TINGKAT PENDTDIKAN. USIA DAN LAMA KERJA DENGAN KONSISI-ENSI PEMAKATAN KONDOM WANITA PENJAJA SEKS DT PATI Sri Kalyatil
STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS nerscicik(a)yahoo.co.ici
ABSTRAK -lujuan penelitian ini adalah nenganalisa hubungan tingkal pendidikan, usia dan lananya mcnjadi WPS dengan konsistcnsi pemakaian kondorn di Kabupaten Pati. Desain uass sectiond studl digunakan pada penelitian ini dengan populasi WPS di sebuah lol(alisasi di Pali sebanyak 76 orang (total sampling). Data dianalisa dengan chi square. Diienrukan hubungan signifikan anr$a usi.r (p:0,001) dan lama nenjadi WPS (p-0,007) dengan konsiste si penrakaian kondom. Pendidikan kesehatan reproduksi perenrpuan scharusnya entargetkan WPS agar konsistet menggunakarl kondom. Kata Kunci: l(onsislensi pemakaian kondom wanita peniaia seks
Level ofEducation. Age And Length of Worl< as Fcmale Sex Workers With The Consistcncy of Condom Use at Pati District Sri Kalyatir STIKES MUI IAMMADIYAH KUDL]S nelscicikaavahoo.co.id
ABSTRACT The aim ofthis study was to analyze the conelarion of eclucation level, agc and length ol work as f_emale se\ wo*ers (WPS) \\'ith the consistency of condorn use in Pati. Cross sectional design used in this study \,\'ith a population oIWPS in Pali. amounring ro 76 pcople (roral sampling). Data \\,crc analyzed by chi-squarc. It was lound a significant rclationship bet\\'een age (p = 0.00t) and a WPS (p - 0.007) with thc consistency condom usc. Women's reproductive healih cducarion sho ld targer rhe WPS b order to consistently usc condonrs. Keywordsr the coosistcncy - use a condom - fentalc se\ workers
adalah 20.028 orang (KPAN, 2010).
A.
Pendahuluan
Di
Indonesia,
Sanpai akhil Desernbcr 2010 jumlah
PMS telutama HTV
menyebar dcngan cepal
dan haDpir
Jawa melaporlftu iumlah
merata di semua daerah' termasuk di
Tengah Kernenkcs
pendcrita FIIV di Indonesia 55.1i48 orang
p(nd(ritr HIV d Jrua lcngal
3.362 olang (KPAD Jawa Tensah. 2010:
KPAN. 2010). Berdasarkan cataran Dinl(es propinsi Jateng. scjak
laa]
Lringga
septenb(r 2007 iurnlah pender.ita HIV
cli
Kabupatcn Pati seb.nyak 37 olang dan
jumlah AIDS 25 orang. prevarensr pMS 4 539 orans Jumlah berclasarkan pcrtrandingan .lah 200i dan
dan AIDS 24.131 orang dengirn kematian nencapai
rr-errcapai
penulamn barx scpaniang tahun 2010 TinBkrtPendidikrn, UsiaDaD Lrnra Kcrja Densan (ons'stensi PemJkri:.
Ko
i donr..,,Sri lGryati
2004 mengalarri kenaikar dari 3.3% di
yang kurang memperhatikan
2003 menjadi 5.77o pada 200,1 (KPAI)
reproduksinya sendili. Sebagian
Jawa l'cngah, 2010).
WPS cnggan untuk
Kelonpok masyar-akat yang beresiko refl.rl.rr HIV rJrbh k.lurnpol 1,rng se|ing melakukan kontak dengan cairan tubuh
'iirr. brril,
urJnJr
rnrl:rluri dr_ah. crirm
senlc1l atau spenna, maupun melalui alaF
.rlrt inrr.it. l,t lndonc'ia. 5,rrrpai
jrl
i.1i
pemeriksaan kesehatan
kesehatan besar.
melakukan
reprodul<sinya
l<arcna alasan ekonomi dan adanya stigxla
ncgatif pada nlereka. Melcka
lebih
memilih membeli obat scndir-i terntasuk menggunakan
obat antibiodk
tanpa
knr"ult.r.i deng"n .r:rig l i.e,er,rra r (furu-:, 2009).
hubungan hetcroseksual yang beresiko
laju
masih menjadi penyebab utama penular-an
Pegendalian
HIV
(52.7%). meskipun sudah nrulai
HIV telah banyak dilakukan. diantaranya
te{adi pergescran ke pemakai naul
penyuluhan tenlang pcnularan. pengobatan
pckc{aan percmpultn pendefita AIDS
(Koniak-cd1fin. 2011)
penycbaran
PMS
dan
dan st13tegi pencegahan I'MS dan HIV Pcnggunaan
ibu rumah tanggd dan I l.7o;
kondom pada hubungan leksual beresiko
\\'anita peniaia seks (WPS). Tingginya
mcmpakan salah satu strategi pencegahan
angkii lersebut diduga mcrcka Ler-tular daii
yang dapat dilakukan untuk nencegah
pcrilaku beresiko suarni/pasangan llcrcka
pcnulara]r PMS dan
(KPAN, 2010).
bcresiko tenrasuk kepada
18.20% adalah
Perilirku seksual beresiko meningkatk:rn penyebarm penyakit
iti.
WPS merupakan
salah satu kelompok rcsiko tertular dan n enrrl
rrldn
PNy'S
lern,isu{
yang dilakukan
di
Hl\.
Perrclir,.Lrr
Papua ntelaporkan
i00 WPS di lokal:"c.i n ..rdc|irr pMs drr .igd diantar-anya mendedta AIDS. Di pati sendili tidak ada catata. yang pasti
bahwa
70o%
clari sekitar
tentang angka PMS pada WPS. Diprcdiksi
lebih
da
50% WPS menderita pMS. Hal
ini diperburuk dengan pelilaku para WPS llKK Vol. 5. No. 1 januati 2014 :64 74
HIV pada kelompok
WI'S
dan
pelanggamya. Dagaimanapun WI,S iuga
pelempuan yang
ltdrak
me.dapatkan
pelayanan kesehatan. Meningkatkan penggunaan kondom pada WPS terbukti
dapat nenurunkan penulalan PMS dan
HIV (KPAN. 2010; WHO. 2004).
Di
Thailand dan Kamboja misalnya. bcrkat
prugmm ckirlir be"rr' unrul pc,rg!Ln:nt' kondom pada penjaja seks. penular.an PMS
dan
HIV menurull
secara d]-astis akibat
penggunaan kondom
yang
menjadi lebih dari 80%.
meningkat
Di
Nairobi,
I(cDya, intervensi pada pcnjaja
seks 65
tcrmasuk dukungan sebaya, promosi
Penelitian yang dilakulian Beltens
kondom. dan layanan PMS menyebabkan
(2008) untuk mengetahui perilaku
kejadian HTV turun dali 25-5070 menjadi
am.n dan.rrgosiaci s
,1'% pada
Suriname d:rn Antilla Belanda mcncmukan
pekerja seks (WHO. 2004).
Mcskipun saat ini kondom telah terbukti menjadi alat yang efektif untuk mencegah
PMS tcrmasuk HIV pada
hubungan
seksual beresiko, penggunaan kondom pada WPS
di
Indonesia disinyalir masilr
rendah. Pada
tahtn 2007
peltggunaan
kondorr pada hubrurlan seksual beresiko
tinggi di Indonesia
hanya 10,3% (BPS,
2007). Penggulaar kondonr di I okali.asi Teielu Kota Pekan Baru 17,7% (Silalahi.
2008), di Senrarang sebesar 32% (Hadi, 2004).
di Pati tak tebih da 11% (Dinkes
Pati.2007). I
dalam
mcngurangi resiko akibat hubungan seksual adalah kernanrpuan negosiasi atau
pcna\{aLan untuk melakukan seks aman
dan komunikasi tentang resiko
seksual
dcngan pasangan. Warlita yang melakuLan
ncgosiasi dilapnrh r
leoiller'rrg
melakukan seksual yang aman dibanding )
rng lida( r'r.lr(ukrn (Beflen\.\\ollers.
40o%
dari mereka yang
scks
aman.
keengganan
untuk memakai
Kekhawatilan ditinggal oleh
kurangnya inlbrmasi tentang FIIV/AIDS, keliderksukaan
lakilaki terhadap kondom.
cUbordihr(i lrcrcn'furn terharLlip dominaii
laki-laki, kurangnya ketersediaan kondom
di lokasi serta dukungan pihak .qblrh,irur.i Lomplck" yrng terjrdi di lukalr.a. I'erpcngrru'r rr
2006). Cakupan pengguraan
kondom masih saja kurang, neskipun sebenamya wanita mcmiljki pengetahuan
h:h t:n;gi Jib.rrding laki-laki. Wanita juga memiliki sikap terhadap kordom lebih positil lebih sef tentrrl'l,nndo.rr
lc
elnceq,, dal memilil
lrbih tirygi rntuk rcrinlcL'i.
War,i
:
nenemui kesulitan untuk menggunakan
kondom sccara konsisten dan
katcna
rcndalinya
taw:I rvanita (Blanc &Wolt,20b1).
adanya
kondonl
diantara para pelaku seks bebas unnrk mema
mcmpraktekkan
pclanggan. kcyakinan terhadap antibiotik.
daya
Kenyataamya. masih ditemui
seks
dengan pasangan mereka. namun lunya
ketidaksctaraan gender
van den Bome, & Schaallna, 2008).
al
bahrva 50% rcsponden nelakulon regosiasi pcngulangan risiko seksual
(Prasetyo.
Ial yang cukup berperan
et
(ai kondom pada saat berhubungan
seks, mcskipun negosiasi telah dilakukan.
Ilanyak wanita yang tidak beldaya dalam melakukan negosiasi pemakaian l
lerena tidak ntemiliki daya
tawar'.
Berdasarkan liset yans clilakul(an oleh East
Ti.glcrPcndjdikar,UsiallaDLaDraKeiaDengrnKo.sistcnsiPcmakaian(ondom....SnKrryatj
66
et al (2011) tentang pcngalaman negosiasi
akibat aspck lain dari perilaku
penakaian kondom u,anila muda yarg
mereka yang belesiko (UNAIDS. 2004).
aktif sccara seksual ditcrnukan ticiak
ada
Konsistensi pcmakaian kondom pada WPS
hernir.
dipengamhi oleh pelanggan. sikap meleka
menawarkan kondom terlel'rih dahulu.
tcrhadap hubungan seks yang amar.
snlLrpurr oJrlisindn ) inJ D"1a
tonl dcl.ln rego.irsr
pema\aiarr
kondc,m diper'grruhr bcbrrapa akrcr. y.rrru
seksual
negosiasi. pengetahuan dan lingl(ungan
al, 2003)
sosial mcrcka (Kerrigan. et
pengetahuan, kcmampuan negosiasi, sikap
tcrhadcp kun.lurn. kon.rstcn"i
r"atrira.
pcrscpsi terhadap kesehatannya. sifat temperamental pasangan. keberanian dan
rAsr Der(a\a dili. .rdanla
resisrcr.,i
pasangan, kompctisi dengan sebaya, dan
&
di
atas juga te{adi
pada
kcl.mpol re.'kn rrnggi di KuhJp.rren Keberadaan lokalisasi
di
Pati
Kabupaten Pati
lidak sccara resmi diakui oleh Pemerintah Daerah
Pati. Meskipun Dinas
Kesehatan
& Koopman, 2003;
Kabupatcn Pati dibanlu lembaga swadaya
Malala.2001; Bertens ct irl.
masyarakat sudah memberikan penyuluhan
ekonomi (Greig, Wojoioki
FLnomena
2008: East et al. 2011: Prasetyo. 2006:
pencegahan PMS dan
HIV tetapi cak pan
penggunaan kondom pada
Konsistensi penakaiuur hondom adalah
WPS dan pelanggannya disinyalil masih rendah, san'ra halnya dengan daer-:rh lain. Oleh karena itu diperlukad pengetahuan yang mencukupi tcntang hal-hal yang
scberapa rutin WPS menggunakan kondom
menpengaruhi konsistensi WPS dalam
saat nrelakukan hubungan seksual. Konsislensi penakajan kondom nempengaruhi tingkat el'ektilitasnya.
menggunakan kondonr bcrkaitan dengan
pemenuhan kesehatan reproduksinya.
Kondonr dapat mencegah penuliu-an PMS
pertirnbangan dalam upaya menjaga dan
dan HIV jika digunakan secar-a benar dan
mcrrnJkutl,rr
efektif. Pcmakaian kondom secara tidak
dctgan meunccgah penularan PMS
konsisten tetap nemberikan perlindungan
HIV pada kelompok
Wingood
ini
& Clcncnte. 1997). Daya
ta$'ar
akan nrenycbabkan WI'S konsjsien
menggunakan kordom.
Pengetahuan
ini
Les. l_atm
ak.m
mcnjadi
replodulsi Nr.nit.r dan
resil
yang lebih jika dibanding dengan iidak pemah menggunakan sama sekali. Namun
penelitian
di
Uganda melaportan bahu,a
penrakaian kondom sccala tidali konsisten
dap.t menrberikan resiko yang lcbih bes:u. jlKK Vol. 5. No. 1 lanuan 2014 : 64-7 4
B. Metodologi Penelitian ini merupakan pcnelitian suNey
dcrgan menggunakan desain sekat silarg
(cro.rs sectional
,rll.rdl karcna
subyek 67
cliamati hanya sesaat atau satu kali. Perrgukuran urrul. mcndrpatkcn inlhmrlsi tenlang
va
abel dependen yaitu daya tawar
WI'S dalam
pemakaian kondom dan
vaiabel independen yaitu
tingkat
Diagram i Dishibusi Responden Berdaslutan Konsistensi WPS dalam penakaian Londom n = 76 32,90
pendidikan. usia, dan lamanya menjadi WPS dilakukon belsama-sama pada
penelitian dengan menggunakan kuesioner
secara kuantitatif (Sugiyono, Kuesioner-
ini
I
saat
2005).
Rendah
ETinAAi
,r,rs&wp
telah diuji validitas dat
rcliabilitasnya pada J0 WPS di Tayu. Populasi pada pencliti:n ini aderlah selumh
u.rnit.r pcnjuja (cks tWP\r nengh.rni lokalisasi Lorong Indah di Kecamatan
Hasil analisis didapatkan distribusi l.nnsislenci WP5 d.rlam pemck"r:rn londorn re.ponrlen scbagirn besar knrcgori tinggi ydiru
"chan)ak
{l
nran! ro7.lnol.
Margoyoso Pati pada hhurl 201i. Jumlah
Be|dasarkcn emprr l,.pek kon.i.te,rsi.) ritu
populasi tidak dikctahui secar-a pasd karena
aspek rutinitas. partner, kondisi dan
t Jak ada
Jul,uncnrr.i 1 enghu i
lok:rJi.esi.
car.a
pakai. aspek rutinitas mempakan aspck
Semua populasl menjadi sampcl karena
yang terbanyak diJakukan olch responden
l cnelitian ini mcnggunakan total samplirrg
secara konsisten yaiiu terdapat 56
dengan kriteria semua WPS yang bersedia
bclpafiislpasi dalam penelitian ini. Analisa
ncru-julk.rn \onsisrersi pemakaian kondon yang tinggi. Aspek
data menggunakan analisa univariat dan
paiing rendah adalah aspek pafner yirng
analisa biviuiat dengan
hanya tcrdapat 39 (51,3%) responden ynng
uji chi scpare.
(j3,j%)
responden ) cng
menunirrU
4j
C. Hasil I'enclitian
aspek cara pakai terdapat
l.
Analisa Urivari:rt
responden y:rrrg nenunjrLL\dt, k onsicrc ns:
a-
Konsistensi Pemakaian Kondom
pelnakaian ko11dolll yang tirrggi.
Distribusi responden
berdasa.r.kan
konsistensi perrakaian kondon
dapat
(61.8%)
b. Karakteristik usia. pendidikan,
dan
lama kerja.
dijelaskan pada Diagram 5.1 berikut:
TingkatP.ndidtkr., (JsiaDan Lan,. (e.ta
-
--
DenBaD l(onsislcnsi pemat
Karv,ri
68
Karaktcristik responden berdasar
usia,
bulan yaitu 35 ordng (46,1%). Ilarya
kecil saja
pcndidikan dirn larna ke{a dapat dilihat
sebagian
pada tahle 2.
berpendidikan lulus SMA. ber-usia di atas
responden yang
35 tahun dan memiliki masa kerja lcbih Tabel 2. Distribusi respollden berdasar
dari 2 tahun-
usia. pcndidikan dan lanra kerja
Sedikitnya jumlah WPS yarg memiliki No
Karakteristik Usia Kumng dari 20 tahlrn 20-35 tahun Lebih dari l5 tahun
rrrasa 25 39
32,9
12
l5,B
ke{a lebih dari
se;ara r-ealita nlemang junllah mereka
5t,l
belkurang karena mereka mengakhiri pekerjaan .jurnlah
Pendidikan 'l-idak lrr hrs Sf) I-ulus SD SMP
2 32 36
2,6
SMA
6
'1.9
35
46.1
l,ama Ke{a Kurang dari 6 bulan 6 bulan-2 tahun Lebih dari 6 bulan
belafii
2 tahun bukan
ini.
sudah
Sedildlnya
ini lebih ki,lena WPS yang
sudah
lama biasanya tidak tinggal menetap di lokalisasi tetapi mereka pulang ke rumalr
42,1
4't,1
lilggal rr(rekr
J.-rn datang
ladr hrri-hrri
teftcntu sesuai ari pasarannya, 21
27 -(t
20
26-3
2. Hesil An:rlisis Bivariat a. Huburgan antala Usia
dengan
Konsistcrisi Pcmak:riarr Korrdonr
Scbagiiu besar responden betusia
tahun yaitu 39 orang
2(ll5
(51,3%).
bcryendidikan lulus SMP sebanyak
36
orang (47.4%), dan scbagiirn besar tclah
mcnjalani pekerjaanrya kurang dari
Tabe13. Distribusi Responden
Tahun 2011 (
Kclornpok
Usia
<20 tahun 20-35 tahun >35 tahun Jumlah
llKK Vol. 5. No.
rnllr
usir Jengc I (onsi5r(nsi
pemai(aian kondom respondcn dapat dilelaskan pada tabel li.
6
Usi:r d:rn Konsisrcnsi P€makaiar
'linggi
Rendah
3,1
3
41
Kondon di pari
76)
Konsistensi Pemakaian Kondom
7
1
n:
Menurnt
Huburgc.
28 43.6 8.3 31.7
Januati2014 : 64'74
I-otal
18
72
25
100
44
56.4
78
r00
33
91^7
36
95
6U,:l
139
100 100
ORP 95%Cl
Valuc
0,001
69
Hasil anaiisis hubungan antala tingkat pcndid ikrn Jcngan l.nn.is((rsr pemrkaian
I:lasi1 aralisis hubungan antara usia dengan
konsistensi pemakaian kondon pada tabel 1
rerlildr ada schcnyrk lR (7)0,,
\
PS Usic
kondonr dapat dilihat pada tabel 4. Pada
kurang 20 tahun, 44 (56.4%) WPS usia 20-
tabel tcrsebut dapat diketahri ada sebanyal<
35 lahun. dan 33 (t)1.'1%) WPS usia lebih
dari .l> trhun ycnE nrcnili\i Lonsisten:i
20 f58.80"r WPS bcrpcndidi\rn 'rrnpni lr u. SIJ lrng mcmiliki kor,sislcnsi
pemakaian kondom tinggi.
pcmakaian kondom
llasil uji statistik diperoleh nilai
p:
WPS yang lulusan SMP dan SM,A. sebaryak 31 (73,8%) yang memiliki
maka dapat clisimpulkan ada
perbedaan
0.001
proporsi konsistensi pemakaian kondom
tir,ggi.
p:
0.255 ada
p(rbeJir.m proonr(i ko rqistcnsi p(mdl,riarr
kondom antara WPS luhrsan sampai SD
konsistensi pemakaian kondonl.
lendidikar
lonsi\ler,ci pcn'rlclrn \onJont
maka dapat disinrpulkan tidak
Dapat disirnpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan
rnt.rlr
Sedangkar
Ilasil ujj statistik diperoleh nilai
ant"rc rnr.irg-mcsin! \clo'rnnl. u.ir
b. Huhrnsin
tinggi.
dengan WPS lulusan SMP dan SMA. Tidak ada hubungan yang signifikan antala
Jcngarr
pendidikrn dengan korsisten\i pcmJkcian
Konsistcnsi Pemakaian I(ondon
kondom
Tabel.l. Dist busi Respondcn Menurut Pendidil{,.rn dan Konsisrensi Pcmakni:rn Kondom di
PatiT:rhrr2011(n=76) Pendidikan
Sampai SD SMP
Konsistensi Pemakaian Kondom Rendah Tinggi
Total
Lulus
1,1
11.2
20
58.8
34
100
dan
11
26^2
31
73,8
42
100
25
32,9
51
6
7.1
'76
100
OR 950 CI 1
^973
P Value
0,255
Si\4-A
Jumlah
D.
1.
konsistcnsi pemakaian kondom. Wanita
Disl<usi
Hubungan usia dengan konsistensi
usia muda paling bcresiko teltular PMS
pemakaiim kondon
karena para wanita remaia dan dewasa
muda lcbih nudah Hasil analisa penelitian dipcroleh hasil ada 1'tubungan signifil
'lingkatPcnrlidikan,tlsiaDan
teryengiuuh
lingkungan. Mereka kurutg percaya diri
untuk meminta pasangan menggunakan
LarD K..ja DDDS..ltonststensj lrerDkaian Rondom....Sri l(aryati
70
kondo[r atau nlenolak huhungan
seksual
Pcndidikau kesehatan yang disesuaikan
yang ridak aman. Usia nruda sering kali
dengan tingkar pendidikan WpS diharapkan dapat meningkatkan
diidentikkan dengan kurangnya pengalanran dan keberanian dalam
konsistensi pemakaian kondom.
menjalani suatu hubungan (Caple. Schub.
3. Ilubungan lanta kcrja
& Plavikoff, 2010).
delgan
konsistensi pemakaian kondonr
2.
Huburrgan pendidikan
dcngan
Li.tnrr
konsistensi pcrrakaian kolldom
lcrjl
rc..nondJn p.nlr
penelilidt
lelbanyak adalah kurang dari
Hasil pcnclitian
ini
6
ni
bulan
menenrukan bahwa
sebanyak 35 orang (46.1%). Flasil analisa
tidak ada hubungan yang signifikan lrrtara
penelitiar
pendidikan dengdl konsist('nsi pemaLaian
signifikan antara lanta kerja dengal
kondom.
konsistensi pelnakaian kondom.
Pendjdikan yang ridak nenradai merupakan salah satu t'aktor resiko tinggjnya PMS (Caple. Schub. &pr.avikoff.
2010). Pcndidikal) dapar rncnjadi sarana
unrul( menrbuka u,a*asau
WPS yang baru beke{a kurang dari
6
bul:u adaiah kclompok r-espondcn yang palin: hatD\,rk nten)ilik i konsrsterrsi
Pcnuliinn lonJunl );rng linsii
sehingga
(48;82.1J%). dan paling scdjkjr Dlenililii
seseomng dengan pendidikan yang lcbih
konsistensi pcnakaiar kondom rcndah (10:
linggi ccnderlrng lebilr nudah menerima perubahan. Penelitian yang dilakukan olch
ini bisa jadi kar.ena mereka belum banyok terpcngaruh dengan
Grcig & Koopntan (2003) tentang analisa
lingkungan nrereka dan biasanya ringkat
multithl(tot kcberdayaan wanita
pcrsaingan penghuni baru tidak sckerar
dan
penccgahar HIV di Bost\\,ana rncnjelaskan bahwa
k.'puru.irn
\7.2%). Ila,l
peDghuri lanta.
untuk
nrenggunakan kondcun berhubungan secara
Hal ini dapat nenjadi modal bagi perau,ar.
signilikan dcngan
petugas kcschatan
pendidikan.Nanrun
dan LSM
untuk
Jcnriki.in unt tk n)cnrrr!(itrlian :o rristsnji
mcnberikan dukungan agar mcrcka selalLl
pcnakaian kondont tidah hams
deugan
mcmperlahankan
cara meningkatkan pendidikan
mcrcka
konsistcnsi pemakaian
tctapi dapal dilakukan
dengan
Apalagi sebagian besar. responclen ,16.lyn
meningkatkan pengetahuan tertang
merupakan pcnghuni baru kurang dari 6
k. ,rhctan rcnr'"rluksi rr.rrril.r lrrnr: "r.suai. JIKK Vol. 5. No. I lan ua ti 2014 : 64-74
blrlan- Pcndidikan keschatan
dan
meningkatkal kondomnva.
dengal 7L
memperhatikan kondisi dan pendidikan
Pelayanan kepcrawatan. Per-alvat selaln
mereka diht[apkan dapat meningkatkan
mcmbcrikat penyuluhan kesehatan juga
konsistensi peDakaian kondon untuk
perlu memberikan dukungirn sosial unluk
meniaga
dan
meningkatkan kesehalan
memotivasi wanita kelompok beresiko
untuk nenjaga dan
reproduksi nereka-
Ls.ch.-rt"n
dan
E. K€terbatasan
mcningkatkan
|elrnduk.rnla,c.rr.r n-nJir
i.
ImplikNi
Perawal dapal meningkatkan
Pcncitirn
pcran
ser-tanya untuk menurunkan pcnyebaran
Penelitian
ini
dilakukaur
di
tempat yang
selalu nenjadi sorotan dan belunr pernah
dilakukan penelitian, schingga ada kecenderungan respondcn takut untuk berpartisipasi dalan peneiitian. Penulis sebelumr)d _rcrcic n.rkcr cka r risio untuk usia respondcn tetapi temyata hal tersebut meniadi sangat sulit. WPS yang
terlihat masih sangai muda selalu menjalab bcrusia l8 tirhun tetapi metel
penyakit mcnular scksual tetutama HIV-
AIDS dcngan memperhadkan usia tingkat pendidikan mereka.
dan
Pendekatan
pada WPS bar.u dapat lebih ditingkatkan
Jg'tr nrcrqkz, 'nerrrilik:
Lnn. i.tcnsi
pemalcian kondom karena
mereka
rnerupakan kelonrpok rcsiko tinggi yang
salgat renian unnlk teflulal
dan
menularkarl IMS tcrutama HIV-AIDS.
dapat nrenycbutkan tanggal dan bulan lahir
Dengan diketahuinya faktor yang l^er'rubrngan. rrrkc l; -il f( n.lilian ini dapat digunakan scbagai data dalam
mereka.
mengembangkan pcnelitian tentang bentuk
tidak bisa nrenyebutkan tahun Iahirnva secara cepat padahal mereka dengan ccpat
intervensi kepera\atan yang elekrif untuk
Waktu penelitian yang kadangkala tidak tcpat karena servaktu-wakiu mereka harus
menjaga dan meningkatkan kcschatan reproduksi wanila lerxtama pada kelompok
lamu. Lipaya yang dilakukan penulis untuk mengatasi hal tcrscbut
yang temaginalkan.
dengan mclakukan pendekatan kepada
Refcrcnsi
meneLina
pengeloia, dan ntcmberi r-esponden melayani
kesempatan
tamu dengan datang
ini
h
diharapkan dapat
memberikan manfaat tcrutama
penyakit kelanin dan ttpJ/du n ia.v ivaneu's. tanggal 20 Mei 201 I
kembali pada u'aktu bcrikutnya.
TIasil penelitian
Ani.A.B. i2009. 5 luni). 70%
di
I
teinfeksi orang HTV-
conr/,
d
iakses
Arikunto, S. (2000).9dli.rtkd uiuk per.1iltdr. Bandun g: Allabeta
bidang
TingkatFe.didjl{rn,Usi. Dan Lama lG.taDengan l(onsrstersi PenraId]an Ko.rlonr....Sn l(aryan
7?.
Wolfirs, MDG: van den Borne
Bel.rens. MGB,
B.
&
Schaalma
(2008).Nep.otialing saf-€ sex
H.P. among
women o[ Afio-Surinamesc DutchAntillean desccnt in Netherlands;1rs
CdJ'e.
and the
Nov; 20 (10):
Mattcucci,R., Scbub,T., & Pmvikoft, D (2010). Sexually transmitted diseascs in developing countlies. C1N,4HI, rvrrlrrg Grile, October 15,2010
Popoola, B.L (2009).
t21 1 16
tslarc, A.K., & Wohl'. B. (2001). Gender & d..Li.r^n-r-Ji.ng u\e. corLIonr u,e in
Edltcation, Obdlbmi
rso Lli"lr'J. rrr I d-nJr llr"'"t
Jo rndl of Raprodtctire HeoLh.5,15
.
28.
Te tips lat srlccessiil tlegotidtiig Negatiute villl & fidence. PBS, Negotialion Boot
Brodo\\', Ecl..
(1996)
Calnp.
Caple, C.. Schub,T.,
&
Sexually lransnritted
D.
(2010). diseases:Risk
Pm,vikoft,
Facro.]s. CINAHI' N1t^ing 10. 2010
Gtide. I]lli
M.s. {20A8). I'angkoh ldngturh pn\sol penclitk hidoug ketloktaran dan kcs(hdtun.Jakatta:
ntetilbLkr
Sagung Seto
L, et all
(2011). Condon negotiation: I 'len(nJ<" ^t .er.r"l'' ircli\e youngllonren. Journul of .ldl,oucd r\n/ rn?g, Jan:67
(l):
77-85.
208.
Hadi. l'.S.
(200.1). Faktor-faktor yang rrernpengaruli Praktik Pcnggunaan I(ondom untuk Mcnccgah IMS dan HIV AID\ di Re...i.rlr"as \'gorejc Kulon
I{ecamatan Semamng Barat Kola Sernarang.Tidak dipublikasikan
Manuaba. LA.C.. Manuaba. l.B.G.l,& Manuaba, I.B.c., (7008). Metttaha li
a
reprodliksi vanikr. Iakafial Pc|crbit buku kedokleran EGC
keseh.
& Pravikofi, D. (2010). Scxually transm;tted Jiscr'e' '1plrr '. .,rl' lllV l"leclrun
Matteucci,R.. La*'r'enc, P.,
CIN/IllL Nrosing 6ridc. August 2010
JIKK Vol. 5. No. 1 Januatt
Prasetyo, F.A. (2006). Proses negosiasi antara
pekerja scks konersial
ntuk moncegah penularan IMS dan Hry AIDs SruLli ka.L'. di lokrlisasi Bok.' Ciraca' Jakarr l ;nrlr ie'i., tidak dipublikasikan
L.N. (2001). The lii itation of conflic, a theory of bdrgdinitlg und negotitrtbn. Sydney,Bdtish Library Cataloguing in Publication Data
Robeftson A.A., Stein J.A.. & tsaird-Thomas C. (2006). Gcndcr differences in the
prcdiction
13,
oI condon se among
,rcirJ
(lMB)
:modcl.
Jourlnl of
Adolescent Health, J^nr 38
(l): l8-25
Sabri,L. (2008). Statistik kesehtndn. *Jtsi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
SiLalahi, R.E. (2008). Pengaruh laktor predisposisi, pendukung dan penguat
terhadap tindakan peke{a
seks
konersil (PSK) dalam menggunakan kondon untuk pencegahan IIIV/AIDS di Lokalisasi Teleju Kota Pekan Baru. Tesis, tidak dipublikasikan
Wojcicki, J.M.,& Malala. J. (2001). Condonr ljse, power and HIV/AIDS isk: sex-
rvorkers bargain Hillbrow/Jouben
for survivdl
in Park/Berea,
of
Johannesburg. Departttrcnl
Anthrcpology. Unh,ersi,l
Social
of
the
,ntu'dtersrund, PO Wits 2050, South
Afiica Depkes, (2010, Desember). Statistik Kasus AIDS di lndonesia. http://spiritia.or.id. Diakses tanggal 2 Maret 201
20l4 :64-74
dengan
pelanggang dalarn pcnraliaian kondon
sl
clei-q, F., & Kooprran. C. (200:l). Mullilcvcl analysis of \rornen:s empo\{ernrenl and UIV prevention: Quantitative sufley results hom a prelirninarl, sludy iD Bots\\,ana. llr.\' rcrLt|ioLtr.'7. 195
Kelurahan KalibanLeng
Att'olou,o Urtversi4,, vol. 24, Nos. :l -4, AugustNovembcr 2009, 261 270
Rarlgarqian,
Dahlan,
East
Sex-negotiation
strategies and saf-er-sex practices arnong narried Norncn in SoulhWestem Niger ia. Nigetla, liluutionctl l;oundt ions & Caunselling, FdcuLy oJ
I
73
Dinkes Pati. (2010). kcsakitan di
Morbiditas/angka
Kabupaten
Pali.
http://wu,rv.dinkes.patikab.qo.id/ diakses tanggal 6 Pebruari 2011.
et al. (2003). Environnrentalstructuml lactors significanlly
Kenigan,D.,
associalcd with corsisient condom usc
in thc Dominican Rcpublic. ,4/DS 2003, Vol. among lemale sex wo*ets 11:415423
KPA Nasional. (2010). Shategi Nasio dl Penanggulangon HIV/,1IDS 200720-7
0, http://www.aidsindonesia.or.id/
KPAD Jawa Tengah. (2010). Ranstro KPzl
Jatd
Tengah
20AE-2412,
http://\\\\.w.aidsiateng.or.id/
Lokollo, F. Y. (2009). Studi kasus perilal1l wanita pekerja seksual tidak langsung
dalan pcncegahan IMS, HIV, dan ,^lDS di Pub&karaoke, cal6, dan diskotek di Kota Senl mng, Tidak dipublikasikan
Oulior. J. . \looo) /,erl ,n7h /" .,...rr i, egotiattu:1. ; ,npartdnce of h/Jiness ,egoal./1i?9. Nalion s Busincss. Prijosaksono. A. R. S.. (1999). Negoslari The lndonesia Lealning Institulc, Indonesia.
UN,\IDS, (2004). Making condorrs work for IIIV prevention. LNAIDS/q+j2E (English original, lune 2004)
Tlngkat Pcndidil{ar,llsii
Dr. Lana K€ria Dergar l(onsBteDsi
Penrakaian (on{ion,,,,.Srj Karyrti
74