Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
NIFAS DAN JANIN
Bahs Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Kelulusan Madrasah Diniyah Islahul Ummah
Disusun Oleh : HENI PRIHATINI NIS : 0010007
MADRASAH DINIYAH ISLAHUL UMMAH SURAKARTA 1432 H / 2011 M
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
PENGESAHAN
NIFAS DAN JANIN
DISUSUN OLEH : HENI PRIHATINI
Telah disahkan dan disetujui guna memenuhi persyaratan Kelulusan Madrasah Diniyah Islahul Ummah pada : Hari
:
Tanggal
:
Menyetujui Pembimbing
Penguji
Ustadzah Nurul Lathifah
Ustadz. Fahrur Mu’is, S.Pd.I, M.Ag
Mengetahui Mudir MDI Islahul Ummah
Ustadz. Fahrur Mu’is, S.Pd.I, M.Ag
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
MOTTO
1. “….. dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan….” (Q.S. Al-Hajj : 78) 2. “Dan janganlah kamu mendekati (menyetubui) mereka sebelum suci. Apabila mereka telah bersuci (mandi), maka campurilah (setubuhilah) mereka di tempat sebagaimana yang diperintahkan Allah kepadamu” (Q.S. Al-Baqoroh : 222) 3. “Ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah”
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan kepada Almarhum dan Almarhumah Bapak dan Ibuku yang tercinta, semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan tempat di sisiNya. Kepada suamiku yang sangat aku banggakan, semoga Dia yang Kuasa menjadikan keluarga kita keluarga yang Dia cintai baik di dunia dan akhirat. Putra-putriku yang selalu menemani setiap hitungan waktu dalam kebersamaan Adam Surya, Husna Kayyisa. Kepada saudara-saudariku, semua ummahat di bumi Allah Subhanahu Wa Ta’ala semoga kita dapat saling berpartisipasi dalam menyusun bata demi bata sebuah bangunan masyarakat Islam. Kepada para tetanggaku yang selalu memberi warna kehidupan dalam setiap hariku.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
ii
MOTTO .......................................................................................................
iii
PERSEMBAHAN ........................................................................................
iv
DAFTAR ISI ...............................................................................................
v
KATA PENGANTAR .................................................................................
vii
BAB I
PENDAHULUAN .........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................
1
C. Batasan Masalah ......................................................................
2
D. Tujuan Penulisan .....................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................
4
I. NIFAS .....................................................................................
4
A. Definisi Nifas .....................................................................
4
B. Masa Nifas .........................................................................
5
C. Keguguran .........................................................................
6
D. Melahirkan Dua Anak ........................................................
7
E. Pahala Bagi Wanita yang Meninggal Dunia Dalam Keadaan Nifas ...................................................................
7
F. Perbedaan Darah Haid dengan Darah Nifas ........................
9
G. Hukum-Hukum yang Bertalian dengan Nifas .....................
9
H. Ketentuan-Ketentuan Nifas ................................................
18
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
I. Cara Mengetahui Suci Tidaknya dari Nifas ........................
20
J. Cara Bersuci Setelah Selesai Nifas .....................................
21
II. JANIN .....................................................................................
24
A. Pengertian Janin .................................................................
24
B. Beberapa Aspek Perhatian Islam kepada Janin ...................
24
C. Definisi Aborsi ..................................................................
29
D. Klasifikasi Aborsi ..............................................................
30
E. Pandangan Syariat terhadap Aborsi ....................................
31
F. Hukum Aborsi ...................................................................
32
BAB III PENUTUP .....................................................................................
37
A. Kesimpulan .............................................................................
37
B. Saran .......................................................................................
38
C. Daftar Pustaka .........................................................................
39
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang menentukan qadar setiap makhlukNya dan memberikan bimbingan, Dia yang menciptakan pasangan lelaki dan wanita dari air mani jika dipancarkan. Aku bersaksi bahwa tiada Rabb yang hak disembah selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala semata, tiada sekutu bagiNya. Hanya bagi-Nya segala puji, di akherat maupun di dunia. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya. Semoga Allah senantiasa melimpahkan shalawat serta salam sejahtera kepada Nabi Muhammad, sanak keluarga dan para sahabat yang mengikuti beliau hingga akhir zaman. Dalam rangka perencanaan dan persiapan bahs, penulis banyak mengalami hambatan dan tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Maka dengan kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Ustadz Fahrur Mu’is, S.Pd.I, M.Ag selaku mudir Madrasah Diniyyah Islamiyah Lil Banat Ishlahul Ummah 2. Ustadzah Nurul Lathifah selaku pembimbing bahs yang telah mendorong dan memberi semangat serta dengan penuh kesabaran menuntun dan mengarahkan penulis. 3. Ustadzah Titik Nurjanah selaku pembimbing dalam hal penulisan, penulis mengucapkan banyak terima kasih. 4. Teman-teman MDI (Ukhti Mulat, Mbak Isah, Teteh Dede, Fitri Ummu, Fitri Arini, Dik Darni, Ukthi Heryani, Dik Rika, Dik Titis, Mbak Yuni) terima kasih semangatnya
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
5. Jadi Saptopo, S.s (suamiku) terima kasih atas segala perhatian, dukungan dan semangat yang telah diberikan. 6. Putra-putriku, Mas Adam dan Dik Husna, subhanalloh kalian sholeh dan sholikhah. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan bahs masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penulisan karya bahs ini diterima dengan senang hati dan ucapan terima kasih.
Surakarta,
Penulis
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada masa jahiliyyah, wanita pada waktu itu hidup dalam masa yang serba rumit, terutama di lingkungan masyarakat Arab. Mereka tidak menghendaki kelahiran anak perempuan, bahkan ada diantara mereka yang mengubur bayi mereka hidup-hidup, ada yang membiarkan hidup tapi penuh kehinaan dan nista. Apalagi saat wanita mengalami masa nifas atau haidh. Mereka dianggap kotor dan najis, terutama para penganut agama Yahudi. Mereka tidak memperbolehkan wanita yang sedang nifas makan bersama dan melakukan aktifitas sehari-hari bersama keluarga. Sedangkan pada masa sekarang dimana Islam telah datang dan menyebar ke segala penjuru dunia, para muslimah kebanyakan larut dalam gemerlap dunia. Tidak tahu tentang segala syariat Islam tentang wanita khususnya tentang segala hal yang berkaitan dengan nifas. Oleh karena itu penulis berusaha membuka segala sesuatu yang berkaitan dengan nifas dan berbagai hal tentang aborsi.
B. Rumusan Masalah 1. Hal-hal apa saja yang dilarang dan diperbolehkan bagi wanita yang mengalami nifas. 2. Apa saja klasifikasi dan bagaimana pandangan Islam terhadap aborsi.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
C. Batasan Masalah Dari latar belakang di atas, penulis membatasi pembahasan masalah tugas akhir ini lebih terarah, mudah dimengerti, dan terfokus. Masalah yang akan dibahas pada tugas akhir ini adalah definisi dan lama nifas, keguguran atau melahirkan dua anak, perbedaan darah nifas dan darah haidh, hukum-hukum dan ketentuan yang bertalian dengannya, cara mengetahui masa kesucian, cara membersihkannya, pengertian janin, aspek-aspek perhatian Islam pada janin, definisi janin, klasifikasi aborsi, pandangan Islam pada aborsi dan hukum aborsi.
D. Tujuan Penulisan Ada beberapa hal yang ingin penulis capai dari pembahasan tugas akhir ini antara lain : 1. Sebagai muslimah kita sangat perlu bahkan wajib untuk mengetahui segala hal tentang nifas dan aborsi. 2. Agar muslimah lebih cerdas dalam menghadapi masalah nifas dan tidak membiarkannya meenjadi masa kekosongan dengan mengetahui apa saja yang dilarang dan dibolehkan saat nifas. 3. Menjadi semangat agar muslimah tidak terperosok ke dalam jurang maksiat dengan mengetahui segala hal yang berkaitan dengan aborsi.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
I.
NIFAS
A. Definisi Nifas Ada dua definisi nifas, yaitu : 1. Secara bahasa nifas artinya melahirkan, seorang wanita yang melahirkan disebut nifas (Lisatul ‘Arab, Al Qamush Al Muhith)1 2. Secara syar’i darah yang mengalir dari rahim wanita karena proses melahirkan, baik keluar saat melahirkan satu hari, dua hari atau tiga hari sebelum melahirkan maupun setelahnya.2 Darah nifas adalah darah yang tertahan di dalam rahim pada masa kehamilan. Maka saat melahirkan darah ini keluar sedikit demi sedikit. Darah yang keluar sebelum melahirkan, seiring dengan cairan penanda kelahiran adalah darah nifas juga. Dalam hal ini, para ahli Fiqih membatasi dua atau tiga hari sebelum melahirkan, yang sering, permulaannya adalah bersamaan dengan saat melahirkan. Kelahiran adalah lahirnya jasad yang telah berbentuk bayi manusia secara nyata. Masa terpendek terciptanya bentuk bayi manusia dalam rahim adalah delapan puluh satu hari, umumnya tiga bulan, jika turun dari rahim suatu bentuk tertentu sebelum masa ini dan diiringi oleh keluarnya darah, tidaklah perlu digubris dan ia pun tidak boleh meninggalkan salat dan puasa karenanya. Sebab darah tersebut adalah darah rusak yang memancar begitu saja. Dengan demikian hukumnya adalah hukum wanita yang mengalami istihadhah. 1
Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al Qathani, Thaharah Nabi. Media Hidayah. Jogjakarta, Th. 2004. Cet. 10, Hal. 178 2 Idem
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
B. Masa Nifas Tidak ada batasan minimal lamanya nifas. Terkadang nifas itu menghabiskan waktu yang sebentar saat darah tidak lagi mengalir ketika seorang perempuan sudah melahirkan, tetapi ada pula yang melahirkan tanpa diikuti darah nifas. Masa terpanjang nifas pada umumnya adalah empat puluh hari, terhitung sejak kelahiran atau dua, tiga hari sebelumnya. Hal ini berdasarkan hasil Ummu Salamah Radiyallohu Anha : ر ﻮه اﻠﺗﺮﻣدي٠
ﻜﺎ ﻨت اﻟﻨﻓﺴﺎ ﺗﺣﻟﺲ ﻋﻟﻰ ﻋ ﺪ ر ﺴو ل ﷲ ار ﺑﻌ ﻦ ﻮ ﻣﺎ
“Wanita nifas di zaman Rosululloh SAW pernah berdiam menunggu selama empat puluh hari.” (Hadist Riwayat Tirmidzi) 3 At Tirmidzi dan lainnya menuturkan, bahwa ia adalah Ijma’ para ulama. Jika ia suci sebelum 40 hari, dengan berhentinya keluar darah, maka ia wajib mandi dan shalat. Dengan demikian tidak ada masa terpendeknya karena tidak ada suatu hadits yang menyebutkan batas masa terpendek masa nifas. Hadits yang lain : “Masa nifas bagi perempuan yang mengalami nifas adalah 40 hari sebagaimana yang Rosulullah sampaikan.” (Hadist Riwayat Al Khamsah kecuali An Nasai)4 Apabila telah sempurna empat puluh hari, sedangkan darah masih belum berhenti, jika bertepatan dengan kebiasaan haidnya, maka itu adalah darah haid. Namun jika tidak bertepatan dengan kebiasaan haidnya dan darah itu terus dan tidak berhenti mengalir, maka itu adalah istihadhah yang karena itu tidak boleh meninggalkan ibadah setelah masa puluhan. Apabila telah lewat empat puluh hari, 3
Syaikh Shaleh bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan. Sentuhan Nilai Kefiqihan untuk Wanita. UII. Th. 2003. Cet. Pertama. Hal. 46 4 Dr. Yusuf Qaradhawi, Sayyid Sabiq. Fiqih Sunnah. Penerbit Jabal. Bandung Th. 2007, Cet. Pertama. Hal. 85
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
sedangkan darah tidak terus mengalir dan tidak pula bertepatan dengan kebiasaan haidhnya, maka dalam kasus semacam ini terdapat perbedaan pendapat antara para ulama. Apabila mengeluarkan darah setelah lima belas hari, jika darah yang keluar selama satu hari satu malam, setelah bersuci pada hari ke lima belas (setelah masa nifasnya selesai), maka yang keluar itu dianggap sebagai darah haid, akan tetapi jika keluarnya darah kurang dari satu hari satu malam, maka darah itu dianggap sebagai darah kotor dan ia boleh mengerjakan sholat atau puasa. Apabila ia mengeluarkan darah kembali setelah dua atau tiga hari, maka darah tersebut termasuk darah nifas.
C. Keguguran Apabila janin yang berada di dalam kandungan seorang ibu keluar sebelum waktunya (keguguran) dan sudah berbentuk manusia, maka darah yang keluar setelahnya merupakan darah nifas. Sedang apabila janin yang keluar itu belum berbentuk manusia secara sempurna, maka darah yang keluar setelahnya tidak dikategorikan sebagai darah nifas, akan tetapi dianggap sebagai darah kotor. Waktu minimal bagi janin itu berbentuk menjadi manusia sempurna adalah delapan puluh satu hari. Sebagaimana dikatakan oleh Abdullah bin Mas’ud Radiyallohu Anhu bahwa Rosululloh Shalallohu Alaihi Wassalam pernah bersabda : “Sesungguhnya sel sperma yang telah dibuahi indung telur itu berkumpul di dalam rahim ibu selama empat puluh hari. Kemudian ia menjadi segumpal darah, lalu segumpal daging, dan diutus kepadanya malaikat yang diperintahkan untuk ditetapkan baginya empat hal, yaitu : rizki, ajal,
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
dan amalnya dan apakah akan sengsara atau bahagia.” (HR. Bukhari & Muslim)5
Para ulama mengatakan “Janin tidak mungkin berbentuk sebelum jumlah hari tersebut. Yang pada umumnya terjadi adalah, bahwa pemberian bentuk itu tidak akan terlihat sebelum sembilan puluh hari. Hendaklah wanita muslimah mengetahui bahwa keguguran dalam proses kehamilan, apabila terjadi setelah terbentuknya tubuh seperti jari, kuku, rambut atau anggota tubuh lainnya, darah yang keluar dianggap darah nifas, sedang sebaliknya jika keguguran yang terjadi janin belum terbentuk maka darah yang keluar bukan termasuk darah nifas.
D. Melahirkan Dua Anak Apabila wanita muslimah melahirkan dua anak (kembar), maka masa nifasnya dimulai dari kelahiran anak pertama dan bukan pada anak yang kedua. Sebagaimana Fatimah Az Zahra Radiyallohu Anha yang pernah melahirkan sebelum terbenamnya matahari (yaitu Hasan dan Husein) kemudian ia bersuci dari nifas dan mandi setelah mengerjakan shalat Isya’, tepat pada waktunya. Oleh karena dapat dikatakan, bahwa batas minimal dari masa nifas adalah waktu sekejap dan batas maksimalnya adalah empat puluh hari.
E. Pahala Bagi Wanita yang Meninggal Dunia Dalam Keadaan Nifas Dari Ubadah bin Shamit bahwa Rosululloh Shalallohu Alaihi Wassalam bersabda “Apa saja yang kalian anggap mati syahid diantara kalian?” para sahabat menjawab, “Yaitu orang yang berperang dan terbunuh di jalan Allah Azza Wa 5
Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqih Wanita, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta. Th. 2004, Cet. Ke 13 Hal 84
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Jalla, maka Rosululloh Shalallohu Alaihi Wassalam pun bersabda, “Jika demikian alangkah sedikitnya syuhada dari kalangan umatku, sesungguhnya orang yang mati terbunuh di jalan Allah adalah syahid, orang yang mati ditikam itu adalah syahid, orang yang mati karena sakit perut adalah syahid, dan wanita yang mati karena jam’u (wanita yang sedang nifas) adalah syahid”. Dan dari Ubadah bin Shamit Radiyaallohu anhu, dari Nabi Shalallohu Alaihi Wassalam, bersabda :
اﻠﻗﺗل ﻔﻰ ﺴﺑ ل ﷲ ﺸ ﺎ د ة واﻠﺒﻂﻦ ﺸ ﺎ د ة و اﻠﻐر ق ﺸ ﺎ د ة و اﻠﻨﻔﺴﺎ ﺸ ﺎ د ة “Terbunuh di jalan Allah adalah syahid, (mati) karena sakit perut adalah syahid, (mati) tenggelam adalah syahid, dan (wanita yang mati) nifas adalah syahid”.6 Dan dari Rasyid bin Khubaisy bahwasanya Rosululloh Shalallohu Alaihi Wassalam menjenguk Ubadah bin Shamit ketika ia sakit maka Rosululloh Shalallohu Alaihi Wassalam bersabda “Tahukah kalian siapakah orang yang mati syahid dari kalangan umatku ?” Maka orang-orang pun menyingkir, maka berkatalah Ubadah bin Shamit, “sandarkanlah diriku”, maka merekapun menyandarkan beliau, kemudian ia berujar, “Wahai Rosululloh, yakni orang yang bersabar lagi mengharap-harap pahala (dari Alloh)”, maka Rosululloh bersabda, “Kalau begitu alangkah sedikitnya syuhada’ dari kalangan umatku, sesungguhnya mati di jalan Allah adalah syahid, mati sakit perut adalah syahid, mati karena ta’un adalah syahid,
6
Ibnul Jauzi, Pribadi Wanita Muslimah. Fiqih Wanita. Pustaka Barokah. Solo, Th. 2005. Cet.Ke 2, Hal. 150-151
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
mati tenggelam adalah syahid dan orang yang meninggal karena nifas (kelak) akan ditarik oleh anaknya menuju jannah dengan pusarnya”.
F. Perbedaan Darah Haidh dan Darah Nifas Haidh sendiri adalah darah yang keluar secara rutin setiap bulan dari kemaluan wanita sewaktu sehat bukan karena melahirkan atau luka. Sedang darah nifas adalah darah haidh yang disimpan dalam rahim wanita sebagai persiapan makanan bagi janin saat mengandung. Tatkala seorang wanita melahirkan keluarlah darah tersebut bersamaan dengan keluarnya janin.
G. Hukum-Hukum yang Bertalian dengan Nifas 1. Larangan bagi wanita yang sedang nifas a. Berpuasa Diharamkan bagi wanita nifas untuk berpuasa, meski ia memaksa untuk berpuasa maka sia-sia belaka puasanya. Dan jika pada bulan Ramadhan maka baginya untuk mengqadha puasanya sesuai dengan lamanya masa nifas tersebut. b. Sholat Wanita yang sedang nifas seperti halnya wanita haid haram untuk melakukan sholat tanpa harus meng-qadanya. Karena sholat tidak ada kewajiban untuk diqadha sebagai pengganti dari kesulitan yang dialaminya. Dengan alasan bahwa sholat itu memiliki banyak waktu untuk melakukannya, berbeda halnya dengan puasa. Sebagaimana hadits Abu Sa’id Al Khudzri yang berkata : “Rosululloh Shalallohu Alaihi Wassalam
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
pergi ke tempat melaksanakan sholat pada hari raya Idhul Adha dan Idul Fitri dan ia melalui sekumpulan para wanita, ia pun berkata : “Wahai para wanita percayalah kalian semua, sesungguhnya aku melihat kalian akan menjadi penduduk neraka”. Mereka menjawab “Kenapa begitu ya Rosululloh ?” Rosululloh bersabda “Kalian sering melaknat dan mendurhakai suami. Aku tidak melihat kesetiaan ada pada diri kalian terhadap suamimu yang setia, padahal telah diberikan kepadamu keringanan akal dan agama”. Mereka bertanya “Lalu apa yang menjadi keringanan akal dan agama terhadap kami ya Rosululloh ?” Rosululloh bersabda “Bukankah kesaksian seorang perempuan adalah setengah dari kesaksian laki-laki?” mereka menjawab “Ya Rosululloh” Beliau bersabda “Demikianlah keringanan bagi akal kalian. Lalu bukankah jika kalian dalam keadaan haidh dan nifas kalian tidak sholat dan tidak berpuasa?” mereka menjawab “Ya”, Beliau bersabda kembali “Dan itulah keringanan dari agama kalian”. (Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim)7 c. Bersenggama Jika perempuan dalam keadaan nifas maka diharamkan melakukan jima’ (bersenggama) yang dijelaskan dalam Al Qur’an dan As sunnah. Tidak dihalalkan bagi perempuan nifas melakukan jima’ sampai ia sudah bersuci. Sebagaimana hadits dari Anas mengatakan bahwa orang-orang Yahudi jika para istrinya sedang nifas, maka mereka tidak memberinya makan dan tidak menjima’nya.
7
Dr. Yusuf Qaradhawi, Sayyid, Sabiq, Fiqih Sunnah, Penerbit Jabal, Bandung, Th. 2007. Cet. Pertama. Hal. 86.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Rosululloh Shalallohu Alaihi Wassalam bersabda : “Berbuatlah sekehendakmu
kecuali
nikah
(berjima’)”
dari
keterangan
lain
menyebutkan kecuali jima’ (Hadits Riwayat Jamaah kecuali Nasai).8 Imam Nawawi berpendapat bahwa seandainya seorang muslim berkeyakinan untuk menghalalkan jima’ ketika perempuan haidh dan nifas maka ia dianggap kafir dan murtad. Dan jika melakukannya tanpa ada keyakinan melainkan karena lupa atau karena tidak mengetahui istrinya haidh dan nifas maka tidak ada dosa baginya dan tidak dianggap kafir. Terkecuali melakukan dengan sengaja maka ia telah melakukan suatu perbuatan maksiat yang besar, dan ia diwajibkan untuk bertaubat atas perbuatannya. Adapun dari penjelasan yang menyebutkan bahwa yang melakukan jima’ ketika istri nifas atau haidh itu dianggap kafir ada dua pendapat. Adapun yang paling sahih yaitu ia tidak dianggap kafir. Kemudian Nawawi berpendapat kembali bahwa ada kasus lain yaitu menggauli istri pada bagian diantara pusar dan di bawah lutut, dan ini dihalalkan. Sementara itu jika menggaulinya pada bagian diantara pusar dan lutut selain
kemaluan
dan
dubur,
maka
kebanyakan
para
ulama
mengharamkannya. Dalil yang mengisyaratkan hal tersebut yaitu sebagaimana yang diriwayatkan dari para Istri Nabi Shalallohu Alaihi Wassalam, bahwa Nabi Shalallohu Alaihi Wassalam jika beliau ingin bersenggama ketika para istrinya nifas atau haidh maka beliau meletakkan sesuatu penghalang 8
Dr. Yusuf Qaradhawi, Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Penerbit Jabal, Bandung, Th. 2007. Cet. Pertama. Hal. 86
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
diatas kemaluan istrinya. (Hadits Riwayat Abu Daud).9 Sementara Al Hafid berpendapat hadits itu sanadnya kuat. Dan dari Massruq bin ajda’ ia berkata, “Aku bertanya kepada ‘Aisyah : pada bagian mana yang diperbolehkan bagi laki-laki ketika ia ingin bersenggama dan istrinya dalam keadaan haidh?” ‘Aisyah menjawab, “semua bagian diperbolehkan kecuali kemaluannya”HR. Bukhari dalam sejarahya10 d. Memegang dan membaca mus’af Al Qur’an Diharamkan bagi wanita yang sedang nifas memegang Al Qur’an. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT : “Tidak menyentuhnya (AlQur’an), kecuali hamba-hamba yang disucikan” (QS. Al Waqiah : 79)11 Ada beberapa pendapat para ulama bahwa orang yang sedang haidh atau nifas dilarang membaca Al Qur’an. Pendapat ini didasarkan pada hadits “Seseorang yang sedang haidh maupun yang sedang junub tidak boleh membaca ayat Al Qur’an sama sekali” (HR. at Tirmidzi)12 Akan tetapi hadits disamping lemah sehingga tidak boleh dijadikan hujjah. Jadi, seorang wanita yang sedang haidh atau nifas dibolehkan membaca Al Qur’an karena hadits-hadits yang melarang derajatnya lemah. Orang yang sedang haidh atau nifas tidak bisa disamakan dengan orang yang sedang junub, karena orang yang sedang junub waktunya sebentar. Orang junub bisa sewaktu-waktu mandi, karena waktunya tidak panjang. Apalagi ada keringanan, apabila ia tidak mendapatkan air bisa 9
Dr. Yusuf Qaradhawi, Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Penerbit Jabal, Bandung, Th. 2007. Cet. Pertama. Hal. 87 10 Dr. Yusuf Qaradhawi, Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Penerbit Jabal, Bandung, Th. 2007. Cet. Pertama. Hal. 88 11 Depag.RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. CV. Penerbit J.ART, Bandung. Th. 2004, Hal. 534 12 Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al Qathani, Thaharah Nabi. Media Hidayah. Jogjakarta, Th. 2004. Cet. 10, Hal. 164
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
tayamum, lalu shalat dan membaca Al Quran. Adapun orang yang sedang haidh atau nifasnya itu sendiri ada dalam kekuasaan Alloh. Kalau dalam waktu panjang itu dia tidak dibolehkan membaca Al-Quran, hal itu akan menyebabkan dia lupa hafalan Al Qur’annya, tidak bisa mengajarkan Al Quran kepada anaknya atau kepada sesama wanita. Disamping itu, Rosululloh Shalallohu Alaihi Wassalam pernah berkata kepada Aisyah Radiyaallohu anha yang sedang haidh saat melakukan Ihram : “Lakukanlah semua amalan-amalan haji kecuali thawaf mengelilingi ka’bah kalau kamu belum suci” HR. Bukhari.13 Sedangkan amalan yang paling utama dalam Ibadah haji adalah membaca Al Quran sehingga dalam hadits diatas Nabi Shalallohu Alaihi Wassalam melarang untuk membaca Al Qur’an. Dalam hadits diatas Nabi membolehkan Aisyah melakukan seluruh amalan. Hal itu menunjukkan bahwa yang benar, wanita yang sedang haidh atau nifas dibolehkan membaca Al Quran, tetapi membaca dengan lisan atau dalam hati, tidak boleh memegang Al Qur’an. Pendapat empat imam Madzab.14 e. Duduk dan berdiam diri di masjid Pada hakekatnya hukum larangan bagi wanita nifas dan haidh hampir sama. Dan wanita nifas dan haidh dilarang berdiam diri di masjid. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Aisyah Radiyallohu Anha bahwa Rosululloh Shalallohu Alaihi Wassalam bersabda :
13
Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al Qathani, Thaharah Nabi. Media Hidayah. Jogjakarta, Th. 2004. Cet. 10, Hal. 164 14 Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al Qathani, Thaharah Nabi. Media Hidayah. Jogjakarta, Th. 2004. Cet. 10, Hal. 166
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
“Ubahlah posisi rumah kalian sehingga tidak langsung berhubungan dengan masjid, karena saya tidak menghalalkan masjid bagi orang yang sedang haidh (nifas) dan orang yang junub” (Hadits Riwayat Abu Daud) Adapun sekedar masuk masjid untuk lewat saja, bagi orang yang junub tidak terlarang. Hal ini berdasarkan firman Allah : “…..(jangan pula kamu hampiri masjid) ketika kamu junub, kecuali sekedar lewat saja, sebelum kamu mandi” (Q.S. An-Nisa : 43) 15 f. Thalak Seorang wanita yang sedang mengalami nifas atau haidh tidak boleh dicerai. Seseorang yang menceraikan istrinya yang sedang haidh atau nifas berarti ia telah melakukan perbuatan bid’ah. Hal ini berdasarkan firman Alloh : “Dan cerailah mereka setelah mereka selesai masa iddahnya” (QS. Ath Thalaq : 1)16
2. Amalan yang tidak dilarang saat nifas 1. Dinikmati tubuhnya asal tidak pada lubang kemaluannya (bercumbu) Seorang suami boleh menikmati tubuh istrinya yang sedang nifas asal tidak pada lubang kemaluannya. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Anas Radiyallohu Anhu bahwa orang-orang Yahudi, bila istrinya haidh atau nifas tidak mereka ajak makan bersama dan tidak mereka ajak bergaul. Hal tersebut ditanyakan oleh para sahabat kepada
15 16
Depag.RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. CV. Penerbit J.ART, Bandung. Th. 2004, Hal. 85 Depag.RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. CV. Penerbit J.ART, Bandung. Th. 2004, Hal. 558
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Nabi Rosululloh Shalallohu Alaihi Wassalam bersabda : “Lakukanlah apa saja kecuali bersetubuh” HR Muslim (1/246 no 302)17 Hal itu juga berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Aisyah Radiyallohu Anha tentang bolehnya seseorang menikmati istrinya yang sedang nifas atau haidh, hadits yang diriwayatkan dari Hiram Ibnu Hukaim bahwa dia pernah bertanya kepada Rosululloh Shalallohu Alaihi Wassalam tentang apa yang dihalalkan baginya terhadap istrinya yang sedang haidh atau nifas. Beliau menjawab “Apa saja asal dilapis kain” (HR. Abu Daud no. 212)18 Syaikh Ibnu Baz menyebutkan bahwa wanita yang sedang haidh atau nifas haram disetubui. Akan tetapi, tidak mengapa seorang suami menikmati istrinya yang sedang nifas asal ditutup kain atau pada bagian yang berada dibawah lututnya. Ini diambil dari perkataan Nabi “Apa saja asal dilapis kain”. Adapun boleh atau tidaknya menikmati bagian yang ada di bawah kain penutup (menempel-nempelkan saja), para ulama berbeda pendapat. Yang benar adalah pendapat yang membolehkan berdasarkan perkataan Nabi Shalallohu Alaihi Wassalam : “Lakukanlah apa saja kecuali bersetubuh” (HR. Muslim (1/246) No. 302) 19 Jadi, ada tiga hal berkenaan dengan wanita yang sedang nifas tentang senggama : 1) Persetubuhan. Bersetubuh dengan istri yang sedang nifas jelas hukumnya haram berdasarkan kesepakatan ulama. 17
Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al Qathani, Thaharah Nabi. Media Hidayah. Jogjakarta, Th. 2004. Cet. 10, Hal. 172 18 Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al Qathani, Thaharah Nabi. Media Hidayah. Jogjakarta, Th. 2004. Cet. 10, Hal. 173 19 Idem
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2) Menikmati tubuh istri yang sedang nifas dengan dilapiskain. Ini dibolehkan berdasarkan kesepakatan ulama. 3) Menikmati tubuh istri yang berada di bawah kain penutup. Disini para ulama berbeda pendapat. Akan tetapi, yang kuat adalah pendapat yang membolehkan. Namun, sebaiknya kita meninggalkan hal tersebut untuk berjaga-jaga dan menghindarkan diri dari terjerumus ke dalam hal yang haram. (Syaikh Ibnu Baz) 2. Berzikir kepada Allah Subkhanahu Wa Ta’ala 3. Ihram, Wukuf di Arafah Semua amalan haji dan umrah kecuali thawaf di sekeliling ka’bah. Tidak diperbolehkan bagi wanita yang sedang menjalani masa nifas, kecuali setelah bersuci dan mandi. Hal ini berdasarkan pada sabda Rosululloh kepada Aisyah Radiyallohu Anha : “Kerjakanlah seperti orang yang menjalankan ibadah haji, kecuali melakukan thawaf di Ka’bah. Sehingga kamu bersuci.” (Hadist Riwayat Muntafaqun alaih)20 4. Makan dan Minum Bersama Perlakuan terhadap wanita yang sedang mengalami masa haidh dan nifas sama, mereka boleh ikut makan dan minum bersama suami maupun anggota keluarga yang lainnya. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Aisyah Radiyallohu Anha, dia berkata, “Ketika sedang haidh (nifas) saya pernah minum dengan gelas. Selesai minum, saya sodorkan gelas tadi kepada
20
Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqih Wanita, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta. Th. 2004, Cet. Ke 13 Hal 85
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Nabi Shalallohu Alaihi Wassalam lalu Nabi pun minum dengan gelas tersebut pada tempat bekas minum saya.” (Hadits Riwayat Muslim)21 Suatu ketika Aisyah Radiyallohu Anha makan daging yang tersisa pada tulang. Diapun menyodorkan tulang tadi kepada Nabi Shalallohu Alaihi Wassalam lalu Nabipun makan daging pada tulang tersebut bekas saya makan. (Hadits Riwayat Muslim)22 Selain itu, tidak dimakruhkan bagi wanita yang sedang mengalami masa nifas untuk memasak, mencuci atau yang lainnya. Berkenaan dengan hal ini, telah diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud dimana dia menceritakan : “Aku pernah bertanya kepada Rosululloh tentang makan bersama istri yang sedang haidh dan beliau menjawab : diperbolehkan makan bersamanya” (Hadist Riwayat Amad dan Tirmidzi) 23 Juga diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa orang-orang Yahudi pada masa Rosululloh Shalallohu Alaihi Wassalam apabila mendapati istri mereka sedang haidh atau nifas, maka mereka tidak mau mengajak makan bersama dan tidak pula menemaninya di rumah. Lalu salah seorang sahabat bertanya kepada Rosulloh, mengenai hal tersebut dan beliau menjawab dengan bersabda : “Berbuatlah segala sesuatu, kecuali berhubungan badan” (Hadist Riwayat Muslim)24 5. Mencukur rambut dan memotong kuku 6. Mencuci rambut dan menyisir rambut suami
21
Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al Qathani, Thaharah Nabi. Media Hidayah. Jogjakarta, Th. 2004. Cet. 10, Hal. 179 22 idem 23 Abu Bakr Jabir Al-Jazairi, Minhajul Muslim, Darul Falah, Jakarta, Th. 2003. Cet. Ke 6 Hal. 297 24 Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al Qathani, Thaharah Nabi. Media Hidayah. Jogjakarta, Th. 2004. Cet. 10, Hal. 172
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
7. Pergi ke pasar 8. Pergi mendengarkan ceramah agama dan belajar memahami Islam, apabila hal tersebut tidak dilakukan di dalam masjid 9. Membaca hadits, Fiqih, doa dan mengucapkan amin 10. Membaca berbagai macam dzikir sebelum tidur 11. Mendengarkan bacaan Al Quran 12. Ikut keluar ke tanah lapang pada hari raya 13. Boleh membaca Al Qur’an sambil berbaring di pangkuan istri yang sedang nifas atau haidh Seorang laki-laki membaca Al Quran sambil berbaring di pangkuan istrinya yang sedang haidh atau nifas. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Aisyah Radiyallohu Anha, dia berkata : “Rosululloh Shalallohu Alaihi Wasalam bersandar di pangkuanku yang sedang haidh, kemudian membaca Al Qur’an” (Hadist Riwayat Al Bukhari) 25
H. Ketentuan-Ketentuan Nifas Hukum yang berkaitan dengan nifas sama dengan hukum yang berkaitan dengan orang yang haidh, baik yang haidh, baik yang menyangkut hal-hal yang diharamkan, hal-hal yang dibolehkan maupun hal-hal lainnya. Ini karena sebenarnya darah nifas adalah darah haidh yang tertahan di rahim seorang wanita yang hamil.
25
Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al Qathani, Thaharah Nabi. Media Hidayah. Jogjakarta, Th. 2004. Cet. 10, Hal. 172
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Meskipun begitu, ada perbedaan antara wanita yang sedang nifas dengan wanita yang sedang haidh dalam beberapa perkara berikut : a. Iddah Nifas tidak digunakan untuk menghitung iddah bagi wanita yang telah dicerai suaminya. Karena, apabila thalak terjadi sebelum proses kelahiran maka masa iddahnya berakhir dengan proses melahirkan, baik menunggu kelahiran itu lama maupun sebentar dan tidak harus menunggu masa nifas. Hal ini sesuai firman Allah Subkhanahu Wa Ta’ala :
ÉA$uH÷qF{$# àM»s9'ré&ur ........ z`÷èŸÒtƒ br& £`ßgè=y_r& ........... £`ßgn=÷Hxq “Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya” (QS. At-Thalaq : 4)26 Apabila seorang suami menceraikan istrinya setelah melahirkan maka dia harus menunggu hingga tiga kali bersih dari haidh, jadi haidhlah yang digunakan untuk menghitung. b. Ila’ Adalah suami bersumpah dengan nama Allah Ta’ala untuk tidak menggauli istrinya lebih dari empat bulan. Hukum Ila’ diperbolehkan untuk memberi pelajaran kepada istri jika dilakukan kurang dari empat bulan, karena Allah Ta’ala berfirman :
`ÏB tbqä9÷sムtûïÏ%©#Ïj9 ßÈš/t•s? öNÎgͬ!$|¡ÎpS ( 9•åkô-r& Ïpyèt/ö‘r& ©!$# ¨bÎ*sù râä!$sù bÎ*sù ÇËËÏÈ ÒO‹Ïm§‘ Ö‘qàÿxî 26
Depag.RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. CV. Penerbit J.ART, Bandung. Th. 2004, Hal. 558
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
“Kepada orang-orang yang meng’ila istrinya diberi tangguh empat bulan lamanya, kemudian jika mereka kembali kepada istrinya. Maka sesungguhnya Allah Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S. Al Baqoroh : 6)27 Lama waktu seorang suami yang meng’ila istrinya tidak dihitung dengan lama nifas namun dengan lama wanita haidh. c. Baligh Seorang wanita dikatakan baligh terhitung sejak ia haidh pertama bukan saat mengalami nifas. Para ulama rahimatumullah berbeda pendapat dalam menentukan pada umur berapa seorang wanita mengalami haidh. Umur saat pertama kali seorang wanita mengalami haidh. Dalam hadits-hadits yang shahih tidak ada ketentuan pada umur berapa seorang wanita mengalami haidh. Akan tetapi biasanya seorang wanita pertama kali mengalami haidh umur dua belas tahun sampai lima belas tahun. Dan tidak menutup kemungkinan seorang wanita pertama mengalami haidh pada umur dibawah dua belas tahun atau di atas umur lima belas tahun tergantung kondisi tubuh, iklim dan lingkungannya. d. Saat keluarnya berbeda Saat keluarnya darah haidh berbeda dengan darah nifas. Darah haidh rutin tiap bulan, sedangkan darah nifas keluar menyertai kelahiran baik sebelum kelahiran, sesudahnya atau saat kelahiran terjadi.
27
Depag.RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. CV. Penerbit J.ART, Bandung. Th. 2004, Hal. 3
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
I. Cara Mengetahui Suci Tidaknya Dari Nifas Diketahui dengan berhentinya darah yang keluar. Hal ini dapat diketahui dengan dua tanda, yaitu : Pertama. Keluarnya cairan putih lengket yang keluar beriringan setelah darah nifas menyerupai darah nifas. Namun kadang-kadang tidak berwarna putih. Bisa jadi warna itu berubah-ubah sesuai dengan berubah-ubahnya kondisi wanita. Ini berdasarkan atsar yang diriwayatkan dari Aisyah rodhiyallahu anha bahwa dia pernah berkata “Janganlah kalian terburu-buru menganggap telah bersih dari haidh/nifas sebelum melihat cairan putih yang lengket.”28 Kedua. Ketuntasan atau kering. Yaitu dengan cara memasukkan kapas ke dalam kemaluannya, lalu mengeluarkan kembali. Hal ini dilakukan pada saat bangun tidur dan ketika hendak tidur. Yaitu untuk mengetahui, apakah dirinya dalam keadaan suci atau tidak atau untuk mendapatkan bukti, apakah masih ada yang keluar setelah ia bersuci. (Al Haidh wa an Nifas (hal. 534))29
J. Cara Bersuci Setelah Selesai Nifas Seorang wanita yang telah berhenti mengeluarkan darah nifas wajib mandi besar dan berhentinya darah nifas tersebut merupakan syarat sah mandinya. a. Syarat-syarat mandi 1. Niat untuk menghilangkan hadats 2. Islam 3. Berakal sehat 4. Tamyiz 28
Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al Qathani, Thaharah Nabi. Media Hidayah. Jogjakarta, Th. 2004. Cet. 10, Hal. 177 29 Idem
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
5. Air yang dipakai suci dan mubah 6. Tidak ada hal-hal yang menghalangi sampainya air ke kulit 7. Telah berhenti hal-hal yang mewajibkan mandi b. Tata cara mandi Tata cara mandi secara lengkap meliputi yang wajib dan yang sunnah sebagai berikut : 1. Niat dalam hati Seseorang yang hendak mandi wajib berniat dalam hatinya. Ini berdasarkan
hadits
yang diriwayatkan
dari
Umar
bin
Khathab
Radiyaallohu ‘anhu bahwa Rosululloh Shalallohu Alaihi Wasalam bersabda :
ا ﻨﻤﺎ ا ﻻ ﻋﻤﺎ ل ﺑﺎ ﻟﻨ ﺎ ت و اﻧﻤﺎ ﻟﻛﻞ ا ﻤﺮ ى ﻤﺎ ﻨﻮ ى “Sesungguhnya amalan-amalan seseorang tergantung niatnya dan seseorang akan mendapatkan balasan sesuai niatnya” (Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim)30 2. Masuk jamban dengan mendahulukan kaki kiri dan keluar dengan kaki kanan sambil berdoa 3. Membaca basmalah
ر ر ة ﻗﺎ ﻞ ر ﺳو ﻞ ﷲ ﻋﻠ و ﺳﻟﻢ ﻛﻞ ﻛﻠﺎ ﻢ ا و ا ﻣرª ﻋﻦ ا ﺑﻲ ذ ى ﺑﺎ ل ﻼ ﻓﺗﺢ ﺑﺪ ﻛر ﷲ ﻋﺰ ﻮ ﺠﻞ ﻔ و ا ﺑﺗر ا و ﻗﺎ ﻞ اﻗطﻊ Artinya : Dari Abu Huroiroh berkata : bersabda Rosululloh Shalallohu Alaihi Wasalam. Tiap-tiap pembicaraan atau perkara yang dianggap perlu yang tidak diawali dengan menyebut asma Allah ‘Azza Wa Jalla 30
Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al Qathani, Thaharah Nabi. Media Hidayah. Jogjakarta, Th. 2004. Cet. 10, Hal. 172
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
maka dia itu terputus, (Hadits Riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)31 4. Mencuci telapak tangan terlebih dahulu tiga kali 5. Mencuci kemaluan dengan tangan kiri 6. Membersihkan tangan kirinya Seseorang yang mandi junub hendaklah mencuci tangan kirinya setelah digunakan mencuci kemaluannya dengan cara sebagai berikut : a) Menggosokkan tangan kiri tersebut ke tanah, lalu mencucinya b) Mencucinya dengan air dan sabun 7. Berwudu. Membaca bismillah sebelum berwudhu berdasarkan hadits : “tidak ada wudhu bagi orang yang tidak menyebutkan nama Allah padanya” (HR. Abu Daud dan Ahmad) dan membaca doa selesai berwudhu yaitu “Asyhadu alla ilaha illalloh, wa anna mukhammadan ‘abduhu warosuluh, Allohummaj’alni minattawwabina, waj’alni minal mutathohhirin.”32 8. Bersiwak 9. Menyela-nyelai rambut secara merata dan menyiram kepala Seseorang yang mandi junub hendaknya menyela-nyelai rambut secara merata, lalu menyiram kepalanya tiga kali sepenuh dua telapak tangan. Ketika menyiram kepala, hendaknya dimulai dari kepala bagian kanan, kemudian kiri setelah itu bagian tengah. Bagi wanita yang junub
31
Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al Qathani, Thaharah Nabi. Media Hidayah. Jogjakarta, Th. 2004. Cet. 10, Hal. 172 32 Abu Bakr Jabir Al-Jazairi, Minhajul Muslim, Darul Falah, Jakarta, Th. 2003. Cet. Ke 6 Hal. 277279
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
dibolehkan tidak melepas ikatan rambut, akan tetapi ketika mandi setelah nifas wanita dianjurkan untuk melepas ikatan rambutnya. 10. Meratakan air ke seluruh tubuh dan saat menyiramkan air ke tubuh hendaknya dimulai dari tubuh bagian kanan, kemudian bagian yang kiri. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Aisyah Radiyaallohu Anha, dia berkata :
ا ن ا ﻠﻨﺑﻲ ﺼﻠﻰ ﷲ ﻋﻠ و ﺳﻠم ﻛﺎ ن ﻌﺠﺑ ﻠﺗ ﻤﻦ ﻓﻰ ﺘﻧﻌﻨﻠ ﻮ ﺘر ﺟﻠ ﻮ ﻂ ﻮ ر ه و ﻔﻰ ﺸﺄ ﻧ ﻛﻟ “Sesungguhnya Nabi Shalalohu Alaihi Wassalama suka mendahulukan bagian yang kanan ketika memakai sandal, menyisir rambut, bersuci dan dalam segala urusan beliau” (Hadist Riwayat Bukhari)33 11. Bergeser dari tempat semula, lalu membasuh dua kaki Menjelang selesai mandi, sebelum membasuh kedua kaki, seseorang yang mandi dianjurkan bergeser sedikit dari tempat semula, lalu membasuh kedua kakinya. Selesai mandi, lebih afdhal bila seseorang tidak mengelap badannya dengan handuk maupun dengan kain lap lainnya. Bagi orang yang mandi juga dianjurkan agar tidak berlebihan maupun terlalu sedikit dalam menggunakan air.34
33
Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al Qathani, Thaharah Nabi. Media Hidayah. Jogjakarta, Th. 2004. Cet. 10, Hal. 123 34 Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al Qathani, Thaharah Nabi. Media Hidayah. Jogjakarta, Th. 2004. Cet. 10, Hal. 124
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
II. JANIN A. Pengertian Janin Pengertian janin (al-janin) wal waladu ma dama fil bathn (anak selama masih dalam kandungan ibunya). (Mukhtarus Shibab, Muhammad bin Abi Bakr Ar Razi)35Disebut janin karena masih tidak terlihat dan tersembunyi. (Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an)36 Pengertian senada juga tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yang menyebutkan pengertian bakal bayi (masih dalam kandungan). Janin sebagai bakal calon manusia pun menerima bagian perhatian tersendiri dalam syariat Islam yang sempurna, sejak pertama kali menunjukkan tanda-tanda kehidupan di rahim sang ibu. Meski belum terlahir di alam dunia, Islam telah menaruh perhatian kepadanya.
B. Beberapa Aspek Perhatian Islam Kepada Janin a. Larangan zina Di antara tujuan-tujuan luhur syariat Islam, memelihara an-nasl dan an nasab (keturunan dan garis pernasaban). Atas dasar itu, Islam melarang perzinaan, melontarkan tuduhan zina (al-qadzat) dan hukuman berat atas perbuatan tersebut. Ketetapan ini ditujukan untuk memelihara garis pernasaban janin. Sebab di antara efek negatif perzinaan adalah bercampur baurnya nasab jabang bayi lantaran benih tersemai dalam hubungan yang tidak syar’i dan Islam telah menetapkan jabang bayi yang akan lahir kelak tidak akan mempunyai ayah.
35 36
Majalah as-Sunnah, Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta. Solo. Th. 2009. Edisi Juni Hal. 30 Idem
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
b. Perintah memilih calon ayah shalih dan ibu yang shalihah Termasuk hak janin atas kedua orangtuanya, agar mereka memilih pasangan yang baik. Hadist yang menganjurkan kaum laki-laki agar memilih wanita baik-baik. Rosululloh bersabda :
ﺘﺨ ر و اﻟﻧطﻓﻛم “Pilih-pilihlah tempat untuk mani kalian…”( Hadist Riwayat Ibnu Majah dan di Shahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah)37 Kaum laki-laki tidak boleh terkecoh oleh penampilan wanita yang menarik atau menjadikan pesona penampilan sebagai bahan utama menentukan pilihan istri. Rosululloh Shalallohu Alaihi Wasallam bersabda :
ﺗﻧﻛﺢ ا ﻟﻣر ا ة ﻻ ر ﺑﻊ ﻟﻣﺎ ﻟ ﺎ و ﻟﺣﺳﺑ ﺎ و ﺟﻣﺎ ﻟ ﺎ و ﻟد ﻧ ﺎ ﻓﺎ ﻆﻓﺮ ﺑذ ا ت اﻠﺪ ن ﺘﺮ ﺑت ﺪ ا ك “Wanita di nikahi karena empat perkara : karena hartanya, status sosialnya, kecantikannya dan agamanya. Carilah wanita yang punya agama, engkau akan beruntung”(HR. Bukhari & Muslim)38 Seorang anak selain membutuhkan seorang ibu yang shalihah. Ia juga membutuhkan keberadaan bapak yang shalih yang memberikan perhatian kepada ibu dan anaknya. Di sinilah letak kewajiban keluarga dan wali wanita. Mereka hendaknya tidak menikahkan putrinya dengan lelaki mana saja yang maju meminangnya. Harus dipastikan kebaikan akhlak laki-laki dan agamanya, terutama di masa sekarang yang penuh fitnah dan pemikiran yang menyeleweng. Rosululloh Shalallohu Alaihi Wasallam bersabda :
37 38
Majalah as-Sunnah, Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta. Solo. Th. 2009. Edisi Juni Hal. 30 Idem
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
“Jika datang kepada lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya maka nikahkanlah. Jika tidak, akan terjadi fitnah di dunia dan kerusakan yang besar” Al Mubarakfuri Rokhimatulloh menjelaskan, “Bahaya itu akan terjadi karena kalian tidak akan menikahkannya kecuali dengan lelaki berharta atau berstatus sosial tinggi. Sehingga kemungkinan akan banyak kaum wanita hidup tanpa suami dan kaum lelaki hidup tanpa istri. Akibatnya, banyak orang terjerumus dalam perzinaan. Pada gilirannya aib akan melekat pada wali, kemudian fitnah dan kerusakan pun semakin merajalela”. Akan sangat berbahaya, bila seorang muslimah berada di bawah kendali lelaki mulhid (berpemikiran menyimpang), atau lelaki permisif yang memandang kebebasan mutlak bagi manusia, suami yang memaksa untuk berbuat maksiat, tidak mengenal arti penting pemeliharaan kehormatan dan sebagainya. c. Perhatian Islam terhadap kesehatan ibu dan janinnya Ibu yang sedang mengandung akan mengalami kondisi berat. Begitu juga di waktu persalinan dan pasca persalinan saat menyusui jabang bayinya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
z`»|¡SM}$# $uZøŠ¢¹urur $·Z»|¡ômÎ) Ïm÷ƒy‰Ï9ºuqÎ/ ¼çm•Bé& çm÷Fn=uHxq ( çm÷Gyè|Êurur $\dö•ä. ( $\dö•ä.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya.
Ibunya
mengandungnya
dengan
susah
payah
dan
melahirkannya dengan susah payah (pula)” (Qur’an Surah Al –Ahqaf : 15)39 Mengingat kondisi sulit yang dialami seorang wanita yang hamil, Ulama telah mengkategorikan wanita yang hamil yang mengkhawatirkan jiwanya atau kandungannya ke dalam golongan orang yang sudah tua renta yang boleh tidak berpuasa. Imam Ibnu Katsir Rokhimatulloh menjelaskan bahwa termasuk ke dalam kategori orang yang sudah tua yang tidak sanggup berpuasa adalah wanita
hamil
dan
wanita
yang
sedang
menyusui.
Jika
mereka
mengkhawatirkan diri mereka atau anak-anak mereka. Dalam masalah ini Ulama berselisih pendapat mengenai kewajiban mereka, sebagian mengatakan “Mereka
wajib
membayar fidyah dan mengqadha”. Sebagian lain
berpendapat “Membayar fidyah saja, tidak mengqadha”. Pendapat lain “Wajib mengqadha tanpa membayar fidyah” atau yang mengatakan “Mereka tidak berpuasa tanpa membayar fidyah atau mengqadha”.Tafsirul Qur’anil, azhim, Tahqiq Sami Assalamah Dar Thaibah. 40 d. Penundaan pelaksanaan hukum had bagi wanita hamil Perhatian Islam terhadap janin juga dapat diketahui melalui penundaan pelaksanaan hukum had yang harus dijalani oleh seorang wanita hamil. Baik karena murtad, membunuh atau berzina sampai ia melahirkan bayi dan selesai dari nifasnya.
39 40
Depag.RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. CV. Penerbit J.ART, Bandung. Th. 2004, Hal. 504 Majalah as-Sunnah, Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta. Solo. Th. 2009. Edisi Juni Hal. 31
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Begitu pula bila hukuman yang dijalani berupa jild (dera), wanita hamil tidak boleh didera sampai ia melahirkan, dan tidak boleh dirajam sampai ia melahirkan. Ia diberi tempo sampai masa nifasnya berakhir. Hal tersebut diatas berdasarkan hadits wanita Ghamidiyyah yang berbuat zina dan kemudian hamil dan meminta untuk dihukum oleh Rosululloh Shalallohu Alaihi Wasallam, namun Beliau menolaknya karena ia sedang hamil kemudian Rosululloh Shalallohu Alaihi Wasallam menyuruhnya untuk pulang dan melahirkan dan menyusui sampai menyapihnya barulah ia kemudian dirajam (Hadits Riwayat Muslim) 41 Syaikh Shalil Al Fauzan berkata “Apabila qishas ditegakkan terhadap wanita hamil, ia tidak dibunuh langsung sampai melahirkan sebab kematiannya akan mengakibatkan kematian janin. Padahal janin tidak bersalah”. Allah Subnahu Wa Ta’ala berfirman :
×ou‘Η#ur â‘Ì“s? Ÿwur 4 3“t•÷zé& u‘ø—Ír “Dan seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain” (Q.S. Al-An’am : 164)42 e. Kewajiban menafkahi istri hamil yang diceraikan Apabila dalam suatu rumah tangga menghadapi kondisi-kondisi sulit sehingga menyebabkan perceraian, dalam kasus ini tidak menutup kemungkinan si istri tengah mengandung anak mantan suaminya. Kendatipun si wanita sudah bukan lagi sebagai istri, tetapi lelaki yang menjadi ayah janin wajib menafkahinya. Allah Subnahu Wa Ta’ala berfirman : “Dan jika mereka
41 42
Majalah as-Sunnah, Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta. Solo. Th. 2009. Edisi Juni Hal. 32 Depag.RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. CV. Penerbit J.ART, Bandung. Th. 2004, Hal. 150
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
(istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka itu nafkahnya hingga mereka bersalin”. (Qur’an Surah At-Thalaq:6)43 Ibnul ‘Arabi berkata : “Allah Subhanahu Wa Ta’ala menentukan hak memperoleh tempat tinggal dan nafkah bagi wanita-wanita hamil yang telah ditalak tiga kali.” f. Penetapan denda atas orang yang menyebabkan keguguran janin Apabila dilakukan ta’dib (pelaksanaan sanksi hukuman) terhadap wanita hamil, sampai mengakibatkan keguguran, maka si penghukum berkewajiban memerdekakan budak sahaya lelaki atau perempuan dalam perkara keguguran kandungan (Muntafaqun Alaih)44 Kasus lain, apabila ada orang yang mengagetkan wanita hamil sehingga terjadi keguguran maka orang tersebut wajib membayar diyat sebab ia menjadi faktor kematian si janin. g. Hak waris janin Apabila janin memenuhi dua syarat maka akan memperoleh bagian harta warisan : 1. Kepastian hidupnya janin pada waktu kematian orang yang akan diwarisi kekayaannya. 2. Terlahir dalam keadaan hidup (dengan memenuhi syarat-syarat lain yang ada pada ilmu warisan)
إ د ا ا ﺳﺘ ل اﻠﻤﻮ ﻠﻮ د ﻮ ر ث
43 44
Depag.RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. CV. Penerbit J.ART, Bandung. Th. 2004, Hal. 558 Majalah as-Sunnah, Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta. Solo. Th. 2009. Edisi Juni Hal. 33
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
“Jika anak terlahir dalam keadaan hidup, maka ia memperoleh hak warisan” (Hadist Riwayat Abu Daud)45
C. Definisi Aborsi Gugur kandungan atau aborsi (latin : abortus) dikenal dalam istilah para ulama Islam dengan al-ijhadh atau as-saqthu. Ada juga yang menyebutnya alImlash atau al-Islab. Aborsi dalam istilah medis adalah berhentinya kehamilan dua puluh minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum tiga puluh delapan minggu namun setelah dua puluh minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur. Sedangkan dalam istilah syari’at, aborsi adalah kematian janin atau keguguran sebelum sempurna, walaupun janin belum mencapai usia enam bulan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa aborsi secara syari’at tidak melihat kepada usia kandungan. Namun melihat kepada kesempurnaan bentuk janin tersebut.
D. Klasifikasi Aborsi Keguguran atau abortus (al-ijhadh) dapat di klasifikasikan dalam tiga jenis, yaitu : 1. Abortus Spontanea Yaitu proses alami yang dilakukan rahim untuk mengeluarkan janinnya tidak mungkin sempurna unsur-unsur kehidupan padanya. Bisa jadi
45
Idem
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
dengan sebab kecacatan besar yang menimpanya akibat sakitnya sang ibu yang terkena penyakit beragam, seperti diabetes atau lainnya. 2. Abortus Medisinalis / Therapeuticus Adalah keguguran yang sengaja dilakukan para medis (dokter) demi menyelamatkan nyawa ibu, yang dalam keadaan sangat jarang bahwa kehamilannya dapat berlanjut dengan selamat. 3. Abortus Provokatus Kriminalis Adalah aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik (illegal). Tujuannya untuk tidak melahirkan bayi atau untuk menjaga penampilan atau menutupi aib dan sejenisnya. Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan berbagai cara termasuk alat atau obat-obat tertentu.
E. Pandangan Syariat Islam Terhadap Aborsi Melihat klasifikasi di atas, dapat dilihat bahwa jenis pertama tidak masuk dalam kemampuan dan kehendak manusia, sehingga tentunya masuk dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :
žwÎ)
$²¡øÿtR
ª!$#
ß#Ïk=s3ムŸw $ygyèó™ãr
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (Quran Surah Al Baqoroh : 286)46 Sedangkan jenis kedua tidaklah dilakukan kecuali dalam keadaan darurat yang menimpa sang ibu, sehingga kehamilan dan upaya mempertahankannya dapat membahayakan kehidupan sang Ibu. Sehingga aborsi menjadi satu-satunya cara mempertahankan jiwa sang ibu, dalam keadaan tidak mungkin bisa 46
Depag.RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. CV. Penerbit J.ART, Bandung. Th. 2004, Hal. 49
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
mengupayakan kehidupan sang ibu dan janinnya bersama-sama. Dalam keadaan seperti inilah mengharuskan para medis mengedepankan nyawa ibu daripada janinnya. Memang nyawa janin sama dengan nyawa ibu dalam kesucian dan penjagaannya, namun bila tidak mungkin menjaga keduanya kecuali dengan kematian salah satunya, maka dalam hal ini masuk kaedah “Melanggar yang lebih ringan dari dua mudharat untuk menolak yang lebih berat lagi.” Disini jelaslah kemaslahatan mempertahankan nyawa ibu di dahulukan daripada janin, karena ibu adalah induk dan tiang keluarga. Dengan takdir Allah Subhanahu Wa Ta’ala bisa melahirkan berulang kali, sehingga didahulukan nasib ibu dari janinnya. Syaikh Ahmad Al-Ghazali seorang ulama Indonesia menyatakan : “Adapun ulama Indonesia berpendapat keharaman aborsi kecuali apabila ada sebab terpaksa yang harus dilakukan dan menyebabkan kematian ibu. Hal ini karena syariat Islam dalam keadaan seperti itu memerintahkan untuk melanggar salah satu madharat yang teringan. Apabila tidak ada disana solusi lain kecuali menggugurkan janin untuk menjaga hidup ibu.”
F. Hukum Aborsi Dalam pembahasan hukum aborsi ini akan dikhususkan pada jenis aborsi yang ketiga yaitu Abortus Provokatus Kriminalis. Telah dimaklumi bahwa janin mengalami fase-fase pembentukan sebelum menjadi janin yang sempurna dan lahir menjadi bayi. Diantara pembeda yang banyak dilihat para ahli fiqih yang berbicara dalam hal ini adalah adanya ruh dalam janin tersebut. Dengan dasar ini maka hukum aborsi ini dapat diklasifikasikan secara umum menjadi dua :
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
1. Aborsi sebelum ditiupkan ruh Melihat pendapat para ulama fiqih dari berbagai madzab, dapat disimpulkan bahwa pendapat mereka dalam masalah ini menjadi tiga kelompok : a. Kelompok yang membolehkan aborsi sebelum ditiup ruh pada janin. Ini pendapat minoritas ulama madzab Syafi’iyah, Hambaliyah dan Hanafiyah. b. Kelompok yang membolehkan aborsi sebelum dimulai pembentukan bentuk janin yaitu sebelum empat puluh hari pertama. Ini pendapat mayoritas madzab Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hambaliyah. Pendapat ini dirajihkan Syaikh Ali Thanthawi Rokhimatulloh. c. Kelompok yang mengharamkan aborsi sejak terjadinya pembuahan dalam rahim. Ini pendapat yang rajah dalam madzab Malikiyah. Pendapat imam Al Ghazali, Syaikhul Ibnu Taimiyah, Ibnu Rajab Al Hambali dan Ibnu Al Jauzi juga berpendapat madzab Zhahiriyah. Pendapat inilah yang disajikan mayoritas ulama kontemporer dewasa ini, karena adanya pelanggaran terhadap hak janin untuk hidup dan juga hak masyarakat. DR Wahbah az Zuhaili menjelaskan hal ini dengan mengatakan : “Para ulama sepakat mengharamkan aborsi tanpa udzur setelah bulan keempat, yaitu setelah berlalu seratus dua puluh hari dari permulaan kehamilan.” Mereka juga sepakat menganggap ini sebagai kejahatan yang menyebabkan adanya diyat, karena ada upaya menghilangkan jiwa dan pembunuhan. Alasan merajihkan larangan aborsi sejak awal kehamilan, karena adanya kehidupan dan permulaan pembentukan janin, kecuali karena adanya kehidupan dan permulaan pembentukan janin, kecuali karena adanya
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
darurat seperti terkena penyakit akut (parah), contohnya kelumpuhan atau kanker. (Al-Fikhul Islami wa Adilatuhu 3/556-557)47 Sedangkan Syaikh Ahmad Sahnun seorang ulama dari Maroka menyatakan “Aborsi adalah perbuatan tercela dan kejahatan besar yang dilarang dalam syariat Islam”. Juga diingkari jiwa kemanusiaan dan jiwajiwa yang mulia menolaknya. Sebab hal itu adalah pembunuhan jiwa yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala haramkan. Perubahan ciptaan Allah Azza Wa Jalla. Islam telah melarang membunuh jiwa seperti dalam firman Allah Azza Wa Jalla :
}§øÿ¨Z9$# (#qè=çFø)s? Ÿwur žwÎ) ª!$# tP§•ym ÓÉL©9$# 3 Èd,ysø9$$Î/ “Dan
janganlah
kamu
membunuh
jiwa
yang
diharamkan
Allah
(membunuhnya) melainkan dengan suatu alasan yang benar.” (QS.Al Isra : 33)48 Aborsi mirip dengan al-Wa’du (mengubur anak hidup-hidup) yang dahulu pernah dilakukan di zaman jahiliyyah, bahkan tidak lebih kecil kejahatannya. Islam sangat mengingkari hal ini sebagaimana firman-Nya :
äoyŠ¼âäöqyJø9$#
#sŒÎ)ur ÇÑÈ ôMn=Í´ß™
“Dan apabila bayi – bayi yang dikubur hidup – hidup ditanya” (QS. At Takwir : 8)49
47
Majalah as-Sunnah, Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta. Solo. Th. 2009. Edisi Juni Hal. 25 Depag.RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. CV. Penerbit J.ART, Bandung. Th. 2004, Hal. 285 49 Depag.RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. CV. Penerbit J.ART, Bandung. Th. 2004, Hal. 586 48
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Baik aborsi itu dilakukan di fase awal janin atau setelah ditiupkan ruh padanya. Sebab semua fase pembentukan janin berisi kehidupan yang harus dihormati, yaitu kehidupan pertumbuhan dan pembentukannya. Hal ini menyelisihi orang-orang yang membolehkan aborsi sebelum ruh ditiupkan. Maka beranggapan bahwa sebelum adanya ruh maka tidak ada kejahatan dan keharaman. Dengan membolehkan hal ini berarti mereka telah membuka pintu yang sulit dibendung dan memberikan senjata kepada tangan lawan dan musuh Islam untuk mencela Islam. Juga melegalkan semua yang terjadi di luar Negara Islam yang berupa perbuatan nista dan tercela yang membuat pusing para intelektual dan menggoyangkan tatanan gereja dan para pendetanya. Setelah dipastikan secara ilmiah bahwa aborsi memiliki bahaya bagi kesehatan dan kehidupan wanita, sehingga aborsi diharamkan untuk dilakukan karena untuk
menghilangkan
madharat
lebih
didahulukan
dari
mengambil
kemaslahatan. Sedangkan DR. Ibrahim Haqqi menyatakan, “Diharamkan aborsi karena merupakan pembunuhan jiwa yang tidak berdosa dan menjerumuskan jiwa lainnya yaitu sang ibu kepada bahaya yang banyak hingga kematian. Ini adalah perkara yang terlarang”. (Islam wa tanzhim Al Walidiyah : 418)50 Hal ini merupakan pendapat yang dirajihkan Umar bin Ibrahim Ghanim dalam kitabnya Ahkamul-Janin “Sudah pasti pendapat kelompok yang melarang aborsi sejak pembuahan adalah yang lebih dekat kepada kebenaran dan sesuai dengan ruh Islam. Ruh Islam yang memerintahkan untuk melindungi dan menjaga keturunan, juga menghalangi kesempatan pengekor
50
Majalah as-Sunnah, Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta. Solo. Th. 2009. Edisi Juni Hal. 26
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
hawa dan nafsu syahwat yang ingin mengambil kesempatan untuk merealisasikan tujuan dan keinginan mereka untuk melemahkan keturunan kaum muslimin. Demikian juga fatwa larangan ini termasuk Saddu adzDzari’at yang sangat bersesuaian dengan ruh syari’at Islam yang mulia. 2. Aborsi setelah ditiupkian ruh pada janin (setelah empat bulan) Telah dijelaskan bahwa ada perbedaan pendapat diantara para ulama dalam hukum aborsi sebelum peniupan ruh pada janin. Sedangkan setelah peniupan ruh, para ahli fiqih sepakat bahwa janin telah menjadi manusia dan bernyawa yang memiliki kehormatan dan kemuliaan, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Azza Wa Jalla :
ûÓÍ_t/ $oYøB§•x. ô‰s)s9ur ’Îû öNßg»oYù=uHxqur tPyŠ#uä Ì•óst7ø9$#ur ÎhŽy9ø9$# šÆÏiB Nßg»oYø%y—u‘ur ÏM»t7ÍhŠ©Ü9$# 9Ž•ÏVŸ2 4’n?tã óOßg»uZù=žÒsùur WxŠÅÒøÿs? $oYø)n=yz ô`£JÏiB ÇÐÉÈ “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan” (Qur’an Al Isra’ : 70)51 Diantara ulama yang menukil kesepakatan ini adalah Ibnu Jizzi (Al Qawaninul-Fiqhiyah : 141), DR. Wahbah az Zuhaili (Al-Fiqhul-Islami wa
51
Depag.RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. CV. Penerbit J.ART, Bandung. Th. 2004, Hal. 289
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Adillatuhu 3/556) dan DR. Muhammad Ali Al Bas (Siqasah wa wasai (Tahdidin-nash : 167))52 Aborsi setelah ditiupkan ruh pada janin adalah kejahatan yang tidak boleh dilakukan kecuali dalam keadaan yang sangat darurat yang dipastikan. Caranya dengan mengambil keputusan para medis yang terpercaya dan ahli di bidang tersebut, yaitu bahwa adanya janin itu membahayakan ibu. Perlu diketahui dengan adanya kemajuan sarana kedokteran dan ilmu serta tersedianya
semua
keperluan
tentang
hal
itu,
maka
aborsi untuk
menyelamatkan ibu adalah peristiwa yang sangat jarang terjadi.
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan 1. a. Hal-hal yang dilarang bagi wanita nifas, yaitu : - Berpuasa - Sholat - Senggama - Memegang dan membaca mus’af al-qur’an - Duduk berdiam diri di masjid - Thalaq b. Amalan yang diperbolehkan bagi wanita nifas - Bercumbu 52
Majalah as-Sunnah, Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta. Solo. Th. 2009. Edisi Juni Hal. 27
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
- Makan minum bersama - Ikut keluar ketanah lapang pada hari raya - Mencukur rambut dan memotong kuku - Pergi ke pasar - Dzikir - Mendengar murotal 2. a. Klasifikasi aborsi 1. Abortus spontanea 2. Abortus medisinalis 3. Abortus provokatus kriminalis b. Pandang Islam terhadap aborsi pada dasarnya adalah haram baik sesudah ditiupkan ruh maupun sebelum ditiupkan ruh kepada janin. Aborsi diperbolehkan dalam keadaan darurat dan sudah disepakati oleh medis. Hal ini biasa terjadi karena ibu yang sakit atau janin yang tidak bisa diselamatkan.
B. Saran Dengan pembahasan ini penulis berharap pada kaum hawa khususnya ummahat untuk memanfaatkan waktu dengan sebaiknya meski datang masa nifas tidak membuat kita lalai dan menghentikan semua amal ibadah, dengan mengetahui segala hal yang dilarang dan diperbolehkan saat masa nifas ibadah kita menjadi lebih terarah, tepat dan tidak sia-sia. Banyak macam alasan yang dikemukakan seorang wanita untuk melakukan aborsi, penulis mencoba berusaha membahas segala macam aborsi,
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
pandangan Islam tentangnya dan hukum aborsi agar kita para muslimah tidak terperosot ke dalam jurang maksiat yang akan membuat kita menyesal selamanya.
DAFTAR PUSTAKA
Bin Abdillah Al Fauzan, Bin Fauzan, Syaihk Shaleh, 2003. Sentuhan Nilai Kefiqihan Untuk Wanita Beriman. Universitas Islam Indonesia. Bin Wahf Al Qahthani, Said bin Ali, Dr., 2004 Thaharah Nabi. Jogjakarta : Media Hidayah. Depag RI. 2004. Al Qur’an & Terjemahannya, Bandung : CV. Penerbit J.ART Jabir Al Jazairi, Abu Bakr, 2003. Ensiklopedi Muslim, Minhaj’ul Muslim. Jakarta: Darul Falah. Jauzi, Ibnul, 2005, Pribadi Wanita Muslimah, Solo. Pustaka Barokah. Muhammad ‘Uwaidah, Syaikh Kamil. 1998. Fiqih Wanita. Jakarta : Pustaka AlKautsar Rasjd, H. Sulaiman, 1998. Fiqih Islam. Bandung : Sinar Baru. Sabiq, Sayyid, 1973 Fikih Sunnah. Bandung : PT Al Maarif.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Qaradhawi, Yusuf, Dr., Sabiq Sayyid, 2007. Fiqh Sunnah. Surabaya : Penerbit Jabal. Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, 2009. Majalah As Sunnah. Edisi Juni.