kisah inspiratif dari kampung
kisah inspiratif dari kampung CATATAN KAMPUNG MEDIA NUSA TENGARA BARAT
Kisah Inspiratif dari Kampung Catatan Kampung Media Nusa Tenggara Barat Kampung Media Editor Salman Al-Farisi Dedi Mujadid M Fairuz Abadi Perancang Sampul dan Tataletak Tjak S Parlan Diterbitkan pertama kali oleh Kampung Media Nusa Tenggara Barat Bekerjasama dengan Dishubkominfo Provinsi Nusa Tenggara Barat Cetakan pertama, Oktober 2014
PENGANTAR EDITOR
Tuhan berkisah dengan tak terbilang warna dan cara. BERDISKUSI tentang inspirasi, umumnya kita diperhadapkan dengan tiga hal, yakni siapa yang memberikan inspirasi, siapa yang memeroleh inspirasi, dan sang inspirator ialah golongan manusia unggul atau setidaknya terkenal meskipun tidak dari manusia berkualitas. Namun, dalam konteks buku “Kisah Inspiratif dari Kampung” ini, selain dengan ketiga hal tersebut, kita juga berhadapan dengan komponen lain, seperti penulis kisah inspiratif di dalam buku ini, program pemerintah bernama “Kampung Media”, dan pemerintah Nusa Tenggara Barat. Penulis kisah berkedudukan penting terutama karena paradigma yang dibangun adalah kisah-kisah yang ada bukan berasal
8
PENGANTAR EDITOR
dari aktor elite dan tidak juga berpusat di kota. Aktor inspirasi dalam buku ini merupakan kelompok masyarakat kecil, yang kalau tidak ada penulis kisah, maka mereka bukanlah siapa-siapa di hadapan manusia yang mendudukkan diri maju, modern, dan berkecukupan. Sementara itu, Kampung Media mengakomodasi baik aktor dalam buku ini maupun penulis kisah. Melalui keterbukaan yang luas dan gerakan penyadaran bahwa setiap orang memiliki kesempatan bersama untuk berbagi kisah dan setiap tempat mempunyai kisah-kisah istimewa, Kampung Media menjembatani keterputusan antara “atas” dan “bawah” dalam koridor berpikir sosiomakro masyarakat kita pada umumnya. “Atas” merupakan pusat kekuasaan yang sulit tersentuh oleh “bawah” karena “bawah” merupakan kelompok masyarakat yang hanya diperankan sebagai kaule, yakni pesuruh yang memiliki akses terbatas terhadap hidup layak sebagaimana yang dialami oleh kelompok “atas”. Hadirnya Kampung Media, paradigma “atas” dan “bawah” dilunturkan sehingga kisah-kisah orang kecil yang tidak mungkin memeroleh ruang di halaman koran maintsream karena sudah dikavling oleh kelompok elite, dapat dengan leluasa muncul di laman Kampung Media. Melihat perkembangan Kampung Media dan gerakan penyadaran tersebut, pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat pun “berjenjang naik bertangga turun”,
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
yakni berkomitmen menjadikan Kampung Media sebagai media peretas feodalisme paradigmatik sehingga Nusa Tenggara Barat dapat menjadi yang terdepan meletakkan keyakinan ideologis bahwa setiap orang setara. Setiap bangsa memiliki kesempatan yang sama untuk menikmati apel dan anggur, meskipun kedua buah itu tumbuh di tengah halaman istana. Simbiosis mutualistik keyakinan dan pandangan hidup inilah yang telah mengawainkan sang inspirator, yakni masyarakat Nusa Tenggara Barat yang berpuluh-puluh tahun tidak tertangkap kamera wacana elitis menjadi aktor yang dapat leluasa menunjukkan bahwa mereka ada dan bermakna dengan penulis kisah yang umumnya berasal dari kelompok yang sudah terdidik. Perkawinan mutualistik ini tidak berhenti di situ, melainkan semakin mengikat manakala Kampung Media dan pemerintah Nusa Tenggara Barat meluruhkan diri dalam bahtera yang sama sehingga lahirlah kesetaraan. Tidak ada sekat yang menyiksa antara pemerintah, kelompok elite dengan kelompok yang diasosiasikan sebagai orang yang tidak beruntung. Ternyata, aktor utama kisah dalam buku ini tidak kalah etik dan estetiknya, bahkan filosofisnya dengan dunia umum yang sudah lebih banyak mewarnai kehidupan kota dan elite. Tampak sederhana tetapi begitu dikuliti langsung tersembul mutiara-mutiara makna kehidupan dan kemanusiaan. Untuk menyibak
9
10
PENGANTAR EDITOR
lautan makna tersebut, maka buku ini disusun berdasarkan spirit tematik aktor inspiratif sehingga lahirlah bagian-bagian yang mengantarkan kita untuk memahami bahwa pada kehidupan yang jauh dari kota dan elite, terdapat warna yang sama dengan kehidupan para jagoan yang setiap saat muncul di televisi dan koran mainstream. Bahkan aktor dalam buku ini sering memunculkan diri lebih bernilai dibandingkan dengan aktor penguasa media massa besar. Adapun susunannya sebagai berikut. Bagian pertama: inspirator wirausaha yang terdiri dari dua puluh lima kisah ini membidik aktor utama yang secara mencolok memperlihatkan bahwa ada teori lain dalam mengarungi bahtera wirausaha. Seakan ingin menumbangkan teori-teori besar tentang wirausaha, para aktor menawarkan teori mereka sendiri yang hampir sepenuhnya bersumber dari pengalaman dan insting yang terbentuk oleh alam yang keras. Misalnya, seorang sarjana pendidikan yang ditekan oleh realitasnya untuk tidak mengambil profesi sebagai tenaga pendidik karena hidup baginya tidaklah selalu linear. Oleh karena itu, dia mentrasformasi teori-teori pendidikan yang sudah dipelajarinya menjadi teori wirausaha. Di sinilah kemudian ia tampak sebagai aktor yang menawarakan nilai hidup bahwa kenyataan adalah guru utama sedangkan diri manusia adalah murid yang lemah sehingga sang murid mesti menyusun langkah
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
dari ajaran sang guru. Maka, sarjana pendidikan itu pun memilih mendirikan usaha ternak ayam, misalnya. Pada bagian pertama ini banyak dijumpai kisah para aktor yang membongkar kesadaran kita bahwa hal utama dalam wirausaha bukanlah teori. Dengan kata lain, manusialah yang utama, bukan bagaimana menjadi wirausahawan yang sudah ditetapkan dalam teor-teori di bangku kuliah formal. Tentu saja dalam hal ini adalah manusia yang unggul, yang sudah menjadi sakti karena tertempa oleh hidup yang pahit. Mereka kemudian menjadi cakrawala yang me”ngaya”kan lautan kehidupan yang masih merahasia sehingga dengan membaca kisah mereka, satu persatu rahasia itu tersibak, kemudian menjadi guru bagi setiap orang yang mau mendekatkan diri secara tulus. Bagian kedua: inspirator pendidikan yang terdiri dari sembilan kisah menjadi pemantik kesadaran kita bahwa pendidikan ialah keutamaan. Bagaimana tidak? Kita menjumpai dalam sembilan kisah tersebut aktor yang mengajarkan keyakinan bahwa hanya dengan pendidikan ia dapat mengubah hidupnya. Untuk keyakinan ini, sang aktor melupakan dirinya berasa dari kelas atau kelompok masyarakat yang tidak berdaya. Baginya, ketiadaan mesti dilawan sehingga penghasilan yang sangat kecil dijadikan sebagai dasar untuk membangun bukit tabungan. Sesudah itu, sedikit demi sedikit bukit tabungan itu diambilnya untuk meraih
11
12
PENGANTAR EDITOR
keinginannya menjadi orang yang berpendidikan. Pada bagian kedua ini kita diperlihatkan bahwa seluruh orang Nusa Tenggara Barat sudah memiliki kesadaran yang sama tentang pentingnya pendidikan, tetapi tidak semua orang memiliki akses yang sama indahnya untuk berpendidikan. Atas kenyataan ini, maka Nusa Tenggara Barat dituntut untuk mengulurkan tindakan agar selaras antara keinginan yang tinggi dengan kesempatan untuk memeroleh keinginan tersebut. Selain itu, kisah-kisah ini menyulut keyakinan kita bahwa ke depan, semua orang Nusa Tenggara Barat akan terdidik sehingga memiliki peluang besar untuk menjadi daerah yang melaju cepat dalam pembangunan. Tentu saja apabila pemerintah dan masyarakat luas duduk bersama di depan dulang untuk ngandang kesempatan pendidikan yang sama. Bagian ketiga: inspirator kesetiaan pada pekerjaan terdiri dari empat puluh tujuh kisah menyentak kesadaran kita bahwa sekecil apa pun pekerjaan, jika disetiai, pekerjaan tersebut akan memanusiakan manusia. Dengan kata lain, pekerjaan tersebut akan memberikan kehormatan dan mengangkat harkat martabat aktornya. Apaila aktor dalam kisah bagian ketiga ini dijadikan guru oleh para birokrat di Nusa Tenggara Barat, maka sudah dapat dipastikan pembangunan akan melaju cepat, akan terbagi merata, dan menjadi simbol kebanggaan daerah. Misalnya, dari
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
birokrat jabatan terendah sampai jabatan tertinggi sama-sama setia dengan cara mengabdikan diri pada pekerjaan secara tulus dan total, tidak hanya akan menghindarkan birokrat dari penyalahgunaan jabatan, melainkan melahirkan hasil pekerjaan yang berpuluh kali lipat dari yang dibayangkan. Birokrat tidak tergoda untuk mencicipi lahan orang lain karena pekerjaanya sendiri disetiai dengan cara bekerja dan bekerja. Persoalan penghargaan atasan berupa kenaikan pangkat sepenuhnya diserahkan kepada hasil yang sudah dilakukannya, bukan diserahkan kepada sikap cari muka dan pribadi asal bapak senang. Lihat saja pada bagaimana seorang aktor yang memperlihatkan kesetiaan pada pekerjaan menjadi pedagang bubur selama puluhan tahun yang mampu membiayai pendidikan anaknya. Penting dicatat bahwa kesetiaan pada pekerjaan tidak berarti tidak mau mengubah nasib dengan mengerjakan pekerjaan lain yang lebih layak. Kesetiaan berarti bahwa ia memberikan seluruh dirinya terhadap pekerjaannya dan pekerjaan lain jika ada sehingga tampak integritas diri yang tinggi. Ia menyatukan diri dengan pekerjaannya demi tujuan yang ingin dicapainya. Ia mengikat dirinya dengan pekerjaan tersebut karena ia didorong oleh keyakinan bahwa tujuannya pasti tercapai. Maka kewajibannya adalah menjaga kehormatan dirinya di hadapan pekerjaannya sendiri sehingga pekerjaan
13
14
PENGANTAR EDITOR
tersebut memberikan penghormatan yang setimpal. Bagian keempat: inspirator ekonomi kreatif yang terdiri dari empat belas kisah memberikan kita nilai hidup yang tinggi. Para aktor mengajarkan bahwa manusia tidak boleh ditumbangkan oleh keadaan, melainkan manusia harus menjadi pengendali utama nasibnya sendiri. Di sini kita menemukan bagaimana para aktor, tidak hanya memerankan intuisinya sebagai orang yang lemah secara ekonomi, melainkan aktor juga memungsikan daya pikir untuk merajut ketidakmungkinan menjadi keistimewaan. Apa yang ada dalam pikiran aktor dalam kisah ini sama dengan orang lain, yakni menghasilkan uang setiap hari. Yang membedakan mereka dengan orang lain adalah mereka tidak pernah berpikir jumlah, melainkan yang ada dalam diri mereka adalah terus-menerus menghasilkan sesuatu yang berguna meskipun kecil, bahkan sangat kecil. Sedangkan orang lain terpusat pada jumlah hasil sehingga terjebak kepada rancangan besar tetapi tindakan kecil, bahkan nihil. Untuk mempertahankan prinsip, kemudian para aktor terus-menerus pula memutar orak, berimajinasi, dan berkreasi agar mereka dapat mengoptimalisasi apa pun yang ada pada diri mereka. Misalnya, aktor yang hanya berdagang kecil, memutar otak agar menampilkan karakter yang berbeda dengan pedagang kecil lainnya. Kehendak untuk berbeda ini merupakan azimat bagi mereka untuk dapat
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
survive di tengah persaingan yang semakin ketat. Para aktor menyadarkan kita bahwa setiap saat kita diperhadapkan dengan jalan buntu, yakni setiap pekerjaan memiliki ancaman kegagalan, bahkan kehancuran. Namun, para aktor dalam kisah ini mengajarkan kita bahwa jalan buntu tersebut bukan akhir dari ruas jalan dengan cara terus-menerus menciptakan jalan lain. Iya, kata kunci bagi kehidupan kita yang mereka tawarkan adalah “jalan lain”. Dengan kata lain, jalan hidup tidak pernah tunggal karena di balik jalan yang tampak, terdapat berjuta-juta jalan, dan hanya mereka yang terus-menerus bergerak mencari peluang yang dapat menyibak jalan lain yang tersembunyi itu. Bagian kelima: inspirator cilik terdiri dari enam kisah. Membaca kisah ini ada perasaan miris memang yakni masa kecil yang pahit. Namun, rasa miris yang kita alami tersebut dibantah sendiri oleh para aktor karena mereka sendiri tidak selemah itu. Ada dua hal penting yang kita peroleh pada bagian ini, yakni Nusa Tenggara Barat masih dihiasai oleh warga ciliknya yang sudah bergelut dengan dunia yang keras. Namun, pada sisi yang lain, kita diberikan harapan bahwa meskipun mereka berada di dunia yang beringas, tetapi jiwa mereka sudah tertempa. Ini artinya bahwa jika Nusa Tenggara Barat mengulurkan tangan kepada mereka yang secara kejiwaan sudah hampir matang, maka jalan
15
16
PENGANTAR EDITOR
masa depan yang gemilang dengan mudah didapatkan. Inspirator cilik ini memperlihatkan dua wajah. Wajah yang satu penderitaan atau kemiskinan dan wajah lainnya memberikan kebanggaan. Kedua wajah ini, sama-sama berkedudukan sebagai peluang, bukan halangan jika kita sebagai orang Nusa Tenggara Barat mampu mengambil garis lurus dan sejajar dalam menangani persoalan ini. Misalnya, aktor cilik yang berpretasi dikembangkan secara optimal agar menjadi perisai masa depan Nusa Tenggara Barat. Sementara itu, aktor cilik yang bergelut dengan keterpinggiran diberikan kesempatan emas untuk mempraktikkan kematangan jiwa mereka. Maka bukan tidak mungkin, mereka dapat setara dengan generasi Nusa Tenggara Barat lainnya, yang sudah terlebih dahulu mencerapi hidup yang layak. Bagian keenam: inspirator inovasi yang menampilkan sepuluh kisah. Rata-rata para aktor lahir bukan dari kelompok masyarakat kaya pendidikan dan pengalaman di dunia luar yang luas. Kekayaan mereka yang utama adalah tekad untuk mengembangkan diri dan lingkungan. Hampir sama dengan inspirator wirausaha, inspirator inovasi ini pun menjungkirbalikkan grand theory, di mana inovasi selalu berhubungan dengan kecerdasan terstruktur dan ilmiah serta menelan biaya mahal. Para aktor inovasi dalam kisah ini bermodalkan pengamatan dan
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
kemampuan mengambil simpulan atas hasil analisis mereka. Misalnya, aktor yang melihat sawah dan tata sosial masyarakatnya. Ia mengambil simpulan bahwa hal tersebut dapat menghasilkan uang apabila mampu dikelola. Maka muncullah wisata kampung yang mengobrak-abrik pakem pariwisata yang berbiaya mahal. Dalam posisi semacam ini, para aktor inovasi dalam kisah ini masing-masing melahirkan karya dan daya hidup yang baru, yang dapat dijadikan sebagai lempengan kesadaran bagi kita bahwa setiap orang dapat menjadi penemu, penggerak, bahkan pahlawan bagi lingkungan masyarakat apabila kita selalu terdorong untuk melaju ke depan yang lebih bernilai. Bagian ketujuh: inspirator sosial. Meskipun hanya menampilkan satu kisah, namun tidak berarti di seluruh daratan Nusa Tenggara Barat hanya satu orang yang patut menjadi inspirator sosial. Dalam pengertian lain bahwa meskipun hanya satu kisah, sebenarnya sudah cukup untuk membuka mata hati dan kejernihan berpikir kita. Untuk ke sekian kali kita dihadirkan oleh samudera hidup yang luas, yakni setiap orang berkesempatan yang sama untuk membagikan nilai dirinya kepada orang lain. Lihat saja aktor sosial dalam kisah ini yang berlatar belakang serba kekurangan apabila ditilik dari cerobong fenomenologis, namun di balik kekurangan tersebut sang aktor memiliki kekayaan dan kekuatan yang ia jadikan modal untuk berbagi
17
18
PENGANTAR EDITOR
kebahagiaan dengan orang banyak. Sang aktor kisah ini menerobobs ruang terdalam batin kita yang dikangkangi oleh ketakutan berbagi dengan orang lain. Betapapun ia telah mendobrak daya tahan iman kita yang selalu meyakini bahwa berbagi tidak akan pernah membuat kita menjadi miskin, namun dalam praktiknya justru kita sebaliknya, kita memperlihatakn diri sebagai fakir miskin di tengah keserbacukupan. Hal berbeda diperlihatkan oleh sang aktor, yakni apa yang ia punyai tidak diletakkan sebagai miliknya secara penuh. Maka ia pun memilih membagikan seluruh dirinya dengan orang lain. Bagian kedelapan: inspirator politisi yang berisi tiga kisah. Mengajarkan kepada kita bahwa politik itu bukan barang mahal. Tidak juga hanya miliki kelompok elite. Sang aktor menunjukkan kepada kita bahwa politik itu bukan barang sulit karena bagi mereka, segala hal yang ada di dunia ini dapat diraih apabila ada tekad untuk memerolehnya. Para aktor tidak memiliki keturunan menjadi penguasa, tidak juga punya modal yang besar untuk berkuasa, tidak pula dari golongan orang terkenal yang dapat dengan mudah melempar senyum kepada konstituen yang akan secara mudah pula menjatuhkan pilihan politik kepada mereka. Para aktor berasal dari kelompok orang pinggir, namun karena keyakinan dan usaha yang sungguh-sungguh, mereka pun menjejakkan kaki di ruang legislator. Mereka hendak menyuntik
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
kesadaran kita bahwa Tuhan selalu menyediakan setiap kemungkinan. Bagian kesembilan: inspirator spiritual, terdiri dari empat kisah. Melalui penulis kisah inspirasi dalam buku ini, para aktor ingin menunjukkan kepada kita bahwa nilai, hikmah, barokah, dan hidayah tidak berjarak dengan kita. Semua itu selalu mengitari kehidupan kita. Mereka menunjukkan dengan cara sederhana dan dengan logika yang tidak rumit pula karena yang terpenting bagi mereka adalah kemampuan kita memetik setiap cahaya dari seluruh perjalanan langkah hidup. Akhirnya, baik sang inspirator maupun penulis yang merekam jejak sang aktor merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Mereka merupakan kekayaan tersembunyi Nusa Tenggara Barat. Dikatakan tersembunyi karena mereka belum digarap secara sistematis dan terstruktur. Alur berpikirnya adalah mereka belum disentuh oleh pemerintah pun, mereka dapat menciptakan mutiara yang tersebar di seluruh bidang terpencil Nusa Tenggara Barat. Mereka dapat tampil sebagai pembidik yang jitu dalam menyintak ketidaksadaran kita, yakni selama ini Nusa Tenggara Barat ialah daerah yang kaya, yang kekayaannya itu dapat menjadi bintang cemerlang di langit Indonesia. Baik dari sudut pandang kemiskinan, keterbelakangan, dan keterpinggiran maupun dari sudut pandang sebaliknya, seluruh aktor dan penulis kisah
19
20
PENGANTAR EDITOR
dalam buku merupakan harta benda yang tidak ternilaikan bagi Nusa Tenggara Barat. Maka amatlah merugi kita sebagai bangsa, jika tidak mengambil posisi yang bijak dalam rangka memicu kemajuan kemanusiaan dari segala sisi di bumi Nusa Tenggara Barat. Yang tidak kalah pentingnya adalah gugusan nilai dan pelajaran dalam seluruh kisah pada buku ini akan menjadi pemantik kesadaran kita apabila kita membacanya dengan kerendahan hati karena seluruh kisah ini datang dari ruang yang tersembunyi, dari bawah gunung, dari pojok yang amis dan kumuh, dari kegelapan sudut yang belum terjamah, yang bisa saja semua itu bertolak belakang dengan diri kita yang kini berposisi sebagai pemain utama di lapangan elitis. Sekali lagi, pegang, buka, dan mulailah membaca seluruh kisah dalam buku ini dengan kerendahan hati yang total, siapa pun kita pada saat ini. Kisah hanya punya awal. Itulah sebabnya semua kisah tidak ada yang punya akhir. Siapa tahu, di halaman hidup berikutnya, kitalah yang menjadi aktor atau penulisanya. Yang jauh lebih penting dari itu adalah semoga kita termasuk golong yang tidak membunuh para aktor dan para pengisah. Lupakan segala kelemahan dan kekurangan, maka seluruh kebaikan pasti menjadi miliki kita. Selamat menjadi rendah hati. v Mataram, 3 Oktober 2014
DAFTAR ISI
Pengantar Editor_ 7 Daftar Isi_ 21 Bagian Satu: Inspirator Wirausaha Meretas Kemiskinan dengan Beternak Ayam | 27 Kurang Melihat Kian Memikat | 31 Inaq Jamil Pengerajin Tikar |37 Awalnya Buruh Penjual Telur | 41 Semangat Juang Penguasaha Meubel | 45 Roti Pembawa Sukses | 49 Pengusaha Uta Kabaho | 53 Sukses Berkat Susu Kedelai| 61 Budidaya Lele yang Oke | 67 Kisah Si Opik Sayur | 73 Buah Naga Pembawa Hoki | 77 Ada Rupiah pada Percikan Besi |81 Firdaus Peternak yang Sukses |85 Kemilau Jamur Tiram dari Keru | 89
22
DAFTAR ISI
Pemuda Kampung Penjual Sambal | 93 Pengusaha Bibit Ikan | 97 Kisah Sukses Montir Sepeda | 101 Bagian Dua: Inspirator Pendidikan Ditampar Kopi Karir Mendaki | 107 Meniti Karier Lewat Hobi | 113 Bagian Tiga: Inspirator Kesetiaan Pada Pekerjaan Kesuksesan dari Pagar Perkebunan | 133 Pedagang Bubur Mencetak Sarjana | 137 Perempuan-perempuan Tegar | 135 Baca Tulis di Perkampungan Ujung Aspal | 141 Sepanjang Mimpi Desy | 146 Perempuan Pemecah Batu | 149 Yang Muda Yang Berkarya | 155 Menjual Jamu Demi Cucu | 159 Sang Hafizah Rabun dari Sadia | 163 Jalur Karier Penempa Besi | 165 H. Daho: Spesialis Tulang yang Tulus | 167 Bagian Empat: Inspirator Ekonomi Kreatif Jagung di Lahan Sekolah yang Kosong | 177 Kesuksesan Buah Kerja Keras | 181
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
Harapan Penjual Sayur | 185 Somai Kampung yang Populer | 187 Bagian Lima: Inspirator Cilik Petualangan Anak Botol | 193 Bocah Tutor IT | 195 Jasa Parkir Membiayai Sekolah | 199 Tekad Mandiri Mirna Sekolah | 203 Bagian Enam: Inspirator Inovasi Masmas: Desa Wisata Apa Adanya | 209 Bagian Tujuh: Inspirator Sosial Wanita Langka Pemberdaya Anak | 219 Bagian Delapan: Inspirator Politisi Sangu dari Ibu Menuju Parlemen | 223 Dagang Roti Jadi Anggota Dewan | 227 Bagian Sembilan: Inspirator Spiritual Renungan Kisah Inspiratif | 233 Belajar dari Keledai | 235
23
BAGIAN SATU
Inspirator Wirausaha
1
Meretas Kemiskinan dengan Beternak Ayam - BUREX AL-GHAZALY -
PENYEBAB Utama menjamurnya kemiskinan, dikarenakan masih minimnya warga negara yang menjadi pengusaha. Keterangan Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian Koperasi dan UKM, Chairul Djamhari menyebutkan bahwa saat ini jumlah pengusaha di Indonesia hanya sekitar 1,26 persen. Angka ini tentu masih minim, jika kita jadikan sebagai parameter guna menurunkan angka kemiskinan. Lebih lanjut, terkait dengan negara maju, seperti halnya Indonesia akan mengalami kemajuan, apabila seiring dengan peningkatan jumlah pengusaha nasional, setidaknya jumlah pengusaha minimal mencapai 2 persen. Agar kemiskinan tidak larut berkepanjangan, setidaknya solusi permasalahan perlu digerakkan, sebagai bahan evaluasi seluruh pemuda Indonesia. 27
28
MERETAS KEMISKINAN DENGAN BETERNAK AYAM
Pemuda harus siap keluar dari garis kemiskinan, sudah mendekati satu abad semenjak bangsa ini merdeka pada tahun 1945 lampau. Bangsa Indonesia kini membutuhkan pemuda yang berani siap menjadi pemain, dan mereka mampu memainkan kondisi bangsa ini keluar dari kemiskinan? Seperti halnya yang dilakoni sebuah komunitas pemuda di Desa Pandan Indah, Praya Barat Daya, tepatnya Dusun Mengkoneng. Adalah Saikam dan kawan-kawan di komunitas pemuda kampung. Mereka membangun wadah usaha secara kolektif dengan membuat kandang Ayam milik bersama. Saikam, seorang mahasiswa Jurusan kesehatan pada salah satu perguruan tinggi swasta di Lombok Tengah (Qomarul Huda Bagu), ketika ditemui pemuda tersebut sedang membuat kandang ayam bersama teman-temannya. Berdasarkan keterangan Saikam, sekalipun dirinya seorang mahasiswa Jurusan Kesehatan, namun tidak membuat dirinnya terhambat menjadi seorang pengusaha. Bukan penghalang untuk mengajak temantemanya bisa mandiri dari hasil kerja kreatifnya. Ia berharap melalui usaha yang sedang digagas kali ini, yakni usaha bidang peternakan (ternak ayam) dapat membantu ekonomi keluarga. Semangat Saikam dan komunitasnya yang mau mandiri melalui jalan menjadi seorang pengusaha, jarang kita temukan pada pemuda-pemuda kampung
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
lainnya. Apalagi melihat latar pendidikan Saikam yang ditempuh saat ini. Sarjana pengangguran secara umum saja tidak mudah seperti Saikam. Ia tidak malu membuka usaha sendiri dengan mengajak temantemannya, sekalipun dengan usaha yang sangat sederhana: beternak ayam. “Kandang ayam yang sedang dibuatnya, sudah menghabiskan biaya lebih dari satu juta rupiah. Dengan kisaran biaya pemembelian kayu bangunan, paku dan perlengkapan lainnya. Sementara biaya untuk membeli bibit ayam “Arab” sedang saya galang bersama pemudapemuda sekitar yang saat ini juga tergabung pada organisasi kampung GREMER’S (Gabungan Remaja Mengkoneng Bersatu),” ungkapnya. v
29
2
Kurang Melihat Kian Memikat - KM. R2MEDIA -
LIKA-LIKU hidup seseorang memang sangat varian, tergantung bagaimana ia menjalaninya dengan baik dan mau secara tekun menghadapinya dengan penuh kesabaran. Sekarang bahagia, siapa tahu esok mengecap penderitaan, atau malah sebaliknya sekarang merasakan kemiskinan, esok siapa tahu menikmati kebahagiaan. Marlan contohnya, seorang pria paruh baya berumur 51 tahun. Ia berasal dari keluarga miskin di gubuk Prapen Rensing Timuk (sekarang Rensing Raya) Sakra Barat. Ia merupakan pria sukses dengan usaha menjahitnya. Hidup yang serba kekurangan membuatnya harus membuang diri, mengadu nasib ke ibukota Jakarta. Waktu kecil ia seringkali ketiduran di rumah tetangga, hanya sekedar untuk melihat kota Jakarta di layar Televisi Republik Indonesia. Kerapkali ia berhayal 31
32
KURANG MELIHAT KIAN MEMIKAT
kapan ia bisa sampai ke Jakarta. Ketika usianya masih 17 tahun, ia berangkat ke Jakarta untuk mengadu nasib, dengan menumpang bersama orang yang kebetulan akan balik ke negeri seberang setelah pulang ke Lombok. Ia sudah mantap dengan niatnya. Ia siap bergelut dengan deru debu ibukota. Dengan langkah pasti, ia membawa ranselnya menuju ibukota. Di ibukota, ia menumpang di rumah saudara kakeknya, seorang tentara berpangkat sersan. Di Jakarta, ia mencoba peruntungan dengan bekerja di pabrik besi yang menurut ukuran umurnya ia mampu untuk bekerja di tempat tersebut. Sekitar tahun 1980, ia sudah menginjakkan kakinya di kota yang dulu pernah di lihat di TVRI. Waktu itu, di desa pesawat televisi hanya satu, itupun di taruh di perempatan, di dekat rumah bos kaya. Dengan tekun ia bekerja, sehingga tak terasa bekerja di tempat itu sampai 10 tahun. Pengalaman bekerja sudah cukup sebagai modal untuk berusaha nantinya di rumah. Kadangakala gaji yang ia terima diberikan untuk kakek, nenek dan pamannya yang masih kecil. Ia sangat sosial dan ramah dengan siapa saja, hingga tak jarang gajinya pun tidak diperhitungkan asal ia puas membantu sesama. Karena bekerja berat selama sepuluh tahun, ia tidak tahu kalau pengelihatannya sudah terganggu. Segala upaya untuk mengobati matanya yang sudah mulai rabun itu. Ia tidak tahu penyebab utamanya. Kadang ia
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
bingung sendiri bagaimana dan apa penyebab sebenarnya. Pada tahun 1990, ia memutuskan untuk pamit dari kakeknya untuk pulang kampung. Dengan sedikit bekal untuk modal, ia pulang dengan harapan nanti di kampung akan berusaha kecil-kecilan agar ia mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Tidak begitu lama ia di rumah, ia kembali lagi ke Jakarta, kali ini ia tidak ke rumah saudara kakeknya, melainkan mencari kontrakan sendiri untuk menjual baju keliling. Dengan modal yang ia tabung, ia membeli pakaian mulai dari kemeja dewasa, anak-anak bahkan busana muslim. Cukup lama ia menggeluiti pekerjaan tersebut, sekitar tujuh tahun ia berkeliling kota, desa bahkan kampung untuk menawarkan barangnya. Kadangkala ia juga menjual minyak solar untuk menyelingi usahanya. Sebuah usaha yang betul-betul ia nikmati hingga akhirnya ia pun memutuskan untuk menyudahi pertualangannya di kota metropolitan tersebut. Ia pulang kampung untuk mengakhiri masa lajangnya. Di kampung sudah banyak yang menunggunya. Meski berasal dari keluarga miskin, tapi karena ia sudah di Jakarta, pemikiran orang kampung saat itu menandakan ia luar biasa. Tidak sedikit perempuan di desa yang menaruh hati padanya. Tapi ternyata ia jatuh hati terhadap janda bernama Rukiyah berasal dari Bagik Nyale Desa Montong Beter.
33
34
KURANG MELIHAT KIAN MEMIKAT
Rukiyah punya anak satu. Perasaan yang begitu mendalam dengan Rukiyah yang rajin menjahit, membuat Marlan semakin terpesona setiap hari. Ia banyak berhayal bagaimana mendapatkan perempuan itu. Semula ragu-ragu, namun ia pun memantapkan hatinya untuk hidup bersamanya. Gayungpun bersambut, pinangannya diterima Rukiyah. Diawal kehidupannya dengan Rukiyah, ia hanya memiliki satu mesin jahit dan satu mesin obras sebagai sumber usaha sehari-hari. Ketika Rukiyah menjahit di rumah, Marlan yang sudah kurang melihat ini berkeliling untuk mencari pelanggan, meski ia kerapkali tidak begitu tanda terhadap lawan bicaranya. Setiap hari ia berkeliling mencari pelanggan, kali aja ada hari itu yang ingin memesan baju untuk dijahit. Pekerjaan itu dengan sabar ia geluti. Tanpa rasa jemu atau mengeluh, ia bersama istrinya menikmati pemberian Yang Maha Kuasa meskipun sekadarnya. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, usaha Marlan mulai berkembang. Satu persatu pelanggan datang untuk memesan pakaian jadi atau sekadar untuk menjahit baju atau sekadar mukena. Tapi dengan kesabarannya, ia pun dengan keterbatasan pengelihatan berjuang untuk mencapai sukses. Tidak terlalu lama ia pun pindah ke Gubuk Prapen di mana ia dilahirkan, sebelumnya ia mengikuti istrinya, ketika awal melangsungkan perkawinan.
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
Kini seorang Marlan bisa dikatakan sukses. Usaha menjahitnya sudah maju. Ia memiliki 15 orang karyawan, yang bisa ia gaji 200 ribu rupiah perminggu perorang. Penghasilan yang cukup untuk pekerja di desa. Dalam sebulan, Marlan sudah bisa menghasilkan sekurangnya Rp.15.000.000,-/bulan. Hasil yang cukup besar bagi pria beranak tiga ini. Ketiga anaknya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Saat ini ini jaringan kerjanya, sudah masuk Masbagik, Selagek, Sakra Timur, Sakra Barat, Keruak dan Jerowaru. Bahkan seringkali ada datang dari Ampenan untuk berlangganan dengannya. Dengan fasilitas yang cukup memadai, ia tidak kewalahan untuk menerima pesanan dari semua pelanggannya. Sebuah mobil kijang sudah cukup untuk berkeliling, mengangkut barang tatkala persediaan sudah mulai berkurang. Tanpa kenal putus asa, roda terus menggelinding hingga ia pun mampu memikat hati tiap orang, menginspirasi kesuksesannya. (szr) v
35
3
Inaq Jamil
Pengerajin Tikar - KM. NARMADA -
USIA rentanya telah memasuki 70 tahun, tak membuat semangat nenek dari 16 cucu ini menjadi kendor. Usianya yang tergolong sangat sepuh, ia masih tetap beraktifitas seperti biasa dengan keahliannya membuat tikar dari daun pandan dan plastik. Pekerjaan tersebut sudah dilakoninya selama puluhan tahun dan tetap istiqomah sampai sekarang. Meski sudah empat tahun ditinggal suami, kini tinggal sendirian di rumah 2
sederhana berukuran 5 X 7 M yang terletak di Karang Bagek Dusun sembung Timur Desa Sembung Kecamatan Narmada. Semua anak-anaknya sudah berkeluarga dan tinggal di rumahnya masing masing. Kendati demikian Inaq Jamil tetap semangat menjalani hari-harinya. Prinsip hidupnya yang tidak mau menjadi beban buat orang lain, peneguh hidupnya. Tikar pandan buatan Inaq Jamil sangat disukai oleh 37
38
INAK JAMIL PENGERAJIN TIKAR
masyarakat sekitar kampungnya. Disamping sudah mempunyai langganan tetap, kualitas tikar pandan yang dihasilkan juga sangat bagus. 10 buah tikar pandan dihargakan perbijinya 50.000 rupiah, bisa diselesaikan Inaq Jamil dalam waktu sebulan. Mulai dari menyiapkan bahan dari daun pandan, kemudian menjemur dan selanjutnya dirajut dengan telaten sehingga menghasilkan tikar yang berkualitas. Daun pandan sebagai bahan baku pembuatan tikar, biasanya dibeli dari pemilik kebun pandan yang ada dikampung sebelah. “Ketersediaan bahan selama ini tidak ada masalah, “ terang Inaq Jamil. 10 buah tikar pandan berukuran 180 X 220 cm, ia harus mengeluarkan dana 225 ribu rupiah untuk membeli bahan bakunya. Selain tikar dari daun pandan, Inaq jamil juga merajut tikar dari bahan tali plastik yang hasilnya lebih kuat dan tahan lama dibandingkan dengan tikar dari daun pandan. Untuk sebuah tikar plastik dengan ukuran yang sama dengan tikar pandan bisa diselesaikan dalam waktu dua hari. Kalau dijual biasanya dihargakan sebesar Rp.75.000, namun tikar plastik yang dihasilkan biasanya dipinjamkan untuk acara tertentu seperti acara begawe (pesta) yang memerlukan alas duduk banyak. Inaq jamil tidak pernah mematok harga bagi siapa saja yang meminjamnya. ”Saat ini ada 150 buah tikar plastik yang saya punya, dipinjam tetangga dan kerabat serta masyarakat sekitarnya dalam acara
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
tertentu,” tegas wanita tua ini sambil terus tangannya merajut tikar yang ada didepannya. Sosok wanita tua seperti Inaq Jamil merupakan cermin dari seorang yang tidak pernah mau membebani hidupnya dengan orang lain. Meski seringkali diingatkan oleh anak-anaknya untuk tidak usah bekerja lagi, namun ia tak mau. Sarilah, tetangga dekat rumahnya menilai kalau Inaq Jamil itu seorang pekerja keras yang tidak suka dikasihani orang lain, bahkan kami para tetangganya yang sering dibantunya. Ia teladan inspirasi kita semua. v
39
4
Awalnya Buruh Penjual Telur - KM. SALAJA KAMPO-
Gigih, itulah yang bisa menggambarkan keseharian Nurjanah, 33 tahun. Bersama suaminya Ibrahim, 45 tahun, pemilik toko grup Telur Jaya. Keduanya mengawali usaha dengan berjualan telur rebus, dan menjadi buruh toko. Berikut kisahnya seperti diliput Kampung Media Salaja Kampo. SIAPA sangka, pemilik tiga toko Telur Jaya ini pernah menjadi buruh pasar dan pernah berjualan telur rebus. Jana dan Bram, sapaan akrab mereka, merintis usaha menjadi pedangan kecil-kecilan sejak tahun 1996 silam. Saat itu, Jana yang baru dinikahi Bram harus menjalani kehidupan dengan berjualan telur keliling. Sementara sang suami, menjadi buruh di Pasar Tente Kecamatan Woha. Cerita keberhasilan pengusaha muda kelahiran 41
42
AWALNYA BURUH PENJUAL TELUR
1976 ini tidak terlepas dari kegigihannya dalam bekerja. Saat memulai usaha, Jana hanya memiliki waktu tiga jam setiap hari untuk beristirahat. Sisanya, dia harus meluangkan waktu untuk menjajakan telur jualannya ke warga. Dari keuntungan menjual telur tersebut, Nurjanah menyiasati untuk menambah modal jualannya. Setiap hari, telur jualan Nurjanah selalu bertambah, hingga berhasil mengembangkan usaha dengan berjualan sembako lain dari keuntungan telur tersebut. Meski usahanya terus meningkat, namun berbagai persoalan terus menghinggapi mereka. Usaha yang dibangun Jana dan suaminya selalu menjadi sorotan para tetangga. Bahkan, mereka pernah digosipkan memiliki ilmu gaib untuk melariskan jualan. Ironisnya, kesuksesan kedua pasutri ini selalu dilecehkan keluarga Bram. Sehingga, persaingan usaha antara kedua keluarga pun terjadi. Padahal, kedua keluarga ini hidup bersama dalam satu pekarangan rumah. “Suami saya menginginkan agar kami mencari tempat tinggal lain. Tapi saya terus berusaha menenangkan suami agar tetap tegar menghadapi persoalan itu. Karena saya tidak ingin ada perpecahan diantara kita,” urai Nurjanah. Saat merintis usaha, ibu lima anak ini mengaku sering mendapat ejekan dari tetangga. Terlebih ketika mereka membangun rumah panggung dan membeli televisi. “Saat membeli televisi,
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
bos suami saya datang ke rumah dan menanyakan uang pembelian TV itu dari mana. Mungkin dia mengira kalau suami saya mengambil isi tokonya,” kenang perempuan asal Sape ini. Ejekan tersebut sempat membuat suaminya pesimis dan memilih keluar dari pekerjaannya sebagai buruh pasar di toko. Namun, sang istri yang tegar menjalani cobaan ini, terus menenangkan sang suami. Sindiran dan cemoohan yang diterima, menjadikan motivasi bagi mereka untuk terus bekerja. Keduanya selalu kompak dalam bekerja, terlebih saat mereka membeli benhur. “Suami saya keluar dari kerjaannya dan membantu saya berjualan telur dengan menggunakan benhur (delman),” katanya. Kerja keras keduanya ternyata tidak sia-sia. Di awal tahun 2013, pasutri ini membangun dua toko lagi di bilangan jalan baru Talabiu-Dore. Mereka menjual seluruh keperluan rumah tangga. Bahkan, toko tersebut kini menjadi pusat perbelanjaan bagi pedangang mikro. Saat ini, dua toko tersebut dikelola sendiri dan dibantu empat orang karyawannya. Sedangkan omzet yang diperoleh Jana dan Bram selama sebulan, bisa mencapai Rp.1 miliar rupiah. Dari hasil jualan telur itu, Jana dan Bram kini sudah membangun tiga rumah mewah di Desa Nisa, Kecamatan Woha. Diantaranya merupakan rumah yang sempat ditempati oleh keduanya dan keluarga Bram saat
43
44
AWALNYA BURUH PENJUAL TELUR
menjadi penjual telur. “Kami sudah bayar semua lahan itu, dan sudah membangun rumah,” katanya. Ditanya soal pemberian nama toko tersebut, Jana mengaku diambil dari pengalaman saat berjualan telur. Menurut dia, telur tidak bisa terlepas dari kehidupan mereka. Karena awal usahanya adalah dari keuntungan telur. “Telur adalah awal usaha kami sehingga bisa sesukses ini,” pungkasnya. (opk) v
5
Semangat Juang
Penguasaha Meubel - KM. WADUPA’A -
Tak mudah memulai lagi usaha yang telah ditinggalkan. Dibutuhkan perjuangan serta ekstra kesabaran. Munculnya pesaing-pesaing bermodal, tak jarang memaksa pengusaha lama harus gulung tikar dan beralih ke peluang lain lantaran tak mampu menghadapi kerasnya iklim kompetisi. Namun tak begitu bagi Fachrumam (32). Berikut catatan Jurnalis Kampung Media, Abdul Hamid. MESKI sebelumnya lima tahun berhenti, pengusaha meubel asal Desa Bajo Kecamatan Soromandi ini, mencoba menggerakan kembali bisnis peninggalan almarhum bapaknya. Ia membangun ulang usaha dengan modal uang Rp.5 juta yang diperoleh dari hasil merantau ke luar daerah. Awalnya setelah dibuka selama dua pekan, ia hanya 45
46
SEMANGAT JUANG PENGUSAHA MEUBEL
menerima permintaan dari pelanggan tertentu karena tak cukup modal. Seperti melayani pesanan lemari sebagai hadiah arisan kecil-kecilan di kampung sekitar. Berbeda ketika saat bisnisnya lancar, semua pesanan bisa dilayani. “Sekarang cuma melayani pesanan arisan saja, tak lagi seperti dulu,” kenang Umam sapaan akrab Fachrumam. Munculnya pengusaha bermodal dengan akses pemasaran, tak membuat Umam kehilangan semangat. Ia justru senang melihat potensi bisnis properti kayu yang kian berkembang. Bahkan karyawan yang dulu pernah bekerja dengannya, kini sudah memiliki usaha meubel masing-masing. “Dulu saya punya dua orang karyawan. Sekarang mereka sudah buka usaha sendiri,” ujarnya. Umam bekerja dari pagi hingga petang. Di ruang sempit dengan dinding bedek (bambu) depan rumahnya. Ia mengukur dan memotong papan kayu yang dibentuk menjadi barang bernilai komersil. Bapak dua anak ini menganggap pekerjaannya tersebut sebagai hobi yang tak bisa ditinggalkan begitu saja. “Sudah jadi kesenangan, jadi saya tak mau menyia-nyiakan,” katanya. Untuk bahan baku, Umam mendapatkan dari pemilik kayu di Kecamatan Donggo dan Soromandi. Kayu yang dipakai adalah kayu Jati dan Bara, terutama kayu Jati. Selain seratnya bagus, jenis kayu itu, juga
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
tahan terhadap serangan rayap. Kadang ia kesulitan mendapatkan bahan baku, karena banyaknya pesaing. Harga jual disesuaikan dengan ukuran dan model. Untuk sebuah lemari dua pintu misalnya, ia menjual dengan harga di atas Rp.1,5 juta. Dibutuhkan waktu empat hari untuk proses pembuatan meubel jenis itu. Bila motifnya terlalu banyak ukiran, pengerjaannya juga akan semakin lama karena tingkat kerumitannya. “Motif ukir yang paling sulit. Bisa berminggu-minggu,” jelasnya. Umam banyak membuat lemari varian pintu ukuran kecil. Sekarang ia hanya membuat lemari dua pintu saja. Meski harganya sedikit lebih mahal, namun disukai pelanggan. Selain itu, pintu, jendela, meja dan kursi sudah jarang ia produksi karena kesulitan mendapati peminatnya. “Susah untuk nyari pelanggan. Sekarang harus banyak kenalan,” ujarnya. Ia mengaku kesulitan untuk menjual barang-barang buatannya. Ia berharap pemerintah membantu dalam hal pemasaran. Selain itu, ia juga mengharapkan bantuan modal dari pemerintah, agar usahanya tetap langgeng dan berkembang. “Harapan saya pada pemerintah, ya supaya usaha saya banyak pelanggan dan tidak susah modal,” harapnya. v
47
6
Roti Pembawa Sukses - KM. MADA JAMPI DOMPU -
PENDIDIKAN itu penting, namun pendidikan bukan jaminan untuk menjadikan seseorang sukses. Jika kita memiliki keinginan dan semangat kerja keras, maka kesuksesan dengan gampang kita raih, seperti yang dirasakan Amirulah A Gani atau karib disapa Om Cen. Om Cen adalah warga Dorebara (40) meski hanya lulusan SMP, tetapi ia pria sukses. Berkat kemampuannya dalam memanajemen, bisnisnya berkembang pesat. Dari yang hidupnya serba kekurangan, membuatnya harus bertualang untuk mengadu nasib di ibukota Jakarta hingga berhasil mengembangkan bisnisnya. Di Jakarta, Om Cen memulai karir dengan bekerja di salah satu perusahan kue milik pamannya sendiri. Kerapkali ia berhayal dan yakin sukses di Jakarta. Dengan kesungguhan niatnya, Om Cen mantap, 49
50
ROTI PEMBAWA SUKSES
melangkah mewujudkan impian bermodal ranselnya menuju ibukota. Di tempat tersebut, Om Cen mulai menekuni pembuatan kue, adapun kue yang di buat adalah Kue Lapis, Donat Lapis legit dan lainnnya. Walaupun gaji yang didapatkan tidak sepadan dengan pekerjaan, namun itu semua tidak membuat Om Cen putus asa. Dengan hasil didikan keras orang tuanya, ia bekerja dengan tekun sehingga tak terasa telah bekerja di tempat pamannya itu sudah sampai 15 tahun. Berkat pengalaman membuat kue itu pun sudah cukup sebagai modal berusaha di kampung halamannya. Singkat cerita, setelah begitu lama hidup di Jakarta, ia pun mulai bergegas pulang kampung dan hidup berkeluarga bersama istrinya: Ratna. Dengan banyaknya kebutuhan keluarga yang harus di penuhi dan peluang usaha kue yang prospek, Om Cen memulai usahanya di kampung halaman. Inilah awal mula Om Cen memulai membuka usaha donat di Desa Dorebara. Berbekal modal yang masih sedikit, ia mulai membuat donat dengan mengandalkan fisiknya dan menggunakan peralatan yang masih sederhana. Seiring waktu berputar, usaha yang dijalankan Om Cen membawa hasil, sehingga diberikan kepercayaan oleh keluarganya. Pinjaman modal untuk membantu usahanya. Berdasarkan pengalaman di Jakarta, Om Cen mampu membuat donat dengan citarasa istimewa yang
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
dikenal luas di masyarakat. Awalnya dengan menggunakan teknologi manual dalam mengolah bahan, tak lama kemudian ia pun mampu membeli mesin pengolah pembuatan bahan donat hingga mempekerjakan tiga orang anak buahnya untuk membuat donat dan lima orang untuk menjual donat di masyarakat. Hari berganti, bulan pun berganti. Usaha Om Cen berkembang dan terkenal, apalagi saat musim bercocok tanam, para petani berlomba-lomba membeli donat sebagai makanan pengganti nasi. “Cukup dengan harga 10.000 rupiah, mendapatkan satu kotak donat atau 12 biji donat, bahkan donat pun kadang diberi lebih“, ujar Asnita petani berumur 45 tahun. Bisnis Roti Om Cen berkembang pesat, target dan sasaran jualan pun meluas pada empat kecamatan. Semua wilayah Kecamatan Dompu, Kecamatan Woja, Kecamatan Pajo, dan Kecamatan Hu’u. Alhamdulillah Om Cen mengantongi keuntungan bersih sebesar 350.000 rupiah dalam sehari. Ia mampu menyekolahkan anaknya di SD dan mencukupi kebutuhan keluarganya serta membangun rumah batu yang besar. Berkat pengalamannya di Jakarta, Om Cen dengan rotinya sukses sebagai pengusaha roti di kampung halamannya. V
51
7
Pengusaha
Uta Kabaho - KM. BOLO -
KONDISI keterpurukan ekonomi yang kurang bersahabat, namun didorong adanya keinginan dan kemauan untuk terus berusaha, ternyata memotivasi seorang kepala keluarga bersama istri dan anaknya di Dusun Lara, bahwa kesuksesan itu dapat digapai. Bagi siapapun, bila ada kemauan, segala bentuk usaha dan upaya pasti ada hasilnya. Inilah yang alami M Nor Amin, warga kelahiran Dusun Lara Desa Tambe, Bolo Kabupaten Bima. Lewat usahanya sebagai penjual sekaligus penyalur Ikan Tenggiri dan sejenisnya, kini M.Nor telah menikmati kehidupan yang jauh lebih prospek dari kondisi ekonomi sebelumnya, pada 13 tahun silam. Pada masa itu, M.Nor hanya berprofesi sebagai pembajak sawah yang menggunakan hand traktor milik orang lain. Namun hasil yang ia dapatkan dari pekerjaan 53
54
PENGUSAHA UTA KABAHO
itu, tidak mencukupi kebutuhan hidup membiayai keluarganya. Dua tahun kemudian, M.Nor pun beralih profesi sebagai penjual ikan secara kecil-kecilan. Hanya mengandalkan alat transportasi tradisional yakni benhur (cidomo) miliknya, M.Nor bersama istrinya Kalisom, menjajakan ikan keliling, masuk kampung keluar kampung. Kebetulan di Dusun Lara masa itu, hanya dirinya yang menjalani profesi tersebut. Seiring berjalannya waktu, profesi Penjual Ikan Tenggiri dan sejenisnya dengan cara keliling, seakan memberi peluang bagi M.Nor dan istrinya untuk berkembang. Mendorong M.Nor mulai menyediakan stok lebih banyak. “Saya mencoba mengambil Ikan Tenggiri dalam stok banyak. Karena harganya lumayan lebih murah jika mengambil lebih banyak. Sebagian ikan tersebut, dimatangkan dalam bentuk Uta Kabaho dan sebagian lainnya dijual mentah”, cerita M Nor yang dikarunia empat orang anak itu. Setelah diproses menjadi Uta Kabaho Tenggiri (Kabaho Tangiri), M Nor yang terus didampingi istrinya menjual ikan, keliling kampung hingga laris terjual dengan keutungan yang lumayan besar. Profesi tersebut terus ia jalani hampir setahun lebih. Usaha menjual Uta Kabaho begitu memotivasi M.Nor hingga mencoba membuka relasi dengan para penjual ikan lainnya di Pasar Raya Sila, bahkan di kota Bima dan Dompu. Tak hanya itu, M.Nor juga membangun relasi dengan para
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
nelayan penangkap ikan di beberapa wilayah pesisir daerah Bima dan Dompu. Begitu pun untuk meningkatkan usahanya, M.Nor mendorong dan mengajak empat orang anaknya agar turut membantu. Menjual ikan mentah maupun yang sudah matang dalam bentuk Uta Kabaho, yang kini menjadi salah satu kuliner kampung Dusun Lara. Dari tahun ke tahun, usaha menjual ikan baik dalam bentuk mentah maupun yang sudah menjadi Uta Kabaho, terbilang sukses. Profesi itu pun sebagai daya inspirasi beberapa warga dan kelompok pemuda yang semula belum memiliki usaha di kampung mereka. Diperkirakan pertengahan tahun 2004, usaha jual ikan mentah maupun dalam bentuk Uta Kabaho, terus berkembang. Dilakoni oleh beberapa warga Dusun Lara. Bahkan kemauan mereka, menjadi keuntungan tersendiri bagi M.Nor, sebab tempat mereka mengambil ikan tentu melalui M.Nor yang kebetulan sudah memiliki relasi dengan beberapa nelayan penangkap ikan. Sehingga dari banyaknya pesanan di kampung bahkan di pasar Sila, sehingga memberikan keuntungan besar baginya. “Bayangkan, saya pernah mendapat keuntungan 20 juta rupiah sehari. Ini keuntungan benar-benar di luar dugaan saya”, kata M.Nor sambil mengajak kampung-media.com untuk mencicipi Ikan Tenggiri segar yang baru saja ditumis khas ala Bima oleh
55
56
PENGUSAHA UTA KABAHO
istrinya. Keuntungan tersebut, kisah M.Nor, kebetulan hasil tangkapan Ikan Tenggiri nelayan waktu itu cukup banyak. “Waktu itu saya mencoba ambil 200 karboks. Kemudian saya carter empat mobil pick-up. Harga yang saya ambil dari nelayan 450 ribu rupiah perkarboks. Kemudian operasional ikan pada lokasi pasar dan kampung sendiri hingga seharga 550 ribu perkarboks. Artinya saya mendapat keuntungan kadang 50 ribu dan 100 ribu rupiah perkarboks”, kata M.Nor. Memborong banyak, membutuhkan modal besar. Tetapi waktu itu dirinya hanya punya modal sedikit dari hasil keuntungan menjual Uta Kabaho sebelumnya. Karena sudah saling kenal dan terjalin baik dengan beberapa kelompok nelayan di wilayah peisisir, sehingga sisa harga dari 200 karboks ikan tersebut, dibayar belakangan setelah ikan terjual. “Memang sudah dipercaya seperti itu, yang penting saya jujur tetap membayarnya. Paling lambat tiga hari saja”, kisah M.Nor. M.Nor mengaku, wilayah pengambilan Ikan Tenggiri dan sejenisnya ini, tidak pada satu tempat saja. “Terkadang ada di Desa Rompo-Langgudu, wilayah pesisir Desa Nggeri di Kecamatan Donggo, Sape, Hu’u dan Kempo Dompu. kadang saya berangkat setelah sholat magrib dan waktu subuh waktu pengambilan. Itu pun setelah saya menerima telepon dari nelayan”,
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
tuturnya. Belum lagi jika kita menjual setelah ikan tersebut diproses menjadi Uta Kabaho. Keuntungannya bisa dua kali lipat dari harga ikan mentah. “Hanya saja, untuk menjadikan Uta Kabaho yang siap saji ini, butuh tambahan waktu. Seperti menyiapkan beberapa ikat kayu bakar dan kelopak daun pohon pinang. Prosesnya, tidak terlalu rumit. Menurut M.Nor, ikan-ikan tersebut dibersihkan dulu dengan air tawar (sumur), kemudian sedikit dibumbui garam, lalu dibungkus dengan kabaho (kelopak daun pinang). Ketika ditanyakan, mengapa menggunakan kelopak daun pinang? “Dalam kelopak daun pinang ini ada kandungan zat yang dapat menyerap keluar cairan amis dalam daging ikan itu sendiri, disamping memberikan rasa aroma tersendiri bagi daging ikan pada saat dieram diatas bara api”, jawabnya. Setelah melewati proses tersebut, Uta Kabaho tenggiri ini kita jajakan ke beberapa tempat yang sebelumnya sudah menjadi langganan khusus. Sebagian pula kita pasarkan di Pasar Sila, Kota Bima, Dompu dan bahkan di Pasar Raya Sumbawa. “Bagi saya, untuk mengolah Uta Kabaho tergantung ada pesanan. Karena saya tidak lagi menjual keliling seperti tahun-tahun silam”, katanya. Kehidupan ekonomi yang dialami M.Nor pun terus meningkat. Bahkan pendapatan yang diperoleh dari
57
58
PENGUSAHA UTA KABAHO
hasil usahanya bisa membeli mobil pick-up walaupun bekas. Sedangkan benhur (cidomo), ia jual untuk menambah modal usahanya. “Tujuan membeli mobil ini untuk mempermudah, baik pada saat mengambil ikan di wilayah pesisir, juga dipakai menyalur Uta Kabaho maupun ikan mentah ke pasar-pasar yang sudah ada langganan”, tuturnya. Seiring berjalannya waktu, perkembangan usahanya terus meningkat. Begitu pula empat orang anaknya, dari berumah tangga dan membangun rumah berkat hasil dari usaha yang awalnya dilakoni M Nor, orang tuanya. Kini M.Nor telah memiliki tiga mobil pick-up, termasuk satu mobil milik anaknya. Keberhasilan dalam usahanya, juga menjadi keberhasilan bersama bagi sedikitnya 300 lebih kepala keluarga Dusun Lara yang semula terinspirasi dari usaha yang dilakoni M.Nor sebelumnya. Beberapa hal-hal yang kurang bersahabat di kampung itu, sudah tak lagi nampak. Karena mereka lebih berfokus pada usaha jual ikan mentah maupun yang sudah matang seperti Uta Kabaho. Jika pernah melintasi jalan raya nasional tepatnya di Dusun Lara Desa Tambe, atau 100 meter sebelah timur kantor PLN Bolo, maka tampak aktivitas beberapa warga masyarakat yang membuat Uta Kabaho. Asap tebal dan bara api yang terilihat sekitar rumah-rumah warga maupun dipinggir jalan raya, menandakan
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
adanya aktivitas warga yang sedang mengeram atau membuat Uta Kabaho. Rasanya tak lengkap, bila merasakan nikmat dan lezatnya daging ikan yang dikemas dalam Uta Kabaho tanpa sambal Bohi Dungga. Kesenjangan sosial, ekonomi maupun pengangguran kini sudah tak terlihat di Dusun Lara. Dengan usaha menjual ikan mentah maupun dalam bentuk kuliner kampung Uta Kabaho, adalah peluang sukses bagi warga sehingga mampu memberikan kesejahteraan bagi keluarga. Begitu pula menjadi petani sawah, ladang, kusir benhur, ojek, tenaga instalatir listrik, adalah pekerjaan sampingan bagi kelompokkelompok pemuda di dusun tersebut. Keberhasilan dan kesuksesan itu tak luput dari adanya komitmen serta kebersamaan warga masyarakat Dusun Lara untuk menggapai impian hidup. Begitu pun dirasakan M.Nor yang dianggap warga Dusun Lara sebagai sosok inspirator, yang hanya berawal dari usaha jual ikan secara kecil-kecilan hingga menjadi besar. Kini M.Nor telah mendapatkan apa yang menjadi impiannya. Selama belasan tahun silam, ia mengangsur penyetoran biaya persiapan naik haji bersama istrinya. Jika tertarik dan ingin mengetahui langsung bagaimana proses pembuatan Uta Kabaho, datanglah. Kami tunggu kedatangan pada kuliner kampung Uta Kabaho khas Dusun Lara. (adi) v
59
8
Sukses
Berkat Susu Kedelai - KM. SAMBIK ELEN -
SIAPA yang tidak gemar minum susu, mulai dari anakanak sampai orang dewasa gemar mengkonsumsi produk ini. Selain menjadikan tubuh sehat, dalam segelas susu terdapat berbagai macam vitamin dan protein yang terkandung didalamnya. Susu pada zaman sekarang ini sudah dikemas dalam berbagai ukuran, baik dalam bentuk bubuk, cair maupun dalam bentuk kental. Sebagian besar bahan dasar dari susu dari air susu sapi berbagai macam peternakan baik yang berada di dalam maupun di luar negeri. Bagi pengidap salah satu penyakit yang mengharuskan tidak menkonsumsi susu jenis ini, tak perlu khawatir atau takut untuk menkonsumsi susu disebabkan kolesterol tinggi. Ditangan salah seorang pengusaha muda Susu Kedelai warga Bayan Lombok Utara, Lalu Herman, kedelai diolah menjadi minuman sehat. 61
62
SUKSES BERKAT SUSU KEDELAI
Di tangan Lalu Herman ini, kedelai yang semula hanya bahan baku tempe atau tahu dan camilan lainnya, berhasil diubah menjadi makanan sehat dan berguna bagi tubuh dalam bentuk Susu Kedelai. Usaha ini berawal dari keputusasaannya ketika bergelut sebagai seorang tenaga pengajar pada salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Swasta yang ada di Kecamatan Sembalun, dimana dari bekerja sebagai guru tidak bisa mencukupi kebutuhannya sehari-hari. “Uang honor yang di terima dari sekolah, hanya cukup untuk membeli bahan bakar sepeda motor yang digunakan untuk mengajar setiap harinya. Jelas ini menjadi masalah yang berlarut-larut jika dibiarkan” , gumam Herman. Tapi berkat ketekunan dan tekad yang bulat serta panggilan jiwa untuk berkreasi, akhirnya memunculkan ide untuk menambah pendapatan dari usaha lain. “Prinsipnya tidak mungkin mengandalkan satu kran untuk memperoleh pendapatan, perlu kran lain yang dibuat untuk mendapatkan penghasilan tambahan”, ungkapnya mengibaratkan. Berawal dari ilmu yang diperoleh dari bekerja pada perusahaan Susu Kedelai yang berada di Denpasar-Bali. Sepulang bekerja di Bali, dengan bekal ilmu yang cukup tentang pengolahan Susu Kedelai, ia mencoba membuka usaha Susu Kedelai di Bayan menggunakan modal seadanya. Setelah beberapa lama melakukan uji coba
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
membuat Susu Kedelai dan mengujicobanya langsung dengan mengonsumsi produknya sendiri, ternyata Susu Kedelai ini menghasilkan manfaat yang baik bagi kondisi tubuhnya, tubuh semakin fit. Sebab menurut penelitian, pada kacang kedelai terdapat zat yang dinamakan isoplafon, yaitu sebuah zat yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh bagi orang yang mengonsumsinya. Kondisi gizi buruk yang sempat menerpa warga Kecamatan Bayan pada waktu itu semakin memacunya untuk segera memproduksi massal produk Susu Kedelai, sehingga bisa menekan angka gizi buruk yang terjadi di Kecamatan Bayan saat itu. Untuk mengenalkan usaha Susu Kedelai ini, dimulai dari warga sekitar rumahnya yaitu dengan jalan membagikan secara gratis kepada warga untuk mengonsumsi produk Lalu Herman ini secara terus menerus hingga beberapa hari. Setelah mendapat beragam tanggapan dari beberapa warga yang sudah mengonsumsi produknya ini. Ia mencoba melebarkan sayap usahanya dengan jalan melakukan produksi sampai dengan penjualan secara mandiri. Tanpa dibantu orang lain dengan menjajakan produknya pada setiap toko dan kios yang berada di daerah sekitar Bayan, seusai melaksanakan tugas sebagai guru. Selama melaksanakan usaha ini banyak sekali tantangan yang di peroleh baik dari warga yang pesimis bahwa produk ini tidak layak untuk dikonsumsi.
63
64
SUKSES BERKAT SUSU KEDELAI
Berbagai alasan, mulai dari takut kegemukan, kolesterol tinggi, cepat basi dan sebagainya. Namun dengan mental dan jiwa usaha yang kuat serta pantang menyerah, alhasil produk ini dapat diterima masyarakat sekaligus bisa menghasilkan pendapatan. Pendapatan yang diperoleh dari hasil menjual Susu Kedelai ini tidak seberapa, namun sedikit tidak bisa mengobati pengorbanan yang telah dilakukan dan bisa membantu masyarakat. Dalam perjalanannya, melihat prospek penjualan Susu Kedelai ini cukup menjanjikan, ia mengundurkan diri dari status sebagai tenaga pengajar. Berfikir ketimbang tidak bisa maksimal dalam memberikan pelayanan pendidikan kepada para siswa/siswinya, diputuskan untuk meninggalkan dunia pendidikan dan melanjutkan usaha produksi Susu Kedelai. Disamping menjanjikan dan bisa membuka lapangan pekerjaan untuk penduduk sekitarnya, omset perhari bisa mencapai Rp.500.000,- dengan menjual produk sebanyak 200 gelas dengan fokus penjualan di Kecamatan Bayan. Muncul kendala, produk ini tak bisa bertahan lama seperti produk makanan/minuman lainnya yaitu hanya mampu bertahan maksimal sampai 4 (empat) hari, agar usahanya berjalan lancar ia mencari informasi dengan membaca buku, mencari referensi di internet, ia menemukan cara untuk mengatasi kadaluarsa produk Susu Kedelai tanpa bahan pengawet dengan jalan
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
membuat sebuah mesin ouven. Susu Kedelai diproses sama dengan pembuatan Susu Kedelai pada umumnya dan kemudian dimasukkan ke mesin ouven, kemudian dimasak, dikeringkan kemudian dioven lagi, baru kemudian di masukkan ke mesin penghalus atau mesin pelebur. Untuk usaha kedepannya, ia berusaha bereksperimen untuk membuat susu dari produk kacang-kacangan lain seperti Susu Komaq, Susu Jagung dan semua produk kacang-kacangan lain yang memiliki protein tinggi sehingga bisa meningkatkan kesehatan masyarakat. Setiap usaha pasti akan menghadapi berbagai halangan dan rintangan, biasanya hal pokok yang menjadi halangan bagi para pengusaha adalah kurangnya modal usaha untuk mengembangkan usaha. Hal ini dirasakan pula oleh pengusaha susu kedelai Lalu Herman, modal yang kurang membuat usaha ini mengalami sedikit kendala. Untuk memproduksi secara besar-besaran, membutuhkan dana yang tak sedikit, karena harus mendatangkan karyawan dan membeli mesin-mesin pengolahan lainnya untuk biaya produksi Susu Kedelai. Diharapkan kepedulian pemerintah untuk membantu usaha, agar terus berkembang sehingga bisa membantu perekonomian warga sekitar. Pemerintah dapat memberikan bantuan modal usaha baik berupa
65
66
SUKSES BERKAT SUSU KEDELAI
pinjaman maupun dalam bentuk hibah. Semoga dengan adanya usaha ini bisa memberi manfaat dan memberikan inspirasi kepada para pengusaha muda lain. Pantang menyerah dalam mengelola usaha. v
9
Budidaya Lele yang Oke - KM. MADAPANGGA -
BERAWAL dari kegiatan sampingan dengan membudidaya Ikan Lele di sekitar pekarangan rumahnya, Suherman membentuk kelompok tani air tawar yang diberi nama “Sumber Soke”. Perjalanan usaha kecilnya itu terus berkembang dan berhasil. Kini kelompoknya menjadi Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan atau disingkat P2MKP “Sumber Soke”. P2MKP “Sumber Soke” beralamat di Ncandi, desa yang baru setahun menjadi desa definitif di kecamatan Madapangga Bima-Nusa Tenggara Barat. Keberadaan P2MKP pimpinan Suherman itu, satu-satunya yang ada di pulau Sumbawa dengan keberhasilan mengembangkan usaha budidaya dan pembenihan Ikan Lele maupun ikan air tawar. Selain itu, P2MKP “Sumber Soke” juga menjadi tempat kegiatan pelatihan bagi 67
68
BUDIDAYA LELE YANG OKE
kelompok peternak lele di Kabupaten Bima. “Sumber Soke” merupakan P2MPK binaan dari badan diklat Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan (BPPP) Banyuwangi-Jawa Timur serta Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bima, hingga saat ini terus eksis mengembangkan usaha budidaya sekaligus tempat pembenihan Ikan Lele dan ikan air tawar. P2MKP “Sumber Soke” merupakan 56 P2MKP yang telah mengikuti diklat dari 75 P2MKP yang sudah ditetapkan sejak tahun 2012 silam oleh BPPP Banyuwangi-Jawa Timur. P2MKP “Sumber Soke” menjadi inspirator bagi sejumlah kelompok-kelompok budidaya Ikan Lele, seperti yang ada di Kecamatan Madapangga, Bolo dan Donggo. Kelompok-kelompok yang menjadi binaannya itu dinilai banyak yang berhasil mengembangkan usaha budidaya serta pembenihan Ikan Lele dan air tawar. “Diantaranya adalah kelompok Harapan Makmur dan Lestari La Seribu di Desa Woro, UPR di Desa Mpuri, “Lele Rade” di Desa Rade, “Lele Mekar” di Desa Rasabou dan Kelompok Tani Terpadu di Desa Bontokape Kecamatan Bolo,” sebut Suherman Ketua P2MKP “Sumber Soke” Desa Ncandi Kecamatan Madapangga, saat berbincang-bincang dengan kampung-media.com disela-sela kegiatan pelatihan. Sejarah terbentuknya P2MKP “Sumber Soke”, berawal dari keinginan Suherman untuk
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
mengembangkan usaha serta membagi ilmu tentang budidaya ikan air tawar kepada para pembudidaya ikan air tawar yang masih primitif. Tujuannya adalah merubah sikap dan perilaku para pembudidaya ikan dari sistem tradisional menuju pembudidaya ikan yang modern. Pada tanggal 16 September 2012 silam, kelompok “Sumber Soke” mendaftarkan diri sebagai pusat pelatihan mandiri kelautan dan perikanan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan, di Jakarta. Hasilnya tanggal 3 April 2013, “Sumber Soke” ditetapkan menjadi P2MKP melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, melalui Surat Keputusan Nomor:33/KEPBPSDMKP/2013. Instansi yang menjadi pembina adalah dari BPPP Banyuwangi-Jatim dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bima. Adapun Visi P2MKP “Sumber Soke” adalah terwujudnya pusat pelatihan mandiri yang andal dalam menghasilkan sumber daya manusia perikanan budidaya yang profesional, berjiwa usaha dan berwawasan global. Sedangan misi P2MKP “Sumber Soke” yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang perikanan budidaya. Mengarahkan pemanfaatan sumber daya alam secara efektif dan efisien sehingga budaya guna dan berhasil guna, seperti lahan kosong, dam, sungai dan
69
70
BUDIDAYA LELE YANG OKE
sawah untuk budidaya ikan air tawar, kemudian mengembangkan usaha pembenihan ikan air tawar untuk melayani permintaan benih dari para pembudidaya ikan yang ada di wilayah sekitar, serta mengembangkan usaha pembesaran ikan konsumsi untuk memenuhi permintaan pasar serta rumah makan. Dari itu semua, sehingga P2MKP “Sumber Soke” menjadi tempat kegiatan pelatihan bagi kelompokkelompok Ikan Lele dan air tawar yang ingin membangun dan mengembangkan usaha di bidang perikanan. Pada tanggal 28 Juni 2013 silam, kelompokkelompok budidaya dan pembenihan Ikan Lele dan air tawar ini yang dinilai berhasil itu, telah diberikan pelatihan. Awalnya, mereka itu dilatih oleh Suherman selaku pendiri “Sumber Soke” terkait cara pembesaran Ikan Lele dengan media kolam terpal angkatan I dan II, dengan jumlah peserta 20 orang, asal Kecamatan Bolo dan Madapangga. “Pelatihan pembesaran Ikan Lele dengan media kolam semen dan kolam tanah angkatan III dan IV, juga dilanjutkan pada 23 November 2013, dengan jumlah peserta 20 orang, yang diambil maksimal dua orang pada tujuh desa di Kecamatan Madapangga,” kata Suherman. Salah satu keberhasilan yang ia lakukan adalah menciptakan kelompok-kelompok usaha budidaya Ikan Lele di beberapa desa. Termasuk membangun beberapa fasilitas maupun sarana untuk
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
mendukung kelancaran kegiatan-kegiatan pelatihan serupa. Seperti membangun ruangan diklat ukuran 4x11 meter yang dapat menampung ±30 orang peserta, sekretariat menyatu dengan perpustakaan ukuran 3x6 meter, penginapan dua kamar ukuran 3x2,5 meter, kamar mandi satu unit, lahan praktek 0,35 hektar, serta masing-masing 1 unit laptop, proyektor merk microvision ms.330, printer merk brother DCP–J140w, generator listrik merk mikawa mk.4500, wireles merk tens ke–7.900, micriphon merk toastar TS.306 dan camera digital merk casio Qv.R 300. Untung 10 Juta Perbulan Saat ini, P2MKP “Sumber Soke” yang didirikan Suherman, terus menjalankan usaha tersebut hingga meningkatkan hasil produksi Ikan Lele dalam tiga kali setahun serta melakukan pembenihan meski masih dianggap skala kecil. Hal ini diakui karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menjadi penghalang dalam hasil produksi dan pembenihan lele. Meski saat ini pembenihan hanya 20.000 ekor lele dalam sekali mijakan, namun persediaan benih tersebut terus dilakukan agar kebutuhan tetap lancar menyusul tingginya permintaan pasar (benih). Berbicara pendapatan, menurut Suherman, jika dikalkulasi hasil pembenihan dengan nilai jual rata-rata
71
72
BUDIDAYA LELE YANG OKE
Rp.500,- perekor, maka keuntungan yang ia peroleh minimal 10 juta rupiah perbulan. “Jadi dalam setahun kita bisa mendapat keuntungan 120 juta, selain sebagiannya telah digunakan untuk pembelian 60 pasang induk lele dari luar daerah serta biaya-biaya lainnya,” kata Suherman. Sedangkan jumlah produksi panen untuk kebutuhan konsumsi, diperkirakan 600 kilogram perare, atau tiga kali panen dalam setahun dengan harga jual rata-rata 25 ribu rupiah perkilogram, sehingga total pendapatan sekali panen sebesar 15 juta rupiah. Para pembudidaya Ikan Lele “Sumber Soke” yang oke. “Pendapatan ini masih kita anggap relatif kurang. Karena beberapa faktor memengaruhi minimnya jumlah pembenihan dan hasil produksi. Seperti persiapan induk yang harus didatangkan dari Sukabumi Jawa Barat, serta masih kurangnya kolam untuk pendederan,” kata Suherman. Kendati demikian, selain upaya meningkatkan jumlah pembenihan serta hasil produksi melalui menjalin kerjasama agar kebutuhan induk lele yang didatangkan dari luar tetap lancar, P2MKP “Sumber Soke” yang dikendalikannya itu, juga terus melaksanakan kegiatan pelatihan-pelatihan bagi kelompok yang ingin menjadi pembudidaya Ikan Lele dan air tawar. (sri) v
10
Kisah
Si Opik Sayur - KM. RAMPAK NULANG -
KETIKA kesuksesan suatu usaha, diniatkan untuk orang-orang tercinta, usaha yang dijalani akan sukses dan rezeki yang didapatkan akan berkah. Pemikiran inilah yang mendasari Opik ketika memutuskan berhenti bekerja sebagai buruh part time sebuah pabrik di Jawa dan kemudian pulang kampung untuk memulai usahanya. “Niat saya saat itu, ingin memberi tambahan nafkah yang halal buat keluarga saya dan membahagiakan kedua orang tua” ungkapnya sambil menerawang seakan mengingat masa-masa ketika merintis usahanya berjualan sayur keliling. Ia masih ingat beberapa tahun yang lalu. Selepas subuh saat kebanyakan orang masih terlelap dalam tidurnya, ia membantu ibunya memetik sayuran dan kemudian menjajakannya ke penjuru kampung. Ada kisah menarik pada masa itu, saat berjualan sengaja 73
74
KISAH SI OPIK SAYUR
bakulnya ia miringkan ke kiri atau ke kanan agar saat berpapasan dengan teman-temannya ia tidak dikenali. Maklumlah berjualan seperti itu sering menjadi bahan ejekan teman-temannya. Namun lama-kelamaan ia bosan juga dengan sikap seperti itu dan akhirnya perasaan minder ditepis begitu saja. Dikepalanya yang penting jualan ibunya habis laku terjual pada hari itu. Suka duka telah ia lalui, pahit manis telah ia jadikan sebagai pelajaran berharga dalam membangun usahanya sampai bisa seperti sekarang ini. Pertama kali berjualan sayur, merugi. Ia tetap bertahan hingga kerugian yang diderita kian hari kian berkurang dan pada akhirnya ada kenikmatan tersendiri yang dirasakannya saat modalnya kembali. Itu dilakoninya selama sepekan. "Diawal saya memang rugi, tapi saya terus berjuang. Nah saat modal saya kembali ada kegembiraan yang ada dalam diri saya yang mendorong semangat," katanya bersemangat. Saat ini siapa yang tidak kenal dengan Opik si pedagang sayur keliling dan aneka kebutuhan lainnya di Kota Sumbawa Besar. Hampir disetiap perkantoran dan perumahan semua mengenal Opik Sayur. Keberadaan Opik telah menciptakan kebergantungan tersendiri terutama bagi ibu-ibu kantoran yang juga sebagai ibu rumah tangga sangat terasa ketika dia absen berjualan sehari saja, Usahanya dimulai dari nol. Dari penjual keliling
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
yang awalnya menggunakan sepeda, kemudian beralih menggunakan becak dan sekarang ini berkat kegigihannya, ia sudah memiliki 7 armada pick up L300 untuk operasional usahanya setiap hari dengan melibatkan sekitar 40 karyawan. Omzet perharinya sekitar 25 juta rupiah. Untuk bulan ramadhan omzetnya tembus mencapai angka 900 juta rupiah. Sangat fantastis bagi sebuah usaha kecil di kampungnya. Berbagai kiat yang ia terapkan dalam menjalankan usahanya. Selain manajemen keuangan yang baik, ia juga menjalin pendekatan personal yang baik kepada pelanggannya. Disamping itu ia juga melakukan inovasi dan strategi usaha yang jitu ketika melihat peluang agar usahanya tidak kehilangan pelanggan dengan cara menyapa melalui telepon selular sekaligus sebagai upaya agar pelanggan dapat memesan sayuran sesuai seleranya. Berkat hasil kerja kerasnya, ia telah membangun rumah dikawasan Panto Daeng, salah satu perumahan yang cukup berkelas di Kota Sumbawa Besar. Selain itu ia telah menunaikan ibadah haji bagi kedua orang tuanya serta menyekolahkan anak-anaknya. Si Opik sayur telah menginspirasi orang-orang sekitarnya. Dia adalah branding, dan berhasil menanamkan pelajaran berharga bagi para pelanggan dan juga masyarakat Sumbawa. Saat ini telah banyak orang lain mengikuti jejak usahanya. Namun sebaliknya
75
76
KISAH SI OPIK SAYUR
ia menganggap bukan pesaing, tapi justru sebagai mitra motivasi dalam upaya untuk lebih meningkatkan kualitas usahanya agar tetap survive di tengah deru perubahan waktu yang semakin cepat serta mampu beradaptasi dengan perubahan. Selera pasar yang sangat pesat yang sewaktu-waktu dapat berubah. Kisah Opik sayur yang manjur. v
11
Buah Naga
Pembawa Hoki - KM. LENGGE WAWO -
MANSYUR, pemuda kelahiran Maria, 19 Juni 1985. Ayah tiga orang anak ini awalnya beternak bebek/itik. Hasil kerja sama dengan Nasarudin sang kakak, sudah sekitar setahun lebih menekuni bidang ini dan menuai hasil yang lumayan. Untuk Kecamatan Wawo beternak masih sangat jarang dilakukan masyarakat, kebanyakan masyarakat lebih memilih bercocok tanam sehingga apa yang dilakukan mansyur dan kawan-kawannya suatu terobosan baru: bercocok tanam Buah Naga. Setelah beberapa tahun beternak unggas, Mansyur belum memikirkan untuk mencari usaha lain yang memiliki hasil yang lebih banyak. Nah kebetulan sekitar tahun 2010 lalu, Mansyur mendapatkan sebuah paket kiriman dari rekannya di negeri jiran Malaysia, paket yang berisi Buah Naga tersebut sedikit menggelitik jiwa usahanya. 77
78
BUAH NAGA PEMBAWA HOKI
Usaha Buah Naga. Mengapa tak dicoba! Itulah yang selalu menggoda pikirannya, sekitar awal tahun 2010, ia pun mencoba terjun ke dunia agrobisnis, kebetulan juga dia memiliki lahan potensial untuk mengembangkan bisnis buah naganya. Mansyur melihat potensi untung besar dari usaha berkebun Buah Naga. Apalagi tingkat permintaannya lumayan tinggi dan prospeknya sangat cerah bahkan bisa menembus pasar provinsi. Sekilas penjelasan mengenai Buah naga menurut wikipedia, (: pitaya/dragon fruit) adalah buah dari beberapa jenis dari dan . Buah ini berasal dari , dan namun sekarang juga dibudidayakan di negara-negara seperti , , , dan . Buah ini juga dapat ditemui di , , Utara dan Selatan. Hylocereus hanya mekar pada malam hari. Bermodalkan info dari internet dan seputar penjelasan dari rekannya yang ada di negeri jiran, ia pun memulai usaha agrobisnisnya. Setelah mengumpulkan media tanam berupa ban-ban mobil bekas, akhirnya tanah seluas 1,5 hektar lebih yang berada di So Nggaro Lela ia tanami semua dengan bibit Buah Naga hasil pengembangan dari bibit yang ia terima. Halaman rumahpun tidak luput dijadikan areal penanaman buah naga. Berbagai tanggapan masyarakat bermunculan, mereka mengganggap Buah Naga tidak akan bisa berkembang di Kecamatan Wawo. Kini, setelah sekitar tiga tahun berkebun tanaman Buah Naga, Mansyur akhirnya bisa menepis keraguan
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
masyarakat yang pesimis, sekarang Mansyur tinggal memetik hasil kerja kerasnya. Rata-rata kebunnya mampu memproduksi 700–800 buah naga/panennya. Dengan kebun seluas satu hektar lebih, ia mengaku bisa meraup keuntungan hingga 6-8 juta rupiah persekali panennya. Buah naga yang sudah dipanen dijualnya ke berbagai lokasi di Kabupaten Bima dengan harga Rp 510 ribu/buah. “Pendapatan dari usaha Buah Naga diluar perkiraan sebelumnya, jauh meningkat dari perhitungan sebelumnya, belum lagi permintaan bibit dari masyarakat sekitar juga sangat banyak”, terang Mansyur ketika KM. Lengge Wawo mendatangi kediamannya di belakang Balai Desa Maria. ”Soal rasa, Buah Naga dari Kecamatan Wawo ini tak kalah dengan yang lainnya. Rasa manisnya khas dan menyegarkan, karena bibitnya memang adalah bibit unggul dari Malaysia dan kultur tanah gembur di Kecamatan Wawo sangat memengaruhi keunggulan rasa dari Buah Naga ini”, kata Mansyur berpromosi. Mansyur sekarang bisa berbangga hati dengan usahanya yang kian berkembang, ia memperkerjakan dua orang warga di kebun Buah Naga miliknya yang membawa hoki. Sedangkan untuk pemasaran, pekerjanya tidak tetap. tergantung dari permintaan warga yang ingin dipekerjakan untuk memasarkan Buah Naga saat panen selesai.
79
80
BUAH NAGA PEMBAWA HOKI
Saat kru KM. Lengge bertandang, Mansyur sedang siap menuju ke Empang Sumbawa, Mansyur juga telah mengembangkan usaha pertaniannya disana, 27 hektar tanah garapan yang dibeli dari warga Sumbawa telah ditanami dengan jagung dan akan siap panen 2 atau 3 minggu kedepan. Sebuah potret keberhasilan generasi muda yang menginspirasi generasi muda lainnya. (gln) v
12
Ada Rupiah
pada Percikan Besi - KM. AL-BAJURI -
MENUAI rupiah di balik percikan besi adalah semboyan yang dikantongi oleh Saeful Rahman, untuk pekerjaan yang digelutinya. Saeful Rahman adalah mahasiswa FPOK IKIP Mataram yang saat ini duduk di semester 6. Di tengah perjalannya ia cuti kuliah karena tuntutan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya kuliah. Untuk mengisi waktu cuti, berbagai pekerjaan pernah ia geluti bahkan sejak sebelum cuti. Pekerjaan yang dimaksud diantaranya menjadi pelatih Sekolah Sepak Bola Desa Bajur, pemain sepak bola kondangan, bahkan tukang reparasi motor. Alhasil pekerjaan yang digeluti tersebut dirasakan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi untuk biaya kuliah. Di samping itu, pekerjaan lain juga pernah ia rintis 81
82
ADA RUPIAH PADA PERCIKAN BESI
sejak sembilan bulan yang lalu. Tepatnya bulan Agustus 2013 berupa bengkel las yang berlokasi di Desa Karang Anyar Kota Mataram. Usaha ini berawal dari kebiasaan bergabung dengan teman-temannya yang sudah biasa reparasi motor hias sehingga ia tertarik menanam modal sebesar 20 juta rupiah yang bersumber dari pinjaman bank. Perjalanan usaha tersebut tidak semulus yang dibayangkan bahkan sempat gulung tikar dan ditaksir kerugian sebesar 15 juta rupiah. Saeful Rahman yang akrab dipanggil Man Coli sempat depresi menerima kenyataan tesebut sehingga cuti kuliah setahun. Nasib sial Saeful Rahman mulai berubah sejak kembali ke kampung halamannya di Desa Bajur Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat. Memperhatikan banyaknya perumahan atau BTN yang dibangun di Desa Bajur yang tentu membutuhkan banyak pagar besi, seketika terbersit di benaknya untuk merintis kembali usaha bengkel las yang berlokasi di Desa Bajur dengan modal sekitar 5 juta rupiah yang dikerjakan berdua dengan adiknya. Seiring waktu usaha tersebut banyak mengalami kemajuan yang ditandai dengan bertambahnya dua orang karyawan dengan jumlah pesanan dalam sebulan ditaksir meraup untung mencapai 7 juta rupiah. Karyawan dengan penuh semangat bekerja demi menuai rupiah di balik percikan besi tersebut. Nama bengkel las tersebut juga mengalami
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
perubahan, awalnya bernama Logam Cahaya kemudian diganti menjadi Bajur Express. Perubahan nama secara filosofis, Bajur merupakan desa tempat berdirinya bengkel las tersebut dan Express berarti pelayanan cepat yang ditawarkan kepada semua pelanggan. Usaha tersebut kini banyak pesanan ke semua pelosok bahkan direncanakan dipasarkan sampai Pulau Sumbawa. (hbb) v
83
13
Firdaus Peternak yang Sukses - KM. PORTAL HIMPAS -
ADANYA program Bumi Sejuta Sapi yang dicanangkan Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Barat memberikan angin segar bagi warga yang ingin menggeluti dunia peternakan dengan mengajukan proposal kelompok. Kelompok tani ternak “La Jako” adalah satu dari tujuh kelompok peternak di Kecamatan Monta, Kabupaten Bima, yang mendapat bantuan pemerintah pada tahun 2011 dan hingga kini masih terus eksis berprestasi dibidangnya. Sebagai ketua kelompok yang mendapat kepercayaan dari Pemerintah, Drs.Muh.Firdaus dan kawan-kawannya menjaga kepercayaan yang diberikanPemprov NTB dengan usaha menjalankan program sebaik seperti yang diharapkan. Dari tujuh kelompok yang mendapatkan bantuan saat itu, kelompok tani ternak “La Jako” yang dipimpin Firdaus, 85
86
FIRDAUS PETERNAK YANG SUKSES
mendapatkan bantuan program penyelamatan sapi betina produktif dengan kucuran dana sebesar 250 juta rupiah. Menurut, Firdaus, dari kucuran dana sebesar 250 juta rupiah penggunaan dana dibagi dua. “Sebanyak 60 persen digunakan untuk membeli sapi dan sisanya 40 persen digunakan untuk biaya operasional seperti membuat kandang, honor pendamping dan untuk membeli obat-oabatan,” katanya. Dengan menjalankan program penyelamatan sapi betina, kelompok “La Jako” mulai melakukan pengadaan sapi diakhir tahun 2011 sebanyak 38 ekor, sapi pejantan sebanyak 10 ekor dan sapi betina sebanyak 28 ekor. “Kami memusyawarahkan pola perawatan dan membagi jadwal penjagaan di kandang untuk menghindari ternak keluar kandang dan mencegah adanya kehilangan, sementara untuk pola pemberian pakan, anggota kelompok bertanggung jawab untuk merawat dan menyediakan pakan terhadap jatah masing-masing yang telah dibagikan,” ungkapnya. Dengan kerja keras dan fokus untuk memajukan usaha kelompok, Firdaus dan kawan-kawan kini bisa memetik hasilnya dari 38 ekor sapi yang dimiliki kelompok saat itu. Kini, tahun 2014 sapi yang dimiliki kelompok “La Jako” telah berkembang menjadi 85 ekor dan di revolfing kepada warga lain yang memiliki minat untuk mengembangkan usaha ternak.
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
“Revolfing merupakan upaya pemerintah untuk memeratakan penyebaran sapi dan memberikan kesempatan kepada warga lain untuk memelihara sapi betina produktif, memetik hasilnya selama tiga tahun, kemudian akan di-revolfing lagi begitu seterusnya,” jelasnya. Namun dalam hal revolfing, Firdaus dan kawankawan lebih berhati-hati untuk menyerahkan sapi yang akan di-revol. “Sebelum kami menyerahkan sapi-sapi yang akan di-revol, tentu kami harus berkoordinasi dengan Pemerintah Desa dan Dinas Peternakan untuk menentukan warga atau kelompok mana yang akan diserahi tanggung jawab untuk memelihara sapi. Jika tidak, ketika jatuh ke tangan yang tidak bertanggung jawab dan program pemeliharan sapi betina produktif yang dicanangkan pemerintah akan macet,” tegasnya. Selain prestasi yang dimiliki, Kelompok Tani Ternak “La Jako” juga pernah dijadikan lokasi studi banding yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan asal Kalimantan pada tahun 2012 silam. Dalam kegiatan studi banding yang dilaksanakan selama dua hari itu banyak sekali pertanyaan yang diajukan peserta. “Bagaimana kelompok La Jako tertap eksis menjalankan program pemerintah, bagaimana ketua kelompok dapat mengorganisir anggota kelompoknya dan pertanyaan-pertanyaan lain yang saya jawab dengan kondisi nyata seperti sekarang,” kata Firdaus mengakhiri wawancara. (al) v
87
14
Kemilau Jamur Tiram dari Keru
- KM. NARMADA -
NEGARA ini kaya dan daerah kita punya berbagai sumber daya alam yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakat. Seperti apa yang dilakukan Habib Ali, seorang warga Dusun Keru Narmada Lombok Barat. Pria keturunan Arab Melayu ini sudah setahun lamanya menggeluti budidaya Jamur Tiram. Dari hasil tersebut bapak empat anak ini, bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai ke luar daerah. Berawal dari pertemuannya dengan seorang teman lama yang lebih dulu menggeluti usaha Jamur Tiram. Pertemuan itu menginspirasi Habib Ali untuk ikut berkecimpung memulai usaha kemilau Jamur Timur. Meskipun pada saat itu masih dalam tahap pemeliharaannya saja dengan membeli baglog yaitu media tumbuhnya Jamur Tiram dari pengusaha Jamur 89
90
KEMILAU JAMUR TIRAM DARI KERU
Tiram lainnya. Setelah setahun menjalaninya, Habib sudah bisa memproduksi baglog sendiri. "Usaha Budidaya Jamur Tiram tidak membutuhkan modal besar dan lahan luas, bisa dilakukan di rumah dengan memanfaatkan pekarangan kosong. Membuat gudang sederhana dari bambu berukuran 5 X 7 meter persegi, sudah bisa menampung sekitar 2.000 buah baglog. Satu baglog bisa menghasilkan 1 kilogram jamur selama masa panen", jelasnya. Usaha Jamur Tiram cukup prospek bila dikaitkan dengan kebutuhan akan adanya Jamur Tiram. "Untuk para pemula yang ingin menggeluti usaha ini bisa memulai dengan hanya menyiapkan gudang, sementara baglog-nya bisa dibeli dari para petani produksi baglog yang harga perbaglog yang siap panen sekitar Rp.4.000,.", lanjut Habib Ali yang berpenampilan sederhana ini menjelaskan. Dalam menjalankan usahanya, kini Habib merekrut tiga orang karyawan yang setiap hari membantunya. Dengan sebuah gudang budidaya dan satu gudang untuk produksi baglog, usaha Habib Ali setiap harinya bisa menghasilkan 10-15 kg Jamur Tiram. Selama masa panen, ia menjual Jamur Tiram dengan harga Rp.17.500,- ditingkat pengepul. Untuk pemasarannya ia tak pernah repot, lantaran setiap hari para pengepul langsung datang mengambilnya, bahkan hasil produksinya selama ini masih kurang dengan animo
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
permintaan pasar serta minat konsumen yang relatif tinggi terhadap Jamur Tiram. Pria setengah baya yang juga lulusan Hadramhaut Yaman itu berkeinginan bisa menginspirasi banyak orang untuk mau ikut membudidayakan Jamur Tiram. Selain peluangnya besar dan keuntungan jelas, bisa membuka lapangan pekerjaan bagi para pemuda dan warga sekitarnya. v
91
15
Pemuda Kampung Penjual Sambal - KM. TANTONGA -
‘JANGAN pernah bosan untuk menebar kebaikan’. Demikianlah ungkapan yang selalu menjadi motivator sekaligus pondasi prinsip hidup pemuda kelahiran Desa Parado Rato tahun 1987 ini. Dengan motto tersebut pula Muhammad Firdaus kini secara alami dianggap sebagai generasi pelopor berantas buta aksara dan kemiskinan. Abdillah M.Saleh,S.Pd yang menjadi bapak asuh membanggakan potensi yang dimiliki anak asuhnya tersebut. Menurut Abdillah bahwa sejak tahun 2000, ia mendirikan lembaga Pusat Kegiatan Belajar Mengajar, baru tahun 2008 ia menemukan generasi yang sepaham dan yang memiliki tekad yang sama untuk memberdayakan warga pada bidang kebutaaksaraan dan kemiskinan. Sejak tahun 2008 itulah Firdaus mulai bergelut dan membaur dengan ratusan masyarakat atau warga 93
94
PEMUDA KAMPUNG PENJUAL SAMBAL
binaan. Menjembatani peningkatan harga jual hasil tani warga dengan sistim pemasaran langsung adalah langkah awal yang dilakukan. Ia berhasil membangun prestasinya di tengah-tengah sedikitnya 500 kepala keluarga di Parado. “Hasil bumi seperti singkong, jagung dan sejenisnya jika dijual di Parado harganya sangat rendah, baik diecer terlebih oleh tengkulak. Bersama saya, Firdaus mengumpulkan hasil tani tersebut untuk kemudian dipasarkan keliling ke desa-desa tetangga dan tentunya dengan harga jauh lebih tinggi dari tengkulak,” ungkap Abdillah. Berangkat dari sinilah pemuda yang hidup didataran tinggi Kabupaten Bima ini tumbuh menjadi sosok yang memiliki daya pikir ke depan, dengan sendirinya memahami manajemen kepemimpinan dalam mengkoordinir warga yang ada, melihat peluang pasar sekaligus kemampuannya untuk mempromosikan hasil bumi maupun karya warga. Memasuki pertengahan tahun 2009, ia melirik usaha rumahan yang diproduksi ibu rumah tangga yakni sambal jeruk atau dikenal dengan Mbohi Dungga. Dengan kemasan sederhana memakai botol air mineral tanggung dengan kisaran harga Rp.8000,- perbotolnya. Produksi ini pun awalnya hanya untuk konsumsi pribadi, hanya sedikit yang memiliki nilai jual itupun dipesan oleh keluarga di luar Parado. Firdaus yang bernaung di bawah lembaga pimpinan
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
Abdillah menjadikan salah satu produk untuk dipasarkan keliling dan ternyata sambal yang berbahan baku jeruk, cabe dan garam ini banyak diminati. Tidak menunggu lama produk ini diubah kemasannya dan dipatenkan. Kemudian dikemas dengan kemasan yang lebih menarik serta memiliki daya jual yang tinggi. “Untuk satu botol dengan harga semula Rp.8000,- itu, kami mampu menjuanya dengan harga Rp.20.000,tentunya dengan kemasan yang baru sehingga dalam seminggu dapat menghasilkan keuntungan 300-500 ribu rupiah,” terang Firdaus di Parado. Usaha tersebut terus berkembang dan menjadi produk andalan sehingga berkat dedikasinya, Firdaus yang kini ditawari langsung oleh Dinas Dikpora Kecamatan Parado untuk menjadi Tenaga Pendamping Lapangan Pendidikan Luar Sekolah. Disamping mampu menopang ekonomi keluarga, ia juga telah memiliki kendaraan sepeda motor sendiri dari hasil usahanya tersebut. Kendati demikian, tidak ada usaha yang tidak memiliki kendala. Demikian pula persoalan yang harus dipecahkan oleh Firdaus. Masuk tahun-tahun terakhir permintaan meningkat sementara ketersediaan bahan baku jeruk mulai langka. “Jeruk jenis ini hanya mampu tumbuh di dataran seperti Kecamatan Parado, sementara tanaman ini sudah banyak yang tidak produktif. Untuk mencoba keluar dari krisis tersebut
95
96
PEMUDA KAMPUNG PENJUAL SAMBAL
saya mengajak warga untuk memanfaatkan lahan kosong untuk ditanami jeruk, saya awali tahun 2012 pada lahan milik orang tua seluas satu hektar dengan tanaman jeruk 50 pohon dan sampai tahun ini hanya tumbuh 20 pohon saja,” ungkapnya. Firdaus optimis bahwa usaha ini akan tetap dikembangkan, karena ia yakin kendala tersebut perlahan akan mampu dilewatinya. “Dengan terus memotivasi warga untuk peningkatan produktifitas lahan kosong. Ketersediaan bahan baku jeruk akan terpenuhi, karena satu orang saja mampu memelihara 10 pohon itu saja cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam enam bulan,” ungkapnya optimis. (leo) v
16
Pengusaha Bibit Ikan - KM. LINGSAR -
BIDANG Perikanan terbukti memberikan peluang usaha yang cukup besar, setidaknya itu yang dialami Safarudin Warga Dusun Tragtag Desa Batu Kumbung Kecamatan Lingsar. Usaha pembudidayaan ikan air tawar yang ia geluti merupakan usaha turunan dari orangtuanya. Membudidayakan jenis Ikan Lele, sekarang beralih ke usaha pembibitan Ikan Karper. Dulu hanya memiliki satu kolam untuk pembudidayaan Ikan Lele, sekarang sudah berkembang dan mempunyai empat kolam ikan. Berbeda dengan orangtuanya, Safarudin mengembangkan usaha bibit ikan ketimbang membudidayakan ikan untuk konsumsi. Menurutnya usaha pembibitan lebih mengutungkan dari segi waktu artinya perputaran modal lebih cepat. Berawal dari sulitnya mencari bibit ikan di sekitar tempatnya, kebanyakan pembudidaya ikan hanya 97
98
PENGUSAHA BIBIT IKAN
budidaya ikan untuk konsumsi saja. Ia mengambil inisiatif mengembangkan usaha bibit ikan saja. Pertama kali bibit ikan dibeli dari luar desanya, kemudian setelah beberapa hari saja tidak sampai satu bulan, ada permintaan untuk membeli bibit ikan miliknya. Bibit ikan laku, keuntungan pun cukup menggiurkan. Usaha pembibitan ikan diteruskan sampai sekarang. Tanpa sungkan, Safarudin menjelaskan tentang keputusannya memilih usaha pembibitan. “Biasanya kalau membeli bibit sebesar jari kelingking perekornya 100 rupiah, dalam jangka waktu 4 sampai 5 hari sudah bisa dijual 200 sampai 250 rupiah perekornya. Bandingkan dengan memelihara ikan untuk konsumsi, butuh waktu dan biaya yang tidak sedikit, walaupun keuntungannya lumayan banyak, namun cukup repotlah”, ungkapnya. Pria tamatan pondok pesantren ini menjual bibit Ikan Karper berbagai ukuran mulai dari seukuran jari kelingking sampai seukuran telapak tangan anak. Harganya pun bervariasi dan bisa nego. Memasarkannya tak perlu jauh-jauh warga yang ada di Dusun Tragtag sebagian besar adalah pembudidaya ikan dan mereka pun membeli bibit dari Safarudin. Menurut warga yang diungkapkan olehnya bahwa membeli bibit di tempatnya lebih cepat dan harganya sama dan bisa bayar belakangan. Walaupun sudah lama menggeluti pembudidayaan
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
bibit ikan, bapak tiga anak ini, masih enggan membudidayakan ikan untuk konsumsi. Kesibukannya yang lain, disamping menjadi penghulu, ia juga mengajar di Sekolah Dasar kampungnya. v
99
17
Kisah Sukses
Montir Sepeda - KM. LAYARSTONE -
BERLATAR belakang keluarga sederhana, H.Mashur atau Suhur, seorang montir sepeda yang kini sukses berkat ketekunan, kesabaran dan keuletannya. Suhur merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara yang kini tinggal dan menetap di Dusun Teloke Desa Batulayar Lombok Barat. Awal kisahnya, karena sulitnya lapangan pekerjaan saat itu, Suhur berinisiatif mendirikan sebuah bengkel kecil yang diprioritaskan untuk menyervis sepeda dayung. Maklumlah, kendaaran tak seperti yang hilirmudik sekarang. Kebanyakan warga yang tinggal di sekitarnya melakukan aktifitas dengan mengendarai sepeda. Setelah berpikir, jika sepeda warga sedang bermasalah, untuk melakukan perbaikan membutuhkan 5 sampai 6 kilometer baru menemukan bengkel tempat 101
102
KISAH SUKSES MONTIR SEPEDA
memperbaiki kendaraan. Singkatnya, Suhur muda membuka bengkel kecil dengan ukuran panjang 1,5 meter dan lebar 1 meter. Bermodalkan peralatan sekadar kunci dan pres ban. Seiring dengan perkembangan waktu dan perubahan zaman serta berkat kesabarannya, kini bengkel yang dimilikinya tidak hanya sebagai tempat untuk memperbaiki sepeda dayung. Namun juga sebagai bengkel tempat service sepeda motor. Berkat usahanya, fasilitas yang mungkin hanya ia mimipikan, kini dapat terwujud. Awalnya, Suhur hanya bekerja sendirian saat menekuni layanan sepeda. Kini, Suhur telah mampu mengangkat lima karyawan yang mendampingi usahanya. Hebatnya, dua alumnus didikannya yang telah hengkang pun berhasil membuka bengkel sendiri berkat didikan dan arahannya. Pria sabar dan pendiam inipun hingga kini masih menekuni pekerjaan sebagai tukang bengkel sepeda. Sebagaimana telah diketahui, layanan pres ban, ganti oli, service velg, jual bensin, jual alat-alat sepeda dayung, alat-alat sepeda motor dan sejenisnya pun terbilang sangat lancar. Berkat usahanya, bapak empat anak ini berhasil mengumpulkan tabungan hingga dapat membawanya pergi menunaikan ibadah haji pada tahun 2009. Sedangkan tahun 2014 ini, giliran istrinya yang akan menunaikan ibadah rukun kelima ke Makkah
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
Almukarramah. Tidak hanya itu, berkat usahanya ini pula, ia berhasil membeli empat are tanah yang dipersiapkan untuk sanak familinya. Sosok H.Mashur bukan dari kalangan orang berpendidikan tinggi seperti kebanyakan. Ia hanya mampu mengenyam pendidikan hingga Sekolah Menengah Pertama, lantaran keterbatasan biaya dari orang tuanya. Pria rendah hati, dan murah senyum ini memiliki jiwa sosial yang tinggi. Mungkin itulah yang membuat orang merasa nyaman singgah dan senang memperbaiki kendaraan di tempat yang dimilikinya. Di Desa Batulayar, orangnya dikenal sesuai dengan nama yang ia sandang setelah pulang dari Makkah, H. Mashur (orang yang dikenal). Dikenal dengan keramahan, kemudahan warga yang memiliki kepentingan. Jika warga tidak memiliki uang saat memperbaiki kendaraan misalnya, H.Mashur tidak terlalu menekan, warga tersebut bisa membayar saat memiliki uang. Tak jarang bengkel tersebut mempiutangkan barang kepada klien. Apalagi warga tersebut merupakan warga sekitar. Masyarakat banyak menyukainya disebabkan pergaulan dan kepekaan sosialnya yang tinggi. Hampir semua warga di Kecamatan Batulayar mengenal bengkel sepeda yang dimilikinya. Awalnya, bengkel sepeda tersebut ia beri nama ‘Bengkel Sepeda Hikmatiyar’ sejalan dengan nama putra pertamanya.
103
104
KISAH SUKSES MONTIR SEPEDA
Karena terbuat dari papan kecil yang ditulis dengan cat, nama bengkel sepeda sering tak terlihat dari tempat tertentu. Namun karena sudah banyak yang mengenal, pelanggan dan klien pun tak pernah berhenti berdatangan. Jam 07.00 pagi bengkel sudah mulai dibuka untuk beroperasi dan ditutup pada jam 05:00 sore. 20 tahunan H.Mashur bergelut di dunia perbengkelan. Dengan hasil yang diperolehnya, kini ia mampu menyekolahkan putranya hingga perguruan tinggi. Putra-putrinya pun ada yang masih Sekolah Menengah Atas dan masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Dengan pencapaian usahanya, kini H. Mashur banyak memanfaatkan anak muda untuk nimbrung di bengkel yang masih ia lakoni hingga sekarang. H.Mashur sosok inspirasi yang telah memberi manfaat luhur bagi pekerja dan warga sekitarnya. Kata orang bijak ‘Ada hari dimana kita harus berhenti sejenak, menengok ke belakang lalu bersyukur. Karena hidup bukan tentang mendapatkan apa yang kita inginkan, tetapi tentang menghargai apa yang kita miliki, dan sabar menanti yang akan menghampiri’. v
BAGIAN DUA
Inspirator Pendidikan
1
Ditampar Kopi Karir Mendaki - KM. R2MEDIA -
KETIKA seseorang mencapai apa yang ia cita-citakan, tidak mesti ia harus berbekal materi yang cukup dan menanggalkan harapan untuk menggapai cita-cita itu. Selama mau berusaha dan berbuat untuk sampai pada tujuan, berbagai upaya, sabar dan ketekunan dibutuhkan untuk menikmati indahnya kesuksesan. Seringkali apa yang terbayang tak mampu kita pandang, seringkali pula apa yang tak terlihat mampu kita pikat. Tak terbayang pula apa yang akan kita dapatkan, karena semuanya tergantung kehendak Yang Maha Kuasa. Keberuntungan harus kita syukuri, sedangkan kegagalan itu kita jadikan pelajaran berharga untuk mau mengubah diri hingga berbeda dari yang kita alami sebelumnya. Begitu pula yang terjadi dengan seorang Masban, pria yang lahir di Tampih Desa Rensing tahun 1957. 107
108
DITAMPAR KOPI KARIR MENDAKI
Lahir dari pasangan Guru Mansur dan Sahre. Ia anak terakhir dari delapan bersaudara. Jumlah keluarga yang cukup besar menjadikan keluarga cukup berat beban yang ditanggung kedua orang tuanya. Profesi orang tuanya sebagai guru ngaji sembari buruh tani, tidaklah cukup untuk menyekolahkan semua saudarasaudaranya. Ketika Masban mulai bercerita tentang ini, tampak matanya berkaca-kaca, menandakan ia sangat terharu. Bagaimana sakit dan sulitnya penghidupan yang ia jalani. Sambil menahan sedih, ia pun melanjutkan ceritanya. Pada tahun 1972, ia bersekolah di Sekolah Dasar Negeri 1 Rensing dan menuntaskan pendidikannya pada tahun 1976 di PGA di Desa Rensing. Selama menempuh pendidikan di Pendidikan Guru Agama inilah banyak pengalaman hidup yang didapatkan. Ia termasuk murid yang pendiam, tidak terlalu bergaul dan jarang sekali bergaul penuh dengan teman-temannya. Di kelas ia tidak terlalu pintar dan juga tidak terlalu bodoh seperti yang ia tuturkan. Kadangkala ketika ia tidak paham terhadap penjelasan guru, ia sangat malu untuk mengangkat tangan menanyakan ketidak mengertiannya itu. Maklum guru yang mengajar pada waktu itu tidak paham dan belum ada emansipasi Hak Asasi Manusia, rata-rata “galak” ketika terlihat ada murid yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Meskipun tidak dipungkiri, justru dengan pendidikan
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
“keras”, siswa banyak berpikir cerdas. Setiap hari dengan sabar dan tekun ia tetap masuk sekolah. Kadangkala orang tuanya datang membawa padi satu atau dua “cekal” untuk sekedar menjadi biaya sekolah kepada guru-guru yang telah mengajarkan anak-anaknya. Dengan modal itu ia membiayai setiap anaknya yang bersekolah. Untung saja Masban setia dan sabar bersekolah meskipun dengan biaya yang sekadarnya. Sebagaimana biasa setiap hari siswa PGA belajar sesuai jadwal dan guru yang masukpun rata-rata bertipikal keras dan berdisiplin tinggi. Seringkali songkok siswa yang tidak bisa menjawab, sontak berdebu karena kerasnya kepalan tangan sang guru yang kebetulan kena sanksi. Hari itu tanpa disadari sebelumnya, Masban seperti biasa terdiam, ia tidak sedikitpun berkata-kata, meskipun ia sedikit mengerti apa yang sudah dijelaskan oleh sang guru. Akan tetapi karena ia terlihat diam dan terus diam, seketika saja sang guru mengambil bubuk kopi yang kebetulan ada di atas meja dan menampar ke muka Masban. Masban sangat terkejut. Mukanya menghitam. Sedikit ia melirik teman-temannya, mungkin saja ada yang hendak tertawa. Tapi tidak satupun terlihat berani mengangkat wajahnya. “Cepat keluar sana, cuci mukamu” bentak sang guru. Ia segera berlari membersihkan debu kopi yang menempel di mukanya.
109
110
DITAMPAR KOPI KARIR MENDAKI
Dalam kepalanya seolah-olah terbuka pikiran gelap, rasa malu dan sungkan untuk sekadar berbuat. Kini ada sugesti untuk berani unjuk gigi di antara semua temantemannya, menunjukkan kepada guru bahwa ia bisa seperti teman-temannya yang lain. Tidak seperti biasanya. Masban yang dulu terlihat pendiam, sekarang berubah 180 derajat. Tiap kali ada tugas atau soal dari guru, dengan tangkas dan cepat ia menjawabnya. Tampak ia makin berani dan bermental bahkan melebihi teman-temannya. Dari sejak itulah, dengan semangat membara, ia melanjutkan studinya ke PGAN di Pancor Selong. Di sekolah ini, ia tamat pada tahun 1979. Tidak cukup sampai di sana, ia pun melanjutkan studinya di Institut Agama Islam Hamzanwadi Pancor hingga bergelar sarjana. Dengan modal ilmu agama yang ia pun melamar pekerjaan dan lulus menjadi PNS sebagai guru agama negeri. Pada tahun itu pula, ia bernasib ke tanah suci Makkah menunaikan ibadah haji. Lambat laun, ia dipercaya menjadi pengurus pondok pesantren di desanya, menjadi kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas di Kecamatan Sakra Barat, kemudian Pengawas Sekolah Keruak-Jerowaru dan mengajar di beberapa sekolah di Sakra. Karena kecakapan dan kelihaiannya dalam berkomunikasi seringkali pula ia diutus oleh koleganya untuk meredakan gejolak yang kadang-kadang bisa terjadi di tempat tugasnya. Selain
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
itu pula ia seorang da’i. Ia dicintai murid-muridnya, karena cara mengajarnya yang menyenangkan. Disamping tegas, ia juga humoris, bertolak belakang ketika mukanya belum tertampar bubuk kopi pada waktu sekolah PGA dulu. Merasa masih belum cukup, ia pun minta izin belajar untuk melanjutkan pendidikannya di Unitomo Surabaya mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia. Kini ia diangkat menjadi dosen di STIT Palapa Nusantara Keruak Lombok Timur. Sebuah profesi yang ukuran masyarakat desa merupakan prestasi yang membahagiakan. (sz) v
111
2
Meniti Karier Lewat Hobi - KM. SUKAMULIA -
SETIAP orang memiliki hobi yang berbeda-beda, ada yang hobi olahraga, ada yang hobi menulis, ada yang memiliki hobi menyanyi, banyak pula orang yang hobi berkarya seni, dan hobi lainnya. Biasanya hobi itu muncul atas dasar ketertarikan terhadap suatu hal atau permasalahan. Banyak orang yang mengatakan bahwa hobi adalah kegemaran atau sesuatu yang disenangi oleh seseorang. Tidak semua orang dapat menjadikan hobinya sebagai media untuk berkereasi. Banyak diantaranya hanya sekadar senang namun tidak mampu melakukan/mengaplikasikan hobinya itu dalam kehidupan. Misalkan saja banyak orang yang hobi menyanyi, tetapi ia tidak bisa membuat lagu sendiri atau banyak orang yang hobi musik tetapi mereka tidak bisa bermain musik dan banyak lagi contoh lainnya. 113
114
MENITI KARIER LEWAT HOBI
Tak jarang juga seseorang yang melejit atau menjadi terkenal, lantaran menggeluti hobi yang ia miliki. Memang hobi juga dapat membentuk karakter dan membangun jiwa berkarya bagi seseorang yang benarbenar menjiwai dan menghayati sesuatu yang menjadi hobinya. Lewat hobi yang dimiliki, seseorang dapat membuat karya-karya besar yang kemudian membawa mereka kepada kegemilangan yang diidolakan banyak orang. Salah satu teladan yang dapat menjadi referensi adalah sosok Virgiawan Listanto atau yang lebih dikenal dengan sebutan Iwan Fals. Beliau adalah sosok legenda yang sangat terkenal di belantara musik Indonesia. Berkarier dari hobi yang ia miliki: bernyanyi. Ia kemudian mencipta ratusan lagu dengan berbagai jenis musik kreasinya. Hal yang sama juga dilakukan oleh seorang sosok berasal dari Dusun Loco Desa Senggigi, Kabupaten Lombok Barat. Sosok Masykur yang juga dikenal dengan sebutan Masykur Pantasi. Laki-laki kelahiran 15 April 1979 ini merupakan sosok penuh kreasi. Ia lahir dan dibesarkan kedua orang tuanya yang serba kekurangan. Orangtunya hanyalah pedagang kecil yang memiliki hasil tidak menentu. Hal ini yang kemudian membuat Masykur menjadi orang yang kuat dan bersemangat juang tinggi. Sejak kecil ia membantu orangtuanya berjualan dan disela-sela waktunya, ia membantu orangtuanya mengumpulkan uang melalui berbagai
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
kegiatan, seperti menjadi buruh dan ojek. Dari kegiatan-kegiatan itu, kemudian Masykur dapat sekolah hingga jenjang Madrasah Aliyah. Ia menempuh pendidikan di MAN 2 Mataram dari pertengahan tahun 1991 hingga pertengahan tahun 1994. Sejak duduk di bangku MA inilah, Masykur mulai menyadari bahwa dirinya memiliki hobi menari. Ia kemudian serius untuk menggeluti hobinya dengan ikut belajar menari di sekolahnya sejak duduk di bangku kelas 2. Ketika kelas 3 MA, bakat menarinya semakin terlihat, menyebabkannya semakin tertarik untuk menggeluti hobi yang telah melekat dalam jiwanya. Semasa MA, Masykur juga ikut belajar tari di Taman Budaya Mataram. Tahun 1994 Masykur lulus dari MAN 2 Mataram. Lantaran orangtuanya tak mampu membiayainya melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Masykur memutuskan untuk merantau ke pulau Jawa. Di sana ia bekerja di sanggar Seni Dangdut dan jaipongan Gelanggang Remaja Jakarta Pusat selama 2 tahun (1995-1996) dan di luang waktunya ia juga bekerja sebagai penjual sayur keliling di sekitar tempat kerjanya. Selama bekerja di Sanggar Seni itu, Masykur banyak belajar Tari Dangdut dan Jaipongan sehingga bakat menarinya semakin mapan. Pertengahan tahun 1997, Masykur kembali ke kampung halaman. Sejak itu, ia mulai mengembangkan hobi menarinya. Akhir tahun 1997, Masykur mengawali
115
116
MENITI KARIER LEWAT HOBI
kreasinya sebagai Pembina Sanggar Seni Nurul Iman Kreasi di Dusun Loco Desa Senggigi. Beberapa tahun bergelut di sanggar seni tersebut, kemudian pada tahun 2004, Masykur merubah nama Sanggar Seni Nurul Iman menjadi Sanggar Seni Masykur Pantasi yang hingga kini menjadi identitas kreasinya. Sejak itulah Masykur mempromosikan diri sebagai Pelatih Seni Tari Daerah dan Kreasi. Masykur adalah sosok manusia yang gigih dan enerjik dalam mengembangkan hobi. Ia tidak pernah merasa bosan, mengeluh dan berputus asa untuk mengembangkan hobinya. Selain sebagai pelatih tari, Masykur juga banyak menghabiskan waktunya di dunia pendidikan. Karena kemampuannya menari diakui oleh banyak orang, maka pada tahun 2002 Masykur ditarik sebagai guru seni di Sekolah dasar Negeri 11 Senggigi. Sejak itulah Masykur mengabdikan diri di dunia pendidikan hingga sekarang. Melihat masykur yang sangat gigih mengabdikan kemampuan menarinya di beberapa lembaga pendidikan, pada tahun 2010, ia disekolahkan seorang Bapak Angkat yang berasal dari Belanda yang pada saat itu sedang mengelola peroyek di Kampung Loco Desa Senggigi. Ia di sekolahkan di Universitas Muhammadiyah Mataram dan mengambil S1 Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pendidikan tingginya diselesaikan dengan baik, sehingga pada tanggal 26
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
Oktober 2013, Masykur diwisuda dengan gelar Sarjana Pendidikan. Dengan modal S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ini, Masykur semakin percaya diri untuk tetap bertahan menyalurkan dan menularkan bakat menarinya di beberapa sekolah yang ada di wilayah Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah, dan Lombok Timur. Sungguh, Masykur sosok enerjik dan penuh semangat dalam mengembangkan hobi menarinya. Sejak awal mengajar hingga saat ini, setidaknya Masykur telah mengabdikan diri sebagai Guru Seni Tari dan Guru Seni Budaya di 47 sekolah dari jenjang TK/PAUD hingga Perguruan Tinggi. Berikut ini adalah nama-nama sekolah yang siswa-siswinya pernah diajari menari oleh Masykur Pantasi. 1. SDN 1 Senggigi Lobar (2002) 2. MTs. Riadul Ulum Ampenan Selatan Lobar (20032006) 3. SDN 42 Rembiga Lobar (2003 - sekarang) 4. SDN 30 Mataram Karang Baru (2003 - sekarang) 5. SDN 11 Mataram-Rembiga Lobar (2003 sampai sekarang) 6. PKBM Nurul Iman Batu Layar Lobar (2007 – 2008) 7. SPDT Obe Kecamatan Kediri Lobar (2009) 8. Ponpes Al-Azhar NW Kayangan Desa Sandik Lobar (2009-2010) 9. Pondok Pesanteren Sibian Kerandangan Desa
117
118
MENITI KARIER LEWAT HOBI
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Sengiggi Lobar (2010) Ponpes Nurul Mujahidin NW Penimbung (2010 – sekarang) SDN 3 Meninting Kec Batu Layar Lobar (2011 – 2012) Ponpes Raudatus Subian NW Belencong Lobar (2011 – 2013) Mi Jelantik Kecamatan Jonggak Loteng (2011 sekarang) TK Kristen Tunas Daut Cabang Sengigi Lobar (2011 - sekarang) MTs. Maraqitta’limat Lenggorong Desa Sambik Elen Kecamatan Bayan KLU (2011 – sekarang) SDN 3 Malaka Kecamatan Pemenang KLU(2011 sekarang) TK Al-Fasuruan Dusun Kerujuk Desa Pemenang Barat KLU (2011 - sekrang) SDN 5 Filial Batu Layar - Duduk Atas (2011 – 2012) Les Tari di Kampung Karang Bedil Pemenang (2012 - sekarang) Ponpes Rempepek Tanjung KLU (2012) SDN 5 dan SDN 4 Tebaban Kecamatan Sukamulia Lotim (2012) Ponpes Syifaunnufus NW Sambik Elen Kecamatan Bayan KLU (2012 - sekarang) SMKN 1 Sakra Kecamatan Sakra Lotim (2012) SDN 3 Bilok Petung Kecamatan Sembalun Lotim
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44.
(2013) SMK NW Kokok Putik Kecamatan Sembalun Lotim (2013) TK Al-Kuzomi Bentek Pemenang (2013 - sekarang) MTs. Salut Kecamatan Kayangan KLU (2013) SDN 3 Selengen Kecamayan Kayangan KLU (2013) PA MT. Santong Kecamatan Kayangan KLU (2013) TK Bakti Gondang KLU (2013) PAUD Besari Desa Gondang KLU (2013) SMPN 1 Suralaga Lotim (2013) SDN 2 dan SDN 4 Gumantar Kecamatan Gangga KLU (2013 - sekarang) TK Maju Terengan Desa Pemenang (2013 sekarang) SPDT Batu Keliang Utara Tanak Beak Loteng (2013) SDN 2 Bayan KLU (2013 – sekarang) TK Kamasan Lobar (2013) SDN 1 Sambik Elen Desa Sambik Elen Kecamatan Bayan (2013) SDN 3 Sambik Elen Desa Sambik Elen Kecamatan Bayan (2013 - sekarang) STKIP Hamzar Kampus KLU (2013 – sekarang) STKIP Hamzar Kampus Loteng (2013 – sekarang) PAUD Kembang Kerang Loteng (2013) SMKN Tanjung KLU (2013 – sekarang) SDN 2 Sambik Elen Kecamatan Bayan KLU (2013 – sekarang)
119
120
MENITI KARIER LEWAT HOBI
45. SDN 2 dan SDN 4 Gumantar KLU (2013 – sekarang) 46. SMKN 1 Gangga KLU (20013 – sekarang) 47. SDN 29 Mataram Lobar (2014) Selain pernah mengajar di 48 sekolah tersebut, Masykur juga pernah melatih beberapa kelompok/sanggar seni, diantaranya: 1. Membina Tari di Kampung Loco Desa Senggigi Lobar (2002 – sekarang) 2. Membina Tari di Dusun Kerandangan Desa Sengiggi Lobar (2002) 3. Membina Tari di Kampung Bayan KLU (2013) 4. Membina Tari di Kampung Aik Darek Loteng (2013) 5. Membina Tari Kampung Kem Belanting Lotim (2013) Selain mengajar dan menjadi pelatih tari, untuk menghidupi istrinya Siti Maesarah dan dua orang anaknya M. Zaidan Akbar (7) dan M. Sulthan Abdul Kadir Jaelani (3), Masykur juga bekerja sebagai ojek, ngantar air ke Gunung Dusun Loco, Berburuh memanggul semen, bata, masukkan pasir, dan jualan keliling, serta melahirkan kereasi tari sesuai dengan permintaan tempat mengajar yang diangkat berdasarkan legenda dan sejarah masyarakat setempat. Sebagai seorang guru dan pelatih seni tari, sepanjang karirnya Masykur telah menciptakan beberapa tari kreasi yang sering ditampilkan saat ia diundang sebagai pengisis kegiatan-kegiatan di berbagai
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
instansi. Hasil karia atau kerasi tari yang pernah diciptakan Masykur adalah: 1. Tarian Tradisional Sasak: 1) Tari Kerakat, 2) Tari Kipas, 3) Tari Begawe, 4) Tari Penang, 5) Tari Bumi Daya, 6) Tari Angin Alus, 7) Tari Gumi Lombok, 8) Tari Puteri Genggelang, 9) Tari Komplikasi Daerah Sasak, 10) Tari Rakyat Bau Ipun-Ipun, 11) Tari Kadal Nongak, dan 12) Tari Menenun. 2. Tarian Kreasi Religi: 1) Magadir, 2) Tari Ummi, 3) Salawat Badar, 4) Salawat Uml Kuran, 5) Tolaan Badrun, 6) Assamualaikum, 7) senandung Maha Rani, 8) Caka (Cintai Aku Karena Allah), 9) Siti Aisah, dan 10) Salawat Bin Mubin. 3. Tari Kreasi Dangdut: 1) Hello Dangdut, 2) Jangan Marah, 3) Disini Senang di Sana Senang, 4) Tari Paris Berante, dan 5) Tari Khoyamilgea 4. Dance: 1) Bere-Bere, 2) Multi Musik dan 3) Tari Jubbi-Jubbi. 5. Pernah Bermain Derama: Sibadung Anak Malas, Lautan Jilbab, Laskar Yang Sendiri dan mencipta serta memainkan Derama Dari Sakban menuju Ramadhan (Karia Sendiri). Hal penting dapat kita petik dari sosok Masykur,S.Pd atau yang akrap disapa Masykur Pantasi adalah kegigihan untuk berkreasi dari hobi yang ia miliki, ketekunan dan kesabaran serta keikhlasannya mengajarkan bakatnya di berbagai sekolah tanpa
121
122
MENITI KARIER LEWAT HOBI
mengharapkan imbalan yang besar dan tanpa pamrih. Selain itu, Masykur adalah sosok yang tegar dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup yang ia temukan dalam perjalanannya. Ia juga sosok yang periang, jujur, ramah, sopan dan percaya diri sehingga disenangi banyak orang. Selama mengabdikan diri pada dunia pendidikan, Masykur pernah mendapatkan Tunjangan Fungsional di MI Raudatus Subian NW Belencong selama 2 periode (2012 dan 2013) dan sekarang ia tidak mendapatkan Tunjangan Fungsional dari manapun. Kini ia hanya mengharapkan honor yang diterima dari sekolahsekolah tempat ia mengabdikan hidupnya. Hingga saat ini, Masykur masih mengajar di 12 sekolah yang berada di sekitar Lobar, KLU, dan Loteng. Setiap hari ia menghabiskan waktunya untuk mengajar, ia biasa berangkat ke sekolah pada pukul 06.30 wita dan biasanya pulang atau sampai di kediamannya menjelang waktu maghrib. Ia memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, sehingga jadwal mengajarnya diteliti dengan sedemikian rupa. Kegiatan lain yang sering diikuti oleh Masykur adalah sebagai Pembina Pramuka dan Pembina Palang Merah Remaja di Mataram yang biasa dilaksanakan Hari Minggu. Pentas tari terbesar yang pernah dilakukan adalah Pagelaran tari kolosal pada ulang tahun Pramuka yang ke-38 di Lombok Utara dengan Tari Kolosal yang
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
bertema Sejarah Putri Genggelang yang melibatkan 350 orang penari dan Pagelaran Tari Kolosal dalam rangka Kemah Pesantren di Santong dengan Tari Syalawat Ummul Qur’an yang melibatkan 150 penari. Hinggga saat ini, Masykur masih berjuang dan tetap berkreasi penuh semangat. Ia ingin mengabdikan segenap kemampuannya untuk memajukan dunia seni, khususnya seni tari daerah dan kreasi di bumi Lombok. Ia juga banyak memberikan pembinaan Tari Sasambo kepada siswa-siswi di sekolah tempat mengajarnya, serta beberapa kelompok Dharma Wanita yang ingin menguasai gerak Senam Sasambo. Masykur berharap dengan apa yang telah dilakukan, program Senam Sasambo yang dicanangkan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dapat terealisasi dengan baik di sekolah dan kelompok Dharma Wanita yang ia bina. Masykur menitip harapan, kreasi dan pengabdiannya diperhatikan pemerintah. Lewat hobi dan bakat yang dikembangkan, ia dapat menikmati masa depan yang lebih baik dan gemilang. (asr) v
123
BAGIAN TIGA
Inspirator Kesetiaan pada Pekerjaan
1
Kesuksesan
dari Pagar Perkebunan - KM. SANGGICU DOMPU -
BANYAK tawaran dan pilihan menarik yang dilombakan. Setiap insan dijaman yang serba modern seperti sekarang ini, semua yang dianggap tidak benilai apa-apa, bila kreatif bisa menjadi apa-apa. Ompu Seo dan Ina Rao yang tetap memilih tinggal tengah perkebunan membuktikannya. Bermukim pada area perkebunan Mada Jampi wilayah Dompu Selatan, yang jaraknya sekitar satu kilometer dari perkampungan Dusun Ntori dan Dusun Wera. Bersebelahan dengan Desa Mbawi Dompu, di sanalah tempat tinggal Ompu Seo (87) dan Ina Rao (84), bukannya mereka tidak memiliki tempat tinggal di perkampungan, namun dengan gubuk yang berukuran 4x5 meter, keluarga Ompu Seo merasakan kenyamanan dan ketentraman dibalik pagar perkebunannya. Tidak ada pekerjaan lain, yang bisa dilakukan oleh 127
128
KESUKSESAN DARI PAGAR PERKEBUNAN
kedua orang yang mulai menginjak lanjut usia ini, selain memetik hasil perkebunan. Banyak ranting dan buah yang menghasilkan uang untuk keperluan keluarganya, seperti biji Jambu Mente, hasil Jagung, Umbi-umbian, serta Kapas. Dengan hasil yang diraih mampu menyekolahkan keempat anaknya hingga sukses. Pasangan yang dikarunia empat anak ini, mampu membuat anaknya sukses. Abdullah (42) anak tertua sekarang sudah menjadi Kepala Sekolah di Madrasah Tsanawiyah Yasmin Dompu, Ruslan (38) anak kedua yang sekarang sudah menjadi guru di Bima, Nurmala (35) mengikuti karir sang suami sebagai pengurus proyek, dan terakhir Kuflin S atau Jhon yang kini mengajar sebagai guru Agama di Madrasah Aliyah Yasmin. Menurut Abdullah ketika duduk santai di rumah dinasnya, menceritakan bahwa kesuksesan yang diraihnya sekarang beserta saudaranya berkat kegigihan dan kesabaran orangtuanya. “Kami anak-anak dibesarkan selayaknya anak-anak petani lainnya, namun dengan mimpi tersendiri oangtua, kami dididik dengan penuh perhatian sehingga kami mampu dikuliahkan dan sekarang mendapatkan pekerjaan sesuai dengan yang diimpikan oleh Ompu dan Ina,” ujar Abdullah. Ompu Seo memiliki rumah yang layak diperkampungan, namun Ompu lebih memilih untuk
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
tinggal di kebun. Rumah di kampungnya diperuntukkan anak-anaknya, karena diperkebunan ia lebih nyaman dan tenang. Kalaupun ia ke perkampungan hanya hari jum’at untuk melaksanakan sholat berjamaah. “Di kebun saya dilahirkan dan dibesarkan, maka di kebun juga saya hidup. Di perkampungan banyak sekali tawaran yang menjanjikan, namun kesuksesan yang teraih lewat impianku hanya diperkebunan tempat tinggal keluargaku,” ujar Ompu Seo. Melihat capaian yang diraih oleh Ompu Seo, lelaki lansia yang bernama Lengkap Mansur Ahmad tersebut, banyak sekali yang terinspirasi ingin mengikuti jejaknya, bukan untuk tinggal di kebun atau ladang, namun dengan hidup yang penuh sederhana dan tidak berketergantungan Ompu Seo mampu menggapai impian dengan menjadikan anak-anaknya sebagai guru. Seperti yang diimpikan Abdul Hamid yang ingin menyekolahkan anak-anaknya dan dididik agar menjadi lebih baik, Yahya warga Desa Mbawi yang selalu membandingkan kehidupannya dengan Ompu Seo, membiasakan diri untuk hidup sederhana terpacu terusmenerus menjadi orang sukses. (azs) v
129
2
Pedagang Bubur
Mencetak Sarjana - KM. LABUHAN LOMBOK -
MULIADI, seorang sarjana lulusan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, mungkin takkan menyangka jika selama masa kuliahnya hingga ia lulus Sarjana Pendidikan Agama Islam akan ditopang oleh penghasilan dari orang tuanya yang berjualan bubur di pasar. Ibunya bernama Hakiah, seorang perempuan berumur 38 tahun yang tidak tamat sekolah dasar, telah menjadi tulang punggung utama di keluarga sejak tahun 2005 hingga sekarang. Ayah Muliadi yang bernama Muhdi (50 tahun) yang tamatan Madrasah Tsanawiyah hanya bisa bekerja serabutan dan dalam hal penghasilan ia sudah tak cukup mampu lagi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, karena kondisi tubuh dan kesehatan yang tak lagi kuat. Adalah Ibu Hakiah dengan penuh semangat dan 131
132
PEDAGANG BUBUR MENCETAK SARJANA
kesabaran menjalani dan menekuni pekerjaannya sebagai penjual bubur di Pasar Labuhan Lombok. Hasil dari menjual bubur selalu ia sisihkan untuk biaya sekolah keempat anaknya (Mashudi, Muliadi, Muhlis, Arif Hermawan). Meski kadang mengeluh sakit dan kelelahan Ibu Hakiah selalu bisa menyempatkan diri untuk berjualan bubur, demi kelancaran sekolah anakanaknya. Cita-cita Ibu Hakiah hanya satu, ingin menjadikan kehidupan anak-anaknya jauh lebih baik dari apa yang ia alami. Selain berjualan bubur, Ibu Hakiah juga menjajakan jajanan pasar titipan dari orang lain, namun meski bergitu, hasil dari menjual jajanan dirasakan masih kurang untuk mencukupi biaya kehidupan sehari-hari. Dengan penuh perjuangan Ibu hakiah terus menjajakan buburnya, meski kadang mendapat cemo’oh dan pandangan miring dari orang lain. Ibu hakiah tetap semangat menjual bubur, hingga pada tahun 2009 lalu, akhirnya jerih payah dari menjual bubur menunjukkan hasilnya, anak tertuanya Mashudi bisa menyelesaikan kuliah dengan resmi menyandang gelar Sarjana Pendidikan Islam. Tiga tahun berselang (2012) anak keduanya, Muliadi juga berhasil menyandang gelar yang sama. Usaha untuk menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang berpendidikan telah tercapai melalaui jualan bubur. Kini anak-anaknya yang telah sarjana sudah memiliki pekerjaan masing-masing.
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
Hingga kini usaha bubur Ibu Hakiah terus berjalan, ia juga masih terus membiayai sekolah dua anaknya yang lain yaitu Muhlis yang sekarang masih menjalani kuliah di IAIN Mataram dan Arif Hermawan yang masih duduk di kelas 6 Sekolah Dasar. Ibu Hakiah pekerjaannya sederhana, tapi dari buburnya, ia sudah mencetak dua orang sarjana, sebentar lagi akan tercetak sarjana baru dengan buburnya itu. Melalui bubur, Ia juga mampu membeli segala kebutuhan hidup keluarganya. Inilah bukti nyata dari usaha dan tekad yang kuat, untuk mencapai cita-cita yang coba dicapai Ibu Hakiah. Bukti nyata kasih sayang seorang ibu kepada anaknya dengan tidak mengenal lelah, Ibu Hakiah terus bekerja dan berusaha untuk menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang berguna bagi masa depan. v
133
3
Perempuan - perempuan Tegar
- KM. KAULA -
INAQ Sum adalah salah seorang warga dusun Punikasih Desa Masmas Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah. Ia mempunyai enam orang anak, yang kesemuanya perempuan dan mempunyai nama yang berawalan S, yaitu Sum, Sam, Seminah, Sa’adah, Siti Solehah dan Siti Rabitah. Keenam putrinya sudah kawin dan masing-masing tinggal di rumah suaminya, kecuali dua diantaranya yang harus pulang bersama anakanaknya karena sudah di tinggal mati oleh suaminya. Sum yang kawin ke Dusun Goak harus pulang dengan dua orang anaknya yaitu Akhir Zaman dengan nama panggilan Aing yang sudah beranjak dewasa dan Ismail yang masih duduk di bangku Tsanawiyah karena lebih kurang enam bulan lalu suaminya meninggal dunia. Anak kedua Sam yang sudah puluhan tahun kawin ke Paok Tawah Praya, ternyata sekitar empat bulan lalu 135
136
PEREMPUAN-PEREMPUAN TEGAR
suaminya, Amaq Rakmah meninggal dunia. Ia bersama tiga orang anaknya harus pulang ke rumah ibunya, yaitu Inaq Sum di Punikasih. Hadijah anak dari Sam alias cucu Inaq Sum yang paling besar terpaksa harus kawin karena tidak tega melihat neneknya. Ibu dan bibinya yang pontang-panting mencari nafkah buat keluarga. Padahal ia baru saja duduk di kelas dua Madrasah Aliyah, sementara Samsul Rijal yang masih duduk di kelas satu Aliyah dan Sa’idah yang masih duduk di kelas enam Ibtidaiyah, setiap mereka pulang sekolah, mereka bantubantu tetangga terhadap pekerjaan apa saja yang bisa dikerjakan. Inaq Sum sudah di tinggal kepaten suaminya lebih dari sepuluh tahun, dengan tanpa ditinggalkan harta benda yang cukup, bahkan tempat ia bangun rumah saja merupakan tanah pemberian dari orang yang selama ini ia peliharakan kebunnya. Kini dengan kondisi yang sudah cukup tua, ia harus tinggal bersama dua anaknya yang sudah menjadi janda tua a dan lima orang cucunya. Di mana empat diantaranya masih butuh biaya sekolah, walaupun biaya sekolah hari ini gratis tapi bagaimanapun untuk makan minum kesehariannya harus dipikirkannya. Sebagai tulang punggung hidup keluarga, mereka mengandalkan hasil dari salah seorang cucunya Aing yang kerja di Bali. Setiap akhir bulan terima gaji, ia harus pulang untuk mengantarkan rejeki buat neneknya, ibu
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
dan adik-adiknya. Kalau hanya mengandalkan Aing yang pulang satu kali sebulan, maka pasti tidak akan cukup, maka dari itu Inaq Sum dan Sam juga sering mencari pekerjaan harian, seperti upah menanam padi, panen padi bahkan juga pekerjaan-pekerjaan yang biasa dikerjakan kaum lelaki, seperti mencangkul angkut batu, pasir dan lain-lain. Dalam satu bulan terakhir ini, Sum merasa ketiban durian runtuh, karena di dusunnya mendapat proyek irigasi dari PNPM yang lokasinya sedikit jauh dari jalan raya, sehingga pendistribusian material dibutuhkan tenaga penglangsir (tenaga yang bawa material dari tempat material ke tempat kerja). Upah yang ditawarkan program sesuai RAB adalah relatif murah menurut ukuran warga yaitu Rp. 60.000/dam, semua masyarakat tidak ada yang mau dengan harga yang ditawarkan, kecuali Sum dan satu lagi pasangan suami Istri Inaq Asiah dan Amaq Hur yang memang sudah menjadi langganan penglangsir PNPM. Ketika ditanya soal mengapa ia selalu mau diupah segitu, padahal masyarakat yang lain tidak mau? Sum menjawab, “saya tidak mungkin tidak terima upah segitu seperti orang lain, karena keadaan saya beda dengan mereka, kami mempunyai tanggungan banyak, saudara, anak-anak, keponakan dan ibu kami yang sering sakitsakitan karena usia. Sementara anak kami Aing pulang sekali sebulan. Ia sendiri punya beban untuk setoran
137
138
PEREMPUAN-PEREMPUAN TEGAR
motornya, jadi kami bersyukur ada pekerjaan ini, walaupun cukup berat dan orang lain tidak mau terima, kalau mau ikuti perasaan, tidak ada orang yang mau bekerja berat dengan upah kecil, tapi keadaan yang buat harus rela dengan semua itu. Demikian Sum menjawab dengan napas ngos-ngosan setelah menaiki tanjakan setelah menurunkan pasir ke lokasi proyek. Setiap hari Sum harus mendorong kereta yang bermuatan batu atau pasir ke lokasi irigasi yang jaraknya lebih kurang 200 meter. Melewati pematang dan tanjakan yang lumayan tinggi, sehingga tiap satu dam, Sum bisa habiskan dalam waktu dua atau tiga hari. Demikian beratnya beban hidup yang ditanggung Inaq Sum, karena ia harus memikirkan anak-anak dan cucucucuny. Ia seringkali tidak mampu mengontrol pikirannya. Ia seperti orang gila, tapi kondisi perekonomian keluarga sedikit membaik dengan pulangnya Aing dari Bali dengan membawa sedikit rejeki. Sum dan Sam mendapat pekerjaan harian sementara cucunya sepulang sekolah membantu tetangga cuci piring atau mencuci pakaian. Apabila Inaq Sum kembali normal, bahkan bisa menjadi orang yang sangat taat beribadah, tangannya nyaris tak pernah luput dari tasbih. Dari kisah nyata kehidupan Inaq Sum ini dapat kita jadikan iktibar bahwa kadang-kadang tingkat ekonomi itu mempengaruhi ibadah seseorang, maka mestinya
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
bagi saudara-saudara kita yang ekonominya lebih, hendaknya memperhatikan kehidupan orang-orang kecil, supaya ibadah orang kecil tidak terganggu garagara hanya pikiran sesuap nasi. Jika itu yang kita lakukan, bukankah artinya kita yang beribadah? (hbb) v
139
4
Baca Tulis
di Perkampungan Ujung Aspal - RANGGA BABUJU -
PERTAMA kali saya mengunjungi desa ini sekitar tahun 1999. Waktu itu ada kegiatan Kemah Pelantikan Anggota Saka Bhayangkara Ranting Woha dan Belo Kabupaten Bima. Cerita 15 tahun yang lalu itu memaksa otak kanan mereviu kembali segala sesuatu yang sempat terkenang saat itu. Perkampungan itu tidak padat seperti saat ini, rumah-rumahnya tidak berdempetan. Dulu belum ada rumah batu, pagi hingga sore hari perkampungan ini cukup sepi karena warganya berada di ladang dan di sawah. Dulu, perkampungan ini berada di uung aspal, layaknya hari ini. Keli adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Woha Kabupaten Bima, penduduknya berjumlah 2.800an jiwa, dengan mata pencaharian berladang dan bertani. Warga Keli mayoritas bertani Padi dan Bawang, sekali-sekali menanam Jagung dan Kol. Dari pusat 141
142
BACA TULIS DI PERKAMPUNGAN UJUNG ASPAL
Kecamatan Woha, Desa Keli berjarak sekitar 5 kilometer. Dari arah pusat pertokoan Tente, menuju Tente III, belok kanan (bila dari arah utara) dipertigaan Pucuke atau Desa Naru. Ikuti jalan yang sudah dihotmix hingga ‘Ujung Aspal’. Di Desa ini, terdapat satu Sekolah Dasar Negeri Keli dan satu SD Inpres Keli. Dengan jumlah siswa/siswi SD dan Impres sekitar 600an murid, mulai dari kelas I hingga kelas VI. Civitas Babuju melalui Gerakan Pencerdasan, mendorong terbentuknya Kegiatan ‘Pendidikan Karakter Non Formal’ melalui Pemuda Motivator Generasi Civitas Babuju. PMG lalu menggerakkan Komunitas Pelajar dan Mahasiswa Peduli Generasi atau disingkat KOMPAS Keli untuk berkegiatan PKNF. Kegiatan PKNF ini merupakan kegiatan pengabdian yang dikoordinir Syahrul. Mengambil tempat yang tak terpakai di lingkungan RW 5 Desa Keli. Secara nyata kegiatan ini sesungguhnya kegiatan ‘Sarjana Masuk Desa’ yang diprogram oleh Pemerintah, namun tak nampak implementasinya. Buku-buku yang digunakan dalam proses belajar mengajar adalah kumpulan dari kawan PMG itu sendiri yang tidak banyak dan sangat terbatas. Konon ada ‘Pustaka Desa’ melalui program pemerintah, namun hingga tahun ini (sejak diprogramkan 3 tahun yang lalu) masih ‘digudangkan’ oleh pihak desa. Tanpa diketahui sebab musababnya.
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
Demikian pula dengan PKBM yang ada, hanya berkegiatan disaat beberapa lama setelah dana dari pemerintah cair dan itupun tidak maksimal karena hanya bersifat formal semata. Kondisi inilah yang semakin mendorong kawankawan PMG KOMPAS–Babuju untuk terus berkiprah dalam kegiatan PKNF. Terbukti secara nyata, siswa/i yang belajar melalui PKNF ini berkembang secara drastis di ruang belajar formal (SD/Impres Keli). Tidak hanya itu saja, dukungan moril dari orang tua anak-anak yang belajar dibawah bimbingan PMG sangat besar perhatiannya. Demikian juga dengan motivasi anakanak didik, cukup antusias dengan terus hadir dan bertambah. Setidaknya hingga pertemuan ke-18 (Senin, 7/4) ini, anak didik di PKNF ini berjumlah lebih dari 50 peserta berdasarkan data absen yang ada. Segala aktifitas yang disuguhkan oleh PMG KOMPAS-Babuju dilakukan secara gratis, dan tidak meminta bayaran apapun untuk anak didik yang datang. Ini merupakan bhakti muda para tutor dalam PMG KOMPAS–Babuju. Dalam seminggu dilakukan tiga kali pertemuan yang tutornya pun bergiliran. Berdasarkan monitoring yang dilaksanakan oleh Komunitas Babuju sebagai penggagas pada Minggu (9/3) yang lalu, bahwa Pola PMG dalam kegiatan PKNF sangat membantu, mencerahkan dan menggugah warga Keli akan arti pentingnya mendapatkan pendidikan sejak dini.
143
144
BACA TULIS DI PERKAMPUNGAN UJUNG ASPAL
Meski dalam pelaksanaannya, buku ajar dan alat peraga menjadi hambatan, namun cukup dikondisikan dengan saling membagi kelompok belajar. Bila satu kelompok yang berjumlah 25 orang belajar, maka 25 yang lainnya diajak bermain yang mendidik. Sedangkan belasan anggota yang baru dibiarkan memilih untuk ikut bermain sekaligus bisa ikut belajar. Belajar pun lebih banyak outdoor, karena ruangan yang tersedia hanya satu lokal, sisa konter penjualan pulsa milik Syahrul. Sampai kapan hal ini dilaksanakan? Menurut Syahrul sebagai Koordinator PMG Desa Keli, kegiatan PKNF Desa Keli akan dilaksanakan selama setahun. Sebab dalam kegiatan ini turut dilibatkan pula Pelajar SMU ala Keli untuk belajar mengabdi dalam mengajar generasi. Setahun kedepan ada generasi yang melanjutkan semua ini, namun tetap dipantau dan dibimbing oleh PMG yang lama dan akan terus dilakukan hingga generasi Keli dapat berkompetisi di tengah era yang sangat kompetitif ini. Komunitas Babuju sebagai Penggagas PKNF ini menjadikan PMG Keli sebagai pilot project (Kelompok Percontohan) untuk dikembangkan dibeberapa desa lainnya. Seperti yang sudah mulai jalan saat ini adalah PMG Bontoranu–Bolo dan akan dibuka PMG Roi-Roka Belo, PMG Rai Oi Sape, PMG Rora–Donggo, PMG Campa–Madapangga, PMG Wawo dan PMG Langgudu dalam waktu dekat.
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
Hingga saat ini, pemerintah belum menjadikan program ini sebagai program peduli generasi. Pemerintah masih melihat hal ini sebagai kegiatan taktis, lebih-lebih dikait-kaitkan dengan agenda demokrasi tahun 2014. Kendati demikian semangat kawan-kawan PMG untuk mendorong pendidikan karakter ini terus terbangun dengan rasa kepedulian yang tinggi. Sebagai bukti nyata ‘Sarjana Peduli Desa’. Sebagaimana bait-bait catatan peggugah spirit: - Dari Perkampungan Ujung Aspal kita belajar berbagi, - Dari perkampungan Ujung Aspal kita Berbagi Ikhlas, - Dari Perkampungan Ujung Aspal kita berlatih mendidik diri untuk bermanfaat - Dari perkampungan Ujung Aspal kita menyebar hingga ke Penghujung Kota. - “Kalian bisa saja membayar kami untuk mengajar tapi kalian tidak akan bisa membayar kami untuk Peduli”. v
145
5
Sepanjang
Mimpi Desy - KM. SARANGGE -
KELURAHAN Sadia, khususnya di lingkungan Sadia 2 ada beberapa penyandang cacat yang memiliki semangat hidup dan keterampilan. Mereka adalah Indra Bayu, Putri dan Desy. Indra Bayu adalah kepala rumah tangga yang kedua matanya buta, tetapi dengan mata hatinya seorang Indra bisa melakukan pekerjaan dengan cara mengurus ayam dan itiknya untuk bisa memenuhi kehidupan anak dan istrinya. Putri adalah juga seorang tunanetra. Putri pertama dari pasangan Syahril dan Nur. Putri mempunyai bakat mengaji dan berjualan keliling kampung, dan bahkan Putri tetap meraih juara I dalam perlombaan Mushabaqah Tilawatl Quran, mulai dari tingkat kelurahan, kecamatan hingga Kota Bima. Mengaji adalah anugrah untuk kedua orangtuanya, ketika masyarakat dapat memanfaatkan bakatnya. Kali ini tim Sarangge menelusuri sisi kehidupan 146
147
SEPANJANG MIMPI DESY
Desy. Gadis berusia 18 tahun yang kondisi fisiknya tubuhnya bongkok, namun tetap tegar mencari penghasilan tambahan untuk orang tuanya. Ketika ditemui di rumahnya di Sadia 2 RT.09/ RW.02 Kelurahan Sadia Kecamatan Mpunda Kota Bima, Desy yang saat itu sedang berjualan menceritakan latar belakang keluarganya. “Kami dari keluarga yang tidak mampu. Orangtua saya tidak mempunyai pekerjaan tetap untuk dapat memberikan nafkah pada anak-anak. Orangtua saya tetap mau melakukan apa saja demi untuk menghasilkan uang tapi dengan cara yang halal,” urai Desy. Itulah yang membangkitkan semangat dan tekadnya untuk membantu ekonomi keluarga dengan berjualan di depan rumahnya. Desy adalah anak kedua dari empat bersaudara. Ia pernah merasa bingung untuk menghadapi hidup ini. “Dengan cara apa saya harus membantu orangtua untuk melangsungkan kehidupannya sehari-hari, sedangkan kondisi saya tidak memungkinkan untuk bekerja yang berat,” ungkap gadis yang pernah menimba ilmu di SDLB Ranggo beberapa tahun yang lalu. Semasa Desy sekolah di SDLB, pada tahun 2010, ia mendapatkan penghargaan dari sekolahnya untuk di utus ke Ujung Pandang dalam melanjutkan sekolah. Memperdalam dan melatih skill atau keterampilan yang terpendam dalam dirinya. Setelah Desy berada di Ujung Pandang satu minggu,
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
ia terpaksa harus dipulangkan ke asal kampungnya karena jatuh sakit yang terus-menerus sehingga sekolahnya tidak bisa ilanjutkan. Akhirnya Desy selalu berpikir harus bagaimana lagi. ”Kemudian saya berkesimpulan, harus mencoba-coba berjualan, itu jalan satu-satunya yang bisa saya lakukan untuk bisa membantu kedua orangtua, dengan cara ini saya bisa menyisipkan uang jajan untuk adik-adiknya dan kakaknya yang masih sekolah, ” ungkap Desy. Hidup ini memang masih panjang, sepanjang mimpi Desy untuk terus bergelut, mengisi hari dan mengabdi untuk keluarganya. (aln) v
148
6
Perempuan
Pemecah Batu - KM. NARMADA -
SIANG itu begitu terik, sengat matahari tak membuat perempuan-perempuan ini menyerah. Kulit legam dan tangan-tangan yang terbiasa mengatasi beban hidup, menjadikan mereka kuat seperti batu. Mereka telah bersahabat dengan kondisinya. Sejak lima tahun yang lalu, tepatnya di Desa Badrain Lombok Barat, lokasi sosok yang unik. Suatu tempat bagi perempuan melakukan kegiatan luar biasa, “pemecah batu” dan “ngayak”. Untuk pemecah batu, perlu dua alat utama, palu dan serobong. Serobong terbuat dari kulit karet ban dibentuk melingkar dengan pangkal kayu sepanjang 20 sentimeter sebagai penopangnya. Alat ini biasanya dibikin sendiri oleh perempuan-perempuan itu. Sedangkan “ngayak” (pemisah antara batu dengan pasir). Alatnya diberikan mandor langsung yang disebut 149
150
PEREMPUAN PEMECAH BATU
“erok”. Alat ini terbuat dari setengah meter kawat, dua meter kayu dan paku. Ditempat ini juga sudah ada lapaklapak pemisah antara pemecah batu dan tukang ngayak. Awal mula lokasi pemecah batu beroperasi dari lahan H. Sabrun yang menggadaikannya pada Bu Sumi sebesar 200 juta rupiah. Kisah Bu Sumi bermula seorang buruh pemecah batu yang berpindah-pindah selama enam tahun. Profesi ini dijalani secara turun-temurun. Dari hasil kerja bersama suaminya, mampu mengumpulkan tabungan sebanyak 50 juta rupiah. Modal awal digunakan untuk membeli truk. Walaupun sudah memiliki alat produksi, keseharian keluarga ini masih melakoni sebagai pemecah batu. Dari penghasilan yang terus bertambah dan pinjaman dari bank, Bu Sumi mampu membayar lahan itu. Saat ini ada lima truk yang dimilikinya. Truk-truk ini mengangkut pasir campuran batu yang dibeli seharga 400 ribu rupiah dari Desa Sejaja Lombok Tengah. Dalam sehari mampu mengangkut 15 kali. Satu truk batu yang sudah dipecah dijual 800 ribu rupiah, dan pasir 400 ribu rupiah. Biaya ini termasuk ongkos kirim. Bagi pembeli yang langsung datang ke lokasi diberikan potongan harga. Setiap hari pendapatannya berkisar 2-7 juta rupiah. Bu Sumi memiliki dua anak yang salah satunya sedang mendaftar Kuliah di Universitas Mataram, Fakultas Ekonomi, sedangkan seorang lagi masih
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
sekolah di Tsanawiyah. Harapan agar anak-anaknya tersebut menjadi guru dan mengabdi di kampung halamannya kelak. “Tidak perlu jadi Pegawai Negeri Sipil, yang penting bisa berguna bagi orang lain”, jelasnya. Di tempat Bu Sumi inilah, 50 perempuan menyandarkan hidupnya. Salah satunya Napisah, perempuan paruh baya ini setia menjalani perannya sebagai pemecah batu. Hampir 25 tahun ia geluti dengan lokasi yang berpindah-pindah. Memiliki dua orang anak yang sudah berkeluarga, membuatnya tidak mau bergantung hidup. Salah seorang anaknya supir truk pengangkut pasir dan batu ditempat itu. Setelah adzan subuh berkumandang dan menunaikan shalat, Napisah bergegas membawa alat kerjanya. Dengan langkah yang sudah renta, tidak sedikitpun menyurutkan semangatnya. Setiap hari Napisah bisa memecah dua arko batu. Satu arko dibayar Rp.6.000,- Lain halnya dengan kisah Mahdiah, memiliki empat orang anak dan menghidupinya dari upah sebagai pemecah batu. Dua anaknya sudah menikah, lainnya masih sekolah di Montong Are, kelas I Sekolah Menengah Pertama. Terkadang anaknya tidak masuk sekolah karena tidak punya sangu, seorang lagi laki-laki yang putus sekolah dan menganggur. Begitu pula dengan Ibu Juminah. Di tempat ini, pekerjanya bukan hanya perempuan yang berumah tangga, gadis dan “bebalu” (janda) juga
151
152
PEREMPUAN PEMECAH BATU
ada. Raisin, bercerai diusia pernikahannya baru 1,5 tahun. Buah pernikahannya dikarunia seorang anak perempuan. Selama berpisah, mantan suami tidak pernah memberikan nafkah anaknya. Sekarang Raisin kembali hidup bersama orang tuanya. Dalam sehari, dia bisa memecah empat arko batu. Sesekali dia menunjukkan tangannya yang terkelupas dan menutupnya dengan kaos tangan. “Dari pada bersuami lagi, lebih baik kerja, besarkan anak dan menghasilkan uang sendiri”, ungkapnya dengan senyum manis. Begitu pula dengan kisah Siti Hadijah yang menjanda dua kali, menikah pada usia 15 tahun dan memiliki dua anak. Sementara itu, pekerja lain sebagai tukang ngayak diupah Rp. 35.000,- dengan menyelesaikan satu dam pasir. Biasanya pekerjaan ini dilakoni suami-istri dan membutuhkan waktu dua hari untuk merampungkannya. Uniknya, tidak ada pembedaan disisi pembagian peran, misalnya laki-laki yang mengangkat pasir dengan sekop dan melepasnya ke erok. Sedangkan perempuan mengais batu-batu yang terpisah dari pasir. Faktanya, mereka saling bergantian mengerjakannya. Perempuan-perempuan itu realitasnya menjadi tulang punggung bagi keluarga. Diantara lapangan pekerjaan yang sulit digapai, para suaminya dengan penghasilan yang tidak menentu, mereka menolak jadi penonton. Peran aktifnya dalam ranah domestik (dapur,
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
kasur dan sumur) dilakoni dengan tanggung jawab sebagai kewajiban. Peran ganda menjadi pilihan yang tak terelakkan, sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah bagi keluarga. Kita mesti percaya, sesungguhnya perempuan mengandung sejuta kehidupan dalam rahimnya. Bu Sumi dan perempuan-perempuan pemecah batu, menunjukkan perjuangan emansipasi itu tetap bergelora. (njn) v
153
7
Yang Muda
Yang Berkarya - KM. MELLBAO -
PENA yang tumpul itu lebih tajam dari ingatan yang tajam’ kira-kira begitulah pesan Yusuf Tantowi ketika pertama kali bertemu dan berdiskusi pada sebuah kantor gang kecil Dasan Agung, Mataram. Pada salah satu kantor yang terletak di Gang Merdeka 1 Dasan Agung, Kota Mataram. Seorang pria mengenakan kaos bertulis ‘Sang Guru Bangsa’ duduk pada sebuah kursi kayu panjang sambil membaca puluhan buku kesayangannya. Usai membaca, ia langsung membuka laptop yang pasti, ia akan menuliskan buku yang telah selesai dibaca. Tak banyak orang muda yang memilih hidup dan berkarya dengan menjadi penulis buku dan menulis blog produktif. Sosok muda ini lebih akrab disapa Yusuf. Kalangan aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat, wartawan, dan penulis, Yusuf tak asing lagi. “Menjadi 155
156
YANG MUDA YANG BERKARYA
penulis itu butuh ketekunan dan hobi”, ujarnya pada Kampung Media. Pria kelahiran, Aikmel 17 Juli 1980 ini, terbilang sibuk dan kerap diundang untuk menjadi pembicara workshop menulis tingkat pelajar, mahasiswa dan bahkan aktif ke sepuluh kabupaten kota di Nusa Tenggara Barat. Tak sekadar itu, lantaran terbilang produktif menulis di media online (blog) dan cetak. Pada 2012, Yusuf dipercaya menjadi salah satu Best Practise sebuah lembaga ternama di Jakarta yang konsen soal tulis-menulis. SBY TGB, Beragama di Negara BukanBukan, Agama dan Pergeseran Refresentasi Konflik dan Rekonsiliasi di Indonesia, Jihad Politik, serta ratusan artikel di media Lokal seperti Suara NTB, Lombok Post, bahkan media nasional, Republika dan Kompas. Berlatar belakang aktivis Lembaga Studi Kemanuisaan (LenSA) Yusuf tidak hanya menulis. Lewat tulisan-tulisannya ia banyak menyampaikan fakta tentang realita di NTB. Termasuk salah satu bukunya terbilang jadi pembicaraan SBY, TGB & BM esai-esai tentang NTB dalam potret, pendidikan, kesehatan, politik dan sosial-keagamaan. “Bagi saya buku adalah saksi dan rekaman tentang apa yang dipikirkan dan dilakukan penulis”, ceritanya dengan cukup serius. Selesai menulis seperti ada kepuasan bathin dan pikiran pun akan terasa plong. Menjadi keistimewaan tersendiri kalau tulisan kita bisa
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
dimuat media dan dibaca orang banyak” , ulasnya. Selain mengisi pelatihan, ia begitu aktif menulis di blog, lewat blog yusuftantowi.blogspot.com, ia berbagi seribu macam trik-trik menulis. Dalam waktu dekat Yusuf sedang menyusun dua buah buku tentang menulis ‘6 Cara Menulis Gila Setiap Hari’ dan buku ‘Menulis Itu Gampang’. “Saya ke depan membayangkan akan lebih banyak lagi anak-anak muda NTB yang menulis, bukan hannya pandai bicara,” harapnya. (hyr) v
157
8
Menjual Jamu Demi Cucu
- KM. SALAJA KAMPO -
“KASIH ibu sepanjang jalan” pepatah itulah yang dijalankan oleh Turaya, (55), warga Desa Runggu Kecamatan Belo. Demi membesarkan cucu kesayangannya yang sudah yatim piatu, ia rela berjalan keliling dua kecamatan untuk berjualan obat tradisional. Seperti Apa Kisahnya? Berikut catatan Salaja Kampo. Sore hari selepas shalat ashar, Turaya berangkat dari rumahnya untuk menjajakan ramuan jamu tradisional racikannya sendiri. Dari rumah ke rumah, desa ke desa, bahkan hingga antar-kecamatan ia lalui. Dengan membawa bakulan, janda paruh baya ini berjalan kaki sejauh belasan kilometer. Sepulang dari berjualan, kadang ia sering naik ojek, lantaran sudah agak malam. Tak ada yang bisa ia andalkan selain berjualan ramuan tradisonal itu. Turaya tidak memiliki penghasilan tetap, apalagi memiliki 159
160
MENJUAL JAMU DEMI CUCU
ladang untuk bertanam. Hidup dalam kondisi serba kekurangan, memaksa Turaya terus berjualan menjajakan ramuan jamu tradisional. Ironisnya, warga RT. 03 yang tinggal di gubuk tua ini tidak pernah mendapat bantuan pemerintah. Baik berupa Bantuan Langsung Sementara Masyarakat maupun bantuan untuk penjual bakulan. Meski begitu, ibu yang dikaruniai enam orang anak ini tidak putus asa dalam mencari nafkah. Terlebih ketika sang cucu, Fadillah yang sudah masuk di bangku taman kanak-kanak ini membutuhkan biaya sekolah. Turaya membesarkan cucunya sejak orangtua Fadillah meninggal, dua tahun silam. Sementara menantunya (Ayah Fadillah) sudah lama meninggalkan mereka tanpa kabar. Kondisi tersebut memaksa Turaya, membesarkan sendiri Fadillah. “Beginilah beratnya jadi orangtua dalam membesarkan anak-anak,” ujar Turaya. Dengan berbekal bakulan yang penuh ramuan tradisional, ia susuri gang-gang sempit pedesaan sambil menawarkan jamu kejang-kejang dan berbagai jenis jamu lainnya. Harga yang ia tawarkan cukup merakyat, hanya Rp.500 hingga Rp.1.000 pergelasnya. Selain murah dan berkhasiat, ramuan buatan Turaya banyak diminati pelanggan yang selalu menanti kedatangannya. “Namanya berdagang kadang habis, kadang tidak. Namun kalau dihitung banyak habisnya ketimbang
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
masihnya. Jika dagangan ada sisa yang di bawa pulang, saya berikan kepada para tetangga,” ungkapnya. Ia mengaku bersyukur bisa mencari nafkan dengan berjualan keliling. Meski tidak untung banyak, namun penghasilannya bisa menutupi kekurangan dan kebutuhan sang cucu. Saat berjualan, Turaya menitipkan cucunya kepada para tetangga. Kadang juga sesekali, ia mengajak sang cucu berjualan bersamanya menelusuri setapak jalan. “Kalau ia (cucu, red) nangis ingin ikut berjualan, pasti saya ajak. Tapi kasihan juga lihat ia ikut jalan kaki, sehingga sayapun menggendongnya,” urainya dengan bersedih. Sementara itu H.Ahmad Muhlis salah seorang pelanggan di Desa Nata Kecamatan Palibelo mengaku, ramuan ibu Turaya sangat bermanfaat. Terlebih saat ia merasa rematiknya kambuh dan tubuh kejang-kejang, ramuan Turaya dirasakan khasiatnya. “Ramuan jamu Ibu Turaya cepat bereaksi dan membantu saya ketika penyakit saya kambuh,” ujarnya. Seorang penjual jamu yang berjuang demi cucu, memberikan inspirasi bahwa hidup itu berdimensi luas dan usaha senantiasa ada berkahnya. (opk) v
161
9
Sang Hafidzah Rabun dari Sadia
- KM. SARANGGE -
PENGLIHATANNYA mengalami hambatan semenjak kecil. Pada usianya yang sudah mencapai 17 tahun, matanya pun semakin rabun. Putri, nama perempuan kecil ini. Anak dari pasangan Syahril dan Nuraini warga Sadia II RT 09 RW 02. Putri memiliki bakat mengaji walau tidak bisa melihat, seperti remaja pada umumnya. Putri memiliki bakat dan semangat hidup luar biasa. Baginya, walau tidak dapat melihat dan merasakan indahnya dunia, bukanlah suatu alasan untuk berhenti berkarya. Kemampuannya mengolah vokal dalam melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an mampu menarik minat para tokoh agama Sadia untuk membimbing, membina dan mengikutsertakan dalam perlombaan Mushabaqah Tilawatil Qur’an berbagai tingkatan. Dengan semangat yang tinggi, juara satu selalu 163
164
SANG HAFIDZAH RABUN DARI SADIA
diraihnya. Sanjungan dari warga pun tercurah untuknya. Putri yang saat ini beranjak remaja telah mampu menghafal seluruh kandungan Al-Quran. Ya, ia Sang Hafidzah dari kampung Sadia yang menjadi inspirasi bagi teman-teman lainnya untuk belajar dan terus belajar meski dalam keterbatasan fisik. Dalam kehidupan sehari-hari, sosok Putri hampir tak pernah berkeluh-kesah, bahkan untuk mendapatkan uang jajan pun ia pantang minta kepada orangtuanya. Ia mampu mendapatkannya dengan cara menawarkan jasa menjajakkan jajanan milik salah seorang warga dikampung tempat ia tinggal. Dari upah hasil menjajakkan jajanan itulah, ia memenuhi kebutuhannya. “Saya senang berjualan, dengan berjualan jajan saya bisa memperoleh uang saku”, ujarnya sambil tersenyum seakan tiada beban. Bagi kedua orang tuanya, memiliki anak seperti Putri merupakan suatu anugrah terindah. Walau tidak sempurna dengan keterbatasan fisiknya, ia mampu membuat kedua orangtuanya merasa bangga dan bahagia. Orangtuanya tidak mampu memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan layak, lantaran keterbatasan ekonomi yang melanda kehidupannya. Saat ini Putri genap berusia 17 tahun dan tetap menekuni pendidikan di Sekolah Luar Biasa Dharma Wanita Kota Bima. (aln) v
10
Jalur Karier Penempa Besi - KM. KRENS LOTIM -
NASIB memang sebuah misteri, tak bisa ditebak dan diprediksi. Manusia hanya bisa mengeluarkan seluruh potensinya untuk mencapai puncak dan optimalisasi sebuah usaha. Selebihnya adalah hak yang maha kuasa untuk menentukan kesuksesan itu akan berpihak kepada siapa, begitu juga halnya dengan salah seorang pandai besi yang dijumpai KM.Krens, berikut liputannya. Sebagai tukang pandai besi seperti dirinya, Mulawarman warga Terara yang di jumpai KM.Krens saat bekerja di pasar kawasan Sakra Barat, sungguh bukan sebuah cita-cita sejak masa kecilnya. Namun karena perjalanan dan rotasi nasib akhirnya tergerus dan mengikuti perputaran roda kehidupan sehingga sampai pada kondisi seperti sekarang ini. Dirinya memulai karir sebagai pandai besi semenjak 165
166
JALUR KARIER PENEMPA BESI
kecil. Belasan tahun silam, sebagai tukang ambil air oleh paman yang menjadi pandai besi waktu itu. “Saat remaja, saya kemudian belajar lebih tekun lagi mengenai seluk-beluk besi dan bagaimana menempa besi menjadi peralatan pertanian seperti sabit, parang, cangkul, linggis dan lain sebagainya. alhamdulillah saya seperti sekarang ini”, tuturnya menjelaskan capaian sebagai penempa/pandai besi yang sukses. Sebelum puncak kariernya, pernah mengalami masa-masa sulit yang dirasakan Mulawarman. “Saat itu seluruh harapan dan cita-citanya sebagai pandai besi saya lupakan, karena desakan ekonomi dan terlilit persoalan, mengharuskan saya untuk pergi ke Malaysia untuk mencari nafkah. Sekembalinya kemudian, jalur karier pandai besi bangkit sedikit demi sedikit, akhirnya saya menjadi seperti sekarang ini”, jelasnya. Kini, Mulawarman lebih mudah mencari nafkah untuk biaya anak dan istrinya. Ia membuka jasa pelayanan mulai dari perbaikan, pembuatan bahkan sampai borongan alat-alat pertanian. Hasil kerja Mulawarman dikenal warga dan diandalkan pelanggannya. (ibl) v
11
H. Daho: Spesialis Tulang yang Tulus - KM. SERAMBI_BRANGREA -
SPESIALIS tulang, itulah sebutan yang diberikan warga kampung kepada H. Daho (60th) yang telah puluhan tahun membantu warga mengobati patah tulang. Mapin Kebak, Kecamatan Alas Barat, Kabupaten Sumbawa adalah desa dimana H. Daho tinggal. Keahlian yang dimiliki secara turun temurun ini sangat membantu masyarakat yang bukan hanya berasal dari warga Desa Mapin Kebak saja bahkan namanya juga kesohor sampai ke daerah lain. Tidak main-main, H. Daho sendiri pernah didatangi oleh orang Kanada khusus untuk menanyakan seluk beluk maupun asal muasal kemampuan pengobatan yang ia miliki. Dalam kesempatan itu ia menceritakan bahwa selain keterampilan yang diperoleh secara turun temurun, ramuan bahan pembuatan minyak Sumbawa yang terdiri atas berbagai jenis akar kayu ia dapatkan melalui 167
168
H. DAHO: SPESIALIS TULANG YANG TULUS
petunjuk mimpi. Ia juga pernah diajak ke Jepang untuk menjadi tabib patah tulang di sana. Namun dengan pertimbangan ingin mengabdikan diri untuk kampung halaman, H. Daho menolak ajakan ajak tersebut. Keahlian mengobati atau menyembuhkan patah tulang yang dimiliki H. Daho sekilas tidak masuk akal, akan tetapi kenyataan membuktikan bahwa warga atau pasien yang ia tangani bisa sembuh dalam waktu yang terbilang sangat singkat. Teknik pengobatan yang dilakukan juga tidak menggunakan ritual atau cara yang bertentangan dengan syar’i. Hanya dengan memegang posisi tulang yang patah kemudian sedikit ditekan-tekan dengan ujung jari disertai olesan minyak sumbawa agar posisi tulang bisa teratur kembali adalah teknik yang dilakukannya. Setelah posisi tulang dirasa sudah tepat maka ia akan membalut tulang menggunakan belat yang terbuat dari bilah bambu yang dipotong selebar 2 cm yang panjang dan jumlahnya bervariasi disesuaikan dengan posisi tulang yang akan dibalut. Sebelum dipasang, Belat akan dibungkus menggunakan kain perban steril sehingga tidak akan menginfeksi bagian yang dibalut nantinya. Namun proses pengobatan tidak terhenti hanya sampai di situ, proses pengobatan yang sebenarnya baru akan dimulai. Setiap dua hari sekali ia akan datang untuk mengontrol kondisi dan perkembangan kondisi pasien.
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
Bahkan tidak jarang pasien yang baru saja dikunjungi akan meminta untuk diperiksa kembali karena merasakan sesuatu yang tidak nyaman pada bagian yang diobati. Hal yang biasanya menjadi kendala adalah lokasi pasien yang berjarak puluhan kilometer dari kediaman H. Daho, padahal saat itu ia baru saja tiba dirumahnya selepas mengunjungi pasien. Selanjutnya pasien yang ditangani oleh ayah dari empat orang anak ini berjumlah puluhan orang dan hampir ada di setiap desa atau pun kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat dan Sumbawa seperti Taliwang, Seteluk, Brang Rea, Alas, Sumbawa sampai ke daerah Lape.a Karena pengobatan atau terapi penyembuhan patah tulang membutuhkan proses berbulan-bulan maka selama itu pula ia akan terus memantau dan mengunjungi pasiennya secara bergantian. Setiap hari ia akan menyusun jadwal ke wilayah mana ia akan berkunjung, hingga seluruh pasiennya tetap mendapat kontrol dan perawatan. Jika hal ini dilakukan dengan niat komersil maka hal ini bukanlah hal yang luar biasa karena semakin banyak kunjungan maka semakin banyak pula hasil yang akan ia dapatkan. Namun hal yang patut dikagumi adalah ia melakukan semua ini dengan tulus sepenuh hati tanpa sedikit pun mengharapkan imbalan dari keluarga pasien. Padahal, selain untuk menyiapkan
169
170
H. DAHO: SPESIALIS TULANG YANG TULUS
peralatan terapi, berbagai jenis obat-obatan dan minyak Sumbawa yang ia jadikan sebagai obat, ia juga harus mengeluarkan uang untuk membeli bensin sepeda motor yang ia gunakan untuk mengunjungi pasien yang berjarak puluhan hingga ratusan kilometer. Selain itu ketika ada panggilan darurat maka ia harus sigap mengunjungi dimana kediaman warga tersebut dan tidak mengenal waktu entah itu siang hari atau tengah malam. Disaat kami berbincang dengannya, kami pernah melontarkan pertanyaan mengapa bukan pasiennya sendiri yang datang ke rumahnya ketika akan melakukan terapi atau pengobatan. "Jadi, biar Bapak tidak perlu repot dan lelah harus mengunjungi seluruh pasien yang bertempat tinggal sangat jauh, bahkan berjarak hingga ratusan kilometer." Sembari tersenyum ia menjawab, "Ada dua hal yang menjadi pertimbangan saya mengapa pasiennya tidak harus datang ke rumah saya ketika akan melakukan terapi. Yang pertama, karena jarak tempuh dari rumah pasien ke rumah saya sangat jauh maka dapat dipastikan selama di perjalanan posisi tulang yang telah diatur akan berantakan kembali akibat terguncang selama dalam perjalanan belum lagi rasa sakit yang dirasakan pasien ketika ia harus bergerak. Dan yang kedua, pastinya dengan datang berkunjung ke rumah saya keluarga pasien harus mengeluarkan biaya ratusan ribu untuk
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
menyewa kendaraan bagaimana kalau dalam sepekan harus datang dua kali atau minimal sekali dalam sepekan? Jika terapi dilakukan selama tiga bulan dapat dibayangkan berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan keluarga pasien padahal dapat dikatakan hampir seluruhnya keluarga pasien adalah keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah." "Oleh sebab itu lebih baik saya yang datang berkunjung ke rumah pasien dengan catatan saya harus menjadwalkan per wilayah masing-masing sehingga akan lebih mengefektikan waktu, tenaga, dan biaya," jelasnya. Sungguh hal yang luar biasa ukuran seorang kakek berusia 60 tahun lebih harus berkendara sendiri setiap hari. "Saya hanya berdoa agar Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan dan kekuatan kepada saya agar tetap bisa berbuat kebaikan sebagai bentuk amal ibadah kepada Allah SWT," tambahnya. Ketika ditanya apakah ada penerus ilmu pengobatan patah tulang ini, ia menjelaskan bahwa sebenarnya sudah ada beberapa yang tertarik, namun tidak bersedia menekuninya. "Sudah ada beberapa orang yang saya ajak bahkan tidak sedikit yang menawarkan diri, namun setelah diceritakan seluk beluk pengobatan patah tulang ini bahwa dasar menekuni ilmu ini adalah sabar dan ikhlas, jika kita mengharapkan pendapatan atau penghasilan
171
172
H. DAHO: SPESIALIS TULANG YANG TULUS
dari mengobati orang patah tulang sebaiknya jangan karena itu tidak akan terwujud, bahkan kita yang harus siap berkorban materi kepada pasien yang berasal dari keluarga yang kebanyakan tidak mampu. Bisa dikatakan seluruh dari mereka yang semula berminat dan saya ajak untuk ikut serta belajar terapi/pengobatan patah tulang ini mundur teratur dan tidak bersedia untuk terus menekuninya. Entah bagaimana selanjutnya sepeninggal saya, mudah-mudahan Allah SWT akan menunjuk generasi penerus," harapnya. Secara logika pengobatan secara tradisional memang tidak masuk akal. Akan tetapi testimoni warga yang telah mengalami sendiri pengobatan yang dilakukan H. Daho memang luar biasa. H. Alek warga Desa Beru Kecamatan Brang Rea menuturkan bahwa beberapa tahun lalu istrinya mengalami kecelakaan yang menyebabkan istrinya mengalami patah di bagian panggul. Setelah diperiksa secara medis dokter mengharuskan agar segera dilakukan operasi pemasangan pen untuk menyambung tulang yang patah. Tindakan operasi ini akan membutuhkan biaya hingga Rp. 80 juta. Terang saja H. Alek beserta keluarga menjadi bingung dan harus berfikir untuk mendapatkan uang sejumlah Rp.80 juta dalam waktu singkat. Tidak hanya sampai di situ saja tim medis juga memperkirakan paling cepat proses penyembuhan agar pasien bisa berdiri saja
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
membutuhkan waktu 9 hingga 12 bulan. Belum lagi untuk terapi lanjutan hingga bisa berjalan dan melakukan aktifitas seperti sedia kala maka akan dibutuhkan waktu hingga bertahun-tahun. Dalam masa kalut tersebut H. Alek mendapat saran agar istrinya diobati secara tradisional saja karena menurut kabar H. Daho telah berpengalaman mengobati patah tulang bahkan beliau pernah dibawa ke Jakarta hanya untuk mengobati orang yang patah tulang. Tanpa berpikir panjang H. Alek mengiyakan agar istrinya diobati oleh H. Daho, dan Alhamdulillah dalam waktu tiga bulan istrinya sudah berjualan lagi di pasar seperti sedia kala. Pengobatan yang tidak masuk akal akan tetapi kenyataan telah membuktikan. Bukan hanya H. Alek saja yang memberikan testimoni tentang jasa H. Daho yang telah menyebuhkan istrinya. Hal senada juga di lontarkan Kanahan warga Seteluk yang istrinya juga mengalami patah pada bagian lengan akibat kecelakaan sepeda motor dan sembuh setelah ditangani H.Daho tanpa melalui proses operasi dengan biaya yang terbilang mahal. Selanjutnya Amaq Said warga Desa Beru yang Anaknya Suhartono (12th) mengalami patah pada bagian khaki, sembuh setelah ditangani oleh H. Daho. Masih banyak testimoni yang diberikan warga terkait kesohoran nama H. Daho.
173
174
H. DAHO: SPESIALIS TULANG YANG TULUS
Pak Nur Mastar warga Mapin Kebak menceritakan bahwa H. Daho adalah pribadi yang luar biasa. Profesi utamanya adalah petani. Selepas subuh ia selalu menyempatkan diri mengunjungi dan mengurusi sawahnya. Sepulang dari sawah baru ia akan mengunjungi pasien sesuai dengan jadwal pada hari itu. Untuk ukuran orang kebanyakan pasti harinya akan disibukkan hanya dengan mengurusi sawahnya dan tidak akan ada kesempatan mengurusi orang lain terus menerus serta harus menempuh jarak ratusan kilometer. “Selain itu ia tidak pernah ketinggalan sholat berjamaah di Masjid jika berada di rumah, “ imbuh pak Nur. Di pulau Lombok mungkin juga sudah banyak orang yang berprofesi serupa dengan H. Daho sebagai tabib patah tulang akan tetapi pasti akan sangat kesulitan sekali jika ada warga di pulau Sumbawa yang harus ke Lombok untuk melakukan penyembuhan. Oleh karena itu keberadaan H. Daho di Pulau Sumbawa sebagai penyembuh patah tulang sangat penting dirasakan oleh warga. Satu hal yang mungkin membedakan teknik pengobatan H. Daho dengan tempat lainnya adalah kesiapannya untuk terus datang mengontrol langsung ke rumah pasien tanpa mematok imbalan sedikitpun hingga pasien tersebut dinyatakan sembuh total. Warga juga sangat berharap bahwa orang-orang seperti H. Daho tetap ada sehingga warga yang membutuhkan bantuan selalu bisa tertolong. (c_benk vh) v
BAGIAN EMPAT
Inspirator
Ekonomi Kreatif
1
Jagung di Lahan Sekolah yang Kosong - KM. SAMBALIA -
SEKOLAH Menengah Kejuruan Negeri 1 Sambelia adalah sekolah yang berdiri beberapa tahun yang lalu di atas tanah milik Desa Sambelia Kecamatan Sambelia yang dulunya digunakan sebagai lapangan sepak bola Dasan Bagik. lantaran pemanfaatannya kurang efektif oleh para pemuda dialihkan untuk lokasi pembangunan sekolah: SMKN 1 Sambelia. Lokasi tempat pembangunan SMKN 1 Sambelia tersebut diserahkan/dihibahkan oleh Pemerintah Desa Sambelia ke Pemda pada tahun 2009. Dalam perjalanannya SMKN 1 Sambelia mendapat berbagai kendala untuk memeroleh ijin baik ijin operasional maupun kelembagaan atau pengakuan status kenegeriannya. Ijin operasional sekolah pun diperoleh pada tanggal 28 September 2011 yang ditandatangani dan dicap oleh Kepala Dinas Dikpora Kabupaten 177
178
JAGUNG DI LAHAN SEKOLAH YANG KOSONG
Lombok Timur Drs.Muh.Suruji dengan nomor surat: 421.1/3276.2/Dik.III/2011. Setelah dikeluarkan ijin operasi sekolah kemudian dikeluarkan lagi penetapan lokasi pembangunan SMKN Sambelia Kabupaten Lombok Timur oleh Bupati pada tanggal 27 Juli 2011 dengan nomor surat: 188.45/561/PPKA/2011 yang telah ditandatangani dan dicap oleh Bupati Lombok Timur M. Sukiman Azmy. Didirikannya beberapa bangunan sekolah yang saat itu baru dua bagunan RKB dari dana APBN-P 2011 dan tiga banguan RKB dari dana APBD II Kabupaten Lombok Timur 2011. Selanjutnya dikeluarkan surat perubahan status sekolah dari SMK Sambelia menjadi SMKN 1 Sambelia Kabupaten Lombok Timur oleh Bupati Lombok Timur dengan nomor surat: 188.45/759/Dik/2011 pada tanggal 1 November 2011 dan telah ditandatangani dan dicap oleh Bupati Lombok Timur M.Sukiman Azmi. Kini SMKN 1 Sambelia telah memiliki bangunan RKB dan ditempati oleh siswa, maka pemanfaataan halaman sekolah SMKN 1 Sambelia pun terus dipikirkan agar lahan yang kosong dapat menambah penghasilan sekolah. Pemanfaatan ini mendapatkan persetujuan dari seluruh unsur SMKN 1 Sambelia terutama pimpinan sekolah atau kepala sekolah. Dengan melihat peluang yang besar, Susanto mengambil inisiatif untuk memanfaatkan lahan yang kosong di SMKN 1 Sambelia.
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
Susanto adalah penjaga dan tukang kebun SMKN 1 Sambelia yang memiliki honorer/penghasilan yang sangat minim. honornya sekitar sekitar Rp 300.000/bulan. Tentu hal ini tidak mencukupi kebutuhan hidupnya jika hanya memiliki penghasilan yang terbilang sangat minim tersebut bersama isteri dan 1 orang putrinya yang berumur 3 tahun. Menurut penjelasan Susanto setelah menanam jagung pada akhir bulan Desember 2013 yang lalu dan memanennya pada awal bulan April 2014 ini, terlihat hasil panennya terbilang lumayan berhasil sampai mendapatkan lebih lima ton jagung hanya dengan memanfaatkan lahan sekolah yang kosong. Jika dirupiahkan dalam saru kilogram harganya sekitar Rp 3.000, dikalikan lima ton saja maka akan memeroleh sekitar Rp 15.000.000-an. Bayangkan hanya dengan waktu terbilang singkat dapat meraih keuntungan rupiah yang cukup menyenangkan. Jika Susanto hanya mengharapkan gaji hanya RP 300.000/bulan maka jelas tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Ketika dikonfirmasi KM Sambelia tentang biaya yang telah dikeluarakan, Susanto menuturkan,”Selama penanaman dan pemeliharaan diperkirakan sekitar Rp 3.000.000-an, maka tentu hal tersebut memberikan keuntungan bagi Susanto dan pihak sekolah yang bekerjasama. Pemanfaatannya untuk biaya operasional
179
180
JAGUNG DI LAHAN SEKOLAH YANG KOSONG
warga sekolah. Jika hal ini dimaanfaatkan oleh semua sekolah di Kabupaten Lombok Timur, maka kebutuhan sekolah tidak memberatkan pemerintah dalam menganggarkan gaji untuk pegawai honorer. (apn) v
2
Kesuksesan
Buah Kerja Keras - KM. LINGSAR -
SUPRATMAN, begitulah orang memanggil pria paruh baya ini, setiap hari terlihat sibuk melayani pembeli yang berbelanja ditoko miliknya. Perjalanan hidup yang dilaluinya tak semulus apa yang terlihat sekarang, berkat kerja keras dan keuletan dalam menjalani usaha yang dirintis dari nol hingga mengantarkannya sesukses sekarang. Tak lama tinggal di Pagutan, tiga tahun setelah menikah supratman memutuskan untuk pindah setelah membeli rumah di Desa Sigerongan. Salah satu desa yang ada di Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat. Melihat peluang bisnis terbuka lebar dalam bidang perniagaan di wilayah tersebut, memantapkan niatnya untuk menetap. Pria yang pernah menjadi sopir angkutan barang, yang dijalaninya selama dua tahun, selama itu juga Supratman mondar-mandir Sekotong 181
182
KESUKSESAN BUAH KERJA KERAS
untuk mencari muatan, uniknya sang istri juga turut serta. Setelah dua tahun menjalani profesi sopir, ia memutuskan banting setir menjadi seorang pedagang, berangkat dari kemauan yang kuat dengan hanya bermodalkan pinjaman salah satu koperasi di Pagutan. Bukannya tanpa rintangan, dalam menggeluti usaha yang baru dikenalnya, pasti banyak menemukan kendala. Salah satunya menjalin hubungan dengan masyarakat yang pada kenyataannya tempat usaha sekaligus rumanya jauh dari pemukiman warga. Walaupun dipinggir jalan dan dikelilingi sawah disekitanya dan masih sangat jarang warga membangun rumah disekitar rumahnya tak seramai sekarang. Suami dari Sri Rohana ini mengisahkan, “Beberapa bulan semenjak buka tak ada orang belanja ke tokonya. Bahkan hasil berjualan tidak cukup untuk uang sehari.” Supratman terus konsisten. “Saya yakin pada suatu saat nanti mereka (warga) akan tergantung pada tokonya, “tuturnya. Benar saja setelah melewati kurun waktu setahun usahanya benar-benar menunjukkan perkembangan, yang semula menjual sembako meningkat menjadi grosiran snack, tahun berikutnya menjadi tahun meningkat lagi dengan membuka photocopy dan menjual alat tulis kantor. Tak berhenti sampai disitu, bisnis fashion atau pakaian dicoba walaupun sekarang ditutupnya, lantaran
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
sang istri sudah diangkat menjadi guru pada salah satu SMPN yang cukup ternama di Mataram. Setelah pemerintah melakukan konversi dari minyak tanah ke gas, bapak empat anak ini mengambil inisiatif membuka pangkalan gas satu-satunya di wilyah itu. Usaha yang dirintis dari nol dan dulunya beromzet puluhan ribu sekarang sudah beromzet jutaan rupiah perhari dan telah memiliki karyawan lima orang. Tiap hari karyawan membantunya mengurus jualan. Sang istri pun tak mau ketinggalan, walaupun sudah menjadi guru pegawai negeri sipil, lantaran sudah terbiasa berdagang dan mewarisi darah keturunan seorang padagang, memutuskan membuka Warung Lalapan di depan rumahnya. Kesehariannya setelah pulang dari mengajar. Kekompakan sangat terlihat dari pasangan ini ketika menyiapkan peralatan dan bahan untuk Warung Lalapannya dengan dibantu dua karyawannya yang secara khusus membantunya. Telah memiliki begutu banyak usaha, namun lelaki yang menggemari motor sport ini berencana bekerjasama dengan pengelola Pusat Layanan Internet Kecamatan Lingsar untuk membuka usaha payment point online bussines yang disingkat PPOB atau Loket Pembayaran Online yang rencananya juga menjual pulsa handphone dan sebagainya. Pengelolaannya diserahkan pada PLIKLingsar. Suatu kerjasama yang saling menguntungkan dan memberkah. v
183
3
Harapan
Penjual Sayur - KM. PORTAL -
SEHABIS subuh Rabiah atau sering dipanggil Abiq mempersiapkan diri untuk berangkat ke pasar. Perempuan 37 tahun itu hanya tamatan Sekolah Dasar. Ia adalah Penjual Sayur dengan cara berkeliling. Kebiasaan ini sudah dijalani hampir 17 tahun, sejak lahir anak petamanya, seperti diceritakannya kepada KM. Portal. Abiq memilah barang-barang yang akan dijajakan ke pelanggannya. Pelanggannya kebanyakan ibu-ibu yang ada diperluasan kelurahan Pagutan Mataram. Dengan mendapatkan keuntungan seribu-dua ribu, Abiq terus menjajakan dagangannya dari satu rumah kerumah lainnya. Kebanyakan pelanggannya adalah ibu rumah tangga yang suaminya pegawai dan karyawan. ”Kalau diatas tanggal lima belas, kebanyakan mereka pada ngutang, tanggal muda baru dibayar, jadi saya tidak 185
186
HARAPAN PENJUAL SAYUR
tahu berapa keuntungan saya setiap harinya,“ saat ditanya keuntungan perharinya. Suami Abiq adalah Tukang Bangunan. Mereka mempunyai tiga orang putri. Putri sulungnya yang sekarang duduk di bangku SMA kelas dua. Saat ditanya kelanjutan anaknya setelah tamat SMA ini, Abiq menjawab, “Saya dan suami menyisihkan uang untuk kelanjutan pendidikan anak saya, ia ingin jadi guru, mudah-mudahan kesampaian. Prestasi anaknya membahagiakan. “Prestasi lima besar masih bisa diraih sampai dengan SMA, ini membuat saya dengan bapaknya ingin anak saya agar melanjutkan ke bangku kuliah,” lanjutnya. Dua anaknya yang masih duduk di bangku SD tak mendapatkan BSM dari sekolahnya, ia hanya tersenyum sambil mengatakan,”Mungkin belum rejeki saya.” Anak saya harus tetap sekolah dan rajin belajar. Kedua anaknya masih duduk di kelas lima dan kelas dua disebuah SD dekat rumahnya. “Tahun ini, saya sudah didata untuk dapat BSM oleh kepala lingkungan,” tambahnya. Abiq juga menceritakan kalau suaminya, Basyarudin sudah mendaftar menjadi calon haji. Suami saya sudah mendaftar haji tahun 2011, mungkin berangkat tahun 2018 nanti. Saat ditanya kalau ia punya banyak uang? “Mungkin karena niat suami yang kuat sehingga bisa membayar setoran awal haji,” jawabnya. v
4
Somai Kampung yang Populer - MADA JAMPI DOMPU -
LIKA-LIKU hidup seseorang memang varian, tergantung bagaimana menjalaninya dengan baik dan mau secara tekun menghadapinya dengan penuh kesabaran. Sekarang bahagia, siapa tahu esok mengecap penderitaan, atau malah sebaliknya sekarang merasakan kemiskinan, esok siapa tahu menikmati kebahagiaan. Ali adalah contonya. Seorang pria dari Jawa Barat, yang memersunting anak gadis kampung dari Desa Dore Bara. Mengadu nasib di Jakarta 10 tahun lalu, akhirnya coba merubah nasibnya untuk jelajah ke desa kecil tersebut, serta menjalani hidupnya sehari-hari di Dore Bara. Mengawali usahanya Ali sebagai kepala keluarga yang hidupnya bergantung dengan usaha bisnis kecilkecilan yaitu menjual Somai. Dengan menggunakan gerobak dorong dari desa-ke desa lain, demi memenuhi 187
188
SOMAI KAMPUNG YANG POPULER
kehidupan keluarganya. Panasnya terik matahari, jualan Ali belum begitu populer di masarakat, itu semua tidak mampu menggoyahkan semangatnya. Somai yang di buatnya pun Somai ala citarasa Dompu, bahan pembuatan Somai tak begitu rumit untuk didapatkan. Adapun bahan pembuatan Somai ini, bermodalkan sebagian dari hasil kebun olahan mertuanya, sehari-hari menjual sayuran, sehingga Ali termotivasi untuk membuat Somai. “Sejak kecil, Ali di Jakarta menempuh hidupnya sebatang karang, setelah ditinggal pergi kedua orangtuanya berumur 13 tahun, lemahnya perekonomian keluarga mengakibatkan dirinya tidak mampu melanjutkan ke bangku sekolah. Dengan kepandaian mengikuti jejak warisan ayahnya, Ali mampu bertahan serta melanjutkan hidupnya dengan berjualan Somai di kota besar”, ujar Siti Astuti istri Ali. Selain dengan kepandaiannya membuat Somai, dibekali pengetahuan dan keterampilan yang modern, sehingga Ali mahir dalam mengolah sayur-sayuran yang di tanam di kebun mertuanya. Ali mampu mengolah sayur-sayuran dengan baik di kebun mertuanya, hasilnya pun meningkat jauh berbeda dari olahan biasanya. Dalam membuat Somai, sedikit membuat yang beda yang bahan dasarnya. Daging ternak diganti dengan daging ikan, serta sebagian bahannya menggunakan:
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
tahu, pare, telur lontong, toge dan kacang tanah sebagai bumbu khasnya. Cara pengolahannyapun tidak begitu sulit dan dapat di gunakan dengan tambahan bahan yang alami. Ciri khas setiap daerah adalah sesuatu yang membuat daerah itu meneonjol, begitu juga yang dilakuakan Ali. Mengolah racikan bumbu somainya dengan perpanduan rasa bumbu Jawa dan berkolabarasi dengan racikan bumbu Dompu mampu menciptakan citarasa istimewa. Inilah yang membuat Somainya terkenal di masyarakat. Hari demi hari, waktu demi waktupun berlalu, Somai yang masih begitu asing masyarakat, akhirnya populer. Dengan usaha dan ketekunan, dari awal menjual dengan gerobak dorong, sekarang dapat menjual dengan memakai sepeda motor baru. Target dan sasaran jualan pun meluas, baik itu di semua wilayah Dompu, semua mengenal Somai Ali. Meraih keuntungan sebesar Rp.125.000,- dalam sehari, mampu menyekolahkan anaknya di Sekolah Dasar serta mencukupi kebutuhan keluarganya. Somai Ali kini populer berkat ketekunannya. (amn) v
189
BAGIAN LIMA
Inspirator Cilik
1
Petualangan Anak Botol
- KM. LABUHAN LOMBOK -
SUNGGUH hebat anak-anak ini, mereka rela melawan teriknya matahari di siang hari, bertemankan debu yang beterbangan di pinggir jalan. Tanpa alas kaki, rela berjalan melewati tanah lapang dan jalan aspal hanya demi sebuah botol bekas. Mereka dipanggil “ Srikandi Anak Botol” oleh orang-orang di pasar karena kegigihannya. Meskipun panggilan itu tidak mereka hiraukan, namun cukup menarik perhatian orang-orang luar yang kebetulan singgah belanja pasar Labuhan Lombok. Keempat bocah perempuan dengan membawa karung bekas sayuran. Setiap hari mengorbankan waktu bermain, setelah pulang sekolah hanya demi mengumpulkan botol-botol plastik bekas air mineral dan minuman gelas yang berserakan di pinggir jalan. Terkadang mereka juga berkeliling menyusuri pasar 193
194
PETUALANGAN ANAK BOTOL
Labuhan Lombok untuk mencari botol bekas. Dari jam dua belas siang sampai jam empat sore, mereka juga rela berkeliling kampung demi mencari botol bekas. Ini semua mereka lakukan demi untuk membantu orangtua mereka yang kekurangan. Botol bekas yang mereka dapatkan dikumpulkan di rumah, selanjutnya dijual ke pengepul. Meski dengan hasil yang tidak seberapa, uang yang mereka dapatkan lebih dari cukup untuk biaya jajan mereka di sekolah. Di sinilah menariknya, meskipun mereka bergelut dengan botol-botol bekas, tetapi keteguhan mereka untuk sekolah tidak bersifat bekas, melainkan terus baru. Apa yang bocah-bocah ini lakukan, membuat kita belajar bahwa hidup itu penuh perjuangan dan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan kita harus ada hal yang kita korbankan. Meski bocah-bocah ini rela kehilangan waktu bermain, bahkan waktu untuk mereka istirahat, mereka tetap tersenyum dan tertawa gembira menghadapi hari-hari. v
2
Bocah Tutor IT - KM. KAULA -
ADANYA perelokasian Pusat Layanan Internet Kecamatan ke Desa Masmas, ternyata tidak cuma berimbas pada meningkatnya intensitas program Kampung Media Kaula tayang di Kampung Media NTB. Berimbas ke lini lain, tak terkecuali kegiatan wisata, karena tamu yang sudah email jauh hari sebelumnya dan menunggu respons dari pihak pengelola sudah bisa dibuka setiap hari. Tak seperti bulan sebelumnya, dimana banyak sekali wisatawan dari berbagai negara yang booking untuk bulan Januari 2014, tapi karena emailnya tidak pernah dibuka, tamu pun gagal memesan. Sisi lain yang sangat signifikan perubahannya adalah pada terbukanya wawasan sebagian besar siswa yang aktif datang ke PLIK untuk browsing, di antaranya seperti yang di ungkap Ihsan yang mewakili teman195
196
BOCAH TUTOR IT
temannya mengatakan, “kami sekarang, merasa mempunyai tambahan pengetahuan bahkan kami nyaris merasa tau banyak hal, karena setiap saya ingin tahu tentang sesuatu kami datang ke PLIK, lalu browsing, maka apa yang kami tidak tahu itu terjawab. Tak kalah menariknya juga apa yang dialami oleh anak usia tujuh tahun, yang sering kali menjadi tutor sebaya terhadap teman-temannya yang ingin mencari permainan atau ingin mengetahui cara memuat masakan yang mereka inginkan. Ia adalah seorang bocah yang baru saja duduk di kelas satu Madrasah Ibtida’iyah Ainul Yaqien Punikasih. Azizah demikian nama panggilan gadis kecil itu. Sengaja mengajak teman-teman seusianya untuk datang bermain kerumahnya yang secara kebetulan sebagian ruangannya dijadikan tempat dipasangnya PLIK. sekaligus menjadi sekretariat Kampung Media Kaula. Kemudian mengajak teman-temannya main internet. Setiap kali temannya mengeluh “tidak bisa”, Azizah selalu memainkan perannya sebagai tutor cilik, mulai dari menghidupkan komputer, membukanya dengan menulis kata, kemudian menuliskan di ruang search, apa yang teman-temannya inginkan. Bahkan Muhammad Azizurrahman Al-Azka, adik Azizah yang baru saja berusia empat tahun sudah mulai bisa memainkan beberapa game yang ada didalamnya, walaupun masih harus dibukakan dan dicarikan oleh kakaknya.
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
Keaktifan Azizah, yang sering membuka internet, ternyata membuatnya sering menjadi tutor, tidak hanya pada teman seusianya, tapi juga ia sering menjadi penunjuk terhadap para siswa-siswi Aliyah bahkan para dewan guru yang mau datang internetan. Mulai dari bagaimana menghidup internet tanpa harus menghidupkan server atau sebaliknya, semuanya sudah ia hapal dan kuasai. Ini sama sekali bukan menyanjung Azizah yang kebetulan putri kedua dari koordinator Kampung Media Kaula, tapi ini satu “tahadduts binni’mah” atas adanya PLIK di Desa Masmas, yang dampak positifnya sangat luar biasa. Bicara soal dampak positif keberadaan PLIK di Desa Masmas, bukan berarti menafikan apa yang orang katakan. setiap sesuatu itu punya efek positif dan efek negatif. Kemungkinan efek negatifitu sangat kecil, karena sebagai upaya prefentif pengelola sudah membuat tata tertib. satu diantaranya: tidak boleh membuka, film atau gambar atau tulisan yang berbau porno, kalau ada yang kedapatan, maka orang itu tidak diperbolehkan lagi datang ke Kampung Media Kaula di PLIK Desa Masmas. Bocah Azizah, tutor informasi teknologi memberikan pelajaran berharga bahwa bila berusaha pasti bisa melalui proses dan kebiasaan. (Srm) v
197
3
Jasa Parkir
Membiayai Sekolah - KM. SALAJA KAMPO -
REALITAS anak bawah umur yang bekerja sebagai tukang parkir bukan hal baru lagi di Kota Bima. Dari pantauan dan penelusuran Salaja Kampo, terungkap sejumlah kisah dibalik aktivitas mereka. Salah satunya adalah Arifudin, bocah 10 tahun yang mencari nafkah sebagai juru parkir untuk membiayai sekolahnya. Berikut catatan Salaja Kampo selengkapnya. Arifudin warga Kelurahan Melayu Kota Bima ini sesekali merogoh sakunya guna menghitung uang yang diperoleh sejak pagi. Bocah ini terpaksa jadi tukang parkir di Pasar Raya Kota Bima, demi mencukupi kebutuhan sekolahnya. Aktivitas itu telah ditekuninya sejak setahun terakhir. Siswa kelas 4 sekolah dasar ini, sepulang sekolah sudah standby di kawasan pertokoan untuk melakukan aktivitasnya sebagai tukang parkir. 199
200
JASA PARKIR MEMBIAYAI SEKOLAH
Terkadang Arifudin harus bolos sekolah, demi mendapatkan uang belanja dan mencukupi kebutuhan sekolahnya. “Orangtua saya berpenghasilan sedikit, jadi saya terpaksa bekerja seperti ini agar bisa mendapatkan uang belanja dan membayar uang sekolah,” katanya sembari menunjukkan jumlah uang yang diperolehnya, sekitar 24 ribu rupiah. Menurutnya, aktivitas itu akan membantu dalam memenuhi kebutuhan hidup bersama orangtuanya. Semula sang ayah tidak menyuruhnya menjadi tukang parkir. Namun karena himpitan ekonomi, memaksanya untuk berkeringat dan mendapat jasa menjaga hilir mudik kendaraan yang parkir. “Dulunya tidak disuruh, tetapi akhir-akhir ini ayah tak melarang lagi,” katanya. Meski sebagai juru parkir, Arifudin tidak selalu melalaikan sekolahnya. Hasil yang ia dapatkan menjadi tukang parkir, digunakan membeli perlengkapan sekolah seperti sepatu dan tas. “Saya tinggal bersama kedua orangtua. Ibu biasa jadi tukang cuci dari rumah ke rumah. Kadang ibu tak kerja. Jadi saya harus bekerja meski penghasilan saya sehari cuma sekitar 20 ribu rupiah saja,” ungkapnya. Prihatin akan hal ini, beberapa pemilik toko setempat meminta Pemerintah Kota turun tangan. “Mereka masih di bawah umur. Tugas mereka adalah belajar. Semestinya mereka perlu dibantu dalam hal
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
studi seperti pemberian buku bacaan gratis atau biaya sekolah. Selain itu, orangtua juga harus terus berupaya untuk mendidik anaknya dengan bijak dan baik,” tandas Sandy pemilik toko. (edo) v
201
4
Tekad Mandiri
Mirna Sekolah - KM. PORTAL HIMPAS -
BAGI sebahagian siswa kegiatan belajar mungkin tidak akan menjadi beban. Setiap kebutuhan sekolah menjadi tanggung jawab orangtua. Tetapi bagi Mirna 10 tahun asal Desa Sie, Kecamatan Monta, mungkin tak seberuntung temannya yang lain. Sejak ibunya meninggal beberapa tahun lalu, ia harus berusaha memenuhi kebutuhan sekolahnya sendiri. Sejak ditinggal ibu akibat mengalami penyakit kanker, kini Mirna tinggal bersama ayahnya di RT.19/RW.04 Desa Sie. Kondisi ayahnya sekarang sering sakit-sakitan, membuat ia tak dapat menggantungkan harapan bahwa biaya sekolah dapat ditanggung ayahnya. Dengan tekad mandiri untuk melanjutkan sekolah, ia berusaha mendapatkan penghasilan walaupun harus menjadi penjual sayur. Kendati sekarang sekolah telah digratiskan 203
204
TEKAD MANDIRI MIRNA SEKOLAH
pemerintah, tetapi untuk membeli seragam, buku tulis, sepatu dan kebutuhan lain ia harus berusaha sendiri. Bocah perempuan usia 10 tahun yang masih duduk di bangku kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sie ini, juga tak semujur teman-teman lainnya. Setiap pulang sekolah ia harus membantu neneknya untuk mencuci piring dan menyapu halaman. Kemudian ia berangkat ke rumah salah seorang tetangga untuk membantu menjualkan sayur dagangannya keliling kampung. Wajah Mirna tak asing bagi ibu-ibu di sekitar lingkungan Desa Sie. Pada sore hari ia selalu menawarkan sayuran kepada ibu-ibu di sekitar lingkungannya dan bahkan sayur segar jualan Mirna menjadi langganan ibu-ibu untuk membuat bahan makanan keluarga. Berjualan sayur dengan cara menjunjung, Mirna tidak hanya menjual sayuran saja tetapi juga menjual ikan dan bahan makanan lain yang dibutuhkan ibu-ibu rumah tangga untuk mengolah masakan keluarganya. Ketika hari mulai senja, Mirna dan kawan-kawan pulang untuk menyetorkan hasil dagangannya kepada Nani si pemilik sayur dan ia pun mendapat upah sekitar lima ribu rupiah perhari tergantung banyak dagangannya yang laku. Kadang ketika ia pulang Nani juga memberikan lauk berupa ikan untuk ia makan bersama ayah dan neneknya. Pada hari libur, Mirna tak memiliki waktu untuk
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
bermain seperti teman-teman lainnya, Pada hari libur, ia banyak dimintai bantuan oleh tetangga terutama ibu-ibu yang memintai bantuan untuk membantunya: membersihkan halaman, mencuci, dan beberapa pekerjaan lainnya. Bahkan menitipkan anak ketika mereka bepergian. Dari pekerjaan ini mirna mendapat upah sebanyak sepuluh ribu rupiah. Upah yang didapat dari menjual sayur dan membantu tetangga digunakannya untuk membiayai dan membeli kebutuhan sekolah. Mungkin kisah Mirna adalah sepenggal cerita tentang perjuangan anak-anak bangsa negeri ini yang ingin tetap melanjutkan sekolah, meski hidup dalam kekurangan dan keterbatasan biaya. Untuk itu, perlu perhatian kita bersama membantu generasi-generasi bangsa agar tetap bersekolah. Hidup dalam keterbatasan dan kekurangan biaya pendidikan, tak menghalangi Mirna untuk sekolah. (bya) v
205
BAGIAN ENAM
Inspirator Inovasi
1
Masmas: Desa Wisata Apa Adanya - KM. KAULA -
MENYADARI kekayaan alam yang dimiliki Indonesia. Lombok Tengah pada khususnya Batukliang Utara, logikanya masyarakat Indonesia mesti sejahtera. Pada kenyataannya justru masyarakat, masih didera kemiskinan. Kalaupun ada yang sejahtera itu hanya sebagian kecil saja. Melihat kenyataan ini, disatu sisi kekayaan alam melimpah ruah sementara disisi lain masyarakat masih didera kemiskinan. Jelas ada sesuatu yang perlu dikaji secara kontinyu dan serius, ”Kenapa hal ini bisa terjadi?” Mustahil seorang dokter akan bisa menyembuhkan pasiennya, tanpa diketahui dulu apa penyakitnya. Dalam hal ini kita harus sepakat bahwa kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, kepicikan pola pikir dan penderitaan lainnya semuanya adalah merupakan sebuah “akibat” yang mesti punya “sebab”. Ini artinya, 209
210
MASMAS: DESA WISATA MULE LE RUEN LE RUEN ALIAS APA ADANYA
bahwa kalau kita ada niat untuk meretas semua penderitaan itu, maka kita harus ketahui dulu apa penyebabnya, baru akan diketahui langkah apa yang akan dilakukan untuk mengatasinya. Dari fenomena itulah, diperlukan adanya sebuah wadah sebagai tempat silaturrahmi, diskusi dan konsultasi sekaligus sebagai ajang koordinasi dalam menentukan aksi supaya bisa mengganti kondisi masyarakat: yang miskin menjadi sejahtera, yang bodoh menjadi pintar, yang berfikiran sempit menjadi berwawasan luas, yang terbelakang menjadi maju dan terdepan, yang termarjinal menjadi populer dan bermasyarakat, yang tidak punya keahlian bisa menjadi terampil. Dalam kerangka mewujudkan impian itu, maka dibentuklah sebuah wadah yang di beri nama “Kelompok Muzakarah Asy-Syafii Lombok Tengah” yang belakangan kemudian disingkat “Kemus Loteng”. Dari sejak terbentuknya, Kemus terus berdinamika untuk berfikir, berinovasi dan berkreasi untuk membuat terobosan-terobosan baru yang bisa berimplikasi langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengoptimalkan pemanfaatan potensi lokal. Lombok Tengah bagian utara umumnya yang dikenal dengan istilah Kawasan Utara Lombok Tengah yang disingkat KauLa dan Desa Masmas khususnya,
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
mempunyai banyak potensi alam yang bisa sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat yang akan berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Diantaranya adalah panorama alam yang indah seperti Mbung Dao yang dipadupadankan dengan Gunung Rinjani, hamparan sawah yang datar luas membentang yang hampir sebagian besarnya dibarengi pemeliharaan ikan dengan sistim mina padi, ditambah lagi dengan masyarakatnya yang rata-rata pekerja ulet dan peramah. Semua ini akan memberikan kemudahan dan kenyamanan tersendiri bagi pengunjung yang datang ke Desa Masmas. Disambut senyuman petani yang tulus, sambil mereka bisa menyaksikan keindahan alam yang mempesona. Para pengunjung bisa ikut menangkap ikan di sawah, kemudian membakarnya di tempat, sambil mencicipinya. Sungguh merupakan keistimewaan yang tidak akan didapatkan di tempat lain. Membayangkan semua hal di atas telah memberikan sebuah inspirasi bagi Kemus Loteng, untuk menjadikan, sekaligus menawarkan Desa Masmas menjadi salah satu desa pariwisata berbasis lokal desa dengan segala keorisinilannya yang kemudian dituangkan dalam program yang di namakan “Village Based Tourism”. Konsep dari VBT ini adalah memperlihatkan dan menawarkan segala aktifitas masyarakat sehari-hari
211
212
MASMAS: DESA WISATA MULE LE RUEN LE RUEN ALIAS APA ADANYA
dengan keorisinilan alamnya tanpa ada yang perlu dipoles-poles, dengan konsep ini mungkin kita akan bertanya dimanakah daya tariknya?. Untuk menajawab pertanyaan ini mungkin kita perlu merubah paradigma berpikir kita soal wisata. Berwisata sesungguhnya adalah bukan sematamata untuk mencari sesuatu yang indah, tidak untuk mencari hotel megah, tidak untuk mencari makanan enak, tapi berwisata adalah untuk mencari sesuatu yang baru, sesuatu yang unik yang tidak pernah ditemukan sebelumnya. Coba kita lihat! Orang sanggup melakukan perjalanan jauh hanya untuk melihat mumi atau untuk melihat peninggalan-peninggalan kuno lainnya, indahkah semua itu?, jelas tidak. Tapi karena sesuatu yang tidak pernah dilihat sebelumnya makanya hal itu jadi menarik. Contoh lain, misalnya petani yang dari Desa Masmas, berkunjung ke kota besar seperti Jakarta misalnya, sampai disana petani Masmas diajak keliling sawah, diberikan sarapan ubi rebus, dikasi makan lauk pelecing kangkung. Kalau sekedar itu yang disediakan pasti mereka akan bilang, kalau untuk melihat sawah dan makan pelecing kangkung mereka tidak perlu jauh-jauh ke Jakarta karena di tempat mereka sudah biasa, pasti sangat tidak menarik. Begitu juga dengan paket yang kita tawarkan di VBT ini seperti: berjalan di tengah sawah, ikut berinteraksi dengan petani, penganyam ketak,
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
pembuat kerupuk dan lain-lain sudah tentu akan menjadi hal yang menarik bagi wisatawan mancanegara karena mereka tidak pernah alami sebelumnya. Adapun urutan paket yang disediakan di paket VBT ini adalah: mula-mula tamu registrasi di sekretariat dengan membayar uang registrasi sebesar Rp.150.000/orang dewasa dan setengahnya untuk pemuda dan anak-anak lalu dipasangkan sarung untuk melindungi mereka dari nyamuk dan sengatan matahari juga menjadi penanda bahwa mereka adalah tamu resmi masyarakat desa. Setelah mereka selesai di-breafing soal destinasidestinasi yang akan dituju, mereka kemudian diajak ke sekolah untuk memperlihatkan kepada mereka soal sistem, model, sarana dan prasarana lembaga pendidikan di desa yang mempunyai kesenjangan sangat jauh dengan sarana prasarana pendidikan di kota. Memberikan kesempatan mereka berinteraksi dengan peserta didik hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengalaman baru bagi para wisatawan juga untuk memberikan motivasi tersendiri di kalangan anak-anak peserta didik untuk lebih giat belajar bahasa Inggris. Keluar dari sekolah perjalanan dilanjutkan ke kantor desa untuk memperlihatkan model pemerintahan di Indonesia, karena desa adalah negara kecilnya Indonesia, seperti apa model pemerintahan di Indonesia semuanya akan tergambar dengan sistem
213
214
MASMAS: DESA WISATA MULE LE RUEN LE RUEN ALIAS APA ADANYA
pemerintahan desa. Sementara disisi lain pemerintah desa akan lebih rajin dan disisplin dalam bekerja karena sewaktu-waktu mereka akan dipantau oleh orang asing, sehingga dari kedua paket ini akan ada simbiosa mutualisme diantara kedua pihak. Perjalanan dilanjutkan ke sawah untuk melihat pemandangan alam Masmas, juga aktifitas para petani di sawah sambil mereka berinteraksi dengan petani, diteruskan ke kelompok masyarakat penganyam ketak di Dusun Antak Antak. Di dusun ini rata-rata penduduknya adalah penganyam ketak mulai dari anak-anak hingga orangtua yang walaupun sifatnya masih sampingan, selama mereka disini, mereka bisa belajar bikin ketak sambil menikmati suguhan snack alam dari warga berupa kopi asli, dibarengi dengan jagung rebus atau singkong rebus, kacang rebus dan lain-lain sesuai musim. Keluar dari Dusun Antak-Antak, paket ini masih dilanjutkan ke tempat pembuatan kerupuk bonggol pisang dengan menggunakan cidomo. Mereka bisa melihat proses pembuatan kerupuk sambil menikmati kegurihan kerupuk bonggol pisang yang dibarengi dengan minuman berupa sirup lobe-lobe atau sirup pala, permen pala, permen lobe-lobe, rengginang singkong dan lain-lain. Akhir dari paket ini mereka diajak makan siang ke salah satu rumah warga dengan menu khas desa yang pasti tidak akan ditemukan di tempat lain.
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
Perkembangan paket wisata ini sangat signifikan, terlebih setelah pengelolanya bergabung di Kampung Media. Pengunjungnya terus mengalir dari berbagai mancanegara terutama sekali dari Jerman dan Prancis. Mereka sangat senang dengan paket yang ditawarkan bahkan mereka sampai ada yang mengatakan bahwa “coklatnya Lombok ternyata ada di Masmas”. Saking senangnya mereka dengan paket yang ditawarkan, mereka selalu kelebihan waktu sampai enam, delapan jam dari waktu yang disediakan empat jam, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang ngotot untuk diijinkan nginap, karena hingga kini belum ada disediakan paket nginap. Untuk menjawab keinginan para tamu tersebut, pihak pengelola mempersiapkan rumah-rumah warga untuk menjadi penginapan. Hal ini dimaksudkan supaya tidak ada hotel yang dibangun, supaya keuntungan di dapat langsung oleh warga. Tak didominiasi oleh segelintir orang saja. Selain untuk menjaga keorisinilan desa. Adapun keuntungan yang didapat dari program paket wisata desa yang dikenal dengan istilah VBT ini di bagi ke beberapa sektor seperti tertera pada tabel berikut:
215
216
MASMAS: DESA WISATA MULE LE RUEN LE RUEN ALIAS APA ADANYA
Sektor Pendidikan
Prosentase 10 %
Keluarga Miskin
10 %
PADus
13%
PADes
Sekolah Yang dikunjungi
Warga Penganyam Ketak
Warga Penyedia Makanan Komunitas Pengelola
Total
5%
2%
5% 5%
45%
100%
Desa Masmas telah memberikan inspirasi wisata alamiah yang dapat memberdayakan berbagai lini dan potensi desa termasuk masyarakat dan pengelola KM Kaula dengan Kemus Lotengnya. v
BAGIAN TUJUH
Inspirator Sosial
1
Wanita Langka
Pemberdaya Anak - JURNAL ALFARIZI -
“DIA WANITA berhati mulia, semoga Tuhan memberkahi sisa hidup yang di berikan Tuhan untuknya dan memanjangkan umurnya untuk terus membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan," begitulah doa seseorang. Setelah mendengar cerita panjang tentang niat baik menyekolahkan dan membantu anakanak yang orang tuanya tidak mampu membiayai sekolah. Dari ceritanya, semenjak masih muda ia sudah mulai mengabdikan diri untuk umat dan melakukan semampunya untuk kebaikan orang banyak, niat dan perbuatan baik itu hingga hari ini. Umurnya sudah mulai menua, ia tetap istiqomah melakukan dan melanjutkan apa yang pernah ia sudah lakukan. Namanya Nurimin, pernah menghadiri undangan Tuhan di ka'bah. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Wathan Tanak Beak, 219
220
WANITA LANGKA PEMBERDAYA ANAK
usianya sudah beranjak menua, ia juga salah satu dari istri guru pencerah TGH.M. Djuain Muhktar. Hari ini, walapun tenaganya tidak seperti dulu, tapi ia masih tetap semangat mendidik, memelihara dan merawat anak-anak yang orang tuanya tak mampu secara materi menyekolahkan anak-anak mereka. Melalui panti asuhan yang dikelola, ia tetap mencari dan menjaring anak-anak untuk tinggal di panti, tidak hanya anak-anak yang ada di sekitar tempat tinggalnya di Tanak Beak, tapi anak-anak di luaran sana juga ia terima kemudian dididik. Sempat suatu hari menanyakan, "Apa di Lombok Tengah ada anak-anak yang masih belum sekolah, karena tidak ada biaya?" Mendengarnya, kemudian terdiam menundukan kepala sambil berpikir siapa gerangan anak-anak yang bisa dididik di tempat yang mulia panti asuhan ini. Belum sempat menjawab pertanyaannya, ia lalu melanjutkan, "Anak-anak yang seumuran SD, supaya kita bisa sekolahkan mereka di tempat saya". Begitulah Hj. Nurimin terus peduli terhadap anak-anak usia sekolah untuk ditampung dan diberdayakan pada panti asuhannya. v
BAGIAN DELAPAN
Inspirator Politisi
1
Sangu dari Ibu
Menuju Parlemen - BAMBANG BIMAWAN -
KEINGINAN kuat untuk membangun desa, pria berpenampilan sederhana tinggal di desa terpencil ini, akhirnya melenggang ke kursi parlemen Kabupaten Bima. Hariyadi yang akrab disapa Yadin merupakan anggota Komunitas Kampung Media Kabupaten Bima “Sarei Ndai”. Anak kampung ini tampil sebagai calon legislatif Daerah Pemilihan 5 yang terdiri dari Kecamatan Woha, Monta, dan Parado, yang terpilih sebagai anggota parlemen kabupaten periode 2014-2019. Suka duka dialami Yadin selama persiapan ikut dalam pertarungan merebut kursi wakil rakyat tersebut. Berikut catatan mengenang kesiapan Yadin dalam kancah perpolitikan di Kabupaten Bima. Sejak bergabung dengan komunitas Kampung Media, hampir setiap hari selalu bersama dalam berbagai aktivitas. 223
224
SANGU DARI IBU MENUJU PARLEMEN
Kehidupan pria yang tinggal di Desa Keli Kecamatan Woha-Kabupaten Bima itu cukup sederhana. Dilihat dari kehidupannya, adalah hal mustahil untuk bisa bersaing merebut kursi Dewan. Namun, rupanya hal itu tidak menyurutkan niat Yadin untuk bisa memberikan yang terbaik bagi desanya. Yang saya tahu, untuk bisa maju sebagai calon anggota dewan, harus memiliki cukup materi. Tidak tanggung-tanggung, ratusan juta harus dihabiskan, itu pun belum tentu sukses. Ternyata, materi bukanlah segalanya, buktinya, Yadin yang hanya bermodalkan kepercayaan masyarakat Desa Keli bisa tampil sebagai satu dari 45 perwakilan yang akan menentukan arah pembangunan dan kemajuan Kabupaten Bima untuk lima tahun kedepan. Beberapa bulan sebelum pelaksanaan pencoblosan, bersama Yadin sempat bertandang ke rumah orang tuanya di Kelurahan Dara-Kota Bima. Yadin sempat ditanya oleh ibunya apakah sudah membeli bendera partai? Dengan perasaan agak malu, Yadin menjawabnya, ”Belum ada”. Sang ibu lalu mengeluarkan beberapa lembar uang dan memberi sangu kepada Yadin. “Beli yang murah-murah saja, yang penting ada logo partainya,” ucap ibunya. Yadin pun menerima sangu sekadarnya itu, lalu berdiskusi sambil memperlihatkan jumlah uang yang diterimanya. Dengan uang yang terbatas itu, sepakat untuk
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
membeli kain dan berusaha untuk membuat sendiri bendera partai. Di tengah teriknya matahari, berangkat ke pasar Kota Bima untuk membeli kain dan perlengkapan untuk pembuatan bendera. Uang yang diterima dari sang ibu tadi hanya cukup membeli beberapa meter kain dan alat semprot cat. “Kita coba saja dulu,” ujar Yadin. Dari hasil pembuatan bendera hanya bisa beberapa lembar saja. Tentu saja, sangat beda dengan bendera partai yang dibuat oleh perusahaan percetakan. Itulah sekelumit kisah saat persiapan Yadin hingga sukses menjadi anggota Dewan Kabupaten Bima. Pembawaan yang sederhana dan selalu akrab dengan siapa saja ternyata menjadi bukti bahwa sosok Yadin mampu menyaingi caleg lainnya sesama partai hingga mendulang suara terbanyak dari delapan Caleg di Partai Kebangkitan Bangsa. Yadin yang ditemui di kediamannya mengaku, maju sebagai caleg memang sesuatu yang boleh dibilang terlalu berani. Pasalnya, untuk bersaing dengan scaleg lainnya butuh persiapan matang dengan modal yang tidak sedikit. Namun, baginya materi bukanlah segalanya. Niat dan tekad yang kuat serta pemikiran positif agar Desa Keli bisa bersaing dan selangkah lebih maju dengan desa-desa lainnya di Kabupaten Bima. “Saya prihatin saja dengan Desa Keli, dengan suara lebih dari dua ribu mengapa tidak bisa mengantar satu
225
226
SANGU DARI IBU MENUJU PARLEMEN
orang wakil untuk menduduki kursi dewan,” katanya. Diakui Yadin, bahwa selama ini, suara Desa Keli hanya dimanfaatkan oleh caleg dari luar desa. Setelah sukses lalu hilang dan melupakan Desa Keli. Para caleg yang sukses dengan suara Desa Keli biasanya akan kembali lagi lima tahun kemudian. “Saya pun bertekad bahwa Keli harus memiliki wakil di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bima,” katanya. Yadin pun mulai bersosialisasi dan memberikan pencerahan kepada masyarakat bahwa keberadaan wakil di DPRD sangat perlu jika ingin Desa Keli menjadi lebih maju. Dengan kesabaran, Yadin pun membangun kekuatan dengan membentuk tim sukses di seluruh rukun tetangga di Desa Keli. Umumnya, tim sukses Yadin adalah dari kalangan petani. Yadin yakin, para kaum papa di desa itu memiliki kekuatan dukungan yang luar biasa dan tentunya memiliki suara mayoritas. Keyakinan yang diberikan Yadin bersama tim terbukti, pada 9 April lalu saat pencoblosan, Yadin mendulang suara mayoritas yakni mampu mendulang 50 persen suara dari seluruh jumlah pemilih di Desa Keli. ”Kemenangan saya ini bukan karena materi. Namun, murni karena adanya dukungan penuh masyarakat Keli yang ingin adanya perubahan di desa itu, “ pungkasnya. v
2
Dagang Roti
Jadi Anggota Dewan - KM. ABIANTUBUH -
MENJADI seorang anggota dewan perwakilan rakyat diimpikan banyak orang. Buktinya, ribuan orang mendaftar dan melewati seleksi di partai politik. Hasilnya beberpa mereka bisa lolos menjadi calon anggota dewan. Menjadi calon anggota dewan adalah proses yang rumit, keras, seni, dan melelahkan. Selain harus menguras tabungan untuk biaya kampanye, sang calon harus rela turun berkampanye hingga ke gang-gang kecil untuk menarik simpati pemilih. Itu pun belum tentu dipilih. Cemohoan, antipati, tidak dipedulikan atau bahkan ditolak adalah hal-hal biasa bagi seorang caleg atau calon legislatif. Itu pula yang dihadapi oleh Herman A.Md., salah seorang anggota legislatif DPRD Kota Mataram yang baru-baru ini terpilih dan dilantik. Herman Amd, merupakan salah satu sosok muda 227
228
DAGANG ROTI JADI ANGGOTA DEWAN
yang sukses melaju ke kursi DPR, setelah melewati berbagai macam rintangan. Pria bertubuh kurus ini, sudah terbiasa bekerja keras. Saat saya berkunjung ke rumahnya di Babakan, ia didampingi kawan dekatnya Jayen, yang selalu membantunya mengurus Ambulance milik Partai Gerindra. Maklum ia belum memiliki pasangan hidup. Saat saya bertanya bagaimana prosesnya bisa menjadi salah satu anggota dewan dari wilayah kecamatan Sandubaya, iapun mulai membuka pembicaraan. “Panjang ceritanya, tapi salah satunya adalah karena restu dan doa ibu bapak,” katanya sambil tersenyum. Saat diminta untuk mengajukan berkas pencalonan, saya minta waktu untuk minta izin ke orang tua dulu, baru setelah orang tua memberi restu saya melanjutkan proses pencalonan, kata pria kelahiran Mataram 27 Maret 1982 itu. Sebelum terpilih menjadi Anggota legislatif seperti sekarang, ketua komunitas kampung media Sandubaya ini, memang aktif berorganisasi. Mulai dari organisasi kepemudan seperti Remaja Masjid dan Karang Taruna ia ikuti. Baginya, dengan cara berorganisasi inilah ia bisa mengembangkan kreatifitas dan aktifitasnya. Pada saat tamat SMA saya tidak langsung kuliah, orang tua membebani saya dengan pekerjaan keluarga. Saya ikut menjadi kampaser roti. Orang tua saya punya
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
perusahaan roti yang masih menggunakan peralatan manual, kata pria yang sempat magang di Ujung Pintu Production ini. Ia roti saya lakoni sampai genap satu tahun lalu melanjutkan kuliah di AMM . Pria yang tamat di SD 37 Cakranegara itu, tidak mulus menjalani kuliah. Ia sempat cuti karena harus berdagang lagi. Saya harus kembali membantu orang tua karena ada keluarga yang sakit, katanya mengenang. Menurutnya, sehari-hari ia ikut terjun langsung membesarkan perusahan roti yang dirintis Ayahnya H. Samsul Mukhsin bersama ibunya ibu Hj Johariah. Berkat dorongan kedua orang tuanya yang tidak tamat Sekolah Rakyat, akhirnya ia bisa menamatkan kuliah diploma di AMM. Lalu berbekal ijazah itulah ia mencoba mencari pekerjaan. “Saya bekerja serabutan,” katanya. Masa awal tamat kuliah diploma, menjadi masa yang mendidiknya menjadi pekerja keras. Ia masuk melamar dan diterima bekerja di salah satu event organizer. v
229
BAGIAN SEMBILAN
Inspirator Spiritual
1
Renungan Kisah Inspiratif - KM. TEMBE NGGOLI -
SEORANG ibu ingin meminjam uang dari anaknya yang telah mapan. Dengan suara direndahkan terdengar sayup-sayup disertai rasa malu ia berkata, "Nak, bolehkah ibu meminjam uang Rp.1.000.000? Ibu ada perlu." Anaknya tidak langsung menjawab, dengan raut muka datar ia berkata, "Iya Ma, nanti saya tanya istri dulu?" Seakan berat untuk mengiyakan. Ketika akan beranjak pergi ia melihat dus susu anaknya dan masih ada banderol harga Rp.50.000,- kemudian dia merenung. Jika satu dus habis 1 hari x 30 hari x 2 tahun = Rp. 36.000.000,- . Dia berpikir susu paling baik untuk anak adalah Air Susu Ibu. Harganya tak terhingga, super steril, diberikan dengan penuh kasih sayang. Jika didapat oleh seorang anak selama dua tahun berapa yang harus ia bayar? Kemudian ia berbalik dan menatap wajah ibunya yang 233
234
RENUNGAN KISAH INSPIRATIF
teduh, walau telah berusia. Ibu, dirimu telah memberikan semua kasih sayang, harta dan semuanya tanpa pamrih. Maafkan anak durhaka ini yang tidak tahu balas budi. Saya tahu, tak akan mampu membalas kebaikanmu. Segera ia mendatangi ibunya dan memeluknya, mengecup keningnya dan memberikan uang Rp 3 juta di dompetnya dan berkata, "Ma, jangan berkata pinjam lagi, hartaku adalah milikmu, doakan anakmu ini agar selalu berbakti padamu". Sambil berkaca-kaca, ada air bening di pelupuk mata ibu. Ia berkata, "Nak, di setiap keadaan Mama selalu berdo'a agar kita semua selalu dikumpulkan di dunia dan di surga-Nya nanti dalam kebahagian. Amien ya robbal alamien. Semoga Bermanfaat. (syh) v
2
Belajar dari Keledai - KM. KRENS LOTIM -
SESEORANG mengirimi pesan inbox melalui email. Cukup lama berfikir tentang masksud dan tujuan teman menyampaikan emailnya. Tanpa bermaksud menggurui atau merasa paling benar,tim KM.Krens ingin berbagi redaksi kiriman email teman. Semoga bisa bermanfaat bagi kita semua. Adapun catatannya, sebagaimana berikut ini. Alkisah pada suatu kampung, hiduplah seorang paruh baya. Mendiami gubuk reot sederhana, namun anehnya paruh baya ini memiliki kebiasaan kurang baik yaitu kurang mencintai harta benda miliknya yang telah hilang atau hampir hilang atau rusak. pada suatu hari laki-laki paruh baya ini mengalami musibah dimana keledainya yang sudah agak berumur terjerembab jatuh kedalam sumur tua miliknya. Dengan serta merta kebiasaan buruknya kambuh. Berpikir lantaran sumur 235
236
BELAJAR DARI KELEDAI
sudah tua dan keledai juga sudah berumur lanjut, lebih baik saya kuburkan bersama-sama, sekalian saya menutup sumur tua itu. Laki-laki paruh baya itu mengajak seluruh tetangganya untuk membantunya menimbun sumur sekaligus menguburkan keledainya hidup-hidup. Bagaimana nasib keledai yang hendak di kubur hidup-hidu? Ternyata bisa hidup sampai sekarang. Mungkin kita bertanya kenapa keajaiban ini terjadi. Keledai itu masih hidup, ajaib bukan? Keledai jatuh kesumur, keledai menangis dan memanggil-manggil pemiliknya setelah pemiliknya datang, pemilik tidak mau memberikan pertolongan. Justru pemilik sumur mengirimi kotoran berupa pasir, tanah, kerikil, kotoran, dan segala yang bisa menjadikan kuburan dengan cara menimbun. Diantara kesedihan dan putus asa, si keledai mengakhiri tangisnya dan keajaiban pun terjadi. Setiap skop tanah, kerikil, kotoran, pasir, dan sebagainya yang jatuh menimpa punggungnya, ia biarkan terjatuh ke dasar sumur. Sedangkan keledai selalu menggerak-gerakkan badannya serta mengangkat kakinya dan menaiki tumpukan pasir, tanah, kotoran, dan kerikil yang kian lama kian menumpuk sampai akhirnya sumurpun selesai ditimbun dan sang keledai meloncat keluar meninggalkan pemiliknya. Inilah keajaiban sumur. Hikmahnya: gambaran
KISAH INSPIRATIF DARI KAMPUNG
cobaan dalam hidup yang tidak harus dihadapi dengan tangis dan rengekan. Hidup mesti dihadapi dengan kekuatan dan perbuatan. Sedangkan kerikil, pasir, tanah, dan kotoran adalah tumpukan masalah-masalah yang kian hari kian menumpuk menimpa punggung kita. Pada akhirnya akan mengakhiri perjalanan sumur kehidupan dan kita akan berhasil, bila kita sentiasa berbuat dengan seluruh kekuatan yang kita miliki. (iqb) v
237