Seminar Nasional dan ExpoTeknik Elektro 2013
ISSN: 2088-9984
Studi Kelayakan Investasi Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro di Bendungan Krueng Jreu Indrapuri Aceh Besar Hendrayana 1) Syukriyadin 2) Fadli 3) Muhammad Rizal Fachri 4) 1,3,4)
Magister Teknik Elektro Universitas Syiah Kuala
2)
Magister Teknik Elektro Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Syech Abdurrauf No.7, Darussalam, Banda Aceh Email:
[email protected]
bangkitkan dari bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui dan tidak ramah lingkungan. Padahal potensi sumber energi terbarukan (renewable energy) yang tersedia cukup banyak dan belum dimanfaatkan secara optimal [1]. Salah satu sumber energi terbarukan adalah mini hidro, mini hidro adalah istilah yang digunakan untuk pembangkit listrik tenaga air berskala di antara 100 kW hingga 1 MW, dimana mini hidro tersebut diperoleh dari perhitungan potensi air yang terdapat pada bendungan sungai Krueng Jreu di kecamatan Indrapuri kabupaten Aceh Besar. Potensi energi yang bisa dimanfaatkan untuk pembangkit energi listrik diperoleh berdasarkan beda ketinggian (head) dan debit air. Penerapan pembangkit listrik tenaga mini hidro (PLTM) menjadi sumber energi terbarukan membutuhkan perencanaan yang matang, karena itu perlu dilakukan kajian untuk menentukan layak atau tidaknya direalisasikan PLTM berdasarkan potensi yang tersedia [2,3].
ABSRACT The increasing of the electrical energy needs associated with the increasing of population in the area that will increase electricity customers. Today most of the electrical energy is generated from fossil fuels. It is nonrenewable environmentally unfriendly. Despite the availability, the potential for renewable energy sources (renewable energy) has not been used optimally. One source of renewable energy is available in Indrapuri subdistrict of Aceh Besar district which is it’s the water potential the dam of Krueng Jreu river that can be used to build mini-hydro power. Application of mini-hydro power into renewable energy sources requires fixed plan, because it needs to be examined to determine whether or not the potential is realized based mini-power. The result showed that the water discharge dam of Krueng Jreu river is capable for generating power of 426.58 kW. Based on the calculations, the cost of the investment required for mini-hydro power plans on the dam of Krueng Jreu river for Rp.9.148.689.000,- with a Net Present Value (NPV) = Rp. 2.943.110.057,- Break Even Point (BEP) = 4.97 years, Benefit Cost Ratio (BCR) = 2.451 and the Internal Rate of Return (IRR) = 4.81%. Thus the mini-hydro power plants is feasible for realized
2.
Pembangkit listrik tenaga mini hidro (PLTM) adalah suatu instalasi pembangkit listrik tenaga air dengan kapasitas kecil, Klasifikasi air terjun dan kapasitas daya yang dihasilkan pembangkit hidro dapat dilihat pada tabel 1 dan 2 berikut ini [3]:
Key words Pembangkit Listrik Tenaga Mini Terbarukan, Analisa Studi Kelayakan
1.
Hidro,
Teori Penunjang
Energi
Pendahuluan
Tabel 1 Klasifikasi Tinggi Terjun Dan Kapasitas Daya [4]
Peningkatan akan kebutuhan energi listrik terkait dengan bertambahnya penduduk di suatu daerah serta bertambahnya instansi atau lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta untuk memberikan pelayanan kepada publik. Dengan demikian akan menambah pelanggan listrik di daerah tersebut dan juga akan bertambah pula berbagai sektor industri yang tentunya juga memerlukan energi listrik. Saat ini sebagian besar energi listrik di
Daya (KW) 5-50 50-500 500-5000
29
Rendah 1.5-15 2-20 3-30
Tinggi Terjun (m) Sedang Tinggi 15-50 50-150 20-100 100-250 30-120 120-240
Seminar Nasional dan ExpoTeknik Elektro 2013
ISSN: 2088-9984
Tabel 2 Definisi Tenaga Air Berdasarkan Kapasitas Daya [4]
Pico Hydro
<500 W
Permen ESDM Th 2002 -
Micro Hydro
500W – 100 kW
< 1 MW
Mini Hydro
100 kW – 1 MW
1 MW - 10 MW
Small Hydro
1 MW – 10 MW
-
Large Hydro
>10 MW
-
Istilah
Power Output
sehingga perlu dikalikan dengan faktor koreksi kecepatan. Faktor koreksi tergantung dari jenis saluran seperti pada tabel berikut ini : Tabel 3 Faktor Koreksi Untuk Tiap Jenis Saluran [2]
Jenis Saluran Saluran beton, persegi panjang, mulus Sungai luas, tenang, aliran bebas (A>10 m2) Sungai dangkal, aliiran bebas (A>10m2) Dangkal (<0,5m2) Sangat dangkal (<0,2 m2)
Berdasarkan Tabel 2 untuk pembangkit listrik mini hidro diklasifikasikan untuk daya antara 100 kW sampai 1 MW
2.1 Perencanaan Komponen PLTM
Dengan memperhatikan faktor koreksi tersebut maka besarnya debit air yang jatuh dapat dinyatakan dengan persamaan: Q = c{A1V1 + A1V1 + ... + AnVn }.................(3)
A. Pengukuran Debit Air Debit merupakan jumlah air yang mengalir didalam saluran atau sungai perunit waktu. Metode yang umum diterapkan untuk menentukan debit air sungai adalah metode profil sungai (cross section). Pada metode ini debit merupakan hasil dari perkalian antara luas penampang sungai dengan kecepatan aliran air ditunjukkan pada pers. 1 berikut [2] :
Dimana :
Q = Debit air (m3/detik) A = Luas penampang sungai (m2) V = Kecepatan aliran sungai (m/detik)
B. Pengukuran Tinggi Jatuh Air Pengukuran tinggi jatuh air antara sumber air dengan lokasi turbin dapat dilakukan dengan Altimeter yang terdapat pada GPS, prinsip kerja Altimeter mengukur tekanan udara. Tekanan udara akan berubah 9 mm head air raksa untuk setiap 100 meter perubahan elevasi. Altimeter sangat mudah terpengaruh oleh perubahan suhu, tekanan atmosfir dan kelembaban. Pengukuran beda ketinggian yang terbaik adalah dengan melakukan pengukuran beda ketinggian dalam jangka waktu yang secepatnya. Secara umum pengukuran menggunakan altimeter adalah pengukuran yang paling baik terutama untuk pengukuran kondisi-kondisi tertentu misalnya untuk pengukuran head yang tinggi. Altimeter page pada GPS menunjukkan peningkatan yang sedang berlaku, rata-rata penurunan, profil perubahan peningkatan ketinggian sepanjang jarak dan waktu atau profil perubahan tekanan sepanjang waktu [2,6].
Luas penampang diukur dengan menggunakan meteran dan piskal (tongkat kayu yg di beri ukuran) dan kecepatan aliran diukur dengan menggunakan current meter atau metode apung. Terdapat banyak metode pengukuran debit air, dengan propeller atau current meter adalah sebuah batang propeller atau baling-baling yang dapat bergerak bebas berputar dan dihubungkan dengan layar monitor menggunakan kabel untuk membaca kecepatan aliran air. Pengukuran kecepatan dengan metode apung dilakukan dengan jalan mengapungkan suatu benda misalnya botol atau stereofoam dan diukur kecepatannya pada dua lintasan awal dan akhir. Kecepatan aliran air dapat dihitung dengan Pers.2 berikut [6]: ....................................................(2) Dimana :
Q = Debit aliran (m3/detik) c = Faktor koreksi A = Luas penampang (m2) V = Kecepatan aliran sungai (m/detik)
Dari Pers.3 disimpulkan bahwa besarnya debit air dipengaruhi oleh luas penampang dan kecepatan aliran
Q = AV ......................................................(1) Dimana :
Faktor Koreksi (c) 0,85 0,75 0,65 0,45 0,25
C. Pemilihan Generator dan Turbin Komponen elektrikal dan mekanikal terdiri dari turbin, generator, sistem transmisi mekanik dan sistem kontrol. Pemilihan generator didasarkan atas potensi energi listrik yang dapat dibangkitkan dan juga sistem listrik yang dipakai. Untuk memilih jenis turbin yang tepat dapat dilakukan dengan menggunakan grafik pemilihan turbin seperti yang ditunjukkan pada gambar 2 berikut ini [2,9]:
V = Kecepatan (m/detik) S = Jarak tempuh (m) T = waktu tempuh (detik)
Dari rumus diatas kecepatan aliran dipengaruhi oleh jarak dan waktu tempuh. Pengukuran dilakukan dibeberapa sisi dan berulang kali untuk mendapatkan hasil yang akurat yaitu pada sisi tengah dan pinggir aliran, kecepatan yang diperoleh merupakan kecepatan maksimal 30
Seminar Nasional dan ExpoTeknik Elektro 2013
ISSN: 2088-9984 Dari Tabel 5 dapat direncanakan pemilihan generator yang sesuai untuk digunakan sebagai pembangkit.
2.2 Perencanaan Komponen Sipil Komponen sipil pada PLTM terdiri dari bendungan, bak pengendap, bak penenang (forebay), pipa pesat dan rumah pembangkit. Bendungan berfungsi untuk membuat ketinggian dan membelokkan air menuju intake kemudian masuk ke saluran pembawa (headrace) lalu ke bak penenang kemudian air dialirkan ke turbin melalui pipa pesat. Diameter pipa pesat minimum dihitung dengan persamaan 4 [2,9]: ...............................(4) Dimana :
Gambar 2 Grafik Pemilihan Jenis Turbin [7]
Tabel 6 Koefisien Manning Untuk Meterial Pipa Pesat [2]
Material Welded steel Polyethyne Polyvinyl chloride (PVC) Asbestos cement Cast iron Dutne iron
Table 4 Kecepatan Spesifik Turbin [7]
Kecepatan (rpm) 75-100 75-150 500-1500 500-1500 60-100 600-1000
Parameter yang digunakan untuk mengukur kelayakan usaha yaitu Net Present Value (NPV), Break Even Point (BEP), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Internal Rate of Return (IRR) [6].
A. Net Present Value (NPV) NPV adalah selisih harga sekarang dari aliran kas bersih (Net Cash Flow) di masa yang akan datang dengan harga sekarang dari investasi awal pada tingkat bunga tertentu. Untuk menghitung NPV menggunakan persamaan berikut ini[6,8,10] :
Tabel 5 Pemilihan Generator [7]
Frekuensi 50 Hz 60 Hz 3000 3600 1500 1800 1000 1200 750 900 600 720 500 600 428 540
Jumlah Kutub 16 18 20 22 24 26 28
Koefisien Manning (n) 0,012 0,009 0,009 0,011 0,014 0,015
2.3 Evaluasi Proyek
Dengan mengetahui kecepatan spesifik dari turbin maka perncanaan dan pemilihan jenis turbin akan menjadi lebih mudah. Untuk pemilihan generator berdasarkan kecepatan spesifik dari turbin ditunjukkan pada tabel berikut : Jumlah Kutub 2 4 6 8 10 12 14
= diameter pipa (m) = debit air (m3/detik) = panjang penstock (m) = koefisien manning = tinggi jatuh air (head)(m)
Diameter pipa pesat dipengaruhi oleh koefisien manning yaitu jenis material yang digunakan. Nilai koefisien manning untuk pipa pesat ditunjukkan pada tabel 6 berikut:
Dari gambar 2 diatas pemilihan jenis turbin didasarkan pada beda ketinggian (head) dan debit air. Kecepatan spesifik dari turbin juga mempengaruhi dasar pemilihan jenis turbin karena berpengaruh terhadap sistem mekanik yang akan digunakan. kecepatan spesifik setiap turbin memiliki kisaran tertentu berdasarkan data dan eksperimen, kecepatan spesifik turbin dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Type Turbin Kaplan single regulated Kaplan double regulated Francis Pelton Cross-flow Turgo
D Q L n H
Frekuensi 50 Hz 60 Hz 375 450 333 400 300 360 272 327 250 300 231 277 214 257
.........(5) Dimana :
31
NPV = Net Present Value (Rp) NB = Net Benefit = Benefit – Cost Bi = Benefit yang telah di diskon Ci = Cost yang telah di diskon n = tahun ke – i = diskon faktor (%)
Seminar Nasional dan ExpoTeknik Elektro 2013
ISSN: 2088-9984
Berdasarkan pers 5 diperoleh kesimpulan apabila NPV>0 dikatakan proyek tersebut feasible (go) untuk dilaksanakan dan jika NPV<0 tidak layak untuk dilaksanakan.
Dimana :
B. Break Event Point (BEP) BEP adalah keadaan atau titik dimana kumulatif pengeluaran (Total Cost) sama dengan kumulatif pendapatan (Total Revenue) atau laba sama dengan nol (0), dapat dijelaskan dengan [6,8,10]: 1. Total Revenue = Total Cost 2. Total Revenue - Total Cost = 0 Formula yang digunakan untuk menghitung BEP yang merupakan waktu pengembalian total cost ditunjukkan pada pers 6 berikut :
dari rumus diatas nilai IRR berada antara nilai NPV positif dan NPV negatif yaitu pada NPV=0
3. Perencanaan PLTM A. Lokasi Penelitian Lokasi pembangkit listrik tenaga mini hidro (PLTM) direncanakan berada di sungai Krueng Jreu dengan memanfaatkan bendungan sungai Krueng Jreu di kecamatan indrapuri kabupaten Aceh Besar, lokasi PLTM ditunjukkan pada gambar 3 dan 4 berikut ini:
..(6) Dimana :
BEP BP-1
IRR = Internal Rate of Return (%) NPV1 = Net Present Value dengan tingkat bunga rendah (Rp) NPV2 = Net Present Value dengan tingkat bunga tinggi(Rp) i1 = tingkat bunga pertama (%) i2 = tingkat bunga kedua (%)
= Break Event Point = Tahun sebelum terdapat BEP = Jumlah total cost yang telah didiskon = Jumlah benefit yang telah didiskon
Dari pers tersebut terlihat terjadinya titik pulang pokok TR-TC tergantung pada lama arus penerimaan sebuah proyek dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan dan biaya modal lainnya.
C. Benefit Cost Ratio (BCR) BCR adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif (benefit / keuntungan) dengan manfaat bersih yang bernilai negatif (cost / biaya). Untuk menghitung BCR dapat menggunakan persamaan di bawah ini [6,8,10]: Gambar 3 Lokasi Pembangunan PLTM Kabupaten Aceh Besar
........................................(7) Dimana :
BCR = Benefit Cost Ratio Bk
= Keuntungan (benefit) pada tahun-k (Rp)
Ck N k
= Biaya (cost) pada tahun k (Rp) = Periode proyek (tahun) = tahun ke
Suatu proyek dapat dikatakan layak bila diperoleh nilai BCR > 1 dan dikatakan tidak layak bila diperoleh nilai BCR < 1.
D. Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah besarnya tingkat keuntungan yang digunakan untuk melunasi jumlah uang yang dipinjam agar tercapai keseimbangan ke arah nol dengan pertimbangan keuntungan. IRR ditunjukkan dalam bentuk % / periode dan biasanya bernilai positif (I > 0). Untuk menghitung IRR dapat menggunakan persamaan di bawah ini [6,8,10]: ............(8)
Gambar 4 Lokasi Bangunan PLTM di Bendungan Sungai Krueng Jreu Kec.Indrapuri terletak di 5°22'19.28"U 95°25'57.70"T
Lokasi PLTM terletak pada koordinat 5°22'19.28"U 95°25'57.70"T yaitu pada lokasi bendungan sungai Krueng Jreu.
32
Seminar Nasional dan ExpoTeknik Elektro 2013
ISSN: 2088-9984
B. Pengukuran Tinggi Jatuh Air
4. Kapasitas Proyek
Pengukuran tinggi jatuh air antara sumber air dengan lokasi turbin dilakukan dengan menggunakan Altimeter yang terdapat pada GPS. GPS yang digunakan adalah merk Garmin type E-trex 30. Dari hasil pengukuran dengan GPS diperoleh beda ketinggian (head) yang sebesar 6 meter.
Pembangkitan
dan
Analisa
Besarnya daya yang dapat dibangkitkan tergantung pada debit dan tinggi jatuh air (head), semakin besar debit dan tinggi jatuh air maka akan semakin besar energi potensial dan semakin besar pula daya yang dapat dihasilkan sesuai dengan persamaan : P = H . Q . 9,81 . ..................................(14) Dimana : P = Daya yang dihasilkan (kW) Q = Debit air (m3/detik) H = Ketinggian jatuh air (m) = efisiensi
C. Pengukuran Debit Air Pengukuran debit air yang dilakukan pada saat musim kemarau yaitu bulan Juni dengan tujuan untuk mendapatkan debit air terkecil yang bertujuan menghitung potensi yang didapatkan masih dapat digunakan untuk PLTM. Data debit air juga dapat diperoleh dari Badan Pusat Statistik Daerah atau Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika setempat. Untuk menghitung luas penampang sungai (A) dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut : a. Pengukuran kedalaman sungai dibeberapa titik X1Xn dan menghitung kedalaman rata-rata dengan persamaan : ..............................................(9)
Hasil yand diperoleh selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk pemilihan turbin dan generator.
4.1 Penentuan Komponen Mekanik-Elektrik PLTM A. Turbin Turbin adalah sebuah mesin berputar yang mengambil energi dari aliran fluida. Untuk pemilihan turbin didasarkan atas ketinggian jatuh air (head) dan debit air. Terdapat beberapa jenis turbin air yang dapat digunakan yaitu turbin reaksi dan turbin impuls. Yang termasuk turbin reaksi adalah turbin francis dan turbin propeller, sedangkan turbin impuls adalah turbin pelton dan turbin crossflow Berdasarkan data yang diperoleh yaitu ketinggian jatuh air 6 meter dan debit air 13,421 m3/detik sehingga dari grafik pemilihan turbin pada gambar 2 dan kecepatan spesifik turbin pada tabel 5 turbin yang sesuai untuk digunakan pada saluran air tersebut adalah tipe crossflow dengan kecepatan 60-1000 rpm dan efisiensi hingga 80%.
b. Mengukur lebar sungai (l) c. Menghitung total luas penampang (A) sungai dengan persamaan : A = l . Xrata ...............................................(10) Untuk menghitung kecepatan aliran sungai (V) dengan pelampung dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut : a. Ikat sebuah pelampung kemudian dihanyutkan dari titik t0-t1 pada jarak (S) meter yang telah ditentukan hingga lima kali berturut-turut, kemudian waktu tempuh dicatat dengan menggunakan stopwatch. b. Waktu tempuh rata-rata dari pelampung tersebut adalah : ...............................................(11)
B. Generator Pada pembangkit listrik tenaga mini hidro (PLTM) ini digunakan generator yang sesuai dengan kecepatan turbin crossflow, dari tabel 5 diperoleh generator yang digunakan untuk PLTM harus mempunyai kecepatan 1000 rpm dengan 6 kutub dengan kapasitas daya yang dihasilkan berdasarkan debit dan tinggi jatuh air yang telah dihitung dan efisiensi turbin t di asumsikan 60% dan generator g 90% sehingga diperoleh : P = H . Q . 9,81 . t . g P = 6 . 13,421. 9,81 . 0,6 . 0,9 P = 426,58 kW
c. Kecepatan aliran sungai (V) m/detik diperoleh dengan membagi jarak tempuh pelampung dengan waktu tempuh rata-rata pelampung yaitu : ................................(12) Setelah luas penampang dan kecepatan aliran sungai diketahui maka besarnya debit air pada sungai dapat dianalisis : Q = A . V (m3/detik)...................................(13)
Total energi selama satu tahun adalah : P = 426,58 x 8760 = 3736827,06 kWh
Dari hasil survey setelah melakukan pengukuran dan perhitungan debit air pada saluran irigasi sungai Krueng Jreu sebesar 13,421 m3/detik
33
Seminar Nasional dan ExpoTeknik Elektro 2013
ISSN: 2088-9984
Arus generator dari daya yang dihasilkan generator 3 fasa dihitung dengan persamaan :
Nilai Residu
= 10% x Rp. 9.148.689.000 = Rp. 914.868.900
b. Penyusutan
......................................(15)
= Rp 823.382.010 /tahun Penyusunan proforma cashflow menggunakan asumsi dasar sebagai berikut : 1. Tingkat inflasi = 4% 2. Tingkat suku bunga = 10% 3. Kenaikan tarif listrik per tahun = 2% 4. Umur ekonomis pembangkit 10 tahun 5. Pajak 30%
4.2 Evaluasi Proyek A. Biaya Investasi Biaya investasi meliputi : biaya pradesain, pekerjaan bangunan sipil, peralatan, pemasangan, sistem proteksi dan peralatan tambahan. Estimasi dari biaya investasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
4.3 Penilaian Investasi
Tabel 7 Estimasi Biaya Investasi Item A B C D E
Keterangan Pradesain Pekerjaan bangunan sipil Peralatan Jaringan Peralatan tambahan Jumlah PPN 10% Jumlah +PPN
Total 100.000.000 5.485.000.000 2.407.000.000 274.990.000 50.000.000 8.316.990.000 831.699.000 9.148.689.000
A. Net Present Value (NPV) Perhitungan diskon faktor pada tingkat suku bunga 10% Tahun ke-0 Benefit
B. Penerimaan
Tahun ke-1
Diasumsikan kapasitas daya PLTM yang dapat terserap ke beban sebesar 85% sehingga pendapatan dalam satu tahun adalah :
Benefit
= (0 x 0) x 1 = 0 (belum memperoleh profit)
3.021.607.034
85% x 656 x 1,2 x 426,58 x 8760 = Rp2.500.385.727,62 Cost
C. Pengeluaran Pengeluaran terdiri dari biaya operasional, gaji operator dan lain-lain ditunjukkan pada tabel 8 :
1.232.621.023
Cash Flow tahun pertama sebesar :
Tabel 8 Biaya Operasional dan Pemeliharaan
Biaya Operasional Gaji Operator lain-lain
Uraian 12 x 1000000 12 X 1500000 12 x 1000000
Sehingga total Rp.42.000.000,-
pengeluaran
Rp Rp Rp Total Rp
tiap
Harga 12.000.000 18.000.000 12.000.000 42.000.000
tahun
=
1.788.986.011 Tabel 9 Present Value Tahun 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
sebesar
D. Penyusutan dan Residu Jika di taksir umur ekonomis Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro sekitar 10 tahun, maka nilai residu dan penyusutan terhadap pembangkit tersebut adalah : a. Residu Investasi awal = Rp. 9.148.689.000
34
Benefit 3.021.607.034 2.746.915.486 2.497.195.896 2.270.178.087 2.063.798.261 1.876.180.237 1.705.618.398 1.550.562.180 1.409.601.982 1.281.456.347 20.423.113.908
Present Value Cost 9.148.689.000 1.232.621.023 1.120.564.566 1.018.695.060 926.086.418 841.896.744 765.360.676 695.782.433 632.529.485 575.026.804 522.751.640 8.331.314.851
Cash Flow (9.148.689.000) 1.788.986.011 1.626.350.919 1.478.500.836 1.344.091.669 1.221.901.517 1.110.819.561 1.009.835.965 918.032.695 834.575.177 758.704.707 12.091.799.057
Seminar Nasional dan ExpoTeknik Elektro 2013
ISSN: 2088-9984 Tabel 12 NPV Dengan Tingkat Bunga Kedua
B. Benefit Cost Ratio (BCR) Perhitungan Benefit Cost Ratio (BCR) adalah:
C. Break Event Point (BEP) Dengan kenaikan tingkat suku bunga sebesar 10% didapatkan perhitungan akumulasi pendapatan dan penerimaan pada tabel berikut: Tabel 10 Akumulasi Pendapatan dan Penerimaan Tahun 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Akumulasi Cash out 9.148.689.000 10.063.557.900 11.069.913.690 12.176.905.059 13.394.595.565 14.734.055.121 16.207.460.634 17.828.206.697 19.611.027.367 21.572.130.103 23.729.343.114
Cash in 3.021.607.034 6.043.214.068 9.064.821.103 12.086.428.137 15.108.035.171 18.129.642.205 21.151.249.239 24.172.856.274 27.194.463.308 30.216.070.342
Net Cash Flow (9.148.689.000) (7.041.950.866) (5.026.699.622) (3.112.083.956) (1.308.167.428) 373.980.050 1.922.181.572 3.323.042.543 4.561.828.907 5.622.333.205 6.486.727.228
Tahun
Diskon faktor 12%
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220
Net Cash Flow
Present value 2
1.967.884.612 2.130.519.704 2.278.369.788 2.412.778.955 2.534.969.106 2.646.051.063 2.747.034.659 2.838.837.928 2.922.295.446 2.998.165.917 Jumlah NPV
1.597.308.939 1.296.516.996 1.052.367.691 854.194.555 693.339.736 562.775.760 456.798.506 370.778.008 300.956.176 244.282.610 7.429.318.976 (1.719.370.024)
Nilai IRR adalah sebagai berikut :
E. Hasil Evaluasi Proyek Setelah dilakukan evaluasi proyek diperoleh hasil sebagai berikut :
BEP = 4 + 0,97 = 4,97 tahun
Tabel 13 Hasil Evaluasi Proyek
D. Internal Rate of Return (IRR)
Parameter NPV BCR BEP IRR
Melalui metode perhitungan di ketahui i1 = 10% dan i2= 12%, perhitungan IRR didapat : Tabel 11 NPV Dengan Tingkat Bunga Pertama Tahun
Diskon faktor 10%
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1,0000 0,9091 0,8264 0,7513 0,6830 0,6209 0,5645 0,5132 0,4665 0,4241 0,3855
Net Cash Flow
Kriteria Kelayakan Proyek NPV > 0 BCR > 1 BEP < umur ekonomis proyek IRR > 0
Hasil perhitungan NPV pada tingkat suku bunga 10% diperoleh sebesar Rp. 2.943.110.057, berdasarkan kriteria kelayakan proyek yang mengharuskan NPV > 0, dan IRR > 0, BCR > 1 dan nilai BEP 4,97 tahun atau dapat mencapai titik impas sebelum umur ekonomis proyek. Berdasarkan hasil evaluasi berarti proyek ini menguntungkan dan memenuhi kriteria kelayakan.
Present value 1
1.967.884.612 2.130.519.704 2.278.369.788 2.412.778.955 2.534.969.106 2.646.051.063 2.747.034.659 2.838.837.928 2.922.295.446 2.998.165.917 Jumlah NPV
Hasil Perhitungan Rp2.943.110.057 2,451 4,97 Tahun 4,81%
1.788.986.011 1.626.350.919 1.478.500.836 1.344.091.669 1.221.901.517 1.110.819.561 1.009.835.965 918.032.695 834.575.177 758.704.707 12.091.799.057 2.943.110.057
5. Kesimpulan Dari hasil survey dan analisa yang dapat telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Bendungan sungai Krueng Jreu dapat menghasilkan potensi daya listrik sebesar 426,58 kW, tegangan output 0,4 kV dan arus 684 Ampere dengan menggunakan turbin crossflow. 2. Jumlah energi yang dapat dihasilkan dalam satu tahun adalah 3736827,06 kWh
35
Seminar Nasional dan ExpoTeknik Elektro 2013
ISSN: 2088-9984 [11] Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia., ” Harga Pembelian Tenaga Listrik Oleh PT PLN (Persero) Dari Pembangkit Tenaga Listrik Yang Menggunakan Energi Terbarukan Skala Kecil Dan Menengah Atau Kelebihan Tenaga Listrik” Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor: 04 Tahun 2012
3. Total anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan PLTM di bendungan sungai Kueng Jreu sebesar Rp.9.148.689.000,4. Net Present Value pada proyek PLTM di bendungan sungai Kueng Jreu bernilai positif yaitu Rp. 2.943.110.057 sehingga layak untuk dibangun 5. Internal Rate of Return dari proyek ini layak untuk dibangun karena nilai IRR 4,81 % dengan diskon faktor 10% dan 12% 6. Break Event Point proyek ini selama 4,97 tahun. 7. Berdasarkan nilai parameter evaluasi proyek didapat nilai NPV dan IRR lebih besar dari 0, BCR>1 dan BEP dibawah umur ekonomis proyek, sehingga proyek PLTM ini layak untuk direalisasikan
REFERENSI [1] Taufik Hidayatullah., 2008, “Analisis Pembangunan Pembangkit Listrik Minihidro Mobuya 3x1000 Kw Di Sulawesi Utara”, FTI,Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS,Keputih-Sukolilo,Surabaya-60111. [2] Ifhan Firmansyah, Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng., Ir. Teguh Yuwono., 2011 “Studi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH) Dompyong 50kW Di Desa Dompyong, Bendungan, Trenggalek Untuk Mewujudkan Desa Mandiri Energi (DME)”, Jurusan Teknik Elektro, FTI-ITS [3] Wisnu Wijaya*), Joko Windarto, and Karnoto., 2012, “Analisa Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro Di Sungai Logawa Kecamatan Kedung banteng Kabupaten Banyumas”, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang 50275 [4] Febriansyah, Joko Windarto., 2012, “Kapasitas Pembangkitan dan Rancangan Anggaran Biaya Pembangunan PLTM di Sungai Damar PT.Adhisatya”, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Tembalang, Semarang, Indonesia. [5] Ridwan Arief Subekti., 2010, “Survey Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro Di Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam”, Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik - LIPI, Komp LIPI Bandung, Jl. Sangkuriang, Gd. 20. Lt. 2, Bandung, Jawa Barat. [6] Purwanto., 2011, “Financial and Economic Analysis of Microhydro Electricity Plants, at Some Locations, Central Java Province, Indonesia”, Balai Penelitian Kehutanan Solo, Jl. Jend. Ahmad Yani, Pabelan, Kartasuro [7] Layman’s “Handbook On How to Develop A Small Hydro Site”, ESHA, 1998 [8] Yacob Ibrahim., 2003, “Studi Kelayakan Bisnis”, Rineka Cipta, Jakarta [9] Catoer Wibowo., 2005, “Langkah Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH)”, Bintang Mas, Bandung, Jawa Barat [10] Kurniawan, Ardhy, dkk., “Pedoman Studi Kelayakan Mekanikal-Elektrikal”, IMIDAP, 2009
36