TIPOLOGI DESA DI KABUPATEN MAMUJU TENGAH BERDASARKAN POTENSI SOSIAL EKONOMI
Ra. Leisa Triana1, Soman Wisnu Darma2
ABSTRAKSI Kabupaten Mamuju Tengah merupakan daerah otonom baru berupaya untuk memacu kemajuan perekonomiannya, penyiapan sarana dan prasarana pemerintahan, pemberdayaan, dan peningkatan sumber daya manusia serta pengelolaan sumber daya alam sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pada saat yang bersamaan, upaya pemenuhan pelayanan publik juga menjadi perhatian agar kepuasan
o. id
masyarakat dapat terpenuhi. Oleh karena itu Kabupaten Mamuju Tengah perlu mengidentifikasi potensinya baik ekonomi maupun sosial termasuk sarana prasana yang ada di Kabupaten Mamuju Tengah. Upaya tersebut akan mempermudah dalam menyusun strategi pembangunan daerahnya.
s. g
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mewakili karakteristik
.b p
sosial ekonomi wilayah perdesaan di Kabupaten Mamuju Tengah dan mengelompokkan wilayah perdesaaan tersebut berdasarkan kesamaan potensi dan karakteristik sosial ekonominya.. Data yang
lb ar
digunakan adalah data Podes 2014. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat karakteristik wilayah pedesaan dan untuk mengidentifikasi faktor dan pengelompokan desa digunakan analisis faktor dan analisis cluster. Hasil penelitian ini didapatkan keragaman antar wilayah desa berdasarkan
su
peubah potensi sumber daya dan sarana prasarana sosial ekonomi disebabkan 4 faktor yaitu faktor sumber
://
daya manusia dan sarana ekonomi, faktor sarana kesehatan, faktor potensi pertanian dan sarana pendidikan serta faktor sarana pemasaran. Berdasarkan kedekatan jarak dari ke-empat faktor tersebut
tp
terbentuk 4 cluster desa/kelurahan di Kabupaten Mamuju Tengah yaitu cluster pertama
ht
beranggotakan 29 desa, cluster kedua beranggotakan 9 desa, cluster ketiga beranggotakan 16 desa dan cluster keempat beranggotakan 1 desa. Berdasarkan persamaan ciri dari cluster yang terbentuk dikelompokkan dalam 3 wilayah pembangunan di Kabupaten Mamuju Tengah dimana wilayah pembangunan I merupakan kelompok wilayah dengan karakteristik potensi sumber daya manusia dan sarana ekonomi tinggi (desa yang termasuk dalam cluster 4), wilayah pembangunan II merupakan kelompok wilayah dengan karakteristik potensi pertanian tinggi dan sarana prasarana sosial ekonomi sedang (desa yang termasuk dalam cluster 2 dan 3), wilayah pembangunan III merupakan kelompok wilayah dengan karakteristik potensi sumber daya manusia dan pertanian rendah dan kurangnya sarana prasarana sosial ekonomi (desa yang termasuk dalam cluster 1) 1 2
Fungsional Statistisi Muda BPS Provinsi Sulawesi Barat Kepala Bidang Sosial BPS Provinsi Sulawesi Barat
1
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kabupaten Mamuju Tengah merupakan satu kabupaten diantara enam kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Barat. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Mamuju yang disahkan dalam Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 2013 pada tanggal 11 Januari 2013. Kabupaten Mamuju Tengah terdiri atas 5 (lima) kecamatan, yaitu Kecamatan Tobadak, Kecamatan Pangale, Kecamatan Budong Budong, Kecamatan Topoyo, dan Kecamatan Karossa dan melingkupi 56 (lima puluh enam) desa/kelurahan. Kabupaten Mamuju Tengah memiliki luas wilayah keseluruhan ±3.014,37 km2 dengan jumlah penduduk ± 115.118 jiwa pada tahun 2013. Dasar pembentukan Kabupaten Mamuju Tengah diantaranya adalah luasnya Kabupaten Mamuju
o. id
yang membuat rentang kendali antar wilayah menjadi lebih panjang. Sebagai daerah otonom baru, Kabupaten Mamuju Tengah perlu melakukan berbagai upaya peningkatan kemampuan ekonomi, penyiapan sarana dan prasarana pemerintahan, pemberdayaan, dan peningkatan sumber daya manusia,
s. g
serta pengelolaan sumber daya alam sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Upaya pemenuhan pelayanan publik senantiasa ditingkatkan, agar mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
.b p
Untuk itu Kabupaten Mamuju Tengah perlu mengidentifikasi potensi dan sarana prasana yang ada di Kabupaten Mamuju Tengah. Identifikasi tersebut dapat digunakan untuk menyusun strategi pembangunan
lb ar
daerahnya.
Dalam merumuskan kebijakan pembangunan daerah atau menyusun perencanaan pembangunan, perlu diidentifikasi factor –faktor penentu pertumbuhan ekonomi daerah yang dapat mendorong
su
kemampuan suatu daerah untuk tumbuh secara cepat. Namun dengan adanya perbedaan kandungan
://
sumber daya alam dan perbedaan kondisi demografi dari masing-masing wilayah mengakibatkan
tp
terjadinya ketimpangan pembangunan ekonomi antar wilayah sehingga kemampuan suatu daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mendorong proses pembangunan juga menjadi berbeda.
ht
Sebagai identifikasi awal dapat dilihat dari kondisi demografi wilayah Kabupaten Mamuju Tengah yaitu sumber daya manusia. Persebaran penduduk di Kabupaten Mamuju Tengah tidak merata antar desa. Berdasarkan data Podes 2014, kepadatan penduduk antar desa berbeda cukup tinggi di kabupaten Mamuju tengah dimana kepadatan penduduk Desa Topoyo Kecamatan Topoyo mencapai 820,3 jiwa per kilometer persegi sementara kepadatan penduduk di Desa Salulekbo Kecamatan Topoyo hanya berkisar 7,4 jiwa per kilometer persegi. Selain kondisi demografi, kegiatan ekonomi terkonsentrasi di beberapa desa seperti di Desa Topoyo Kecamatan Topoyo, Desa Karossa Kecamatan Karossa dan Desa Salogatta Kecamatan BudongBudong yang jumlah sarana ekonominya lebih dari 100 unit sementara di Desa Sartanamaju Kecamatan Pangale, Desa Salupangkang IV dan Desa Salulekbo Kecamatan Topoyo hanya berjumlah 1 unit saja. Sarana pendidikan terkonsentrasi di beberapa desa seperti di Desa Topoyo dan Desa Salulekbo 2
Kecamatan Topoyo, Desa Tasokko Kecamatan Karossa dan Desa Babana Kecamatan Budong-Budong yang jumlah sarana pendidikannya mencapai lebih dari 10 unit sementara di Desa UPT Lara III tidak memiliki sarana pendidikan sama sekali. Sarana kesehatan terbagi menjadi fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan. Untuk fasilitas kesehatan yang terdiri dari puskesmas, poskesdes dan posyandu paling banyak jumlahnya di Desa Babana Kecamatan Budong-Budong yaitu sebanyak 9 unit sementara di Desa Lembah Hada Kecamatan Budong-Budong hanya ada 1 unit saja. Untuk jumlah tenaga kesehatan yang tinggal di desa, ada sebanyak 43 orang tenaga kesehatan di Desa Babana Kecamatan BudongBudong dan hanya 1 orang tenaga kesehatan yang tinggal di Desa UPT Lara III. Kondisi ini juga menyebabkan terjadinya ketimpangan ekonomi antar wilayah. Upaya penanggulangan ketimpangan ekonomi antar wilayah membutuhkan perencanaan
hingga Juni 2015, Peraturan Daerah mengenai RTRW
o. id
pembangunan wilayah yang komprehensif yang dituangkan dalam Rencana tata ruang wilayah. Namun Kabupaten Mamuju Tengah belum matang
pembahasannya di DPRD (Radar Sulbar, 11 Juni 2015).
s. g
Pembangunan yang dilakukan saat ini lebih menonjolkan pertumbuhan ekonomi secara cepat, mengakibatkan pertumbuhan di kawasan perdesaan sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan kawasan
.b p
perkotaan. Kawasan perdesaan masih saja menghadapi permasalahan klasik seperti masih terbatasnya sumber daya manusia yang berkualitas, infrastruktur dan akses kepada sumber daya ekonomi dan sosial
lb ar
sehingga indentik dengan permasalahan kemiskinan dan terbatasnya kesempatan kerja. Oleh karena itu diperlukan identifikasi faktor-faktor yang mewakili karakteristik sosial ekonomi wilayah perdesaan di Kabupaten Mamuju Tengah dan pengelompokkan wilayah perdesaaan tersebut berdasarkan kesamaan
su
potensi dan karakteristik sosial ekonominya.
://
2. Perumusan masalah
tp
Adanya perbedaan kondisi demografi dan sumber daya alam di wilayah Kabupaten
ht
Mamuju Tengah serta konsentrasi ekonomi menyebabkan terjadi ketimpangan ekonomi antar wilayah. Untuk menanggulangi ketimpangan ekonomi antar wilayah dibutuhkan perencanaan pembangunan wilayah yang komprehensif. Namun hingga Juni 2015, Peraturan Daerah mengenai RTRW Kabupaten Mamuju Tengah belum matang pembahasannya di DPRD (Radar Sulbar, 11 Juni 2015), sehingga diperlukan model pembangunan wilayah dalam upaya merumuskan pengelompokkan wilayah pembangunan dengan memperhatikan kondisi dan potensi wilayah bersangkutan yang memiliki karakteristik sosial ekonomi yang sama (homogenous region), sehingga diharapkan perumusan kebijakan akan lebih tepat dan sesuai dengan kondisi serta potensi wilayah. Sebagai langkah awal, identifikasi kebutuhan dan potensi dalam proses perencanaan pembangunan daerah perlu dilakukan, agar berbagai pendekatan model perencanaan pembangunan daerah dapat dilakukan untuk menentukan arah dan bentuk 3
kebijakan yang akan diambil. Berdasarkan permasalahan tersebut rumusan masalahnya adalah mengidentifikasi faktor faktor yang mewakili kesamaan karakteristik potensi wilayah dan kondisi sosial ekonomi serta mengelompokkan desa berdasarkan faktor tersebut. 3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan sebuah gambaran mengenai potensi pedesaan yang ada di Kabupaten Mamuju tengah dan menjadi input perencanaan pembangunan berdasarkan kesamaan potensi wilayahnya.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tipologi Desa
o. id
Kawasan Perdesaan menurut UU no 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang didefinisikan sebagai wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam
s. g
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Kawasan perdesaan dapat berkembang menjadi kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan mandiri. Kawasan perdesaan juga mempunyai tingkat kemampuan
swadaya, desa swakarya dan desa swasembada.
.b p
potensi dan perkembangan yang berbeda-beda, dimana pernah dikelompokkan kedalam tipologi desa
lb ar
Dalam Hernowo (2010), Mubiyarto (1994) membagi tipologi desa tertinggal di Provinsi Jawa Tengah ke dalam sembilan tipologi berdasarkan komoditas basis pertanian dan kegiatan mayoritas petani
su
pada desa tersebut. Kesembilan karakteristik desa adalah desa persawahan, desa lahan kering, desa perkebunan, desa peternakan, desa nelayan, desa hutan, desa industri kecil, desa buruh industri, serta desa
://
jasa dan perdagangan. Sedangkan Soedrajad (1997) membagi tipologi ke dalam 4 kategori , yaitu :
tp
a. Desa pantai adalah desa yang kegiatan utamanya alam penangkapan ikan.
ht
b. Desa persawahan adalah desa yang mayoritas penggunaan lahan untuk persawahan terutama tergantung pada produktivitas penanaman padi. c. Desa perkebunan adalah desa yang mayoritas penggunaan lahanya untuk perkebunan. d. Desa perladangan adalah desa yang kegiatan utamanya adalah perladangan (menanam tanaman pangan tadah hujan dan palawija). Sedangkan berdasarkan kriteria Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D), tipologi desa dibagi ke dalam enam tipologi berdasarkan kegiatan ekonominya, yaitu desa industri, desa pertanian tanaman pangan, desa perkebunan, desa perikanan, desa pariwisata atau jasa dan desa peternakan.
2. Pembangunan Perdesaan Menurut Todaro & Smith (2003), karakteristik pembangunan harus: (1) berorientasikan kepada kebutuhan (need oriented) manusia, baik material maupun non material, (2) bersifat endogen, artinya 4
muncul dari masyarakat itu sendiri, (3) self reliance yang berarti bahwa masyarakat mengandalkan kekuatan dan sumber daya mereka sendiri, (4) ecologically-sound artinya penggunaan sumber daya alam secara rasional dan bijak, (5) berdasarkan transformasi struktural dalam hubungan sosial, dalam kegiatan ekonomi dan distribusi spasial. Dalam Arsyad (2011) dijelaskan bahwa paradigma pembangunan perdesaan mengalami pergeseran yang semula menekankan pembangunan pertanian skala besar yang modern selain sektor industri manufaktur dan mengabaikan sektor subsisten dalam meningkatkan produktivitas (Lewis,1954), beralih pada penekanan pertanian subsisten di negara sedang berkembang dapat mendorong pembangunan yang didukung oleh sektor pertanian (Schultz, 1964). Namun pergeseran paradigma ini tidak mampu memecahkan masalah kemiskinan di perdesaan sehingga pada tahun 1980-an dan 1990-an terjadi
o. id
pergeseran paradigma yang kedua dari pendekatan yang lebih menekankan pada ‘hasil’ menjadi pendekatan yang menekankan pada ‘proses’. Hal ini menggambarkan pembangunan perdesaan sebagai proses keperansertaan yang memberdayakan masyarakat perdesaan untuk menentukan prioritas mereka
s. g
sendiri untuk perubahan. Strategi pembangunan yang mengandalkan terutama sekali pada kebutuhan,
.b p
seluruh potensi dan pelaku lokal dari suatu daerah tertentu (lokality).
lb ar
Gambar 1. Dimensi Pembangunan Pedesaan
ht
tp
://
su
DIMENSI EKONOMI Kapasitas kan Kesempatan berpartisipasi dan mendapatkan manfaat dari proses pembangunan
Pembangunan sosial yang komprehensif DIMENSI SOSIAL
Pembangunan Perdesaan
Kapasitas dan Kesempatan berpartisipasi dan mendapatkan manfaat proses pembangunan DIMENSI POLITIK
Sumber: Arsyad, dkk (2011:19) Oleh karena itu pembangunan perdesaan secara mendasar mencakup tiga dimensi utama (Fernando, 2008), yaitu dimensi ekonomi, dimensi sosial dan dimensi politik. Dimensi ekonomi mencakup penyediaan baik kapasitas maupun peluang bagi masyarakat berpendapatan rendah di perdesaan untuk berpartisipasi dan mendapatkan manfaat dari pertumbuhan ekonomi, dimensi ekonomi juga mencakup kebijakan untuk mengurangi ketidakmerataan pendapatan baik intra maupun antar sektor. Dimensi sosial 5
mencakup pembangunan sosial masyarakat miskin dan berpendapatan rendah, menghilangkan ketidak merataan dalam beberapa indikator sosial dan penyediaan jaringan pengaman sosial. Dimensi politik mencakup perbaikan peluang masyarakat berpendapatan rendah untuk berpartisipasi secara efektif dan setara dalam proses politik pada tingkat desa. Di Indonesia perkembangan pembangunan perdesaan secara umum bisa dibagi kedalam tiga tahap (Dharmawan, 2006). Tahap 25 tahun pertama pasca kemerdekaan pembangunan perdesaan menekankan kepada pendekatan pemenuhan kebutuhan pokok (basic-needs approach). Pada kurun waktu tersebut, pembangunan pangan dan pertanian perdesaan telah mampu mengangkat harkat dan martabat penduduk desa meski juga memberikan dampak agak kurang baik pada tata-perilaku dan kehidupan perdesaan. Meski demikian, angka kemiskinan masih tetap tinggi, meski persentasenya terus menurun.
o. id
Pada tahap 25 tahun kedua pembangunan ditekankan pada pembanguna manusia seutuhnya bersamasama dengan upaya pengembangan industrialisasi berbasiskan pertanian. Pada tahap ini perekonomian desa masuk kedalam jebakan system ekonomi kapitalis dunia. Terjadi perubahan struktural dan
s. g
pergeseran norma-norma yang dianut oleh masyarakat perdesaan dengan sangat cepat dan radikal. Desa mengalami persoalan ketergantungan serta eksploitasi sumberdaya alam yang luar biasa. Akibatnya desa
.b p
mengalami proses pemiskinan dan kerusakan sumberdaya alam lingkungan yang parah. Strategi pembangunan perdesaan sedikit berubah arah pada tahap ketiga, pembangunan perdesaan lebih
lb ar
menitikberatkan pada pemenuhan kebutuhan politik warganya. Pendekatan pembangunan perdesaan yang baru ini dicirikan oleh penghargaan eksistensi sumberdaya alam dan lingkungan yang sangat tinggi,
su
kemandirian lokalitas, partisipasi, dan basis kekuatan lokal yang kokoh.
3. Potensi Wilayah
://
Potensi wilayah adalah sumber daya yang dimiliki suatu wilayah baik yang telah dimobilisir
tp
maupun yang belum yang dapat mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat suatu wilayah
ht
dan wilayah lainnya. Potensi wilayah merupakan modal dasar dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi (Adisasmita, 2008). Menurut Todaro (2000), ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi. Pertama, akumulasi modal yang meliputi semua bentuk dan jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan sumber daya manusia. Kedua, pertumbuhan penduduk yang beberapa tahun selanjutnya dengan sendirinya membawa pertumbuhan angkatan kerja dan ketiga adalah kemajuan teknologi. Sumber daya manusia, sumber daya alam, dan teknologi adalah tiga faktor pembangunan yang pokok. Sumber daya manusia adalah jumlah, komposisi, karakteristik dan persebaran penduduk. Kualitas sumber daya manusia sangat menentukan dalam mengelola sumber daya alam yang ada.
Sumber daya
alam adalah semua sumber daya yang disediakan oleh alam meliputi sumber daya yang dapat
6
diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Adanya ketidaksamaan sumber daya alam, kapital, keahlian, bakat atau potensi atau sarana dan prasarana antar daerah merupakan salah satu faktor terjadinya ketimpangan pembangunan. Untuk itu dalam merencanakan pembangunan wilayah harus memahami wilayah dan potensi wilayah yang ada agar pembangunan yang dilakukan dapat meningkatkan kemakmuran bagi masyarakat wilayah tersebut maupun sekitarnya.
4. Pengembangan Wilayah Konsep pengembangan wilayah di Indonesia merupakan penggabungan dari berbagai teori dan model yang selalu berkembang yang telah diujiterapkan. Selanjutnya dirumuskan kembali menjadi suatu pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pembangunan di Indonesia. Dalam Hariyanto (2007) dijelaskan beberapa landasan teori dalam konsep pengembangan
o. id
wilayah antara lain pertama adalah Walter Isard sebagai seorang pelopor ilmu wilayah yang mengkaji terjadinya hubungan sebab dan akibat dari faktor-faktor utama pembentuk ruang wilayah, yakni faktor
s. g
fisik, sosial ekonomi, dan budaya. Kedua adalah Hirschmann (era 1950 an) yang memunculkan teori polarization effect dan trickling down effect dengan argumentasi bahwa perkembangan suatu wilayah
.b p
tidak terjadi secara bersamaan (unbalanced development). Ketiga adalah Myrdal (era 1950 an) dengan teori yang menjelaskan hubungan antara wilayah maju dan wilayah belakangnya dengan menggunakan istilah backwash effect dan spreadwash effect. Keempat adalah Freadmann (era 1960 an) yang lebih
lb ar
menekankan pada pembentukan hirarki guna mempermudah pengembangan system pembangunan yang kemudian dikenal dengan teori pusat pertumbuhan. Kelima adalah Douglass (era 70 an) yang
su
memperkenalkan lahirnya model keterkaitan desa-kota (rural-urban linkages) dalam pengembangan wilayah.
://
Menurut Sugandhy (1984) kebijaksanaan pembangunan dengan pendekatan perwilayahan akan
tp
mempunyai beberapa amanat salah satu diantaranya adalah untuk mengetahui potensi dan faktor-faktor
ht
pembatas yang ada pada setiap wilayah. Pengembangan wilayah merupakan suatu cara pendekatan dalam meratakan segala aspek sosial ekonomi dalam kaitannya dengan perataan ruang wilayah sebagai wadah keterpaduan program-program pembangunan yang sangat diperlukan baik dalam skala makro maupun mikro. Menurut Sjafrizal (2008) penetapan wilayah pembangunan dapat dilakukan dengan memperhatikan 4 aspek utama yaitu : 1. kesamaan kondisi, permasalahan dan potensi umum wilayah, sosial dan geografi (homogenous region). Aspek ini sangat penting agar kebijakan dapat ditetapkan sesuai dengan kondisi dan potensi utama wilayah yang bersangkutan; 2. keterkaitan yang erat antara daerah-daerah yang tergabung dalam wilayah pembangunan yang bersangkutan (nodal region). Hal ini diketahui melalui data tentang kegiatan perdagangan antar daerah
7
dan mobilitas penduduk. Aspek ini sangat penting agar kebijakan yang ditetapkan dapat mendorong keterpaduan dan sinergi pembangunan antar daerah dalam wilayah yang bersangkutan; 3. kesamaan karakteristik geografis antar daerah-daerah yang tergabung dalam wilayah pembangunan tersebut (Functional Region). Aspek ini sangat penting agar kebijakan yang ditetapkan akan dapat didukung oleh kondisi geografis dan potensi sumber daya alam; 4. kesatuan wilayah administrasi pemerintahan yang tergabung dalam wilayah pembangunan yang bersangkutan (Planning Region). Aspek ini sangat penting agar kebijakan yang ditetapkan dapat terjamin pelaksanaannya karena sesuai dengan kewenangan yang dimiliki sehingga dapat dilakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembangunan. 5. Kerangka Pikir
o. id
Kabupaten Mamuju tengah merupakan kabupaten baru yang memiliki potensi dibidang pertanian dan perkebunan. Disamping itu juga terdapat jenis bahan tambang seperti tembaga, tanah liat dan pasir
s. g
besi. Selain sumber daya alam juga adanya sarana dan prasarana fisik pendukung wilayah yang diharapkan dapat menarik investasi di kabupaten mamuju tengah.
.b p
Gambar 2. Kerangka pikir penulisan
Potensi Kabupaten Mamuju Tengah
lb ar
Sumber Daya : SDA, SDM
Sarana prasarana Sosial Ekonomi
ht
tp
://
su
Mengoptimalkan arah pengembangan Analisis Tipologi Wilayah : Analisis multivariate : PCA, Cluster Deskripsi Spasial : SIG Arah pengembangan desa di Kab. Mamuju tengah
Dengan menggunakan analisis multivariate yang terdiri dari analisis komponen utama (Principal Component Analysis = PCA) dan analisis kelompok (Cluster Analysis) yang bertujuan melihat keterkaitan antara tipologi desa dengan faktor-faktor penciri/karakteristik desa. Selanjutnya hasil analisis tipologi dituangkan dalam peta melalui deskripsi spasial menggunakan sistem informasi geografis (SIG).. Adanya studi mengenai identifikasi potensi dan arah pengembangan desa-desa di Kabupaten Mamuju tengah ini diharapkan dapat memberikan kerangka dasar penyusunan kebijakan pengelolaan sumberdaya secara berkelanjutan.
8
METODE PENELITIAN 1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil Pendataan Potensi Desa/Kelurahan 2014 di Kabupaten Mamuju Tengah. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Statistical Package for Sosial Science (SPSS) 17.0 for windows. 2. Metode Analisis Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini maka metode analisis yang digunakan adalah analisis komponen utama dan analisis cluster. Analisis secara deskriptif juga dilakukan untuk melihat keragaan potensi wilayah dan sarana prasarana sosial ekonomi yang ada di Kabupaten Mamuju Tengah.
o. id
2.1. Analisis Multivariat
a. Analisis Komponen Utama (Principal Component Analisis/PCA)
s. g
Analisis komponen utama merupakan salah satu teknik statistik untuk menyederhanakan deskripsi dari suatu set data (peubah) yang banyak dan saling berkorelasi menjadi set data yang ringkas
.b p
dan tidak lagi berkorelasi. Analisis komponen utama berguna untuk meneliti keterkaitan peubah-peubah dalam satu set data.
lb ar
Analisis komponen utama pada dasarnya bertujuan untuk mendapatkan sejumlah kecil faktor (komponen utama) yang memiliki sifat berikut (Jhonson & Winchern, 1982) : 1. mampu menerangkan semaksimum mungkin keragaman data;
su
2. terdapat kebebasan antar faktor;
tp
Model analisis faktor :
://
3. tiap faktor dapat diinterprestasikan sejelas-jelasnya. Xp - μp = Ip1F1 + Ip2F2 + …+ IpmFm + εp
……………………….. (1)
ht
atau dalam notasi matriks : X-μ=LF+ε
…………………………. (2)
(p x 1) (p x m) (m x 1) (p x 1) dimana : X = vektor peubah asal; μ = vektor rata-rata peubah asal; L = matrik loading faktor; F = vektor faktor umum; ε = vektor faktor spesifik Model faktor dapat menjelaskan peubah-peubah Xi dipengaruhi secara linier oleh faktor-faktor umum dan faktor spesifik. Langkah-langkah dalam analisis faktor adalah sebagai berikut : 1. menghitung matrik korelasi ρ antara semua peubah yang digunakan dan ditaksir dengan matriks korelasi R;
9
2. melakukan uji KMO (Kaiser Meyer Olkin); dimana nilai KMO > 0,5 = data dinyatakan cukup layak untuk diuji lebih lanjut dengan analisis faktor (Joseph F. Hair. Jr.,et al, 1987); 3. menduga koefisien faktor umum (loading faktor) dengan menggunakan analisis komponen utama. Banyaknya komponen utama yang digunakan sebagai analisis dapat ditentukan dengan cara memilih akar ciri yang nilainya lebih besar dari satu atau dapat juga dengan memilih varian terbesar.(Joseph F. Hair, Jr., et al, 1987). 4. Dilakukan rotasi faktor dengan menggunakan rotasi orthogonal yaitu rotasi varimax. Rotasi varimax merupakan rotasi yang membuat jumlah varian loading faktor dalam masing-masing faktor akan menjadi maksimum. b. Analisis Kelompok (Cluster Analysis) kelompok (Cluster Analysis)
merupakan salah satu teknik statistik untuk
o. id
Analisis
mengelompokkan individu-individu atau objek yang mempunyai ciri yang sama ke dalam beberapa
s. g
kelompok yang mempunyai sifat berbeda antar kelompok. Sebelum melakukan pengelompokkan terlebih dahulu harus ditentukan jarak kedekatan antar peubah dengan menggunakan jarak euclidian. Variabel-variabel yang digunakan dalam analisis kelompok sama dengan variabel-variabel yang
.b p
digunakan dalam analisis komponen utama (Tabel 3). Analisis kelompok dilakukan setelah analisis komponen utama. Analisis ini menggunakan nilai skor (faktor scores) yang merupakan salah satu hasil
lb ar
dari analisis komponen utama. Metode pengelompokan yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode pengelompokan hierarki karena banyaknya kelompok yang dibentuk belum diketahui
su
sebelumnya. Untuk meminimumkan rataan jarak semua pasangan dari dua kelompok yang digabungkan maka dipilih metode Ward (Ward linkage). Adapun hasil dari analisis kelompok ini adalah berupa grafik
://
dendogram yang selanjutnya akan didapat kareakteristik tipologi masing-masing wilayah.
tp
c. Analisis Spasial/Sistem Informasi Geografis (SIG)
ht
Analisis spasial secara sederhana dapat diartikan sebagai analisis yang menggunakan referensi keruangan (geografi). Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu alat untuk pengambilan, penyimpanan, penganalisisan, dan penampilan data (Sulaeman, 2005). Setiap bagian dari analisis spasial dapat memberikan gambaran tentang suatu fenomena, memberikan informasi mengenai lokasi dan juga persebaran fenomena tersebut dalam suatu wilayah. Penggunaan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran spasial secara lebih jelas dalam bentuk peta tematik mengenai beberapa hasil analisis tipologi desa di Kabupaten Mamuju Tengah.
10
PEMBAHASAN 1.
Karakteristik Desa
1.1. Letak Geografis dan Potensi Ekonomi Kabupaten Mamuju Tengah merupakan wilayah administrasi baru hasil pemekaran dari Kabupaten Mamuju. Letak astronomis Kabupaten Mamuju Tengah berada diantara garis lintang 1o43’33”LS – 2o18’54”LS dan garis bujur 119o7’35”BT – 119o52’18”BT dengan luas wilayah sebesar 3.014,37 Km2. Secara geografis, wilayah tersebut berbatasan dengan Kabupaten Mamuju Utara di sebelah utara, selat Makassar si sebelah barat, Kabupaten Mamuju di sebelah selatan dan Provinsi Sulawesi Selatan di sebelah timur. Kabupaten Mamuju Tengah terdiri dari 5 kecamatan yang meliputi 56 desa yaitu Kecamatan Pangale, Kecamatan Budong-budong, Kecamatan Tobadak, Kecamatan Topoyo dan
o. id
Kecamatan Karossa. Dari hasil Pendataan Podes 2014, penduduk Kabupaten Mamuju Tengah pada awal tahun 2014 berjumlah 118.207 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 2,85 persen. Persebaran
s. g
penduduk ini cukup merata di seluruh kecamatan dengan kepadatan penduduknya mencapai 39 jiwa/km2. Mayoritas penduduk di Kabupaten Mamuju Tengah sumber penghasilan utamanya berasal dari sektor
.b p
pertanian dengan komoditi utamanya padi (10 desa), palawija (9 desa), kelapa sawit dan kakao (36 desa) serta budidaya perikanan (1 desa).
lb ar
Gambar 3. Jumlah Desa Berdasarkan Sumber Penghasilan Utama Sebagian besar Penduduk Menurut Sub Sektor
ht
tp
://
su
budidaya perikanan
Kelapa sawit dan kakao
Padi
Palawija
Untuk memacu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju Tengah, selain dari hasil sektor pertanian, diperlukan industri yang mendukung pertanian dan industri yang mengolah hasil pertanian. Beberapa industri mikro dan kecil yang berkembang di wilayah Kabupaten Mamuju Tengah antara lain 244 unit industri makanan dan minuman (pengolahan hasil pertanian), 99 unit industri dari kayu dan 86
11
unit industri batu bata/gerabah. Pemerintah diharapkan dapat mendorong perkembangan industri pengolahan. 1.2. Kondisi Infrastruktur, komunikasi dan sarana perekonomian Ketersediaan dan kondisi jalan, angkutan dan sarana komunikasi turut berperan dalam usaha peningkatan kemajuan perekonomian di di Kabupaten Mamuju Tengah. Masih banyaknya jalan yang kurang memadai yang tentunya dapat menghambat sarana transportasi sampai ke desa yang berimbas pada petani dalam usaha memasarkan hasil panennya dan dapat memperlambat perkembangan ekonomi di desa. Demikian halnya dengan sarana komunikasi, kemudahan masyarakat mengakses informasi dan menggunakan fasilitas komunikasi dapat mendorong peningkatan perekonomian di desa. Berdasarkan jenis permukaan jalan terluas di desa hasil pendataan Podes 2014, mayoritas desa
o. id
di Kabupaten Mamuju Tengah jenis permukaan terluasnya adalah jalan diperkeras (kerikil, batu), baru 11 desa yang permukaan jalan terluas di desanya adalah aspal, bahkan masih ada 3 desa yang permukaan
s. g
jalan terluasnya adalah tanah. Adanya infrastruktur jalan memungkinkan kendaraan roda 4 melintasi desa tersebut. Dari 56 desa di kabupaten Mamuju Tengah belum semua desa dapat dilalui kendaraan roda 4 sepanjang tahun, baru 40 desa yang dapat dilalui kendaraan roda 4 sepanjang tahun, sementara jalan di 16
.b p
desa masih memiliki kendala pada keadaan tertentu.
Ada 10
tp
Aspal Bukan Aspal
2
ht
Total
su
Penerangan di jalan utama desa/kelurahan :
://
Permukaan Jalan Terluas
lb ar
Tabel 1. Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Fasilitas Permukaan Jalan Terluas dan Penerangan di Jalan Utama Desa/Kelurahan
12
ketersediaan
angkutan umum sudah ada di 36 desa, masih terdapat 20 desa yang belum tersedia angkutan
Total
Tidak ada 35
45
9
11
44
56
Sumber : BPS, Podes 2014
Sementara
umum. Untuk mempermudah petani dalam memasarkan hasil panennya
maka
diperlukan
jalan yang cukup memadai untuk membawa hasil pertanian ke
sentra
pemasaran.
Berdasarkan hasil Podes 2014, jenis permukaan jalan dari sentra produksi/lahan pertanian ke jalan utama desa yang ada di kabupaten Mamuju tengah terdiri dari jalan diperkeras sebanyak 33 desa dan jalan tanah sebanyak 23 desa. Seluruh desa di Kabupaten Mamuju Tengah sudah menggunakan listrik, dimana sumber penerangan ini berasal dari PLN maunpun Non PLN.
Tetapi masih ada keluarga yang belum
menggunakan listrik yang tersebar di 50 desa. Dari 56 desa yang ada di Kabupaten Mamuju, sebanyak 12 desa yang memiliki penerangan jalan utama, sementara 44 desa tidak memiliki penerangan jalan utama
12
desa. Infrastruktur penerangan jalan desa sangat diperlukan untuk meminimalisir tingkat kriminalitas di desa. Ketersediaan sarana komunikasi di Kabupaten Mamuju Tengah masih sangat kurang. Hal ini diperkuat bahwa hanya Kecamatan Tobadak saja yang sarana komunikasinya cukup lengkap seperti warnet, kantor pos, dan jasa ekspedisi. Sementara itu Kecamatan Pangale dan Karossa belum tersedia sarana komunikasi sama sekali. Selain itu, salah satu sarana pendukung komunikasi adalah adanya sinyal telepon seluler. Sinyal telepon seluler yang kuat memudahkan komunikasi di masyarakat setempat dengan masyarakat diluar daerah. Sinyal telepon seluler yang kuat dapat ditemui pada 39 desa di Kabupaten Mamuju Tengah, sinyal telepon seluler lemah ditemui pada 16 desa bahkan ada 1 desa yang tidak didapati sinyal telepon seluler sama sekali. Informasi juga dapat diakses melalui media televisi.
o. id
Berdasarkan data Podes 2014, seluruh desa di Kabupaten mamuju tengah dapat menangkap siaran TVRI dan Televisi swasta, namun hanya 4 desa saja di Kecamatan Topoyo yang bisa menangkap siaran TVRI
s. g
daerah. 1.3. Ketersediaan Pelayanan Dasar
Ketersediaan pelayanan dasar di masyarakat sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas
.b p
sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia meliputi manusia yang sehat, cerdas dan berbudi luhur. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan
lb ar
kualitas sumber daya manusia.
32
0
32
Tidak ada
22
2
24
Total
54
2
56
tp
Tidak ada
Ada
ht
bidang
pendidikan,
pemberantasan buta huruf menjadi
2014, program pemberantasan buta Total
Ada
SMP
Dalam
fokus utama. Berdasarkan data Podes
SD
://
Keberadaan Fasilitas Pendidikan
su
Tabel 2. Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Fasilitas Pendidikan
huruf yang dilakukan adalah dengan mengadakan
kegiatan
keaksaraan
fungsional dan baru berjalan di 24 desa yang tersebar di 5 Kecamatan.
Sarana pendidikan meliputi jumlah sekolah negeri dan swasta untuk jenjang pendidikan SD/MI sebanyak 122 sekolah yang tersebar di 54 desa dan ada 2 desa yang belum tersedia sarana pendidikan dasar SD/MI. Sarana pendidikan SMP/MTs sebanyak 48 sekolah yang tersebar di 32 desa. Sarana pendidikan SMA/MA sebanyak 20 sekolah dan SMK sebanyak 8 sekolah. Untuk jenjang pendidikan Perguruan Tinggi ada sebanyak 4 Akademi/PT swasta yang berada di Kecamatan Topoyo.
13
Untuk desa yang tidak tersedia sarana pendidikan maka jarak desa ke fasilitas pendidikan terdekat, secara rata-rata jarak desa ke SD/MI terdekat yaitu 1,8 km, rata-rata jarak desa ke SMP/Mts terdekat 4,8 km, kemudian rata-rata jarak desa ke SMA/MA dan SMK terdekat yaitu 9,3 km dan 16,7 km. Sementara rata-rata jarak ke Akademi/perguruan tinggi terdekat sekitar 32 km. Selain pendidikan dasar, untuk mengakomodir anak yang putus sekolah tersedia sarana pendidikan Paket A/B/C yang tersebar di 18 desa. Keberadaan lembaga pendidikan dan ketrampilan di Mamuju Tengah dirasakan masih sangat sedikit yaitu hanya 4 lembaga pendidikan dan ketrampilan yang terdiri dari 1 lembaga kursus Bahasa asing dan 3 lembaga kursus computer dan lokasinya hanya terpusat di 2 desa yang berada di kecamatan Kecamatan Pangale dan Kecamatan Topoyo.
o. id
Dalam bidang kesehatan, jumlah desa di Kabupaten Mamuju Tengah yang tersedia sarana kesehatan puskesmas sebanyak 10 desa, sarana poskesdes sebanyak 48 desa dan sebanyak 55 desa tersedia sarana posyandu. Sementara fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, rumah sakit bersalin,
s. g
puskesmas pembantu dan polindes
lb ar
Poskesdes
.b p
Tabel 3. Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Sarana Kesehatan
Sebagai
pertolongan pertama masyarakat dititikberatkan
pada
fasilitas
puskesmas dan poskesdes. Namun
Tidak Ada
Total
3
7
10
tersedia
45
1
46
puskesmas yaitu desa Tabolang
8
48
56
Kecamatan Topoyo.
masih ada 1 desa yang belum sarana
poskesdes
dan
://
Total
tersedia.
Ada
su
Puskesmas Ada / pustu Tidak Ada
belum
ht
tp
Sumber : BPS, Podes 2014
Jumlah Pos Pelayanan Terpadu (posyandu) di Kabupaten Mamuju Tengah sebanyak 125 posyandu yang tersebar di 55 desa, masih terdapat 1 desa di Kecamatan Budong-budong yang belum tersedia sarana posyandu yaitu desa Lembahada. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih lanjut masyarakat Kabupaten Mamuju Tengah harus menempuh jarak yang cukup jauh. Jarak yang jauh dan sulitnya mengakses sarana kesehatan secara fisik mengakibatkan biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk mencapai fasilitas kesehatan cukup tinggi. Hal ini merupakan kendala masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik di Mamuju Tengah. Fasilitas kesehatan terdekat dengan desa secara rata-rata adalah puskesmas dan tempat praktek dokter. Jarak rata-rata dari desa ke puskesmas sejauh 12,1 km dan ke tempat praktek dokter sejauh 13,5 km.
14
Selain sarana kesehatan, tenaga kesehatan yang ada di desa juga sangat mempengaruhi pelayanan kesehatan terhadap masyarakat desa. Tenaga kesehatan terdiri dari dokter, bidan dan tenaga kesehatan lainnya. Jumlah dokter yang tinggal di Kabupaten Mamuju tengah sebanyak 15 dokter yang tersebar di 11 desa. Sementara keberadaan bidan yang jumlahnya sebanyak 188 bidan hampir ada di seluruh desa kecuali desa Topoyo Kecamatan Topoyo. Berdasarkan hasil PODES 2014, selama setahun terakhir, terjadi wabah penyakit yang menyerang desa di Kecamatan Topoyo seperti wabah muntaber yang menyerang 1 desa, wabah demam berdarah yang menyerang 2 desa dan wabah malaria yang menyerang 1 desa. Selain itu wabah muntaber juga menyerang 1 desa di Kecamatan Pangale. Selain wabah penyakit, masih ada penderita gizi buruk yang berada di 10 desa di Kabupaten Mamuju tengah. Jumlah penderita gizi buruk sebanyak 21 orang yang
o. id
tersebar di 10 desa dimana desa yang warganya mengalami gizi buruk terbanyak adalah Desa Tobadak Kecamatan Tobadak yaitu berjumlah 6 orang. 2. Tipologi Desa Menurut Analisis Multivariabel
s. g
Analisis tipologi wilayah pada penelitian ini didasarkan pada karakteristik dan pengelompokan desa-desa dengan variabel sumber daya dan sarana sosial ekonomi yang dimiliki. Unit analisis yang
.b p
digunakan adalah 56 desa yang ada di Kabupaten Mamuju Tengah.
Variabel yang digunakan pada analisis PCA pada awalnya sebanyak 55 variabel. Jenis data pada
lb ar
variabel yang digunakan merupakan data interval dan rasio sehingga satuan tiap variabel berbeda. Oleh karena itu untuk memenuhi asumsi kenormalan data, sebelum dilakukan pengolahan terlebih dahulu dilakukan standarisasi data. Sebagai langkah awal dari analisis PCA maka variabel tersebut diseleksi
su
berdasarkan kelengkapan dan kemampuan variabel dalam menjelaskan keragaman karakteristik wilayah
://
sehingga didapatkan 16 variabel yang memenuhi analisis PCA. Proses analisis ini akan menghasilkan
tp
beberapa ‘Faktor Utama’ penciri utama keragaan perkembangan wilayah. Ke-16 variabel tersebut adalah: 1. Kepadatan penduduk (banyaknya penduduk laki-laki dan perempuan yang tinggal di suatu
ht
wilayah dibagi dengan luas wilayah) 2. Luas lahan pertanian nonsawah (tegal/kebun, lading/huma, tambak, kolam/tebat/empang, perkebunan, peternakan, dll) 3. Jarak desa ke kantor kecamatan 4. Jumlah SD/MI (banyaknya SD/MI baik berstatus negeri dan swasta) 5. Jumlah SMP/MTs (banyaknya SMP/MTs baik berstatus negeri dan swasta) 6. Jumlah SMA/SMK (banyaknya SMP/SMK baik berstatus negeri dan swasta) 7. Jumlah dokter adalah banyaknya dokter praktek umum, spesialis dan gigi; 8. Jarak ke puskesmas terdekat 9. Jumlah puskesmas 10. Jumlah bidan adalah banyaknya bidan yang tinggal di desa 15
11. Jumlah koperasi yang masih aktif (banyaknya KUD, Koperasi simpan pinjam, koperasi industri kecil dan kerajinan rakyat dan koperasi lainnya yang masih beroperasi) 12. Jumlah industri mikro dan kecil (banyaknya perusahaan industri yang memiliki tenaga kerja kurang dari 20 orang) 13. Jarak ke pasar terdekat 14. Jumlah hotel/penginapan (banyaknya usaha yang menyediakan jasa akomodasi) 15. Jumlah bank (banyaknya kantor pelayanan nasabah bank umum pemerintah, bank umum swasta dan bank perkreditan rakyat) 16. Jumlah restoran dan kedai makanan/minuman (banyaknya usaha pangan siap saji)
Hasil Analisis Komponen Utama
o. id
2.1.
Langkah pertama dari analisis komponen utama adalah memilih peubah yang layak dimasukkan dalam analisis komponen utama dengan cara menghitung matrik korelasi ρ antara semua peubah yang
korelasi tersebut. Dari hasil pengujian didapatkan:
s. g
digunakan dan ditaksir dengan matriks korelasi R, kemudian dilakukan pengujian terhadap matrik
.b p
a. Determinant of Correlation Matrix sebesar 1,40E-005. Nilai ini mendekati 0, menunjukkan ada keterkaitan antara peubah bebas.
lb ar
b. Nilai KMO (Kaiser Meyer Olkin Measure of Sampling) sebesar 0,764 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,5 yang berarti data dinyatakan cukup layak untuk diuji lebih lanjut dengan analisis komponen utama.
su
c. Nilai Anti-Image Correlation yang menunjukkan korelasi parsial (korelasi antar dua peubah dengan
://
menganggap tetap peubah yang lain) bernilai lebih dari 0,5 dan signifikan.
tp
Selanjutnya dilakukan ekstraksi komponen utama dengan metode PCA guna mendapatkan sejumlah faktor yang dapat menjelaskan keterkaitan antar peubah. Faktor yang terbentuk merupakan
ht
kombinasi linier dari peubah yang diteliti. Hasil ekstraksi tersebut didapatkan nilai comunallity dari semua peubah lebih dari 50 persen. Hal ini menunjukkan bahwa semua peubah yang digunakan dapat menjelaskan faktor yang terbentuk. Berdasarkan nilai akar ciri (eigenvalue) yang mencerminkan peran tiap peubah terhadap total keragaman data yang bisa dijelaskan, didapatkan 4 faktor yang mempunyai nilai akar ciri lebih besar dari 1. Ke-empat faktor tersebut mampu menerangkan total keragaman data sebesar 70,96% dimana keragaman data bisa diterangkan oleh faktor 1 sebesar 36,48%, faktor 2 sebesar 15,79%, faktor 3 sebesar 11,55% dan faktor 4 sebesar 7,14%. Ke-enam faktor tersebut menghasilkan matrik loading faktor yang tidak berkorelasi satu sama lain dan nilainya merupakan koefisien korelasi antara peubah dengan faktorfaktor tersebut. Agar setiap faktor mudah diinterpretasikan maka dilakukan rotasi faktor dengan menggunakan metode rotasi orthogonal varimax. Rotasi varimax merupakan rotasi yang membuat jumlah 16
varian loading faktor dalam masing-masing faktor akan menjadi maksimum sehingga setiap peubah hanya masuk ke dalam satu faktor saja dimana nilai korelasinya terbesar. Adapun ke-empat faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1. Faktor 1 berkorelasi positif dengan jumlah bank, jumlah hotel/penginapan, jumlah koperasi, kepadatan penduduk, jumlah restoran/kedai, jumlah indutri mikro, dan jumlah SMA/SMK. Faktor ini berkorelasi tinggi positif dengan peubah penduduk, fasilitas perekonomian, dan fasilitas pendidikan menengah maka faktor 1 dapat diidentifikasikan sebagai faktor potensi penduduk dan sarana ekonomi. 2. Faktor 2 berkorelasi positif dengan jumlah puskesmas, jumlah bidan, jumlah dokter dan berkorelasi negatif dengan jarak terdekat ke puskesmas. Faktor ini diidentifikasikan sebagai faktor sarana kesehatan.
o. id
3. Faktor 3 berkorelasi positif dengan luas lahan pertanian nonsawah, jumlah SD/MI, jumlah SMP/MTs dan jarak desa ke kantor kecamatan. Faktor ini diidentifikasikan sebagai faktor potensi pertanian dan sarana pendidikan.
s. g
4. Faktor 4 berkorelasi negatif dengan jarak terdekat dengan pasar. Faktor ini diidentifikasikan sebagai faktor sarana pemasaran.
.b p
Ke-empat faktor tersebut akan digunakan untuk mengelompokkan desa menurut tipologinya di Kabupaten Mamuju Tengah dengan terlebih dahulu dibuat nilai skor faktor untuk tiap desa. Hasil Analisis Cluster
lb ar
2.2.
Pengelompokan desa di Kabupaten Mamuju Tengah berdasarkan potensi wilayahnya dilakukan dengan metode hierarkhi dengan proses aglomerasi (pemusatan) menurut jarak Euclidian dengan
su
menggunakan metode Ward’s, dimana jarak antara dua cluster dalam metode ini berdasarkan
://
total sum of square dua cluster pada masing-masing peubah. Hasil pengelompokkan
tp
digambarkan dengan dendogram.
ht
Dari dendogram tersebut didapatkan 4 cluster desa/kelurahan di Kabupaten Mamuju Tengah yaitu cluster pertama beranggotakan 29 desa, cluster kedua beranggotakan 9 desa, cluster ketiga beranggotakan 16 desa dan cluster keempat beranggotakan 1 desa. Dengan membandingkan rata-rata skor tiap faktor untuk tiap cluster dengan rata-rata skor faktor kabupaten Mamuju Tengah maka didapatkan ciri masing-masing kelompok desa dengan faktor utamanya yang mencirikan karakteristik kelompok desa tersebut.
17
Tabel 4. Hasil Analisis Cluster pada Desa/Kelurahan di kabupaten Mamuju Tengah No 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
Cluster 3 Nama Desa KUO LUMU SALUMANURUNG BARAKKANG KIRE PONTANAKAYANG BOJO PASAPPA SULOBAJA BATU PARIGI TOBADAK BUDONG-BUDONG KABUBU TUMBU SALULEKBO KAMBUNONG TASOKKO
No 46
Cluster 4 Nama Desa TOPOYO
o. id
Cluster 2 Nama Desa POLOPANGALE POLOCAMBA TINALI SALOGATTA BABANA SALO ADAK SALUPANGKANG LARA KAROSSA
su
lb ar
.b p
s. g
No 30 31 32 33 34 35 36 37 38
tp
://
Cluster I Nama Desa PANGALE LEMO-LEMO SARTANAMAJU KOMBILING LAMBA-LAMBA POLO LERENG LEMBAH HADA BAMBADARU SEJATI PALONGAN MAHAHE PANGALLOANG PARAILI SINABATTA WAEPUTEH TAPPILINA SALUPANGKANG IV BAMBAMANURUNG TANGKOU TABOLANG SALUBIRU SUKAMAJU LEMBAH HOPO UPT LARA III KAYUCALLA KADAILA BENGGAULU MORA IV SANJANGO
ht
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
18
7 6 5
Cluster 1
4
Cluster 2
3
Cluster 3
2
Cluster 4
1 0 -1
fac-1
fac-2
fac-3
fac-4
o. id
Gambar 4. Grafik Rata-rata Skor Faktor
Cluster 1 bercirikan faktor sumber daya manusia dan sarana ekonomi, faktor sarana kesehatan,
s. g
faktor potensi pertanian dan sarana pendidikan serta faktor sarana pemasaran berada dibawah nilai ratarata faktor kabupaten. Hal ini menunjukan bahwa desa/kelurahan yang termasuk dalam kelompok ini
.b p
dicirikan dengan sedikitnya potensi pertanian non sawah dan kurangnya sarana prasarana ekonomi, pendidikan maupun kesehatan.
lb ar
Cluster 2 bercirikan faktor sarana kesehatan serta faktor potensi pertanian dan sarana pendidikan di atas rata-rata kabupaten. Hal ini menunjukkan bahwa desa yang termasuk dalam kelompok ini memiliki sarana kesehatan yang cukup banyak, sarana pendidikan dasar yang cukup merata dan lahan
su
pertanian non sawah yang cukup luas. Namun faktor sumber daya manusia dan sarana ekonomi serta
tp
masih kurang.
://
faktor sarana pemasaran berada dibawah rata-rata kabupaten. Ini menunjukkan sarana prasarana ekonomi
Cluster 3 bercirikan faktor potensi pertanian dan sarana pendidikan serta faktor sarana pemasaran
ht
di atas rata-rata kabupaten. Hal ini menunjukkan desa yang termasuk dalam kelompok ini memiliki potensi pertanian non sawah yang luas, sarana pendidikan yang cukup merata dan memiliki sarana pemasaran yang cukup merata dan mudah dijangkau. Namun faktor sumber daya manusia dan sarana ekonomi serta faktor sarana kesehatan berada dibawah rata-rata kabupaten. Ini menunjukkan sarana prasarana ekonomi masih kurang dan sarana kesehatan masih sangat kurang. Cluster 4 bercirikan faktor sumber daya manusia dan sarana ekonomi, faktor sarana kesehatan, serta faktor sarana pemasaran berada diatas nilai rata-rata faktor kabupaten. Hal ini menunjukkan bahwa desa ini memiliki sumber daya manusia dan sarana ekonomi yang cukup banyak dan memiliki sarana kesehatan cukup mudah dijangkau serta memiliki sarana pemasaran. Namun faktor potensi pertanian dan sarana pendidikan berada dibawah rata-rata kabupaten. Bila dilihat dari peubahnya, luas lahan pertanian non sawah di desa sangat sedikit tetapi sarana pendidikan di desa ini cukup banyak. 19
Untuk melihat pola penyebaran desa berdasarkan cluster yang terbentuk diatas maka dibuatlah peta cluster. Desa yang termasuk ke dalam cluster 1 dengan ciri rendahnya potensi sumber daya dan kurangnya sarana prasarana terlihat berada pada wilayah perbatasan dengan kabupaten lain, bahkan ada desa yang berada persis di tengah kabupaten. Desa yang temasuk cluster 2 dengan ciri adanya sarana kesehatan dan pendidikan yang cukup memadai berada disekitar desa yang termasuk cluster 1, sementara desa yang termasuk cluster 3 dengan ciri luasnya potensi pertanian terlihat luasnya hampir separuh dari kabupaten Mamuju Tengah. Desa yang termasuk cluster 4 yang terdiri dari 1 desa berada di pusat kota
ht
tp
://
su
lb ar
.b p
s. g
o. id
dari Kabupaten Mamuju Tengah.
Berdasarkan tipologi dari masing-masing cluster yang terbentuk, maka dapat dikelompokkan kembali ke dalam 3 wilayah pembangunan di Kabupaten Mamuju Tengah dimana wilayah pembangunan I merupakan kelompok wilayah dengan karakteristik potensi sumber daya manusia dan sarana ekonomi tinggi (desa yang termasuk dalam cluster 4), wilayah pembangunan II merupakan kelompok wilayah dengan karakteristik potensi pertanian tinggi dan sarana prasarana sosial ekonomi sedang (desa yang termasuk dalam cluster 2 dan 3), wilayah pembangunan III merupakan kelompok wilayah dengan karakteristik potensi sumber daya manusia dan pertanian rendah dan kurangnya sarana prasarana sosial ekonomi (desa yang termasuk dalam cluster 1) 20
KESIMPULAN 1. Berdasarkan peubah potensi sumber daya dan sarana prasarana sosial ekonomi telah terjadi keragaman antar wilayah desa yang disebabkan oleh 4 faktor yaitu faktor sumber daya manusia dan sarana ekonomi, faktor sarana kesehatan, faktor potensi pertanian dan sarana pendidikan serta faktor sarana pemasaran. 2. Berdasarkan kedekatan jarak dari ke-empat faktor tersebut terbentuk 4 cluster desa/kelurahan di
Kabupaten Mamuju Tengah yaitu cluster pertama beranggotakan 29 desa, cluster kedua beranggotakan 9 desa, cluster ketiga beranggotakan 16 desa dan cluster keempat beranggotakan 1 desa. Desa yang termasuk ke dalam cluster 1 berada pada wilayah perbatasan dengan kabupaten lain, bahkan ada desa yang berada persis di tengah kabupaten. Desa
o. id
yang temasuk cluster 2 berada disekitar desa yang termasuk cluster 1, sementara desa yang termasuk cluster 3 berada di wilayah tengah kabupaten dan luasnya hampir separuh dari kabupaten Mamuju
s. g
Tengah. Desa yang termasuk cluster 4 yang terdiri dari 1 desa terletak di pusat kota dari Kabupaten Mamuju Tengah. Berdasarkan persamaan ciri dari cluster yang terbentuk dikelompokkan dalam 3
.b p
wilayah pembangunan di Kabupaten Mamuju Tengah dimana wilayah pembangunan I merupakan kelompok wilayah dengan karakteristik potensi sumber daya manusia dan sarana ekonomi tinggi (desa yang termasuk dalam cluster 4), wilayah pembangunan II merupakan kelompok wilayah dengan
lb ar
karakteristik potensi pertanian tinggi dan sarana prasarana sosial ekonomi sedang (desa yang termasuk dalam cluster 2 dan 3), wilayah pembangunan III merupakan kelompok wilayah dengan karakteristik
su
potensi sumber daya manusia dan pertanian rendah dan kurangnya sarana prasarana sosial ekonomi
SARAN
tp
://
(desa yang termasuk dalam cluster 1).
ht
1. Untuk memacu pertumbuhan ekonomi di wilayah mamuju tengah dengan Topoyo sebagai pusat perekonomian maka perlu dibangun pusat pusat ekonomi baru untuk memudahkan pemasaran hasil produksi pertanian yang ada di wilayah mamuju tengah. 2. Untuk desa yang masuk cluster 1 dimana daya dukung wilayahnya sangat kurang baik dari segi potensi sumber daya alam maupun sarana prasarana sosial ekonomi, maka perlu intervensi pemerintah dalam membangun sarana prasarana sosial ekonomi seperti sekolah atau puskesmas yang keberadaannya sangat dibutuhkan masyarakat. Untuk potensi sumber daya alam perlu ditinjau apakah desa-desa tersebut yang tidak potensi di bidang pertanian dimungkinkan berpotensi pada bidang yang lain misalnya industri makanan atau jasa pariwisata. 3. Untuk desa yang masuk cluster 2 diharapkan pembangunan ditekankan pada pemasaran hasil produksi pertanian.
21
4. Untuk desa yang masuk cluster 3 diharapkan adanya peningkatan sarana kesehatan dan sarana perekonomian lainnya, terutama industri yang mengolah hasil pertanian. 5. Adanya keterbatasan penulisan dikarenakan adanya outlier sehingga tidak memenuhi asumsi kenormalan sehingga tidak bisa dilakukan pengujian lebih lanjut, sehingga dimungkinkan ada analisis lanjutan dengan mempertimbangkan mengeluarkan data outlier dalam penulisan.
DAFTAR PUSTAKA
.b p
s. g
o. id
Adisasmita, Rahardjo. 2008. Pengembangan Wilayah: Konsep dan Teori. Graham Ilmu. Yogyakarta Anjasmara, Djamhur. 2015. RTRW adalah Kepatutan Disegerakan. 20 Agustus 2015. Diunduh dari https://idzamanjasmara.wordpress.com/category/news/. Arsyad, Lincolin, dkk. 2011. Strategi Pembangunan Perdesaan Berbasis Lokal. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Brauksa, Ieva.2003. Use of Cluster Analysis in Exploring Economic Indicator Differences among Regions: The Case of Latvia. Journal of Economics, Business and Management, Vol. 1, No. 1, Februari 2013.
Caroline, Priskha. 2013. Sistem Informasi Geografis. Penentuan Prioritas Wilayah Industri di Kabupaten Kubu Raya. Program Studi Teknik Informatika : Universitas Tanjungpura.
ht
tp
://
su
lb ar
Gasperz, Vincentius. 1985. Suatu Studi Pengelompokkan Provinsi di Indonesia Berdasarkan Beberapa Peubah Sosial Ekonomi. Bogor : Fakultas Pasca Sarjana IPB. Johnson, R.A. dan Wichern, D.W. 1982. Applied Multivariate Statistical Analysis. New Jersey : Prentice Hall International Inc. Hariyanto, dan Tukidi. 2007. Konsep Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang Indonesia di Era Otonomi Daerah. Jurnal Geografi, Volume 4 No. 1 Januari 2007. Hernowo, Basah. 2009. Kajian pembangunan ekonomi desa untuk mengatasi kemiskinan. 13 November 2014. Diunduh dari http://www.bappenas.go.id/files/5013/5080/2310/ekonomidesa__20090929140041__2080__1. Kedepankan Raperda RTRW. [Berita]. 20 Agustus 2015. Diunduh dari http://radarsulbar.co.id/read/6/11/920/Kedepankan.Ranperda.RTRW.html, Rahmalia, Evi. 2003. Analisis Tipologi Dan Pengembangan Desa-Desa Pesisir Kota Bandar Lampung. Tesis. Program Pascasarjana PS-SPL. Institut Pertanian Bogor. Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta. Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 tahun 2013 tentang Pembentukan Kabupaten Mamuju Tengahdi Provinsi Sulawesi Barat. Jakarta. Sjafrizal. 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat. Prisma, No. 3, Tahun XXVI : 27-38, LP3ES, Jakarta _______. 2008. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Baduose Media, Padang _______. 2012. Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Rajawali Pers, Jakarta. Sugandi, A. 1984. Penataan Ruang Wilayah, Daerah dan Kota. Prisma 6 (13) : hal 3-13. Sulaeman, Yiyi. 2005. Mudah Belajar ArcView GIS 3.x Petunjuk praktis untuk pemula. Balai Penelitian Tanah Puslitbang Tanah dan Agroklimat Departemen Pertanian 2005. Bogor. Todaro, M.P. 2000. Economic Development. Seventh Edition, New York University, Longman, London and New York. 22