JURNAL SOSIAL NUSANTARA (JSN) Volume 1 No.1 Januari 2017 ISSN-p 2549-466X ISSN-e 2549-4767 Email:
[email protected] Online Journal : http://perdekiisptn.xyz/ojsperdekiisptn/index.php/JSN/
“NETULA” SIMBOL DAN MAKNA DALAM PERSPEKTIF BUDAYA KOMUNITAS KAILI LEDO DI KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI Nurhayati Mansyur, M. Munir Salham dan Sardin FISIP Universitas Tadulako
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mendalami ungkapan “netula” sebagai simbol budaya dalam komunitas Kaili Ledo. Informan dipilih secara purposive, dengan subjek penelitiannya keluarga pasutri (pasangan suami isteri), dukun bayi, dan tokoh masyarakat. Teknik pegumpulan datanya pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ungkapan “netula” merupakan simbol budaya yang mengandung makna terkait dengan pesan dan nasehat yang mengandung nilai etik dan moral. Pesan dan nasehat untuk berbuat mematuhi norma-norma, nilai-nilai, adat istiadat dan amanat yang berimplikasi terhadap individu, keluarga dan kelompok. Setiap ungkapan “netula” mengandung arti tertentu dan mengandung banyak konotasi lainnya ketimbang hanya arti harafiahnya, suatu konstruksi budaya yang memiliki ruang lingkup semantik yang lebih luas dengan kejadian atau peristiwa mengenai ketidakberuntungan dan keberutungan dalam berumah tangga, usaha ekonomi, dan aktivitas sosial lainnya. Selain itu, merupakan media pengendalian yang berperan untuk memperingatkan atau menyadarkan warga komunitas yang berbuat bertentangan dengan kepercayaan relegi, komunikasi, psychologi, dan aspek sosiobudaya lainnya Kata Kunci : komunitas Kaili Ledo, Netula, Simbol Budaya. Abstract This study aims to describe and deepen the expression "Netula" as a cultural symbol in the community Kaili Ledo. The informants were chosen purposively, with the research subjects of couples (couples), shamans, and community leaders. Data collection techniques of observation, interview and documentation. The results show that the phrase "netula" is a cultural symbol that contains the meaning associated with messages and advice that contains ethical and moral values. Messages and advice to comply with norms, values, customs and mandates that have implications for individuals, families and groups. Each "netula" phrase contains a certain meaning and contains many other connotations rather than just a literal meaning, a cultural construction that has a broader semantic scope with events or events about misfortune and resentment in marriage, economic endeavor and other social activities. In addition, it is a controlling medium that plays a role to alert or alert the citizens of the community who do contrary to the belief relegi, communication, psychology, and other aspects of sociocultural Keywords: Kaili Ledo community, Netula, Cultural Symbol.
29 Jurnal Sosial Nusantara
Nurhayati Mansyur, Dkk. – “Netula” Simbol Dan Makna ….
A.
tersebar diplosok pedesaan dengan
Pendahuluan
kelompok sasaran yang amat luas dan
Latar Belakang
terpencil.
Pembangunan kesehatan dalam
Kondisi
seperti
itu,
perspektif global masih menghadapi
mengakibatkan terjadinya kesenjangan
sejumlah
dalam pelayanan kesehatan.
masalah
kurusial.
Salah
satunya yang nampak dalam kegiatan
Oleh karena itu, setiap warga
sektor kesehatan adalah masyarakat
komunitas dalam memelihara kesehatan
masih
diskriminasi
mereka memiliki cara-cara yang berbeda
kesehatan
antara warga yang satu dengan lainnya,
merasakan
mengakses diberbagai
pelayanan pelayanan
oleh
terutama
tenaga
yang
berkaitan
dengan
kesehatan (dokter, perawat dan bidan),
respons-respons terhadap penyakit dan
terutama
penyembuhannya
pada
masyarakat
yang
serta
terorganisir
kehidupan sosial ekonominya masih
secara sosial budaya dalam setiap
rendah yang tinggal dan menetap di
masyarakat. Artinya respons-respons
pedesaan,
yang dimaksud itu dikenal sebagai
termasuk
didalamnya
sistem perawatan kesehatan. Sistem
masyarakat adat terpencil.
perawatan kesehatan menurut Kalangie
Selain itu, masih ditemukan adanya
sarana
pelayanan
(1986:26)
yang
yaitu
mengintegrasikan
jumlahnya masih terbatas, serta kurang
komponen-komponen
didukung oleh tenaga kesehatan yang
berhubungan
profesional, baik di Puskesmas, PUSTU,
mencakup sistem pengetahuan dan
maupun Poskesdes. Di samping itu
kepercayaan
tentang
peralatan teknologi medis juga kurang
keidaksehatan,
aturan
memadai untuk mendukung layanan
pemilihan dan penilaian perawatan,
kesehatan secara optimal. Demikian juga
kedudukan dan peranan, kekuasaan,
jarak dari pemukiman dengan sarana
latar interaksi, pranata-pranata dan
kesehatan,
praktisi perawatan tersedia.
ternyata
masih
ada
yang
dengan
kesehatan, kausalitas dan
alasan
dikalangan warga komunitas terbatas
Pandangan Kalangie tersebut,
mengakses tempat tersebut, serta tenaga
lebih jelas sistem perawatan kesehatan
kesehatan
mencakup
masih
terkendala
dalam
aspek-aspek
yang
dapat
memahami bagaimana para praktisi,
menjangkau wilayah kerjanya yang
seperti praktisi medis modern (dokter, 29 Jurnal Sosial Nusantara
Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017
perawat dan bidan) dan praktisi medis
kebudayaan
tradisional,
mpoana,
kerangka tersebut Kleinman (1980)
(dukun bayi), sando mpeonju (dukun
menyusun suatu kerangka konsepnya
urut) dan dukun lainnya yang ahli
mengikuti model struktural yaitu 1)
menyembuhkan
macam
Sistem perawatan umum, 2) Sistem
penyakit dan perawatannya. Dalam hal
perawatan kedukunan (Folks Medicien),
ini cara-cara bertindak mereka dalam
dan 3) Sistem perawatan profesional
sistem perawatan kesehatan secara
(Medis Modern).
seperti
terorganisasi
sando
berbagai
atas
dasar
kenyataan
Dari
yang
homogen.
sistem-sistem
Dalam
tersebut,
interaksi antara praktisi dan pasiennya
intinya adalah latar interaksi keluarga.
untuk memecahkan masalah-masalah
Dalam keluarga batih warga komunitas
yang berkaitan dengan penyembuhan.
Kaili Ledo dikenal adanya hubungan
Jawaban dan tindakan individu dan
kekerabatan yang sangat kental antara
kelompok masyarakat dalam upaya
praktisi
mengatasi masalah-masalah kesehatan
kerabat dan anggota keluarga terutama
yang menunjukkan proses-proses dan
dalam pengambilan keputusan medis
mekanisme pengambilan keputusan.
berlangsung
Akhir-akhir ini, perkembangan antropologi adanya
kesehatan
suatu
tradisional
dalam
dengan
jaringan
sosial
tertentu untuk menentukan keputusa
menunjukkan
akhir atas praktik perawatan kesehatan.
dalam
Sebagai contoh, seorang perempuan
mengembangkan suatu model yang
yang sudah berkeluarga (bersuami),
berdasarkan suatu konsep inti yang
tetapi selama kawin tidak berketurunan,
dikemukakan oleh Kleinman (dalam
anaknya
Kalangie, 1986: 25), yaitu perawatan
meninggal,
kesehatan (health care) yang disebutnya
“netula”, dengan tanda-tanda tertentu
sistem perawatan kesehatan. Seperti
yang hanya diketahui oleh seorang sando
diketahui Kleinmen menyusun kerangka
(dukun) Untuk itu agar kehidupannya
teoritisnya, terutama atas dasar hasil
memperoleh rasa nyaman dan aman,
penelitian yang pernah dilakukan pada
adanya syarat yang harus dijalani
masyarakat di tiga distrik di Taipei,
sebagai
Taiwan
membuang tanda-tanda itu, seperti
yang
pendirian
medis
menunjukkan
ciri-ciri
30 Jurnal Sosial Nusantara
meninggal dalam
upaya
atau
suaminya
bahasa
melepaskan
mereka
atau
Nurhayati Mansyur, Dkk. – “Netula” Simbol Dan Makna ….
tailalat yang melekat pada dirinya atau
diketahui asal, penyebab datangnya
tubuhnya melalui upacara adat. Bentuk
berbagai peristiwa dan kejadian lainnya.
upacara adat diantaranya ada yang
Meskipun demikian upaya lain yang
menggunakan
tumbuh-
dapat dilakukan adalah mengsinergikan
tumbuhan seperti buah pohon sirih,
cara-cara tradisional yang diyakini dapat
dikemas dengan darah ayam, ada juga
menyembuhkan dan menangkal bahaya
cukup dengan jarum emas, dipakai untuk
atas
mengeluarkan darahnya yang melekat di
menelusuri masalah-masalah tersebut
tailalat.
secara holistik, mengenai upaya-upaya
bahan
Kepercayaan
dari
terhadap
relegi
musibah
itu.
Penelitian
ini
yang dilakukan warganya dengan cara-
secara turun temurun dari leluhurnya
cara
oleh sebagian besar orang-orang Kaili
pengetahuan dan keahlian seseorang
diterima
yang
sebagai
suatu
proses
tradisional, dapat
bersumber
menolong
keluar
pembudayaan (inkulturasi), terutama
ungkapan
resiko
yang berkaitan dengan pengobatan dan
demikian
“netula”
penyembuhan. Sebagian diantara warga
masyarakat bukan sekedar peristiwa
komunitas Kaili Ledo, masih memahami
medis,
kepercayaan berbagai macam ungkapan
dikonstruksi dengan cara-cara budaya
sebagai
menjadi
simbol
budaya
yang
tetapi
“netula”.
dari
dipandang
sebagai
suatu
Dengan
ritual
kesatuan
oleh yang yang
mengandung makna, seperti ungkapan
terstruktur, tersosialisasi dari generasi
“netula”
ke generasi dalam bentuk personalistik
musibah,
yang
dapat
kecelakaan
menimbulkan atau
penyakit
atau naturalistik.
lainnya, biasa diistilahkan “balaa” kalau
Dalam menelusuri upaya-upaya
diterjemahkan secara luas berarti “ujian
yang dilakukan oleh warga komunitas
mental” karena dalam kehidupan ini
untuk
pada kenyataannya dipenuhi dengan
“netula”
masalah, tetapi tidak berarti semua
dirumuskanlah beberapa pertanyaan
balaa adalah netula, seperti tulak bala
sebagai berikut:
(Bugis, artinya menolak bala). Oleh
sebagai simbol budaya dapat mengubah
karena itu, ungkapan “balaa” jika tidak
pandangan hidup dan pola perilaku
diupayakan diminilisasi, maka dapat
warga komunitas Kaili Ledo? Bagaimana
menimbulkan
makna dibalik dari ungkapan itu yang
resiko
yang
tidak 31
Jurnal Sosial Nusantara
menginterpretasi sebagai
simbol
ungkapan budaya,
Bagaimana “netula”
Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017
dapat
berpengaruh
pada
aktivitas
bersumber
komunitas Kaili Ledo? Tujuan penelitian
Perbedaan
ini sebagai berikut: Pertama. Untuk
dipengaruhi oleh nilai-nilai dan norma
mendeskripsikan
budaya
“netula”
simbol
dari
ungkapan
persepsi yang
“netula”
ini
sangat
berlaku
dalam
budaya yang mengandung makna dalam
komunitasnya, antara lain, pengambilan
menyertai
keputusan
dinamika
kehidupan
dan
pilihan
untuk
komunitas Kaili Ledo. Kedua, Untuk
penanganan berbagai peristiwa atau
memahami secara mendalam “netula”
kejadian
dengan multitafsir dibalik makna itu
ketahanan mental yang teruji ketika
dapat mempengaruhi perilakunya dalam
menghadapai
menata kehidupan mereka sehari-hari.
dalam
agar
memiliki
ketidakberuntungan
menjalani
kehidupannya.
Meskipun dalam penentuan adanya
Kegunaan penelitian ini secara akademik, memberikan konstribusi bagi
tanda-tanda
pengembangan
diputuskan
ilmu-ilmu
seseorang
sosial,
tersebut, oleh
dominan
orang-orang
yang
khususnya berkenaan dengan kajian
dituakan “to tua ngata” (berlaku dalam
antropologi simbolik. Secara praktis,
lingkup
diharapkan dapat menjadi reference
mempunyai status sosial yang tinggi “to
bagi
pengambil
tua ada” tokoh adat yang memiliki
keputusan dalam upaya memahami
jabatan dalam struktur pengadatan.
simbol-simbol budaya dari pengetahuan
Namun, tidak menutup kemungkinan
lokal yang bersumber dari bahasa lisan
pesan
dapat
diberikan
perencana
dan
berdampak
pada
perubahan
keluarga
dan
dan
kerabat),
nasehat-nasehat
oleh
yang
kawan-kawan
dan
perilaku masyarakat yang tersandung
tetangga, dapat juga mempengaruhi
dengan
pengambilan keputusan.
resiko
kegagalan,
ketidakberuntungan,
tetapi
juga
Beberapa daerah di Indonesia,
membawa
terutama di daerah pedesaan dan
kesuksesan dan keberuntungan.
terpencil di mana kondisi rumah tangga dan lingkungan sosial, masih ditemukan
Konsep Persepsi Setiap persepsi
yang
masyarakat berbeda
adanya
memiliki dalam
kepercayaan
dikalangan
hal
ucapan
penanganan proses pengobatan yang
32 Jurnal Sosial Nusantara
yang
yang
masyarakat merupakan
berlaku mengenai preposisi
Nurhayati Mansyur, Dkk. – “Netula” Simbol Dan Makna ….
sebagai suatu proses simbolik yang
Dinasehatkan sebelum kawin dengan
mengandung makna dapat berpengaruh
suami kedua, terlebih dahulu harus
pada
menghilangkan tanda-tanda yang ada
pola
Demikian
tingkah
mereka. yang
pada tubuhnya (bentuk tailalat) dengan
itu
mengobatinya dari orang pintar, sesuai
mampu mengobati dan menghilangkan
bahan ramuan yang ditentukan oleh
dengan cara-cara tradisional, termasuk
penyembuhnya. Secara adat samasekali
orang pintar (dukun) yang terampil
tidak bertentangan, karena semuanya
mengetahui
bahwa
itu
dapat difahami dan diyakini obyek yang
ditubuhnya
ada
“netula”,
menjadi sasaran penyembuhan dengan
memiliki
juga
laku
orang-orang
pengetahuan
seperti
seseorang tanda
meskipun secara emik diungkapkan
biaya
dengan ucapan, tetapi secara etik bahan-
penyembuh tersebut memiliki hubungan
bahan ramuan tradisional yang dapat
geneologis yang masih terikat dengan
menghilangkan
kekerabatannya.
tanda
itu
atau
mengobatinya tanpa menyentuh orang yang
bersangkutan.
lebih
khusus
lagi
Bahkan masih ada diantara warga
itu,
komunitas yang beranggapan bahwa
memahami suatu obyek yang sederhana,
dalam suatu ungkapan secara logika bisa
tetapi
tepat bisa juga meleset, karena untuk
berhubungan
Karena
murah,
dengan
proses
makna yang melibatkan konstruksi
menyesuaikan
pernyataan
yang
tersebut,
pernyataan
tersebut
benar,
kemudian
struktur
sebagaimana
ungkapan dinyatakan
diperluas
dan
sebelumnya “hidup” bukan merupakan
kebenaran
itu
suatu yang metafisis, tetapi “pengalaman
sebagai pernyataan proporsional sesuai
hidup”, karena iu, makna tidaklah
kegunaannya.
bersifat objektif, bukan merupakan
mengapressiasikan
Alasan
yang sangat mendasar
proyeksi pemikiran ke dalam obyek, ia
untuk melakukan penyembuhan dengan
merupakan persepsi hubungan nyata
cara-cara
dapat
dalam suatu mata rantai awal terhadap
menguntungkan
sparasi subyek-subyek dalam pemikiran
bersangkutan, seperti, keluarga pasutri,
(Palmer, 2005:136). Sebagai contoh,
dalam waktu yang tidak lama suaminya
membeli
meninggal dunia. dimaknai istrinya
diungkapkan “netula” berarti barang itu
menjadi penyebab suaminya meninggal.
lebih lama pakainya daripada pemilik
berdampak
tradisional,
karena
33 Jurnal Sosial Nusantara
barang
mewah,
lalu
Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017
benda tersebut, karena menjadi objek
berwirausaha dengan jujur dan kegiatan
pernyataan
sektor pekerjaan lainnya.
sebagai
suatu
bentuk
peralihan kepemilikan. Dengan kata lain
Dalam
Komunitas
Kaili
Ledo,
pengungkapan tersebut sebagai objek
khususnya bagi seseorang yang memiliki
diwarnai dengan konteks hidupnya yang
tanda-tanda “netula” secara fisik mereka
esessinya sebagai sebuah benda yang
dapat menghilangkan atau membuang
dapat diungkap dengan kosa kata yang
tanda kesialan itu agar tidak berisiko
dapat memberikan pemahaman agar
dalam
yang bersangkutan lebih berhati-hati,
tangganya. Pandangan budaya mereka
termasuk ketidak beruntungan dalam
mengenai tanda-tanda itu merupakan
menjalani hidup atau bentuk lainnya.
simbol
Penggunaan jasa seorang dukun
menjalani
yang
mempengaruhi
kehidupan
rumah
diyakini,
dapat
pengetahuan
dan
penyembuh yang terampil mengetahui
perilaku mereka, sehingga secara emik
adanya tanda-tanda netula, jelasnya
berkewajiban untuk mengupayakan agar
dapat
pada
tanda-tanda tersebut dapat dihilangkan
persepsi
dengan upacara adat tradisional yang
masyarakat bahwa netula yang melekat
berlaku dikalangan warga komunitas.
pada tubuh seseorang, sebagai simbol
Tujuan upacara tersebut agar yang
yang berpengaruh pada kepercayaan
bersangkutan selamat dan terhindar dari
releginya,
yang
gangguan-gangguan psychologis yang
pernah mengalami kejadian itu secara
dapat berisiko secara fisik dan non fisik.
berkesinambungan.
Konsep Simbol dan Makna
berpengaruh
tingkahlakunya,
karena
khususnya
pasien
Secara
emperik
bahwa netula bukan sebagai sumpah
Konsep ungkapan “netula” dalam
sarapah, bukan juga penolakan terhadap
penelitian ini adalah menekankan pada
perilakunya, tetapi suatu konstruksi
makna dan mengklasifikasikan dalam
ungkapan yang mengandung makna dan
praktik
simbol yang sudah melekat dalam tradisi
individu, karena itu sangat dibutuhkan
mereka dari dulu sampai sekarang.
dalam
Maksudnya agar mereka itu lebih
kebudayaan dan etiologi penyakit yang
berhati-hati dalam menjalani kehidupan
bersumber
berumah tangga, hidup lebih sederhana,
naturalistik
34 Jurnal Sosial Nusantara
dinamika
kehidupan
menyamakan dari
setiap
pandangan
personalistik serta
dan
metodo
Nurhayati Mansyur, Dkk. – “Netula” Simbol Dan Makna ….
penyembuhannya. Sedangkan dimensi
lokal setempat, maka ditemukanlah
lain
berbagai
dalam
pandangan
mengenai
metode
antropologi
berfikir
kritis
makna
keanekaragaman
komunitas. Antropologi menunjukkan
kepercayaan
variabilitas
dinamika
kebudayaan
simbol
yang
menghasilkan pemahaman, empati, dan
bersumber dari kategori lokal warga silang
dan
dari
nilai-nilai
dan
cara
kehidupan
budaya, menjalani
ini
(Eriksen,
penyakit dan klasifikasinya. Perbedaan
2001:24-39). Selanjutnya penelitian ini
tersebut karena munculnya berbagai
akan
penyakit, diagnosa dan gejala, serta
dalam situasional dapat memperkuat
gejala responsif. Sebagai contoh Susto
simbol-simbol,
merupakan suatu kondisi di mana gejala
dibandingkan
penyakit
pada komunitas lainnya.
ini
seperti
terjadinya
kehilangan jiwa, kesulitan tidur dan mendengar,
serta
aktivitas
tempat dengan
dan
manusia ruang,
contoh-contoh
Proses simbolik pada hakekatnya
sekali
menembus kehidupan manusia dari
teralihkan fikirannya. Namun, penyakit
tingkat paling primitif dan juga tingkat
susto
merespons
paling beradab (modern). demikian juga
pengobatannya baik medis tradisional
simbol-simbol yang digunakan secara
maupun
turun temurun dalam bentuk ungkapan
tidak
langsung
medis
bagaimanapun
mudah
menjelajah
modern.
juga
karena
penyakit
susto
atau kosa kata.
Karena itu, menurut
berada diantara penyakit medis dan
Thorsten Veblan dalam bukunya “Theory
supranatural.
of the Leisure Class (1899) (Mulyana,
Melalui dalam
pendekatan
penelitian
mempertanyakan
ini
etnografi
2009:97), mengatakan semua pakaian
akan
dengan segala modelnya, adalah simbol:
mengenai
bahan, potongan dan hiasan lainnya
pengetahuan, sikap, kepercayaan dan
ditentukan
praktik yaitu bagian dari kajian “netula”
pertimbangan mengenai kehangatan,
dalam pandangan budaya Kaili Ledo.
kenyamanan, dan kepraktisan. Semakin
Karena itu, peneliti memilih konstruksi
bagus pakaian kita semakin terbatas
dan sirkulasi dari pengetahuan medis
kebebasan kita untuk bertindak. Sebagai
dan non medis itu sendiri sebagai bagian
contoh, sulaman yang rumit, bahan yang
dari pembahasan penelitian ini. Wacana
mudah rusak, kemeja yang dikanji,
bentuk ungkapan netula, dengan bahasa
sepatu bermutu tinggi, kuku yang 35
Jurnal Sosial Nusantara
oleh
pertimbangan-
Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017
panjang dan bercat, merupakan sarana
lewat kosa kata seperti “netula” maka
bagi
setiap
kelas
orang
melambangkan
simbol
kaya
untuk
itu
bahwa
orang
verbalnya
berada yang
pada
dunia
diketahuilewat
mereka tidak perlu bekerja agar mereka
pengalaman diri sendiri disebut dunia
dapat hidup. Sebaliknya orang-orang
ekstensional, di mana manusia mulai
yang tidak kaya dengan meniru simbol-
mengenal dirinya sejak masa bayi
simbol kekayaan itu, melambangkan
sampai menjelang dewasa.
pendirian mereka bahwa meskipun
Selanjutnya dengan menggunakan
mereka bekerja keras untuk hidup,
metafora
mereka juga sebaik orang lain. Artinya
Korzybaki “Science and Sanity (1933)
sebuah objek menjadi sebuah simbol
(Mulyana, 2009:103), mengatakan dunia
takkala simbol itu berdasarkan konversi
verbal
dan penggunaan maknanya mampu
hubungannya dengan dunia ekstensional
untuk menunjukkan sesuatu yang lain
seperti sebuah peta yang berfungsi
(Fiske, 2010:126).
terhadap wilayah yang dipetakannya.
Uraian-uraian
dalam
ini
harus
bukunya
Alfred
berfungsi
dalam
tersebut
Demikian juga warisan budaya tentang
menunjukkan bahwa bahasa merupakan
pengetahuan yang telah dihargai secara
simbol yang paling rumit, halus dan
sosial baik yang ilmiah maupun yang
berkembang, bahkan diketahui bahwa
manusiawi, terutama warisan yang telah
manusia
memberikan
berdasarkan
kesepekatan
kepada
kita
peta
bersama dapat menjadikan suatu simbol
pengalaman yang akurat sebagai suatu
bagi suatu hal lainnya, dan secara
konstruksi
sistematis mewakili peristiwa-peristiwa
konsekuensi yang sangat dalam dan
dalam
signifikan
sesuai
sistem-sistem
saraf
mereka,
budaya sesuai
yang dengan
memiliki konteks
kesepekatan-kesepekatan
kebudayaannya (Rudyansyah, 2009:26).
bersama, mendengar kata itu, maka
Menurut pandangan Clifford Geertz
mereka akan mengetahui dibalik kata itu
(1973) (Saifuddin, 2005:288) Simbol
ada peristiwa-peristiwa yang serupa
sebagai warisan budaya, suatu sistem
dengan kejadian-kejadian yang dapat
simbol menunjukkan suatu kebudayaan
menghasilkan sesuatu yang sama, juga
sebagai wahana dari konsepsi yang
sesuatu yang berbeda. Dengan kata lain,
memberikan unsur intelektual dalam
36 Jurnal Sosial Nusantara
Nurhayati Mansyur, Dkk. – “Netula” Simbol Dan Makna ….
proses
sosial,
pedoman
dalam
Penelitian
ini
menggunakan
berperilaku, preposisi memasuki ruang
pendekatan kualitatif, menekankan pada
tindakan sosial. Fungsi simbol itu
proses daripada hasil, dan melibatkan
universal dan manusia tidak dapat
diri secara langsung dalam mempererat
memahami kebudayaannya tanpa fungsi
hubungan kepercayaan antara Saya
yang bekerja sepanjang kode genetik itu
sebagai peneliti dengan informan secara
sendiri.
intens. Selain itu, Saya selalu menjaga
Dalam
hubungan
inilah
saya
komunikasi
interpersonal
dengan
tertarik untuk menulis tentang netula
mereka, terutama dalam memahami
sebagai sebuah ungkapan yang memiliki
kehidupan sando dengan beaneka ragam
nuansa
makna-makna
kegiatannya, dan melihat segala sesuatu
simbolik. Makna-makna ungkapan itu
dari sudut pandang masyarakat lokal
yang dituturkan secara lisan biasanya
(pendekatan emik). atau dalam istilah
mempunyai
petuah,
populer disebut memandang dari sudut
nasehat, pesan dan amanat. Makna itu
“the natives point of view”. (Spradley,
tersimpul unsur-unur edukatif, relegius,
1997: xviii; Syam, 2011:93, dan Marzali,
psychologi, dan sosial budaya. Umumnya
2009:38, 2012:32) Karena itu dalam
makna-makna tersebut seperti nasehat
pandangan budaya komunitas Kaili
untuk melakukan sesuatu pekerjaan,
Ledo,
berbuat dan mematuhi nilai-nilai dan
merupakan
bahasa
norma-norma adat istiadat baik yang
tercermin
dari
bersifat meinggalkan agar tidak tergerus
kepercayaan terhadap aspek dinamika
ketidakmujuran mupun perbuatan yang
kehidupan warga komunitasnya.
mitos
dan
makna
berupa
bersifat tercela. Dengan demikian, setiap
mengenai
ungkapan
“netula”
simbol
yang
nilai-nilai
dan
Penelitian ini berupaya memahami
ungkapan apapun namanya merupakan
dan
menafsirkan
secara
mendalam
media pengendali yang sangat berperan
berbagai peristiwa dan makna-makna
untuk mengingatkan dan menyadarkan
yang terkandung didalamnya, seperti
secara individu, kelompok, agar dapat
proses perawatan netula, dikonsepsikan
terhindar dari “balaa” atau perbuatan
oleh ahli antropologi sebagai “verstehen”
yang tidak membawa keberuntungan.
atau analisis emik, serta ungkapan bermakna yang berlaku pada komunitas
B. Metodologi
tersebut, diistilahkan “thick description” 37 Jurnal Sosial Nusantara
Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017
atau
deskripsi
Huberman,
tebal
2009:13;
(Miles Kutha
dan
mendapatkan informan yang benar-
Ratna,
benar dapat memberi informasi yang
2010:95; Syam, 2011:94). Pendekatan
akurat. Selanjutnya peneliti mengecek ini
ulang untuk memastikan kebenaran data
diperjelas lagi dengan metode etnografi,
tersebut, lengkap dengan alamat dan
karena
tempat tinggalnya.
itu,
penelitian peneliti
memusatkan
perhatian pada proses salah satu subjek yang memiliki “netula” Dalam
Hasilnya diperoleh 7 orang yang
kasus-
dapat
berpartisipan
untuk
kasus mikro dapat ditemukan berkaitan
diwawancarai, memiliki waktu yang
dengan magis relegius, memperjelas
cukup, dan tidak keberatan jika direkam
keberadaan netula berupa tanda-tanda
selama
yang melekat pada sesorang atau benda-
berulang-ulang. yaitu, sando mpoana 1
benda lainnya, sehingga diperlukan
orang, tenaga kesehatan (bidan) 2 orang,
suatu
ibu. rumah tangga (Pasutri) 2 orang, dan
perawatan
yang
dapat
berlangsungnya
menghilangkan atau membuang kesialan
tokoh
yang melekat pada diri bersangkutan,
peneitian
misalnya tanda hitam melekat dikulit,
didesain dengan khasanah etnografi
tanda berupa benda-benda bernilai
yang menekankan kasus-kasus mikro
konsumtif, tanda peralatan yang salah
kehidupan keseharian informan yang
penempatannya, seperti kaso rumah.
kegiatannya
dapat
Karena itu, upaya yang dilakukan dukun,
menjalani
dinamika
menyelesaikan kasus-kasus seperti itu
kesehariannya.
melalui
relasi
komunikasi
yang
masyarakat, ini
Metode
2
wawancara
orang.
kualitatif
deskriptif,
diamati
dalam
kehidupan
pengumpulan
datanya
transparan berisiko dapat membawa
melalui
kesialan atau ketidakberuntungan.
observasi dan dokumentasi. Teknik
Penentuan Informan “purposive sampling”
yang
dipilih
analisis
merupakan
wawancara
Tipe
datanya
mendalam,
dari
Miles
dan
Haberman (2009:16). terdiri atas tiga
subjek yang dianggap paling mengetahui
sub
dan memahami permasalahan dalam
bersamaan dan saling terkait yaitu 1)
penelitisn ini. Kemudian dilanjutkan
Reduksi data dimulai pada proses
dengan
pemilihan,
metode
snowball,
sampai
38 Jurnal Sosial Nusantara
proses
yang
terjadi
secara
penyederhanaan,
Nurhayati Mansyur, Dkk. – “Netula” Simbol Dan Makna ….
pengabstrakan dan transpormasi data
kata kerja berarti berbuat, netula dalam
kasar yang muncul dari catatan-catatan
pengertian luas tuturan lisan yang
tertulis, rekaman tape, dokumen lokasi
mengandung makna sesuatu perbuatan
penelitian. b) Penyajian data dilakukan
yang dilakukan untuk menolak atau
dengan
teks
menghindari atau mengesampingkan
naratif. c) Penarikan kesimpulan, data
terhadap sesuatu pekerjaan yang sia-sia,
yang
tidak bermanfaat, sesuatu pekerjaan
menggunakan diperoleh
berlangsung
bentuk
selama
penelitian
diinterpretasi
secara
yang
tidak
memberi
keuntungan,
mendalam makna-makna yang muncul
sehingga perlu introspeksi diri, jangan
dari hasil pengamatan dan wawancara
sampai ada tanda-tanda yang membawa
mendalam,
ketidakberuntungan. Biasanya
kemudian
diuji
kebenarannya dan validitasnya
menolak
tanda-tanda
itu
untuk
diadakan
upacara ritual yang bertujuan untuk C. Pembahasan
dapat
Netula:
kemakmuran dan kebahagiaan. Melalui
Simbol Budaya Komunitas
memberi
keuntungan,
upacara itu keluarga pasutri yang
Kaili
semula kurang beruntung, ternyata
Ada dua istilah yang sering digunakan
dalam
antropologi
mereka mampu memcehkan persoalan
yaitu
yang cukup sulit, berubah menjadi
tanda dan simbol; tanda adalah bagian
kebahagiaan setelah tanda-tanda itu
dari dunia fisik dan substansial atau
tidak ada lagi dalam tubuhnya (fisiknya).
“operator” sedangkan simbol adalah
Dengan
bagian dari dunia makna manusia yang memiliki
nilai
“designator”
fungsional
mengandung
atau
kata
lain,
makna
netula,
simbolik
dan
filosofis yang melambangkan budaya
(Cassirer,1987:48).
tradisional sebagai tanda keselamatan
Simbolisme dalam tuturan manusia, sifatnya universalitas, validitas dan
dari “balaa” (terhindar bahaya) yang
kemungkinannya
diterapkan
tidak memberi keuntungan, kesuburan,
secara umum ke dunia budaya manusia
dan kemakmuran. Oleh karena itu,
yang khas, seperti Netula, berasal dari
netula, sebagai ungkapan mengandung
bahasa daerah Kaili, asal
simbol budaya bagi komunitasnya agar
untuk
kata “tula”
tetap
berarti, menolak, ditambah awalan Ne
terpelihara
sebagai
warisan
leluhur yang merupakan motivasi agar 39 Jurnal Sosial Nusantara
Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017
dalam menata hidup dan kehidupannya
seterusnya lahir mati. Dalam pandangan
agar tidak sia-sia dalam mengangkat
relegi adalah cobaan sekaligus menjadi
martabat
berarti
ujian mental, tetapi dalam pandangan
ungkapan sebagai bahasa simbol yang
budaya warga komunitas Kaili, bahwa
berlaku dalam kehidupan sehari-hari
cobaan dan ujian itu diungkapkan dalam
dulu
masih
kata “Netula Koumiyu” sebagaimana
didapatkan kata ungkapan tersebut.
wawancara Saya dengan informan Abd.
Karena itu, masa lampau, kini dan akan
Kadir
datang
masyarakat dari Desa Tulo, mengatakan
keluarganya.
sampai
sekarang
merupakan
Ini
ini
suatu
jaringan
peristiwa atau network of ebents (Daeng, 2000:79)
Untuk
mngetahui
(umur
60
tahun)
tokoh
bahwa:
lebih
“Istilah netula adalah istilah yang
mendalam unsur-unsur yang terkait
dipakai
dengan netula, sebagaiman temuan
komunitas, jika ada sesuatu yang kurang
dalam penelitian ini sebagai berikut.
baik, kurang beruntung, hingga perlu
pada
umumnya
warga
dilakukan introspeksi seperti suami istri semula hidupnya bahagia, dikarunia
Aspek Religi
seorang bayi lahir hidup, kemudian anak
Setiap orang dalam menjalani sering
ke-2 lahir-mati, demikian juga anak ke-3.
dan
Berdasar pengalaman saya, salah satu
cobaan yang biasanya disebut “balaa”
unsur kejadian itu, karena “netula” pada
kata balaa ditafsirkan lebih luas yakni
tubuh istrinya atau suaminya, memiliki
“ujian
dalam
tanda seperti tailalat, lalu saya suruh
kenyataannya masalah mental menjadi
periksa dan dibenarkan tanda itu ada
penting untuk menghadapi dinamika
pada
kehidupan, di mana setiap manusia akan
menganjurkan untuk lakukan upacara
menemui
dan
adat, menimal untuk membuang tanda
kejadian. Namun, dibalik masalah itu
kesialan itu, agar hidupnya bahagia
berwujud keberhasilan atau kesuksesan,
(Hasil wawancara, 3 Maret 2015).
kehidupan
di
diperhadapkan
dunia berbagai
mental”
berbagai
ini ujian
karena
peristiwa
istrinya,
Dari
sebagai contoh, pasutri (pasangan suami
hasil
selanjutnya
wawancara
saya
dengan
istri) memiliki anak pertama lahir hidup,
informan, menunjukkan bahwa tanda-
tetapi anak kedua dan anak ketiga dan
tanda orang yang memiliki netula, 1) ada
40 Jurnal Sosial Nusantara
Nurhayati Mansyur, Dkk. – “Netula” Simbol Dan Makna ….
tailalat yang melekat salah satu pasutri
oleh informan Ibu. Zahima (56 tahun)
pada
sando
tubuhnya
terutama
berlaku
dikalangan perempuan bersuami. 2)
mpoana
dari
Kotarindau,
mengatakan bahwa:
peristiwa atau kejadian yang dapat
“Saya pernah menangani keluarga
menjadi tolok ukur seperti kematian,
yang pernah dapat musibah berturut
meskipun diketahui bahwa kematian itu
turut yakni keluarga yang semula
ditangan
solusi
anaknya lahir-hidup, usia 2 tahun
melakukan
meninggal, taklama sesudah itu anaknya
perawatan melalui upacara adat sesuai
meninggal, menyusul suaminya hanya
tata cara yang berlaku dikalangan warga
berselang beberapa bulan. Lalu si ibu
komunitas.
datang
membuang
Allah,
SWT.
sial
dengan
3)
Dalam pandangan religi aspek yang berkaitan
menceritrakan
kronologis kejadian yang dialami secara beruntun, langsung saya jawab “netula
merupakan proses yang saling terkait
koumiyu” coba periksa salah satu bagian
satu dengan lainnya. Yakni bahwa
tubuhmu, ada itu tanda seperti tailalat,
ungkapan
“netula”
menjadikan
dijawab benar. Kalau begitu lakukan
seseorang
terganggu
ketenangan
upacara adat.....” (Hasil wawancara,
karena
istilah
saya
“netula”
hidupnya,
dengan
sama
dianggap
tidak
tanggal 5 Maret 2015)
beruntung dalam menjalani kehidupan
Dari
hasil
wawancara
dengan
dunianya, seperti musibah anak yang
informan menunjukkan bahwa setiap
meninggal atau suami yang meninggal,
peristiwa atau kejadian yang membawa
Meskipun di balik itu ada hikmah berupa
sial,
ujian atau cobaan, karena itu diupayakan
mengandung makna pada sesorang,
untuk keluar dari cobaan itu dengan
kalau tanda seperti tailalat berada pada
sikap pasrah bermunajat kepada Allah,
slah satu bagian utbuh yang vital, baik
SWT,
cenderung
istrinya maupun suaminya. Kalaupun
menghubungi orang pintar (sando) agar
benar tanda itu ada, maka seharusnya
peristiwa
diadatkan
namun, yang
lebih dialami
itu
tidak
biasanya
ada
dengan
tata
tanda
cara
yang
yang
berlanjut lagi, keluar dari cobaan itu
sederhana berupa, buah sirih pinang
yakni melakukan upacara adat
agar
bulat berwarna hijau dan satu ekor ayam
dapat hidupnya tenang, bahagia dalam
betina, lalu ayamnya dipotong dan
keluarga. Untuk jelasnya disampaikan 41 Jurnal Sosial Nusantara
Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017
darahnya
diambil,
dengan
buah
dioles
bersama
sirih,
gelombang kehidupan ini pastinya ada
kemudian
bagi
setiap
manusia.
memahami
dirasakan oleh pasutri, karena setelah
dengan
peristiwa itu si istri kawin lagi suami ke-
mengurangi dalam bentuk tindakan,
2, lahir anak pertama, menyusul anak
maka dibalik usaha itu ada makna
kedua, sampai sekarang lahir anak
keberuntungan atau kesuksesan, seperti
ketiga, semuanya sehat-sehat, demikian
pasutri melakukan proses upacara adat
juga suaminya.
netula dan diyakininya dapat memberi
itu,
netula
bisa
adanya
kegagalan
itu
ditempelkan di tailalatnya. Manfaatnya
Selain
suatu
Karena
usaha
hidup
yang
bisa
keberuntungan atau kesuksesan.
juga
ditafsirkan sebagai suatu proses di mana
Selain
itu
netula
juga
dapat
seseorang dalam menjalani kehidupan
berkaitan dengan musibah lainnya, bisa
ini dimetaforakan dengan benda-benda
beruntun atau hanya datang pada waktu
atau barang berharga lainnya, jika
tertentu
dihitung
diungkapkan oleh informan Ibu. Ufik,
nilai
barang
itu
dengan
pendapatannya tidak seimbang atau
saja,
sebagaimana
yang
umur 34 tahun, mengatakan bahwa:
tidak selaras. Dengan kata lain netula
“Waktu musibah kematian anak
berlaku bagi seseorang yang dipandang
saya yang kedua, karena kecelakaan di
memiliki
motor, saya hanya pasrah kepada yang
gaya
hedonisme
hidup
yang
konsumtif, diluar
Maha Kuasa, diberi kesabaran dan
kemampuan penghasilan sebenarnya,
ketenangan jiwa, karena saya tahu
sehingga
dapat
dibalik musibah itu ada hikmah manusia
menyalahi
tidak tahu, mungkin ujian bagi saya
aturan dan ketentuan agama, seperti
dengan keluarga agar lebih berhati-hati
korupsi.
(Hasil wawancara, 5 April 2015)
yang
berperilaku
berlebihan bersangkutan
hidup
Sejatinya
yang
ketentuan
hidup
Pernyataan
informan
itu
seseorang seharusnya dilalui dengan
menggambarkan bahwa netula, yang
ketahanan
mental,
melekat
menghadapi
kegagalam
agar hidup
dalam atau
pada
berkaitan
diri
dengan
seseorang musibah
juga
lainnya
menghadapi pilihan yang sulit, tidak
seperti kecelakaan berkenderaan, tanpa
selamanya
diduga
berjalan
mulus,
riak
42 Jurnal Sosial Nusantara
sebelumnya,
demikian
juga
Nurhayati Mansyur, Dkk. – “Netula” Simbol Dan Makna ….
seorang ibu hamil tabu keluar rumah
membangun rumah jika ada salah satu
tanpa disertai dengan simbol-simbol
bahan
berupa benda-benda yang dipercaya
terbalik seperti kaso rumah untuk tiang
dapat
mengusir
tengah katanya netula bagi penghuni
gangguan mahluk jahat, terutama janin
rumah. Artinya berakibat bagi pemilik
dalam
seperti
rumah, seperti sering gagal dalam
kariango, bawang merah dan jarum,
pekerjaan, anak sering sakit, dan lain-
sebagaimana
dikemukakan
oleh
lainnya
informan
Maryam
Desa
menangkal kandungan
Ibu.
dan ibunya,
dari
Karawana, mengatakan bahwa:
bangunan
pemasangannya
Aspek Komunikasi
“ waktu saya hamil 7 bulan anak
Dalam penelitian ini ada 2 aspek
kedua, saya diingatkan orangtua, kalau
netula
ke luar rumah kenakan di baju, kariango,
perilaku seseorang yaitu 1) komunikasi
bawang merah dan jarum, agar janinnya
merupakan
tidak mendapat gangguan dari mahluk
komunikasi
merupakan
jahat, karena saya tidak percaya seperti
pertukaran
makna.
itu, saya kesulitan melahirkan bayinya
diartikan
atau netula, lalu saya suruh suami
interpersonal kemudian berkembang
panggil sando mpoana memeriksa dan
menjadi
komunikasi
meraba
organisasi,
publik
gangguan
perutku,
dikatakan
supranatural,
diambil
ada
yang
dapat
mempengaruhi
proses
awal
simbolis,
aktivitas Komunikasi
dari
dan
2)
interaksi kelompok, komunikasi
air
massa. Bentuk komunikasi yang mejadi
digane-gane (mantra-mantra), lalu saya
fokus dalam penelitian ini adalah,
minum airnya, dalam beberapa menit
pertama, komunikasi merupakan proses
kemudian lahir anakku dengan selamat.
simbolis,
(Hasil Wawancara, tanggal 7 April 2015).
Nurmiyati (umur 42 tahun) dari Desa
Dari hasil wawancara tersebut, menunjukkan
bahwa
dicontohkan
oleh
Ibu.
Karawana, mengatakan:
simbol-simbol
“Dalam menolong pasiennya ketika
penangkal terhadap mahluk jahat masih
menghadapi proses persalinan, ada 3 hal
dipercaya oleh warga komunitasnya,
yang perlu saya perhatikan yaitu bersih
karena bagian dari rasa emosional pada
cara, bersih alat, dan bersih tempat (3 B).
supranatural.
ketiga
Demikian
juga
43 Jurnal Sosial Nusantara
komponen
tersebut
menjadi
Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017
rujukan dalam menolong persalinan,
cara
meskipun cara menolong ibu bersalin
bersentuhan kulit tangan dengan perut
berbeda dengan cara seperti yang
pasiennya, tanpa menggunakan sarung
dilakukan bidan (Hasil wawancara,
tangan.
tanggal 23 Maret 2015).
simbol-simbol
Hasil
wawancara
menangani
Dalam
persalinan,
pandangan ini
untuk
yakni
mereka mencegah
jangan sampai ibu bersalin kena “netula”
tersebut,
bisa jadi berakibat anaknya lahir mati.
menunjukkan bahwa sando mpoana dalam menolong persalinan, agar praktik
Selain itu, komunikasi antara sando
persalinan berjalan lancar tanpa ada
mpoana
gangguan
diungkapkan tanpa ada kata-kata yang
termasuk
diutamakan tangan,
kebersihan,
meskipun
tidak
dengan
pasiennya
juga
diucapkan dibalik perilaku menolong
memakai sarung tangan seperti praktik
persalinan,
bidan. Kebiasaan informan tidak pernah
persalinan samasekali tidak dibenarkan
menggunakan sarung tangan, karena
adanya
sentuhan kulit tangan ketika menolong
menyebabkan “netula” bagi pasiennya,
persalinan,
natural
termasuk pantangan orang yang hadir
prosesnya
tidak boleh kakinya dinaikkan lututnya
(alamiah)
merupakan lebih
dibanding dengan
cepat
memakai sarung
karena perilaku
sementara
duduk,
selama yang
karena
proses dapat
dapat
tangan. Tangan menyatu dengan kulit
berakibat fatal bagi ibu dan janinnya.
ketika bersentuhan dengan kulit yang
Artinya bisa menjadi “balaa” musibah
ada pada ibu hamil, sehingga proses
bagi ibu dan janinnya.
persalinannya lebih lancar dan tanpa ada
Dengan kata lain aktivitas sando
netula sampai anaknya lahir dengan
mpoana melakukan praktik persalinan,
selamat.
secara psikologis tetap memperhatikan
Sentuhan tangan seorang sando
beragam
faktor
yang
mpoana merupakan proses simbolis,
mempengaruhi
seperti perabaan pada perut ibu hamil,
seperti sikap dan motivasi keluarga,
dalam
dapat
keinginan dan kebutuhannya, sehingga
meningkatkan keyakinan dan motivasi
dirasa perlu adanya kontak non-verbal
pasien melakukan persalinan, cepat dan
antara sando mpoana dengan ibu hamil.
lancar. Perilaku simbolis memperagakan
Meskipun dalam proses persalinan itu
pandangan
psikologis
44 Jurnal Sosial Nusantara
proses
dapat
persalinan,
Nurhayati Mansyur, Dkk. – “Netula” Simbol Dan Makna ….
sando mpoana membacakan gane-gane
lain yang terlibat, meskipun mereka itu
atau doa-doa tanpa harus diketahui oleh
terlibat dalam perilaku tanpa pikir dan
pasien dan keluarga yang hadir, sampai
beradasarkn
selesai proses persalinan.
wawancara peneliti seorang informan,
Aspek Sosio Budaya
Abd. Rasyid (umur 52 tahun) dari desa Karawana,
Aspek relasi menjaga hubungan
kebiasaan.
mengemukakan
Dalam
bahwa
dan
“netula” yang melekat pada sesorang,
masyarakat dalam pergaulan, berumah
dapat memberikan dampak pada fisik
tangga,
berorganisasi
dan
dan non fisik, karena ketidaksanggupan
lainnya
yang
berisiko
antara
individu,
keluarga
aktivitas dan
secara mental, dalam menerima cobaan
berbahaya bagi seseorang, sehingga
dan ujian (Hasil wawancara, tanggal 21
hubungan tersebut bisa menimbulkan
Maret 2015).
konflik
atau
dapat
pertentangan
Dari
antara
hasil
wawancara
dengan
masyarakat.
informan menunjukkan bahwa secara
Dalam pandangan Mead (dalam Ritzer
fisik setiap orang dapat terkena netula
dan Douglas, 2007:293) membedakan
bila ditubuhnya itu ada tada-tanda yang
antara perilaku lahiriah dan perilaku
dapat membawa kesialan, kegagalan
tersembunyi.
dalam hidupnya. Demikin juga secara
individu,
keluarga
dan
Perilaku
tersembunyi
adalah proses berfikir yang melibatkan
non-fisik
simbol dan arti. Perilaku lahiriah adalah
kepribadiannya, karena merasa jiwanya
perilaku sebenarnya yang dilakukan
terganggu,
oleh seorang aktor, Simbol dan arti
termasuk kebahagiaan bagi keluarga
memberikan
pada
pasutri.
yang
melakukan upacara-upacara adat yang
melibatkan aktor tunggal pada interaksi
bersentuhan kehamilan 7 atau 9 bulan,
sosial manusia yang melibatkan dua
seperti upacara “nombalongga”
tindakan
ciri-ciri sosial
khusus manusia
orang aktor atau lebih dalam tindakan
tidak
Oleh
ada
karena
pada
ketenangan, itu,
mereka
Tradisi “nombalogga” merupakan
sosial timbal balik. Dengan
berpengaruh
adat kebiasaan turun temurun yang demikian,
masih dijalankan dikalangan komunitas
dalam
melakukan tindakan, seorang aktor
Kaili
Ledo,
bertujuan
untuk
menaksir pengaruhnya terhadap aktor
memperlancar
kelahiran
atau
45 Jurnal Sosial Nusantara
Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017
kemudahan
dalam
persalinan.
sakit karena kemasukan roh-roh jahat
Maksudnya agar anak yang lahir itu
dan ilmu-ilmu sihir. Proses memandikan
terhindar netula selamat dan hidup
ibu hamil dimaksudkan agar ibu hamil
tanpa cacat. Meskipun tata cara upacara
jangan samapai kena “netula”, sehingga
itu sudah disederhanakan waktu dan
perlu
tempat, peralatan upacara, bahan dan
mengeluarkan semua yang menjadi
ramuan dari tumbuh-tumbuhan, serta
penghalang dari gangguan roh-roh jahat
doa-doa dan mantra-mantranya. Dalam
yang dapat menyulitkan dalam proses
pandangan informan Ibu. Zaimah dan
persalinan.
Ibu. Nurmiaty, mengungkapkan bahwa tradisi
tersebut,
merupakan
dilakukan
pensucian
dengan
D. Kesimpulan
adat
Uraian-uraian
di
atas
kebiasaan turun temurun yang berlaku
menunjukkan bahwa ungkapan “netula”
pada komunitas Kaili Ledo, tidak boleh
lebih dinamis darpada istilah “balaa”
diabaikan,
netula
karena mengandung makna yang lebih
dapat berisiko ibu dan janinnya. Selain
luas dari berbagai aspek kehidupan
itu, didalamnya terkandung kearifan
manusia, baik aspek relegius, aspek
lokal yang memiliki nilai-nilai ritual yang
komunikasi dan psikologi, dan aspek
dikhususkan bagi ibu hamil pada usia
sosial budaya. Aspek-aspek tersebut
kehamilan 7 dan 9 bulan.
berpengaruh
karena
ungkapan
Upacara adat mandi “nombalogga”
secara
positif
dalam
merespons tuturan kata yang diucapkan
bermakna simbolis dukungan psikologis,
oleh
seseorang,
dengan
fisik dan sosial bagi ibu hamil, yang
mengintropeksi
diwariskan secara turun temurun. Selain
peristiwa atau kejadian yang membawa
itu, mengandung nilai-nilai spritual yaitu
ketidak beruntungan atau kesialan.
agar ibu hamil memiliki rasa percaya
Dalam
diri, mengubah cara pandang terhadap
komunitas, karena dibalik paristiwa atau
perubahan tubuhnya selama menjalani
kejadian itu dapat memberi kesuksesan.
sebelum
pandangan
budaya
cara terjadi
warga
masa kehamilannya, serta menjaga rasa aman janinnya. Karena itu, memandikan
DAFTAR PUSTAKA
pasien menjadi syarat dalam proses
Cassirer, Ernst, 1987 “Manusia dan Kebudayaan: Sebuah Esei Tentang Manusia, Gramedia, Jakarta
penyembuhan, terutama pasien yang
46 Jurnal Sosial Nusantara
Nurhayati Mansyur, Dkk. – “Netula” Simbol Dan Makna ….
Daeng, J. Hans, 2000 “Manusia Kebudayaan dan Lingkungan: Tinjauan Antropologis Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat, 2009, Komunikasi Antar Budaya, Rosdakarya, Bandung Notoatmodjo, Soekijo, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
Eriksen, H Thomas, 2009, Antropologi Sosial dan Budaya, Judul asli “Small Laces Large Issues An Introduction to Social and Cultural Antrophology” Yosef Maria Florisan (penerjemah), Ledalero, Maumere. Fiske,
Palmer, E Richard, 2005, Hermeneutika, Teori Baru Mengenai Interpretasi, judul asli “Hermeneutics” Interpretation theory in Scheimacher, Dilthey, Heidegger and Gadamer” penerjemah, Mansyur Hery dan Damanhuri Muhammad, Pustaka Pelajar, Yokyakarta.
John, 2010, Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif, Jalasutra, Yokyakarta.
Kalangie, S Nico, 1986, Kebudayaan dan Kesehatan, Megapon, Jakarta
Pujilaksono, Sugeng, 2006, Petualangan Antropologi, Universitas Muhammadiah Malang.
Kertajaya, Hermawan, 2008, Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan, Pustaka Pelajar, Yokyakarta
Rudyansyah, Tony, 2009, Kekuasaan Sejarah dan Tindakan, Rajawali Pers, Jakarta
Kleinman, Arthur, 1980, Patient and Healers in The Context of Culture: an Exploration of The Borderland Between Antropology: Medicine and Psychiatry, University of California Press, Barkeley
Saifuddin, Azwar. 2005. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Saifuddin, Achmad Fedyani, 2006, Antropologi Kontemporer (Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma), Kencana Prenada Media Group, Jakarta
Koentjaraningrat, 1990, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Dian Rakyat, Jakarta.
Syam,
Kutha Ratna, Nyoman, 2010, Metodologi Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora, Pustaka Pelajar, Yokyakarta
Nur, 2011, Madzab-Madzab Antropologi, LkIS, Yokyakarta
Soejono, Soekanto, 1970, Sosiologi Suatu Pengantar, UI-Press, Jakarta Spradley, P. James, 1972, Foundation of Cultural Knowledge: dalam Culture
Marzali, Amri, 2009, Antropologi Dan Pembangunan Indonesia, Kencana, Jakarta
ang Cognition; Rules, Maps and Plans, Chandler Publishing Company San Francisco
Miles, B. Metthew dan Michael A. Huberman, 2009, Analisis Data Kualitatif, judul asli “Qualitative Data Analysis” oleh Tjetjep Rohendi Rohidi (penerjemah), UI-Press, Jakarta.
---------------. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya.
47 Jurnal Sosial Nusantara