BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri 17.508 pulau. Dengan total luas wilayah 1.904.569 km² merupakan sumber kekayaan alam yang luar biasa. Dengan banyaknya lahan pertanian, perkebunan, kondisi alam tersebut memberikan peluang bagi sebagian besar masyarakat Indonesia untuk melakukan kegiatan usaha di bidang pertanian. Pertanian merupakan salah satu sumber penghasilan negara Indonesia yang utama. Kondisi pertanian di Indonesia sudah dalam keadaan yang baik, terbukti dengan banyaknya hasil perekonomian yang diekspor ke luar negeri. Pengembangan usaha agribisnis menjadi sangat strategis dan penting sejalan dengan upaya pemerintah dalam mengembangkan sumber-sumber kebutuhan ekonomi baru diluar minyak dan gas. Agribisnis menurut Soekartawi (2010) adalah usaha dalam bidang pertanian, baik mulai dari produksi, pengolahan, pemasaran, dan kegiatan lain yang berkaitan. Sektor agribisnis merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi jangka panjang maupun dalam rangka pemulihan ekonomi bangsa. Peranan sektor agribisnis adalah sebagai sumber penghasilan bahan kebutuhan pangan, papan, dan sandang. Selain itu, sektor agribisnis juga menyediakan lapangan kerja bagi sebagian besar penduduk, memberikan devisa bagi negara dan memberikan efek pengganda ekonomi
1 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
yang tinggi dengan rendahnya ketergantungan terhadap import. Pertumbuhan yang terus positif secara konsisten, sektor pertanian akan berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional (Antara,2009). Sektor agribisnis merupakan sektor dengan indeks sektoral BEI yang sub indeksnya berasal dari IHSG. Mulai tahun 2009 sampai awal 2014, indeks saham agribisnis mengalami peningkatan sedangkan memasuki pertengahan tahun 2014 mengalami penurunan yang diakibatkan adanya kondisi politik di Indonesia yang kurang stabil namun tidak berlangsung lama dan kembali mengalami kenaikan pada akhir tahun 2014 (Yulianto,2015). Semua yang tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam sektor menurut klasifikasi industri yang telah ditetapkan BEI, yang diberi nama JASICA (Jakarta Industrial Classification). Sektor pertanian merupakan sektor pertama yang masuk dalam sektor primer (Ekstraktif). Dalam penelitian ini objek waktu penelitian yang ditentukan penelitian dalam waktu 6 tahun terakhir, hal ini dikarenakan kondisi Pasar Modal Indonesia yang sedang mengalami pertumbuhan yang ditandai dengan peningkatan atas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang merupakan indikator utama pergerakan harga saham.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
GAMBAR 1.1 Grafik Index Agriculture
Sumber : www.indonesia-investments.com diambil pada 12 September
Secara umum tujuan manajemen keuangan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham. Seperti yang dikemukan oleh Weston dan Copeland (1986:7) bahwa the goal of financial management is to maximize the value of the firm. Nilai perusahaan dapat mencerminkan nilai aset yang dimiliki perusahaan seperti surat-surat berharga. Hubungan signifikan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan akan terlihat jika melihat tujuan utama setiap perusahaan yaitu untuk memperoleh laba yang maksimal dimana dengan adanya peningkatan laba menunjukkan bahwa kinerja keuangan sebuah perusahaan mengalami peningkatan (Chandra dalam Anthony dan Nanik, 2013). Nilai perusahaan bukanlah laba yang diperoleh, melainkan upaya yang sungguh-sungguh untuk menaikkan harga saham. Agar nilai perusahaan bisa ditingkatkan manajemen harus bisa mengoptimalkan fungsi manajemen keuangan (H. Sutrisno, 2010). Ada tiga fungsi manajemen keuangan yakni mencari sumber dana dengan biaya yang murah (financing decisions),
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
mengalokasikan dana tersebut kepada proyek investasi menguntungkan (invesment decisions) dan atas keuntungan tersebut manajemen akan memutuskan seberapa besar laba akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen dan berapa yang ditahan untuk dilakukan (dividen policy) (Damodaran dalam H. Sutrisno, 2010). Perusahaan yang baik dan sehat salah satunya dapat dilihat dari kinerja keuangannya. Untuk mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan dapat diukur dengan beberapa metode pengukuran menurut analisi kinerja keuangan. Adapun metode pengukuran kinerja keuangan yaitu rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio aktivitas. Harga saham sebagai alat untuk mengukur nilai perusahaan pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor teknikal dan faktor fundamental. Faktor fundamental berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan, tentang efektifitas dan efisiensi perusahaan dalam mencapai sasarannya (Stoner et al. Dalam H. Sutrino, 2010). Maka dalam menganalisis kinerja keuangan dapat digunakan rasio keuangan yang terbagi dalam beberapa kelompok, yaitu rasio likuiditas, akitivitas, solvabilitas, dan profitabilitas. Dalam analisis tersebut, para peneliti mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dan menerapkan faktorfaktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Teori yang mendasari penelitian-penelitian tersebut adalah semakin tinggi kinerja keuangan yang diproksikan dengan rasio keuangan, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Melalui rasio keuangan tersebut dapat dilihat seberapa berhasilnya manajemen perusahaan mengelola aset dan modal yang dimilikinya untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
memaksimalkan nilai perusahaan biasanya menggunakan analisis rasio keuangan (Wahyu Ardimas dan Wardoyo, 2012). Rasio-rasio itu antara lain Net Profit Margin (NPM) dan Earning per Share (EPS). Net Profit Margin (NPM), merupakan salah satu rasio profitabilitas yang diperoleh dengan membagikan laba setelah pajak dengan penjualan. Dengan menggunakan NPM, maka investor akan dapat mengetahui seberapa besar laba bersih yang diperoleh perusahaan dari setiap rupiah penjualan yang dilakukan perusahaan (H. Sutrisno, 2010). Selain Net Profit Margin (NPM) , Earning per Share (EPS) juga merupakan pendapatan bersih yang tersedia dibagi jumlah lembar saham yang beredar. Laba merupakan alat ukur utama kesuksesan suatu perusahaan, karena itu para pemodal sering kali memusatkan perhatian pada besarnya EPS dalam melakukan analisis saham. Para pemegang saham tertarik dengan EPS yang besar karena hal tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan (Yancik dan Trisnadi, 2014). Perusahaan semakin menyadari pentingnya menerapkan program Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai bagian dari strategi bisnisnya. Akuntabilitas dapat dipenuhi dan asimetri informasi dapat dikurangi jika melaporkan dan mengungkapkan kegiatan Corporate Social Responsibilitynya ke para pemegang saham. Dengan pelaporan dan pengungkapan Corporate Social Responsibility, para pemegang saham akan dapat mengevaluasi bagaimana pelaksanaan Corporate Social Responsibility dan memberikan penghargaan/sanksi
terhadapan
perusahaan
sesuai
hasil
evaluasinya
(Wirakusuma dan Yuniasih dalam Luh Eni, Gede, dan kadek, 2012).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
Pelaksanaan Corporate Social Responsibility di Indonesia juga semakin jelas dengan adanya ketentuan tentang kewajiban suatu perusahaan untuk melaksanakan Corporate Social Responsibility diatur dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas BAB V tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan khususnya pasal 74 (Anthony dan Nanik, 2013). Berdasarkan penelitian mengenai kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan ditemukan beberapa hasil penelitian yang tidak signifikan dengan menggunakan metode profitabilitas seperti Net Profit Margin tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Wahyu Ardimas dan Wardoyo, 2012), dimana hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang ada sebelumnya (Rinati, 2009) sedangkan berbanding terbalik dengan penelitian H. Sutrisno (2010) dengan menggunakan structural equation model (SEM), dimana variable faktor fundamental berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan dan temuan tersebut didukung dengan temuan peneliti sebelumnya yakni Pakpahan (2010) dan Anastasia et al (2003). Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Yancik Safitri dan Trisnadi Wijaya (2014) menunjukkan bahwa EPS berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan namun berbanding terbalik dengan penelitian dari Sukaenah (2014), dimana dalam penelitian tersebut EPS berpengaruh negatif secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Menurut Luh Eni, Gede Adi, dan Kadek (2012) kinerja keuangan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan semakin tinggi tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility menunjukkan semakin tinggi pula tingkat operasional perusahaan yang berarti kinerja keuangan perusahaan meningkat dan akan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
mempengaruhi nilai perusahaan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh H. Sutrisno (2010) arus kas
tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan, sedangkan faktor fundamental berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian lain menurut Ratih (2010) membuktikan adanya pengaruh yang signifikan dari arus kas terhadap nilai perusahaan. Penelitian arus kas terhadap nilai perusahaan lainnya melalui Uji T arus kas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan, dengan adanya syarat tidak terjadi perubahan laba per saham dan pendapatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah informasi kinerja keuangan, Corporate Social Responsibility, dan arus kas bersih digunakan investor untuk mengambil keputusan investasi yang mana hasil keputusan investor akan tercermin dari laba perusahaan yang dilihat dari nilai perusahaan. Penelitian akan dilakukan pada perusahaan berkapitalisasi besar. Hal ini dikarenakan saham yang memiliki kapitalisasi besar tidak mudah digoyahkan oleh para investor yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan jangka pendek saja. Dalam hal ini untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan yang diukur dari aspek likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan profabilitas. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis akan melakukan penelitian kembali
dengan
judul
“PENGARUH
KINERJA
KEUANGAN,
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, dan ARUS KAS BERSIH TERHADAP NILAI PERUSAHAAN STUDI KASUS PADA SEKTOR AGRIBISNIS YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009 - 2010”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
B. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukan diatas, maka permasalah dalam penelitian ini adalah : 1.
Apakah kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan pada sektor agribisnis yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2.
Apakah Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan pada sektor agribisnis yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3.
Apakah arus kas bersih terhadap nilai perusahaan pada sektor agribisnis yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. b. Untuk
memberikan
bukti
empiris
pengaruh
Corporate
Social
Responsibility terhadap nilai perusahaan. c. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh arus kas bersih terhadap nilai perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
2. Kontribusi penelitian a. Bagi Penulis Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai pengaruh kinerja keuangan, Corporate Social Responsibility, dan arus kas bersih terhadap nilai perusahaan. b. Bagi Perusahaan Memberikan informasi tambahan bagi perusahaan dalam melaporkan laba yang diperoleh kepada para pemegang saham untuk dapat mengetahui nilai perusahaan. c. Bagi Pembaca Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan literatur bagi penelitian selanjutnya mengenai pengaruh kinerja keuangan, Corporate Social Responsibility, dan arus kas bersih terhadap nilai perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/