BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG No. 02/14/Th. IV, 10 September 2014
KINERJA EKONOMI KOTA BONTANG TAHUN 2013
Dalam tahun 2013 ekonomi/Produk domestik regional bruto (PDRB) dengan Migas Kota Bontang mampu mencapai 69,42 triliun rupiah atau terjadi kenaikan sebesar 0,94 triliun rupaiah atau naik 1,37 persen selama satu tahun terakhir.
id
Kenaikan berdasarkan harga berlaku selama sepuluh tahun terakhir (2013-2003) mencapai sebesar 137,50 persen atau rata-rata 9,03 persen per tahun.
bp s
.g
o.
Ekonomi tanpa Migas mencatat 12,44 triliun rupiah dalam tathun yang sama (2013), atau naik sebesar 1,48 tiliyun rupiah (13,56 persen dari tahun 2012).
ot a.
Dalam periode tahun 2003-2013 ekonomi tanpa Migas Kota Bontang tumbuh sebesar 271,34 persen atau rata-rata 14,02 persen per tahun atas dasar harga berlaku.
on
Kondisi Ekonomi
tp
:// b
Dalam Wikipedia Indonesia disebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu wilayah secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomid apat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang di wujudkan dalam bentuk kenaikan nilai tambah yang tercipta dalam periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indicator dalam mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi.
ht
A.
ta n
gk
PDRB Perkapita Kota Bontang mencapai Rp.445,06 juta pada tahun 2013 dan Pendapatan Perkapita tersebut Rp.350,12 juta di tahun yang sama atas dasar harga berlaku.
Pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan cara membandingkan, besaran ukuran pencapaian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun tertentu dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan PDRB terbagi dua, pertama yaitu pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku, yakni besaran nilai tambah bruto dihitung dengan harga berlaku atau harga pasar, dan sering dikatakan sebagai pertumbuhan semu karena didalamnya masih mengandung besaran inflasi; kedua adalah pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan, yang merupakan pertumbuhan riil atau pertumbuhan sesungguhnya, karena mengabaikan kenaikan harga barang dan jasa. Salah satu sektor ekonomi yang mendukung perekonomian Kota Bontang dalam sepuluh tahun terakhir menunjukkan pelambatan jumlah produksi gas alam cair (LNG) yang terus menurun. Sektor industri pengolahan gas alam cair sebagai pendukung utama perekonomian di Kota Bontang.Kecenderungan penurunan produksi sektor industri pengolahan gas alam cair membawakonsekuensiterhadap pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya. Pada tahun 2013 perkembangan ekonomi Kota Bontang mencapai69,42 triliun rupiah atau mengalami kenaikan sebesar 1,37 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Perkembangan ekonomi tanpa unsur migas Kota Bontang mencapai 12,44 triliun rupiah atau naik sebesar 13,56 persen dalam BRS-BPS Kota Bontang No. 02/14/Th. IV, 10 September 2014
1
Perkembangan PDRB Sektoral
Berdasarkan hasil penghitungan PDRB dengan migas maupun tanpa migas, peranan sektor industri pengolahan masih tetap menjadi sektor yang dominan dalam perekonomian Kota Bontang yaitu industri gas alam cair (natural Gas liquefaction/NGL). Perkembangan perekonomian Kota Bontang dalam tigabelas tahun terakhir dapat dilihatdari grafik batang, tampakdengan jelas terjadinya pergerakan berikut dibawah ini. Grafik 1. Perkembangan PDRB DenganMigasdanTanpaMigas Kota BontangTahun 2000-2013 ( triliun Rupiah) 7 4 .7 2
8 0 .0 0
6 8 .4 8 6 9 .4 2
7 0 .0 0
6 2 .0 5 4 8 .1 8
2 0 .0 0
3 6 .0 6 2 7 .3 4 2 9 .4 6 2 7 .1 1 2 9 .2 3 2 7 .3 4 2 8 .5 1 2 7 .0 6 2 6 .9 6 2 6 .2 4 2 6 .1 7 2 5 .4 0 2 4 .3 1 2 4 .5 2 2 3 .7 8 2 2 .9 6 2 1 .0 4 1 9 .5 3 1 8 .2 8
.g
3 0 .0 0
5 2 .6 6 5 3 .3 7
bp s
4 0 .0 0
5 3 .8 4
o.
5 0 .0 0
5 0 .8 7
id
6 0 .0 0
1 0 .0 0
ot a.
-
T a n p a M ig a s H K 2 0 0 0
ta n
gk
D e n g a n M ig a s H g B e r la k u
on
1) Dengan Migas
tp
:// b
Nilai Produk Domistik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator kemampuan suatu negara atau wilayah dalam berproses produksi barang dan jasa untuk menciptakan nilai tambah. Jadi besaran nilai PDRB suatu daerah, sangat tergantung kemampuan faktor produksi dan potensi sumber daya alam (SDA) yang dimilikinya. Penghitungan PDRB Kota Bontang dengan migas, dibedakan menjadi dua, berdasarkan atas dasar harga berlaku maupun harga konstan Tahun 2000. Tahun 2013 nilai PDRB atas dasar harga berlaku mencapai 69,42 triliun rupiah, yang mengalami percepatan bila dibandingkan dengan Tahun 2012 yang mencapai 68,48 triliun rupiah. Komoditi industri pengolahan Migas(LNG) yang bernilai ekonomis tinggi sangat berpengaruh terhadap PDRB atas dasar harga berlaku dan harga konstan Kota Bontang.
ht
B.
tahun terakhir. Perkembangan perekonomian Kota Bontang (tanpa migas) menunjukkan tanda-tanda kecenderungan yang terus semakin membaik.
Dalam Tabel 1, PDRB dengan migas atas dasar harga berlaku dapat diketahui pada Tahun 2008 mencatat 74,72 triliun rupiah dengan pertumbuhan tertinggi 38,77 persen selama periode 2000-2013. PDRB atas dasar harga berlaku tersebut di dalamnya masih termasuk adanya faktor inflasi terus berfluktuasi hingga Tahun 2013. Sedangkan kenaikan atas dasar harga konstan (di dalamnya dikeluarkan unsur inflasi) dengan cara menggunakan harga produsen Tahun 2000 mencatat pertumbuhan angka tertinggi pada tahun 2001 yaitu 4,25 persen berdasarkan konstan tahun 2000. Namun jika dilihat atas tahun dasar 2000 maka series pertumbuhannya dalam tigabelas tahun, belum mampu mencatat angka yang sama bahkan sebaliknya terus melambat negatif hingga tahun 2013. BRS-BPS Kota Bontang No. 02/14/Th. IV, 10 September 2014
2
Berikut disajikan data series perkembangan dan laju pertumbuhan PDRB dengan migas Tahun 2000-2013. Tabel 1. Perkembangan dan Laju Pertumbuhan PDRB Dengan Migas Tahun 2000-2012 PDRB (JutaRp)
(1)
(2)
HargaKonstan Th 2000 (3)
2000
27.344.124,17
27.344.124,17
2002
27.113.011,79
27.055.605,55
29.226.188,88
2004
36.062.525,34
2005
48.181.490,33
2006
50.865.149,13
2007
53.842.569,92
2008
74.716.372,12
2009
52.664.324,61 53.366.144,07 62.051.947,16
ta n
2011r) :
r) Revisi
69.416.636,95
*) Angka Sementara
:// b
Keterangan
68.481.633,79
on
2012 r) 2013*)
26.168.655,59 25.398.233,39 24.314.447,82 24.519.392,22
(4)
(5)
47,37
10,53
-7,95
-5,09
23,39
-2,67
7,79
33,61
5,57 5,85
38,77
4,25
-0,36 -0,26 -2,94 -4,27 0,84
23.776.029,45
-29,51
-3,03
21.039.453,48
16,28
-8,36
18.276.790,29
1,37
22.957.709,48 19.526.155,54
1,33
10,36
-3,44 -7,19 -6,40
ht
tp
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bontang
2) Tanpa Migas
26.236.335,88
gk
2010
26.957.054,91
Harga Konstan Th 2000
7,72
.g
2003
28.505.347,54
bp s
29.455.024,53
ot a.
2001
Harga Berlaku
id
HargaBerlaku
o.
Tahun
Pertumbuhan (%)
Penghitungan PDRB tanpa migas diperoleh dengan mengeluarkan komponen migas (sub sektor pertambangan-penggalian minyak bumi dan gas dan sub sektor industri pengolahan migas) dari perhitungan PDRB. Hasil dari penghitungan diperoleh PDRB Tanpa Migas Tahun 2013 Kota Bontang sebesar 12,44 triliun rupiah, mengalami kenaikan 1,49 trilliun rupiah atau naik 13,56 persen dari tahun sebelumnya. Selama Tahun 2001-2013 atas dasar harga berlaku terus tumbuh rata-rata sebesar 15,40 persen per tahun. Dengan perkembangan tertinggi terjadi pada tahun 2003 mencapai 3,35 triliun rupiah atau tumbuh positif 36,04 persen dan terendah tahun 2004 hanya 1,99 persen. Sedangkan dalam periode yang sama, PDRB tanpa migas atas dasar harga konstan 2000, mencatat pertumbuhan rata-rata sebesar 4,75 persen per tahun. Pertumbuhan tertinggiterjadi pada Tahun2008 mencapai 2,70 trilyun rupiah atau tumbuh positif 10,36 persen.Kemudian pertumbungan terendah terjadi pada tahun2003 mencapai 2,09 triliun rupiah (minus 3,96 persen). Dariperkembangan PDRB tanpa migas setiap tahunnya telah menunjukkan prospektif yang terus membaik sejak tahun 2005. BRS-BPS Kota Bontang No. 02/14/Th. IV, 10 September 2014
3
Seperti tampak dalam Tabel 2 perkembangan dan laju pertumbuhan PDRB tanpa migas berikut ini. Tabel 2. Perkembangan dan LajuPertumbuhan PDRB Tanpa Migas Tahun 2000–2013 PDRB (Juta Rp)
1.983.471,25 2.093.057,36 2.178.138,65 2.091.883,07 2.090.318,04 2.226.096,04 2.334.304,63 2.446.536,16 2.699.898,67 2.770.374,25 2.957.585,90 3.173.888,40 3.383.512,19 3,601.056,77
(4)
13,74 11,90 10,97 36,04 1,99 19,99 13,97 14,50 20,29 10,89 15,71 15,53 14,82 13,56
id
(3)
gk
ta n
Keterangan : r) Revisi *) Angka Sementara Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bontang
Harga Berlaku
o.
(2)
1.983.471,25 2.219.424,53 2.462.988,24 3.350.590,57 3.417.403,27 4.100.445,13 4.673.365,13 5.350.881,47 6.436.823,73 7.137.927,97 8.259.067,96 9.542.072,83 10.956.492,45 12.441.669,50
HargaKonstan Th 2000
.g
(1)
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011r) 2012 r) 2013*)
Pertumbuhan (%)
bp s
Harga Berlaku
ot a.
Tahun
HargaKonstan Th 2000 (5)
7,13 5,52 4,06 -3,96 -0,07 6,50 4,86 4,81 10,36 2,61 6,76 7,31 6,60 6,43
:// b
on
Perkembangan PDRB tanpa migas sangat dipengaruhi oleh produksi sub sektor industri pengolahan pupuk, amonia dan industri kimia lainnyasebagai penyumbang terbesar perekonomian Kota Bontang.
tp
C. PertumbuhanEkonomi
ht
Pertumbuhan ekonomi Kota Bontang secara makro digambarkan melalui PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000. Hal ini untuk menggambarkan ekonomi tanpa ada unsur inflasi di dalamnya, dengan cara harga produsen dari barang dan jasa dianggap konstan atau tetap dengan menggunakan harga produsen tahun 2000 untukmenilai hasil perkembangan berproduksi. Dengan angka laju pertumbuhan ekonomi dapat diketahui kinerja pembangunan yang dilakukan dan untuk menentukan rencana pembangunan kedepan disuatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi juga dipakaisebagai indikator makro yang dapat menggambarkan tingkat pertumbuhan produksi barang dan jasa pada waktu dan periode tertentu di suatu daerah atau negara. Nilai PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2013, mencapai 18,28 triliun rupiah, nilai capaian ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya yaitu 19,53 triliun rupiah. Dengan kata lain bahwa pada tahun 2013 ini perekonomian Kota Bontang mengalami pertumbuhan melambat sebesar -6,40 persen. Kurun waktu sepuluh tahun terakhir telah terjadi pelambatan pertumbuhan ekonomi rata-ratamencapai -3,81 persen per tahun.
Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bontang dapat dilihat dengan jelas dengan menggunakan dua pendekatan, yaitudengan migas dan tanpa migas. Dari pendekatan PDRB dengan migas ada cenderungan mengalami pelambatan, sedangtanpa migas mempunyai BRS-BPS Kota Bontang No. 02/14/Th. IV, 10 September 2014
4
prospekpositif kedepan.Pada tahun 2008 mencatat angka 10,36 persen,hal ini seperti ditunjukkan pada Grafik 2 di bawah ini laju pertumbuhan ekonomi Kota Bontang Tahun 2001-2013. Pelambatan pertumbuhan ini merupakan salah satu indicator produksi gas alam cair di Kota Bontang yang terus mengalami penurunan sejak tahun 2001, dan berlanjut hingga saat ini. Turunnya total produksi tersebut berdampak pada perekonomian Kota Bontang yang masih bertumpu pada hasil industry pengolahan gas alamcair. Penurunan produksi yang berdampak pada pengolahan produksi gas alam cair ini karena belum adanya sumber baru hasil eksploitasi lepas pantai sebagai pundi-pundi baru sebuah kontraktor bagi hasil (Production Sharing Contract/PSC) Pertamina dengan Cevron dan Total sebagai pemasok bahan baku LNG di Kota Bontang.
ot a.
bp s
.g
o.
id
Grafik 2. LajuPertumbuhan PDRB AtasDasarHargaKonstan 2000Tahun 2001-2013 (%)
ta n
gk
Dampak daripertumbuhan yang melambat sektor industri pengolahan migas di tahun 2013 sebesar -7,71 persen, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Kota Bontang dengan migas mencapai sebesar -6,40 persen. Namun pertumbuhan sektor-sektor lain terus mengalami pertumbuhan yang positif meskipun sektor pertanian yang memang mempunyai peranan kecil terhadap perekonomian Kota Bontang.
ht
tp
:// b
on
Pada tahun 2013 nilai PDRB tanpa migas Kota Bontang mencapai 12,44 triliun rupiah, nilai ini mengalami kenaikan secara abolut sekitar 1.49 trilliun rupiah dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 10,96 triliun rupiah. Apabila dilihat berdasarkan atas dasar harga produsen secara konstan tahun 2000, makapertumbuhan PDRB tanpamigas Kota Bontang tahun 2013 mencapai 6,43 persen (riil) tidak ada unsure inflasi. Dengan demikian selama tigabelas tahun pertumbuhan tertinggit erjadi pada tahun 2008 mamputumbuh sebesar 10,36 persen, sedang tahun-tahun selanjutnya mengalami pertumbuhan positif dan relative stabil. Perkembangan perekonomian tanpa migas yang terus bergerak positif diharapkan mampu menjadi penggerak perekonomian Kota Bontang yang tidak harus bertumpu terhadap sector migas yang sumbernya tidak dapat diperbaharui lagi. Tabel 3. Laju Pertumbuhan PDRB Sektoral Dengan dan Tanpa Migas Atas Dasar HargaKonstan, Tahun 2009–2013 Lapangan Usaha (1)
1. Pertanian, Peternakan&Perikanan 2. PertambangandanPenggalian 3. IndustriPengolahan
4. Listrik Gas & Air Bersih
2009 (2)
-1,31
2010 (3)
0,47
-2,96
-1,28
9,84
11,78
-3,58
-4,08
BRS-BPS Kota Bontang No. 02/14/Th. IV, 10 September 2014
2011 r) (4)
4,70
2012 r) (5)
6,96
2013*) (6)
7,44
2,64
-77,51
-55,30
6,92
0,52
3,83
-9,55
-8,45
-7,71
5
5. Bangunan
4,70
4,62
5,66
7,78
5,01
7. Pengangkutan&Komunikasi
5,13
4,63
4,53
17,85
5,08
3,44
7,82
6. Perdagangan Hotel &Restoran
4,05
8. KeuanganPersewaandanJasa 9. Jasa-Jasa
4,94
PDRB
PDRB @
Keterangan : r) Revisi Sumber :
5,88 -3,03
*) Angka Sementara
Badan Pusat Statistik Kota Bontang
2,61
4,07
4,70
5,60
5,90
5,08
-3,44
-8,36
6,76
7,31
@) Tanpa Migas
5,89
-7,19 6,60
4,32 6,24 6,85
-6,40 6,43
id
D. Struktur Ekonomi
4,47
bp s
.g
o.
Kontribusi sektor/sub sektor ekonomi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku baik dengan migas maupun tanpa migasdapat menggambarkan struktur perekonomian suatu daerah. Dari peranan sektor/sub sektor ekonomi tersebut dapat pula mencerminkan adanya kegiatan/aktivitas produksi barang dan jasa dalam periode dan waktu tertentu.
ta n
gk
ot a.
Struktur ekonomi Kota Bontang selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir masih didominasi oleh sektor industri pengolahan, khususnyasub sektor industri migas. Pada Tahun 2013sub sektor industri gas alam cair memberikan sumbangan sebesar 82,07 persen terhadap total PDRB, sedangkan sisanya 17,93 persen merupakan sumbangan dari sektor dan sub sektor lain dari pembentuk total PDRB atas dasar harga berlaku dengan migas.Hal ini menandakan bahwa aktivitas yang dilakukan oleh PT.Badak NGL sebagai pengolah gas alam cair memegang peranan besar dan menjadi sektor unggulan dalam perekonomian Kota Bontang.
ht
tp
:// b
on
Sektor industri pengolahan sebagai pembentuk dari total PDRB dengan migas, memberikan kontribusi sebesar 94,69 persen dari total PDRBTahun 2013. Dengan dikeluarkannya faktor minyak dan gas dari perhitungan, maka dapat diperoleh PDRB Tanpa Migas. Sektor Industri Pengolahan yang didukung oleh perusahaan pupuk maupun bahan kimia lainnya masih memperlihatkan pengaruh yang kuat terhadap PDRB Kota Bontang. Dari total nilai PDRB tanpa migas kota Bontang yang sebesar 12,44 trilyun rupiah pada tahun 2013 ini, sumbangan industri pengolahan mencapai 70,43 persen dari total PDRB tanpa migas. Dapat kita lihat baik perhitungan PDRB Dengan Migas maupun Tanpa Migas ternyata sektor industri pengolahan masih mendominasi lebih dari 60 persen perekonomian di Kota Bontang.
Bila kita bandingkan peringkat kontribusi tiap sektor terhadap pembentukan PDRB migas maupun tanpa migas, ternyata kontribusi tiap-tiap sektor menduduki peringkat yang sama dalam pembentukan PDRB Kota Bontang baik dengan migas maupun tanpa migas. Industri pengolahan masih mendominasi di urutan pertama, menyusul sektor bangunan sebesar 2,47 persen (dengan migas) dan 13,80 persen (tanpa migas), sedangkan tujuh sektor yang lain berturut-turut Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; Jasa-jasa; Pengangkutan dan Komunikasi; Pertambangan dan Penggalian; Pertanian; serta Listrik, Gas dan Air bersih memberikan sumbangan sebesar total 2,83 persen (dengan migas) dan 15,77 persen (tanpa migas). Sektor bangunan sebagai penyumbang kedua terbesar terhadap pembentukan PDRB Kota Bontang baik dengan migas maupun tanpa migas dipengaruhi oleh semakin tingginya pembangunan dan perluasan Kota. Bontang yang masuk dalam kategori kota sedang semakin mengokohkan dirinya untuk berkembang, pengaruh dari industri pengolahan membawa dampak pada ketersediaan tenaga BRS-BPS Kota Bontang No. 02/14/Th. IV, 10 September 2014
6
kerja dan berpengaruh pula pada penyediaan fasilitas dan infrastruktur yang dapat mendukung tercapainya kemakmuran bersama yang berasal dari pihak perusahaan maupun dari pemerintah kota sendiri, termasuk penyediaan fasilitas perumahan, gedung pemerintahan, dan juga semakin banyaknya perbaikan fasilitas umum. Hal ini sangat berdampak pada sumbangan nilai tambah yang diciptakan oleh sektor bangunan terhadap penciptaan PDRB Kota Bontang. Sektor ini masih bertahan di urutan kedua dalam sepuluh tahun terakhir perekonomian Kota Bontang menjadi daerah otonom. Hal ini diwujudkan baik dari pihak pemerintah maupun swasta terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat salah satunya dengan program pembangunan berkelanjutan di Kelurahan Bontang Lestari dan kawasan industri di Kelurahan Guntung. Saat ini dapat kita rasakan dampak positif pembangunan Bontang Lestari dengan berdirinya Stadion, gedung DPRD, kantor Walikota dan gedung GADIS (gabungan dinas-dinas) dan ke depan terus mewujudkan sebagai pusat pelayanan masyarakat Kota Bontang serta perumahan. Sedangkan dari pihak swasta dengan masuknya investor untuk membuat pabrik industri nitrat di kawasan industri di Kelurahan Guntung dan menjamurnya komplek hunianhunian barudi berbagai wilayah Kota Bontang.
.g
o.
id
Dua dari sembilan sektor pembentuk PDRB yaitu sektor Bangunan serta sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran merupakan sektor modern dan merupakan ciri daerah perkotaan yang memiliki kecenderungan untuk terus meningkat. Kota Bontang termasuk dalam kategori daerah perkotaan, sebagai indikator yang mendukungnya adalah sektor modern yang membentuk komposisi PDRB termasuk dalam tiga urutan teratas. Sumbangan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pada tahun 2013 mencapai 1,47 persen terhadap total PDRB.
:// b
on
ta n
gk
ot a.
bp s
Sektor pertanian serta pertambangan dan penggalian relatif kecil dan cenderung menurun terhadap pembentukan PDRB Kota Bontang baik dengan migas maupun tanpa migas. Kontribusi sektor pertanian hanya menduduki peringkat ke delapan terhadap PDRB tahun 2013 sebesar 0,09 persen (dengan migas) dan 0,50 persen (tanpa migas). Hal ini disebabkan karena kurangnya ketersediaan dan kemampuan lahan pertanian di Kota Bontang. Potensi yang termasuk dalam kategori sektor pertanian sebenarnya dapat lebih dimaksimalkan untuk turut serta meningkatkan sumbangannya dalam PDRB Kota Bontang seperti subsektor perikanan. Potensi perikanan laut dengan komoditas unggulan berupa ikan baronang, baronang lingkis, cumi-cumi, dan katamba. Rumput laut sekarang ini sudah mulai menjadi primadona untuk budidaya perikanan laut, dengan masuknya investor asing yang mendorong bangkitnya roda perekonomian masyarakat pesisir dan kepulauan. Luas wilayah perairan laut Kota Bontang yang mencapai lebih dari 70 persen perlu dimanfaatkan secara maksimal. Budidaya perikanan tambak pun menjadi peluang yang sangat besar untuk turut serta menyumbangkan kontribusinya dalam PDRB Kota Bontang, dengan produk ungulannya udang, ikan bandeng dan kepiting.
ht
tp
Sektor lembaga keuangan, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa memberikan peringkat ke empat, lima dan enam dalam total PDRB Kota Bontang. Kontribusinya ketiga sektor ini hanya berkisar antara 0,30 - 0,40 persen pada tahun 2013 terhadap PDRB Migas, sedangkan jika pengaruh migas dikeluarkan maka sektor-sektor tersebut peran sertanya berkisar antara 1,88 - 2,46 persen pada tahun 2013. Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian 0,01 persen (migas) sedangkan tanpa migas mulai tahun 2012 sudah tidak diperbolehkan lagi untuk melakukan aktifitas penggalian khususnya galian C. Sektor ini juga tidak berkembang dalam memacu laju perekonomian Kota Bontang dikarenakan terbatasnya sumber daya alam sektor ini di Kota Bontang.
Sedangkan listrik, gas dan air minum peranannya paling kecil terhadap pembentukan PDRB. Sektor ini hanya mampu memberikan kontribusi kurang dari satu persen tiap tahunnya dari pembentukan PDRB. Pada tahun 2013 kontribusi sektor ini 0,06 persen (dengan migas) dan 0,33 persen (tanpa migas). Sumbangan masing-masing sektor lapangan usaha dengan migas dan tanpa migas, digambarkan dalam grafik 3 dan grafik 4 dibawah ini.
BRS-BPS Kota Bontang No. 02/14/Th. IV, 10 September 2014
7
Grafik 3. Distribusi Persentase PDRB ADHB Dengan Migas Tahun 2013 (%)
:// b
on
ta n
gk
ot a.
bp s
.g
o.
id
Grafik 4.Distribusi Persentase PDRB ADHBTanpa Migas Th 2013(%)
tp
E. PDRB Per Kapita Dan Pendapatan Per Kapita
ht
Pembangunan ekonomi regional merupakan usaha pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan nilai tambah sektoral, untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Gambaran PDRB per kapita merupakan salah satu ilustrasi secara makro dari tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah.
Perlu digaris bawahi bahwa pendapatan tersebut masih semu,yang diterima oleh masyarakat Kota Bontang karena masih ada yang mengalir ke pemilik modal (daerah/negara dan perorangan), untuk mengembalikan investasi modal dan pajak tidak langsung.Dari total nilai tambah (PDRB) ini,masih untuk bagi hasil antara pemerintah pusat,pemerintah provinsi, pemerintah Kota, dan dengan investor. Namun secara makro ekonomi, dari data PDRB per Kapita maupun pendapatan per kapita sudah cukup dianggap mewakili (representatif) sebagai salah satu indikator kemakmuran suatu daerah atau potensi ekonomi suatu daerah.
PDRB per kapita diperoleh dari Nilai PDRB yang dikeluarkan faktor penyusutan kemudian dibagi dengan jumlah penduduk pada kondisi pertengahan tahun. Sedang pendapatan per kapita diperoleh dari Nilai PDRB yang dikeluarkan faktor penyusutan dan pajak tak langsung neto dari PDRB kemudian dibagi dengan jumlah penduduk pada kondisi pertengahan tahun. BRS-BPS Kota Bontang No. 02/14/Th. IV, 10 September 2014
8
Perkembangan PDRB per kapitaKota Bontang berrfluktuasi dari tahun ke tahun(baik dengan migas maupun tanpa migas),dipengaruhi oleh produksi pada sub sektor industri migas kenaikan harga migas terhadap nilai tukar mata uang DollarAmerika dipasaran internasional. Sebagaimana kita ketahui sub sektor industri gas alam cair fluktuatif nilai tukarnya sangat berpengaruh terhadap pembentukan PDRB Kota Bontang. Pada Tabel 4 dan Tabel 5 dapat kita lihat nilai dan perubahan PDRB per kapita serta Pendapatan Regional per kapita dengan dan tanpa migas kota Bontang.
Tabel 4. PDRB dan Pendapatan Regional Per Kapita Dengan Migas Tahun 2001-2013
(Ribu Rp) (3)
200.117,86
307.383,38
23,14
219.683,64
415.592,94
2,28
249.621,50
120.601
399.511,53
125.187
406.313,35
129.700 133.512
559.622,90 383.434,35
143.683
-0,91
29,97
1,70
34,65
-31,48
371.415,85 445.055,47
-1,12
417.948,29
-3,13
12,53
ta n
148.468
-9,98
gk
137.349
450.081,06
on
152.154 155.973
5,02
251.902,41
117.082
(6)
7,69
Keterangan : r) Revisi *) Angka Sementara Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bontang
:// b
173.874,24 172.731,58 312.715,03 320.865,12 329.656,70 468.822,85
27,18
2004
-0,66
42,35
2,61 2,74
42,22
-35,51
356.573,45
7,77
330.867,97 350.119,77
(1)
2001
302.332,71 294.100,73
Tahun
-0,26
-13,11
o.
117.321
107.633
(5)
.g
279.823,12
Perubahan (%)
bp s
105.263
(4)
(Ribu Rp)
ot a.
(2)
Pendapatan Per Kapita
Perubahan (%)
id
PDRB Per Kapita
Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa)
-2,72
12,50
-1,81
2002 2003 2005 2006 2007 2008
2009 2010
2011 r) 2012r)
2013*)
ht
tp
Perkembangan PDRB per Kapita dengan Migas atas dasar harga berlaku dari tahun ke tahun cukup fluktuatif. Untuk diketahui bahwa PDRB dan Pendapatan perkapita dengan migas masih bersifat semuyang diterima oleh masyarakat Kota Bontang, karena masih dikeluarkan kepada pemilik modal (daerah atau negara, pengusaha, perorangan, termasuk penyusutan untuk kelangsungan investasi, serta pajak tak langsung). Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa Kota Bontang merupakan daerah dengan masyarakat paling kaya di Indonesia. PDRB per kapita Kota Bontang pernah tercatat 559,62 juta rupiah dan pendapatan per kapita 468,82 juta rupiah pada Tahun 2008 lalu. Pada tahun 2013 PDRB per kapita Kota Bontang sebesar 445,06juta rupiah atau menurun -1,12 persen dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya (2012), sedangkan pendapatan per kapita tahun 2013 sebesar 350,12 juta rupiah atau menurun -1,81 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Angka ini dapat diartikan rata-rata per jiwa penduduk Kota Bontang memiliki pendapatan sebesar 445,05juta rupiahtermasuk pendapatan penduduk yang baru lahir pada tahun 2013. Pendapatan bersih per orang sebesar 350,12juta rupiahdalam tahun 2013 di Kota Bontang.
Dalam periode 2001-2013, PDRB per kapita dan pendapatan regional perkapita dengan migas telah terjadi perkembangan pada tahun-tahun tertentu menunjukkan arah yang menurun(negatif). PDRB perkapita & pendapatan regional per kapita tanpa migas, menunjukkan perkembangan yang positif dan relatf lebih stabil selama tigabelas tahun terakhir. BRS-BPS Kota Bontang No. 02/14/Th. IV, 10 September 2014
9
Tabel 5. PDRB Per Kapita dan Pendapatan Regional Per Kapita Tanpa Migas Tahun 2001-2013
Keterangan :
r) Revisi
*) Angka Sementara
Badan Pusat Statistik Kota Bontang
15.110,44 17.034,78 23.210,29 23.658,80 28.411,15 31.567,75 36.013,97 42.450,23 44.619,96 49.967,61 55.818,24 62.837,98 69.717,49
id
9,09 8,53 25,06 1,79 16,72 9,80 11,75 15,57 7,23 10,61 11,81 12,04 10,77
(5)
o.
21.084,56 22.883,21 28.617,47 29.128,66 34.000,09 37.331,07 41.717,17 48.211,57 51.697,72 57.481,18 64.270,23 72.009,23 79.768,10
(4)
Perubahan (%) (6)
4,30 12,74 36,25 1,93 20,09 11,11 14,08 17,87 5,11 11,31 11,71 12,58 10,95
gk
Sumber :
105.263 107.633 117.082 117.321 120.601 125.187 129.700 133.512 137.349 143.683 148.468 152.154 155.973
(3)
.g
(2)
(Ribu Rp)
bp s
(1)
Pendapatan Per Kapita
Perubahan (%)
(Ribu Rp)
ot a.
Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 r) 2012 r) 2013*)
PDRB Per Kapita
Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa)
ht
tp
:// b
on
ta n
Perkembangan PDRB per kapita maupun Pendapatan Per Kapita tanpa migas cenderung mengalami pola yang meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa perekonomian tanpa migas mengalami peningkatan yang positif dan cukup berarti. Dengan jumlah penduduk pada pertengahan Tahun 2013 sebesar 155.973 jiwa, PDRB per Kapita tanpa migas mencapai79,77 juta rupiah atau meningkat sebesar 10,77% dibandingkan nilainya ditahun 2012 yang sebesar 72,01 juta rupiah, sedangkan pendapatan per Kapita mencapai 69,72 juta rupiah atau meningkat 10,95% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 62,84 juta rupiah. Perubahan kenaikan PDRB dan pendapatan regional perkapita tanpa migas yang sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan migas sebagaimana disinggung sebelumnya, menggambarkan kesejahteraan penduduk Kota Bontang dalam proses pembangunan dari tahun ke tahun masih dipengaruhi unsur produksi migas. Grafik 5.Kenaikan PDRB Per Kapita Dengan Migas dan Tanpa MigasTahun 2001-2013 (%)
BRS-BPS Kota Bontang No. 02/14/Th. IV, 10 September 2014
10
Adanya indikasi dari perbaikan perekonomian tanpa unsur migas di Kota Bontang yang terus meningkat merupakan gambaran riil masyarakat. Perkembangan tanpa migas tersebut memiliki kecenderungan mengalami pola yang terus meningkat di masa yang akan datang.
Nilai PDRB per kapita tahun 2004 mencapai 29,13 juta rupiah dan pendapatan regional per kapita sebesar 23,66 juta rupiah berarti selama sepuluh tahun terakhir telah mengalami kenaikan rata-rata sebesar 10,34persen dan 11,22persen per tahun. Perbandingan nilai antara PDRB per kapita maupun pendapatan per kapita dengan dan tanpa migas sangat menyolok perbedaannya. Hal ini disebabkan karena adanya andil nilai tambah dari LNG sebagai komoditi yang berekonomis tinggi di pasaran internasional sekaligus sebagai komoditi ekspor.
ht
tp
:// b
on
ta n
gk
ot a.
bp s
.g
o.
id
Grafik 6. Kenaikan Pendapatan Per Kapita Dengan Migas dan Tanpa Migas Th 2001-2013 (%)
BRS-BPS Kota Bontang No. 02/14/Th. IV, 10 September 2014
11
tp
ht on
:// b
id
o.
.g
bp s
ot a.
gk
ta n
o.
id
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG
bp s
.g
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Drs. H. Basiran Suwandi Kepala BPS Kota Bontang
ht
tp
:// b
on
ta n
gk
ot a.
Telp.(0548) 26066Fax : (0548) 27706 Homepage: bontangkota.bps.go.id E-mail :
[email protected]