NILAI DAN MANFAAT EKONOMI KEBERADAAN TAMAN KOTA MENTENG, JAKARTA PUSAT SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU
NUR ELOK FAIQOH
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
NILAI PENTING TAMAN KOTA MENTENG JAKARTA PUSAT SEBAGAI BENTUK RUANG TERBUKA HIJAU THE ESSENTIAL VALUE OF MENTENG URBAN PARK AS OPEN GREEN SPACE IN CENTRAL JAKARTA 1
2
3
Faiqoh, Nur Elok ), Meti Ekayani ), Nuva ) Abstract The availability of land for open green space (OGS) in Jakarta competes with other development sector such as infrastructure, building, and property. This condition will affect environmental degradation. Therefore, DKI Jakarta Government tend to increase the number of OGS. One of the government effort was building Menteng Urban Park in Central Jakarta which was originally a sport area of Persija Football Stadium. The development concept was expected to harmonize three functions of the Menteng Park; ecological functions, social and cultural functions, and aesthetics functions. On the other side, the existence of Menteng Urban Park that draws visitors was expected to be economically beneficial for people, especially for entrepreneurs who will see it as job opportunity. The economic value of the existence of Menteng Urban Park was counted with apply willingnes to pay (WTP) by using the contingent valuation method (CVM). Other economic benefit can be seen from the contribution of the labors creation, raise income of community, and did the income which generate from the Menteng Urban Park is the main income. This research aimed to confirm whether the essential value of Menteng Urban Park for the society is suitable with the intention and the objective of government, since the footbal stadium was convert urban park. Keywords
1
: Menteng urban park, contingent valuation method, existence value, the economic benefit.
Mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, FEM IPB Dosen Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Gelar: Dr. S.Hut, M.Sc 3 Dosen Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Gelar: SP, M.Sc 2
RINGKASAN NUR ELOK FAIQOH. Nilai dan Manfaat Ekonomi Keberadaan Taman Kota Menteng, Jakarta Pusat sebagai Salah Satu Bentuk Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau. Dibimbing oleh METI EKAYANI dan NUVA. Pembangunan yang terjadi di Jakarta memberikan pertumbuhan dari segi ekonomi, namun cenderung menurun dari segi ekologi. Ruang Terbuka Hijau (RTH) berupa Taman Kota merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas lingkungan Jakarta yang semakin menurun. Keberadaan taman kota memiliki fungsi sebagai penghasil oksigen, penyerap karbon, daerah resapan air, dan penyeimbang kondisi lingkungan. Taman Kota Menteng Jakarta Pusat adalah salah satu taman yang memiliki nilai ekologis, estetika yang bagus, dan dalam kondisi pengelolaan yang baik. Kawasan Taman Menteng awalnya merupakan Stadion Persija Menteng dengan status Penyempurna Hijau Rekreasi (PHR) yang fungsi utamanya sebagai daerah resapan air. Kondisi Stadion Persija pada saat itu dinilai tidak efektif lagi dengan fungsi utamanya dan tidak memungkinkan untuk dipertahankan. Pemerintah DKI Jakarta memutuskan untuk mengalihfungsikan sebagai taman kota dengan tujuan ingin menata kawasan lingkungan Menteng. Awalnya perubahan fungsi Taman Menteng tersebut sempat menjadi kontroversi antar pihak yang berkepentingan dengan fungsi Taman Menteng sebagai stadion bola dan keinginan pemerintah merubah menjadi taman kota yang dirasa lebih efektif berfungsi sebagai RTH. Oleh karena itu, perlu dikaji apakah keberadaan Taman Kota Menteng memiliki nilai dan manfaat penting dengan menilai seberapa penting keberadaan Taman Menteng sebagai Taman Kota dilihat dari nilai dan manfaat ekonomi dengan melakukan identifikasi persepsi multistakeholder terhadap fungsi keberadaan Taman Menteng, menghitung nilai ekonomi, dan menganalisis manfaat ekonomi dari keberadaan Taman Menteng. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa keberadaan Taman Menteng memiliki potensi pemanfaatan sebagai sarana rekreasi, olahraga, family gathering, video shooting, dan lainnya. Fungsi yang paling dirasa penting dengan keberadaan Taman Menteng berdasarkan persepsi multistakeholder adalah fungsi sosial budaya (35.8%) sebagai sarana rekreasi keluarga (30.5%), fungsi ekologis (31.9%) sebagai perbaikan kualitas lingkungan (31.4%), fungsi estetika (26.1%) sebagai memperindah lingkungan (41.1%), dan fungsi ekonomi (6.2%) sebagai lapangan pekerjaan. Kegiatan yang paling diminati pada saat di taman adalah duduk-duduk di sekitar taman dan menikmati keindahan taman. Akan tetapi, sebagian responden menyatakan bahwa keberadaan Taman Menteng juga memiliki dampak negatif karena disalahgunakan oleh sebagian pengguna taman seperti tempat melakukan tindakan di luar norma. Teknik biaya pengganti (replacement cost) pembangunan Taman Menteng dan Willingness to Pay (WTP) para pihak terhadap keberadaan Taman Menteng dengan metode pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) merupakan dua pendekatan yang digunakan untuk mengetahui nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng. Dalam penelitian ini, berdasarkan metode biaya pengganti nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng jauh lebih besar daripada pendekatan WTP, yaitu sebesar Rp 463 976 011 445. Nilai ekonomi total keberadaan Taman Menteng berdasarkan WTP didapatkan sebesar Rp 1 483 435 816. Pelaku usaha
iii
memiliki rataan WTP tertinggi terhadap keberadaan Taman Menteng sebesar Rp 49 630 dibandingkan masyarakat sekitar sebesar Rp 16 844 dan pengunjung sebesar Rp 5 522. Hal ini dikarenakan, pelaku usaha memiliki kepentingan terhadap keberadaan Taman Menteng yang merupakan sumber penghasilan utama sehingga mereka memberikan nilai ekonomi yang tinggi terhadap keberadaan Taman Menteng. Hasil penilaian ekonomi tersebut mencerminkan bahwa keberadaan Taman Menteng memiliki nilai penting bagi masyarakat sehingga keberadaannya pelu dipertahankan. Manfaat ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat sekitar dari keberadaan Taman Menteng diantaranya adalah penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap tambahan pendapatan bagi sebagian masyarakat. Penyerapan tenaga kerja dengan adanya Taman Menteng sebanyak 77 orang yang terbagi dalam 8 kelompok pekerjaan. Juru parkir merupakan pihak yang paling merasakan manfaat berupa tambahan pendapatan dari keberadaan Taman Menteng yaitu sebesar Rp 3 750 000. Selanjutnya, tambahan pendapatan yang diterima oleh kelompok pekerja lainnya adalah usaha warung sebesar Rp 3 600 000, penjaja makanan sebesar Rp 2 665 000, minuman keliling sebesar Rp 2 248 182, kebersihan taman sebesar Rp 1 635 571, keamanan taman sebesar Rp 1 416 667, dan penyiraman taman sebesar Rp 1 100 000. Keberadaan Taman Menteng menjadi sumber penghasilan utama bagi kelompok pekerjaan sebagai juru parkir dan penyiraman taman dengan proporsi pendapatan keduanya sebesar 100%, begitu pula dengan 4 kelompok pekerjaaan lainnya, seperti minuman keliling (91%), penjaja makanan (86%), warung taman (85%), dan kebersihan taman (73%). Bagi pekerja penjaga toilet dan keamanan taman, pendapatan yang didapatkan dari adanya Taman Menteng merupakan pendapatan sampingan terlihat dari proporsi pendapatan keduanya berturut-turut sebesar 38% dan 46%. Penentuan kategori pendapatan tersebut terkait dengan teori menurut Soehadji dalam Soetanto (2002), dimana proporsi pendapatan antara 70-100% disebut pandapatan utama, antara 30-70% disebut pendapatan sampingan, dan kurang dari 30% dikatakan sebagai pendapatan sambilan. Kata kunci :
Taman Kota Menteng, Willingness to Pay, Replacement Cost, nilai ekonomi keberadaan, manfaat ekonomi, proporsi pendapatan.
iv
NILAI DAN MANFAAT EKONOMI KEBERADAAN TAMAN KOTA MENTENG, JAKARTA PUSAT SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU
NUR ELOK FAIQOH H44080107
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Nilai dan Manfaat Ekonomi Keberadaan Taman Kota Menteng, Jakarta Pusat sebagai Salah Satu Bentuk Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2013
Nur Elok Faiqoh H44080107
ii
Judul Skripsi : Nilai dan Manfaat Ekonomi Keberadaan Taman Kota Menteng, Jakarta Pusat sebagai Salah Satu Bentuk Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Nama
: Nur Elok Faiqoh
NIM
: H44080107
Disetujui, Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc NIP : 19690917 200604 2 011
Nuva, SP, M.Sc -
Diketahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP : 19660717 199203 1 003
v
Tanggal Lulus : UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi serta kerjasama dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1.
Alm. Ibunda tercinta Suyatni, Ayahanda Susanto, Kakak ku Nur Rohman, adik ku Nur Fatimah, Lek Nurul, Mba Reni, Mas Agus serta keluarga besar yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, dukungan moril maupun materil, serta limpahan doa yang tak pernah putus kepada penulis.
2.
Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku dosen pembimbing pertama dan Nuva, SP, M.Sc selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan waktu, tenaga, arahan, motivasi untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran serta kebaikan yang sangat membatu penulis selama ini.
3.
Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr atas kesediannya menjadi dosen penguji utama dan Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji perwakilan departemen yang telah bersedia meluangkan waktu serta memberikan kritik dan saran bagi perbaikan skripsi ini.
4.
Bpk. Kamal Alatas selaku pengawas Taman Menteng dan Ibu Reyna dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman Prov. DKI Jakarta, Seksi Taman Kota dan Lingkungan, Bidang Taman Kota; Bpk. M Fajar Sauri selaku Kepala Bidang Taman Kota; serta para pekerja taman yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan informasi yang telah diberikan.
5.
Sahabat penulis: Anggi P.A, Ninggar, Sausan, Indri, Anggi A.O, Mimi, Ajeng, Fauziah, Imam, Sandy, Yogi, Husen, Nany, Neno, Cipie, Ijal. Rekan satu bimbingan skripsi: Mirza, Dyah, Nurul, Novalita, Evy, Erwan, Shinta. Sahabat tersayang di Kost Harmony 1: Sakinah, Dinia, Citra, Ana, Yona, Rumi, Rathih, Risma, Riska, Nobi serta keluarga besar ESL 45 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas berbagai ilmu, kebersamaan, keceriaan, kesedihan, doa, semangat, bantuan, dan dukungan kalian.
vi
6.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam membantu proses persiapan hingga selesai penyusunan skripsi ini. Semoga kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Judul skripsi ini adalah “Nilai dan Manfaat Ekonomi Keberadaan Taman Kota Menteng, Jakarta Pusat sebagai Salah Satu Bentuk Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau”. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran mengenai persepsi
multistakeholder
mengetahui
besarnya
nilai
terhadap
fungsi
ekonomi
keberadaan
keberadaan
Taman
Taman
Menteng,
Menteng,
dan
menganalisis manfaat ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan di Taman Menteng terhadap masyarakat. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak khususnya kepada pengelola Taman Menteng dan taman kota lainnya dalam rangka pengembangan dan pengelolaan taman.
Bogor, Februari 2013
Nur Elok Faiqoh H44080107 vii
viii
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERNYATAAN . ..........................................................................
ii
RINGKASAN ..................................................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................
v
UCAPAN TERIMAKASIH ...........................................................................
vi
KATA PENGANTAR . ................................................................................... vii DAFTAR TABEL . .........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR . .....................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii I.
PENDAHULUAN .................................................................................
1
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
Latar Belakang .............................................................................. Perumusan Masalah ....................................................................... Tujuan Penelitian ........................................................................... Manfaat Penelitian ......................................................................... Ruang Lingkup Penelitian ............................................................
1 6 8 9 9
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
11
2.1
Konsepsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) .......................................... 2.1.1 Pengertian dan Tujuan RTH .................................................. 2.1.2 Tipologi RTH ......................................................................... 2.1.3 Fungsi RTH ...................................................... ..................... 2.1.4 Bentuk RTH ........................................................................... Taman Kota ................................................................................... Analisis Deskripsi Berdasarkan Persepsi ...................................... Nilai Keberadaan (Existence Value) .............................................. 2.4.1 Contingent Valuation Method (CVM) ...... ............................ 2.4.2 Biaya Pengganti (Replacement Cost) ................................... Manfaat Ekonomi Taman Kota ...................................................... Penelitian Terdahulu ...................................................................... 2.6.1 Penelitian Mengenai Nilai Ekonomi Taman .......................... 2.6.2 Penelitian Terhadap Keberadaan RTH ..................................
11 12 12 13 14 15 16 16 17 18 19 21 21 22
III. KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................
23
IV. METODE PENELITIAN.......................................................................
28
II.
2.2 2.3 2.4
2.5 2.6
4.1 4.2 4.3 4.4
Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... Jenis dan Sumber Data .................................................................... Metode Pengambilan Sampel .......................................................... Metode Pengolahan dan Analisis Data............................................
28 28 29 30
viii
4.4.1 Persepsi Multistakeholder terhadap Fungsi Keberadaan Taman Menteng ..................................................................... 31 4.4.2 Pendugaan Nilai Ekonomi Keberadaan Taman Menteng ...... 32 4.4.3 Analisis Manfaat Ekonomi dari Kegiatan di Taman Menteng dengan Mengestimasi Perubahan Pendapatan Masyarakat .... 37 V.
GAMBARAN UMUM PENELITIAN .................................................
39
5.1 5.2 5.3 5.4 5.5
Gambaran Umum Kawasan Taman Menteng ............................... Sejarah Taman Menteng ................................................................ Operasional Pengelolaan Taman Menteng .................................... Karakteristik Umum Pengunjung Taman Menteng ........................ Karakteristik Umum Masyarakat Sekitar Taman Menteng ............
39 40 42 44 48
HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................
51
6.1 6.2
Potensi Pemanfaatan Taman Menteng .......................................... Persepsi Multistakeholder terhadap Keberadaan Taman Menteng . 6.2.1 Kondisi Taman Menteng ........................................................ 6.2.2 Kegiatan yang Dilakukan di Taman Menteng........................ 6.2.3 Perbaikan Fasilitas Taman Menteng ..................................... 6.2.4 Dampak Negatif Keberadaan Taman Menteng ..................... 6.2.5 Pentingnya Keberadaan Taman Menteng ............................. Nilai Ekonomi Keberadaan Taman Menteng .................................. 6.3.1 Pendekatan Teknik Biaya Pengganti (Replacement Cost) .... 6.3.2 Pendekatan Metode CVM ..................................................... Manfaat Ekonomi Keberadaan Taman Menteng ............................ 6.4.1 Perubahan Pendapatan Masyarakat Dengan dan Tanpa Adanya Taman Menteng........................................................ 6.4.2 Proporsi Pendapatan Masyarakat dari Adanya Taman Menteng terhadap Total Pendapatan ......................................
51 56 57 60 62 65 67 74 75 76 83
VII. SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................
93
VI.
6.3
6.4
7.1 7.2
87 89
Simpulan ........................................................................................ Saran ..............................................................................................
93 94
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
96
LAMPIRAN ...................................................................................................... 100 RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... 111
ix
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Kualitas dan Baku Mutu Udara Prov. DKI Jakarta 2009-2011 .............
2
2. Jumlah Kendaraan Bermotor Prov. DKI Jakarta 2008-2010 .................
3
3. Luas Ruang Terbuka Hijau Provinsi DKI Jakarta..................................
4
4. Penelitian Mengenai Nilai Ekonomi Taman Kota .................................
21
5. Penelitian Mengenai Ruang Terbuka Hijau ...........................................
22
6. Matriks Analisis Data.............................................................................
30
7. Indikator Kriteria Kategori Penilaian Kondisi Taman Menteng ...........
31
8. Karakteristik Responden Pengunjung Taman Menteng .........................
45
9. Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar Taman Menteng .............
49
10. Persepsi Multistakeholder Mengenai Kondisi Taman Menteng ..........
58
11. Persepsi Multistakeholder Mengenai Kegiatan yang Dilakukan Saat di Taman Menteng ........................................................................ 12. Persepsi Multistakeholder terhadap Perbaikan Fasilitas ......................
61 63
13. Persepsi Multistakeholder terhadap Fungsi Keberadaan Taman Menteng .................................................................................................
68
14. Rincian Biaya Keseluruhan Pembangunan dan Pemeliharaan Taman Menteng Tahun 2012 (Rupiah) .............................................................. 76 15. Distribusi Nilai WTP Taman Menteng ..................................................
79
16. Manfaat Ekonomi Keberadaan Taman Menteng Bagi Masyarakat .......
83
17. Penyerapan Tenaga Kerja Taman Menteng ...........................................
85
18. Jumlah Unit Usaha dan Jenis Usaha di Taman Menteng ......................
86
19. Pendapatan Rata-rata Masyarakat Dengan dan Tanpa Adanya Taman Menteng (Rupiah/Bulan)........................................................................ 88 20. Proporsi Pendapatan Rata-rata Masyarakat dari Kegiatan Wisata di Taman Menteng terhadap Pendapatan Total Tahun 2012 .................
90
x
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Ruang Terbuka Hijau .............................................................................
12
2. Skema Kerangka Alur berpikir .............................................................
27
3. Area Parkir Taman Menteng .................................................................
52
4. Rumah Kaca Taman Menteng ................................................................
52
5. Area Olahraga Taman Menteng ............................................................
53
6. Pemanfaatan Area Taman ......................................................................
54
7. Area Bermain Anak Taman Menteng ....................................................
55
8. Pemanfaatan Basement Gedung Parkir Taman Menteng .......................
55
9. Monumen Kenangan Persija ................................................................
56
10. Rambu Taman, Biopori, Tempat Sampah, Kolam Air Mancur Taman Menteng.................................................................................................. 56 11. Tutupan Lahan oleh Tanaman Pada Tahun 2008 dan 2012 ...................
60
12. Dampak Negatif Keberadaan Taman Menteng ......................................
66
13. Persepsi Multistakeholder Mengenai Perlunya Penambahan Jumlah RTH di Jakarta ...................................................................................... 73 14. Nilai WTP Per Kelompok Responden di Taman Menteng ....................
77
xi
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Pembagian Jenis-jenis RTH Publik dan RTH Privat ....................... 101 2. Jenis, Fungsi dan Tujuan Pembangunan RTH ................................. 102 3. Rincian Data Nilai WTP dari Masing-masing Responden ............... 104 4. Rincian Pendapatan Unit Usaha/Bulan Taman Menteng ................... 107 5. Rincian Pendapatan Para Pekerja Taman Menteng .......................... 108 6. Peta Lokasi Taman Menteng ............................................................. 109 7. Rencana Desain Awal Pembangunan Taman Menteng .................... 110
xii
I. 1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Jakarta merupakan ibu kota yang menjadi salah satu pusat perekonomian
di Indonesia. Hampir semua pusat pemerintahan, industri, dan perdagangan Indonesia berada di kota ini. Perkembangan Jakarta yang pesat ternyata telah mengubah wujud kota yang maju secara ekonomi namun cenderung mundur secara ekologi (Yuleff, 2008). Pada dasarnya pembangunan merupakan pendayagunaan sumberdaya dan lingkungan sehingga memberikan manfaat serta kesejahteraan bagi masyarakat dan kualitas lingkungan yang baik agar tetap terjaga (Manik, 2009). Pembangunan kota selalu menimbulkan dampak lingkungan, baik positif maupun negatif. Kenyataannya, pembangunan kota yang menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi semata cenderung bertentangan dengan prinsip pelestarian lingkungan. Selain itu, berbagai aktivitas masyarakat juga akan mempengaruhi kualitas lingkungan sekitarnya. Kualitas lingkungan akan berkaitan erat dengan kualitas hidup penghuninya. Semakin lengkap fasilitas umum yang dapat dijangkau oleh semua penduduk kota, berarti semakin baik kualitas hidup kolektif penduduk yaitu kualitas hidup kota. Akan tetapi, saat ini kondisi Jakarta menunjukkan penurunan kualitas lingkungan seperti meningkatnya polusi udara seperti yang terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kualitas dan Baku Mutu Udara Provinsi DKI Jakarta Menurut Lokasi Pengukuran Tahun 2009-2011 Metode Sesaat (µg/Nm³) Lokasi Pengukuran
NO 2 2009
2010
SO 2
TSP
2011 2009 2010 2011 2009 2010
Pb 2011
2009
2010 2011
I. Daerah Pemukiman 1. Dinas Pertamanan
15.63 15.63
-
4.73
-
114
114
-
0.021
0.021
-
8.24
8.24
-
264
264
-
0/009
0/009
-
4.73
2. Kantor Kec.Ciliwung
32.33 32.33
3. Kantor Kel.Tebet
56.34 56.34
63.76 7.61
7.61
33.25
154
154 178.11 0.011
0.011
0.012
4. Masjid Al-Firdaus
25.05 25.05
54.77 6.49
6.49
57.47
168
168 111.33 0.021
0.021
0.019
5. IPAK Lubang Buaya
18.65 18.65
4.58
-
162
162
0.006
0.006
-
21.12 10.06 10.06 28.89
296
296 349.78 0.009
0.009
0.022
0.007
0.040
-
4.58
-
II. Daerah Industri 1. PT JIEP Pulo Gadung
28.5
28.5
III. Daerah Perkantoran 1. Mesjid Istiqlal
22.46 22.46
29.43 8.92
8.92
40.11
151
151 102.06 0.007
2. Kuningan (BPLHD )
44.58 44.58
50.57 5.03
5.03
24.73
170
170 93.83
23.39 22.46
53.90 9.23
8.92
30.31
170
151 109.39 0.004
0.0014 0.0014 0.008
IV. Daerah Rekreasi 1. Dunia Fantasi Ancol
0.004
0.012
Sumber: BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Diolah (2012) Keterangan: Kriteria Ambien Kualitas Udara (Bilai Baku Mutu) - Nitrogen Dioksida (NO 2 ) = 0.0500 ppm = 92.00 µg/Nm3/24jam - Sulfur Dioksida (SO 2 ) = 0.1000 ppm = 260 µg/Nm3/24jam - TSP = 150 (µg/m3) = 230 µg/m3/24jam
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa untuk menentukan kualitas udara dapat dilihat dari empat parameter (NO 2 , SO 2 , TSP, Pb). Berdasarkan empat parameter yang diukur oleh stasiun pemantauan yang berbeda dalam penentuan kualitas udara dapat diketahui telah terjadi penurunan kualitas udara di Jakarta tiap tahunnya. Walaupun memang belum melewati kriteria ambien kualitas udara berdasarkan BPLHD Jakarta yang telah ditentukan, akan tetapi tingkat pencemaran udara terus meningkat. Salah satu penyebabnya adalah makin meningkat polusi udara terutama dari pertumbuhan kendaraan bermotor di Jakarta yang cukup tinggi. Tabel 2 memperlihatkan peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Jakarta dari tahun 2008-2010.
2
Tabel 2. Jumlah Kendaraan Bermotor Provinsi DKI Jakarta 2008-2010 No 1 2 3 4
Jenis Kendaraan Sepeda Motor Mobil Penumpang Mobil Bis Mobil Beban/Truk Total
2008 6 765 723 2 034 943 538 731 308 528 9 647 925
Tahun 2009 7 518 098 2 116 282 550 924 309 385 10 494 689
2010 8 764 130 2 334 883 565 727 332 779 11 997 519
Sumber: BPS Prov.DKI Jakarta 2011
Menurut Darmanto dan Sofyan (2012), transportasi merupakan salah satu sektor yang menyumbang emisi pencemar udara yang cukup tinggi terutama dari mini bus dan truk ringan untuk NO 2 dan sepeda motor untuk CO. Emisi yang dihasilkan dari sektor transportasi dalam ton pertahun untuk zat SO 2 sebanyak 21.73%, NO 2 92.27%, dan CO 99.94%. Sulitnya pengendalian terhadap jumlah kendaraan memperburuk kualitas lingkungan Jakarta. Masalah lingkungan hidup di perkotaan merupakan masalah yang kompleks. Menurut Irwan (2008) pengelolaan lingkungan hidup di Jakarta merupakan upaya terpadu, meliputi berbagai ilmu dari berbagai sektor seperti pemanfaatan, penataan, pemeliharaan pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan dari berbagai intansi pemerintah, swasta, perguruan tinggi, maupun masyarakat. Pemekaran dan pengembangan kota cenderung terus meningkat dan menimbulkan fenomena pembangunan fisik struktur menuju arah maksimal, pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) menuju arah minimal, dan kecenderungan mengubah wajah lingkungan alam (Salfifi, 1983). Semakin berkurangnya keberadaan RTH dan bertambahnya dominasi lahan terbangun kota berdampak pada keseimbangan ekosistem kota dengan indikasi penurunan kualitas lingkungan perkotaan, banjir pada musim hujan, fenomena pulau panas (urban heat island) pada musim kemarau, dan meningkatnya pencemaran udara
3
kota (Joga dan Ismaun, 2012). Penentuan luas RTH, sebaiknya tidak hanya fokus terhadap besarnya lahan (kuantitas), tetapi juga fungsinya (kualitas). Sebagian besar penambahan RTH harus digunakan untuk kepentingan masyarakat. Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) di wilayah Jakarta dikategorikan menjadi 3 bagian, yaitu RTHK Pertamanan, RTHK Pertanian, RTHK Konservasi. Masing-masing dikelola oleh intansi di lingkungan pemda, yaitu Dinas Pertamanan, Dinas Pertanian, dan Dinas Kehutanan (Sugandhy dan Hakim, 2009). Rencana umum tata ruang wilayah Jakarta 1985-2005 secara tegas mencantumkan perlunya pembangunan pertamanan khususnya RTHK untuk menciptakan lingkungan kota yang teratur, bersih, indah, teduh, dan sehat. Tindak lanjut dari pembangunan tersebut Pemerintah Wilayah Jakarta membentuk instansi pengelolaan ruang terbuka hijau yaitu Dinas Pertamanan dan Pemakaman. Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa terjadi peningkatan dalam segi luas RTH tiap tahunnya mulai dari tahun 2008 hingga 2011 di Provinsi DKI Jakarta yang dikelola oleh Dinas Pertamanan dan Pemakaman. Tabel 3. Luas Ruang Terbuka Hijau Provinsi DKI Jakarta No.
Wilayah Kota Madya
Luas Ruang Terbuka Hijau Pertamanan Provinsi DKI Jakarta (m²) 2008
2009
2010
2011
1
Jakarta Pusat
3 796 144.29
4 175 621.29
4 175 820.29
4 175 820.29
2
Jakarta Utara
1 004 508.75
1 732 460.75
1 783 075.75
1 895 082.75
3
Kepulauan Seribu
44 995.00
44 995.00
44 995.00
4
Jakarta Barat
947 378.26
1 837 632.26
1 837 632.26
2 431 119.26
5
Jakarta Selatan
4 142 351.00
5 650 683.00
5 683 967.00
5 793 087.57
6
Jakarta Timur
11 055 685.00
12 788 628.00
12 958 377.79
13 027 211.87
Jumlah Total 20 946 067.30 26 230 020.30 26 483 868.09 Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman Prov. DKI Jakarta, Diolah (2012)
27 367 316.74
Berdasarkan UU Penataan Ruang No. 26 tahun 2007 luas RTH suatu daerah adalah 30% dari luas wilayah administratif. Akan tetapi, pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencantumkan target RTH dalam RTRW DKI Jakarta yaitu 4
sebesar 20%, namun hingga tahun 2011 realisasinya baru mencapai 9.8% dari total luas kota Jakarta yaitu 7 639.83 km2 (Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011). Luasan RTH ini relatif sangat rendah dibandingkan dengan luasan RTH yang disyaratkan bagi setiap kota di Indonesia yaitu sebesar 30%. Pemda DKI Jakarta terus berupaya untuk meningkatkan RTH yang ada, salah satunya dengan perencanaan penggabungan RTH publik dan privat. Permasalahan penambahan RTH pada umumnya terkait erat dengan ketersediaan lahan untuk RTH yang semakin bersaing dengan sektor pembangunan lainnya. RTH yang sudah dibangun di Jakarta pada umumnya belum efektif, seperti yang terjadi di sepanjang sisi kali sunter, dimana area yang seharusnya berfungsi sebagai jalur hijau saat ini terlihat kumuh (Fajri, 2012). Keberadaan RTH tidak boleh dikesampingkan dengan pembangunan di sektor lain. Hal tersebut dikarenakan fungsi RTH sangatlah penting terutama dari fungsi ekologis yang bisa mengatasi permasalahan lingkungan Kota. Menurut Irwan (2008), masalah lingkungan kota di Jakarta dapat ditanggulangi dengan mengembangkan penghijauan kota yang efektif, dirancang ke arah terbentuknya struktur ekologis yang berfungsi melestarikan lingkungan yang nyaman dan sehat berbentuk RTH. Peningkatan kuantitas dan kualitas penghijauan kota dalam bentuk RTH mutlak diperlukan agar masyarakat Jakarta bisa merasakan kualitas lingkungan yang lebih baik. Berdasarkan Pasal 74 dalam RTRW DKI Jakarta tahun 2007 menjelaskan bahwa salah satu bentuk
RTH publik di perkotaan
adalah sebagai taman kota. Salah satu upaya penambahan RTH Publik berupa taman kota direalisasikan oleh pemerintah DKI Jakarta dalam pembangunan Taman Kota
5
Menteng Jakarta Pusat. Keberadaan Taman Menteng selain dimaksudkan untuk mengembalikan fungsi utama kawasan tersebut sebagai Penyempurna Hijau Rekreasi (PHR) juga berfungsi sebagai daerah resapan air, mereduksi polutan, sumber oksigen, dan keindahan kota (Dinas Pertamanan dan Pemakaman, 2012). Disisi lain, Taman Kota Menteng berfungsi sebagai wadah bertemunya satu kelompok dengan kelompok lainnya untuk berbagai kegiatan positif. Taman kota diperuntukkan sebagai penyeimbang antara area terbangun dan tidak terbangun yang memiliki fungsi seperti area bermain, berolahraga, bersosialisasi, dan aktivitas lain bagi masyarakat (Bappeda, 2009). Taman kota dapat menyerap hasil negatif dari kegiatan kota seperti mereduksi potensi banjir, menyerap panas, meredam kebisingan, mengurangi debu, serta membentuk habitat untuk berbagai jenis burung dan menimbulkan lingkungan yang baik untuk kota (Joga dan Ismaun, 2011). Oleh karena itu, keberadaan taman kota memiliki peranan penting sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai nilai dan manfaat ekonomi keberadaan Taman Menteng sebagai salah satu bentuk pemanfaatan RTH. 1.2
Perumusan Masalah Taman Menteng awalnya merupakan Lapangan Sepak Bola Persija atau
lebih dikenal Stadion Persija Menteng. Pemerintah DKI Jakarta berupaya untuk menambah RTH Publik dan juga menata lingkungan kawasan Menteng dengan mengalihfungsikan Stadion Persija menjadi RTH publik yaitu berupa taman kota. Maksud dan tujuan dari penataan tersebut adalah meningkatkan kualitas lingkungan kota dan menyediakan ruang terbuka publik serbaguna yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat (Dinas Pertamanan dan Pemakaman, 2006). Hal tersebut diperkuat lagi dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 6 Tahun 1999
6
tentang RTRW Provinsi DKI Jakarta, dimana status kawasan Taman Kota Menteng adalah Penyempurna Hijau Rekreasi (PHR). Konsep pengembangan yang dibentuk diharapkan dapat menyelaraskan tiga fungsi Taman Menteng yaitu, fungsi ekologis, fungsi sosial budaya, dan fungsi estetika (Dinas Pertamanan dan Pemakaman, 2012). Selain fungsi utamanya sebagai daerah resapan air (fungsi ekologis), Taman Menteng juga memberikan pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan akan kualitas lingkungan yang baik, keindahan kota serta sarana hiburan masyarakat Jakarta dari berbagai lapisan perekonomian. Pengunjung Taman Menteng bukan hanya masyarakat lokal, tidak sedikit masyarakat luar Jakarta. Secara umum, Taman Menteng memiliki konsep publik yang pengembangannya menitikberatkan pada pelestarian dan perbaikan kualitas lingkungan. Selain itu, taman ini diharapkan sebagai taman kota yang diperuntukkan bagi kegiatan wisata keluarga dan taman interaktif masyarakat (Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2006). Besarnya potensi yang dimiliki Taman Menteng sebagai penyeimbang lingkungan dan penyedia sarana hiburan dan olahraga bagi masyarakat DKI Jakarta menjadikan taman ini tidak pernah sepi dari pengunjung. Beragam jenis aktivitas dapat dilakukan pengunjung saat berada di kawasan ini. Bahkan semenjak diresmikan pada tahun 2007, jumlah pengunjung Taman Menteng terus mengalami peningkatan (Seksi Taman Kota dan Lingkungan, 2012). Peningkatan jumlah pengunjung menunjukkan adanya minat lebih masyarakat terhadap keberadaan Taman Menteng. Penggunaan fungsi lahan yang berkembang dan meningkat di kawasan Taman Menteng diharapkan tidak mengakibatkan terjadi penurunan kualitas keindahan dan fungsi utama dari taman kota itu sendiri, seperti
7
yang terjadi di kawasan ini sebelumnya sebagai Stadion Persija Menteng. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian khusus oleh pengelola Taman Menteng, pengunjung, masyarakat, dan pihak terkait dalam pemeliharaan agar kualitasnya dapat terjaga secara berkelanjutan dan tetap menjadi sarana yang potensial sebagai penyeimbang lingkungan. Pengelolaan yang baik diharapkan dapat menjaga eksistensi Taman Menteng sehingga tetap menjadi taman kota yang diharapkan oleh masyarakat. Besarnya minat masyarakat yang datang untuk melakukan berbagai aktivitas di Taman Menteng diharapkan dapat meningkatkan manfaat ekonomi bagi sebagian masyarakat yang berusaha maupun bekerja di sekitar taman. Peningkatan jumlah kunjungan berkaitan erat dengan penghasilan yang akan diterima oleh masyarakat yang memiliki usaha di Taman Menteng. Berdasarkan perumusan masalah tersebut terdapat permasalahan yang perlu dianalisis, yaitu : 1.
Apa pentingnya keberadaan Taman Menteng ?
2.
Berapa nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng ?
3.
Berapa besarnya manfaat ekonomi bagi masyarakat dengan adanya keberadaan Taman Menteng ?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, adapun tujuan dari penelitian :
1.
Mengidentifikasikan persepsi multistakeholder terhadap fungsi keberadaan Taman Menteng.
2.
Mengetahui seberapa besar nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng.
3.
Menganalisis manfaat ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan wisata di Taman Menteng.
8
1.4
Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian tersebut maka hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi Pemda DKI Jakarta, khususnya Dinas Pertamanan dan Pemakaman selaku pengelola taman kota dan para pengambil kebijakan RTH terutama sebagai bahan rujukan untuk mengembangkan RTH kedepannya. Selanjutnya, bagi pengelola Taman Menteng untuk melakukan perbaikan dalam segi pengelolaan sarana maupun prasarana sehingga mampu memberikan fasilitas pelayanan publik yang baik. Di sisi lain, dapat memberikan peningkatan kesejahteraan bagi sebagian masyarakat sekitar yang memanfaatkan keberadaan Taman Menteng. Bagi civitas akademik, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pelengkap disiplin keilmuan ekonomi sumberdaya dan lingkungan serta sebagai bahan tambahan dan rujukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya, sedangkan bagi peneliti sendiri, penelitian ini sebagai bagian praktik dari berbagai teori dan konsep yang telah dipelajari selama masa pendidikan di bangku perkuliahan. 1.5.
Ruang Lingkup Penelitian Adapun ruang lingkup penelitian ini dilakukan pada kawasan Taman
Menteng, Jakarta Pusat dan tidak membandingkan dengan taman kota lainnya. Penelitian ini menilai ekonomi keberadaan (existence value) Taman Menteng tidak dinilai secara keseluruhan, namun lebih difokuskan kepada nilai dan manfaat yang dirasakan penting bagi pengguna Taman Menteng tersebut. Manfaat ekonomi keberadaan Taman Menteng terhadap masyarakat sekitar dalam penelitian ini merupakan kontribusi pendapatan yang diterima masyarakat sebagai lahan usaha dan lapangan pekerjaan hanya dari Taman Menteng. Proporsi
9
pendapatan dihitung hanya dari pendapatan di Taman Menteng terhadap pendapatan total. Unit usaha yang terkait penelitian ini merupakan unit usaha kecil karena fokus terhadap masyarakat sekitar saja. Fungsi keberadaan Taman Menteng dinilai berdasarkan multi pihak melalui analisis deskriptif dengan pendekatan persepsi.
10
II. 2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Konsepsi Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan merupakan bagian dari penataan
ruang kota. RTH berfungsi sebagai kawasan hijau pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga, dan kawasan hijau pekarangan (Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan ruang terbuka hijau di Wilayah Perkotaan). 2.1.1
Pengertian dan Tujuan RTH Secara sistem, ruang terbuka hijau kota pada dasarnya adalah bagian dari
kota yang tidak terbangun yang berfungsi menunjang kenyamanan, kesejahteraan, peningkatan kualitas lingkungan, dan pelestarian alam. Menurut Hakim (2010), secara definitif ruang terbuka hijau adalah kawasan atau areal permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, sarana lingkungan kota, dan pengamanan dan atau budidaya pertanian. Definisi Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang mengacu pada Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030 adalah area memanjang atau jalur dan atau mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi guna mendukung manfaat langsung dan atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan,
kesejahteraan,
dan
keindahan
(Departemen Arsitektur Lanskap IPB, 2005).
wilayah
perkotaan
tersebut
2.1.2
Tipologi RTH Berdasarkan tipologi RTH, secara fisik RTH dapat diklasifikasikan
menjadi RTH alami dan RTH non alami. RTH alami berupa habitat liar atau alami, kawasan lindung, dan taman nasional. RTH non alami atau binaan seperti taman kota, lapangan olahraga, kebun bunga, pemakaman, dan jalur hijau jalan. Berdasarkan fungsinya, RTH diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi. Berdasarkan Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan pembagian jenis-jenis RTH yang ada sesuai dengan tipologi RTH sebagaimana Gambar 1. Ruang Terbuka Hijau
Fisik
Fungsi
Struktur
Kepemilikan
Alami
Ekologis
Pola Ekologis
Publik
Non Alami
Sosial Budaya
Pola Planologis
Privat
Estetika Ekonomi Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008
Gambar 1. Ruang Terbuka Hijau Dari segi kepemilikan, RTH dibedakan ke dalam RTH publik dan RTH privat. RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh pemerintah pusat maupun daerah. RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan milik privat (Departemen Arsitektur Lanskap IPB, 2005). Pembagian jenis-jenis RTH publik dan RTH privat dapat dilihat pada Lampiran 1. RTH publik maupun privat memiliki fungsi utama yaitu 12
fungsi ekologis dan fungsi tambahan, yaitu sosial budaya, ekonomi, estetika atau arsitektural. Khusus untuk RTH dengan fungsi sosial seperti tempat istirahat, sarana olahraga dan atau area bermain, maka RTH ini harus memiliki aksesibilitas yang baik untuk semua orang, termasuk aksesibilitas bagi penyandang cacat. Dalam penjelasan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, RTH publik terdiri dari taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai. RTH privat terdiri dari kebun/halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. Status kepemilikan RTH dapat berupa RTH publik yang penyediaan dan pemeliharaan menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota, dan RTH privat atau non publik yang penyediaan dan pemeliharaannya menjadi tanggung jawab pihak atau lembaga swasta, perseorangan dan masyarakat yang dikendalikan melalui izin pemanfaatan ruang oleh pemerintah kabupaten atau kota. Berdasarkan Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasaan Perkotaan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/2008 mengenai tujuan penyelenggaraan RTH terdapat tiga tujuan. Pertama, menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air. Kedua, menciptakan aspek planologis kota melalui keseimbangan antara lingkungan alam dan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat. Ketiga, meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih. 2.1.3
Fungsi Ruang Terbuka Hijau Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai konsentrasi untuk melakukan
upaya penambahan RTH mengingat fungsi RTH yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Berdasarkan Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di
13
Kawasan Perkotaan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/2008, Ruang Terbuka Hijau memiliki dua fungsi yaitu sebagai fungsi utama (intrinsik) dan fungsi tambahan (ekstrinsik). Fungsi utama yaitu fungsi ekologisnya, seperti memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sirkulasi udara, pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar, sebagai peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, penyerap polutan media udara, air, tanah, dan penahan angin. Fungsi tambahan RTH terbagi menjadi tiga fungsi. Pertama, fungsi sosial dan budaya seperti menggambarkan ekspresi budaya lokal, media komunikasi warga kota, tempat rekreasi, wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam. Kedua, fungsi ekonomi seperti menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan sebagai sumber produk yang bisa dijual seperti tanaman bunga, buah, dan sayuran. Ketiga, fungsi estetika seperti meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota, menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota, pembentukan faktor keindahan arsitektural, menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun (Diskominfomas Prov. DKI Jakarta, 2011). Manfaat yang dapat diperoleh dari Ruang Terbuka Hijau Kota sesuai Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988, antara lain memberikan kesegaran, kenyamanan dan keindahan lingkungan, memberikan lingkungan yang bersih dan sehat bagi penduduk kota, memberikan hasil produksi berupa kayu, daun, bunga dan buah. 2.1.4
Bentuk Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan fungsi dan tujuan pembangunan, terdapat delapan jenis
bentuk RTH, yaitu sebagai taman kota; jalur (tepian) sempadan sungai dan pantai;
14
taman olahraga, bermain, relaksasi; taman pemakaman umum; pertanian kota; dan taman (hutan) kota. Jenis pertama sebagai taman kota memiliki fungsi ekologis, rekreatif, estetis dan olahraga dan dengan tujuan keindahan, mengurangi cemaran, meredam kebisingan dan lain sebagainya. Jenis, fungsi, dan tujuan pembangunan RTH lainnya dapat dilihat pada Lampiran 2. 2.2
Taman Kota Salah satu tipe hutan kota adalah tipe pemukiman. Hutan kota tipe
pemukiman dapat berupa taman dengan komposisi tanaman pepohonan yang tinggi dikombinasikan dengan semak dan rerumputan. Taman adalah sebidang tanah terbuka dengan luasan tertentu didalamnya ditanam pepohonan, perdu, semak, dan rerumputan yang dapat dikombinasikan dengan kreasi dari bahan lainnya. Pada umumnya taman dipergunakan untuk olahraga, bersantai, bermain, dan sebagainya (Dahlan, 1992). Menurut Dahlan (1992), taman kota merupakan salah satu bentuk dari hutan kota. Taman kota diartikan sebagai taman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah. Setiap jenis tanaman mempunyai karakteristik tersendiri baik menurut bentuk, warna, dan teksturnya. Taman kota mempunyai banyak fungsi (multifungsi) baik berkaitan dengan fungsi hidroorologis, ekologi, kesehatan, estetika dan rekreasi. Taman perkotaan yang merupakan lahan terbuka hijau dapat berperan dalam membantu fungsi hidrologi dalam hal penyerapan air dan mereduksi potensi banjir. Pepohonan melalui perakarannya yang dalam mampu meresapkan air ke dalam tanah, sehingga pasokan air dalam tanah (water saving) semakin meningkat dan
15
jumlah aliran limpasan air juga berkurang yang akan mengurangi terjadinya banjir. Selain itu, terkait dengan fungsi ekologis taman kota dapat berfungsi sebagai filter berbagai gas pencemar dan debu, pengikat karbon, pengatur iklim mikro. Pepohonan yang rimbun dan rindang dapat terus-menerus menyerap dan mengolah gas karbondioksida (CO 2 ), sulfur oksida (SO 2 ), ozon (O 3 ), nitrogendioksida (NO 2 ), karbon monoksida (CO), dan timbal (Pb) yang merupakan 80 persen pencemar udara kota, menjadi oksigen segar yang siap dihirup warga setiap saat (Atmojo, 2007). 2.3
Analisis Deskripsi Berdasarkan Persepsi Persepsi menurut Applebaum (1973) adalah suatu proses interpretasi yang
dilakukan seseorang terhadap realitas yang diterimanya. Rakhmat (2005) menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang obyek atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan penafsiran pesan. Definisi yang lebih komprehensif dikemukakan oleh Hubeis (2007) yang mengungkapkan
bahwa
persepsi
adalah
proses
dimana suatu
individu
berhubungan dengan berbagai hal diluar dirinya lalu mencoba memberinya makna yang dikaitkan dengan kondisi dirinya dan dimana dia berada. Intinya, seseorang mempersepsikan sesuatu karena dia mampu menangkap sesuatu tersebut dari inderanya dan juga dia memiliki berbagai kerangka rujukan yang memungkinkan untuk menginterpretasikan, memahami, dan memberi makna terhadap sesuatu. 2.4
Nilai Keberadaan (Existence Value) Nilai keberadaan (Existence Value) adalah manfaat yang dirasakan oleh
masyarakat dari keberadaan ekosistem atau spesies yang ada, terlepas dari apakah sumberdaya tersebut digunakan atau tidak (Barton, 1994). Sementara itu,
16
menurut Dziegielewska (2009) nilai keberadaan merupakan cerminan dari nilai yang diberikan oleh masyarakat lebih karena manfaat keberadaan suatu barang atau jasa tertentu. Penetapan nilai keberadaan dapat digunakan melalui pendekatan harga pasar maupun non pasar. Teknik pendekatan harga pasar, yaitu pendekatan produktivitas, pendekatan modal manusia (Human Capital) atau pendekatan nilai yang hilang, dan pendekatan biaya kesempatan (Oportunity Cost). Terdapat beberapa teknik pendekatan produktivitas yang biasa digunakan, yaitu (a) perubahan produktivitas, (b) biaya pengganti atau Replacement Cost, dan (c) biaya pencegahan atau Prevention Cost. Teknik pendekatan non pasar dapat dilakukan melalui metode nilai hedonis (Hedonic Pricing), metode biaya perjalanan (Travel Cost), metode kesediaaan membayar atau kesediaan menerima (Contingent Valuation), dan metode Benefit Transfer (Dhewanthi, et al, 2007). 2.4.1 Contingent Valuation Method (CVM) Kesediaan berkorban masyarakat terhadap keberadaan suatu sumberdaya dapat dihitung menggunakan Contingent Valuation Method (CVM). CVM yaitu metode dengan teknik survei untuk menanyakan secara langsung kepada para penduduk yang berada disekitar kawasan taman tentang keberadaannya melalui nilai atau harga yang mereka berikan terhadap suatu komoditi seperti barang lingkungan yang tidak memiliki harga pasar baik barang maupun jasa lingkungan. Pendekatan ini dilakukan dari asumsi bahwa dengan adanya manfaat yang dirasakan penduduk sekitar kawasan taman maka mereka akan mau berkorban (willingnes to pay/WTP) atau kemauan untuk membayar guna mempertahankan suatu barang lingkungan yang telah memberikan manfaat bagi mereka, baik sekarang maupun untuk masa yang akan datang. Penetapan
17
menggunakan WTP didasarkan karena individu atau masyarakat sekitar tidak memiliki hak atas barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam tersebut karena taman kota merupakan ruang publik dengan kepemilikan pemerintah (Fauzi, 2006). Nilai WTP dimaksudkan untuk mendapatkan besarnya penawaran. Konsep dasar bagi semua teknik penilaian ekonomi adalah kesediaan membayar (willingnes to pay) dari individu untuk sumberdaya alam atau jasa lingkungan yang diperolehnya atau kesediaan untuk menerima kompensasi akibat adanya kerusakan lingkungan di sekitarnya (Pearce dan Moran, 1984). Menurut, Fauzi (2006) WTP merupakan keinginan membayar seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Keinginan membayar tersebut didasarkan pada survei yang diperoleh secara langsung dari responden yang langsung diungkapkannya secara lisan maupun tertulis. Sementara menurut Haab dan McConnel (2002) dalam Fauzi (2006), pengukuran WTP dapat diterima dengan syarat WTP tidak memiliki batas bawah yang negatif, batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan, dan adanya konsistensi keacakan pendugaan perhitungannya. 2.4.2
Biaya Pengganti (Replacement Cost) Teknik biaya pengganti atau replacement cost merupakan suatu teknik
yang terdapat pada pendekatan produktivitas. Pendekatan produktivitas digunakan untuk memberikan harga SDA dan lingkungan sedapat mungkin menggunakan harga pasar yang sesungguhnya. Biaya pengganti yaitu suatu teknik yang mengidentifikasikan biaya pengeluaran untuk perbaikan lingkungan hingga mencapai atau mendekati keadaan semula. Biaya yang diperhitungkan untuk mengganti SDA yang rusak dan kualitas yang menurun atau karena praktek
18
pengelolaan SDA yang kurang sesuai dapat menjadi dasar penaksiran manfaat yang diperkirakan dari suatu perubahan (Dhewanti, 2007). Metode biaya pengganti memiliki beberapa keunggulan, antara lain dapat mengatasi kesalahan penghitungan akutansi yang menggunakan nilai saat ini, berpotensial untuk digunakan secara transparan, sangat cocok untuk menilai suatu aset saat terjadi inflasi yang tinggi, dan dapat menjadi dasar penentuan keputusan untuk memasuki suatu pasar. Kekurangan yang dimiliki biaya pengganti adalah menjadi subjektif dikarenakan nilai saat ini sulit untuk ditentukan, membutuhkan penghitungan yang akurat apabila menggunakan nilai sekarang apabila terjadi pergantian teknologi, mengabaikan nilai keoptimalan, dan dapat terjadi overestimate dari suatu aset yang dinilai. Menurut Jones, et al (2000), biaya pengganti terkadang dianggap kategori spesial dalam preventive expenditure, dimana perhitungannya dengan mengestimasi nilai kerusakan lingkungan berdasarkan jumlah yang dimiliki untuk dikeluarkan dalam memperbaiki lingkungan ke keadaan sebelum kerusakan. Maka, kejadian seperti polusi dihitung sebagai potensi dan secara aktual biaya pembersihan mungkin dapat menjadi indikator yang baik menilai pengukuran pencegahan. 2.5
Manfaat Ekonomi Taman Kota Pembangunan taman kota merupakan suatu proyek pemerintah untuk
memberikan pelayanan publik berupa penghijauan kota. Definisi proyek adalah kegiatan investasi atau pengalokasian kembali sumberdaya-sumberdaya yang direncanakan serta mempertimbangkan individu atau masyarakat seluruhnya yang mendapat
keuntungan
sebesar-besarnya
atau
mengalami
kerugian
dari
pelaksanaan suatu proyek (Gittinger, 2008 dan Hanley dan Spash, 1993). Analisa
19
proyek diperlukan untuk menentukan dan menilai biaya-biaya dan manfaatmanfaat yang akan timbul dengan usulan proyek dan membandingkan keduanya dalam situasi tanpa proyek (Gittinger, 2008). Manfaat adalah tambahan bagian yang diperoleh atau dirasakan oleh individu atau masyarakat sebagai akibat adanya investasi baik yang dirasakan langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung (direct benefit) yaitu manfaat yang secara nyata dan langsung dapat dirasakan sebagai akibat proyek (Departemen ESL, 2008). Manfaat langsung dengan adanya taman kota misalnya tempat rekreasi, olahraga, kesejukan, penyerapan tenaga kerja, dan lainnya. Manfaat tidak langsung (indirect benefit) yaitu manfaat yang secara tidak langsung ditimbulkan karena adanya proyek. Manfaat tidak langsung dengan adanya taman kota bisa berupa daerah resapan air, penyerap polusi, dan peredam kebisingan. Selain itu, manfaat proyek juga bisa berupa manfaat yang tidak bisa dihitung (intangible benfit) dan manfaat yang bisa dihitung (tangible benefit). Intangible benfit yaitu manfaat yang secara tidak langsung dapat dinikmati masyarakat tetapi sulit dihitung seperti keindahan kota karena adanya taman kota. Tangible benefit yaitu manfaat yang dihasilkan suatu proyek yang bisa dihitung. Menurut Tyrvainen (2001) manfaat suatu taman kota dapat diukur dan dihitung nilai manfaatnya. Parameter yang dihitung antara lain seperti: kesediaan membayar untuk rekreasi, sebagai penghasil kayu dan non-kayu, kesejukan dan kenyamanan. Menurut Dahlan (2004) manfaat penghijauan kota dapat dihitung secara ekonomi. Berikut nilai ekonomi yang dapat dihitung dari adanya taman kota, seperti hasil kayu dan non kayu, tempat pesta, berdasarkan nilai ekologisnya (produksi oksigen, kesejukan dan kenyamanan, penyerapan pencemaran udara,
20
dan produksi air tanah), dan penyerapan tenaga kerja. Vanhove, 2005 mengemukakan bahwa dampak ekonomi dari kegiatan wisata adalah: peningkatan atau pembangkit pendapatan (income generation), peningkatan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dari pajak, efek keseimbangan pembayaran, perbaikan struktur ekonomi daerah wisata, mendorong kegiatan usaha dan kerugian ekonomi. Suatu pendapatan dari kegiatan usaha dapat dikatakan sebagai pendapatan pokok jika memiliki persentase terhadap pendapatan total sebesar >70%, pendapatan sampingan antara 30-70%, dan cabang pendapatan <30% (Soehadji, 1995 dalam Soetanto, 2002). 2.6
Penelitian Terdahulu Beberapa
penelitian
sebelumnya
yang
dijadikan
referensi
untuk
penyempurnaan penelitian ini seperti penelitian tentang keberadaan ruang terbuka hijau dan penilaian ekonomi terhadap keberadaan taman kota. 2.6.1
Penelitian Mengenai Nilai Ekonomi Taman Penelitian yang memperhitungkan nilai ekonomi suatu taman kota telah
dilakukan oleh Harnik dan Welle (2006) dan Harnik, (2011). Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Penelitian Mengenai Nilai Ekonomi Taman Kota No.
Peneliti
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
21
No.
Peneliti
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
1.
Harnik
“The Economic Benefit of The Park and Recreation System of Virginia Beach, Virginia”
Penelitian ini menilai ekonomi dari adanya taman di pantai Virginia dengan luas 33 640 hektar. Mengukur manfaat penggunaan langsung menggunakan konsep Willingness to Pay. Terdapat tujuh faktor untuk menilai manfaat ekonomi dalam penelitian ini diantaranya udara bersih ($4,5 juta), air bersih ($1,5 juta), pariwisata ($295 juta), penggunaan langsung ($337 juta), kesehatan ($38 juta), nilai properti ($10,2 juta), dan hubungan sosial masyarakat ($3,9juta). Estimasi nilai total manfaat ekonomi Taman Pantai Virginia adalah $ 691 166 971
2.
Harnik dan Welle
”Measuring The Economic Value of a City Park System-The Economic Value of Direct Use in Boston”
Luas area taman ini sebesar 5 040 hektar. Mengukur manfaat penggunaan langsung didasarkan pada satuan hari menggunakan konsep Willingness to Pay dengan metode yang dikembangkan oleh US Army Corps Engineers. Aktivitas yang dilakukan oleh pengunjung diberikan nilai satuan dollar per aktivitasnya. Fasilitas atau kegiatan terdiri dari penggunaan taman secara umum (taman bermain, jalan, duduk,dll), penggunaan fasilitas olahraga (tennis, sepedaan, berenang, dll), dan penggunaan khusus (golf, festifal, konser, atraksi, dll) yang masing-masing memiliki nilai total berturut-turut sebesar $ 146 230 236, $ 147 812 453, dan $ 60 309 713. Sehingga didapatkan nilai ekonomi total penggunaan langsung sebesar $ 335 352 402
2.6.2
Penelitian Mengenai Keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Penelitian mengenai ruang terbuka hijau telah dilakukan oleh beberapa
peneliti, diantaranya adalah Hasanah (2011) dan Yuliasari (2008). Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Penelitian Mengenai Ruang Terbuka Hijau No. 1.
Peneliti Hasanah
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
“Pengaruh Keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) terhadap harga lahan di permukiman (Studi kasus : Kelurahan Kelapa Gading
Faktor yang secara nyata mempengaruhi lahan di Kelurahan Kelapa Gading Timur (KGT) adalah jarak terhadap RTH Publik dan kenyamanan lingkungan, berdasarkan hasil model regresi double log dengan R² adjust 83,8%. Sedangkan di Kelurahan Kelapa Gading Barat (KGB) variabel yang mempengaruhi harga lahan adalah luas lahan
22
No.
2.
Peneliti
Yuliasari
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Timur dan Kelapa Gading Barat” “Distribusi Spasial Ruang Terbuka Hijau berdasarkan pengelolaan RTH di Provinsi DKI Jakarta”
dan luas RTH Privat dengan hasil model regresi double log dengan R² adjust 85,3% Delineasi diatas citra IKONOS diketahui jumlah RTH yang dikelola pemerintah Provinsi DKI sebesar 2 567,63 ha. Masingmasing terdiri dari Dinas Pertamanan dan Pekerjaan Umum sebesar 0,81%, Dinas Pertanian dan Kehutanan sebesar 2%, Dinas Pemuda dan Olahraga sebesar 0.32%, dan Dinas Pemakaman sebesar 0,45%. Luas RTH di DKI Jakarta melalui delineasi didapatkan sebesar 3.88% sedangkan laporan dari intansi pemerintah tahun 2006 sebesar 10.93%.
23
III.
KERANGKA PEMIKIRAN
Pembangunan fisik dan ekonomi yang sejalan dengan perlindungan lingkungan harus dilaksanakan secara simultan, agar tercapai pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan didefinisikan sebagai upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan (UU No. 23 Tahun 1997). Pertumbuhan ekonomi disertai pesatnya peningkatan
penduduk,
perkembangan
teknologi
serta kegiatan
industri
menimbulkan berbagai masalah lingkungan, terutama daerah perkotaan seperti DKI Jakarta. Permasalahan lingkungan Jakarta yang makin meningkat membuat Jakarta sulit keluar dari bencana banjir, krisis air bersih, kemacetan lalu lintas, pencemaran udara yang membuat kondisi Jakarta makin terpuruk. Bahkan berdasarkan pengamatan 30 tahun terakhir ini, kenaikan suhu rata-rata udara di kota Jakarta hampir mencapai 5°C (Wardhana, 2010). Permasalahan tersebut akan menjadi beban bagi lingkungan Jakarta bila tidak ada upaya untuk meminimalkan dampaknya. Salah satu upaya pencegahan untuk memperbaiki kualitas lingkungan adalah meningkatkan kualitas lingkungan. Pemerintah DKI telah berupaya melakukan perlindungan lingkungan dengan baku mutu lingkungan dari beberapa peraturan perundangan yang telah dibuat seperti SK Gubernur DKI Jakarta No. 1222 Tahun 1990 tentang baku mutu udara emisi kendaraan bermotor (Siahaan, 2004). Di sisi lain, diperlukan pula suatu upaya penataan lingkungan yang baik, serasi, dan seimbang pada sistem perencanaan yang baik berupa tata ruang.
Sistem tata ruang merupakan pengelolaan lingkungan dalam berbagai fungsi yang didasarkan pada karakter, sifat, corak, dan potensi dari tata lingkungan itu sendiri (Siahaan, 2004). Adanya sistem tata ruang maka dengan mudah dapat diketahui kemampuan suatu ekosistem lingkungan atau sumberdaya alamnya. Setiap daerah dibuatkan tata ruang sesuai karakter ekosistemnya. DKI Jakarta memiliki rencana tata ruang yang berlandaskan hukum, yaitu Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) DKI Jakarta. Salah satu bagian dalam RUTR DKI Jakarta terdapat Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) mengenai kegiatan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan yang sehat dan aman sehingga mampu memperbaiki kondisi kehidupan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Salah satunya adalah membangun Ruang Terbuka Hijau (RTH). RTH sebagai penyeimbang ekosistem kota, baik itu sistem hidrologi, klimatologi, keanekaragaman hayati, maupun sistem ekologi lainnya yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup, estetika kota, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat (Joga dan Ismaun, 2011). Sejauh ini, luas RTH Jakarta masih belum memenuhi kriteria yang disyaratkan UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 yaitu sebesar 30%. Keterbatasan lahan, dana yang tersedia, dan mahalnya harga tanah menjadi kendala pemerintah daerah Jakarta sulit memasukkan target RTH 30% ke dalam RTRW kota. Meskipun demikian, pemerintah DKI terus berupaya lebih lanjut untuk memperbaiki, menyelaraskan, menyempurnakan, dan meningkatkan RTH kota berupa ruang hijau publik yang salah satunya adalah taman kota. Taman Kota Menteng merupakan salah satu taman kota upaya pemerintah DKI Jakarta untuk menambah RTH Publik guna mencapai target RTRW DKI
24
Jakarta sebesar 20%. Taman Menteng dibangun di lahan seluas ± 24 546 m2 yang awalnya merupakan Stadion Persija Menteng. Pembangunan taman ini dirancang dengan tujuan utama memperbaiki kualitas lingkungan bagi masyarakat Menteng, keindahan kota, dan memberikan taman interaktif bagi masyarakat yang nyaman, indah, menarik, dan nyaman (Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2012). Pada dasarnya taman kota adalah taman umum pada skala kota yang peruntukannya sebagai fasilitas untuk rekreasi, olahraga, dan sosialisasi masyarakat di kota yang bersangkutan (Arifin et al, 2007). Menurut Eckbo (1964) dalam Arsyanur (2008), taman kota merupakan ruang dengan penggunaan terbatas dengan bentuk yang fleksibel dibangun dengan kontruksi serendah mungkin dengan menggunakan material alami secara maksimal. Tekanan terhadap stres yang biasa dialami oleh penduduk kota dapat dikurangi dengan cara rekreasi di alam terbuka seperti taman kota. Rekreasi pada kawasan taman kota bertujuan untuk menyegarkan kembali kondisi badan yang penat dan jenuh dari aktivitas rutin, agar siap menghadapi tugas yang baru. Selain itu, keberadaan Taman Menteng dapat menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan, khususnya daerah Menteng. Dinas pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta selaku pengelola Taman Menteng terus berupaya untuk mengelola taman secara baik sehingga dapat memberikan taman interaktif yang diminati oleh masyarakat tanpa melupakan fungsi utama taman sebagai fungsi ekologis seperti daerah resapan air. Taman Menteng memiliki potensi untuk menunjang perbaikan kualitas lingkungan dan sarana serta prasarana bagi masyarakat sekitar untuk memperoleh hiburan baik dalam rekreasi maupun olahraga. Potensi baik yang dimiliki Taman Menteng
25
menyebabkan meningkatnya kunjungan ke lokasi ini dengan bermacam aktivitas. Secara tidak langsung, aktivitas tersebut akan memberikan dampak positif maupun negatif terhadap keberlanjutan taman. Keindahan dan eksistensi taman akan tercipta jika pengelola, pengunjung dan masyarakat secara bersama-sama berperan aktif untuk menjaganya. Penelitian mengenai nilai dan manfaat ekonomi keberadaan Taman Menteng perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang dirasakan oleh masyarakat akan keberadaannya dengan mengetahui persepsi multi pihak akan fungsi keberadaan Taman Menteng, menilai ekonomi keberadaan Taman Menteng melalui pendekatan harga pasar dan non pasar, dan mengetahui apakah keberadaan Taman Menteng memberikan kontribusi terhadap pendapatan masyarakat. Adanya keberadaan Taman Menteng perlu dikaji manfaatnya agar dapat menjadi bahan pertimbangan untuk kebijakan pengelolaan Taman Menteng kedepannya oleh pihak-pihak yang terkait. Adapun alur kerangka berfikir ditunjukkan pada Gambar 2.
26
Perubahan Kualitas Lingkungan Perkotaan Akibat Peningkatan Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Perekonomian
Perlu Upaya Meningkatkan Kualitas Lingkungan Perkotaan Pembuatan/Penambahan Luas RTH Perkotaan
Pengelolaan RTH sebagai Taman Kota Menteng, Jakarta Pusat
Fungsi dan Pemanfaatan Taman Menteng, Jakarta Pusat oleh Masyarakat dan Pengunjung
Identifikasi Persepsi Multistakeholder akan Fungsi Keberadaan Taman Menteng
Nilai Ekonomi Keberadaan Taman Menteng sebagai RTH
Analisis Deskriptif Pendekatan Persepsi
Metode CVM dan Biaya Pengganti
Manfaat Ekonomi yang Ditimbulkan dari Keberadaan Taman Menteng
Estimasi Pendapatan dan Perubahan Pendapatan
Manfaat Keberadaaan Taman Menteng sebagai Salah Satu RTH di Jakarta Gambar 2. Skema Kerangka Alur Berfikir
27
IV. 4.1
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu ruang terbuka hijau publik yaitu di
Taman Kota Menteng, Kelurahan Menteng, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat mengingat luasan RTH di Jakarta yang baru mencapai 9.8%. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Hal ini dikarenakan Taman Menteng dibangun sebagai upaya pemerintah DKI Jakarta untuk menambah luasan RTH guna mencapai target sesuai RTRW DKI Jakarta yaitu sebesar 20%. Pada awalnya, pembangunan Taman Menteng mengundang kontroversi antara pihak yang berkepentingan untuk mempertahankan sebagai stadion bola dan keinginan pemerintah untuk mengalokasikan menjadi taman kota yang dirasa lebih efektif berfungsi sebagai RTH. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret-September 2012. 4.2
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian meliputi data primer dan data
sekunder
yang
diolah
baik
secara
kuantitatif
maupun
kualitatif
dan
diinterpretasikan secara deskriptif. Pengumpulan data primer didapatkan menggunakan kuisioner dan wawancara kepada pengunjung, pelaku usaha, tenaga kerja Taman Menteng, dan masyarakat sekitar kawasan. Selain itu, interview secara mendalam juga dilakukan kepada key person diantaranya adalah aparat setempat, dan Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta mengenai pengelolaan Taman Menteng. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari literatur, website, dan intansi terkait yang menunjang penelitian dan relevan sesuai
dengan topik penelitian, yaitu Pemda DKI Jakarta, Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta, serta BPS. 4.3
Metode Pengambilan Sampel Pengambilan sampel pengunjung dengan metode non-probability sampling
dimana pada metode ini kemungkinan atau peluang bagi setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel tidak sama atau tidak diketahui (Prasetyo dan Jannah, 2005). Responden untuk pengunjung, masyarakat sekitar, dan pelaku usaha dipilih dengan menggunakan metode pengambilan sampel aksidental atau convenience sampling yang didasarkan karena sampling frame tidak ada. Sampel dapat terpilih karena berada pada waktu, situasi, dan tempat yang tepat (Prasetyo dan Jannah, 2005). Responden tenaga kerja menggunakan metode sensus berdasarkan populasi. Wawancara secara mendalam dilakukan kepada pihak yang merupakan informan kunci (key person) untuk mengetahui fungsi keberadaan Taman Menteng, yaitu kepada Ketua RT dan RW, petugas dari kelurahan, serta dua orang dari pihak Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta. Pemilihan informan kunci ini didasarkan pada asusmsi bahwa mereka adalah orang-orang yang mengerti mengenai kondisi serta pengelolaan Taman Menteng. Responden pengunjung adalah mereka yang berusia 15 tahun keatas dan sedang melakukan kegiatan di Taman Menteng. Usia diatas 15 tahun dipilih karena dinilai dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk diwawancarai sehingga mudah untuk mendapatkan data yang diperlukan. Jumlah sampel responden untuk pengunjung 45 orang, masyarakat 45 orang, pelaku usaha 27 orang, dan key person 12 orang yang terdiri dari 7 Ketua RT, 1 Ketua RW, 2 petugas kelurahan setempat, dan 2 petugas Dinas Pertamanan dan Pemakaman
29
DKI Jakarta. Responden tenaga kerja berdasarkan sensus sebanyak 23 pekerja. Penentuan jumlah sampel pengunjung dan masyarakat berdasarkan Gay dalam Idrus (2009) yang menyatakan bahwa ukuran sampel paling minimum yang dapat diterima berdasarkan metode deskriptif adalah 30 subyek. Penentuan sampel pelaku usaha berdasarkan Idrus (2009) dimana jumlah sampel 20-30% dari populasi. 4.4
Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis secara kuantitatif maupun
kualitatif. Pengolahan data dilakukan dengan terlebih dahulu mengolah data hasil wawancara ke dalam matriks, kemudian dilakukan pengkodean. Selanjutnya, penghitungan persentase responden dan menginterpretasikan secara deskriptif melalui tabel dan grafik. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer. Berikut uraian matriks analisis data yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Matriks Analisis Data No. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasikan persepsi multistakeholder terhadap fungsi keberadaan Taman Menteng. 2. Mengetahui seberapa besar nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng dengan dua pendekatan 3.
Menganalisis manfaat ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan wisata di Taman Menteng terhadap perubahan pendapatan masyarakat sekitar.
Sumber Data Wawancara dengan menggunakan kuisioner Wawancara dengan menggunakan kuisioner Wawancara dengan menggunakan kuisioner
Analisis Data Analisis deskriptif dengan pendekatan persepsi Metode biaya pengganti (replacement cost) dan CVM (WTP) dengan analisis deskriptif kuantitatif Analisis deskriptif kuantitatif berdasarkan perubahan pendapatan dengan dan tanpa adanya Taman Menteng
30
4.4.1 Persepsi Menteng
Multistakeholder terhadap
Fungsi Keberadaan Taman
Persepsi multistakeholder yang termasuk dalam responden ini adalah pengunjung, masyarakat sekitar, tenaga pekerja di taman, pelaku usaha sekitar taman, aparat desa setempat, intansi terkait di pemerintahan yaitu Dinas Pertamanan dan Pemakaman yang dianalisis secara deskriptif. Responden diberikan pilihan terkait beberapa fungsi Taman Menteng yang mereka rasakan selama ini kemudian responden memberikan beberapa fungsi selain dari pilihan di kuisioner mengenai keberadaan taman, baik dari segi manfaatnya maupun dampak negatifnya berdasarkan prioritas utama. Terdapat empat (4) fungsi Taman Menteng yang di analisis, yaitu fungsi ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi. Analisis ini ditujukan untuk mengetahui persepsi multi pihak mengenai fungsi dan dampak keberadaan Taman Menteng. Akan tetapi, sebelum memberikan penilaian persepsi tersebut, responden terlebih dahulu menentukan penilaian mengenai kondisi Taman Menteng yang terdiri dari 6 kategori. Tabel 7 menjabarkan indikator mengenai kriteria-kriteria dalam kategori penilaian terhadap kondisi Taman Menteng. Tabel 7. Indikator Kriteria dalam Kategori Penilaian Kondisi Taman Menteng Kriteria Sangat Baik Kategori -Kondisi taman bersih Kebersihan
Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
-Terdapat sampah dan coret-coretan serta tidak ditanggulangi secara cepat
-Kebersihan tidak terjaga, banyak sampah dan coretcoretan disekitar taman
-Prasarana tersedia, tetapi belum bisa terpenuhi sesuai kebutuhan. -Belum optimal para pekerja taman dalam mengelola taman
-Tidak terpenuhi fasilitas sesuai dengan semestinya
Fasilitas
-Terpenuhinya semua fasilitas penunjang taman
-Taman bersih, namun masih terdapat beberapa sampah dan coretcoretan walaupun dalam kondisi wajar karena dengan segera dibersihkan -Fasilitas terpenuhi walaupun perlu ada sedikit penambahan
Pengelolaan
-Pengoptimalan yang baik dalam pengelolaan taman, seperti penyapuan,
-Secara umum pengelolaan taman berjalan dengan baik, walaupun
tidak ada sampah dan coret-coretan di area taman
-Tidak terdapat petugas yang mengelola taman, khususnya
31
Kriteria Kategori
Pelayanan
Tutupan Lahan
Arsitektur
4.4.2
Sangat Baik
Baik
pemupukan, perbaikan fasilitas yang rusak -Para pekerja bekerja dengan sangat baik dan cepat tanggap terhadap keluhan pengguna taman tanpa harus diminta -Ada tanaman dan pohon yang rindang telah tercukupi dengan baik, sehingga taman terasa sejuk dan asri
terdapat sedikit kekurangan
-Dibuat dengan desain yang menarik, unik, dan memiliki nilai estetika bagus yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Kurang Baik
Tidak Baik kebersihan perawatan
-Menanggapai keluhan pengguna dan tanggap terhadap kondisi taman
-Merespon dengan lambat keluhan pengguna taman
-Kerindangan pohon dan tanaman dirasakan cukup untuk menyejukkan taman walaupun perlu penambahan dibeberapa tempat -Memiliki desain dan ornamen taman yang bagus
-Kurangnya pohon rindang disekitar taman sehingga kesejukan taman sedikit dirasakan
-Desain taman yang tidak menarik dan kuno sehingga kurang diminati masyarakat
dan
-Tidak menjalankan tugas dengan semestinya dan tidak tanggap terhadap kondisi taman -Tidak terdapat pohon rindang dan suasana taman dirasakan tidak menyejukkan.
-Desain taman yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan kondisi taman yang diinginkan oleh masyarakat
Pendugaan Nilai Ekonomi Keberadaan Taman Menteng Penilaian terhadap keberadaan Taman Menteng merupakan suatu penilaian
terhadap manfaat yang dimiliki oleh taman tersebut, seperti keindahan dan keserasian berdasarkan atas dasar nilai penghargaan terhadap keberadaan taman. Nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng diperoleh dengan menggunakan dua pendekatan. Pendekatan pertama menggunakan konsep Willingness To Pay (WTP). Nilai kesediaan membayar/WTP diperoleh dengan cara wawancara menggunakan kuisioner kepada responden yang terdiri dari masyarakat sekitar, pengunjung dan pelaku usaha. Analisis nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng dengan menggunakan pendekatan Contingent Valuation Method (CVM). Hal ini dikarenakan nilai keberadaan Taman Menteng tidak memiliki harga pasar baik dari segi barang maupun jasa lingkungan. Penerapan CVM dalam menentukan kesediaan membayar memiliki 6 tahapan menurut Hanley dan Spash (1993),
32
namun untuk penelitian ini hanya 5 tahapan saja karena peneliti hanya ingin melihat besarnya total nilai WTP. Tahapan tersebut adalah : 1) Membangun Pasar Hipotetis Dalam metode penetapan WTP digunakan dengan mengajukan pertanyaan terhadap masyarakat sekitar, pelaku usaha dan pengunjung sebagai reponden tentang berapa nilai yang ingin dibayarkan untuk tetap mempertahankan keberadaan Taman Menteng. Sebelum mendapatkan nilai kesediaan membayar, penulis membuat skenario/pasar hipotetik. “SKENARIO : Keberadaan Taman Menteng memiliki fungsi yang beragam, seperti memproduksi oksigen, mengontrol iklim setempat, mencegah erosi, penyimpanan air tanah, mereduksi polusi debu dan kebisingan, menahan angin, sarana rekreasi keluarga, dan lain sebagainya. Fungsi yang beragam tersebut membuat keberadaan taman sangatlah penting karena dapat meningkatkan kualitas lingkungan daerah sekitar. Jika keberadaan taman ini tidak dijaga dengan baik maka akan menimbulkan degradasi lingkungan, seperti terjadi peningkatan suhu udara, banjir, penurunan permukaan tanah, intrusi air laut, pencemaran air, suasana gersang, dan tingkat kebisingan yang tinggi. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk tetap menjaga keberadaan Taman Menteng. Salah satu upaya tersebut adalah menilai secara ekonomi mengenai keberadaan Taman Menteng dengan konsep Willingnes to Pay (WTP) oleh pengunjung, masyarakat dan pelaku usaha. Dimana nilai WTP tersebut mencerminkan nilai ekonomi dari
33
keberadaan Taman Menteng yang menghargai secara moneter agar keberadaan serta kelestarian tetap terjaga secara berkelanjutan.” 2) Memperoleh Nilai Penawaran Setelah pasar hipotetik terbentuk, untuk mendapatkan nilai penawaran pada penelitian ini dilakukan dengan survei langsung ke responden. Survei ini bertujuan untuk memperoleh nilai maksimum keinginan membayar (WTP) dari responden. Responden diberi pertanyaan mengenai kesediaannya untuk berkontribusi yang sanggup dibayarkan. Pertanyaan akan dihentikan sampai nilai sesuai kemauan yang mereka bayar diperoleh, dimana mendapatkan nilai maksimum WTP atau responden enggan untuk kembali membayar (Syaukat, 2011; Fauzi, 2006). 3) Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTP Setelah memperoleh nilai penawaran, langkah selanjutnya adalah memperkirakan nilai rataan WTP menggunakan nilai rata-rata dari penjumlahan keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Dugaan Rataan WTP dihitung dengan rumus (Hanley dan Spash, 1993):
EWTP = Dimana :
∑𝑛 𝑖=1 𝑊𝑖 𝑛
EWTP = Dugaan rataan WTP (Rp) Wi
= Nilai WTP ke-i (Rp)
n
= Jumlah responden (orang)
i
= Responden ke-i yang bersedia membayar (i=1,2,...,n)
4) Menduga Kurva WTP Kurva WTP responden dibentuk menggunakan jumlah kumulatif dari jumlah individu yang bersedia memilih satu nilai WTP tertentu. Asumsinya
34
adalah individu yang bersedia membayar suatu nilai WTP jumlahnya akan semakin sedikit sejajar dengan peningkatan WTP. 5) Penjumlahan Data Pendugaan penjumlahan data WTP dilakukan setelah didapatkan dugaan nilai rataan WTP yang dikalikan dengan jumlah polulasi. Selain itu, nilai rataan WTP pelaku usaha di taman dikonversikan terhadap total pelaku usaha yang terdaftar di pengelola Taman Menteng. Rumusan total WTP untuk tiap kelompok responden adalah :
TWTPi= EWTPi x P Dimana : TWTPi = Total WTP responden ke-i (Rp) EWTPi= Dugaan rataan WTP ke-i (Rp) P
= Jumlah populasi (orang)
i
= Responden ke-i (i=1,2,...,n)
Jumlah populasi pengunjung merupakan jumlah pengunjung yang datang ke Taman Menteng dalam satu tahun terakhir (2011). Jumlah populasi masyarakat yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah jumlah penduduk di Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Hal ini dikarenakan Taman Menteng dibangun oleh pemerintah DKI Jakarta dengan maksud untuk menata kawasan Menteng dan juga memberikan kualitas lingkungan yang lebih baik. Selain itu, masyarakat yang memanfaatkan keberadaan Taman Menteng terutama untuk kegiatan-kegiatan sosial seperti senam lansia, bazar pakaian dan makanan, serta kegiatan outbond lebih kepada masyarakat yang masih bertempat tinggal di lokasi Kecamatan Menteng. Jumlah populasi untuk pelaku usaha merupakan masyarakat yang memanfaatkan keberadaan Taman Menteng untuk lapangan usaha dalam mencari keuntungan dan telah terdaftar oleh pihak pengelola. 35
Selanjutnya dalam penelitian ini menghitung existence value/nilai keberadaan Taman Menteng. Adapun formula dari estimasi nilai keberadaan, menurut Mitchell dan Carson (1989) dalam Aini (2011) sebagai berikut : EV = TWTPp + TWTPm + TWTPu Dimana : EV
= Nilai ekonomi total keberadaan Taman Menteng
TWTPp = Nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng oleh pengunjung TWTPm = Nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng oleh masyarakat TWTPu = Nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng oleh pelaku usaha Setelah nilai ekonomi total keberadaan Taman Menteng diperoleh, selanjutnya dilakukan
perhitungan keberadaan Taman Menteng melalui
pendekatan kedua yaitu dengan biaya pengganti atau (replacement cost) yang dilihat dari biaya pembangunan proyek taman beserta biaya operasional pemeliharaan selama satu tahun. Biaya pembangunan proyek Taman Menteng dilakukan perhitungan kedalam future value. Perhitungan ini diterapkan karena Taman Menteng telah selesai dibangun dan dapat dipergunakan pada tahun 2007. Perhitungan future value ini menggunakan konsep compounding dimana menarik uang saat ini ke nilai uang yang akan datang dengan rumusan sebagai berikut : FV=PV(1+i)t, Dimana :
FV = Future value PV = Present value i
= Interest rate (tingkat suku bunga)
t
= Banyaknya waktu (tahun)
Penelitian ini merupakan penelitian sosial sehingga dalam perhitungan interest rate menggunakan rata-rata suku bunga Bank Indonesia pada saat ini
36
(2012) sebesar 5,75% 1. Perhitungan ke dalam dua metode tersebut dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng dari sisi biaya investasi yang diperlukan untuk menyediakan Taman Menteng melalui konsep biaya pengganti dan penilaian yang dilakukan oleh pengguna taman yang memanfaatkan keberadaan taman secara langsung melalui metode CVM. 4.4.3
Analisis Manfaat Ekonomi dari Kegiatan di Taman Menteng dengan Mengestimasi Perubahan Pendapatan Masyarakat Estimasi pendapatan dan perubahan pendapatan akibat adanya keberadaan
Taman Menteng dianalisis dengan mengkaji perubahan pendapatan masyarakat dengan dan tanpa adanya Taman Menteng. Perubahan pendapatan masyarakat sekitar dilihat dengan perhitungan pendapatan rata-rata berdasarkan kelompok pekerjaan. Pendapatan rata-rata hanya dari Taman Menteng didapatkan dengan mengurangi pendapatan total masyarakat dan pendapatan masyarakat tanpa adanya Taman Menteng. Rumus perubahan pendapatan sebagai berikut: ΔITM = ITot – INonTM Dimana: ΔI TM = Perubahan pendapatan rata-rata masyarakat dari adanya Taman Menteng I Tot
= Pendapatan Total masyarakat
I NonTM = Pendapatan rata-rata masyarakat tanpa adanya Taman Menteng Analisis ini dilanjutkan dengan mencari besarnya proporsi pendapatan yang diperoleh dari usaha maupun sebagai pekerja di Taman Menteng. Hasil analisis dapat menunjukkan apakah pendapatan yang diperoleh dari adanya kawasan merupakan pendapatan utama bagi masyarakat. Persentase proporsi
1
http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/Data+BI+Rate/ diakses pada tanggal 18 Juni 2012
37
pendapatan yang diperoleh dari adanya Taman Menteng dapat dihitung dengan rumus:
% ITM = Dimana: %I TM
𝐼 𝑇𝑀
𝐼 𝑇𝑜𝑡
𝑥100%
= Persentase proporsi pendapatan rata-rata masyarakat dari adanya Taman Menteng terhadap total pendapatan
I TM
= Pendapatan rata-rata masyarakat hanya dari Taman Menteng Soehadji (1995) dalam Soetanto (2002) menjelaskan persentase tipologi
usaha terhadap pendapatan total seseorang, yaitu: 1) Usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan kurang dari 30% disebut sebagai pendapatan sambilan. 2) Usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan antara 30-70% disebut sebagai pendapatan sampingan. 3) Usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan antara 70-100% disebut sebagai pendapatan utama atau pokok.
38
V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1
Gambaran Umum Kawasan Taman Menteng Taman Menteng terletak di Jalan HOS Cokroaminoto 87, Kelurahan
Menteng, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat yang memiliki luas ± 24 546 m² (Lampiran 7). Secara administrasi pemerintahan, letak Taman Menteng sebelah Barat berbatasan dengan Hotel Formula 1 dan kawasan komersial Jl. HOS Cokroaminoto; sebelah Timur berbatasan dengan Jl. Kediri yang berdampingan dengan permukiman elite; sebelah Selatan berbatasan dengan Jl. Sidoarjo, Taman Kodok dan permukiman warga elite; dan sebelah Utara berbatasan dengan Jl. Prof. Moh.Yamin dan Koramil (Lampiran 6). Letak Taman Menteng yang berada dipinggir jalan utama tengah kota menjadikan akses menuju taman ini sangat mudah untuk kendaraan pribadi dan mudah untuk kendaraan umum karena dilewati oleh angkutan umum seperti Kopaja P 20 arah Lebak Bulus-Pasar Senen, lokasi taman juga berdekatan Stasiun Cikini dengan jarak tempuh ± 1 km, dan jalur Busway koridor 6 Ragunan-Dukuh Atas di Shelter Setia Budi Aini dengan jarak tempuh ± 1 km. Terdapat 5 dinas yang terkait terhadap pengelolaan Taman Menteng agar keberlanjutannya tetap terjaga. Dinas Pertamanan dan Pemakaman merupakan pengelola yang memiliki tanggung jawab dalam pemeliharaan taman, baik mempekerjakan petugas kebersihan dan keamanan taman. Dinas Perhubungan merupakan pihak
pengelola yang
bertanggung jawab terhadap arena parkir
beserta pemeliharaan gedung parkirnya. Dinas Penerangan Jalan Umum betanggung jawab terhadap fasilitas penerangan lampu yang ada disekitar taman. Dinas olahraga bertanggung jawab dari segi pemeliharaan maupun pemenuhan
fasilitas yang terkait dengan sarana olahraga. Dinas kebersihan memiliki tanggung jawab terhadap pengangkutan sampah dari aktivitas taman. Jika terdapat keluhan atau perbaikan taman yang diluar tanggung jawab pengelola Taman Menteng, maka Dinas Pertamanan dan Pemakaman yang akan menginformasikan kepada dinas terkait agar diproses lebih lanjut. Hal ini dikarenakan pihak Dinas Pertamanan dan Pemakaman merupakan pengelola utama yang rutin mengawasi Taman Menteng tiap harinya. Oleh karena itu, kelima dinas terkait harus memiliki koordinasi yang baik agar keberadaan Taman Menteng tetap terjaga dengan baik. 5.2
Sejarah Taman Menteng Semula kawasan ini merupakan Lapangan atau Stadion Persija yang telah
ada sejak tahun 1920 bernama Voetbalbond Indiesche Omstreken atau V.I.O.S Veld (Dinas Pertamanan dan Pemakaman, 2006). Selain diperuntukkan sebagai lapangan bola, kawasan ini berfungsi sebagai ruang terbuka publik, khususnya bagi masyarakat Menteng dan juga sebagai daerah resapan air. Seiring perkembangannya, Stadion Persija tidak memungkinkan untuk dipertahankan lagi. Hal ini dikarenakan area stadion tersebut sudah tidak mampu untuk menampung jumlah penonton yang terus bertambah, lahan parkir yang tidak sesuai dengan kapasitas, serta meningkatnya penjaja makanan disekitar stadion. Kondisi ini menimbulkan kemacetan, penurunan salah satu fungsi kawasan tersebut sebagai daerah resapan air, dan keresahan bagi masyarakat Menteng jika terjadi kericuhan oleh suporter bola. Begitu pula dengan kondisi kawasan Stadion Persija Menteng yang terus mengalami peningkatan dalam pengembangan kawasan menyebabkan terjadi ketidakseimbangan ekologi seperti makin meningkatnya pemanfaatan lahan yang menyebabkan menurunnya fungsi kawasan tersebut sebagai fungsi
40
ekologis maupun estetika.
Disisi lain, kondisi fisik Stadion Persija terlihat
semakin kumuh dan biaya operasional untuk mempertahankan ataupun untuk merehabilitas stadion tersebut lebih tinggi dan tidak optimal 1. Oleh karena itu, pemerintah menetapkan untuk mengembalikan fungsi kawasan tersebut sebagai salah satu daerah resapan air dengan membangun taman kota. Melalui pertimbangan tersebut pada bulan September 2004 Gubernur DKI Jakarta dan Pemda DKI memutuskan untuk merelokasi Stadion Persija sebagai taman kota. Hasil kesepakatan bersama antara pihak pengelola dan dinas pemerintah terkait bahwa seluruh kegiatan klub sepak bola Persija dialihkan ke “Stadion V.I.J Roxy” dan asrama dipindah ke Graha Wiata Ragunan. Alihfungsi Stadion Persija menjadi taman kota dikuatkan dengan dasar hukum UU No.8 Tahun 2005 tentang tata kota, Surat Perintah Gubernur DKI No.50 Tahun 2006, dan Surat persetujuan 55 warga Menteng kepada Gubernur. Rencana pembangunan Taman Menteng dimulai pada 2004, perancangan tersebut seperti studi kelayakan dan kajian lingkungan sekitar pada tahun 2005. Pembangunan Taman Menteng dimulai tahun 2006 dan diresmikan pada tanggal 28 April 2007. Maksud dan tujuan pembangunan Taman Menteng adalah menata kawasan menteng dan sekitarnya sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan fisik kota yang berfungsi sebagai ruang terbuka publik serbaguna dan menyediakan taman aktif yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dengan aman dan nyaman dari pagi hingga malam hari. Perencanaan lanskap kawasan lapangan bola Persija Menteng diawali dengan pencarian ide dan gagasan melalui sayembara. Hasil dari kegiatan tersebut adalah sebuah gagasan awal berjudul “DUAL MEMORY” yang menampilkan ide sebuah 1
Hasil wawancara dengan key person yaitu Pengawas Taman Menteng dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman pada Maret 2012 mengenai sejarah Taman Menteng
41
taman kota bersifat kontemporer yang dapat menampung berbagai aktivitas warga (Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2006). Pada awal perencanaanya lahan yang ingin dibangun untuk dijadikan Taman Menteng terdiri dari Lapangan Eks Stadion Persija Menteng dengan luas lahan 24 276 m² dan Taman Situbondo atau yang lebih dikenal dengan nama Taman kodok dengan luas 3 013 m² sehingga total luas lahan ± 27 289 m². Akan tetapi, sampai saat ini hanya terealisasi di Taman Eks Lapangan Persija Menteng dikarenakan warga sekitar Menteng tidak setuju Taman Kodok disatukan dengan Taman Menteng. Menurut Kepala Seksi Taman Kota dan Lingkungan Bidang Taman Kota Dinas Pertamanan dan Pemakaman Prov. DKI Jakarta (Bapak M Fajar Sauri), Taman Kodok segera mungkin akan dijadikan satu dengan Taman Menteng untuk merealisasikan sesuai awal masterplan Taman Menteng awalnya, namun dengan ada perubahan dari desain semula. 5.3
Operasional Pengelolaan Taman Menteng Kegiatan pengelolaan taman secara keseluruhan meliputi kegiatan-
kegiatan yang beranekaragam seperti pemeliharaan seluruh sarana dan prasarana taman yang bersifat perawatan kontinu dalam waktu harian sampai dengan bulanan dan pemeliharaan yang bersifat perbaikan atau penggantian sewaktuwaktu.
Operasional
dan
pengamanan
taman,
meliputi
personil-personil
pengelolaan dan pengawasan, administrasi dan kelengkapan operasional kegiatan, listrik, telepon dan air. Operasional dan jasa pengelolaan dari unsur satuan kerja atau perusahaan yang ditunjuk semuanya dapat diperhitungkan besaran biaya dengan alokasi biaya yang didapat dari pengelolaan pemanfaatan hasil
42
optimalisasi pemanfaatan potensi yang ada (Dinas Pertamanan dan Pemakaman, 2008). Pemeliharan sarana dan prasarana taman dilakukan secara rutin tiap harinya agar mampu mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang telah ditanam sesuai dengan kondisi yang direncanakan. Pemeliharaan Taman Menteng
dilakukan
oleh
Dinas
Pertamanan
dan
Pemakaman
dengan
mempekerjakan petugas kebersihan, penyiraman taman dan kebersihan toilet dan mushola mulai dari pukul 05.30-21.30 dengan pembagian kerja dalam 2 shift yaitu shift pagi dan shift siang. Untuk petugas kebersihan, shift pagi mulai dari pukul 05.30-13.30 sedangkan shift siang pukul 13.30-21.30. Petugas penyiraman taman hanya shift pagi saja pukul 07.00-15.00. Petugas toilet paling banyak jam kerjanya karena shift pagi dimulai dari pukul 05.30-15.00 sedangkan shift sore pukul 15.0024.00, tetapi saat akhir pekan jam kerja bertambah hingga pukul 05.00. Para pekerja diberikan istirahat selama satu jam, namun tidak diperkenankan semua beristirahat sehingga harus bergantian. Jam istirahat yaitu pada pukul 12.00-13.00 dan terkadang bersifat fleksibel disesuaikan dengan kondisi yang terpenting pekerjaan mereka telah selesai dan kebersihan taman tetap terjaga. Kegiatan pemeliharaan taman terdiri dari pembersihan areal taman, penyapuan
taman,
penyiraman
tanaman,
pemangkasan,
pemupukan,
penggemburan tanah, pendangiran dan penyiangan gulma, pengendalian hama dan penyakit, pencucian plaza pekerasan atau keramik, pembersihan lantai bangunan parkir, pembersihan dinding dan atap rumah kaca, pembuangan sampah, pengurasan kolam, pemeliharaan lampu taman, pengecatan, dan lainnya. Alat yang digunakan dalam pemeliharaan seperti, cangkul tangan kecil, sekop, selang
43
plastik, sprinkler, arit atau parang, gunting pangkas rumput, gergaji, sapu lidi, pengki, gerobak sampah, sarung tangan, dan lain sebagainya. Taman Menteng merupakan fasilitas publik yang dapat dimanfaatkan tanpa batas waktu oleh penggunanya. Begitu pula operasional pemanfaatan lahan parkir yang tersedia di gedung parkir. Agar terciptanya pelayanan keamanan asetaset sarana dan prasarana taman, pelayanan keamanan pengunjung, ketertiban taman pihak pengelola mengoperasionalkan pengamanan taman selama 24 jam penuh oleh tenaga satuan pengamanan yang terbagi dalam 2 shift. 5.4
Karakteristik Umum Pengunjung Taman Menteng Perolehan data mengenai karakteristik umum pengunjung Taman Menteng
dalam penelitian ini diperoleh melalui survei langsung berdasarkan hasil wawancara terhadap 45 responden yang ditemukan dilokasi penelitian sebagai sample. Responden tersebut merupakan pengunjung yang datang ke Taman Menteng dan berasal dari berbagai elemen masyarakat. Karakteristik pengunjung tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.
44
Tabel 8. Karakteristik Responden Pengunjung Taman Menteng No. Karakteristik 1. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 2. Tingkat Usia (tahun) < 20 20-29 30-39 40-49 Jumlah 3. Tingkat Pendidikan SMP/Sederajat SMA/Sederajat Diploma S1-S2 Jumlah 4. Status Pernikahan Belum Menikah Sudah Menikah Jumlah 5. Jumlah Tanggungan Tidak Ada 1-2 Orang 3-4 Orang > 5 orang Jumlah 6. Jenis Pekerjaan Pelajar/Mahasiswa PNS/BUMN Pegawai Swasta Wirausaha Ibu Rumah Tangga Jumlah 7. Tingkat Pendapatan < 1 000 000 1 000 000-2 000 000 2 100 000,01-3 000 000 3 100 000,01-4 000 000 4 100 000,01-5 000 000 >5 000 000 Jumlah
Frekuensi
Persentase (%)
17 28 45
38 62 100
23 14 6 2 45
51 31 13 4 100
1 22 8 14 45
2 49 18 31 100
10 35 45
78 22 100
23 12 7 3 45
51 27 16 7 100
22 2 10 5 6 45
49 4 22 11 13 100
19 12 3 3 2 6 45
42 27 7 7 4 13 100
Sumber: Data Primer, Diolah (2012)
45
Berdasarkan hasil survei, pengunjung yang datang ke Taman Menteng umumnya berasal dari wilayah Jabodetabek, dimana sebesar 73% responden pengunjung berasal dari Provinsi DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan motivasi pengunjung yang datang ke taman pada umumnya adalah untuk berekreasi, hangout dan berolahraga. Umumnya mereka berkunjung pada hari libur dan akhir pekan dengan waktu kunjungan pada pagi dan sore hari. Waktu yang dihabiskan pengunjung rata-rata antara 2 hingga 3 jam persatu kali kunjungan. Secara umum, pengunjung yang datang ke Taman Menteng terbagi menjadi dua tipe. Tipe pertama adalah pengunjung tetap dengan dua kelompok frekuensi, yaitu kelompok pertama kunjungan antara 1 sampai 3 kali per minggu dan kelompok kedua kunjungan antara 1 sampai 2 kali per bulan. Tipe kedua adalah pengunjung tidak tetap yang mana baru 1 sampai 5 kali berkunjung ke Taman Menteng. Berdasarkan hasil penelitian, responden pengunjung yang datang ke Taman Menteng didominasi oleh perempuan (62%) dibandingkan laki-laki. Hal ini dikarenakan pengunjung perempuan datang dengan jumlah kelompok yang lebih besar dibandingkan pengunjung laki-laki. Umumnya pengunjung yang datang ke Taman Menteng adalah kalangan usia muda, dimana sebesar 51% responden pengunjung berada pada tingkat usia <20 tahun. Sekitar Taman Menteng terdapat banyak pertokoan sehingga beberapa para pekerja yang berkantor disekitar taman sering memanfaatkan taman untuk istirahat siang. Tingkat usia responden pengunjung di kisaran 40-49 tahun hanya sebesar 4% dan tidak terdapat responden dengan usia > 49 tahun. Hal ini mencerminkan bahwa Taman Menteng kurang diminati oleh kaum orang tua dan usia lanjut.
46
Tingkat pendidikan pengunjung didasarkan pada pendidikan formal terakhir yang dijalani. Pendidikan formal tertinggi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat sebesar 49%. Hasil tersebut selaras dengan tingkat usia pengunjung tertinggi, dimana pengunjung yang datang ke Taman Menteng ratarata
pada usia remaja yang memang pada dasarnya sedang produktif dalam
bersosialisasi dan beraktivitas di luar kegiatan sekolah. Tingkat pendidikan Sarjana baik S1 dan S2 sebesar 31%. Pada tingkat pendidikan tersebut kebanyakan responden mengunjungi taman bersama keluarga yang pada saat akhir pekan. Sebagian responden dengan tingkat pendidikan yang tinggi telah menyadari akan pentingnya keberadaan taman bukan hanya dari segi rekreasi yang ekonomis, namun dari segi pendidikan untuk anak-anak mereka agar mencintai alam sejak dini dan mengurangi pola hidup konsumtif. Selain itu, masih sedikit minat pengunjung pelajar di tingkat pendidikan SMP yang mengunjungi Taman Menteng, terbukti hanya sebesar 2%. Status pernikahan pengunjung secara tidak langsung dipengaruhi oleh usia dan mempengaruhi jumlah tanggungan. Sebesar 78% responden pengunjung belum menikah dengan tingkat usia antara 15-32 tahun dan tanggungan 0-1 orang. Pengunjung yang sudah menikah sebesar 22% dengan tingkat usia antara 27-49 tahun dan jumlah tanggungan antara 3-5 orang. Pengunjung yang sudah menikah pada umumnya datang ke Taman Menteng bersama keluarga untuk berekreasi. Jenis pekerjaan para pengunjung relatif bervariasi, karena taman merupakan fasilitas umum yang diperlukan oleh semua kalangan untuk menyediakan sarana yang dibutukan bagi masyarakat. Pengunjung berstatus pelajar atau mahasiswa sebesar 49%. Hasil tersebut selaras dengan hasil tertinggi pada tingkat usia kurang
47
dari 20 tahun dan tingkat pendidikan. Nilai tersebut memperlihatkan bahwa Taman Menteng pada umumnya diminati oleh kalangan muda. Pengunjung yang bersetatus pensiunan atau tidak bekerja tidak ditemui pada sampel ini. Responden pengunjung yang memiliki tingkat pendapatan kurang dari Rp 1 000 000 perbulan sebesar 42%. Hasil tersebut didukung oleh tingkat pekerjaan sebagian besar pengunjung merupakan pelajar atau mahasiswa, dimana keduanya belum memiliki pekerjaan dan hanya didasarkan pada pengeluaran perbulan mereka. Pendapatan terbesar kedua dikisaran antara Rp 1 100 000,01 Rp 2 000 000 perbulan sebesar 27%, pendapatan terbesar ketiga pada kisaran pendapatan lebih dari Rp 5 000 000 perbulan sebesar 13%, pada pendapatan Rp 2 100 000,01-3 000 000 perbulan dan Rp 3 100 000,01-4 000 000 perbulan memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 7% dan terendah pada pendapatan Rp 4 1000 000,01-5 000 000 perbulan sebesar 4%. Secara keseluruhan nilai tersebut mencerminkan bahwa sebagian besar pengunjung yang datang ke Taman Menteng adalah kalangan menengah bawah dengan penghasilan rata-rata kurang dari Rp 2 000 000/bulan, dimana mereka membutuhkan sarana hiburan dan rekreasi yang ekonomis. 5.5
Karakteristik Umum Masyarakat Sekitar Taman Menteng Masyarakat RW 02 dan RW 09 Kelurahan Menteng merupakan kelompok
masyarakat yang dekat dengan Taman Menteng. Responden untuk masyarakat sekitar berjumlah empat puluh lima orang. Karakteristik masyarakat sekitar Taman Menteng dapat dilihat pada Tabel 9.
48
Tabel 9. Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar Taman Menteng No. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Karakteristik Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Tingkat Usia (tahun) 19-28 29-38 39-48 49-58 Jumlah Tingkat Pendidikan SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Diploma S1-S2 Jumlah Status Pernikahan Sudah Menikah Belum Menikah Jumlah Jumlah Tanggungan Tidak Ada 1-2 Orang 3-4 Orang > 5 orang Jumlah Jenis Pekerjaan Pelajar/Mahasiswa PNS/BUMN Pegawai Swasta Wirausaha Ibu Rumah Tangga Jumlah Tingkat Pendapatan < 1 000 000 1 100 000-2 000 000 2 100 000,01-3 000 000 3 100 000,01-4 000 000 4 100 000,01-5 000 000 >5 000 000 Jumlah Lama Tinggal Penduduk Asli 0-10 tahun 11-20 tahun >21 tahun Jumlah
Frekuensi
Persentase (%)
11 34 45
24 76 100
12 19 12 2 45
27 42 27 4 100
2 4 19 6 14 45
4 9 42 13 31 100
41 4 45
91 9 100
1 8 25 11 45
2 18 56 24 100
1 17 3 7 17 45
2 38 7 16 38 100
6 12 18 4 3 2 45
13 27 40 9 7 4 100
26 8 3 8 45
58 18 7 18 100
Sumber: Data Primer, Diolah (2012)
49
Responden masyarakat Taman Menteng sebagian besar telah menjalani pendidikan yang cukup baik, terlihat dari hasil tingkat pendidikan S1-S2 sebesar 31% dan SMA sebesar 42%. Akan tetapi, masih terdapat responden yang hanya lulusan SD (4%). Tingkat pendidikan secara tidak langsung akan mempengaruhi jumlah pendapatan. Rata-rata tingkat pendapatan masyarakat relatif cukup, hal tersebut dapat terlihat dari hasil terbesar pendapatan responden masyarakat dikisaran Rp 2 100 000,01-3 000 000. Selain itu terdapat juga masyarakat dengan penghasilan yang cukup besar (4%) dengan pendapatan lebih dari Rp 5 000 0000. Terdapat pula beberapa responden masyarakat yang berpenghasilan kurang dari Rp 1 000 000 (13%). Responden berstatus sudah menikah sebanyak 91%. Hal tersebut sesuai dengan rata-rata tingkat usia responden yaitu 29-38 sebanyak 42%, usia antara 1928 dan 39-48 sebanyak 27%. Responden yang memiliki usia lebih dari 48 tahun sebanyak 4%. Status pernikahan dan usia secara tidak langsung berpengaruh terhadap jumlah tanggungan. Rata-rata responden memiliki jumlah tanggungan 3-4 orang (56%), bahkan ada yang menanggung lebih dari 5 orang (24%). Terdapat juga responden yang belum memiliki tanggungan (2%). Rata-rata responden yang tinggal di sekitar Taman Menteng merupakan penduduk asli Menteng (58%). Responden yang telah menetap lebih dari 21 tahun sebanyak 18%. Rata-rata responden ini merupakan masyarakat asli betawi. Akan tetapi, terdapat juga warga pendatang yang memutuskan untuk tinggal di kawasan Menteng dikarenakan kawasan ini mudah dalam hal akses mobilisasi, disamping itu lokasi kawasan Menteng yang sangat dekat dengan pusat perkantoran.
50
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1
Potensi Pemanfaatan Taman Menteng Taman Menteng dibangun dengan memiliki fungsi utama dan fungsi
tambahan. Fungsi utamanya adalah area publik yang memiliki fungsi ekologis seperti daerah resapan air, menyerap polusi, dan peredam kebisingan, serta sebagai area taman interaktif warga yang digunakan oleh seluruh masyarakat untuk berinteraksi dan berekreasi. Pemanfaatan Taman Menteng terlihat jelas dari aspek rekreasi seperti family gathering, olahraga, hangout. Penggunaan Taman Menteng dapat secara khusus, tetapi dibatasi maksimal 30% dari lahan yang dipakai, seperti pemanfaatan rumah kaca untuk kegiatan galeri, pameran maupun video shooting. Fungsi tambahannya adalah menyediakan sarana dan prasarana taman yang dimanfaatkan secara tetap atau permanen tanpa mengganggu masyarakat umum pemakai taman, seperti untuk melatih keterampilan dalam kegiatan dance maupun taekwondo di penggunaan lahan basement gedung parkir. Taman Menteng memiliki berbagai fasilitas sarana dan prasarana, seperti : a) Bangunan parkir 3 lantai dan atap bangunan seluas tapak 1 675 m² digunakan untuk parkir kendaraan secara penuh yaitu pada lantai 1 dan 2 dan lantai atap hanya pada siang hari (Gambar 3). Total kapasitas tampung untuk kendaraan mobil sebanyak 160 unit dan untuk kendaraan sepeda motor sebanyak 500 unit. Pengguna lahan parkir ini sebagian besar adalah para pekerja yang berkantor di sekitar Taman Menteng.
Sumber: Data Primer, (2012)
Gambar 3. Area Parkir Taman Menteng b) Bangunan kaca atau lebih sering disebut dengan rumah kaca terdapat 2 unit yang masing-masing memiliki luas 300 m² yang dapat digunakan untuk galeri, pesta, pameran, promosi, festival, shooting, pemotretan dan seminar (Gambar 4). Bangunan kaca ini di bangun untuk ornamen dan nilai estetika yang menjadi ciri khas Taman Menteng, di sisi lain untuk pemasukan terhadap pengelola. Pemanfaatan rumah kaca dikenakan biaya sewa sebesar Rp 2 000 000/hari. Sebagian besar pengunjung Taman Menteng memanfaatkan rumah kaca sebagai tempat untuk berfoto. Hal ini dikarenakan desain bangunan rumah kaca yang unik dan bagus.
Sumber: Data Primer, (2012)
Gambar 4. Rumah Kaca Taman Menteng c) Sarana olahraga berfungsi untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat terhadap kegiatan olahraga yang mana tidak ingin meninggalkan fungsi awal kawasan ini sebagai area olahraga (Gambar 5). Area penunjang olahraga terdiri dari lapangan futsal sebanyak 2 unit, lapangan basket dan voli yang
52
masing-masing sebanyak 1 unit, dan area jogging track. Penggunaan terhadap sarana olahraga ini tanpa batas waktu dan siapapun boleh memanfaatkannya dengan cara bergantian. Sarana olahraga ini paling sering digunakan dan sangat digemari oleh pengunjung yang datang. Bagi pengguna yang rutinitas menggunakan lapangan pada akhir pekan, sebelumnya harus melapor ke bagian
security
taman
karena
dikenakan
retribusi
sebesar
Rp 100 000/bulan/kelompok sebanyak 4 kali dalam sebulan. Hal ini dikarenakan terjadi peningkatan jumlah pengguna lapangan pada saat akhir pekan ataupun pada saat hari libur, sehingga diharuskan melapor ke petugas dan selanjutnya dibuatkan jadwal bagi penggunaan lapangan agar tidak terjadi perselisihan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
Sumber: Data Primer, (2012)
Gambar 5. Area Olahraga Taman Menteng d) Area taman dan kelengkapannya dapat digunakan oleh pengunjung untuk beristirahat, menikmati keindahan taman, duduk-duduk disekitar taman, outbond, family gathering, fotografi atau sebagian untuk pameran, video shooting, pemotretan, dan lainnya (Gambar 6). Area taman yang terdapat banyak pohon rindang merupakan area yang paling digemari oleh pengunjung untuk beristirahat. Selain itu, duduk-duduk di area taman disertai menikmati
53
keindahan taman dan aktivitas yang ada merupakan salah satu aktivitas yang sering dilakukan oleh pengunjung.
Sumber: Data Primer, (2012)
Gambar 6. Pemanfaatan Area Taman Menteng e) Taman bermain anak awalnya dalam masterplan pembangunan Taman Menteng diperuntukkan sebagai mushola yang dirasa lebih bermanfaat (Gambar 7). Hal ini dikarenakan tidak jauh dari lokasi taman sudah terdapat masjid, sehingga area tersebut berubah menjadi arena bermain anak yang dirasa lebih bermanfaat. Keberadaan arena bermain anak sangat mendukung konsep rekreasi keluarga. Fasilitas yang terdapat di arena bermain anak seperti tanah berpasir, terowongan berjembatan, ayunan, dan panjat-panjatan melingkar. Arena bermain anak merupakan salah satu arena yang paling digemari oleh pengunjung berkeluarga yang membawa anak balita. Saat hari kerja, pengguna area ini paling banyak digunakan pada sore hari. Selain itu, pada saat akhir pekan ataupun libur nasional area ini yang tidak henti dimanfaatkan oleh pengunjung mulai dari pagi hingga malam hari.
54
Sumber: Data Primer, (2012)
Gambar 7. Arena Bermain Anak Taman Menteng f) Area basement parkir yang pada awalnya diperuntukan untuk foodcourt, namun sampai saat ini belum bisa terealisasi dikarenakan beberapa persyaratan yang belum dapat terpenuhi (Gambar 8). Manfaatnya area ini dijadikan tempat berkumpul oleh para komunitas-komunitas baru seperti shuffle, dance, taekwondo, seni akustik band, dan lainnya untuk melatih keterampilan. Area ini tidak pernah sepi dikunjungi terutama pada saat jumat malam dan sabtu malam.
Sumber: Data Primer, (2012)
Gambar 8. Pemanfaatan Basement Gedung Parkir Taman Menteng g) Monumen Kenangan Persija dibangun dengan maksud untuk mengenang sejarah Stadion Persija Menteng yang dahulunya berada dilokasi ini (Gambar 9). Penempatan monumen ini berada di sudut taman yang berdampingan dengan rumah kaca dan dikelilingi area jogging track. Sebagian besar pengunjung tidak mengetahui nama dan maksud keberadaan
55
bangunan ini dikarenakan tidak adanya keterangan maupun tulisan disekitar monumen dan umumnya pengunjung hanya berfoto-foto.
Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman (2008)
Gambar 9. Monumen Kenangan Persija Menteng h) Fasilitas pendukung lainnya yang disediakan di sekitar area Taman Menteng seperti bangku taman, sumur resapan (biopori), 4 kolam air mancur, lampu taman, dan beberapa rambu taman seperti larangan menginjak rumput, larangan membuang sampah sembarangan, dan larangan memetik bunga (Gambar 10). Terdapat juga mushola yang berdampingan langsung dengan toilet. Toilet yang tersedia baik pria maupun wanita terdapat kamar mandi, wastafel, dan kran untuk wudhu. Selain itu terdapat tempat sampah yang tersedia tiap sudut-sudut taman.
Sumber: Data Primer, (2012)
Gambar 10. Rambu Taman, Biopori, Tempat Sampah, Kolam Air Mancur di Taman Menteng 6.2
Persepsi Multistakeholder terhadap Keberadaan Taman Menteng Keberadaan taman kota merupakan salah satu pelayanan publik yang
sudah semestinya pemerintah berikan kepada masyarakat. Fasilitas umum yang
56
ada harus terus dijaga, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Sarana dan prasarana yang memadai akan menjadikan taman kota makin digemari oleh banyak orang. Menilai keberhasilan suatu taman kota dapat dilihat dari seberapa besar antusiasme masyarakat untuk mengunjungi dan menikmati taman tersebut. Masing-masing elemen masyarakat merasakan manfaat yang berbeda-beda akan keberadaan taman kota terutama mengenai keberadaan Taman Menteng. Persepsi yang merupakan suatu penilaian seseorang terhadap obyek tertentu diperlukan untuk menilai Taman Menteng sebagai acuan mengetahui seberapa besar manfaat keberadaannya serta perbaikan apa saja yang perlu dilakukan pihak pengelola agar keberadaan
Taman
Menteng
tetap
terjaga
keberlanjutannya.
Penilaian
multistakeholder (pengunjung, masyarakat, pekerja dan instansi terkait) mengenai Taman Menteng sangat perlu dilakukan untuk memberikan informasi yang tepat khususnya bagi pengelola. Informasi tersebut diharapkan sebagai masukan dalam mengembangkan Taman Menteng serta dapat meningkatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 6.2.1
Persepsi Multistakeholder terhadap Kondisi Taman Menteng Kondisi Taman Menteng sangat mempengaruhi eksistensi keberadaannya.
Agar eksistensi tersebut tetap terjaga, diperlukan suatu kontrol dengan menilai kondisi taman dari sisi persepsi multi pihak yang terdiri dari pengunjung (45 responden), masyarakat (45 responden), dan pekerja (23 responden), dan instansi terkait (12 responden) yaitu RT, RW, Kelurahan Menteng, dan Dinas Pertamanan dan Pemakaman). Terdapat indikator kriteria di masing-masing kategori dalam penilaian kondisi taman yang telah dijabarkan pada Tabel 7. Penjabaran hasil wawancara responden tersebut dapat dilihat pada Tabel 10.
57
Tabel 10. Persepsi Multistakeholder Mengenai Kondisi Taman Menteng Kategori Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik Total
Kebersihan Fasilitas Pengelolaan 6%
5%
Pelayanan
Tutupan Lahan oleh Tanaman
Arsitektur
1%
12%
4%
6%
3%
61% 33%
85% 9%
2%
0%
100%
100%
72% 21%
72% 22%
68% 30%
1%
1%
1%
72% 13%
100%
100%
100%
100%
Sumber: Data Primer, Diolah (2012)
Kondisi kebersihan taman akan mempengaruhi seseorang dalam menikmati keindahan taman. Sebanyak 72% responden menyatakan bahwa kebersihan Taman Menteng dalam kondisi baik. Terdapat juga sebanyak 1% responden yang beranggapan bahwa kondisi kebersihan Taman Menteng tidak dalam kondisi baik. Kegiatan kebersihan taman diantaranya seperti penyapuan taman, pemeliharaan tanaman, dan pencucian plaza. Kondisi kebersihan taman yang sudah baik selaras dengan pengelolaan yang diterapkan oleh pihak Dinas Pertamanan dan Pemakaman, dimana petugas kebersihan selalu ada tiap harinya dari pagi hingga malam hari. Proses istirahat diterapkan dengan sistem bergantian, sehingga selalu terdapat petugas yang membersihkan taman. Fasilitas atau sarana dan prasarana merupakan faktor penunjang dan berkaitan dengan kenyamanan dalam menikmati Taman Menteng. Hasil penilaian terhadap fasilitas yang terdapat di Taman Menteng diketahui bahwasanya sebanyak 72% responden menyatakan fasilitas yang ada telah memadai dan dalam kondisi baik. Responden mengaku fasilitas yang ada di Taman Menteng lebih lengkap dibanding taman-taman lainnya, seperti adanya toilet, mushola, dan barubaru ini pihak pengelola telah memasang wifi akses internet untuk digunakan oleh pengguna taman secara gratis, walaupun hanya dibeberapa spot saja.
58
Sebanyak 68% responden menyatakan bahwa Taman Menteng dalam kondisi baik untuk pengelolaan terhadap sarana dan prasarana. Pihak pengelola menyatakan bahwa Taman Menteng merupakan taman yang sangat disorot terutama dalam hal pengelolaan kebersihannya, sehingga pengelolaanya selalu ditingkatkan. Peningkatan pengelolaan Taman Menteng dapat dilihat dengan penambahan jumlah pekerja oleh pihak pengelola tiap tahunnya. Seperti pada bulan April 2012, dimana pihak pengelola menambah 4 orang pekerja taman untuk meningkatkan pelayanan. Penambahan jumlah tenaga kerja tersebut diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan petugas Taman Menteng dikarenakan berdasarkan survei, sebanyak 72% responden menyatakan bahwa penilaian terhadap pelayanan Taman Menteng masih kurang baik. Responden yang menyatakan pelayanan sudah baik hanya 3%. Hal ini dikarenakan masih terdapat laporan dari beberapa pengunjung mengenai kehilangan barang berharga seperti HP dan kamera pada saat berada di lokasi Taman Menteng. Sebanyak 61% responden beranggapan bahwa tutupan atau kerindangan lahan oleh taman yang ada di Taman Menteng semakin bertambah. Responden menilai kondisi Taman Menteng saat ini sudah jauh berbeda dengan keadaan awal taman didirikan. Saat ini, banyak terlihat pohon-pohon rindang dan diselingi bunga-bunga membuat taman ini makin nyaman untuk dinikmati. Kondisi Taman Menteng awal dibangun dan kondisi sekarang dapat dilihat pada Gambar 11.
59
(A)
(B)
Sumber: A: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, (2008) B: Data Primer, (2012)
Gambar 11. Tutupan Lahan oleh Tanaman Pada Tahun 2008 dan 2012 Sebanyak 85% responden menyatakan bahwa desain Taman Menteng sudah bagus. Hal ini dikarenakan Taman Menteng dibangun dengan menggunakan gaya modern yang memperhatikan nilai estetika dan dapat menampung berbagai aktivitas warga. Responden menilai bentuk taman yang menarik khusunya rumah kaca dan menjadi ciri khas Taman Menteng. Akan tetapi, ada juga beberapa responden yang tidak menyukai keberadaan rumah kaca dikarenakan dirasa kurang manfaatnya. Secara garis besar, dari enam kriteria tersebut responden menilai bahwa kondisi Taman Menteng dalam keadaan baik 6.2.2
Persepsi Multistakeholder Mengenai Kegiatan yang Dilakukan di Taman Menteng Secara umum, tujuan responden pengunjung dan masyarakat yang datang
ke Taman Menteng salah satunya untuk memenuhi kebutuhannya akan rekreasi. Kegiatan rekreasi yang dapat dilakukan di Taman Menteng cukup beragam. Beberapa fasilitas yang disajikan membuat tiap orang, khususnya masing-masing multistakeholder terdiri dari pengunjung (45 responden), masyarakat (45 responden), dan pekerja (23 responden) yang memiliki kebutuhan akan rekreasi dengan preferensi yang berbeda-beda. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 11.
60
Tabel 11. Persepsi Multistakeholder Mengenai Kegiatan yang Dilakukan Saat di Taman Menteng No.
Jenis Kegiatan
Responden Pengunjung
Masyarakat
(F) 20 3 9
(P) 23% 3% 10%
(F) 11 0 5
(P) 12% 0% 5%
(F) 0 0 0
(P) 0% 0% 0%
9
10%
13
14%
0
0%
22
10%
19
22%
34
37%
5
15%
58
Olahraga 14 16% Latihan shuffle, taekwondo, dsb 9 10% 8. Shooting 5 6% 9. Menjalankan pekerjaan/tugas 0 0% Total 88 100% Sumber: Data Primer, Diolah (2012) Keterangan: (F) : Frekuensi (P) : Presentase
28
31%
10
30%
52
27% 25%
0 0
0% 0%
0 0
0% 0%
9 5
0 91
0% 100%
18 33
55% 100%
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Fotografi Baca buku Makan ditaman Menemani anak bermain Menikmati keindahan taman
Pekerja
Total Persentase per per Kegiatan Kegiatan (F) (P) 31 15% 3 1% 14 7%
18 212
4% 2% 8% 100%
Sebanyak 27% responden memilih menikmati keindahan taman sebagai kegiatan yang paling disukai. Hasil tersebut, terdiri dari pilihan responden masyarakat sebanyak 37%, pengunjung sebanyak 22%, dan pekerja sebanyak 15%. Responden masyarakat merupakan kelompok responden terbesar yang memilih kegiatan ini. Mereka berpendapat bahwa dengan menikmati keindahan taman yang sejuk dapat mengistirahatkan dan menyegarkan pikiran dari kesibukan kerja. Kegiatan olahraga merupakan kegiatan kedua yang paling diminati oleh responden (25%.) Keberadaan tempat olahraga di sekitar Taman Menteng merupakan upaya untuk tetap menyediakan arena olahraga. Hal ini dikarenakan makin sedikitnya lahan yang disediakan oleh pemerintah untuk arena olahraga karena bersaing dengan pembangunan gedung-gedung. Oleh karena itu, keberadaan sarana olahraga yang ada di Taman Menteng sangat bermanfaat bagi
61
masyarakat karena fasilitas ini dapat digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa batas waktu. Responden memilih kegiatan menjalankan tugas sebagai salah satu aktivitas yang dilakukan saat di Taman Menteng (8%). Hal ini dikarenakan dari keseluruhan reponden hanya para pekerja Taman Menteng yang memilih (55%). Kewajiban yang semestinya mereka lakukan menjadi prioritas utama dan dijadikan sebagai kegemaran. Pekerja berpendapat dengan menyukai pekerjaan maka pekerjaan yang dijalankan akan terasa ringan dan menyenangkan. Kegiatan yang kurang diminati oleh responden Taman Menteng adalah membaca buku (1%). Hal ini dikarenakan masih sedikit responden yang memanfaatkan area taman untuk kegitan membaca buku. Selain itu, kondisi taman yang kurang kondusif untuk melakukan aktifitas membaca buku. Kegiatan lain yang diminati oleh responden pada saat di Taman Menteng seperti fotografi, shooting, dan mengasah bakat oleh beberapa komunitas seperti shuffle dan taekwondo. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa masing-masing multistakeholder (pengunjung, masyarakat, dan pekerja) memiliki kepentingan yang berbeda-beda dalam menghabiskan waktunya di tempat rekreasi. Beragam kegiatan yang dapat dinikmati saat di Taman Menteng menunjukkan bahwa manfaat taman ini sebagai taman interaktif telah terwujud dan telah terciptanya kenyamanan pengguna taman dalam beraktivitas. 6.2.3 Persepsi Multistakeholder Mengenai Perbaikan Fasilitas Taman Menteng Fasilitas yang terdapat pada suatu tempat tertentu terutama pada taman kota yang merupakan suatu sarana rekreasi masyarakat penting untuk diperhatikan karena fasilitas yang ada merupakan faktor penunjang dalam keberlanjutan dan
62
berkaitan dengan kenyamanan dalam berekreasi. Responden dalam persepsi ini adalah multistakeholder pengunjung (45 responden), masyarakat (45 responden), dan pekerja (23 responden), dan instansi terkait (12 responden) yang menilai apakah terjadi suatu kerusakan yang terdapat pada fasilitas yang ada di Taman Menteng dan diharapkan perlu ada perbaikan kedepannya oleh pengelola. Sebaran terhadap perbaikan fasilitas Taman Menteng dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Persepsi Multistakeholder terhadap Perbaikan Fasilitas Fasilitas yang perlu Masyadiperbaiki rakat 1. Sarana di toilet banyak yang rusak 4 2. Pengecatan kembali terhadap fasilitas 0 yang di coret-coret 3. Keamanan dan 4 kebersihan taman 4. Kerusakan di arena bermain anak 3 khususnya ayunan 5. Penertiban terhadap pengelolaan parkir 1 dan pedagang kaki lima 6. Perawatan fasilitas (lampu,rumah 14 kaca,parkir,dsb) 7. Kesadaran pengunjung untuk 2 tetap menjaga taman 8. Lain-lain 0 9. Tidak Perlu 23 Perbaikan Jumlah 51 Sumber: Data Primer, Diolah (2012) No
Pekerja
Pengunjung
Instansi Terkait
Jumlah
Persentase
3
12
1
20
11%
3
8
3
14
8%
0
6
2
12
7%
2
3
1
9
5%
6
6
5
18
10%
5
21
6
46
26%
6
2
0
10
6%
2
0
1
3
2%
9
11
3
46
26%
36
69
22
178
100%
Pada umumnya reponden menilai perlu ada perbaikan dalam perawatan dibeberapa fasilitas, seperti penerangan atau lampu taman, rumah kaca, gedung parkir (26%). Hal tersebut dikarenakan, seperti pada sarana lampu taman dimana kondisi penerangannya sangat terbatas, sehingga rentan untuk sebagian pengunjung memanfaatkannya dalam hal negatif. Dinas Pertamanan dan Pemakaman yang merupakan pengelola Taman Menteng menyatakan bahwa
63
dalam penerangan lampu taman dibawah pengelolaan Dinas Penerangan Jalan Umum (PJU). Pihak Dinas Pertamanan dan Pemakaman hanya bisa memberikan informasi jika terjadi kerusakan, namun untuk memperbaikinya bukan tanggung jawab mereka (Pengawas Taman Menteng dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta). Pihak pengelola menjelaskan dalam perawatan rumah kaca memerlukan alat khusus. Akan tetapi sampai saat ini pihak Dinas Pertamanan dan Permakaman DKI Jakarta belum memiliki alat tersebut untuk membersihkan rumah kaca terutama bagian atap, sehingga dilakukan secara manual oleh para pekerja. Responden sepakat bahwa perlu ada perbaikan pada sarana toilet (11%) karena terdapat beberapa kondisi kamar mandi yang telah rusak dan kran di wastafel tidak berfungsi dengan baik. Responden menilai perlu ada penertiban terhadap pedagang kaki lima terutama pedagang minuman keliling di area taman dan parkir liar (10%). Beberapa responden menilai hal tersebut mengganggu aktivitas di taman dan menjadikan taman terlihat kumuh. Responden juga menilai bahwa banyak terdapat coret-coretan di area taman dan gedung parkir (8%) sehingga merusak pemandangan dalam menikmati keindahan taman. Selain itu, responden berpendapat bahwa perlu ada peningkatan dalam hal kebersihan dan keamanan taman (7%) karena masih saja terlihat sampah disekitar taman serta beberapa pengunjung yang mengalami kehilangan barang di area taman. Sebanyak 5% responden menilai perlu ada perbaikan sarana di arena bermain anak khusunya ayunan karena dari tiga ayunan yang ada hanya dua diantaranya yang berfungsi. Selain itu, mereka menilai perlu penambahan luas area bermain anak karena saat ini keberadaannya sangat minim yang dapat
64
dinikmati secara cuma-cuma dan dalam kondisi yang cukup baik seperti di Taman Menteng. Responden menilai perlu ada perbaikan bagi pengunjung dalam hal kesadaran dalam menjaga dan memelihara taman seperti membuang sampah pada tempatnya dan parkir di tempat yang sudah disediakan (6%). Hal ini memang tidak terkait dengan fasilitas yang perlu diperbaiki, tetapi sebagian responden berpendapat bahwa para petugas yang ada di taman telah melakukan pekerjaanya secara optimal. Kerusakan yang terjadi merupakan akibat tingkah laku pengunjung yang kurang menyadari untuk menjaga sarana dan prasarana taman, sehingga kerusakan tak dapat dihindarkan. Terdapat responden yang memilih bahwa tidak perlu ada perbaikan fasilitas di Taman Menteng (26%) karena hasil tersebut sama dengan pilihan responden yang menyatakan perlu ada perbaikan ataupun perawatan fasilitas (lampu taman, rumah kaca, parkir) yang ada di Taman Menteng. Responden berpendapat bahwa sarana dan prasarana yang ada di Taman Menteng saat ini sudah dipelihara dengan baik dan tidak perlu ada perbaikan. Meskipun demikian, pihak pengelola harus tetap meningkatkan pemeliharaannya agar terjaga dengan baik. Hal tersebut selaras dengan Tabel 10 yang menggambarkan hasil penilaian terhadap fasilitas yang ada di Taman Menteng sudah baik sebesar 72%. 6.2.4 Dampak Negatif Keberadaan Taman Menteng Setiap aktivitas baru dapat dipastikan akan membawa dampak positif yang diharapkan, namun juga berpotensi mendatangkan dampak negatif yang sesungguhnya bisa diperhitungkan dan dihindarkan. Keberadaan Taman Menteng memberikan dampak positif yang cukup nyata terlihat dari peningkatan kualitas dan kuantitas layanan publik yang dibutuhkan masyarakat untuk berekreasi dan
65
timbulnya berbagai aktivitas ekonomi karena dapat menyerap tenaga kerja. Secara aktual, multistakeholder pengunjung (45 responden), masyarakat (45 responden), pekerja taman (23 responden), dan instansi terkait (12 responden yaitu RT, RW, Kelurahan Menteng, serta Dinas Pertamanan dan Pemakaman) memberikan pendapat perihal dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya keberadaan Taman Menteng yang tersaji pada Gambar 12.
Tidak Ada 46%
Ada 54%
Sumber: Data Primer, Diolah (2012)
Gambar 12. Dampak Negatif Keberadaan Taman Menteng Sebanyak 46% responden berpendapat bahwa keberadaan Taman Menteng tidak memiliki dampak negatif. Pada umumnya responden memilih tidak terdapat hal negatif dengan adanya Taman Menteng dikarenakan banyak hal positif yang dapat dirasakan dengan keberadaan Taman Menteng dibandingkan hal negatif yang ditimbulkan. Hal-hal positif tersebut seperti bertambahnya tempat rekreasi yang ekonomis bagi keluarga, lahirnya komunitas-komunitas baru seperti komunitas shuffle Menteng dan dance, serta menambah penghijauan kota. Sebanyak 54% responden menyatakan keberadaan Taman Menteng menimbulkan hal negatif. Dampak negatif tersebut antara lain seperti tempat untuk melakukan perbuatan tidak terpuji yang diluar norma, minum-minuman beralkohol di area taman, tempat pelarian anak sekolah membolos, dan transaksi
66
barang-barang haram. Ada beberapa solusi yang diutarakan oleh berbagai pihak untuk meminimalisir hal negatif tersebut. Misalnya dengan meningkatkan keamanan dan penjagaan oleh security, partisipasi pengunjung dalam menjaga taman, peraturan sanksi pidana pelarangan, lampu taman lebih diterangkan cahayanya, hingga pembatasan terhadap kunjungan taman yang tidak 24 jam secara penuh. 6.2.5 Persepsi Multistakeholder Mengenai Pentingnya Keberadaan Taman Menteng Pemerintah DKI Jakarta khususnya Dinas Pertamanan dan Pemakaman memiliki tujuan khusus dalam pembangunan taman kota, begitu pula terhadap Taman Menteng. Fungsi utama yang dikembangkan Taman Menteng adalah fungsi ekologis, sosial budaya, dan estetika. Berbagai macam fungsi Taman Menteng yang telah pemerintah jabarkan. Melalui penjabaran tersebut dilakukan penilaian terhadap persepsi responden yang merupakan multistakeholder (pengunjung, masyarakat, dan pekerja, dan key person yaitu RT, RW, Kelurahan Menteng, dan Dinas Pertamanan dan Pemakaman) mengenai fungsi yang paling penting mereka rasa. Agar terlihat apakah ada keserasian antara fungsi yang pemerintah inginkan dengan multistakeholder sebagai objek sasaran pemanfaatan. Berdasarkan tipologi RTH mengenai fungsi RTH terdapat empat fungsi, yaitu fungsi ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi. Masing-masing fungsi tersebut memiliki indikator dan diperoleh secara keseluruhan 12 indikator fungsi. Responden akan memilih indikator fungsi apa saja yang mereka rasa penting terhadap keberadaan Taman Menteng berdasarkan prioritas utama. Hasilnya akan terlihat sejauh mana fungsi yang paling dirasa penting oleh multistakeholder.
67
Berikut Tabel 13 yang menjabarkan persepsi multistakeholder terhadap 12 fungsi keberadaan Taman Menteng. Tabel 13. Persepsi Multistakeholder Terhadap Fungsi Keberadaan Taman Menteng Fungsi RTH
Indikator Fungsi
Pengunjung ∑ Persen
a. Perbaikan Kualitas 37 Udara b. Daerah Resapan Air 30 1. Fungsi c. Media Habitat Flora Ekologis 17 dan Fauna d. Pengurangan 19 Kebisingan Sub Total 1 (a+b+c+d) 103 % Fungsi Ekologis terhadap Total Fungsi RTH a. Media Komunikasi 25 Warga b. Sarana Rekreasi 2. Fungsi 37 Keluarga Sosial c. Sarana Olahraga 39 Budaya d. Wadah dan Objek Pendidikan,Penelit 27 ian alam Sub Total 2 (a+b+c+d) 128 % Fungsi Sosial Budaya terhadap Total Fungsi RTH a. Memperindah 39 Lingkungan Kota b. Menciptakan 3. Fungsi suasana serasi dan 20 Estetika seimbang c. Melestraikan Taman 36 Lingkungan Sub Total 3 (a+b+c) 95 % Fungsi Estetika terhadap Total Fungsi RTH 4. Fungsi a. Membuka Peluang 15 Ekonomi Pekerjaan Sub Total 4 (a) 15 % Fungsi Ekonomi terhadap Total Fungsi RTH Total Keseluruhan (1+2+3+4) 341 Sumber: Data Primer, Diolah (2013)
Masyarakat ∑ Persen
∑
Pekerja Persen
Key person ∑ Persen
∑
Total Persen
11,5%
36
11,2%
19
5,9%
9
2,8%
101
31,4%
9,3%
38
11,8%
21
6,5%
7
2,2%
96
29,8%
5,3%
27
8,4%
19
5,9%
5
1,6%
68
21,1%
5,9%
22
6,8%
15
4,7%
1
0,3%
57
17,7%
32,0%
123
38,2%
74
23,0%
22
6,8%
322
100,0%
30,2%
33,9%
31,8%
30,6%
31,9%
6,9%
25
6,9%
17
4,7%
8
2,2%
75
20,8%
10,2%
42
11,6%
23
6,4%
8
2,2%
110
30,5%
10,8%
38
10,5%
23
6,4%
7
1,9%
107
29,6%
7,5%
25
6,9%
14
3,9%
3
0,8%
69
19,1%
35,5%
130
36,0%
77
21,3%
26
7,2%
361
100,0%
37,5%
35,8%
33,0%
36,1%
35,8%
14,8%
35
13,3%
23
8,7%
11
4,2%
108
41,1%
7,6%
20
7,6%
15
5,7%
4
1,5%
59
22,4%
13,7%
34
12,9%
21
8,0%
5
1,9%
96
36,5%
36,1%
89
33,8%
59
22,4%
20
7,6%
263
100,0%
27,9%
24,5%
25,3%
27,8%
26,1%
23,8%
21
33,3%
23
36,5%
4
6,3%
63
100,0%
23,8%
21
33,3%
23
36,5%
4
6,3%
63
100,0%
5,6%
6,2%
363
100%
233
100%
100% 1009
100%
4,4% 100%
5,8%
9,9% 72
Berdasarkan Tabel 3 fungsi terpenting menurut pihak terkait mengenai keberadaan Taman Menteng adalah fungsi sosial budaya sebayak 35.8%. Selanjutnya, fungsi terpenting kedua adalah fungsi ekologis sebanyak 31.9%. Fungsi estetika dipilih sebanyak 26.1% sebagai fungsi yang dirasa penting. Fungsi sosial budaya dan estetika menunjukkan bahwa tujuan Pemerintah DKI Jakarta membangun Taman Menteng dengan menyelaraskan tiga fungsi yaitu fungsi ekologis, sosial budaya, dan estetika telah sesuai dengan yang dirasakan oleh
68
pihak-pihak yang selama ini memanfaatkan atau terkait langsung dengan keberadaan Taman menteng sebagai taman kota. Tujuan utama pemerintah membangun Taman Menteng walaupun sebagai fungsi ekologis, namun pada dasarnya ingin memberikan taman interaktif masyarakat yang memiliki estetika bagus. Selain itu keberadaan Taman Menteng ternyata memiliki fungsi tambahan sebagai fungsi ekonomi. Hal ini dikarenakan keberadaan Taman Menteng membuka peluang kerja dan usaha bagi sebagian masyarakat. Manfaat Taman Menteng sebagai fungsi ekonomi dipilih sebanyak 6.2%. Masing-masing responden menilai bahwa konsep pengembangan Taman Menteng sangat tepat, dimana mereka dapat menikmati berbagai macam manfaat dengan fungsi yang berbeda-beda dalam satu waktu, walaupun yang paling dirasa penting adalah fungsi sosial budaya. Fungsi sosial budaya dipilih oleh semua kelompok responden sebagai pilihan tertinggi dibandingkan dengan ketiga fungsi lainnya baik itu pengunjung (37.5%), masyarakat (35.8%), pekerja taman (33%), maupun key person (36.1%). Hal ini dikarenakan fungsi sosial budaya memiliki manfaat yang secara nyata dan langsung dapat dirasakan (direct benefit) oleh responden, terutama sarana rekreasi (30.5%) dan olahraga (29.5%). Responden yang paling besar merasakan manfaat Taman Menteng sebagai fungsi sosial budaya adalah masyarakat (36%) dan pengunjung (35.5%). Pada umumnya responden masyarakat dan pengunjung berpendapat bahwa keberadaan Taman Menteng sangat menyenangkan untuk melakukan kegiatan rekreasi. Hal ini dikarenakan beragam fasilitas lengkap yang telah disediakan, seperti fasilitas arena bermain anak, taman yang indah, sarana dan prasarana yang
69
memadai dibandingkan taman lainnya (toilet dan mushola), sehingga dirasa nyaman dan menyenangkan untuk menghabiskan waktu di taman ini. Sarana olahraga merupakan fasilitas taman yang paling disukai oleh responden pengunjung (10.8%) dan juga masyarakat (10.5%). Hal ini dikarenakan semakin sulitnya mendapatkan area publik yang memiliki fasilitas olahraga ditengah meningkatnya alih fungsi lahan untuk pembangunan perumahan dan gedung bertingkat sehingga sebagian besar pengunjung lebih sering memanfaatkan Taman Menteng sebagai arena olahraga khususnya pada akhir pekan. Penilaian paling rendah pada fungsi sosial budaya adalah wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam sebanyak 19.1%. Responden berpendapat sebaiknya Taman Menteng diberikan fasilitas seperti taman baca, setiap tumbuhan diberikan nama ilmiah, dan kegiatan interaktif lainnya. Hal tersebut dirasa memberikan manfaat lebih adanya Taman Menteng dan dapat juga memberikan pengetahuan dan pembelajaran lebih bagi pengunjung khususnya anak-anak. Fungsi ekologis merupakan fungsi yang manfaatnya tidak dapat secara langsung dirasa (indirect benefit) oleh responden saat itu juga. Hal ini terlihat dari responden yang paling banyak memilih fungsi ini adalah responden masyarakat (38.2%) karena masyarakat merupakan orang yang bertempat tinggal paling dekat dengan Taman Menteng, sehingga fungsi ekologis benar-benar mereka rasakan. Terdapat 4 indikator fungsi di fungsi ekologis. Pada umumnya masyarakat sekitar Taman Menteng lebih menilai keberadaan taman sebagai fungsi ekologis terutama sebagai daerah resapan air (11.8%) dibandingkan ketiga indikator fungsi lainnya. Responden masyarakat menilai bahwa saat ini semakin meningkatnya pembangunan di Jakarta, maka dari itu diperlukan daerah resapan air agar
70
terhindar dari banjir. Akan tetapi, penilaian terbesar indikator fungsi ekologis adalah perbaikan kualitas udara (31.4%) dipilih sebagai fungsi yang paling bermanfaat dengan adanya Taman Menteng. Pada umumnya reponden berpendapat bahwa kondisi lingkungan Jakarta semakin menurun. Terlihat semakin meningkatnya polusi udara terutama dari asap kendaraan bermotor dan kondisi Jakarta yang dirasa kian bertambah panas (Wardhana, 2010). Adanya taman diharapkan dapat memberikan kesejukan bagi lingkungan sekitarnya dan keseimbangan lingkungan. Fungsi terbesar yang dipilih oleh responden di fungsi estetika keberadaan Taman Menteng adalah memperindah lingkungan kota (41.1%). Responden pengunjung merupakan responden yang paling besar memilih fungsi estetika (36.1%) dibandingkan ketiga responden lainnya. Berdasarkan persentase fungsi estetika terhadap total fungsi RTH, responden yang paling banyak memilih adalah responden pengunjung (27.9%) dan key person (27.8%). Responden pengunjung dan key person berpendapat dengan adanya Taman Menteng memberikan kondisi lingkungan yang berbeda untuk daerah Menteng, seperti udara yang sejuk disekitar taman, terutama desain taman yang cukup unik, menarik dan tertata dengan rapi. Fungsi ekonomi Taman Menteng terhadap masyarakat menunjukkan suatu manfaat ekonomi keberadaan Taman Menteng. Responden yang paling banyak memilih fungsi ini adalah responden pekerja taman (36.5%). Perolehan terbesar kelompok responden pekerja taman akan manfaat keberadaan Taman Menteng adalah fungsi ekonomi, dibandingkan dengan ketiga fungsi lainnya. Hal ini mencerminkan bahwa para pekerja taman yang paling merasakan manfaat
71
ekonomi dengan adanya Taman Menteng. Para pekerja yang bekerja di Taman Menteng menilai bahwa manfaat keberadaan Taman Menteng terbesar adalah sebagai lapangan pekerjaan bagi mereka untuk mendapatkan pendapatan. Pada umumnya pendapatan yang mereka peroleh dengan bekerja di taman lebih besar dibandingkan tempat mereka bekerja dahulu. Manfaat dengan adanya Taman Menteng benar-benar mereka rasakan, walaupun sebagian dari pekerja menyatakan bahwa gaji yang mereka peroleh terkadang belum bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Bagi para pekerja taman yang terpenting adalah mendapatkan penghasilan. Membuka peluang pekerjaan menjadi pilihan yang paling rendah dari ketiga responden lainnya (pengunjung, masyarakat, dan key person). Mereka berpendapat bahwa keberadaan Taman Menteng sangat sedikit dalam hal penyerapan tenaga kerja karena peluang pekerjaan yang memungkinkan terbatas pada usaha minuman dan makanan ringan. Kelemahan dan kendala bagi Pemda DKI Jakarta untuk membangun prasarana umum seperti taman kota yang terbentur pada ketidakmampuan untuk menyediakan lahan harus cepat dicarikan solisi yang tepat. Melihat begitu besarnya manfaat Taman Menteng dari persepsi para pihak, untuk itu diperlukannya penambahan RTH terutama di wilayah DKI Jakarta. Hal ini di dukung oleh persepsi multistakeholder (pengunjung, masyarakat, pekerja, dan key person) yang memberikan penilaian mengenai apakah perlu jika pemerintah menambahkan jumlah (kuantitas) Ruang Terbuka Hijau (RTH) khususnya taman kota seperti Taman Menteng. Sebaran mengenai persepsi multistakeholder terhadap perlunya penambahan jumlah RTH dapat dilihat di Gambar 13.
72
Perlu 95%
Tidak perlu 5%
Sumber: Data Primer, (2012)
Gambar 13. Persepsi Multistakeholder Mengenai Perlunya Penambahan Jumlah RTH di Jakarta Berdasarkan Gambar 13, responden menilai bahwa perlu dilakukan penambahan RTH yang ada di Jakarta (95%). Beberapa alasan responden menilai perlu penambahan RTH di Jakarta. Pertama, karena dapat memperbaiki kondisi lingkungan Jakarta yang salah satunya dengan penghijauan Kota seperti RTH. Kedua, sebagai alternatif rekreasi keluarga karena masyarakat Jakarta tidak sedikit yang berada dalam kondisi perekonomian menengah kebawah, dengan adanya taman kota bisa memberikan tempat hiburan yang ekonomis karena gratis untuk umum. Ketiga, responden beranggapan bahwa keberadaan taman di Jakarta masih sangat sedikit dan belum sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat. Oleh karena itu, peningkatan jumlah pengunjung atau pengguna taman secara tidak langsung memperlihatkan bahwa manyarakat sangat memerlukan taman kota. Hal tersebut terbukti pada kondisi Taman Menteng saat akhir pekan dimana terjadi peningkatan jumlah pengunjung, sehingga terlihat melebihi kapasitas ideal. Jika hal tersebut tidak ditindaklanjuti dapat terjadi penurunan kualitas, fungsi taman, dan kenyamanan bagi pengguna taman. Kepala Bidang Taman Kota, Seksi Taman Kota dan Lingkungan selaku key person menyatakan bahwa pemda DKI Jakarta khususnya Dinas Pertamanan
73
dan Pemakaman sedang berupaya untuk terus meningkatkan RTH agar mencapai kondisi idealnya. Akan tetapi kendala paling sulit adalah lahan yang terbatas dikarenakan taman kota tidak dapat dibangun disembarang tempat. Terdapat kriteria-kriteria untuk membangun taman kota. Kriteria tersebut seperti memperhatikan faktor strategis dari segi lokasi agar tepat sasaran dimana masyarakat mudah untuk menikmatinya. Responden yang memilih tidak perlu untuk menambah jumlah RTH di Jakarta sebanyak 3% beranggapan bahwa keadaan taman yang ada di Jakarta sudah cukup banyak dan tidak sedikit dalam kondisi yang tidak terawat. Taman kota yang sudah ada tersebut sebaiknya dioptimalisasikan saja dengan menambahkan sarana dan prasarana yang memadai, serta meningkatkan pemeliharaan dan perawatannya. Selain itu, responden beranggapan bahwa tempat rekreasi yang murah dan menghibur sudah banyak di Jakarta. Setiap orang memiliki persepsi masing-masing yang sesuai dengan kepentingan dan manfaat yang mereka rasakan, walaupun terjadi perbedaan pendapat dalam memandang keberadaan Taman Menteng, sepatutnya semua tetap menjaga dan melestarikannnya. Tidak mungkin dapat menyatukan persepsi antara satu dengan lainnya. Pada dasarnya mereka menginginkan hal yang sama, yaitu mendapatkan pelayanan yang baik oleh pemerintah, menikmati kualitas hidup yang semakin baik secara berkelanjutan, serta terjaminnya keseimbangan ekosistem kota, baik sistem hidrologi, mikroklimat, maupun sistem ekologis lain. 6.3
Nilai Ekonomi Keberadaan Taman Menteng Potensi pemanfaatan Taman Menteng secara keseluruhan berdampak
positif, terlihat dengan banyaknya manfaat dan aktivitas masyarakat yang dapat
74
dilakukan di taman ini sesuai dengan kebutuhan masing-masing pengguna. Fungsi beragam yang dimiliki taman ini membuat keberadaannya sangatlah penting untuk dijaga karena dapat juga menyeimbangkan kondisi lingkungan. Penilaian ekonomi keberadaan Taman Menteng dapat dilihat dengan dua pendekatan yang berbeda. Pendekatan pertama dengan konsep biaya pengganti (replacement cost) terhadap pembangunan Taman Menteng dengan maksud untuk mengetahui seberapa besar biaya investasi yang dibutuhkan dalam menyelenggarakan Taman Menteng dan secara tidak langsung biaya tersebut merujuk terhadap nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng. Pendekatan kedua menggunakan sudut pandang pemanfaatan dengan konsep WTP menggunakan metode CVM. Responden dalam pendekatan CVM adalah para pengguna dan yang memanfaatkan keberadaan Taman Menteng secara langsung. Responden ini terdiri dari tiga kelompok, yaitu pengunjung, masyarakat, dan unit usaha untuk berpartisipasi dalam upaya menghargai keberadaannya, sehingga memberikan pelestarian lingkungan taman agar manfaatnya dapat terasa oleh semua pihak secara berkelanjutan. 6.3.1
Pendekatan Teknik Biaya Pengganti (Replacement Cost) Pendekatan pertama untuk melihat nilai ekonomi keberadaan Taman
Menteng menggunakan biaya pengganti dimana biaya tersebut mencerminkan biaya investasi yang diperlukan untuk mendirikan dan menjaga keberlangsungan taman. Berikut rincian biaya investasi pengadaan Taman Menteng yang dapat dilihat pada Tabel 14.
75
Tabel 14. Rincian Biaya Keseluruhan Pembangunan dan Pemeliharaan Taman Menteng Tahun 2012 (Rupiah) Uraian Biaya Jumlah Total a Biaya proyek pembangunan (2007) 30 000 000 000 39 675 566 362 b NJOP (Rp 17 245 000/meter) 423 295 770 000 423 295 770 000 a Biaya pemeliharaan selama satu tahun 1 004 675 083 Total Biaya Pengganti 463 976 011 445 Sumber: Data Primer, Diolah (2012) a = Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta (2012) b = Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta (2012)
Berdasarkan Tabel 14 biaya paling besar dari ketiga indikator untuk menentukan biaya pengganti Taman Menteng adalah harga jual tanah berdasarkan NJOP sebesar Rp 17 245 000/meter. Luas lahan Taman Menteng sebesar 24 546 m2 sehingga didapatkan harga total tanah Taman Menteng mencapai Rp 423 295 770 000. Harga tanah yang tinggi ini dikarenakan posisi Taman Menteng yang berada di pusat kota dan merupakan kawasan strategis yang memiliki kemudahan akses ke pusat perniagaan dan perkantoran. Biaya pembangunan proyek Taman Menteng dilihat pada tahun 2007 karena tahun tersebut Taman Menteng resmi dipergunakan secara umum. Selanjutnya, total biaya proyek tersebut di compounding pada tahun 2012, sehingga didapatkan biaya pembangunan sebesar Rp 39 675 566 362. Biaya pemeliharaan Taman Menteng merupakan biaya operasional untuk memelihara taman selama satu tahun yang terdiri dari biaya pemeliharaan mulai dari bulan Januari 2012 hingga Desember 2012. Total keseluruhan biaya investasi untuk pengadaan Taman Menteng didapatkan sebesar Rp 463 976 011 445. 6.3.2
Pendekatan Metode Contingent Valuation Method (CVM) Metode kedua menggunakan CVM dengan konsep kesediaan membayar
oleh pengguna yang memanfaatkan secara langsung keberadaan Taman Menteng. Jika responden ini (pengunjung, masyarakat, dan unit usaha) bersedia menghargai
76
keberadaan Taman Menteng dengan kesediaan membayar (WTP) sejumlah tertentu maka selanjutnya akan ditanyakan berapa nilai maksimal yang mereka berikan untuk menjaga keberlangsungan keberadaan Taman Menteng agar tetap terjaga kualitasnya. Rincian nilai WTP dari masing-masing kelompok responden, baik pengunjung, masyarakat, dan unit usaha dapat dilihat pada Lampiran 3. Penyajian melalui kurva WTP seperti pada Gambar 14 dimaksudkan untuk mempermudah dan melihat secara jelas nilai sebaran dugaan WTP dari masingmasing responden baik pengunjung, masyarakat, dan unit usaha. 12 10 8 6 4 2 0
12 10 8 6 4 2 0
10 8 6 4 2 0
20,000
15,000
10,000
8,000
7,000
6,000
5,000
4,500
4,000
3,500
3,000
2,500
2,000
1,000
WTP Pengunjung
WTP Masyarakat
WTP Unit Usaha
Gambar 14. Nilai WTP Per Kelompok Responden di Taman Menteng
77
Berdasarkan Gambar 14 dapat diketahui bahwa nilai WTP masingmasing kelompok responden sangat beragam. Nilai WTP tertinggi dari pengunjung sebesar Rp 20 000, masyarakat sebesar Rp 100 000, sedangkan unit usaha yang mencapai Rp 150 000. Akan tetapi, terdapat beberapa responden yang tidak mau memberikan nilai ekonomi untuk keberadaan Taman Menteng. Responden tersebut adalah 4 orang pengunjung dan 7 orang masyarakat (Lampiran 3). Mereka tidak mau memberikan nilai ekonomi terhadap keberadaan Taman Menteng dengan berbagai macam alasan. Salah satu alasan tersebut diantaranya, mereka khawatir jika memberikan penilaian ekonomi keberadaan Taman Menteng, suatu saat nanti pada saat mereka berkunjung ke Taman menteng akan dikenakan biaya. Padahal pengertian tersebut sudah ditekankan oleh peneliti di kuisioner terutama hipotetis yang disajikan. Alasan lainnya, mereka menyatakan bahwa keberadaan Taman Menteng tidak begitu berpengaruh terhadap mereka. Responden ini berpendapat bahwa masih banyak taman kota dan sarana rekreasi lainnya yang bisa dimanfaatkan. Hal yang berbeda dirasakan oleh unit usaha, mereka berpendapat bahwa keberadaan Taman Menteng sangat mempengaruhi kondisi keuangan mereka. Hasil tersebut mencerminkan bahwa pemberian nilai WTP untuk tiap kelompok akan berbeda sesuai dengan kepentingannya masing-masing. Seperti halnya unit usaha, dikarenakan mereka mendapatkan penghasilan dengan adanya Taman Menteng maka mereka menghargai keberadaan taman dengan nilai WTP lebih besar dibanding responden lain. Nilai rata-rata WTP didapatkan setelah menjumlahkan seluruh WTP yang diberikan masing-masing sampel kemudian membaginya dengan total sampel.
78
Setelah didapatkan nilai rata-rata dugaan WTP dari masing-masing responden, kemudian dikalikan dengan jumlah populasi, sehingga didapatkan nilai ekonomi keberadaan
Taman
Menteng
di
masing-masing
reponden.
Selanjutnya,
menjumlahkan nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng di masing-masing kelompok responden, sehingga didapatkan nilai ekonomi total keberadaan Taman Menteng. Distribusi nilai WTP Taman Menteng untuk masing-masing kelompok dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Distribusi Nilai WTP Taman Menteng WTP dari Rata-rata Nilai Jumlah Populasi WTP (Rp) (Orang) (b) (c) (a) Pengunjung 5 522 53 140 a Masyarakat 16 844 70 489 b Unit Usaha 49 630 54 a Total Nilai Ekonomi 123 683
Total WTP (Rp) (bxc) 293 439 080 1 187 316 716 2 680 020 1 483 435 816
Sumber: Data Primer, Diolah (2012) a = Pengelola Taman Menteng b = BPS 2011
Berdasarkan Tabel 15 didapatkan nilai rata-rata WTP untuk kelompok pengunjung sebesar Rp 5 522. Selanjutnya, nilai tersebut dikalikan dengan ratarata jumlah pengunjung yang datang ke Taman Menteng selama satu tahun terakhir atau tahun 2011 sehingga didapatkan total WTP pengunjung sebesar Rp 293 439 080. Nilai rata-rata WTP pengunjung merupakan nilai WTP paling rendah dibandingkan kelompok lainnya. Hal tersebut karena pengunjung berpendapat bahwa masih banyak fasilitas yang perlu diperbaiki oleh pengelola dan juga mereka tidak mau memberikan nilai yang tinggi karena melihat dari fasilitas yang ada untuk rekreasi tidak sebanyak tempat wisata lainnya, untuk itu nilai tersebut dirasa sudah cukup. Di sisi lain, rataan WTP yang rendah karena rata-rata responden pengunjung yang berkunjung ke taman ini kebanyakan adalah
79
para remaja dengan status pelajar atau mahasiswa dengan daya beli yang cukup rendah, hal ini sesuai dengan karakteristik responden pengunjung Taman Menteng (Tabel 8). Nilai rataan WTP kelompok responden masyarakat sebesar Rp 16 844. Selanjutnya, agar diketahui total WTP Taman Menteng di masyarakat, maka rataan nilai WTP masyarakat dikalikan dengan jumlah populasi yang ada di Kecamatan
Menteng,
Jakarta
Pusat
sehingga
didapatkan
sebesar
Rp 1 187 316 716. Nilai rata-rata WTP kelompok masyarakat lebih kecil dibandingkan unit usaha, meskipun demikian total WTP terbesar pada kelompok masyarakat dibandingkan kelompok lainnya. Hal ini memperlihatkan bahwa masyarakat yang paling banyak memanfaatkan keberadaan Taman Menteng, baik dari fungsi ekologis, estetika, maupun sosial budaya, seperti yang telah di jabarkan pada Tabel 13. Pemberian nilai WTP kelompok masyarakat bisa saja dipengaruhi oleh pendidikan karena tingkat pendidikan dapat membentuk kematangan berfikir dalam memandang serta mengambil keputusan akan suatu permasalahan. Selain itu, dapat juga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat karena dapat menggambarkan kemampuan seseorang dalam memberikan penilaian. Nilai rataan WTP kelompok unit usaha sebesar Rp 49 630. Selanjutnya, nilai WTP tersebut dikalikan dengan jumlah unit usaha yang memanfaatkan Taman Menteng. Total WTP Taman Menteng untuk unit usaha didapatkan sebesar Rp 2 680 020. Nilai rataan WTP unit usaha merupakan nilai terbesar. Hal ini dikarenakan pelaku usaha memiliki kepentingan terhadap keberadaan Taman Menteng sebagai tempat usaha. Jika Taman Menteng ditiadakan, kemungkinan
80
mereka akan kehilangan mata pencaharian. Responden unit usaha juga berpendapat bahwa saat ini sangat sulit mencari pekerjaan terutama untuk mencari tempat usaha strategis dan menguntungkan bagi mereka. Akan tetapi, total WTP Taman Menteng terendah terdapat pada kelompok
unit usaha yaitu sebesar
Rp 2 680 020. Hal ini menggambarkan bahwa hanya sedikit unit usaha yang menjadikan Taman Menteng sebagai tempat usahanya. Setelah didapatkan rataan nilai WTP dan total WTP Taman Menteng di masing-masing kelompok responden, selanjutnya nilai-nilai WTP tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan nilai ekonomi dari keberadaan Taman Menteng dan didapatkan yaitu sebesar Rp 1 483 435 816. Hasil tersebut mencerminkan besarnya nilai yang diberikan pengguna taman dalam menghargai keberadaan Taman Menteng. Oleh karena itu, para pengguna berharap bahwa keberadaan Taman Menteng tetap terjaga kelestariannya secara berkelanjutan agar mereka bisa terus memanfaatkan hingga anak cucu mereka. Penggunaan kedua metode tersebut memperlihatkan bahwa nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng dengan pendekatan metode CVM jauh lebih kecil dibandingkan menggunakan pendekatan metode biaya pengganti. Pemberian nilai WTP yang cukup rendah oleh responden dapat disebabkan keterbatasan responden dalam mengetahui fungsi utama (fungsi ekologis) taman yang sesungguhnya. Para responden lebih melihat fungsi keberadaan taman sebagai sosial budaya (sarana rekreasi keluarga dan olahraga) dan estetika, dibandingkan sebagai fungsi ekologis (Tabel 13). Selain itu, perhitungan menggunakan metode CVM dalam penelitian ini hanya memperhitungkan nilai keberadaan (existence value) Taman Menteng lebih
81
kepada manfaat pengguna (fungsi sosial budaya) seperti yang telah diterangkan dalam ruang lingkup penelitian ini. Hal tersebut tidak seperti perhitungan nilai manfaat ekonomi di Taman Pantai Virginia (2011) dan Taman Kota di Boston (2006), seperti dikutip dalam laporan The Trust for Public land. Nilai manfaat ekonomi Taman yang ada di pantai Virginia dengan luas 33 640 hektar mencapai $ 691 166 971. Perhitungan tersebut memasukkan tujuh faktor untuk menilai ekonomi total taman kota, diantaranya nilai udara bersih, air bersih, pariwisata, penggunaan langsung, kesehatan, nilai properti, dan hubungan sosial masyarakat. Begitu pula hasil yang cukup tinggi diperoleh dari manfaat ekonomi langsung dengan adanya taman kota di Boston yang memiliki luas 5 040 hektar dengan nilai ekonomi sebesar $ 335 352 402. Perhitungan dalam penelitian di Taman Kota Boston memasukkan nilai aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung lalu dikalikan dengan harga dari tiap kegiatannya. Seperti penggunaan taman secara umum (taman bermain, jalan pagi dan sore, dan duduk disekitar taman), penggunaan fasilitas olahraga (tenis, bersepedaan, dan berenang), serta penggunaan khusus taman (golf, festival, konser, dan atraksi). Oleh karena itu, nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng tidak dapat disamakan secara langsung dengan biaya investasi pengadaan taman, bahkan dengan nilai ekonomi yang ada di taman kota lainnya seperti Taman Pantai Virginia dan Taman Kota di Boston. Hal ini dikarenakan pada kedua taman kota pembanding tersebut terdapat perbedaan yang cukup signifikan dalam segi luasan area lahan taman dan pendapatan rata-rata masyarakat yang berbeda sehingga mempengaruhi dalam penetapan nilai WTP.
82
Nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng yang dihitung melalui dua pendekatan, baik pendekatan biaya pengganti maupun metode CVM menunjukkan bahwa keberadaan Taman Menteng dirasa sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Selain itu, dengan nilai WTP yang diberikan oleh responden mencerminkan bahwa responden ingin berpartisipasi dalam upaya menjaga dan melestarikan keberadaan Taman Menteng, walaupun masing-masing orang memiliki kepentingan yang berbeda-beda akan keberadaan Taman Menteng. Hasil tersebut secara tidak langsung memperlihatkan bahwa masyarakat sangat memerlukan keberadaan taman kota. Oleh karena itu, diharapkan pengelola Taman Menteng harus terus berupaya untuk menjaga dan melestarikan Taman Menteng agar keberadaanya tetap berkelanjutan, serta dikelola dengan baik sehingga manfaatnya dapat terasa dalam jangka waktu yang lama. 6.4
Manfaat Ekonomi Keberadaan Taman Menteng Keberadaan Taman Menteng memberikan dampak positif bagi sebagian
masyarakat. Salah satunya memberikan manfaat ekonomi berupa kontribusi penyerapan tenaga kerja dan perubahan yang berdampak pada pendapatan masyarakat. Akan tetapi, kontribusi manfaat ekonomi terhadap masyarakat sekitar masih dirasa sedikit. Hal itu tercermin dari Tabel 16 yang menggambarkan penyerapan tenaga kerja dan unit usaha yang memanfaatkan keberadaan Taman Menteng bagi masyarakat sekitar Menteng dan masyarakat luar Menteng. Tabel 16. Manfaat Ekonomi Keberadaan Taman Menteng Bagi Masyarakat Peluang Kerja Total Penyerapan Masyarakat Masyarakat Sekitar Menteng Luar Menteng Tenaga Kerja di Taman Menteng 4 19 23 Unit Usaha 32 22 54 Jumlah 36 31 77 Sumber: Data Primer, (2012)
83
Hasil yang tercermin pada Tabel 16 menunjukkan bahwa kontribusi dari total penyerapan tenaga kerja karena adanya Taman Menteng bagi masyarakat sekitar lebih besar dibandingkan masyarakat di luar Menteng. Hal ini memberikan gambaran secara nyata bahwa keberadaan Taman Menteng memiliki kontribusi secara langsung terutama pemanfaatan dalam penyerapan unit usaha bagi sebagian masyarakat sekitar Menteng, walaupun jumlahnya tidak besar. Dari data yang diperoleh terdapat 36 pekerja yang tinggal di sekitar Kecamatan Menteng, seperti di daerah Cikini, Gondangdia, Johar Baru dan daerah sekitar Menteng lainnya. Sebagian besar para pekerja yang tinggal di sekitar Menteng bukan merupakan warga Menteng, melainkan hanya menyewa rumah di daerah tersebut. Rata-rata para pekerja tersebut merupakan transmigran yang mencari peruntungan di Jakarta agar mendapatkan penghidupan yang layak. Masyarakat sekitar Taman Menteng sendiri khususnya RT 01, 02, dan 03 yang berada di RW 05 tidak ada satu pun yang memanfaatkan keberadaan Taman Menteng untuk lahan usaha ataupun tempat kerja. Hal ini dikarenakan Kelurahan Menteng merupakan kawasan perumahan elit terutama disekitar Taman Menteng dan masyarakat Menteng lebih merasakan manfaat keberadaan taman untuk fungsi ekologis dan estetika. Masyarakat yang paling banyak memanfaatkan keberadaan Taman Menteng sebagai lapangan pekerjaan dan peluang usaha adalah warga luar Taman Menteng. Berdasarkan Tabel 16 sebanyak 31 pekerja berasal dari luar Menteng, terutama kelompok pekerja security dan petugas kebersihan taman. Masyarakat luar Menteng ini sebagian tinggal di daerah Depok, Tanjung Priok, Bogor, Rawamangun, Pamulang. Mereka bekerja cukup jauh dari tempat tinggal dikarenakan ingin mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dengan pendapatan
84
yang lebih tinggi dari pekerjaan sebelumnya, sehingga diharapkan mampu memberikan peningkatan pendapatan keluarga. Selain itu, jam kerja yang hanya 8 jam dalam sehari, tidak sedikit dimanfaatkan oleh sebagian pekerja untuk bekerja ditempat lain setelah bekerja di taman. Beragam jenis pekerjaan yang dapat diserap dengan keberadaan Taman Menteng. Tabel 17 menggambarkan kontribusi Taman Menteng terhadap jenis pekerjaan dan jumlah penyerapan tenaga kerja. Tabel 17. Penyerapan Tenaga Kerja Taman Menteng No. Tenaga Kerja 1. Petugas Kebersihan Taman 2. Petugas Penyiraman Taman 3. Penjaga Toilet 4. Security Total
Jumlah 14 1 2 6 23
Sumber: Data Primer, (2012)
Kontribusi Taman Menteng dalam penyerapan tenaga kerja jumlahnya cukup sedikit. Hal ini dikarenakan luas Taman Menteng yang tidak besar, sehingga kebutuhan pekerja yang diperlukan tidak banyak. Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta selaku pengelola Taman Menteng menyatakan bahwa hingga bulan Mei 2012 telah menyerap tenaga kerja sebanyak 23 pekerja untuk menjaga dan memelihara fasilitas yang ada. Tenaga kerja yang ada di Taman Menteng terdiri dari petugas kebersihan taman seperti penyapuan taman, pemangkasan tanaman, dan pemupukan sebanyak 14 pekerja. Sebanyak 1 pekerja yang bertanggung jawab terhadap penyiraman taman, sebanyak 2 pekerja yang bertugas dalam menjaga dan memelihara kebersihan toilet, dan sebanyak 6 pekerja bertugas sebagai keamanan taman, sehingga total pekerja adalah 23 orang. Hampir tiap tahun pihak pengelola menambah jumlah tenaga kerja. Pertama kali Taman Menteng di buka hanya memperkerjakan 6 orang untuk kebersihan taman
85
dan 2 orang security. Seiring semakin ramainya pengunjung taman dan banyaknya pemeliharaan elemen vegetasi tanaman, pihak pengelola menambah jumlah tenaga kerja untuk menyesuaikan kebutuhan yang diperlukan. Pekerja bagian parkir yang berada pada gedung parkir Taman Menteng tidak termasuk dalam kontribusi tenaga kerja yang dibutukan dari adanya Taman Menteng. Hal ini dikarenakan pengelolaan gedung parkir dibawah tanggung jawab Dinas Perhubungan dimana para pekerjanya adalah pegawai tetap, oleh karena itu ada dan ataupun adanya Taman Menteng tidak akan mempengaruhi pekerjaan mereka. Tabel 18. Jumlah Unit Usaha dan Jenis Usaha di Taman Menteng No. Jenis Usaha Jumlah 1. Minuman Keliling 30 2. Penjaja Makanan 19 3. Warung 3 4. Juru Parkir 2 Total 54 Sumber: Data Primer, (2012)
Pada Tabel 18 menunjukkan kontribusi jumlah unit usaha dan jenis usaha apa saja yang terserap dari adanya di Taman Menteng. Unit usaha yang terdaftar oleh pengelola Taman Menteng sebanyak 54 unit. Usaha minuman keliling disekitar Taman Menteng selalu ada selama 24 jam. Mereka terbagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama berjualan di taman mulai dari pagi hari sekitar pukul 09.00-16.00. Kelompok kedua berjualan mulai dari sore hari pukul 17.00 hingga pagi dini hari. Begitu pula usaha warung yang buka hingga 24 jam. Unit usaha yang buka tiap harinya selama 24 jam memang memanfaatkan peluang usaha dengan maksimal karena para pengunjung Taman Menteng selalu ada tanpa batas waktu. Bahkan pada akhir pekan pengunjung yang datang kebanyakan saat malam hari, terutama komunitas-komunitas Taman Menteng seperti dance dan
86
shuffle yang merupakan pengunjung tetap taman. Para komunitas tersebut menjadwalkan untuk berkumpul dengan komunitasnya pada saat akhir pekan dan beberapa kegiatan yang mereka habiskan terkadang hingga larut malam. Unit usaha penjaja makanan terdiri dari tukang bakso, bubur ayam, ketoprak, mie ayam, nasi goreng, siomay, dan lainnnya memulai berdagang dari pagi hingga barang jualan mereka habis terjual (sore hari). Pada saat akhir pekan penjual menambahkan proporsi jumlah jualan mereka dikarenakan meningkatnya jumlah pembeli. Hal itu tercermin dari perbedaan pendapatan yang didapatkan pada saat hari kerja dan akhir pekan. Pada saat akhir pekan keseluruhan unit usaha mengalami peningkatan pendapatan. Penjaja makan tersebut tidak menjual makan disekitar Taman Menteng hingga malam hari dikarenakan terdapat kuliner makanan maupun minimun Menteng yang mulai buka sekitar pukul 18.00 hingga dini hari. Keberadaan kuliner tersebut sudah ada sebelum Taman Menteng dibangun dan selalu ramai akan pembeli. Jika mereka tetap berdagang, hasil yang didapatkan tidak terlalu banyak karena tidak mampu bersaing. Oleh karena itu, mereka memilih tidak berjualan pada malam harinya dan digunakan untuk beristirahat. 6.4.1 Perubahan Pendapatan Masayarakat Dengan dan Tanpa Adanya Taman Menteng Manfaat ekonomi dengan adanya Taman Menteng akan memberikan perubahan terhadap pendapatan masyarakat (pekerja dan unit usaha) yang memanfaatkan keberadaan taman ini. Perubahan tingkat pendapatan masyarakat dapat dianalisis dengan cara mengurangi pendapatan total masyarakat dengan pendapatan bukan dari Taman Menteng agar didapatkan pendapatan hanya dari Taman Menteng. Jika pendapatan rata-rata masyarakat meningkat karena adanya
87
Taman Menteng berarti keberadaan taman ini memberikan manfaat ekonomi bagi kesejahteraan hidup mereka. Tabel 19 menggambarkan pendapatan rata-rata masyarakat dari tiap kelompok pekerjaan. Tabel 19. Pendapatan Rata-rata Masyarakat Dengan dan Tanpa Adanya Taman Menteng (Rupiah/Bulan) No. (a) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kelompok Pekerjaan
Rata-rata Pendapatan Total TM
(b) (c) Minuman keliling 2.470.909 Penjaja makanan 3.108.333 Warung 4.250.000 Tukang Parkir 3.750.000 Kebersihan Taman 2.240.929 Penyiraman Taman 1.100.000 Penjaga Toilet 5.744.500 Security 3.083.333 Total Peningkatan Pendapatan Sumber: Data Primer, (2012)
Pendapatan Rata-rata bukan dari TM (d) 222.727 443.333 650.000 0 605.357 0 3.550.000 1.666.667
Perubahan Pendapatan Rata-rata dari TM (c-d) 2.248.182 2.665.000 3.600.000 3.750.000 1.635.571 1.100.000 2.194.500 1.416.667 18.609.920
Berdasarkan Tabel 19 terdapat perubahan pendapatan di 8 kelompok pekerjaan yang terdiri dari kebersihan taman, penyiraman taman, penjaga toilet, keamanan taman, penjual minuman keliliing, penjaja makanan, warung, dan juru parkir. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa rata-rata tiap kelompok pekerja mengalami penambahan pendapatan dengan adanya Taman Menteng. Pendapatan yang mengalami penambahan terbesar adalah kelompok pekerjaan juru parkir sebesar Rp 3 750 000. Penambahan yang cukup besar ini disebabkan pendapatan yang mereka peroleh dari adanya Taman Menteng lebih besar dibanding kelompok lain dan pekerja juru parkir tersebut tidak memiliki pekerjaan sampingan. Kelompok pekerja penyiraman taman hanya mendapatkan pendapatan dari Taman Menteng, tetapi pendapatan tersebut paling kecil dibandingkan
88
kelompok lainnya. Hal ini dikarenakan pekerja juru parkir mendapatkan insentif yang paling besar karena waktu bekerja mereka full time. Pendapatan yang mengalami peningkatan terbesar kedua dirasakan oleh kelompok pekerjaan usaha warung di sekitar taman sebesar Rp 3 600 000. Hal ini dikarenakan usaha yang mereka jalani sekarang merupakan warung milik pribadi sehingga keuntungan yang didapatkan besar. Selain itu, hanya sebagian pekerja warung Taman Menteng yang memiliki pendapatan lain di luar taman dan jumlahnya tidak besar, sehingga keberadaan Taman Menteng dirasa sangat bermanfaat dan menguntungkan bagi kelompok usaha ini. Peningkatan pendapatan terbesar ketiga dirasakan oleh kelompok pekerja penjual makan sebesar Rp 2 665 000. Pekerjaan minuman keliling mengalami perubahan pendapatan sebesar Rp 2 248 182. Pekerjaan petugas kebersihan taman mengalami perubahan pendapatan sebesar Rp 1 635 571 dan pekerja penyiraman taman sebesar Rp 1 100 000. Pekerja penjaga toilet mengalami perubahan pendapatan sebesar Rp 2 194 500 dan keamanan taman mengalami perubahan pendapatan sebesar Rp 1 416 667. Secara keseluruhan, hampir semua kelompok pekerja mengalami peningkatan pendapatan dengan adanya Taman Menteng. Hal ini memperlihatkan bahwa keberadaan Taman Menteng berdampak positif bagi sumber penghasilan mereka. 6.4.2
Proporsi Pendapatan Masyarakat dari Adanya Taman Menteng Perbedaan pendapatan rata-rata masyarakat juga akan terlihat berdasarkan
proporsi pendapatan dari Taman Menteng terhadap total pendapatan. Pendapatan total Taman Menteng adalah pendapatan yang diperoleh hanya dari Taman Menteng ditambah dengan pendapatan diluar Taman Menteng. Pendapatan dari
89
Taman Menteng merupakan pendapatan yang diperoleh hanya dari adanya keberadaan Taman Menteng. Hasil dari nilai proporsi pendapatan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui apakah dengan adanya Taman Menteng menjadikan pendapatan di masyarakat termasuk ke dalam kelompok pendapatan pokok, pendapatan sampingan atau pendapatan sambilan. Tabel 20 menyajikan proporsi pendapatan masyarakat karena adanya Taman Menteng. Tabel 20. Proporsi Pendapatan Rata-rata Masyarakat dari Kegiatan Wisata di Taman Menteng Terhadap Pendapatan Total Tahun 2012 No
Pendapatan Rata-rata (Rupiah/bulan) Kelompok Pekerjaan Pendapatan hanya Total dari TM Pendapatan
(a) (b) 1 Minuman keliling 2 Penjaja makanan 3 Warung 4 Tukang parkir 5 Kebersihan taman 6 Penyiraman taman 7 Penjaga toilet 8 Security Sumber: Data Primer, (2012)
(c) 2.248.182 2.665.000 3.600.000 3.750.000 1.635.571 1.100.000 2.194.500 1.416.667
(d) 2.470.909 3.108.333 4.250.000 3.750.000 2.240.929 1.100.000 5.744.500 3.083.333
Persentase Proporsi Pendapatan (e) = (c/d)% 91 86 85 100 73 100 38 46
Proporsi pendapatan rata-rata masyarakat dengan adanya keberadaan Taman Menteng paling besar dirasakan oleh kelompok pekerja penyiraman taman dan juru parkir karena masing-masing memiliki persentase proporsi pendapatan sebesar 100%. Persentase proporsi sebesar 100% menggambarkan bahwa pendapatan yang diperoleh dari pekerja tersebut merupakan pendapatan utama atau bisa dikatakan sebagai pendapatan pokok. Hal tersebut sesuai dengan pernyataa Soehadji (1995) dalam Soetanto (2002) yang menyatakan bahwa usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan 70-100% disebut usaha pokok. Berdasarkan hasil wawancara terhadap kedua kelompok pekerja tersebut mereka menyatakan bahwa pekerjaan ini adalah pekerjaan utama bagi mereka. Hal ini
90
dikarenakan hampir sebagian besar waktu mereka dipergunakan dan dihabiskan untuk bekerja di sekitar kawasan taman bahkan pada kelompok pekerjaan juru parkir, mereka menghabiskan waktunya selama 24 jam berada di lokasi taman dan beranggapan bahwa Taman Menteng selain sebagai sumber penghasilan juga sebagai tempat tinggal. Selain kedua kelompok tersebut, kelompok pekerjaan yang memiliki persentase proporsi pendapatan rata-rata diatas 70% dan dikatakan sebagai pendapatan pokok (Soehadji 1995 dalam Soetanto, 2002) adalah pedagang minuman keliling (91%), penjual makanan (86%), warung (85%), dan petugas kebersihan taman (73%). Hal ini dikarenakan hampir sebagian besar waktu mereka dipergunakan dan dihabiskan untuk bekerja dan berjualan di sekitar kawasan taman. Bahkan pada kelompok pekerjaan warung beberapa diantaranya menjadikan warungnya sebagai tempat tinggal. Rata-rata sumber pendapatan di luar Taman Menteng dari keempat kelompok pekerja tersebut merupakan penghasilan sambilan yang nilainya jauh lebih kecil dibandingkan penghasilan dari Taman Menteng. Pada umumnya sumber pendapatan kedua mereka berasal dari wirausaha. Proporsi pendapatan terhadap Taman Menteng terkecil pada kelompok pekerjaan penjaga toilet sebesar 38% dan kelompok pekerja security sebesar 46%. Hasil keduanya memperlihatkan bahwa pendapatan yang diperoleh dari adanya Taman Menteng lebih kecil dibandingkan sumber pendapatan di luar taman. Hal ini dikarenakan, pekerja penjaga toilet telah memiliki usaha sejak awal sebelum mereka bekerja di Taman Menteng. Bahkan hingga saat ini usaha yang mereka jalani masih terus berlangsung, begitu pula pada salah satu pekerja sebagai
91
security taman. Pekerjaan di Taman Menteng tidak begitu menyita waktu mereka, sehingga di waktu luang mereka dapat memanfaatkan untuk membuka usaha. Mereka berpendapat bahwa pendapatan yang diperoleh dari adanya Taman Menteng merupakan pendapatan tambahan, namun pekerjaan di Taman Menteng tetap mereka butuhkan. Keberadaan Taman Menteng merupakan pendapatan sampingan bagi kelompok pekerja penjaga toilet dan keamanan taman karena persentase proporsi pendapatan keduanya diantara 30-70% (Soehadji 1995 dalam Soetanto, 2002). Manfaat ekonomi dalam hal penyerapan tenaga kerja kurang dirasakan oleh masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan masyarakat setempat Taman Menteng lebih memanfaatkan keberadaan Taman Menteng sebagai fungsi sosial budaya, ekologis, dan estetika. Pernyataan tersebut diperkuat dari hasil wawancara kepada pelaku usaha dan tenaga kerja taman, dimana keseluruhan dari mereka bukanlah warga asli Menteng. Hampir semua pekerja dan pelaku usaha berasal dari luar Kelurahan Menteng yang sebagian besar berada di wilayah Jabodetabek bahkan seperti pedagang minuman keliling hampir semua berasal dari Madura, Jawa Timur. Akan tetapi, nilai WTP dan kontribusi keberadaan Taman Menteng terhadap beberapa masyarakat sekitar telah menunjukkan bahwa keberadaan Taman Menteng memberikan manfaat ekonomi, selain fungsi utamanya sebagai fungsi ekologis.
92
VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1
Simpulan
1.
Berdasarkan persepsi multistakeholder fungsi terpenting keberadaan Taman Menteng adalah sebagai fungsi sosial budaya (35.8%), dimana indikator sarana rekreasi keluarga (30.5%) dan sarana olahraga (29.6%) merupakan nilai tertinggi dalam fungsi ini. Fungsi ekologis didapatkan sebesar 31.9% dan fungsi estetika sebesar 26.1%. Hasil persepsi multistakeholder terhadap ketiga fungsi tersebut memperlihatkan bahwa ada kesesuaian antara tujuan pemerintah dalam membangun taman kota dengan yang responden rasakan. Selain itu, keberadaan Taman Menteng memberikan fungsi tambahan yaitu fungsi ekonomi (6.2%)
2.
Nilai ekonomi Taman Menteng berdasarkan konsep WTP lebih kecil nilainya sebesar Rp 1 483 435 816 dibandingkan berdasarkan pendekatan biaya pengganti (replacement cost) pembangunan Taman Menteng sebesar Rp 463 976 011 445. Hal ini dikarenakan nilai WTP tersebut lebih merupakan WTP terhadap fungsi sosial budaya dari Taman Menteng, bukan semua fungsi atau nilai ekonomi total dari Taman Menteng.
3.
WTP rataan terbesar pada kelompok unit usaha (Rp 49 630) karena mereka memiliki kepentingan terhadap keberadaan Taman Menteng sebagai
tempat
usaha,
namun
WTP
total
unit
usaha terendah
(Rp 2 680 020) karena hanya sedikit unit usaha yang menjadikan Taman Menteng sebagai tempat usahanya. Adapun nilai WTP rataan pengunjung paling rendah (Rp 5 522) karena pada umumnya adalah kalangan muda dengan daya beli yang tidak tinggi. WTP total responden masyarakat
tertinggi (Rp 1 187 316 716) karena banyak masyarakat yang memanfaatkan keberadaan Taman Menteng. 4.
Keberadaan Taman Menteng memberikan pengaruh yang positif terhadap perubahan pendapatan sebagian masyarakat. Perubahan total pendapatan rata-rata
masyarakat
dari
delapan
kelompok
pekerja
sebesar
Rp 18 609 920/bulan. Peningkatan pendapatan rata-rata terbesar dirasakan oleh kelompok pekerja sebagai juru parkir dengan peningkatan pendapatan sebesar Rp 3 750 000/bulan. Kelompok pekerja yang memperoleh perubahan pendapatan terkecil adalah pekerja sebagai penyiraman taman sebesar Rp 1 100 000/bulan. Bagi masyarakat yang bekerja ataupun memiliki usaha di Taman Menteng kecuali kelompok pekerja security taman dan penjaga toilet, penghasilan dari Taman menteng merupakan penghasilan utama karena lebih dari 70% dari total pendapatannya (Soehadji, 1995 dalam Soetanto, 2002). 7.2
Saran
1.
Keberadaan Taman Menteng sebagai taman kota penting dan bermanfaat baik sebagai fungsi utamanya adalah fungsi ekologis juga memiliki manfaat lainnya bagi masyarakat sekitar taman kota. Pemerintah perlu mengupayakan agar target penambahan Ruang Terbuka Hjau khususnya berupa taman kota dapat terwujud sesuai ketentuan dalam UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007. Selain itu, pemerintah dapat mengembangkan taman kota yang sesuai kebutuhan masyarakat sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Seperti halnya Taman Menteng yang keberadaanya dirasakan tepat sasaran, baik dari segi lokasi, estetika
94
maupun pengelolaanya. Keberhasilan ini diharapkan sebagai acuan pemerintah dalam mengembangkan taman kota lainnya. 2.
Pihak pengelola perlu membuat peraturan mengenai tata cara penggunaan Taman Menteng dengan terdapatnya sanksi tegas jika terdapat pelanggaran untuk mencegah penurunan kenyaman pengguna taman dan penurunan kualitas fungsi taman. Pemeliharaan fasilitas yang ada juga perlu ditingkatkan karena masih terdapat fasilitas yang kurang terjaga dengan baik. Keamanan di Taman Menteng juga harus menjadi perhatian pengelola agar tetap tercipta keberlangsungan kenyamanan pengguna taman dan menghindari terjadinya hal-hal negatif. Oleh karena itu, pengelolaan terhadap Taman Menteng harus menjadi prioritas utama dan diharapkan dapat dioptimalkan serta ditingkatkan lebih baik lagi sehingga 4 fungsi Taman Menteng (ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi) tetap terwujud dan manfaatnya dapat terus dirasakan oleh semua pihak.
3.
Perlu ada peningkatan kesadaran pengunjung saat beraktifitas di Taman Menteng khususnya dalam hal kebersihan. Selain itu semua pihak harus ikut serta memelihara fasilitas taman karena taman merupakan area publik, siapapun harus ikut berpartisipasi dalam menjaga keberlangsungannya.
4.
Taman Menteng memiliki banyak manfaat penting, namun karena keterbatasan penulis, penelitian ini tidak menghitung nilai ekonomi total. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menghitung nilai ekonomi total terutama fungsi ekologis yang merupakan fungsi utama Taman Menteng sehingga bisa diketahui besarnya manfaat Taman Menteng bagi masyarakat.
95
DAFTAR PUSTAKA Aini, T.Q. 2011. Nilai Ekonomi Total Kawasan Karst (Studi kasus Gua Cikenceng, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat). Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. IPB. Bogor. Applebaum, R.I., Karl W.E., Anatol, Ellis R Hays, Owen O Jenson, Richard E. Poster, dan Jenny E. Mendel. 1973. Fundamental Concepts in Human Communication. New York; Harper and Row Publisher, Inc. Arifin, H.S, A. Munandar, N.H.S. Arifin, Q. Pramukanto, V.D. Damayanti. 2007. Sampoerna Hijau Kotaku Hijau: Buku Panduan Penataan Taman Umum, Penanaman Tanaman, Penanganan Sampah, dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT Sampoerna Hijau. Atmojo, H.S.W. 2007. Menciptakan Taman Kota Berseri. Artikel Solo Pos. http://suntoro.staff.uns.ac.id/category/gagasan/ diakses pada tanggal 13 November 2012. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi DKI Jakarta. 2009. Pengelolaan Tata Ruang. http://www.bappedajakarta.go.id/ di akses pada tanggal 14 Juni 2012. Badan Perencanaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta. 1997. UU No.23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Badan Pusat Statistik. 2012. Jakarta Dalam Angka. BPS Provinsi DKI Jakarta. Barton, D.N. 1994. Economic Factors and Valuation of Tropical Coastal Resources. SMR-Report 14/94. Center for Studies of Environment and. Resources. University of Bergen. Norway. Briggs MRP, Funge-Smith SJ Dahlan, E.N. 1992. Hutan Kota: Untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup. Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia. Jakarta. . 2004. Membangun Kota Kebun (Garden City) Bernuansa Hutan Kota. IPB Press. Bogor. Darmanto, N.S. dan A.Sofyan. 2012. Analisis Distribusi Pencemaran Udara NO 2 , SO 2 , dan O 3 di Jakarta dengan WRF-CHEM. ITB. Bandung Departemen Dalam Negeri. 1988. Intruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988. Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan. Direktoral Jenderal Pembangunan Daerah Departemen Dalam Negeri. Jakarta. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. 2008. Bahan Ajar Mata Kuliah Analisis Biaya dan Manfaat Proyek. FEM. IPB. Bogor Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta tentang Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RUTR) 2005 Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum. Ditjen Penataan Ruang. . 2007. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Departemen Pekerjaan Umum, Ditjen Penataan Ruang.
. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008 tentang Pedoman penyediaan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan. Departemen PU, Ditjen Penataan Ruang. . 2011. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2030. Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum, Ditjen Penataan Ruang DKI Jakarta. Dhewanti, L. 2007. Panduan Valuasi Ekonomi Sumberdaya Lingkungan. Kementrian Lingkungan Hidup. Dinas Komunikas Informatika dan Kehumasan (Diskominformas) Prov DKI Jakarta. 2011. Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta. www.tatakotajakartaku.net diakses pada tanggal 21 Januari 2012 Dziegielewska, D. 2009. Total Economic Value. Artikel Ekonomi Lingkungan. Fajri,
H. 2012. Sejumlah Taman di Jakarta Utara Tak Terawat. http://megapolitan.kompas.com/read/2012/05/24/19354755/Sejumlah.Tama n.di.Jakarta.Utara.Tak.Terawat diakses pada tanggal 15 Juli 2012.
Fakultas Pertanian IPB. 2005. Makalah Lokakarya Pengembangan Sistem RTH di Perkotaan. Lab. Perencanaan Lanskap Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian IPB. Fauzi, A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Gittinger, J.P. 2008. Economic Analysis of Agriculture Project. Analisis Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. UI-Press. Hakim, Rustam. 2010. Ruang Terbuka dan Ruang Terbuka Hijau. http://rustam2000.wordpress.com/ruang-terbuka-hijau/ diakses pada tanggal 27 November 2012. Harnik, P dan B. Welle. 2006. Measuring The Economic Value of a City Park System-The Economic Value of Direct Use in Boston. The Trust for Public Land. Boston Harnik, P. 2011. The Economic Benefit of The Park and Recreation System of Virginia Beach, Virginia. A Report by The Trust for Public Land’s Center for City Park Excellence. Virginia. Hanley, N dan C.L. Spash. 1993. Cost Benefit Analysis and The Environment. Cheltenham: Edwar Elger Publishing Limited. Hanst-England. Hasanah, Siti N. 2011. Pengaruh Keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) terhadap harga lahan di permukiman (Studi kasus: Kelurahan Kelapa Gading Timur (KGT) dan Kelapa Gading Barat (KGB). Skripsi. Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor. Hidayat, D. 2009. Estimasi Kebutuhan Hutan Kota di Kotamadya Jakarta Selatan. Tesis Program Pascasarjana IPB. Bogor. Idrus, M. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.
97
Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan. Irwan, Z.Dl. .2008. Tantangan Lingkungan dan Lanskap Hutan Kota. Bumi Aksara. Jakarta. Iskarianty. 2010. Kepadatan Penduduk sebagai Akar Permasalahan Kota Jakarta http://sosbud.kompasiana.com/2010/12/05/kepadatan-penduduk-sebagaiakar-dari-permasalahan-kota-jakarta/ di akses pada tanggal 25 Januari 2012 Jones, E.G., B. Davies, dan S. Hussain. 2000. Ecological Economics: An Introduction. Blackwell Science. London. Joga, N dan I. Ismaun. 2011. RTH 30%! Resolusi (Kota) Hijau. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Manik, K.E.S. 2009. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Djambatan. Jakarta. Pearce, D dan D. Moran 1984. The Economic Value of Biodiversity. In Association with The Biodiversity Programme of IUCN - The World Conservation Union. Earthscan Publication Ltd. London. Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta. 1999. Peraturan Daerah DKI Jakarta No.6 Tahun 1999 tentang RTRW Provinsi DKI Jakarta Prasetyo, B dan L.M. Jannah. 2010. Metode Penelitian Kuantitaif. Rajawali Press. Jakarta. Rahmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung Remadja Rhosdakarya. Salfifi, A.D. 1983. Kota, Penduduk, dan Lingkungan Alam. Seminar Aplikasi Arsitektur Lansekap dalam Perkotaan. Universitas Trisakti. Jakarta. Salim, Emil. 1986. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. LP3ES. Jakarta Sastrawijaya. 2000. Pencemaran Lingkungan. Rieneka Cipta. Jakarta. Siahaan, N.H.T. 2004. Edisi ke-2 Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Erlangga. Jakarta Soetanto, H. 2002. Strategi Optimasi Pemanfaatan Sumberdaya Dan Teknologi Tepat Guna Pertanian Untuk Meningkatkan Pendapatan Peternak Sapi Potong.http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content& view=article&id=78:makalah-utama&catid=50:prosiding&itemid=33. Diakses pada tanggal 30 Januari 2012. Sugandhy, A dan R. Hakim. 2009. Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta. Syaukat, Y. 2011. Bahan Ajar Mata Kuliah Metodologi Penelitian Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. IPB. Bogor. Tyrvainen, L. 2001. Economic Valuation of Urban Forest Benefits in Finland. J. Environmental Management 62 (1). May, 2001 : 75-92. CD Volume: 380. Vanhove, N. 2005. The Economics of Tourism Destinations. Elsevier. Burlington.
98
Yuliasari, Indah. 2008. Distribusi Spasial Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Pengelolaan RTH di Provinsi DKI Jakarta. Skripsi. Program Studi Arsitektur Lanskap. Institut Pertanian Bogor. Yuleff, E.M. 2008. Penilaian Ekonomi Hutan Kota. Tesis. Program Pascasarjana. UI. Wardhana, W. 2010. Dampak Pemanasan Global. Andi Yogyakarta. Yogyakarta. Zarkasi, A.S. 2009. Implikasi Lingkungan Akibat Pengembangan Jakarta. http://www.technology-indonesia.com/review/69-implikasi-lingkunganakibat-pengembangan-jakarta diakses tanggal 26 Juni 2012.
99
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jenis-jenis RTH Publik dan RTH Privat No.
1.
Jenis
RTH
RTH
Publik
Privat
RTH Pekarangan a. Pekarangan rumah tinggal
v
b. Halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat
v
usaha c. Taman atap bangunan 2.
3.
4.
v
RTH Taman dan Hutan Kota a. Taman RT
v
v
b. Taman RW
v
v
c. Taman Kelurahan
v
v
d. Taman Kecamatan
v
v
e. Taman Kota
v
f. Hutan Kota
v
g. Sabuk hijau (green belt)
v
RTH Hijau Jalan a. Pulau jalan dan media jalan
v
v
b. Jalur pejalan kaki
v
v
c. Ruang dibawah jalan layang
v
RTH Fungsi Tertentu a. RTH sempadan rel kereta api
v
b. Jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi
v
c. RTH sempadan sungai
v
d. RTH sempadan pantai
v
e. RTH pengamanan sumber air baku/mata air
v
f. Pemakaman
v
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008
101
Lampiran 2. Jenis, Fungsi, dan Tujuan Pembangunan RTH No
Jenis RTH
Fungsi Lahan
Tujuan
Keterangan
Keindahan tajuk, Tegakan pengarah, Pengaman, Kurangi cemaran, Meredam bising, Perbaiki iklim mikro, Daerah resapan, Penyangga sistem kehidupan, Kenyamanan.
Mutlak dibutuhkan bagi kota, keserasian, rekreasi aktif dan pasif, nuansa rekreatif, terjadinya keseimbangan mental (psikologis) dan fisik manusia, habitat, keseimbangan ekosistem
1.
Taman kota Ekologis, Rekreatif, (termasuk: taman Estetis, Olahraga bermain anak, taman (terbatas) bunga, lansia)
2.
Jalur (tepian) sempadan sungai dan pantai
Konservasi, Pencegah, Perlindungan, mencegah okupansi Perlindungan total tepi kiri-kanan Erosi, Penelitian penduduk, mudah menyebabkan erosi, bantaran sungai (+/- 25-50 meter) rawan iklim mikro, penahan ‘badai’. erosi (Taman Laut).
3.
Taman olah raga, bermain, relaksasi
Kesehatan, Rekreasi
4.
Taman pemakaman (umum)
Pelayanan Publik Pelindung, pendukung ekosistem makro, Dibutuhkan seluruh anggotamasyarakat, (umum), Keindahan ‘ventilasi’ dan ‘pemersatu’ruang kota. menghilangkan rasa ‘angker’.
5.
Pertanian kota
Produksi, estetika, Pelayanan publik
Kenyamanan spasial, visual, audial dan thermal, ekonomi
Peningkatan produktivitas tanaman pertanian.
6.
Taman (hutan) kota/ Perhutanan
Konservasi, pendidikan, produksi
Pelayanan masyarakat dan penyangga lingkungan kota, wisata alam, rekreasi, produksi hasil ‘hutan’: iklim mikro, oksigen, ekonomi.
Pelestarian, perlindungan, dan pemanfaatan plasma nutfah, keanekaragaman hayati, pendidikan penelitian.
102
Kenikmatan, pendidikan, kesenangan, kesehatan, interaksi, kenyamanan.
Rekreasi aktif, sosialisasi, mencapai prestasi, menumbuhkan kepercayaan diri.
budidaya
No
Jenis RTH
Fungsi Lahan
Tujuan
Keterangan
7.
Taman situ, danau, Konservasi, waduk, empang keamanan
Keseimbangan (pemancingan).
ekosistem,
rekreasi Pelestarian SD-air, flora (budidaya ikan air tawar).
8.
Kebun raya, kebun, binatang (nursery)
Konservasi, pendidikan, penelitian
Keseimbangan ekonomi.
ekosistem,
rekreasi, Pelestarian plasma nutfah, elemen khusus Kota Besar, Kota Madya.
9.
Taman purbakala
Konservasi, preservasi, rekreasi
Reservasi, perlindungan situs, sejarahnational character building.
10.
Jalur hijau pengaman
Keamanan
Penunjang iklim mikro, thermal, estetika Pengaman: Jalur lalu lintas, Rel KA, jalur listrik tegangan tinggi, kawasan industri, dan ‘lokasi berbahaya’ lain.
11.
Taman rumah sekitar bangunan gedung tingkat ‘pekarangan’
Keindahan, produksi
Penunjang iklim mikro, ‘pertanian subsistem’: TOGA (tanaman obat keluarga)/Apotik Hidup, Karangkitri (sayur dan buah-buahan).
Sumber : Purnomohadi 2006
103
&
fauna
‘Bangunan’ sebagai elemen taman.
Pemenuhan kebutuhan pribadi (privacy), penyaluran‘hobby’ pada lahan terbatas, mampu memenuhi kebutuhan keluarga secara berkala.
Lampiran 3. Rincian Data Nilai WTP dari Masing-masing Responden Nilai WTP Pengunjung No
Kelamin
Usia
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
P P L p p p P P L p p p L P L P P P P P P L P L P P P P L L L L L L P L L L P P P P L P L
27 32 29 19 15 25 18 15 16 23 16 34 25 17 18 43 27 31 29 49 19 18 18 16 19 29 38 21 22 19 16 17 15 15 20 16 19 18 31 26 22 21 24 34 19
Pendidikan SMA S1 SMA S1 smstr 4 SMA D3 S1 smstr 2 SMA SMIP s1 sma D3 D3 SMA s1 smstr 2 S2 SMA D1 D3 SMA SMK D3 smstr 2 D3 smstr 2 SMA D3 smstr 2 s1 SMA s1 sma SMA SMA SMA SMA SMP SMA SMA SMA SMA s1 S1 s1 s1 s1 d3 SMA
Satatus
12 18 12 14 10 16 13 10 10 16 11 15 17 11 13 22 12 13 13 13 12 13 13 11 14 16 12 15,5 12 12 11 12 10 8 12 11 12 12 16,5 15 15,5 15,5 16 15 11,5
Tanggungan
Menikah 3 belum 1 belum 1 belum 0 belum 0 belum 1 belum 0 belum 0 belum 0 belum 1 belum 0 Menikah 4 belum 0 belum 0 belum 0 Menikah 5 Menikah 3 Menikah 3 Menikah 3 Menikah 5 belum 0 belum 0 belum 0 belum 0 belum 0 belum 1 Menikah 4 belum 0 belum 1 belum 1 belum 0 belum 0 belum 0 belum 1 belum 1 belum 0 belum 1 belum 0 Menikah 4 belum 1 belum 0 belum 0 belum 1 Menikah 5 Belum 0 Total WTP Rataan WTP Pengunjung
Pekerjaan
Pendapatan
PS PS Wiraswasta mahasiswa pelajar guru mahasiswa pelajar pelajar PS pelajar IBRT mahasiswa+kerja pelajar mahasiswa BUMN IBRT IBRT PS IBRT PS mahasiswa mahasiswa pelajar mahasiswa PS IBRT mahasiswa seni tato wirasasta pelajar pelajar pelajar seni akustik nunggu masuk kuliah pelajar PS pelajar PS wiswasta mahasiswa mahasiswa PS IBRT pelajar
2-3jt 3-4jt 1,5jt 800.000 250rb-300rb 3-4jt 500-700 400 250 1jt 200-250 2jt 3jt 400-500 400 7-10jt 1,5-2jt >3jt 7-10jt 10jt 1,5-2jt 500rb 400-450rb 1jt 1,2jt 6jt 5jt 500rb 600rb 1,2-1,35jt 1,2-1,5jt 1jt 600rb 400-450rb 400rb 600rb 1,5jt 300-400rb 2,5-3jt 7-8jt 800rb 500rb 3-5Jt >5jt 1,5 jt
Nilai WTP 2.000 2.500 3.000 4.000 2.500 5.000 3.000 10.000 6.000 5.000 3.500 7.000 8.000 5.000 3.500 10.000 1.000 7.000 15.000 20.000 4.500 3.000 2.500 5.000 10.000 2.500 5.000 5.000 2.000 0 15.000 5.000 2.000 5.000 0 10.000 0 0 3.000 10.000 6.000 10.000 10.000 5.000 5.000 248.500 5.522
104
Nilai WTP Masyarakat No
Kelamin
Usia
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
P P L P L P P P L L P P L L P L L P P P P P P L P L P P P P P P L P P P P P P P P P P P P
29 33 31 43 24 56 40 36 52 42 43 43 43 34 45 34 26 41 48 29 45 44 19 31 23 27 37 35 30 38 43 34 22 30 28 24 32 38 30 26 34 28 28 27 31
Pendidikan SMK SMA SMA SMA SMA SMP SD SMA SMP SMA S1 SMA SMA SMA SMA D3 D3 S1 SMP D3 SMP SMA SMA S1 d3 SMA S1 S1 SMA SMA S1 S1 S1 S1 SMA s1 SD s1 S1 d3 d3 S1 S1 SMA SMA
12 12 12 12 12 9 6 12 10 12 17 12 12 12 12 15 15 17 9 15 9 12 12 16,5 15 12 15,5 17 12 12 16 17 15 16 12 16 6 17 16 15 15 16 14 12 12
Status
Tanggungan
Pekerjaan
menikah 4 menikah 3 menikah 3 menikah 4 Belum 1 menikah 3 menikah 6 menikah 4 menikah 4 menikah 5 menikah 3 menikah 6 menikah 2 menikah 4 menikah 6 menikah 5 menikah 3 menikah 4 menikah 2 menikah 3 menikah 4 menikah 4 Belum 1 menikah 4 menikah 2 Belum 1 menikah 5 menikah 3 menikah 4 menikah 4 menikah 7 menikah 4 Belum 0 menikah 3 menikah 3 Belum 1 menikah 5 menikah 5 menikah 5 Belum 1 menikah 4 menikah 3 menikah 6 menikah 3 menikah 3 Total WTP Rataan WTP Masyarakat
IBRT IBRT Wiraswasta IBRT PS IBRT Wiraswasta IBRT PS PS PS PS PS PS IBRT Wiraswasta Wiraswasta PNS Wiraswasta PS Wiraswasta PS PS PS Bidan wirasasta IBRT IBRT IBRT IBRT PS BUMN mahasiswa PNS IBRT PS IBRT PS PS PS IBRT PS mahasiswa IBRT IBRT
Pendapatan >2 jt 2 jt >3 jt 3jt 1,65 2jt 3 jt 5 jt 3 jt 2 jt 3 jt 6 jt 1,3 jt 2 jt 3 jt 3 jt 1,3 jt 4 jt 1 jt 2,5 jt 1,5 jt 2-3jt 1,4 jt 4-5jt 2,5 jt 1,5 jt 4 jt 3-4j jt 3 jt 3 jt 4-5 Jt 2,5 jt 800rb 2,5 jt 1 jt 4 jt 900rb 9 jt 3 jt 4 jt 2 jt 2,5 jt 800rb 900rb 2 jt
Lama Tinggal 0 0 0 0 0 0 24 0 0 28 6 17 0 0 26 0 0 30 46 0 0 23 0 0 0 12 12 0 6 0 0 2 22 10 0 0 0 28 0 10 0 4 9 0 7
Nilai WTP 10.000 5.000 20.000 10.000 20.000 50.000 5.000 10.000 10.000 0 5.000 0 7.000 5.000 5.000 10.000 5.000 20.000 3.000 15.000 5.000 5.000 0 30.000 50.000 0 50.000 100.000 20.000 10.000 5.000 0 1.000 10.000 0 10.000 2.000 50.000 10.000 0 10.000 10.000 50.000 15.000 100.000 758.000 16.844
105
Nilai WTP Unit Usaha No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Bentuk pekerjaan Alamat Jualan Otak" Gondangdia minuman keliling Manggarai minuman keliling Kwitang minuman keliling cempaka putih rujak bebek pintu air pejimpongan tukang parkir T Menteng Minuman botol,dsb mampang prapatan minuman es kelapa muda mampang prapatan Mie Ayam menteng atas Bubur Ayam manggarai tukang parkir kemayoran Ketoprak Pasar Manggis minuman keliling Gondangdia siomay Wr Buncit rujak Pasar Rumput Soto Ayam menteng atas Bakso Malang Jatijajar/martapura warung Minuman Bogor warung Minuman Tanah Abang minuman keliling kwitang minuman keliling Kwitang minuman keliling Tugu Tani minuman keliling kwitang minuman keliling depok minuman keliling kwitang Tahu gejrot keliling manggarai minuman keliling tj priuk Total WTP Rataan WTP Unit Usaha
WTP 20.000 20.000 50.000 75.000 10.000 100.000 50.000 25.000 25.000 50.000 20.000 80.000 60.000 30.000 50.000 50.000 50.000 150.000 100.000 20.000 20.000 50.000 10.000 50.000 25.000 50.000 100.000 1.340.000 49.630
106
Lampiran 4. Rincian Pendapatan Unit usaha Per Bulan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Bentuk pekerjaan Jualan Otak" Minuman keliling Minuman keliling Minuman keliling Rujak bebek Tukang parkir Minuman botol Es kelapa muda Mie Ayam Bubur Ayam tukang parkir Ketoprak Minuman keliling Siomay Rujak Soto Ayam Bakso Malang Warung Minuman Warung Minuman Minuman keliling Minuman keliling Minuman keliling Minuman keliling Minuman keliling Minuman keliling Tahu gejrot Minuman keliling
Pendapatan perbulan 900.000 900.000 1.350.000 1.500.000 720.000 4.500.000 2.250.000 2.400.000 1.500.000 800.000 1.500.000 1.500.000 1.040.000 3.000.000 1.500.000 5.800.000 2.030.000 2.600.000 3.000.000 4.500.000 750.000 2.100.000 1.500.000 2.240.000 1.500.000 2.100.000 2.100.000
Total Perbedaan pendapatan pendapatan/bulan lain 200.000 0 100.000 100.000 350.000 0 500.000 600.000 860.000 0 1.500.000 0 750.000 0 700.000 0 1.000.000 0 200.000 1.320.000 0 0 500.000 0 480.000 0 800.000 600.000 500.000 900.000 1.450.000 1.700.000 0 800.000 800.000 1.300.000 800.000 0 1.500.000 0 400.000 750.000 240.000 0 240.000 0 560.000 0 280.000 0 520.000 0 600.000 1.000.000
Pendapatan dari adanya TM 1.100.000 1.000.000 1.700.000 2.000.000 1.580.000 6.000.000 3.000.000 3.100.000 2.500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 1.520.000 3.800.000 2.000.000 7.250.000 2.030.000 3.400.000 3.800.000 6.000.000 1.150.000 2.340.000 1.740.000 2.800.000 1.780.000 2.620.000 2.700.000
Total Pendapatan 1.100.000 1.100.000 1.700.000 2.600.000 1.580.000 6.000.000 3.000.000 3.100.000 2.500.000 2.320.000 1.500.000 2.000.000 1.520.000 4.400.000 2.900.000 8.950.000 2.830.000 4.700.000 3.800.000 6.000.000 1.900.000 2.340.000 1.740.000 2.800.000 1.780.000 2.620.000 3.700.000
107
Lampiran 5. Rincian Pendapatan Para Pekerja Taman Menteng No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Bentuk pekerjaan
Kebersihan taman
Penyiraman taman penjaga toilet
Security
Pendapatan dari adanya TM 1.490.000 1.690.000 1.600.000 1.360.000 2.490.000 2.328.000 1.600.000 1.530.000 1.600.000 1.350.000 1.660.000 1.400.000 1.400.000 1.400.000 1.100.000 2.739.000 1.650.000 1.400.000 1.400.000 1.400.000 1.400.000 1.400.000 1.500.000
Pendapatan tanpa adanya TM 1.650.000 0 900.000 800.000 0 800.000 850.000 0 640.000 0 435.000 2.400.000 0 0 0 500.000 6.600.000 0 0 0 0 0 10.000.000
Total Pendapatan Max 3.140.000 1.690.000 2.500.000 2.160.000 2.490.000 3.128.000 2.450.000 1.530.000 2.240.000 1.350.000 2.095.000 3.800.000 1.400.000 1.400.000 1.100.000 3.239.000 8.250.000 1.400.000 1.400.000 1.400.000 1.400.000 1.400.000 11.500.000
108
Lampiran 6. Peta Lokasi Taman Menteng
Taman Menteng
109
Lampiran 7. Rencana Desain Awal Taman Menteng
Bangunan Kaca Penunjang Kegiatan
Pintu Utama Pejalan Kaki
Pelataran Kenangan
Persija
Pelataran Patung Selatan
Pelataran Patung Utara
Bangunan Parkir Taman Situbondo
Lap. Futsal
Taman Bermain Anak
Kantor Koramil
Mushalla Pelataran Taman Situbondo
U
Stage
110
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 03 November 1990. Penulis merupakan anak bungsu dari dua bersaudara pasangan Alm. Suyatni, S.Pd dan Susanto. Penulis mengawali pendidikan formal di TK R.A. Fatahillah Ciracas selama satu tahun. Pada tahun 1996 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) 02 Pagi Susukan, Ciracas. Lalu melanjutkan ke pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 174 SSN pada tahun 2002 dan dilanjutkan ke pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2005 di SMA Negeri 39 Jakarta. Pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri IPB melalui seleksi jalur tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Selama menjalani pendidikan di IPB, penulis terlibat berbagai kepanitiaan dan organisasi. Pada tahun 2009 penulis aktif di himpunan kemahasiswaan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Resources and Environmental Economics Student Association (REESA) sebagai sekretaris divisi Coorporate Social Responsibility (CSR) selama satu tahun. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi Manajemen IPB, Penulis menyusun skripsi yang berjudul “Nilai dan Manfaat Ekonomi Keberadaan Taman Kota Menteng - Jakarta Pusat sebagai Salah Satu Bentuk Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau” dibawah bimbingan Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc dan Nuva, SP, M.Sc.
111