DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..............................................................................................i DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii DAFTAR TABEL....................................................................................................v DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii RINGKASAN.. .......................................................................................................ix BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1 1.1. Latar Belakang.....................................................................................1_Toc2975 44715 1.2. Rumusan Masalah ................................................................................4 1.3. Tujuan .................................................................................................4 1.4. Hasil .... ................................................................................................4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................5 2.1. Landasan Teoritis Perilaku ber KB .....................................................5 2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Kontrasepsi.............5 2.3. Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) ............6 2.3.1. Definisi-definisi..........................................................................6 2.3.2. Pengelolaan Kelompok UPPKS……………….........................8 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ....................11 3.1. Kerangka Konsep ...............................................................................11 3.2. Definisi Operasional...........................................................................12 BAB 4 METODE...................................................................................................17 4.1. Desain Penelitian ...............................................................................17 4.2. Sumber Data ........................................................................................17 4.3. Unit Analisis......................................................................................17 4.3. Metode Analisis.................................................................................18 4.4.1. Analisis statistika deskriptif .....................................................18 4.4.2. Uji Kai Kuadrat ........................................................................19 iii
4.4.3. Regresi logistik.........................................................................20
BAB 5 HASIL ANALISIS ...................................................................................23 5.1. Analisis Deskriptif .............................................................................23 5.1.1. Gambaran Umum Populasi Penelitian...................................23 5.2. Gambaran Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS............27 5.2.1. Karakteristik Sosiodemografi...............................................27 5.2.1.1. Gambaran Anggota UPPKS Yang Ber KB.............27 5.2.1.2. Gambaran Anggota UPPKS Yang Tidak Ber KB....28 5.2.2. Karakteristik Pengetahuan....................................................29 5.2.2.1. Gambaran Anggota UPPKS Yang Ber KB..............29 5.2.2.2. Gambaran Anggota UPPKS Yang Tidak Ber KB....30 5.2.3. Karakteristik Kunjungan Petugas..........................................30 5.2.3.1. Gambaran Anggota UPPKS Yang Ber KB..............30 5.2.3.2. Gambaran Anggota UPPKS Yang Tidak Ber KB.....31 5.3. Analisis Inferensial .............................................................................32 BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN ..........................37 6.1. Kesimpulan ........................................................................................37 6.1.1. Kesimpulan Deskriptif .............................................................37 6.1.1.1. Berdasarkan Data Bivariat…………………………...37 6.1.1.2. Berdasarkan Karakteristik Kesertaan Ber KB……….37 6.1.2. Kesimpulan Inferensial ............................................................38 6.2. Rekomendasi Kebijakan.....................................................................38 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................39
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Variabel Yang Digunakan…………………………………………………. ……….14 Tabel 4.1. Hubungan Antara Variabel X dan Y……………………………………… ………..19 Tabel 5.1. Jumlah dan Persentase Anggota Kelompok UPPKS Yang Aktif …………………….. Menurut Karakteristik Sosiodemografi……………………………………. ……….24 Tabel 5.2. Jumlah dan Persentase Anggota Kelompok UPPKS Yang Aktif Menurut Karakteristik Pengetahuan………………………………………………....25 Tabel 5.3. Jumlah dan Persentase Anggota Kelompok UPPKS Yang Aktif …………………….. Menurut Karakteristik Kunjungan Petugas..…………………………………………26 Tabel 5.4. Distribusi dan Persentase Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok……………………. UPPKS Menurut Karakteristik Sosiodemografi…………………………………..…28 Tabel 5.5. Distribusi dan Persentase Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok……………………. UPPKS Menurut Karakteristik Pengetahuan….…………………………………….29 Tabel 5.6. Distribusi dan Persentase Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok……………………. UPPKS Menurut Karakteristik Pengetahuan….…………………………………….31 Tabel 5.7. Distribusi dan Persentase Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok……………………. UPPKS Menurut Karakteristik Kunjungan Petugas…..…………………………….32 Tabel 5.8. Estimasi Parameter (B), Kesalahan Baku (S.E) dan Rasio Kecenderungan…………... Model Regresi Logistik Untuk Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok……………… UPPKS………………………………………………………………………………34
v
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1.
Kerangka Analisis……………………. …………………………………..
11
Gambar 4.1.
Alur Pemilihan Sampel……………... …………………………………….
18
Gambar 5.1.
Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS…………………………..
23
vii
RINGKASAN Analisis lanjut ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kesertaan ber KB pada anggota kelompok UPPKS. Kesertaan ber KB pada anggota kelompok UPPKS dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang menjadi fokus analisis adalah faktor-faktor yang diduga berpengaruh yaitu faktor sosiodemografi antara lain pendidikan, daerah tempat tinggal, status tahapan KS, status pekerjaan dan jumlah anak masih hidup. Faktor lain yang di analisis adalah pengetahuan dan kunjungan petugas. Hasil analisis deskriptif secara bivariat menunjukkan bahwa dari semua anggota kelompok UPPKS sebanyak 77 persen adalah akseptor KB, dengan karakteristik sosiodemografi anggota kelompok UPPKS berpendidikan SD atau kurang (37 persen), tinggal di desa (73 persen), status tahapan KS I (44 persen), jumlah anak masih hidup dua atau kurang (53 persen) dan bekerja (63 persen). Selanjutnya berdasarkan karakteristik pengetahuan tentang alat/ cara KB menurut masing-masing alat/ cara KB, sebagian besar telah mengetahui alat/ cara KB modern. Untuk karakteristik kunjungan petugas, ada 60 persen anggota UPPKS yang mendapat kunjungan petugas yang membicarakan masalah KB. Berdasarkan karakteristik kesertaan ber KB, anggota kelompok UPPKS yang ber KB tertinggi pada anggota kelompok UPPKS dengan tingkat pendidikan kurang sama dengan SD dan minimal SLTP (78 persen), tinggal di desa (78 persen), status tahapan KS Pra sejahtera dan KS I (80 persen), bekerja (77 persen), memiliki jumlah anak lebih dari dua (81 persen), memiliki pengetahuan alat/ cara KB (78 persen) dan mendapat kunjungan petugas yang membicarakan masalah KB (83 persen). Sedangkan karakteristik anggota kelompok UPPKS yang tidak ber KB adalah berpendidikan Perguruan Tinggi (36 persen), tinggal di kota (26 persen), status tahapan KS III plus (43 persen), tidak bekerja (24 persen), jumlah anak dua atau kurang (23 persen), memilik pengetahuan alat/ cara KB (28 persen) dan kunjungan petugas (33 persen). Hasil analisis inferensial yang berpengaruh terhadap kesertaan ber KB anggota kelompok UPPKS yaitu anggota kelompok UPPKS dengan status tahapan KS II, dengan jumlah anak masih hidup lebih dari dua dan mendapat kunjungan petugas memiliki pengaruh positif terhadap kesertaan ber KB anggota kelompok UPPKS. Sedangkan daerah tempat tinggal, status bekerja dan pengetahuan alat/ cara KB tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kesertaan ber KB.
ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Penduduk merupakan modal dasar dalam pembangunan. Penduduk yang besar
dan berkualitas merupakan investasi yang berharga bagi suatu negara dengan produktifitasnya yang tinggi.
Namun sebaliknya penduduk yang besar namun tidak
berkualitas hanya akan menjadi beban negara, karena produktifitas ditentukan oleh pendidikan, status kesehatan/gizi dan penghasilan. Pendidikan rendah tanpa keterampilan tertentu menghasilkan pendapatan yang rendah, pendapatan rendah mengurangi akses untuk memenuhi kebutuhan gizi dan pelayanan kesehatan sehingga mengakibatkan status kesehatan sumber daya manusia (SDM) yang rendah dan produktifitas rendah. Jumlah penduduk yang besar dalam suatu negara mengakibatkan kepadatan penduduk yang tinggi, proporsi penduduk muda tinggi dan meningkatnya permintaan pemenuhan hakhak dasar. Hasil Sensus Penduduk tahun 2000 menunjukkan, penduduk Indonesia berjumlah 205,1 juta jiwa. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 meningkat menjadi 237,6 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 melebihi Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025, yaitu 234,1 juta jiwa. Program KB merupakan salah satu upaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Apabila program Keluarga Berencana (KB) tidak ditangani dengan serius maka laju pertumbuhan penduduk Indonesia akan jauh lebih besar lagi. Pembangunan kependudukan yang didukung oleh program Keluarga Berencana telah berhasil menurunkan angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) dari 2,4 (Adjusted TFR SDKI 2002-2003) menjadi 2,3
anak
perwanita (Adjusted TFR SDKI, 2007). Jumlah penduduk yang besar dalam suatu negara mempunyai dampak terhadap pembangunan negara tersebut antara lain dalam hal kesejahteraan penduduknya. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah salah satu institusi yang bertanggung jawab dalam hal pengendalian jumlah penduduk di Indonesia. Dalam hal ini BKKBN tidak hanya bertanggung jawab untuk menurunkan angka kelahiran (TFR), tetapi juga bertanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 1
Dalam upaya meningkatkan kesejahteran keluarga sebagai unit terkecil dalam pembangunan banyak hal yang telah dilakukan oleh pemerintah, salah satunya adalah dengan cara meningkatkan potensi keluarga. Pemberdayaan keluarga di bidang ekonomi merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan potensi keluarga dalam hal kesejahteraan. Pemberdayaan keluarga di bidang ekonomi berarti memberikan kesempatan kepada keluarga untuk dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan untuk dapat memanfaatkan peluang kerja yang ada. BKKBN sebagai institusi pemerintah yang secara terus menerus memperjuangkan pemberdayaan ekonomi keluarga. Di dalam RPJMN tahun 2004-2009 menyebutkan antara lain perlu adanya peningkatan pendapatan keluarga khususnya bagi Keluarga Pra Sejahtera (KPS) dan Keluarga Sejahtera I (KS I) lebih memantapkan BKKBN untuk melaksanakan Program Pemberdayaan Ekonomi Keluarga terutama untuk keluarga tidak mampu. Dalam melaksanakan Program Pemberdayaan Ekonomi Keluarga, BKKBN mengembangkan program yaitu Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) dibentuk pada tahun 1994. Cikal bakal UPPKS sebenarnya sudah ada sejak tahun 1979 dengan nama UPPKA (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor). Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor tumbuh dan dikembangkan melalui pendekatan kelompok dengan penyediaan bantuan modal usaha bagi kelompok-kelompok akseptor KB dari berbagai sumber dana, antara lain dari APBN, badan donor internasional, dan juga mengalir dana dari pihak BUMN dan swasta. Kegiatan yang lebih dikenal dengan nama “Income Generating” atau kegiatan Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA) secara umum bertujuan mengembangkan potensi peserta KB untuk memantapkan diri dan keluarganya agar mampu hidup mandiri dalam rangka mempercepat proses pelembagaan dan pembudayaan Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Dalam rangka meningkatkan cakupan yaitu tidak hanya akseptor
saja yang
menjadi anggota, maka UPPKA diubah namanya menjadi UPPKS antara lain dengan melibatkan Pasangan Usia Subur (PUS) yang belum ber KB, Keluarga Pra Sejahtera, Keluarga Sejahtera I dan keluarga lain yang peduli menjadi anggota kelompok UPPKS. Kesungguhan kelompok dalam mengelola usaha ekonomi menumbuhkan keyakinan dan kepeduliaan pemerintah, sehingga sejumlah pengusaha swasta dan BUMN memberikan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 2
dukungan dalam bentuk modal usaha dengan bunga yang ringan yang dikelola oleh Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (YDSM). Selanjutnya YDSM bersama-sama Bank BNI yang dibantu PT Pos Indonesia serta Bank BRI mengembangkan skim kredit TakesraKukesra, Kredit Pengembangan Komitmen Usaha (KPKU) dan Kredit Penerapan Teknologi Tepat Guna (KPTTG). Kerjasama tersebut berakhir pada bulan Januari tahun 2003 dengan penarikan semua modal yang beredar sehingga banyak kelompok yang terlantar dan drop out. Untuk menghimpun potensi kelompok UPPKS dan sekaligus mengembangkan wadah yang memperjuangkan aspirasi praktisi pelaku usaha mikro, maka dibentuk Asosiasi Kelompok UPPKS (AKU). Dengan adanya kesulitan pendanaan pemerintah dalam beberapa tahun terakhir, beberapa program penyediaan bantuan modal usaha sebelumnya mengalami hambatan. Namun kini telah diupayakan kembali pemberian bantuan pinjaman modal usaha/ Alat Teknologi Tepat Guna (ATTG) dengan sistim bergulir kepada Kelompok UPPKS yang memenuhi kriteria untuk mendapat pinjaman dana bergulir tersebut. Dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan ekonomi keluarga BKKBN telah diperkuat dengan adanya pemberian bantuan modal usaha dalam bentuk uang tunai atau ATTG kepada kelompok UPPKS. Bantuan tersebut diharapkan dapat menunjang pengembangan usaha sehingga pendapatan dan kesejahteraan keluarga anggota-anggota yang tergabung dalam kelompok UPPKS dapat ditingkatkan (BKKBN, 2008). Berdasarkan data BKKBN Pusat cq. Direktorat Pemberdayaan Ekonomi Keluarga (DitPemKon) saat ini jumlah seluruh anggota UPPKS secara nasional ada 1.210.941 anggota, dengan jumlah kelompok 84.660. Kesertaan ber KB anggota kelompok UPPKS data terakhir menunjukkan untuk KPS 374.941 (91%), KS I 372.532 (89%), KS II 150.670 (89%), dan KS III ke atas 59.576 (89%). Saat ini dengan diberlakukannya otonomi daerah, kegiatan pemberdayaan ekonomi keluarga banyak menghadapi kendala. Selain kurangnya komitmen dari pemerintah daerah, jumlah pengelola program di kabupaten/ kota, kecamatan dan kelurahan/desa yang dapat melakukan pembinaan langsung juga sangat sedikit. Banyak usaha ekonomi yang macet, dan kelompok menjadi tidak aktif sehingga membubarkan diri. Kebijakan yang ada tersebut secara tidak langsung mempengaruhi kesertaan ber KB Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 3
anggota UPPKS. Berdasarkan RPJMN Program Kependudukan dan KB Nasional tahun 2010, keluarga yang pernah menjadi anggota UPPKS dan masih aktif menjadi anggota UPPKS 49 persen, sedangkan keluarga Pra-S yang pernah menjadi anggota UPPKS dan saat survei masih aktif 45 persen. Sementara itu dari KS I yang pernah menjadi anggota UPPKS sebanyak 47 persen mengaku saat ini masih aktif sebagai anggota UPPKS. Keluarga yang masih aktif sebagai anggota UPPKS menurut provinsi sebagai berikut: Provinsi DI Yogyakarta (78 persen), Bali (68 persen), dan Sulawesi Tengah (64 persen). Untuk Provinsi Lampung, DKI Jakarta, Jambi dan Jawa Tengah persentasenya antara 56 hingga 57 persen (RPJMN, 2010). Sasaran kinerja program telah menetapkan indikator kinerja, yaitu persentase PUS anggota kelompok UPPKS menjadi peserta KB mandiri. Dari 1.267 PUS aktif sebagai anggota UPPKS, sebanyak 79 persen PUS yang aktif sebagai anggota UPPKS adalah peserta KB, dan 21 persen bukan peserta KB. 1.2.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dikaji lebih lanjut mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesertaan ber KB pada anggota kelompok UPPKS. 1.3.
Tujuan
Secara umum analisis ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kesertaan ber KB pada anggota kelompok UPPKS. Secara khusus analisis ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Karakteristik anggota kelompok UPPKS 2. Kesertaan ber-KB anggota kelompok UPPKS. 3. Faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap kesertaan ber-KB anggota kelompok UPPKS. 1.4.
Hasil Yang Diharapkan
Hasil analisis ini diharapkan dapat menjadi masukan dan acuan bagi penentu kebijakan dalam penggarapan program UPPKS.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Perilaku ber KB Perubahan perilaku atau adopsi perilaku adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama. Menurut Notoatmodjo (2003), secara teori perubahan perilaku atau seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui tiga tahap. 1. Pengetahuan Sebelum seseorang mengadopsi perilaku, ia harus tahu apa arti dan manfaat perilaku tersebut bagi dirinya. Seseorang diharapkan akan mengadopsi perilaku ber KB bila memiliki pengetahuan yang benar tentang kesehatan reproduksinya dan mengetahui bahwa banyak dampak positif yang akan diterimanya bila ber KB. 2. Sikap Sikap adalah penilaian atau pendapat terhadap stimulus atau obyek, dalam hal ini adalah perilaku ber KB. Setelah seseorang mengetahui tentang kesehatan reproduksinya dan dampak posistif yang akan diterimanya bila ber KB, diharapkan seseorang dapat menilai dan bersikap terhadap perilaku seksual pranikah. 3. Perilaku/ Tindakan. Setelah seseorang mengetahui stimulus (perilaku ber KB) dan mengadakan penilaian atau pendapat (sikap) terhadap yang seseorang ketahui, proses selanjutnya adalah diharapkan seseorang akan melaksanakan apa yang dianggapnya baik (menjadi akseptor KB). 2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Kontrasepsi (Bertrand, 1980) Menurut Bertrand (1980) faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi adalah sebagai berikut: 1. Faktor sosio-demografi Indikator yang termasuk ke dalam faktor ini adalah pendidikan, pendapatan keluarga, status pekerjaan, jenis rumah dan status gizi. Indikator lain adalah umur, suku dan agama.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 5
2. Faktor sosio-psikologi Sikap dan keyakinan merupakan kunci penerimaan keluarga berencana. Beberapa indikator penting lainnya adalah ukuran keluarga ideal, pentingnya nilai anak lakilaki, sikap terhadap keluarga berencana, komunikasi suami-istri dan persepsi terhadap kematian anak. 3. Faktor yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan Beberapa faktor yang berhubungan dengan pelayanan KB antara lain pengetahuan tentang sumber kontrasepsi, jarak ke pusat pelayanan dan keterlibatan dengan media massa. 2.3. Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera /UPPKS (BKKBN, 2008) 2.3.1. Definisi-definisi UPPKS adalah sekumpulan keluarga yang saling berinteraksi dan terdiri dari berbagai tahapan keluarga sejahtera. Keanggotaan UPPKS tersebut mulai dari Keluarga Pra Sejahtera sampai dengan Keluarga Sejahtera III Plus baik yang sudah menjadi akseptor KB, PUS yang belum ber KB, serta anggota masyarakat yang berminat dalam rangka mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera, aktif melakukan berbagai kegiatan usaha bersama dalam bidang usaha ekonomi produktif (UEP). Keluarga Pra Sejahtera (KPS) Adalah keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan akan ibadah, pangan, sandang, papan dan kesehatan, atau Keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu/ lebih indikator Keluarga Sejahtera Tahap I. Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I) Keluarga Sejahtera I adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, seperti kebutuhan akan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 6
Indikator Keluarga Sejahtera tahap I: 1. Melaksanakan ibadah menurut agama masing-masing yang dianut. 2. Makan 2x sehari/ lebih. 3. Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan. 4. Lantai rumah bukan dari tanah. 5. Bila anggota keluarga sakit, berobat ke sarana atau petugas kesehatan. Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II) Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, yaitu kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi. Indikator Keluarga Sejahtera II 1. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut masing-masing yang dianut. 2. Makan daging/ ikan/ telur sebagai lauk pauk paling kurang sekai dalam seminggu. 3. Memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir. 4. Luas lantai tiap penghuni rumah 8 m2/ orang. 5. Anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir, mampu menjalankan fungsi masingmasing. 6. Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai penghasilan tetap. 7. Bisa baca tulis latin bagi seluruh anggota keluarga dewasa yang berumur 10-60 tahun. 8. Anak usia sekolah (6-12 tahun) bersekolah. 9. Anak hidup dua atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai kontrasepsi. Keluarga Sejahtera III (KS III) Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk material dan keuangan untuk sosial kemasyarakatan, juga berperan serta
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 7
secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan/ yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan dan lain sebagainya. Indikator Keluarga Sejahtera III 1. Upaya keluarga untuk meningkatkan/ menambah pengetahuan agama. 2. Keluarga mempunyai tabungan. 3. Makan bersama paling kurang sekali sehari 4. Ikut dalam kegiatan masyarakat dimana keluarga tinggal. 5. Rekreasi bersama/ penyegaran paling kurang sekali dalam 6 bulan. 6. Memperoleh berita dari surat kabar, radio, televisi dan majalah. 7. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi sesuai kondisi daerah setempat. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus) Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun pengembangan serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat. Indikator KS III Plus: 1. Memberikan sumbangan secara teratur/ sukarela dalam bentuk material kepada masyarakat 2. Aktif sebagai pengurus yayasan/ panti. 2.3.2. Pengelolaan Kelompok UPPKS Kelompok UPPKS dibentuk karena kelompok ini merupakan sarana untuk mempermudah melakukan kegiatan usaha ekonomi produktif , disamping itu juga akan mempermudah berbagai pihak untuk melakukan pembinaan terhadap usaha ataupun pengembangan tenaga kerja terampil dan inovatif sehingga usaha yang dikembangkan berdaya saing.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 8
Pembentukan kelompok dapat dilakukan bila seorang inisiator (pemrakarsa) yang memiliki pengetahuan, keinginan atau modal dasar lainnya dan memiliki apresiasi terhadap kegiatan UPPKS melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Memprakarsai pertemuan di kalangan anggota masyarakat dan melakukan penjelasan awal tentang kegiatan UPPKS. 2. Penyelenggaraan kegiatan tersebut di atas dapat dilakukan dengan bantuan dari petugas PLKB/PKB ataupun kader KB yang berada ditempat tersebut. 3. Menggali potensi kemampuan anggota kelompok berkenaan dengan kegiatan usaha ekonomi produktif. Potensi kemampuan anggota ini dapat berupa kemampuan penguasaan sumber input produksi, hasil produksi ataupun sisi pemasaran. 4. Sebagai langkah awal dapat dilakukan kesepakatan dalam memilih bentuk dan jenis usaha yang paling dikuasai baik dari segi produksi maupun pemasaran. 5. Sejak awal dalam menentukan pilihan bentuk usaha jika dan hanya jika anggota kelompok ataupun kelompok mampu melakukan pemasaran produk yang dihasilkan. 6. Pangsa pasar ataupun pemasaran lokal/ setempat adalah pilihan yang terbaik. 7. Berpijak dari kesepakatan anggota kelompok, barulah membentuk kelompok UPPKS dan memilih pengurus inti. 8. Bila diperlukan informasi tata cara untuk mendapatkan ijin penyelenggaraan usaha, dapat diperoleh dengan menghubungi kepala desa atau ketua PKK setempat.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 9
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 10
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Kerangka pikir analisis yang dikembangkan sebagai berikut: Kesertaan ber KB (Istri/Ibu) anggota kelompok UPPKS diduga dipengaruhi oleh faktor sosio demografi yaitu pendidikan, daerah tempat tinggal, dan status tahapan KS, status pekerjaan dan jumlah anak, faktor pengetahuan yaitu pengetahuan alat/cara KB dan pengetahuan sumber pelayanan, selain itu juga dilihat dari faktor pendukung program yaitu kunjungan petugas. Variabel Independen
Variabel Dependen
Faktor Sosio Demografi: 1. 2. 3. 4. 5.
Pendidikan Daerah tempat tinggal Status Tahapan KS Status Pekerjaan Jumlah anak
Kesertaan ber Kb: 1. Ya 2. Tidak
Faktor pengetahuan alat/ cara KB Faktor kunjungan petugas
Gambar 3.1. Kerangka Analisis Sebagai variabel independen dalam hal ini adalah pendidikan, daerah tempat tinggal, status tahapan KS, status pekerjaan, jumlah anak, pengetahuan alat/ cara KB dan kunjungan petugas diduga akan berpengaruh terhadap kesertaan ibu dalam ber KB.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 11
3.2.
Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini ada dua jenis variabel yang digunakan, yaitu variabel
terikat/tidak bebas (dependen variable) dan variabel bebas (independen variable). Dimana variabel tidak bebas adalah kesertaan ber KB anggota kelompok UPPKS dan variabel bebas adalah pendidikan, daerah tempat tinggal, status tahapan KS, status pekerjaan, jumlah anak, pengetahuan alat/cara KB, pengetahuan sumber pelayanan dan kunjungan petugas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kesertaan ber KB anggota UPPKS, dimana variabel terikat ini dibagi menjadi dua kategori: 0 adalah anggota UPPKS yang tidak menjadi peserta KB 1 adalah anggota UPPKS yang menjadi peserta KB Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian dapat diuraikan sebagai berikut dengan kategori variabel dengan tanda bintang (*) sebagai kategori acuan. 1. Pendidikan Variabel tingkat pendidikan yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada tingkat pendidikan formal tertinggi yang berhasil ditamatkan oleh setiap wanita pada saat survei dilakukan. Pada survei indikator RPJMN, variabel tingkat pendidikan diperoleh berdasarkan butir pertanyaan nomor 106 yang kemudian untuk pada penelitian ini dikategorikan menjadi empat yaitu: 1= ≤ SD 2= SLTP 3= SLTA 4= PT 2. Daerah tempat tinggal Variabel daerah tempat tinggal merujuk pada klasifikasi daerah tempat tinggal responden pada saat survei dilakukan. Variabel ini diperoleh pada bagian awal kuesioner berdasarkan butir pertanyaan 7. Variabel ini dibedakan menjadi dua kategori yaitu: 1= Kota 2= Desa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 12
3. Status tahapan KS Variabel status tahapan keluarga sejahtera adalah status tahapan keluarga responden yang menjadi anggota UPPKS. Pada penelitian ini, variabel status tahapan KS dibedakan menjadi 5 kategori yaitu 1= Pra sejahtera 2= KS I 3= KS II 4= KS III 5= KS III Plus 4. Jumlah anak masih hidup Variabel jumlah anak masih hidup yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada jumlah anak masih hidup yang dimiliki responden pada saat wawancara dilakukan. Pada keusioner survei indikator RPJM, variabel ini diperoleh berdasarkan butir pertanyaan 104A. Kemudian untuk kemudahan analisis pada penelitian ini, variabel jumlah anak masih hidup dibedakan menjadi dua kategori yaitu 1 = ≤ 2 anak, apabila responden memiliki anak paling banyak dua 2 = > 2 anak, apabila responden memiliki anak lebih dari dua 5. Status pekerjaan ibu Variabel status pekerjaan ibu merujuk pada status pekerjaan responden saat wawancara dilakukan. Variabel ini berdasarkan pada butir pertanyaan 109 yang dibedakan menjadi dua kategori yaitu 1= Bekerja; bila responden memiliki pekerjaan selain sebagai ibu RT 2= Tidak bekerja; bila responden tidak memiliki pekerjaan selain sebagai ibu RT 6. Pengetahuan alat/ cara KB Pada kuesioner survei indikator RPJM, responden ditanya mengenai pengetahuan tentang alat dan cara KB yang dapat digunakan. Pertanyaan tersebut meliputi tiga belas butir pertanyaan tentang alat dan cara KB pada butir pertanyaan 301. Pada bagian awal analisis dan pembahasan dideskripsikan keseluruhan butir pertanyaan mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 13
pengetahuan alat/cara KB. Kemudian untuk memudahkan analisis, pada analisis inferensial dibentuk variabel komposit yang mewakili pengetahuan responden tentang alat dan cara KB yang dikategorikan sebagai berikut
1. Ya= Bila responden mengetahui/ mendengar minimal dua alat/ cara KB 2. Tidak= Bila responden mengetahui/ mendengar kurang dari dua alat/ cara KB 7.
Kunjungan Petugas Variabel kunjungan petugas merujuk pada pernah atau tidaknya responden
mendapat kunjungan kader, petugas KB atau petugas kesehatan untuk membicarakan masalah KB dalam waktu 6 bulan terakhir. Variabel ini berdasarkan pada butir pertanyaan 307 dan dikategorikan menjadi dua yaitu: 1= Ya; bila responden dalam waktu 6 bulan terakhir mendapat kunjungan petugas 2= Tidak; bila responden dalam waktu 6 bulan tidak mendapat kunjungan petugas Secara ringkas variabel penelitian yang digunakan disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 3.1. Variabel yang digunakan: Survei Indikator RPJMN 2010 Variabel Kesertaan ber KB
Pertanyaan survei Apakah Ibu sekarang memakai suatu alat/cara KB untuk menunda/ mencegah kehamilan? (P 303)
Skala
Nominal Ordinal
Kategori variabel 1 = Ya 2 = Tidak
Pendidikan
Apakah jenjang sekolah tertinggi yang Ibu/Istri tamatkan? (P106)
Daerah tempat tinggal
Daerah (P 07) 1=Perkotaan 2=Perdesaan
Nominal
1 = Kota* 2 = Desa
Status tahapan KS
Tahapan Keluarga
Ordinal
Status pekerjaan
Apakah Ibu/Istri saat ini bekerja? (P109)
Nominal
Jumlah anak
Berapa jumlah anak masih hidup yang Ibu/Istri miliki? P(104A)
Nominal
1 = PraS* 2 = KS I 3 = KS II 4 = KS III 5 = KS III+ 1 = Ya* 2 = Tidak 1 ≤ 2* 2>2
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
1 ≤ tamat SD* 2=Tamat SLTP 3=Tamat SLTA 4=PT (D3&S1)
Page 14
Variabel
Pertanyaan survei
Skala
Kategori variabel
Pengetahuan alat/ cara KB
Apakah Bapak/Ibu pernah mendengar alat/cara KB sbb: MOW, MOP, Pil, IUD/AKDR/Spiral, Suntikan/injeksi, Susuk KB/Implan, kondom/karet KB, Intravagina/diafragma, MAL, Pantang berkala, senggama terputus, kondar, cara lain. P (301)
Nominal
1 = Ya* 2 = Tidak
Kunjungan petugas KB
Dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir, apakah Bapak/Ibu pernah mendapat kunjungan atau dikunjungi oleh kader, petugas KB, petugas kesehatan yang membicarakan masalah KB? P (307)
Nominal
1= Ya* 2= Tidak
Keterangan(*)= variabel acuan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 15
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 16
BAB 4 METODE 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen dengan desain survei menggunakan pendekatan Cross Sectional untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kesertaan ber KB PUS anggota kelompok UPPKS. 4.2. Sumber Data (RPJMN 2010) Survei indikator RPJMN tahun 2010 dilaksanakan di 33 provinsi di Indonesia, yaitu: Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku utara, Papua Barat, dan Papua. 4.3. Unit analisis Unit analisis dalam penelitian ini adalah ibu/istri Pasangan Usia Subur (PUS) yang masih aktif menjadi anggota kelompok UPPKS. Alur pemilihan sampel seperti yang terlihat pada gambar 4.1. di bawah ini.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 17
PUS
Cerai
Kawin
Tidak pernah anggota UPPKS
Pernah anggota UPPKS
Tidak aktif
Aktif
Gambar 4.1. Alur pemilihan sampel 4.4. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian yaitu analisis statistik deskriptif (univariat dan bivariat) dan analisis inferensial (multivariat) menggunakan model regresi logistik. Kemudian untuk keperluan analisis data digunakan perangkat lunak SPSS versi 13.0. 4.4.1. Analisis Statistika Deskriptif Analisis deskriptif bertujuan untuk menyajikan data atau hasil pengamatan dengan singkat dan jelas dalam bentuk tabel dan grafik atau diagram (Agung, 2004). Dalam penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum tentang semua variabel yang digunakan. Gambaran umum masing-masing variabel diperoleh melalui analisis univariat dalam bentuk tabel persentase masing-masing kategori variabel yang bersifat kategorik. Dalam analisis deskriptif, tabel persentase juga digunakan untuk variabel bebas yang bersifat numerik dengan mengubah variabel tersebut menjadi variabel kategorik yang disesuaikan dengan substansi penelitian. Analisis bivariat dilakukan dengan membuat persentase tabulasi silang untuk melihat distribusi variabel serta menganalisis keterkaitan antara variabel terikat dengan variabel bebasnya. Menurut Singarimbun (1988), untuk memberikan kesimpulan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 18
mengenai hubungan antara variabel-variabel yang diteliti sebaiknya digunakan distribusi persentase pada sel-sel dalam tabel. Teknik penghitungan persentase pada setiap sel yang terbentuk sangat menentukan ketepatan dalam interpretasi, karena itu persentase dihitung berdasarkan variabel bebas atau dengan kata lain jumlah total seratus persen adalah pada masing-masing kategori variabel bebas. Selanjutnya untuk melihat adanya pola, perbedaan dan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dilakukan dengan cara membandingkan persentase pada masing-masing kategori variabel bebasnya.
Analisis bivariat juga menyertakan uji Kai-kuadrat untuk mengetahui
signifikansi hubungan atau asosiasi
antara masing-masing variabel bebas dengan
variabel terikat. 4.4.2. Uji Kai-Kuadrat Uji Kai-kuadrat digunakan untuk menguji apakah terdapat perbedaan antara frekuensi yang diobservasi dengan frekuensi yang diharapkan (Goodness of fit) atau menguji ada atau tidaknya hubungan (asosiasi) antara dua faktor (Test for independence). Hasil perhitungannya kemudian dibandingkan dengan tabel distribusi Teknik pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel kontingensi
.
dimana isi sel
dalam tabel kontingensi tersebut disebut dengan frekuensi sel teramati yang dapat dicontohkan sebagai berikut. Tabel 4.1. Hubungan Antara Variabel X dan Y Variabel terikat Variabel Total baris bebas Y=1 Y=0
(1) X=1 X=2 Total kolom
(2) A C a+c
(3) B D b+d
(4) a+b c+d N
Jika nilai a, b, c dan d adalah nilai observasi yang diperoleh berdasarkan pengamatan, maka nilai harapan untuk masing-masing a, b, c dan d dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 19
dimana: Ei
: nilai yang diharapkan (expected value)
Total baris
: total baris untuk masing-masing a, b, c dan d
Total kolom : total kolom untuk masing-masing a, b, c dan d i
: posisi sel dalam tabel (pada contoh tabel terdapat empat sel)
Statistik uji yang digunakan adalah :
= frekuensi sel ij (pertemuan kriteria 1 ke-i dengan kriteria 2 ke-j = frekuensi harapan sel ij Selanjutnya nilai dari
akan dibandingkan dengan nilai
tabel dengan derajat bebas
(degree of freedom/df) = (b-1) × (k-1), dimana b adalah jumlah baris dan k adalah jumlah kolom. Hipotesa yang akan diuji adalah : H0 : Tidak ada hubungan/asosiasi antara X dan Y H1 : Ada hubungan/asosiasi antara X dan Y Jika
maka H0 ditolak, hal ini berarti bahwa terdapat hubungan atau
asosiasi antara variabel X dengan variabel Y. Hal tersebut juga dapat dilakukan dengan melihat nilai p-value dari hasil pengolahan data yang dibandingkan dengan nilai α yang ditentukan. 4.4.3. Regresi Logistik Regresi Logistik adalah suatu teknik analisis statistika yang digunakan untuk menganalisis data yang peubah responnya berupa data berskala biner atau dikhotom. Peubah penjelas berupa peubah kontinu maupun kotegorik (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Model regresi logistik dengan p buah peubah bebas dapat digambarkan dengan menghitung peluangnya :
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 20
Sedangkan,
Parameter model dapat diduga dengan suatu penduga kemungkinan maksimum, metode kuadrat terkecil dan analisis deskriminan (Hosmer dan Lemeshow, 1989) Model regresi yang digunakan untuk mendapatkan koefisien regresi logistik pada peneliian ini adalah dengan metode kemugkinan maksimum. Jika antara amatan yang satu dengan yang lain diasumsikan bebas, maka fungsi kemungkinan maksimumnya adalah :
diduga dengan memaksimumkan persamaan diatas. Pendekatan logaritma dilakukan untuk memudahkan perhitungan, sehingga fungsi log kemungkinan sebagai berikut :
Nilai dugaan
dapat diperoleh dengan membuat turunan pertama
terhadap
= 0,
dengan i= 1,2, ..., p Interpretasi koefisien dilakukan pada peubah-peubah yang berpengaruh nyata. Interpretasi dilakukan dengan melihat tanda dari koefisien tersebut. Jika koefisien yang diperoleh bernilai positif maka kecenderungan Y = 1 dari pada X = 0. Menurut Hosmer dan Lemeshow (1989), koefisien model logit ditulis sebagai Parameter
= g(x+1) – g(x).
mencerminkan perubahan dalam fungsi logit g(x) untuk perubahan satu
unit peubah bebas x yang disebut Log odds. Log odds merupakan beda antara dua penduga logit yang dihitung pada dua nilai (misal x=a dan x=b) yang di notasikan sebagai :
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 21
Sedangkan penduga rasio odds adalah :
Sehingga jika a-b=1, maka
.
Rasio odds ini dapat diinterpretasikan sebagai kecenderungan Y = 1 pada x = 1 sebesar kali dibandingkan pada x=0
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 22
BAB 5 HASIL ANALISIS 5.1.
Analisis Deskriptif Pada bab ini disajikan hasil analisis deskriptif untuk memberikan gambaran
umum dari unit analisis yang terpilih dengan menggunakan hasil pengolahan data Survei Indikator RPJMN 2010. Analisis data yang akan disampaikan berupa gambaran umum kesertaan ber-KB anggota kelompok UPPKS dan hubungan antar variabel- variabel yang digunakan. 5.1.1. Gambaran Umum Responden Berdasarkan data Survei Indikator RPJMN 2010, jumlah Responden yang menjadi anggota kelompok UPPKS yang dapat dianalisis adalah 1.252 responden. Dari 1.252 responden 77 persen (958 responden) anggota kelompok UPPKS adalah ber KB dan 23 persen (292 persen) adalah anggota kelompok UPPKS tak ber KB (gambar 5.1). Gambaran ini seperti yang diharapkan dimana dalam pembentukan UPPKS mempunyai tujuan akhir anggotanya menjadi akseptor KB
Gambar.5.1.
Kesertaan ber KB anggota kelompok UPPKS
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 23
Hasil analisis deskriptif untuk melihat gambaran karakteristik sosiodemografi kesertaan PUS (1.252 responden) yang aktif menjadi anggota kelompok UPPKS dapat dilihat pada tabel 5.1 Tabel 5.1. Jumlah dan Persentase Anggota Kelompok UPPKS yang Aktif menurut Karakteristik Latar Belakang: Survei Indikator RPJMN 2010 Karakteristik Sosiodemografi
n
%
Pendidikan : ≤ SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi
462 350 335 105
37 28 27 8
Daerah tempat tinggal: Kota Desa
341 911
27 73
Status KS: Pra Sejahtera KS I KS II KS III KS III+
199 556 333 136 28
16 44 27 11 2
Jumlah anak masih hidup: ≤2 >2
659 549
53 44
785 467
63 37
1.252
100
Status kerja istri: Kerja Tidak Total
Hasil analisis pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa karakteristik sosiodemografi anggota kelompok UPPKS yang masih aktif adalah sebagian besar responden yang berpendidikan tamat SD atau lebih rendah (37 persen), tinggal di pedesaan (73 persen), status tingkat kesejahteraan sebagian besar KS I (44 persen), serta sebagian besar (53 persen) mempunyai jumlah anak kurang atau sama dengan dua anak dengan status bekerja sebanyak 63 persen. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa meskipun responden sebagian besar tinggal di pedesaan dengan status pendidikan rendah dan tingkat kesejahteraan KS I, namun mereka mempunyai jumlah anak kurang atau sama dengan dua anak dan pada umumnya ibu-ibu tersebut bekerja. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 24
Hal ini dapat dikatakan bahwa dalam kelompok UPPKS, wanita PUS yang berpendidikan rendah berupaya untuk meningkatkan kesejahterannya dengan bekerja. Disamping itu wanita PUS yang merupakan anggota kelompok UPPKS juga sudah mengetahui pentingnya keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera dilihat dari jumlah anak yang dimiliki kurang atau sama dengan dua anak. Hal ini sesuai dengan teori Bertrand (1980) bahwa ukuran keluarga ideal merupakan salah satu faktor sosiopsikologi yang berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi. Pengetahuan tentang alat/cara KB pada seseorang akan mempengaruhi dalam kesertaan ber KB. Pada tabel 5.2 adalah gambaran anggota kelompok UPPKS mengenai pengetahuan tentang alat/ cara KB yang ada. Tabel 5.2. Jumlah dan Persentase Anggota Kelompok UPPKS yang aktif menurut Pengetahuan tentang alat/ cara KB: Survei Indikator RPJMN 2010 n % Karakteristik Pengetahuan
Pengetahuan 1. MOW: Ya Tidak 2. MOP: Ya Tidak 3. Pil: Ya Tidak 4. IUD: Ya Tidak 5. Implant: Ya Tidak 6. Kondom Ya Tidak 7. Intravagina Ya Tidak 8. MAL Ya Tidak 9. Kalender Ya Tidak 10. Senggama terputus Ya Tidak 11. Kontrasepsi darurat Ya Tidak 12. Cara lain Ya Tidak Total
997 255
80 20
867 385
70 30
1220 32
97 3
1167 85
93 7
1189 63
95 5
1164 88
93 7
387 865
31 69
628 624
50 50
62 38
62 38
732 520
59 41
314 938
25 75
242 1010 1.252
19 81 100
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 25
Apabila dilihat pengetahuan wanita PUS anggota kelompok UPPKS tentang alat/
cara KB menunjukkan bahwa sebagian besar telah mengetahui alat/ cara KB modern yang ada (Tabel 5.2). Tabel 5.2 menunjukkan bahwa pengetahuan responden terhadap alat/cara KB Metode Operasi Wanita/MOW adalah sebesar 80 persen, Metode Operasi Pria/MOP diketahui sebesar 70 persen, hampir semua mengetahui metode pil (97 persen), dan 93 persen mengetahui tentang IUD. Metode KB Implant diketahui oleh 95 persen responden, kondom 93 persen, Metode Amenore Laktasi/MAL 50 persen, kalender 62 persen dan senggama terputus diketahui oleh 59 responden. Berdasarkan pengetahuan tersebut di atas menggambarkan bahwa pengetahuan tentang alat/ cara KB anggota kelompok UPPKS cukup tinggi. Metode KB yang masih kurang dikenal/ kurang diketahui oleh responden antara lain Intravagina (31 persen), kontarsepsi darurat (25 persen) dan cara lain hanya diketahui oleh 19 persen responden. Berdasarkan hasil analisis di atas menunjukkan bahwa alat/ cara KB yang ada dalam program sebagian besar telah diketahui oleh responden. Pengetahuan tentang alat/ cara ber KB pada wanita PUS anggota kelompok UPPKS yang cukup tinggi tersebut telah mencerminkan gambaran terhadap ibu-ibu anggota kelompok UPPKS yang sebagian besar memiliki anak kurang atau sama dengan dua anak. Tingginya pengetahuan responden tentang alat/ cara KB tersebut diharapkan mempengaruhi tingginya kesertaan ber KB anggota kelompok UPPKS. Petugas lapangan KB (PLKB) sangat berperan dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang alat/ cara KB, melalui kunjungan rumah maupun penyuluhan. Tabel 5.3. Jumlah dan Persentase Anggota Kelompok UPPKS yang aktif menurut Kunjungan Petugas (6 bulan terakhir): Survei Indikator RPJMN 2010
Karakteristik Kunjungan Petugas Kunjungan Petugas Ya Tidak Total *sebanyak 2 responden missing
n
%
748 502
60 40
1250*
100
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 26
Kesertaan ber KB seseorang, antara lain dipengaruhi oleh adanya motivasi dari petugas lapangan KB. Pada tabel 5.3 terlihat gambaran kunjungan petugas baik kader, petugas KB maupun petugas kesehatan yang membicarakan masalah KB terhadap anggota kelompok untuk ber KB. Hasil analisis menunjukkan bahwa 60 persen anggota kelompok UPPKS mendapat kunjungan petugas. Dengan tingginya kunjungan petugas baik kader, petugas KB atau petugas kesehatan yang membicarakan masalah KB diharapkan dapat mempengaruhi kesertaan ber KB anggota kelompok UPPKS tersebut.
5.2.
Gambaran Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS Hasil analisis menunjukkan bahwa dari semua responden (1.252 responden) yang
dapat dianalisis, menunjukkan bahwa 77 persen (958 responden) adalah ber KB, dan 23 persen (292 responden) tidak ber KB. Selanjutnya untuk mengetahui gambaran dari anggota kelompok UPPKS yang ber KB dan tidak ber KB dilakukan analisis crosstab berdasarkan masing-masing karakteristik yang dapat dilihat sebagai berikut. 5.2.1. Karakteristik Sosiodemografi Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui gambaran karaktersitik sosiodemografi anggota kelompok UPPKS baik yang ber KB dan tidak ber KB. 5.2.1.1. Gambaran Anggota UPPKS Yang Ber KB Menurut karakteristik sosiodemografi hasil analisis menunjukkan bahwa anggota UPPKS yang ber KB sebagian besar berpendidikan SLTP atau lebih rendah (78 persen), bertempat tinggal di desa (78 persen), dengan status tahapan KS pra sejahtera dan KS I (80 persen), bekerja (77 persen) dan memiliki jumlah anak lebih dari dua (81 persen). Hasil analisis pada tabel 5.4 juga menunjukkan bahwa responden yang merupakan anggota kelompok UPPKS yang ber KB dengan status tahapan KS tertinggi pada kelompok Pra Sejahtera dan KS I (80 persen). Hal ini sesuai dengan sasaran program UPPKS yaitu kelompok Pra Sejahtera dan KS I. Responden yang mengikuti UPPKS pada Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 27
kelompok Pra Sejahtera dan KS I diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup anggotanya dan selanjutnya bagi yang belum ber KB dapat menjadi akseptor. Berdasarkan jumlah anak masih hidup, pada kelompok anggota UPPKS yang ber KB tertinggi pada yang memiliki anak lebih dari dua (81 persen), hal ini diduga karena kebutuhan mereka untuk ber KB muncul ketika jumlah anak yang mereka miliki sudah banyak (lebih dari dua). 5.2.1.2. Gambaran Anggota UPPKS Yang Tidak Ber KB Sedangkan untuk anggota kelompok UPPKS yang tidak ber KB memiliki karakteristik berpendidikan di perguruan tinggi (36 persen), bertempat tinggal di kota (26 persen), dengan status tahapan KS III plus (43 persen), tidak bekerja (24 persen), dan memiliki jumlah anak dua atau kurang (23 persen). Tabel 5.4. Distribusi Persentase Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS menurut Karakteristik Sosiodemografi: Survei Indikator RPJM 2010
Karakteristik Sosiodemografi Pendidikan ≤ SD SLTP SLTA PT
%
Ber KB
78 78 77 64
Jumlah Tempat Tinggal Kota 74 Desa 78 Jumlah Status KS Pra Sejahtera 80 KS I 80 KS II 71 KS III 77 KS III+ 57 Jumlah Status Kerja Ya 77 Tidak 76 Jumlah JAMH ≤ 2 anak 77 > 2 anak 81 Jumlah Ket: * = Sebanyak dua responden missing system **= Sebanyak 46 responden missing system
n
360 274 257 67
Tidak Ber KB % n 22 22 23 36
958
100 76 78 38
% 100 100 100 100
292
Total
n 460 350 335 105
1250*
252 706 958
26 22
89 203 292
100 100
341 909 1250*
160 441 236 105 16 958
20 20 29 23 43
39 113 97 31 12 292
100 100 100 100 100
199 554 333 136 28 1250*
604 354 958
23 24
179 113 292
100 100
783 467 1250*
504 444 948
23 19
154 104 258
100 100
658 548 1206**
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 28
5.2.2. Karakteristik Pengetahuan Bila pengetahuan tentang alat/ cara KB dilihat secara umum menunjukkan pengetahuan anggota kelompok UPPKS yang menjadi akseptor KB cukup baik yaitu 78 persen yang mengetahui alat/ cara KB (tabel 5.5). Pernyataan ini sama dengan penelitian Purwoko (2000) bahwa pengetahuan menyumbangkan peran dalam pengambilan keputusan untuk memilih alat kontrasepsi tersebut dan menjadi akseptor KB. (Purwoko, 2000) Tabel 5.5. Distribusi Persentase Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS Menurut Karakteristik Pengetahuan:Survei Indikator RPJMN 2010 Karakteristik Pengetahuan
Ber KB
Tidak Ber KB
Total
%
n
%
n
%
N
Pengetahuan alat/ cara KB Ya
78
758
22
215
100
973*
Tidak
72
200
28
77
100
277*
*Sebanyak dua responden missing system
Selanjutnya distribusi kesertaan ber KB anggota kelompok UPPKS yang menggambarkan jawaban responden atas pertanyaan pada variabel pengetahuan alat/ cara KB adalah sebagai berikut. 5.2.2.1. Gambaran Anggota Kelompok UPPKS Yang Ber KB Tabel 5.6 menunjukkan bahwa anggota kelompok UPPKS yang ber KB memiliki pengetahuan yang tinggi terhadap alat/ cara KB. Hal ini dapat dilihat pada jawaban yang rata-rata 78 persen mengetahui alat/ cara KB pada anggota kelompok UPPKS yang menjadi akseptor KB, khususnya pengetahuan tentang Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) seperti Metode Operasi Wanita (MOW), Metode Operasi Pria (MOP), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/ IUD, Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)/ Implant. Sedangkan pengetahuan metode non MKJP hasilnya juga tidak jauh beda dengan MKJP. Sedangkan pengetahuan responden pada metode non MKJP hasilnya tidak jauh berbeda dengan MKJP. Pengetahuan tentang MAL dan kondar 79 persen, pengetahuan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 29
kondom dan intravagina 78 persen, pengetahuan pil, kalender dan senggama terputus 77 persen dan pengetahuan cara lain 76 persen. Untuk dapat memilih dan kemudian menggunakan alat/ cara KB sesuai dengan pilihan dibutuhkan pengetahuan mengenai alat/ cara KB. Menurut Notoatmodjo (2003) Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan anggota kelompok UPPKS yang ber KB mengenai alat/ cara KB cukup baik. Diharapkan dengan pengetahuan yang baik mengenai alat/ cara KB, anggota UPPKS dapat memilih alat/ cara KB yang tepat dan efektif sesuai dengan pilihannya. 5.2.2.2. Gambaran Anggota Kelompok UPPKS Yang Tidak Ber KB Selanjutnya, pengetahuan alat/ cara KB untuk anggota kelompok UPPKS yang tidak ber KB menurut masing-masing alat/ cara sangat rendah. Hasil analisis pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa pengetahuan anggota kelompok UPPKS yang tidak ber KB terhadap masing-masing alat/ cara KB masih dibawah 25 persen. KIE pada wanita pus anggota kelompok UPPKS yang tidak ber KB perlu ditingkatkan agar pengetahuan terhadap alat/ cara KB meningkat dan diharapkan dapat meningkatkan kesertaan ber KB.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 30
Tabel 5.6. Distribusi Persentase Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS Menurut Karakteristik Pengetahuan: Survei Indikator RPJMN 2010 Karakteristik Pengetahuan
Ber KB
Tidak Ber KB % n
%
n
78 70
780 178
22 30
Tahu MOP
78
678
Tidak tahu MOP
73
Tahu Pil Tidak tahu Pil
Total %
N
215 77
100 100
995 255
22
187
100
865
280
27
105
100
385
77
937
23
281
100
1218
66
21
34
11
100
32
Tahu IUD
78
906
22
259
100
1165
Tidak tahu IUD
61
52
39
33
100
85
Tahu Implant
78
923
22
264
100
1187
Tidak tahu Implant
56
35
44
28
100
63
Tahu kondom
78
902
22
261
100
1163
Tidak tahu kondom
64
56
36
31
100
87
Tahu intravagina
78
300
22
87
100
387
Tidak tahu intravagina
76
658
24
205
100
863
Tahu MAL
79
497
23
131
100
628
Tidak tahu MAL
74
461
24
161
100
622
Tahu kalender
77
597
23
176
100
773
Tidak tahu kalender
76
361
24
116
100
477
Tahu senggama terputus
77
562
23
168
100
730
Tidak tahu senggama terputus
76
396
24
124
100
520
Tahu kondar
79
246
21
66
100
312
Tidak tahu kondar
76
712
24
226
100
938
Tahu cara lain
76
183
24
58
100
241
Tidak tahu cara lain
77
775
23
234
100
1009
Pengetahuan MOW Tahu MOW Tidak tahu MOW Pengetahuan MOP
Pengetahuan PIL
Pengetahuan IUD
Pengetahuan Implant
Pengetahuan Kondom
Pengetahuan Intravagina
Pengetahuan MAL
PengetahuanKalender/pantang berkala
Pengetahuan Senggama terputus
Pengetahuan Kondar
Pengetahuan Cara lain
*Sebanyak dua responden missing system
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 31
5.2.3. Karakteristik Kunjungan Petugas Gambaran kunjungan petugas baik kader, petugas KB maupun petugas kesehatan yang membicarakan masalah KB terhadap anggota kelompok UPPKS untuk ber KB dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut. Tabel 5.7. Distribusi Persentase Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS Menurut Karakteristik Kunjungan Petugas: Survei Indikator RPJMN 2010 Ber KB
Karakteristik Latar Belakang
Tidak Ber KB
Total
%
n
%
n
%
n
Kunjungan Petugas Ya
83
622
17
126
100
748
Tidak
67
336
33
166
100
502
Selanjutnya distribusi kesertaan ber KB anggota kelompok UPPKS yang menggambarkan jawaban responden atas pertanyaan pada variabel kunjungan petugas baik kader, petugas KB maupun petugas kesehatan yang membicarakan masalah KB adalah sebagai berikut. 5.2.3.1. Gambaran Anggota Kelompok UPPKS Yang Ber KB Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa kunjungan petugas sangat berperan terhadap kesertaan ber KB anggota kelompok UPPKS. Anggota kelompok UPPKS yang mendapat kunjungan petugas, baik kader, petugas KB, maupun petugas kesehatan yang membicarakan masalah KB ternyata efektif dalam meningkatkan kesertaan ber KB, yaitu 83 persen anggota UPPKS yang ber KB. Motivasi yang diberikan oleh petugas, baik kader, petugas KB, maupun petugas yang membicarakan masalah KB dapat meningkatkan motivasi anggota kelompok UPPKS dalam kesertaannya untuk ber KB. 5.2.3.2. Gambaran Anggota Kelompok UPPKS Yang Tidak Ber KB
Kunjungan petugas, baik kader, petugas KB, maupun petugas yang membicarakan masalah KB ternyata tidak selalu mendapatkan hasil seperti yang diharapkan. Walaupun petugas mengunjungi anggota kelompok UPPKS untuk membicarakan masalah KB, tetapi tetap ada yang tidak termotivasi untuk ber KB, yaitu sekitar 17 persen anggota kelompok UPPKS yang tidak ber KB (tabel 5.7). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 32
Dari hasil analisis deskriptif, dapat disimpulkan bahwa karakteristik anggota kelompok UPPKS yang ber KB tertinggi pada anggota kelompok UPPKS dengan tingkat pendidikan SLTP atau lebih rendah (78 persen), bertempat tinggal di desa (78 persen), dengan status tahapan KS yaitu Pra sejahtera dan KS I (80 persen), dengan status bekerja (77 persen), memiliki pengetahuan alat/ cara KB (78 persen) dan mendapat kunjungan petugas yang membicarakan masalah KB (83 persen). Sedangkan karakteristik anggota kelompok UPPKS yang tidak ber KB adalah berpendidikan Perguruan Tinggi (36 persen), tinggal di kota (26 persen), status tahapan KS III plus (43 persen), tidak bekerja (24 persen), jumlah anak dua atau kurang, memiliki pengetahuan alat/ cara KB (28 persen) dan kunjungan petugas (33 persen) 5.3.
Analisis Inferensial Setelah melakukan analisis deskriptif untuk mengetahui gambaran kesertaan ber
KB anggota kelompok UPPKS menurut karakteristik sosiodemografi, pengetahuan dan kunjungan petugas, selanjutnya dilakukan analisis inferensial. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesertaan ber-KB dari anggota aktif UPPKS. Hasil analisis inferensial dapat dilihat pada tabel 5.8 yang menyajikan estimasi parameter model regresi logistik untuk kesertaan berKB anggota aktif UPPKS.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 33
Tabel 5.8. Estimasi Parameter (B) ,Kesalahan baku (S.E.) dan Rasio Kecenderungan (Exp(B)) Model Regresi Logistik untuk Kesertaan ber-KB anggota Kelompok UPPKS:RPJMN 2010 Kovariat
Pendidikan
≤ SD* SLTP SLTA Perguruan Tinggi Daerah tempat tinggal Perkotaan* 3 Pedesaan Status tingkat kesejahteraan Pra Sejahtera* KS I KS II KS III KS III+ Jumlah anak masih hidup ≤ 2 anak* > 2 anak Status bekerja ibu Bekerja* Tidak bekerja Pengetahuan alokon KB Ya* Tidak Kunjungan petugas Ya* Tidak Cat: Signifikansi pada α= 0.05
B
S.E.
Sig
Exp (B)
.062 .196 .483
.187 .201 .273
.740 .330 .077
1.000 1.046 1.216 .617
.180
.169
.287
1.000 1.198
-.134
.229
.559
1.000 .875
-.541 -.093 -.790
.248 .315 .496
.029 .767 .111
.582 .911 .454
.413
.151
.006
1.000 1.512
-.234
.155
.116
1.000 .764
-.269
.171
.116
1.000 .764
-.852
.147
.000
1.000 .426
Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa status tingkat kesejahteraan pada tahapan KS II, jumlah anak masih hidup pada anak lebih dari dua anak, dan kunjungan petugas memiliki hubungan bermakna (nilai signifikansi α < 0,05) terhadap kesertaan ber KB pada anggota kelompok UPPKS. Sebagai contoh hasil analisis didapatkan OR dari variabel status tingkat kesejahteraan anggota kelompok UPPKS adalah 0,582 pada KS II. Dapat dikatakan bahwa anggota kelompok UPPKS dengan status tahapan KS II memiliki peluang untuk ber KB 0,582 daripada anggota kelompok UPPKS dengan tingkat kesejahteraan Pra Sejahtera. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat kesejahteraan responden maka semakin besar peluang nya untuk ber KB. Besarnya kebutuhan hidup, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 34
disertai dengan keterbatasan penghasilan diduga mempengaruhi responden untuk ber KB. Kegiatan dan program UPPKS yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup responden yang berekonomi lemah/ tingkat kesejahteraan rendah dapat mempengaruhi anggota kelompok nya untuk ber KB. Demikian juga dengan variabel jumlah anak masih hidup menunjukkan hubungan bermakna (nilai signifikansi α < 0,05), yaitu anggota kelompok UPPKS dengan jumlah anak masih hidup lebih dari dua anak memiliki peluang untuk ber KB 1,512 lebih cenderung daripada anggota kelompok UPPKS dengan jumlah anak masih hidup kurang dari dua anak. Hal ini menunjukkan bahwa wanita pus yang merupakan anggota kelompok UPPKS dengan jumlah anak lebih dari dua sudah memiliki kesadaran untuk ber KB. Faktor lain yang di duga mempengaruhi keputusan responden yang memiliki jumlah anak lebih dari dua adalah faktor ekonomi dan meningkatnya kebutuhan dengan jumlah anak yang banyak. Selanjutnya anggota kelompok UPPKS yang tidak mendapat kunjungan petugas memiliki peluang untuk ber KB 0,426 kali daripada anggota kelompok UPPKS yang mendapat kunjungan petugas. Dapat dikatakan anggota kelompok UPPKS yang mendapat kunjungan petugas memiliki peluang lebih besar untuk menjadi akseptor KB. Hasil analisis ini sesuai dengan teori Bertrand (1980) bahwa pendapatan keluarga, dan ukuran keluarga ideal berpengaruh terhadap kesertaan ber KB/ penggunaan kontrasepsi, khusus pada analisis ini adalah anggota kelompok UPPKS. Pada analisis ini pendidikan tidak berpengaruh terhadap kesertaan anggota kelompok UPPKS dalam ber KB, walaupun banyak penelitian yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara pendidikan dengan pemakaian kontrasepsi, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula kesertaan ber KB nya. Hal ini diduga karena memang anggota kelompok UPPKS sebagian besar (65 persen) berpendidikan SD dan SLTP. Variabel daerah tempat tinggal pada analisis ini tidak berpengaruh terhadap kesertaan ber KB anggota kelompok UPPKS. Proporsi penyebaran penduduk antara kota dan desa terlihat jauh, sebanyak 73 persen anggota kelompok UPPKS tinggal di desa dan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 35
27 persen tinggal di desa. Bila dilihat dari kesertaan ber KB anggota kelompok UPPKS, sebanyak 78 persen yang tinggal di kota menjadi akseptor KB. Lebih lanjut analisis ini menunjukkan bahwa status bekerja ibu juga tidak berpengaruh terhadap kesertaan ber KB anggota kelompok UPPKS. Dilihat dari frekuensi anggota kelompok UPPKS yang bekerja (63 persen) justru lebih tinggi daripada yang tidak bekerja (37 persen). Variabel pengetahuan alat/ cara KB tidak berhubungan dengan kesertaan ber KB anggota kelompok UPPKS. Dilihat dari frekuensi nya sebagian besar anggota kelompok UPPKS mengetahui alat/ cara KB, dan hanya sedikit yang kurang mengetahui tentang alat/ cara KB intravagina, kontrasepsi darurat dan cara lain. Walaupun menurut Notoatmodjo (2003) perubahan perilaku seseorang dapat berubah dengan pengetahuan yang dimilikinya, tetapi dalam analisis ini pengetahuan tidak berpengaruh terhadap perilaku seseorang yang dalam hal ini adalah perilaku ber KB.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 36
BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan 6.1.1. Kesimpulan Deskriptif 6.1.1.1 Berdasarkan Data Bivariat 1. Dari semua anggota kelompok UPPKS sebanyak 77 persen adalah akseptor KB. 2. Berdasarkan karakteristik latar belakang sosiodemografi anggota kelompok UPPKS berpendidikan SD atau kurang (37 persen), tinggal di desa (73 persen), status tahapan KS I (44 persen), jumlah anak masih hidup dua atau kurang (53 persen) dan bekerja (63 persen). 3. Berdasarkan karakteristik pengetahuan, anggota kelompok UPPKS memiliki pengetahuan mengenai alat/ cara KB tertinggi berturut-turut adalah pil (97 persen), implant (95 persen), kondom dan IUD (93 persen), MOW (80 persen), MOP (70 persen), kalender (62 persen), senggama terputus 959 persen), MAL (50 persen), intravagina (31 persen), kontrasepsi darurat (25 persen) dan cara lain (19 persen). 4. Berdasarkan karakteristik kunjungan petugas ada 60 persen anggota kelompok UPPKS yang mendapat kunjungan petugas. 6.1.1.2. Berdasarkan Karakteristik Kesertaan ber KB Anggota Kelompok UPPKS 1. Karakteristik anggota kelompok UPPKS yang ber KB tertinggi pada anggota kelompok UPPKS dengan tingkat pendidikan kurang sama dengan SD dan minimal SLTP (78 persen), tinggal di desa (78 persen), status tahapan KS Pra Sejahtera dan KS I (80 persen), bekerja (77 persen), memiliki jumlah anak lebih dari dua (81 persen), memiliki pengetahuan alat/ cara KB (78 persen) dan mendapat kunjungan petugas yang membicarakan masalah KB (83 persen). 2. Karakteristik anggota kelompok UPPKS yang tidak ber KB adalah berpendidikan Perguruan Tinggi (36 persen), tinggal di kota (26 persen), status tahapan KS III plus (43 persen), tidak bekerja (24 persen), jumlah anak dua atau kurang (23 persen), memiliki pengetahuan alat/ cara KB (28 persen) dan kunjungan petugas (33 persen).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 37
6.1.2. Kesimpulan Inferensial 1. Anggota kelompok UPPKS dengan status tahapan KS II memiliki pengaruh positif terhadap kesertaan ber KB setengah kali daripada anggota kelompok UPPKS dengan status tahapan Pra Sejahtera. 2. Anggota kelompok UPPKS dengan jumlah anak masih hidup lebih dari dua memiliki pengaruh positif terhadap kesertaan ber KB satu setengah kali daripada anggota kelompok UPPKS dengan jumlah anak masih hidup kurang sama dengan dua anak. 3. Anggota kelompok UPPKS yang dikunjungan petugas memiliki pengaruh positif terhadap kesertaan ber KB sebesar 2,3 kali daripada anggota kelompok UPPKS yang tidak dikunjungi petugas. 4. Pendidikan, daerah tempat tinggal, status bekerja dan pengetahuan alat/cara KB tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kesertaan ber KB pada anggota kelompok UPPKS. 6.2. Rekomendasi Kebijakan 1. Diharapkan anggota kelompok UPPKS dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi dapat terus menjadi motivator anggota kelompok UPPKS lainnya. 2. Diharapkan kunjungan petugas terhadap anggota kelompok UPPKS ditingkatkan gar dapat meningkatkan kesertaan ber KB.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 38
DAFTAR PUSTAKA Agung, I Gusti Ngurah. (2004). Manajemen Penulisan Skripsi, Tesis, dan Desertasi : Kiat-kiat untuk Mempersingkat Waktu Penulisan Karya Ilmiah yang Bermutu. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. (2010). Survei Indikator Kinerja Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) Program Kependudukan dan KB Nasional 2010. Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Departemen Kesehatan (Depkes RI), dan ORC Macro International Inc (MI). (2007). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007. Jakarta Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. (2008). Petunjuk Pelaksanaan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Melalui Bantuan Modal Usaha Kelompok UPPKS. Jakarta Bertand, J. (1980). ”Audience Reasearch for Improving Family Planning Communication Program” The Community and Family Study Centre, Chicago. Hosmer., & Lemeshow. (1989). Applied Logistic Regression (2nd ed). New York, USA: John Willey & Sons Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT Rineka Cipta, Jakarta, Edisi pertama Purwoko (2000). Tesis Penerimaan Vasektomi dan Sterilisasi Tuba. Fakultas Kedokteran Undip. Semarang
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 39
www.scribd.com/doc/.../KLASIFIKASI-KELUARGA-SEJAHTERA
Senin10 Februari 2012, jam 16.05
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 40
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber KB Anggota Kelompok UPPKS
Page 41