DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-12 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting
PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TEHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL MODERATING: STUDI PADA PERUSAHAAN PUBLIK NON FINANSIAL YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA Dyah Ardana Riswari, Nur Cahyonowati1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone : +622476486851
ABSTRACT This study aimed to analyze whether corporate social responsibility and corporate governance affect corporate value and whether corporate governance becomes the moderating variable of corporate social responsibility and corporate value. The measurement of the corporate social responsibility is conducted based on corporate social reporting category to calculate the Corporate Social Responsibility Index (CSRI) which is reviewed from the company's annual report. The sample of the study was non-financial companies in 2008-2009 and it was collected using purposive sampling method. The total sample was 35 companies with two years of observation. So, the total sample was 70. The data analysis process was started with confirmatory factor analysis, classical assumption test, and continued with hypothesis test. The data used in this study are the financial statements of each sample company published online at www.idx.co.id. The results of the study indicate that the variables of corporate social responsibility and corporate governance effect positively on corporate value and the corporate governance is the moderating variable of corporate social responsibility and corporate value. Meanwhile, the company size, as the control variable, has no significant effect on corporate value. Keywords : corporate social responsibility, corporate governance. Corporate social responsibility, corporate value and company size.
PENDAHULUAN Di Indonesia wacana mengenai kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan dan tanggung jawab sosial telah diatur dalam UU Perseroan Terbatas No 40 pasal 74 tahun 2007 yang menjelaskan bahwa perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha yang berhubungan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. CSR yang semula bersifat voluntary perlu ditingkatkan menjadi CSR yang lebih bersifat mandatory. Menurut Daniri (dalam Novita dan Djakman, 2008), CSR sebagai sebuah gagasan, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja. Tapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines. Di sini bottom lines lainnya selain finansial juga ada sosial dan lingkungan. Karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila, perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup.
Dyah Ardana Riswari, Nur Cahyonowati
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING
Volume I, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2
Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia menyatakan bahwa salah satu tujuan pelaksanaan corporate governance adalah mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan di sekitar perusahaan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang. Implementasi CSR merupakan salah satu wujud pelaksanaan prinsip corporate governance. Perusahaan yang telah melaksanakan corporate governance dengan baik sudah seharusnya melaksanakan aktivitas CSR sebagai wujud kepedulian perusahaan pada lingkungan sosial (Rustiarini, 2010). Banyak perusahaan semakin menyadari pentingnya menerapkan program CSR sebagai bagian dari strategi bisnisnya. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan tumbuh jika perusahaan tidak hanya memperhatikan dimensi ekonomi tetapi juga dimensi sosial dan lingkungan hidup. Keselarasan antara dimensi – dimensi tersebut dapat terwujud apabila didukung dengan baiknya pengawasan terhadap kinerja perusahaan melalui mekanisme corporate governance. Salah satu wujud pelaksanaan prinsip corporate governance adalah implementasi CSR. Perusahaan dapat menggunakan informasi tanggung jawab sosial sebagai keunggulan kompetitif perusahaan. Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang baik akan direspon positif oleh investor melalui peningkatan harga saham (Rustriarini, 2010). Keselarasan antara tindakan organisasi dan nilai nilai masyarakat ini tidak selamanya berjalan seperti yang diharapkan. Tidak jarang akan terjadi perbedaan potensial antara organisasi dan nilai-nilai sosial yang dapat mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Apabila perusahaan memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang buruk maka akan muncul keraguan dari investor sehingga direspon negatif melalui penurunan harga saham (Almilia dan Wijayanto, 2007).
TELAAH TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Nilai Perusahaan Menurut Rika dan Ishlahuddin (2008), nilai perusahaan didefinisikan sebagai nilai pasar. Alasannya karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran atau keuntungan bagi pemegang saham secara maksimum. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi keuntungan pemegang saham sehingga keadaan ini akan diminati oleh investor karena dengan permintaan saham yang meningkatkan menyebabkan nilai perusahaan juga akan meningkat. Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan, salah satunya Tobin’s Q. Rasio ini dinilai bisa memberikan informasi paling baik, karena dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan namun seluruh asset perusahaan. Dengan memasukkan seluruh asset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk saham namun juga untuk kreditur karena sumber pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur (Sukamulja, 2004). Jadi semakin besar nilai Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik. (Sukamulja, 2004). Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Kewajiban perusahaan atas CSR diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendukung terjalinnya hubungan
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING
Volume I, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 3
perusahaan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Pengaturan CSR juga bertujuan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungannya. Menurut Haniffa et al (dikutip dari Sayekti dan Wondabio, 2007), jika terjadi ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan akan kehilangan legitimasinya dan selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Legitimasi dapat dianggap sebagai menyamakan persepsi atau asumsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas adalah merupakan tindakan yang diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan sistem norma, nilai, kepercayaan dan definisi yang dikembangkan secara sosial (Suchman, 1995).. Apabila perusahaan memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang buruk maka akan muncul keraguan dari investor sehingga direspon negatif melalui penurunan harga saham (Almilia dan Wijayanto, 2007). Penelitian Dahlia dan Siregar (2008) menunjukkan bahwa aktivitas CSR terbukti berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Konsisten dengan hal itu, pelitian yang dilakukan Rustiarini (2010) menemukan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh pada nilai perusahaan. Dari hasil kajian empiris tersebut, maka hipotesis yang dapat dikemukakan adalah: H1: Pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Corporate Governance Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus mampu memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Pengungkapan informasi tentang perusahaan ini penting karena para stakeholder perlu mengevaluasi dan mengetahui sejauh mana perusahaan melaksanakan peranannya sesuai dengan keinginan stakeholder. Kepercayaan stakeholder terhadap iklim usaha dan kinerja perusahaan tentunya tidak terlepas dari peran corporate governance. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001) merumuskan corporate governance sebagai suatu sistem tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan berbagai partisipan dalam menentukan arah dan kinerja perusahaan. Tujuan corporate governance adalah menciptakan nilai tambah bagi stakeholders. Hasil penelitian Klapper dan Love (2002) menemukan adanya hubungan positif CG dan kinerja perusahaan. Hasil penelitian Silveira dan Barros (2006) menemukan adanya pengaruh signifikan CG terhadap nilai pasar perusahaan. Apabila dilihat dari aspek kepemilikan manajerial, beberapa penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh pada nilai perusahaan (Rachmawati dan Triatmoko, 2007; Nurlela dan Islahuddin, 2008). Dengan demikian, maka hipotesis yang dikemukakan adalah: H2: Corporate governance berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Corporate Social Responsibility, Corporate Governance, dan Nilai Perusahaan Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia menyatakan bahwa salah satu tujuan pelaksanaan corporate governance adalah mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan di sekitar perusahaan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang. Implementasi CSR merupakan salah satu wujud pelaksanaan prinsip corporate governance. Corporate governance menyangkut tanggung jawab perusahaan kepada pihakpihak lain yang berkepentingan terutama atas kegiatan ekonomi dan segala dampaknya, sedangkan CSR adalah kegiatan yang diselenggarakan perusahaan untuk menaikkan
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING
Volume I, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 4
tingkat kesejahteraan di luar kegiatan utama perusahaan. Kedua kegiatan tersebut sama-sama bertujuan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham namun tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya (Zarkasyi, 2008). Dengan demikian, maka hipotesis yang dikemukakan adalah: H3: Corporate governance berpengaruh positif pada hubungan pengungkapan CSR dengan nilai perusahaan.
METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan non finansial yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia tahun 2008 dan 2009. Penggunaan perusahaan ini digunakan untuk menilai konsistensi dari pengungkapan CSR pada perusahaan non finansial setelah dikeluarkannya UU No. 40 tahun 2012 mengenai kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan dan tanggung jawab social. Dari 652 perusahaan non finansial yang terdaftar dalam BEI tahun 2008 dan 2009, sebanyak 70 perusahaan yang terpilih sebagai sampel penelitian menggunakan metode purposive sampling. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Variabel terikat dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan adalah nilai perusahaan dapat dilihat dari segi analisis laporan keuangan berupa rasio keuangan dan dari segi perubahan harga saham. Pada penelitian ini, nilai perusahaan diukur menggunakan Tobin’s Q. Variabel ini telah digunakan oleh Rika dan Islahudin (2008) dan Rustiarini (2010). Berdasar penelitian yang dilakukan Rika dan Islahuddin (2008) dan Rustiarini (2010), variabel independennya adalah tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada laporan tahunan perusahaan yang yang akan dinilai dengan membandingkan jumlah pengungkapan yang dilakukan perusahaan dengan jumlah pengungkapan. Indikator yang digunakan dalam checklist mengacu pada indikator GRI (Global Reporting Initiatives) dengan 79 indikator sebagai dasar sustainability reporting yang diukur dengan menggunakan variabel dummy yaitu : Score 0 : Jika perusahaan tidak mengungkapkan item pada daftar pertanyaan. Score 1: Jika perusahaan mengungkapkan item pada daftar pertanyaan. Corporate governance ini digunakan sebagai variabel independen dan juga variabel pemoderasi diproksikan menggunakan kepemilikan manajerial yang diukur dengan persentase kepemilikan saham dewan direksi dan dewan komisaris dibagi dengan jumlah saham yang beredar (Rustiarini, 2010). Kepemilikan institusional yang diukur dengan persentase kepemilikan saham institusi dibagi dengan total jumlah saham beredar (Rustiarini, 2010). Proporsi dewan komisaris independen dihitung dengan membagi jumlah dewan komisaris independen dengan total anggota dewan komisaris (Veronica, 2005). Jumlah anggota komite audit yang diukur dengan menghitung jumlah anggota komite audit dari setiap perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini (Rustiarini, 2010). Variabel pemoderasi dalam penelitian ini adalah corporate governance. Selain sebagai variabel independen, corporate governance dalam penelitian ini juga digunakan sebagai variabel pemoderasi dengan menggunakan proksi yang sama yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan jumlah komite audit. Kemudian keempat variabel tersebut dianalisis menggunakan confirmatory factor analisis hingga terbentuk satu variabel baru yaitu corporate governance. Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor diluar yang tidak diteliti. Penelitian ini menggunakan satu variabel kontrol yaitu ukuran
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING
Volume I, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 5
perusahaan (SIZE). Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan logaritma natural dari total asset perusahaan (Kusumastuti, 2005). Analisis regresi berganda dalam penelitian ini menggunakan 2 model. Penggunaan 2 model regresi dimaksudkan untuk membandingkan hasil pengujian dari kedua model regresi. Model Regresi I digunakan untuk menguji pengaruh kedua variabel independen terhadap variabel dependen tanpa memasukkan variabel pemoderasi dan variabel kontrol. Sedangkan untuk Model Regresi II seluruh variabel dimasukkan dalam uji penelitian. Untuk menguji pengaruh variabel pemoderasi digunakan uji interaksi. Persamaan Regresi Model I : Y = α + β1CSR + β2CG + e Persamaan regresi model II : Y = α + β1CSR + β2CG + β3SIZE + β4CSRxCG + e Keterangan: Y = Tobin’s Q α = konstanta β1- β3 = koefisien regresi CSR = corporate social responsibility CG = corporate governance SIZE = ukuran perusahaan CSRxCG = Interaksi antara CSR dan CG e = error term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Analisis Faktor Hasil uji KMO (Keiser-Meyer-Olkin) penelitian ini sebesar 0,672 dan Bartlett's Test of Sphericity sebesar 0,011. Hasil KMO tersebut sudah memenuhi syarat yaitu di atas 0,05, begitu juga dengan Bartlett's Test of Sphericity yang signifikansinya di bawah 0,05. Uji Normalitas Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada Model Regresi I menunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,144 dengan tingkat probabilitas signifikansi sebesar 0, 146. Karena nilai p lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data residual terdistribusi secara normal. Dengan kata lain, Model Regresi I memenuhi asumsi normalitas. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada Model Regresi II juga menunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,161 dengan tingkat probabilitas signifikansi sebesar 0,135. Karena nilai p lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data residual terdistribusi secara normal. Dengan kata lain, Model Regresi II memenuhi asumsi normalitas. Uji Multikolonieritas Hasil uji multikolonieritas pada pada Model Regresi I dan II menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel bebas yang memiliki nilai tolerance dibawah 0,10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) di atas 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolonieritas antar variabel bebas dalam Model Regresi I dan II.
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING
Volume I, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 6
Uji Heteroskedastisitas Bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas pada persamaan regresi I dan II. Hal tersebut terlihat dari tidak adanya variabel yang memiliki signifikansi di bawah 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persamaan Model Regresi I dan II dengan menggunakan Uji Glejser tidak mempunyai permasalahan heteroskedastisitas. Uji Autokorelasi Berdasarkan hasil analisis Regresi I diperoleh nilai D-W sebesar 1,702. Hasil tersebut melebihi batas du 1,672 dan kurang dari 4 - 1, 672 (du) yaitu 2,328 Hasil analisis Regresi II diperoleh nilai D-W sebesar 1,749. Hasil tersebut melebihi batas du 1,703 dan kurang dari 4 - 1, 703 (du) yaitu 2,297 Dengan demikian menunjukkan bahwa kedua model regresi tersebut sudah bebas dari masalah autokorelasi. Hasil Uji Hipotesis Atas dasar hasil analisis regresi, dapat dilihat pada tabel 1 dan diperoleh pesamaan sebagai berikut: Model Regresi I : Y = 0, 618 + 3,653CSR + 0,168CG + e Model Regresi II : Y = 1,358 + 0,130 CSR + 0,163 CG – 0,015 LnTA + 0,106 CSRxCG + e Tabel 1 Hasil Uji Regresi Independen Variabel : Nilai Perusahaan Regresi I
Constant
0, 618 (3,443)*** CSR 3,653 (3,293)*** Corporate Governance (CG) 0,168 (2,842)*** CSRxCG (Pemoderasi) Ukuran Perusahaan Std. Error 0,467 F Value 13,603*** R2 0,289 Adjusted R2 0,268 Keterangan: Angka di dalam kurung adalah nilai t-statistik *** signifikan pada level 1% ** signifikan pada level 5% * signifikan pada level 10% Sumber : Data sekunder yang diolah, 2011
Regresi II
1,358 (2,731)** 0,130 (1,948)* 0,163 (2,807)*** 0,106 (2,272)** -0,015 (-0,422) 0,456 8,415*** 0,341 0,301
Diketahui bahwa nilai adjusted R square pada Model Regresi I sebesar 0,268. Hal ini berarti bahwa 26,8% nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu corporate social responsibility dan corporate governance, sisanya sebesar 73,2% (100% - 26,8%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. Adjusted R-square pada Model Regresi II sebesar 0,301. Hal ini berarti bahwa 30,1% nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu corporate
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING
Volume I, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 7
social responsibility, corporate governance dan ukuran perusahaan, sisanya sebesar 69,9% (100% - 30,1%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. Dari uji Anova, nilai F hitung pada Model Regresi I sebesar 13,608 dengan probabilitas signifikansi yang menunjukkan signifikansi pada level 1% yaitu sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama (simultan) nilai perusahaan dipengaruhi oleh corporate social responsibility dan corporate governance. Nilai F hitung pada Model Regresi II sebesar 8,415 dengan probabilitas signifikansi yang menunjukkan signifikansi pada level 1% yaitu sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama (simultan) nilai perusahaan dipengaruhi oleh corporate social repsonsibility, corporate governance, dan ukuran perusahaan. Uji F dari kedua model regresi tersebut menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini berarti bahwa kedua model tersebut baik Model Regresi I atau II menunjukkan bahwa semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikansi terhadap variabel dependen dengan signifikansi pada level 1%. Uji statistik t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh sebuah variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2006). Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa variabel corporate social responsibility, corporate goverannce dan interaksi antara corporate social responsibility dan corporate governance berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa variabel corporate social resposibility pada Model Regresi I mempunyai t hitung sebesar 3,293 dengan probabilitas signifikansi adalah 0,002. Hal tersebut menunjukkan bahwa probabilitas siginfikansi pada level 1% dan t hitung juga lebih besar dari t tabel. Variabel corporate social resposibility pada Model Regresi II mempunyai t hitung sebesar 1,948 dengan probabilitas signifikansi adalah 0,056. Hal tersebut menunjukkan bahwa probabilitas siginfikansi pada level 10% dan t hitung juga lebih besar dari t tabel. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa variabel corporate social responsibility pada pada kedua model tersebut mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti hipotesis 1 diterima. Beberapa hal yang dapat menyebabkan CSR berpengaruh pada nilai perusahaan yaitu: (1) manajemen menyadari arti penting CSR sebagai investasi sosial jangka panjang, (2) manajemen memahami bahwa tanggung jawab perusahaan tidak hanya untuk pemegang saham tetapi juga pihak-pihak lain yang berkepentingan, (3) pengungkapan CSR merupakan sinyal positif bahwa perusahaan telah menerapkan good corporate governance, (4) informasi tanggung jawab sosial perusahaan telah direspon baik oleh investor, (5) perusahaan telah melakukan pengkomunikasian pesan CSR secara tepat sehingga makna CSR dapat diterima dengan baik oleh pihak-pihak lain yang berkepentingan (Rustiarini, 2010) Penelitian ini didukung oleh Etty Murwaningsari (2009) yang menemukan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Semakin tinggi tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR) mengakibatkan peningkatan nilai perusahaan. Begitu juga dengan penelitian Zuhroh dan Putu (2003) yang menyatakan bahwa pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan yang go public berpengaruh terhadap volume perdagangan saham. Artinya investor sudah mulai merespon dengan baik informasi-informasi sosial yang disampaikan perusahaan dalam laporan tahunan sehingga dengan semakin luasnya pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan memberikan pengaruh terhadap meningkatnya nilai perusahaan.
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING
Volume I, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 8
Dari hasil analisis, dapat diketahui bahwa variabel corporate governance pada Model Regresi I mempunyai t hitung sebesar 2,842 dengan probabilitas signifikansi 0,006 . Sedangkan pada Model Regresi II mempunyai mempunyai t hitung sebesar 2,807 dengan probabilitas signifikansi 0,007. Hal tersebut menunjukkan bahwa kedua model menunjukkan hasil yang signifikan dan t hitung kedua model mempunyai nilai yang lebih besar dari t tabel. Signifikansi untuk model I dan model II terletak pada level 1%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa corporate governance mempengaruhi nilai perusahaan. Hal ini berarti hipotesis 2 diterima. Penelitian ini mendukung penelitian Klapper dan Love (2002) yang menemukan adanya hubungan positif CG dan kinerja perusahaan. Penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh pada nilai perusahaan (Rachmawati dan Triatmoko, 2007; Nurlela dan Islahuddin, 2008). Begitu juga dengan penelitian Rustiarini (2010) yang menunjukkan bahwa pengungkapan corporate governance berpengaruh pada nilai perusahaan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan corporate governance berpengaruh pada nilai perusahaan yaitu: (1) tingginya kesadaran perusahaan untuk menerapkan good corporate governance sebagai suatu kebutuhan, bukan sekedar kepatuhan terhadap regulasi yang ada, (2) manajemen perusahaan tertarik dengan manfaat jangka panjang dari penerapan good corporate governance, (3) meningkatnya kepemilikan saham oleh manajemen dan investor institusi menyebabkan tekanan kepada perusahaan untuk menerapkan good corporate governance pun semakin besar, (4) keberadaan dewan komisaris dan komite audit dalam perusahaan dapat memantau perusahaan dalam melaksanakan good corporate governance, (5) unsur budaya yang berkembang di lingkungan usaha nasional sangat menunjang perkembangan penerapan good corporate governance (Rustiarini, 2010) Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa interaksi corporate social responsibility (CSR) dan corporate governance dapat diihat bahwa t hitungnya sebesar 2,272 dengan probabilitas signifikansi 0,026. Hal ini menunjukan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mempengaruhi nilai perusahaan karena t hitung lebih besar dari t tabel dan probabilitas signifikansinya berada pada level 5%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3 diterima. CSR merupakan bentuk implementasi dari penerapan mekanisme corporate governance, sehingga CG mendorong timbulnya tanggung jawab perusahaan pada masyarakat dan lingkungan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya. Penerapan corporate governance yang baik mendorong perusahaan melaksanakan aktivitas CSR sehingga dapat meningkatkan reputasi perusahaan. Penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya yang dilakukan Ni Wayan Rustiarini (2009). Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa corporate governance merupakan variabel pemoderasi pada hubungan pengungkapan CSR dengan nilai perusahaan. Hal ini berarti penerapan good corporate governance telah menuntun perusahaan untuk melaksanakan CSR sehingga meningkatkan nilai perusahaan. Variabel ukuran perusahaan yang diproksi dengan logaritma natural dari total aset sebagai variabel kontrol menunjukan pengaruh yang tidak signifikan terhadap nilai perusahaan . Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Darmawati et al (2004), Kusumaastuti (2005) dan Suryana Asba (2009). Ukuran perusahaan yang besar belum tentu mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut memiliki komitmen kinerja yang baik. Hal ini dikarenakan pengaruh ukuran perusahaan masih belum jelas arahnya. Perusahaan besar dapat memiliki masalah keagenan yang lebih besar karena lebih sulit untuk dimonitor. (Surya Asba, 2009).
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING
Volume I, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 9
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN Penelitian ini menguji pengaruh luas pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan dengan corporate governance sebagai variabel moderating. Dari tiga hipotesis yang diajukan, dua hipotesis diterima dan satu hipotesis ditolak.Variabel luas pengungkapan CSR memiliki berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan CSR di Indonesia khususnya untuk perusahaan non keuangan sudah cukup baik mengingat pentingnya pengungkapan CSR. Investor sudah mulai merespon dengan baik informasi-informasi sosial yang disampaikan perusahaan dalam laporan tahunan. Sehingga dengan semakin luasnya pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan memberikan pengaruh terhadap meningkatnya nilai perusahaan Variabel corporate governance berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya mekanisme corporate governance, monitoring terhadap kegiatan perusahaan dapat lebih efektif sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Jadi perusahaan yang menerapkan sistem good corporate governance, kinerja perusahaan tersebut akan meningkat menjadi lebih baik, dengan meningkatnya kinerja perusahaan akan dapat meningkatkan harga saham perusahaan sebagai indikator dari nilai perusahaan sehingga nilai perusahaan dapat tercapai. Interaksi antara corporate social responsibility dan corporate governance mempengaruhi nilai perusahaan. Corporate governance merupakan variabel pemoderasi pada hubungan pengungkapan CSR dengan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa salah satu tujuan pelaksanaan corporate governance adalah mendorong timbulnya tanggung jawab perusahaan pada masyarakat dan lingkungan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya. Penerapan corporate governance yang baik mendorong perusahaan melaksanakan aktivitas CSR sehingga dapat meningkatkan reputasi perusahaan. Terdapat keterbatasan sampel penelitian yang hanya terdapat 35 perusahaan untuk tiap tahunnya. Keterbatasan ini terjadi karena sulitnya peneliti dalam memperoleh data annual report yang dipublikasikan dalam situs internet. Terdapat unsur subjektifitas dalam menentukan indeks pengungkapan, karena tidak ada suatu ketentuan baku yang dijadikan standar dan acuan, sehingga penentuan indeks untuk indikator dalam kategori yang sama dapat berbeda antar setiap peneliti. Dengan adanya keterebatasan peneliatan seperti yang telah disebutkan diatas, sehingga penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel yang lebih spesifik untuk menggambarkan corporate governance. Masing-masing variabel yang membentuk konstruk corporate governance dianalisis secara terpisah sebagai variabel moderating. Sehingga dapat diketahui variabel pembentuk konstruk corporate governance mana yang berpengaruh dan tidak.Disarankan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan periode yang lebih lama dan mempertimbangkan sampel yang lebih luas. Hal ini bertujuan agar kesimpulan yang dihasilkan tersebut memiliki cakupan yang lebih luas pula.Penelitian selanjutnya diharapkan melibatkan pihak lain sebagai verifikator untuk melakukan pemeriksaan kembali terhadap penentuan luas pengungkapan CSR.
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING
Volume I, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 10
REFERENSI Achda B Tamam. 2009. “Konteks Sosiologi Perkembangan Corporate Social Responsibility dan Implementasinya di Indonesia”, http://www.menhl.go.id/serbaserbi/csr/sosiologi.pdf, diakses 21 Juni 2011. Boediono, Gideon SB. 2005. “Kualitas laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur”. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo Chariri, Anis dan Imam Ghozali. 2007. “Teori Akuntansi. Semarang. Badan Penerbit UNDIP. Diyah, Pujiati dan Widanar, Erman. 2009. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Keputusan Keuangan sebagai Variabel Intervening.” Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi Ventura, Vol. 12. No.1, h. 71-86 68 Darmawati, Deni dkk. 2004. Hubungan Corporate Governance Dan Kinerja perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar, 2-3 Desember 2004 Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.. Edisi 4. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hackston, D. and Milne, M. (1996), ‘‘Some determinants of social and environmental disclosures in New Zealand companies’’, Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 9, pp. 77-108. Harmoni, Ati dan Andriyani, Ade. 2008. “Pengungkapan Corporate Social Responsiblity (CSR) pada Official Website Perusahaan studi pada PT. Unilever Indonesia Tbk.” Seminar Ilmiah Nasional Komputer dan Sistem Intelijen. Depok, 20-21 Agustus 2008. Haruman, Tendi. 2008. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Keputusan Keuangan dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak Hassan, M. Che Haat, et al. 2008. “Corporate governance, transparency and performance of Malaysian companies.” Managerial Auditing Journal, Vol. 23, No. 8, pp. 744-778 Herawati, Vinola. 2008. “Peran Praktik Corporate Governance sebagai Moderating Variabel dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan”. Symposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING
Volume I, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 11
Hendriksen, Eldon S dan M. Brenda. 2000. “Teori Akunting.” Edisi 5. Batam: Interaksara. Jensen, M. and Meckling, W. 1976. ‘‘Theory of the firm: managerial behavior, agency costs and ownership structure’’, Journal of Financial Economics, Vol. 3, pp. 305-60. Klapper, Leora. F. & I. Love. 2002. “Corporate Governance, Investor Protection and Performance in Emerging Market”. World Bank Working Paper. http:// ssrn. com. Diakses 25 Juni 2011 Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. “Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia”. Jakarta Machmud, Novita dan D. Djakman Chaerul. 2008. “Pengaruh Struktur Tahunan Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak. Nurlela, Rika dan Ishlahuddin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen sebagai Variabel Moderating”. Simposium Nasioanal Akuntansi XI Pontianak. Rachmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. 2007. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan.” Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar, 26-28 Juli Retno, Reni Anggraini Fr (2006) “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan”. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang, 23-26 Agustus 2006 Rustiarini, Ni Wayan.2009.”Pengaruh Corporate Governance pada Hubungan Corporate Social Responsibility dan Nilai Perusahaan” Simposium Nasional Akuntansi XII. Purwokerto 2010 Sayekti, Yosefa dan Wondabio, Ludovicus Sensi. 2007. ”Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earning Response Coefficient”. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar, 26-28 Juli Siallagan, Hamonangan dan Machfoedz, Mas’ud. 2006.”Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang, 23-26 Agustus 2006
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING
Volume I, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 12
Siregar, Sylvia Veronica N.P dan Bachtiar, Yanivi S. 2004. “Good Corporate Governance, Information Asymmetry, and Earnings Management”. Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar Siregar,.Sylvia. Veronica N.P dan Utama, Siddharta. 2006. “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management)”. Journal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 9, No.3, hal 307-326 Sukamuja, Sukmawati. 2004. ”Good Corporate Governance di Sektor Keuangan: Dampak GCG Terhadap Kinerja Perusahaan (Kasus di Bursa Efek Jakarta).” BENEFIT, Vol.8, No. 1, h. 1-25. Suripto, Bambang. 1999. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan”. Simposium Nasioanal Akuntansi, Malang Susiloadi, Priyanto. 2008. ”Implementasi Corporate Social Responsiblity Untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan.” Spirit Publik, Vol. 4, No. 2, h. . 123 130. Diakses tanggal 21 Juni 2011. Wahyudi, Untung dan Prasetyaning, Hartini Pawestri. 2005. “Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan : Dengan Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening”. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang 23-26 Agustus. Zuhron, Diana dan Heri, I Putu Pande Sukmawati. 2003. “Analisis Pengaruh Luas Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan Terhadap Reaksi Investor.” Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya, 16-17 Agustus.