w
tp :// w
ht .p a
w ab
pu at .
ar
.id
.g o
bp s
tp :// w
ht
ba
ua
ap
.p
w
w
ra t. b
.id
ps .g o
w
tp :// w
ht .p a
w ab
pu at .
ar
.id
.g o
bp s
Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 POTENSI PERTANIAN PAPUA BARAT :No. Publikasi : 07310.1401 Katalog BPS : 91300.14.18
bp s
ab
ar
at .
: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat : Badan Pusat Statistik Provinsi papua Barat Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Seksi Analisis Statistik Lintas Sektor : Badan Pusat Statistik Provinsi papua Barat Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Seksi Analisis Statistik Lintas Sektor
pu
Diproduksi Editor Desain
.g o
ISBN
tp :// w
w
w
.p a
Manokwari: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat, 2014 iv + 49 halaman; 17,6 x 25 cm
ht
.id
© Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
Kata Pengantar .g o
.id
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik, serta mengacu pada beberapa rekomendasi FAO yang telah menetapkan “The World Programme for the 2010 Around Agricultural Censuses Covering Periode 2006-2015”, Badan Pusat Statistik (BPS) menyelenggarakan Sensus Pertanian 2013 (ST2013), yang merupakan Sensus Pertanian keenam sejak pertama kali diselenggarakan pada 1963.
pu
ab
ar
at .
bp s
Tahapan pertama dari ST2013 adalah Pencacahan Lengkap Usaha Pertanian yang dilaksanakan pada Bulan Mei 2013, di mana laporan hasilnya, yang berjudul Buku Laporan Hasil Sensus Pertanian 2013 (Pencacahan Lengkap), telah dipublikasikan beberapa waktu yang lalu. Untuk melengkapi publikasi awal tersebut, serta untuk lebih mendayagunakan hasil ST2013, BPS mempublikasikan buku Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat. Tujuan dipublikasikannya buku ini di antaranya adalah untuk mengidentifikasi peluang dan tantangan sektor pertanian di Papua Barat, mengidentifikasi sub sektor potensial di masing-masing wilayah beserta karakteristiknya.
tp :// w
w
w
.p a
Kami mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya atas bantuan dan kerjasama semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang telah ikut berpartisipasi dalam menyukseskan ST2013 hingga tersusunnya buku ini. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat kepada segenap penggunanya.
ht
Manokwari, Agustus 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
Drs. Simon Sapary, M.Sc
Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
i
Daftar Isi i
DAFTAR ISI
ii
.id
KATA PENGANTAR
.g o
DAFTAR TABEL
bp s
DAFTAR GAMBAR Pertanian sebagai Pondasi Ekonomi Papua Barat A. Potensi Alam Papua Barat untuk Pertanian B. Kontribusi Pertanian dalam Perekonomian Papua Barat C. Pertanian Sumber Ketahanan Pangan D. Keunggulan Komperatif Produk Pertanian Papua Barat E. Peluang Globalisasi bagi Produk Pertanian Papua Barat F. Pertanian Sebagai Penyangga Lingkungan
2.
Profil Rumah Tangga Usaha Pertanian A. Rumah Tangga Usaha Pertanian B. Karakteristik Rumah Tangga Usaha Pertanian
3.
Tantangan Keberlanjutan Pembangunan Sektor Pertanian A. Produk Impor Membanjiri Pasar Papua Barat B. Sektor Pertanian Semakin Tidak Populer? C. Optimalisasi Usaha Pertanian Masih Terhambat D. Pertumbuhan Penduduk dan Ketahanan Pangan E. Tantangan Alam yang Tak Terhindarkan
4.
Potensi Usaha Pertanian Papua Barat A. Padi dan Palawija Kabupaten/Kota di Papua Barat B. Sagu, Kakao, Pala, Kelapa, Pinang dan Kelapa Sawit yang melimpah di Papua Barat C. Penangkapan Ikan sebagai Primadona Papua Barat D. Potensi Kehutanan Papua Barat
pu
ab
ar
at .
1.
1 2 4 5 6 7 7
w
w
.p a
9 10 11
tp :// w
ht
iii vii
15 16 17 18 19 20 21 22 27 30 33
Daftar Pustaka
37
Lampiran
38
Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
ii
Daftar Tabel .g o
bp s
at .
ar
ab
pu
.p a
26 27 32 33
w
4.6
24 26
w
4.3 4.4 4.5
5 11 12 13 14
tp :// w
4.1 4.2
Indikator Pertanian Papua Barat Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Kab/Kota dan Jenis Usaha Jumlah Usaha Pertanian Menurut Subsektor dan Jenis Usaha, ST2013 dan ST2003 Jumlah Usaha Pertanian Menurut Subsektor dan Jenis Kelamin, ST2013 dan ST2003 Jumlah Usaha Pertanian Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, ST2013 dan ST2003 Jumlah RTUP Padi dan Palawija Menurut Keterangan Penjualan Hasil Usaha, ST2013 Jumlah RTUP Padi dan Palawija Menurut Jenis Tanaman dan Sistem Pemanenan Utama, ST2013 Jumlah RTUP Tanaman Pangan menurut Jenis Tanaman dan Kabupaten/Kota, ST2013 Jumlah RTUP Usaha Perkebunan Menurut Kabupaten/Kota, ST2013 Jumlah Unit Usaha Penangkapan Ikan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kapal/ Perahu Utama yang Digunakan, ST2013 Jumlah Unit Usaha Penangkapan Ikan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Alat Tangkap Utama yang Digunakan, ST2013
ht
1.1 2.1 2.2 2.3 2.4
Hal
Judul Tabel
.id
No
Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
iii
Daftar Gambar
4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11
.g o
bp s
at .
ar
ab
pu
.p a
w
w
3.4 4.1 4.2
tp :// w
1.5 2.1 2.2 2.3 2.4 3.1 3.2 3.3
Luas Wilayah Daratan Provinsi Papua Barat Menurut Kab/Kota (m2), 2012 Luas Lahan Penebangan dan Jumlah Produksi Hutan Provinsi Papua Barat, 2009-2012 Persentase Luas Lahan Penebangan Hutan Menurut Kabupaten/Kota, 2009-2012 Share PDRB Sektor Pertanian dan Persentase Pekerja di Sektor Pertanian Papua Barat 2011-2013 (%) Sepuluh Komoditas Pertanian dengan Pangsa Pasar dan RCA Terbesar, 2011 Jumlah Rumah Tangga Pertanian di Papua Barat, ST2003 dan ST2013 Peta Sebaran Rumah Usaha Tangga Pertanian, ST2013 Jumlah Petani Menurut Jenis Kelamin, ST2013 Perbandingan Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan dan Petani Gurem, ST2013 Persentase Pekerja Menurut Lapangan Usaha, 2007-2013 Persentase Petani Utama Menurut Kelompok Umur, 2013 Persentase RTUP Menurut Kegiatan Pengolahan Sendiri Produk Pertanian dan Kegiatan Jasa Pertanian Provinsi Papua Barat, ST2013 Penduduk (Jiwa) dan Produksi Padi (Ton) Provinsi Papua Barat 2010-2013 Presentase Rumah Tangga Pertanian yang mengusahakan Padi dan Palawija, ST2013 Presentase Rumah Tangga Usaha Pertanian yang mengusahakan Padi dan Palawija berdasarkan komoditi, ST2013 Luas Tanam dari Setiap Komoditas Tanaman Pangan (Ha), ST2013 Presentase RTUP Tanaman Padi menurut Jenis Tanaman dan Sistem Pemanenan Utama, ST2013 Presentase RTUP Usaha Perkebunan tanaman Sagu, Kakao, Pala, Kelapa, Pinang dan Kelapa Sawit menurut Kabupaten/Kota, ST2013 Presentase Keterangan Produksi Sagu, Kakao, Pala, Kelapa, Pinang dan Kelapa Sawit, ST2013 Presentase Luas Tanam Sagu, Kakao, Pala, Kelapa, Pinang dan Kelapa Sawit , ST2013 Presentase RTUP Penangkapan Ikan menurut Jenis Penangkan Ikan dan menurut Kabupaten/Kota, ST2013 Jumlah Rumah Tangga Usaha Kehutanan Menurut Jenis Budidaya, ST2013 Peta Sebaran Rumah Tangga Usaha Kehutanan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kegiatan, ST2013 Jumlah Tanaman Kehutanan yang Diusahakan Menurut Jenis Tanaman, ST2013
ht
1.1 1.2 1.3 1.4
Hal
Judul Gambar
.id
No
2 3 3 4 6 10 11 13 14 17 18 19 20 22 23 23 25 28 29 30 31 33 34 35
Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
iv
1 ht
tp :// w
w
w
.p a
pu
ab
ar
at .
bp s
.g o
.id
Pertanian sebagai Pondasi Ekonomi PAPUA BARAT
• • • • • •
Potensi Alam Provinsi Papua Barat untuk Pertanian Kontribusi Pertanian dalam Perekonomian Papua Barat Pertanian Sumber Ketahanan Pangan Keunggulan Komparatif Produk Pertanian Papua Barat Peluang Globalisasi Bagi Produk Pertanian Papua Barat Pertanian Sebagai Penyangga Lingkungan
BAB
1
.id
Pertanian sebagai Pondasi Ekonomi Provinsi Papua Barat
Potensi Alam Papua Barat untuk Pertanian
ar
A.
at .
bp s
.g o
“Karakteristik daratan di wilayah Papua Barat mengkibatkan keragaman potensi pertanian. ”
ht
tp :// w
w
w
.p a
pu
ab
Alam merupakan salah satu bentuk kekayaan penting bagi suatu wilayah. Selain menyediakan berbagai mineral dan bahan tambang, alam Provinsi Papua Barat juga menyediakan lahan untuk kegiatan pertanian. Karakteristik daratan yang berpotensi untuk kegiatan pertanian berbeda pada setiap kabupaten/kota. Hal ini mengakibatkan keberagaman potensi pertanian. Hasil Sensus Pertanian 2013 memperlihatkan bahwa di semua kabupaten/kota terdapat kegiatan usaha pertanian, dengan potensi yang beragam.
GAMBAR 1.1 Luas Wilayah Daratan Provinsi Papua Barat menurut Kab/Kota (Km2),
2012 Sumber : Pemda Provinsi Papua Bara, 2009-2012 Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
2
.id
Sebagian besar kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat memiliki proporsi wilayah daratan dengan topografi berbukit dan lebih besar dibandingkan wilayah lautnya. Kabupaten Raja Ampat merupakan satu-satunya kabupaten yang karakteristik wilayahnya berebentuk kepulauan sehingga wilayah lautnya cukup besar. Kondisi tanah yang subur dan besarnya luas daratan tersebut menjadi salah satu faktor pemicu potensi unggulan pertanian di wilayah Papua Barat yaitu sub sektor kehutanan lalu diikuti oleh tanaman pangan, hortikultura dan perikanan. Pada tahun 2009-2012, menunjukkan adanya peningkatan luas lahan penebangan hutan di Provinsi Papua Barat yaitu dari 14.866,13 Ha menjadi 87.263,56 Ha. Peningkatan produksi kayu juga terjadi sepanjang tahun 2009 hingga 2011 dan pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 21,82 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
ab
318,731.27
207,040.65 50000
.p a
pu
0 2009 2010 2011 2012 Luas Lahan Penebangan Tahun dan Jumlah Produksi Hutan Provinsi Papua Barat, 2009-2012 Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Papua Barat ,2009-2012
100000 150000 200000 250000 300000 350000
Jumlah Produksi (m3)
Provinsi Papua Barat memiliki 6 kabupaten yang
w
memiliki sumber daya alam
w
berupa hasil hutan yang
tp :// w
melimpah yaitu Kabupaten Teluk Bintuni, Fak-Fak, Kaimana, Manokwari, Sorong dan Sorong Selatan. Ka-
ht
bupaten Teluk Bintuni memiliki luas wilayah paling besar yaitu sebesar 21,48
Gambar 1.3 Persentase Luas Lahan Penebangan Hutan Menurut Kabupaten/ Kota, 2009-2012
328,365.36
bp s
)
ar
14,866.13
2009
at .
29,305.91
0
256,692.43
2010
(
GAMBAR 1.2
20000
2011
T a h u n
60000
L a 50000 h 40000 a n 30000 H a 10000
2012
87,263.56 77,232.91
.g o
100000
L 90000 u a 80000 s 70000
persen dari total luas daratan Papua Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Papua Barat ,2009-2012
Barat.
Kabupaten
ini juga memiliki potensi alam pertanian untuk sub
sektor kehutanan paling besar dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Pada tahun 2012, luas lahan penebangan hutan kabupaten ini sebesar 50.843,50 ha atau 58,26 persen dari total luas lahan penebangan hutan Provinsi Papua Barat. Jumlah produksi kayu yang dihasilkan Kabupaten Teluk Bintuni pada tahun yang sama berjumlah 157.738,54 m3 atau 61,45 persen dari total produksi Provinsi Papua Barat. Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
3
B.
Sektor pertanian sampai dengan tahun 2008 selalu memberikan kontribusi utama dalam perekonomian Papua Barat. Persentase penduduk yang bekerjanya pun sampai saat ini selalu memiliki persentase tertinggi. Sejak tahun 2011, sektor pertanian menjadi kontributor terbesar kedua dalam PDRB Papua Barat. Di tahun 2013 kontribusinya sebesar 11,65 persen dengan persentase penduduk yang bekerja di sektor pertanian mencapai 48,71 persen. Namun bila unsur migas tidak diperhitungkan maka share sektor pertanian tetap menjadi yang paling utama di Papua Barat (26,31%). Tergerusnya kontribusi sektor pertanian, disamping semakin kurang diminati, juga disebabkan oleh sektor industri pengolahan (produksi LNG Tangguh) yang memberikan nilai tambah yang tinggi dalam perekonomian Papua Barat dalam tiga tahun terakhir.
bp s
.g o
.id
“Sektor Pertanian menyerap tenaga kerja paling besar, akan tetapi memberi kontribusi relatif rendah ke perekonomian Provinsi Papua Barat”
Kontribusi Pertanian dalam Perekonomian Papua Barat
ar
at .
Kecenderungan penurunan kontribusi dalam perekonomian dan jumlah tenaga kerja membuat sektor pertanian dinilai memiliki produktivitas yang rendah, karena dengan 48,71 persen tenaga kerja hanya mampu memberikan sumbangan sebesar 11,65 persen terhadap total PDRB. Tingkat pendidikan tenaga kerja sektor ini juga lebih banyak didominasi oleh pekerja dengan pendidikan rendah.
ht
tp :// w
w
w
.p a
pu
ab
Pertumbuhan ekonomi yang mampu diberikan oleh sektor pertanian juga relatif rendah (1,48%) dibandingkan dengan sektor lain yang digerakkan oleh SDM yang lebih kecil. Sebagai contoh sektor industri pengolahan, dengan persentase tenaga kerja hanya 3,64 persen mampu memberikan kontribusi dalam perekonomian sebesar 54,28 persen. Pertumbuhan ekonomi yang mampu diberikan oleh sektor pengolahan sebesar 12,19 persen, melebihi sektor pertanian.
Gambar 1.4 Share PDRB Sektor Pertanian dan Persentase Pekerja di Sektor Pertanian Papua Barat 2011-2013 (%)
Sumber : PDRB Menurut Lapangan Usaha dan Olahan Sakernas, 2011-2013
Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
4
C.
Pertanian Sumber Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan adalah suatu kondisi di mana semua orang memiliki akses terhadap pangan yang memadai untuk mempertahankan hidup secara sehat dan aktif 1. Salah satu pilar ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan yang cukup secara berkelanjutan. Untuk memenuhi ketersediaan pangan inilah sektor pertanian memiliki peran penting, terutama melalui produksi tanaman pangan. Uraian
“Kondisi yang menggembirakan adalah kenyataan bahwa peningkatan produksi tanaman pangan ternyata umumnya didukung oleh peningkatan produktivitasnya”
2010
2011
2012
Padi (Sawah+Ladang)
Produksi (Ton) Produktivitas (Kw/Ha)
Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)
w
Indikator Pertanian Papua Barat 2010-2012
35,38
39,02
1 278
1 199
1 162
2 125
2 049
16,63
17,09
Luas Panen (Ha)
571
375
603
Produksi (Ton)
600
403
650
Produktivitas (Kw/Ha)
10,51
10,74
10,79
Luas Panen (Ha)
1 039
1 018
1 029
bp s
ar
Produksi (Ton)
10 557
10 410
10 646
Produktivitas (Kw/Ha)
101,61
102,26
103,46
Ubi Kayu
w
Tabel 1.1
36,20
1 930
at . .p a
pu
ab
Ubi Jalar
7 750 30 244
16,61
Produktivitas (Kw/Ha) Kedelai
8 283 29 303
.g o
Jagung
9 464 34 256
.id
Luas Panen (Ha)
Luas Panen (Ha)
2 369
1 744
844
Produksi (Ton)
25 114
20 440
9 748
Produktivitas (Kw/Ha)
106,01
117,20
115,49
ht
tp :// w
Sumber : Survei Tanaman Pangan, 2010-2012
Kebutuhan pangan penduduk dalam 10 tahun mendatang akan terus meningkat. Jumlah penduduk Papua Barat sesuai dengan hasil Sensus Penduduk 2010 adalah sekitar 760,42 ribu orang. Dalam sepuluh tahun berikutnya diperkirakan laju pertumbuhan penduduk akan berkisar antara 2 sampai 2,59 persen. Untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk, maka sekurang-kurangnya penyediaan pangan juga harus tumbuh sekitar 2-2,59 persen per tahun. Produksi tanaman pangan di Papua Barat memperlihatkan perkembangan yang relatif menggembirakan. Produksi padi (sawah dan ladang),kedelai, dan ubi jalar mengalami pertumbuhan positif dalam kurun 2010-2012. Sedangkan produksi jagung dan ubi kayu justru cenderung terus menurun dalam kurun yang sama. Gambaran yang lebih menggembirakan adalah kenyataan bahwa peningkatan produksi tanaman pangan ternyata umumnya didukung oleh peningkatan
1
Definisi ketahan pangan ini merupakan hasil dari the World Food Summit of 1996 seperti yang ada pada http://www.who. int/trade/glossary/story028/en/ Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
5
D.
Keunggulan Komparatif Produk Pertanian Papua Barat
Pada kenyataannya, hampir tidak ada negara di dunia yang tidak melakukan perdagangan dengan negara lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan penduduk, sebagian negara perlu melakukan impor dari negara lain. Sebaliknya, tidak semua produk yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi dapat terserap habis oleh pasar domestik. Itulah sebabnya dilakukan ekspor atau penjualan produk ke luar negeri.
.g o
.id
Perdagangan luar negeri, baik ekspor maupun impor, seharusnya sama-sama menguntungkan bagi para pelakunya. Walaupun dapat menghasilkan devisa, tidak semua barang akan menguntungkan untuk diekspor. Salah satu ukuran yang umum digunakan untuk melihat produk yang memiliki keunggulan dalam perdagangan internasional adalah keunggulan komparatif terungkap (Revealed Comparative Advantage, RCA). Minyak kernel klp sawit
bp s
Bungkil kernel klp sawit Minyak sawit
at .
Karet kering alami Bungkil kopra
pu
Malam nabati
ab
Kelapa
ar
Minyak kelapa (kopra)
Asam lemak
GAMBAR 1.5
10
20
30
40
50
60
Persen
w
w
.p a
Sepuluh Komoditas Pala, bunga pala & kapulaga Pertanian dengan 0 Pangsa Pasar dan RCA Sumber : FAOSTAT 3 (2013), diolah kembali Terbesar, 2011
Pangsa Pasar
ht
tp :// w
Dari sekitar 220 komoditas pertanian yang diekspor dalam periode 2005-2011, terdapat sekitar 50 komoditas yang memiliki keunggulan komparatif1. Komoditas pertanian Indonesia yang memiliki pangsa pasar dan keunggulan komparatif antara lain adalah minyak kernel kelapa sawit, bungkil kernel kelapa sawit, minyak sawit, karet kering alami, bungkil kopra, dan minyak kelapa (kopra). Sedangkan komoditas pertanian Papua Barat yang memiliki pasar dan keunggulan komparatif adalah minyak kelapa sawit, kelapa, pala dan bunga pala.
1
Keunggulan komparatif ditentukan oleh nilai RCA yang dihitung dengan formula Balassa, yaitu RCAij = (Xij/X.j) / (Xi./X..) dengan i sebagai indeks untuk negara, j untuk komoditi dan titik (.) adalah total. Sesuai dengan formula ini maka komoditas yang memiliki RCA > 1 dikatakan mememiliki keunggulan komparatif. Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
6
E.
Peluang Globalisasi Bagi Produk Pertanian Papua Barat
.g o
.id
Proses integrasi ekonomi yang terjadi dalam arus globalisasi telah menjadikan dunia seolah tanpa batas. Kejadian di suatu tempat akan dengan cepat dan mudah untuk diketahui oleh mereka yang berada di tempat lain yang jauh. Salah satu dampak arus globalisasi ekonomi adalah semakin intensnya kegiatan perdagangan antar negara, yang antara lain semakin dipacu dengan terbentuknya blok-blok perdagangan bebas. Banyak pihak meyakini bahwa kegiatan perdagangan internasional akan memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, terutama bagi negara-negara sedang berkembang. Terbukanya pasar luar negeri diharapkan akan mendorong peningkatan produksi domestik. Namun demikian, semakin terbukanya pasar di suatu negara dapat juga menimbulkan ancaman. Pelaku kegiatan ekonomi domestik dihadapkan pada tuntutan untuk memiliki daya saing yang cukup agar mampu menghadapi serbuan berbagai produk luar negeri yang mengalir dan merebut pangsa pasar domestik.
ab
ar
at .
bp s
Dua indikator globalisasi produk pertanian Papua Barat memberikan gambaran yang berbeda. Intensitas ekspor produk pertanian Papua Barat pada periode 2009-2013 memiliki nilai lebih kecil dari 1. Hal ini menunjukkan bahwa rasio nilai ekpor produk pertanian terhadap total ekspor di Papua Barat lebih kecil dibandingkan dengan rasio yang sama pada tingkat nasional. Secara tidak langsung kondisi ini juga merupakan indikasi bahwa secara umum produk pertanian Papua Barat relatif kurang memiliki keunggulan di pasar dunia.
Pertanian Sebagai Penyangga Lingkungan
ht
tp :// w
w
F.
w
.p a
pu
Kondisi ini juga dapat dilihat dari besarnya bantuan pinjaman kepada sektor pertanian di Papua Barat masih relatif rendah. Bahkan pada tahun 2012, menurut Bank Indonesia proporsi pinjaman untuk sektor pertanian di Papua Barat hanya 6,32 persen dari jumlah seluruh pinjaman, yang menunjukkan masih kurang terjangkaunya bantuan bank di sektor pertanian Papua Barat pada tahun ini.
Lingkungan hidup yang layak dan nyaman merupakan kebutuhan bagi seluruh penduduk di hampir seluruh negara di dunia. Air dan udara yang berkualitas ternyata telah menjadi semakin langka di beberapa wilayah dunia. Tanah yang berkualitas untuk tanaman dan jauh dari ancaman erosi agaknya juga mulai menghadapi persoalan dalam penyediaannya. Kegiatan pertanian memiliki kaitan erat dengan penggunaan ketiga sumber daya alam utama tersebut, yaitu air, udara dan tanah. Penggunaan berbagai pupuk dan obat-obatan yang kurang tepat, misalnya, akan berpengaruh terhadap kualitas air di sekitar lahan pertanian. Hal yang mirip juga terjadi untuk kualitas udara. Pembakaran sisa tanaman, penyemprotan bahan anti hama, penggunaan pupuk berbasis nitrogen ternyata berpengaruh terhadap kandungan partikel di udara yang pada akhirnya menentukan kualitas udara di sekeliling lahan pertanian. Penebangan berbagai tanaman keras, terutama tanaman kehutanan, telah terbukti mendorong timbulnya erosi tanah yang tidak mudah dipulihkan.
Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
7
Menghadapi berbagai kenyataan tersebut maka para ahli pertanian dan lingkungan hidup mengemukaan konsep kegiatan pertanian yang berkelanjutan. Inti dari konsep ini adalah melakukan pengelolaan terhadap berbagai praktik pertanian yang dapat mereduksi dampak negatifnya terhadap lingkungan. Beberapa praktik pertanian yang dianjurkan antara lain adalah : Pemilihan spesies dan varietas yang sesuai dengan kondisi lahan pertanian yang diusahakan;
•
Peragaman tanaman dan hewan serta penyesuaian budaya untuk mendorong stabilitas ekologi lingkungan;
•
Pengelolaan penggunaan tanah untuk mendorong perlindungan kualitas tanah;
ht
tp :// w
w
w
.p a
pu
ab
ar
at .
bp s
.g o
.id
•
Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
8
2 ht
tp :// w
w
w
.p a
pu
ab
ar
at .
bp s
.g o
.id
PROFIL RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN
• Rumah Tangga Usaha Pertanian • Karakteristik Rumah Tangga Usaha Pertanian
BAB
2
Profil Rumah Tangga Usaha Pertanian
at .
A. Rumah Tangga Usaha Pertanian
bp s
.g o
.id
“Berdasarkan hasil ST2013, Rumah Tangga Usaha Pertanian Papua Barat menurun dibandingkan tahun 2003”
w
w
.p a
pu
ab
ar
Peranan klasik dari sektor pertanian dalam perekonomian Papua Barat adalah sebagai penyedia pangan serta mewujudkan stabilitas pangan. Selain sebagai penyedia kebutuhan pangan, peran strategis sektor pertanian lainnya yang tak kalah penting adalah sektor ini menjadi penyedia bahan baku bagi sektor lainnya khususnya sektor industri makanan dan minuman. Dari faktor tenaga kerja, sektor ini banyak menyerap tenaga kerja terutama tenaga kerja pedesaan. Namun berdasarkan hasil ST 2013 dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini, jumlah rumah tangga usaha pertanian Papua Barat menurun. Mengingat betapa pentingnya sektor pertanian, dukungan berbagai pihak melalui kebijakan proaktif pra dan pasca panen untuk peningkatan produktivitas pertanian sangat dibutuhkan.
ht
tp :// w
Hasil ST2013 menunjukkan bahwa usaha pertanian di Provinsi Papua Barat didominasi oleh rumah tangga. Hal ini tercermin dari besarnya jumlah rumah tangga usaha pertanian jika dibandingkan dengan perusahaan pertanian berbadan hukum atau pelaku usaha lainnya yaitu selain rumah tangga dan perusahaan pertanian berbadan hukum. Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Provinsi Papua Barat Tahun 2013 tercatat sebanyak 70.223 rumah tangga, menurun sebesar 7,35 persen dari tahun 2003 yang tercatat sebanyak 75.790 rumah tangga. Sedangkan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum Tahun 2013 tercatat sebanyak 41 perusahaan dan pelaku usaha lainnya sebanyak 30 unit. 77,000 76,000
75,790
75,000 74,000
Menurun Sebesar 5.567 Rumah Tangga atau 7,35%
73,000 72,000 71,000
70,223
70,000
Gambar 2.1
69,000 68,000
Jumlah Rumah Tangga 67,000 Pertanian di Papua Barat, ST2003 dan ST2013 Sumber : Hasil Olah ST2013
2003
2013
Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
10
(Rumah Tangga)
Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (Perusahaan)
Perubahan ST2003
ST2013
Perubahan ST2003
Absolut
%
ST2013 Absolut
%
Usaha Pertanian Lainnya ST2013 (Unit)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
1 Fakfak
5.171
6.291
1.120
21,66
2
3
1
50
13
2 Kaimana
3.122
4.189
1.067
34,18
2
6
4
200
3 Teluk Wondama
2.799
3.138
339
12,11
0
3
1
4 Teluk Bintuni
6.882
5.908
-974
-14,15
0
5
4
5 Manokwari
26.265
21.314
-4.951
-18,85
16
6 Sorong Selatan
5.355
4.782
-573
-10,7
0
7 Sorong
10.991
9.561
-1.430
-13,01
8 Raja Ampat
5.733
6.439
706
12,31
9 Tambrauw
1.159
1.076
-83
-7,16
0
10 Maybrat
4.197
3.607
-590
-14,06
0
71 Sorong
4.116
3.918
-198
-4,81
12
9
-3
-25
32
41
9
28,13
-5.567
-7,35
-62,5
5
.g o
1 7
3
0
1
1
0
bp s
at .
ar
70.223
-10
27
pu
Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Papua Barat 75.790 Menurut Kab/Kota dan Jenis Usaha Sumber : Hasil Olah ST2013
6
ab
Tabel 2.1
Rumah Tangga Usaha Pertanian
.id
“Kabupaten Manokwari memiliki jumlah rumah tangga No Kabupaten/Kota usaha pertanian terbanyak di tahun 2013, yaitu sebanyak 21.314 rumah tangga.” (1) (2)
ht
tp :// w
w
w
.p a
Berdasarkan hasil ST2013, kabupaten Manokwari tercatat sebagai kabupaten dengan jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak di tahun 2013, yaitu sebanyak 21.314 rumah tangga. Sedangkan pada periode yang sama, Kota Sorong tercatat sebagai kabupaten dengan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum terbanyak dan Kabupaten Fakfak tercatat sebagai kabupaten dengan jumlah usaha pertanian lainnya terbanyak. Penurunan jumlah rumah tangga usaha pertanian terbesar terjadi di Kabupaten Manokwari,dengan pertumbuhan jumlah rumah tangga usaha pertanian sebesar 18,85 persen.
Gambar 2.2 Peta Sebaran Rumah Tangga Usaha Pertanian, ST2013 Sumber : Hasil Olah ST2013 Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
11
Rumah Tangga Usaha Pertanian No
(Rumah Tangga)
Sektor/Subsektor
(1) (2) Sektor Pertanian*)
ST2003
ST2013
(3) 75,790
(4) 70,223
52,729
Perubahan
Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum Usaha Pertanian (Perusahaan) Lainnya Perubahan ST2013 ST2003 ST2013 (Unit) Absolut %
Absolut
%
(5) -5,567
(6) -7.35
(7) 32
(8) 41
40,377 -12,352
-23.43
1
0
(9) 9
(10) 28.13
(11)
-1
-100
8
-1
-100
6
7
233.33
2
27
Subsektor 1.
Tanaman Pangan
-0.19
0
0
50,096
37,343 -12,753
-25.46
1
0
2.
Hortikultura
51,731
47,940
-3,791
-7.33
0
0
3.
Perkebunan
32,924
34,894
1,970
5.98
3
10
4.
Peternakan
31,802
32,794
992
3.12
0
5.
Perikanan
12,693
18,496
5,803
45.72
8
361
2,190
1,829
506.65
12,456
16,854
4,398
35.31
13,695
13,111
-584
706
2,024
1,318
Penangkapan Ikan
Tabel 2.2
5
0
22
3
37.5
1
6
5
500
2
7
5
-2
-28.57
0
0
0
0
-4.26
20
20
186.69
0
0
2
0
ar
6. Kehutanan Jumlah Usaha Pertanian 7. Jasa Pertanian Menurut Subsektor dan Jenis Usaha, ST2013 dan ST2003 Sumber : Hasil Olah ST2013
2
11
.g o
Budidaya Ikan
4,204
bp s
4,212
.id
-8
Palawija
at .
Padi
.p a
pu
ab
Subsektor Hortikultura terlihat mendominasi usaha pertanian di Provinsi Papua Barat. ST2013 mencatat bahwa jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak di Provinsi Papua Barat adalah di Subsektor Hortikultura dan Subsektor Tanaman Pangan. Jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Hortikultura adalah sebanyak 47.940 rumah tangga dan jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Tanaman Pangan adalah sebanyak 40.377 rumah tangga.
ht
tp :// w
w
w
Subsektor Jasa Pertanian ternyata merupakan subsektor yang memilki jumlah rumah tangga usaha pertanian paling sedikit, diikuti oleh Subsektor Kehutanan. Jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Jasa Pertanian pada tahun 2013 tercatat sebanyak 2.024 rumah tangga, sedangkan jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Kehutanan tercatat sebanyak 13.111 rumah tangga. Penurunan pertumbuhan jumlah rumah tangga usaha pertanian tertinggi antara tahun 2003 sampai tahun 2013 terjadi di Subsektor Tanaman Pangan, yang mengalami pertumbuhan sebesar 23,43 persen. Sedangkan pada periode yang sama, Subsektor Kehutanan mengalami pertumbuhan jumlah rumah tangga usaha pertanian paling rendah, yaitu tercatat sebesar 583 rumah tangga. Perusahaan pertanian berbadan hukum hasil ST2013 dibandingkan hasil ST2003 mengalami penambahan 9 perusahaan. Penambahan paling banyak terjadi di subsektor perkebunan sebanyak 7 perusahaan. Jumlah perusahaan pada subsektor perikanan kegiatan budidaya ikan juga bertambah sebanyak 5 perusahaan. Sebaliknya, pengurangan jumlah perusahaan terbanyak terjadi pada subsektor perikanan kegiatanpenangkapan ikan yaitu sebanyak 2 perusahaan, diikuti subsektor tanaman pangan yang pada tahun 2003 ada 1 perusahaan menjadi tidak ada lagi pada 2013. Sementara itu, subsektor kehutanan tidak mengalami penambahan maupun pengurangan jumlah perusahaan. Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
12
B. Karakteristik Rumah Tangga Usaha Pertanian Hasil ST2013 menunjukkan bahwa dari sebanyak 85.125 orang petani di Indonesia, petani masih didominasi oleh petani laki-laki, yaitu sebanyak 66.702 orang (78,36 persen). Sedangkan jumlah petani perempuan hanya sebanyak 18.423 orang atau sebesar 21,64 persen.
“Hasil ST2013 menunjukkan bahwa dari sebanyak 85.125 orang petani di Indonesia, petani masih didominasi oleh petani laki-laki.” Gambar 2.3
tp :// w
w
w
.p a
pu
ab
ar
at .
bp s
.g o
.id
Jumlah Petani Menurut Jenis Kelamin, ST2013 Sumber : Hasil Olah ST2013
Tabel 2.3
ht
Jumlah Usaha Pertanian Menurut Subsektor dan Jenis Kelamin, ST2013 dan ST2003 Sumber : Hasil Olah ST2013
Dominasi petani laki-laki di Sektor Pertanian juga terjadi di seluruh Subsektor Pertanian. Persentase jumlah petani laki-laki terbesar pertama berada di Subsektor Perikanan kegiatan Penangkapan Ikan yang mencapai 93,94 persen kemudian disusul Subsektor kegiatan Budidaya Ikan yang mencapai 92,18 persen. Persentase petani laki-laki paling sedikit berada di Subsektor Hortikultura yang mencapai 77,57 persen kemudian diikuti Subsektor kegiatan Tanaman Pangan yaitu sebesar 79,83 persen. Subsektor unggulan Papua Barat yaitu Kehutanan memiliki pekerja berjenis kelamin laki-laki sebesar 12.676 jiwa atau 90,93 persen sedangkan pekerja berjenis kelamin perempuan hanya 1.264 jiwa atau 9,07 persen. Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
13
Tabel 2.4
.g o
.id
Jumlah Usaha Pertanian Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, ST2013 dan ST2003 Sumber : Hasil Olah ST2013
pu
ab
ar
at .
bp s
Dari sebanyak 70.223 rumah tangga usaha pertanian hasil ST2013, sebanyak 63.125 rumah tangga usaha pertanian memiliki petani utama ber“Hasil ST2013 jenis kelamin laki-laki dan 7.098 rumah tangga memiliki petani utama menunjukkan berjenis kelamin perempuan. Kecenderungan bahwa petani utama laki-lakelompok usia ki lebih tinggi jumlahnya jika dibandingkan dengan petani utama peremproduktif dan rumah puan, terjadi hampir serupa di masing-masing kelompok umur. Jumtangga pengguna lah rumah tangga usaha pertanian kelompok umur kurang dari 15 tahun lahan mendominasi dengan petani utama laki-laki tercatat sebesar 29 rumah tangga, lebih tinggi usaha pertanian “ daripada petani utama perempuan yang tercatat sebesar 2 rumah tangga.
tp :// w
w
w
.p a
Sama halnya bila dirinci menurut kelompok umur petani utama, kelompok usia produktif (15–64 tahun) terlihat mendominasi jumlah rumah tangga usaha pertanian. Tercatat sebanyak 65.978 rumah tangga usaha pertanian yang kelompok umur petani utamanya antara 15–64 tahun. Jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan kelompok umur petani utama kurang dari 15 tahun, yaitu sebanyak 31 rumah tangga, sedangkan jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan kelompok umur petani utama di atas 64 tahun adalah sebanyak 4.214 rumah tangga.
ht
Rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan ternyata mendominasi rumah tangga usaha pertanian di Provinsi Papua Barat. Dari sebanyak 70.223 rumah tangga usaha pertanian di Provinsi Papua Gambar 2.4 Barat, sebesar 93,21% Perbandingan Rumah merupakan rumah tangga Tangga Pertanian Pengguna Lahan dan usaha pertanian pengPetani Gurem, ST2013 Sumber : Hasil Olah ST2013 guna lahan (65.458 rumah tangga). Sedangkan rumah tangga usaha pertanian bukan pengguna lahan hanya sebesar 6,79%, atau sebanyak 4.765 rumah tangga.
Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
14
3 ht
tp :// w
w
w
.p a
pu
ab
ar
at .
bp s
.g o
.id
TANTANGAN KEBERLANJUTAN PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN
• • • • •
Produk Impor Membanjiri Pasar Papua Barat Pertanian Semakin Tidak Populer? Optimalisasi Usaha Pertanian Masih Terhambat Pertumbuhan Penduduk dan Ketahanan Pangan Tantangan Alam yang tak Terhindarkan
BAB
3
Tantangan Keberlanjutan Pembangunan Sektor Pertanian
Produk Impor Membanjiri Pasar Papua Barat
at .
A.
bp s
.g o
.id
“Optimalisasi usaha yang masih terhambat merupakan tantangan terbesar bagi sektor pertanian untuk terus bertahan.”
w
w
.p a
pu
ab
ar
Dalam perkembangannya, pasar dunia menjadi semakin terbuka. Barang yang dihasilkan di suatu negara dengan mudah diperjualbelikan di pasar internasional. Bagi produk pertanian Indonesia, kondisi ini menawarkan peluang sekaligus merupakan tantangan. Beberapa produk tanaman perkebunan seperti komoditas minyak sawit, minyak biji sawit dan karet kering alami telah mampu memiliki pangsa pasar yang cukup besar dalam pasar internasional. Namun demikian, berbagai komoditas pangan seperti gandum/terigu, jagung, kedelai, dan buah-buahan dari mancanegara ternyata telah menyerbu pasar domestik. Berbagai produk impor tersebut tidak hanya dapat dijumpai di pasar modern namun juga dapat dengan mudah ditemukan di pasar tradisional.
ht
tp :// w
Dalam acara Promosi Hortikultura Nusantara September 2013 lalu, pemerintah melalui Wakil Menteri Pertanian menilai semakin tingginya impor produk pertanian, terutama buah, disebabkan biaya distribusi yang lebih efisien. Kurangnya infrastruktur dan lebih besarnya skala usaha distributor produk asing dinilai sebagai faktor penghambat distribusi pangan domestik. Pada umumnya, importir pangan merupakan perusahaan berskala besar, sementara distributor Indonesia mayoritas merupakan usaha kecil. Dari data eskpor impor yang dirilis BPS, diperoleh bahwa impor produk hasil pertanian terutama buah-buahan sangat tinggi. Hal ini menyebabkan produk hasil pertanian lokal menjadi tidak bisa bersaing. Untuk wilayah Papua Barat, pasar hasil pertanian adalah di Kabupaten Manokwari. Akan tetapi, masuknya produk hasil pertanian khususnya buah-buahan impor mengakibatkan produk hasil pertanian lokal khususnya dari wilayah Kabupaten Manokwari menjadi tidak bisa bersaing. Selain impor dari luar negeri, produk hasil pertanian dari Papua Barat sendiri harus bersaing dengan produk hasil pertanian wilayah lain seperti dari Manado (Sulawesi Utara) dan Surabaya (Jawa Timur). Beberapa komoditas pertanian yang Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
16
masuk dari luar wilayah Papua Barat di antaranya yaitu telur, daging ayam beku dan sayur-sayuran. Hal ini disebabkan transportasi ke kedua wilayah tersebut sangat mudah. Sedangkan sentra pertanian khususnya sayur-sayuran seperti dari wilayah Kabupaten Manokwari dan Kabupaten Fakfak memiliki akses transportasi yang masih sulit dan biaya mahal, sehingga para petani sulit untuk memasarkan hasil pertaniannya. B.
bp s
.g o
.id
Rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) secara kualitas dan kuantitas menjadi tantangan utama sektor pertanian untuk tetap bertahan. Menurunnya pekerja dan Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) mencirikan semakin tidak populernya sektor yang pernah menjadi primadona di tahun 70-an ini. Selama satu dasawarsa terakhir berdasarkan hasil Sensus Pertanian (ST), jumlah RTUP menurun dari 75,79 ribu rumah tangga menjadi 70,23 ribu rumah tangga pada tahun 2013. Penurunan tersebut terjadi di setiap sub-sektor. Namun demikian, hal ini bisa menjadi arah untuk peningkatan produktivitas hasil pertanian. Dengan kondisi lahan pertanian yang tetap atau berkembang dan jumlah RTUP yang menurun, diharapkan skala usaha dan produktivitas petani menjadi meningkat dengan asumsi kualitas petani pun dapat ditingkatkan.
at .
“Persentase pekerja di sektor pertanian dalam pasar tenaga kerja semakin menurun seiring dengan penurunan RTUP.”
Sektor Pertanian Semakin Tidak Populer?
ht
tp :// w
w
w
.p a
pu
ab
ar
Seiring dengan penurunan RTUP tersebut, kontribusi pekerja di sektor pertanian dalam pasar tenaga kerja pun semakin menurun. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), pekerja pertanian menurun dari sekitar 55,69 persen menjadi 48,71 persen terhadap jumlah keseluruhan tenaga kerja di Papua Barat (Gambar 3.1). Fenomena tersebut sangat masuk akal mengingat pendapatan petani yang lebih rendah dari sektor strategis lainnya. Di sisi lain, Nilai Tukar Petani (NTP) sebagai simbol daya beli petani khususnya di pedesaan yang tidak mengalami perubahan yang signifikan dari waktu ke waktu dapat menjadi gambaran lambatnya peningkatan kesejahteraan petani.
GAMBAR 3.1 Persentase Pekerja Menurut Lapangan Usaha, 2007-2013 Sumber: BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional
Hasil ST2013 juga menunjukkan bahwa sekitar 41 persen atau hampir separuh petani utama berusia lebih dari 45 tahun yang mengindikasikan kekurangtertarikan kaum muda dan kelemahan regenerasi (Gambar 3.2). Hal ini sangat disayangkan Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
17
mengingat sektor ini perlu mendapat dukungan dari kelompok muda yang lebih sensitif terhadap perubahan teknologi pertanian khususnya dalam mengembangkan upaya intensifikasi.
at .
bp s
.g o
.id
Dengan menganalisis beberapa indikator di atas, jelas terlihat bahwa image petani sebagai pekerja keras tapi miskin masih melekat. Sehingga menyebabkan sektor pertanian semakin ditinggalkan. Terlebih lagi, lemahnya regenerasi dalam manajemen pertanian dan tekanan pada tata guna lahan pertanian akan semakin memperburuk keadaan tersebut yang menjadi tantangan dalam keberlanjutan pertanian Indonesia di masa datang.
ab
pu
Sumber: BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional
Optimalisasi Usaha Pertanian Masih Terhambat
w
C.
.p a
Persentase Petani Utama Menurut Kelompok Umur, 2013
ar
GAMBAR 3.2
ht
tp :// w
w
Produktivitas yang rendah dengan skala usaha yang relatif kecil merupakan faktor penghambat pembangunan sektor pertanian yang sudah sering diperbincangkan. Fakta rendahnya skala usaha dari hasil Sensus Pertanian 2013 dapat terlihat dari jumlah petani atau pengelola pada setiap usaha. Mayoritas RTUP dikelola hanya oleh satu orang, hanya sedikit saja yang dikelola lebih dari satu orang. Hal ini tentunya mempengaruhi kontribusi pendapatan rumah tangga terutama bagi RTUP yang mengandalkan pertanian sebagai sandaran. Skala usaha dari hasil sensus juga dapat terlihat dari jumlah petani gurem yang masih tinggi. Jumlah rumah tangga petani gurem di Papua Barat tahun 2013 masih mencapai lebih dari separuh (sekitar 57 persen) dari total rumah tangga pertanian pengguna lahan mengalami peningkatan selama satu dekade terakhir. Ironisnya, Kabupaten Manokwari sebagai sentra pangan dengan kesuburan tanah yang menjadi anugerah, memiliki persentase RTUP petani gurem lebih dari 50 persen. Di sisi lain, upaya peningkatan nilai tambah masih terbatas. Indikatornya ialah, banyaknya rumah tangga tanaman pangan yang melakukan praktek perekonomian subsisten, atau dengan kata lain, menghasilkan produk hanya untuk keperluan sendiri. Indikasi lain adalah minimnya jumlah RTUP yang melakukan hilirisasi. Dalam Sensus Pertanian 2013, hilirisasi diterjemahkan secara sederhana sebagai proses Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
18
.id
mengolah sendiri hasil pertanian. Dari sekitar 70,22 ribu RTUP, hanya 8,95 ribu (12,75 persen) yang sudah melakukan melakukan proses ini. Padahal harapannya, dengan semakin banyaknya petani atau RTUP yang melakukan hilirisasi, petani miskin akan berkurang. Namun, mewujudkan impian ini tidaklah mudah. Diperlukan stimulan yang besar terutama dalam hal permodalan. Jasa pertanian pun, sebagai usaha yang membantu proses optimalisasi produksi, masih sedikit yaitu baru mencapai 2,88 persen.
bp s at .
Pertumbuhan Penduduk dan Ketahanan Pangan
ab
D.
ar
Persentase RTUP Menurut Kegiatan Pengolahan Sendiri Produk Pertanian dan Kegiatan Jasa Pertanian Provinsi Papua Barat, ST2013 Sumber: BPS, Sensus Pertanian 2013
.g o
GAMBAR 3.3
ht
tp :// w
w
w
.p a
pu
Sebagaimana barang dan jasa yang lainnya, produk pertanian juga sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dan kebutuhan. Hanya saja, produk pertanian menjadi demikian penting karena hampir tidak ada manusia di muka bumi yang mampu bertahan hidup tanpa mengkonsumsi produk pertanian. Terkait kondisi persediaan dan kebutuhan, tantangan yang semakin berat terlihat akibat semakin besarnya gap antara kebutuhan dan persediaan. Kemampuan produksi yang tidak jua mengalami peningkatan berarti ternyata diikuti dengan peningkatan kebutuhan yang bisa dibilang relatif tinggi. Data menunjukkan pertumbuhan penduduk cenderung dalam tren yang positif sementara produksi padi cenderung dalam tren negatif. Jika kita lihat antara tahun 2010 – 2013, dalam rentang waktu ini penduduk Papua Barat telah bertambah sebanyak 2,89 persen sedangkan produksi padi tumbuh negatif yaitu -4,42 persen. Dihubungkan dengan tren-tren negatif faktor produksinya, bukanlah hal mustahil proporsi antara produksi padi dan penduduk Papua Barat menjadi turun lebih jauh. Penurunan kontribusi sektor pertanian juga terlihat dari tren PDRB Papua Barat. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor. Selain kontribusi tenaga kerja yang semakin menurun, faktor produksi lain yang mengalami penurunan adalah lahan pertanian terutama lahan sawah. Hasil Sensus Pertanian 2003 dan Sensus Pertanian 2013 mencatat penurunan yang signifikan dalam hal akumulasi penguasaan lahan oleh petani. Tentu hal ini merupakan sinyal negatif bagi perkembangan sektor pertanian itu sendiri. Penurunan ini akan mendegradasi sektor pertanian dari kedua faktor produksinya, lahan dan tenaga kerja. Sehingga tidak salah kiranya jika sebagian besar orang beranggapan bahwa pertanian sudah demikian terdesak. Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
19
Kebijakan pemerintah di sektor pertanian harus diarahkan untuk peningkatan produktifitas, optimalisasi dan intensifikasi pertanian. Di wilayah Provinsi Papua Barat, kebijakan tersebut berada di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Untuk mendukung hal tersebut, salah satu kegiatan yang bisa dilaksanakan yaitu dengan meningkatkan penyuluhan terhadap para petani.
36,000
34,000
32,000
30,000
2012
2012
2011
2011
2010
2010
28,000
700,000
26,000
Sumber: BPS, Proyeksi Penduduk dan Sensus Pertanian 2013
Tantangan Alam Yang Tak Terhindarkan
750,000
800,000
850,000
bp s
E.
Penduduk
.id
GAMBAR 3.4 Penduduk (Jiwa) dan Produksi Padi (Ton) Provinsi Papua Barat 2010-2013
2013
.g o
Produksi Padi
2013
pu
ab
ar
at .
Perubahan iklim yang akhir-akhir ini menjadi isu penting dalam berbagai kajian pembangunan berkelanjutan, juga menjadi tantangan sektor pertanian yang patut untuk diperhitungkan. Meskipun terdapat berbagai efek di berbagai aspek dalam kehidupan manusia, salah satu efek terbesar perubahan iklim diyakini akan dirasakan oleh sektor pertanian (Cline, 2007).
ht
tp :// w
w
w
.p a
Anomali iklim, curah hujan dan pergeseran musim yang tidak menentu merupakan efek-efek nyata dari pemanasan global. Menurut BMKG, hujan ekstrim meningkat 13 persen selama 1970 – 1999, khususnya di Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta. Selain itu, periode 1971-2000, musim hujan di pulau Jawa mengalami pergeseran dengan kondisi yang berbeda, ada yang maju sekitar 1-2 dasarian, bahkan 3-4 dasarian (BMKG, 2009). Hal tersebut menyebabkan petani kesulitan dalam menetapkan waktu yang tepat untuk mengawali masa tanam, benih beserta pupuk yang digunakan. Alhasil, produksi akan menurun karena jadwal penyediaan benih dan pupuk yang tidak menentu akan mengakibatkan supply yang tidak menentu pula, sementara permintaan terus berjalan. Dampak yang berat ini lebih sensitif terjadi di negara berkembang (Rosenzweig & Parry, 1994) terlebih lagi di negara tropis (Mendelsohn, 2008) seperti halnya Indonesia. Banjir, sebagai dampak anomali iklim yang ekstrem dapat menyebabkan penurunan produksi pertanian daratan. Berdasarkan data Potensi Desa (PODES) pada tiga periode, sekitar 20 persen desa mengalami banjir setiap tahunnya meskipun dengan trend yang fluktuatif (BPS, 2011). Artinya, jutaan hektar lahan pertanian mendapat ancaman yang serius untuk mengalami gagal panen akibat bencana ini. Selain banjir, bencana kekeringan dan erosi akibat iklim ekstrem juga tentunya mempengaruhi produksi pertanian. Dengan demikian, maka sudah selayaknya sektor pertanian dirancang lebih bersahabat dengan fenomena tersebut melalui adaptasi jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Diiringi dengan kemajuan teknologi pertanian, dan peningkatan kualitas sumber daya, petani sebagai pengelola pertanian diharapkan mampu beradaptasi terhadap faktor yang tak terhindarkan tersebut. Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
20
4 ht
tp :// w
w
w
.p a
pu
ab
ar
at .
bp s
.g o
.id
Potensi Usaha pertanian PAPUA BARAT
• Padi dan Palawija Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat • Sagu, Kakao, Pala, Kelapa, Pinang dan Kelapa Sawit yang Melimpah di Provinsi Papua Barat • Penangkapan Ikan sebagai Primadona di Provinsi Papua Barat • Potensi Kehutanan di Provinsi Papua Barat
BAB
4
Potensi Usaha Pertanian Papua Barat
Padi dan Palawija Kabupaten/Kota di Papua Barat
at .
A.
bp s
.g o
.id
“Papua Barat memiliki tiga subsektor unggulan yaitu tanaman bahan makanan, kehutanan dan perikanan.”
10.41
ht
tp :// w
w
w
.p a
pu
ab
ar
Usaha Subsektor Tanaman Pangan meliputi usaha tanaman padi dan palawija. Berdasarkan hasil ST2013 diketahui bahwa rumah tangga tanaman pangan di Provinsi Papua Barat didominasi oleh rumah tangga yang mengelola tanaman palawija. Dari keseluruhan rumah tangga yang mengelola tanaman pangan sebanyak 40.377, 92,49 persen (37.343) diantaranya mengelola tanaman palawija, sedangkan rumah tangga yang mengelola tanaman padi adalah sebanyak 10,41 persen (4.204) dari seluruh rumah tangga tanaman pangan.
Padi Palawija
GAMBAR 4.1
92.49 Presentase Rumah Tangga Pertanian yang mengusahakan Padi dan Palawija, ST2013 Sumber: BPS, Sensus Pertanian 2013 Jenis tanaman padi di Provinsi Papua Barat terdiri dari padi sawah dan padi ladang. Jenis padi sawah lebih banyak diusahakan oleh rumah tangga bila dibandingkan dengan padi ladang. Menurut data ST 2013 dari 4.204 rumah tangga tanaman padi di Papua Barat, sekitar 81 persen (3.431) mengelola tanaman padi sawah, sedangkan padi ladang hanya dikelola oleh sekitar 19 persen (784) rumah tangga tanaman padi. Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
22
Jagung Kedelai
18.60%
Kacang Tanah
1% 0%
16%
Kacang Hijau
15%
Ubi Jalar Sorgum GAMBAR 4.2
Padi Sawah
1% 6% 1%
0%
Ubi Kayu
Padi Ladang
28%
Gandum
32%
Talas
Presentase Rumah Ganyong Tangga Usaha Pertanian Garut yang mengusahakan Padi dan Palawija Lainnya berdasarkan komoditi, ST2013 Sumber: BPS, Sensus Pertanian 2013
.g o
.id
81.40%
5,000
w
4,000
.p a
6,000
pu
ab
ar
at .
bp s
Selain jumlah rumah tangga usaha pertanian tanaman pangan, ST2013 juga memberikan informasi mengenai luas tanam dari masing-masing komoditas tanaman pangan. Luas tanam untuk tanaman padi secara keseluruhan berjumlah 5.512,33 hektar yang terdiri dari luas tanam tanaman padi sawah seluas 5.098,66 hektar dan padi ladang seluas 413,67 hektar. Jika dilihat rata-rata luas tanaman padi per rumah tangga usaha dapat dilihat bahwa rata-rata luas tanam per rumah tangga tanaman padi sawah lebih besar dibandingkan tanaman padi ladang. Satu rumah tangga usaha tanaman padi sawah memiliki luas tanam sekitar 1,49 hektar, sedangkan luas tanam yang dimiliki oleh rumah tangga tanaman padi ladang hanya sekitar 0,53 hektar.
w
3,000
tp :// w
2,000 1,000 0
ht
GAMBAR 4.3
Luas Tanam dari Setiap Komoditas Tanaman Pangan (Ha), ST2013 Sumber: BPS, Sensus Pertanian 2013
Tanaman palawija meliputi kelompok biji-bijian, kacang-kacangan, dan umbi-umbian. Dari 11 komoditas utama palawija, ubi kayu merupakan komoditas yang paling banyak ditanam oleh rumah tangga palawija di Papua Barat diikuti oleh komoditas ubi jalar dan jagung. Persentase jumlah rumah tangga pada tiga komoditas utama ini terhadap jumlah rumah tangga palawija masing-masing adalah 71,33 persen (26.636), 63,44 persen (23.691), dan 33,86 persen (12.646). Sedangkan komoditas palawija yang paling sedikit ditanam adalah ganyong, sorgum, dan kedelai yang masing-masing hanya dikelola oleh 1 rumah tangga, 38 rumah tangga, dan 423 rumah tangga. Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
23
Jika dilihat dari besaran luas tanam per komoditas, ubi kayu merupakan komoditas tanaman palawija yang memiliki luas tanam terbesar. Dari 7.869,60 hektar luas tanam palawija, sekitar 29,97 persen (2.358,29 hektar) merupakan luas tanam untuk komoditas ubi kayu. Sementara itu, luas tanam terkecil adalah komoditas ganyong yang hanya seluas 5 m2.
.id
Rata-rata luas tanam usaha tanaman palawija lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman padi, yaitu hanya sekitar 0,21 hektar. Menurut komoditasnya, tanaman palawija yang memiliki rata-rata luas tanam terbesar adalah kedelai yaitu seluas 0,57 hektar per satu rumah tangga usaha tanaman kedelai, sedangkan ratarata luas tanam terkecil adalah ganyong yang rata-rata hanya ditanam seluas 5 m2 per rumah tangga tanaman ganyong.
ab
ar
at .
bp s
.g o
Berbeda dengan subsektor lainnya, pada subsektor Tanaman Pangan, rumah tangga yang mengelola tanaman pangan dengan tujuan seluruh hasilnya digunakan untuk dikonsumsi sendiri (tidak dijual) juga tergolong sebagai rumah tangga usaha pertanian. Untuk tanaman padi, terlihat perbedaan tujuan melakukan usaha antara padi sawah dan padi ladang. Sebagian besar rumah tangga usaha tanaman padi sawah melakukan usahanya dengan tujuan hasil panennya sebagian untuk dikonsumsi sendiri dan sebagianlagi untuk dijual (82,31 persen) dan sebesar 17,69 persen hanya untuk dikonsumsi sendiri. Sedangkan, untuk rumah tangga usaha tanaman padi ladang, sekitar 43,11 persen rumah tangga tidak menjual hasil usahanya dan hanya sekitar 4,46 persen rumah tangga yang menjual seluruh hasil panennya.
pu
Keterangan Penjualan Hasil Usaha
Dijual Seluruhnya
Dijual Sebagian
Tidak Dijual
(2)
(3)
(4)
.p a
Jenis Tanaman
w
tp :// w ht
TABEL 4.1
(5)
173 35
2.651 411
607 338
3.431 784
2.031 187 1.839 354 1.840 1.312 2 0 615 1 0
8.573 199 2.876 498 17.800 15.024 27 3 9.392 0 0
2.042 37 358 119 6.996 7.355 9 2 3.396 0 0
12.646 423 5.073 971 26.636 23.691 38 5 13.403 1 0
w
(1) Padi Padi Sawah Padi Ladang Palawija Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Sorgum Gandum Talas Ganyong Garut
Jumlah
Jumlah RTUP Padi dan Palawija menurut Keterangan Penjualan Hasil Usaha, ST2013 Sumber: BPS, Sensus Pertanian 2013
Karakteristik penjualan hasil panen untuk komoditas palawija berbeda antara komoditas satu dan yang lainnya. Untuk komoditas jagung, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau dimana rumah tangga yang menanam komoditas tersebut mayoritas menjual sebagian dan seluruhnya hasil panennya. Sementara itu, rumah tangga yang menanam komoditas ubi kayu, ubi jalar, sorgum dan talas selain mayoritas hanya menjual sebagian hasil panennya juga rumah tangga bertujuan Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
24
menggunakan seluruh hasil panennya untuk dikonsumsi sendiri dan tidak ada yang dijual. Bahkan khusus untuk ganyong, kebanyakan rumah tangga yang menanamnya memiliki tujuan bahwa hasil panen ganyongnya nanti seluruhnya akan dijual.
.id
Sistem pemanenan utama yang dipakai oleh sebagian besar rumah tangga usaha tanaman padi sawah dan padi ladang pada periode Mei 2012–April 2013 adalah dipanen sendiri. Persentase rumah tangga usaha tanaman padi sawah dan padi ladang yang memanen sendiri hasil panennya masing-masing mencapai 96,42 persen dan 92,98 persen. ST2013 mencatat ditebaskan merupakan sistem pemanenan utama kedua terbanyak yang digunakan untuk memanen padi sawah. Meskipun tidak terlalu banyak, beberapa rumah tangga ada yang mengijonkan padinya. 0.03% 3.21% 0.35%
Padi Ladang
0.89%
bp s
Dipanen Sendiri Ditebaskan
at .
Tidak/Belum Panen
Dipanen Sendiri Ditebaskan Diijonkan Tidak/Belum Panen
ar
92.98%
96.42%
Sumber: BPS, Sensus Pertanian 2013
pu
Presentase RTUP Tanaman Padi menurut Jenis Tanaman dan Sistem Pemanenan Utama, ST2013
Diijonkan
Padi Sawah
ab
GAMBAR 4.4
.g o
0.38% 5.74%
ht
tp :// w
w
w
.p a
Jumlah rumah tangga tanaman padi sawah dan padi ladang yang usahanya tidak/belum panen selama periode Mei 2012–April 2013 masing-masing ada sebanyak 110 rumah tangga dan 45 rumah tangga. Rumah tangga yang usahanya tidak/belum panen meliputi rumah tangga yang tanamannya baru tanam maupun yang mengalami puso (hasil panen kurang dari 11 persen dari keadaan normal). Seperti halnya padi, sistem pemanenan utama yang dipakai oleh sebagian besar rumah tangga usaha tanaman palawija pada periode yang sama adalah dipanen sendiri. Berbeda dengan tanaman padi, pada tanaman palawija ada beberapa komoditas yang dimungkinkan dipanen muda (jagung dan kedelai) dan dipanen dalam bentuk lain, seperti diambil daun atau batangnya saja. Sebanyak 3,10 ribu rumah tangga jagung melakukan pemanenan muda, sedangkan kedelai dipanen muda oleh 16 rumah tangga kedelai. Ubi kayu dan ubi jalar merupakan 2 (dua) jenis tanaman palawija yang paling banyak dipanen dalam bentuk lain dibandingkan jenis tanaman palawija lainnya masing-masing dilakukan oleh sebanyak 575 dan 435 rumah tangga. Ubi kayu yang merupakan jenis tanaman palawija yang paling banyak ditanam oleh rumah tangga palawija, sebagian besar sistem pemanenannya dilakukan dengan cara dipanen sendiri. Jumlah rumah tangga tanaman ubi kayu yang memanen sendiri hasil panennya mencapai 93,20 persen atau sebanyak 24,82 ribu dari 26,64 ribu rumah tangga ubi kayu. Dari 11 komoditas yang tergolong tanaman palawija, hanya sorgum yang pemanenannya tidak pernah diijonkan selama periode Mei 2012-April 2013.
Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
25
Rumah tangga usaha tanaman palawija yang pada periode Mei 2012–April 2013 mengalami puso juga dianggap tidak panen seperti halnya pada tanaman padi. Jenis tanaman palawija yang paling banyak tidak/belum panen adalah ubi kayu disusul oleh ubi jalar dan talas. Sebanyak 1.101 rumah tangga yang menanam ubi kayu belum panen pada periode Mei 2012–April 2013.
(1) Palawija
(2)
Jagung
3.096
Kedelai
16
Sistem Pemanenan Utama
Dipanen Bentuk Lain
Jenis Tanaman Dipanen Muda
Dipanen Sendiri (4)
(3)
(5)
(6)
Tidak/Belum Panen (7)
Jumlah (8)
65
19
320
367
17
2
21
423
82
4.825
3
18
145
5.073
933
1
3
34
971
Ubi Kayu
575
24.826
93
41
1.101
26.636
Ubi Jalar
435
22.378
16
46
816
23.691
0
37
0
0
1
38
5
0
0
0
5
12.526
29
21
650
13.403
1
0
0
0
1
0
0
0
Sorgum Gandum
177
0
0
12.646
at .
Jumlah RTUP Tanaman Talas Palawija menurut Jenis Ganyong Tanaman dan Sistem Garut Pemanenan Utama, ST2013 Sumber: BPS, Sensus Pertanian 2013
.g o
Kacang Hijau
.id
8.948
Kacang Tanah
TABEL 4.2
Diijonkan
bp s
198
Ditebaskan
ht
tp :// w
w
w
.p a
pu
ab
ar
Dilihat dari penyebaran rumah tangga tanaman padi pada kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat. Rumah tangga tanaman padi paling banyak berlokasi di Manokwari (50,74 persen), Sorong (25,71 persen), dan Teluk Bintuni (7,37 persen). Ketiga kabupaten tersebut, selain sebagai sentra utama padi juga merupakan sentra komoditas kedelai. Seperti halnya padi, rumah tangga jagung paling banyak ditemui di Manokwari yaitu sebesar 43,78 persen dari total rumah tangga jagung sedangkan terbanyak kedua didapatkan di Maybrat sebesar 10,76 persen. Sentra ketiga untuk komoditas jagung adalah kabupaten Sorong Selatan yang menyumbang sebesar 8,52 persen dari total rumah tangga jagung provinsi sebanyak 12.646 rumah tangga. Sementara itu, untuk komoditas kedelai, tiga kabupaten terbesar yang menjadi sentra produksi kedelai adalah Teluk Bintuni, Manokwari, dan Sorong. Persentase rumah tangga kedelai di masing-masing kabupaten ini terhadap total rumah tangga kedelai provinsi adalah 25,30 persen (107 rumah tangga), 18,91 persen (80 rumah tangga), dan 16,55 persen (70 rumah tangga) dari total petani kedelai provinsi sebanyak 423 rumah tangga. No Kabupaten/Kota (1)
(2)
Tanaman Pangan
Padi
Padi Sawah
Padi Ladang
Palawija
Jagung
Kedelai
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
1 Fakfak
3.868
121
114
7
3.800
574
2 Kaimana
2.755
43
2
41
2.729
744
9
3 Teluk Wondama
1.924
64
56
9
1.891
649
17 107
4 Teluk Bintuni
22
3.014
310
252
64
2.807
998
13.825
2.133
1.758
376
12.208
5.536
80
6 Sorong Selatan
2.579
213
4
209
2.480
1.077
40
7 Sorong
3.951
1.081
1.063
21
3.138
970
70
8 Raja Ampat
2.703
180
180
0
2.534
251
0
9 Tambrauw
1.027
49
0
49
1.025
290
50
3.397 Jumlah RTUP Tanaman 10 Maybrat Pangan menurut 71 Sorong 1.334 Jenis Tanaman dan Papua Barat 40.377 Kabupaten/Kota, ST2013 Sumber: BPS, Sensus Pertanian 2013
9
1
8
3.397
1.361
25
1
1
0
1.334
196
3
4.204
3.431
784
37.343
12.646
423
5 Manokwari
TABEL 4.3
Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
26
B. Sagu, Kakao, Pala, Kelapa, Pinang dan Kepala Sawit yang Melimpah di Papua Barat
Jumlah Rumah Tangga Usaha Perkebunan Total (2) 4,486
Tanaman Semusim (4)
4,486
58
3,339
3,335
26
1,886
1,879
53
2,513
2,501
88
Manokwari
8,472
8,466
70
Sorong Selatan
2,432
2,428
105
Sorong
3,373
3,370
27
Raja Ampat
4,322
4,315
46
Tambrauw
677
677
25
Maybrat
2,114
2,029
404
Kota Sorong
1,280
1,255
86
34,894
34,741
988
ab
Fakfak Teluk Wondama
tp :// w
w
w
.p a
Teluk Bintuni
pu
Kaimana
ht
Tanaman Tahunan (3)
ar
(1)
at .
Kabupaten/Kota
TABEL 4.4
bp s
.g o
.id
Hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013 menunjukkan jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Perkebunan di Provinsi Papua Barat sebanyak 34.894 rumah tangga. Jumlah rumah tangga yang mengusahakan tanaman tahunan jauh lebih banyak dibandingkan jumlah rumah tangga yang mengusahakan tanaman semusim. Sebanyak 34.741 rumah tangga mengusahakan tanaman tahunan, sementara jumlah rumah tangga yang mengusahakan tanaman semusim sebanyak 988 rumah tangga. Rumah tangga usaha pertanian Subsektor Perkebunan terbanyak di Provinsi Papua Barat berada di Kabupaten Manokwari, yaitu sebanyak 8.472 rumah tangga. Kabupaten dengan jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Perkebunan terbanyak kedua dan ketiga berturut-turut adalah Kabupaten Fak-Fak (4.486 rumah tangga) dan Raja Ampat (4.322 rumah tangga). Rumah tangga yang paling banyak mengusahakan tanaman tahunan berada di Kabupaten Manokwari (8.466 rumah tangga), sementara untuk tanaman semusim paling banyak diusahakan oleh rumah tangga di Kabupaten Maybrat (404 rumah tangga).
Jumlah RTUP Usaha Perkebunan menurut Papua Barat Kabupaten/Kota, ST2013 Sumber: BPS, Sensus Pertanian 2013
Secara umum, enam tanaman tahunan berdasarkan banyaknya rumah tangga yang mengusahakan di Papua Barat berturut-turut adalah kelapa (21.077 rumah tangga), kakao (8.409 rumah tangga), pinang (8.264 rumah tangga), pala (7.780 rumah tangga), sagu (2.983 rumah tangga), dan kelapa sawit (2.159 rumah tangga). Kabupaten dengan rumah tangga yang paling banyak mengusahakan kelapa adalah Kabupaten Raja Ampat (4.007 rumah tangga), diikuti Kabupaten Sorong (2.895 rumah tangga). Kakao paling banyak diusahakan oleh rumah tangga di Kabupaten Manokwari (5.037 rumah tangga), diikuti Kabupaten Raja Ampat (728 rumah tangga). Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
27
Pinang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga di Kabupaten Manokwari (2.294 rumah tangga), diikuti Kabupaten Raja Ampat (1.521 rumah tangga). Pala banyak diusahakan oleh rumah tangga di Kabupaten Fak-Fak (3.960 rumah tangga) dan Kabupaten Kaimana (2.980 rumah tangga). Sagu paling banyak diusahakan oleh rumah tangga di Kabupaten Sorong Selatan (1.201 rumah tangga), diikuti Kabupaten Maybrat (657 rumah tangga). Kelapa sawit paling banyak diusahakan oleh rumah tangga di Kabupaten Manokwari (1.793 rumah tangga) dan Kabupaten Teluk Bintuni (317 rumah tangga). 100% 90% 80%
.id
70% 60%
.g o
50% 40%
Kelapa
Pala
Kakao
Papua Barat
Kota Sorong
Maybrat
Sorong
Sorong Selatan
Manokwari
Pinang/Jambe
Sagu
.p a
pu
ab
ar
Teluk Bintuni
Teluk Wondama
Kaimana
0%
Presentase RTUP Usaha Perkebunan tanaman Sagu, Kakao, Pala, Kelapa, Pinang dan Kelapa Sawit menurut Kelapa Sawit Kabupaten/Kota, ST2013 Sumber: BPS, Sensus Pertanian 2013
at .
10%
Fakfak
GAMBAR 4.5
Tambrauw
20%
Raja Ampat
bp s
30%
ht
tp :// w
w
w
Hasil ST2013 menunjukkan bahwa tanaman unggulan perkebunan yang diusahakan sebagian besar sudah berproduksi. Hasil Sensus Pertanian 2013 memperlihatkan proporsi tanaman pala yang belum berproduksi sebesar 27,38 persen dari total tanaman yang diusahakan/dikelola, proporsi tanaman kakao yang belum berproduksi sebesar 7,06 persen, dan proporsi tanaman kelapa yang belum berproduksi adalah sebesar 17,53 persen. Angka proporsi yang relatif cukup besar pada tanaman pala, menggambarkan banyaknya penanaman baru ataupun perluasan. Jumlah pohon pala yang belum berproduksi di Provinsi Papua Barat sebanyak 626,29 ribu pohon, dan paling banyak ditemukan di Kabupaten Fak-Fak sebanyak 417,82 ribu pohon. Jumlah pohon kakao yang belum berproduksi di Provinsi Papua Barat sebanyak 438,22 ribu pohon, dan paling banyak ditemui di Kabupaten Manokwari sebanyak 316,99 ribu pohon. Untuk tanaman kelapa, jumlah pohon yang belum berproduksi paling banyak ditemui di Kabupaten Raja Ampat, dengan jumlah 86,02 ribu pohon. Selain kakao, pala, dan kelapa, pohon pinang dan sagu juga banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha perkebunan di Provinsi Papua Barat. Jumlah pohon pinang yang diusahakan/dikelola rumah tangga usaha perkebunan adalah sebanyak 507,06 ribu pohon. Dari sebanyak 507,06 ribu pohon pinang tersebut, sebanyak 148,08 ribu pohon masih belum berproduksi. Kabupaten Teluk Wondama merupakan Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
28
bp s
.g o
.id
kabupaten yang memiliki jumlah pohon pinang yang belum berproduksi paling banyak (45,05 ribu pohon). Untuk pohon sagu dari jumlah pohon sagu 245,11 ribu pohon sebanyak 140,60 ribu pohon belum berproduksi. Kabupaten Sorong Selatan merupakan kabupaten yang memiliki jumlah pohon sagu yang belum berproduksi paling banyak (106,59 ribu pohon).
Belum Produksi Sudah Produksi
pu
ab
ar
at .
GAMBAR 4.6 Presentase Keterangan Produksi Sagu, Kakao, Pala, Kelapa, Pinang dan Kelapa Sawit ST2013 Sumber: BPS, Sensus Pertanian 2013
ht
tp :// w
w
w
.p a
Serupa dengan kondisi tanaman perkebunan yang belum berproduksi, tanaman perkebunan yang sudah berproduksi paling banyak pada komoditas kakao, pala, dan kelapa. Jumlah pohon kakao yang sudah berproduksi di Provinsi Papua Barat sebanyak 4,59 juta pohon dan paling banyak ditemui di Kabupaten Manokwari, yaitu sebanyak 3,87 juta pohon. Sedangkan jumlah pohon kakao yang sudah berproduksi paling sedikit ditemui di Kabupaten Maybrat, yaitu sebanyak 1.073 pohon. Jumlah pohon pala yang sudah berproduksi di Indonesia sebanyak 1,23 juta pohon, dan terbanyak ditemui di Kabupaten Fak-Fak sebanyak 1,06 juta pohon. Sedangkan jumlah pohon pala yang sudah berproduksi paling sedikit di Kabupaten Tambrauw dengan jumlah 4 pohon. Selain kakao dan pala, pohon kelapa juga merupakan tanaman perkebunan yang memiliki tanaman yang sudah berproduksi terbanyak ketiga. Jumlah pohon kelapa yang sudah berproduksi di Provinsi Papua Barat sebanyak 823,86 ribu pohon dan terbanyak ditemui di Kabupaten Raja Ampat, yaitu sebanyak 339,97 ribu pohon. Sedangkan jumlah pohon kelapa yang sudah berproduksi paling sedikit di Kabupaten Maybrat, dengan jumlah yang sudah berproduksi sebanyak 9,07 ribu pohon. Selain terlihat dari jumlah pohon/lajar/rumpun, potensi tanaman perkebunan juga dapat dilihat dari luas tanam tanaman perkebunan. Total luas tanam paling besar di Provinsi Papua Barat (tanaman tahunan) yang digunakan rumah tangga untuk usaha perkebunan adalah luas tanam tanaman pala, yaitu 10,94 ribu hektar. Sementara, jika dilihat rata-rata luas tanam per rumah tangga, maka tanaman kelapa sawit mempunyai rata-rata luas tanaman per rumah tangga paling besar, yaitu Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
29
sekitar 2,76 hektar per rumah tangga. Meskipun rumah tangga di Provinsi Papua Barat paling banyak mengusahakan kakao, namun demikian luas tanaman kakao secara keseluruhan bukan yang paling besar (hanya sebesar 7,48 ribu hektar) dan begitu pula rata-rata luas tanamannya tidak begitu besar, yaitu hanya sekitar 0,89 hektar per rumah tangga. 1% 1% 13%
.id
38%
bp s
.g o
21%
GAMBAR 4.7
at .
26%
ar
Kelapa Sawit
Kelapa
Pinang/Jambe
Sagu
Penangkapan Ikan sebagai Primadona Papua Barat
.p a
C.
pu
ab
Presentase Luas Tanam Sagu, Kakao, Pala, Kelapa, Pinang dan Pala Kakao Kelapa Sawit ST2013 Sumber: BPS, Sensus Pertanian 2013
ht
tp :// w
w
w
Kegiatan usaha pertanian di Subsektor Perikanan terdiri dari kegiatan Budidaya Ikan dan kegiatan Penangkapan Ikan. Dari kedua kegiatan tersebut, hasil ST2013 mencatat bahwa terdapat 18.496 rumah tangga yang berusaha di Subsektor Perikanan. Jumlah rumah tangga yang mengusahakan kegiatan Penangkapan Ikan terlihat mendominasi usaha rumah tangga Subsektor Perikanan. Berdasarkan hasil ST2013, terdapat sebanyak 16.854 rumah tangga yang mengusahakan kegiatan Penangkapan Ikan dan jumlah rumah tangga yang mengusahakan kegiatan Budidaya Ikan adalah sebanyak 2.190 rumah tangga. Kegiatan Penangkapan Ikan terdiri dari dua jenis, yaitu kegiatan Penangkapan Ikan di Laut dan Kegiatan Penangkapan Ikan di Perairan Umum. Dari sebanyak 16,85 ribu rumah tangga usaha Penangkapan Ikan, terdapat sebanyak 13,44 ribu rumah tangga usaha Penangkapan Ikan di Laut dan sebanyak 3,62 ribu rumah tangga mengusahakan Penangkapan Ikan di Perairan Umum. Kondisi ini terjadi karena dalam satu rumah tangga dapat terdiri lebih dari 1 (satu) usaha penangkapan ikan dengan pengelolaan terpisah (unit usaha) yang dilakukan oleh anggota rumah tangga yang berbeda. Jadi dalam satu rumah tangga dapat terdiri lebih dari 1 (satu) unit usaha penangkapan ikan. Bila ditinjau per masing-masing kabupaten, Kabupaten Raja Ampat merupakan kabupaten dengan rumah tangga usaha Penangkapan Ikan terbanyak, yaitu sebanyak 3,76 ribu rumah tangga. Sedangkan Kabupaten Tambrauw merupakan Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
30
kabupaten dengan jumlah rumah tangga usaha Penangkapan Ikan paling sedikit, yaitu sebanyak 98 rumah tangga. Jika dirinci menurut jenis usaha penangkapan ikan, terlihat bahwa Kabupaten Raja Ampat merupakan kabupaten yang memiliki potensi usaha Penangkapan Ikan di Laut karena memiliki jumlah rumah tangga usaha Penangkapan Ikan di Laut terbanyak, yaitu sebanyak 3,76 rumah tangga. Jumlah ini mendominasi sekitar 27,98 persen jumlah rumah tangga usaha Penangkapan Ikan di Laut Provinsi Papua Barat. Untuk kegiatan Penangkapan Ikan di Perairan Umum, Kabupaten Sorong Selatan merupakan kabupaten dengan jumlah rumah tangga usaha Penangkapan Ikan di Perairan Umum terbanyak, yaitu sebanyak 1,46 ribu rumah tangga. Jumlah ini mendominasi sekitar 40,25 persen jumlah rumah tangga usaha Penangkapan Ikan di Perairan Umum Provinsi Papua Barat.
.id
100% 90%
.g o
80% 70%
bp s
60% 50% 40%
at .
30%
Papua Barat
Kota Sorong
Maybrat
Tambrauw
Raja Ampat
Sorong
Sorong Selatan
Teluk Wondama
Kaimana
pu
Di Perairan Umum
Di Laut
w
.p a
Fakfak
Presentase RTUP Penangkapan Ikan menurut Jenis Penangkan Ikan dan menurut Kabupaten/Kota, ST2013 Sumber: BPS, Sensus Pertanian 2013
Manokwari
0%
ab
10%
Teluk Bintuni
GAMBAR 4.8
ar
20%
ht
tp :// w
w
Unit usaha penangkapan ikan adalah suatu kesatuan usaha penangkapan ikan yang dilakukan anggota rumah tangga dengan pengelolaan tersendiri dan menanggung resiko usaha. Dalam satu rumah tangga dapat terdiri lebih dari satu unit usaha. Karakteristik unit usaha penangkapan ikan di Subsektor Perikanan dapat dibedakan juga menurut jenis kapal/perahu utama yang digunakan. Kapal/ perahu utama yang digunakan dapat berupa kapal motor, perahu motor tempel, perahu tanpa motor, dan tanpa perahu. Hasil ST2013 menunjukkan bahwa perahu motor tempel merupakan jenis perahu yang paling banyak digunakan untuk melakukan penangkapan ikan, yaitu digunakan oleh sebanyak 6,88 ribu unit usaha. Sedangkan unit usaha penangkapan ikan di laut yang tanpa menggunakan perahu/ kapal menunjukkan jumlah yang paling sedikit di Provinsi Papua Barat, yaitu hanya sebanyak 399 unit usaha. Kabupaten Raja Ampat merupakan kabupaten yang paling banyak memiliki jumlah unit usaha penangkapan ikan di laut dengan perahu motor tempel sebagai jenis kapal/perahu utama yang digunakan, yaitu sebanyak 2,51 ribu unit usaha. Lain halnya kondisi yang ditemui pada kegiatan penangkapan ikan di perairan umum. Unit usaha yang menggunakan perahu tanpa motor merupakan yang terbanyak dilakukan oleh unit usaha penangkapan ikan di perairan umum. Sebanyak 1,76 ribu unit usaha penangkapan ikan di perairan umum menggunakan Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
31
perahu tanpa motor dalam melakukan kegiatan usaha di bidang penangkapan ikan di perairan umum. Sedangkan unit usaha yang menggunakan kapal motor merupakan jenis yang paling sedikit ditemui di Provinsi Papua Barat, yaitu hanya sebanyak 245 usaha. Kabupaten Sorong Selatan merupakan kabupaten yang paling banyak memiliki jumlah unit usaha penangkapan ikan di perairan umum dengan menggunakan perahu tanpa motor, yaitu sebanyak 747 usaha.
(6) 1 0 1 211 3 16 1 0 0 12 0
6,624
245
399
1,425
1,762
Tanpa Perahu (9) 5 0 55 67 43 136 11 0 1 162 9 489
pu
ab
ar
Jumlah Unit Usaha Penangkapan ikan menurut Kabupaten/ Kota dan Jenis Kapal/ Papua Barat 497 6,882 Perahu Utama yang Digunakan, ST2013 Sumber: BPS, Sensus Pertanian 2013
(5) 41 18 69 5 143 0 29 67 7 0 20
.id
(2) 92 22 26 130 39 27 23 39 0 0 99
Kapal Motor
Di Perairan Umum Perahu Perahu Motor Tanpa Tempel Motor (7) (8) 20 11 252 138 7 84 405 348 4 26 621 747 9 13 0 0 0 0 102 386 5 9
.g o
(1) Fakfak Kaimana Teluk Wondama Teluk Bintuni Manokwari Sorong Selatan Sorong Raja Ampat Tambrauw Maybrat Kota Sorong
Tanpa Perahu
bp s
Kapal Motor
at .
TABEL 4.5
Kabupaten/Kota
Di Laut Perahu Perahu Motor Tanpa Tempel Motor (3) (4) 1,022 1,030 546 366 400 1,309 477 77 471 775 492 681 256 344 2,512 1,350 9 88 0 0 697 604
ht
tp :// w
w
w
.p a
Selain dibedakan menurut jenis kapal/perahu yang digunakan, karakteristik unit usaha penangkapan ikan dapat dibedakan menurut jenis alat tangkap utama yang digunakan. Jenis alat tangkap utama yang digunakan antara lain pukat, jaring, pancing, perangkap serta lainnya. Untuk kegiatan penangkapan ikan di laut, alat tangkap utama yang digunakan oleh rumah tangga usaha penangkapan ikan di Provinsi Papua Barat adalah jenis pancing. Sebanyak 9,62 ribu unit usaha penangkapan ikan di laut menggunakan pancing sebagai alat tangkap utama yang digunakan dalam mendukung usaha kegiatan penangkapan ikan. Sedangkan rumah tangga usaha penangkapan ikan di laut yang menggunakan pukat paling sedikit ditemui di Provinsi Papua Barat, yaitu hanya sebanyak 182 unit usaha. Kabupaten Raja Ampat merupakan kabupaten yang paling banyak memiliki jumlah unit usaha penangkapan ikan di laut yang menggunakan pancing sebagai alat tangkap utama yang digunakan, yaitu sebanyak 3,37 ribu unit usaha. Berbeda dengan kegiatan penangkapan ikan di laut, alat tangkap utama yang paling banyak digunakan oleh rumah tangga usaha penangkapan ikan di perairan umum adalah jenis jaring. Sebanyak 2,19 ribu unit usaha penangkapan ikan di perairan umum menggunakan jaring sebagai alat tangkap utama yang digunakan dalam mendukung usaha kegiatan penangkapan ikan. Sedangkan rumah tangga usaha penangkapan ikan di perairan umum yang menggunakan pukat paling sedikit ditemui di Provinsi Papua Barat, yaitu hanya sebanyak 84 unit usaha. Kabupaten Sorong Selatan merupakan kabupaten yang paling banyak memiliki jumlah unit usaha penangkapan ikan di perairan umum yang menggunakan jaring sebagai alat tangkap utama yang digunakan, yaitu sebanyak 915 unit usaha. Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
32
Di Laut Kabupaten/Kota
Pukat
Jaring
(2)
(3)
(1)
(4)
(5)
(6)
Pukat
Jaring
(7)
(8)
Pancing Perangkap Lainnya (9)
(10)
(11)
457
1,651
18
28
1
24
10
0
2
4
436
486
18
8
0
358
32
0
0
Teluk Wondama
14
221
1,505
2
62
2
57
62
2
24
Teluk Bintuni
30
569
82
5
3
35
502
194
272
28
Manokwari
20
321
1,061
10
16
2
8
57
1
8
Sorong Selatan
35
932
65
16
152
31
915
326
171
77
7
203
405
16
21
1
11
15
1
6
Raja Ampat
18
344
3,370
117
119
0
0
0
0
0
Tambrauw
0
17
86
1
0
0
0
0
914
19
60
9,625
222
0
0
0
309
469
0
212
64
65
0
6
2
8
7
84
2,190
911
519
217
ar
Potensi Kehutanan Papua Barat
ab
D.
1
12
at .
Jumlah Unit Usaha 0 0 Penangkapan ikan Maybrat menurut Kabupaten/ Kota Sorong 23 404 Kota dan Jenis Alat Tangkap Utama yang Papua Barat 182 3,904 Digunakan, ST2013 Sumber: BPS, Sensus Pertanian 2013
.g o
Sorong
.id
31
Kaimana
TABEL 4.6
Pancing Perangkap Lainnya
bp s
Fakfak
Di Perairan Umum
tp :// w
w
w
.p a
pu
Rumah tangga usaha pertanian Subsektor Kehutanan mencakup ke dalam 4 (empat) jenis kegiatan, yaitu kegiatan Budidaya Tanaman Kehutanan, Menangkar Satwa/Tumbuhan Liar, Menangkap Satwa Liar dan Memungut Hasil Hutan. Hasil ST2013 menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 13,11 ribu rumah tangga pertanian Subsektor Kehutanan. Dari sejumlah rumah tangga usaha Subsektor Kehutanan, sebanyak 7,73 ribu rumah tangga mengusahakan kegiatan Memungut Hasil Hutan. Jenis kegiatan Memungut Hasil Hutan tercatat sebagai kegiatan yang memiliki jumlah rumah tangga usaha kehutanan paling banyak. 9,000 8,000
ht
7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000
GAMBAR 4.9
0
Pemungutan Hasil Jumlah Rumah Tangga Hutan Usaha Kehutanan Menurut Jenis Budidaya, ST2013 Sumber: BPS, Sensus Pertanian 2013
Penangkapan Satwa Liar
Budidaya Tanaman Penangkaran Kehutanan Satwa/Tumbuhan Liar
Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
33
pu
ab
ar
at .
bp s
.g o
.id
Jika dirinci menurut kabupaten/kota, jumlah rumah tangga usaha kehutanan, paling banyak ditemui di Kabupaten Sorong Selatan, yaitu sebanyak 2,49 ribu rumah tangga. Kabupaten yang memiliki rumah tangga usaha kehutanan kedua terbanyak yaitu Kabupaten Maybrat dengan jumlah rumah tangga usaha kehutanan hasil ST2013 adalah sebanyak 1,86 ribu rumah tangga. Kedua kabupaten tersebut memiliki jumlah rumah tangga usaha kehutanan yang cukup banyak karena kondisi alam/geografisnya yang masih memungkinkan untuk melakukan usaha tanaman kehutanan. Berbeda halnya dengan Kabupaten Tambrauw yang tercatat sebagai kabupaten dengan jumlah rumah tangga usaha kehutanan paling sedikit, yaitu sebanyak 416 rumah tangga. Hal ini dapat dimaklumi karena jumlah penduduk yang masih sedikit dan kebanyakan berprofesi sebagai bekerja di luar sektor pertanian. Selain Kabupaten Tambrauw, Kota Sorong juga merupakan kabupaten kedua yang memiliki jumlah rumah tangga usaha kehutanan paling sedikit, yaitu sebanyak 423 rumah tangga.
GAMBAR 4.10
ht
tp :// w
w
w
.p a
Peta Sebaran Rumah Tangga Usaha Kehutanan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kegiatan, ST2013 Sumber: BPS, Sensus Pertanian 2013
Seperti telah diuraikan sebelumnya, pemungutan hasil hutan merupakan jenis kegiatan di Subsektor Kehutanan yang memiliki rumah tangga usaha terbanyak (7,73 ribu rumah tangga). Selain kegiatan memungut hasil hutan, penangkapan satwa liar juga paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha kehutanan di Papua Barat. Sebanyak 5,73 ribu rumah tangga tercatat mengusahakan kegiatan menangkap satwa liar dimana kabupaten Sorong Selatan merupakan kabupaten yang paling banyak memiliki jumlah rumah tangga usaha penangkapan satwa liar, yaitu sebanyak 1,15 ribu rumah tangga. Kegiatan budidaya tanaman kehutanan menempati posisi ketiga dalam urutan banyaknya jumlah rumah tangga usaha kehutanan hasil ST2013. Tercatat sebanyak 2,54 ribu rumah tangga yang mengusahakan kegiatan budidaya tanaman kehutanan di Papua Barat. Kegiatan budidaya tanaman kehutanan tersebar merata ke seluruh kabupaten/kota di Papua Barat, dimana Kabupaten Maybrat merupakan kabupaten yang paling banyak memiliki jumlah rumah tangga usaha kehutanan kegiatan budidaya tanaman kehutanan yaitu sebanyak 527 rumah tangga. Hal ini sangat memungkinkan terjadi di Kabupaten Maybrat mengingat kondisi alam yang memungkinkan serta didukung oleh faktor lingkungan. Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
34
ab
ar
at .
bp s
.g o
.id
Kegiatan lainnya di subsektor kehutanan adalah kegiatan menangkar satwa/ tumbuhan liar. Hasil ST2013 menunjukkan bahwa sebanyak 139 rumah tangga usaha kehutanan di Papua Barat mengusahakan kegiatan menangkar satwa/tumbuhan liar. Kabupaten Manokwari tercatat sebagai kabupaten yang mendominasi jumlah rumah tangga usaha kehutanan kegiatan menangkar satwa/tumbuhan liar terbanyak, yaitu sebanyak 53 rumah tangga.
.p a
pu
GAMBAR 4.11
Sumber: BPS, Sensus Pertanian 2013
w
Jumlah Tanaman Kehutanan yang Diusahakan Menurut Jenis Tanaman, ST2013
ht
tp :// w
w
Tanaman kehutanan yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha kehutanan adalah tanaman jati, yaitu sebanyak 146,07 ribu tanaman. Kabupaten Sorong merupakan kabupaten yang paling banyak mengusahakan tanaman jati sebanyak 48,18 ribu tanaman jati (32,98 persen). Sebaliknya, Kabupaten Tambrauw memiliki jumlah tanaman jati paling sedikit, yaitu sebanyak 4 tanaman (0,003 persen). Tanaman mahoni diusahakan di Papua Barat sebanyak 19,71 ribu tanaman. Kabupaten Manokwari merupakan kabupaten yang paling banyak mengusahakan tanaman mahoni, yaitu sebanyak 13,24 ribu tanaman mahoni (67,18 persen) diusahakan di kabupaten tersebut. Sebaliknya, Kabupaten Teluk Bintuni memiliki jumlah tanaman mahoni paling sedikit, yaitu sebanyak 14 tanaman (0,07 persen). Tanaman mahoni tidak diusahakan di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Sorong Selatan, Raja Ampat dan Maybrat. Tanaman Bambu juga merupakan tanaman yang banyak diusahakan di Papua Barat, tercatat diusahakan di Papua Barat sebanyak 12,12 ribu tanaman. Kabupaten Maybrat merupakan kabupaten yang paling banyak mengusahakan tanaman bambu. Sebanyak 7,42 ribu tanaman bambu (61,18 persen) diusahakan di kabupaten tersebut. Sebaliknya, Kabupaten Kaimana memiliki jumlah tanaman bambu paling sedikit, yaitu sebanyak 31 tanaman (0,26 persen). Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
35
Tanaman jati putih juga merupakan salah satu komoditas utama tercatat diusahakan di Papua Barat sebanyak 6,80 ribu tanaman. Hanya empat kabupaten/ kota saja yang mengusahakan tanaman jati putih, yaitu Kabupaten Sorong Selatan, Sorong, Maybrat dan Kota Sorong. Sebanyak 3,13 ribu tanaman jati putih (45,96 persen) diusahakan di Kabupaten Sorong Selatan. Sebaliknya, Kabupaten Maybrat yang paling sedikit mengusahakan tanaman jati putih sebanyak 14 tanaman (0,21 persen).
ht
tp :// w
w
w
.p a
pu
ab
ar
at .
bp s
.g o
.id
Tanaman-tanaman kehutanan lain yang diusahakan rumah tangga di Papua Barat antara lain sengon (5,11 ribu tanaman), dan akasia (246 tanaman). Rumah tangga di Kabupaten Sorong Selatan mendominasi usaha sengon (3,13 ribu tanaman). Sedangkan Kabupaten Maybrat merupakan kabupaten yang paling banyak mengusahakan tanaman akasia, yaitu sebanyak 182 tanaman (73,98 persen). Sementara itu, untuk tanaman Jabon, Suren, dan Waru tidak diusahakan oleh rumah tangga kehutanan di Papua Barat.
Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
36
BPS. (2011). Indikator Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta: BPS.
bp s
BPS. (2013a). Indikator Pasar Tenaga Kerja Indonesia 2013. Jakarta: BPS.
.g o
.id
Daftar Pustaka at .
Cline, W. (2007). Global Warming and Agriculture . Washington, DC: Peterson Institute for International Economics.
ab
ar
Edame, G., Ekpenyong, A., Fonta, W., & Duru, E. (2011). Climate Change, Food Security and Agricultural Productivity in Africa: Issues and policy directions. International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 1 No. 21 Special Issue, 205-223.
.p a
pu
Mendelsohn, R. (2008). The Impact of Climate Change on Agriculture in Developing Countries. Journal of Natural Resources Policy Research, 1:1, 5-19.
w
Menko Perekonomian. (2013). Laporan Perkembangan Pelaksanaan MP3EI. Jakarta: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
ht
tp :// w
w
Rosenzweig, C., & Parry, M. (1994). Potential Impact of Climate Change on World Food Supply. Nature, 367, 133–138.
Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
37
w
tp :// w
ht .p a
w ab
pu at .
ar
.id
.g o
bp s
Lampiran
KOMODITAS UNGGULAN • Pala • Jati • Ikan Kakap Merah
Kabupaten
Fakfak
No
Beberapa Indikator Penting
Satuan
2003
2013
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan Sektor Pertanian
Rp Juta
151 809,24
202 520,18
2
Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap Total PDRB (Tanpa Migas)
Persen
35,83
19,78
3
Pertumbuhan Sektor Pertanian
Persen
7,05
7,10
4
Jumlah Perusahaan Pertanian
Unit
2
3
5
Jumlah Rumah Tangga Pertanian
5 171
6 291
6
Jumlah Rumah Tangga Pertanian menurut Sub Sektor
Rumah Tangga
3 722
3 868
Rumah Tangga
4 055
4 830
Rumah Tangga
3 346
4 486
Rumah Tangga
1 675
1 740
Rumah Tangga
967
2 163
Rumah Tangga
907
914
Rumah Tangga
182
405
.g o
bp s
ar
at .
Rumah Tangga
ab
a. Tanaman Pangan b. Hortikultura
pu
c. Perkebunan
.p a
d. Peternakan
w
w
e. Perikanan f. Kehutanan
.id
1
Jumlah Rumah Tangga Jasa Pertanian
8
Jumlah Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan
Rumah Tangga
5 053
5 852
9
Persentase Rumah Tangga Petani Gurem terhadap Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan
Persen
75,04
41,52
10
Persentase Luas Lahan Sawah terhadap Lahan Pertanian
Persen
0,14
1,04
ht
tp :// w
7
»» Distribusi PDRB Pertanian dan Jumlah Petani Menurut Sub-Sektor, 2003 dan 2013 18.96
22.96
6,735 Perikanan
40.47
24.15 6.08
3.11
Kehutanan
5,648
5,358
Peternakan dan Hasilhasilnya Tanaman Perkebunan Tanaman Bahan Makanan
2,174
29.10
2,369
23.38
990
14.08
17.71
2003
2013
Tanaman Pangan
Hortikultura
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Kehutanan
Catatan : Tanaman Bahan Makanan termasuk Tanaman Pangan dan Hortikultura ; Setiap petani bisa memiliki lebih dari satu usaha pertanian Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
39
KOMODITAS UNGGULAN • Pala • Kakao • Ikan Cakalang
Kabupaten
Kaimana
No
Beberapa Indikator Penting
Satuan
2003
2013
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan Sektor Pertanian
Rp Juta
152 063,85
205 355,33
2
Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap Total PDRB (Tanpa Migas)
Persen
63,73
38,55
3
Pertumbuhan Sektor Pertanian
Persen
7,28
0,89
4
Jumlah Perusahaan Pertanian
Unit
2
6
5
Jumlah Rumah Tangga Pertanian
3 122
4 189
6
Jumlah Rumah Tangga Pertanian menurut Sub Sektor
Rumah Tangga
2 652
2 755
Rumah Tangga
2 241
3 200
Rumah Tangga
1 404
3 339
Rumah Tangga
686
891
Rumah Tangga
967
1 345
Rumah Tangga
966
996
Rumah Tangga
4
0
.g o
bp s
ar
at .
Rumah Tangga
ab
a. Tanaman Pangan b. Hortikultura
pu
c. Perkebunan
.p a
d. Peternakan
w
w
e. Perikanan f. Kehutanan
.id
1
Jumlah Rumah Tangga Jasa Pertanian
8
Jumlah Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan
Rumah Tangga
3 046
3 960
9
Persentase Rumah Tangga Petani Gurem terhadap Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan
Persen
60,97
31,62
10
Persentase Luas Lahan Sawah terhadap Lahan Pertanian
Persen
0,00
0,00
ht
tp :// w
7
»» Distribusi PDRB Pertanian dan Jumlah Petani Menurut Sub-Sektor, 2003 dan 2013 29.06
34.77
Kehutanan
45.05
33.76
3,246
Perikanan
3,353
2,783
Peternakan dan Hasilhasilnya Tanaman Perkebunan
1,358
Tanaman Bahan Makanan 4.05
15.01
999
906
2.98 18.67
7.91
8.75
2003
2013
Tanaman Pangan
Hortikultura
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Kehutanan
Catatan : Tanaman Bahan Makanan termasuk Tanaman Pangan dan Hortikultura; Setiap petani bisa memiliki lebih dari satu usaha pertanian Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
40
KOMODITAS UNGGULAN • Kelapa • Pinang • Kakao
Kabupaten
Tel.Wondama
No
Beberapa Indikator Penting
Satuan
2003
2013
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan Sektor Pertanian
Rp Juta
75 185,73
147 382,96
2
Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap Total PDRB (Tanpa Migas)
Persen
86,29
54,39
3
Pertumbuhan Sektor Pertanian
Persen
4,76
1,46
4
Jumlah Perusahaan Pertanian
Unit
0
3
5
Jumlah Rumah Tangga Pertanian
2 799
3 138
6
Jumlah Rumah Tangga Pertanian menurut Sub Sektor
Rumah Tangga
2 371
1 924
Rumah Tangga
2 186
2 030
Rumah Tangga
1 651
1 886
Rumah Tangga
1 055
956
Rumah Tangga
997
1 852
Rumah Tangga
81
976
Rumah Tangga
0
30
.g o
bp s
ar
at .
Rumah Tangga
ab
a. Tanaman Pangan b. Hortikultura
pu
c. Perkebunan
.p a
d. Peternakan
w
w
e. Perikanan f. Kehutanan
.id
1
Jumlah Rumah Tangga Jasa Pertanian
8
Jumlah Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan
Rumah Tangga
2 733
2 899
9
Persentase Rumah Tangga Petani Gurem terhadap Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan
Persen
70,07
46,05
10
Persentase Luas Lahan Sawah terhadap Lahan Pertanian
Persen
3,22
0,53
ht
tp :// w
7
»» Distribusi PDRB Pertanian dan Jumlah Petani Menurut Sub-Sektor, 2003 dan 2013
38.07
40.19
Perikanan
1,947
2,098 1,917
1,908
Kehutanan Peternakan dan Hasilhasilnya Tanaman Perkebunan 47.13
43.27
1.41 1.27
1.28 1.26
12.11
14.00
2003
2013
981
969
Tanaman Bahan Makanan
Tanaman Pangan
Hortikultura
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Kehutanan
Catatan : Tanaman Bahan Makanan termasuk Tanaman Pangan dan Hortikultura; Setiap Petani bisa memiliki lebih dari satu usaha pertanian Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
41
KOMODITAS UNGGULAN • Kelapa Sawit • Kelapa • Kepiting
Kabupaten
Tel.Bintuni
No
Beberapa Indikator Penting
Satuan
2003
2013
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan Sektor Pertanian
Rp Juta
226 926,26
336 795,66
2
Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap Total PDRB (Tanpa Migas)
Persen
70,79
47,42
3
Pertumbuhan Sektor Pertanian
Persen
6,73
1,36
4
Jumlah Perusahaan Pertanian
Unit
0
5
5
Jumlah Rumah Tangga Pertanian
6 882
5 908
6
Jumlah Rumah Tangga Pertanian menurut Sub Sektor
Rumah Tangga
5 399
3 014
Rumah Tangga
4 850
3 501
Rumah Tangga
3 980
2 513
Rumah Tangga
1 950
2 750
Rumah Tangga
1 262
1 761
Rumah Tangga
1 685
1 330
Rumah Tangga
2
133
.g o
bp s
ar
at .
Rumah Tangga
ab
a. Tanaman Pangan b. Hortikultura
pu
c. Perkebunan
.p a
d. Peternakan
w
w
e. Perikanan f. Kehutanan
.id
1
Jumlah Rumah Tangga Jasa Pertanian
8
Jumlah Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan
Rumah Tangga
6 240
5 197
9
Persentase Rumah Tangga Petani Gurem terhadap Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan
Persen
26,09
52,82
10
Persentase Luas Lahan Sawah terhadap Lahan Pertanian
Persen
1,31
4,24
ht
tp :// w
7
»» Distribusi PDRB Pertanian dan Jumlah Petani Menurut Sub-Sektor, 2003 dan 2013 33.53
34.26
3,844 Perikanan Kehutanan
3,248 2,653
Peternakan dan Hasilhasilnya Tanaman Perkebunan 56.65
1.00 2.19 6.62 2003
52.37
2,952
1,900
Tanaman Bahan Makanan
1,418
0.99 4.54 7.84 2013
Tanaman Pangan
Hortikultura
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Kehutanan
Catatan : Tanaman Bahan Makanan termasuk Tanaman Pangan dan Hortikultura; Setiap petani bisa memiliki lebih dari satu usaha pertanian Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
42
KOMODITAS UNGGULAN • Padi dan Palawija • Kakao • Kelapa Sawit • Pinang • Cabai
Kabupaten
Manokwari
No
Beberapa Indikator Penting
Satuan
2003
2013
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan Sektor Pertanian
Rp Juta
277 168,96
424 386,93
2
Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap Total PDRB (Tanpa Migas)
Persen
39,63
22,76
3
Pertumbuhan Sektor Pertanian
Persen
4,32
3,64
4
Jumlah Perusahaan Pertanian
Unit
16
6
5
Jumlah Rumah Tangga Pertanian
26 265
21 314
6
Jumlah Rumah Tangga Pertanian menurut Sub Sektor
Rumah Tangga
18 921
13 825
Rumah Tangga
18 352
14 225
Rumah Tangga
10 409
8 472
Rumah Tangga
14 728
13 971
Rumah Tangga
1 617
1 922
Rumah Tangga
1 481
1 345
Rumah Tangga
78
480
.g o
bp s
ar
at .
Rumah Tangga
ab
a. Tanaman Pangan b. Hortikultura
pu
c. Perkebunan
.p a
d. Peternakan
w
w
e. Perikanan f. Kehutanan
.id
1
Jumlah Rumah Tangga Jasa Pertanian
8
Jumlah Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan
Rumah Tangga
25 656
20 887
9
Persentase Rumah Tangga Petani Gurem terhadap Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan
Persen
48,57
60,35
10
Persentase Luas Lahan Sawah terhadap Lahan Pertanian
Persen
9,93
10,23
ht
tp :// w
7
»» Distribusi PDRB Pertanian dan Jumlah Petani Menurut Sub-Sektor, 2003 dan 2013 17.38
17.66
15.03
15,553 13.14
Perikanan
10.91
Kehutanan
9.09
24.12
28.68
16,092
Peternakan dan Hasilhasilnya Tanaman Perkebunan
15,658
9,227
Tanaman Bahan Makanan
31.75
32.23
2003
2013
2,027
Tanaman Pangan
Hortikultura
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
1,386 Kehutanan
Catatan : Tanaman Bahan Makanan termasuk Tanaman Pangan dan Hortikultura; Setiap petani bisa memiliki lebih dari satu usaha pertanian Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
43
KOMODITAS UNGGULAN • Sagu • Kelapa • Jagung • Sengon
Kabupaten
Sorong Selatan No
Beberapa Indikator Penting
Satuan
2003
2013
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan Sektor Pertanian
Rp Juta
103 220,50
84 371,36
2
Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap Total PDRB (Tanpa Migas)
Persen
66,36
34,85
3
Pertumbuhan Sektor Pertanian
Persen
5,39
4,25
4
Jumlah Perusahaan Pertanian
Unit
0
1
5
Jumlah Rumah Tangga Pertanian
5 355
4 782
6
Jumlah Rumah Tangga Pertanian menurut Sub Sektor
Rumah Tangga
3 935
2 579
Rumah Tangga
3 158
3 562
Rumah Tangga
1 376
2 432
Rumah Tangga
1 219
1 620
Rumah Tangga
1 266
2 507
Rumah Tangga
3 305
2 495
Rumah Tangga
0
110
.g o
bp s
ar
at .
Rumah Tangga
ab
a. Tanaman Pangan b. Hortikultura
pu
c. Perkebunan
.p a
d. Peternakan
w
w
e. Perikanan f. Kehutanan
.id
1
Jumlah Rumah Tangga Jasa Pertanian
8
Jumlah Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan
Rumah Tangga
4 125
3 981
9
Persentase Rumah Tangga Petani Gurem terhadap Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan
Persen
90,81
86,69
10
Persentase Luas Lahan Sawah terhadap Lahan Pertanian
Persen
0,20
1,67
ht
tp :// w
7
»» Distribusi PDRB Pertanian dan Jumlah Petani Menurut Sub-Sektor, 2003 dan 2013 3,670
21.49 34.21
Perikanan Kehutanan
55.92
37.62
2,611
2,463
Peternakan dan Hasilhasilnya Tanaman Perkebunan
2,705
2,702
Perikanan
Kehutanan
1,662
Tanaman Bahan Makanan
1.89 0.92 19.79
2003
2.85 1.09 24.23
2013
Tanaman Pangan
Hortikultura
Perkebunan
Peternakan
Catatan : Tanaman Bahan Makanan termasuk Tanaman Pangan dan Hortikultura; Setiap petani bisa memiliki lebih dari satu usaha pertanian Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
44
KOMODITAS UNGGULAN • Padi dan Palawija • Cabai • Pisang • Kelapa • Jati
Kabupaten
Sorong
No
Beberapa Indikator Penting
Satuan
2003
2013
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan Sektor Pertanian
Rp Juta
214 920,29
309 616,66
2
Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap Total PDRB (Tanpa Migas)
Persen
45,08
39,88
3
Pertumbuhan Sektor Pertanian
Persen
3,65
4,77
4
Jumlah Perusahaan Pertanian
Unit
0
7
5
Jumlah Rumah Tangga Pertanian
10 991
9 561
6
Jumlah Rumah Tangga Pertanian menurut Sub Sektor
Rumah Tangga
7 586
3 951
Rumah Tangga
8 274
6 472
Rumah Tangga
4 778
3 373
Rumah Tangga
7 368
5 708
Rumah Tangga
480
909
Rumah Tangga
1 692
1 377
Rumah Tangga
118
487
.g o
bp s
ar
at .
Rumah Tangga
ab
a. Tanaman Pangan b. Hortikultura
pu
c. Perkebunan
.p a
d. Peternakan
w
w
e. Perikanan f. Kehutanan
.id
1
Jumlah Rumah Tangga Jasa Pertanian
8
Jumlah Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan
Rumah Tangga
10 870
9 312
9
Persentase Rumah Tangga Petani Gurem terhadap Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan
Persen
37,03
42,32
10
Persentase Luas Lahan Sawah terhadap Lahan Pertanian
Persen
21,18
7,92
ht
tp :// w
7
»» Distribusi PDRB Pertanian dan Jumlah Petani Menurut Sub-Sektor, 2003 dan 2013 26.36
6,889
28.54 Perikanan
5,912
Kehutanan 36.45
29.60
6.47
14.09
3.40
Peternakan dan Hasilhasilnya Tanaman Perkebunan
4,206 3,524
Tanaman Bahan Makanan
2.93
949 27.33
24.84
2003
2013
Tanaman Pangan
Hortikultura
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
1,390
Kehutanan
Catatan : Tanaman Bahan Makanan termasuk Tanaman Pangan dan Hortikultura; Setiap petani bisa memiliki lebih dari satu usaha pertanian Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
45
KOMODITAS UNGGULAN • Ikan Kerapu • Ikan Kakap • Ikan Nila • Kerang Mutiara
Kabupaten
Raja Ampat
No
Beberapa Indikator Penting
Satuan
2003
2013
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan Sektor Pertanian
Rp Juta
155 210,44
209 004,43
2
Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap Total PDRB (Tanpa Migas)
Persen
83,42
58,27
3
Pertumbuhan Sektor Pertanian
Persen
3,10
-0,10
4
Jumlah Perusahaan Pertanian
Unit
0
1
5
Jumlah Rumah Tangga Pertanian
5 733
6 439
6
Jumlah Rumah Tangga Pertanian menurut Sub Sektor
Rumah Tangga
1 573
2 703
Rumah Tangga
3 014
3 739
Rumah Tangga
3 413
4 322
Rumah Tangga
952
1 375
Rumah Tangga
3 841
3 783
Rumah Tangga
1 803
975
Rumah Tangga
252
110
.g o
bp s
ar
at .
Rumah Tangga
ab
a. Tanaman Pangan b. Hortikultura
pu
c. Perkebunan
.p a
d. Peternakan
w
w
e. Perikanan f. Kehutanan
.id
1
Jumlah Rumah Tangga Jasa Pertanian
8
Jumlah Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan
Rumah Tangga
4 830
5 702
9
Persentase Rumah Tangga Petani Gurem terhadap Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan
Persen
62,13
66,22
10
Persentase Luas Lahan Sawah terhadap Lahan Pertanian
Persen
0,18
3,43
ht
tp :// w
7
»» Distribusi PDRB Pertanian dan Jumlah Petani Menurut Sub-Sektor, 2003 dan 2013 5,450 4,852
Perikanan 70.56
61.06
4,064
Kehutanan Peternakan dan Hasilhasilnya Tanaman Perkebunan
3,441
Tanaman Bahan Makanan
1,563
19.08 17.66
2.31
1.05 2.71 8.01
5.40
2003
1,221
12.15 2013
Tanaman Pangan
Hortikultura
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Kehutanan
Catatan : Tanaman Bahan Makanan termasuk Tanaman Pangan dan Hortikultura; Setiap petani bisa memiliki lebih dari satu usaha pertanian Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
46
KOMODITAS UNGGULAN • Pisang • Kelapa • Kakao
Kabupaten
Tambrauw
Satuan
1
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan Sektor Pertanian
Rp Juta
2
Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap Total PDRB (Tanpa Migas)
Persen
3
Pertumbuhan Sektor Pertanian
Persen
4
Jumlah Perusahaan Pertanian
Unit
5
Jumlah Rumah Tangga Pertanian
6
Jumlah Rumah Tangga Pertanian menurut Sub Sektor
20 202,94
-
54,95
-
4,04
0
0
1 159
1 076
Rumah Tangga
1 152
1 027
Rumah Tangga
734
655
Rumah Tangga
439
677
Rumah Tangga
518
463
Rumah Tangga
138
107
Rumah Tangga
283
416
Rumah Tangga
0
21
bp s
at .
ar ab
b. Hortikultura
pu
c. Perkebunan
.p a
d. Peternakan
w
w
e. Perikanan
2013 -
Rumah Tangga
a. Tanaman Pangan
f. Kehutanan
2003
.id
Beberapa Indikator Penting
.g o
No
Jumlah Rumah Tangga Jasa Pertanian
8
Jumlah Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan
Rumah Tangga
1 153
1 074
9
Persentase Rumah Tangga Petani Gurem terhadap Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan
Persen
81,01
66,48
10
Persentase Luas Lahan Sawah terhadap Lahan Pertanian
Persen
0,05
0,00
ht
tp :// w
7
»» Distribusi PDRB Pertanian dan Jumlah Petani Menurut Sub-Sektor, 2003 dan 2013 10.32
1,207 30.43
Perikanan Kehutanan
5.79 11.12
Peternakan dan Hasilhasilnya Tanaman Perkebunan
719
721 504
Tanaman Bahan Makanan
424
42.34
2003
2013
111 Tanaman Pangan
Hortikultura
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Kehutanan
Catatan : Tanaman Bahan Makanan termasuk Tanaman Pangan dan Hortikultura; Setiap petani bisa memiliki lebih dari satu usaha pertanian Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
47
KOMODITAS UNGGULAN • Kelapa • Sagu • Aren/Enau
Kabupaten
Maybrat
Satuan
1
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan Sektor Pertanian
Rp Juta
2
Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap Total PDRB (Tanpa Migas)
Persen
3
Pertumbuhan Sektor Pertanian
Persen
4
Jumlah Perusahaan Pertanian
Unit
5
Jumlah Rumah Tangga Pertanian
6
Jumlah Rumah Tangga Pertanian menurut Sub Sektor
57 260,17
-
52,04
-
3,61
0
0
4 197
3 607
Rumah Tangga
4 166
3 397
Rumah Tangga
2 541
3 242
Rumah Tangga
924
2 114
Rumah Tangga
490
2 241
Rumah Tangga
218
746
Rumah Tangga
1 267
1 860
Rumah Tangga
0
41
bp s
at .
ar ab
b. Hortikultura
pu
c. Perkebunan
.p a
d. Peternakan
w
w
e. Perikanan
2013 -
Rumah Tangga
a. Tanaman Pangan
f. Kehutanan
2003
.id
Beberapa Indikator Penting
.g o
No
Jumlah Rumah Tangga Jasa Pertanian
8
Jumlah Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan
Rumah Tangga
4 168
3 599
9
Persentase Rumah Tangga Petani Gurem terhadap Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan
Persen
74,74
86,75
10
Persentase Luas Lahan Sawah terhadap Lahan Pertanian
Persen
0 00
0 00
ht
tp :// w
7
»» Distribusi PDRB Pertanian dan Jumlah Petani Menurut Sub-Sektor, 2003 dan 2013 0.68
3,494
3,411
Perikanan Kehutanan 71.39
2,198
Peternakan dan Hasilhasilnya Tanaman Perkebunan
2,321 1,896
Tanaman Bahan Makanan
1,059
1.83 0.00 26.10
2003
2013
Tanaman Pangan
Hortikultura
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Kehutanan
Catatan : Tanaman Bahan Makanan termasuk Tanaman Pangan dan Hortikultura; Setiap petani bisa memiliki lebih dari satu usaha pertanian Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
48
KOMODITAS UNGGULAN • Jagung • Pisang • Ikan Cakalang • Ikan Kakap
Kota
Sorong
No
Beberapa Indikator Penting
Satuan
2003
2013
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan Sektor Pertanian
Rp Juta
133 219,96
225 174,31
2
Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap Total PDRB (Tanpa Migas)
Persen
15,21
11,73
3
Pertumbuhan Sektor Pertanian
Persen
1,14
3,27
4
Jumlah Perusahaan Pertanian
Unit
12
9
5
Jumlah Rumah Tangga Pertanian
4 116
3 918
6
Jumlah Rumah Tangga Pertanian menurut Sub Sektor
Rumah Tangga
1 252
1 334
Rumah Tangga
2 326
2 484
Rumah Tangga
1 204
1 280
Rumah Tangga
1 161
1 079
Rumah Tangga
940
1 401
Rumah Tangga
225
423
Rumah Tangga
70
207
.g o
bp s
ar
at .
Rumah Tangga
ab
a. Tanaman Pangan b. Hortikultura
pu
c. Perkebunan
.p a
d. Peternakan
w
w
e. Perikanan f. Kehutanan
.id
1
Jumlah Rumah Tangga Jasa Pertanian
8
Jumlah Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan
Rumah Tangga
3 257
2 995
9
Persentase Rumah Tangga Petani Gurem terhadap Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan
Persen
88,09
73,42
10
Persentase Luas Lahan Sawah terhadap Lahan Pertanian
Persen
1,02
0,02
ht
tp :// w
7
»» Distribusi PDRB Pertanian dan Jumlah Petani Menurut Sub-Sektor, 2003 dan 2013 3,451 Perikanan Kehutanan 85.05
89.42
Peternakan dan Hasilhasilnya Tanaman Perkebunan
1,881
1,654
1,633
Tanaman Bahan Makanan
1,254 530
0.11 9.70 0.49 4.64
0.06 6.18 0.38 3.96
2003
2013
Tanaman Pangan
Hortikultura
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Kehutanan
Catatan : Tanaman Bahan Makanan termasuk Tanaman Pangan dan Hortikultura; Setiap petani bisa memiliki lebih dari satu usaha pertanian Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013 Potensi Pertanian Provinsi Papua Barat
49
tp :// w
ht
ba
ua
ap
.p
w
w
ra t. b
.id
ps .g o
tp :// w
ht
ba
ua
ap
.p
w
w
ra t. b
.id
ps .g o
w
tp :// w
ht .p a
w ab
pu at .
ar
.id
.g o
bp s