:: Halaman Ini Sengaja di Kosongkan ::
BAB IV PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS DAN RPP
A. Deskripsi Dalam bab ini akan dibahas tentang konsep kurikulum secara umum, komponenkomponen kurikulum, kurikulum dalam konteks inklusif, model-model kurikulum serta pengembangan kurikulum dalam konteks inklusif. Pada bagian berikutnya akan dibahas tentang pengertian rencana pembelajaran dan strategi dalam pengembangan rencana pembelajaran yang meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Beberapa contoh silabus dan RPP juga akan disajikan pada bagian lampiran dari bab ini. B. Tujuan Tujuan pembelajaran dari bab ini adalah supaya para peserta memiliki pemahaman tentang hakekat kurikulum dan rencana pembelajaran dalam seting pembelajaran injlusif, serta memiliki kemampuan/keterampilan untuk memodifikasi kurikulum dan menyusun rencana pembelajaran dalam konteks pembelajaran inklusif. C. Strategi Ada beberapa langkah kegiatan pokok yang harus dijalani oleh peserta bersama nara sumber dalam mempelajari modul bab ini, untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Langkah-langkah tersebut adalah sbb.: Peserta membaca seluruh materi/bahan yang tersedia dalam bab ini. Nara sumber bersama peserta melakukan pembahasan (ceramah, diskusi, Tanya jawab) tentang materi yang tersaji dalam bab ini. Nara sumber bersama peserta melakukan exercise (latihan praktik) dalam mengembangkan kurikulum modifikasi untuk siswa berkebutuhan khusus dalam seting inklusif. Peserta berlatih (praktik) menyusun rencana pembelajaran untuk pembelajaran siswa berkebutuhan khusus dalam seting inklusif. Peserta melakukan observasi mengenai kurikulum, rencana pembelajaran dan praktik pembelajaran di semolah inklusif. Peserta melakukan praktik mengajar berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Modul Training Of Trainer MCPM-AIBEP-09
66
Peserta bersama nara sumber melakukan refleksi terhadap apa yang telah diperoleh dan dilamai selama melakukan observasi dan praktik mengajar di sekolah. D. Uraian Materi 1. Pengertian Kurikulum Kurikulum dalam naskah ini diartikan sebagai seperangkat rencana atau pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan atau pendidikan yang didalamnya mencakup pengaturan tentang tujuan, isi/materi, proses dan evaluasi. Tujuan berarti apa yang akan dicapai , materi berarti apa yang akan dipelajari, proses berarti apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dan evaluasi berarti apa yang harus dilakukan untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan. Kurikulum bisa bersifat makro, artinya pengaturan tentang empat hal tersebut dalam skala nasional, tetapi juga bisa bersifat mikro yaitu pengaturan tentang empat hal tersebut dalam konteks pembelajaran di kelas. 2. Komponen Kurikulum Berangkat dari pengertian kurikulum seperti tersebut di atas, maka secara umum ada empat komponen utama yang harus terkandung di dalam kurikulum yaitu (1) tujuan (2) isi/materi (3) proses dan (4) evaluasi. a. Tujuan. Tujuan adalah seperangkat kemampuan atau kompetensi yang akan dicapai setelah para siswa menyelesaikan program pendidikan dalam kurun waktu tertentu. Tujuan pendidikan atau pembelajaran secara umum terbagi ke dalam tiga jenis kemampuan yaitu kemampuan yang berwujud (1) kognitif (2) afektif dan (3) psikomotorik. Kalau dilihat dari tingkatan atau ruang lingkupnya, maka tujuan pendidikan dapat dibedakan ke dalam 4 tingkatan yaitu (1) tujuan pendidikan nasional (2) tujuan pendidikan lembaga/institusi (3) tujuan kurikuler dan (4) tujuan instruksional. Tujuan pendidikan yang paling penting untuk dicermati dan dipahami oleh para guru adalah tujuan pendidikan pada level institusi (tujuan lembaga) dan tujuan pembelajaran pada level pengajaran (tujuan instruksional). Jika dikaitkan dengan kurikulum terkini yang berlaku di Indonesia saat ini (kurikulum 2006), maka yang dimaksud dengan tujuan pendidikan atau pembelajaran kurang lebih sama dengan standar kompetensi dan indikator. Jadi ada empat jenis kompetensi (dalam kurikulum) yang harus dicermati oleh guru kaitannya dengan tujuan pembelajaran dalam seting inklusif yaitu:
67
Modul Training Of Trainer MCPM-AIBEP-09
Standar kompetensi lulusan (SKL) Standar kompetensi (SK) Kompetensi dasar (KD) Indicator keberhasilan (indicator) b. Isi (Materi) Materi adalah isi atau konten yang harus dipelajari oleh siswa supaya bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Materi pembelajaran bisa berupa informasi, konsep, teori, dan lain-lain. Materi pembelajaran harus relevan atau mendukung terhadap pencapaian kompetensi dasar dan standar kompetensi. Dalam kurikulum 2006 (KTSP), rumusan materi tidak lagi tersedia dalam kurikulum, tetapi harus dibuat atau dikembangkan sendiri oleh sekolah/guru. Materi biasanya dikembangkan oleh guru dengan mengacu kepada buku sumber yang relevan. c. Proses Proses adalah kegiatan atau aktivitas yang akan dijalani oleh siswa supaya bisa menguasai materi yang diajarkan dan bisa mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Proses kurang lebih sama pengertiannya dengan kegiatan belajar mengajar (KBM) atau pengalaman belajar, yakni serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa bersama guru baik di dalam maupun di luar kelas. Proses pembelajaran biasanya terkait dengan penggunaan metode mengajar, pemakaian media pembelajaran, pengalokasian waktu, penggunaan sumber belajar, pengelolaan kelas dan lain-lain. d. Evaluasi Evaluasi adalah proses yang dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Kegiatan evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah para siswa telah berhasil mencapai atau menguasai kompetensi-kompetensi yang menjadi tujuan pembelajaran. Evaluasi juga ingin mengetahui apakah proses pembelajaran telah berjalan secara efektif atau optimal. Isu yang paling penting terkait dengan evaluasi adalah teknis atau cara yang akan digunakan dalam evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran. 3. Model Pengembangan Kurikulum Setelah mempelajari empat komponen kurikulum seperti terurai di atas, maka pertanyaan berikutnya adalah “bagaiman model kurikulum untuk siswa berkebutuhan khusus yang mengikuti pendidikan inklusif di sekolah Modul Training Of Trainer MCPM-AIBEP-09
68
reguler?” . Ada empat kemungkinan model pengembangan kurikulum untuk siswa berkebutuhan khusus yang mengikuti pendidikan di sekolah inklusif, yaitu (1) model duplikasi, (2) model modifikasi, (3) model substitusi, (4) model omisi. a. Model Duplikasi Duplikasi artinya meniru atau menggandakan. Meniru berarti membuat sesuatu menjadi sama atau serupa. Dalam kaitan dengan model kurikulum, duplikasi berarti mengembangkan dan atau memberlakukan kurikulum untuk siswa berkebutuhan khusus secara sama atau serupa dengan kurikulum yang digunakan untuk siswa pada umumnya (regular). Jadi, model duplikasi adalah cara dalam pengembangan kurikulum, dimana siswa-siswa berkebutuhan khusus menggunakan kurikulum yang sama seperti yang dipakai oleh anak-anak pada umumnya. Model duplikasi dapat diterapkan pada empat komponen utama kurikulum yaitu tujuan, isi, proses dan evaluasi. Duplikasi tujuan berarti tujuan-tujuan pembelajaran yang diberlakukan kepada anak-anak regular juga diberlakukan kepada siswa berkebutuhan khusus. Dengan demikian, maka standar kompetensi lulusan (SKL) yang diberlakukan untuk siswa regular juga diberlakukan untuk siswa berkebutuhan khusus. Demikian juga dengan standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD) dan juga indicator keberhasilan. Duplikasi isi/materi berarti materi-meteri pembelajaran yang diberlakukan kepada siswa regular (umum) juga diberlakukan sama kepada siswa-siswa berkebutuhan khusus. Siswa berkebutuhan khusus memperoleh informasi, materi, pokok bahasan atau sub-pokok bahasan yang sama seperti yang disajikan kepada siswa-siswa regular. Duplikasi proses berarti siswa berkebutuhan khusus menjalani kegiatan atau pengalaman belajar mengajar yang sama seperti yang diberlakukan kepada siswa-siswa regular. Duplikasi proses bisa berarti kesamaan dalam metode mengajar, lingkungan/seting belajar, waktu belajar, media belajar, atau sumber belajar. Duplikasi evaluasi, berarti siswa berkebutuhan khusus menjalani proses evaluasi atau penilaian yang sama seperti yang diberlakukan kepada siswa-siswa regular. Duplikasi evaluasi bisa berarti kesamaan dalam soal-soal ujian, kesamaan dalam waktu evaluasi, teknik/cara evaluasi, atau kesamaan dalam tempat atau lingkungan dimana evaluasi dilaksanakan.
69
Modul Training Of Trainer MCPM-AIBEP-09
b. Model Modifikasi Modifikasi berarti merubah untuk disesuaikan. Dalam kaitan dengan model kurikulum untuk siswa berkebutuhan khusus, maka model modifikasi berarti cara pengembangan kurikulum, dimana kurikulum umum yang diberlakukan untuk siswa-siswa regular dirubah untuk disesuaikan dengan kemampuan siswa berkebutuhan khusus. Dengan demikian, siswa berkebutuhan khusus menjalani kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Modifikasi dapat diberlakukan (terjadi) pada empat komponen utama pembelajaran yaitu tujuan, materi, proses dan evaluasi. Modifikasi tujuan, berarti tujuan-tujuan pembelajaran yang ada dalam kurikulum umum dirubah untuk disesuaikan dengan kondisi siswa berkebutuhan khusus. Sebagai konsekuensi dari modifikasi tujuan, maka siswa berkebutuhan khusus akan memiliki rumusan kompetensi sendiri yang berbeda dengan siswa-siswa regular, baik berkaitan dengan standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD) maupun indicator. Modifikasi isi, berarti materi-materi pelajaran yang diberlakukan untuk siswa regular dirubah untuk disesuaikan dengan kondisi siswa berkebutuhan khusus. Dengan demikian, siswa berkebutuhan khusus mendapatkan sajian materi yang sesuai dengan kemampuannya. Modifikasi materi bisa berkaitan dengan keluasan, kedalaman dan atau tingkat kesulitan. Artinya, siswa berkebutuhan khusus mendapatkan materi pelajaran yang tingkat kedalaman, keluasan dan kesulitannya berbeda (lebih rendah) daripada materi yang diberikan kepada siswa regular. Modifikasi proses, berarti ada perbedaan dalam kegiatan pembelajaran yang dijalani oleh siswa berkebutuhan khusus dengan yang dialami oleh siswa pada umumnya. Metode atau strategi pembelajaran umum yang diberlakukan untuk siswa-siswa regular tidak diterapkan untuk siswa berkebutuhan khusus. Jadi, mereka memperoleh strategi pembelajaran khusus yang sesuai dengan kemampuannya. Modifikasi proses atau kegiatan pembelajaran bisa berkaitan dengan penggunaan metode mengajar, lingkungan/seting belajar, waktu belajar, media belajar, sumber belajar dan lain-lain. Modifikasi evaluasi, berarti ada perubahan dalam system penilaian untuk disesuaikan dengan kondisi siswa berkebutuhan khusus. Dengan kata lain, siswa berkebutuhan khusus menjalani system evaluasi yang Modul Training Of Trainer MCPM-AIBEP-09
70
berbeda dengan siswa-siswa lainnya. Perubahan tersebut bisa berkaitan dengan perubahan dalam soal-soal ujian, perubahan dalam waktu evaluasi, teknik/cara evaluasi, atau tempat evaluasi dan lain-lain. Termasuk juga bagian dari modifikasi evaluasi adalah perubahan dalam criteria kelulusan, system kenaikan kelas, bentuk raport, ijazah dan lainlain. c. Model Substitusi Substitusi berarti mengganti. Dalam kaitan dengan model kurikulum, maka substitusi berarti mengganti sesuatu yang ada dalam kurikulum umum dengan sesuatu yang lain. Penggantian dilakukan karena hal tersebut tidak mungkin diberlakukan kepada siswa berkebutuhan khusus, tetapi masih bisa diganti dengan hal lain yang kurang lebih sepadan (memiliki nilai yang kurang lebih sama). Model penggantian (substitusi) bisa terjadi dalam hal tujuan pembelajaran, materi, proses atau evaluasi. d. Model Omisi Omisi berarti menghilangkan. Dalam kaitan dengan model kurikulum, omisi berarti upaya untuk mengilangkan sesuatu (bagian atau keseluruhan) dari kurikulum umum, karena hal tersebut tidak mungkin diberikan kepada siswa berkebutuhan khusus. Dengan kata lain, omisi berarti sesuatu yang ada dalam kurikulum umum tidak disampaikan atau tidak diberikan kepada siswa berkebutuhan khusus karena sifatnya terlalu sulit atau tidak sesuai dengan kondisi anak berkebutuhan khusus. Bedanya dengan substitusi adalah jika dalam substitusi ada materi pengganti yang sepadan, sedangkan dalam model omisi tidak ada materi pengganti. 4. Prinsip Dalam Pengembangan Kurikulum Ada beberapa prinsip penting yang harus dijadikan acuan oleh para guru dalam mengembangkan kurikulum untuk siswa berkebutuhan khusus dalam seting inklusif: a. Kurikulum umum yang diberlakukan untuk siswa regular perlu dirubah (dimodifikasi) untuk disesuaikan dengan kondisi siswa berkebutuhan khusus. b. Penyesuaian kurikulum dengan kemampuan siswa berkebutuhan khusus bisa terjadi pada komponen tujuan, materi, proses dan atau evaluasi. c. Penyesuaian kurikulum tidak harus sama pada masing-masing komponen. Artinya jika komponen tujuan dan materi harus dimodifikasi, mungkin tidak demikian halnya dengan proses. Dst.
71
Modul Training Of Trainer MCPM-AIBEP-09
d. Proses penyesuaian juga tidak harus sama untuk semua materi. Untuk materi tertentu perlu dimodifikasi, tetapi mungkin tidak perlu untuk materi yang lain. e. Proses modifikasi juga tidak sama untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran tertentu mungkin perlu banyak modifikasi tetapi tidak demikian untuk mata pelajaran yang lain. f. Proses modifikasi juga tidak sama pada masing-masing jenis kelainan. Siswa berkebutuhan khusus yang tidak mengalami hambatan kecerdasan (tunanetra, tunarungu, tunadaksa) mungkin akan sedikit membutuhkan modifikasi kurikulum. Sedangkan siswa yang mengalami hambatan kecerdasan (tunagrahita) membutuhkan modifikasi hampir pada semua komponen pembelajaran (tujuan, isi, proses dan evaluas). 5. Penerapan Model Kurikulum Ada empat kemungkinan model kurikulum yaitu duplikasi, modifikasi, substitusi dan omisi, dan ada empat komponen utama kurikulum yaitu tujuan, materi, proses dan evaluasi. Mengembangkan kurikulum untuk siswa berkebutuhan khusus pada dasarnya adalah mengawinkan antara model kurikulum dengan komponen kurikulum. Setiap satu komponen dari model kurikulum dipadukan dengan setiap komponen dari komponen kurikulum, sehingga akan terjadi 16 kemungkinan perpaduan (4 x 4). Lihat gambar skematik berikut:
Gambar 1: bermacam-macam (16) kemungkinan model kurikulum untuk pembelajaran siswa berkebutuhan khusus di sekolah inklusif.
Modul Training Of Trainer MCPM-AIBEP-09
72
Gambar di atas menunjukkan bahwa pada dasarnya ada 16 kemungkinan model kurikulum untuk siswa berkebutuhan khusus, yaitu 4 kemungkinan model untuk tujuan (1,2,3,4) empat kemungkinan model untuk materi (5,6,7,8) 4 kemungkinan model untuk proses (9,10,11,12) dan 4 kemungkinan model untuk evaluasi (13,14,15,16). Ketika seorang guru akan merancang kurikulum untuk siswa berkebutuhan khusus, maka akan muncul 16 pertanyaan. Pertanyaan pertama adalah apakah tujuan pembelajaran yang akan diberlakukan kepada siswa berkebutuhan khusus harus sama dengan siswa lainnya? Ataukah dimodifikasi? Atau diganti (substitusi)? Atau dihilangkan (omisi)? Pertanyaan serupa diajukan berkenaan dengan materi pelajaran. Kemudian berkenaan dengan proses dan terakhir terkait dengan cara evaluasi. Ada kemungkinan bahwa tujuan pembelajarannya disamakan (duplikasi), tetapi materinya harus dimodifikasi. Kemungkinan lain adalah tujuan pembelajarannya dimodifikasi,
materinya juga dimodifikasi, tetapi prosesnya disamakan.
Kemungkinan lain adalah bahwa tujuan pembelajaran, materi, proses dan juga evaluasi semuanya harus dimodifikasi. Modifikasi atau tidaknya suatu komponen sangat bergantung kepada kondisi, sifat atau kadar dari komponen tersebut serta tingkat hambatan yang dialami oleh siswa berkebutuhan khususnya. Semakin berat tujuan atau materi pembelajaran yang ada, maka semakin perlu untuk dimodifikasi. Dan semakin berat hambatan intelektual siswa, juga semakin perlu modifikasi dilakukan. a. Katagori Kurikulum ABK Dalam Seting Inklusif Pada dasarnya, kurikulum untuk siswa berkebutuhan khusus harus bervariasi sesuai dengan jenis hambatan yang dialami oleh siswa. Artinya, setiap jenis hambatan (kelainan) membutuhkan bentuk kurikulum yang berbeda. Namun demikian, katagorisasi kurikulum ABK dalam seting inklusif secara umum dapat dibedakan dalam dua kelompok yaitu (1) kurikulum untuk ABK yang tidak mengalami hambatan kecerdasan, dan (2) kurikulum untuk ABK yang mengalami hambatan kecerdasan, yaitu tunagrahita dan gangguan lain yang disertai hambatan kecerdasan. Pembagian tersebut dilakukan karena kedua kelompok ABK tersebut memiliki karakteristik yang sangat berbeda yang berimplikasi terhadap pelaksanaan pembelajaran. 1) Kurikulum ABK yang tidak mengalami hambatan kecerdasan Siswa berkebutuhan khusus yang tidak mengalami hambatan kecerdasan seperti tunanetra, tunarungu, tunadaksa, dan lain-lain hanya
73
Modul Training Of Trainer MCPM-AIBEP-09
Modul Training Of Trainer MCPM-AIBEP-09
74
b. Modifikasi Terlepas dari adanya sejumlah kemungkinan model kurikulum yang bisa dipilih, Model Modifikasi tampaknya merupakan model yang paling tinggi peluangnya terjadi (diberlakukan) pada kurikulum siswa berkebutuhan khusus di sekolah inklusif. Terbatasnya kemampuan intelektual pada siswa berkebutuhan khusus, menyebabkan perlunya modifikasi hampir pada semua komponen dari kurikulum. Oleh karena itu setiap guru harus memiliki pemahaman dan kemampuan yang cukup tentang apa dan bagaimana memodifikasi kurikulum. Sesuai dengan jumlah komponen dalam kurikulum, maka ada empat target modifikasi kurikulum yaitu (1) modifikasi tujuan, (2) modifikasi isi/materi, (3) modifikasi proses, dan (4) modifikasi evaluasi. 1. Modifikasi tujuan Ada empat tujuan pembelajaran yang berada pada level satuan pendidikan (sekolah) yaitu standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD) dan indicator. Pertanyaannya adalah apakah semua kompetensi tersebut harus dimodifikasi? Jika ya, bagaimana cara melakukannya? Ada beberapa prinsip sekaligus cara yang harus diperhatikan oleh guru dalam melakukan modifikasi tujuan: Modifikasi tujuan pembelajaran terutama dibutuhkan (dimaksudkan) untuk siswa ABK yang mengalami hambatan kecerdasan. Semakin umum atau luas suatu tujuan (kompetensi), maka semakin kecil tuntutan untuk dilakukan modifikasi. Semakin spesifik dan operasional suatu rumusan tujuan maka semakin perlu untuk dilakukan modifikasi. Berangkat dari prinsip pertama, maka rumusan tujuan pendidikan nasional, standar kompetensi lulusan (SKL) dan standar kompetensi (SK) mungkin dibiarkan saja, tidak perlu dimodifikasi. Hal ini disebabkan karena tujuan-tujuan tersebut bersifat umum (global), sehingga di dalamnya mampu mewadahi (diterapkan untuk) kompetensi-kompetensi yang ada pada siswa berkebutuhan khusus. Para guru sebaiknya berkonsentrasi untuk mencermati dan melakukan upaya modifikasi pada level kompetensi yang lebih spesifik yaitu kompetensi dasar (KD) dan indicator. Semakin tinggi tingkatan kelas siswa tunagrahita, maka semakin tinggi keperluan untuk dilakukan modifikasi dan semakin ekstrim
75
Modul Training Of Trainer MCPM-AIBEP-09
Standar Kompetensi (Umum)
Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa HinduBudha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia
Kompetensi Dasar KD (Umum)
Mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/ atlas/globe dan media lainnya
Indikator (Umum)
Indikator (Modifikasi) Hambatan Kecerdasan Hambatan Kecerdasan Sedang Ringan
Membuat Menggambar Membuat peta Indonesia. denah sekolah. denah ruang kelas. Menunjukkan Mengidentifika Mengidentifika pada peta si fase-fase si fase-fase pembagian waktu dalam wilayah waktu satu hari (pagi, waktu dalam satu hari (pagi, di Indonesia. siang, sore, siang, sore, malam), malam), dikaitkan dengan ragam dikaitkan dengan ragam aktivitas yang aktivitas yang dilakukan (tidur, bangun, dilakukan (tidur, bangun, sekolah, sekolah, bermain dll.) bermain dll.)
Modul Training Of Trainer MCPM-AIBEP-09
76
77
Modul Training Of Trainer MCPM-AIBEP-09
Tidak semua materi harus dimodifikasi. Hal ini bergantung kepada sifat materi yang dipelajari, yakni kesulitan, kerumitan, kedalaman atau keluasannya, juga bergantung kepada jenis hambatan yang dialami oleh siswa. Siswa berkbutuhan khusus yang mengalami hambatan kecerdasan paling banyak membutuhkan modifikasi materi pembelajaran. Semakin bersifat akademik dan abstrak suatu materi pelajaran, semakin perlu materi tersebut dimodifikasi. Sejumlah materi dalam mata pelajaran kesenian mungkin tidak harus dimodifikasi, tetapi materi-materi dalam mata pelajaran matematika dan IPA mungkin akan banyak dimodifikasi. Semakin berat hambatan kecerdasan yang dialami siswa berkebutuhan khusus, semakin ekstrim proses modifikasi materi, dan sebaliknya. Proses modifikasi materi harus didasarkan pada kondisi atau level kemampuan siswa berkebutuhan khusus yang didasarkan pada hasil asesmen. Berikut disajikan contoh modifikasi materi pembelajaran yang ada di sekolah dasar: Contoh modifikasi materi pembelajaran Mata pelajaran
: IPA
Kelas/semester
: V/1
Stantar Kompetensi
: Mengidentifikasi cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Modul Training Of Trainer MCPM-AIBEP-09
78
2. Modifikasi proses Proses berkaitan dengan kegiatan atau aktivitas yang akan dilaksanakan oleh siswa bersama guru, baik di kelas maupun di luar kelas, supaya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan bisa dicapai. Proses pembelajaran dikenal juga dengan istilah “kegiatan pembelajaran” atau “pengalaman pembelajaran”. Proses pembelajaran berkaitan dengan beberapa hal pokok, di antaranya adalah: Apa yang dilakukan oleh siswa. Apa yang dilakukan oleh guru. Dimana dan dalam situasi apa pembelajaran akan dilaksanakan. Media dan sumber pembelajaran apa yang digunakan. Bagaimana pengaturan waktu selama pembelajaran (seting waktu). Bagaimana pengaturan tempat duduk (seting kelas). Dsb. Karena hambatan yang ada dalam dirinya, siswa berkebutuhan khusus pada umumnya tidak bisa mengikuti proses pembelajaran yang dirancang untuk siswa-siswa pada umumnya (regular). Waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan pembelajaran mungkin berbeda, demikian juga dengan cara penyampaian serta media dan sumber belajar yang digunakan. Dalam kondisi tertentu, lingkungan belajar juga mungkin perlu dibedakan dari siswa lainnya (dimodifikasi). Ada beberapa prinsip sekaligus cara yang dapat dipertimbangkan oleh guru pada waktu akan memodifikasi proses atau kegiatan pembelajaran untuk siswa berkebutuhan khusus di sekolah inklusif: Kegiatan pembelajaran harus dirancang dengan memperhatikan kelemahan yang dimiliki oleh siswa. Artinya cara yang dilakukan oleh guru harus mampu mengatasi kelemahan pada siswa dan memanfaatkan kelebihan yang ada padanya. Misalnya, untuk siswa tunanetra harus menekankan suara yang bisa didengar, sedangkan untuk tunarungu harus menekankan pada aktivitas visual yang dapat dilihat. Untuk siswa tunagrahita penekanan pada kesederhanaan cara penyampaian sehingga mudah dipahami. Modifikasi proses pembelajaran berkaitan dengan beberapa aspek yaitu (1) pengaturan waktu, (2) pemilihan dan penggunaan metode/cara (3) pengaturan tempat duduk dan lingkungan belajar, (4) pengunaan media pembelajaran (5) penggunaan sumber/bahan pembelajaran.
79
Modul Training Of Trainer MCPM-AIBEP-09
Jenis Hambatan
Contoh Modifikasi Proses
Penyajian materi lebih menekankan verbal/auditif. Guru berusaha memverbalkan berbagai informasi atau objek yang ada di lingkungan.
Hambatan Penglihatan
Penggunaan Braille sebagai sarana baca tulis.
Penggunaan alat/media pembelajaran yang dapat diraba.
Penggunaan alat audio (tape, recorder dll.)
Penggunaan buku bicara, computer bicara dan lain-lain media bicara.
Penyajian materi lebih menekankan pada visual. Guru berusaha selalu tatap muka dengan siswa ketika berbicara.
Hambatan Pendengaran
Penggunaan bahasa isyarat dalam berkomunikasi.
Penempatan siswa tunarungu pada tempat duduk di depan, supaya mudah bertatap muka dengan guru.
Penggunaan alat bantu visual.
Penyajian materi dengan penjelasan yang lebih sederhana.
Penggunaan objek-objek konkrit dalam penjelasan konsep.
Pemberian materi dan tugas-tugas yang kadarnya lebih mudah. Pembelajaran tambahan secara individual.
Hambatan Kecerdasan
Penekanan pembelajar pada kompetensi-kompetensi fungsional (skill yang dibutuhkan untuk kemandirian dalam aktivitas kehidupan
Modifikasi berbagai alat, sarana dan lingkungan yang
Hambatan Fisik dan Motorik
memungkinka/memudahkan mereka untuk terlibat dalam berbagai aktivitas Modifikasi prilaku dan emosi melalui kegiatan kelompok.
Hambatan Emosi dan Perilaku
Pemberian pembelajaran tambahan secara individual. Penempatan tempat duduk dekat dengan guru. Penyaluran bakat pada bidang keahlian tertentu.
Modul Training Of Trainer MCPM-AIBEP-09
80
2. Modifikasi evaluasi Evaluasi adalah proses yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan atau prestasi yang dicapai oleh siswa berkebutuhan khusus setelah menjalani proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu dalam kelas inklusif. Evaluasi juga dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya sudah tercapai atau belum. Pelaksanaan evaluasi mencakup empat komponen utama yaitu: pengembagan alat evaluasi, cara pelaksanaan evaluasi penentuan keberhasilan dan pelaporan hasil evaluasi. Alat (instrument) evaluasi berkaitan dengan perangkat soal-soal ujian yang digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar. Komponen ini berkaitan dengan isi atau materi yang diujikan kepada siswa. Salah satu isu terkait dengan komponen ini adalah “Apakah siswa berkebutuhan khusus diuji dengan menggunakan soal-soal ujian yang sama seperti anak pada umumnya”? Cara pelaksanaan evaluasi berkaitan dengan cara atau teknik yang digunakan dalam mengukur keberhasilan belajar siswa. Termasuk bagian dari komponen cara adalah pengaturan tentang waktu, alat dan juga lingkungan (seting) pelaksanaan evaluasi. Salah satu isu terkait dengan komponen ini adalah “apakah siswa berkebutuhan khusus harus dievaluasi dengan cara tes tulis, lisan atau tindakan? Atau adakah cara lain yang dianggap lebih relevan? Penentuan keberhasilan berkaitan dengan cara atau pendekatan yang digunakan dalam menentukan criteria keberhasilan belajar. Misalnya apa criteria untuk megatakan bahwa seorang siswa dikatakan telah berhasil atau dinyatakan telah lulus, sehingga berhak untuk naik kelas atau lulus dari satuan pendidikan tertentu. Salah satu isu penting terkait dengan komponen ini adalah “apakah siswa berkebutuhan khusus harus tidak naik kelas, karena prestasi belajarnya yang rendah jika dibandingkan dengan siswa lainnya”? Pelaporan hasil evaluasi berkaitan dengan cara dan atau media yang digunakan untuk mendokumentasikan dan melaporkan hasi-hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Termasuk di dalamnya isu tentang raport, ijazah dan atau surat tanda tamat belajar (STTB)
81
Modul Training Of Trainer MCPM-AIBEP-09
Karena siswa berkebutuhan khusus mengalami hambatan, maka pelaksanaan evaluasi pembelajaran harus dimodifikasi (dirubah) untuk disesuaikan dengan kemampuannya. Perubahan system evaluasi untuk siswa berkebutuhan khusus akan mencakup empat komponen evaluasi sebagaimana tersebut di atas, walaupun sifat dan kadarnya akan berbeda pada masing-masing komponen tersebut. Ada beberapa prinsip sekaligus cara yang penting dipertimbangkan oleh guru dalam melakukan modifikasi evaluasi: Siswa berkebutuhan khusus harus menjalani system evaluasi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Perubahan (modifikasi) system evaluasi bisa dilakukan terkait dengan empat komponen evaluasi evaluasi yaitu (1) isi/materi evaluasi, (2) cara pelaksanaan evaluasi, (3) criteria keberhasilan dan (4) model pelaporannya. Siswa ABK yang mengalami hambatan kecerdasan membutuhkan modifikasi evaluasi yang lebih signifikan dan pada banyak aspek evaluasi. Semakin berat hambatan kecerdasan, semakin signifikan perubahan (modifikasi) system evaluasi yang dilakukan. 6. Rencana Pembelajaran a. Umum Rencana pembelajaran adalah persiapan mengajar yang dibuat secara tertulis oleh guru sebelum pelaksanaan pembelajaran. Sebuah rencana pembelajaran minimal memuat uraian tentang lima komponen utama yaitu (1) rumusan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (2) rumusuan materi yang akan disampaikan, (3) kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan, (4) informasi tentang sumber dan media yang akan digunakan dan (5) penjelasan tentang kegiatan evaluasi yang akan dilaksanakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran. Ada dua jenis rencana pembelajaran utama yang harus dibuat oleh guru yaitu (1) silabus, dan (2) rencana pelaksanaan pembelajaran/RPP. Silabus adalah rencana pembelajaran yang dibuat untuk kurun waktu satu semester. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana pembelajaran yang dibuat untuk satu atau dua kali pertemuan.
Modul Training Of Trainer MCPM-AIBEP-09
82
83
Modul Training Of Trainer MCPM-AIBEP-09
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar MateriPokok Indicator Keberhasilan Alokasi waktu Kegiatan Pembelajaran Media dan Sumber Pembelajaran Evaluasi b. Rencana Pembelajaran Dalam Pembelajaran Inklusif Merujuk kepada uaraian di atas, ada dua jenis rencana pembelajaran yang seyogyanya dibuat oleh guru dalam konteks pembelajaran inklusif, yaitu (1) silabus dan (2) rencana pelaksanaan pembelajaran/RPP. 1) Silabus dalam pembelajaran inklusif Seperti telah dijelaskan di muka bahwa ada 8 komponen yang harus termuat (dirumuskan) dalam silabus yaitu (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) rumusan materi, (4) indicator keberhasilan, (5) kegiatan pembelajaran, (6) alokasi waktu, (7) sumber dan media pembelajaran, (8) evaluasi. Pada dasarnya semua komponen tersebut boleh atau seharusnya dirubah (dimodifikasi) oleh guru supaya sesuai dengan kondisi siswa berkebutuhan khusus. Sebagaimana telah dijelaskan di muka bahwa siswa berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan kecerdasan akan membutuhkan modifikasi pada hampir semua komponen dari kurikulum. Dengan kata lain mengalami modifikasi hampir pada semua komponen silabus. Sedangkan siswa ABK yang tidak mengalami hambatan kecerdasan hanya akan mengalami modifikasi pada beberapa komponen dari silabus. Oleh karena itu, contoh pengembangan silabus yang disajikan di bawah ini lebih mengarah kepada silabus bagi siswa ABK yang mengalami hambatan kecerdasan. Untuk sementara kami menyarankan bahwa ada tiga komponen dari silabus umum yang tidak perlu dirubah (dimodifikasi) yaitu (1) standar kompetensi (2) kompetensi dasar, dan (3) alokasi waktu. Namun perlu dicatat bahwa ini bukan rumus mati, artinya dalam kondisi tertentu komponen-komponen tersebut sangat dimungkinkan bahkan harus dimodifikasi, termasuk juga standar kompetensi lulusan (SKL). Akan tetapi karena pertimbangan kemudahan bagi guru maka untuk saat ini yang dimodifikasi hanya 5 Modul Training Of Trainer MCPM-AIBEP-09
84
85
Modul Training Of Trainer MCPM-AIBEP-09
Kegiatan pembelajaran Dirumuskan oleh guru. Dimodifikasi disesuaikan dengan kemampuan siswa. Contoh perumusan kegiatan dapat dilihat di penjelasan tentang kurikulum pada bagian tentang proses. Alokasi waktu Dirumuskan oleh guru. Pada umumnya disamakan dengan siswa lainnya. Artinya siswa ABK belajar dengan alokasi waktu yang sama dengan siswa regular. Dalam kondisi tertentu dimungkinkan waktu belajarnya berbeda (dimodifikasi). Sumber dan media Dirumuskan oleh guru. Dimodifikasi disesuaikan dengan kemampuan siswa berkebutuhan khusus. Cara pengadaan dan penggunaan media dapat dilihat di penjelasan khusus tentang media. Evaluasi Dirumuskan oleh guru. Dimodifikasi disesuaikan dengan kemampuan siswa berkebutuhan khusus. Cara modifikasi dapat dilihat di pembahasan tentang evaluasi.
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Dalam Pembelajaran Inklusif Rencana pelaksanan pembelajaran (RPP) pada dasarnya sama dengan silabus. Di dalamnya tercakup 8 komponen sebagaimana disebutkan terdahulu. Sebagaimana dijelaskan di muka, bedanya dengan silabus adalah bahwa RPP disusun tidak dalam bentuk matrik (table) tetapi tersusun ke bawah. Prinsip dan cara modifikasi RPP juga sama dengan silabus. Standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD) dan alokasi waktu tidak dirubah (tidak dimodifikasi), sedangkan komponen lainnya diupayakan untuk dimodifikasi. Dengan demikian, format umum RPP adalah sbb.:
Modul Training Of Trainer MCPM-AIBEP-09
86
Format Umum RPP Pembelajaran Inklusif Mata pelajaran
: …………………...................
Kelas/semester
: …………………...................
Pertemuan
: …………………...................
Waktu
: …………………...................
Standar Kompetensi (tidak dimodifikasi) Kompetensi Dasar (tidak dimodifikasi) Materi Pokok (dimodifikasi) Indicator Keberhasilan (dimodifikasi) Alokasi waktu (tidak dimodifikasi) Kegiatan Pembelajaran (dimodifikasi) Media dan Sumber Pembelajaran (dimodifikasi) Evaluasi (dimodifikasi) 3) Model RPP dalam pembelajaran inklusif Ada dua model format RPP untuk pembelajaran inklusif bagi siswa berkebutuhan khusus, yang bisa dipertimbangkan oleh guru, yaitu (1) model RPP yang terintegrasi, (2) model RPP yang individual. a) RPP terintegrasi Model integrasi adalah model pengembangan RPP untuk siswa berkebutuhan khusus yang diintegrasikan (disatukan) dengan RPP untuk siswa lainnya. Jadi, dalam model ini guru hanya memiliki satu RPP, tetapi di dalamnya memuat dua rumusan perencanaan yaitu perencanaan untuk siswa regular dan rumusan (catatan khusus) untuk siswa berkebutuhan khusus. Untuk komponen-komponen yang tidak mengalami modifikasi, maka hanya ada satu rumusan (SK, KD dan alokasi waktu), sedangkan untuk komponen yang mengalami perubahan (modifikasi) maka akan ada dua rumusan. Lihat contoh di lampiran. b) RPP Individual RPP Individual adalah model rencana pembelajaran yang dibuat khusus untuk siswa berkebutuhan khusus, artinya terpisah dari RPP untuk siswa lainnya (regular). RPP model ini sepenuhnya berisi perencanaan pengajaran untuk siswa berkebutuhan khusus dan bersifat individual. Selain berisi komponen sebagaimana RPP pada umumnya, RPP individual memiliki 2 komponen tambahan yaitu (1) identitas siswa dan (2) kemampuan siswa saat ini. Format RPP individual adalah sebagai berikut:
87
Modul Training Of Trainer MCPM-AIBEP-09
Format RPP Individual Mata pelajaran
: …………………...................
Kelas/semester
: …………………...................
Pertemuan
: …………………...................
Waktu
: …………………...................
Identitas Siswa Nama
: …………………...................
Jenis kelamin
: …………………...................
Umur
: …………………...................
Jenis hambatan
: …………………...................
tingkat hambatan
: …………………...................
Alamat
: …………………...................
Kemampuan saat ini: ……………………………………..…………………………………………. ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Materi Pokok Indicator Keberhasilan Alokasi waktu Kegiatan Pembelajaran Media dan Sumber Pembelajaran Evaluasi E. EVALUASI F. TINDAK LANJUT G. REFERENSI
Modul Training Of Trainer MCPM-AIBEP-09
88
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (TERINTEGRASI) Mata pelajaran
: ………………………………………………..
Kelas/semester
: ………………………………………………..
Pertemuan
: ………………………………………………..
Waktu
: ………………………………………………..
Peserta didik 39 siswa regular dan satu siswa ABK yang mengalami hambatan kecerdasan ringan. Standar Kompetensi (umum; tidak dimodifikasi) Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu, Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia (umum; tidak dimodifikasi) Kompetensi Dasar (umum; tidak dimodifikasi) Mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/ atlas/globe dan media lainnya Materi Pokok (dimodifikasi)
Indicator Keberhasilan (dimodifikasi)
Alokasi waktu (umum; tidak dimodifikasi) 1 kali pertemuan. 2 x 35 menit. Kegiatan Pembelajaran (dimodifikasi) Media dan Sumber Pembelajaran (dimodifikasi) Evaluasi (dimodifikasi) Guru mengamati siswa selama melakukan eksplorasi lokasi (kelas/sekolah). Guru mengamati siswa selama membuat peta/denah kelas/sekolah. Guru memeriksa/menilai gambar denah/peta yang dibuat oleh siswa, dan denah yang telah diberi warna.
89
Modul Training Of Trainer MCPM-AIBEP-09
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (INDIVIDUAL) Mata pelajaran
: Matematika
Kelas
: III
Semester
:1
Identitas Siswa Nama
: Sahawae
Jenis kelamin
: laki-laki
Umur
: 11 tahun
Jenis hambatan
: hambatan kecerdasan
tingkat hambatan : ringan Alamat
:
Kemampuan saat ini: Sahawae sudah mengenal huruf alphabet. Dapat menuliskan lambang-lambang huruf alphabet. Dapat menuliskan kata dan atau kalimat tapi dengan meniru/menyalin. Belum bisa membaca. Dapat merangkai huruf menjadi suku kata. Tetapi belum bisa menggabung suku kata menjadi kata. Sudah mengenal lambang bilangan 1-5. Dapat menulis lambang bilangan dengan cara meniru/menyalin. Standar kompetensi
:
Kompetensi dasar (umum; tidak dimodifikasi) Melakukan penjumlahan dan pengurangan 3 angka Materi Pokok (dimodifikasi) Operasi penjumlahan hasil di bawah lima. Indicator Keberhasilan (dimodifikasi) Siswa dapat menyebutkan angka 1 s.d. 5 dalam urutan yang benar. Siswa dapat mengenali lambang bilangan 1 s.d. 5 secara benar. Siswa dapat menyalin lambang bilangan 1 s.d. 5 secara benar. Siswa dapat menuliskan lambang bilangan 1-5 dengan dikte secara benar. Siswa dapat menyebutkan jumlah dari kelompok benda yang disajikan dalam gambar. Siswa dapat melakukan penjumlahan bilangan angkan 1 s.d. 5, dengan bantuan alat. Alokasi waktu (umum; tidak dimodifikasi) 1 kali pertemuan. 2 x 35 menit. Modul Training Of Trainer MCPM-AIBEP-09
90
Kegiatan Pembelajaran (dimodifikasi) Siswa mendengarkan/mengikuti pembelajaran secara umum. Guru memberikan penjelasan dan penugasan secara khusus kepada siswa ABK, terkait dengan indicator yang akan dipelajari. Guru menggunakan alat bantu konkrit untuk membantu operasi penjumlahan. Guru menyajikan lambing-lambang bilangan 1-5 dalam bantuk kartu yang berwarnawarni. Guru menyajikan gambar-gambar objek yang menunjukkan jumlah (1,2,3,4,5). Guru menunjukkan gambar-gambar objek yang menunjukkan penjumlahan (2 objek digabungkan dengan 2 objek). Media dan Sumber Pembelajaran (dimodifikasi) Alat bantu konkrit untuk membantu operasi penjumlahan (pinsil, jari, batu dll.) Gambar-gambar objek/benda yang menujukkan jumlah. Lambang-lambang bilangan dalam kartu yang berwarna. Evaluasi (dimodifikasi) 1. Siswa diminta untuk menghitung secara urut, angka 1 s.d. 5. 2. Siswa diminta untuk mengurutkan lambang bilangan 1-5 yang disajikan oleh guru dalam bentuk kartu. 3. Siswa diminta untuk menyebutkan nama angka (1-5) yang ditunjukkan oleh guru (dalam bentuk kartu) 4. Siswa diminta menyalin lambang bilangan 1-5 yang disajikan oleh guru. 5. Siswa diminta menuliskan sendiri lambang bilangan 1-5 yang didiktekan oleh guru. 6. Siswa diminta untuk menghitung dan menyebutkan jumlahnya dari sekumpulan objek atau gambar objek yang disajikan oleh guru. 7. Siswa diminta untuk menjumlahkan 2 benda dengan 3 benda dan menyebutkan hasilnya. 8. Siswa diminta untuk menyebutkan atau menuliskan hasil penjumlahan 2 ditambah 2 tanpa bantuan alat.
91
Modul Training Of Trainer MCPM-AIBEP-09
Modul Training Of Trainer MCPM-AIBEP-09
92
:: Halaman Ini Sengaja di Kosongkan ::