DAFTAR ISI
Abstrak ………………………………………………………………………………. Sambutan Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung ……………... Kata Pengantar ………………………………………………………………………. Daftar Isi …………………………………………………………………………….. BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………. A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………………. B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ………………………………… C. Tujuan Penelitian …………………………………………………………….. D. Kontribusi Penelitian …………………………………………………………. BAB II KERANGKA KONSEPTUAL TENTANG PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DIKAITKAN DENGAN KEBUTUHAN MAHASISWA ……………………………………………………… A. Bimbingan Konseling di Perguruan Tinggi ………………………………….. B. Konsep pelaksanaan Bimbingan Konseling dikaitkan dengan Kebutuhan Mahasiswa ……………………………………………………………………. C. Pengembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling dikaitkan dengan Kebutuhan Mahasiswa ……………………………………………… D. Penelitian Terdahulu yang Relevan …………………………………………..
i iii iv v 1 1 4 5 6
7 7 13 19 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………………… A. Pendekatan dan Jenis Penelitian……………………………………………….. B. Sumber Data…………………………………………………………………… C. Pengembangan Instrumen Pengumpulan Data ……………………………...... D. Teknik Analisis Data ………………………………………………………….
22 22 22 25 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………………… A. Hasil Penelitian ………………………………………………………………. B. Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………………………….
33 33 59
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ……………………………………… A. Simpulan ……………………………………………………………………… B. Rekomendasi …………………………………………………………………..
67 67 67
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………..
71
v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini didasari oleh pandangan dan keyakinan bahwa bimbingan dan konseling dengan berbagai aspeknya yakni bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan akademik, dan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling merupakan komponen layanan pendidikan yang potensial dan kontributif bagi upaya peningkatan mutu lulusan perguruan tinggi. Apalagi mengingat masa mahasiswa merupakan masa yang ditandai oleh sejumlah kecenderungan gejala dan tantangan. Serangkaian gejala dan tantangan yang dimaksud adalah sebagai berikut1. Pertama, para mahasiswa umumnya sedang berada pada fase perkembangan akhir masa remaja dan memasuki awal masa dewasa di mana mereka dituntut untuk mempersiapkan dirinya menjadi manusia dewasa yang mandiri, mencapai kematangan fisik, intelektual, emosional, social, moral, dan spiritual. Kedua, persiapan memasuki dunia kerjasebagai salah satu tugas perkembangan mahasiswa, menuntutnya mampu berpikir antisipatif mempersiapkan bidang pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dirinya. Ketiga, periode transisional dari sekolah menengah atas ke perguruan tinggi membawa berbagai macam perubahan, mulai dari sifat, cara, dan gaya belajar hingga perubahan lingkungan kampus, baik yang menyangkut lingkungan fisik maupun sosialnya yang menuntut mahasiswa mampu menyesuaikan diri secara adekuat. Mahasiswa dalam kondisi dan dinamika demikian memerlukan uluran bantuan berupa layanan bimbingan yang memfokuskan kepedulian kepada pengembangan pribadi, social, kematangan berpikir, dan sistem nilai serta kemampuan mengantisipasi dan mengambil keputusan secara efektif dalam menghadapi kehidupan di masa depan. Layanan bimbingan yang dimaksud untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan di atas adalah pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Karier dalam konteks ini adalah dalam arti luas dan mempunyai sifat life long yang menurut Super bermakna sebagai proses adaptasi seumur hidup yang terkait dengan penyiapan diri terhadap kerja, dunia kerja, dan berganti posisi kerja, maupun meninggalkan dunia kerja2. Konotasinya tidak spesifik sebatas posisi seseorang dalam kedudukan atau 1
Dwi Yuwono, Pencarian Model Layanan Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi (Disertasi, PPs UPI Bandung, tidak diterbitkan,1998), hal. 1 2 Conny Semiawan, Pendidikan Tinggi Peningkatan Kemampuan Manusia Sepanjang Hayat Seoptimal Mungkin (Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, 2004), hal. 217
1
pekerjaan tertentu, tetapi lebih ditekankan kepada persiapan. Persiapan ini dilakukan dan terbentuk pada masa pendidikan. Manusia dalam menghadapi masa depannya itu dihadapkan pada pilihan-pilihan karier. Super dalam Munandir3 mengemukakan bahwa pilihan karier merupakan fungsi tahap perkembangan individu dan prosesnya berlangsung dalam rangka penunaian
kegiatan-kegiatan
atau
tugas-tugas
yang
disebut
sebagai
tugas-tugas
perkembangan karier. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling bagi mahasiswa memiliki fungsi dan peranan yang sangat strategis dalam upaya menyiapkan mahasiswa bagi peranannya di masa datang. Melalui layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling mahasiswa diharapkan mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan karier, seperti pemahaman terhadap dunia kerja, perencanaan karier, informasi karier, penyesuaian pekerjaan, dan pemilihan lapangan kerja. Sehingga dengan demikian diharapkan mahasiswa dapat mencapai tugas-tugas perkembangan karier secara optimal dan mampu membuat serta mengambil keputusan karier secara tepat. Mahasiswa yang mampu membuat dan mengambil keputusan karier secara tepat akan menciptakan suatu kepuasaan pada diri mahasiswa dan pada gilirannya akan memperlancar mahasiswa dalam menjalani kehidupan yang kompleks. Sebaliknya ketidakmampuan mahasiswa dalam mengambil keputusan yang tepat pada saat ini akan melahirkan sejumlah hambatan guna pencapaian tugas-tugas perkembangan karier selanjutnya. Kemampuan mahasiswa dalam merencanakan dan mengambil keputusan kariernya, sejatinya tidak terlepas daritugas-tugas perkembangan karier yang harus diselesaikan mahasiswa secara tepat dan optimal. Menurut Yuwono4 dalam kehidupan akademik dan kariernya mahasiswa diharapkan sudah mulai memiliki pemikiran tentang kemandirian ekonominya di masa depan. Mereka seyogyanya tidak lagi berpikir bahwa ia harus terus menerus dibiayai oleh orang tuanya. Mahasiswa harus menyiapkan diri antara lain dengan mengikuti kursus-kursus, keterampilan, berorganisasi atau berdiskusi dengan orang yang lebih berpengalaman dalam bidang dunia kerja. Di samping itu mahasiswa perlu menyiapkan diri antara lain dan merencanakan bagaimana masa depannya. Berhubungan erat dengan tugas ini, mahasiswa perlu meneligti minatnya sendiri dalam pekerjaan. Dengan demikian ia telah memiliki rancangan dan persiapan tentang apa yang diperkirakan akan menjadi kariernya di masa depan. 3
Munandir, Program Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling Di Sekolah (Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, 1996), hal. 93. 4 Dwi Yuwono, Op. Cit hal. 46.
2
Sejumlah temuan studi memperkuat alasan begitu pentingnya layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi. Supriadi5 dalam kajiannya beberapa tahun silam mengungkapkan bahwa tingginya vokasional mahasiswa di satu pihak dan makin kompetitifnya peluang kerja di pihak lain telah membuat mahasiswa mengalami kebimbangan dalam memandang masa depannya. Kondisi demikian menuntut tersedianya wahana konsultasi bagi mahasiswa baik untuk sekedar mengungkapkan perasaannya maupun untuk mendapatkan informasi mengenai langkah-langkah yang sebaiknya mereka tempuh. Demikian pula Herr dan Cramer6 mnengelompokkan mahasiswa yang memasuki perguruan tinggi antara lain mengutamakan alasan-alasan vokasional, yaitu menerima persiapan khusus yang diperlukan untuk memasuki profesi tertentu atau menyiapkan diri untuk latihan pendidikan yang lebih tinggi. Selanjutnya Yuwono7 dan Ardimen8 juga mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling khususnya bimbingan dan konseling karier sangat penting diberikan kepada mahasiswa terutama dalam rangka membantu mahasiswa merencanakan masa depannya. Demikian juga Muslihuddin9 dalam studinya di SMK 12 Bandung mengemukakan bahwa program pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling sangat diperlukan bagi peserta didik untuk membantu mereka menyelesaikan tugas-tugas perkembangan kariernya. Hasil penelitian di atas memperlihatkan betapa peranan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling sangatlah penting artinya bagi mahasiswa. Namun realitas di IAIN Raden Intan Lampung adalah belum terselenggaranya layanan pendidikan yang secara khusus diancang untuk membantu mahasiswa merenanakan kehidupan kariernya di masa depan. Sehingga ada sebagaian mahasiswa yang belum memiliki kompetensi akademik, soaial, pribadi, karier, bahkan spiritual yang memadai. Sebagai indikator dapat diamati dari beberapa gejala di kalangan mahasiswa sehubungan dengan kegiatan pendidikan di IAIN Raden Intan sebagai berikut. (1) Adanya kecenderungan ketidaktahuan mahasiswa apakah merasa cocok dengan fakultas/jurusan yang dipilihnya.
5
Dedi Supriadi, Isu dan Agenda Pendidikan Tinggi di Indonesia (Jakarta: PT Rosda Jaya Putra, 2002), hal. 58. E.L. Herr & S.H. Cramer, Career Guidance Through the Life Span: Sistematic Approaches. (Boston: Brown & Company, 1982). hal. 293. 7 Dwi Yuwono, Op. Cit. hal 60. 8 Ardimen Implementasi Layanan Bimbingan dan Konseling di PerguruanTinggi Dikaitkan dengan Kebutuhan Mahasiswa, Tesis pada SPs UPI Bandung 2000: tidak diterbitkan, hal. 88. 9 Muslihuddin, Implementasi Model Bimbingan Ekologis dalam Layanan Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMK 12 Bandung. Tesis pada PPs UPI Bandung, tidak diterbitkan, hal 67. 6
3
(2) Apakah mampu menyelesaikan studi tepat waktudi di fakultas/jurusan yang telah dipilihnya. (3) Merasa salah pilih jurusan dan kehilangan semangat belajar karena kurang minat dan motivasi. (4) Merasa cemas menatap masa depan dan bingung setelah menyelsaikan studi mau kerja di mana. (5) Cenderung tidak dapat mengatur waktu, kurang disiplin, dan kurang dapat bekerjasama dengan orang lain. Fenomena di atas menunjukkan bahwa adanya layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di IAIN raden Intan sangat diperlukan. Layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di IAIN Raden Intan memungkinkan untuk dilaksanakan oleh dosen penasehat akademik (PA) sebab dosen penasehat akademik dapat melakukan kegiatan yang dapat membantu mahasiswa mencapai tugas-tugas perkembangan karier dan memberdayakan lingkungan perkembangan karier mahasiswa secara optimal. Guna mencapai impian tersebut maka perlu ditingkatkan kesadaran dan komitmen dosen PA akan pentingnya layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling bagi mahasiswa. Sehingga tugas seorang dosen PA bukan hanya formalitas tetapi berlandaskan kepada kebutuhan. Hal ini sekaligus memperkuat pemikiran Kartadinata 10 yang menyatakan bahwa hendaknya layanan bimbingan dan konseling jangan hanya merupakan kebutuhan formal namun hendaknya merupakan kebutuhan aktual. Mengingat betapa pentingnya layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling untuk membantu mahasiswa mencapai tugas-tugas perkembangan karier mereka, namun kenyataannya di lapangan layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling ini belum dilaksanakan maka upaya mengembangkan model pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa akan sangat diperlukan. Beberapa kajian dan studi dalam kerangka pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling terdahulu lebih difokuskan pada lembaga sekolah lanjutan tingkat atas dan perguruan tinggi umum, sedangkan untuk perguruan tinggi agama (IAIN) hampir belum pernah dilaksanakan. Terutama yang berkaiatan dengan fokus penelitian ini. Karena itulah maka penelitian ini perlu dilaksanakan. Untuk itu perlu difokuskan dianalisis tiga komponen kondisi obyektif di lapangan, yaitu (1) pencapaian tugas-tugas perkembangan karier mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung; (2) lingkungan perkembangan karier mahasiswa 10
Sunaryo Kartadinata, Mata Air Kedamaian: Sosok Pemikiran Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata, (Bandung: UPI Press, 2014), hal. 89.
4
IAIN Raden Intan Lampung; dan (3) kondisi aktual layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di IAIN Raden Intan Lampung. Atas dasar kondisi obyektif lapangan tersebut, maka disusunlah suatu rancangan model layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung.
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Penelitian ini diarahkan pada upaya pengembangan model pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa yang dilaksanakan oleh dosen penasehat akademik di IAIN Raden Intan Lampung. Sebagai upaya pengembangan model layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung maka perlu dirumuskan masalah penelitian dan penelahaan lebih lanjut mengenai (1) pencapaian tugas tugas perkembangan karier mahasiswa
IAIN
Raden
Intan
Lampung;
(2)
kondisi
lingkungan
(keluarga,
kampus,masyarakat) mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung; (3) kondisi aktual layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di IAIN Raden Intan Lampung; dan (4) faktorfaktor yang menjadi pendukung dan penghambat layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di IAIN Raden Intan Lampung. Adapun pertanyaan-pertanyaan pokok penelitian yang akan dijawab melalui penelitian ini dijabarkan dalam pertanyaan penelitian ini yang dirumuskan sebagai berikut. 1. Sampai ke taraf mana pencapaian tugas-tugas perkembangan karier mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung? 2. Upaya apa saja yang dilakukan lingkungan (keluarga, kampus, masyarakat) dalam membantu/mendukung pencapaian tugas-tugas perkembangan karier mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung? 3. Kegiatan-kegiatan apa yang telah dilaksanakan di IAIN Raden Intan Lampung yang bermuatan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling? 4. Apa faktor-faktor pendukung dan penghambat layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di Raden Intan Lampung?
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan fokus dan pertanyaan-pertanyaan pokok penelitian ini maka penelitian ini bertujuan untuk merancang model layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di Raden Intan Lampung yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa yang dilaksanakan oleh dosen penasehat akademik kepada mahasiswa bimbingannya dalam upaya membantu 5
mahasiswa mencapai tugas-tugas perkembangan kariernya. Untuk maksud tersebut makatujuan penelitian ini adalah dalam rangka mencari data dan mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan tentang pencapaian tugas-tugas perkembangan karier mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung. 2. Mendeskripsikan tentang upaya yang dilakukan lingkungan (keluarga, kampus, masyarakat) dalam membantu/mendukung pencapaian tugas-tugas perkembangan karier mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung. 3. Mendeskripsikan tentang kondisi aktual layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di Raden Intan Lampung. 4. Mendeskripsikan tentang faktor-faktor pendukung dan penghambat layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di Raden Intan Lampung. 5. Merumuskan model layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa Raden Intan Lampung.
D. Kontribusi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan, khususnya dalam hal sebagai berikut. Pertama, mengetahui secara kongkrit mengenai kondisi obyektif pelaksanaan bimbingan akademis umumnya dan layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling khususnya yang dilaksanakan oleh dosen penasehat akademik IAIN Raden Intan Lampung. Sehingga dengan demikian diketahui mekanisme proses pelaksanaan layanan bimbingan akademik pada umumnya dan layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang ada, kebutuhan layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang dibutuhkan mahasiswa dan berbagai faktor pendukung dan penghambat jalannya proses layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang ada. Kedua, penemuan dasar konseptual pengembangan model layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di Raden Intan Lampung yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Ketiga, sebagai acuan bagi dosen penasehat penasehat akademik dalam melaksanakan layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di IAIN Raden Intan Lampung.
6
BAB II KERANGKA KONSEPTUAL TENTANG PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI PERGURUAN TINGGI A. Pelaksanaan Layanan Bimbingan Dan Konseling Di Perguruan Tinggi 1. Karakteristik Tugas-tugas Perkembangan Mahasiswa Tugas-tugas perkembangan (career developmental tasks) dapat dipandang sebagai suatu aspek dari tugas perkembangan pada umumnya1. Tugas perkembangan merupakan tuigas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan mahasiswa yang apabila mahasiswa mampu menuntaskan tugas-tugas tersebut akan melahirkan suatu kepuasaan baginya dan akan memperlancar penunaian tugas-tugas perkembangan berikutnya. Sebaliknya ketidakberhasilan mahasiswa menuntaskan tugas-tugas perkembangan nya akan melahirkan ketidakpuasaan dalam diri mahasiswa dan akan melahirkan sejumlah hambatan untuk pencapaian tugas-tugas perkembangan selanjutnya. Dilihat dari tahapan perkembangan dalam tahap perkembangan Super dan Joordan2 mahasiswa berada pada yahap eksplorasi yang secara umum berusia 18-26 tahun. Dalam tahap ini mahasiswa mulai mempertimbangkan kebutuhan, kapasitas, minat, dan nilai-nilai yang diuji coba dalam berbagai kondisi seperti diskusi, kusus, bekerja, organisasi, bahkan khayalannya
yang
bertujuan
untuk
melatih
dan
menambah
keterampilan
serta
mengimplementasikan konsep dirinya. Selanjutnya Jordan dalam Healy3 menggambarkan tugas-tugas perkembangan mahasiswa dimaksud sebagai berikut. Vocational exploratory behavior refers to activities, mental and physical, undertaken with the more or less conscious purpose or hope of eliciting information about oneself one’s environment, or at verifying or arriving at a basic for a conclusion or hyphothesis which will aid one in choosing, preparing for, entertaining, adjusting to or progressing in an occupation. Kartadinata4 mengemukakan bahwa perangkat tugas-tugas perkembangan termasuk tugas-tugas perkembangan mahasiswa masih terfokus pada persoalan pembentukan identitas.
1
Hurlock, E.B. (2009). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (a.b. Istiwidayanti et.al). (Jakarta: Erlangga, 2009). hal. 252. 2 Super, D.E. (1975) The Psychology of Career: An introduction to Vocational Development. (New York: Harper, 1975), hal. 20 3 Healy, Ch.C. Career Development Counseling Through the Life Stage. (Los Angeles: Allyn and Bacon, Inc,1982), hal. 102. 4
Sunaryo Kartadinata, Isu-isu Pendidikan: Antara Harapan dan Kenyataan. (Bandung: UPI Press,2010)
7
Hal ini merupakan suatu hal yang disyaratkan sehingga hakikat krisis identitas akan bergerak kearah pembentukan identitas sebagai pekerja. Karena itu mahasiswa dihadapkan kepada proses perkembangan di mana berbagai keputusan kunci harus diambil yang akhirnya akan turut menentukan gaya hidup individu mahasiswa. Pilihan yang mencakup pilihan teman dan kelompok, loyalitas, dan kerjasama, lokasi rumah dan keluarga merupakan bagian dari perkembangan identitas pribadi. Di mana dalam banyak hal perkembangan identitas pribadi pada masa ini sama dengan perkembangan. Menurut Kartadinata5 tugas-tugas perkembangan mahasiswa adalah (1) mencapai pertemanan pribadi atas dasar relasi individual dan bukan karena keanggotaan kelompok; (2) mencapai otonomi emosional di dalam belajar mengambil keputusan, pilihan nilai, dan penerimaan tanggung jawab, belajar menghasilkan produk kerja dalam standar kerja orang dewasa. Dalam konteks yang lebih operasional, Super6 mengemukakan beberapa aspek tugastugas perkembangan yang harus ditunaikan mahasiswa. Aspek-aspek tugas perkembangan yang dimaksud adalah sebagai berikut. Pertama, dalam posisi dan perannya sebagai anggota masyarakat kampus hendaknya memiliki berbagai pengetahuan yang berkaitan dengan masalah nya saat ini maupun di masa depan. Pengetahuan-pengetahuan dimaksud anatara lain (1) mengetahuitujuan jurusan yang dimasukinya; (2) memahami kaitan antara mata kuliah dengan bidang pekerjaan yang diinginkan; (3) mengetahui cara memperoleh pekerjaaan, tuntutan/persyaratan pekerjaan, tingkat kepuasaan, dan proses jenjang kepangkatan dari pekerjaan yang diminatinya; (4) mengetahui tugas-tugas pokok yang harus dikerjakan danketerampilan yang diperlukan; (5) mengetahui karakteristik pribadinya secara akurat. Kedua, untuk menunjang dan mewujudkan nya saat ini dan masa nanti, maka diharapkan mahasiswa mulai menacari informasi mengenai . Pencarian tersebut dapat diperoleh dengan membaca buku-buku atau bahan bacaan lainnya, mendiskusikan pilihan nya baik dengan orang tua, dosen, dosen pembimbing, maupun dengan orang yang berpengalaman. Di samping itu mahasiswa diharapkan mulai mengikuti kursus, pelatihan, ataupun organisasi kemahasiswaan yang akan mendukung pekerjaan yang akan ditekuninya. Ketiga, sejalan dengan peran hidup (life role) dan tahapan kehidupan (life stage) sebagai mahasiswa, maka mahasiswa harus memiliki sikap yang mencerminkan karakteristiknya sebagai sivitas akademika di perguruan tingginya. Sikap-sikap yang dimaksud antara lain (1) meyakini kemampuannya untuk mengambil keputusan sendiri; (2) 5 6
Ibid Healy. Op.Cit. hal. 292-293.
8
mempercayai betapa pentingnya sebuah pendekatan yang sistematis dalam merencanakan dan memecahkan masalah; (3) bertanggung jawab untuk memperoleh informasi tentang ; (4) meyakini bahwa masalah studi dan memperoleh pekerjaan merupakan tanggung jawab sendiri. Keempat, salah satu sikap yang hendaknya melekat dalam diri mahasiswa adalah keyakinan dan kemampuannya dalam suatu perencanaan dan pengambilan keputusan. Dalam aspek ini seyogyanyalah mahasiswa mampu memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, serta nilai-nilai yang dianutnya; dapat mempertimbangkan berapa lama menyelesaikan kuliah; dapat memilih satu alternative dari beragam pekerjaan; mampu merencanakan apa yang harus dilakukan setelah menyelesaikan kuliah dan di mana akan bekerja. Kelima, untuk mewujudkan berbagai aspek di atas sudah seharusnyalah mahasiswa memiliki beberapa keterampilan yang berkenaan dengan upaya pengembangan nya. Keterampilan yang dimaksud antara lain (1) mempunyai kemampuan menggunakan sumbersumber informasi tentang ; (2) dapat meningkatkan perolehan keterampilan dalam bidang akademik dan nonakademik; (3) berupaya menjadikan lembaga organisasi kemahasiswaan sebagai wadah peningkatan keterampilan dan eksistensi diri; (4) mampu mengelola waktu secara efektif dan dapat bekerjasama dengan orang lain; dan (5) berusaha dan mampu memberi komentar mengenai dirinya secara shahih.
2. Lingkungan Perkembangan Kebutuhan Mahasiswa. Memahami karakteristik tugas-tugas perkembangan mahasiswa sebagai dasar untuk pengembangan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi tentu saja tidak bisa dilepaskan untuk mengkaji juga lingkungan perkembangan mahasiswa, karena perkembangan mahasiswa akan terjadi melalui proses interaksi sehat antara mahasiswa dengan lingkungannya7. Urie
Bronfrenbrenner
dan
Ann
Crouter8
mengatakan
bahwa
lingkungan
perkembangan merupakan berbagai peristiwa, situasi atau kondisi di luar individu yang mempengaruhi perkembangannya. Dalam konteks sistem pendidikan formal, menurut
7 8
Blocher, D.H. Developmental Counseling. (New York: John Willey and Son 1974), hal. 5. Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 2000), hal. 35.
9
Farozin9 lingkungan keluarga, lembaga pendidikan, masyarakat dapat memberikan pengaruh, tekanan, dan atau rangsangan terhadap perkembangan individu. Memperhatikan individu mahasiswa tanpa memperhatikan ketiga lingkungan di atas tidaklah lengkap oleh karena pengaruhnya terhadap perkembangan individu sangat berarti sebagaimana dikemukakan Ruch dalam Yusuf10 bahwa “An individual could not exist or develop except in an inveronment”. Demikian juga Krech dan kawan-kawan11 mengatakan bahwa “…insistently force us to look at man in his social habitat”. Dengan kata lain pemahaman terhadap lingkungan merupakan tugas bimbingan yang sama pentingnya dengan tugas memahami individu mahasiswa. Pemahaman dan penelahaan yang perlu terhadap aspek-aspek lingkungan keluarga untuk pencapaian tugas-tugas perkembangan
mahasiswa antara lain susunan keluarga,
tingkat pendidikan, ekonomi dan sosial keluarga, keharmonisan hubungan keluarga termasuk di dalamnya hubungan emosional dan sikap keluarga. Selanjutnya beberapa aspek aspek yang harus dipahami juga adalah suasana kehidupan dalam keluarga dan sikap mahasiswa terhadap keberadaan dan kondisi keluarga. Secara tegas dapat dikatakan bahwa pemahaman terhadap lingkungan keluarga di samping pemahaman terhadap mahasiswa akan membantu terjalinnya kerjasama lembaga perguruan tinggi dengan keluarga. Kondisi ini dibutuhkan untuk memfasilitasi pencapaian prestasi akademik secara optimal karena secara keseluruhan iklim lingkungan akan mempengaruhui kualitas dan kuantitas belajar mahasiswa. Selanjutnya untuk lingkungan kampus perguruan tinggi beberapa aspek perlu dipahami dalam kerangka kepentingan pengembangan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling antara lain tujuan perguruan tinggi, program dan kurikulum, kegiatan ektrakurikuler, fasilitas belajar yang tersedia, dan hubungan kultur kampus. Di samping aspek-aspek di atas persoalan aspirasi mahasiswa memasuki perguruan tinggi sangat beragam dan
sangat
berpengaruh
terhadap
motivasi
belajarnya.
Hasil
kajian
Supriadi12
mengungkapkan bahwa hanya 31% mahasiswa IAIN memandang perguruan tinggi merupakan tempat menyiapkan diri untuk memperoleh pekerjaan yang layak setelah lulus. Persentase ini paling rendah dibanding perguruan tinggi lain yang di atas 50% bahkan ITB di atas 90%.
9
Muh. Farozin. Pendapat dan Kebutuhan Mahasiswa tentang Layanan PA di Perguruan Tinggi, Makalah, (Bandung : SPs UPI, 2009) 10 Syamsu Yusuf, Op. Cit., hal. 98. 11 Ibid. 12 Supriadi, D. Isu dan Agenda Pendidikan Tinggi di Indonesia. (Jakarta: Remaja Rosda Putra, 1997), hal. 58.
10
Aspek-aspek lingkungan masyarakat yang perlu dipahami untuk kepentingan pengembangan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi paling tidak mencakup kecenderungan hubungan manusia dengan masyarakat serta suasana kehidupan beragama masyarakat. Dengan pemahaman yang lebih komprehensif terhadap lingkungan masyarakat akan berguna untuk mempertajam pandangan dalam menetapkan tujuan layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling sehingga memiliki relevansi dengan kondisi dan perkembangan masyarakat. Dengan kata lain seorang pembimbing hendaknya memahami secara cermat akan perkembangan manusia dan hakikat interaksi dan ini bermakna bahwa pembimbing hendaknya peduli terhadap “ekologi perkembangan manusia”.
3. Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi Adanya
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi
didasarkan atas dua pertimbangan, yaitu pertimbangan formal dan pertimbangan aktual. Pertimbangan formal berkaitan dengan adanya peraturan pemerintah yang menyatakan perlunya diselenggarakan layanan bimbingan dan konseling termasuk di dalamnya layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi. Sedangkan pertimbangan aktual merupakan landasan yang terkait dengan kondisi aktual tentang perlunya program pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi. Adapun yang menjadi landasan formal pentingnya dilaksanakan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi adalah UU No. 30 tahun 1990 dan PP No. 60 tahun 1999. Walaupun tidak dinyatakan secara eksplisist mengenai perlunya pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling diselenggarakan di perguruan tinggi namun secara implisist Bab X Pasal 109 ayat (1) butir b, c, d, e, f, dan g pada PP No. 60 menyiratkan bahwa layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi sangat penting dilaksanakan. Di samping pertimbangan formal tadi beberapa temuan hasil studi dapat dijadikan pertimbangan aktual akan perlunya layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi. Supriadi13 mengungkapkan bahwa tingginya orientasi vokasional mahasiswa di satu pihak dan makin kompetitifnya peluang kerja di pihak lain, dapat membuat mahasiswa mengalami kebimbangan dalam menatap masa depannya. Kondisi ini menuntut tersedianya wahana konsultasi bagi para mahasiswa, baik untuk sekedar mengungkapkan
13
Ibid.
11
perasaannya maupun untuk mendapatkan informasi mengenai langkah-langkah yang sebaiknya mereka tempuh. Selanjutnya Mastuhu14 menyoroti bagaimana output IAIN berkiprah dalam dunia kerja setelah menyelesaikan kuliahnya dengan menyatakan bahwa: Output IAIN dewasa ini agak sulit untuk dapat bersaing dan kurang cukup memiliki kualitas yang dituntut oleh masyarakat global abad 21. Karena pembinaannya sangat sektoral juga tidak dapat bersaing di dalam lapangan kerja yang sangat kompetitif dalam masyarakat baru yang akan datang. Dari berbagai pokok pikiran yang dijadikan pertimbangan baik pertimbangan formal maupun pertimbangan aktual di atas maka dapatlah dikatakan bahwa layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi memiliki landasan yang kuat dan penting sekali untuk dilaksanakan dalam upaya membantu mahasiswa mencapai tugas-tugas perkembangan nya.
4. Fungsi dan Peran Dosen Penasehat Akademik sebagai Pembimbing Sebagai tenaga edukatif peran seorang dosen yang berhubungan langsung dengan mahasiswa adalah memberikan kuliah. Namun di samping tugas utama tersebut pada umumnya dosen juga memiliki peran dalam kegiatan lainnya yang masih relevan yaitu menjadi penasehat akademik bagi mahasiswa. Dosen yang berperan sebagai penasehat akademik umumnya diberi tanggung jawab untuk membimbing sejumlah mahasiswa. Bimbingan ini sangat diperlukan khususnya dalam pelaksanaan sistem kredit semester (SKS). Sistem ini memungkinkan mahasiswa memilih dan menetapkan program serta beban belajarnya sesuai dengan kemampuan dan keinginannya sendiri. Di sinilah dosen penasehat akademik dapat memainkan peranan yang amat penting dalam mempertemukan ketentuan-ketentuan yang ada (ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh Kemendikbud/Kemenag, univeritas/institut, fakultas dan jurusan), tujuan yang ingin dicapai, dan keadaan mahasiswa. Secara umum tugas-tugas penasehat akademik adalah sebagai berikut.
14
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999)
12
(a) Mengusahakan agar setiap mahasiswa yang berada di bawah tanggung jawabnya memperoleh pengarahan yang tepat dalam menyusun program dan beban belajarnya, dan memilih mata kuliah yang akan diambilnya. (b) Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk membicarakan masalah-masalah yang dialaminya, khususnya yang berkenaan dengan studinya. (c) Membantu mahasiswa agar dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Sementara itu bila didasarkan atas profesionalitas sebagai pembina sivitas akademika, maka tugas dosen PA meliputi (a) memberikan bimbingan akademik kepada mahasiswa; (2) memberikan bimbingan dan konseling kepada para mahasiswa; (c) menjadi pimpinan unit kegiatan mahasiswa (UKM); dan (d) menjadi pimpinan organisasi intern15. Senada dengan peran yang dijalankannya maka dosen penasehat akademik menurut Ahmad16 memiliki beberapa fungsi, yaitu antara lain (a) pendorong dan pemberi motivasi; (b) tempat bertanya; (c) tempat menyampaikan/menerima keluhan; (d) pemberi penerangan; (e) pemberi pertimbangan; (f) pembimbing; (g) pengarah; (h) pemberi teladan. Dalam kaitan dengan fungsinya sebagai pembimbing dalam masalah dan kebutuhan mahasiswa di bidang vokasional maka dosen penasehat akademik menurut Ardimen17 hendaknya membimbing mahasiswa dalam hal (a) mengenali diri sendiri, bakat, minat, kecerdasan, dan cita-citanya; (b) memilih pekerjaan dan jurusan studi; (c) perencanaan studi dan pekerjaan. Di sinilah peran dosen penasehat akademik akan turut membantu dalam pencapaian tugas-tugas perkembangan mahasiswa.
B. Konsep Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling 1. Pengertian Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling Berdasarkan PP No. 29 Tahun 1990 dijelaskan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengenal diri, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan. Bidang bimbingan dan konseling mencakup (1) bidang pribadi, (b) bidang sosial, (c) bidang belajar/akademik, dan (d) bidang .
15
Ahmad Z. (1998), Layanan Bimbingan Yang Dilaksanakan Penasehat Akademik Dihubungkan dengan Kefektifan Belajar Mahasiswa. Tesis pada PPs UPI Bandung: tidak diterbitkan, hal. 50. 16 Ibid. 17 Ardimen, Loc. Cit., hal. 102.
13
mengandung makna urutan okupasi, job, posisi-posisi yang diduduki sepanjang pengalaman kerja seseorang18. Namun dewasa ini konsep cenderung memperoleh pengertian yang lebih komprehensif. Maksudnya
tidak hanya sekedar menggambarkan okupasi,
melainkan juga mencakup seluruh aspek kehidupan seseorang dan menurut Musnamar 19
meliputi (a) peranan hidup (life roles) seperti selaku pekerja, anggota keluarga, dan warga
masyarakat; (b) lingkungan kehidupan (life settings) seperti dalam keluarga dan warga masyarakat, sekolah atau dalam pekerjaan, (c) peristiwa kehidupan (life events), seperti dalam memasuki pekerjaan, perkawinan, pindah tugas, kehilangan pekerjaan, atau mengundurkan diri dari suatu pekerjaan. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling pada hakikatnya merupakan salah satu upaya pendidikan melalui pendekatan pribadi dalam membantu individu mencapai kompetensi yang diperlukan dalam menghadapi masalah-masalah . Manrihu20 mengutip Burtnett menyatakan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang berlaku di institusi sekolah hendaknya bukan hanya dilakukan oleh konselor sekolah, melainkan oleh seluruh personil yang ada di institusi tersebut. Hal ini menyiratkan bahwa dosen di samping memiliki tanggung jawab utama sebagai tenaga pengajar di perguruan tinggi juga merupakan key person dalam bimbingan. Selanjutnya Semiawan21 mengartikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling sebagai pelayanan bantuan terhadap kesuluruhan populasi dalam perwujudan hidupnya sebagai pernyataan bermakna dari pada kualitas individualnya dalam keseimbangan interaksi dengan masyarakat di mana ia hidup yang terus menerus berubah. Berdasarkan beberapa pengertian pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di atas maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling merupakan suatu proses bantuan, layanan, dan pendekatan kepada individu agar dapat mengenal, memahami diri, memahami dunia kerja, merencanakan , dan mengambil keputusan secara tepat dalam memasuki kehidupan di masa yang akan datang.
2. Tujuan Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling Tujuan utama pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling adalah membantu individu memperoleh kompetensi yang diperlukan agar dapat menemukan perjalanan hidupnya dan mengembangkan ke arah yang dipilihnya secara optimal. Hal ini sesuai dengan 18
Herr, E.L dan Cramer, S.H. Career Guidance Through the Life Span: Sistematic Approaches. (Boston: Brown & Company, 1994), hal. 87. 19 Tohari Musnamar, Pengantar Teknik Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi. (Jakarta: Depdikbud, 2000), hal. 2. 20 Manrihu, M.T. Pengantar Bimbingan dan Konseling . (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hal 34. 21 Conny Semiawan, Loc. Cit., hal. 120.
14
pendapat yang mengatakan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu individu dengan cara yang sistematis dan terlibat dalam perkembangan . Selanjutnya seorang konselor kiranya dapat membantu konseli merencanakan nya agar pekerjaannya mendatangkan kepuasaan. Manrihu22 mengemukakan bahwa tujuan umum pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling adalah membantu individu agar memperoleh pemahaman diri dan pengarahan diri dalam proses mempersiapkan Melalui pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling konseli (peserta didik) diharapkan akan memperoleh bantuan dalam (a) pemahaman yang lebih tepat tentang keadaan dan kemampuan diri, (b) kesadaran terhadap nilai-nilai yang ada pada dirinya dan yang terdapat di dalam masyarakat, (c) pengenalan terhadap berbagai jenis pekerjaan, (d) persiapan yang matang untuk memasuki pekerjaan, (e) perhargaan obyektif dan sehat terhadap kerja. Surya23 menyatakan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling bertujuan membentuk individu memperoleh kompetensi yang diperlukan agar dapat menentukan perjalanan hidupnya dan mengembangkan
yang dipilihnya secara optimal.
Secara lebih rinci Surya menjelaskan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling bertujuan membantu individu agar: (1)memiliki kemampuan intelektual (pengetahuan) yang diperlukan untuk berhasil dalam berbagai aspek kehidupan (pekerjaan, pendidikan, social, pribadi, profesi, dan sebagainya, (2) memiliki kemampuan dalam pemahaman, pengelolaan, pengendalian, penghargaan, dan pengarahan diri, (3) memiliki pengetahuan atau informasi tentang lingkungan kehidupan, (4) mampu berinteraksi dengan orang lain secara efektif, (5) mampu mengatasi masalah-masalah kehidupan sehari-hari, (6) memahami, menghayati, dan mengamalkan kaedah-kaedah ajaran agama yang berkaitan dengan . Dari beberapa tujuan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling bertujuan membantu siswa dalam proses pemahaman diri, pemahaman nilai-nilai, pengenalan lingkungan, hambatan dan cara mengatasinya serta perencanaan masa depan. 3. Prinsip-prinsip Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling Dalam upaya membantu individu memperoleh kompetensi yang diperlukan agar dapat menemukan perjalanan hidupnya dan mengembangkan ke arah yang dipilihnya secara optimal, maka pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi mempunyai fungsi yang sangat besar. Agar pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling tersebut dapat
22 23
Manrihu, Loc.Cit. hal. 66 Surya Bimbingan di Sekolah. (Jakarta: BP3K 1992), hal. 14.
15
berfungsi dengan baik sesuai dengan tujuan, maka beberapa prinsip yang perlu diperhatikan seperti yang dikemukakan oleh Surya24 sebagai berikut: (1) seluruh siswa hendaknya mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan dirinya dalam pencapaian yang tepat; (2) program pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling hendaknya memiliki tujuan untuk menstimulan perkembangan pendidikan siswa; (3) sehubungan dengan hal tersebut di atas setiap siswa hendaknya memahami bahwa sebagai suatu jalan hidup dan pendidikan sebagai suatu persiapan untuk hidup; (4) siswa hendaknya dibantu dalam mengembangkan pemahaman yang memadai terhadap diri sendiri dan kaitannya dengan perkembangan sosial pribadinya dan perencanaan pendidikan ; (5) siswa pada setiap saat dan tingkat pendidikan hendaknya dibantu untuk memperoleh pemahaman tentang hubungan antara pendidikan dan ; (6) siswa memerlukan pemahaman tentang di mana dan mengapa mereka dalam suatu alur pendidikan; (7) setiap siswa pada setiap tahap program pendidikan hendaknya memiliki pemgalaman-pengalaman yang berorientasikan pada secara berarti dan realistik; (8) siswa hendaknya memiliki kesempatan untuk mentes konsep dirinya, keterampilan dan peran untuk mengembangkan nilai-nilai yang memiliki aplikasi bagi nya di masa depannya; (9) program pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling berpusat pada kelas, dengan koordinasi pembimbingnya; disertai partisipasi orang tua, dan masyarakat; (10) program pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya diintegrasikan secara fungsional dengan program bimbingan dan program pendidikan secara keseluruhan. Bila ditelaah prinsip-prinsip pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling tersebut di atas, maka adanya pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi dan upaya membantu mahasiswa menunaikan tugas-tugas perkembangan nya sangatlah urgen keberadaannya.
4. Tahap-tahap Perkembagan Herr dan Cramer25 mengemukakan perkembangan sebagai “the total constalation of psychological, sociological, educational, physical, economic, and chance factors that combine to shape the career of any given individual” Super26 menggariskan perkembangan sebagai peningkatan dan modifikasi kapasitas individu serta kecenderungan perilaku khusus . Lebih lanjut Super menyatakan bahwa dalam perencanaan pada dasarnya individu berupaya mengimplementasikan konsep dirinya dengan memilih dan memasuki pekerjaan yang dipandangnya paling cocok bagi dirinya. Hal ini 24
Ibid. Herr dan Cramer S.H Career Guidance Through the Life Span: Sistematic Approaches. (Boston: Brown & Company 1994), hal. 14 26 Healy. Career Development Counseling Through the Life Stage. (Los Angeles: Allyn and Bacon, Inc, 1982), hal 14 25
16
berarti perencanaan merupakan suatu proses yang berawal pada suatu saat, berjalan terus dan berlangsung sepanjang tahap kehidupan.
Sehubungan dengan hal tersebut, Manrihu27
menyatakan bahwa konsep diri, aspirasi dan minat seorang individu selalu berubah karena waktu dan pengalaman, maka preferensi-preferensinya terhadap pekerjaan juga turut berubah. Oleh karena itu tidak terlalu tepat manakala dilakukan studi terhadap pilihan pekerjaan (vocational choice) tetapi yang tepat adalah terhadap perkembangan . Dari beberapa kutipan di atas dapat dikatakan bahwa perkembangan merupakan suatu proses mengembangkan dan “memperhalus” karakteristik pribadi, identitas , perencanaan, dan kematangan
individu. Penggunaan konsep perkembangan memiliki makna khusus
karena mengisyaratkan bahwa individu terlibat dalam suatu proses jangka panjang dalam mencapai keputusan dan telah melakukan banyak pilihan sebelumnya yang masing-masing dipengaruhi oleh banyak orang, berbagai kondisi, kekuatan dan sifat-sifat pribadi. Super dan Jordaan28 mengemukakan tahap-tahap perkembangan berikut tugas dari masing-masing tahap perkembangan tersebut, sebagai berikut: a. Tahap pertumbuhan (lahir-14 tahun) pada tahap ini konsep diri berkembang melalui proses identifikasi terhadap sosok kunci (key figures) di lingkungan keluarga dan sekolah. Kebutuhan dan fantasi sangat dominan pada tahap ini, sedangkan minat dan kapasitas menjadi lebih penting dengan meningkatnya keterlibaan sosial serta realitas. Subatansi dari tahap pertumbuhan ini terdiri atas: 1) Fantasi (4-10 tahun) yang di tandai dengan dominannya aspek kebutuhan. Dalam hal ini kegiatan bermain sangatlah penting. 2) Minat (11-12 tahun) yang ditandai dengan tumbuhnya rasa senang sebagai determinan utama dari aspirasi dan aktivitas. 3) Kapasitas (13-14 tahun) yang ditandai dengan bertambahnya bakat kemampuan, persyaratan serta latihan. b. Tahap eksplorasi (15-17 tahun). Pada tahap ini individu mulai melakukan penelaahan diri (self examination), mencoba berbagai peran serta melakukan penjelajahan pekerjaan atau jabatan bak di sekolah, pada waktu-waktu senggang ataupun melalui sistem magang. 1) Tentatif (15-17 tahun) yang ditandai dengan mulai dipertimbangkannya aspek-aspek kebutuhan, minat, kapasistas, nilai serta kesempatan secara menyeluruh. Pilihan pada masa tentatif ini mulai diusahakan untuk keluar dari fantasi, baik melalui diskusi, bekerja, maupun aktifitas lainnya. 2) Transisi (18-21 tahun) yang ditandai menonjolnya pertimbangan yg lebih realistis untuk menandai dunia kerja atau latihan profesional serta berusaha mengimplementasikan konsep dirinya. 3) Mencoba, dengan sedikit komitmen (22-24 tahun) yg ditandai dengan mulai ditemukannya lahan pekerjaan yang dipandang cocok serta mencoba sebagai sesuatu yang sangat potensial.
27 28
Manrihu, M.T. Loc.Cit, hal. 19. Healy, Loc.Cit. hal. 66
17
c. Tahap pemantapan (22-44 tahun) pada tahap ini individu sudah memiliki suatu bidang yang cocok, serta berusaha memantapkan secara permanen kedudukannya dalam bidang tersebut. Subtansi pada tahap ini mencakup: 1) Mencoba dengan penuh komitmen dan bersifat stabil, (25-30 tahun), yang ditandai oleh berbagai dugaan tentang kurang memuaskannya lapangan pekerjaan tertentu. Pada fase ini kemungkinan perubahan satu dan dua bidang pekerjaan dapat terjadi dan biasanya diakhiri dengan ditemukannya satu bidang pekerjaan yang mantap. 2) Lanjutan (31-44 tahun) ditandai dengan semakin jelasnya pola , serta usaha-usaha yang mengarah pada pemantapan dan mengamankan posisi dalam bidang tersebut. Bagi kebanyakan orang, fase ini merupakan tahap-tahap kreatif. d. Tahap pemeliharaan (45-64 tahun), pada ahap ini mantapnya kedudukan individu cenderung mengarahkan usaha selanjutnya untuk menyimpan dan menikmati posisi dalam pekerjaan tertentu. e. Tahap kemunduran (65 tahun keatas). Pada tahap ini kekuatan fisik dan mental mulai menurunm aktivitas kerja mulai berubah menuju kearah penghentian, peranan baru harus dikembangkan terutama memilih penerus. Subtansi dari tahap ini terdiri dari: 1) Perlambatan (65-70 tahun) yg ditandai oleh kelelahan sebagai pekerja, langkah kerja yang kendur, pelaksanaan tugas yang tidak penuh, serta mulai berkurangnya kapasitas kerja. 2) Penguduran diri (71 tahun ke atas) yang ditandari oleh upaya menyerahkan atau mewariskan tongkat pimpinan kepada generasi penerus. Berbeda dengan Super yang mendasarkan teorinya pada tugas-tugas pekembangan, maka Ginzberg menyandarkan teori perkebangan nya pada proses atau bagaimana pilihan itu dibuat. Ginzberg dalam Munandir29 membagi tahap perkembangan yang utama yaitu: a. Masa fantasi (sebelum usia 12 tahun). Ciri utamanyaadalah dalam memilih pekerjaan bersifat sembarangan artinya asal pilih saja dan hanya didasarkan pada kesan atau khayalan. b. Masa tentatif (usia 12-18 tahun). Awalnya mempertimbangkan hanya berdasarkan kesenangan dan minat, kemudian menyadari minatnya berubah-ubah, anak mulai menanyakan kepada diri sendiri tentang kemampuan (kapatistas) melakukan suatu pekerjaan dan apakah kapasitas itu cocok dengan minatnya. Tahap berikutnya anak menyadari bahwa dalam pekerjaan ada terkandung nilai-nilai baik nilai pribadi maupun nilai kemasyarakatan bahwa kegiatan yang satu lebih mempunyai nilai daripada lainnya. Kemudian anak memasuki masa transisi di mana anak mulai memadukan orientasiorientasi pilihan yang dimiliki sebelumnya (orientasi minat, kapasistas, nilai). c. Masa realistik, (18 tahun, dewasa awal, kuliah/mulai kerja) anak mulai melakukan eksplorasi dengan memberikan penilaian atas pengalaman kerjanya, memasuki lagi kerja atau melanjutkan pendidikan. Ini disebut masa eksplorasi penilaian yang dilakukan terhadap pekerjaannya mengental dalam bentuk pola-pola vokasional yang jelas ia dapat mencapai keberhasilan atau menemui kegagalan. Pengalaman berhasil atau gagal ini ikut membentuk pola itu, inilah tahap kristalisasi, kemudian anak mengambil keputusan dengan menggariskan faktor internal dan eksternal, dan anak sampai pada tahap spesifikasi, artinya pada masa ini anak memilih pekerjaan yang spesifik, misalnya kalau ia memilih pekerjaan bidang pendidikan ia akan mengkhususkan diri pada pekerjaan guru bukan konselor atau pustakawan sekolah.
29
Munandir, Op.Cit, hal. 90-92.
18
Ginzberg dalam Munandir30 dengan modifikasi teorinya melahirkan pandangan lain yaitu: (1) proses pemilihan dan perkembangan berlangsung seumur hidup dan terbuka, (2) irreversibilitas tidak lagi dipandang valid, (3) optimasi sebagai pengganti kompromi bahwa setiap orang berusaha mencari kecocokan paling baik antara minatnya, tujuannya dan keadaan-keadaannya yang terus mengalami perubahan. Kompromi bersifat dinamis dan berlangsung seumur hidup, (4) pilihan pekerjaan itu merupakan proses pengambilan keputusan yang berlangsung sepanjang hayat, di mana individu terus menerus berusaha mencari kecocokan optimal, antara tujuan dan kenyaaan dunia kerja, (5) kesempatan dari dunia kerja diberi perhatian penting untuk mencari banyak kepuasan dari pekerjaannya. Formulasi-formulasi dari Super dan Ginzberg tentang perkembangan
dengan
menggambarkan tahap-tahap yang dilalui individu. Walaupun usia dihubungkan dengan tahap tapi tidak ditafsirkan secara kaku. Usia-usia tersebut diberikan hanyalah perkiraan yang kasar tentang kapan perilaku tertentu secara khas berlangsung.
C. Pengembangan dan Program Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling Di Perguruan Tinggi Pentingnya disusun dan dikembangkannya suatu pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi didasarkan atas pertimbangan bahwa yang dibuat dengan baik akan menghasilkan program yang akan memberikan banyak keuntungan baik bagi mahasiswa yang memperoleh layanan bimbingan maupun bagi petugas yang menyelenggarakannya. Natawidjaja31 mengemukakan beberapa manfaat bila suatu program disusun dengan baik dan terinci, yaitu sebagai berikut. (1) memungkinkan para petugas menghemat waktu, usaha, biaya dengan menghindarkan kesalahan dan usaha coba-coba yang tidak menguntungkan, (2) memungkinkan siswa untuk mendapat layanan bimbingan secara seimbang dan menyeluruh, baik dalam hal kesempatan maupun dalam jenis layanan bimbingan yang diperlukan; (3) memungkinkan setiap petuggas mengetahui dan memahami perannya masing-masing dan mengetahui bagaimana dan di mana mereka harus melakukan upaya secara tepat; (4) memungkinkan para petugas untuk menghayati pengalaman yang sangat berguna untuk kemajuan sendiri dan untuk kepentingan siswa yang dibimbingnya. Lebih lanjut Natawidjaja menjelaskan bahwa penyusunan suatu program hendaknya memenuhi sebagai suatu program yang baik. Dalam hal ini suatu program dikatakan baik jika memenuhi kriteria-kriteria tertentu, yaitu: 30
31
Ibid.
Natawidjaja, R. Bimbingan di Sekolah. Edisi Revisi. (Bandung : CV Abardin, 2002), hal 23.
19
(1) program itu disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata dari para siswa sekolah/mahasiswa yang bersangkutan; (2) kegiatan bimbingan diatur menurut skala proritas yang juga ditentukan berdasarkan kebutuhan siswa dan kemampuan petugas; (3) program itu dikembangkan berangsur-angsur dengan melibatkan semua tenaga kependidikan di sekolah dalam merencanakannya; (4) program itu memiliki tujuan yang ideal namun tetap realistik dalam pelaksanaannya; (5) program itu mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan di antara semua anggota staf pelaksananya; (6) menyediakan fasilitas yang diperlukan; (7) penyusunan disesuaikan dengan program pendidikan di lingkungan sekolah yang bersangkutan; (8) memberikan kemungkinan pelayanan semua siswa sekolah yang bersangkutan; (9) memperlihatkan peranan yang penting dalam menghubungkan dan memadukan sekolah dengan masyarakat; (10) berlangsung sejalan dengan proses penilaian diri baik mengenai program itu sendiri maupun kemajuan dari siswa yang dibimbing, serta mengenai kemajuan pengetahuan, keterampilan, dan sikap para petugas pelaksananya; (11) program itu hendaknya menjamin keseimbangan dan kesinambungan seluruh pelayanan bimbingan. Mengacu pada prinsip bahwa program bimbingan yang baik harus disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata mahasiswa, maka pengembangan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dengan menelaah karakteristik dari tugas-tugas perkembangan
yang
dicapai
mahasiswa
dan
lingkungan
yang
mendukung
perekembangannya mutlak dibutuhkan. Dengan kata lain dalam pengembangan tersebut hendaknya menggunakan pendekatan yang bersifat bottom up. Dengan pendekatan bottom up berarti dalam pengembangan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling didasarkan pada kebutuhan mahasiswa sehingga dengan adanya
yang dikembangkan akan menghasilkan
program memungkinkan tercapainya tugas-tugas perkembangan mahasiswa dan lingkungan pendukungnya. Dalam bingkai pengertian yang lebih spesifik, mahasiswa yang belum memiliki gambaran nyata tentang tugas-tugas perkembangan
yang harus dicapainya, melalui
penyusunan program yang baik akan mampu memiliki gambaran yang jelas dan mampu mencapai tugas perkembangan nya secara wajar. Sebaliknya mahasiswa yang sudah memiliki gambaran yang jelas tentang tugas-tugas perkembangan yang harus dituntaskannya dan lingkungan sebagai tempat dan system support-nya, melalui program pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang disusun secara sistemati dan sistemik akan dapat berkembang secara optimal. Tentu saja hal ini bukan sesuatu yang mustahil karena pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang baik akan menghasilkan program yang baik pula dan muara yang diharapkan adalah memungkinkan berkembangnya potensi mahasiswa secara optimal. Melalui bimbingan yang sesuai dengan perkembangan mahasiswa dan pengembangan program yang berorientasi pada kebutuhan mahasiswa maka berbagai upaya unuk terwujudnya lingkungan yang kondusif dalam rangka membantu mahasiswa menyelesaikan 20
tugas-tugas perkembangan nya secara optimal dapat terjadi. Pada gilirannya hal ini tentunya akan memberi dampak positif bagi perkembangan
mahasiswa itu sendiri dan bagi
perkembangan layanan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling secara umum. D. Penelitian Terdahulu Yang Relevan Penelitian terdahulu yang dapat direkan dalam ruang lingkup konstruk pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi di ataranya adalah: Pertama, Ardimen (2000), penelitian tersebut menemukan bahwa mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang sangat membutuhkan layanan bimbingan dan konseling yang tercakup dalam empat kebutuhan pokok, yaitu kebutuhan belajar, kebutuhan sosial pribadi-emosional, kebutuhan , dan kebutuhan kerohanian. Kebutuhan-kebutuhan tersebut sangat berkaitan dengan orientasi dan informasi tentang iklim dan tuntutan belajar di IAIN, strategi belajar efektif, prinsip-prinsip belajar di IAIN, dan peningkatan masalah belajar. Kedua, studi yng dilakukan oleh M. Nur (2001) terhadap mahasiswa di Sekolah Tinggi Ekonomi Indonesia menemukan bahwa masalah yang paling banyak dihadapi oleh mahasiswa adalah masalah relasi pribadi-psikologis, masa depan, pekerjaan, pendidikan, penyesuaian diri terhadap tugas-tugas kampus, dan masalah relasi sosial-psikologis. Ketiga, hasil penelitian Yuwono (1998) tentang kondisi obyektif pelaksanaan bimbingan di dua lembaga pendidikan Tinggi Negeri, yaitu IKIP Semarang dan Akademi Keperawatan Kesehatan Departemen Kesehatan Semarang. Studi ini melaporkan bahwa belum semua aspek
tugas-tugas
perkembangan
mahasiswa
termasuk
di
dalamnya
tugas-tugas
perkembangan terwujud dalam perilakunya sehari-hari. Ditilik dari subkultur mahasiswa, keadaan dan pemaknaan lingkungan perkembangan mahasiswa menunjukkan kondisi yang bervariasi. Sedangkan dalam implementasi layanan bimbingan konseling di perguruan tinggi masih bersifat instruktif-administratif, lebih terpokus pada layanan terapeutik-klinik, dengan pencapaian target populasi yang sangat terbatas. Sebagai perbandingan hasil studi di AS (Golden at al, 1960) yang di kutip Supriadi pada tahun 2007 menemukan bahwa 35% mahasiswa yang datang ke perguruan tinggi dengan tujuan utama untuk mempelajari ilmu (to hold a basic general education and appreciation of ideas), 36% menekankan pengembangkan keterampilan dan teknik-teknik yang relevan dengan
di masa depan, 17% untuk bergaul dengan teman-teman yang lain. Hal ini
mencerminkan bahwa upaya pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling akan menuai hasil yang efektif jika berangkat dari kecenderungan subkultur dan kehidupan mahasiswa. Perguruan tinggi hendaknya peduli, memahami dan mengkaji dinamika kehidupan mahasiswa. Hal ini berarti upaya pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di perguruan 21
tinggi merupakan aspek terpadu dari pertanggungjawaban pendidikan di suatu perguruan tinggi.
22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Sesuai dengan fokus, permasalahan, dan tujuan penelitian maka penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, yakni suatu metode yang menggambarkan keadaan yang sedang berlangsung pada saat penelitian dilakukan, berdasarkan fakta yang ada 1. Dengan kata lain pendekatan deskriptif ini dimaksudkan untuk menjelaskan suatu situasi sistematik atau menjelaskan bidang tertentu yang menjadi pusat perhatian peneliti secara faktual dan teliti. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang (a) pencapaian tugas-tugas perkembangan
mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung; (b) upaya yang dilakukan
lingkungan (keluarga, kampus, masyarakat) dalam membantu/mendukung pencapaian tugastugas perkembangan mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung; (c) kondisi aktual layanan bimbingan di Raden Intan Lampung; (d) faktor-faktor pendukung dan penghambat layanan bimbingan di Raden Intan Lampung yang nantinya akan dijadikan sebagai salah satu pijakan dalam menyusun bimbingan bagi mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung. B. Sumber Data Sebagaimana dikemukakan pada bagian terdahulu bahwa fokus penelitian ini diarahkan pada upaya penyusunan bimbingan bagi mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung. Sehubungan dengan hal di atas maka sumber data atau responden yang terlibat dalam penelitian ini terdiri dari (1) unsur pimpinan, yaitu rektor dan dekan masing-masing fakultas yang ada di IAIN Raden Intan Lampung yakni Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Fakultas Syariah, Fakultas Ushuluddin, dan Fakultas Dakwah dan Komunikasi; (2) dosen penasehat akademik; dan (3) mahasiswa.
Dilibatkannya unsur pimpinan dalam penelitian ini
karena mereka sebagai decision maker tertinggi dalam pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran, sehingga kebijakan yang ditetapkan akan berdampak langsung bagi proses pengembangan dan pembinaan kependidikan, khususnya dalam bidang akademik. Dengan demikian tercatat lima responden mewakili pimpinan yang akan dimintai keterangan dan pendapatnya mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan keakademikan, khususnya dalam upaya pengembangan program bimbingan . Dari pihak dosen ditetapkan sebanyak 20 responden masing-masing lima orang dari setiap fakultas yang ada di IAIN Raden Intan, dan akan dimintai keterangan dan pendapatnya sehubungan dengan masalah yang berkaitan dengan upaya pengembangan program layanan
1
Furqon. (2003). Statistik Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, hal. 10
22
bimbingan di IAIN Raden Intan Bandar Lampung. 20 orang dosen yang dijadikan responden tersebut dianggap mengetahui atau diperkirakan dapat memberikan masukan dan tanggapan terhadap upaya pengembangan
bimbingan
di IAIN Raden Intan Bandar Lampung.
Sedangkan dari pihak mahasiswa dilibatkan 160 mahasiswa dari keseluruhan mahasiswa IAIN Raden Intan Bandar Lampung yang ada di empat fakultas (Tarbiyah dan Keguruan, Syariah, Ushuluddin, Dakwah dan Ilmu komunikasi, minus FEBI yang baru dibuka), dan dimintai mengisi angket mengenai pencapaian tugas-tugas perkembangan dan lingkungan perkembangan nya. Sebagai pedoman umum untuk menentukan jumlah minimum sampel dalam penelitian deskriptif dalah minimal seratus sampel2. Mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester dua (angkatan 2014-2015) dan mahasiswa semester delapan (angkatan 2011-2012). Pemilihan dan penetapan subjek penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa masa mahasiswa itu meliputi dua rentang usia yang menurut Winkel3 adalah (1) usia 18/19 – 20/21 tahun, mahasiswa dari semester I-IV, (2) usia 21/22 – 24/25 tahun, mahasiswa dari semester V-VIII. Pada rentangan umur yang pertama karateristik umum yang muncul seperti: stabilitas kepribadian mulai meningkat, pandangan yang lebih realistik tentang diri sendiri dan lingkungannya, kemampuan menghadapi masalah secara lebih matang. Namun ciri khas dari masa remaja masih sering muncul, tergantung dari laju perkembangan masing-masing mahasiswa. Pada rentang umur yang kedua karateristik umum yang muncul antara lain: usaha memantapkan diri pada bidang yang telah dipilih, kesulitan memperoleh kepastian tentang bidang perkejaan kelak, berpikir mengatasi berbagai masalah, kesulitan membagi perhatian secara seimbang antara tuntutan akademik dan kehidupan perkawinan (bila sudah menikah). Dengan kata lain tugas perkembangan yang dihadapi mahasiswa semester awal adalah menyesuaikan diri dengan pola kehidupan kampus/luar kampus, baik yang menyangkut halhal akademik maupun yang nonakademik. Sementara mahasiswa di semester tinggi harus memantapkan diri dalam mengejar cita-cita di bidang studi akademik, di bidang pekerjaan, dan di bidang kehidupan berkeluarga.
2
3
Fraenkel, J.R and Norman, E.W. How To Design and Evaluate Research in Education. (New York: Mc GrawHill Publishing Company, 1990), hal. 85. Winkel, W.S. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. (Jakarta: Grasindo, 2007), hal. 175.
23
Untuk pengambilan sampel digunakan cluster random sampling, di mana menururt Sudjana4 dalam teknik ini pengambilan sampel dari populasi dilakukan dengan cara mengelompokkan terlebih dahulu sampling berdasarkan klasternya. Dalam teknik ini populasi dibagi menjadi beberapa kelompok (fakultas, jurusan, semester) lalu secara acak kelompok yang diperlukan diambil dengan proses pengacakan. Kelompok fakultas, jurusan, dan semester semua digabungkan dan menjadi anggota sampel klaster. Diperoleh untuk kelompok semester II dan VII berjumlah 5380, masing-masing 220 dan 78 sampel lalu digenapkan 300 orang. Populasi responden sebagaimana terdapat pada tabel 3.1 Tabel 3.1 Responden mahasiswa NO 1
Fak Tarbiyah
2
Syariah
3
Ushuluddin
4
Dakwah
Jur PAI PBA KI/MPI PBI P Mat P Bio PGRA BK P Fis PGMI AS JS MU EI PS AF PA IAT PPI IA AT IH PSA SA KPI PMI MD BKI
Smt II 303 132 189 253 275 286 186 184 181 194 78 174 258 274 313 17 14 35 52 18 8 22 96 62 151 106 116 126 4103
Jumlah
4
Sudjana. (1992). Metoda Statistika. (Bandung: Tarsito, 2002), hal 173.
24
Smt VIII 175 51 45 157 120 131 55 103 63 38 40 41 132 23 14 12 23 16 14 24 1277
Jumlah 478 183 234 410 395 417 241 287 244 194 116 214 299 406 313 40 28 47 75 18 8 22 96 62 167 120 140 126 5380
C. Pengembangan Instrumen Pengumpulan Data Instrument pengumpulan data yang dikembangkan dalam penelitian ini di dasarkan kepada jenis data yang diperlukan. Data yang dikumpulkan itu meliputi: (1) pencapaian tugas-tugas perkembangan mahasiswa, (2) lingkungan perkembangan mahasiswa, dan (3) kondisi obyektif layanan bimbingan di kampus IAIN Raden Intan Bandar Lampung. Untuk memenuhi keperluan data tersebut, maka dalam studi ini dikembangkan tiga jenis instrumen penelitian yaitu sebagai berikut. 1. Pengembangan
Instrumen
Pengumpul
Data
Pencapaian
Tugas-tugas
Perkembangan Mahasiwa Penelaahan terhadap pencapaian tugas-tugas perkembangan mahasiswa ini dilakukan dalam konteks layanan bimbingan di perguruan tinggi yang berorientasi kepada pendekatan bimbingan
preventif-perkembangan.
Berdasarkan
temuan
kondisi
obyektif
tentang
pencapaian tugas-tugas perkembangan mahasiswa maka disusun bimbingan di IAIN. Untuk orientasi dan maksud di atas, maka pencapaian tugas perkembangan mahasiswa dalam studi ini dilacak melalui pengukuran terhadap indikator-indikator yang diwujudkan dalam perilaku mahasiswa dari setiap aspek tugas perkembangan . Pengembangan instrument pengumpul data tentang tugas perkembangan mahasiswa ini ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut. a. Perumusan Definisi Konseptual dan Operasional Rumusan tentang pengertian tugas-tugas perkembangan mahasiswa didasarkan pada konsep tugas-tugas perkembangan pada tahap eksplorasi dari Super yang mengatakan bahwa tugas-tugas perkembangan pada exploration stage dibatasi pada bidang-bidang pengetahuan (knowledge), pencarian informasi (information seeking), sikap (attitudes), perencanaan dan pengambilan keputusan (planning and decision making), dan keterampilan- keterampilan (career skills). Secara operasional tugas-tugas perkembangan mahasiswa diartikan sebagai komitmen mahasiswa dalam menyikapi dan melakukan aspek-aspek persiapan, pemilihan, dan pengambilan keputusan yang harus dialaluinya. b. Penyusunan Kisi-Kisi Untuk mendeskripsikan aspek-aspek dan indikator-indikator yang diukur serta mempermudah menyusun butir-butir pernyataan, maka untuk instrumen pengumpul data tugas-tugas perkembangan mahasiswa disusun kisi-kisi seperti tertera dalam tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3.2 25
Kisi-kisi Instrumen Pengumpul Data Tugas-tugas Perkembangan Mahasiswa Aspek A. Pengetahuan
B. Mencari informasi
C. Sikap
D. Perencanaan dan pengambilan keputusan
Indikator 1. 2. 3. 4.
Mengetahui tujuan fakultas/jurusan yang dimasuki Mengetahui gaji/imbalan dari pekerjaan yang diminati Mengetahui persyaratan.tuntutan pekerjaan yang diminati Memahami kaitan antara mata kuliah dengan bidang pekerjaan yang diminati 5. Mengetahui tingkat kepuasan para pekerja dalam bidang pekerjaan yang diminati 6. Mengetahui proses kenaikan pangkat dalam bidang pekerjaan yang diminati 7. Mengetahui tugas-tugas pokok yang harus dikerjakan 8. Mengetahui keterampilan.keahlian yang dituntut/diperlukan 9. Mengetahui bidang studi pokok dalam jurusannya 10. Mengetahui karakteristik pribadinya secara akurat 11. Mengetahui tentang cara-cara memperoleh pekerjaan yang diminati 12. Mengetahui mobilitas dalam dunia kerja
No. Item 01 02,03 04 05 06 07 08 09 10 11,12 13 14,15
1. Membaca buku atau bahan-bahan bacaan lainnya yang berkaitan dengan informasi pekerjaan 2. Mendiskusikan piliha-pilihan baik dengan orang tua, dosen, maupun dosen pembimbing 3. Berdiskusi dengan orang yang berpengalaman dalam bidang pekerjaan yang diminati 4. Mengikuti kursus, pelatihan, organisasi yang mendukung pekerjaan yang diminati 1. Meyakini bahwa dia harus mengambil keputusan sendiri walaupun masih memerlukan saran/ nasehat orang lain 2. Meyakini akan pentingnya pendekatan yang sistematis dalam merencanakan dan memecahkan masalah 3. Bertanggung jawab untuk memperoleh informasi tentang 4. Meyakini bahwa masalah studi dan pekerjaan merupakan tanggung jawab sendiri 5. Meyakini bahwa kuliah merupakan wadah untuk mempersiapkan diri memperoleh pekerjaan dengan gaji memadai 6. Meyakini bahwa kuliah dan memperoleh IP tinggi adalah investasi masa depan 7. Mempunyai orientasi dalam /pekerjaan 8. Meyakini bahwa pilihan fakultas/jurusan yang dipilih sudah tepat untuk mencapai /kerja yang diinginkan 9. Keyakinan menatap masa depan
16,17 ,18
1.
39,40
2. 3.
Mampu memilih salah satu alternatif pekerjaan dari pekerjaan yang beragam Mampu mempertimbangkan berapa lama menyelesaikan kuliah Mampu merencakana apa yang harus dilakukan setelah menyelesaikan kuliah
26
19,20 21 22,23 24,25
26,27
28 29,30 31,32
33,34 35 36,37
38 41 42
4. 5. E. Keterampilan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Mampu memilih jurusan yang sesuai dengan minat/kemampuannya Mampu mengambil keputusan di tempat mana akan bekerja Mampu menggunakan sumber-sumber informasi tentang Mampu menjelaskan proses pengambilan keputusan Mampu meningkatkan perolehan keterampilan akademik/nonakademik Mampu menjadikan organisasi kemahasiswaan sebagai wadah meningkatkan keterampilan Mampu menggunakan bahan-bahan pelajaran untuk meningkatkan keterampilan Mampu mengelola waktu secara efektif Mampu mengomentari ke-sahih-an data tentang dirinya Mampu melakukan kebiasaan bekerja secara efektif seperti berkerjasama dengan orang lain
43,44 45 46,47 48 49,50 51 52 53,54 55,56 57,58
c. Perumusan Butir-butir Pernyataan dan Penimbangan butir-butir pernyatan instrumen. Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun tersebut, maka instrumen pengumpul data pencapaian tugas-tugas perkembangan mahasiswa ini diwujudkan dalam bentuk kuesioner dengan responden mahasiswa. Selanjutnya butir-butir yang telah dirumuskan ditimbang (judge) oleh tiga orang rekan dosen dalam bidang bimbingan dan konseling untuk menentukan validitas isi (content validity) dari pertanyaan yang disusun dengan memberikan penilaiannya baik mengenai isi maupun redaksinya. Selanjutnya memberikan penilaian apakah setiap pernyataan telah menggambarkan aspek-aspek yang hendak diukur sesuai dengan kisi-kisi. d. Uji Coba Instrumen Penelitian Sesuai dengan saran penimbang istrumen direvisi dan selanjutnya diujicobakan kepada 30 orang mahasiswa semester empat jurusan Bimbingan dan Konseling. Hasil uji coba kemudian dianalisis dengan bantuan program SPSS. Dari 62 butir instrumen yang diujicobakan ternyata ada empat item yang dinyatakan tidak valid dan beberapa item lainnya perlu perbaikan dari susunan redaksinya, maka item-item yang dapat digunakan ada 58 item. Selanjutnya diadakan penelitian di lapangan.
2. Pengembangan Instrumen Pengumpul Data tentang Lingkungan Perkembangan Mahasiswa. Pengembangan instrument data tentang lingkungan perkembangan ini adalah lingkungan perkembangan mahasiswa yang disadur dari Ardimen (2000) dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan lingkungan mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung. Selanjutnya instrument dikembangkan dengan langkah-langkah berikut ini. 27
a. Perumusan Definisi Konseptual dan Operasional Dikemukakan oleh Urie Bronfenbrenner dan An Crouter5 bahwa lingkungan perkembangan mahasiswa merupakan peristiwa atau kondisi di luar dirinya yang diduga mempengaruhi perkembangannya. Berangkat dari pengertian ini maka yang dimaksud dengan lingkungan perkembangan mahasiswa adalah kondisi obyektif dan kondisi yang dipersepsi oleh mahasiswa tentang keadaan keluarganya, kampus tempat mereka belajar, dan masyarakat di sekitar tempat tinggal mahasiswa, yang ikut mempengaruhi pelaksanaan tugastugas perkembangan nya. b. Penyusunan Kisi-kisi Kisi-kisi instrument pengumpul data tentang lingkungan perkembangan mahasiswa ini dijabarkan dalam tabel berikut ini. Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Pengumpul data tentang Lingkungan Perkembangan Mahasiswa Aspek
5
Indikator
No Item
1.
Lingkungan Keluarga
a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Lokasi rumah/tempat tinggal Kenyamanan kondisi rumah untuk belajar Kelengkapan dan pemanfaatan fasilitas untuk belajar Jumlah anggota keluarga Intensitas hubungan ayah, ibu, dan anak Dukungan keluarga terhadap keberhasilan belajar Kecenderungan p[ola asuh orang tua Suasana keagamaan dalam keluarga Status sosial ekonomi keluarga
01, 02 03 04, 05 06, 07 08, 09 10 11, 12 13, 14 15
2.
Lingkungan Kampus
a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o.
Kenyamanan lokasi kampus untuk belajar Kelayakan ruang kuliah Kelengkapan perpustakaan Ketersedian sarana olah raga dan kesenian Ketersedian sarana ibadah Ketersedian pelayanan kesehatan bagi mahasiswa Penghargaan terhadap mahasiswa yang berprestasi Perasaan bangga terhadap almamater Keakraban hubungan dosen dengan mahasiswa Keakraban hubungan staf administrasi dengan mahasiswa Keakraban hubungan antar mahasiswa Kategasan menerapkan aturan perkuliahan Keaktifan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler Keaktifan pembinaan kegiatan organisasi kemahasiswa Kemampuan mengajar dosen
16, 17 18, 19 20, 21 22 23 24 25 26 27, 28 29 30 31 32, 33 34 35
3.
Lingkungan masyarakat
a. b.
Kondisi lingkungan masyarakat bagi kegiatan belajar Dukungan kegiatan teman sebaya di lingkungan tempat tinggal waktu kegiatan belajar
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 2000), hal. 89..
28
36 37
c. d. e. f. g.
Suasana kehidupan beragama masyarakat di lingkungan tempat tinggal mahasiswa Kecenderungan tingkat pendidikan masyarakat di lingkungan tempat tinggal mahasiswa Kecenderungan pekerjaan masyarakat di lingkungan tempat tinggal mahasiswa Kecenderungan status sosial ekonomi masyarakat di sekitar tempat tinggal mahasiswa Iklim kesehatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal mahasiswa
38 39 40 41, 42 43
c. Pengembangan butir-butir pernyataan dan penimbang butir-butir instrumen Sesuai dengan rancangan yang termuat dalam kisi-kisi, maka instrumen pengumpul data lingkungan perkembangan mahasiswa ini diwujudkan dalam bentuk kuesioner dengan responden mahasiswa. Selanjutnya butir-butir yang telah dirumuskan ditimbang (judge) oleh tiga orang rekan dosen dalam bidang bimbingan dan konseling untuk menentukan validitas isi (content validity) dari pertanyaan yang disusun dengan memberikan penilaiannya baik mengenai isi maupun redaksinya. Selanjutnya memberikan penilaian apakah setiap pernyataan telah menggambarkan aspek-aspek yang hendak diukur sesuai dengan kisi-kisi. d. Uji coba instrumen penelitian Sebelum digunakan instrumen yang telah direvisi selanjutnya diujicobakan tingkat kelayakan dan keterbacaannya pada 30 orang mahasiswa semester empat dan delapan di Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung. Hasil uji coba selanjutnya dianalisis dengan menggunakan program SPSS. Dari 45 butir yang diujicobakan, dua butir perlu diperbaiki redaksinya, maka diperoleh 43 item yang dapat dipergunakan. 3. Pengembangan Instrumen Pengumpul Data Kondisi Obyektif Layanan Bimbingan Pengembangan instrument pengumpul data tentang kondisi obyektif layanan bimbingan
di IAIN Raden Intan Lampung ditempuh melalui langkah-langkah sebagai
berikut.
a. Perumusan Definisi Konseptual dan Operasional
29
Depdikbud6 mengemukakan bahwa layanan bimbingan
di perguruan tinggi
merupakan pemberian layanan bimbingan kepada semua mahasiswa yang didasarkan kepada program yang disusun dan dikembangkan berlandaskan kebutuhan nyata mahasiswa, dilaksanakan oleh tenaga yang profesional melalui penerapan isi dan metode layanan yang sesuai, didukung oleh system pengelolaan, sarana dan prasarana serta sistem evaluasi yang memadai. Sedangkan kondisi obyektif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keadaan senyata mengenai layanan bimbingan
di IAIN Raden Intan Lampung khususnya yang
dilaksanakan oleh dosen penasehat akademik kepada mahasiswa bimbingannya dan meliputi aspek-aspek (1)wawasan dan pendapat tentang layanan bimbingan , (2) layanan bimbingan yang bermuatan yang mungkin dilaksanakan b. Penyusunan Kisi-kisi Kisi-kisi instrument pengumpul data tentang kondisi obyektif layanan bimbingan dijabarkan dalam tabel berikut ini. Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Pengumpul Data Kondisi Obyektif Layanan Bimbingan Kareir Di IAIN Raden Intan Lampung Aspek
Indikator
A. Wawasan
1.
dan
pendapat tentang
Ketepatan wawasan dan pendapat pimpinan dan dosen PA
Pedom-
tentang bimbingan sebagai bagian terpadu dalam keseluruhan
an
program pendidikan di IAIN 2.
Teknik
Ketepatan wawasan dan pendapat dosen PA tentang layanan
wawan-
layanan
bimbingan sebagai layanan profesional yang memiliki fungsi
cara dan
bombing
dan tujuan membantu mahasiswa mencapai perkembangan
kuesio-
-an
melalui interaksinyang sehat dengan lingkungan
ner
3.
Ketepatan wawasan dan pendapat dosen PA tentang pentingnya layanan bimbingan di IAIN
1. B. Pelaksa-
Jumlah dosen PA dan perbandingannya dengan rasio mahasiswa yang ada
naan la-
2.
Latar belakang pendidikan dosen PA
yanan
3.
Kinerja dosen PA sebagai dosen pembimbing
yang ada
4.
Dukungan nyata pimpinan terhadap perlunya layanan bimbingan kartier
5.
Ketersedian sarana an prasaranan yang dapat mendukung layanan bimbingan
6
Dwi Yuwono, Pencarian Layanan Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi (Disertasi, PPs UPI Bandung, tidak diterbitkan,1998), hal. 67.
30
6.
Faktor
pendukung dan penghambat pelaksanaan layanan
bimbingan di IAIN 7.
Program layanan bimbingan yang ada
c. Pengembangan butir-butir pertanyaan dan penimbangan butir-butir instrumen Butir-butir pernyataan yang telah dirumuskan selanjutnya ditimbang oleh para ahli BK guna menentukan validitas isi (content validity) dari pernyatan yang disusun baik dari aspek isi maupun redaksinya sehingga menggambarkan aspek-aspek yang hendak diukur sesuai dengan ksisi-kisi yang sudah dibuat. D. Teknik Analisis Data Kajian penelitian ini menghasilkan tiga kelompok data, yakni pertama, data tentang tugas-tugas perkembangan
mahasiswa, kedua, data tentang lingkungan perkembangan
mahasiswa, dan ketiga data tentang kondisi obyektif bimbingan di IAIN. Data pertama dan kedua merupakan data kuantitatif, yakni berupa kecenderungan responden terhadap setiap item pernyataan dalam instrument. Untuk menggambarkan pencapaian tugas-tugas perkembangan mahasiswa kecenderungan dan bobot jawaban responden adalah sangat cocok berbobot 3, cocok berbobot 2, kurang cocok berbobot 1, dan tidak cocok berbobot 0. Sedangkan untuk memperlihatkan dukungan lingkungan perkembangan mahasiswa terhadap pencapaian tugas-tugas perkembangan nya kecenderungan jawaban dan bobot jawabnya adalah sangat mendukung bobotnya 4, mendukung bobotnya 3, kurang mendukung bobotnya 2, dan tidak mendukung bobotnya 1. Kedua data yang dimaksud kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif yang dibantu dengan bantuan perangkat lunak program SPSS untuk memperoleh skor maksimum dan skor minimum, mean, median, dan standar deviasi. Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut. Pertama, setelah data terkumpul dan ditabulasi sesuai dengan kecenderungan jawaban kemudian ditentukan persentase masing-masing jawaban. Kedua, menentukan skor jawaban masing-masing item, aspek, dan secara keseluruhan serta ditentukan masing-masing kategori. Untuk data pertama kategorinya ditetapkan sangat tercapai (optimal), tercapai, kurang tercapai, dan tidak tercapai. Sementara untuk data kedua ketentuan kategorinya adalah sangat mendukung, mendukung, kurang mendukung, dan tidak mendukung. Ketiga, untuk mencari rentangan skor kategori adalah menggunakan rumus skor maksimum dikurang skor minimum dibagi kategori. Terakhir ditentukan tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan tingkat dukungan lingkungan perkembangan
dan
mahasiswa dan dianalisis (dimaknai).
Sedangkan data ketiga adalah data naratif, maka jawaban yang diperoleh dianalisis secara 31
naratif. Berlandaskan kepada hasil analisis di atas selanjutnya disusunlah bimbingan bagi mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung.
32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Mengacu kepada variabel-variabel yang diteliti maka diperoleh data tentang tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa, lingkungan perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa, dan kondisi obyektif layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di IAIN Raden Intan Lampung. 1. Pencapaian Tugas-tugas Perkembangan Mahasiswa Deskripsi tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung diangkat dari hasil jawaban kuesioner tentang tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa yang mencakup aspek-aspek: (1) pengetahuan, (b) mencari informasi, (c) sikap, (d) perencanaan dan pengambilan keputusan, dan (e) keterampilan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling. Berdasarkan hasil jawaban mahasiswa diperoleh skor maksimum 146 dan skor minimum 79 maka tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa ditentukan dengan kategori tercapai secara optimal, tercapai, kurang tercapai, dan tidak tercapai. Temuan penelitian menggambarkan bahwa 21,87% responden menyatakan tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya sudah tercapai secara optimal atau sesuai dengan kondisi yang diharapkan, 37,5% responden menyatakan tercapai, kemudian 29,37% menyatakan kurang tercapai, dan hanya 11,25% yang menyatakan tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya belum tercapai sama sekali. Dari jawaban tersebut dapat diketahui bahwa secara umum tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung sudah terapai walaupun belum semuanya optimal. Untuk lebih jelasnya tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa dari masing-masing aspeknya dapat dicermati berikut ini. a. Pengetahuan Mahasiswa tentang Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Pengetahuan mahasiswa IAIN Raden Intan tentang Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling diidentifikasi dengan 15 indikator. Temuan penelitian menunjukkan bahwa skor perolehan maksimum 43 dan skor minimum 16. Untuk itu ditetapkan tingkat pengetahuan mahasiswa tentang Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling dengan 33
kategori sangat mengetahui, mengetahui, kurang mengetahui, dan tidak mengetahui. Berkaitan dengan jawaban responden 18,12% mahasiswa sudah sangat mengetahui pengetahuan
Pelaksanaan
Layanan
Bimbingan
dan
Konselingnya
dan
34,37%
mengetahuinya. Akan tetapi 27,5% masih belum mengetahuinya bahkan 20% menyatakan sama sekali tidak mengetahui pengetahuan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya. Secara lebih gamblang presentase kecenderungan jawaban responden pada masingmasing pernyataan yang dijadikan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan mahasiswa IAIN Raden Intan tentang pengetahuan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Pengetahuan Mahasiswa Tentang Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Aspek-aspek Pelaksanaan Layanan Pilihan jawaban = bobot/presentase Bimbingan dan Konseling yang a=3 / % b=2 / % c= 1 / % d=0 / % diketahui 1. Tujuan jurusan yang dimasuki 6,25 63,12 13,12 17,5 2. Gaji pegawai dari bidang 11,25 43,12 22,5 23,12 kerja yang diminati 3. Fasilitas yang diterima 10 41,25 31,25 17,5 pekerja 37,5 18,12 26,25 18,12 4. Persyaratan dari pekerja yang diminati 28,12 36,25 10 25,62 5. Kaitan mata kuliah di jurusan dengan pekerjaan yang diminati 10 24,37 47,5 18,12 6. Kepuasan pekerja dalam pekerajan yang diminati 3,12 19,37 28,12 49,37 7. Proses kenaikan pangkat dari pekerjaan yang diminati 15 58,12 26,25 0,62 8. Tugas pokok yang dikerjakan yang diminati 36,25 26,25 27,5 10 9. Keahlian yang dituntut oleh pekerjaan yang diminati 12,5 19,37 41,25 26,87 10. Mata kuliah pokok pada jurusan yang dimasuki 4,37 60 8,12 27,5 11. Masuk jurusan sesuai dengan kemampuan sendiri 41,25 13,12 28,12 17,5 12. Mengetahui kemampuan diri sendiri 11,25 19,37 50 19,37 13. Cara-cara mendapatkan pekerjaan yang diminati 41,25 14,37 24,37 20 14. Beralih jurusan bila tidak 34
sesuai dengan bakat & kemampuan 15. Beralih pekerjaan jika tidak cocok dengan ltr. belakang pendidikan dan kemampuan
3,75
59,37
29,37
7,5
18,12
34,37
27,58
19,19
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung mengenai Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling. Berkenaan dengan tujuan jurusan yang dimasuki 6,25% mahasiswa sudah sangat mengetahuinya dan sebagian besar, 63,25 mengetahuinya. Namun 13,12% kurang mengetahui bahkan masih ada, 17,5% sama sekali tidak mengetahui tujuan jurusan yang dimasukinya. Terkait dengan gaji/imbalan kerja dari pekerjaan yang diminati hanya 11,25% yang sangat mengetahuinya dan 43,12% mengetahui. Sementara 25,5% mahasiswa kurang mengetahui dan 23,12% belum mengetahui sedikitpun. Demikian pula mengenai fasilitas yang diterima dalam bidang pekerjaan yang diminati baru 10% mahasiswa yang benear-benar sangat memahami dan 41,25% memiliki pemahaman tentang itu. Tetapi sekitar 31,25% mahasiswa kurang memahami dan 17,5% benar-benar tidak mengetahui apa fasilitas yang diterima. Kemudian ada 37,5% mahasiswa sangat mengetahui persyaratan yang dituntut oleh pekerjaan yang diminatinya dan 18,12% mengetahui. Namun ternyata 26,25% masih kurang mengetahui dan 18,25 tidak memiliki pengetahuan tentang persyaratan yang dituntut oleh suatu pekerjaan yang diinginkannya. Angka yang mengekspresikan ketidaktahuan mahasiswa ini tentunya menuntut adanya intervensi layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling yang sesuai. Selanjutnya 25,62 mahasiswa tidak memahami kaitan antara mata kuliah yang dipelajari di jurusan dengan bidang pekerjaan yang diminatinya. Namun yang memiliki pemahaman tentang itu lebih dari separoh yaitu 36,25% dan 28,12% sangat memahaminya. Kemudian walaupun 47% bahkan 18,23 mahasiswa tidak mengetahui bagaimana tingkat kepuasan para pekerja dalam bidang pekerjaan yang diimpikannya dan 49,37% buta mengenai kenaikan pangkat dalam pekerjaan yang diminatinya, tetapi 58,12% mahasiswa mengetahi apa tugas-tugas pokok yang harus dikerjakan dalam bidang pekerjaan yang ingin dimasukinya bahkan 15% dari mereka sangat mengetahuinya. Berkaitan dengan masalah keahlian/keterampilan yang dituntut oleh pekerjaan yang diinginkan, 36,25% mahasiswa mengaku sangat mengetahuinya, 26,25% mengetahuinya, 27,5% kurang mengetahui, dan hanya 10% yang tidak mengetahui apa mata kuliah pokok di jurusan yang dimasukinya, hanya 19,37% yang mengetahui dan 12,5% tahu betul mata kuliah yang harus dikuasainya di jurusan yang telah dipilihnya. Kemudian yang berhubungan 35
dengan karakteristik pribadi meskipun hanya 4,37% yang sangat mengetahui bagaimana karakteristik diri pribadi dan mereka memasuki jurusan sesuai dengan kemampuan sendiri, dan 60% mengaku bahwa mereka masuk jurusan sesuai dengan kemampuan sendiri, Cuma 17,5% yang sama sekali tidak mengetahui, sementara 28,12 mahasiswa kurang memahami kemampuan dirinya sendiri. Namun angka ini bukan berarti intervensi bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling tidak diperlukan lagi sebab ternyata masih 50% lebih mahasiswa kabur bahan 19,37% buta tentang cara-cara memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Begitu pula hampir sebagian, 24,37% dan 20% mahasiswa kurang bahkan tidak tahu adanya mobilitas dalam dunia Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling sehingga hanya 3,37% yang mengatakan tidak ragu-ragu akan beralih pekerjaan bila tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan dan kemampuan yang dimiliki. Berdasarkan analisa data penelitian tentang aspek pengetahuan diperoleh skor mean 29,28, SD 7,32 dan skor ideal nya 45. Dengan perhitungan tersebut berarti tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa IAIN Raden Intan pada aspek pengetahuan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling sudah tercapai walaupun belum semuanya optimal. b. Prosedur Mencari Informasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Dengan menggunakan empat indikator mencari informasi berhasil diidentifikasi berbagai hal yang dilakukan mahasiswa IAIN Raden Intan dalam mencari informasi yang berhubungan dengan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya. Mengacu kepada temuan penelitian telah dihasilkan data bahwa skor maksimum 22 dan skor minimum 9. Selanjutnya untuk melihat bagaimana mahasiswa mencari informasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya digunakan kategori selalu melakukan, melakukan, kurang melakukan, dan tidak melakukan. Dari data juga diperoleh bahwa distribusi skor prosedur yang dilakukan mahasiswa untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya adalah 15,62% selalu melakukan dan 45% berada pada kategori melakukan sedangkan 21,25% mahasiswa jarang melakukannya dan ada 18,12%
tidak
melakukan
apa-apa
untuk
mendapatkan
informasi.
Persentase
ini
mengindikasikan bahwa pada umumnya mahasiswa IAIN Raden Intan sudah mencari informasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling dengan berbagai cara guna menunjang tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya. Namun demikian sebagian mahasiswa masih memerlukan intevensi layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling yang sesuai.
36
Untuk lebih jelasnya tebaran pilihan jawaban responden pada setiap pernyataan dalam aspek mencari informasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini. Tabel 4.2 Prodesur Mencari Informasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Prosedur yang dilakukan untuk mencari informasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling 16. Membaca buku-buku dan searching di website yang berisi informasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling (pekerjaan) 17. Membaca artikel/berita dalam surat kabar/majalah yang berkenaan dengan pekerjaan 18. Tertarik dengan iklan lapangan kerja 19. Bertukar pikiran dengan orang lain (yang berpengalaman) tentang pilihan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling/kerja 20. Pernah konsultasi dengan dosen PA tentang pilihan pekerjaan yang diminati 21. Berntanya kepada orang yang bekerja pada bidang kerja yang diminati tentang gaji dan kepuasaan kerja 22. Mengikuti kursus dan pelatihan yang mendukung keahlian (keterampilan) diri 23. Memasuki organisasi kemahasiswaan untuk mengembangkan keahlian (keterampilan) diri
Pilihan jawaban = bobot/presentase a=3 / % b=2 / % c=1 / % d= 0 / %
13,12
59,37
19,37
8,12
50
16,25
28,12
5,62
15,60
68,12
10
6,25
13,12
36,25
32,5
18,12
4,37
64,37
13,12
18,12
7,5
40
16,25
36,25
10
28,12
37,5
24,37
11,25
47,5
16,25
25
15,62
45
21,63
18
Dari tabel 4.2 terlihat bahwa hal-hal yang cenderung dilakukan mahasiswa dalam mencari informasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya adalah sebagai berikut. Untuk memperoleh informasi 59,37% mahasiswa banyak membaca buku-buku dan searching di website yang berisi informasi pekerjaan yang diidamkannya bahkan 13,12% 37
mengaku selalu melakukannya, sedangkan 19,37% melakukannya, dan 8,12% tidak melakukannya sedikitpun. Di samping membaca buku dan searching di website 50% mahasiswa menyatakan selalu menyempatkan diri dan sangat tertarik membaca artikel dalam surat kabar/majalah yang berkenaan dengan pekerjaan yang diminati, 16,25% menyatakan melakukan kegiatan tersebut walaupun tidak selalu, hanya saja 28,12% kurang tertarik melakukannya dan 5,62% tidak pernah melakukannya. Para mahasiswa 68,12% mengaku tertarik dengan iklan lapangan kerja bahkan 15,62% mengatakan ketertarikan yang sangat bila ada iklan lowongan pekerjaan, hanya 10% da nada 6,25% yang kurang tertarik atau bahkan tidak tertarik sama sekali. Untuk mendapatkan informasi di sekitar dunia kerja, 13,12% mahasiswa sering dan selalu bertukar pikiran dengan teman, orang tua ataupun orang yang berpengalaman dalam bidangnya tentang pilihan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling ataupun pekerjaan dan 36,25 juga melakukan hal itu. Namun 32,5% jarang berbuat seperti itu dan 18,12% mengaku tidak pernah sekalipun melakukannya. Demikian pula halnya berkonsultasi dengan dosen PA hanya 4,37% yang sering berdiskusi dan 64,37% mengatakan berkonsultasi walaupun tidak selalu, tetapi 13,12% jarang konsultasi bahkan mengaku tidak pernah bertatap muka dengan penasehat akademiknya ada 18,12%. Upaya mahasiswa untuk mencari informasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling juga dilakukan dengan orang yang berpengalaman dalam bidang pekerjaan yang diminatinya misalnya tentang gaji dan kepuasan kerja. Sebanyak 40% melakukan upaya ini dan 7,5% selalu melakukannya. Namun ternyata 16,25% mahasiswa masih merasa enggan dan malu melakukannya bahkan 36,25% betulbetul tidak melakukan upaya itu. Selanjutnya untuk memperoleh berbagai keterampilan dan keahlian guna menunjang pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya, walaupun baru 10% yang selalu mengikuti kursus atau pelatihan guna mengembangkan diri tetatpi mahasiswa berusaha memperoleh dengan memasuki organisasi kemahasiswaan yang ada di kampus dan cara ini dilakukan sekitar 47,5% mahasiswa. Analisis data mengenai prosedur mencari informasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling ini telah menghasilkan skor mean 16,71 dan SD 3,69 dengan skor ideal 24. Hasil ini mengisyaratkan bahwa pada umumnya mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung telah melakukan berbagai cara untuk mencari informasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling. Kegiatan-kegiatan yang banyak dilakukan antara lain membaca iklan lapangan kerja, konsultasi dengan penasehat akademik ataupun berusaha memperolehnya melalui organiasasi kemahasiswaan yang dimasukinya. 38
c. Sikap Mahasiswa dalam BerPelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Hasil identifikasi sikap mahasiswa IAIN Raden Intan dalam berPelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling diperoleh dengan menggunakan sembilan indikator sikap. Merujuk kepada hasil temuan penelitian maka didapatkan data dengan skor maksumum 43 dan skor minimum 15. Untuk menggambarkan bagaimana mahasiswa IAIN Raden Intan menyikapi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mereka maka digunakan kategori selalu melakukan dan sangat yakin, melakukan dan yakin, kurang melakukan dan kurang yakin, dan tidak melakukan dan tidak yakin. Dari temuan penelitian tergambar bahwa ditribusi skor sikap berPelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa IAIN Raden Intan adalah 14,37% berada pada kategori selalu melakukan dan sangat yakin dengan apa yang dilakukan, 30,62% pada kategori melakukan dan yakin, 34,37% berada pada kategori jarang melakukan dan kurang yakin, dan 20,62% berada pada kategori tidak melakukan dan tidak yakin. Hal ini bermakna ternyata tidak sedikit mahasiswa yang memerlukan layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling untuk mengembangkan sikap mereka dalam berPelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling guna pencapaian tugastugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mekera sebagai mahasiswa. Secara rinci bagaimana mahasiswa menyikapi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya tertera dalam tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3 Sikap Mahasiswa IAIN Dalam BerPelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Kegiatan Mahasiswa IAIN Raden Intan dalam berPelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling 24. Takut mengambil keputusan sendiri dalam memilih Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling 25. Meminta saran dosen PA dalam memilih Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling 26. Penentuan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling direncanakan sejak awal 27. Pemahaman ttg kemampuan dan minat sendiri sangat penting dalam menentukan pilihan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling
Pilihan jawaban = bobot/persentase a=3 / % b=2 /% c= 1 / % d= 0 / %
7,5
43,12
28,12
21,25
5,62
16,25
61,25
15,62
19,37
19,37
43,12
18,12
15
37,5
27,5
20
37,5
28,12
24,37
10
36,25
23,12
25
15,62
39
28. Untuk mendapatkan pekerjaan akan mencari informasi sendiri 29. Berntanggungjawab untuk memecahkan masalah Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling sendiri 30. Bila mengalami kesulitan belajar mencari pemecahannya ke perpustakaan 31. Kuliah di IAIN mrp tempat terbaik untuk mendapat pekerjaan setelah lulus 32. Tujuan utama kuliah agar nanti dapat bekerja dengan gaji memadai 33. Masuk IAIN agar nantinya dapat meningkatkan taraf ekonomi keluarga 34. IP yang tinggi tidak menjamin mudah memperoleh pekerjaan 35. Kalau ada tawaran kerja yang menarik sekarang tidak akan mengambilnya bila harus putus kuliah (DO) 36. Lulusan IAIN dibutuhkan oleh dunia kerja 37. Lulusan IAIN bkn hanya dapat berkiprah di bidang agama tapi juga dpt kerja di bidang lain 38. Cemas terhadap masa depan sendiri
11,25
60
15,62
13,12
15
26,25
32,5
26,25
4,37
13,12
51,25
31,25
6,25
12,5
49,37
31,87
19,37
28,12
24,37
28,12
11,25
58,12
16,87
13,75
12,5
19,37
36,25
31,87
13,12
43,12
32,5
11,25
1,25
31,25
47,5
20
14,37
30,62
34,37
20,45
Tabel 4.3 menggambarkan bahwa 43,12% mahasiswa tidak berani untuk mengambil keputusan sendiri dalam memilih Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya bahkan 7,5% benar-benar memerlukan pertimbangan orang lain, namun 28,12% cukup memiliki keberanian bahkan 21,25% tidak memerlukan pertimbangan orang lain sedikitpun untuk menetapkan pilihan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya. Hal ini terlihat hanya 5,62% mahasiswa yang selalu meminta saran pada dosen PA dalam menetapkan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya, 16,25% sering menemui penasehat akademiknya, selebihnya 61,25% jarang berkonsultasi dan 15,62% tidak pernah berdiskusi dengan penasehat akademiknya mengenai pilihan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya. Tatkala dirunut bagaimana mereka menentukan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya ternyata hanya 19,37% yang mengatakan bahwa penentuan 40
Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mereka direncanakan sejak awal sedangkan 43,12% tidak menentukannya sejak dini. Demikian juga halnya dengan pemahaman tentang kemampuan (bakat) dan minat sendiri dalam menentukan pilihan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling hanya 15% yang mengatakan itu sangat penting, sementara 20% menganggap itu tidak penting sama sekali. Sehubungan dengan cara untuk mendapatkan pekerjaan sebagian besar, 37,5% dan 28,12% mengatakan akan mencari informasi sendiri, hanya 24,37% dan 10% yang enggan dan tidak melakukannya. Hal ini terkait dengan tanggung jawab yang mereka sandang sebagai mahasiswa untuk belajar mencari informasi sendiri. Ini diakui dan diyakini 36,25% mahasiswa dan hanya 15,6% yang tidak yakin dan mengaggap hal itu bukan tanggung jawab mereka sendiri. Untuk menunjang keyakinan tersebut maka bila mengalami kesulitan belajar mereka akan mencari pemecahannya dengan pergi ke perpustakaan atau mencari informasi di website. Upaya seperti ini dilakukan sebagian besar, 70% lebih mahasiswa dan tidak lebih dari 30% yang menyatakan tidak melakukan upaya itu. Dalam konteks Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling sebagai penyandang status mahasiswa IAIN ternyata hanya 15% yang benar-benar meyakini bahwa kuliah di IAIN merupakan tempat terbaik untuk membekali diri guna memperoleh pekerjaan setelah lulus nanti, 26,25% meyakini, dan 32,5% kurang yakin bahkan 26,25% tidak meyakininya. Demikian pula ketika ditelaah tujuan utama kuliah hanya 4,37% yang mengatakan tujuan utama mereka kuliah agar nantinya dapat memperoleh pekerjaan dengan gaji memadai, 51,25% kurang setuju bahkan 31,25% mengatakan bahwa mendapatkan pekerjaan dengan gaji memadai bukanlah tujuan utama mereka kuliah di IAIN Raden Intan. Sementara itu menyangkut keyakinan dan orientasi mereka masuk IAIN Raden Intan hanya 6,25% yang orientasi utamanya agar nantinya dapat meningkatkan taraf ekonomi keluarga, sedangkan 49,37% bukan itu orientasinya. 40% lebih mahasiswa juga mengatakan bahwa IP yang tinggi tidak menjamin mereka mudah memperoleh pekerjaan setelah lulus nanti namun sebaliknya 28,12% yakin, dan 19,37% sangat yakin IP yang tinggi akan memudahkan jalan untuk meraih pekerjaan yang diimpikan. Berkenaan dengan orientasi memperoleh pekerjaan ternyata 11,25% dan 58,12% mengatakan seandainya ada tawaran kerja yang menarik sekarang mereka enggan untuk mengambilnya bila terpaksa harus putus kuliah, hanya 16,87% dan 13,75% yang orientasi vokasionalnya tinggi. Selanjut mengenai alumni IAIN dan dunia kerja hanya 12,5% dan 19,37% yang meyakini bahwa lulusan IAIN dibutuhkan oleh dunia kerja, 36,25% dan 31,87% kurang bahkan tidak meyakini bahwa produk IAIN laku di pasar kerja. Namun tak berarti semua 41
mahasiswa pesimis karena ternyata menurut sekitar 50% responden lulusan IAIN bukan hanya dapat berkiprah di bidang agama (ahli agama) tetapi juga dapat bekerja dan berkiprah di bidang lain. Apalagi sekarang di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan sudah ada jurusan atau bidang umum. Seperti Pendidikan Biologi, Fisika, dan Bahasa Inggris, serta Bimbingan dan Konseling. Keoptimisan ini membuat 47,5% tidak begitu cemas menatap masa depan, walaupun ternyata 31% di antaranya merasa ada kebimbangan dalam menatap hari esok, yang pasti 20% mahasiswa menyatakan bahwa hari depan bukanlah sesuatu yang patut untuk dicemaskan. Berpijak dari hasil analisis jawaban responden mengenai sikap mereka dalam berPelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling diperoleh skor mean 29,21 dan SD 7,33 dengan skor ideal 45. Angka ini mengindikasikan bahwa secara umum mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung telah melakukan berbagai kegiatan dalam mengembangkan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya dan mereka memiliki keyakinan dalam mengembangkan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya dengan apa yang mereka lakukan walaupun itu belum merupakan kegiatan yang optimal dan sebuah keyakinan yang penuh. Asumsi ini ditandai antara lain mahasiswa cenderung bertanggungjawab untuk memecahkan masalah Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya sendiri bila mengalami kesulitan belajar berupaya mencari pemecahannya ke perpustakaan atau mencari informasi melalui online, dan yakin setelah lulus mereka dapat memperoleh pekerjaan. Namun bukan berarti intervensi layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling kurang dibutuhkan sebab ternyata masih banyak mahasiswa yang cenderung kurang berani mengambil keputusan sendiri dalam memilih Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling, enggan mencari informasi, dan belum dapat merencanakan dan menentukan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling atau pilihan kerja sejak awal. d. Perencanaan dan Pengambilan Keputusan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Untuk mengidentifikasi bagaimana mahasiswa IAIN Raden Intan merencanakan dan mengambil keputusan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya, ada lima indikator perencanaan dan pengambilan keputusan kairer yang digunakan. Perolehan data tentang perencanaan dan pengambilan keputusan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling memperoleh skor maksimum 19 dan skor minimum 8. Selanjutnya untuk menentukan bagaimana mahasiswa merencanakan dan mengambil keputusan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya digunakan kategori sangat mampu, mampu, kurang mampu, dan tidak mampu. Temuan peneliti memperlihatkan bahwa 25% mahasiswa sangat 42
mampu merencanakan dan mengambil keputusan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling secara tepat, 33,12% mampu melakukannya, 23,75% kurang mampu, dan 23,75% tidak punya kemampuan bagaimana merencanakan dan mengambil keputusan dalam berPelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling. Untuk penelaahan lebih jelas tabel 4.4 berikut ini menggambarkan bagaimana sebaran pilihan jawaban responden terhadap pernyataan yang dijadikan untuk mengidentifikasi bagaimana mahasiswa IAIN Raden Intan merencanakan
dan
mengambil
keputusan
Pelaksanaan
Layanan
Bimbingan
dan
Konselingnya.
Tabel 4.4 Perencanaan dan Pengambilan Keputusan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Perencanaan dan pengambilan keputusan dalam berPelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling 39. Memilih satu pekerjaan yang sesuai dengan minat sendiri 40. Menyesuaikan kemampuan yang dimiliki dengan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling yang dipilih 41. Menyelesaikan studi tepat waktu 42. Sulit memperoleh pekerjaan yang cocok setelah lulus 43. Masuk IAIN atas minat sendiri 44. Mantap dengan jurusan yang dipilih 45. Ambil keputusan di mana kerja
Pilihan jawaban = bobot/persentase a=3 /% b=2 /% c=1 /% d= 0/%
71,25
22,5
3,12
3,12
14,37
32,5
31,25
21,78
36,25
34,37
10
19,37
3,12 27,5
18,12 46,25
50 14,37
28,75 11,87
18,12 4,37
42,5 36,25
21,25 36,25
18,12 23,12
25
33,21
23,75
18,03
Dari tabel 4.4 terlihat bahwa 71,25% mahasiswa telah memiliki kemampuan yang baik dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan minatnya sendiri, 22,5% mampu menyesuaikan, hanya sekitar 6% mahasiswa belum atau tidak mampu dalam memilih satu pekerjaan yang sesuai dengan minatnya. Kemudian 32,5% mahasiswa telah dapat menyesuaikan kemampuan yang dimiliki dengan bidang Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling yang dipilih, namun 31,25% kurang mahir bahkan 21,87% sama sekali tidak memiliki kemampuan itu. Sementara itu bagaimana target waktu mahasiswa dalam penyelesaian studinya, lebih dari 60% mengaku mampu menyelesaikan studi tepat pada 43
waktunya, 10% kurang berani mentargetkan, dan 19,37% tidak tahu dan tidak berani menentukan kapan mereka dapat lulus. Adapun rencana apa yang akan dilakukan setelah menyelesaikan studi ternyata hanya 3,12% yang tidak memiliki rencana dan merasa tidak mampu memperoleh pekerjaan yang cocok setelah lulus, 18,12% belum jelas rencananya dan merasa sulit memperoleh pekerjaan, tetapi 50% mampu merencanakan dan yakin akan mendapatkan pekerjaan yang sesuai bahkan 28,75 sangat mampu merencanakan dan yakin akan memperoleh pekerjaan yang cocok tatkala menyelesaikan kuliah. Sementara itu aspek perencanaan dan pengambilan keputusan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling sebanyak 70% lebih mahasiswa mengaku kuliah di IAIN adalah didasarkan atas minat sendiri, hanya sekitar 20% yang merasa bahwa IAIN bukanlah tempat studi yang benar-benar diminati. Demikian pula dengan jurusan, 18,12% mengatakan bahwa mereka sangat mantap dengan jurusan yang telah dipilih, 42,5% merasakan adanya kemantapan, hanya 21% yang kurang mantap dan 18,12% tidak mantap dengan jurusan yang dimasukinya sekarang. Angka ini kiranya dapat dipahami karena ternyata calon mahasiswa yang masuk IAIN tidak semuanya dapat masuk kejurusan yang dipilihnya. Hal ini berkaitan dengan kebijakan institut terhadap “pemerataan” calon mahasiswa setelah menyelesaikan studi baru 4,37% yang benar-benar telah mempunyai rencana dan mengambil keputusan di mana akan bekerja, 36,25% juga telah berencana dan memutuskan akan berkiprah di suatu tempat setelah menyelesaikan studi. Sementara 36,25% kurang mampu menyusun rencana dan kurang tahu akan bekerja di mana dan 23,12% kebingungan akan ke mana setelah status mahasiswa IAIN tidak lagi disandang. Berdasarkan analisis jawaban responden terhadap rencana dan pilihan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya sebagaimana tergambar pada tabel 4.4 maka diperoleh skor mean sebesar 13,90, SD sebesar 3,12 dengan skor ideal 28. Ini mengindikasikan bahwa sebagian besar mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung telah dapat merencanakan dan mengambil keputusan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling secara tepat waktu walaupun di sebagian lagi belum dapat merencanakan dan mengambil keputusan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling yang ditandai terutama belum mampu merencanakan apa yang harus dilakukan setelah menyelesaikan kuliah. e. Keterampilan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Terdapat 15 indikator untuk mengidentifikasi keterampilan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa IAIN Raden Intan dan hasil penelitian diperoleh data dengan skor maksimum 36 dan skor minimum 8. Untuk mendapatkan gambaran bagaimana dan sejauhmana mahasiswa mengembangkan keterampilan Pelaksanaan Layanan Bimbingan 44
dan Konselingnya guna pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling sebagai mahasiswa maka digunakan kategori sangat mampu dan terampil, mampu dan terampil, kurang mampu dan kurang terampil, serta tidak mampu dan tidak terampil. Temuan peneliti telah menghasilkan distribusi keterampilan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa sebagai berikut. 18,12% sangat mampu dan memiliki keterampilan untuk mengembangkan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya, 51,25% mampu dan terampil, 29,37 kurang mampu dan kurang terampil sementara 1,25% sama sekali tidak mampu dan tidak terampil untuk mengembangkan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya. Perolehan angka di atas bermakna bahwa ternyata sebagian besar mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung sudah mampu mengembangkan keterampilan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya walaupun sebagian mahasiswa masih belum mampu mengembangkan keterampilan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya di mana mereka masih sangat memerlukan adanya intervensi layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling yang sesuai guna penunaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya. Untuk lebih jelasnya bagaimana dan sejauhmana keterampilan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung dapat disimak dalam tabel 4.5 berikut ini. Tabel 4.5 Keterampilan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Mahasiswa IAIN Raden Intan Aspek keterampilan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling yang dimiliki 46. Menggunakan berbagai sumber informasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling yang ada 47. Mencari informasi tentang lowongan pekerjaan 48. Menjelaskan proses pengambilan keputusan pilihan kerja 49. Membaca literature lain di samping buku teks kuliah 50. Menjadikan otobiografi orang yang suskses sebagai pelajaran 51. Bergabung dalam organisasi kemahasiswaan untuk
Pilihan jawaban = bobot/persentase a=3 / % b=2 / % c=1 / % d= 0 / %
11,25
41,25
47,5
0
4,37
47,5
45
3,12
3,12
47,5
49,37
0
30
68,12
1,87
0
37,5
56,25
5
1,25
13,12
56,25
28,12
2,5
45
mengembangkan keterampilan 52. Menggunakan sendiri bahan pelajaran untuk meningkatkan keterampilan 53. Memiliki jadwal belajar yang teratur 54. Belajar di rumah (online) atau pergi ke perpustakaan (warnet) sesuai waktu yang dibuat 55. Introspeksi kemampuan yang dimiliki 56. Mengubah minat terhadap pekerjaan tertentu 57. Menjadi anggota studi club di kampus 58. Bekerjsama dengan orang lain
13,12
49,37
36,25
1,25
10
43,12
44,37
2,5
28,12
51,25
20
0,62
12,5
46,25
40
1,25
6,25
58,12
33,12
4,37
1,25 65
71,25 30
26,25 44,37
1,25 0
18,12
51,2
29,37
1,39
Tabel 4.5 menunjukan bahwa 11,25% mahasiswa sangat mampu menggunakan berbagai sumber informasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling yang ada untuk mengembangkan keterampilan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya, 41,25% mampu, namun 47,5% kurang mahir memanfaatkan sumber-sumber yang ada dalam rangka mengembangkan keterampilan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya. Kemudian 4,37% dan 47% mahasiswa mengaku sangat aktif dan aktif mencari informasi tentang lowongan pekerja tetapi 45% kurang ambil peduli bahkan masih ada sekotar 3,12% yang tidak pernah berusaha mencari dan memanfaatkan informasi tentang lowongan pekerjaan. Kekurangpedulian ini tampaknya ada kaitan dengan kekurangmampuan mahasiswa menjelaskan proses pengambilan keputusan tentang pilihan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling, ini dialami oleh 49,37% mahasiswa, hanya 3,12% yang dapat menjelaskannya secara baik sementara 47% lainny dapat menjelaskannya. Selanjutnya berkaitan dengan aspek keterampilan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling lainnya hampir semua mahasiswa yaitu 90% lebih berusaha meningkatkan perolehan keterampilan akademik dan keterampilan non-akademik dengan banyak membaca buku-buku, di luar buku teks kuliahnya, searching di website juga banyak mengkaji otobiografi orang-orang yang terkenal dan sukses untuk memetik pelajaran darinya dalam rangka meningkatkan keterampilan diri. Upaya lain untuk mengembangkan dan meningkatkan keterampilan diri adalah dengan memasuki organisasi kemahasiswaan yang ada di kampus. Cara ini dilakukan hampir 70% mahasiswa, hanya 2,5% yang tidak tau atau 28,12% yang kurang mampu memanfaatkan kiat ini. Untuk lebih meningkatkan dan 46
mengembangkan keterampilan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya lebih dari 50% mahasiswa juga mampu menggunakan bahan-bahan kuliahnya sendiri, cuma 1,25% yang benar-benar tidak mampu memanfaatkan jurus ini. Aspek keterampilan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling lainnya adalah kemampuan mengelola waktu secara efektif. 50% lebih mahasiswa mengaku memiliki jadwal belajar yang teratur, 44,37% 50% lebih mahasiswa mengaku memiliki jadwal belajar yang teratur, 44,37% mahasiswa jadwal belajarnya kurang teratur, dan hanya 2,5% yang waktu belajarnya serabutan. Demikian pula dengan pergi ke perpustakaan atau hanya sekedar belajar di rumah lebih 70% mahasiswa mengatakan mereka belajar di rumah atau pergi ke perpustakaan sesuai dengan jadwal yang telah mereka buat. Tetapi bukan berarti semuanya berlaku seperti itu sebab 20% mahasiswa jarang dan malas membuat jadwal dan ini mengindikasikan mereka belum mampu mengelola waktu secara efektif. Masih sekitar 40% mahasiswa juga belum mampu mengintrospeksi kemampuan yang dimilikinya. Ini berarti mereka tidak cukup paham mengenai ke-sahih-an data dirinya sendiri. Senada dengan itu 35% lebih mahasiswa kurang dapat atau bahkan tidak dapat mengubah minatnya terhadap pekerjaan tertentu disebabkan mereka kurang memahami kemampuan, bakat dan minat yang melekat pada dirinya. Tapi itu bukan berarti optimisme kurang karena sebanyak 60% mahasiswa mempunyai kemampuan untuk bisa mengubah minatnya terhadap pekerjaan tertentu. Mahasiswa juga mampu melakukan kebiasaan bekerja yang efektif seperti bekerja sama dengan orang lain. Sehingga 72,5% mahasiswa mengaku menjadi anggota studi club di kampusnya, dan 90% mahasiswa mengaku senang bekerjasama dengan orang lain. Berdasarkan analisa data penelitian mengeai aspek keterampilan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa IAIN Raden Intan maka diperoleh skor mean 26,75 dan SD 5,34 dengan skor ideal 45. Dengan perhiitungan tersebut berarti secara umum mahasiswa sudah mampu dan cukup terampil dalam mengembangkan keterampilan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya. 2. Lingkungan Perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Mahasiswa. Deskripsi lingkungan perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa diangkat dari hasil jawaban mahasiswa terhadap kuesioner tentang kondisi lingkungan perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa. Jenis-jenis lingkungan yang dijaring melalui kuesioner tersebut meliputi: (a) lingkungan keluarga, (b) lingkungan kampus, dan (c) lingkungan masyarakat.
47
Aspek-aspek lingkungan keluarga yang dipelajari melalui penelitian ini meliputi: (1) ragam latar belakang keluarga, (2) kelengkapan dan pemanfaatan fasilitas belajar, (3) intensitas hubungan orang tua-anak, dan (4) suasana kehidupan sehari-hari dalam keluarga. Aspek-aspek lingkungan kampus teridir dari atas: (1) latar belakang kampus dan aspirasi mahasiswa, (2) kelengkapan dan fasilitas belajar, (3) hubungan antar sivitas akademik. Adapun aspek-aspek yang ditelaah dalam lingkungan masyarakat adalah: (1) latar belakang dan kondisi lingkungan di sekitar tempat tinggal mahasiswa, (2) dukungan dan pemanfaatan kondisi lingkungan di sekitar tempat tinggal mahasiswa, (3) suasana kehidupan lingkungan di sekitar tempat tinggal mahasiswa. Secara
keseluruhan
temuan
penelitian
menggambarkan
bahwa
lingkungan
perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung cukup kondusif dan memadai serta mendukung pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa. Namun ada beberapa indikator lingkungan yang belum kondusif bahkan menghambat perkembangan dan penuaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya. Ini digambarkan dari temuan penelitian yang menunjukkan bahwa perolehan skor maksimum sebanyak 155 dan skor minimum sebanyak 74 maka lingkungan perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa ditentukan dengan kategori sangat mendukung, mendukung, kurang mendukung, dan tidak mendukung. Berkaitan dengan jawaban responden sebanyak 15,62% mengatakan bahwa lingkungannya sangat mendukung perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya, 53,12% mendukung, 21,87% kurang mendukung dan hanya 9,37% yang mengaku lingkungannya tidak mendukung perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya. Untuk lebih jelasnya bagaimana dukungan lingkungan perkembangan mahasiswa terhadap pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya dari masing-masing aspeknya dapat dicermati berikut ini. a. Lingkungan keluarga Digunakan sembilan indikator sebagai acuan untuk mengidentifikasi tingkat dukungan lingkungan keluarga terhadap penuaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa. Kemudian diperoleh data penelitian dengan skor maksimum 56 dan skor minimum 21, selanjutnya diketahui bahwa 22,5% lingkungan keluarga mahasiswa sangat mendukung terhadap pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya, 40% mendukung, 30% kurang
48
mendukung, dan hanya 7,5% yang mengatakan lingkungan keluarganya tidak memberikan dukungan terhadap perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya. Dari aspek ragam latar belakang keluarga diketahui bahwa 92% mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung berasal dari luar daerah Kota Bandar Lampung. Dalam kaitannya dengan latar belakang pendidikan orang tua sebagian besar yaitu sebanyak 81% orang tua mahasiswa adalah berpendidikan SLTA ke bawah dan mereka sebagian besar bekerja sebagai petani/buruh, wiraswasta, pedagang, dan selebihnya sebagai pegawai negeri, hanya 2,5% yang bekerja sebagai TNI/Polri. Dari segi jumlah keluarga mereka berasal dari keluarga cukup banyak yaitu dengan jumlah anak di atas tiga. Telaah lebih lanjut mengenai latar belakang keluarga diketahui bahwa mahasiswa yang orang tuanya sebagai petani dan buruh lebih besar dibandingkan dengan mahasiswa yang orang tuanya sebagai pegawai negeri atau pedagang. Berkaitan dengan jumlah keluarga mahasiswa yang menuntut ilmu di IAIN Raden Intan adalah anak sulung dan anak tengah dengan perbandingan sama 36,25%, hanya 24,37% yang statusnya sebagai anak bungsu. Di mana orang tua mereka walaupun separoh belum pernah merasakan duduk di bangku kuliah tetapi selalu mendukung studi anak-anaknya. Temuan ini berbeda dengan hasil studi yang pernah dilakukan di Bandung1 yang mengemukakan bahwa sebanyak 50% mahasiswa perguruan tinggi negeri adalah anak pertama. Temuan lain memperlihatkan bahwa 72,5% mahasiswa berasal dari keluarga berpenghasilan di bawah Rp. 3.000.000. Sebanyak 61,25% mahasiswa yang studi di IAIN Raden Intan menempati rumah kost. Situasi dan kondisi tempat tinggal mereka cukup mendukung studi mereka. Namun dari sisi kelengkapan dan pemanfaatan fasilitas belajar, 50% mahasiswa mengaku tempat kost yang menjadi kediaman mereka hanya menyediakan perlengkapan dan fasilitas yang sederhana. Namun mereka berusaha memanfaatkannya secara maksimal untuk kemajuan studi mereka. Hal ini dapat dimengerti berkaitan dengan latar belakang mahasiswa yang dating dari daerah yang biasanya memiliki dorongan belajar yang lebih kuat. Dari aspek intensitas hubungan orang tua-anak ternyata mahasiswa berasal dari keluarga yang cukup akrab dan hangat serta taat menjalankan ajaran agama. Dalam merencanakan sesuatu mereka minta saran dan pendapat dari orang tuanya meskipun itu tidak selalu. Sikap orang tua mereka yang authoritative (memberi kebebasan dengan tanggung jawab) sangat mendukung terhadap kesuksesan studi mereka. Apalagi 61,25% mahasiswa orang tuanya cukup peduli dengan anak-anaknya terutama mengenai pendidikan agamanya. Hal ini kiranya 1
Dedi Supriadi, 2003
49
dapat dijadikan sebagai salah satu indikator bahwa hubungan orang tua anak telah mewujudkan intensitas yang cukup mendukung keberhasilan studi mahasiwa. Temuan yang kiranya cukup menarik adalah bahwa mereka masuk perguruan tinggi ini adalah atas kemampuannya, bakat dan minat mereka sendiri. Mereka cukup antusias masuk IAIN karena sekarang bukan hanya mengkaji hal-hal yang berkenaan dengan keagamaan, namun juga studi dan prodi umum. Hal ini menepis banyak dugaan bahwa mahasiswa IAIN hanyalah sisa-sisa yang kurang mujur di SBMPTN dan mereka “terpaksa” masuk IAIN dari pada jadi pengangguran; walaupun tak bisa dipungkiri sebagian kecil seperti itu. Untuk lebih jelas lagi ragam lingkungan keluarga mahasiswa dapat diamati dari table 4.6 berikut ini..
Nomor item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tabel 4.6 Lingkungan Keluarga Mahasiswa Pilihan jawaban = bobot/persentase a=4 / % b= 3 / % c=2 / % d= 1 / % 13,12 66,25 17,5 3,12 23,12 61,25 15,62 0 28,12 47,5 16,25 8,12 16,25 24,37 49,37 10 25 43,12 27,5 4,37 13,12 45 37,5 4,37 36,25 36,25 24,37 3,12 15 61,25 18,12 5,62 12,5 16,25 57,5 13,75 10 60 17,5 12,5 15 12,5 63,12 9,37 38,12 31,25 24,37 6,25 63,12 21,25 6,25 9,37 19,37 61,25 12,5 6,87 10 12,5 62,5 15 22,53 40 30 7,5
Dari perhitungan data diketahui mean (41,53 lebih kecil dari median (44), ini menggambarkan bahwa distribusi skor sebagai miring negatif, artinya responden memiliki nilai cenderung tinggi. Angka ini bermakna bahwa lingkungan keluarga mendukung terhadap pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa. Adapun seberapa tingkatan dukungan tersebut sebagaimana dibuktikan oleh sebagian besar (62,52%) responden menyatakan bahwa lingkungan keluarga mendukung terhadap penyelesaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa. 50
b. Lingkungan Kampus Hasil telaah data aspek-aspek lingkungan kampus yang terdiri atas (1) suasana, kelengkapan, dan fasilitas belajar di kampus, (2) penerapan aturan akademik, (3) hubungan antar sivitas akademika, (4) kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi kemahasiswaan, dan (5) kemampuan mengajar dosen, telah didapatkan skor maksimum 76 dan skor minimum 38 maka ditentukan tingkat dukungan lingkungan kampus terhadap tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa, yaitu sangat mendukung, mendukung, kurang mendukung, dan tidak mendukung. Data temuan penelitian memperlihatkan bahwa 20,62% mahasiswa mengakui bahwa lingkungan kampus sangat mendukung pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mereka, 40,62% mendukung, 24% kurang mendukung, da nada 14,37% mengatakan lingkungan kampus belum memberikan kontribusi dalam mendukung pencapaian perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya. Angka ini mengindikasikan bahwa pada umumnya mahasiswa merasakan bahwa lingkungan perguruan tinggi tempat mereka belajar cukup mendukung terhadap kesuksesan studi mereka. Secara spesifik hasil temuan penelitian pada aspek lingkungan kampus dapat dideskripsikan sebagai berikut. Berkaitan dengan suasana, kelengkapan, dan fasilitas belajar di kampus terdapat keragaman persepsi mahasiswa. 27,5% berpendapat bahwa suasana kampus cukup mendukung untuk belajar bahkan 24,37% mengatakan sangat mendukung. Tetapi ada 36,25% mendukung hanya 11,5% yang mengatakan tidak mendukung. Keragaman pendapat ini mengindikasikan bahwa masih terdapat anggapan mahasiswa terhadap situasi dan kondisi kampusnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Mahasiswa yang mepersepsi secara negatif akan merasa kurang nyaman dalam menunaikan tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya sementara yang mempersepsi positif tentunya memiliki perasaan nyaman yang mendukung pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya. Wujud dukungan ini adalah suasananya cukup aman dan tenang, ruang kuliahnya cukup bersih dan sehat. Berkenan dengan kelengkapan dan fasilitas belajar di kampus, 60% lebih mahasiswa mengatakan bahwa kondisi perpustakaan sangat mendukung untuk belajar karena di samping suasananya nyaman, koleksi yang ada di perpustakaan cukup lengkap dan ini selalu dimanfaatkan oleh sebagian besar mahasiswa dengan meminjam (membaca) koleksinya. Namun mahasiswa agak memprihatinkan dengan minimnya sarana olah dan kesenian di kampus, apalagi dengan ketiadaan sarana pelayanan kesehatan bagi mahasiswa di kampus. 51
Mengenai sarana ibadah dan pemanfaatannya, mahasiswa berpedapat bahwa masjid di kampus IAIN Raden Intan yang masih dalam tahap pembangunan diharapkan nantinya bukan hanya sebatas sarana ibadah ritual semata namun dapat mewarnai perkembangan kehidupan keagamaan di kampus secara keseluruhan. Adapun penerapan peraturan akademik ada temuan yang cukup menarik, 69,37% mahasiswa berpendapat bahwa penerapan tata tertib dan aturan perkuliahan di kampus kurang tegas. Mereka memandang bahwa peraturan yang kurang konsisten dan tidak ajeg tidak mendukung pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mereka, karena hal ini membuat sebagian besar sivitas akademik kurang disiplin. Misalnya saja saja awal perkuliahan sudah ditetapkan tanggalnya tetapi dosen pengajar belum melaksanakan tugasnya. Akibatnya mahasiswa cenderung enggan masuk kuliah, muara dari situasi ini tentu saja dapat menghambat dan merugikan studi mereka. Hubungan
antara
sivitas
akademika
dan
iklim
kampus
memperlihatkan
kecenderungan yang belum begitu baik. Interaksi antara dosen dengan mahasiswa masih terbatas terjadi di dalam ruang kuliah. Mengenai kemampuan mengajar dosen 50% mahasiswa berpendapat bahwa hanya setengah dari keseluruhan dosen yang mampu mengajar dengan baik. Kualifikasi ini didasarkan atas perlakuan dosen dalam mengajar di mana menurut mahasiswa dosen sering memberikan wawasan atau bimbingan yang kurang sesuai dengan kondisi mereka. Tidak jarang dosen menggunakan keberhasilan dirinya sebagai ukuran penyelesaian persoalan yang dihadapi mahasiswa. Di samping itu mereka hanya memiliki waktu yang sangat terbatas untuk melayani mahasiswa sehingga ada sebagian mahasiwa terhambat penyelesaian studinya karena gejala yang tidak menyehatkan ini. Demikian pula interaksi mahasiswa dengan dosen penasehat akademiknya, 72,5% mahasiswa mengaku bertemu dengan penasehat akademiknya hanya saat pengisian kartu rencana studi untuk minta tanda tangan bahkan 11,25% menyatakan tidak pernah konsultasi dan segan menemui dosen penasehat akademiknya sebab penasehat akademiknya selalu sibuk dan kurang ramah. Temuan menarik lainnya dalam kaitan hubungan sivitas akademika yaitu interaksi mahasiswa dengan tenaga administrasi intensitasnya cenderung kurang. Mahasiswa hanya berkomunikasi dengan para tenaga administrasi apabila mereka melakukan urusan yang bersifat administratif. Sementara dalam hal interaksi antar mahasiswa, 51,25% mengaku cukup akrab. Namum keakraban ini agak melonggar bila mahasiswa menganggap sistem nilai yang dianutnya berbeda dengan mahasiswa lainnya. Mengenai kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi kemahasiswaan, umumnya sekitar 46,50%
mahasiswa
berpendapat
bahwa
kegiatan 52
ekstrakurikuler
dan
organisasi
kemahasiswaan yang ada di kampus cukup mendukung studi dan perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mereka sebagai mahasiswa. Secara rinci bagaimana kontribusi lingkungan kampus terhadap pengembangan dan pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa dapat dilihat pada table 4.7 berikut ini. Tabel 4.7 Lingkungan Kampus IAIN Raden Intan Nomor item 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
a=4 / % 11,25 24,37 25 17,5 28,12 32,5 10 38,12 4,37 13,12 31,25 3,12 28,12 13,12 40/25 8/5 13,12 60 16,25 13,12 20,62
Pilihan jawaban = bobot/persentase b=3 / % c=2 / % 49,37 25 27,5 36,25 43,12 15,62 68,12 10 38,12 28,12 50 17,5 12,5 37,5 29,37 24,37 12,5 25 43,12 31,25 49,37 6,25 72,5 13,12 31,25 12,5 32,5 25 51,25 18,12 28,12 69,37 62,5 24,37 25 10 30,25 28,12 50 30 40,62 24,37
d= 1/ % 14,37 11,5 16,25 4,37 5,62 0 40 8,12 58,12 12,5 13,12 11,25 28,12 29,37 5,62 2,5 0 5 19,37 6,5 14,37
Hasil perhitungan data memperlihatkan bahwa mean (58,79) lebih kecil dari median (61) yang bermakna penyebaran skor dikatakan sebagai miring negatif. Hal ini menggambarkan bahwa responden memiliki nilai cenderung tinggi. Dengan kata lain lingkungan kampus cukup memberikan dukungan terhadap perkembangan dan pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa. Seberapa jauh tingkat dukungan tersebut terhadap pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa sebagaimana dibuktikan oleh 20,62% dan 40,62% responden menyatakan bahwa lingkungan kampusnya sangat mendukung dan
53
mendukung
terhadap
pencapaian
tugas-tugas
perkembangan
Pelaksanaan
Layanan
Bimbingan dan Konseling mereka. c. Lingkungan Masyarakat Tempat Tinggal Mahasiswa Kajian mengenai aspek lingkungan masyarakat tempat tinggal mahasiswa dari sisi latar belakang dan kondisi masyarakat, dukungan dan pemanfaatan kondisi lingkungan bagi kegiatan belajar, dan suasana kehidupan lingkungan di sekitar tinggal mahasiswa telah menghasil data dengan skor maksimum 29 dan skor minimum 11 maka ditentukan tingkat dukungan lingkungan kampus terhadap tugas-tugas perkembangan mahasiswa, yaitu sangat mendukung, mendukung, kurang mendukung, dan tidak mendukung. Hasil temuan penelitian menggambarkan bahwa 8,12% mahasiswa mengakui bahwa lingkungan masyarakat tempat tinggalnya sangat mendukung pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mereka, 47,5% mendukung, 31,25% kurang mendukung, da nada 13,12% mengatakan lingkungan masyarakat tidak memberikan kontribusi dalam mendukung pencapaian perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya. Angka ini mengindikasikan bahwa pada umumnya mahasiswa merasakan bahwa lingkungan masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka cukup memberikan dukungan terhadap keberhasilan kuliah mereka. Secara rinci data temuan penelitian pada aspek lingkungan masyarakat dapat dideskripsikan sebagai berikut. Masyarakat tempat tinggal mahasiswa berlatar belakang cukup heterogen. Karena mahasiswa bukan hanya tinggal di sekitar kampus tetapi ada juga yang berdomisili cukup jauh dari kampus. 75% mahasiswa berpendapat bahwa suasana dan kondisi lingkungan cukup tenang dan tidak mengganggu kegiatan belajar mereka. Kebanyakan warga masyarakat berlatar belakang pendidikan S1 dan SMA dan bekerja sebagai pegawai negeri, wiraswasta, dan petani. Temuan ini mendukung fakta berkaitan dengan status sosial dan ekonomi dari lingkungan masyarakat sekitar tempat tinggal mahasiswa bahkan mereka tinggal dalam lingkungan masyarakat dengan status sosial ekonomi sedang (menengah). Secara sosial ini cukup mendukung studi mahasiswa karena masyarakatnya mudah diajak bergaul dan menanggapi kehadiran mahasiswa sebagai sesuatu yang wajar saja. Mahasiswa sendiri tidak terlalu terpengaruh dengan keadaan sekitar karena menurut mereka keadaan tersebut positif saja buat mereka. 50% mahasiswa mengaku hal ini. Hal ini tentunya dapat mengerti karena secara psikologis dan sosial mendukung tidaknya suatu lingkungan sangat tergantung kepada mahasiswa bagaimana memaknainya.
54
Sementara itu suasana kehidupan keagamaan di lingkungan masyarakat tempat tinggal mahasiswa 55% mahasiswa berpendapat suasana kehidupannya cukup religious. Walaupun masih ada sebagian mahasiswa yang tinggal di lingkungan masyarakat yang kurang taat menjalankan ajaran agamanya. Sedangkan dalam aspek kehidupan sosial, masyarakat di sekitar tempat tinggal mahasiswa masih menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan sosial, seperti kegiatan gotong-royong dalam keseharian. Sementara itu dalam aspek kesehatan, masyarakat di sekitar tempat tinggal mahasiswa cukup menyadari arti penting dari kebersihan dan kesehatan. Untuk lebih jelasnya bagaimana dukungan lingkungan tempat tinggal mahasiswa terhadap pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 4.8 Lingkungan Masyarakat Sekitar Mahasiswa Nomor item 36 37 38 39 40 41 42 43
a= 4 / % 18,75 5,62 4,37 7,5 11,25 10 6,25 1,25 8,12
Pilihan jawaban = bobot/persentase b=3 / % c=2 / % 66,25 11,25 50 36,25 55 28,12 43,12 40,62 36,25 29,37 37,5 41,25 59,37 15,62 32,5 47,5 47,49 31,25
d= 1/ % 3,75 8,12 12,5 8,75 23,12 11,25 18,75 18,75 13,12
Data yang sudah dianalisis memperlihatkan bahwa mean (20,5) lebih kecil dari median (21) yang berarti penyebaran skor dikatakan sebagai miring negatif. Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki nilai cenderung tinggi. Dengan kata lain lingkungan masyarakat di sekitar tempat tinggal mahasiswa cukup memberikan dukungan terhadap perkembangan dan pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa. Adapun hubungan antara kedua variabel tersebut (tuga-tugas perkembangan
Pelaksanaan
Layanan
Bimbingan
dan
Konseling
dan
lingkungan
perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling) dapat dilihat pada uraian berikut ini. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh koefisien korelasi rxy = 0,87 (p < 0,01). Dari perhitungan tersebut analisis data diketahui bahwa terhadapat hubungan yang sangat 55
signifikan antara lingkungan perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling (keluarga, kampus, masyarakat), dengan tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling. Artinya semakin kondusif lingkungan perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa (keluarga, kampus, masyarakat) maka makin mendukung
terhadap
pencapaian
tugas-tugas
perkembangan
Pelaksanaan
Layanan
Bimbingan dan Konseling mahasiswa. Sebaliknya makin tidak kondusif lingkungan perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa (keluarga, kampus, masyarakat) makin kurang dukungannya terhadap perkembangan dan pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya. Selain itu dapat diketahui lebih jauh hubungan antara aspek-aspek variabel lingkungan perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling dengan variabel tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling yaitu sebagai berikut. 1. Hubungan
Lingkungan
Keluarga
dengan
Tugas-tugas
Perkembangan
Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling. Dari hasil analisi data diperoleh koefisien korelasi rxly = 0,78 (p < 0,01). Hasil perhitungan tersebut memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara lingkungan keluarga dengan tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling. Artinya semakin kondusif lingkungan keluarga mahasiswa maka makin mendukung pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya. Sebaliknya makin kurang kondusif lingkungan keluarga mahasiswa makin kurang dukungannya terhadap pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya. Dengan kata lain lingkungan keluarga yang tidak kondusif akan dapat menghambat pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa. 2. Hubungan
Lingkungan
Kampus
dengan
Tugas-tugas
Perkembangan
Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Berdasarkan perhitungan diketahui koefisien korelasi rx2y = 0,81 (p< 0,01). Angka tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara lingkungan kampus dengan tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling. Hal ini bermakna bahwa makin kondusif lingkungan kampus makin mendukung pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa. Begitupun sebaliknya lingkungan kampus yang kurang kondusif akan turut menghambat pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa. 56
3. Hubungan
Lingkungan
Masyarakat
dengan
Tugas-tuga
Perkembangan
Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Berpedoman kepada skor yang diperoleh maka koefisien korelasi rx3y = 0,54 (p < 0,01). Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara lingkungan masyarakat dengan tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling. Artinya semakin kondusif lingkungan masyarakat maka makin mendukung terhadap penuaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa. Demikian juga sebaliknya makin tidak kondusif lingkungan masyarakat makin tidak mendukung terhadap penuaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa.
3. Kondisi Obyektif Layanan Bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di IAIN Raden Intan Lampung Temuan penelitian tentang kondisi obyektif layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di IAIN diangkat dari studi yang dilakukan di IAIN Raden Intan yang mempunyai karakteristik berbeda dengan perguruan tinggi lainnya. Responden penelitiannya terdiri dari pimpinan, dan dosen penasehat akademik di lingkungan IAIN Raden Intan Lampung. Berdasarkan pengumpulan data melalui kuesioner dan wawancara dengan responden penelitian, secara umum diperoleh gambaran bahwa layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling telah dilaksanakan di IAIN Raden Intan. Artinya kegiatan-kegiatan layanan bimbingan yang diberikan pada dasarnya telah ada yang bermuatan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling, meskipun dalam implementasinya belum dibuat dan diprogram secara tertulis. Pemahaman dosen penasehat akademik tentang bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling belum terlaksana sebagaimana mestinya. Adapun kegiatan-kegiatan layanan bimbingan di IAIN Raden Intan yang menurut peneliti telah bermuatan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling adalah sebagai berikut. a. Layanan Orientasi dan Pemberian informasi Mahasiswa yang baru memasuki dunia perguruan tinggi tidak selalu mengalami halhal yang mudah dan menyenangkan. Laksana baru pertama kali ke suatu tempat maka hanya sedikit yang diketahuinya tentang tempat tersebut. Dalam hal ini layanan orientasi dan pemberian informasi di awal memasuki kampus perguruan tinggi merupakan kegiatan yang sangat strategis. Dalam konteks IAIN Raden Intan Lampung kegiatan layanan orientasi dan 57
pemberian informasi ini disebut dengan kuliah ta’aruf (kulta). Dalam kegiatan ini mahasiswa diperkenalkan kepada lingkungan yang baru dimasukinya, antara lain dengan sistem penyelenggaraan pendidikan secara umum, kurikulum yang ada, penyelenggaraaan pengajaran, kegiatan belajar mahasiswa yang diharapkan, sistem penilaian dan ujian, fasilitas dan sumber belajar yang tersedia, fasilitas penunjang, staf tenaga pengajar dan tenaga administratif, hak dan kewajiban mahasiswa, dan organisasi kemahasiswaan. b. Layanan penempatan dan penyaluran Mahasiswa sering mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan fakultas/jurusan yang akan dimasukinya yang sesuai dengan bakat, kemampuan, minat, dan hobinya. Di sinilah mahasiswa diberikan bantuan layanan penempatan dan penyaluran untuk menyalurkan potensi dan mengembangkan dirinya. Penempatan dan penyaluran mahasiswa di kampus berupa: (1) penempatan di fakultas/jurusan yang sesuai, (2) penempatan dan penyaluran ke dalam organisasi kemahasiswaan dan kegiatan ekstrakurikuler. 1) Layanan penempatan dan penyaluran ke fakultas/jurusan yang sesuai Setelah masuk ke IAIN sebagian mahasiswa dapat merencanakan atau menentukan sendiri fakultas/jurusan yang akan diambilnya dan mereka mantap dengan pilihannya. Namun banyak juga yang memilih hanya berdasarkan atas kemauan dan keinginan, tidak menyesuaikannnya bakat dan kemampuan yang dimiliki. Hanya saja dalam konteks IAIN Raden Intan layanan penempatan dan penyaluran ini terkesan agak kaku. Hal ini dilatari oleh kebijakan institut. Di mana saat pendaftaran calon mahasiswa “menumpuk” di fakultas Tarbiyah dan Syariah untuk dua tahun terakhir ini serta dan juga Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang baru dibuka pada tahun 2015 ini. Hanya sedikit mahasiswa yang pilihan utamanya ke Fakultas Ushuluddin ataupun Dakwah. Untuk itu diambillah suatu kebijakan “pemerataan” dan menempatkan/menyalurkan mahasiswa ke fakultas/jurusan yang kurang diminatinya. Hal ini dapat saja akhirnya menimbulkan masalah karena minat yang dipaksakan. 2) Penempatan dan penyaluran ke dalam organisasi kemahasiswaan dan kegiatan ekstrakurikuler Orientasi mahasiswa masuk ke perguruan tinggi bukan hanya orientasi akademik tetapi memiliki berabagai alasan dan motivasi. Demikian juga halnya dengan mahasiswa yang memasuki IAIN Raden Intan. Ada berbagai alasan dan orientasi yang melatarinya, antara lain untuk mencari kepuasan diri, identitas pribadi dan mengejar Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling. Untuk berbagai alasan dan motivasi tersebut maka organisasi kamahasiswaan dan kegiatan ekstrakurikuler seperti kegiatan seni dan olah raga di samping 58
pramuka di kampus cukup diminati. Karena dengan terlibat dalam kegaitan-kegiatan tersebut mahasiwa dapat menambah keterampilan dan mengembangkan serta mencoba ekstensi dirinya. Berbagai temuan penelitian berkenaan dengan kondisi obyektif layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di IAIN Raden Intan secara lebih rinci dideskripsikan sebagai berikut. a. Pandangan dan Wawasan tentang Layanan Bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Para pimpinan dan sebagian besar dosen penasehat akademik (PA) memiliki pandangan bahwa bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di perguruan tinggi khususnya di IAIN Raden Intan memiliki peranan yang penting dalam penignkatan mutu pendidikan perguruan tinggi umumnya dan membantu mahasiswa menunaikan tugastugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya khususnya. Para dosen PA mengatakan bahwa bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di IAIN itu penting, namun dalam pelaksanaannya belum mendapat perhatian yang wajar. Sebagian kecil dosen PA menyatakan bahwa pada awal mahasiswa konsultasi sebagai mahasiswa bimbingannya mereka sudah diarahkan terutama dalam memahami profesi dan dunia kerja yang akan digelutinya setelah menyelesaikan kuliahnya di IAIN ini, walaupun hanya sekilas. Namun karena keterbatasan pemahaman konsep bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling dan kegiatan perkuliahan, bimbingan yang semestinya terencana dan terprogram belum dapat dilaksanakan. Apa yang diungkapkan oleh para pimpinan dan dosen PA tadi menyiratkan bahwa bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling yang idealnya mampu mendukung dan melengkapi keterbatasan layanan pendidikan yang dilaksanakan di IAIN Raden Intan Lampung belum dilaksanakan secara tertulis dan terprogram. Persoalan yang dirasakan oleh pimpinan IAIN Raden Intan adalah belum tersedianya unit layanan bimbingan konseling yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa. Dikatakan bahwa sebenarnya layanan bimbingan konseling termasuk di dalamnya layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling memiliki fungsi yang mendasar. Namun layanan bimbingan dan pembinaan mahasiswa ini tidak dapat dibebankan sepenuhnya kepada para dosen PA, karena pertama, beban mengajar dosen sudah sangat banyak. Kedua, keterbatasan pemahaman konsep tentang pendidikan dan bimbingan dari dosen. Sampai saat ini baru beberapa dosen/dosen PA yang berlatarbelakang pendidikan S1/S2/S3 bimbingan dan konseling. Dosen PA menyatakan bahwa sebagai pihak yang secara langsung berhubungan dengan mahasiswa, merasakan bahwa akhir-akhir ini semakin banyak 59
mahasiswa yang mengalami masalah yang bersifat non-akademik. Masalah-masalah tersebut antara lain rendahnya motivasi belajar mahasiswa, lemahnya sikap kreativitas dan kemandirian, lambannya penyesuaian diri yang dilakukan mahasiswa dan banyaknya mahasiswa yang bimbang menatap masa depan mereka. Dalam realitanya, masalah-masalah tersebut tidak dapat diselesaikan dan diatasi secara tuntas oleh dosen pengajar maupun dosen PA. maka menurut layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling menjadi sangat penting untuk dilaksanakan dan dikembangkan secara professional. Permasalahan yang dilontarkan oleh mereka adalah berkenaan dengan siapa petugas khusus yang menangani layanan tersebut dan bagaimana mekanismenya agar ada jalinan kinerja yang harmonis dengan program kegiatan yang dilaksanakan oleh dosen pengajar mata kuliah. Kondisi inilah yang kiranya menuntut disusunnya bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling bagi mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung. b. Target Populasi Layanan Bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Target layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di IAIN Raden Intan Lampung adalah mahasiswa, khusunya mahasiswa yang bermasalah. Jumlah mahasiswa yang menjadi bimbingan setiap dosen PA merentang dari 10 s. d. 40 orang mahasiswa. Semua dosen baik dosen senior maupun dosen yunior berfungsi sebagai dosen PA. Hanya saja untuk dosen senior mahasiswa yang dibimbingnya dua sampai tiga kali banyaknya dari dosen yunior. Pembagian tersebut hampir sama untuk semua fakultas dan jurusan. Dalam konteks lembaga pendidikan sebagai fasilitator optimalisasi pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa, temuan ini mengajak dilakukannya pengembangan layanan pendidikan di IAIN. Artinya komponen pendidikan dan pengajaran (perkuliahan) dan bimbingan akademik melalui penasehat akademik perlu diutuhkan dan layanan yang memfokuskan kepedulian kepada upaya membanu pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa.
c. Ketenagaan Pelaksanaan bimbingan di IAIN Raden Intan dilaksanakan oleh dosen PA. dosen PA yang dijadikan responden dalam penelitian ini telah memiliki pengalaman sebagai dosen PA 5 s.d. 20 tahun. Bahkan ada di antaranya memiliki masa kerja di atas 25 tahun. Sebagian besar dosen PA menyatakan bahwa walaupun mereka tidak pernah mengikuti penataran/pelatihan bimbingan dan bukan berlatarbelakang pendidikan bimbingan konseling 60
tapi mereka mengakui bahwa bimbingan konseling itu sangat penting diberikan kepada mahasiswa; dan walaupun belum ada pedoman secara terprogram mereka pernah memberikan bimbingan bermuatan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling kepada mahasiswa bimbingannya. d. Faktor Pendukung dan Penghambat Walaupun belum sepenuhnya “sejalan” dengan hakekat dan makna bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di perguruan tinggi, namun pandangan yang positif dari para pimpinan dan dosen PA terhadap keberadaan dan fungsi layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di IAIN telah menjadi faktor pendukung upaya pengembangan program layanan bimbingan ini. Jadi faktor manusia menjadi unsur pendukung pengembangan layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di IAIN Raden Intan Lampung. Di samping unsur pendukung tersebut ternyata ada kendala yang berasal dari non-manusia, yaitu berkenaaan dengan masih kurangnya pemahaman konsep dan fungsi bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling baik dari pihak pimpinan maupun dari dosen PA. Para pimpinan belum berkeinginan merealisasikan dan menetapkan kebijakan yang mengatur penyelenggaraan bimbingan dan konseling termasuk di dalamnya layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di
IAIN yang dipimpinnya. Belum adanya pedoman pelaksaaan bimbingan
konseling ini membuat pelaksanaan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di IAIN Raden Intan Lampung masih sangat terbatas. e. Sistem Pengelolaan Layanan Bimbingan Mekanisme pengelolaan layanan bimbingan di IAIN yang diteliti belum menunjukkan adanya dukungan manajemen yang efektif. Bahkan hal itu memang belum terlihat. Kondisi tersebut dilatari oleh beberapa persoalan, seperti belum adanya unit layanan bimbingan dan konseling yang profesional. Keterbatasan ini menjadikan belum dikembangkannya maupun program bimbingan sebagaimana mestinya. Bentuk-bentuk bimbingan yang dilaksanakan oleh dosen PA hanya sebatas penandatanganan kartu rencan studi (KRS) saat pengambilan program studi oleh mahasiswa, dan bilapun ada pemberian bimbingan sifatnya hanya spontan dan insidentil. Demikian juga dalam hal kerjasama dengan pihak-pihak lain di luar lembaga IAIN Raden Intan. f. Faktor-faktor
Kontekstual
Layanan
Bimbingan
Pelaksanaan
Layanan
Bimbingan dan Konseling di IAIN Adanya dukungan kebijakan institut terhadap pelaksanaan layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling diharapkan oleh sebagian besar responden. 61
Sebagian kecil dosen PA mengatakan hendaknya pimpinan memberikan perhatian yang lebih mendalam terhadap realisasi pelaksaan layanan bimbingan dan konseling termasuk bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling. Para dosen PA berharap layanan bimbingan yang akan dilaksanakan di IAIN Raden Intan nantinya memberikan kontribusi dan dapat membantu pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa. Harapan tersebut tentunya bukan sesuatu yang mustahil bila isi/materi layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling yang akan dilaksanakan dikaitkan dengan kejadian atau masalah-masalah yang terjadi di masyarakat. Artinya kegiatan layanan yang dilaksanakan terintegrasi baik dalam arti isi kegiatannya maupun kerjasamanya dengan bidang atau profesi lain. Akan lebih bermakna jika sumber-sumber dari sivias akademika yang ada dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan
temuan
penelitian
yang
telah
dikemukakan
terdahulu
maka
pembahasannya disajikan sebagai berikut. 1. Pencapaian Tugas-tugas Perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Mahasiswa Temuan empirik dalam studi ini menunjukkan bahwa secara umum mahasiswa IAIN Raden Intan telah dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya dalam arti cukup sesuai dengan apa yang seharusnya dicapai. Dalam penelitian ini terungkap ada 21,87 mahasiswa tingkat pencapaiannya sangat optima, 37,5% tercapai, 29,37% kurang tercapai, dan 11,25% tidak tercapai. Namun bila ditelaah peraspek tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa yaitu mencakup aspek pengetahuan, mencari informasi, sikap, perencanaan dan pengambilan keputusan, dan keterampilan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling ditemukan masih cukup dominan mahasiswa yang kurang mampu menyelesaikannya. Dalam aspek pengetahuan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling menunjukkan bahwa umumnya mahasiswa IAIN Raden Intan mengetahui aspek-aspek dalam pengetahuan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling seperti tujuan jurusan yang dimasukinya, gaji, fasilitas, dan kepuasan yang diperoleh oleh orang yang bekerja pada bidang yang dicita-citakannya, persyaratan yang dituntut dan tugas-tugas pokok yang harus dikerjakan dalam pekerjaan, juga cukup memahami kemampuan, bakat, dan minat pribadi sehingga mereka merasa bahwa jurusan yang dimasukinya sudah sesuai dengan 62
keinginannya. Namun sebagian masih ada mahasiswa yang masuk di beberapa jurusan tidak mempunyai pengetahuan dan gambaran yang jelas tentang mata kuliah pokok yang harus dikuasainya dan ilmu-ilmu yang akan mereka hadapi di jurusan tersebut serta kurang memiliki pengetahuan tentang cara-cara memperoleh pekerjaan dan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaan yang diinginkannya. Ini disebabkan mahasiswa cenderung belum memahami, menyadari, dan menerima dengan mantap mengenai jenis pekerjaan yang diminati dan diimpikannya. Ada perasaan bimbang memikirkan hari esok setelah menyelesaikan studi. Karena perasaan bimbang memikirkan hari esok setelah menyelesaikan studi. Karena mereka menganggap untuk mendapatkan pekerjaan harus mampu bersaing sementara situasi persaingan pada saat ini semakin ketat dan cenderung kurang obyektif. Selanjutnya pemahaman mahasiswa tentang adanya mobilitas dalam dunia Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling masih kabur sehingga merasa ragu-ragu untuk beralih pekerjaan padahal pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan dan kemampuan yang dimiliki. Dalam konteks lulusan IAIN Raden Intan ketidakmampuan mobilitas ini menyebabkan mereka sulit menembus garis marjinalisasi kerja yang terkesan dominan selama ini sehingga adanya intervensi layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling yang sesuai akan membuat wawasan mahasiswa lebih terbuka bahwa Departemen Agama bukanlah satu-satunya lapangan yang dapat ditembus para alumni IAIN2. Kemudian dalam aspek prosedur mencari informasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling sebagian besar mahasiswa sudah melakukannya dengan banyak membaca buku, majalah, dan iklan serta searching di website yang memuat masalah pekerjaan mereka citacitakan ataupun berkonsultasi dengan orang telah berpengalaman dalam bidang pekerjaan yang mereka harapkan juga dengan memasuki organisasi kemahasiswaan atau mencari tempat-tempat kursus yang dapat mendukung untuk mengembangkan ketrampilannya. Namun yang terakhir belum banyak mahasiswa yang melakukannya, diduga ini terkait dengan biaya kursus yang menurut ukuran kantong mereka cukup mahal. Sementara itu dalam berPelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa kurang menunjukkan keyakinan dalam bersikap. Mereka cenderung takut untuk mengambil keputusan sendiri, enggan minta saran dari orang lain misalnya dosen penasehat akademik, dan enggan meminta saran dari orang lain misalnya dosen penasehat akademik, dan penentuan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mereka belum direncanakan sejak dini. Akibatnya timbul kekurangyakinan dengan perguruan tinggi tempat mereka kuliah. Lalu 2
Azra, A.. Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam. (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2009) hal. 134.
63
terbersitlah berbagai pertanyaan seperti adakah IAIN Raden Intan merupakan investasi terbaik buat masa depanku, apakah IP yang tinggi menjamin mudah mendapatkan pekerjaan, mungkinkah lulusan IAIN dibutuhkan oleh dunia kerja ? Namun di sebagian mahasiswa memiliki keyakinan cukup dalam dengan lembaga tempatnya belajar sehingga walaupun orientasi vokasional mereka cukup tinggi tapi idealism mereka untuk menyelesaikan studinya juga tinggi. Di sinilah kiranya layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling yang sesuai akan lebih memperdalam keyakinan mahasiswa. Sehingga mereka dapat lebih mengembangkan dan menunaikan tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya. Selanjutnya menyangkut perencanaan dan pengambilan keputusan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling sebagian besar mahasiswa telah memiliki kemampuan yang baik dalam merencanakan dan memilih pekerjaan yang sesuai dengan minatnya. Dalam penyelesaian studi mereka cukup mampu mentargetkan waktu penyelesaiannya dan berusaha tidak mengulur waktu wisudanya. Hal ini dapat dimengerti karena sebagian besar mahasiswa berasal dari daerah yang lazimnya mempunyai tanggung jawab kepada orang tua di kampungnya untuk secepatnya menyelesaikan kuliah. Namun ternyata masih ada sebagian mahasiswa kurang mampu merencanakan apa yang akan dilakukannya tatkala status alumni disandangnya. Ada kebimbangan mereka sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok. Adapun dalam aspek keterampilan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling sebagian besar mahasiswa cukup mampu mengembangkan keterampilan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya. Hal ini tergambar dari kemampuan mereka menggunakan berbagai sumber informasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling yang ada, cukup aktif mencari lowongan pekerjaan, dan mampu menjelaskan bagaimana proses pengambilan keputusan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling. Untuk menambah keterampilan dan keahlian baik dalam bidang akademik maupun non-akademik mereka banyak membaca buku-buku dan searching di website yang dapat memotivasi mereka agar lebih memacu kematangan pribadi, sosial, Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling, dan religious. Di samping itu mereka banyak menimba ilmu dan pengalaman lewat organisasi kemahasiswaan yang ada di kampus. Sebagian mahasiswa juga cukup menghargai dan terampil mengelola waktu secara efektif. Mereka memiliki jadwal yang cukup teratur, kapan saatnya harus belajar, berorganisasi, keperpustakaan atau sekedar pergi bermain. Mereka juga sudah cukup mampu melihat dan menerima dirinya apa adanya, dan cukup mampu juga melakukan kebiasaan bekerja yang efektif, ini ditunjukkan dengan menjadi anggota studi club di kampus dan mereka mengaku sangat senang dapat bekerja 64
sama dengan orang lain. Namun tidak berarti semua mahasiswa memiliki keterampilan sedemikian, sebab sebagian dari mereka mengaku tidak mampu menggunakan waktunya secara baik, kurang mampu berintrospeksi tentang kemampuan pribadi, dan kurang mampu menggunakan sendiri bahan-bahan kuliah untuk mengembangkan keterampilan diri. Dari fakta tersebut diperlukan adanya intervensi bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling untuk membantu mengarahkan dan mengembangkan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa sehingga ada kesadaran akan tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling yang harus ditunaikannya. Dalam kenyataannya perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling individu itu sangat dipengaruhi oleh pertimbangan terhadap faktor-faktor pribadi, seperti kemampuan umum dan khusus, minat, serta berbagai atribut kepribadian, di samping juga faktor-faktor lingkungan, misalnya lingkungan sebaya, kondisi sosial dan ekonomi, geografi, jenis kelamin, dan umur. 2. Lingkungan Perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Mahasiswa Temuan
penelitian
menunjukkan
bahwa
secara
keseluruhan
lingkungan
perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa cukup kondusif dalam arti cukup mendukung perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling dan pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa. Namun sebagian mahasiswa berpendapat bahwa lingkungan perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mereka adalah sebaliknya. Dalam penelitian ini terungkap ada 15,62% mahasiswa mengatakan lingkungan perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya sangat mendukung pencapaian tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya, 53,12% mendukung, 21,87% kurang mendukung, dan 9,37% tidak mendukung. Sejumlah faktor lingkugan keluarga yang kiranya berpengaruh cukup signifikan terhadap pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa adalah intensitas hubungan mahasiswa dengan orang tua di mana orang tua mereka secara moril sangat mendukung keberhasilan studi mereka walaupun secara finansial dukungan tersebut kurang memadai dan dari sisi kelengkapan belajar belum sesuai dengan harapan. Namun semangat, motivasi, dan cita-cita untuk menjadi sarjana di daerahnya nanti membuat mahasiswa sabar untuk menjalani segala bentuk hambatan studi. Dalam kenyataannya keberhasilan mahasiswa dalam kuliahnya mayoritas ditentukan oleh kesiapan mental, cita-cita, minat terhadap pelajaran, kepercayaan pada diri sendiri, keuletan, dan 65
kebebasan jiwa. Sementara itu status ekonomi yang relatif rendah memang cukup membatasi pencapaian perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di sebagian mahasiswa. Ini kiranya dapat dimengerti karena pada tingkat sosial yang lebih rendah terdapat kemungkinan masalah-masalah psikologis yang lebih besar. Dengan kata lain belum optimalnya penyelesaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling pada sebagian mahasiswa banyak diwarnai oleh kondisi sosial ekonomi. Pada aspek lingkungan kampus sebagian besar mahasiswa mengakui bahwa lingkungan kampus cukup memberikan dukungan terhadap pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mereka. Suasana, kelengkapan, dan fasilitas belajar di kampus cukup memadai. Ruang kuliah, perpustakaan, dan sarana ibadah cukup refresentatif. Namun dari segi pemanfaatannya masjid di kampus IAIN Raden Intan masih hanya sekedar menjadi tempat penyelenggaraan ibadah ritual belaka, belum menjadi semacam pusat pengembangan kebudayaan dan keilmuan. Ini hendaknya mendapat perhatian lebih serius dari sivitas akademika umumnya dan pengelola masjid khusunya agar dapat menfungsikan masjid kampus tidak hanya sebagai pusat peribadatan, tetapi lebih luas lagi sebagai pusat pengembangan kebudayaan Islam. Adanya laboratorium semacam laboratorium bahasa, laboratorium dakwah, komunikasi, dan informasi Islam serta laboratorium kewirausahaan fungsi dan pemanfaatannya masih belum dapat terwujud sesuai dengan yang diharapkan. Sementara untuk fasilitas yang sifatnya pelayanan seperti pelayanan bimbingan dan konseling, pelayanan kesehatan, selain perpustakaan keberadaannya masih sangat dinantikan oleh mahasiswa. Demikian pula dengan fasilitas olah raga dan kesenian yang sudah ada tapi belum representatif. Mahasiswa sangat membutuhkan fasilitas-fasilitas yang dimaksud sebab bagi mahasiswa kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler bukan hanya sekedar selingan tapi kiranya dapat menjadi wahana untuk menambah keterampilan diri. Temuan mengenai penerapan peraturan akademik kiranya perlu ditata ulang karena peraturan yang kurang konsisten merupakan faktor penghambat bagi mahasiswa untuk pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya. Hal ini terkait dalam upaya meminimalisasi kelemahan sikap mental ilmiah di sebagian kalangan sivitas akademika IAIN Raden Intan. Harus diakui bahwa sikap mental ilmiah belum terbentuk di IAIN, entah itu dikalangan dosen apalagi di kalangan mahasiswa3. Lebih lanjut Azra mengatakan suasana di kampus sampai sekarang ini boleh dikatakan belum 3
(Azra, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam. (Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 2009), hal. 167.
66
ilmiah akademis. Interaksi sivitas akademika khususnya dosen-mahasiswa dalam learning society atau educational web yang lebih luas nyaris kurang atau bahkan tidak terjadi. Para dosen sendiri banyak yang belum berpegang pada kriterium-kriterium ilmiah dan akademis dalam interaksi itu, tetapi lebih kepada birokrasi yang dibarengi dengan sikap feodalistik. Sementara itu dari aspek lingkungan masyarakat tempat tinggal, sebagian mahasiswa mengakui bahwa latar belakang, kondisi, dan suasana kehidupan di sekitar tempat tinggalnya cukup memberikan dukungan terhadap keberhasilan kuliahnya, mengindikasikan bahwa mahasiswa merasakan lingkungan masyarakatnya telah memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya. Telaah tentang masalah ini menunjukkan bahwa mahasiswa tidak terlalu terpengaruh atau peduli terhadap kondisi lingkungan di sekitar tempat tinggalnya. Hal ini kiranya dapat dimengerti sebab secara psikologis mereka sudah berada di usia dewasa ini. Wajar saja andai mereka mengatakan bahwa mendukung tidaknya lingkungan tempat tinggal untuk aktivitas studi sangat tergantung kepada individu mahasiswa menyikapi dan memanfaatkannya. Dalam konteks lingkungan perkembangan kehidupan mahasiswa mempengaruhi dinamika perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa mengisyaratkan kondisi lingkungan tersebut adalah sumber yang potensial untuk diperhitungkan dan dikelola untuk dapat menjadi lebih mendukung pencapaian tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa. Pertanyaannya adalah sudah adakah upaya yang terprogram secara sistemik untuk mengelola kondisi lingkungan mahasiswa agar menjadi potensi yang mendukung pencapaian tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa. Maka upaya pengembangan program bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling bagi mahasiswa IAIN Raden Intan menjadi sangat relevan. Untuk memulai semua itu adalah dengan pendekatan bimbingan perkembangan termasuk di dalamnya bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling, karena hakikat layanan bimbingan (Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling) perkembangan adalah upaya membantu individu mahasiswa mencapai perkembangan (Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling) yang optimal dan bertolak dari asumsi bahwa perkembangan optimal terjadi melalui interaksi yang sehat antara individu yang sedang berkembang dengan lingkungannya. Temuan terhadap kondisi obyektif layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di IAIN Raden Intan menunjukkan bahwa layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling sangat diperlukan kehadirannya di 67
perguruan tinggi Islam ini sebagai mitra layanan pendidikan yang lain. Kekurangpahaman sivitas akademika terhadap apa dan bagaimana layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling berimplikasi yakni sangat mendesak untuk dikembangkan layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di IAIN Raden Intan Lampung. C. Profil Tugas Perkembangan dan Lingkungan Perkembanga Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Mahasiswa IAIN Raden Intan Selanjutnya dari hasil penelitian dapat juga diketahui bagaimana profil tugas-tugas perkembangan
Pelaksanaan
Layanan
Bimbingan
dan
Konseling
dan
lingkungan
perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung. Penelaahan terhadap kedua aspek tersebut belum sepenuhnya mampu mencapai tingkat kondisi ideal. Temuan empiris menunjukkan bahwa beberapa indikator tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling dapat dicapai dan dituntaskan dengan bak oleh para mahasiswa pada tingkat yang ideal (diharapkan). Namun masih ada beberapa aspek dan jenis tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling yang cukup membutuhkan sentuhan intervensi layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling untuk mengoptimalkan pencapaian Pelaksanaan
Layanan
Bimbingan
dan
Konseling
mahasiswa.
Aspek-aspek
tugas
perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling yang dimaksud adalah sebagai berikut. Dalam aspek pengetahuan tentang Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling dimensi indikator yang tinggi tingkat pencapaiannya adalah dalam aspek tujuan jurusan yang dimasuki, gaji pegawai dari pekerjaan yang diminati, kaitan mata kuliah dengan bidang pekerjaan yang diminati, tugas pokok yang harus dikerjakan dalam bidang pekerjaan yang diminati, keahlian yang dituntut oleh pekerjaan yang diminati, memasuki jurusan sesuai dengan kemampuan sendiri, mengetahui kemampuan diri sendiri, dan mengetahui mobilitas dalam dunia Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling. Sedangkan tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling yang cenderung rendah tingkat pencapaiannya adalah berkenaan denga fasilitas yang diterima pekerja, persyaratan dari pekerjaan yang diminati, kepuasan pekerja, proses kenaikan pangkat, mata kuliah pokok pada jurusan yang dimasuki, dan cara mendapatkan pekerjaan yang diminati. Aspek yang berkenaan dengan informasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling yang dicapai oleh mahasiswa IAIN Raden Intan, indikator yang pencapaiannya tinggi yang telah dicapai mahasiswa meliputi membaca buku, iklan, searching di website atau beberapa bahan bicara yang berkenaan dengan informasi pekerjaan, konsultasi dengan dosen PA tentang pilihan 68
kerja, dan memasuki organisasi kemahasiswaan. Sedangkan indikator yang kurang dicapai dan perlu ditingkatkan oleh mahasiswa adalah berkaitan dengan pemerolehan informasi dengan bertukar pikiran dengan orang yang berpengalaman dalam bidang kerja yang diminati, dan mengikuti kursus dan pilihan yang mendukung pekerjaan yang inginkan. Aspek sikap Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa IAIN Raden Intan yang tinggi tingkat pencapaiannya dan cukup diyakininya dalam tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling ini adalah dalam hal keyakinan akan tanggungjawab untuk memperoleh informasi tentang Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling, bahwa masalah studi dan pekerjaan merupakan tanggungjawab sendiri, percaya bahwa lulusan IAIN dapat berkiprah di bidang lain selain bidang agama, dan keyakinan menatap masa depan. Sedangkan indikator yang terlihat kurang dicapai dan diyakini oleh mahasiswa serta memerlukan intervensi layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling adalah dalam hal keyakinan untuk mengambil keputusan sendiri, keyakinan akan pentingnya pendekatan yang sistematis dalam merencanakan pekerjaan, mendiskusikan pilihan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling dengan dosen PA, meyakini bahwa kuliah dan IP yang tinggi merupakan investasi masa depan, dan keyakinan bahwa lulusan IAIN dibutuhkan oleh dunia kerja. Adapun aspek yang perlu dipertahankan dan dikembangkan dalam tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling yang berkenaan dengan perencaan dan pengambilan keputusan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling yang sudah ditunaikan oleh mahasiswa IAIN Raden Intan yaitu dalam hal kemampuan memilih satu pekerjaan yang sesuai dengan minat sendiri, menyelesaikan studi tepat waktu, masuk IAIN atas minat sendiri, dan mantap dengan jurusan yang dipilih. Sedangkan indikator memerlukan adanya sentuhan intervensi layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling adalah tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling yang berkenaan dengan penyesuaian kemampuan dengan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling yang dipilih, sulitnya memperoleh pekerjaan yang cocok setelah lulus, dan pengambilan keputusan di mana akan bekerja setelah lulus nanti. Berkenaan dengan tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam aspek keterampilan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling yang telah dimiliki oleh mahasiswa IAIN Raden Intan dan perlu dipertahankan dan dikembangakan adalah dalam kemampuan menggunakan informasi tentang Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling, meningkatkan perolehan keterampilan akademik/nonakademik, menjadikan organisasikan kemahasiswaan sebagai wadah meningkatkan 69
keterampilan diri, menggunakan bahan-bahan pelajaran untuk meningkatkan keterampilan, mengomentari ke-sahih-an data tentang diri pribadinya (introspeksi), dan melakukan kebiasaan bekerja yang efektif. Sedangkan indikator yang perlu lebih dikembangkan dan ditingkatkan adalah kemampuan mengelola waktu secara efektif dan keterampilan menjelaskan proses pengambilan keputusan. Berdasarkan analisis di atas maka disusunlah
bimbingan Pelaksanaan Layanan
Bimbingan dan Konseling untuk melakukan layanan program bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling bagi mahasiswa IAIN Raden Intan dengan asumsi bahwa tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa dapat dicapai secara lebih optimal bila berlangsung dalam interaksi yang sehat antara individu dengan lingkungan perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konselingnya. Asumsi ini berimplikasi pokok bagi pelaksanaan layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di IAIN Raden Intan, yakni (1) pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa merupakan tujuan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling. Untuk itu adanya suatu kerangka konseptual untuk memahami tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa sebagai dasar perumusan isi dan tujuan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling perlu dimiliki oleh pelaksana bimbingan di IAIN Raden Intan; (2) interaksi yang sehat dengan lingkungan merupakan suatu iklim perkembangan yang perlu dikembangkan oleh pelaksana bimbingan. Untuk itu penguasaan pengetahuan dan keterampilan sangat dituntut sebagai sistem pendukung peluncuran layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di IAIN Raden Intan Lampung. D. Rancangan
Bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling bagi
Mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung Rancangan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling ini disusun berdasarkan temuan penelitian yang diidentifikasi melalui tiga aspek kegiatan, yaitu: pencapaian tugas-tugas perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa, lingkungan perkembangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling mahasiswa, dan kondisi obyektif layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di IAIN Raden Intan Lampung.
yang telah dirancang tersebut kemudia
dikonsultasikan (didiskusikan) dengan pihak-pihak terkait di IAIN Raden Intan Lampung (pimpinan, dosen, mahasiswa) untuk meminta tanggapan dan masukan yang sesuai dengan yang diharapkan. Setelah itu program ini direvisi sesuai dengan saran dan masukan yang ada. Adapun rancangan program tersebut mencakup berbagai aspek, yaitu dasar pemikiran, 70
prinsip-prinsip dasar, visi dan misi layanan bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling, tujuan dan fungsi, serta jenis dan isi bimbingan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di IAIN Raden Intan Lampung.
71
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang berhubungan dengan pengembangan Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling bagi mahasiswa IAIN Raden Intan Bandar Lampung maka dapat iambil suatu kesimpulan sebagai berikut. Pertama, tugas-tugas perkembangan karier mahasiswa IAIN Raden Intan Bandar Lampung sudah tercapai walaupun belum optimal dan belum terwujud dalam semua aspek. Belum optimalnya semua aspek yang tercapai karena bervariasinya kedaan dan pemaknaan mahasiswa terhadap lingkungan perkembangan kariernya, baik lingkungan keluarga, kampus, maupun masyarakat. Kedua, dari pemotretan kondisi obyektif di lapangan beberapa kegiatan di IAIN Raden Intan sudah ada yang bermuatan Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling namun belum dilaksanakan sesuai dengan harapan berbagai pihak artinya belum dirancang secara sistemik dan sistematik. Penyebab belum diterapkannya layanan Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di IAIN Raden Intan secara sistemik dan sistematik karena beberapa faktor berikut ini, (1) hampir seluruh sivitas akademika (pimpinan, dosen, dan mahasiswa) belum memahami Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling sebagaimana mestinya, (2) belum adanya kebijakan khusus dari institut untuk memfasilitasi unit bimbingan dan konseling, dan (3) adanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan yang bermuatan Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling belum diupayakan untuk ditata dengan baik dan terencana. Ketiga, yang menjadi faktor pendukung untuk terlaksananya Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di IAIN Raden Intan adalah umumnya sivitas akademika (pimpinan, dosen, dan mahasiswa) mempunyai pandangan yang positif terhadap keberadaan layanan bimbingan konseling termasuk di dalamnya layanan Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat adalah masih kurangnya pemahaman konsep dan fungsi bimbingan konseling termasuk di dalamnya Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling baik dari pihak pimpinan, dosen, dosen penasehat akademik, maupun mahasiswa, dan belum adanya motivasi dari pihak pimpinan untuk merealisasikan dan menetapkan kebijakan yang mengatur penyelenggaraan layanan Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di institut yang dipimpinnya. B. Rekomendasi 67
1. Rekomendasi sebagai Rancangan Tindakan untuk Penerapan di Lapangan Mengingat pentingnya upaya membantu kelancaran dan kemudahan mahasiswa dalam mencapai tugas-tugas perkembangan kariernya,
layanan
Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling ini direkomendasikan untuk diterapkan pada IAIN Raden Intan Lampung. Secara ideal implementasi tersebut dilaksanakan secara bertahap sambil dilakukan beberapa perbaikan menuju penyempurnaan, mengingat perguruan tinggi Islam ini belum banyak bersentuhan dengan Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Agar proses pelaksanaan program ini berjalan sesuai dengan yang diharapkan maka dalam penerapannya perlu ditempuh beberapa langkah berikut ini. a. Memperkenalkan dan mensosialisasikan (dissemination) program Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling ini secara terpadu kepada seluruh sivitas akademika IAIN Raden Intan Lampung. Untuk itu dapat diadakan seminar atau diskusi dengan sivitas akademika (pimpinan dosen, dan mahasiswa) untuk membahas tentang urgensi Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi, kondisi obyektif di lapangan dan tentang pentingnya layanan Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling bagi mahasiswa IAIN di era globalisasi dan informasi sekarang ini. Pembicara dapat dari peneliti sendiri ataupun meminta keterlibatan dari pihak lain misalnya Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia (ABKIN). b. Mengajak sivitas akademika mempelajari dan memahami maksud dan tujuan Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling ini c. Menetapkan komitmen tentang visi dan misi layanan Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling-karier di IAIN. d. Menetapkan
kebijakan
manajerial
mengenai
pengadaan,
persiapan,
dan
pengembangan staf, serta penyediaan dan pengembangan sarana pendukung. e. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus mahasiswa berkaitan dengan optimalisasi pencapaian tugas-tugas perkembangan kariernya. f. Mengembangkan sarana dan lingkungan kampus yang membantu upaya pengembangan karier mahasiswa, dan memungkinkan ini dapat terlaksana. g. Merancang dan melaksanakan
layanan yang meliputi layanan dasar umum,
layanan responsif,dan layanan perencanaan dan pengembangan individual.
68
h. Membuat suatu pedoman pelaksanaan Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang tidak kaku namun cukup menjadi acuan bagi pelaksana dalam melakukan bimbingannya. i. Mengevaluasi pelaksanaan yang telah dilaksanakan, dan menindaklanjuti hasil evaluasi untuk penyempurnaan di IAIN Raden Intan Bandar Lampung.
Berkenaan dengan pelaksanaan
Pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling ini supaya dapat dilaksanakan sebaik mungkin maka direkomendasikan halhal berikut ini. a. Kepada pihak pimpinan IAIN Raden Intan untuk menetapkan suatu kebijakan kepada dosen penasehat akademik, dosen pembimbing penulisan skripsi ataupun dosen pengajar, agar melaksanakan layanan Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dengan mengacu kepada
Pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling yang telah disusun ini. Hal ini penting dilakukan mengingat belum adanya unit khusus layanan bimbingan dan konseling beserta petugas operasionalnya.
Selanjutnya
diharapkan
pihak
pimpinan
dari
rencana
pengembangan IAIN Raden Intan secara keseluruhan, mengadakan dan mengembangkan tenaga konselor yang profesional guna menunjang kegiatan bimbingan dan konseling termasuk di dalamnya Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang lebih professional. Dengan itu layanan bimbingan dan konseling di IAIN Raden Intan dapat dilaksanakan secara terarah dan terencana. b. Kepada dosen penasehat akademik ataupun dosen pembimbing penulisan skripsi yang membimbing beberapa mahasiswa diharapkan untuk menggunakan layanan Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang merupakan temuan akhir dari studi ini, sebagai acuan dalam melaksanakan layanan bimbingannya khususnya dalam Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di IAIN Raden Intan Bandar Lampung. c. Kepada
mahasiswa
IAIN
Raden
Intan
memperhatikan hasil penelitian dan
Bandar
Lampung
seyogyanya
Pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling yang telah disusun ini dan kemudian dapat belajar dari pengalaman dan kelamahan yang terjadi selama ini sehingga nantinya mahasiswa dapat melalui tahap-tahap dan mencapai tugas-tugas perkembangan karier dengan lebih optimal dan lebih memperoleh kesempatan karier yang memuaskan. 2. Rekomendasi untuk Penelitian Lebih Lanjut 69
Penelitian ini baru ditelaah dari tiga dimensi kondisi obyektif yaitu pencapaian tugas-tugas perkembangan karier mahasiswa, lingkungan perkembangan karier mahasiswa, dan kondisi actual layanan Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di IAIN Raden Intan Bandar Lampung. Masih cukup banyak tema-tema penelitian yang perlu dikembangkan berdasarkan dimensi yang lebih komprehensif untuk penelitian semacam ini, misalnya diperkaya dari dimensi sub-kultur mahasiswa, karakteristik dan jenis perguruan tinggi Islam lainnya, juga visi dan misi khusus dari perguruan tinggi tersebut.
70
DAFTAR PUSTAKA Ahmad Z. (1998), Layanan Bimbingan Yang Dilaksanakan Penasehat Akademik Dihubungkan dengan Kefektifan Belajar Mahasiswa. Tesis pada PPs UPI Bandung: tidak diterbitkan. Ardimen (2000) Implementasi Layanan Bimbingan dan Konseling di PerguruanTinggi Dikaitkan dengan Kebutuhan Mahasiswa, Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan. Arikunto, S. (2008) Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Azra, A. (1998). Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Blocher, D.H. (1974). Developmental Counseling. New York: John Willey and Son. Critis, J.O. (1981) Career Counseling, Models, Metods, and Materials. New York: Mc GrawHill Publishing Company Dahlan, M.D. (1988). Prespektif Filosofis-Religius dalam Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling. Dalam kumpulan makalah utama Konvensi Nasional XIII Bimbingan dan Konseling. Ditjen Dikti (2007). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Penyelenggaraan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Ditjen Dikti. Ditjen PMPTK. (2007) Rambu-rambu Penyelenggaraan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: PMPTK. Dwi Yuwono PS., (1998). Pencarian Model Layanan Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi, Disertasi Bandung: PPs UPI (tidak diterbitkan). Farozin, Muh. (2009) Pendapat dan Kebutuhan Mahasiswa tentang Layanan PA di Perguruan Tinggi, Makalah, Bandung : SPs UPI Fraenkel, J.R and Norman, E.W. (1990). How To Design and Evaluate Research in Education. New York: Mc Graw-Hill Publishing Company. Furqon. (2002). Statistik Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Hall, CS. & Lindzey, G. (1993). Teori-teori Holistik Organismik-Fenomenologis). Editor: Supratiknya. Yogyarta: Kanisius Healy, Ch.C (1982). Career Development Counseling Through the Life Stage. Los Angeles: Allyn and Bacon, Inc. Herr, E.L dan Cramer, S.H (1994) Career Guidance Through the Life Span: Sistematic Approaches. Boston: Brown & Company. 71
Hurlock, E.B. (2009). Psikologi Perkembangan Suatu pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (a.b. Istiwidayanti et.al). Jakarta: Erlangga. IAIN Raden Intan Lampung (2014). Pedoman Akademik dan Kurikulum. Lampung: Institut Agama Islam Negeri Raden Intan. Kartadinata, S. (2014) Politik Jati Diri: Telaah Filosofi dan Praksis Pendidikan Bagi Penguatan Jati Diri Bangsa. Bandung: UPI Press. ------------(2014) Mata Air Kedamaian: Sosok dan Pemikiran Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata. Bandung:UPI Press. ------------(2010). Isu-isu Pendidikan: Antara Harapan dan Kenyataan. Bandung: UPI Press. Manrihu, M.T (2002). Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier. Jakarta: Bumi Aksara Mastuhu, (1999) Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Munandir. (1996). Program Bimbingan Karier di Sekolah. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. Musnamar, T. (2000). Pengantar Teknik Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi. Jakarta: Depdikbud Natawidjaja, R. (2000) Bimbingan di Sekolah. Edisi Revisi.Bandung : CV Abardin. Nurihsan, J. ( 2003) Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara. Prayitno & Amti, Erman (1994) Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud. Semiawan, C.R. (2004) Pendidikan Tinggi Peningkatan Kemampuan Manusia Sepanjang Hayat Seoptimal Mungkin. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti. Sugiyono (2006). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta : Bandung. Sudjana. (1992). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Super, D.E. (1975) The Psychology of Career: An introduction to Vocational Development. New York: Harper. Supriadi, D. (1997). Isu dan Agenda Pendidikan Tinggi di Indonesia. Jakarta: Remaja Rosda Putra Supriatna, M dan Nurihsan A.J. (2005), Pendidikan dan Konseling di Era Global dalam Perspektif Prof. Dr. M. Djawad Dahlan, Bandung: Rizqi Press. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
72
Winkel, W.S. (1997). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika (2005). Landasan Bimbingan & Konseling, Bandung: Remaja Rosdakarya. Yusuf, Syamsu (2000) Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
73