NASKAH PUBLIKASI
SULITNYA MENJAGA AMANAH PADA ANGGOTA DPRD DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Oleh: Jaan Pamuji Emi Zulaifah
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008
1
NASKAH PUBLIKASI
PERUBAHAN ORIENTASI ANGGOTA DPRD DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Telah Disetujui Pada Tanggal
_______________________
Dosen Pembimbing Utama
(Emi Zulaifah, Dra.,M.Sc)
2
INTISARI SULITNYA MENJAGA AMANAH PADA ANGGOTA DPRD DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Jaan Pamuji Emi Zulaifah Penelitian ini bertujuan untuk memahami secara mendalam mengenai berbagai hambatan yang di alami pada anggota DPRD DIY. Desain yang digunakan adalah kualitatif grounded research. Metode penelitian ini diawali dari fakta, bertujuan untuk mengadakan generalisasi empiris, menetapkan konsepkonsep, membuktikan atau mengembangkan teori atau penelitian yang dilakukan dengan langsung turun ke lapangan dan mencari topik permasalahan serta tujuan penelitian berdasarkan atas apa yang ditemui di lapangan. Sumber data yang dikumpulkan ada dua, pertama adalah data primer yaitu data yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan oleh peneliti dari sumber pertama, yang dalam penelitian ini didapatkan dari wawancara mendalam terhadap responden penelitian secara langsung. Kedua, data Sekunder yaitu data yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan oleh pihak lain dalam penelitian ini data sekunder digunakan untuk melengkapi dan menambah data penelitian yang didapat dari publikasi artikel, jurnal, pendapat ahli dan berbagai sumber pemberitaan di media. Subjek dalam penelitian ini adalah anggota DPRD DIY, yang tidak memiliki catatan kriminal dan bersedia untuk diwawancarai. Dan berkenaan metode analisis data menggunakan analisis tematik. Berdasarkan hasil analisis data, hambatan yang di alami dalam menjaga amanah bersumber dari; (1) Latar belakang aktifitas anggota dewan sebelum terpilih, (2) kualitas dan karakteristik pribadi anggota dewan, (3) Strategi yang dipakai untuk bisa terpilih menjadi anggota dewan. Disamping hambatan tersebut, faktor lain yang sangat mempengaruhi dalam menjalankan amanah sebagai anggota dewan adalah Budaya organisasi yang terdiri dari (1) fungsi manajerial yang mencakup budaya politik yang keras, sistem reward dan punishment, manajemen fasilitas sarana dan prasarana, birokrasi yang berjalan lamban,
3
(2) karakteristik organisasi mencakup fanatisme partai, cost politik yang besar, banyaknya kepentingan yang beraneka ragam dan menjadi sumber pendanaan bagi partai. Dan juga faktor lingkungan terdiri dari lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal mencakup komitment dan beban moral kepada partai dan konstituen serta pengorbanan keluarga, tenaga, pikiran dan materi. Lingkungan ekternal mencakup pendidikan politik masyarakat rendah, masyarakat yang matrealistik, keistimewaan sistem pemerintahan kesultanan DIY dan tekanan Publik. Amanah pada anggota dewan berasal dari konstituen yang memilih, partai yang mendukung dan seluruh masyarakat. Adapun amanah tersebut berupa memperjuangkan segala kepentingan dan kebutuhan konstituen, partai maupun seluruh masyarakat. Kondisi konstituen, partai dan masyarakat yang dinamis dan transaksional membuat tidak fokusnya anggota dewan sebagai pengemban amanah. Hal tersebut terjadi karena banyaknya kepentingan yang belum sinergis dan hanya berorientasi pada keinginan jangka pendek. Besarnya peran dan banyaknya hambatan yang di alami oleh anggota dewan membuat sulit dalam menjalankan tugas dan amanah sebagai anggota dewan.
Kata kunci : Amanah, DPRD DIY
4
Pengantar Latar Belakang
Dewan Perwakilan Rakyat merupakan salah satu lembaga legislatif yang berkedudukan sebagai wakil rakyat dalam pemerintahanan, yang dipilih langsung oleh rakyat untuk mewakili aspirasi rakyat. Dalam perkembangannya, tampak anggota dewan perwakilan rakyat mengalami semacam krisis citra dalam masyarakat, berbagai keluhan, kritik, dan kecaman dialamatkan kepadanya oleh berbagai pihak dalam masyarakat. Potret pendapat masyarakat tersebut, terlepas dari sikap pro-kontra ternyata ada sesuatu yang belum sesuai antara cita-cita masyarakat dan praktek lembaga perwakilan di Indonesia sebagai dewan perwakilan rakyat. Berbagai contoh kasus-kasus negatif yang melibatkan anggota dewan masih mewarnai perjalanan karir yang mengalami perubahan antara idealitas sebagai anggota dewan dengan realitas yang terjadi dilapangan. Berdasarkan hasil kajian dalam makalah kaukus parlemen bersih DPRD DIY, diperoleh data dari Indonesian Corruption Watch (ICW) bahwa selama tahun 2004 telah terjadi 102 kasus korupsi yang melibatkan 1.473 anggota DPRD di seluruh Indonesia dengan jumlah kerugian mencapai Rp 772.307.538.700,(tujuh ratus tujuh puluh dua miliar tiga ratus tujuh juta lima ratus tiga puluh delapan ribu tujuh ratus rupiah). Khusus untuk DIY sendiri setidaknya ada empat kasus korupsi yang pernah mencuat di masyarakat, tiga diantaranya adalah dugaan kasus korupsi yang melibatkan Anggota DPRD Provinsi DIY yaitu kasus dana kompensasi sebesar Rp 150 juta dalam pembangunan gedung Jogja Expo Center (JEC) sekitar bulan Desember 2001 (Pikiran Rakyat, 2005).
Dugaan adanya
Indikasi penyimpangan APBD 2003 di provinsi DIY sebesar Rp1,6 miliar (ICW), kasus dugaan korupsi dana asuransi (Asuransi Gate) sebesar Rp 1,4 miliar sekitar bulan Januari 2002, setelah Yogyakarta Corruption Watch (YCW) mengadukan temuan tersebut kepada Kejati DIY (namun kandas di Pengadilan Negeri Yogyakarta berkat eksepsi penasihat hukum terdakwa). Satu kasus lagi adalah
5
dugaan kasus korupsi yang melibatkan anggota DPRD Kota Yogyakarta yaitu kasus korupsi dalam projek Pembangunan Peningkatan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan (BPPJ) serta Saluran Air Hujan (SAH) sebesar Rp 125 juta ketika yang bersangkutan masih menjabat sebagai anggota Komisi D DPRD Kota Yogyakarta periode 1999-2004 (kaukus, 2006). Besarnya ekspektasi publik untuk melihat perbaikan di negara ini akhirnya harus diombang-ambingkan dalam tarik menarik kepentingan politik jangka pendek semacam ini. Sementara di sisi lainnya tidak ada pola dalam memprioritaskan isu dalam hal legislasi. Memunculkan dugaan, kinerja anggota dewan lebih banyak diwarnai isu politik semacam ini ketimbang menghasilkan kebijakan yang dibutuhkan bangsa ini, yang menandakan bahwa anggota dewan mengalami pergeseran dan perubahan orientasi dari tugasnya sebagai wakil rakyat. Metode Penelitian Peneliti menggunakan penelitian kualitatif metode grounded research yaitu suatu metode penelitian yang diawali dari fakta, bertujuan untuk mengadakan generalisasi empiris, menetapkan konsep-konsep, membuktikan atau mengembangkan teori atau penelitian yang dilakukan dengan langsung turun ke lapangan dan mencari topik permasalahan serta tujuan penelitian berdasarkan atas apa yang ditemui di lapangan. Dalam metode grounded research ini data merupakan sumber teori dan sebagai studi perbandingan untuk menentukan sampai seberapa jauh suatu gejala berlaku umum Metode analisis data Analisis data kualitatif
menurut Bogdan, dkk (Moleong 2006) adalah
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Prinsip pokok teknik analisa kualitatif ialah mengolah dan menganalisa data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna.
6
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tematik. Analisis
tematik
merupakan
proses
mengkode
informasi,
yang
dapat
menghasilkan daftar tema, model tema atau indikator yang komplek, kualifikasi yang biasanya terkait dengan tema itu, atau hal-hal diantara atau gabungan yang telah disebutkan. Tema tersebut secara minimal dapat mendeskripsikan fenomena, dan secara maksimal memungkinkan interpretasi tema (Boyatzis dalam Poerwandari 2001). Analisis tematik adalah proses yang dapat digunakan dalam hampir semua metode kualitatif, dan memungkinkan penerjemahan gejala atau informasi kualitatif menjadi data kualitatif seperti yang diperlukan oleh peneliti. Suatu tema dapat dapat diidentifikasikan pada tingkat termanifestasi (manifest level), yakni secara langsung dapat diobservasi ; atau pada tingkat laten (latent level) tidak secara eksplisit terlihat, tetapi mendasari atau membayangi (underlying the phenomenon) (Boyatzis dalam Poerwandari, 2001). Prosedur analisa data kualitatif yang dilakukan peneliti ini dibagi dalam lima langkah, yaitu: 1. Mengorganisasi data. Cara ini dilakukan dengan membaca berulang kali data yang ada sehingga peneliti dapat menemukan dan memilih mana data yang sesuai dengan penelitiannya dan data yang tidak sesuai dengan penelitian. 2. Membuat kategori, menentukan tema, dan pola. Langkah kedua ialah menentukan kategori yang merupakan proses yang cukup rumit karena peneliti harus mampu menglompokkan data yang ada kedalam suatu kategori dengan tema masing-masing sehingga pola keteraturan data menjadi terlihat secara jelas. 3. Membuat dinamika penelitian dalam bentuk bagan hasil analisis tema dan kategori dengan menggunakan data yang ada secara sistematis dan terstruktur, sehingga memudahkan analisis dalam pembahasan hasil penelitian. 4. Proses berikutnya ialah peneliti memberikan analisis yang masuk akal dengan data yang ada dan peneliti harus mampu menerangkan data tersebut didasarkan pada hubungan logika makna yang terkandung dalam data tersebut dalam pembahasan penelitian yang akan mengahasilkan suatu kesimpulan,
7
5. Menulis laporan. Penulisan laporan merupakan bagian analisa kualitatif yang tidak terpisahkan. Dalam laporan ini peneliti harus mampu menuliskan kata, frasa dan kalimat serta pengertian secara tepat yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan data dan hasil analisanya. Hasil Penelitian Setelah melakukan wawancara kepada semua responden dalam penelitian ini, diperoleh hasil penelitian yang digambarkan melalui bagan berikut ini :
8
Berdasarkan gambaran bagan di atas, pada awalnya
latar belakang
seseorang untuk menjadi anggota dewan berdasarkan pada keinginan dan tujuan yang melatarbelakanginya, keinginan itu bisa didapatnya dari berbagai pihak, tapi secara keseluruhan berdasarkan hasil penelitian ada dua yaitu internal dan eksternal. Kekuatan-kekuatan eksternal dan internal penyebab perubahan adalah sering saling berhubungan, hubungan ini terutama merupakan hasil perubahanperubahan dalam nilai-nilai dan sikap-sikap yang mempengaruhi orang dalam sistem, orang-orang dengan berbagai sikap baru memasuki organisasi dan menyebabkan perubahan (Handoko, 1995). Konteks lingkungan terdiri dari lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal terdiri dari komitment moral yang diberikan kepada partai dan masyarakat yang memilihnya sebagai wakilnya juga akan sangat membantu kinerja tugasnya karena dengan saling berkomitment diharapakan anggota dewan menyadari bahwa pada hakikatnya ia harus memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat yang telah memilihnya menjadi wakil rakyat. Sesuai dengan teori isi motivasi (Handoko,1995) yang menekankan faktor internal individu, kebutuhan atau motif, faktor eksternal yang menyebabkan individu memilih kegiatan, cara dan perilaku tertentu untuk memuaskan kebutuhan yang dirasakan. Citra anggota dewan yang kurang baik dimata masayarakat menandakan bahwa lembaga dewan perwakilan menjadi tidak ideal dimata masyarakat.
9
Lembaga DPRD sebagai organisasi politik sebagian besar organisasi politik menurut Robbins, (2005) bertindak dengan berbagai macam legitimasi, dengan menggunakan pertimbangan yang pragmatis dalam bentuk prilaku politik yang melanggar aturan secara ilegal, besikap dengan menanggung resiko kehilangan anggota organisasi dan mengambil keputusan tanpa pemikiran yang matang demi memperoleh kekuatan dalam menjalankan kinerjanya. Lembaga DPRD yang seharusnya termasuk organisasi non profit, sebagai organisasi nonprofit menuru Moejiono, (1995) adalah untuk memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Makna yang terkandung didalamnya adalah melaksanakan sesuatu yang baik, sesuatu yang menyenangkan dan mensejahterakan sebagian, sekelompok dan seluruh masyarakat. Dalam sejarah organisasi nonprofit perilaku mencari untung selalu berjalan berdampingan dengan perilaku tidak mencari untung, dikotomi dari sifat pencari untung yang opportunistik dan voluntarisme yang altruistik sudah mendarah daging sepanjang sejarah.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa kesulitan yang terjadi pada anggota dewan dilatarbelakangi dari aktifitas sebelum menjadi anggota dewan serta kualitas dan karakteristik pribadinya. Latar belakang individu menjadi anggota dewan berasal dari keinginan dan tujuan menjadi anggota dewan serta background sebelum menjadi anggota dewan. Kualitas dan karakteristik pribadi dilihat dari kerangka berfikirnya, ideologi dan idealisme yang dimilikinya, kapabilitas pribadinya, dan nilai-nilai agama yang menjadi prinsip hidupnya. Strategi yang di gunakan untuk menjadi anggota dewan
10
yaitu melalui proses sistem rekruitmen yang dilakukan oleh partai masing-masing. Strategi ini bisa dicapai jika calon anggota dewan mempunyai prestasi dan loyalitas kepada partai, lulus mekanisme penjaringan dan test yang diadakan oleh partai dan mempunyai basis massa dan finansial yang kuat. Faktor lain yang mempenagruhi anggota dewan adalah Faktor budaya organisasi dan lingkungan. Budaya organisari terdiri dari fungsi manajerial dan karakteristik organisasi. Budaya organisasi mencakup budaya politik yang keras, sistem reward dan punishment, manajemen fasilitas sarana dan prasarana dan birokrasi yang berjalan lamban. Karakteristik organisasi mencakup fanatisme partai, cost politik yang besar, banyaknya kepentingan yang beraneka ragam dan menjadi sumber pendanaan bagi partai. Konteks lingkungan terdiri dari lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal mencakup komitment dan beban moral kepada partai dan konstituen serta pengorbanan keluarga, tenaga, pikiran dan materi. Lingkungan ekternal mencakup pendidikan politik masyarakat rendah, masyarakat yang matrealistik, keistimewaan sistem pemerintahan kesultanan DIY dan tekanan Publik. Faktor budaya organisasi dan lingkungan juga mempengaruhi anggota dewan dalam menjalankan amanahnya sehingga membuat beratnya sebagai pengemban amanah. Amanah pada anggota dewan berasal dari konstituen yang memilih, partai yang mendukung dan seluruh masyarakat. Adapun amanah tersebut berupa memperjuangkan segala kepentingan dan kebutuhan konstituen, partai maupun seluruh masyarakat. Kondisi konstituen, partai dan masyarakat yang dinamis dan transaksional membuat tidak fokusnya anggota dewan sebagai pengemban
11
amanah. Hal tersebut terjadi karena banyaknya kepentingan yang belum sinergis dan hanya berorientasi pada keinginan jangka pendek. Besarnya peran dan banyaknya hambatan yang di alami oleh anggota dewan membuat sulit dalam menjalankan tugas dan amanah sebagai anggota dewan. A. Saran 1. Bagi responden Lebih fokus lagi pada tugas sebagai anggota dewan, sering melakukan evaluasi kinerja tugas secara rutin, semakin intensif dalam menjalin komunikasi dengan masyarakat supaya lebih memahami lagi aspirasi dan harapan masyarakat, mengikuti pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kapabilitas anggota dewan dan membentengi diri dari perbuatan menyimpang. 2. Bagi calon anggota legislatif Harus mempersiapkan dan membekali diri baik dari segi mental dan pikiran, harus memeliki daya juang yang tinggi dalam menjalankan amanah dari rakyat diatas kepentingan pribadi maupun golongan serta sudah memahami fungsi dan budaya politik sebagai anggota dewan, mempunyai pola pikir bahwa dengan menjadi anggota dewan bukan mempunyai kekuasaan tapi justru menjadi pelayan masyarakat, mengikuti pembekalan dan pelatihan baik dari partai ataupun instansi DPRD. 3. Bagi lembaga legislatif Lebih
banyak
mengadakan
pelatihan-pelatihan
untuk
meningkatkan
kapabilitas anggota dewan, lebih berani bertindak tegas dalam melakukan kontrol terhadap angggota dewan yang menyimpang. Dan selalu membangun
12
komunikasi dan berkoordinasi dengan pihak-pihak manapun yang berkaitan dengan
kepentingan
masyarakat,
dalam
upaya
mensinergiskan
dan
mempercepat proses pencapaian kesejahteraan rakyat. 4. Bagi Partai Lebih selektif lagi dalam menentukan calon legislatif terpilih melaui fit and proper test yang diadakan, penilaian bisa juga dilihat baik dari segi kriteria pendidikan, kepribadian dan kapabilitas pribadi. Memberikan pembekalan SDM kepada kadernya yang duduk dilegislatif, mengenai pemahaman fungsi dan tugas anggota dewan. Melakukan kontrol terhadap kadernya yang dilegislatif dan jika ada yang melanggar lebih ditindak tegas, partai harus mandiri dengan tidak menggantungkan sumber pendanaan kepada kadernya yang duduk dilegislatif. 5. Bagi masyarakat Harus meningkatkan kapabilitasnya dalam pendidikan politik, lebih kritis dan berani dalam menyuarakan aspirasi dan melakukan pengawasan kepada legislatif. Memahami bahwa politik merupakan aspek kehidupan masyarakat, bukan hanya ketika pemilu saja. Lebih teliti dan selektif dalam memilih anggota legislatifnya. Menjauhkan mental pengemis yang menggantungkan dana kepada anggota dewan. 6. Bagi peneliti selanjutnya Menambahkan pengambilan data dan melakukan kroscek dari partai, opini masyarakat dan lembaga eksekutif (pemerintahan). Menggunakan metode kuantitatif untuk melihat hasil pada subjek yang lebih banyak dan beragam.
13
DAFTAR PUSTAKA
Afnan dan Peking. 2007. Pengadaan Laptop DPRD Mulus. Koran Tempo : 28 Maret 2007. Alfian, 1989. Masalah pelaksanaan Fungsi DPR Yang Diinginkan Oleh UUD 1945. ____________________ Bunging, B. 2005. Analisis Data Penelitian Kualitatif : Pemahaman Filosofis dan Metodologis Ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta : PT Grafindo Persada. _____________2007. Mereka Bercermin Ke Senayan. Majalah Tempo : Edisi. 47/XXXV/15-21 Januari 2007. Handoko, T.H. 1995. Manajemen Edisi 2. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta Moejiono, I. 2002. Kepemimpinan dan Keorganisasian. Yogyakarta : UII Press Moleong, L.J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Poerwandari, K. 2005. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta : LPSP3 UI. Robbins, S.P. 2005. Organizational Behavior ; Elevent Edition. New Jersey : Person Educational International Sjamsudin, S. 2001. Hubungan Kualitas Anggota DPRD Terhadap Partisipasinya Dalam Proses Pembuatan Kebijakan Daerah Di Kabupaten Malang. Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial vol 13 no.2. Yogyakarta. Thontowi, J. 2007. Apa Istimewanya Yogya ?. Yogyakarta : Pustaka Fahima. Ronald. 2007. Pemberian Uang Insentif Legislasi 2007 bagi Anggota DPR-RI. http://www.parlemen.net/site/ldetails.php?guid=d630943aa0cd8f6817969 49112c84692&docid=kpshk. 10/01/2008 Susanti, Bivitri. 2007. Hattrick untuk kinerja legislasi yang buruk!. http://www.parlemen.net/site/ldetails.php?guid=531564ed665cb5f5ccd36 5d6fd6e995f&docid=kpshk. 05/02/2008
14
Bmg. 2007. Suap! DPRDSamarinda. http://www.bongkar.net/?aksi=lihat&t=news&data=27. 15/01/2008 Rama. 2008. Belasan Anggota DPRD Kabupaten Talaud Tersangka Korupsi. http://www.liputan6.com/hukrim/?id=153944. 05/03/2008 Bagio. 2007. Dpr (Bukan) Dewan Pemiskinan Rakyat http://masbagio.blogspot.com. 25/02/2008 http://www.dpr.go.id/tentang/sejarah.php. 10/03/2008 www.pikiran rakyat.com www.compas.com hukum online.com Arif. 2008. Tersangka Kasus Gratifikasi DPRD Surabaya Diperiksa Ulang. http://www.kapanlagi.com/h/0000229642.html. 25/05/2008
15
Identitas Penulis : Jaan Pamuji Alamat : Desa Ngaluran RT 01/01 Karanganyar Demak Jawa Tengah Nomer Telephon/HP : (0291) 685697 / 0817782005 e-mail ;
[email protected]