NILAI KARAKTER PADA NOVEL NEGERI LIMA MENARA KARYA AHMAD FUADI DAN SEMESTER PERTAMA DI MALORY TOWERS KARYA ENID BLYTON (Sebuah Kajian Bandingan)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh Meidyal Fioleta 109013000109
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JAKARTA 2014 M/ 1435H
ABSTRAK
Meidyal Fioleta, 109013000109, “Nilai Karakter pada Novel Negeri Lima Menara Karya Ahmad Fuadi dan Semester Pertama di Malory Towers karya Enid Blyton (Sebuah Kajian Bandingan)”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing : Jamal D. Rahman, M.Hum. April 2014.
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah nilai-nilai karakter yang terkandung dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi dan Semester Pertama di Malory Towers karya Enid Blyton dan perbandingan karakter pada kedua novel tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai karakter yang terkandung dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi dan Semester Pertama di Malory Towers karya Enid Blyton. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi dan novel Semester Pertama di Malory Towers karya Enid Blyton. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi dan Semester Pertama di Malory Towers mengandung nilai-nilai karakter. Nilai karakter yang ditemukan dalam novel Negeri Lima Menara di antaranya yaitu religius, ikhlas, disiplin, peduli, mandiri, sabar, kerja keras, tegar, berani, kasih sayang sesama muslim, berbakti kepada kedua orang tua, menyeru kebaikan, bersyukur, bersungguh-sungguh, Sedangkan nilai karakter yang ditemukan pada novel Semester Pertama di Malory Towers yaitu berkepribadian baik, berani mengakui kesalahan, peduli sosial, setia kawan, bekerja sama, menghargai prestasi. Perbandingan karakter pada kedua novel berdasarkan paradigma pendidikan karakter adalah karakter pada novel Negeri Lima Menara lebih mengarah kepada paradigma fundamentalis yang dibangun oleh tradisi agama. Karakter yang dibangun oleh tradisi agama ini adalah karakter manusia yang patuh dan taat kepada nilainilai kebaikan yang mutlak dalam tradisi keagamaan. Agama pada novel ini yaitu agama Islam. Sedangkan paradigma karakter pada novel Semester Pertama di Malory Towers lebih mengarah kepada paradigma konservatif yang mendukung ketaatan terhadap lembaga-lembaga dan proses-proses budaya yang sudah teruji oleh waktu. Keberhasilan pendidikan dalam paradigma ini diukur dari keberhasilan peserta didik dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
Kata kunci : Nilai Karakter, Novel, Kajian Bandingan, Negeri Lima Menara, Semester Pertama di Malory Towers.
i
ABSTRACT Meidyal Fioleta, 109013000109, “Character Values on The Land of Five Towers by Ahmad Fuadi and First Term at Malory Towers by Enid Blyton (A Comparative Study).” Majors Indonesian Literature and Language Education. Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences. UIN SyarifHidayatullah Jakarta . Supervisor: Jamal D. Rahman, M. Hum. April 2014 .
Issues discussed in this study are the values contained in the novel character of The Land of Five Towers by Ahmad Fuadi and First Term at Malory Towers by Enid Blyton and character comparisons in the both of novel . This study aimed to describe the character values contained in The Land of Five Towers by Ahmad through the ceremony and the First Term at Malory Towers by Enid Blyton. The method used in this study is a qualitative method . Sources of data in this study are The Land of Five Towers by Ahmad Fuadi and First Term at Malory Towers by Enid Blyton . The results of this study show that The Land of Five Towers by Ahmad Fuadi and First Term at Malory Towers by Enid Blyton contain character values . Value of characters found in the novel The Land of Five Towers of them are religious , sincere , disciplined , caring , independent , patient , hard working , brave , brave , affectionate fellow Muslims , filial to parents , called goodness , grateful , sincere , while the value of the character found on the First Term at Malory Towers is a good personality , dare to admit mistakes , social care , solidarity , working together , to appreciatethe achievement . Comparison of the characters in both novels based educational paradigm is a character in the novel character of The Land of Five Towers more directed to the paradigm established by the fundamentalist religious traditions . Character is built by this religious tradition is the human character docile and obedient to the values of absolute goodness in religious traditions . Religion in this novel is Islam . While the characters in a novel paradigm in the First Term Malory Towers is more directed to the conservative paradigm that supports the observance of social institutions and cultural processes that have been tested by time . Educational success measured in this paradigm of learner success in adapting to the surrounding environment .
Keywords : Character , Novel , Comparative Studies , The Land of Five Towers, First Term at Malory Towers.
ii
KATA PENGANTAR Segala puji hanya bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Nilai Karakter pada Novel Negeri Lima Menara Karya Ahmad Fuadi dan Semester Pertama di Malory Towers karya Enid Blyton (Sebuah Kajian Bandingan)”. Salawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw yang menjauhkan kita dari jalan kegelapan. Skripsi ini, penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kepentingan pembacanya. Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai hambatan dan rintangan. Tanpa bantuan dan peran serta berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph. D., selaku Dekan FITK UIN Jakarta; 2. Dra. Mahmudah Fitriyah Z.A., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia; 3. Jamal D. Rahman, M. Hum selaku dosen pembimbing skripsi yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas arahan, motivasi, bimbingan, dan kesabaran Bapak selama ini; 4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang selama ini telah membekali penulis berbagai ilmu pengetahuan; 5. Papa Asrial yang meskipun telah meninggal 19 tahun yang lalu, namun jasa-jasanya tak dapat penulis lupakan. Mama Sulfi Lisna yang telah membesarkan dan memberikan dukungan, serta kedua adik penulis Miche Leo Fullgita dan Niken Febra yang selalu memberikan semangat dan membantu penulis dalam berbagai hal. 6. Kepada Tante Khairanil, Azano, Syaza, Elsa, Zigo, atuk dan nenek serta seluruh keluarga besar.
iii
7. Seluruh mahasiswa PBSI, khususnya kelas C angkatan 2009, terima kasih atas pengalaman dan pembelajaran berharga yang penulis dapatkan selama ini. Terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada Bunga Pramitha, Rusmiatun Fitriah, Seli Mauludani, Suci Bella, dan Midi Hardiani yang telah mendukung penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini; 8. Roommates yang selama ini telah menjadi pengganti saudara selama penulis menempuh pendidikan. Terima kasih Nisa, Yuyun, Shofwah, Iif, Ria, Vina, Lilis, Miss Nunu, Aliah, Nurris, dan Mae untuk persahabatannya selama ini. 9. Teman-teman Ikatan Keluarga Mahasiswa Minang Ciputat, Koalisi Pemuda Hijau Indonesia, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, dan Garuda Youth Community. 10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga semua yang membantu, memberi dukungan, dan partisipasi kepada penulis, mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Aamiin.
Jakata, 28 April 2014
Penulis
iv
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESEHAN SKRIPSI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQOSAH ABSTRAK ........................................................................................................... i ABSTRACT …………………………………………………………………….ii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv BAB 1
PENDAHULUAN ...............................................................................1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 4 C. Batasan Masalah ............................................................................ 4 D. Rumusan Masalah ......................................................................... 4 E. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5 F. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5 G. Metodologi Penelitian…………………………………………….6
BAB II
LANDASAN TEORI ...................................................................... 10 A. Nilai Karakter ............................................................................... 10 B. Novel ............................................................................................. 13 C. Kajian Bandingan .......................................................................... 21 D. Penelitian yang Relevan ................................................................ 25
BAB III ANALISIS NILAI KARAKTER PADA NOVEL NEGERI LIMA MENARA KARYA AHMAD FUADI DAN SEMESTER PERTAMA DI
MALORY
TOWERS
KARYA
ENID
BLYTON
………………………………………………………….....................28 A. BiografiAhmad Fuadi...................................................................28 B. BiografiEnid Blyton.....................................................................29
v
C. SinopsisNovelNegeriLima Menara..............................................30 D. SinopsisNovel Semester Pertama di Malory Towers...................32 E. Unsur Instrinsik Novel Negeri Lima Menara..............................35 F. Unsur
Instrinsik
Novel
Semester
Pertama
di
Malory
Towers..........................................................................................43 G. Nilai
Karakter
pada
Novel
Negeri
Lima
Menara.........................................................................................53 H. NilaiKarakter pada Novel Semester Pertama di Malory Towers..........................................................................................64 I. Kajian Bandingan ........................................................................69
BAB V
PENUTUP......................................................................................... 71 A. Simpulan………… ....................................................................... 71 B. Saran ...............................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................73 LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut John Dewey
adalah proses pembentukan
kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.1 Tujuan pendidikan dalam hal ini agar generasi muda sebagai penerus generasi tua dapat menghayati, memahami, mengamalkan nilai-nilai atau norma-noram tersebut dengan cara mewariskan segala pengalaman,
pengetahuan,
kemampuan
dan
keterampilan
yang
melatarbelakangi nilai-nilai dan norma-norma. Sastra memiliki fungsi ganda, yakni menghibur dan sekaligus bermanfaat bagi pembacanya. Sastra menghibur dengan cara menyajikan keindahan, kesengsaraan,
memberikan maupun
makna
terhadap
kegembiraan)
dan
kehidupan menjadi
(kematian,
sarana
untuk
menyampaikan pesan tentang kebenaran, tentang apa yang baik dan buruk. Karya sastra dapat dipakai untuk menggambarkan apa yang ditangkap pengarang tentang kehidupan di sekitarnya. Hal tersebut disebabkan karena sastra tidak terlahir dari kekosongan budaya. Sastra terlahir dengan menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Sastra dapat membuat anggota masyarakat menyadari berbagai masalah penting yang terjadi di masyarakat, misalnya, masalah pendidikan. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk menguraikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel karena pendidikan karakter saat ini adalah hal yang sangat penting bagi terciptanya kesadaran moral yang
1
Masnur Muslich. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Aksara hal 67
1
2
tinggi dan pembenahan budaya dan karakter positif bangsa yang semakin lama semakin rapuh. Novel yang memaparkan masalah kehidupan manusia dengan salah satu tujuan arifnya, yaitu untuk memanusiakan manusia diharapkan dapat menjadi salah satu media yang dapat menjadi pembaca atas persoalan yang ada dan menjadi sarana penanaman pendidikan karakter bangsa secara tidak langsung. Penulis memilih novel sebagai objek penelitian karena novel merupakan jenis sastra fiksi yang menarik dengan sifat menghibur dan imajinatif, membuat pembaca seolaholah menjadi bagian dalam cerita sehingga pesan yang terkandung di dalam novel dapat tersampaikan tanpa pembaca merasa digurui oleh penulis. Selain itu, novel dapat dijadikan salah satu media atau bahan ajar yang tepat dalam mentransfer sejumlah nilai-nilai kepada siswa. Hal tersebut berkaitan pula dengan pembelajaran sastra Indonesia di sekolah khususnya dalam kegiatan mengapresiasi novel. Pada penelitian ini, penulis memilih novel karya Enid Blyton yang berjudul Semester Pertama di Malory Towers untuk dibandingkan dengan novel karya Ahmad Fuadi dalam hal pendidikan karakter. Novel Semester Pertama di Malory Towers telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Djokolelono dari judul aslinya yaitu First Term at Malory Towers. Novel ini terdiri dari 6 seri yakni Semester Pertama di Malory Towers (First Term at Malory Towers), Kelas Dua di Malory Towers (Second Form at Malory Towers), Kelas Tiga di Malory Towers (Third Year at Malory Towers), Kelas Empat di Malory Towers (Upper Four at Malory Towers), Kelas Lima di Malory Towers (In the fifth at Malory Towers), Semester Terakhir di Malory Towers (Last Term at Malory Towers). Namun fokus penelitian hanya pada seri satu yaitu Semester Pertama di Malory Towers. Sedangkan Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi ini adalah sebuah trilogi yang terdiri dari Negeri Lima Menara (2009), Ranah Tiga Warna (2011), dan Rantau Satu Muara (2013).
3
Penulis memilih kedua novel tersebut karena keduanya bercerita tentang pendidikan di sebuah sekolah asrama (boarding school). Bedanya, pada novel Negeri Lima Menara, siswanya laki-laki, sementara pada novel Semester Pertama di Malory Towers semua siswanya perempuan A. Identifikasi Masalah 1. Kondisi moral/akhlak generasi muda yang rusak/hancur. 2. Rusaknya moral bangsa dan menjadi akut (korupsi, asusila, kejahatan, tindakan kriminal pada semua pembangunan). 3. Bergesernya nilai etika dalam kehidupan bermasyarakat. B. Batasan Masalah Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas, terarah sehingga tidak mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah fokus kepada pendidikan karakter yang terdapat pada novel Negeri Lima Menara dan Semester Pertama di Malory Towers. C. Rumusan Masalah Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan masalah yaitu 1. Bagaimana pendidikan karakteryang terdapat pada novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi? 2. Bagaimana pendidikan karakter yang terdapat pada novel Semester Pertama di Malory Towers karya Enid Blyton? 3. Bagaimana perbandingan pendidikan karakter yang terdapat pada kedua novel tersebut?
4
D. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini ada tiga tujuan yang ingin dicapai yaitu 1. Mendeskripsikan pendidikan karakter yang terdapat pada novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi 2. Mendeskripsikan pendidikan karakter yang terdapat pada novel Semester Pertama di Malory Towers 3. Mendeskripsikan perbandingan pendidikan karakter pada kedua novel tersebut.
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi para pembaca baik bersifat teoretis maupun praktis. Adapun manfaat tersebut adalah 1. Manfaat Teoretis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu sastra. b. Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
bermanfaat
untuk
memperkaya penggunaan teori sastra bandingan. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperdalam materi tentang pendidikan karakter yang terdapat pada kedua novel tersebut. 2. Manfaat Praktis a. Dapat memberikan masukan untuk menentukan novel yang sesuaidenganpembentukankarakter yang diinginkan. b. Dapat menambah penelitian sastrabandingan di Indonesia.
5
F. MetodologiPenelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pada penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif pada dasarnya sama dengan metode hermeneutika. Artinya, baik metode hermeutika, kualitatif, dan analisi isi, secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi. 2 Metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya. Landasan berpikir metode kualitatif menurut Moleong dalam Teori, Metode, dan Penelitian Sastra; Nyoman Kutha Ratna adalah paradigma Max Weber, Immanuel Kant, dan Wilhelm Dilthey.3 Objek penelitian bukan gejala sosial sebagai bentuk substansif, melainkan maknamakna yang terkandung di balik tindakan, yang justru mendorong timbulnya gejala sosial tersebut. Dalam hubungan inilah metode kualitatif dianggap persis sama dengan metode pemahaman atau verstehen. Sesuai dengan namanya penelitian kualitatif mempertahankan hakikat nilai-nilai. Penelitian ini secara intensif meneliti nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat pada novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi dan Semester Pertama di Malory Towers karya Enid Blyton. Hasilnya kemudian dianalisis secara deskriptif. Penelitian yang menggunakan metode deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan dengan tidak mengutamakan pada angka-angka, tetapi menggunakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antarkonsep yang sedang dikaji secara empiris.Pada metode deskriptif ini data diuraikan dalam bentuk kata-kata. 2. Objek Penelitian
2
Nyoman Kutha Ratna. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. 2006 .h. 46. 3 Ibid., h. 47.
6
Objek penelitian adalah unsur-unsur yang bersama-sama dengan sasaran penelitian membentuk data dan konteks data. Objek penelitian ini penting bahkan merupakan jiwa penelitian. Apabila objek penelitian tidak ada, maka tentu saja penelitian tidak pernah ada. Objek dalam penelitian ini adalah novel Negeri Lima Menarakarya Ahmad Fuadicetakanpertama 2009 dan Semester Pertama di Malory Towerskarya Enid Blyton yang diterjemahkanpertama kali kedalambahasa Indonesia padatahun 1984. 3. Data dan Sumber Data a. Data Data penelitian sastra adalah kata-kata, kalimat, wacana. Data pada penelitian ini adalah data yang berupa kata, kalimat, dan wacana yang terdapat dalam novel Negeri Lima Menara dan Semester Pertama di Malory Towers. Data tersebut kemudian dianalisis struktural kedua karya, kemudian baru diperbandingkan. b. Sumber Data Sumber data pada penelitian ini dibedakan menjadi sumber data primer dan sekunder. Data yang diperoleh dari sumber data tersebut adalah sebagai berikut: 1). Sumber data primer Sumber data primer adalah sumber data utama, sumber asli. Sumber data primer yaitu data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data oleh penyidik untuk tujuan khusus. Sumber data primer yang digunakan pada penelitian ini berupa sumber data tertulis yang terdapat pada novel Negeri Lima Menara dan Semester Petama di Malory Towers. Data tersebut berupa kata-kata, kalimat, atau wacana yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter.
7
Novel Negeri Lima Menara ini diterbitkan untuk pertama kalinya pada tahun 2009 terdiri dari 46 bab dan 405 halaman. Sedangkan novel Semester Pertama di Malory Towersterdiri dari 22 bab dan 248 halamandantelahditerjemahkansertaditerbitkankedalambahasa Indonesia pertama kali padatahun 1984. 2). Sumber data sekunder Sumber data sekunder merupakan data yang kedua. Data sekunder merupakan data pelengkap dalam penelitian ini. Selain itu, data sekunder membantu peneliti dalam menganalisis data primer dalam sebuah penelitian. Data sekunder dapat berupa buku, jurnal, dan artikel yang berhubungan dengan objek penelitian. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Penulis mencatat data-data yang diambil dari data primer yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian. Penulis mencoba menelaah kata demi kata, kalimat demi kalimat, dan wacana yang terdapat pada novel Negeri Lima Menara dan Semester Pertama di Malory Towers. Adapun langkahlangkahpengumpulan data tersebut yaitu membaca secara cermat kedua novel tersebut, kemudian menganalisisunsurinstrinsiknya, mencatat kalimat yang menggambarkan adanya pendidikan karakter pada kedua novel tersebut, lalu menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter yang ada pada kedua novel tersebut. Setelah data dianalisis, lalu ditafsirkan, kemudian yang terakhir baru dinilai. 5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pembacaan heuristik dan hermeneutik. Tahap pertama analisis data pada penelitian ini yaitu melalui pembacaan heuristik yang mana artinya penulis menginterpretasikan teks novel Negeri Lima Menara dan Semester Pertama di Malory Towers melalui tanda-tanda linguistik. Caranya yaitu membaca secara
8
cermat dan teliti tiap kata, kalimat, ataupun paragraf dalam kedua novel tersebut kemudian menandai kata-kata kunci atau gagasan yang berkenaan dengan pendidikan karakter dengan memberi tanda berupa garis bawah. Tahap kedua penulis melakukan pembacaan hermeneutik. Hermeneutik secara sederhana berarti ilmu tafsir.4Hermeneutik sastra termasuk salah satu pendekatan tafsir sastra yang menggunakan logika linguistik dalam membuat telaah atas sebuah karya sastra. Logika linguistik membuat penjelasan dan pemahaman dengan menggunakan makna kata dan selanjutnya makna bahasa sebagai bahan dasar, serta makna budaya. Hermeneutik sastra bandingan ini dilakukan dengan sangat hati-hati untuk mencermati makna tekstual dan kontekstual. Makna tekstual memerlukan pencermatan secara holistik untuk menangkap hal- hal kontekstual, yaitu makna dibalik teks. Pada dasarnya medium pesan adalah bahasa. Penafsiran disampaikan lewat bahasa, bukan bahasa itu sendiri. Karya sastra perlu ditafsirkan sebab di satu pihak karya sastra terdiri atas bahasa, di pihak lain, di dalam bahasa sangat banyak makna yang tersembunyi, atau dengan sengaja disembunyikan.5 Jadi pada tahap ini penulis menafsirkan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam sebuah kata atau kalimat.
4
Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta:Bukupop. 2011.
h. 124. 5
Nyoman Kutha Ratna. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2006. h. 45
BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter 1. Pengertian Karakter Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia karakter diartikan sebagai tabiat, perangai, dan sifat-sifat seseorang. “Menurur Hurlock, karakter yaitu keselarasan individu dengan pola-pola kelompok sosial tempat individu itu hidup sebagai hasil dari kontrol hati nurani terhadap tingkah laku individu.”1 Nilai-nilai karakter menurut Kemdiknas (2010) yaitu2 a. Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. b. Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu percaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan. c. Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. d. Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh yang pada berbagai ketentuan dan peraturan.
1
Dharma Kesuma, dkk. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011. h. 29. 2
Agus, Wibowo. Pendidikan Karakter Berbasis Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2013. h. 15.
9
10
e. Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguhsungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. f. Kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. g. Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam dalam menyelesaikan tugastugas. h. Demokratis adalah cara berpikir, bersikap, dan bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. i. Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya ntuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dielajarinya, dilihat, dan didengar. j. Semangat kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. k. Cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. l. Menghargai
prestasi
adalah
sikap
dan
tindakan
yang
mendorong dirinya untuk mengahasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan meakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. m. Bersahabat/komunikatif adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama, dengan orang lain.
11
n. Cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. o. Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. p. Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya,
dan
mengembankan
upaya-upaya
untuk
memperbaiki kerusakan alamyang sudah terjadi. q. Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin member bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. r. Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang ntuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakuakn, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Selain nilai karakter yang di atas, ada lagi nilai karakter sebagai berikut: Ikhlas, sabar, tegar, berbakti kepada orang tua, bersyukur, dan bersungguh-sungguh. 2. Analisis Persamaan dan Perbedaan Karakter, Akhlak, dan Moral Akhlak berasal dari bahasa Arab yakni khuluqun yang menurut logika diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalaqun yang berarti kejadian serta erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan.3 Secara etimologi akhlak berarti suatu keinginan yang ada di dalam jiwa yang akan dilakukan dengan perbuatan tanpa intervensi akal/pikiran.
3
.Ibid., h. 2.
12
Adapun moral berasal dari bahasa Latin yakni „mores‟ kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan4. Moral ialah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia yang baik dan wajar. Dari pengertian di atas dapat dilihat persamaan ketiganya terletak pada fungsi dan peran, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan manusia untuk ditetapkan baik atau buruk. Secara rinci persamaan tersebut terdapat dalam tiga hal : a. Objek yaitu perbuatan manusia b. Ukuran yaitu baik dan buruk c. Tujuannya membentuk kepribadian manusia Adapun perbedaan ketiganya terletak pada: a. Sumber atau acuan Moral bersumber dari norma atau adat istiadat. Akhlak bersumber dari wahyu. Karakter bersumber dari penyadaran dan kepribadian. b. Sifat pemikiran Moral bersifat empiris. Akhlak merupakan perpaduan antara wahyu dan akal. Sedangkan karakter merupakan perpaduan antara akal, kesadaran, dan kepribadian. c. Proses munculnya perbuatan Moral muncul karena pertimbangan suasana. Akhlak muncul secara spontan atau tanpa pertimbangan. Karakter merupakan proses dan bisa mengalami perubahan.
4
Ibid., h. 4.
13
B. Novel 1. Pengertian Novel Novel berasal dari kata Latin novellus yang diturunkan pula dari kata novies yang berarti “baru”. Dikatakan baru karena kalau dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka novel ini muncul kemudian. Dalam The American College Dictionary seperti yang dikutip oleh Henry Guntur Tarigan, novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.5 Dalam The Advanced Learner’s Dictionary of Current English, novel adalah suatu cerita dengan suatu alur, cukup panjang mengisi satu buku atau lebih yang menggarap kehidupan pria dan wanita yang bersifat imajinatif.6 Virginia Wolf mengatakan bahwa sebuah roman atau novel ialah terutama sekali sebuah eksplorasi atau suatu kronik penghidupan; merenungkan dan melukiskan dalam bentuk yang tertentu, pengaruh, ikatan, hasil, kehancuran, atau tercapainyan gerak gerik manusia. 7 The novel is fictious-fiction, as we often refer to it. It depicts imaginary characters and situations. A novel may include references to real places, people, and events, but it cannot contain only such references and remain a novel. However, even though its characters and actions are imaginary they are in some senses ‘representative of real life’8 Jadi novel adalah suatu cerita yang bergantung pada tokoh dan menyajikan lebih dari satu impresi, efek, serta emosi. 5
Henry Guntur Tarigan. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. 1993. h. 164.
6
Ibid., 7 Ibid., 8
Jeremy Hawthorn, Studying the Novel An Introduction, (London: Edward Arnold Ltd, 1989), Cet. IV, h. 1.
14
Dari jumlah kata, novel biasanya novel mengandung 35000 kata sampai tidak berbatas jumlahnya. Materinyamencakup humor, petualangan, misteri, realism, drama, detektif, kajianpsikologistokoh, dansebagainya.9 Menurut Rahmanto, novel seperti halnya bentuk prosa cerita yang lain, sering memiliki struktur yang kompleks dan biasanya dibangun dari unsur-unsur yang dapat didiskusikan seperti berikut: (a) Latar, (b) Perwatakan, (c) cerita, (d) teknik cerita, (e) bahasa, dan (tema).10
2. Jenis Novel Berdasarkan strukturnya, novel dapat dibagi sebagai berikut11: a. Novel plot atau novel kejadian yaitu novel yang lebih mementingkan plot atau struktur cerita. Novel ini menitikberatkan pada perkembangan kejadian yang biasanya penuh ketegangan dan kejutan. Contoh novel ini adalah Surapati oleh Abdul Muis, Hulubalang Raja oleh Nur Sutan Iskandar, I Swasta Setahun di Bedahulu A. A. Panji Tisna. b. Novel watak yaitu novel novel yang menekankan unsur karakter atau watak pelakunya. Pengarang ingin menggambarkan sifat-sifat watak seseorang atau beberapa tokoh, sehingga seluruh kejadian atau cerita dalam novel sangat ditentukan oleh watak tokohtokohnya. Misalnya novel Atheis
dari Achdiat Kartamihardja
menggambarkan watak tokoh Hasan
yang kurang mendalam
pengetahuan dan keyakinan agamanya, sehingga ketika berhadapan dengan orang-orag Atheis seperti Anwar, maka keyakinan agamanya akan goyah. Pengarang menemukan watak tokoh, dan dari sana muncul cerita.
9
Furqonul, Aziz dan Abdul Hasim.MenganalisisFiksiSebuahPengantar.Bogor :Ghalia Indonesia. 2010. H. 34. 10 B, Rahmanto. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta. Kanisius. 1988. h. 70 11 Sumardjo, Jakob. Memahami Kesusatraan. Bandung: Penerbit Alumni. 1984.
15
c. Novel tematis yaitu novel yang menekankan pada unsur tema atau persoalan. Karena tema novel begitu banyak maka muncul beberapa kategori novel dari jenis ini misalnya novel politik, novel sosial, dan novel keagamaan.
Berdasarkan pola umumnya novel dibagi atas: a. Novel
detektif
yaitu
novel
yang
selalu
dimulai
dengan
pembunuhan, kemudian sang detektif mencari bukti, melacak pembunuh dan akhirnya ditutup dengan ditemukannya si pembunuh yang tak disangkasangka pembaca. b. Novel kriminal yaitu novel yang hampir mirip dengan novel detektif, hanya saja peranan polisi dan penjahat amat ditekankan, tak ada detektifnya. c. Novel Romance yaitu novel yang menekankan kisah percintaan antara para remaja, biasanya tokoh-tokohnya tampan dan cantik, muda, kaya, dan penuh dengan kejadian-kejadian cinta yang manis. d. Novel western yaitu novel yang mengisahkan kehidupan para cowboy di Amerika Serikat.
3. Unsur Instrinsik Novel a. Tema Suatu karya sastra harus memiliki dasar cerita atau tema yang merupakan sasaran tujuan. Semua unsur cerita seperti penokohan, alur, dan latar didasari oleh pokok pikiran yang sama. Oleh karena itu tema merupakan sesuatu yang sangat vital dalam sebuah cerita karena merupakan inti cerita yang mendasari cerita keseluruhan. Bertolak dari inti cerita itulah, pengarang mengembangkan cerita menjadi bentuk yang lebih luas. Adapun menurut Stanton dan Kenny dalam Teori
16
Pengkajian Fiksi: Burhan Nurgiyantoro, tema (theme) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita.12
b. Tokoh Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi.13 Tokoh dalam fiksi merupakan ciptaan pengarang, meskipun dapat juga berupa gambaran dari orang-orang yang hidup di alam nyata. Oleh karena itu, dalam sebuah karya sastra tokoh hendaknya dihadirkan secara alamiah. Dalam arti tokoh-tokoh itu memiliki derajat lifelikenesss (kesepertian).14 Sama halnya dengan manusia yang ada dalam alam nyata, yang bersifat tiga dimensi, maka tokoh dalam suatu fiksi pun hendaknya memiliki dimensi fisiologis, sosiologis, dan psikologis. Dimensi fisiologis meliputi usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, dan sebagainya. Dimensi sosiologis meliputi status sosial, pekerjaan, jabatan, peranan di dalam masyarakat, pendidikan, agama, pandangan hidup, ideologi, aktivitas sosial, organisasi, hobi, bangsa, suku, dan keturunan. Dimensi psikologis meliputi mentalitas, ukuran moral, keinginan dan perasaan pribadi, sikap dan kelakuan juga intelektualitasnya. Tokoh dalam fiksi biasanya dibedakan menjadi beberapa jenis. Sesuai dengan keterlibatannya dalam cerita dibedakan antara tokoh utama (sentral) dan tokoh tambahan (periferal). Tokoh disebut sebagai tokoh sentral apabila memenuhi tiga syarat yaitu paling terlibat dengan makna atau tema, paling banyak berhubungan dengan tokoh lain, paling banyak memerlukan waktu penceritaan.
12
Burhan Nurgiyantoro. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2005. h. 67. 13 Wiyatmi. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta:Pustaka.2006. h. 30. 14 Ibid.,
17
c. Alur (Plot) Menurut Sayuti dalam Wiyatmi, alur adalah rangkaian peristiwa yang disususun berdasarkan hubungan kausalitas.15 Rangkaian peristiwa itu merupakan susunan yang membentuk suatu kesatuan yang utuh. Keutuhan itu juga menyangkut logis atau tidaknya peristiwa.
Peristiwa
yang,
yang
tidak
disusun
berdasarkan
hukumkausalitas tidak dapat disebut alur, tetapi disebut cerita atau story. Secara garis besar alur dibagi ke dalam tiga hubungan kausalitas yaitu awal, tengah, dan akhir. Plot dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Sesuai dengan penyusunan peristiwa atau bagian-bagiannya, dikenal plot kronologis atau plot progresif, dan plot regresif atau flashback atau sorot balik. Dalam plot progresif peristiwa disusun: awal-tengah-akhir, sementara pada plot regresif alur disusun sebaliknya, misalnya: tengah-awalakhir, atau akhir-awal-tengah. Dilihat dari akhir cerita dikenal plot terbuka dan plot tertutup. Plot disebut tertutup ketika sebuah cerita memiliki akhir (penyelesaian) yang jelas. d. Latar Menurut Abrams, latar atau setting disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan
sosial
tempat
terjadinya
peristiwa-peristiwa
yang
diceritakannya.16 Dengan demikian, yang membangun suatu latar cerita adalah segala keterangan, petunjuk, pengacauan yang berkaitan dengan ruang, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra. Latar dapat dipisahkan sebagai berikut:
15
. Mochtar, Lubis. Teknik Mengarang. Jakarta:Balai Pustaka. 1960.h. 36. Burhan Nurgiyantoro. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press. 2005. h. 216 16
18
1) Latar tempat Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi17. 2) Latar waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.Masalah kapan tersebut biasanya dihubungkan dengan masalah faktua, waktu yang ada kaitannya, atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah.Pengetahuan dan persepsi pembaca terhadap waktu sejarah itu kemudian dipergunakan untuk mencoba masuk ke dalam suasana cerita.Pembaca berusaha memahami dan menikmati cerita berdasarkan acuan waktu yang diketahuinya yang berasal dari luar cerita yang bersangkutan.Adanya persamaan perkembangan dan atau kesejalanan waktu tersebut juga dimanfaatkan untuk mengesani pembaca seolah-olah cerita itu sebagai sungguh-sungguh ada dan terjadi. Menurut Genett, masalah waktu dalam karya naratif, dapat bermakna ganda, di satu pihak menyaran pada waktu penceritaan, waktu penulisan cerita, dan dipihak lain menunjuk pada waktu dan urutan waktu yang terjadi dan dikisahkan dalam cerita18.
3) Latar sosial Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan
17 18
Wahyudi Siswanto. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo. 2008 h. 231.
19
bersikap. Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan misalnya rendah, menengah, atau atas. e. Amanat Amanat
adalah gagasan yang mendasari karya sastra ;
pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar. Di dalam karya sastra modern amanat ini biasanya tersirat; di dalam karya sastra lama pada umumnya amanat tersurat19. f. Sudut Pandang Sudut pandang atau point of view adalah cara pengarang memandang cerita. Sudut pandang mengandung arti hubungan di antara tempat pencerita berdiri dengan ceritanya. Hubungan antara pengarang dan cerita ada dua macam, yaitu hubungan pencerita “diaan” dengan ceritanya dan hubungan pencerita äkuan” dengan ceritanya. Sudut pandang dibedakan menjadi sudut pandang orang pertama dan orang ketiga. Masing-masing sudut pandang tersebut kemudian dibedakan lagi menjadi20: 1) Sudut pandang first person central atau akuan sertaan; 2) Sudut pandang first person peripheral atau akuan taksertaan; 3) Sudut pandang third person omniscient atau diaan maha-tahu; 4) Sudut pandang third person limited atau diaan terbatas. Pada sudut pandang first person central atau akuan sertaan, cerita disampaikan oleh tokoh utama, karena cerita dilihat dari sudut pandangnya, maka dia memakai kata ganti aku. Sementara itu, penggunaan sudut pandang akuan tak sertaan terjadi ketika
19
Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo. 2008. Wiyatmi. Pengantar Kajian Sastra . Yogyakarta: Pustaka. 2006.
20
20
pencerita adalah tokoh pembantu yang hanya muncul di awal dan di akhir cerita. Sementara itu, pada sudut pandang diaan maha tahu, pencerita berada di luar cerita dan menjadi pengamat yang mengetahui banyak hal tentang tokoh-tokoh lain. Hal ini berbeda dengan diaan terbatas, karena hanya tahu dan menceritakan tokoh yang menjadi tumpuan cerita saja. Penggunaan sudut pandang ini amat jarang ditemui karena dengan detail tokoh yang terbatas, cerita menjadi tidak hidup.
C. Kajian Bandingan Sastra bandingan merupakan kajian sastra di luar batas sebuah negara dan tentang hubungan di antara sastra dengan bidang ilmu serta kepercayaan lain.
21
Patokan sastra bandingan seyogianya menitikberatkan pada dua hal.
Pertama, bahasa dan konteks budaya yang dipergunakan. Kedua, asal usul kewarganegaraan negara pengarang yang dominan tinggal di mana. Metode sastra bandingan tidak jauh berbeda dengan metode kritik sastra, yang objeknya lebih dari satu karya. Penekanan sastra bandingan adalah pada aspek kesejarahan teks. Menurut Yapar dalam bukuMetodologi Penelitian yang ditulisSuwardi Andaswara sastra bandingan bersifat positifistik.22 Kajiannya bercorak binari (duaan) dan bertumpu pada rapports defaitsartinya perhubungan faktual antara dua buah teks yang diteliti secara pasti. Kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis, menafsirkan, dan menilai. Karena objeknya lebih dari satu, setiap objek harus ditelaah, barulah hasil tersebut diperbandingkan. Sementara itu, menurut Sapardi Djoko Darmono dalam bukunya yang berjudul 21
Pegangan
Penelitian
Sastra
Bandingan
penelitian
yang
Suwardi, Endaswara. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta:Center for Academic Publishing Service. 2013. h. 136. 22 Ibid., h. 140.
21
membicarakan dua karya terjemahan dapat dibandingkan tetapi hanya membicarakan masalah tema dan sama sekali tidak bersangkut-paut dengan stilistika.23Dengan
menggunakan
terjemahan,
seharusnya
masih
bisa
membanding-bandingkan kecendrungan tematik yang ada dalam karya-karya yang dibandingkan. Pada novel Negeri Lima Menara dan Semester Pertama di Malory Towers, tema yang dibandingkan adalah pendidikan karakter dalam kedua novel tersebut. 1. Perbandingan Berdasarkan Paradigma Pendidikan Karakter Secara sederhana paradigma dapat diartikan sebagai kacamata atau alat pandang. Sedangkan secara akademis menurut Fakih seperti yang dikutip oleh Bagus Mustakim dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Karakter Membangun Delapan Karakter Emas Menuju Indonesia Bermartabat menjelaskan bahwa paradigma merupakan konstelasi teori, pendekatan, serta prosedur yang dipergunakan oleh suatu nilai dan tema pemikiran.
24
Konstelasi ini dikembangkan dalam
rangka memahami kondisi sejarah dan sosial untuk memberikan kerangka konsepsi dalam memberi makna terhadap realitas. . Paradigma
menjadi
tempat
berpijak
dalam
melihat
suatu
realitas.Kekuatan paradigma terletak pada kemampuannya membentuk realitas yang dilihat, menemukan masalah, serta menyelesaikan masalah itu. Pendidikan karakter yang dipraktikkan dalam sejarah umat manusia memiliki teori, pendekatan, serta prosedur khusus, yang menghasilkan pola pendidikan yang berbeda-beda. Paradigma itu digunakan untuk mengkonstruksi suatu praktik pendidikan yang pada
23
Sapardi,DjokoDamono. PeganganPenelitianSastraBandingan. Jakarta: PusatBahasa. 2005. h. 12 24 Bagus, Mustakim. Pendidikan Karakter Membangun Delapan Karakter Emas Menuju Indonesia Bermartabat. Yogyakarta: Samudera Biru. 2011. H. 37
22
akhirnya melahirkan realitas yang berbeda-beda sesuai karakter yang ingin dibangun. Berdasarkan karakter tersebut maka pendidikan karakter digolongkan kepada paradigma berikut:
a. Paradigma fundamentalis Fundamentalis cenderung
untuk
menurut
KBBI
adalah
memperjuangkan
paham
sesuatu
yang secara
radikal.25Sementara menurut Bagus Mustakim dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Karakter Membangun Delapan Karakter Emas
Menuju
paradigma
Indonesia
fundamentalis
Bermartabat dibangun
menjelaskan
oleh
tradisi
bahwa agama26.
Paradigma ini mendasar proses pendidikan karakter pada kebenaran yang diwahyukan Tuhan. Karakter yang dibangun adalah karakter manusia yang patuh dan taat kepada nilai-nilai kebaikan yang mutlak dalam tradisi keagaamaan. Paradigma fundamentalis membimbing peserta sekolah ke arah kepatuhan terhadap Tuhan, melestarikan tradisi-tradisi yang bersumber dari wahyu Tuhan, sekaligus menciptakan generasigenerasi baru penyampai wahyu Tuhan. Sekolah melakukan misi itu dengan jalan memberikan pengetahuan-pengetahuan tentang Tuhan, tatacara peribadatan kepada Tuhan,
serta hidup
berdasarkan aturan dan keinginan Tuhan. Sekolah berparadigma fundamentalis mengembangkan proses pembelajarannya secara dogmatis dan doktriner. Paradigma ini menekankan peran sentral pelatihan rohaniah sebagai landasan pembangunan karakter yang tepat. Guru ditempatkan sebagai pusat belajar dan dianggap sebagai pihak yang paling mengetahui 25
Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2008. 26 Opcit.h. 38,
23
kehendak Tuhan. Siswa diharuskan menerima seluruh kebenaran yang disampaikan guru dengan penuh keyakinan.
b. Paradigma konservatif Konservatif menurut KBBI adalah paham politik yang ingin mempertahankan tradisi dan stabilitas sosial, melestarikan pranata yang sudah ada, menghendaki perkembangan setapak semi setapak, serta menantang perubahan yang menurut
Bagus
radikal.27Sementara
Mustakim dalam bukunya
yang
berjudul
Pendidikan Karakter Membangun Delapan Karakter Emas Menuju Indonesia Bermartabat menjelaskan bahwa konservatif pada dasarnya adalah posisi yang mendukung ketaatan terhadap lembaga-lembaga dan proses-proses budaya yang sudah teruji oleh waktu.28 Liberalisme Eropa yang dibangun di atas humanism dan modernisme
mewarisi sifat-sifat konservatif ini. Lembaga dan
proses budaya yang dijadikan orientasi dalam liberalisme bukanlah wahyu sebagaimana dalam paradigma fundamentalis, melainkan konstruksi sosial dan budaya modern yang terbentuk oleh modernism Barat. Budaya
modern
dibangun
di
atas
humanism
dan
rasionalisme modern yang memposisikan manusia sebagai pusat realitas.Manusia dipandang sebagai makhluk yang memiliki bakat, kapasitas, dan potensi manusia, sebagai landasan pembangunan karakter yang tepat. Dalam pandangan modernis Barat, budaya modern ini dinilai sebagai budaya unggul dan dominan di antara kebudayaan-kebudayaan yang lain. Tugas guru, dalam pembelajaran konservatif, bertindak sebagai pembimbing. Guru membimbing siswa agar dapat 27
Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2008. 28
Ibid., h. 39
24
memperoleh
informasi
dan
pengalaman
belajar
sebanyak-
banyaknya. Melalui informasi dan pengalaman inilah siswa bisa mengenal dan memperoleh beragam nilai tentang modernism. Tujuannya adalah agar nilai-nilai itu dapat digunakan oleh peserta didik dalam proses adaptasi dengan pola social dan tradisi modern. Keberhasilan pendidikan dalam paradigma ini diukur dari keberhasilan peserta didik dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. c. Paradigma kritis Paradigma kritis dibangun di atas pandangan yang menganggap realitas sebagai sesuatu yang pluralistic.Paradigma kritis menilai bahwa pola sosial dan tradisi yang dibangun di atas modernisasi tidak bisa dijadikan sebagai ukuran universal bagi semua realitas.Pola sosial dan tradisi yang sudah mapan perlu dievaluasi secara kritis.Bagi paradigm kritis sekolah diarahkan agar berperan aktif dalam menciptakan suatu perubahan. Peran sentral sekolah, memang sama seperti dalam paradigm konservatif yakni, sebagai latihan intelktual. Akan tetapi arah latihannya
berbeda.
Paradigma
konservatif
membangun
intelektualitas dalam rangka proses adaptasi terhadap nilai-nilai yang sudah mapan, sementara paradigma kritis mengarah pada peran aktif untuk ikut serta mengkritisi dominasi pola sosial dan tradisi modern menuju perubahan yang lebih adil. Pendidikan dengan paradigm kritis bertugas melatif peserta sekolah agar mampu mengidentifikasi ketidakadilan sistemik dan
structural,
mentransformasikannya.
sekaligus Pendidikan
menemukan berkewajiban
cara untuk
menciptakan ruang dan kesempatan agar peserta didik terlibat dalam suatu proses penciptaan sistem dan struktur baru yang lebih adil.
25
D. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan memuat penelitian-penelitian yang terdahulu relevan dengan topik penelitian. Penelitian-penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut: Analisis pada novel Negeri Lima Menara telah dilakukan di antaranya oleh Nur Kholis Hidayah yang berjudl Nilai-nilai Moral dalam novel Negeri Lima Menara Karya Ahmad Fuadi.29Hasil penelitiannya adalah nilai moral ketuhanan dalam novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadimeliputi nilai moral ketuhanan positif dan nilai moral ketuhanan negatif.Segalatindakan yang didasarkan atas ibadah kepada Allah merupakan nilai positif.Adapun tindakan yang didasarkan atas sesuatu selain Allah, termasuk di dalamnyaperilaku atas kehendak sendiri, merupakan nilai moral ketuhanan negatif.Nilai moral ketuhanan positif meliputi (1) ikhlas, (2) tawakkal, dan (3)takwa kepada Allah.Perilaku ikhlas ditunjukkan dengan perilaku tanpamengharap imbalan apapun kecuali mengharap ridho dari Allah. Sikap ikhlas paratokoh dalam novel Negeri Lima Menara merupakan implementasi dari perintahAllah dalam surat (Al-Dzariyat :56). Keyakinan bahwa manusia diciptakan hanyauntuk mengabdi kepada Allah, menjadikan para ustad di PM ikhlas menjadi khalis(mengajar hanya karena ibadah kepada Allah) tanpa mengharap imbalan gajisedikitpun.Nilai moral ketuhanan negatif meliputi (1) shalat karena takut kepadapetugas keamanan, (2) tergesa-gesa dalam berdoa, dan (3) berdoa untukmelunakkan hati seseorang.Shalat yang dikerjakan bukan karena Allah termasuknilai moral negatif.Perilaku tersebut tercermin melalui tokoh Aku (Alif) yangmengerjakan shalat karena takut dengan petugas keamanan bernama Tyson, tidakdidasarkan pada kewajiban ibadah kepada Allah. Sudjadi dalam analisisnya Nilai-nilai Karakter dalam Novel Negeri Lima Menara,30 hasil penelitiannya menunjukkanbahwa dalam novel Negeri 5 Menarakarya A. Fuadi terdapat nilai-nilaikarakter seperti: Nilai karakter 29
Hidayah, Nur Kholis. Nilai-nilai Moral dalam Novel Karya Ahmad Fuadi. Skripsi pada Universitas Negeri Malang 30 Sudjadi .Nilai Karakter dalam Novel Negeri Lima Menara.Skripsi pada program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
26
cintaTuhan/religius, nilai karakterdisiplin, nilai karakter disiplin, nilaikarakter kerja keras, dan nilaikarakter tanggung jawab.Nilai karakter religius yangterdapat dalam novel Negeri 5Menara karya A. Fuadi tercermindalam sikap atau pola pikir seringmenggunakan ungkapan Islamis;rajin beribadah; sikap dan perkataandilandasi nilai keagamaan atauIslami; taat dan patuh kepada orangtua; melakukan kegiatan yangdidasari semangat ridho Tuhan; sertaikhlas melaksanakan ibadah, tugasdan pekerjaanNilai Karakter Disiplin yangterkandung dalam novel Negeri 5Menara karya A. Fuadi tercermindalam sikap dan pola pikir: taat padatatatertib; sangat menghargai waktu;taat kepada berbagai ketentuan yangberlaku; tertib dalam menjalankanibadah; konsisten dalam menjalankantugas. Cerminan sikap ini dilukiskandalam novel Negeri 5 Menara karyaA. Fuadi.Nilai karakter mandiri yangterkandung dalam novel Negeri 5Menara karya A. Fuadi tercermin novel Negeri 5 Menara karya A.FuadiMaya Martha Eka Putri (2010) mahasiswa Universitas Andalas dalam skripsinya yang berjudul Amanat dalam Novel Negeri Lima Menara Karya Ahmad Fuadi (Tinjauan Struktural).31Simpulan amanat dari hasil penelitian siapa yang bersunggguh-sungguh pasti sukses.Sementara itu, untuk novel Semester Pertama di Malory Towers belum ada penelitian tentang novel tersebut. Persamaan penelitian ini dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah pengkajian dilakukan pada nilai-nilai yang terdapat pada novel tersebut khusunya nilai karakter.Adapun perbedaan pada penelitian ini adalah nilai karakter yang ditemukan pada novel Negeri Lima Menara tersebut kemudian dibandingkan dengan novel Semester Pertama di Malory Towers.
31
Putri, Martha Eka. Amanant dalam Novel Negeri Lima Menara Karya Ahmad Fuadi (Tinjauan Struktural).Skripsi pada Fakultas Sastra Universitas Andalas. 2010
BAB III ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL NEGERI LIMA MENARA KARYA AHMAD FUADI DAN SEMESTER PERTAMA DI MALORY TOWERS KARYA ENID BLYTON
A. Biografi Ahmad Fuadi Ahmad Fuadi lahir di Bayur, kampung kecil di pinggir Danau Maninjau tahun 1972, tidak jauh dari kampung Buya Hamka. Fuadi merantau ke Jawa mematuhi permintaan Ibunya untuk masuk sekolah agama. Di Pondok Modern Gontor dia bertemu dengan kiai dan ustad yang diberkahi keikhlasan mengajarkan ilmu hidup dan ilmu akhirat. Gontor pula yang mengajarkan kepadanya “mantra” sederhana yang sangat kuat, man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses. Lulus kuliah Hubungan Internasional UNPAD, dia menjadi wartawan majalah Tempo. Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas reportase di bawah bimbingan para wartawan senior Tempo. Tahun 1999, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S-2 di School of Media anad Public Affairs, George Washington University, USA. Merantau ke Washington DC bersama Yayi, istrinya –yang juga wartawan Tempo- adalah mimpi masa kecilnya yang menjadi kenyataan. Sambil kuliah, mereka menjadi koresponden Tempo dan wartawan Voice of America (VOA).1 Tahun 2004 Ahmad Fuadi mendapatkan beasiswa Chevening Award untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter. Seorang scholarship hunter, Fuadi selalu bersemangat melanjutkan sekolah dengan mencari beasiswa. Sampai sekarang, Fuadi telah mendapatkan 9 beasiswa untuk belajar di luar negeri. Dia telah mendapat kesempatan tinggal dan belajar di Kanada, Singapura, Amerika Serikat, Inggris, dan Italia. Penyuka fotografi ini
“Biografi Ahmad Fuadi” http://negeri5menara.com/penulis/ diunduh pada tanggal 8 November 2013 1
27
28
pernah menjadi Dirktur Komunikasi The Nature Conservancy, sebuah NGO konservasi internasional. Novel perdananya –Negeri 5 Menara- telah mendapatkan beberapa penghargaan, antara lain Nominasi Khatulistiwa Award 2010, Penulis & Buku Fiksi Terfavorit versi Anugerah Pembaca Indonesia, Buku Fiksi & Penulis Fiksi Terbaik 2011 dari Perpustakaan Nasional. Negeri 5 Menara juga telah diadaptasi ke layar lebar dengan judul yang sama, dan menjadi salah satu film terlaris tahun 2012. Selain Negeri Lima Menara, novel Ahmad Fuadi yang lainnya yaitu Ranah Tiga Warna (2011), dan Rantau Satu Muara (2013) yang merupakan lanjutan dari novel sebelumnya, Negeri Lima Menara. Ahmad Fuadi kini sibuk menulis, jadi pembicara dan motivator, serta membangun yayasan sosial untuk membantu pendidikan orang yang tidak mampu –Komunitas Menara. B. Biografi Enid Blyton Enid Blyton (lahir 11 Agustus1897 – meninggal 28 November1968) adalah seorang penulis buku cerita anak berkebangsaan Inggris yang populer yang juga dikenal sebagai Mary Pollock. Ia adalah salah satu penulis buku cerita anak yang paling terkenal pada generasinya. Ia seorang penulis produktif yang telah menghasilkan lebih dari 400 buku selama hidupnya. Ia telah menjual lebih dari 600 juta kopi bukunya. Dia lahir pada akhir tahun 1890an dan dibesarkan di Buckingham. Ayahnya berharap ia menjadi seorang pianis, tetapi ia lebih memilih untuk menjadi penulis buku anak-anak. Pada tahun 1924, Enid Blyton menikah dengan suami pertamanya H.A. Pollock dan memiliki 2 orang anak. Pada tahun 1943, ia menikah dengan suaminya yang kedua yang bernama Kenneth Waters. Cerita pertamanya diterbitkan oleh George Newness dan ia mulai terkenal lewat ceritanya di majalah anak-anak, Sunny Stories.
29
C. Sinopsis Novel Negeri Lima Menara Novel Negeri Lima Menara berkisah tentang enam orang sahabat yang bersekolah di Pondok Madani (PM), Ponorogo, Jawa Timur. Mereka dengan sungguh-sungguh akhirnya berhasil meraih mimpinya yang awalnya dinilai terlalu tinggi. Mereka adalah Alif Fikri Chaniago, Raja Lubis, Said Jufri, Dulmajid, Atang, dan Baso Salahuddin. Alif adalah seorang anak dari sebuah kampung yaitu Desa Bayur yang terletak di dekat Danau Maninjau, Sumatera Barat. Alif baru saja lulus dari SMP dan ia ingin melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri dan kemudian ke ITB Bandung untuk mewujudkan impiannya menjadi seorang pakar dan ahli iptek. Ia tak ingin seumur hidupnya tinggal di kampung dan mempunyai cita-cita untuk merantau. Ia ingin melihat dunia luar dan ingin sukses seperti sejumlah tokoh yang ia baca di buku atau mendengar cerita temannya di desa. Tapi orang tuanya menginginkan Alif mendalami ilmu agama dan menjadi seseorang yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Melalui Amak (ibunya), Alif diminta untuk meneruskan pendidikan ke pesantren yaitu Pondok Madani di sudut Kota Ponorogo, Jawa Timur. Keinginan itu juga merupakan keinginan ayahnya, yang diperkuat oleh pernyataan dari “Mak Etek” atau paman yang sedang kuliah di Kairo. Keluarga mengharapkan Alif bisa bermanfaat bagi masyarakat seperti Bung Hatta dan Buya Hamka. Namun Alif sendiri ingin menjadi seseorang yang menguasai teknologi tinggi seperti B.J. Habibie. Dengan setengah hati, akhirnya berangkat juga Alif ke Pondok Pesantren atas saran dari keluarganya. Dia bersama ayahnya naik bus tiga hari tiga malam melintasi Sumatera dan Jawa menuju sebuah pesantren yang bernama Gontor. Ketika sampai, kesan pertama yang Alif dapatkan yaitu tempat yang aturannya sangat ketat. Apalagi ada keharusan mundur setahun untuk kelas adaptasi. Alif menguatkan hati untuk mencoba menjalankan setidaknya tahun
30
pertama di Pondok Madani ini. Seiring berjalannya waktu Alif mulai bersahabat dengan teman sekamarnya, Baso dari Gowa, Atang dari Bandung, Raja dari Medan, Said dari Surabaya, dan Dulmajid dari Madura. Keenam anak yang menuntut ilmu di Pondok Madani Gontor ini setiap sore mempunyai kebiasaan unik yaitu menjelang azan magrib berkumpul di bawah menara masjid sambil melihat ke awan. Ketika membayangkan awan itulah mereka melambungkan impiannya. Misalnya Alif membayangkan awan itu berbentuk seperti benua Amerika, sebuah negara yang ingin dikunjunginya setelah lulus nanti. Begitu pula yang lainnya membayangkan awan itu seperti negara Arab Saudi, Mesir dan Benua Eropa. Berawal dari kebiasaannya berkumpul di bawah menara masjid tadi, mereka berenam pun menamakan diri Sahirul Menara, artinya pemilik menara. Di Pondok Madani itu ada ungkapan luar biasa yang selalu diingat oleh Alif. Ungkapan itu disampaikan oleh salah seorang guru bernama Ustad Salman yaitu “Man jadda wa jada” yang artinya siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Ungkapan tersebut sangat bermakna bagi enam sahabat ini. Kemudian mereka mulai memiliki impian dan bertekad untuk meraihnya. Di Pondok Pesantren mereka dididik sangat ketat. Mulai dari keharusan berbicara menggunakan bahasa Arab atau Inggris dan akan dihukum jika menggunakan bahasa Indonesia. Mereka juga dilatih dengan disiplin yang sangat ketat. Semua siswa harus tepat waktu dalam segala aktivitas. Kalau terlambat beberapa menit saja langsung mendapatkan hukuman. Dari proses belajar dan ungkapan dari Pondok Madani itulah keenam sahabat itu jadi memiliki cita-cita besar. Mereka masing-masing memiliki ambisi untuk menaklukkan dunia. Mulai dari tanah Indonesia lalu
ke Amerika, Asia, atau Afrika. Di bawah menara
Madani, mereka berjanji dan bertekad untuk menaklukkan dunia dan menjadi orang besar yang bermanfaat bagi banyak orang.
31
Tapi sayang, salah seorang dari sahabat tersebut yaitu Baso harus keluar dari pesantren. Ia meninggalkan Pondok Madani untuk menjaga neneknya dan berusaha menghafal Alquran di kampungnya. Waktu terus berjalan, Sahibul Menara yang lain terus melanjutkan pendidikan di Pondok Madani. Hari ke hari terasa makin indah bagi mereka. Makin banyak manfaat yang mereka peroleh, baik dari persahabatan mereka, mau pun dari sistem pendidikan yang sangat baik. Hingga akhirnya mereka bisa meraih mimpi yang selama ini hanya bayangan.Mereka membuktikan bahwa mereka bisa menaklukkan dunia. Mereka kemudian bernostalgia dan membuktikan impian mereka ketika melihat awan di bawah menara masjid Pondok Pesantren Madani, Jawa Timur. Ternyata bagi mereka, menempuh pendidikan di pesantren mempunyai makna indah yang tak ternilai. Alif yang tadinya beranggapan pesantren itu kampungan dan kuno, ternyata salah besar. Pendidikan di pesantren sangat menjunjung tinggi disiplin sehingga mencetak generasi yang bertanggung jawab dan mempunyai komitmen. Apalagi di pesantren, jiwa dan gelora muda para santri disulut dan dibakar oleh para ustad agar tidak gampang menyerah. Secara rutin, setiap pagi didengungkan kata-kata sakti “Man jadda wa jada”. Alif menjadi bersyukur dan berterima kasih kepada Amaknya yang telah menyuruhnya melanjutkan sekolah di pesantren. D. Sinopsis Novel Semester Pertama di Malory Towers Novel Semester Pertama di Malory Towers menceritakan tentang kehidupan Darrel Rivers bersama teman-temannya di sekolah Malory Towers. Sekolah Malory Towers adalah sekolah berasrama khusus untuk murid-murid wanita yang terdiri dari empat menara yaitu Menara Utara, Menara Selatan, Menara Barat, dan Menara Timur. Darrel Rivers bersama 9 orang temannya ditempatkan di Menara Utara. Teman-teman Darrel Rivers di Menara Utara bernama Alicia Johns, Gwendoline, Sally Hope, Mary-Lou, Irene, Jean, Emily, Violet, dan Katherine sebagai ketua kamar.
32
Sekolah Malory Towers terletak di tepi pantai, di mana tenis dan renang merupakan kegiatan utamanya. Darrell berangkat ke sekolah ini diantar oleh ibunya dengan naik kereta api. Di dalam kereta api Darrell mendapat teman yang bernama Alicia yang nakal tapi cerdas dan gemar melakukan berbagai muslihat untuk menjebak guru-gurunya. Di Malory Towers itu juga terdapat seorang anak yang manja, suka membual, dan berhati keji yang bernama Gwendoline. Gwendoline belum pernah sekolah. Sebelumnya ia belajar di rumah dengan guru pribadinya yang bernama Nona Winter. Oleh karena itu, Gwendoline sangat susah beradaptasi di Malory Towers. Ia tidak punya sahabat dekat kaena sifatnya yang buruk. Hari pertama masuk sekolah, Darrell bersama teman-temanya berkenalan dengan guru-gurunya. Setelah satu minggu Darrell dan teman-temannya sudah dapat menyesuaikan diri di sekolahnya. Setelah beberapa minggu di sana semua anak sudah saling kenal bahkan seperti keluarga sendiri. Mereka selalu berkumpul bersama untuk berbincang-bincang tetapi setiap kali mereka berbincang-bincang pasti Alicia selalu membuat lelucon. Suatu hari Darrell tak bisa menguasai diri karena Gwendoline menubruk Mary-Lou dan Mary-Lou terjatuh kedalam kolam renang. Tidak hanya itu, Gwendoline juga membenamkan Mary-Lou kuat-kuat ke dalam air. Semua temanteman Darrell heran karena Darrell yang tenang itu bisa marah. Setelah pertengkaran itu, akhirnya Darrell dan Gwendoline saling meminta maaf. Karena takut, setiap hari Mary-Lou selalu mengikuti Darrell. Akibat terlalu lalu lama menyelam Alicia menjadi tuli untuk beberapa waktu. Alicia mendapat masalah baru yaitu tidak dapat mendengar. Setiap hari Mary-Lou selalu membereskan lemari kecil milik Darrell tetapi hal itu malah membuat Darrell menjadi kesal karena Mary-Lou mengubah-ubah susunan barang yang ada di dalam lemari. Ternyata Gwendoline masih mempunyai niat jahat kepada Mary-Lou.Gwendoline pura-pura bersahabat dengan Mary-Lou. Padahal di belakang itu semua, ia selalu membuat susah Mary-Lou. Gwendoline menaruh laba-laba di laci Mary-Lou. Ternyata laba-laba itu merayap
33
di kaki Gwendoline dan Gwendoline sangat ketakutan. Dalam satu minggu tersebut yang paling sedih adalah Mary-Lou karena ia selalu mendapatkan masalah akibat ulah Gwendoline. Tibalah waktu untuk menerima rapor tengah semester. Anak-anak sangat senang karena bisa bertemu dengan orang tua mereka. Saat tingkatan rapor dibacakan Darrell sangat kecewa karena Darrell berada diurutan kesepuluh dari bawah. Semua anak bahagia, kecuali Mary-Lou yang sedih karena orang tuanya tidak bisa datang. Tetapi teman-teman Mary-Lou tidak mau ada temannya yang sedih, maka Mary-Lou diajak bergabung dengan keluarga mereka. Suatu hari Darrell bertengkar dengan Sally, Darrell mendorong Sally sampai–sampai Sally masuk rumah sakit. Saat mendengar Sally masuk rumah sakit Darrell menjadi lemas. Gara-gara dia Sally masuk rumah sakit. Darrel terkejut senang saat melihat ayahnya menjenguknya. Tapi perasaan itu tiba-tiba hilang saat ia mengingat apa yang telah dilakukannya pada Sally. Melihat Darrell yang tiba-tiba sedih ayahnya curiga kenapa anaknya tiba-tiba sedih. Darrell tidak mau menjawab, akhirnya beberapa saat kemudian Darrell mau mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Ia menceritakan kepada ayahnya kalau ia telah mendorong Sally sampai-sampai Sally masuk rumah sakit. Lalu ayah Darrell tersenyum karena Sally masuk rumah sakit bukan karena didorong oleh Darrell, tetapi karena Sally sakit usus buntu. Darrell pun merasa lega. Sally dan Darrel sepakat membuat rencana untuk Mary-Lou agar ia tidak penakut lagi. Darrel akan berpura-pura tenggelam di kolam renang dan ia akan meminta Mary-Lou untuk melempar ban penyelamat. Tapi yang terjadi sungguh di luar dugaan. Mary-Lou tidak melempar ban itu, tetapi ia langsung berenang menyelamatkan Darrel. Ini membuktikan bahwa sebenarnya Mary-Lou anak yang pemberani. Teman-temannya
banyak
yang
menyanjung
Mary-Lou.
Hal
ini
menimbulkan rasa iri pada Gwendoline. Ia pun jengkel dan merusak pulpen MaryLou lalu membuat seolah-olah Darrel lah yang melakukannya. Semua orang
34
percaya Darrel yang melakukan itu, tetapi tidak dengan Sally Hope dan MaryLou. Mary-Lou lalu mencari bukti dan menemukan bahwa Gwendoline lah yang telah merusak pulpennya, bukan Darrel. Gwendoline akhir harus mengganti pulpen Mary-Lou. Ia pun dibenci teman-temannya. Semester pertama pun hampir berakhir. Darrel merasa cukup puas dengan hasil yang diperolehnya. Gwendoline yang belajar keras selama tiga minggu terakhir menampakkan perubahan pada nilai-nilainya. Hari libur pun tiba, semua siswa Malory Towers kembali ke rumahnya masing-masing. E. Unsur Instrinsik Novel Negeri Lima Menara 1. Tema Tema yang disampaikan pengarang melalui novel Negeri Lima Menara adalah perjuangan seorang anak dalam mencapai cita-cita melalui sebuah mantra man jadda wa jadasebagaimana kutipan berikut. Dulu kami melukis langit dan membebaskan imajinasi itu lepas membumbung tinggi. Aku melihat awan yang seperti benua Amerika, Raja bersikeras awan yang sama berbentuk Eropa, sementara Atang tidak yakin dengan kami berdua, dan sangat percaya bahwa awan itu berbentuk benua Afrika. Baso malah melihat semua ini dalam konteks Asia, sedangkan Said dan Dulmajid sangat nasionalis, awan itu berbentuk peta Negara kesatuan Indonesia. Dulu kami tidak takut bermimpi, walau sejujurnya juga tidak tahu bagaimana merealisasikannya.Tapi lihatlah hari ini. Setelah kami mengerahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan doa, Tuhan mengirim benua impian ke pelukan masing-masing. Kun fayakun, maka semula awan impian, kini hidup yang nyata. Kami berenam telah berada di lima Negara yang berbeda. Di lima menara impian kami. Jangan pernah meremehkan impian, walau setinggi apapun.Tuhan sungguh Maha Mendengar.Man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.
35
2. Tokoh a. Tokoh sentral 1) Alif Alif adalah
seorang remaja laki-laki yang baru menamatkan
sekolahnya di MTs. Ia adalah lelaki yang penurut sebagaimana kutipan berikut : “Selama ini aku anak penurut”.2 Ia menurut saja pada saat ibunya memintanya bersekolah di madrasah tsanawiyah. Akan tetapi, Alif memberontak ketika Amak memintanya untuk kembali melanjutkaan sekolah di madrasah yaitu madrasah aliyah. Kali ini, Alif memberontak karena tidak sesuai dengan keinginannya untuk melanjutkan ke SMA. Namun pada akhirnya Alif menuruti kehendak ibunya untuk masuk sekolah agama. Ia memilih Pondok Madani sebagai tempatnya menuntut ilmu. Alif juga merupakan sosok yang memiliki sifat ragu-ragu. Walaupun ia sendiri yang memilih untuk melanjutkah sekolah di Pondok Madani tetapi ia sendiri tidak yakin dengan keputusannya itu. Berikut kutipannya: “Bahkan sesungguhnya aku sendiri belum yakin betul dengan keputusan ini.”
3
Selain penurut dan ragu-ragu Alif merupakan anak yang teliti. Hal
ini digambarkan sebagaimana kutipan berikut :“Sejenak, aku cek lagi kalau semuanya telah rapi dan licin, tidak ada gombak dan kusut” 4 2) Dulmajid Dulmajid merupakan lelaki yang mandiri. Ketika santri lain di antar orang tuanya ke Pondok Madani, Dulmajid justru berangkat sendiri.“Tentu saja saya datang sendiri.”
5
Begitu kata Dulmajid saat Alif menanyakan
dengan siapa ia datang. Dulmajid juga merupakan anak yang mempunyai semangat belajar yang tinggi. Hal itu pun diakui tokoh Aku sebagaiamana kutipan berikut: “Animo belajarnya memang maut. ”
6
Tokoh Aku juga
mengakui Dulmajid sebagai orang yang jujur keras dan setia kawan. “Aku
2
Ibid., h. 11. Ibid., h. 18. 4 Ibid., h. 84. 5 Ibid., h. 27. 6 Ibid., h. 46. 3
36
menyadari dia orang paling jujur, paling keras, tapi juga paling setia kawan yang aku kenal.” 7
3) Raja Raja adalah seorang lelaki yang percaya diri seperti kutipan berikut: “Raja Lubis yang duduk di meja paling depan maju dengan penuh percaya diri.”
8
Ia juga merupakan lelaki yang ekspresif “…tampak
mengayun-ayunkan tinjunya diudara sambil berteriak “Allahu Akbar!” 9
Selain percaya diri dan ekspresif, Raja juga merupakan seorang lelaki
yang pantang menyerah seperti kutipan berikut: “Jangan. Kita coba dulu. Aku saja yang maju duluan,”10
4) Atang Atang, ia merupakan seseorang yang suka menepati janji sebagaimana kutipan berikut: “Sesuai janji, Atang yang membayari ongkos.”11 Ia juga memiliki merupakan anak yang baik seperti digambarkan tokoh Aku dalam kutipan berikut: “Aku bersyukur sekali mempunyai teman-teman yang baik dan tersebar dibeberapa kota seperti Atang dan Said.”12
5)
Said
Said adalah seorang anak yang berperawakan dewasa dan juga memiliki cara berfikir yang dewasa. Ia suka memberi motivasi dan merupakan teman yang baik seperti diungkapkan tokoh Aku dalam kutipan berikut:“…senyum dan cerita yang mengobarkan semangat” 13
7
Ibid., Ibid,. h. 44. 9 Ibid,. h. 108. 10 Ibid,. h. 124. 11 Ibid,. h. 221. 12 Ibid., h. 226. 13 Ibid., h. 45. 8
37
Karena cara berpikirnya yang dewasa itu, tanpa disadari Said menjadi pemimpin informal Sahibul Menara. Dia kerap jadi tempat bertanya bagi teman-temannya.Ia selalu memandang sesuatu dengan positif. 6) Baso Baso adalah santri yang disiplin. Ia selalu menyediakan waktu untuk membaca. Ia juga anak yang rajin. Baso selalu bersungguh-sungguh membaca buku pelajaran dan juga Alquran. Sebagaimana terdapat pada kutipan berikut: “Hampir setiap waktu kami melihat Baso membaca buku pelajaran dan Al-Quran dengan sungguh-sungguh”.14 Bagi Baso, tiada hari tanpa buku. Oleh karena itu, ia sering menjadi tempat bertanya bagi teman-temannya yang kesulitan dalam pelajaran. b. Tokoh periferal 1) Amak Amak adalah seorang wanita separuh baya yang ramah, rela berkorban, peduli akan umat Islam, dan seorang ibu yang konsisten terhadap keputusannya. Tokoh Amak di sini digambarkan selalu tersenyum kepada siapa saja. Ini menunjukkan bahwa ia sosok yang ramah. Amak dengan semangat rela berkorbannya menjadi guru sukarela yang hanya dibayar dengan beras selama 7 tahun. Ia juga seseorang yang peduli pada umat Islam. Amak melarang Alif untuk masuk SMA dan menyarankannya masuk madrasah agar kelak lahir ulama-ulama pintar yang mendakwahkan agama kepada umat. Amak tidak ingin hanya anak-anak dengan prestasi rendah yang bersekolah di madrasah. Ia khawatir mereka akan menjadi ulama dengan kualitas rendah pula. Sikap adil juga ditunjukkan Amak pada saat pembagian rapor. Alif yang tidak mau menyanyi di depan kelas pada pelajaran kesenian, ia beri angka merah pada mata pelajaran itu. Ayah Alif atau suami Amak sendiri bertanya mengapa Amak tega memberikan angka
14
Ibid., h. 357.
38
merah pada anaknya sendiri. Pada saat itulah Amak menjelaskan bahwa ia harus bersikap adil kepada siapa saja termasuk anaknya sendiri.
2) Ayah Ayah adalah sosok yang dapat dipercaya. Ia menunaikan amanat orang-orang kepadanya dengan sangat baik. Berikut kutipannya :“Amanat dari jamaah surau kami untuk membeli seekor sapi untuk kurban idul adha minggu depan telah ditunaikan Ayah”.15 Sosok ayah pada novel ini juga tidak terlalu banyak bicara. Ia hanya sering menyetujui apa yang dikatakan oleh Amak.
3) Ustad Salman Ustad Salman merupakan pengajar di Pondok Madani. Ia adalah seseorang yang kreatif sebagaimana diungkapkan pada kutipan berikut: “Itulah gaya unik Ustad Salman, selalu mencari jalan kreatif untuk terus memantik api potensi dan semangat kami”16. Tidak hanya kreatif, Ustad Salman merupakan legenda hidup dalam mempelajari bahasa.Dia menguasai bahasa Arab, Inggris, Perancis, dan Belanda.Hobinya membaca kamus.Ia menguasai kamus bahasa Arab paling canggih bernama Munjid.
4) Kiai Rais Kiai Rais
adalah seorang lelaki separuh baya yang merupakan
pimpinanPM. Dia seorang pendidik dengan pengetahuan dan pengalaman lengkap.Ia pernah sekolah di Al-Azhar, Madinah, dan Belanda.Kiai Rais disebut sebagai renaissance man pribadi yang tercerahkan karena aneka ragam ilmu dan kegiatannya. Petuahnya sering kali membangkitkan semangat para santri.
15 16
Ibid., h. 91. Ibid., h. 106.
39
5) Tyson Tyson merupakan lelaki yang tegas. Dia adalah seorang murid senior bernama lengkap Rajab Sujai dan menjabat sebagai kepala Keamanan Pusat, pengendali penegakan disiplin di PM. Kerjanya berkeliling pondok, pagi, siang, dan malam dengan kereta angin. Dia tahu segala penjuru PM seperti mengenal telapak tangannya.Begitu ada pelanggaran ketertiban di sudut PM mana pun, dia melesat dengan sepedanya ke tempat kejadian dan langsung menegakkan hokum di tempat.Dia irit komunikasi verbal, tapi tangannya epat menjatuhkan hukuman.Keras tapi efisien.Semua murid menakutinya.
6)
Ustad Torik
Sama seperti Tyson, Ustad Torik adalah orang yang tegas. Ketika ada yang melanggar aturan Ustad Torik langsung memberikan hukuman.Ia tidak segan-segan menjatuhi Alif, Said dan Atang hukuman botak begitu mengetahui mereka pergi ke Surabaya tanpa izin.
3.
Alur Alur yang terdapat dalam novel “Negeri 5 Menara”, yaitu flashblack
(kilas balik). Hal ini dibuktikan oleh beberapa tahapan sebagai berikut: Tengah Awal cerita dalam novel ini dibuka oleh Alif yang telah tinggal di Washington DC, Amerika Serikat dengan pekerjaannya sebagai Wartawan VOA. Ia berencana berangkat ke London. Sebelum ia berangkat, ia mendapat pesan dari Atang temannya di pesantren dulu yang akan pergi ke London juga. Awal Alif kemudian mengingat kembali awal-awal masa di pesantrennya. Saat itu Amak menyuruh Alif untuk tidak melanjutkan sekolahnya ke SMA tetapi ke sekolah agama dan Alif menolak permintaan Amak pada saat baru diberitahukan. Tetapi akhirnya, dengan mempertimbangkan usul dari Pak Etek
40
Gindo Alif pun bersedia bersekolah di sekolah agama tapi tidak di Sumatera Barat. Ia memilih untuk masuk pesantren yaitu Pondok Madani Gontor. Konflik Titik puncak cerita dimulai saat Alif mulai memasuki PM hingga naik ke kelas tertinggi yaitu kelas 6. Antiklimaks Antiklimaks dalam novel ini dimulai pada saat Alif serta santri PM lainnya akan mengikuti ujian akhir yang harus diikuti oleh seluruh siswa tahun terakhir PM. Penyelesaian Pada akhirnya setelah melewati ujian, Alif dan kawan-kawannya lulus dari Pondok Madani. Akhir Cerita berbalik ke Alif yang telah sampai di London untuk bertemu dengan Atang dan Raja yang merupakan anggota Sahibul Menara.
4. Latar a.
Latar tempat Latar tempat pada novel ini di antaranya adalah di kantor Alif di
Washington DC. Latar tempat lainnya adalah di rumah Alif di Maninjau, Trafalgar Square di London, Pondok Madani, rumah Atang di Bandung, rumah Said di Surabaya dan apartemen Raja di London. Latar tempat yang paling banyak diceritakan pada novel ini adalah Pondok Madani.
b.
Latar waktu Latar waktu pada novel ini tidak dijelaskan secara langsung.
Namun berdasarkan kutipan di bawah ini dapat dikatakan waktunya berkisar antara tahun 1988 sampai 1992. Dengan wajah cemas, aku menghadap Ustad Torik yang duduk menunggu di kantornya.Dia dengan santai membolak-balik sebuah buku besar tebal berwarna hitam. Aku sekilas melihat sampulnya:
41
Catatan Perilaku Angkatan 1988”. Buku in kami sebut kitab “dosa dan pahala” kami selama berada di PM. c.
Latar sosial Latar sosial pada novel Negeri Lima Menaramenggambarkan
bahwa kehidupan di sini penuh kebersamaan dalam berbagai hal, di mana semuanya dilakukan bersama-sama.Walaupun santrinya mempunyai latar belakang yang berbeda-beda tetapi itu tidak menghalangi kebersamaan mereka. Hal ini dapat kita lihat saat ujian di akhir semester di mulai, semua orang di dalam pesantren itu saling membantu dalam belajar baik antara guru dan murid, selain itu, dalam hal memburu pencuri yang sering datang ke pondok pesantren mereka bersama-sama untuk menjaga dan meronda setiap malam.
5. Amanat Amanat dari novel ini adalah agar kita tidak mudah berputus asa. Apapun keinginan dan cita-cita kita, jika kita mengupayakannya dengan sungguhsungguh pasti akan membuahkan hasil.
6.
Sudut Pandang Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel tersebut, yaitu
sudut pandangfirst person peripheral atau akuan taksertaan Hal ini dibuktikan oleh pengarang yang selalu menyebut tokoh utama dengan kata “Aku” saat di narasi, di mana seakan-akan pengarang adalah si tokoh utama :“Iseng aja, aku mendekat ke jendela kaca dan menyentuh permukaannya dengan ujung telunjuk kananku.” di sekelilingnya.
17
Ibid., h. 1.
17
Tidak hanya itu “Aku” juga menceritakan orang-orang
42
F. Unsur Instrinsik Novel Semester Pertama di Malory Towers 1. Tema Tema yang disampaikan pengarang melalui novel Semester Pertama di Malory Towers adalahkehidupan sosial di sebuah sekolah asrama.
2. Tokoh a. Tokoh sentral 1) Darrel Rivers Darrel River pada novel ini diceritakan sebagai anak yang memiliki otak pintar, bijaksana, penolong, dan berjiwa besar seperti kutipan berikut.
Otak Darrel cemerlang dan ia sudah terlatih untuk menggunakannya dengan baik. Segera ternyata bahwa ia bisa mengikuti pelajaran dengan baik pula. Bahkan dalam beberapa hal, misalnya mengarang, ia termasuk yang terbaik. Darrel puas akan hasil yang dicapainya. Segalanya terasa begitu mudah.18 Namun Darrel juga mempunyai sifat buruk yaitu mudah marah. Apabila emosinya tidak terkendali, dia dapat melakukan kekerasan fisik. Berikut kutipannya:
Ia berpaling, dan berhadapan dengan Darrel yang susah payah menahan marah, sampai menggeletar seluruh tubuhnya, bukan karena dingin tapi karena rasa gusar yang amat sangat. “Binatang kau!” teriak Darrel. “Kulihat kau membenamkan Marry-Lou dengan sengaja! Dan kau tahu Mary-Lou takut air! Kau ingin dia mati lemas?19
18
Enid Blyton. Semester Pertama di Malory Towers, Terj. Djokolelono, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), hal 65 19 Ibid., h. 81-82.
43
Walaupun mudah marah dan sering tidak bisa mengendalikan emosi, tetapi Darrel selalu menyesal setelahnya. Ia pun biasanya meminta maaf kepada orang yang disakitinya seperti kutipan berikut: „Darrel muncul dibelakangnya, membuatnya terlompat terkejut. Gwendoline, maafkan aku. Aku menyesal telah menamparmu tadi. Aku sungguhsungguh menyesal. Aku tadi begitu marah sehingga tak terpikir olehku apa yang aku lakukan.”20 2) Alicia Johns Alicia Johns adalah seorang anak yang ceria, pintar, nakal, dan juga berlidah tajam. Ia juga suka usil dan senang menjahili guru-gurunya sebagaimana kutipan berikut.“Alicia, jangan ngoceh tak keruan!” tukas Nona Potts tandas. Ia sudah tahu akan sifat Alicia yang berlidah tajam.21 Alicia, walaupun suka
bercanda tetapi ia selalu menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik, seperti yang disampaikan Nona Potts dalam kutipan berikut: “Begini, Darrel. Ada orang yang seperti Alicia. Dia nakal, suka mengganggu anak yang lain, suka menghabiskan waktunya dengan bercanda, tetapi masih tetap bisa bekerja dengan baik dan dengan hasil cukup baik.”22 3) Gwendoline Gwendoline
adalah
seorang
anak
yang
manja,
cengeng,
pembohong, pendendam, dan berhati keji. Gwendolin juga seorang anak yang suka membual. Berikut kutipannya:
“Mary-Lou berada bersama
mereka, berusaha untuk tersenyum selalu tetapi sesungguhnya merasa begitu tertekan. Ia tak menyukai Nyonya Lacey maupun Nona Winters. Dan ia mulai muak akan bualan Gwendoline. “23. Selama bersekolah di Malory 20
Towers,
Ibid., h. 85. Ïbid., h. 17. 22 Ibid., h. 143. 23 Ibid., h. 154. 21
Gwendoline
sering
membuat
ulah.
Ia
pernah
44
membenamkan kepala Marry-Lou, memasukkan laba-laba ke dalam laci Marry-Lou, memfitnah Darrel, berbohong, dan merusak pulpen MarryLou.
Tingkah
lakunya
yang
keji
membuat
teman-temannya
membencinya.Ia tak hanya berhati keji tetapi juga pemalas, sehingga ia selalu berada diurutan terbawah di kelasnya. Gwendoline suka meremehkan orang-orang yang menyukainya dan membenci orang-orang yang tidak menyukainya. 4) Sally Hope Sally Hope adalah seorang anak gadis yang lucu dan mandiri. Karena kemandiriannya, Sally Hope bahkan berani berangkat ke sekolah tanpa diantar oleh ibunya. Sebagaimana yang diungkapkan Darrel pada kutipan berikut : “Kemudian diperhatikannya si Kecil Sally Hope. Gadis cilik yang lucu, dengan kepangan rambutnya yang rapi ketat dan mukanya yang mungil. Ia tak diantar ibunya. Tetapi apakah Sally peduli akan hal itu? Sulit untuk diterka”24 Sally Hope pada mulanya pendiam dan suka menyendiri.Ia berpikiran bahwa ibunya lebih menyayangi adiknya ketimbang dirinya. Oleh karena itu Sally Hope merasa ia tidak disayang ibunya lagi sehingga ibunya mengirimnya ke sekolah asrama. Tetapi kemudian Sally Hope menyadari ayah dan ibunya sangat menyayanginya.Ibu dan ayah Sally Hope lebih memilih meninggalkan adiknya yang masih bayi demi menjenguk Sally Hope yang sedang sakit di sekolahnya. Hal itu membuat Sally Hope percaya bahwa ayah dan ibunya masih menyayanginya sama seperti dulu.
24
Ibid., h. 18.
45
5) Marry-Lou Marry-Lou adalah seorang penakut.Ia benar-benar penakut. MarryLou takut pada air, takut masuk ke kolam renang dan masih banyak lagi hal-hal yang ditakuti Marry-Lou. Namun hal itu berubah tatkala MarryLou dengan berani terjun ke dalam kolam renang untuk membantu Darrel. Padahal sebelumnya ia takut masuk air. Ia juga berani keluar dari kamar dan berjalan di kegelapan demi menyelamatkan Darrel dari fitnah Gwendoline. Berikut perkataan Darrel tentang Marry-Lou.“Mary-Lou sangat penakut. Ia takut pada tikus, kumbang, petir, suara-suara di malam hari, kegelapan, dan ratusan hal lainnya lagi. Kasihan sekali Mary-Lou. Tak heran matanya begitu besar karena terbiasa membelalak ketakutan.”25 b. Tokoh periferal 1) Katherine Katherine adalah seorang ketua kamar sebagaimana kutipan berikut : “Katherine adalah ketua kamar ini. Kau harus melakukan apa yang diperintahkannya”26 Ia adalah ketua kamar yang bijaksana dan berjiwa besar. Ia tegas saat ada anggotanya yang berbuat salah. Ia juga berani meminta maaf ketika telah salah menuduh atau member keputusan. 2) Irene Irene adalah seorang anak yang pandai dalam belajar tetapi sangat tolol untuk hal-hal di luar pelajaran. Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut: Lalu Irene, seorang anak yang sangat pandai terutama dalam matematika dan musik. Ia selalu berada di urutan pertama dalam pelajaran tetapi, oh betapa tololnya ia untuk untuk hal-hal di luar pelajaran! Kalau ada yang bukunya hilang, pasti Irene. Kalau ada yang salah masuk kelas pastilah Irene. Sekali pernah ia memasuki ruang kesenian mengira akan ada pelajaran melukis. 25 26
Ibid., h.55. Ibid., h.35.
46
Setengah jam ia sendirian menunggu di tempat itu. Tak ada yang mengerti, megapa Irene tidak merasa heran bahwa kawan-kawan sekelasnya tak muncul di ruangan itu. 27 Begitulah Irene. Ia sangat menyukai matematika dan senang belajar. Ia merupakan salah satu murid paling cerdas di kelasnya. 3) Jean Jean adalah seorang anak yang periang, cerdik, dan cerdas, paling pandai memegang uang untuk keperluan sekolah. Hal tersebut bisa dilihat dari kutipan berikut: “Ketiga orang anak lainnya adalahJean, seorang anak periang, cerdik, dan cerdas, paling pandai memegang uang untuk keperluan sekolah.”28 4) Emily Emily adalah seorang anak pendiam dan rajin, pandai merajut. Berikut kutipannya:“Ëmily, seorang anak pendiam dan rajin, pandai merajut, dan karenanya disukai Mam‟zelle.29 5) Violet Violet adalah anak yang pemalu dan pendiam.“Violet, pemalu, pendiam, sering tidak diajak dalam berbagai hal, karena memang tak tertarik untuk melakukan apa saja, dan sering anak-anak tak pernah sadar apakah Violet ada bersama mereka atau tidak.30 6) Nona Potts Nona Potts adalah seorang kepala asrama seperti kutipan berikut: “Dan kepala asramamu adalah Nona Potts. Mari kita cari beliau.31 Nona Potts dijuluki Potty oleh anak-anak. Nona Potts adalah seorang guru yang 27
Ibid., h. 56. Ibid., h. 57. 29 Ibid, 30 Ibid., 31 Ïbid., h. 12. 28
47
tegas.Tak ada yang berani mengerjainya.Ia selalu tahu setiap jika anakanak berbohong ataupun usil. 7) Nona Grayling Nona Grayling adalah seorang kepala sekolah.
Ia merupakan
wanita berkulit putih, wajahnya tenang, matanya biru jernih, dan bibirnya membayangkan kekerasan hati. Sebagaimana yang diungkapkan pada kutipan berikut ini: Dan kini Darrel melihat wanita berambut putih sedang menghadap meja, menulis. Wajahnya tenang, tanpa keriput sedikit pun. Matanya biru jernih, dan bibirnya membayangkan kekerasan hati. Darrel merasa takut juga menghadapi kepala sekolah dengan suara rendah ini. Mudah-mudahan ia takkan pernah harus ditegur langsung olehnya!32
8) Pamela Pamela begitu pandai dan berwibawa.Oleh karena itu, anak-anak sangat menghormatinya. Berikut kutipan tentang Pamela: “Tentang Pamela, tentu saja semua anak menghormatinya. Ia begitu berwibawa, pandai, dan bahkan menurut kabar ia telah menulis sebuah buku. Ia membuat anak-anak kelas satu begitu kagum! Membuat karangan pendek saja sudah begitu sukar, apalagi menulis buku!33. 9) Mam‟zelle Dupont Mam‟zelle Dupont merupakan seorang guru berbahasa Perancis. Ia tinggi, jangkung, dan kurus. Ia memiliki sifat pemarah sebagaimana kutipan berikut: „Menurut pandangan Darrel, guru ini memang pemarah.34
32
Ibid., h Ibid., h. 59-60. 34 Ïbid., h. 45. 33
48
10) Mamzelle Rougier Mamzelle Rougier juga merupakan guru bahasa Perancis.Secara fisik, ia sangat berbeda dengan Mam‟zelle Dupont. Ia bertubuh pendek dan gemuk. Ia juga memiliki sifat periang.
11) Pak Rivers Pak Rivers adalah ayah dari Darrel Rivers. Ia seorang ahli bedah ternama. Pada saat Sally Hope sakit, Pak Rivers lah yang mengoperasinya.
12) Nyonya Rivers Nyonya Rivers adalah ibu dari Darrel Rivers. Sifatnya periang.
13) Nyonya Lacey Nyonya Lacey adalah ibu dari Gwendoline.Ia sangat memanjakan Gwendoline.Sifatnya yang terlalu memanjakan Gwendoline inilah yang membuat Gwendoline tak tahu diri.
14) Nona Winters Nona Winters adalah guru pribadi Gwendoline.Ia sering memuji Gwendoline secara berlebihan sehingga membuat Gwendoline besar kepala.
15) Pak Hope Pak Hope adalah ayah dari Sally Hope.Ia seorang yang bertubuh kokoh besar, terlihat sangat kuatir.
16) Nyonya Hope Nyonya Hope adalah ibu dari Sally Hope. Ia bertubuh kecil dan berwajah manis.
49
3. Alur Alur yang terdapat pada novel Semester Pertama di Malory Towers ini adalah alur kronologis atau progresif di mana peristiwa diurutkan dari awal, tengah, hingga ke bagian akhir. Awal Darrel Rivers berangkat ke sekolahnya yang bernama Malory Towers. Di sana ia bertemu dengan teman-teman baru dan juga guru-guru baru.Minggu pertama berlalu, dan Darrel merasa betah di sekolah tersebut. Konflik 1 Suatu hari Darrel marah kepada teman sekelasnya Gwendoline, karena ulahnya yang membenamkan Mary-Lou ke dalam kolam renang. Konflik 2 Darrel Rivers difitnah oleh Gwendoline. Ia dituduh telah mengahancurkan pulpen milik Mary-Lou. Klimaks Darrel River dijauhi teman-temannya. Hanya Sally Hope dan Mary-Lou yang tidak percaya bahwa Darrel yang telah menghancurkan pulpennya lah yang mau berteman dengannya. Penyelesaian Atas usaha Mary-Lou diketahui bahwa Gwendoline yang menghancurkan pulpen milik Mary-Lou. Ini diketahui dari ditemukannya sepatu Gwendoline yang berbekas tinta serta sebotol tinta warna ungu yang digunakan Gwendoline untuk memfitnah Darrel Rivers.
50
Akhir Teman-teman Darrel kembali mempercayainya, Gwendoline minta maaf pada Darrel dan semua anak – anak Malory Towers telah menyelesaikan semester pertamanya di sekolah tersebut dan kembali pulang ke rumah masing-masing untuk berlibur. 4. Latar a. Latar Tempat Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra. Latar ini dapat berupa daerah, bangunan, kapal, sekolah, kampus, hutan, dan sebagainya. Pada novel ini diceritakan bahwa tempatnya adalah sekolah Malory Towers. Sekolah Malory Towers sendiri terletak di sebuah tempat di London yang bernama Cornwall. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut : “Mereka harus pergi ke London. Dari sana Darrel akan naik kereta api jurusan Cornwall, tempat Malory Towers berada.”35
b. Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra. Masalah waktu pada novel menunjuk pada waktu dan urutan waktu yang terjadi dan dikisahkan dalam cerita. Latar waktu pada novel ini tidak dijelaskan secara eksplisit. Namun pada kutipan teks berikut dapat diambil kesimpulan, waktunya adalah pada semester pertama. Ïbunya menjenguk ke dalam kamar itu dan tersenyum. “Mengagumi dirimu sendiri, ya? Tanyanya. “Terus terang aku juga sangat menyukai seragam itu. Memang seragam MaloryTowers
35
Op.cit., h. 12.
51
sungguh indah. Ayolah, Darrel. Jangan sampai kita ketinggalan kereta. Apalagi ini adalah semester pertamu.36
c. Latar Sosial Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diciptakan dalam karya sastra. Di samping itu latar sosial juga dapat berhubungan dengan status sosial sekolah yang bersangkutan misalnya, rendah, menengah, dan atas. Latar sosial novel ini adalah kehidupan anak-anak di sekolah asrama.Ada yang bisa menyesuaikan diri dengan cepat, ada yang tidak bisa menyesuaikan diri sehingga kesulitan bergaul dengan temantemannya.
5. Amanat Amanat dari novel ini adalah janganlah mempunyai sifat yang keji agar tidak dikucilkan di kehidupan sosial.
6. Sudut pandang Sudut padang yang digunakan adalah sudut pandangthird person omniscient atau diaan maha-tahu. Pengarang mampu menjelajahi segala peristiwa, termasuk sisi batin para tokoh sehingga peran pengarang seperti seorang dalang yang memainkan wayang.
G. Pendidikan Karakter pada Novel Negeri Lima Menara Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa novel Negeri Lima Menara mengandung nilai-nilai pendidikan karakter sebagai berikut:
36
Ibid., h. 9.
52
1. Religius Religius merupakan sikap dan perilaku yang menunjukkan kepatuhan dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. Tanda yang paling tampak bagi seseorang yang beragama dengan baik adalah mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu berupa hubungan manusia dengan Tuhannya dan hubungan manusia dengan makhluk ciptaan lainnya. Dalam novel Negeri Lima Menaraterdapat lima data yang menunjukkan sikap religius, salah satunya dapat dilihat dari data berikut. Aku membentang sajadah dan melakukan shalat tahajud.Di akhir rakaat, aku benamkan ke sajadah sebuah sujud yang panjang dan dalam.Aku coba memusatkan perhatian kepada-Nya dan menghilang selain-Nya.Pelan-pelan aku merasa badanku semakin kecil dan mengecil dan mengkerut hanya menjadi setitik debu yang melayang-layang di semesta luas yang diciptakanNya.Betapa kecil dan tidak berartinya diriku, dan betapa luas kekuasaanNya.Dengan segala kerendahan hati, aku bisikkan doaku.37 Tokoh Aku pada kutipan di atas menunjukkan perilaku kepatuhan terhadap perintah Tuhannya.Ia tidak hanya melaksanakan amal ibadah yang diwajibkan tetapi juga yang sunah. Selain melaksanakan salat tahajud, tokoh Aku juga rajin puasa Senin-Kamis. Selain itu ia selalu berdoa sebelum mengerjakan sesuatu. Ridha Allah menjadi tujuan utamanya.Apa pun yang ia lakukan ia niatkan untuk beribadah kepada Tuhannya.
2. Ikhlas Ikhlas dalam bahasa Arab memiliki arti murni, suci, tidak bercampur, bebas, atau pengabdian yang tulus. Dalam kamus bahasa Indonesia, ikhlas memiliki arti tulus hati; (dengan) hati yang bersih dan jujur. Sedangkan ikhlas menurut Islam adalah setiap kegiatan yang kita kerjakan 37
semata-mata
Ibid,. h. 197
hanya
karena
mengharapkan
ridha
Allah
53
SWT.Dalam novelNegeri Lima Menara ada dua data yang menunjukkan sikap ikhlas, salah satunya dapat dilihat dari data berikut. Di akhir acara, pengurus masjid berbaju koko yang mengenalkan dirinya kepada kami bernama Yana, menyelipkan sebuah amplop ke saku Atang. “ Hatur nuhun Kang Atang dan teman semua. Punten, ini sedikit infaq dari para jemaah untuk pejuang agama, mohon diterima dengan ikhlas.”Kami kaget dan tidak siap dengan pemberian ini.Mandat dan pesan PM pada kami adalah melakukan sesuatu dengan ikhlas, tanpa embel-embel imbalan.Atang dengan kikuk berusaha menolak dengan mengangsurkan amplop kembali kepada ke Kang Yana.Tapi dengan tatapan sungguh-sungguh, dia memaksa Atang untuk menerimanya.38 Pada saat diminta untuk memberikan ceramah di sebuah masjid di Bandung, tokoh Aku dan Atang melakukannya dengan ikhlas. Mereka sama sekali tidak pernah berpikiran untuk mendapatkan imbalan. Nasihat Kiai Rais tentang keikhlasan benar-benar mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.Selain itu, mereka juga ikhlas dalam menuntut ilmu serta ikhlas dalam menerima hukuman. Hukuman mereka jalankan sebagai proses pembelajaran agar tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama serta agar menjadikan mereka pribadi yang lebih baik. Data lain yang menunjukkan sikap ikhlas yaitu dari wawancara tokoh Aku dengan Ustad Khalid. Pada saat wawancara, Ustad Khalid bercerita bahwa ia telah mewakafkan dirinya untuk PM. Mewakafkan diri di sini berarti menyerahkan dirinya ke PM. Ustad Khalid mengerahkan semua waktu , pikiran, tenaganya untuk PM. Tidak ada kepentingan pribadi, tidak ada harapan untuk mendapatkan imbalan dunia. Semua yang ia lakukan ikhlas hanya beribadah dan pengabdian kepada Allah.
38
Ibid ., h. 220.
54
3. Disiplin Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Dalam novel Negeri Lima Menaraterdapat satu data yang menunjukkan sikap disiplin yaitu sebagai berikut :„Kalian sekarang di Madani, tidak ada istilah terlambat sedikit. 1 menit atau 1 jam, terlambat adalah terlambat. Ini pelanggaran”39 Pada kutipan di atas, Alif, Said, Baso, Atang, Dulmajid, Baso, dan Raja ditegur Tyson karena masih berada di lapangan, sedangkan bel yang menunjukkan waktu untuk ke masjid telah berbunyi. Walaupun mereka terlambat hanya sedikit, tetapi yang namanya terlambat tetaplah terlambat. Tidak ada ampunan bagi mereka. Peraturan tetap ditegakkan walaupun mereka mereka hanya terlambat sedikit.Mereka tetap mendapatkan hukuman.Selama di PM, kehidupan Alif dan kawan-kawannya diatur oleh bunyi
lonceng.Setip
bunyi
lonceng
menunjukkan
pergantian
kegiatan.Apapun kegiatan yang mereka lakukan harus tepat waktu.
4. Peduli Sosial Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan
bantuan
pada
orang
lain
dan
masyarakat
yang
membutuhkan.Dalam novel Negeri Lima Menara terdapat satu data tentang peduli, yaitu sebagai berikut. Akhi, sekarang semakin banyak orang menjadi tak acuh terhadap kebobrokan yang terjadi di sekitar mereka. Metode jasus adalah membangkitkan semangat untuk aware dengan ketidakberesan di masyarakat. Penyimpangan harus diluruskan. Itulah inti dari kullil haqqa walau kaana murran. Katakanlah kebenaran walau itu pahit. Ini self correction, untuk membuat efek jera. Dan yang paling penting, memastikan semua warga PM sadar sesadar-sadarnya, bahwa jangan meremehkan aturan yang sudah 39
Ibid., h. 60.
55
dibuat. Sekecil apa pun, itulah aturan dan aturan ada untuk ditaati,‟‟ jelas wali kelas kami panjang lebar kepada seisi kelas.40 Peduli di sini dimaksudkan membantu seseorang untuk tidak berbuat jahat.Setiap kejahatan atau kesalahan harus dilaporkan untuk membuat efek jera. Dengan demikian, seseorang telah membantu orang lain untuk tidak berbuat jahat atau salah. Sebagai sesama muslim, seyogianya saling peduli dan saling mengingatkan dalam kebaikan. Setiap tejadi kebobrokan atau kejahatan, setiap muslim wajib meluruskannya. Oleh karena itu, sikap peduli sangat ditekankan oleh wali kelas tokoh Aku pada novel tersebut.
5. Mandiri Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain. Dalam novel Negeri Lima Menara terdapat satu data tentang mandiri yaitu sebagai berikut : “Mandirilah maka kamu akan jadi orang merdeka dan maju. I’timad ala nafsi, bergantung pada diri sendiri, jangan dengan orang lain. Cukuplah bantuan Tuhan yang menjadi anutanmu.41 Kutipan di atas adalah nasihat dari Kiai Rais kepada para santri. Alif mengingat kembali nasihat tersebut ketika dia berada dalam kesulitan. Pada awalnya Alif ingin meminta bantuan teman-temannya agar kesulitannya segera teratasi. Namun ia lebih memilih untuk mencoba jalan keluarnya sendiri karena ingat nasihat Kiai Rais untuk menjadi mandiri.
6. Sabar Sabar, secaraetimologiberartimenahandanmencegah. Dalam novel Negeri Lima Menara terdapat satu data tentang sabar yaitu sebagai berikut: 40 41
Ïbid., h. 78. Ïbid., h. 81-82.
56
„Man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Jangan risaukan penderitaan hari ini, jalani saja dan lihatlah apa yang akan terjadi di depan. Karena yang kita tuju bukan sekarang, tapi ada yang lebih besar dan prinsipil, yaitu menjadi manusia yang telah menemukan misinya dalam hidup, “pidatonya dengan semangat berapi-api.42 Kutipan di atas adalah kalimat Ustad Salman kepada para santri. Ia mengajarkan para santri untuk bersabar atas penderitaan hari ini. Mendengar nasihat Ustad Salman tersebut, Said yang sering mengantuk di kelas berusaha melawan rasa kantuknya. Ia sabar untuk menerima pelajaran hari ini walaupun cukup berat baginya. Ia berusaha melewati setiap kesulitan dengan rasa sabar. Kesabarannya pada akhirnya membuahkan hasil. Pada akhirnya, ia lulus dengan nilai yang cukup baik.
7. Kerja keras Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguhsungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Dalam novel Negeri Lima Menara terdapat lima data tentang keja keras. Salah satunya sebagai berikut. Raja dan Baso mengucek-ngucek mata sambil menguap lebar.Mereka segera mengundurkan diri masuk kamar.Said sudah sulit ditolong dari cengkraman kantuk, tapi dia tidak menyerah.Setiap buku yang dipegangnya jatuh ke lantai karena tertidur, dia kembali memungutnya dan melanjutkan membaca.Sementara Atang dan Dulmajid tampak masih cukup kuat melawan kantuk.Aku juga tidak mau kalah.Walau mata berat, aku ingin menjalankan tekad yang sudah aku tuliskan dalam buku. Aku akan bekerja keras habis-habisan dulu.43
42 43
Ibid., h. 106. Ibid., h. 199
57
Data tersebut menggambarkan sikap kerja keras tokoh Aku dan kawan-kawannya.Pada saat menjelang ujian, mereka sahirul lail yang artinya begadang sampai jauh malam untuk belajar dan membaca buku.Said walaupun sudah terkantuk-kantuk tetapi tetap berusaha untuk melanjutkan membaca buku.Tokoh Aku pun begitu.Ia tetap belajar dengan keras meski sudah mengantuk. Sikap kerja keras tokoh Aku juga tampak pada saat ia mendapatkan giliran untuk berpidato. Di sela-sela kesibukan dan kegiatannya sebagai santri, ia bekerja keras untuk menulis skrip pidato agar bisa diserahkan tepat pada waktunya. Setelah itu, tokoh Aku lalu berusaha menghafal pidatonya dengan dibantu teman-temannya.Hasil kerja kerasnya kemudian menampakkan hasil.Para pendengar kagum dan terpukau mendengar isi pidato tokoh Aku. Selain berpidato, usaha kerja keras tokoh Aku dan kawankawannya juga tampak pada saat persiapan pementasan drama yang berjudul “ The Great Adventure of Ibnu Batutah”. Mereka berusaha untuk penampilan terbaik.Usaha mereka tidak sia-sia.Kiai Rais sebagai pemimpin PM memuji penampilan mereka sebagaimana kutipan berikut.“Sebuah hasil dari upaya kerja keras dan kreativitas tinggi.Terima kasih telah menghibur kami dan saya memberi nilai 9 untuk semua ini,” kata beliau sambil bertepuk tangan.44 Sikap kerja keras lainnya diperlihatkan tokoh Aku pada saat kedatangan Presiden ke PM. Di bawah bimbingan Ustad Salman, tokoh Aku yang pada saat itu menjadi wartawan majalah Kilas 70 berusaha menyiapkan Kilas 70 instant. Sebelum Presiden menutup pidatonya Alif dan tim berhasil menerbitkan Kilas 70 yang ditulis dan dicetak pada saat itu. Ustad Salman menyerahkan majalah Kilas 70 yang meliput tentang
44
Ibid., h. 349
58
kunjungan Presiden tersebut, bahkan sebelum Presiden turun dari panggung. Tidak hanya Alif, Said pun menunjukkan sikap suka bekerja keras. Hal tersebut ia kemukakan sebagaimana kutipan berikut. Persis.Kita perlu bertekad lebih banyak dari orang kebanyakan. Kalau umumnya orang belajar pagi, siang, dan malam, maka aku akan menambah lagi dengan bangun lagi dini hari untuk mengurangi ketinggalan dan menutupi kelemahanku dalam hapalan. Di atas semua itu, ketika semua usaha telah kita sempurnakan, kita berdoa dengan khusuk kepada Allah.Dan hanya setelah usaha dan doa inilah kita bertawakal, menyerahkan semuanya kepada Allah,” tandas Said45.
8. Tegar Novel Negeri Lima Menara terdapat satu data tentang tegar sebagaimana kutipan di bawah ini yang menunjukkan bahwa Ustad Salman berpesan kepada para santri agar mereka tegar menghadapi kehidupan. Mental mereka tidak boleh hancur hanya karena pengaruh dari pihak yang lebih berkuasa. Jangan biarkan bagian keamanan menghancurkan mental terdalam kalian. Jangan biarkan diri kalian kesal dan marah, hanya merugi dan menghabiskan energi. Hadapi dengan lapang dada dan belajar darinya. Bahkan kalian bisa tertawa, karena ini hanya gangguan sementara. 46 Para santri dibakar oleh semangat hidup yang menggelegak.Raja, Dulmajid, Atang, Said, dan Baso menanggapi nasihat Ustad Salman dengan ekspresi masing-masing. Sementara tokoh Aku membulatka tekad bahwa tidak akan ada yang bisa menggoyahkan tekad dan cita-citanya.
45 46
Ibid., Ïbid., h. 108.
59
9. Berbakti kepada orang tua Berbakti kepada orang tua adalah sebuah sifat yang baik. Dalam novel Negeri Lima Menara terdapat dua data tentang berbakti kepada orang tua sebagai berikut.“Ini baktiku kepada Nenek yang masih hidup.Siapa tahu kepulanganku bisa menjadi obat bagi nenekku. Sedangkan hafalan Al-Quran adalah hadiah buat almarhum bapak dan ibuku, yang hanya aku kenal lewat foto saja” Itulah kata-kata Baso kepada teman-temannya saat ia memutuskan pulang untuk selama-lamanya. Baso adalah seorang anak yatim piatu. Ibunya meninggal saat melahirkannya, sedangkan ayahnya meninggal ketika ia berumur empat tahun. Ia tinggal bersama neneknya. Waalaupun orang tuanya telah meninggal, namun itu tidak membuat Baso kehilangan kesempatan untuk berbakti kepada mereka.Ia berusaha menghapal Al-Quran agar kedua orang tuanya mendapat kemuliaan di akhirat kelak. Sementara kepada neneknya, Baso berbakti dengan cara merawat neneknya yang sakit. Itulah sebabnya Baso tidak menyelesaikan pendidikannya di PM agar bisa merawat neneknya yang sakit di kampungnya. Kiai Rais sebagai pemimpin PM sering menasihati santrinya untuk berbakti kepada orang tua.Nasihat ini merasuk ke jiwanya Alif.Ia tersadar bahwa telah lama ia tidak menghubungi ibunya (Amak) sebagai bentuk protes karena tidak boleh masuk SMA. Alif kemudian menulis surat kepada ibunya. Di dalam surat itu, ia meminta maaf kepada ibunya sekaligus menceritakan kegiatan sehari-harinya di pesantren. Alif merasa lega setelah mengirim surat tersebut kepada ibunya.
60
10. Menyeru kebaikan Menyeru kepada kebaikan adalah sifat yang baik yang dianjurkan dalam agama Islam. Dalam novel Negeri Lima Menara terdapat satu data tentang menyeru kebaikan.Hal tersebut tampak pada kutipan di bawah ini yang mana Kiai Rais berpesan kepada para santrinya agar tetap menyeru kepada kebaikan di mana pun berada. Silakan gunakan liburan untuk berjalan, melihat alam, dan masyarakat di sekitar kalian. Di mana pun dan kapan pun, kalian adalah murid PM. Sampaikanlah kebaikan dan nasehat walau satu ayat,”begitu pesan Kiai Rais di acara melepas libur minggu lalu.47
11. Bersyukur Bersyukur adalah kemampuan menghargai apa yang didapat, apa yang dialami, dan dapat memandang dari sisi positif apa yang terjadi walaupun tidak selalu berkenan di hati. Dalam novel Negeri Lima Menara ada dua data tentang bersyukur salah satunya sebagai berikut:“Anakanakku semua. Mari kita bersyukur, kita telah diberi jalan oleh Tuhan untuk bersama melangkah sampai sejauh ini. Selamat atas naik ke kelas enam. Tujuan akhir kalian tidak jauh lagi. Terminal sudah tampak di ujung sana.”48Kutipan tersebut adalah nasihat Kiai Rais kepada para santri untuk banyak-banyak bersyukur. Para santri dianjurkan untuk bersyukur karena telah naik ke kelas enam.Tidak banyak orang yang mendapatkan kesempatan untuk belajar hingga tingkat tersebut. Data lain yang menunjukkan sikap bersyukur yaitu pada saat kelulusan. Alif dan teman-temannya yang dinyatakan lulus langsung mengucapkan Alhamdulillah seraya sujud syukur.
47
Ibid., h. 219. Ibid., h. 291.
48
61
12. Bersungguh-sungguh Bersungguh-sungguh adalah karakter yang paling ditekankan dalam novel ini. Untuk memperoleh sesuatu hal yang kita inginkan maka kita harus mengupayakannya dengan sungguh-sungguh. Hal ini juga sesuai dengan nasihat Kiai Rais kepada para santri sesuai dengan kutipan di bawah ini :Änak‟-anakku. Ini akan jadi tahun tersibuk dan terbaik kalian. Kami yakin kalian mampu menjalankannya. Mulailah dengan bismillah dan selalu amalkan man jadda wa jada.”49 Dalam novel Negeri Lima Menara ini tujuh data tentang sikap bersungguh-sungguh, salah satunya dapat dilihat dari data berikut: Man jadda wa jada ,” teriakku pada diri sendiri. Sepotong syair Arab yang diajarkan di hari pertama masuk kelas membakar tekadku. Siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses. Dan sore ini, dalam 3 jam ini, aku bertekad akan bersungguh-sungguh menjadi jasus. Aku percaya Tuhan dan alam-Nya akan membantuku, karena imbalan kesungguhan hanyalah kesuksesan. Bismillah.50 Dengan wajah berseri-seri dan senyum menyilang di wajahnya, Ustad Salman hilir mudik di antara bangku-bangku muri baru, mengulangngulang mantera ajaib ini di depan 30 santri. Setiap ia berteriak, santri menyalak dengan kata yang sama, man jadda wa jada. Hampir satu jam non stop, kalimat ini bersahut-sahutan dan bertalu-talu. Inilah pelajaran hari pertama yang beliau berikan di PM. Kata mutiara sederhana tapi kuat yang menjadi kompas kehidupaan para santri. Hal ini lah yang memacu semangat tokoh Aku tatkala ia menjadi jasus. Awalnya ia putus asa, karena hamper tiba tenggat waktu yang ditetapkan tetapi ia belum juga menemukan orang yang melakukan kesalahan. Namun tokoh Aku tidak menyerah begitu saja, ia percaya dengan semangat man jadda wa jada ia akan mendapatkan imbalan atas usahanya. Benar saja. Kesungguhan tokoh
49 50
Ibid., h. 292 Ibid,. h. 82
62
Aku segera terbukti, satu jam ke depan kedua kartuya telah terisi. Ia telah menemukan orang yang melanggar peraturan. Sikap sungguh-sungguh juga tampak pada berusaha menguasai sebuah bahasa.Setiap selesai shalat Shubuh, seorang kakak penggerak bahasa masuk ke stiap kamar lalu meneriakkan sebuah kata baru beberapa kali dengan lantang dan jelas.Para santri diminta mengulangi bersamasama, dan satu persatu juga dengan suara lantang.Meneriakkan kosa kata baru di subuh buta, memaksakan diri untuk memahami, dan memasukkan ke kalimat, lalu melihat tulisannya dan terakhir mengikat ilmu baru ini dengan menuliskannnya.Itulah yang dilakukan santri setiap hari.Mereka benar-benar bersungguh-sungguh dalam menambah kosa kata. Kesungguhan tersebut juga tampak dari usaha yang dilakukan Ustad Salman Untuk menguasai bahasa tersebut, ia selalu membaca kamus, bahkan menamatkannya hingga 2-3 kali. Ia membaca kamus dari halaman depan sampai halaman belakang, tanpa melewatkan satu halaman pun. Hasilnya tampak dari bahasa yang dikuasai Ustad Salman.Dia menguasai bahasa Inggris, Arab, Perancis, dan Belanda. Data lain yang menunjukkan sikap sungguh-sungguh yaitu ketika Baso dan Raja memutuskan untuk menyusun kamus Inggris-ArabIndonesia khusus buat pelajar. Menurut mereka, kamus yang ada sekarang terlalu tebal dan kurang cocok untuk orang yang baru belajar bahasa dasar.Perlu disederhanakan sesuai kebutuhan.Banyak yang tidak percaya dan menganggap ide ini sebuah mimpi yang keterlaluan.Tapi mereka maju terus. Mereka lakukan itu dengan cara yang paling manual. Masingmasing membagi tugas.Raja menuliskan entry Inggris dan Baso untuk Arab.Selama setahun, siang malam mereka mengerjakan pemilihan kata yang benar-benar cocok untuk para pelajar.Dua tahun kemudian, kamus mereka dicetak di percetakan PM. Mereka membuktikan tidak ada hal yang mustahil selama bersungguh-sungguh untuk mencapainya.Mimpi
63
Sahibul Menara untuk berada di negara impiannya tercapai setelah mereka bersungguh-sungguh belajar selama di PM. Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut. Dulu kami melukis langit dan membebaskan imajinasi itu lepas membumbung tinggi. Aku melihat awan yang seperti benua Amerika, Raja bersikeras awan yang sama berbentuk Eropa, sementara Atang tidak yakin dengan kami berdua, dan sangat percaya bahwa awan itu berbentuk benua Afrika. Baso malah melihat semua ini dalam konteks Asia, sedangkan Said dan Dulmajid sangat nasionalis, awan itu berbentuk peta Negara kesatuan Indonesia. Dulu kami tidak takut bermimpi, walau sejujurnya juga tidak tahu bagaimana merealisasikannya.Tapi lihatlah hari ini. Setelah kami mengerahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan doa, Tuhan mengirim benua impian ke pelukan masing-masing. Kun fayakun, maka semula awan impian, kini hidup yang nyata. Kami berenam telah berada di lima Negara yang berbeda. Di lima menara impian kami. Jangan pernah meremehkan impian, walau setinggi apapun.Tuhan sungguh Maha Mendengar.Man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.51
H. Pendidikan Karakter pada Novel Semester Pertama di Malory Towers Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa novel Semester Pertama di Malory Towers mengandung nilai-nilai pendidikan karakter sebagai berikut: 1. Berkepribadian baik Nilai-nilai karakter pada novel Semester Pertama di Malory Towers dapat dilihat pada kutipan di bawah ini: “Suatu hari nanti, kalian akan meninggalkan sekolah ini, memasuki kehidupan sebagai seorang wanita muda. Kalian harus membekali diri dengan kecerdasan otak, kelembutan hati, dan kemauan untuk membantu sesamamu. Kalian harus membekali diri dengan pengertian yang mendalam terhadap banyak hal, dengan kemauan untuk menerima tanggung jawab, serta menampilkan diri sebagai wanita yang patut dicintai dan dipercaya. Semua ini bisa kalian pelajari di Malory Towers kalau saja kalian bisa bertekad 51
Ibid., h. 405
64
mempelajarinya. Kami sama sekali tidak menganggap kemampuan murid-murid untuk memenangkan beasiswa, gelar, atau lulus berbagai ujian sebagai tanda keberhasilan kami. Yang kami anggap berhasil adalah bila bekas murid kami tampil sebagai wanita yang lembut hati, cerdas dipercaya, berpikiran matang, seseorang yang bisa menjadi andalan orang-orang di sekelilingnya. Aku menganggap sekolah kita gagal bila ada seseorang yang tak mempelajari sifat-sifat baik itu di sini”52
Dari data di atas telah tampak bahwa sekolah Malory Towers yang diceritakan pada novel tersebut sangat menekankan pendidikan karakter pada anak didiknya. Nona Grayling sebagai kepala sekolah, pada awal masuk sekolah telah memberikan nasihat bahwa yang diharapkan sekolah tersebut adalah orang-orang yang tidak hanya cerdas otaknya tetapi juga harus mempunyai kelembutan hati dan kemauan untuk membantu sesama. Nona Grayling berharap siswanya suatu saat nanti dapat bermanfaat bagi sesama.
2. Cinta damai Tak banyak orang yang mempunyai sifat cinta damai.Akan tetapi, tidak demikian dengan Darrel Rivers.Ia segera menyesal setelah melakukan kesalahan dan segera minta maaf kepada orang yang telah dilukainya. Darrel Rivers mempunyai sifat mudah marah. Ia kesulitan mengendalikan emosinya. Apalagi ketika ia melihat seseorang melakukan tindakan keji di depan matanya. Suatu hari Darrel Rivers melihat Gwendoline membenamkan kepala Marry-Lou di kolam renang. Darrel pun marah melihat kejadian itu.Ia pun kemudian menampar paha Gwendoline dengan keras. Namun setelah itu Darrel Rivers amat menyesal. Ia menyadari bahwa dirinya tak lebih baik dari Gwendoline. Tingkahnya yang main hakim sendiri telah membuat malu dirinya sendiri. 52
Blyton, Enid. Semester Pertama di Malory Towers. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
h. 42.
65
Oleh karena itu, setelah menyesal Darrel Rivers segera meminta maaf kepada Gwendoline. Ia tidak suka bertengkar dan lebih cinta damai. Berikut kutipannya: Ia menyesal kini telah menampar Gwendoline. Itulah hasil terburuk dari memiliki sifat pemarah. Banyak hal dilakukannya dengan tanpa berpikir panjang akan akibatnya. Tanpa berpikir bahwa nanti bila marahnya hilang ia akan malu akan perbuatannya.53 “Gwendoline maafkan aku.Aku menyesal telah menamparmu tadi.Aku sungguh-sungguh menyesal.Aku tadi begitu menyesal hingga tak terpikir olehku apa yang kulakukan.”54 Tidak hanya meminta maaf kepada Gwendoline, Darrel Rivers juga meminta maaf kepada Katherine, sang ketua kelas seperti kutipan berikut:” Katherine, aku sangat menyesal telah berbicara seperti tadi padamu. Entah bagaimana aku bisa melakukan itunya. Saat itu aku begitu marah, mungkin, sehingga tak bisa mengendalikan diriku”55. Karena sifatnya yang berani mengakui kesalahan dan tidak mencari-cari alasan untuk kesalahan tersebut , Darrel disukai teman-temannya. Selain Darrel Rivers, Alicia John pun memiliki sifat yang sama. Ia berani meminta maaf ketika ia salah menuduh Darrel merusak pulpen Marry-Lou. Berikut pernyataan maaf Alici kepada Darrel : “Darrel, aku minta maaf karena telah berpikir bahwa kaulah yang berbuat,” katanya. “Sesungguhnyaaku
tak
meragukan
mempunyai bukti nyata untuk itu.”
56
kejujuranmu,
tapi
aku
harus
. Darrel pun dengan senang hati
memafakan Alicia Johns. Berdasarkan uraian di atas maka terdapat tiga data yang menunjukkan sikap berani mengakui kesalahan pada novel Semester Pertama di Malory Towers. 53
Ibid., h. 84-85 Ibid.,h. 85. 55 Ibid.,h. 89. 56 Ibid., h. 242 54
66
3. Peduli Sosial Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan panduan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Dalam novel Semester Pertama di Malory Towers terdapat satu data tentang sikap peduli sosial.Sikap peduli sosial ini ditunjukkan Darrel Rivers dengan menolong Gwendoline mengepang rambutnya. Saat itu Gwendoline tidak bisa mengepang rambutnya sendiri. Berikut ktipannya: “ Mari kutolong mengepang rambutmut,‟ kata Darrel berdiri. “Agaknya kau tak tahu cara mengepang rambut, Gwendoline. “57 4. Setia kawan Pada novel ini terdapat satu data tentang sikap setia kawan.Sikap setia kawan tersebut ditunjukkan oleh Marry-Lou.Ia tidak percaya bahwa Darrel yang merusak pulpennya, walaupun semua orang menuduh demikian. Marry-Lou berusaha mencari bukti yang menyatakan Darrel Rivers tidak bersalah. Saat orang lain mengucilkan Darrel, Sally Hope dan Marry-lou tetap bersedia menjadi sahabat Darrel. Pada akhirnya, memang terbutki bahwa bukan Darrel yang merusak pulpen Marry-Lou melainkan Gwendoline. Darrel sangat senang memiliki sahabat seperti Sally Hope dan Marry-Lou. 5. Bekerja sama Sikap bekerja sama pada novel ada satu data. Data yang menunjukkan sikap bekerja sama tampak pada kutipan di bawah ini yang memperlihatkan bahwa Sally Hope dan Darrel River bekerja sama membantu Marry-Lou untuk tidak menjadi penakut. Sally Hope merencanakan agar Darrel Rivers tenggelam di kolam renang. Kemudian diharapkan Marry-Lou dengan penuh keberanian datang melemparkan ban. Akan tetapi sungguh di luar dugaan, Marry-Lou tidak melemparkan 57
Ibid., h. 52.
67
ban. Ia bahkan dengan berani berenang dan berusaha menyelamatkan Darrel. Hal ini membuat kagum teman-teman sekelasnya.Semenjak itu Marry Lou tidak menjadi penakut lagi. Berikut kutipannya: “Aku suka pada Mary-Lou,” kata Sally. Kalau saja ia bisa kita bantu meninggalkan sifat penakutnya, ia pasti menjadi anak yang sangat menyenangkan.‟ “Tetapi bagaimana caranya?,‟ tanya Darrel sambil tanpa berpikir mengocok kartu di tangannya.”58 “Dengarkan. Bagaimana kalau kau berpura-pura mendapat kesulitan di kolam renang? Pada kesempatan pertama untuk itu, kau pura-pura menjerit dan minta tolong pada Mary-Lou untuk mengamil ban penolong serta melemparkannya padamu, „kata Sally. “Jika ia melakukan hal itu, maka ia akan merasa telah berjasa besar menolong kau dari bahaya tenggelam. Ia akan merasa dapat dorongan besar, merasa bahwa seseungguhnya ia berani bertindak. Kita semua sudah diajari cara melempar ban penyelamat, jadi ia pasti juga bisa melakukannya.‟ 59 6. Menghargai Prestasi Menghargai prestasi adalah sifat dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi orang lain, serta menghormati keberhasilan orang lain. Sikap menghargai prestasi pada novel ini terdapat dua data Darrel Rivers kecewa saat prestasinya berada pada urutan sepuluh ke bawah. Ia mengira dengan kerja kerasnya selama ini, ia bisa menempati urutan ketiga atau keempat di kelas. Ternyata harapannya itu tidak sesuai dengan kenyataan.Sementara Alicia yang usahanya tidak lebih baik dari Darrel menempati urutan kelima.Darrel pun bertanya kepada gurunya, Nona Potts. Berikut jawaban Nona Potts: Begini, Darrel. Ada orang yang seperti Alicia.Dia nakal, suka menganggu anak lain, suka menghabiskan waktunya dengan 58
Ibid., h. 203 Ibid., h. 205-206
59
68
bercanda, tetapi masih tetap bisa bekerja dengan baik dan dengan hasil yang cukup baik.Dan ada pula orang yang seperti kau, yang juga suka bergurau, bermain, membuang-buang waktu, tetapi tak bisa menjaga hasil kerjanya.Hasil kerjamu terpengaruh karena kurang belajar dank au melorot ke bawah, Kau mengerti?”60 Setelah menyadari kesalahannya, Darrel Rivers menjadi lebih giat belajar. Pada saatakhir semester, Darrel mencapai nilai yang sangat baik. Selain itu Gwendoline yang pemalas, akhirnya berusaha mengejar ketinggalannya dalam pelajaran pada tiga minggu terakhir.Walaupun yang dilakukannya itu bisa dikatakan sia-sia tetapi berhasil juga menaikkan nilai Gwendolie.Setidaknya nilai akhir semesternya tidak terlalu buruk. I. Kajian Bandingan 1. Perbandingan Berdasarkan Paradigma Pendidikan Karakter a. Paradigma Fundamentalis Pada novel Negeri Lima Menara, pendidikan karakter yang diterapkan adalah paradigma fundamentalis.Pada novel tersebut pendidikan karakter lebih menekankan kepada agama yaitu agama Islam. Nilai-nilai karakter pada novel tersebut antara lain adalah religius, ikhlas, disiplin, peduli, mandiri, sabar, kerja keras, tegar, berbakti kepada kedua orang tua, menyeru kebaikan, bersyukur, bersungguh-sungguh. Pada novel ini seluruh aspek kehidupan dikaitkan dengan agama.Baik itu dari segi perbuatan maupun perkataan. Hal apapun yang akan dilakukan berdasarkan perintah atau wahyu Tuhan. Di Pondok Madani, tempat Alif menuntut ilmu, kehidupan agama tidak dipisahkan dari kehidupan dunia. Ia menyatu dalam setiap sendi-sendi kehidupan. Apapun yang dilakukan berdasarkan perintah dan larangan Tuhan. Setiap perintah Tuhan, santri dan juga para guru berusaha melaksanakan sebaik-baiknya. Begitu pula dengan larangan-Nya, mereka akan segera meninggalkannya. 60
Ibid
69
Walaupun
pendidikan
di
Pondok
Madani
sangat
menekankan agama, namun hal itu tidak menghalangi para santri untuk unggul di bidang lainnya. Banyak di antara mereka yang ahli bahasa Inggris, matematika, dan ilmu umum lainnya.
b. Paradigma Konservatif Pada novel Semester Pertama di Malory Towers, pendidikan karakter yang diterapkan adalah paradigma konservatif yang mana lebih menekankan kehidupan sosial. Pada pendidikan karakter jenis ini, siswa di Sekolah Malory Towers dituntut untuk mempunyai kehidupan sosial yang baik. Yang diharapkan dari sekolah ini adalah bila murid-muridnya tampil sebagai wanita yang lembut hati, cerdas dipercaya, berpikiran matang, seseorang yang bisa jadi andalan orang-orang disekelilingnya. Oleh karena itu, pada awal-awal sekolah di sini muridmuridnya diajarkan untuk mempunyai kemampuan beradaptasi yang baik. Hal tersebut berhasil dilakukan Darrel Rivers, tetapi tidak dengan Gwendoline. Gwendoline tidak memiliki rasa tenggang rasa. Ia selalu ingin diperhatikan, egois, dan memaksakan kehendaknya.
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan analisis pendidikan karakter terhadap novel Negeri Lima Menara Karya Ahmad Fuadi dan Semester Pertama di Malory Towers Karya Enid Blyton dapat disimpulkan bahwa 1. Nilai pendidikan karakter yang terdapat pada novel Negeri Lima Menaraadalah nilai religius, bersungguh-sungguh, nilai berbakti pada orang tua dan ikhlas. Selanjutnya nilai disiplin, peduli, mandiri, sabar, menyeru kepada kebaikan dan tegar. 2. Nilai pendidikan karakter pada novel Semester Pertama di Sekolah Malory Towers adalah berkepribadian baik, berani mengakui kesalahan, peduli sosial, setia kawan, bekerja sama, dan menghargai prestasi. 3. Perbandingan pendidikan karakter pada kedua novel berdasarkan paradigma pendidikan karakter adalah pendidikan karakter pada novel Negeri Lima Menara lebih mengarah kepada paradigma fundamentalis yang dibangun oleh tradisi agama. Karakter yang dibangun adalah karakter manusia yang patuh dan taat kepada nilai-nilai kebaikan yang mutlak dalam tradisi keagaamaan .Agama pada novel ini yaitu agama Islam. Sedangkan paradigma pendidikan karakter pada novel Semester Pertama di Malory Towers lebih mengarah kepada paradigm konservatif
yang mendukung
ketaatan terhadap lembaga-lembaga dan proses-proses budaya yang sudah teruji oleh waktu. Keberhasilan pendidikan dalam paradigm ini diukur dari keberhasilan peserta didik dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
70
71
B. Saran Berdasarkan beberapa simpulan yang telah dijelaskan, adabeberapa saran yang diajukan oleh penulis, yaitu: 1. Novel Negeri Lima Menara dan Semester Pertama di Malory Towers dapat dijadikan sebagai sumber pelajaran sastra di sekolah. 2. Bagi para guru yang ingin menanamkan nilai pendidikan karakter berdasarkan paradigm fundamentalism disarankan untuk menggunakan novel Negeri Lima Menara 3. Bagi para guru yang ingin menanamkan nilai pendidikan karakter berdasarkan paradigm konservatif maka disarankan untuk menggunakan novel Semester Pertama di Malory Towers.
DAFTAR PUSTAKA
.
Aziez, Furqonul., danHasim, Abdul. Menganalisis Fiksi Sebuah Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia. 2010. Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: edPress. 2008. Damono, Sapardi Djoko. Pegangan Penelitian Sastra Bandingan .Jakarta: PusatBahasa. 2005. Faruk, Metodologi Penelitian Sastra Sebuah Penjelajahan Awal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010. Hawthorn, Jeremy. Studying the Novel an Introduction. London: Edward Arnold Ltd. 1989. Kesuma, Darma, dkk. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011. Keraf, Goris. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2009. Kutha Ratna, Nyoman. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004. Lubis, Mochtar.Teknik Mengarang. Jakarta: Balai Pustaka. 1960 Muslich, Masnur. Pendidikan Karakter Menjawab Multidimensional. Jakarta : PT Bumi Aksara. 2011
Tantangan
Krisis
Mustakim, Bagus. PendidikanKarakterMembangunDelapanKarakterEmasMenuju Indonesia Bermartabat. Yogyakarta: SamuderaBiru. 2011. Narwanti, Sri. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Familia. 2011. Nurgiyantoro, Burhan.Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2005 Pradopo, RahmatDjoko. BeberapaTeoriSastra, MetodeKritik, danPenerapannya. Yogyakarta: PustakaPelajar. Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-4. Jakata: Gramedia Pustaka Utama. 2008 Rahmanto, B. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius 1988.
72
73
Ratna, NyomanKutha. Teori, Metode, danTeknikPenelitianSastradanStrukturalismeHinggaPostrukturalismePerspektifW acanaNaratif. Yogyakarta. PustakaPelajar. 2007. Rosidi, Ajip. IchtisarSedjarahSastera Indonesia. Bandung: BinaTjipta. 1965. Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo. 2008. Stanton, Robert. TeoriFiksi, TerjSugihastutidan Rossi Abi Al Irsyad.Yogyakarta. PustakaPelajar. 2007. Sulhan,Najib. PanduanPraktisPengembanganKarakterdanBudayaBangsaSinergiSekolahdenga nRumah. Surabaya: PT JePe Press Media Utama. 2011. Sumardjo, Jakob. MemahamiKesustraan. Bandung :Penerbit Alumni. 1984. Tarigan, Henry Guntur. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa 1993. Trisman, B dkk. Antologi Esai Sastra Bandingan dalam Sastra Indonesia Modern. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2003. Teew, A. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta. PT Gramedia 1983. Wellek, Rene dan Austin Austin Warren. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia. 1994. Wibowo. Agus. Pendidikan Karakter Berbasis Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2013. Wiyatmi. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta. Pustaka. 2006. Yeni, Marliza. Wanita dan Perkawinan: Kajian Sastra Bandingan terhadap Novel Inggris, Amerika, dan Indonesia. Artikel tidak diterbitkan “Biografi Ahmad Fuadi” http://negeri5menara.com/penulis/ diunduhpadatanggal 8 November 2013 Pettinger ,Tejvan . " Biografi Enid Blyton " , Oxford http://www.biographyonline.net/writers/enid-blyton.htmldiunduhtanggal 10 April 2014
74
75
76
77