Mata Kuliah:Anatomi dan Fisiologi Manusia
Kegiatan Belajar: 2
Indera Lidah dan Hidung 120 Menit
PENDAHULUAN Lidah dan Hidung adalah dua indera kita yang sangat penting, meskipun indera lain juga penting. Bagaimana mekanisme kerja lidah dan hidung sebagai organ indera kita adalah karunia yang patut kita syukuri. Dengan indera pengecap (lidah) kita dapat merasakan enak tidaknya makanan, asin manisnya jeruk, dan makanan atau minuman lainnya. Dengan indera pembau (hidung) kita dapat menentukan bau atau wangi sesuatu, selain itu hidung juga merupakan salah sat organ pernafasan kita. Penguasaan Anda akan materi ini akan membekali pengetahuan bagaimana kedua indera ini berfungsi dengan berbagai strukturnya sekaligus faktor yang dapat menjadi penyebab kedua indera ini tidak berfungsi normal.
TUJUAN Setelah Anda mempelajari materi ini Anda akan dapat : 1. menjelaskan struktur dan fungsi bagian-bagian lidah 2. menjelaskan fisiologi pengecapan 3. menjelaskan kelainan dan penyakit pada lidah. 4 . menjelaskan struktur dan fungsi bagian-bagian hidung 5. menjelaskan fisiologi penciuman 6 .menjelaskan kelainan dan penyakit pada hidung Agar Anda dapat menguasai tuntas materi kegiatan belajar ini, baca dan simaklah dengan cermat uraian, tabel, gambar, latihan yang ada dalam kegiatan belajar ini. Yang tidak kalah penting adalah mengerjakan Tes Formatif, dengan tanpa melihat lagi materi yang telah Anda baca. Kami yakin Anda akan dapat menguasainya. 1
Mata Kuliah:Anatomi dan Fisiologi Manusia
URAIAN MATERI A. LIDAH SEBAGAI INDERA PENGECAP Lidah sebagian besar terdiri atas 2 kelompok otot yaitu otot intrinsik dan otot ekstrinsik. Otot intrinsik lidah melakukan semua gerakan halus, sementara otot ekstrinsik mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta melaksanakan gerakan-gerakan kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan. Lidah mengaduk makanan, menekannya pada langit-langit, dan gigi dan akhirnya mendorongnya masuk farinks. Lidah terletak pada dasar mulut, sementara pembuluh darah dan urat saraf masuk dan keluar pada akarnya. Bagian-bagian lidah terdiri atas pangkal lidah (radiks lingua), punggung lidah (dorsum lingua) dan ujung lidah (apeks lingua). Ujung serta pinggiran lidah bersentuhan dengan gigi bawah, sementara dorsum merupakan permukaan melengkung pada bagian atas lidah. Apabila lidah digulung ke belakang, maka tampaklah permukaan bawahnya yang disebut frenulum linguae, sebuah struktur ligamen halus yang mengaitkan bagian posterior lidah pada dasar mulut. Bagian anterior lidah bebas tidak terkait. Bila dijulurkan, maka ujung lidah meruncing, dan bila terletak tenang di dasar mulut, maka ujung lidah berbentuk bulat lonjong. Selaput lendir (membran mukosa) lidah selalu lembab, dan pada waktu sehat, berwarna merah jambu. Permukaan atasnya seperti beludru dan ditutupi oleh papilapapila yang terdiri atas 3 jenis yaitu: a) Papilla fungiformis: menyebar pada permukaan ujung dan sisi lidah dan berbentuk jamur. Masing-masing papilla fungiformis mengandung 1-8 puting kecap(tasted bud). b) Papilla sirkumvalata: ada 8 hingga 12 dari jenis yang terletak pada bagian dasar lidah. Papilla ini adalah papilla yang terbesar, dan masing-masing dikelilingi semacam lekukan seperti parit. Papillae ini tersusun berjejer membentuk huruf V pada bagian belakang lidah. Setiap papilla sirkumvalata mengandung kira-kira 90250 puting pengecap. c) Papilla filiformis: merupakan papilla terbanyak dan menyebar di seluruh permukaan lidah.Organ ujung untuk pengecapan adalah puting-puting pengecap yang sangat banyak terdapat dalam dingding papilla sirkumvalata dan papilla fungiformis. Papilla filiformis lebih berfungsi untuk menerima rasa sentuh daripada rasa pengecapan yang sebenarnya. Selaput lendir langit-langit dan farinks juga bermuatan puting pengecap. 2
Mata Kuliah:Anatomi dan Fisiologi Manusia
Gambar 8.18 berikut ini memperlihatkan daerah-daerah sensitif lidah dan juga puting pengecap pada lidah.
Gambar 8. 18 (A). Diagram permukaan atas (dorsum) lidah .(B). Gambar seksio puting pengecap. (Carola et al, 1992 h : 471). Pengecapan dirasakan oleh adanya reseptor pengecap yang disebut sel-sel pengecap. Reseptor pengecap ini secara konstan memberi informasi mengenai sifatsifat zat yang masuk ke mulut pada waktu makan. Reseptor pengecap disebut juga puting pengecap. Puting pengecap ini terdapat pada papilla pada lidah. Pada manusia jumlahnya kira-kira 2000 buah. Puting pengecap terdiri dari sel-sel reseptor pengecap berbentuk epiteloid, tersusun mengelilingi pori dalam membran mukosa mulut. Dari permukaan setiap sel pengecap muncul tonjolan-tonjolan sangat halus seperti rambut disebut mikrovili, yang panjangnya beberapa mikron menembus pori masuk ke dalam rongga mulut. Mikrovili inilah yang mendeteksi bermacam-macam rasa. Di antara sel-sel pengecap dari tiap puting pengecap, dan juga di dalam lekukan-lekukan membran sel terdapat jalinan saraf pengecap yang terdiri dari dua atau tiga serabut. 3
Mata Kuliah:Anatomi dan Fisiologi Manusia
Saraf ini meneruskan impuls dari sel-sel pengecap. Anda perhatikan Gambar 8.19 di bawah yang menunjukkan puting pengecap. Sebelum suatu zat dapat dirasakan, zat itu harus dilarutkan terlebih dahulu dalam cairan mulut, dan kemudian berdifusi ke dalam pori yang mengandung mikrovili. Zatzat yang sangat mudah larut dan sangat mudah berdifusi seperti garam misalnya, atau senyawa bermolekul kecil biasanya menimbulkan derajat rasa kecap lebih tinggi daripada zat-zat yang lebih sukar larut dan sukar berdifusi, seperti misalnya proteinprotein atau zat-zat lain yang berukuran besar.
Gambar 8.19. (A) Puting pengecap (Dimodifikasi dari Bloom dan Fawcett. A Texbook of Histologi;19 th Ed. Philadelphia, W.B Saunders, 1975) (Guyton, 1994. h : 261; Guyton & Hall, 1997 h: 843).
4
Mata Kuliah:Anatomi dan Fisiologi Manusia
http://classconnection.s3.amazonaws.com/476/flashcards/573476/jpg/taste_buds1319 316949582.jpg (B)
a. Empat macam rasa kecap utama Secara psikologis, kita dapat mendeteksi empat macam rasa kecap yang disebut rasa kecap primer yaitu 1) pahit 2) manis 3) asam dan 4) asin. Rasa pahit terdapat pada pangkal lidah, rasa manis terdapat pada ujung lidah, rasa asam terdapat pada samping kiri dan kanan lidah dan rasa asin terdapat pada ujung samping kiri dan kanan lidah. Setiap puting pengecap mendeteksi satu rasa kecap primer dan tempatnya berbeda pada daerah lidah. Meskipun demikian setiap puting pengecap mempunyai tingkat sensitivitas tertentu untuk semua rasa kecap primer, namun memang setiap puting pengecap mempunyai sensivitas lebih tinggi terhadap satu atau dua rasa kecap dibanding terhadap rasa kecap yang lain. Dengan kata lain puting pengecap satu mungkin hanya dapat merasa manis saja sedang yang lain mungkin dapat merasakan dua atau lebih macam rasa. Otak mengenali jenis rasa kecap berdasarkan rasio perangsangan berbagai puting kecap. Bila suatu puting kecap yang terutama 5
Mata Kuliah:Anatomi dan Fisiologi Manusia
mendeteksi rasa asin, dirangsang lebih intensif dibanding puting kecap yang lebih sensitif terhadap rasa kecap lain, otak akan menyimpulkannya sebagai rasa asin walaupun puting-puting kecap lain juga terangsang (kurang intensif) pada saat yang bersamaan. b. Zat-zat yang Merangsang Puting Kecap 1) Puting kecap pahit berfungsi protektif, karena terutama mendeteksi racun-racun dalam tanaman liar. Senyawa alkaloid beracun yang terdapat dalam rumputan liar misalnya adalah salah satu yang terdeteksi oleh puting kecap pahit. Namun alkaloid ini bila diberikan dalam jumlah kecil, seringkali malah merupakan obat yang mujarab. Sebagai contoh kina walaupun sangat pahit, mempunyai efek yang baik sebagai obat malaria bila dipergunakan dengan baik, tetapi bila diberikan banyak, dapat mematikan. 2) Puting kecap manis mendeteksi jumlah gula dalam makanan. Ini adalah salah satu cara binatang menentukan apakah buah-buahan sudah masak dan apakah makanan-makanan yang belum dikenal bergizi atau tidak. Biasanya makanan liar yang rasanya manis aman untuk dimakan dan mengandung banyak zat bergizi. 3) Puting kecap asam mendeteksi tingkat keasaman makanan, jadi mendeteksi kadar ion hidrogen dalam mulut. Bila derajat keasamannya rendah, seperti misalnya cuka yang encer, makanannya biasanya dapat diterima oleh mulut, tetapi bila terlalu asam, sehingga rasanya tidak menyenangkan, makanan itu akan ditolak. 4) Puting kecap asin secara umum menentukan kadar garam dan ion-ion lain dalam makanan. Jenis garam paling umum yang merangsang puting kecap ini adalah natrium klorida, yaitu garam meja yang umum. c. Hantaran Sinyal Pengecapan ke Susunan Saraf Pusat Gambar 8.20 memperlihatkan jalur yang menghantarkan sinyal kecap ke batang otak kemudian ke korteks serebri. Sinyal berjalan dari puting kecap di mulut ke traktus solitarius di medula. Dari sini sinyal diteruskan ke talamus, lalu ke korteks pengecapan primer di daerah operkularinsular, dan juga ke daerah asosiasi pengecapan di sekelilingnya dan akhirnya ke daerah integrasi umum (daerah Wernicke) yang mengintegrasikan semua sensasi.
6
Mata Kuliah:Anatomi dan Fisiologi Manusia
Gambar 8.20. Hantaran impuls pengecapan ke susunan saraf pusat (Guyton, 1994. h: 262; Guyton & Hall, 1997 h: 844). Lidah memiliki persarafan yang majemuk. Otot-otot lidah mendapatkan persarafan dari urat saraf hipoglosus (saraf otak XII). Daya perasaannya dibagi menjadi ‘perasaan umum‘ yang menyangkut taktil perasa seperti membedakan ukuran, bentuk, susunan, kepadatan, suhu dan sebagainya dan ‘rasa pengecap khusus‘. Impuls perasaan umum bergerak mulai dari bagian anterior lidah dalam serabut saraf lingual yang merupakan sebuah cabang urat saraf kranial ke V, sementara impuls indera pengecap bergerak dalam korda tympani bersama saraf lingual, lantas kemudian bersatu dengan saraf kranial VII yaitu saraf fasialis. Saraf kranial kesembilan, saraf glossofaringeal membawa impuls perasaan umum, dan impuls perasaan khusus dari sepertiga posterior lidah. Dengan demikian indera pengecapan lidah dilayani oleh saraf kranial V, VII, IX sementara gerakangerakannya dipersarafi oleh saraf kranial XII. d. Refleks-refleks Pengecapan Salah satu fungsi alat pengecapan ialah menimbulkan refleks pada kelenjar liur mulut. Untuk pelaksanaannya, impuls dihantarkan dari traktus solitarius di batang otak ke nuklei salivatorius yang mengatur sekresi kelenjar parotis, sub mandibularis, dan kelenjar-kelenjar liur yang lain. Sewaktu makanan melalui jalur refleks tersebut kualitas rasa kecap berperan menentukan apakah air liur yang akan dikeluarkan sedikit atau banyak.
7
Mata Kuliah:Anatomi dan Fisiologi Manusia
e. Hubungan Rasa Kecap dengan Penciuman Yang kita sebut rasa kecap sering kali sebenarnya adalah bau, karena makanan yang masuk ke dalam mulut menyebabkan bau ke hidung. Orang yang menderita influenza sering mengatakan bahwa ia kehilangan rasa kecapnya, padahal tes terhadap empat rasa primer menunjukkan ke empat-empatnya tetap ada. Kelainan Dan Penyakit Pada Lidah Indera pengecap sangat peka dan dapat terganggu karena pilek atau gangguan pada mulut, lambung, dan saluran pencernaan. Seorang dokter memeriksa dengan seksama apakah indera pengecap itu kering atau lembab, membengkak, lembek, dan pucat atau mengecil dan berwarna merah, berbulu, pecah, atau retak-retak. 1. Glositis Glositis atau peradangan pada lidah, bisa akut atau kronis, dengan gejala berupa adanya ulkus dan lendir yang menutupi lidah. Peradangan ini biasanya timbul pada pasien yang mengalami gangguan pencernaan atau infeksi pada gigi. Lidah mungkin dilukai dengan gigi yang runcing atau karena gigi palsu yang kurang cocok. Lidah lembek, dan pucat dengan bekas-bekas gigitan pada pinggirannya. Biasanya glositis kronis menghilang apabila kesehatan badan membaik dan pemeliharaan higiene mulut yang baik. Kekurangan vitamin seperti dalam penyakit pellagra, harus pula dipertimbangkan. Penderita anemia perniciosa atau kekurangan zat besi mungkin mengalami gangguan lidah. 2. Lekoplakia Lekoplakia ditandai oleh adanya bercak-bercak putih yang tebal pada permukaan lidah (juga pada selaput lendir gusi dan pipi). Hal ini biasanya terlihat pada perokok. Lidah bulu hitam kadang-kadang terjadi sesudah menggunakan sesuatu antibiotika. Lidah sering berfungsi sebagai sebuah cermin yang menyatakan sesuatu keadaan penyakit di mana saja dalam tubuh. Itulah sebabnya, sesuatu gangguan lidah memerlukan pemeriksaan secara teliti. B. HIDUNG INDERA PENCIUMAN Indera pencium kita atau ‘olfaksi‘ barangkali 20.000 kali lebih sensitif dibandingkan indera pengecap kita. Kita dapat mengecap 'kinine’ dalam konsentrasi seperdua juta bagian, tetapi kita dapat mencium ‘mercaptans‘ (sejenis zat kimia) dalam konsentrasi sepertiga puluh miliar bagian. Orang dewasa dapat mencium 8
Mata Kuliah:Anatomi dan Fisiologi Manusia
dengan baik sampai 10.000 bau yang berbeda, dan anak-anak dapat mencium lebih banyak lagi bau-bauan. Kelemahannya adalah bahwa indera pencium kita tidaklah begitu sempurna. Beberapa gas beracun tertentu termasuk karbonmonooksida tidak terdeteksi oleh reseptor olfaktori kita. Alat pencium (indera pembau) terletak dalam rongga hidung (cavum nasi). Rongga hidung dilapisi oleh sel-sel epitel atau mukosa. Mukosa atau epitelium berisi sel-sel basal (basal cells), sel-sel penunjang (sustentacular/supporting cells), dan selsel bipolar penciuman (olfaktorius). Sel-sel bipolar adalah sel-sel saraf (nervus olfaktorius) yang mempunyai tonjolan-tonjolan berupa mikrovili seperti rambut, yang disebut rambut penciuman atau silia penciuman. Rambut penciumanlah yang mendeteksi berbagai macam bau-bauan. Sel tersebut mempunyai dendrit yang disebut batang penciuman (olfaktory rod) yang menonjol dari permukaan epitel rongga hidung. Reseptor penciuman menerima stimulus dari zat-zat berbau yang sumbernya di luar hidung yang menimbulkan terjadinya potensial - potensial pada sel bipolar. Sel bipolar mempunyai dua fungsi yaitu sebagai reseptor dan sebagai sel ganglion. Untuk lebih jelasnya coba Anda amati Gambar 8.21 di bawah ini.
9
Mata Kuliah:Anatomi dan Fisiologi Manusia
Gambar 8.21. Reseptor olfaktorius (A) Daerah reseptif olfaktorius dalam langit-langit cavum nasalis: pandangan medial (B). Perbesaran epitelium olfaktorius, menunjukkan sel-sel reseptor, sel-sel sustencular, sel-sel basal, dan formasi dari traktus olfaktorius sebelah dalam bulbus olfaktorius. (Carola et al, 1992 h: 473). Nervus olfaktorius atau saraf kranial pertama (I) melayani ujung organ pencium, dan merupakan reseptor yang sangat spesifik. Serabut saraf ini timbul pada bagian atas selaput lendir hidung dikenal sebagai bagian olfaktorik hidung. Nervus olfaktorius dilapisi oleh sel-sel yang sangat khusus yang mengeluarkan fibril-fibril halus untuk berjalin dengan serabut-serabut dari bulbus olfaktorius. Bulbus olfaktorius yang pada hakekatnya merupakan bagian dari otak yang terpencil adalah bagian yang agak berbentuk bulbus (membesar) dari saraf olfaktorius yang terletak di atas lempeng kribiformis tulang etmoidalis. Dari bulbus olfaktorius perasaan bergerak melalui traktus olfaktorius dengan perantaraan beberapa stasiun penghubung , hingga mencapai daerah penerimaan akhir dalam pusat olfaktori pada lobus temporalis otak, di mana perasaan itu ditafsirkan. Rasa penciuman dirangsang oleh zat kimia yang berbentuk uap atau gas yang terhirup ataupun oleh unsur-unsur halus. Rasa penciuman itu sangat peka dan kepekaannya mudah hilang, bila dihadapkan pada suatu bau yang sama untuk suatu waktu yang cukup lama. Misalnya orang yang berada dalam satu ruangan yang sesak dan pengap, akan segera tidak merasakan bau yang tidak enak, sementara di lain pihak bau itu akan segera menyengat hidung orang yang baru datang dari lingkungan udara segar yang masuk ke dalam ruangan itu. Rasa penciuman juga diperlemah, bila selaput lendir hidung sangat kering, sangat basah atau membengkak, seperti halnya seseorang diserang pilek. Bagaimana bau-bauan menggiatkan rambut penciuman, tidak dipahami dengan benar. Bagaimana indera dapat membedakan bau berbagai jenis bahan? Masih sedikit sekali pengetahuan mengenai hal ini. Namun bau yang sangat mudah tercium adalah pertama zat-zat yang sangat mudah menguap dan kedua zat-zat yang sangat mudah larut dalam lemak. Mengapa demikian? Kemudahan menguap ini penting karena bau hanya dapat mencapai rongga di puncak hidung dengan cara mengikuti aliran udara. Kelarutan dalam lemak penting karena rambut penciuman sendiri merupakan tonjolan dari membran sel penciuman, dan kita tahu semua membran sel terutama terdiri dari senyawa lemak. Bila suatu zat yang mengandung bau larut dalam membran rambut penciuman akan berubahlah potensial membran dan menimbulkan impuls saraf dalam 10
Mata Kuliah:Anatomi dan Fisiologi Manusia
sel penciuman. a. Penciuman Bau Primer Kita sangat sukar untuk mempelajari sel-sel penciuman, dan oleh sebab itu kita tidak mengetahui dengan pasti rangsang kimiawi primer yang mana yang dapat menggiatkan jenis sel penciuman tertentu. Namun berdasarkan penelitian kasar beberapa sensasi primer berikut telah dipostulasikan (ada tujuh kategori mengenai bau primer dalam bahasa Indonesia) yaitu 1. bau kamfer (camphorous) 2. kasturi (muskal/musky) 3. bunga-bungaan (floral) 4. pepermin 5. eter (etheral) 6. pedas (pungent) 7. busuk (putrid). Meskipun tiap reseptor dapat membeda-bedakan bau, tertentu tetapi dapat pula terjadi tumpang tindih. Teori stereokimia mengemukakan tiap zat yang berbau, mempunyai konfigurasi tertentu. Mungkin daftar di atas hanyalah berdasarkan dugaan dan dapat mengandung kesalahan. b. Adaptasi terhadap Bau Seperti pada penglihatan, penciuman dapat beradaptasi dengan baik sekali. Pada waktu pertama sekali mencium mungkin bau itu menyengat, tetapi setelah semenit atau lebih, bau itu akan sukar sekali tercium. Reseptor penciuman menggugah orang terhadap hadirnya suatu bau, tetapi tidak dapat mempertahankan orang itu agar dapat mencium bau tersebut terus menerus. Hal ini sangat menguntungkan orang-orang yang harus bekerja dalam lingkungan yang berbau busuk. c. Bau yang tidak Tertutupi Tidak seperti mata yang dapat melihat beberapa warna sekaligus pada saat yang bersamaan, sistem penciuman hanya dapat mendeteksi satu macam bau pada suatu saat, padahal bau bisa terdiri dari beberapa macam bau. Bila bau busuk dan bau bunga hadir bersamaan, maka yang dominan ialah yang intensitasnya lebih kuat, tetapi bila keduanya mempunyai intensitas yang sama, maka bau yang tercium terletak di tengah antara bau busuk dan bau bunga. Dominasi oleh bau yang berintensitas lebih tinggi disebut masking (menutupi). Efek ini dipakai di rumah sakit, kamar kecil, dan tempattempat lain agar bau busuk hilang dan berubah menjadi menyenangkan. Caranya ialah dengan membakar dupa, atau menguapkan zat-zat yang baunya menyenangkan untuk menutupi bau-bauan yang tidak dikehendaki. d. Hantaran Sinyal Penciuman ke Susunan Saraf Pusat Karena penciuman adalah fenomena subjektif yang hanya dapat diteliti secara memuaskan pada manusia, sedikit sekali yang diketahui tentang hantaran sinyal 11
Mata Kuliah:Anatomi dan Fisiologi Manusia
penciuman ke otak. Jalur penciuman berakhir di dua daerah di otak yang disebut daerah penciuman medialis dan daerah penciuman lateralis, keduanya tampak dalam Gambar 7.22 berikut.
Gambar 8.22. Susunan sistem penciuman dan jalur untuk menghantarkan impuls penciuman ke susunan saraf pusat (Guyton, 1994 h : 263; Guyton & Hall, 1997 h : 846) Daerah penciuman medialis terletak di tengah-tengah otak, di bagian anterior, dan sedikit superior dari hipotalamus. Sedangkan daerah penciuman lateralis terletak di bagian bawah otak, menyebar ke lateral, ke bagian dasar lobus temporalis anterior. Daerah penciuman medialis terutama berkaitan dengan fungsi primitif misalnya pengeluaran air liur sebagai respon terhadap bau, mengecapkan bibir, dan menyebabkan binatang dapat menjilati makanan cair. Sebaliknya daerah penciuman lateralis yang mencakup bagian-bagian dari amigdala di lobus temporalis berkaitan erat dengan fungsi susunan saraf yang lebih tinggi. Jalur langsung berjalan dari daerah ini ke korteks temporalis, hippokampus, dan korteks pre frontalis, ke semuanya merupakan bagian-bagian korteks yang berfungsi penting. Daerah penciuman lateralis bertanggung jawab mengenai responrespon yang kompleks terhadap rangsang penciuman. Misalnya pengenalan jenis bau tertentu seperti yang dimiliki oleh binatang tertentu mungkin merupakan fungsi dari daerah ini. Demikian juga pengenalan makanan yang lezat atau menjijikkan yang berdasarkan pengalaman yang telah lalu mungkin merupakan fungsi dari daerah ini. 12
Mata Kuliah:Anatomi dan Fisiologi Manusia
Pada manusia tumor otak yang terletak di daerah ini sering menyebabkan penderita mencium bau-bau abnormal yang bermacam-macam, menyenangkan ataupun tidak menyenangkan, dan pada akhir tahap akhir keadaan ini, sering berlanjut sampai berbulan-bulan. e. Konka Nasalis Terdiri dari lipatan selaput lendir dan pada bagian puncaknya terdapat saraf-saraf pembau, kalau kita bernafas lewat hidung dan kita mencium bau sesuatu di udara, udara yang kita hisap melalui bagian atas dari rongga hidung. Pada konka nasalis terdapat 3 pasang karang hidung yaitu 1) konka nasalis superior 2) konka nasalis media 3) konka nasalis inferior. Di sekitar rongga hidung terdapat rongga-rongga yang disebut sinus para nasalis yang terdiri dari: sinus maksilaris (rongga tulang hidung); sinus sfenoidalis (rongga tulang baji) dan sinus frontalis (rongga nasalis inferior). Bagian-bagian anatomi hidung telah Anda pelajari pada Modul 4 bukan? Sinus ini diliputi oleh selaput lendir. Jika terjadi peradangan pada rongga hidung, lendir-lendir dari sinus para nasalis akan keluar, jika tidak dapat mengalir ke luar akan menjadi sinusitis. E. Kelainan dan Penyakit pada Hidung Sebelum membahas kelainan dan penyakit pada hidung, ada baiknya Anda ketahui lebih dahulu gejala kelainan di hidung antara lain: 1. Sumbatan hidung, penyumbatan pada hidung dapat terjadi pada sebelah atau keduanya secara terus menerus atau bergantian. Sumbatan itu dapat disebabkan oleh septum yang tidak lurus, pembesaran konka, benda asing, polip atau tumor. 2. Ingus di hidung, ingus kemungkinan encer atau kental, bernanah, dan kadangkadang berbau. 3. Suara sengau (bindeng) disebabkan hidung tersumbat. 4. Sering bersin. 5. Nyeri di hidung, bila ada infeksi atau tumor. 6. Hidung berdarah (epistaksis). 7. Hilang penciuman (anosmia). 8. Bernapas melalui mulut. 1. Atresia hidung Lubang hidung depan (nares anterior) atau lubang posterior (nares posterior) tertutup. Hal ini mungkin terjadi sejak lahir (kongenital) atau oleh penyakit sifilis, tuberkulosis, difteria, frambusia, atau oleh trauma. Gejalanya ialah pasien tidak dapat 13
Mata Kuliah:Anatomi dan Fisiologi Manusia
bernafas melalui hidung. Untuk menolong kasus seperti ini, perlu dilakukan operasi, kemudian dipasang pipa untuk sementara, supaya lubang yang dibuat tidak menutup lagi. 2. Epistaksis Suatu keadaan pendarahan dari hidung mungkin hanya sedikit (ringan), mungkin juga sangat banyak. Penyebabnya mungkin sebagai penyebab lokal, mungkin juga penyebab sistemik. Kelainan lokal bisa disebabkan oleh trauma (ketika mengorek hidung), infeksi hidung, tumor hidung, sedangkan kelainan sistemik dapat disebabkan oleh penyakit perdarahan, infeksi, hepatitis, hipertensi, diabetes mellitus dan lain-lain. 3. Trauma hidung Trauma hidung dapat berupa: lecet/luka terbuka di kulit hidung, epistaksis, luksasi septum nasi, fraktur tulang hidung, fraktur muka, yaitu hidung dan sekitarnya. 4. Benda asing di hidung Anak kecil, yang berumur 2-4 tahun senang sekali memasukkan apa yang dilihatnya ke dalam hidung sehingga hidung tersumbat. 5. Kelainan bentuk septum Septum nasi yang bengkok sering kali disebabkan oleh trauma, apakah terjadinya ketika kelahiran, atau setelah besar. Penyebab lain ialah pada kelainan pertumbuhan. Septum terus tumbuh meskipun batas hidung atas dan bawah sudah tetap. Kelainan bentuk septum ini dapat berupa: a) deviasi, yaitu septum bengkok kiri dan kanan (kalau sebelah kiri cekung, sebelah kanan cembung). b) krista, terdapat bentuk taji yang luas pada sebelah septum sedangkan sisi yang sebelah lurus. c) spina yaitu krista yang tajam dan kecil. 6. Perforasi septum Perforasi septum yaitu terdapat lubang besar, maupun kecil di septum, dapat disebabkan oleh: a) trauma pada waktu melakukan pembedahan reseksi septum submukosa. b) penyakit sifilis, lepra, ulkus pada septum c) terpapar oleh zat kimia yang mengiritasi septum, seperti krom. 7. Abses septum 14
Mata Kuliah:Anatomi dan Fisiologi Manusia
Terdapat septum yang membengkak, terisi oleh nanah. Biasanya disebabkan oleh trauma. Bila abses tidak lekas diinsisi, akan terjadi kerusakan pada tulang rawan septum, sehingga hidung turun (pesek), merupakan hidung pelana. Pada waktu insisi, harus dijaga betul sterilitasnya. 8. Radang hidung akut (rinitis akut) Faktor yang mempengaruhi terjadinya rinitis akut antara lain cuaca dingin dan lembab, inhalasi zat kimia yang mengiritasi, pemaparan oleh udara berbau, kelelahan, septum nasi yang bengkok, polip hidung, adenoid yang membesar pada anak, tonsil yang sering meradang, kurang vitamin, dan higiene buruk. Penyebab rinitis akut ialah infeksi virus yang diikuti dengan infeksi kuman, seperti streptokokus, pneumokokus, stafilokokus, hemofilus influensa. 9. Radang hidung kronis (rinitis akut) Penyebabnya adalah: rinitis akut yang sering kambuh; cuaca dingin, lembab, dan berdebu; septum nasi yang bengkok; radang hidung para nasal (sinusitis); tonsil yang sering meradang (tonsititis kronis); adenoid yang membesar pada anak; dan alergi. 10. Polip hidung Polip hidung ialah massa yang lunak, berwarna keputihan, terdapat di rongga hidung. Mungkin juga terdapat di nasofaring, yang disebut polip koana. Polip dapat timbul dari tiap bagian mukosa hidung atau sinus para nasal. Yang paling sering, polip hidung berasal dari sinus etmoid. Bila berasal dari sinus maksila, biasanya hanya sebuah, dan terdapat di nasofaring yang disebut polip koana. Bila berasal dari konka, biasanya disebut polip konka. Penyebabnya adalah komplikasi rinitis alergi, komplikasi sinusitis, dan komplikasi rinitis kronis. 11.
Tumor hidung Tumor hidung mungkin jinak, seperti papiloma, angioma, osteoma. Mungkin juga terdapat tumor ganas seperti sarkoma atau karsinoma.
15
Mata Kuliah:Anatomi dan Fisiologi Manusia
LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! 1) Coba Anda jelaskan bagian-bagian lidah dan fungsinya masing-masing! 2) Jelaskan zat-zat yang merangsang puting kecap! 3) Bagaimanakah hantaran sinyal pengecapan ke susunan saraf pusat? 4) Jelaskan dua kelainan dan penyakit pada lidah atau pengecap! 5) Jelaskan bagian-bagian alat penciuman! 6) Apakah perbedaan yang khas antara indera pengecapan dengan indera penciuman? 7) Bagaimanakah hantaran sinyal penciuman ke susunan saraf? 8) Mengapa kalau Anda pilek/flu, rasa makanan yang Anda makan tidak enak, dibandingkan saat Anda sehat? 9) Jelaskan gejala-gejala umum kelainan hidung dan sebutkan serta jelaskan lima kelainan dan penyakit pada hidung! Petunjuk Jawaban Latihan 1) Anda perhatikan Gambar 8.18, Anda jelaskan berdasarkan anatomi, papila, dan kemampuan menentukan rasa (daerah). 2) Anda jelaskan keempat macam puting kecap, lihat zat-zat yang merangsang puting kecap. 3) Coba Anda perhatikan Gambar 8.20, dan penjelasannya, Anda akan dapat menjawabnya. 4) Anda lihat pada pembahasan tentang kelainan dan penyakit pada lidah! 5) Anda lihat pada bahasan pendahuluan indera penciuman. 6) Anda jawab berdasarkan sensitivitasnya. 7) Perhatikan Gambar 8.22, bagaimana jalur penciuman berakhir pada daerah penciuman medialis dan daerah penciuman lateralis. 8) Cita rasa merupakan campuran antara rasa dan bau. Anda jelaskan keadaan saraf pembau bila terkena pilek/flu. 9) Coba Anda lihat pembahasan kelainan dan penyakit pada hidung!
16
Mata Kuliah:Anatomi dan Fisiologi Manusia
RANGKUMAN Indera pengecap dan penciuman disebut indera kimiawi, karena reseptorreseptornya digiatkan oleh rangsang kimia. Reseptor pengecap digiatkan oleh zatzat kimia dalam makanan yang kita makan, sedangkan reseptor pencium digiatkan oleh zat-zat kimia yang ada dalam udara. Rasa kecap dideteksi oleh puting pengecap (taste buds) yang terutama terletak di lidah, tetapi juga terdapat sedikit di dinding posterior mulut, dan farinks anterior. Secara psikologis kita dapat mengenali empat macam rasa yang disebut rasa kecap primer yaitu (1) asin, (2) manis, (3) pahit dan (4) asam. Tiap jenis puting pengecap lebih sensitif terhadap satu jenis atau lebih rasa kecap primer. Indera penciuman pada manusia hampir rudimenter. Mengenai fungsinya relatif sedikit yang kita pahami. Kelainan dan penyakit pada lidah dapat terjadi karena peradangan (glosistis) dan adanya bercak-bercak putih yang tebal pada permukaan lidah. Gejala-gejala umum kelainan pada lidah keadaan kering, lembab, membengkak, pucat berwarna atau retak-retak. Alat indera penciuman ialah epitel pencium yang terletak di bagian atas rongga hidung. Dalam epitel ini terdapat banyak reseptor saraf yang disebut sel pencium. Bau tertentu akan menggiatkan sel-sel tertentu pula, namun sampai sekian jauh masih belum dapat diketahui ada berapa macam sel pencium untuk mendeteksi bermacam-macam bau. Gejala-gejala umum kelainan pada hidung adalah tersumbat, ingus, suara sengau, sering bersin, nyeri, bernanah, anosmia dan bernafas melalui mulut.
17
Mata Kuliah:Anatomi dan Fisiologi Manusia
TES FORMATIF Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1)
Papilla lidah yang merupakan papilla terbanyak dan menyebar di seluruh permukaan lidah adalah papilla .... A. valate B. sirkumvalata C. fungiformis D. filiformis
2) Apabila Anda memakan coklat, dan menurut pengecapan Anda terasa asin, maka bagian lidah yang merasakannya adalah .... A. pangkal lidah B. ujung lidah C. samping kiri dan kanan lidah D. ujung samping kiri dan kanan lidah 3). Kelainan pada lidah yang ditandai oleh adanya bercak-bercak putih yang tebal pada permukaan dinamakan .... A. anosmia B. lekoplakia C. epistaksis D. glositis 4) Bila kita mencium bau makanan yang sedap kadang-kadang keluar air liur, karena .... A. makanan yang baunya sedap pasti rasanya enak B. ada hubungan antara indera penciuman dengan pengecap C. ada hubungan positif antara bau makanan dengan rasanya D. air liur keluar dengan sendirinya tanpa ada rangsangan 5) Reseptor pencium sebetulnya adalah sel yang berfungsi sebagai .... A. pelindung dan reseptor B. epitel dan reseptor 18
Mata Kuliah:Anatomi dan Fisiologi Manusia
C. ganglion dan reseptor D. ganglion dan epitel 6) Kita dapat membedakan bau zat tertentu karena ada .... A. reseptor khusus dengan konfigurasi tertentu B. molekul khusus dengan konfigurasi tertentu C. sel reseptor khusus untuk molekul berlainan D. reseptor khusus untuk molekul konfigurasi tertentu 7) Indera pengecapan lidah dilayani oleh saraf kranial A. V, VII, IX B. III, V, VIII C. V, VI, XII D. VI, VIII, XII 8) Rongga hidung dilapisi oleh sel-sel epitel atau mukosa yang berisi sel-sel .... A. basal, penunjang, bipolar penciuman B. bipolar, mikrovili, silia penciuman C. rambut penciuman, bipolar, basal D. penunjang, mikrovili, batang penciuman 9) Di antara zat-zat di bawah ini, manakah yang lebih mudah tercium? A. Zat-zat yang sangat mudah mencair dan sangat mudah bereaksi. B. Zat-zat yang sangat mudah menguap dan sangat mudah larut dalam lemak. C. Zat-zat yang lezat rasanya dan sangat cepat mencair. D. Zat-zat yang sangat mudah bereaksi dan larut dalam air. 10). Dalam keadaan tertentu, terkadang kita kehilangan rasa bau, keadaan ini disebut .... A. anosmia B. epistaksis C. atresia D. polip
19
Mata Kuliah:Anatomi dan Fisiologi Manusia
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir kegiatan belajar 2 ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2. Tingkat penguasaan =
Jumlah Jawaban yang Benar Jumlah Soal
100%
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.
20
Mata Kuliah:Anatomi dan Fisiologi Manusia
A. B. C.
GLOSARIUM
Ludah
: Getah pencernaan yang memecahkan makanan di dalam mulut. Kita tidak dapat mengecap tanpa ludah Lubang hidung : Dua lubang yang dibentuk oleh tulang rawan di hidung bagian luar Lidah : Organ berotot yang terletak di dalam mulut, penting untuk makan, merasakan, menelan dan berbicara. Pada permukaan bagian ototnya yang diselubungi oleh membran mukus terdapat puncuk pengecap Langit-langit (tekak) :Langit-langit mulut, memisahkan mulut dari rongga hidung; palatum Papil : Tonjolan-tonjolan kecil dari permukaan suatu jaringan di lidah terdapat pucuk pengecap Pembuluh olfatory: Daerah di atas dan di belakang rongga hidung yang mengandung serat saraf untuk menyampaikan informasi mengenai bau ke otak melalui saraf pencium Persepsi : mengacu kepada persepsi registrasi keadaan kesadaran dari stimulus sensorik . Pupil : Lubang di pusat iris yang melewatkan cahaya ke retina, ukurannya dikendalikan oleh otot iris dan bervariasi menurut intensitas cahaya yang diterima Rangsang : Perubahan lingkungan di dalam atau di luar tubuh yang memicu suatu tanggapan di dalam sel sensoris Silia : Struktur yang menyerupai rambut di dalam tubuh. Di dalam hidung berfungsi untuk menyaring kotoran
21
Mata Kuliah:Anatomi dan Fisiologi Manusia
DAFTAR PUSTAKA Anderson, Clifford R. (1979). Petunjuk Modern Kepada Kesehatan. Bandung, Indonesia Publishing House. Bauman, Robert., & Steve Dutton. (1996). Human Anatomy and Physiology Laboratory Texbook,., USA : Whittier Publications Inc. Carola, Robert, et.al. (1992). Mc.Graw-Hill, Inc.
Human Anatomy and Physiology. 2nd ed. USA:
Carpenter, RHS. (1996). Neurophysiology. Third Ed. London, Arnold Hodden Headline Group. Elaine N. Marieb & Katja Hoehn , (2012). Human Anatomy & hysiology (9th Edition) Pearson Education, Inc., publishing as Benjamin Cummings Elaine N. Marieb & Katja Hoehn, (2010). Human Anatomy and Physiology with Interactive Physiology 10-System Suite, 8th Edition. Pearson Education, Inc., publishing as Benjamin Cummings Fox, Stuart Ira ( 2002): Human Physiology Lab. Manual, Ninth Edition. USA : The McGraw−Hill. Companies, Ganong, Wiliam F. (1999). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Alihbahasa: Widjayakusumah, Djauhari M. et al. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Guyton, Arthur C. (1982). Human Physiology and Mechanism of Disease. Japan, Igakushoin, Saunders International Edition. Guyton, Arthur C. (1993). Fisiologi Tubuh Manusia, Jilid I Ed. 9, Alih Bahasa: Haryadi, et.al (1994), Jakarta: Binarupa Aksara. Guyton, Arthur C dan Hall, John E. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Alihbahasa. Setiawan, Irawati et. al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
22
Mata Kuliah:Anatomi dan Fisiologi Manusia
Ilyas, Sidharta. (1998). Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Iskandar, Nurbaiti. (1993). Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok untuk Perawat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kent, M., Van De Graaff, R. Ward Rhees, (2010), Human Anatomy and Physiology Third Edition Schaum’s Outline Series. McGraw-Hill Mader, SILVYA S., (2004). Understanding Human Anatomy & Physiology, Fifth Edition The McGraw−Hill Mason, William & Marshall, Norton L. (1987). The Human Side of Biology. Second Ed. New York: Harper & Row Publisher. Pearce, E.C. (1993). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Raven, Chr. P. (1997). Atlas Anatomy. Jakarta, Penerbit Djambatan. Shier, David., Jackie Butler., Ricki Lewis (2007) Hole's Human Anatomy & Physiology. Eleventh Edition, Higher Education The McGraw-Hill Companies Smith, Donald, E., et.al. (1989). Textbook of Physiology. Eleventh Ed. London, Churchill Livingstone. Solomon, Eldra P. & Davis P. William. (1983). Human Anatomy & Physiology. Japan, CBS College Publishing, Saunders College Publishing. Suntoro, Susilo H. et.al. (1987). Materi Pokok Anatomi Hewan. Jakarta: Universitas Terbuka. Syaifuddin. (1997). Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Edisi 2, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
23
Mata Kuliah:Anatomi dan Fisiologi Manusia
Tortora, Gerard J. (1999). Principles of Human Anatomy. Sixt Edition. New York. Harper Collins Publisher. Vander, Eric Widmaier, Hershel Raff. (2001) Human Physiology: The Mechanism of Body Function, Eighth Edition. The McGraw−Hill Companies. Wallace, Robert A. (1992). Biology the World of Life. Sixth Ed. USA, Harper Collins Publisher Inc.
24