Meita Silviana; Hubungan Perilaku Camat Dengan Disiplin Kerja
HUBUNGAN PERILAKU CAMAT DENGAN DISIPLIN KERJA SANGAT KUAT DI KANTOR CAMAT SIANTAN KABUPATEN PONTIANAK
Meita Silviana Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIPOL UNTAN
Email :
[email protected]
Abstrak Penelitian Skripsi ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis hubungan perilaku camat dalam menegakkan disiplin kerja pegawai di kantor Camat Siantan Kabupaten Pontianak. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner dan dilaksanakan pada 21 pegawai kantor Camat Siantan. Analisis data pada penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 18. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel dan teknik pengujian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas isi dengan menguji r hitung > dari r kritis, uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach. Untuk menguji dan membuktikan hipotesis digunakan rumus koefisien korelasi product moment. Hasil analisis menunjukkan bahwa perilaku camat memiliki hubungan positif dengan disiplin kerja pegawai. Dari hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa r hitung sebesar 0,842 lebih besar dari pada r tabel yaitu 0,549 dengan N berjumlah 21 responden. Berdasarkan hasil r hitung yaitu 0,842 yang dibandingkan dengan tabel pedoman interpretasi maka kekuatan hubungan yaitu sangat kuat. Dari perhitungan koefisien determinan didapat sumbangan perilaku Camat terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Camat Siantan Kabupaten Pontianak sebesar 70,9% dan sisanya 29,1% ditentukan oleh variabel lain di luar variabel perilaku Camat. Dengan demikian, maka terdapat hubungan yang positif antara perilaku Camat dalam menegakkan disiplin kerja pegawai di Kantor Camat Siantan Kabupaten Pontianak. Kata kunci :Perilaku Camat dan Disiplin Kerja
1
Governance, Jurnal Mahasiswa Prodi IP FISIP UNTAN. Volume I, Nomor 01 Tahun 1, Desember 2012
Abstract This thesis research aims to test and analyze the relationship between the behavior of the head of district on strengthening the discipline of the employees in the Head of District’s office of Siantan, Region of Pontianak. The data was collected through questionnaires and conducted to 21 employees. The Analysis of the data in this research using SPSS 18. The sampling technique using a saturated sampling technique which is the sampling techniques when all members of the population are used as samples and testing techniques of data used in this research is the content validity test by testing ‘r count’ > ‘r critical’, with Cronbach Alpha reliability test. To test and prove the hypotheses used product moment correlation coefficient formula. The analysis showed that the behavior of the head of district has a positive relationship with the employees discipline. From the results of hypothesis testing showed that r count equal to 0.842 greater than r table is 0.549 with N amounted to 21 respondents. Based on the results of the r count 0.842 compared to the interpretation of the guidelines table, the strength of the relationship is very strong. From the calculation of the coefficient determinant obtained the contribution of the behavior of the Head of District to the job discipline of the employee in The Head of District’s office of Siantan,Region of Pontianak, as much as 70.9% and the remaining 29.1% is determined by other variables outside behavioral variables of the head of district. There is positive relationship in the behavior of the head of district on strengthening the job discipline of the employee in the head of district’s office of Siantan, Region of Pontianak. Keywords: the head of district’s behavior, job discipline bagaimana perilaku pemimpin dalam memberi PENDAHULUAN
contoh dan membina bawahannya. Perilaku bawahan
Pada dasarnya adanya organisasi tidak terlepas
dapat dilihat dari disiplin kerja pegawai dalam
dari peran sumber daya manusia sebagai penggerak
bekerja. Pegawai yang disiplin adalah pegawai yang
organisasi tersebut. Sumber daya manusia yang ada
dengan senang hati melaksanakan aturan-aturan,
dalam organisasi memiliki perannya masing-masing,
instruksi pimpinan, dan menaati aturan yang berlaku.
baik sebagai pemimpin ataupun pegawai dalam
Sebaliknya jika pegawai tersebut sering melanggar
organisasi. Kepemimpinan dalam organisasi menjadi
aturan, norma, dan mengabaikan kewajibannya maka
penting karena suatu organisasi harus memiliki
dapat dikatakan bahwa pegawai tersebut kurang
pemimpin, dimana pemimpin mampu menggerakkan
disiplin.
seluruh anggotanya agar tujuan dari organisasi dapat tercapai. Pemimpin
ini yaitu terdapat beberapa hal yang menjadi dalam
organisasi
harus
selalu
berusaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Unsur pemimpin menjadi penting karena baik
buruknya
Fokus permasalahan dari penulisan jurnal ilmiah
perilaku
bawahan
tergantung
perhatian
terutama
dalam
hal
disiplin
kerja,
diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
Hubungan yang terjalin antara Camat dan bawahan kurang komunikatif, diindikasikan
Meita Silviana; Hubungan Perilaku Camat Dengan Disiplin Kerja
karena
Camat
menerapkan
Sedangkan tujuan dari permasalahan yang telah
perilaku
kepemimpinan berorientasi terhadap tugas 2.
dirumuskan yaitu:
Tingginya orientasi Camat terhadap tugas, a.
diduga mengakibatkan rendahnya disiplin kerja
memimpin bawahannya dan disiplin kerja
pegawai, seperti tidak tepat waktu pada saat
pegawai
masuk kantor, menunda pelaksanaan tugas b.
kantor, dan keluar kantor pada saat jam kantor 3.
kerja pegawai
diindikasikan masih dipengaruhi oleh perasaan, sehingga muncul toleransi dan keridakenakan
Manfaat yang dapat diambil dari perumusan
pimpinan dalam menegur bawahannya.
masalah dan tujuan dari permasalahan tersebut yaitu:
membawa
a.
dampak pada disiplin kerja pegawai. Indikator yang
diperlukan
b.
dalam
sebagai
Bagi akademisi diharapkan penelitian ini dapat
mengkaji permasalahan perilaku pemimpin
yang baik selalu ingin bagaimana memberikan
dalam menegakkan disiplin kerja pegawai
kontribusi dalam pencapaian tujuan organisasi.
secara lebih mendalam.
Perilaku pemimpin menjadi salah satu faktor
KERANGKA TEORI DAN METODOLOGI
yang dapat meningkatkan disiplin kerja pegawai.
Kepemimpinan
Perilaku pemimpin yang diterapkan harus mampu perhatiannya
digunakan
menjadi referensi bagi peneliti yang ingin
menegakkan disiplin kerja pegawai, karena pegawai
mencurahkan segala
dapat
disiplin kerja pegawai
tugas sesuai jadwal, dan ketaatan terhadap peraturan. sangat
organisasi
pemimpin maupun pegawai dalam menegakkan
adalah kehadiran, ketepatan jam kerja, menyelesaikan
kepemimpinan
Bagi
alternatif maupun dasar pertimbangan oleh
digunakan untuk melihat disiplin kerja pegawai
Peran
Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan perilaku Camat dalam menegakkan disiplin
Ketegasan Camat dalam menegakkan disiplin
Permasalahan di atas tentunya
Untuk mendeskripsikan perilaku Camat dalam
dalam
suatu
birokrasi
merupakan sesuatu yang sangat menentukan berhasil
kepada para
tidaknya
pegawainya, agar tumbuh moral yang tinggi yang
birokrasi.
bertanggungjawab
merupakan suatu dorongan. Dengan demikian orang-
Karena untuk
pemimpin
mengkoordinir
yang dan
mengorganisir sumber daya birokrasi sehingga bisa
orang yang dipimpinnya dapat digerakkan dan
menjadi satu kesatuan yang utuh dan selaras satu
diarahkan tenaganya untuk mencapai tujuan yang
sama lain. Pentingnya kepemimpinan dalam suatu
telah ditetapkan sebelumnya.
birokrasi karena pemimpinlah yang dapat membuat keputusan,
Rumusan permasalahan yang dapat disimpulkan
memotivasi
bawahan
melaksanakan
keputusan yang telah dibuat, dan pemimpin juga
dari fokus permasalahan yaitu:
yang melaksanakan keputusan tersebut agar dapat a.
Bagaimana perilaku Camat dan disiplin kerja
tercapai tujuan yang telah ditentukan.
pegawai dalam organisasi b.
Pemimpin adalah anggota dari suatu kumpulan
Terdapat hubungan antara perilaku Camat
yang diberi kedudukan tertentu dan diharapkan dapat
dalam menegakkan disiplin kerja pegawai.
bertindak sesuai kedudukannya. Jadi, pemimpin
3
Governance, Jurnal Mahasiswa Prodi IP FISIP UNTAN. Volume I, Nomor 01 Tahun 1, Desember 2012
Disiplin pegawai dapat diartikan sebagai sikap
adalah juga seseorang dalam suatu perkumpulan yang diharapkan dapat menggunakan pengaruhnya untuk
seseorang atau kelompok yang berniat
untuk
mewujudkan dan mencapai tujuan kelompok. Rivai
mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan. Sikap
(dalam Pasolong,2010:2).
dan perilaku dalam disiplin kerja ditandai oleh
Menurut Thoha (dalam Pasolong,2010:117),
berbagai inisiatif, kemauan dan kehendak untuk
menyatakan bahwa pemimpin birokrasi adalah
mentaati peraturan. Artinya, seseorang yang memiliki
merupakan pemimpin yang diangkat dalam suatu
disiplin yang tinggi dan bukan semata-mata hanya
jabatan oleh pejabat yang berwenang. Seseorang
karena diawasi saja namun karena memang memilki
menjadi pemimpin karena mengepalai suatu unit
kehendak (niat) untuk patuh dan taat pada aturan
organisasi tertentu dan mempunyai bawahan sebagai
organisasi.
pengikut.
Selanjutnya
Pasolong,2010:118), kepemimpinan
(dalam
Disiplin merupakan ketaatan untuk mengikuti
bahwa
aturan yang menjadi tanggung jawab aparatur.
kemampuan
Disiplin sangat berkaitan dengan kewenangan karena
Sutarto menyatakan
birokrasi
adalah
mempengaruhi dan dapat memberikan motivasi
apabila
kepada
semestinya, maka disiplin menjadi lenyap. Disiplin
bawahannya,
yang
berdampak
pada
meningkatnya kinerja pegawai yang dipimpinnya.
juga
kewenangan
merupakan
tidak
bentuk
dijalankan
pengendalian
dengan
agar
menyatakan
pelaksanaan pekerjaan pegawai selalu berada dalam
bahwa perilaku pemimpin yaitu segala kegiatan yang
koridor peraturan perundang - undangan yang
dilakukan seorang pemimpin yang secara langsung
berlaku.
Menurut
Pasolong
(2010:72)
dapat diamati dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan
Menurut Heidjrachman dan Husnan (dalam
perannya. Perilaku pemimpin birokrasi haruslah
Sedarmayanti,2009:97) bahwa disiplin adalah setiap
profesional dalam memberikan pelayanan kepada
perseorangan dan juga kelompok yang menjamin
publik. Karena pada saat ini perilaku pemimpin
adanya kepatuhan terhadap perintah dan berinisiatif
birokrasi yang paling diharapkan adalah perilaku
untuk melakukan suatu tindakan yang diperlukan
yang profesional dalam memberikan pelayanan
seandainya tidak ada perintah.
publik, sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan
haruslah
pengabdiannya kepada masyarakat. Untuk mengukur perilaku pemimpin menurut Komarudin
(dalam
Susanti,2009:10)
beberapa indikator yaitu:
Disiplin yang diterapkan dalam suatu organisasi
terdapat
konsisten,
dilakukan dan
(Handoko,2011:210).
dengan
peringatan,
segera,
tidak
bersifat
pribadi.
Disiplin
yang
diterapkan
dengan konsisten adalah penting untuk keadilan
1.
Kepedulian terhadap tugas
semua anggota, hal ini berarti bahwa pegawai-
2.
Penggunaan otoritas
pegawai yang melakukan kesalahan yang sama
3.
Ketegasan
hendaknya diberi hukuman yang sama pula. Dalam
4.
Kepercayaan diri
penegakkan disiplin pegawai negeri sipil dapat
5.
Inisiatif
berpedoman pada Peraturan Pemerintah (PP) No 53 Tahun 2010 tentang disiplin kerja pegawai yang mengatur dengan jelas kewajiban yang harus ditaati
Meita Silviana; Hubungan Perilaku Camat Dengan Disiplin Kerja
dan larangan yang tidak boleh dilanggar oleh setiap
yang dilakukan seorang pemimpin yang secara
pegawai negeri sipil yang melakukan pelanggaran
langsung dapat diamati dalam melaksanakan tugas,
disiplin.
fungsi dan perannya yang dilihat dari perilaku
Untuk mengukur disiplin kerja menurut Bond
disiplin pemimpin, perilaku korupsi, perilaku malas
dan Meyer (dalam Susanti,2009:10) dapat diukur dari
dan lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut, apabila
rumusan indikator-indikator sebagai berikut :
pemimpin mengharapkan pegawainya berperilaku disiplin maka pemimpin tersebut harus menunjukkan
a.
Kehadiran
b.
Ketepatan jam kerja
c.
Menyelesaikan tugas sesuai jadwal
d.
Ketaatan terhadap peraturan Menurut
perilaku disiplin terlebih dahulu kepada pegawainya agar dapat menjadi keteladanan pemimpin terhadap
Pasolong
orang yang dipimpinnya. Hipotesis merupakan dugaan sementara bagi
(2010:34),
bahwa
suatu masalah yang sedang diselidiki kebenarannya
pemimpin harus menampilkan perilaku yang baik dan
dan masih memerlukan pembuktian. Berdasarkan
benar, seperti etos kerja yang tinggi, disiplin, dan
rumusan
sikap positif lainnya. Dengan perilaku pemimpin
a.
begitu juga dengan kedisiplinan pegawai, hal ini dilihat
mempengaruhi menurut
Sagir
dari
faktor-faktor
tingkat
disiplin
(1985)
yang kerja
yang
hipotesis
dalam
Hipotesis Alternatif (Ha) Terdapat hubungan yang positif antara perilaku
dapat
Camat dalam menegakkan disiplin kerja pegawai
pegawai
dikutip
maka
penelitian ini adalah :
yang baik akan mempengaruhi perilaku bawahannya
dapat
permasalahan,
di Kantor Camat Siantan Kabupaten Pontianak.
dari
b.
dedibepolitik.blogspot.com/2010/05/bahan-kuliah-
Hipotesis Nihil (Ho) Tidak terdapat hubungan yang positif antara
mpian.html, adalah:
perilaku Camat dalam menegakkan disiplin kerja
(a). perilaku pemimpin
pegawai di Kantor Camat Siantan Kabupaten
(b). pengawasan
Pontianak.
(c). rasa aman
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
(d). balas jasa
ini adalah penelitian eksplanasi dengan pendekatan
(e). penghargaan
kuantitatif. Menurut Bungin (2011:46) mengatakan
(f). lingkungan kerja, dan
bahwa penelitian eksplanasi adalah suatu generalisasi
(g). hubungan antar pegawai.
sampel
terhadap
populasi
atau
menjelaskan
hubungan, perbedaan atau pengaruh satu variabel Berdasarkan hal tersebut, maka faktor perilaku
dengan
pemimpin menjadi salah satu faktor yang dapat
variabel
mengembangkan
mempengaruhi disiplin kerja pegawai.
yang dan
lain
dan
menyempurnakan
untuk teori.
Penelitian ini menggunakan eksplanasi dengan
Pemimpin dalam organisasi memiliki pengaruh
statistik inferensial dengan taraf kesalahan 1% dan uji
yang besar terhadap bawahannya. Keteladanan
signifikansi menggunakan r tabel dengan data
pimpinan terutama dalam mencontohkan perilaku
interval. Hasil uji hipotesis assosiatif (hubungan)
yang baik, sehingga menurut Pasolong (2010:72)
digunakan rumus korelasi product moment dimana
bahwa perilaku pemimpin adalah segala kegiatan
5
Governance, Jurnal Mahasiswa Prodi IP FISIP UNTAN. Volume I, Nomor 01 Tahun 1, Desember 2012
Tabel 1. Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
rumus ini akan menguji hipotesis tentang hubungan antara variabel x dan variabel y. Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah seluruh pegawai kantor Camat Siantan sebanyak 22 pegawai, sehingga penelitian ini menggunakan sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. (Sugiyono, 2010:85).
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 - 1,000
Sangat kuat
Untuk mengetahui koefisien korelasi antar variabel perilaku Camat terhadap disiplin kerja pegawai
digunakan
rumus
Product
Moment
Sumber : Sugiyono (2010:184)
(Sugiyono, 2010:183). Hal ini dikarenakan peneliti
Dengan nilai r yang diperoleh maka dapat
menggunakan data interval yang penghitungannya
diketahui apakah nilai r yang diperoleh berarti atau
menggunakan SPSS 18.
tidak dan bagaimana tingkat hubungannya melalui tabel korelasi. Tabel korelasi menentukan batas-batas
Rumus Product Moment yaitu: ࢘࢞࢟ =
r yang signifikan. Bila r tersebut signifikan, artinya hipotesis kerja
σ ࢞࢟
ටሺσ࢞ ሻሺσ࢟ ሻ
atau hipotesis alternatif dapat
diterima.
Keterangan : ݎ௫௬ = Korelasi antara variabel x dan variabel y
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
X = (ݔ ഥ -x) yaitu variabel bebas
instrumen penelitian yaitu kuesioner. Kuesioner
Y = (ݕത – y) yaitu variabel terikat
responden
yang
alternatif.
(Sugiyono,2010:142).
(perilaku pemimpin)
(disiplin kerja)
adalah teknik pengumpulan data yang melalui pemberian daftar pertanyaan secara tertutup kepada dilengkapai
dengan
beberapa
Penelitian
ini
menggunakan skala Likert dan data interval sehingga Menurut
Sugiyono
(2010:185)
bahwa
memiliki interval dengan nilai yang telah disepakati.
ketentuannya bila r hitung lebih kecil dari r tabel, maka Ho diterima, dan Ha ditolak. Tetapi sebaliknya
Urutan skala penilaian dari masing-masing item
bila r hitung lebih besar dari r tabel maka Ha
yaitu:
diterima. Untuk mengetahui hubungan tinggi, sedang atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien
korelasi)
digunakan
penafsiran
atau
Sangat setuju
(SS)
: skor 4
Setuju
(S)
: skor 3
Kurang Setuju
(KS)
: skor 2
interpretasi angka sebagai berikut:
Meita Silviana; Hubungan Perilaku Camat Dengan Disiplin Kerja
Tidak Setuju
(TS)
: skor 1
tabulasi data, diperoleh hasil yang selanjutnya dianalisa. Variabel perilaku camat dioperasionalkan
Kuesioner sebagai alat ukur sebelum digunakan
ke dalam 5 indikator yang dari tiap-tiap indikator
terlebih dahulu diuji valid dan reliabilitasnya.
berjumlah masing-masing 5 item pertanyaan, jumlah
Pengujian validitas dan reliabilitas menggunakan SPSS
18.
Untuk
validitas
menurut
item pertanyaan untuk variabel perilaku camat
Sarwono
berjumlah 25 pertanyaan yaitu nomor 1 sampai
(2012:94) menyatakan bahwa nilai koefisien korelasi
nomor 25. Langkah pertama yang dilakukan adalah
(ri) semua butir pertanyaan yang terletak pada kolom
mengklasifikasi variabel x (Perilaku Camat) ke dalam
corrected item total correlation (r hitung) lebih besar
empat kategori yaitu baik, cukup baik, kurang baik
dari r kritis yaitu lebih besar dari 0,30. Sedangkan
dan tidak baik. Pengkategorian variabel ini dilakukan
untuk uji reliabilitas, menurut Sarwono (2012:86)
berdasarkan rumus mencari lebar kelas/interval
bahwa rumus Cronbach’s Alpha harus bernilai positif
dalam Sugiyono (2010:36). Adapun rumusnya adalah
dan penghitungan sama atau lebih besar dari 0,8.
sebagai berikut:
Semua pertanyaan pada kuesioner yang digunakan
R
pada penelitian ini telah melewati uji validitas dan reliabilitas
sehingga
dapat
digunakan
i=
sebagai
K
instrumen untuk melakukan penelitian. Sebelum
Keterangan :
melakukan penelitian terhadap 21 responden, peneliti i = lebar kelas
telah melakukan uji validitas dan reliabilitas kepada 5 responden yang berada pada ruangan berbeda.
R = range/jarak pengukuran
Kelima responden itu antara lain Kasi Ekbang, Kasi Kemasyarakatan, Staf Pem, Kasubag Umum, dan
K = kelas yang digunakan/jumlah interval
Kasubag Perencanaan. Berdasarkan Dalam pengujian instrumen penelitian untuk uji
pengkategorian
rumus variabel
tersebut
perilaku
camat
maka dapat
validitas dan reliabilitas maka hasil uji pertama yang
ditentukan melalui jumlah persentase dari tiap-tiap
didapat oleh peneliti bahwa terdapat beberapa
persentase yang ada. Jawaban responden tersebut
pertanyaan yang tidak valid sehingga harus diganti
dikategorikan dalam rentang nilai sebagai berikut:
dengan pertanyaan lainnya. Instrumen penelitian yang sudah diperbaiki selanjutnya diuji lagi kepada 5
a. 85 – 104 dikategorikan baik
responden lainnya, dan hasil yang didapat yaitu
b. 65 – 84 dikategorikan cukup baik
semua
c. 45 – 64 dikategorikan kurang baik
pertanyaan
valid dan reliabel.
Setelah
d. 25 - 44
instrumen dinyatakan valid dan reliabel peneliti membagikan
kuesioner
kepada
sebagian
16
dikategorikan tidak baik
Berdasarkan kategori tersebut, dapat diketahui
responden lainnya selain Camat dan responden
jumlah persentase tiap-tiap kategori yaitu :
terdahulu.
Baik
Setelah penulis melakukan penelitian dengan
:13 responden, maka 13 x 100 = 61,90% 21
menggunakan kuesioner yang kemudian dilakukan
7
Governance, Jurnal Mahasiswa Prodi IP FISIP UNTAN. Volume I, Nomor 01 Tahun 1, Desember 2012
Cukup baik: 8 responden, maka 8 x 100 =38,10% 21
pekerjaan sehingga dapat meningkatkan disiplin kerja pegawai dalam bekerja.
Kurang baik: 0 responden, maka 0/21 x 100 = 0% Variabel Tidak baik: 0 responden, maka 0/21 x 100 = 0%
masing-masing
variabel
disusun yaitu:
pertanyaan.
Frekuensi
berjumlah
3
item
disiplin kerja pegawai Untuk memberikan
berjumlah 12 gambaran
dan
pemahaman variabel disiplin kerja pegawai, maka
Tabel 2. Variabel Perilaku Camat Interval
pegawai
pertanyaan, dan jumlah item pertanyaan untuk
rentang nilai persentase tiap-tiap kategori yang telah
Kategori
kerja
dioperasionalkan ke dalam 4 indikator yang setiap indikator
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
disiplin
terlebih dahulu diklasifikasikan ke dalam kategori
Persentase
variabel disiplin kerja pegawai dalam penelitian ini.
N o
Jawaban Baik
85-104
13
61,90%
Cukup 2 Baik Kurang 3 Baik Tidak 4 Baik
65-84
8
38,10%
45-64
0
0%
25-44
0
0%
1
responden
tersebut
dikategorikan
dalam rentang nilai sebagai berikut: a. 39 – 48 dikategorikan baik b. 30 – 38 dikategorikan cukup baik c. 21 – 29 dikategorikan kurang baik d. 12 – 20 dikategorikan tidak baik
Sumber : Data primer yang diolah oleh peneliti, 2012 Data yang telah diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi untuk tiap-tiap pertanyaan. Tabel frekuensi tersebut secara sistematis dijabarkan dari penjabaran variabel penelitian yaitu variabel perilaku camat dan
Berdasarkan kategori tersebut, dapat diketahui jumlah presentase tiap-tiap kategori yaitu: : 8 responden 8 x 100 = 38,10% 21 Cukup Baik: 13 responden 13 x 100 = 61,90% 21 Baik
Kurang Baik: 0 responden
pada penelitian ini menggunakan rumus Korelasi Pearson Product Moment.
Tidak Baik : 0 responden
Tabel di atas mayoritas responden berada pada kategori baik yaitu (61,90%)
dan
8
berjumlah 13 responden responden
(38,10%)
berada
dikategori cukup baik. Dari tabel di atas diketahui bahwa variabel perilaku camat di Kantor Camat Siantan Kabupaten Pontianak berada pada kategori baik. Perilaku Camat merupakan salah satu hal yang penting agar dapat membantu kelancaran proses
Rentang nilai persentase tiap-tiap kategori yang telah disusun, maka untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Meita Silviana; Hubungan Perilaku Camat Dengan Disiplin Kerja
menggunakan SPSS 18 sehingga penyelesaian tidak
Tabel 3. Variabel Disiplin Kerja Kategori
Interval
Frekuensi
dilakukan secara manual tetapi menggunakan SPSS 18.
Persentase
N o
Berdasarkan Baik
39 – 48
8
38,10%
Cukup 2 Baik Kurang 3 Baik Tidak 4 Baik Jumlah
30 - 38
13
61,90%
tabel
interpretasi,
maka
koefisien
korelasi product moment yang ditemukan sebesar
1
0,842 termasuk dalam kategori sangat kuat karena berada di rentang nilai antara 0,80 – 1,000.
21 - 29
0
0%
12 - 20
0
0%
21
100%
Untuk uji
signifikansi menurut
Sugiyono
(2010:185) bahwa uji signifikansi korelasi product moment secara praktis yang tidak perlu dihitung, tetapi langsung dikonsultasikan pada tabel r product
Sumber : Data primer yang diolah oleh peneliti, 2012
moment dengan ketentuannya bila r hitung < dari r Data yang diperoleh dari hasil penyebaran
tabel, maka ho diterima dan ha ditolak. Tetapi jika
kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk tabel
sebaliknya jika r hitung > dari r tabel maka ha
frekuensi untuk tiap-tiap pertanyaan. Tabel frekuensi
diterima. Dari hasil koefisien korelasi product
tersebut secara sistematis dari penjabaran variabel
moment (r) maka didapat nilai 0,842 untuk n=21, dan
penelitian yaitu variabel disiplin kerja, dalam
taraf kesalahan 0,01 maka harga r tabel yaitu 0,549.
penelitian ini menggunakan rumus korelasi pearson
Dengan demikian r hitung (0,842) > r tabel (0,549),
product moment.
maka koefisien korelasi 0,842 signifikansi. besar
Dari perhitungan koefisien determinan didapat
responden berada pada kategori cukup baik yaitu
sumbangan perilaku camat terhadap disiplin kerja
berjumlah 13 responden (61,90%) dan sebagian
pegawai di Kantor Camat Siantan Kabupaten
responden yaitu berjumlah 8 responden (38,10%)
Pontianak
berada pada kategori baik. Hal ini menunjukkan
ditentukan oleh variabel lain di luar variabel perilaku
disiplin kerja pegawai di kantor Camat Siantan
camat. Seperti dalam teori yang dikemukakan oleh
Kabupaten Pontianak sudah cukup baik yaitu
Sagir
pegawai dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai
dedibepolitik.blogspot.com/2010/05/bahan-kuliah-
dengan dengan jumlah pekerjaan, mutu, dan kualitas
mpian.html,
pekerjaan
mempengaruhi tingkat disiplin kerja pegawai adalah:
Berdasarkan
tabel
diatas
sebagian
yang cukup baik dan
penyelesaian
sebesar
(1985) bahwa
70,9% dan
yang
(a). perilaku pemimpin (b). pengawasan (c). rasa aman (d). balas jasa (e). penghargaan (f). lingkungan kerja (g). hubungan antar pegawai
kuesioner yang telah dihitung, maka untuk menguji rumusan
hipotesis
yang
diajukan
penulis
menggunakan teknik koefisien korelasi product moment dengan tingkat kesalahan 1% dengan
9
dikutip
faktor-faktor
pekerjaan dengan jumlah waktu yang ditentukan. Selanjutnya dari hasil yang didapat dari
sisanya
yang
29,1%
dari dapat
Governance, Jurnal Mahasiswa Prodi IP FISIP UNTAN. Volume I, Nomor 01 Tahun 1, Desember 2012
kerja kecuali melaksanakan dinas luar ataupun
KESIMPULAN DAN KETERBATASAN
pegawai yang tidak disiplin dalam bekerja. Dengan Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan di Kantor Camat Siantan Kabupaten Pontianak yang peneliti kemukakan yaitu :
demikian, pegawai dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat karena pegawai selalu siap dalam
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti
bekerja
untuk memberikan
pelayanan terbaik kepada masyarakat.
lakukan di Kantor Camat Siantan Kabupaten
Dari hasil pengujian hipotesis diketahui ada
Pontianak menunjukkan bahwa sebesar 61,90% atau
hubungan yang positif dan signifikan antara perilaku
13 responden menyatakan perilaku camat berada
camat dengan disiplin kerja pegawai di Kantor Camat
pada kategori baik, tetapi masih terdapat 8 responden
Siantan Kabupaten Pontianak. Berdasarkan rumusan
atau 38,10% yang menyatakan cukup baik, terutama
permasalahan hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
pada indikator ketegasan. Hasil penelitian untuk
a. Hipotesis Alternatif (Ha)
indikator ketegasan yang masih perlu ditingkatkan
Terdapat hubungan yang positif antara perilaku
misalnya dalam menegur dan membimbing bawahan
Camat
ketika melakukan kesalahan, pemberian perintah
pegawai di Kantor Camat Siantan Kabupaten
yang jelas sehingga pegawai dapat mengerti dan tidak
Pontianak.
menunda pekerjaan, serta meningkatkan pengawasan
b. Hipotesis Nihil (Ho)
terhadap para pegawai sehingga tindakan tidak
Tidak terdapat hubungan yang positif antara
disiplin yang dilakukan dapat menurun setiap
perilaku Camat dalam menegakkan disiplin
dalam
menegakkan
disiplin
kerja
kerja pegawai di Kantor Camat Siantan
harinya.
Kabupaten Pontianak. Disiplin pegawai di Kantor Camat Siantan
Hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan
Kabupaten Pontianak berada pada kategori cukup
bahwa r hitung (0,842) > r
baik sehingga masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan
koefisien
hasil penelitian yang dilakukan bahwa sebanyak 13
demikian ho ditolak dan ha diterima sehingga dalam
responden atau 61,90% berada pada kategori cukup
penelitian ini terdapat hubungan yang positif antara
baik dan 8 responden atau 38,10% berada pada
perilaku Camat dalam menegakkan disiplin kerja
kategori baik. Berdasarkan kesimpulan menunjukkan
pegawai di Kantor Camat Siantan Kabupaten
bahwa
Pontianak.
pada
indikator
ketepatan
jam
kerja,
menyelesaikan tugas sesuai jadwal, dan ketaatan
korelasi
0,842
tabel (0,549), maka signifikansi.
Dengan
Hasil perhitungan yang ditemukan berdasarkan
terhadap peraturan masih perlu ditingkatkan lagi.
pedoman untuk memberikan
Indikator-indikator
ditingkatkan
didapat untuk r hitung yaitu 0,842 berada pada
dengan cara pegawai mematuhi waktu kerja, dapat
kategori sangat kuat. Jadi hubungan antara perilaku
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, dan mematuhi
camat dengan disiplin kerja sangat kuat karena
peraturan yang berlaku di Kantor Camat Siantan
berada pada kisaran nilai 0,80 – 1,00 atau mendekati
Kabupaten Pontianak sehingga tidak ada lagi
angka 1.
tersebut
dapat
pegawai yang tidak berada di kantor pada saat jam
interpretasi maka
Meita Silviana; Hubungan Perilaku Camat Dengan Disiplin Kerja
peneliti dapat menyelesaika penelitian ini. Ucapan
Dalam penelitian yang dilakukan terdapat kekurang teori yang menghubungkan antara perilaku
terima kasih peneliti ucapkan kepada:
pemimpin dengan disiplin kerja pegawai. Hanya satu 1.
teori yang digunakan oleh peneliti yaitu teori oleh Sagir
(1985)
yang
dikutip
dari
telah bersedia dan memberi kesempatan kepada
dari
peneliti untuk melakukan penelitian di Kantor
dedibepolitik.blogspot.com/2010/05/bahan-kuliahmpian.html,
bahwa
faktor-faktor
yang
Seluruh pegawai kantor Camat Siantan yang
Camat Siantan Kabupaten Pontianak
dapat 2.
mempengaruhi tingkat disiplin kerja pegawai adalah:
Program Studi Ilmu Pemerintahan kerjasama FISIP
Universitas
Tanjungpura
Pontianak
(a). perilaku pemimpin
dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
(b). pengawasan
yang telah memberikan kepercayaan kepada
(c). rasa aman
peneliti untuk mengenyam dan menyelesaikan
(d). balas jasa
pendidikannya.
(e). penghargaan REFERENSI
(f). lingkungan kerja (g). hubungan antar pegawai
Bungin, Burhan.2011. Metodologi Kuantitatif. Jakarta. Kencana
Penelitian
Teori yang digunakan adalah teori lama yaitu dedibepolitik.blogspot.com/2010/05/bahan-kuliahmpian.html Diakses pada tanggal 05 Mei 2012 Handoko, T. Hani. 2011. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.
pada tahun 1985 dibawah tahun 2000. Walaupun teori ini masih bisa digunakan namun seharusnya pada penelitian yang dilakukan menggunakan teoriteori di atas tahun 2000. Sumber teori yang
Pasolong, Harbani. 2010. Kepemimpinan Birokrasi. Makassar: Alfabeta.
digunakan tidak dikutip dari sebuh buku melainkan dari sebuah blog, karena peneliti belum menemukan
Sarwono, Jonathan. 2012. Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif Menggunakan Prosedur SPSS. Jakarta. Gramedia.
teori yang sesuai selain dari teori Sagir pada tahun 1985 dan buku yang mengutip teori tersebut sudah
Sedarmayanti. 2009. Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, Dan Kepemimpinan Masa Depan. Bandung: Refika Aditama.
tidak diproduksi lagi. Untuk itu, diharapkkan pada penelitian selanjutnya teori yang digunakan adalah teori yang masih baru sehingga lebih sesuai dengan perkembangan ilmu pengertahuan saat ini.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
UCAPAN TERIMA KASIH
Susanti, Herika. 2009. “Pengaruh Perilaku Pimpinan Dan Lingkungan Kerja Fisik terhadap Disiplin Kerja Pegawai Di Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan Brimob Medan”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam penelitian ini tentulah tidak terlepas dari bantuan yang telah diberikan untuk peneliti, sehingga
.
11