HUBUNGAN ANTARA PAPARAN GAS BUANG KENDARAAN (Pb) DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN ERITROSIT BERDASARKAN LAMA KERJA PADA PETUGAS OPERATOR WANITA SPBU DI WILAYAH SEMARANG SELATAN 1,2,3
Mifbakhuddin1, Wulandari Meikawati2, Puji Mumpuni3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang Email:
[email protected]
ABSTRAK Latar Belakang: Adanya pertumbuhan kendaraan di kota Semarang berpotensi besar terhadap pencemaran udara yang akan memberikan efek terhadap kesehatan. Dampak paparan Pb terhadap kesehatan adalah adalah hipertensi, anemia, penurunan kemampuan otak dan dapat menghambat pembentukan darah merah. Mengetahui hubungan Pb dalam darah dengan hemoglobin dan eritrosit berdasarkan lama kerja pada wanita petugas operator SPBU di wilayah Semarang Selatan. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan 30 sampel. Variabel bebas penelitian yaitu kadar Pb dalam darah dan lama kerja, sedangkan variabel terikatnya adalah hemoglobin dan eritrosit. Uji statistik yang digunakan adalah uji Korelasi Pearson Product Moment. Hasil: Rata-rata lama kerja responden 5 bulan dengan jumlah 8 orang (26,7%). Sebagian besar kadar Pb dalam darah >20 µg/dl yang ditetapkan WHO sebanyak 22 orang (73,3%), kadar hemoglobin sebagian besar operator wanita SPBU masih normal yaitu sebanyak 21 orang (70%), kadar eritrosit sebagian besar operator wanita SPBU masih normal yaitu sebanyak 25 orang (83,3%). Tidak ada hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan Pb dalam darah pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan dengan nilai r = 0,202 dan p = 0,283 (p>0,05). Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara Pb dalam darah, lama kerja dengan hemoglobin dan eritrosit. Kata kunci: kadar Pb dalam darah, lama kerja, hemoglobin, eritrosit, operator wanita SPBU
ABSTRACT Background. The growth of numbers of vehicles in the city of Semarang great potential for air pollution that will give effect to health. The impacts of lead exposure to human health are hypertension, anemia, children’s intelligence reduction due to brain’s degrading functions and hemoglobin formation inhabitance. Objective. To understand the correlation between of lead in blood with hemoglobin and erythrocytes by the working time duration on female operators gas station in south of Semarang city. Methods. The research uses cross sectional design with 30 samples. The independent variables are lead in blood and working time duration, while the dependent variables are hemoglobin and erythrocytes. Pearson Correlation Product Moment is the statistic test used in this research. Results. Respondent’s average working time duration is 5 months on 8 persons (26,7%). Blood lead on most of them is > 20 mg/dL, which the the WHO defined on 22 person (73.3%), hemoglobin on most of the female operators gas station is still normal on 21 persons (70%), and the erythrocytes on 25 persons (83.3%). There is no significant correlation between working time duration with lead in blood with r = -0.202 and p = 0.283 (p> 0.05). Conclusion. There is no correlation between lead in the blood, working time duration with hemoglobin and erythrocytes. Keywords. Lead in the blood, working time duration, hemoglobin, erythrocytes, female operators gas station.
!
"
#$
A. PENDAHULUAN Kota Semarang merupakan salah satu kota metropolitan dimana angka peningkatan jumlah kendaraan bermotor rata-rata pertahun mencapai 5–9 %. Adanya pertumbuhan kendaraan di kota Semarang berpotensi besar terhadap pencemaran udara yang akan memberikan efek terhadap kesehatan[1]. Paparan Pb dengan kadar rendah yang berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu lama akan menimbulkan dampak kesehatan diantaranya adalah Hipertensi, Anemia, penurunan kemampuan otak dan dapat menghambat pembentukan darah merah (eritrosit)[2]. Timbal (Pb) atau secara umum dikenal dengan sebutan timah hitam merupakan sumber polutan udara utama di udara perkotaan selain sulphur dioksida (SO2), partikulat tersuspensi (Suspended Particulate Matter), nitrogen oksida (NOx) dan karbon monoksida (CO) [3]. Akumulasi Pb dalam darah yang relatif tinggi akan menyebabkan sindroma saluran pencernaan, kesadaran menurun (cognitive effect), anemia, kerusakan ginjal, Hipertensi, neuromuscular dan konsekuensi psikologis serta kerusakan saraf pusat dan perubahan tingkah laku. Menurut Child, J.A (1995), hemoglobin adalah protein utama tubuh manusia yang terdapat dalam eritrosit dan berperan mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan mengangkut karbon dioksida dari jaringan ke paruparu untuk diekskresi [4]. Sel darah merah (eritrosit) adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh melalui darah. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Warna merah sel darah merah berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Tujuan dari penelitian ini adalah unutuk mengetahui hubungan antara Pb dalam darah dengan hemoglobin dan eritrosit berdasarkan lama kerja pada petugas operator wanita SPBU di wilayah Semarang Selatan. B. METODE Jenis penelitian yang dilakukan adalah explanatory research dengan metode survey dan pemeriksaan Laboratorium dengan pendekatan potong lintang (cross sectional). Populasi dalam penelitian ini adalah wanita pekerja operator SPBU di wilayah Semarang Selatan yang berjumlah 43 orang. Besar sampel penelitian diambil berdasarkan acuan dari Suprapto dengan rumus sebagai berikut: n= Z2.N.p.q 2 d (N-1) + Z2.p.q Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 orang. Penelitian ini dilakukan di SPBU-SPBU di wilayah Semarang Selatan yang terdapat petugas operator wanitanya antara lain SPBU Banyumanik, SPBU Srondol, SPBU DR. Wahidin, SPBU Akpol, SPBU Pandanaran, dan SPBU Ahmad Yani. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan April 2010.
Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan nilai minimum, maksimum, mean dan rata-rata dari tiap variabel-variabel yang diteliti yang dijabarkan dalam bentuk tabel dan narasi. Hasil uji kenormalan data dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov menyatakan data berdistribusi normal (p>0,05), sehingga uji yang digunakan adalah uji Korelasi Pearson Product Moment. C. HASIL a. Umur Responden Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata umur petugas operator wanita SPBU di wilayah Semarang Selatan adalah 20,4 tahun dengan umur termuda 18 tahun dan umur tertua 28 tahun dengan standar deviasi 1,903 tahun.
Gambar 1 diagram batang umur responden Pada gambar 1 menunjukkan bahwa rata-rata responden berumur 19 tahun dengan jumlah 11 orang (36,7%). b. Lama Kerja Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lama kerja petugas operator wanita SPBU bervariasi antara 5 bulan sampai 24 bulan dengan rata-rata 12,5 bulan dan standar deviasi 6,5 bulan.
Gambar 2 diagram batang lama kerja responden Pada gambar 2 menunjukkan rata-rata lama kerja responden adalah 5 bulan dengan jumlah 8 orang (26,7%). c. Hasil Pemeriksaan Pb Dalam Darah, Hemoglobin dan Eritrosit Petugas Operator Wanita SPBU
!
"
#$
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran minimum kadar Pb dalam darah adalah 5,09 µg/dl dan maksimum adalah 77,16 µg/dl, sedangkan untuk rata-rata kadar Pb dalam darah adalah 35,6163 µg/dl dengan standar deviasi 20.29560 µg/dl. Nilai rata-rata tersebut melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh WHO yaitu 20 µg/dl. Rata-rata kadar hemoglobin petugas operator wanita SPBU masih di bawah nilai normal, sedangkan untuk eritrosit masih normal. Tabel 1 Hasil pemeriksaan Pb Dalam Darah, hemoglobin dan eritrosit petugas operator wanita SPBU Variabel
Min
Max
SD
Rata-rata
NAB
Pb (µg/dl)
5,09
77,16
20.29560
35.6163
20
13,9 4670000
0,8561 230632.314
12.450 4.24E6
14 4,0 – 5,0
Hb (g/dl) Eritrosit (juta/µl)
10,2 3680000
d. Kategori Hasil Pemeriksaan Pb Dalam Darah, Hemoglobin dan Eritrosit Dari 30 responden petugas operator wanita SPBU di wilayah Semarang Selatan yang diteliti sebagian besar kadar Pb dalam darahnya >20 µg/dl yang ditetapkan WHO yaitu sebanyak 22 orang (73,3%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar petugas operator wanita SPBU kadar Pb dalam darahnya telah melebihi ambang batas. Pada pemeriksaan kadar hemoglobin sebagian besar petugas operator wanita SPBU masih termasuk normal yaitu sebanyak 21 orang (70%). Meskipun demikian ditemukan petugas operator wanita SPBU yang kadar hemoglobinnya rendah atau dibawah normal yaitu ada 9 orang (30%). Sedangkan untuk pemeriksaan kadar eritrosit sebagian besar petugas operator wanita SPBU masih termasuk normal yaitu sebanyak 25 orang (83,3%). Meskipun demikian ditemukan petugas operator wanita SPBU yang kadar eritrositnya rendah atau dibawah normal yaitu ada 5 orang (16,7%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 2 Tabel 2 Kategori hasil pemeriksaan Pb dalam darah, hemoglobin dan eritrosit No Variabel 1 Pb (µg/dl) a. Normal b. Tidak normal 2 Hemoglobin (g/dl) a. Rendah b. Normal 3 Eritrosit a. Rendah b. Normal
Frekuensi
%
8 22
26,7 73,3
9 21
30,0 70,0
5 25
16,7 83,3
e. Keluhan-keluhan yang dirasakan petugas operator wanita SPBU di Wilayah Semarang Selatan Dari hasil wawancara diketahui beberapa keluhan subyektif yang dialami responden selama bekerja sebagai petugas operator wanita SPBU. Secara rinci telihat pada tabel 3
Tabel 3 Keluhan subyektif petugas operator wanita SPBU No 1 2 3 4 5 6
f.
g.
h.
i.
j.
Keluhan Batuk Pusing Cepat lelah Mata pedih Migrain Nyeri dada
Frekuensi 1 2 7 4 1 15
% 3,3 6,7 23,3 13,3 3,3 50,0
Dari tabel 3 ditemukan 50% petugas operator wanita SPBU mengeluhkan nyeri dada, 23,3% cepat lelah dan 13,3% mata pedih. Hubungan Antara Lama Kerja Dengan Pb Dalam Darah Pada Petugas SPBU Wanita Di Wilayah Semarang Selatan Hasil uji Korelasi Pearson Product Moment menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan Pb dalam darah pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan dengan nilai r = -0,202 dan p = 0,283 (p>0,05). Menurut WHO NAB dari Pb dalam darah adalah 20 µg/dL. Hubungan Antara Lama Kerja Dengan Hemoglobin Pada Petugas SPBU Wanita Di Wilayah Semarang Selatan Berdasarkan uji Korelasi Pearson Product Moment menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja dengan hemoglobin pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan dengan nilai r = -0,025 dan p = 0,895 (p>0,05). Hubungan Antara Lama Kerja Dengan Eritrosit Pada Petugas SPBU Wanita di Wilayah Semarang Selatan Dari hasil uji Korelasi Pearson Product Moment menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja dengan eritrosit pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan dengan nilai r = -0,228 dan p = 0,226 (p>0,05). Hubungan Antara Pb Dalam Darah Dengan Hemoglobin Pada Petugas SPBU Wanita di Wilayah Semarang Selatan Berdasarkan uji Korelasi Pearson Product Moment menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara Pb dalam darah dengan hemoglobin pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan dengan nilai r = -0,025 dan p = 0,895 (p>0,05). Hubungan Antara Pb Dalam Darah Dengan Eritrosit Pada Petugas SPBU Wanita di Wilayah Semarang Selatan Hasil uji Korelasi Pearson Product Moment diketahui bahwa tidak ada hubungan antara Pb dalam darah dengan eritrosit pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan dengan nilai r = 0,043 dan p = 0,820 (p>0,05).
D. PEMBAHASAN a. Lama kerja Rata-rata lama kerja petugas operator wanita SPBU adalah 12,5 bulan, dengan lama kerja paling rendah 5 bulan dengan jumlah 8 (26,7%)
!
"
#$
responden dan lama kerja paling lama yaitu 24 bulan dengan jumlah 3 (10,0%). Lama kerja petugas operator wanita SPBU di wilayah Semarang selatan bervariasi disebabkan karena beberapa SPBU belum lama berdiri, seperti SPBU Srondol berdiri baru 5 bulan dan sudah memakai tenaga wanita sebagai operator. Setiap hari petugas operator SPBU bekerja selama 7 jam tanpa menggunakan APD (masker) karena penggunaan masker tidak sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) di SPBU yang mengharuskan senyum kepada konsumen, sehingga selama 7 jam tersebut kemungkinan mereka terpapar Pb baik dari emisi gas buang kendaraan bermotor maupun dari bahan bakar yang mereka tuangkan ke kendaraan bermotor, mobil maupun truk cukup tinggi. b. Pb dalam darah Berdasarkan dari hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata kadar Pb dalam darah operator wanita SPBU adalah 35,6163 µg/dl dengan angka minimum 5,09 µg/dl dan maksimal yaitu 77,16 µg/dl, hal itu menunjukkan bahwa Pb dalam darah operator wanita SPBU sudah melebihi ambang batas yang telah ditetapkan oleh WHO yaitu 20 µg/dl, serta angka maksimal yang jauh melampaui ambang batas. Hal ini kemungkinan bisa disebabkan karena kadar Pb udara yang tinggi sehingga Pb dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan. Jumlah kendaraan bermotor yang mengisi bahan bakar rata-rata perhari berjumlah 4.437 dan rata-rata mobil atau truk rata-rata berjumlah 1.564 kendaraan. Semakin banyak jumlah kendaraan yang masuk ke SPBU emisi gas buang yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor juga semakin banyak, sehingga kandungan Pb diudara juga akan meningkat. Peningkatan kadar Pb udara sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, kelembaban dan arah angin. Dampak dari peningkatan kadar Pb udara terutama pada petugas operator SPBU dapat menimbulkan peningkatan Pb dalam darah dan gangguan kesehatan. Paparan Pb dalam darah dapat terjadi melalui dua proses yaitu memalui pernafasan (inhalasi) dan mulut (ingesti), melalui dua proses tersebut maka darah akan terkontaminasi Pb sehingga akan mengganggu proses metabolisme darah khususnya pada hemoglobin dan eritrosit dalam tubuh manusia, serta lebih jauh lagi akan menyebabkan gangguan kesehatan seperti anemia, gangguan otak, gangguan pertumbuhan janin, dan lainlain[5]. c. Hemoglobin Dari 30 responden yang diteliti rata-rata kadar hemoglobin mencapai 12,450 g/dl dan masih termasuk dalam kategori normal. Hemoglobin mempunyai peranan penting dalam tubuh taitu mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan mengangkut karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru untuk diekskresi [4]. Sejumlah kecil hemoglobin masih dihasilkan selama 24-48 jam pematangan, retikulum menjadi larut dan menjadi sel darah merah yang matang. Seseorang yang kandungan Pb dalam darahnya tinggi maka akan mencerminkan rendahnya profil darah terutama kadar hemoglobin dan eritrosit[5]. Rendahnya kadar hemoglobin, menimbulkan dampak bagi kesehatan seperti anemia. Berdasarkan
penelitian sebelumnya lebih dari 90% logam Pb yang terserap dalam darah berikatan dengan sel darah merah (eritrosit) dan akan menghambat proses pembentukan hemoglobin, sehingga seseorang yang mengabsorbsi Pb di udara, kandungan Pb dalam darah akan meningkat dan hemoglobin akan menurun [5]. d. Eritrosit Berdasarkan hasil penelitian pada operator wanita SPBU eritrosit terendah yaitu 3.680.000/µl dan tertinggi mencapai 4.670.000/µl. Setelah dikategorikan sebagian besar responden eritrositnya dalam keadaan normal dengan jumlah 25 orang (83,3%). Pb mempunyai afinitas yang tinggi terhadap eritrosit, sekitar 95% akan terikat dalam eritrosit. Pb mempunyai waktu paruh dalam darah sangat lambat sekitar 25 hari, pada jaringan lunak 40 hari dan pada tulang 25 tahun. Dengan sifat ekskresi yang sangat lambat ini Pb mudah terakumulasi dalam tubuh [5]. Selain hemoglobin kandungan Pb dalam darah yang tinggi juga dapat menurunkan kadar eritrosit, karena tingginya kadar Pb dalam darah dapat menghambat proses pembentukan eritrosit (eritropoeisis) [5]. Selain Pb proses pembentukan eritrosis dapat juga disebabkan oleh senyawa kimia lain seperti Zn, Cu, dan Fe. e. Keluhan-keluhan yang dirasakan petugas operator wanita SPBU di Wilayah Semarang Selatan Petugas operator wanita SPBU 50% mengeluhkan nyeri dada, 23,3% cepat lelah dan 13,3% mata pedih. Dengan ditemukannya 50% responden yang mengeluh sering mengalami nyeri dada berarti kemungkinan Pb dalam darah walaupun dalam kategori normal atau tinggi sangatlah mempengaruhi kesehatan dan mengganggu produktivitas pada pekerja. f. Hubungan antara lama kerja dengan Pb dalam darah pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan Dari hasil uji korelasi Pearson Product Moment diperoleh nilai p = 0,283 (p>0,05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan Pb dalam darah pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan. Pada penelitian sebelumnya terdapat hubungan antara lama kerja dengan Pb dalam darah operator SPBU di Samarinda, dengan lama kerja dari operator SPBU minimal 3 tahun dan maksimal 10 tahun [6]. Dalam penelitian ini tidak ada hubungan antara lama kerja dengan Pb dalam darah, hal ini dikarenakan sampel yang diteliti bekerja sebagai petugas operator SPBU minimal lama kerja 5 bulan dan maksimal 24 bulan. Selain itu faktor lain yang dapat mempengaruhi Pb dalam darah adalah Pb udara, asupan makanan, dan tanaman di area SPBU yang dapat menyerap Pb. Kadar Pb udara dilihat dari jumlah pengeluaran BBM dan jumlah kendaraan yang masuk ke SPBU. Semakin banyak jumlah kendaraan yang maasuk ke SPBU emisi gas buang yang di keluarkan oleh kendaraan bermotor juga semakin banyak, sehingga kandungan Pb di udara juga akan meningkat. Pb udara yang konsentrasinya tinggi akan mengakibatkan kadar Pb dalam darah cenderung tinggi pula, karena salah satu proses masuknya Pb dalam darah adalah melalui proses pernafasan.
!
"
#$
Asupan makanan operator SPBU diperoleh di sekitar SPBU, sehingga kemungkinan besar makanan akan tercemar senyawa Pb. Di area SPBU terdapat pula tanaman yang dapat menyerap Pb, tetapi tanaman tersebut belum terlalu besar sehingga proses penyerapan juga belum maksimal. g. Hubungan antara lama kerja dengan hemoglobin pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan Dari hasil uji korelasi Pearson Product Moment diperoleh nilai p = 0,366 (p>0,05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan hemoglobin pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan. Dalam penelitian ini tidak ada hubungan lama kerja dengan hemoglobin, dapat dilihat dari rata-rata hemoglobin yaitu 12,450 g/dl masih termasuk normal. Menurut teori semakin lama seseorang bekerja sebagai operator SPBU maka semakin besar pula terpapar Pb. Tingginya kadar Pb dalam darah maka akan menyebabkan rendahnya kadar hemoglobin[5]. Kadar hemoglobin yang rendah, dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan seperti anemia. Berdasarkan penelitian sebelumnya lebih dari 90% logam Pb yang terserap dalam darah berikatan dengan sel darah merah (eritrosit) dan akan menghambat proses pembentukan hemoglobin, sehingga seseorang yang mengabsorbsi Pb di udara, kandungan Pb dalam darah akan meningkat dan hemoglobin akan menurun [5]. Pada penelitian ini pemeriksaan kadar hemoglobin sebagian besar petugas operator wanita SPBU masih termasuk normal yaitu sebanyak 21 orang (70%). h. Hubungan antara lama kerja dengan eritrosit pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan Dari hasil uji korelasi Pearson Product Moment diperoleh nilai p = 0,226 (p>0,05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan eritrosit pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan. Dalam penelitian ini tidak ada hubungan antara lama kerja dengan eritrosit. Karena selain Pb dalam proses pembentukan eritropoesis dapat terhambat oleh adanya keracunan zat kimia lain seperti Zn, Cu, Se, Fe, kurangnya asupan protein serta kurangnya konsumsi mineral dan vitamin B12. Berdasarkan teori semakin lama seseorang bekerja sebagai operator SPBU maka semakin tinggi pula kadar Pb yang masuk dalam darahnya. Selain hemoglobin, dengan tingginya kadar Pb dalam darah maka akan mempengaruhi rendahnya kadar eritrosit[5]. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium sebagian besar operator SPBU kadar eritrositnya masih normal dengan jumlah 25 orang (83,3%). i. Hubungan antara Pb dalam darah dengan hemoglobin pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan Dari hasil uji korelasi Pearson Product Moment diperoleh nilai p = 0,895 (p>0,05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara Pb dalam darah dengan hemoglobin pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan. Menurut teori semakin tinggi kadar Pb dalam darah maka akan menyebabkan rendahnya kadar hemoglobin, hal tersebut akan mempengaruhi timbulnya penyakit anemia[5]. Dalam penelitian ini tidak
ada hubungan antara Pb dalam darah dengan hemoglobin, karena dari hasil laboratorium sebagian besar responden kadar Pb dalam darahnya sudah melebihi dari ambang batas yang ditetapkan WHO yaitu 20 µg/dL selain dapat dilihat juga dari pemeriksaan kadar hemoglobin sebagian besar petugas operator wanita SPBU masih termasuk normal yaitu sebanyak 21 orang (70%). Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di lingkungan industri kecil Bugangan Semarang yang terdapat hubungan antara kadar Pb dalam darah dengan kadar hemoglobin, hanya saja sampel yang digunakan adalah pekerja industri peleburan timah hitam[7]. Penelitian tersebut jelas terdapat hubungan karena sampel yang diteliti setiap hari terpapar langsung dengan timah hitam dimana Pb mempunyai afinitas yang tinggi terhadap profil darah terutama hemoglobin dan eritrosit, sekitar 95% terikat dalam eritrosit. Pb mempunyai waktu paruh dalam darah yang sangat lambat sekitar 25 hari, pada jaringan lunak sekitar 40 hari, dan pada tulang 25 tahun, dengan sifat ekskresi yang sangat lambat ini Pb mudah terakumulasi dalam tubuh [5]. j. Hubungan antara Pb dalam darah dengan eritrosit pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan Dari hasil uji korelasi Pearson Product Moment diperoleh nilai p = 0,820 (p>0,05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara Pb dalam darah dengan eritrosit pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan, karena dari hasil laboratorium sebagian besar responden kadar Pb dalam darahnya sudah melebihi dari ambang batas yang ditetapkan WHO yaitu 20 µg/dL. Berdasarkan teori semakin lama seseorang bekerja sebagai operator SPBU maka semakin tinggi pula kadar Pb dalam darahnya, sehingga tingginya kadar Pb dalam darah akan mempengaruhi kadar eritrosit. Dari hasil pemeriksaan kadar eritrosit diperoleh bahwa sebagian besar petugas operator wanita SPBU masih termasuk normal yaitu sebanyak 25 orang (83,3%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni Faisal Yuniar yang menyatakan tidak ada hubungan antara Pb dalam darah dengan eritrosit pada penyapu jalan di Simpang Lima [8]. E. KESIMPULAN 1. Lama kerja petugas operator wanita SPBU bervariasi minimal kerja 5 bulan dengan jumlah 8 orang dan maksimal 24 bulan dengan jumlah 3 orang. 2. Kadar Pb dalam darah pada petugas operator wanita SPBU rata-rata 35,6163 dan sudah melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh WHO yaitu 20 µg/dl. 3. Kadar hemoglobin pada petugas operator wanita SPBU rata-rata 12,450 dan masih dibawah nilai normal dari nilai ambang batas yaitu 14 g/dl. 4. Kadar eritrosit pada petugas operator wanita SPBU rata-rata 4,24E6 juta/µl dan masih normal dari nilai ambang batas yaitu 4-5 juta/ µl.
!
"
#$
5. Tidak ada hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan Pb dalam darah, hemoglobin, eritrosit pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan. 6. Tidak ada hubungan yang signifikan antara Pb dalam darah dengan hemoglobin dan eritrosit pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan. F. SARAN 1. Pengelola SPBU hendaknya menyediakan APD (masker) yang memadai bagi seluruh karyawan SPBU untuk mengurangi paparan Pb dari gas buang kendaraan bermotor. 2. Agar tetap menghormati konsumen, meskipun menggunakan APD (masker), senyum, salam, sapa dapat diganti dengan hormat (menundukkan badan), salam, dan sapa. 3. Melakukan pemantauan kesehatan yang teratur dengan interval tertentu (minimal satu tahun sekali) bagi karyawan SPBU. G. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Operator wanita SPBU di wilayah Semarang Selatan yang mau membantu dalam penelitian ini sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar. 2. Bapak Agus Kismono, SKM yang telah membantu pengambilan darah. 3. dr. H. Margo Utomo,MS selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang yang telah memberikan kemudahan kepada kami dalam meminta surat perijinan penelitian sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar. 4. Bapak Mifbakhuddin, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I, yang telah bersedia membimbing penulis, memberikan masukan dan motivasi, serta berdiskusi tentang segala hal sampai penyusunan skripsi ini dapat selesai. 5. Ibu Wulandari Meikawati, SKM, M.Si selaku Dosen Pembimbing II, atas segala kemudahan, nasehat dan saran kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar. 6. Ibu Ratih Sari Wardani, S.Si, M.Kes selaku dosen penguji, yang telah bersedia membimbing penulis, memberikan nasehat dan saran kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai. 7. Kedua orang tua dan keluargaku tercinta, yang selalu membantu dan mendoakan untuk kelancaran dalam penyusunan laporan penelitian ini. 8. Teman-teman yang selalu memberi semangat dan membantu penyusunan laporan penelitian ini. H. DAFTAR PUSTAKA 1. BPS. Laporan Tahunan. BPS Jateng. 2004. 2. Retno Andriani. Kadar Pb Udara. Pb Darah dan Efeknya Terhadap Kesehatan Pedagang kaki lima Jalan. Darmawangsa di Kota Surabaya.. Url:Http://www.Hi.Tlitb.Org/Journal 10.Htm. 2005. Diakses tanggal 17
Januari 2010. 3. United National Environment Program (UNEP). Urban Air Polution,UNEP/GEMS Environment Library, Nairoby, Kenya. 1991 4. Child. J.A. Aids to Clinical Haematologi. First Editionongman Group London. Limited. Churchill Living Stone. 1989. 5. Heryanto Palar. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. 1994: 20-30 6. Nurjazuli,Berliana. Hubungan Lama Kerja Dengan Kadar Timah Hitam (Pb) dalam darah Operator SPBU di Samarinda Kalimantan Timur. Media kesehatan masyarakat Indonesia. Vol 2. no 1.2003. 7. Faizah, Laila. Hubungan Kadar dan Lama Paparan Partikel Pb Udara dan Kadar Hb Pada Pekerja Industri Peleburan Timah Hitam (Pb) di Lingkungan Industri Kecil Bugangan baru Semarang. 2002. 8. Faisal Yuniar W. Hubungan Kadar Pb Darah dengan Jumlah Eritrosit Pada Penyapu Jalan Simpang Lima dan Sekitarnya di Kota Semarang. 2007.