra,
B.I. 2005. Analisis Pengukuran Kinerja Dengan Metode Balance Scorecard (BSC) di CV. MCH Sidoarjo. Tek.Ind UMSIDA 24(7):1-15
Sarjono, H. 2010. Penerapan Metode Balanced Scorecard Sebagai Suatu Sistem Pengukuran Kinerja Pada PT. Dritama Brokerindo, Jakarta Timur. Binus Business Review 1(1): 139-154 Sulisworo, D. dan Nurmaningsih, S. 2011. Pembobotan Sasaran Strategis Perspektif Balance Scorecard (BSC) Pada Perusahaan Air Minum. Jurnal Ilmiah Teknik Industri 10(1): 22-28. Susanti, I. 2012. Perancangan Manajemen Kinerja Penyelanggaraan Pendidikan dan Pelatihan dengan Ancangan Management by Objectives (MBO) dan Perspektif Balanced Scorecard. Jurnal Manajemen & Agribisnis 9(1): 43-58 Susetyo, J. 2013. Penerapan Sistem Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan Metode IPMS pada PT X. Jurnal Teknologi 6(1): 98-107